Rabu, 19 April 2017

Cersil Ke 17 Return Of The Condor Heroes Yoko

Cersil Ke 17 Return Of The Condor Heroes Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Cersil Ke 17 Return Of The Condor Heroes Yoko

Langsung mereka masuk ke ruangan pendopo yang penuh
dengan tetamu dan dalam suasana riang gembira itu.
Kelihatan Kongsun Ci memakai baju merah dan berdandan
sebagai pengantin laki-laki berdiri di sebelah kiri Di sebelah
kanan pengantin perempuan bertopi bertabur mutiara dan
kembang goyang, meski wajahnya tidak kelihatan karena
memakai kerudung, tapi dilihat dari perawakannya yang
ramping, siapa lagi dia kalau bukan Siao-liong-li?
Sekonyong-konyong sinar api berkelebat menyusul
terdengar suara letusan beberapa kali, suara mercon.
"Tiba saat bahagia, pengantin baru disilakan
bersembahyang!" demikian pembawa upacara berseru.
Pada waktu itulah mendadak Kiu Jian-jio bergelak tertawa,
suaranya menggetar hingga genting rumah sama berkelotek,
cahaya lilin juga berguncang, Menyusul ia berseru lantang:
"pengantin baru bersembahyang, pengantin lama lantas
bagaimana?"
Meski urat kaki tangannya sudah putus, namun
Lwekangnya sama sekali belum punah, apalagi selama belasan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tahun ia tekun berlatih dalam gua bawah tanah tanpa
terganggu, maka hasil latihan belasan tahun itu boleh
dikatakan satu kali lipat lebih kuat daripada latihan orang
biasa.
Maka suara seruannya itu sungguh keras luar biasa
sehingga anak telinga semua orang serasa mendenging,
suasana menjadi suram, sebagian besar lilin yang memenuhi
sudut2 ruangan itu sama padam.
Semua orang terkejut dan berpaling ke sana, Kongsun Ci
juga kaget mendengar suara bentakan hebat itu, ia menjadi
bingung dan waswas. Ketika nampak Nyo Ko dan anak
perempuannya muncul di situ tanpa kekurangan sesuatu
mendampingi orang berkedok yang aneh itu.
"Siapakah saudara?" segera Kongsun Ci membentak.
Kiu Jian-jio sengaja membikin serak suaranya dan
menjengek: "Hm, aku adalah sanak pamilimu yang terdekat,
masakah kau pura-pura tidak kenal padaku?"
Kim-lun Hoat-ong, In Kik-si, Siau-siang-cu dan lain-lain
juga sama tertarik oleh suara Kiu Jian-jio yang hebat itu,
mereka tahu orang aneh ini pasti bukan sembarang orang,
serentak mereka memusatkan perhatian.
Melihat Kiu Jian-jio memakai baju coklat dan membawa
kipas, dandanannya persis seperti Kiu-Jian-yim yang pernah
diceritakan oleh isterinya dahulu, Namun ia merasa janggal
bahwa Kiu Jian-yim bisa mendadak datang ke sini.
Tampaknya kedatangan orang tidak bermaksud baik,
diam-diam ia siap siaga, Dengan dingin iapun berkata pula:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Selamanya kita tidak kenal, mengapa kau mengaku sanak
pamiliku segala? Sungguh menggelikan!"
Di antara hadirin itu In Kik-si paling paham kisah dunia
persilatan di masa lampau, melihat dandanan Kiu Jian-jio itu,
seketika pikirannya tergerak, legera iabertanya: "Apakah tuan
ini Thi-cio-cui-siang-biau Kiu Jian-yim, Kiu-locianpwe?"
Kiu Jian-jio sengaja terbahak-bahak dan menggoyanggoyang
kipasnya, lalu menjawab: "Hahahaha! Kukira orang
yang kenal diriku sudah mati semua, kiranya masih sisa
seorang kau ini!"
Kongsun Ci tenang saja, katanya kemudian: "Apakah betul
saudara ini Kiu Jian-yim? Hah, kukira tiruan belaka!"
Kiu Jian-jio terkejut akan kecerdikan orang, ia menjadi
ragu pula jangan-jangan penyamarannya itu telah diketahui
Maka ia cuma mendengus saja tanpa menjawab.
Sementara itu Nyo Ko tidak pedulikan permainan apa yang
sedang terjadi pada bekas suami isteri itu, ia menyerobot ke
samping Siao-liong-li, dengan tangan kanan membawa Coatceng-
tan, tangan kiri-terus menyingkap kerudung muka si
nona sambil berseru : "Kokoh, lekas buka mulut -mu!"
Jantung Siao-liong-li berdebar juga ketika mendadak
nampak Nyo Ko berada di depannya, WHe, engkau betul
sudah sembuh!" serunya girang bercampur kejut.
Kini Siao-liong-Ii sudah tahu betapa keji hati Kongsun Ci
serta tindak tanduknya yang tidak baik, sebabnya dia
menyanggupi akan menjadi istrinya hanya demi
menyelamatkan jiwa Nyo Ko saja, kini nampak anak muda itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
muncul mendadak, disangkanya Kongsun Ci benar pegang
janji telah menyembuhkan racun dalam tubuh Nyo Ko.
Dalam pada itu Nyo Ko terus menyodorkan Coat-ceng-tan
kemulut Siao-ttoog-li sambil berseru: "Lekas telan !"
Siao-liong-li tidak tahu barang apa yang di -suruh makan
itu, namun dia menurut dan menelannya ke dalam perut,
Segera terasa suatu arus hawa segar langsung menyusup
kedalam perut.
"He kau berikan dia, kau sendiri lantas bagaimana ?" seru
Lik-oh kuatir.
Seketika Siao-liong-li paham duduknya, perkara, tanyanya
dengan kaget: "Jadi kau sendiri belum pernah minum obat
penawarnya?"
Nyo Ko tersenyum saja tanpa menjawabnya, sementara itu
ruangan pendopo sedang kacau baIau. Mestinya Kongsun Ci
hendak mencegah pendekatan Nyo Ko dengan Siaoliong-li,
tapi iapun jeri pada tokoh berkedok yang aneh itu, sebelum
tahu siapakah lawannya ia tak berani sembarangan bertindak.
Dalam pada itu Nyo Ko lantas menanggalkan topi
pengantin Siaoliongli dan di-robek2, lalu nona itu digandeng
ke samping ruangan, katanya: "Kokoh, Kokcu bangsat itu
bakal ketemu batunya, marilah kita menonton permainan yang
menarik saja.
Hati Siao-liong li sendiri merasa kacau, ia menggelendot di
tubuh Nyo Ko dan tidak tahu apa yang harus diucapkan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yang paling senang melihat kedatangan Nyo Ko adalah si
dogol Be Kong-co, ia tidak ambil pusing anak muda itu sedang
asyik masyuk dengan Siao-liong-li dan sepantasnya jangan
diganggu, ia justeru mendekati mereka serta bertanya ini dan
itu tanpa habis-habis
Pada 20-an tahun yang lalu In Kik-si sudah dengar nama
Kiu Jian-yim yang termashur dan disegani setiap orang Bu-lim,
kini melihat Lwe-kangnya memang sangat tinggi, diam-diam ia
ingin berkenalan dengan dia, segera ia melangkah maju dan
memberi hormat, sapanya: "Hari ini adalah hari bahagia
Kongsun Kokcu, apakah Kiu-locianpwe hadir untuk minum
arak bahagia pernikahannya ini?"
"Apakah kau tahu dia pernah apa dengan aku?" jawab Kiu
Jian-jio sambil menuding Kongsun Ci.
In Kik-si menggeIeng. "Tidak tahu, justeru Cayhe ingin
minta penjelasan," katanya.
"Coba kau suruh dia katakan sendiri," ujar Kiu Jianjio.
"Apakah kau betul-betul Thi-cio-ciu-siang-biau?" terdengar
Kongsun Ci menegas pula, Mendadak ia bertepuk tangan dan
berkata kepada seorang muridnya "Ambilkan kotak surat yang
tertaruh di rak sebelah timur dikamar tulisku!"
Dalam keadaan bingung Likoh menarik sebuah kursi untuk
berduduk ibunya.
Kongsun Ci sangat heran anak perempuannya dan Nyo Ko
yang di jerumuskannya ke dalam kolam buaya itu ternyata
tidak mati, malahan sekarang muncul lagi dengan seorang
yang mengaku sebagai Kiu Jian-yim.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tidak lama muridnya telah membawakan kotak surat yang
diminta, Kongsun Ci membuka kotak itu dan mengeluarkan
sepucuk surat, katanya dengan dingin: "Beberapa tahun yang
lalu pernah kuterima surat dari Kiu Jian-yim, kalau benar
engkau Kiu Jian-yim, maka surat inilah yang palsu."
Kiu Jian-jio terkejut, pikirnya: "Sejak Jiko bertengkar
dengan aku, selama itu tak pernah memberi kabar, mengapa
dia bilang menerima surat dari Jiko? Dan entah apa yang
dikatakan didalam suratnya itu."
Karena itu segera ia berseru: "Huh, bila kupernah menulis
surat padamu? Benar-benar omong kosong belaka!"
Dari logat bicaranya, tiba-tiba Kongsun Ci teringat kepada
seorang, ia terkejut, seketika keringat dingin membasahi
punggungnya. Tapi segera ia berpikir pula. "Ah, tidak
mungkin. Dia sudah mati di gua bawah tanah itu, tulang
belulangnya sekalipun sudah lapuk, manabisa hidup lagi? Tapi
orang ini sebenarnya siapa?"
Segera iapun membentang surat tadi dan di bacanya
dengan suara lantang: "Kepada adik Ci dan adik Jio, sejak
Toako tewas di tangan Kwe Cing dan Ui yong di Thi-ciohong...."
Mendengar kalimat pertama isi surat itu, seketika hati Kiu
Jian-jio menjadi pedih dan berduka, bentaknya cepat: "Apa
katamu? Siapa bilang Toakoku sudah mati?" selamanya dia
berhubungan paling akrab dengan Kiu Jian-li, kini mendadak
mendengar berita kematiannya, dengan sendirinya ia sangat
sedih, tubuhnya gemetar dan suarapun berubah, mau-takmau
keluar juga suara kewanitaannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun Ci sangat cerdik, begitu yakin orang yang
dihadapinya ini adalah perempuan meski dalam hatinya
bertambah kejut dan waswas, namun iapun tambah yakin
orang pasti bukan Kiu Jian-yim, Maka iapun meneruskan
membaca isi surat tadi: "kakakmu ini merasa menyesal telah
berselisih paham dengan kau sehingga selama ini kita tak
pernah berkumpul. Kini kakak sudah disadarkan oleh It-teng
Taysu, golok jagal sudah kubuang, kakak telah tunduk pada
ajaran Budha. Pada hari tua sekarang sering terkenang olehku
betapa senangnya ketika kita berkumpul dahulu, Mudah2-an
saja kalian hidup bahagia dan banyak rejeki...."
Sembari mengikuti bunyi isi surat itu, diam-diam Kiu Jianjio
meneteskan air mata, setelah surat itu habis di baca
Kongsun Ci, ia tidak dapat menahan tangisnya lagi, segera ia
berteriak : "O, Toako dan Jiko, tahukah kalian betapa
penderitaanku ini! " mendadak iapun menanggalkan kedoknya
dan membentak :"Kongsun Ci, masih kenal tidak padaku ?"
Suara bentakan yang menggelegar ini seketika membikin
sebagian api lilin padam lagi, sisa api lilin yang lain juga
terguncang goyang dan suram, pada saat itulah mendadak
wajah seorang nenek2 yang bengis muncul di hadapan semua
orang.
Seketika mereka terkejut, siapapun tidak berani bersuara,
suasana menjadi sunyi senyap, hati setiap orang ikut
berdebar-debar
Sekonyong-konyong seorang budak tua yang berdiri di
pojok sana berlari-lari maju sambil berseru: "Cubo," Cubo
(majikan perempuan, Cukong - majikan Iaki-Iaki), kiranya
engkau masih segar bugar!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, Thio-jiok, syukur kau masih ingat padaku," sahut Kiu
Jian-jio sambil mengangguk.
Rupanya budak itu sangat setia, ia kegirangan melihat
majikan perempuannya belum mati, berulang2 ia menyembah
dan menyatakan syukur, Di antara tetamu yang hadir itu
kecuali rombongan Kim-lun Hoat-ong, selebihnya kebanyakan
adalah para tetangga perkampungan Cui-sian-kok, orang yang
berusia setengah tua kebanyakan masih kenal Kiu Jian-jio,
maka serentak mereka merubung maju untuk bertanya ini dan
itu.
"Minggir semua!" bentak Kongsun Ci mendadak.
Semua orang kaget dan terpaksa menyingkir Kongsun Ci
menuding Kiu Jian-jio dan membentak pula: "perempuan hina,
mengapa kau kembali lagi ke sini? Kau masih punya muka
bertemu dengan aku?"
Sejak mula Lik-oh berharap ayahnya mau mengaku salah
dan rujuk kembali dengan sang ibu, siapa duga ayahnya telah
mengucapkan kata-kata yang begitu kasar dan ketus, saking
sedihnya ia berlari ke depan sang ayah, ia berlutut dan
berseru: "O, ayah, ibu tak meninggal beliau tak meninggal.
Lekas ayah minta maaf dan mohon beliau mengampuni!"
"Mohon dia mengampuni?" jengek Kongsun Ci. "Hm,
mengampuni siapa? Memangnya apa salahku?"
"Ayah telah memutuskan urat kaki tangan ibu dan
mengeramnya di gua bawah tanah selama belasan tahun
sehingga beliau tersiksa dalam keadaan mati tidak hidup tidak,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
betapapun ayah telah membikin susah ibu," kata Lik-oh
dengan terguguk.
"Hm, dia sendiri yang mencelakai aku lebih dulu, kau tahu
tidak?" jengek Kongsun Ci. "Dia melemparkan aku ke semaksemak
bunga cinta sehingga aku tersiksa oleh duri bunga itu.
Dia merendam obat penawar di dalam air warangan, aku
menjadi serba salah, minum obat penawar itu akan mati, tok
minum juga mati, Apakah kau tahu semua kejadian ini? Dia
malah memaksa aku membunuh... membunuh orang yang
kucintai, tahu tidak kau?"
"Tahu, anak sudah tahu semua," sahut Lik-oh sambil
menangisi "Dia bernama Yu-ji."
Sudah belasan tahun Kongsun Ci tidak pernah dengar
orang menyebut nama itu, air mukanya menjadi berubah
hebat, ia menengadah dan menggumam: "Yu-ji ya benar, Yu-
Ji kekasihku, perempuan hina yang keji inilah yang memaksa
aku membunuh dia."
Kelihatan air muka Kongsun Ci semakin beringas dan
penuh rasa duka pula berulang-ulang ia menggumam pelahan:
"Yu-ji... Yu-ji..."
Nyo Ko pikir suami-isteri konyol itu jelas bukan manusia
baik-baik. sedangkan dirinya sendiri mengidap racun dan
takkan hidup terlalu lama lagi di dunia ini, pada kesempatan
terakhir ini hanya diharap akan berkumpul dengan Siao-Iiongli
di suatu tempat yang sunyi dan melewatkan tempo yang tak
lama lagi itu dengan tenteram, maka sama sekali tiada
minatnya buat ikut campur persoalan Kongsun Ci dan
isterinya, segera ia menarik Siao-liong-li dan mengajaknya
pergi saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apakah betul wanita ini adalah isterinya dan benar-benar
telah dikurung olehnya selama belasan tahun?" tanya Siaoliong-
li tiba-tiba dengan hati yang tulus, sungguh ia tidak
percaya bahwa di dunia ini ada orang sejahat itu.
"Ya, mereka suami-isteri cuma saling balas dendam
belaka," kata Nyo Ko.
Siao-liong-li termenung sejenak, lalu berkata dengan suara
tertahan: "Sungguh aku tidak paham. Masakah wanita ini
serupa aku dan juga dipaksa menikah dengan dia?"
Menurut jalan pikirannya, kalau dua orang tidak dipaksa
untuk menikah, seharusnya pasangan itu akan berkasih
sayang, mana mungkin saling menyiksa secara begitu kejam.
"Di dunia ini sedikit sekali orang baik dan lebih banyak
orang jahat," ujar Nyo Ko sambil menggeleng. "Hati orangorang
begini memang sukar juga dijajaki orang lain."
Baru saja berkata sampai di sini, mendadak terdengar
Kongsun Ci membentak: "Minggir!" -Berbareng sebelah
kakinya mendepak, kontan tubuh Lik-oh mencelat.
Arah mencelatnya tubuh Kongsun Lik-oh tepat menuju ke
dada Kiu Jian-jio. padahal Kiu Jian-jio dalam keadaan lumpuh,
kaki tangannya lemas tak bertenaga, terpaksa ia menunduk
dan ingin mengelak namun tubrukan Lik-oh itu datangnya
teramat cepat, "bIang" dengan tepat tubuh si nona
menumbuk badan ibunya, kontan Kiu Jian-jio jatuh
terjengkang bersama kursinya kepalanya yang botak itu tepat
membentur tiang batu dan seketika darah muncrat serta tak
dapat bangun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lik-oh sendiri juga jatuh tersungkur dan pingsan karena
depakan sang ayah. Dalam keadaan begitu mau-tak-mau Nyo
Ko menjadi gusar menyaksikan keganasan Kongsun Ci itu,
Baru saja ia hendak memburu maju, tiba-tiba Siao-liong-li
melompat maju lebih dulu untuk membangunkan Kiu Jian-jio
serta mengurut beberapa kali di belakang kepala nenek itu
untuk membikin mampet darahnya yang mengucur itu, habis
itu ia merobek ujung baju untuk membalut lukanya dan
kemudian ia membentak Kongsun Ci: "Kongsun-siansing, dia
adalah isterimu yang sah, mengapa kau perlakukan dia begini?
jika kau sudah beristeri, kenapa ingin menikahi aku pula?
seumpama aku jadi nikah dengan kau, bukankah kelak kaupun
akan perlakukan diriku seperti dia ini?"
Beberapa pertanyaan yang tepat ini membikin Kongsun Ci
melongo dan tak dapat - menjawab, serentak Be Kong-co
bersorak memuji, sedangkan Siau-siaug-cu hanya menanggapi
dengan ucapan: "Hm, jitu benar kata-kata nona ini."
Dasar Kongsun Ci sudah ter-gila-gila kepada Siao-liong-li
maka iapun tidak menjadi gusar oleh pertanyaan itu, dengan
suara halus ia menjawab: "Liu-ji, mana kau dapat
dibandingkan dengan perempuan busuk ini? cintaku padamu
tanpa batas, jika aku mempunyai pikiran buruk padamu,
biarlah aku mati tak terkubur."
"Di dunia ini bagiku cukup hanya dia seorang saja yang
mencintai aku, sekalipun kau suka padaku seratus kali lipat
juga aku tidak kepingin," jawab Siao-liong-li hambar sembari
mendekati Nyo Ko dan menggenggam tangannya.
Tidak kepalang rasa gembira hati Nyo Ko melihat betapa
cinta Siao-liong-li kepadanya, tapi rasa gemasnya kepada
Kongsun Ci juga memuncak bila ingat umurnya tinggal berapa
hari saja dan semua itu gara-gara perbuatan Kongsun Ci,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
maka dengan gusar ia menuding dan memaki: "Hm, kau
berani bilang tiada pikiran buruk kepada Kokoh ? Hm, kau
menjebloskan aku ke kolam buaya itu, lalu menipu Kokoh agar
mau menikah dengan kau, apakah perbuatanmu ini baik?
Kokoh terkena racun bunga cinta, padahal kau tahu tiada obat
lagi untuk menyelamatkan dia, namun hal ini tidak kau
katakan padanya, apakah ini maksud baikmu?"
Siao-liong-li terkejut mendengar ucapan Nyo -Ko itu
dengan suara gemetar ia menegas: "Apakah betul begitu ?"
"Tapi tidak soal lagi, kau sudah minum obat penawarnya
tadi," ujar Nyo Ko sambil tersenyum.
Senyuman yang pedih dan girang pula mengingat obat
Coat-ceng-tan akhirnya dapat disampaikan dan diminum oleh
Siao-Iiongli, maka matipun dia rela sekarang?
Kongsun Ci memandang ke sana dan ke sini, sorot
matanya mengusap wajah Kiu Jian-jio, Siao--liong-li dan Nyo
Ko bertiga, hatinya penuh rasa cemburu dan benci serta napsu
berahi, ya kecewa, ya malu, macam-macam perasaan
berkecamuk menjadi satu. Meski biasanya dia sangat sabar,
namun kini dia sudah berpikiran gelap dan setengah gila,
Sekonyong-konyong ia berjongkok dan melolos keluar
sepasang senjatanya dari bawah selimut merah yang
digunakan alas kaki waktu upacara tadi, "trang." ia bentrok
kedua senjata dan membentak:
"Baik, baik sekali! Biarlah hari ini kita gugur bersama saja."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena sama sekali tidak menyangka Kongsun Ci akan
menyembunyikan senjata dibawuh perabot sembahyang
pernikahannya itu, maka semua orang sama berseru kaget
Segera Siao-Iiong-Ii menjengek: "Ko-ji, orang jahat begini
buat apa sungkan-sungkan lagi padanya ?"
"Creng", dari dalam baju pengantinnya iapun
mengeluarkan sepasang pedang hitam lemas itu.
Kun-cukiam dan Siok-likiam.
"Aha, bagus! jadi demi menolong diriku, maka Kokoh purapura
mau menikah dengan dia?" seru Nyo Ko girang.
Perlu dimaklumi bahwa meski Siao-liong-li tidak paham
seluk beluk kehidupan manusia umumnya, namun terhadap
orang yang dibencinya, cara turun tangannya sedikitpun tidak
kenal ampun, seperti dahulu waktu dia menuntut balas bagi
kematian Sun-popoh, pernah dia mengobrak-abrik Tiongyang-
kiong dan membikin kalang-kabut para imam Coan-cinkau,
malahan jiwa Kong-leng-cu Hek Tay-thong hampir
melayang ditangannya, sekarang Kongsun Ci telah membikin
dia merana dan tak dapat berkumpul dengan Nyo Ko, diamdiam
ia sudah bertekad akan melabrak orang meski harus
korbankan jiwa sendiri.
Sebab itulah di dalam baju pengantinnya itu diam-diam ia
sembunyikan sepasang pedang, asalkan Nyo Ko telah diobati,
segera ia mencari kesempatan untuk membunuh Kong-sun Ci,
kalau gagal, maka iapun akan membunuh diri dan takkan
mengorbankan kesuciannya di Cui-siang-kok ini.
Para hadirin juga heran dan kaget melihat kedua calon
pengantin itu sama menyembunyikan senjata, hanya beberapa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tokoh lihay seperti Kim-lun Hoat-ong saja sudah menduga
pesta nikah ini pasti akan berakhir dengan keonaran.
Tapi melihat Kiu Jian-jio hanya tertumbuk oleh tubuh
Kongsun Lik-oh saja lantas roboh, jauh tidak seimbang dengan
Lwekang yang maha-tinggi yang diperlihatkannya tadi, mautak-
mau semua orang mendjadi heran.
Nyo Ko lantas menerima Kun-cu-kiam dari tangan Siaoliong-
li, katanya: "Kokoh, marilah kita bunuh bangsat ini untuk
membalas sakit hatiku."
"Membalas sakit hatimu?" Siaoliong-li menegas sambil
menggetar pedang Siok-li-kiam.
Diam-diam hati Nyo Ko berduka, tapi mengingat hal itu tak
dapat dijelaskan kepada Siao-liong-li, terpaksa ia hanya
menjawab: "Ya, sudah tidak sedikit bangsat ini mencelakai
orang baik-baik"
Habis berkata, Kun-cu-kiam bergerak, langsung ia
menusuk iga kiri Kongsun Ci, ia tahu pertarungan sekarang
pasti akan berlangsung sangat dahsyat dan berbahaya pula, ia
sendiri mengidap racun, bila kedua orang memainkan "Giok-likiam-
hoat" dan merangsang perasaan cinta, maka mereka
akan kesakitan seketika.
Karena itu pandangannya lurus menatap musuh, yang
dimainkan adalah "Coan-cin-kiam-hoat".
Kongsun Ci juga tahu betapa lihaynya ilmu pedang
gabungan kedua muda-mudi itu, maka begitu gebrak segera ia
lancarkan serangan Im-yang-to-hoat yang terbalik itu, pedang
hitam bermain dengan gaya golok, sedangkan golok bergigi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bermain dengan gaya pedang, setiap jurus serangannya lihay
luar biasa,
Namun ilmu pedang Coan-cin-pay yang dimainkan Nyo Ko
itu adalah ciptaan Ong Tiong-yang, itu cakal bakal Coan-cinpay,
walaupun tidak seganas serangan musuh, namun
gayanya indah dan perubahannya rumit, dia berjaga saja
dengan rapat dan menyambut setiap serangan musuh dengan
baik.
Sudah tentu Siao-liong-li juga tidak kurang lihaynya, ia
membentak nyaring, Siok-Ii-kiam segera menusuk punggung
Kongsun Ci.
Dongkol dan menyesal Kongsun Ci tak terperikan, nona
secantik bidadari ini mestinya sudah menjadi isterinya kalau
Nyo Ko tidak muncul, tapi sekarang justeru bergabung dengan
anak muda ini untuk mengerubutnya.
BegituIah makin dipikir makin murka Kongsun Ci, namun
serangannya tetap berjalan dengan ganas.
Di pihak lain SiaoIiong-li memainkan Giok li-kiam-hoat,
maksudnya ingin mengadakan kontak batin dengan Nyo Ko
agar daya ilmu pedang bisa dikeluarkan seluruhnya, siapa
tahu anak muda itu selain menghindarkan adu pandang
dengan dia juga cuma bertempur dengan caranya sendiri.
Siao-liong-li menjadi heran danbersero: "Ko ji, mengapa
kau tidak memandang padaku? Karena rangsangan
perasaannya yang penuh kasih mesra itu, sinar pedangnya
memanjang seketika dan serangannya tambah kuat.
Sebaliknya demi mendengar nada si nona yang
menggiurkan itu, hati Nyo Ko terguncang, dada kesakitan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seketika, gerak pedangnya juga berubah lambat "Bret", tahutahu
lengan bajunya tertabas robek oleh pedang hitam
Kongsun Ci.
Siao-Iiong-li terkejut, cepat ia melancarkan tiga kali
serangan untuk mengalangi gempuran Kongsun Ci.
"Aku tak dapat memandang kau dan juga tak dapat
mendengarkan perkataanmu " kata Nyo-Ko.
"Sebab apa?" tanya Siaoliong-li dengan lemah lembut.
Kuatir terancam bahaya lagi, Nyo Ko sengaja menjawab
dengan suara kasar: "Jika kau ingin aku mati, maka bolehlah
kau bicara dengan aku." Karena timbul amarahnya, rasa
sakitnya lantas berhenti seketika, semua serangan Kongsun Ci
dapat ditangkisnya.
"Baiklah, aku tidak bicara lagi," ujar Siao-liong-li dengan
rasa menyesal Tapi mendadak pikirannya tergerak: "Ah, aku
sendiri sudah sembuh dari racun bunga cinta itu, apakah dia
belum meminum obat penawarnya?"
Berpikir begitu, sungguh rasa terima kasih dan kasih
sayangnya tak terbatas mendalamnya, perasaan mesra ini
mendorong tenaga, seketika daya tempur Giok-li-kiamboatnya
bertambah hebat, setiap jurus serangannya segera
melindungi seluruh tubuh Nyo Ko.
Dalam keadaan begitu, seharusnya Nyo Ko harus bergilir
untuk menahan serangan musuh bagi Siao-liong-li, tapi
lantaran dia tak berani melirik, jadinya Siao-liong-li tak terjaga
sama sekali dan selalu menjadi ancaman musuh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Betapa tajam pandangan Kongsun Ci, hanya beberapa
gebrak sadja ia sudah dapat melihat peluang itu, namun dia
tidak ingin mencelakai Siao liong-li sedikitpun, setiap
serangannya selalu dilontarkan kepada Nyo Ko. Walaupun
begitu serangan yang dahsyat itu dapat juga dihadapi oleh
pedang nan lawan yang kuat, dalam beberapa puluh jurus
ternyata sedikitpun Kongsun Ci takdapat berbuat apa-apa.
Sementara itu Kongsun Lik-oh sudah siuman dan ikut
menonton di sebelah ibunya, dilihatnya Siao-liong-li terus
melindungi Nyo Ko melulu tanpa menghiraukan keselamatan
sendiri, diam-diam ia bertanya pada dirinya sendiri: "Jika aku
yang menjadi dia, dalam keadaan gawat antara hidup dan
mati, apakah akupun sanggup mengorbankan diriku untuk
membela dia?" ia menghela napas pelahan dan menjawab
sendiri pula:
"Aku pasti akan berbuat sama seperti nona liong ini
kepadanya, tapi dia yang tidak mungkin berbuat begitupula
terhadap diriku."
Tengah mengelamun, tiba-tiba terdengar Kiu Jian-jiu
berseru: "Golok bukan golok, pedang bukan pedang!"
Sudah tentu Nyo Ko dan Siao-liong-li merasa bingung oleh
seruan itu, mereka tidak paham apa maksudnya.
Terdengar Kiu Jian jio berteriak pula: "Golok adalah golok,
pedang adalah pedang!"
Setelah bertempur dua kali melawan Kongsun Ci, memang
sejak tadi Nyo Ko sudah memikirkan di mana letak keajaiban
permainan golok Kongsun Ci itu, ia merasa anehnya serangan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
musuh, pedang hitam yang enteng digunakan membacok dan
menabas dengan keras seperti golok, sebaliknya golok yang
berat itu digunakan menusuk dan menyabet secara gesit Kalau
saja golok dimainkan sebagai pedang dan pedang digunakan
sebagai golok masih dapat dimengerti anehnya dalam sekejap
permainannya bisa berubah lagi, dalam serangan pedang nya
tampak gaya ilmu pedang dan serangan golok tetap bergaya
ilmu golok, sungguh berubah tak menentu dan sukar diraba.
Kini mendadak mendengar seruan Kiu Jian--jio itu, cepat
juga timbul ilham dalam benak Nyo Ko, diam-diam ia
membatin apakah maksud Kia Jian-jio itu hendak mengatakan
bahwa gaya pedang dalam permainan golok dan gaya golok
dalam permainan pedang Kongsun Ci itu cuma gaya
kembangan belaka ? jika begitu halnya, biarlah aku
mencobanya ?
Begitulah ketika dilihatnya pedang hitam lawan membacok
tiba pula seperti golok, maka Nyo Ko menganggapnya tetap
sebagai pedang, segera ia menangkisnya dengan Kun-cukiam,
"trang", kedua pedang beradu dan kedua orang sama
tergetar mundur setindak.
Nyata dugaan Nyo Ko tidak keliru, gaya serangan golok
dari pedang hitam itu pada dasarnya tetap pedang, gerakan
sebagai bacokan golok itu cuma gerakan kembangan belaka
untuk membikin kabur pandangan lawan, kalau saja
kepandaian pihak lawan kurang, tinggi dan tak dapat melayani
dengan tepat, maka gerakan kembangan seperti golok itupun
dapat mencelakai kakinya.
Sekali coba lantas berhasil menjajaki ilmu silat lawan, Nyo
Ko menjadi girang, segera ia perhatikan kelemahan musuh, ia
pikir betapa anehnya serangan musuh, tapi lantaran gerakan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kembangannya terlalu banyak, akhirnya pasti kacau dan
kelihatan titik kelemahannya.
Setelah bergebrak beberapa kali lagi, "tiba-tiba terdengar
Kiu Jian- jio berseru pula : "Serang kaki kanannya, kaki
kanannya"
Akan tetapi Nyo Ko merasa bagian kaki lawan sedikitpun
tiada peluang untuk dapat diserang, apalagi golok musuh
diputar sedemikian kencang, hakekatnya sukar ditembus. Tapi
lantas teringat olehnya bahwa ilmu silat Kongsun Ci itu adalah
ajaran Kiu Jian-jio, meski kaki tangan nenek botak itu sudah
cacat, namun ilmu silat yang dipahaminya sedikitpun tidak
pernah terlupa, tentu nenek itu dapat melihat titik kelemahan
Kongsun Ci. Karena pikiran itu segera ia menurut dan
menyerang kaki kanan musuh.
Cepat Kongsun Ci menangkis dengan goloknya kaki
kanannya ternyata berjaga rapat Tapi lantaran harus
menangkis, bahu kiri dan iga kiri lantas tak terjaga, peluang
itu tidak di-sia-siakan oleh Nyo Ko, tanpa menunggu petunjuk
Kiu Jian-jio segera ia menyerang dan berhasil merobek baju
bawah ketiak musuh.
Kongsun Ci mengomel gusar sambil melompat mundur,
dengan mendelik ia membentak Kiu Jian-jio: "perempuan hina,
lihat nanti kalau aku tidak membinasakan kau!" Habis itu
segera ia menerjang Nyo Ko Iagi.
Selagi Nyo Ko menangkis, terdengar Kiu Jian-jio berseru
pula: Tendang punggungnya!"
Padahal waktu itu kedua orang sedang berhadapan muka,
untuk menendang bagian punggung jelas tidak mungkin,
namun sekarang Nyo Ko sudah rada menaruh kepercayaan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kepada petunjuk Kiu Jian-jio, ia pikir ucapan nenek itu tentu
mempunyai arti tertentu, maka tanpa banyak ulah segera ia
menyusup ke belakang musuh.
Cepat Kongsun Ci memutar balik goloknya din menabas ke
belakang. Tapi Kiu Jian-jio sudah lantas berteriak lagi: "Tusuk
dahinya.!"
Nyo Ko menjadi heran, baru saja memutar ke belakang
orang, masakah sekarang diharuskan menusuk dahi lawan di
bagian muka, Namun keadaan sudah mendesak, tanpa pikir
segera ia menyerobot ke depan musuh dan baru saja hendak
menusuk tempat yang dianjurkan, sekonyong-konyong Kiu
Jian-jio berseru pula. "Tabas pantatnya!"
Lik-oh ikut berdebar menyaksikan pertarungan itu, diamdiam
iapun heran mengapa ibunya bergembar-gembor begitu,
bukankah caranya itu berbalik hendak membantu ayahnya
malah?
Dalam pada itu Be Kong co lantas berteriak "He, jangan
kau tertipu nenek itu, adik Nyo, dia sengaja membikin lelah
kau."
Namun Nyo Ko justeru percaya kepada seruan Kiu Jian-jio
yang mempunyai tujuan jitu itu, begitu si nenek berseru suruh
dia ke depan, segera ia menyerobot ke depan, bila disuruh
memutar ke belakang cepat ia menyelinap ke belakang.
Benar saja, sesudah berputar beberapa kali cara begitu,
akhirnya iga kanan Kongsun Ci tertampak kelemahan tanpa
ayal pedang Nyo Ko terus menusuk "cret", baju tertembus dan
ujung pedang masuk kulit daging musuh beberapa senti
dalamnya, seketika darah segar mengucur dari iga Kongsun
Ci.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cara bagaimana Kiu Jian-jio akan membalas dendam terhadap
Kongsun Ci?
Bagaimana akhirnya nasib Kongsun Lik-oh yang diam-diam
mencintai Nyo Ko itu?
Apakah Nyo Ko dapat sembuh dari racun bunga cinta?
(Bacalah jilid ke - 30)
Jilid 30
Semua orang sama berteriak heran dan berbangkit Kimlun
Hoat-ong dan Lain-lain tahu persoalannya bahwa Kiu lianjio
sebenarnya bukan memberi petunjuk kepada Nyo Ko
caranya memperoleh kemenangan, tapi mengajarkan dia
mencari kesempatan menang dari keadaan yang tidak
mungkin menang itu, bukan ditujukan titik kelemahan
Kongsun Ci, tapi suruh Nyo Ko mendesak musuh yang sama
sekali tiada kelemahan itu agar terpaksa memberi titik
kelemahan,
Hanya beberapa kali saja Kiu Jian-jio memberi petunjuk,
karena Nyo Ko memang anak yang cerdik dan pintar, segera
ia dapat menangkap di mana letak intisari ilmu silat yang
bagus itu, dalam hati ia sangat kagum dan bersyukur akan
petunjuk Kiu Jian-jio yang besar manfaatnya itu.
Cuma untuk bisa memaksa Kongsun Ci memperlihatkan
titik kelemahannya selain lawannya harus lebih unggul ilmu
silatnya dan harus pula paham akan setiap gerak serangan
Kongsun Ci, dengan begini barulah dapat menapsirkan jurus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serangan mana yang bakal dilontarkan musuh itu dan
memancingnya menuju kearah yang keliru.
Untuk ini memang cuma Kiu Jian-jio saja yang sanggup,
Nyo Ko sendiri hanya paham maksudnya tapi tidak mampu
melakukannya sendiri tanpa petunjuk nenek itu. Karena itulah
dia turut setiap petunjuk Kiu Jian-jio dan melancarkan
serangan berantai mengitari Kongsun Ci, setelah belasan jurus
lagi, kembali kaki Kongsun Ci tertusuk oleh pedangnya.
Meski tidak parah, namun lukanya cukup panjang, diamdiam
Kongsun Ci sangat mendongkol ia pikir dalam waktu
singkat jelas dirinya sukar mendapat kemenangan malahan
kalau bertempur lebih lama bukan mustahil jiwanya sendiri
yang akan melayang dibawah pedang bocah ini.
Dahulu, demi untuk menyelamatkan jiwa sendiri pernah
juga dia membunuh Yu-ji yang dicintainya itu, sekarang
keadaan sudah kepepet, maka iapun tidak memikirkan Siaoliong-
li lagi, segera pedang hitam bergerak ke depan, tapi
mendadak goloknya yang membacok ke bahu Siao-Iiong li.
Nyo Ko terkejut, cepat ia menangisnya.
"Tusuk pinggangnya." mendadak Kiu Jian-jio berseru pula.
Nyo Ko melengak, ia pikir Kokoh sedang terancam, mana
boleh kudiamkan saja? Tapi setiap petunjuk Kiu-locianpwo
selalu mengandung arti yang dalam, bisa jadi cara ini adalah
jurus penolong yang bagus, Karena itu pedangnya terus
berputar ke bawah untuk menusuk pinggang musuh.
Pada saat itulah terdengar Siao-Iiong-ii menjerit kesakitan,
lengannya telah terluka, "trang", Siok-li-kiam terjatuh pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Menyusul itu Kongsun Ci sempat menangkis serangan Nyo Ko
dengan pedangnya.
Nyo Ko sangat kuatir akan luka Siao-Iiong-li itu, serunya:
"Kokoh, kau mundur saja, biar aku sediri melayani dia!"-
Karena rangsangan perasaannya terhadap Siao-liong-Ii, tibatiba
dadanya terasa sakit.
Dalam keadaan tcrluka, terpaksa Siao-liong-li mundur
kesamping untuk membalut lukanya dengan robekan baju.
Nyo Ko terus bertempur dengan gagah berani, ia sangat
mendongkol terhadap petunjuk Kiu Jian-jio yang keliru itu,
pada suatu kesempatan ia melotot gusar terhadap nenek itu.
Sudah tentu Kiu Jiau-jio paham maksud anak muda itu, ia
menjengek: "Hm, kenapa kau menyalahkan aku? Aku cuma
membantu kau menggem-pur musuh, peduli apa dengan dia?
Hmm, biarpun mampus juga aku tidak peduli nona itu!"
"Kalian suami-isteri benar-benar suatu pasangan manusia
yang keji dan kejam!" damperat Nyo Ko dengan gusar.
Makian Nyo Ko kini sungguh sangat tepat dan tajam,
namun Kiu Jian-jio hanya mendengus saja dan tidak marah, ia
tetap tenang-tenang saja mengikuti pertarungan kedua orang.
Sekilas Nyo Ko melihat Siao-liong-li sedang membalut
lukanya, tampaknya tidak begitu parah, seketika serangannya
berubah dengan bersemangat.
Dari Coan-cin-kiam-hoat ia ganti menyerang dengan Giokli-
kiam-hoat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun Ci rada heran melihat serangan Nyo Ko sekarang
hampir seluruhnya berbeda daripada tadi, kini tampak lebih
gesit dan lincah dan lebih bergaya dibanding tadi yang kereng
dan tenang. ia menjadi curiga jangan-jangan Nyo Ko sengaja
main gila untuk memancingnya
Tapi setelah bergebrak lagi beberapa jurus, ternyata gaya
tempur Nyo Ko sekarang serupa dengan Siao-liong-li tadi,
segera rasa curiga Kongsun Ci lenyap, golok dan pedangnya
lantas menyerang pula sekaligus.
Maka setelah belasan jurus, lambat laun Nyo Ko terdesak
lagi di bawah angin dan berulang terdesak mundur.
Beberapa kali Kiu Jian-jio berseru memberi petunjuk lagi,
namun Nyo Ko sudah telanjur khe-ki karena nenek itu sengaja
membikin susah Siao-liong-li, maka petunjuknya itu tak
digubrisnya lagi, "Sret-sret", mendadak ia melancarkan
serangan empat kali ber-turut-urut, ketika Kongsun Ci
menangkis secepatnya Nyo Ko menubruk maju, "trang", ia
selentik golok lawan, seketika Kongsun Ci merasa lengannya
kesemutan dan golok hampir terlepas dari pegangan, Pada
saat itu juga mendadak Nyo Ko menubruk maju, jari kirinya
menutuk bagian pusarnya.
Nyo Ko kegirangan dan yakin musuh pasti akan roboh dan
terluka parah, Tak terduga, sambil mendoyongkan tubuhnya,
mendadak sebelah kaki Kongsun Ci menendang ke dagu Nyo
Ko.
Keruan kejut Nyo Ko tak terkatakan cepat ia melompat ke
samping. Segera teringat olehnya bahwa Hiat-to di tubuh
musuh memang sangat aneh, tadi Sia liong li juga pernah
menghantam Hiat-ta orang dengan genta kecil yang terikat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pada ujung selendangnya, jelas Hiat-to yang di arah itu kena
dengan tepat, tapi Kongsun Ci tetap tidak roboh.
Selagi Nyo Ko merasa bingung cara bagaimana untuk bisa
mengalahkan musuh, sementara itu golok dan pedang
Kongsun Ci sudah membura tiba pula, sedangkan Kiu Jian-jio
lagi-lagi berseru: "Golok dan pedangnya menyilang,
pedangnya akan menyerang ke kiri dan goloknya menyerang
kanan!"
Tanpa pikir Nyo Ko mengadakan penjagaan rapat seperti
peringatan Kiu Jian-jio itu sehingga buyarlah setiap serangan
Kongsun Ci. .
Bicara tentang Kanghu sejati sebenarnya Nyo Ko tak dapat
melawan keuletan Kongsun Ci, hanya berkat petunjuk Kiu
Jian-jio saja dapatlah Nyo Ko mematahkan setiap serangan
Kongsun Ci yang lihay itu.
Sementara itu kedua orang sudah bertempur sampai
beberapa ratus jurus, para penonton sama berdebar dan sukar
menduga siapa di antaranya yang bakal menang dan kalah,
Kongsun Ci dan Nyo Ko tampaknya sama payahnya, napas
Kongsun Ci kelihatan mulai terengah, sedangkan Nyo Ko juga
sudah mandi keringat, gerak-gerik mereka tidak segesit dan
secepat tadi.
Lik-oh pikir kalau pertempuran itu berlangsung lagi,
akhirnya satu diantara dua pasti celaka. Dia tidak
mengharapkan Nyo Ko kalah, tapi iapun tidak tega
menyaksikan ayah sendiri celaka, Maka dengan suara pelahan
ia memohon kepada Kiu Jian-jio: "lbu, sebaiknya engkau suruh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mereka berhenti saja, biarlah kita bicara baik-baik saja untuk
menentukan yang salah dan benar."
Kiu Jian-jio hanya mendengus saja tanpa menjawab.
Sejenak kemudian barulah ia berkata: "Coba ambilkan dua
mangkok teh,"
Dengan pikiran kacau Lik-oh pergi menuangkan dua
mangkok teh dan dibawa ke depan sang ibu, Segera Kiu Jianjio
menanggalkan kain pembalut lukanya yang berlepotan
darah itu. seperti diketahui Siao liong-li yang merobek baju
sendiri untuk membalutkan lukanya itu, sekarang kain
pembalut dilepaskan, darah lantas merembes keluar lagi dari
kepalanya.
"Bu!" Lik-oh berseru kuatir.
"Jangan bersuara," kata Kiu Jian-jio, lalu ia memeras
beberapa tetes darah dari kain pembalut itu ke dalam
mangkuk Waktu melihat Lik-oh merasa heran dan curiga,
segera ia memeras sedikit darah lagi ke mangkuk yang lain. ia
guncang sedikit mangkuk itu sehingga tetesan darah itu lantas
terbaur dalam air teh, dalam sekejap saja tiada kelihatan apaapa
lagi.
Habis itu Kiu Jian-jio menempelkan lagi kain pembalut
pada lukanya, segera ia berseru: "Tentu mereka sudah lelah
bertempur biarkan masing-masing minum semangkuk teh
dulu." Lalu ia berkata kepada Lik-oh: "Antarkan teh ini kepada
mereka, seorang semangkuk!"
Lik-oh tahu betapa benci dan dendam sang ibu terhadap
ayah, kalau bisa sang-ayah hendak membinasakan seketika,
maka ketika melihat ibunya meneteskan darah ke dalam
mangkuk meski tidak paham apa maksudnya, tapi ia pikir
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perbuatan ini tentu tidak menguntungkan ayahnya, tapi
kemudian dilihatnya kedua mangkuk teh itu sama-sama diberi
tetesan darah, maka rasa curiganya menjadi lenyap, segera ia
membawa kedua mangkuk teh itu ke tengah ruangan dan
berseru: "Ayah, Nyo-toako, sjlakan kalian minum teh dahulu!"
Memangnya Kongsun Ci dan Nyo Ko lagi kehausan,
mendengar seruan itu, serentak mereka berhenti bertempur
dan melompat mundur, lebih dulu Lik-oh menyodorkan
semangkuk teh kepada ayahnya.
Kongsun Ci merasa sangsi, ia pikir teh ini diantarkan
kepadanya atas suruhan Kiu Jian -jio di dalam hal ini pasti ada
sesuatu yang tidak beres, bukan mustahil diberi racun, karena
itu ia tidak mau menerima teh itu, tapi katanya kepada Nyo
Ko: "Kau minum dulu."
Sedikitpun Nyo Ko tidak gentar dan sangsi,ia terima
mangkuk itu terus hendak diminumnya, mendadak Kongsun Ci
berkata pula "Baiklah, biar kuminum semangkuk itu!" - Segera
pula ia ambil mangkuk yang dipegang Nyo Ko itu.
Nyo Ko tahu apa artinya itu, dengan tertawa ia berkata:
"Anak perempuanmu sendiri yang menuangkan teh ini,
masakah dia menaruh racun?" Habis berkata ia terus terima
mangkuk teh yang lain dan ditenggak hingga habis.
Kongsun Ci melihat air muka Lik-oh tenang-tenang saja
tanpa mengunjuk sesuatu perasaan kuatir Nyo Ko akan
keracunan, maka percayalah dia bahwa teh itu tidak
berbahaya. Segera iapun minum habis isi mangkuk itu.
"Creng", ia membentrok kedua senjatanya dan berkata:
"Nah, tak perlu mengaso lagi, marilah kita mulai
bertempur pula, Hm, kalau saja perempuan hina itu tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memberi petunjuk pada-mu, biarpun kau mempunyai jiwa
serep juga sudah melayang sejak tadi."
Pada saat itulah mendadak Kiu Jian-jio menanggapi
deagan suara dingin: "Sekarang ilmu kebalnya sudah pecah,
boleh kau incar saja Hiat-tonya."
Kongsun Ci melengak, segera ia merasakan ujung lidahnya
ada rasa amisnya darah, sungguh kejutnya tak terkatakan.
Kiranya ilmu kebal tutukan Hiat-to yang dilatihnya itu pantang
makan minum barang berjiwa, untuk menjaga segala
kemungkinan, maka ia melarang setiap anak buahnya di Cuisian-
kok untuk makan daging dan barang apa saja yang
berbau darah. Meski orang lain tidak melatih ilmu kebal itu,
tapi terpaksa mesti ikut tersiksa.
Walaupun Kongsun Ci sudah berjaga dan hati-hati sama
sekali tak terduga olehnya bahwa Kiu Jianjio akan menaruh
darah dalam teh yang diminumnya itu. Bagi Nyo Ko tentu
tidak menjadi soal tapi bagi Kongsun Ci, teh campur tetesan
darah itu seketika membuat ilmu kebalnya itu hancur...
Saking murkanya ia berpaling dan melihat Kiu Jian-jio
sedang komat kamit asyik makan kurma, tangan yang satu
menggengam kurma, tangan yang lain melangsir buah kurma
itu ke mulut dan dimakan dengan nikmatnya.
"Ilmu itu adalah pemberianku dan sekarang aku yang
memusnahkannya, kan tidak perlu heran dan kaget toh?" kata
Kiu Jian-jiu dengan tersenyum.
Kedua mata Kongsun Ci merah berapi, ia angkat kedua
senjatanya terus menerjang ke arak Kiu Jian-jio.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lik-oh terkejut, cepat ia memburu maju hendak
melindungi sang ibu. Tapi mendadak terdengar angin keras
menyamber di sebelah telinga, menyusul terdengar Kongsun
Ci menjerit keras-keras, senjatanya terlepas dari tangan,
sambil menutupi mata kanannya terus berlari keluar,
terdengar suara jerit tangisnya yang mengaung ngeri dan
makin menjauh, akhirnya lenyap di tengah pegunungan.
Para hadirin saling pandang dengan bingung karena tidak
tahu dengan cara bagaimana Kiu Jian-Jiu melukai Kongsun Ci,
Hanya Nyo Ko dan Lik-oh saja yang tahu duduknya perkara,
jelas Kiu Jian-Jio menggunakan biji kurma yang disemprotkan
dari mulutnya itu, untuk membutakan mata bekas suaminya
itu, Waktu Nyo Ko bertempur dengan Kongsun Ci, diam-diam
Kiu Jian-jio sudah mengumpulkan beberapa biji kurma di
dalam mulutnya, cuma waktu itu dia tidak berani
sembarangan bertindak, ia lihat ilmu silat Kongsun Ci sudah
jauh lebih maju, ia kuatir kalau sekali serang tidak kena maka
akan membikin runyamnya urusan dan selanjutnya pasti sukar
lagi hendak melukai Kongsun Ci.
Sebab itulah lebih dulu Kiu Jian-jio memunahkan ilmu
kebal Tiam-hiat yang dilatih Kongsun Ci itu dengan teh
berdarah, lalu pada saat Kongsud Ci menjadi murka,
mendadak iapun menyerangnya dengan semburan biji kurma
yang merupakan satunya senjata yang dilatihnya selama
belasan tahun ini, baik kekuatannya maupun kejituannya tidak
kalah daripada senjata rahasia manapun juga.
Kalau saja tadi Lik-oh tidak memburu maju mendadak dan
mengalang di depan, bukan mustahil kedua mata Kongsun Ci
sudah buta semua, bahkan kalau dahinya yang kena biji
kurma, tentu jiwanya juga melayang seketika.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat ayahnya mendadak lari pergi, Lik-oh merasa tidak
tega, ia terkesima dan berseru: "Ayah, ayah!"
Segera ia bermaksud berlari keluar untuk melihat
kepergian sang ayah, tapi Kiu Jian-jio lantas menghardiknya
dengan suara bengis: "Jika kau ingin ayah, bolehlah kau pergi
bersama dia dan jangan menemui aku lagi selamanya."
Lik-oh menjadi serba salah, tapi mengingat persoalan ini
memang terpangkal pada kesalahan sang ayah, sedangkan
siksa derita sang ibu jauh melebihi ayah, pula ayahnya sudah
pergi jauh, untuk menyusulnya juga tidak dapat Iagi. terpaksa
ia melangkah kembali dan menuuduk dengan diam.
Dengan angkuhnya Kiu Jian-jio duduk di kursinya,
dipandangnya sini dan diliriknya sana, lalu mengejeknya: "Hm,
bagus! Kalian datang untuk pesta pora bukan? Tapi pestanya
buyar tanpa jamuan, kalian tentu kecewa, bukan?"
Semua orang sama ngeri tersapu oleh sorot matanya yang
tajam itu, semuanya kuatir kalau mendadak nenek itu
menyemburkan senjata rahasianya yang aneh dan jiwa bisa
melayang seketika. Hanya Kim-lun Hoat-ong, In Kik-si dan
Siau-siang-cu saja yang sama siap siaga.
Bahwa akhirnya Kongsun Ci mengalami nasib begitu, hal
inipun tak terduga oleh Siao-liong-li dan Nyo Ko, mereka sama
menghela napas panjang, lalu saling genggam tangan dengan
kencang. walaupun begitu Siao-liong-Ii tidak lupa kepada budi
pertolongan jiwa Kongsun Ci, kini penolong itu terluka parah
dan telah kabur, mau-tak-mau iapun rada menyesal, segera ia
mengedipi Nyo Ko, kedua orang lantas melangkah pergi.
Tapi baru sampai di ambang pintu, mendadak Kiu Jian-jio
membentaknya "Nyo Ko hendak ke mana?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko memutar balik dan memberi hormat, katanya:
"Kiu-locianpwe, nona Lik-oh, sekarang juga kami mohon diri."-
ia tahu umur sendiri takkan lama lagi, maka iapun tidak
mengucapkan "sampai berjumpa" segala.
Likoh membalas hormat anak muda itu tanpa berkata.
sedangkan Kiu Jian-jio lantas menghardik pula dengan gusar
"Sudah kujodohkan puteriku satunya ini padamu, mengapa
kau tidak sebut aku sebagai ibu mertua, bahkan sekarang mau
pergi begitu saja?"
Nyo Ko melengak bingung, ia merasa tidak pernah
menyatakan mau terima si nona meski nenek itu memaksa
untuk menjodohkan Lik-oh padanya.
Segera Kiu Jian-jio berkata pula: "Ruangan upacara di sini
sudah tersedia, segala sesuatu juga sudah disiapkan, tamu
undanganpun sudah hadir sekian banyak, kaum persilatan kita
juga tidak perlu banyak adat, sekarang juga kalian berdua
boleh menikah saja."
Padahal demi Siao-liong-li, Nyo Ko telah menempur matimatian
dengan Kongsun Ci, ini telah disaksikan sendiri oleh
Kim-Iun Hoat-ong dan lain-lain.
Kini Kiu Jian-jio memaksa Nyo Ko menjadi mantunya,
mereka tahu sebentar pasti akan terjadi keonaran lagi. Mereka
saling pandang dengan tersenyum dan ada pula yang gelenggeleng
kepala.
Dengan sebuah tangan merangkul bahu Siao-liong-li dan
tangan lain memegangi tangkai Kun-cu-kiam, berkatalah Nyo
Ko: "Maksud baik Kiu-locianpwe kuterima dengan terima
kasih, namun hati wanpwe sudah terisi, sesungguhnya aku
tidak jodoh dengan puterimu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sembari bicara iapun melangkah mundur pelahan, ia tahu
watak Kiu Jian-jio sangat aneh, bukan mustahil nenek itu
mendadak menyemprotkan biji kurma, maka ia sudah siapkan
pedangnya untuk menangkis.
Kiu Jian-jio melotot gusar sekejap ke arah Siao-liong-Ii,
lalu berkata pula: "Hm, rase cilik ini memang amat cantik,
pantas yang tua bangka ter-gila-gila, yang muda juga
kesemsem padanya."
Cepat Lik-oh menyela: "Bu, sudah lama Nyo-toako dan
nona Liong ini terikat oleh janji pernikahan, persoalan mereka
biarlah nanti kuceritakan padamu."
Tapi Kiu Jian-jio lantas mendamperatnya: "Cis,
memangnya kau anggap ibumu ini siapa? Apa yang sudah
kukatakan masakah boleh diubah? Nah, orang she Nyo, mautak-
mau kau harus tinggal di sini, jangankan anak
perempuanku cukup cantik dan cocok bagimu, sekalipun dia
bermuka jelek juga hari ini kau mesti memper isteri kan dia."
Mendengar ucapan si nenek botak yang tidak semenamena
itu, Be Kong-co terbahak-bahak dan berseru: "Haha,
suami-isteri yang tinggal di sini ini benar-benar suatu
pasangan manusia ajaib, yang laki memaksa perawan orang
untuk menjadi isterinya, yang perempuan juga memaksa
pemuda untuk mengawini puteri-nya. Hahaha, sungguh lucu!
Eh, kalau orang menolak boleh tidak?"
"Tidak boleh!" jengek Kiu Jian-jio mendadak.
Dan selagi Be Kong-co bergelak tertawa pula dengan
mulut terbuka, sekonyong-konyong terdengar suara
mendesisnya suatu benda kecil, satu biji kurma telah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyamber ke dahinya secepat kilat dan tampaknya sukar
dihindarkan.
Saking kagetnya cepat Be Kong-co menjongkok, "plok",
dua buah gigi depannya rompal seketika terkena biji kurma
itu, Keruan Be Kong-co menjadi murka, ia mengerang dan
menubruk maju.
"Awas, Be-heng!" cepat In Kik-si memperingat kan.
Namun sudah terlambat, "plak - plok", tahu-tahu dua
tempat Hiat-to pada kedua kaki Be Kong-co tepat terbidik oleh
biji kurma yang disemprotkan Kiu Jian-jio, kontan kakinya
lemas dan jatuh ter-sungkur tak dapat bangun.
Menyambernya biji2 kurma itu sungguh cepat luar biasa,
Waktu Be Kong-co bergelak tertawa tadi Nyo Ko sudah
memperkirakan Kiu Jian-jio pasti akan menghajar si dogol,
segera ia melolos pedang hendak menolongnya, tapi tetap
terlambat sedikit cepat ia membuka Hiat-to kaki Be Kong-co
yang terbidik biji kurma itu dan membangunkannya.
Orang dogol biasanya berhati jujur, begitu pula Be Kongco,
dia berani mengaku kalah, apalagi melihat Kiu Jian-jio
tanpa bergerak, hanya pentang mulut saja lantas dapat
merobobkaanya, hatinya menjadi sangat kagum, sambil
mengacungkan ibu jari ia memuji: "Kau sungguh hebat, nenek
botak, kepandaianmu jauh lebih tinggi daripadaku aku
mengaku kalah dan tak berani lagi padamu,"
Kiu Jian-jio tidak menggubrisnya, ia mendelik pada Nyo Ko
dan bertanya: "Jadi kau tetap tidak mau menikahi puteriku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Merasa dibikin malu di depan orang banyak, Kongsun Likoh
tidak tahan lagi, ia melolos belati dan mengancam dada
sendiri sambil berteriak: "Ibu, jika engkau tanya dia lagi,
segera anak membunuh diri di depanmu!"
Mendadak Kiu Jiati-jio pentang mulutnya "berrr", satu biji
kurma terus menyamber ke sana dan tepat menghantam
belati yang di pegang Lik-oh itu, begitu hebat tenaganya
sehingga belati itu mencelat dan menancap pada tiang batu.
Semua orang sama berseru kaget dan kagum betapa lihaynya
senjata rahasia si nenek.
Nyo Ko pikir tiada gunanya tinggal lebih lama di situ,
segera ia gandeng Siao-liong-li dan diajaknya berangkat
Dengan perasaan pedih cepat Lik-oh mendekati Nyo Ko
dan menyodorkan baju robek yang dipinjamnya dari Nyo Ko
tempo tari, katanya dengan sedih "Nyo toako inilah bajumu!"
"Oh, terima kasih," jawab Nyo Ko dan menerima kembali
baju itu, ia dan Siau-liong-li cukup memahami maksud Lik-oh,
yaitu sengaja mengaling di depan Nyo Ko agar Kiu Jian-jio
tidak dapat menyerangnya dengan biji kurma.
Dengan tersenyum simpul Siao-liong-li juga menyatakan
terima kasihnya dengan mengangguk pelahan. Lik-oh
memberi isyarat pula dengan mulutnya agar kedua orang itu
lekas pergi saja.
Akan tetapi mendadak Kiu Jian-jio berteriak pula: "Nyo Ko,
kau tidak mau menikati puteriku, apakah jiwamu juga kau
tidak mau lagi?"
Nyo Ko tersenyum pedih dan melangkah mundur keluar
pintu, Tiba-tiba Siao-liong-li merandek, hatinya terkesiap,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
katanya: "Nanti dulu!" Lalu ia bertanya dengan suara lantang:
"Kiu-iocianpwe, apakah engkau mempunyai obat penawar
racun bunga cinta?"
Sebenarnya hal ini sudah terpikir oleh Lik-oh, ia menduga
sang ibu pasti akan menggunakan obat penawar sebagai alat
pemeras kepada Nyo Ko agar anak muda itu mau
menikahinya, sebab itulah sejak tadi ia tak berani
memohonkan obat itu bagi Nyo Ko, betapapun ia adalah gadis
suci bersih, dengan sendirinya tidak pantas membela Nyo Ko
di depan umum tapi sekarang urusan sudah gawat, ia tidak
dapat memikirkan hal-hal itu lagi, segera ia berkata kepada
sang ibu: "Kalau saja Nyo-toako tidak memberi bantuan, tentu
saat ini ibu masih terkurung di gua bawah tanah itu, utang
budi harus membalasnya dengan budi, haraplah ibu suka
berusaha menyembuhkan racun yang diidap oleh Nyo-toako
itu,"
"Hm, utang budi balas budi, utang jiwa balas jiwa?
Masakah di dunia ini dapat membedakan budi dan dendam
sejelas itu?" jengek Kiu Jian-jio, "Coba katakan, apakah
Kongsun Ci memperlakukan diriku secara begitu keji juga
termasuk balas budinya padaku?"
Mendadak Likoh berteriak: "Anak paling benci terhadap
lelaki yang tidak beriman. Kalau orang she Nyo ini juga
sengaja meninggalkan kekasih lama dan ingin menikahi anak,
biarpun mati juga anak tidak sudi menjadi isterinya."
Sebenarnya ucapan Lik-oh ini sangat cocok dengan jalan
pikiran Kiu Jian-jio, tapi segera iapun tahu maksud tujuan Likoh,
nona itu teramat cinta kepada Nyo Ko, kalau anak muda
itu mau menikahinya tentu saja ia bersedia pula, cuma
terpaksa oleh keadaan sekarang, yang diharapkan adalah
menolong dulu jiwa Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kim-Iun Hoat-ong, In Kik-si dan lain-Iain saling pandang
dengan tersenyum menyaksikan adegan "kawin paksa" yang
menarik ini. Sampai sekarang baru Kim1um Hoat-ong
mengetahui Nyo Ko mengidap racun, diam-diam ia bergirang
dan berharap anak muda itu tetap kepala batu, dengan begitu
orang yang berwatak seperti Kiu Jian-jio itu juga pasti takkan
memberi obat penawarnya apabila tiada mendapatkan imbalan
yang sesuai dengan kehendaknya.
Begitulah sorot mata Kiu Jian-jio mengusap pelahan muka
seriap orang secara bergilir, kemudian ia berkata "Nyo Ko,
kulihat orang yang hadir ini ada yang menginginkan
kematianmu, ada juga yang berharap kau akan hidup terus,
Nah. kau sendiri ingin mati atau ingin hidup, hendaklah kau
memikirkan dengan baik!"
Sambil merangkul pinggang Siao-Iiong-li, dengan lantang
Nyo Ko menjawab: "Kalau dia tidak menjadi milikku dan aku
tidak dapat memiliki dia, kami berdua lebih suka mati bersama
saja."
"Benar!" tukas Siao-liong-li, dengan tertawa manis,
Keduanya sudah ada perpaduan batin, cinta mereka sudah
sedemikian mendalam, mati-hidup bagi mereka sudah bukan
soal lagi.
Tapi Kiu Jian-jio tetap sukar memahami isi hati Siao-liong
li, ia membentak: "Jika bocah itu tidak kutoIong, maka
jiwanya pasti akan melayang, kau tahu tidak hal ini? Dia cuma
dapat hidup 36 hari lagi, kau mengerti tidak?"
"Kalau kau sudi menolongnya dan kami dapat berkumpul
lebih lama beberapa tahun lagi untuk itu sudah tentu kami
sangat berterima kasih," kata Siao-1iong-1i. "Jika kau tidak
mau menolongnya maka biarlah kami berkumpul lagi selama
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
36 hari juga boleh. Toh kalau dia mati aku sendiripun tidak
bakal hidup terus,"
Waktu bicara, wajahnya yang cantik molek itu sama sekali
tidak memberi sesuatu perasaan kuatir dan sedih, soal mati
dan hidup itu dianggapnya seperti sepele saja.
Tentu Kiu Jian-jio merasa bingung, sebentar ia pandang
Nyo Ko, lain saat ia pandang Siao liong-li pula, dilihatnya
kedua muda-mudi itu saling menatap dengan penuh kasih
sayang, rasa cinta murni begini selamanya belum pernah
terasakan oleh Kiu Jian-jio sendiri, bahkan juga tidak pernah
terpikir olehnya ternyata di dunia ini toh ada lelaki dan
perempuan yang begitu mendalam cintanya.
Tanpa terasa ia teringat nasibnya sendiri yang
bersuamikan Kongsun Ci, akhirnya ternyata begini jadinya.
Mendadak ia menghela napas panjang dan air matanya
bercucuran.
Segera Lik-oh menubruk maju dan merangkul sang ibu,
katanya dengan menangis: "O, ibu, obatilah dia. Nanti kita
pergi mencari Jiku saja, beliau sangat rindu padamu bukan?"
Karena air matanya itu terangsang pula perasaan halusnya
sebagai wanita segera Kiu Jian-Jio ingat kepada kedua
kakaknya, kakak pertama menurut surat kakak kedua yang di
bacakan Kongsun Ci itu katanya sudah tewas di tangan Kwe
Cing dan Ui Yong, sedangkan dirinya sendiri lumpuh dan
kakak kedua sekarang sudah menjadi Hwesio, itu berarti sakit
hati kematian kakak pertama itu sukar dibalas lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba teringat oleh Kiu Jian-jio bahwa ilmu silat bocah
she Nyo ini tidak lemah, kalau dia berkeras tidak mau
menikahi Lik-oh, boleh juga kusuruh dia membalaskan sakit
hatiku kepada Kwe Cing dan Ui Yong sebagai imbalannya?
Setelah ambil keputusan demikian, pelahan ia lantas
mengeluarkan sisa satunya Coat-ceng-tan yang masih ada itu,
ia potong pil persegi sebesar gundu itu menjadi dua dengan
kukunya ia ambil setengah potong obat itu dan ditaruh pada
telapak tangannya tahi berkata: "Nah, Nyo Ko, obat akan
kuberikan padamu, kau tidak sudi menjadi menantuku juga
tak apalah, tapi kau harus berjanji untuk melakukan sesuatu
urusan bagiku."
Nyo Ko saling pandang sekejap dengan Siao-Iiong-li, sama
sekali tak terduga bahwa nenek botak itu mendadak bisa
berhati baik kepada mereka, walaupun kedua orang tidak
memikirkan soal mati dan hidup lagi, tapi kalau ada jalan
untuk tetap hidup, sudah tentu hal ini sangat
menggembirakan.
Segera ia bertanya: "Urusan apa yang perlu kulakukan
bagi Kiu locianpwe, kalau mampu tentu akan kami kerjakan
sepenuh tenaga"
"Aku ingin kau menanggalkan kepala dua orang dan
diserahkan padaku di sini," jawab Kiu Jian-jio.
Mendengar itu, seketika Nyo Ko dan Siao-jiong-li sama
berpikir bahwa satu di antara kedua orang yang ingin
dibunuhnya itu pasti Kongsun Ci adanya. Sudah tentu Nyo Ko
tidak mempunyai kesan baik terhadap Kongsun Ci, setelah
buta sebelah mata dan punah pula ilmu kebal Tiam-hiatnya,
dalam waktu singkat keadaan Kongsun Ci tentu sangat payah,
untuk mencari dan membunuhnya rasanya tidak sukar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi mengingat dia ayah Lik-oh sedangkan nona itu sangat
kesemsem pada dirinya, rasanya menjadi tidak enak kalau
ayahnya harus dibunuh.
Dalam hati Siao-liong-li juga merasa utang budi kepada
Kongsun Ci meski orang itu memang jahat dan pantas
dibinasakan Tapi melihat sikap Kiu Jian-jio yang ketus itu,
kalau permintaannya tidak dilaksanakan betapapun obat yang
dimilikinya itu pasti takkan diberikan kepada Nyo Ko,
tampaknya urusan ini harus di sanggupi lebih dulu.
Melihat kedua orang itu mengunjuk rasa ragu, Kiu Jian-jio
lantas menjengek: "Akupun tidak tahu antara kalian dengan
kedua orang itu apakah ada hubungan baik atau tidak, yang
pasti aku harus membunuh kedua orang itu." sembari bicara,
tangannya memainkan setengah potong pil Coat-ceng-tan itu
dengan -di-lempar2kan ke atas secara padahal Nyo Ko merasa
nada ucapan Kiu Jian-Jio itu seperti bakau Kongsua Ci yang
dimaksud segera iapun bertanya: "Siapakah musuh-musuh
Kiu-locianpwe itu?"
"Masakah kau tidak mendengar isi surat yang dibaca tadi?"
jawab Kiu Jian-jiu, "Yang membunuh Toakoku kan bernama
Kwe Cing dan Ui Yong"
"Aha, bagus sekali, sangat kebetulan!" seru Nyo Ko
kegirangan "Kedua orang itu adalah pembunuh ayahku,
seumpama tiada permintaanmu juga Wanpwe akan menuntut
balas kepada kedua orang itu."
Hati Kiu Jian-jio terkesiap, "Apa betul katamu?" ia
menegas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Taysu ini juga pernah bersengketa dengan kedua orang
itu, urusanku juga pernah kuceritakan padanya," kata Nyo Ko
sambil menuding Kim-lun Hoat-ong.
Kiu Jian-jio memandang kearah Hoat-ong sebagai tanda
tanya.
"Ya, memang betul, " jawab Hoat-ong sambil
mengangguk, "Tapi saudara Nyo ini waktu itu jelas membantu
Kwe Cing dan Ui Yong serta memusuhiku."
Siao-liong-li dan Kongsun Lik-oh menjadi gemas karena
Hwesio ini senantiasa berusaha mengadu domba, berbareng
mereka melototinya. Namun Kim-lun Hoat-ong anggap tidak
tahu saja, dengan tersenyum ia tanya Nyo Ko: "Saudara Nyo,
coba katakan, betul tidak ucapanku tadi?"
"Benar," jawab Nyo Ko dengan tertawa, "Sesudah kubalas
sakit hati ayah-bundaku, kelak aku masih harus minta
petunjuk beberapa jurus lagi kepada Taysu."
"Baik, baik!" ujat Hoat-ong sambil merangkap kedua
tangannya didepan dada.
Kalau kedua orang itu sedang adu mulut, Kiu Jian-jio
sendiri sedang merenungkan persoalannya sendiri, tiba-tiba ia
menyodorkan obat yang di pegangnya dan berkata kepada
Nyo Ko: "Aku tidak urus apakah ucapanmu benar atau tidak,
bolehlah kau makan obat ini."
Nyo Ko mendekatinya dan menerima obat itu, ia menerima
obat itu cuma setengah potong saja, diam-diam iapun paham
maksud si nenek, katanya dengan tertawa: "Jadi setengah
potong obat lagi harus kutukar dengan kepala kedua orang
itu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Benar, kau memang pintar," jawab Kiu Jian-jio
mengangguk.
Nyo Ko pikir minum saja setengah potong obat ini dari
pada sama sekali tidak ada, Maka ia terus memasukkan obat
itu ke mulut dan di telannya kedalam perut.
"Di dunia ini Coat-ceng-tan ini cuma sisa satu biji saja,
sekarang setengahnya sudah kau minum, masih ada separoh
akan kusimpan pada suatu tempat, 18 hari lagi akan kuberikan
obat itu jika kau membawa kepala kedua orang yang kuminta
itu," kata Kiu Jian-jio kemudian "Jika kau tidak melaksanakan
perintahku itu, biarpun nanti kau dapat menawan aku serta
menyiksa ku dengan cara apapun juga, maka jangan kau
harap akan mendapatkan separoh pil itu. Nah, cukup sampai
di sini saja, selamanya aku bicara dengan tegas, para tamu
silahkan pulang, Nyo-toaya dan nona Liong, kita berjumpa 18
hari lagi." Habis bicara fa terus memejamkan mata tanpa
menggubris orang lain jelas sikapnya itu adalah mengusir
tetamu.
"Mengapa memberi batas waktu 18 hari"? tanya Siao-
Iiong-Ii.
Sambil memejamkan mata Kiu Jian-jio menjawab: "Racun
bunga cinta yang mengeram dalam tubuhnya itu mestinya
baru akan bekerja 36 hari lagi. Tapi sekarang dia telah makan
separoh pil Coat-ceng-tan sehingga kadar racun dalam
tubuhnya mengumpul menjadi satu, masa kerjanya menjadi
tambah cepat sekali lipat. Maka 18 hari lagi kalau dia makan
sisa obat ini seketika racun dalam tubuh nya akan punah,
kalau tidak..." sampai di sini ia tidak meneruskan lagi
melainkan memberi tanda agar semua orang lekas pergi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko dan SiaoIiong-li tahu orang ini sukar diajak bicara
dengan baik-baik, segera mereka melangkah pergi, setiba di
mulut lembah dan menemukan kudanya yang di tinggalkan
oleh Nyo Ko ketika datang itu, sekali Nyo Ko bersuit, segera
kuda itu berlari keluar dari hutan sana..
Meski Nyo Ko hanya tiga hari saja berada di Cui-sian-kok
itu, namun selama tiga hari itu telah banyak mengalami
bahaya dan beberapa kali hampir melayang jiwanya, kini
dapat meninggalkan tempat berbahaya ini dengan buah
hatinya, sungguh ia merasa seperti hidup di dunia lain.
Sementara itu fajar sudah menyingsing, berdiri di tempat
tinggi memandangi perkampungan yang penuh dikeliligi
pepohonan yang rindang itu di bawah sinar sang surya pagi,
pemandangan yang menghijau permai itu sungguh sangat
menarik.
Nyo Ko menggandeng Siao-liong-li ke bawah pohon yang
rindang, katanya- "Kokoh "
"Kukira kau jangan memanggil Kokoh lagi padaku," ujar
Siao-liong-li sambil menggelendot di tubuh anak muda itu.
Dalam hati Nyo Ko memang sudah lama tidak
menganggap Siao-liong-li sebagai guru lagi, dia masih
memanggil "Kokoh" (bibi) padanya adalah karena kebiasaan.
Maka senang sekali dia mendengar ucapan si nona tadi, ia
berpaling dan menatap bola mata Siao-liong-li yang hitam itu,
lalu bertanya: "Habis aku mesti panggil apa padamu?"
"Kau suka memanggii apa boleh terserah padamu?" kata
Siao-Iiong-Ii.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko termenung sejenak. lalu berkata pula: "Saat2 yang
paling menyenangkan selama hidupku adalah pada waktu kita
tinggal bersama di kuburan kuno itu. Tatkala itu kupanggil
engkau Kokoh, sampai matipun biarlah tetap ku panggil kau
Kokoh,"
"Eh, kau masih ingat tidak ketika kupukul pantatmu,
apakah waktu itu kaupun sangat senang?" ujar Siao-liong-li
dengan tertawa.
Mendadak Nyo Ko merangkul Siao-liong-li ke dalam
pelukannya terasa bau harum lembut dari tubuh si nona
berbaur dengan hawa segar tetumbuhan pegunungan
sungguh membikin orang mabuk dan syur serta sukar
mengendalikan diri.
Dengan pelahan Nyo Ko berkata "Kalau kita berada
bersama seperti ini selama 18 hari, kukira kita akan mati
bahagia dan tidak perlu membunuh Kwe Cing dan Ui Yong
segala, daripada susah2 pergi ke sana dan bertempur
mati?an, lebih baik kita hidup aman tenteram untuk menikmati
kebahagiaan selama 18 hari ini."
"Terserah bagaimana kehendakmu!" ujar Siao liong-li,
"Dahulu aku selalu menyuruh kau tunduk pada perintahku,
sejak kini aku cuma menuruti perkataanmu."
Biasanya Siao-liong-li sangat dingin, sekarang perasaannya
penuh kasih mesra, mata alisnya hingga badannya serta
tangan dan kaki pun terasa hangatnya cinta kasih, ia merasa
bahagia apabila menuruti perkataan Nyo Ko dengan segenap
jiwa raganya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko termangu memandangi Siao liong-li agak lama
barulah ia berkata dengan pelahan: "Mengapa matamu
menggenang air?"
Siao-liong-Ii pegang sebelah tangan anak muda itu dan
ditempelkan pelahan pada pipi sendiri, jawabnya kemudian
dengan suara lambat: "Aku.... aku sendiri tidak tahu" Selang
sejenak ia menyambung pula: "Tentunya disebabkan aku
teramat suka padamu."
"Kutahu kau sedang berduka bagi sesuatu persoalan," ujar
Nyo Ko.
Mendadak Siao-liongIi mengangkat kepalanya dan air
matapun bercucuran ia mendekap dalam pelukan Nyo Ko,
katanya dengan tersedu-sedan: "Ko-ji. Ko-ji, kau... kita hanya
ada waktu 18 hari, mana bisa cukup."
Nyo Ko mengusap bahu si nona dan berkata: "Ya, akupun
bilang tidak cukup."
"Kuingin kau senantiasa perlakukan aku begini, selamanya,
seratus tahun, seribu tahun," kata Siao-liong-li dengan tersedat2.
Nyo Ko pegang muka Siao-liong-li dan dike-cupnya
pelahan bibirnya yang merah delima itu, lalu berkata dengan
tegas: "Baik, betapapun harus kubunuh Kwe Cing dan Ui
Yong."
Ketika ujung lidahnya merasakan asinnya air mata si nona,
seketika cinta berahinya bergejolak, serentak dadanya
kesakitan, seluruh tubuhnya seakan-akan meledak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah tiba-tiba di dengar suara seorang berkata
di tempat ketinggian sebelah sana: "Huh, seumpama ingin
ber-kasih2an, kan harus mencari tempat yang baik dan tidak
perlu di tempat terbuka seperti ini."
Cepat Nyo Ko menoleh, dilihatnya di atas tanjakan bukit
sana berdiri Kim-lun Hoat-ong, ln Kik-si, Siau-siang-cu, Nimo
Singh dan Be Kong co. Yang membuka suara tadi jelas adalah
Kim-lun Hoat-ong.
Kiranya waktu Nyo Ko dan Siao-liong li meninggalkan Cuisian-
kok secara ter-buru-buru tanpa menghiraukan orang lain,
maka Kim lun Hoat-ong dan rombongannya diam-diam
mengikuti di belakang mereka, Saking asyiknya Nyo Ko dan
Siao-liong li- menumpahkan rasa cinta masing-masing
sehingga mereka tidak tahu kalau perbuatan mereka itu telah
dilihat seluruhnya oleh Hoat-ong dan rombongannya.
Teringat kepada sikap Kim lun Hoat-ong yang kurang
simpatik, beberapa kali sengaja mengadu domba Nyo Ko
dengan Kongsun Ci dan hampir saja Nyo Ko dicelakai, diamdiam
Nyo Ko merasa menyesal telah bantu menyembuhkan
luka Hoat-ong ketika dia bersemadi di pegunungan sunyi
tempo hari, tahu begitu tentu Hwesio gede itu sudah
dibinasakannya waktu itu.
Melihat sorot mata Nyo Ko yang gusar itu, cepat Siaoliong-
li menghiburnya: "jangan urus orang macam begitu,
orang begitu biarpun hidup selamanya juga tidak lebih
bahagia daripada kita hidup selama 18 hari."
Dalam pada itu terdengar Be Kong-co berseru: "Adik Nyo
dan nona Liong, marilah kita pergi ber-sama. pegunungan
sunyi begini masakah ada yang menarik?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi yang diharapkan Nyo Ko sekarang hanya dapat
berkumpul bersama Siao-liong-li selama masih ada
kesempatan, namun orang-orang itu justeru datang
mengganggunya, ia tahu Be Kong-co bermaksud baik, maka
lantas ia menjawab: "Silakan Be-toako berangkat dahulu,
sebentar Siaute lantas menyusul."
"Baiklah, lekas ya!" kata Be Kong-co, "Hahaha, kenapa kau
ikut ribut?" ujar Kim lun Hoat-ong sambil bergelak ketawa,
"Mereka lebih suka bergadang selama 18 hari di pegunungan
sunyi ini, tapi kau justeru merecoki mereka."
Tentang batas waktu 18 hari seperti apa yang dikatakan
Kiu Jian-jio itu dapat didengar setiap orang, maka Be Kong-co
menjadi gusar mendengar ucapan Kira-lun Hoat-ong itu,
mendadak ia menubruk maju dan menjamberet baju di dada
Hoat-eng dan mendamperat.
"Bangsat gundul, hatimu sungguh keji! Kita datang ke sini
suatu rombongan dengan adik Nyo, kau tidak membantu dia
saja kudu dimaki, sekarang kau malah mengejek dan
mengolok-olok dia lagi, sebenarnya apa kehendakmu?"
"Hm, kau lepaskan tidak?" jengek Hoat-ong.
Tidak, kau mau apa?" jawab Be Kong-co dengan gusar
bahkan ia tarik baju orang dengan lebih kencang,
Mendadak kepalan kanan Hoat-ong menjotos ke muka
lawan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus! Kau ingin berkelahi ya?" seru Be Kong-co sambil
angkat telapak tangannya yang besar itu untuk menangkap
kepalan Hoat-ong.
Tak terduga jotosan Hoat-ong itu ternyata pancingan
belaka, tiba-tiba tangan kirinya menolak sekuatnya di
punggung Be Kong-co, kontan tubuh Be Kong-co yang besar
itu terus mencelat ke sana dan terguling ke bawah tanjakan
bukit itu.
Untunglah lereng bukit itu penuh rumput tebal dan
panjang, pula kulit daging Be Kong-co kasar lagi tebal
sehingga tidak mengalami luka parah, walaupun begitu tidak
urung kepalanya juga benjot dan muka matang biru sampai
lama ia tidak sanggup bangun.
Ketika melihat kedua orang mulai bergebrak Nyo Ko tahu
Be Kong-co pasti akan kecundang, saat ia memburu ke sana,
namun sudah terlambat, Be Kong-co sudah telanjur terguling
ke bawah, Segera Nyo Ko memayangnya bangun, ke dua
orang lantas naik lagi ke atas bukit.
Meski dongkol, tapi orang dogol juga punya akal dogoI, ia
tahu berkelahi secara berhadapan pasti bukan tandingan
Hwesio besar itu, maka sambil berjalan iapun pura-pura
merintih kesakitan "Aduh tanganku patah dipukul bangsat
gundul!"
Bahwa Kim-Iun Hoat-ong diundang oleh pangeran MongoI,
yaitu Kubilai, serta diangkat menjadi Koksu kerajaan MongoI,
hal ini memangnya sudah menimbulkan rasa dongkol tokohtokoh
lain seperti Siau siang-cu, Nimo Singh dan lain-lain,
sekarang mereka melihat pula Hoat-ong bertindak secara tidak
semena-mena terhadap kawan sendiri, keruan Siau-siang-cu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan Nimo Singh bertambah gusar, segera keduanya saling
memberi isyarat.
"Hm, kepandaian Taysu memang hebat, pantas
mendapatkan gelar Koksu nomor satu kerajaan MongoI,"
demikian Sian-siang-cu lantas mengejek.
"Ah, mana aku..." Hoat-ong berendah hati ia dapat melihat
gelagat bahwa kedua orang ini ada maksud menyerangnya
sedangkan Nyo Ko dan Siao liong-Ii di sebelah lain juga siapsiap
akan me-labrak, bagaimana dengan In Kik-si belum lagi
diketahui.
Kalau saja dirinya dikerubut, walaupun belum tentu kalah,
namun untuk menang jelas juga sukar, Maka sambil berjalan
diam-diam iapun mencari akal untuk meloloskan diri.
Diluar dugaan, sambil berlagak merintih ke-sakitan, diamdiam
Be Kong-co mendekati belakang Hoat -ong dan
mendadak menghantam tepat mengenai kepalanya.
Dengan kepandaian Kim-Iun Hoat-ong yang maha tinggi
itu, sebenarnya sukar bagi Be Kong-co untuk menyergapnya,
tapi sekarang perhatian Hoat-cng lagi dicurahkan untuk
menghadapi kemungkinan kerubutan Nyo Ko, Siau-siang-cu
dan lain-lain, ia tidak memperhatikan kelakuan si dogol dan
akibatnya kena dihantam keras dari belakang.
Hantaman keras itu membuat kepala Hiat-ong kesakitan
dan mata berkunang-kunang, dengan murka tanpa pikir Hoatong
menyikut ke belakang dan tepat dada Be Kong-co
tersodok, tanpa ampun si dogol menjerit dan rebah ke bagian
depan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Perawakan Hoat-ong lebih pendek, tubuh Be Kong-co yang
tinggi besar itu tepat rebah dan bersandarkan pada
pundaknya Tanpa pikir lagi Hoat -ong terus panggul tubuh
yang gede itu dan di bawa lari ke bawah bukit.
Tindakan Hoat-ong ini benar-benar diluar dugaan siapapun
juga, dengan pedang terhunus Nyo Ko yang pertama-tama
mengudak ke sana,
Kepandaian Kim-Iun Hoat-ong benar-benar luar biasa,
meski memanggul seorang raksasa yang beratnya hampir 300
kati, namun larinya secepat terbang, Nyo Ko, Siau-liong-li,
Nimo Singh dan lain-lain juga memiliki Ginkang yang tinggi,
tapi dalam jarak berpuluh meter itu sukar bagi mereka untuk
menyusulnya.
Nyo Ko mempercepat Iangkahnya, lambat laun dapat ia
memperpendek jaraknya dengan Hoat-ong. Ketika sudah
dekat, sekonyong-konyong Hoat-ong berhenti dan berpaling,
katanya dengan menyeringai : "Baik, kalian ingin maju
sekaligus atau suka satu lawan satu?" - Habis berkata ia terus
angkat tubuh Be Kong-co dan mengarahkan kepalanya pada
sepotong batu padas yang besar dengan gerakan akan
membenturkan kepala Be Kong-co itu.
Lebih dulu Nyo Ko mengitar ke belakang Hoat-ong untuk
merintangi jalan kaburnya, lalu menjawab: "Jika kau
membunuhnya, dengan sendirinya kami akan mengerubuti
kau."
Hoat-ong terbahak-bahak dan melemparkan tubuh Be
Kong co ke tanah, katanya: "Orang dogol begini buat apa
kumusuhinya?" - Segera ia mengeluarkan senjatanya yang
khas, yaitu sebuah roda perak dan sebuah lagi roda tembaga,
ia benturkan kedua roda sehingga menerbitkan suara nyaring,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lalu berkata pula dengan angkuh: "Nah, siapa diantara kalian
yang ingin maju lebih dulu?"
"Hihihi, kalau kalian hendak berlatih, orang dagang seperti
diriku lebih suka menjadi peninjau dan menonton saja," kata
In Kik-si dengan tertawa.
Diam-diam Hoat-ong merasa lega, ia pikir kalau orang
Persia ini tidak membantu sana sini, maka berkuranglah
seorang lawan berat baginya.
Siau-siang-cu paling licin, ia sendiri merasa tidak yakin
dapat menandingi Kim-lun H-oat-ong dan sengaja membiarkan
orang lain maju lebih dulu untuk menghabiskan tenaga
musuh, kemudian barulah ia maju lagi untuk menarik
keuntungannya.
Maka ia lantas berkata: "Saudara Singh, kepandaianmu
jauh lebih tinggi, silakan maju lebih dulu!"
Meski watak Nimo Singh sangat berangasan tapi dia bukan
orang bodoh, segera ia tahu maksud Sing siang-cu. Tapi iapun
merasa ilmu silat sendiri cukup tinggi, andaikan tidak dapat
menang, rasanya juga takkan kalah, segera ia pegang sebuah
batu padas yang besar, lalu berteriak.
"Baik, biar kucoba kelihayan kedua rodamu itu!" Berbareng
batu padas yang diangkatnya itu terus dikeprukkan ke dada
Kim-lun Hoat-ong.
Memangnya perawakan Nimo Singh pendek, sedangkan
batu padas yang dipegangnya itu sangat besar dan tingginya
melebihi dia malah, bobotnya sedikitnya ada tiga-empat ratus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kati. Semua orang terkejut melihat dia menggunakan batu
begitu sebagai senjata.
Kemarin waktu menahan panas di rumah batu itu Nimo
Singh pernah pingsang tergarang, Kim-lun Hoat-ong pikir
Lwekang orang cebol ini tidak seberapa kuat, tak terduga
tenaganya ternyata sangat besar dan sanggup mengangkat
batu raksasa itu untuk menghantamnya, ia merasa tidak
menguntungkan keras lawan keras, cepat ia memutar ke
samping, sedangkan roda tembaga di tangan kanan terus
memukul ke punggung lawan.
Batu sebesar itu ternyata dapat diputar oleh Nimo Singh
dengan enteng saja, segera ia menangkis dengan batu padas
itu, Roda tembaga dan batu kebentur dan menerbitkan lelatu
api disertai suara nyaring memekak telinga.
Lengan rada kesemutan diam-diam ia membatin: "llmu
silat setan hitam ini rada aneh, harus kuhadapi dengan hatihati.
Tapi dia mengangkat batu sebesar itu, masakah dia
dapat bertahan lama?"
Karena pikiran itu, segera ia putar kedua roda-nya dengan
cepat sambil mengitari Nimo Singh dengan Ginkangnya. .
Setelah menolong bangun Be Kong co, Nyo-Ko berdiri
berjajar Siao-liong-li mengikuti pertaruhan seru itu, dilihatnya
tenaga sakti "Nimo Singh beruang luar biasa, ilmu silatnya
juga aneh, diam-diam mereka rada heran.
Setelah berlangsung lagi sekian Iama, tenaga Nimo Singh
sedikipun tidak berkurang, bahkan mendadak ia menggertak
satu kali, batu padas raksasa itu terus dikeprakkanya ke dada
Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Betapapun lihaynya Kim-lun Hoat-ong juga tidak berani
menahan samberan batu sebesar itu, cepat ia melompat ke
samping. Tak terduga, tiba-tiba Nimo Singh juga ikut
melayang maju, batu itu dapat disusulnya, kedua tangannya
mendadak menghantam batu sehingga batu itu menggeser
arah dan memburu ke jurusan Hoat-ong.
Daya samberan batu itu adalah sisa lemparan pertama
ditambah lagi tenaga dorongan kedua kalinya sebab itu lebih
hebat daripada samberan pertama kali tadi.
Bicara tentang ilmu silat sejati sebenarnya Kim-lun Hoatong
memang di atas Nimo Singh, cuma tenaga raksasa
melempar batu yang disebut "Sikya-hiat-siang-kang" (llmu
Budha melempar gajah) ini memang luar biasa dan belum
pernah dilihatnya seketika ia menjadi kelabakan, terpaksa ia
melompat berkelit pula ketika batu itu menyambar tiba.
Selagi menang segera Nimo Singh mendesak lagi lebih
lanjut, berkali-kali ia hantam batu itu sehingga daya
sambernya bertambah hebat.
Hoat-ong pikir kalau pertarungan begitu terus, akhirnya
dia pasti akan dikalahkan orang keling cebol itu kalau tidak
lekas berdaya lain.
Begitulah sambil bertempur iapun memikirkan upaya cara
berganti serangan untuk memperoleh kemenangan. Pada saat
itulah tiba-tiba terdengar suara derapan kuda yang riuh
disusul dengan panji2 yang berkibar, serombongan orang
berkuda tampak muncul di tempat ketinggian sana.
Nimo Singh dan Kim-lun Hoat-ong sedang bertarung
dengan sengit dan tidak sempat memandang ke sana, tapi
Nyo Ko dan lain-lain sudah dapat melihat jelas rombongan itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
adalah sepasukan tentera MongoI yang tangkas, di bawah
panji besar yang berkibar itu berdiri seorang perwira muda
berjubah kuning dan membawa busur.
"Hei, berhenti, berhenti!" mendadak perwira itu berseru
sambil melarikan kudanya ke kalangan pertempuran Hoat-ong
berdua. Siapa lagi dia kalau bukan pangeran Mongol, Kubilai.
Mendengar suara itu, Nimo Singh melompat maju lagi dan
menghantam batu padas dengan kedua tangannya batu itu
terus melayang ke sana dan jatuh ke bawah bukit dengan
menerbitkan suara gemuruh.
Kubilai melompat turun dari kudanya, sebelah tangannya
menarik Hoat-ong dan tangan lain menggandeng Nimo Singh,
katanya dengan tertawa: "Kiranya kalian sedang berlatih di
sini, sungguh banyak menambah pengalamanku akan
kelihaian kalian."
Sudah tentu ia tahu kedua orang itu sedang bertempur
mati-matian, tapi demi kehormatan kedua pihak, ia sengaja
melerai.
"llmu silat saudara Singh sungguh hebat, bagus, bagus!"
ujar Hoat-ong dengan tersenyum.
Dengan mendelik Nimo Singh menjawab: "Memangnya
kukira Koksu nomer satu pasti luar biasa, kiranya cuma begini
saja,Hm!"
Hoat-ong menjadi gusar dan segera akan menanggapi
pula, tapi Kubilai telah menyela: " Wah, pemandangan di sini
sungguh indah, harus di ramaikan dengan minum arak, Hayo,
bawakan arak nya, biar kita minum tiga cawan bersama!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bangsa MongoI sudah biasa berkenalan di padang Iuas,
makan minum di manapun tidak menjadi soal, Segera ada
pengawal menghaturkan arak dan dendeng.
Kubilai memandang sekejap ke arah Siao-liong li, diamdiam
ia terkesiap akan kecantikannya, Melihat Nyo Ko berdiri
sejajar dengan si nona dengan bergandengan tangan,
tampaknya sangat mesra, segera ia tanya Nyo Ko: "Siapakah
nona ini?"
"lnilah nona Liong, guruku dan bakal isteriku," jawab Nyo
Ko. Sejak pergulatan dengan maut di gua bawah tanah dan
akhirnya selamat, maka watak Nyo Ko menjadi semakin
nyentrik, segala tata adat tidak terpikir olehnya, ia justeru
ingin mengumumkan kepada dunia bahwa: inilah Nyo Ko yang
memperistrikan bekas gurunya.
Kalau bangsa Han memang sangat kolot dalam adat
kekeluargaan, maka bangsa Mongol tidak begitu
mementingkan tata adat begitu, sebab itulah Kubilai tidak
merasa heran pada ucapan Nyo Ko, malahan bertambah rasa
hormat dalam hatinya demi mendengar nona cantik itu pernah
mengajarkan ilmu silat kepada Nyo Ko.
Dengan tertawa ia ber-kata: "Yang laki gagah dan yang
perempuan caritik, sungguh pasangan yang setimpal Bagus,
bagus! Marilah kita habiskan semangkuk arak ini sebagai
ucapan selamatku!" - Habis berkata, ia angkat mangkuk arak
sendiri dan ditenggak hingga habis.
Kim-Iun Hoat-ong tersenyum, iapun habiskan
mangkuknya. Dengan sendirinya yang lain-lain juga ikut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
minum, malahan sekaligus Be Kong-co menghabiskan tiga
mangkuk.
Sebenarnya Siao-liong-li tidak suka kepada orang Mongol,
sekarang didengarnya pujian Kubilai bahwa perjodohannya
dengan Nyo Ko setimpal, betapapun ia menjadi kegirangan
dan ikut minum semangkuk arak sehingga semakin
menambah moleknya. Pikirnya: "Orang Han semuanya
menganggap aku tidak boleh menikah dengan Koji, tapi
pangeran Mongol ini justeru menyatakan bagus, tampaknya
pandanan orang Mongol jauh lebih luas daripada orang Han."
Karena itu diam-diam timbul hasratnya untuk membantu
orang Mongol.
Dengan tertawa kemudian Kubilai berkata pula. "Kalian
tidak pulang selama tiga hari, aku kuatir terjadi sesuatu.
soalnya situasi di Siangyang cukup genting sehingga aku tidak
dapat selalu mendampingi kalian, tapi sudah kutinggalkan
pesan di markas agar kalian diharap segera menuju garis
depan di Siangyang apabila kalian sudah pulang. Kebetulan
sekarang kita bertemu di sini, sungguh hatiku sangat lega,"
"Apakah gempuran pasukan kita atas Siangyang cukup
Iancar?" tanya Hoat-ong.
"Sebenarnya panglima yang menjaga Siangyang, yaitu Lu
Bun-hoan adalah seorang bodoh, yang kukuatiri hanyalah Kwe
Cing seorang saja," tutur Kubilai.
Hati Nyo Ko tcrkesiap, cepat ia bertanya: "jadi Kwe Cing
memang berada di Siangyang? Kwe Cing ini adalah pembunuh
ayahku, jika boleh, maka kumohon diberi tugas untuk
membunuhnya,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Memangnya begitulah maksud tujuan undanganku
kepada para ksatria." kata Kubilai dengan girang. "Cuma
kabarnya ilmu silat Kwe Cing itu tergolong nomor satu di
seluruh Tinggoan, banyak pula orang kosen yang
membantunya, beberapa kali pahlawan yang kusuruh
membunuhnya mengalami kegagalan, ada yang tertangkap
dan ada yang terbunuh. Sudah tentu kupercaya pada
ketangkasan saudara Nyo, tapi seorang diri terasa kurang
kuat, maka maksudku kalau bisa para ksatria di sini sekaligus
menyusup di Siangyang, dengan begitu kalian dapat turun
tangan bersama. Asalkan orang she Kwe itu terbunuh, dengan
mudah pula Siangyang akan dapat kita duduki."
Serentak Kim-lun Hoat-ong, Siau-siang-cu dan lain-lain
berdiri, kata mereka sambil menyilang tangan di depan dada.
"Kami siap mengikuti semua perintah Ongya dan bertempur
sekuat tenaga."
"Bagus, bagus!" seru Kubilai dengan girang, "Tak peduli
siapa yang akan membunuh Kwe Cing nanti, yang pasti setiap
orang yang ikut pergi juga berjasa, Hanya orang yang
membunuhnya itulah akan kuusulkan kepada Sri Baginda agar
diberi gelar dan diangkat menjadi jago nomor satu dari
kerajaan Mongol Raya kita."
Gelar bangsawan sih tidak begitu menarik bagi Siao-siangcu,
Nimo Singh dan lain-lain, tapi sebutan "jago nomor satu
kerajaan Monggol" adalah cita2 yang mereka harapkan, sebab
dengan begitu namanya akan tersohor ke seluruh jagat
Maklumlah waktu itu kerajaan Mongol lagi jaya2nya,
wilayah kekuasaannya sangat luas dan belum ada
bandingannya dalam sejarah, kecuali benua barat, waktu itu
dua pertiga wilayah Tiongkok juga telah didudukinya, sebagai
ukuran luasnya wilayah pendudukan kerajaan Mongol waktu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu dapat dilukiskan: perjalanan dari pusat pemerintah
kerajaan ke empat penjuru wilayah pendudukannya diperlukan
tempo satu tahun sekalipun dengas kuda yang paling cepat.
Karena itulah dapat dibayangkan betapa membamggakan
gelar "jago nomor satu" itu bagi setiap manusia. Semua orang
menjadi tertarik dan bersemangat setelah mendengar janji
Kubilai itu.
Hanya Siao-liong li saja yang memandangi Nyo Ko dengan
rasa cinta yang tak terhingga, ia pikir sebutan dengan gelar
bangsawan dan jago nomor satu segala, yang kuharapkan
hanya semoga engkau dapat hidup terus.
BegituIah semua orang terus menenggak arak lagi
beberapa mangkuk, lalu berangkat, Para Busu Mongol
membawakan kuda dan Nyo Ko, Siao-Iiong li serta Kim-lun
Hoat-ong dan lain-lain sama naik ke atas kuda, mereka ikut di
belakang Kubilai dan dilarikan cepat ke arah Siangyang.
Sepanjang jalan rumah penduduk hampir seluruhnya
kosong melompong dan hangus terbakar, mayat
bergelimpangan memenuhi jalan, Setiap berjumpa orang Han,
tanpa kenal ampun prajurit Mongol melakukan pembunuhan.
Tidak kepalang gusar Nyo Ko menyaksikan idaman itu, ia
ingin mencegah perbuatan kejam itu, tapi segan terhadap
Kubilai. Diam-diam ia hanya membatin: "Kawanan perajurit
Mongol ini sungguh kejam dan menganggap bangsa Han kami
lebih rendah daripada binatang. Nanti setelah kubunuh Kwe
Cing dan Ui Yong, akupun akan membunuh beberapa perwira
Mongol yang paling kejam untuk melampiaskan rasa
dendamku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kuda tunggangan mereka adalah kuda peran Mongol
pilihan, maka beberapa hari kemudian merekapun sampailah
di luar kota Siangyang, Sementara itu pertempuran pasukan
kedua pihak sudah berlangsung sebulan lebih, di medan peran
penuh senjata rusak dan darah berceceran sudah membeku,
maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya pertempuran.
Ketika pasukan Mongol diberitahu oleh kurir bahwa
pangeran Kubilai datang sendiri di garis depan, para panglima
perang segera menyambutnya. Kubilai menyatakan rasa
penyesalannya karena kota Siang yang sudah sekian lama
belum dapat diduduki, para panglima itu sama berlutut dan
minta ampun, Kubilai terus keprak kudanya dan dilarikan ke
depan dengan cepat. Para panglima itu tetap berlutut dan
tidak berani bangun, semuanya merasa kebat-kebit.
Diam-diam Nyo Ko sangat mengagumi wibawa Kubilai
yang luar biasa itu, biasanya Kubilai sangat ramah tamah
terhadap dirinya serta Kim-Iun Hoat-ong dan lain-lain, tapi
menghadapi para panglimanya ternyata berubah menjadi
sangat kereng dan disegani.
Sementara itu hari sudah terang, pasukan mendapatkan
aba2 menyerang, seketika terjadilah hujan panah dan batu
yang berhamburan ke benteng kota, menyusul tembok2
benteng banyak ditempeli tangga panjang, beramai-ramai
perajurit Mongol berusaha manjat ke-atas benteng.
Akan tetapi penjagaan benteng juga kuat, beberapa
perajurit Han memegangi kayu besar dan banyak tangga
melangit itu didorong terpental dari tembok benteng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akhirnya ada beberapa ratus perajurit berhasil menyerbu
ke atas benteng, sorak-sorai pasukan Mongol menggelegar
setiap Pek-hu-tiang (komandan seratus orang, setingkat
kapten) Mongol memimpin pasukannya merayap ke atas
sebagai bala bantuan.
Mendadak terdengar suara genderang dipukul keras,
sepasukan pemanah kerajaan Song muncul di balik tembok
sana dapat menahan majunya pasukan Mongol, menyusul
sepasukan lain dengan obor beramai-ramai membakar tangga
panjang sehingga perajurit Mongol yang sedang merayap ke
atas benteng sama jatuh terjungkal ke bawah.
Suasana menjadi gaduh, di tengah pertempuran dahsyat
itu, tiba-tiba di atas benteng muncul sepasukan Laki-laki
gagah perkasa bersenjata golok, tombak dan pedang,
serentak pasukan Mongol yang berhasil menyerbu ke aras
benteng itu disergapnya.
Pasukan laki-laki itu tidak memakai seragam pasukan Song
ada yang berbaju hitam ringkas, ada yang berjubah panjang
dengan warna yang berbeda, waktu bertempur juga tidak
menuruti peraturan pasukan, namun semuanya sangat
tangkas, jelas tiap-tiap orang itu memiliki ilmu silat yang
terlatih.
Perajurit Mongol yang menyerbu ke atas benteng itu
adalah perajurit pilihan yang sudah berpengalaman dan gagah
berani, namun sama sekali bukan tandingan pasukan laki-laki
itu, hanya beberapa gebrakan saja satu persatu mereka dapat
dikalahkan dan terbunuh, ada yang menggeletak di atas
benteng, ada yang terlempar ke bawah benteng.
Di antara pasukan laki-laki itu ada seorang setengah umur
berjubah abu-abu kelihatan paling tangkas, tanpa bersenjata,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tapi berlari kian kemari tanpa.tandingan, di situ pula musuh
tercerai berani laksana harimau menyerbu ke tengah kawanan
domba.
Kubilai mengawasi sendiri pertempuran itu, melihat betapa
gagahnya lelaki setengah tua itu, ia menjadi kesima, katanya
dengan gegetun: "Siapa di antara jago-jago di dunia ini ada
yang lebih hebat daripada orang ini?"
Nyo Ko berdiri di samping Kubilai, ia lantas berkata:
"Apakah Ongya tahu siapakah dia?"
"Apa mungkin dia ini Kwe Cing?" jawab Kubilai terkejut.
"Betul, memang dia," kata Nyo Ko.
Sementara itu beberapa ratus perajurit Mongol yang
menyerbu ke atas benteng itu sudah terbunuh dan bersisa
beberapa orang saja, hanya tiga orang Pik-hu-tiang dengan
bertumbak dan membawa perisai masih terus bertempur
dengan mati-matian.
Ban-hu-tiang (komandan selaksa orang, setingkat kolonel)
yang memimpin pertempuran di bawah benteng kuatir
didamperat Kubilai, cepat ia memerintah agar meniupkan
tanduk dan memberi aba2 penyerbuan lagi, serentak pasukan
Mongol menyerang dengan gagah berani untuk
menyelamatkan ketiga Pek-hu-tiang.
Mendadak Kwe Cing bersiul nyaring dan melangkah maju,
ketika salah seorang Pek-hu-tiang menusuknya dengan
tumbak, dengan tepat gagang tumbak kena dipegang Kwe
Cing terus didorong ke depan, menyusul sebelah kakinya
melayang dan tepat menendang pada perisai Pek-hu-tiang
kedua, meski kedua Pek-hu-tiang itu sangat gagah, tapi sukar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menahan tenaga sakti Kwe Cing, seketika keduanya mencelat
terjungkal ke bawah benteng dan binasa dengan kepala pecah
dan tubuh remuk.
Pek-hu-tiang ketiga berusia lebih tua, rambutnya sudah
ubanan, iapun insaf dirinya tak terluput dari kematian, tapi
sekuatnya ia putar goloknya dan menyerang dengan kalap,
Sekonyong-konyong Kwe Cing menubruk maju, dengan tepat
tangan lawan yang memegang golok itu kena
dicengkeramnya, selagi ia hendak menyusuli dengan sekali
hantaman untuk membinasakan Pek-hu-tiang itu, tiba-tiba ia
melengak Pek-hu-tiang itupun dapat mengenali Kwi Cing cepat
ia berseru: "He, engkau, Kim-to Hunji (menantu raja bergolok
emas)!"
Kiranya Pek-hu-tiang ini adalah bekas anak buah Kwe Cing
ketika dahulu Kwe Cing ikut Jengis Khan menyerbu ke wilayah
barat Segera Kwe Cing turun dari kuda dan berlari mendekati
benteng, mereka menarik busur dan membidikan dua panah
ke arah Kwe Cing.
Kepandaian memanah kedua orang itu memang lihay,
baru saja terdengar suara teriakan perajurit di atas benteng,
tahu-tahu kedua panah itu sudah menyamber sampai di depan
dada Kwe Cing, tampaknya sukar lagi bagi Kwe Cing untuk
mengelak, tak terduga mendadak kedua tangan Kwe Cing
meraih, satu tangan satu panah telah kena dipegangnya
menyusul kedua panah itu berbaIik- disambit ke musuh..
Belum lagi kedua jago pengawal Mongol tadi melihat jelas
apakah Kwe Cing jadi mati kena panah mereka atau tidak,
mendadak kedua panah sudah menyamber tiba dan
menembus dada mereka, kontan mereka binasa. serentak
terdengarlah, suara sorak gemuruh pasukan Song di atas
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
benteng disertai bunyi genderang yang ber-talu2 sebagai
tanda kemenangan.
Kubilai menjadi kesal dan memimpin pasukannya mundur
ke tempat yang diperintahkan tadi, ditengah jalan tiba-tiba
Nyo Ko berkata: "Ongya tidak perlu masgul, biarlah sebentar
Cayhe masuk ke kota sana untuk membunuh Kwe Cing."
"Tapi Kwe Cing itu serba lihay, namanya memang bukan
omong kosong belaka, kurasa rencanamu hendak
membunuhnya rada sukar," ujar Kubilai sambil menggeleng.
"Beberapa tahun pernah kutinggal di rumahnya, pula
pernah menolong anggota keluarganya, dia pasti tidak curiga
apapun padaku," kata Nyo Ko.
"Tadi kau berdiri di sampingku, mungkin sudah dilihat
olehnya," kata Kubilai pula.
"Sebelumnya sudah kupikirkan hal ini, maka tadi aku dan
nona Liong memakai topi lebar untuk menutupi muka dan
pakai mantei bulu puIa, dia pasti pangling padaku," ujar Nyo
Ko.
Berhasilkah tugas Nyo Ko membunuh Kwe Cing? Dapatkah
pasukan MongoI merebut Siangyang?
Dengan cara apa Nyo Ko akan menyembuhkan penyakit racun
bunga cinta?
(Bacalah jilid ke - 31)
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 31
"Baiklah, jika begitu kuharap kau akan berhasil, tentang
janji anugrah pasti kupenuhi" kata Kubilai.
Nyo Ko mengucapkan terima kasih, Baru saja ia hendak
berangkat bersama Siao-b'ong-li, sekilas dilihatnya Kim-lun
Hoat-ong, Siausiang-cu dan lain-lain menghunjuk rasa kurang
senang, segera terpikir oleh Nyo Ko bahwa orang-orang itu
tentu kuatir kalau gelar "jago nomor satu" itu akan direbutnya
karena berhasil membunuh Kwe Cing, untuk itu orang-orang
itu pasti akan menjegalnya supaya usahanya gagal. Maka Nyo
Ko lantas berkata pula kepada Kubilai: "Ada sesuatu pula ingin
kutegaskan kepada Yang Mulia."
"Urusan apa, katakan saja," jawab Kubilai.
"Maksudku membunuh Kwe Cing hanya demi membalas
sakit hati pribadiku," tutur Nyo Ko. "selain itu juga kepalanya
kuperlukan untuk menukar obat penolong jiwa Kokohku, Maka
kalau usahaku berhasil berkat doa restu Ongya, namun gelar
jago nomor satu itu sama sekali tak berani kuterima."
"Apa sebabnya? "tanya Kubilai heran.
"Betapapun kepandaianku belum dapat dibandingkan
dengan tokoh-tokoh yang hadir di sini ini, mana kuberani
mengaku sebagai jago nomor satu?" kata Nyo Ko.
"Sebab itulah Ongya harus terima dulu permohonanku ini
barulah kuberani melaksanakan tugas"
Karena Nyo Ko bicara dengan sungguh-sungguh dan
tegas, pula melihat sikap Siau-siang-cu dan yang lain itu,
diam-diam Kubilai juga dapat menerka apa yang menjadi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pertimbangan anak muda itu, maka berkatalah dia: "Baiklah,
setiap orang memang mempunyai cita2 sendiri, jika begitu
kehendakmu akupun tidak ingin memaksakan."
Segera Nyo Ko memohon diri dan berangkat bersama
Siao-liong-li. Ditengah jalan mereka membuang topi dan
mantel bulu yang mereka pakai sehingga dandanan sekarang
adalah bangsa.
Sampai dibawah benteng kota hari sudah menjelang
magrib, terlihat pintu gerbang benteng tertutup rapat, di atas
benteng satu regu prajurit sedang ronda kian kemari."
"Hei, aku bernama Nyo Ko dan ingin bertemu dengan
Kwetoaya, Kwe Cing," teriak Nyo Ko.
Ketika mendengar suaranya, perwira yang dinas jaga coba
melongok ke bawah dan melihat Nyo Ko cuma bersama
dengan seorang perempuan, ia percaya pasti bukan musuh
yang sengaja hendak menyusup ke kota, segera ia
melaporkan hal itu kepada Kwe Cing.
Tidak lama kemudian dua pemuda muncul diatas benteng
dan melongok keluar, seorang lantas bersuara: "Oh, kiranya
Nyo-toako, apakah cuma kalian berdua?"
Kiranya kedua pemuda itu adalah Bu Tun-it-dan Bu Siubun.
Dengan tertawa Nyo Ko lantas meryawabr "Eh, kiranya
Bu jiko, Apakah Kwe-pepek ada di situ?"
"Ada, silahkan masuk saja" Jawab Siu Bun.
Segera ia memberi perintah agar membukakan pintu
benteng dan menurunkan jembatan untuk menyambut
datangnya Nyo Ko dan Siao-liong li
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kedua saudara Bu membawa Nyo Ko ke sebuah rumah
besar, dengan wajah berseri Kwe Cing menerima kedatangan
mereka, lebih dulu Kwe Cing memberi hormat kepada Siaoliong-
li lalu menarik tangan Nyo Ko, katanya dengan tertawa
girang: "Ko-ji, kedatangan kalian sangat kebetulan, Musuh
sedang menyerang kota, kedatangan kalian berarti bantuan
yang dapat diandalkan bagiku, sungguh bahagia sekali
segenap penduduk kota ini."
Siao-liong-li adalah guru Nyo Ko, maka Kwe Cing
menghormatinya sebagai angkatan yang sama dengan ramah
ia menyilakan dia masuk kedalam rumah, terhadap Nyo Ko
iapun sangat sayang dan menggandeng tangannya.
Ketika teringat bahwa orang yang menggandeng
tangannya ini adalah pembunuh ayahnya, sungguh tidak
kepalang gemas hati Nyo Ko, kalau bisa sekali tusuk akan
dibinasakannya. Cuma jeri kepada kelihaian Kwe Cing, maka
tidak berani sembarangan bergerak, dengan air mukanya yang
gembira, iapun menanyakan kesehatan sang paman dan tidak
lupa pula menanyakan Ui Yong.
Lantaran rasa dendamnya sebegitu jauh ia tidak memberi
sembah hormat kepada Kwe Cing. Namun Kwe Cing memang
orang baik, sedikitpun ia tidak memperhatikan tata adat
begitu.
Sampai di ruangan besar, Nyo Ko hendak menemui Ui
Yong ke dalam, namun Kwe Cing telah mencegahnya,
katanya: "Bibimu sudah hampir melahirkan, beberapa hari
akhir2 ini kesehatannya ada terganggu, boleh kau
menemuinya lain hari saja."
Diam-diam Nyo Ko bergirang, ia justeru kuatir akan
kecerdikan Ui Yong, bukan mustahil maksud kedatangannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ini akan diketahuinya, kalau bibi itu sedang sakit, maka
kebetulan baginya.
Tengah bicara, datanglah utusan panglima kota yaitu Lu
Bun-hoan, yang mengundang Kwe Cing untuk menghadiri
perjamuan merayakan kemenangan yang tadi.
Namun Kwe Cing telah menolak undangan itu dengan
alasan dia sendiri lagi menerima tamu, sudah tentu utusan
panglima itu sangat heran, dilihatnya usia Nyo Ko masih muda
dan tiada sesuatu yang luar biasa, entah mengapa justru anak
ini mendapat perhatian Kwe Cing sebesar itu sehingga
menolak undangan sang panglima hanya untuk melayani anak
muda itu, Terpaksa utusan itu pulang melaporkan hal itu
kepada Lu Bun-hoan.
Kwe Cing lantas mengadakan perjamuan sederhana di
rumah sendiri untuk merayakan kedatangan Nyo Ko dan Siaoliong-
li, ikut hadir di meja perjamuan adalah Cu Cu-liu, Loh
Yu-kah, kedua saudara Bu, Kwe Hu dan lainnya.
Berulang-ulang Cu Cu-liu mengucapkan terima kasih pada
Nyo Ko yang pernah menolongnya dgn memaki pangeran
Hotu dari Mongol itu menyerahkan obar penawar sehingga Cu
Cu-liu terbebas dari renggutan maut.
Sikap Kwe Hu ternyata tawar saja terhadap Nyo Ko, ia
cuma memanggil sekali, lalu tidak bicara pula. Dalam
perjamuan itu alis si nona kelihatan terkerot seperti dirundung
suatu persoaIan. Kedua saudara Bu juga, selalu menghindari
adu pandang dengan Nyo Ko, ketiga orang juga tidak
berbicara sejak awal hingga berakhirnya perjamuan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya Loh Yu-kah dan Cu Cu-liu sangat gembira ria
dan. asyik ngobrol tentang kemenangan gemilang atas
pasukan Mongol siangnya.
Waktu perjamuan selesai, sementara itu sudah lewat
tengah malam. Kwe Cing menyuruh Kwe Hu mengawani Siao
liong-li tidur sekamar, ia sendiri menarik Nyo Ko untuk tidur
bersama satu ranjang.
Ketika akan pergi Siao-liong-li sempat melirik sekejap pada
Nyo Ko dan agar anak muda itu ber-hati-hati. Nyo Ko kuatir
rahasianya diketahui orang, cepat ia berpaling dan tidak
berani menatap Siaoliong-li
Kwe Cing menggandeng Nyo Ko ke kamar tidurnya,
berulang-ulang ia memuji anak muda itu melawan Kim-lun
Hoat-ong di barisan batu-batu itu dan berhasil menyelamatkan
Ui Yong, Kwe Hu serta kedua saudara Bu. Habis itu ia lantas
tanya pengalaman Nyo Ko setelah berpisah.
Teringat kejadian tempo hari, diam-diam Nyo Ko menyesal
telah menolong Ui Yong dengan matian apabila sudah
mengetahui Ui Yong adalah musuhnya ia kuatir kalau banyak
bicara mungkin rahasia tujuannya akan diketahui Kwe Cing,
maka tentang pertemuannya dengan Thia Eng, Liok Bo-siang,
Sah Kho dan Ui Yok-su tak diceritakannya, ia hanya mengaku
merawat lukanya di pegunungan sunyi, kemudian bertemu
dengan Kokoh, lalu bersama ke sini untuk mencari paman.
Sembari membuka baju dan mapan tidur, Kwe Cing
berkata: "Ko-ji, saat ini musuh sudah berada di depan mata,
keadaan Song Raya kita benar-benar berbahaya, seperti telur
di ujung tanduk. Siangyang adalah perisai bagi tanah air kita,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kalau kota ini jatuh, mungkin ber-juta2 rakyat kita akan
menjadi budak orang Mongol. Dengan mataku sendiri kulihat
keganasan orang MongoI, sungguh darahku menjadi mendidih
menyaksikan kekejaman musuh itu...."
Segera Nyo Ko teringat juga keganasan perajurit Mongol
yang dilihatnya sepanjang perjalanan, saking gusarnya iapun
mengertak gigi.
"Kaum kita belajar silat dengan sepenuh tenaga, walaupun
tujuannya ingin berbuat kebajikan dan membela kaum kecil,
namun ini hanya sebagian kecil saja daripada tugas kita yang
sebenarnya," kata Kwe Cing pula, "Sebabnya orang Kangouw
menyebut aku "Kwe-tayhiap", kukira bukan disebabkan
kepandaianku yang tinggi melainkan menghormati diriku yang
berjuang mati-matian demi negara dan rakyat.
Namun aku sendiri merasa tenagaku seorang teramat kecil
dan belum dapat membebaskan rakyat dari kesengsaraan
sesungguhnya aku malu untuk disebut "Tayhiap", Kau masih
muda, kepintaranmu dan kecerdasanmu berlipat ganda
daripadaku, hari depanmu pasti cemerlang dan tentu jauh
melebihi diriku. Hanya kuharap kau selalu ingat kepada
pesanku ini: "Demi negara dan rakyat, itulah tugas utama
kita", Semoga kelak namamu termashur dan menjadi seorang
Tayhiap (pendekar besar) sejati yang dihormati segenap
rakyat jelata.
Uraian Kwe Cing itu sangat mengena di lubuk hati Nyo Ko,
dilihatnya Kwe Cing bicara dengan sungguh-sungguh,
simpatik, tapi juga kereng, meski jelas dia adalah musuh yang
membunuh ayahnya, tapi tanpa terasa timbul juga rasa
hormat dan segannya. Segera ia menjawab: "Kwe-pepek, jika
engkau sudah meninggal aku pasti akan ingat selalu
perkataanmu ini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sudah tentu Kwe Cing tak mengira bahwa malam ini juga
si Nyo Ko akan membunuhnya, dengan rasa sayang ia
membelai kepala anak muda itu dan berkata pula "Ya,
memang, berjuang sampai titik darah penghabisan kalau
negara kita runtuh, jiwa pamanmu ini jelas juga takkan
tertinggal lagi. Baiklah, sudah jauh malam, marilah tidur.
Kabarnya Kubilai sangat pandai mengatur pasukan,
kemunduran pasukannya tadi mungkin cuma siasat belaka,
dalam beberapa hari ini pasti akan ada pertempuran dahsyat,
kau perlu kumpulkan dan memupuk semangat untuk
memperlihatkan segenap kepandaianmu di medan perang."
Nyo Ko mengiakan saja, lalu membuka baju dan mapan
tidur. Belati yang dibawanya dari Coat-ceng-kok itu diam-diam
diselipkan nya di pinggang, ia pikir biar ilmu silatmu beratus
kali lebih tinggi, kalau sudah tertidur, sekali tikam dengan
belati ini, masakah kau mampu mengelak?
Karena siangnya bertempur sengit, maka Kwe Ceng rada
lelah, begitu menempel bantal dia terus terpulas. Sebaliknya
Nyo Ko bergolak-golik tak dapat tidur. Dia tidur di bagian
dalam, didengarnya pernapasan Kwe Cing sangat teratur,
tarikan dan hembusan napasnya terselang agak lama, diamdiam
ia kagum terhadap Lwekang sang paman yang hebat itu.
Agak lama kemudian, suasana terasa hening, hanya dari
jauh terdengar suara peronda sedang melakukan tugasnya
pelahan Nyo Ko berduduk dan meraba belatinya, ia pikir kalau
dia sudah kutikam mati, segera kupergi membunuh Ui Yong
pula, rasanya membereskan seorang wanita hamil tak terlalu
sulit, selesai semuanya segera bersama Kokoh kembali ke
Coat-ceng-kok untuk mengambil setengah biji obat itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kemudian kami akan mengasingkan diri di kuburan kuno
itu untuk menikmati kebahagiaan hidup dan takkan peduli
apakah dunia ini akan menjadi milik Song atau direbut Mongol.
Begitulah hatinya sangat senang berpikir sampai di sini,
Tiba-tiba terdengar suara tangisan seorang anak kecil di
rumah tetangga sana,menyusul suata sang ibu sedang
meminang anaknya, suara tangis anak itupun mulai mereda
dan kemudian sunyi senyap pula.
Seketika hati Nyo Ko tergetar, mendadak teringat olehnya
apa yang dilihatnya di perjalanan tempo hari, di mana seorang
Busu Mongol telah menyudet perut seorang bayi dan diangkat
ke udara seperti sundukan satai, bayi itu tidak lantas mati, tapi
masih dapat menjerit ngeri.
Segera terpikir olehnya: "Untuk membunuh Kwe Cing
sekarang bagiku sangat mudah. Tapi kalau dia mati, kota ini
takkan dapat dipertahankan lagi dan beribu-ribu anak kecil
dalam kota ini tentu akan menjadi mangsa keganasan
perajurit Mongol. Aku sendiri berhasil membalas dendam, tapi
akibatnya jiwa rakyat jelata yang tak terhitung banyaknya
akan menjadi korban, apakah perbuatanku ini dapat dipuji?"
Tapi lantas terpikir pula: "Kalau tidak kubunuh dia, tentu
pula Kiu Jian-jio tak mau memberikan obatnya padaku dan
kalau aku mati pasti juga Kokoh tak dapat hidup lagi," Betapa
mendalam cintanya kepada Siao-liong-li boleh dikatakan tiada
taranya, karena itulah menjadi nekat:
"Sudahlah, biar peduli amat dengan jiwa rakyat Siangyang
dan negara segala, ketika aku menderita sengsara, selain
Kokoh seorang siapa lagi yang pernah menaruh belas kasihan
padaku? Orang lain tidak pernah sayang padaku, buat apa aku
mesti sayang pada orang lain?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah ia lantas angkat belati nya. tenaga dikumpulkan
pada tangan itu, ujung belati mengincar tepat pada dada Kwe
Cing.
Lilin di dalam kamar itu sudah dipadamkan tapi Nyo Ko
sudah biasa melihat dalam kegelapan, waktu belatinya akan
ditusukan, sekilas ia memandang wajah Kwe Cing, dilihatnya
air muka paman sangat tenang, wajah seorang welas asih dan
berbudi.
Belati sudah tergenggam di tangan Nyo Ko, tapi ia raguragu
untuk turun tangan mengingat keselamatan laksaan jiwa
bangsa Han yang akan menjadi korban keganasan serdadu
Mongol yang kejam itu.
----------- nggak nyambung
tidurnya sangat nyenyak. Tiba-tiba terbayang pula dalam
benak Nyo Ko semua kejadian di masa lampau, betapa kasih
sayang paman padanya waktu tinggal di Tho-hoa-to dan tanpa
mengenal lelah sang paman mengantarnya ke Cong-lam-san
untuk belajar siIat, malahan berniat menjodohkan puteri
tunggalnya kepadanya.
Tanpa terasa timbul pikirannya: "Selamanya Kwe pepek
bertindak jujur dan terus terang, beliau adalah seorang tua
yang baik budi, Pribadi seperti dia ini seharusnya tidak
mungkin mencelakai ayahku, Apakah mungkin Sah Koh yang
tidak waras itu sembarangan omong? Kalau saja tikaman ini
jadi kulaksanakan dan mungkin ternyata salah membunuh
orang baik, bnkankah dosaku sukar lagi diampuni? Wah, nanti
dulu kukira urutan ini harus kuselidiki dulu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Perlahan-lahan ia lantas menyimpan kembali belatinya, ia
coba merenungkan pula satu demi satu kejadian di masa lalu
sejak dia bertemu dengan Kwe Cing dan Ui Yong.
Teringat olehnya sikap Ui Yong yang kurang simpatik
padanya, beberapa kali dipergoki suami isteri ku sedang
membicarakan sesuatu soal apa-apa, tapi pokok pembicaraan
lantas dihentikan begitu dia muncul. Kalau dipikir, tentu ada
sesuatu diantara suami isteri itu sengaja dirahasiakannya.
lngat pula sang bibi resminya menerimanya sebagai murid,
tapi yang diajarkan hanya membaca dan menulis, sedikitpun
tidak diajarkan silat. Apakah keramahan paman Kwe kepadaku
itu bukan lantaran dia telah mencelakai ayahku dan hatinya
merasa tidak tenteram, maka sengaja membaiki aku sekedar
menenangkan hatinya yang merasa berdosa itu?
Begitulah Nyo Ko terus bergulang-guling tak dapat pulas.
Dalam pada itu Kwe Cing masih tidur dengan nyenyaknya,
namun pada suatu ketika itu, dapat mengetahui pernapasan
Nyo Ko yang rada memburu itu mendadak ia membuka mata
dan bertanya: "Ada apa, Ko-ji? kau tak dapat tidur?"
Badan Nyo Ko rada bergetar, jawabnya: "Oh tidak apaapa"
"Kalau kau tidak biasa tidur bersama orang lain, bolehlah
kutidur di meja saja," kata Kwe Cing dengan tertawa.
"Wah, tidak, tidak apa-apa" sahut Nyo Ko cepat
"Baiklah, jika begitu lekas tidur." ujar Kwe Cing. "Orang
belajar silat harus mengutamakan menenangkan batin dan
memusatkan pikiran."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ka mengiakan. Akan tetapi pikirannya tetap bergoIak
akhirnya ia tidak tahan dan bertanya: "Kwe-pepek, dahulu
waktu kau mengantar diriku ke Cong lam-san,- sampai kuil di
kaki gunung itu pernah kutanyakan sesuatu padamu, apakah
paman masih ingat?"
Hati Kwe Cing terkesiap, jawabnya: "Ya, ada apa?"
"Tatkala mana Kwe-pepek marah-marah dan menghantam
sebuah pilar batu sehingga menimbulkan salah paham para
Tosu hari Coan-cin-kau, apakah paman masih ingat
persoalanku yang kutanyakan itu?"
"Ya, kalau tidak salah kau tanyai cara bagaimana
meninggalnya ayahmu,"
Dengan tatapan tajam Nyo Ko berkata pula. "Waktu yang
kutanyakan padamu adalah siapa kah yang membunuh
ayahku."
"Darimana kau mengetahui bahwa ayahmu di bunuh
orang?" kata Kwe Cing.
"Memangnya ayahku meninggal secara baik-baik?" tanya
Nyo Ko dengan suara agak serak.
Kwe Cing terdiam sejenak, ia menghela napas panjang,
lalu berkata pula: "Ayahmu meninggal secara menyedihkan,
akan tetapi tiada siapapun yang membunuhnya, dia sendirilah
yang membunuh dirinya sendiri"
Mendadak Nyo Ko bangun berduduk, dengan perasaan
yang sangat terangsang ia berkata: "Tidak Kwe-pepek dusta
padaku, mana mungkin di dunia ini ada orang membunuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dirinya sendiri? seumpama ayahku membunuh diri, tentu juga
ada orang-lain yang menyebabkan kematiannya."
Kwe Cing menjadi berduka dan meneteskan air mata,
katanya pelahan: "Anak Ko, kakekmu dan ayahku adalah
saudara angkat, ayahmu dan diriku juga mengikat
persaudaraan. Kalau ayahmu mati secara penasaran masakah
aku tidak berusaha membalas dendam baginya?"
Tubuh Nyo Ko rada gemetar, saking menahan
perasaannya hampir saja ia berucap: "Kau sendiri yang
membunuh ayahku dengan sendirinya kau tidak mungkin
membalaskan dendamnya."
Tapi ia tahu sekali ucapannya itu dikeluarkan tentu Kwe
Cing akan waspada dan selanjutnya pasti sukar hendak
membunuhnya. Maka Nyo Ko hanya diam saja, lalu tidak
bicara lagi.
"Persoalan ayahmu sebenarnya sangat banyak lika-likunya
dan sukar diceritakan dalam waktu singkat." kata Kwe Cing
pula. "Dahulu waktu kau bertanya, karena kupikir usiamu
masih terlalu muda dan belum dapat memahami sebab
musababnya dengan jelas, lantaran itulah aku tidak mau
menjelaskan padamu, sekarang kau sudah dewasa, sudah
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang Jahat,
maka setelah orang MongoI dipukul mundur, biarlah nanti
kuceritakan dari awal hingga akhir." jeIasnya. Habis berkata ia
terus membalik dan tidur lagi.
Nyo Ko cukup kenal perangai sang paman yang tegas itu,
sekali dia bilang satu, tidak mungkin berubah menjadi dua,
Tapi ia menjadi ragu-ragu lagi dan memaki dirinya sendiri:
"Wahai, Nyo Ko, biasanya kau bertindak sesuatu selalu tegas
dan berani, mengapa sekarang kau bimbang dan takut-takut ?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Apakah kau jeri terhadap ilmu silatnya yang lihay? Bukan saja
kesempatan bagus malam ini kau sia-sia kan, besok bila Ui
Yong mengetahui maksud tujuanmu mungkin Kokohmu akan
ikut menjadi korban.
Teringat kepada Siao liong li, seketika ia bersemangat lagi,
ia meraba pula belatinya, belati yang menempel kulit perutnya
itu serasa panas oleh suhu badannya. Baru saja ia hendak
mencabut belatinya, tiba-tiba terdengar daun jendela diketok
orang tiga tali dengan sangat pelahan.
"Cepat Nyo Ko pura-pura tidur, sedangkan Kwe Ceng,
lantas terjaga bangun berduduk serta bertanya "Apakah Yongji
di situ? Ada urusan apa?"
Namun suara di luar jendela lantas berhenti, Kwe Ceng
terus berbangkit, dilihatnya Nyo Ko tertidur nyvnyak, ia pikir
anak muda itu baru saja pulas, sebaiknya jangan diganggu
lagi. perlahan-lahan ia lantas membuka pintu kamar dan
keluar, diiihatnya Ui Yong sedang menunggunya di serambi
sana, Kwe Cing mendekati sang isteri dan bertanya dengan
suara tertahan "Ada urusan apa?"
Ui Yong tidak menjawabnya, ia menarik tangan suaminya
ke halaman belakang, setelah memandang sekelilingnya, habis
itu baru berkata: "Percakapanmu dengan Ko-ji sudah
kudengar semua. Dia mengandung maksud buruk, apakah kau
tidak tahu?"
Kwe Cing terkejut "Apa? Dia bermaksud buruk bagaimana?
" ia menegas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dari ucapannya itu, tampaknya dia mencurigai kita
berdua yang membunuh ayahnya," tutur Ui Yong.
"Ya bisa jadi dia curiga," Ujar Kwe Cing sambil
menggeleng, "tapi aku sudah berjanji akan menceritakan
sebab musabab kematian ayahnya."
"Memangnya kau benar-benar akan menceritakan padanya
tanpa menutupi sesuatu apapun ?" tanyanya.
"Begitu mengenaskan kematian ayahnya, selama ini
akupun selalu merasa bersalah," kata Kwe Cing, "Meski adik
Nyo Khong tersesat ke jalan yang salah, tapi kita juga tidak
berusaha menyadarkan dia dan tidak berdaya menyelamatkan
dia."
"Hmm orang macam begitu masakah ada harganya
dibantu?" jengek Ui Yong, "Malahan aku justeru menyesal
tidak membunuhnya sedini mungkin, kalau tidak masakah
beberapa gurumu itu sampai tewas di Thoa hoa-to gara-gara
perbuatannya?"
Teringat kepada peristiwa yang mengenaskan itu, tanpa
terasa Kwe Cing menghela napas panjang
"Dari anak Hu kudengar kedatangan Ko-ji ini kelihatan
agak aneh, katanya pula kau tidur sekamar dengan dia, Aku
menjadi kuatir terjadi sesuatu, maka sejak tadi aku sudah
mengawasi di luar jendela. Kukira sebaiknya jangan tidur
bersamanya, harus diketahui bahwa hati manusia sukar
dijajaki, pula ayahnya... meninggal akibat keracunan karena
memukul bahuku. "
"Yong-ji, itupun tidak dapat dikatakan kau yang
mencelakai dia." ujar Kwe Cing.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Walau kita memang ada maksud membunuhnya, akhirnya
dia juga mati akibat diriku, maka soal kita sendiri yang turun
tangan membunuhnya atau bukan menjadi tidak penting lagi."
kata Ui Yong.
Kwe Cing berpikir sejenak, katanya kemudian "Betul juga
ucapanmu. Kalau begitu sementara ini takkan kuceritakan
terus terang padanya, Yong ji, sudah jauh malam, lekas
kembali ke kamarmu dan mengaso, besok malam biar
kupindah tidur ke-markas saja."
Biasanya Kwe Ging memang menuruti segala nasehat Ui
Yong, soalnya ia tahu kecerdasan dan pengetahuan sang isteri
memang berkali lipat lebih pintar daripada dirinya, dugaannya
selalu tepat, perhitungannya tak pernah meleset, meski ia
tidak percaya bahwa Nyo Ko bermaksud jahat kepada-nya,
tapi sang isteri sudah bilang begitu, maka ia lantas menurut
saja.
Segera Kwe Cing memayang sang isteri kembali ke
kamarnya, katanya: "Kukira selekasnya Hu-ji dinikahkan saja
dengan Ko-ji agar selesailah persoalan kita ini."
"Aku sendiripun bingung menghadapi urusan ini!" ujar Ui
Yong sambil menghela napas. "Kakak Cing, dalam hatiku
hanya ada engkau seorang begitu pula dalam hatimu sama
ada aku, akan tetapi puteri kita itu ternyata tidak seperti kau,
juga tak seperti aku, dalam hatinya justeru sekaligus terisi dua
kekasih yang sukar dibedakan mana yang harus dipilih, inilah
yang membuat kita sebagai ayah-bundanya serba susah."
"Dua kekasih" yang dimaksud Ui Yong bukan lain daripada
Bu Tun-si dan Bu Siu-bun. Kedua anak muda ini sama jatuh
cinta kepada Kwe Hu. sebaliknya Kwe hu juga tidak pilih kasih
terhadap kedua saudara Bu-itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu masih kecil memang tidak menjadi soal, tetapi
ketiganya kini sudah dewasa, persoalan cinta segi tiga inipun
menjadi semakin rumit dan serba sulit.
Menurut pikiran Kwe Cing, dia ingin menjodohkan,
puterinya kepada Nyo Ko dan, untuk kedua saudara Bu akan
dicarikan gadis lain yang setimpal. Namun pikiran Ui Yong
terlebih cermat, ia tahu banyak kesulitan dalam persoalan
jodoh ini. Kendatipun dia sangat pintar, menghadapi soal
rumit inipun dia merasa bingung dan tak berdaya.
Begitulah Kwe Cing mengantar isterinya ke dalam kamar,
setelah berbaring dan menyelimutinya, ia duduk di tepi
ranjang sambil menggenggam tangan sang isteri dengan
tersenyum bahagia. Selama sebulan ini keduanya sama sibuk
urusan tugas, suami-isteri jarang berkumpul dengan tenang,
sekarang keduanya berhadapan tanpa bicara, namun terasa
sangat tenang.
Ui Yong memegangi tangan Kwe Cing dan digosokgosokkannya
pada pipi sendiri, lalu berkata dengan suara lirih:
"Engkoh Cing, anak kita yang kedua ini bolehlah kau berikan
suatu nama yang baik."
"Kau tahu aku tidak sanggup, mengapa kau menggoda
aku," jawab Kwe Cing dengan tertawa.
"Kau selalu mengatakan dirimu tidak sanggup apa-apa,
padahal, engkoh Cing, lelaki diseluruh jagat ini tiada keduanya
yang mampu melebihi kau," kata Ui Yong dengan mesra dan
sungguh-sungguh
Kwe Cing menunduk dan mencium pelahan muka sang
isteri katanya: "Kalau anak laki-laki kita beri sama Boh-to saja,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tapi bila perempuan...." Dia berpikir sejenak, lalu
menyambung "Kau saja yang memberikan namanya."
"Saat ini kita sedang mempertahankan kota Siang yang ini
menghadapi serbuan orang MongoI, karena anak dilahirkan di
sini, maka kita beri nama Yang saja, agar kelak kalau sudah
besar anak ini akan selalu ingat bahwa dia dilahirkan di kota
yang sedang berkecamuk peperangan."
"Bagus, diharap saja anak perempuan ini tidak senakal
Tacinya, sudah begitu besar masih membikin repot orang tua
saja," ujar Kwe Cing.
"Kafau cuma repot sih tidak jadi soal." ujar Ui Yong
dengan tersenyum, "justeru dia.... .ahhh aku malah berharap
anak ini adalah laki-laki saja"
Kwe Cing meraba-raba tangan sang isteri dan ber-kata:
"Anak laki-laki atau anak perempuan kan sama saja?
Sudahlah, lekas tidur, jangan berpikir macam-macam"
Setelah menyelimuti sang isteri dan memadamkan lilin,
lalu Kwe Cing kembali ke kamarnya, dilihatnya Nyo Ko masih
tidur dengan lelapnya, di-dengarnya bunyi kentongan tiga kali,
segera ia naik tempat tidur lagi.
Tak diketahuinya bahwa percakapan mereka suami-isteri
dihalaman tadi telah dapat didengar semua oleh Nyo Ko yang
sembunyi di balik pintu.
Waktu Kwe Cing dan Vi Yong menuju ke ruangan dalam
Nyo Ko masih berdiri kesima di balik pintu sambil
merenungkan ucapan Ui Yong: "Aku justeru menyesal tidak
membunuhnya lebih dini, ayahnya mati keracunan akibat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memukul bahuku, kita sama ada maksud membunuhnya, tapi
akhirnya dia juga mati akibat diriku."
Dari kata-kata itu jadi sudah jelas bahwa ayahku memang
tewas di tangan mereka berdua, hal ini tidak perlu diragukan
lagi, demikian pikir Nyo Ko, Diam-diam iapun merasa Ui Yong
benar-benar maha lihay karena mencurigai dirinya, kalau
malam ini tidak turun tangan, mungkin kelak tiada
kesempatan baik lagi. Begitulah ia lantas berbaring lagi di
tempat tidurnya dan menunggu sampai kembalinya Kwe Cing.
Setelah Kwe Cing merebahkan diri dan memakai selimut,
didengarnya Nyo Ko mengeluarkan suara mengorok pelahan.
Diam-diam ia pikir anak muda ini nyenyak benar tidurnya.
Karena itu ia mapan tidur dengan pelahan, kuatir kalau
mengganggu Nyo Ko. Selang tak lama, selagi layap-layap akan
terpulas, tiba-tiba terasa Nyo Ko membalik tubuh dengan
pelahan, tapi waktu membalik tubuh tetap mengeluarkan
suara mendengkur
Kwe Cing melengak heran, umumnya orang tidur kalau
membalik tubuh tentu suara mendengkurnya akan berhenti
mengapa pernapasan bocah ini lain daripada yang lain,
apakah mungkin latihan Lwekangnya mengalami kesalahan?
jika betul demikian bisa celaka.
Hati Kwe Cing memang polos, sama sekali ia tidak pernah
menyangka Nyo Ko sengaja pura-pura mendengkur
Begitulah ketika Nyo Ko membalik tubuh pula pelahan dan
melihat Kwe Cing tetap diam saja, segera ia mengeluarkan
suara dengkuran lagi sambil turun dari tempat tidur. Semula ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berniat menikam Kwe Cing dalam selimut, tapi diurungkan
karena merasa berbahaya menyerangnya dari jarak dekat,
kalau saja sebelum ajalnya Kwe Cing membalas sekali hantam,
tentu jiwa sendiri juga akan melayang. Karena itu ia
mengambil keputusan turun tempat tidur dulu, begitu
tikamannya mengenai tempat yang mematikan segera ia akan
melompat keluar jendela dan melarikan diri, Tapi iapun kuatir
kalau suara mendengkurnya berhenti mungkin akan
menimbulkan curiga Kwe Cing jika dalam tidurnya itu
merasakan sesuatu yang tidak beres maka sambil turun dari
tempat tidur ia tetap pura-pura ngorok.
Karena kelakuannya inilah membikin Kwe Cing semakin
bingung, ia pikir jangan-jangan bocah ini mengidap penyakit
"mimpi berjalan" Kalau sekarang kubiarkan dia. karena
kagetnya bukan mustahil tenaga dalamnya akan bergolak dan
tersesat ke jalan yang keliru, itu berarti maut bagi anak muda
itu.
Karena itulah ia tidak berani bergerak dan tetap pasang
kuping untuk mengikuti gerak gerik Nyo Ko.
Pelahan Nyo Ko mengeluarkan belatinya
danbdigenggamnya kencang di depan dada, dengan hati-hati
ia mendekati tempat tidur, mendadak ia angkat belatinya terus
hendak ditikamkan ke ulu hati Kwe Cing.
"Ko ji, kau mimpi buruk apa?" pada saat itu juga
mendadak Kwe Cing berseru padanya dengan suara halus.
Sungguh kaget Nyo Kotak terkatakan, begitu ke dua
kakinya menutul, secara membalik tubuhnya terus menerobos
keluar jendela. Akan tetapi kecepatannya tetap kalah cepat
daripada Kwe Cing sebelum dia tancapkan kakinya di luar,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tahu-tahu kedua bahunya sudah dipegang oleh kedua tangan
Kwe Cing.
Seketika Nyo Ko putus asa, ia tahu ilmu silat sendiri sekalikali
bukan tandingan sang paman, melawan juga tiada
gunanya, maka ia cuma pejam mata dan menunggu ajal saja.
Tak terduga Kwe Cine terus mengangkat tubuhnya dan
melompat masuk pula ke dalam kamar, didudukkannya Nyo
Ko di tempat tidur dalam posisi seperti orang lagi semadi.
Diam-diam Nyo Ko heran, ia tidak tahu dengan cara
bagaimana dirinya akan disiksa oleh Kwe Cing, Tiba-tiba
teringat pada Siao-liong-li, ia menarik napas panjang dan
segera bermaksud berteriak memperingatkan nona itu agar
lekas melarikan diri.
Melihat si Nyo Ko menghimpun tenaga, Kwe Cing semakin
salah paham bahwa anak muda itu sedang menahan sakit.
Cepat ia gunakan tangannya untuk menahan perut Nyo Ko.
Mestinya Nyo Ko hendak berteriak: tapi perutnya ditekan
sehingga sukar bersuara, sedangkan dalam hati menguatirkan
keadaan Siao-liong-li, ia menjadi kelabakan tapi perutnya
ditahan oleh kwe Cing, ingin merontapun tidak dapat.
Dengan pelahan kemudian Kwe Cing berkata: "Ko-ji, kau
ter-buru-buru berlatih, akibatnya malah macet sebaiknya
jangan banyak bergerak, tenangkan pikiranmu, akan kubantu
kau meredakan pergolakan tenaga dalammu."
Nyo Ko tercengang heran karena tidak tahu apa maksud
ucapannya, ia hanya merasakan hawa hangat tersalur dari
tangan sang paman ke dalam perutnya dan terasa sangat
menyegarkan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera tahulah Nyo Ko bahwa Kwe Cing sedang
membantunya dengan Lwekang yang tinggi untuk
melancarkan tenaga dalamnya. Diam-diam ia merasa geli dan
malu diri pula, Nyata sang paman salah sangka latihan
Lwekangnya tersesat sehingga kelakuannya seperti orang
sinting.
Agar tidak menimbulkan curiga orang segera ia
mengerahkan tenaga dalam sendiri dan sengaja disalurkan ke
sana ke sini tanpa teratur dan seperti sukar diatasi.
Tehtu saja Kwe Cmg bertambah kuatir, ia kerahkan
tenaganya lebih kuat untuk menghimpun tenaga dalam Nyo
Ko yang terpencar itu. Karena Nyo Ko sudah telanjur berlagak
begitu mau-tak mau ia harus berbuat supaya lebih sungguhsungguh
tampaknya. Dasar Lwekang si Nyo Ko sekarang
sudah sangat tinggi, seketika Kwe Cing kena dikelabui sampai
agak lama barulah ia berhasil melancarkan tenaga dalam si
Nyo Ko yang disangkanya nyasar itu.
Setelah kerja keras begitu, akhirnya Nyo Ko merasa
kehabisan tenaga, Kwe Cing juga merasa letih, kedua orang
sama-sama, bersemadi sehingga fajar barulah segar kembali.
"Sudah baik belum, Ko-ji?" tanya Kwe Cing dengan
tersenyum. "Sungguh tak terduga bahwa tenaga dalammu
sudah begini hebat, hampir saja aku tidak sanggup menolong
kau."
Tahu bahwa sang paman tidak sayang mengorbankan
tenaga murninya demi untuk menolongnya mau - tak - mau
hati Nyo Ko sangat terharu, katanya: "Terima kasih atas
pertolongan Kwe-pepek, semalam aku hampir saja celaka."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Kwe Cing bersyukur bahwa anak muda ini tidak
menyadari bahwa semalam dia telah angkat belati hendak
menikamnya, kalau tahu, tentu anak muda itu akan menyesal
tak terhingga.
Nyata Kwe Cing yang berhati jujur dan baik budi itu tetap
tidak mencurigai perbuatan Nyo Ko itu, ia malahan kuatir
kalau Nyo Ko mengetahui kejadian itu, maka sengaja
membelokkan pembicaraan, katanya segera: "Marilah kau ikut
padaku keluar untuk mengontrol pertahanan pasukan kita."
Nyo Ko mengiakan dan ikut keluar. Kedua orang masingmasing
menunggang kuda perang dan dilarikan keluar
benteng kota.
"Ko-ji," kata Kwe Cing ditengah jalan, "Lwe-kang kaum
Coan-cin-pay adalah ilmu yang baik, meski kemajuannya
lambat, tapi jarang terjadi kemacetan. Kukira kuncinya sudah
cukup kau pahami, nanti kalau musuh sudah mundur akan
kujelaskan lebih lanjut."
"Baiklah, kumohon Kwe-pepek jangan menceritakan
kejadian semalam kepada bibi, kalau beliau tahu tentu akan
mentertawakan diriku yang mempelajari ilmu sesat dari Kokoh
segala," kata Nyo Ko.
"Teatu takkan kuceritakan," kata Kwe Cing.
"Padahal Kanghu nona Liong itupun bukan kepandaian
jelek, soalnya kau sendiri yang banyak memikirkan hal-hal lain
dan tidak dapat memusatkan pelajaranmu pada itu saja."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyata ocehan Nyo Ko telah berhasil membohongi Kwe
Cing sehingga tidak bercuriga sedikitpun, ia tahu bila urusan
ini diketahui Ui Yong, maka sukar akan mengelabuhi nyonya
maha cerdik itu, ia merasa lega setelah Kwe Cing berjanji
takkan memberitahukan kejadian semalam kepada Ui Yong.
Begitulah kedua orang terus melarikan kuda mereka ke
barat kota, terlihat sebuah sungai kecil terbentang di kaki
bukit sana.
"Sungai ini bernama Tan-keh," tutur Kwe Cing, "Konon
dahulu Lau Pi pada jaman Sam-kok itu dikejar pasukan musuh
sampai di tepi sungai ini, Kuda yang ditunggangi Lau Pi
bernama Tek-loh, menurut peramal kuda, katanya kuda itu
kurang baik bagi sang majikan. Tak terduga pada saat gawat
itulah sang kuda mampu melompat melintasi sungai kecil itu
sehingga Lau Pi lolos dari kejaran musuh dan selamatlah
jiwanya." - Bicara sampai disini, tiba-tiba ia turingat kepadar
ayah Nyo Ko, katanya pula dengan gegetun: "Sebenarnya
manusia juga sama dengan kuda yang bernama Tek-loh itu,
baik atau buruk sukar diramal, segala sepatu hanya bergatung
pada ketentuan pikiran sekejap saja."
Hati Nyo Ko terkesiap, ia melirik Kwe Cing sekejap,
tampaknya wajah sang paman mengunjuk rasa duka dan
menyesal, agaknya ucapan itu tidak sengaja ditujukan
kepadanya, Diam-diam ia membatin: "Meski tidak salah
ucapannya, tapi baik itu apakah, buruk itu apa pula? Kalian
suami isteri telah mencelakai ayahku apakah juga perbuatan
baik?" - sesungguhnya ia sangat kagum terhadap tindak
tanduk Kwe Cing, tapi bila ingat sang ayah yang mati di
tangan suami isteri itu, mau-tak-mau timbul rasa dendamnya.
Begitulah mereka terus melarikan kuda ke atas sebuah
bukit dan memandang jauh ke sana kelihatan air sungai
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hansui mengalir memanjang ke selatan, tertampak pula rakyat
ber-kelompok-kelompok mengungsi membanjiri Siangyang.
Sambil menuding kaum pengungsi itu, Kwe Cing berkata:
"Pasukan Mongol pasti mengganas di perkampungan sana
sehingga rakyat jelata kita terpaksa mengungsi
menyelamatkan diri, betapa kejamnya orang Mongol sungguh
menggemaskan."
Pada saat itulah, tiba-tiba dilihatnya rombongan pengungsi
yang menuju pintu benteng itu ber-lari balik, tapi arus
pengungsi dari belakang masih terus membanjir tiba sehingga
di luar kota Siangyan seketika kacau balau dan hiruk pikuk.
Kwe Cing terkejut, ia heran mengapa penjaga pintu
gerbang kota itu tidak membukakan pintu dan membiarkan
kaum pengungsi itu masuk.
Cepat ia melarikan kudanya ke sana, terlihat lah satu regu
pemanah berdiri di atas benteng dengan mementang busur
menghadap kaum pengungsi itu.
"Hai, ada apa kalian? Lekas membuka pintu!" teriak Kwe
Cing.
Melihat Kwe Cing, perwira penjaga cepat memerintahkan
membuka pintu gerbang, dan membiarkan Kwe Cing dan Nyo
Ko masuk.
"Rakyat dijagal secara kejam oleh musuh, mengapa tidak
membiarkan mereka masuk?" tegur Kwe Cing.
Perwira piket itu menjawab: "Lu-tayswe menguatirkan
diantara kawanan ptngungsi ada mata2 musuh, maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
betapapun mereka dilarang masuk kota agar tidak
menimbulkan bencana."
"Andaikata betul ada satu-dua mata2 musuh. yang
terselundup masuk juga tidak boleh mengakibatkan jiwa
beribu-ribu rakyat jelata menjadi korban?" ujar Kwe Cing,
"Hayo lekas membuka pintu."
"Sudah lama Kwe Cing ikut berjasa mempertahankan kota
Siangyang, namanya sangat tersohor dan disegani kawan
maupun lawan, perwira itu tidak berani membantah
perintahnya, terpaksa ia membukakan pintu benteng
disamping mengirim berita kepada Lu Bun-hoan.
Seketika terjadilah lautan manusia membanjir ke dalam
kota, ketika kawanan pengungsi itu hampir masuk kota
semua, mendadak dari jauh debu mengepul tinggi, pasukan
Mongol menyerbu tiba dari arah utara, Perajurit Song segera
siap siaga di belakang tembok benteng, terlihat di depan
pasukan Mongol itu didahului oleh suatu rombongan orang
yang berpakaian compang camping dan tangan membawa
pentung dan sebagainya, tapi tiada sesuatu senjata tajam
betul-betul, cara berjalannya juga tidak teratur, rombongan
kaum jembel itu berteriak-teriak: "Jangan memanah, kami
adalah rakyat Song!" - Dan pasukan Mongol yang tangkas itu
ternyata berlindung di belakang barisan rakyat itu.
Sejak Jengis Khan memang pasukan Mongol selalu
menggunakan siasat begitu, yakni memakai rakyat negara
musuh sebagai perisai untuk menyerbu kedudukan musuh,
asalkan penjaga tidak tega hati dan berhenti memanah, maka
pasukan Mongol lantas menyerbu maju, Cara itu sangat keji
dan ganas, tapi lebih sering berhasil dengan baik, Begitulah
maka kelihatan barisan rakyat itu telah digiring pasukan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mongol dan dipaksa mendekati benteng, makin lama makin
dekat malahan sebagian sudah mulai memanjat tangga.
Saat itu Lu Bun-hoan, panglima pertahanan kota
Siangyang, sedang berkeliling mengawasi penjagaan
pasukannya, melihat keadaan berbahaya, segera ia memberi
perintah agar melepaskan panah, seketika terjadilah hujan
panah di tengah jerit tangis rakyat jelata yang jatuh
bergelimpangan, rakyat lainnya lantas membalik dan lari
serawutan.
Namun merekapun menjadi mangsa perajurit Mongol yang
menabasnya dgn golok atau menusuknya dgn tumbak, barisan
rakyat itu tetap didesak agar menyerbu ke atas benteng.
Nyo Ko berdiri di samping Kwe Cing. gusar sekali ia
menyaksikan adegan menyedihkan itu.
"Panah! Pahahl" terdengar Lu Bun-hoan berteriak-teriak
pula memberi perintah. Segera suatu baris anak panah
menyamber lagi ke bawah.
"Hai berhenti! jangan salah membunuh orang baik," seru
Kwe Cing.
"Keadaan segawat ini, andaikan orang baik juga terpaksa
salah membunuhnya," ujar Lu Bun-Hoan.
"Jangan, orang baik mana boleh salah membunuhnya."
kata Kwe Cing pula.
Tergetar hati Nyo Ko, diam-diam ia menggumam: "jangan
salah membunuh orang baik, jangan salah membunuh orang
baik."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak Kwe Cing berseru: "Hayo saudara2 anggota
Kay-pang, ikut padaku!"
Segera ia berlari turun dari atas benteng, Nyo Ko juga
akan ikut, tapi Kwe King berkata padanya: "Semalam kau
kelihatan kurang sehat, sebaiknya kau berjaga di sini saja
untuk mengawasi keadaanku."
Sebenarnya Nyo Ko ingin ikut Kwe Cing menghajar p
rajurit Mongol yang kejam itu, ia tercengang mendengar
ucapan Kwe Cing itu, tapi iapun tidak dapat berterus terang
kejadian semalam, terpaksa ia tetap tinggal di tempatnya dan
menyaksikan Kwe Cing memimpin suatu pasukan tanpa
seragam menerjang keluar benteng terus menyergap sayap
kanan pasukan Mongol.
Siasat pasukan Mongol yang "meminjam golok untuk
membunuh orang" adalah cara sekali bertindak mendapat dua
hasil, disamping menjagal bangsa Han juga dapat
menggoyahkan hati pasukan Song, Tapi mendadak terlihat
Kwe Cing memimpin pasukan menyerbu tiba, setiap orang
berkepandaian tinggi dan gagah berani.
Pasukan Mongol yang digiring barisan di belakang itu
lantas membagi pasukannya untuk menahan serbuan Kwe
Cing itu. Namun pasukan Kwe Cing itu sebagian besar adalah
jago-jago pilihan dari Kay-pang, sebagian kecil lainnya adalah
para ksatria yang sengaja datang ke Siangyang untuk ikut
berjuang, serentak mereka menyerbu maju sambil berteriakteriak,
semangat tempur mereka yang menyala-nyala itu
sudah membikin pasukan Mongol merasa keder. Maka begitu
kedua pihak bergebrak segera ratusan perajurit Mongol
dibinasakan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tampaknya pasukan Mongol itu sukar menahan pasukan
Kwe Cing, tiba-tiba dari samping sana menerjang tiba pula
pasukan Mongol lain, Pasukan Mongol itu memang tangkas
dan sudah terlatih, meski barisan pejuang yang dipimpin Kwe
Cing itu berilmu silat tinggi, seketika merekapun sukar
mengalahkan musuh, sementara itu barisan rakyat yang
dipaksa menyerbu ke benteng kota itu lantas berlari serabutan
karena pasukan Mongol yang menggiring mereka itu sebagian
terpencar untuk menempur pasukan Kwe Cing.
Pada saat itulah terdengar suara tiupan tanduk disebelah
timur sana, suara derapan kuda pasukan bergemuruh, dan
pasukan Jian-jin-tui (barisan ribuan orang, batalion) Mongol
menerjang tiba, menyusul dari sebelah barat kembali dua
pasukan Jian-jin-tui menyerbu datang sehingga rombongan
Kwe Cing itu terkurung di tengah.
Melihat betapa hebatnya pasukan Mongol itu, saking
jerinya Lu Bun-hoan menjadi bingung dan tidak berani
mengirim pasukan penolong.
Sambil berdiri di atas benteng, Nyo Ko terus merenungkan
ucapan Kwe Cing tadi: "jangan salah membunuh orang baik!
jangan salah membunuh orang baik?" sementara itu ia melihat
sang paman terkepung rapat oleh pasukan Mongol ia pikir:
"Sebabnya Kwe-pepek terkepung musuh sekarang adalah
karena dia tidak mau salah membunuh orang baik-baik.
Padahal rakyat ini bukan sanak kadangnya, tapi dia toh
menyelamatkan mereka tanpa menghiraukan jiwa sendiri,
Lantas apa sebabnya dia mencelakai ayahku?"
Ia memandangi pertempuran sengit di luar benteng itu,
tapi dalam hati terus memikirkan teka-teki yang sukar
dipecahkan ini : "Dia dan ayah adalah saudara angkat, dengan
sendirinya hubungan mereka lain daripada yang lain, tapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
akhirnya toh Kwe-pepek mencelakai jiwa ayah, apakah ayahku
memang orang busuk yang sama sekali tak dapat diampuni?"
Selama hidup Nyo Ko tidak pernah melihat ayah-bundanya
sendiri, sejak kecil ia membayangkan sang ayah adalah
seorang pendekar budiman, gagah berani, seorang lelaki sejati
di dunia ini, kalau mendadak dia disuruh mengakui ayahnya
adalah orang busuk, betapapun dia tak dapat terima.
Padahal samar-samar dalam lubuk hatinya sudah lama
terasa bahwa ayahnya jauh untuk dibandingkan Kwe-pepek,
cuma setiap kali kalau timbul pikiran demikian selalu ia
menekannya sekuatnya dan sekarang perasaan ini mau takmau
timbul pula dalam benaknya.
Dalam pada itu medan perang di bawah sana masih
berlangsung dengan sengit, suara hiruk pikuk menggelegar
menggetar bumi, rombongan Kwe Cing tampak menerjang
kian kemari, tapi tetap sukar menembus kepungan musuh.
Cu Cu-liu dan kedua saudara Bu masing-masing siap
memimpin suatu pasukan hendak keluar benteng untuk
membantu, tiba-tiba terdengar suara tiupan tanduk yang
keras dan sahut menyahut, kembali empat pasukan Jian jin-tui
Mongol menerjang tiba pula.
Cara Kubilai mengatur pasukannya memang lain daripada
yang lain, asalkan pintu gerbang benteng dibuka untuk
mengeluarkan bala bantuan, maka pasukan Mongol yang
sudah siap itu segera akan menyerbu masuk kota.
Keruan Lu Bun-hoan kebat-kebit ketakutan, cepat ia
memberi perintah agar pintu gerbang jangan dibuka.
Diperintahkan pula dua regu perajurit khusus berjaga di pintu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
gerbang, siapa yang berani membuka pintu segera akan
dibinasakannya.
Suasana diluar dan didalam benteng menjadi kacau balau,
macam-macam pikiran juga bertarung seru dalam benak Nyo
Ko, sebentar ia berharap Kwe Cing dilalap saja oleh
pertempuran gaduh itu, lain saat ia berharap pula agar sang
paman berhasil mendobrak kepungan musuh.
Tiba-tiba kelihatan pasukan Mongol rada kacau, beriburibu
perajurit berkudanya tersiak mundur laksana gelombang
surut, dengan sebatang tumbak panjang Kwe Cing memacu
kudanya keluar dari kepungan disertai barisan orang-orang
gagah yang dipimpinnya itu, mereka terus menerjang sampai
di bawah tembok benteng, Ketika dekat pintu benteng, Kwe
Cing terus memutar balik berjaga di belakang pasukan, di
mana tumbaknya menyamber, beberapa perajurit dan perwira
Mongol lantas terjungkal dari kudanya. Melihat betapa
lihaynya Kwe Cing, seketika pasukan Mongol itu menahan
kuda mereka dan tak berani terlalu mendekat.
Pertahanan kota Siangyang boleh dikatakan tiada artinya
tanpa Kwe Cing, maka Lu Bun-hoan menganggap Kwe Cing
sebagai tulang punggungnya, ia sangat girang melihat Kwe
Cing lolos dari kepungan musuh, cepat ia berseru membuka
pintu gerbang.
Tapi pintu gerbang itu hanya dibuka selebar Satu-dua
meter saja dan cuma cukup dimasuki suatu penunggang kuda
saja, para ksatria itu ber turut-urut lari ke arah pintu dan
menyelinap masuk satu persatu.
Melihat siasat mereka gagal total, pasukan MongcI tidak
tinggal diam, panji komando Kubilai tampak bergerak, dua
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pasukannya lantas menyerbu tiba dari kanan-kiri pintu
gerbang.
"Lekas masuk, Kwe-tayhiap, kita tidak menunggu orang
lain lagi!" seru Lu Bun-hoan kuatir.
Tapi sebelum seluruh anak buahnya selamat, mana Kwe
Cing mau masuk benteng lebih dulu, ia berbalik menerjang
kembali ke sana dan membinasakan dua jago Mongol yang
mengudak paling dekat.
Namun pasukan besar sungguh seperti gelombang
samudera saja di medan perang itu, betapapun tinggi ilmu
silat Kwe Cing juga sukar menahan terjangan pasukan besar
itu.
Melihat keadaan sangat berbahaya, Cu Cu-liu yang berdiri
diatas benteng cepat menurunkan seutas tali panjang dan
berseru: "Naik ke sini, adik Kwe!"
Waktu menoleh, Kwe Cing melihat anggota Kay-pang yang
terakhir sudah berhasil menyelinap masuk pintu gerbang, tapi
ada balasan perajurit Mongol sempat ikut menerjang ke
dalam, Segera regu penjaga pintu sibuk menghalau musuh
disamping berusaha menutup pintu gerbang sekuatnya!
perlahan-lahan daun pintu benteng yang tebalnya lebih,
setengah meter itu dapatlah dirapatkan.
Mendadak Kwe Cing membentak keras-keras, tumbaknya
membinasakan seorang musuh, berbareng itu ia terus
meloncat ke atas dan berhasil berpegang pada tali yang
dijulurkan Cu Cu-liu tadi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan cepat Cu Cu-liu menarik talinya ke atas, seketika
tubuh Kwc Cing terapung beberapa meter tingginya ke atas.
"Gunakan panah!" segera Ban-hu tiang pasukan Mongol
yang memimpin pertempuran itu memberi komando, dalam
sekejap saja be-n"bu2 anak panah terus menyamber ke arah
Kwe Cing.
Namun sebelumnya Kwe Cing juga sudah
memperhitungkan kemungkinan ini,- ia sudah menanggalkan
jubahnya, dengan tangan kanan berpegangngan tali, tangan
kiri memegang jubahnya terus diputar dan dikebutkan
sekuatnya laksana sebuah perisai raksasa. Hanya kuda
tunggangannya tadi yang menjadi korban, berpuluh anak
panah bersarang di badan binatang itu hingga mirip landak.
Cu Cu-liu terus menarik talinya dengan cepat dari semakin
tingginya Kwe Cing terkerek ke atas, tampaknya tinggal
beberapa meter lagi dia akaa mencapai benteng, pada saat
itulah tiba-tiba di tengah pasukan MongoI itu muncul seorang
Hwesio besar dengan berjubah kuning emas, siapa lagi dia
kalau bukan Kim-lum Hoat-ong.
Dari seorang perwira Mongol di sebelahnya Hoat Ong
mengambil busur dan panahnya, ia tahu kepandaian Cu Cu-liu
dan Kwe Cing sangat tinggi kalau memanah mereka tentu
tidak berhasil maka anak panah yang dibidikkan itu justeru
mengincar tali yang mengerek Kwe Cing ke atas itu.
Tindakan Kim-lun Hoat-ong ini sungguh keji, anak panah
itu menyambar bagian tali yang sukar dicapai oleh Cu Cu-liu
dan Kwe Cing sehingga kedua orang sukar menangkisnya.
Malahan Kim-lun Hoat-ong kuatir kalau kedua orang itu
mendadak menggunakan cara aneh untuk mematahkan
serangannya, maka cepat ia susulkan pula panah kedua dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ketiga, panah kedua mengincar Cu Cu-liu dan panah ketiga
mengarah Kwe Cing.
"Plok", dengan tepat panah pertama telah mengenai tali
sehingga putus, sedangkan panah kedua dan ketiga juga
menyambar secepat kilat ke arah sasarannya. Dan karena
talinya putus, dengan sendirinya tubuh Kwe Cing anjlok ke
bawah sehingga dia terluput dari panah ketiga, sedangkan Cu
Cu-liu merasa tangannya yang memegang tali itu mendadak
menjadi ringan, ia berseru kaget dan tahu-tahu panah kedua
juga sudah menyambar tiba.
Panah ini kuat luar biasa, jelas pemanahnya memiliki
tenaga dalam yang lihay, Cu Cu-liu tahu di atas benteng
penuh berjubel orang, baginya tidak sulit untuk menghindar
tapi akibatnya panah itu pasti akan mengenai orang di
belakangnya, Cepat ia gunakan dua jarinya untuk menyampuk
pelahan pada batang panah itu sehingga anak panah itu
terjatuh ke bawah.
Sementara itu Kwe Cing terkejut ketika merasa tali yang
mengereknya ke atas itu putus, ia tidak cidera sekalipun
terjatuh ke bawah benteng tapi terjeblos di tengah kepungan
musuh sebesar itu, betapapun sukar baginya untuk menerjang
keluar.
Sementara itu pasukan musuh sudah berada di depan
pintu gerbang kota, kalau dari dalam benteng dikirim keluar
bala bantuan, kesempatan itu pasti akan digunakan pasukan
Mongol untuk menyerbu ke dalam kota.
Dalam keadaan demikian Kwe Cing tidak dapat berpikir
banyak lagi, mendadak sebelah kakinya menutul dinding
benteng sehingga tubuhnya terapung ke atas, menyusul kaki
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang lain memancal pula dan begitu sejenisnya kedua kaki
bergantian memanjat.
Ilmu "naik tangga langit" yang hebat ini jarang yang bisa,
andaikan bisa juga setiap panjatan itu hanya sanggup naik
satu-dua meter saja ke atas, tapi Kwe Cing memanjat dinding
benteng yang halus licin itu, bahkan sekali naik dapat tigameter
tingginya, sungguh kepandaian yang luar biasa dan
mengejutkan seketika suasana di atas dan di bawah benteng
menjadi sunyi senyap ber-ribu2 pasang mata sama
memandang Kwe Cing seorang..
Kim-lun Hoat-ong terperanjat akan kelihayan Kwe Cing itu,
ia tahu ilmu naik tangga langit kekuatannya terletak pada
loncatan ke atas secara sekaligus, asal sedikit merandek dan
kendur, langkah selanjutnya menjadi sulit dan gagal. Maka
cepat ia membidikkan panah pula ke punggung Kwe Cing,
secepat kilat anak panah itu terus menyambar ke sasarannya.
"Jangan memanah!" serentak pasukan kedua pihak sama
berteriak. Rupanya mereka menjadi sangat kagum
menyaksikan kehebatan Kwe Cing itu dan semua berharap dia
akan dapat mencapai benteng dengan selamat Meski pasukan
Mongol itu adalah musuh, tapi merekapun menghormati
ksatria dan pahlawan gagah, serangan secara tidak jujur itu
menimbulkan rasa ketidak adilan mereka.
Ketika merasakan panah menyamber dari belakang
dengan kuat, diam-diam Kwe Cing mengeluh, terpaksa ia
membaliki tangan untuk menyampuk panah. Sampukan ke
belakang dengan tepat membuat panah itu mencelat pergi,
serentak bergemuruhlah sorak sorai pujian atas ketangkasan
Kwe Cing itu. Akan tetapi di tengah suara riuh ramai itu pula
tubuh Kwe Cing telah rada merandek, puncak benteng yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tertinggal beberapa meter lagi ternyata tak dapat dicapainya
lagi.
Ketika pasukan kedua pihak bertempur dengan sengit, hati
Nyo Ko juga bertentangan seperti pertempuran di medan
perang, dilihatnya Kwe Cing terancam bahaya, sekilas timbul
beberapa kali pikiran Nyo Ko: "Dia adalah musuhku, harus
kubunuh dia atau tidak?"
Waktu Kwe Cing sudah hampir mencapai benteng, asalkan
Nyo Ko menghantamnya sekali dari atas, dalam keadaan
terapung di udara Kwe Cing pasti akan terluka dan jatuh
binasa, Tapi sedikit ragu saja, Kwe Cing sudah terperosot lagi
ke bawah oleh panah Kim-lun Hoat-ong, dalam keadaan
pikiran kacau, Nyo Ko mendadak memegang kutungan tali di
tangan Cu Cu-liu itu terus menubruk ke bawah benteng dan
syukur sebelah tangannya masih keburu mencengkeram
tangan Kwe Ceng.
Perubahan kejadian ini cepat luar biasa, tapi Cu Cu-liu
adalah murid It-teng Taysu, betapa cepat dan tangkas
tindakannya, tanpa ayal ia terus menarik sekuatnya kutungan
tali yang masih ditangannya itu. sekali sendal, segera Nyo Ko
dan Kwe Cing terangkat ke atas, laksana dua ekor burung
raksasa kedua orang lantas melayang di udara?
Menyaksikan kejadian luar biasa itu, pasukan kedua pihak
seketika melongo kesima.
Dalam keadaan "terbang" di udara, Kwe Cing merasa
penasaran kalau tidak dapat membalas kelicikan Hoat-ong
tadi. Dilihatnya" Hoat-ong sudah penteng busur dan hendak
memanah lagi, maka begitu dia tancapkan kaki di atas
benteng, segera ia rebut busur dan panah dari seorang
perajurit, secepat kilat iapun lepaskan panah ke arah panah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang sudah di bidikkan Hoat-ong itu, "Prak", panah Kim-lun
Hoat-ong tertembak patah menjadi dua. Ketika Hoat-ong
melengak kaget "creng", tahu-tahu busur yang dipegangnya
juga patah, oleh panah berikutnya yang dilepaskan Kwe Cing.
Sebenarnya kepandaian Kwe Cing dan Kim-lun Hoat-ong
boleh dikatakan seimbang, tapi waktu kecilnya Kwe Cing
pernah mendapat pelajaran memanah dari Cepe, si pemanah
sakti kesayangan Jengis Khan, ditambah tenaga dalam Kwe
Cing sendiri maha kuat, maka kepandaiannya memanah
sungguh sukar dicari bandingannya di dunia ini, dengan
sendirinya pula Kim-lun Hoat-ong bukan tandingannya. Berturut-
urut tiga kali, panah pertama mematahkan panah lawan,
panah kedua mematahkan busur dan panah ketiga segera
dilepaskan pula dengan mengincar panji kebesaran Kubilai.
Panji itu sedang ber-kibar2 tertiup angin dan tampaknya
sangat angker di tengah ber-ratus2 ribu perajurit itu,
mendadak anak panah menyambar tiba dan tepat
memutuskan tali panji itu, seketika panji kebesaran Kubilai itu
melorot ke bawah dari tiangnya, serentak pula pasukan kedua
pihak berteriak-teriak gemuruh.
Menyaksikan kelihayan Kwe Cing itu, pula semangat
tempur pasukan sendiri sudah runtuh, cepat Kubilai memberi
perintah pasukan mundur.
Kwe Cing berdiri di atas benteng dan menyaksikan
pasukan Mongol mundur dengan teratur, dengan disiplin yang
sangat kuat, sedikitpun tidak kacau, tanpa terasa ia menghela
napas dan mengakui kehebatan pasukan Mongol yang sukar di
tandingkan pasukan Song itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Teringat kepada situasi negara, ia menjadi sedih dan
mengkerut kening.
Setelah mengundurkan pasukannya hingga ber-puluh li
jauhnya, diam-diam Kubilai merenungkan pula akal
menggempur Siangyang, ia pikir dengan adanya Kwe Cing
jelas kota itu sukar dibobolkan.
Melihat Kubilai termenung, Kim-lun Hoatong lantas
berkata: "Yang Mulia menyaksikan sendiri kalau bocah she
Nyo itu tidak menolongnya, jelas jiwa Kwe Cing sudah
melayang di bawah panahku. Memang sudah kuduga bahwa
bocah she Nyo itu adalah manusia yang tak dapat dipercaya.
"Belum tentu begitu halnya," ujar Kubilai. "Bisa jadi Nyo Ko
ingin membunuh sendiri orang she Kwe itu untuk membalas
sakit hati ayahnya, maka ia tidak ingin musuhnya mati
ditangan orang lain,"
Meski Kim-lun Hoat-ong tidak sependapat tapi iapun tidak
berani membantah, terpaksa iapun menyatakan semoga
begitulah hendaknya.
"Mundurnya pasukan Mongol sudah tentu membuat girang
Lu Bu-hoan, ia mengadakan perjamuan besar pula untuk
merayakan kemenangan itu. Sekali ini Nyo Ko juga diundang
sebagai tamu terhormat, semua orang sama memuji betapa
gagah beraninya menolong Kwe Cing itu. .
Kedua saudara Bu juga ikut hadir dalam pesta itu, melihat
Nyo Ko baru datang sudah lantas berjasa, mereka merasa iri.
Mereka menjadi kuatir pula setelah peristiwa ini Kwe Cing
akan semakin berniat menjodohkan anak perempuannya
kepada Nyo Ko, hati mereka menjadi kesal.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selesai pesta itu, Ui Yong mengundang Nyo Ko keruangan
dalam untuk menemuinya, iapun memberi pujian dengan
kata-kata halus.
"Ko-ji," kata Kwe Cing, "Tadi kau terlalu keras
menggunakan tenaga, apakah dadamu sekarang terasa sakit?"
- Rupanya dia kuatir kalau Nyo Ko akan tambah parah
penyakitnya setelah semalam mengalami gangguan latihan
Lwekang.
Kuatir Ui Yong akan mengusut lebih lanjut apa yang terjadi
semalam, cepat Nyo Ko menyatakan tidak apa-apa dan segera
pula membelokkan pembicaraan, katanya: "Kwe-pepek,
kepandaianmu memanjat dinding benteng itu sungguh luar
biasa dan tiada bandingannya."
"Sudah beberapa tahun aku tidak berlatih kepandaian itu
sehingga gerak gerikku rada kaku, maka hampir terjadi
malapetaka tadi," ujar Kwe Cing tersenyum. "Sungguh tidak
nyana ilmu yang kupelajari dari Ma-toliang di Mongol dahulu
dapat dimanfaatkan sekarang. Kalau kau suka, Hehehe
kuajarkan ilmu itu padamu nanti."
Ui Yong dapat melihat sikap Nyo Ko yang kikuk, waktu
bicara juga seperti sedang memikirkan sesuatu, meski semua
orang menyaksikan anak muda itu menyelamatkan sang suami
dengan sepenuh tenaga, tapi ia tetap waswas, katanya
kemudian "Engkoh Cing, malam ini kurasa kurang enak badan,
hendaklah kau suka menjaga di sini."
Kwe Cing lantas ingat pesan sang isteri, segera ia
mengangguk setuju lalu katanya kepada Nyo Ko: "Ko-ji, tentu
kau sudan lelah, bolehlah kau kembali ke kamar untuk
mengaso."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah kembali ke kamamya, Nyo Ko duduk termenung
menghadapi meja, sementara itu sudah dekat tengah malam,
memandangi api lilin yang sebentar terang sebentar gelap itu,
macam pikiran berkecamuk dalam benaknya.
Tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu yang pelahan,
suara Siao-liong-li mendesir di luar. "Belum tidur kau?"
Dengan girang Nyo Ko lantas membuka pintu. dilihatnya
Siao-liong-li sudah berdiri di depan pintu dengan baju hijau
pupus dan wajah berseri "Ada urusan apa, Kokoh?" tanya Nyo
Ko.
"Aku ingin menjenguk kau," jawab Siao-liong-li dengan
tertawa.
"Akupun merindukan kau," ujar Nyo Ko dengan suara
lembut dan menggenggam tangan si nonar pelahan keduanya
lantas ke taman bunga.
Tetumbuhan di taman bunga itu jarang-jarang saja,
namun bunga sedap malam mekar semerbak me-ngasyikkan,
Siao-liong-li memandang rembulan yang menghiasi cakrawala,
katanya kemudian dengan suara lirih. "Apakah kau harus
membunuhnya dengan tanganmu sendiri? Rasanya waktu
sudah sangat mendesak."
Cepat Nyo Ko mendesis: "Ssst, jangan mempersoalkan ini,
hati-hati dengan mata telinga yang tak kelihatan di sini."
Siao-liong-li menatap anak muda itu dengan kesima,
katanya kemudian: "Jika bulan sudah bulat nanti, maka tibalah
batas waktu 18 hari."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sembilan hari sejak ia berpisah dengan Kiu-Jian-jio, kalau
dalam satu-dua hari ini tak dapat membunuh Kwe Cing dan Ui
Yong, maka sukar kembali lagi ke Coa-cengkok sebelum racun
dalam tubuhnya bekerja, ia menghela napas dan bersama
Siao-Iiong-li mengambil tempat duduk pada sepotong batu
besar. Keduanya berhadapan dengan bungkam, namun kasih
mesra yang timbul dalam hati sukar dibendung, seketika
keduanya melupakan urusan permusuhan dan pertempuran
segala.
Lewat lama dan lama sekali, tampaknya sang dewi malam
sudah mulai mendoyong ke barat, malam sunyi dengan hawa
yang dingin, tiba-tiba di balik gunung-gunungan sana ada
suara kaki orang, dua orang mendatangi cuma tidak kelihatan
karena teraling oleh semak bunga, Terdengar suara seorang
gadis berkata: "Jika kau mendesak aku lagi, lebih baik kau
gorok leherku saja dengan pedangmu agar aku terhindar dari
penderitaan."
"Hm, hatimu bercabang, memangnya kau sangka aku
tidak tahu?" terdengar seorang lelaki menjawab "Begitu bocah
she Nyo itu datang ke sini, segera ia pamer kepandaian
didepan orang banyak, tentu saja segala sumpah setia dimasa
lalu telah kau lupakan semua,"
Dari suara mereka itu jelas ialah Kwe Hu dan Bu Siau-huan
berdua. Siao-liong-Ii mencebir kepada Nyo Ko, maksudnya
mencemoohkan anak muda itu yang digilai oleh gadis di mana
saja dia berada.
Nyo Ko tersenyum, ia tarik Siao-liong-li lebih rapat dengan
dirinya dan memberi tanda agar jangan sampai bersuara,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
maksudnya akan mendengarkan lebih lanjut percakapan Kwe
Hu berdua.
Tampaknya Kwe Hu menjadi marah setelah mendengar
ucapan Bu Siu-bun tadi, dengan suara keras ia menjawab:
"Jika begitu, anggaplah apa yang kita bicarakan dahulu cuma
omong kosong saja, Biarlah nanti kupergi sejauhnya,
selamanya takkan bertemu dengan Nyo Ko, kitapun takkan
bertemu selamanya."
Lalu terdengar suara kebasan baju, mungkin Bu Siu-bun
ingin menarik lengan baju Kwe Hu, tapi nona itu telah
mengebutkannya dengan keras.
Dengan suara marah Kwe Hu berkata pula: "Kenapa kau
pegang2 segala? Orang datang atau tidak peduli apa dengan
aku?" Andaikan ayah ibu menjodohkan aku kepadanya, biar
matipun aku tidak mau menurut. Kalau ayah memaksa aku,
segera aku minggat saja. Hm, sejak kecil si Nyo Ko sombong
meremehkan diriku hm, aku justeru tidak memandang sebelah
mata padanya, Ayah selalu menganggap dia anak baik, hm,
aku justeru anggap dia bukan manusia baik-baik."
Dengan girang Bu Siu-bun lantas membumbui: "Benar,
benar, bocah itu memang congkak dan mengira dunia ini dia
punya, Adik Hu, anggaplah aku yang salah omong, harap
engkau jangan marah. selanjutnya aku takkan sembarangan
omong lagi, kalau berbuat begini lagi, biarlah aku menjelma
menjadi.... menjadi kura2." - Lalu ia bergaya seperti kura
merangkak.
Dari nada ucapan Kwe Hu itu, meski omelannya pada Bu
Siu-bun itu membuat anak muda itu bertambah menyembah
di telapak kakinya, tapi hati nona itu tampaknya juga sayang
padanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terdengar Bu Siu-bun berkata pula: "Subo (ibu guru)
paling sayang padamu, asalkan kau memohon bantuannya
dan beliau berjanji takkan menjodohkan kau pada bocah she
Nyo itu, maka Suhu pasti tak dapat berbuat apa-apa"
"Hm, kau tahu apa" jengek Kwe Hu, "Meski ayah suka
menuruti kehendak ibu, tapi kalau meng-hadapi urusan
penting, biasanya ibu selalu mengikuti kemauan ayah."
"Oh, langkah bahagiaku jika kaupun begitu" terdengar
ucapan Bu Siu-bun dengan menghela napas.
Mendadak terdengar suara "plok" disertai jerit kesakitan
Bu Siu-bun, serunya: "He, kenapa kau memukul aku?"
"Habis, mengapa kau bicara seenakmu?" omel Kwe Hu.
"Aku tidak sudi pada si Nyo Ko, akupun takkan menjadi isteri
monyong macammu ini."
"Bagus, baru sekarang kau bicara blak2an kau tidak sudi
menjadi isteriku, tapi lebih suka menjadi isteriku kakakku,
ingin kukatakan... ingin kukatakan..." tapi saking gugupnya Bu
Siu-bun tidak sanggup melanjutkan.
Tiba-tiba nada ucapan Kwe Hu berubah halus, katanya:
"Bu-jiko, kau baik padaku, ini sudah kau katakan beratus dan
beribu kali dengan sendirinya kutahu perasaanmu yang
sungguh-sungguh itu, Meski kakakmu tidak pernah
menyatakan isi hatinya padaku, tapi akupun tahu dia jatuh
hati padaku, Nah, jadi betapa sulitku menghadapi kalian ini,
siapapun antara kalian kupilih, satu di antara kalian tentu akan
kecewa dan berduka. Kau sayang padaku dan memanjakan
diriku, tapi kau tidak pernah tahu betapa serba salahku
menghadapi hal ini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sejak kecil Bu Tun-si dan Bu Siu bun ditinggalkan ayahbundanya,
hubungan kakak beradik itu selamanya sangat
baik, tapi akhir2 ini keduanya sama-sama jatuh cinta pada
Kwe Hu sehingga- timbul perang dingin antara mereka.. Maka
Bu Siu bun tidak enak bicara lagi demi Kwe Hu menyinggung
tentang kakaknya itu. Karena gugup dan cemas air matapun
berlinang2.
Kwe Hu ambil saputangan dan dilemparkan kepada anak
muda itu, katanya pula dengan gegetun: "Bu-jiko, kita
dibesarkan bersama, aku hargai kakakmu, tapi aku lebih cocok
dengan tutur katamu, Terhadap kalian berdua sama sekali aku
tidak membeda-bedakan, jika sekarang kau memaksa aku
bicara terus terang, coba kalau kau yang menjadi aku, lalu
cara bagaimana kau akan bicara?"
"Aku tidak tahu," ujar Siu-bun. "Aku cuma ingin katakan
padamu, kalau kau dipersunting orang lain, maka aku takkan
hidup lagi."
"Baiklah, malam ini sudah cukup. Siang tadi ayah
bertempur mati-matian, tapi kita malah bicara hal yang tidak
penting di sini, kalau diketahui ayah tentu kita akan diomeli.
Bu-jiko, ingin kukatakan bagimu, jikalau kau ingin memperoleh
pujian dari-ibuku, mengapa kau tidak berjuang dan berjasa,
sebaliknya setiap hari hanya merecoki diriku saja, bukankah
kau akan dipandang enteng oleh ayah."
"Benar!" seru Bu Siu-bun sambil melonjak. "Akan kubunuh
Kubilai untuk membebaskan Siang-yang dari kepungan
musuh, setelah berhasil masakah kau takkan terima
lamaranku?"
"Jika begitu kau berjasa sebesar itu, andaikan aku tidak
mau juga tidak bisa," ujar Kwe Hu dengan tertawa, "Namun di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sekeliling Kubilai tidak sedikit pengawal2 lihay, melulu seorang
Kim-lun Hoat-ong saja sukar dilawan, sebaiknya kau jangan
berkhayal dan pergilah tidur saja."
Akan tetapi Bu Siu-bun sudah mempunyai perhitungan
sendiri, ia pandang pula wajah Kwe Hu yang molek itu, lalu
berkata: "Baiklah. kaupun lekas tidur saja." - ia melangkah
pergi beberapa tindak tiba-tiba menoleh dan berkata pula:
"Adik Hu malam ini kau mimpi atau tidak?"
"Mana aku tahu?" jawab Kwe Hu tertawa.
"Jika bermimpi, coba kau terka apa yang kau impikan?"
tanya Siu bun. .
"Besar kemungkinan aku akan mimpi melihat seekor
monyet kecil" ujar Kwe Ku dengan tersenyum.
Girang sekali Bu Siu-bun, ia tahu kata-kata "monyet" itu
adalah kata olok-olok si nona padanya, Maka melangkah
pergilah dia dengan setengah berjingkrak.
Siao-liong-Ii dan Nyo Ko saling pandang dengan
tersenyum mengikuti roman kedua muda-mudi itu. Betapapun
mereka merasa bangga pada cinta sendiri yang sukar
dibandingi oleh cinta kasih antara Bu Siu-bun dan Kwe Hu
yang tidak menentu itu.
Setelah Siu-bun pergi, Kwe Hu berduduk sendirian sambil
termenung memandangi rembulan. Selang agak lama, ia
menghela napas panjang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan cara bagaimana Kwe Cing dan Ui Yong meruntuhkan
niat Nyo Ko yang akan membunuhnya itu?
Dapatkah Kwe Cing mempertahankan kota Siangyang dari
gempuran pasukan Mongol
(Bacalah jilid ke 32)
Jilid 32
Pada saat itulah tiba-tiba dari balik gunungku muncul
seorang dan menegurnya: "Apa yang sedang kaupikirkan, adik
Hu?" Kiranya ialah Bu Tun-si.
Nyo Ko dan Siacliong-li terkesiap, kiranya dibalik gununggunungan
sana masih ada lagi seorang, dapat diperkirakan
sudah sejak tadi Bu Tun si berada di situ lebih dulu daripada
Nyo Ko berdua, kalau tidak, mustahil Nyo Ko berdua tidak
mengetahui kedatangannya..
Dengan mengomel Kwe Hu menjawab: "Kau selalu main
sembunyi. Tentunya sudah kau dengar semua percakapanku
dengan Bu-jiko bukan?"
Bu Tun-si mengangguk ia berdiri agak jauh di depan Kwe
Hu, tapi sorot matanya penuh rasa cinta yang tak terhingga.
Kedua orang terdiam sampai sekian lama, kemudian Kwe
Hu bertanya: "Apa yang hendak kau katakan padaku?"
"O, tidak apa-apa. tanpa kukatakan juga kau sudah tahu,"
ujar Bu Tun-si sambil melangkah pergi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyata watak kedua saudara Bu itu sama sekali berbeda,
yang satu pendiam dan yang lain banyak omong, Kwe Hu
termangu-mangu mengikuti kepergian Bu Tun-si itu hingga
lenyap di balik gunung-gunung an sana, ia pikir alangkah
baiknya jika di dunia ini tidak ada Bu tua dan Bu muda itu
melainkan cuma ada seorang saja, ia menghela napas
gegutun. Dilihatnya rembulan sudah semakin men-doyong ke
barat, ia lantas kembali kekamarnya.
Sesudah Kwe Hu pergi Nyo Ko tanya Siao-liong-li dengan
tertawa: "Jika kau menjadi dia, kau pilih yang mana?"
Siao-Iiong-li berpikir sejenak, kemudian menjawab: "Pilih
kau."
"Aku di luar hitungan," ujar Nyo Ko dengan tertawa "Nona
Kwe sedikitpun tidak suka pada-ku, tidak mungkin aku terpilih
Yang ku maksud-kan jika kau menjadi nona Kwe lalu kau pilih
mana antara kedua saudara Bu itu?"
Siao-liong-li terdiam dan membandingkan kedua saudara
Bu itu, tapi akhirnya ia menjawab: "Aku tetap memilih kau."
Nyo Ko menjadi geli dan terharu pula, Di-rangkulnya Siaoliong-
li dan berkata dengan suara lembut: "Ya, orang lain
selalu berbimbang hati, namun Kokohku hanya menyukai
diriku saja."
Begitulah kedua orang itu terus terduduk mengobrol di situ
dengan perasaan bahagia, sementara itu fajar sudah
menyingsing tetap merasa berat untuk berpisah.
Tiba-tiba datang seorang centing memberitahu bahwa Kwe
Cing mengundang Nyo Ko untuk merundingkan sesuatu
urusan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat centing itu rada gugup dan tergesa-gesa, Nyo Ko
pikir pasti ada urusan penting, ia coba tanya: "Apakah paman
Kwe sudah lama mencari aku?"
"Ya, kedua Bu-siauya mendadak menghilang," tutur
centing itu, "Tentu saja Kwe-toaya dan Kwe-hujin sangat
kuatir, nona Kwe juga menangis saja tadi."
Nyo Ko terkejut, segera iapun paham duduknya perkara,
tentu kedua saudara Bu itu bersaing merebut hati Kwe Hu dan
sama-sama ingin berjasa besar, maka mereka telah menuju ke
kemah pasukan musuh dengan tujuan membunuh Kubilai..
Cepat Nyo Ko menuju ke ruangan dalam dan melihat Ui
Yong duduk di sebelah sana dengan cemas, Kwe Cing tampak
berjalan mondar mandir, sedangkan Kwe Hu tampak
mengucek matanya yang merah bendol, Diatas meja tertaruh
dua batang pedang.
Melihat kedatangan Nyo Ko, segera Kwe Cing berkata:
"Ko-ji, apakah kau tahu untuk apa kedua saudara Bu itu pergi
ke kemah pasukan musuh? Antara kalian mungkin ada
pembicaraan apa-apa, bisa jadi sebelumnya kau telah
mengetahui sesuatu kehendak mereka?"
"Tapi siautit tidak melihat sesuatu tanda mencurigakan
atas diri kedua adik Bu itu," tutur NyoKo. "Mungkin mereka
ikut sedih-karena kepungan musuh yang sudah sekian
lamanya, maka mereka sengaja menyusup ke markas pasukan
musuh, jika mereka berhasil membunuh seseorang panglima
musuh, kan suatu jasa juga."
Kwe Cing menghela napas, katanya sambil menuding
kedua pedang di atas meja: "seumpama maksud tujuan
mereka memang baik, tapi sesungguhnya mereka terlalu tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tahu diri, senjata mereka saja dirampas orang dan sengaja
dikirim ke sini"
Hal ini rada di luar dugaan Nyo Ko, dia memang sudah
menduga maksud tujuan kedua saudara Bu itu pasti gagal,
sebab kepandaian mereka jelas bukan tandingan Kim-lun
Hoat-ong, Siau-siang-cu dan lain-lain. Tapi tidak menyangka
dalam waktu sesingkat itu senjata mereka sudah dikirim
pulang oleh musuh.
Kwe Cing mengambil sepucuk surat yang tertindih dibawah
pedang itu dan disodorkaa kepada Nyo Ko agar membacanya,
Kiranya surat itu dari Kim-lum Hoat ong yang ditujukan
kepada Kwe Cing, isinya menyatakan bahwa kedua saudara
Bu kepergok olehnya dan sementara menjadi tamu
kehormatan pihak Mongol, untuk itu Kwe Cing diundang agar
suka berkunjung ke sana sekedar omong2, habis itu dapatlah
kedua muridnya itu dibebaskan.
Walaupun nada surat itu sangat ramah, namun jelas
maksudnya kedua saudara Bu itu dijadikan sebagai sandera,
hanya kalau Kwe Cing datang sendiri barulah kedua anak
muda itu dapat dilepaskan.
"Bagai mana pendapatmu?" tanya Kwe Cing setelah Nyo
Ko membaca surat itu.
Nyo Ko cukup cerdik, ia tahu Ui Yong jauh lebih pintar
daripada dia, tindakan apa yang harus dilakukan masakah
nyonya itu tidak tahu? Bahwa sekarang dirinya diundang ke
sini, maksudnya pasti tidak lain agar dia mau mengiringi Kwe
Cing ke markas musuh, Setiba di sana, sekalipun Kim-lun
Hoat-ong dan kawannya dapat mengalahkan Kwe-Cing, tapi
untuk membunuh atau menangkapnya rasanya sulit.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dah jika dirinya dan Kokoh ikut pergi membantu, pasti
sang paman akan dapat meloloskan diri.
Akan tetapi segera berpikir pula olehnya? tapi kalau aku
dan Kokoh mendadak berbalik memiha sana, maka untuk
membunuhnya boleh dikatakan teramat mudah, seumpama
aku tidak tega membinasakan dia dengan tanganku sendiri,
kan tidak jelek jika kupinjam tangan Hoat-ong dan lain-lain
untuk mencelakai dia?"
Berpikir deraikian, ia tersenyum dan berkata: "Kwe-pepek,
baiklah aku dan Suhu mengiringi engkau ke sana, Kwe-pekbo
sudah pernah menyaksikan paduan pedang kami dapat
mengalahkan Kim-lun Hoat-ong, kalau kita bertiga pergi
bersama, rasanya musuh tidak mampu menahan kita."
Dengan girang Kwe Cing berkata: "Sungguh kecerdikanmu
sukar dibandingi kecuali bibimu, Memang begitulah maksud
bibimu mengundang kau ke sini."
Diam-diam Nyo Ko menjengek biarpun bibimu secerdik
setan juga sekali tempo akan terjungkal di tanganku, Namun
dia tenang-tenang saja dan menjawab: "Urusan tidak boleh
terlambat, marilah kita berangkat saja sekarang, Aku dan
Suhu menyamar sebagai kacungmu agar musuh tidak
menaruh curiga apa-apa."
Kwe Cing menyatakan setuju, ia berpaling dan berkata
kepada sang isteri: "Yong-ji, kau jangan kuatir, ada Ko-ji dan
nona Liong mendampingiku ke sana, apapun yang terjadi kami
akan pulang aku ke sini dengan selamat," -Habis ini segera ia
suruh mengundang Siau-Iiong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba Ui Yong berkata: "Tidak, maksudku cuma Ko-ji
saja yang mengiringi kau ke sana. Nona cantik molek seperti
nona Liong jangan kita membiarkan dia ikut menyerempet
bahaya, Aku ingin dia tinggal disini bersamaku."
Nyo Ko melengak, akan tetapi ia lantas paham
maksudnya, nyata sang bibi juga waswas padanya, maka
Siao-liong-li sengaja ditahan sebagai sandera agar dia tidak
berani berbuat sembarangan.
Agar tidak menimbulkan curiga, Nyo Ko juga tak mendesak
agar Siao-liong-lj harus ikut, ia hanya diam saja. Tapi Kwe
Cing lantas berkata: "Ilmu pedang nona Liong hebat luar biasa
kalau dia ikut pergi tentu akan banyak menambah kekuatan
kita,"
"Badanku terasa kurang enak, mungkin akan melahirkan
dalam sehari dua ini, kalau nona Liong tinggal disini, tentu aku
takkan kuatir apa-apa" . ujar Ui Yong.
"Benar, benar," ujar Kwe Cing, "Ko-ji, marilah kita
berangkat."
Nyo Ko merasa kewalahan mengadu kepintaran dengan Ui
Yong, tapi Kwe Cing yang jujur dan polos itu pasti bukan
tandingan dirinya, setelah dibereskan di tempat musuh sana,
nanti kembali lagi ke sini untuk menolong Siao-Iiong-Ii kiranya
tidak sukar. Maka ia lantas meringkasi pakaiannya dan ikut
berangkat bersama Kwe Cing.
Nyo Ko menunggang kudanya yang kurus itu, sedangkan
Kwe Cing menunggang kuda merah kesayangannya, Kedua
ekor kuda itu dapat berlari cepar, tidak sampai setengah jam
mereka sudah sampai di markas besar pasukan Mongol.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar kedatangan Kwe Cing, Kubilai terkejut dan
bergirang, cepat ia mengundangnya masuk ke dalam kemah.
Kwe Cing tercengang ketika melihat seorang pangeran
muda berduduk di tengah kemah, mukanya lebar dan daun
kupingnya besar, kedua matanya cekung, ternyata mirip sekali
wajah ayahnya,yaitu Tulai. Kwe Cing jadi teringat pada
persaudaraannya dengan Tulai di masa muda dahulu. Tanpa
terasa matanya menjadi merah dan hampir meneteskan air
mata.
Cepat Kubilai meninggalkan tempat duduknya dan
memberi hormat kepada Kwe Cing, katanya, "Mendiang
ayahku sering berceritera tentang keperkasaan paman Kwe
dan sangat kagum luar biasa, kini dapat berjumpa dengan
paman, sungguh bahagia bagiku."
Kwe Cing membalas hormat dan berkata "hubunganku
dengan Tulai Anda (anda - saudara angkat dalam bahasa
MongoI), laksana saudara sekandung, waktu kecil kami ibu
dan anak-bernaung dibawah lindungan haycou (Jengis Khan)
dan telah banyak menerima bantuan beliau. Siapa duga
ayahmu yang gagah perwira itu mendadak wafat dalam usia
muda, sungguh aku sangat menyesal dan ikut berduka cita."
Ucapan Kwe Cing yang sunguh2 dan tulus itu membikin
hati Kubilai terharu juga, segera ia-pun memperkenalkan Siausiang-
cu, In Kik-si dan lain-lain, Kwe Cing disilakan duduk
pada tempat yang paling terhormat, sedangkan Nyo Ko berdiri
di belakang Kwe Cing dan pura-pura tidak kenal dengan
semua orang.
Kim-lun Hoat-ong dan lain-lain tidak tahu maksud tujuan
ikut sertanya Nyo Ko ini, tapi merekapun tidak menegurnya
ketika melihat anak muda itu tidak menggubris mereka, hanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Be Kong-co saja, dasarnya memang orang dogol, segera ia
berseru: "Eh, Nyo-heng..."
Belurn lanjut ucapannya, mendadak In Kik-si mencubit
sekerasnya pada pantat Be Kong-co, saking kesakitan Be
Kong-co menjerit, akan tetapi In Kik-si lantas berpaling ke
sana dan tidak menggubrisnya, karena tidak tahu siapa yang
menyakitinya, Be Kong-co, ngomel dan marah-marah sehingga
lupa menyapa Nyo Ko.
Setelah minum secawan arak susu kuda khas Mongok
segera Kwe Cing bermaksud tanya tentang kedua saudara Bu,
namun Kubilai sudah lantas berseru kepada anak buahnya.
"Lekas mengundang kedua tuan Bu ke sini."
Para pengawal mengiakan, tidak lama Bu-Tun-Si dan Bu-
Siu-bun tampak digusur masuk, Kaki dan tangan diikat dengan
tali kulit, tali kulit yang bagian kaki panjangnya tidak lebih dari
setengah meter sehingga terpaksa kedua anak muda itu harus
melangkah dengan pelahan.
Melihat sang guru berada disitu, kedua saudara Bu itu
terkejut dan malu, mereka memanggil "Suhu", lalu menunduk
dan tidak berani membuka suara.
Sebenarnya Kwe Cing sangat marah pada kecerobohan
tindakan kedua anak muda itu, tapi demi melihat pakaian
mereka lusuh, badan berlepotan darah, suatu tanda mereka
mengalami pertarungan sengit dan akhirnya baru tertawan,
pula melihat kedua orang itu diringkus secara mengenaskan,
dari rasa gusar Kwe Cing menjadi merasa kasihan kepada
mereka, ia pikir meski tindakan mereka terlalu sembrono, tapi
tujuannya luhur demi bangsa dan negara, betapapun jiwa
patriotik mereka harus dipuji. Maka dengan suara halus ia
lantas berkatai "Orang persilatan adalah jamak mengalami
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berbagai gemblengan jiwa dan raga serta mengalami berbagai
kegagalan, semua ini bukan soal apa-apa"
Kubilai pura-pura mengomeli anak buahnya: "Sudah
kuperintahkan melayani kedua tuan Bu ini dengan baik,
mengapa kalian berlaku sekasar ini, lekas membuka ikatan
mereka."
Anak buahnya mengiakan dan segera hendak membuka
tali kulit yang meringkus kedua saudara Bu itu. Namun tali
kulit itu sangat kencang, apalagi sebelumnya telah dibasahi
dengan air sehingga sukar dibuka begitu saja. Segera Kwe
Cing mendekatinya, ia pegang tali kulit yang mengisi di dada
Bu Tun-si dan dibetotnya ke kanan-kiri, "plok", seketika tali
kulit itu putus, menyusul ia-pun putuskan tali ikatan di tubuh
Bu Tun-si dengan cara yang sama.
Cara Kwe Cing memutuskan tali kulit itu tampaknya sangat
mudah, tapi sebenarnya sukar dilaksanakan jika tak memiliki
tenaga dalam yang kuat. Siau-siang-cu, Nimo Singh dan lainlain
saling pandang sekejap, dalam hati masing-masing sama
bertambah waswas.
"Lekas bawakan arak dan meminta maaf kedua tuan Bu,"
seru Kubilat kepada anak buahnya.
Dalam hati Kwe Cing mulai menimang bahwa pertempuran
ini pasti takkan berakhir dengan damai, sebentar pasti terjadi
pertempuran sengit, kalau kedua saubara Bu itu tidak lekas
pergi tentu akan menjadi beban malah baginya.
Segera Kwe Cing berbangkit dan memberi hormat kepada
Kubilai dan para hadirin katanya "Terima kasihku kepada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ongya dan saudara2 sekalian yang telah memberi pengajaran
atas kelancangan murid-muridku ini."
Lalu ia berpaling kepada kedua saudara Bu: "Nah, lekas
kalian pulang dan lekas beritahukan kepada Subo bahwa di
sini aku berjumpa dengan putera saudara angkatku, sebentar
lagi aku pulang setelah berbincang dengan sahabat lama ini."
"Tapi Suhu..." karena sudah kapok menghadapi musuhmusuh
tangguh, Bu Siu-bun menjadi kuatir juga atas
keselamatan Kwe Cing.
Tapi Kwe Cing lantas melambaikan tangannya dan
membentak : "Lekas pergi kalian! Lapor kepada Lu-ciang-kun
bahwa pertahanan perlu diperkuat apapun yang bakal terjadi
jangan sekali-kali pintu gerbang dibuka untuk menjaga
sergapan musuh secara mendadak."
Ucapan Kwe Cing itu lantang lagi berwibawa dan sengaja
diperdengarkan kepada Kubilai dan anak buahnya, artinya
kalau sampai terjadi apa-apa atas diri Kwe Cing, betapapun
kota Siangyang tetap harus dipertahankan.
Kedua saudara Bu tahu arti pesan sang guru, mereka tak
berani bicara lagi dan segera memohon diri untuk pulang ke
Siangyang.
Dengan tertawa kemudian Kubilai berkata: "Mungkin
paman Kwe belum tahu bahwa kedua saudara itu datang ke
sini hendak membunuh diriku?"
Kwe Cing mengangguk, jawabnya: "Ya, sebelumnya aku
memang tidak tahu, dasar anak kecil, terlalu sembrono."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Memangnya sudah kuduga pasti paman Kwe tidak
mengetahui perbuatan mereka, kuyakin paman Kwe pasti
takkan menyuruh mereka berbuat demikian mengingat
hubungan baik paman dengan mendiang ayahku," kata
Kubilai.
"Belum tentu begitu," ujar Kwe Cing tegas. "Urusan dinas
harus diutamakan daripada urusan pribadi. Dahulu Tulai Anda
juga pernah memimpin pasukannya menyerbu Siangyang,
waktu itu akupun punya pikiran hendak melakukan
pembunuhan gelap terhadap kakak angkat sendiri agar
pasukan musuh dapat digempur mundur.
Tapi kebetulan Thaycou jatuh sakit, terpaksa pasukan
Mongol mundur kembali ke wilayah sendiri, karena itu
persaudaraanku dengan Tulai Anda tetap terpelihara dengan
baik. Di jaman dahulu, seorang pahlawan tega membunuh
anggota keluarga sendiri demi kesetiaannya kepada negara,
kalau anggota keluarga saja boleh dibunuh, apalagi cuma
sahabat atau saudara angkat"
Hati Nyo Ko tergetar mendengar ucapan tegas dan
sungguh-sungguh itu, pikirnya: "Pantas saja, memangnya
membunuh saudara angkat adalah kebiasaannya, Entah
mendiang ayahku itu berbuat kekalahan apa sehingga tewas
di tangannya, Wahai Kwe Cing, apakah dalam hidupmu sendiri
selamanya tak pernah berbuat sesuatu kesalahan?" BegituIah
rasa dendam dan bencinya seketika timbul lagi dalam
benaknya.
Ternyata Kubilai sama sekali tidak marah atas ucapan Kwe
Cing tadi, ia menanggapi dengan tersenyum: "Jika begitu,
mengapa paman Kwe bilang kedua muridmu tadi terlalu
sembrono?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Mengapa tidak," jawab Kwe Cing. "Kepandaian mereka
masih cetek, mereka tidak tahu diri dan melakukan
pembunuhan gelap, tentu saja gagal, Bahwa mereka pasti
akan gagal bukan soal, yang pasti kau menjadi tambah
waspada dan untuk selanjutnya tentu sukar jika hendak
membunuh kau."
Kubilai bergelak tertawa, ia pikir Kwe Cing ini terkenal
polos dan kurang mahir bercakap, tapi nyatanya kata-katanya
ini teramat tajam.
" Padahal Kwe Cing hanya bicara sesuai dengan
kenyataannya, apa yang dia pikirkan saat itu segera
dikatakannya." Kim-lun Hoat-ong merasa kagum juga melihat
sikap Kwe Cing yang tanpa gentar itu meski berada di tengah
pasukan musuh.
Begitu juga Kubilai sangat senang dan menyukai tokoh
macam Kwe Cing ini, ia pikir kalau orang ini dapat dirangkul
menjadi pembantuku, maka nilainya jauh melebihi sepuluh
buah kota Siangyang.
Segera ia berkata pula: "Paman Kwe, saat ini kerajaan
Song sedang kemelut, rajanya dan rakyatnya sengsara,
banyak pembesar dorna berkuasa secara se-wenang2. Paman
Kwe sendiri adalah ksatria yang gagah perkasa, mengapa
engkau sudi diperbudak oleh raja lalim dan pembesar dorna
itu?"
Mendadak Kwe Cing berdiri dan berseru: "Se-jeIek2nya
orang she Kwe mana kusudi diperalat oleh kaum dorna dan
raja lalim. Soalnya aku benci kepada orang Mongol yang
menjajah wilayah negeri kami dan melakakan keganasan
tanpa batas. Darah mendidih dalam rongga dadaku ini
bergolak siap berkorban bagi bangsa dan negaraku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus?" seru Kubilai sembil menggebrak meja. "Marilah
kita minum satu cawan bagi keperwiraan paman Kwe." - Habis
ini lantas mendahului menenggak habis semangkuk arak susu
kuda.
Walaupun tidak semuanya setuju atas sikap Kubilai itu,
tapi terpaksa semua orang mengiringi minum satu mangkuk.
Segera para pengawal menuangkan lagi mangkuk yang sudah
kosong itu.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru