Rabu, 19 April 2017

Cersil Ke 16 Return Of The Condor Heroes

Cersil Ke 16 Return Of The Condor Heroes Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Cersil Ke 16 Return Of The Condor Heroes
Tapi kalau dua macam senjatanya yang berlainan itu
dikeluarkan diduga di dunia ini tiada orang yang sanggup
melawannya.
Karena itu ia menduga betapapun tinggi kepandaian Nyo
Ko, dalam sepuluh jurus saja pasti akan dibinasakan olehnya.
Tapi ketika menyaksikan sikap Siao-liong-li yang mesra tadi
terhadap anak muda itu, iapun tahu apabila Nyo Ko mati,
maka berarti putus harapan pula rencana pemikahan nona itu
dengan dirinya.
Setelah merenung sejenak, akhirnya ia mendapat akal:
"Harus kupaksa dia (Siao-liong-li) memohon ampun padaku
bagi bocah ini, dalam keadaan begitu, biarpun hatinya tidak
rela, mau-tak mau dia harus menikah juga dengan aku"
Kalau Kongsun Kokcu merenung untuk mencari akal, di
pihak lain Nyo Ko juga sedang memikirkan cara melawan
orang, ia pikir orang tidak takut Hiat-to tertutuk, ini berarti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
daya guna Kim leng soh tidak banyak artinya. Meski diri
sendiri sudah menciptakan suatu aliran ilmu silat, tapi belum
sempat dipelajari secara matang, sedangkan senjata musuh
kelihatan sangat aneh, sekali dimainkan tentu sangat lihay.
Selagi Nyo Ko merasa tak berdaya, sementara itu
terdengar Kongsun Kokcu telah berseru: "Awas serangan!"
Berbareng pedang emas begerak terus menusuk dada.
Anehnya tusukan itu tidak langsung ke depan, tepi ujung
pedang bergetar dalam lingkaran kecil di depan tubuhnya, Nyo
Ko terkejut dan melompat mundur.
"Maklumlah kalau ujung pedang itu ditusukkan biarpun
hebat jurus seranganya tentu juga akan dapat dipatahkannya,
tapi kini ujung pedang itu terus berputar dalam lingkaran
sehingga sukar diraba arah tujuan ujung pedangnya kalau
menangkis ke kiri kuatir musuh menusuk ke kanan malah, bila
menangkis ke atas, siapa tahu kalau dia berbalik menyerang
bagian bawah, Karena ragu-ragu, terpaksa ia melompat
mundur saja untuk menghindar.
Tapi Kongsun Kokcu juga sangat gesit, begitu Nyo Ko
melompat mundur, segera dia membayangi lawan, kembali
lingkaran pedangnya bergetar lagi didepan Nyo Ko, makin
lama lingkaran ujung pedang itu makin besar, semula hanya
lingkaran seluas dada, beberapa putaran lagi sudah mencakup
bagian perutnya dan kemudian meluas pula ke bagian leher.
Kim-lun Hoat-ong, In Kik-si dan lainnya adalah maha guru
ilmu silat terkemuka, namun ilmu pedang yang mendesak
musuh dengan lingkaran ujung pedang begitu boleh dikatakan
belum pernah mereka lihat, maka mereka menjadi heran dan
terkejut.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah setiap kali Kongsun Kokcu melancarkan suatu
tusukan, setiap kali pula Nyo Ko terpaksa melompat mundur,
belasan kali Nyo Ko harus menghindar secara begitu tanpa
sanggup balas menyerang, Tampaknya serangan Kongsun
Kokcu semakin lihay, apalagi golok bergerigi pada tangannya
yang lain belum pula digunakan, kalau sampai golok emas
itupun ikut menyerang, pasti sukar bagi Nyo Ko untuk
menahannya.
Tanpa pikir lagi segera Nyo Ko melompat ke kiri sambil
mengayun Kim-leng-soh, "tring", genta kecil itu menyamber
ke depan untuk mengetok mata kiri musuh. Biarpun Kongsun
Kokcu tidak gentar Hiat-to tertutuk, tapi mata adalah tempat
yang lemah dan harus dijaga, cepat ia miringkan kepala dan
segera balas menyerang pula dengan pedang hitam.
Nyo Ko sangat girang, sekali Kim-leng-soh menyendal,
terbelitlah kaki kanan musuh, bara saja hendak dibetot
sekuatnya, mendadak pedang hitam Kongsun Kokcu
memotong ke bawah, "sret", selendang sutera Nyo Ko itu
putus dibagian tengah, pedang hitam yang tampaknya mirip
seutas tali itu ternyata tajamnya tidak kepalang.
Terdengar semua orang menjerit kaget, berbareng itu
terdengar pula samberan angin, golok bergerigi sang Kokcu
telah membacok ke arah Nyo Ko, sebisanya Nyo Ko
menjatuhkan diri ke lantai dan berguling ke sana, "trang",
suara nyaring menggetar telinga, kiranya Nyo Ko sempat
menyamber tongkat baja Hoan It-ong tadi dan digunakan
menangkis ke atas. Karena benturan golok dan tongkat itu,
tangan kedua orang sama sakit kesemutan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Kongsun Kokcu kejut dan heran akan
kemampuan Nyo Ko yang sanggup menahan berpuluh jurus
serangannya, Segera goloknya menabas lagi dari samping,
berbareng pedang hitam juga menusuk dari depan.
Supaya diketahui bahwa permainan golok mengutamakan
kekerasan dan kekuatan, sedangkan permainan pedang
mengutamakan kelincahan dan kelemahan, jadi watak kedua
jenis senjata itu sama sekali berbeda, maka adalah hal yang
tidak mungkin bahwa seorang dapat menggunakan dua
macam senjata itu sekaligus.
Tapi kini Kongsun Kokcu ternyata dapat memainkan golok
dan pedang dengan lihay, sungguh suatu kepandaian khas
yang jarang terdapat di dunia persilatan.
Sambil mengertak, Nyo Ko putar tongkat baja dan
menggunakan kunci "menutup" dari Pakkau-pang-hoat, ia
bertahan dengan rapat sehingga seketika pedang dan golok
Kongsun Kokcu tidak mampu menembus pertahanan anak
muda itu.
Cuma Pak-kau-pang-hoat mengutamakan pertahanan
gerak serangan, dengan pentung bambu yang enteng, tentu
dapat dimainkan dengan gesit dan lincah sesuka hati, kini Nyo
Ko memegang tongkat baja sebagai pengganti pentung
bambu, tentu saja gerak-geriknya tidak leluasa, setelah
belasan jurus ia mulai merasa payah.
Suatu peluang dilihat oleh Kongsun Kokcu mendadak
goloknya menahan keatas, berbareng pedang hitam menabas
kebawah, "krek", kontan tongkat baja tertabas kutung.
"Bagus" teriak Nyo Ko, "Memangnya aku lagi merasa
keberatan memegangi potongan besi ini." - Segera ia putar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setengah potongan tongkat baja itu dan terasa lebih enteng
dan lincah.
"Hm, bagus atau tidak, boleh lihat saja nanti!" jengek
Kongsun Kokcu dengan mendongkol, kembali goloknya
membacok lagi dari depan.
Bacokan ini teramat lugu, asalkan Nyo Ko mengegos saja
dengan mudah dapat menghindarkan serangan itu Tak
terduga lingkaran ujung pedang hitam ternyata juga
mengurung tubuh Nyo Ko sehingga anak muda itu tidak dapat
bergerak sembarangan, Terpaksa Nyo Ko angkat potongan
tongkat untuk menangkis.
"Trang" suara nyaring keras benturan golok sama tongkat
menerbitkan lelatu api pula. Habis bacokan pertama, menyusul
bacokan kedua dilontarkan lagi oleh Kongsun Kokcu dengan
cara yang sama tanpa variasi.
Bahwa pengetahuan ilmu silat Nyo Ko sangat luas, otaknya
juga cerdas, tapi aneh sama sekali ia tidak berdaya
mematahkan bacokan lawan yang begitu2 saja, kecuali
menangkis dengan cara seperti tadi terasa tiada jalan lain
yang lebih bagus.
Untuk kedua kalinya golok dan tongkat kutung beradu,
diam-diam Nyo Ko mengeluh. Kiranya bacokan kedua kali ini
tampaknya begitu saja tapi tenaganya ternyata bertambah
sebagian, ia pikir kalau bacokan begini berlangsung beberapa
kali lagi tentu otot tulang lenganku bisa putus tergetar oleh
tenaga Kokcu ini.
Belum habis terpikir benar saja bacokan ke tiga Kongsun
Kokcu sudah nyambar tiba pula dan tenaganya memang
bertambah lagi sebagian.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya ilmu permainan golok Kongsun kokcu itu meliputi
18 jurus, tenaga setiap jurus selalu bertambah kuat daripada
jurus yang duIuan.
Walaupun tenaganya cuma sebagian saja, tapi kalau terus
bertambah dan menumpuk, jadinya bisa berlipat ganda dan
sukar ditahan.
Setelah menangkis beberapa kali lagi, tongkat kutung di
tangan Nyo Ko sudah babak belur oleh bacokan golok emas
lawan, tangan Nyo Ko pun tergetar lecet.
Melihat tenaga tangkisan Nyo Ko tidak berkurang, dalam
keadaan bahaya anak muda itu masih tetap mengulum
senyum, diam-diam Kongsun Kokcu sangat mendongkol, ia
merasa kalau beberapa kali bacokan lagi tak dapat
menaklukan Nyo Ko akan kelihatan dirinya sendiri yang terlalu
tak becus,
Maka ketika golok membacok lagi, mendadak pedang
hitam terus menusuk ke perut lawan.
Saat itu Nyo Ko sudah terdesak sampai di pojok ruangan,
melihat ujung pedang menyamber tiba, cepat ia menangkis
dengan telapak tangan, ujung pedang tepat menusuk di
tengah telapak tangan, tapi pedang hitam itu lantas
melengkung dan terpental balik. Kiranya sarung tangan dari
Siao-liong-li yang terbuat dari anyaman benang emas itu tidak
tertembuskan oleh pedang hitam yang tajam itu.
Setelah mengetahui sarung tangannya tidak takut pada
senjata lawan, cepat Nyo Ko membaliki tangan untuk menarik
ujung pedang musuh, Tak terduga Kongsun Kokcu telah
sedikit menyendal pedangnya yang melengkung tadi sehingga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
batang pedang yang lemas itu membaik ke bawah dan
melukai lengan Nyo Ko, darah seketika bercucuran.
Nyo Ko terkejut dan cepat melompat mundur. sebaliknya
Kongsun Kokcu juga tidak mendesak maju, ia mendengus
beberapa kali, habis itu baru melangkah maju dengan
pelahan.
Jika Kongsun Kokcu hanya menggunakan salah sebuah
senjatanya saja, tentu Nyo Ko mempunyai akal untuk
meIawannya. sekarang musuh memakai dua macam senjata
yang justeru berlawanan, satu keras dan satu lemas dengan
gerak serangan yang berbeda, keruan Nyo Ko tak berdaya dan
tercecar hingga kelabakan.
Walau Nyo Ko terdesak dan serba repot tapi Kim-lun Hoatong,
In Kik-si dan lain-lain yang mengikuti pertarungannya itu
bertambah kagum.
Dalam hati mereka sama berpikir "jika aku sendiri yang
harus melayani kedua macam senjata yang berbeda itu,
mungkin sejak tadi jiwaku sudah melayang. Tapi bocah ini
ternyata mampu meIayaninya dengan berbagai cara yang
cerdas dan dapat menghindari sekian kali serangan maut,"
Begitulah Kongsun Kokco masih terus meIancarkan
serangan dengan golok dan secara bergantian kembali bahu
Nyo Ko tertusuk lagi satu kali sehingga bajunya berlepotan
darah.
"Kau menyerah tidak?" bentak Kongsun Kokcu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau bertanding dengan cara yang jauh menguntungkan
kau, tapi masih berani tanya padaku menyerah atau tidak,
hahaha, mengapa kau begini tebal muka, Kongsun Kokcu?"
ejek Nyo Ko dengan tersenyum.
Mendadak Kongsun Kokcu menarik kedua serangannya
dan bertanya: "Apa yang menguntungkan aku? Coba
katakan." tanya Sang Kokcu.
"Kau menggunakan senjata sehari-hari, sepasang senjata
yang aneh ini mungkin sukar dicari lagi didalam dunia, betul
tidak?" ujar Nyo Ko.
"Memangnya kenapa? Kan senjata di tanganmu itu juga
luar biasa," jawab Kongsun Kokcu,
Nyo Ko membuang tongkat kutung itu dan berkata dengan
tertawa: "Ini kan milik muridmu si jenggot tadi." - Lalu ia
menanggalkan sarung tangan kedua potong selendang sutera
yang putus tadi dijemputnya pula dan dilemparkan kepada
Siao-liong-li, kemudian berkata pula: "Dan ini adalah milik
Kokoh yang kupinjam tadi,"
Habis itu Nyo Ko keplok2 tangannya dia kebut2 debu pada
badannya tanpa menghiraukan datrah yang masih mengucur
dari lukanya, lalu berkata pula dengan tertawa: "Nah,
kudatang ke sini dengan bertangan kosong, masakan aku
bermaksud memusuhi kau ? sekarang terserah kau, mau
bunuh boleh bunuh. tidak perlu banyak omong lagi."
Melihat sikap anak muda itu tenang sabar, wajahnya
cakap, mesti terluka tapi bicara dan tertawa sesukanya seperti
tidak terjadi sesuatu kalau dibandingkan dirinya sendiri terasa
memalukan dan rendah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Jika anak muda ini tetap dibiarkan hidup, tentu Liu-ji akan
condong dan jatuh hati padanya."
Tanpa pikir ia mengangguk dari berkata: "Baiklah." segera
pedangnya menusuk ke dada Nyo Ko.
Karena merasa tidak sanggup melawan orang, kyo Ko
sudah ambil keputusan biar dibunuh saja oleh lawannya itu,
maka iapun tidak menghindar ketika tusukan orang tiba,
sebaliknya ia menoleh ke sana untuk memandang Sio-liong-li,
pikiranya "Sambil memandangi Kokoh, biar matipun aku tidak
menyesal."
Dilihatnya Sio-liong-Ii sedang melangkah ke arahnya
setindak demi setindak dengan tersenyum manis, kedua
pasang mata saling menatap, sama sekali tidak menghiraukan
ancaman pedang hitam Kongsun Kokcu.
Sesungguhnya Kokcu itu belum pernah kenal Nyo Ko
sehingga hakikatnya tidak ada dendam permusuhan apapun,
sebabnya dia ingin membinasakan anak muda itu semuanya
gara-gara Siao-liong li belaka, sebab itulah ketika tusukan
terakhir itu di lontarkan, tanpa terasa iapun memandang
sekejap ke arah Siao-liong li
Sekali pandang seketika rasa cemburunya berkobar hebat,
tertampak si nona menatap Nyo Ko dengan penuh kasih
sayang mesra, waktu ia melirik Nyo Ko, kelihatan sorot anak
muda itupun serupa dengan Siao-liong-Ii, padahal ujung
pedang kini sudah menempel dadanya, asalkan tangannya
sedikit mendorong ke depan, seketika ujung pedang itu akan
menembus dadanya, tapi Siao-liong li ternyata tidak menjadi
kuatir dan cemas, Nyo Ko juga tidak berusaha menangkis
kedua orang hanya saling pandang dengan kesan penuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jalinan perasaan dan melupakan segala apa yang berada di
sekitarnya.
Gemas dan dongkol Kongsun Kokcu tak terkirakan,
pikirnya: "Jika kubunuh kau sekarang, akan membuat kau
merasa puas dan bahagia ketika menghadapi ajalnya, aku
justru ingin kau menyaksikan sendiri pemikahanku dengan Liuji,
habis malaman pengantin barulah kubunoh kau!"
Karena pikiran itu, segera ia berteriak : "Lui - ji, kau ingin
kubunuh dia atau menghendaki ku-ampuni dia?"
Siao-liong-li memandangi Nyo Ko dengan segenap citarasanya
dan sama sekali tidak memikirkan Kongsun Kokcu,
karena mendadak mendengar suaranya barulah ia tersadar,
katanya cepat dengan kuatir. "Lekas kesampingkan pedangmu
untuk apa kau mengacungkan pedangmu di depan dadanya?"
Kongsun Kokcu mendengus dan berkata: "Baik, tidaklah
sukar untuk mengampuni jiwanya asalkan kau suruh dia
segera pergi dari sini dan tidak merintangi detik bahagia
pernikahan kita nanti."
Sebelum bertemu dengan Nyo Ko sebenarnya Siao-liong-li
sudah bertekad takkan berjumpa lagi dengan anak muda itu,
Tapi kini setelah bertemu kembali mana dia mau lagi menikah
dengan Kongsun Kokcu? ia tahu apa yang menjadi
keputusannya akhir2 ini jelas sukar dilaksanakannya, lebih
baik mati saja daripada menikah dengan orang lain, ia lantas
berpaling dan berkata kepada Kongsun Kokcu "Kongsunsiansing
aku sangat berterima kasih atas pertolonganmu, tapi
aku tak dapat menikah dengan kau."
Meski sudah tahu alasannya, tapi Kongsun Kokcu masih
bertanya: "Sebab apa?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao-liong-Ii berdiri sejajar dengan Nyo Ko dan memegangi
tangan anak muda itu, dengan tersenyum ia menjawab: "Aku
sudah bertekad akan menjadi suami-isteri dengan dia dan
hidup berdampingan selamanya, masakah kau tak dapat
melihat sikap kami ini?"
Tergetar tubuh Kongsun Kokcu, katanya dengan geram :
"Kalau saja tempo hari kau sendiri tidak menyanggupi aku,
masakah aku paksa kau pada waktu kau terancam elmaut?
Tapi kau sendiri yang terima lamaranku, itu, dan timbul dari
perasaan sukarela dan iklas?"
Pada dasarnya Siao - liong li masih polos dan belum
paham seluk beluk kehidupan insaniah, tanpa ragu ia
menjawab: "Memang betul begitu, tapi aku merasa berat
meninggalkan dia. Nah, kami akan pergi saja, harap kau
jangan marah," Habis itu ia tarik tangan Nyo Ko dan diajaknya
pergi.
Ucapan Siao-liong-li ini membikin semua orang saling
pandang dengan melongo, Kongsun Kokcu terus melompat
maju dan mengadang di ambang pintu, serunya dengan serak
"untuk bisa keluar dari lembah ini kecuali kau harus
membunuh diriku lebih dulu..."
Siao liong li tersenyum, katanya: "Kau berbudi menoIong
jiwaku, mana boleh kubunuh kau? Lagipula, ilmu silatmu tinggi
betapapun aku takdapat mengalahkan kau."
Sembari bicara ia terus merobek kain baju sendiri untuk
membalut luka Nyo Ko.
"Kongsun-heng," mendadak Kim-lun Hoat-ong berseru:
"lebih baik kau membiarkan mereka pergi saja"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun Kokcu mendengus tanpa menjawab, dengan air
mukanya penuh gusar, ia tetap menghadang di ambang pintu.
Dapatkah Nyo Ko dan Siao-liong-li mengalahkan Kongsun
Kokcu ?
Nasib buruk apa yang akan menimpa Kongsun Lik-oh akibat
bantuannya kepada Nyo Ko?
(Bacalah jilid ke - 27)
Jilid 27
Segera Hoat-ong berkata pula: "Jika ia main pada dengan
sepasang pedangnya, pasti kedua macam senjatamu itupun
tak dapat menandingi mereka, Daripada kalah bertanding
memberi tembok isteri lagi, ada lebih baik kau mengalah saja
dan serahkan si dia padanya."
Rupanya Kim lun Hoat-ong masih penasaran karena dia
pernah kalah dibawah ilmu pedang yang dimainkan secara
berganda oleh Nyo Ko dan Siao-liong-li tempo hari, kejadian
itu dianggap sebagai hal yang memalukan baginya. Kini
menyaksikan im-yang-siang-to (sepasang senjata berlainan)
yang dimainkan Kongsun Kokcu ternyata sangat lihay dan
tidak kalah hebatnya daripada permainan rodanya sendiri
maka ia sengaja memancingnya dengan kata-kata untuk
mengadu domba mereka dan dia sendiri dapat menarik
keuntungannya.
Padahal seumpamanya dia tidak membakarnya dengan
kata-kata itu juga Kongsun Kokcu tidak sampai membiarkan
Siao-liong-Ii dan Nyo Ko pergi begitu saja. Karena itu ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melotot gusar kepada Hoat-ong, dalam hati ia memaki Hoatong
yang berani mengucapkan kata-kata yang meremehkan
dirinya, ia ingin kelak kalau ada kesempatan tentu akan kubikin
perhitungan dengan kau si Hwesio ini.
Begitulah watak Kongsun Kokcu itu memang tinggi hati
dan congkak, selamanya dia maha kuasa di Cui-sian-kok ini
tanpa seorangpun berani membangkang perintahnya,
sekalipun puteri kandung sendiri juga akan dihukum badan
apabila berbuat salah, maka dapat dibayangkan marahnya.
Semakin murka semakin nekat pula Kongsun Kokcu itu,
betapapun ia harus menikah dengan Siao-liong-li meski
apapun yang akan terjadi, dengan gregetan, ia pikir:
"sekalipun hatimu tidak kau serahkan padaku, sedikitnya
tubuhmu harus diberikan padaku, Kau tidak mau menikah
dengan aku waktu hidup, sesudah kau mati juga akan
kunikahi kau."
Semula dia ingin menggunakan jiwa Nyo Ko sebagai
senjata untuk memaksa Siao-liong-li menyerah kepada
keinginannya tapi setelah melihat kedua muda-mudi itu sama
sekali tak takut mati, maka iapun ambil keputusan takkan
melepaskan mereka andaikan kedua orang itu harus
dibunuhnya semua.
Bagi Nyo Ko, tanpa terasa semangat tempurnya seketika
berkobar setelah melihat Siao-liong li hanya mencintainya
seperti semula, dengan mantap sigap ia bertanya: "Kongsun-
Kokcu, dengan cara bagaimana barulah engkau mau
membiarkan kami pergi?"
Pertanyaan Nyo Ko ini membuat Kongsun Kokcu
bertambah murka, napsu membunuhnya semakin berkobar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak terdengar Be Kong-co berseru: "Hei Kongsun-
Kokcu, orang sudah mengatakan tidak mau menjadi isterimu,
mengapa kau merintangi orang?"
Dengan suara banci Siao-siang-cu berkata:
"Jangan sembarangan omong, Be-Kong co, kan Kongsun
kokcu sudah menyiapkan perjamuan besar ini, Kita diundang
meramaikan pestanya yang meriah ini."
"Aha, perjamuan apa? Paling air tawar dan sayur mentah,
apanya yang dapat dirasakan?" seru Be Kong-co, "Jika aku
menjadi nona cantik ini pasti juga aku tidak sudi menjadi
isterinya. Nona cantik melek seperti dia, menjadi permaisuri
juga setimpal, untuk apa hidup susah2 ikut seorang kakek?"
Meski dogol, tapi apa yang dikatakan itupun cukup masuk
diakal Siao-liong-li menoleh dan berkata dengan suara lembut
padanya: "Be-toaya, soalnya Kongsun-siansing telah
menyelamatkan jiwaku, betapapun dalam hatiku tetap... tetap
berterima kasih padanya."
"Bagus, si tua Kongsun," seru Be Kongco pula, "Jika kau
memang seorang berbudi dan bijaksana, lebih baik sekarang
juga kau membiarkan kedua muda-mudi itu melangsungkan
pernikahan di sini, kalau dengan alasan kau telah menolong
jiwa si nona, lalu tubuhnya hendak kau gagahi, huh, jiwa
ksatria macam apakah begitu?"
Karena orangnya dogol, ucapannya juga tanpa tedeng
aling-aling dan sangat menusuk hati, tapi juga sukar dibantah.
Tentu saja Kongsun Kokcu sangat murka, diam-diam ia
bertekad semua orang yang memasuki tempatnya ini harus
dibunuh seluruhnya, Tapi iapun tidak memberi reaksi apa-apa,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan hambar ia berkata: "Ah, sebenarnya lembah
pegununganku ini bukan sesuatu tempat yang luar biasa, tapi
kalau kalian boleh datang dan pergi sesukanya, rasanya orang
terlalu meremehkan diriku, Nona liu...."
Dengan tersenyum Siao-liong-li memotong. "Sebenarnya
aku tidak she Liu, yang benar she Liong, Soalnya dia she Nyo,
maka aku sengaja dusta padamu bahwa aku she Liu."
Rasa cemburu Kongsun Kokcu bertambah membakar, ia
anggap tidak mendengar ucapan Siao liong-li itu dan berkata:
"Nona Liu...."
Tapi belum lanjut ucapannya, mendadak Be Kong-co
menimbrung: "He, sudah jelas nona itu she Liong, mengapa
kau tetap menyebut dia nona Liu?"
Cepat Siao-liong-li menanggapi: "Ya, mungkin Kongsunsiansing
sudah biasa memanggil begitu padaku, Memang
salahku karena aku telah berdusta padanya. Maka biarlah, apa
yang dia suka boleh..."
Kongsun Kokcu tetap tidak urus perkataan mereka dan
menyambung: "Nona, Liu, asalkan bocah she Nyo itu mampu
mengalahkan Im-yang-siang-to di tanganku ini, segera
kubiarkan dia pergi, Urusan ini harus kita selesaikan sendiri
dan tiada sangkut pautnya dengan orang lain."
Siao-liong-li menghela napas dan berkata "Kongsunsiansing,
sebenarnya aku tidak ingin bertempur dengan kau,
tapi dia sendirian bukan tandinganmu, terpaksa aku
membantu dia,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kontan alis Kongsun Kokcu terkerut rapat, katanya "jika
kau tidak kuatir karena kau tadi telah muntah darah, maka
boleh juga kau maju sekalian."
Dalam hati Siao-liong-li rada gegetun, terhadap masalah
ini, segera ia berkata pula: "Kami bertarung tidak bersenjata
lagi, kami pasti kalah jika melayani kau dengan tangan
kosong, Engkau adalah orang baik, harap lepaskan saja
kepergian kami"
Tiba-tiba Kim-lun Hoat-ong menyela: "Kongsun-heng, di
tempatmu ini serba ada, masakah kekurangan dua senjata?
Cuma perlu kuperingatkan kau lebih dulu, jika mereka bermain
ganda, sepasang pedang mereka menjadi maha lihay,
mungkin jiwamu bisa melayang."
Kongsun Kokcu tidak menanggapi, ia kemudian ke sebelah
kiri dan berkata kepada Nyo Ko. "Kamar di sebelah sana itu
adalah kamar senjata, kalian boleh pilih sendiri senjata apa
yang kalian kehendaki"
Nyo Ko saling pandang sekejap dengan Siao-liong-li dan
sama berpikir: "Alangkah baiknya jika dapat berada berduaan
di tempat yang sepi dari orang lain."
Segera mereka bergandengan tangan dan memasuki
kamar yang di tunjuk, pandangan Siao-liong-li selama itu tidak
pernah meninggalkan wajah Nyo Ko, ketika tiba di depan
kamar itu dan nampak pintu kamar tertutup, tanpa pikir ia
terus mendorong pintu dan baru saja hendak melangkah
masuk ke dalam, mendadak Nyo Ko ingat sesuatu dan cepat
mencegahnya: "Nanti dulu!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ada apa?" tanya Siao-liong-li merandek. "Apa kau kuatir
Kokcu itu menjebak kita? Dia sangat baik, tampaknya takkan
berbuat begitu."
Nyo Ko tidak menjawab, ia menggunakan kakinya untuk
mencoba lantai di bagian dalam pintu dan mendadak
terdengar suara mencicit nyaring disertai gemerdepnya
cahaya, delapan pedang tajam tahu-tahu menusuk keluar dari
kanan kiri pintu, dalam keadaan begitu apabila orang sedang
melangkah ke dalam kamar itu tentu seluruh tubuh akan
tertancap oleh pedang2 tajam itu
Siao-liong-li menghela napas dan berkata.
"Ah Ko-ji, kiranya begitu keji hati Kokcu itu, sungguh aku
telah salah menilainya, sudahlah kitapun tidak perlu
bertanding lagi dengan dia dan pergi saja sekarang.."
Mendadak seorang bersuara di belakang mereka: "Kokcu
menyilahkan kalian memilih senjata ke dalam kamar."
Waktu mereka menoleh, tertampak delapan anak murid
berseragam hijau dengan membentang jaring ikan sudah
menghadang dibeIakang. Tampaknya Kongsun Kokcu itu
sudah memperhitungkan kemungkinan kaburnya mereka,
maka sengaja mengirimkan anak muridnya untuk mencegat di
belakang mereka.
Terpaksa Slao-liong li berkata kepada Nyo Ko. "Menurut
pendapatmu, apakah di kamar senjata ini ada lagi sesuatu
yang aneh?"
Nyo Ko genggam kencang tangan Siao-liong-li, katanya:
"Kokoh, kita telah berkumpul lagi, apa yang perlu kita sesalkan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pula? Biarpun ditembus oleh beribu senjata, paling tidak kita
toh mati bersama."
Perasaan Siao-liong-li pun penuh kasih mesra, tanpa pikir
mereka lantas melangkah ke dalam kamar, lalu Nyo Ko
merapatkan pintu.
Terlihat baik di dinding, di atas meja, dan di rak senjata
penuh berjajar macam-macam senjata, tapi hampir sembilan
dari sepuluh adalah pedang kuno, ada yang panjang dan ada
yang pendek sekali, ada yang sudah karatan, banyak pula
yaag mengkilat menyilaukan mata.
Siao-liong-li berdiri berhadapan dengan Nyo Ko dan saling
pandang sejenak, mendadak ia bersuara tertahan terus
menubruk ke dalam pelukan anak muda itu.
Tanpa ayal Nyo Ko mendekap kencang tubuh si nona dan
menciumnya, seketika jiwa raga Siao-liong-Ii serasa dimabuk
oleh ciuman itu, kedua tangannya terus merangkut leher Nyo
Ko dan balas mencium dengan mesranya.
"Blang", mendadak pintu kamar didobrak orang, seorang
murid seragam hijau berseru dengan bengis: "Perintah Kokcu,
setelah memilih pedang segera kalian harus keluar lagi!"
Muka Nyo Ko menjadi merah, cepat ia melepaskan Siaoliong-
li.
Tapi Siao-liong-li adalah nona yang berpikiran polos dan
suci, ia pikir kalau kumenyukai Nyo Ko, apa salahnya kalau
kami berdua saling peluk dan berciuman, cuma sekarang
diganggu orang luar sehingga sukar mencapai kepuasan
Dengan gegetun ia berkata pelahan: "Ko-ji, setelah kita
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kalahkan Kokcu itu, bolehlah kau mencium aku lagi seperti
barusan ini."
Nyo Ko mengangguk dengan tersenyum, katanya: "Marilah
kita pilih senjata."
"Tampaknya senjata yang tersimpan di sini memang betul
benda mestika seluruhnya," ujar Siao-liong-li, lalu ia
mengelilingi kamar itu untuk mengamati dengan teliti.
Maksud Siao-liong-li hendak memilih sepasang pedang
yang sama panjang dan bobotnya agar nanti digunakan
bersama Nyo Ko akan dapat mendatangkan hasil
sebanyaknya. Tapi setelah diperiksa kian kemari ternyata
pedang yang berada disitu tiada yang serupa, Sembari
mengamati senjata iapun bertanya kepada Nyo Ko: "Waktu
masuk kamar ini tadi, darimana kan mengetahui di ambang
pintu terpasang jebakan?"
"Aku dapat menerkanya dari air muka Kokcu itu," tutur
Nyo Ko, "Dia ingin memperisterikan dirimu, tapi sorot matanya
ternyata penuh rasa benci dan dendam. Melihat
kepribadiannya, itu aku tidak percaya dia mau membiarkan
kita memilih senjata kita secara rela,"
Kcmbali Siao-liong-li menghela napas pelahan dan berkata
pula: "Menurut kau, apakah kita dapat mengalahkan dia,
dengan Giok-li-kiam-hoat?"
"Meski tinggi ilmu silatnya, tampaknya juga tidak lebih
hebat daripada Kim-lun Hoat-ong." ujar Nyo Ko. "Jika kita
bergabung dapat mengalahkan Hoat-ong, tentu saja kita
dapat mengalahkan dia."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, sebabnya Hoat-ong terus menerus membakar agar
dia bertarung dengan kita, jelas iapun bermaksud jahat!" kata
Siao-liong-Ii.
"Hati manusia pada umumnya memang jahat tampaknya
kaupun mulai paham," kata Nyo-Ko dengan tersenyum. Tapi ia
lantas menyambung pula dengan rasa kuatir: "Tapi bagaimana
dengan kesehatanmu, tadi kau tumpah darah lagi."
Siao-liong-li tertawa manis, jawabnya: "Kau tahu, di waktu
berduka barulah aku muntah darah, Sekarang aku sangat
gembira, apa artinya sedikit sakit bagiku? Oya, Ko-ji,
tampaknya kepandaianmu sudah jauh lebih maju, jauh
berbeda daripada waktu kita bertempur dengan Hoat-ong
dahulu. Kalau waktu itu saja kita dapat mengalahkan dia,
apalagi sekarang ?"
Nyo Ko juga yakin pasti akan menang dalam pertarungan
ini, ia genggam kencang tangan si nona dan berkata: "Kokoh,
kuharap engkau berjanji sesuatu padaku"
"Mengapa kau bertanya secara begini?" kata Siao-liong-li
dengan suara lembut "Aku kan bukan lagi gurumu, tapi adalah
isterimu. Apa yang kau kehendaki tentu akan kuturuti."
"Ah... baik sekali, baru... baru sekarang aku tahu," kata
Nyo Ko.
"Sejak malam itu di Cong-lam-san kau berbuat begitu
mesra padaku, sejak itu pula aku sudah bukan lagi gurumu."
ucap Siao-liong-li, "Meski kau tidak mau memperisterikan
diriku, dalam hatiku sudah lama kuakui sebagai isterimu,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sesungguhnya pada waktu itu Nyo Ko memang tidak tahu
sebab apakah tiba-tiba Siau liong-li mengajukan pertanyaan
begitu padanya, ia pikir mungkin hati si nona mendadak
terguncang atau bisa jadi dirinya yang lama tertahan itu
mendadak tak bisa dikendalikan lagi, sama sekali tak pernah
terpikir olehnya bahwa In Ci-peng yang telah menggagahi
Siao-liong li secara diam-diam. Nyo Ko sendiri merasa tidak
pernah berbuat apa-apa yang melampaui batas terhadap nona
itu.
Tapi kini mendengar suaranya yang halus dan manis itu,
hatinya terguncang juga dan seketika tak dapat menjawab.
Siao-liong-li merapatkan tubuhnya ke dada Nyo Ko, lalu
bertanya: "Kau ingin aku berjanji apa?"
Nyo Ko membelai rambut Siao liong li yg indah itu,
katanya: "Setelah kita mengalahkan Kokcu ini, segera kita
pulang ke kuburan kuno itu untuk selanjutnya engkau tak
boleh berpisah lagi dariku biar apapun yang bakal terjadi..."
Sambil menengadah dan menatap anak muda itu, Siaoliong-
li menjawab: "Memangnya kau kira aku suka berpisah
dengan kau? jika berpisah dengan kau, apa kau kira dukaku
tidak melebihi kau ? Sudah tentu kuterima permintaanmu ini,
biarpun langit bakal ambruk atau bumi ambles dan dunia
kiamat juga aku tetap bersamamu."
Girang Nyo Ko sukar dilukiskan selagi dia hendak bicara
pula, tiba-tiba salah seorang seragam hijau di luar kamar itu
berseru: "Senjata sudah terpilih belum?"
Dengan tersenyum Siao-Iiong-li berkata kepada Nyo Ko:
"Marilah kita lekas pergi saja."-Baru saja ia hendak mengambil
dua pedang seadanya, tiba-tiba dilihatnya dinding di sebelah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kiri sana sebagian besar terdapat bekas hangus terbakar
beberapa buah meja kursi juga rusak bekas terbakar, ia
menjadi rada heran.
Segera Nyo Ko menutur lo-wan-tong itu pernah
menerobos ke dalam kamar senjata ini dan membakarnya
serta mengambil sesuatu benda di sini, bekas hangus terbakar
ini jelas hasil perbuatannya itu."
Tiba-tiba dilihatnya di bawah lukisan di pojok dinding sana
yang tersisa dari bekas hangus itu menonjol keluar dua sarung
pedang, tergerak pikiran Nyo Ko: "Kedua pedang ini semula
teraling oleh lukisan itu, tapi lantaran sebagian lukisan itu
terbakar sehingga kelihatanlah bagian pedang itu, jika pemilik
pedang sengaja mengatur begini, jelas sepasang pedang ini
pasti benda mestika."
Ia coba mendekati dan menanggalkan kedua pedang itu,
sebuah ia berikan kepada Siao-liong-li, ia pegang gagang
pedang satunya terus dilolos.
Begitu pedang itu terlolos dari sarungnya, seketika kedua
orang merasakan hawa dingin, batang pedang itu hitam mulus
tanpa mengkilat sedikitpun sehingga mirip sepotong kayu
belaka.
Waktu Siao-Iiong li juga melolos pedang yang diterimanya
itu, ternyata serupa benar dengan pedang Nyo Ko, baik besar
maupun panjangnya. Ke-dua pedang itu dijajarkan, seketika
menambah hawa segar di dalam ruangan kamar, cuma kedua
pedang itu tak terdapat ujung yang runcing melainkan puntuI,
begitu pula mata pedangnya tidak tajam.
Nyo Ko membalik pedang itu dan terlihat pada batang
pedang terukir dua huruf "Kun-cu" (lelaki), waktu memeriksa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pedang Siao-liong-Ii, di atasnya juga terukir dua huruf "Siok-li"
(perempuan). sebenarnya Nyo Ko tidak menyukai bentuk
kedua pedang ini, ia pandang Siao-liong-li dan ingin tahu
bagaimana pikirannya.
Dengan girang Siao-liong-li berkata: "Pedang ini tidak
tajam, kebetulan dapat digunakan melawan Kokcu itu, dia
pernah menolong jiwaku, aku tidak ingin mencelakai dia,"
"Pedang adalah senjata pembunuh, tapi diberi nama Kuncu
dan Siok-li, aneh" ujar Nyo Ko dengan tertawa, ia coba
angkat pedangnya dan bergaya menusuk dua kali, rasanya
sangat cocok dengan bobotnya dan enak dipakai. Segera ia
menambahkan: "Baiklah, biar kita gunakan sepasang pedang
ini."
Siao-liong-li memasukkan kembali pedang ke sarungnya
dan baru akan keluar, tiba-tiba dilihatnya di atas meja ada
sebuah pot bunga dengyi serangkaian bunga yang cantik
sekali, hanya sayang merangkainya awut-awutan tak keruan,
tanpa pikir lantas dibenahinya rangkaian bunga itu lebih
teratur.
"Hai, jangan!" mendadak Nyo No berseru, namun sudah
terlambat, jari Siao-hong-li sudah tertusuk beberapa kali oleh
duri bunga.
Dengan bingung Siao-liong-li menoleh dan bertanya "Ada
apa?"
"ltu adalah bunga cinta, kau sudah tinggal sekian lama di
lembah ini, masakah tidak tahu?" ujar Nyo Ko.
Siao-liong-li mengisap jarinya yang kesakitan itu dan
menjawab sambil menggeleng : "Aku tidak tahu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selagi Kyo Ko hendak memberi keterangan, sementara itu
orang berseragam hijau telah mendesak puIa, Terpaksa
mereka ikut kembali ke ruangan besar tadi.
Tampakhya Kongsun Kokcu sudah tidak sabar menunggu,
dia melotot gusar kepada anak muridnya itu, jelas ia marah
karena anggap mereka kurang tegas dan membiarkan Nyo Ko
berdiam sekian lama di kamar senjata itu. Anak muridnya
tampak sangat ketakutan sehingga airmuka sama pucat.
Setelah Nyo Ko berdua sudah dekat, lalu Kongsun Kokcu
berkata: "Nona Liu, sudah kau dapatkan senjata pilihanmu?"
Siao-liong-li mengeluarkan Siok-li-kiam (pedang
perempuan) pilihannya itu dan mengangguk: "Kami akan
menggunakan sepasang pedang puntul ini, kamipun tidak
berani bertarung sungguhan dengan Kokcu, cukup asalkan
saling menyentuh tubuh saja,"
Kokcu itu terkesiap melihat yang dipilih ternyata Siok-likiam
itu, dengan suara bengis ia bertanya: "Siapa yang suruh
kau ambil pedang ini?"
Sembari bertanya sinar matanya terus mengerling ke arah
Kongsun Lik-oh, tapi segera ia menatap tajam lagi terhadap
Siao-liong-li.
Dengan rada heran Siao-liong-li menjawab. "Tiada yang
menyuruh aku. Memangnya pedang ini tidak boleh dipakai?
jika begitu biarlah kami menukar yang lain saja."
Kongsun Kokcu melirik gusar sekejap ke arah Nyo Ko dan
berkata: "Untuk menukar pedang kan kalian akan berdiam
setengah hari lagi disana? Tidak perlu tukar, hayolah mulai!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Konsun-siansing," kata Siao-liong-li, "sebaiknya kita bicara
di muka dulu, bahwa dia atau aku sekali-sekali bukan
tandinganmu jika satu lawan satu, sekarang kami berdua
melawan kau seorang, jelas keuntungan di pihak kami,
sekalipun kami menang juga tak dapat dianggap sebagai
kemampuan kamu."
"Boleh kau katakan begitu jika nanti kalian sudah terbukti
menang," jengek sang Kokcu, "Kalau kalian dapat
mengalahkan golok dan pedangku ini, tentu kupasrah untuk
kalian perbuat sesukamu sebaliknya kalau kalian yang kalah,
maka janji nikah tak boleh lagi kau ingkari"
Siao-liong-ii tersenyum tawar, katanya: "Jika kami kalah,
biar dia dan aku terkubur saja di lembah ini."
Tanpa bicara lagi Kongsun Kokcu lantas angkat senjata,
golok emas menyamber, segera ia membacok ke arah Nyo Ko.
Cepat Nyo Ko angkat pedangnya, dengan jurus "Pek-hohiang-
ih" (bunga putih pentang sayap) ia balas menyerang,
itulah jurus asli ilmu pedang Coan-cin-pay.
Walaupun kuat dan tenang sekali jurus pedang Nyo Ko itu,
tapi juga cuma jurus yang jamak saja, diam-diam Kongsun
Kokcu mendongkol terhadap Kim-lun Hoat-ong yang telah
membual akan kelihayan anak muda itu, Segera pedang hitam
ia tusukkan ke depan, ternyata Siao-liong-li dikesampingkan
olehnya, hanya Nyo Ko yang terus menerus diserangnya.
Dengan penuh perhatian Nyo Ko melayani serangan
musuh, yang digunakannya adalah melulu Coan-sin-kiam-hoat
(ilmu pedang Coan-sin-pay) yang pernah dipelajarinya di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuburan kuno dahulu itu, tapi sejak dia menemukan intisari
ilmu silat dalam renungannya tempo hari itu, cara memainkan
ilmu pedangnya sekarang sudah jauh berbeda daripada waktu
menempur Kim-lun Hoat-ong dahulu.
Menunggu setelah Kongsun Kokcu menyerang tiga kali
barulah Siao-liong-li ikut maju dan menyerangnya. Ternyata
Kongsun Kokcu tidak menangkis serangannya dengan golok
emasnya itu, hanya pada waktu serangan Siao-liong-li tampak
gencar dan berbahaya barulah dia menggunakan pedang
hitam untuk menangkis, tampaknya Kongsun Kokcu sengaja
mengalah.
Setelah mengikuti beberapa gebrakan, dengan tersenyum
Kim-Iun Hoat-ong berkata: "Kongsun-heng, jika kau masih
sayangi si cantik, akhirnya mungkin kau sendiri yang harus
menelan pil pahit."
Dengan mendongkol Kongsun Kokcu menjawab: "Hwesio
gede, kau jangan banyak bacot, bila perlu sebentar boleh kita
coba-coba, sekarang tidak perlu kau memberi nasihat."
Beberapa jurus lagi, kerja sama kedua pedang,, Nyo Ko
dan Siao-liong-Ii semakin baik, suatu ketika pedang Siaoliongli
menabas dari kanan dan mendadak pula pedang Nyo Ko
juga menabas dari kiri, dalam keadaan terjepit tanpa pikir
Kongsun Kokcu menggunakan golok untuk menangkis
serangan Nyo Ko, berbareng itu ia menggeser mundur sedikit
dan pedang hitam digunakan menangkis serangan Siao-Iiongli.
"Trang", di luar dugaan, ujung golok emas terbatas kutung
sebagian oleh pedang lawan, Keruan semua orang terkejut,
sama sekali tak tersangka bahwa pedang puntul yang
digunakan Siao-liong li itu bisa begitu tajam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko dan Siao-liong-li juga merasa heran, padahal
semula mereka memilih sepasang pedang pantul itu hanya
oleh karena tertarik pada namanya saja serta bentuknya yang
serupa, tak tahunya secara tidak sengaja malahan dapat
memilih sepasang pedang mestika.
Keruan semangat mereka terbangkit seketika, mereka
menyerang dengan lebih gencar.
Betapapun ilmu silat Kongsun Kokcu memang sangat
tinggi dan dalang sepasang senjatanya yang lemas dan keras
itu juga lain daripada yang lain, makin lama daya tekanannya
juga makin kuat, Tapi diam-diam iapun heran bahwa ilmu silat
kedua anak muda yang jelas selisih jauh dengan dirinya itu
ternyata bisa begitu lihay dalam permainan ganda itu, ia pikir
apa yang dikatakan Hwesio gede tadi agaknya memang tidak
salah, kalau saja aku dikalahkan mereka, wah, bisa jadi....
sampai di sini ia tak berani membayangkan lebih lanjut.
Sekonyong-konyong golok di tangan kirinya menyerang ke
kanan dan pedang di tangan kanan menyerang ke kiri, ia
keluarkan permainan Im-yang-to-hoat.
Dengan pedang hitam di tangan kanan Kongsun Kokcu
menyerang Nyo Ko di sebelah kiri dan golok bergigi di tangan
kiri menyerang Siao-liong-li di sebelah kanan yang lihay,
pedang hitam yang tadinya lemas itu kini mendadak berubah
lurus keras dan digunakan membacok segala mirip golok,
sebaliknya goloknya yang besar bergigi itu justeru menabas
dan menusuk seperti pedang, Dalam pertarungan sengit itu
kelihatan golok seakan-akan berubah pedang dan pedang
seperti berobah menjadi golok, sungguh aneh dan sukar
diraba.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Biasanya In Kik-si suka bangga karena mengetahui ilmu
silat apapun di dunia ini, tapi Im-yang-to-hoat yang dimainkan
Kongsun Kokcu ini sungguh belum pernah dilihatnya selama
hidup, bahkan mendengarpun belum pernah.
Segera Be Kong-co berteriak lagi: "He, kakek sialan,
permainanmu yang kacau tak teratur itu ilmu silat apaan?"
Sebenarnya usia Kongsun-Kokcu belum ada 50 tahun, jadi
baru - terhitung setengah umur, malahan dia ingin kawin lagi
dengan Siao-liong-li, tapi berulang kali si dogol Be Kong-co
telah berkaok memanggilnya si "kakek", tentu saja dalam hati
ia sangat gemas.
Cuma sekarang iapun tidak sempat urus Be Kong-co, ia
mainkan Im-yang-to-hoat yang telah dilatihnya selama
berpuluh tahun ini dengan tekad mengalahkan dulu Nyo Ko
dan Siao-liong-li.
Tadinya permainan ganda sepasang pedang Nyo Ko dan
Siao-liong-li sebenarnya sudah mulai unggul, tapi mendadak
pihak lawan berganti cara bertempur, golok dan pedangnya
menyerang secara kacau dengan tipu serangan yang aneh,
seketika mereka menjadi kelabakan terdesak dan berulang
menghadapi bahaya.
Kepandaian Nyo Ko sekarang sudah melebihi Siao-liong-li,
ia lihat daya tekanan pedang lawan lebih kuat daripada golok
bergigi, karena itu ia sengaja menyambuti semua serangan
pedang lawan dan membiarkan Siao-liong-li melayani
serangan golok bergigi, ia pikir golok itu jelas tidak berani lagi
diadu dengan pedangnya dan pula takkan besar resikonya.
Cuma permainan golok musuh sangat aneh, ilmu pedang
Coan-cin-kau asli juga sukar menandinginya, terpaksa harus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bertindak menurut keadaan dan melihat gelagat, ia layani
musuh dgn ilmu pedang ciptaannya sendiri.
padahal dahulu Lim Tiau-eng, yaitu kakek guru Siao-liongli
ketika menciptakan Giok-li-kiam-hoat berdasarkan khayalnya
ketika malang melintang di dunia Kangoow berduaan bersama
Ong Tiong-yang, itu cakal-bakai Coan-cin-kau, sebab itulah
yang laki memainkan Coan-cin-kiam-hoat dan yang
perempuan memainkan Giok-Ii-kiam-hoat, dengan demikian
keampuhannya sukar ditandingi oleh jago silat manapun juga.
Tapi sekarang Nyo Ko menyampingkan Coan-cin-kiam-hoat
dan menggunakan ilmu pedang ciptaan sendiri untuk melayani
musuh, meski Kiam-hoat ciptaannya ini juga tidak kurang
lihaynya, namun setiap jurus serangannya hanya cocok
dengan cita-rasa pribadinya saja dan tidak cocok main ganda
dengan Giok-li-kiam-hoat yang dimainkan Siao-liong-li, dengan
demikian jadinya mereka seakan-akan bertempur sendirisendiri
dan dengan sendirinya daya tempurnya menjadi jauh
berkurang.
Kongsun Kokcu- menjadi girang, "trang-trang-trang",
beruntun ia membacok tiga kali dengan pe-dangnya,
berbareng itu golok di tangan lain berturut menyerang juga
empat kali dengan gaya tusukan pedang, serangan aneh ini
masih dapat dilayani oleh Nyo Ko, namun Siao-liong-li menjadi
bingung karena tiada kerja sama yang baik dari Nyo Ko,
pikirnya juga ingin menabas lagi ujung golok musuh tapi
gerakan golok Kongsun Kokcu sekarang teramat cepat dan
Iincah, betapapun sukar dibentur lagi.
Nyo Ko menyadari gelagat jelek, tanpa pikirkan keadaan
sendiri yang terluka itu, mendadak ia melancarkan suatu jurus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serangan Coan-cin-kiam-hoat yang disebut "Ma-ciu-lok-hoa"
(Kuda meloncat merontokkan bunga), dengan tekanan yang
kuat ia paksa Kongsun Kokcu melayani serangannya dengan
kedua senjatanya, dengan demikian Siao-Iiong-li menjadi
ringan.
Siao-liong-li sangat berterima kasih melihat anak muda itu
membantunya tanpa menghiraukan keselamatan sendiri,
segera iapun melancarkan serangan untuk membantu, dengan
demikian mereka telah kembali ke posisi tadi dengan cara
menyerang dan bertahan bersama, daya tempur mereka
mendadak tambah kuat pula.
Setelah beberapa jurus berlangsung lagi, dahi Kongsun
Kokcu mulai berkeringat, sebaliknya daya tempur Siao-liong-li
dan Nyo Ko semakin lancar dan kerja sama lebih rapat Ketika
Nyo Ko melontarkan suatu serangan dengan menusuk
pinggang lawan, cepat Siao-liong-li membarengi dengan
serangan menusuk muka musuh, jurus ini dilakukan dengan
penuh perasaan manis sambil melirik anak muda itu.
Tapi mendadak dada Siao-liong-li serasa dipukul oleh palu
besar, jari tangan kanan kesakitan dan hampir tidak kuat
memegangi pedangnya, air mukanya seketika berubah dan
cepat melompat mundur.
"Hm, rasakan bunga cinta!" jengek Kongsun Kokcu.
Siao-liong-li tidak paham ucapannya itu. tapi Kyo Ko
mengetahuinya bahwa kesakitan Siao-liong-Ii itu adalah akibat
bekerjanya racun bunga cinta yang dirrinya telah melukai jari
tadi, Waktu melancarkan jurus serangan yang romantis dan
perasaan terangsang, maka jarinya lantas kesakitan sekali.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena Nyo Ko sendiri sudah pernah merasakan sakitnya
tertusuk duri bunga cinta itu, ia menjadi kasihan kepada Siaoliong-
li, cepat ia bertanya. "Apakah sangat sakit?"
Kesempatan itu segera digunakan Kongsun Kokcu uutuk
melancarkan serangan gencar dengan golok dan pedang,
sementara itu rasa sakit jari Siao-liong-li sudah berkurang,
cepat ia menubruk maju lagi untuk membantu.
"Biarlah kau mengaso lagi sebentar," ujar Nyo Ko dengan
penuh kasih sayang, Diluar dugaan, karena rangsangan
perasaannya ini, jarinya sendiri menjadi kesakitan juga.
Bctapa cerdik dan lihaynya Kongsun Kokcu begitu melihat
ada pduang, segera pedangnya mem-bacok, "cring", Kun-cukiam
(pedang lelaki) yang dipegang Nyo Ko terbentur jatuh,
menyusul pedang hitamnya terus menyamber tiba dan
mengancam di depan dada anak muda itu.
Siao-liong-Ii terkejut dan hendak menolongnya, tapi dia
teralang oleh golok musuh dan takdapat mendekat
"Tangkap dia !" seru Kongsun Kokcu. serentak empat
murid seragam hijau menubruk maju dengan membentang
jaring, sekali tebar, seketika Nyo Ko tertawan di dalam jaring
mereka.
"Bagaimana kau, Liu-ji?" Kongsun Kokcu berpaling dan
bertanya kepada Siao-liong-li
Siao-liong-li menyadari sendirian pasti bukan tandingan
sang Kokcu, ia buang Siok-li-kiam (pe-dang perempuan) ke
lantai, terdengar suara "cring" nyaring, tahu-tahu Kun-cu-kiam
dan Siok-lt-kiam saling menyerot terus lengket menjadi satu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Rupanya pada kedua pedang itu terdapat daya semberani
yang sangat kuat
Dengan tegas Siao-liong-li lalu berkata: "Pedang" saja
begitu, masakah manusia tidak? Bolehlah kau bunuh saja kami
berdua!"
Kongsun Kokcu mendengus sekali, katanya:
"lkut padaku, sini!" Lalu ia memberi salam kepada Kim-lun
Hoat-ong dan lainnya dan berkata : "Maaf kutinggalkan
sebentar,"
Segera ia mendahului melangkah ke ruangai belakang,
dengan menyeret jaringnya keempat anak muridnya lantas:
ikut ke sana". Karena Nyo Ko sudah tertawan, dengan
sendirinya Siao-liong-li juga ikut masuk.
"Hayo, Hwesio Gede dan Mayat Hidup, Kita harus berdaya
menolong kawan kita," seru Be Kong-co kepada Kim-lun Hoatong
dan Siau-siang cu
Hoat-ong hanya tersenyum saja tanpa menjawab, sedang
Siau-siang-cu lantas menjengek "Hm, kau sendiri berbadan
segede gajah, apakah kau pikir mampu menandingi tuan
rumahnya?"
Be Kong-co menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal
dan merasa tidak berdaya, terpaksa hanya menjawab: "Tidak
mampu menandingi juga harus labrak dia, harus!"
Kongsun Kokcu terus melangkah ke sana dengan
bersitegang leher dan masuk sebuah kamar batu kecil, lalu
berkata kepada Siao-Iiong-li: "Liu-ji, bukan maksudku hendak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bikin susah kau, aku cuma berusaha mencegah kalau-kalau
kau bunuh diri,"
Segera ia memberi tanda, empat muridnya berseragam
hijau terus menutupi tubuh Siao-liong-li dengan sebuah jaring
dan diringkus, kemudian sang Kokcu berkata puIa: "Bawakan
sini beberapa ikat bunga cinta,"
Nyo Ko dan Siao-liong-Ii sudah bertekad ingin mati
bersama, keduanya hanya saling pandang dengan tersenyum
saja dan tidak ambil pusing terhadap segala tindak perbuatan
Kongsun Kokcu.
Selang tidak lama, sekonyong-konyong dari luar kamar
teruar bau harum semerbak yang memabokkan, Waktu Nyo
Ko berdua menoleh, terlihatlah belasan anak murid seragam
hijau membawa masuk ber-ikat2 rangkuman bunga cinta,
Tangan mereka memakai sarung kulit untuk menjaga tusukan
duri bunga itu.
Ketika Kongsun Kokcu memberi tanda perintah agar
rangkuman bunga cinta itu diuruk semuanya di atas badan
Nyo Ko, seketika Nyo Ko merasa sekujur badan seakan-akan
digigit oleh beribu-ribu lebah sekaligus, kaki tangan dan
segenap ruas tulang terasa sakit tak tertahan, sampai akhirnya
ia mengerang kesakitan.
Siao-liong-li merasa pedih dan kasihan serta gusar pula, ia
membentak Kongsun Kokcu: "Kau-berbuat apaan ini?"
Dengan tegas Kongsun Kokcu berkata: "Liu-ji, sekarang
adalah waktu upacara pernikahan kita harus berlangsung, tapi
bocah ini telah mengacau ke sini sehingga saat bahagia kita
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
telah dibikin berantakan olehnya, Sebenarnya aku tidak
pernah kenal dia dan tiada permusuhan apapun, apalagi dia
adalah kenalanmu yang lama, asalkan dia mau taat kepada
sopan santun sebagai seorang tamu, dengan sendirinya
akupun akan melayani dia dengan hormat, tapi sekarang
urusan sudah begini terpaksa...". sampai di sini ia memberi
tanda agar anak muridnya keluar semua, ia menutup pintu
kamar, lalu menyambung pula: "sekarang aku minta kau
memilih sendiri, ingin dia mati atau hidup, semuanya
bergantung kepada keputusanmu."
Di bawah tusukan duri bunga cinta yang tak terhitung
banyaknya itu, sungguh rasa derita Nyo Ko tak tertahankan,
cuma dia tidak ingin si nona menyusahkannya, maka
sebisanya dia mengertak gigi dan tutup mulut menahan rasa
sakit.
Siao-liong li memandangi muka anak muda itu dengan
penuh rasa kasih mesra, pada saat itu juga racun duri bunga
cinta yang melukai jarinya itu kumat lagi sehingga kesakitan,
diam-diam ia pikir: "Aku cuma tertusuk sedikit saja sudah
begini sakit, apalagi dia sekarang sekujur badan ditusuki duri
itu, mana dia tahan!"
Rupanya Kongsun Kokcu tahu isi hati si nona, katanya:
"Liu-ji, dengan setulus hati aku ingin mengikat perjodohan
denganmu, semua itu timbul dari cintaku padamu secara
murni dan sama sekali tiada maksud buruk, dalam hal ini kau
sendiri tentu paham."
Siao liong-li-mengangguk dan menjawab dengan pilu "Kau
memang sangat baik padaku, sebelum dia datang ke sini
senantiasa kau menuruti segala keinginanku." - ia menunduk
sejenak dan menghela napas panjang, lalu berkata pula:"
Kongsun siansing, kalau saja engkau tidak menemukan diriku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tempo hari dan tidak menyelamatkan jiwaku sehingga aku
sudah mati tanpa persoalan, maka segalanya tentu akan lebih
baik bagi kita bertiga-Tapi sekarang kalau engkau memaksa
aku menikah denganmu, tentu aku tidak akan gembira selama
hidup ini dan apa manfaatnya pula hal ini bagimu?"
Kembali kedua alis Kongsun Kokcu mengerut rapat,
dengan berat ia berkata: "Selamanya aku bicara satu tetap
satu, bilang dua tetap dua, sekali-kali tidak sudi ditipu dan
dihina orang, Kau sendiri sudah berjanji akan menikah dengan
aku, maka janji itu harus ditepati Mengenai suka duka atau
sedih bahagia memang dapat berubah dan sukar diduga,
biarlah kita ikuti saja kelanjutannya nanti"
Kemudian dia menyambung pula: "Sekujur badan orang ini
telah terluka oleh duri bunga cinta, selang setiap satu jam
rasa, sakitnya akan bertambah satu bagian puIa, sesudah 6 x
6 - 36 hari nanti dia akan mati karena rasa sakit tak
tertahankan. Tapi dalam waktu 12 jam aku akan dapat
menyembuhkan dia dengan obat mujizat buatanku sendiri,
selewatnya 12 jam biarpun malaikat dewata juga tidak
sanggup menolongnya. Maka dia harus mati atau hidup
semuanya bergantung padamu" sembari bicara ia melangkah
pelahan ke pintu , kamar dan membuka pintu, lalu menoleh
dan berkata lagi: "Jikalau lebih suka dia mati kesakitan secara
tersiksa, ya, terserah juga kepadamu, bolehlah kau
menunggunya 36 hari di sini dan menyaksikan kematiannya.
Li-ji, sama sekali aku tiada bermaksud membikin celaka
dirimu, untuk ini kau tidak perlu kuatir." - Habis berkata
segera ia hendak melangkah keluar
Siao-liong-li percaya apa yang dikatakan itu bukan omong
kosong belaka, ia pikir kalau saja dirinya dapat mati bersama
Nyo Ko, maka segala urusan akan menjadi beres seluruhnya,
Tapi Kongsun Kokcu justeru memakai cara keji ini, tampaknya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko sedang menahan rasa sakit, hal ini jelas kelihatan dari
tubuh anak muda itu yang gemetaran, bibirnya tergigit hingga
berdarah, kedua matanya yang jeli dan bersinar tajam itu kini
tampak guram.
Terbayang olehnya betapa menderitanya anak muda itu,
apabila rasa sakit itu semakin bertambah pada setiap jam dan
terus menerus tersiksa hingga 36 hari lamanya, mungkin di
akhirat sekalipun tiada siksa derita sehebat itu.
Mengingat begitu, ia menjadi nekat dia berkata: "Baiklah,
Kongsun-siansing, kujanji akan menikah dengan kau, lekas
kau membebaskan dia dan ambilkan obat untuk
menolongnya,"
Sejak tadi Kongsun Kokcu mendesak Siao-liong li,
tujuannya justeru ingin si nona mengucapkan demikian, apa
yang didengarnya sekarang membuatnya bergirang tapi juga
iri dan gemas, ia tahu sejak kini perempuan ini hanya akan
merasa benci dan dendam padanya dan sekali-kali takkan ada
rasa cinta.
Namun begitu iapun mengangguk dan menjawab: "Baik,
pikiranmu sudah berubah, betapapun ada baiknya bagi kita!
Malam nanti setelah resmi kita menjadi suami-isteri, besok
pagi segera kuberikan obat penawar padanya."
"Silahkan kau mengobati dia lebih dahulu," ujar Siao-liongli
"Liu-ji, tampaknya kau terlalu memandang rendah
padaku," kata Kongsun Kokcu, "Biarpun kau sudah berjanji
akan menjadi isteriku, tapi sebenarnya kau tidak sukarela,
memangnya aku tidak tahu isi hatimu dan masakah aku dapat
menyembuhkan dia lebih dulu?" sembari berkata ia terus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melepaskan jaring ikan yang membungkus tubuh Siao-liong-li
itu. lalu meninggalkan nona itu bersama Nyo Ko di dalam
kamar.
Kedua muda-mudi saling pandang dengan bungkam,
sampai sekian lama barulah Nyo Ko membuka suara dengan
pelahan: "Kokoh, aku sangat bahagia mendapatkan cintamu
yang murni, biarpun di alam baka juga aku akan terhibur,
BoIehlah kau pukul mati saja dan engkau lekas kabur
sejauhnya dari sini,"
Siao-liong-li pikir gagasan ini juga baik, setelah kupukul
mati dia, segera akupun membunuh diri. Segera ia
mengangkat tangannya dan mengerahkan tenaga dalam.
Dengan tersenyum simpul dan sorot mata yang halus Nyo
Ko memandangi Siao-liong-li dengan rasa bahagia, desisnya
dengan lirih: "Saat ini adalah malaman pengantin kita berdua,"
Melihat wajah si Nyo Ko yang bersuka ria itu, tiba-tiba
timbul lagi pikiran Siao-liong-li: "Anak muda yang begini
cakap, apa dosanya sehingga Thian harus membuat dia mati
konyol sekarang."
Tiba-tiba dada terasa sesak, tenggorokan terasa anyir,
darah segar hampir tertumpah lagi, tenaga dalam yang sudah
terhimpun di tangan Siao-liong-li itu lenyap seketika,
Mendadak ia menubruk ke atas tubuh yang terbungkus jaring
dan penuh bunga cinta itu, seketika beribu duri bunga itu
mencocok tubuhnya, tapi dengan suara halus dia berbisik "Koji
biarlah kita sama-sama menderita."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Buat apa kau berbuat begitu?" tiba-tiba suara seorang
menjengek di belakangnya. "Apakah rasa sakit tubuhmu itu
dapat mengurangi rasa deritanya?"
Jelas itulah suara Kongsun Kokcu. Siao-liong li
memandang Nyo Ko sekejap dengan perasaan remuk rendam,
perlahan-lahan ia memutar tubuh dan melangkah keluar
kamar dengan menunduk dan tanpa berpaling lagi.
"Adik Nyo," kata Kongsun kokcu kepada -Nyo Ko, "lewat
enam jam lagi nanti kubawakan obat mujarab untuk menolong
kau. Selama enam jam ini kau harus berpikiran tenang dan
bersih, sedikitpun tidak boleh timbul pikiran menyeleweng
atau napsu birahi, dengan begitu walaupun ada rasa sakit juga
tidak seberapa hebat,"
Habis berkata ia terus keluar dan merapatkan pintu
kembali. Begitulah tubuh Nyo Ko tersiksa dan hatipun sakit.
"Tadi mengapa Kokoh tidak jadi memukul mati aku saja?"
demikian ia pikir. "Segala macam siksa derita yang pernah
kurasakan kalau dibandingkan apa yang kurasakan sekarang
sungguh bukan apa-apa. Kokcu ini sungguh keji, mana aku
boleh mati begitu saja dan meninggalkan Kokoh berada dalam
cengkeramannya dan menderita selama hidup. Apalagi, sakit
hati kematian ayahnya belum terbalas, mana boleh manusia
munafik sebangsa Kwe Cing dan Ui Yong tidak diberi ganjaran
yang setimpal.
Berpikir begitu, serentak timbul semangatnya: "Tidak, aku
tidak boleh mati betapapun tidak boleh mati sekalipun Kokoh
menjadi nyonya rumah di sini juga akan kubebaskan dia dari
cengkeraman Kokcu yang keji itu. Selain itu aku masih harus
giat berlatih untuk menuntut balas sakit hati kematian ayahibu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan tekad harus tetap hidup, segera ia duduk bersila,
meski terjaring dan tidak dapat berduduk dengan baik, namun
tenaga dalam dapat juga dikerahkan dan mulailah dia
bersemedi.
Selang agak lama, sudah lewat lohor, datanglah seorang
murid seragam hijau dengan membawa sebuah piring berisi
empat potong roti tawar. Katanya kepada Nyo Ko: "Kokcu
mengadakan pesta nikah, biar kaupun ikut makan yang
kenyang,"
Segera ia ambilkan panganan seperti roti tawar itu dan
menyuapi Nyo Ko melalui lubang jaring itu, Tangannya
terbungkus oleh kain tebal untuk menjaga cocokan duri bunga
cinta.
Tanpa ragu Nyo Ko menghabiskan empat potong kue itu,
ia pikir kalau hendak perang tanding dengan Kokcu bangsat
itu, maka aku tidak boleh kelaparan dan merusak tubuhku
sendiri.
"Eh, tampaknya napsu makanmu cukup besar juga," ujar
murid seragam nyau itu dengan tertawa, pada saat itulah tibatiba
bayangan hijau berkelebat, secara diam-diam telah
menyelinap masuk pula seorang murid baju hijau, dengan
berjinjit ia mendekati orang pertama tadi, mendadak ia
hantam sekuatnya di punggung orang itu, sebelum orang
pertama sempat melihat siapa pendatang itu sudah lebih dulu
dipukul pingsan.
Waktu Nyo Ko mengamati, ternyata penyergap itu bukan
lain daripada Kongsun Lik-oh, ia berseru kaget. "He, kau..."
"Sssst, jangan bersuara, Nyo-toako, kudatang untuk
menolong kau!" desis Kongsun Lik-oh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ia menutup dulu pintu kamar, menyusul ia membukakan
ikatan jaring dan menyingkirkan timbunan bunga cinta serta
mengeluarkan Nyo Ko.
Nyo Ko menjadi ragu-ragu dan berkata: "Wah, jika
diketahui ayahmu...."
"Biarlah kutanggung akibatnya," ujar Kongsun Lik-oh
sambil memetik secomot bunga cinta dan dijejalkan ke dalam
mulut murid baju hijau agar tidak dapat berteriak bila sudah
siumafi nanti.. Habis itu ia bungkus pula orang itu dengan
jaring ikan serta ditimbuni bunga cinta, Lalu bisiknya kepada
Nyo Ko: "Nyo-toako, kalau ada orang datang, hendaklah, kau
sembunyi di belakang pintu. Kau keracunan bunga cinta, akan
kuambilkan obat penawarnya ke kamar obat ayah sana."
Nyo Ko sangat berterima kasih, iapun tahu si nona sengaja
menghadapi bahaya besar itu untuk menolongnya padahal
mereka berkenalan belum ada satu hari, tapi nona itu rela
mengkhianati bahaya sendiri untuk menolongnya, dengan
terharu ia berkata pula: "Nona, aku....aku....". namun ia tidak
mampu meneruskan lagi.
Kongsun Iik-oh. tersenyum bahagia, ia rela dlhukum mati
ayahnya melihat betapa terima kasih anak muda itu
kepadanya. Segera ia berkata pula:
"Kau tunggu sebentar segera kukembali ke sini."
Habis itu ia menyelinap keluar.
"Mengapa dia begitu baik terhadapku?" demikian Nyo Ko
termangu-mangu dan merenungkan nasibnya sendiri, ia pikir
meski dirinya berulang mengalami nasib buruk dan sejak kecil
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dihina dan dianiaya orang, namun di dunia ini ternyata juga
tidak sedikit orang yang berbaik hati padanya.
Selain Kokoh, ada pula Sun-popoh. Ang Chit-kong, juga
ayah angkatnya, yaitu Auyang Hong serta Ui Yok-su ditambah
lagi nona cantik seperti Thia Eng, Liok Bu-siang serta Kongsun
Lik-oh sekarang ini, semuanya sangat baik padanya.
Nyo Ko menjadi heran sendiri apa barangkali bintang
kelahirannya yang terlalu aneh sehingga ada manusia yang
begitu kejam padanya, tapi juga banyak manusia yang
teramat baik padanya.
Padahal sebenarnya pengalamannya yang terlalu luar
biasa, orang yang pernah dikenalnya kalau tidak teramat baik
padanya tentu terlalu jahat padanya, soalnya karena wataknya
yang cenderung ke sudut ekstrim, siapa yang cocok dengan
wataknya akan dihadapi dengan tulus ikhlas, sebaliknya kalau
tidak cocok akan dipandangnya sebagai musuh.
Cara beginilah dia menghadapi orang lain dan dengan
sendirinya orang lain juga membalasnya dengan cara yang
sama.
Begitulah dia menunggu sampai sekian lama dengan
sembunyi di belakang pintu, tapi sampai lama Kongsun Lik-oh
masih belum nampak muncul lagi, sementara itu si murid baju
hijau sudah siuman sejak tadi, karena terbungkus oleh jaring
ikan dan ditimbuni pula bunga cinta, kelihatan dia merasa
cemas dan gusar pula.
Semakin lama menunggu semakin kuatir pula Nyo Ko,
semula ia pikir mungkin di kamar obat itu ada orang sehingga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
belum ada peluang bagi Kongsun Lik-oh untuk mencuri obat,
tapi lama2 ia pikir, urusannya tentu tidak begitu sederhana,
biarpun gagal mencuri obat tentu si nona akan kembali
memberitahukannya, tampaknya urusan banyak buruk
daripada selamatnya, Kalau si nona mati menghadapi bahaya
bagiku, mengapa kudiam saja di sini dan tidak berdaya untuk
menolongnya.
Ia coba membuka pintu sedikit, dari celah pintu ia
mengintip keluar, syukur di luar sunyi senyap tiada
seorangpun dengan pelahan ia terus menyelinap keluar. Tapi
ia menjadi bingung karena tidak tahu di mana beradanya
Kongsun Lik-oh.
Sedang bingung, tiba-tiba terdengar suara tindakan orang
di tikungan sana, cepat ia sembunyi di balik tikungan sebelah
sini sejenak kemudian dua anak murid seragam hijau tampak
mendatangi dengan jalan berjajar, tangan masing-masing
memegang sebilah pentung yang biasanya dipakai sebagai
alat perangkat pesakitan..."
Tergerak hati Nyo Ko: "Apakah mungkin Kongsun Lik-oh
tertangkap oleh ayahnya dan sedang akan diberi hukuman?"
Segera ia mengikuti kedua orang itu dengan hati-hati.
Kedua orang itu sama sekali tidak tahu, mereka berjalan
terus dan membelok kesana dan menikung kesini, akhirnya
sampai di depan sebuah kamar, segera mereka berseru:
"Lapor Kokcu, alat rangket sudah siap" - Lalu mereka
mendorong pintu dan masuk ke dalam.
Hati Nyo Ko menjadi berdebar, "Kokcu bangsat itu
ternyata benar ada di sini," katanya di dalam hati.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dilihatnya sebelah timur kamar itu ada jendela, segera ia
merunduk ke bawah jendela dan melongok ke dalam, benar
juga kelihatan Kongsun Lik-oh sudah tertawan di situ.
Tertampak Kokcu duduk di tengah, dua muridnya dengan
pedang terhunus berjaga di kanan-kiri Kongsun Lik-oh
Setelah alat rangket diterima, segera Kongsun Kokcu
mendengus: "Lik-ji, kau adalah darah daging-ku sendiri, sebab
apa kau tega mengkhianati ayahmu?"
Kongsun Lik-oh hanya menunduk dan tidak menjawab.
"Kau telah jatuh hati kepada bocah she Nyo itu,
memangnya kau kira aku tidak tahu?" jengek pula Kongsun
Kokcu, "Aku kan sudah menyatakan akan membebaskan dia,
mengapa kau ter-buru-buru. Bagaimana kalau besok juga
ayah bicara dengan dia dan menjodohkan kau padanya?"
Nyo Ko bukan pemuda dungu, dengan sendirinya iapun
mengetahui Kongsun Lik-oh itu jatuh cinta padanya, sekarang
mendengar orang lain mengutarakan hal itu secara terangterangan,
betapapun jantungnya berdetak keras dan air muka
menjadi merah.
Sekonyong-konyong Kongsun Lik-oh angkat kepalanya dan
berkata nyaring: "Ayah, saat ini engkau lagi memikirkan
"perkawinanmu" sendiri, mana engkau sempat memikirkan
kepentingan putrimu?"
Kongsun Kokcu hanya mendengus saja dan tidak
menanggapi.
Segera Kongsun Lik-oh menyambung pula: "Ya, memang,
anak memang kagum terhadap kepribadian Nyo-kongcu yang
setia dan berbudi itu, Tapi anakpun tahu dalam hatinya sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terisi oleh Liong-kokoh seorang, sebabnya anak menolong dia
hanya karena tidak setuju atas tindak tanduk ayah dan tiada
tujuan lain."
Hati Nyo Ko sangat terharu mendengar ucapan itu, ia pikir
Kokcu bangsat dan jahat ini ternyata melahirkan puteri yang
baik hati
Air muka Kongsun Kokcu kelihatan kaku tanpa menunjuk
sesuatu perasaan, katanya dengan hambar. "Jadi menurut
pandanganmu ayahmu ini orang jahat, tidak berbudi, begitu?"
"Mana anak berani menuduh ayah demikian." ujar
Kongsun Lik-oh, "Cuma... cuma..."
"Cuma apa?" desak Kongsun Kokcu.
"Nyo-kongcu tersiksa oleh tusukan duri bunga cinta, mana
dia sanggup menahan rasa sakitnya," kata Kongsun Lik-oh.
"Ayah, kumohon engkau suka berbuat bajik dan kasihan
padanya, sudilah engkau membebaskan dia."
"Hm, besok aku sendiri dapat membebaskan dia, buat apa
kau ikut campur?" jengek sang ayah.
Untuk sejenak Kongsun Lik-oh termangu diam seperti
sedang memikirkan sesuatu yang diragukan apakah harus
diutarakannya atau tidak, tapi mendadak air mukanya
mengunjuk penuh rasa keyakinan secara tegas ia berkata
kepada sang, ayah: "Ayah, anak telah dibesarkan engkau,
sedangkan Nyo-kongcu baru kukenal, sebab apa anak malah
membela dia? Apabiia besok ayah sungguh-sungguh mau
mengobati dia dan membebaskan dia, masakah anak berani
lagi datang ke kamar obat ini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Habis apa maksud kedatanganmu ini?" tanya Kokcu
dengan bengis.
"Soalnya anak tahu ayah tidak bermaksud baik padanya,"
jawab Lik-oh lantang, "malam nanti setelah ayah kawin
dengan Liong-kokoh, tentu engkau akan membinasakan Nyokongcu
dengan keji untuk menghilangkan segala harapan
Liong-kokoh,"
Sehari-harinya Kongsun Kokcu jarang memperlihatkan rasa
senang atau gusarnya, segala urusan biasanya diselesaikan
secara adil dan baik, terhadap anak muridnya juga sangat
baik, sebab itulah anak buahnya sangat tunduk padanya.
Tapi Kongsun Lik-oh juga cukup kenal isi hati sang ayah,
menghadapi pengacauan Nyo Ko sekarang jelas ayahnya pasti
akan membinasakan anak muda itu.
Karena isi hatinya dengan jitu kena dikorek oleh anak
perempuannya, Kongsun Kokcu menjadi gusar, jengeknya:
"Benar-benar piara macan mendatangkan bencana. Sudah
kubesarkan kau, siapa tahu sekarang kau malah menggigit
ayahmu sendiri serahkan sini" Berbareng sebelah tangannya
dijulurkan.
"Apa yang ayah inginkan?" tanya Likoh,
"Masih kau berlagak pilon?" bentak sang Kokcu, "Goatceng-
tan (pil putus cinta)! Obat penawar racun bunga cinta
itu!"
"Anak tidak mengambilnya," jawab Lik-oh.
"Habis siapa yang mencurinya?" teriak Kongsun Kokcu
sambil berdiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko mengamati isi kamar itu, terlihat di atas meja,
almari, penuh terderet botol obat, dinding juga banyak
tergantung rumput obat yang tidak dikenal namanya, Di
sebelah kiri sana bejajar tiga buah anglo pemasak obat, tentu
kamar inilah yang disebut kamar obat.
Melihat muka Kongsun Kokcu yang bersungut itu, jelas
Kongsun Lik-oh pasti akan mendapat hukuman berat
Terdengar nona itu berkata pula: "Ayah, memang betul anak
masuk ke sini ingin mencuri obat untuk menolong Nyokongcu,
tapi sekian lamanya kucari dan tidak menemukan
obat nya, kalau tidak masakah dapat dipergoki Ayah?"
Dengan suara bengis Kongsun Kokcu membentak "Tempat
obat ini sangat dirahasiakan, beberapa orang luar sejak tadi
juga berada di ruangan tamu, tapi sekarang Coat-ceng-tan
bisa hilang mendadak, memangnya obat itu punya kaki dan
dapat lari ?"
Tiba-tiba Lik-oh bertekuk lutut di depan sang ayah,
katanya sambil menangis. "Ayah, sudilah engkau mengampuni
jiwa Nyo-kongcu, suruhlah dia pergi dari sini dan dilarang
datang lagi selamanya."
"Hm, jika keselamatan ayahmu terancam, belum tentu kau
sudi berlutut dan mintakan ampun kepada orang," jengek
Kongsun Kokcu.
Lik-oh tidak menjawab lagi, ia hanya menangis sembari
merangkul kedua kaki ayahnya.
"Coat-ceng-tan sudah kau ambil, cara bagaimana aku
dapat menolongnya seperti permintaanmu?" uj'ar Kongsun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kokcu. "Baiklah, kau tidak mau mengaku juga terserah
padamu. Boleh kau tinggal satu hari di sini, Obat itu sudah
kau curi, tapi tak dapat kau antar kepada bocah itu,
selewatnya 12 jam barulah kulepaskan kau nanti." - Habis
berkata ia terus melangkah ke pintu kamar.
Kongsun Lik-oh tahu lihaynya racun bunga cinta itu, sedikit
tercocok durinya saja akan menderita tiga hari, apalagi
sekarang sekujur badan Nyo Ko tertusuk beribu durinya,
dalam waktu 12 jam tak diberi obat tentu akan mati kesakitan,
sekarang ayahnya hendak pergi begitu saja, itu berarti
hukuman mati bagi Nyo Ko. Maka cepat ia berseru: "Nanti
dulu, ayah!"
"Apalagi yang hendak kau katakan ?" tanya sang ayah.
"Ayah, singkirkan dulu mereka," kata Lik-oh sambil
menuding keempat murid baju hijau.
"Setiap penghuni lembah kita ini adalah orang sendiri dan
bersatu hati, tiada sesuatu yang perlu dirahasiakan," ujar
Kokcu.
Wajah Lik-oh tampak merah padam, tapi segera berubah
menjadi pucat, katanya kemudian: "Baiklah engkau tidak
percaya kepada perkataan anak, silakan engkau periksa
apakah obat itu ada padaku atau tidak?" Segera ia membuka
baju sendiri, lalu melepaskan gaunnya.
Sama sekali Konasun Kokcu tidak menduga puterinya bisa
berbuat senekat itu, cepat ia memberi tanda agar keempat
muridnya keluar, lalu pintu kamarpun ditutup, Hanya sekejap
saja Kongsun Lik-oh sudah menanggalkan pakaiannya kecuali
kutang dan celana dalam, benar juga tidak nampak sesuatu
benda apapun pada tubuhnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dari tempat sembunyinya Nyo Ko dapat melihat seluruh
tubuh si nona yang putih bersih ltu, seketika jantungnya
berdetak keras. Dia adalah pemuda perkasa, sedangkan tubuh
Kongsun Lik-oh sangat montok serta berwajah cantik,
betapapun darahnya menjadi bergolak.
Tapi segera teringat pula olehnya: "Ah, dia ingin
menyelamatkan jiwaku sehingga rela membuka baju, wahai
Nyo Ko, apabila kau memandangnya lagi sekejap, maka lebih
rendahlah kau daripada bintang." Cepat ia pejamkan mata,
namun karena pikiran kacau, tanpa sengaja dahinya telah
membentur daun jendela.
Betapa lihainya Kongsun Kokcu, hanya suara benturan
sedikit itu saja sudah diketahuinya, diam-diam ia mendapatkan
akal, ia mendekati ketiga anglo pemasak obat, anglo yang
tengah didorongnya ke samping, anglo bagian kanan
ditariknya ke tengah dan anglo sebelah kiri digeser ke kanan.
Habis itu anglo yang tengah tadi di dorong ke sebelah kiri.
"Baiklah, jika begitu kuterima permintaanmu untuk
mengampuni jiwa bocah itu," kata sang Kokcu kemudian.
Lik-oh sangat girang dan berulang menyembah "Ayah!"
katanya dengan suara gemetar.
Kokcu duduk kembali pada kursi di dekat dinding, lalu
berkata pula: "Tapi peraturanku tentu pula sudah kau ketahui,
apa akibatnya jika sembarangan masuk kamar obat ini tanpa
idzinku?"
"Hukuman mati," jawab Lik-oh sambil menunduk.
"Meski kau adalah puteri kandungku, namun peraturan
harus dilaksanakan kau mangkat baik-baik saja," kata
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun Kokcu dengan menghela napas sambil melolos
pedang hitam dan diangkat ke atas, tiba-tiba ia berkata pula
dengan suara halus: "Ai, anak Lik, kalau saja selanjutnya kau
tidak membela bocah she Nyo itu, maka jiwamu dapat
kuampuni, Diantara kau dan dia hanya satu saja yang dapat
diampuni, coba katakan, mengampunkan dia atau kau?"
"Dia!" jawab Kongsun Lik-oh dengan suara pelahan tanpa
ragu.
"Bagus, puteriku sungguh seorang yang maha berbudi dan
jauh melebihi ayahmu ini," kata Kokcu, pedangnya terus
membacok ke kepala Lik-oh.
"Nanti dulu." seru Nyo Ko dengan terkejut, tanpa pikir lagi
ia mendobrak jendela dan melompat ke dalam, Selagi tubuh
masih terapung di udara iapun berseru pula: "Persoalan ini
tiada sangkut pautnya dengan nona Kongsun, silakan kau
membunuh aku saja,"
Sebelah kakinya telah menutul lantai dan baru tangannya
hendak meraih pedang hitam Kongsun Kokcu, tiba-tiba tempat
kakinya berpijak itu terasa lembek, seperli menginjak tempat
kosong.
Diam-diam Nyo Ko mengeluh bisa celaka, dengan
mengerahkan tenaga dalam, sekuataya ia angkat tubuhnya ke
atas, dalam keadaan kaki tidak mendapatkan tempat berpijak,
caranya mengangkat tubuh ke atas itu sungguh ilmu
mengentengkan tubuh yang maha hebat.
"Sayang kepandaian sebagus itu!" terdengar Kongsun
Kofccu berseru, mendadak ia dorong Lik-oh sehingga tubuh
nona itu terdoyong ke belakang dan menumbuk badan Nyo
Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko dapat merasakan dorongan Kokcu itu sangat keras
apabila tubuh kedua orang tertumbuk tentu Kongsun Lik-oh
akan terluka parah, cepat Nyo Ko menahan pelahan punggung
si nona, dengan tenaga dalam yang lunak ia elakkan daya
dorongan itu, tapi karena itu juga ia sendiri menjadi sukar
menggeser lagi ke samping, bersama Kongsun Lik-oh mereka
berdua terus anjlok lurus ke bawah, terasa kosong di bawah
kaki, tiada sesuatu yang terinjak, mereka terus anjlok ke
bawah hingga berpuluh meter dan masih belum mencapai
tanah.
Meski cemas dan gugup, tapi dalam hati Nyo Ko masih
memikirkan keselamatan jiwa Kongsun Lik-oh, dalam keadaan
gawat ia angkat tubuh si nona ke atas, pandangannya terasa
gelap gulita dan entah akan terjatuh di tempat mana, entah
dibawah kaki nanti apakah lautan api atau rimba belati?
Belum habis berpikir, "byar", tahu-tahu mereka berdua
terjeblos ke dalam air dan terus tenggelam ke bawah dengan
cepat. Kiranya di bawah kamar obat itu adalah sebuah sumur
yang sangat dalam.
Pada detik tubuhnya menyentuh air itupun hati Nyo Ko
lantas bergirang, ia tahu jiwanya dapatlah selamat untuk
sementara Bayangkan saja, mereka terjerumus dari ketinggian
ber-puluh2 meter, sekalipun memiliki kepandaian tinggi juga
akan terluka parah apabila terbanting.
Lantaran anjiokan mereka itu sangat keras, dengan sendiri
terceburnya ke dalam air juga dalam mereka terus tenggelam
ke bawah seakan-akan tiada hentinya, Sekuatnya Nyo Ko
menahan napas, ia tunggu setelah daya menurunnya sudah
rada lambat, dengan tangan kiri ia rangkul Lik-oh dan tangan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kanan digunakan menggayuh air agar dapat timbul ke
permukaan air.
Pada saat itu juga hidungnya lantas mengendus bau amis
busuk, berbareng itu terdengar suara percikan gelombang air
seperti ada makhluk raksasa air yang akan menyerangnya.
Sekilas timbul suatu pikiran dalam benak Nyo Ko: "Kokcu
bangsat ini menjebloskan kami berdua ke sini, mana dia
bermaksud baik?" Tanpa pikir tangan kanan terus
menghantam ke sebelah, maka terdengar suara keras disertai
berdeburnya air, dengan meminjan daya tolakan pukulan itu
Nyo Ko dapat menongol ke permukaan air dengan merangkul
Kongsun Lik-oh
Sebenarnya Nyo Ko tidak dapat berenang, sebabnya dia
sanggup bertahan dalam adalah berkat menahan napas
dengan Lwekangnya yang tinggi itulah, maka keadaan gelap
gulita, hanya terdengar di sebelah kiri dan belakang suara
percikan air yang sangat keras, cepat tangan kanannya
menabok kesana dan mendadak tangannya menahan pada
sesuatu benda yang kaku, keras dan dingin, sungguh tidak
kepalang kagetnya, ia pikir: "Masakah betul di dunia ini ada
naga?"
Sekuatnya ia menolak ke bawah sehingga tubuh nya
mencelat ke atas, sebaliknya makhluk air itu kena ditekannya
ke bawah air.
Nyo Ko menarik napas panjang2 dan bersiap untuk
terjebur lagi ke dalam air, Tak terduga di mana kakinya
menginjak ternyata berada di atas batu karang, Hal ini sama
sekali tak terduga olehnya, Lantaran salah menggunakan
tenaga pada ka-kinya, kakinya menjadi sakit malah menginjak
batu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Saking girangnya rasa sakitpun terlupakan, ia coba meraba
dengan tangan, kiranya batu karang itu terletak di tepi sumur
yang dalam itu. Kuatir diserang lagi oleh makhluk aneh tadi,
cepat ia merangkak ke tepian yang lebih tinggi, di situ ia
berduduk untuk mengaso.
Kongsun Lik-oh telah minum beberapa ceguk air dan
dalam keadaan setengah pingsan, Nyo Ko membiarkan nona
itu mendekap di atas pahanya dan memutahkan air.
Terdengar suara batu karang itu dicakar dan digaruk oleh
kuku besar disertai bau busuk amis yang menusuk hidung,
kembali dua ekor makhluk aneh itu merangkak ke atas.
"He, apa itu?" seru Kongsun Lik-oh kaget sambil bangkit
berduduk dan merangkul leher Nyo Ko.
"Jangan takut, sembunyi saja di belakangku," ujar Nyo Ko,
Kongsun lik-oh tidak berani bergerak, ia merangkul
semakin kencang, "He,buaya... buaya..." serunya dengan
suara gemetar
Ketika masih tinggal di Tho-hoa-to, pernah juga-Nyo Ko
melihat buaya dan tahu binatang itu sangat kejam dan ganas,
jauh lebih lihay daripada serigala atau harimau di daratan, Di
kala bermain dengan Kwe Hu dan kedua saudara Bu, sering
mereka bertemu dengan- buaya, tapi merekapun tak berani
mengusiknya dan lebih suka menyingkirinya.
Tak terduga sumur di bawa tanah ini ternyata juga ada
buayanya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera ia berduduk dan mengerahkan tenaga pada kedua
tangan serta mendengarkan dengan cermtat, ia lihat tiga ekor
buaya sedang mendekat.
"Nyo-toako, tidak terduga akan mati bersama di sini," bisik
Kongsun Lik-oh.
"Btarpun mati juga harus kita bunuh beberapa ekor buaya
ini," kata Nyo Ko dengan tertawa.
Dalam pada itu buaya yang paling depan sudah dekat,
cepat Lik-oh berani: "Hantam dia!"
"sebentar Iagi," ujar Nyo Ko sambil menjulurkan sebelah
kaki ke bawah batu karang, setelah merambat lebih dekat lagi,
mendadak buaya pertama tadi membuka mulut hendak
menggigit Nyo Ko.
Cepat sekali Nyo Ko menarik kakinya terus menendang ke
bagian tenggorokan binatang itu. Tanpa ampun buaya ita
terjungkal dan tercebur ke dalam sumur, Terdengar suara
berdeburnya air, kawanan buaya di dalam sumur menjadi
kacau, sementara itu kedua ekor buaya yang Iain juga sudah
mendekat.
Walaupun menderita keracunan bunga cinta, tapi ilmu silat
Nyo Ko sedikitpun tidak terganggu, tendangannya tadi
sungguh sangat kuat, habis kena sasarannya, ia sendiri
merasa ujung kaki amat kesakitan. sedangkan buaya yang
tercebur lagi ke sumur itu masih dapat berenang dengan
bebas, maka dapat dibayangkan betapa keras dan kuat kulit
dagingnya.
Nyo Ko pikir kalau cuma bertangan kosong tentu sukar
melayani buaya sebanyak itu, akhirnya dirinya dan si nona
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pasti akan menjadi isi perut binatang buas itu, rasanya harus
mencari akal agar kawasan buaya itu dapat dibinasakan
semua, ia coba meraba batu karang sekitarnya dengan
mencari sepotong batu sebagai senjata, Tapi batu karang itu
terasa halus licin, sebutir pasirpun tiada.
Dalam pada itu dua ekor buaya telah mendekat puIa,
cepat ia tanya Kongsun lik-oh: "Apakah kau membawa
senjata?"
"Aku?" si nona mengulang, segera teringat olehnya tubuh
sendiri sekarang hanya mengenakan kutang dan celana dalam
saja, tapi sedang berada dalam pelukan si Nyo Ko, seketika ia
merasa malu, namun dalam hatipun merasa manis bahagia.
Karena perhatiannya tercurah kepada kawanan buaya, Nyo
Ko tidak memperhatikan sikap nona yang kikuk itu, mendadak
kedua tangannya menghantam sekaligus dan tepat mengenai
kepala kedua ekor buaya yang sudah dekat itu, kedua buaya
itu kurang gesit dan juga tidak berusaha menghindari namun
kulit dan sisiknya sangat keras, buaya2 itu cuma kelengar
saja, lalu terperosot ke dalam kolam walaupun tidak mati.
Pada saat lain dua ekor buaya merayap tiba, "Pola- cepat:"
sebelah kaki Nyo Ko,mendepak sehingga salah seekor
terpental ke dalam kolam, lantaran terlalu keras menggunakan
tenaga sehingga rangkulannya kepada Kongsun Lik-oh
menjadi kurang kencang, tubuh si nona ikut tergeser miring ke
samping dan tergelincir ke bawah
Dapatkah Nyo Ko dan Kongsun-Lik-oh lolos keluar kolam
buaya ini ? Rahasia apa di balik kolam buaya ini dengan
riwayat Kongsun Kokcu?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
(Bacalah jilid: ke - 28)
Jilid 28
Keruan Kongsun Lik-oh menjerit kaget, syukur sebelah
tangannya sempat menahan pada batu karang, sekuatnya ia
meloncat ke atas, pula Nyo Ko telah bantu menahan
punggungnya sehingga dapat-lah si nona tertolong ke atas.
Tapi karena selingan itu, buaya terakhir tadi sudah berada di
samping Nyo Ko, mulutnya terpentang lebar terus menggigit
pundak anak muda itu.
Dalam keadaan begitu Nyo Ko tidak sempat memukul atau
menendangnya lagi, walaupun dapat melompat untuk
menghindar tapi bila mulut buaya yang lebar itu terkatup,
bukan mustahil badan Kongsun Lik-oh yang akan menjadi
mangsanya, Tiada jalan lain, terpaksa kedua tangan Nyo Ko
bekerja sekaligus, ia pentang mulut buaya itu se-kuatnya,
mendadak ia menggertak keras dan mengerahkan tenaga,
terdengarlah suara "kletak" moncong buaya yang panjang itu
sempal dan robek, seketikapun mati.
Walaupun sudah membinasakan buaya buas itu, namun
Nyo Ko sendiripun berkeringat dingin.
"Kau tidak cidera bukan?" tanya Lik-oh kuatir.
"Tidak," jawab Nyo Ko, hatinya sedikit terguncang
mendengar suara si nona yang halus dan penuh simpatik itu.
Karena terlalu kuat mengeluarkan tenaga, kedua lengan
sendiri terasa rada sakit.
Memandangi bangkai buaya yang menggeletak diatas batu
karang itu, dalam hati Kongsun Lik-oh sangat kagum, katanya:
"Dengan bertangan kosong cara bagaimana engkau dapat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membinasakan dia? Dalam kegelapan engkau ternyata dapat
melihatnya dengan jelas."
"Cukup lama kutinggal di kuburan kuno bersama Kokoh,
asal ada sedikit sinar terang saja dapatlah aku melihatnya,"
kata Nyo Ko. Teringat kuburan kuno dan Siao-liong-li, tanpa
terasa ia menghela napas, mendadak seluruh badan kesakitan
tak tertahankan ia menjerit sekerasnya.
Dua ekor buaya sebenarnya sedang merambat ke atas
karang, karena jeritan Nyo Ko yang menyeramkan itu, buaya2
itu kaget dan melompat kembali ke dalam kolam.
Cepat Kongsun Lik-oh memegangi lengan Nyo Ko, tangan
yang lain mengusap pelahan dahi anak muda itu dengan
harapan akan dapat mengurangi rasa sakitnya.
Nyo Ko menyadari tubuhnya sendiri yang keracunan itu,
sekalipun tidak terjeblos ke dalam sumur di bawah tanah ini
juga hidupnya takkan lama, menurut ceritera Kongsun Kokcu
itu, katanya akan menderita selama 36 hari baru mati, namun
rasa sakit yang sukar ditahan ini, asal kumat beberapa kali lagi
terpaksa aku akan membunuh diri saja.
Tapi sesudah ku mati, nona ini akan kehilangan teman dan
pelindung, bukankah harus dikasihani ? padahal beradanya dia
di sini adalah disebabkan membela diriku, Ya, apapun
penderitaanku aku harus bertahan dan tetap hidup, semoga
Kokcu itu mempunyai perasaan sebagai ayah dan akhirnya
berubah pikiran dan mau menolong puterinya keluar dari sini
Karena memikirkan Kongsun Lik-oh, sementara melupakan
Siao-liong-li sehingga rasa sakitnya segera mereda. Katanya
kemudian: "Nona Kongsun jangan kuatir, kuyakin ayahmu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pasti akan menolong kau nanti. Dia cuma benci padaku
seorang, terhadapmu dia tentu sayang, kini pasti menyesali."
Dengan air mata berlinang Kongsun Lik-oh berkata:
"Ketika ibuku masih hidup memang ayah sangat sayang
padaku. Tapi setelah ibu meninggal makin hari makin
dinginlah ayah terhadapku Na-mun kutahu dalam... dalam
hatinya tidaklah... tidaklah benci padaku." - ia berhenti
sejenak dan teringat kepada macam-macam kejadian aneh,
tiba-tiba ia berkata puIa: "Nyo-toako, bila kupikir sekarang
rasa2nya ayah sebenarnya takut padaku."
"Mengapa dia bisa takut padamu? Sungguh aneh." ujar
Nyo Ko.
"Memang begitulah," kata Lik-oh "Dahulu selalu kurasakan
gerak-gerik ayah kurang wajar apabila bertemu denganku,
seakan-akan di dalam hatinya tersimpan sesuatu rahasia dan
kuatir diketahui olehku."
Walaupun sudah lama Lik-oh merasa heran atas sikap
ayahnya itu, tapi setiap kali bila memikirkan hal itu, selalu ia
anggap mungkin ayahnya merasa sedih karena wafatnya
ibunya sehingga perangainya juga rada berubah, Tapi
terceburnya dia ke dalam kolam buaya ini jelas perangkap
yang telah diatur ayahnya.
Ketika ayahnya menggeser ketiga anglo di kamar obat itu,
jelas itulah pesawat rahasianya. Kalau dikatakan ayah cuma
dendam kepada Nyo Ko dan harus membunuhnya, maka anak
muda ini sudah terkena racun bunga cinta, asalkan tidak diberi
obat penawar tentu dia akan binasa, apalagi dia terjeblos ke
dalam kolam buaya, lantas apa sebabnya ayah mesti
mendorong diriku pula ke dalam kolam ini? Tenaga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dorongannya yang keras itu jelas tiada lagi punya perasaan
seorang ayah terhadap anak perempuannya.
Begitulah makin dipikir makin sedih hatinya, tapi dalam
hati iapun semakin jelas duduknya perkara, semua tindak dan
kata sang ayah dahulu yang membingungkan dan sering
dianggapnya aneh, kalau terpikir sekarang jelas semua itu
disebabkan oleh rasa "takut", cuma apa sebabnya seorang
ayah bisa merasa takut terhadap puteri kandungnya sendiri
inilah yang sukar dipahami.
Dalam pada itu di dalam kolam sedang terjadi hiruk pikuk,
kawanan buaya sedang pesta pori mengganyang bangkai
buaya yang dibunuh Nyo Ko tadi sehingga tiada seekorpun
yang menyerang ke atas karang.
Melihat si nona termangu-mangu, Nyo Ko bertanya:
"Apakah mungkin ada sesuatu rahasia ayahmu yang dipergoki
olehmu tanpa sengaja?"
"Tidak," jawab Lik-oh sambil menggeleng "Tindak tanduk
ayah sangat kereng dan tertib, cara menyelesaikan sesuatu
urusan juga adil dan bijaksana sehingga setiap orang sangat
hormat dan segan padanya. Tindakannya terhadap dirimu
memang tidak baik, tapi biasanya beliau tidak pernah berbuat
hal-hal kurang wajar."
Karena tidak tahu seluk beluk keadaan Cui-sian-kok di
masa Ialu, dengan sendirinya Nyo Ko lebih-lebih tidak dapat
ikut memecahkan persoalan yang dipikirkan si nona.
Kolam buaya itu berada di bawah tanah yang sangat
dalam, dinginnya menyerupai gua es, apalagi kedua orang
basah kuyup, tentu saja, rasa dinginnya merasuk tulang. Bagi
Nyo Ko yang sudah pernah berlatih Lwekang dengan tidur di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dipan batu kemala di kuburan kuno tempat Siao liong-fif itu,
sedikit rasa dingin ini tidaklah menjadi soal, tapi Kongsun Likoh
jelas tidak tahan, ia menggigil kedinginan dan meringkuk
dalam pelukan NyoKo untuk mencari hangat
Nyo Ko pikir jiwa anak perempuan ini dalam bahaya,
dalam hati tentu merasa sedih dan takut pula, maka ia
sengaja berkelekar untuk menyenangkan hati Lik-oh,
dilihatnya kawanan buaya sedang merebut pangan di dalam
kolam secara ganas dan menyeramkan maka dengan tertawa
ia berkata: "Nona Kongsun, jika nanti kita mati semua, pada
jelmaan hidup yang akan datang kau ingin menjelma menjadi
apa? Kalau buaya yang buruk ini, terang aku tidak mau."
Lik-oh tersenyum dan menjawab: "Jika begita boleh kau
menjelma menjadi bunga Cui-sian saja, harum lagi cantik dan
disukai setiap orang."
"Hanya engkau yang sesuai menjelma menjadi bunga."
ujar Nyo Ko dengan tertawa, "Kalau aku umpama menjelma
menjadi bunga juga paling-paling menjadi bunga terompet
atau bunga tahi sapi."
Kongsun Lik-oh terkekeh geli, katanya: "Kalau Giam-lo ong
(raja akhirat) suruh kau menjelma menjadi bunga cinta, kau
mau tidak?"
Nyo Ko terdiam dan tidak menjawab, diam-diam ia merasa
gemas, pikirnya: "Sebenarnya gabungan ilmu pedangku
dengan Kokoh pasti akan dapat menusukkan Kokcu bangsat
itu, konyolnya justeru Kokoh tertusuk oleh duri bunga cinta di
kamar senjata itu, sedangkan Giok-li-kiam-hoat justeru harus
dimainkan oleh dua orang yang bersatu hati dengan penuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
rasa mesra baru nampak daya kerjanya. Ai, agaknya memang
sudah takdir dan apa daya, Hanya Kokoh entah berada di
mana sekarang.
Teringat kepada Siao-licng-li, tiba-tiba luka-di berbagai
tempat tubuhnya menjadi kesakitan lagi.
Melihat anak muda itu diam saja, Kongsun Lik-oh tahu
seharusnya dirinya jangan menyebut lagi bunga cinta, maka
cepat ia menyimpangkan pokok bicara, katanya: "Nyo-toako,
engkau dapat melihat buaya, tapi pandanganku terasa gelap
dan tidak melihat apa-apa"
"Moncong kawanan buaya itu sangat buruk, lebih baik
jangan kau melihatnya. "ujar Nyo Ko tertawa sambil menepuk
pelahan bahu si nona sebagai tanda simpatiknya, Tak terduga
kalau tanganya menyentuh badan yang halus licin tanpa baju,
rupanya Kongsun Lik-oh telah membuka pakaiannya ketika
ayahnya menuduh dia mencuri obat sehingga yang dia pakai
hanya tinggal kutang saja, dengan sendirinya dari pundak
hingga lengan tiada tertutup oleh sesuatu.
Nyo Ko terkejut dan cepat menarik kembali tangannya,
Lik-oh membayangkan keadaan dirinya tentu telah dapat
dilihat seluruhnya oleh anak muda yang sanggup melihat
sesuatu di tempat gelap itu, betapapun ia menjadi malu.
Kalau tadi mereka saling meringkuk menjadi satu ketika
berusaha menghalau kawanan buaya tanpa memikirkan soal
lelaki dan perempuan, kini yang satu menarik kembali
tangannya dan yang lain merasa malu, keadaan menjadi serba
kikuk malah.
Nyo Ko menggeser rada jauh berduduknya dan
menanggalkan baju sendiri untuk diselampirkan pada tubuh si
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
nona. Waktu membuka baju ia menjadi teringat kepada Siaoliong-
li dan juga terbayang si Thia Eng yang telah menjahitkan
bajunya itu, terpikir pula Liok Bu - siang yang rela mati
baginya itu, ia menjadi gegetun takdapat membalas budi
kebaikan nona2 itu.
Kongsun Lik-oh lantas memakai baju Nyo Ko itu dan
mengikat tali pinggangnya, tiba-tiba ia merasa dalam saku
baju Nyo Ko itu ada suatu bungkus kecil, segera ia
merogohnya keluar dan diserahkan kepada yang empunya,
katanya: "Apakah ini? Apakah kau takkan menggunakannya?"
Nyo Ko menerimanya dan berkata dengan heran: "Barang
apakah ini?"
"Kan barang di dalam sakumu, masakah kau malah tanya
padaku?" ujar Lik-oh dengan heran.
Waktu Nyo Ko mengamati, kiranya adalah suatu
bungkusan kecil dari kain kasar warna biru yang selamanya
belum pernah diIihatnya. Segera ia membukanya, mendadak
pandangannya terbeliak, ternyata bungkusan itu berisi empat
macam barang, di antaranya sebilah belati kecil, pada gagang
belati itu terbingkai sebutir mutiara sebesar biji buah
kelengkeng yang mengeluarkan sinar.
"Hei!" seru Lik-oh sambil mencomot sebuah botol kecil
warna hijau dalam bungkusan itu: "lnilah Coat-ceng-tan!"
Terkejut dan girang pula Nyo Ko, tanyanya : "lnikah Coatceng-
tan yang dapat menyembuhkan racun bunga cinta itu?"
"Ya, sampai lama sekali aku mencarinya di kamar obat
ayah dan tidak menemukannya, mengapa malah sudah
diambil olehmu?" jawab Lik - oh kegirangan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cara bagaimana kau mengambilnya ? Kanapa tidak kau
minum saja? Ah, barangkali kau tidak tahu bahwa inilah Coatceng-
tan yang kita cari itu?"
Nyo Ko meng-garuk-garuk kepala, katanya: "Memangnya
sama sekali aku tidak... tidak tahu, botol... botol obat ini
mengapa bisa berada didalam saku bajuku, sungguh aneh."
Berkat cahaya yang terpantul dari belati yang mengkilat
itu, dapat pula Kongsun Lik-oh mehhat benda-benda
dekatnya, terlihat isi bungkusan itu kecuali belati dan Coatceng-
tan masih ada pula secarik kertas dan setengah potong
Lengci (sejenis obat tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat
seperti kolesom dsb."
Tergerak pikiran Lik-oh, katanya: "He, potongan Lengci itu
jelas dipetik oleh Lo-wan-tong itu."
"Lo-wan-tong? Kau tidak keliru?" kata Nyo Ko.
"Ya, pasti dia," jawab Lik-oh. "Kamar penyimpan Lengci di
bawah pengurusanku, Lengci ini jelas-jelas berasal dari sana,
waktu Lo-wan-tong mengobrak-abrik sini, membakar kitab dan
lukisan, mencuri pedang, merusak anglo dan memetik Lengci,
semua adalah perbuatannya."
"Ya, ya tahulah aku!" tiba-tiba Nyo Ko berseru menyadari
duduknya perkara.
"Ada apa?" tanya Lik-oh.
"Sekarang kutahu Ciu-locianpwe itulah yang menaruh
bungkusan kecil ini ke dalam bajuku," kata Nyo Ko. sekarang
iapun tahu sesungguhnya Ciu Pek-tong bermaksud
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membantunya secara diam-diam,maka dari sebutan "Lo-wantong"
telah digantinya dengan sebutan "Ciulocianpwe"
Kongsun Lik-oh juga mulai paham persoalannya, ia tanya:
"Dia yang menyerahkan padamu?"
"Tidak," sahut Nyo Ko. "Tokoh Ba-Iim yang jenaka ini
sungguh sukar dijajaki tindak tanduknya Dia telah mengambil
gunting dan kedokku di luar tahuku, malahan akupun tidak
tahu sama sekali kalau dia juga menaruh bungkusan kecil ini
dalam bajuku, Ai, sungguh kepandaianku teramat jauh kalau
dibandingkan orang tua itu."
"Agaknya memang begitulah" kata Likoh, "Ketika ayah
menuduh dia mencuri dan suruh dia mengembalikan
barangnya, namun Lowantong itu telah mem... membuka baju
di depan orang banyak dan memang tidak membekal sesuatu
benda apapun."
"Dia membuka baju dan telanjang bulat sehingga Kokcu
juga kena dikelabuhi, kiranya bungkusan, ini sudah dia alihkan
ke dalam bajuku," kata Nyo Ko dengan tertawa.
Lik-oh membuka gabus tutup botol itu, dengan hati-hati ia
menuang obat pada telapak tangannya ternyata cuma
tertuang keluar satu butir pil yang berbentuk persegi seperti
dadu, warnanya hitam mulus, baunya amis dan busuk.
Pada umumnya obat pil tentu berbentuk bundar agar
mudah meminumnya, jika obat kapsul tentu juga berbentuk
lonjong, tapi pil berbentuk persegi begini sungguh tidak
pernah dilihat oleh Nyo Ko. ia coba mengambilnya dari tangan
si nona dan diamat-amatinya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kemudian Kongsun Lik-oh meng-goyak2 botol itu, lalu
dituang pula serta di-ketok2 pada telapak tangahnya, namun
ternyata tiada isinya lagi.
"Sudah kosong, hanya satu biji ini melulu," katanya.
"Lekas engkau meminumnya, bisa runyam kalau sampai jatuh
ke kolam."
Selagi Nyo Ko hendak memasukkan pil itu ke mulut, ia jadi
merandek mendengar si nona menyatakan obat itu cuma sata
biji melulu, segera ia menegas: "Mengapa isi botol cuma satu
biji? Masih ada tidak di tempat ayahmu?"
"Justeru cuma ada satu biji ini, maka sangat berharga,
kalau tidak, buat apa ayah marah-marah padaku," kata Lik-oh.
Nyo Ko terkejut, katanya: "Jika begitu, dengan cara
bagaimana ayahmu akan menolong Kokohku yang sekujur
badan tercocok duri bunga cinta itu?"
"Pernah kudengar ceritera Toasuhengku, katanya pil ini
mestinya dua biji, tapi entah mengapa kemudian cuma sisa
satu biji ini saja," tutur Lik-oh, "Bahkan resep pembuatan obat
ini sudah bilang, "ayahku sendiripun tidak tahu, sebab itu
Toasuheng memberi peringatan agar waspada dan jangan
sampai terkena racun duri bunga itu"
"Wah, jika begitu, kenapa ayahmu belum datang
menolong kau," seru Nyo Ko gegetun.
Kongsun Lik-oh cukup cerdas, ia paham isi hati anak muda
itu, melihat Nyo Ko mengembalikan lagi pil itu ke dalam botol,
dengan menghela napas pelahan ia berkata: "Nyo-toako,
sedemikian cintamu terhadap nona Liong, masakan ayahku
tidak tahu diri? Kutahu, engkau bukan mengharapkan ayahku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
datang menolong diriku, lebih dari itu engkau justru
mengharapkan kubawa serta Coat-ceng-tan ini ke atas sana
untuk menyelamatkan jiwa nona Liong."
Karena isi hatinya dengan tepat dikatai, Nyo Ko tersenyum
dan berkata pula: "Seumpama racun di dalam tubuhku dapat
disembuhkan, tapi sukar juga bagiku untuk hidup di kolam
buaya ini, dengan sendiri nya lebih penting menolong jiwa
Kokohku saja,"
Lik-oh tahu tiada gunanya membujuk anak muda itu
meminum pil itu, diam-diam ia menyesal tadi telanjur bicara
terus terang tentang satu-satunya pil itu, segera ia berkata
pula.
"Meski Lengci ini tak dapat menawar racun, tepi sangat
berpaedah bagi kesehatan tubuh, lekas kau memakannya
saja."
Nyo Ko mengiakan ia memotong Lengci itu menjadi dua, ia
sendiri makan sebagian, sebagian lagi dijejalkan ke mulut Likoh
dan berkata: "Entah kapan baru ayahmu akan datang
menolong kau, maka kaupun makan sepotong Lengci ini untuk
menghalau hawa dingin."
Melihat kesungguhan hati anak muda itu, Lik-oh tidak tega
menolaknya, segera ia membuka mulut dan makan potongan
Lengci itu.
Umur Lengci itu ada ratusan tahun, setelah makan Lengci,
seketika kedua orang merasakan badan segar dan hangat,
semangat terbangkit segera dan pikiranpun ferang, Tiba-tiba
Lik-oh berkata: "Setelah Coat-ceng-tan ini dicuri Lo-wan-tong,
jelas ayah sudah tahu juga, janjinya menyembuhkan kau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hanya sekadar menipu nona Liong, bahkan memaksa aku
menyerahkan obat ini juga cuma pura-pura saja."
Sebenarnya sudah sejak tadi hal ini terpikir oleh Nyo Ko,
cuma dia tidak ingin menambah rasa sedih si nona, maka
belum dibeberkannya. Kini hal itu terucap dari Lik-oh sendiri,
maka iapun berkata: "Setelah kau dilepaskan ayahmu, kelak
kau perlu hati-hati, paling baik kalau berusaha meninggalkan
tempatnya ini."
"O, agaknya kau tidak kenal pribadi ayah," ujar Lik-oh.
"Sekali dia telah mendorong aku ke kolam buaya ini,
betapapun dia takkan melepaskan aku lagi, Nyo-toako,
masakah engkau melarang aku mati bersama kau di sini?"
Selagi Nyo Ko hendak menghiburnya lagi, tiba-tiba seekor
buaya merambat lagi ke atas karang dan sebelah kakinya
tepat meraih kertas yang jatuh dari bungkusan kecil tadi,
Tergerak hati Nyo Ko, katanya: "Coba kita lihat apa yang
tertulis di kertas itu." -- Segera ia angkat belatinya dan
menusukannya pada bagian antara kedua mata buaya, "bles",
dengan mudah saja belati itu menembus kulit buaya yang
keras dan tebal itu. Ternyata belati itu adalah senjata mestika
yang sangat tajam.
Buaya itu berkelojotan beberapa kali dan terguling ke
dalam kolam serta binasa.
"Kita mempunyai belati ini, maka celakalah bagi kawanan
buaya itu", ujar Nyo Ko dengan girang, Pelahan ia ambil kertas
yang sudah rada basab itu, belati yang dipegangnya itu
dipepetkan pada kertas, dari pantulan cahaya mutiara di
gagang belati itu dapatlah terbaca tulisan di atas kertas-itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi setelah mereka mengamati, satu huruf saja tidak
tertampak, yang ada cuma lukisan menyerupai pemandangan
alam, ada rumahnya, ada bukitnya dan sebagainya.
Nyo Ko merasa lukisan yang berupa corat-coret itu tiada
sesuatu yang menarik, maka kertas itu ditaruhnya lagi ke atas
karang, Tapi Kongsun Lik-oh yang ikut membaca itu
mendadak berkata : "lni adalah denah bangunan
perkampungan Cui-sian-kok kita ini, lihatlah, inilah sungai kecil
ketika kalian datang ke sini, yang ini ruangan depan, ini kamar
senjata, itu kamar obat dan..." sembari bicara si nona juga
menunjukkan bagian peta yang dimaksud itu.
"He, lihat ini, lihat!" tiba-tiba Nyo Ko berseru heran sambil
menunjuk kolam besar yang terlukis di bawah kamar obat itu.
"Ya, inilah kolam buaya dan... ah, malahan ada jalan
tembusannya di sini" kata Lik-oh.
Menurut peta itu, ditepi kolam buaya terlukis sebuah
tembusan, seketika mereka bersemangat, cepat Nyo Ko
mengambil peta itu dan dicocokkan dengan keadaan disekitar
kolam, katanya kemudian:
"Jika apa yang terlukis dalam peta ini tidak bohong, maka
selewatnya jalan tembus ini, di sana tentu ada lagi jalan
keluarnya, Cuma..."
"Di sinilah letak keanehannya," sambung Lik-oh. "Jalan
tembus ini terlukis menyerong ke bawah, padahal kolam
buaya ini sudah jauh di bawah tanah, menyerong turun lagi,
lalu menembus ke mana?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah mereka mengamati lagi peta itu, jalan tembus
yang dilukis itupun berhenti sampai di tepi kertas sehingga
tidak diketahui menembus ke mana akhirnya.
"Apakah soal kolam buaya ini pernah kau dengar dari
ayahmu atau Toasuhengmu?" tanya Nyo Ko.
Lik-oh menggeleng, jawabnya: "Sampai sekarang baru
kuketahui di bawah kamar obat terdapat makhluk buas
sebanyak ini, mungkin Toasuheng sendiripun tidak
mengetahui"
Nyo Ko mengamati keadaan sekeliling, terlihat di depan
sana ada segulung bayangan yang kelam, agaknya di situlah
terletak mulut jalan tembusan yang dimaksudkan itu, cuma
jaraknya agak jauh sehingga tidak kelihatan dengan jelas, ia
menjadi sangsi jangan-jangan di lorong itu terdapat makhluk
buas lainnya dan bukan mustahil jauh lebih berbahaya
daripada kawanan buaya ini.
Tapi daripada duduk menanti ajal ada lebih baik kalau
menyerempet bahaya, asalkan nona Kongsun dapat
diselamatkan keluar dari sini dan dapat mengantar pil ini
kepada Kokoh, maka tercapailah sudah cita-citaku.
Segera ia menyerahkan belati ke tangan Lik-oh dan
berkata: "Coba kulihat ke seberang sana." Sekali loncat, tahutahu
ia sudah melayang ke tengah kolam.
Lik-oh menjerit kaget, tertampak sebelah kaki Nyo Ko
menginjak bangkai buaya yang masih mengambang di kolam
itu dan sekali Ioncat lagi, kaki yang Iain, menutul punggung
seekor buaya, ketika toaya itu ambles ke bawah air, namun
Nyo Ko juga sudah melayang sampai di seberang, ia berdiri
mepet dinding karang, sebelah tangannya coba meraba ke
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sana terasa kosong, segera ia berseru: "Ya, memang betul
inilah jalannya-"
Ginkang Kongsun Lik-oh tidak setinggi Nyo Ko, ia tak
berani melompat ke sana menurut cara anak muda itu.
Nyo Ko pikir kalau melompat kembali ke sana untuk
menggendong si nona kesini, karena bobot tubuh kedua orang
bertambah berat, tentu gerak geriknya tidak leluasa dan juga
sukar menggunakan: buaya sebagai batu loncatan.
Tapi urusan sudah telanjur, segera ia berseru: "Nona
Kongsun, coba kau lemparkan bajuku itu ke sini setelah kau
celup air."
Walaupun tidak tahu apa maksud tujuannya tapi Lik-oh
melakukan juga permintaan anak muda. itu, ia menanggalkan
baju Nyo Ko yang dipakainya itu, dan dicelup ke dalam kolam,
lalu ia gulung2 dan berseru: "lni terimalah!" Sekuatnya ia
lantas-menyambitkan gulungan baju basah itu ke seberang.
Setelah menerima baju itu, segera Nyo Ko melompat ke
sisi sana dan berdiri pada suatu tempat dekukan dinding
karang, tangan kiri memegang kencang pada sebuah tonjolan
karang, tangan kanan terus memutar bajunya yang sudah
dibasahi dan diluruskan menjadi sepotong tali besar, serunya.
"Coba kau memperhatikan suaranya!"
Segera ia menyabetkan bajunya ke depan terus ditarik
kembang "bluk", bajunya basah itu tepat memukul pada mulut
lorong itu, berturut ia berbuat begitu tiga kali, lalu bertanya:
"Sudah jelas letak mulut gua ini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dari suara "bluk-bluk" tadi Lik-oh membedakan arah dan
jauh dekat tempatnya, segera ia menjawab: "Ya, kutahu
jelas."
"Sekarang melompatlah dan pegang ujung baju yang
kuayunkan ini, akan kulemparkan kau keseberang sana," kata
Nyo Ko.
Sehabis Lik-oh memandang ke sana, tapi keadaan di sana
tetap gelap kelam, ia rada takut dan berkata: "Aku... aku
tak..."
"Jangan takut," kata Nyo Ko dengan tertawa.
"Jika kau gagal memegang ujung baju dan tcrjebfos ke
ko!am, segera kuterjun, ke sana untuk menolong kau, Kalau
tadi saja kira tidak takut pada kawanan buaya itu, apalagi
sekarang sudah mempunyai belati mestika ini, kenapa takut?"
Segera ia mengayunkan gulungan bajunya lagi.
Terpaksa Kongsun Likoh harus loncat, kedua kakinya
mengencot sekuatnya pada batu karang, segera tubuhnya
melayang ke udara, didengarnya suara menyambernya
gulungan baju itu di udara, kedua tangannya terus merath,
syukur tangan kanan dapat memegang ujung baju itu.
Ketika Nyo Ko merasa tangannya terbetot, sekuatnya ia
terus menyendal sehingga tubuh si nona dapat dilontarkan ke
mulut gua tadi, Kuatir kalau nona itu kurang mantap
berdirinya, sesudah mengayunkan bajunya ia terus melompat
pula ke sana dan menolak pelahan pada pinggang si nona
untuk kemudian duduklah mereka di mulut gua.
"Bagus sekali gagasanmu ini," seru Lik-oh kegirangan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tapi di dalam gua ini entah ada makhluk buas apa,
terpaksa kita pasrah nasib saja," ujar Nyo Ko dengan tertawa,
Segera ia menerobos ke dalam lorong gua itu dengan
membungkuk badan.
"Gunakan senjata ini untuk membuka jalan," kata Lik-oh
sambil menyodorkan belati kepada Nyo Ko.
Mulut gua itu sangat sempit, terpaksa kedua orang
merangkak maju, Lantaran hawa lembab kolam buaya, dalam
gua ternyata berlumut dan licin, bahkan berbau apek dan
busuk.
"Pagi tadi kita masih menikmati pemandangan alam
dengan bunga yang mekar semerbak, siapa tahu beberapa
jam kemudian kita telah berada di tempat seperti ini, sungguh
aku telah membikin susah saja padamu," kata Nyo Ko sembari
merangkak ke depan.
"Ini bukan salahmu," ujar Lik-oh, Setelah merangkak
sekian Iamanya, terasalah lorong gua itu memang terus
menyerong turun ke bawah, tapi makin jauh makin kering dan
bau busuk juga mulai lenyap.
"Ah, tampaknya habis merasakan pahit kini telah mulai
merasakan manisnya, kita sudah mulai memasuki wilayah
bahagia."
"Nyo-toako," kata Lik-oh sambil menghela napas, "kutahu
hatimu sendiri susah, tidak perlu engkau sengaja membikin
senang hatiku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Belum habis ucapannya, mendadak dari sebelah kiri sana
berkumandang suara gelak tertawa seorang perempuan:
"Hahaha-hahahaaah!"
Jelas sekali suara itu adalah suara orang tertawa, tapi
kedengarannya justeru mirip orang menangis, suara "haha" itu
bernadakan rasa sedih memilukan luar biasa.
Selamanya Nyo Ko dan Kongsun Lik-oh tak pernah
mendengar suara yang bukan tangis dan bukan tawa itu,
apalagi di dalam goa yang gelap dan seram itu mendadak
mendengar suara aneh itu, tentu saja lebih mengejutkan
daripada tiba-tiba keper-gok binatang buas dan makhluk yang
menakutkan.
Nyo Ko sebenarnya pemuda yang tabah dan pemberani
tapi tidak urung juga kaget oleh suara itu sehingga ubun-ubun
kepalanya kesakitan membentur atap gua itu, Lebih-lebih Likoh,
ia bahkan mengkilik dan merangkul kencang kaki Nyo Ko.
Untuk sejenak Nyo Ko berhenti merangkak dan pasang
telinga, tapi sedikitpun tiada suara orang lagi. Kedua orang
menjadi serba salah, ingin maju terus terasa takut, mau
mundur terasa penasaran
"Apakah setan?" bisik Lik-oh dengan suara lirih sekali.
Siapa tahu suara "tangis-tawa" tadi kembali
perkumandang pula, lalu terdengar perkataannya:
"Betul, aku ini setan, aku ini setan! Haha, ha-hahaaah!"
Nyo Ko pikir kalau dia mengaku sebagai setan maka pasti
bukanlah setan, dengan berani segera ia menanggapi dengan
suara lantang: "Cayhe bernama Nyo Ko, bersama nona
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun ini kami lagi tertimpa bencana, yang kami harapkan
hanya cari selamat dan sama sekali tidak bermaksud jahat
terhadap orang lain."
"Nona Kongsun?" tiba-tiba orang itu menyela, "Nona
Kongsun apa?"
"Puteri Kongsun Kokcu, namanya Kongsun Lik-oh," jawab
Nyo Ko.
Habis tanya jawab ini, lalu lenyaplah suara di sebelah
sana, seakan-akan orang itu mendadak hilang sirna tanpa
bekas.
Ketika orang itu mengeluarkan suara "tangis bukan dan
tawa tidak" itu, sebenarnya Nyo Ko berdua sangat takut, kini
keadaan menjadi sunyi senyap mendadak, dalam kegelapan
kedua orang merasa lebih ngeri sehingga mereka meringkuk
ber-dekapan tanpa berani bergerak.
Selang agak lama, sekonyong-konyong orang ita
membentak "Kongsun Kokcu apa maksudmu? Apakah
Kongsun Ci?" Nadanya penuh rasa gusar dan dendam.
Dengan menabahkan hati Kongsun Lik-oh menjawab:
"Betul, memang ayahku bernama Ci, apakah Locianpwe kenal
ayahku?"
"Hehehe, apakah kukenal dia? Apakah kukenal dia? Hehe!"
demikian orang itu terkekeh aneh.
Lik-oh tak berani menanggapi lagi, terpaksa diam saja.
Selang sejenak pula, mendadak orang itu membentak:
"Dan kau bernama siapa?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Wanpwe bernama Lik-oh, Lik artinya hijau dan Oh artinya
kelopak bunga," demikian Lik-oh menjelaskan.
Orang itu mendengus: "Hm! Coba katakan, kau dilahirkan
tahun kapan, bulan dan hari apa serta waktunya?"
Tentu saja Lik-oh terheran-heran, ia tidak mengerti untuk
apakah orang aneh ini menanyakan waktu kelahirannya,
apakah bermaksud jahat padaku ia coba membisiki Nyo Ko:
"Bolehkah kukatakan padanya?"
Belum lagi Nyo Ko menjawab, tiba-tiba orang itu
menjengek lagi: "Tahun ini kau berumur 18, lahir pada pukul
12 siang tanggal 3 bulan 2, betul tidak?"
Lik-oh sangat terkejut serunya tersendat Dari... darimana
engkau meng... mengerti?"
Tiba-tiba timbul semacam firasat aneh yang sukar
terkatakan, ia merasa yakin manusia aneh ini pasti takkan
membikin susah dirinya, cepat ia mendahului Nyo Ko
merangkak ke sana, sesudah berputar beberapa belokan, tibatiba
pandangannya terbeliak, terlihat seorang nenek botak dan
setengah badan telanjang berduduk di atas tanah dengan
gusar tapi berwibawa.
Lik-oh menjerit kaget sambil berdiri dengan melenggong,
Kuatir si nona mengalami apa-apa, cepat Nyo Ko menyusul ke
sana.
Terlihat tempat di mana si nenek botak itu berduduk
adalah suatu lekukan batu alam, sebuah gua yang tak
diketahui berapa dalamnya, di bagian atas ada sebuah lubang
besar yang bulat tengahnya seluas dua-tiga meter, dari situlah
cahaya matahari memancar masuk, Cuma lubang besar itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terletak ratusan meter tingginya dari permukaan tanah, besar
kemungkinan nenek ini terjatuh dari lubang besar itu dan
untuk seterusnya tidak dapat keluar lagi.
Karena gua itu terletak jauh dibawah tanah, sekalipun
berteriak dan menjerit sekerasnya disitu juga sukar didengar
oleh orang lalu di atas sana. Cuma aneh juga, jatuh dari
tempat setinggi itu ternyata nenek botak ini tidak terbanting
mampus, sungguh luar biasa dan sukar dimengerti.
Nyo Ko melihat si nenek menutupi tubuh bagian bawah
dengan kulit pohon dan daun-daunan, barangkali sudah terlalu
lama dia meringkuk di dalam gua ini sehingga pakaiannya
sudah hancur semua.
Nenek itu tahu juga munculnya Nyo Ko, tapi tidak
digubrisnya, melulu Kongsun Lik-oh saja yang diamatamatinya,
tiba-tiba ia tertawa sedih, katanya: "Cantik amat
kau, nona..."
Lik-oh membalasnya dengan tersenyum manis, ia
melangkah maju dan memberi hormat serta menyapa:
"Selamat, Locianpwe!"
Kembali Nenek itu menengadah dan mengeluarkan suara
"tangis bukan tawa tidak" tadi, lalu berkata: "Locianpwe apa?
Hahaha, selamat? Aku selamat! Ahahahahaah!" Habis ini
mendadak wajahnya penuh rasa gusar dan mata melotot
Tentu saja Lik-oh merasa bingung dan takut karena tidak
tahu dimana ucapannya tadi telah membikin marah si nenek,
ia menoleh kepada Nyo Ko sebagai tanda minta bantuan.
Nyo Ko berpendapat mungkin si nenek sudah terlalu lama
hidup terpencil dan tersiksa lahir batin di gua ini sehingga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pikirannya menjadi abnormal, maka ia menggeleng kepada
Lik-oh dengan tersenyum sebagai tanda agar nona itu jangan
pikirkan sikap si nenek yang aneh itu.
Disamping itu Nyo Ko justeru lagi berpikir cara bagaimana
dapat merambat kemar lubang di atas itu. Namun letak lubang
teramat tinggi, sekalipun dengan Ginkang yang maha tinggi
juga sukar mencapainya.
Dalam pada itu Lik-oh sedang memperhatikan si nenek
dengan penuh perhatian, dilihatnya di atas kepala si nenek
yang botak itu cuma ada beberapa utas rambut yang sangat
jarang-jarang, mukanya penuh keriput, namun kedua matanya
bersinar tajam, dari raut mukanya dapat dibayangkan di masa
dahulu si nenek pasti seorang wanita cantik.
Sementara nenek itupun masih memandangi Kongsun Likoh
tanpa berkedip. jadinya kedua orang hanya sa'ing pandang
saja dan tidak menggubris Nyo Ko sama sekali.
Sejenak kemudian, tiba-tiba nenek itu berkata: "Di sebelah
kiri pinggangmu ada sebuah toh merah, betul tidak?"
Kembali Lik-oh terkejut, pikirnya: "Toh merah pada
tubuhku ini sekalipun ayah kandungku juga belum tentu tahu,
mengapa nenek yang terasing di gua bawah tuiah ini malah
tahu dengan jelas? Dia juga tahu waktu kelahiranku,
tampaknya dia pasti mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan keluargaku,"
Karena itu, segeru ia bertanya dengan suara lembut:
"Nenek, engkau pasti kenal ayahku dan tentu juga kenal pada
mendiang ibuku, bukan?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nenek itu melengak, lalu menggumam: "Mendiang ibumu,
mendiang ibumu? Hahaha, sudah tentu kukenal" Mendadak
suaranya berubah bengis, ia membentak: "Hm pinggangmu
ada toh merah seperti kutanyakan tadi tidak? Lekas buka
pakaianmu dan perlihatkan padaku, kalau berbohong sedikit
saja akan kubinasakan kau seketika di sini"
Lik-oh berpaling sekejap kepada Nyo Ko dengan muka
merah jengah, Cepat Nyo Ko membalik tubuh ke sana, Maka
Lik-oh membuka baju Nyo Ko yang dipakainya, lalu
menyingkapkan sebagian kutang dan celananya, kelihatanlah
pinggangnya yang putih bersih itu memang betul ada sebuah
toh merah sebesar ibu jari.
Melihat sekejap saja toh merah itu, seketika tubuh si
nenek gemetarah, air matanya mendadak bercucuran terus
merangkul Lik-oh dengan erat sambil berseru: "O, permata
hatiku, betapa ibu merindukan kau selama ini."
Melihat sikap dan air muka si nenek saja, secara otomatis
telah menggugah watak alamiah seorang anak terhadap
ibunya, terus saja Lik-oh mendekap si nenek sekencangnya
dan berseru sambil menangisi "O, ibu!"
Mendengar orang dibelakangnya saling berseru, yang
seorang memanggil "permata hati" dan yang lain menyebut
ibu. Nyo Ko terkejut dan cepat berpaling dilihatnya kedua
orang saling mendekap kencang, jelas Kongsun Lik-oh sedang
menangis tersedat dan muka si nenek juga kelihatan penuh
ingus dan air mata, ia menjadi heran apakah nenek botak ini
benar-benar ibu nona Kongsun?
Pada saat lain mendadak tertampak alis nenek itu
menegak dan air mukanya berubah beringas, mirip sekali
dengan Kongsun Kokcu apabila hendak menyerang orang, Nyo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ko menjadi kuatir kalau nenek ini akan mencelakai Kongsun
Lik-oh, cepat ia melangkah maju.
Tapi segera terlihat si nenek menepuk pelahan bahu Likoh
dan membentak: "Coba berdiri sana, aku hendak tanya
kau."
Lik-oh tercengang dan menjauhi tubuh si nenek sambil
memanggil lagi sekali: "lbu"
Mendadak nenek itu menbentak dengan bengis. "Untuk
maksud apa Kongsun Ci menyuruh kau ke sini? Suruh kau
membohongi aku dengan kata-kata manis, bukan?"
Lik-oh menggeleng dan berseru: "O, ibu, kiranya engkau
masih hidup di dunia ini. O, ibu!" Air mukanya jelas
memperlihatkan rasa girang dan haru, inilah perasaan murni
seorang anak dengan ibunya, sedikitpun tidak pura-pura.
Tapi nenek botak itu tetap membentak lagi: "Kongsun Ci
bilang aku sudah mati, bukan?"
"Anak telah menderita selama belasan tahun dan mengira
sudah piatu tak beribu, ternyata ibu toh masih hidup dengan
baik sungguh girang hatiku sekarang," kata Lik-oh.
"Dan siapa dia?" tanya si nenek sambil menuding Nyo Ko.
"Untuk apa kau membawanya ke sini?"
"Dengarkan dulu ceritaku, ibu," kata Lik-oh lalu iapun
menguraikan cara bagaimana Nyo Ko datang ke Cui-sian-kok
serta terkena racun duri bunga cinta, cara bagaimana kedua
orang kejeblos dalam kolam buaya, Hanya mengenai Kongsun
Kokcu hendak menikah dengan Siao-liong-li tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
diceritakannya untuk menjaga agar sang ibu tidak menaruh
dendam dan cemburu.
Air muka si nenek tertampak lebih tenang setelah
mendengar cerita itu, pandangannya terhadap Nyo Ko juga
semakin simpatik Sampai akhirnya ketika mengetahui Nyo Ko
telah membinasakan buaya dan menyelamatkan Lik-ohr
berulang-ulang nenek itu manggut-manggut dan berkata:
"Bagus, anak muda, bagus tidak sia-sia puteriku penujui kau."
Wajah Lik-oh menjadi merah dan menunduk malu. Nyo Ko
pun merasa serba kikuk untuk menuturkan seluk beluk dirinya,
hanya dikatakannya: "Kongsun-pekbo (bibi), sebaiknya kita
mencari akal untuk bisa keluar dari sini,"
Mendadak si nenek menarik muka dan berkata: "Kongsunpekbo
apa katamu? selanjutnya jangan lagi kau menyebut
perkataan Kongsun segala, jangan kau kira kaki tanganku ini
tak bertenaga, jika ku-hendak bunuh kau, boleh dikatakan
teramat mudah bagiku."
"Crot", mendadak dari mulutnya menyomprot keluar
sesuatu dan terdengarlah suara "cring" yang nyaring, belati
yang terpegang di tangan Nyo Ko itu dengan tepat terbentur,
seketika tangan Nyo Ko terasa kesemutan, "trang", tahu-tahu
belati itu terlepas dan jatuh ke tanah, Dalam kagetnya cepat
Nyo Ko melompat mundur, waktu ia mengawasi, kiranya di
tepi belati ada satu butir biji kurma.
Nyo Ko terkejut dan sangsi pula, pikirnya: "Dengan tenaga
yang kugunakan untuk memegangi belati ini, biarpun roda
emas Kim-Ium Hoat-ong, gada si Darba atau golok bergigi
Kongsun Kokcu juga sukar menggetar jatuh belatiku ini, tapi
satu biji kurma yang disemburkan dari mulut nenek ini mampu
menjatuhkan senjata dalam cekalanku, meski aku sendiri
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memang tidak bersiaga, namun dari sinipun dapat
dibayangkan betapa hebat ilmu silat si nenek yang sukar
diukur ini,"
Melihat kegugupan air muka Nyo Ko, cepat Lik-oh berkata
padanya: "jangan kuatir, Nyo-toako, ibuku pasti takkan
mencelakai kau." Segera ia mendekati dan pegang tangan
anak muda itu, lalu berpaling dan berkata kepada sang ibu :
"Engkau jangan marah, ibu, boleh engkau suruh dia ganti
sebutan saja. Dia kan tidak tahu persoalannya."
"Baiklah," ujar nenek itu dengan tertawa, "nyonya
selamanya tidak pernah ganti nama atau she, Thi-cio-lian-hoa
(si bunga teratai bertangan besi) Kiu Jian-jiu ialah diriku ini.
Dan cara bagaimana kau memanggil aku, hehe, memangnya
masih perlu tanya? Tidak lekas kau menyembah dan
menyebut "ibu mertua" padaku?
Cepat Lik-oh menyela: "lbu, sebenarnya Nyo-toako dan
anak tiada apa-apa, dia hanya... hanya bermaksud baik saja
kepada anak dan tiada kehendak..."
"Hm," si nenek alias Kiu Jian-jio mendengus, "tiada apaapa
katamu dan tiada kehendak lain? Habis mengapa kau
cuma memakai baju dalam dan sebaliknya memakai bajunya,"
- Mendadak ia per-keras suaranya dan setengah menjerit:
"Jika bocah she Nyo ini berani meniru cara kotor dan rendah
seperti Kongsun Ci, hm, tentu akan kubinasakan dia disini.
Nah, orang she Nyo, kau menikahi anakku atau tidak?"
Melihat cara bicaranya seperti orang gila dan sukar diberi
penjelasan, Nyo Ko menjadi serba salah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguh aneh, baru pertama kali kenal sudah memaksa
dirinya menikahi puterinya? Kalau ditolak secara terangterangan,
dikuatirkan pula akan menyinggung perasaan Likoh.
Apalagi ilmu silat nenek ini sangat tinggi dan perangainya
aneh juga, kalau sampai membikin marah padanya bukan
mustahil seketika akan dibunuh olehnya. Padahal mereka
sekarang bernasib sama yakni terkurung di goa bawah tanah
ini, yang penting hanya mencari jalan meloloskan diri.
Maka dengan tersenyum berkatalah Nyo Ko "Hendaklah
Locianpwe jangan kuatir, nona Kongsun telah menolong aku
dengan segala pengorbanan, Nyo Ko bukanlah manusia yang
tidak berperasaan, betapapun budi kebaikan nona Kongsun
takkan kulupakan selama hidup ini,"
Ucapan Nyo Ko ini cukup licin, meski tidak jelas
menyanggupi akan menikahi Kongsun Lik-oh, tapi terasa puas
bagi pendengaran Kiu Jian-Jiu. nenek ini manggut-manggut
dan berkata: "Baiklah kalau begitu."
Kongsun Lik-oh paham isi hati Nyo Ko, dipandangnya
sekejap anak muda itu dengan sorot yang menyesal dan
perasaan hampa, lalu menunduk dan tidak bicara kgi. Selang
sejenak baru dia berkata kepada Kiu Jian-Jio: "Mengapa
engkau bisa berada di sini, ibu? Sebab apa ayah justeru bilang
engkau sudah meninggal dunia sehingga membikin anak
berduka selama belasan tahun ini, Bila anak mengetahui
engkau berada di sini, dengan cara apapun juga anak pasti
akan mencari ke sini."
Dilihatnya bagian atas tubuh sang ibu telanjang, kalau
baju Nyo Ko itu diberikan padanya berarti ia sendiri yang
kurang pakaian, terpaksa Lik-oh merobek sebagian baju itu
untuk disampirkan di atas bahu ibu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Nyo Ko menyayangkan nasib baju yang
dibuatkan oleh Siao-liong-li itu, hatinya menjadi berduka
sehingga merangsang racun dari bunga cinta, seketika sejujur
badan terasa kesakitan.
Melihat itu, tiba-tiba Kiu Jian-jio meraba pangkuannya
seperti hendak mengambil sesuatu, tapi setelah dipikir lagi
akhirnya tangan ditarik kembali dalam keadaan kosong.
Dari gerakan sang ibu Lik-oh melihat sesuatu, segera ia
memohon: "Oh ibu, tentunya engkau dapat menyembuhkan
racun bunga cinta itu, bukan?"
Dengan hambar Kiu Jian-jio menjawab: "Aku sendiri dalam
keadaan susah, orang lain tidak mampu menolong aku, mana
aku dapat pula menolong orang lain?"
"Tapi, asalkan ibu menolong dia, tentu dia akan berusaha
menolong ibu" kata Lik-oh cepat "Andaikah engkau tidak
menolong dia juga Nyo-toako akan membantu kau sepenuh
tenaga, Betul tidak Nyo-toako."
Sesungguhnya Nyo Ko tidak menaruh simpatik terhadap
Kiu Jian-jio yang eksentrik itu, cuma mengingat si Lik-oh,
dengan sendirinya ia harus membantu sebisanya, maka
jawabnya: "Ya, sudah tentu locianpwe telah berdiam sekian
lamanya di sini, keadaan tempat ini tentu sudah sangat apal,
apakah dapat memberi petunjuk sekedarnya?"
Kim Jian-jio menghela napas, katanya: "Meski tempat ini
sangat dalam di bawah tanah, tapi tidaklah sulit jika mau
keluar dari sini."
Ia memandang Nyo Ko sekejap, lalu menyambung. "Tentu
dalam hati kau sedang berpikir, kalau tidak sulit untuk keluar,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengapa engkau masih menongkrong saja di sini? Ai,
ketahuilah bahwa urat nadi kaki dan tanganku sudah putus,
seluruh ilmu silat ku sudah punah"
Sejak tadi Nyo Ko memang melihat anggota badan nenek
itu rada kurang wajar, maka iapun tidak heran mendengar
keterangan itu, Tapi Lik-oh menjerit lantas berseru: "Oh, ibu,
siapakah yang mencelakai engkau? "Kita harus menuntut
balas."
"Hmm, menuntut balas? Apakah kau tega membalasnya?"
jengek Kiu Jian-jio, "orang yang memutuskan urat kaki dan
tanganku justeru bukan Iain daripada Kongsun Ci adanya."
Setelah mengetahui nenek itu adalah ibu kandung sendiri,
dalam hati Lik-oh samar-samar sudah mulai membayangkan
hal demikian, kini sang ibu mengatakannya sendiri, tidak
urung hati Lik-oh tergetar juga, segera ia bertanya :"Apa
sebabnya ayah berbuat begitu terhadap ibu?".
Kiu Jian-jio melirik Nyo Ko sekejap, talu berkata: "Sebab
aku telah membunuh satu orang, seorang perempuan muda
cantik jelita, Hm, sebab aku telah membunuh perempuan yang
dicintai Kongsun Ci."
Bicara sampai di sini ia menggertak gigi hingga berbunyi
gemertak.
Likoh menjadi takut dan rada menjauhi sang ibu dan
menyurut mendekati Nyo Ko.
Seketika dalam gua itu suasana menjadi sunyi senyap.
Mendadak Kiu Jian-jio berkata: "Kalian sudah lapar bukan? Di
sini hanya bisa mengisi perut dengan kurma.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis-berkata ia terus berjongkok dan merangkak ke
depan dengan gerakan yang sangat cepat seperti binatang.
Pedih dan haru hati Nyo Ko dan Lik-oh melihat kelakuan
orang tua itu, sebaliknya Kiu Jian-jio sudah biasa merangkak
cara begitu selama belasan tahun ini, maka bukan soal lagi
baginya.
Segera Lik-oh bermaksud menyusul ke sana untuk
memayang ibunya, tapi terlihat orang tua itu sudah berhenti di
bawah sebatang pohon kurma yang besar.
Sukar dibayangkan entah berapa tahun yang lalu dari
udara telah jatuh satu biji bibit kurma dan mulai tumbuh di
dalam gua ini, lalu mulai menjalar dan berkembang biak
sehingga seluruhnya di dalam gua kini tumbuh beberapa
puluh pohon kurma.
Kalau saja dahulu tidak pernah terjatuh satu biji kurma
atau bibit kurma itu tidak dapat tumbuh, maka kedatangan
Nyo Ko dan Lik-oh di dalam gua sekarang ini hanya akan
menyaksikan setumpuk tulang belulang belaka, siapakah
takkan menduga tulang ini adalah seorang tokoh Bu-lim yang
maha sakti, bahkan Lik-oh juga takkan mengetahui tulang
belulang inilah ibu kandungnya sendiri.
Begitulah Kiu Jian-jio telah menjemput satu biji buah
kurma terus dimakan. Kemudian ia menengadah, sekali
semprot biji kurma terbidik ke atas dan tepat mengenai suatu
dahan pohon, dahan pohon kurma itu terguncang dan
rontoklah buah kurma disana hujan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko manggut-manggut dan membatin: "Kiranya cacat
anggota badannya telah memaksa dia berlatih ilmu
menyemprot biji kurma yang lihay ini, ini menandakan Thian
(Tuhan) memang tidak pernah membikin buntu kehidupan
manusia," - Terpikir demikian, seketika semangatnya
terbangkit.
Segera pula Lik-oh mengumpulkan buah kurma dan
dibagikan kepada sang ibu dan Nyo Ko untuk dimakan
bersama.
Di dalam gua bawah tanah Lik-oh bertindak secara tertib
sebagai anak yang meladeni sang ibu sebagaimana layaknya
seorang nyonya rumah. Kiu Jian-jio telah mengalami musibah
yang mengenaskan sudah beberapa tahun rasa dendam dan
benci terkumpul di dalam hatinya, jangankan dasar wataknya
keras, sekalipun perempuan yang lemah lembut juga akan
berubah menjadi eksentrik apabila mengalami nasib seperti
dia.
Namun apapun juga kasih sayang antara ibu dan anak
adalah pembawaan alamiah, apalagi dilihatnya anak
perempuan, yang dirindukannya selama ini ternyata begini
cantik dan lemah lembut, akhirnya kelembutan kasih sayang
seorang ibu mengatasi segala perasaannya, dengan suara
halus Kiau jian-jiu lantas bertanya: "Hal busuk apa saja yang
dikatakan Kongsun Ci atas diriku?"
"Selamanya ayah tidak pernah menyinggung persoalan
ibu," tutur Likoh- "Waktu kecil pernah kutanya beliau apakah
wajahku mirip ibu dan ku tanyakan pula penyakit apa yang
menyebabkan kematian ibu? Tapi ayah menjadi gusar, aku
didamperat habis-habisan dan seterusnya aku dilarang
menyebut urusan ibu lagi, Beberapa tahun kemudian kucoba
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bertanya pula dan kembali ayah marah dan mendamprat
diriku."
"Oh bagaimana pikiranmu sendiri ?" tanya Kian Jiao-jio.
Air mata Lik-oh berlinang, katanya: "Senantiasa anak
berpikir ibu tentu sangat baik dan cantik, tentu ayah dan ibu
saling cinta mencintai, sebab itu ayah suka berduka apabila
ada orang lain menyinggung meninggalnya ibu, dan sebab
itulah seterusnya akupun tidak berani bertanya pula."
"Hm, sekarang kau pasti kecewa sekali, bukan? jengek Liu
Jian-jio "ibumu ternyata tidak cantik dan juga tidak ramah,
tapi adalah seorang nenek bermuka jelek, galak lagi ganas.
Tahu begitu, kukira kau lebih suka tidak bertemu dengan
aku."
Lik-oh merangkul leher sang ibu dan berkata dengan suara
lembut "O, ibu betapapun anak tidak pernah berpikir begitu." -
Lalu ia berpaling dan berkata kepada Nyo Ko: "Nyo-toako,
ibuku sangat cantik, bukan? Dia sangat baik padaku dan juga
sangat baik padamu, betul tidak?"
Pertanyaan si nona diucapkan dengan sungguh-sungguh
dan penuh ketulusan hati, dalam batinnya ternyata benarbenar
menganggap sang ibu adalah perempuan yang paling
sempurna di dunia ini.
Nyo Ko pikir waktu mudanya mungkin si nenek memang
cantik, tapi sekarang apanya yang dapat dikatakan cantik?
Mungkin dia baik pada Lik-oh, tapi baik tidak terhadapku
masih harus diuji dahulu. Namun ia tidak ingin membikin kikuk
si nona, terpaksa menjawab: "Memang betul ucapanmu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi jelas pada ucapan Nyo Ko tidak setulus ucapan Lik-oh
tadi, hal ini segera dapat dibedakan oleh Kiu Jian-jio, diamdiam
ia bersyukur dirinya masih diberi kesempatan untuk
bertemu kembali dengan puterinya, maka segala sebab
musabab penderitaannya haruslah diceritakan kepadanya
dengan sejelasnya.
Begitulah Kiu Jian-jio lantas bertutur. "Anak Lik, tadi kau
bertanya mengapa aku terkurung di sini dan sebab apa
Kongsun Ci mengatakan akui sudah mati, Nah, duduklah yang
baik, biar kuceritakan kisahnya padamu.
Leluhur Kongsun Ci adalah pembesar jaman dinasti Tong,
karena kekacauan negara pada waktu itu keluarga Kongsun
berpindah ke lembah pegunungan sunyi ini. Leluhurnya adalah
pembesar militer, maka iapun belajar ilmu silat keluarga
sendiri, bahkan lebih tinggi daripada leluhurnya, namun ilmu
silatnya yang benar-benar lihay itu justeru akulah yang
mengajarkan dia."
Nyo Ko dan Dk-oh berseru heran bersama, sungguh hal itu
sama sekali diluar dugaan mereka.
Dengan bangga Kiu Jian-jio menyambung pula. "Kalian
masih kecil, dengan sendirinya tak paham seluk-beluknya Hm,
di dunia persilatan siapa yang tidak kenal Thi-cio-pang
(perserikatan telapak besi)? Nah, Pangcu dari organisasi besar
itu, Thi-cio-cui-siang-biau (si telapak besi melayang di atas air
) Kiu Jian-yim adalah kakak kandungku, Coba Nyo Ko,
ceritakan sekadarnya tentang Thi-cio-pang kepada anak Lik
biar dia tahu,"
Nyo Ko melengak dan menjawab: "Oh, Wanpwe kurang
pengalaman dan pengetahuan, entah apakah Thi-cio-pang
yang dimaksud itu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kurangajar, kau berani membohongi damperat Kiu Jianjiu.
"Nama Thi-cio-pang terkenal di mana-mana, sama
tersohornya seperti Kay-pang, masakah kau tidak tahu?"
"Kalau Kay-pang sih Wanpwe memang pernah dengar"
jawab Nyo Ko, "tapi Thi-cio-pang wah.."
Kiu Jian-jio tambah gusar, kembali ia memaki "Hehe,
percuma kau belajar silat segala, masakah Thi-cio-pang saja
tidak tahu, sungguh..."
Melihat sang ibu marah-marah, cepat Lik-oh menyela: "Bu,
Nyo-toako masih muda, sejak kecil tinggal di pegunungan
yang terpencil maka tibaklah heran jika seluk-beluk dunia
persilatan memang kurang diketahuinya."
Tapi Kiu Jian-jio tidak menggubrisnya dan masih terus
mengomel
Dimasa diketahui 20-an tahun yang lalu Thi-cio-pang
memang sangat terkenal di dunia Kangouw, tapi kemudian
pimpinannya yaitu Thi-cio-ciu siang biau Kiu Jian-yim telah
berguru kepada It teng Taysu dan memeluk agama Budha,
maka anak buah Thi-cio-pang lantas kocar-kacir juga dan
bubar.
Tatkala itu Nyo Ko baru lahir, dengan sendirinya belum
tahu apa-apa. padahal bertemunya ayah-ibu kandungnya
besar sangkut-pautnya dengan Thi-cio pang itu. Kini dia
ditanya oleh Kiu Jian-jio, sudah tentu dia melongo tak dapat
menjawab.
Kiu Jian-jio sendiri sudah menyepi selama 30-an tahun di
Cui-sian-kok, segala kejadian di dunia Kangouw hampir tidak
diketahuinya, dia mengira Thi-cio-pang yang bersejarah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ratusan tahun itu sekarang itu tentu bertambah jaya, maka
tidaklah heran dia berjingkrak marah-marah ketika Nyo Ko
menjawab tidak tahu "Thi-cio-pang" segala.
Biasanya Nyo Ko tidak tahan dibikin sirik orang lain, kalau
sudah gusar, sekalipun gurunya seperti Tio Ci-keng juga
dilabraknya habis-habisan. sekarang Kiu Jiac-jio
mendamperatnya tanpa alasan, semula dia masih tahan, tapi
lama2 ia menjadi gregetan juga, segera ia bermaksud balas
memaki nenek itu, tapi baru saja hendak membuka mulut,
dilihatnya Lik-oh sedang memandangnya dengan sorot mata
yang lembut penuh rasa menyesal atas sikap ibunya itu.
Mau tak-mau hati Nyo Ko menjadi lunak kembali, terpaksa
ia hanya angkat bahu sebagai tanda apa boleh buat-saja, ia
pikir semakin keji ibumu memaki aku, semakin baik pula kau
terhadapku Omelan si nenek ku anggap angin lalu saja, hati si
cantik harus dihormati ia menjadi lapang dada setelah ambil
keputusan itu, tiba-tiba otaknya menjadi tajam juga dan
berpikir "He, ilmu silat nona Wanyan Peng tempo hari itu mirip
benar dengan Kongsun Ci, jangan-jangan mereka sama-sama
orang Thi-cio-pang?"
Ia coba merenungkan kembali ilmu silat yang pernah
dimainkan Wanyan Peng dahulu ketika mendesak Yalu Ce,
rasanya ia masih ingat sebagian, segera ia berseru "Aha,
ingatlah aku!"
Kiu Jiu-jie terkejut oleh teriakan Nyo Ko itu, damperatnya
keras: "Kau menjerit apa?"
"Tentang Thi-cio-pang aku menjadi ingat kepada seorang
tokoh aneh," tutur Nyo Ko. "Kira-kira tiga tahun yang lalu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kulihat tokoh itu bergebrak melawan belasan orang, sendirian
dia hajar orang-orang itu, akhirnya sembilan di antaranya luka
parah dan sembilan orang lagi dibinasakan olehnya, Konon
tokoh Bu-lim yang hebat itu adalah orang Thi-cio-pang."
"Bagaimana macamnya orang itu?" tanya Kiu Jian-jio
cepat,padahal Nyo Ko cuma membual belaka, tapi sudah
telanjur omong, pula tidak bakal ada saksi, segera ia
meneruskan dongengnya: "Orang itu berkepala botak, usianya
antara 60an, wajahnya merah,perawakannya tinggi besar,
memakai jubah hijau dan mengaku she Kiu."
"Omong kosong!" mendadak Kiu Jian-jio membentak,
"Kedua kakakku sama sekali tidak botak, perawakannya juga
tidak tinggi, selamanya tidak pernah memakai baju hijau, Hm,
kau melihat aku botak, maka kau sangka kakakku juga botak,
begitu bukan?"
Diam-diam Nyo Ko mengeluh karena dongengnya bisa
terbongkar tapi airmukanya tetap tenang-tenang saja,
jawabnya dengan tertawa. "Ah, sabar dulu, Locian-pwe,
dengarkan lebih lanjut ceritaku ini. Kan Wan-pwe tidak bilang
orang itu adalah kakakmu, memangnya setiap orang she Kiu
di dunia ini mesti kakakmu?"
Kiu Jian-jio menjadi bungkam malah oleh debatan anak
muda itu, terpaksa ia tanya: "Jika, begitu, coba katakan
bagaimana ilmu silatnya?"
Nyo Ko berdiri dan memainkan beberapa jurus silat yang
pernah dilihatnya dari Wanyan Peng itu, akhirnya
permainannya semakin lancar dan menimbulkan samberan
angin yang keras, gayanya ilmu tiruan dari Wanyan Peng, tapi
tenaganya adalah milik Nyo Ko dan jauh lebih kuat, bagian
kelemahan Wanyan Peng dapat dicukupi oleh kepandaian Nyo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ko yang memang sudah tinggi sekarang, maka permainannya
menjadi sangat rapi.
Keruan Kiu Jian-jio sangat senang, ia berseru: "Anak Lik,
lihatlah, memang inilah ilmu silat Thi-cio-pang kita, ikutilah
yang cermat!"
Diam-diam Nyo Ko merasa geli, ia pikir kalau main lebih
lama lagi bisa jadi rahasianya akan terbongkar maka ia lantas
berhenti dan berkata: "sampai di smi tokoh aneh itu sudah
menang total dan selesailah, pertaruhan dahsyat yang
kusaksikan itu."
"BoIeh juga kau dapat mengingatnya sedemikian jelas,"
kata Kiu Jianjio dengan gembira "Eh, siapakah nama tokoh itu,
apakah dia menerangkan padamu?"
"Tokoh aneh itu juga lucu kelakuannya, habis menang
beliau terus pergi begitu saja," sahut Nyo-Ko "Hanya dari
korbannya yang terluka daa menggeletak itu kudengar saling
menggerundel dan saling menyalahkan katanya seharusnya
mereka jangan mengganggu Kiu-loyacu dari Thi-cio-pang,
sebab hal itu berarti mereka mencari mampus sendiri."
"Ya, kukira orang she Kiu itu besar kemungkinan adalah
anak murid kakakku," ujar Kiu Jian jio dengan girang,
Dasarnya dia memang keranjingan ilmu silat, selama berpuluh
tahun dia tak dapat bergerak, kini menyaksikan Nyo Ko
memainkan ilmu silat keluarganya itu, tentu saja ia sangat
senang, maka dengan bersemangat ia membicarakan ilmu
telapak tangan besi andalan Thi-cio-pang mereka dengan Nyo
Ko dan Lik-oh.
Nyo Ko sendiri sangat gelisah dan ingin cepat-cepat
meninggalkan gua agar dapat antar Coat-ceng-tan kepada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao - liong - li, maka ia tidak sabar mengikuti ocehan nenek
botak itu. Segera ia memberi isyarat kepada Lik-oh, Si nona
paham maksudnya, segera ia berkata: "lbu, cara bagaimana
engkau mengajarkan ilmu silatmu kepada ayah?"
"Panggil dia Kongsun Ci, tidak perlu menyebutnya ayah
segala!" bentak Kiu Jian-jio dengan gusar.
"Baiklah, harap ibu suka menerangkan," sahut Lik-oh.
UHm," Kiu Jian-jio mendengus dengan penuh dendam,
selang sejenak baru dia menyambung: "itulah kejadian lebih
20 tahun yang lalu. Karena kedua kakakku berselisih
paham..."
"Wah jadi aku mempunyai dua paman?" sela Lik-oh.
"Memangnya kau tidak tahu?" Kiu Jian-jio menegas
dengan suara bengis dan menyalahkan sinona.
"Darimana kudapat tahu?" demikian ia membatin dalam
hati. Segera iapun menjawab: "Ya, sebab selama ini tak
pernah ada orang memberi tahukan padaku."
Teringat bahwa sejak kecil Lik-oh tidak mendapat kasih
sayang ibu, betapapun Kiu Jian-jio menjadi terharu juga,
segera suaranya berubah halus, katanya: "Kedua pamanmu
itu adalah saudara kembar, Toaku (paman pertama) bernama
Jian-li dan Jiku (paman kedua) bernama Jian-yim. Karena
kembar, maka wajah mereka dan pakaiannya juga serupa
seperti pihang dibelah dua.
Namun watak kedua orang justeru sangat berbeda, ilmu
silat Ji-kumu sangat tinggi, sedangkan kepandaian Toaku
hanya biasa saja- Kepandaianku adalah ajaran langsung dari
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jiko (kakak kedua), namun Toako (kakak pertama) lebih rapat
dengan aku, soalnya Jiko menjabat sebagai pangcu Thi-ciopang,
wataknya keras, pekerjaannya sibuk dan giat berlatih
ilmu silatnya sehingga jarang bertemu muka dengan aku,
sebaliknya Toako suka berkumpul dengan aku, setiap hari
selalu memanggil "adik sayang" padaku. Tapi kemudian antara
Toako dan Jiko terjadi selisih paham dan ribut mulut dengan
sendirinya aku rada condong pada pihak Toako."
"Sebab apakah kedua paman itu berselisih paham?" tanya
Lik-oh.
Tiba-tiba wajah Kiu Jian-jio menampilkan senyuman,
katanya: "persoalannya tidak dapat dikatakan penting, tapi
juga tidak boleh dianggap remeh, Jiko sendiri juga teramat
kukuh pada pendiriannya. Maklumlah bahwa nama Thi-cio-ciusiang-
biau Kiu Jian-yim sudah sangat terkenal didunia Kangouw,
sedangkan nama Kiu Jian-li justeru jarang yang tahu
diluaran.
Sebab itulah apabila Toako mengembara di luaran,
terkadang dia suka menggunakan nama Jiko, wajah keduanya
memang mirip dan saudaranya sekandung pula, sebenarnya
juga tidak apa-apa jika meminjam nama saudaranya sendiri.
Namun Jiko justeru sering mengomel mengenai hal itu dan
menganggap Toako suka berdusta dan menipu orang
sehingga merugikan nama baiknya, Sifat Toako memang sabar
dan periang, kalau Jiko marah-marah dan ngomel, selalu
Toako tertawa dan minta maaf.
Suatu kali Jiko mendamperat Toako secara keterlaluan,
aku tidak tahan dan menimbrung untuk membela Toako,
akibatnya aku sendiri bertengkar dengan Jiko, dalam gusarku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terus saja aku meninggalkan Thi-cio-san dan seterusnya tak
pernah pulang lagi kesana.
"Seorang diri aku terlunta-lunta di dunia Kang ouw, suatu
kali aku mengudak seorang penjahat dan sampai di Cui-siankok
ini, mungkin sudah suratan nasib, di sini kubertemu
dengan Kongsun Gi dan keduanya lantas menikah.
Usiaku lebih tua beberapa tahun daripada dia, ilmu silatku
juga lebih tinggi, sehabis menjadi suami-isteri kuanggap dia
seperti adikku saja kuajarkan seluruh kepandaianku
kepadanya, bahkan kuladeni dan mencukupi segala
kehendaknya sebagai seorang istri yang baik.
Siapa duga kalau bangsat Kongsun Ci itu ternyata manusia
berhati binatang, air susu dibalasnya dengan air tuba, setelah
dia menjadi kuat, ia tidak ingat lagi ilmu silatnya itu berasal
dari siapa?"
Sampai disini ia terus saja menghamburkan caci maki
kepada Kongsun Ci dengan istilah-istilah kasar dan kotor,
semakin memaki semakin menjadi-jadi.
Muka Lik-oh menjadi merah, ia merasa caci maki sang ibu
itu agak kurang pantas didengar oleh Nyo ko, maka cepat ia
memanggil "Ibu!". Namun hamburan kata- kasar Kiu Jian-jio
itu sukar dicegah lagi.
Nyo Ko sendiri juga sangat benci kepada Kongsun Ci,
maka caci maki Kiu Jian-jio terasa sangat mencocoki
seleranya, malahan terkadang ia sengaja membumbui untuk
menambah semangat Kiu Jian-jio, kalau saja tidak rikuh di
hadapan Lik-oh, bisa jadi iapun ikut mencaci maki.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
BegituIah Kiu Jian-jio terus mencaci maki dengan istilah
yang paling kasar dan aneh sehingga hampir kehabisan bahan
makian barulah dia berhenti, katanya: "Pada tahun aku
mengandung kau, wanita yang sedang hamil dengan
sendirinya bersifat agak aseram Tak terduga, lahirnya saja
Kongsun Ci sangat penurut padaku, tapi diam-diam main gila
dengan seorang pelayan muda.
SemuIa, aku tidak tahu hubungan gelap mereka, kukira
setelah memperoleh seorang puteri yang menyenangkan dia
jadi tambah sayang padaku. Dua tahun kemudian, waktu kau
mulai dapat bicara, pada suatu ketika tanpa sengaja kudengar
bangsat Kongsun Ci sedang berembuk dengan pelayan hina
itu akan meninggalkan Cui-sian kok dan meninggalkan anak
isterinya."
"Aku sembunyi dibalik sebatang pohon besar dan
mendengar Kongsun Ci mengatakan jeri kepada kelihayan ilmu
silatku, maka ingin minggat sejauhnya untuk menghindari
pencarianku, katanya aku telah mengawasi dia dengan ketat
tanpa kebebasan sedikitpun dia merasa bahagia kalau berada
bersama budak hina itu, tadinya kukira Kongsun Ci mencintai
aku dengan segenap jiwa raganya, keruan hampir saja aku
jatuh semaput mendengar ucapannya itu, sungguh aku ingin
menerjang maju dan membinasakan sepasang anjing laki
perempuan yang tidak tahu malu itu.
Namun kemudian aku dapat bersabar mengingat
hubungan baik suami isteri sekian lama, kupikir Kongsun Ci
adalah orang baik, tentu dia tergoda oleh mulut manis budak
sisa itu sehingga lupa daratan.
"Maka dengan menahan rasa murka aku tetap
mendengarkan pembicaraan mereka, Kudengar mereka
mengambil keputusan akan minggat bersama tiga hari lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pada waktu aku mengasingkan diri di kamar untuk berlatih
ilmu, biasanya selama tujuh hari tujuh malam aku mengurung
diri di dalam kamar dan tak pernah keluar, pada kesempatan
itulah mereka akan kabur dan bila kemudian kuketahui toh
mereka sudah minggat selama tujuh hari, tentu aku tak dapat
mencari atau menyusul mereka.
Aku benar-benar mengkirik mendengar keputusan mereka
itu, diam-diam aku bersyukur kepada Tuhan yang maha
pengasih yang telah memberi kesempatan padaku untuk
mengetahui rencana busuk mereka itu, kalau tidak,
selewatnya tujuh hari, ke mana lagi aku harus mencari
mereka?" - Berkata sampai di sini Kiu Jian-jio terus mengertak
gigi dengan penuh rasa gemas dan dendam.
"Siapakah nama pelayan muda itu? Apakah dia sangat
cantik?" tanya Lik-oh.
"Huh, cantik apa? Dia cuma penurut saja, apa saja yang
dikatakan Kongsun Ci dia hanya menurut belaka, entah dia
mempunyai ilmu silat apa sehingga bangsat Kongsun Ci itu
sampai tergoda olehnya. Hm, budak hina itu bernama Yu-ji."
Diam-diam sekarang Nyo Ko menaruh kasihan kepada
Kongsun Ci, ia pikir bukan mustahil Kiu Jian-jio sendiri terlalu
bawel dan main kuasa sehingga menimbulkan rasa benci
suaminya sendiri.
Dalam pada itu Lik-oh telah tanya pula. "Kemudian
bagaimana, Bu?"
"Ya, kedua manusia rendah itu telah berjanji lohor
besoknya akan bertemu lagi di situ, cuma selama dua hari
keduanya harus bersikap wajar seperti tidak terjadi apa-apa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
agar rahasia mereka tidak terbongkar olehku," tutur Kiu Jianjio
pula.
"Habis itu kedua manusia rendah itu asyik rnasyuk dengan
kata-kata mesra yang membikin aku hampir saja kelengar
saking gusarnya.Pada esok hari ketiga aku pura-pura
bersemedi di kamar latihanku, kutahu Kongsun Ci beberapa
kali mengintip di luar jendela dan dapat kuduga dia pasti
sangat gembira sebab mengira rencana mereka akan berhasil.
Tapi begitu dia pergi, segera aku mendahului menuju
ketempat pertemuan mereka yang sudah ditentukan itu. Benar
saja Yu-ji sudah menunggu di situ, Tanpa bicara aku terus
seret dia dan kulemparkan ke semak-semak bunga cinta."
Dengan cara bagaimana Nyo Ko bertiga akan keluar dari gua
di bawah tanah itu?
Dapatkah Kiu Jian-jio melampiaskan dendamnya kepada
Kongsun Ci?
(Bacalah jilid ke 29)
Jilid 29
Nyo Ko dan Lik-oh berseru kaget bersama demi
mendengar Yu-ji juga terkena racun duri bunga cinta.
Kui Jian-jio melototi kedua orang sekejap, lalu
menyambung ceritanya: "Selang tak lama Kongsun Ci juga
menyusul tiba, ketika melihat kekasihnya menjerit dan
berkelojotan di tengah semak-semak bunga, tentu saja dia
juga kelabakan. Segera aku meloncat keluar dari balik pohon
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan kucengkeram urat nadi pergelangan tangannya dan
membanting dia ke semak-semak bunga pula, sebenarnya
keluarga Kongsun mereka mempunyai obat penawar racun
bunga cinta, namanya Coa Keng-tan, maka tepat Kongsun Ci
merangkak bangun dan memayang budak hina itu sembari
berlari ke kamar obat, maksudnya ingin mengambil Coat-cengtan.
Tapi, hahaha, coba terka, apa yang dilihatnya di sana?"
"Aku tidak tahu," sahut Lik-oh menggeleng. "Apa yang
dilihatnya?"
Nyo Ko sendiri membatin tentu Coat-ceng-tan itu sudah
dimusnahkannya dan tidak bisa lain.
Benar saja segera terdengar Kiu Jian-jio me-nutur lagi:
"Hahaha, di sana dia melihat di atas meja ada sebuah
mangkok besar berisi air warangan, beberapa ratus pil Coatceng-
tan terendam di dalam air tuba itu. Kalau minum Coatceng-
tan tentu juga akan kena racun Warangan, kalau tidak
minum pil itu juga mati akhirnya, sebenarnya tidak sulit bagi
Kongsun Ci untuk meracik lagi Coat-ceng-tan, sebab obat itu
berasal dari resep warisan leluhurnya namun bahan2 obatnya
seketika sukar dikumpulkan untuk meraciknya juga
memerlukan waktu ber-bulan-bulan.
Karena putus asa, segera ia berlari ke-kamarku dan
berlutut dihadapanku, ia minta aku mengampuni jiwa mereka
berdua, Rupanya dia yakin aku pasti tidak tega memusnahkan
semua Coat-ceng-tan mengingat hubungan suami-isteri
selama ini dan tentu akan disisakan beberapa biji obat itu.
"Begitulah berulang-ulang dia menampar pipi sendiri dan
mengutuki perbuatannya, ia bersumpah pula, katanya bila aku
mangampuni jiwa keduanya, segera ia akan mengusir Yu-ji
dan takkan bertemu selamanya serta selanjutnya tak berani
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
timbul pikiran tidak senonoh !agi, Waktu minta ampun padaku
masih di-sebut pula nama Yu-ji, tentu saja aku sangat gusar,
segera kukeluarkan satu biji Coat-ceng-tan kutaruh di atas
meja dan berkata padanya: "Coat-ceng-tan hanya bersisa satu
biji ini dan cuma dapat menyelamatkan jiwa seorang saja, Nah
kau boleh pilih sendiri, tolong jiwamu sendiri atau jiwanya,
terserah padamu?"
Dia melenggong sejenak, lalu mengambil obat itu dan
berlari kembali ke kamar obat, segera aku menyusul ke sana,
sementara budak hina itu sedang kelojotan saking kesakitan.
Kudengar Kongsun Ci berkata: "Yu-ji, mangkatlah kau dengan
baik, biar kumati bersamamu!"
Habis itu lantas melolos pedang, Melihat Kongsun Ci begitu
setia padanya, Yu-ji tampak sangat berterima kasih dan
menjawab dengan setengah merintih: "Baiklah, mari kita
menjadi suami isteri di akhirat saja."
Segera, Kongsun Ci menusukkan pedangnya ke dada Yu-ji
dan matilah dia.
"Diam-diam aku terkejut menyaksikan itu dari luar jendela,
kukuatir dia akan menggorok pula lehernya sendiri, sementara
itu kulihat dia sudah angkat pedangnya, baru hendak kucegah
dia, tiba-tiba pedangnya digosok-gosokkannya pada mayat Yuji
untuk menghilangkan noda darah, lalu pedang dimasukkan
kembali ke sarungnya, kemudian ia berpaling ke arah jendela
dan berkata:
"Niocu (isteriku), aku sudah insaf dengan setulus hati,
Budak hina ini telah kubunuh, sekarang hendaklah engkau
mengampuni diriku." -Habis berkata ia terus minum sendiri
Coat-ceng-tan yang diambilnya tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tindakannya sungguh diluar dugaanku, meski aku merasa
perbuatannya itu rada kelewat kejam dan keji, tapi urusan
dapat diselesaikan cara begitu, betapapun aku merasa puas.
Malamnya dia mengadakan perjamuan di kamar dan berulangulang
dia me-nyuguh arak padaku sebagai tanda permintaan
maaf padaku, Aku telah mendamperat dia secara pedas, dia
juga mengaku salah dan bersumpah macam-macam, ia
berjanji selanjutnya tak berani berbuat lagi."
Sampai di sini, air mata Lik-oh tampak berlinang-linang.
"Memangnya kenapa? Apa kau kasihan kepada budak hina
itu?" tanya Kiu Jian-jio dengan gusar.
Lik-oh menggeleng dan tidak menjawab, yang dia
sedihkan sesungguhnya adalah kekejian hati ayahnya itulah.
Lalu Kiu Jian-jio menyambung pula: "Setelah kuminum dua
cawan arak, dengan tersenyum kukeluarkan pula satu biji
Coat-ceng-tan, kutaruh di atas meja dan berkata padanya:
"Caramu membunuh dia tadi agaknya terlalu buru napsu
sedikit, sebenarnya aku cuma ingin menguji pikiranmu,
asalkan kau memohon lagi dengan setulus hati, waktu itu
tentu akan kuberikan kedua biji obat sekaligus untuk
menyelamatkan jiwa si cantik itu."
"lbu," cepat Lik-oh bertanya, "jika dia benar-benar
memohon begitu padamu apakah betul kau akan memberikan
kedua biji obat itu padanya?"
Kiu Jian-jio termenung sejenak, lalu menjawab "Entah, aku
sendiri pun tak tahu, Pernah juga timbul pikiran pada waktu
itu untuk menyelamatkan jiwa budak hina itu, dengan
demikian kupikir Kongsun Ci akan berterima kasih padaku, lalu
tergugah perasaan padaku. Tapi dia untuk jiwanya sendiri dia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
telah buru-buru menghabisi kekasihnya itu, tentunya aku tak
dapat disalahkan"
"BegituIah dia termenung memegangi Coat-ceng-tan
kedua itu, kemudian dia angkat cawan dan berkata padaku
dengan tertawa: "Jio-cici, urusan yang sudah selesai buat apa
dibicarakan lagi, Marilah kita menghabiskan secawan ini." Diaterus
membujuk aku minum, akupun tidak menolak karena
merasa suatu ganjelan hati telan kubereskan tanpa terasa aku
telah mabok dan tak sadarkan diri. Waktu aku smman
kembali, ternyata aku sudah berada di gua ini, urat kaki
tanganku sudah putus, tapi bangsat keparat Kongsun Ci
itupun tidak berani lagi bertemu dengan aku? Hm tentu dia
mengira aku sudah menjadi tulang belulang disini."
Habis menuturkan kisahnya itu, sorot mata Kiui Jian-jio
menjadi beringas, sikapnya sangat menakutkan.
"lbu, selama belasan tahun engkau hidup di gua ini,
apakah berkat buah korma inilah engkau bisa bertahan sampai
sekarang?" tanya Lik-oh.
"Ya, memangnya kaukira Kongsun Ci mau mengirim nasi
padaku setiap hari?" kata Kiu Jian-jio.
Tidak kepalang pedih dan haru hati Lik-oh, ia memeluk
sang ibu dan berseru: "O, lbu!"
"Apakah Kongsun Ci itu dahulu pernah bicara padamu
tentang gua di dalam tanah ini serta jalan keluarnya?" tanya
Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hm, sekian lamanya menjadi suami-isteri, belum pernah
dia mengatakan di bawah perkampungannya ini ada sebuah
gua sebesar ini, lebih-lebih tidak diketahui di kolam sana
banyak buayanya," jawab Kiu Jian-jio, "Tentang jalan keluar
gua ini kukira ada, cuma aku adalah orang cacat, apa
dayaku."
Girang sekali Nyo Ko, cepat ia berseru: "Dengan tenaga
kita bertiga tentu bisa."
Segera Lik-oh menggendong sang ibu, dengan petunjuk
nenek itu mereka segera menyusur keujung gua sebelah sana,
setiba disamping sebatang pohon kurma raksasa, Kiu Jian-jio
menuding lubang gua bagian atas dan mengejek: "Nah, jika
kau mampu boleh coba kau melompat keluar dari situ!"
Waktu Nyo Ko menengadah, terlihat lubang gua itu
sedikitnya ada ratusan meter tingginya, andaikan dapat
memanjat sampai pucuk pohon juga tak berguna.
Diam-diam Nyo Ko mendongkol melihat sikap Kiu Jian-jio
yang sinis, sikap yang mencemoohkan itu, ia pikir kalau aku
tidak mampu keluar toh kau juga takkan bisa keluar, kenapa
mesti menyindir?,
Ia coba berpikir sejenak, ia merasa memang serba susah
dan tak berdaya, akhirnya ia berkata: "Coba kupanjat ke atas
pohon, sekiranya dapat kulihat sesuatu di sana."
Segera ia melompat keatas pohon kurma besar itu dan
memanjat ke pucuknya, dilihatnya dinding gua itu berlekaklekuk
tidak merata dan tidak selicin di bagian bawah, ia coba
menarik napas panjang2, lalu melompat ke dinding goa terus
merambat ke atas. makin merayap makin tinggi, diam-diam ia
girang. ia menoleh dan berseru kepada Lik - oh : "Nona
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun, jika aku berhasil keluar goa ini, segera kuturunkan
tali untuk mengerek kalian ke atas."
ia terus merayap hingga ratusan meter, berkat Ginkangnya
yang tinggi segala rintangan dapatkah diatasinya, Tapi ketika
20-an meter hampir mencapai mulut gua itu, dinding gua itu
ternyata licin luar biasa dan tiada tempat lagi yang dapat
dipegang atau dipijak, bahkan dindingnya miring ke bagian
dalam, dalam keadaan begitu hanya cecak, lalat atau
sebangsanya saja yang dapat merayap ke atas tanpa kuatir
akan terpeleset ke bawah.
Nyo Ko mengamati sekitar situ, diam-diam ia mendapatkan
akal. Segera ia merosot turun ke dasar gua dan berkata
kepada Lik-oh berdua: "Mungkin dapat keluar. Cuma kita
harus membuat seutas tambang yang panjang dan kuat,"
Segera ia mengeluarkan belati dan mengumpulkan kulit
pohon kurma untuk dipintal menjadi tambang yang kuat Likoh
juga membantunya. Menjelang magrib barulah mereka
berhasil memintal seutas tambang kulit pohon kurma yang
sangat panjang, Nyo Ko menarik dan membetot sekuatnya
tambang buatannya itu, lalu berkata: "Cukup kuat, takkan
putus."
Lalu ia memotong sebatang dahan pohon sepanjang tiga
meteran, sebelah ujung tambang itu di-ikatnya di tengah
dahan pohon itu, lalu di bawanya serta memanjat lagi ke atas
dinding gua. Setiba di tempat yang dapat dicapainya tadi, ia
pasang kuda-kuda dan berdiri dengan mantap pada dinding, ia
kumpulkan tenaga pada tangannya, lalu membentak: "Naik!"
Sekuatnya ia lemparkan dahan pohon bertali tadi keluar
mulut gua.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tenaga yang dia gunakan ternyata sangat tepat, waktu
dahan pohon itu jatuh ke bawah lagi, dengan tepat melintang
dan menyangkut di mulut gua itu, Cepat Nyo Ko menarik
tambang panjang itu beberapa kali dan terasa cantolan dahan
pohon sangat kukuh dan cukup kuat menahan bobot
tubuhnya. Dengan girang ia menoleh ke bawah dan berseru:
"Aku naik ke atas!"
Habis itu kedua tangannya bekerja cepat bergantian,
dengan gesit ia merambat ke atas. Waktu ia memandang lagi
ke bawah, samar-samar ia melihat bayangan kepala Lik-oh
dan ibunya telah berubah menjadi dua titik kecil.
Girang dan lega sekali hati Nyo Ko mengingat tidak lama
lagi dapat menyampaikan Coat-ceng-taa kepada Siao-liong-Ii,
karena itu ia merambat terlebih giat, hanya sebentar saja
tangannya sudah dapat meraih dahan pohon yang melintang
di mulut gua itu, sekali tarik, cepat sekali tubuhnya melayang
keluar gua dan menancapkan kakinya di atas tanah.
Ia menarik napas dan membusungkan dada, di lihatnya
rembulan baru muncul dari balik gunung, Hampir sehari
terkurung di gua bawah tanah yang ampek dan gelap itu kini
mendapatkan kembali kebebasan terasalah segar tak
terkatakan. Segera ia mengulurkan tali panjang itu kebawah.
Melihat Nyo Ko berhasil keluar gua, kontan Kiu Jian-jio
marah-marah dan mendamprat anak perempuannya: "Goblok,
mengapa kau membiarkan dia keluar sendirian? Sesudah
keluar masakah dia ingat lagi pada kita?"
"Jangan kuatir, ibu, Nyo-toako bukanlah manusia begitu,"
ujar Lik-oh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Huh, semua lelaki di dunia ini sama saja, mana ada yang
baik?" kata Kiu Jian-jio dengan gusar Mendadak ia berpaling
dan mengamat-amati Lik-oh dari ubun-ubun hingga ujung
kaki, lalu menatap wajahnya dan berkata pula: "Anak bodoh,
kau telah kena digasak olehnya, bukan?"
Muka Lik-oh" menjadi merah, jawabnya: "Apa yang kau
maksudkan, ibu, aku tidak paham."
Kiu Jian-jio tambah gusar, damperatnya: "Kau tidak
paham? Tapi mengapa mukamu merah? Ketahuilah bahwa
terhadap lelaki sedikitpun tidak boleh longgar, harus kau
pegang ekornya kencang-kencang, tidak boleh lena, cermin
yang paling baik adalah nasib ibumu ini!"
Tengah mengomel, mendadak Lik-oh memburu kesana
dan menangkap ujung tali yang dijulurkan Nyo Ko itu, cepat ia
mengikat kencang pinggang sang ibu, katanya dengan
tertawa: "Lihatlah-ibu, bukankah Nyo-toako tetap ingat
kepada kita?"
"Hm," Kiu Jian-jio, "kau harus dengar pesan ibumu ini,
nanti setelah berada diluar sana, kau harus kuntit dia
serapatnya, selangkahpun tidak boleh berpisah tahu tidak?"
Lik-oh merasa dongkol, geli dan duka pula, ia tahu maksud
baik sang ibu, tapi iapun pikir masakah Nyo Ko mau
memperhatikan dia? Tiba-tiba matanya menjadi merah dan
basah, cepat ia berpaling ke sana,
Kiu Jian-jio hendak mengoceh pula, tapi mendadak
pinggangnya terasa kencang, tubuhnya lantas melayang ke
atas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sambil mendongak Lik-oh mengikuti sang ibu yang dikerek
ke atas itu. meski yakin sebentar lagi Nyo Ko pasti akan
menurunkan lagi talinya untuk menolong dirinya. namun
berada seorang diri di dalam gua sekarang, mau - tak - mau ia
menjadi gemetar dan takut.
Setelah mengerek Kiu Jian-jio keluar gua, ce-pat Nyo Ko
melepaskan tali dari pinggang orang tua itu, lalu di ulur lagi ke
dalam gua. Girang sekali Lik-oh, ia ikat pinggang sendiri
dengan tali kulit pohon itu, lalu ia sendal tali itu beberapa kali
sebagai tanda siap, segera terasa tali itu tertarik kencang,
tubuhnya terus mengapung keatas.
Lik-oh melihat pohon kurma dibawah itu makin mengecil,
sebaliknya titik-titik bintang di atas sana makin terang,
rasanya sebentar lagi dirinya pasti dapat keluar gua.
Pada saat itulah mendadak terdengar gertakan seorang,
menyusul tali kulit pohon itu lantas mengendus tubuh Lik-oh
terus anjlok ke bawah dengan cepat Terjatuh dari ketinggian
ratusan meter itu, mustahil tubuhnya takkan hancur lebur?
Keruan Lik-oh menjerit kaget, hampir saja ia pingsan,
dirasakan tubuhnya terjerumus terus ke bawah, sedikitpun tak
berkuasa.
Sungguh kejutnya tidak kepalang, ia tidak sempat
memikirkan membalik tubuh untuk menghadapi musuh, tapi
kedua tangannya bergantian dengan cepat menarik talinya,
Namun segera terdengar angin menyamber, sebatang tongkat
baja yang amat berat telah menghantam tubuhnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dari suara samberan senjata itu Nyo Ko lantasr tahu
penyerang itu ialah Hoat It-ong, dalam keadaan kepepet
terpaksa ia gunakan tangan kiri untuk menangkis, ia berusaha
mendorong tongkat lawan ke samping agar hantaman itu
dapat dipatahkan
Hoat lt-ong merasa dendam karena jenggot
kesayangannya kena dikacip oleh Nyo Ko, maka serangannya
tidak mengenal ampun. Sekali putar tongkatnya membalik
terus menyabet lagi ke pinggang Nyo Ko dengan sepenuh
tenaga, kalau kena, maka tubuh Nyo Ko pasti akan patah
menjadi dua.
Dalam keadaan cuma tangan kanan saja digunakan untuk
menahan bobot tubuh Kongsun Lik-oh, ditambah lagi tali yang
panjangnya ratusan meter itupun cukup berat, lama2 terasa
payah juga bagi Nyo Ko. Ketika melihat tongkat musuh
menyamber tiba pula, terpaksa ia gunakan tangan kiri pula
untuk menahannya.
Di luar dugaan bahwa samberan tongkat Hoan It-ong
sekali ini sungguh luar biasa dahsyatnya, begitu tangan kiri
Nyo Ko menyentuh tongkat, seketika tubuhnya tergetar,
tangan kanan menjadi kendur, tali yang dipegangnya terlepas,
tanpa ampun tubuh Lik-oh terus anjlok ke bawah dengan
cepat.
Di dalam gua itu Lik-oh menjerit kaget, di luar gua Nyo Ko
dan Kiu Jian-jio juga berteriak kuatir, Nyo Ko tidak sempat
memikirkan lagi serangan tongkat musuh, cepat tangan kirinya
meraih, dengan setengah berjongkok ia berusaha memegang
tali panjang itu, namun daya jatuh Lik-oh itu sungguh hebat
sekali, bobot tubuh yang ratusan kati itu ditambah daya
jatuhnya yang keras itu total jenderal bisa mencapai ribuan
kati beratnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika Nyo Ko berhasil memegang tali dan bertahan,
segera iapun kena dibetot oleh daya anjloknya tubuh Lik-oh
yang hebat itu, tanpa kuasa ia sendiripun ikut terjerumus ke
dalam gua dengan terjungkir, kepala dibawah dan kaki di atas.
Meski sekarang ilmu silat Nyo Ko sudah mencapai
tingkatan kelas satu, tapi lantaran tubuh terapung di udara,
pula daya turun tubuh Lik-oh itu seakan-akan membetotnya
kebawah, maka ia menjadi mati kutu, kecuali ikut jatuh ke
bawah, kepandaiannya sedikitpun tak dapat di keluarkannya.
Menyaksikan kejadian itu, sungguh rasa kaget dan kuatir
Kiu Jian-jio tidak kurang dari pada Nyo Ko dan Lik-oh. Karena
dia lumpuh, ilmu silatnya sudah punah, sama sekali ia tak
dapat berbuat apa-apa dan cuma kuatir belaka. Dilihat tali
yang panjangnya beratus meter itu masih terus melorot dan
makin pendek, asalkan tali itu ha-bis, maka riwayat Nyo Ko
dan Kangsun Lik-oh juga tamat
Karena tali itu hampir habis terserot ke dalam gua, saking
kerasnya tertarik oleh bobot tubuh Nyo Ko dan Lik-oh,
mendadak bagian tali yang masih tersisa belasan meter itu
beterbangan menyebar kesamping Kiu Jian-jio. Tergerak
pikiran nenek itu, ia pikir keparat cebol itu telah membikin
celaka anak perempuannya, biarlah ku-bikin kau mampus
juga.
Sungguh hebat daya jatuh Lik-oh dan berat tali ratusan
meter itu, sehingga Nyo Ko ikut terjerumus jungkir balik ke
dalam sumur.
Begitulah ia lantas incar tali itu, sebelah tangannya
menyampuk pelahan, sampukan itu tak memerlukan banyak
tenaga, tapi arahnya sangat tepat, ketika bagian tali itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyamber ke sana, dengan tepat terus melilit beberapa
putaran di pinggang Hoan It-ong.
Maksud tujuan Kiu Jian-jio sebenarnya ingin membikin
Hoan lt-ong ikut terseret ke dalam gua dan mati terbanting,
sebab ia merasa tidak dapat menyelamatkan jiwa putrinya,
Siapa tahu si kakek cebol yang berwajah jelek ini ternyata
memiliki tenaga sakti yang luar biasa kuatnya, ketika
mendadak merasa pinggangnya terbelit tali dan mengencang,
cepat ia menggunakan kepandaian Jian-kin tui ( ilmu
membikin berat tubuh laksana ribuan kati ) untuk menahan
geseran tubuhnya.
Namun gabungan bobot tubuh Nyo Ko bersama Lik-oh
ditambah lagi daya anjlokan ke bawah yang maha dahsyat itu
tetap menyeretnya ke depan selangkah demi selangkah
menuju mulut gua, tampaknya kalau dia melangkah lagi satudua
tindak tentu dia akan ikut terjungkel masuk gua itu,
Saking kagetnya ia pegang tali itu sekuat-kuatnya sambil
ditarik kebelakang, bahkan disertai dengan bentakan
menggelegar dan sungguh hebat, tali itu ternyata kena
ditariknya hingga berhenti seketika.
Padahal waktu itu jarak Lik-oh dengan permukaan tanah
hanya tinggal belasan meter saja, boleh dikatakan mendekati
detik terakhir ajalnya, Maklumlah, justru daya anjlokan itulah
yang paling berbahaya, biarpun sepotong batu kecil saja jika
dijatuhkan dari tempat setinggi itu juga akan membawa
kekuatan yang amat besar, apalagi bobot tubuh manusia.
Ketika Hoan It-ong berhasil menahan daya anjlokan itu
dengan tenaga saktinya, maka bobot dua tubuh manusia
ditambah tali panjang beratus meter yang seluruhnya palingpaling
cuma dua-tiga ratus kati saja boleh dikatakan tiada
artinya lagi baginya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan sebelah tangannya segera ia hendak melepaskan
lilitan tali pada pinggangnya itu dan akan menjerumuskan lagi
kedua orang,
Tapi sebelum dia sempat berbuat lebih banyak,
sekonyong-konyong punggungnya terasa sakit sebuah benda
runcing tepat mengancam pada Leng-tay-hiat dibagian tulang
punggung, Suara seorang wanita lantas membentaknya pula:
"lekas tarik ke atas!"
Sekali Leng-tay tertusuk, segenap urat nadi putus semua !
Tidak kepalang kaget Hoan It-ong, "sekali Leng-tay-hiap
tertusuk, segenap urat nadi putus semua" adalah istilah yang
sering diucapkan gurunya di waktu mengajarkan ilmu Tiamhiat
padanya, artinya kalau Hiat-to yang dimaksud itu
terserang, maka binasalah orangnya.
Maka Hoat It-ong tidak berani membangkang terpaksa
kedua tangannya bekerja cepat untuk menarik Nyo Ko dan
Lik-oh ke atas. Tapi ketika menahan daya anjlokan tadi ia
sudah terlalu hebat mengeluarkan tenaga, kini dada terasa
sesak dan darah bergolak akan tersembur keluar, ia tahu
dirinya telah terluka dalam, celakanya bagian mematikan
terancam musuh pula, terpaksa ia berusaha mati-matian
menarik tali.
Dengan susah payah akhirnya Nyo Ko dapat ditarik ke
atas, hatinya menjadi rada lega, seketika tangannya menjadi
lemas, kontan darah tertumpah dari mulutnya, dengan lemas
iapun roboh terkulai.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena robohnya Hoat It-ong itu, tali yang dipegangnya itu
terlepas dan merosot lagi ke dalam gua. Keruan Kiu Jian-jio
terkejut, cepat ia berteriak "Lekas tolong Lik-ji!"
Tanpa disuruh juga Nyo Ko lantas menubruk maju dan
syukur masih keburu memegang tali itu, akhirnya Lik-oh dapat
dikerek ke atas.
Mengalami naik turun beberapa kali di lorong sumur itu,
Lik-oh seperti bercanda saja dengan maut, keruan ia pingsan
saking ketakutan.
Cepat Nyo Ko menutuk Hiat-to Hoan It-ong agar kakek
cebol itu tidak dapat berkutik, habis itu barulah dia tolong Likoh,
ia pijat Jin-tiong-hiat (antara atas bibir dan bawah hidung
) nona itu, tidak Iama nona itupun siuman.
Perlahan-lahan Lik-oh membuka matanya, ia tidak tahu
lagi dirinya berada dimana sekarang, di bawah sinar bulan
samar-samar dilihatnya Nyo Ko berdiri di depannya dan
sedang memandangnya dengan tersenyum simpul.
Tanpa tahan ia terus menubruk ke dalam pelukan pemuda
itu sambil berseru: "O, Nyo-toako, apakah kita sudah berada
di akhirat?"
Sambil merangkul si cantik, dengan tertawa Nyo Ko
menjawab: "Ya, kita sudah mati semua,"
Mendengar ucapan Nyo Ko itu mengandung nada kelakar,
cepat Lik-oh mendongak untuk memandang muka pemuda itu,
tapi segera dilihatnya pula sang ibu sedang menatap padanya
dengan senyum2 aneh, ia menjadi jengah dan cepat
melepaskan diri dari pelukan Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Betapapun Nyo Ko sangat kagumi terhadap Kiu Jian-jio
yang lumpuh itu tapi dapat mengatasi Hoan-It-ong untuk
menyelamatkan jiwanya, segera ia bertanya: "Dengan cara
bagaimana tadi engkau membikin kakek cebol ini mati kutu?".
Kiu Jian-jio tersenyum dan angkat sebelah tangannya,
kiranya yang dipegangnya ada sepotong batu kecil yang
ujungnya runcing. Karena kepandaian Kongsun Ci adalah
ajaran Kiu Jian-jio sendiri, sedangkan Hoan It-ong adalah
murid Kongsun Ci, maka tidak heran kalau Hoan It-ong dibikin
mati kutu oleh ancaman Kiu Jian-jio walaupun sebenarnya
nenek itu tak bertenaga sama sekali.
Kini yang terpikir oleh Nyo Ko hanya keselamatan Siaoliong-
li saja, sedangkan Kongsun Lik-oh dan Kiu Jian-jio sudah
berada di tempat yang aman, Hoan It-ong juga sudah
dibuatnya tak berkutik, segera ia berkata: "Harap kalian
berdua menunggu sebentar, aku perlu mengantarkan Coatceng-
tan lebih dulu."
Kiu Jian-jio menjadi heran, tanyanya: "Coat-ceng-tan apa?
Kau juga punya?"
"Ya, lihatlah ini, bukankah ini Coat-eeng-tan tulen?" jawab
Nyo Ko. Lalu ia mengeluarkan botol kecil dan menuang pil
yang berbentuk persegi itu.
Setelah mengambilnya dan diendus beberapa kali, Kiu
Jian-jio berkata: "Betul, inilah Coat-ceng tan, Mengapa obat ini
bisa berada padamu? Kau sendiri terkena racun bunga cinta,
mengapa pula kau tidak meminumnya sendiri?"
"Soal ini cukup panjang untuk diceritakan." ujar Nyo Ko,
"nanti setelah kuantarkan obat ini akan kuceritakan kepada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Locianpwe." Habis itu ia terima kembali obat itu terus hendak
melangkah pergi.
Sedih dan prihatin pula hati Lik-oh, dengan perasaan
hampa ia berkata: "Nyo-toako, kalau ayahku merintangi kau,
kukira kau harus mencari suatu akal yang baik."
"Kembali ayah!" bentak Kiu Jian-jio, "Jika kau memanggjl
dia ayah lagi, selanjutnya kau jangan memanggil ibu padaku,"
"Kuantar obat untuk menyembuhkan Kokoh yang
keracunan itu, tentu Kongsun Kokcu takkan merintangiku,"
ujar Nyo Ko.
"Tapi kalau dia menjebak dengan cara lain?" kata Lik-oh
pula.
"Apa boleh buat, terpaksa kubertindak menurut keadaan,"
jawab Nyo Ko.
Kiu Jian-jio menjadi curiga melihat tekad Nyo Ko itu,
segera ia bertanya: "Jadi kau perlu menemui Kongsun Ci,
begitu?"
Nyo Ko mengatakan tanpa sangsi.
"Baik, aku ikut kesana, mungkin dapat kubantu kau
apabila perlu," kata Kiu Jian-jio
Maksud tujuan Nyo Ko hanya ingin menyelamatkan Siaoliong-
ii belaka dan tidak pernah memikirkan urusan Jain,
sekarang mendengar Kiu Jian-jio ingin ikut, mendadak timbul
setitik cahaya dalam benaknya, pikirnya: "Kalau saja isteri
pertama Kokcu bangsat muncul mendadak, masakah dia dapat
menikahi Kokoh lagi?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguh girangnya tak terkatakan, Tapi tiba-tiba teringat
puia: "Coat-ceng-tan hanya ada satu biji, meski dapat
menyelamatkan jiwa Kokoh, diriku tetap tak terhindar dari
kematian." - Berpikir demikian, seketika ia menjadi sedih pula.
Melihat air muka Nyo Ko sebentar gembira dan lain saat
sedih, Lik-oh menjadi bingung, apalagi ayah-ibunya sebentar
lagi bakal bertemu kembali dan entah bagaimana jadinya
nanti, sungguh kacau benar pikirannya.
Sebaliknya Kiu Jian-jio tampak sangat senang dan
bersemangat, ia berseru: "Hayo anak Lik, lekas gendong aku
ke sana!"
"Kukira ibu perlu mandi dulu dan berganti pakaian," ujar
Lik-oh.
Sesungguhnya dia cuma takut menyaksikan adegan
pertemuan kembali ayah-bundanya nanti, maka maksudnya
sengaja mengulur tempo belaka.
Kiu Jian-jio menjadi gusar, omelnya: "Memangnya bajuku
hancur dan badanku kotor begini karena perbuatan siapa?
Apakah..." Sampai disini, tiba-tiba teringat olehnya dahulu
Toako Kiu Jian-li sering menyamar menjadi Jiko Kiu Jian-yim
untuk menggertak orang di dunia Kangouw dan tidak sedikit
tokoh persilatan yang mengkerut kena di-gertaknya.
Kini diri sendiri dalam keadaan lumpuh dan pasti bukan
tandingan Kongsun Ci, sekalipun nanti berhadapan juga sakit
hati sukar terbalas, jalan satu-satunya hanya menyaru sebagai
Jiko untuk menggertak Kongsun Ci, biar nyalinya pecah dan
ketakutan setengah mati, habis itu barulah kuturun tangan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menurut gelagat nanti, untungnya Kongsun Ci tidak pernah
kenal Jiko, pula mengira diriku sudah mati di dalam gua
bawah tanah itu, dia pasti tidak curiga.
Begitulah diam-diam Kiu Jian-jio merencanakan cara
menundukkan Kongsun Ci nanti, Tapi segera berpikir pula
:"Sekian tahun menjadi isterinya, masakah dia akan pangling
padaku?"
Melihat si nenek termangu-mangu ragu Nyo Ko dapat
menerka sebagian apa yang dipikirkan orang tua itu, katanya
kemudian: "Apakah engkau takut dikenali Kongsun Ci? Haha,
jangan kuatir aku mempunyai sesuatu barang mestika."
Segera ia mengeluarkan kedok kulit dan dipakai pada
mukanya sendiri, benar saja wajahnya lantas berubah sama
sekali, seram menakutkan tanpa emosi.
Kau Jian -jio sangat girang, cepat ia terima kedok kulit
tipis itu, katanya: "Anak Lik, kau mendekati belakang
perkampungan dan sembunyi dihutan sana, lalu kau
menyusup kesana mengambilkan sehelai baju coklat serta
sebuah kipas bulu, jangan lupa."
Lik-oh mengiakan, lalu ia berjongkok dan menggendong
sang ibu
Waktu Nyo Ko memandang sekeiilingnya, kiranya mereka
berada di atas bukit yang dikelilingi hutan yang lebat,
perkampungan Cui-sinkouw tampak remang-remang di
sebelah bukit sana.
Sambil menghela napas Kiu Jian - jio berkata "Bukit ini
bernama Le-kui-hong (bukit hantu) konon dipuncak bukit ini
sering ada hantu yang mengganggu orang, maka biasanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tiada orang berani naik ke sini. Tak tersangka bahwa
kelahiranku kembali didunia ini justeru berada di bukit-ini."
Segera Nyo Ko membentak Hoan It-ong untuk mengorek
keterangannya: "Lekas katakan, untuk apa kau datang ke
sini?"
Meski berada dalam cengkeraman musuh, sedikitpun Hoan
It - ong tidak gentar, ia balas membentak: " Tidak perlu
banyak omong, lekas kau bunuh saja diriku!"
"Kongsun Kokcu yang mengirim kau kesini, bukan?" desak
pula Nyo Ko.
"Benar." jawab Hoan It-ong dengan gusar, "Suhu
memerintahkan aku memeriksa sekitar bukit ini untuk
menjaga penyusupan musuh ke sini, Ternyata dugaan beliau
tidak meleset, memang betul ada orang sedang main gila
disini,"
Sembari bicara ia terus mengawasi Kiu Jian-jio, ia heran
siapakah nenek botak ini, mengapa nona Kongsun memanggil
ibu padanya?
Maklumlah usia Hoan It-ong memang jauh lebih tua dari
pada Kiu Jiang-jio dan Kongsun Ci, dia sudah mahir ilmu silat
sebelum berguru pada Kongsun Ci, waktu masuk perguruan ia
tidak pernah bertemu dengan Kiu Jian-jio karena sudah
dijebloskan ke dalam gua bawah tanah oleh Kongsun Ci. Tapi
dari percakapan Nyo Ko bertiga Hoan It-ong yakin mereka
pasti akan memusuhi sang guru.
Kiu Jian-jio menjadi gusar, dari nada ucapan Hoan It-ong
dapat diketahuinya kakek cebol itu jelas sangat setia kepada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun Ci, segera ia berseru kepada Nyo Ko: "Lekas
binasakan dia daripada menanggung risiko dikemudian hari."
Nyo Ko menoleh, dilihatnya Hoan It-ong tidak gentar
menghadapi kemungkinan dibunuhnya, diam-diam ia kagum
akan sikapnya yang jantan itu, iapun tidak ingin membantah
keinginan Kiu Jian-jio, maka katanya kepada Lik-oh: "Nona
Kongsun, boleh kau gendong ibumu turun dulu ke sana,
segera aku menyusul setelah kubereskan si cebol ini."
Kongsun Lik-oh kenal pribadinya Toa-suheng-nya yang
baik itu, ia tidak tega melihat Hoan It-ong mati konyol, maka
ia mohon ampun: "Nyo-toako..."
"Lekas berangkat... lekas!" mendadak Kiu Jian-jio
menyentaknya dengan gusar, "Apa yang kukatakan selalu kau
bantah, percuma punya anak perempuan seperti kau."
Lik-oh tak berani bicara Iagi, cepat ia menggendong sang
ibu dan turun dari bukit itu.
Nyo Ko mendekati Hoan It-ong dan membuka Hiat-to
bagian lengan yang ditutuknya tadi, lalu berkata dengan suara
tertahan: "Hoan-heng, Hiat-to pada kakimu yang kututuk tadi
akan buyar dengan sendirinya setelah lewat 6 jam, selamanya
kita tidak ada permusuhan apapun, aku tidak ingin mencelakai
kau," Habis berkata ia terus menyusul Lik-oh dengan
Ginkangnya yang tinggi.
Sebenarnya Hoan It-ong sudah pejamkan mata dan
menunggu ajal, sama sekali ia tidak menduga Nyo Ko akan
berlaku begitu baik padanya, seketika ia melenggong kesima
dan memandangi bayangan ketiga orang menghilang dibalik
pepohonan yang kelam sana.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah menyusuInya, Nyo Ko merasa langkah Lik-oh
terlalu lambat, segera ia berkata: "Kiu-locianpwe, biar aku saja
yang menggendong engkau."
Tadinya Lik-oh merasa kuatir antara Nyo Ko dan ibunya
sering tidak cocok dalam pembicaraan kini pemuda itu
menyatakan mau menggendong sang ibu, tentu saja Lik-oh
sangat girang, katanya: "Wah, bikin susah kau saja."
"Dengan susah payah aku mengandung sepuluh bulan
barulah melahirkan anak perempuan secantik ini, sekarang
tanpa kau minta sudah kuberikan padamu, masakah
menggendong sebentar bakal mertua juga enggan?" demikian
omel Kiu Jian-jio.
Nyo Ko melengak dengan perasaan kikuk, ia merasa tidak
enak untuk menanggapi ucapan orang tua itu, Segera ia
mengangkat tubuh Kiu Jian-jio ke punggung sendiri, lalu
dibawanya berlari secepat terbang ke bawah bukit.
Kiu Jian-yim, yaitu kakak kedua Kiu Jian-Jio yang menjabat
ketua Thi-cio-pang dahulu terkenal dengan julukan Thi-cio-cuisiang-
biau, sitelapak tangan besi melayang di permukaan air,
julukan yang menggambarkan kelihayan Ginkangnya. Dahulu
dia pernah berkelahi dengan Ciu Pek-thong secara maraton
dimulai dari daerah Tionggoan sampai ke wilayah barat dekat
Tibet, Tokoh yang berkepandaian tinggi seperti Lo-wan-tong
saja sukar menyusulnya.
Sedangkan Kanghu (kepandaian silat-Kungfu) Kiu Jian-jio
adalah ajaran sang kakak, Ginkangnya juga kelas satu, tapi
sekarang berada di punggung Kyo Ko, rasanya pemuda itu
berlari sedemikian cepat dan mantap langkahnya seolah-olah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kaki tidak menempel tanah, mau-tak-mau Kiu Jian-jio sangat
kagum dan heran puIa, ia pikir Ginkang anak muda ini jelas
tidak sama dengan Ginkang perguruanku sebagaimana ilmu
pukulan yang pernah ia mainkan kemarin, namun jelas
kepandaiannya tidak dibawah kanghu Thi-cio-pang dan sama
sekali tidak boleh diremehkan.
Tadinya Kiu Jian jio merasa rugi kalau anak perempuannya
mendapatkan suami seperti Nyo Ko, soalnya puterinya sudah
suka, ia merasa apa boleh buat. Tapi sekarang ia mulai
merasakan bakal menantu ini sedikitpun tidak merendahkan
harga diri anak perempuannya.
BegituIah hanya sebentar saja Nyo Ko sudah membawa
Kiu Jian-jio sampai dibawah bukit, waktu ia menoleh,
tertampak Lik-oh masih tertinggal di pinggang bukit, sejenak
kemudian barulah nona itu dapat menyusulnya dan kelihatan
napas memburu dan dahi berkeringat.
Dengan hati-hati mereka bertiga memutar ke belakang
perkampungan Cui-sian-kok, Lik-oh tidak berani masuk ke
sana melainkan pergi kepada seorang tetangga untuk
meminjam baju buat dipakai sendiri, selain itu iapun
meminjam baju dan kipas yang diperlukan sang ibu.
Kiu Jian-jio mengembalikan bajunya kepada Nyo Ko, lalu
memakai kedok kulit serta memakai baju coklat, dengan
tangan memegang kipas serta dipayang Nyo Ko dan Lik-oh di
kanan-kiri, menujulah mereka ke pintu gerbang
perkampungan.
Waktu memasuki pintu itu, pikiran ketiga orang samasama
bergolak hebat, sudah belasan tahun Kiu Jian-jio
meninggalkan perkampungan ini dan sekarang berkunjung lagi
ke sini, sungguh sukar dilukiskan perasaannya pada waktu itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terlihat pintu gerbang perkampungan itu ada beberapa
pasang lampu kerudung warna merah yang sangat besar,
jelas itulah pajangan pada rumah yang sedang berpesta
perkawinan, suara tetabuhan juga terdengar berkumandang
dari ruangan pendopo sana.
Ketika para centeng melihat Kiu Jian-jio dan Nyo Ko,
mereka sama melengak bingung, Tapi lantaran mereka
didampingi Kongsun Lik-oh, dengan sendirinya para centeng
itu tak berani merintanginya.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru