Cersil Ke Tujuh Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf
-Sejak mulai Ang Ling-po berkata sampai Siao-liong-li- Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
menyahut, selama itu Nyo Ko menunggu dengan luar biasa
gopohnya, bisa-bisa ia ingin menubruk maju dan merangkul
Suhunya buat menangis sepuas-puasnya.
Kemudian setelah mendengar Siao-liong-li bersuara,
hatinya baru merasa lega seperti sebuah batu besar yang
menindih tiba-tiba dapat di angkat, dalam girangnya ia tak
sanggup menguasai perasaannya lagi, menangislah dia
tersedu-sedu, Keruan Ang Ling-po sangat heran.
"He, ada apa, Sah Thio ?" ia tanya.
"Hu huk... aku takut," sahut Nyo Ko terguguk-guguk
Dalam pada itu Siao-liong-li telah berpaling dengan
pelahan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tak usah kau takut," katanya tiba-tiba dengan suara
lemah, "tadi aku sudah mati satu kali, rasanya sedikitpun tidak
menderita."
Terperanjat sekali Ang Ling-po ketika mendadak melihat
wajah Siao-Iiong-li yang begitu cantik tiada taranya, tetapi
mukanya pucat lesi tanpa berdarah, "Ternyata di dunia ini ada
wanita sedemikian molek seperti dia ini." demikian pikirnya,
Karenanya seketika ia merasa dirinya sendiri menjadi jelek.
"Tecu Ang Ling-po, menghadap Susiok di sini," ia berkata
pula.
"Dan dimanakah Suci (kakak guru perempuan) ? juga
datangkah dia ?" dengan pelahan Siao-liong-li menanya.
"Suhu suruh Tecu ke sini dulu buat menyampaikan salam
hormat pada Susiok," sahut Ang Ling-po.
"Lekas kau keluar saja, jangankan kau, sekalipun gurumu
tidak diperkenankan masuk ke sini," ujar Siao-liong-Ii.
Melihat muka Siao-iiong-!i yang mirip orang sakit, pula
baju di dadanya penuh noda darah, cara bicaranya terputusputus
dan napasnya memburu, terang sekali orang terluka
parah, keruan Ang Ling-po menjadi berani, rasa kebatkebitnya
tadi seketika hilang sebagian besar.
"Dan dimanakah Sun-popoh ?" ia coba tanya lagi.
"Sudah lama dia meninggal, lekas kau keluar saja," sahut
Siao-liong-li.
Ang Ling-po tambah lega demi mendengar Sun-popoh
sudah mati, diam-diam ia bergirang dan berpikir : "Sungguh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sangat kebetulan dan rupanya memang ada jodoh, tak
terduga aku Ang Ling-po ternyata bisa menjadi ahliwaris Hoatsu-
jin-bong ini."
Tampaknya jiwa Siao-liong-li sudah tinggal sesaat saja,
Ang Ling-po kuatir orang mendadak mati hingga tiada orang
Iain lagi yang mengetahui di mana tersimpannya kitab "Giokli-
sim-keng", maka cepat-cepat ia buka suara pula.
"Susiok," demikian ia memanggil "Suhu suruh Tecu ke sini
buat mohon kitab Giok-li-sim-keng, Harap engkau suka
serahkan padaku dan Tecu segera mengobati lukamu."
Selama ini hati Siao-liong-li selalu dalam keadaan tenang
tenteram, semua cita-rasanya sudah terbuang jauh dan
terlupa, tetapi kini setelah menderita luka, ilmu kepandaian
yang dilatihnya sudah ludes semua, hakikatnya ia sudah tak
punya kekuatan untuk menguasai perasaan sendiri, maka
demi mendengar apa yang dikatakan Ang Ling-po,
Dalam gugup dan gusarnya, tiba-tiba matanya mendelik
terus jatuh pingsan, secepat kilat Ang Ling-po telah memburu
maju, ia pijat sekali "Jin-tiong-hiat" di atas bibir orang, maka
secara pelahan Siao-liong-li telah siu-man kembali.
"Kalian guru dan murid lebih baik jangan berpikir secara
muluk-muluk, di manakah Suciku ? Lekas kau suruh dia ke sini
ada sesuatu hendak ku katakan padanya," kata Siao-liong-li
kemudian dengan gusar.
Tetapi Ang Ling-po tidak menjawab, ia hanya tertawa
dingin, lalu dari bajunya ia keluarkan dua buah jarum perak
yang panjang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Susiok, kau tentu kenal sepasang jarum ini," katanya
mengancam, "jika tak mau kau bicara, jangan kau sesalkan
aku berlaku kurangajar."
Melihat orang mendadak unjuk senjata, Nyo Ko kenal itu
adalah Peng-pek-gin-ciam yang pernah dipakai Li Bok-chiu
untuk membunuh orang, ia sendiri tanpa sengaja pernah
memegangnya hingga terkena racunnya yang sangat jahat,
maka ia cukup tahu betapa lihaynya jarum perak itu.
Di lain pihak, sudah tentu Siao-liong-li terlebih kenal
betapa lihay dan keji senjata perguruannya sendiri, masih
mendingan bila orangnya segera mati setelah tertusuk jarum
perak berbisa itu, yang paling ngeri kalau jarum itu dipakai
menggosok beberapa kali di tempat jalan darah yang bisa
bikin kaku kesemutan, segera seluruh tubuh orang akan
terasa gatal pegal laksana beribu-ribu semut merubung dan
menggigit kian kemari diantara tulang sungsum. Dalam
keadaan demikian, si pende-rita itu boleh dikata ingin hidup
tak bisa dan minta mati pun tak dapat
Karena itulah, ketika melihat Ang Ling-po pegang jarum
peraknya sambil digerakkan beberapa kali, lalu maju
mendekatinya, saking kuatir hampir-hampir Siao-Iiong-li jatuh
kelengar lagi.
Nampak keadaan sudah genting, Nyo Ko tak bisa tinggal
diam lagi, tiba-tiba ia berteriak : "Sian-koh, di sana ada setan,
hiiih, aku takut!"
Sembari berteriak, segera Nyo Ko berlari mendekati orang
terus merangkulnya, seketika tangan merangkul punggung
orang, tanpa ayal segera ia menutuk dua kali tempat "Koceng-
hiat" dan Jiau-yao-hiat".
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguh mimpi pun Ang Ling-po tak pernah menduga
bahwa Thio si tolol ini ternyata memiliki kepandaian silat yang
tinggi, selagi ia hendak men-damperat, tahu-tahu seluruh
tubuhnya sudah terasa Iumpuh, seketika ia sendiri roboh ke
lantai.
Kuatir kalau-kalau orang mampu melancarkan jalan darah
sendiri, Nyo Ko menambahi pula menutuk sekali lagi di tempat
"ki-kut-hiat". yakni tulang punggung yang besar. Dengan
demikian orang tak nanti bisa berkutik lagi.
"Kokoh, perempuan ini sangat jahat, bagaimana kalau aku
tusuk dia beberapa kali dengan jarum peraknya, supaya
senjata makan tuannya ?" dengan ketawa Nyo Ko tanya Siaoliong-
li.
Sambil berkata betul juga Nyo Ko lantas membungkus jari
tangannya dengan ujung bajunya, lalu ia jemput jarum perak
Ang Ling-po tadi.
Meski badan Ang Ling-po lumpuh tak bisa berkutik, tetapi
setiap perkataan Nyo Ko dapat dia dengar dengan terang,
apalagi dia lihat Nyo Ko telah jemput jarumnya tadi dan sambil
tertawa sedang memandang padanya, keruan tidak kepalang
terkejutnya hingga semangat serasa terbang meninggalkan
raganya, ia ingin buka suara buat minta ampun, tetapi sayang,
mulutnya tak berkuasa, terpaksa ia hanya mengunjuk maksud
minta ampun melalui sinar matanya yang redup dan harus
dikasihani itu.
"Ko-ji, pergilah kau menutup pintu untuk menjaga agar
Suci tidak masuk kemari," demikian Siao-liong-li berkata pada
Nyo Ko.
"Baik," sahut Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera ia hendak melakukan perintah itu. Tetapi baru saja
ia putar tubuh, sekonyong-konyong ia di-kejutkan oleh satu
suara seorang perempuan yang sangat genit merdu di
belakangnya.
"Baik-baikkah kau, Sumoay? - Sudah sejak tadi aku masuk
ke sini", demikian kata suara itu tiba-tiba.
Sungguh bukan buatan kaget Nyo Ko, cepat ia berpaling,
maka tertampaklah olehnya di bawah sorot sinar lilin, di
ambang pintu kamar sudah berdiri seorang Tokoh setengah
umur, raut mukanya potongan daun sirih, pipinya putih
bersemu merah, sayang matanya buta sebelah. Siapa lagi dia
kalau bukan Jik-lian-siancu Li Bok-chiu yang sebelah matanya
kena ditotol buta oleh burung merahnya sendiri dahulu.
Dari manakah Li Bok-chiu bisa muncul di situ secara tibatiba
?
Kiranya sewaktu Ang Ling-po selalu menanyakan jalan ke
Hoat-su-jin-bong kepadanya, sejak mula Li Bok-chiu sudah
menduga pasti anak muridnya ini secara diam-diam akan pergi
mencuri kitab Giok-li-sim-keng, maka sengaja dia peralat
muridnya ini ia sengaja mengirim Ang Ling-po pergi
membunuh seorang musuh di Tiang-an, padahal ini adalah
siasat Li Bok-chiu agar dengan demikian Ang Ling-po ada
kesempatan buat pergi ke kuburan kuno itu, sedang ia sendiri
diam-diam menguntit di belakang sang murid.
Maka pertemuan antar Ang Ling-po dan Nyo Ko, lalu
masuk ke kuburan dan cara bagaimana muridnya itu memaksa
Siao-liong-li menyerahkan kitab Giok-li-sim-keng, semua
kejadian itu dapat disaksikannya dengan mata kepala sendiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cuma karena gerak tubuhnya sangat gesit dan cepat maka
Ang Ling-po dan Nyo Ko tiada yang merasa sedikitpun dan
baru sekarang inilah, karena dianggap sudah tiba waktunya,
maka dia lantas unjukkan diri.
Pandangan Li Bok-chiu ternyata sangat tajam, meski
kejadiannya sudah lewat beberapa tahun, pula Nyo Ko sudah
tumbuh besar, namun dia masih tetap mengenali pemuda ini
adalah anak yang menggunakan burung merahnya untuk
menotol sebelah biji matanya sehingga buta.
Kejadian itu senantiasa dianggap oleh Li Bok-chiu sebagai
suatu peristiwa yang menyakitkan hati, kini demi saling
bertemu lagi, tentu saja ia sangat gusar.
Akan tetapi sebelum Li Bok-chiu sempat bertindak sesuatu,
sekonyong-konyong Siao-liong-li telah bangun.
"Suci!" serunya tiba-tiba, kembali darah segar menyembur
dari mulutnya.
"Siapa dia ini ?" dengan sikap dingin Li Bok-chiu bertanya
tanpa menghiraukkn keadaan sang Sumoay yang payah,
"Tidakkah kau tahu larangan Cosu-popoh bahwa dalam
kuburan ini tidak boleh diinjak kaum laki-laki busuk barang
selangkahpun dan kenapa kau berani ijinkan dia tinggal di
sini?"
Mendadak Siao-liong-li terbatuk-batuk hebat, ia tak
sanggup menjawab teguran sang Suci.
Nampak keadaan Siao-liong-li, tanpa disuruh segera Nyo
Ko maju menghadang ke depan buat melindunginya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dia adalah aku punya Kokoh, urusan disini tidak perlu kau
ikut campur !" dengan suara lantang ia wakilkan Siao-liong-li
menjawab.
"Hm, bagus kau Sah Thio, kau betul-betul pandai berlagak
bodoh !" sindir Li Bok-chiu. Habis ini, mendadak kebut yang
dia pegang bergerak, susul menyusul ia menyerang tiga kali.
Walaupun tiga serangan itu dilontarkan susul-menyusul,
namun datangnya kepada sasarannya seakan-akan berbareng
saja saatnya.
Tipu serangan cepat itu memang termasuk tipu serangan
yang paling lihay dari ilmu silat Ko-bong-pay, bagi jago silat
golongan lain tidak kenal kebagusan tipu-tipu serangan itu,
begitu maju, seketika pasti akan dihantam hingga otot putus
dan tulang patah.
Akan tetapi Nyo Ko sendiri sudah matang dan apal
terhadap semua ilmu silat Ko-bong-pay, walaupun belum bisa
dibandingkan keuletan Li Bok-chiu yang sudah terlatih, namun
untuk menghindari tiga kali serangan yang disebut "sam-yantau-
lim" (tiga burung sriti menyusup masuk rimba) itu masih
bisa dilakukannya dengan gampang.
Dan karena serangan yang lihay itu luput mengenai
sasarannya, tentu saja Li Bok-chiu sangat kaget, ia masih
ragu-ragu akan pemuda yang berhadapan dengan dirinya
sekarang ini, dengan sebelah matanya ia coba melirik tajam,
akan tepi jelas pemuda ini adalah anak yang dahulu
dijumpainya di Oh-ciu di daerah Kanglam itu, kenapa berpisah
beberapa tahu saja ilmu silatnya sudah maju begitu pesat?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Apalagi melihat cara bergeraknya buat menghindari
serangannya tadi ternyata adalah ilmu silat dari perguruan
sendiri keruan hal ini makin menambah rasa curiganya.
"Sumoay, ada hubungan apakah antara kau dengan
bangsat cilik ini ?" dengan suara bengis segera ia membentak
Siao-liong-li
Kuatir, muntah darah lagi, Siao-liong-li tak berani buka
suara keras, hanya dengan pelahan ia bilang pada Nyo Ko:
"Ko-ji, lekas memberi hormat pada Supek (paman guru)."
"Cis, paman guru macam apa ini ?" Nyo Ko berbalik
mengolok-olok.
"Ko-ji, coba tempelkan kupingmu ke sini, ada yang hendak
kukatakan," kata Siao-liong-li pula.
Tentu saja Nyo Ko rada penasaran karena dia mengira
Siao-liong-li akan bujuk dirinya buat menjura pada Li Bok-chiu.
walaupun demikian, terpaksa ia menurut juga, ia tempelkan
kupingnya ke mulut Siao-liong-li.
Dengan akal apa Siao-liong-li yang luka parah harus
menghadapi sang Suci yang culas hendak merebut kuburan ?
Apa pula yang akan dilakukan Nyo Ko untuk bantu
menyembuhkan luka-luka dalam Siao-liong-li ?
Bacalah jilid ke -10-
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 10
"Di pojok kaki ranjang ini terdapat satu papan batu yang
menonjol," demikian dengan suara lembut seperti bunyi
nyamuk Siao-liong-li berkata, "lekas kau melompat turun dan
dongkel sekuatnya papan batu itu."
Dalam pada itu, melihat cara mereka bisik-bisik, Li Bokchiu
mengira juga Siao-liong-li sedang pesan sang murid agar
menjura padanya untuk minta ampun, apalagi orang-orang
yang berada di hadapannya ini yang satu terang terluka parah
dan yang lain hanya satu bocah angkatan muda, tentu saja
tiada yang dia pikirkan.
Li Bok-chiu sendiri justru lagi peras otak untuk
mendapatkan akal bagus agar bisa memaksa sang Sumoay
menyerahkan Giok-li-sim-keng tinggalan guru mereka.
Sementara itu atas kisikan Siao-liong-li tadi, terlihat Nyo
Ko mengangguk-angguk, Lalu dengan suara lantang ia berkata
: "Baiklah, Tecu memberi hormat pada Supek !"
Sambil berkata ia lantas melompat turun dari ranjang, dan
ketika tangannya meraba ke pojok ranjang yang di bawah
sana, betul saja tangannya menyentuh sepotong batu yang
menonjol, tanpa ayal lagi segera ia tarik dengan seluruh
tenaganya maka terdengarlah suara "kreeek" yang berat,
mendadak ranjang batu itu ambles ke bawah.
Dengan sendirinya Li Bok-chiu terperanjat oleh kejadian
mendadak itu, ia tahu dalam kuburan kuno di mana-mana
terpasang perangkap rahasia, mendiang gurunya telah pilih
kasih dan dirinya telah dikelabui, sebaliknya semua rahasia itu
telah diturunkan kepada sang Sumoay. Karenanya, tanpa pikir
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lagi segera ia melesat maju, dengan sekali jamberet ia hendak
cengkeram Siao-liong-li.
Tatkala itu Siao-liong-li sedikitpun tak punya tenaga buat
menangkis jambereten itu, meski ranjang batunya mendadak
ambles ke bawah, tetapi karena Li Bok-chiu cepat mengetahui
dan mengambil tindakan kilat pula, cara turun tangannya pun
sebat luar biasa, maka dengan jamberetannya itu tampaknya
segera Siao-liong-li akan ditarik kembali mentah-mentah.
Keruan saja Nyo Ko kaget, sekuat tenaga ia tangkiskan
sebelah tangannya, maka terdengarlah suara "crat" sekali,
tiba-tiba lengannya terasa kesakitan kiranya lengan kirinya
dan lengan kanan Siao-liong-li ber-sama-sama telah terkena
kuku jari Li Bok-chiu hingga menusuk masuk daging.
MenyusuI mana matanya tiba-tiba menjadi gelap, lalu
terdengarlah suara gedebukan yang keras dua kali, kiranya
ranjang batu mereka telah anjlok sampai ruangan dibawah
tanah, sedang papan batu di bagian atas secara otomatis telah
menutup sendiri, seketika Siao-liong-li dan Nyo Ko kena
dipisahkan dengan Li Bok-chiu dan Ang Ling-po, yang satu
pihak terpotong di bagian atas dan yang lain berada di bawah.
"Coba kau meraba dinding di mana terdapat sebuah bola
batu, kau putar tiga kali ke kiri lalu empat kali ke kanan," kata
Siao-liong-li kemudian.
Nyo Ko menurut, ia melompat turun dari ranjang batu, ia
meraba-raba dalam kegelapan, betul saja ia dapatkan sebuah
batu bundar, ia menuruti petunjuk Siao-liong-li tadi,
diputarnya ke kiri dan kanan, maka terdengarlah suara
"kerkak-kerkek" beberapa kali, tiba-tiba tubuhnya terasa
terguncang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya ruangan di bawah tanah dimana mereka berada
itu dibangun tergantung, karena alat rahasianya tergerak,
segera ruangan ini bergeser pindah tempat, Dengan demikian
sekalipun kini Li Bok-chiu berhasil menyerbu ke bawah juga
tak akan mendapatkan jejak mereka lagi.
"Untuk sementara ini boleh dikata kita sudah lolos dari
tangan jahat kedua orang tadi," kata Siao-liong-li dengan
menghela napas lega.
Dalam pada itu remang-remang Nyo Ko melihat di dalam
ruangan itu seperti terdapat benda-benda sebangsa meja
kursi, secara geremet didekatinya meja itu, ia ambil ketikan
api dan menyalakan lilin yang ada di atas meja.
Tetapi setelah lilin menyala, tanpa tertahan ia terkejut,
sebab terlihat olehnya separoh bajunya sudah basah kuyup
oleh darah, sedang luka diatas lengan yang terkena cakaran
tadi masih terus mengalirkan darah segar.
Waktu ia periksa keadaan Siao-liong-li ia lihat di lengannya
juga terdapat goresan yang cukup parah oleh cakaran kuku Li
Bok-chiu tadi, hanya Siao-liong-li sudah terlalu banyak
mengeluarkan darah, maka darah yang merembes keluar dari
luka cakaran ini cuma sedikit.
"Ko-ji," kata Siao-liong-li lagi menghela napas, "aku sudah
kekurangan darah, susahlah untuk menyembuhkan luka
dengan menjalankan Lwekang sendiri, Tetapi sekalipun aku
tak terluka, kita berdua juga tak mampu menandingi aku
punya Suci.
Belum habis bicara, mendadak Nyo Ko melompat naik ke
atas ranjang batu pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya tadi waktu Nyo Ko mendengar Siao-liong-li bilang
kekurangan darah, mendadak otaknya yang cerdas itu
tergerak, sebelum orang habis bicara ia sudah melompat ke
atas ranjang, ia tempelkan luka pada lengannya sendiri
dengan luka di lengan Siao-liong-li hingga dempet menjadi
satu, dengan cara demikian ia bermaksud menyalurkan
darahnya sendiri kepada nona itu.
Akan tetapi mengalirnya darah dari lengannya ternyata
tidak dapat dikendalikan oleh keinginan hatinya, meski darah
masih mancur keluar dari lengannya, namun tidak dapat
menyalur masuk ke otot darahnya Siao-liong-li.
"Ko-ji, usahamu ini hanya sia-sia saja, sekalipun kau dapat
menolong diriku, tapi jiwamu sendiri bukankah akan melayang
malah," dengan menghela napas Siao-liog-li berkata.
Tetapi Nyo Ko tidak menghiraukan kata-kata orang,
sebaliknya ia semakin kuatir karena melihat darah merembes
keluar dari celah-celah lengan mereka yang berdempetan itu,
nyata usahanya memang tidak berhasil.
Tiba-tiba ia jadi teringat pada Lwekang yang dipelajari dari
Auwyang Hong, ilmu itu memaksa aliran darah menjadi
terbalik, kenapa tidak dicobanya ?
Karena itu, segera ia baliki tubuhnya, ia menjungkir
dengan kepala menahan di atas ranjang batu, ia jalankan ilmu
Kiu-im-sin-kang yang terbalik ajaran Auwyang Hong itu, betul
saja jalannya darah menjadi terdesak oleh semacam hawa
yang dia keluarkan sehingga berangsur-angsur secara teratur
bisa mengalir masuk ke dalam badan Siao-liong-li.
Sebenarnya seluruh badan Siao-liong-li sudah terasa
dingin bagai es, tetapi aneh, tiba-tiba ia merasakan ada aliran
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
darah hangat yang merembes masuk ke dalam tubuhnya,
Tiba-tiba terpikir olehnya hal ini kurang baik, segera ia niat
memberontak.
Diluar dugaan. sebelumnya Nyo Ko sudah
memperhitungkan akan reaksinya ini, lebih dulu ia sudah ulur
jarinya dan menutuk Hiat-to Siao-liong-li sehingga tak bisa
berkutik.
"Transfusi darah" yang dilakukan Nyo Ko ini kira-kira
berjalan beberapa saat, akhirnya Nyo Ko sendiri merasa
kepala pusing dan mata berkunang-kunang, ia mengarti tidak
sanggup bertahan lebih lama lagi, maka barulah dia duduk
kembali seperti biasa, ia balut luka mereka berdua dan
melepaskan tutukannya tadi atas diri Siao-liong-li
Dengan terkesima Siao-liong-li memandang Nyo Ko hingga
lama, akhirnya ia menghela napas pelahan, iapun tidak berkata-
kata lagi melainkan melakukan semadi sendiri untuk
memulihkan kekuatannya.
Malam itu mereka berdua masing-masing memulihkan diri
sendiri-sendiri. Kalau Nyo Ko bersemadi untuk memulihkan
rasa letih karena kehilangan darahnya, adalah Siao-liong-li
sesudah mendapatkan transfusi darah dari Nyo Ko,
semangatnya ternyata banyak bertambah segar, ia telah
menjalankan darah baru yang hangat itu ke seluruh tubuhnya
hingga beberapa kali, lewat dua-tiga jam, ia mengarti jiwanya
tidak berhalangan lagi, maka waktu ia membuka matanya, ia
tersenyum kepada Nyo Ko.
Sebenarnya pipi Siao-liong-li selalu putih pucat, tetapi kini
tiba-tiba Nyo Ko melihat ada semu merah pada kedua belah
pipinya sehingga tertampak lebih cantik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ha, Kokoh, kau sudah baik," seru Nyo Ko girang.
Siao-liong-li angguk-angguk dan selagi hendak buka suara,
mendadak terdengar suara letikan api, kiranya lilin yang
dipasang itu sudah tersulut habis, keruan seketika seluruh
ruangan menjadi gelap guIita.
Karena itu, luar biasa rasa senangnya Nyo Ko, tetapi toh
dia tidak tahu cara bagaimana harus berbicara.
"Marilah kita pergi ke kamarnya Sun-popoh, ada sesuatu
akan kukatakan padamu," kata Siao-liong-li kemudian.
"Apa kau tidak letih ?" tanya Nyo Ko.
"Tidak apa-apa !" sahut Siao-liong-li.
Habis itu ia menarik beberapa kali pada pesawat rahasia
yang terpasang di dinding batu, segera terasa dinding itu
bergerak, lalu terbentanglah sebuah pintu, jalan baru ini
sudah tak dikenal lagi oleh Nyo Ko, tetapi Siao-liong-li
mengajaknya memutar kian kemari beberapa kali dalam
suasana gelap itu, akhirnya tiba juga mereka di kamarnya
Sun-popoh dahulu.
Waktu Siao-liong-li menyalakan lilin lagi, dia lantas gulung
pakaian Nyo Ko hingga berupa satu buntalan, ia bungkus pula
sepasang sarung tangan benang emas miliknya ke dalam
buntalan baju itu. perbuatan Siao-liong-li ini disaksikan Nyo Ko
dengan terkesima karena heran.
"Kokoh, apa yang kau lakukan ?" tanyanya tak mengerti.
Siao-liong-li tak menjawab, ia malah ambil lagi dua botol
besar madu tawon dan masukkan ke dalam buntalan pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"He, kita akan meninggalkan kuburan kuno ini bukan,
Kokoh ?" tanya Nyo Ko tiba-tiba dengan girang.
"Pergilah saja kau, kutahu kau adalah anak baik, terhadap
diriku kaupun berlaku sangat baik," ujar Siao-liong-li.
Luar biasa terperanjatnya Nyo Ko.
"Dan kau sendiri, Kokoh ?" tanyanya cepat.
"Aku sudah bersumpah selama hidupku ini tidak akan
keluar lagi dari kuburan ini," sahut Siao-liong-li.
Melihat orang berkata dengan sungguh-sungguh, lagu
suaranya pun sangat tegas, terang tidak bisa di-bantah, oleh
karenanya Nyo Ko tak berani bicara lebih banyak.
Akan tetapi karena soalnya terlalu penting, akhirnya ia
beranikan diri buat buka suara lagi:
"Kokoh, jika kau tak pergi, akupun tak mau pergi, biarlah
aku mengawani kau disini."
"Suci-ku menunggui kita di mulut kuburan dan headak
paksa aku menyerahkan Giok-li-sim-keng," kata Siao-liong-li
pula, "Sedang ilmu kepandaianku tidak bisa menandingi dia,
maka pasti tak bisa lolos, bukan ?"
"Ya", sahut Nyo Ko.
"Dan rangsum yang tertinggal di sini, aku kira paling tahan
hanya dua puluhan hari saja, umpama bisa makan sedikit
madu tawon, paling lama tidak lebih juga sebulan, dan
sesudah sebulan, lalu bagaimana baiknya ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kita terjang keluar saja," sahut Nyo Ko sesudah tertegun
sejenak "Walaupun kita tak bisa mengalahkan Supek, tapi
belum tentu kita tak mampu menyelamatkan jiwa kita."
"Susah," kata Siao-liong li dengan menggeleng kepala,
"jika kau kenal ilmu kepandaian dan tabiat Supek, tentu kau
akan tahu sekali-sekali kita tak mampu menyelamatkan diri.
Apabila sampai tertangkap, tatkala itu tidak hanya akan
mengalami siksaan dan hinaan, bahkan diwaktu akan mati
terlebih susah lagi penderitaan badaniah kita."
"Jika begitu, bukankah seorang diri akan lebih-lebih tak
mampu lari," ujar Nyo Ko.
"ltulah soal lain." sahut Siao-liong-li "Aku ke bagian dalam
kuburan, pada kesempatan itulah kau lantas melarikan diri
Sebelummu lantas kau pindahkan batu besar di sebelah kiri
pintu kuburan dan tarik alat rahasia di dalamnya, menyusul itu
segera ada dua batu raksasa akan anjlok turun dan menutup
rapat pintu kuburan untuk selama-lamanya."
Nyo Ko semakin terkejut oleh cerita orang.
"Dan Kokoh tahu akan jalan-jalan rahasia lain dan bisa
keluar sendiri, bukan?" tanyanya cepat.
"Tidak," sahut Sio-liong-li sambil geleng kepala pula,
"Dahulu waktu Cikal-bakal Coan-cin-kau, Ong Tiong-yang
mendirikan Hoat-su-jin-bong ini, ia tahu dirinya selalu dikejar
dan diincar oleh raja Kim, oleh sebab itu ia sengaja atur
kuburan ini dan taruh dua batu raksasa yang berlaksa kati
beratnya, ia tunggu bila dirinya kepepet dan tak sanggup
melawan musuh yang jauh lebih banyak, segera ia akan
lepaskan batu raksasa itu untuk menutup dirinya didalam
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuburan, dengan demikian sampai matipun ia tidak mau takluk
pada musuh.
Akan tetapi karena selama itu musuh-musuhnya tiada
satupun yang sanggup melawan ilmu silat Ong Tiong-yang
yang tinggi, maka kedua batu raksasa ini selamanya belum
pernah terpakai. Dan sewaktu Ong Tiong-yang harus
menyerahkan kuburan kuno ini kepada Cosu-popoh, ia telah
memberitahukan juga semua alat rahasia yang dia atur di
dalam kuburan hingga akhirnya turun temurun sampai pada
diriku."
"Tetapi Kokoh, mati atau hidup aku tetap akan berada di
dampingmu." dengan air mata berlinang-linang Nyo Ko
berkata pula.
"Apa gunanya kau mengikuti diriku terus ?" kata Siaoliong-
li. "Kau bilang di dunia luar sana indah sekali, maka
pergilah kau bermain sepuasnya, nanti kalau kau sudah
berhasil melatih cinkeng sampai sempurna, maka tiada
satupun diantara imam-imam busuk Coan-cin-kau itu yang
berani cari gara-gara lagi padamu, Tatkala itu kau tentu bisa
malang melintang di seluruh jagat, bukankah itu sangat
menyenangkan ?"
Akan tetapi Nyo Ko ternyata tidak tergoyah oleh bujukan
itu, tiba-tiba ia menubruk maju dan merangkul tubuh Siaoliong-
li sambil menangis tersedu-sedan.
"Kokoh, di jagat ini hanya kau saja seorang yang sangat
baik terhadapku," demikian katanya cemas, "Jika kau tak
hidup lagi, pasti seumur hidupku tak akan merasa senang."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebenarnya watak Siao-liong-li selalu dingin dan lenyap
dari segala macam perasaan, apa yang dia ucapkan pun selalu
tegas dan tidak bisa ditarik kembali pula.
Tetapi aneh, entah mengapa, sesudah mendengar katakata
Nyo Ko yang diucapkan dengan setengah meratap ini,
tanpa tertahan darah dalam tubuhnya seakan-akan bergolak,
dalam pilunya hampir-hampir ia meneteskan air mata.
Tapi segera ia terkejut, teringat olehnya apa yang pernah
dipesan wanti-wanti oleh mendiang gurunya sewaktu hendak
mangkat bahwa ilmu yang dilatihnya itu adalah semacam ilmu
rohaniah yang harus menghilangkan segala cita rasa serta
napsu, bila sampai mengalirkan air mata karena seseorang
hingga menggoncangkan perasaan, bukan saja ilmu silatnya
akan punah, bahkan membahayakan jiwa sendiri pula.
Teringat oleh pesan sang guru itu, segera Siao-liong-li
mendorong pergi Nyo Ko, lalu dengan lagu suara dingin ia
berkata pula: "Apa yang aku katakan kau harus menurut, kau
berani adu mulut dengan aku ?"
Melihat orang kembali berubah sungguh-sungguh dan
keren, Nyo Ko tak berani buka suara lagi.
Segera Siao-liong-li ikat buntalan yang sudah disiapkan itu
dan diikat pada punggung Nyo Ko, ia ambilkan sebatang
pedang yang tergantung di dinding.
"lni ambil, sebentar bila aku katakan pergi, segera juga
kau harus angkat kaki, begitu keluar dari kuburan ini, seketika
juga kau lepaskan batu raksasa penutup pintu itu," dengan
suara bengis Siao-Iiong-li memesan sambil menyerahkan
pedang tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"lngat, Supek-mu teramat lihay, kesempatan sedetik saja
bila ayal akan segera hilang, maka kau mau turut tidak
perkataanku ini ?"
"Aku menurut," sahut Nyo Ko dengan suara berat.
"Jika kau tidak melakukan apa yang aku katakan, di alam
baka sekalipun aku akan benci padamu," kata Siao-liong-Ii
pula. "Dan sekarang marilah berangkat !"
Habis berkata, ia tarik tangan Nyo Ko dan membuka pintu
untuk keluar ke ruangan semula.
Dahulu Nyo Ko pernah menyentuh tangan Siao-liong-li
yang selamanya terasa dingin bagai es, tetapi kini demi
tangannya dipegang orang pula, tiba-tiba ia merasa tangan
Siao-Iiong-li sebentar dingin dan sebentar lagi hangat,
ternyata berlainan sekali dengan biasanya.
Tetapi karena perasaannya sedang bergoIak, maka urusan
inipun tidak sempat dia pikirkan lagi, ia hanya ikut Siao-Iiong-li
keluar kembali.
Sambil meraba satu dinding batu Siao-liong-li berpesan
lagi pada Nyo Ko: "Di dalam kamar inilah mereka berada,
sebentar bila aku pancing menyingkir Suci, segera kau terjang
keluar melalui pintu ujung barat-laut, Bila Ang Ling-po
mengejar kau, boleh kau lukai dia dengan Giok-hong-soa
(pasir tawon putih)."
Nyo Ko tidak menjawab sebab perasaannya tidak kepalang
kusutnya, ia hanya mengangguk saja.
Giok-hong-soa atau pasir tawon putih yang disebut Siaoliong-
li itu adalah Am-gi atau senjata gelap Ko-bong-pay yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
khas, Dahulu Lim Tiao-eng disegani di kalangan Bu-lim
disebabkan dia memiliki dua macam Am-gi yang sangat lihay,
satu diantaranya adalah Peng-pek-gin-ciam yang dipakai Li
Bok-chiu itu dan yang lain adalah Giok-hong-soa ini.
Bentuk Giok-hong-soa ini segi enam dan terbikin dari pasir
emas yang digembleng pula dengan racun tawon putih, meski
bentuknya kecil lembut, tetapi karena terbuat dari emas yang
berat, maka waktu dihamburkan dapat mencapai jarak jauh.
Tetapi karena Am-gi ini terlalu keji, maka selamanya jarang
digunakan Lim Tiao-eng.
Guru Siao-liong-li tahu akan jiwa Li Bok-chiu yang tidak
gampang dikendalikan dan tidak sudi tinggal selamanya di
dalam kuburan, maka yang diturunkan kepadanya hanya
Peng-pek-gin-ciam, sedang Giok-hong-soa tidak diajarkan
padanya.
Begitulah, maka setelah Siao-liong-li tenangkan
semangatnya, segera ia menekan suatu alat rahasia di atas
dinding batu, menyusul terdengarlah suara "krak-krak"
beberapa kali, ternyata dinding batu itu telah menggeser
terbuka sendiri Dan begitu dinding melekah, tanpa ayal Siaoliong-
li ayun selendang suteranya, sekaligus ia serang kedua
lawannya, Li Bok-chiu dan Ang Ling-po, serangannya cepat
dan orangnya ikut melayang maju juga dengan gesit.
Tatkala itu Li Bok-chiu sudah dapat melepaskan tutukan
Hiat-to pada tubuh Ang Ling-po, ia telah damperat muridnya
ini yang tak becus sampai kena diingusi satu "anak kemarin"
Habis itu guru dan murid berdua ini telah meraba keadaan
dalam kuburan kuno itu hingga akhirnya tujuh atau delapan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kamar sudah dapat dibobolkan dan masih hendak masuk lebih
dalam lagi.
Tentu saja mereka menjadi kaget ketika mendadak
nampak Siao-liong-li malah menyerbu ke-luar, Lekas-lekas Li
Bok-chiu ayun senjata kebut untuk menangkis serangan
selendang sutera orang.
Kebut dan selendang sutera semuanya adalah benda yang
lemas, kini lemas lawan lemas, namun Li Bok-chiu terlebih
ulet, maka begitu kedua senjata saling beradu, seketika
selendeng sutera Siao-liong-li menggulung balik.
Tetapi Siao-liong-li tidak andalkan serangan tadi saja,
ketika ujung selendang membalik, sebelah ujung yang lain
segera menyamber maju pula, sekejap mata saja ia sudah
melontarkan beberapa kali serangan, begitu lemas saja
penampilan selendangnya hingga seakan-akan sedang menari.
Dalam kagetnya tadi Li Bok-chiu menjadi dongkol pula,
"Nyata Suhu memang tak adil, bila kah dia pernah
mengajarkan kepandaian padaku seperti Sumoay ini ?"
demikian ia membatin.
Akan tetapi karena ia menaksir masih sanggup menandingi
sang Sumoay, maka sementara tipu serangan mematikan
belum dia lontarkan, sebaliknya ia justru mengulur tempo
hendak menyaksikan ilmu silat lihay apa yang telah diajarkan
kepada Siao-liong-li oleh gurunya.
Dilain pihak Ang Ling-po ternyata tidak tinggal diam.
Selama hidup ia sangat bangga atas dirinya yang pintar
dan cerdik, siapa tahu hari ini bisa terjungkal dibawah tangan
satu "anak kemarin", bahkan dirinya telah dipermainkan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setengah harian oleh orang yang berlagak tolol dan untuk ini
sedikitpun dirinya ternyata tidak mengetahui, keruan saja
tidak kepalang gemasnya.
Dalam pada itu ia lihat sang Suhu dengan sengitnya
sedang menempur sang Susiok, maka kesempatan ini hendak
dia gunakan untuk balas dendam.
"Hayo, Sah Thio, kau keparat ini betul-betul kurangajar,"
demikian segera ia bentak Nyo Ko dengan suara garang, Habis
ini ia lolos sepasang pedangnya sambil melangkah maju, lalu
ia membentak lagi : "lni lihat, akan ku iris batang hidung-mu
!"
Nampak orang cukup kalap, terpaksa Nyo Ko harus angkat
pedang buat menangkis.
Sebenarnya kalau dalam keadaan biasa, turuti adat Nyo
Ko, tentu dia akan keluarkan kata-kata sindiran untuk
menggoda orang, tetapi kini kare-teringat dirinya bakal
berpisah dengan Siao-liong-li, maka matanya telah basah
mengembeng air hingga pandangannya menjadi remangremang,
karena itu atas serangan orang ia hanya menangkis
asal menangkis saja, sama sekali ia tidak melakukan serangan
balasan.
Di pihak sana setelah Ang Ling-po melontarkan beberapa
kali serangan, meski tidak bisa melukai Nyo Ko, namun
melihat gerak tangan orang seperti tak bertenaga, ia
menyangka kepandaian bocah ini hanya sekian saja, keruan ia
tambah gemas dan penasaran kena diingusi orang.
Sementara itu setelah saling gebrak belasan jurus antara
Li Bok-chiu dan Siao-Iiong-li, mendadak yang tersebut duluan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu putar kebutnya hingga selendang sutera Siao-liong-li kena
terlibat.
"Sumoay, lihatlah kepandaian Suci-mu ini," kata Li Bokchiu.
Habis berkata, sekonyong-konyong ia getarkan kebutnya
dengan tenaga dalam karena itu, selendang sutera lawannya
segera terputus menjadi dua.
Ilmu kepandaian yang diunjukkan Li Bok-chiu ini memang
lihay luar biasa, Biasanya dalam pertarungan senjata tajam
melawan senjata tajam, untuk mematahkan senjata lawan
saja sangat sulit, apalagi kini baik kebut maupun selendang
tergoIong benda-benda yang lemas, tetapi Li Bok-chiu toh
sanggup membetot putus selendang sutera itu, sungguh hal
ini berpuluh kali lipat lebih sukar daripada mematahkan
senjata tajam yang keras.
Sungguhpun demikian, namun Siao-liong-Ii sedikitpun
tidak menjadi jeri oleh kepandaian orang.
"Hm, sekalipun kepandaianmu bagus, kau mau apa lagi ?"
sambutnya dingin, Berbareng itu tiba-tiba ia gunakan separoh
selendangnya yang terputus itu untuk menyerang, sekali dia
ayun, tahu-tahu ujung kebut Li Bok-chiu kena terlilit juga,
menyusul ini ujung selendang yang lain segera menyamber
dan melilit pula garan kebut yang terbikin dari kayu, ketika
yang satu ditarik ke kiri dan yang lain di-betot ke kanan, maka
terdengarlah suara "pletak", nyata kebut Li Bok-chiu juga telah
kena dipatahkan.
Kalau mempersoalkan kekuatan, serangan balasan Siaoliong-
li ini memang belum bisa melebihi tenaga betotan Li
Bok-chiu yang memutuskan selendang dengan tenaga getaran
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tadi, tetapi tepatnya, kesebatannya mengeluarkan serangan
balasan cukup membikin Li Bok-chiu tak berdaya.
Begitulah, maka Li Bok-chiu rada terperanjat juga oleh
serangan kilat tadi, namun segera ia buang garan kebut yang
patah itu, lalu dengan tangan kosong merangsang maju
hendak merebut selendang Siao-liong-li.
Karenanya Siao-Iiong-li di desak hingga terus mundur ke
belakang.
Setelah belasan jurus berlalu lagi, akhirnya Siao-liong li
telah mundur sampai di dekat dinding batu sebelah timur,
tampaknya untuk mundur lebih jauh sudah tidak mungkin lagi.
Dalam keadaan demikian, mendadak ia baliki sebelah
tangannya terus menekan pada tembok batu sambit berteriak:
"Ko-ji, lekas pergi !"
Berbareng dengan itu terdengarlah suara "krak" yang
keras, ternyata di ujung barat-daya sana telah terbuka satu
lobang, Sungguh terkejut sekali Li Bok-chiu, dengan cepat ia
putar tubuh hendak merintangi larinya Nyo Ko. Akan terapi
Siao-liong-li lidak membiarkan lawannya sempat memutar, ia
buang selendang suteranya, dengan kedua tangannya,
sekaligus ia menyerang dengan tipu-tipu yang mematikan.
Karena terpaksa, dengan sendirinya Li Bok-chiu memutar
balik untuk menangkis serangan itu.
"Ayo, Ko-ji, lekas kau berangkat !" teriak Siao-Iiong-li pula.
Semula Nyo Ko agak ragu-ragu, ia coba memandang Siaoliong-
li, namun segera dia insaf bahwa urusan ini tak mungkin
bisa ditarik kembali Iagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kokoh, pergilah aku !" demikian teriaknya segera.
berbareng ia ayun pedang dan susul menyusul menyerang
tiga kali, semuanya ia arahkan ke muka Ang Ling-po.
Oleh karena tadi Ang Ling-po melihat gerak pedang Nyo
Ko tak bertenaga, maka sama sekali dia tak duga bahwa
mendadak Nyo Ko bisa melontarkan serangan berbahaya ini,
dalam keadaan kepepet, terpaksa ia melompat mundur ke
belakang.
Karena kesempatan inilah, begitu Nyo Ko geraki tubuhnya,
tahu-tahu ia sudah menyerobot keluar pintu gua tadi, namun
demikian, ia masih coba menoleh hendak memandang lagi
pada Siao-liong-li untuk penghabisan kalinya.
Sebenarnya kalau dia tidak menoleh buat memandang,
tetapi terus pergi begitu saja, kelak entah betapa banyak
kesulitan akan terhindar dan berkurang dengan macammacam
godaan, tetapi karena Nyo Ko dilahirkan dengan watak
dan perasaan yang penuh kemanusiaan, meski berada dalam
keadaan yang sangat berbahaya, toh ia masih ingin
memandang sekali lagi pada Siao-liong-Ii.
Justru oleh karena pandangan inilah, seumur hidup Nyo Ko
lantas berubah juga nasibnya.
Siao-liong-li melawan kakak seperguruan sendiri dengan
sama-sama bertangan kosong, kalau hanya beberapa puluh
jurus saja belum tentu dia akan dikalahkan, tapi oleh karena
kepergian Nyo Ko yang bayangan tubuhnya berkelebat keluar
pintu, tiba-tiba teringat oleh Siao-liong-li bahwa dengan
perginya Nyo Ko ini mereka tak akan bersua lagi untuk selama2nya,
maka dadanya tiba-tiba seakan-akan menjadi
sesak, matanya pun menjadi sepat dan ingin meneteskan air
mata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selama hidup Siao-liong-li tidak pernah terguncang
perasaan murninya, siapa tahu hari ini saja sudah dua kali ia
hampir menangis, keruan seketika ia tersadar dan luar biasa
terkejutnya, justru pertandingan diantara jago silat sedikitpun
pantang teledor, sedikit tertegunnya tadi yang sejenak saja
telah digunakan Li Bok-chiu dengan baik, sekonyong-konyong
ia berhasil mencengkeram "hwe-cong-hiat" pergelangan
tangan Siao-liong-li, menyusul ini sebelah kakinya menjegal,
keruan saja Siao-liong-li tak sanggup berdiri tegak, ia kena
dirobohkan ke lantai.
Pada saat robohnya Siao-liong-li itulah, saat itu juga Nyo
Ko tepat sedang menoleh memandangnya, Dengan sendirinya
luar biasa kagetnya demi dilihatnya sang guru hendak
dicelakai Li Bok-chiu, darahnya seketika mendidih, dalam
keadaan demikian, sekalipun langit ambruk atau bumi terbalik
juga tidak dia hiraukan lagi.
"Jangan mencelakai Kokoh !" demikian ia berteriak
Berbareng ini ia menubruk masuk kembali, dari belakang
segera ia merangkul pinggang Li Bok-chiu dengan kencang.
Tipu serangan Nyo Ko ini betul-betul "diluar kamus silat",
sama sekali tidak terdapat dalam teori persilatan golongan
manapun, hanya saking kuatirnya Nyo Ko tidak pikirkan
apakah rangkulannya ini masuk akal atau tidak, yang dia pikir
hanya menolong Siao-liong-li saja.
Sebaliknya karena Li Bok-chiu hanya memikir hendak
tawan Siao-liong-li, maka sekali-kali tak diduganya bahwa Nyo
Ko yang sudah kabur keluar itu bisa masuk kembali, bahkan
terus menubruk punggungnya, karena tak tersangka-sangka,
maka pinggangnya seketika kena terangkul kencang dan tak
dapat dilepaskan meski dia coba meronta-ronta.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Walaupun tindak-tanduk Li Bok-chiu biasanya sangat
kejam dan tidak suka terikat oleh segala adat-istiadat umum,
namun tubuhnya yang suci bersih senantiasa dia jaga baikbaik,
oleh sebab itu, meski sudah beberapa puluh tahun
berkelana di dunia Kangouw toh dia masih tetap bertubuh
perawan, tetapi kini mendadak dirangkul Nyo Ko sekencangkencangnya,
seketika terasa olehnya semacam hawa hangat
kaum lelaki seakan-akan menembus punggungnya terus
masuk ke lubuk hatinya, tanpa tertahan seluruh badannya
menjadi lemas tak bertenaga, mukanyapun berubah merah.
Dahulu waktu di daerah Kanglam sebelah matanya sampai
kena ditotol buta oleh burung merahnya Nyo Ko, soalnya juga
disebabkan oleh rangkulan Nyo Ko, tatkala itu Nyo Ko masih
kecil, namun toh sudah memiliki bau laki-laki umumnya yang
khas, siapa tahu kejadian mana kini bisa terulang lagi, apa
pula kini Nyo Ko sudah berupa pemuda, maka hawa hangat
yang mengalir keluar dari tubuhnya itu lebih-lebih
menggoncangkan perasaan kaum wanita.
Oleh karena rangkulan Nyo Ko inilah, tangan Li Bok-chiu
yang mencekal pergelangan Siao-liong-li lantas menjadi
kendor, sudah tentu kesempatan ini tidak di-sia-siakan Siaoliong-
li, seketika ia baliki tangannya dan bergantian menekan
urat nadi tangan orang, namun di lain pihak ujung senjata Ang
Ling-po sudah menempel juga di punggung Nyo Ko.
Tatkala itu Siao-liong-li sudah terebah di lantai ketika
dilihatnya Nyo Ko terancam bahaya, segera ia menggulingkan
tubuhnya ke kiri, sekaligus ia tarik Li Bok-chiu serta Nyo Ko ke
samping, dengan demikian tusukan Ang Ling-po menjadi
mengenai tempat kosong,
"Ko-ji, lekas berangkat !" bentak Siao-liong-li sesudah
melompat bangun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi sekali ini Nyo Ko ternyata tidak turut
perintahnya ia masih merangkul pinggang orang kencangkencang.
"Tidak, Kokoh, kau saja yang pergi, aku menyikap dia
begini, tidak nanti dia bisa lolos," teriak Nyo Ko.
Di lain pihak, dalam sekejap itu pikiran Li Bok-chiu sudah
berputar belasan kali, sebentar ia insaf keadaan sangat
membahayakan dirinya, terpaksa dia harus kumpulkan tenaga
dalam untuk melepaskan diri dari pelukan orang, tetapi lain
saat terasakan olehnya berada dalam pelukan Nyo Ko, rasanya
begitu enak, begitu meresap hingga sukar dilukiskan.
Keruan saja Siao-Iiong-li terheran-heran, ia pikir ilmu silat
sang Suci begitu tinggi, kenapa bisa ditaklukkan Nyo Ko
hingga tak mampu berkutik ?
Dalam pada itu dilihatnya Ang Ling-po telah angkat
pedangnya hendak menusuk Nyo Ko lagi. "Perempuan ini
kurangajar terhadap diriku tadi, harus kuhajar adat padanya,"
demikian ia pikir dengan lekas.
Karena itu, tiba-tiba kedua jarinya menyentil ke batang
pedang Ang Ling-po yang kiri, begitu hebat selentikan ini
hingga pedangnya mendadak meloncat terus membentur
pedang Ang Ling-po di tangan kanan dengan mengeluarkan
suara nyaring Keruan Ang Ling-po terkejut, kedua tangannya
pun linu oleh karena tenaga benturan tadi sehingga sepasang
pedangnya terjatuh ke lantai, saking kaya sampai Ang Ling-po
berkeringat dingin, pula ia melompat mundur.
Dan oleh karena saling beradunya kedua pedang tadi
sehingga mencipratkan lelatu api, maka sekilas terlihat oleh Li
Bok-chiu bahwa diantara sinar mata sang Sumoay seperti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengunjuk semacam perasaan aneh dan sedang memandang
padanya dengan dingin.
Karena itu, tanpa terasa Li Bok-chiu jadi malu juga, "Anak
busuk, apa kau minta mampus ?" damperatnya segera,
Berbareng ini kedua lengannya tiba-tiba bekerja, yang satu
meronta dan yang lain melepas, maka berhasil dia loloskan diri
dari pelukan Nyo Ko yang "mesra", bahkan menyusul telapak
tangannya terus memukul ke arah Siao- liong-li
Dengan sendirinya Siao-liong-li menangkis, tetapi segera
terasa olehnya tenaga pukulan sang Suci terlalu hebat, terlalu
kuat, ia sendiri baru sembuh dari luka parah. dadanya kini
menjadi sakit lagi oleh karena getaran pukulan orang.
Dalam pada itu, dilihatnya Nyo Ko merangkak bangun dan
kembali menubruk maju hendak membantu dirinya pula,
Karuan ia sangat mendongkol
"Ko-ji, apa betul-betul kau tidak mau turut perkataanku ?"
bentaknya.
"Apa saja yang bibi katakan akan kuturut, hanya sekali ini
saja aku tak mau turut," sahut Nyo Ko tiba-tiba, "O, Kokoh
yang baik, biarlah aku mati-hidup bersama saja dengan kau."
Mendengar lagu suara orang begitu tulus dan begitu
sungguh-sungguh, kembali hati murni Siao-Iiong-li"
terguncang lagi.
Sementara ia lihat Li Bok-chiu kembali melontarkan sekali
gablokan pula, ia insaf kepandaian sendiri kini banyak
terganggu, pukulan keras ini sekali-kali tak dapat ditangkisnya,
tanpa pikir segera ia melompat ke samping, berbareng ini ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
samber tubuh Nyo Ko terus melarikan diri keluar dari lubang
pintu tadi.
Namun Li Bok-chiu tidak tinggal diam, segera ia menyusul
di belakang orang dan ulur tangan hendak menjambret
punggung Nyo Ko, "Jangan lari!" demikian bentaknya pula.
Tetapi Siao-liong-li sudah siap, tiba-tiba ia baliki tangannya
dan berhamburlah segenggam pasir tawon putih dengan cepat
ke arah Li Bok-chiu.
Begitu lihay Giok-hong-soa atau pasir tawon putih itu
hingga seakan-akan tak bersuara, tetapi tahu-tahu sudah
menyamber tiba, Namun betapapun juga Li Bok-chju terhitung
sesama guru dengan Siao-liong-li, dia kenal betapa lihaynya
Am-gi ini, ketika mendadak hidungnya mengendus bau manis
dan harum madu tawon, dalam kagetnya sekonyong-konyong
ia mengayun tubuhnya sendiri ke belakang, karena
perbuatannya ini sama sekali tak terduga-duga, maka Ang
Ling-po yang membuntut dibelakang sang guru kena
tertumbuk hingga ke-dua-duanya jatuh terjungkal.
Dalam pada itu terdengarlah suara "cring-cring" nyaring
halus, kiranya belasan butir pasir tawon putih itu telah kena
menyambit dinding batu, menyusul terdengar pula suara
"krekat-kre-ket" dua kali, nyata Siao-liong-li sudah lari keluar
kamar batu dengan menggondol Nyo Ko, alat perangkap
rahasia dikerahkan, maka kembali pintu gua tersumbat rapat
pula.
Sesudah meloloskan diri keluar kuburan itu bersama
gurunya, Nyo Ko tidak kepalang girang-nya, ia menghisap
hawa segar beberapa kali di alam terbuka itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kokoh, sekarang biar kuturunkan batu raksasa itu, agar
dua wanita jahat itu mampus di dalam kuburan," katanja
kemudian pada Siao-liong-li, habis ini lantas ia hendak pergi
mencari alat rahasianya.
Diluar dugaan Siao-liong-li telah goyang-goyang kepala
atas usulnya tadi.
"Nanti dulu, tunggu kalau aku sudah masuk pula ke
dalam," katanya tiba-tiba.
Keruan Nyo Ko terkejut
"He, kenapa mau masuk lagi ?" tanyanya cepat.
"Ya, Suhu sudah pesan aku menjaga baik-baik kuburan ini,
maka sekali-kali tidak boleh aku mem-biarkannya dikangkangi
orang lain," kata Siao-liong-li.
"Jika kita tutup rapat pintu kuburan, mereka kan tidak
bakal hidup lebih lama lagi," ujar Nyo Ko.
"Ya, tetapi akupun tidak bisa masuk kemba-li," sahut Siaoliong-
li. "Apa yang dikatakan Suhu tak berani kubantah, Hm,
tidak seperti kau !" -Habis berkata, dengan sengit ia pelototi
Nyo Ko sekejap.
Seketika hati Nyo Ko terkesiap, darahnya segera bergolak
lagi, tiba-tiba ia pegang lengan Siao-liong-li dan berkata:
"Baiklah Kokoh, aku pasti turut segala perkataanmu."
Mendengar kata-kata Nyo Ko yang diucapkan dengan
mesra ini, Siao-liong-li sedapat mungkin menahan perasaan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hatinya, tak berani dia terguncang lagi, maka sepatah-katapun
ia tidak menyahut, ia kipatkan tangan orang terus masuk
kembali ke dalam kuburan kuno itu.
"Nah, lekaslah kau turunkan batu penutupnya !" katanya
kemudian sambil berdiri mungkur, ia sengaja membelakangi
Nyo Ko yang masih berdiri di luar kuburan, ia kuatir kalau
dirinya tak sanggup menguasai perasaan sendiri, maka dia tak
mau memandang pemuda itu lagi.
Di lain pihak Nyo Ko sendiripun diam-diam sudah ambil
suatu keputusan, ia sedot dalam-dalam hawa segar alam
terbuka itu, waktu ia menengadah, ia lihat cakrawala penuh
bertaburan dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip,
"lnilah untuk penghabisan kalinya aku memandang langit dan
bintang," katanya di dalam hati.
Kemudian ia mendekati sebelah kiri pilar kuburan itu, ia
turuti apa yang pernah Siao-liong-li tunjuk padanya, dengan
kuat ia geser pilar batu itu, betul saja di bawahnya terdapat
sepotong batu lagi yang berbentuk bundar, maka dipegangnya
batu bulat itu terus ditarik sekuat tenaganya.
Oleh karena tarikan itu, batu bundar itu terlepas hingga
berwujut satu lubang, menyusul dari dalam lubang itu
perlahan-lahan mengalir keluar pasir halus seperti mata air
yang mengalir keluar dari sumbernya, maka tertampaklah dua
batu raksasa di atas kuburan perlahan-lahan mulai menurun.
"Kedua potong batu raksasa ini beratnya beratus ribu kati,
dahulu waktu Ong Tiong-yang membangun kuburan ini, untuk
memasang batu-batu ini saja diperlukan tenaga ratusan orang
secara gotong-royong, kini kalau sampai pintu kuburan
tersumbat rapat oleh batu raksasa ini, maka dapat dipastikan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Li Bok-chiu, Siao-liong-li dan Ang Ling-po selama hidup tidak
bakal bisa keluar kembali.
Menyadari akibatnya apabila batu raksasa itu merapat, tak
tertahan lagi air mata Siao-liong-li bercucuran, mendadak dia
menoleh.
Dalam pada itu batu raksasa itu kira-kira tinggal dua kaki
lagi hampir sampai di tanah, sekonyong-konyong dengan
gerak tipu "giok-li-tau-so" (si gadis ayu melempar tali),
secepat kilat Nyo Ko menerobos masuk lagi ke dalam kuburan
melalui lubang selebar dua kaki itu secepat anak panah
terlepas dari busurnya.
Siao-liong-li menjerit kaget oleh perbuatan Nyo Ko yang
tak terduga itu. sementara itu Nyo Ko sudah berdiri tegak lagi
di hadapannya.
"Kokoh, kini kau tak bisa mengusir aku lagi," kata bocah
ini dengan tertawa.
Baru habis berkata, tiba-tiba terdengar dua kali suara
keras, kiranya kedua batu raksasa itu sudah membentur tanah
hingga kuburan itu tertutup rapat.
Dalam kagetnya tadi segera Siao-liong-li merasakan
kegirangan yang tak terhingga pula, saking hebat guncangan
perasaannya, hampir-hampir saja ia jatuh pingsan lagi,
dengan badan lemas ia bersandar pada dinding batu,
napasnya tersengal-sengal.
"Baiklah, biar kita mati bersama di suatu tempat," katanya
kemudian sesudah agak lama, Habis ini ia gandeng tangan
Nyo Ko dan masuk ke ruangan dalam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tatkala mana Li Bok-chiu berdua sedang berusaha hendak
membuka pintu kamar yang tertutup rapat itu, tetapi belum
berhasil, keruan mereka kaget ketika melihat Siao-liong-li dan
Nyo Ko mendadak muncul kembali, segera pula mereka
kegirangan begitu bergerak, segera Li Bok-chiu melompat ke
belakang Siao-liong-li dan Nyo Ko dengan tujuan memotong
jalan mundur mereka.
Namun demikian, sikapnya Siao-liong-li tetap tenang saja.
"Suci, marilah kubawa kau ke suatu tempat," katanya tibatiba
dengan dingin.
Karena ajakan ini, Li Bok-chiu berbalik ragu-ragu, ia tak
menjawab, hanya dalam hati ia membatin: "Di dalam kuburan
ini penuh terpasang perangkap rahasia, jangan aku sampai
kena dikibuli."
"Aku hendak bawa kau berziarah ke depan abu Suhu, jika
kau tak mau pergi, terserahlah !" kata Siao-liong-li pula.
"Jangan kau coba gunakan nama Suhu untuk menipu
aku," sahut Li Bok-chiu.
Siao-liong-li tersenyum dingin oleh jawaban orang, iapun
tidak ber-kata-kata lagi, tetapi lantas berjalan menuju ke pintu
sambil masih gandeng tangan Nyo Ko.
Lagu suara dan tingkah laku Siao-liong-li seperti membawa
semacam keangkeran yang tak bisa dibantah orang, maka Li
Bok-chiu berdua pun lantas mengikut di belakangnya, cuma
senantiasa ia berlaku waspada, sedikitpun tak berani lengah.
Meski diikuti orang dari belakang, namun Siao-liong-li
masih terus jalan ke depan dengan gandeng tangan Nyo Ko,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sama sekali dia tak pikir kalau sang Suci mungkin akan
membokong dirinya, ia terus masuk ke kamar peti mati batu
itu.
Meski Li Bok-chiu sudah pernah tinggal di dalam kuburan
kuno ini, namun kamar makam ini ternyata belum dikenalnya,
teringat olehnya budi mendiang gurunya yang telah
mendidiknya, dalam hatinya mula-mula rada pilu juga, tetapi
bila teringat pula sang guru yang berat sebelah, pilih kasih
pada sesama murinya, dari rasa duka seketika berubah
menjadi gusar, dan karena ini dia tidak berlutut dan
menyembah pada abu makam guru-nya.
"Hubungan kami antara guru dan murid sudah lama
terputus, untuk apa membawa aku ke sini ?" dengan marah
segera ia damperat Siao-liong-li.
"Bukankah disini masih ada dua peti mati kosong, yang
satu disediakan untuk kau dan yang lain buat aku," kata Siaoliong-
li kemudian dengan tawar saja, "Sebab inilah aku ingin
tanya dulu padamu, kau suka peti yang mana, boleh kau pilih
sesukamu."
Ia berkata sambil menuding pada kedua peti batu yang
masih kosong itu.
Keruan saja tidak kepalang gusar Li Bok-chiu.
"Kurangajar, berani kau permainkan aku ?" bentaknya
murka, sekali pukul tahu-tahu telapak tangannya telah menuju
dada Siao-liong-li.
Begitu cepat pukulan ini hingga tampaknya dengan segera
tangannya akan mampir di dada orang, namun Siao-liong-li
ternyata masih diam-diam saja, sedikitpun ia tidak berusaha
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menangkis atau mengelakkan diri, keruan berbalik Li Bok-chiu
sendiri tertegun, "Jika kena, pasti dia mampus seketika," pikir
Li Bok-chiu diam-diam, dan karena orang masih tetap tidak
menangkis, tiba-tiba telapak tangannya yang tinggal beberapa
senti di depan dada Siao-liong-li itu mendadak dia tarik
kembali mentah-mentah.
Di lain pihak Siao-liong-li ternyata masih tenang-tenang
saja meski setiap saat jiwanya terancam bahaya. "Suci, Toanliong-
ciok pintu kuburan sudah menutup rapat!" demikian
katanya.
"Ha ?" seru Li Bok-chiu kaget, seketika mukanya menjadi
pucat lesi pula.
Ya, meskipun tidak semua perangkap rahasia di dalam
kuburan ini dia dikenalinya, namun "Toan-liong-ciok" atau
batu-pemotong-naga, yaitu kedua batu raksasa penutup pintu
kuburan tadi, cukup dikenalnya sebagai satu jalan paling lihay
pada saat terakhir, dahulu batu raksasa itu disediakan gurunya
untuk menjaga-jaga bila kedatangan musuh tangguh yang tak
bisa dilawan, maka batu itu dapat dipakai sebagai benteng
pertahanan siapa tahu dirinya kini justru kena ditutup rapat di
dalam kuburan oleh sang Sumoay.
"Kau tahu jalan ke... keluar lain, bukan ?" tanyanya
kemudian dengen suara terputus-putus.
"Kau sendiri cukup tahu, apabila Toan-liong-ciok sudah
menutup, maka pintu kuburan tidak nanti bisa dibuka lagi,"
kata Siao-liong-li dingin.
"Kau bohong !" teriak Li Bok-chiu tiba-tiba dengan bengis
sambil janmbret dada orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Walaupun diperlakukan secara kasar, tetap Siao-liong-li
tidak melawan atau menjadi marah.
"Nah, di sanalah Giok-li-sim-keng yang ditinggalkan Suhu
itu, kau ingin membacanya, pergilah baca sesukamu," kata
Siao-liong-li lagi tetap tenang." Aku sendiri menanti disini
bersama Ko-ji, mau kau bunuh, boleh kau lakukan, tetapi bila
kau ingin keluar dari sini, itulah kukira tidak mungkin lagi!"
Nampak sikap orang, tangan Li Bok-chiu yang menjambret
baju dada Siao-liong-li perlahan-lahan menjadi kendur dan
lurus ke bawah lagi, dengan penuh perhatian ia coba awasi
orang, lihat wajah Siao-liong-li mengunjuk sikap yang acuh tak
acuh, maka percayalah dia sekali-kali sang Sumoay tidak berdusta.
"Baik juga, biar kubunuh dahulu kalian berdua !" katanya
tiba-tiba, pikirannya mendadak berubah. Berbareng ini sebelah
telapak tangannya dia pukulkan ke muka Siao-liong-li.
Diluar dugaannya, sekonyong-konyong Nyo Ko melompat
maju terus menghadang di hadapan Siao-liong-li.
"Mau bunuh, bunuh saja diriku !" demikian teriaknya pula.
Karena ini, telapak tangan Li Bok-chiu berubah arah
menuju dada Nyo Ko, namun sesudah dekat, sesaat masih dia
tahan dan tidak dipukulkan terus, dengan sorot mata gemas ia
pandang marah ini
"Lagi-lagi begini rupa kau membela dia, apa kau memang
sudah rela mati untuk dia ?" tanyanya kemudian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya !" sahut Nyo Ko dengan suara lantang.
Atas jawaban ini, secepat kilat tahu-tahu Li Bok-chiu sudah
dapat merampas pedang Nyo Ko yang terselip di ikat
pinggangnya itu, dengan senjata rampasan ini segera
ditodongkannya ke tenggorokan anak itu.
"Aku hanya perlu bunuh seorang saja," kata Li Bok-chiu.
"Coba kau katakan sekali lagi, kau yang mati atau dia saja
yang mati ?"
Nyo Ko tidak menjawab, ia pandang Siao-liong-li sambil
tertawa, Nyata tatkala itu mereka berdua ini sudah tak
menghiraukan mati-hidup lagi, tidak peduli Li Bok-chiu akan
membunuh mereka dengan cara bagaimana, yang jelas
mereka tidak akan menggubrisnya.
Nampak kelakuan Nyo Ko dan Siao-liong-li ini, tiba-tiba Li
Bok-chiu menghela napas panjang, pedangnya dilemparkan ke
lantai.
"Sudahlah, Sumoay, sumpahmu sudah batal, kau boleh
bebas keluar dari sini," katanya dengan suara lemah.
Sebab apakah tiba-tiba Li Bok-chiu berkata demikian ?
Kiranya Ko-bong-pay yang didirikan Lim Tiao-eng ini, karena
dahulu dia mencintai Ong Tiong-yang secara sepihak dan tidak
terbalas, dalam dukanya maka Lim Tiao-eng telah menetapkan
satu peraturan perguruan yang keras, yalah barang siapa yang
menjadi ahliwaris golongan Ko-bong-pay ini harus bersumpah
untuk selama hidup akan menetap di dalam kuburan kuno dan
seumur hidup tidak akan turun dari Cong-lam-san, Tetapi ada
suatu kekecualian, yakni apabila ada seorang pemuda dengan
rela dan tulus hati bersedia mati untuknya, maka sumpah
seumur hidup tidak akan turun gunung itu menjadi batal.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hanya saja hal ini sekali-kali tidak boleh diketahui lebih
dulu oleh si lelaki itu. Sebab Lim Tiao-eng anggap kaum lakilaki
di seluruh jagat ini semuanya berhati palsu, tidak nanti
ada laki-laki yang rela mati untuk seorang perempuan, bila
betul-betul ada orangnya, maka anak murid keturunannya
boleh mengikuti lelaki itu turun gunung.
Li Bok-chiu sendiri lebih dulu masuk perguruan daripada
Siao-liong-li, seharusnya dialah yang menjadi ahliwaris Kobong-
pay, tetapi karena dia tak mau bersumpah untuk tidak
turun gunung, maka akhirnya Siao-liong-li yang diangkat
sebagai ahliwaris Ko-bong-pay.
Melihat Nyo Ko begitu tulus dan setia pada Siao-liong-li,
tanpa terasa dari kagum, iri, terasa menjadi benci pula,
teringat oleh Li Bok-chiu dahulu Liok Tian-goan telah ingkar
janji dan patahkan hatinya, maka tiba-tiba ia beringas lagi.
"Ya, Sumoay, kau sungguh beruntung sekali," teriaknya
mendadak, habis ini ia samber pedang yang jatuh tadi terus
ditusukkan ke tenggorokan Nyo Ko.
Melihat tusukan orang sekali ini benar-benar keji dan
sungguhan, dalam keadaan berbahaya, tidak bisa tidak Siaoliong-
li harus menolong Nyo Ko.
belasan butir Giok-hong-soa segera dia hamburkan lagi.
Lekas-lekas Li Bok-chiu enjot kakinya, ia meloncat ke atas
untuk menghindari serangan pasir berbisa itu. Tetapi
kesempatan ini kembali dipergunakan Siao-liong-li dengan
baik, ia tarik Nyo Ko dan berlari lagi ke pintu dengan cepat.
"Suci, sumpahku batal atau tidak perlu dipikirkan pendek
kata kita berempat rupanya sudah pasti akan mati bersama di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dalam kuburan ini," demikian Siao-liong-li masih berpaling dan
berseru pada Li Bok-chiu, "Aku tak ingin melihat rupamu lagi,
biarlah kita mati sendiri-sendiri saja."
Sembari berkata, ia raba pada ujung dinding, lalu turun
lagi pintu batu, kembali mereka berempat dipisah-pisahkan
pula.
Dalam pada itu, saking tergoncangnya perasaan Siaoliong-
li seketika sukar melangkah lagi, lekas-lekas Nyo Ko
memayangnya dan dibawa mengaso ke kamarnya Sun-popoh.
Nyo Ko menuang dua cangkir madu tawon, ia serahkan
secangkir pada Siao-liong-li dan dia sendiri minum secangkir.
"Ko-ji, coba katakan, mengapa kau rela mati untuk aku ?"
tanya Siao-liong-li kemudian sambil menghela napas pelahan.
"Ya, di dunia ini melainkan kau saja yang sangat baik
padaku, mengapa aku tidak mau mati untukmu ?" sahut Nyo
Ko tegas.
Mendengar jawaban yang pasti ini, Siao-liong-li berbalik
terdiam.
"Jika tahu begini sebelumnya, kitapun tidak perlu lagi
kembali ke dalam kuburan untuk mati bersama mereka,"
katanya sesudah lewat sejenak.
"Kokoh, apa kita tak bisa berdaya untuk keluar ?" tanya
Nyo Ko.
"Nyata kau tidak tahu betapa kuat bangunan kuburan ini"
sahut Siao-liong-li "Sungguhpun kepandaianku sepuluh kali
lebih tinggi lagi juga tak mampu keluar."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mengerti jawaban orang ini bukan omong kosong belaka,
Nyo Ko menjadi putus asa dan menghela napas.
"Kau menyesal bukan ?" tanya Siao-liong-li.
"Tidak, tidak," sahut Nyo Ko cepat dan pasti "sedikitnya di
sini aku berada bersama kau, padahal di luar sana tiada
seorangpun yang sayang padaku lagi."
Dahulu Siao-liong-li telah melarang Nyo Ko membilang
"kau sayang padaku" segala, karenanya sejak itu Nyo Ko tak
pernah mengucapkannya lagi, tetapi kini perasaannya sudah
berubah, maka demi mendengar ucapan itu, sebaliknya
terasalah semacam perasaan yang hangat dan mesra.
"Kalau begitu, kenapa kau menghela napas ?" ia tanya
lagi.
"Kokoh, aku pikir apabila kita bisa sama-sama turun
gunung, di dunia luar sana banyak sekali hal-hal yang
menarik, pula kau selalu mendampingi aku, siapapun tentu
tiada berani menghina aku lagi," sahut Nyo Ko.
Hati Siao-liong-li sebenarnya bersih dan tenang, sebab
sejak bayi dia tinggal di dalam kuburan kuno ini selamanya
sang guru dan Sun-popo tidak pernah bercerita tentang
keadaan di dunia luar, dengan sendirinya hal semacam itupun
tidak pernah dia bayangkan, tetapi kini di-sebut-sebut Nyo Ko,
tanpa tertahan perasaannya menjadi bergolak dan susah
ditekan.
Siao-liong-li merasa darah hangat di dadanya serasa
mendidih dan membanjir ke atas, ia berniat kumpulkan
Lwekangnya buat mengatasi namun toh tetap tidak menjadi
tenang, diam-diam ia heran dan terkejut, ia merasa seumur
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hidupnya belum pernah mengalami pergolakan serupa ini, ia
pikir tentu hal ini disebabkan sehabis terluka parah, maka
tenaga dalam sukar dipulihkan kembali.
Nyata dia tidak tahu disebabkan dalam tubuhnya sudah
banyak mengalir darahnya Nyo Ko yang panas, keadaan sudah
jauh berbeda dengan wataknya dahulu yang tenang dan
dingin selalu, oleh karena itu gangguan-gangguan tenaga dan
berbagai macam pikiran sekonyong-konyong lantas
membanjir.
Ia coba bersemadi di atas dipan, tetapi rasanya tetap
gelisah, begitu kusut pikirannya, dia lantas mondar-mandir
dalam kamar itu, tetapi semakin jalan rasanya semakin
sumpek dan langkahnya juga semakin cepat hingga akhirnya
dia berlari-lari sendirian.
Melihat kedua pipi orang semu merah dan sikapnya
berobah aneh, Nyo Ko luar biasa heran-nya, belum pernah dia
melihat kelakuan Siao-liong-li seperti sekarang ini semenjak
mereka berkenalan.
Setelah berlari-lari sebentar, kemudian Siao-liong-li duduk
lagi di atas pembaringan, ia coba pandang Nyo Ko, ia lihat
wajah pemuda ini cakap, tapi penuh rasa kuatir atas dirinya,
tibal hatinya tergerak, ia pikir: "Toh aku sudah mau mati,
begitu juga dia, Lalu buat apa lagi urus segala soal guru dan
murid atau bibi dan kemenakan ? jika dia mau peluk aku, pasti
aku tidak akan menolak dan biarkan dia peluk aku sekencangkencangnya."
Dalam pada itu Nyo Ko sedang mengamat-amati juga pada
Siao-liong-li, ia lihat mata orang seperti sedang bicara,
dadanya naik-turun dengan napas rnemburu, ia sangka sang
guru kambuh lagi luka dalamnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kokoh, kenapakah kau ?" segera ia tanya.
"Mari sini, Ko-ji," panggil Siao-liong-li dengan suara halus.
Nyo Ko menurut, ia mendekatinya.
"Ko-ji, kau suka tidak padaku ?" tanya Siao-liong-li tibatiba
dengan suara rendah sambil memegang tangan Nyo Ko
dan digosok-gosokan ke pipinya sendiri.
Karena tangannya menempel pipi orang, Nyo Ko
merasakan muka Siao-liong-li sepanas dibakar keruan ia kaget
dan kuatir.
"Ko kokoh, ap... apa dadamu sangat sakit ?" tanyanya
dengan suara gemetar.
"O, tidak, sebaliknya rasa hatiku enak seka-li," sahut Siaoliong-
li dengan tertawa, "Ko-ji, aku sudah hampir mati, coba
katakanlah apakah betul-betul kau sangat suka padaku ?"
"Tentu saja, di dunia ini melainkan kau saja seorang yang
baik terhadap diriku," sahut Nyo Ko cepat.
"Tetapi bila ada seorang gadis lain yang sangat baik, ya,
baik sekali terhadap kau, bisa tidak kau suka padanya ?" kata
Siao-liong-li lagi.
"Siapa saja yang baik padaku, tentu aku perlakukan dia
dengan baik pula," sahut Nyo Ko.
Sekonyong-konyong Nyo Ko merasakan tangan Siao Iiongli
yang menggenggamnya itu gemetar beberapa kali, habis ini
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mendadak berubah menjadi dingin bagai es, waktu Nyo Ko
memandang muka orang, ia lihat pipi Siao-liong-li yang
tadinya merah dadu kini sudah kembali pucat lesi seperti tadi
lagi.
Keruan Nyo Ko sangat terkejut.
"Apakah aku salah omong, Kokoh ?" tanyanya kuatir.
"Apabila kau masih suka pada gadis lain di dunia ini, maka
janganlah kau suka lagi padaku," kata Siao-liong-li.
Nyo Ko tertegun, tetapi segera ia dapatkan pikiran lain.
"Kokoh, tidak seberapa hari lagi kita akan mati mana ada
gadis lain lagi yang bisa suka padaku," katanya kemudian
dengan tertawa.
Karena ucapan inilah, Siao-liong-li ketawa juga.
"Ya, benar-benar aku sudah pikun," katanya, "Cu-ma aku
tetap ingin mendengar kau bersumpah di hadapanku."
"Sumpah apakah ?" tanya Nyo Ko.
"Aku ingin kau mengucapkan bahwa kau hanya menyukai
aku satu orang, apabila kau berubah pikiran dan suka lagi
pada orang lain, maka kau harus dibunuh olehku." kata Sioliong-
li tiba-tiba.
Nyata meski Siao-Iiong-li sudah berusia dua puluhan
tahun, tetapi selama hidupnya dilewatkan di dalam kuburan
kuno ini, maka kelakuannya masih ke-kanak-anakan dan suka
terang-terangan, sedikitpun dia tidak bersikap malu-malu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seperti gadis umumnya, makanya tanpa tedeng aling-aling ia
minta sumpah setia dari Nyo Ko,
"Jangan kata selamanya tidak bakal terjadi hal demikian,
seandainya memang aku berlaku tidak baik dan tidak turut
pada perkataanmu kau hendak membunuh akupun kuterima,"
demikian Nyo Ko menyahut dengan tertawa, Habis ini betul
juga ia lantas mengucapkan sumpah: "Tecu Nyo Ko selama
hidup ini hanya menyukai Kokoh seorang saja, apabila aku
berubah pikiran, tidak usah Kokoh membunuh aku, begitu
melihat muka Kokoh, segera Tecu bunuh diri sendiri"
Senang sekali hati Siao-liong-li mendengar sumpah ini,
"Bagus sekali apa yang kau katakan, dengan demikian aku tak
perlu kuatir lagi," katanya kemudian dengan menghela napas
lega, ia genggam tangan Nyo Ko kencang-kencang. Maka
terasalah oleh Nyo Ko ada semacam hawa hangat menembus
ke tubuhnya melalui tangan orang.
"Ko-ji, sungguh aku ini orang tidak baik," kata Siao-Iiong-li
pula.
"Tidak, kau sangat baik," Nyo Ko membetulkan kata-kata
orang.
"Tidak," kata Sio-liong-li sambil geleng kepala, "dahulu aku
terlalu kejam terhadap kau, mula-mula aku hendak usir kau,
syukur Sun-popoh menahan kau, jika waktu itu aku tidak usir
kau, tentunya Sun-popoh tak akan mati juga !"
Berkata sampai disini, tak tertahan lagi air mata Siao-liongli
mengucur keluar.
Sejak umur lima Siao-liong-li mulai melatih diri sampai kini,
selama itu tak pernah lagi dia menangis dan mengalirkan air
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mata, tetapi kini ia telah menangis, seketika perasaan hatinya
tergoncang hebat, ruas tulang seluruh tubuhnya seakan-akan
berkeretakan hingga sebagian tenaga latihannya menjadi
buyar.
Kaget sekali Nyo Ko melihat keadaan Siao-liong-li yang
hebat itu.
"He, Kokoh, Kokoh !" teriaknya kuatir, justru pada saat
genting itu, tiba-tiba terdengar suara "krekat-kreket" beberapa
kali, ternyata pintu batu mulai terpentang didorong orang,
menyusul mana terlihat Li Bok-chiu dan Ang Ling-po telah
melangkah masuk.
Kiranya Li Bok-chiu yang terkurung di dalam kuburan itu
telah berusaha keras untuk loloskan diri. ia pikir meski batu
Toan-liong-ciok itu sudah menutup, tetapi daripada duduk
terpekur menanti kematian, lebih baik berusaha mencari
hidup. Oleh karena itu nyalinya menjadi besar, ia tidak jeri lagi
pada alat-alat perangkap yang lihay di dalam kuburan itu,
dengan berani ia lantas terjang terus hingga beberapa
ruangan akhirnya dapat ditembus dan tibalah sampai di
kamarnya Sun-popoh.
Nampak munculnya orang secara mendadak, lekas-lekas
Nyo Ko tampil ke depan mengalingi Siao-liong-li.
"Kau mau apa lagi ?" teriaknya sengit.
"Kau menyingkir ada yang hendak kukatakan pada
Sumoay," kata Li Bok-chiu.
Tetapi kuatir orang pakai tipu muslihat dan gurunya nanti
dicelakai, Nyo Ko tetap tak mau menyingkir
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apa yang hendak kau katakan boleh katakan saja di situ,"
sahutnya kemudian.
Melihat kebandelan pemuda ini, dengan mata melotot Li
Bok-chiu pandang sejenak pada Nyo Ko.
"Lelaki semacam kau ini sungguh jarang terdapat di dunia
ini," akhirnya ia berkata dengan menghela napas.
"Suci, kau bilang apa tentang dia ?" tanya Siao-liong-li
tiba-tiba sambil turun dari pembaringannya. "Dia baik atau
tidak ?"
"Sumoay, selamanya kau tak pernah turun gunung, maka
kau tidak kenal hati manusia di dunia ini yang kejam dan
palsu," sahut Li Bok-chiu. "Orang yang berbudi luhur dan
berhati setia seperti dia ini, boleh dikatakan di seluruh jagat ini
sukar dicari bandingannya."
Rupanya Siao-liong-li sangat senang dan terhibur oleh
kata-kata sang Suci. "Kalau begitu, seorang seperti dia ini
suka mati bersama aku, hidupku ini terasa tidak penasaran
lagi," katanya dengan pelahan.
"Sebenarnya pernah apakah dia dengan kau, Sumoay ?
Apa kau sudah mengawini dia ?" tanya Li Bok-chiu lagi.
"Tidak, dia adalah muridku, dia bilang aku sangat baik
padanya. Tetapi sebenarnya baik atau tidak, aku sendiripun
tidak tahu," sahut Siao-liong-li.
Sudah tentu Li Bok-chiu sangat heran oleh jawaban ini.
"Aku tidak percaya," ujarnya sambil geleng kepala,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis ini sekonyong-konyong ia menarik tangan kanan
Siao-liong-li, ia gulung lengan baju orang, maka tertampaklah
olehnya di atas kulit yang putih bersih bagai salju itu terdapat
satu titik merah, tidak salah lagi itu adalah "Siu-kiong-seh"
yang ditisik guru mereka pada mula-mula masuk perguruan
golongan Ko-bong-pay.
"Siu-kiong-seh" atau andeng-andeng cecak, menurut cerita
kuno dibuat dengan cara demikian: setelah cecak dipelihara
dan diberi makanan obat-obatan khusus sebangsa "Cuseh"
sebanyak tujuh kali bertu-rut-turut sehingga akhirnya seluruh
badan binatang cecak ini berubah merah darah, lalu cecak ini
dibunuh dan darah merah itu diambil untuk di-tisikan pada
tubuh kaum wanita, apabila wanita ini masih bertubuh
perawan, maka selama itu Siu-kuong-seh" atau andengandeng
merah buatan ini akan tetap tinggal di tempatnya,
tetapi bila wanita itu sudah melanggar kesuciannya, maka
andeng-andeng merah segera lenyap. Cara ini di jaman kuno
konon dipakai untuk menjaga perjinahan.
Begitulah, oleh karena itu demi nampak "Siu-kiong-seh"
atau andeng-andeng merah itu masih tetap di tangan Siaoliong-
li, mau-tak-mau diam-diam Li Bok-chiu sangat kagum
atas prilaku kedua orang yang tinggal berdampingan di dalam
kuburan ini ternyata bisa menjaga diri dalam batas-batas
kesopanan hingga Siao-Iiong-li masih tetap putih bersih
bertubuh perawan.
Lalu Li Bok-chiu sendiri menggulung lengan bajunya juga,
maka tertampak pula tangannya terdapat juga setitik merah
segar yang menyolok sekali, sungguh menarik sekali dua
lengan yang putih mulus itu berjajar menjadi satu, hanya saja
Li Bok-chiu mempertahankan diri dan tetap bertubuh suci
disebabkan karena terpaksa, sebaliknya sang sumoay ternyata
ada lelaki yang rela membelanya, kalau dipikir, yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
beruntung dan yang malang, nyata bedanya seperti langit dan
bumi.
Berpikir sampai di sini, tak tahan lagi Li Bok-chiu menghela
napas panjang.
"Tadi kau bilang ada yang hendak dikatakan padaku, nah,
katakanlah lekas," terdengar Siao-liong-li memecahkan
kesunyian
Semula Li Bok-chiu hendak menghina dan membikin malu
Siao-liong-Ii karena bergendak dengan lelaki dan merusak
nama baik perguruan, namun demi melihat Siu-kiong-seh sang
Sumoay masih belum lenyap, ia berbalik bungkam.
"Sumoay, kedatanganku ialah untuk minta maaf padamu,"
akhirnya ia berkata sesudah merenung sejenak.
Tentu saja hal ini sama sekali tak diduga Siao-liong-Ii, ia
cukup kenal watak sang Suci yang sombong dan angkuh, tidak
nanti dia mau tunduk pada orang lain, siapa tahu kini bisa
buka mulut minta maaf padanya, ia menjadi ragu-ragu apa
orang tiada maksud-maksud tertentu. Karenanya dengan
dingin-dingin saja ia menjawab:
"Kau lakukan urusanmu dan aku kerjakan urusanku
masing-masing tentu anggap diri sendiri yang betul tidak perlu
kau minta maaf segala."
"Sumoay, dengarlah kataku," kata Li Bok-chiu, "kita yang
menjadi wanita ini, selama hidup paling beruntung yalah bila
mempunyai seorang kekasih yang berhati tulus, Nasibku
sendiri jelek, itu sudah tak perlu dibicarakan lagi, tetapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pemuda ini begini baik terhadapmu, maka boleh dikatakan kau
tidak kekurangan apa-apa lagi hidupmu ini,"
Siao-Iiong-Ii tersenyum senang oleh kata-kata sang Suci,
,"Ya, sesungguhnya akupun sangat suka padanya,"
katanya kemudian. "Selamanya dia tak akan-mengingkari aku,
aku yakin benar".
Rasa hati Li Bok-chiu menjadi lebih pedih oleh keterangan
Siao-liong-li itu.
"Kalau begitu seharusnya kau turun gunung saja untuk
hidup baru yang menggembirakan, hen-daklah diketahui,
usiamu masih muda, hari depan-mu yang bahagia masih tidak
habis-habisnya."
Siao-liong-li mendongak, ia termenung-menung.
"Ya, memang, cuma sayang kini sudah terlambat,"
akhirnya ia berkata.
"Sebab apa ?" tanya Li Bok-chiu cepat.
"Bukankah Toan-Iiong-ciok itu sudah menutup, sekalipun
Suhu hidup kembali, juga tak mungkin bisa keluar," sahut
Siao-Iiong-li.
Bukan buatan rasa kecewa Li Bok-chiu oleh jawaban
orang, ia sengaja merendah diri dan memuji-muji orang
dengan putar lidah, memangnya ia berharap bisa
menimbulkan keinginan Siao-liong-li untuk mencari hidup,
dengan apa yang dikenal Siao-liong-li keadaan kuburan kuno
ini tentu dapat mencari satu jalan keluar, siapa tahu akhirnya
tetap putus asa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itu, tanpa terasa napsu membunuhnya mendadak
timbul, begitu tangannya diangkat, segera ia menghantam ke
atas kepala Siao-liong-li.
Sejak tadi Nyo Ko mendengarkan percakapan mereka
disamping dengan bingung, ketika tiba-tiba melihat Li Bok-chiu
menyerang, dalam gugup dan kuatirnya, otomatis ia
berjongkok lalu berteriak "kok" sekali, kedua telapak
tangannya didorong pula ke depan.
Ternyata yang dilontarkan ini adalah Ha-mo-kang yang
lihay yang dipelajarinya dari Auwyang Hong itu.
Waktu itu pukulan Li Bok-chiu sudah sampai di tengah
jalan, ketika mendadak terasa olehnya ada samberan angin
pukulan yang keras dari samping, lekas-lekas ia putar
tangannya buat menangkis. Tak terduga tenaga dorongan Nyo
Ko ternyata kuat luar biasa, begitu hebat sampai tubuhnya
kena didorong ke belakang, maka terdengarlah suara "blek"
yang keras, punggung Li Bok-chiu tertumbuk dinding batu,
percuma saja dia memiliki ilmu silat yang tinggi tidak urung ia
merasakan tulang punggungnya tidak kepalang sakitnya.
Keruan Li Bok-chiu menjadi murka, sekonyong-konyong ia
gosok-gosok kedua telapak tangan-nya, seketika seluruh
kamar timbul semacam bau amis. Nyata ia telah keluarkan
"Jik-Iian-sin-ciang",
Di lain pihak Siao-Iiong-li tahu serangan Nyo Ko tadi hanya
secara kebetulan saja berhasil setelah sang Suci melontarkan
"Jik-lian-sin-ciang", maka sukar dilawan lagi meski mereka
berdua mengeroyoknya bersama. Karena itu, segera ia tarik
lagi tangan Nyo Ko, dengan cepat pula mereka menyelinap
keluar pintu kamar."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun gerak tubuh Li Bok-chiu secepat kilat, tidak nanti
dia biarkan kedua orang itu melarikan diri kembali sebelah
tangannya telah memukul.
Siapa tahu, baru saja tangannya sampai di tengah jalan,
tahu-tahu pipi kiri sendiri merasakan sekali tempelengan meski
tamparan ini tidak sakit, namun suaranya terdengar jelas, ia
dengar pula Siao-Iiong-li berseru: "lnilah Giok-li-sim-keng yang
hendak kau pelajari nah, rasakan dahulu !"
Dalam tertegunnya lagi-lagi li Bok-chiu merasakan tangan
orang telah mampir pula di pipi ka-nannya, ia kenal ilmu Giokli-
sim-keng luar biasa lihaynya, kini menyaksikan sendiri gerak
pukulan Siao-liong-li begitu cepat, pula datangnya pukulan
tidak diketahui arahnya, maka ia menjadi jeri terpaksa ia
saksikan sang Sumoay masuk kamar lain dengan
bergandengan tangan Nyo Ko, lalu pintu kamar lain itu
tertutup rapat lagi.
Seperginya orang, Li Bok-chiu masih terkesima sendiri ia
meraba-raba kedua belah pipinya, katanya dalam hati:
"Beruntung pukulannya tadi sengaja bermurah hati jika
digunakan tenaga keras, tentu jiwaku sudah melayang"
Nyata tidak diketahuinya bahwa ilmu Giok-li-sim-keng itu
masih belum jadi terlatih oleh Siao-liong-li, meski pukulannya
sudah mahir, namun belum bertenaga dan tak dapat melukai
orang,
Sementara itu di kamar lain Nyo Ko sedang senang sekali
karena melihat gurunya dengan gampang saja telah hajar Li
Bok-chiu dengan dua kali tempelengan.
"Kokoh, sungguh tidak nyana ilmu kepandaian Giok-li-simkeng
itu bisa begitu bagus..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi belum habis ia berkata, sekonyong-konyong
dilihatnya Siao-liong-li dalam keadaan gemetar, tampaknya
seperti tak sanggup menguasai diri lagi, keruan Nyo Ko kaget,
cepat ia berteriak: "Kenapakah kau, Kokoh ?"
"A... aku... di... dingin..." sahut Siao-liong-li sambil
menggigil.
Kiranya tadi karena dia menyerang orang dua kali, meski
tenaga yang dikeluarkannya sangat enteng, namun yang
dipakai adalah tenaga dalam. Padahal dia baru sembuh dari
luka berat, kesehatannya belum pulih seluruhnya, kini
mendadak terganggu lagi, tentu saja tidak sedikit resikonya.
Selama hidupnya dia melatih diri di atas ranjang batu
pualam yang dingin itu, dasarnya menjadi terlatih dingin
sekali, kini daya tahannya telah hilang, keruan seketika Siaoliong-
li seperti terjerumus ke dalam lembah es, ia merasakan
dingin luar biasa sampai menusuk tulang sumsum, giginya
tiada hentinya pada berkerutukan.
"Celaka, bagaimana baiknya ini ?" dalam gugupnya Nyo Ko
hanya berteriak-teriak tak berdaya.
Begitu rupa ia lihat Siao-liong-li kedinginan hingga tibal
teringat sesuatu olehnya, lekas-lekas dia lepaskan buntalan
yang menggemblok di punggungnya, ia keluarkan baju kapas
tinggalan Sun-popoh dan dengan cepat dikemulkan atas
badan Siao-liong-li.
Karena tambahan baju kapas ini, mula-mula Siao-liong-li
merasa rada hangat, tetapi sebentar saja hawa hangat baju
kapas itu menjadi hilang pula dikalahkan rasa dingin yang
timbul dari dalam tu-buhnya, kembali ia menggigil terus.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam gugupnya, tanpa pikir lagi Nyo Ko peluk orang
kencang-kencang, ia pikir dengan hawa hangat badan sendiri
dapat bantu menghalau rasa dingin orang.
Tetapi sebentar saja Nyo Ko rasa tubuh Siao-liong-li
semakin menjadi dingin, ia sendiri seperti ketularan hingga
lambat laun iapun tak tahan.
"Ko-ji, lepaskan !" teriak Siao-liong-li tiba-tiba.
"Tidak, Kokoh, jangan kuatir, aku peluk kau, tentu kau
akan baikan," sahut Nyo Ko.
Namun rasa dingin Siao-liong-li sukar ditahan pula, dengan
kertak gigi ia bertahan sedapat-nya, tiba-tiba ia merontaronta,
kedua tangannya menjambret dan menarik sekenanya,
karena itu mendadak terdengar suara "brebet", tahu-tahu kain
baju kapas tinggalan Sun-popoh itu robek tertarik, di bawah
sinar lilin tiba-tiba tertampak diantara robekan baju itu ada
sepotong kain putih pula dan lapat-lapat di atasnya seperti
tertulis sesuatu.
Dasar Nyo Ko memang sangat cerdik, tiba-tiba teringat
olehnya kelakuan Sun-popoh pada saat orang tua ini
mendekati ajalnya, tetapi seperti maha penting baju kapas ini
diserahkan padanya, mungkin tidak melulu untuk tanda mata
saja, melainkan di dalamnya masih mengandung maksudmaksud
lain.
Maka dengan cepat Nyo Ko tarik keluar kain putih itu,
betul saja ia lihat di atas kain itu tertulis 16 huruf yang
maksudnya:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"GURU BESAR TIONG-YANG MENINGGALKAN ILMU
KEPANDAIAN. PERIKSA LUKISANNYA DAN PELAJARI JARI
TANGANNYA"
Sebenarnya Nyo Ko lagi kehabisan akal dan tak berdaya
menghadapi keadaan Siao-liong-li yang kedinginan itu, kini
mendadak membaca enam belas huruf ini, seketika seperti
sebuah perahu yang terombang-ambing di samudera raya
dalam kegelapan dan sekonyong-konyong melihat mercu suar.
Dalam girangnya ia rangkul Siao-liong-li terlebih kencang
lagi, "Marilah Kokoh, kita pergi melihat gambarnya Tiong-yang
Cosu," demikian ajaknya.
Tetapi Siao-liong-li seperti tidak mendengar kata-katanya,
kedua matanya tertampak terpejam rapat.
Terpaksa Nyo Ko melompat turun, dengan memondong
Siao-liong-li, dengan gugup dan bingung ia berlari ke ruangan
depan sana,. Dalam hati diam-diam ia berdo'a: "Semoga Li
Bok-chiu beriba jangan berada di sana."
Begitulah, dengan pelahan sekali ia dorong pintu, ia lihat
keadaan gelap gulita, syukur Li Bok chiu berdua tidak berada
disitu, ia dudukan Siao-liong-li pada satu kursi, lalu ia
menyalakan lilin dan pergi memeriksa gambar yang
melukiskan pribadi Ong Tiong-yang itu.
Tempo hari waktu Nyo Ko menjalankan upacara
pengangkatan guru pada Siao-liong-li, pernah dia
diperintahkan meludahi lukisan ini Sejak itu, sering juga ia
melihatnya lagi, tetapi selamanya tidak merasa ada sesuatu
yang aneh atas lukisan itu, Kini teringat olehnya kata-kata
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tentang "pelajari jari tangannya" maka dengan teliti ia coba
periksa jari tangan Ong Tiong-yang dalam lukisan itu yang
sedang menuding. Gambar itu melukiskan tangan kiri orang
berada di depan tubuh yang mungkur, dengan sendirinya
tidak kelihatan jari-nya, hanya tangan kanan yang menuding
miring ke ujung atas, Meski sudah dia lihat dan lihat lagi, tetap
tak bisa dimengerti dimana letak rahasianya.
Selagi ia hendak memeriksa lebih cermat, ketika ia
menoleh, dilihatnya Siao-liong-li perlahan-lahan sedang
mendatangi dengan berpegangan kursi, lekas-lekas Nyo Ko
memayangnya.
Kemudian Siao-liong-li ikut memeriksa lukisan itu, lama
sekali keadaan menjadi sunyi.
"Jika badanku baik-baik saja, mungkin rahasianya dapat
kuselidiki lebih mendalam," kata Siao-liong-li sesudah agak
lama, "tetapi kini... kini matakupun terasa menjadi buram..."
Segera Nyo Ko melompat ke atas, ia tanggalkan lukusan
itu dan ditaruh ke depan Siao-liong-li Maka diperiksanyalah
lebih teliti oleh Siao-liong-li.
Ia lihat guratan-guratan pada jari lukisan Ong Tiong-yang
itu memang digores dengan jelek dan kasar, berbeda sekali
dengan goresan pada bagian lain, kecuali ini, tiada lagi
sesuatu yang menimbulkan pertanyaan.
Karena belum juga ketemukan rahasianya, Nyo Ko ambil
Cektay (tancapkan lilin) dan didekatkan Siao-liong-li agar bisa
melihat lebih jelas,
"Sudahlah, tak perlu lihat lagi " kata Siao-liong-li tiba-tiba,
tetapi belum habis bicara, sekonyong-konyong badannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
gemetar lagi, karena itu cek-tay yang dipegang Nyo Ko
tergentak hingga minyak lilin yang lumer tercecer di atas
lukisan.
Siao-liong-li terkejut.
"Ai, aku telah bikin kotor lukisan ini!" katanya dengan
menyesal
"Tak apa, toh tiada sesuatu yang aneh," ujar Nyo Ko.
Habis ini ia payang Siao-liong-li duduk kembali ke kursi.
Selang tak lama, minyak lilin tadi sudah kering, Nyo Ko coba
merhbersihkannya dengan kukunya.
Di luar dugaan, sehabis kertas gambar itu ketetesan
minyak lilin, kini menjadi tembus dan kelihatan terang, lapatlapat
jari tangan gambar itu seperti tertulis huruf-huruf "dua...
tiga dan lain-lain"
Hati Nyo Ko tergerak, ia memeriksanya lebih dekat lagi,
kiranya jari tangan yang sedang menuding dalam lukisan itu,
di samping goresan yang Iembut itu penuh tertulis pula huruf
kecil, tetapi tulisan-tulisan ini terlalu halus, kecuali beberapa
huruf sederhana yang dapat dilinatnya, selebihnya sukar
dibaca pula.
"Kokoh, lihat ini!" dalam girangnya segera Nyo Ko
berteriak, berbareng ia pindahkan lukisan itu dan lilin ke
hadapan Siao-liong-li.
Selama hidup Siao-liong-li dilewatkan dalam kuburan kuno
yang gelap gulita ini, maka pandangan matanya sangat tajam,
melihat barang di tempat gelap dianggapnya seperti siang hari
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
saja, maka sesudah diperiksanya dua kali, akhirnya dia
mendongak, mukanya mengunjuk senyuman tetapi bukan
senyuman, sikapnya sangat aneh.
"Kokoh, apakah kata tulisan-tulisan itu ?" tanya Nyo Ko tak
sabar
"Kiranya sesudah Cosu-popoh meninggal, Ong Tiong-yang
telah masuk lagi ke dalam kuburan kuno ini," sahut Siao-liongli
sambil menghela napas.
"Untuk apa dia kembali ?" tanya Nyo Ko pula.
"Dia datang lagi buat ziarah Cosu-popoh," kata Siao-liongli
"Dan disini dilihatnya Giok-li-sim-keng tinggalan Cosu-popoh
yang diukir diatas langit-langitan kamar ini yang ternyata
dapat memecahkan semua tipu silat Coan-cin-kau, karenanya
ia telah tinggalkan tulisan di atas lukisan ini, dia bilang apa
yang dipecahkan Cosu-popoh itu hanya kepandaiankepandaian
kasar yang tak berarti dari Coan-cin-kau, bagi ilmu
paling tinggi dari Coan-cin-pay yang dipahaminya, Giok-li-simkeng
inipun tidak akan berarti lagi!"
"Cis, imam tua ini membual," kata Nyo Ko tiba-tiba
mengolok-olok, "ya, toh Cosu-popoh sudah meninggal, maka
dia boleh omong sesukanya."
"Tetapi dia bilang lagi dalam tulisannya ini bahwa di suatu
kamar lain lagi dia juga tinggalkan pula ilmu cara
memecahkan Giok-li-sim-keng. kelak kalau ada yang punya
jodoh, tentu akan tahu bila sudah melihatnya," kata Siaoliong-
li.
Hati muda Nyo Ko jadi tertarik oleh keterangan ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ayoh, Kokoh, kita pergi melihatnya," ajaknya.
"Baik juga pergi melihatnya," sahut Siao-liong-li, "seumur
hidupku tinggal di sini, belum pernah kumengetahui masih ada
kamar batu sebagaimana dikatakan ini."
Tapi ketika dia membaca pula, tiba-tiba ia geleng-geleng
kepala dan menyatakan aneh.
"Aku tak percaya," katanya kemudian sesudah lewat
sejenak.
"Akupun tidak," sambung Nyo Ko, "kebagusan Giok-li-simkeng"
tiada taranya, betapapun tinggi kepandaiannya sekalikali
tidak nanti mampu memecahkannya."
"Bukan itu maksudku," ujar Siao-liong-li. "Kamar batu yang
dikatakan Ong Tiong-yang itu terang sekali adalah tempat di
mana terletak peti mati Cosu-popoh, darimana lagi ada kamar
batu lain ?"
"Marilah Kokoh, toh tiada halangannya kita
memeriksanya," pinta Nyo Ko.
Kini Siao-liong-li tidak begitu garang lagi terhadap Nyo Ko,
meski tubuhnya sebenarnya sangat letih, namun ia paksakan
diri buat turuti permintaan pemuda itu.
"Baiklah", sahutnya kemudian dengan senyuman manis,
Maka pergilah mereka menuju kamar peti mati itu.
Menghadapi dua peti mati yang masih kosong itu, tiba-tiba
timbul pikiran aneh dalam hati Siao-liong-Ii. "Dalam kuburan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kini ada empat orang, lalu cara bagaimana harus mengisi dua
peti mati batu ini?" demikian katanya.
"Kita tidur dalam satu peti dan biar kedua perempuan
jahat itu pakai yang satu," ujar Nyo Ko.
Apa yang dikatakan Nyo Ko ini timbul dari hatinya yang
murni, sedikitpun dia tidak berpikir yang tidak-tidak, tetapi
muka Siao-liong-li tiba-tiba menjadi merah jengah.
"Tetapi kalau kita mati dahulu, kedua perempuan jahat itu
pasti tidak perbolehkan kita tinggal bersama, tentu mereka
akan pisahkan tubuh kita sejauh mungkin," ujar Siao-liong-li
dengan suara rendah.
Betul juga pikir Nyo Ko, karena ini ia seakan-akan
membayangkan sehabis dirinya dan sang guru mati dan
mayatnya lagi dihina dan dirusak oleh Li Bok-chiu bersama
Ang Ling-po, tanpa terasa ia menjadi gusar luar biasa.
"Kokoh, kita harus bunuh dahulu mereka berdua !"
teriaknya tiba-tiba.
"Tetapi sayang, kita tak mampu mengalahkan mereka,"
sahut Siao-liong-li menghela napas.
Sesudah melatih lwekang tenaga Nyo Ko sudah luar biasa
hebatnya, tanpa susah dia dorong dan balikkan tutup peti mati
itu.
"Ya, jika kita dapat mempelajari ilmu silat tinggalan Ong
Tiong-yang itu, mungkin kita bisa menangkan mereka," kata
Nyo Ko sesudah berpikir.
Siao liong-Ii tertawa oleh pikiran orang ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Seumpama betul-betul ada ilmu silat yang begitu lihay,
apakah dapat dipelajari dalam setahun setengah saja ?"
katanya, "Sedangkan rangsum kita paling banyak hanya cukup
untuk beberapa hari."
Tentu saja kembali Nyo Ko putus asa. Melihat wajah orang
mengunjuk kecawa, hati Siao-liong-li jadi tak tega.
"Ko-ji," katanya lagi, "menurut apa yang dikatakan Ong
Tiong-yang, untuk datang ke kamar batu yang dia sebut
diharuskan memindahkan jenazah Cosu-popoh, dan ini yang
kuatirkan jangan-jangan inilah tipu muslihat Ong Tiong-yang,
tujuannya agar kita masuk perangkap."
Dasar perasaan Nyo Ko memang gampang terguncang,
maka segera ia mencaci-maki orang: "Ya, betul, imam hidung
kerbau ini mana mungkin punya maksud baik ?"
Ketika dilihatnya Siao-liog-Ii mengunjuk rasa sangsi,
segera ia menanya pula: "Kenapa lagi, Kokoh ?"
"Tetapi menurut cerita Sun-popoh, sebenarnya Ong Tiongyang
sangat baik sekali terhadap Cosu-popoh," sahut Siaoliong-
li. "Cuma disebabkan watak Cosu-popoh terlalu aneh,
maka hubungan mereka menjadi retak, jika begini soalnya,
agaknya tidak nanti sesudah Cosu-popoh mati, lalu dia datang
lagi buat- menganiaya padanya."
Setelah dia pikir lagi, tiba-tiba ia ambil keputusan.
"Ko-ji, mati kita buka tutup peti matinya !" ajaknya kemudian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis ini, bersama Nyo Ko mereka menarik sekuatnya
untuk membuka tutup peti batu itu.
Waktu membuka peti mati, mula-mula Nyo Ko menyangka
pasti akan terhembus bau busuk mayat dari dalamnya, maka
sebelumnya dia sudah siap-siap menahan napas, Siapa tahu
begitu tutupnya terpentang, bukannya bau busuk lagi yang dia
cium, melainkan bau wangi semerbak yang teruar keluar,
walaupun ia tahan napas dan tidak menyedot namun terasa
juga bau harum itu.
Sebagai seorang yang sudah melatih Lwekang, maka
tenaga Nyo Ko sudah beberapa kali lipat dari orang biasa,
ketika sedikit ia gunakan tenaga, tutup peti batu itu sudah
kena dibaliknya ke atas tanah, ketika dia pandang ke dalam
peti, mendadak ia sendiri terkejut
"He, Kokoh, dalamnya kosong!" teriaknya cepat.
Betul juga, waktu Siao-liong-li melongok ke dalam peti, ia
dapatkan peti batu itu kosong-blong, di dalamnya hanya
terdapat dua mangkok porselen yang masing-masing berisi
setengah mangkok minyak gemuk, bau harum itu agaknya
teruar dari minyak gemuk ini.
"Aneh, lalu di manakah jenazah Cosu-po-poh!?" Siao-liongli
menggumam sendiri "Jika begini, tampaknya apa yang
dikatakan Ong Tiong yang bukannya dusta."
"Jangan-jangan kamar batu yang disebut imam tua itu
yalah peti batu ini ?" kata Nyo Ko.
"Bukan begitu maksudnya," sahut Siao-liong-li tersenyum,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dia sudah lama tinggal dalam kuburan kuno ini, maka dia
mahir sekali tentang segala macam alat-alat rahasia, ia coba
memeriksa teliti peti batu itu sejenak, lalu terdengar ia berkata
lagi: "Alas peti ini bisa dibuka."
Tentu saja Nyo Ko sangat girang.
"Ah, tahulah aku sekarang, itu adalah pintu yang menuju
ke kamar batu itu," serunya.
Habis ini, tanpa diperintah segera ia melompat masuk ke
dalam peti mati itu, ia keluarkan dahulu kedua mangkok berisi
minyak wangi itu, lalu ia meraba-raba seluruh peti, betul juga,
akhirnya diketemukan satu tempat dekuk yang bisa dipegang,
dengan kencang ia tarik ke atas sekuatnya, tetapi sedikitpun
ternyata tidak bergerak
"Putar dulu ke kiri, baru ditarik ke atas," kata Siao-liong-li.
Nyo Ko menurut, ia putar lalu ditarik, betul saja lantas
terdengar suara "krak" yang keras, satu papan batu telah kena
ditarik naik,
"Kokoh, berhasil sudah !" serunya girang.
"Jangan kesusu dahulu. duduklah sebentar, biar bau apek
di dalam gua teruar keluar baru kita masuk," ujar Siao-liong-li.
Dalam keadaan demikian Nyo Ko menjadi tidak sabar,
hanya sebentar saja dia sudah tanya. "Bagaimana Kokoh, apa
sudah cukup ?"
"Ai, orang tak sabar seperti kau ini sukar dimengerti bisa
tahan mengawani aku beberapa tahun," ujar Siao-liong-li
dengan menghela napas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis berkata, perlahan-lahan ia berdiri, ia angkat cektay
dan turun ke bawah melalui peti batu itu, sesudah melalui satu
lorong di bawah tanah yang sempit dan membelok lagi dua
kali, betul saja akhirnya mereka sampai di satu kamar batu.
Kamar batu itu ternyata tiada sesuatu yang sepesial,
waktu mereka sama-sama mendongak ke atas, maka
tertampaklah oleh mereka di langit-langitan kamar itu penuh
tertulis huruf-huruf dan tanda-tanda, sedang ujung paling
kanan tertuliskan empat huruf besar : "Kiu-im-cin-keng".
Siao-liong-li dan Nyo Ko tidak mengerti bahwa "Kiu-im-cinkeng"
adalah suatu kitab ilmu silat paling tinggi di seluruh
kolong langit, tetapi sesudah mereka melihat tulisan serta
tanda-tanda itu, mereka merasakan tiada terbilang bagusnya
intisari yang terkandung di dalamnya, seketikapun mereka tak
bisa memahami seluruhnya.
"Sekalipun ilmu kepandaian ini dapat mengalahkan Giok-lisim-
keng, namun kitapun tak keburu lagi mempelajarinya,"
ujar Siao-Iiong-li.
Karena itu Nyo Ko menjadi kecewa dan putus asa lagi,
sebenarnya ia tidak mau melihat lagi, tak disengaja, sekilas
mendadak terlihat olehnya pada ujung barat langit-langit
kamar itu terlukis satu yang tampaknya tiada hubungannya
dengan ilmu silat. Oleh karena tertarik, kembali ia kumpulkan
perhatian memandang lebih jauh, agaknya gambar itu seperti
sebuah peta.
"Kokoh, apakah itu ?" katanya kemudian pada Siao-liong-li.
Siao-liong-li berpaling, ia pandang menurut arah yang
ditunjuk, tiba-tiba ia pandang peta itu dengan termanguTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
mangu, tubuhnya sedikitpun tidak bergerak Lama dan lama
sekali masih tetap tidak bergerak
Akhirnya Nyo Ko sendiri menjadi ngeri, ia coba tarik-tarik
lengan baju orang dan menanya : Ko-koh, kenapakah kau ?"
Tetapi Siao-liong-li masih tetap memandang dengan
terkesima, kira-kira lewat beberapa lama, mendadak ia
mendeprok terduduk, ia menangis terguguk-guguk bersandar
di tubuh Nyo Ko.
"Apakah badanmu sakit lagi, Kokoh?" pemuda itu tanya
dengan bingung.
"Bukan, bu... bukan," sahut Siao-liong-li tersenggaksengguk,
Selang tak lama lalu dia sambung lagi: "Ki... kita kini
bisa keluar sudah."
Keruan bukan buatan rasa girang Nyo Ko, seketika ia
berjingkrak-jingkrak.
"Betulkah katamu ?" teriaknya gembira, Dengan masih
mengembeng air mata Siao-liong-li mengangguk-angguk.
Tentu saja Nyo Ko semakin ber-girangan.
"Dan kenapa engkau malah menangis ?" tanyanya
kemudian.
"Entah, akupun tak tahu, mungkin terlalu bergirang,"
sahut Siao-liong-li tersenyum manis dalam menangisnya, "Koji,
dahulu tak pernah aku gentar mati, sebab seumur hidupku
toh pasti akan tinggal di dalam kuburan ini, mati sekarang
atau mati kelak toh tiada bedanya ? Tetapi aneh, dalam
beberapa hari ini selalu timbul pikiran ingin pergi melihatlihatnya
keluar,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Marilah Kokoh, kita keluar bersama, aku nanti petik bunga
untukmu, tangkap jangkrik buat kau, mau tidak ?" kata Nyo
Ko sambil tarik kencang tangan orang.
Nyata meski usia Nyo Ko sudah menanjak, namun
pikirannya masih tetap kanak-anak.
Sebaliknya Siao-liong-li selamanya tidak pernah bermain
dengan anak lain, kini mendengar cerita Nyo Ko yang menarik
dan begitu bernapsu, ia sendiripun merasa senang.
Dalam keadaan buntu mendadak kedua orang ini
mendapatkan jalan hidup, mereka menjadi lupa daratan,
bukannya mereka lantas cari jalan keluarnya itu, sebaliknya
mereka duduk bersandaran pundak, mereka bercerita tentang
aneka macam permainan kanak-anak, makin cerita Nyo Ko
semakin bernapsu hingga akhirnya Siao-liong-li lupa letih dan
lupa capek, tetapi apapun juga ia habis luka parah, sesudah
setengah jam mendengarkan cerita, akhirnya ia tak tahan lagi,
tanpa berasa ia terpulas bersandaran di pundak Nyo Ko.
Sesudah bercerita sendiri dan mendapatkan orang tidak
tanya-jawab seperti semula, waktu Nyo Ko menoleh, ia lihat
Siao-liong-li sudah menggeros, nona itu ternyata sudah
tertidur.
Oleh karena tekanan batinnya sudah lapang, akhirnya Nyo
Ko sendiri merasa letih, kemudian iapun terpulas.
Keadaan itu entah lewat berapa lama, ketika mendadak
Nyo Ko merasakan pinggangnya sakit linu, "jiau-yao-hiat" di
pinggangnya tahu-tahu kena di| tutuk orang sekali, Dalam
kagetnya ia terjaga dari tidurnya, selagi ia hendak melompat
bangun buat melawan, tahu-tahu tengkuknya telah kena
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dicekal orang dengan kencang hingga Nyo Ko tak mampu
berkutik.
Waktu Nyo Ko sedikit melengos, ia lihat Li Bok-chiu dan
Ang Iing-po berdua sudah berdiri di samping dengan tertawatawa,
sebaliknya gurunya, Siao-liong-li, sudah kena ditutuk
orang juga hingga tak berdaya.
Kiranya Nyo Ko dan Siao-Iiong-li berdua sama sekali tak
punya pengalaman Kangouw yang selalu harus waspada
terhadap musuh dan berjaga-jaga diri, dalam girangnya
mereka ternyata lupa daratan hingga tutup peti batu tadi
belum mereka tutup kembali: karena itulah kemudian dapat
diketahui Li Bhok chiu bahwa di bawah tanah ini masih
terdapat kamar lagi dan berhasil dia menyergapnya selagi
mereka tertidur.
Benarkah ada jalan rahasia untuk keluar dari kuburan kuno
ini menurut petunjuk peta peninggalan Ong Tiong-yang ?
Bagaimana nasib Nyo Ko dan Siao-liong-li yang tertawan
lagi oleh Li Bok-chiu yang kejam ?
Bacalah jilid ke-11-
Jilid 11
"Ha, bagus, bagus, kiranya disini masih terdapat tempat
seenak ini, kalian berdua lantas bersembunyi untuk senangsenang
sendiri," demikian Li Bok-chiu mengejek "Sumoay,
cara bagaimanakah, keluarnya dari sini, tentu kau
mengetahuinya, jika kau masih merahasiakannya, jangan kau
sesalkan Enci-mu berlaku kejam nanti."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun Siao-liong-li sama sekali tak gentar oleh gertakan
orang.
"Jangan kata memang aku tak tahu, seumpama tahupun
tak sudi kukatakan padamu." sahutnya ketus.
Li Bok-chiu cukup kenal watak sang Sumoay yang kepala
batu, sekalipun Suhu mereka dahulu suka mengalah juga
padanya, maka bila menggunakan kekerasan, pasti tak
bethasil, tetapi dalam keadaan demikian, soalnya menyangkut
ma-ti-hidupnya, bagaimanapun juga dia harus memaksa sang
Sumoay.
Karena itu, segera ia keluarkan dua jarum Peng-pek-sinciam,
ia lemparkan jarum-jarum itu ke lantai hingga
mengeluarkan suara gemerincing yang halus.
"Awas, jika aku menghitung dari satu sampai sepuluh dan
kau masih belum bicara, terpaksa kusuruh kau mengicipi
rasanya jarum perak ini," demikian ia mengancam.
Namun Siao-liong-Ii tetap tak menjawab, bahkan ia
pejamkan matanya dan tidak gubris gertakan orang.
"Satu... dua... tiga... empat..." demikian Li Bok-chiu mulai
menghitung.
"Jika Kokoh kenal jalan keluarnya, kenapa kami tidak
melarikan diri sejak tadi, sebaliknya masih tinggal di sini ?"
tiba-tiba Nyo Ko membentak.
"Hm, pandai juga kau bicara," jengek Li Bok-chiu, "Aku
sudah mempelajari keadaan tempat ini, aku taksir tentu ada
jalan keluar yang dirahasiakan kalian bermaksud tidur dahulu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sesudah semangat pulih, bukankah kalian lantas angkat kaki
?" Lalu ia menyambung perhitungannya lagi:
"lima... enam... tujuh... delapan... sembilan..."
Sampai di sini ia berhenti sejenak, ia coba peringatkan
orang lagi : "Sumoay, apa betul-betul tak mau kau katakan ?"
Pada saat itu juga, tiba-tiba di lorong bawaf itu meniup
angin dingin yang menghembus masuk hingga lilin yang
dipegang Ang Ling-po tersirap.
"Hmmm, aku masih ngantuk, jangan kau bikin ribut lagi,"
kata Siao-liong-li tiba-tiba dia sengaja menguap keras.
"Baiklah, Peng-pek-ciam ini adalah warisan Cosu-popoh
kita sendiri, maka jangan kau sesal kan aku, kini aku sudah
menghitung sampai sepuluh," demikian kata Li Bok-chiu.
Sembari berkata, ia gunakan ujung jarum peraknya yang
berbisa jahat itu menggosok sekali "Ciang-tay-hiat" di
punggung Nyo Ko, menyusul "Hian-ki-hiat" di dada Siao-liongli
ia gosok sekali juga dengan cara yang sama.
Walaupun biasanya sifat Siao-liong-li sangat dingin dan
tenang, tetapi kini tidak urung ia merasa ngeri juga, sebab
racun jarum perak ini perlahan-lahan akan merembes masuk
melalui jalan darah di pinggangnya itu dan lambat laun merata
ke seluruh tubuh, tatkala itu akan terasa seluruh tubuh
seakan-akan ribuan semut menggerogoti tulang sumsum dan
beribu-ribu bisul tumbuh di seluruh badan, dalam keadaan
demikian rasanya tiada yang lebih lihay daripada siksaan ini.
Sebenarnya Siao-liong-li punya obat pemunah racunnya,
sebab asalnya jarum berbisa ini dari perguruannya sendiri,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tetapi kini Hiat-to kena ditutuk orang dan tak mampu berkutik,
cara bagaimana ia bisa berdaya buat menolong diri sendiri?
Di lain pihak Li Bok-chiu memang keji juga kejam, sesudah
gosok jarum berbisa itu di atas badan orang, ia terus duduk di
samping untuk menantikan bekerjanya racun jarumnya, ia
pikir orang tentu akan bicara terus terang.
Selang tak lama, aliran darah di tubuh Siao-liong-li dan
Nyo Ko berjalan tambah cepat, pelahan-lahan pun terasa
panas, Siao-liong-li tahu racun mulai bekerja, tidak Iama lagi
tentu akan merembet lagi lebih dalam, Akan tetapi kini ia
djustru merasakan enak yang tak terkatakan.
"Kokoh, jangan kau katakan rahasia keluar kuburan ini
pada mereka, kedua perempuan jahat itu betapapun tidak
boleh lepas begitu saja," dengan suara pelahan Nyo Ko bisiki
Siao-liong-li.
"Ya," sahut nona itu.
Teringat tentang rahasia jalan keluar kuburan itu, tanpa
terasa ia menengadah dan memandang ke langit-langitan
kamar yang terdapat peta bumi itu.
Kiranya dahulu demi mengetahui Lim Tiao-eng telah
meninggal dunia di dalam kuburan itu, walaupun dia sudah
bersumpah tidak akan memasuki lagi, akhirnya Ong Tiongyang
masuk lagi ke kuburan itu secara diam-diam melalui
jalan rahasia, Teringat oleh Ong Tiong-yang betapa cintanya
Lim Tiao-eng kepada dirinya dan suka-duka mereka semasa
mudanya, maka menangislah Cosu dari Coan-cin-kau itu di
hadapan jenazah bekas kekasihnya itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah puas menangis seorang diri dan sesudah melihat
untuk penghabisan kalinya wajah kekasihnya yang sudah tak
bernyawa, kemudian Ong Tiong-yang memeriksa lagi keadaan
kuburan raksasa buah karyanya itu, di situ bukan saja ia
melihat gambar dirinya sendiri yang dilukis oleh Lim Tiao-eng,
bahkan dia dapatkan pula ukir-ukiran di langit-langitan kamar
yang ditinggalkan kekasihnya itu, ketika diketahuinya betapa
bagus dan betapa hebat ilmu kepandaian yang terkandung
dalam Giok-li-sim-keng, setiap gerakan dan setiap tipu
pukulan ternyata merupakan lawan dan khusus anti ilmu silat
Coan-cin-pay, dalam kagetnya muka Ong Tiong-yang menjadi
pucat, lekas-lekas ia keluar dari kuburan itu.
Lalu seorang diri dia tirakat di puncak gunung, selama tiga
tahun selangkahpun tidak turun gunung, dengan memusatkan
pikirannya dia mempelajari cara-cara untuk memecahkan ilmu
Giok-li-sim-keng itu, namun demikian, hasilnya terlalu kecil,
bagaimanapun juga dia tak mendapatkan semacam ilmu yang
sempurna untuk mengalahkannya. Dalam putus asanya,
terhadap kecerdikan dan kepintaran Lim Tiao-eng ia menjadi
sangat kagum, lalu ia terima menyerah dan tidak melanjutkan
pelajarannya lagi.
Siapa tahu belasan tahun kemudian, karena adanya "Hoasan-
lun-kiam" atau pertandingan pedang di atas Hoa-san, di
mana Ong Tiong-yang telah keluar sebagai juara dan dapat
merebut kitab tertinggi dari ilmu silat, yaitu "Kiu-im cin-keng"..
sebenarnya dia sudah bersumpah tidak akan berlatih ilmu
yang terdapat di dalam kitab itu, tetapi terdorong oleh rasa
ingin tahu, tidak urung ia balik-balik halaman kitab itu dan
membacanya.
ilmu silat Ong Tiong-yang waktu itu sudah diakui sebagai
juara dunia, dengan sendirinya inti sari dari apa yang tertulis
di dalam Kiu-im-cin-keng itu dengan gampang saja dapat dia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pahami, hanya sepuluh hari saja seluruhnya sudah dapat dia
selami dengan baik, ia tertawa panjang sambil menengadah
lalu masuk lagi ke Hoat-su-jin-bong, di langit-langit kamar
batu yang paling dirahasiakannya telah dia ukir bagian penting
dari Kiu-im-cin-keng dan satu per satu dia tunjuk cara-cara
untuk mematahkan ilmu Giok-li-sim-keng. Kemudian pada jari
tangan lukisan dirinya itu dia tinggalkan pula beberapa baris
tulisan, dia bilang jika keturunan Lim Tiao-eng ada jodoh,
biarlah orang itu mengetahui bahwa ilmu silat dari pendiri
Coan-cin-kau itu. Sekali-kali tidak bisa dikalahkan Giok-li-simkeng
dengan begitu saja.
Sesudah Ong Tiong-yang keluar lagi dari kuburan, ia coba
memenangkan pula bekas tulisan dengan jari yang dilakukan
Lim Tiao-eng di atas batu gunung Cong-lam-san, terpikir lagi
olehnya kata-kata yang ditinggalkan di atas lukisan yang
terlalu halus itu, belum pasti orang keturunan Ko-bong-pay
dapat melihatnya, tetapi kalau ditunjukkan secara terangterangan,
apakah itu bukan berarti kitab Kiu-im-tin-keng yang
hebat itu sengaja dia siarkan pada umum ?
Tengah ia termenung-menung, tiba-tiba terdengar olehnya
ada suara orang perempuan sedang menangis dengan sedih
sekali, ia coba mendekatinya dan ditanya, kiranya wanita itu
she Sun, dahulu jiwanya pernah ditolong Lim Tiao-eng, maka
kini sengaja naik gunung hendak menemuinya, demi
mengetahui Lim Tiao-eng sudah meninggal, ia bermaksud
masuk kuburan buat sembahyang, namun jalan masuknya
tidak diketemukan.
Ong Tiong-yang telah tunjuk cara memasuki Hoat-su-jinbong
itu dan pesan pula: "Aku memberi enambelas huruf,
hendaklah kau ingat-ingat dengan baik, tetapi jangan
dibocorkan pada orang lain, Kelak bila dekat hari tuamu baru
boleh kau beritahukan tuan rumah dari kuburan kuno itu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Wanita she Sun itu menghaturkan terima kasih dan ingat
baik-baik ke-16 huruf itu dan kemudian berziarah ke dalam
Hoat-su-jin-bong, belakangan ia diterima oleh dayang Lim
Tiao-eng yang kemudian menjadi gurunya Siao-liong-li untuk
tinggal terus di dalam kuburan, dia inilah lalu dikenal sebagai
Sun-popoh.
Enambelas huruf tinggalan Ong Tiong-yang itu kemudian
oleh Sun-popoh telah ditulis di atas secarik kain putih dan
dijahit dalam baju kapasnya dan pada saat sebelum ajalnya
baju kapasnya telah dia berikan pada Nyo Ko, 16 huruf itu
yang berarti: "Guru besar Tiong-yang, meninggalkan ilmu
kepandaian, periksa lukisannya dan pelajari jari tangannya,".
Tetapi karena bakat Sun-popoh tidak pintar, maka
terhadap enam-belas huruf itu tidak pernah dia selidiki hingga
tidak mengetahui rahasia yang terpendam di dalam kamar
batu itu, Sedang mengenai peta bumi rahasia yang terukir di
atas langit-langit kamar itu memeng sudah ada sejak kuburan
kuno ini dibangun mula-mula, hal ini malahan Lim Tiao-eng
sendiripun tidak mengetahuinya.
Begitulah ketika Siao-liong-li dapat melihatnya, maka
segera dia menjadi jelas jalan rahasia untuk keluar dari
kuburan itu, hanya sayang jalan darahnya ditutuk Li Bok-chiu,
sekalipun sudah mendapatkan jalan hidup toh percuma juga,
ia menjadi menyesal kenapa tadi tidak lantas melarikan diri
bersama Nyo Ko, sebaliknya malah duduk-duduk saja untuk
mengobrol segala permainan anak-anak yang tak berguna.
Lambat-laun seluruh badannya menjadi makin panas, ia
memandang lagi beberapa kali peta bumi itu, ia menghela
napas panjang, pandangan matanya beralih lagi pada tulisan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pelajaran Kiu-im-cin-keng yang berada di sebelah peta bumi
itu.
Mendadak matanya jadi terbelalak seperti sinar kilat yang
mendadak berkelebat tiba-tiba dapat dilihatnya ada empat
huruf yang bertuliskan "Kay-hiat-pit-koat" atau kunci rahasia
membuka jalan darah. seketika hatinya tergerak, ia coba
mengamat-amati beberapa kali lagi pelajaran ilmu itu. keruan
bukan buatan senangnya, saking girangnya hampir-hampir
saja dia berteriak.
Kiranya ilmu itu telah menjelaskan cara-cara untuk
melancarkan jalan darahnya sendiri, sebenarnya bagi seorang
yang melatih Kiu-im-cin-keng, ilmu silatnya pasti juga sudah
mencapai tingkatan kelas wahid dan sekali-kali tidak nanti
kena ditutuk orang, tetapi dalam keadaan kepepet seperti
Siao-liong-li sekarang ini, ilmu ini justru merupakan bintang
penolong baginya.
Tetapi bila terpikir lagi olehnya meski bisa melepaskan diri
dari tutukan toh tak lebih ungkuIan daripada sang Suci,
bukankah percuma juga? Karenanya dia lantas baca lagi lebih
cermat tulisan-tulisan di atas kamar itu, ia bermaksud mencari
lagi semacam ilmu silat yang praktis, yang begitu dipelajari
segera dapat dipergunakan dan sekaligus bisa mengalahkan Li
Bok-chiu.
Tetapi meski dia ulangi membaca dari awal sampai akhir
dan dari akhir kembali ke awal sampai dua kali ulangan, ia
dapatkan meski ilmu yang-paling gampang dipelajari
sedikitnya juga harus makan beberapa puluh hari baru bisa
jadi.
Dalam keadaan putus harapan itu, tiba-tiba ia merasakan
tubuh Nyo Ko yang bersandaran dengan tubuhnya itu radaTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
rada gemetar, agaknya racun jarum perak sudah merembes
masuk, pada saat genting ini, tiba-tiba pikirannya menjadi
jauh lebih tajam dari biasanya, tergerak pikirannya dan dapat
diperoleh sesuatu akal bagus, dengan cepat ia menengadah
lagi, ia apalkan baik-baik "Kay-hiat-pi-koat" dan "Pi-gi-pitkoat",
yakni dua macam ilmu membuka jalan darah dan
menutup jalan pernapasan, lalu dengan apa yang dia apalkan
ini dia bisikkan ke telinga Nyo Ko untuk mengajarkan pemuda
ini.
Dasar Nyo Ko memang sangat pintar, sedikit diberi
petunjuk saja dia lantas mengerti, diberi tahu awalnya, segera
ia paham lanjutannya.
"Nah, sekarang kita membuka jalan darah dahulu," kata
Siao-Iiong-li kemudian dengan pelahan.
Nyo Ko manggut-manggut sebagai tanda mengerti.
Dalam pada itu seluruh kamar dalam keadaan gelap gulita,
Li Bok-chiu berdua hanya menanti bila Siao-liong-li dan Nyo Ko
tidak tahan oleh serangan racun dalam badannya, tentu
dengan sendirinya akan mengatakan rahasia jalan keluar
kuburan itu, sudah tentu tidak dia duga bahwa mereka justru
sedang main gila secara diam-diam.
Begitulah, maka Siao-liong-li dan Nyo Ko telah menuruti
petunjuk Ong Tiong-yang pada ukiran-ukiran itu, diam-diam
mereka menjalankan darah menurut ajaran "Kay-hiat-pitkoat".
Memangnya Lwekang mereka berdua sudah cukup
kuat, maka hanya sebentar saja dua tempat Hiat-to yang
tertutuk tadi sudah berhasil mereka Iepaskan.
Lalu Siao-liong-li ulur tangan perlahan-lahan ke dalam
bajunya, ia ambil dua pil penawar racun jarum itu, lebih dulu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia jejalkan sebutir ke mulut Nyo Ko, kemudian ia sendiri telan
sebutir.
Meski perbuatannya ini dilakukan dengan sangat pelahan
dan hati-hati, tapi Li Bok-chiu mana bisa dikelabui, segera hal
ini dapat diketahuinya.
"Apa yang kau lakukan ?" bentaknya tiba-tiba terus
melompat maju.
Namun Siao-liong-li sudah siap sedia, segera ia papaki
orang dengan sekali gablokan, ini adalah ilmu silat tertinggi
dari Giok-li-sim-keng, pundak Li Bok-chiu tahu-tahu telah kena
hantam sekali walau pun hanya pelahan.
Sungguh tidak pernah Li Bok-chiu duga bahwa sang
Sumoay ini ternyata mampu melepaskan Hiat-to sendiri, dalam
kagetnya kena pukulan itu, lekas-lekas ia melompat mundur
lagi.
"Suci, kami hendak keluar, kau mau ikut keluar tidak ?"
demikian Siao-liong-li berkata padanya.
Li Bok-chiu menjadi mati kutu menghadapi sang Sumoay,
biasanya ia suka unggulkan ilmu silatnya sendiri yang tiada
tandingannya di seluruh jagat, pula kecantikannya susah dicari
lawannya, siapa tahu kini bisa dipermainkan oleh sang sumoay
yang masih muda-belia dan belum pernah kenal muka jagat
itu, keruan tidak kepalang gusar dan dongkolnya.
Akan tetapi karena kepepet, ia kuatir bila sampai sang
Sumoay menjadi marah, mungkin sungguh-sungguh dirinya
tidak dibawa keluar, hal ini berarti dirinya bakal celaka, karena
itu ia tak berani berlaku kasar, ia pikir paling penting keluar
dulu dari kuburan ini, ilmu silat sendiri toh lebih tinggi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
daripada Sumoaynya, nanti kalau sudah di luar, tidak sukar
untuk bikin perhitungan dengan dia.
Maka Li Bok-chiu coba menahan amarahnya, dengan
tertawa ia coba membujuk: "Nah, beginilah baru betul-betul
seorang Sumoay yang baik, biarlah aku minta maaf padamu
dan bawalah aku keluar dari sini !"
"Tetapi Kokoh bilang, hanya satu orang saja diantara
kalian berdua yang bisa ikut, maka katakan saja, bawa kau
atau bawa muridmu itu ?" sahut Nyo Ko tiba-tiba.
Nyata Nyo Ko ini sangat licin, melihat ada kesempatan,
segera ia berusaha memecah-belah antara guru dan murid itu.
"Anak keparat, tutup bacotmu !" damperat Li Bok-chiu
gusar.
Kata-kata Nyo Ko tadi sebenarnya belum dipahami Siao-
Iiong-li, tetapi selamanya ia membela pendirian pemuda itu,
maka segera ia menyambung: "Ya, memang, aku hanya dapat
membawa seorang saja, tidak bisa lebih ?"
"Nah, apa kataku," ujar Nyo Ko dengan tertawa. "Supek,
menurut pendapatku, biarkan Suci saja yang ikut kami keluar,
kau toh sudah tua, sudah hidup cukup lama bukan ?"
Sungguh tidak kepalang gusar Li Bok-chiu hingga dadanya
seakan-akan meledak, namun soalnya menyangkut mati
hidupnya, maka sedapat mungkin ia coba menahan api
amarahnya, ia bungkam dan tidak menjawab lagi.
"Baiklah, sekarang kita berangkat," kata Nyo Ko. "Kokoh
jalan di depan sebagai penuntun jalan, aku nomor dua, dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
siapa yang berada paling belakang, dia yang tak akan bisa
keluar."
Maka tahulah sekarang Siao-liong-Ii maksud kata-kata Nyo
Ko, karena itu, ia tersenyum manis, lalu dengan gandeng
tangan Nyo Ko mereka mendahului keluar dari kamar batu itu.
Saat itu juga, Li Bok-chiu dan Ang Ling-po telah samasama
berlari menyusul sehingga kedua orang ini berdesakan
di ambang pintu, mereka berebutan lebih dahulu, mereka
takut kalau benar-benar Siao-liong-li menggerakkan alat
perangkap rahasia sehingga ada seorang diantara mereka
yang tertutup di bagian dalam.
"Berani kau berebutan dengan aku ?" bentak Li Bok-chiu
menjadi gusar, Berbareng sebelah tangannya telah cekal pula
pundak Ang Ling-po.
Walaupun keadaan sangat berbahaya, namun Ang Ling-po
kenal watak gurunya yang tidak segan turun tangan kejam,
jika dirinya tidak mengalah, pasti segera terbinasa di tangan
gurunya sendiri, maka terpaksa ia mundur selangkah dan
mempersilahkan Li Bok-chiu jalan di depan, sudah tentu
dengan perasaan mendongkol tetapi takut pula.
Begitulah, maka dengan rapat Li Bok-chiu mengintil di
belakang Nyo Ko, sedikitpun tak berani ketinggalan jauh, ia
merasa jalan yang ditempuh Siao-liong-li itu seperti belok ke
sini dan putar ke sana, makin jauh makin menurun ke bawah,
sementara itu kakinya terasa pula menginjak tempat becek,
dalam hati dia mengerti telah berada diluat kuburan kuno itu,
hanya saja dalam kegelapan itu, remang-remang cuma
kelihatan di mana-mana jalannya selalu me-lingkar-lingkar dan
ber-putar-putar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak lama jalanan menjadi aneh pula, kini menurun lurus,
syukur ilmu silat keempat orang cukup tinggi, maka mereka
tiada yang sampai ter-peleset, jika orang Iain, tentu sejak tadi
sudah jatuh keserimpet.
"Cong-lam-san ini memang tidak terlalu tinggi, dengan
jalan cara begini, tidak lama tentu sudah berada di bawah
gunung, apakah kami kini sudah berada di dalam perut
gunung ?" demikian diam-diam Li Bok-chiu berpikir sendiri.
Sesudah jalan menurun agak lama, akhirnya jalanan mulai
lapang, hanya rasa basah itu semakin banyak hingga akhirnya
terdengar suara gemerciknya air, lalu betis merekapun
terendam dalam air.
Tidak hanya begitu, makin jauh air makin dalam, dari betis
bertambah sampai paha, dari paha terus perut dan perlahanlahan
naik lagi sampai setinggi dada.
"ltu Pi-gi-pit-koat (rahasia menutup jalan napas) apa
sudah kau apalkan dengan baik ?" dengan suara pelahan Siaoliong-
li tanya Nyo Ko.
"lngat," sahut Nyo Ko lirih.
"Baik," ujar Siao-liong-li. "Dan sebentar lagi kau tutup
jalan napasmu, jangan sampai kemasukan air."
"Ya, engkau sendiri juga harus hati-hati, Kokoh," kata Nyo
Ko,
Siao-liong-li angguk-angguk.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sedang mereka bicara, air di bawah itu sudah merembes
sampai di tenggorokan. Keruan yang paling kaget adalah Li
Bok-chiu, ia menjadi bingung pula.
"Sumoay, apa kau bisa berenang ?" teriaknya kuatir.
"Selamanya aku hidup di dalam kuburan, mana bisa
berenang ?" sahut Siao-liong-li.
Mendengar jawaban ini, hati Li Bok-chiu rada lega, ia
melangkah maju lagi, tak terduga air mendadak mendampar
sampai mulutnya, Dalam kagetnya lekas-lekas ia mundur ke
belakang.
Tetapi pada saat itu juga Siao-liong-li dan Nyo Ko malahan
terus menyelam ke dalam air.
Dalam keadaan demikian, sungguhpun di depan sana
sudah menanti gunung golok atau lautan pedang, terpaksa Li
Bok-chiu juga menerjang maju. Dalam pada itu, mendadak ia
merasakan baju di pungungnya tiba-tiba menjadi kencang,
kiranya tangan Ang Ling-po telah menjamberetnya. Li Bokchiu
menjadi dongkol, diri sendiri saja dalam keadaan bahaya,
apalagi diganduli seorang, ia coba meronta sekuatnya, namun
tak bisa terlepas.
Maklumlah, seorang yang tak bisa berenang, bila kelelap di
dalam air, tentu orang itu akan bergolak sebisanya dan bila
ada sesuatu benda sampai terpegang, maka sampai mati
sekalipun tidak bakal dilepaskannya, Begitulah halnya dengan
Ang Ling-po sekarang.
Dengan bergandengan tangan Siao-Iiong-li bersama Nyo
Ko menyelam ke bawah air, sementara Li Bok-chiu menyekal
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kencang tangan Nyo Ko, sedang Ang Ling-po tetap
menjambret baju, punggungnya, matipun tidak dilepaskan.
Tatkala itu suara menggerujuknya air sudah terdengar
sangat keras, walaupun ini adalah sungai di bawah tanah,
namun suara yang berkumandang keras itu cukup
mengejutkan orang, Dan karena terdampat oleh arus ait yang
keras, Li Bok-chiu dan Ang ling-po berdua menjadi terapung
ke atas.
Meskipun ilmu silat Li Bok-chiu sangat bagus, tetapi dalam
keadaan demikian ia menjadi gugup dan bingung, ia ulur
tangan menjamberet dan menarik serabutan, mendadak
berhasil disentuhnya sesuatu, keruan saja ia pegang dengan
kencang, matipun tidak dilepaskannya.
Kiranya itu adalah tangan kiri Nyo Ko tatkala itu Nyo Ko
sedang menahan napas dan sedang melangkah maju setindak
demi setindak di dalam air dengan menggandeng tangan Siaoliong-
li, kini mendadak dipegang Li Bok-chiu, lekas-lekas ia
pakai Kim-na-jiu-hoat untuk melepaskan diri. Akan tetapi
sekali Li Bok-chiu sudah pegang, mana mau dilepaskan pula,
meski air dingin terus-menerus masuk ke mulut dan
hidungnya, bahkan sampai jatuh" pingsan juga masih
dipegangnya erat-erat tangan Nyo Ko itu.
Beberapa kali Nyo Ko coba kipatkan lengannya terlepas,
tetapi tidak berhasil Karena kuatir terlalu banyak buang tenaga
hingga air masuk perutnya, akhirnya iapun membiarkan
lengannya dipegang orang.
Begitulah secara bererotan seperti kereta gandengan
mereka berempat jalan terus di dasar sungai, sesudah agak
lama, akhirnya terasa sesak juga napas Siao-liong-li dan Nyo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ko, mereka mulai tak tahan hingga perut merekapun kenyang
minum air.
Syukur lambat laun arus air mulai reda, keadaan tanahpun
makin tinggi, tidak lama kemudian mereka dapat menongol ke
permukaan air. Mereka berjalan terus, makin jauh keadaan di
depan sana bertambah terang, akhirnya merekapun keluar
melalui sebuah gua gunung.
Bukan main rasa letih Siao-Iiong-li dan Nyo Ko, boleh
dikatakan tenaga mereka sudah habis, apalagi terendam lama
di dalam air, maka lebih dulu mereka kumpulkan tenaga untuk
memuntahkan air dalam perut yang kembung itu, kemudian
mereka merebah di tanah dengan napas terempas-empis.
Tatkala itu dengan kencang tangan Li Bok-chiu ternyata
masih pegang erat-erat di lengan Nyo Ko, jari tangannya
harus dipentang satu per satu oleh Siao-liong-Ii barulah bisa
terlepas.
Lalu Siao-liong-li menutuk Hiat-to di bahu Li Bok-chiu dan
muridnya, habis ini baru taruh mereka di atas satu batu,
dengan demikian air di dalam perut mereka perlahan-lahan
mengalir keluar
Selang agak lama, dengan mengeluarkan suara serak Li
Bok-chiu mendusin dahulu, tiba-tiba sinar matahari
menjilaukan matanya, sekarang dia betul-betul sudah di alam
terbuka, bila ingat tadi terkurung di dalam kuburan kuno itu
dan terancam berbagai macam bahaya, mau-ta-mau ia
merasa ngeri pula, kini meski separuh tubuhnya bagian atas
dalam keadaan lumpuh karena ditutuk Siao-liong-Ii, namun
hatinya malah jauh lebih lega daripada tadinya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tidak antara lama Ang Ling-po pun tersadar juga, tetapi
karena ditutuk jalan darahnya, tangannya sudah tak
bertenaga lagi, maka sebelah tangannya masih terletak di atas
punggung Suhunya.
Cara menutuk Siao-liong-li sekali ini hanya dapat
dilepaskan dengan "Kay-hiat-pit-koat" seperti ajaran Kiu-imcin-
keng yang ditinggalkan Ong Tiong-yang itu atau ditolong
oleh kaum ahli, hila tidak harus tunggu 7 X 7 = 49 hari lagi
baru bisa sembuh sendiri
"Sekarang kau boleh pergi, Suci!" demikian kemudian
Siao-liong-li berkata pada Li Bok-chiu.
Walaupun kedua tangan Li Bok-chiu dan Ang Ling-po
sudah lumpuh, tetapi setengah badan bagian bawah masih
baik-baik saja dan bisa bergerak seperti biasa, karena itu
dengan bungkam guru dan murid itu saling pandang sekejap,
entah rasa girang atau gusar dalam hati mereka waktu itu,
lalu pergilah mereka beriring-iringan.
Menghadapi alam semesta dengan pemandangan yang
indah permai itu, sungguh tidak terbilang rasa girang Nyo Ko.
"Kokoh, bagus tidak pemandangan sekitar ini ?" tanya Nyo
Ko,
Tetapi Siao-liong-li tak menjawab, ia hanya bersenyum
simpul.
Bila teringat oleh mereka kejadian selama beberapa hari
ini rasa mereka seperti menjelma lagi di dunia Iain.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Malam itu mereka berdua tidur seadanya dibawah pohon
yang rindang. Kiranya gua gunung ini sudah berada di bawah
Cong-lam-san, hanya tempatnya sangat sepi dan terpencil.
Besok paginya, sehabis mereka buang air, racun yang
mengalir dalam tubuh mereka ternyata sudah ikut lenyap,
Kalau menuruti Nyo Ko, segera pemuda ini ajak pergi pesiar,
tetapi selamanya Siao-liong-li belum pernah berkenalan
dengan dunia fana, entah mengapa, ia menjadi takut-takut.
"Tidak, kita harus melatih dulu Giok-Ii-sim-keng hingga
selesai," kata Siao-liong-li.
Betul juga, pikir Nyo Ko, ia menurut, memang kalau
berada di tempat ramai dan banyak orang, untuk melatih
Giok-li-sim-keng dengan mencopot pakaian bersama gurunya
sesungguhnya tak pantas dipandang Maka mereka lantas
mencari dan mendapatkan satu tempat semak-semak yang
lebat sekali, malam itu juga mereka lantas mulai melatih diri
lagi dengan di-aling-alingi oleh semak-semak rumput bunga
itu.
Begitulah mereka lantas mendirikan gubuk, mereka
meneruskan latihan ilmu di gunung sunyi ini, siang mereka
tidur dan malam hari berlatih dengan giat, sekejap saja
beberapa bulan sudah lalu tanpa sesuatu kejadian, Mula-mula
Siao-liong-li mendahului berhasil dengan ilmunya, lewat
sebulan lagi Nyo Ko pun menyusul selesai dengan sangat
memuaskan.
Meski begitu mereka berdua masih mengulangi lagi, nyata
tiada sesuatu lagi yang kurang, karena itu Nyo Ko lagi-lagi
bicara tentang pesiar sebagai kesenangan hidup manusia.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi bagi Siao-liong-li, hidup secara aman tenteram
seperti sekarang ini rasanya di dunia ini sudah tiada lagi yang
melebihi. namun dilihatnya Nyo Ko selalu suka pada
keramaian, tampaknya sukar untuk tinggal di gunung sunyi
untuk selamanya.
"Ko-ji", akhirnya ia berkata, "meski ilmu silat kita sudah
berbeda jauh dari pada dahulu, tetapi kalau dibandingkan
dengan kau punya paman dan bibi Kwe kira-kira bagaimana ?"
"Tentu saja kita masih jauh ketinggalan," jawab Nyo Ko.
"Kalau begitu, kau punya paman Kwe sudah turunkan
kepandaiannya pada puterinya dan kedua saudara Bu, kalau
kelak saling bertemu lagi, tetap kita akan dihina mereka," kata
Siao-liong-li pula.
Mendengar kata-kata ini, seketika Nyo Ko menjadi gusar.
"Kokoh, jika mereka berani hina diriku lagi, mana bisa aku
menyerah mentah-mentah ?" teriaknya melonjak bangun.
"Tetapi kau tak dapat menandingi mereka, bisa apa kau ?"
ujar Siao-liong-Ii.
"Jika begitu, kau bantu aku, Kokoh," kata Nyo Ko.
"Akupun tak bisa menangkan kau punya paman Kwe,
percuma saja," sahut Siao-1iong-1i.
Nyo Ko tak bisa buka suara lagi, ia menunduk dengan
bungkam, ia coba pikirkan cara bagaimana harus
menghadapinya kelak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sudahlah, demi Kwe-pepek, aku takkan berkelahi dengan
mereka," katanya kemudian sesudah merenung sebentar.
"Tetapi kalau mereka tidak mau lepaskan dirimu,
bagaimana ?" kata Siao-liong-li lagi.
"Biar aku menghindari mereka saja," sahut Nyo Ko.
"Betapapun juga dengan mereka aku toh tiada permusuhan
apa-apa, Tidak nanti mereka sampai incar jiwaku."
"Sudah tentu, bagaimanapun mereka toh besar
hubungannya dengan kau," kata Siao-liong-li sambil menghela
napas, "Cuma orang-orang di Tho-hoan to itu bukan sanak
dan bukan kadangku."
Dengar kata-kata orang yang terakhir ini, hati Nyo Ko jadi
tertekan
"Kokoh, apa kau maksudkan mereka bakal menghina kau
?" tanyanya ragu-ragu.
"Ya, kalau sampai mereka tahu aku telah rebut anak murid
Coan-cin-kau dan Tho-hoa-to, mana bisa mereka antapi dirimu
begitu saja,," sahut Siao-liong-Ii.
"Jangan kuatir, Kokoh!" teriak Nyo Ko tiba-tiba. "Tak
peduli siapa saja yang berani menyenggol seujung rambutmu,
pasti aku akan adu jiwa dengan dia."
"Tetapi sayang kita tak punya modal untuk mengadu jiwa
itu," sahut Siao-liong-li.
Nyo Ko adalah anak yang sangat cerdik, demi mendengar
kata-kata gurunya ini, maka tahulah dia akan maksud orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kokoh," katanya lagi dengan bersenyum, "kalau kita
berhasil melatih baik-baik ilmu yang ditingalkan Ong Tiongyang
itu, pasti kita akan dapat kalahkan orang-orang Tho-hoato
itu, bukan ?"
Tiba-tiba alis Siao-Iiong-li bergerak, ia tertawa,
"Tentu saja, memangnya orang-orang di Tho-hoa-to itu
punya tiga kepala dan berenam tangan ?" sahutnya kemudian.
Dan oleh karena percakapan mereka inilah, Nyo Ko telah
tinggal setahun lebih lama dengan Siao-liong-li di lembah
pegunungan ini.
Dalam setahun ini, baik Lwekang maupun Gwakang
mereka berdua telah mencapai kemajuan pesat, sering kali
mereka berdua mengambil tangkai-tangkai bunga terus saling
serang menyerang dan gempur-menggempur untuk melatih
diri di lembah gunung, Tangkai bungai itu sebenarnya adalah
benda yang lemas saja, tetapi berada di tangan mereka
berdua yang sudah memiliki Lwekang kelas wahid, maka
serupa saja seperti golok tajam atau pedang pusaka.
Pada suatu hari, sehabis berlatih, Siao-liong-li kelihatan
bermuka muram durja, nyata hatinya tak senang. Nampak
perubahan wajah orang ini, terus-menerus Nyo Ko berusaha
menghiburnya agar tertawa, namun tetap Siao-liong-Ii
bungkam tanpa ber-kata-kata.
Nyo Ko menjadi bingung, ia kehabisan akal, Setelah pikir
pergi-datang, akhirnya ia menduga tentu karena ilmu
tinggalan Ong Tiong-yang yang mereka latih sudah berakhir,
maka Siao-Iiong-li merasa berat kalau ditinggalkan dirinya,
sebaliknya untuk menahannya juga tiada alasan, oleh karena
itu menjadi kesal hatinya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kokoh, jika engkau tak ingin aku turun gunung, biar kita
tinggal di sini saja untuk selamanya," demikian dikatakannya
kemudian
Keruan saja Siao-liong-Ii menjadi girang karena memang
itulah yang menjadikan kesal pikirannya.
"Baik sekali..." demikian serunya, tetapi baru sepatah dua
kata dia ucapkan, mendadak ia berhenti, ia mengerti pula apa
yang dikatakan Nyo Ko itu sukar dilaksanakan, sungguhpun
Nyo Ko terpaksa tinggal terus disitu, tentu pula hati pemuda
itu tidak gembira, Maka dengan suara lirih ia lanjutkan:
"Sudahlah, kita bicarakan besok saja,"
Malam itu Siao-liong-Ii tiada napsu makan, ia kembali ke
gubugnya sendiri untuk tidur.
Gubuk yang mereka dirikan di bawah pohon besar itu ada
dua, Melihat gurunya kesal, maka Nyo Ko ikut muram, ia
duduk sendirian di depan gubuk sendiri dengan termangumangu,
lama sekali baru dia masuk tidur.
Sampai tengah malam, sekonyong-konyong ia terjaga
bangun oleh suara deru angin yang santar, suara angin yang
lain dari pada jang lain, Keruan ia kaget, lekas-lekas ia pasang
kuping lebih cermat, akhirnya dapat dikenali itu adalah angin
pukulan orang yang sedang saling berhantam.
Lekas-lekas Nyo Ko menerobos keluar dari gubuknya, ia
lari ke gubuk Siao-liong-li, dari luar segera ia memanggil
dengan suara pelahan: "Kokoh, Kokoh, kau dengar tidak ?"
Waktu itu menderunya angin pukulan telah bertambah
keras, sepantasnya Siao-liong-li mendengar juga, tetapi aneh,
dalam gubuk tidak terde" ngar sesuatu suara sahutan, Nyo Ko
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memanggil dua kali lagi dan masih tetap sunyi, akhirnya ia tak
sabar, ia dorong pintu dan melongok ke dalam, tetapi yang dia
dapatkan hanya dipan yang kosong, ternyata gurunya sudah
menghilang.
Dalam kejutnya Nyo Ko berlari menuju ke tempat dimana
datangnya suara angin pukulan, setelah belasan tombak dia
lari, meski orang yang sedang saling labrak itu belum
kelihatan, namun dari angin pukulannya Nyo Ko dapat
membedakan satu diantaranya bukan lain adalah gurunya,
jakni Siao-liong-li. Tetapi lawannya ternyata terlebih hebat
angin pukulannya, agaknya kepandaiannya masih diatas
gurunya.
Nyo Ko percepat larinya, Ginkang atau ilmu entengkan
tubuhnya kini sudah terlatih masak, jauh berlainan daripada
dulu, maka sekejap saja lereng gunung itu sudah dilintasinya,
tertampaklah olehnya di bawah sinar bulan yang remangremang
itu Siao-liong-li yang berbaju putih mulus sedang
bertempur melawan seorang laki-laki yang bertubuh tinggi
besar.
Tinggi sekali ilmu silat orang itu hingga meski Siao-liong-li
berlaku sangat gesit dan enteng, namun selalu terkurung di
dalam angin pukulan orang dan hanya bertahan sebisanya
saja.
"Suhu, jangan kuatir, kubantu kau !" demikian segera Nyo
Ko berseru sambil melompat maju.
Tetapi sesudah sampai di samping kedua orang dan
melihat muka Laki-laki itu, tanpa terasa Nyo Ko menjadi
kesima, orang itu ternyata penuh berewok yang pendek kaku
seperti sikat kawat,hingga mukanya seakan-akan kulit landak,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
siapa lagi dia kalau bukan ayah angkatnya yang sudah lama
berpisah, Auwyang Hong !
"Berhenti, orang sendiri semua, jangan berkelahi lagi!"
teriak Nyo Ko.
Siao-liong-li tertegun mendengar seruan Nyo Ko ini, ia pikir
lelaki gila bermuka berewok ini mana bisa orangnya sendiri ?
Dan karena sedikit melengnya ini, secepat kilat Auwyang Hong
telah mengirim serangan yang mengarah muka Siao-liong-li
dengan kekuatan luar biasa.
Kaget sekali Nyo Ko, lekas ia melompat maju hendak
memisah, tetapi Siao-liong-li sudah keburu angkat tangannya
buat menangkis hingga kedua tangan mereka jadi saling
dorong.
Nyo Ko tahu tenaga gurunya masih jauh tak bisa
menandingi ayah angkatnya, kalau bertahan lama, tentu akan
terluka dalam, karena itu, segera ia ulur lima jarinya dan
menyabet pelahan ke lengan Auwyang Hong, ini adalah ilmu
"jiu-hun-ngo-hian" atau tangan mengebut lima senar,
kepandaian yang baru dipelajarinya dari kitab Kiu im-cin-keng.
Meski ilmu itu belum matang dilatihnya, namun datangnya
cepat dan tempatnya jitu, maka tiba-tiba Auwyang Hong
merasakan lengannya rada bui hingga tenaganya hilang.
Setiap kesempatan selalu digunakan Siao-liong-li dengan
cepat sekali, begitu ia merasa daya tekanan musuh menjadi
kendur, segera pula ia balas menghantam. Dalam keadaan
begitu Auwyang Hong yang seluruh tubuhnya tak bertenaga
hanya ditutuI pelahan saja pasti akan terluka parah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Syukur Nyo Ko menyelak lagi, ia putar tangannya terus
cekal lengan Siao-liong-li, berbareng ia nyelip ke-tengahtengah
kedua orang itu.
"Berhentilah kalian berdua, semuanya orang sendiri,"
demikian dengan tertawa ia berkata pula.
Dilain pihak Auwyang Hong masih belum mengenali Nyo
Ko, ia hanya merasa ilmu silat pemuda ini terlalu aneh dan
sangat tinggi sekali-kali tidak boleh dipandang enteng. Maka
dengan gusar dia membentak : "Siapa kau ? Orang sendiri apa
?"
Nyo Ko sudah kenal kelakuan Auwyang Hong yang
linglung dan gila-gilaan, ia kuatir orang betul-betul lupa
padanya, maka segera iapun berseru memanggil: "Akulah,
ayah ! Anakmu sendiri apa kau tak kenal lagi ?"
Kata-kata Nyo Ko ini membawa lagu suara yang
mengguncangkan perasaan, seketika Auwyang Hong
tercengang, ia tarik tangan si Nyo Ko, ia putar muka pemuda
ini ke arah sinar bulan, kemudian baru dikenalnya memang
betul dia ini anak angkatnya sendiri yang selama beberapa
tahun ini telah dicarinya kian kemari karena perawakan Nyo
Ko kini sudah tumbuh tinggi pula ilmu silatnya hebat, maka
semula tak dikenalnya.
Dasar Auwyang Hong juga seorang yang suka umbar
perasaannya, seketika juga dia rangkul Nyo Ko sambil
berteriak-teriak: "O, anakku, sudah lama sekali aku mencari
kau !"
BegituIah kedua orang itu saling rangkul dan sama
mengulurkan air mata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya sejak Auwyang Hong berpisah dengan Nyo Ko di
kelenteng bobrok di daerah Kanglam dahulu, di mana dia
sembunyi di dalam genta raksasa untuk menghindari
pencarian Kwa Tin-ok Setelah dia menjalankan ilmu saktinya
untuk menyembuhkan luka dalamnya selama tujuh hari tujuh
malam, akhirnya lukanya telah pulih kembali, ya Luka-luka
luar yang babak-belur karena dihajar Kwa Tin-ok itu seketika
masih belum sembuh.
Sesudah dia angkat genta raksasa itu dan keluar, ia
merawat lukanya lagi selama dua puluhan hari di dalam hotel,
habis ini kesehatannya baru pulih seluruhnya, Karena dia
pernah berjanji pada Nyo Ko bahwa tidak peduli ke mana
bocah ini pergi, ke sana juga akan dicarinya, tetapi sudah
sebulan, bumi begitu luas, ke mana dia bisa mencari jejaknya.
Auwyang Hong pikir bocah ini tentu telah pergi ke Thohoa-
to, turuti wataknya yang suka berlaku cepat, maka segera
juga ia cari satu perahu kecil dan berlayar ke pulau itu. ia tahu
juga dirinya sekali-kali bukan tandingan Kwe Cing beserta
isterinya, Ui Yong, apalagi ditambah seorang Ui Yok-su, ayah
Ui Yong (tentang kepergian Ui Yok-su dari pulau itu tak
diketahui Auwyang Hong), sekalipun kepandaiannya sekali
lipat lebih tinggi lagi juga tidak ungkuIan melawan ketiga
orang itu.
Oleh sebab itulah ia tunggu malam tiba batu berani
mendarat, siang hari ia sembunyi di dalam gua pegunungan
pulau itu, kalau malam baru diam-diam kelayapan keluar
dengan harapan bisa ketemukan Nyo Ko.
Meski secara hati-hati sekali dia sembunyi selama lebih
dua tahun tanpa berani keluar selangkah pun di waktu siang
hari toh tetap tak diketemukan kabar beritanya Nyo Ko.
Kemudian pada suatu malam, secara kebetulan ia dengar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
percakapan diantara Bu Siu-bun dan Bu Tun-si berdua
saudara, ia baru tahu bahwa Nyo Ko sudah dikirim oleh Kwe
Cing kepada Coan-cin-kau untuk belajar silat.
Tentu saja Auwyang Hong sangat girang memperoleh
kabar itu, malam itu juga dia tinggalkan pulau itu dan
memburu ke Tiong-yang-kiong di Cong-lam-san. Siapa duga
tatkala itu Nyo Ko sudah bikin ribut dengan imam-imam Coancin-
kau dan sudah masuk ke Hoat-su-jin-bong.
Peristiwa itu oleh Coan-cin-kau dianggap sebagai suatu
noda besar yang sangat memalukan, maka seluruh imam
Coan-cin-kau tiada satupun yang mau bicara, meski Auwyang
Hong sudah berusaha dengan segala daya-upaya untuk
mencari tahu toh tetap tiada satu kabarpun yang dia peroleh.
Selama beberapa tahun seluruh gunung Cong-lam-san
boleh dikatakan sudah dijelajahi oleh kaki Auwyang Hong,
siapa tahu Nyo Ko justru bersembunyi di bawah tanah gunung
itu dan sedang melatih ilmu sakti secara giat.
Sangat kebetulan juga malam itu, ketika Auwyang Hong
lalu di lembah gunung, mendadak dilihatnya ada satu gadis
berbaju putih mulus sedang menghela napas sambil duduk
tepekur mengidapi bulan.
"Hai, di manakah anakku ? Kau lihat dia tidak ?" demikian
dengan kelakuan kasar dan gila Auwyang Hong telah
menegur.
Gadis itu adalah Siao-liong-li, memangnya dia sedang
kesal ia menjadi tambah sebal demi melihat seorang gila
menegur padanya, maka dia hanya melotot saja dan tak
digubrisnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak terduga Auwyang Hong tiba-tiba melompat maju, ia
pegang lengan Siao-liong-li dan membentak pula: "He,
dimanakah anakku ?"
Siao-liong-li menjadi kaget demi merasakan tenaga
cengkeraman orang yang sangat kuat, nyata ilmu silat orang
tinggi luar biasa dan belum pernah dilihatnya seumur hidup,
sekalipun jago paling lihay dari Coan-cin-kau juga masih jauh
di bawahnya.
Dalam terkejutnya itu, lekas-lekas ia lepaskan diri dengan
Kim-na-jiu-hoat (ilmu cara menawan dan memegang) yang
lihay.
Dengan sekali pegang tadi Auwyang Hong mengira lawan
pasti akan terpegang kencang, siapa tahu dengan gampang
saja orang bisa mengelakkan diri, dasar dia memang linglung,
iapun tidak tanya-tanya lagi, segera sebelah tangannya
menyerang pula, dan begitulah tanpa sebab musabab mereka
berdua lantas saling labrak
Kembali tadi Karena sudah beberapa tahun berpisah, maka
Nyo Ko dan Auwyang Hong lantas saling menceritakan rasa
kangennya masing-masing selama ini, pikiran Auwyang Hong
masih tetap setengah jernih dan setengah butek, kejadian
yang lalu sudah tak banyak lagi yang bisa diceritakan,
terhadap cerita Nyo Ko iapun tak begitu mengerti, yang dia
tahu hanya selama beberapa tahun ini Nyo Ko telah belajar
silat pada Siao-liong-Ii.
Meski usianya sudah lanjut toh Auwyang Hong masih
bersifat kanak-anak, segera dia bilang lagi: "llmu
kepandaiannya tidak bisa mengungkuli aku, untuk apa belajar
padanya, biar aku sendiri yang mengajar kau."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Baiknya watak Siao-liong-li dingin saja, maka ia tidak
merecoki urusan ini, meski dengar, ia hanya tersenyum saja
terus menyingkir pergi.
Sebaliknya Nyo Ko menjadi rikuh terhadap Siao-liong-li.
"Tetapi Suhu sanggat baik terhadap diriku, ayah !" demikian
Lekas-lekas ia jelaskan.
Tiba-tiba Auwyang Hong menjadi cemburu, "Dia baik, apa
aku tidak ?" teriaknya.
"Baik, kaupun baik," sahut Nyo Ko cepat dan tertawa, "Di
dunia ini hanya kalian berdua saja yang baik terhadap diriku."
Karena itu, dengan memegangi tangan Nyo Ko, Auwyang
Hong menyengir.
"Ilmu silat yang kau pelajari sebenarnya tidak jelek juga,"
katanya kemudian, "cuma sayang dua macam ilmu paling
hebat di dunia ini tak kau pelajari satupun."
"llmu apakah itu," tanya Nyo Ko. Sekonyong-konyong
Auwyang Hong tarik muka, alisnya yang tebal seakan-akan
menegak.
"Percuma kau sebagai seorang berilmu silat, sampai dua
ilmu sakti di jagat ini saja tak kan kenal, lalu apa gunanya kau
angkat dia sebagai guru ?" bentaknya tiba-tiba.
Nampak orang sebentar girang sebentar marah, hati Nyo
Ko bukan menjadi takut, sebaliknya ia merasa sedih, "Nyata
penyakit ayah sudah terlalu mendalam, entah kapan baru bisa
sembuh kembali ?" demikian ia berpikir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu tiba-tiba terdengar Auwyang Hong
bergelak ketawa.
"Ha, ini biar ayah mengajar kau," katanya, "Kedua macam
ilmu mujijat itu yalah Ha-mo-kang dan Kiu-im-cin-keng.
Semasa kecilmu, pernah ku ajarkan kau sedikit penuntunnya
dasar, sekarang coba kau berjungkir dan berlatih di
hadapanku !"
Memang sejak masuk kuburan kuno itu, sudah lama Nyo
Ko tidak berlatih lagi ilmu menjungkir dengan kepala di bawah
itu, kini diingatkan kembali tentu saja dengan senang hati ia
menurut.
Dahulu semasih di Tho-hoa-to saja Nyo Ko sudah berlatih
dengan masak sekali, kini ditambah lagi Lwekangnya telah
tinggi sekali, keruan seperti macan tumbuh sayap saja, ia bisa
berputar kayun secepat kitiran dengan kepala menjungkir
dibawah.
"Bagus, bagus ! Segera kuajarkan kau pula seluruh intisari
yang paling hebat!" seru Auwyang Hong kegirangan.
Habis ini betul saja dia lantas geraki kaki dan tangannya,
ia mencerocos tiada hentinya, dia tidak urus apakah Nyo Ko
bisa ingat seluruhnya atau tidak, tetapi sejak mulai ia terus
menutur seperti mitraliur.
Di Iain pihak setelah mendengar beberapa kali ajaran
Auwyang Hong itu, hati Nyo Ko mendadak tergerak, ia merasa
setiap kata, setiap istilah ternyata luas sekali artinya, seketika
mana bisa paham begitu banyak, terpaksa ia gunakan
ketajaman otaknya untuk mengingatnya dengan paksa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sesudah Auwyang Hong mencerocos tak lama, tiba-tiba ia
tepuk tangan dan berseru pula : "He, celaka, jangan-jangan si
budak cilik itu ikut mencuri dengar !"
Segera pula ia pergi ke belakang pohon sana, ia dekati
Siao-liong-li dan bilang padanya: "Eh, budak cilik, aku sedang
mengajarkan ilmu kepandaian kepada anakku, jangan kau
mencuri dengar."