Selasa, 18 April 2017

Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur

Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf
-Kwee Ceng girang berbareng berduka mengingat
akhirnya sakit hati ayahnya telah terbalaskan.
Jenghiz Khan lantas berkata: "Telah aku janjikan
siapa dapat memukul pecah kota ini serta membekuk
Wanyen Lieh, hendak aku menghadiahkan dia dengan
orang-orang perempuan, permata dan cita dari kota ini
maka itu sekarang pergilah kau menerimanya itu
semua" Kwee Ceng menggeleng kepala.
"Aku dan ibuku telah menerima budi besar, semua
itu sudah cukup" katanya. "Segala budak, permata dan
cita pun sudah cukup, berlebihan tidak ada gunanya."
"Bagus" khan agung itu memuji, "Itulah sifatnya
seorang ksatria Sekarang, apakah yang kau
kehendaki? Apa juga yang kau minta, tidak ada yang
aku bakal tidak luluskan." Kwee Ceng berbangkit, ia
menjura.
"Aku hendak mengajukan satu permohonan, aku
minta khan yang agung tidak buat gusar," ia berkata.
"Kau bilanglah" kata Jenghiz tertawa.
Kwee Ceng lagi hendak menyebutkan
permintaannya itu ketika dengan sekonyong-konyong
terdengar tangisan dan jeritan-jeritan yang hebat
sekali, hingga orang menjadi terkejut. semua perwira
berlompat bangun sambil menghunus senjatanya
masing-masing. Mereka menduga tentara dan rakyat
musuh berontak. mereka mau pergi untuk
menindasnya.
"Tidak apa-apa" berkata Jenghiz Khan sambil
tertawa. "Kota anjing ini tidak mau takluk. dia membikin
aku kehilangan banyak perwira dan serdadu, dla juga
menyebabkan kebinasaan cucuku yang kucintai, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia perlu dibasmi secara besar-besaran Nah, mari kita
pergi melihatnya"
Jago Mongolia ini berbangkit, terus dia bertindak
keluar, dlikuti semua panglima. Dari luar istana mereka
naik kuda, untuk kabur ke barat dari arah mana
datangnya tangisan dan jeritan-jeritan hebat itu.
semakin dekat mereka mendengar semakin tegas
tangisan yang menyayatkan hati itu. Ketika mereka
tiba di luar kota, di sana terlihat berkumpulnya tak
terhitung penduduk kota, pria dan wanita, tua dan
muda, dikumpulkan satu baris demi satu baris, di
tegalan yang kosong. sebab tentara Mongolia telah
menitahkan semua penduduk kota keluar dari rumah
mereka, tidak ada satu jua yang ketinggalan.
Penduduk itu mengira bakal dilakukan pemeriksaan
guna mencari mata-mata, siapa tahu, setelah
merampas alat senjata, tentara itu merampas juga
barang permata dan lainnya yang berharga, akan
akhirnya mereka pilih nyonya- nyonya dan nona-nona
yang parasnya elok-elok. Baru sekarang penduduk itu
mengerti bahwa mereka lagi diancam malapetaka.
siapa yang melawan, dia lantas dibacok atau ditombak
mati. Kemudian, sesudah pemilihan wanita yang
cantik-cantik itu, tentara Mongolia menyerbu di antara
orang banyak itu, tak perduli tua dan wanita dan anakanak.
semua dibacoki kalang kabutan. Itulah yang
menyebabkan tangisan danjeritan yang menyayatkan
itu, yang seperti menggetarkan langit dan bumi. Ketika
Jenghiz Khan beramai muncul, telah jatuh korban lebih
dari belasan jiwa, daging dan darah mereka
berhamburan, mayat berserakan terinjak-injak kuda.
"Bagus Bagus" Jenghiz Khan tertawa bergelakgelak.
"Biar mereka tahu rasa"
Tapi Kwee Ceng tidak tega melihatnya. Dia lari ke
depan khan yang agung itu. Ia mohon keampunan
untuk mereka itu. Jenghiz Khan mengangkat
tangannya. "Bunuh habis mereka itu satu pun jangan
dikasih ampun"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng terkejut, ia melengak justru itu ia
melihat seorang bocah umur tujuh atau delapan tahun
lari keluar dari rombongan orang banyak yang
bercelaka itu, dia menubruk seorang wanita yang
roboh diterjang kuda sambil dia berteriak-teriak: "Ibu
ibu" Lantas seorang serdadu menerjang ke arah
mereka, dia mengayun goloknya yang panjang, maka
tubuh ibu dan anak itu lantas terkutung menjadi empat
potong, hanya sebelum napasnya putus, bocah itu
masih memeluki ibunya. Darahnya Kwee Ceng
menjadi naik.
"Khan yang agung" dia berseru, "Kau telah
membilang bahwa semua wanita, permata dan cita
dari kota ini kepunyaanku, kenapa sekarang kau
menitahkan melakukan pembasmian ini?" Jenghiz
Khan tercengang, tapi lantas dia tertawa.
"Kau sendiri yang tidak menghendakinya" sahutnya.
"Bukankah kau telah bilang, apa juga yang aku
minta, kau bakal menerimanya?" si anak muda
menegaskan. "Benar bukan?" Khan itu mengangguk.
dia bersenyum.
"Kata-katanya khan yang agung adalah seperti
gunung yang maha besar" kata si anak muda nyaring.
"Aku minta kau memberi ampun kepada jiwanya
beberapa puluh laksa rakyat negeri ini"
Jenghiz Khan kaget. Inilah dia tidak menyangka.
Tapi dia sudah memberi janji, mana dapat dia
menyangkal itu? Maka itu, dia jadi mendongkol bukan
main, matanya terbuka lebar, merah seperti api Dia
mendelik mengawasi si anak muda. Tangannya pun
memegang gagang goloknya.
"Telur busuk, benar- benarkah permintaanmu ini?"
tanyanya bengis.
semua pangeran dan panglima pun kaget karena
kemurkaannya khan mereka itu.
Kwee Ceng juga tidak pernah melihat orang
bergusar demikian macam, tanpa merasa hatinya
berdebaran, tetapi ia memberikan jawabannya. "Aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cuma minta rakyat ini diberi ampun," demikian
penyahutannya.
"Apakah kau tidak bakal menyesal?" menegasi
Jenghiz Khan, suaranya dalam.
"Tidak."prmuda itu menyahut pula. Tapi ia terluka
hatinya, sebab itu artinya ia menyia-nyiakan
pengharapannya oey Yong untuk ia menolak
perjodohannya dengan Gochin Baki.
Jenghiz Khan mendengar suara orang menggetar,
tanda dari hati takut, hanya orang paksa membesarkan
nyali. Mau atau tidak. la menghargainya. Ia lantas
menghunus pedangnya seraya memberi titah menarik
pulang tentaranya. Tukang terompetnya pun segera
membunyikan alat tiupnya itu.
Beberapa laksa serdadu Mongolia, dengan tubuh
mereka kecipratan darah, lantas mengundurkan diri
dari antara puluhan laksa rakyat itu, terus mereka
berbaris dengan seumurnya, belum pernah Jenghiz.
Khan menemui orang yang berani menentang titahnya,
sekarang dia menghadapi Kwee Ceng, bukan main
mendongkolnya, tidak bisa dia lantas melenyapkan itu,
maka setelah berseru, dia melemparkan goloknya ke
tanah, lantas dia mengaburkan kudanya pulang ke
dalam kota.
semua panglima mengawasi Kwee Ceng dengan
sorot mata mereka penuh kegusaran. Hati mereka itu
kebat-kebit. Khan mereka gusar, maka itu, entah siapa
yang apes yang bakal kena digusari nanti. Mereka
juga tidak puas sekali. setelah kota terpukul pecah,
mereka mengharap dapat melakukan pembunuhan
selama beberapa hari, tidak tahunya, harapan mereka
menjadi kosong.
Kwee Ceng tahu orang tidak puas, ia tidak
menghiraukannya. Dengan perlahan ia menjalankan
kuda merahnya ke tempat yang sepi. Ia menyaksikan
sisa peperangan itu. Mayat-mayat berserakan, rumahrumah
habis terbakar. ia berduka untuk nasib rakyat
itu. Ini telah terjadi karena ia hendak menuntut balas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sakit hati ayahnya, sebab Jenghiz Khan hendak
menjadi jago dunia. Ia memikirkan, apa dosa rakyat itu.
Ia menjadi ngelamun hingga ia tanya dirinya sendiri:
"Aku memukul pecah kota untuk membalas sakit hati
ayahku, sebenarnya, pantaskah itu atau tidak?"
Seorang diri, ia masih jalan mondar-mandir di
daerah yang sunyi itu, yang pemandangannya
menggiriskan. sampai lohor baru ia pulang ke
kemahnya. Di muka kemah ia disambut dua serdadu
pengiring Khan, yang lantas memberi hormat
kepadanya sambil memberitahukan dia dipanggil
Khan, bahwa sudah lama mereka menantikan.
"Tadi siang aku berbantah, mungkin dia hendak
menghukum mati padaku" pikir pemuda ini. "setelah
sampai begini-jauh, aku melihat salatan saja." Ia
memanggil seorang pengiring kepercayaannya, ia
berbisik kepadanya, yang disuruh segera pergi kepada
Lou Yoe Kiak. habis mana ia menuju ke istana, hatinya
tidak tenang, tetapi ia telah berkeputusan: "Tidak
perduli Khan bagaimana gusar dan aku dipaksanya,
aku tetap tidak akan menarik pulang permintaanku
mengampuni rakyat Samarkand Dialah Khan, dia tidak
dapat menarik pulang kata-katanya"
Kwee Ceng menduga jenghiz Khan lagi mengumbar
hawa amarahnya, tidak tahunya mulai tiba di pintu
pendopo, ia sudah mendengar tertawa nyaring dan
riang dari orang agung itu, maka ia melekaskan
tindakannya. setibanya di dalam, ia menampak di sisi
Khan ada berduduk satu orang, dan di kakinya ada
mendeprok seorang wanita muda, yang menyender
kepada kakinya. orang yang berduduk itu, yang
rambutnya telah putih semua tetapi wajahnya sehat,
adalah Tiang cun Cu Khu Cie Kie, sedang si nona
ialah putri Gochin Baki. Ia girang bukan main, ia lari
menghampirkan untuk menemui imam itu.
Jenghiz Khan menyambar sebatang tombak dari
tangan seorang pengiringnya, begitu ia membalik
tubuh, ia menghajar Kwee Ceng dengan tombak itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pemuda ini terkejut, ia tidak melawan, hanya berkelit.
Maka tombak itu mengenai pundaknya dan patah
menjadi dua potong. Mendadak Jenghiz tertawa dan
kata "Telur busuk habis sudah Jikalau bukannya aku
melihat muka Khu Totiang dan anakku, hari ini aku
hendak mengutungi lehermu"
Putri Gochin berlompat bangun seraya berseru:
"Ayah Aku tidak ada di sini, kau pasti menghina engko
Ceng"
Ayah itu melemparkan tombak buntungnya.
"siapa yang bilang?" tanyanya tertawa terbahak.
"Aku melihatnya sendiri Apakah ayah masih
menyangkal?" kata putri itu aleman.
" Hatiku tidak tentram, maka itu aku datang
bersama Khu Totiang untuk menyaksikannya"
Jenghiz Khan menarik tangan putrinya dan
tangannya Kwee Ceng dengan masing-masing
sebelah tangannya.
"Mari duduk, jangan rewel" katanya. "Mari
mendengari Khu Totiang membaca syair." Memang
benar, ketika itu, Tiang cun cu tengah hendak
membacakan syairnya.
setelah pertempuran di Yan ie Lauw, Khu Cie Kie
mendapat tahu Ciu Pek Thong, paman gurunya, tidak
kurang suatu apa, dan bahwa yang membinasakan
Tam Cie Hian, saudara seperguruannya, adalah
Auwyang Hong, maka itu dengan hati lega ia dan
saudara-saudaranya menghaturkan terima kasih
kepada oey Yok su. Ketika ia mengatur barisannya di
Yan ie Lauw itu, ia mengharap datangnya Yo Kang,
untuk membantu pihaknya, maka ia menyesal bukan
main tempo ia mendengar dari Kwa Tin ok tentang
tersesatnya muridnya itu, Cie Kie menyesalkan diri
mendapat murid tak kebetulan. ia menyesal tidak
membawa muridnya itu pergi hanya dibiarkan tinggal
tetap di istana, jadi si murid terlalu terpengaruhkan
penghidupan mewah. justru itu, ia menerima suratnya
Jenghiz Khan, yang diiringi surat Kwee Ceng, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundang kepadanya, karena mengingat pemuda
itu, yang ia buat kangen, ia memenuhi undangan itu
dan berangkat bersama belasan muridnya, hingga
kesudahannya ia berhasil bertemu sama pendekar
Mongolia itu. (Menurut kitab Yuan Sih, setelah suratmenyurat
tiga kali dengan Jenghiz Khan, baru Khu Cie
Kie berangkat ke Mongolia dengan melewati
pegunungan Kun Lun San, ia membawa delapan belas
muridnya dan mengambil tempo perjalanan empat
tahun. Umumnya Khu Cie Kie dikenal sebagai Chang
Chun, diambil dari gelarannya, Tian Cun Cu).
Khu Cie Kie melihat kulitnya Kwee Ceng menjadi
sedikit hitam tetapi kesehatannya sempurna. Ia girang
sekali. Sebelum Kwee Ceng datang, ia telah bicara
sekian lama sama Jenghiz Khan tentang apa yang ia
tampak di tengah jalan, ia menuliskannya secara
berirama. Beginilah kira-kira syairnya itu:
Sepuluh tahun bencana peperangan, maka laksaan
rakyat bersengsara.
Di dalam ribuan laksa jiwa, yang hidup tak ada satu
dua.
Tahun yang lalu menerima panggilan,
Tahun ini berangkat memenuhinya,
Dengan menerjang hawa yang dingin,
Tanpa memperdulikan gunung 3000 lie.
Sekarang pun masih mengingat tanah daerah, Dan
sisa napas letih masih ada, Asal saja rakyat dapat
bebas dari sengsara.
Syair itu oleh seseorang pembesar sipil disalin ke
dalam bahasa Mongolia, kapan Jenghiz Khan
mendengarnya, dia berdiam saja, dia cuma
mengangguk. Rupanya dia menginsyafi akibatnya
bencana peperangan itu
Khu cie Kie menoleh kepada Kwee Ceng dan
berkata " Ketika tahun itu aku serta tujuh gurumu
mengadu kepandaian di Yan ie Lauw, gurumu yang
nomor dua telah meraba keluar dari sakuku sebuah
syair tentang keindahan malam tanggal lima belas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bulan delapan di waktu rembulan paling terang dan
permainya, setelah itu aku menulis menyambungi syair
itu, hanya sekarang, mereka itu tidak dapat melihat
sambungan ini dalam mana aku mengharap
terhentinya peperangan untuk menjamin perdamaian."
Disebutnya ketujuh gurunya itu membuat Kwee
Ceng sangat berduka hingga air matanya
mengembang.
"Totiang telah datang ke Barat ini, pasti totiang telah
menyaksikan keangkeran angkatan perangku," berkata
Jenghiz Khan."Berhubung dengan itu, apakah totiang
ada membuat syair untuk memujinya?"
"Di sepanjang jalan aku telah melihat bekas-bekas
Khan yang agung menyerang kota dan merampas
daerah, dalam hatiku timbul kesannya," menyahut Khu
Cie Kie " Karena itu aku telah membuat syair.
Beginilah syairku itu."
Thian yang maha mulia mengirim walinya ke dunia,
Mengapa tidak menolong umatnya dari
penderitaan?
Umat ini siang dan malam bersengsara,
Menahan hati menelan napas sampai mati tidak
berbicara.
Mereka berdongak ke langit, Memanggil kepada
Thian,
Thian tidak menyahut
sipenterjemah menjublak. Mana dia berani menyalin
itu untuk junjungannya?
Khu Cie Kie tidak memperhatikan orang itu, ia
membacakan pula:
oh, dunia telah dibuka,
Di sana hidup ribuan juta manusia,
Di sana kejahatan bertempur tak hentinya,
Hingga hebatlah penderitaannya.
Raja Langit, Ratu Bumi, semua malaikat,
Mengapa melihat kematian tidak menolong?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si wali berduka tak berdaya,
sia-sia siang dan malam berduka saja.
Kwee Ceng merasakan artinya syair itu. Bukankah
ia telah menghadapi peperangan dan baru tadi
menyaksikan pembasmian manusia itu?
"syair totiang indah," berkata Jenghiz Khan, yang
memasang kupingnya. "Apakah bunyinya itu?
Lekaslah salin"
Penterjemah itu bersangsi, ingin ia membuat
salinan lain, tetapi di situ ada Kwee Ceng, ia khawatir
anak muda ini nanti menjelaskannya, dengan begitu ia
bisa bersalah, maka dengan terpaksa, ia
menterjemahkannya juga. Mendengar itu Jenghiz
Khan tidak puas.
"Katanya di Tionggoan ada ilmu untuk hidup lama
dan tak menjadi tua, tolong totiang mengajari itu
padaku," ia minta.
"Ilmu hidup lama dan tak menjadi tua itu, di dalam
dunia ini tidak ada," menyahut imam itu, " Hanya ada
juga ilmu bersemedhi dari golongan Too Kauw, ilmu itu
benar-benar dapat menolak penyakit untuk menambah
umur."
"Bagaimanakah ilmu itu, totiang?" tanya khan agung
itu "Bagaimakah pokoknya?"
" Hukum Thian tidak mengenal sanak. cuma
mengenal orang baik," sahut Cie Kie singkat.
"Apa itu yang dibilang baik" Jenghiz Khan menanya
pula.
"Nabi tidak mempunyai hati lain, hatinya dicurahkan
cuma kepada rakyat." Khan itu berdiam.
Khu cie Kie berkata pula. "Di Tionggoan ada
sebuah kitab suci yang dinamai Too Tek Keng yang
kami kaum Too Kauw menganggapnya sebagai
mustika. Demikian kata-kataku barusan, dari kitab itu
asalnya. Kitab itu pun membilang, serdadu itu senjata
tak membahayakan, itu bukan senjatanya bangsa
budiman. senjata itu dipakai setelah sangat terpaksa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siapa memuji senjata, dia gemar membunuh orang,
dan siapa gemar membunuh orang, dia tidak dapat
mewujudkan cita-citanya di kolong langit ini."
selama perjalanannya ke Barat ini, di sepanjang
jalan itu Khu Cie Kie telah menyaksikan akibat
bencana perang, ia merasa sangat terharu, maka itu ia
menggunai ketikanya ini untuk membuka jalan, guna
memohon untuk rakyat.
Jenghiz Khan meminta pengajaran panjang umur,
sebaliknya ia dinasihati untuk jangan terlalu
menggunai tentaranya, jangan terlalu banyak
membunuh orang, kata-kata itu tidak cocok untuknya,
maka juga, ia lantas kata pada Kwee Ceng. "Pergi kau
menemani totiang beristirahat."
Kwee Ceng menurut, ia lantas mengajak imam itu
mengundurkan diri Di luar istana ia segera disambut
oey Yong serta ketiga tianglo bersama semua anggota
Kay Pang. Mereka itu datang dengan menunggang
kuda. si nona lantas mengajukan kudanya sambil
menanya dengan tertawa: "Tidak apa-apakah?"
Kwee Ceng menyahut sambil tertawa juga: "Untung
justru totiang datang"
oey Yong memberi hormat kepada Tiang Cun cu,
lalu kepada Kwee Ceng ia menambahkan: "Aku
khawatir khan yang agung gusar dan nanti membunuh
kau, maka kami datang ke mari untuk menolongi.
Apakah katanya jenghiz Khan^? Apakah dia menerima
baik penampikan jodohmu itu?"
Ditanya begitu, Kwee Ceng berdiam. Ia ragu-ragu.
"Aku tidak melakukan penolakan," katanya akhirnya.
Tidak bisa ia berdiam terus. oey Yong tercengang. "
Kenapa?" tanyanya selang sejenak. "Jangan gusar,
Yong-jie. sebabnya"
Baru pemuda ini mengatakan demikian, di sana
terlihat putri Gochin lari keluar dari istana, sembari lari
dia memanggil-manggil keras: "Engko Ceng Engko
Ceng"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat putri itu, oey Yong terkejut. Dengan lantas ia
melompat turun dari kudanya, untuk menyingkir ke
samping. Kwee Ceng hendak memberi penjelasan
kepada kekasih itu atau Gochin Baki sudah lantas
menarik tangannya sambil berkata dengan bernafsu: "
Kau tentu tidak menyangka aku bakal datang ke mari,
bukankah? Kau telah melihat aku, kau girang atau
tidak?"
Si anak muda mengangguk. terus ia menoleh ke
samping, tetapi ia tidak melihat oey Yong
Putri Gochin, yang hanya memikirkan Kwee Ceng,
juga tidak mendapat lihat nona oey. Ia tetap
memegangi tangan si anak muda, ia tanya ini dan itu,
tidak perduli di situ ada banyak orang lain.
Kwee Ceng mengeluh di dalam hatinya. Ia pun pikir:
"Tentulah Yong-jie menganggap karena aku bertemu
adik Gochin ini, aku menjadi tidak sudi menampik
perjodohanku dengannya" Karena ini, apa yang si putri
bilang, ia hampir tidak mendengarnya. Akhirnya
Gochin melihat orang melengak saja, ia heran, ia tidak
puas.
"Eh, kau kenapakah?" tanyanya. "Dari jauh-jauh aku
datang menjenguk kau, kau tidak memperdulikan
orang"
"Adikku, aku mengingat satu hal," berkata si anak
muda. " Hendak aku melihat dulu itu, sebentar aku
kembali untuk bicara denganmu"
Pemuda ini memesan serdadu pengiringnya, untuk
melayani Khu Cie Kie, lantas ia lari ke kemahnya.
Begitu ia tiba, serdadu pengiringnya memberi laporan
kepadanya^ "Nona oey baru saja pulang, dia
mengambil gambar, terus dia pergi dari pintu kota
timur."
Bab 77. Si orang aneh
Kaget pemuda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Gambar apakah?" ia tanya.
"Gambar yang Huma sering pandang."
Kembali Kwee ceng kaget. Lantas ia mendapat
pikiran: "Dia membawa pergi gambar itu, terang dia
telah memutuskan segala apa denganku Tidak bisa
lain, aku mesti menyusul dia ke Selatan"
Dengan cepat pemuda ini menulis surat untuk Khu
cie Kie, lalu ia kabur dengan kuda merahnya keluar
dari kota.
Kuda itu kuat dan cepat larinya, tetapi Kwee ceng
masih tidak puas, ia mencambuki, maka sebentar saja
ia telah melalui beberapa puluh lie. Di sini pun ia
menyaksikan mayat orang dan bangkai kuda masih
berserakan- Di tempat luas beberapa puluh lie, salju
melulu yang nampak. Ia memperhatikan tapak kaki
kuda, ia kabur ke timur. Lega sedikit hatinya. Ia berpikir
"Kudaku kuat lari tanpa tandingan, lagi sebentar aku
tentu dapat menyusul Yong-jie. Aku akan mengajak dia
menyambut ibuku, untuk bersama-sama pulang ke
Selatan-Adik Gochin boleh sesalkan aku tetapi apa
boleh buat"
Lagi belasan lie, Kwee ceng melihat arah tapak kaki
kuda menjurus ke utara, hanya di samping itu ada
tapak kaki orang. Ia menjadi heran. Tapak kaki itu juga
luar biasa, ialah jarak di antara kaki kiri dengan kaki
kanan ada kira-kira lima kaki. Tindakan demikian lebar,
tetapi tapaknya, bekas injakannya, enteng sekali
melesaknya salju hanya beberapa dim. Teranglah
sudah, sebelum melesak ke dalam salju, kaki itu sudah
lantas diangkat pula.
Kapan pemuda ini ingat kepada kepandaian enteng
tubuh, ia terkejut. Ia tahu, untuk di tempat ini, kecuali
Auwyang Hong, tidak ada lain orang yang mempunyai
kepandaian sedemikian lihay. Maka itu, mungkinkah
see Tok telah mengejar oey Yong?
Mengingat itu, meskipun diwaktu salju dingin begitu,
tubuh si anak muda mengeluarkan peluh. Ia kaget dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkhawatir bukan main- Itu artinya oey Yong
terancam bahaya
si kuda merah seperti mengerti kekhawatiran
majikannya, tanpa dikeprak lagi, ia lari mengikuti tapak
kuda dan tapak orang itu, yang terus berdampingan.
Lewat pula beberapa lie, kembali terjadi keanehan
pada tapak kaki manusia itu. .tujuannya telah berubahubah.
sebentar tapak itu belok ke barat, sebentar
mengkol ke selatan. Terputar-putar. Tidak ada yang
tujuannya lempang. Tapi Kwee Ceng berpikiri "Pastilah
Yong-jie mengetahui Auwyang Hong mengejar
padanya, dia sengaja berjalan berputaran begini rupa.
Di salju ini, tapak kaki terlihat tegas, tentulah Auwyang
Hong melihatnya dan dapat mengejar terus padanya."
Lagi-lagi belasan lie dikasih lewat. Di sini kedapatan
banyak tapak kaki manusia, yang arahnya
bertentangan. Melihat itu, terpaksa Kwee Ceng lompat
turun dari kudanya, guna meneliti. Ia mendapat tahu,
yang mana tapak lebih dulu, yang mana yang
belakangan,
atau yang mana yang di depan, yang mana yang di
belakang. Ia pun mengawasi itu dari jauh. Tiba-tiba ia
ingat, "Yong-jie bertindak menuruti ajaran kitabnya Gak
Buk Bok. ia mengguna i Pat Tin Touw, barisan
rahasianya Cukat Liang, untuk mengacaukan arahnya
Auwyang Hong, supaya see Tok jalan terputar-putar
hingga dia tidal dapat keluar dari kurungan tin ini,
supaya dia pergi serintasan lantas dia berjalan
kembali"
Kwee Ceng lompat naik atas kudanya. sekarang ini
ia bergirang berbareng masgul. Girang sebab ia
percaya Auwyang Hong tidak bakal dapat mengejar
terus si nona. Dan berduka, sebab kacaunya tindakan
kaki, dia juga tidak akan dapat mengikuti jejak nona
itu. Karena ini ia maju lebih jauh dengan tidak
mengikuti jejak kaki hanya garis dari barisan rahasia
Pat Tin Touw itu. Lebih dulu ia menuju ke timur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selatan, lalu ke timur langsung. Tidak lama, ia melihat
pula tapak kaki. lalu ia pun melihat, di kejauhan, di
antara salju dan langit, yang seperti menempel, ada
petaan seperti bayangan manusia. Ia lantas
mengaburkan kudanya, guna menyusul orang itu.
Lantas Kwee Ceng mengenali Auwyang Hong,
siapa pun telah melihat kepadanya, bahkan dia segera
memanggil-manggil: "Lekas, lekas Nona oey terjeblos
di dalam embal" la kaget sekali, ia kaburkan kudanya.
Ketika lagi beberapa puluh tombak akan mendekati
see Tok, ia merasakan kaki kudanya menginjak bukan
tanah keras hanya embal yang ketutupan salju. Kuda
merah juga merasa yang ia menginjak sesuatu yang
empuk. dia mempercepat tindakannya.
sekarang, setelah datang lebih dekat pada
Auwyang Hong, Kwee Ceng melihat kelakuan orang
yang luar biasa. sec Tok lagi jalan mengitari sebuah
pohon kecil, cepat tindakannya, dia tidak mau berhenti
sejenak juga.
"Apakah dia bikin?" tanya si anak muda kepada
dirinya sendiri Ia menahan kudanya, niatnya hendak
menanya siBisa dari Barat itu, atau mendadak
kudanya itu lari terus, lalu kembali. sekarang ia baru
mengerti. Kudanya itu berada di embal, kalau dia
berdiam, dia dapat terpendam, kakinya bakal melesak
masuk ke dalam lumpur. ia pun menjadi kaget.
sekelebatan otaknya berpikiri "Apakah Yong-jie
kejeblos di dalam embal ini?" Lantas dia menanya:
"Mana nona oey?"
Auwyang Hong berlari-lari terus, tapi ia menyahut:
"Aku mengikuti tapak kudanya dan tapak kakinya
sendiri, sampai di sini, dia lenyap Kau lihat" Ia
menunjuk ke arah pohon-
Kwee Ceng melarikan kudanya lewat, ia
memandang ke atas pohon yang ditunjuk. Ia melihat
tergantungnya gelang rambut dari emas. Tepat selagi
lewat di bawahan pohon, ia menyambar itu. Ia
mengenali baik gelang rambutnya oey Yong. Karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ini, ia memutar kudanya, untuk menuju ke timur. Baru
lari kira satu lie, ia melihat suatu benda berkilau di atas
salju. Tanpa turun dari kudanya, hanya sambil
membungkuk dalam, ia menjumput itu selagi kudanya
lewat. sekarang ia mengenali bunga mutiara yang si
nona biasa pakai. Hatinya menjadi tidak karuan rasa,
saking bingungnya. "Yong-jie, Yong-jie" ia memanggilmanggil.
"Yong-jie, kau di mana?" Tidak ada jawaban
sama sekali.
Memandang jauh ke depannya, Kwee Ceng melihat
segala apa putih, tidak ada setitik juga yang hitam
yang bergerak-gerak. Ia berkhawatir, ia penasaran. ia
lari terus lagi beberapa lie. Kali ini di sebelah kirinya, ia
melihat sepotong baju bulu - ialah baju bulu si nona.
Kembali ia kaget. Baju itu dipandang sangat berharga
oleh oey Yong dan biasanya tak pernah terpisah
darinya, sekarang baju itu berada di tengah jalan
bukankah itu alamat dari bencana?
Kwee Ceng menyuruh kudanya lari mengitari baju
itu, ia berseru^ "Yong-jie."
Di situ tidak ada gunung atau lembah, suara keras
itu tidak mendatangkan kumandang. Hampir anak
muda itu menangis. selagi ia tidak berdaya, Auwyang
Hong datang menyusul.
"Mari kasih aku mengasoh di atas kuda," berkata
see Tok. "Mari kita sama-sama mencari nona oey"
Tapi Kwee Ceng gusar, ia membentak: "Kalau
bukannya kau yang mengejar-ngejar, mana bisa dia
lari ke daerah embal ini?" Ia menjepit perut kudanya,
hingga kuda merah itu berlompat.
Auwyang Hong menjadi gusar sekali, dia berlompat,
baru tiga kali, dia sudah datang dekat, tangannya
menyambar ekor kuda.
Kwee Ceng kaget. Ia tidak menduga orang
demikian gesit. segera ia menyabet ke belakang
dengan jurusnya "sin liong pa bwee", atau "Naga sakti
menggoyang ekor".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua tangan beradu dengan keras. Kebetulan
mereka sama-sama menggunai tenaga penuh. Tubuh
Kwee Ceng terpental, hingga ia mencelat dari atas
kudanya. syukur kudanya maju terus. Dengan tangan
kirinya, ia menjambret pelana kuda, ia menarik. maka
sedetik kemudian, ia sudah bercokol pula di punggung
kudanya itu. Auwyang Hong sebaliknya mundur dua
tindak. karena tolakan Kwee Ceng keras dan dia mesti
memasang kuda-kuda, untuk mempertahankan diri,
kakinya melesak di embal. Ialah kaki kirinya masuk ke
lumpur sebatas dengkul, hingga dia kaget, tidak
terkira. Dia tahu betul, asal ia menggunai tenaga, dia
bakal melesak semakin dalam, kaki kanannya akan
melesak juga. Karena ini dengan cepat dia
merebahkan tubuhnya, kaki kanannya menendang ke
udara. Berbareng dengan itu, dia mengangkat kaki
kirinya, untuk dipakai menendang. Maka itu, dengan
lumpur bercipratan, kaki kirinya itu bebas dari dalam
lumpur. setelah itu dia berlompat bangun.
"Yong-jie Yong-jie." Ia mendengar Kwee Ceng
memanggil-manggil pula. Lantas dia melihat pemuda
itu, bersama kudanya, sudah meninggalkan dia pergi
lebih dari satu lie jauhnya. Dia menduga orang sudah
keluar dari daerah embal melihat larinya kuda yang
mantap sekali. Dia mendongkol dan menyesal.
Terpaksa dia lari mengikuti jejak kuda merah itu.
Hanya, untuk kagetnya, dia merasakan kakinya
menginjak dasar yang semakin lunak. Rupanya, dia
bukan mendekati tepian hanya berada semakin tengah
di embal itu. Dalam khawatir dan menyesalnya itu, dia
jadi membenci si anak muda, yang berulang kali
membuatnya malu, apa pula yang paling belakang ini,
dia mesti bertelanjang dengan ditonton puluhan ribu
serdadu. Lantas, dengan ilmunya enteng tubuh yang
paling mahir, dia berlari untuk mengejar anak muda itu.
Kwee Ceng tengah melarikan kudanya tatkala ia
menoleh ke belakang. Tahu-tahu Auwyang Hong
sudah berada dekat beberapa tombak. Ia lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggeprak kudanya, hingga kuda itu terkejut dan
berlompat lari. Hingga kuda dan orang, menjadi
berkejar-kejaran-"Yong-jie" si anak muda terus
memanggil-manggil. sementara itu, belasan lie telah
dilalui.
Kwee Ceng bergelisah ketika ia melihat cuaca mulai
gelap. Di waktu hari terang, oey Yong susah dicari,
apa pula setelah datang sang malam. syukur
untuknya, kudanya itu lihay sekali, mendapat tahu dia
menginjak salju yang longgar dia lari semakin keras,
mirip terbang.
Auwyang Hong mengejar terus tetap dia
ketinggalan semakin jauh. Dia menjadi letih, larinya
menjadi kendor. Tapi juga si kuda merah cape,
keringatnya membasahi seluruh tubuhnya, bulunya
menjadi mengkilap dan cahaya merahnya bertambah
marong, nampak tegas di antara warna putih dari salju
di sekitarnya, mirip dengan sekuntum bunga cherri.
Akhir-akhirnya ketika langit telah menjadi gelap.
kuda merah pun sudah keluar dari daerah embal yang
luas itu. Auwyang Hong telah ketinggalan jauh entah di
mana. Hanya, meski ia bebas dari see Tok. Kwee
Ceng tidak bebas dari kekhawatiran atas nasibnya oey
Yong. Di mana adanya si nona? Dia kependamkah di
embal? Kalau benar, mana ada pertolongan lagi?
Anak muda ini mencoba menguasai dirinya. Ia turun
dari kudanya, untuk beristirahat, guna menentramkan
hati, agar ia bisa menggunai pikirannya. Ia mengusapusap
punggung kudanya, katanya^ "Kudaku yang baik,
hari ini kaujangan takuti kesengsaraan, sebentar kau
maju pula lagi sekali, ya"
Tidak lama ia beristirahat, ia melompat pula ke
punggung kudanya. Tali les ditarik membikin kuda itu
berbalik ke embal, mencari oey Yong di daerah lumpur
itu. Kuda itu agaknya jerih, setelah dipaksa, baru dia
lari. Keras larinya.
sekonyong-konyong Kwee Ceng mendengar jeritan
Auwyang Hongo "Tolong Tolong" see Tok menjerit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berulang-ulang. Dia ternyata terbelesak di dalam
embal, sampai sebatas dada, kedua tangannya
diangkat tinggi ke atas, digerak-geraki seperti lagi
menjambret sesuatu.
Kalau tububnya masuk terus ke dalam lumpur itu,
sampai di mulutnya, melewati hidungnya, maka akan
habislah dia
Kwee Ceng hampir lompat turun dari kudanya
menyaksikan bahaya yang mengancam see Tok itu. Ia
membayangkan, jangan-jangan oey Yong pun telah
mendapat nasib serupa. "Tolong" Auwyang Hong
berteriak pula. "Lekas"
" Kau telah membunuh guruku Kau pun mencelakai
nona oey" Kwee Ceng seraya menggertak gigi. "Kau
ingin aku menolong mu? Jangan harap"
"Ingatlah janji kita" kata Auwyang Hong. "Tiga kali
kau mesti memberi ampun padaku Dan inilah yang
ketiga kalinya Apakah kau tidak mau memegang
kepercayaanmu?" Kwee Ceng mengucurkan air mata.
"Nona oey sudah tidak ada di dalam dunia, apakah
gunanya perjanjian kita itu?" katanya berduka.
Auwyang Hong menjadi sangat mendongkol, ia
mencaci kalang kabutan.
Kwee Ceng tidak memperdulikan, ia larikan
kudanya. Baru belasan tombak. mendadak ia
mendengar jeritan yang menyayatkan hati, lantas
hatinya menjadi lemah. Ia menghela napas. Terpaksa
ia memutar balik kudanya. Ia melihat see Tok sudah
melesak sebatas lehernya.
"suka aku menolong kau," katanya pada jago dari
see Hek itu "Hanya kudaku ini, kalau kita menaikinya
berdua, muatannya menjadi berat, aku khawatir dia
pun akan kebelesak di embal"
"Kau menggunai tambang untuk menarik aku,"
Auwyang Hong mengasih pikiran.
Kwee Ceng tidak membekal tambang tetapi ia
mengingat baju panjangnya, maka ia meloloskan itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan memegang keras satu ujungnya, ia
melemparkan itu.
Auwyang Hong menjambret dengan tangannya.
Begitu dia dapat memegang, kuda merah dikasih lari
keras, maka dia lantas kena tercabut dari dalam
embal, terus dia diseret lari kuda itu ke arah timur.
Belum lama, tibalah dia di tempat yang selamat.
Kwee Ceng mau mencari oey Yong, pikirannya
selalu berada pada si nona, dari itu ia kabur terus
bersama kudanya itu, hingga see Tok juga turut
terbawa-bawa. Maka itu, dia memasang diri terlentang,
dia membiarkan tubuhnya di bawa kabur di atas salju
itu. Ketika ini dipakai dia untuk meluruskan jalan
napasnya. selama apa yang terjadi itu, sang tempo
lewat dengan cepat.
Kwee Ceng telah melintasi pula wilayah embal. Ia
mendapatkan lagi tapak kuda dan tapak orang. Itulah
tempat darimana oey Yong datang, hanya sekarang, si
nona tetap tidak ada. Ia lompat turun dari kudanya, ia
bengong mengawasi tapak kaki itu
Dalam keadaan berduka dan berkhawatir itu, Kwee
Ceng lupa kepada musuhnya. ia berdiri diam dengan
tangan kiri memegangi les dan tangan kanan
mencekal baju bulunya oey Yong. setelah mengawasi
tapak kaki, terus ia memandang jauh ke depan. ia baru
terkejut ketika ia merasa benturan perlahan pada
pundaknya. Hendak ia memutar tubuh, atau tahu-tahu
tangan Auwyang Hong telah mengancam intayhiat,
jalan darah di punggungnya, hingga ia tidak
berdaya lagi. Inilah cara ketika ia pun mencekuk si bisa
bangkotan ketika dia baru keluar dari liang perangkap.
Auwyang Hong mengasih dengar tertawanya yang
dingin-
"Jikalau kau hendak membunuh aku, bunuhlah"
kata si anak muda, yang hatinya sudah tawar. "Kita
memang tidak membuat perjanjian aku menghendaki
diberi ampun olehmu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
see Tok melengak. Dia memang berniat menyiksa
pemuda ini, untuk menghina padanya, habis mana dia
hendak mengambil jiwa orang. Di luar dugaannya, si
pemuda justru meminta kematiannya.
"si tolol ini sangat mencintai itu budak celaka, kalau
aku binasakan dia maka tercapailah cita-citanya
mencari kematian," ia berpikir. "Karena budak celaka
itu sudah mampus, tentang artinya kitab Kiu Im Cinkeng
sekarang aku bergantung hanya kepada dia ini"
Karena ini, ia lantas mengangkat tubuh si anak
muda, buat dibawa naik ke atas kuda, lalu kuda itu ia
kasih lari ke selatan di mana ada sebuah lembah.
selagi melewati sebuah kampung, Auwyang Hong
masuk ke situ. Ia berniat singgah. Di situ berserakan
banyak mayat. Hawa udara sangat dingin tidak
membikin mayat-mayat itu rusak. bahkan segala apa
juga tidak berubah, maka semua mayat terlihat tegas
seperti waktu baru matinya - dipandangnya
menggiriskan, sebab semua tubuhnya tidak sempurna
lagi. Mereka semua korban kekejaman tentara
Mongolia.
Beberapa kali Auwyang Hong memanggil, ia tidak
mendengar penyahutan dari orang kampung, yang ada
hanya suaranya beberapa puluh ekor kerbau dan
kambing yang seperti saling sahutan. Mengetahui ada
binatang itu, ia senang juga. Ia bawa Kwee Ceng ke
dalam sebuah rumah batu. Ia kata: "Kau sekarang
tertawan olehku. tidak ada niatku membunuh kau,
umpama kata kau dapat melawan aku, kau merdeka
untuk pergi."
Kemudian ia menangkap seekor kambing, untuk
disembelih dan dijadikan penangsal perutnya yang
kosong.
Kwee Ceng mendelu melihat sikap orang yang
sangat bangga akan dirinya sendiri itu. see Tok sangat
puas dengan kemenangannya itu. Dari mendelu, ia
menjadi gusar sekali. Kemudian Auwyang Hong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melemparkan sepotong paha kambing. "Kau dahar biar
kenyang, sebentar kita bertempur," katanya mengejek.
" Kalau kau mau bertempur, marilah" Kwee Ceng
menjawab gusar. "Buat apa menanti sampai sudah
gegares kenyang" ia lantas berlompat maju dan
menyerang
see Tok menekuk kedua kakinya, untuk
menongkrong, dari mulutnya keluar dua kali suara kera
k- kerok. Ia telah lantas menggunai ilmu silat
Kedoknya, dengan apa ia membalas menyerang.
Maka itu, di situ mereka lantas bertarung.
setelah bertempur lebih dari seratus jurus, Kwee
Ceng terdesak. Ia masih kalah dalam hal tenaga
dalam. Begitu ia dirangsak satu tindak dan
kemcungannya ditinju. Ia kaget dan tidak berdaya,
maka ia menanti kebinasaannya. Auwyang Hong tidak
meneruskan hajarannya itu, dia hanya tertawa.
"Hari ini sampai di sini saja" dia berkata, "Pergi kau
melatih ilmu silatmu dari kitab Kiu Im Cin-keng, besok
aku nanti melayani pula padamu"
"Pui" menghina si anak muda, yang lantas pergi
duduk di bangku. ia menjumput paha kambing, untuk
dimakan. sembari makan, ia berpikiri "Dia hendak
mempelajari ilmu silat dari kitab, kalau aku berlatih, dia
akan menontonnya. Tidak, aku tidak boleh kena diakali
Ah, ya, tadi serangannya ke kempunganku itu,
bagaimana harus aku menangkis atau
mengelakkannya? "
Ia lantas berpikir. Ia ingat, belum pernah ia
mempelajari sesuatu jurus yang dapat memecahkan
serangan lawan itu. Ada juga di dalam kitab, bagian
"Hui Sie Keng", ialah ilmu "Kapas Terbang". Ilmu itu,
kalau dapat diyakinkan, akan membikin tenaga di
kempungan bisa menghindarkan serangan-
"Biar aku mempelajarinya di dalam hati, dia hendak
menelan juga tidak dia mampu," pikirnya pula. Maka
lekas-lekas ia menghabisi daging kambingnya, terus ia
duduk bersila, untuk belajar sambil bersemedhi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan begitu ia bisa memusatkan pikirannya. Ia
menghapal bunyinya kitab. Setelah mengerti "It kin
toan kut pian", ia sudah mendapati pokoknya ilmu silat,
dan sesudah mendapatkan pengajaran dari It Teng
Taysu, ia telah memperoleh kemajuan terlebih jauh,
maka itu, tidaklah sukar untuk ia meyakinkan "Hui Sie
Keng". Belum dua jam, ia sudah berhasil. Ia lantas
melirik kepada Auwyang Hong, yang lagi bersemedhi.
"Awas" ia berseru. Ia bangun, lantas ia lompat
menerjang, sebelah tangannya melayang.
Auwyang Hong telah siap sedia. Ia menangkis. Tadi
ia berhasil dengan tinjunya ke kempungan, maka
selang tidak lama, setelah melihat lowongannya, ia
mengulangi serangannya itu. Hanya sekarang ia
menjadi heran- Tinjunya itu melejit lewat, tinju itu
seperti mengenai sesuatu yang licin, hingga tubuhnya
sendiri sedikit terjerunuk ke depan-Justru itu, tangan
kiri Kwee Ceng terbang ke lehernya.
"Bagus" pikirnya. Ia kaget dan girang. Ia
menjerunuki tubuhnya terus ke depan, dengan begitu
ia bebas dari serangan si anak muda. Setelah itu ia
membalik diri, akan berkata: "Bagus ilmumu ini Adakah
ini dari dalam kitab? Apakah namanya?"
"seecat iet-wi, ayboat kek-ji," sahut Kwee Ceng.
see Tok melengak. Ia tidak mengerti. Tapi segera ia
ingat akan penyebutan lafal bahasa sansekerta. Maka
ia pikir. "Baik aku melayani dia dengan akal." Karena
ini, ia lantas melayani lebih jauh pemuda itu.
semenjak itu, sebulan lebih keduanya berdiam di
rumah batu itu. Kalau yang satu ingin mencangkok
ilmu silat dari Kiu Im Cin-keng, yang lain hendak
menuntut balas. saban-saban Kwee Ceng kena dibikin
tidak berdaya, selamanya ia tidak dihajar atau
dibinasakan, maka terus saban-saban ia meyakinkan
secara baru, untuk menandingi setiap pukulan dahsyat
dari see Tok. selama itu, terus mereka dahar daging
kambing, sampai binatang itu hampir habis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lama-lama, Kwee Ceng sendiri mendapatkan
kemajuan yang tentu, Auwyang Hong sebaliknya cuma
dapat berlatih, tidak dapat dia ilmu dari Kiu Im Cinkeng
yang diharap-harap itu. Dia malah menjadi
bingung. Apa yang dia lihat dari Kwee Ceng ini, tidak
cocok sama bunyinya kitab yang dia suruh si pemuda
menuliskannya untuknya selama mereka berdiam di
dalam perahu dulu hari itu. Karena ini, lama- lama jago
dari see Hek ini berkhawatir juga. Dia pikiri "secara
begini, selagi aku sendiri tidak mendapatkan artinya
kitab, bisa-bisa aku akan menjadi bukan tandingan dia"
Dia menjadi jeri sendirinya.
selama beberapa hari ini, dengan cara berlatihnya
itu di otak. Kwee Ceng mulai mempelajari ilmu silat
bersenjata. Ia menggunai pedang pendeknya
membuat pedang kayu.
Dengan itu ia melayani tongkat ular dari see Tok.
sekarang Auwyang Hong memakai tongkat kayu
tanpa dibantu ularnya yang istimewa. Ketika dulu dia
menempur Ang cit Kong, tongkatnya terlempar lenyap
di laut. Kemudian dia membikin tongkat baja, dia
melilitkan ularnya di ujung tongkat, tetapi tongkat ini
lenyap di kurungan es selama dia digencet es oleh Lou
Yoe Kiak. Meski hanya tongkat kayu dan tanpa
ularnya, ilmu silatnva tak berubah, dari itu, tongkatnya
ini tetap lihay. Beberapa kali pedang kayu si anak
muda kena dibikin mental. Coba tongkat itu ada
ularnya, pasti lihaynya bertambah.
selama itu, kuping mereka mendengar suara
terompet, kuda dan tentara, dari tentara Jenghiz Khan
yang berangkat kembali ke timur, yang mana berjalan
beberapa hari lamanya. semua itu tidak dihiraukan dua
orang yang lagi bertarung ini. Adalah pada suatu
malam, ketika pasukan Mongolia itu sudah pergi
semua, baru mereka merasakan kesunyian.
"Malam ini tetap aku tidak bakal dapat mengalahkan
kau tetapi juga tongkatmu tidak akan dapat berbuat
banyak atas pedangku," kata Kwee Ceng di dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hatinya selagi ia berdiri siap. dengan pedang di
tangannya. Ia baru dapat memikir satu jurus yang baru
dan hendak mencobanya, untuk mana ia menanti
lawannya menyerang lebih dulu. Mereka belum mulai
bertempur tatkala mendadak mereka mendengar
bentakan di atas genting: "Jahanam, kau hendak lari
ke mana?" Itulah suaranya Ciu Pek Thong.
Dua-dua Kwee Ceng dan Auwyang Hong
terbengong. sama-sama mereka memikiri "Kenapa dia
datang begitu-jauh kc Barat ini?" Mereka baru mau
membuka mulut atau mereka mendengar tindakan
kaki, dari dua orang, yang satu di depan, yang lain di
belakang, datang mendekati ke rumah batu ini. Inilah
mungkin disebabkan- selagi lain-lain rumah kosong, di
sini nampak cahaya api.
Dengan sebat see Tok mengebut dan apinya
padam.Justru itu daun pintu tertolak hingga bersuara
dan seorang lari masuk.
Didengar dari tindakan kakinya yang enteng, orang
yang dikejar Pek Thong itu tak usah kalah ilmunya
enteng tubuh dari Loo Boan Tong. Maka heranlah see
Tok hingga ia berkata di dalam hatinya: "Dia dapat lari
puluhan ribu lie tanpa terbekuk Loo Boan Tong, dia
lihay. orang dengan kepandaian seperti dia, sekarang
ini tinggal oey Yok su dan Ang cit Kong. Inilah hebat
untukku si bisa bangkotan"
Di dalam gelap itu terdengar suara orang berlompat
naik ke atas penglari di mana dia terus berduduk. terus
terdengar tertawanya ciu Pek Thong, yang berkata:
"Kau main petak dengan LooBoan Tong, aku senang
sekali sekarang jangan kau molos pula"
setelah itu terdengar si tua tukang guyon itu
menutup pintu dan mengangkat sebuah batu besar
guna dipakai menunjang belakang pintu, sesudah
mana, dia berkata: "Eh, bangsat bau, kau berada di
mana?" Dia pun bertindak dengan tangannya merabaraba,
seperti lagi mencari sesuatu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng, yang telah lama berdiam di tempat
gelap. dapat melihat samar-samar lagaknya kakak
angkat itu, hendak ia menunjuki bahwa orang ada di
atas penglari, akan tetapi sebelum ia keburu membuka
mulutnya, mendadak Ciu Pek Thong berlompat sambil
tertawa, dia menyambar kepada orang yang lagi
sembunyi itu. Rupanya dia telah ketahui di mana orang
berdiam dan berlagak mencari, untuk bersiap
berlompat naik,
orang yang dipanggil jahanam itu benar lihay. Tidak
menanti sampai ia kena dicekuk. ia mendahului
menyingkir dengan lompat jumpalitan turun, hingga
sesaat kemudian ia sudah berjongkok di pojok rumah.
Pek Thong agaknya jeri juga terhadap sijahanam
itu, ia berlaku sangat berhati-hati. sebelum mencari, ia
memasang dulu kuping dan matanya. Maka itu
sebagai orang lihay, ia lantas mendapat ketahui,
kecuali ia sendiri, di situ ada suara bernapas dari tiga
orang. Ia heran kenapa orang berdiam saja. Mungkin
orang kaget dan takut? Ketika tadi ia mendatangi
rumah batu ini, ia juga menduga mesti ada
penghuninya dan itu dibuktikan sama padamnya api
serta sekarang sama suara bernapas. Akhirnya ia
berkata: "Tuan rumah, jangan takut Aku datang ke
mari untuk membekuk satu maling cilik, setelah dia
terbekuk, akan aku lantas berlalu dari sini."
Habis berkata, LooBoan Tong memasang
kupingnya. Ia lantas mendengar suara bernapas yang
semakin perlahan. ia mendapat tahu, suara bernapas
itu datangnya dari tiga penjuru, timur, barat dan
selatan- ia terkejut tetapi ia segera berseru: "Hm,
jahanam, kiranya di sini kau menyembunyikan
kawanmu" Ia tidak mendengar jawaban.
Kwee Ceng juga berdiam saja. ia tahu, dengan ciu
Pek Thong menghadapi lawan tangguh, Pek Thong
tentulah tidak bisa membantu padanya. Ia pikir baiklah
ia menanti ketikanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis mementang mulut, Pek Thong bertindak
perlahan ke pintu, dari mulutnya keluar ocehan^
Jangan-jangan LooBoan Tong tidak bakal berhasil
membekuk orang dan sebaliknya ialah yang nanti kena
dicekuk." la bertindak terus.
Itu waktu dari kejauhan terdengar suara seruan
ramai dibarengi sama tindakan kaki kuda yang riuh,
rupanya itu dari satu pasukan tentara yang besar.
suara itu mendatangi ke arah rumah batu ini.
Mendadak terdengar suaranya Ciu Pek Thong:
"Bantuanmu makin lama makin banyak, nah, sudahlah,
LooBoanTong minta maaf saja, tidak dapat dia
menemani kau lebih lama pula" Dia lantas memegang
batu besar penunjang pintu itu, agaknya dia hendak
menyingkirkannya guna membuka pintu, guna
mengangkat kaki. Akan tetapi, setelah batu itu
terangkat kedua tangannya, mendadak dia
melemparkannya ke arah tempat sembunyinya orang
yang dia kejar-kejar itu. Pintu itu menghadap ke
selatan dan orang itu jadinya berada di utara.
Auwyang Hong dapat mendengar segala apa. Ia
berpikir. "Dia menyerang, dengan begitu bagian
kanannya menjadi tidak terlindung, baiklah aku hajar
padanya, kalau dia sudah mampus, maka
berkuranglah bencana untukku di belakang hari, dan
kalau nanti terjadi rapat yang kedua di Hoa san,
musuhku juga lenyap satu" Begitu berpikir, begitu ia
menongkrong, sebelah tangannya diajukan- ia
menyerang dengan Kap Moa Kang, ilmu Kedoknya.
Dia berada di barat, dari barat dia menyerang ke timur.
Kwee Ceng sementara itu tidak berdiam saja. Ia
memasang matanya ke segala penjuru, terutama
terhadap see Tok. seperti siBisa dari Barat, ia juga
sudah biasa dengan tempat gelap itu. Demikian ia
melihat sepak terjangnya Auwyang Hong. Bokongan
itu berbahaya untuk Pek Thong. Tidak ayal lagi,
dengan jurus "Hang Liong yu hui", ia menyerang ke
arah manusia licik itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di pihak orang yang dikejar-kejar Pek Thong itu, dia
pun tidak berpeluk tangan, ketika dia mendapat tahu
datangnya serangan, dia memasang kuda-kudanya,
terus kedua tangannya dipakai menyambut sambil
menolak pergi batu besar itu. Karena ini dengan
berbareng empat orang sama-sama mengeluarkan
tenaganya.
Dengan suara nyaring, batu besar jatuh ke tengahtengah
ruangan. Di situ ada sebuah meja, maka
ringsaklah meja itu, suaranya berisik menulikan
telinga.
Mendengar itu, Kwee Ceng girang, dia tertawa.
sebenarnya dia tertawa nyaring sekali tetapi suaranya
lenyap di antara seruan riuh pasukan tentara yang
mendatangi itu, yang sudah mulai memasuki dusun.
sekarang ini Kwee Ceng dapat mendengar lebih
nyata. Itulah dua buah pasukan yang lagi bertempur.
Rupanya tadi orang main berkejar-kejaran. Itu pula
pasukan Khoresmia, yang kalah perang, yang kabur
sambil dikejar tentara Mongolia. Mungkin tentara shah
Muhammad itu hendak mempertahankan diri di dusun
ini atau mereka telah kecandak. Demikian, suara anak
panah pun terdengar swang-swing tak hentinya,
disusul sama bentrokan pelbagai senjata lainnya.
Mendadak Pek Thong mendapatkan ada orang
menerobos masuk. Ia menyambar, ia mencekuk orang
itu, terus ia melemparkannya keluar. Habis itu ia
mengangkat batu, guna dipakai mengganjal pula pintu
itu, yang ia telah lantas menutup rapat kembali.
sampai itu waktu Auwyang Hong, yang gagal
dengan bokongannya karena dirintangi Kwee Ceng,
mengasih dengar suaranya. Rupanya menyangka
yang ia telah terpergoki. Ia tanya:
"LooBean Tong, tahukah kau aku siapa?"
Pek Thong tidak segera mengenali suara orang,
sebaliknya, dengan sebelah tangan menjaga diri,
dengan tangan yang lain, ia menyerang ke arah
darimana suara datang. ia lantas mendapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perlawanan. Mulanya tangannya ditangkis untuk
ditangkap. terus ia diserang. Ia kaget sekali ketika ia
menangkis.
"Ha, bisa bangkotan, kau di sini?" tanyanya heran.
Untuk memperbaiki diri, ia menggeser tubuh ke kiri
Justru itu, orang yang bersembunyi di utara itu,
mendadak menghajar ke punggungnya. Ia lihay,
sambil tangan kanannya menyerang see Tok. dengan
tangan kirinya ia menangkis ke belakang. Ia
menganggap inilah ketika nya yang baik akan
mencoba ilmu silat yang ia ciptakan di Tho Hoa To,
ialah ilmu kedua tangannya berkelahi masing-masing,
yang tadinya ia belum peroleh kesempatannya akan
mengujinya. Akan tetapi tangkisannya ke belakang ini
telah ditalangi Kwee Ceng. si anak muda berlompat
maju, tangan kanannya menangkis tangan kakak
angkat itu, tangan kirinya menangkis serangan si
lawan belum dikenal.
Berbareng sama bentrokan tangan ketiga orang itu,
dua seruan terdengar berbareng. "saudara Kwee"
demikian suaranya LooBoan Tong, si tua tukang
berguyon-"Kiu Cian jin" berteriak Kwee Ceng.
sudah tentu suara itu membuat Auwyang Hong
heran, karena di sini ia dapat bertemu sama LaoBoan
Tong serta ketua Tiat Ciang Pang itu.
Ketika terjadi pertandingan di Yan ie Lauw itu,
lantaran takut ular berbisa, Pek Thong telah
menyembunyikan dirinya di wuwungan lauteng,
dengan begitu, ia bebas dari panah tentara negeri dan
selamat juga dari pagutan ular. Ia berdiam terus di situ
sampai kabut buyar dan orang semua bubaran- Habis
itu, ia berkeliaran saja. Lewat beberapa bulan, ia
bertemu dengan seorang anggota Kay Pang, yang
memberikan sepucuk surat kepadanya. Itulah suratnya
oey Yong, yang menagih janji padanya. Ia pernah
menjanjikan si nona, apa saja yang dia minta, ia tidak
bakal tolak. Sekarang oey Yong minta ia pergi
membinasakan Kiu Cian Jin. Si nona menulis juga,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau "tugas" ini rampung, maka Lauw Kui-hui atau
Eng Kouw, tidak bakal mencari pula padanya. Ia
menerima baik permintaan si nona. Ia pikir, Kiu Cian
Jin toh jahat sudah bersekongkol sama bangsa Kim,
sebagai pengkhianat, pantas dia dibinasakan- Maka
seorang diri ia pergi ke Tiat Ciang Hong. Mulanya,
mereka berimbang, sesudah Pek Thong menggunai
kedua tangannya menuruti caranya masing-masing,
Kiu Cian Jin keteter, dia kabur, dia lantas dikejar terusterusan-
sebetulnya Cian Jin heran kenapa Pek Thong
memusuhkannya, pernah ia minta keterangan, tapi
Pek Thong tidak dapat memberikannya. Begitu mereka
berkejar-kejaran, sebentar kecandak dan bertempur,
sebentar Cian Jin lari pula. Sampai akhirnya tibalah
mereka di rumah batu itu di mana justru berada
Auwyang Hong dan Kwee Ceng. Kiu Cian Jin lari ke
Barat ini dengan pengharapan LooBoan Tong tidak
kuat menahan hawa dingin, sedang Pek Thong norek,
ia cuma tahu mengejar tak hentinya.
Sampai di situ, Kwee Ceng dan Ciu Pek Thong
masing-masing mengetahui baik, siapa itu dua orang
yang berada bersama mereka di dalam rumah batu itu.
Auwyang Hong juga mengetahui mereka itu bertiga
dan bahwa Kiu Cian Jin musuhnya Pek Thong.
Sebaliknya Kiu Cian Jin itu cuma mengenali Pek
Thong dan Auwyang Hong, ia masih ragu-ragu untuk
Kwee ceng.
Kiu Cian Jin, ciu Pek Thong dan Auwyang Hong
adalah orang-orang lihay, yang sebanding
kepandaiannya, tetapi juga Kwee Ceng, setelah
melayani see Tok sekian lama, pesat kemajuannya,
hingga ia jadi berimbang sama mereka itu. Hanya
sekarang mereka itu merasakan rintangan dari ruang
yang gelap dan suara sangat berisik di luar.
Kwee Ceng bebal tetapi sekarang ia dapat berpikiri
"Baik aku merintangi see Tok biar Ciu Toako
membinasakan Kiu Cian Jin, kemudian berdua kita
mengepung si Bisa dari Barat ini." ia lantas mengambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
putusannya. Ia juga bisa berkelahi dengan dua
tangannya seperti Pek Thong, maka sekarang ia
menggunai ilmu silat yang istimewa itu. Dengan tangan
kanan ia menyerang ke dada, dengan tangan kiri
menyambut satu serangan. Tapi ketika tangannya
bentrok. la terkejut. Ia mengenali ia bentrok sama
tangannya Pek Thong Ia lantas lompat, ingin ia
menarik tangannya toako itu. Mendadak Pek Thong
bergerak mendahului ia, tangan kirinya ditarik pulang
tangan kanannya menyerang. Inilah ia tidak sangka,
maka tahu-tahu ia terhajar pundaknya. ia merasa sakit
dan kaget sekali.
"Ah, saudara yang baik, kau hendak menguji aku?"
kata Pek Thong. "Hati-hatilah" Dan dia menyerang
pula dengan tangan kirinya. sekarang ini Kwee Ceng
telah bersedia^ ia berhasil menangkis.
selagi Pek Thong dan Kwee Ceng bertempur,
Auwyang Hong juga bergebrak sama Kiu Cian jin-
Cian Jin lantas berpikir: "Kita tidak bermusuh satu
dengan lain tetapi di Hoa san nanti, kita bakal bentrok,
maka kalau sekarang aku dapat menghajar dia, pasti
itulah baik," Maka itu ia menyerang dengan hebat.
Hanya, baru beberapa jurus, dua-dua ia dan seeTok
mendapat pikiran yang serupa. Itulah disebabkan
mereka mendapat kenyataan Pek Thong bertempur
sama Kwee Ceng. Mereka berpikir. "Pek Thong ini
tidak karuan lagaknya, kenapa sekarang aku tidak mau
memberi rasa padanya?" Maka itu, keduanya lantas
menanti ketika yang baik,
setelah belasan jurus, Pek Thong mendapat tahu
kemajuan Kwee Ceng. Ia girang sekali, ia heran juga.
Ia tanya: "Eh, saudara yang baik, darimana kau
peroleh kepandaianmu?" suara di luar berisik sekali,
Kwee Ceng tidak mendengar, ia tidak menjawab. Pek
Thong menjadi gusar. Ia tidak ingat suara berisik itu.
"Baik" katanya. "Kau tidak mau memberitahukan
aku Kau main gila, ya"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Justru itu datang serangan berbareng dari Kiu Cian
Jin dan Auwyang Hong, ia lantas lompat berkelit, terus
ia kata kepada si anak muda. "Baiklah, aku
membiarkan kau sendiri melawan mereka" Benarbenar,
ia tidak melawan kedua penyerangnya. Ia
digantikan Kwee Ceng, yang hendak membelai
padanya.
Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, yang mendapat
tahu Ciu Pek Thong mundur, lantas menyerang Kwee
Ceng.
Anak muda ini menjadi bingung. Tadi ia heran atas
serangannya Pek Thong. sekarang ia menghadapi dua
musuh tangguh. Satu Auwyang Hong saja sudah
hebat. Tapi ia terpaksa mesti berkelahi. Maka ia
berkelahi dengan sungguh-sungguh.
sesudah bertempur sekian lama, Auwyang Hong
dan Kiu Cian Jin menjadi heran. Menurut mereka,
siapa saja di antara mereka berdua, pasti akan dapat
mengalahkan Kwee Ceng, siapa tahu sekarang,
mereka menampak kesulitan. Ke mana mereka
menyerang, si anak muda selalu dapat melayani.
Akhir-akhirnya, mereka menjadi kewalahan.
Ciu Pek Thong beristirahat di atas penglari. Ia tahu
berapa lama sudah Kwee Ceng telah menempur dua
musuh yang tangguh itu. Ia pikir, ia perlu lekas turun,
untuk membantu, kalau tidak adik angkatnya itu bisa
susah. Lantas ia turun dengan diam-diam, ia bertindak
berindap-indap ke belakang Auwyang Hong. Di dalam
gelap itu, ia sengaja menutup kedua matanya. Hanya
tangannya yang diajukan ke depan, guna menjambret.
Kebetulan ia melanggar punggungnya Auwyang Hong,
yang lagi nongkrong guna menyerang Kwee Ceng
dengan ilmu Kedoknya.
see Tok terkejut, ia segera menyerang ke belakang.
Kwee Ceng mendapatkan tidak ada serangan, ia
menendang Kiu Cian Jin, habis mana ia berlompat
mundur ke pojok. Kebetulan untuknya, Pek Thong
datang pada waktunya yang tepat, kalau tidak ia bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
celaka di tangannya si Bisa dari Barat. Ia sudah
bernapas memburu. Tapi ia tidak bisa beristirahat
lama, segera ia mesti menghadapi pula ketua dari Tiat
Ciang Pay, sedang ciu Pek Thong menyambut
Auwyang Hong. Atau mereka mesti saling ganti lawan.
Yang lucu adalah kalau Pek Thong bertempur pula
sama adik angkatnya itu seperti tadi. Di dalam gelap.
sukar untuk mereka lekas saling mengenali.
Pek Thong gembira sekali dengan ini pertempuran
kacau. satu kali, selagi melayani Kwee Ceng, ia kata
kepada anak muda itu. "Tangan kita masing-masing
seperti melayani dua musuh, sekarang aku hendak
mencoba, kau melayani empat tangan- Kau anggap
mereka berdua hanya satu orang"
Kwee Ceng tidak mendengar apa yang orang bilang
hanya ia lantas merasa ia seperti dikepung tiga orang.
Tentu sekali, itulah berbahaya. Maka ia lebih sering
berkelit.
"Jangan takut, jangan takut," kata Pek Thong, yang
ketahui orang lebih banyak menolong diri daripada
membalas menyerang. Jangan takut, kalau ada
bahaya, aku nanti bantu kau"
LooBoan Tong boleh mengatakan demikian, tetapi
mereka berada di tempat gelap dia bisa terlambat,
maka itu, Kwee Ceng menjadi letih pula, sedang begitu
ia merasakan tangan kedua lawannya semakin berat.
Ia telah memikir untuk lompat naik ke penglari, untuk
beristirahat siapa tahu, Pek Thong mendesak
kepadanya. Ia kaget dan mendongkol, akhirnya ia kata
nyaring: "Ciu Toako, manusia tolol, perlu apa kau
mengganggu aku?"
Percuma anak muda ini mengasih dengar suaranya,
suara itu tak terdengar Pek Thong. Di luar, suara
pertempuran ada sangat berisik. Ia lantas mundur.
Tiba-tiba kakinya terpeleset, hampir ia roboh. Di saat
itu datanglah serangannya Kiu Cian Jin- Sambil
terhuyung, ia memungut batu yang ia injak itu, ia
angkat tinggi kedadanya, guna dipakai melindungi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya. Maka itu, serangannya Cian Jin mengenai
batu itu.
Menyusul itu datang serangannya Auwyang Hong,
yang menuju ke kirinya. Ia menggunai terus batunya.
Kali ini sambil menangkis, ia melemparkan batu keras
sekali ke tinggi. Kesudahannya, batu itu membikin
wuwungan bolong, hingga di sana nampak sedikit
cahaya terang dan bintang-bintang di langit.
Pek Thong gusar melihat cahaya terang itu. Ia
membentak "Sekarang segala apa tampak nyata Mana
menggembirakan?"
Kwee Ceng merasa sangat letih la tidak
memperdulikan teguran itu, bahkan ia lompat tinggi
sekali, noblos di wuwungan yang bolong itu. Auwyang
Hong berlompat naik, untuk menyusul.
"Jangan pergi Jangan pergi" Pek Thong berseruseru.
Mari menemani aku bermain-main" Dan ia
berlompat juga, guna menyambar kakinya see Tok.
Auwyang Hong kaget, ia menendang. Kakinya itu
bebas, tetapi karena itu, ia tidak dapat naik terus, ia
mesti turun pula.
Kiu Cian Jin melihat keadaan orang, tanpa menanti
si Bisa dari Barat menginjak lantai, dia berlompat
menendang ke dada, karena mana, Auwyang Hong
mesti membikin mengkerat dadanya itu, sambil
menolong diri, ia juga menotok ke kaki si penyerang.
Karena ini, keduanya jadi bertarung pula.
sekarang dengan adanya cahaya terang, orang
bertempur dengan satu sama lain bisa saling melihat.
Hanya ketika itu, di luar, suara berisik telah jadi
semakin berkurang.
Ciu Pek Thong menjadi lenyap kegembiraannya, ia
menjadi mendongkol, karena uring-uringan, ia
menyerang Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, ia
menyerang dengan hebat sekali.
Kwee Ceng dilain pihak lari terus hingga ke luar
dusun. ia telah menyaksikan sisa kedua pihak tentara
yang terluka dan terbinasa, ia pun mendengar rintihan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datang dari sana sini. ia tidak memperdulikan mereka,
ia hanya mencari satu tempat sunyi di mana ia segera
merebahkan diri, untuk beristirahat. Ia sangat letih, ia
merasakan otot-ototnya dan buku-buku tulangnya ngilu
dan nyeri. Tanpa merasa ia tidur kepulasan.
Lama anak muda ini tidur, ketika besoknya pagi ia
mendusin, ia mendusin dengan kaget hingga ia
berlompat bangun. Itulah disebabkan ia merasa
mukanya terusap-usap sesuatu.
Ketika ia berlompat, ia berbareng mendengar
meringkiknya kuda, untuk girangnya ia melihat kuda
merahnya, yang datang padanya dan menjilati
mukanya. Ia menjadi girang sekali ia merangkul leher
binatang itu.
Ketika si anak muda dikurung Auwyang Hong, kuda
itu diumbar saja, dia dapat hidup sendiri Tempo terjadi
pertempuran tentara Kim dan tentara Mongolia, dia
menyingkir jauh, setelah kedua pihak tentara pergi, dia
mencari majikannya itu.
Dengan menuntun kudanya, Kwee Ceng berjalan
perlahan-lahan kembali ke dalam dusun. sekarang ia
melihat tegas sisa pertempuran, mayat serdadu dan
bangkai kuda, berserakan di sisi pelbagai senjata.
Masih ada serdadu yang terluka, yang merintih. Ia
terharu sekali. Terpaksa ia tidak menghiraukan segala
itu, ia langsung kembali ke rumah batu. sebelumnya
masuk. lamemasang kuping dulu, lalu ia mengintai dari
sela pintu, setelah tidak mendengar apa-apa dan tidak
melihat sesuatu, dengan perlahan ia menolak daun
pintu, untuk bertindak masuk. Tidak ada orang di situ,
entah ke mana perginya ciu Pek Thong, Auwyang
Hong dan Kiu Cian Jin bertiga. Untuk sejenak. la
berdiri menjublak. Kemudian ia keluar dari dalam
rumah, untuk naik kudanya, guna berangkat ke arah
timur. Ia melarikan binatang tunggangannya itu. Tidak
lama ia berhasil menyandak pasukan perangnya
jenghiz KhanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Itu waktu Khoresmia telah terpukul hebat, pelbagai
kotanya pecah atau diserbu rusak. angkatan
perangnya hancur luluh, bahkan rajanya, shah
Muhammad ed-Din, kabur entah ke mana. Tapi shah
itu, atas titahnya Jenghiz Khan, dicari terus oleh
subotai dan Jebe, yang menyusul ke arah
Barat.Jenghiz Khan sendiri berangkat pulang dengan
kemenangannya itu. subotai berdua telah mengejar
sampai di sebelah barat Moskwa, di dekat kota Kiev, di
tepi sungai Dnieper, di mana mereka telah melabrak
beberapa puluh ribu jiwa serdadu Russia dan Kimchak.
dimana pun mereka menghukum hertog dari Kiev serta
sebelas pangeran dengan jalan melindas mereka
dengan kereta. Ini dia yang dinamakan "Perang
Kalka". Demikian padang rumput Russia mengeluh di
bawah injakan kaki kuda Mongolia.
Jenghiz Khan masgul dan cemas karena hilangnya
Kwee Ceng di samarkand, sekarang ia melihat si anak
muda kembali, hatinya girang. Pula tak dapat
dikatakan girangnya putri GochinBaki.
Khu Cie Kie tetap turut di dalam angkatan perang
yang pulang ke timur ini, saban-saban ia membujuk
pendekar Mongolia itu untuk dia mencintai rakyat dan
mencoba mengurangi pembunuhan kepada musuh
Jenghiz Khan sangat tidak menyetujui sikap imam ini
tetapi karena ia tahu orang ada orang berilmu, ia tidak
mau terlalu menentang nasihat itu. Dengan begitu,
kata-katanya imam dari Coan cin Kauw ini telah
menolong banyak sekali jiwa orang. Di dalam kitab
Yuan shih,-j asanya Khu Cie Kie ada tercatat jelas.
Untuk pemerintah " dunia", Cie Kie menasihati
janganlah orang gemar membunuh. Ditanya tentang
cara memerintah, ia menganjurkan untuk menghormati
Thian dan mencintai rakyat.
Mengenai pertanyaan ilmu umur panjang, ia
menasihati untuk membersihkan hati dan mengurangi
seggla nafsu keinginan. Karena ini, ia disebut sin-sian
atau dewa dan Jenghiz Khan menganjurkan putraTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
putranya mencontoh imam ini. Ketika kemudian
Mongolia menyerang negara Kim, kembali Khu Cie Kie
berhasil menolong banyak jiwa manusia.
Untuk pulang dari Khoresmia ke negerinya Jenghiz
Khan memerlukan banyak waktu.
Ketika akhirnya ia tiba di negaranya, ia membuat
pesta besar. Terus ia memelihara tentaranya. Lewat
lagi beberapa bulan, timbullah keinginan pendekar ini
maju pula ke selatan, guna menyerang bangsa Kim.
Untuk itu ia segera mengadakan rapat.
Di dalam rapat ini, Kwee Ceng menutup mulut.
semenjak pulang, ia senantiasa berduka, sering
seorang diri ia pesiar di tanah datar atau dipadang
rumput, dengan menunggang kuda merahnya sambil
membawa kedua burungnya. Ada kalanya selama
bicara, ia berdiam terbengong saja. semua ini
disebabkan ia terlalu keras memikirkan oey Yong yang
lenyap itu. Putri Gochin membujukinya, ia tidak
mengambil perduli, ia seperti tidak mendengarnya.
orang tahu ia bersusah hati, sampai tidak ada yang
menyebut-nyebut urusan jodohnya. Demikian di harian
rapat itu, selagi lain orang bicara banyak ia berdiam
saja.
Habis rapat,Jenghiz Khan menitahkan semua
panglimanya mengundurkan diri. seorang diri ia
berdiam di atas bukit, otaknya bekerja. Besoknya pagi
ia mengasih titah untuk angkatan perangnya maju di
tiga jurusan, untuk menyerang negeri Kim.
Tatkala itu Juji bersama subotai masih ada di Barat
lagi mengurus negara-negara taklukannya, maka itu
sekarang pasukan kesatu dikepalai oleh ogotai, putra
nomor tiga pasukan kedua diserahkan di bawah
pimpinan Tuli, putra nomor empat. Kwee Ceng dapat
tugas pula, untuk memimpin pasukan ketiga.
Jenghiz Khan memanggil berkumpul ketiga kepala
perangnya itu, ketika ia mau bicara sama mereka itu,
ia menitahkan semua pengiringnya mengundurkan diri
Lantas ia berkata^ "Pasukan perang Kim dipusatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diTongkwan- Kota itu sukar dipukul pecah karena
keletakannya di selatan nempel sama pegunungan
dan di utara berbatas dengan sungai besar. pikiran
dari pelbagai perwira pun tidak ada yang akur satu
dengan lain- Kalau kita maju dari depan, gerakan kita
tentu bakal meminta tempo yang lama. Maka itu aku
pikir, jalan yang paling sempurna ialah kalau kita
bangsa Mongolia berserikat sama kerajaan song. Aku
pikir baiklah kita meminjam jalan dari negara song itu,
ialah kita maju dari Tong- ciu dan Teng- ciu untuk
menuju langsung ke ibukota Kim, Tay- liang."
Mendengar itu, ogotai, Tuli dan Kwee Ceng
berlompat untuk saling rangkul, buat bersama-sama
berteriak: "Bagus"
Jenghiz Khan memandang Kwee Ceng sambil
bersenyum.
" Kau pandai mengatur tentara, aku senang
denganmu," kata pendekar ini. "sekarang aku hendak
tanya kau, setelah Tay- liang kena dipukul pecah,
bagaimana?" Kwee Ceng menggeleng kepala. "Tidak
menyerang Tay- liang," sahutnya.
ogotai dan Tuli menjadi heran- Terang barusan
ayah mereka menyebutnya menyerang ibukota Kim itu.
Kenapa sekarang Kwee Ceng membilang demikian?
Maka keduanya mengawasi dengan melongo.
Jenghiz Khan sebaliknya tetap bersenyum.
"Kalau tidak menyerang Tay- liang, bagaimana?"
dia tanya pula.
Kwee Ceng menjawab, tenang: "sudah tidak
menyerang, bukannya juga tidak menyerang -
menyerang tetapi tidak menyerang, tidak menyerang
tetapi menyerang" Kedua pangeran itu menjadi heran
bukan main.
Jenghiz Khan tertawa, ia berkata pada si anak
muda "Menyerang tetapi tidak menyerang, tidak
menyerang tetapi menyerang. Bagus kata-kata itu
Nah, kau menjelaskanlah kepada semua kakakmu ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng mengangguk. la berkata: "Aku dapat
menerka siasat perang dari Khan yang agung. Kita
berpura-pura menyerang ibukota Kim, untuk
membasmi musuh di kaki tembok kota. Tay- liang ialah
kota tempat kediaman raja Kim, tetapi di sana tentara
yang tempatkan tidak banyak. jikalau kita pergi ke
sana, pasti sekali raja Kim bakal segera mengirim
pasukan dari Tong- kwan untuk menolongnya. Tongkwan
terpisah jauh dari Tay- liang kalau tentara dikirim
cepat, tentara itu akan keburu lelah di tengah jalan,
umpama kata tentara itu dapat tiba tepat, mereka
tentulah tidak kuat berperang, dari itu tentara kiTayang
besar tinggal melabrak saja kepadanya. Kita pasti
menang Kalau bala bantuan musuh itu dapat dipukul
hancur, kota Tay- liang bakal jatuh tanpa diserang lagi.
sebaliknya kalau langsung kita menyerang Tay- liang,
itulah sulit, kita pun bisa digencet musuh dari depan
dan belakang."
Jenghiz Khan bertepuk tangan sambil tertawa lebar.
"Bagus Bagus" pujinya.
Lantas raja ini mengeluarkan sehelai peta bumi, ia
membeber itu di atas meja, untuk ketiga panglima
perangnya itu melihatnya. Menampak itu, semua
ketiga panglima itu heran bukan main.
Peta itu ialah peta bumi sekitar kota Tay- liang, di
situ terlukis garis untuk dua pasukan tentara - pasukan
Mongolia dan musuh. Di situ pun tercatat jelas siasat
guna menyerang musuh, buat menghajar bala bantuan
dari Tong-kwan selagi bala bantuan itu baru tiba dan
masih letih Jadi cocoklah itu dengan pikiran Kwee
Ceng barusan. Kota Tay-liang mau diserang, toh tidak
diserang - kota itu tidak diserang, toh bakal dirampas.
ogotai dan Tuli sating memandang, mereka
memandang ayah mereka, lalu mereka memandang
Kwee Ceng. Pada wajah mereka terlukis nyata
keheranan dan kekaguman mereka.
Jenghiz Khan berkata pula: "Dengan penyerangan
kita ke selatan kali ini, sudah pasti negara Kim bakal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kena dipukul pecah. Di sini ada tiga buah surat
tertutup, kamu bawalah seorang satu. Kalau nanti kota
Tay- liang sudah dipukul pecah, kamu berkumpul di
istana Kim-loan-thian raja Kim, di sana kamu
membukanya dengan berbareng, lalu kamu bertindak
menuruti apa yang tertera di situ."
sembari berkata, khan agung itu merogoh sakunya
mengeluarkan surat tertutup itu atau kim-long atau "
kantong sulam", ia menyerahkannya seorang satu.
Kwee Ceng melihat surat itu tertutup dan tersegel,
laknya dicap dengan cap khan sendiri
"Sebelum kamu memasuki kota Tay-liang,jungan
kamu lancang membuka surat tertutup ini, "Jenghiz
Khan memesan. "Maka itu, sebelumnya kamu
membuka, mesti kamu mengasih lihat satu pada lain,
untuk diperiksa dulu ada atau tidak tanda rusaknya."
Ketiga panglima itu menjura seraya berjanji akan
mentaati pesan itu
"Kau biasanya lambat, kenapa sekarang kau cerdas
dan sebat?" kemudian khan menanya Kwee ceng.
Pemuda ini tidak mau mendusta, ia mengaku
bahwa. ia telah membaca kitab Gak Hui.
Jenghiz Khan lantas menanyakan hal ikhwalnya
Gak Hui dan sianak muda menuturkannya Gak Hui itu
telah melabrak bangsa Kim di Cu-sian-tin, hingga Gak
Hui dipangil "Gak Yaya" alias " Kakek Gak", sampai
timbul sebutan, "Menggoncang gunung gampang,
menggoncangkan tentaranya Gak Hui sukar."
Mendengar itu, khan ini membungkam, ia jalan
mondar-mandir di kemahnya sambil menggendong
tangan, kemudian ia menghela napas dan
mengatakannya: "Menyesal aku tidak terlahir pada
seratus tahun dulu supaya aku bisa bersahabat sama
pendekar itu. Sekarang ini di dalam dunia ini siapakah
dapat menjadi tandinganku?"
Untuk sejenak itu, hati raja jago ini menjadi tawar
sendirinya karena menyesalnya Kwee Ceng sendiri,
sekeluarnya dari kemah, sudah lantas menuju
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
langsung ke kemah ibunya. saking repot sama
tugasnya, sudah beberapa hari ia tidak dapat ketika
menjenguk orang tuanya itu. Besok ia mau berangkat
perang ke selatan, guna membalas sakit hati negara,
jadi hari itu perlulah ia menemani ibunya. Ketika ia
sampai di kemah, ia mendapat sebuah kemah kosong,
segalanya sudah dibawa pergi. Cuma seorang
serdadu tua menjaga di situ. Atas pertanyaan, serdadu
itu memberitahukan bahwa atas perintah khan agung,
ibunya sudah pindah ke lain kemah. Setelah menanya
jelas, ia pergi terus ke kemah yang disebutkan itu. Ia
lantas mendapatkan sebuah kemah besar, yang
beberapa lipat lebih besar dari kemah yang lama tadi.
Dan begitu ia menyingkap pintu, ia terbengong. Di situ
terlihat banyak barang berharga yang bergemerlapan,
yang tentara Mongolia dapat merampas dari musuh.
Putri Gochin juga berada di situ tengah menemani
ibunya, yang lagi menutur hal ikhwal ia sendiri di waktu
masih kecil. Menampak si anak muda, putri itu
berbangkit menyambut sambil bersenyum.
"ibu" Kwee Ceng memanggil. "Dari mana semua
ini?"
"Khan agung membilang selama berperang di
Barat, kau berjasa besar, maka semua ini ialah hadiah
untukmu," sahut sang ibu. "sebenarnya kita sudah
terlalu biasa dengan penghidupan kecil, semua ini
tidak ada perlunya untuk kita"
Di kemah itu ada tambah delapan budak. untuk
merawati Lie Peng. semua mereka ada budak-budak
asal rampasan, maka itu bisa dimengerti kalau mereka
ada dari kalangan bangsawan.
Ketiganya lantas duduk memasang omong. Tidak
lama, putri Gochin mengundurkan diri Ia tahu, anak itu
tentu mau bicara banyak sama ibunya, ia tidak mau
mengganggu mereka. Hanya, lama ia menantikan di
luar, ia tidak melihat si anak muda keluar.
"Anak Ceng," berkata Lie Peng. "Putri menantikan
kau di luar, pergi kau bicara sama dia."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menyahut “ya”, tetapi ia tidak bergerak
dari tempatnya duduk.
Lie Peng menghela napas, ia berkata "Sudah dua
puluh tahun kita tinggal di Utara ini, meski benar khan
agung sangat memperhatikan kita, akutapinya ingin
sangat pulang, maka itu semoga kau berhasil
memusnahkan negara Kim, supaya kita berdua bisa
lekas kembali ke kampung halaman kita. Kita tinggal
tetap di Gu-kee-cun, di tempat kediaman lama dari
ayahmu. Kau bukannya seorang yang kemaruk harta
dunia dan keagungan, jadi tak usahlah kau datang
pula ke sini. Hanya urusan putri sulit"
Bab 78. NASIB
“TENTANG perjodohanku " kata Kwee Ceng, "aku
pernah membicarakannya dengan Putri. Kalau
Yongji mati, aku takkan menikah untuk selamanya."
Li Peng menghela napas lagi.
"Mungkin Putri sendiri mau mengerti, tapi bagaimana
dengan Khan Agung? Aku khawatir sekali...”
"Kenapa Khan Agung?"
"Beberapa hari ini Khan luar biasa baik padaku.
Lihatlah hadiah ini, emas, perak, dan permata.
Memang benar katanya hadiah ini untuk jasamu
berperang di Barat, tapi aku sudah dua puluh tahun
tinggal di sini, kurasa aku telah mengenal baik
sifatnya. Aku yakin ada alasan lain!"
"Ibu, menurut Ibu apa alasan itu?"
"Aku wanita, pendapatku tidak luhur," sahut sang
ibu. "Tapi setelah aku melihat dan memikirkan semua
ini, mungkin Khan hendak memaksa kita melakukan
sesuatu...."
“Tentu dia menghendaki aku menikah dengan
putrinya," kata Kwee Ceng.
"Menikah itu urusan baik," kata sang ibu lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Khan tidak tahu kau tak setuju dengan pernikahan itu,
dia tak bisa memaksakannya. Tapi, menurut
penglihatanku, kau mengepalai sepasukan tentara
besar, kau pun berperang ke Selatan, maka aku
khawatir Khan mencurigai kau akan mendapat pikiran
untuk berontak..."
Kwee Ceng menggeleng.
"Aku tidak mempunyai minat untuk kekayaan dan
keagungan, Khan tahu hal ini dengan baik," katanya.
"Buat apa aku memberontak?"
"Kalau begitu, aku ingat suatu cara." kata Li Peng.
"Mungkin ini dapat dipakai untuk mengetahui apa yang
dipikir Khan. Pergilah kau melaporkan pada Khan,
bilang aku kangen pada kampung halamanku, aku
ingin pulang bersamamu. Coba dengar apa katanya."
Kwee Ceng girang mendengar pikiran ibunya itu.
"Oh, Ibu, mengapa Ibu tidak mengatakannya dari
siang-siang?" katanya. "Kita pulang bersama, betapa
senangnya! Pasti Khan Agung akan
memperkenankannya."
Pemuda ini lantas keluar dari kemah. Ia tidak melihat
Gochin. Mungkin karena menanti terlalu lama, putri
itu habis sabar dan berlalu dengan kecewa. Ia lantas
menuju markas besar. Ia pergi sekian lama, ketika
kembali pada ibunya, ia menunduk lesu.
"Khan tidak memperkenankannya, bukan?" Li Peng
bertanya,
"Anakmu tidak mengerti. Ibu " sahut Kwee Ceng.
"Apa perlunya Khan menghendaki Ibu tetap berdiam di
sini?"
Sang ibu diam.
"Khan bilang," Kwee Ceng menjelaskan, "sesudah
Negara Kim dihancurkan, barulah kita bisa berangkat
pulang. Katanya waktu itu kita akan pulang dengan
kehormatan besar. Aku bilang Ibu sangat kangen dan
ingin lekas pulang, lantas Khan tampaknya gusar. Dia
menggeleng dan tetap menolak."
"Apa lagi kata Khan padamu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng memberitahu bahwa dalam rapat
tentara, ia diberi tugas serta dibekali dengan kim-long.
"Ah." desah sang ibu masygul, "kalau suhu
keduamu dan Yongji berada di sini, mereka pasti
dapat menerka maksud Khan ini. Aku merasa tidak
enak memikirkan ini, tapi entah apa sebabnya, aku tak
tahu...."
Kwee Ceng mengeluarkan kim-long-nya,
mempermainkannya dengan tangannya.
"Ketika Khan menyerahkan ini, kulihat air mukanya
beda sekali," katanya. "Maka aku khawatir janganjangan
sikapnya berhubungan dengan surat rahasia
ini.""
Li Peng mengambil kim-long itu, mengawasinya
dengan teliti, kemudian menyuruh para pelayannya
menyingkir.
"Kita buka dan lihat saja," katanya kemudian.
Kwee Ceng terkejut.
"Tidak bisa!" katanya. "Surat ini dicap. Kalau
membukanya berarti akan mendapat hukuman
mati...."
Li Peng tertawa.
"Kau tahu kepandaian menyulam dari kota Lim-an
sangat tersohor di seluruh negara?" katanya.
"Ibumu ini orang Lim-an. sedari kecil aku telah
mempelajari kepandaian itu. Tanpa merusak, aku
dapat membuka kantong bersulam ini, dan aku dapat
menjahitnya kembali seperti semula."
Kwee Ceng percaya pada ibunya, ia jadi girang sekali.
Li Peng lantas mengambil jarum halus, dengan itu ia
mulai membuka sulaman kantong wasiat itu.
Pekerjaannya rapi. Surat itu lantas dibeber untuk
dibaca bersama. Segera keduanya tersentak, tubuh
mereka langsung terasa dingin tidak keruan.
Surat itu berisi titah rahasia Jenghis Khan untuk
Ogotai, Tuli, dan Kwee Ceng. Begitu mereka dapat
mengalahkan bangsa Kim, mereka harus maju ke
Selatan untuk secepat kilat menyerang kota Lim-an
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan memusnahkan Kerajaan Song, supaya Mongolia
dapat mempersatukan dunia. Dalam perintah rahasia
itu ada tambahan: Kalau Kwee Ceng berhasil berjasa
besar, ia mesti diangkat jadi raja muda dan dihadiahi
besar-besaran; tapi kalau hatinya berubah, Ogotai dan
Tuli diperintahkan untuk segera menjatuhkan hukuman
mati padanya, ibunyapun harus ikut dihukum picis.
"Ibu," kata Kwee Ceng setelah diam sekian lama, "jika
Ibu tadi tidak membuka kim-long ini, jiwa kita berdua
tentulah celaka. Kita adalah orang Song, mana bisa
kita menjual negara kita sendiri?”
"Sekarang bagaimana?" Li Peng bertanya.
"Ah, Ibu, biarlah kita tanggung penderitaan ini," kata
sang anak masygul. "Sekarang juga kita lari pulang ke
Selatan."
"Baik!" sahut ibunya. "Pergilah kau bersiap-siap.
Jagalah supaya rahasia ini jangan terbongkar."
Kwee Ceng mengangguk. Ia kembali ke kemahnya
untuk berbenah seperlunya. Selain kuda merahnya, ia
akan membawa tiga ekor kuda lain. Bagaimanapun,
setelah berdiam belasan tahun di gurun pasir ini, ia
merasa sedikit berat untuk meninggalkannya.
Sebagai kepala perang, Kwee Ceng dapat bergerak
dengan leluasa. Juga ketika itu, rombongan Lou Yu
Kiak sudah tidak ada bersamanya, mereka sudah
pulang lebih dulu ke Selatan. Semua hadiah dari Khan
ia tinggalkan. Paling akhir ia membuka seragamnya,
dengan pakaian biasa, ia kembali ke kemah ibunya.
Begitu menyingkap tenda, ia terkesiap. Ibunya tidak
ada, yang ada hanya dua bungkusan yang
menggeletak di tanah.
"Ibu!" panggilnya.
Tidak ada jawaban, la khawatir dan curiga. Ketika ia
hendak keluar, tenda tersingkap dari luar, lantas
cahaya api terlihat terang benderang. Chilaun dengan
seribu serdadu sudah mengurung tenda itu.
"Khan Agung memanggil-menghadap!" demikian ia
mendengar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng kaget dan bingung. Ia mesti segera
mengambil putusan. Kalau ia mau menggunakan
kekerasan, Chilaun tidak bakal dapat merintanginya.
Tapi ibunya telah ditawan, mana bisa ia kabur
seorang diri? Akhirnya ia menyerah, membiarkan
Chilaun menggiringnya ke markas besar.
Di kemah Khan, telah berkumpul barisan pengiring
Khan yang terdiri atas dua ribu jiwa. Mereka orangorang
Mongolia pilihan, semua bersenjatakan tombak
panjang dan menjaga rapat.
Kwee Ceng berjalan masuk dengan langkah lebar.
Jenghis Khan terlihat bengis sekali. Ia menggebrak
meja.
"Kuperlakukan kau dengan baik sekali, dari kecil kau
kurawat hingga besar, putriku juga kuserahkan
padamu!" bentaknya. "Eh, bangsat kecil, kenapa
kau berani memberontak terhadapku?"
Kwee Ceng melihat kim-long yang dibuka ibunya ada
di atas meja, maka tahulah ia bahwa jiwanya sudah
sukar ditolong lagi. Ia menjadi berani. Ia
mendongakkan kepalanya.
"Aku rakyat Kerajaan Song, mana bisa aku tunduk
pada titahmu?" katanya gagah. "Mana bisa aku
menyerang negaraku sendiri?"
Jenghis Khan bertambah gusar melihat sikap
melawan pemuda itu.
"Seret dia keluar! Hukum mati dia!" titahnya.
Kwee Ceng tidak dapat melawan. Ia telah
dibelenggu kuat sekali dan delapan algojo
mendampinginya. Tapi ia tetap tidak takut. Ia berkata
nyaring, "Kau telah berserikat dengan Kerajaan Song
untuk memukul bangsa Kim, di tengah jalan kau
mengingkari janjimu. Apakah itu perbuatan
pendekar?*'
Jenghis Khan makin gusar. Ia mendepak meja.
"Sesudah Negara Kim hancur, selesai sudah
perjanjianku dengan pihak Song!" katanya "Kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemudian aku menyerang Selatan, mana bisa dibilang
melanggar janji? Lekas hukum mati dia!"
Banyak panglima mengenal baik Kwee Ceng, tetapi
saat itu tidak ada yang berani buka suara. Khan
sedang marah besar.
Kwee Ceng tidak bilang apa-apa lagi, dengan
langkah lebar ia berjalan keluar.
Segera terlihat Tuli berlari mendatanginya dari
padang rumput.
"Tahan! Tahan!'' teriaknya berulang-ulang. Ia
bertelanjang dada dan cuma mengenakan celana
kulit. Jelas ia baru terbangun dari tidurnya. Ia langsung
memasuki kemah ayahnya dan berseru, "Ayah, Anda
Kwee Ceng besar jasanya, dia juga pernah menolong
jiwaku, biarpun berdosa, jangan hukum mati dia!"
Jenghis Khan terpengaruh kata-kata putranya itu.
"Bawa dia kembali!" ia memberikan perintah.
Kwee Ceng lantas dibawa kembali.
"Kau memberatkan Kerajaan Song, apa ada
untungnya?" Khan bertanya. "Kau pernah bicara
tentang Gak Hui. Dia begitu setia dan berjasa, tapi
akhirnya dia dihukum mati juga! Lebih baik kau
membantuku merobohkan Kerajaan Song, aku
berjanji padamu, setelah berhasil aku akan
mengangkatmu menjadi raja Song!"
"Aku bukannya berontak terhadapmu!" Kwee Ceng
menyahut. "Tapi kalau kau menghendaki aku menjual
negara untuk kehidupan mewah dan agung, biar
tubuhku dicincang, tak dapat aku menerima baik
permintaanmu ini!"
"Bawa ibunya kemari!" perintah Jenghis Khan.
Lantas dua serdadu menggiring Li Peng keluar dari
kemah belakang.
"Ibu!" Kwee Ceng memanggil, la mendekati ibunya,
tapi dihalangi dua serdadu. Ia lantas bertanya dalam
hati, "Urusanku ini cuma Ibu dan aku yang tahu. Siapa
yang membocorkannya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jenghis Khan tidak memberinya kesempatan untuk
berpikir, katanya, "Jika kau menerima baik katakataku,
kalian berdua ibu dan anak akan hidup agung
dan berbahagia. Jika tidak, lebih dulu aku akan
membunuh ibumu! Itu artinya kau yang membunuh
ibumu, dan kau menjadi anak put-hauw"
Kaget Kwee Ceng mendengar perkataan Khan,
terutama kata put-hauw tidak berbakti. Ia menunduk.
"Anda," kata Tuli, "dari kecil kau tinggal di Mongolia,
kau tak ada bedanya dari bangsa Mongolia.
Sebaliknya pembesar-pembesar Kerajaan Song
temaha sekali, mereka bersekongkol juga dengan
bangsa Kim, bahkan mereka telah membunuh ayahmu
dan membikin ibumu tak punya tempat untuk pulang.
Kalau tidak ada ayahku, dapatkah kau hidup seperti
sekarang ini? Kita sudah seperti saudara, tak dapat
aku membiarkanmu menjadi anak tak berbakti. Maka
kuminta sukalah kau memikirkannya lagi baik-baik."
Kwee Ceng menoleh pada ibunya. Sebenarnya ia
ingin menerima baik nasihat Tuli itu, tetapi ia segera
ingat akan ajaran ibunya. Ia juga ingat dan tahu betul
nasib negara-negara di Barat yang ditaklukkan
Mongolia, akhirnya rakyat mereka hidup sengsara.
Maka ia diam terus.
Dengan matanya yang tajam, Jenghis Khan
mengawasi anak muda itu. Ia menantikan jawaban.
Seluruh kemah menjadi sangat sunyi,
"Aku..." kata Kwee Ceng. Ia telah maju selangkah,
lantas berhenti lagi, tidak melanjutkan kata-katanya.
"Khan yang Agung," mendadak Li Peng berkata, "aku
khawatir anak ini kurang mengerti. Bagaimana kalau
kucoba membujuk dan menasihatinya?"
Jenghis Khan girang sekali.
"Bagus!" katanya. "Nasihati dia!"
Li Peng mendekati anaknya, menarik lengan
pemuda itu. lalu membawanya ke salah satu sudut
kemah. Di sana mereka berdua duduk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena sikap rajanya sudah mulai sabar, algojo tidak
menghalangi Kwee Ceng.
Li Peng memeluk putranya.
"Dua puluh tahun lalu di Gu-kee-cun. Lim-an, aku
telah mengandungmu, Nak," katanya pelan. "Suatu
hari ketika turun hujan salju lebat, Khu Ci Kee, Khu
Tootiang, berkenalan dengan ayahmu. Dia
memberikan dua bilah belati, yang satu untuk
ayahmu, yang lain untuk Paman Yo...."
Sembari bicara, sang ibu mengeluarkan belati itu
dari saku anaknya. Ia menunjuk ukiran dua huruf
yang berbunyi "Kwee Ceng" pada belati itu, lalu
melanjutkan, "Khu Tootiang telah memberi nama
Ceng padamu dan Kang pada anak Paman Yo.
Tahukah kau apa artinya?"
"Khu Tootiang menghendaki aku tidak melupakan
peristiwa Ceng Kong yang memalukan," sahut sang
anak.
"Benar, Anak Paman Yo itu mengakui musuh sebagai
ayah, maka runtuhlah nama dan tubuhnya. Tentang
anak itu, tak usahlah disebut-sebut lagi. Tapi
kasihan Paman Yo yang gagah itu, kehormatannya
dirusak anaknya sendiri...." la menghela napas, tapi
lalu melanjutkan, "Dulu aku menahan malu dan
menderita, tapi aku tetap terus merawat dan
membesarkanmu. Tahukah kau, untuk apa
perbuatanku jtu? Mustahil aku hendak memelihara
pengkhianat penjual negara hingga ayahmu di alam
baka menjadi malu dan menderita!"
"Ibu!" kata Kwee Ceng, lantas ia menangis.
Li Peng bicara dalam bahasa Tionghoa, Jenghis
Khan semua tidak mengerti, tetapi mereka melihat air
mata si anak muda, maka mereka menduga si
nyonya takut mati dan telah berhasil membujuk
anaknya. Diam-diam mereka girang.
"Ada orang berkata, 'Hidup manusia hanya seratus
tahun, tempo itu lewat dalam sekejap,'" Li Peng
berkata lagi. Ia memang wanita, tetapi ia wanita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sejati. "Maka. apalah artinya hidup atau mati? Selama
hidup manusia, yang diharap adalah jangan
melakukan sesuatu yang membuatnya terhina! Kalau
orang lain menyia-nyiakan kita, biarlah, tak usah kita
ingat kejahatannya. Ingatlah perkataanku ini!" la
menatap wajah anaknya, air mukanya sabar sekali.
Kemudian ia menambahkan, "Nak, jagalah dirimu baikbaik...!"
Perkataan ini disusul dengan bekerjanya belati
itu memutuskan dadung belenggu putranya. Setelah
itu ia memutar tubuhnya untuk menikam dadanya
sendiri.
Kwee Ceng menyingkirkan dadung belenggunya,
menyambar ibunya, tetapi sudah kasip. Belati itu
sudah menancap di dada ibunya, terbenam sebatas
gagangnya.
Jenghis Khan melihat itu, ia kaget tidak terkira.
"Tangkap!" ia menitahkan.
Kedelapan algojo itu tidak berani melukai huma
mereka. Setelah melemparkan senjata masingmasing,
barulah mereka berlompatan menubruk Kwee
Ceng.
Kwee Ceng sangat bersedih. Dengan hati terluka ia
memeluk tubuh ibunya. Begitu melihat orang-orang itu
menyerbunya, sambil memondong ibunya, ia
menyambut dengan sapuan kaki. Dua algojo tersepak.
kaki mereka patah. Salah satu algojo disodoknya
dengan sikut kirinya, tepat mengenai dada, hingga
algojo itu roboh dengan tulang iga patah juga.
Menampak begitu, beberapa perwira terkejut, lantas
maju.
Kwee Ceng melompat ke belakang ke tenda, tangan
kirinya membetot, maka separo kemah emas Jenghis
Khan roboh menutupi semua perwira. Dalam
kekacauan itu, ia berlari dengan membawa kabur
ibunya.
Segera terdengar bunyi trompet riuh, para perwira
berlarian ke kuda masing-masing, menaikinya, lantas
mengejar pemuda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ibu!" panggil Kwee Ceng sambil menangis. Ia tidak
mendapat jawaban. Ketika ia memeriksa hidung
ibunya, ia tidak lagi merasakan embusan napas.
Ibunya sudah berpulang ke alam lain menyusul arwah
ayahnya. Bukan main mencelosnya hati Kwee Ceng.
Namun ia sedang terancam bahaya.
Dalam kegelapan, ia berlari terus untuk menyingkir dari
bahaya. Kupingnya mendengar orang bergerak di
empat penjuru, matanya melihat obor menyala. Ia
kabur tanpa memilih jalan lagi. Ia bingung, dengan
memondong ibunya, mana bisa ia melawan demikian
banyak orang? Kalau menunggang kuda merahnya, ia
mempunyai harapan. Tetapi sekarang ia Cuma
berjalan kaki.
Pemuda ini berhenti menangis. Tanpa bersuara ia
berlari terus. Ia ingin lekas-lekas tiba di gunung, di
sana ia bisa menggunakan ilmu enteng tubuhnya
untuk mendaki lereng. Asalkan ia dapat merayap naik,
bebaslah ia. Di atas gunung, ia dapat diam sementara
waktu. Sekonyong-konyong di depannya muncul
sepasukan serdadu yang dipimpin panglima bermuka
merah dan berkumis putih. Di bawah sinar api.
panglima itu tampak sangat berwibawa. Kwee Ceng
mengenali salah satu panglima andalan Jenghis Khan,
Chilaun. Panglima itu memegat dan membacok si
pemuda. Kwee Ceng berkelit untuk membebaskan diri.
Setelah itu, bukannya berlari kembali, ia justru
melompat menerjang pasukan Mongolia itu. Semua
serdadu kaget hingga berseru.
Kwee Ceng menyambar seorang serdadu berpangkat
siphu-tio yang menghalang di depannya. Selagi
membetot kaki orang itu, kaki kanan Kwee Ceng
menjejak tanah untuk melompat, maka tubuhnya
mencelat naik ke punggung kuda serdadu itu.
Begitu meletakkan tubuh ibunya, Kwee Ceng menolak,
serdadu itu terguling jatuh. Sebelumnya Kwee Ceng
sempat merampas tombaknya. Sekarang ia bergerak
dengan cepat dan hebat. Ia membuka jalan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merobohkan setiap serdadu di depan atau di
sampingnya. Ia berhasil kabur, maka Chilaun dan
barisannya mengejar pemuda itu.
Dengan cara ini, Kwee Ceng tidak jadi menuju
gunung, melainkan ke arah bertentangan, semakin
menjauh dari gunung. Namun ia masih berpikir akan
langsung menuju Selatan atau mampir ke gunung.
Sementara itu Borchu pun menyusul dengan
barisannya.
Jenghis Khan gusar luar biasa, tetapi ia masih ingat
untuk menitahkan menangkap hidup-hidup Kwee
Ceng. Para serdadunya menyusul untuk mengurung
pemuda itu. Bahkan ada pasukan berkuda yang
mendahului ke Selatan untuk mencegat.
Kwee Ceng bertindak nekat, la berhasil menerobos
pasukan Borchu. Sekarang pakaian dan kudanya
telah berlepotan darah. Ia meraba tubuh ibunya,
terasa dingin. Ia sedih bukan main, tetapi ia
menguatkan hati. Dilarikannya kudanya ke Selatan.
Ia berhasil meninggalkan semua pengejarnya jauh di
belakang, namun sementara itu hari sudah mulai
terang, sang fajar telah menyingsing. Ia masih
berada di daerah musuh, bahkan di pusatnya...
Masih ada ribuan li untuk sampai di Tionggoan.
Bisakah ia seorang diri, dengan membawa-bawa
jenazah ibunya, meloloskan diri?
Tengah berlari. Kwee Ceng melihat debu mengepul
di depannya. Itu pasti pasukan berkuda. Ia memutar
kudanya untuk kabur ke timur.
Mendadak kaki depan kuda itu tertekuk, binatang itu
tidak dapat bangun lagi.
Dalam keadaan seperti itu, pemuda ini tidak mau
menyerah. Ia memondong tubuh ibunya, sambil
mencekal keras tombaknya, la maju untuk menyerbu
pasukan itu. Tiba-tiba ia terkejut. Sebatang anak
panah menyambar, tepat mengenai ujung tombaknya.
Ia merasakan getaran akibat bentrokan itu. Celaka
untuknya, ujung tombak itu patah. Menyusul itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebatang anak panah lain menyambar ke dadanya. Ia
melemparkan tombaknya, menangkap anak panah itu.
Ketika mengamati anak panah itu, ia melengak.
Ujung anak panah yang tajam itu tidak ada. Ia tidak
bisa diam saja. Ia mendongak memandang ke depan.
Terlihat olehnya perwira yang mengepalai pasukan
berkuda di depan itu menahan barisannya. Sang
perwira maju menghampiri seorang diri. Kwee Ceng
mengenali Jebe, jago panah yang menjadi gurunya
dalam ilmu memanah.
."Guru, apakah Guru hendak menangkapku?" tanya
Kwee Ceng.
"Ya," sahut Jebe.
Kwee Ceng berpikir cepat, "Kelihatannya aku tak
bakalan bisa lolos. Daripada ditangkap orang lain,
biarlah aku menyerahkan diri pada guruku ini." Maka
ia lantas berkata, "Baiklah! Tapi aku mau
menguburkan ibuku dulu!" Ia melihat ke sekitarnya.
Di kirinya ada bukit kecil. Ia membawa jenazah ibunya
ke sana. Dengan tombak buntungnya ia menggali
tanah. Setelah berhasil membuat liang, ia meletakkan
tubuh ibunya di situ, la tidak tega mencabut belati di
dada ibunya. Ia lantas berlutut untuk paykui, kemudian
menguruk liang itu. Ia sedih bukan main mengingat
budi serta kesengsaraan ibunya, sampai-sampai tidak
sanggup menangis lagi.
.Jebe melompat turun dari kudanya. Ia paykui empat
kali di depan kuburan Li Peng, kemudian
menyerahkan kantong anak panah, busur, dan
tombaknya kepada si pemuda. Terakhir ia
menyerahkan kudanya sendiri, tali lesnya dijejalkan ke
tangan si murid. Ia berkata, "Pergilah! Mungkin kita tak
bakal bertemu lagi...."
Kwee Ceng tercengang.
"Guru!" katanya.
"Dulu kau bersedia berkorban menolongku " kata
Jebe. "Apakah kausangka aku bukan laki-laki hingga
aku pun tak bisa berkorban menolongmu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, Guru, kau melanggar titah Khan, kau bisa
terancam bahaya...."
"Aku telah berperang ke timur dan ke barat. jasaku
bukannya sedikit," kata Jebe. "Maka kalau Khan
mempersalahkanku, paling juga aku dirangket,
kepalaku tak bakal dipenggal. Maka lekaslah kau
pergi!"
Kwee Ceng masih ragu-ragu.
"Aku khawatir pasukanku tidak menaati perintahku,
maka yang kubawa ini bekas pasukanmu yang
berperang di Barat." Jebe menambahkan. "Tanyailah
mereka, apakah mereka temaha akan jasa dan akan
menawanmu...."
Kwee Ceng menuntun kuda menghampiri pasukan
itu. Serentak semua serdadu turun dari kuda mereka,
lantas berlutut di tanah. Mereka berkata, "Kami
mengantar Ciangkun pulang ke Selatan!"
Kwee Ceng mengawasi. Mereka memang bekas
pasukannya yang pernah menantang bahaya
bersamanya, maka ia menjadi sangat terharu, la
berkata, "Aku bersalah pada Khan yang Agung. Berat
hukumanku. Sekarang kalian melepaskan aku, jika
Khan Agung tahu hal ini, besar risiko yang harus kalian
pikul..."
"Ciangkun baik sekali pada kami, budi itu sebesar
gunung, kami tak berani melupakannya." sahut
semua serdadu itu.
Pemuda itu menghela napas, lantas menjura
kepada mereka. Sesudah itu dengan memegang
tombak ia melompat naik ke kudanya. Tepat saat akan
melarikan kudanya, ia melihat debu mengepul di
depannya. Kembali sepasukan serdadu berkuda
mendatanginya, la terkejut, demikian juga Jebe.
“Aku telah bersalah melepaskan Kwee Ceng, kalau
aku melawan pasukan ini, terang aku memberontak,"
pikir Jebe. Tapi ia tidak mengubah putusannya, ia
berkata pada si anak muda, "Anak Ceng, lekas lari!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hampir berbareng dengan itu, terdengar teriakan
para serdadu yang baru datang, "Jangan ganggu
Huma! Jangan ganggu Huma!"
Sekarang terlihat jelas ternyata pasukan itu
membawa bendera Pangeran Keempat, malahan
seorang penunggang kuda segera bergegas
menghampiri dari antara pasukan itu. Orang itu
adalah Tuli yang sedang menunggang kuda merah
Kwee Ceng, tidak heran kalau ia datang cepat sekali.
Begitu tiba di depan Kwee Ceng, pangeran itu
melompat turun dari kudanya.
"Anda, apakah kau tak terluka?" demikian
pertanyaannya yang pertama.
"Tidak," jawab Kwee Ceng. "Guru Jebe hendak
menawan dan membawaku menghadap Kha Khan!"
Sengaja Kwee Ceng bicara begitu untuk mencegah
gurunya itu dicurigai.
Tuli melirik Jebe. lalu berkata pada Kwee Ceng,
"Anda, naiklah ke kuda merahmu ini dan lekaslah
pergi!" Ia meletakkan bungkusan di atas kuda merah
itu dan menambahkan, "Ini uang emas seribu taill Di
belakang hari kita akan bertemu lagi!"
Kwee Ceng mengerti, ia lantas melompat naik ke
kuda merahnya. Ia berkata kepada saudara angkatnya
itu, "Tolong sampaikan pada Adik Gochin agar dia
merawat diri baik-baik! Biarlah dia menikah dengan
orang lain, jangan memikirkan diriku lagi...."
Tuli menghela napas.
"Selamanya Adik Gochin tak mau menikah dengan
orang lain," ia berkata. "Kurasa dia bakal pergi ke
Selatan untuk mencarimu. Kalau itu sampai terjadi,
aku nanti mengatur orang untuk mengantarkannya."
"Jangan, jangan mencariku," kata Kwee Ceng.
"Jangan kata di dalam negara yang luas sulit
mencariku, umpama kita akhirnya dapat bertemu,
cuma akan menambah keruwetan!"
Tuli diam, Kwee Ceng diam juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jalanlah, akan kuantar kau serintasan!" kata si
pangeran kemudian.
Kwee Ceng menurut, ia menyuruh kudanya berjalan.
Tuli naik kuda yang lain, mereka berjalan berendeng.
"Anda," kata Kwee Ceng setelah mereka berjalan
sekitar tiga puluh li. "silakan kau kembali. Ada yang
bilang, meski mengantar sampai seribu li, akhirnya
mesti berpisah juga."
"Aku akan mengantarmu serintasan lagi," kata Tuli.
Maka berjalanlah mereka sampai sepuluh li lebih. Di
sini keduanya turun dari kuda masing-masing untuk
saling menjura, kemudian dengan sama-sama
mengucurkan air mata, mereka berpisahan. Tuli
mengawasi Kwee Ceng hingga tampak kecil sekali lalu
lenyap, barulah ia memutar kudanya untuk kembali. Ia
masygul bukan main.
Kwee Ceng melarikan kudanya selama beberap hari,
akhirnya ia keluar dari daerah yang berbahaya.
Sekarang ia langsung menuju Selatan. Di sepanjang
jalan, ia menyaksikan bekas-bekas peperangan,
terutama rumah-rumah rusak dan tulang-tulang
berserakan. Pemandangan yang menggiriskan. Ia
sedih sekali.
Akhirnya sampai juga Kwee Ceng di Tionggoan. Ia
merasa dirinya seperti orang asing, sebab tidak tahu
mesti pergi ke mana. la tidak mempunyai rumah dan
sanak saudara. Dalam setahun, ia kehilangan ibunya.
Oey Yong, dan guru-gurunya, la ingat Auwyang Hong
dan timbul niatnya untuk membalaskan dendam Oey
Yong, tetapi begitu ingat keadaan yang menyedihkan
sekali di Khoresm, hatinya menjadi tawar, la berhasil
membalaskan sakit hati ayahnya, namun demikian
banyak jiwa manusia yang melayang dalam keadaan
memilukan. la jadi sangsi, jangan-jangan balas
dendam itu bukan cara yang tepat untuknya.
"Seumur hidup aku belajar ilmu silat, sekarang
beginilah kepandaianku," ia berpikir. "Tapi aku tak
bisa membela kekasihku dan ibuku, maka apa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gunanya aku belajar silat? Tujuan hidupku adalah jadi
orang baik-baik, bagaimana sekarang? Siapa yang
memperoleh kesenangan karenanya? Ibu dan Yongji
binasa gara-gara aku.... Karena aku, seumur hidup
Adik Gochin takkan senang... Ya, banyak orang yang
telah kubikin celaka...."
Ia berhenti berpikir sebentar, terus melamun lagi.
"Wanyen Lieh dan Raja Khoresm memang orangorang
busuk, tapi bagaimana dengan Jenghis Khan?
Dia membunuh Wanyen Lieh, dia orang baik. Dia
telah memelihara ibuku dan aku selama dua puluh
tahun, tapi dia menitahkanku untuk menyerang
Pemerintah Song, dan sekarang dia memaksakan
kematian ibuku. Dengan Yo Kang aku saling
mengangkat saudara, tapi hatinya tidak lurus. Adik
Liam Cu orang baik, mengapa dia mencintai Yo Kang
mati-matian? Anda Tuli baik sekali padaku, kalau nanti
dia menyerang ke Selatan, haruskah aku
menghadapinya di medan perang untuk bertempur
hidup-mati? Tidak, tidak! Setiap orang punya ibu yang
telah mengandungnya selama sembilan bulan dan
susah payah merawatnya hingga besar, maka mana
bisa aku membunuh anak orang hingga ibunya bakal
jadi susah?"
Ia diam, berpikir lagi.
"Belajar silat adalah untuk menghajar orang,
membunuh orang...," ia melamun lebih jauh.
"Kelihatannya hidupku selama dua puluh tahun salah
semuanya. Dengan rajin dan susah payah aku belajar
silat, akhirnya cuma untuk mencelakai orang.... Kalau
tahu begini, lebih baik aku tak mengerti silat sama
sekali! Tapi kalau tak belajar silat, aku mesti
mengerjakan apa? Sebenarnya untuk apa aku hidup
di dunia? Setelah beberapa puluh tahun nanti,
bagaimana lagi? Bukankah lebih baik mati siangsiang?
Kalau aku hidup terus, bukankah akan lebih
banyak keruwetan? Tapi kalau aku mati siang-siang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk apa ibuku melahirkan aku? Kenapa Ibu mesti
bercapek lelah merawatku hingga besar?"
Semakin lama pikirannya menjadi semakin ruwet.
Selama beberapa hari Kwee Ceng merasa tidak
keruan, makan tidak bernafsu, tidur pun kurang. la
mondar-mandir di tegalan, memikirkan semua
pertanyaannya itu.
"Ibuku dan semua guruku mengajariku supaya
memegang kepercayaan," kemudian ia berpikir lagi.
"Sekarang timbul urusan Yongji. Aku sangat
mencintainya. Tapi di sana ada putri Jenghis Khan.
Dapatkah aku menolak putri itu? Kesudahannya
perjodohanku itu menyebabkan kematian ibuku dan
Yongji, dan karenanya Khan yang Agung, Tuli, dan
Adik Gochin jadi bersusah hati.... Ketujuh guruku dari
Kanglam dan Suhu Ang adalah orang-orang gagah
dan mulia hatinya, tapi tak ada satu pun yang selamat.
Sebaliknya Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin jahat,
kenapa mereka hidup merdeka dan senang?
Sebenarnya di dunia ini ada hukum Thian atau
tidak...?"
Suatu hari tibalah anak muda ini di sebuah dusun
di kota Cee-Iam, Shoatang. la singgah di rumah
makan, la duduk seorang diri menenggak arak,
pikirannya pepat. Ketika ia baru minum tiga cawan,
mendadak seorang laki-laki menghampirinya, sambil
menuding dan mendamprat. "Hai, Tartar bangsat, kau
telah memusnahkan rumahku dan membinasakan
keluargaku, sekarang aku hendak mengadu jiwa
denganmu!" Kata-kata itu disusul dengan tinjunya.
Kwee Ceng terkejut, heran. Langsung ia menangkis
sambil menangkap, ketika ia menarik pelan saja,
orang itu jatuh ngusruk. Jelas orang itu tidak mengerti
ilmu silat. Kepalanya mengenai lantai dan darahnya
mengucur.
"Saudara, apakah kau salah lihat orang?" tanyanya
seraya menolong orang itu bangun, la merasa tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
enak hati tanpa sengaja melukai. Orang itu gusar
sekali.
"Tartar bangsat! Tartar bangsat!" cacinya berulangulang.
Dari luar rumah makan lantas menerobos masuk
belasan orang. Tanpa banyak omong mereka
menyerbu Kwee Ceng. Tentu saja anak muda ini
menjadi repot. Ia main berkelit, karena tidak mau
melukai orang lain. Tapi ia repot, sebab serangan
makin seru, sedangkan ruangan sempit.
Tiba-tiba dari balik pintu terdengar suara nyaring,
"Anak Ceng, kau bikin apa di sini?"
Kwee Ceng lantas menoleh, untuk melihat orang
yang menegurnya, la mendapati imam dengan kumis
putih panjang, romannya suci dan berwibawa. Ia
mengenali Khu Ci Kee, maka ia girang bukan main.
"Tootiang!" jawabnya. "Tak keruan orang-orang ini
mengepungku!"
Khu Ci Kee lantas masuk, mendorong setiap orang,
kemudian menarik tangan si anak muda,
mengajaknya berlalu. Mereka disusul oleh banyak
orang yang gusar, tapi setibanya di luar, setelah Kwee
Ceng memanggil kuda merahnya, dengan cepat
mereka menghilang.
Setelah mereka tinggal berdua, Kwee Ceng
mengulangi keterangan bahwa ia dikeroyok tanpa
sebab.
Khu Ci Kee tertawa. "Kau berdandan sebagai orang
Mongolia, maka mereka salah menyangkamu,"
katanya.
Di wilayah Provinsi Shoatang ini, orang Mongolia
telah bertempur hebat dengan orang Kim. Penduduk
Shoatang telah sangat menderita karena bangsa
Kim, maka mereka membantu bangsa Mongol. Siapa
tahu, ternyata bangsa Mongol itu sama kejamnya
dengan bangsa Kim. Setelah bangsa Kim dikalahkan,
mereka pun menindas rakyat. Maka rakyat sangat
gusar dan benci. Sudah biasa terjadi, apabila ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pasukan tentara Mongolia lewat dan salah satu
serdadu atau opsirnya tertinggal orang itu lantas
dibunuh rakyat.
"'Kenapa kau membiarkan dirimu ditinju dan
ditendangi?" tanya Ci Kee kemudian. "Lihat, kau jadi
tak keruan, tubuhmu bengkak dan bengep...."
Kwee Ceng menghela napas.
"Aku tak berniat melayani mereka," sahutnya sedih.
Ia lantas menceritakan tentang ibunya yang seperti
dipaksa bunuh diri oleh Jenghis Khan.dan bahwa
selama ini pikirannya kacau.
Khu Ci Kee terkejut.
"Kalau Jenghis Khan bemiat menyerang Kerajaan
Song, mari kita lekas berangkat ke Selatan," katanya.
"Pemerintah mesti diberi kisikan supaya siap sedia
menyambut musuh!"
"Apa gunanya?" tanya si pemuda sambil
menggelengkan kepala. "Kesudahannya kedua pihak
bakal berperang hingga mayat-mayat bakal
bertumpuk setinggi gunung, rumah rakyat akan
musnah, dan nyawa rakyat akan lenyap...."
"Kalau Kerajaan Song dimusnahkan bangsa Mongol,
rakyat bakal lebih menderita," Tiang Cun Cu. memberi
pengertian. "Penderitaan itu tiada taranya."
"Tootiang," kata si anak muda, "ada banyak soal yang
tak kumengerti, tolong Tootiang jelaskan."
Khu Ci Kee menggandeng anak muda itu,
mengajaknya ke bawah pohon, lalu mereka duduk
bersama.
"Bicaralah!" katanya.
Kwee Ceng mengutarakan keruwetan dalam hatinya.
kemudian menghela napas dan menambahkan,
"Sekarang aku memuruskan tak berniat bentrok
dengan siapa pun. Aku menyesal tak dapat melupakan
ilmu silatku. Tadi pun tanpa sengaja aku melukai orang
itu hingga berdarah...."
"Anak Ceng, pandanganmu salah," kata Tiang Cun
Cu sambil menggeleng. "Beberapa puluh tahun lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketika muncul kitab mestika Kiu Im Cin Keng, orangorang
gagah kacau, memperebutkannya dengan
saling bunuh, sampai kemudian ada keputusan dalam
rapat di Gunung Hoa San, tempat orang melakukan
pertempuran terakhir. Di sana guruku, Ong Tiong
Yang, telah keluar sebagai pemenang, berhasil
mendapatkan kitab itu. Mulanya guruku juga berpikir
akan memusnahkan kitab itu, tapi kemudian
mengubah niatnya. Dia ingat bahwa air dapat
membuat perahu berlayar, tapi juga dapat
mengaramkannya. Keberuntungan dan bencana
tergantung pada masing-masing orang. Maka ia
mempertahankan dan menyimpan kitab itu.
Kepandaian manusia, sipil maupun militer, tentara
kuat, serta senjata tajam, semuanya bisa membuat
manusia beruntung, tapi juga bisa membikin manusia
celaka. Kau tahu, asal orang berniat baik, makin
gagah dia makin baik. Karena itu, mengapa kau ingin
melupakan ilmu silatmu?"
Kwee Ceng berpikir. Ia berkata, "Tootiang benar,
tapi... sekarang kaum kangouw rata-rata menyebut
Sesat Timur, Racun Barat, Raja Selatan, dan
Pengemis Utara sebagai orang-orang yang paling
gagah. Untuk menyamai kepandaian mereka, sukar
bukan buatan. Tapi lihatlah, apa gunanya
kepandaian mereka itu? Kulihat tak ada faedahnya
bagi manusia."
Ditanya begitu, Khu Ci Kee melengak. Selang
sejenak, ia berkata, "Oey Yok Su aneh, pasti ada
sebabnya yang tak dapat dilampiaskannya. Dia
sekarang berbuat sesuka hatinya, tak pernah memikirkan
orang lain, maka aku tak mau mengambil
perbuatannya sebagai teladan. Auwyang Hong jahat,
dia tak usah dibicarakan lagi. Toan Hongya baik
hati, kalau tetap menjadi raja, dia bisa berbuat
banyak untuk rakyat. Sayang karena satu urusan
kecil, hatinya jadi tawar hingga sekarang dia
bersembunyi. Lain halnya dengan Ang Cit Kong. Dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetap bekerja untuk orang banyak, padanya aku
kagum dan takluk sekali. Akan segera tiba saatnya
pertemuan di Hoa San. Meski ada orang yang
dapat melebihi kegagahannya. aku percaya orang
banyak bakal mengangkat dia jadi orang nomor satu
di Rimba Persilatan."
Mendengar disebutnya pertemuan orang gagah di
Gunung Hoa San, Kwee Ceng lantas ingat gurunya.
"Apakah luka guruku sudah sembuh?" tanyanya.
"Benarkah guruku bakal turut ambil bagian dalam
pertemuan di Hoa San itu?"
"Sejak aku kembali dari Barat, belum pernah
aku bertemu dengan Ketua Ang," sahut Ci Kee.
"Tapi aku percaya, bagaimanapun dia tentu bakal
pergi ke Hoa San. Sekarang aku sedang dalam
perjalanan ke Hoa San, bagaimana kalau kau turut
aku pergi ke sana untuk melihat-lihat?"
Kwee Ceng menggeleng. Hatinya telah tawar
dan kepalanya pusing kalau ingat soal pergulatan
itu. Ia menjawab, "Maaf, Tootiang, aku tak bisa
turut Tootiang pergi ke sana."
"Habis kau hendak pergi ke mana?"
"Aku tidak tahu. Aku pergi ke mana saja kakiku
melangkah...."
Imam itu sedih. Menurut penglihatannya, pemuda
itu seperti baru sembuh dari sakit berat. Ia mencoba
membujuknya, tetapi anak muda itu tetap menggoyangkan
kepala. Ia berpikir, Kwee Ceng biasanya
menuruti kata-kata Ang Cit Kong, ada baiknya
kalau pemuda ini mau pergi ke Hoa San untuk
bertemu dengan gurunya itu. Bagaimana ia mesti
membujuknya?
"Anak Ceng," katanya kemudian. "Kau ingin
melupakan ilmu silatmu, untuk itu ada jalannya,"
katanya kemudian.
"Benarkah itu, Tootiang?"
Mendadak pemuda ini tertarik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya," sahut Ci Kee. "Ada seseorang yang di luar
tahunya telah meyakini ilmu yang mahir dari Kiu lm
Cm Keng, kemudian dia merasa pelajaran itu
menyalahi janjinya, dia menyia-nyiakan pesan
seseorang, maka dia ingin melupakan ilmu itu.
Dia lalu mencoba sebisa-bisanya. Kalau kau hendak
mencontohnya, kau mesti mencari dia untuk minta
diajari."
Kwee Ceng melompat bangun.
"Benar!" katanya. "Orang itu Kakak Ciu Pek Thong!"
Mendadak muka pemuda ini memerah, la likat
sendiri, ingat bahwa Ciu Pek Thong adalah paman
guru Ci Kee dan ia memanggilnya "Kakak" saja.
Khu Ci Kee dapat menerka penyebab jengahnya
pemuda itu. la tersenyum dan berkata. "Paman Guru
Ciu memang biasanya tidak membedakan derajat,
maka kau dapat memanggilnya sesukamu."
"Sekarang dia ada di mana?"
"Dia bakal menghadiri pertemuan di Hoa San. Dia
tentu akan pergi ke sana."
"Baiklah, aku akan ikut Tootiang” kata Kwee Ceng
akhirnya.
Ci Kee puas, ia lantas mengajak anak muda itu
berangkat. Mereka berjalan bersama. Di dusun
pertama, Kwee Ceng membelikan si imam seekor
kuda, untuk mempercepat perjalanan mereka. Tujuan
mereka adalah Barat. Suatu hari, tibalah mereka di
kaki Gunung Hoa San di sebelah selatan. Mereka
lantas singgah di perhentian San-sun-teng. Di samping
tempat itu tumbuh dua belas batang pohon
rotan yang dinamakan "rotan naga", karena batangnya
panjang dan berbentuk mirip naga.
"Hoa San merupakan gunung suci bagi kami
kaum Too Kauw," kata Khu Ci Kee. "Menurut
cerita, dua belas batang pohon rotan ini dulunya
ditanam oleh Hi I Sianseng Tan Pok Loocouw."
"Tan Pok Loocouw? Bukankah dia dewa yang tidur
selama genap setahun tanpa bangun sama sekali?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tan Pok Loocouw lahir di akhir zaman Tong.
Sepanjang lima pemerintahan, setiap kali mendengar
penguasa kerajaan berganti, selalu dia tidak
puas, maka dia mengunci pintu rumahnya, terus
tidur. Orang bilang dia tidur setahun suntuk tanpa
mendusin. Yang benar ialah, karena jengkel mengingat
nasib rakyat, dia tak suka memunculkan diri.
Yang terakhir, ketika mendengar Song Thay-couw
naik takhta, dia baru dapat tertawa lebar dan
mengatakan bahwa mulai saat itu negara bakal
aman sentosa."
"Kalau Tan Pok Loocouw lahir di zaman sekarang,
dia pasti bakal tidur lagi berbulan-bulan
dan bertahun-tahun!" kata Kwee Ceng.
Khu Ci Kee menghela napas.
"Bangsa Mongol menjagoi wilayah Utara, mereka
hendak menerjang ke Selatan. Sebaliknya
Raja Song dan menteri-menterinya bangsa dogol
semua, maka negara bakal kacau," katanya. "Kita
adalah bangsa laki-laki, meski tahu kita tak bakal
bisa apa-apa, kita perlu bangun untuk melawannya.
Sebab aku pun tak setuju dengan sikap Tan Pok
Loocouw yang main mengunci pintu dan tidur saja."
Sampai di situ mereka menghentikan pembicaraan,
menitipkan kuda di kaki gunung, lantas mereka
mendaki. Mereka melintasi Toh-hoa-peng, Hi I
Ap, dan See-bong-peng. Makin tinggi jalanan makin
sukar. Setibanya di See-hian-bun, mereka naik
dengan berpegangan pada rantai besi. Bagi mereka,
perjalanan memanjat itu tidak sulit. Kira-kira tujuh
li kemudian, tibalah mereka di Ceng-peng, Tanah
Datar Hijau. Lalu mereka menemukan batu-batu
yang berdiri tajam, di sebelah utaranya ada sebuah
batu yang memegat jalan.
"Inilah batu yang diberi nama Hwee-sim-cio,"
kata Ci Kee. Pelancong yang tiba di sini dapat
balik kembali.
Hwee-sim-cio berarti Hati Berbalik Pulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maju lebih jauh adalah tempat-tempat yang bernama
Cian-cio-kiap dan Pek-cio-kiap, celah yang
lebarnya tidak ada setengah kaki, hingga orang
mesti berjalan miring.
Kwee Ceng langsung ingat, "Kalau ada musuh
memegat dan menyerang di sini, orang yang sangat
lihai pun sukar melawan...." Baru saja ia berpikir
begitu, dari depan mereka terdengar bentakan, "Khu
Ci Kee, di Yan I Lauw kami telah mengampuni
jiwamu, apa perlunya kau sekarang mendaki
Gunung Hoa San ini?"
Khu Ci Kee mendengar suara itu, dengan segera
ia mempercepat langkahnya, hingga sampai di samping
gua. Ia mengangkat kepala melihat ke depan.
Di sana, yang merupakan ujung jalan terakhir,
terlihat lima orang, yaitu See Thong Thian, Pheng
Lian Houw, Lama Leng Ti, Nio Cu Ong, dan
Hauw Thong Hay, yang memegat jalan. Melihat
mereka itu, ia heran. Ia menyangka akan menemui
Auwyang Hong, Kiu Cian Jin, Ciu Pek Thong,
dan Ang Cit Kong, tidak tahunya, di sini ada
rombongan pengkhianat itu. Tentu saja ia mengerti
bahaya yang mengancamnya, sebab ia dan Kwee
Ceng di tempat yang letaknya buruk. Begitu terdesak,
mereka berdua bakalan terjerumus ke dalam
jurang. Karena itu. ia menghunus pedangnya, lantas
mendului melompat maju. Ia menyerang Hauw
Thong Hay, bukan saja karena orang itu yang
terlemah, tapi karena ia yang jaraknya paling dekat.
Thong Hay menangkis serangan, la lantas dibantu
Pheng Lian Houw dan Lama Leng Ti yang
menggencet musuh dengan senjata masing-masing,
poankoan-pit dan cecer, bermaksud mendesak Khu
Ci Kee sampai terjatuh ke jurang.
Khu Ci Kee tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Setelah menikam Thong Hay, ia menjejak dengan
kedua kakinya untuk melompat tinggi melewati
kepala Hauw Thong Hay. Selain bebas dari gencetTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
an, ia pun tiba di tempat yang lega.
Senjata Leng Ti dan Lian Houw mengenai batu,
hingga lelatu bepercikan.
Selama di Tiat Ciang Bio, See Thong Thian
telah kehilangan sebelah tangannya, namun ia tetap
gagah. Menampak adik seperguruannya gagal memegat
Khu Ci Kee. ia melompat maju guna
membantu. Tapi, karena lihainya Tiang Cun Cu,
yang merampas kedudukan, ia juga bisa dilewati.
Ia lantas mengejar, disusul oleh Lian Houw.
Ci Kee tidak lari terus, ia melawan dua musuhnya
itu, yang segera dibantu Lama Leng Ti, hingga
ia jadi dikepung tiga orang.
Selama pertempuran itu berjalan, Kwee Ceng
tidak membantu Khu Ci Kee, padahal sepantasnya
ia turun tangan di pihak imam itu. Hatinya tawar,
ia jemu dengan pertarungan. Bukan saja ia tidak
sudi membantu, melihat pun tidak. Untuk naik
terus, ia mengambil jalan lain, ialah dengan berpegangan
pada oyot rotan. Toh ia terganggu satu
pertanyaan yang berkutat dalam hatinya, "Bantu
atau jangan? Bantu atau jangan...?'1
"Bagaimana kalau Khu Tootiang mereka binasakan?
Bukankah itu salahku? Kalau aku membantu
dan mereka mati, perbuatanku itu benar atau salah?"
Pikirannya terus-menerus terganggu, sedangkan
ia tidak menunda jalannya, hingga kupingnya
tidak mendengar lagi bunyi senjata beradu. Sekarang
ia berhenti untuk menyender pada batu. Ia
bengong.
Tiba-tiba ada bunyi di sampingnya, di belakang
pohon cemara. Ia segera menoleh. Ia melihat seorang
bermuka merah dan berambut putih, yaitu Nio
Cu Ong. Orang ini tahu Kwee Ceng lihai, ia takut,
maka ia bersembunyi. Namun Kwee Ceng tidak
peduli, ia terus merenung, mulutnya kemak-kemik.
Nio Cu Ong heran. Ia menduga si pemuda
tidak melihatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aneh kelakuan bocah ini," pikirnya. "Baiklah
kucoba-coba." Ia tidak berani mendekat, ia memungut
batu, lalu menimpukkannya ke punggung
si pemuda.
Mendengar bunyi sambaran angin, Kwee Ceng
berkelit, tapi ia masih diam saja.
Som Siam Lao Koay merasa lega. Ia menghampiri
beberapa langkah.
"Menghajar orang adalah perbuatan yang sangat
busuk, itu tidak pantas." katanya.
"Oh. kau pun berpikir demikian?" tanya si anak
muda "Sungguh aku ingin dapat melupakan ilmu
silatku...."
Mata Nio Cu Ong bersinar tajam. Kebenciannya
jadi bertambah begitu ia ingat pemuda ini telah
mengisap darah ularnya. Ia mendekati Kwee Ceng
dari belakang, tapi berkata pelan, "Aku juga sedang
berpikir untuk melupakan ilmu silatku. Bagaimana
kalau aku membantumu?"
Kwee Ceng jujur, pikirannya sedang bimbang,
ia lupa akan kelicikan orang itu.
"Baik," jawabnya. "Bagaimana caranya?"
"Aku tahu caranya," jawab Cu Ong, lalu mendadak
mencekuk dua jalan darah thian-cu di leher
belakang dan sin-tong di punggung Kwee Ceng.
Kwee Ceng terkejut, tubuhnya langsung terasa
kaku, ia tidak dapat bergerak.
Cu Ong memegang kuat-kuat, kemudian menggigit
leher pemuda itu untuk mengisap darahnya.
la mau ganti menyedot darah pemuda itu. Bukan¬kah
ular yang sudah dipeliharanya susah-susah
menjadi korban si pemuda?
Kwee Ceng sangat kesakitan, sampai kedua matanya
kabur la berontak, tapi dua jalan darahnya telah
ditekan, tenaganya habis, la melihat roman Cu Ong
yang sangat bengis dan menakutkan, la merasa semakin
sakit, sebab gigitan orang itu keras. Bukankah
ia akan binasa kalau tenggorokannya putus? Dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kagetnya, mendadak ia berontak lagi. Kali ini ia
menggunakan tipu yang didapatnya dari / Kin Toan
Kut Piant dan tenaganya juga terkerah pada kedua
jalan darah yang ditekan itu.
Nio Cu Ong sedang menekan ketika ia merasa
ada tenaga menolak yang keras, lantas • telapak
tangannya sakit, tekanannya pun terus meleset,
seperti berada di tempat licin.
Kwee Ceng menunduk, lalu tenaganya di pinggang
bekerja.
Begitu anak muda ini membungkuk, tubuh Cu
Ong terangkat, lalu terlempar dari punggung si
anak muda. Ia menjerit ngeri, karena tubuhnya
terlempar ke arah jurang. Menyusul itu dari dalam
jurang terdengar jeritan yang lebih hebat lagi,
menyayat hati, berkumandang ke segala penjuru
lembah, membuat bulu roma berdiri.
Kwee Ceng menjublek karena kejadian itu. Ia
mengusap-usap lehernya yang luka tergigit, lalu
sadar bahwa dengan ilmu silatnya ia kembali telah
membunuh. Pikirnya, "Kalau aku tak membunuhnya,
dia akan membunuhku. Kalau dengan membunuhnya
aku berbuat tak pantas, lalu bagaimana
dengan dia yang hendak membunuhku, perbuatannya
pantas atau tidak?" Ia melongok ke jurang
yang sangat dalam. Ia tidak melihat apa pun,
maka tak tahulah ia, di bagian mana Nio Cu Ong
terjatuh....
Sambil duduk di batu, Kwee Ceng membalut lukanya.
Selang sekian lama, mendadak terdengar bunyi
seperti langkah kaki, namun kadang-kadang terputus.
Segera terlihat seorang aneh muncul dari
tikungan Ia terkejut tapi mengawasi. Orang itu
berkelakuan aneh, berjalan dengan kaki di atas dan
kepala di bawah, kedua tangannya diulurkan lempeng
ke samping tubuhnya. Karena jalannya berlompatan,
terdengar bunyi luar biasa dari batok
kepala yang membentur bebatuan gunung. KemudiTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
an ia lebih heran lagi. Setelah mengawasi, ia
mendapati orang itu adalah si Racun Barat Auwyang
Hong.
Kwee Ceng baru saja diperdaya orang. Ia menduga
Racun Barat pun sedang pasang siasat, maka
ia lantas mundur dua langkah. Ia pasang mata
sambil siaga.
Auwyang Hong aneh. Ia melompat naik ke
batu, tidak ambil mumet pada si anak muda. Dia
berdiri tegar dengan kepalanya seperti mayat hidup.
"Paman Auwyang, kau sedang apa?" akhirnya
Kwee Ceng bertanya.
Si Racun Barat tetap tidak memedulikannya, ia
seperti tidak mendengar pertanyaan pemuda itu.
Kwee Ceng mundur lagi beberapa langkah su¬paya
berdiri agak jauh. Ia memasang tangan kiri
di dadanya, sebab khawatir jago dari Barat itu
menyerangnya mendadak.
Tetapi Auwyang Hong tetap berdiri dengan cara
aneh itu, dan Kwee Ceng terus memperhatikan.
Selang sesaat, karena penasaran dan ingin tahu,
Kwee Ceng mengawasi muka orang tua itu sambil
membungkuk dan menempelkan kepalanya ke
tanah. Ia melihat lewat selangkangannya dengan
mementangkan kedua kakinya. Baru sekarang ia
melihat dengan tegas.
Kepala Auwyang Hong bermandikan peluh,
mukanya meringis.
Kwee Ceng menduga orang itu tentu sedang
melatih suatu ilmu. Ia pun lantas melihat Racun
Barat mementang kedua tangannya, tubuhnya ditekuk
sedikit hingga mirip keong besar. Tangannya
digerakkan, makin lama makin cepat
Ilmu itu aneh, pantas Auwyang Hong berlatih
di tempat sepi. Kalau keliru cara mempelajarinya,
barangkali ilmu ini bakal membuat orang itu sesat
dan membahayakan keselamatan dirinya sendiri.
Namun aneh, kenapa yang dipilihnya justru Gunung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hoa San ini, tempat pertemuan itu? Bukankah di
sini bakal segera berkumpul banyak orang? Kenapa
ia seperti tidak menjaga diri? Tidakkah dalam
keadaan seperti ini Racun Barat gampang dibokong?
Mungkin orang yang tidak mengerti ilmu
silat pun dapat dengan gampang merobohkannya....
Tiba-tiba pemuda ini ingat sakit hatinya. Mengapa
ia tidak mau menuntut balas? Bukankah ini
kesempatan baiknya? Namun karena baru saja
membinasakan Nio Cu Ong, ia jadi sangsi. Ia
tidak lantas turun tangan.
Auwyang Hong tetap tidak memedulikan si anak
muda. Setelah berlatih sekian lama, kembali terdengar
bunyi nyaring kepalanya. Ia kembali ke
tempat dari mana tadi ia muncul.
Bukan main herannya Kwee Ceng. Ia menjadi
ingin tahu, maka diam-diam ia melangkah mengikuti.
Auwyang Hong berjalan dengan kepala tetapi
tidak kalah cepat dari orang yang berjalan biasa
dengan kaki. Yang lebih heran lagi. ia juga dapat
mendaki gunung, makin lama makin tinggi.
Kwee Ceng mengikuti terus sampai di depan gua.
Di situ ia berhenti, bersembunyi di balik batu besar.
Tepat di depan gua itu Auwyang Hong berhenti.
Mendadak ia berkata bengis, "Haphouvvbun-poateng
sengji-kit-kin, si-kouw-ji! Tidak, tak tepat
penjelasanmu ini! Tak sempurna aku melatihnya."
Kwee Ceng terkejut. Itu bunyi kitab Kht Im Cin
Keng palsu yang ditulisnya selama di atas perahu di
tengah laut ketika ia dipaksa si Racun Barat.
Dengan siapa si Bisa Bangkotan sedang bicara?
Lantas dari dalam gua terdengar jawaban seorang
wanita.
"Latihanmu belum sempurna, pasti kau tak memperoleh
hasil," demikian suara nona itu. "Kapan
aku salah membacakannya?"
Kwee Ceng terkejut berbareng girang, ia hampir
berteriak. Itu suara Oey Yong, yang dipikirkannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siang-malam! Jadi. mungkinkah nona itu tak binasa
di gurun pasir? Apakah ia tengah bermimpi? Atau,
apakah ia salah mendengar atau salah mengenali?
"Aku berlatih menurut penjelasanmu, tak mungkin
salah!" kata Auwyang Hong. "Sekarang aku
merasakan otot jim-wi dan yang-wi-ku tak tersalur
dengan betul."
"Aku sudah bilang, latihannya masih kurang,"
si nona pun berkeras. "Kalau kaupaksakan. percuma
saja."
Sekarang Kwee Ceng mendengar jelas sekali.
Tidak salah, itulah Oey Yong, Yongji-nya. Saking
girangnya, tubuhnya terhuyung, hampir ia pingsan.
Ia menguatkan hati, maka luka di lehernya pecah
hingga berdarah, merembesi balutannya. Tapi ia
seperti tidak merasakannya.
Auwyang Hong terdengar berkata lagi, suaranya
menyatakan ia gusar sekali.
"Besok tengah hari tepat adalah saat pertemuan
itu berlangsung, mana dapat aku berlatih ayalayalan!"
katanya bengis. "Lekas terjemahkan seluruh
isi kitab itu, jangan coba-coba main gila!"
Sekarang Kwee Ceng mengerti betul bahwa orang
itu sedang mempelajari Kiu Im Ciri Keng. Ia akan
memakai ilmu itu untuk mengadu kepandaian dalam
pertemuan, supaya menjadi orang kosen nomor satu.
Pantas Racun Barat gelisah.
Dari dalam terdengar tawa Oey Yong.
"Kau telah berjanji pada Kakak Ceng-ku, dia
sudah mengampuni jiwamu sampai tiga kali," kata
si nona. "Karena itu, kau tak dapat memaksaku,
kau mesti menyerah, menanti sampai hatiku senang
untuk mengajarimu...."
Kwee Ceng senang mendengar gadis itu menyebutnya
Kakak Ceng-ku. Ia nyaris tidak dapat
mengendalikan diri lagi, hampir ia melompat sambil
berseru dan berlari menghampiri si nona manis.
Auwyang Hong tertawa dingin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Temponya sudah mendesak, meskipun ada, janji
itu sekarang mesti ditangguhkan!" katanya sengit.
Lantas ia menggerakkan tubuhnya, dalam sekejap
ia telah berdiri dengan kakinya. Terus ia melangkah
lebar-lebar ke gua itu.
"Tak tahu malu!" seru Oey Yong. "Tidak, aku tak
mau mengajarimu!"
Auwyang Hong kembali memperdengarkan tawa
dinginnya lagi hingga beberapa kali.
"Aku mau lihat, kau mengajariku atau tidak!"
katanya, kali ini perlahan.
79. INSAF
MENDADAK terdengar jeritan Oey Yong, disusul
bunyi robeknya baju.
Di saat seperti itu, Kwee Ceng lupa akan keruwetan
persoalannya sendiri, yaitu pantas atau
tidak ia menggunakan ilmu silatnya untuk melawan.
Ia berteriak, "Yongji, aku akan membantumu!" Ia
lantas melompat, berlari ke dalam gua. Tepat saat
itu ia melihat Auwyang Hong memegang tongkat
si nona dengan tangan kirinya, tangan kanannya
akan dipakainya untuk mencekuk lengan kiri nona
itu. Untuk mengatasi itu Oey Yong menggunakan
jurus Menyontek Anjing Buduk. Dengan menolak
dan terus menarik, ia dapat meloloskan tongkatnya,
hingga berbareng dengan itu tangan kirinya pun
terbebas.
"Bagus!" Auwyang Hong memuji. Ia hendak
menyerang lagi ketika mendengar suara Kwee
Ceng dari luar gua. Mendadak mukanya memerah.
Bukankah ia telah memberikan janjinya? Mana dapat
ia menyangkal janji itu? Ia berbuat begini pun karena
terpaksa. Ia malu pada dirinya sendiri. Maka langsung
ia mengundurkan diri. dengan berkelit ia melompat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keluar gua, menutupi mukanya dengan lengan bajunya.
Dalam sekelebatan saja, ia telah menyingkir ke
luar gua dan lenyap.
Kwee Ceng tidak peduli orang itu kabur. Ia lari
menghampiri Oey Yong, langsung mencekal keras
kedua tangan si nona.
"Yongji!" serunya. "Kaubikin aku hampir mati
memikirkanmu!"
Begitu kencang debar hatinya, hingga tubuhnya
bergetar.
Oey Yong melepaskan tangannya.
"Kau siapa?" tanyanya dingin. "Mau apa kau memegangiku
?”
Pemuda itu tercengang.
"Aku Kwee Ceng," sahutnya. "Kau baik-baik
saja?"
"Aku tak kenal kau!" kata si nona seraya terus
melangkah keluar.
Kwee Ceng menyusul mendului, lalu berulangulang
menjura.
"Yongji!" panggilnya. "Yongji, dengarkan aku...!"
"Hm! Apa kau kira kau dapat menyebut nama
Yongji?" kata si nona. "Kau siapa?"
Kwee Ceng celangap, tidak dapat mengeluarkan
suara.
Nona itu mengawasi, maka sekarang ia melihat
muka si pemuda yang pucat dan kucel, tubuhnya
pun agak kurus. Sesaat timbul rasa kasihannya,
rasa tidak tega. Tapi begitu ingat berulang kali ia
telah disia-siakan, hatinya jadi panas lagi.
"Fui!" Ia meludah, lalu melangkah cepat.
Kwee Ceng cemas, ia menyambar ujung baju si
nona dan menariknya.
"Dengarkan dulu perkataanku...!" katanya.
"Bicaralah!"
"Di embal pasir aku menemukan gelang rambut
dan bajumu, kusangka kau...."
"Kau ingin aku mendengarkan perkataanmu, seTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
karang aku sudah mendengarkannya!" potong si
nona. Ia menarik lepas bajunya, terus berjalan.
Kembali Kwee Ceng bengong, pikirannya bingung.
Ia tidak pandai bicara, maka tidak tahu
mesti mengatakan apa. Ia khawatir si nona nanti
lenyap lagi, maka ia lantas mengikuti.
Oey Yong berjalan terus dengan pikiran kusut.
Ia pulang dari Barat dengan hati tawar. Di
Tionggoan, ia sebatang kara. Ia ingin pulang ke
Pulau Persik untuk mencari ayahnya. Apa lacur,
tiba di Shoatang ia menderita sakit berat. Celakanya,
tidak ada orang yang merawatnya. Selagi
rebah di pembaringan, ia sakit hati teringat sikap
Kwee Ceng yang ia anggap tipis budi pekertinya.
Kalau ingat nasibnya yang buruk, ia menyesal
telah dilahirkan di dunia. Syukurlah, ia dapat sembuh
dari sakit, tapi belum bebas dari penderitaan.
Di Shoatang Selatan ia bersampokan dengan
Auwyang Hong yang memaksanya turut pergi ke
Hoa San. Ia dipaksa untuk menjelaskan isi kitab
Kiu Im Cin Keng. Kalau tidak ada si pemuda,
entah apa yang akan diperbuat Auwyang Hong
pada dirinya. Dengan sedih ia berjalan terus.
Kwee Ceng terus mengintil. Kalau si nona berjalan
cepat, ia pun mempercepat langkahnya. Kalau
si nona pelan, ia ikut pelan.
Sesudah berjalan sekian lama, mendadak si nona
menoleh ke belakang.
"Mau apa kau mengikutiku ?” tegurnya sinis.
"Aku akan mengikutimu selamanya...," sahut si
pemuda. "Seumur hidup aku tak mau berpisah
darimu...."
Oey Yong tertawa dingin.
"Kau menantu Jenghis Khan! Buat apa kau
mengikuti budak melarat?"
"Jenghis Khan telah menyebabkan kematian ibuku,
mana dapat aku menjadi menantunya?" Kwee
Ceng menjawab.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Muka si nona memerah.
"Bagus!" serunya. "Kukira kau masih ingat sedikit
padaku, rupanya kau telah didepak Jenghis
Khan! Setelah tak dapat menjadi huma, kau sekarang
mencariku si budak melarat! Apa kau sangka
aku manusia hina-dina yang dapat kau hina sesukamu
?”
Si nona lantas menangis, air matanya bercucuran.
Kwee Ceng terharu, tetapi ia bingung. Apa yang
mesti diperbuatnya? Apa yang mesti dikatakannya...?
"Yongji...," katanya kemudian, selagi nona itu
sesenggukan. "Aku ada di sini, jika kau hendak
membunuhku, silakan, terserah padamu...."
"Buat apa aku membunuhmu?" tanya si nona,
suaranya pilu. "Anggap saja perkenalan kita siasia
belaka.... Kumohon, janganlah kau mengikutiku...."
Muka Kwee Ceng bertambah pucat.
"Apa yang harus kulakukan supaya kau percaya
padaku?" tanyanya.
"Sekarang kau baik denganku," kata si nona.
"Kalau besok kau bertemu dengan Adik Gochinmu,
kembali kau akan melupakanku, kau bakal
menyia-nyiakanku.... Sekarang ini. asal kau mati
di depanku, baru aku percaya padamu..-"
Darah Kwee Ceng meluap, ia mengangguk. Kemudian
ia memutar tubuhnya dan melangkah ke
jurang. Kebetulan saat itu ia berada di tepi Sia
Sin Gay, Jurang Mengorbankan Diri. Kalau ia
terjun di situ, pastilah tubuhnya hancur lebur.
Oey Yong tahu hati pemuda itu keras, ia melompat
menyusul, tangannya terulur untuk menyambar
punggung si pemuda. Ia menarik keras,
tubuhnya meucelat, maka sekejap kemudian justru
dialah yang berada di tepi jurang. Ia mencucurkan
air mata. hatinya tegang.
"Bagus ya, sedikit pun kau tak kasihan padaku!"
katanya. "Aku baru mengeluarkan sepatah kata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena panas hatiku, kau langsung tak mau melewatkannya!
Aku bilang padamu, jangan marahi
aku, cukup asal kau jangan bertemu lagi denganku..."
Muka Oey Yong pucat, tubuhnya gemetar.
"Yongji, kemarilah," kata Kwee Ceng. Tadi ia
mau bunuh diri, sekarang ia khawatir si nona
yang akan terjun.
Oey Yong mendengar suara pemuda itu bergetar.
Ia tahu si pemuda masih mencintainya, ia sangat
sedih. Sembari menangis, ia berkata, "Aku tahu kau
pura-pura saja berkata begini. Ketika aku sakit di
Shoatang, tak seorang pun memedulikanku.... Apakah
waktu itu kau datang menjengukku? Aku dikekang
Auwyang Hong, aku tak dapat meloloskan' diri,
apakah kau datang menolongku? Ibuku tak menyayangiku,
dia pergi mati sendiri saja.— Ayah pun
tak menghendakiku, dia tak mencariku.... Apalagi
kau, lebih-lebih tak menginginkanku! Di dunia ini,
tak seorang pun menyayangiku, mengasihaniku...."
Ia menangis terus, sambil membanting-banting kaki.
Kwee Ceng diam. Ia masih tidak tahu mesti
bilang apa. [a bisa merasakan panasnya hati si
nona. Ia cuma bisa mengawasi.
Sunyi di antara mereka,-cuma terdengar embusan
sang angin.
Rupanya si nona merasa kedinginan, tubuhnya
menggigil.
Kwee Ceng membuka baju luarnya, berniat mengerobongi
tubuh nona itu. Selagi ia akan melakukannya,
mendadak ada bentakan dari ujung
jurang, "Siapa yang nyalinya begitu besar berani
menghina Nona Oey-ku?"
Kwee Ceng girang sekali. Ia langsung mendongak,
melihat seorang tua dengan rambut pendek
dan kumis putih, dialah Ciu Pek Thong si Bocah
Tua Nakal.
"Kakak Ciu!" panggil Kwee Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong pun memperdengarkan suaranya dengan
agak mendongkol. "Eh. Bocah Tua Nakal!
Aku menitahkanmu untuk membunuh Kiu Cian
Jin! Mana kepalanya?"
Ciu Pek Thong- menghampiri mereka, ia tidak
menjawab, hanya tertawa haha-hihi.
"Nona Oey, siapa yang mengganggumu?" ia
bertanya. "Nanti Bocah Tua Nakal membikinmu
puas!"
"Siapa lagi kalau bukan dia!" sahut si nona
seraya menunjuk Kwee Ceng.
Untuk menyenangkan si nona, si Bocah Tua
Nakal bertindak sejadinya saja. Tahu-tahu Kwee
Ceng telah digaploknya dua kali hingga kelabakan.
Kwee Ceng sama sekali tidak menyangkanya. Karena
itu, bengaplah pipi kiri dan kanannya. Ketika
baru dihajar, matanya juga berkunang-kunang.
"Nona Oey, cukupkah?" tanya Bocah Tua Nakal.
"Jika belum cukup, nanti kuhajar lagi dia."
Menampak muka si pemuda merah dan bengap,
di pipinya tampak bekas tapak tangan dengan lima
jari, kedongkolan Oey Yong mereda, lantas timbul
rasa kasihannya. Ia berbalik jadi mendongkol kepada
si tua tukang guyon itu.
"Aku marah sendiri, tak ada hubungannya denganmu!"
ia tegur orang tua itu. "Kenapa kau
lancang memukulnya? Kuperintahkan kau membunuh
Kiu Cian Jin, mengapa kau tak dengar perintahku?'
Pek Thong menjulurkan lidahnya panjang-panjang.
Ia tidak dapat menjawab.
Ketika itu, jauh di belakang jurang, terdengar
bunyi beradunya senjata. Pek Thong mendengarnya,
ia segera mendapat akal.
"Pastilah si tua bangka Kiu sudah datang, aku
akan mendatanginya!" katanya seraya terus memutar
tubuh untuk lari ke belakang jurang itu.
Tentu saja Bocah Tua Nakal bukan mau mencari
Kiu Cian Jin, bahkan sebaliknya ia jeri dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketua Tiat Ciang Pang itu. Di antara kedua jago
ini, keadaan seperti jungkir balik.
Di rumah batu, tempat Kwee Ceng dan Auwyang
Hong berlalu saling susul, Pek Thong dan Cian
Jin bertempur tidak lama. Cian Jin bisa lolos dan
kabur, ia dikejar Pek Thong, ke mana pun lari ia
disusul, hingga akhirnya ia mendongkol berbareng
putus asa. Ia berpikir, ia toh jago dan ketua partai,
mengapa sekarang ia begini sial menghadapi Ciu
Pek Thong yang lihai itu? la merasa sangat terhina.
Karena putus asa, ia menjadi nekat. Daripada
kena bekuk, lebih baik ia bunuh diri. Kebetulan ia
melihat seekor ular berbisa di sela batu, ia menangkap
ular itu. la berniat memagutkan ular itu
ke dirinya sendiri. Dengan memegangi ular itu, ia
berkala pada Ciu Pek Thong, "Eh, Pek Thong,
bangsat, lihat ini!"
Sebenarnya Cian Jin hendak menempelkan mulut
ular itu ke lengannya, tapi mendadak Ciu Pek
Thong menjerit, lalu memutar tubuhnya dan lari
kabur. Cian Jin menjadi heran. Namun sejenak
kemudian ia lantas dapat menduga, tentulah Bocah
Tua Nakal takut ular. Maka ia sekarang berbesar
hati, ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri,
lantas mengejar si tua bangka berandalan itu. Lebih
dari itu ia menangkap seekor ular lain, hingga
tangan kiri dan kanannya masing-masing mencekal
binatang berbisa itu. Sembari mengejar, ia berteriakteriak
mengancam musuhnya.
Pek Thong ketakutan, ia lari ngacir.
Kiu Cian Jin mempunyai julukan Sui-siangpiauw,
yang berarti larinya sangat pesat. Seandainya
tidak jeri, ia tentu sudah dapat menangkap Pek
Thong. Maka mereka cuma main kejar-kejaran.
Dari siang mereka berlari-lari sampai hari gelap,
setelah itu barulah Pek Thong bisa lolos. Dalam
hati Cian Jin tertawa. Ia mengejar hanya untuk
menggertak. Sekarang ia pun bebas dari ancaman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si tua berandalan itu.
Oey Yong melihat orang tua itu pergi, ia melirik
Kwee Ceng. Ia menghela napas lantas menunduk.
"Yongji!" panggil Kwee Ceng.
Nona itu menyahut lirih.
Kwee Ceng hendak berbicara tetapi tidak tahu
mesti mengatakan apa, ia berdiri diam. Karena si
nona pun terus membungkam, keduanya berdiri
bagaikan patung, tubuh mereka disampoki angin.
Tidak lama kemudian Oey Yong bangkis akibat
terlalu banyak kena angin.
Kwee Ceng ingat bajunya, ia lantas menghampiri
untuk menutupi tubuh si nona dengan bajunya itu.
Tadi ia diganggu oleh Ciu Pek Thong, sekarang
tidak ada rintangan lagi.
Oey Yong diam saja, menunduk terus.
Dalam kesunyian itu. kuping mereka mendengar
tawa nyaring Ciu Pek Thong yang ierus berseru
memuji, "Bagus! Bagus"'
Mendadak si nona mengulurkan tangannya, mencekal
tangan Kwee Ceng seraya berkata pelan.
"Kakak Ceng, ayo kita lihat!"
Kwee Ceng mengikuti. Ia tidak bisa menyahut.
Kali ini saking girangnya ia mencucurkan air mata.
Dengan ujung bajunya Oey Yong mengusap air
mata si pemuda.
"Di mukamu ada air mata dan bekas tapak
tangan. Kalau orang tak tahu, dia bisa menyangka
akulah yang menamparmu...."
Dengan tertawanya si nona, berarti mereka berdua
sudah akur lagi.
Dengan bergandengan mereka lari melintasi jurang,
pergi ke tempat asal datangnya tawa Ciu
Pek Thong. Di sana mereka melihat banyak orang
dengan sikap yang aneh-aneh.
Pek Thong terlihat girang bukan main. Ia memegangi
perutnya sambil terbungkuk-bungkuk. Ia
tertawa puas sekali. Di dekatnya tampak Khu Ci
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kee berdiri diam dengan pedang di tangan. Di
antara mereka masih ada empat orang lagi, ialah
See Thong Thian, Pheng Lian Houw, Lama Leng
Ti, dan Hauw Thong Hay. Sikap keempat orang
itu luar biasa. Mereka memegang senjata masingmasing,
ada yang sedang menyerang, ada yang
sedang berkelit atau mundur. Sikap tubuh mereka
tetap begitu, sebab mereka tidak dapat bergerak
bagaikan patung. Sebab mereka korban totokan si
Bocah Tua Nakal yang kekanak-kanakan.
"Tempo hari itu aku membuat obat pulung dari
lumpur tubuhku," kata Ciu Pek Thong kepada See
Thong Thian berempat. "Aku menitahkan kalian
untuk menelannya. Kemudian kalian kawanan bangsat
cerdik juga, kalian tahu itu bukan obat penawar
racun, lantas kalian tak mau dengar kata-kata
kakekmu ini. Hm! Bagaimana sekarang T*
Pek Thong mengatakan demikian sebab meski
berhasil membekuk mereka, ia tidak tahu bagaimana
harus menghukum mereka. Tapi begitu melihat Oey
Yong dan Kwee Ceng, ia lantas mendapat pikiran.
Katanya, "Nona, empat bangsat bau ini kuserahkan
padamu!"
"Apa gunanya mereka buatku?" tanya si nona.
"Kau main gila, ya? Kau tak mau membunuh tapi
juga tak mau melepaskan mereka! Kau telah" menangkap
mereka tapi tak berdaya mengurus! Lekas
kaupanggil aku kakak yang baik tiga kali, nanti
kau kuajari..-!"
Pek Thong tidak mau banyak pikir, ia juga tidak
peduli dengan segalanya, maka tanpa sangsi sedikit
pun ia memanggil "Kakak yang baik!" tiga kali.
Bahkan ditambah dengan menjura dalam-dalam.
Oey Yong tersenyum.
"Geledah dia!" kata si nona seraya menunjuk
Pheng Lian Houw.
Pek Thong menurut. Dari tubuh Lian Houw ia
mendapatkan cincin dengan jarum beracun dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dua peles kay-yok, obat pemunah racun.
Kata si nona, "Dia pernah menusuk Ma Giok,
kemenakan seperguruanmu, dengan jarumnya ini.
Sekarang tusuklah dia .beberapa kali, juga ketiga
kawannya!"
Lian Houw semua mendengar perkataan si nona,
mereka kaget dan takut bukan main, tetapi mereka
masih tertotok, tidak dapat lari ataupun meronta.
Maka mereka mesti merasakan sakitnya ditusuk
Pek Thong beberapa kali.
"Obatnya ada di tanganmu," kata si nona lagi
kepada Bocah Tua Nakal. "Sekarang kau dapat
menitahkan mereka untuk melakukan apa pun yang
kaukehendaki. Coba lihat mereka berani membangkang
atau tidak!"
Pek Thong girang. Ia lantas mengasah otak. Ia
tidak usah membuang tempo untuk mendapatkan
akal. Ia membuat obat lagi dari kotoran, namun kali
ini kotoran itu dicampur dengan kay-yok, dipulung
menjadi butiran-butiran kecil, kemudian diserahkannya
kepada Khu Ci Kee sambil berkata, "Sekarang
kaugiring kawanan bangsat bau ini ke Kuil Tiong
Yang Kiong di Ciong Lam San. Penjarakan mereka
selama dua puluh tahun. Jika selama dalam perjalanan
mereka menurut kata-katamu, beri mereka masingmasing
sebutir pil mustajabku ini. Tapi kalau
sebaliknya, biarkan saja, biar mereka tahu rasa!
Mereka berbuat, mereka mesti bertanggung jawab,
jangan sekali-kali kasihan pada mereka!"
Khu Ci Kee menerima obat itu sambil menjura.
Ia menghaturkan terima kasih seraya memberikan
janjinya.
Oey Yong tertawa dan berkata pada Pek Thong,
"Bocah Tua Nakal, kata-katamu ini tepat sekali,
sangat pantas! Tak kusangka, baru setahun kita
tak bertemu kau telah maju begini pesat!"
Pek Thong puas sekali, ia tertawa senang. Sesudah
itu ia membebaskan totokan keempat orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Katanya pada mereka, "Sekarang kalian mesti
pergi ke Tiong Yang Kiong, tinggallah di sana
baik-baik selama dua puluh tahun. Jika kalian
benar-benar hendak bertobat, di belakang hari
kalian masih dapat menjadi orang baik. Tapi jika
kalian masih tetap jahat... hm! Hm! Perlu kalian
ketahui, kami para imam dari Coan Cin Kauw
bukan orang yang dapat dibuat permainan, kami
ahli membetot otot tanpa mengerutkan alis! Maka,
empat bangsat bau. berhati-hatilah kalian!"
Lian Houw berempat tidak berani banyak omong,
mereka cuma mengangguk.
Khu Ci Kee menahan tawa melihat sikap paman
gurunya yang lucu itu. la kembali menjura, lantas
menggiring pergi keempat tawanannya turun gunung,
untuk pulang ke gunungnya sendiri.
"Eh, Bocah Tua Nakal," kata Oey Yong tertawa.
"Sejak kapan kau belajar mendidik orang? Katakatamu
yang bagian depan masuk akal, tapi yang
belakangan lantas jadi tak keruan...."
Pek Thong tidak menjawab, ia hanya tertawa
sambil melengak. Saat itu ia melihat sinar putih
berkelebat di puncak kiri, lalu lenyap, la yakin itu
sinar senjata tajam.
"Eh, apa itu?" tanyanya heran.
Oey Yong dan Kwee Ceng mengangkat kepala,
tapi sinar itu sudah lenyap.
Pek Thong takut Oey Yong akan menanyakan
Kiu Cian Jin lagi, maka ia lantas menggunakan
alasan.
"Biar kulihat!" katanya. Terus ia lari pergi.
Oey Yong berdua Kwee Ceng membiarkan orang
tua itu pergi, sebab banyak yang hendak mereka
bicarakan. Mereka mencari tempat untuk duduk,
lalu saling menuturkan pengalaman masing-masing
dan saling mengutarakan isi hati. Sampai matahari
sudah turun ke barat, mereka masih belum berhenti
pasang omong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng berbekal ransum kering. Ia mengeluarkannya
untuk mereka santap bersama-sama.
Sembari makan, Oey Yong berkata, "Bangsat
tua Auwyang Hong memaksaku menjelaskan isi
Kiu lm Citi Keng. Bukankah kitab tulisanmu yang
kauberikan padanya kacau-balau? Nah, aku pun
tak keruan menjelaskannya! Tapi dia percaya, maka
dia bersengsara selama beberapa bulan ini untuk
mempelajari ilmu itu. Kubilang dia mesti berlatih
terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas, dia
menurut. Dia sungguh hebat, dapat membuat jalan
darahnya tersalur secara bertentangan, yaitu jalan
darah im-wu yang-wi. im-kiauw. dan yang-kiauw.
Entah bagaimana andai kata dia membalik semua
jalan darahnya."
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru