Senin, 17 April 2017

Cersil Hebat Kweeceng Seri 14

Baca JUga:Cersil Hebat Kweeceng Seri 15
Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf
-"Bukan seluruhnya aku mendustai dia," sahut si nona.
"Diwaktu air pasang, aku ada mempunyai daya untuk
menolongi keponakannya itu."
Kwee Ceng tahu kekasihnya cerdik sekali, ia tidak
menanya lebih jauh.
Oey Yong lantas ajak pemuda itu pergi ke pinggir laut
untuk encari pelbagai macam batok kerang.
Nona Oey tidak mempunyai kawan semenjak kecil, ia
biasa main-main seorang diri, sekarang ia mendapat
Kwee Ceng sebagai teman, ia gembira bukan main.
Begitulah diajakinya pemuda itu berlomba mendapati
banyak lokan dan ynag bagus-bagus juga. Dalam
tempo yang pendek, mereka mendapatkan banyak,
saking gembira, saban-saban terdengar suara tertawa
mereka. Sesaat itu mereka seperti lupa bahwa mereka
berada di pulau kosong di mana jiwa mereka terancam
bahaya maut………
"Eh, engko Ceng, rambutmu kusut, mari aku tolong
sisirkan," kata si nona kemudian.
Kwee Ceng menurut, maka itu mereka duduk
berduaan. Dari sakunya, Oey Yong mengeluarkan
sisirnya yang terbuat dari batu giok bersalut emas. Ia
membuka rambut orang dan menyisirnya dengan
perlahan-lahan.
"Bagaimana dayanya untuk mengusir See Tok dan
keponakannya itu?" ia bertanya sambil tangannya
bekerja. "Kalau mereka itu sudah tidak ada, kita bertiga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat berdiam dengan aman di sini. Tidakkah itu
bagus?"
"Tapi aku memikirkan ibuku serta enam guruku,"
menyahut Kwee Ceng.
"Ah, ya, masih ada ayahku juga…" menambah si nona.
Ia berhenti sebentar, lalu ia berkata pula: "Entah
bagaimana dengan enci Bok sekarang….. Suhu telah
menyuruh aku menjadi Pangcu dari Kay Pang, karena
itu aku pun jadi memikirkan itu kawanan
pengemis…………."
Kwee Ceng tertawa.
"Maka itu aku pikir lebih baik kita pikirkan daya untuk
berlalu dari sini…." katanya.
Oey Yong sudah selesai menyisiri, lalu ia
mengondekan rambut pemuda itu.
"Yong-jie, kau menyisiri rambutku, kau mirip ibuku,"
kata Kwee Ceng.
"Kalau begitu, panggilah aku ibu!" Oey Yong tertawa.
Si anak muda diam saja, lantas si nona mengitik dia.
"Kau memanggil atau tidak?" nona itu pun menanya.
Kwee Ceng kaget kegelian, ia berjingkrak bangun,
maka kacaulah pula kondenya.
"Kau tidak mau memanggil, ya sudah saja!" berkata
Oey Yong tertawa. "Memang siapa yang sangat
menginginkan itu? Kau tahu, di belakang hari tentu
bakal ada orang yang memanggil ibu kepadaku. Nah,
kau duduklah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Cengb erduduk pula, untuk si nona
mengondekan pula rambutnya.
"Engko Ceng," si nona menanya pula, "Bagaimana
tentang melahirkan anak. Tahukah kau?"
"Tahu."
"Coba bilang."
"Orang menikah menjadi suami istri, itu artinya
mendapat anak."
"Hal itu pun aku tahu. Hanya bagaimana sebenarnya?"
"Sampai sebegitu jauh, aku tidak tahu. Cobalah kau
bilang."
"Aku juga tidak tahu. Pernah aku tanya ayah, ayah
bilang…."
Kwee Ceng hendak menanya jelas ketika mereka
mendadak mendengar suara seperti cecer pecah di
belakang mereka: "Urusan mendapat anak itu nanti
juga kamu mendapat tahu sendiri! Sekarang air
pasang mau naik pula!"
Keduanya terkejut. Mereka tidak menyangka Auwyang
Hong - orang yang membuka suara nyaring itu - telah
tahu-tahu berada di antara mereka. Muka Oey Yong
pun menjadi merah. Kwee Ceng menyusul kawannya
itu.
Auwyang Kongcu tertindih batu sehari semalam, ia
payah bukan main.
"Nona Oey,!" berkata Auwyang Hong, suaranya keren.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia pun menyusul mereka ini. "Kau yang bilang diwaktu
air pasang bakal ada orang datang membantu kita.
Urusan ini mengenai jiwa manusia, bukannya urusan
main-main!"
"Ayahku pandai ilmu meramalkan, putrinya pasti
mengerti juga ilmu itu tiga bagian," menyahut si nona.
"Apakah artinya baru ilmu meramalkan?"
Auwyang Hong memang ketahui baik kepandaiannya
Oey Yok Su.
"Jadinya ayahmu yang bakal datang?" dia
menegaskan. "Bagus!"
"Hm!" si nona mendengarkan suara tawar. "Untuk
urusan remeh ini kenapa aku mesti sampai
mengganggu ayahku? Laginya, jikalau ayah dapat
melihatmu, mana dia sudi mengasih ampun? Apakah
yang kau buat girang?"
Disenggapi begitu, Auwyang Hong bungkam.
"Engko Ceng," berkata si nona, tanpa menggubris pula
See Tok, "Coba kau tolong mencari bongkot pohon,
semakin banyak semakin bagus. Pula pilihlah yang
besar-besar."
Si anak muda bersedia untuk bekerja, ia lantas pergi.
Oey Yong lantas bekerja, melara dadung dan
menyambung yang putus kemarin.
Auwyang Hong tidak dapat berdiri diam saja, ia tanya
nona itu apa benar Oey Yok Su bakal datang. Sia-sia
belaka ia menanya sampai beberapa kali, Oey Yong
ganda ia dengan bernyanyi-nyanyi perlahan,
tangannya terus bekerja. Karenanya ia terpaksa
ngeloyor pergi, untuk membantui Kwee Ceng mencari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
balok. Ia dapat melihat Kwee Ceng merobohkan pohon
dengan serangan Hang Liong Sip-pat Ciang, dengan
dua kali hajaran saja dia dapat mematahkan batang
sebesar mangkok.
"Hebat bocah ini," memikir See Tok. "Dia pun hapal
Kiu Im Cin-keng, kalau dia terus dikasih tinggal hidup,
di belakang hari dia bakal menjadi bahaya untuk
pihakku…" Maka berpikirlah ia, keponakannya
ketolongan atau tidak, pemuda ini harus disingkirkan.
Habis itu ia bekerja, ia membuatnya Kwee Ceng heran
dan kagum. Ia berdiri di antara dua pohon, begitu ia
menggeraki tangannya kedua pihak, dua-dua pohon itu
roboh patah dengan berbareng.
"Paman Auwyang," Kwee Ceng menanya, "Sampai
kapan aku dapat mencapai ilmu seperti ynag
dipunyakan kau ini?"
Wajah Auwyang Hong bermuram durja, di dalam
hatinya, ia kata: "Tunggu sampai kau menitis pula…"
Ia tidak memberikan jawaban pada pemuda itu.
Setelah memperoleh belasan potong balok, Kwee
Ceng dan See Tok membawa itu semua kepada Oey
Yongn. Matanya See Tok kemudian diarahkan ke
tengah laut. Ia mau melihat ada perahu datang atau
tidak. Ketika itu air mulai naik. Terang sekali ia sudah
tidak sabaran sekali, maka juga ia mengajak si nona
dan pemuda lekas bekerja.
Kali ini Oey Yong mengikat potongan-potongan balok
itu kepada batu. Ia pakai balok-balok itu untuk
meminjam tenaga mengambangnya. Setelah itu,
dengan dadung yang terikat rapi pula pada pohon
besar, mereka mulai lagi dengan usahanya mendorong
mutar ujung-ujung balok yang diikat pada pohon itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Percobaan si nona ini memberi hasil yang
menyenangkan, dengan dibantu tenaga
mengambangnya balok-balok itu, batu besar itu dapat
terangkat hanya dengan beberapa putaran.
Auwyang Hong menyuruh muda-mudi itu menahan
kuat-kuat, ia sendiri lari ke batu. Air telah pasang
dalam, maka untuk menolongi keponakannya, ia mesti
menahan napas untuk selulup. Tidak sukar untuknya
memondong Auwyang Kongcu, buat dibawa ke darat.
Kegirangannya Kwee Ceng tidak terhingga besarnya
yang pertolongan mereka itu telah berhasil, tanpa
merasa ia bersorak-sorai, kemudian ia tarik tangannya
Oey Yong, untuk diseret berlari-lari ke gua mereka
tanpa memperdulikan pula itu paman dan
keponakannya.
"Adik Yong, pantas atau tidak aku bersorak?" tanya
Kwee Ceng. "Hatimu lega atau tidak?"
"Aku hanya lagi memikirkan tiga soal yang aku
merasakan kesulitannya," menyahut si nona.
"Kau sangat cerdas, kau pasti mempunyai dayanya,"
berkata pula Kwee Ceng. "Soal-soal apakah itu?"
Oey Yong menyebut-nyebut kesulitan tetapi ditanya
begitu, ia bersenyum. Hanya, belum lagi ia
memberikan jawabannya atau kedua alisnya telah
dikerutkan.
"Soal yang pertama tidak apa," berkata Ang Cit Kong
yang semenjak tadi berdiam saja. "Yang kedua dan
yang ketiga memang sulit sekali, sungguh itu dapat
membuat orang tidak berdaya……."
Kwee Ceng menjadi heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, mengapakah suhu mendapat tahu?" katanya.
"Apakah itu?"
"Aku dapat menerka pikirannya Yong-jie," menyahut
sang guru. "Yang pertama-tama yaitu dengan cara
bagaimana dia dapat mengobati lukaku. Di sini tak ada
tabib, tak ada obat, aku si pengemis tua menyerah
saja kepada takdir. Lihat saja, aku bakal mati atau bisa
hidup terus… Yang kedua itu ialah bagaimana caranya
untuk melawan Auwyang Hong si licin dan berbisa itu.
Dia suka berbalik pikir, maka dia tak lah dapat
dipercaya habis segala pembilangannya. Dia sangat
lihay, kamu berdua tidak nanti bisa menempur
padanya. Yang ketiga ialah soal bagaimana kita bisa
dapat pulang ke daratan. Benar bukan, Yong-jie?"
Nona itu mengangguk.
"Benar!" sahutnya. "Inilah soal sangat penting untuk
kita, soal bagaikan bencana di depan mata. Aku
memikir jalan untuk dapat mengendalikan si tua
bangka berbisa itu, walaupun tidak sempurna, asal dia
dapat dibikin tidak berani memandang sebelah mata
kepada kita."
"Melihat keadaan, sekarang ini kita mesti melawan si
bisa bangkotan itu dengan otak bukannya dengan
tenaga," berkata Ang Cit Kong. "Hanya dia sangat
cerdik dan licin, inilah kesulitannya. Sukar dia dapat
diperdayakan…"
Oey Yong berdiam, ia berpikir. Kwee Ceng pun tidak
berdaya.
Ang Cit Kong berpikir keras sekali, ia merasakan
dadanya sakit, karen aitu ia lalu batuk-batuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona Oey kaget, lekas-lekas ia pegangi guru itu, untuk
dikasih rebah.
Disaat itu, mendadak gua menjadi gelap, ada
bayangan hitam yang mengalinginya. Si nonalah yang
paling dulu mengangkat kepalanya. Ia melihat
Auwyang Hng berdiri tegar seraya memondong
keponakannya. Dengan suara serak tetapi bengis, See
Tok membentak: "Kamu semua keluar! Serahkan gua
ini padaku untuk aku merawat keponakanku!"
Kwee Ceng gusar hingga ia berlompat bangun.
"Di sini ada guruku!" ia berseru.
Auwyang Hong mengasih dengar suara dingin:
"Sekalipun Giok Hong Taytee yang tinggal disini, dia
juga mesti keluar!"
Kwee Ceng bertambah gusar, tetapi Oey Yong lekas
menarik tangan bajunya, kemudian si nona
memondong tubuh gurunya, untuk dibawa keluar dari
gua itu.
Selagi lewat di samping Auwyang Hong, Cit Kong
menyeringai.
"Sungguh gagah, sungguh angker!" ia menyindir.
Matanya Auwyang Hong mencilak. Kalau ia
menyerang, segera Ang Cit Kong akan terbinasa,
entah kenapa ia merasakan suatu pengaruh aneh,
maka lekas-lekas ia berpaling ke arah lain, untuk
menyingkir dari mata tajam si pengemis. Walaupun
begitu, mulutnya membilang: "Sebentar kamu
membawakan barang makanan untuk kami berdua.
Dan kau, dua makhluk cilik, jikalau kamu main gila
dengan barang makanan itu, hati-hati jiwamu bertiga!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketiganya berjalan terus, hati mereka panas. Kwee
Ceng sangat mendongkol, ia mengutuk tak hentinya.
Pak Kay dapat menutup mulut, demikian juga Oey
Yong. Hanya nona ini bekerja otaknya.
"Kamu tunggu sebentar di sini, akan aku mencari
tempat yang baru," kata Kwee Ceng kemudian.
Oey Yong menurut, ia berhenti di bawah sebuah
pohon yang teduh.
Di atas pohon itu ada dua ekor bajing tengah berlarilari
di cabang-cabang, lari turun naik, matanya
mengawasi kepada ketiga orang itu. Berani mereka itu,
mereka berani datang dekat kira-kira tiga kaki.
Oey Yong tertarik kepada kedua bajing itu.
Seekor bajing berani sekali, dia datang dekat dan
mencium-cium nona itu. Kawannya lebih berani pula,
dia turun dan merayap di ujung bajunya Ang Cit Kong!
Oey Yong menghela napas, ia berkata: "Terang sudah
di sini tak pernah ada manusia. Lihat, binatang ini tidak
takut orang."
Mendengar suara orang, bajing itu lari naik ke atas.
Oey Yong mengawasi, maka ia dapat melihat banyak
cabang-cabang pohon yang besar, yang terlibat-libat
oyot otan. Daun pohon itu pun lebat sekali.
"Sudah engko Ceng, tak usah kau pergi mencari
tempat lagi," berkata nona ini. "Mari kita naik saja ke
atas pohon ini."
Kwee Ceng sudah ebrtindak ketika ia mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suara si nona. Ia mengangkat kepalanya, untuk
melihat ke atas. Benar-benar ia mendapatkan sebuah
tempat perlindungan.
Sampai disitu keduanya naik ke atas pohon itu.
Mereka menekan cabang-cabang, mereka pun
membuat palangan, hingga di situ terdapat ruangan
seperti lauwteng, di mana orang bisa duduk atau
rebah. Setelah selesai, mereka turun untuk
mengangkat Ang Cit Kong naik ke atas. Mereka tak
usah manjat lagi, cukup dengan mereka mendukung
guru itu di kiri dan kanan, dengan berbareng mereka
mengenjot tubuh untuk berlompat ke atas. Maka dilain
saat, Pak Kay sudah dapat dipernahkan dengan baik.
"Untuk sementara kita berdiam di atas pohon ini
bagaikan burung!" berkata si nona tertawa. "Biarlah
mereka itu berdiam di dalam gua bagai binatangbinatang
berkaki empat!"
"Bilang Yong-jie, kau hendak memberikan makanan
atau tidak kepada mereka?" Kwee Ceng tanya.
"Sekarang ini kita belum mendapat jalan, kita pun tidak
dapat melawan pada si tua bangka berbisa itu,"
menyahut si nona, "Maka untuk sementara baik kita
menurut saja…"
Kwee Ceng berdiam. Ia mendongkol berbareng
masgul sekali.
Oey Yong mengajaki pemuda itu pergi ke belakang
bukit, untuk berburu. Mereka berhasil merobohkan
seekor kambing gunung, yang mereka terus sembelih,
dijadikan dua potong. Mereka menyalakan api untuk
membakarnya.
Setelah dibakar matang, Oey Yong lemparkan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
separuh ke tanah.
"Kau kencingin!" ia kata pada Kwee Ceng.
Si anak muda tertawa.
"Ah, dia tentu mendapat tahu nanti…"
"Jangan kau pedulikan! Kau kencinginlah!" berkata si
nona.
Mukanya Kwee Ceng menjadi merah.
"Aku tidak bisa…." sahutnya.
"Kenapakah?"
"Sekarang aku belim ingin membuang air kecil…"
Mendengar itu si nona tertawa terpingkal-pingkal.
Tiba-tiba terdengar suaranya Ang Cit Kong di atas
pohon.
"Kau lemparkan ke atas, nanti aku yang kerjakan!"
kata si tua bangkotan yang jenaka itu.
Kwee Ceng tertawa, ia berlompat naik dengan daging
kambing itu.
Pak Kay sudah lantas membuktikan perkataannya itu.
Sembari tertawa Kwee Ceng lompat turun pula, terus
ia bertindak ke arah gua.
"Tunggu dulu!" Oey Yong mencegah. "Mari itu yang
sepotong lagi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa? Yang bersih?" tanya si anak muda. Ia
menggaruk-garuk kepalanya saking heran.
"Benar!" menyahut si nona. "Kita berikan si tua bangka
yang bersih…"
Walaupun ia ada sangat tidak mengerti, Kwee Ceng
toh berbuat seperti katanya si nona yang ia sangat
percayai itu. Ia menukar daging bersih dengan daging
yang telah diberi air kencing itu.
Oey Yong memanggang pula daging yang kotor itu,
kemudian ia pergi mencari bebuahan.
Juga Ang Cit Kong tidak mengerti perbuatannya si
murid, ia menjadi heran berbareng masgul.
Oey Yong memanggang daging hingga menyiarkan
baunya yang lezat, yang membangkitkan nafsu
berdahar. Demikian Auwyang Hong di dalam guanya,
hidungnya dapat mencium bau itu, lekas-lekas ia
keluar, setibanya di mulut gua, tidak menanti Kwee
Ceng - yang membawakan daging - dekat padanya, ia
sudah memburu untuk menyambuti separuh dirampas.
Hebat nafsu dahar dari See Tok ini tetapi mendadak
air mukanya berubah.
"Mana yang sebelah lagi?" mendadak ia bertanya.
Si anak muda tidak menjawab dengan mulutnya, ia
cuma menunjuk ke belakang.
Tanpa membilang suatu apa, Auwyang Hong bertindak
cepat ke bawah pohon di sana ia sambar daging
kambing yang sebelahnya itu, sedang yang berada di
tangannya ia lemparkan ke tanah. Tetap dengan tidak
membilang suatu apa, kecuali ketawa dingin, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memutar tubuhnya akan kembali ke guanya.
Kwee Ceng cepat-cepat berpaling ke arah lain, kalau
tidak, pastilah akan terlihat wajahnya yang menahan
tertawa. Ia anggap lucu sekali perbuatannya Auwyang
Hong itu, yang telah terjebak Oey Yong. Baru setelah
orang pergi jauh, ia lari kepada Oey Yong, wajahnya
tersungging senyum.
"Yong-jie!" katanya tertawa, "Kenapa kau ketahui dia
bakal menurkarnya?"
Si nona itu pun tertawa.
"Bukannya ilmu perang ada membilang," menyahut si
noa, "Bahwa yang kosong itu berisi, dan yang berisi
ialah kosong? Si tua bangka berbisa itu pasti menduga
kita menaruhkan racun di daging yang kita berikan
padanya, dia tak sudi kena diakali, tetapi aku, aku
justru menghendaki dia terpedaya!"
"Hebat!" memuji si anak muda, yang terus membeset
daging itu, untuk dibawa naik ke ranggon pohonnya
yang istimewa, untuk menyuguhkan kepada gurunya,
kemudian bersama si nona ia pun turut dahar.
Auwyang Hong dan keponakannya dahar daging
panggang itu dengan bernafsu. See Tok merasakan
bau engas, ia menyangka daging itu memang
demikian bau asalnya, ia menangsal terus.
Bertiga Oey Yong berhadar dengan hati mereka riang
gembira.
"Yong-jie," berkata Kwee Ceng kemudian. "Akalmu ini
bagus tetapi berbahaya…"
"Mengapa?" tanya si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Umpama kata si tua bangka berbisa tidak menukar,
bukankah kita bakal makan daging yang kotor dan bau
itu?"
Oey Yong tertawa terpingkal-pingkal, hingga tubuhnya
miring dan jatuh ke tanah, tetapi ia dapat jatuh berdiri,
maka dilain detik ia sudah berada di atas pula.
"Benar, benar, memang berbahaya sekali!" katanya.
Ang Cit Kong bersenyum, tetapi ia menghela napas
ketika ia berkata: "Anak-anak yang tolol, kalau benar
dia tidak menukarnya, apakah kamu tidak dapat
makan daging bau pesing itu?"
Kwee Ceng melengak, lalu ia tertawa hingga ia pun
terguling-guling dari tempat duduknya, jatuh ke tanah
seperti si nona tadi.
Setelah sang gelap petang datang, Auwyang Kongcu
merintih karena rasa nyerinya, sedang Auwyang Hong
pergi ke bawah pohon.
"Budak kecil, kau turun!" ia memanggil Oey Yong,
suaranya bengis.
Si nona terkejut. Ia tidak menyangka orang datang
demikian lekas.
"Mau apa?!" ia terpaksa menyahuti.
"Keponakanku menghendaki air the, pergi kau
melayani dia!" menitah See Tok.
Kaget ketiga orang di atas pohon itu, berbareng
dengan itu, panas hari mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lekas!" terdengar pula suara Auwyang Hong. "Kau
mau tunggu apa lagi?!"
"Mari kita mengadu jiwa dengannya!" berkata Kwee
Ceng perlahan.
"Lebih baik kamu berdua kabur ke belakang gunung,"
Ang Cit Kong bilang. "Jangan kau pedulikan aku
lagi…"
Dua-dua jalan itu, mengadu jiwa dan merat, telah
dipikirkan Oey Yong. Dua-dua jalan itu pasti akan
mengakibatkan kebinasaannya Ang Cit Kkong. Inilah ia
tidak menginginkannya. Maka akhirnya ia pikir baik
mereka mengalah saja. demikian ia lompat turun.
"Baiklah, nanti aku lihat lukanya!" ia kata.
"Hm!" See Tok mengasih dengar suaranya yang
dingin. "Eh, bocah she Kwee, kau juga turun!" ia
menambahkan, membentak. "Apakah kau ingin enakenak
tidur nyenyak?! Bagus betul!"
Dengan menahan sabar sebisanya, Kwee Ceng
berloncat turun.
"Malam ini kau mesti menyediakan untukku seratus
potong balok yang besar," menitah si Bisa dari Barat,
"Kalau kurang sepotong saja, kakikmu sebelah akan
kuhajar patah! Kalau kurang dua, dua-duanya kakimu
patah semua!"
"Buat apa balok itu?!" Oey Yng tanya. "Laginya malam
gelap buta rata seperti ini, cara bagaimana orang
mencarinya dan mengerjakannya?!"
"Budak cilik, kau banyak bacot! Lekas kau rawati
keponakanku! Ada apa hubungannya kau dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
urusan si bocah cilik ini? Pergi kau, kalau kau main
gila, siksaan akan menjadi bagianmu!" Ia mengancam
pada Kwee Ceng.
Oey Yong memberi tanda kepada si anak muda untuk
bersabar, lantas ia bertindak pergi, diikuti si Bisa dari
Barat.
Kwee Ceng mengawasi sampai orang tak terlihat lagi,
ia lantas menjatuhkan diri, berduduk dengan
memegangi kepalanya. Ia berpikir keras, gusarnya dan
mendongkol dan berduka juga, hampir air matanya
turun mengucur.
Tiba-tiba terdengar suaranya Ang Cit Kong: "Kakekku,
ayahku, juga aku semasa kecilku, kita menderita
sangat dari bangsa Kim, kita menjadi budak, maka itu
apakah artinya kesengsaraan seperti ini?"
Kwee Ceng terkejut, ia mendusin.
"Kiranya dulu suhu pernah menjadi budak…" hatinya
bekerja. "Siapa sangka kemudian suhu menjadi stau
ahli silat kenamaan dan ketua dari Partai Pengemis!
Kalau sekarang aku bersabar, boleh apakah?"
Karena ini, si anak muda mengambil ketetapannya.
Dengan membawa obor kayu cemara, ia pergi ke
gunung belakang. Ia bekerja dengan menggunai
pukulan Hang Liong Sip-pat Ciang, merobohkan
pohon-pohon sebesar mulut mangkok yamng besar. Ia
berbesar hati, ia berlaku ulet. Ia percaya betul Oey
Yong bakal dapat meloloskan diri, sebagaimana dulu si
nona lolos dari istana Chao Wang.
Ilmu silat Hap Liong Sip-pat Ciang itu memerlukan
tenaga besar dan keuletan, inilah berat untuk Kwee
Ceng yang masih muda, yang tenaga dalamnya masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meminta latihan. Belum sejam lamanya, ia sudah
berhasil merobohkan duapuluh satu pohon, ketika ia
menghajar pohon yang keduapuluh dua, ia merasakan
tangannya sakit, maka itu pohon tidak roboh,
sebaliknya dadanya sakit pula. Ia terkejut, lekas-lekas
ia duduk bersila, untuk memusatkan semangatnya,
untuk meluruskan nafasnya.
Setelah satu jam lamanya ia beristirahat seperti itu, ia
berbangkit untuk memulai dengan pekerjaannya.
Pohon itu dapat juga dirobohkan. Tetapi, ketika ia
hendak mulai lagi kali ini ia merasa lemas sekali. Ia
mengerti bahwa ia tidak bisa memaksakan diri, atau ia
bakal terluka di dalam. Hanya ia menjadi bingung. Di
pulau kosong ini di mana ia bisa dapat golok atau
kampak! Dengan tangan kosong, bagaimana ia dapat
bekerja terus? Ia jadi berkhawatir seklai untuk kedua
kakinya. Ia masih membutuhkan hampir delapanpuluh
batang lagi.
"Keponakannya telah patah kedua kakinya," kemudian
ia berpikir lebih jauh, "Karena itu tentulah dia sangat
membenci sekali padaku, kalau malam ini aku bisa
menyediakan seratus batang, mungkin lain malam ia
akan meminta seribu batang lagi. Kapan habisnya
pekerjaan ini? Dia pun tidak dapat dilawan. Di sini pasti
tidak bakal ada penolong untuk kita…"
Pemuda ini menghela napas, ia berputus asa.
"Taruh kata tempat ini bukan pulau kosong, siapa yang
dapat menolongi kita?" ia ngelamun pula. "Suhu telah
runtuh ilmu silatnya, nasibnya belum ketahuan
bagaimana. Ada ayahnya Yong-jie tetapi ia pun sangat
membenci padaku. Coan Cit Cit Cu dan keenam
guruku dari Kanglam juga bukan tandingannya See
Tok ini. Tinggallah kakak angkatku, Ciu Pek Thong,
tetapi ia pun sudah terjun ke laut di mana dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membunuh diri…"
Mengingat Ciu Pek Thong, Kwee Ceng jadi bertambah
benci dan murka kepada Auwyang Hong. Ia merasa
berkasihan kepada kakak angkatnya itu, yang paham
Kiu Im Cin-keng tetapi yang tidak hendak
menggunainya. Kakak itu pun pandai ilmu silat
memecah diri menjadi sebagai dua orang - dua
pikirannya. Sayang kepandaian itu menjadi tidak ada
gunanya.
"Ah, Kiu Im Cin-keng! Kepandaian dua tangan kiri dan
kanan saling berkelahi sendiri…."
Berpikir sampai di situ, Kwee Ceng seperti melihat
bintang terang di langit yang gelap.
"Memang sekarang aku tidak dapat melawan See
Tok," demikian ia mendapat pikiran baru, "Tetapi Kiu
Im Cin-keng ada pelajaran istimewa seperti
istimewanya cara berkelahi dengan dua tangan itu.
Kenapa aku tidak hendak menyakinkan itu bersama
Yong-jie, menyakinkan terus bersama-sama siang dan
malam, sampai tiba saatnya mengadu jiwa dengan si
tua bangka berbisa itu?"
Keras Kwee Ceng berpikir, ia tidak memperoleh
kesudahan yang memuaskan.
"Ah, mengapa aku tidak mau menanyakan pikirannya
suhu?" kemudian ia ingat lagi. "Suhu kehilangan
kepandaiannya tetapi tidak ingatannya, ia dapat
memberi petunjuk padaku…"
Tidak ayal lagi, Kwee Ceng pulang. Di atas pohon, ia
utarakan apa yang ia pikir barusan terhadap gurunya.
Agaknya Ang Cit Kong setujui pikirannya muridnya ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang coba kau membaca perlaha-lahan bunyinya
Kiu Im Cin-keng," berkata sang guru ini, "Nanti aku
lihat ada daya apa yang dapat mempercepat
pernyakinanmu….."
Kwee Ceng menurut, ia mulai membaca.
Tempo si anak muda membaca bagian "Orang tahu
dengan duduk berdiam dia akan memperoleh
kemajuan, tetapi dia tahu untuk mencapai kemahiran
dibutuhkan keinsyafan, ketenangan dan kecerdasan,
tubuh dan pikiran harus bekerja berbareng. Kita harus
bergerak seperti berdiam, walaupun kita dibentur, kita
tetap tenang," mendadak Cit Kong berlompat bangun
seraya mulutnya berseru: "Oh…!"
"Kenapa, suhu?" tanya Kwee Ceng heran.
Pak Kay tidak menyahuti, ia hanya terus berpikir. Ia
memahamkan artinya kata-kata dari Kiu Im Cin-keng
itu.
"Coba kau mengulangi satu kali lagi," katanya
kemudian.
Kwee Ceng girang, ia percaya gurunya ini sudah
memperoleh sesuatu ingzan, maka ia membaca lagi.
"Benar," Cit Kong berkata sambil menganggukangguk.
"Kau melanjuti terus…."
Kwee Ceng menurut, ia menghapal terus-terusan, di
dekat akhirnya, ia membaca: "Mokansukojie pintek
kim-coat-ouwsongsu kosannie…"
"Apa kau bilang?" tanya Cit Kong heran. Dia
memotong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku pun tidak tahu artinya," sahut Kwee Ceng. "Ciu
Toako tidak menjelaskannya."
"Nah, kau bacalah terus."
Kwee Ceng membaca pula, "Kiatjie-hoatsu katlo…"
demikian seterusnya, untuk itu ia mengeluarkan suara
gigi dan lidah.
"Oh, kiranya kitab itu pun memuat mantera menangkap
iblis…" berkata Cit Kong kemudian. Hampir ia
meneruskan mengatakannya, "Kiranya si imam busuk
gemar main gila untuk memperdayakan orang…" tetapi
ia dapat membatalkan itu. Ia mengerti Kiu Im Cin-keng
mestinya istimewa sekali.
"Anak Ceng," katanya selang sesaat, "Kitab Kiu Im
Cin-keng memuat ilmu yang lihay luar biasa, tak dapat
itu dipahamkan hanya semalam dan seharian…"
Kwee Ceng menyesal, ia putus asa.
"Sekarang pergilah lekas kau membuatnya duapuluh
batang pohon itu menjadi sebuah getek," kata Cit
Kong. "Daya yang paling utama untukmu ialah
menyingkirkan diri. Aku akan berdiam bersama Yongjie
di sini, aku akan melihat selatan."
"Tidak suhu!" berkata Kwee Ceng. "Mana dapat aku
meninggalkan kau…"
"See Tok jeri terhadap Oey Lao Shia, tidak nanti dia
mencelakai Yong.jie," Cit Kong memberi penjelasan.
"Aku sendiri, aku sudha tidak berguna lagi…."
Kwee Ceng menjadi panas hatinya dan mendongkol,
saking penasaran ia melampiaskannya dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghajar batang pohon di depannya. Hebat
serangannya itu, suaranya sampai terdengar jauh dan
berkumandang.
"Eh, anak Ceng," tanya Cit Kong heran. "Barusan kau
memukul dengan tipu silat apa itu?"
"Kenapa, suhu?"
"Kau menghajar hebat tetapi batang pohon itu tak
bergeming…"
Si anak muda menjadi merah mukanya. Ia mengaku
karena kehabisan tenaga, ia tidak dapat memakai
tenaga lagi.
"Bukan, bukannya begitu," kata guru itu. "Pukulan itu
ada sedikit aneh. Coba kau mengulanginya sekali lagi!"
Kwee Ceng tetap heran tetapi ia menurut. Ia
menghajar pula. Hebat suara hajaran itu tetapi tetap
pohon itu tidak gempur. Sekarang ia sadar sendirinya.
Maka ia lantas berkata: "Sebenarnya inilah pukulan
Kong-beng-kun yang terdiri dari tujuhpuluh dua jurus
yang diajarkan oleh Ciu Toako."
"Kong-beng-kun?" tanya Cit Kong. "Belum pernah aku
dengar itu…"
"Kong-beng-kun" ialah pukulan Tangan Kosong. Arti
sebenarnya yaitu "kosong terang".
"Selama Ciu Toako dikurung di Tho Hoa To," Kwee
Ceng memberi keterangan, "Dia menganggur tiap hari.
Lantas ia menciptakan ilmu pukulannya itu. Dia
mengajarkan aku enambelas huruf yang menjadi
rahasia tipu silatnya itu, ialah 'Berhasil besar seperti
pecah, kegunaannya tak buruk, terlalu penuh seperti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meletus, kegunaannya tak habisnya.' Baiklah kalau
sekarang muridmu menjalankannya untuk suhu lihat?"
"Sekarang ini malam gelap, tidak dapat aku
melihatnya," menyahut sang guru. "Lagi pula inilah
ilmu silat mahir, tidak usah dijalankan lagi. Kau
menuturkan saja untuk aku kangzusi.com
mendengarnya."
"Kwee Ceng lantas menutur, mulai dari jurus pertama
"Mangkok kosong diisi nasi", jurus kedua "Rumah
kosong ditinggali orang", demikian seterusnya. Ia pun
menjelaskan maknanya setiap huruf.
Ciu Pek Thong berandalan dan jenaka, maka jenaka
juga namanya semua jurusnya itu.
Ang Cit Kong cerdas sekali, setelah mendengar
sampai di jurus kedelapanbelas ia memegat: "Sudah
cukup tidak usah kau menuturkan terlebih jauh.
Sekarang kita dapat menempur See Tok!"
"Dengan menggunai Kong-beng-kun ini?" tanya Kwee
Ceng heran. "Aku khawatir aku belum berlatih mahir."
"Aku ketahui ini tetapi kita mesti mencari kehidupan di
antara kematian, kita harus mencoba menempur
bahaya. Bukankah kau membawa pisau belati
pengasihnya Khu Cie Kee?"
Kwee Ceng menghunus pisaunya itu, yang di dalam
gelap masih berkelebat sinarnya.
"Sekarang kau pergi menebang pohon dengan
memakai pisau ini dengan menggunakan ilmu silat
Kong-beng-kun itu," menitah Cit Kong.
Kwee Ceng bersangsi. Pisauny aitu panangnya cuma
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekaki lebih dan bagian tajamnya pun tipis.
"Aku mengajarkan kau Hang Liong Sip-pat Ciang,"
berkata gurunya. "Itulah ilmu silat pihak Luar, Gwakee.
Kong-beng-kun sebaliknya ilmu silat pihak Dalam,
Lay-kee. Maka kalau kau gunai kedua ilmu silat itu
dengan dirangkap, piasu ini tajam sehingga dapat
memotong emas dan kumala! Apakah artinya baru
pohon? Ingat, asal diwaktu menggunai tenaga kau
mengutamakan itu huruf rahasia 'kosong'."
Kwee Ceng lantas saja mengerti, maka lantas ia
lompat turun. Ia mencari sebuah pohon yang besar.
Untuk menghajar, ia menggunai tenaga dari Kongbeng-
kun, tenaga yang ringan, seperti acuh tak acuh.
Ia hanya mengurat bongkot pohon, menggurat ke
sekitarnya, tetapi kesudahannya, pohon itu roboh.
Bukan main girangnya ia. Ia mencoba terus, sebentar
saja ia sudah dapat belasan pohon. Dengan begitu, tak
usah sampai terang tanah, ia sudah berhasil
menyediakan seratus pohon yang dimintai itu.
"Anak Ceng, mari naik!" tiba-tiba Cit Kong memanggil.
Murid itu melompat naik.
"Benar berhasil, suhu!" ia berseru. "Sedikit pun aku tak
usah menggunai tenaga besar."
"Dengan menggunai tenaga besar artinya tak berhasil,
bukan?"
"Benar, suhu."
"Untuk menebang pohon, tenagamu berlebihan,"
berkata sang guru. "Untuk melawan See Tok, masih
kurang. Maka itu kau mesti meyakinkan dulu Kiu Im
Cin-keng, baru ada ketikanya untuk menangi dia. Mari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kita memikirkan daya untuk melawannya…"
Bicara dari hal berpikir, atau mencari akal, Kwee Ceng
tidak dapat ebrbuat apa-apa, maka itu, ia berdiam saja.
"Aku juga belum dapat memikir," kata Cit Kong selang
sekian lama. "Kita tunggu saja besok, biar Yong-jie
yang memikirkannya. Anak Ceng, mendengar kau
membaca Kiu Im Cin-keng aku ingat suatu apa,
setelah aku memikirkannya, rasanya aku tidak memikir
salah. Sekarang mari kau pegangi aku, hendak aku
turun untuk bersilat….."
Kwee Ceng terkejut.
"Jangan, suhu!" ia mencegah. "Lukamu masih belum
sembuh! Mana bisa suhu berlatih?"
"Tetapi kitab toh menyebutnya, '…tubuh dan pikiran
harus bergerak berbareng, bergerak tapi seperti diam,
walaupun dibentur, kita tetap tegar'. Maka marilah kita
turun."
Kwee Ceng masih tetap tidak mengerti tetapi dia toh
memondong gurunya itu.
Ang Cit Kng berdiri sambil memusatkan pikirannya,
sesudah itu ia memasang kuda-kudanya. Ketika ia
meninju, dengan samar-samar Kwee Ceng melihat
tubuh gurunya terhuyung, ia segera maju untuk
menolongi, tetapi begitu lekas juga, guru itu sudah
berdiri tetap pula, hanya napasnya sedikit memburu.
"Tidak mengapa," berkata sang guru itu.
Dilain saat, Cit Kong meninju dengan tangan kirinya.
Kwee Ceng melihat kembali guru itu terhuyung, kali ini
dia diam saja, ia mengawasi terus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cit Kong meninju pula, berulang-ulang dari perlahan
hingga sedikit cepat. Nyatanya makin lama dia
semakin tetap. Mulanya ia bernapas keras, kemudian
napasnya lurus. Diwaktu memutar tubuh, kudakudanya
pun tetap.
Bersilat terus, Ang Cit Kong bisa menjalankan habis
Hang Liong Sip-pat Ciang, karena ia merasa masih
kuat, ia meneruskan dengan Hok Houw Kun, ilmu silat
Menaklukkan Harimau.
Begitu lekas gurunya sudah berhenti bersilat, karena
girangnya Kwee Ceng berseru, "Kau telah sembuh,
suhu!" Ia girang bukan kepalang.
"Pondong aku naik!" Ang Cit Kong meminta.
Kwee Ceng menurut, ia bawa gurunya berlompat ke
atas.
"Bagus, suhu, bagus!" ia memuji.
"Bagus apa!" kata guru itu, menghela napas. "Apa
yang aku jalankan barusan cuma bagus dipandang,
gunanya tak ada…"
Kwee Ceng heran.
"Setelah terluka, aku cuma beristirahat saja,"
menerangkan gurunya itu, "Tidak tahunya sebenarnya
semakin berlatih dan banyak bergerak, semakin baik.
Sekarang ini sudah terlambat, walaupun jiwaku
ketolongan, kepandaianku tidak bakal pulih kembali."
Kwee Ceng hendak bicara, tak tahu ia harus bicara
apa, maka kemudian ia bilang saja. "Sekarang hendak
aku memotong kayu pula."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Murid ini belum berlompat turun ketika gurunya
berkata: "Anak Ceng, sekarang aku dapat akal untu
menggertak si tua bangka berbisa itu. Coba kau lihat,
akalku bakal berjalan atau tidak?"
Guru ini terus menuturkan akalnya itu.
"Bagus, suhu!" Kwee Ceng berseru. "Ini tentu
berhasil!"
Smapai di situ, murid ini pergi turun pula, untuk
bekerja, untuk bersiap.
Besok paginya, Auwyang ong muncul untuk
memeriksa jumlah pohon, ia mendapatkan cuma
sembilanpuluh, masih kurang sepuluh lagi. Ia tertawa
dingin, terus ia berteriak: "He, anak campur aduk,
lekas kau mengelinding keluar! Mana yang sepuluh
pohon lagi?!"
Perih rasa hati Oey Yong mendengar perkataan orang
yang kotor itu. Semenjak sore ia mendampingi
Auwyang Kongcu, untuk merawatnya dengan
terpaksa. Kapan ia mendengar rintihan pemuda itu,
hatinya menjadi lemah. Sebaliknya, mengingat
kecewirisan orang, ia jemu. Ketika pagi itu Auwyang
Hong keluar, diam-diam ia keluar juga, maka itu, ia
dapat dengar suara yang kasar dari See Tok.
Atas pertanyaanya Auwyang Hong tidak ada jawaban.
Di atas pohon sepi saja. Maka See Tok lantas
mengawasi ke atas, kupingnya pun dipasang. Tiba-tiba
ia mendengar suara desiran angin dari gunung
belakang, suara angin dari orang yang tengah
bertempur. Ia menjadi heran, lekas-lekas ia lari untuk
melihat. begitu lekas ia menampaknya, ia menjadi
kaget.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di sana Ang Cit Kong lagi bertempur sama Kwee
Ceng, hebat gerakan tangan dan kaki keduanya.
Oey Yong pun menyaksikan, ia juga heran bukan
main. Ia hanya heran bercampur girang. Rupanya
tenaga gurunya itu sudah pulih kembali, maka juga ia
bisa bersilat dan dapat berlatih kembali dengan Kwee
Ceng.
"Anak Ceng, hati-hatilah kau dengan jurus ini!"
terdengar pemberian ingat dari Pak Kay ketika ia
hendak menyerang. Ia terus saja menolak.
Kwee Ceng menggeraki tangannya, untuk menangkis,
hanya belum lagi tangan mereka beradu, ia sudah
mencelat mundur seperti yang tertolak denagn keras,
bahkan tubuhnya itu membentur sebuah pohon di
belakangnya.
"Bruk!" demikian satu suara keras. Pohon itu roboh
dan tubuh si anak muda terpelanting.
Pohon itu tidak terlalu besar, kira-kira sebesar mulut
mangkok, tetapi toh heran telah roboh terbentur tubuh
Kwee Ceng.
Menyaksikan itu, Auwyang Hong berdiri tercengang,
mulutnya menganga.
"Suhu!" Oey Yong berteriak. "Pukulan lihay dari Pekkong-
ciang!"
Ang Cit Kong tidak menjawab murid ini, hanya ia
serukan Kwee Ceng: "Anak Ceng, luruskan napasmu,
untuk menjaga kau tidak sampai terluka di dalam!"
"Teecu tahu, suhu!" menyahut Kwee Ceng, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sementara itu sudah maju pula, untuk melanjuti
pertempuran. Hanya beberapa jurus, kembali ia
terhajar terpelanting mundur, bahkan kembali
membentur pohon hingga pohon itu roboh seperti yang
semula tadi.
Auwyang Hong terus berdiri diam. Ia mengawasi
latihannya guru dan murid itu. Hebatnya saban-saban
Kwee Ceng kena dihajar mental mundur, saban mental
dia membentur pohon, pohonnya roboh seketika. Dari
itu, cepat sekali, sepuluh pohon sudah rebah di tanah.
Oey Yong menghitung.
"Sepuluh pohon!" dia berseru.
Kwee Ceng bernapas sengal-sengal, agaknya ia letih
sekali.
"Teecu tidak kuat berlatih lebih lama lagi…" katanya
susah.
Ang Cit Kong tertawa, ia berkata: "Ilmu silat Kiu Im Cinkeng
ini benar-benar luar biasa! Aku tengah terluka
parah,tetapi pagi ini, sekali saja berlatih, aku berhasil!"
Auwyang Hong heran dan bercuriga, maka ia dekati
pohon-pohon yang roboh itu, untuk memeriksa. Ia
mendapatkan, bagian yang patah itu meninggalkan
bekas yang licin seperti bekas dipotong atau digergaji.
"Benarkah kitab ini begini lihay?" ia berpikir.
"Kelihatannya si pengemis bangkotan ini menjadi
terlebih lihay daripada yang sudah-sudah…. Kalau
mereka bergabung menjadi satu, mana sanggup aku
melawan mereka? Tidak boleh ayal lagi, aku pun mesti
lekas berlatih!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia melirik kepada tiga orang itu, terus ia memutar
tubuhnya untuk lari ke gua. Setibanya, ia keluarkan
bungkusannya dalam mana terisi naskah kitab Kiu Im
Cin-keng, yang ditulis Kwee Ceng, ia buka untuk
dibaca, untuk memahaminya, untuk nanti melatih diri.
Cit Kong dan Kwee Ceng menanti sampai See Tok
sudah lenyap dari pandangan mata mereka, lantas
mereka tertawa terbahak-bahak.
Oey Yong menghampirkan mereka.
"Suhu, inilah hebat!" pujinya. "Luar biasa isi kitab itu!"
Cit Kong tengah tertawa tak sempat ia menyahuti
muridnya itu.
"Kami sedang bersandiwara!" Kwee Ceng
memberitahu.
Si nona heran, ia mengawasi.
Si pemuda tidak menanti lama untuk membeberkan
rahasianya. Ialah mereka berlatih kosong, sedang
semua pohon itu, lebih dulu sudah dipotong,
ditinggalkan sedikit bagian tengahnya agar tidak roboh,
maka dengan ditabrak Kwee Ceng, robohlah semua
dengan segera. Kwee Ceng pun terpental bukan
karena serangan, hanya berbareng diserang, ia
mencelat mundur seperti terpelanting, sengaja ia
membentur setiap pohon itu. Auwyang Hong tidak tahu
rahasianya itu, tentu ia kena diakali.
Mendengar itu, kalau tadinya ia tertawa, Oey Yong
menjadi berdiam, sepasang alisnya pun dikerutkan.
Ang Cit Kong tertawa, ia berkata: "Aku si tua bangka
bisa menggeraki pula tangan dan kakiku, untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjalan, ini pun sudah membuatnya aku beruntung.
Sekarang ini aku tidak memikirkan itulah ilmu silat
yang tulen atau yang palsu! Yong-jie, adakah kau
berkhawatir kemudian See Tok bakal mengetahui
rahasia kita ini?"
Oey Yong mengangguk. Jitu terkaan gurunya itu.
"See Tok sangat bermata tajam dan cerdas, memang
tak selayaknya dia dapat diakali. Tapi, segala apa
sukar diduga-duga, maka sekarang ini tak usahlah kita
berkhawatir. Aku sekarang ingat Kwee Ceng, di situ
ada bahagian pelajaran ' menukar urat menguatkan
tulang' itulah luar biasa, aku pikir, selagi kita luang
tempo, baik kita sama-sama menyakinkannya."
Sabar bicaranya sang guru, tetapi Oey Yong
menginsyafi artinya.
"Baik, suhu," katanya. "Mari kita mulai!"
Cit Kong menitahkan Kwee Ceng membaca di luar
kepala hingga dua kali bagian itu yang berfasal "Ie Kin
Toan Kut Pian", lalu ia memberikan penjelasan, terus
ia suruh kedua muridnya berlatih, sesudah itu, ia pergi
untuk memancing ikan, untuk kemudian menyalakan
api dan mematangai ikannya. Ia melarang kedua
muridnya membantunya, ia mewajibkan kedua
muridnya berlatih terus.
Dengan lekas tujuh hari sudah berlalu, Oey Yong dan
Kwee Ceng telah memperoleh kemajuan. Berbareng
dengan mereka, Auwyang Hong pun berbuat keras
dengan kitab Kiu Im Cin-keng yang palsu buatan Kwee
Ceng itu.
Hari kedelapan, sambil tertawa Ang Cit Kong menanya
Oey Yong, "Yong-jie, bagaimana rasanya daging
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kambing panggangan gurumu?"
Oey Yong tertawa sambil mainkan mulutnya,
menggeleng-geleng kepala.
"Ya, aku juga memakannya tak turun…" Cit Kong
berkata pula, tetapi sambil tertawa. Kemudian ia
menambahkan: "Pelajaranmu babak pertama sudah
selesai, sekarang kamu mesti beristirahat, jikalau tidak,
pernapasanmu bisa tertutup dan akan merusak
kesehatanmu. Sekarang begini: Yong-jie, pergi kau
memasak, aku bersama Ceng-jie akan pergi membikin
getek."
"Membikin getek?" tanya Kwee Ceng dan Oey Yong
berbareng.
"Memang!" menjawab sang guru."Apakah kamu pikir
kita dapat berdiam terus di pulau kosong ini sambil
menemani si bisa bangkotan itu? Tidak!"
Dua-dua muda-mudi itu menjadi sangat girang.
"Bagus!" seru mereka.
Kedua pihak lantas berpisahan.
Kwee Ceng pergi ke tumpukan pohonnya yang seratus
buah itu. Dadungnya pun sudah tersedia, bekas
menolongi Auwyang Kongcu. Ia lantas bekerja
mengikat batang-batang pohon itu. Ketika ia menarik
dadung, tiba-tiba dadung itu terputus. Ia mengulangi
lagi, lagi dadung putus. Ia menjadi heran. Ia merasa
tidak menggunai tenaga terlalu besar. Mungkinkah
dadungnya yang tak kuat? Saking heran, ia menjadi
berdiam saja.
Sementara itu Oey Yong mendatangi sambil berlariTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
lari, tangannya membawa seekor kambing. Si noa
pergi berburu, ia bertemu sama kambing itu. Ia
menyediakan beberapa butir batu, untuk dipakai
menimpuk batok kepala kambing itu. Ketika ia berlari
untuk mengubar, rasanya baru beberapa tindak, tahutahu
ia telah datang dekat sang kambing, maka batal
menimpuk, ia berlompat menyambar. Hanya dengan
sekali saja ia dapat mencekuknya. Inilah diluar
dugaannya, maka ia girang berbareng heran dan
segera lari pulang untuk memberitahukan
pengalamannya itu.
Mendengar itu, Ang Cit Kong tertawa.
"Jikalau begitu adanya, terang sudah Kiu Im Cin-keng
bukannya untuk main-main saja," bilangnya. "Pula
tidaklah penasaran itu beberapa orang kosen yang
telah berkorban jiwa untuk kitab ini…"
"Suhu," menanya Oey Yong girang, "Apakah sekarang
kita bisa menghajar si tua bangka berbisa itu?"
"Masih jauh, anak," menyahut Cit Kong menggoyang
kepala. "Kau masih memerlukan tempo pernyakinan
tiga sampai lima tahun lagi. Kau harus ketahui
hebatnya Kuntauw Kodok dari si bangkotan itu. Kecuali
It-yang-cie dari Ong Tiong Yang, tidak ada lain ilmu
yang dapat memecahkannya…"
Si nona membikin moyong mulutnya.
"Kalau begitu percuma kita belajar lagi lima tahun, kita
toh tak dapat mengalahkan dia!" katanya mendelu.
"Tentang itu tak dapat dikatakan pasti," Cit Kong
membilang. "ada kemungkinan yang isinya kitab ada
jauh terlebih lihay daripada dugaanku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudah, Yong-jie, jangan kau terburu nafsu," Kwee
Ceng campur bicara. "Tidak ada salahnya jikalau kita
menyakinkan terus."
Lagi tujuh hari telah lewat, sekarang kedua murid itu
sudah selesai dengan babak yang kedua. Pula telah
selesai pembuatan geteknya Kwee Ceng. Untuk
mendapatkan layar, mereka membuat bahannya dari
babakan pohon. Bahkan air minum serta lainnya
makanan sudah disiapkan juga.
Selama itu Auwyang Hong mengawasi saja orang
bekerja dan bersiap-siap itu. Ia tidak membilang suatu
apa, malah mengawasinya pun secara acuh tak acuh,
membiarkan orang repot bekerja.
Bab 45. Pesiar dengan ikan hiu
Datanglah sang malam dengan segala
persiapannya yang sudah sempurnya. Tinggal menanti
besok pagi, Cit Kong bertiga bakal pergi berlayar.
Selagi hendak tidur, Oey Yong tanya, apa besok perlu
mereka pamitan dari Auwyang Hong.
"Bahkan kita harus membuat perjanjian akan bertemu
lagi dengannya sepuluh tahun kemudian," menjawab
Kwee Ceng. "Kita telah diperhina begini rupa, mana
bisa kita berdiam saja?"
"Benar!" si nona bertepuk tangan. "Aku mohon kepada
Thian supaya dua jahanam itu dipayungi hingga dapat
mereka kembali ke Tionggoan! Semoga si tua bangka
berbisa diberi umur panjang lagi sepuluh tahun!"
Besok paginya, Ang Cit Kong yang mendusin paling
dulu. Ia berkuping terang, lantas saja ia mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suara apa-apa di tepi laut. Ia bangun untuk berduduk,
ia memasang kuping pula. Itulah suara air.
"Ceng-jie, dengar!" ia memanggil Kwee Ceng. "Suara
apa itu di tepian?"
Kwee Ceng emndusin, segera ia melompat turun dari
pohon, terus lari ke tempat yang tinggi, dari sana ia
memandang ke laut, apa yang ia saksikan
membuatnya mengutuk dan mencaci kalang kabutan,
lalu ia berlari-lari ke arah tepian.
Oey Yong pun turut mendusin dan berlari-lari.
"Ada apa engko Ceng?" tanyanya sambil lari
menyusul.
"Kedua jahanam itu telah pakai getek kita!" sahut
Kwee Ceng sengit sekali.
Oey Yong kaget sekali.
Begitu lekas mereka tiba di tepian, Auwyang Hong
sudah memondong keponakannya menaiki getek,
yang terus saja ditolak, hingga sekejap kemudian
getek itu sudah terpisah beberapa tombak dari
daratan…
Saking murkanya Kwee Ceng hendak melompat ke air,
untuk berenang mengejar.
Oey Yong tarik tubuh orang.
"Tak dapat mereka disusul!" berkata si nona,
mencegah.
Segara pun terdengar tertawa lebar dari Auwyang
Hong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Terima kasih untuk persiapan kamu dari hal getek ini!"
katanya mengejek.
Kwee Ceng berjingkrakan, ia melampiaskan
kemendongkolannya dengan mendupak sebuah pohon
di sampingnya.
Ketika pohon itu bergoyang karena dupakan, tiba-tiba
Oey Yong ingat suatu apa.
"Ada jalan!" serunya. Ia pun sudah lantas menjumput
sebuah batu besar. Ia bawa itu ke pohon, untuk
diselipkan di batangnya. Ia kata pula, "Kau traik pohon
itu, kita menjepret menembak padanya!"
Kwee Ceng girang. Ia hampirkan pohon, untuk
menjambret batangnya bagian atas untuk ia
menariknya hingga melengkung, sesudah mana ia
melepaskannya, maka pohon itu mejepret balik,
membuatnya batu besar itu terlempar, tepat ke arah
getek. Hanya jatuhnya di samping, airnya muncrat,
suaranya berdeburan hebat.
"Sayang!" Oey Yong mengeluh. Tapi lekas-lekas ia
"mengisikan" pula meriamnya yang istimewa itu.
Serangan yang kedua ini mengenai tepat kepada
getek, hanya karena pembuatannya tangguh, getek itu
tak rusak karenanya.
Serangan diulangi hingga tiga kali, yang dua gagal.
melihat kegagalannya itu, Oey Yong mendapat pikiran
pula.
"Mari, aku yang akan menjadi pelurunya!" ia berseru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng melengak, akan sedetik kemudian ia
sadar. Bukankah si nona lihay ilmunya ringan tubuh
dan pandai berenang? Maka lekas-lekas ia
menyerahkan pisau belatinya.
"Hati-hati!" ia memesan. Segera ia menarik pula
batang pohon itu. Oey Yong sendiri segera
memanjatnya.
"tembak!" berseru si nona setelah ia siap.
Kwee Ceng menurut, ia melepaskan cekalannya. Maka
dalam sekejap itu juga tubuh si nona terlempar
melesat, di tengah udara ia berjumpalitan. Tetapi getek
sudah berlayar terus, ia kecebur di air terpisah jauhnya
tiga tombak. Bagus cara jatuhnya itu dan air muncrat
bagaikan bunga rontok tersebar.
Auwyang Hong dan keponakannya kagum hingga
mereka tercengang.
Oey Yong tidak menjadi putus asa. Segera ia selulup,
untuk berenang di dalam air untuk menyusul getek itu.
Sebentar saja ia tiba di bawahnya getek.
Auwyang Hong mencoba membela diri, dengan galah
kejennya ia menyerang di empat penjurunya,
menyerang ke air, tetapi ia tidak berhasil menusuk
atau mengemplang si nona.
Di dalam air, Oey Yong sudah lantas bekerja. Mulanya
ia membabat dadung itu, untuk meloloskan semua
balok pohon itu, atau mendadak ia ingat suatu akal,
maka ia batal membabat, ia cuma menggurat
perlahan-lahan, di sana-sini. Ia hendak membikin
perahu istimewa itu tiba di tengah laut, nanti setelah
digempur gelombang pergi datang, dadung itu bakal
putus sendirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis bekerja, si nona tetap selulup, berdiam di dalam
air, setelah sekian lama, baru ia timbul di muka air.
Sekarang ia terpisah sepuluh tombak lebih dari getek
itu, lalu ia berteriak-teriak bahwa ia tidak dapat
menyandak….
Auwyang Hong tertawa berkakakan, ia membiarkan
geteknya berlayar terus, maka itu lewat sedikit lama, ia
sudah terpisah jauh dari daratan pulau terpencil itu.
Oey Yong berenang ke pinggir, ketika ia mendarat, Cit
Kong pun tiba di sana, guru ini bersama Kwee Ceng
masih mencaci kalang kabutan kepada See tOk yang
jahat dan licik itu. Mereka heran menampak roman si
nona bergembira.
"kenapa kau girang?" tanya sang guru.
Kwee Ceng pun turut menanya.
Oey Yong menuturkan perbuatannya barusan.
"Bagus!" berseru Ang Cit Kong dan Kwee Ceng.
Mereka pun girang sekali.
"Walaupun kita sudah kirim mereka itu untuk terkubur
di tengah lautan, kita sendiri harus bekerja dari baru
pula," berkata si nona kemudian.
"Tidak apa, mari kita bekerja pula!" kata Kwee Ceng.
Mereka balik, untuk sarapan setelah itu dengan
semangat penuh, mereka pergi memotong pepohonan,
mengumpul balok-balok diikat satu dengan lain
dijadikan getek. Mereka membuatnya pula tali.
Berselang beberapa hari rampung sudah getek
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka, Maka sekali lagi mereka membuat persiapan.
Tepat di harian angin tenggar mulai meniup keras,
Kwee Ceng memasang layarnya untuk memulai
dengan pelayarannya. Tujuan mereka ialah barat.
Oey Yong memandang ke pulau, yang nampak makin
lama makin kecil. Di akhirnya ia menghela napas.
"Hampir kita bertiga mengorbankan jiwa kita di pulau
kosong itu," katanya. "Hanya hari ini, dengan
kepergian ini, aku merasa berat juga…"
"Lain hari, jikalau tempo kita luang, boleh kita pesiar ke
sini!" berkata Kwee Ceng.
"Bagus!" berseru si nona gembira. "Bagus lain kali kita
datang pula ke mari! Tapi ingat, jangan kau salah janji!
Sekarang mari kita memberi nama dulu pada pulau ini.
Suhu, kau pilih nama apa yang bagus?"
"Kau menggunai batu besar, menindih bangsat cilik
itu," menyahut Ang Cit Kong si guru, "Maka itu baiklah
diberi nama Ap Kwie To, yaitu pulau menggencet iblis."
"Nama itu kurang menarik," kata si nona.
"Kau hendak cari yang menarik? Kalau begitu, tak
usah kau tanya aku si pengemis tua bangka!" berkata
sang guru. "Tapi si bisa bangkotan itu pernah
merasakan air kencingku, lebih baik kita namankan
saja Pulau Minum Kencing!"
Oey Yong tertawa tetapi ia menggoyang-goyangkan
tangan, lalu ia miringkan kepalanya untuk memikir. Ia
melihat sinar layung yang indah, yang menaungi pulau
terpencil itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah diberi nama Beng Hee To," katanya
kemudian. Artinya Pulau Sinar Layang.
Tetapi Cit Kong menggeleng kepala.
"Tak tepat itu," katanya. "Nama itu terlalu bagus."
Kwee Ceng membiarkan itu murid dan guru berkutat
berdua, ia cuma tersenyum saja.
Mereka berlayar terus, sampai dua hari lamanya,
tujuan angin masih belum berubah.
Dimalam kedua, Ang Cit Kong dan Oey Yong tidur,
Kwee Ceng memegang kemudi. Mendadak di antara
siuran angin, ia mendengar teriakan: "Tolong! Tolong!"
Suara itu keras seperti bergeram, seperti cecer pecah
dikapruki satu dengan lain.
Ang Cit Kong pun dapat mendengar teriakan itu, maka
ia bangun berduduk.
"Itulah suara si tua bangka berbisa!" katanya.
Kembali mereka mendengar jeritan itu.
Oey Yong, yang mendusin, menjambret tangan
gurunya.
"Hantu! Hantu!" katanya.
Ketika itu akhir bulan keenam, di langit tidak ada si
putri makam, bahkan bintang pun jarang, maka itu
sang laut menjadi gelap gulita. Memang juga, dalam
suasa seperti itu, jeritan itu menyeramkan.
"Apakah kau si tua bangka berbisa?" kemudian Ang
Cit Kong menanya. Tetapi ia telah runtuh tenaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalamnya, suaranya itu tak terdengar jauh.
Kwee Ceng mengumpul semangatnya, lalu ia pun
berseru: "Apakah paman Auwyang di sana?"
"Benar, aku Auwyang Hong!" menjawab orang yang
berteriak minta tolong itu. "Tolong!" ia mengulangi
jeritannya.
"Tidak peduli dia manusia atau iblis, mari kita jalan
terus!" berkata Oey Yong.
"Tolong padanya!" tiba-tiba Cit Kong berkata.
"Jangan, jangan!" mencegah si nona. "Aku takut!"
"Dia bukannya iblis," kata Cit Kong.
"Biarnya begitu tidak seharusnya dia ditolong!"
"Menolong orang itulah aturan kami kaum Kay Pang,"
kata guru itu. "Kita berdua adalah Pangcu Kay Pang
dari dua turunan, tidak dapat kita merusak aturan kita
yang dihormati itu."
Oey Yong terpaksa berdiam, ia mengawasi Kwee
Ceng menggunai pengayuh menuju ke arah darimana
datang jeritan minta tolong itu.
Setelah datang mendekat, daalm suasana gelap itu,
dengan remang-remang terlihat dua kepala orang yang
lagi terombang-ambing sang gelombang,
disampingnya ada sebatang pohon, yang terang
adalah lepasan getek. Karena pertolongannya batang
pohon itu, Auwyang Hong dan keponakannya tidak
sampai kelelap mampus.
Kwee Ceng membungkuk, untuk menyambar lehernya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu, untuk diangkat naik ke geteknya.
Cit Kong baik budi, sampai ia melupakan dirinya
sendiri. Ia mengulur tangannya, untuk menolongi
Auwyang Hong. See Tok mengerahkan tenaganya,
dengan meminjam tenaga Pak Kay, ia menggenjot
tubuhnya hingga ia mencelat naik. Tapi celaka buat Cit
Kong, dia kena tertarik hingga ia kecebur ka air!
Kwee Ceng dan Oey Yong kaget sekali, keduanya
segera terjun untuk menolongi.
Gusar si nona, maka ia menegur See Tok: "Guruku
baik hati, dialah yang menolongi kamu, kenapa kau
justru menarik dia kecebur ke laut?!"
"Aku…aku bukannya sengaja," menyahut Auwyang
Hong perlahan. Ia tahu Cit Kong musnah
kepandaiannya, tetapi ia pun sudah sangat lelah
saking letih, lapar dan haus, terpaksa ia mesti
merendahkan diri. "Saudara Cit, aku menghanturkan
maaf kepadamu."
Pak Kay tertawa tergelak.
"Bagus, bagus katamu!" katanya. "Hanya sayang,
rahasia kepandaiannya aku si pengemis tua telah
pecah di hadapanmu....!"
Semua orang kuyup basah pakaiannya, tidak ada
pakaian lain untuk menukarnya, maka itu mereka
membiarkannya.
"Nona yang baik, kau bagilah kami sedikit barang
makanan," Auwyang Hong meminta. "Sudah beberapa
hari kami kelaparan dan berdahaga…"
"Persediaan makanan di sini cuma cukup untuk kami
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertiga," menyahut Oey Yong. "Membagi kamu
tidaklah sukar. Hanya, habis kita mesti dahar apa?"
"Kalau begitu, nona kau membagi sedikit saja kepada
keponakanku," berkata pula Auwyang Hong. "Dia pun
sakit kedua kakinya, dia tak bakalan sanggup
bertahan……"
"Jikalau demikian, marilah kita berjual beli," berkata si
nona. "Ularmu yang jahat telah melukai guruku,
sampai sekarang guruku masih belum sembuh. Kau
keluarkan obatmu pemunah bisa ular."
Auwyang Hong segera merogoh ke dalam sakunya,
mengeluarkan dua peles kecil. Ia mengangsurkan
kepada si nona.
"Kau lihat sendiri, nona," katanya. "Peles ini telah
kemasukan air, obatnya lumer dan habis…"
Oey Yong periksa kedua peles ini, yang berisikan air.
Ia menggoyang-goyangnya, ia membauinya juga.
"Sekarang kau beritahukan saja resepnya," kata ia
kemudian. "Mari kita mendarat untuk membeli bahanbahan
obatnya."
"Jikalau aku hendak menipu barang makanan, dapat
aku menulis resep ngacobelo," Auwyang Hong
memberi keterangan. "Kau toh tidak ketahui resep itu
tulen atau palsu? Apakah kau sangka aku ada
demikian hina? Baiklah aku omong terus terang
padamu. Ularku ada ular paling luar biasa di kolong
langit ini, bisanya bukan main hebatnya, siapa terpagut
satu kali saja, biar orang sangat gagah dan kuat,
selewatnya delapanpuluh delapan hari, kendati dia
tidak mati, dia mestinya bercacad, dan menjadi
piansiewie, bercacad seumur hidupnya. Pula tidak ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
halangannya untuk memberikan resep pada kamu,
tetapi kau mesti mengerti juga, bahan-bahannya
sangat sukar dicari, bahkan itu memerluka musim
dingin dan musim panas selama tiga tahun berturutturut,
setelah itu barulah dapat dibikin obatnya. Aku
telah bicara, andaikata kau menghendaki aku
mengganti jiwanya kakak Cit ini, terserah kepada
kamu…!"
Oey Yong dan Kwee Ceng mau percaya keterangan
orang itu, pun mereka mengagumi ketulusan orang,
yang tidak takut mati.
"Yong-jie, dia tidak berdusta," Cit Kong juga bilang.
"Hidup manusia itu telah ditakdirkan, maka itu aku si
pengemis tua tidak takut suatu apa. Kau bagilah
mereka makanan."
Oey Yong menjadi sangat berduka, ia mau percaya
gurunya tidak bakalan sembuh. Meski begitu, dengan
terpaksa ia memberikan sepaha daging kambing
kepada itu paman dan keponakannya.
Auwyang Hong membeset beberapa potong untuk
keponakannya, baru ia membeset untuknya sendiri.
Selagi ia menggayem, Oey Yong berkata padanya:
"Paman Auwyang, kau telah lukai guruku, maka
diwaktu pertemuan yang kedua kali di gunung Hoa
San, kau pasti bakal menjagoi! Maka sekarang aku
beri selanat lebih dulu padamu!"
"Itu belum tentu, nona," berkata See Tok. "Di kolong
langit ini masih ada serupa benda yang dapat
menyembuhkan sakitnya kakak Cit ini…"
Oey Yong dan Kwee Ceng berjingkrak mendengar
perkataan orang ini, sampai getek mereka miring
sebelah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benarkah itu?" keduanya menanya, berbareng.
Auwyang Hong menggerogoti paha kambingnya. Ia
mengangguk.
"Cuma benda ini sangat sukar didapatkannya," ia
menyahut. "Gurumu pastilah mengetahui benda apa
itu."
Kedua murid itu segera menoleh, mengawasi guru
mereka.
Cit Kong tertawa.
"Memang aku tahu, tapi apa gunanya menyebutkannya
itu?" katanya.
Oey Yong menarik ujung baju gurunya itu.
"Suhu, bilanglah," ia memohon. "Biar bagaimana kita
akan mencarinya sampai dapat! Aku nanti minta
bantuannya ayahku, pasti dia suka membantu kita
mencarinya!"
"Hm!" Auwyang Hong bersuara hidung.
"Kenapa hm?!" Oey Yong menegur. Ia mendongkol.
"Dia menertawakan kau yang menganggap ayahmu itu
bisa segala apa," kata Cit Kong. "Kau tahu, benda itu
ada di tubuh manusia, sekalipun ayahmu, ia tak dapat
mengambilnya."
Si nona heran tak terkira.
"Orang?" katanya. "Siapakah dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jangan kata orang itu lihay ilmu silatnya," Cit Kong
menjelaskan pula, "Meski dia tidak mempunyai tenaga
untuk hanya menyembelih ayam, untuk kepentingan
diriku tidak nanti aku mencelakai lain orang…"
"Suhu!" berkata si nona, yang bertambah heran. "Ilmu
silat yang lihay? Oh, aku mengerti sekarang! Bukankah
dia Lam Tee Toan Hong Ya? Suhu bilanglah, barang
apakah itu? Kenapa itu dapat merugikan lain orang?"
"Sudahlag, kau tidur saja," Cit Kong bilang, singkat.
"Tak usah kau menanyakan lagi, aku larang kau
menanyakan lagi. Kau mengerti tidak?"
Oey Yong menurut. Ia pergi rebahkan diri. Karena ia
khawatir Auwyang Hong nanti mencuri barang
makanannya, ia ambil tempat di antara tahang air dan
perbekalannya.
Besoknya pagi, setelah mendusin dan melihat
Auwyang Hong serta keponakannya, nona Oey
terkejut. Muka mereka kuning dan bengkak, tubuh
mereka juga bagaikan melar. Teranglah itu akibat
beberapa hari lamanya mereka merendam di air, tanpa
dahar dan minum.
Perahu dilayarkan sambil dibantu sama pengayuh,
kira-kira jam tiga atau empat lohor, di kejauhan
tertampak garis-garis hitam samar-samar, beroman
seperti daratan. Kwee Ceng girang hingga ia berseru.
Sesudah berjalan lagi sekira waktu semakanan nasi,
sekarang terlihat tegas garis-garis hitam itu, yang
benar daratan adanya.
Ketika itu angin sirap, gelombang tenang, hanya sang
surya tengah memperlihatkan pengaruhnya yang
dahsyat, sinarnya menyorot panas sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Selagi orang mengawasi ke darat, mendadak Auwyang
Hong berlompat bangun dibarengi gerakan kedua
tangannya, dengan masing-masing sebelah
tangannya, ia mencekuk Kwee Ceng dan Oey Yong,
sedang dengan gerakan kakinya ia menotok Ang Cit
Kong.
Muda mudi ini kaget sekali. Sungguh mereka tidak
menyangka. Lantas mereka merasakan terpencet
keras sampai tubuh mereka seperti mati separuh.
"Kau bikin apa?!" keduanya berseru.
See Tok menyeringai, ia tidak menjawab.
Ang Cit Kong ditotok, hingga ia tak sanggup bergerak,
tetapi mulutnya merdeka.
"Oh, tua bangka beracun!" katanya menghela napas.
"Seumurnya, tidak pernah dia sudi menerima budi
orang. Kita telah berlaku baik hati menolongi dia,
beginilah pembalasannya. Mana dia sudi hidup
bersama kita di dalam dunia ini? Ah, dasar aku, dalam
malam gelap buta rata aku menolongi orang, hingga
sekarang aku mencelakai kedua anak ini…"
"Kau sudah tahu, itulah bagus!" berkata Auwyang
Hong. "Laginya Kiu Im Cin-keng telah berada di
tanganku, mana aku dapat membiarkan bocah itu
hidup lebih lama sebab cuma-cuma dia bakal
membahayakan diriku…!"
Mendengar orang menyebut Kiu Im Cin-keng,
mendadak Ang Cit Kong berkata dengan nyaring:
"Nouwjie-cit-liok, hapkwajie, lenghiat-kiatpian,
pengtojin…"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Hong melengak. Itulah kata-kata dalam Kiu
Im Cin-keng sebagaimana ditulis Kwee Ceng. Ia tidak
dapat artikan maksudnya itu, sekarang Pak Kay dapat
menghapalnya. "Mungkinkah dia mengerti artinya itu?"
pikirnya. "Kata-kata itu bisa jadi ada rahasianya Kiu Im
Cin-keng, maka kalau sekarang aku binasakan mereka
ini bertiga, pastilah di dalam dunia tidak ada orang lain
lagi yang mengerti…. Kalau itu benar, percuma saja
aku mendapatkan kitabnya."
"Apakah artinya itu?" ia lantas tanya Pak Kay.
"Kunhoa-catcat, soatkin-hiepattow, biejiebiejie…" lanjut
Pak Kay lagi.
Auwyang Hong berpikir keras. Ia mau percaya katakata
si Pengemis dari Utara itu mesti ada punya arti
dalam.
Selagi orang diam menjublak, mendadak Ang Cit Kong
berseru: "Ceng-jie, turun tangan!"
Hebat Kwee Ceng, begitu mendengar suara gurunya
itu, tangan kirinya menarik, tangan kanannya
menyerang, dibarengi sama tendangan kaki kirinya!
Sebenarnya, dengan dipegangi Auwyang Hong, Kwee
Ceng dan Oey Yong sudah habis daya, siapa tahu Ang
Cit Kong cerdik, ia mengoceh untuk mengganggu
pikiran orang. Dan ia berhasil.
Kwee Ceng menendang dengan jurus kedua dari Ie
Kin Toan-kut-pian. Ia menendang secara biasa, begitu
pun tarikan tangannya untuk membebaskan diri serta
serangannya yang membarengi itu.
Auwyang Hong terperanjat. Di getek yang kecil itu, ia
tidak dapat bergerak dengan leluasa. Maka itu sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terus memegangi si nona ia menangkis dan berkelit.
Kwee Ceng tidak berhenti menyerang setelah
serangannya yang pertama itu, ia lantas menyerang
terus dengan bertubi-tubi. Ia mengerti baik sekali,
jikalau Auwyang Hong diberi bernapas, hingga ia
sempat menggunai ilmu silatnya yang istimewa, yaitu
Kuntauw Kodok, mereka bertiga sukar dapat
pertolongan lagi.
Benar-benar See Tok kena terdesak mundur.
Oey Yong juga tidak berdiam saja, walaupun
tangannya sebelah tidak merdeka, ia menggeraki
tubuhnya akan membentur si Bisa dari Barat itu.
Tubuh See Tok tidak bergeming, bahkan dalam
hatinya ia tertawa dan berkata: "Budak cilik ini
membentur aku, kalau dia tidak mental ke laut, itulah
hebat!"
Sementara itu benturan si nosa sudah mengenai
sasarannya. Benar-benar Auwyang Hong tidak berkelit
atau menangkis, ia pasang dadanya. Mendadak ia
merasakan dadanya sakit. Baru sekarang ia kegt dan
ingat orang memakai baju lapis berduri - joan-wie-kah
dari Tho Hoa To. Ia berada di tepi getek, setengah
tindak ia tidak dapat mundur. Tidak ada jalan lain,
maka ia melepaskan cekalannya, ia berkelit,
mendorong.
Tidak tempo lagi, tubuh si nona terpelanting ke arah
laut, akan tetapi sebelum ia kecebur, Kwee Ceng
keburu menyambar, menarik tangannya, sedang
dengan tangan kirinya, si anak muda melanjuti
serangannya terus-menerus.
Segera setelah itu Oey Yong menghunus pisau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belatinya, untuk maju menyerang.
Auwyang Hong memasang kuda-kuda di pinggir getek,
air laut muncrat membasahkan kakinya, bagaimana
juga muda-mudi ini mendesak padanya, ia tidak bisa
dipaksa mundur.
Ang Cit Kong dan Auwyang Kongcu tidak dapat
bergerak, menyaksikan pertempuran itu, hati mereka
sama-sama bergoncang keras sebab
mengkhawatirkan keselamatan orang di pihaknya.
Mereka pun menyesal yang mereka tidak dapat
memberikan bantuan mereka.
Auwyang Hong lihay melebihkan Kwee Ceng dan Oey
Yong akan tetapi sekarang ia terhalang di dalam tiga
hal. Pertama-tama, ia sudah kerendam lama, tenaga
dan kegesitannya hilang hampir separuh. Kedua
meskipun Oey Yong lemah, dia tapinya memakai baju
lapis maka tubuhnya tak dapat diserang. Si nona juga
memegang pisau yang sangat tajam. Ketiga Kwee
Ceng menyerang dengan Hang Liong Sip-pat Ciang,
dengan Kong-beng-kun juga, sedang ia bertubuh kuat
berkat sudah minum darah ular. Dia pun mengerti ilmu
berkelahi sendiri dengan kedua tangannya kiri dan
kanan, ia cukup mahir dengan ilmu Coan Cin Pay. Dan
yang paling belakang ini, ia mulai menyakinkan Kiu Im
Cin-keng bagian Ie-kin Toan-kut-pian itu, ilmu melatih
urat dan tulang.
Demikan mereka itu jadi bertarung seru.
Lama-lama terlihat nyata Auwyang Hong menjadi
semakin lihay, sebaliknya Kwee Ceng dan Oey Yong
nampak mulai reda rangsakannya. Ang Cit Kong
menyaksikan itu, hatinya keder.
Dalam perlawanannya itu, Auwyang Hong memperoleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketikanya. Dimana ia tidak dapat menghajar tubuh si
nona, ia menggant itu dengan tendangan. Lantas si
nona terjungkal, kecebur ke laut. Dengan begitu,
seorang diri, Kwee Ceng jadi berada di dalam bahaya.
Si nona kecebur di sebelah kiri getek, ia lantas muncul
pula si sebelah kanan, di sini ia berlompat naik untuk
terus menikam punggungnnya si Bisa dari Barat itu.
Karena diserang dari belakang, Auwyang Hong mesti
memutar tubuhnya, karena itu Kwee Ceng di lain
bagian, keadaan mereka kembali menjadi seimbang.
Sekarang si nona berkelahi sambil mengasah otaknya.
Ia menginsyafinya, karena kalah gagah, dengan
berkelahi terus secara begitu, akhirnya pihaknya yang
bakal kalah. Maka ia pikir, baiklah ia nyebur ke laut.
Cepat si nona berpikir, sebat ia bekerja. Mendadak ia
membabat ke arah dadung layar. Tepat babakannya
itu, layar roboh seketika juga. Dengan begitu, getek
pun tak maju tak mundur, hanya memain mengikuti
gelombang. Si nona sudah lantas mundur, dengan
dadunya layar itu ia melibat tubuh Ang Cit Kong
beberapa libatan, kemudian ia mengikat lain ujungnya
di sepotong balok getek.
Karena ditinggali si nona, Kwee Ceng segera terdesak
See Tok. Di jurus ke empat dari musuhnya, terpaksa ia
mundur. Ia didesak dengan serangan yang kelima dan
keenam. Saking terpaksa, si pemuda menangkis juga
serangan yang ketujuh, ia memakai jurus "Ikan lompat
meletik". Di jurus ke delapan ia terpaksa mundur lagi
setindak. Tiba-tiba kakinya itu, kaki kiri, menginjak
tempat kosong. Tapi ia tidak bingung, berbareng ia
menendang dengan kaki kanan, supaya musuh tak
dapat mendesak. Karena ini, tampak ampun, ia pun
kecebur ke laut!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena robohnya si pemuda, getek goncang keras ,
justru itu, Oey Yong pun turut berlompat, maka lagi
sekali terjadi goncangan. Di dalam air, muda-mudi ini
tidak berdiam saja. Mereka mendekati getek yang
mereka angkat, untuk dibikin terbalik karam.
Auwyang Hong terkejut. Ia dapat membade
maksudnya anak-anak muda itu. Ia mengerti, kalau
getek terbalik, keponakannya mesti mati kelelap. Ia
sendiri, ia pun sulit melawan dua musuh itu. Maka
segera ia bertindak. Ia angkat sebelah kakinya,
mengancam hendak menendang batok kepala Ang Cit
Kong. Ia pun berseru dengan ancamannya: "Bocahbocah,
dengar! Lagi satu kali kamu bergerak, akan aku
menendang!"
Gagal akalnya yang pertama itu, Oey Yong tidak putus
asa. Segera ia menjalankan akalnya yang kedua, yang
ia sudah lantas dapat pikir. Ia menyelam, dengan
pisaunya ia memotong dadung yang mengikat semua
balok getek itu. Ia tahu, mereka sudah mendekati
daratan, maka dapatlah ia berenang ke daratan sambil
menyeret balok besar dimana gurunya terikat.
Lekas sekali terdengar suara dadung-daung putus,
setelah mana, getek lantas berpisah menjadi dua
bagian. Auwyang Kongcu di getek kira, Auwyang Hong
dan Ang Cit Kong di getek kanan. Auwyang Hong
kaget, ia sambar keponakannya itu. Ia terus
mendongko, bersiap menyambar mencekuk si nona
apabila nona itu muncul di muka air.
Nona Oey di dalam air dapat membuka matanya. Ia
mendapat lihat bayangan si Bisa dari Barat itu. Maka ia
tidak mau menimbulkan diri. Ia berdiam terus di dalam
air, pikirannya bekerja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Untuk sementara, suasana sunyi. Pertempuran
berhenti sendirinya. Dengan sinarnya matahari, laut
menjadi terang sekali.
"Kalau getek itu dipecag dua lagi, gelombang bakal
mendamparnya terbalik," si nona berpikir.
Auwyang Hong sebaliknya terus menjaga, untuk
menghajar mampus si nona. Ia percaya, Kwee Ceng
seorang tak usah dibuat khawatir.
Disaat tegang itu, mendadak Auwyang Kongcu
menunjuk ke kiri dan berseru-seru: "Perahu! Perahu!"
Ang Cit Kong segera berpaling, begitu pun Kwee
Ceng. Benarlah, mereka melihat sebuah perahu besar
berkepala naga-nagaan yang layarnya dipasang, laju
memecah gelombang.
Auwyang Konngcu bermata awas, ia lantas melihat
seorang yang berdiri di kepala perahu, yang tubuhnya
tertutup jubah suci warna merah. Ia pun segera
mengenali Leng Tie Siangjin. Segera ia
memberitahukan pamannya.
Auwyang Hong kumpul semangatnya, terus ia berseru:
"Di sini kawan! Lekas datang ke mari!"
Oey Yong dai dalam air belum tahu apa-apa, tetapi
Kwee Ceng berkhawatir bukan main. Maka ia selulup
untuk menarik tangan kekasihnya, buat memberi tanda
atas datangnya musuh baru.
Oey Yong memberi tanda untuk pemudanya bersedia
menangkis pukulan Auwyang Hong, ia sendiri hendak
mencoba mengutungi lagi dadung getek.
Kwee Ceng tahu musuh sanat lihay dan ia terancam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahaya, tetapi keadaan sangat genting, ia terpaksa. Ia
lantas menggeraki kedua kakinya untuk timbul, kedua
tanganya diangkat ke atas.
Benar-benar Auwyang Hong sudah lantas menyerang
dengan kedua tanganyna.
Kedua pihak tangan bentrok di muka air, hingga air
muncrat dengan suaranya bergebyar. Berbareng
dengan itu, dadung pun putus, sedang perahu besar
sudah mendatangi tinggal lagi sepuluh tombak dari
getek itu.
Oey Yong beniat muncul, untuk menyerang Auwyang
Hong, ketika ia mendapat lihat tubuh Kwee Ceng diam
saja, tubuh itu tenggelam turun dengan perlahan. Ia
menjadi kaget, ia lantas berenang menghampirkan. Ia
menarik tangan orang, untuk diajak berenang hingga
terpisah jauh dari getek. Di situ barulah ia muncul di
muka air, si anak muda ia angkat. Nyata sekarang,
pemuda itu pingsan, kedua matanya meram, mukanya
pucat pasi.
Ketika itu perahu besar sudah nempel sama getek,
orang di atas lantas menyambuti Auwyang Hong dan
keponakannya naik ke perahu. Begitu juga Ang Cit
Kong, yang diangkat naik bersama.
"Engko Ceng!" Oey Yong memanggil, hatinya
goncang.
Kwee Ceng diam saja, walaupun kemudian ia
dipanggil dua kali.
Dalam bingungnya, Oey Yong mengambil keputusan
berbahaya.
"Biar perahu ada perahu musuh, aku mesti naik ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sana," demikian pikirnya. Maka ia berenang pula, ke
arah perahu.
Anak buah perahu sudah lantas menyambuti tubuh
Kwee Ceng, buat diangkat naik, kemudian ketika
mereka hendak menyambuti si nona, mendadak si
nona berloncat, melientik bagaikan ikan, naik ke
perahu, hingga mereka terkejut.
Kwee Ceng tergempur hebat ketika tadi ia menangkis
serangannya Auwyang Hong, ia pingsan seketika.
Ketika ia mendusin, ia tampak dirinya dalam rangkulan
Oey Yong, dan mereka berada di sebuah perahu kecil.
Ia memainkan napasnya, ia merasa tak terluka di
dalam, maka itu, ia geraki alisnya, ia tersenyum pada
si nona.
Oey Yong juga tersenyum, karena hatinya lega.
Sekarang ia bisa mengawasi ke perahu besar, untuk
mendapat ketahui siapa penghuninya perahu itu.
begitu ia melihat nyata, ia mengeluh di dalam hatinya.
Tujuh atau delapan orang tertampak di kepala perahu
dan mereka semuanya adalah jago-jago yang ia telah
temui beberapa bulan yang lalu di istana Chao Wang,
umpama Cian Ciu Jin-touw Pheng Lian Houw yang
matanya tajam, Kwie-bun Liong Ong See Thong yang
kepalanya botak lanang, Sam-tauw-kauw Hauw Thong
Hay yang jidatnya ditumbuhkan tiga buah kutil, Som
Sian Lao Koay Nio Cu Ong yang rambutnya putih
tetapi romannya segar seperti bocah, begitupun Leng
Tie Siangjin si paderi Tibet yang mengenakan jubah
suvi warna merah. Beberapa lagi yang lainnya tak ia
kenal.
Oey Yong segera merasakan kesulitan untuk
menyingkir dari orang-orang kosen itu. Melihat
kemajuannya ilmu silat Kwee Ceng dan ia sendiri,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau satu lawan satu, tak usah mereka jerikan segala
Pheng Lian Houw itu, ia sendiri mungkin tak dapat
menang tetapi Kwee Ceng pasti, hanya di situ ada si
tua bangka berbisa dan jumlah mereka itu besar
sekali…
Di atas perahu itu orang heran mendengar suaranya
Auwyang Hong, kemudian keheranan mereka
bertambah apabila mereka pun dapat melihat Oey
Yong dan Kwee Ceng. Mereka mengawasi Auwyang
Hong, yang memondong keponakannya, dan Kwee
Ceng serta Oey Yong yang menolongi Ang Cit Kong.
Dua rombongan orang itu saling susul naik ke perahu
besar.
Segera juga terlihat keluarnya seorang dari dalam
perahu, seorang yang memakai jubah sulam yang
indah. Kapan matanya itu bentrok sama mata Kwee
Ceng, keduanya lantas saja terperanjat agaknya.
Sebab orang itu, yang kumisnya sedikit tetapi
romannya tampan adalah Chao Wang Wanyen Lieh,
putra keenam dari raja bangsa Kim. Setelah kabur dari
rumah abu keluarga Lauw di Poo-eng, lantaran
khawatir nanti dikejar Kwee Ceng, pangeran ini tak
berani kembali ke Utara, kebetulan ia bertemu
rombangannya Pheng Lian Houw, lalu bersama-sama
mereka menuju ke Selatan untuk mencuri surat wasiat
Gak Hui.
Pada ketika itu angkatan perang Mongolia tengah
menyerang negara Kim, kotaraja Yan-khia atau Tiongtouw
sudah semenjak beberapa bulan kena dikurung
rapat. Daerah Yan In yang terdiri dari enambelas (ciu),
semuanya sudah terjatuh ke dalam tangan bangsa
Mongolia. Maka itu, keadaannya negara Kim menjadi
lemah setiap hari. Kejadian itu membuatnya Wanyen
Lieh menjadi berduka dan berkhawatir. Tentara
Mongolia kosen sekali, walaupun jumlah tentara Kim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sepuluh kali lipat lebih banyak, setiap bertempur
tentara Kim-lah yang buyar duluan. Keran ini, Wanyen
Lieh tumpahkan pengharapannya kepada surat wasiat
Gak Hui. Ia percaya surat wasiat itu nanti bisa
membantu ia membangun negaranya, kalau berperang
tentulah ia menang selalu, seperti Gak Hui sendiri
sebelum dia terfitnah dan terbinasa di tangan dorna
Cin Kwee.
Dalam perjalanannya ke Selatan ini, Wanyen Lieh
bertindak secara diam-diam. Ia khawatir pihak
kerajaan Selatan (Song) nanti dapat ketahui dan
berjaga-jaga hingga ia tak bakal berhasil dengan
niatnya. Inilah sebabnya kenapa ia menggunakan
perahu. Ia ingin secara rahasia mendarat di pesisir
Ciatkang dan memasuki kota Lim-an, dimana
pencurian bakal dilakukan. Pernah Chao Wang
mencari Auwyang Kongcu yang lihay itu, yang ia
percaya bisa membantu padanya, tetapi pemuda itu
tak dapat ditemukan, maka terpaksa ia berjalan terus.
Sungguh diluar dugaan, sekarang ia bertemu sama
Kwee Ceng di tengah laut ini. Ia hanya belum tahu apa
maksudnya pemuda she Kwee ini.
Menghadapi musuh besar yang telah membunuh
ayahnya, Kwee Ceng menjadi sangat gusar, ia
mengawasi dengan bengis.
Dilain pihak Oey Yong yang bermata tajam dapat
melihat di sebelah dalam perahu ada tubuh yang
keluar dan kemudian menyelip masuk, samar-samar ia
mengenali Yo Kang.
Auwyang Kongcu lantas membuka mulutnya, untuk
mengajar kenal pamannya.
"Paman, inilah pangeran keenam dari negara Kim
terbesar yang paling haus dengan orang-orang pintar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan gagah!" demikian sang keponakan. Ia juga
perkenalkan pangeran itu kepada pamannya.
Wanyen Lieh tidak ketahui kegagahannya Auwyang
Hong akan tetapi karena Auwyang Kongcu yang
memperkenalkannya, ia angkat kedua tangannya
untuk memberi hormat.
Sebaliknya Pheng Lian Houw dan See Thong Thian
serta lainnya, mendengar orang ini See Tok yang
termasyhur, maka mereka buru-buru memberi hormat
sambil memberikan pujian untuk mengangkat-angkat si
Bisa dari Barat itu.
Auwyang Hong menjura separuh membalas pemberian
hormat.
Leng Tie Siangjin si orang Tibet tidak pernah
mendengar namanya See Tok, ia cuma merangkap
kedua tangannya, ia tidak membilang suatu apa.
Wanyen Lieh adalah seorang cerdik, menyaksikan
Pheng Lian Houw semua yang beradat tinggi, begitu
mengghormati Auwyang Hong tidak peduli See Tok
bermuka kuning dan bengkak serta dandannya tidak
karuan, mirip orang yang berpenyakitan, ia lantas
memperlakukannya dengan hormat, ia mengeluarkan
kata-kata memuji.
Di atas perahu itu, pada ketika itu, adalah Som Sian
Lao Koay yang perasaannya paling berbeda daripada
yang lainnya. Ia tengah menghadapi Kwee Ceng,
orang yang telah menghisap darah ularnya, ular yang
ia pelihara sekian lama, yang menjadi harapannya. Ia
menghadapi musuh besarnya, bagaimana ia tidak
menjadi sangat gusar? Tetapi di samping si anak
muda ada Ang Cit Kong, yang paling ia malui, mau
tidak mau, ia mesti mengendalikan diri, terpaksa ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memperlihatkan wajah berseri-seri, sambil menjura
dalam ia memberi hormat dan berkata dengan
merendah: "Yang rendah Nio Cu Ong menghadap Ang
Pangcu. Adakah Pangcu banyak baik?"
Mendengar suaranya Som Sian Lao Koay, semua
orang terperanjat. Dua-dua See Tok dan Pak Kay ada
sangat terkenal, tadinya mereka belum pernah
melihatnya, siapa tahu sekarang keduanya itu muncul
dengan berbareng. Tentu sekali, mereka itu hendak
turut memberi hormat pula, ketika terdengar Ang Cit
Kong tertawa dan berkata: "Aku si pengemis tua
sedang malang, aku telah digigit anjing jahat hingga
setengah mati setengah hidup, maka perlu apa kamu
memberi hormat padaku? Paling benar kau
sediakanlah barang makanan untuk aku dahar!"
Semua orang heran, mereka semua mengawasi
Auwyang Hong, akan mencari tahu apa tindakannya
See Tok itu.
Auwyang Hong sangat cerdik, ia sudah lantas memikir
rencana untuk nanti menurunkan tangan jahatnya.
Tentu saja, paling dulu Ang Cit Kong yang mesti
disingkirkan. Kwee Ceng adalah yang kedua, sebab
Kwee Ceng mesti dipaksa dulu menguraikan
rahasianya kitab Kiu Im Cin-keng. Oey Yong pun mesti
dibunuh tidak peduli Auwyang Kongcu sangat
mencintainya. Selama Oey Yong masih hidup, ia tetap
terancam bahaya, hanya karena segan kepada Oey
Yok Su, tidak mau ia turun tangan sendiri, hendak ia
meminjam tangan orang lain. Terutama di depan mata
ini, ia tidak sudi memberi ketika kepada mereka itu
bertiga membuka rahasia kejahatannya. Maka
berkatalah ia menghadap Wanyen Lieh: "Tiga orang ini
sangat licin, mereka juga lihay ilmu silatnya, maka itu
aku mohon ongya menjaga baik-baik kepada mereka."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar suaranya Auwyang Hong, Nio Cu Ong
menjadi sangat girang. Ia maju satu tindak kepada
Kwee Ceng, tangannya diangsurkan untuk menarik.
Kwee Ceng memutar balik tangannya yang hendak
dicekal itu. "Plak!" maka tangannya itu menghajar bahu
orang. Itulah pukulan jurus "Melihat naga di sawah",
cepat dan berat, biarnya Som Sian Lao Koay lihay, ia
toh terhajar mundur hingga dua tindak dan tubuhnya
terhuyung-huyung. Inilah ia tak sangka sama sekali.
Pheng Lian Houw dan lainnya baik di muka kepada
Nio Cu Ong, di dalam hati mereka membenci, maka
senanglah mereka menyaksikan Som Sian Lao Koay
mendapat hajaran itu. Meski begitu, mereka sudah
lantas bertindak, membubarkan diri, untuk mengurung
Ang Cit Kong bertiga itu. Mereka sudah memikir akan
turun tangan setelah si orang she Nio itu dirobohkan…
Sebenarnya Nio Cu Ong mengulurkan tangan sambil
bersiap-siap kalau Kwee Ceng menyerang ia dengan
jurus Hang Liong Yoe-hoei, si Naga Menyesal, ia tidak
sangka, baru berselang satu bulan, si anak muda
sudah mempelajari habis semua jurus dari Hang Liong
Sip-pat Ciang, maka itu dalam segebrak saja ia kena
dihajar tanpa ia sempat menghindarkan diri. Ia menjadi
bertambah panas hati. Kwee Ceng tidak saja
mengubar dia untuk menyerang lebih jauh, maka ialah
yang bertindak. Dengan menjejak dengan kaki kiri, ia
berlompat maju, kedua tangannya digeraki berbareng,
menyerang dengan pukulannya yang ia paling
andalkan, yaitu tipu silat "Liauw-tong Ya-ho Kun-hoat"
atau kuntauw "Rase liar dari Liauw-tong". Dengan
serangan ini ia hendak merampas jiwanya si anak
muda, untuk membalas malunya barusan sekalian
membalas juga sakit hatinya sebab si anak muda
menghisap darah ularnya….
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kuntauw Rase Liar itu adalah suatu ilmu silat kesohor
untuk wilayah Liauw-tong. Satu kali Som Sian Lao
Koay pergi mencari kolesom di gunung Tian Pek San,
kebetulan ia menyaksikan pertempuran di antara
anjing pemburu dengan seekor rase liar, yang bergulat
di atas salju. Rase itu sangat gesit dan licin, dia
berlompatan ke segala penjuru menghindari tubrukantubrukannya
si anjing yang galak. Sampai sekian lama,
anjing itu belum berhasil juga. Menyaksikan kegesitan
rase itu, Nio Cu Ong mendapat ilham, maka ia lantas
menciptkan ilmu silatnya itu. Ia batal mencari kolesom,
ia membuat gubuk di gunung itu. Satu bulan lamanya
ia mengeram diri hingga berhasillah ia dengan ilmu
silatnya yang baru itu. Sejak itu, kecuali roboh di
tangan Ang Cit Kong, belum pernah ada orang yang
sanggup menandingi padanya, maka heranlah ia
sekarang ia kena dihajar Kwee Ceng. Karena ini, ia
jadi tidak berani berlaku sembarangan, hendak ia
menggunai kegesitannya. Ia berlompat sambil berkelit,
meskipun orang tidak serang padanya, lalu ia
menjatuhkan diri, habis mana barulah ia menyerang
benar-benar.
Kwee Ceng merasa aneh atas ilmu silat orang. Belum
pernah ia melihat ilmu semacam itu. Tapi ia cuma
heran, ia melawan dengan tabah dan sabar. Ia turut
pengajarannya Ang Cit Kong, biar musuh gesit dan
hebat, ia tidak kasih dirinya dipermainkan. Dengan
tetap ia menggunai Hang Liong Sip-pat Ciang untuk
melayaninya.
Setelah lewat beberapa jurus, semua penonton lainnya
pada menggeleng kepala. Mereka semua lihay,
mereka menjadi heran sekali.
"Bukankah Nio CU Ong lihay, dan ia menjadi kepala
dari satu pertai persilatan?" demikian mereka berpikir.
"Kenapa sekarang, menghadapi satu bocah, dia selalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
main lompat-lompatan saja? Senantiasa berkelit tidak
hendak ia menyerang secara sungguh-sungguh?"
Pertandingan berjalan terus. Selama itu Kwee Ceng
terus mendesak. Lagi sedikit, maka Som Sian Lao
Koay bisa terdesak sampai dia bakal kecebur ke laut…
Nio Cu Ong heran dan gelisah juga mendapatkan
kuntauw Rase Liarnya itu tidak berjalan terhadap si
anak muda, terpaksa ia memikir untuk menggunai lain
tipu silat. Apa celaka, ia tidak bisa mewujudkan
pikirannya itu, Kwee Ceng mendesak terus-menerus,
ia tidak diberi ketika.
Selagi angin kepalan berderu-deru, terdengarlah
seruannya Ang Cit Kong yang sedari tadi nonton
sambil berdiam saja, cuma matanya yang dipasang
awas: "Turunlah!"
Menyusul seruan itu, Kwee Ceng menyerang dengan
jurusan "Menunggang enam naga", tangan kirinya
menyapu hebat sekali.
Nio Cu Ong terkejut, hendak ia berkelit, tetapi tanpa ia
berkuasa, tubuhnya terjun ke luar perahu!
Semua orang heran. Kecuali Auwyang Hong, tidak ada
yang dapat melihat gerakannya Kwee Ceng itu.
Mereka lantas lari ke tepi perahu, ke arah mana tubuh
Nio Cu Ong terpelanting, untuk melihat. Tengah
mereka berlari, dari arah laut terdengar suara tertawa
nyaring dan panjang, yang mana disusul sama
meluncurnya tubuh Som Sian Lao Koay itu, yang
kembali ke dalam perahu di mana dia roboh di lantai
tanpa dapat bergerak pula, cuma jatuhnya itu yang
terdengar keras sekali.
Semua orang menjadi terlebih heran lagi. Mungkinkah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
air laut, sang gelombang, yang membuatnya tubuh
orang membal balik? Dari itu, semua lalu melihat ke
bawah, ke muka air. Segera mereka mendapatkan
seorang tua, yang rambut dan kumisnya telah putih
semua, lagi mondar-mandir cepat sekali di laut di dekat
perahu. Dengan mengawasi sebentar saja, dapatlah
diketahui, orang tua itu tengah menunggang seekor
ikan hiu yang besar. Pantas dia dapat bergerak denag
cepat dan gesit.
Kwee Ceng pun dapat melihat orang tua itu, ia kaget
berbareng girang sekali.
"Ciu Toako!" ia memanggil, keras. "Aku di sini!"
Memangnya juga, orang tua yang menunggang ikan
hiu itu adalah Loo Boan Tong Ciu Pek Thong si orang
tua berandalan, jenaka dan kocak.
Pek Thong dapat dengar suaranya Kwee Ceng, yang
ia kenali, ia pun girang luar biasa. Ia mengetok
samping mata kiri dari ikannya, lantas ikan itu mutar ke
kiri, berenang mendekati perahu besar.
"Kwee Hiantee di sana?" menanya si jenaka. "Baikbaikah
kau? Di depan sana ada seekor ikan lodan
yang besar, sudah satu hari satu malam aku
mengejarnya, aku gagal, maka sekarang hendak kau
mengejar pula! Nah, sampai ketemu lagi!"
"Toako, naik kemari!" berteraik Kwee Ceng. Ia takut
saudara tua itu pergi pula. "Lekas toako, di sini ada
banyak manusia jahat yang lagi menghina adikmu!"
"Oh, begitu!" berseru Pek Thong, yang lantas saja
menjadi gusar. Ia terus mengulur tangannya ke mulut
ikannya, terus ia menarik. Entah apa itu yang
ditariknya. Sang ikan segera berontak, berlompat tinggi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersama-sama penunggangnya, tiba di atas perahu di
mana ia melewati banyak kepala orang.
"Kurang ajar, siapa yang bernyali begitu besar?!"
membentak si orang tua ini. "Siapakah yang berani
menghina adik angkatku?!"
Di atas perahu itu, semua adalah orang-orang yang
luas pandangnya dan pintar, akan tetapi munculnya
Ciu Pek Thong dengan caranya ini yang luar biasa
membuat mereka tak habis pikir, maka semuanya
berdiri tercengang, mata mereka mendelong, mulut
mereka di pentang lebar-lebar.
Heran Ciu pek Thong kapan ia melihat Oey Yong ada
di situ.
"Ah, adik kecil, mengapa kau pun ada di sini?" ia
menanya.
"Memang aku di sini!" menjawab si nona yang lantas
tertawa. "Mari lekas kau ajari aku menunggang ikan
ini!"
"Sabar, adik kecil!" menyahut si tua berandalanb ini. Ia
lantas memandang ke sekitarnya, menyapu kepada
semua orang di atas perahu itu, kemudian ia
mengawasi See Tok seraya berkata: "Aku tahu lain
orang tidak nanti berani berbuat sangat kurang ajar,
kiranya benar-benar kau tua bangkat bangkotan!"
Auwyang Hong bersikap tawar ketika ia menyahuti!:
"Seorang yang tidak mentaati kata-katanya, walaupun
ia mencuri hidup di dalam dunia ini, ia hanya bakal
ditertawakan orang-orang gagah!"
"Itulah benar!" berkata Pek Thong. "Aku memang
hendak mencarik kau untuk membuat perhitungan!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang kau berada di sini, tidak ada ketika yang
terlebih baik daripada ini! Eh, pengemis bangkotan,
kaulah saksinya, kau bangunlah untuk memberikan
jawaban peradilanmu!"
Ang Cit Kong tetap rebah di lantai, tetapi ia tertawa. Ia
tidak menjawab.
Oey Yong yang mewakilkan gurunya itu.
"Si tua bangkotan berbisa ini ada sangat jahat!"
berkata nona ini. "Dia mendapat bahaya, sang maut
tengah menghampirkan padanya, lantas guruku ini
menolongi dia, tetapi dia jahat seperti manusia berhati
serigala, berjantung anjing, bukannya dia balas budi, ia
justru membalas jahat, ia melukai guruku, dia menotok
juga jalan darahnya!"
Pek Thong segera menghampirkan, untuk menotok
jalan darah sahabatnya itu kiok-tie-hiat dan yongcoanhiat.
"Percuma Loo Boan Tong, tidak ada faedahnya," Cit
Kong berkata.
Memang hebat totokannya Auwyang Hong, kecuali dia
sendiri atau Oey Yok Su, tidak ada lain orang yang
dapat menitok membebaskannya.
Puas Auwyang Hong menyaksikan kegagalan Pek
Thong itu.
"Eh, Loo Boan Tong, kalau kau mempunyai
kepandaianmu, kau totoklah ia hingga ia bebas!" ia
mengejek.
Belum lagi si orang kocak menjawab, Oey Yong sudah
mendahulukan dia. Si nona tidak dapat menolong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gurunya itu tetapi ia ketahui tentang totokan itu. Ia
monyongkan mulutnya dan berkata: "Apakah yang
aneh dengan ilmu totokmu ini? Dengan hanya setiupan
debu, ayahku dapat membebaskannya! Bukankah ini
dia yang dinamakan Touw-kut Ta-hiat-hoat, ilmu totok
menembusi tulang?!"
Mendengar itu, Auwyang Hong tercengang, tetapi ia
tidak heran yang nona itu mengetahuinya. Ia tidak
memperdulikannya, ia memandang kepada Ciu Pek
Thong, akan berkata: "Kau telah kalah bertaruh,
kenapa kau bicara seperti melepas angin busuk?!"
"Angin busuk?!" Pek Thong menanya. Dan ia menekap
hidungnya. "Sungguh bau! Sungguh bau! Sekarang
hendak aku menanya kau, kita bertaruh apa?"
"Di sini kecuali si bocah she Kwee dan itu budak cilik,
semua adalah orang-orang gagah yang telah
kenamaan," menyahut Auwyang Hong. "Maka itu aku
minta tuan-tuan ini memberikan suaranya yang adil!"
"Baik, baik!" menyahut Pheng Lian Houw. "Auwyang
Sianseng, silahkan bicara!"
"Tuan ini adalah Ciu Pek Thong dari Coan Cin Kauw,"
See Tok lantas berkata, "Dialah yang orang Kangouw
menyebutnya Loo Boan Tong si Bocah Tua yang
bandel. Dia berderajat bukannya rendah, sebab dialah
paman guru dari Khu Cie Kee dan Ong Cie It sekalian
anggota Coan Cin Cit Cu."
Sudah belasan tahun Pek Thong berdiam di pulau Tho
Hoa To, lebih dulu daripada itu, namanya memang
tidak terlalu terkenal, tetapi sekarang, mendengar ialah
pama guru dari Coan Cin Cit Cu, orang menjadi
kagum, orang percaya dialah bukan sembarang orang,
maka mereka lantas kasak-kusuk. Pheng Lian Houw
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pun menjadi kecil hatinya. Ia sudah berjanji akan
bertempur di lauwteng Yan Ie Lauw di Kee-hin, kalau
Cioan Cin Cit Cu dibantu "manusia aneh" ini,
sungguhlah orang ada seperti harimau yang tumbuh
sayap…
Auwyang Hong meneruskan akata-katanya. "Ini
saudara Ciu telah dikurung ikan hiu di tengah laut, aku
telah tolongi dia. Aku kata, ikan hiu ikan tak berarti,
asal satu kali aku menggeraki tanganku, semua ikan
itu bakal mampus semua. Saudara Ciu tidak percaya
padaku, maka itu kita berdua lantas bertaruh. Saudara
Ciu, benarkah begitu?"
Pek Thong menangguk.
"Sedikit juga tidak salah!" sahutnya. "Hanya apakah
pertaruhan itu, kau perlu menyebutkannya kepada
orang banyak ini."
"Akur! Aku telah membilang jikalau kau kalah, apa pun
yang kau katakan, akan aku kerjakan, jikalau aku
menyangkal, akan aku terjun ke laut, supaya tubuhku
digegaras ikan. Dan kalau kau yang kalah, kau pun
begitu. Bukankah benar demikian?"
Pek Thong mengangguk pula, bahkan berulang-ulang.
"Sedikit juga tidak salah," sahutnya pula. "Kemudian
bagaimana?"
"Bagaimana? Kemudian kaulah yang kalah!"
Kali ini Pek Thong menggeleng-geleng kepalanya
berulang-ulang.
"Salah, salah!" ia berkata. "Yang kalah ialah kau,
bukannya aku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
See Tok menjadi gusar.
"Satu laki-laki, dapatkah ia putar balik omongannya?"
dia menegur keras. "Dapatkah orang main
menyangkal? Jikalau aku yang kalah, kenapa kau rela
membuang dirimu ke laut untuk membunuh diri?"
Pek Thong menghela napas.
"Benar, sebab memangnya nasibku yang buruk," ia
berkata. "Aku telah kalah itu waktu…Hanya setelah
aku masuk ke laut, Thian telah membuatnya aku
bertemu sama suatu hal yang kebetulan sekali, setelah
mana tahulah aku bahwa kaulah si tua bangka berbisa
yang kalah, bahwa Loo Boan Tonglah yang menang!"
"Apakah hal kebetulan itu?!" tanya Auwyang Hong
yang menjadi heran sekali.
Juga Ang Cit Kong dan Oey Yong turut menanyakan.
Ciu Pek Thong membungkuk, tangannya dimasuki ke
mulut ikan, di mana ada sebatang tongkat pendek, ia
mencekal itu dengan apa ia pun mengangkat ikan itu.
"Hal kebetulan itu ialah aku bertemu sama binatang
tungganganku ini!" ia menyahut. "Kau lihatlah! Inilah
perbuatannya keponakanmu yang kau sayang
bagaikan mustika! Benar tidak?!"
Memang itu perbuatannya Auwyang Kongcu, yang
mengganjal mullut ikan, supaya ikan tak dapat makan
dan menjadi mati sendirinya. Auwyang Hong
menyaksikan sendiri perbuatan curang dari
keponakannya itu. See Tok pun mengenali ikan ini,
yang mulutnya pun luka bekas kena pancing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Habis bagaimana?!" ia menanya pula.
Ciu Pek Thong menepuk tangan.
"Itulah artinya kau kalah!" ia memberikan jawabannya.
"Pertaruhan kita ialah semua ikan hiu mesti dibikin
mati, akan tetapi ia satu ekor, karena ia dapat
pertolongan keponakanmu itu, karena dia tak dapat
memakai bangkai bangsanya yang keracunan, dia
tidak terkena bisa, dia hidup sampai sekarang ini! Kau
lihat bukankah Loo Boan Tong yang menang?"
Dan ia pun tertawa terbahak-bahak.
Auwyang Hong sebaliknya melengak. Ia terdiam.
Kwee Ceng girang sekali.
"Toako, selama ini beberapa hari kau di mana saja?"
Ia menanya kakak angkatnya itu. "Sungguh sengsara
aku memikirkan nasibmu…"
Pek Thong tertawa riang.
"Aku pelesiran dengan puas!" ia menyahut. "Tidak
lama setelah aku terjun ke laut, aku bertemu makhluk
yang tengah megap-megap di permukaan air, agaknya
dia sedang penasaran sekali. Maka aku tanya dia 'Eh,
ikan, ikan hiu, bukankah hari ini kau dan aku sama
nasibnya yang harus dikasihani?' Segera aku lompat
ke punggungnya. Atas itu dia segera selulup ke dalam
air. Aku menunggang terus, maka aku menahan
napas. Dengan kedua tanganku aku memegang eraterat
lehernya. Sebaliknya dengan kedua kakiku, aku
mendupak dia tak hentinya. Dia menimbul pula, hanya
belum lagi aku bernapas, kembali ia selam. Demikian
kita berdua saudara, kita bertemput di tengah laut.
Hanya sesudah berselang sekian lama barulah ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerah dan menjadi jinak karenanya, suka ia
mendengar perkataanku. Aku menghendaki ia pergi ke
timur, dia pergi ke timur, aku mengingini ia menghadap
utara, ia menghadap ke utara juga. Pendeknya ia
menurut sekali…."
Dan ia tepuk-tepuk kepalanya ikan itu, agaknya ia
sangat puas.
Selagi lain-lain orang heran, Oey Yong sangat
mengagumi ikan itu, ia segera mengiri untuk
pengalaman luar biasa dari si tua berandalan. Kedua
matanya bersinar ketika ia berkata: "Bertahun-tahun
aku main-main di laut, kenapa aku tidak memikirkan
kepelesiran semacam ini? Sungguh aku tolol!"
"Lihat mulutnya," berkata Pek Thong. "Lihat giginya!
Tanpa mulutnya ditunjang tongkat ini, beranikah kau
menaikinya?"
Oey Yong tidak mengambil mumat, ia hanya menanya:
"Apakah selama beberapa hari ini kau terus-terusan
naik ikan ini?"
"Kenapa tidak?" Pek Thong membaliki. "Kami berdua
bersaudara, dalam hal menangkap ikan, kami pandai
sekali. Kapan aku melihat seekor ikan, aku suruh
saudaraku ini mengejar, setelah kecandak, aku
menghajar dengan kepalanku, aku bikin ikan itu
mampus! Belum pernah aku gagal! Dalam sepuluh
bagian ikan itu, aku makan cuma satu bagian, yang
sembilan bagian ialah yang gegaras habis!"
Si kocak menyebutnya ikan hiu itu sebagai
saudaranya…
Oey Yong mengusap-usap perut ikan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah kau beleseki ikan mati ke dalam perutnya?" si
nona menanya pula. "Tanpa menggunai giginya,
bisakah ia menelannya?"
"Dia pandai sekali," menjawab Pek Thong. "Ada satu
kali…"
Gembira ini si tua dan si nona, mereka pasang omong
seperti juga di situ tidak ada lain orang serta tidak ada
bahaya mengancam. Sedang sebenarnya Auwyang
Hong tengah memikirkan daya upaya untuk
menghadapinya.
"Eh, makhluk berbisa bangkotan, kau menyerah kalah
atau tidak?!" tiba-tiba Pek Thong menegur See Tok.
Auwyang Hong tidak gampang-gampang mau
menyerah kalah tetapi ia habis daya.
"Kalau aku kalah, bagaimana?!" ia balik menanya.
"Kalau begitu, aku mesti memikir sesuatu untuk kamu
melakukannya!" berkata Pek Thong. "Bagus, aku ingat
sekarang! Bukankah kau tadi mendamprat aku si tua
seperti si angin busuk? Nah, sekarang aku menitahkan
kau segera mengeluarkan angin busukmu itu!"
Bab 46. Resoran gelap di dalam desa
Tidak puas Oey Yong mendengar Pek Thong cuma
mewajibkan Auwyang Hong membuang balas. Untuk
orang biasa memang sukar tak karuan mengeluarkan
angin busuk, perbuatan itu tak dapat dilakukan semua
orang, tidak demikian dengan seorang yang ilmu
dalamnya sudah mahir. Sebaliknya, sungguh gampang
buat orang sebangsa See Tok. Maka ia lantas
berteriak mencegah: "Tidak bagus, itu tidak bagus!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lebih dulu dia dimestikan membebaskan totokannya
kepada guruku, kemudian baru kita bicarakan pula!"
Ciu Pek Thong tertawa.
"Kau lihat!" katanya kepada See Tok, "Sekalipun nona
cilik ini takut pada angin busukmu itu! Baiklah, aku
bebaskan kau dari kewajibanmu ini, aku juga tidak
hendaki memustikan kau melakukan lainnnya, cukup
asal kau mengobati lukanya si pengemis tua.
Kepandaiannya si pengemis tua tidak ada
dibawahanmu, coba tidak kau menggunai akal busuk,
tidak nanti kai dapat melukai dia! Kau tunggu sampai
dia sudah sembuh betul, maka kamu berdua boleh
bertempur pula secara laki-laki sejati, itu waktu aku
Loo Boan Tong suka menjadi saksinya!"
Auwyang Hong ketahui Ang Cit Kong tidak dapat
disembuhkan, dia tidak takut si raja pengemis nanti
menuntut balas padanya, hanya sekarang ia merasa
sulit untuk desakan Ciu Pek Thong ini. Dia pun didesak
di muka banyak orang. Menerima baik, sukar
dilakukannya, menyangkal, ia malu. Karena itu, tidak
bisa lain, ia membungkuk, terus ia totok Ang Cit Kong
guna membebaskan dia dari totokannya.
Kwee Ceng bersama Oey Yong segera maju untuk
membantui gurunya bangun.
Ciu Pek Thong sendiri segara menyapu dengan sinar
matanya yang tajam kepada semua orang di atas
perahu itu, kemudian ia berkata; "Aku, Loo Boan Tong
paling takut mencium bau amis dari daging kambing
yang biasa digegares orang bangsa Kim, oleh karena
itu lekas kamu turunkan perahu kecil untuk
mengantarkan kami berempat ke darat!"
Auwyang Hong pernah menyaksikan Pek Thong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertempur dengan Oey Yok Su, ia mengetahui baik
bahwa orang berilmu tinggi, kalau ia yang
menempurnya, belum tentu ia kalah tetapi juga pasti
sulit untuk ia memperoleh kemenangan, lantaran itu, ia
terpaksa menahan sabar, ia hendak menanti sampai ia
sudah paham Kiu Im Cin-keng, baru ia ingin membuat
perhitungan. Maka berkatalah ia: "Baiklah, siapa suruh
nasibmu bagus hingga kau menang bertaruh!"
Kemudian ia berpaling kepada Wanyen Lieh, untuk
meneruskan berkata; "Ong-ya, tolong menurunkan
sebuah perahu untuk mengantarkan ini empat orang
mendarat."
Wanyen Lieh tidak lantas meluluskan permintaan itu, di
dalam hatinya ia berpikir; "Gampang untuk
mengantarkan mereka ke darat, hanya rahasia kita
yang hendak pergi ke Selatan ini, tidak dapat itu
diketahui mereka…"
Sementara itu Leng Tie Siangjin tidak puas terhadap
sikapnya Auwyang Hong. Semenjak tadi ia mengawasi
saja tanpa membilang suata apa. Ia pikir: "Kalau kau
sangat lihay, belum tentu kau dapat mengalahkan kita
yang terdiri dari banyak orang pandai.." Maka, melihat
si pangeran bersangsi, ia bertindak maju seraya
berkata: "Jikalau kejadian di atas getek, Auwyang
Sianseng dapat berbuat apa yang ia pikir baik, kami
tidak nanti berani banyak mulut. Hanya di sini setelah
Sianseng naik di perahu besar, sudah selayaknya kau
mendengar segala kata-katanya ong-ya!"
Mendengar itu, hati semua orang menjadi tergerak,
semua lantas mengawasi Auwyang Hong.
Auwyang Hong memandang Leng Tie Siangjin dengan
sepasang matanya yang tajam, ia melihat ke atas dan
ke bawah bergantian. Kemudian ia dongak ke langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah tuan paderi yang mulia ini hendak
mempersulit aku si orang tua?" ia menanya, suaranya
tawar.
"Itulah aku paderi yang rendah tak berani," menyahut
Leng Tie. "Aku yang tinggal di Tibet, aku hidup
menyendiri, sedikit pendengaranku, dari itu barulah ini
hari aku mendapat dengar nama sianseng yang
termashur, maka itu ada apakah sangkutannya di
antara kita berdua..?"
Belum lagi paderi ini menutup mulutnya, Auwyang
Hong sudah maju satu tindak, selagi tangan kirinya
dikibaskan, tangan kanannya sudah menyambar tubuh
Leng Tie yang besar kekar itu, hanya dengan sekali
mengerahkan tenaganya saja, ia telah membuatnya
tubuh orang jungkir balik, kepala di bawah, kaki di
atas!
Orang semua kaget dan heran. Tidak mereka lihat
sambaran See Tok, tahu-tahu tubuh besar dari Leng
Tie, dengan jubah merahnya yang bergerombongan,
sudah seperti berkibar-kibar di udara. Mereka pikir
entah ilmu apa yang digunai See Tok ini.
Leng Tie Siangjin tinggi besar melebihkan lain-lain
orang tetapi Auwyang Hong dapat mencekuk batang
lehernya dan terus diangkat, itulah hebat. Leng Tie
sendiri pun heran. Ketika tubuhnya diputar, kepalanya
terpisah dari kira tanah empat kaki. Ia tidak dapat
berbuat apa-apa, cuma kedua kakinya menendang
udara secara kalang kabutan dan suaranya
memperdengarkan kemurkaannya.
Tatkala Leng Tie Siangjin bertempur sama Ong Cie It
di istana Chao Wang, semua orang telah menyaksikan
kepandaiannya itu yang lihay, maka aneh sekarang,
dengan gampang saja ia dipermainkan Auwyang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong, seperti kedua tangan itu telah patah, sedikit pun
kedua tangan itu tidak dapat dipergunakan.
Auwyang Hong sendiri masih tetap dongak ke udara,
ia berkata: "Hari ini adalah yang pertama kali kau
mendengar namaku, kau lantas tidak memandang
mata kepada aku si orang tua, benarkah?"
Leng Tie kaget, heran dan gusar sekali, beberapa kali
ia mencoba mengerahkan tenaganya, untuk berontak,
saban-saban ia gagal, tak dapat ia meloloskan diri dari
cekalan orang.
Pheng Lian Houw semua tidak berani campur tangan,
tahulah mereka Auwyang hong tengah
memperlihatkan pengaruhnya terhadap Leng Tie dan
lainnya juga.
"Kau tidak memandang kepada aku si orang tua, itu
masih tidak apa," berkata pula Auwyang Hong, lagu
suaranya tetap tawar, "Sekarang dengan memandang
muka ongya, tidak ingin aku berpemandangan sama
cupatnya seperti kau. Bukankah kau hendak menahan
kepada Loo Boan Tong Ciu Looya-cu serta Kiu Cie Sin
Kay Ang Looya-cu? Apakah yang kau andalkan maja
kau berniat berbuat demikian? Loo Boan Tong, kau
sambutlah!"
Tidak kelihatan gerakan tangan dari See Tok atau
tahu-tahu tubuh besar dari Leng Tie sudah terlempar
melayang ke arah kanan. Paderi ini merasakan ia telah
terlepas dari cekalan, maka ia teruskan
menjumpalitkan diri seperti ikan meletik, untuk dapat
melempangkan tubuh, untuk dapat berdiri. Justru itu ia
merasakan batang lehernya sakit. Ia menjadi kaget
sekali, di dalam hatinya ia berseru: "Celaka!" Ia lantas
menggeraki tangan kirinya, untuk menyerang. Tapi
tangan kiri itu lantas kesemutan dan kaku, hilang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tenaganya, hingga ia mesti mengarih turun melonjor di
luar keinginannya. Berbareng dengan itu juga
tubuhnya sudah terangkat naik kembali seperti tadi.
Sebab diluar tahunya, dia sudah dicekuk Ciu Pek
Thong, yang bertindak sama seperti Auwyang Hong
barusan.
Wanyen Lieh menjadi tidak enak hati menyaksikan
paderi itu dibuat permainan seperti itu. Ia mengerti,
jangan kata ada Auwyang Hong, melihat
kepandaiannya Pek Thong saja, semua orang pasti
bukan tandingannya, maka itu, lekas ia bertindak.
"Sudahlah, Ciu Loosianseng, tak usah kau bergurau
pual," katanya. "Nanti siauw-ongya mengirimkan
perahu untuk kamu berempat mendarat."
Sebagaimana biasanya, pangeran ini membasakan diri
siauw-ongya, pangeran yang kecil.
"Baiklah!" menyahut Ciu Pek Thong. "Kau juga boleh
mencoba-coba! Sambutlah!"
Menelad Auwyang Hong. Loo Boan Tong
melemparkan tubuhnya Leng Tie.
Wanyen Lieh mengerti ilmu silat, tetapi itu cuma
permainan golok atau tombak dan hanya di atas kuda,
tentu sekali ia tidak sanggup menyambuti tubuh si
paderi, kalau ia paksa menyambuti juga, ia bisa
tertubruk roboh, terluka atau mati. Hal ini diketahui See
Thong Thian, maka orang she See ini sudah lantas
berlompat maju dengan gerakannya "Menggeser
tindakan, menukar wujud", dengan lantas ia berada di
depannya si pangeran. Ia mengerti, kalau ia
menyambuti dengan tangan seperti biasa, mungkin si
paderi mendapat luka, maka ingin ia berbuat seperti
Auwyang Hong atau Ciu Pek Thong.Selagi memikir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
begini, ia tidak mengukur tenaga kepandaian sendiri.
Bukankah ia telah menyaksikannya See Tok dan Loo
Boan Tong seperti tidak menggunakan tenaga sama
sekali? Maka ia ulur tangan kanannya, untuk
menyambar batang lehernya Leng Tie. Ia berhasil,
hanya ketika ia dapat memegang batang leher orang,
ia kaget dengan mendadak. Ia merasakan hawa yang
panas pada tangannya itu. Itulah suatu tangkisan yang
dahsyat. Ia insyaf, kalau ia melawan, maka tangannya
itu bisa patah karenanya. Maka dalam kagetnya itu, ia
menarik tangan kanannya itu sambil tangan kiri ia
menyerang, untuk menolak tubuh si paderi.
Leng Tie telah diputar balik Auwyang Hong dan
dilemparkannya, lalu ia merasakan pengelaman
serupa dari Ciu Pek Thong, ia menjadi bermata kabur
dan berkepala pusing, darahnya mengalir dan menjadi
panas, pada itu ditambah kemendongkolannya dan
kemurkaannya. Ia masih dapat mendengar seruannya
Ciu Pek Thong, lantas ia menduga, orang yang bakal
menyambutinya tentulah musuh adanya, maka itu
selagi tubuhnya melayang, ia mengerahkan
tenaganya, begitu See Thong Thian memegang
batang lehernya, ia membarengi menyerang dengan
pukulannya Tay-ciu-in.
Di dalam halnya tenaga, Leng Tie Siangjin dan See
Thong Thian berimbang. See Thong Thian berdiri
jejak, ia sudah siap sedia, sebenarnya ia lebih unggul.
Tapi juga Leng Tie telah mengerahkan tenaganya, ia
dalam gusar dan mendongkol, tenaganya jadi
bertambah besar berlipat ganda. Maka itu sebagai
kesudahannya, See Thong Thian kena terpukul
mundur tiga tindak dan terus jatuh berguling.
Berbareng dengan itu, Leng Tie sendiri pun tidak luput.
Karena dihajar tangan kiri See Thong Thian, tubuhnya
roboh melintang di atas perahu. Hanya paderi itu cuma
jatuh sebentar, begitu mengenakan lantai, ia dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melompat bangun pula.
Begitu lekas ia dapat berdiri, Leng Tie dapat
mengetahui orang yang menyambuti dan menyerang
padanya adalah See Thong Thian. Ia tidak ketahui
maksud orang, menjadi gusar, di dalam hatinya, ia
kata: "Celaka betul, kau juga hendak mempermainkan
aku!" Terus ia maju, berniat menghajar Thong Thian.
Pheng Lian Houw mengerti paderi itu salah terka,
lekas-lekas ia maju menghalang seraya ia berkata
nyaring: "Taysu, jangan gusar, jangan salah mengerti!
Sebenarnya See Toako bermaksud baik!"
Sementara itu perahu kecil telah dikasih turun.
Ciu Pek Thong memegang tongkat di dalam mulut
ikan, ia mengangkat dan mengibat. Atas itu, tubuh ikan
yang besar itu terangkat dan terlempar, tercebur di
laut. Dengan kibasannya itu, Pek Thong membuatnya
tongkat patah. Kapan ikan hiu itu merasakan mulutnya
tidak tergalang pula, pasti ia girang bukan main dan
terus selulup untuk berenang pergi….
Oey Yong tertawa.
"Engko Ceng," ia berkata, "Lain kali marilah bersama
Ciu Toako kita menaiki masing-masing seekor ikan
untuk berlomba main cepat-cepatan!"
"Bagus!" berseru Loan Boan Tong sambil ia bertepuk
tangan sebelumnya Kwee Ceng sempat memberi
penyahutan.
Sampai di situ, berempat mereka turun ke perahu
kecil.
Wanyen Lieh pintar sekali. Melihat lihaynya Auwyang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong, ia lantas ingat berapa besar faedahnya kalau
orang ini suka membantu ia mencari surat wasiatnya
Gak Hui. Maka itu ia lantas cekal tangannya Leng Tie
Siangjin, untuk ditarik hingga di depan orang kosen itu.
"Kita sama-sama sahabat satu dengan lain, aku minta
sianseng jangan buta kecil hati," ia berkata, untuk
mengakurkan. "Aku harap Siangjin juga tidak
memandang secara sungguh-sungguh. Aku minta,
dengan memandang kepadaku, sukalah urusan
dipandang sebagai guyon saja."
Auwyang Hong tertawa, ia mengulurkan tangannya.
Leng Tie Siangjin masih belum puas, pikirnya. "Tak
lebih tak kurang kau menggunai ilmu silat menangkap
Kim-na-hoat, kau juga menyerang secara tiba-tiba.
Ilmu silatku Tay-in-ciu, yang telah aku pahamkan
beberapa puluh tahun ini, mustahilkah ilmu itu tak
dapat melawanmu?" Karena ini ia angsurkan
tangannya dengan tenaganya telah dikerahkan, ia
memencetnya dengan keras. Justru itu, mendadak ia
merasakan seperti memegang baja yang terbakar
marang, panas dan sakitnya bukan buatan, dengan
kelabakan ia melepaskan cekalannya untuk menarik
pulang tangannya itu.
Auwyang Hong mengerti maksud orang, ia tidak sudi
berbuat keterlaluan, maka itu ia mengganda
bersenyum saja.
Leng Tie lantas melihat tangannya, ia tidak dapatkan
tanda atau bekas apa-apa, sedang barusan ia
merasakan seperti terbakar. Ia menjadi heran sekali,
hingga ia menduga: "Mestinya orang ini mengenal ilmu
gaib…"
Auwyang Hong melihat Nio Cu Ong masih rebah di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lantai tanpa bergeming, ia bertindak mendekati. Ia
dapat menduga, ketika orang didesak Kwee Ceng
hingga kecebur, dia disambuti Ciu Pek Thong sambil
ditotok, maka itu setelah melihat sebentar, ia pun
menotok jalan darah orang.
Hanya melihat saja, Sam Sian Lao Koay sadar akan
dirinya.
Wanyen Lieh girang bukan main. Ia lantas perintah
orangnya segera menyajikan barang hidangan, untuk
manjamu itu paman dan keponakannya. Karena
dengan sendirinya Auwyang Hong dipandang sebagai
kepala rombangan orang kosen itu….
Sambil menjamu, Wanyen Lieh menuturkan kepada
Auwyang Hong tentang niatnya mencuri surat wasiat
Gak Hui di kota Lim-an dan ia minta supaya See Tok
suka memberikan bantuannya.
Auwyang Hong memang pernah dengar hal itu dari
keponakannya, diminta demikian hatinya tergerak. Ia
lantas mandapat suatu pikiran lain. Pikirnya: "Aku
Auwyang Hong, kamu kira aku orang macam apa?
Mana dapat aku diperintah olehmu? Aku tahu Gak Hui
itu tidak saja pandai mengatur tentara tetapi juga lihay
ilmu silatnya, maka di dalam surat wasiat itu, kecuali
ilmu perang, mungkin ada catatan tentang ilmu silat.
Baiklah, aku terima permintaan ini, untuk aku melihat
dulu surat wasiat itu. Mustahil aku si makhluk tua yang
berbisa tidak dapat mengangkangi surat itu?"
Maka itu ia lantas menyambut baik permintaannya
Wanyen Lieh.
Dua orang itu ada masing-masing pikirannya sendiri.
Wanyen Lieh membutuhkan surat wasiat Gak Hui,
supaya ia dapat mengatur tentaranya, untuk mencapai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maksud gerakannya. Tidak pernah ia memikir bahwa
lain orang pun sama mengarahnya, bahkan lain orang
itu lebih cerdik daripadanya.
Nio Cu Ong membantu menggembirakan perjamuan
itu. Cuma Auwyang Kongcu yang tidak dapat
memuaskan diri. Ia minum sedikit arak, ia bersantap,
habis itu ia mendahului masuk ke dalam perahu untuk
beristirahat, karena ia lagi menderita luka dikakinya.
Orang masih sedang berjamu tatkala mendadak saja
Auwyang Hong menunda cawan araknya serta
wajahnya berubah. Melihat perubahan itu, semua
orang terkejut. Mereka tidak tahu, di dalam hal apa
mereka berbuat salah kepada ini orang lihay.
Wanyen Lieh baru mau minta keterangan, atau
Auwyang Hong telah berkata: "Dengar!"
Orang lantas pada memasang kupingnya. Mereka
tidak mendengar suara apa juga kecuali desiran angin
laut dan damparannya gelombang. Maka mereka
mnejadi heran, semua mata lantas diarahkan kepada
orang she Auwyang itu.
Auwyang Hong masih terus memasang kupingnya,
sampai sesaat kemudian ia berkata: "Kamu sudah
mendengar atau belum? Itulah suara seruling!"
Sekarang benar-benar orang mendengar suara
seruling itu, walaupun masih samar-samar, sebab
suara itu terganggu angin dan ombak laut. Coba
mereka tidak diberikan keterangan oleh Auwyang
Hong, masih mereka belum mendengarnya.
Auwyang Hong berbangkit, ia pergi ke kepala perahu.
Di sana ia lantas berdongko, dari mulutnya terdengar
suara kowak-kowek yang dalam. Maka ia benar-benar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat mirip dengan seekor kodok besar.
Menyaksikan itu, semua orang heran berbareng
merasa lucu, walaupun demikian tidak seorang juga
yang berani tertawa. Orang terus mendengarinya.
Tidak lama, mereka lantas mendengar nyata suara
seruling dan suara seperti kodok itu, bahkan mereka
dapat mengetahui juga, seruling dan suara kodok itu
saling sahutan, merupakan sebuah lagu. Mereka
masih mendengari terus, atau sekarang mereka
merasakan hati mereka menjdai tidak tentram, seperti
terombang-ambing dalam kebimbangannya.
Leng Tie Siangjin mencoba menentramkan dirinya. Ia
kata dalam hatinya: "Benar-benar inilah ilmu sesat!
Entah ia hendak memainkan lelakon apa! Aku mesti
berhati-hati!"
Anak-anak buah perahu bersama Wanyen Lieh adalah
orang yang paling dulu tidak sanggup
mempertahankan diri dari tenaga menarik dari seruling
dan suara seperti kodok itu. Mereka sudah lantas
berjingkrakan.
Menampak demikian, tiba-tiba saja Auwyang Hong
menghentikan suaranya yang aneh itu, sebagai
gantinya, ia berseru keras sekali. Serentak dengan itu,
nerhenti juga suara seruling tadi. Ia lantas saja
memandang jauh ke laut.
Sekarang semua orang berani memghampirkan,
mereka turut mengawasi ke arah yang dipandang itu,
hanya hati mereka kebat-kebit, khawatir nanti
menyaksikan pula sesuatu yang mukjizat. Mereka
berdiri di belakang See Tok beberapa kaki, untuk
bersiap sedia kalau-kalau ada bahaya….
Belum terlalu lama, di kejauhan terlihat tiga lembar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
layar hijau. Itulah layar dari sebuah perahu enteng,
yang lajunya sangat pesat, yang lagi mendatangi ke
arah perahu besar mereka.
Semua orang menjadi heran.
"Mungkinkah suara seruling itu datangnya dari dalam
perahu ini?" mereka menduga-duga, "Terpisahnya kita
begini jauh, bisakah suara itu terdengar sampai di
sini?"
Auwyang Hong sendiri sudah lantas menitahkan anak
buah perahu memutar haluan kendaraan air itu, untuk
menampaki perahu enteng itu. Maka lekas juga kedua
perahu mulai datang dekat satu dengan lain.
Di kepala perahu enteng itu berdiri seoarng yang
memakai jubah panjang warna hijau, di tangannya
benar-benar dia mencekal sebatang seruling kuningan.
Ia pun sudah lantas mengasih dengar suaranya yang
tinggi muluk: "Saudara Hong, adakah kau melihat anak
perempuanku?"
"Putrimu itu sangat temberang, mana berani aku main
gila terhadapnya!" See Tok menjawab.
Kedua perahu terpisah hanya lagi beberapa tembok,
tak terlihat bergeraknya orang dengan jubah hijau itu,
hanya terlihat berkelebatan satu bayangan, tahu-tahu
dia sudah berada di perahu besar.
Menyaksikan orang demikian lihay, kumat sifatnya
Wanyen Lieh akan mengambil hati orang. Ia lantas
menyambut. Katanya: "Sianseng, bolehkah aku
mendapat ketahui she mu? Sungguh beruntung yang
aku dapat bertemu dengan sianseng!"
Hebat pangeran ini, sebagai seorang bangsawan ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah berlaku demikian merendah terhadap seseorang
yang tidak dikenal.
Akan tetapi orang itu, apabila ia melihat dandan
mentereng orang Kim ini, dia cuma melirik, lantas dia
tidak memperdulikannya lagi.
Auwyang Hong melihat ongyanya tidak mendapat
muka, ia lantas berkata: "Saudara Yok, mari aku
perkenalkan! Tuan ini adalah Chao Wang, putra
keenam raja dari negara Kim!" Lalu ia berpaling
kepada Wanyen Lieh, akan meneruskan: "Inilah Tocu
Oey Yok Su dari Pulau Tho Hoa To, yang ilmu silatnya
nomor satu di kolong langit ini, yang tak ada
tandingannya."
Mendengar itu, Pheng Lian Houw semua mencelat
mundur. Memang mereka telah mengetahui ayahnya
Oey Yong adalah orang yang luar biasa, dari itu
mereka menjadi jeri sendirinya. Semua berdiam terus.
Semenjak putrinya minggat, Oey Yok Su telah
menduga tentulah Kwee Ceng yang disusul. Mulanya
ia gusar sekali, ia tidak memperdulikannya, akan tetapi
lewat beberapa hari, hatinya menjadi berkhawatir juga.
Ia khawatir putrinya itu nanti bertemu sama Kwee
Ceng di perahu hiasnya itu. Kalau benar, Oey Yong
pasti terancam bahaya besar. Maka diakhirnya ia
melayarkan perahu, ia menuju ke tengah laut untuk
mencari. Bagaimana sulit untuk mencari perahu
hiasnya itu. Suadah beberapa hari ia berada di tengah
laut, belum juga ia menemukannya. Maka itu hari ia
meniup serulingnya dengan mengharap-harap putrinya
nanti mendengarnya. Di luar dugaannya, Auwyang
Hong yang menyambutinya dan keduanya jadi
bertemu pula.
Oey Yok Su tidak mengenal Pheng Lian Houw
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekalian, mendengar orang di depannya itu satu
pangeran bangsa Kim, ia semakin tidak
menggubrisnya. Melirik lebih jauh pun ia tidak sudi lagi.
Hanya, dengan mengangkat tangan terhadap See Tok,
untuk memberi hormatnya, ia berkata: "Aku hendak
lekas-lekas menyusul anakku, maaf tidak dapat aku
menemani lebih lama pula!"
Lalu ia memutar tubuhnya untuk bertindak pergi.
Leng Tie Siangjin baru saja dipermainkan Auwyang
Hong dan Ciu Pek Thong, ia merasakan perutnya
panas sekali, dadanya mau meledak, sekarang ia
menghadapi pula seorang yang sangat jumawa,
bahkan Auwyang Hong memperkenalkan si pangeran
secara demkian merendah kepada orang itu, ia jadi
berpikir: "Mustahilkah di kolong langit ini ada demikian
banyak orang kosen? Mungkinkah orang-orang ini
cuma mengerti ilmu gaib atau ilmu sesat, cuma untuk
menggertak orang saja?! Baiklah aku coba-coba
padanya, untuk mengakalinya…." Maka lantaslah ia
berkata kepada Oey Yok Su: "Apakah yang kau cari itu
satu bocah perempuan umur lima - atau enambelas
tahun?"
Oey Yok Su menghentikan tindakannya, wajahnya
nampak gembira.
"Benar!" sahutnya. "Adakah taysu dapat melihat dia?"
Leng Tie Siangjin menjawab, tetapi dengan suara
dingin; "Melihat aku ada melihat, cuma aku melihat
yang sudah mati, bukannya yang masih hidup."
Mendengar itu, Oey Yok Su terkejut.
"Apakah taysu bilang?" tanyanya lekas, suaranya pun
menggetar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pada tiga hari yang lalu, aku pernah melihat mayatnya
satu bocah perempuan ngambang di laut," berkata
pula si paderi dari Tibet itu. "Dia mengenakan baju
putih dan rambutnya memakai gelang emas, romannya
cukup cantik."
Paderi ini melukiskan pakaian dan romannya Oey
Yong.
Hebat Oey Yok Su merasakan gempuran pada
hatinya, tubuhnya sampai terhuyung, mukanya
menjadi pucat pias.
"Benarkah itu, taysu?" tanyanya pula selang sesaat.
Semua orang mendengar pembicaraannya kedua
orang itu, mereka tahu Leng Tie Siangjin tengah
mendustakan orang, maka itu dengan sendirinya hati
mereka kebat-kebit. Mereka melihat tegas
kedukaannya Oey Yok Su tetapi terus mereka
membungkam.
Masih Leng Tie Siangjin menambahkan keterangannya
pula. Katanya, "Di samping mayat bocah perempuan
itu ada mengambang tiga mayat lainnya, yang satu
mayat anak muda, yang lain lagi satu pengemis tua,
yang lainnya lagi satu tua bangka yang rambut dan
kumisnya sudah ubanan." Ia menyebutnya Kwee
Ceng, Ang Cit Kong dan Ciu Pek Thong.
Sampai di situ, Oey Yok Su tak bersangsi lagi. Maka ia
lirik Auwyang ong.
"Kau kenal anakku, mengapa kau tidak hendak
memberitahukannya siang-siang?" pikirnya.
Auwyang Hong dapat melihat sinar matanya Oey Yok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Su, ia pun mengetahui baik kedukaan orang, maka itu
ia berkhawatir untuk banyak orang itu. Kalau Tong
Shia turun tangan, ia boleh tak usah mengkhawatirkan
dirinya sendiri, tetapi yang lainnya, mana mereka
sanggup malawan? Maka hebat permainannya Leng
Tie Siangjin ini. Tetapi sebagai seorang licin, ia lantas
mendapatkan daya untuk meredakan suasana. Maka
lekas-lekas ia berkata: "Saudara Yok, aku baru saja
naik ini perahu, sedang dengan semua tuan-tuan ini,
inilah pertemuan kita yang pertama kali. Mayat yang
dilihat taysu itu belum tentu ada mayat putrimu…" Ia
menghela napas, ia menambahkan: "Putrimu itu cantik
sekali, kalau benar dia berumur pendek, sungguh
sayang…"
Auwyang Hong hendak membersihkan diri dari kedua
belah pihak, tetapi di kupingnya Oey Yok Su,
perkataannya itu terdengarnya lain. Tapi Tong Shia ini
bertabiat paling gemar menggumbar hawa amarahnya
terhadap lain orang, kalau tidak, ketika dulu hari Hek
Hong Siang Sat mencuri kitabnya, tidak nanti dia
gusari Liok Seng Hong dan lainnya yang tidak bersalah
dosa, yang dia bikin bercacad kemudian diusirnya.
Demikian kali ini, ia merasakan tubuhnya menjadi
panas dingin mendengar hal kematian putrinya yang ia
sangat sayangi itu. Ia berduka hebat sama seperti
ketika ia kematian istrinya yang ia sangat cintai. Kedua
tangannya bergemetaran keras, mukanya pucat dan
merah bergantian.
Semua orang, dengan mulut membungkam,
mengawasi saja. Maka itu, sesaat itu, perahu besar itu
menjadi sangat sunyi senyap. Cuma suara angin dan
gelombang saja yang terdengar.
Tiba-tiba Oey Yok Su mengasih dengar suara
tertawanya yang panjang, bagaikan menggeramnya
naga seperti tak putusnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Suara itu mengejutkan semua orang.
Oey Yok Su tertawa hingga berlenggak, tertawanya itu
makin lama makin nyaring. Pada nada suara itu
bagaikan ada sifatnya yang dingin, hingga orang
menjadi semakin heran. Lalu dilain saat, tertawa itu
berubah menjadi tangisan, tangisannya menggerunggerung,
sedihnya bukan kepalang.
Di antara banyak orang itu, cuma Auwyang Hong yang
kenal lagak-lagunya Tong Shia, yang suka bernyanyi
dan menangis tak ketentuan, dari itu ia menjadi tidak
terlalu heran. Hanya, ketika ia mendengar tangisan jadi
demikian sedih, ia berpikir juga: "Secara begini, Oey
Lao Shia menangis, dia pasti akan terluka tubuhnya. Di
jaman dulu Gwan Sek kematian ibunya, ia menangis
hingga memuntahkan darah segantang lebih.
Kemungkinan ini bisa terjadi dengan si Sesat dari
Timur ini. Sayang tiat-cengku tenggelam bersama
perahu yang karam, kalau tidak, bolehlah aku
menabuhnya untuk meramaikan tangisannya ini."
Lebih jauh Auwyang Hong berpikir; "Oey Lao Shia
bertabiat luar biasa sekali, sekali dia gusar, dia sukar
diurusnya. Kalau dia sampai menghadapi sesuatu
maka lain kali, dalam pertemua kedua di Hoa San, aku
jadi kekurangan seorang lawan yang tangguh. Ah
sayang, sayang…"
Habis menangis, Oey Yok Su mengangkat
serulingnya, dengan itu ia mengetok pinggiran perahu,
setelah mana ia bernyanyi: "Dengan firmannya Tuhan,
mengapakah dibikinya dia umurnya demikian
pendeka? Atau orang ubanan sampai akhir usianya,
atau orang bercelaka karena melahirkan anak?
Kenapa belum lagi keduakaan lama lenyap atau
sekarang datang bersusun yang baru? Kenapa baru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pagi lantas datang sang sore, atau fajar berembun
lantas melenyap pula? Yang lenyap itu tak terkejar,
atau sekarang mendadak orang hilang akal budinya?
Langit demikian tinggi tak ujung pangkalnya, kepada
siapa aku mesti mengadukan penasaranku ini…?"
Hanya terdengar suara "Tok!" maka serulingnya Tong
Shia terpatah dua. Lalu tanpa berpaling lagi, Oey Yok
Su bertindak ke kepala perahu.
Leng Tie Siangjin bertindak maju, dengan kedua
tangannya ia menghalang.
"Kau menangis dan tertawa," katanya dengan dingin,
"Kenapa kau mengacau secara edan begini?!"
Wanyen Lieh terperanjat.
"Siangjin hangan…." katanya atau ia tidak dapat
meneruskannya.
Belum sempat pangeran ini mengucap habis
cegahannya itu, tangannya Oey Yk Su sudah
berkelebat ke belakang lehernya si paderi dari Tibet
itu, hanya dengan satu kali gerakan tangan, tubuh
orang yang besar itu telah terangakat lalu terputar
hingga Leng Tie Siangjin menjadi berkepala di bawah,
berkaki di atas dan tempo tubuhnya dilemparkan, tidak
ampun lagi kepalanya yang besar melesak masuk ke
lantai perahu sampai di pundak!
Habis itu Oey Yok Su bernyanyi: "Langit kekal, bumi
abadi, berapakah lamanya manusia hidup? Yang
sudah, yang mendatang, semuanya tak terasa, semua
itu ada batas temponya…" Lalu tubuhnya berkelebat,
maka tibalah ia kembali di perahunya sendiri, perahu
itu lantas berlayar pergi……..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang tercengang, hanya bentaran, lantas
mereka bergerak hendak menolongi Leng Tie Siangjin
yang entah hidup entah mati, akan tetapi belum lagi
mereka keburu bertindak, mendadak, mereka
mendengar suara berisik dari bergeraknya lantai
perahu, lalu muncullah satu anak muda yang bibirnya
merah dan giginya putih, yang romannya tampan. Dan
dialah Yo Kang, putranya Wanyen Lieh.
Semenjak dia bentrok sama Bok Liam Cu, Yo Kang
cuma ingat saja kata-katanya Wanyen Lieh, yang
ayah, bahwa kebahagiannya tak ada batasnya. Di
Hoay Utara ia lantas berhubungan sama pembesarpembesar
Kim, maka kemudina ia dapat mencari
ayahnya itu, hingga bersama-sama mereka berangkat
ke Selatan. Ia melihat Kwee Ceng dan Oey Yong, ia
lantas menyembunyikan diri, tak berani ia keluar. Dari
dalam perahu ia hanya mengintai saja, maka segala
kejadian ke atas perahu, semuanya ia dapat
melihatnya dengan tegas dan nyata. Sampai telah
berlalunya Oey Yok Su, baru ia merasa dirinya aman,
dari itu ia lantas munculkan diri.
Hebat Leng Tie Siangjin merasakan hajaran itu, tetapi
dasar ia tangguh, dia tidak terluka, cuma kepalanya
pusing. Begitu ia lekas dapat menetapkan hati, dengan
kedua tangannya ia menekan lantai perahu, maka
dilain saat tubuhnya sudah mencelat bangun, di lantai
itu tertampaklah suatu liang besar dan bundar.
Orang heran dan kagum, diakhirnya mereka merasa
lucu, tetapi tak seorang juga yang berani mengasih
dengar suara tertawanya. Karena menahankan hati,
mereka menjadi pada menyeringai.
"Anak, mari menemui Auwyang Sianseng!" Wanyen
Lieh kata kepada putranya. Dengan begitu ia pun
memecahkan ketegangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yo Kang sendiri sudah lantas menjura kepada
Auwyang Hong, ia berlutut dan mengangguk empat
kali. Itulah satu kehormatan besar, sedang ia adalah
seorang pangeran, maka orang semua menjadi heran.
Selama di dalam istana, Yo Kang sudah sangat
mengaggumi Leng Tie Siangjin, tetapi sekarang ia
telah menyaksikan lihaynya Auwyang Hong, Ciu Pek
Thong dan Oey Yok Su, kekagumannya pindah
kepada ketiga orang itu. Bukankah Leng Tie Siangjin
telah dapat dicekuk dan dilempar pergi datang
bagaikan dia ada satu bocah cilik? Bukankah itu
menandakan suatu kepandaian yang luar biasa?
Bukankah ini serupa dengan artinya kata-kata: "Di luar
langit ada langit lainnya, di atas orang ada orang
lainnya?" Dia sudah lantas ingat peristiwa di Kwie-inchung
di Thay Ouw waktu ia kena dibekuk, selama
ketakutannya di rumah abu keluarga Lauw ketika ia
menghadapi Kwee Ceng dan Oey Yong. Semua itu
disebabkan ilmu silatnya yang tiadk berarti. Sekarang
di depannya ada seorang yang berilmu tinggi, jikalau ia
tidak mengangkatnya orang menjadi gurunya, pasti
sudah ia membikin hilang satu ketika paling baik. Maka
itu, dengan kecerdikannya itu ia telah menjalankan itu
kehormatan besar. Kemudian ia menoleh kepada
Wanyen Lieh sambil berkata: "Ayah, anak ingin
mengangkat sianseng ini menjadi guruku."
Wanyen Lieh senang dengan kelakukan anaknya itu,
maka ia pun menjura kepada See Tok seraya berkata:
"Putraku ini gemar ilmu silat, hanya ia belum bertemu
guru yang pandai, jikalau Sianseng tidak mensiasiakannya
dan sudi memberika dia pelajaran, Siauwong
ayah dan anak sangat berterima kasih untuk
budimu yang sangat besar."
Di matanya lain orang, hebat untuk menjadi guru dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang pangeran, untuk memintanya pun sulit, tetapi
Auwyang Hong berpikir lain. Ia membalas hormat
seraya berkata: "Di dalam partaiku ada suatu aturan
yang dihormati, yaitu ilmu silat kami hanya diwariskan
kepada satu turunan, tidak kepada lain orang.
Sekarang ini kebisaanku telah diturunkan kepada
keponakanku, karenanya aku tidak dapat menerima
lain murid lagi. Mengenai ini aku mohon ongya sudi
memaafkannya."
Mendengar ini Wanyen Lieh menyesal, tetapi ia tidak
memaksa, maka itu ia lantas memerintah orangnya
segera menyediakan barang santapan guna menjamu
ini orang berilmu.
Yo Kang pun berputus asa.
Kemudian Auwyang Hong berkata sambil tertawa:
"Pangeran muda hendak mengambil aku sebagai guru,
inilah tidak berani aku menerimanya, tetapi untuk
memberikan dia beberapa petunjuk, itulah tidak sukar.
Hal ini baiklah diurus perlahan-lahan belakangan."
Biarnya ia putus asa, mendengar janji Auwyang Hong
itu, lega juga hatinya Yo Kang. Ia ketahui baik
kegagahannya Auwyang Kongcu, bahkan orang
banyak gundiknya, kalau ia mendapat petunjuk dari
See Tok, mesti ia mendapat kemajuan pesat, mungkin
ia tidak selihay Auwyang Kongcu, toh sedikitnya ia bisa
menjagoi juga.
Sembari berjamu, pembicaraan berpokok kepada
kemujawaan Oey Yok Su. Orang anggap pantaslah ia
dipermainkan Leng Tie Siangjin.
"Suheng, dia menangis dan tertawa, dia pun
bernyanyi, kenapa?" Hauw Thong Hay menanya kakak
seperguruannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
See Thong Thian tidak tahu bagaimana harus
menjawab, maka ia menyahuti secara sembarangan
saja: "Siapa kesudian memperdulikan segala
perbuatannya yang edan itu?"
"Yang ia nyanyikan itu ialah syair karangannya Co Cu
Kian di jaman Sam Kok," Yo Kang memberitahu. "Co
Cu Kian itu kematian anak perempuannya, dia
membuat dua ruas syairnya itu. Dengan itu dia
mengatakan, ada orang hidup sampai tua sekali, ada
yang berumur sangat pendek, mati muda-muda, maka
ia bertanya mengapa Thian demikian tidak adil. Maka
ia menyesal, langit tinggi tidak ada tangganya, hingga
tak dapat ia naik untuk mengajukan pengaduannya.
Akhirnya ia membilang bahwa dia sangat berduka,
bahwa tak lama lagi waktunya dia menyusul putrinya
itu."
"Siauw ongya benar-benar terpelajar!" orang banyak
memuji si pangeran. "Kita orang-orang kasar, mana
kita ketahui itu?"
Wanyen Lieh girang mendengar kepintaran putranya
itu.
"Suara serulingnya itu membuat hatiku tidak tentram,
apakah sebabnya itu?" ia tanya.
"Itulah disebabkan semacam tenaga dalam yang mahir
sekali," menyahut Nio Cu Ong. "Auwyang Sianseng
telah perdengarkan suaranya di kepala perahu, itulah
jawaban timpalan untuknya, yang satu memanggil,
yang lain bertahan. Benarkah begitu, Auwyang
Sianseng?"
Auwyang Hong tersenyum, dan mengangguk..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lagi sekali orang memberi pujian, sekarang kepada
See Tok.
Yo Kang sendiri sementara itu telah berpikir: "Jikalau
dihitung-hitung, Oey Yok Su adalah kakek guruku,
hanya disebabkan Bwee Suhu telah bersalah
terhadapnya, dan ada urusan anaknya yang
mencurigai aku, jikalau lain hari aku bertemu pula
dengannya, itulah berbahaya untukku. Selama di Kwiein-
chung, aku menduga dia tidak ada lawannya, siapa
nyana sekarang ada Auwyang Sianseng ini yang
seimbang dengannya. Ah, sayang Auwyang Sianseng
tidak dapat menerima murid…….."
Selagi pangeran ini bepikir dan yang lainnya berpesta,
Oey Yok Se berlayar sendiri dengan tidak karuan rasa.
Ia berduka dan mendongkol. Ia penasaran sekali, ada
kalanya ia mengutuk langit dan bumi, dilain saat ia
mencaci segala hantu atau iblis. Ia mengatakan Thian
tidak adil. Kemudian ia perintahkan anak buahnya
mengarahkan perahunya ke pinggiran di mana ia
mendarat. Lebih dulu daripada itu, dalam kalapnya, ia
telah bunuh anak-anak buahnya itu. Sambil
berdongak, ia berteriak-teriak: "Siapakah yang
membinasakan anakku Yong-jie? Siapakah
membinasakan anakku Yong-jie? Ah, itu bocah she
Kwe, tidak salah, mestilah dia! Jikalau tidak karena dia,
cara bagaimana Yong-jie pergi ke perahunya itu?
Hanya sayang bocah itu menemani Yong-jie terbinasa.
Sekarang kepada siapa aku mesti melampiaskan
hatiku?!"
Berpikir sampai di situ Tong Shia mendadak ingat
keenam gurunya Kwee Ceng.
"Kanglam Liok Koay adalah biang dari kebinasaannya
anakku Yong-jie," ia memikir. "Jikalau mereka tidak
mengajari silat kepada bocah she Kwee itu, mana dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat berkenalan dengan Yong-jie? Jikalau aku tidak
kutungkan tangan dan kaki dari setiap mereka itu, tidak
dapat penasaranku ini dilampiaskan!"
Ia lantas pergi ke kota untuk bersantap sembari dia
pikirkan jalannya untuk mencari Kanglam Liok Koay.
"Ilmu mereka tidak tinggi tetapi nama mereka besar,"
katanya di dalam hatinya. "Mungkin mereka ada punya
apa-apa yang melebihkan kebanyakan orang….
Mungkin mereka banyak akal muslihatnya! Jikalau aku
datangi mereka secara berterang pasti tidak dapat aku
mencarinya, maka itu baiklah aku tunggu sampai
malam gelap petang, aku menyerbu ke rumahnya, aku
bunuh mereka berikut semua anggota keluarganya,
tua dan muda!"
Panas hatinya Tong Shia, maka sehabisnya
bersantap, dengan tindakan lebar ia menuju ke Utara,
ke Kee-hin.
*
* *
Ang Cit Kong bersama Ciu Pek Thong, Kwee Ceng
dan Oey Yong berempat, dengan perahu kecilnya,
berlayar ke daratan. Kwee Ceng duduk di belakang
memegang kemudi. Oey Yong bicara tak habisnya
menanyakan Ciu Pek Thong perihal pesiarnya di laut
dengan ikan hiu. Agaknya ia sangat mengaguminya.
Pek Thong pun gembira, hingga disaat itu ia ingin
menangkap pula ikan hiu untuk pesiar bersama si
nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng sementara itu mengawasi gurunya, air
muka siapa beda daripada biasanya.
"Suhu, bagaimana kau merasa sekarang?" ia
bertanya.
Cit Kong tidak menjawab, hanya napasnya memburu
dan keras suaranya. Dia telah tertotok dengan ilmu
totok Touw-kut Ta-hiat-hoat dari Auwyang Hong,
walaupun dia sudah ditotok bebas, dia telah terluka
dalam.
Ciu Pek Thong sedang gembiranya, ia tidak
memperhatikan orang lagi menghadapi bahaya maut,
Oey Yong tapinya mengetahui keadaan gurunya itu,
berulangkali ia mengedipi mata dan memberi tanda
dengan tangannya agar si orang tua berandalan itu tak
menerbitkan suara ribut yang mengganggu Pak Kay
tapi si orang tua itu tetap saja ngoceh.
Oey Yong mengerutkan alis.
"Kau hendak menangkap ikan hiu, tapi kau tidak punya
umpannya, buat apa kau omong saja?" kata si nona
akhirnya.
Loo Boan Tong tua tetapi seperti tak menghargai
dirinya, ditegur orang muda, ia tidak mengambil peduli.
"Ada akalnya!" katanya selang sesaat, "Saudara Kwee,
mari! Aku nanti tarik tanganmu, kau rendam separuh
tubuhmu di dalam air!"
Kwee Ceng sangat menghormati kakak angkat itu,
walaupun ia tidak ketahui maksud orang, hendak ia
menurut. Tidak demikian dengan Oey Yong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engko Ceng, jangan ladeni dia!" si nona mencegah.
"Dia hendak pakai tubuhmu seperti umpan guna
memancing ikan hiu!"
Nona ini dapat menerka maksud orang.
"Benar!" Pek Thong bersorak. "Begitu lekas ikan hiu itu
datang, aku nanti sambar dia dan mengangkatnya ke
atas. Kau boleh percaya, tidak nanti dia dapat
melukakan kau!"
"Tapi perahu kita ini kecil, heranlah kalau perahu tak
karam!" berkata Oey Yong.
"Karam itu terlebih baik lagi!" berkata Loo Boan Tong.
"Kita boleh sekalian turun ke laut untuk pelesiran!"
"Habis bagaimana dengan guru kami?" menanya si
nona. "Apakah kau tidak menghendaki dia hidup
terus?"
Pek Thong menggaruk-garuk kepalanya, tak dapat ia
menjawab. Hanya kemudian ia persalahkan Auwyang
Hong yang melukai Pak Kay.
"Jikalau tetapi kau masih ngoceh tidak karuan, kita
bertiga nanti tidak sudi bicara pula denganmu!"
mengancam Oey Yong, yang agaknya habis sabar.
Pek Thong mengulur lidahnya, ia tidak berani
mementang bacot pula. Ia lantas menyambuti
pengayuh dari tangannya Kwee Ceng untuk mengayuh
perahu itu.
Daratan tak jauh nampaknya, tetapi untuk tiba di
tepian, mereka mesti memakan tempo sampai langit
mulai gelap. Karena itu, terpaksa mereka bermalam di
pesisir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Besoknya pagi ternyata penyakitnya Ang Cit Kong jadi
bertambah berat. Kwee Ceng berduka dan berkhawatir
sangat hingga ia menangis.
Pak Kay sebaliknya tertawa.
"Walaupun aku hidup lagi seratus tahun, di akhirnya
toh aku mesti mati," katanya. "Anak yang baik, aku
hanya mempunyai satu keinginan, maka kmu pergilah
untuk mendapatkannya!"
Pek Thong memegat: "Si makhluk berbisa bangkotan
itu, melihat cecongornya tidaklah senang aku, maka
itu, kalau kau mati, kau matilah, kau legakan hatimu,
nanti aku balaskan sakit hatimu, akan aku bunuh
mampus padanya!"
Ang Cit Kong tertawa pula.
"Membalas sakit hati?" tanyanya. "Itulah bukannya
keinginanku! Sebenarnya aku menghendaki dahar
masakan Wanyoh Ngo-tin-kwee dari istana kaisar."
Tadinya tiga kawan itu menyangka kehendak terakhir
itu ada urusan yang sangat besar, tidak tahunya
urusan gegares, maka legalah hati mereka.
"Itu gampang suhu," Oey Yong lantas berkata, "Dari
sini tak terpisah jauh dengan kota Lim-an, nanti aku
pergi ke istana kaisar untuk mencuri beberapa
mangkok masakan itu untuk kau dahar sepuasnya."
"Aku juga ingin dahar!" Pek Thong menyelak.
Oey Yong mendelik pada "Bocah" bangkotan itu.
"Tahu apa kau tentang makanan lezat atau tidak?!"
tegurnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wanyoh Ngo-tin-kwee itu, sekalipun di dalam istana
tak gampang-gampang dibikinnya," Ang Cit Kong
mengasih tahu. "Ketika dulu ahti aku bersembunyi
selama tiga bulan di dapur istana, cuma satu kali
pernah aku merasainya. Lezatnya masakan itu, kapan
aku ingat, membikin aku hendak mengeluarkan ilar…"
"Kalau begitu, aku ada punya satu pikiran," Pek Thong
turut bicara. "Kita pergi mencuri koki raja, kita suruh dia
masak untuk kita."
"Pikirannya Loo Boan Tong ini tak buruk," Oey Yong
bilang.
Bukan main girangnya Pek Thong dipuji si nona.
Sebaliknya Ang Cit Kong menggeleng kepala.
"Tak dapat itu dilakukan," katanya Pengemis dari
Utara. "Barang hidangan itu, segala apanya mesti
istimewa, sampai baranya, mangkoknya juga, kalau
tidak, rasanya tidak lezat, salah sedikit pun tidak boleh.
Paling benar kita pergi sendiri ke istana untuk
memakannya."
Tiga orang itu tak takut pergi ke istana.
"Itu memang paling bagus!" kata mereka bareng. "Nah,
mari kita berangkat sekarang!"
Kwee Ceng lantas menggendong gurunya, buat
dibawa ke dalam desa yang berdekatan. Di situ
mereka minta nasi dan arak, untuk mereka menangsal
perut. Mereka hendak membayar uang makanan itu
ketika mereka mendapat kenyataan kantung mereka
kosong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang yang mempunyai rumah itu ada satu nyonya,
dia baik budi, bukan saja ia tidak menghendaki uang
makan, bahkan ia mengantarkannya ke kota.
Cit Kong berempat menghanturkan terima kasih, lantas
mereka pamitan. Ketika melewati sebuah rumah gadai,
mendadak Pek Thong gusar dan berseru: "Ini dia
usaha membunuh orang tanpa melihat darah!" Lantas
ia hendak menyerbu untuk merampas uang dari
pengadaian itu.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru