Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf
-"Ai, kalau begitu hidupmu ini benar-benar sia-sia belaka,"- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
kata Nyo Ko menepuk tangan, "Jika hidup dikota, di sana
bermacam ragam benda yang aneh, itulah baru
menyenangkan dan menarik,"
Habis ini ia lantas ceritakan semua pengalamannya dan
apa saja yang pernah dilihatnya selama ia ter-Iunta2 sejak
kecil Dasar si Nyo Ko memang pandai bicara, apalagi sengaja
ia bumbu-bumbui, ia tambahi kecap, tambahi merica, tambahi
minyak, keruan ceritanya menjadi lebih aneh dan menarik
dengan aneka macam ragamnya.
Meski Siao-liong-li sudah berumur 20 tahun, tetapi
selamanya belum pernah turun dari Cong-lam-san barang
selangkahpun, maka apa saja yang dibualkan Nyo Ko,
semuanya ia percaya penuh, malahan sampai akhirnya, tak
tertahan ia telah menghela napas.
"Kokoh, kubawa kau pergi pesiar, mau tidak?" kata Nyo Ko
akhirnya.
Di luar dugaan, Siao-liong-li menjadi gusar oleh ajakan ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ngaco-belo," damperatnya, "Cosu-popoh sudah
meninggalkan pesan bahwa barang siapa yang pernah tinggal
di dalam "Hoat-su-jin-bong" ini siapapun tidak boleh turun dari
Cong-lam-san meski selangkahpun,"
"Ha, apakah akupun tak boleh turun gunung ?" tanya Nyo
Ko kaget oleh keterangan orang.
"Sudah tentu," sahut Siao-liong-li.
Akan, tetapi Nyo Ko tidak menjadi gugup, sebab dalam
hati ia telah pikir: "Satu pulau terpencil seperti Tho-hoa-to
saja bisa kutinggalkan, apalagi hanya sekian kuburan kuno ini
mana bisa mengurung selama hidupku."
Begitulah selama mereka bicara, sesaat itu Nyo Ko
melupakan rasa dingin yang menggigilkan tadi tetapi sejenak
saja percakapan mereka berhenti seluruh tubuhnya segera
terasa gemetar lagi
"Kokoh, ampuni diriku, aku tak mau tidur lagi di atas
ranjang ini." demikian ia memohon.
"Dalam perkelahianmu dengan guru Coan-cin-kau, sepatah
kata saja kau tak sudi minta ampun, kenapa sekarang begini
tak berguna ?" sahut Siao-liong-li
"ltuIah lain," kata Nyo Ko dengan tertawa, "Siapa yang
tidak baik terhadap diriku, sekalipun aku mati dipukulpun tidak
nanti aku sudi minta ampun padanya, Tetapi siapa yang baik
padaku, meski aku harus mati untuknya juga aku rela, apalagi
hanya minta ampun."
"Cis, tak malu, siapa baik padamu ?" jengek Siao-liong-li
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sejak kecil Siao-liong-li dibesarkan oleh gurunya dan Sunpopoh,
selama dua puluh tahun itu hanya kedua orang tua itu
saja yang berdampingan dengan dia. Meskipun kedua orang
tua itu sangat baik padanya, tetapi gurunya mengharuskan dia
berlatih "Giok-li-sim-keng" (ilmu gadis suci) dan sejak kecil dia
sudah diajarkan membuang segala cita-rasa, asal kelihatan
Siao-liong-li mengunjuk sedikit perasaan saja, segera gurunya
mendamperatnya.
Sedang Sun-popoh walaupun cukup simpatik, namun ia
juga tak berani menghalang-halangi pelajaran Siao-liong-li
sehingga oleh karena itu tabiatnya yang aneh dan menyendiri
tanpa emosi itu terpelihara sejak kecil.
Kini dengan datangnya Nyo Ko, anak ini justru berhati
panas seperti api, usianya masih kecil pula, baik tutur katanya
maupun tindak-tanduknya sudah tentu berbeda seluruhnya
dari pada kedua nenek2.
Sebenarnya Siao-liong-li juga tahu apa yang dituturkan
Nyo Ko itu jelas menyalahi ajaran2 guru-nya, namun tidak
urung ia ikut bercerita dengan asyik sekali hingga lupa
daratan.
Siao-liong-li menerima Nyo Ko sebenarnya hanya untuk
memenuhi permintaan Sun-popoh saja, tetapi kemudian Nyo
Ko selalu bilang dia sangat baik padanya, dengan sendirinya
lambat laun iapun merasa memang benar ia memperlakukan
anak ini dengan sangat baik.
Demikianlah, karena lagu bicaranya Siao-liong-li telah
berubah halus, maka Nyo Ko makin mendapat hati
"Wah, dingin, Kokoh, dingin sekali aku tak tahan lagi!"
akhirnya ia berani berteriak-teriak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Padahal sekalipun kedinginan sebenarnya belum perlu
berteriak-teriak minta tolong dan bikin geger segala.
"Jangan ribut, biar kuceritakan padamu tentang asal-usul
ranjang batu ini," kata Siao-liong-li kemudian.
"Baiklah," sahut Nyo Ko girang. "Nah, Kokoh aku tidak
berteriak lagi mulailah bercerita !"
"Tadi kukatakan tidak sedikit tokoh Bu-lim di jagat ini ingin
tidur di atat ranjang batu ini, hal ini sekali-sekali bukan untuk
mendustai kau," demikian Siao-liong-li menutur, "Harus
diketahui bahwa ranjang ini dibikin dari batu pualam dingin
purbakala, inilah alat pembantu utama bagi orang yang ingin
berlatih Lwekang yang tinggi."
"lni bukan batu biasa ?" tanya Nyo Ko heran.
"Katanya kau sudah banyak berpengalaman dan pernah
melihat benda yang aneh-aneh, tapi pernahkah kau melihat
batu sedingin ini ?" sahut Siao-liong-li. "Hendaklah diketahui
batu ini adalah hasil jeri-payah Cosu-popoh selama tujuh
tahun berada di kutub utara yang paling dingin, disana batu
pualam dingin ini dia gali dari bawah es yang tebalnya ratusan
tombak, Siapa yang berlatih Lwekang dengan tidur di atas
ranjang batu pualam ini, maka setahun saja sudah sama
dengan berlatih sepuluh tahun secara biasa."
"He, begini besar faedahnya ?" seru Nyo Ko kegirangan.
"Ya," kata Siao-liong-li, "Mula-mula kau tidur di atasnya
terasakan dingin tak tertahan, tetapi asal kau kumpulkan
seluruh tenaga untuk melawannya, lama kelamaan akan
menjadi biasa, sekalipun di waktu tidur, itu berarti tak pernah
berhenti berlatih diri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebab orang biasa kalau berlatih ilmu, sekalipun orang
yang paling giat dan rajin, tiap-tiap hari ada beberapa jam
perlu buat tidur, Dau kau harus tahu, melatih ilmu yang
menjalankan napas dan darah ditubuh sama sekali berlawanan
daripada ilmu biasa, jika sampai tertidur, maka jalan darah itu
akan berputar seperti biasa dan ini sebaliknya membikin
percuma dari apa yang dilatihnya waktu siang hari.
Tetapi kalau orangnya tidur di atas ranjang ini, bukan saja
tidak sia-sia hasil yang dilatih siang harinya, bahkan
Lwekangnya akan bertambah lebih kuat."
Mendengar penjelasan ini, saking senangnya Nyo Ko terus
berseru:
"Kokoh, sungguh baik sekali engkau padaku, dengan tidur
di ranjang ini, aku tak akan takut lagi pada kedua saudara Bu
dan Kwe Hu, sekali pun Tio Ci-keng dari Cian-cin-kau yang
sudah Iama berlatih itu, kelak aku pasti dapat melebihinya,"
demikian katanya.
"Tetapi Cosu-popoh telah menetapkan peraturan bahwa
orang yang sudah tinggal di dalam kuburan ini harus tekun
berlatih diri dengan tenang dan sabar, harus hapuskan segala
napsu berlomba dengan orang luar," kata Siao-liong-li dengan
dingin.
Nyo Ko menjadi gugup oleh kata-kata ini.
"Mereka begitu menghina padaku, pula telah tewaskan
Sun-popoh, apakah begitu saja kita anggap beres ?" katanya
penasaran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Setiap manusia akhirnya toh mesti mati, sekalipun Sunpopoh
tidak mati ditangan Hek Tay-thong, lewat beberapa
tahun lagi ia sendiripun akan mati juga," ujar Siao-liong-li "Apa
bedanya hidup lebih lama beberapa tahun atau mati lebih
cepat beberapa tahun ? Kata-kata balas dendam segala, untuk
selanjutnya tak boleh kau sebut-sebut lagi di hadapanku."
Nyo Ko merasa kata-kata Siao-liong-li ini ada benarnya
juga, tetapi iapun merasa ada tempat-tempat yang tidak
tepat, hanya seketika ia tidak mendapatkan kata-kata yang
tepat untuk mendebatnya.
Pada saat itu juga hawa dingin terasa menyerang lebih
hebat lagi, Tiba-tiba Nyo Ko teringat pada apa yang dikatakan
Siao-liong-li tadi, ia pikir: "Kenapa aku tidak mencobanya
dengan Lwekang ajaran ayah angkat itu ?"
Segera tubuhnya menegak ke atas, ia menjungkir dengan
kepala dibawah, ia keluarkan ilmu yang pernah dipelajarinya
dari Auwyang Hong.
Tak lama kemudian terasalah semacam hawa hangat
mengalir melalui seluruh tubuhnya, segera pula perasaan
dingin tadi banyak berkurang waktu dia me-mutar2 tiga kali,
tiba-tiba tubuhnya malah terasa sepanas dibakar, sedikitpun
tidak kedinginan lagi, bahkan setelah dia rebah kembali di atas
ranjang batu itu lantas terasa segar dan sangat enak, ketika
matanya dipejamkan akhirnya ia tertidur dengan nyenyak.
Tetapi sesudah tertidur kira-kira setengah jam, setelah
hawa hangat tubuhnya buyar, kembali ia terjaga dari tidurnya
oleh karena hawa dingin telah menyerang lagi, oleh karena
itu, segera ia menjungkir pula mengeluarkan ilmu ajaran
Auwyang Hong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan begitulah seterusnya, tidur sebentar lalu mendusin
dan tidur lagi, ia ribut sendiri semalam suntuk, tetapi paginya
sesudah bangun, bukannyas ia merasa letih, sebaliknya ia
malah penuh semangat, suatu tanda bahwa ilmu
menjungkirnya itu khasiatnya memang hebat.
Waktu Siao-liong-li meraba jidat anak ini, merasa suhu
badan orang biasa saja, keruan ia menjadi heran sekali, maka
dengan sabar dia tanya Nyo Ko ilmu apa yang pernah
dipelajarinya dahulu.
Sedikitpun Nyo Ko tidak membohong, ia menerangkan
seluruhnya, ia ceritakan Lwekang yang dipelajarinya dari ibu
kandungnya sendiri dan Ha-mokang yang diterimanya dari
Auwyang Hong.
Diam-diam Siao-liong-li ber-pikir-pikir, ia merasa kedua
macam Lwekang yang diuraikan Nyo Ko itu sama sekali tidak
sejurus dan berlainan, terang pula berbeda sekali dengan
Lwekang sendiri, la, pikir meski apa yang Nyo Ko pahami itu
hanya sedikit dasar penuntun saja, tapi dengan ini pula dapat
dibayangkan yang lain bahwa kedua ilmu Lwekang yang
dipelajarinya itu justru luar biasa bagusnya, sesungguhnya
tidak dibawah Lwekang dari pada perguruannya sendiri.
BegituIah, sesudah Siao-liong-li termenung-menung
sejenak, lalu ia membatin lagi: "Kiranya anak ini sudah
mempunyai dasar Lwekang yang kuat, soalnya tidak
dipergunakan secara baik dan tepat, Maka sekarang tidak
perlu kesusu mengajarkan dia Lwekang dari perguruannya
sendiri "
Paginya, sesudah mereka sarapan, berkatalah Siao-liong-li
kepada Nyo Ko:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ko-ji, ada suatu soal, ini boleh kau pikirkan sendiri
dengan masak jika sungguh-sungguh kau ingin mengangkat
guru padaku, maka seumur hidup ini kau harus tunduk pada
kata-kataku, Tetapi jika kau tidak angkat guru padaku, akupun
tidak <Ww!>
nurunkan ilmu kepandaian padamu, kelak kalau kau
mampu menangkan aku, maka dengan ilmu silatmu itu boleh
kau terjang keluar Hoat-su-jin-bong ini."
"Sudah tentu aku ingin angkat kau sebagai guru," sahut
Nyo Ko tanpa pikir sedikitpun "Sekalipun kau tidak
mengajarkan kepandaian padaku juga pasti aku akan turut
segala perkataanmu."
Keruan Siao-liong-li heran oleh jawaban ini.
"Sebab apa ?" tanyanya.
"Kokoh, dalam hati engkau sangat baik terhadapku
memang kau kira aku tidak tahu ?" sahut Nyo Ko.
"Baik tidak aku terhadapmu selanjutnya tidak boleh
dipakai membacot," kata Siao-liong-li dengan menarik muka,
"Baiklah, jika kau angkat guru padaku, mari kita pergi ke
ruangan belakang buat menjalankan upacara."
Maka ikutlah Nyo Ko ke ruangan belakang, di ruangan ini
Nyo Ko melihat keadaanpun kosong belaka tanpa sesuatu
pajangan, hanya diantara kedua belah dinding timur dan barat
tampak tergantung dua lukisan.
Lukisan yang tergantung di dinding sebelah barat
menggambarkan dua gadis jelita, yang satu usianya 25-26
tahun dan sedang bersolek menghadapi cermin, sedang gadis
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang lain berumur 14-15 tahun, dari dandanannya jelas adalah
seorang dayang atau pelayan, tangannya terlihat memegang
sebuah baskom sedang melayani junjungannya yang sedang
bersolek itu.
Kedua gadis ini semuanya berwajah cantik molek, yang
berumur lebih tua itu alisnya lentik panjang sampai mendekati
pelipis, diantara sorot matanya lapat-lapat membawa perbawa
yang agung dan keren, Tanpa terasa Nyo Ko memandang
beberapa kali lebih banyak kepada gadis ini, dalam hati
seakan-akan dengan sendirinya timbul semacam perasaan
hormat kepadanya.
"lni dia Cosu-popoh (nenek guru), hayo menjuralah kau,"
demikian Siao-liong-li lantas berkata padanya sambil
menunjuk gambar gadis yang tua-an itu.
"Dia ini Cosu-popoh ?" tanya Nyo Ko dengan heran,
"Kenapa usianya begini muda ?"
"Waktu membikin lukisan ini dia masih muda, kemudian
tentunya tidak muda lagi," sahut Siao-liong-li.
Kata-kata jawaban ini diulangi Nyo Ko di dalam hati, tibatiba
ia merasakan semacam kesunyian yang memilukan, maka
dengan tercengang ia pandang lukisan itu, tanpa tertahan air
matanya meleleh.
Sudah tentu Siao-liong-li tidak tahu isi hati bocah ini,
kembali dia tuding gambar gadis yang berdandan sebagai
pelayan itu dan berkata pula : "lni adalah Suhuku, Nah, lekas
kau menjura."
Waktu Nyo Ko mengamat-amati pula lukisan itu, ia lihat
gadis jelita yang dimaksud ini masih bodoh pelonco, wajahnya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bersifat anak-anak, siapa tahu telah menjadi gurunya Siaoliong-
li. Akan tetapi tanpa ragu-ragu lalu ia berlutut terus
menjura terhadap lukisan itu.
Menunggu sesudah Nyo Ko berdiri kembali kemudian Siaoliong-
li tuding lagi pada lukisan yang tergantung di dinding
sebelah timur itu sambil berkata: "Sekarang ludahi sekali pada
Tojin itu !"
Waktu Nyo Ko menegasi, ia lihat lukisan itu memang
menggambarkan seorang Tojin atau imam yang berperawakan
jangkung, pada pinggangnya tergantung sebatang pedang
dan jari telunjuk kanannya sedang menuding ke jurusan
timur-laut, hanya gambar Tojin ini dalam keadaan mungkur,
maka wajah imam ini tidak jelas tertampak. Tentu saja Nyo Ko
sangat heran.
"Siapa dia ? Kenapa harus meludahi dia ?" tanyanya
kemudian,
"Dia adalah Kaucu (ketua agama) Coan-cin-kau, Ong
Tiong-yang," tutur Siao-liong-Ii. "Kita mempunyai satu
peraturan, apabila sudah menyembah pada Cosu-popoh,
kemudian harus meludahi dia,"
Dalam hati kecilnya Nyo Ko memang sudah dendam dan
benci terhadap orang-orang Coan-cin-kau, setelah diberi
penjelasan itu, tanpa pikir lagi segera ia meludahi lukisan itu
dan tepat mengenal punggung gambarnya Ong Tiong-yang.
"Kokoh, apakah Cosu-popoh kita sangat benci kepada Ong
Tiong-yang ?" tanya Nyo Ko.
"Ya," jawab Siao-liong-li
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau begitu kenapa gambar ini tidak dibakar saja,
sebaliknya malah digantung di sini?" ujar Nyo Ko.
"ltulah aku tak tahu, Aku hanya dengar dari Suhu dan Sunpopoh
bahwa kaum laki-laki di jagat ini tiada satupun yang
baik," demikian sahut Siau liong-li. Habis ini suaranya seketika
berubah menjadi bengis dan membentak: "Kelak kalau kau
sudah besar dan berani melakukan perbuatan jahat, hm, lihat
saja apa aku akan mengampuni kau ?"
"Sudah tentu kau mengampuni aku," tiba-tiba Nyo Ko
menjawab.
Keruan Siao-Iiong-li tertegun seketika, Maksudnya dengan
kata-kata terakhirnya tadi sebenarnya hanya buat me-nakut2i
dan sebagai peringatan saja, tak terduga Nyo Ko ternyata
berani menjawab Dalam tertegunnya, Siao-liong-Ii menjadi
bingung malah dan kehabisan akal.
"Lekas menyembah guru !" akhirnya ia membentak lagi.
"Kepada guru sudah tentu aku, akan menyembah," sahut
Nyo Ko lagi, "Cuma engkau harus berjanji dulu satu hal
padaku, kalau tidak, aku tak mau menyembah."
"Kurang ajar anak ini," diami Siao-liong-li menggerutu
dalam hati "Selamanya hanya guru yang minta murid harus
berjanji, mana ada aturan bahwa murid malah meminta janji
dari sang guru ?"
Akan tetapi dasar sifatnya memang sabar dan pendiam,
maka iapun tidak menjadi gusar.
"Soal apa ? Boleh coba kau katakan," sahutnya kemudian.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Begini," kata Nyo Ko, "dalam hati sudah terang kuanggap
engkau sebagai Suhu, aku menghormati kau dan menjunjung
kau, apa yang kau katakan tentu kuturut, tetapi dalam
sebutan aku tidak panggil engkau sebagai Suhu melainkan
tetap panggil engkau Kokoh (bibi) saja"
Permintaan ini kembali membikin Siao-liong li tercengang.
"Sebab apa ?" tanyanya kemudian.
"Ya, sebab sudah dua kali aku mengangkat Suhu, tetapi
mereka perlakukan aku tidak baik, diwaktu mimpi saja aku
akan mengutuki Suhu," demikian Nyo Ko menutur, "Oleh
sebab itu adalah lebih baik kupanggil kau Kokoh saja, agar bila
aku mengutuki Suhu engkau tidak ikut tersangkut."
Tanpa tertahan Siao-liong-Ii tertawa geli oleh keterangan
Nyo Ko ini, ia merasa walaupun kelakuan anak ini terlalu aneh
dan nakal, tapi cara berpikirnya ternyata menarik juga.
"Baiklah, aku terima permintaanmu," janjinya kemudian.
Nyo Ko lantas berlutut, dengan sangat hormat ia
menyembah delapan kali pada Siao-liong-li
Lalu Nyo Ko mengucapkan janji pula: "Tecu (anak murid)
Nyo Ko hari ini mengangkat Siao-liong-li Kokoh sebagai guru,
sejak kini, selamanya Nyo Ko akan dengar kata Kokoh, jika
Kokoh ada kesulitan dan menghadapi bahaya, Nyo Ko akan
mati-matian membela Kokoh tanpa hiraukan jiwa sendiri jika
ada orang jahat berani menghina Kokoh, Nyo Ko pasti akan
membunuh orang jahat itu."
Sungguh lucu sekali sumpah setia Nyo Ko: ini Padahal
waktu itu ilmu silat Siao-liong-Ii entah berapa puluh kali lebih
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tinggi daripada Nyo Ko, tapi Nyo Ko anggap orang adalah
gadis jelita yang lemah lembut, maka tiba-tiba timbul sikap
perkasa sebagai seorang jantan sejati yang wajib melindungi
wanita lemah, sampai akhirnya, makin lama semakin
bersemangat dan gagah ucapannya.
Meski lagu suara Nyo Ko masih berbau kanak-anak, tetapi
kata-kata yang diucapkannya dengan sungguh-sungguh dan
penuh semangat itu, mau-tak-mau membikin hati Siao-liong-Ii
rada terguncang juga.
BegituIah, sesudah Nyo Ko menjura, kemudian ia berdiri
kembali dihadapan orang dengan muka berseri-seri tanda
gembira.
"Apa yang membikin kau begini senang ?" tanya Siao-
Iiong-li. "Kepandaianku toh belum tentu bisa menangkan
imam-imam tua dari Coan-cin-kau itu, lebih-lebih tak mungkin
bisa diatas kau punya Kwe-pepek."
"PeduIi apa meski kepandaian mereka lebih tinggi," sahut
Nyo Ko spontan, "yang penting, engka mau mengajarkan ilmu
kepandaian padaku dengan sungguh-sungguh."
Siao-liong-li menghela napas mendengar jawaban orang.
"Padahal apa gunanya meski sudah belajar ilmu silat ?"
ujarnya, "Cuma, daripada iseng menganggur di dalam kuburan
sunyi ini, baiklah aku akan ajarkan padamu, sekarang kau
tunggu dulu disini, biar aku keluar sebentar."
Mendengar dirinya akan ditinggal pergi, Nyo Ko menjadi
takut karena harus tinggal sendirian dalam kuburan.
"Kokoh, aku ikut keluar saja," demikian katanya cepat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi Siao-liong-Ii segera pelototi padanya.
"Baru saja kau berjanji akan turut perkataanku untuk
selamanya, tapi hari pertama kau sudah membangkang,"
damperatnya.
"Tetapi, aku aku takut," sahut Nyo Ko.
"Laki-laki jantan sejati, takut apa ?" damperat Siao-liong-li
pula, "Tadi kau masih bilang hendak membela diriku dan
bunuh orang jahat segala !"
"Baiklah, kalau begitu lekasan engkau kembali ya !" kata
Nyo Ko sesudah berpikir.
"ltupun tak bisa ditentukan, bagaimana jika seketika sukar
menangkapnya ?" ujar Siao-Iiong-li.
Nyo Ko menjadi heran oleh jawaban ini.
"Menangkap apa, Kokoh ?" tanyanya.
Namun Siao-liong-Ii tak menjawab, ia terus bertindak
pergi sendiri.
Dengan keluarnya Siao-liong-Ii, keadaan di dalam kuburan
menjadi sepi nyenyap.
Dalam pada itu Nyo Ko masih me-nerka2 dalam hati oleh
kata-kata Siao-liong-li tadi yang bilang hendak pergi
menangkap sesuatu, ia tidak tahu siapakah yang hendak
ditangkapnya. Tapi mengingat Siao-liong-li tidak pernah turun
selangkah pun dari Cong-km-san, Nyo Ko yakin tentu sasaran
yang ditangkapnya adalah imam Coan-cin-kau, hanya tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
diketahui imam mana yang akan ditangkapnya dan guna apa
menangkapnya ?"
BegituIah Nyo Ko berpikir serabutan sendirian, tanpa
terasa iapun sudah melangkah keluar ruangan besar kuburan
itu dan menuju ke arak syrat melalui satu lorong, tetapi baru
belasan tindak dilalui, tiba-tiba pandangannya menjadi gelap
gulita.
Karena kuatir akan kesasar, lekas-lekas Nyo Ko balik
kembali perlahan-lahan dengan merembet dinding, siapa tahu
meski sudah beberapa puluh tindak ia berjalan masih belum
juga dilihatnya sinar pelita di ruangan besar tadi.
Dalam gelisah dan takutnya, Nyo Ko tambah cepat
melangkah ke depan, Akan tetapi ia jadi kesasar lebih jauh
lagi. Memangnya ia sudah salah jalan, dalam keadaan gugup
semakin salah pula. Makin jalan makin cepat, beberapa kali ia
kebentur sini dan tertumbuk sana, dalam kegelapan ia merasa
jalan lorong itu bersimpang-cabang belaka, hingga tak bisa
lagi ia kembali ke ruangan besar di depan tadi.
"Kokoh, Kokoh ! Lekas tolong !" saking kuatirnya ia
berteriak-teriak.
Akan tetapi suara gemborannya segera berkumandang
balik diantara lorong kuburan itu hingga membisingkan
telinga.
Namun Nyo Ko tidak putus asa, ia maju terus mencari
jalan keluarnya, kemudian tiba-tiba terasa tanah di mana dia
injak ternyata basah becek, kiranya dirinya sudah tidak berada
di lorong kuburan lagi melainkan berada di jalan lembah
pegunungan yang bertembusan dengan lorong kuburan
dibawah tanah itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan Nyo Ko semakin ketakutan.
"Jika aku kesasar di dalam kuburan, bagaimanapun Kokoh
pasti dapat mencari kembali di-riku," demikian ia pikir. "Kini
aku telah sampai disini, kalau tak bisa menemukan aku, tentu
ia mengira aku melarikan diri, dan tentu pula dia akan berduka
sekali."
Oleh karena itu, sesudah meraba-raba mendapatkan
sebuah batu, lalu ia bersedakap tangan dan berduduk di atas
batu itu sambil termenung-menung.
Lama sekali ia duduk termangu-mangu, tiba-tiba ia dengar
suara sayup-sayup orang sedang memanggilnya: "Ko-ji Ko-ji!"
Nyo Ko dapat mengenali suara orang itu, tentu saja ia
sangat girang, tanpa ayal lagi ia melompat bangun dan balas
berteriak : "Aku ada di sini, Kokoh !"
Akan tetapi suara panggilan "Ko-ji, Ko-ji" itu bukannya
makin mendekat, sebaliknya malah menjauh.
Keruan saja Nyo Ko sangat cemas, lekas-lekas ia pantang
mulut dan berteiak lebih keras: "Aku ada di siniiiiiii!"
Tetapi sejenak kemudian ia tidak mendengar suara
panggilan lagi, tentu saja ia menjadi kesal dan putus asa.
Tak terduga, mendadak ia merasakan daun kupingnya
menjadi "nyes" dingin, tahu-tahu kupingnya dijewer orang
terus diangkat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam kagetnya hampir saja Nyo.Ko- menjerit akan tetapi
segera ia menjadi girang sekali
"He, Kokoh, kau ! Kenapa sedikitpun aku tidak merasa,"
demikian teriaknya kemudian.
"Apa yang kau lakukan di sini ?" omel Siao-liong-li.
"Aku kesasar," sahut Nyo Ko.
Siao-liong-li tidak menanya lebih jauh, ia tarik tangan Nyo
Ko dan diajak kembali walaupun dalam keadaan gelap gulita,
namun Siao-liong-li ternyata bisa jalan dengan cepat dan
belak-belok seperti jalan di siang hari saja.
"Kokoh, kenapa engkau dapat melihat dengan terang ?"
tanya Nyo Ko kagum.
"Seumur hidupku dibesarkan dalam kegelapan dengan
sendirinya aku tidak memerlukan sinar terang," sahut Siaoliong-
li.
Tidak antara lama, kembali Siao-liong-li membawa Nyo Ko
sampai di ruang besar semula.
"Kokoh," kata Nyo Ko sambil tarik napas panjang,
"sungguh, tadi aku merasa kuatir sekali"
"Kuatir apa ? Toh pasti aku akan menemukan kau," sahut
Siao-liong-li
"Bukan kuatirkan soal ini," kata Nyo Ko pula, "tetapi aku
kuatir engkau akan menyangka aku melarikan diri hingga
merasa berduka dalam hati"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Jika kau lari, janjiku pada Sun-popoh lantas batal pula,
apanya yang perlu dibuat duka ?" sahut Siao-liong-li
Nyata watak kedua orang ini sama sekali terbalik, jika Nyo
Ko berpikir dengan penuh perasaan hangat, sebaliknya Siaoliong-
li berhati dingin sebagai es.
"Apa engkau telah berhasil menangkapnya, Kokoh ?" tanya
Nyo Ko lebih jauh.
"Sudah," jawab Siao-liong-li
"Kenapa engkau menangkap dia ?" tanya Nyo Ko lagi
"Bukankah buat membantu kau melatih silat, sahut Siaoliong-
li, "Sini, ikut padaku,"
Mendengar jawaban ini, seketika Nyo Ko menjadi girang.
"Eh, kiranya dia pergi menangkap imarn Coan-cin-kau untuk
dibuat untuI (mangsa latihan) bagiku," demikian pikirnya,
Keruan ia sangat ketarik, maka tanpa berkata lagi dia ikut di
belakang Siao-liong-li
Setelah memutar beberapa kali kemudian Siao-liong-li
membuka sebuah pintu dan masuk ke dalam sebuah kamar
batu.
Yang aneh jalan kamar batu ini ternyata sangat kecil dan
sempit, dua orang berada di dalamnya saja sukar memutar
tubuh, pula langit-langitan kamar sangat rendah, hampir Siaoliong-
li menyundul langit-langit kamar itu apabila mengangkat
tangannya...
Dalam pada itu Nyo Ko juga heran, sebab tiada satu imam
Coan-cin-kau yang terdapat di dalam kamar itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Di manakah Tosu yang engkau tangkap itu ?" begitulah ia
lantas tanya.
"Tosu apa ?" berbalik Siao-long-li balas tanya.
"Bukankah engkau bilang hendak pergi menangkap orang
buat membantu aku latihan silat?" sahut Nyo Ko.
"Siapa bilang orang ?" kata Siao-liong-li "Tetapi ini, di sini"
Habis ini ia berjongkok dan tarik sebuah kantong kain dari
pojok kamar, setelah tali pengikat kantong dilepas, kantong itu
dia kebas beberapa kali, maka terbang keluarlah tiga ekor
burung gereja.
Luar biasa herannya Nyo Ko setelah mengetahui isi
kantong itu. "Eh, kiranya Kokoh keluar tadi untuk menangkap
burung gereja," demikian ia membatin.
"Nah, sekarang coba kau tangkap ketiga burung gereja itu,
tetapi tak boleh kau membikin rontok bulunya atau melukai
cakarnya," demikian Siao-liong-li berpesan padanya.
Nyo Ko menjadi senang oleh permainan ini.
"Bagus !" serunya gembira, Dan begitu menubruk maju
segera ia hendak menangkap salah satu burung gereja itu.
Akan tetapi burung-burung gereja itu ternyata sangat
gesit, meski Nyo Ko sudah tubruk sini dan samber sana, tetap
tak bisa menyenggol sedikitpun, jangankan hendak
menangkapnya, Akhir-nya napas Nyo Ko sendiri yang
terengah-engah dan berkeringat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cara kau menangkapnya itu salah, Harus begini, lihat ini
kuajarkan kau caranya," kata Siao-liong-Ii.
Habis itu, dia lantas memberi beberapa petunjuk caranya
meloncat ke atas dan menubruk ke bawah, cara menangkap
dan mencekal dengan cepat.
Nyo Ko memang sangat pintar, ia tahu dengan melalui
cara menangkap burung gereja itu sebenarnya Siao-liong-li
lagi mengajarkan semacam ilmu silat yang tinggi padanya,
maka ia memperhatikan sepenuhnya semua pelajaran itu dan
di-ingatnya dengan baik.
Dengan main tubruk dan samber tanpa teratur nyata Nyo
Ko kewalahan sendiri untuk menangkap ketiga ekor burung
gereja itu.
Cara-cara yang diajarkan Siao-liong-li padanya itu sudah
bisa dipahaminya, hanya seketika belum dapat dia pergunakan
Namun Siao-liong-li tidak peduli lebih jauh, ia membiarkan Nyo
Ko sibuk sendiri didalam kamar itu dengan burung-burungnya,
sedang ia sendiri lantas keluar sesudah merapatkan
pintunya.
Hari pertama itu nyata Nyo Ko belum sanggup menangkap
burung gereja itu meski hanya seekor saja, sesudah bersantap
malam, dia latih Lwekangnya lagi di atas ranjang batu pualam
dingin, Besok paginya, kembali ia mengudak burung gereja
lagi, cara melompatnya ternyata sudah bertambah tinggi,
gerak tangannya pun jauh lebih cepat daripada tadinya.
Begitulah seterusnya, sampai hari kelima, akhirnya
berhasil juga dia menangkap seekor burung gereja itu, luar
biasa girang Nyo Ko, segera ia mencari Siao-liong-li dan
melaporkan kemajuannya itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siapa tahu, bukannya Siao-liong-li memuji atas hasilnya
itu, sebaliknya ia dingin saja menerima laporan itu, bahkan ia
menyindir: "Huh, apa gunanya hanya seekor ? Tetapi harus
menangkap tiga ekor sekaligus !"
Nyo Ko tak berani menjawab, dalam hati ia pikir: "Kalau
sudah bisa menangkap seekor, menangkap lagi dua ekor apa
susahnya ?"
Tak tersangka prakteknya ternyata tidak begitu gampang
sebagaimana dia sangka, beruntun-runtun dua hari seekor
saja tak mampu ditangkapnya lagi.
Setelah ketiga burung gereja itu sudah payah karena terus
menerus di-uber-uber oleh Nyo Ko, kemudian Siao-liong-li
melepaskannya setelah di-lolohi sedikit makanan, lalu ia
menangkap lagi tiga ekor yang baru yang masih segar dan
kuat untuk melatih Nyo Ko. Dan pada hari kedelapan barulah
sekaligus Nyo Ko mampu menangkap ketiga burung gereja itu.
"Cukuplah sekarang, mari kita pergi ke Tiong-yang-kiong,"
kata Siao-Iiong-li.
Tentu saja Nyo Ko rada terperanjat oleh ajakan ini.
"Untuk apa ke sana ?" tanyanya heran.
Akan tetapi Siao-liong-li tidak menjawab pertanyaannya, ia
tarik tangan bocah itu terus diajak menuju Tiong-yang-kiong.
Selama itu meski hanya selisih delapan hari saja, namun
keadaan Nyo Ko ternyata sudah berlainan, kini tindakannya
kuat dan langkahnya enteng, jelas sekali lebih tangkas
daripada sebelumnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Thio Ci-keng ! Hayo lekas keluar!" seru Siao-liong-li
sesudah sampai di depan Tiong-yang-kiong kaum Coan-cinkau
itu.
Tadi sebelum mereka berdua sampai di depan istana ini,
lebih dulu sudah ada imam Coan-cin-kau yang telah
melaporkan kedatangan mereka, maka baru saja Siao-liong-li
berteriak, segera dari dalam istana itu membanjir keluar
beberapa puluh orang Tosu atau imam, Di antaranya dua
imam cilik memayang Thio Ci-keng. Wajah Ci-keng tertampak
pucat lesu, kedua matanya cekung, kelihatannya tak sanggup
berdiri sendiri.
sementara itu para imam dapat mengenali Siao-liong-li
berdua, mereka semua memegang ferijata dan memandang
dengan mata melotot gusar
Siao-liong-li lantas keluarkan sebuah botol putih dari
bajunya,
"Ini adalah air madu untuk menyembuhkan racun antupan
tawon, ambil dan berikan pada Thio Ci-keng," katanya dengan
suara keras sambil menyerahkan botol itu kepada Nyo Ko.
Waktu melihat Thio Ci-keng, sebenarnya hati Nyo Ko
masih belum hilang rasa benci dan dendamnya pada imam ini.
Hanya karena dihadapan orang banyak, rasanya tak enak
membantah maksud Siao-liong-li itu, Maka dengan langkah
lebar terpaksa ia membawa botol madu tawon itu, dan ditaruh
di depan Thio Ci-keng.
Ketika para imam Coan-cin-kau mendengar bahwa Siaoliong-
li datang lagi, mereka menyangka gadis ini tentu akan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
cari gara-gara dan bikin onar, untuk membalas sakit hatinya
Sun-popoh, maka disamping mereka siap berjaga, di lain pihak
segera dilaporkan kepada Ma Giok dan Khu ju-ki yang
tingkatannya lebih tua.
Tak terduga bahwa kedatangan Siao-liong-li ini ternyata
sama sekali tidak bersifat permusuhan melainkan malah
mengutarakan madu tawon penawar racun, keruan mereka
menjadi heran, dalam bingungnya sampai mereka tak bisa
menyambut perkataan Siao-liong-li" tadi, sementara itu
setelah Nyo Ko menaruh botol madu tawon didepan orang, ia
pandang sekejap pula kepada Thio Ci-keng dengan sorot mata
yang penuh menghina dan merasa jijik,habis ini ia putar tubuh
terus jalan kembali.
Slkap Nyo Ko ini agaknya dapat dilihat dengan jelas oleh
Ceng kong yang berada juga di antara kawanan imam itu, ia
tak bisa menahan amarahnya lagi.
"Anak celaka, sudah mengkhianati perguruan, sekarang
kau mau pergi begitu saja ?" demikian segera ia membentak
sambil memburu maju hendak menawan Nyo Ko.
"Ko-ji, hari ini jangan membalas serangannya," tiba-tiba
Siao-liong-li berpesan pada Nyo Ko.
Dalam pada itu Nyo Ko mendengar dari belakangnya ada
suara tindakan orang dengan cepat, menyusul mana
terdengar pula menyambernya angin pukulan, nyata ada
orang hendak menjamberet punggungnya, Karenanya, tanpa
pikir segera ia mendaki tubuh ke bawah, lalu mendadak ia
meloncat ke samping.
Meski baru delapan hari Nyo Ko berlatih menangkap
burung gereja di dalam Hoat-su-jin-bong atau kuburan orang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hidup itu dan tidur di atas ranjang batu pualam dingin delapan
malam pula, walaupun Siao-liong-li hanya mengajarkan sedikit
caranya menangkap burung, akan tetapi semua itu justru
adalah intisari dari kunci dasar latihan Ginkang atau ilmu
entengkan tubuh yang tinggi dari Ko-bong-pay (aliran kuburan
kuno) itu, maka kepandaiannya sekarang sudah jauh berbeda
daripada waktu bertanding dengan imam Coan-cin-kau
dahulu.
BegituIah, maka dengan tepat sekali, pada saat tangan
Ceng-kong hampir menempel punggungnya, mendadak ia
melompat pergi, bahkan berbareng itu sekalian ia tarik kain
baju orang, Memangnya karena Ceng-kong luput menubruk
orang dan tubuhnya mendoyong ke depan, kini ditambah oleh
tarikan Nyo Ko, keruan ia tak sanggup berdiri tegak lagi, tanpa
ampun ia jatuh tersungkur dengan antap sekali.
Ketika Ceng-kong bisa merangkak bangun, sementara itu
Nyo Ko sudah berdiri di samping Siao-liong-li.
Dalam gusarnya Ceng-kong berteriak murka terus hendak
menyeruduk maju lagi, syukur pada saat itu mendadak dari
rombongan imam-imam itu telah maju satu orang dan secepat
kilat menghadang dihadapan Ceng-kong sambil menarik
tangannya dan diseret kembali ke tempat berdiri mereka
semula.
Seketika Ceng-kong merasakan setengah tubuhnya
menjadi kaku kesemutan, waktu ia mendongak kiranya yang
menariknya adalah Susiok atau paman gurunya, In Ci-peng.
Karena itu, kata-kata makian yang sebenarnya akan dia
lontarkan, seketika juga ia telan kembali mentah-mentah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Banyak terima kasih atas pemberian obat nona tadi,"
demikian In Ci-peng membuka suara sambil membungkuk
memberi hormat.
Sebaliknya Siao-liong-li ternyata tidak balas hormat orang,
iapun tidak menjawab, Dia gandeng tangannya Nyo Ko terus
diajak kembali: "Mari Ko-ji, kita pulang saja !"
"Liong-kohnio," tiba-tiba In Ci-peng Berseru lagi, "Nyo Ko
ini adalah anak murid Coan-cin-kau kami, tetapi secara paksa
kau telah menerimanya sebenarnya cara bagaimana urusan ini
harus diselesaikan ?"
Siao-liong-H tertegun oleh teguran ini dan tak bisa
menjawab.
"Aku tak senang mendengarkan ocehan orang," katanya
akhirnya.
Habis ini, tanpa menghiraukan orang Iain ia tarik tangan
Nyo Ko dan masuk kembali ke dalam rimba dengan langkah
cepat Di lain pihak In Ci-peng dengan para imam Coan-cin-kau
jadi terkesima, mereka hanya saling pandang saja dengan
bingung.
"Ko-ji, kepandaianmu memang nyata sudah ada
kemajuannya," demikian kata Siao-liong-li kepada Nyo Ko
sesudah berada di dalam kuburan kuno itu,cuma cara kau
hajar imam gemuk tadi itu sebaliknya salah besar."
"lmam gendut itu pernah hajar aku secara tidak semenamena,
sayang tadi aku belum sempat membalas dia dengan
setimpal," sahut Nyo Ko.
"Dan mengapa Kokoh bilang aku salah menghajarnya ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Maksudku bukan tak boleh menghajar dia, tetapi caramu
menghajarnya itu yang salah," ujar Siao-liong-li "Seharusnya
jangan kau tarik dia hingga jatuh tersungkur ke depan, tetapi
harus tidak pakai tarikan dan biar dia jatuh terjengkang
sendirinya ke belakang,"
Nyo Ko menjadi girang mendengar penuturan ini.
"Ha, menarik sekali hal ini, hayo, Kokoh, ajarkan caranya
!" serunya cepat.
"Nah, anggap aku ini Ko-ji dan kau adalah imam gendut
busuk itu, coba kau tangkap diriku," demikian kata Siao-liongli
puIa, Habis berkata, segera dia mulai melangkah pelahan ke
depan.
Nyo Ko menurut, dengan tertawa2 ia ulur tangannya untuk
memegang tubuh orang, Akan tetapi seperti bermata saja
dipunggung Siao-liong-li, meski Nyo Ko menubruk dan meraup
bagaimanapun juga, tetap tak dapat menyenggol baju orang,
kalau Nyo Ko berlari cepat, Siao-liong-li segera lari lebih cepat,
dan kalau Nyo Ko lambat, Siao-liong-li pun ikut lambat, jarak
mereka selalu berselisih kira-kira satu kaki jauhnya.
"Haha, Kokoh, awas sekali ini !" dengan tertawa Nyo Ko
berseru, mendadak ia menubruk maju dengan gerak cepat,
dan Siao-liong-li ternyata tidak menghindarinya.
Tentu saja Nyo Ko bergirang, ia yakin kedua tangannya
segera pasti akan dapat merangkul leher orang, Siapa duga,
baru saja kedua tangannya dipentang dan hampir merangkul,
sekonyong-konyong Siao-liong-li mencelat ke belakang hingga
terlepas dari rangkulannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena menangkap angin, dengan cepat pula Nyo Ko
mendongak dan hendak menjambret akan tetapi dia baru saja
menubruk ke depan lalu mendadak menekuk ke belakang
sambil mendongak, karena terlalu besar menggunakan
tenaga, maka Nyo Ko tak bisa berdiri tegak lagi, ia jatuh
terjengkang ke belakang hingga tulang punggung terasa sakit
sekali.
"Caramu ini sangat bagus, Kokoh," teriak Nyo Ko girang
sesudah merangkak bangun, "Dan kenapa engkau bisa begini
cepat ?"
"Jika kau berlatih menangkap burung gereja setahun lagi,
tentu kau akan jadi begini juga," sahut Siao-liong-li.
"He, bukankah aku sudah bisa menangkapnya," ujar Nyo
Ko.
"Hm, dapatkah itu dianggap ?" Siao-liong-H menjengek,
"Apa kau kira ilmu silat Ko-bong-pay kita ini begitu gampang
kau pelajari ?"
Karena dampratan ini, Nyo Ko tak berani bicara lebih jauh.
"Sini ikut padaku," kata Siao liong-li kemudian. Lalu ia
bawa Nyo Ko pergi ke satu kamar batu yang lain.
Kamar batu yang sekarang ini ternyata sekali lebih besar
dan luas daripada yang dulu waktu mula-mula Nyo Ko belajar
menangkap burung, di dalam kamar ini sudah tersedia lagi
enam ekor burung gereja.
Kalau tempatnya bertambah luas, dengan sendirinya untuk
menangkap burung gereja itu menjadi jauh lebih sulit, Tetapi
Nyo Ko tak perlu kuatir karena Siao-liong-li telah memberi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
petunjuk beberapa kepandaian lagi cara meloncat tinggi dan
melompat jauh dari ilmu entengkan tubuh dan ilmu cara
menangkap dan menawan. Dengan demikian lewat delapan
atau sembilan hari lagi, sekaligus Nyo Ko sudah bisa
menangkap enam burung gereja itu.
Selanjutnya kamar latihannya lantas bertambah besar dan
makin luas, jumlah burung gereja yang harus ditangkapnya
bertambah banyak juga, dan akhirnya dia harus menangkap
9x9 - 81 burung gereja di ruangan tengah yang sangat besar,
Untung ranjang batu pualam dingin yang dibuat tidur Nyo Ko
itu ternyata besar sekali khasiatnya untuk membantu latihan
Lwekang, hanya dalam tempo tiga bulan saja, 81 ekor burung
gereja itu sekaligus dapat Nyo Ko tangkap semua.
Tentu saja Siao-liong-li sangat girang melihat kemajuan
Nyo Ko yang begitu pesat.
"Dan sekarang kita harus menangkapnya di luar kuburan,"
demikian katanya kemudian.
Selama tiga bulan itu Nyo Ko terkurung di dalam kuburan,
memangnya ia sudah bosen dan kesal juga, kini mendengar
akan latihan di luar kuburan, keruan ia menjadi senang dan
muka berseri-seri.
"Apanya yang perlu digirangkan ?" ujar Siao-liong-li dingin,
"justru ilmu kepandaian ini sukar sekali melatihnya. 81 burung
gereja ini seekor saja tidak boleh terlolos."
Begitulah dengan membawa kantong kain yang penuh
berisi 81 ekor burung gereja ia ajak Nyo Ko keluar kuburan
kuno itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tatkala itu adalah bulan tiga dan terhitung permulaan
musim semi, karena itu alam semesta di luar kuburan itu
boleh dikatakan menghijau permai dan hawa sejuk diselingi
hembusan harum bunga yang semerbak.
Ketika mendadak Siao-liong-li mengebas kantong yang
dibawanya, maka terbanglah ke-81 ekot burung gereja itu,
tetapi justru pada saat burung itu hendak kabur, tiba-tiba
kedua tangan Siao-liong-li putih halus itu bergerak, dari sana
ia tarik sini dan dari sana ditepuk pula, tahu-tahu dua ekor
burung gereja yang hampir kabur itu dapat ditoIaknya
kembali.
Begitu mendapat kebebasan, dengan sendirinya ke-81
ekor burung gereja itu segera ingin terbang pergi Tetapi aneh
juga, ketika Siao-liong-li keluarkan Ciang-hoat atau ilmu
pukulan tangan kosong, di sana ia menolak dan di sini
mengebas, ke-81 ekor burung gereja itu ternyata terhimpit
semua di depan dadanya dalam jarak tiga kaki satupun tak
sanggup kabur.
Terlihat Siao-liong-li geraki kedua tangannya seakan-akan
sedang menari kedua tangan seperti berubah menjadi 81
tangan saja, bagaimanapun ke-81 ekor burung gereja
menubruk sana dan menerobos sini namun tetap tak mampu
kabur keluar dari lingkaran kedua tangan Siao-liong-li.
Nampak keajaiban ini Nyo Ko hanya ternganga belaka,
dalam kagumnya iapun bergirang pula, waktu ia tenangkan
diri ia pikir: "Ah, ini adalah ciang-hoat hebat tiada
bandingannya yang Kokoh sedang ajarkan padaku, aku harus
mengingatnya dengan baik."
Karena itu, segera ia pusatkan perhatiannya untuk
mengikuti gerak-gerik Siao-liong-li, ia ingat dengan baik cara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bagaimana orang ulur tangan buat menahan dan cara
bagaimana membaliki tangan buat meraup, meski cara Siaoliong-
li menggerakkan tangan sangat cepat dan aneh, tetapi
tiap gerakan dan tiap jurus cukup jelas dan teratur.
Sesudah mengikuti agak lama, walaupun Nyo Ko masih
belum paham di mana letak keajaiban Ciang-hoat orang,
namun sedikitnya ia tidak bingung lagi seperti tadi.
Sementara itu sudah lama Siao-liong-li menari ketika
mendadak kedua tangannya mengebas lagi sekali, lalu ia
luruskan tangannya ke belakang, Karena terlepas dari
kekangan tenaga tangan Siao-liong-li, segera burung-burung
gereja itu bercuitan hendak terbang kabur pula, Diluar
dugaan, mendadak Siao-liong-li mengebas lagi dengan kedua
lengan bajunya yang membawa sambaran angin santer,
Karena itu, ke-81 ekor burung itu seketika terjatuh kembali ke
atas tanah dengan suara cuitan yang ramai. Lewat agak lama,
kemudian burung-burung gereja itu baru bisa pentang sayap
dan terbang pergi satu demi satu.
Sungguh luar biasa girang Nyo Ko oleh pertunjukan
kepandaian yang hebat itu, ia tarik-tarik baju Siao-liong-li
sambil berkata: "Kokoh, kukira sekalipun Kwe-pepek juga tak
bisa seperti engkau tadi."
"Chiang-hoat yang kutunjukkan tadi disebut "Thian-lo-tebang-
sik" (gaya jaring langit dan jala bumi), adalah ilmu
kepandaian pengantar dari Ko-bong-pay kita," sahut Siaoliong-
li menerangkan. "Maka kau harus belajar dengan baik."
Lalu Siao-liong-li mengajarkan belasan jurus Ciang-hoat itu
dan semuanya dipelajari Nyo Ko dengan baik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lewat belasan hari lagi, Nyo Ko ternyata sudah bisa
mempelajari "Thian-lo-te-bang-sik" yang meliputi 108 jurus itu
dengan baik dan apal sekali. Oleh karena itu, Siao-Iiong-Ii
lantas pergi menangkap seekor burung gereja dan suruh Nyo
Ko mencoba merintangi kaburnya burung ini dengan Cianghoat
yang baru dipelajarinya itu.
Tentu saja dengan senang hati Nyo Ko melakukan perintah
itu, Mula-mula ia hanya sanggup menahan dua-tiga kali dan
burung gereja itu sudah menerobos lolos dibawah telapak
tangannya. Tetapi Siao-liong-li selalu mendampingi dia, hanya
sekali ulur tangannya, segera burung gereja itu dapat ditolak
kembali.
Maka Nyo Ko lantas melanjutkan permainan Ciang-hoatnya
lagi, tapi lantaran gerak geriknya masih kurang cepat, pula
kurang tepat mengepas waktunya, maka hanya beberapa kali
gerakan kembali burung gereja itu lolos lagi.
Begitulah, tiap-tiap hari Nyo Ko meneruskan latihannya itu
tanpa kenal lelah. Sang tempo lewat dengan cepat, hari
berganti bulan dan bulan berganti bulan puIa, tanpa terasa
perawakan Nyo Ko sudah tambah tinggi, suaranya yang
kekanak-kanakan dulu sudah berubah besar pula seperti orang
dewasa umumnya, pelahan ia sudah berubah menjadi pemuda
yang tampan, berlainan daripada waktu dia masuk ke dalam
kuburan kuno ini.
Berkat juga bakat pembawaan Nyo Ko, pula Siao-liong-li
telah mengajar dengan sepenuh tenaga, maka selewatnya,
musim rontok, ilmu pukulan gaya "jaring langit dan jala bumi"
itu telah berhasil dilatihnya.
Kini bila ia permainkan Ciang-hoat ini, sekaligus ia sudah
sanggup menahan ke-81 burung gereja tanpa bisa lolos, kalau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terkadang terlolos juga satu ekor, itu boleh dikatakan hanya
penyakit kecil saja dari Ciang-hoat yang baru dia pelajari itu.
"Ko-ji," kata Siao-liong-Ii pada suatu hari, "Ciang-hoat
yang kau latih ini, dikalangan kangouw sudah jarang lagi ada
tandingannya, maka kapan bertemu pula dengan imam
gendut itu, boleh kau banting dia beberapa kali lagi yang
keras."
"Tetapi jika bergebrak dengan Thio Ci-keng, bagaimana ?"
tanya Nyo Ko.
Siao-liong-li tidak menjawab pertanyaan itu, sebab dalam
hati ia lagi pikir: "Ya, Thio Ci-keng itu adalah jago terkemuka
dari anak murid Coan-cin-kau angkatan ketiga, kalau hanya
dengan kepandaian Ko-ji sekarang, memang betul masih
belum bisa mengalahkan dia."
Melihat Siao-liong-li tidak menjawab pertanyaannya,
segera Nyo Ko tahu juga apa yang sedang dipikirkan orang.
"Tak bisa menangkan dia juga tidak mengapa, lewat
beberapa tahun lagi tentu aku dapat menangkan dia,"
demikian ia kata, "Kokoh, bukankah ilmu silat Ko-bong-pay
kita memang jauh lebih lihay dari ilmu silat Coan-cin-kau ?"
"Apa yang kau katakan ini, dijagat ini mungkin hanya kita
berdua saja yang percaya," sahut Siao-liong-Ii sambil
menengadah memandang langitl mangan. "Tempo hari waktu
aku bergebrak dengan imam she Khu dari Coan-cin-kau itu,
rasanya kalau soal ilmu silat memang aku belum bisa
menangkan dia, tetapi ini tidak berarti Ko-bong-pay kita tidak
bisa menandingi Coan-cin-kau, melainkan karena aku masih
belum berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yang paling hebat
dari Ko-bong-pay kita."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebenarnya Nyo Ko kuatir kalau Siao-liong-li tak dapat
menangkan Khu Ju-ki, kini mendengar kata-kata itu, ia
bergirang dan mantap.
"llmu kepandaian apakah itu, Kokoh ?" cepat ia tanya,
"Apa susah melatihnya ? Kenapa engkau tidak mulai
melatihnya ?"
"Biarlah kututurkan satu cerita pendek dahulu, supaya kau
mengetahui asal usul golongan Ko-bong-pay kita ini," sahut
Siao-liong-li "Pada sebelum kau menyembah aku sebagai
guru, bukankah kau ingat pernah menjura pada Cosu popoh,
Dia itu she Lim, namanya Tiao-eng.
Pada, kira-kira 60-70 tahun yang talu, di kalangan
Kangouw terkenal dengan kata-kata "di selatan ada Lim dan di
utara ada Ong, tetapi Im (negatip, perempuan) menangkan
Yang (positip, 1aki2), apa yang dikatakan Lim di selatan itu
ialah Cosu-popoh, dia berasal dari Kwisay, dan Ong di utara
bukan kiri ialah Ong Tiong-yang dari Soa-tang.
"Di kalangan Bu-lim waktu itu, ilmu silat mereka berdua
terhitung paling tinggi sebenarnya kepandaian mereka boleh
dikatakan sembabat dan sukar dibedakan mana yang lebih
tinggi, tapi belakangan karena Ong Tiong-yang sibuk dengan
gerakan membela tanah air untuk melawan pasukan Kim, ia
repot siang dan malam, sebaliknya Cosu-popoh bisa berlatih
silat lebih tekun, maka akhirnya dia jadi lebih tinggi setingkat
daripada Ong Tiong-yang, oleh karena itu orang sama bilang
Im lebih unggul dari Yang"
"Kemudian pergerakan Ong Tiong-yang gagal, dengan
perasaan menyesal ia lantas asingkan diri di dalam Hoat-suTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
jin-bong ini, saking iseng setiap hari, waktu senggang itu ia
lewatkan buat berlatih silat dan mempelajari segala ilmu sakti,
sebaliknya waktu itu Cosu-popoh malah menjelajahi Kangouw
untuk melakukan berbagai perbuatan yang terpuji, oleh sebab
itu, sampai Ong Tiong-yang untuk kedua kalinya turun
gunung, kembali ilmu Cosu-popoh tak lebih unggul
daripadanya.
Dan paling akhir kedua orang entah soal apa terjadi
percekcokan hingga saling gebrak dan bertaruhan, ternyata
akhirnya Ong Tiong-yang kalah dan kuburan kuno inipun
diserahkan pada Cosu-popoh. Mari sini, biar kubawa kau pergi
melihat bekas-bekas yang ditinggalkan kedua Locianpwe itu."
Sebenarnya kuburan kuno itu seluruhnya dibangun dari
batu dan entah dibangun sejak kapan, Tetapi kamar yang
ditunjukkan Siao-liong-li pada Nyo-Ko sekarang ternyata
sangat aneh bentuknya, depan sempit, bagian belakang lebar,
sedang sebelah timur bundar, sebaliknya sebelah barat
berbentuk lencip hingga berwujud segi tiga "Kenapa kamar ini
dibikin sedemikian rupa Kokoh?" saking herannya Nyo Ko
bertanya.
"lni adalah tempat Ong Tiong-yang mempelajari ilmu silat,"
sahut Siao-Iiong-li, "baglan depan yang sempit dibuat latihan
pukulan telapakan, dan yang lebar di belakang buat latihan
pukulan kepalan, yang bundar disebelah timur buat
mempelajari ilmu pedang dan bagian barat yang lancip itu
buat latihan senjata rahasia."
Dengan jalan mondar-mandir di dalam kamar aneh ini,
Nyo Ko menjadi heran luar biasa, sama sekali ia tidak paham
kegunaannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"ltu intisari ilmu silat Ong Tiong-yang semuanya berada di
situ," tibal Siao-liong-li berkata sambil menuding ke atas.
Waktu Nyo Ko mendongak, ia lihat langit-langit kamar
yang terbuat dari papan batu itu ternyata penuh terukir
goresan dan tanda-tanda rahasia yang beraneka macamnya.
Coretan itu semuanya digores dengan senjata tajam, ada
yang dalam dan ada yang cetek secara tidak teratur. Nyo Ko
tidak tahu apa maksudnya.
Sementara itu Siao-liong-li telah mendekati dinding
sebelah timur, ia mendorong tembok yang mendekuk
setengah bundar itu, dengan pelahan sebuah batu menggeser,
lalu tertampak sebuah pintu rnembentang, dengan membawa
lilin Siao-liong-li ajak Nyo Ko masuk ke situ.
Kiranya di dalam sana kembali terdapat sebuah kamar
batu, kamar ini ternyata mirip sekali dengan kamar yang
duluan, cuma tiap-tiap tempatnya berlawanan, kalau yang
duluan sempit di depan dan bagian belakang luas, maka
kamar yang kedua ini terbalik menjadi depan luas dan
belakang sempit, begitu pula bagian ,barat bundar dan ujung
timur lancip.
Waktu Nyo Ko mendongak ia lihat di atas langit-langitan
kamar itu juga penuh terukir tanda-tanda rahasia yang aneh.
"lni adalah rahasia ilmu kepandaian Cosu-popoh",
demikian Siao-liong-li berkata padanya, "Dahulu meski beliau
menangkan kuburan ini, namun boleh dikatakan berkat tipu
akal belaka, kalau soal ilmu silat sebenarnya belum bisa
menandingi Ong Tiong-yang, Tetapi sesudah Cosu-popoh
berdiam di dalam kuburan kuno ini, ia telah mempelajari dan
menyelami ilmu silat yang ditinggalkan Ong Tiong-yang di atas
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
langit-langit kamar sebelah tadi, akhirnya beliau bahkan
berhasil menciptakan tipu-tipu cara mematahkan ilmu silat
Ong Tiong-yang, Dan tipu-tipu yang dia ciptakan itu semuanya
telah ditulis di atas ini."
"Bagus kalau begitu, Kokoh," teriak Nyo Ko girang, "Pikir
saja, sekalipun kepandaian Khu Ju-ki dan Ong Ju-it bisa lebih
tinggi lagi juga tak akan melebihi Ong Tiong-yang yang
menjadi guru mereka, kini kalau kau sudah mempelajari ilmu
silat tinggalan Cosu-popoh ini, bukankah dengan sendirinya
akan menangkan para imam Coan-cin-kau itu."
"Kata-katamu memangnya tidak salah, hanya sayang tiada
orang Iain yang bisa membantu aku," sahut Siao-Iiong-li.
"Aku bantu kau," seru Nyo Ko tiba-tiba dengan
membusungkan dada.
Diluar dugaan, Siao-liong-li sambut kata-katanya itu
dengan mata melotot.
"Tetapi sayang kepandaianmu belum cukup," sahutnya
kemudian dengan dingin.
Muka Nyo Ko menjadi merah karena malu.
"llmu silat ciptaan Cosu-popoh itu disebut Giok-li-sim-keng
(ilmu suci si gadis ayu), untuk melatihnya harus dilakukan dua
orang berbareng dengan saling bantu membantu," demikian
kata Siao-liong-li lebih lanjut. Dahulu, Cosu-popoh telah
melatihnya bersama dengan guruku."
Mendengar penjelasan ini, dari rasa malu tadi Nyo Ko
berubah menjadi girang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ha, kalau begitu, aku adalah muridmu, tentu bisa juga
berlatih bersama engkau," serunya cepat.
Karena kata-kata ini, Siao-liong-li termangu-mangu
sejenak.
"Baiklah, boleh juga kita mencobanya dahulu," akhirnya ia
berkata, "Langkah pertama, lebih dulu kau harus latih ilmu
silat perguruan kita sendiri langkah kedua baru kau
mempelajari ilmu kepandaian Coan-cin-kau dan langkah
penghabisan baru kita latih Giok-li-sim-keng yang diciptakan
untuk mengalahkan ilmu silat Coan-cin-kau itu."
BegituIah, maka sejak hari itu Siao-liong-li lantas ajarkan
semua ilmu kepandaian Ko-bong-pay kepada Nyo Ko, baik
mengenai Kun-hoat dan Ciang-hoat (ilmu pukulan telapak
tangan) maupun pakai senjata tajam dan senjata rahasia.
Selang setahun, semua ilmu kepandaian itu sudah
diperoleh Nyo Ko, walaupun latihannya masih belum cukup
masak, namun berkat bantuan ranjang batu pualam dingin,
kemajuannya ternyata sangat pesat sekali.
ilmu silat Ko-bong-pay atau aliran kuburan kuno ini
asalnya diciptakan seorang wanita, yakni kakek guru Siaoliong-
Ii yang menjadi kekasih Ong Tiong-yang, sedang guru
dan murid mereka tiga turunan juga wanita semua, dengan
sendirinya ilmu silat yang diciptakan itu gerak-geriknya radarada
halus dan lincah sebagai kaum wanita.
Karena sifat Nyo Ko memang suka bergerak, maka semua
tipu silat Ko-bong-pay ini menjadi sangat cocok dengan
tabiatnya malah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara usia Siao-liong-Ii makin bertambah, makin
lama wajahnya ternyata semakin cantik, Tahun ini umur Nyo
Ko pun menginjak enam belas, anak ini ternyata mempunyai
perawakan tinggi, kalau berdiri sudah setinggi gurunya,
walaupun demikian, Siao-liong-Ii masih tetap anggap Nyo Ko
sebagai bocah saja, sama sekali mereka tidak pusingkan soal
perbedaan laki-perempuan.
Di lain pihak, semakin lama Nyo Ko tinggal bersama
Suhunya semakin menaruh hormat juga kepadanya, selama
dua tahun itu, ternyata belum pernah dia membantah sesuatu
perintah sang guru, Bocah ini ternyata pandai menuruti
kemauan orang, baru saja Siao-liong-li inginkan Nyo Ko
melakukan sesuatu, belum sampai diutarakan atau Nyo Ko
sudah mendahului mengerjakannya dengan baik.
Hanya saja sifat Siao-liong-li yang dingin laksana es masih
tetap seperti sediakala, terhadap apa saja yang dikatakan Nyo
Ko masih selalu ia sambut dengan dingin dan kadang-kadang
menyindir sedikitpun ia tidak mengunjuk rasa kasih sayang.
Tetapi karena sudah biasa, lambat laun Nyo Ko tidak
memikirkan pula sikap sang guru ini.
Pada suatu hari, berkatalah Siao-liong-li kepada Nyo Ko:
"Ko-ji, kini ilmu lo-bong-pay kita sendiri sudah kau pelajari
semua, maka mulai besok bolehlah kita mulai berlatih ilmu
silat Coan-cin-kau."
Karena itu, besoknya mereka lantas mendatangi kamar
batu yang berbentuk aneh dengan ukiran-ukiran aneka macam
di atas langit-langit-an, dengan menurutkan tanda-tanda yang
terukir ini mereka mulai berlatih.
Kiranya tanda-tanda ukiran itu dahulu digores oleh Ong
Tiong-yang dengan meloncat ke atas dengan ujung pedang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan karena Lim Tiao-eng adalah bekas kekasih Ong Tiongyang,
maka ia cukup paham intisari ilmu silat orang, sesudah
diselaminya mendalam, kemudian ia turunkan kepada dayang
kepercayaannya dan dayang ini akhirnya mengajar kepada
Siao-liong-li, dan kini Siao-Iiong-Ii mengajarkan pula rahasia
silat itu kepada Nyo Ko.
Sesudah Nyo Ko berlatih beberapa hari, oleh karena dia
memang sudah punya landasan yang tidak jelek, maka banyak
bagian penting begitu diberi petunjuk segera dapat dia terima,
maka kemajuannya mula-mula sangat cepat.
Akan tetapi sesudah belasan hari, keadaan mendadak
berubah lain, -beruntun-runtun beberapa hari Nyo Ko ternyata
tidak memperoleh kemajuan kalau tidak mau dikatakan malah
mundur, semakin ia latih, semakin keliru dan nyasar.
Waktu Siao-liong-li membantu muridnya ini memecahkan
kesulitan itu, namun dia juga tak tahu di mana letak gangguan
itu. Dasar Nyo Ko ingin lekas pandai, keruan ia menjadi gopoh
hingga sering uring-uring-an sendiri.
"Tidak perlu kau uring-uring-an," demikian kata Siao-liongli
padanya, "soal ini sebenarnya tidak sulit, asal kita pergi
tangkap seorang imam Coan-cin-kau dan paksa dia
mengajarkan kunci rahasia penuntun ilmu silat mereka,
bukankah lantas beres urusannya ? Nah, marilah kita pergi ke
sana !"
Kata-kata Siao-liong-ll telah menyadarkan Nyo Ko, tiba-tiba
teringat olehnya dahulu Thio Ci-keng pernah ajarkan istilahistilah
penuntun dasar ilmu silat Coan-cin-kau itu. Maka
dengan segera ia apalkan-nya pada Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao-liong-li sangat memperhatikan istilah-istilah yang
diucapkan Nyo Ko jni, dengan cermat ia menyelami intisari
istilah-istilah itu.
"Ya, memang tepat itulah yang kita inginkan," katanya
kemudian setelah berpikir "Dahulu waktu kubelajar ilmu silat
Coan-cin-kau ini dengan mendiang guruku, sesampainya
setengah jalan tiba-tiba sukar untuk maju setindak lagi, saat
mana Cosu-popoh sudah meninggal maka tiada orang yang
bisa kami mintai petunjuk-petunjuk, walaupun kami tahu juga
soalnya karena belum mengetahui rahasia penuntun dasarnya,
tetapi kami tak berdaya pula, justru mendiang guruku
orangnya sangat alim, pernah kukatakan hendak pergi
mencuri dengar rahasia ilmu Coan-cin-kau itu, tetapi aku telah
didamperat habis-habis-an olehnya, Syukurlah kini kau sendiri
malah sudah mengetahuinya, sudah tentu hal ini sangat baik
sekali"
Kemudian satu persatu Nyo Ko memberitahukan pula yang
lebih jelas dari apa yang pernah dia pelajari dari Thio Ci-keng.
Tempo hari apa yang diajarkan Thio Ci-keng kepada Nyo
Ko itu memang betul-betul adalah istilah-istilah pelajaran
dasar Lwekang Coan cin kau yang paling tinggi, soalnya
karena sengaja Nyo Ko tidak diberi pelajaran cara bagaimana
mempraktekkannya, Kini setelah diselami mendalam oleh Siao-
Iiong-li, tentu saja segera menjadi terang dan semua kesulitan
dapat ditembus, ditambah lagi Lwekang yang dahulu Tjin
Lam-khim ajarkan pada Nyo Ko memang juga Lwekang asli
ajaran Ma Giok dari Coan-cin-kau, dengan digabungnya dua
dasar ini, keruan tidak antara beberapa bulan Siao-liong-li dan
Nyo Ko sudah dapat mempelajari seluruh intisari ilmu silat
yang ditinggalkan Ong Tiong-yang di atas langit-langit kamar
batu itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada suatu hari, setelah kedua orang selesai berlatih ilmu
pedang di dalam kamar batu itu, dengan menghela napas
Siao-liong-li berkata: "SemuIa aku pandang rendah ilmu silat
Coan-cin-kau, kuanggap apa yang disebut sebagai ilmu silat
asli dunia persilatan toh tidak lebih hanya sekian saja, tapi hari
ini barulah aku mengerti bahwa ilmu silat mereka
sesungguhnya terlalu dalam untuk dimengerti dan tidak ada
habis-habisnya untuk dipelajari Ko-ji, meski sekarang kau
sudah paham semua rahasia ilmu ini, tetapi untuk bisa
mencapai tingkatan yang sempurna hingga dapat
dipergunakan sesuka hati, untuk ini entah harus sampai tahun
kapan ?"
Akan tetapi Nyo Ko seakan-akan anak banteng yang baru
lahir dan tidak kenal apa artinya takut, segera dia menjawab:
"Ya, sungguhpun ilmu silat Coan-cin-kau sangat bagus, tetapi
ilmu yang ditinggalkan Cosu-popoh itu dengan sendirinya ada
jalannya untuk menangkan dia."
"Ya, maka mulai besok kita harus latih Giok-li-sim-keng,"
ujar Siao-liong-li.
Hari berikutnya, lalu Siao-liong-li ajak Nyo Ko ke dalam
kamar batu yang kedua, mereka melatih diri pula dengan
menuruti petunjuk-petunjuk ukiran yang terdapat di atas
kamar itu, sekali ini mereka sudah lebih gampang melatihnya
daripada yang pertama, sebab ilmu silat yang diciptakan Lim
Tiao-eng untuk mematahkan ilmu silat Ong Tiong-yang ini
berinti ilmu silatnya sendiri, hanya di mana dipandang perlu
telah ditambah hingga lebih bagus dan lebih sempurna.
Maka dalam beberapa bulan saja, mereka berdua sudah
berhasil melatih Gwa-kang (bagian luar) dari "Giok-li-simkeng"
dengan baik, waktu latihan, kalau Nyo Ko menggunakan
Kiam-hoat dari "Coan-cin-kau, maka Siao-liong-li lantas pakai
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Giok-li-kiam-hoat untuk mematahkannya, sebaliknya, kalau
Siao-liong-li memainkan Coan-cin-kiam-hoat, maka Nyo Ko
yang mengeluarkan kepandaian Giok-li-kiam-hoat untuk
mengatasinya.
Nyata, Giok-li-kiam-hoat (ilmu pedang gadis ayu) itu
sengaja diciptakan untuk mengalahkan Coan-cin-kiam-hoat,
setiap gerakan dan setiap tipu serangan Coan-cin-kiam-hoat
selalu dapat dipatahkan dengan tepat sekali hingga tak
mampu berkutik, walaupun bagaimana Coan-cin-kiam-hoat
bisa berubah dan berganti gerakan, namun selalu tak dapat
melepaskan diri dari kurungan lingkaran Giok-li-kiam-hoat.
Karena Gwakang yang dilatih mereka sudah jadi, langkah
selanjutnya lantas berlatih Lwekang (ilmu bagian dalam).
Sebenarnya Lwekang Coan-cin-kau sangat luas dan bagus
sekali kalau ingin menangkannya dengan menciptakan
Lwekang baru sesungguhnya bukan suatu soal gampang.
Akan tetapi Lim Tiao-eng ternyata pintar luar biasa, nyata ia
bisa mencari jalan lain untuk menembus kesukaran itu, ia
telah kumpulkan ilmu silat berbagai aliran lainnya untuk
mengungkulinya, Meski ilmu silat yang dia ciptakan ini sulit
sekali untuk dilatih, tapi bila sampai berhasil mempelajari,
maka dengan mudah menangkan lwekang Coan-cin-kau.
Untuk mempelajarinya, Siao-Iiong-li mendongak
memahami lukisan dan tulisan penjelasan yang terukir di atas
langit-langit kamar batu itu, lama sekali ia berdiam diri tanpa
buka suara, dengan tekun ia membacanya sampai beberapa
hari, tetapi akhirnya.
"Apa ilmu kepandaian ini sangat sukar dilatih, Kokoh ?"
tanya Nyo Ko demi nampak sikap sang guru.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya," sahut Siao-liong-li, "dahulu pernah kudengar dari
Suhu bahwa Giok-li-sim-keng ini harus dilatih dua orang
bersama, semula kukira bisa melatihnya bersama kau, siapa
tahu ternyata tak dapat."
Tentu saja Nyo Ko menjadi cemas oleh keterangan ini.
"Sebab apa, Kokoh ?" tanyanya cepat.
"Jika kau wanita, itulah soal lain lagi," sahut Siao-liong-li.
"Apa bedanya untuk itu ?" kata Nyo Ko. "Laki-laki atau
perempuan yang melatihnya, bukankah sama saja ?"
"Tidak, Iain", sahut Siao-liong-li sambil menggeleng
kepala, "Tidakkah kau lihat, bagaimana corak gambar yang
terukir di atas itu ?"
Waktu Nyo Ko angkat kepalanya dan memandang dengan
penuh perhatian menurut arah yang ditunjuk Siao-liong-li,
maka tertampaklah olehnya dipojok langit-langit kamar itu ada
ukiran gambar bentuk manusia, rupanya seperti potongan
kaum wanita, tetapi gambar itu semuanya telanjang bulat
tanpa terukir memakai baju selembar-pun, Gambar2 wanita itu
seluruhnya ada beberapa puluh, gerak-gerik dan gayanya
berlainan semua, semuanya juga dalam keadaan telanjang.
Melihat gambar2 itu, segera pikiran Nyo Ko tergerak, iapun
segera mengerti akan maksudnya.
"O, jadi waktu berlatih Lwekang Giok-li-sim-keng ini orang
tidak boleh berpakaian, begitukah, Kokoh ?" katanya
kemudian.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, betul," sahut Siao-liong-li. "Di dalam kitab pelajaran
ini telah dikatakan dengan jelas bahwa waktu berlatih
Lwekang seluruh badan orang yang berlatih menjadi panas
dan beruap, maka harus dipilih suatu tempat terbuka yang
luas dan sepi tanpa orang lain, dengan begitu baru bisa
berlatih dengan melepas baju supaya hawa panas badan bisa
buyar keluar tanpa tertahan di dalam.
Kalau tidak, tentu hawa panas itu akan tertimbun di dalam
badan dan sedikitnya akan bikin orang sakit berat atau
mungkin jiwanya akan melayang pula."
"Jika begitu, marilah kita melatihnya tanpa pakai baju,"
sahut Nyo Ko tanpa pikir.
Muka Siao-liong-li menjadi merah oleh kata-kata ini.
"Tetapi akhirnya kedua orang yang latihan harus
membantu satu sama lain dengan hawa murni badannya
masing-masing, kau dan aku berlainan jenis, jika harus
berhadapan tanpa pakaian, lalu apa jadinya ?" sahut Siaoliong-
li.
Tatkala itu umur Nyo Ko sudah menginjak enambelas,
walaupun perawakannya tinggi besar, urusan 1aki2 dan
perempuan dan soal cinta segala sama sekali ia tidak paham,
sedikit belum tahu. Hanya lapat-lapat ia merasa sang guru ini
cantik luar biasa, setiap kali melihat dia dengan sendirinya
timbul semacam rasa suka dalam batinnya, ia pikir kalau
berhadapan dengan melepas pakaian, agaknya memang tidak
baik, tetapi sebab apa tidak baik, inilah dia sendiri tidak dapat
menjawab.
Sebaliknya Siao-liong-li sejak kecil sudah hidup di dalam
kuburan kuno ini, terhadap segala urusan keduniawian boleh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dikatakan lebih tak mengerti daripada Nyo Ko. Tahun ini ia
sudah berusia 22 tahun, tetapi karena giat berlatih dan tekun
belajar, maka segala cita rasa manusia umumnya ternyata
sudah terlatih hingga lenyap sama sekali Meski guru dan
murid berdua, mereka boleh dikatakan merupakan pasangan
gadis cantik dan pemuda tampan, namun siang malam
berhadapan, yang satu dingin dan yang lain jujur polos,
sedikitpun mereka tak pernah berbuat sesuatu yang
melanggar susila.
Kini meski berbicara tentang telanjang bulat untuk melatih
silat, merekapun merasakan itu hanya suatu soal sulit saja dan
sama sekali tiada pikiran lain yang menyimpang.
Dapatkah Giok-li-sim-keng diyakinkan bahu-membahu
antara dua insan lain jenis ?
Kuatkah Nyo Ko melawan Li Bok-chiu seorang diri dan
bagaimana pula keadaan Siao-liong-li yang terluka dan
ternoda ?
- Bacalah jilid ke - 9-
Jilid 9
"Sudahlah, asal kita berlatih lebih masak lwekang ini,
kiranya sudah cukup juga untuk mengalahkan para imam kolot
Coan-cin-kau itu. Tentang Lwekang yang sulit ini tak perlu kita
mempelajarinya," ujar Siao-liong-li.
Karena pendapat gurunya ini, Nyo Ko mengiakan juga,
urusan inipun tidak dia pikirkan lagi.
Hari itu, setelah Nyo Ko latihan, ia keluar untuk berburu
sebangsa kijang dan kelinci buat rangsum, setelah dapat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seekor menjangan kecil kemudian ia meng-uber-uber lagi
seekor kelinci, siapa tahu kelinci ini ternyata licin luar biasa,
binatang ini lari ke sini dan loncat ke sana, meski Ginkang
atau ilmu entengkan tubuh Nyo Ko kini sudah hebat, namun
seketika ternyata tak mampu menyandaknya.
Karena uber-uberan ini, hati kanak-anak Nyo Ko menjadi
timbul, ia tak ingin melukai kelinci itu dengan Am-gi atau
senjata rahasia, pula ia tak mau menangkapnya dengan paksa
pakai Kim-na-jiu-hoat (ilmu menawan dan menangkap), tapi ia
malah berlomba Ginkang dengan binatang kecil itu, ia ingin
bikin kelinci itu kehabisan tenaga dan akhirnya berhenti tak
sanggup lari lagi.
BegituIah, maka satu manusia dan satu kelinci terus udakudakan
dan makin lama semakin jauh hingga melintasi sebuah
lereng bukit, kelinci itu tiba-tiba memutar beberapa kali lalu
menyelusup masuk semak-semak bunga merah yang tumbuh
sangat lebat di sana.
Semak-semak bunga merah itu terbentang seluas
beberapa tombak jauhnya dan tumbuh lebat dan rapat sekali,
baunya pun wangi semerbak, ketika Nyo Ko kemudian
memutar lewat semak-semak bunga ini, nyata kelinci itu
sudah menghilang tanpa bekas Iagi.
Sebaliknya Nyo Ko melihat semak-semak bunga ini
bagaikan sebuah pintu angin raksasa saja yang membentang
Iebar, bunga-bunganya tumbuh merah dengan tangkai segar
menghijau, sungguh indah sekali, begitu lebat tumbuhnya
bunga-bunga itu hingga mirip sebuah panggung alam.
Sesaat itu pikiran Nyo Ko jadi tergerak, lekas-lekas ia
kembali dan mengajak Siao-liong-li datang lagi buat melihat
semak-semak bunga itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku tak suka bunga, jika kau suka, bolehlah kau memain
sendiri di sini," demikian dengan dingin Siao-liong-li berkata.
"Bukan itu maksudku, Kokoh," sahut Nyo Ko menjelaskan
keinginannya," tempat ini justru adalah suatu tempat bagus
untuk kita gunakan, tapi siapapun tak bisa melihatnya, Di
waktu kau berlatih aku menjaga engkau, kalau aku yang
berlatih, engkau yang melindungi aku, bukankah itu sangat
bagus ?"
Kiranya diwaktu berlatih Lwekang yang paling hebat,
orang harus tekun dengan memusatkan segala pikirannya,
terhadap segala kejadian di luar tidak boleh memandang dan
tidak boleh melihat, jika ada serangan dari pihak luar,
sekalipun tempat yang tidak berarti juga sukar menangkisnya
dan pasti akan celaka dan gagal semua ilmu yang dilatihnya.
Begitu lihay akibatnya, maka perlu ada orang lain yang
menjaganya di samping.
Oleh karena itulah, Siao-Iiong-li merasa apa yang
dikemukakan Nyo Ko tadi masuk di akal juga, Segera ia panjat
ke atas satu pohon dan memandang sekeliling, ia lihat semua
penjuru sunyi senyap belaka, yang terdengar hanya suara
mata air yang gemercik dan berkicaunya burung, tetapi
bayangan manusia satupun tidak kelihatan, nyata tempat ini
memang satu tempat yang sangat bagus untuk berlatih ilmu.
"Bagus sekali tempat ini, beruntung kau bisa
mendapatkannya, baiklah malam nanti kita datang ke sini
mulai berlatih," demikian katanya kemudian.
Tentang penuntun dasar Giok-li-sim-keng itu memangnya
Siao-liong-li sudah apal sekali, maka tanpa susah ia ajarkan
kepada Nyo Ko. Malamnya antara pukul sebelas mereka lantas
mendatangi semak-semak bunga yang sangat lebat itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di tengah malam sunyi, bau harum bunga terlebih terasa,
Mereka berdua mengambil tempat sendiri-sendiri di dalam
semak-semak bunga itu, mereka lepas baju dan berlatih Giokli-
sim-keng. Nyo Ko ulur tangan kanannya melalui semaksemak
dan saling menempel dengan telapak tangan Siaoliong-
li, dengan demikian bila salah seorang mengalami
kesulitan dalam latihan itu, segera pihak yang lain akan terasa
dan segera kumpul tenaga buat membantunya.
Sejak itulah malam hari mereka anggap sebagai siang hari
dan tekun berlatih, Malam hari latihan di semak-semak bunga
dan siangnya mengaso di dalam kuburan kuno.
Tatkala itu justru musim panas, tentu saja menjadi lebih
segar dan nyaman menggunakan malam hari untuk berlatih,
maka dengan cepat lebih dua bulan telah lewat tanpa terjadi
sesuatu.
Giok-li-sim-keng itu seluruhnya terbagi dalam sembilan
bagian, malam itu, Siao-liong-li sudah melatihnya sampai
bagian ketujuh, Menurut kitab Giok-Ii-sim-keng itu, bagian
hitungan yang ganjil waktu menjalankan tenaga adalah "lmcin"
atau perempuan yang aktip, sebaliknya bila jatuh angka
genap, yang menjalankan tenaga adalah "Yang-dwe" atau
laki-laki yang pasip, Waktu itu Siao-liong-li sudah sampai
bagian ketujuh, sedang Nyo Ko sampai bagian keenam.
Dalam pada itu, dengan di-aling-alingi semak bunga,
mereka berdua sedang tekun menjalankan tenaga dalam
hingga seluruh badan mereka panas beruap, bunga-bunga
yang mekar itu seakan-akan ter-garang, keruan harumnya
semakin semerbak.
Sementara itu rembulan kelihatan sudah berada di tengah
cakrawala, lewat setengah jam lagi latihan kedua orang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bagian ketujuh dan keenam itu dengan segera akan selesai,
pada saat itu juga sekonyong-konyong dari belakang sana
terdengar suara kumandang orang berjalan, terdengar pula
ada dua orang sedang bicara.
Apa yang dilatih Nyo Ko waktu itu adalah "Yang-dwe" atau
bagian yang pasip, maka se-waktu2 ia boleh berhenti
latihannya, sebaliknya Siao-liong-li tidak bisa demikian karena
yang dilatihnya waktu itu adalah aktip, bila terdapat
gangguan, maka akan timbul bahaya besar.
Karena waktu itu Siao-liong-li sedang berlatih sampai titik
yang penting, maka terhadap suara tindakan dan bicara orang
sama sekali ia tidak mendengarkan, sebaliknya Nyo Ko telah
mendengar dengan jelas, dalam hati ia heran sekali, Lekaslekas
ia atur pernapasannya dan berhentikan Iatihannya.
Sementara itu ia dengar kedua orang yang bercakap itu
semakin mendekat, suaranya kedengaran sudah dikenalnya,
waktu Nyo Ko pasang telinga lebih cermat, kiranya kedua
orang itu adalah gurunya: Thio Ci-keng dan In Ci-peng
adanya.
Suara pembicaraan kedua orang itu semakin menjadi
keras, nyata sekali mereka sedang bertengkar.
"ln-sute", demikian terdengar Thio Ci-keng berkata, "meski
kau mungkir lagi juga percuma. Biarlah kulaporkan Khu-supek
dan terserah dia untuk memeriksanya sendiri."
"Dengan sengaja kau mendesak diriku, apakah tujuanmu
sebenarnya ?" terdengar In Ci-peng menjawab dengan gusar,
"Apa kau kira aku tak tahu, bukankah karena kau ingin
menjadi murid pertama dari angkatan ketiga? Dengan begitu
ke
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mk kau "bisa menjadi ciangbunjin kita ?"
"Kau sendiri tak patuh pada peraturan suci ini, telah
melanggar larangan besar agama kita, mana bisa kau menjadi
murid pertama lagi dari angkatan ketiga kita ?" sahut Thio Cikeng
dengan tertawa dingin.
"Larangan besar apa yang kulanggar ?" terdengar In Cipeng
mendebat.
"Larangan ke-4 Coan-cin-kau kita, yaitu: "berjinah !"
bentak Ci-keng dengan suara keras.
Nyo Ko coba mengintip dari tempat sembunyinya, ia lihat
kedua iniam itu berdiri berhadapan muka In Ci-peng
tertampak pucat.
"Berjinah apa ?" demikian terdengar Ci-peng menjawab
dengan suara berat sambil mengucapkan kata-kata ini
tangannya meraba pedangnya.
"Sejak kau melihat itu Siao-liong-li dari Hoat-su-jin-bong,
bukankah setiap hari kau selalu tak bersemangat siang-malam
kau selalu mengenangkan wajahnya, dalam hatimu entah
sudah beratus kali atau mungkin ribuan kali ingin sekali
memeluk Siao-liong-li untuk dicumbu dan dirayu," demikian
sahut Ci-keng.
"Justru agama kita mengutamakan latihan batin, kini
hatimu menyeleweng berpikirnya, apa itu bukan melanggar
pantangan berjinah ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terhadap Siao-liong-li yang menjadi gurunya boleh
dikatakan Nyo Ko menghormat tiada taranya, ia pandang
orang seakan-akan dewi kayangan saja, kini mendengar
percakapan kedua imam Coan-cin-kau ini, keruan luar biasa
gusar dan dendam, walaupun tidak begitu dipahami apa
artinya "dicumbu dan dirayu" seperti apa yang dikatakan Thio
Ci-keng tadi, tapi ia yakin tentu perbuatan yang busuk,
Sementara ia dengar In Ci-peng telah mendebat lagi
dengan suara rada-rada gemetar.
"Ngaco-belo, sampai apa yang kupikirkan dalam hati
kaupun mengetahuinya ?" demikian sahutnya.
"Hm, apa yang kau pikirkan sudah tentu aku tak tahu,
tetapi waktu kau mengigau dalam tidur, apakah tidak mungkin
didengar orang lain?" kata Ci-keng dengan mengejek "Dan
bolak-balik kau menuliskan nama Siao-liong-li di atas kertas,
kau robek kertasnya lalu tulis lagi, apakah perbuatan inipun
tidak bisa diketahui orang lain ?"
Karena isi hatinya kena betul dikatai, seketika muka In Cipeng
menjadi lebih pucat lagi, ia bungkam dan tak bisa
mendebat pula.
Dilain pihak rupanya Thio Ci-keng jadi mendapat angin,
dengan berseri-seri ia keluarkan selembar kertas putih dan
dibeberkan kehadapan Ci-peng.
"lni, apa ini bukan tulisanmu ?" katanya, "Nah, biarlah kita
serahkan pada Ma-supek dan gurumu sendiri Khu-supek untuk
mengenalinya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena kata-kata yang lebih mirip ancaman ini, Ci-peng
tak tahan lagi, dengan cepat pedangnya dilolos terus menusuk
ke ulu hati orang.
Namun dengan sedikit mengegos Ci-keng bisa hindarkan
serangan itu, ia masukkan kembali kertas tadi ke dalam
bajunya.
"Hm, kau ingin bunuh aku untuk menghilangkan saksi
bukan ?" ejeknya lagi dengan tertawa dingin. "Tetapi rasanya
tidak begitu gampang."
Ci-peng tidak buka suara puIa, beruntun-runtun ia
menusuk tiga kali lagi secepat kilat, tapi tiap-tiap serangannya
selalu dapat dihindarkan Ci-keng. Sampai jurus ke-empat,
mendadak terdengar suara "trang" yang nyaring, Ci-keng telah
lolos senjata juga, maka bertempurlah kedua saudara
seperguruan itu dengan serunya disamping semak-semak
bunga dan di bawah sinar bulan yang terang.
Ci-keng dan Ci-peng sama-sama tergolong murid pandai
Coan-cin-kau angkatan ketiga, yang satu murid utama Ong Juit
dan yang lain murid pertama Khu Ju-ki, ilmu silat mereka
sebenarnya sama kuatnya.
Tapi In Ci-peng terus-menerus merangsak dengan matimatian,
sebaliknya Thio Ci-keng kadang-kadang menyelingi
pula kata-kata ejekan ditengah pertarungan sengit itu dengan
maksud membikin marah lawannya agar terjadi kesalahan2.
Waktu itu Nyo Ko sendiri sudah mempelajari semua Kiamhoat
dari Coan-cin-kau, maka demi menyaksikan pertarungan
sengit kedua imam ini, ia lihat setiap tipu yang dikeluarkan
meski banyak sekali perubahannya, namun tiap-tiap gerakan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
selalu dalam dugaannya, Karenanya ia pikir apa yang Kokoh
(Siao-liong-li) ajarkan itu ternyata tidak salah.
Sementara itu kedua orang itu sudah saling labrak
beberapa puluh jurus lagi, tiap-tiap tipu yang dilontarkan In
Ci-peng semuanya adalah tipu serangan, maka berulang-ulang
Thio Ci-keng terpaksa harus menggeser langkah.
"Hm, apa yang aku bisa, kaupun bisa semua, begitu pula
apa yang kau bisa, akupun sudah seluruhnya bisa, kini kau
hendak membunuh aku, itulah jangan kau harap selama hidup
ini," demikian Ci-keng mengejek pula.
Dan memang nyata penjagaannya terlalu rapat hingga
meski In Ci-peng sudah berusaha menyerangnya dari segala
jurusan yang dianggapnya lemah, tapi selalu dapat dipatahkan
oleh Ci-keng.
Tak lama kedua orang itu menggeser ke dekat semaksemak
dimana Siao-liong-li berada, keruan Nyo Ko terkejut.
"Kurangajar, jika kedua imam bangsat ini saling labrak
sampai di samping Kokoh, tentu keadaan bisa runyam !"
demikian pikirnya, Oleh karenanya ia lantas bersiap-siap.
Dalam pada itu mendadak Thio Ci-keng melakukan
serangan balasan, Ci-peng kena didesak mundur, ia
merangsak maju tiga kali, beruntun2 Ci-peng pun mundur tiga
langkah.
Diam-diam Nyo Ko bergirang karena jarak mereka makin
menjauh dari tempat gurunya, Diluar dugaan, mendadak In
Ci-peng menyerang lagi, ia pindahkan pedang ke tangan kiri
dan tangan kanan sekonyong-konyong memukul ke depan
mengarah dada orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sekalipun kau punya tiga tangan, paling banter kau hanya
pandai curi perempuan, tidak nanti kau bisa bunuh diriku,"
dengan tertawa Thio Ci-keng menyindir lagi, Habis ini ia
angkat tangannya buat menangkis.
BegituIah kembali mereka saling labrak terlebih seru dan
lebih sengit daripada tadi.
Sementara Siao-Iiong-Ii masih tekun berlatih, terhadap
semua kejadian di luar tetap ia tidak mau tahu dan tidak mau
Iihat.
Sebaliknya Nyo Ko melihat kedua orang yang lagi saling
labrak itu mendekat, dalam hati ia lantas kuatir, dan bila
mereka menggeser pergi lagi, ia menjadi lega pula.
Sampai akhirnya, mendadak Ci-peng membentak dengan
murka, habis ini ia merangsak maju dengan kalap, dia tidak
hiraukan lagi serangan lawan, ia sendiri merangsak dengan
hebat.
Nampak Ci-peng sudah nekat, diam-diam Ci-keng
mengeluh, ia tahu kedudukan Ci-peng memang sulit dan lebih
suka ditusuk mati olehnya dari pada rahasianya yang secara
diam-diam mencintai gadis orang disiarkan walaupun biasanya
Ci-keng tidak akur dengan Ci-peng, tetapi sebenarnya tiada
maksud buat bunuh orang, karenanya, dengan perubahan Cipeng
yang menjadi nekat, seketika ia sendiri terdesak dibawah
angin.
Setelah berapa jurus berlangsung pula, tiba-tiba Ci-peng
membuka serangan lagi, pedangnya menusuk cepat
berbareng tangan yang lain menghantam pula, bahkan dia
tambah dengan menyapu dengan sebelah kakinya, inilah tipu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serangan "sam-lian-hoan" (serangan mata-rantai tiga) yang
lihay.
Untuk menghindari lekas-lekas Ci-keng meloncat ke atas
berbareng pedangnya memotong ke bawah, Namun Ci-peng
terlebih lihay lagi, sekonyong-konyong pedangnya ditimpukkan
sekeras-kerasnya, menyusul ini kedua tangannya dipukulkan
berbareng sekaligus.
Menyaksikan beberapa kali serangan yang mendebarkan
hati ini, mau-tak-mau Nyo Ko ikut berkeringat dingin, ia lihat
tubuh Ci-keng waktu itu masih terapung di udara, mungkin
pukulan Ci-peng yang hebat itu akan bikin tulangnya patah
dan ototnya putus.
Namun Thio Ci-keng betul-betul tidak malu sebagai jago
utama anak murid angkatan ketiga Coan-cin-pay, dalam saat
yang sangat kepepet dan luar biasa bahayanya, tiba-tiba ia
berjumpalitan di udara terus mencelat mundur sejauh
beberapa tombak, lalu dengan enteng ia turun ke bawah.
Menurunnya ini bukan soal tetapi tempat di mana ia akan
tancapkan kaki justru tempat sembunyian Siao-Iiong-li,
walaupun tidak persis akan menjatuhi kepala orang, namun
bila sampai terjatuh ke dalam semak-semak bunga itu,
sedikitnya tubuh Siao-liong-li yang telanjang bulat sedang
berlatih ilmu Giok-Ii-sim-keng itu pasti akan kelihatan di
bawah sinar cahaya bulan.
Karena ituIah, luar biasa kaget Nyo Ko, tanpa pikir lagi
segera ia meloncat ke atas, sebelah tangannya dia ulur untuk
menyanggah punggung Thio Ci-keng, lalu dengan gerak tipu
"Say-cu-bau-kiu" (singa melempar bola), dengan kuat dia
kipatkan ke samping, maka tidak ampun lagi tubuh Thio Cipeng
yang besar terlempar sejauh lebih tiga tombak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi waktu turunnya kembali, Nyo Ko sendiri tanpa
sengaja sebelah kakinya menginjak pada setangkai bunga,
karena tergoyangnya tangkai bunga yang sedikit mentul
itulah, maka separoh tubuh Siao-liong-li bagian atas sekilas
berkelebat juga dibawah sinar bulan yang terang.
Meski tangkai bunga itu dengan cepat dapat merapat
kembali, namun karena itu Siao-liong-li jadi terkaget, seketika
keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, sesaat
pernapasannya jadi terganggu hingga tak bisa dihempas
keluar dari perut, maka jatuhlah dia semaput.
Ketika melihat Nyo Ko mendadak unjuk diri dan sekilas
pula melihat nona yang di-idam2kan siang dan malam itu
tahu-tahu ternyata sembunyi di antara semak-semak bunga
itu, sesaat itu In Ci-peng jadi terkesima, ia ternganga ragu,
apa yang dilihatnya itu entah sungguh-sungguh atau khayal
belaka.
Sementara itu Thio Ci-keng sudah sempat tancapkan
kakinya ke bawah, sebagai seorang ahli silat, dengan
sendirinya pandangan matanya sangat tajam sekali, meski
dalam jarak sejauh beberapa tombak, namun sekilas ia sudah
dapat melihat juga wajah Siao-liong-li.
"Bagus, bagus ! Kiranya dia sedang main gila dengan lakilaki
di sini," demikian segera ia berteriak.
Keruan Nyo Ko menjadi gusar.
"Kalian imam busuk ini jangan coba lari, se-kembaliku
nanti kubikin perhitungan dengan kalian," dengan suara
geram segera ia membentak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Berbareng itu cepat ia samber celananya sendiri dan
dipakai, lalu ia jemput juga pakaian Siao-liong-li dengan
maksud hendak menyerahkan ke-padanya.
"lni pakailah dulu, Kokoh !" serunya-sambil
mengangsurkan pakaian Siao-liong-li itu.
Akan tetapi ditunggu-tunggu masih tidak terdengar suara
jawaban, juga orang tidak angsur-kan tangan buat menerima
baju itu, waktu ia berpaling, diantara semak-semak yang
remang-remang itu ia lihat Siao-liong-li sudah menggeletak
roboh.
Tiba-tiba teringat olehnya Siao-liong-li pernah pesan
wanti-wanti bahwa diwaktu latihan harus menjaga diri
sepenuh tenaganya, sekalipun hanya ditubruk atau diterjang
seekor kelinci saja pasti akan mengakibatkan malapetaka.
Kini dia terkaget oleh peristiwa tadi, tentu tidak kecil
bahaya yang menimpa gurunya ini. Keruan Nyo Ko gugup dan
kuatir, lekas-lekas ia jereng baju orang dan dike-muIkan pada
badan Siao-liong-li.
Waktu Nyo Ko meraba jidatnya, ia merasa dingin sekali
seperti es, maka lekas-lekas ia samber pula bajunya sendiri
dan bungkus rapat seluruh tubuh Siao-liong-li dan kemudian
dipondongnya.
"Kau tak apa-apa bukan, Kokoh ?" demikian ia bertanya
dengan kuatir.
Terdengarlah suara sahutan Siao-liong-li yang sangat
lemah, lalu nona ini tidak membuka suara lagi. Namun
demikian, sedikit lega juga hati Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Marilah kita pulang dulu, Kokoh," kata Nyo Ko pula,
"Nanti kudatang lagi buat bunuh kedua imam bangsat ini."
Namun seluruh badan Siao-liong-li ternyata lemas tak
bertenaga sedikitpun, ia hanya meggelendot dalam pelukan
Nyo Ko, Maka berjalanlah Nyo Ko dengan langkah lebar
melalui samping kedua imam Coan-cin-kau itu.
Ternyata In Ci-peng masih terpesona dengan berdiri
menjublek di tempatnya, sebaliknya Thio Ci-keng lantas
tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha, In-sute, jantung hatimu itu telanjang bulat
sedang melakukan perbuatan yang tidak tahu malu dengan
orang lain di sini, daripada kau hendak bunuh aku, tidakkah
lebih baik kau bunuh saja dia (maksudnya Nyo Ko) !" demikian
ia berolok-olok.
Namun In Ci-peng anggap tidak mendengar ia tidak gubris
dan tetap bungkam.
Mendengar kata-kata "perbuatan yang tidak tahu malu"
yang diucapkan Thio Ci-keng tadi, meski Nyo Ko masih hijau
pelonco dan tidak paham apa maksud orang sebenarnya,
namun ia yakin pasti kata-kata caci-maki yang sangat keji.
Maka ia naik darah juga, dalam gusarnya ia letakkan Siaoliong-
li tanah, ia biarkan gurunya ini bersandar pada satu
pohon dan betulkan bajunya yang membungkus tubuhnya,
lalu dengan menjemput setangkai kayu segera ia dekati Cikeng.
"Kau membacot apa tadi ?" damperatnya segera sambil
menuding dengan kayunya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Semula sebenarnya Ci-keng tidak tahu bahwa laki-laki
yang berada bersama dengan Siao-liong-li itu ialah Nyo Ko,
sebab sudah lewat dua tahun, tubuh Nyo Ko sudah tumbuh
menjadi jejaka cakap, kini sesudah Nyo Ko bersuara untuk
kedua kalinya, pula mukanya menghadap sinar bulan, maka
tertampak jelas olehnya bahwa orang ini kiranya adalah
muridnya sendiri.
Tadi waktu dirinya sedang terapung di udara malah kena
dibanting pergi olehnya, keruan ia menjadi malu tercampur
gusar,
"Ha, Nyo Ko, kiranya kau si binatang cilik ini!" segera ia
membentak memaki.
"Hm, kau mencaci maki aku tidak mengapa, tapi kenapa
kau memaki juga aku punya Kokoh ?" jawab Nyo Ko.
Namun kembali Ci-keng bergelak tertawa.
"Haha, orang bilang Ko-bong-pay turun-temurun hanya
kepada wanita dan tidak menurun kepada pria, katanya tiaptiap
murid suci bersih tetap perawan, siapa tahu secara diamdiam
berbuat begini kotor dan rendah, mengeram anak 1aki2
dan melakukan perbuatan terkutuk secara blak2an di tempat
terbuka seperti ini!" demikian ia ber-olok-olok dan memfitnah
pula.
Belum lagi Nyo Ko paham maksud kata-kata orang, saat
itu juga Siao-Iiong-li baru siuman kem-bali, demi mendengar
fitnahan kotor itu, dalam marahnya napasnya yang sudah
teratur kembali itu tiba-tiba terasa sesak lagi di dada, ia tahu
dirinya telah terluka parah dalam, Dan baru saja ia
mendamperat: "Tutup bacotmu, kami tidak..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak darah segar menyembur dari mulutnya seperti
pancuran air.
Kaget sekali Nyo Ko dan In Ci-peng, keduanya memburu
maju serentak.
"Kenapakah kau ?" tanya Ci-peng. Lalu ia membungkuk
dengan maksud hendak memeriksa keadaan Siao-liong-li.
Tapi Nyo Ko menyangka Ci-peng bermaksud jahat, tanpa
pikir ia ayun tangannya terus menghantam dada orang.
Sudah tentu In Ci-peng tidak tinggal diam, ia angkat
tangannya buat menangkis, Tak terduga, setiap gerak tipu
serangan Coan-cin-kau boleh dikata sudah dipahami semua
oleh Nyo Ko, maka begitu telapak tangannya membalik
seketika tangan Ci-peng malah kena terpegang, segera Nyo
Ko mendorong dan dilepaskan, kontan Ci-peng kena
disengkelit pergi.
Kalau soal ilmu silat sejati sebenarnya Nyo Ko belum lebih
unggul dari pada Ci-peng, cuma dahulu sewaktu Lim Tiao-eng
menciptakan ilmu silatnya yang khusus buat mematahkan tipu
serangan silat Coan-cin-kau, setiap gerakan dan setiap tipu
melulu dipergunakan untuk melawan Coan-cin-pay.
Pula sejak ciptaannya ini berhasil selama itu belum pernah
dipergunakan maka anak murid Coan-cin-kau selama itu juga
belum tahu bahwa di jagat ini ternyata ada semacam
kepandaian yang khusus dapat mengalahkan ilmu silat
mereka.
Kini kepandaian luar biasa itu mendadak dikeluarkan Nyo
Ko, sudah tentu In Ci-peng tidak mampu bertahan, walaupun
ia tidak sampai jatuh terjengkang, namun tubuhnya telah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terlempar sejauh beberapa tombak dan berdiri sejajar dengan
Thio Ci-keng.
"Sudahlah tak perlu kau gubris mereka, Kokoh, biar aku
pondong kau pulang dahulu." Nyo Ko berkata.
"Tidak-tidak," sahut Siao-liong-Ii dengan napas memburu,
"kau bunuh saja mereka, supaya... supaya mereka tak bisa
siarkan di luaran bahwa... bahwa kita..."
"Baiklah," kata Nyo Ko tanpa menunggu perintah lagi,
Segera ia angkat tangkai kayunya tadi, sekali bergerak, segera
ia tutulkan ke dada Thio Ci-keng.
Sudah tentu Ci-keng tidak pandang sebelah mata pada
Nyo Ko, pedangnya bergerak, segera ia bermaksud memotong
tangkai kayu orang.
Tak terduga Kiam-hoat Ko-bong-pay yang dimainkan Nyo
Ko ini justru merupakan lawan keras yang tiada bandingannya
dari Coan-cin-kiam-hoat, begitu Nyo Ko sedikit sendal ujung
kayunya, sekonyong-konyong tangkai kayu itu seperti bisa
melengkung dan tahu-tahu menerobos lewat terus menutul
Hiat-to pergelangan tangan Ci-keng.
Begitu cepat serangan ini hingga tiba-tiba Ci-keng
merasakan tangannya kesemutan, diam-diam ia mengeluh
Dalam pada itu, serangan susulan Nyo Ko sudah dilontarkan
lagi, sekali ini telapak tangan kirinya hendak menempeleng
pipinya.
Gerak tempelengan ini caranya ternyata sangat aneh,
yakni tahu-tahu datang dari jurusan yang tak tersangkasangka.
jika Ci-keng ingin pertahankan pedangnya, maka dia
harus terima ditempeleng mentah-mentah, sebaliknya kalau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mau berkelit, maka pedangnya tidak boleh tidak harus
terlepas dari tangan.
Namun ilmu silat Ci-keng sudah terlatih cukup sempurna,
meski berada dalam kedudukan berbahaya, sedikitpun ia tidak
jadi bingung, ia lepas tangan buang pedang, berbareng kepala
menunduk menghindarkan pukulan, bahkan menyusul tangan
kirinya terus diulur maju, dalam sekejap ia bermaksud
merebut kembali pedangnya yang dia lepaskan itu.
Tetapi lagi-lagi tak terduga bahwa beberapa puluh tahun
yang lalu Lim Tiao-eng yang menciptakan ilmu silat yang lihay
itu sudah memperhitungkan lebih dulu akan adanya
perubahan gerakan ini, terhadap segala kemungkinan
perubahan tipu lihay dari Coan-cin-pay, semuanya sudah dia
atur cara-cara untuk melanyaninya.
Dengan tipu serangan balasan buat merebut kembali
pedangnya, Thio Ci-keng mengira bisa merubah kalah menjadi
menang. Tapi sama sekali tak diduganya bahwa Nyo Ko dan
Siao-liong-Ii justru sudah apal dengan cara-cara untuk
mematahkan tipunya ini, hanya melihat tangannya bergerak
segera Nyo Ko tahu ke mana Ci-keng hendak mengarah. Maka
segera ia mendahului, dengan pedang yang dapat rebut dari
Ci-keng itu ia menabas tangan lawan.
Karuan saja tidak kepalang kaget Ci-keng, lekas-lekas ia
tarik kembali tangannya.
Walaupun demikian, namun sudah terlambat juga, tahutahu
ujung pedang Nyo Ko telah menempel di dadanya,
"Rebah !" bentak Nyo Ko sambil kaki menjegal.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena tempat berbahaya terancam, Thio Ci-keng jadi tak
bisa berkutik, apalagi ditambahi pula dengan terjegal kakinya,
tanpa ampun lagi ia jatuh terlentang.
Dengan segera pula Nyo Ko angkat pedangnya terus
menusuk ke perut orang.
Diluar dugaan, mendadak dari belakang terdengar suara
samberan angin, nyata ada senjata telah menusuk
punggungnya.
"Berani kau bunuh guru sendiri ?" terdengar suara
bentakan keras In Ci-peng.
Serangannya ini mengarah tempat yang harus dihindari
apabila Nyo Ko tetap meneruskan tusukannya hingga Ci-keng
dibinasakan maka ia sendiripun akan tertembus oleh pedang
In Ci-peng. Karena itu, tanpa pikir Nyo Ko putar kembali
pedangnya buat menangkis, maka terdengarlah suara "trang"
yang nyaring, kedua pedang telah saling bentur.
Nampak balikan senjata orang begitu cepat lagi jitu, mautak-
mau In Ci-peng memuji juga di dalam hati sementara itu
mendadak terasakan pula pedangnya sendiri telah kena ditarik
pergi seperti melengket dengan senjata orang, dalam
kagetnya lekas-lekas Ci-peng kumpulkan tenaga dalamnya
untuk menarik kembali sekuatnya.
Tenaga Ci-peng dengan sendirinya lebih kuat daripada Nyo
Ko, maka dengan segera pedang Nyo Ko kena ditarik ke
jurusan Iain, Di luar dugaan, justru hal ini sengaja dilakukan
Nyo Ko untuk memancingnya, sebab begitu orang menarik
mendadak ia malah lepaskan senjatanya sendiri menyusul
kedua telapak tangannya dipukulkan berbareng ke dada
orang, sedang batang pedangnya juga mental ke depan,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan demikian serangannya sekaligus datang dari tiga
jurusan, yakni kedua telapak tangan dan satu pedang. Dalam
keadaan demikian, lebih tinggi lagi ilmu silat In Ci-peng juga
sukar hendak menangkis tipu serangan yang aneh luar biasa
ini.
Dibawah ancaman elmaut ini, terpaksalah In Ci-peng
melepaskan senjatanya sendiri dan tekuk tangannya, dengan
tangan melintang di dada lekas-lekas ia paksakan diri buat
menangkis serangan orang yang hebat tadi, tapi karena
tangannya ter-tekuk terlalu rapet hingga sukar mengeluarkan
tenaga besar, syukur latihan Nyo Ko juga belum mendalam,
maka kedua tulang tangannya tidak sampai dipatahkan,
walaupun demikian, dadanya juga terasa sakit sekali karena
getaran pukulan itu dan kedua lengannya pegal linu, cepat ia
lompat mundur beberapa tindak, dengan mengatur
pernapasannya ia coba lindungi Hiat-to penting di dadanya itu.
Sementara itu, demi kedua pedang lawan terebut semua
olehnya, segera Nyo Ko melakukan rangsakan pula.
Hanya beberapa gebrakan saja, Ci-keng dan Ci-peng telah
dibikin kalang kabut oleh seorang pemuda "anak kemarin",
mereka terperanjat lagi gusar, mereka tak berani ayal lagi.
Segera mereka berdiri sejajar dan mengeluarkan ilmu menjaga
diri saja dan tidak menyerang, tiap-tiap serangan lawan selalu
dipatahkan, dengan demikian supaya mereka menyelami
sampai dimana kelihayan musuh,
Dengan perubahan siasat ini, kini Nyo Ko tak bisa semau2nya
lagi seperti tadi, sekalipun ia bersenjata, namun
kedua lawannya bertahan dengan rapat, bagaimanapun ia
menyerang tetap tak sanggup menembus pertahanan mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguhpun Kiam-hoat Ko-bong-pay diciptakan sebagai
penunduk ilmu pedang Coan-cin-kau, tetapi kesatu karena Cikeng
dan Ci-peng jauh lebih ulet dari pada Nyo Ko, kedua,
mereka bertahan bersama, ketiga, mereka hanya menjaga diri
saja dan tidak balas menyerang, maka akhirnya Nyo Ko
berbalik tak berdaya.
Meski kedua pedangnya masih me-layang2 kian kemari,
tapi lambat laun ia sendiri malah terdesak di bawah angin,
apalagi tenaga pukulan Thio Ci-keng teriak berat dan kuat,
pelahan senjata Nyo Ko malah kena tertekan ke bawah.
Dalam pada itu Ci-peng sudah bisa menenangkan dirinya
diam-diam ia pikir apa orang akan berkata bila mengetahui
dua orang tua mengerurbut seorang anak kecil ? Kini
tampaknya pihak dirinya sudah dalam kedudukan tak
terkalahkan pula hatinya sesungguhnya sangat menguatirkan
keadaan Siao-liong-li, Maka tiba-tiba ia membentak "Nyo Ko,
lekas kau bawa pulang Kokoh-mu saja, untuk apa kau masih
terus membabi-buta berkelahi dengan kami ?"
"Kokoh benci cara kalian mengoceh tak keruan dan suruh
aku membunuh kalian," jawab Nyo Ko.
Mendadak In Ci-peng menghantam sehingga pedang kiri
Nyo Ko terguncang ke samping, berbareng Ci-peng melompat
mundur tiga tindak lagi berseru : "Bethenti dulu l"
"Apa kau ingin kabur ?" kata Nyo Ko.
"Nyo Ko," jengek In Ci-peng, "kau ingin membunuh kami,
memangnya kau mampu ? Cuma untuk membuat lega hati
Kokohmu, biarlah aku berjanji bahwa kejadian hari ini pasti
takkan ku siarkan, jika sampai kusiarkan sepatah saja segera
kubunuh diri, kalau mungkir janji biarlah serupa jari ini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sampai di sini mendadak ia menyerobot maju dan merampas
sebuah pedang Nyo Ko terus menabas kutung dua jari tangan
kiri sendiri.
Beberapa gerakan In Ci-peng itu dilakukan dengan cepat
luar biasa, sedikitpun Nyo Ko tidak menduga dan tidak
berjaga, seketika ia menjadi kesima, tapi segera iapun tahu
ucapan In Ci-peng itu memang timbul dari hati yang tulus, ia
pikir untuk mengalahkan Ci-peng berdua memang sulit, ada
lebih baik bunuh saja orang she Thio itu lebih dulu, habis itu
baru kubunuh orang she In ini.
Walau usia Nyo Ko masih muda, tapi pikirannya sangat
cerdik, segera ia membentak: "Orang she In ini, apa gunanya
kau mengutungi jari tanganmu, jika kau memenggal kepalamu
sendiri barulah tuanmu mau percaya padamu."
Ci-peng menjawab dengan menyeringai: "Menghendaki
jiwaku, hehe, boleh juga asalkan, Kokohmu membuka suara
sepatah kata saja."
"Baik !" kata Nyo Ko sambil melangkah maju, tapi
mendadak pedangnya menusuk kebelakang mengarah dada
Thio Ci-keng.
Tipu serangan ini lihay luar biasa, Saat itu Ci-keng lagi
mendengarkan percakapan mereka dengan penuh perhatian,
sama sekali tak menduga akan diserang secara mendadak
ketika dia menyadari apa yang terjadi namun ujung pedang
menempel ulu hatinya.
Di sini tertampak juga betapa hebat kepandaian Ci-keng,
sebisanya dia menarik napas sehingga perutnya seakan-akan
mendekuk dua-tiga senti ke dalam, berbareng sebelah kakinya
terus menendang, dalam keadaan kepepet ternyata dia dapat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengubah keadaan menjadi kemenangan, pedang Nyo Ko
tertendang terbang ke udara.
Namun Nyo Ko juga tidak kalah lihaynya, sebelum kaki
orang tertarik mundur, cepat ia tutuk Hiat-to dengkul musuh
dengan tepat Meski Ci-keng berhasil menyelamatkan jiwanya,
tapi ia tidak sanggup berdiri lagi, dengan sebelah kaki ia
bertekuk lutut di depan Nyo Ko.
Pada saat lain Nyo Ko sempat menangkap kembali pedang
yang mencelat ke udara tadi, dengan ujung pedang itu ia
tuding tenggorokan Ci-keng dan membentak: "Aku pernah
mengangkat dan menyembah padamu, sekarang kau bukan
lagi guruku, lekas kau menyembah kembali padaku!"
Sungguh tidak kepalang gusar Ci-keng sehingga mukanya
merah padam, Ketika Nyo Ko sedikit tekan pedangnya, ujung
pedang menusuk masuk satu senti ke dalam daging lehernya
dan menimbulkan sakit."
Dengan bandel Ci-keng mendamperat: "Mau bunuh boleh
bunuh, untuk apa banyak omong ?"
Baru saja Nyo Ko hendak menusukkan pedangnya lebih
keras, tiba-tiba terdengar Siao-liong-li berkata: "Ko-ji,
membunuh guru sendiri tidak membawa berkah, Boleh kau
suruh dia bersumpah takkan menyiarkan kejadian ini, lalu
boleh boleh mengampuni dia."
Nyo Ko mematuhi ucapan Siao-Iiong-li seperti titah
malaikat dewata, tanpa pikir segera ia membentak Ci-keng:
"Nah, lekas kau bersumpah!."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam keadaan demikian, sungguhpun tidak kepalang rasa
gusar Thio Ci-keng, namun apa daya, selamatkan jiwa paling
perlu, Maka berkatalah dia : "Asal aku tidak bilang-bilang, buat
apa bersumpah segala ?"
"Tidak bisa, harus bersumpah berat," sahut Nyo Ko.
Mau-tak-mau Ci-keng harus menurut
"Baik, kejadian ini, hanya kita berempat saja yang tahu.
jika aku sampai mengatakan pada orang kelima, biarlah
badanku sial dan namaku rusak, diusir keluar perguruan dan
tidak akan diampuni sesama orang Bu-lim, akhirnya mati tak
terampunkan !" demikian sumpahnya kemudian,
Nyo Ko dan Siao-liong-li sama-sama belum paham selukbeluk
orang hidup, mereka mengira orang betul-betul telah
bersumpah berat, sebaliknya In Ci-peng menarik kesimpulan
bahwa diantara sumpah itu tersembunyi akal licik, sebenarnya
ia hendak peringatkan Nyo Ko, namun merasa salah juga,
karena tidak baik terang-terangan membantu orang luar.
Sementara ia lihat Nyo Ko telah pandong Siao-liong-Ii dan
dengan langkah cepat melintasi lereng bukit sana, Saking
terkesimanya, meski darah segar dari luka jarinya yang kutung
tadi masih mengucur tak terasakan sakit olehnya.
Di lain pihak, setelah Nyo Ko pondong Sao-liong-li kembali
ke kuburan kuno mereka, ia letakkan gurunya ini di atas
ranjang batu pualam dingin.
"Aku terluka parah, darimana ada kekuatan melawan hawa
dingin itu ?" dengan menghela napas Siao-liong-Ii berkata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko bersuara kaget, ia menjadi kuatir, pikirnya diamdiam:
"Kiranya Kokoh begini berat lukanya."
Karena itu, dia lantas pondong Siao-Iiong-li ke bekas
kamarnya Sun-popoh. Tetapi baru saja Siao-Iiong-li rebah,
kembali ia menyemburkan darah segar pula, tatkala itu Nyo Ko
masih belum memakai bajunya, keruan seluruh dadanya
penuh tersemprot darah.
Siao-liong-li coba pejamkan mata buat mengatur
pernapasan dengan maksud menutup urat nadinya, siapa tahu
otot darahnya yang sudah terluka itu semakin dia gunakan
tenaga dalam, luka itu semakin hebat, darah segarpun
menyembur terus menerus.
Sudah tentu Nyo Ko kelabakan, ia tidak tahu apa yang
harus dilakukannya, hanya air mata saja yang bercucuran.
"Asal darahku sudah habis keluar, dengan sendirinya akan
berhenti, untuk apa kau berduka," dengan senyum tawar Siaoliong-
li coba menghibur padanya.
"Kokoh, jangan kau mati," kata Nyo Ko.
"Ha, kau sendiri takut mati bukan ?" kata Siao-liong-li.
"Aku ?" tukas Nyo Ko bingung.
"Ya, sebab sebelum aku mati, sudah tentu kubunuh kau
dahulu," kata Siao-liong-li pula.
Apa yang dikatakan ini dua tahun yang lalu sudah pernah
diucapkannya juga, sebenarnya Nyo Ko sudah lama
melupakannya, tak dinyana sekarang Siao-liong-li mengulangi
kata-kata itu 1agi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Jika aku tidak bunuh kau, setelah mati cara bagaimana
aku harus menemui Sun-popoh ?" kata Siao-liong-li demi
nampak muka Nyo Ko mengunjuk heran dan kaget "Dan kau
seorang diri hidup di dunia ini, siapa lagi yang akan menjaga
kau ?"
Pikiran Nyo Ko sudah kusut, saking ruwetnya hingga ia tak
tahu bagaimana menjawabnya.
Dalam pada itu Siao-liong-li masih terus muntahkan darah,
tapi sikapnya ternyata sangat tenang, ia anggap saja bukan
soal apa-apa.
Tiba-tiba tergerak kecerdasan Nyo Ko, ia berlari-lari pergi
mengambil semangkok madu tawon dan di-cekokan pada
Siao-liong-li.
Khasiat madu tawon itu untuk menyembuhkan luka dalam
ternyata sangat mujarab, selang tak lama, Siao-liong-li tidak
muntah darah lagi, ia rebah di ranjang dan akhirnya terpuIas.
Melihat gurunya bisa tidur, hati Nyo Ko rada lega, ia
sendiri sudah letih ditambah rasa kuatir pula, sesungguhnya
diapun tak tahan lagi, maka sambil berduduk di lantai, ia
bersandar pada dinding dan akhirnya ia pun tertidur.
Sampai suatu saat entah sudah lewat berapi lama,
sekonyong-konyong Nyo Ko terjaga dari kantuknya karena
terasa lehernya sendiri rada dingin, dalam kagetnya segera ia
meleki matanya, ia sudah beberapa tahun tinggal di dalam
kuburan kuno itu, meski dia tak dapat melihat sesuatu benda
dalam kegelapan seperti siang hari seperti kepandaian Siaoliong-
Ii, tapi untuk mondar-mandir di dalam kuburan yang
gelap itu sudah tidak memerlukan sinar lampu lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Demi matanya terpentang, tertampaklah olehnya Siaoliong-
li duduk di pinggir ranjang, tangannya mencekal pedang
dan ujung senjata ini tepat ditudingkan ketenggorokannya,
maka terasa dingin.
"Kokoh !" teriak Nyo Ko kaget.
"Ko-ji," dengan sikap tawar Siao-liong-li berkata padanya,
"lukaku ini terang tak akan bisa baik, maka kini juga kubunuh
kau, marilah kita pergi bersama untuk menemui Sun-popoh!"
Sungguh bukan buatan kejut Nyo Ko, ia berteriak lagi
memanggil: "Kokoh!"
"Dalam hati kau sangat ketakutan, bukan ?" Siao-liong-li
berkata lagi "jangan takut, hanya sekali saja sudah cukup,
cepat sekali."
Tiba-tiba Nyo Ko lihat mata Siao-liong-li memancarkan
sinar yang aneh, ia tahu dengan segera orang pasti akan
turun tangan, dalam saat demikian ini, keinginan buat
pertahankan hidup menjadi berkobar, iapun tidak hiraukan
lain-lain lagi, dengan sekali jatuhkan diri kesamping, kakinya
berbareng melayang hendak menendang senjata yang
dipegang Siao-liong-Ii.
Siapa tahu meski luka Siao-liong-li susah disembuhkan
namun gerak tangannya masih gesit dan cepat luar biasa,
begitu tubuhnya miring sedikit dapatlah ia hindarkan
tendangan orang dan kembali ujung pedangnya menuding di
tenggorokan Nyo Ko. Beberapa kali lagi Nyo Ko ganti ti-punya
buat meloloskan diri, tapi setiap gerak tipunya semuanya
diperoleh dari petunjuk-petunjuk Siao-liong-li sendiri sudah
tentu ke mana ia hendak pergi selalu dalam dugaannya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pedang Siao-liong-li selalu membayanginya dan tidak pernah
berjarak lebih jauh dari tiga inci di depan lehernya.
Saking takutnya hingga Hyo Ko mandi keringat dingin,
Diam-diam ia mengeluh: "Celaka, jika hari ini tak bisa
menyelamatkan diri, akhirnya aku pasti akan dibunuh Kokoh."
Karena kepepet, sekonyong-konyong ia angkat kedua
tangannya memukul ke depan sekaligus, ia pikir dalam
keadaan luka tentu Siao-liong-li tak bertenaga dan tentunya
kurang kuat untuk mengadu tangan dengan dirinya.
Rupanya Siao-liong-li mengetahui juga maksud tujuannya,
ia hanya sedikit miringkan tubuh saja dan membiarkan tenaga
pukulan itu susul menyusul menyambar lewat di atas
pundaknya, Habis ini mendadak ia berseru : "Ko-ji tak perlu
kau melawan lagi!"
Berbareng itu, mendadak pedang diluruskan ujung senjata
ini tergetar beberapa kali, lalu dengan tipu "hun-hoa-hut-liu"
(memisahkan bunga mengebut pohon liu), seperti mengarah
ke kiri, tapi tahu-tahu menjurus ke kanan, leher Nyo Ko
sekonyong-konyong sudah ditempel oleh ujung pedang.
Dan selagi Siao-liong-li hendak menyurung senjatanya ke
depan, dengan demikian tenggorokan Nyo Ko pasti akan
tertusuk tembus, Diluat dugaan, mendadak seluruh tubuhnya
menjadi lemas dan lumpuh, "trang", terdengar suara nyaring,
pedang jatuh ke lantai, menyusul tubuhnya ikut roboh dan
pingsan.
Ketika Siao-liong-li menusukkan pedangnya tadi Nyo Ko
sudah pejamkan mata menantikan kematian, siapa tahu pada
saat yang menentukan itu mendadak Siao-liong-li jatuh
pingsan, Keruan Nyo Ko tertegun, sungguh dia boleh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dikatakan lolos dari lubang jarum, lekas-lekas ia merangkak
bangun, tanpa hiraukan apa yang bakal terjadi lagi, dengan
langkah cepat segera ia lari keluar kuburan kuno itu.
Begitu ia injak keluar pintu kuburan, tertam-paklah
olehnya sinar sang surya yang menyilaukan mata, angin
meniup sepoi-sepoi, burung berkicauan di atas pohon, nyata
bukan lagi suasana yang gelap seram seperti di dalam
kuburan kuno tadi.
Dalam keadaan masih berdebar-debar, Nyo Ko kuatir
kalau-kalau Siao-liong-li mengejarnya dari belakang, maka ia
angkat langkah seribu lebih jauh, dengan menggunakan
Ginkang ia lari cepat ke bawah gunung.
Kini tenaga dalamnya sudah terlatih kuat dan penuh,
meski ilmu silatnya belum terlatih sampai puncaknya
kesempurnaan, tapi sudah terhitung jago kelas atasan di
kalangan Bu-lim. Dengan cara larinya yang cepat itu, pula
jalan pegunungan yang menurun dengan sendirinya lebih
cepat daripada menanjak, maka pada lohor itu juga ia sudah
sampai di kaki gunung.
Melihat Siao-liong-li tidak mengubernya, barulah Nyo Ko
merasa lega, kini dia baru berani lambatkan langkahnya untuk
melanjutkan perjalanan.
Ia jalan dan jalan terus, akhirnya ia merasa lapar,
perutnya sudah keroncongan, sudah berkeruyukan, ia pikir
harus mencari rumah penduduk untuk membeli sedikit
penganan buat tangsal perut, tetapi ketika dia rogoh sakunya,
nyata duit tak ada, satu mata uang saja tidak gableg.
Namun Nyo Ko tidak kurang akal, sudah sejak kecil ia
terlunta-Iantung di kalangan Kangouw, kepandaiannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mencari pangan sudah sangat besar, ketika ia melongok
sekitarnya, tertampaklah olehnya di lereng bukit sebelah barat
sana banyak tanaman jagung, segera ia menuju ke sana dan
memetiknya beberapa buah jagung itu.
Jagung itu belum cukup tua, tetapi sudah bisa dimakan,
Nyo Ko kumpulkan sedikit kayu kering, sedang akan
menyalakan api buat bakar jagung, tiba-tiba terdengar di
belakangnya ada suara keresekan pelahan, nyata ada orang
sedang jalan mendekatinya.
Lekas-lekas Nyo Ko miringkan tubuh dengan maksud
mengaling-alingi jagung colongan itu agar tidak dilihat orang
apabila yang datang ini adalah penduduk setempat, tetapi
ketika ia melirik, ternyata yang datang ini adalah seorang
Tokoh yang masih muda jelita, Tokoh atau imam wanita ini
memakai jubah kuning langsat, langkahnya enteng dan
bergaya manis seperti bidadari yang baru turun dari
kayangan.
Nyo Ko melirik lebih jauh, ia lihat di punggung Tokoh itu
terselip dua batang pedang, gagang senjata yang bertali
sutera berwarna merah darah itu menambah kecantikan si
Tokoh, jelas sekali Tokoh ini pandai ilmu silat.
Nyo Ko pikir tentu orang ini adalah imam yang hendak
naik ke Tiong-yang-kiong, besar kemungkinan adalah murid
jing-ceng Sanjin Bun Put-ji, itu imam wanita satu-satunya dari
Coan-cin-ciat-cu.
Karena Nyo Ko tak ingin mencari onar, maka ia sengaja
menunduk kepala dan menyalakan api lagi.
Sesudah dekat di samping Nyo Ko, mendadak Tokoh itu
berhenti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Eh, adik cilik, mana jalannya kalau hendak naik ke atas
gunung ?" tiba-tiba ia bertanya.
"Aneh", diam-diam Nyo Ko heran, "Jika perempuan ini
adalah anak murid Coan-cin-kau, mengapa dia tak kenal jalan
ke atas gunung? Hah, tentu dia tidak mengandung maksud
baik !"
Karena itu tanpa menoleh ia menunjuk ke atas gunung
dan menjawab : "lkut saja jalan besar ini terus ke atas."
Melihat baju Nyo Ko compang-camping dan jongkok di
pinggir jalan sedang membakar jagung, Tokoh itu mengira
Nyo Ko adalah anak petani.
Biasanya Tokoh ini sangat bangga dengan kecantikannya
sendiri, lelaki mana saja bila meIihat dia pasti akan terpesona
hingga mata tak berkesip, tetapi pemuda desa ini ternyata
hanya melirik sekali saja padanya lalu tidak memandang buat
kedua kalinya, nyata kecantikannya dianggap seperti rupa
wanita pegunungan saja, diam-diam Tokoh itu rada
mendongkol.
Akan tetapi segera ia berpikir pula: "Ah, orang desa
semacam ini tahu apa ?"
Karena itu, ia lantas membuka suara lagi : "He, berdirilah,
aku ingin tanya padamu."
Tetapi Nyo Ko sudah terlanjur berpikir jelek terhadap
semua orang Coan-cin-kau, dia tidak mau menggubrisnya lagi,
ia pura-pura tuli dan berlagak bisu.
"Hei, anak tolol, apa yang kukatakan kau dengar tidak ?"
Tokoh itu menanya lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dengar, cuma aku malas berdiri," sahut Nyo Ko.
Karena jawaban ini Tokoh itu tertawa geli.
"He, lihatlah kau, ini, lihat dulu padaku, aku lah yang
suruh kau berdiri!" dengan tertawa merdu ia berkata pula.
Suara ucapannya ini begitu halus dan genit pula, rasanya
menis lagi berminyak.
Keruan mau-tak-mau hati Nyo Ko terkesiap, "He, kenapa
suara wanita ini begitu aneh," demikian ia membatin.
Lalu ia mendongak dan tertampak olehnya wanita ini
berkulit putih bersih, kedua pipinya bersemu merah, sinar
matanya bening dan sedang memandang mesra padanya, Nyo
Ko menunduk lagi untuk menyalakan api pembakaran
jagungnya.
Demi nampak muka Nyo Ko yang masih bersifat hijau,
sudah melihat dirinya untuk kedua kalinya, namun sedikitpun
tetap tidak terguncang hatinya, maka bukannya marah,
sebaliknya si Tokoh tertawa geli.
"Eh kiranya anak yang masih pelonco, kebetulan dapat
kuperalat dia sebagai pembantu," demikian pikirnya.
Karena pikiran ini, dari bajunya segera ia mengeluarkan
dua renceng uang perak dan sengaja dikocok-kocok hingga
menerbitkan suara gemerincing yang nyaring, dengan uang
perak ini ia coba mengiming-imingi Nyo Ko.
"Adik cilik, asal kau turut perkataanku, dua renceng perak
ini segera kuberikan padamu," katanya kemudian.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko sangat cerdik, sebenarnya dia tidak ingin cari
penyakit, tetapi demi mendengar kata-kata orang semakin
aneh, akhirnya ia tertarik juga dan ingin tahu cara bagaimana
orang akan perlakukan dkinya, maka sekilas ia sengaja purapura
tolol dan berlagak bodoh, dengan rasa tercengang ia
pandang kedua renceng perak itu.
"Eh, barang mengkilap ini apa namanya ?" dengan sikap
dungu ia sengaja tanya.
Kembali Tokoh itu tertawa geli oleh kebodohan "anak
udik" ini.
"lni uang perak." sahutnya kemudian. "Kau ingin pakaian
baru, ingin ayam goreng, nasi liwet, semuanya dapat dibeli
dengan ini!"
"Ah, kembali kau justai aku lagi, aku tak percaya," kata
Nyo Ko dengan air muka seperti orang linglung.
"Kapankah pernah aku mendustai kau ?" sahut imam
wanita itu dengan tertawa pula, "He, siapa namamu ?"
"Aku bernama Sah Thio (Thio si tolol), apa kau belum
kenal ?" jawab Nyo Ko dengan nama palsunya, "Dan kau
sendiri bernama siapa ?"
"Ah, tak usah tanya, panggil saja Sian-koh (bibi dewi),"
sahut si Tokoh. "Dimana makmu ?"
"Buat apa kau tanya mak-ku ?" berbalik Nyo Ko tanya.
"Dia sedang mencari kayu di atas gunung."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ha, kebetulan, akupun ingin naik ke atas gunung," kata
Tokoh itu. "Pakaianku ini tidak baik di pakai ke sana, pergilah
kau mengambilkan baju mak-mu dan pinjamkan padaku !"
Luar biasa heran Nyo Ko oleh kelakuan orang. Tetapi
lahirnya ia unjuk muka tololnya semakin mirip, berulang-ulang
ia geleng kepala oleh bujukan orang tadi.
"Tidak, tak berani aku, mencuri baju mak, nanti aku pasti
akan dihajar, kalau menghajar, mak-ku menggunakan palang
pintu," sahutnya dengan lagak lucu.
"Begitu melihat uang perak ini, mak-mu pasti akan
kegirangan, tentu kau tak takkan dipentung lagi," ujar si
Tokoh dengan tertawa.
Berbareng itu, sekali tangannya bergerak, se-renceng
uang perak itu segera dia lemparkan pada Nyo Ko.
Nyo Ko ulur tangannya buat menangkap, tetapi dia
sengaja membiarkan rencengan perak itu tertimpuk pada
pundaknya dan jatuh ke bawah membentur sebelah kakinya.
"Aduh kau pukul aku," ia berteriak-teriak sambil
memegang sebelah kaki yang tertimpuk uang perak itu dan
dengan sebelah kaki yang lain ia berjingkrak-jingkrak, purapura
kesakitan "Akan ku adukan pada mak !"
Habis ini, sambil masih menjerit, uang perak itu ia
tinggalkan terus lari pergi dengan cepat.
Nampak kelakuan orang yang tolol-tolol lucu itu, si Tokoh
tersenyum geli. Tiba-tiba ia lepaskan ikat pinggang yang
terbikin dari kain sutera, dengan sekali mengebas, ikat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pinggang disabetkan dan menggubet sebelah kaki Nyo Ko
terus diseret kembali.
Mendengar suara menyambarnya ikat pinggang dan
merasakan tenaga tarikan yang menggulung kakinya itu,
seketika Nyo Ko menjadi kaget. "He, gaya ini terang sekali
adalah ilmu golongan Ko-bong-pay kami, apa dia ini bukan
imam dari Coan-cin-pay ?" diam-diam ia bertanya dalam hati.
Oleh karena itu, ia sengaja lemaskan badannya, ia
membiarkan dirinya diseret kembali si Tokoh, hanya dalam
hati ia bertambah waspada dan bersiap-siap untuk menjaga
segala kemungkinan "la hendak naik ke atas gunung, apa
tujuannya hendak memusuhi Kokoh ?" demikian ia membatin
pula.
Apabila teringat olehnya keadaan Siao-liong-li yang waktu
itu tidak diketahui mati atau hidup, mau-tak-mau ia menjadi
kuatir dan sedih sekali, segera ia ambil suatu keputusan:
sekalipun nanti harus mati di tangan Siao-liong-li, dia bertekad
akan naik lagi ke atas buat menyambanginya.
Pikiran itu sekilas bekerja dalam otaknya, sementara
tubuhnya sudah kena diseret ke hadapan si Tokoh tadi.
Ketika si Tokoh melihat muka Nyo Ko penuh berlepotan
debu, tetapi toh tidak menutupi wajahnya yang cakap, diamdiam
ia berpikir: "Anak gunung ini mukanya ternyata tampan
juga, cuma sayang, bantal sulam, isinya jerami belaka."
Dalam pada itu ia dengar Nyo Ko masih berteriak-teriak
dan mengoceh sendiri tak keruan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"He, Sah Thio kau cari mampus atau ingin hidup ?" dengan
tersenyum segera ia menegur, "Sret", tahu-tahu pedangnya
sudah dilolos dan ditudingkan ke dada Nyo Ko.
Melihat gerak tangan orang barusan ini jelas adalah tipu
"kim-pit-tiam-cu" (potlot emas menutul titik) yang merupakan
ajaran asli - Ko-bong-pay, maka Nyo Ko tidak ragu-ragu lagi.
"Orang ini pasti anak murid Li Bok-chiu Su-pek, ia hendak
naik ke atas gunung mencari Ko-koh, tentu tidak bermaksud
baik, Kalau melihat caranya mengayun ikat pinggang dan
caranya melolos senjata ini, terang keuletannya masih jauh di
atas diriku, Orang ini hanya bisa dimenangkan dengan akal,
tapi tak boleh dilawan dengan kekerasan aku harus pura-pura
bodoh sampai saat terakhir agar supaya dia sama sekali tidak
berjaga-jaga," demikian Nyo Ko berpikir
Oleh karenanya atas ancaman orang tadi, dengan
mengunjuk rasa takut segera ia memohon:
"Jangan... jangan kau bunuh aku, Sian-koh, aku... aku
akan menurut perkataanmu !"
"Baiklah, tetapi bila kau membangkang lagi, "ngek", sekali
gorok saja aku sembelih kau," kata si Tokoh dengan ketawa
sambil memberi contoh dengan pedang menggorok leher.
"Menurut, pasti menurut," sahut Nyo Ko cepat,
Habis itu, sekali geraki tangannya lagi, tahu-tahu Tokoh itu
telah ajun ikat pinggangnya hingga melilit kembali pada
pinggangnya sendiri gayanya manis dan caranya menarik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus !" dalam hati Nyo Ko memuji juga atas kepandaian
orang, Tetapi wajahnya tidak mengunjuk sesuatu perasaannya
melainkan masih ber-pura-pura seperti orang linglung.
Sudah tentu hal ini tidak diketahui si Tokoh, dalam hati ia
membatin: "Hm, si tolol ini mana mengerti kebagusan
kepandaianku tadi ? Aku ini seperti main mata dengan orang
buta saja."
"Nah, Sah Thio, lekas kau pulang dan mengambilkan
sebuah kampak, aku mau pakai," demikian katanya kemudian.
Nyo Ko menurut, ia berlari-lari menuju ke rumah petani
yang tertampak di depan sana, ia sengaja berjalan lambat,
tubuhnya bergoyang-goyang dengan gaya "lenggang
sampan", langkahnya berat, kelakuannya lucu, tampaknya
tepat sekali sebagai seorang yang goblok, mana bisa orang
berilmu silat berlaku seperti dia ini ?
Menyaksikan macam orang ini, agaknya si Tokoh radarada
muak, "He, Sah Thio, jangan kau bilang-bilang pada
orang lain, lekas pergi dan lekas kembali!" serunya pula
memesan.
"Ya," sahut Nyo Ko sambil berjalan terus.
Akhirnya tibalah dia sampai di depan pintu rumah petani,
ia longak-longok ke dalam rumah nyata tiada seorangpun
penghuninya, mungkin orangnya sedang sibuk bercocok
tanam di sawah ladang, maka dengan bebas Nyo Ko
menyamber sebilah kampak pendek yang biasa dipakai
membelah kayu, lalu dengan lagak ke-tolol-tololan ia berlari
kembali Iagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguhpun dengan senangnya Nyo Ko mempermainkan
si Tokoh, namun dalam hati ia menguatirkan keselamatan
Siao-liong-li, oleh sebab ini, mau-tak-mau air mukanya
kelihatan mengunjuk rasa sedih.
"He, Sah Thio, kenapa kau muram durja ?" omel si Tokoh.
"Hayo, lekas ketawa !"
Eh, betul juga Nyo Ko lantas menyengir beberapa kali.
Tentu saja si Tokoh mengkerut alis melihat macamnya itu,
"Mari, ikut aku !" katanya kemudian.
"Tidak, tidak, mak-ku sedang tunggu aku untuk makan
siang !" seru Nyo Ko cepat.
"Kurangajar," bentak si Tokoh, "berani kau membangkang,
segera kusembelih kau !"
Habis berkata, sekali ulur tangannya, segera daun kuping
Nyo Ko kena dijewer terus ditarik sambil mengancam dengan
pedang.
Nyo Ko berteriak-teriak kesakitan seperti babi hendak
disembelih
"Auuuuh, sakit! baiklah, aku ikut, aku ikut!" teriaknya.
"Orang ini sebodoh kerbau, kebetulan dapat kuperas,"
demikian Tokoh itu membatin.
Lalu ia tarik lengan baju Nyo Ko terus diseret ke atas
gunung.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Orang yang memiliki ilmu silat, cara jalannya dengan
sendirinya sangat cepat, Tetapi Nyo Ko justeru sengaja
berlaku ayal-ayalan, ia tumbuk sini dan kesandung sana,
langkahnya sekali cepat sekali lambat, ia sengaja bikin dirinya
ketinggalan di belakang.
Tak lama lagi ia pura-pura tak tahan, ia duduk di atas satu
batu di tepi jalan sambil mengusap keringatnya, napasnya
terengah-engah senin-kemis.
Karena kelakuannya ini, dalam gelinya si Tokoh berulangulang
mendesaknya agat melanjutkan perjalanan lagi.
"Begitu cepat kau berjalan, mana bisa aku menyusulmu ?"
sahut Nyo Ko.
Akan tetapi karena sang surya sudah mendoyong ke barat,
hari sudah sore, Tokoh itu menjadi tak sabar Iagi, segera ia
dekati Nyo Ko, dipegang lengannya dan ditarik terus berlari
cepat lagi ke atas.
Tetapi Nyo Ko tetap tak bisa mengikuti tindakan orang
yang terlalu cepat, kedua kakinya harus mancal-mancal tak
keruan dan tiba-tiba menginjak sebelah kaki dengan keras si
Tokoh.
"Auuh ! Kau cari mampus l" jerit Tokoh itu sambil
mendamperat.
Dia melihat napas Nyo Ko memang meraba m dan terlalu
payah, segera ia ulur tangan kirinya, tiba-tiba ia angkat
pinggang Nyo Ko sambil membentak : "Naik !" Maka tubuh
Nyo Ko lantas di-rangkulnya terus dibawa lari ke atas gunung,
dengan menggunakan Ginkang yang hebat, hanya sekejap
saja beberapa li sudah dilalui.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena tubuhnya dirangkul sebelah tangan orang, maka
terasalah oleh Nyo Ko punggung sendiri menempel dada
orang yang hangat dan empuk, hidungnya tercium pula bau
wangi kaum gadis umumnya, keruan saja Nyo Ko kesenangan,
sekalian ia menggelendot tanpa mengeluarkan tenaga
sedikitpun, ia biarkan dirinya dicangking orang ke atas.
Sesudah beberapa li pula, ketika Tokoh itu tiba-tiba
memandang kebawah, ia lihat wajah Nyo Ko mengunjuk
senyuman, tampaknya enak sekali rasanya, keruan ia
mendongkol begitu tangannya dikendorkan segera Nyo Ko
terbanting ke tanah.
"Senang ya, kau ?" bentak si Tokoh.
Karena bantingan ini, Nyo Ko meraba-raba bokongnya
sambil berteriak-teriak kesakitan
Mau-tak-mau Tokoh itu tertawa lagi oleh kelakuan Nyo Ko
yang tolol-tolol lucu itu, ia mendongkol juga geli.
"Kenapa kau begini tolol ?" ia mengomel.
"Ya, memangnya namaku Thio si tolol," sahut Nyo Ko.
"Sian-koh, aku she Thio, dan kau apa she Sian ?"
"Asal kau panggil aku Sian-koh, peduli kau urus aku she
apa," damperat si Tokoh.
Kiranya Tokoh atau imam wanita ini memang betul adalah
murid pertama Jik-lian-siancu Li Bok-chiu, ia she Ang dan
bernama Ling-po,
Tokoh yang dahulu disuruh pergi membunuh seluruh
keluarganya Liok Lip-ting dan akhirnya kena diusir Bu-samnio,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bukan lain ialah Ang Ling-po ini, Tetapi meski Nyo Ko ingin
menyelidiki nama-nya, namun sama sekali ia tak mau
menerangkan.
Begitulah, lalu Ang Ling-po duduk juga di atas satu batu
sambil membetulkan rambutnya yang tersebar tertiup angin.
Ketika Nyo Ko berpaling dan memandangi orang, mau-takmau
ia berkata dalam hati: "Tokoh ini terhitung cantik juga,
cuma masih belum bisa mengungkuli Kwe-pekbo (bibi Kwe,
maksudnya Ui Yong), lebih-lebih tak bisa menandingi aku
punya Kokoh (maksudnya Siao-liong-li)."
Walaupun demikian pendapat Nyo Ko, kalau soal
kecantikan sebenarnya Ui Yong dan Siao-liong-li boleh
dikatakan sukar dibedakan mana yang lebih elok, tapi lantaran
Nyo Ko sudah pakai pikiran yang berat sebelah, dengan
sendirinya ia merasa Siao-liong-li terlebih cantik.
Dalam pada itu demi tahu orang sedang menikmati
kecantikannya, Ang Lin-po melerok sekali pada Nyo Ko.
"Kenapa kau pandang aku terus, Sah Thio ?" dengan
tertawa ia tanya.
"Pandang ya pandang, kenapa, itulah aku tak tahu, jika
kau tak boleh kupandang, baiklah aku tak memandang lagi,
siapa yang kepingin lihat ?" sahut Nyo Ko ke-tolol-tololan.
Ang Ling-po tertawa genit. "Kau mau pandang, nah,
pandanglah terus, Eh, aku ini bagaimana, cantik tidak
kelihatannya ?" ia tanya sembari mengeluarkan sebuah sisir
emas kecil dan dengan pelahan ia sisir rambutnya yang
gombyok indah itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus sih bagus," sahut Nyo Ko, hanya... hanya..."
"Hanya apa ?" sela Ang Ling-po.
"Hanya kurang putih," kata Nyo Ko.
"Sah Thio, kau cari mampus ya ? Berani kau bilang aku
kurang putih ?" mendadak Ang Ling-po membentak sambil
berdiri
Kiranya selama ini Ang Ling-po paling bangga akan kulit
badannya sendiri yang putih mulus seperti susu, ia kira di
jagat ini pasti tiada bandingannya lagi, siapa tahu Nyo Ko
berani bilang kulitnya masih kurang putih, keruan ia sangat
gusar.
Di luar dugaan, meski sudah dibentak, toh Nyo Ko tetap
geleng kepala.
"Ya, kurang putih," sahut tegas.
"Lalu siapa yang lebih putih dari padaku ?" tanya Ang
Ling-po dengan marah.
"Yang tidur bersama aku setiap malam jauh lebih putih
dari padamu," kata Nyo Ko.
"Siapa dia, binimu atau mak-mu ?" tanya Ang Ling-po.
"Bukan, semua bukan, tetapi adalah domba-ku," sahut
Nyo Ko akhirnya.
Mendengar toh bukan manusia lain yang lebih putih dari
pada dia, maka dari marah Ang Ling-po berubah tertawa geli.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sungguh tolol, manusia mana bisa dibandingkan dengan
hewan ?" omelnya kemudian, "Ayo, kita berangkat lagi."
Habis ini ia tarik lagi tangan Nyo Ko dan diseret ke atas
gunung pula, Pada waktu hampir mendekati jalan yang lurus
menuju Tiong-yang-kiong, tiba-tiba Ang Ling-po membelok ke
barat dari menuju ke arah Hoat-su-jin-bong.
"He, betul dia hendak mencari Kokoh," pikir Nyo Ko diamdiam.
Selang tak lama lagi Ang Ling-po mengeluarkan sebuah
peta dari bajunya dan berdasarkan peta ini ia mencari
jalannya.
"Sian-koh," kata Nyo Ko tiba-tiba, "lebih ke depan lagi
jalan ini buntu, di dalam rimba sana ada macannya."
"Dari mana kau tahu ?" tanya Ling-po.
"Ya, di dalam rimba sana ada suatu kuburan raksasa, di
dalam kuburan terdapat mayat hidup dan setan gentayangan
siapapun tak berani men-dekatinya," sahut Nyo Ko.
"Ha, ternyata Hoat-su-jin-bong memang betul ada di sini,"
ujar Ang Ling-po girang.
"Kiranya Ang Ling-po ini belakangan ini telah memperoleh
ajaran tingkat terakhir dari gurunya, Li Bok-chiu, maka ilmu
silatnya maju pesat sekali, setelah membantu gurunya
mengalahkan keroyokan kalangan Bu-lim di Soasay, lebih-lebih
ia sangat bangga diri.
Belakangan ia dengar cerita tentang asal-usul perguruan
sendiri dari Li Bok-chiu, dari itu ia tahu di Hoat-su-jin-bong
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
masih ada kitab rahasia pelajaran ilmu silat kelas wahid,
terutama "Giok-li-sim-keng".
Li Bok-chiu memang seorang yang suka jaga gengsi
sendiri, terhadap kejadian-kejadian cara bagaimana ia diusir
terbirit keluar dari Hoat-su-jin-bong ketika dirinya mengeluruk
lagi ke sana, hal ini sama sekali tak diceritakan pada sang
murid.
Karena itu, ketika Ang Ling-po tanya dia kenapa tidak
mendatangi kuburan kuno itu untuk pelajari ilmu silat yang
hebat itu, namun selalu Li Bok-chiu menjawabnya dengan
samar-samar, ia bilang tempat kuburan itu sudah diberikan
pada Sumoaynya yang masih muda dan karena kedua saudara
seperguruan tidak akur, maka sudah lama tiada hubungan
satu sama lain.
Walaupun begitu, Ang Ling-po selalu menghasut sang
guru agar pergi mengangkangi Hoat-su-jin-bong itu, padahal
Li Bok-chiu sendiri siang dan malam tidak pernah melupakan
hal itu, hanya perangkap di dalam kuburan itu belum bisa dia
menembusnya, oleh karena itu juga sampai kini ia masih
belum berani sembarang turun tangan. Kini mendengar
bujukan sang murid yang begitu bernapsu ia hanya tersenyum
dan tak menjawab.
Sesudah Ang Ling-po beberapa kali mengemukakan
maksudnya dan sang guru tetap tinggal diam, maka diamdiam
ia sendiripun mulai mengincar ia telah tanyai keadaan
dan jalan-jalan yang menuju ke kuburan itu, lalu ia sendiri
menyiapkan sebuah petanya.
Kali ini, pada kesempatan dia diperintah gurunya ke Tiangan
untuk membunuh seorang musuh, selesai tugasnya, diamTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
diam ia menuju ke Cong-lam-san dan diluar dugaan telah
bertemu dengan Nyo Ko.
Kalau menurut cerita gurunya, katanya sekitar kuburan
kuno dilingkari tumbuh-tumbuhan lebat dan terputus
hubungan dengan dunia luar, Tetapi dia tak tahu bahwa Li
Bok-chiu sebenarnya belum cerita seluruhnya yang betul,
padahal kuburan kuno itu masih ada jalan rahasia lain yang
bertembusan dengan dunia luar.
Begitulah, lalu ia perintahkan Nyo Ko membabat belukar
yang merintangi jalan dengan menggunakan kampak curian,
dengan cara ini ia mencari jalan yang menuju Hoat-su-jinbong.
Sebenarnya Nyo Ko cukup apal jalan yang menembus ke
kuburan kuno itu, dengan membabat hutan belukar seperti
apa yang dilakukan ini bukan saja membuang tenaga dan
waktu, bahkan berbahaya pula, Tetapi ia pura-pura linglung
dan tak mengerti apa-apa, Ang Ling-po suruh kerjakan apa,
dia lantas lakukan apa. Sampai akhirnya, cuaca sudah gelap
juga, tetapi baru lebih satu li mereka tempuh, jaraknya
dengan kuburan kuno itu masih sangat jauh.
Oleh karena masih menguatirkan keselamatan Siao-liongli,
maka Nyo Ko menjadi tak sabar, ia pikir tidaklah lebih baik
bawa Tokoh ini ke sana dan melihat apa yang hendak dia
lakukan, Maka-sengaja ia membabat-babat beberapa kali lagi,
ia mengincar sebuah batu terus mengampak dengan keras,
keruan lelatu api bercipratan, mata kampak itu segera gumpil
pula.
"Ai, celaka, di sini ada sebuah batu besar, kampaknya
telah rusak, tentu nanti aku bakal dihajar mak-ku !" teriak Nyo
Ko pura-pura takut.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ang Ling-po sendiri sebenarnya juga sudah tak sabar
melihat cara mereka menempuh perjalanan ini, agaknya
malam ini tidak bisa sampai di kuburan kuno itu, Oleh
karenanya terus-menerus ia rnendamperat: "ToIol, sungguh
tolol !"
"Sian-koh, kau takut setan atau tidak ?" tiba-tiba Nyo Ko
bertanya.
"Takut setan ?" sahut Ling-po, "Hm, setan yang takut
padaku, tahu ? - Dengan sekali tabas nanti kubikin setannya
terkurung menjadi dua."
Nyo Ko pura-pura girang oleh jawaban orang.
"Betulkah, Sian-koh ? Kau, tidak dusta ?" tanyanya.
"Buat apa dusta !" ujar Ling-po.
"Baiklah, jika memang kau tak takut setan, segera kubawa
kau pergi ke kuburan raksasa itu," kata Nyo Ko. "Cuma kalau
setannya keluar, kau harus mengusirnya, ya !"
Girang sekali Ang Ling-po mendengar si tolol kenal jalan
ke kuburan itu, "Kau kenal jalannya ? Baiklah, lekas bawa aku
ke sana !" sahutnya cepat.
Kuatir orang curiga, Nyo Ko sengaja mengoceh lagi, ia
minta Ang Ling-po harus janji akan membunuh setan bila
muncul. Karena itu, berulang kali Ling-po bersumpah dan
suruh dia jangan kuatir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Beberapa tahun yang lalu." demikian kata Nyo Ko pula,
"aku pernah mengangon domba ke samping kuburan raksasa
itu, di sana aku tertidur, waktu mendusin, ternyata sudah
tengah malam, Dengan mata kepalaku sendiri kulihat satu
setan perempuan berbaju putih menongol keluar dari kuburan
itu, saking takutnya aku lari terbirit-birit hingga di tengah jalan
aku jatuh kesandung, kepalaku sampai bocor dan luka, lihat
ini, di sini masih ada bekasnya."
Sambil berkata Nyo Ko sengaja mendekati Ang Ling-po
agar orang suka meraba kepalanya, Meski Nyo Ko masih
pelonco, namun terasa juga badan -Ang Ling-po sangat wangi,
kalau bisa berdekatan, rasanya sangat sedap dan enak, maka
kini sengaja ia gunakan kesempatan untuk akali orang,
kepalanya dimiringkan ke dekat mulut orang.
"Tolol!" dengan tertawa Ang Ling-po mengomel karena
kelakuan Nyo Ko itu, Lalu sekenanya ia meraba kepalanya,
tetapi toh tidak terasa ada sesuatu belang bekas luka, namun
iapun tidak pedulikan, segera ia mendesak lagi: "Lekas bawa
aku ke sana !"
Maka tanpa bicara lagi Nyo Ko menggandeng tangan
orang dan diajak keluar dari semak-semak belukar itu dan
memutar menuju jalan yang menembus ke kuburan kuno.
Waktu itu sudah dekat tengah malam, Dengan memegangi
tangan orang, terasa oleh Nyo Ko tangan Ang Ling-po ini
sangat halus dan empuk, pula hangat Diam-diam Nyo Ko
menjadi heran. "Kokoh dan dia sama-sama wanita, tapi
tangan yang satu kenapa dingin seperti es, sedang tangan
yang ini begini hangat ?" demikian pikirnya dengan tak
mengerti.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena tak tahan, tanpa terasa ia gunakan tenaga sedikit
dan meremas-remas tangan orang yang halus itu beberapa
kali.
Jika orang Bu-lim ada yang berani main gila seperti
kelakuan Nyo Ko ini, sudah sejak tadi pasti Ang Ling-po lolos
pedangnya dan bikin jiwanya melayang, Tetapi, pertama
karena dia anggap Nyo Ko betul-betul seorang bebal, pula
melihat wajahnya yang tampan dan gagah, dalam hati Ang
Ling-po mau-tak-mau rada suka juga, maka iapun tidak
menjadi gusar, Hanya dalam hati ia berpikir: "Si tolol ini
ternyata tidak seluruhnya tolol, nyata ia tahu juga akan
kecantikanku."
Dengan membawa orang ke kuburan kuno itu, sekali ini
Nyo Ko tidak pura-pura lagi, maka tidak seberapa lama ia
sudah membawa Ang Ling-po sampai di tempat tujuannya.
Waktu Nyo Ko lari keluar kuburan kuno itu, karena
takutnya dia belum sempat menutup kembali pintunya, kini
batu yang dipakai sebagai daun pintu ternyata masih
menggeletak di samping dan belum ditutup kembali, Sesaat
hati Nyo Ko menjadi berdebar-debar, diam-diam ia berdo'a:
"Harap saja Kokoh belum mati, supaya aku bisa berjumpa
dengan dia sekali lagi."
Karena sudah tak sabar, ia tidak permainkan Ang Ling-po
pula, ia berkata padanya: "Sian-koh, kubawa kau masuk ke
sana untuk bunuh setan, tetapi jangan kau biarkan setannya
menelan diriku." - Habis berkata segera ia melangkah dulu ke
dalam kuburan yang aneh.
Melihat Nyo Ko tiba-tiba menjadi berani, diam-diam Lingpo
merasa heran, pikirnya: "Sungguh si tolol ini mendadak
besar nyalinya ?" Maka iapun tak sempat berpikir panjang lagi,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segera ia kintil di belakang Nyo Ko, pedang disiapkan di
tangan untuk menjaga segala kemungkinan
Dari gurunya Ang Ling-po mendengar, katanya jalan di
dalam Hoat-su-jin-bong itu belak-belok dan ber-putar-putar,
asal salah jalan selangkah saja segera jiwa bisa melayang,
Tapi tanpa pikir Nyo Ko ternyata berani melangkah sesukanya
dengan cepat ia memutar ke timur dan membelok ke barat, di
sini ia dorong sebuah pintu dan masuk nanti dia tarik sebuah
batu besar lagi, tampaknya sudah apal luar biasa.
Diam-diam Ang Ling-po mulai curiga, "Jangan-jangan Suhu
yang mendustai aku karena kuatir aku masuk ke sini sendiri ?"
demikian batinnya.
Dalam pada itu, sekejap saja Nyo Ko sudah membawa Ang
Ling-po masuk ke kamarnya Siao-liong-li yang terletak di
tengah-tengah kuburan itu.
Pelahan Nyo Ko mendorong pintu kamar, ia coba pasang
kuping, tapi tidak terdengar suara sedikitpun, sebenarnya ia
hendak memanggil Ko-koh, tetapi urung ketika teringat
olehnya bahwa Ang Ling-po berada di sampingnya, maka
dengan suara pelahan ia berkata padanya : "Sudah sampai !"
Sekalipun ilmu silat Ang Ling-po tinggi dan nyalinya besar,
tetapi sesudah berada di tengah-tengah kuburan raksasa,
bagaimanapun juga hatinya kebat-kebit, maka demi
mendengar perkataan Nyo Ko, segera ia ketik batu api dan
menyalakan lilin yang berada di atas meja. Kemudian
tertampaklah olehnya ada seorang gadis berbaju putih sedang
rebah tenang tanpa bergerak sedikitpun.
Memang sudah diduga juga olehnya bahwa di dalam
kuburan ini dia akan bertemu dengan Susiok atau paman
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
gurunya, Siao-liong-li, tetapi sama sekali tak tersangka Siaoliong-
li sedang tidur se-enaknya saja di atas ranjangnya
seakan-akan tak gentar dengan bahaya apa yang akan
menimpa juga tidak pandang sebelah mata padanya.
Karena itu, Ang Ling-po tak berani ayal, ia melintang
pedangnya di depan dada sebagai penghormatan lalu ia buka
suara : "Tecu Ang Ling-po mohon bertemu Susiok !"
Hati Nyo Ko memukul keras seperti mau melompat keluar
dari dadanya, dengan mulut melongo ia curahkan seluruh
perhatiannya untuk melihat gerak-gerik Siao-liong-li, tetapi
sedikitpun Siao-liong-li tidak bergerak, sudah kma sekali baru
terdengar ia menyahut dengan suara yang pelahan tetapi
orangnya masih rebah menghadap tembok