Rabu, 19 April 2017

Cerita Silat Sebelas Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko

Cerita Silat Sebelas Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
-Cerita Silat Sebelas Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko

Cara begitulah mereka bertanding dari fajar menyingsing
sampai lewat lohor, lambat laun Ang Chit-kong merasakan
tenaga dalamnya mulai "kering", sebaliknya daya tekanan
lawan masih terus menerus membanjir seperti gelombang
ombak yang tiada habis-habisnya.
"Celaka, Si Racun tua ini semakin gila ternyata semakin
lihay, hari ini jiwa Lokiauhoa (pengemis tua) bisa melayang di
sini," diam-diam Chit-kong mengeluh.
Nyata ia sudah menduga pertarungan ini bakal kalah,
sayangnya tiada jalan buat melepaskan diri, terpaksa ia
bertahan sekuatnya, Tak ia sangka, keadaan Auwyang Hong
pun sudah bagai pelita yang kehabisan minyak, tinggal
sirapnya saja. Kedua orang menjadi sama-sama mengeluh dan
sukar dipisahkan lagi kecuali diakhiri dengan "mati atau hidup"
Setelah dua jam lagi, hari sudah mulai sore, seluruh
tenaga yang ada pada Ang Ching-kong sudah dikeluarkan
semua tanpa ketinggalan "setetes" pun. Begitu juga Auwyang
Hong sudah napas lemah dan tenaga habis.
Nampak wajah kedua jago tua itu berubah hebat, Nyo Ko
menaksir sebentar lagi kedua orang itu pasti akan gugur
bersama, tetapi kalau maju buat memisahkan mereka, rasanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ilmu silat sendiri masih terlalu jauh selisihnya, kalau sampai dibentur
kembali oleh tenaga dalam mereka, mungkin ia sendiri
bisa terluka parah kalau tidak mampus.
Karena itulah ia menjadi ragu-ragu. Tetapi bila
menyaksikan air muka Auwyang Hong yang tampak sangat
menderita, napas Ang Chit-kong juga memburu senin-kemis,
betapapun Nyo Ko tak tega, ia ambil keputusan: "Sekalipun
harus mati, biarlah kutolong mereka"
Segera ia samber sebatang kayu, ia mendekati tengah
kedua orang tua itu dan duduk bersila, ia turuti inti pelajaran
Lwekang yang pernah diperolehnya dari Siao-liong-li dan
kumpulkan tenaga buat melindungi seluruh tubuhnya sendiri.
habis itu, sambil kuatkan hatinya mendadak ia ulur kayu tadi
terus mencungkit ke tengah-tengah kedua pentung orang.
Sungguh tak pernah diduga bahwa mencungkitnya ini
sedikitpun ternyata tak makan tenaga, ketika tenaga dalam
kedua jago tua itu kontak melalui batang kayunya dan kena
ditangkis Lwekang yang sudah dia kumpulkan, segera dapat
dipatahkan dengan gampang saja.
Kiranya itu disebabkan sisa tenaga kedua orang tua itu
sudah lapuk dan tiada artinya lagi. Meski ilmu silat Se-tok dan
Pak-kay (Si Racun dari Barat dan Si pengemis dari Utara)
setinggi langit, namun setelah dikuras selama beberapa hari
dalam pertandingan mati-matian ini, sisa tenaga mereka
hanya buat serang seorang biasa saja sukar melukainya,
apalagi melawan si Nyo Ko?
Maka tertampaklah kedua orang tua itu men-doprok ke
tanah dengan lemas, muka mereka pucat seperti mayat dan
tak bisa berkutik lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hai, Ang-locianpwe, Ayah, baik-baikkah kalian?" teriak
Nyo Ko kuatir.
Akan tetapi bernapas saja kedua orang tua itu merasa
sulit, apalagi menjawabnya?
Nyo Ko hendak angkat mereka ke dalam gua, namun Ang
Chit-kong telah goyang kepalanya pelahan.
Nyo Ko tahu luka kedua orang itu terlalu berat, maka tak
berani lagi geser mereka, malam itu iapun tidur di tengahtengah
kedua orang, ia kuatir tengah malam jangan-jangan
keduanya bangun saling labrak lagi. Padahal hendak
sembuhkan luka dengan menjalankan lwekang saja susah,
mana mungkin mereka sanggup bertempur pula?
Besok paginya, setelah Nyo Ko mendusin, ia lihat napas
kedua orang tua itu terempas-empis, keadaan mereka lebih
buruk dari pada kemarinnya, keruan saja pemuda ini sangat
kuatir, lekas-lekas ia panggang beberapa singkong lagi dan
layani mereka makan.
Setelah dilolohi makanan sedikit, sampai hari ketiga,
semangat kedua jago tua itu baru mulai rada baik, ber-turuturut
Nyo Ko pindahkan mereka ke dalam gua, ia taruh yang
satu di sebelah timur dan yang lain sebelah barat, ia sendiri
tidur di tengah-tengah sebagai "garis pemisah".
Cara begitulah mereka beristirahat beberapa hari Karena
Ang Chit-kpng memang doyan makan, maka pulihnya pun
lebih cepat sebaliknya sehari-hari Auwyang Hong hanya
bungkam saja dengan muka muram, Nyo Ko ajak bicara
padanya, iapun tak menjawab.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hari itu, ketika kedua orang itu rebah berhadapan tiba-tiba
Ang Ching-kong berteriak pada Auwyang Hong: "Hai, Ha-mo
busuk, kau menyerah padaku belum?"
"Menyerah apa?" sahut Auwyang Hong. "Masih banyak
ilmu kepandaianku yang belum kukeluarkan, kalau sempat
kumainkan semua, pasti aku akan hajar kau hingga kau minta
ampun."
"Haha, sungguh kebetulan, akupun masih banyak ilmu
silat yang belum dikeluarkan," kata Ang Chit-kong dengan
ketawa lebar. "Pernah tidak kau mendengar Pak-kau-panghoat?"
Auwyang Hong terkesiap oleh pertanyaan itu, pikirnya:
"Ya, menurut Cerita, pangcu dari Kay-pang memiliki sejurus
Pak-kau-pang-hoat, kalau dimainkan bukan maki lihaynya.
Tetapi dalam pertarungan sengit dengan aku tadi, selamanya
belum dikeluarkannya, agaknya dia cuma omong kosong saja,
atau kalau tidak, hakekatnya ia tak bisa memainkan ilmu
tongkat itu."
Karena pikiran itu, segera ia menjengek: "Hm, Pak-kaupang-
hoat apa gunanya?"
Di lain pihak Ang Chit-kong menjadi menyesal juga kenapa
tidak mengeluarkan ilmu permainan tongkatnya yang sakti itu
pada waktu bertarung sengit kemarinnya, kalau sampai Pakkau-
pang-hoat dikeluarkan, pasti Se-tok sudah dia robohkan,
cuma sayang karena terlalu percaya pada kemampuan sendiri,
bahwa tidak usah dengan ilmu pusaka Kay-pang itu juga bisa
menang atas lawannya, siapa tahu akibatnya berakhir dengan
ke-ke-dua2-nja sama-sama luka parah, Kini hendak
dikeluarkan namun tenaga sudah habis, sedang orang telah
menjengek padanya, tentu saja ia penasaran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba tergerak kecerdasannya, ia menggapai Nyo Ko ke
dekatnya, lalu dengan bisik-bisik ia tanya pemuda ini: "Aku
adalah penjabat ketua Kay-pang yang lalu, apa kau tahu?"
Nyo Ko memanggut tanda tahu. Memang dari imam-imam
Coan-cin-kau di Tiong-yang-kiong dahulu ia pernah
mendengar bahwa pejabat Pangcu dari Kay-pang yang dulu
Kiu-ci-sin-kay Ang Chit-kong, si pengemis sakti berjari
sembilan, ilmu silatnya tiada taranya, jiwanya jujur berani,
adalah seorang gagah kesatria pada jaman itu.
"Sekarang juga ada sejurus ilmu silat akan kuajarkan
padamu," demikian kata Ang Chit-kong pula, "Cuma ilmu silat
ini selamanya hanya diturunkan pada Pangcu perkumpulan
pengemis dan tidak diajarkan pada orang luar, Tapi lantaran
ayah angkatmu itu berani pandang rendah padaku, aku justru
ingin kau unjukkan ilmu silat ajarannya ini padanya."
"Jika ilmu silat Lociapwe ini tak boleh diturunkan orang
luar, biar Tecu tak pelajari saja," sahut Nyo Ko. "Pikiran ayah
angkatku belum jernih, haraplah Locianpwe jangan
sepandangan dengan dia."
"Tidak, meskipun kau sudah pelajari gerak-gerik tipu silat
ini, tetapi kalau belum paham rahasia menggunakan
tenaganya, di saat menghadapi musuh akan tiada gunanya
juga," kata Ang Chit-kong lagi sambil goyang kepala, "Kini
akupun tidak suruh kau gunakan ilmu ini buat pukul ayah
angkatmu, cukup asal kau goyangi tangan dan geraki kaki
menurut gaya yang kukatakan, tentu ia akan paham. Oleh
sebab itu tak bisa dikatakan kuajarkan kepandaian ini
padamu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun Nyo Ko masih ragu, pikirnya : "Kalau ilmu silat ini
adalah pusaka Kay-pang, belum pasti ayah angkatku sanggup
menangkisnya, lalu mengapa aku bantu kau buat
mengalahkan ayah angkat sendiri?"
Oleh sebab itu, ia tetap menolak dengan alasan tak ingin
pelajari ilmu pusaka Kay-pang yang dibanggakan itu.
Rupanya Ang Chit-kong dapat meraba apa yang dipikirkan
Nyo Ko, maka kepada Auwyang Hong ia berteriak: "Hai, katak
busuk, anak angkatmu tahu kalau kau tak bisa lawan aku
punya Pak-kau-pang-hoat, maka ia tak berani pertunjukkan
cara-caranya padamu."
Auwyang Hong menjadi gusar oleh pancingan ini.
"Jangan kuatir, Nak, akupun masih banyak ilmu sakti yang
belum dipergunakan lekas kau tunjukkan menurut ajarannya
padaku, kenapa harus takut ?" demikian teriaknya.
Karena didesak sini dan dipaksa sana, Nyo Ko menjadi
serba salah, terpaksa ia mendekati Ang Chit-kong untuk
menantikan pelajaran apa yang hendak diturunkan padanya.
Ang Chit-kong suruh Nyo Ko jemput sebatang kayu, lalu ia
jelaskan caranya sebuah tipu lihay dari Pak-kau-pang-hoat
yang disebut "pang-tah-siang-kau" atau sekali pentung dua
anjing.
Dasar Nyo Ko memang cerdas, sekali belajar lantas bisa,
segera pula ia pertunjukkan gerak tipu itu menurut cara-cara
yang diajarkan Ang Chit-kong itu.
Melihat gerak tipu serangan pentung pemukuI anjing ini
sangat aneh dan nyata memang lihay, seketika Auwyang Hong
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menjadi susah mendapatkan jalan untuk mematahkannya,
setelah ia pikir sejenak, kemudian baru dia katakan suatu
gerak tipu juga pada Nyo Ko.
Nyo Ko menurut, ia pertunjukkan menurut apa yang
dikatakan Auwyang Hong itu.
"Bagus," dengan tersenyum Ang Chit-kong memuji, "dan
sekarang satu tipu lagi."
Lalu iapun ajarkan sebuah tipu pula pada Nyo-Ko dari Pakkau-
pang-hoat.
Dan begitulah seterusnya, kedua jago tua itu bertanding
secara tak langsung, hanya menggunakan mulut saja dengan
Nyo Ko sebagai "penyambung lidah", Karena sama lihaynya,
sampai hari sudah petang baru belasan jurus saja
berlangsung, walaupun begitu, bagi Nyo Ko sudah terlalu
payah hingga keringat gemerobyos. Maka untuk sementara
pertandingan ditunda.
Besok paginya pertandingan dilanjutkan lagi. Tidak sampai
lohor, 36 jurus ilmu pentung pemukuI anjing sudah selesai
dikeluarkan Ang Chit-kong, tetapi meski ilmu pentung itu
hanya 36 jurus saja, namun perubahan2 ikutan tiap-tiap tipu
gerakannya ternyata hebat dan tiada habis-habisnya. Sampai
akhirnya, waktu yang dipakai berpikir Auwyang Hong buat
menangkis gerak serangan itu semakin panjang, jika
pertandingan dilangsungkan sungguh-sungguh dan tipu
serangan datangnya susul-menyusul secara cepat, mana ia
bisa menggunakan otaknya secara begitu bebas ?
Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa meski lama
berpikir, namun setiap kali tipu-tipu tangkisannya juga selalu
luar biasa bagusnya, baik untuk menjaga diri maupun buat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
balas menyerang, hal inipun bikin Ang Chit-kong sangat
kagum.
Secara begitulah pertandingan lain dari yang lain itu terus
berlangsung selama tiga hari, sampai petang hari keempat,
Ang Chit-kong sudah katakan pada Nyo Ko tipu perubahan
terakhir dari 36 jurus ilmu pentung pemukul anjing yang
disebut "boat-jau-keng-coa" atau menyontek rumput kejutkan
ular, ini adalah tipu ikutan terakhir dari Pat-kau-pang-hoat
yang paling lihay, menurut teori ilmu silat sudah pasti tiada
jalan buat mematah-kannya, dengan sendirinya Auwyang
Hong pun sukar hendak menangkisnya.
Malamnya ia guIang-guling tak bisa pulas, semalam
suntuk ia peras otak memikirkan cara menangkis tipu terakhir
Ang Chit-kong yang lihay itu.
Besok paginya, belum Nyo Ko mendusin atau tiba-tiba
terdengar Auwyang Hong telah berteriak-teriak: "Ha, bisa,
bisa, begini caranya ! Nak, kau boleh gunakan tipu ini untuk
patahkan serangannya!"
Suaranya terdengar begitu bersemangat, tetapi juga
tersengal-sengal.
Mendengar suaranya rada aneh, waktu Nyo Ko pandang
muka orang, sungguh kejutnya bukan buatan.
Kiranya usianya Auwyang Hong sudah lanjut, tetapi karena
Lwekangnya terlatih dalam sekali, maka rambut dan kumisnya
hanya sedikit putih kelabu saja, siapa tahu karena terlalu
memeras otak semalam saja, tahu-tahu seluruh alis, kumis
dan rambutnya kini menjadi putih semua, seketika orangnya
seperti bertambah tua berpuluh tahun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Berduka sekali hati Nyo Ko melihat keadaan orang tua itu,
ia bermaksud memohon Ang Chit-kong agar jangan
meneruskan pertandingan, sebaliknya terus-menerus Auwyang
Hong telah mendesak lagi, mau-tak-mau terpaksa ia
pertunjukkan pula tipu ciptaan baru dalam semalam oleh
Auwyang Hong ini.
Demi nampak tipu baru ini, seketika muka Ang Chit-kong
menjadi pucat bagai mayat, memangnya ia sudah
menggeletak di tanah dan sukar berkutik, kini entah mengapa
dan darimana datangnya tenaga, sekonyong-konyong ia
melompat bangun terus menubruk ke arah Auwyang Hong
sambil berteriak: "Haha, Si Racun tua, Auwyang Hong,
Lokiauhoa hari ini betul-betul takluk padamu!"
Dan begitu saling bergumul, Ang Chit-kong merangkul
erat-erat tubuh Auwyang Hong.
Terkejut sekali Nyo Ko oleh kejadian itu, ia sangka orang
bermaksud mencelakai ayah angkat-nya, lekas ia tarik-tarik
punggung pengemis tua itu, siapa tahu rangkulannya malah
semakin kencang hingga tak dapat ditarik lepas sedikitpun.
"Hahaha, Auwyang Hong, si Racun tua, tak nyana kau bisa
mendapatkan tipu serangan lihay yang baru ini, hari ini
Lokiauhoa betul-betul menyerah. Bagus, Auwyang Hong,
bagus!" demikianlah Ang Chit-kong masih terus berteriakteriak
sambil terbahak-bahak.
Memangnya umur Auwyang Hong sudah tua, ditambah
lagi pertarungan sengit selama beberapa hari dan semalam
suntuk memeras otak, hal ini sudah bikin semangatnya lemah
dan tenaga habis, kini mendadak dengar Ang Chit-kong
berseru namanya "Auwyang Hong" sampai beberapa kali,
mendadak seperti sinar refleksi yang membalik, otaknya yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
miring seketika waras kembali, kejadian selama berpuluh
tahun tiba-tiba seperti sebuah cermin yang menerangi alam
pikirannya dan seakan-akan terpentas di depan matanya.
"Haha! Ya, ya! Aku adalah Auwyang Hong, aku Auwyang
Hong! Hahahaaaa!" demikian kemudian iapun ketawa
terbahak-bahak, suaranya lantang bagai bunyi genta dan
sangat menusuk telinga.
Tertampaklah kedua kakek ubanan saling rangkulmerangkul
sambil ketawa terbahak-bahak tiada hentinya.
Selang tak lama, suara tertawa mereka makin lama makin
rendah dan makin lemah, sampai akhirnya mendadak pun
berhenti, lalu tak bergerak lagi kedua orang tua itu.
Luar biasa kejut Nyo Ko melihat keadaan itu.
"Ayah, ayah! Locianpwe, Lociapwe!" demikian ia berteriakteriak,
tetapi tiada seorangpun yang menyahut.
Waktu ia tarik lengan Ang Chit-kong, mendadak tubuh
orang tua ini dengan gampang saja dapat ditariknya terus
ambruk, nyata orangnya sudah tak bernyawa lagi
Ketika ia periksa Auwyang Hong, serupa saja, orang tua
inipun sudah berhenti bernapas.
Meski suara tertawa kedua orang tadi sudah berhenti tapi
pada wajah mereka masih terlukiskan senyuman, di antara
lembah gunung sayup-sayup masih terdengar juga suara
tertawaan mereka yang berkumandang membalik.
Begitulah lelakon dua jago tua, Pak-kay dan Se-tok atau Si
Pengemis dari Utara dan Si Racun dari Barat, satu baik dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang lain jahat, selama puluhan tahun mereka saling berkelahi
dan tidak pernah ada yang terkalahkan siapa duga kini bisa
tewas bersama di puncak teratas Hoa-san.
Selama hidup kedua orang itu saling membenci dan
bermusuhan, tetapi pada ajalnya sebaliknya saling rengkul
sambil ketawa terbahak-bahak, rupanya benci dan dendam
selama puluhan tahun itu telah tamat terbawa oleh suara
tertawaan mereka yang terakhir itu !
Seketika itu Nyo Ko malah menjadi bingung, teringat
olehnya Ang Chit-kong pernah tidur selama tiga hari tiga
malam, kini kedua orang tua ini jangan-jangan juga mati
buatan? Tetapi kalau melihat keadaannya, agaknya bukanlah
mati palsu.
"Ah, lebih baik anggap dia palsu, daripada menyangkanya
sungguh-sungguh," demikian akhirnya Nyo Ko ambil
keputusan.
Lalu ia pindahkan mayat kedua jago tua itu ke dalam gua,
ia sendiri menjaga di situ selama 7 hari 7 malam, sampai
akhirnya wajah kedua mayat itu sudah mulai berubah barulah
pemuda ini mau percaya orang sudah mati sungguh-sungguh.
Ia menangis tergerung-gerung, kemudian ia gali dua liang
dalam gua itu dan kubur kedua jago kosen dunia persilatan
itu.
Waktu ia keluar gua ia lihat bekas-bekas tapak kaki di atas
salju dimana Ang Chit-kong menem-pur Auwyang Hong kini
sudah membeku menjadi es. Bekas tapak kakinya masih,
namun orangnya sudah masuk liang kubur, Menghadapi bekas
tapak kaki ini, Nyo Ko jadi terbayang pada pertarungan kedua
jago tua itu tempo hari, tanpa terasa ia berduka pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ia masuk gua pula, di depan kuburan kedua jago tua itu ia
berlutut dan menjura masing-masing empat kali.
"Ayah angkat meski hebat, tapi apapun juga memang
masih selisih setingkat dengan Ang-locian-pwe. Di waktu Pakkau-
pang-hoatnya menyerang, ayah harus memeras otak
berpikir sejenak baru bisa mematahkan tipu pukulannya, jika
pertarungan itu dilangsungkan secara sungguh-sungguh,
sudah tentu ia tak diberi kesempatan untuk memikir semaunya!"
demikian Nyo Ko membatin.
Sesudah menghela napas terharu, kemudian ia pun cari
jalan buat turun ke bawah gunung,
Turunnya ke bawah gunung sekarang ini dilakukan Nyo Ko
dengan seenaknya saja, iapun tidak beda2kan timur atau
barat, utara atau selatan, yang terpikir olehnya hanya bumi
seluas ini melulu aku sendirilah yang sebatangkara, biar aku
terlunta-lunta ke mana saja, kalau sudah tiba ajalnya, biarlah
di mana aku rebah, di situlah aku mati.
Meski tinggal di atas Hoa-san tidak lebih setengah bulan,
namun bagi Nyo Ko rasanya sudah lewat beberapa tahun,
Pada waktu naik gunung ia merasa dirinya selalu dipandang
hina orang dengan penuh rasa penyesalan, tetapi kini waktu
turun gunung ia merasa segala keduniawian ini sama saja
seperti awan yang terapung di udara, biarlah orang mau
pandang berharga atau pandang hina, ada sangkut paut apa
dengan aku?
Begitulah dalam usianya semuda itu ternyata sudah timbul
semacam rasa benci pada sesamanya dan anggap sepi matihidupnya
sendiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tidak seberapa hari, tibalah dia pada suatu hutan yang
sepi di daerah Siamsay, mendadak terdengar olehnya di arah
barat gemuruh dengan suara larinya binatang dengan debu
mengepul tinggi. Tidak antara lama, beberapa ratus kuda liar
kelihatan berlari lewat di depannya dengan cepat.
Kuda-kuda liar senang hidup bebas tanpa kekangan
apapun ini membikin Nyo Ko menjadi kagum dan tertarik.
Selagi ia ikut gembira oleh kelincahan kuda-kuda liar itu, tibatiba
didengarnya di belakangnya ada suara meringkiknya kuda
lain yang lemah.
Waktu Nyo Ko berpaling, ia lihat seekor kuda kurus
menyeret sebuah kereta bermuatan kayu sedang mendatangi
dengan pelahan melalui jalan raya, agaknya kuda kurus ini
tertarik oleh sebangsanya yang hidup merdeka itu, sedang
dirinya sendiri harus susah menderita hidupnya, maka telah
meringkik sedih.
Kuda ini sudah kurus lagi tinggi, tulang-tulang iganya
sampai kelihatan nyata berderet-deret, bulu badan pun tak
rata penuh borok2, semua ini menjadikan rupanya jelek sekali
Di atas kereta itu duduk seorang laki-laki kasar, mungkin
jalan kuda kurus itu dianggapnya terlalu lambat, maka tiada
hentinya, ia ayun cambuknya memecut terus.
Selama hidup Nyo Ko sendiri sudah kenyang dihina dan
dihajar orang, kini mendadak nampak penderitaan kuda ini,
aneh, tanpa terasa timbul rasa simpatiknya, ia menjadi
"solider" melihat kuda itu dipecut terus, saking terharunya
sampai matanya merah basah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hai, kau! Kenapa kau pecut kuda ini terus?" bentaknya
gusar sambil menghadang di tengah jalan ketika kereta itu
sudah dekat.
Melihat yang merintangi adalah pemuda dengan pakaian
compang-camping dekil serupa orang minta-minta, lelaki kasar
itu anggap sepi saja atas teguran itu.
"Lekas minggir, apa kau cari mampus?" batasnya
membentak.
Lalu cambuknya diangkat, kuda kurus itu di-hujani pecutan
lagi.
Keruan Nyo Ko tambah gusar.
"Jika kau pecut kuda ini lagi, segera kubunuh kau!"
teriaknya sengit.
"Hahaha!" lelaki itu malah tertawa, berbareng pecutnya"
lantas menyabet ke atas kepala Nyo Ko.
Tentu saja pecut yang tiada artinya ini tak mungkin bisa
mengenai Nyo Ko, sekali pemuda ini ulur tangannya, segera
cambuk orang direbut-nya, bahkan ia putar kembali pecut itu,
dengan menerbitkan suara "tarrr", tiba-tiba leher lelaki tadi
kena terlibat oleh pecutnya sendiri dan kena diseret ke tanah,
menyusul Nyo Ko lantas menghujam orang dengan cambukan.
Kuda kurus itu meski jelek rupanya, tetapi seperti sangat
cerdik, melihat lelaki itu dihajar Nyo Ko, binatang ini telah
berjingkrak meringkik riang, bahkan ia gosok-gosok kepalanya
pada Nyo Ko sebagai tanda terima kasihnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Pergilah kau ke sana hidup di alam bebas!" kata Nyo Ko
kemudian setelah putuskan tali penarik kereta sambil tepuktepuk
punggung binatang itu dan menuding ke arah debu
yang beterbangan oleh karena lari gerombolan kuda liar tadi.
Tiba-tiba kuda kurus ini meringkik dan berdiri tegak, habis
ini terus lari cepat ke depan, Tapi mungkin saking lama
menderita lapar, sekarang mendadak lari keras hingga tenaga
tak cukup, maka baru belasan meter berlari, tiba-tiba kaki
belakangnya terasa lemas, lalu jatuh terbanting.
Nyo Ko merasa kasihan, ia mendekati binatang itu dan
mengangkatnya berdiri.
Nampak si Nyo Ko begitu perkasa, lelaki tadi ketakutan
setengah mati, begitu merangkak bangun, kereta dan kayunya
tak dipikir lagi, segera ia lari terbirit-birit sambil berteriakteriak
minta tolong.
Nyo Ko merasa geli oleh kelakuan orang. Lalu dicabutnya
beberapa comot rumput segar dan memberi makan kuda
kurus tadi.
"O, kuda yang harus dikasihani selanjutnya kau ikut
padaku saja," demikian Nyo Ko berkata sambil meng-elus-elus
punggung binatang iru, Nyata karena penderitaan kuda itu,
tanpa terasa timbul simpatiknya yang senasib.
Kemudian perlahan-lahan ia tuntun kuda itu menuju ke
satu kota, ia beli sedikit bahan makanan kuda agar binatang
ini bisa makan enak dan kenyang, Besok paginya kuda ini
sudah kelihatan sehat kuat dan bersemangat habis ini baru
Nyo Ko menungganginya dengan jalan perlahan-lahan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kuda buduk ini tadinya tak bisa lari kalau tidak kesandung
kakinya, tentu kepeleset jatuh, siapa tahu makin jauh berjalan
makin baik, sampai 78 hari kemudian, sesudah diberi makan
cukup hingga tenaga penuh, mulai kelihatanlab
kepandaiannya berlari secepat terbang.
Tentu saja Nyo Ko sangat girang, ia menjadi tambah
sayang dan memberi perawatan yang lebih baik.
Hari itu Nyo Ko berhenti pada suatu kedai arak untuk
tangsal perut dan suruh pelayan menyediakan semangkok
arak Tiba-tiba kudanya mendekati mejanya sambil meringkik
dan memandangi mangkok araknya itu seperti ingin minum.
Nyo Ko menjadi ketarik, ia coba berikan araknya itu sambil
mengelus leher binatang itu, Betul saja kuda itu telah pentang
mulut lebar, tanpa sungkan-sungkan sekejap saja semangkok
arak itu telah dilahap kering, habis ini ekornya men-jengkit2
dan kakinya mengetok-ngetok, tampaknya binatang ini senang
sekali.
Nyo Ko menjadi makin ketarik, ia suruh pelayan ambilkan
arak lagi, beruntun kuda itu habiskan belasan mangkok arak
dan masih belum mau sudah, rupanya pelayan kedai itu
meragukan kemampuan Nyo Ko membayar uang arak itu,
karena pakaiannya tompang-camping, maka waktu disuruh
tambah arak lagi ia telah menolak.
Waktu perjalanan dilanjutkan mungkin karena pengaruh
arak, tiba jadi itu berlari cepat seperti kranjingan setan, begitu
cepat hingga pepohonan di tepi jalan berkelebat lewat seperti
terbang saja, Malahan binatang ini seperti punya watak yang
aneh, yakni tidak pedili apa saja, asal dilihatnya ada sesuatu
binatang di depannya, pasti ia kan pentang kaki secepatnya
mendahului ke depan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Agaknya wataknya suka menang itu bukan mustahil
disebabkan karena selama ini ia dipandang rendah dan cukup
menderita segala hinaan, maka kini begitu dapat kesempatan
ia justru ingin unjuk ketangkasannya yang tidak mau kalah
dengan kuda yang lain.
Tabiat dogol demikian ini rupanya sangat cocok dengan
watak Nyo Ko, maka satu orang dan satu kuda ini telah
menjadi kawan yang sangat baik.
Tadinya Nyo Ko merasa sangat masgul dan kosong, tetapi
setelah mendapatkan kawan kuda yang membikin hatinya
riang, betapapun juga memang hati anak muda, tidak
seberapa hari ia sudah kembali gembira seperti sediakala.
Tanpa terasa sudah jalan beberapa hari, akhirnya ia ambil
jalan lama melalui Liong-kik-ce terus menuju ke Hing-ci-koan.
Sepanjang jalan bila Nyo Ko ingat waktu menggoda Liok
Bu-siang dan permainan Li Bok-chiu, kadang-kadang ia
tertawa geli sendiri di atas kudanya.
Suatu hari waktu lohor, sepanjang jalan selalu Nyo Ko
ketemukan kawanan pengemis secara ber-kelompokkelompok,
melihat sikap mereka itu jelas banyak diantaranya
adalah golongan jago silat yang tinggi
Tiba-tiba Nyo Ko terkesiap, pikirnya: "Jangan-jangan
percekcokan antara Liok Bu-siang dan kawanan pengemis ini
masih belum selesai?" Atau boleh jadi Li Bok-chiu hendak
tentukan mati-hidupnya dengan kawanan pengemis yang lagi
himpun kekuatan ini? Ha, keramaian ini tidak boleh
kulewatkan!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Teringat olehnya bahwa Ang Chit-kong adalah Pangcu
kaum pengemis yang dulu, meski tidak ketarik oleh kawanan
pengemis itu, namun teringat akan kesatriaan Ang Chit-kong
yang pernah dia lihat, tanpa terasa timbul juga perasaan
persaudaraannya dengan Kay-pang, ia pikir bila ada
kesempatan seharusnya aku beritahukan mereka tentang
wafatnya Ang Chit-kong di atas Hoa-san.
Setelah berjalan tak lama lagi, ia lihat kawanan pengemis
itu makin lama makin banyak kalau diantara pengemis itu ada
yang menggendong kantong kain, pengemis-pengemis lain
pada umumnya lantas sangat hormat padanya.
Sebaliknya melihat macamnya Nyo Ko, para pengemis itu
rada heran, jika melihat dandanan Nyo Ko, memang tiada
ubahnya seperti pengemis, tetapi diantara anggota Kay-pang
itu sekali-kali tiada orang yang naik kuda.
Namun Nyo Ko tak peduli mereka, ia tetap melarikan
kudanya dengan pelahan.
Tiba-tiba terdengar suara mencicitnya burung, dua ekor
rajawali kelihatan menukik ke depan sana.
"Ah, Ui-pangcu sudah datang, malam ini besar
kemungkinan akan ada rapat," terdengar satu pengemis di
samping Nyo Ko berkata.
"Entah Kwe-tayhiap ikut datang tidak?" sela seorang
pengemis lain.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tentu datang," ujar pengemis yang pertama tadi. "Suamiisteri
mereka adalah seperti timbangan dengan anak batunya,
yang satu tidak bisa kehilangan yang lain."
Selagi hendak meneruskan perkataannya, tiba-tiba
dilihatnya Nyo Ko menahan kuda sedang mengawasi mereka,
maka pengemis itu melotot sekejap pada Nyo Ko, lalu tutup
mulut tak jadi menyambung.
Kiranya demi mendengar nama Kwe Cing dan Ui Yong,
seketika hati Nyo Ko rada terperanjat, cuma wataknya
sekarang sudah jauh berbeda dari dulu, maka diam-diam ia
tertawa dingin: "Hm, dahulu aku makan menganggur di
rumahmu hingga kenyang dihina dan dipermainkan kalian,
Tatkala itu aku masih kecil dan tak punya kepandaian, maka
tidak sedikit pahit getir yang kurasakan. Tetapi kini aku
anggap jagat ini sebagai rumahku, tak perlu lagi aku
mengandalkan kau?"
Tiba-tiba terpikir lagi olehnya: "Ah, lebih baik aku purapura
jatuh sengsara dan pergi minta pertolongan mereka,
ingin kulihat cara bagaimana mereka melayani aku."
Lalu dicarinya tempat yang sepi, ia bikin rambutnya
menjadi kusut semrawut, ia jotos mukanya sendiri sekali
hingga ujung mata kirinya matang biru, ia cakar lagi mukanya
sendiri hingga babak belur.
Memangnya pakaiannya sudah tak necis, kini ia sengaja
dirobek pula, malahan ia mengguling beberapa kali di tanah
hingga tambah kotor, dengan macamnya ini ditambah
berjodoh dengan kuda buduk yang jelek, maka tampaknya
menjadi benar-benar seorang rudin yang sengsara dan tinggal
mampus saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selesai menyamar, dengan jalan pincang dan bikinan Nyo
Ko kembali ke jalan besar, ia tidak tunggangi kudanya lagi
melainkan jalan bersama kawanan pengemis, Kadang-kadang
ada pengemis yang menegur padanya apakah ikut pergi ke
rapat besar, Nyo Ko tak bisa menjawab, ia hanya melongo
saja. Tetapi ia tetap campurkan dirinya di antara kawanan
pengemis itu dan meneruskan perjalanan bersama mereka.
Sampai hari sudah magrib, rombongan mereka tiba sampai
di depan sebuah kelenteng besar yang bobrok, dua ekor
rajawali tadi kelihatan menghinggap di atas satu pohon besar,
sedang Bu-si Hengte sedang sibuk memberi makan pada
mereka, yang satu membawa nampan dan yang lain
lemparkan potongan daging yang berada di dalam nampan
itu.
Tempo hari waktu kakak-beradik she Bu itu menempur Li
Bok-chiu bersama Kwe Hu, pernah juga Nyo Ko menonton dari
samping, cuma waktu itu hanya Kwe Hu seorang yang dia
perhatikan maka terhadap kedua pemuda ini tak begitu diurusnya.
Kini berhadapan lagi, Nyo Ko melihat gerak-gerik Bu Tun-si
cukup tangkas dengan semangat penuh, sebaliknya Bu Siubun
enteng dan gesit, lincah tak pernah diam. Tun-si
mengenakan baju satin berwarna wungu tua, sedang Siu-bun
berbaju satin warna biru safir, pinggang mereka pakai ikat
kain sutera bersulam, maka tampaknya menjadi gagah dan
cakap.
Nyo Ko coba mendekati mereka.
"Ke... kedua Bu-heng, ter... terimalah hormatku, apa,
apa......selama ini baik-baik saja!" demikian ia menyapa
dahulu dengan suara tak lancar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tatkala itu kelenteng rusak itu baik dalam maupun luar
sudah penuh berjubel dengan kawanan pengemis yang
semuanya berpakaian penuh tambal sulam, dengan dandanan
Nyo Ko yang sudah disiapkan itu, maka tidaklah menyolok ia
bercampur diantara orang banyak.
Dan karena sapaan Nyo Ko tadi, Tun-si balas menghormat
dengan sopan, ia tak kenal siapakah orang yang menegur
dirinya ini, maka dengan sinar mata yang tajam ia coba
mengamat-amati orang.
"Siapakah saudara yang terhormat ini, maafkan aku tak
ingat Iagi," demikian sahutnya kemudian.
"Ah, namaku rendah ini tiada harganya buat disebut,
Siaute... Siaute hanya mohon bertemu dengan Ui-pangcu,"
sahut Nyo Ko merendah.
Mendengar suara orang seperti sudah pernah dikenalnya
dan selagi Tun-si hendak tanya lebih jauh, tiba-tiba
didengarnya dari dalam kelenteng itu ada suara orang
memanggil padanya.
"Toa-Bu-koko (engkoh Bu yang tua), ikal kucirmu tak
diikat dengan baik, coba lihat, sudah kusut lagi," demikian
kata suara nyaring itu.
Karena mendengar suara ini, lekas-lekas Bu Tun-si
meninggalkan Nyo Ko terus memapak ke sana.
Waktu Nyo Ko berpaling, ia lihat seorang gadis jelita
berbaju hijau muda dengan langkah lebat sedang keluar dari
dalam kelenteng, Kedua alis gadis ini panjang lentik,
hidungnya yang mancung sedikit menjengat, mukanya putih,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pipinya merah bagai pauh dilayang, siapa lagi dia kalau bukan
puterinya Kwe Cing, Kwe Hu adanya.
Dandanan Kwe Hu sebenarnya tak seberapa mewah,
hanya serenceng kalung mutiara yang dipakai di lehernya itu
yang mengeluarkan sinar mengkilap hingga wajah si gadis
tertampak lebih molek.
Hanya sekejap saja Nyo Ko pandang si gadis, segera ia
merasa dirinya terlalu kotor dan jelek, maka tak berani ia
pandang terus.
Sementara itu Bu-si Hengte sudah lantas papak datangnya
Kwe Hu, mereka menyanjung-nyanjung sebisanya, kalau
tindak tanduk Bu Tun-si sedikit membawa sifat angkuh dan
rada pegang derajat, sebaliknya Bu Siu-bun suka me-rendah2
menjilat asal dapat pujian si gadis.
Sesudah berjalan pergi beberapa langkah, tiba-tiba Tun-si
ingat lagi pada diri Nyo Ko, ia menoleh dan menanya: "Apa
kau datang menghadiri "Eng-hiong-yan" (perjamuan kaum
kesatria)?"
Sebenarnya Nyo Ko tak paham apa "Eng-hiong-yan" yang
dikatakan orang itu, namun sekenanya ia mengiakan saja.
Karena itu, Tun-si memanggil seorang pengemis dan
memesan padanya: "Sobat ini hendaklah dilayani baik-baik,
besok ajak dia pergi ke Hing-ci-koan sekalian."Habis ini, ia
asyik bicara sendiri dengan Kwe Hu dan tidak urus Nyo Ko
Iagi.
Karena pesan itu, lekas pengemis itu datang menyapa Nyo
Ko dan menanya nama orang, oleh Nyo Ko dijawab dengan
terus terang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di kalangan Bu-lim atau dunia persilatan, Nyo Ko adalah
orang yang tak dikenal namanya, dengan sendirinya pengemis
itupun tak pernah mendengar namanya, maka tak
diperhatikannya anak muda ini.
Pengemis itu mengaku bernama Ong Capsah atau Ong
nomor 13, karena urut-urutannya dalam keluarganya nomor
13, dan she Ong, maka dipanggil Ong Capsah. Di Kay-pang ia
tergolong anak murid berkantong dua.
Karena ilmu silat Ong Capsah tak tinggi, tingkatannya pun
rendah, hanya pintar bicara dan bisa bekerja cepat, maka
anak murid Kay-pang tingkatan tinggi menugaskan dia sebagai
penyambut tamu.
"Darimanakah asalnya Nyo-toako?" demikian Ong Capsah
tanya lagi.
"Baru saja datang dari barat-laut," sahut Nyo Ko.
"Eh, apa Nyo-toako anak murid Coan-cin-pay?" tanya Ong
Capsah.
"Bukan," sahut Nyo Ko tanpa pikir sambil geleng kepala.
Ya, pemuda ini sudah terlalu -benci pada Coan-cin-kau, bila
mendengar nama itu saja ia sudah kepala pusing, apalagi
suruh mengaku sebagai anak murid nya.
"Dan apakah Nyo-toako membawa Eng-hiong-tiap (kartu
undangan kesatria)?" tanya Ong Cap-sah pula.
Nyo Ko jadi tetcengang, ia tak mengerti apa "Eng-hiongtiap"
itu?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Siaute biasanya hanya luntang-Iantung merantau di
Kangouw, mana bisa disebut sebagai Enghiong?" demikian
sahutnya kemudian, "Cuma dahulu pernah bertemu muka
sekali dengan Ui-pangcu kalian, maka kini sengaja datang
menemui-nya lagi buat meminjam sedikit sangu untuk pulang
kampung."
Ong Capsah mengkerut kening mendengar keterangan itu.
"Ui-pangcu sedang sibuk menerima para kesatria dari
segenap penjuru, mungkin tiada tempo buat menerima kau,"
sahutnya kemudian sesudah berpikir sejenak.
Kedatangan Nyo Ko sekali ini memang sengaja pura-pura
rudin, semakin orang memandang rendah padanya, semakin
senang hatinya. Oleh sebab itu ia justru sengaja mohon belas
kasihannya Ong Capsah agar suka membantu.
Salah satu sikap yang dijunjung tinggi oleh orang-orang
Kay-pang yalah baik budi dan setia kawan, pula anggota Kaypang
itu semuanya berasal dari kaum tak punya, selamanya
mereka suka bantu yang lemah dan menolong yang susah,
sekali-kali tidak boleh pandang hina pada orang miskin. Oleh
sebab itulah, demi nampak Nyo Ko memohon dengan sangat,
mau-tak-mau Ong Capsah menyanggupinya.
"Baiklah, Nyo-hengte, sekarang kau makan yang kenyang
dahulu, besok pagi kita berangkat ke Hing-ci-koan bersama,"
katanya kemudian "Di sana nanti aku melapor pada Pangcu
dan terserah bagaimana keputusan beliau, baik tidak kalau
begini ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tadinya Ong Capsah menyebut Nyo Ko sebagai "Toako"
atau saudara tua, tetapi kini mendengar pemuda ini bukan
orang yang diundang menghadiri Eng-hiong-yan, pula umur
dirinya lebih tua, maka ia ganti memanggil orang sebagai Nyoheng-
te atau adik Nyo.
Di lain pihak karena orang sudah mau membantu,
berulang-ulang Nyo Ko menghaturkan terima kasinnya.
Kemudian Ong Capsah mengajak Nyo Ko masuk ke dalam
kelenteng dan membawakan daharan seperlunya.
Menurut peraturan Kay-pang, sekalipun waktu pesta pora,
cara makan para anggotanya tetap harus bikin kocar-kacir
segala macam daharan, baik ayam- daging, ikan dan lain-lain
dan baru dimakan kalau sudah berwujud seperti barang restan
orang.
Cara ini adalah tanda bahwa "kacang tak pernah lupa pada
lanjarannya", artinya tidak boleh lupa pada sumbernya, yakni
sekali pengemis tetap penge-mis, baik hidupnya dan cara
makannya, Tetapi terhadap tetamu, daharan yang mereka
suguhkan adalah biasa dan lengkap.
Begitulah, selagi Nyo Ko makan seorang diri, tiba-tiba
matanya terbeliak, ia lihat Kwe Hu masuk lagi dari luar dengan
muka berseri-seri, waktu gadis itu melihat Nyo Ko sedang
makan nasi di tepi patung Budha, tanpa melirik lagi ia ajak
bicara Bu Siu-bun dan Bu Tun-si.
"Baiklah, kita berjalan malam dan berangkat ke Hing-cikoan,"
demikian terdengar Siu-bun berkata. "Aku pergi
mengeluarkan kuda merahmu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketiga orang itu sembari bicara sambil bertindak ke
belakang, Tidak antara lama, sesudah bawa bekal dan senjata,
mereka keluar lagi kelenteng itu, lalu terdengar suara derapan
kuda yang riuh, nyata ketiga orang itu sudah berangkat.
Dengan termangu-mangu Nyo Ko mengikuti derapan kuda
yang sayup-sayup mulai menjauh, tetapi sepasang sumpitnya
masih tertancap di dalam mangkok sayur, ia tidak tahu
perasaannya waktu itu apa suka atau duka, apa sedih atau
gusar?
Besok paginya Ong Capsah datang membawanya pergi ke
Hing-ci-koan, sepanjang jalan kecuali orang-orang dari Kaypang
sendiri, tidak sedikit pula tokoh-tokoh Bu-lim yang
mereka ketemukan baik laki-laki maupun perempuan, tua atau
muda, ada yang berperawakan gagah tegap, ada yang kurus
kecil tetapi setiap orang jalannya cepat dan kuat, agaknya
semuanya diundang untuk menghadiri apa yang disebut Enghiong-
yan atau perjamuan kesatria itu.
Nyo Ko sendiri tidak tahu apa itu Eng-hiong-yan dan Enghiong-
tiap, ia menduga meski ditanya tidak nanti Ong Capsah
mau terangkan, maka ia pun tidak merecoki urusan itu,
sepanjang jalan ia hanya pura-pura bodoh dan berlagak
dungu saja.
Petangnya Nyo Ko dan Ong Capsah sudah sampai di Hingci-
koan. Kota Hing-ci-koan ini meski tempat yang penting
dalam arti kemiliteran, namun kotanya sendiri ternyata tak
begitu ramai.
Ong Capsah membawa Nyo Ko melalui kota itu dan
berjalan lagi 7-8 li, akhirnya sampai di suatu perkampungan
besar dengan gedung2 berderet-deret dilingkungi oleh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
beberapa ratus pohon wa-ringin yang rindang, Ke dalam
kampung inilah para kesatria itu masuk.
Perkampungan itu begitu besar dengan gedung
gedungnya yang sambung menyambung dan berjajar-jajar,
tampaknya kalau hanya tetamu beberapa ribu saja masih
cukup luang.
Ong Capsah sangat rendah kedudukannya dalam Kaypang,
ia tahu waktu itu Pangcu mereka terlalu sibuk, sudah
tentu tak berani ia laporkan permintaan Nyo Ko yang hendak
"pinjam sangu" segala, Maka setelah atur tempat tidurnya Nyo
Ko dan sediakan makan, kemudian ia sendiripun pergilah
mencari kawannya yang lain.
Sesudah makan, Nyo Ko lihat gedung yang begini
megahnya dengan centeng yang tidak terhitung banyaknya
hilir mudik melayani tetamu, diami ia merasa heran siapakah
tuan rumahnya, kenapa begini besar pengaruhnya ?
Dalam pada itu dapat didengarnya disampingnya ada
orang sedang berkata: "Suami isteri cengcu sendiri sedang
menyambut tetamu, marilah kita juga pergi melihat gerangan
siapa kesatria yang datang ini?"
Sementara itu di luar sana terdengar suara tambur
berdentum, lalu musik pun berbunyi para centeng berbaris di
kedua samping, ucacara pembukaan ternyata sangat meriah
dan khidmat.
Tertampak dari belakang pintu muncul satu laki-laki dan
satu perempuan yang semuanya berusia antara 40 tahun,
yang lelaki tinggi kekar pakai jubah sulam, bibirnya sedikit
berkumis, kereng berwibawa. Sedang yang perempuan
berkulit putih bersih seperti wanita bangsawan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"lni adalah Liok-cengcu dan itu Liok-hujin," demikian Nyo
Ko dengar pembicaan di antara tetamu yang hadir.
Di belakang kedua orang ini kembali adalah sepasang
suami isteri, seketika hati Nyo Ko terkesiap demi nampak
suami isteri yang belakang ini hingga mukanya serasa panas,
Mereka bukan lain ialah Kwe Cing dan Ui Yong adanya.
Selama beberapa tahun tak berjumpa, tampaknya Kwe
Cing terlebih sabar lagi sedang Ui Yong bermuka terang dan
ter-senyum2, tampaknya bertambah montok daripada dahulu
waktu di Tho-hoa-to.
Pakaian yang digunakan Kwe Cing terbuat dari kain kasar,
sebaliknya Ui Yong memakai kain sutera merah jambon, tetapi
sebagai Pangcu dari Kay-pang, menurut tradisi kaum
pengemis, terpaksa ia berikan beberapa tambalan pada
bajunya di tempat yang tak terlalu menyolok.
Di belakang Kwe Cing dan Ui Yong ikut Kwe Hu dan Bu-si
Hengte, tatkala itu ruangan besar itu terang benderang
dengan api lilin, di bawah cahaya api lilin, gadis itu tertampak
lebih cantik molek dan pemudanya bertambah gagah ganteng.
"lni adalah Kwe-tayhiap dan itu Ui-pangcu!"
"Dan nona yang cantik itu siapa lagi?"
"lalah puteri Kwe-tayhiap dan Ui-pangcu!"
"Hei dan kedua pemuda itu apa puteranya?"
"Bukan, tapi muridnya!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah percakapan di antara para tetamu sambil tunjuk
sini dan tuding sama.
Nyo Ko tak ingin berjumpa dengan Kwe Cing suami isteri
di depan orang banyak, maka ia sengaja sembunyi di belakang
seorang lelaki tinggi besar untuk mengintip.
Dalam pada itu, di bawah iringan suara musik, dari luar
telah masuk empat orang Tojin atau imam.
Nampak Imam ini, seketika timbul semacam rasa aneh
dalam hati Nyo Ko.
Kiranya yang paling depan itu adalah seorang imam yang
sudah ubanan rambut alisnya mukanya berwarna merah
hangus, ia bukan lain dari pada Kong-ling-cu Hek Tay-thong,
satu diantara Coan-cin-chit-cu, sedang di belakangnya adalah
imam wanita tua ubanan juga, imam wanita ini belum pernah
dikenal Nyo Ko. Dan di belakang mereka ini ikut pula dua
imam setengah umur dengan jalan berjajar, mereka adalah
Thio Ci-keng dan In Ci-peng.
Dengan cepat Liok-ceng-cu suami isteri sambut imam
wanita itu sambil menjura dan memanggilnya sebagai Suhu,
menyusul serta Kwe Cing suami isteri, Kwe Hu dan Bu-si
Hengte juga maju memberi hormat.
Telinga Nyo Ko cukup tajam, maka percakapan antara
para tetamu itu dapat pula diikutinya dengan terang.
"lmam wanita tua ini adalah pendekar wanita Coan-cinkau,
ia she Sun bernama Put-ji," demikian terdengar kata
seorang tua.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aha, kiranya dialah Jin-ceng Sanjin yang namanya
tersohor di daerah utara dan selatan sungai!" ujar tamu yang
lain.
"Ja, dia adalah Suhu Liok-hujin, sedang ilmu silat Liokceng-
cu sendiri bukan belajar dari dia," kata si orang tua tadi.
Kiranya Liok-cengcu ini bernama Khoan-eng, ayahnya
bernama Liok Seng-hong adalah murid Ui Yok-su, ayah Ui
Yong, maka kalau diurut, Liok-cengcu masih lebih rendah
setingkat dari pada Kwe Cing dan Ui Yong.
Sedang Liok-hujin, isteri Liok Khoan-eng, Thia Yao-keh,
adalah muridnya Sun Put-ji.
Dahulu Thia Yao-keh pernah mendapat pertolongan Kwe
Cing, Ui Yong dan orang-orang Kay-pang sewaktu ia
mengalami marabahaya, oleh sebab itu ia merasa utang budi
terhadap orang-orang Kay-pang, Kini Kay-pang menyebarkan
undangan pada kestria2 di seluruh jagat dan mengadakan
perjamuan besar menjelang rapat raksasa dari Kay-pang mereka,
maka Liok Khoan-eng suami isteri telah pikul semua
biaya itu dan mengadakan perjamuan itu di tempat
kediamannya, sekalipun perjamuan ini mungkin akan makan
separuh dari kekayaan mereka, namun Liok Khoan-eng adalah
seorang gagah yang terbuka tangannya, dengan sendirinya
hal demikian ini tak dipikir olehnya.
Begitulah, maka sesudah menjalankan penghormatan, lalu
Kwe Cing ikut Hek Tay-thong dan Sun Put-ji ke ruangan
pendopo untuk diperkenalkan kepada para kesatria yang
hadir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Khu, Ong dan Lauw para Suheng sudah menerima kartu
undangan Ui-pangcu, mereka bilang seharusnya memenuhi
undangan, cuma paling belakang ini badan Lauw-suheng
kurang sehat dan Ma-suheng harus bantu dia menjalankan
tenaga penyembuhan maka perjalanan ini terpaksa tak bisa
dilakukan, diharap Ui-pangcu suka memaafkan," demikian
terdengar Hek Tay-thong berkata dengan mengelus
jenggotnya.
"Ah, para cianpwe itu terlalu merendah diri saja," sahut Ui
Yong.
Harus diketahui meski usia Ui Yong masih muda, tetapi dia
adalah pemimpin dari suatu organisasi besar Kay-pang,
dengan sendirinya Hek Tay-thong dan lain-lain sangat
menghormat padanya.
Kwe Cing sendiri sudah sejak mudanya kenal dengan In
Ci-peng, kini bisa berjumpa pula, sudah tentu mereka sangat
girang dan mengobrol dengan asyiknya.
Lekas-lekas Liok-cengcu memerintahkan perjamuan
dimulai segera para tetamu mengambil tempat duduk masingmasing,
maka suasana ruangan pendopo itu menjadi ramai
luar biasa.
Dalam pada itu In Ci-peng sendiri lagi longak-longok kian
kemari seperti sedang mencari seseorang diantara orang
banyak itu.
"ln-sute, entah orang she Liong itu ikut hadir atau tldak?"
tiba-tiba Ci-keng berkata lirih sambil tersenyum dingin.
Berubah hebat air muka Ci-peng karena sindiran itu,
namun ia tak menjawab.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kesatria she Liong yang manakah ? Apakah sahabat
kalian berdua?" tanya Kwe Cing, nyata tak diketahuinya
bahwa orang yang mereka bicarakan ialah Siao-iiong-li.
"Sahabat In-sute, aku sendiri mana berani bergaul dengan
dia," sahut Ci-keng.
Melihat sikap kedua imam ini rada aneh, Kwe Cing tahu di
dalamnya tentu tersangkut urusan-urusan lain, maka iapun
tidak menanya lebih jauh.
Mendadak, di antara orang banyak itu Ci-peng dapat
melihat Nyo Ko, seketika tubuhnya bergetar seperti kena
disamber petir, Kiranya disangkanya jika Nyo Ko berada di
situ, dengan sendirinya Siao-Jiong-li juga datang.
Ketika Kwe Cing dan Ci-keng memandang ke arah yang
menarik perhatian Ci-peng itu hingga kesamplok pandang
dengan Nyo Ko, seketika merekapun tercengang.
Dalam kejutnya Kwe Cing merasa girang pula, maka ia
lantas mendekati anak muda itu sambil menarik tangannya.
"He, Ko-ji, kiranya kau juga datang?" demikian ia
menyapa. "Tadinya aku kuatir kau terlantarkan pelajaranmu
maka tak berani mengundang kau, kini gurumu sudah
membawa kau ke sini, inilah baik sekali,"
Kiranya jaman dulu karena tak lancarnya lalu lintas, maka
urusan tentang Nyo Ko berontak keluar dari Coan-cin-pay,
Kwe Cing yang tinggal jauh di Thohoa-to sedikitpun tak
mendapat kabar.
Kehadiran Ci-keng ke Eng-hiong-yan sekali ini sebenarnya
justru akan merundingkan urusan itu dengan Kwe Cing, siapa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
duga di sinilah malah kepergok dengan Nyo Ko, Semula ia
kuatir Kwe Cing percaya pada ocehan Nyo Ko secara sepihak,
demi mendengar apa yang dikatakan Kwe Cing tadi ia pun
tahulah bahwa merekapun baru pertama kali bertemu
sekarang ini, maka dengan muka merah adam Ci-keng
menengadah sambil berkata: "Ada kepandaian apa dan
kebajikan apa pada diriku. mana berani aku menjadi guru
Nyo-ya?"
Kaget sekali Kwe Cing oleh kata-kata ini
"Apa? Kenapa Thio-suheng berkata demikian ? Apakah
anak kecil tidak mau menutul ajaranmu?" tanyanya cepat.
Melihat ruangan pendopo ini penuh dengan tetamu, kalau
sampai urusaa itu diceritakan hingga terjadi perdebatan
dengan Nyo Ko, rasanya hal ini bisa menghilangkan pamor
Coan-cin-kau, maka Ci-keng tak mau menjawab melainkan
tertawa dingin saja.
Di lais pihak, waktu Kwe Cing periksa keadaan Nyo Ko, ia
lihat matanya bengkak dan mukanya babak belur, pakaiannya
compang-camping dan kotor, terang sekali bocah ini kenyang
merasakan penderitaan yang tidak ringan, Kwe Cing sangat
pedih, sekali tarik ia rangkul kencang Nyo Ko ke dalam
pelukannya.
Waktu ditarik, segera Nyo Ko kumpulkan seluruh tenaga
dalamnya untuk melindungi tempati berbahaya di tubuhnya.
Siapa tahu Kwe Cing benar-benar sayang dan kasihan
padanya dan tiada maksud hendak mencelakainya, malahan
paman angkat ini telah berseru pada Ui Yong : "Yong-ji,
lihatlah siapa ini yang datang?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong tercengang juga demi nampak Nyo Ko, berlainan
dengan Kwe Cing yang kegirangan bisa berjumpa dengan Nyo
Ko, sebaliknya ia sambut orang dengan adem saja.
"Bagus, kiranya kaupun datang." demikian sahutnya tawar
Dalam pada itu dengan pelahan Nyo Ko melepaskan diri
dari pelukan Kwe Cing.
"Tubuhku kotor, jangan sampai membikin kumal
pakaianmu," demikian katanya pada sang paman, Kata-kata
ini diucapkan dengan dingin, bahkan bernada menyindir.
Namun hal itu tak terpikir oleh Kwe Cing, ia hanya merasa
terharu, waktu itu juga teringat olehnya : Anak ini
sebatangkara dan yatim piatu, tentu sudah kenyang
merasakan pahit getir."
Karena itu, ia tarik tangan Nyo Ko dan mengajak agar
pemuda ini duduk semeja dengan dirinya.
Nyo Ko duduk di suatu tempat yang terpencil maka iapun
menolak
"Biarlah aku duduk di sini saja, silakan Kwe-pepek pergi
menemani tetamu," sahutnya dingin.
Kwe Cing merasa tak enak harus meninggalkan tetamu
yang begitu banyak, maka ia tepuk pelahan pundak si Nyo Ko,
lalu pergilah dia ke tempat duduknya semula.
Setelah tiga keliling para tamu mengeringkan isi cawan,
sebagai ketua lalu Ui Yong mulai angkat bicara: "Besok adalah
hari diadakannya Eng-hiong-yan, kini masih ada beberapa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kawan dari berbagai penjuru yang belum datang, mungkin
besok siang baru bisa tiba, Maka kini silakan para hadirin
makan minum sepuasnya, besok baru kita bicarakan urusan
pokok."
Selesai pidato ini, seketika para tamu itu bersorak sorai
kemudian perjamuan lantas dimulai.
Setelah bubar perjamuan, para tamu itu dengan sendirinya
ada penyambutnya sendiri-sendiri yang mengantarkan pergi
mengaso.
Maka kelihatanlah Ci-keng bisik-bisik pada Hek Tay-thong
dan imam tua ini balas mengangguk-angguk, lalu Ci-keng
berdiri dan membungkuk memberi hormat pada Kwe Cing.
"Kwe-tayhiap, Pinto merasa mengecewakan tugas berat
yang pernah dipikirkan padaku itu, sungguh hal ini sangat
memalukan, maka hari ini sengaja datang buat terima
hukuman atas dosaku," demikian kata Ci-keng.
"Ah, Thio-suheng terlalu merendah diri saja," sahut Kwe
Cing segera sambil balas hormat. "Marilah kita bicara ke
kamar baca saja, apabila anak kecil ada yang bikin marah
Thio-suheng, pasti Siaute akan beri hukuman yang setimpal
padanyak agar amarah Thio-suheng bisa padam."
Beberapa kata Kwe Cing ini diucapkan dengan suara
lantang, karena jaraknya Nyo Ko tidak begitu jauh, maka
semuanya dapat didengarnya dengan cukup terang, Diamdiam
dalam hati pemuda ini pun sudah ambil suatu
keputusan:
"Jika dia mendamperat sepatah kata saja padaku, segera
aku berbangkit dan angkat kaki dari sini dan untuk selanjutnya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tak mau bertemu muka lagi dengan dia. Bila dia pukul aku,
meski ilmu silatku bukan tandingannya, pasti aku akan adu
jiwa juga dengan dia".
Karena sudah ambil keputusan demikian, maka Nyo Ko
menjadi lebih tenang, tidak lagi ketakutan seperti waktu
bertemu dengan Thio Ci-keng untuk pertama kalinya dahulu,
Dan demi nampak Kwe Cing menggapai padanya, maka iapun
ikut di belakang mereka.
Tatkala itu Kwe Hu bersama Bu-si Hengte juga sedang
makan di suatu meja makan, semula gadis ini tak kenal
lagipada Nyo Ko belakangan sesudah ayah-bundanya
mengenali pemuda itu, barulah Kwe Hu ingat pemuda itu
bukan lain daripada kawan memainnya, waktu kecil di Thohoa-
to dahulu.
Dasar anak muda yang cepat berubah wajahnya, apalagi
sudah sekian tahun berpisah, pula Nyo Ko sengaja menyamar
dengan rupa yang sengsara dan bercampur di antara orang
banyak, tentu saja Kwe Hu tak mengenalinya.
Kini nampak Nyo Ko telah kembali tanpa terasa hatinya
terguncang, terkenang olehnya kejadian dahulu di Tho-hoa-to
di mana karena urusan jangkrik telah terjadi perkelahian,
entah kejadian ini apa masih membuat dendam pemuda itu
atau tidak?"
Tetapi bila dilihatnya keadaan Nyo Ko yang begitu rudin,
lesu dan kotor, jauh berlainan dengan wajah Bu-si Heng-te
yang ganteng dan bersemangat, diam-diam timbul juga
perasaan kasihannya pada pemuda itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ayah telah kirim dia belajar silat pada Coan-cin-pay,
entah bagaimana dengan hasil pelajarannya dibanding kita?"
demikian ia bisiki Bu Tun-si
"llmu silat Suhu tiada tandingannya di kolong langit ini,
pula kepandaian Subo (ibu guru) diperoleh dari ajaran
Engkong-luarmu, mana bisa dia dibandingkan dengan kita?"
tiba-tiba Bu Siu-bun menyambung pertanyaan si nona
sebelum sang kakak menjawab.
"Ya, dasarnya memang juga tidak terpupuk baik, agaknya
sukar juga ia hendak mendapat kemajuan," Kwe Hu anggukangguk.
"Tetapi kenapa keadaannya menjadi begitu
mengenaskan."
"Para imam itu melotot terus padanya seperti hendak
menelannya mentah-mentah, dasar anak she Nyo ini tabiatnya
buruk, tentu dia telah melakukan sesuatu onar lagi di sana,"
demikian kata Siu-bun.
Begitulah ketiga orang ini berbicara sendiri, waktu
mendengar Kwe Cing mengundang Hek Tay-thong dan lainlain
ke kamar baca buat bicara dan bilang Nyo Ko akan diberi
hukuman setimpal pula, Kwe Hu menjadi heran dan ketarik.
"Ayo, lekas kita mendahului sembunyi dulu di kamar baca
itu untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan," segera
gadis ini mengajak.
Tetapi Bu Tun-si takut konangan sang Suhu dan
didamperat, maka ia tak berani, sebaliknya Bu Siu-bun lantas
berteriak akur, malahan ia mendahului bertindak pergi.
"Kau memang selalu tak turut perkataanku," Kwe Hu
mengomeli Tun-si.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nampak si nona rada marah, tapi malah menambah
kecantikannya yang menggiurkan seketika hati Tun-si
memukul keras, ia tak berani membantah lagi terpaksa ikut di
belakang Kwe-hu.
Dan baru saja ketiga orang itu sembunyi di belakang rak
buku, sementara itu Kwe Cing dan Ui Yong sudah datang
dengan membawa Hek Tay-thong, Sun Put-ji, Thio Ci-keng
dan In Ci-peng berempat, lalu ambil tempat duduknya sendirisendiri.
"Ko-ji, kaupun duduk sana!" kata Kwe Cing sesudah Nyo Ko
ikut masuk
"Tidak, aku tak usah," sahut Nyo Ko. sekalipun nyalinva
besar, tapi menghadapi enam tokoh dunia persilatan ini, tidak
urung hatinya berdebar-debar tak tenteram.
"Anak kecil kenapa kurangajar, berani kau bandel terhadap
Suhu," demikian Kwe Cing lantas damperat sambil tarik muka,
"Tidak lekas kau berlutut menjura minta maaf pada Susiokco
(kakek guru), Suhu dan Susiok!"
Kwe Cing berhati jujur, ia pandang Nyo Ko seperti anaknya
sendiri, pula terhadap Coan-cin-chit-cu biasanya ia sangat
menaruh hormat, maka tanpa bertanya ia pikir tentu anak
muda yang telah berbuat salah.
Sebenarnya kalau menurut adat istiadat jaman kuno itu,
ikatan peraturan antara ayah dan anak atau guru dan murid
luar biasa kerasnya, jangankan membantah, sekalipun ayah
atau guru menghendaki kematian anak atau murid juga tidak
boleh membangkang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini Kwe Cing hanya mendamperat Nyo Ko secara begitu,
sesungguhnya boleh dikatakan luar biasa ramahnya, kalau
orang lain, tentu sudah menggunakan kata-kata "binatang,
anak haram" dan macam-macam lagi atau dibarengi dengan
gebukan dan pukulan.
Siapa duga, mendadak Ci-keng berdiri.
"Pinto mana berani menjadi guru Nyo-ya? Kwe-tayhiap,
hendakkh jangan kau sengaja menyindir," demikian katanya
ketawa dingin. "Coan-cin-kau kami selama ini tidak pernah
bersalah terhadap Kwe-tayhiap, kenapa engkau ejek kami di
hadapan orang banyak? Nyo-toaya, biarlah imam tua ini
menjura padamu dan minta maaf, anggaplah aku yang picik
dan tak kenal kaum Enghiong dan orang gagah...."
Melihat wajah imam ini berubah begitu rupa, kata-katanya
juga semakin kasar menandakan betapa gusarnya, Kwe Cing
dan Ui Yong menjadi heran sekali. Mereka pikir kalau murid
berbuat sesuatu kesalahan, sang guru mau damperat atau
menghajar padanya juga lumrah, tapi kenapa harus berlaku
secara begini kasar?"
Ui Yong adalah seorang pintar luar biasa, ia tahu pasti Nyo
Ko berbuat sesuatu kesalahan yang luar biasa besarnya, Kini
nampak Kwe Cing menjadi bungkam karena serentetan katakata
Ci-keng tadi, mau-tidak-mau ia mewakilkan sang suami
membuka suara.
"Thio-suheng hendaklah jangan marah dahulu, cara
bagaimanakah bocah ini berbuat salah terhadap sang guru,
silakan duduk dan terangkan yang jelas," demikian katanya
dengan tenang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku Thio Ci-keng hanya punya sedikit kepandaian mana
aku berani menjadi guru orang? Bukankah akan ditertawai
semua orang gagah seluruh jagad hingga copot giginya?"
teriak Ci-keng tiba-tiba.
Ui Yong mengkerut kening melihat kekasaran orang, ia
menjadi rada kurang senang.
Hek Tay-kong dan Sun Put-ji mengetahui duduknya
perkara, mereka merasa pantas kalau Ci-keng marah-marah,
tetapi kalau ribut-ribut secara kasar, sesungguhnya juga
bukan corak asli kaum imam yang beribadat.
"Ci-keng." kata Sun Put-ji kemudian, "kau harus terangkan
secara baik di hadapan Kwe-tay-hiap dan Ui-pangcu, caramu
marah-marah dan ribut-ribut ini, apa macam jadinya ini?
Apakah itu menjadi kebiasaan orang berigama seperti kita
ini?"
Meski Sun Put-ji adalah wanita, tetapi karena wataknya
yang keras, maka angkatan muda sangat segan padanya,
maka Ci-keng jadi mengkeret, ia tak berani muring-muring lagi
sesudah mengia beberapa kali, lalu ia kembali duduk ke
tempatnya tadi.
"Lihatlah Ko-ji, begitu hormat gurumu terhadap orang tua,
kenapa kau tidak belajar contoh ini?" kata Kwe Cing.
Kontan sebenarnya Ci-keng hendak menyelak lagi bahwa
dirinya bukan guru orang, tetapi demi dipandangnya Sun Putji,
kata-kata yang hendak diucapkan ia telan kembali.
Tak tetduga, mendadak Nyo Ko berteriak "Dia bukan
guruku!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena teriakan ini, bukan saja Kwe Cing dan Ui Yong
kaget, bahkan Kwe Hu dan Bu-si Hengte yang sembunyi di
belakang rak buku juga terkejut.
Maklumlah, pada jaman itu, di kalangan Bu-lim terutama,
soal guru dan murid diatur dengan tata adat yang sangat
keras, seorang guru dapat dipersamakan dengan seorang
ayah yang harus di-turut dan dihormati, Siapa tahu kini bukan
saja Nyo Ko tak mau mengaku guru, bahkan berani berteriak
terang-terangan pula.
Keruan Kwe Cing sangat gusar, mendadak ia berdiri sambil
tuding Nyo Ko dan mendamperat:
"Apa... apa yang... yang kau katakan?"
Dasar Kwe Cing memang tak pandai bicara, juga tak biasa
mendamperat orang, maka mukanya menjadi merah padam,
amarahnya boleh dikatakan memuncak, jarang sekali Ui Yong
melihat suaminya begitu gusar, maka dengan suara halus ia
coba menghiburnya: "Cing-koko, anak ini memang buruk jiwanya,
perlu apa harus marah-marah karenanya ?"
Mula-mula tadi sebenarnya Nyo Ko rada takut, tetapi kini
seorang Kwe-pepek yang sebenarnya sangat sayang padanya
juga marah-marah mendamperat padanya, tiba-tiba pemuda
ini menjadi nekat, pikirnya: "Paling-paling mati apa yang perlu
kutakuti paling banyak juga boleh kau bunuh aku saja."
Karena pikiran itu, dengan suara lantang segera ia
menjawab "Ya, memang jiwaku buruk, namun tidak pernah
aku minta belajar ilmu silat padamu, Kalian semua ini adalah
tokoh-tokoh Bu-lim yang terkenal, kenapa karus gunakan tipu
muslihat untuk menjebak seorang bocah yatim piatu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu ia berkata sampai "yatim piatu", saking sedih akan
nasib sendiri seketika mata Nyo Ko rada merah basah, tetapi
segera ia gigit bibir sekencang-kencangnya, ia pikir sekalipun
hari ini harus mati tidak boleh aku alirkan setengah tetes air
matapun.
Di lain pihak Kwe Cing menjadi tambah marah.
"Apa kau bilang?" demikian damperatnya pula. "lsteriku
dan gurumu dengan sungguh-sungguh ajarkan ilmu silat
padamu, semuanya ini karena mengingat pada
persahabatanku dengan mendiang ayahmu, siapa lagi yang
bertipu muslihat ? Dan... dan siapa yang menjebak kau?"
Memangnya Kwe Cing tak pandai bicara, dalam keadaan
marah, ia menjadi lebih gelagapan.
Melihat orang tambah marah, sebaliknya Nyo Ko tambah
tenang dan pelahan bicaranya.
"Ya, engkau Kwe-pepek sudah tentu baik terhadapku, hal
ini selamanya pasti takkan kulupakan!"
"Dan Kwe-pekbo dengan sendirinya tidak baik terhadapmu
jika kau mau dendam untuk selamanya, hal inipun terserah
padamu," sela Ui Yong tiba-tiba dengan sekata demi sekata.
Dalam keadaan demikian, Nyo Ko tambah tak gentar lagi,
sekali lagi ia berbicara terlebih berani.
"Kwe-pekbo tidak baik terhadapku, tetapi juga tidak jelek
terhadapku", demikian katanya Iagi. "Tetapi kau bilang
ajarkan ilmu silat padaku, sebenarnya hanya ajarkan aku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membaca, sedang ilmu silat sedikitpun tidak diturunkan.
Namun demikian, membaca juga baik, sedikitnya siautit
(keponakan) bertambah kenal beberapa huruf. Tetapi, tetapi
beberapa imam tua ini..." sampai disini mendadak ia tuding
Hek Tay-thong dan Thio Ci-keng, lalu dengan gemas ia
sambung: "pada suatu hari, pasti aku akan menuntut balas
utang berdarah dan dendam sedalam lautan itu."
"Apa... apa kau bilang?" tanya Kwe Cing cepat dan terkejut
"lmam she Thio ini katanya adalah guruku, tetapi
sedikitpun tidak menurunkan ilmu silat padaku, hal inipun tak
menjadi soal, tetapi ia malah suruh imam-imam cilik
menghajar diriku," tutur Nyo Ko. "Kwe-pekbo tidak
mengajarkan kepandaian padaku, Coan-cin-pay tidak
mengajarkan ilmu silat pula padaku, dengan sendirinya tidak
bisa lain aku kecuali dihajar sekenyang mereka, Ada lagi,
imam she Hek ini, ia lihat seorang nenek2 tua merasa sayang
dan kasihan padaku, orangtua itu malah dia pukul hingga
mati, Hai, imam busuk she Hek, katakanlah sekarang,
semuanya ini benar atau tidak?"
Bila Nyo Ko ingat matinya Sun-popoh tidak lain disebabkan
karena membela dirinya, sungguh ia menjadi gemas dan
mengertak gigi, ingin sekali ia menubruk maju mengadu Jiwa
dengan Hek Tay-thong.
Kong-ling-cu Hek Tay-thong tergolong imam beribadat
diantara imam-imam Coan-cin-kau, baik agamanya maupun
ilmu silatnya sudah dilatihnya sampai tingkat yang sangat
tinggi, soalnya hanya karena salah tangan hingga Sun-popoh
tewas, hal ini selama beberapa tahun selalu membikin dia
merasa tak tenteram dan dianggapnya sebagai suatu
perbuatan yang sangat disesalkan selama hidupnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini mendadak Nyo Ko meng-ungkat2 kejadian itu, keruan
seketika mukanya menjadi pucat bagai mayat, peristiwa ngeri
dahulu, di mana Sun-popoh muntah darah kena pukulannya
itu seakan-akan terbayang di depan matanya.
Karena ia tak membawa senjata, maka tiba-tiba ia lolos
pedang yang tergantung di pinggang Ci-keng.
Semua orang menyangka pedang itu tentu akan
ditusukkan pada Nyo Ko, maka dengan cepat Kwe Cing sudah
melangkah maju hendak melindungi bocah itu. Siapa duga
mendadak Hek Tay-thong membaliki pedangnya, ia sodorkan
garan pedang pada Nyo Ko sambil berkata: "Ya, memang
betul, aku telah salah membunuh orang, bolehlah kau
balaskan dendam Sun-popoh dengan pedang ini, pasti aku
tidak akan menangkisnya."
Nampak kelakuan Hek Tay-thong ini, semua orang luar
biasa terperanjatnya.
Karena kuatir betul-betul Nyo Ko menerima pedang itu dan
melukai orang, lekas-lekas Kwe Cing berseru : "Ko-ji, jangan
kurangajar."
Tetapi betapa cerdiknya Nyo Ko, ia tahu di hadapan Kwe
Cing dan Ui Yong, soal membalas dendam ini tak nanti
terlaksana, maka dengan dingin ia lantas menjawab : "Hm,
sudah terang kau tahu Kwe-pepek pasti tak perkenankan aku
turut tangan, kau sengaja berlagak gagah sekarang?"
Hek Tay-thong adalah Bu-lim-cianpwe atau angkatan tua
dari kalangan persilatan, kini kena didebat oleh kata-kata yang
begitu menusuk ia menjadi bungkam tak bisa menjawab,
pedang yang dia sodorkan menjadi serba salah, diangsurkan
terus orang tak terima, ditarik kembali rasanya malu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak ia salurkan tenaga dalamnya, maka terdengarlah
suara "peletak" yang keras, tahu-tahu pedang itu patah
menjadi dua.
"Sudahlah, sudahlah!" katanya sambil menghela napas,
iapun lempar pedang patah itu ke tanah, habis ini dengan
langkah lebar ia bertindak pergi.
Kwe Cing masih bermaksud menahannya, namun orang
sudah pergi tanpa menoleh lagi.
Tentu saja Kwe Cing mulai ragu-ragu, ia pandang Nyo Ko
lalu pandang lagi pada Sun Put-ji bertiga, pikir agaknya apa
yang dikatakan Nyo Ko bukannya bikinan belaka.
"Kenapa para guru dari Coan-cin-kau tak mengajarkan
kepandaian padamu ? Lalu selama beberapa tahun ini apa
yang kau kerjakan?" ia tanya setelah lewat sejenak, lagu
suaranya sekarang sudah berubah lunak.
"Waktu Kwe-pepek membawa aku ke Cong-lam-san,
beberapa ratus Tosu di sana telah kau pukul pontang-panting
tanpa bisa membalas, umpama Ma, Khu, Ong dan lain-lain
Cinjin tidak pikirkan peristiwa ini, apakah imam-imam yang
lain juga tidak dendam?" demikian sahut Nyo Ko. "Sudah tentu
mereka tak berani padamu Kwe-pepek, lalu apa mereka tak
bisa melampiaskan dongkol mereka atas diriku? Malahan
mereka bisa-bisa ingin mampuskan aku baru merasa puas,
Karena itu mana mereka mau mengajarkan ilmu silat lagi
padaku ? Kalau selama ini penghidupan yg kulewatkan adalah
gelap tak pernah melihat sinar dan kini masih bisa berjumpa
dengan Kwe-pepek, hal ini boleh dikatakan terlalu beruntung
sekali."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah, meski usia Nyo Ko masih muda, tetapi cara
bicaranya masih lebih pintar dari pada Thio Ci-keng, hanya
beberapa patah kata itu saja, secara enteng ia telah
timpahkan semua sebab musabab memberontak keluar dari
Coan-cin-kau itu kepada diri Kwe Cing, Dan apa yang dibilang
"gelap tak pernah melihat sinar" sebenarnya juga tidak
membohong, selama itu ia tinggal di dalam kuburan kuno,
dengan sendirinya sinar matahari sukar dilihatnya. Tetapi
dalam pendengaran Kwe Cing, rasa kasihannya pada anak
muda ini menjadi ber-limpah2.
Di lain pihak Ci-keng melihat Kwe Cing sembilan bagian
sudah mau percaya terhadap penuturan Nvo Ko, ia menjadi
gugup,
"Kau... kau ngaco belo... Hm Coan-cin-kau kami adalah
golongan kesatria sejati, mana... mana bisa..." demikian ia
coba membela diri dengan suara tak lancar.
Kwe Cing terlalu lurus orangnya, ia anggap apa yang
dikatakan Nyo Ko itu tentu benar-benar terjadi sebaliknya Ui
Yong yang kecerdasannya masih jauh di atas Nyo Ko, hanya
melihat air muka pemuda ini saja segera Ui Yong tahu ada
udang di balik batu kata-katanya itu, ia pikir bocah ini sangat
licin, tentu di dalamnya masih ada sesuatu yang tidak benar,
Maka segera iapun menjela:
"Jika begitu, jadi sedikit ilmu silatpun kau tak bisa? Lalu
selama beberapa tahun ini di Coan-cin-kau tentunya terbuang
percuma bukan?" demikian sambil berkata, perlahan-lahan
iapun berdiri, mendadak sebelah tangannya menjulur terus
meng-gablok ke atas kepala Nyo Ko.
Pukulan ini dilontarkan dengan jari tangan tepat mengarah
"pek-hwe-hiat" di atas ubun-ubun kepala, sedang telapak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tangan menepok "siang-seng-hiat" pada batok kepala, kedua
Hiat-to ini adalah tempat yang mematikan, asal kena digablok
tangan Ui Yong, maka tak perlu sangsikan lagi pasti nyawa
Nyo Ko akan melayang tanpa tertolong.
Tentu saja Kwe Cing terperanjat ia menjerit: "Yong-ji!"
Akan tetapi cepat luar biasa Ui Yong mengayun
tangannya, tipu pukulan ini adalah satu diantara "lok-eng-ciohoat"
ajaran ayahnya, sebelum dilakukan sedikitpun tidak
memberi tanda-tanda dahulu, bergitu bergerak, begitu pula
telapak tangannya sudah sampai di tempat sasarannya, Kwe
Cing ingin menolong pun tak keburu lagi.
Namun Nyo Ko tidak biarkan dirinya dihantam begitu saja,
dengan segera tubuhnya sedikit mendoyong ke belakang
bermaksud menghindarkan diri, tetapi betapa hebat
kepandaian Ui Yong, sekali ia turun tangan, tidak nanti
sasarannya dapat mengelakkan diri, maka dengan segera
telapak tangannya sudah berada di atas ubun-ubun Nyo Ko.
Sungguh bukan buatan kejut Nyo Ko, cepat hendak
ditangkisnya pukulan itu, namun mendadak pikirannya
tergerak, tangan yang sudah sedikit diangkat tiba-tiba ia
luruskan ke bawah lagi.
Hendaklah diketahui bahwa Kwe Cing berilmu silat maha
tinggi, namun pembawaan otaknya puntul, kalau dia menjadi
Nyo Ko, tentu sebelum mengerti apa yang harus diperbuatnya
lebih dulu tangannya pasti diangkat buat menangkis dulu.
Tetapi lain dengan si Nyo Ko, pemuda ini cerdik luar biasa,
otaknya pun bisa bekerja cepat, begitu tangannya hendak
mcnangkis, segera terkilas dalam pikirannya: "Ah, kiranya
Kwe-pekbo bermaksud menjajal ilmu silatku, kalau aku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menangkis pukulannya, ini berarti aku mengakui kata-kataku
tadi bohong belaka."
Sungguhpun begitu, namun pukulan yang dilontarkan Ui
Yong ini adalah tipu mematikan yang sangat lihay, kalau orang
bukan bermaksud menjajal kepandaiannya dan dirinya tidak
menangkis. apakah ini bukan bergurau dengan jiwanya
sendiri.
Begitulah dalam sekejapan itu bagaikan tarikan api
cepatnya, pikiran Nyo Ko telah bolak-balik berubah beberapa
kali, tetapi akhirnya ia tak hiraukan jiwanya lagi dan pukulan
itu tak ditangkis-nya,
Harus diketahui bahwa dengan kepandaian Nyo Ko
sekarang ini, walaupun masih belum bisa memadai Ui Yong,
kalau menangkis pukulan itu saja rasanya tidak sulit, tetapi
ternyata pemuda ini berani ambil resiko itu, ia luruskan tangan
tak bergerak dan menantikan pukulan orang, kalau bukan
watak Nyo Ko memang keras kepala serta suka turuti maksud
hatinya, sungguh tak nanti dilakukannya.
Dan ternyata memang betul pukulan Ui Yong ini hanya
percobaan saja untuk menjajal ilmu silat Nyo Ko, pada waktu
telapak tangannya sudah hampir nempel kepala orang, tibatiba
ia berhentikan dan tahan pukulannya, ia lihat wajah Nyo
Ko rada mengunjuk takut dan bingung, sama sekali tidak
angkat tangan buat menangkis, juga tidak mengumpulkan
Lwekang untuk melindungi tempat-tempat yang berbahaya,
terang memang sikap seorang yang tak paham ilmu silat
sedikitpun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, aku tidak ajarkan ilmu silat padamu, itu disebabkan
aku ingin kau menjadi orang baik," demikian Ui Yong berkata
dengan bersenyum, sambil tarik kembali tangannya, "Dan
para Toya dari Coan-cin-pay rupanya juga berpikir sama
dengan aku,"
Habis ini ia balik kembali ke tempat duduknya tadi, dengan
suara pelahan ia bisiki Kwe Cing pula: "Memang betul dia tidak
peroleh ajaran ilmu silat dari Coan-cin-pay."
Akan tetapi Ui Yong adalah wanita secerdik kancil, baru
selesai ia berkata, mendadak dalam hatinya menjerit: "Ah,
celaka, salah ! salah! Hampir saja aku kena diketahui setan
cilik ini,"
Kiranya ia menjadi ingat dahulu waktu Nyo Ko tinggal di
Tho-hoa-to, dimana bocah itu pernah tewaskan seorang
pengemis anak murid Kay-pang dengan Ha-mo-kang atau ilmu
weduk katak, ilmu silatnya pada waktu itu sudah mempunyai
dasar yang kuat, sekalipun selama beberapa tahun ini tidak
peroleh sesuatu kemajuan, namun dengan pukulannya tadi
yang mengarah ubun-ubun di atas kepala, betapapun juga
pasti bocah ini akan menangkisnya.
Katanya dalam hati: "Ha, kau betul-betul setan Cerdik
yang luar biasa, kalau tadi kau tangkis pukulanku dengan
lagak kelabakan, mungkin aku kena kau kelabuhi, tetapi kini
kau pura-pura tak paham sama sekali, hal ini berbalik
mencurigakan aku."
Apapun juga memang Ui Yong masih setingkat lebih
pintar, untuk bisa menimpali kecerdasannya Nyo Ko harus
hidup belasan tahun lagi dan sesudah bertambah
pengalamannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah Ui Yong juga tidak mau bongkar rahasia Nyo Ko,
ia pikir biar aku lihat sandiwara apa yang hendak kau
mainkan. Karena itu, ia hanya pandang Ci-keng, lalu pandang
lagi Nyo Ko, ia bersenyum, tetapi tak berkata.
Ci-keng menjadi murka, ia lihat Ui Yong telah menjajal
dengan pukulannya dan sama sekali tak ditangkis Nyo Ko, ia
menyangka Ui Yong telah kena diingusi pemuda itu, hal ini
berarti lebih menunjukkan pihaknya yang bersalah, maka ia
tak tahan lagi, dengan suara keras ia berteriak-teriak.
"Anak haram ini banyak tipu muslihatnya kau tak berhasil
menjajalnya, Ui-pangcu, biarlah aku yang mencobanya,"
demikian teriaknya sengit, Lalu ia mendekati Nyo Ko, ia tuding
hidung pemuda ini sambil memaki: "Anak haram, apa benarbenar
kau tak bisa ilmu silat ? Nah, baiklah, jika kau tak
sambut pukulanku ini, maka Toya pun tidak bermurah hati,
mau mati atau ingin hidup tergantung kau sendiri"
Ci-keng tahu ilmu silat Nyo Ko kini sudah di atas dirinya, ia
pikir asal dirinya mendadak menyerang dengan tipu yang
mematikan, dalam keadaan demikian mau-tidak-mau pasti
Nyo Ko akan unjuk kepandaian aslinya, tetapi bila masih
berlagak pikun, maka sekali pukul biar lenyapkan saja jiwanya,
paling banter nanti ribut dengan Kwe Cing suami isteri dan
didamperat oleh Suhu dan Kaucu (ketua agama).
Bcgitulah jalan pikiran Ci-keng waktu itu, nyata saking
gemasnya pada si Nyo Ko mengakibatkan timbulnya pikiran
jahat, ia pikir pula: "Me-mangnya kau menduga Ui-pangcu
tidak akan celakai jiwamu, maka kau berani pura-pura bodoh,
tetapi kini jatuh di tanganku, coba kau masih berani main
pura-pura tidak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera ia hendak turun tangan. "Nanti dulu," tiba-tiba Kwe
Cing mencegah.
Rupanya Kwe Cing kuatir jiwa Nyo Ko bisa melayang,
selagi ia hendak mencegah lebih jauh, mendadak Ui Yong
menarik tangannya.
"Jangau kau urus dia," dengan suara pelahan Ui Yong
membisikinya.
Nyata Ui Yong menduga pukulan Thio Ci-keng yang
sedang murka itu tentu dilontarkan dengan cara tak kenal
ampun, sekali-kali Nyo Ko tak berani ambil risiko untuk
bergurau dengan jiwanya sendiri dan terpaksa tentu akan
balas menyerang, tatkala itu, bagaimana duduknya perkara
tentu pula akan menjadi terang.
Dengan sendirinya Kwe Cing tak bisa menyelami hal-hal
ber-Iiku2 itu, ia masih merasa tak tenteram, tetapi biasanya
sang isteri dapat mengatur tepat, apa yang dikatakannya pasti
tidak meleset, maka iapun tidak buka suara lagi, ia berdiri di
samping sambil was-was, ia tunggu bila keadaan betul-betul
berbahaya baharulah akan turun tangan buat menoIongnya.
Sementara itu sebelum Ci-keng bertindak lebih dulu ia
telah berkata pada Sun Put-ji dan In Ci-peng : "Sun-susiok, Insute,
anak haram ini berlagak tak bisa ilmu silat, aku terpaksa
menjajal kepandaiannya, jika dia tetap kepala batu sampai
titik terakhir, maka sekali hantam kubinasakan dia, hendaklah
nanti dihadapan Suhu, Khu-supek dan Kaucu sukalah kalian
berdua menjadi saksi."
Tentang memberontaknya Nvo Ko dari Coan-cin-kau,
dengan sendirinya Sun Put-ji mengetahui seluruhnya, kini
melihat kelicinan Nyo Ko yang keterlaluan hingga Ci-keng
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terdesak tak berdaya, hingga Coan-cin-kau kelihatan di pihak
salah, maka iapun berharap Ci-keng berhasil paksa bocah itu
menunjukkan corak asIinya, Maka dengan tertawa dingin ia
menjawabnya: "Ya. murid murtad yang durhaka begini
binasakan saja!"
Dengan kedudukan Sun Put-ji sebagai satu imam yang
beribadat, mana mungkin ia suruh orang membunun begitu
saja? Beberapa kata-katanya itu tujuannya tidak lain hanya
untuk me-nakut2i Nyo Ko agar pemuda ini tak berani lagi
pura-pura.
Di lain pihak karena mendapat dukungan paman gurunya
ini, nyali Ci-keng menjadi besar, tanpa sungkan-sungkan lagi,
begitu kaki kanan diangkat, segera ia tendang perut Nyo Ko
dengan tipu gerakan "Thian-san-hui-toh" (terbang melintasi
Thian-san), tendangan yang membawa tenaga keras dan
tenaga tersembunyi ini sesungguhnya lihay luar biasa.
Tipu tendangan ini adalah pelajaran pertama bagi orang
yang belajar ilmu silat Coan-cin pay, meski cara
menyerangnya biasa saja tiada yang aneh, asal sedikit paham
silat saja pasti dapat mematahkannya, Tetapi lihaynya suatu
aliran ilmu silat letaknya justru pada tipu serangan dasar
pertama yang dipelajarinya mula-mula, dari sinilah baru
kemudian diikuti dengan perubahan2 lainnya untuk
menangkan musuh.
Dengan tipu serangannya ini, terutama Ci-keng sengaja
pertunjukkan pada Kwe Cing dan Ui Yong supaja kedua orang
ini tahu bahwa: Sekali pun aku tidak ajarkan ilmu silat yang
tinggi pada-nya, masakan pelajaran dasar pertama saja tak
mengajarkan padanya?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya demi nampak tendangan orang ini, Nyo Ko
tidak mengelakkan diri dengan gaya "twe-ma-se" atau kudakuda
yang bergaya mundur, satu gerakan yang tepat untuk
hindarkan tendangan "Thian-san-hui-toh", malahan mendadak
ia berteriak: "Aduh!"
Berbareng itu tangan kirinya lurus ke bawah menahan di
depan perut yang hendak ditendang orang.
Melihat Nyo Ko begitu berani tanpa hindarkan diri juga
tidak berkelit, maka Ci-keng juga tidak sungkan-sungkan lagi
segera tendangannya diayun ke de-pan, pada saat ujung
kakinya tinggal beberapa senti dari perut Nyo Ko, di bawah
sinar pelita tiba-tiba dilihatnya pemuda ini sedikit acungkan
jari jempol tangan kiri ke atas dan dengan tepat mengincar
"Thay-kok-hiat" pada tungkak kakinya.
Jika tendangan ini dengan kuat diteruskan niscaya
sebelum kakinya mengenai sasarannya dia sendiri sudah kena
ditutuk dulu, dengan demikian, bukannya pemuda itu menutuk
Hiat-tonya melainkan ia sendiri yang sodorkan Hiat-tonya
untuk di-tutuk.
Ci-keng adalah jago utama dari anak murid Coan-cin-pay
angkatan ketiga, dalam keadaan berbahaya itu segera ia ubah
serangannya, ia membelokkan arah kakinya hingga
tendangannya menyerempet lewat di samping Nyo Ko, dengan
demikian boleh dikatakan ia telah hindarkan tutukan yang
berbahaya, namun tubuhnya toh menjadi sempoyongan
hingga mukanya merah jengah.
Kwe Cing dan Ui Yong berdiri di belakang Nyo Ko, mereka
tak melihat jari jempol yang di-acungkan bocah ini, mereka
menyangka Ci-keng sengaja berlaku murah hati dan tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menggunakan tipu lihay, sebaliknya Sun Put-ji dan iri Ci-peng
dapat menyaksikannya dengan terang.
Ci-peng bungkam saja tak bersuara, sedang Sun Put-ji
dengan segera berjingkrak, "Bagus kau!" demikian teriaknya.
Dalam pada itu Ci-keng pun tidak berhenti begitu saja,
tangan kirinya diajun, dengan cepat ia potong ke pelipis kiri
Nyo Ko, sekali ini ia menyerang dengan cara teliti, telapak
tangan sampai tengah jalan baru mendadak ia ganti arah,
tampaknya ia hantam pelipis kiri orang, tetapi telapak
tangannya mendadak memotong ke leher sebelah kanan.
Tak ia duga bahwa Nyo Ko sudah masak sekali
mengapalkan Giok-li-sim-keng di luar kepala, Sim-keng atau
kitab suci itu justru diciptakan untuk anti ilmu silat Coan-cinpay.
Dahulu setiap tipu serangan lihay dari Ong Tiong-yang
tiada satupun yang dilewatkan Lim Tiaoeng untuk
menciptakan sesuatu tipu gerakan buat mematahkannya.
Melihat tangan kiri orang mengayun, dengan segera Nyo
Ko merangkul kepalanya sendiri seperti orang yang ketakutan
setengah mampus, sedangkan jari telunjuk kiri diam-diam ia
sembunyikan dibawah lehernya sebelah kanan, ia gunakan
tangan yang lain untuk menutupnya supaja tak diketahui Cikeng.
Ketika hampir tiba telapak tangan Iawan, mendadak Nyo
Ko kesampingkan sedikit tangan kanan-nya, maka dengan
tepat sekali jari telunjuk kiri yang sudah disiapkan itu telah
kena menutuk "ho-khe-hiat" tangan Ci-keng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kejadian inipun bukannya Nyo Ko yang menyerang, tetapi
Ci-keng sendiri yang mengantarkan tangannya untuk ditutuk,
Nyo Ko hanya menduga sebelumnya kemana serangan orang
hendak ditujukan maka jarinya ia taruh dulu di tempat yang
jitu.
Dan karena Hiat-to tangannya tertutuk, seketika Ci-keng
merasa lengannya pegal linu, ia insaf terkena akal licik orang,
dalam gusarnya iapun tak pikir panjang lagi, dengan cepat ia
ayun kaki kiri terus menyerampang.
"Haya, celaka!" teriak Nyo Ko pura-pura.
Mendadak ia sedikit tekuk lengan kirinya, ia papak sikunya
ke bawah pinggangnya.
Dan begitu tendangan Ci-keng sampai, tahu-tahu "Ciauhay-
hiat" dan "Tha-ke-hiat" ditungkak kakinya persis
mengenai ujung siku Nyo Ko.
Tendangan ini dilakukan Ci-keng dengan gusar, dengan
sendirinya kekuatannya sangat keras, dan karena itu juga
tutukan Hiat-tonya itu menjadi sangat keras pula, seketika
kakinya menjadi kaku dan tanpa berkuasa orangnya terus
berlutut.
Melihat sang Sutit (murid keponakan) membikin malu di
depan orang banyak, Lekas-lekas Sun Put-ji jambret dan
diberdirikannya, ia tepuk punggung Ci-keng buat melepaskan
tutukannya tadi.
Melihat sehat dan jitu sekali tindakan hitam wanita ini,
terang kepandaiannya berpuluh kali lebih tinggi dari Ci-keng,
Nyo Ko menjadi jeri dan cepat mundur ke samping.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguhpun Sun Put-ji sudah lanjut usianya, tetapi
wataknya ternyata sangat keras dan kaku, ia lihat kepandaian
Nyo Ko aneh luar biasa, sekalipun ia sendiri ikut turun tangan
juga belum tentu bisa menang, maka segera ia berseru :
"Hayo, pergi!"
Habis itu, tanpa permisi lagi ia kebas lengan jubahnya,
sekali lompat, seperti burung saja ia melayang keluar melalui
jendela terus naik kewuwungan rumah.
In Cie-peng seperti orang kehilangan semangat ia hendak
memberi penjelasan pada Kwe Cing, namun Ci-keng sudah tak
sabar,
"Berkata apa lagi?" bentaknya gusar, berbareng ini ia tarik
sang Sute terus melompat keluar melalui jendela menyusul
Sun Put-ji.
Sebenarnya mata Kwe Cing dan Ui Yong cukup jeli dengan
sendirinya mereka tahu Ci-keng tadi telah kena ditutuk Hiattonya,
cuma kelihatan Nyo Ko tidak menggeraki tangannya,
apa mungkin ada orang kosen yang membantunya dari
samping?
Segera Kwe Cing melongok keluar jendela, tetapi tiada
seorangpun yang dilihatnya, Waktu Ui Yong membalik, tibatiba
dilihatnya di bawah rak buku menonjol keluar ujung
sepatu hijau yang dipakai Kwe Hu.
"Hayo, keluar Hu-ji, apa yang kau lakukan di situ?"
serunya segera.
Dengan nakal Kwe Hu melompat keluar dari tempat
sembunyinya sambil ketawa ngikik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku dan Bu-keh Koko sedang mencari buku bacaan di
sini," demikian ia coba beralasan.
Akan tetapi Ui Yong tidak gampang dibohongi, ia tahu
tentu mereka sengaja mencuri dengar.
Di lain pihak Kwe Cing yang berjiwa lurus jujur selalu
mengukur orang lain dengan jiwanya sendiri yang kesatria
sejati, ia sangka tadi Ci-keng mendadak tak tega gunakan
pukulan yang mematikan dan pura-pura terkena tutukan
untuk tinggalkan tempat ini. sebaliknya Ui Yong sudah bisa
mem-bade pasti Nyo Ko telah pakai tipu muslihat cuma
berdirinya tadi di belakang Nyo Ko hingga tak dapat melihat
cara bagaimana pemuda itu geraki tangannya, pula ia tidak
tahu bahwa di jagat ini ternyata masih ada ilmu silat dari Giokli-
sim-keng yang bisa menduga segala tipu apa yang hendak
dilontarkan musuh hingga ilmu silat kaum Coan-cin-pay
sedikitpun tak bisa berkutik maka seketikapun ia tak habis
mengerti oleh kejadian tadi
Begitulah, selagi ia termenung-menung, tiba-tiba ada anak
murid Kay-pang melaporkan kedatangan tamu jauh, Sesudah
Ui Yong pandang Nyo Ko sekejap, lalu bersama Kwe Cing
mereka pergi menyambut tetamu.
"Nyo-koko adalah teman memain kalian waktu kecil, kalian
harus melayaninya baik-baik", pesan Kwe Cing pada Bu-si
Hengte sebelum pergi.
Tetapi karena dahulu sudah tak akur dengan Nyo Ko, kini
melihat macam orang yang menjijikkan, Bu-si Hengte semakin
pandang hina pemuda ini ia panggil seorang centing dan
suruh mengatur tempat tidurnya Nyo Ko, sedang mereka asyik
bicara sendiri dengan Kwe Hu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya Kwe Hu ternyata sangat aneh, ia ketarik oleh
datangnya Nyo Ko.
"Nyo-toako," demikian ia tanya, "sebab apakah gurumu
tak mau terima dirimu?".
"Sebabnya terlalu banyak," sahut Nyo Ko,
"Pertama aku memang goblok dan malas, kepandaian
yang Suhu ajarkan padaku selalu tak bisa apal, pula aku tak
bisa pura-pura rendah, tak bisa menjilat dan membaiki
orangnya Suhu..."
Mendengar kata-kata Nyo Ko rada menusuk, pertamatama
Bu Siu-bun yang tak tahan.
"Apa kau bilang?" bentaknya segera.
"Aku bilang diriku sendiri tak becus, maka tidak disukai
Suhu," sahut Nyo Ko.
"Gurumu adalah Tosu dan tidak kawin, masakah dia punya
anak?" ujar Kwe Hu sembari tertawa genit.
Melihat tertawa si gadis bagaikan sekuntum bunga mawar
yang mendadak mekar berubah merah sedikit, lekas-lekas ia
berpaling ke jurusan lain.
"Nyo-toako, baiklah kau pergi mengaso saja, besok kita
bicara lagi," kata Kwe Hu kemudian dengan suara lembut.
Nyo Ko mengiakan, ia ikut centing yang melayaninya itu
dan pergi tidur, Dari belakang lapat-lapat terdengar olehnya
suaranya Kwe Hu lagi Dan mengomel : "Aku suka bicara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
padanya, kalian peduli apa? ilmu silatnya baik atau tidak, biar
kelak aku minta ayah ajarkan padanya."
Nyata si nona sedang omeli Bu-si Hengte, agaknya kedua
saudara Bu merasa cemburu karena si gadis mengajak bicara
Nyo Ko.
Besok paginya, sesudah Nyo Ko sarapan, ia lihat Kwe Hu
menyapa padanya di pekarangan depan, sedang Bu-si Hengte
tampak longak-longok di samping sana.
Diam-diam Nyo Ko tertawa geli, iapun mendekati Kwe Hu
dan bertanya : "Kau mencari aku?"
"Ya," sahut Kwe Hu tersenyum manis, "marilah kita jalanjalan
keluar, aku ingin tanya kau apa yang kau lakukan selama
beberapa tahun ini."
Nyo Ko menjadi berduka mendengar orang menyinggung
pengalamannya selama ini, ia pikir pengalamannya selama ini
sungguh terlalu banyak untuk diceritakan pula apa yang
terjadi itu mana bisa diceritakan padamu ?
Begitulah, Nyo Ko dan Kwe Hu berjalan keluar, waktu Nyo
Ko melirik, ia lihat Bo-si Hengte terus mengikuti dari jauh. Kwe
Hu tahu, namun kedua anak muda itu tak digubrisnya,
sebaliknya ia mencerocos menanyai Nyo Ko.
Dasar Nyo Ko memang pintar bicara, ia sengaja obrol
segala apa yang tak penting, ia bum-bu2i pula hingga Kwe Hu
dibikin senang dan ketawa ter-kikih2.
Dengan pelahan akhirnya mereka berdua sampai di bawah
satu pohon Liu, tiba-tiba terdengar me-ringkiknya kuda,
seekor kuda buduk kurus mendekati Nyo Ko sambil
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menggosok-gosok moncongnya pada tubuh pemuda ini,
tampaknya kasih sayang. sekali antara mereka.
Melihat kuda sejelek ini, tiba-tiba Bu-si Hengte ketawa
terbahak-bahak sambil mendekati Kwe Hu dan Nyo Ko.
"Nyo-heng," demikian Siu-bun berkata lebih dulu, "kuda
mestikamu ini sungguh hebat amat, beruntung kau dapat
memperolehnya. Bilakah kau pun mencarikan seekor untuk
aku."
"Kuda ini datang dari negeri Langka, mana mampu kau
membelinya?" sela Bu Tun-si berlagak sungguh-sungguh.
Mendengar orang menyebut kuda, tanpa terasa Kwe Hu
memandang Nyo Ko, lalu pandang lagi kuda jelek itu, ia lihat
ke-dua2nya sama-sama kotor dan dekil, ia tertawa geli juga.
Namun Nyo Ko tak marah, sebaliknya ia pua bergelak
ketawa.
"Haha, kudaku jelek, orangnya pun jelek, sesungguhnya
memang jodoh yang setimpal," demikian katanya, "Dan
binatang tunggangan Bu-heng berdua tentunya bagus luar
biasa?"
Apakah selanjutnya Nyo Ko bisa hidup rukun berdampingan
dengan Kwe Hu dan Bu-si Hengte ?
Kepada siapa Ui Yong akan turunkan jabatan Pangcu
Kaypang? Kepada Nyo Ko yang dicalonkan jadi menantunya
oleh Kwe Cing?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bacalah jilid ke -18
Jilid 18
"Kuda kami sesungguhnya tidak banyak lebih bagus dari
kudamu yang buduk ini," sahut Siu-bun. "Tetapi kuda merah
Hu-moay (adik Hu) itulah baru kuda mestika sungguhsungguh.
Dahulu kau pernah tinggal di Tho-hoa-to, tentu kau
sudah melihatnya."
"O, kiranya Kwe-pepek telah memberikan kuda merahnya
kepada gadisnya," sahut Nyo Ko.
Sembari bicara mereka berempat terus berjalan.
"He, lihat, ibuku hendak pergi memberi pelajaran Panghoat
(ilmu permainan pentung) lagi," tiba-tiba Kwe Hu berkata
sembari tunjuk ke arah barat.
Waktu Nyo Ko menoleh, ia lihat Ui Yong bersama seorang
pengemis tua sedang jalan berendeng menuju ke lembah
gunung, tangan mereka sama-sama membawa sebatang
pentung.
"Loh-tianglo sungguh terlalu goblok, sudah sekian lamanya
ia belajar Pak-kau-pang-hoat masih juga belum bisa," ujar Bu
Siu-bun.
Mendengar kata-kata "Pak-kau-pang-hoat", seketika Nyo
Ko terkesiap hatinya, cuma lahirnya sedikitpun ia tidak unjuk
sesuatu tanda, ia malah berpaling ke jurusan lain pura-pura
sedang menikmati pemandangan alam yang indah.
"Pak-kau-pang-hoat adalah pusaka Kay-pang yang hebat",
demikian ia dengar Kwe Hu berkata lagi. "Kata ibuku, PangTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
hoat ini luar biasa bagus-nya dan adalah permainan yang
paling lihay dalam hal senjata di seluruh jagat ini, dengan
sendirinya kepandaian sehebat ini tak bisa dipelajari dalam
sepuluh hari atau setengah bulan saja, Kau bilang dia goblok,
memangnya kau sendiri pintar?"
Siu-bun menjadi bungkam dan menyengir.
"Sayang kecuali Pangcu dari Kay-pang, Pang-hoat ini tidak
diturunkan lagi kepada orang lain," ujar Bu Tun-si.
"Kelak kalau kau menjadi Pangcu dari Kay-pang, dengan
sendirinya Loh-tianglo akan ajarkan padamu," sahut Kwe Hu.
"Pang-hoat ini ayahku saja tak bisa, rasanya kaupun tak perlu
menyesal."
"Dengan macam ku ini mana bisa menjadi Pangcu Kaypang?"
kata Tun-si "Hu-moay, coba katakan, mengapa Subo
bisa pilih Loh-tianglo sebagai calon penggantinya?"
"Selama beberapa tahun ini, hakikatnya ibuku hanya
namanya saja Pangcu, padahal segala urusan Kay-pang baik
besar atau kecil seluruhnya diserahkan pada Loh-tianglo,"
sahut Kwe Hu. "Begitu banyak urusan Kay-pang yang tetek
bengek, asal dengar saja ibuku sudah merasa pusing, maka
dia bilang lebih baik suruh Loh-tianglo yang menjadi Pangcu
saja sekalian ia tunggu nanti kalau Loh-tianglo sudah paham
mempelajari Pak-kau-pang-hoat, lalu jabatan Pangcu itupun
akan diserahkannya secara resmi."
"Hu-moay," kata Siu-bun lagi, "bagaimanakah macamnya
Pak-kau-pang-hoat sebenarnya, kau pernah melihat belum?"
"Belum pernah," sahut Kvve Hu. Tetapi segera ia bilang
lagi: "Eh, pernah."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis ini ia jemput sebatang kayu, lalu ia pukul pelahan ke
pundak Siau-bun dan menyambung lagi dengan tertawa:
"Nah, begini!"
Keruan saja Siau-bun berjingkrak, "Bagus, kau anggap aku
sebagai anjing, ya?" teriaknya, berbareng ia pura-pura hendak
jamberet si gadis.
Dengan tertawa Kwe Hu lari menyingkir terus diudak oleh
Siu-bun. Dan sesudah berputar, kedua orang lalu kembali lagi
ketempat semula.
"Siao Bu-koko, jangan kau ribut lagi, aku mempunyai
suatu gagasan sekarang," dengan tertawa Kwe Hu
mengatakan.
"Coba katakan," ujar Siu-bun.
"Kita pergi mengintip, coba itu Pak-kau-pang-hoat
sebenarnya apa macamnya," Kwe Hu menerangkan.
Seketika Siu-bun menyatakan akur, sebaliknya Tun-si
geleng-geleng kepala dan Nyo Ko tak memberi suara.
"Jangan, jika sampai konangan Subo, tentu akan
didamperat habis-habisan," kata Tun-si.
"Kau memang penakut, kita hanya melihat saja, toh tidak
mencuri belajar," debat Kwe Hu, "Lagipula, iimu silat yang
begitu hebat dan tinggi apa hanya mengintip begitu saja
lantas bisa?"
Karena diolok-olok, Tun-si hanya menyengir saja dan tak
bisa menjawab.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kemarin bukankah kita juga mengintip di kamar baca dan
ibuku mendamperat kau tidak ?" Kwe Hu menambahi pula,
"Memang nyalimu terlalu kecil seperti tikus, Siao Bu-koko,
mari kita berdua pergi."
"Baik, baik, kau yang benar, aku ikut," seru Tun-si.
"Emangnya, ilmu silat kelas satu dari jagat ini kau tak ingin
melihatnya?" dengan tertawa Kwe Hu mengomel lagi.
Mereka bertiga memang sudah lama kagumi Pak-kaupang-
hoat yang lihay, cuma macamnya apa, selamanya belum
pernah lihat, Pernah Kwe Cing ceritakan pada mereka tentang
kejadian dulu dimana Ui Yong dengan Pak-kau-pang-hoat
menaklukkan para kesatria dari Kay-pang hingga berhasil
merebut kedudukan Pangcu, cerita ini bikin ketiga muda-mudi
ini sangat terpesona.
Kini Kwe Hu mengusulkan pergi mengintip, meski di mulut
Tun-si tak setuju, padahal dalam hati seribu kali kepingin,
Cuma pemuda ini rada licin, sebelumnya ia sengaja
tumpahkan tanggung jawab atas diri orang, supaya bila
konangan Ui Yong takkan salahkan dia.
"Nyo-toako, marilah kaupun ikut bersama kami." demikian
Kwe Hu berkata lagi.
Tetapi Nyo Ko pura-pura memandang jauh seakan-akan
sedang memikirkan sesuata, apa yang dikatakan si gadis
seperti tak didengarnya Waktu Kwe Hu mengulangi tanya lagi
barulah Nyo Ko menoIeh.
"Apa... apa? Ikut? Ke mana?" demikian ia tanya pura-pura
tak mengerti.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tak usah kau tanya, asal ikut saja," sahut Kwe Hu.
"Hu-moay, buat apa dia ikut?" tiba-tiba Tun-si mendadak.
"Toh dia tak akan mengerti, ia ketolol-tololan begini, kalau
sampai menerbitkan suara, bukankah akan konangan Subo
nanti?"
"Jangan kau kuatir, biar aku jaga dia," ujar Kwe Hu.
"Kalian berdua boleh jalan dulu, segera aku dan Nyo-toako
menyusul. Kalau empat orang bersama tentu lebih mudah
menerbitkan suara,"
Tentu saja Bu-si Hengte tak rela disuruh jalan dahulu,
tetapi mereka cukup kenal wataknya Kwe Hu yang tak bisa
dibantah, jika sedikit bikin marah dia, tanggung selama
belasan hari kau tak digubrisnya apabila tidak me-mohon2 dan
me-minta-minta hingga si gadis tertawa senang.
Karena itu, terpaksa Bu-si Hengte berjalan dahulu dengan
kurang senang.
"Kita putar ke belakang pohon besar di tepi jalan itu, untuk
sementara ibu tentu tak akan mengetahui," demikian Kwe Hu
teriaki mereka.
Dari jauh Bu-si Hengte menyahut, lalu mereka bertindak
cepat ke depan.
Maka kini tinggal Kwe Hu dan Nyo Ko saja yang jalan
berendeng, melihat baju pemuda ini compang-camping tak
keruan, Kwe Hu berkata: "Nanti kuminta ibu membikinkan kau
beberapa baju baru, sesudah kau berdandan, tentu kau tak
akan begini jelek lagi,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tidak, memang aku dilahirkan jelek, berdandanpun tak
ada gunanya," sahut Nyo Ko geleng kepala.
Tiba-tiba Kvve Hu menghela napas pelahan.
"Sebab apa kau berkeluh-kesah?" tanya Nyo Ko.
"Hatiku sangat masgul, apa kau tak tahu," sahut si gadis.
Melihat pipi si gadis bersemu merah, alisnya lentik lembut,
betul-betul nona yang ayu luar biasa, kalau melulu soal muka
saja, dibanding Liok Bu-siang, Wanyen Peng dan Yali Yan,
boleh dikatakan Kwe Hu terlebih cantik, tanpa tertahan hati si
Nyo Ko rada terguncang.
"Aku tahu sebab apa hatimu kesal," katanya kemudian.
"Aneh, darimana kau tahu? Ah, kau membual belaka!"
sahut Kwe Hu tertawa.
"Baiklah, bila aku jitu menerkanya, jangan kau pungkir
ya?" ujar Nyo Ko.
"Baik, coba kau terka," kata Kwe Hu lagi dengan
tersenyum manis.
"Kenapa susah2 membade," kata Nyo Ko kemudian,
"Kedua saudara Bu itu semuanya suka padamu, semuanya
suka cari muka padamu, sebab itulah kau menjadi serba susah
memilihnya."
Hati Kwe Hu berdebar-debar karena isi hatinya dengan jitu
kena dikatai.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyata memang soal yang menjadikan kesal hatinya adalah
diri kedua saudara Bu itu. Urusan ini ia sendiri tahu, ayahbundanya
tahu, Bu-si Hengte tahu, sampai kakek guru mereka
Kwa Tin-ok juga tahu, cuma urusan ini semua merasa sukar
diucapkan maka semuanya hanya berpikir dalam hati,
selamanya tak pernah menyinggung barang sekecap urusan
ini.
Kini mendadak kena dikatai Nyo Ko, tanpa terasa muka
Kwe Hu menjadi merah jengah, tetapi terasa senang pula dan
macam-macam perasaan lain.
"Ya, memang sukar dipilih," demikian sambung Nyo Ko
lagi. "Yang satu pendiam, yang lain lincah, yang satu pandai
main cinta, yang lain pintar cari muka, yang satu dapat kau
percaya selama hidup, yang lain bisa menghilangkan kesalmu,
Keduanya sama-sama cakap, ilmu silat tinggi, sungguh
masing-masing ada kelebihan sendiri-sendiri, cuma sayang,
aku seorang diri, mana bisa menikah dengan dua lelaki ?"
Sebenarnya Kwe Hu sedang mendengarkan dengan
ternganga, ketika mendengar ucapan yang terakhir itu, tibatiba
ia mengomelnya: "Ah, mulutmu selalu usil, tak mau gubris
kau lagi."
Melihat air muka orang, sejak tadi Nyo Ko sudah tahu
terkaannya pasti kena seluruhnya, maka ia menembang
pelahan mengulangi kata-katanya tadi yang terakhir.
Walaupun begitu, meski ia sudah ulangi beberapa kali, si
gadis seperti sedang tenggelam pikirannya sendiri dan tak
mendengarkan
"Nyo-toako," katanya kemudian lewat sejenak, "menurut
kau, Toa Bu-koko lebih baik atau Siao Bu-koko yang baik?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Haha, kalau menurut aku, ke-dua2nya tidak baik semua,"
sahut Nyo Ko tiba-tiba.
"Sebab apa?" Kwe Hu tercengang.
"Ya, sebab kalau mereka baik, lalu aku Nyo Ko apa ada
harapan?" ujar Nyo Ko dengan tertawa.
Nyata karena si Nyo Ko sudah biasa menggoda Liok Busiang
sepanjang jalan, padahal dalam hatinya sedikitpun tak
punya pikiran serong, kini dalam keadaan berkdakar dengan
Kwe Hu, tanpa terasa ia terlanjur omong, kelepasan mulut.
Keruan seketika Kwe Hu tertegun, ia adalah gadis aleman
yang biasanya sangat dimanjakan siapapun tak ada yang
berani berkata sesuatu yang bersifat kotor kepadanya, maka
iapun tidak tahu harus marah atau tidak oleh apa yang
dikatakan Nyo Ko tadi, tapi ia lantas tarik muka dan
menyahut: "Jika kau tak mau bilang, boleh kau tutup mulut,
siapa ingin bergurau dengan kau ? Hayo, lekas kita ke sana.!"
Sembari berkata ia lantas keluarkan ilmu entengi tubuh
dan berlari ke lereng gunung sana melalui jalan kecil.
Karena "kebentur batu", Nyo Ko menjadi serba kikuk, ia
pikir: "Buat apa aku menyelip di antara mereka bertiga ? Lebih
baik aku pergi yang lain saja !"
Maka ia putar tubuh dan berjalan pelahan ke arah lain,
dalam hati ia berpikir pula: "Bu-si Heng-te boleh dikatakan
memandang nona Kwe seolah-olah bidadari saja dan kuatir
kalau si gadis tak mau jadi isterinya. Padahal kalau betul-betul
sudah menikah dan sepanjang hari harus temani seorang
perempuan yang begini bandel dan manja, akhirnya pasti akan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lebih banyak susah daripada senangnya. Ha,.mereka sungguh
orang tolol, betul-betul menggelikan",
BegituIah diam-diam Nyo Ko tertawai orang, padahal ia
tak tahu bahwa siapa saja kalau sudah jatuh ke dalam jaring
asmara, maka sukar sekali untuk menarik diri, sekalipun dia
orang pandai atau nabi juga sukar memecahkan godaan
demikian ini.
Sementara itu Kwe Hu sudah berlari pergi, ia menyangka
Nyo Ko tentu akan menyusul dan minta maaf padanya, siapa
duga sesudah ditunggu dan tunggu lagi masih belum kelihatan
bayangan si Nyo Ko, tiba-tiba ia berpikir lain: "Ah, orang ini
tak bisa Ginkang, dengan sendirinya ia tak dapat menyandak
aku."
Segera ia putar balik ke jalan tadi, tapi tiba-tiba dilihatnya
Nyo Ko malah berjalan ke arah sana, keruan saja ia merasa
heran.
"He, kenapa kau tak susul aku?" tanyanya sambil berlari
ke depan Nyo Ko.
"Kwe-kohnio, harap kau sampaikan ayah-bundamu,
bilangkan aku sudah pergi," sahut Nyo Ko.
"Tanpa sebab kenapa kau hendak pergi ?" tanya Kwe Hu
terkejut.
"Tak apa-apa, memangnya aku datang tidak untuk apaapa,
maka perginya juga tiada apa-apa." sahut Nyo Ko adem.
Sebenarnya Kwe Hu suka ramai, meski dalam hati tidak
pandang hormat pada Nyo Ko, cuma ia merasa pemuda ini
pandai berkelakar, dibandingkan Bu-si Hengte terasa ada hal
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
baru yang menarik, maka sesungguhnya ia tidak ingin orang
pergi begitu saja.
Maka ia berkata, "sudah sekian lamanya kita tak berjumpa,
masih banyak yang ingin kutanyakan. Lagi pula, malam ini
akan diadakan Eng-hiong-yan, dari segenap penjuru tidak
sedikit Einghiong-Hohan (orang gagah dan para kesatria) yang
datang berkumpul, masakah kau tak ingin menambah
pengalamanmu?"
"Aku toh bukan Enghiong, kalau ikut hadir, apa tidak akan
menjadi buah tertawaan para Eng-hiong yang sungguhan itu?"
sahut Nyo Ko tertawa.
"ltupun betul," kata Kwe Hu. Dan sesudah merenung
sebentar, kemudian ia sambung lagi : "Ya, baiknya di rumah
Liok-pepek masih banyak orang tak bisa silat, kau boleh ikut
empek Kasir dan para pengurus rumah makan minum
bersama, bukankah sangat baik !"
Gusar sekali Nyo Ko oleh kata-kata orang, "Bagus, kau
anggap aku ini sebangsa orang yang rendahan saja!" demikian
pikirnya dongkol.
Sebenarnya ia sudah pikir hendak pergi, tetapi kini ia
malah balik pikiran, ia justru ingin lakukan sesuatu untuk bikin
malu si gadis yang menyinggung perasaannya ini.
Padahal Kwe Hu sejak kecil sangat dimanjakan sama sekali
tak kenal akan pergaulan, beberapa kata-katanya itupun tidak
sengaja hendak melukai hatinya, siapa tahu watak Nyo Ko
memang perasa, tanpa sengaja membikin marah padanya.
Sebaliknya melihat Nyo Ko sudah berubah pikiran, Kwe Hu
menjadi senang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Marilah, lekas, jangan terlambat kalau ibu datang lebih
dulu, tentu tak gampang lagi hendak mengintip," katanya
kemudian dengan tertawa.
Segera iapun mendahului lari lagi, sedang Nyo Ko
mengikuti dari belakang dengan pura-pura bernapas empasempis,
langkahnya berat hingga kelihatannya sangat goblok.
Dengan susah payah akhirnya mereka tiba juga di tempat
yang biasa Ui Yong mengajarkan Pang-hoat pada Loh-tianglo
yang bernama Loh Yu-ka, sementara itu Bu-si Hengte
kelihatan lagi Iongak-Iongok di atas pohon sana.
Sekali lompat Kwe Hu mendahului panjat ke atas pohon,
lalu ia ulur tangannya buat tarik Nyo Ko.
Waktu tangan menyentuh tangan, Nyo Ko merasakan
tangan si gadis begitu halus empuk seakan-akan tak
bertulang, tanya terasa hatinya terguncang keras, Tetapi
segera ia pikir pula: "Ah, sekalipun kau lebih cantik lagi juga
tak dapat mencapai separohnya Kokoh-ku (maksudnya Siao-
Iiong-li)."
Tatkala itu ilmu silat Kwe Hu sudah ada dasarnya yang
kuat, maka dengan enteng Nyo Ko dapat ditariknya ke atas
pohon.
"Apa ibuku belum datang?" dengan suara tertahan ia
tanya.
"Sudah," sahut Siu-bun menunjuk ke arah barat "Lohtianglo
sedang mainkan pentung di sana, sedang Suhu dan
Subo berada di sana sedang pasang omong."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
selamanya Kwe Hu paling takut pada ayah-nya, kini
mendengar Kwe Cing juga datang, ia menjadi kebat-kebit tak
enak, sementara ia lihat Loh Yu-ka seorang diri dengan
sebatang pentung bambu sedang main sendiri, ia menutul ke
timur dan menjojoh ke barat dengan pentung bambunya, tiputipu
gerakannya tiada sesuatu yang mengejutkan orang.
"Apakah ini yang disebut Pak-kau-pang-hoat?" dengan
suara pelahan Kwe Hu menanya.
"Besar kemungkinan betul", sahut Bu Tun-si. "Tadi Subo
sedang memberi petunjuk-petunjuk padanya, lalu Suhu
datang ada sesuatu hendak berunding dengan Subo dan
mengajaknya menyingkir maka Loh-tianglo seorang diri lantas
berlatih seperti itu."
Sctelah Kwe Hu memandang lagi beberapa gerakan
pengemis tua itu dan merasa semuanya biasa saja tiada
sesuatu yang menarik, segera iapun berkata: "Ah, Loh-tianglo
belum pandai main, rasanya tiada yang bisa dilihat lagi,
marilah kita pergi saja."
Tetapi lain halnya dengan pikiran Nyo Ko, ia lihat Panghoat
yang dimainkan Loh-tianglo itu sedikitpun tidak berbeda
seperti apa yang pernah di-dapatnya dari Ang Chit-kong
tempo hari di Hoa-san, ia cukup kenal betapa hebat ilmu silat
ini, maka diam-diam ia mentertawai si gadis yang tak tahu
apa-apa, tetapi berani bermulut besar.
Di lain pihak Bu-si Hengte yang selamanya selalu menurut
apa yang dikatakan Kwe Hu, waktu mendengar si gadis bilang
mau pergi, segera mereka pun ber-gegas2 hendak lompat
turun, tetapi tiba-tiba mereka mendengar di bawah pohon ada
suara tindakan orang, lalu terdengar suara Kwe Cing lagi
berkata : "Urusan jodoh Hu-ji sudah tentu tak bisa diputuskan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
secara ter-buru-buru, usia Ko-ji masih kecil, kaupun tak dapat
mengalahkan sedikit kekeliruannya lalu memastikan
keburukannya."
Lantas terdengar Ui Yong menjawab : "Kau pikirkan
hubungan turun temurun keluarga Kwe dan Nyo, hal ini sudah
sepantasnya, Tetapi Nyo Ko si bocah ini, semakin kulihat,
rasaku semakin mirip ayahnya, mana aku rela menjodohkan
Hu-ji pada-nya?"
Terkejut sekali mendengar percakapan suami isteri ini,
baik Kwe Hu, Bu-si Hengte maupun Nyo Ko, sama sekali
mereka taktahu ada hubungan apa antara keluarga Kwe dan
Nyo, lebih-lebih tak menduga bahwa Kwe Cing ada maksud
menjodohkan puterinya pada Nyo Ko, Karena percakapan
mereka itu ada hubungan erat sekali dengan masing-masing,
maka empat muda-mudi itu tak jadi pergi melainkan berdiam
di atas pohon.
"Ya, Nyo Khong-hengte tak beruntung terjeblos ke dalam
istana pangeran negeri Kim hingga salah bergaul dengan
orang jahat, akibatnya terjadilah drama yang mengenaskan
dengan mayat tak utuh dan menjadi isi perut gagak, kalau
sejak kecil ia dipelihara paman Nyo Thi-sim sendiri, rasanya
pasti takkan terjadi seperti itu," demikian terdengar Kwe Cing
berkata lagi.
"ltupun benar." sahut Ui Yong rendah sambil menghela
napas, Agaknya ia menjadi terbayang pada kejadian ngeri
dahulu dengan matinya Nyo Khong, ayah Nyo Ko.
Nyo Ko sendiri selamanya tak tahu bagaimana asal-usul
keluarganya, ia hanya tahu ayahnya meninggal terlalu cepat,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sedang cara bagaimana matinya dan siapa musuhnya, hal itu
sekalipun ibu kandungnya juga tak mau bilang terus terang
padanya, Kini mendadak dengar Kwe Qng menyinggung
ayahnya "terjeblos ke istana pangeran negeri Kim dan bergaul
dengan orang jahat" lalu bilang lagi "mayatnya tak utuh
hingga menjadi isi perut burung gagak" dll., seketika pemuda
ini merasa seperti disamber petir, seluruh tubuhnya gemetar,
mukanya pucat pasi.
Waktu itu Kwe Hu kebetulan melirik Nyo Ko, demi melihat
wajah pemuda ini sedemikian rupa, Kwe Hu sangat ketakutan,
ia kuatir pemuda ini mendadak terbanting jatuh ke bawah
terus mati.
Dementara itu Kwe Cing dan Ui Yong duduk berendeng di
atas sebuah batu dan membelakangi pohon yang dibuat
sembunyi empat muda-mudi itu, dengan meraba tangan sang
isteri terdengar Kwe Cing berkata pula: "Sejak kau
mengandung anak kedua ini kesehatanmu sudah jauh mundur
dari pada dulu, lekasan kau serahkan segala urusan Kay-pang
pada Loh Yun-ka sekaligus, supaya kau dapat merawat diri sebaik-
baiknya".
"He, kiranya ibu akan punya anak lagi, ehm, senang sekali
kalau aku tambah adik," kata Kwe Hu dalam hati, ia menjadi
girang sekali.
Dalam pada itu Ui Yong telah menjawab: "Urusan Kaypang
memangnya tak banyak kuperhatikan sebaliknya urusan
perjodohan Hu-ji yang bikin aku tak tenteram."
"Jika Coan-cin-kau tak terima Koji, biarlah aku sendiri yang
mengajar dia," kata Kwe Cing.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tampaknya pemuda ini sangat pintar, kelak aku turunkan
seluruh kepandaianku padanya, dengan begitu tak percumalah
aku angkat saudara dengan ayahnya."
Kini baru tahulah Nyo Ko bahwa Kwe Cing ternyata adalah
saudara angkat ayahnya sendiri kalau begitu, "Kwe-pepek" ini
sesungguhnya mengandung arti yang besar sekali Dan demi
mendengar Kwe Cing begitu baik hati dan berbudi pada
dirinya, hati Nyo Ko sangat terharu, hampiri ia meneteskan air
mata.
"Tetapi aku justru kuatir dia tersesat oleh karena
pintarnya," ujar Ui Yong menghela napas, "sebab itu juga aku
hanya ajarkan membaca padanya dan tidak turunkan ilmu silat
dengan harapan kelak dia akan menjadi seorang yang
bijaksana dan pandai membeda-bedakan yang salah dan yang
benar, supaya menjadi seorang lelaki sejati, dengan begitu
sekalipun tak bisa ilmu silat juga aku akan lega dan puas
menjodohkan Hu-ji padanya."
"Ya, segala apa kau memang lebih pintar dari aku, Yongji,"
sahut Kwe Cing. "Apa yang kau pikirkan selalu
berpandangan jauh, tetapi Hu-ji kita sedemikian wataknya,
ilmu silatnya juga begitu, kalau dia diharuskan mendampingi
seorang anak sekolahan yang lemah, coba pikir apa dia tak
penasaran? Apa dia bisa menghormati Ko-ji kelak? Menurut
hematku, suami isteri demikian ini pasti susah akurnya."
"Huh, tak malu," kata Ui Yong tertawa, "Emangnya kita
berdua bisa akur karena ilmu silatmu lebih unggul dari aku?
Hayo, Kwe-tayhiap, marilah kita coba-coba !"
"Bagus, Ui pangcu, katakanlah apa yang kau kehendaki,"
sahut Kwe Cing tertawa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lalu terdengar suara "plok" sekali, mungkin Ui Yong telah
tepok sekali tubuh Kwe Cing, Selang tak lama, lalu Ui Yong
berkata lagi.
"Ai, urusan ini sesungguhnya sukar diputuskan seandainya
tanpa Ko-ji, urusan kedua saudara Bu saja juga sulit
diselesaikan? Coba katakan, Toa Bu lebih baik atau Siao Bu
lebih baik?"
Seketika hati Kwe Hu dan Bu-si Hengte berdebar-debar.
Meski urusan ini tiada sangkut paut dengan Nyo Ko, tetapi
iapun ingin tahu bagaimana pendapat Kwe Cing terhadap
kedua saudara Bu itu.
Tetapi Kwe Cing hanya menyahut lirih sekali, selang sekian
Iama masih tiada jawabannya.
"Urusan kecil belum bisa kelihatan," demikian kemudian
terdengar ia menyahut, "harus tunggu menghadapi urusan
besar, baik atau busuk, barulah bisa diketahui." - Habis ini
perkataannya berubah menjadi lemah lembut dan
menyambung lagi: "Baiklah usia Hu-ji masih kecil, lewat
beberapa tahun lagi masih belum terlambat, boleh jadi pada
waktu itu dapat diputuskan dengan ca.ra yang lebih baik dan
kita yang menjadi orang tua tak perlu lagi ribut Kau mengajar
Loh-tianglo dan tentu banyak keluarkan tenaga, beberapa hari
ini aku selalu melihat napasmu tak lancar, aku sampai
kuatirkan kesehatanmu sekarang biarlah kupergi mencari Ko-ji
buat ajak bicara sedikit padanya." -Habis berkata iapun
bertindak pergi.
Sesudah Ui Yong atur pernapasannya sejenak, kemudian
ia panggil Loh-tianglo lagi dan memberi petunjuk Pak-kaupang-
hoat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tatkala itu Loh Yu-ka sudah selesai memainkan 36
gerakan Pak-kau-pang-hoat, cuma dimana dan cara
bagaimana menggunakan inti kebagusan ilmu silat itulah
belum dipahaminya. Maka dengan sabar dan telaten Ui Yong
memberi penjelasan padanya sejurus demi sejurus.
Tipu serangan Pak-kau-pang-hoat ini memang bagus,
Iebih2 kunci yang diuraikan Ui Yong ini terlebih hebat luar
biasa, kalau tidak, hanya sebatang pentung bambu hijau yang
kecil mana bisa menjadi pusaka Kay-pang ?
Sudah hampir sebulan Ui Yong turunkan tipu gerakan ilmu
pentung pemukul anjing itu pada Loh Yu-ka, kini ia
menerangkan pula kunnya dan perubahan2nya sampai
berulang kali dan suruh mengingatnya baik-baik.
Kwe Hu dan Bu-si Hertgte tak paham Pang-hoat segala,
maka mereka merasa tak tertarik mereka tidak tahu tentang
perubahan2 ilmu silat yang hebat itu, maka beberapa kali
mereka sudah ingin berosot turun pohon, namun kuatir
konangan Ui Yong, maka mereka mengharap-harap lekas Ui
Yong selesai mengertikan istiIah2nya dan lekas pergi bersama
Loh Yu-ka.
Siapa tahu Ui Yong bermaksud malam ini juga
menyerahkan jabatan Pangcu pada Loh Yu-ka dalam
perjamuan "Eng-hiong-yan", maka ia ingin turunkan
seluruhnya baik istilah maupun permainannya kepada Loh Yuka,
sekalipun masih belum paham, kelak masih bisa diberi
petunjuk lagi, cuma menurut peraturan Kay-pang turuntemurun,
Pang-cu baru waktu menerima jabatan harus sudah
bisa memainkan Pak-kau-pang-hoat, oleh sebab itu sedapat
mungkin Ui Yong ingin turunkan apa mestinya, maka sudah
lebih satu jam masih belum juga selesai menguraikannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dasar Loh Yu-ka ini juga bakatnya kurang ditambah
usianya sudah lanjut, daya ingatannya sudah mundur,
seketika mana bisa mengingat begitu banyak ajaran yang
diberikan itu? Meski Ui Yong sudah bolak-balik mengulangi,
masih belum juga diingatnya semua.
Baiknya Ui Yong sudah lama berdampingan dengan
seorang suami yang bakatnya tak tinggi, ia sudah biasa
dengan orang yang kurang tajan otaknya, maka kebebalan
Loh Yu-ka tidak menjadikan amarahnya. Celakanya ia dibatasi
oleh peraturan perkumpulan yang mengharuskan inti Pang
hoat itu diturunkan secara lisan dan sekali-kali tak boleh
secara tertulis, kalau boleh, sesungguhnya ia bisa menulisnya
dan dibaca sendiri oleh Loh Yu-ka sampai apal, hal ini pasti
akan hemat tidak sedikit tenaganya.
Dalam pada itu yang paling beruntung rasanya adalah Nyo
Ko.
Seperti diketahui, tempo hari waktu Ang Chit kong
bertanding dengan Auwyang Hong di Hoa san, pada saat
terakhir pernah mengajarkan setiap tipu berikut perubahannya
pada Nyo Ko dan disuruh mempertunjukkannya pada
Auwyang Hong, hanya kunci diwaktu menghadapi musuh saja
yang belum dijelaskan. Siapa tahu, secara kebetulan sekali di
sini Nyo Ko justru bisa mendengar kekurangan itu dari
mulutnya Ui Yong yang lagi mengajarkannya pada Loh Yu-ka.
Sudah tentu bakat Nyo Ko beratus kali lebih tinggi dari Loh
Yu-ka, hanya tiga kali ia dengar, satu kata saja tak bisa
dilupakan lagi oleh pemuda ini, sebaliknya Loh Yu-ka masih
bolak-balik mengulangi dan masih tetap salah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah hamil untuk kedua kalinya, mungkin karena terlalu
sibuk menurunkan Pak-kau-pang-hoat pada Loh Yu-ka,
akhirnya Ui Yong merasa letih juga, ia coba bersandar pada
baru sambil pejamkan mata untuk mengumpulkan semangat.
"Hu-ji, Si-ji, Bun-ji, Ko-ji, semuanya turun sini!" mendadak
ia berseru.
Tentu saja Kwe Hu berempat sangat kaget, mereka heran
mengapa orang diam-diam saja, tetapi sebenarnya sudah tahu
mereka sembunyi di atas pohon.
"Kau sungguh hebat, Mak! Segala apa tak bisa
membohongi kau!" demikian Kwe Hu berkata tertawa.
Berbareng itu, dengan gerakan "Ling-yan-tau-lim" atau
burung walet menerobos Hutan, dengan enteng sekali ia
meloncat ke hadapan sang ibu.
Menyusul Bu-si Hengte juga ikut melompat turun, hanya
Nyo Ko saja yang merangkak turun dengan pelahan.
"Hm, hanya sedikit kepandaianmu ini berani mengintip?"
sahut Ui Yong menjengek "Jika menghadapi kalian beberapa
setan cilik saja tak tahu, apalagi kalau merantau Kangouw,
bukankah tidak sampai setengah hari sudah terjebak musuh?"
Kwe Hu menjadi kikuk, tetapi ia tahu sang ibu biasanya
sangat manjakan dirinya maka iapun tidak takut didamperat,
sebaliknya ia maju dan berkata lagi dengan tertawa:
"Mak, sengaja aku ajak mereka datang ke sini untuk
melihat Pak-kau-pang-hcat yang disegani di seluruh jagat itu,
siapa tahu apa yang dimainkan Loh-Lianglo itu sedikitpun tak
menarik Coba, jika permainanmu tentu sangat menarik."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong tertawa, betul juga segera ia ambil pentung
bambu dari Loh Yu-ka.
"Baik, lihatlah aku bikin anjing cilik terjungkal" katanya
sambil ulurkan pentung bambu ke arah Kwe Hu.
Segera Kwe Hu perhatikan bagian bawah, ia tunggu bila
pentung menyamber, segera ia akan melompat ke atas supaya
tidak kesandung.
Dalam pada itu Ui Yong telah geraki pentung bambunya,
lekas-2 Kwe Hu melompat siapa tahu baru setengah kaki
meninggalkan tanah, dengan tepat kena disabet pentung itu
dan dengan enteng ia jatuh menggeletak.
"Tidak, tidak mau aku, itu salahku sendiri," teriak Kwe Hu
aleman sambil melompat bangun.
"Baiklah, coba, kau ingin cara bagaimana?" kata Ui Yong
tertawa.
Segera si gadis pasang kuda-kuda dengan kuat, habis itu
ia berseru pada Bu-si Hengte. "Toa Bu-koko dan Siao Bu-koko,
kalian berdua berdiri di sampingku sini, juga pasang kudakuda
yang kukuh."
Busi Hengte menurut, mereka berdiri dengan kuda-kuda
yang kuat, Kwe Hu pentang tangannya saling gantol dengan
tangan kedua pemuda itu, dengan tenaga mereka bertiga,
sungguh sangat kukuh tampaknya.
"Mak, sekarang tak takut lagi, kecuali ayah punya Hangliong-
sip-pat-ciang barulah bisa bikin kami bergerak," kata
Kvve Hu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong tak menjawab, ia tersenyum, habis ini mendadak
pentungnya menyapu ke muka tiga orang itu dengan kcncang.
Karena kuatir muka mereka yang habis menjadi babak
belur, lekas-lekas ketiga-tiga-nya mendoyong ke belakang
buat berkelit dengan demikian kuda-kuda mereka menjadi
kendur. Tanpa ayal lagi pentung Ui Yong berputar kembali dan
menyereet kaki ketiga orang, karena tak kuat lagi kudakudanya,
mereka bertiga jatuh menubruk tanah semua, ilmu
silat mereka cukup hebat, maka baru jatuh segera mereka
melompat bangun dengan gaya yang manis.
"Mak, caramu ini hanya tipuan saja, aku tak mau," kata
Kwe Hu lagi.
"Memangnya," ujar Ui Yong, "apa yang aku ajarkan pada
Loh-tianglo tadi, tipu manakah yang pakai tenaga sungguhsungguh?
Kau bilang gerakanku ini hanya tipuan. memang
tidak salah, dalam ilmu silat, 9 dari 10 bagian memang akal
belaka, asal bisa robohkan lawan, itu berarti sudah menang.
Hanya ilmu Han-liong-sip-pat-ciang ayahmu itulah betul-betul
silat sejati yang berani main keras lawan keras tanpa pakai
akal. Tetapi untuk melatih sampai tingkat itu, di jagat ini
terdapat berapa orang?"
Kata-kata ini membikin Nyo Ko diam-diam memanggut,
sebaliknya Kwe Hu bertiga meski mengerti toh mereka belum
paham di mana letak intisari penjelasan itu.
"Pak-kau-pang-hoat ini adalah ilmu silat paling aneh, ia
tercipta secara tersendiri dan tiada hubungannya dengan
silat2 aliran lain," kata Ui Yong lagi, "Kalau melulu belajar tipu
gerakannya tanpa mengerti inti rahasianya, maka percumalah
meski belajar selama hidup, Maka selanjutnya kalau aku lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ajarkan ilmu silat lain, sebelum dapat ijinku jangan sekali-kali
mengintip lagi, tahu?"
Berulang Kwe Hu mengiakan, tapi dengan tertawa segera
ia bilang lagi: "Ah, buat apa aku mengintip kepandaian ibu,
apa mungkin engkau tak mengajarkan padaku kelak?"
Ui Yong terlalu sayang pada gadisnya ini, maka ia hanya
tepuk pelahan bebokong Kwe Hu.
"Hayo, pergi bermain lagi dengan Bu-keh Ko-ko," katanya
kemudian "dengan tertawa, "Ko-ji, aku ingin bicara sedikit
dengan kau, Loh-tianglo, kau ulangi saja sendiri, kalau masih
ada yang Iupa, kelak akan kuajarkan lagi."
Maka Loh Yu-ka dan Kwe Hu berempat lantas mendahului
kembali ke Liok-keh-ceng atau perkampungan keluarga Liok,
hanya Nyo Ku yang masih berdiri menjublek di tempatnya,
sesaat itu hatinya berdebar-debar, ia kuatir kalau-kalau Ui
Yong akan ambil jiwanya sebab berani mencuri belajar Pakkau-
pang-hoat.
Namun dugaannya ternyata meleset. Waktu melihat wajah
pemuda ini rada sangsi-sangsi, dengan lemah lembut Ui Yong
tarik tangannya dan suruh duduk di sampingnya.
"Ko-ji," Ui Yong mulai bertanya, "banyak sekali urusanmu
yang kurasa tidak mengerti, seandainya kutanya, tentu
kaupun tak mau menjelaskan. Cuma, hal ini akupun tak
menyalahkan kau. Di waktu kecil ,watakku pun sangat aneh
dan menyendiri semua itu berkat kau punya Kwe-pepek yang
telah banyak mengalah padaku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Berkata sampai di sini, Ui Yong menghela napas pelahan,
mulutnya tersungging senyuman, rupanya ia menjadi teringat
pada waktu kecilnya yang nakal itu, lalu ia sambung lagi.
"Jika aku tak mau turunkan ilmu silat padamu, itu
tujuannya untuk kebaikanmu, siapa tahu hal itu malah bikin
kau menjadi banyak menderita Ko-ji, kau punya Kwe-pepek
sayang dan cinta padaku, budi kebaikannya ini sudah tentu
akan kubalas sebisanya, ia menaruh suatu harapan atas
dirimu, yalah mengharap kelak kau bisa menjadi seorang lakilaki
sejati, untuk ini pasti aku akan bantu kau menuju ke jalan
yang baik supaya cita2 Kwe-pepek terlaksana. Dan kau,
hendaklah kaupun jangan kecewakan harapannya, maukah
kau berjanji?"
Belum pernah Nyo Ko mendengar Ui Yong berbicara
secara begitu halus dan sungguh-sungguh terhadap dirinya, ia
lihat sorot mata orang penuh mengandung rasa kasih sayang,
tanpa tertahan hatinya terguncang. Pada dasarnya Nyo Ko ini
berperasaan halus, maka terus saja ia menangis keras.
"Ko-ji," sambil mengelus kepalanya, Ui Yong berkata lagi:
"Rasanya tidak perlu kubohongi kau, dahulu aku tak suka
pada ayahmu, juga tak senang pada ibumu, oleh sebab itu
juga terus tak suka padamu. Tetapi sejak kini pasti aku akan
perlakukan kau baik-baik, nanti kalau kesehatanku sudah
pulih, biarlah kuturunkan segala kepandaianku padamu."
Nyo Ko semakin terharu, tangisnya semakin keras.
"Kvve-pekbo. ba... banyak hal-hal yang kubohongi kau,
biar ku... kukatakan padamu," kalanya kemudian dengan
masih terguguk-guguk.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hari ini aku sudah Ietih, boleh ceritakan kelak saja, asal
kau menjadi anak yang baik bagiku sudah senang," sahut Ui
Yong sambil membelai rambutnya "Malam nanti akan ada
rapat besar Kay-pang, kaupun boleh hadir menyaksikan
keramaian itu."
Nyo Ko pikir wafatnya Ang Chit-kong memang termasuk
suatu berita besar dan sudah seharusnya diucapkan di
hadapan rapat, maka sembari mengusap air matanya, ia
memanggut.
Dengan percakapan mereka yang keluar dari lubuk hati
mereka ini, hingga segala rasa tak puas yang dulu2 seketika
buyar semua. Sampai akhirnya Nyo Ko mulai bisa ketawa-tawa
lagi, sejak perpisahannya dengan Siao-liong-li, agaknya untuk
pertama kali inilah ia merasakan perlakuan yang hangat.
Di lain pihak, sesudah bicara panjang ini, Ui Yong
merasakan perutnya rada sakit, maka perlahan-lahan ia
berdiri.
"Marilah kita pulang" ajaknya kemudian. Lalu ia gandeng
tangan Nyo Ko dan berjalan pelahan.
"Kwe-pekbo, ada sesuatu urusan penting ingin
kuberitahukan padamu," kata Nyo Ko sambil berjalan ia pikir
berita tentang kematian Ang Chit-kong pantasnya
diberitahukan lebih dahulu kepada bibinya ini.
Akan tetapi Ui Yong merasakan perutnya makin lama
makin meliiit, maka napasnya menjadi rada terganggu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Katakan saja besok, aku... aku rada kurang enak badan."
katanya sambil mengkerut kening.
Melihat wajah orang putih lesi, Nyo Ko menjadi kuatir, ia
merasa tangan orang rada dingin, maka diam-diam ia
kumpulkan tenaga dalam, ia salurkan semacam hawa hangat
ke tangan orang yang menggandengnya itu.
Dahulu waktu melatih Giok-li-sim-keng bersama Siao-liongli
di Cong-lam-san, kepandaian cara menyalurkan ilmu melalui
telapak tangan sudah dilatihnya dengan apal sekali, Tetapi
kuatir kalau Lwekang yang Ui Yong pelajar bertentangan
dengan apa yang diapalkannya, mula-mula ia hanya gunakan
sedikit tenaga saja, sesudah merasa tiada halangan barulah ia
tambah tenaga dalamnya.
Ketika mendadak merasa tenaga tangan Nyo Ko
menyalurkan hawa hangat yang terus-menerus, sungguh
heran sekali Ui Yong, tetapi akibat hawa hangat itu, segera
pula rasa sakit dan napasnya menjadi teratur kembali.
Dalam herannya ia hanya tersenyum pada Nyo Ko sebagai
tanda terima kasihnya. Dan selagi ia hendak tanya orang
darimana mendapatkan ilmu itu, tiba-tiba dilihatnya Kwe Hu
sedang berlari mendatang.
"Mak, mak, coba terka siapa yang telah datang?" demikian
gadis itu berteriak-teriak sembari berlari.
"Hari ini tidak sedikit kesatria dari seluruh jagat yang
hadir, dari mana aku tahu siapa dia yang datang," sahut Ui
Yong tertawa, Tetapi tiba-tiba tergerak pikirannya, ia sambung
lagi : "Ah, tentu para Susiok dan Supek kedua saudara Bu,
Hayo, lekas, sudah lama kita tak bertemu dengan mereka."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baik. kau sungguh hebat, sekali tebak lantas kena." kata
Kwe Hu.
"Apanya yang sukar?" sahut Ui Yong tertawa, "Kedua
saudara Bu itu selamanya tak pernah meninggalkan kau, kini
tiba-tiba tiada di sampingmu, tentunya ada sanak saudaranya
yang datang,"
Selamanya Nyo Ko anggap dirinya sendiri cerdik dan
pintar, kini melihat Ui Yong bisa berpikir seperti dewa dan
masih jauh di atas dirinya, sungguh ia menjadi amat
kagumnya.
"Hu-ji, selamat padamu, kau bakal tambah semacam ilmu
kepandaian yang hebat lagi," tiba-tiba Ui Yong berkata pula.
"Ilmu kepandaian apa?" tanya Kwe Hu.
"lt-yang Ci !" mendadak Nyo Ko menyela.
"Kau mengerti apa?" omel Kwe Hu, kata-kata Nyo Ko tak
digubrisnya: "Mak, kau bilang ilmu apa?"
"Bukankah Nyo-koko sudah bilang tadi," sahut Ui Yong
tertawa.
"Ha, kiranya ibu sudah bilang padamu," ujar Kwe Hu pada
Nyo Ko.
Tetapi Nyo Ko dan Ui Yong hanya tersenyum. Dalam hati
Ui Yong memikir: "Ko-ji ini sungguh berpuluh kali lebih pintar
dan cerdik dari pada Bu-si Hengte, Hu-ji juga goblok, lebihlebih
tak masuk hitungan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi Kwe Hu masih tetap heran sebab apa ibunya
memberitahukan Nyo Ko tentang hal itu.
Kiranya It-teng Taysu yang berjuluk Lam-te atau raja dari
selatan, yang namanya sejajar dengan Ui Yok-su, Ang Chitkong
dan Auwyang Hong, seluruhnya ia mempunyai empat
murid yang disebut "Hi-Jiau-Keng-Thok" atau nelayan, tukang
kayu, petani dan sastrawan
Ayah Bu-si Hengte, Bu Sam-thong adalah si petani dari
urut-urutan nomor tiga itu. Sejak ia terluka waktu menempur
Li Bok-chiu, sampai kini tak pernah kelihatan bayangannya
hingga mati-hidup-nya tak diketahui.
Sekali ini yang datang menghadiri Eng-hiong-yan adalah
Hi-jin dan Su-seng atau si nelayan dan si sastrawan berdua.
Setiap kali si sastrawan itu bertemu Ui Yong segera ingin
adu mulut dan ukur kepandaian, kini berjumpa pula setelah
berpisah hampir dua puluh tahun, sudah tentu mereka ingin
unjuk kepandaian masing-masing lagi dan berdebat. Sedang si
nelayan itu betul saja lantas mencari satu kamar dan
menurunkan ilmu lt-yang-ci kepada Bu-si Hengte.
Sehabis makan siang, lalu kawanan pengemis anggota
Kay-pang beramai-ramai berkumpul -di depan Liok-keh-ceng.
Sekali ini dilakukan timbang-terima jabatan Pangcu baru dan
lama, hal ini merupakan upacara yang paling tinggi dalam
kalangan Kay-pang, maka kecuali semua anak murid dari
seluruh penjuru diundang hadir, ada pula jago-jago dari aliran
lain dan perkumpulan lain yang diundang sebagai "peninjau"
Selama belasan tahun ini, Loh Yu-ka selalu mewakili Ui
Yong mengatur segala urusan Kay-pang dan berlaku sangat
adil, berani bertindak berani bertanggung jawab, dua
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
golongan dalam Kay-pang, yakni yang disebut Ut-ih-pay dan
Ceng-ih-pay," golongan baju kotor dan golongan baju bersih,
semuanya tunduk dan percaya penuh padanya, maka upacara
penyerahan jabatan yang dilakukan hari ini sebenarnya hanya
upacara resmi saja.
Kemudian menurut peraturan, Ui Yong lantas umumkan
penyerahan jabatan itu, lalu ia serahkan Pa-kau-pang atau
pentung pemukul anjing, yakni bambu hijau yang menjadi
pusaka Pangcu turun temurun itu kepada Loh Yu-ka, disusul
segera para anak murid meludahi Yoh Yu-ka masing-masing
sekali, hingga pengemis tua ini seluruh muka dan kepala
penuh air lendir, dengan begitu selesailah upacara timbangterima
jabatan Pangcu lama kepada yang baru.
Melihat cara penggantian Pangcu yang aneh ini, diamdiam
Nyo Ko terheran-heran. Dan selagi ia hendak tampil ke
muka untuk mengumumkan berita tentang wafat nya Ang
Chit-kong, tiba-tiba dilihatnya seorang pengemis tua telah
melompat ke atas sebuah batu besar, tangan kirinya
menyunggih tinggi2 sebuah Holo besar yang berwarna coklat.
Nampak benda ini, seketika hati Nyo Ko tergetar dapat
dikenalnya Holo ini bukan lain adalah benda pengisi araknya
Ang Chit-kong, waktu bertemu di atas Hoa-san, dengan jelas
ia lihat barang ini selalu menggemblok di punggung pengemis
tua itu, belakangan waktu ia pendam mayat pengemis tua itu,
iapun tanam Hiolo itu disamping tubuhnya, tetapi mengapa
mendadak bisa muncul lagi di sini? Apa mungkin ada sebuah
Hiolo lain yang secorak dan serupa?
Sementara itu didengarnya sorak-sorai gegap gempita
para pengemis demi nampak Hiolo simboI Pangcu tua mereka
itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selagi Nyo Ko ragu-ragu. terdengar si pengemis tua itu
sudah membuka suara lagi dengan keras: "Ada perintah dari
Ang-lopangcu, aku disuruh menyampaikan nya kepada para
hadirin!"
Mendengar itu, sorak-surai para pengemis itu menjadi
lebih hebat lagi. Memangnya mereka sudah belasan tahun tak
pernah menerima kabar berita pangcu tua mereka itu, kini
mendadak dengar ada perintahnya, sudah tentu semuanya
terbangun semangatnya.
"Pujikan Ang-lopangcu selamat dan panjang umur!" segera
terdengar seruan salah seorang pengemis diantara orang
banyak itu.
Seketika suara sorak gemuruh berkumandang lagi hingga
mengguncangkan bumi. Maklumlah Ang Chit-kong adalah
seorang kesatria, seorang gagah perkasa di jaman itu, dari
aliran apa dan lapisan apapun tiada seorangpun yang tak
kagum padanya, lebih-lebih anggota Kay-pang, cinta mereka
padanya boleh dikatakan melebihi orang tua sekandung
sendiri.
Setelah sorak-sorai seminuman teh, suara gemuruh itu
perlahan-lahan baru mereda kembali. Melihat setiap anggota
Kay-pang itu sangat bersemangat dan terharu, bahkan ada
yang mengalirkan air mata, diam-diam Nyo Ko pikir sendiri:
"Seorang laki-laki kalau bisa begini barulah tidak percuma
hidup di dunia ini. Semua orang sedang riang gembira, mana
aku tega memberitahukan mereka tentang wafatnya Ang-locianpwe?"
Sementara itu ia dengar si pengemis tua tadi telah berkata
lagi : "Tiga hari yang lalu, di Liong-ki-ce aku telah bertemu
dengan Ang-lopangcu..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Luar biasa kejut Nyo Ko oleh kata-kata orang, "Anglopangcu
sudah lama meninggal cara bagaimana ia bisa
bertemu dengan beliau tiga hari yang lalu?" demikian Nyo Ko
tidak habis mengerti
Dalam pada itu pengemis tua itu telah meneruskan:
"Waktu beliau tahu Ui-pangcu hendak menyerahkan
jabatannya kepada Loh-pangcu, ia bilang keputusan ini sangat
baik dan sangat cocok dengan maksudnya..."
Sampai di sini mendadak Loh Yu-ka berlutut ke hadapan
pengemis itu sambil berkata dengan suara gemetar: "Tecu
pasti akan lakukan sepenuh tenaga untuk membalas budi
kebaikan Lopangcu, asal pekerjaan itu berpaedah bagi
perkumpulan kita, sekalipun mati tak gentar."
Pengemis tua itu sudah tentu tingkatannya lebih rendah
daripada Loh Yu-ka, Pangcu yang baru ini, tetapi ia membawa
Hiolo milik Ang Chit-kong, maka Loh Yu-ka berlutut terhadap
Hiolo yang menjadi simbolnya Chit-kong dan bukan berlutut
kepada pengemis itu.
"Ang-lopangcu bilang," demikian pengemis tua itu
melanjutkan lagi, "dalam keadaan negara kacau balau ini,
bangsa Mongol lambat laun mulai menjajah ke selatan hendak
caplok negeri Song-raya kita, maka diharap semua anggota
perkumpulan kita hendaklah berhati setia dan bernyali berani,
harus bersumpah akan membunuh musuh dan melawan
penjajah dari luar."
Serentak anggota2 Kay-pang itu berteriak lagi menyatakan
akur, semangat mereka sangat tinggi dan sikap mereka
berani.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Pemerintah dalam keadaan kacau, pembesar dorna
berkuasa, kalau kita cuma percaya para pembesar busuk itu
akan melindungi rakyat, itu sekali-kali tak bisa terlaksana,"
demikian pengemis tua itu bicara lagi, "Kini negara dalam
bahaya, setiap orang hendaklah berjiwa patriot, sedia korban
untuk nusa dan bangsa, Sayang Lopangcu lagi ada sesuatu
keperluan ke daerah Utara dan tak bisa datang ke pertemuan
ini, maka aku disuruh menganjurkan kalian hendaklah ingat
baik-baik dua huruf, yakni Tiong Gi".
Seketika para pengemis bergemuruh menyambut anjuran
itu, beramai-ramai mereka berteriak: "Kami bersumpah
menerima petunjuk Ang-lopangcu itu !"
Sejak kecil Nyo Ko tak mendapatkan pendidikan, maka ia
tak tahu apa arti "Tiong Gi" atau setia dan berbakti itu betapa
besar hubungannya dengan negara, tetapi bila dilihatnya
anggota2 Kay-pang itu bersikap gagah berani, tanpa terasa
iapun merasakan sesuatu, ia menjadi menyesal tempo hari
telah permainkan beberapa anak murid Kay-pang.
Mengenai kematian Ang Chit-kong dengan mata kepala
sendiri ia saksikan betul-betul terjadi malahan dia sendiri yang
mengubur jenazah orang, kenapa pengemis tua ini bisa bilang
tiga hari yang lalu pernah bertemu dengan dia? jika perintah
itu palsu, tetapi perintah ini justru mengenai tugas yang
mulia?
Begitulah Nyo Ko menjadi curiga dan tak mengerti ia pikir
hal ini terpaksa dibicarakan pada Ui Yong nanti.
Sehabis itu, lantas diteruskan dengan urusan-urusan Kaypang
tentang kenaikan pangkat dan lain-lain bagi para
anggota, dan karena tiada sangkut pautnya dengan orang
luar, para tetamu lantas pada undurkan diri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Malamnya, luar maupun dalam Liok-keh-ceng telah dihias
dengan lampu2 lampion yang indah seperti orang punya hajat
saja, meja2 perjamuan memenuhi seluruh ruangan gedung
dari depan sampai belakang, seluruhnya lebih 200 meja,
semua kesatria dan orang gagah dari seluruh jagat tampaknya
ada separah yang hadir.
Hendaklah diketahui bahwa Eng-hiong-yan atau
perjamuan kaum kesatria ini dalam beberapa puluh tahun
sukar diketemukan barang sekali saja, kalau bukan tuan
rumahnya luas bergaul, tidak nanti bisa mengundang tetamu
yang begini banyak.
Sampai saatnya, Kwe Cing dan Ui Yong keluar mengawani
tetamu utama mereka yang berada di ruangan tengah.
Tempat Nyo Ko sudah diatur oleh Ui Yong dan duduk di
samping mejanya, sebaliknya Kwe Hu dan Bu-si Hengte malah
sangat jauh tempat duduknya.
Semula Kwe Hu rada heran, ia pikir orang toh tak bisa ilmu
silat, untuk apa dia hadiri Eng-hiong-yan ini? Tetapi bila
terpikir lagi olehnya, seketika hatinya terkesiap.
"Haya, celaka, bukanlah ayah bilang mau menjodohkan
aku padanya, jangan-jangan ibu sudah setuju lengan maksud
ayah?" demikian ia membatin.
Sebab itu, makin dipikir Kwe Hu semakin takut, apalagi
teringat olehnya betapa hangatnya hubungan mereka ketika
ibunya menggandeng tangan Nyo Ko. selamanya ayahbundanya
saling hormat menghormati dan harga-menghargai,
kalau ayahnya berkeras dengan maksudnya, pasti ibunya tak
bisa memgelak. Karena itu, berulang kali ia melirik si Nyo Ko
dengan sorot mata yang penuh marah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kebetulan waktu itu Bu Siu-Bun bertanya padanya: "Humoay,
lihat itu bocah she Nyo juga duduk di situ, ia terhitung
Enghiong darimana sih?"
"Entah," sahut Kwe Hu mendongkol "Jika kau mampu,
boleh kau mengusirnya !"
Tadinya Bu-si Hetigte hanya pandang rendah pada Nyo
Ko, tetapi sesudah mendengar Kwe Cing bilang hendak
jodohkan puterinya padanya, tanpa terasa dalam hati mereka
timbul rasa permusuhan hal ini memang bisa terjadi antara
saingan rebut pacar, maka tak bisa mengalahkan mereka.
Kini mendengar kata-kata Kwe Hu tadi, segera Siu-bun
berpikir: "Kenapa aku tidak bikin malu dia di hadapan orang
banyak ini? Subo adalah seorang yang suka unggul, kalau
bocah she Nyo terjungkal di bawah tanganku, pasti ia tak akan
mau terima dia sebagai menantunya."
Setelah ambil keputusan itu, dengan It-yang-ti yang baru
saja ia pelajari dari paman gurunya itu kebetulan bisa
digunakan Nyo Ko sebagai kelinci percobaan.
Maka segera berkatalah Siu-bun: "la mengaku Enghiong,
mengusirnya rasanya susah, adalah lebih baik naikkan dia
sekalian supaya dia bisa dikenal orang banyak."
Habis berkata, ia menuang dua cawan arak dan segera
didekatinya Nyo Ko.
"Nyo-toako, marilah kusuguh kau secawan," demikian ia
berkata.
Kecerdasan Nyo Ko jauh sekali di atasnya Bu-si Hengte,
waktu dilihatnya orang mendekati dirinya dengan mata
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memandang Kwe Hu, sedang air mukanya mengunjuk rasa
senang yang aneh, ia menduga orang pasti akan pakai akal
licik ia pikir "Tentu dia tidak bermaksud baik dengan
menyuguh arak padaku ini, Tetapi taruh racun di dalam arak
rasanya iapun tidak berani."
Maka suguhan orang tak ditolaknya, ia berdiri dan terima
pemberian itu terus diminum.
Siapa duga, pada saat itu juga mendadak Siu-bun ulur
jarinya dan menutuk ke pinggangnya, Siu-bun sengaja tutupi
pandangan orang lain dengan tubuhnya, ia pikir asal sekali
tutuk kena "Jiau-yao-hiat" tentu Nyo Ko akan berteriak-teriak
dan tertawa-tawa tak keruan di hadapan orang banyak.
Namun waktu ia mendekati lebih dulu Nyo Ko sudah
memperhatikan gerak-geriknya, jangankan Nyo Ko sudah
berjaga-jaga, sekalipun mendadak musuh membokong, dalam
tingkat kepandaian Nyo Ko sekarang juga sukar hendak
merobohkannya, jika turuti watak Nyo Ko yang tak mau kalah
sedikitpun dengan orang lain, pasti kontan dia batas hantam
orang, kalau tidak bikin Siu-bun tersungkur, tentu pula "Jiauyao-
hiat" ia tutuk balik.
Cuma sesudah percakapannya dengan Ui Yong itu, hatinya
sedang gembira, maka ia menddak tak enak merobohkan
orang di hadapan orang banyak, ia pikir jeIek2" Bu-si Hengte
adalah anak murid paman dan bibinya.
Sebab itu, diam-diam ia hanya jalankan darahnya secara
terbalik menurut ilmu ajaran Auwyang Hong.
Betul saja, ketika jari Siu-bun ditutukkan, meski Hiat-to
yang diarah sangat jitu, tetapi Nyo to anggap seperti tak
terjadi apa-apa saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sekali kena, bukannya Nyo Ko roboh atau tertawa seperti
yang diharapkan, bahkan pemuda ini hanya tersenyum terus
duduk kembali ke tempatnya tadi. Keruan saja Bu Siu bun
terheran-heran. terpaksa iapun kembali kemejanya.
"Koko, kenapa ilmu ajaran Supek tidak manjur?" demikian
ia tanya saudaranya dengan suara tertahan.
"Apa? Tak manjur?" sahut Bu Tun-si bingung Lalu Siu-bun
menceritakan pengalamannya tadi
"Ah, tentu jarimu tak benar atau Hiat-to yang kau arah
menceng," ujar Tun-si.
"Menceng? Mana bisa, lihat nih," bantah Siu-bun.
Berbareng ia angkat jarinya terus bergaya menutuk ke
pinggang sang kakak, baik gayanya mau pun tenaganya,
semuanya tepat dan jitu, sedikitpun tidak salah seperti apa
yang diajarkan Supek mereka.
"Ha, tadinya aku kira It-yang-ci tentu permainan yang
amat lihay, huh agaknya juga tak berguna," terdengar Kwe Hu
mencemoohkan dengan mulut menjengkit.
Karena sindiran ini. Tun-si merasa penasaran mendadak ia
berdiri dan menuang dua cawan arak, iapun mendekati Nyo
Ko.
"Nyo-toako, sudah lama kita tak bertemu kini bersua
kembali, sungguh harus dibuat girang, maka siaute juga ingin
suguh kau secawan," demikian ia kata.
Diam-diam Nyo Ko tertawa geli, adiknya sudah ke bentur
batu, apa sang kakak juga ingin ketumbuk tembok?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka iapun tak menolak, dengan sumpit jepit dulu
sepotong daging dan tangan yang lain ia sambut arak
suguhan orang sambil ucapkan terima kasih.
Tun-si lebih kasar lagi dari pada sang adik, tanpa tedeng
aling-aling lagi mendadak ia ulur tangan kanan dan secepat
kilat menjojoh ke pinggang Nyo Ko.
Sekali ini Nyo Ko tak perlu jalankan darahnya secara
terbalik lagi, dengan tenang saja ia luruskan tangannya yang
memegang sumpit itu, ia gunakan potongan daging sampi
yang dia cepit tadi sebagai tameng di pinggangnya yang
diarah.
Saking cepatnya Nyo Ko bertindak, maka sama sekali Tunsi
tak berasa, ketika jarinya kena menjojoh, dengan tepat
menembus potongan daging sampi itu.
"Minum arak dengan jojoh daging sampi paling enak," kata
Nyo Ko tertawa sambil meletakkan sumpitnya.
Waktu Tun-si angkat tangannya, ia lihat daging sampi itu
masih mencantol di jarinya dengan air kuwah masih menetes,
ia menjadi serba salah, dibuang sayang, tak dibuang bikin
malu saja, ia pelototi Nyo Ko dengan gemas, lalu cepat-cepat
kembali ke mejanya.
Melihat jari orang bertambah sepotong daging, Kwe Hu
menjadi heran.
"Apakah itu?" demikian ia tanya.
Tentu saja Tun-si merah jengah tak bisa menjawab.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah selagi pemuda ini serba salah kehilangan muka,
tiba-tiba terlihat seorang pengemis tua telah angkat cawan
arak sambil berdiri.
Nyata pengemis tua ini bukan lain adalah Loh Yu-ka,
pangcu baru Kay-pang.
"Seperti saudara2 sudah mendengar tadi, Ang-lopangcu
telah mengirim perintah bahwa bangsa Mongol semakin nyata
akan menjajah ke selatan, maka para saudara diminta
berjuang mati-matian untuk melawan musuh," demikian ia
angkat bicara sesudah ajak minum para kesatria. "Kini para
kesatria dari seluruh jagat hampir semua berkumpul di sini
semua orang berhati setia negara, maka kita harus
merundingkan suatu daya-upaya untuk mencegah penjajah
bangsa asing itu, dan supaya peristiwa Ong-Khong
(maksudnya kedua raja Song yang ditawan negeri Kim) tak
terulang lagi."
Karena beberapa patah kata ini, keadaan hadirin seketika
ramai lagi dan sama menyatakan akur.
Dalam pada itu terlihat seorang tua dengan jenggot putih
perak telah berdiri juga.
"Kata pribahasa, ular tanpa kepala tak bisa berjalan,
percuma saja kalau kita hanya ber-cita2 tinggi, tetapi tiada
seorang pemimpin yang bijaksana, tentu pekerjaan kita akan
sia-sia," demikian ia kata, suaranya lantang bagai genta, "Kini
para kesatria berkumpul di sini, harus kita angkat seorang
yang bernama tinggi, seorang gagah yang dihormati semua
orang untuk menjadi pemimpin dan kita semua akan
mendengar perintahnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seketika suara sorak-sorai riuh gemuruh lagi, segera pula
ada yang berteriak: "Baiklah, engkau orang tua saja yang
menjadi pemimpinnya !"
"Ya, tak perlu lagi angkat yang lain !" sambung yang lain.
Tetapi orang tua itu bergelak tertawa.
"Haha, aku si tua bangka ini terhitung manusia macam
apa?" ,demikian katanya, "Selama ini di kalangan Kangouw
mengakui ilmu silat lima tokoh : Tang-sia, Se-tok, Lam-te,
Pak-kay, Tiong-sin-thong adalah yang paling tinggi Tiong-sinthong
Ong Tiong-yang sudah lama meninggal Tang-sia dan
Se-tok bukan orang golongan kita, sedang Lam-te jauh di
negeri Tay-li, dengan sendirinya ketua serikat ini kecuali Pakkay
Ang-locianpwe tiada yang lebih sesuai lagi."
Memang Ang Chit-kong adalah jago utara yang tertinggi
dan betul-betul memenuhi harapan semua orang, maka tepuk
tangan segera gemuruh lagi tanpa ada yang berlainan
pendapat.
"Ya, Ang-locianpwe sudah pasti cocok untuk menjadi
Ketua serikat para kesatria ini, kecuali dia, siapa lagi yang bisa
taklukkan semua orang dengan ilmu silatnya dan melebihi
orang Iain dengan budi pekertinya?"
Demikian tiba-tiba di antara orang banyak itu ada seorang
lagi yang berteriak, meski suaranya sangat keras, tetapi waktu
pandangan orang diarahkan ke tempat datangnya suara,
orangnya ternyata tidak kelihatan. Kitanya orang itu adalah
seorang cebol yang sangat pendek hingga tertutup oleh orang
di sekitarnya.
"Siapakah itu yang bicara ?" segera ada yang bertanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan cepat si cebol itu melompat ke atas meja, maka
tertampaklah perawakannya yang tingginya tiada satu meter,
umurnya dekat setengah abad, sebaliknya wajahnya
bercahaya penuh semangat.
Sebenarnya banyak yang hendak tertawai si cebol ini,
tetapi demi nampak sinar matanya yang tajam, suara tertawa
mereka telah tertelan kembali mentah-mentah.
"Cuma tindak-tanduk Ang-lopangcu sangat aneh, dalam
sepuluh tahun sukar untuk ketemu dia sekali kalau dia orang
tua tak di tempat, lalu jabatan Ketua serikat ini harus
dipegang siapa?" demikian si cebol itu berkata pula.
Betul juga pikir semua orang. "Scgala apa yang kita
perbuat kini seluruhnya adalah untuk membela tanah air,
sedikitpun kita tak punya kepentingan pribadi, maka kita harus
angkat seorang Ketua muda, supaya kalau Ang-lopangcu tidak
ada, kita lantas tunduk pada wakilnya ini."
"Bagus, bagus !" demikian terdengar sorak-sorai lagi
dengan ramai. Lalu banyak lagi yang berteriak-teriak
mengemukakan calonnya, "Kwe Cing, Kwe-tayhiap saja!"
"Paling baik Loh-pangcu !"
"Liok-cengcu, tuan rumah ini saja!"
"Tidak, sebaiknya Ma-kaucu dari Coan-cin-kau!"
"Atau Pangcu dari Thi-cio-pang saja!" Begitulah terdengar
seruan yang simpang-siur, Selagi suasana rada kacau, tibatiba
dari luar ruangan kelihatan bayangan orang berkelebat,
empat tojin telah lari masuk dengan cepat, ternyata mereka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
adalah Hek Tay-thong, Sun Put-ti, Thio Ci-keng dan In Ci-peng
berempat.
Melihat mereka sudah pergi dan mendadak kembali lagi,
Nyo Ko menjadi heran, sebaliknya Kwe Cing dan Liok Khoaneng
girang luar biasa.
Lekas-lekas mereka meninggalkan meja dan
menyambutnya.
"Ada musuh hendak mengacau ke sini, kami sengaja
datang memberi kabar, hendaklah kalian berlaku waspada dan
berjaga-jaga," demikian Hek Tay-thong bisiki Kwe Cing.
Kong-ling-cu Hek Tay-thong dalam Coan-cin kau terhitung
jagoan kelas terkemuka, di kalangan Kangouw orang yang
berilmu silat lebih tinggi dari dia bisa dihitung dengan jari, kini
cara mengucapkan berita itu kedengarannya rada gemetar
dan kuatir, maka Kwe Cing pikir tentu yang akan datang ini
pasti musuh tangguh adanya.
"Apa Auwyang Hong?" demikian Kwe Cing tanya dengan
suara rendah.
"Bukan, tetapi orang Mongol yang aku sendiri pernah jatuh
ditangannya itu," sahut Hek Tay-thong.
"Pangeran Hotu?" kata Kwe Cing dengan hati lega.
Dan sebelum Hek Tay-thong buka suara lagi, mendadak di
luar terdengar suara tiupan tanduk yang ber-talu2, menyusul
mana diselingi pula oleh suara genta yang terputus-putus
nyaring.
"Sambut tetamu agung!" segera Liok Khoan-eng berteriak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Baru saja berhenti suaranya, tahu-tahu di depan ruangan
pendopo itu sudah berdiri beberapa puluh orang yang
beraneka macam lagaknya, ada yang tinggi besar, ada yang
pendek kecil.
Para kesatria yang hadir ini sebenarnya lagi sorak-sorai
dalam pesta pora yang ria, kini mendadak nampak munculnya
orang begitu banyak, mereka rada heran, tetapi mereka
sangka orang juga hendak menghadiri Eng-hiong-yan ini,
setelah melihat tiada kenalan di antara orang-orang itu,
kemudianpun tak diperhatikan lebih jauh.
Berlainan dengan Kwe Cing yang sudah tinggi ilmu silatnya
dan tajam penglihatannya, segera ia tahu gelagat tidak
sewajarnya.
"Jang datang ini terlalu keras, mereka tidak mengandung
maksud baik," demikian ia bisiki sang isteri Ui Yong.
Habis itu iapun berbangkit suami isteri mereka bersama
Liok Khoan-eng lantas menyambut keluar.
Kwe Cing mengenali orang yang bermuka cakap
berdandan sebagai putera bangsawan itu adalah Pengeran
Hotu dari Mongol, sedang padri yang berjubah merah dan
berkopiah emas, mukanya kurus, adalah Ciangkau atau ketua
Bit-cong dari Tibet, Darba namanya.
Kedua orang ini dahulu sudah pernah dijumpainya di
Tiong-yang-kiong di Cong-lam-san, meski mereka terhitung
jago kelas satu, tetapi ilmu silatnya masih lebih rendah dari
pada dirinya, maka tak perlu ditakuti.
Cuma di tengah-tengah kedua orang ini masih berdiri lagi
seorang padri Tibet yang juga tinggi kurus dan berjubah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
merah pula, kepalanya gundul licin berminyak, ubun-ubun
atau mercu kepala tampak dekuk ke dalam.
Melihat macamnya orang, Kwe Cing dan Ui Yong telah
saling pandang, pernah mereka dengar dari Ui Yok-su yang
berbicara tentang ilmu silat aneh kaum Lama sekte Bit-cong di
Tibet bahwa kalau sudah terlatih sampai tingkatan yang
sangat tinggi, mercu kepala bisa sedikit dekuk ke dalam, kini
melihat ubun-ubun orang ini begitu dalam dekuk-nya, apa
mungkin ilmu silatnya sudah sampai tingkatan yang sukar
diukur?
Tetapi di kalangan Kang-ouw kenapa selama ini hanya
terdengar Tang-sia, Se-tok, Lam-te, Pak-kay dan Tiong-sinthong,
sebaliknya tak pernah dengar bahwa di Tibet terdapat
seorang jago seperti dia ini?
Karena itulah, mereka berdua diam-diam berlaku waspada,
lalu mereka membungkuk memberi hormat sambil
mengucapkan selamat datang dan menyilakan duduk.
Segera Liok Khoan-eng memberi tanda perintah, para
centeng segera sibuk menyediakan meja baru dan daharan2.
Bu-si Hengte sudah biasa membantu bapak dan ibu guru
mereka mengurusi pekerjaan rumah tangga, Iebih2 Bu Siubun
yang serba cepat dan giat, maka kedua saudara Bu
segera pimpin para centeng itu mengatur tempat dan
sediakan beberapa meja yang terhormat buat tamu agung,
mereka pun minta maaf pada tetamu yang duluan supaya
suka menggeser sedikit tempat luang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu, melihat Nyo Ko ikut-ikut hadir dalam
perjamuan ini, dalam pandangan Kwe Hu rasanya kurang
senang, "Hm, kau terhitung Eng-hiong macam apa? Meski
Enghiong seluruh jagat mati ludas juga tidak bergilir pada
dirimu?" demikian ia membatin. Habis ini ia kedipi Bu Siu-bun
sambil mulutnya merot-merot ke jurusan Nyo Ko. Maka
tahulah Siu-bun maksud si gadis, segera Nyo Ko didekatinya,
"Nyo-toako, tempat ini hendaklah digeser sedikit,"
demikian ia kata.
Habis ini, tanpa menunggu apa Nyo Ko bilang boleh atau
tidak, segera ia suruh centeng memindahkan mangkok sumpit
si Nyo Ko ke suatu tempat di pojok.
Tentu saja hati Nyo Ko terbakar, tetapi iapun tidak bicara,
melainkan diam-diam ia tertawa dingin.
Sementara itu terdengar Pengeran Hotu telah buka suara.
"Suhu, ini kuperkenalkan engkau kepada dua Enghiong
dari Tionggoan yang namanya gilang-gemilang..."
Kwe Cing terkejut, pikirnya: "Oh, kiranya paderi Tibet
tinggi kurus ini adalah gurunya."
Dalam pada itu dilihatnya paderi Tibet itu sedang
manggut-manggut, kedua matanya melek tidak meram tidak,
pangeran Hotu lantas menyambung lagi: "dan yang ini adalah
Kwe Cing, Kwe-tayhiap yang pernah menjadi Ceng-segoanswe
di negeri Mongol kita, Dan yang ini lagi adalah Uipangcu."
Ketika mendengar Hotu menyebut "Ceng-se-goanswe"
mendadak paderi itu pentang kedua matanya hingga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyorotkan sinar tajam, ia pandang beberapa saat pada Kwe
Cing, habis itu kelopak matanya menurun pula setengah
menutup, sebaliknya terhadap Pangcu dari Kay-pang ternyata
sama sekali tak diperhatikannya.
"lni adalah guruku, orang Tibet menyebutnya Kim-lun
Hoat-ong dan oleh Hong-thayhou (ibusuri) negeri MongoI
sekarang diangkat dengan gelar Houkok Taysu," demikian
Pangeran Hotu berkata lagi dengan suara lantang, (Houkok
Taysu = imam besar pelindung negara)
Karena kerasnya suara, seluruh hadirin dengan jelas dapat
mendengarnya hingga semua orang merasa heran dan saling
pandang, kata mereka dalam hati: "Baru saja kita berunding
untuk melawan penjajahan Mongol ke selatan, kenapa
mendadak lantas datang seorang Koksu (iman negara) dari
Mongol?"
Kwe Cing sendiri karena memang kurang cerdas, maka
seketika ia menjadi bingung cara bagaimana harus melayani
tetamu yang tak diundang ini, tiada jalan lain ia hanya
menuang arak dan mengajak minum pada mereka seorang
demi seorang sambil mengucapkan selamat datang dan katakata
kagum.
Setelah tiga keliling menyuguh arak, tiba-tiba Pangeran
Hotu berdiri, waktu kipas lempitnya ia pentang, tertampaklah
pada kipasnya terlukiskan setangkai bunga Bo-tan yang indah
sekali.
"Kedatangan kami guru dan murid hari ini untuk
menghadiri Eng-hiong-yan ini walaupun dilakukan dengan
muka tebal karena tidak diundang, tetapi mengingat bisa
berkumpul dengan para kesatria begini banyak, terpaksa
kamipun tak pikirkan lagi malu atau tidak," demikian ia bicara.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Perjamuan demikian ini memang susah diadakan,
waktunya pun susah dicari, kini kebetulan kesatria dari seluruh
jagat berkumpul di sini, menurut pendapatku harus diangkat
seorang Beng-cu (ketua serikat) dari para kesatria untuk
memimpin Bu-Iim dan menjadi kepala para orang gagah di
bumi ini, entah bagaimana pikiran kalian dengan pendapatku
ini?"
"Usulmu memang tepat," seru si cebol tadi, "Tadi kami
baru saja angkat Ang-lopangcu sebagai Beng-cu dan kini
sedang pilih wakil ketuanya, bagaimana pendapat saudara
tentang soal ini?"
"Ang Chit-kong sudah lama mati, kini pilih setan sebagai
Beng-cu, apa kau anggap kami ini setan juga?" sela Darba
tiba-tiba sambil berdiri
Karena kata-katanya ini, seketika para kesatria itu menjadi
gempar, lebih-lebih para anggota Kay-pang luar biasa
gusarnya, mereka pada berteriak-teriak.
"Baikiah, jika Ang Chit-kong belum mati, sekarang juga
silakan dia tampil ke muka untuk bertemu," kata Darba pula.
Loh Yu-ka tak bisa kuasai dirinya lagi, sambil angkat
tinggi2 tongkat bambu "Pak-kau-pang", segera ia berdiri.
"Selamanya Ang-pangcu berkelana dengan tiada tentu
kediamannya, kau bilang mau bertemu dengan dia, apa kau
anggap gampang permintaan mu ini?" demikian debatnya.
"Hm," tiba-tiba Darba menjengek "Jangankan matihidupnya
Ang Chit-kong sekarang sukar diketahui, sekalipun
dia berada di sini sekarang juga dengan ilmu silatnya maupun
namanya, apa bisa dia memadai Suhuku Kim-Iun Hoat-ong?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hendaklah dengarkan para kesatria yang hadir ini, Bengcu
pilihan Eng-hiong-yan hari ini, kecuali Kim-lun Hoat-ong
tiada orang lain lagi yang bisa menjabatnya."
Sampai di sini, para kesatria menjadi tahulah maksud
tujuan kedatangan orang-orang ini, terang mereka mendapat
tahu bahwa Eng-hiong-yan ini bakal mengambil keputusan
yang tidak menguntungkan pihak Mongol, maka mereka
sengaja datang mengacau dan ikut berebut kedudukan Bengcu,
jika dengan ilmu silatnya Kim-lun Hoat-ong berhasil
merebut kedudukan Beng-cu, meski para orang gagah perkasa
dari Tionggoan tak takluk pada perintahnya, namun sedikitnya
sudah melemahkan kekuatan bangsa Han, dalam
perlawanannya terhadap Mongol.
Dalam keadaan demikian, seketika mereka sama
memandang Ui Yong, mereka kenal kepandaian Ui Yong yang
banyak tipu akalnya, mereka pikir walaupun tetamu berpuluh
orang ini setinggi langit ilmu silatnya, tetapi menghadapi
lawan ribuan orang yang hadir ini, tak peduli satu lawan satu
ataupun secara keroyokan, pasti pihak kita tak ikan
terkalahkan Maka biarlah dengarkan saja perintah Ui-pangcu
serta menurut petunjuknya.
Melihat gelagatnya, Ui Yong sendiri sudah tahu utusan ini
sukar diselesaikan tanpa menggunakan kekerasan, maka
segera iapun mulai bicara.
"Para kesatria yang hadir di sini memang sudah angkat
Ang-lopangcu sebagai Beng-cu, sebaiknya Taysu (maksudnya
Darba) ini mendukung Kim-lun Hoat-ong sebagai calonnya,
Kalau Ang-lopangcu ada di sini, sebenarnya bisa saksikan
beliau mengukur tenaga dengan Kim-lun Hoat-ong! tetapi
beliau justru pergi-datang tiada ketentuan tempatnya, pula tak
menyangka bahwa hari ini bakal kedatangan tamu agung
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hingga tak bisa menunggu di sini sebelumnya, kelak kalau
beliau tahu akan kejadian ini, pasti dia akan menyesal tak
terhingga.
Baiknya di antara Ang-lopangcu maupun Kim-lun Hoat-ong
masing-masing, sudah menurunkan anak murid. Nah,
sekarang biarlah murid kedua belah pihak saja yang
mewakilkan guru mereka untuk bertanding?"
Sebagian besar para kesatria dari Tionggoan ini cukup
kenal kepandaiannya Kwe Cing yang maha tinggi, pula
umurnya sedang kuat-kuatnya, jago-jago tertinggi pada jaman
ini agaknya tiada lagi yang bisa menangkan dia, sekalipun Ang
Chit-kong sendiri yang datang juga belum pasti bisa lebih kuat
dari pada Kwe Cing, kini kalau bertanding dengan murid Kimlun
Hoat-ong, maka kemenangan sudah pasti dalam
genggaman sendiri, tidak nanti bakal kalah, maka seketika
mereka sama berseru akur, hingga genteng rumah tergetar
oleh suara sorak gemuruh mereka.
Tetamu yang duduk di ruangan belakang ketika mendapat
kabar itu, ber-duyun2 membanjir keluar juga hingga seluruh
ruangan pendopo sampai keluar pintu penuh orang.
Karena pihaknya kalah suara, maka Kim-lun Hoat-ong
menjadi terdesak oleh suasana itu.
Pangeran Hotu sendiri sudah pernah saling gebrak dengan
Kwe Cing di Tiong-yang-kiong dahulu, ia insaf kepandaiannya
masih dibawah orang.
Begitu pula silat Suhengnya, Darba, juga sebaya dengan
dirinya, tidak peduli siapa diantara mereka yang maju pasti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
akan dikalahkan Tetapi bila menolak usul Ui Yong itu,
kedudukan Beng-cu terang tak bisa lagi direbut. Karena itu, ia
menjadi bingung tak berdaya.
"Baik, Hotu, kau boleh maju coba bertanding dengan
murid Ang Chit-kong," tiba-tiba Kim-Iun Hoat-ong berkata.
Ternyata paderi yang jauh tinggal di Tibet ini menyangka
muridnya, Pangeran Hotu pasti jarang ada tandingannya,
paling banyak hanya kalah terhadap Tang-sia, Se-tok dan lain
jago angkatan tua saja, sama sekali tak diketahuinya bahwa
muridnya itu justru pernah terjungkal di bawah tangannya
Kwe Cing.
Karena perintah sang guru itu, mau-tak-mau pangeran
Hotu mengiakan, namun ia toh belum berdiri.
"Suhu," demikian ia berbisik, "murid Ang Chit-kong itu
terlalu hebat, Tecu mungkin sukar mengalahkan dia, janganjangan
akan bikin malu nama baik Suhu saja."
Karena penuturan ini, Kim-lun Hoat-ong rada kurang
senang.
"Hm, masakah murid orang itu kau tak bisa
mengalahkannya?" demikian jengeknya, "Lekas maju sana !"
Hotu betul-betul serba salah, ia jadi menyesal juga,
tadinya tidak bilang terus terang pada sang guru tentang
pengalamannya dahulu, ia menyangka dengan kepandaian
gurunya yang tiada tandingannya di kolong langit, menghadiri
perjamuan Eng-hiong-yan, kedudukan Beng-cu pasti akan
direbutnya dengan mudah saja, siapa tahu ia sendiri justru
disuruh maju melawan Kwe Cing.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah, sedang ia ragu-ragu, tiba-tiba seorang laki-laki
gemuk dengan pakaian bangsa Mongol telah mendekatinya
dan bisik-bisik beberapa kata di telinganya, Karena kisikan ini,
seketika Hotu menjadi girang, tiba-tiba ia berdiri, ia pentang
kipasnya dan meng-kipas-kipas.
"Selama ini kudengar Kay-pang memiliki semacam
kepandaian pusaka yang disebut Pak-kau-pang-hoat, bahwa
ilmu itu adalah kepandaian paling lihay yang menjadi
kebanggaan Ang-Iopangcu," demikian ia berkata dengan
lantang. "Kini Siau-ong (pangeran yang rendah) yang tak
becus ini ingin gunakan sebuah kipas untuk mematahkannya.
Kalau aku bisa patahkan ilmu pusakanya itu, suatu tanda
kemahiran Ang Chit-kong tidak lebih hanya sebegitu saja !"
Waktu orang itu kisiki Hotu mula-mula Ui Yong, tak
memperhatikan, tetapi mendadak orang menyinggung tentang
Pak-kau-pang-hoat dan hanya beberapa patah kata saja, Kwe
Cing yang ilmu silatnya paling kuat di pihak sendiri segera
dikesampingkan, ia menjadi heran siapa yang kemukakan
tipu-daya itu.
Waktu ia menegas, maka tahulah dia, kiranya laki-laki
gemuk itu bukan lain adalah Peng- tianglo, satu diantara
empat Tianglo atau tertua, dalam Kay-pang. Kini Peng-tianglo
memihak Mongol hingga sudah tukar dandanan bangsa
Mongol puIa, hanya dia ini saja yang tahu bahwa Pa kaupang-
hoat tidak pernah diturunkan kepada orang Iain kecuali
Pangcu dari Kay-pang sendiri, sedangkan Kwe Cing meski
tinggi kepandaiannya, Pak-kau-pang-hoat ini ia justru tak
paham.
Kini Hotu singgung2 Pak-kau-pang-hoat, terang ia
menantang terhadap dirinya yang menjadi pangcu lama dan
Loh Yu-ka yang menjadi Pangcu baru, Loh Yu-ka belum
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lengkap mempelajari ilmu permainan pentung itu dan belum
dapat dipergunakan menghadapi musuh, dengan sendirinya ia
sendirilah yang harus maju.
Kwe Cing cukup tahu Pak-kau-pang-hoat sang isteri
tiadatandingannya di kolong langit ini, menduga dan yakin
pasti bisa kalahkan Hotu, cuma beberapa bulan paling akhir ini
semangat sang isteri selalu lesu dan tenaga kurang,
kandungannya baru tumbuh, Sekali-kali tak-boleh bergebrak
dengan orang.
Karena itu, segera ia melangkah maju ke tengah.
"Pak-kau-pang-hoat Ang-lopangcu selamanya tak
sembarangan digunakan, baiknya kau belajar kenal saja
dengan Hang-liong-sip-pat-ciang ajaran beliau ini," segera ia
menantang.
Melihat langkah Kwe Cing kuat bertenaga, diam-diam Kim-
Iun Hoat-ong terkejut, meski matanya kelihatan meram tidak
melek tidak "Orang ini memang nyata bukan lawan lemah,"
demikian ia membatin.
Sementara itu Hotu telah bergelak ketawa.
"Haha, di Cong lam-san dahulu Siau-ong sudah pernah
berjumpa sekali denganmu, tatkala itu kau mengaku anak
murid Ma Giok dan Khu Ju-It, kenapa sekarang memalsukan
diri sebagai muridnya Ang Chit-kong lagi?" tegurnya pada Kwe
Cing.
Dan sebelum orang menjawab, Hotu mendahului
menyambung lagi: "Ya, satu orang angkat beberapa guru juga
lumrah Cuma hari ini adalah gilran Kim-lun Hoat-ong
bertanding dengan Ang Chit-kong, meski tinggi ilmu silatmu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tapi kau dapat dari beberapa perguruan, rasanya sukar
memperlihatkan ilmu kepandaian sejati dari Ang-lopangcu."
Demikian debatnya panjang lebar dan beralasan juga,
dasar Kwe Cing memang tak pandai bicara, ia menjadi Iebih
tergagap tak bisa menjawab, sebaliknya para kesatria lain
seketika menjadi ramai sambil berteriak-teriak.
"Kalau berani, hayo, bertanding saja dengan Kwe-tayhiap!
Kalau tak berani boleh lekas kempit ekor dan enyah dari sini!"
"Kwe-tayhiap adalah anak murid lurus Ang-lopangcu, kalau
dia tak bisa mewakilkan gurunya siapa lagi yang cocok
mewakili ?"
"Kau boleh coba rasakan enak tidaknya Hangliong-sip-patciang,
habis itu baru kau cicipi lagi Pak-kau-pang-hoat juga
belum terlambat!"
Begitulah teriakan mereka yang simpang-siur.
Namun pangeran Mongol itu tiba-tiba tertawa mengadah,
waktu ia tertawa diam-diam ia kerahkan tenaga dalamnya
hingga suara "hahaha" yang kera2 lantang bikin genting
rumah seakan-akan tergetar dan suara ribut para kesatria itu
sama terdesak tenggelam.
Tentu saja semut orang sangat terkejut sungguh mereka
tidak nyana dengan umur semuda orang dan berdandan
sebagai bangsawan, ternyata memiliki Lwekang begini lihay.
Karena itu seketika mereka bungkam dan tenang kembali.
"Suhu, agaknya kita telah kecewaan orang." kata Hotu
tiba-tiba pada Kim-lun Hoat-ong. "Tadinya "kita menyangka
hari ini benar-benar diadakan Eng-hiong-yan, maka tanpa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kenal capek datang dari jauh untuk ikut serta, siapa tahu yang
ada di sini tidak lebih hanya manusia-sia yang tamak hidup
dan takut mati. Lebih baik kita lekas pergi saja, kalau sial
sampai menjadi Beng-cu manusia ini kelak diketahui oleh
orang-orang gagah di seluruh jagad dan mentertawai kau sudi
menjadi pemimpin kawanan "kantong nasi" ini, bukankah
cuma bikin noda nama baik engkau saja?"
Semua orang tahu Hotu sengaja memancing agar Ui Yong
mau tampil ke muka sendiri, cuma kata-katanya yang terlalu
menghina itu membikin semua orang sangat marah. Tanpa
pikir lagi, sekali geraki pentungnya, segera Loh Yu-ka
melangkah maju.
"Cayhe adalah Pangcu bara dari Kay-pang, Loh Yu-ka,"
demikian ia perkenalkan diri, "Pak-kau-pang-hoat belum ada
1/10 bagian yang kupahami maka sesungguhnya belum
mampu untuk di pergunakan Tetapi kau berkeras ingin cicipi
rasanya pentung, baiklah, biar kupentung kau beberapa kali."
Sebenarnya ilmu silat Loh Yu-ka sangat bagus, tetapi Pakkau-
pang-hoat atau ilmu pentung pemukul anjing biar lengkap
dipelajarinya, namun tidaknya sudah menambah tidak sedikit
kekuatannya," kini dilihatnya umur Hotu baru 30-an tahun, ia
menduga orang sekalipun mendapatkan ajaran guru kosen,
belum tentu latihannya sudah cukup ulet, ditambah iapun tahu
kesehatan Ui Yong terganggu, tidak peduli kalah atau
menang, tidak nanti Ui Yong disuruh maju untuk menghadapi
bahaya itu.
Di lain pihak Hotu hanya berharap tidak bergebrak dengan
Kwe Cing, orang lain boleh dikatakan tiada yang dia takuti
karena itu, segera ia sambut baik majunya Loh Yu-ka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Selamat, selamat, Loh-pangcu," demikian ia pun memberi
hormat.
Sementara itu centeng Liok-keh-ceng sudah
menyingkirkan meja2 hingga merupakan suatu kalangan
pertandingan di tengah, mereka menambahi lilin pula hingga
keadaan terang benderang bagai siang hari.
"Silakanlah !" seru Hotu segera.
Berbareng itu tiba-tiba kipasnya mengebas, seketika angin
kipasnya menyamber ke muka Loh Yu-ka, di antara angin
kipasnya ternyata, membawa bau wangi.
Kuatir kalau angin itu membawa hawa beracun, lekaslekas
Loh Yu-ka mengegos.
Namun Hotu cepat luar biasa, mendadak kipasnya dilempit
kembali hingga berwujud sebatang potlot peranti Tiam-hiat
yang panjangnya 7-8 dim, terus ditutukannya ke iga lawan.
Tetapi tutukan ini ternyata tak dihiraukan Loh Yu-ka,
sebaliknya ia angkat pentung bambunya terus menyabet kaki
orang.
Pak-kau-pang-hoat ini memang bagus luar biasa, arah
yang dituju juga sama sekali tak bisa diduga orang, maka
ketika pangeran Hotu melompat enteng hendak berkelit, tak
terduga pentung bambu itu mendadak memutar balik secepat
kilat hingga betisnya kena tersabet, ia terhuyung-huyung dan
lekas-lekas melompat mundur, dengan begitu baru ia bisa
berdiri tegak lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Senang sekali para kesatria melihat Loh Yu-ka berhasil
hajar orang.
"Ha, anjingnya kena gebuk, tuh !"
"Nah, biar kau rasakan enaknya Pak-kau-pang-hoat !"
Begitulah mereka bersorak memberi semangat pada Loh
Yu-ka.
Di lain pihak Hotu menjadi merah jengah karena
kekalahan itu, ketika dengan enteng ia membalik tubuh, cepat
sekali ia balas hantam orang dengan tangan kirinya.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru