Rabu, 19 April 2017

Cersil ke 14 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko

Cersil ke 14 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
-Cersil ke 14 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko
Keadaan Nyo Ko tempo-tempo sadar, kadang-kadang
remang-remang lagi, tempo-tempo ia merasa gadis di
sampingnya ini adalah Siao-liong-li hingga berteriak girang,
tapi kadang-kadang tahu juga orang bukan Kokoh yang
dirindukannya itu hingga ia menjadi sedih, tubuhnya menggigil
kedinginan.
Entah berapa lamanya sudah, ketika tiba-tiba terasa
olehnya bau harum segar menembus luka di dadanya melalui
kerongkongannya dan rasanya menjadi nyaman luar biasa,
perlahan-lahan iapun pentang matanya, ia menjadi heran dan
terkejut, ternyata dirinya sudah rebah di atas sebuah ranjang,
tubuhnya berlapiskan selimut pula, ia hendak bangun duduk,
mendadak tulang dadanya kesakitan, nyata ia masih belum
boleh bergerak ia lihat di depan jendela satu gadis benbaju
hijau dengan tangan kiri menahan kertas di atas meja dan
tangan kanan memegang pit lagi menulis sesuatu dengan
tenang.
Gadis itu duduk mungkur hingga tak kelihatan mukanya,
tapi melihat potongan tubuhnya yang langsing, pinggangnya
ramping, tentu orangnya juga amat cantiknya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tempat beradanya sekarang ternyata ruangan dari sebuah
rumah gubuk beratap aIang2, tapi cara mengaturnya ternyata
sangat rajin dan necis, di dinding sebelah timur tergantung
sebuah lukisan wanita cantik sedang bersolek dan beberapa
lukisan pemandangan sedang dinding barat dihiasi seperangkap
lukisan tulisan.
Dalam herannya Nyo Ko tak sempat menikmati bendabenda
seni itu, ia lihat asap dupa mengepul dari sebuah anglo
di suatu meja kecil, ia tak tahu kamar orang kosen siapa atau
pujangga yang mana?
Teringat olehnya pertarungan di barisan batu di hutan
lebat dengan Kim-lun Hoat-ong dan terluka, kenapa sekarang
bisa berada disini, seketika ia menjadi bingung tak mengarti,
ia coba meng-ingat-ingat, lapat-lapat dapat diiingat dirinya
waktu itu ber-tiarap di atas kuda dan ada orang menuntun
kuda itu, orang itupun seorang perempuan ia lihat gadis di
depannya ini lagi menulis penuh perhatian, ia merebah di atas
ranjang, dengan sendirinya tak tahu apa yang sedang
ditulisnya, tapi melihat gaya tangannya yang ber-gerak2
dengan manisnya dan bagus luar biasa. Keadaan kamar itu
sunyi senyap, dibanding pertarungan sengit di barisan batu itu
kini seakan-akan berada di suatu dunia lain.
Meski Nyo Ko sudah mendusin, tapi tak berani bersuara
mengganggu si gadis itu, maka ia terus rebah diam-diam.
Sekonyong-konyong pikiran Nyo Ko tergerak lagi, ia kenali
si gadis baju hijau di hadapannya ini bukan lain adalah gadis
yang beberapa kali mengirim berita peringatan padanya dalam
perjalanan tempo hari dan belakangan ber-sama-sama
menolong Liok Bu-siang itu, ia menjadi heran, bukan sanak
bukan kadang, kenapa gadis ini begitu baik terhadapku ?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terpikir akan itu, tak tahan lagi tiba-tiba ia berseru: "Eh,
cici, kiranya kau lagi-lagi yang menolong jiwaku."
Gadis itu berhenti menulis, tapi tak menoleh, hanya
dengan suara halus ia menjawab: "Tak dapat dikatakan
menolong jiwamu, aku hanya kebetulan lewat di situ dan
melihat Hwesio Tibet itu berbuat se-wenang2, pula kau
terluka..." - sampai disini kepalanya me-nunduk2 malu.
"Cici," kata Nyo Ko lagi, aku... aku..." - tapi karena
tergoncangnya perasaan, seketika tenggorokannya serasa
tersumbat hingga tak sanggup meneruskan lagi.
"Hatimu baik, tak pikirkan jiwa sendiri dan menolong
orang lain, aku hanya kebetulan saja bisa membantu sedikit
padamu, ini terhitung apa?" demikian kata gadis itu.
"Kwe-pekbo berbudi karena pernah membesarkan aku, dia
ada kesulitan, sudah semestinya aku membantu, tapi aku dan
cici..."
"Aku bukan maksudkan Kwe-pekbomu, tapi aku
maksudkan Liok Bu-siang, adik dari keluarga Liok itu," potong
si gadis.
Sudah lama nama Liok Bu-siang tak pernah terpikir lagi
oleh Nyo Ko, kini mendengar orang menyebutnya, cepat iapun
menanya: "Eh, ya, apakah nona Liok baik-baik saja? Lukanya
sudah sembuh bukan?"
"Terima kasih atas perhatianmu," sahut gadis itu, "lukanya
sudah lama sembuh, nyata kau masih belum lupa padanya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar lagu suara orang seperti sangat rapat
hubungannya dengan Liok Bu-siang, maka Nyo Ko bertanya
lagi: "Entah hubungan apakah antara cici dan nona Liok ?"
Tapi gadis itu tak penjawab, ia tersenyum dan berkata:
"Tak perlu kau panggil aku cici terus, umurku belum setua
kau." ia merandek sejenak, lalu dengan tertawa
disambungnya: "Ha, entah sudah berapa kali memanggil
"Kokoh", kini hendak merubahnya mungkin agak terlambat."
Muka Nyo Ko menjadi merah, ia menduga waktu dirinya
terluka dan dalam keadaan tak sadar tentu telah salah anggap
orang sebagai Siao-liong-Ii dan terus2an memanggil "Kokoh"
padanya, boleh jadi ada pula perkataan2 diluar batas, makin
pikir makin tak enak perasaannya.
"Kau... kau tidak marah bukan?" tanyanya kemudian.
"Sudah tentu aku tak marah, bolehlah kau rawat lukamu
tenang-tenang di sini," sahut si gadis tertawa, "Nanti bila
lukamu sudah sembuh, boleh segera kau pergi mencari kokohmu."
Beberapa kata-kata itu diucapkannya dengan begitu halus
dan ramah, sama sekali berbeda dengan gadis2 lain yang
dikenal Nyo Ko, kedengarannya begitu nyaman dan segar,
rasanya bila gadis ini berada di sampingnya, segalanya
menjadi aman dan damai, ia tidak lincah dan nakal seperti
Liok Bu-siang, juga tidak secantik tapi tinggi hati seperti Kvve
Hu.
Pula tidak sama dengan Yali Yen yang gagah terus terang
atau Wanyan Peng yang lemah dan harus dikasihani Apalagi
watak Siao-liong-li lebih-lebih lain daripada yang lain, mulamula
ia bisa sedingin es, tapi akhirnya karena pengaruh cinta
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
asmara iapun tidak segan-segan ikat janji sehidup semati,
wataknya itu sesungguhnya terlalu aneh dan extrim.
Hanya si gadis baju hijau inilah ternyata sangat ramah
tamah dan prihatin, pintar meladeni orang, setiap katakatanya
selalu memikirkan kepentingan Nyo Ko, ia tahu
pemuda ini merindukan "Kokoh", lantas ia menghiburnya agar
rawat lukanya baik-baik dan supaya lekas sembuh dan segera
pergi men-carinya.
Begitulah sesudah ia ucapkan kata-kata tadi, kembali ia
angkat pit dan menulis lagi.
"Cici, siapakah she-mu yang mulia?" tanya Nyo Ko.
"Ada apa kau tanya ini itu, lekas kau rebah yang tenang
dan jangan berpikir yang tidak-tidak lagi," sahut si gadis.
"Baiklah," kata Nyo Ko, "memangnya akupun tahu
percuma bertanya, wajahmu saja tak mau perlihatkan padaku,
jangankan namamu."
"Parasku sangat jelek, toh bukannya kau tak pernah
melihatnya," sahut gadis itu menghela napas.
"Tidak, tidak, hal itu disebabkan kau memakai kedok kulit,"
ujar Nyo Ko.
"Kalau wajahku secantik Kokohmu, buat apa aku memakai
kedok ?" kata si gadis.
Mendengar orang puji kecantikan Siao-liong-Ii, senang
sekali Nyo Ko. "Darimana kau tahu kokoh ku cantik? Apa kau
pernah melihat dia?" tanyanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tak pernah aku melihatnya," kata gadis itu. "Tapi begitu
kau rindu padanya, dapat dibayangkan pasti dia wanita cantik
nomor satu di jagat ini."
"Jika kau pernah melihat dia, pasti kau akan lebih memuji
kecantikannya," ujar Nyo Ko gegetun.
Kata-kata Nyo Ko ini kalau didengar Kwe Hu atau Liok Busiang
pasti akan dibalas dengan sindiran dan olok-olok, tapi
gadis ini ternyata sangat jujur, ia malah berkata: "Ya, hal itu
tak perlu di-sangsikan lagi." - Habis berkata kembali ia
menunduk menulis pula.
Nyo Ko termangu-mangu sejenak memandangi langit
kelambunya, tak tahan lagi ia berpaling dan memandang
potongan tubuh orang yang ramping itu dari belakang, "Cici,
apa yang kau tulis? Apa sangat penting?" tanyanya pula.
"Aku lagi melatih tulisan," sahut si gadis.
"Kau memakai tulisan gaya apa?" tanya Nyo Ko.
"Ah, tulisanku terlalu jelek, mana bisa dibilang gaya apa
segala?" kata si gadis.
"Kau suka merendah diri saja, aku menduga pasti
tulisanmu sangat indah," kata Nyo Ko.
"Aneh, darimana kau bisa menduganya?" sahut gadis itu
tertawa.
"Gadis sepintar kau ini, pasti gaya tulisanmu pun lain dari
pada yang lain," ujar Nyo Ko. "Cici, bolehkah tulisanmu itu
diperlihatkan padaku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Gadis itu tertawa lagi, "Ah, tulisanku sekali-kali tak bisa
dilihat orang, nanti bila lukamu sudah sembuh, aku masih
harus minta petunjukmu," demikian katanya.
Diam-diam Nyo Ko malu diri, karena itu juga ia sangat
berterima kasih pada Ui Yong yang telah mengajarnya
membaca dan menulis di Tho-hoa-to dulu, kalau waktu itu ia
tidak giat belajar, jangan kata membedakan tulisan bagus
atau jelek, mungkin sampai kini ia akan tetap buta huruf.
Setelah termenung-menung sebentar, ia merasa dadanya
rada sakit, lekas-lekas ia jalankan Lwekangnya hingga darah
jalan lancar, perlahan-lahan ia merasa segar kembali dan
akhirnya iapun tertidur.
Waktu ia mendusin, hari sudah gelap, gadis itu telah taruh
nasi dan lauk pauk di atas meja teh yang terletak ditepi
ranjangnya agar si Nyo Ko dahar sendiri.
Lauk-pauk itu hanya sebangsa sayur mayur, tahu, telur
dan beberapa potong ikan, tapi cara mengolahnya ternyata
sangat lezat sekaligus Nyo ko habiskan tiga mangkok penuh
nasi ke dalam perutnya tanpa berhenti, habis itu barulah ia
memuji berulang-ulang.
Meski muka gadis itu memakai kedok kulit hingga tak
kelihatan sesuatu perubahan emosinya, tapi dari sinar
matanya tertampak juga, menyorot cahaya yang senang.
Besok paginya keadaan luka Nyo Ko tambah baikan, gadis
itu ambil sebuah kursi dan duduk di depan ranjang untuk
menambal bajunya yang compang-camping tak terurus,
semuanya ia tambal dengan baik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Orang secakap kau kenapa sengaja pakai baju serombeng
ini?" kata si gadis kemudian.
Sembari berkata iapun berjalan keluar, waktu kembali, ia
membawakan satu blok kain hijau, ia ukur menurut baju Nyo
Ko yang sobek itu dan di-potongnya untuk membuatkan baju
baru.
Dari lagu suara nona ini dan perawakan serta tingkah
lakunya, umurnya tentu tidak lebih 18 -19 tahun saja, tapi
terhadap Nyo Ko bukan saja mirip kakak terhadap adik,
bahkan penuh kasih seorang ibu kepada anaknya.
Sudah lama Nyo Ko ditinggalkan ibundanya, kini ia
menjadi terbayang masa anak-anaknya dahulu, ia sangat
berterima kasih dan heran juga, "Cici," tanyanya, "kenapa kau
begini baik padaku, sungguh aku tak berani menerimanya."
"Hanya membikinkan sepotong baju, apanya yang baik?"
sahut si gadis, "Kau mati-matian menolong jiwa orang tanpa
pikirkan diri sendiri, itu baru pantas dibilang baik budi."
Pagi hari itu berlalu dengan tenang, lewat lohor kembali si
gadis menghadapi meja dan melatih tulis pula, pingin sekali
Nyo Ko hendak melihat apakah sesungguhnya yang ditulisnya,
tapi beberapa kali ia memohon selalu ditolak si gadis.
Kira-kira ada sejam gadis itu tekun menulis, habis
selembar ditulisnya, lalu ia termenung-menung, ia robek
kertasnya dan kembali menulis lagi, tapi tetap seperti tak
memuaskan tulisannya, maka habis tulis lantas dirobek pula,
sampai akhirnya terdengar ia menghela napas, lalu tak
menulis lebih lanjut.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau pingin makan apa, biar kubuatkan," tanyanya
kemudian pada Nyo Ko.
Tergerak pikiran Nyo Ko tiba-tiba. "Terima kasih, hanya
membikin repot kau saja," sahutnya.
"Apakah, coba bilang," kata si gadis.
"Aku sungguh ingin makan bakcang," ujar Nyo Ko.
Gadis itu rada tertegun, tapi segera iapun berkata: "Repot
apa, hanya membungkus beberapa kue bakcang saja! Aku
sendiri memang juga pingin makan, Kau suka yang manis atau
yang asin?"
"Boleh seadanya, asal ada makan aku sudal puas, mana
berani pilih2 lagi?" sahut Nyo Ko.
Betul juga, malam itu si gadis telah membuatkan beberapa
buah kue bakcang pada Nyo Ko, yang manis berisi kacang ijo
gula putih, yang asin pakai daging samcan bercampur ham,
rasanya lezat tiada bandingan. Keruan saja beruntung sekali
mulut si Nyo Ko, sembari makan iapun tiada hentinya memujimuji.
"Kau sungguh pintar, akhirnya dapat kau menerka asal
usul diriku," kata gadis itu kemudian sambil menghela napas.
Nyo Ko menjadi heran, ia tidak sengaja menerka, kenapa
bilang asal-usul orang kena diterkanya? Namun begitu, ia toh
berkata: "Kenapa kau bisa tahu?"
"Ya, kampung halamanku Ohciu tersohor karena makanan
kue bakcang, kau tidak minta yang lain tapi justru ingin makan
bakcang," sahut si gadis.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tergerak pikiran Nyo Ko. Teringat olehnya beberapa tahun
yang lalu di Ohciu telah dijumpai Kwe Cing dan Ui Yong,
pertemuannya dengan Auwyang Hong dan perkelahiannya
melawan Li Bok-chiu, tapi siapakah gerangan si gadis di depan
mata ini tetap tak dapat mengingatnya.
Mengenai permintaannya ingin makan bak-cang adalah
karena dia mempunyai tujuan lain, pada waktu hampir selesai
makan, ketika gadis itu sedikit meleng, mendadak ia lekatkan
sepotong bakcang di telapak tangannya dan sedang si gadis
bebenah mangkok sumpit ke dapur, cepat sekali ia ambil
seutas benang yang ketinggalan ketika gadis itu menjahit baju
untuknya tadi, ujung benang ia ikat bakcang yang ia sisakan
tadi terus disambitkan ke meja, sepotong kertas robekan telah
melekat oleh kue bakcang itu, lalu ia tarik benang-nya dan
membacanya, tapi ia menjadi melongo, kiranya di atas kertas
itu tertulis 8 huruf yang maksudnya terang sekali berbunyi:
"Jika sudah kutemukan dikau, betapa aku tidak senang?"
Lekas-lekas Nyo Ko sembunyikan kertas itu, ia lemparkan
ujung benang dan memancing pula selembar kertas, ia lihat
tetap di atasnya tertulis 8 huruf tadi, cuma ada satu huruf
yang ikut tersobek.
Hati Nyo Ko memukul keras, beruntun-runtun ia sambitkan
bakcang itu dan belasan lembar kertas robekan itu kena
dipancingnya, tapi apa yang tertulis di atasnya bolak-b"alik
tetap 8 huruf itu2 juga, ia coba selami maksud apa yang
terkandung dalam tulisan itu, tanpa terasa ia termangu-mangu
sendiri. Tiba-tiba didengarnya suara tindakan orang, gadis tadi
telah masuk kamar lagi.
Lekas-lekas Nyo Ko selusupkan kertas2 itu ke dalam
selimutnya. sementara si gadis kumpulkan sisa-sisa kertas
robekan tadi dan dibakarnya keluar kamar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kata-kata "dikau" yang ditulisnya itu jangan-jangan
maksudkan aku?" demikian diam-diam Nyo Ko berpikir sendiri,
"Tapi bercakap saja belum ada beberapa patah kata aku
dengan dia, apanya yang menyenangkan dia akan diriku ini?
Bila bukan maksudkan diriku, toh di sini tiada orang lain."
Sedang ia termenung-menung, gadis itu telah masuk
kamar lagi, setelah berdiri sejenak di pinggir jendela,
kemudian api lilin disirapnya. Sinar rembulan remang-remang
menyorot masuk melalui jendela.
"Cici," Nyo Ko memanggil pelahan.
Tapi gadis itu tak menjawabnya, sebaliknya ia berjalan
keluar, Selang tak lama, terdengar di luar ada suara seruling
yang ulem, sebuah lagu merdu gayup2 berkumandang.
Pernah Nyo Ko rnelihat gadis itu memakai seruIing sebagai
senjata menempur Li Bok-chiu, ilmu silatnya tidaklah lemah,
siapa duga seruling yang ditiupnya ternyata juga begini enak
didengar.
Dulu waktu tinggal di kuburan kuno, di kala iseng ia sering
mendengarkan Siao-liong-li mena-buh khim, (kecapi) dan
pernah belajar juga beberapa waktu padanya, maka boleh
dikatakan iapun sedikit paham seni suara.
Waktu ia mendengarkan terus dengan cermat, akhirnya
dapat diketahuinya orang lagi melagukan suatu bagian dari isi
kitab "Si-keng" yang terdiri dari lima bait yang memuji seorang
laki-laki cakap, laki-laki ini dikatakan ramah tamah dan suci
bersih bagai batu jade yang telah diukir dan halus bagai
gading yang sudah dikerik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah mendengarkan lagi, tak tahan Nyo Ko getol juga
oleh lagu itu, ia lihat di tepi ranjang sana ada sebuah kecapi
tujuh senar terletak di atas meja, perlahan-lahan ia berduduk
dan mengambil kecapi itu, ia menyetel senarnya lalu
ditabuhnya mengiringi suara seruling si gadis.
Kecuali lima bait dalam "Si-keng" itu sebenarnya masih
ada beberapa kalimat lanjutannya yang bilang laki-laki sejati
yang gagah berani itu sesungguhnya sukar dilupakan orang.
Selagi ia hendak menyambung kalimat2 itu, mendadak suara
seruling berhenti.
Nyo Ko tertegun, tapi lapat-lapat ia paham juga akan
maksud orang: "Ah, maksudnya meniup seruling mula-mula
hanya untuk menghibur diri saja, sesudah diiringi suara
kecapiku ia tahu perasaannya telah dapat dipecahkan olehku,
Tapi karena terputusnya suara seruling yang mendadak ini apa
bukan lebih menandakan akan maksud isi hatinya itu?"
Besok paginya, ketika gadis itu mengantarkan sarapan
pagi, ia lihat Nyo Ko telah memakai kedok kulit, ia menjadi
heran: "He, kenapa kaupun pakai barang ini?" tanyanya
tertawa.
"Bukankah ini pemberianmu ?" sahut Nyo Ko. "Kau tak
mau perlihatkan muka aslimu, biarlah akupun memakai topeng
saja."
Tahulah si gadis bahwa orang sengaja hendak pancing
dirinya membuka kedoknya, tapi bila ingat kalau kedoknya
ditanggalkan, apa yang terpikir dalam hatinya dengan
sendirinya akan tertampak di-wajahnya, hal ini berarti
menambah banyak susah baginya, maka kemudian ia
menjawab dingin: "Boleh juga bila kau ingin memakainya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis berkata itu, ia letakkan barang sarapan terus keluar
lagi, Sehari itu iapun tidak bicara lagi dengan Nyo Ko. Tentu
saja pemuda ini rada tak enak, ia kuatir telah membikin marah
padanya, hendak minta maaf pikirnya, tapi tidak pernah lagi
gadis itu tinggal sejenak di dalam kamar.
Sampai malamnya, ketika gadis itu bebanah mangkok
piring dan hendak keluar lagi, tiba-tiba Nyo Ko memanggilnya:
"Cici, tiupan serulingmu itu sangat merdu, sukalah kau
meniupnya satu lagu lagi?"
Gadis itu termenung sejurus. "Baiklah," katanya kemudian.
Lalu iapun pergi mengambil serulingnya, ia duduk didepan
ranjang si Nyo Ko dan meniupnya pelahan, Lagu yang
ditiupnya sekali ini adalah "Geng-sian-khek" atau menyambut
tamu dewata lagunya ramah dan hangat seperti tuan rumah
yang lagi menjamu tetamunya dengan gembira.
"Kiranya di waktu meniup seruling kaupun memakai kedok
dan sama sekali tak ingin kelihatan perasaan hatimu,"
demikian Nyo Ko membatin.
Tapi sebelum habis selagu ditiup, ketika sinai bulan
perlahan-lahan menyorot naik ke dinding, mendadak gadis itu
letakkan serulingnya dan menjerit sambil berdiri, suaranya
terdengar begitu kaget dan kuatir.
Melihat perubahan orang yang hebat dan aneh ini,
seketika Nyo Ko ikut terkejut, waktu ia pandang menurut arah
sinar mata orang, ia lihat di atas dinding terang kelihatan ada
tiga buah cap tangan merah, Ketiga cap tangan ini sangat
tinggi, harus melompat baru bisa mencapnya, karena
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
warnanya merah berdarah, di bawah sorotan sinai bulan
tampaknya menjadi tambah seram.
"Cici, permainan apakah dan perbuatan siapa kah itu?"
tanya Nyo Ko tak mengerti akan maksud tiga cap tangan itu.
"Kau tak tahu?" menegas si gadis, "Jik-lian sian-cu !"
"Li Bok-chiu maksudmu?" tanya Nyo Ko. "Bilakah ia
tinggalkan cap tangan ini?"
"Tentunya pada waktu kau tidur semalam," kata gadis itu.
"Di sini memangnya ada tiga orang."
"Tiga orang?" Nyo Ko menegas dan tidak paham.
"Ya," kata si gadis, "la tinggalkan tiga cap tangan,
maksudnya ialah memberi peringatan akan membunuh tiga
orang penghuni rumah ini"
"Kecuali kau dan aku, siapakah gerangan orang ketiga
itu?" tanya Nyo Ko.
"Aku," sambung suara seorang tiba-tiba dari luar.
Ketika pintu terpentang, dari luar masuk seorang gadis
berbaju kuning muda, perawakannya langsing, raut mukanya
potongan daun sirih, siapa lagi dia kalau bukan Liok Bu-siang
yang jiwanya pernah beberapa kali ditolong oleh Nyo Ko.
"Haha, Tolol, sekali ini giliranmu terluka, ya?" demikian Busiang
menyapa dengan tertawa.
"Bini..." mendadak Nyo Ko berhenti, sebenarnya ia hendak
panggil orang "bini cilik", tapi baru setengah ucapan tiba-tiba
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
teringat olehnya masih ada gadis berbaju hijau yang ramah itu
berdiri disamping, maka iapun tak berani bergurau lagi.
"Piauci, begitu aku terima beritamu, segera juga aku
datang ke sini," kata Bu-siang lagi, "He, Tolol, siapakah yang
melukai kau?"
Belum Nyo Ko menjawab, tiba-tiba si gadis baju hijau
menuding cap tangan di dinding itu.
Seketika Liok Bu-siang berseru kaget, air mukanya
berubah hebat bagai melihat momok, pemandangan waktu
kecil di kampung halamannya Ling-oh-tin di Ohciu, di mana Li
Bok-chiu meninggalkan cap tangan dan membunuh seluruh isi
keluarganya tak tertinggal sejiwapun, seketika terbayang
olehnya.
Begitulah dalam berdukanya air matanya ber-kilau2
hendak menetes, mendadak ia ulur kedua tangannya dan
sekaligus menarik kedua kedok dari muka Nyo Ko dan si gadis
baju hijau sambil berkata: "Lekasan kita berdaya menghadapi
iblis jahat ini, buat apa kalian berdua masih memakai barang
tak genah ini."
Karena ditanggalkannya kedok, seketika mata Nyo Ko
terbeliak, ia lihat gadis itu berkulit putih bersih bagai salju,
parasnya bundar telur dan pipinya terdapat dekik kecil yang
manis, meski tak secantik Siao-liong-li yang tiada taranya, tapi
terhitung juga satu nona yang amat ayu.
Kiranya gadis ini memang Piauci atau kakak misan Liok
Bu-siang, ialah Thia Eng, si gadis cilik pemetik ubi teratai yang
kita kenal pada permulaan cerita ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seperti diketahui dahulu ia tertawan Li Bok-chiu dan
hampir teraniaya oleh tangan kejinya. Kebetulan Tho-hoa
Tocu (pemilik pulau Tho-hoa) Ui Yok-su lewat disitu dan
menolong jiwanya.
Sejak puterinya (Ui Yong) menikah, Ui Yok-su lantas
mengembara ke mana saja, meski jiwanya sangat sederhana
dan terbuka, tapi seorang tua hidup sebatangkara mau-takmau
terasa kesepian juga.
Tatkala itu Thia Eng yang lemah tiada sandaran telah
menimbulkan rasa kasihannya, ia sembuhkan racun luka Thia
Eng dan karena gadis cilik ini pintar meladeninya melebihi Ui
Yong, maka dari kasihan timbullah rasa sayang hingga
akhirnya Ui Yok-su menerimanya sebagai murid secara resmi.
Meski kepintaran dan kecerdasan Thia Eng tidak
menimpali Ui Yong, tapi ia bisa berlaku sangat hati-hati dan
giat belajar, maka berhasil juga dilatih nya tidak sedikit
kepandaian kebanggaan Ui Yok su.
Tahun ini baru saja ia tamat belajar ilmu silat
permulaannya, ia minta ijin sang guru dan kembali ke utara
mencari Piaumoay, kebetulan di tengah jalan diketemukannya
Nyo Ko dan Liok Bu-siang yang sedang di-uber-uber Li Bokchiu,
lantas ia bantu memberi peringatan dan tengah malam
menolongnya pula.
Habis pertempuran di restoran dan mendadak Nyo Ko
tinggal pergi tanpa pamit, lalu Thia Eng membawa Liok Busiang
ke tanah pegunungan sunyi ini dan mendirikan gubuk
untuk merawat lukanya, Beberapa hari yang lalu setelah luka
Liok Bu-siang sembuh sama sekali, gadis ini pesiar keluar
dengan seorang kawannya, siapa tahu di tengah jajan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dipergokinya Ui Yong lagi bertahan melawan Kim-lun Hoat-ong
dengan memasang "Loan-ciok-tin"
Tentang ilmu pengetahuan yang aneh-aneh itu pernah
juga Thia Eng belajar dari Ui Yok-su, meski tak banyak yang
dipahaminya, tapi sedikit yang dipelajarinya itu secara
kebetulan Nyo Ko dapat ditolongnya.
Kini tiga muda-mudi berkumpul ketika membicarakan Li
Bok-chiu barulah mereka tahu di waktu kecilnya pernah
bertemu di 0hciu. Sebelah mata Li Bok-chiu buta justru karena
dipatuk burung merahnya Nyo Ko.
Tatkala itu Li Bok-chiu kena diatasi Ui Yok-su hingga
pernah ditempeleng empat kali oleh Thia Eng. Paling akhir ini
Liok Bu-siang telah menggondol lari kitab pusakanya: "Pancabisa",
tentu saja gadis ini lebih-lebih ingin dibekuknya.
Kalau dibicarakan, maka ketiga muda-mudi ini semua
adalah musuh besar Jik-lian-sian-cu, kini mendadak ia datang
lagi, ia tak mau binasakan Nyo Ko secara diam-diam selagi
orang terluka, tetapi malah tinggalkan tanda peringatan tiga
cap tangan, suatu tanda ia sudah yakin tiga sasarannya ini
tidak nanti bisa loIos.
Nyo Ko sendiri terluka dan tak bisa berkutik, kalau melulu
andalkan Thia Eng dan Liok Bu-siang sesungguhnya susah
melawannya, setelah ketiga orang berunding, merekapun
merasa tak berdaya.
"Aku masih ingat tempo dulu iblis ini mendatangi rumah
Piaumoay waktu hari hampir terang tanah," demikian kata
Thia Eng, "kini kalau dia datang juga sebelum fajar tiba,
sementara ini kita masih ada waktu beberapa jam, kuda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tunggangan Nyo-heng sangat bagus, biarlah sekarang juga
kita lari, belum tentu iblis itu bisa menyandak kita."
"Ya, bagaimana Tolol, kau terluka, sanggup naik kuda
tidak?" tanya Bu-siang.
"Terpaksa harus dicoba juga," sahut Nyo Ko. "Daripada
mati konyol di tangan iblis ini."
"Piauci", kata Bu-siang pula, "kau kawani si Tolol lari ke
barat, aku nanti pancing dia kejar ke timur."
"Tidak, kau saja yang temani Nyo-heng," sahut Thia Eng
rada jengah, "Diantara kita bertiga permusuhanku dengan dia
paling ringan, sekalipun aku tertangkap belum pasti dia
membunuh aku, sebaliknya bila kau yang terpegang, dapat
dipastikan kau bakal celaka,"
"Tujuan kedatangannya ini adalah diriku, kalau ia
dapatkan aku bersama dengan si Tolol ini, bukankah akan
bikin susah dia?" ujar Bu-siang.
Terharu sekali Nyo Ko mendengar pembicaraan mereka, ia
pikir kedua nona ini ternyata berbudi luhur semua, dalam
keadaan berbahaya dengan sukarela bersedia menolong
jiwanya, kalau aku sampai ketangkap dan tewas oleh iblis itu,
hidupku ini rasanya pun tidak sia-sia.
"He, Tolol, coba katakan, kau suka lari diiringi Piauci atau
dikawani aku?" tiba-tiba didengar-Bu-siang bertanya.
Belum Nyo Ko menjawab, Thia Eng telah menyela:
"Kenapa kau terus memanggilnya Tolol, apa kau tak takut
Nyo-heng menjadi marah?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bu-siang melelet lidah jenaka, lalu dengan tertawa ia
bilang: "Coba begitu ramah kau terhadapnya, tentu saja
engkoh Tolol ini pilih diiring kau." Dari sebutan "Tolol"
sekarang ia ganti dengan memanggil engkoh Tolol, hal ini
boleh dikatakan Bu-siang telah menaikkan harga si Nyo Ko.
Keruan saja Thia Eng merah jengah, "Eh, bukankah orang
juga panggil kau/bini cilik? Dan sebagai bini cilik tak
mengurusnya, lalu kiramu siapa yang akan urus dia?"
demikian batasnya menggoda
Dengan begitu giliran Liok Bu-siang kini yang merah
jengah, ia ulur tangan lantas akan meng-kili2 Thia Eng dan
terjadilah udak-udakan. Suasana dalam kamar seketika
menjadi berubah, mereka bertiga tidak ketakutan lagi seperti
mula-mula tadi.
"Kalau nona Thia yang iringi aku lari, tentu bini cilik
berbahaya jiwanya, sebaliknya bila bini cilik yang kawani aku,
nona Thia juga amat ber-bahaya," demikian Nyo Ko berpikir.
Karena itu, begini baik padaku, sungguh aku berterima kasih
sekali. Maka kupikir paling baik kalian berdua lekas menyingkir
dari sini, biar aku tinggal sendiri melayani iblis itu. Guruku dan
dia adalah saudara seperguruan, rasanya ia akan ingat pada
hubungan perguruan, pula ia takut pada guruku, agaknya
tidak sampai berbuat apa-apa padaku"
"Tidak, tidak," sela Bu-siang sebelum Nyo Ko selesai.
Nyo Ko menduga kedua nona itu tidak nanti mau
melarikan diri meninggalkan dirinya, maka dengan suara
lantang ia bilang lagi: "Kalau begitu biarlah kita bertiga
menempuh jalan bersama, kalau benar-benar terkejar oleh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
iblis itu, kita bertiga lawan saja mati-matian, hidup atau mati
biarlah terserah takdir."
"Baiklah, begini paling baik," sahut Bu-siang setuju.
"Datang dan perginya iblis itu sangat cepat, kalau kita
berjalan bersama pasti akan disusul olehnya", ujar Thia Eng
sesudah merenung sejenak "Daripada bergebrak dengan dia di
tengah jalan, adalah lebih baik di sini saja kita tunggu dia?"
"Ya, betul," kata Nyo Ko. "Cici mahir ilmu pengetahuan
yang aneh-aneh sampai Kim-lun Hoat-ong juga kena kau
kurung, tentu Jik-lian-sian-cu juga belum bisa membobolnya."
Karena kata-kata Nyo Ko ini, pada ketiga orang ini lantas
timbul sinar harapan.
"Barisan batu-batu itu adalah Kwe-hujin yang reka, aku
hanya ikut merubahnya saja, kalau aku sendiri harus
memasangnya, inilah belum cukup kepandaianku. Tapi biarlah,
kita usahakan sebisanya menurut nasib," demikian kata Thia
Eng, "Piaumoay, marilah kau membantu aku."
Lalu kedua saudara misan itu membawa alat-alat cangkul
dan sekop keluar rumah, mereka menggali tanah dan
menumpuk batu. Setelah sibuk lebih satu jam, sayup-sayup
terdengar ayam berkokok di kejauhan, sementara itu Thia Eng
sudah mandi keringat karena kerja keras itu.
Waktu dipandangnya gundukan tanah yang dia tumpuk
dan atur itu, kalau dibanding barisan batu yang dipasang Ui
Yong, sesungguhnya daya-gunanya masih selisih jauh, diamdiam
Thia Eng bersedih, "Kepintaran Kwe-hujin sungguh
beratus kali lebih tinggi dariku. Ai, dengan gundukan tanah
yang kasar jelek ini rasanya sulit hendak merintangi Jik-lianTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
sian-cu itu", demikian ia mengeluh. Tapi karena kuatir
Piaumoay dan Nyo Ko ikut ber-sedih, maka pikirannya ini tak
diutarakannya.
Setelah sibuk "kerja-bakti", di bawah sinar bulan remangremang
Bu-siang melihat wajah sang Piauci agak berlainan, ia
tahu pasti orang tak yakin bisa menahan musuh. Tiba-tiba ia
keluarkan sejilid kitab-dari bajunya, ia masuk rumah dan
diangsurkan pada Nyo Ko.
"ToloI, inilah kitab "panca-bisa" guruku itu," katanya.
Melihat kulit kitab itu merah bagai darah. Nyo Ko rada
terkesiap.
"Aku telah membohongi Suhu bahwa kitab itu telah direbut
Kay-pang, maka kuatir bila sebentar lagi aku tertangkap
olehnya bisa digeledahnya," kata Bu-siang. "Maka bolehlah
kau membacanya sekali, setelah kau apalkan lalu bakar saja
sekalian."
Biasanya kalau bicara dengan Nyo Ko selamanya Bu-siang
suka olok-olok dan main bengis, tapi disaat jiwa terancam, ia
tidak sempat berkelakar Iagi.
Melihat sikap si gadis muram durja, Nyo Ko mengangguk
dan terima kitab itu.
Lalu Bu-siang keluarkan lagi sepotong sapu tangan
sulaman, dengan suara lirih ia bilang lagi: "Jika tak beruntung
kaupun jatuh di tangan iblis itu dan dia hendak celakai
jiwamu, hendaklah kau lantas unjukkan sapu tangan ini
padanya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko lihat sapu tangan itu yang sebelah jelas kelihatan
bekas sobek, bunga merah sulam juga tersobek separoh, ia
tak tahu maksud Bu-siang, maka ia bingung tak menerima.
"Apakah ini?" tanyanya.
"Aku minta kau sampaikan ini padanya, maukah kau?"
sahut Bu-siang.
Nyo Ko angguk-angguk, lalu terima dan ditaroh samping
bantalnya.
Tapi tiba-tiba Bu-siang mendekatinya dan ambil
saputangan itu terus dimasukkan ke baju Nyo Ko, mendadak
diciumnya bau khas orang laki-laki teringat olehnya
pengalaman tempo hari pernah bajunya dilepas pemuda ini
dan menyambung tulangnya, malahan pernah tidur bersama
seranjang, terguncanglah hatinya, ia pandang Nyo Ko sekejap,
lalu keluar kamar.
Melihat kerlingan mata si gadis sebelum pergi ini penuh
arti, hati Nyo Ko ikut terguncang keras.
Selang tak lama barulah ia membalik halaman2 kitab
"panca-bisa", ia lihat kitab itu sudah berubah kuning saking
tuanya, apa yang tertulis ialah sebangsa pelajaran cara-cara
menangkap makluk berbisa,merendam senjata rahasia dengan
racun serta cara-cara pengobatannya.
Dari awal sampai akhir Nyo Ko baca kitab "Panca-bisa" itu
sampai beberapa kali dan mengingatnya baik-baik. ibunya
tewas karena pagutan ular berbisa, peristiwa ini meninggalkan
luka yang dalam di hati sanuharinya, maka demi dilihatnya
kitab itu tercatat begitu banyak dan jelas tentang cara-cara
membuat racun serta cara mengobatinya, tanpa terasa ia
berpikir:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, jika dulu2 aku paham begini banyak cara
menyembuhkan racun yang bagus ini, tentulah aku dapat
menolong jiwa ibuku, Dan ia pasti akan kasih-saysng padaku
dan tidak sampai ter-lunta2 menjadi yatim-piatu seperti
sekarang ini." Teringat akan itu, tak tahan lagi air matanya
me-netes2 ke atas kitab itu.
Tiba-tiba didengarnya suara pintu didorong, ketika ia
memandang, ia lihat Thia Eng dengan kedua pipi merah
jengah lagi mendekati pembaringan-nya, pada jidat gadis ini
masih penuh butir2 keringat
"Nyo-heng, aku telah pasang barisan gundukan tanah di
luar pintu, tapi paling banyak hanya sekadar merintangi saja,
untuk menahan iblis terkutuk itu terang sukar," demikian kata
Thia Eng perlahan sambil keluarkan sepotong saputangan
sutra dari bajunya dan diangsurkan pada Nyo Ko, "Maka bila
sampai iblis itu menerjang masuk, serahkanlah saputangan ini
padanya."
Nyo Ko lihat saputangan ini hanya separuh juga, kainnya
dan kembangnya serupa dengan potongan saputangan yang
diterimanya dari Bu-siang tadi, ia menjadi heran sekali. Waktu
ia angkat kepala, tiba-tiba sinar matanya kebentrok dengan
sinar mata -si gadis, di bawah sorot lampu dilihatnya airmata
mengaca di kelopak matanya dengan wajah malu-malu girang,
selagi Nyo Ko hendak tanya, tiba-tiba muka Thia Eng merah
dan berkata pula lirih:
"Sekali-kali jangan diketahui Piaumoayku." Habis ini iapun
jalan keluar.
Nyo Ko keluarkan setengah saputangan yang diterimanya
dari Liok Bu-siang tadi dan digabung menjadi satu, nyata
kedua belah saputangan itu persis berwujud selembar, cuma
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
saputangan itu sudah terlalu tua sutera putih sudah berubah
kuning, hanya bunga merah sulaman itu kelihatan masih
segar.
Nyo Ko tahu saputangan ini pasti mengandung arti yang
dalam, cuma kedua gadis itu mengapa masing-masing
menyerahkannya separoh? Dan kenapa ingin serahkan pada Li
Bok-chiu dan mengapa tidak diketahui masing-masing pihak?
Sedang diwaktu memberikan saputangan wajah kedua gadis
itu mengunjuk rasa malu-malu!
Nyata karena hati Nyo Ko sudah tertambat atas diri Siaoliong-
li, terhadap Liok Bu-siang dan Thia Eng hanya anggap
sebagai sahabat baik saja, sungguh tak pernah terpikir
olehnya bahwa kedua gadis itu sebenarnya sangat mendalam
mencintai-nya, sudah terang saputangan itu akan merindukan
Li Bok-chiu pada kisah asmaranya dulu dan akan mengampuni
jiwa mereka, tapi mereka justru memberikan itu padanya.
Begitulah Nyo Ko termangu-mangu duduk di atas
ranjangnya, tiba-tiba didengarnya suara ayam berkokok lagi di
kejauhan, menyusul mana terdengar juga suara suling yang
merdu, kiranya Thia Eng telah meniup serulingnya, agaknya
sesudah atur barisan gundukan tanah dan merasa lega, maka
ditiupnya sebuah lagu "liu-po", suara sulingnya halus tenang
tak berduka, suatu tanda orang lagi merasa senang tanpa
kuatir sesuatu.
Setelah dengar sejurus, tiba-tiba Nyo Ko ambil kecapi dan
mengiringi seruling orang, suara kecapi itu nyaring hingga
merupakan paduan suara yang sangat serasi dengan suara
seruling.
Bu-siang duduk di belakang gundukan tanah, ia terpesona
mendengarkan sang Piauci meniup seruling mengiringi suara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kecapi Nyo Ko, sementara itu ufuk timur sudah remangremang,
fajar telah mendatang, tak tahan lagi ia berpikir:
"Ah, sekejap lagi Suhu bakal datang, jiwaku tak nanti bisa
tertolong dalam sejam ini. Harap saja Suhu melihat saputangan
itu dan mengampuni jiwa Piauci dan dia, mereka
berdua..."
Sebenarnya watak Bu-siang nakal dan licin, biasanya Thia
Eng suka mengalah padanya sejak kecil. Tapi dalam keadaan
bahaya sekarang, dalam hati Bu-siang justru berharap Nyo Ko
bisa selamat, cintanya ternyata sudah mendalam dan diamdiam
berdo'a agar pemuda itu terhindar dari malapetaka.
Selagi termangu-mangu, ketika mendadak ia angkat
kepalanya, tiba-tiba dilihatnya di luar gundukan tanah sana
sudah berdiri seorang Tokoh (imam wanita) berjubah putih,
tangan kanan membawa kebut, siapa lagi kalau bukan
Suhunya, Li Bok-chiu.
Bu-siang berseru tertahan, cepat ia lolos pedang dan
berdiri, sementara itu Nyo Ko lagi tabuh khim dan sampai
pada saat yang tegang, Thia Eng juga lagi asyik meniup
serulingnya, perhatian mereka penuh dicurahkan pada alat
musik mereka meski Bu-siang menjerit tertahan, namun
ternyata tak digubrisnya.
Tapi aneh juga, Li Bok-chiu hanya berdiri tegak tak
bergerak, ia malah pasang kuping mendengarkan dengan
cermat.
Kiranya suara paduan khim dan siau (seruling) itu
mengingatkannya pada masa mudanya waktu sama-sama
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
main musik dengan kekasihnya, Liok Tian-goan, malahan lagu
"liu-po" yang dibawakan orang sekarang ini adalah lagu yang
sering dibawa-kannya dahulu.
Kejadian itu sudah lalu berpuluh tahun, tapi kenangan itu
sukar dilupakan, maka diam-diam ia berdiri di luar sana
mendengarkan suara kecapi dan seruling yang sahut
menyahut dengan mesranya, tiba-tiba ia berduka, sekonyongkonyong
ia menangis tergerung-gerung keras.
Tangisannya yang amat sedihnya ini membikin Liok Busiang
tak mengerti, biasanya gurunya terkenal kejam, mana
pernah mengunjuk hati lemah? Kini terang-terangan ia datang
hendak membunuh orang, kenapa malah menangis di luar
pintu? Dan bila didengarnya tangisan Li Bok-chiu begitu sedih
memilukan, tak tahan iapun menangis.
Dan karena menangisnya Li Bok-chiu itu, segera Nyo Ko
dan Thia Eng mengetahuinya juga, suara khim dan siau
mereka rada terpengaruh hingga sedikit kacau iramanya.
Tergerak pikiran Li Bok-chiu, mendadak dari menangis ia
berubah menyanyi keras dengan suaranya yang memilukan.
Sebenarnya suara khim dan siau tadi penuh membawa
perasaan gembira, tapi karena nyanyian Li Bok-chiu yang
bukan saja syairnya sangat sedih, nadanya pun amat
memilukan, bahkan iramanya berlainan sama sekali dengan
lagu Nyo Ko berdua, baru saja Li Bok-chiu mulai menyanyi,
suara seruling Thia Eng segera hampir-hampir mengikuti
iramanya.
Keruan Nyo Ko terkejut, lekas-lekas ia tambahi suara
kecapinya lebih keras dan menarik kembali suara seruling Thia
Eng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Makin lama suara nyanyian Li Bok-chiu makin kecil, tapi
makin kecil makin melengking tinggi juga nadanya, Rada
kacau Nyo Ko terpengaruh oleh suara tangisnya, satu saat
iapun tertarik menuruti irama orang tanpa sadar, Thia Eng
memangnya lebih cetek lagi keuletannya, lebih-lebih ia tak
bisa menguasai diri.
Diam-diam Li Bok-chiu sangat girang, ia pikir tanpa turun
tangan, cukup dengan suara nyanyianku saja sudah bisa bikin
kalian hilang semangat dan menyerah. Siapa tahu sedikit ia
bergirang, suara nyanyiannya segerapun timbul reaksi dan ikut
menunjuk rasa girang juga.
Kesempatan ini digunakan Nyo Ko dengan baik untuk
membelok kembali iramanya, menyusul Thia Eng pun bisa
menguasai diri kembali ke lagu mereka tadi.
Melihat usahanya gagal, tidak kepalang gusarnya Li Bokchiu,
suara nyanyiannya bertambah tinggi dan beberapa
kalimat lanjutannya dinyatakan secara lebih pilu tapi bengis
mengadung rasa marah, tapi Nyo Ko dapat melawannya
dengan kuat.
Di antara empat orang ilmu silat Liok Bu siang adalah
paling rendah, mula-mula ia heran mengapa gurunya
mendadak menarik suara dan menyanyi, baru kemudian ia
paham bahwa hakikatnya kedua pihak sedang saling gebrak,
cuma bukan gebrak dengan kaki tangan, melainkan adu
pengaruh batin, termasuk Lwekang. ia lihat paduan suara
musik Nyo Ko dan Thia Eng masih tak sanggup menahan
gempuran suara nyanyi gurunya, ia tahu gurunya tak berani
sembarang menyerbu masuk karena dirintangi barisan
gundukan tanah di luar rumah itu, maka dengan suara
nyanyian hendak bikin kacau dulu semangat mereka bertiga,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
habis itu tanpa banyak buang tenaga barisan gundukan tanah
akan dibobolnya.
Sejenak kemudian didengarnya suara kecapi dan seruling
mulai kisruh, ia tahu Nyo Ko dan Thia Eng sudah repot
melawan musuh, cuma sayang ia tak berdaya buat
membantunya, tiada jalan lain kecuali berkuatir saja diamdiam.
Suatu saat, tiba-tiba Li Bok-chiu meninggikan iramanya
hingga lebih sedih dan seram kedengarannya, Sukar Nyo Ko
dan Thia Eng hendak melawannya, ketika nada suara kecapi
makin lama makin tinggi juga, akhirnya terdengarlah suara
"creng", senar pertama kecapi itu telah putus.
Thia Eng terkejut, suara serulingnya rada kacau, kembali
senar kedua kecapi Nyo Ko putus pula. Ketika Li Bok-chiu tarik
suaranya lebih tinggi segera senar ketiga lagi-lagi gugur.
Dengan demikian suara seruling Thia Eng tak bisa lagi
berpaduan dengan suara kecapi yang telah pincang itu.
Tadi waktu Li Bok-chiu mendatangi rumah gubuk itu, dari
jauh sudah dilihatnya barisan gundukan tanah yang kelihatan
tertumpuk serabutan itu, tapi di dalamnya sebenarnya penuh
perubahan2 menurut lukisan Pat-kwa, cuma belum sempurna.
Sebenarnya pada waktu senar kecapi Nyo Ko putus dan
suaranya rada kacau, segera ia bisa menyerbu rnasuk, tapi ia
masih jeri terhadap barisan gundukan tanah itu.
Tiba-tiba tergerak pikirannya, cepat ia memutar ke sebelah
kiri itu, dibarengi suara nyanyianrya yang bernada tinggi, ia
melompati segundukan tanah terus membobol dinding rumah
dan menyerbu ke dalam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya barisan gundukan tanah yang dipasang Thia Eng
itu melulu mengutamakan menjaga pintu depan dan tidak
memikirkan bahwa dinding rumah reyot yang kurang kokoh.
Kini Li Bok-chiu secara cerdik hindarkan pintu depan dan
main pintu belakang, ketika kedua telapak tangannva
memukul keras, dinding gubuk itu kena dirobohkannya dan
diterjang masuk.
Terkejut sekali Liok Bu-siang dan Thia Eng, ke-dua2nya
berlari masuk ke dalam dengan pedang siap di tangan.
Melihat Li Bok-chiu masuk dengan membobol dinding Nyo
Ko pun terkejut. Tapi bila ingat ia sendiri terluka dan tak
mampu melawan, segera ia menjadi nekad, mati hidup tak
dipikirnya lagi, ia ganti nada kecapinya dan tukar sebuah lagu
"tho-yao" yang menyanyikan pasangan muda-mudi pada hari
penganten baru dengan penuh rasa bahagia.
Melihat si Nyo Ko begitu tenang, musuh di depan mata
masih unjuk senyuman, diam-diam Li Bok-chiu kagum akan
nyali orang, tapi demi mendengat suara kecapinya yang mesra
menarik itu, tak tahan harinya terguncang.
"Mana kitabnya? sebenarnya direbut orang Kay-pang atau
tidak?" tanya Li Bok-chiu tiba-tiba pada Liok Bu-siang.
Bu-siang tak menjawab. sebaliknya Nyo Ko gunakan
tangan kiri buat memetik kecapi dan tangan kanan
melemparkan kitab "panca-bisa" itu kepadanya.
"Ui-pangcu dari Kay-pang adalah seorang berbudi luhur
dan punya harga diri, mana ia sudi melihat kitabmu yang kotor
ini? Malah dia telah memberi perintah pada anak murid KayTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
pang agar tidak membalik barang sehalaman bukumu ini,"
demikian kata Nyo Ko.
Melihat kitab pusakanya masih baik-baik tak kurang suatu
apapun, girang sekali Li Bok-chiu, iapun kenal kelakuan orang
Kay-pang yang biasanya sangat terpuji, peraturan merekapun
sangat keras, mungkin juga belum pernah ada yang membuka
kitabnya dan membacanya, Karena girangnya itu pengaruh
suara sedihnya tadi lantas berkurang beberapa bagian.
Kemudian Nyo Ko keluarkan lagi dua potong belahan
saputangan bersulam dan dibentang di atas meja,
"Saputangan inipun kau ambil saja sekalian." katanya pula.
Air muka Li Bok-chiu berubah hebat melihat saputangan
itu, begitu kebutnya menyamber, kedua potong saputangan
itu sudah terbelit dan sampai di tangannya, ia terkesima
memandangi saputangan itu, seketika perasaannya timbul
tenggelam bagai ombak mendampar.
Di lain pihak Thia Eng dan Liok Bu-siang telah saling
pandang sekejap, paras merekapun merah jengah, sungguh
tak terduga masing-masing telah memberikan saputangan
sendiri-sendiri pada Nyo Ko, sedang pemuda ini justru
unjukkan saputangan itu di hadapan mereka.
Kedua saudara misan ini siulan sama tahu masing-masing
jatuh hati pada Nyo Ko, tapi sifat anak gadis dengan
sendirinya sukar diucapkannya terus terang.
Mendadak Li Bok-chiu merobek kedua potong saputangan
itu menjadi empat potong, "Kejadian sudah lalu buat apa
disesalkan pula?" katanya tiba-tiba.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan ketika tangannya menyobek lagi terus-dilempar ke
udara, tahu-tahu sobekan saputangan tadi berhamburan bagai
bunga rontok.
Nyo Ko terkejut, "creng", kembali terdengar suara nyaring,
seutas senar kecapi yang lain kembali putus.
"Kalau kini kubunuh kau, gampang bagai membalik
tanganku sendiri," bentak Li Bok-chiu.
"Tapi kau terluka, bila kubunuh kau mungkin kan pun tidak
rela, Cis, putus lagi seutas !"
Betul saja senar kecapi kelima kembali putus menyusul
suara ejekannya itu.
Kini kecapi yang tadinya bersenar tujuh itu tinggal dua
senar saja, betapa pandai Nyo Ko memainkan kecapi sukar
lagi membentuk irama pula.
"Hayo lekas petik beberapa suara sedih saja biar kalian
menangis, dunia fana ini selalu membikin orang menderita,
apa senangnya orang hidup?" demikian tiba-tiba Li Bok-chiu
membentak.
Tapi watak si Nyo Ko sangat bandel, ia justru pelik kedua
senar kecapinya keras-keras dan tetap dengan nada nyanyian
gembira kemanten baru tadi.
"Baik, biar aku bunuh seorang dulu, coba kau bakal sedih
dan pilu tidak?" kata Bok-chiu pula. Karena kata-katanya ini,
kembali seutas senar kecapi gugur lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis itu Bok-chiu angkat kebutnya terus hendak
disabetkan ke kepala Liok Bu-siang, namun Thia Eng segera
angkat pedang siap adu jiwa dengan musuh.
Insaf tak bisa menghindarkan ancaman musuh lagi, tibatiba
Nyo Ko malah tertawa, "Hari ini kami bertiga bisa mati
bersama di suatu tempat dan saat yang sama senang dan
bahagia, sungguh jauh lebih enak daripada kau hidup
sebatangkara di dunia ini dengan hati kosong," demikian ia
ejek musuh.
"Hayo, Eng-moay, Siang-moay, marilah kalian ke sini!"
Segera Thia Eng dan Bu-siang mendekati Nyo Ko sebuah
tangan pemuda ini memegang Thia Eng dan tangan lain
pegang Bu-siang, lalu dengan tertawa ia berkata:
"Biarlah kita mati bersama, di tengah jalan menuju alam
baka kita masih dapat bicara sambil bergurau, bukankah jauh
lebih baik daripada perempuan jahat dan keji ini?"
"Ya, ya, Tolol, sedikitpun tak salah katamu," sahut Busiang
tertawa, karena itu Thia Eng ikut tersenyum hangat.
Karena tangan kedua saudara misan ini dipegang Nyo Ko,
seketika keberanian merekapun bertambah lipat ganda,
perasaan mereka amat senangnya.
"Apa yang dikatakan bocah ini tidak salah juga, kalau
mereka mati secara demikian, betul juga jauh lebih enak
daripada hidupku," diam-diam Bok-chiu membatin dengan
wajah sedingin es. Tapi hatinya yang kejam itu segera berpikir
lagi: "Ah, mana boleh begitu enak bagi mereka? Aku justru
ingin membikin kalian mati dengan menderita lebih dulu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis ini ia geraki kebutnya pelahan terus mulai menyanyi
lagi, lagunya masih tetap seperti tadi, cuma nadanya
bertambah sedih bagai keluhan janda terbuang, seperti
tangisan setan gentayangan di malam sunyi.
Tangan Nyo Ko bertiga masih saling genggam hangat,
setelah mendengarkan tak lama, tiba-tiba timbul rasa pilu
mereka yang tak tertahankan lwekang Nyo Ko lebih tinggi ia
coba kumpulkan semangat agar tak terpengaruh dengan
pertahankan senyumannya.
Hati Bu-siang juga lebih keras dan tidak gampang
terguncang, tapi Thia Eng agaknya tak tahan, air matanya
meleleh.
Suara nyanyian Li Bok-chiu makin lama makin rendah,
sampai akhirnya menjadi begitu lirih seperti terputus, lalu
menyambung lagi Kelopak mata Nyo Ko mulai merah,
hidungnya mulai basah ingusan.
Jik-lian-sian-cu sedang menunggu, asal ketiga orang
mengalirkan air mata berbareng, begitu kebutnya menyabet,
segera mereka akan dibinasakannya.
Tapi pada saat nyanyiannya bertambah sedih luar biasa
itu, mendadak didengarnya di luar rumah ada orang datang
dengan bergelak tertawa, sambil bertepuk tangan dan
bendendang.
Suara nyanyian itu suara kaum wanita, kedengaran usia
yang menyanyi pasti tidak muda lagi, tapi lagu yang
dibawakannya justeru lagu kanak-kanak yang riang gembira,
karena itu nada suara Li Bok-chiu yang sedih itu menjadi
kacau balau.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Suara nyanyian itu makin mendekat, sejenak kemudian
masuklah seorang perempuan setengah umur dengan rambut
semrawut, kedua matanya besar bulat dan tertawa ketololtololan,
sebelah tangannya membawa sebatang garpu besar
yang biasa dipakai tukang api.
Li Bok-chiu terkejut heran perempuan itu dapat masuk ke
rumah ini dengan mengitari barisan gundukan tanah yang
diatur oleh Thia Eng itu, jika perempuan sinting ini bukan
sekomplotan dengan Thia Eng bertiga, tentu dia mahir ilmu
perhitungan bintang yang mujizat itu.
Lantaran pikirnya terganggu oleh pikiran lain, seketika
pengaruh nyanyiannya yang bernada sedih itupun surut, tidak
selihay tadi.
Thia Eng sangat girang melihat datangnya perempuan
setengah umur itu, segera ia berseru: "Suci, orang ini hendak
mencelakai diriku, lekas engkau membantu adikmu ini."
Kiranya perempuan ini, adalah murid Ui Yok-su, namanya
Sah Koh (si nona tolol). ia tidak menjawab seruan Thia Eng
itu, tapi melanjutkan bernyanyi sambil tertawa. Lagunya tetap
lagu kanak-anak yang bersuka ria sehingga tidak terpengaruh
oleh nada nyanyian Li Bok-chiu yang sangat sedih itu.
Lama-lama Li Bok-chiu menjadi murka, ia pikir perempuan
sinting ini harus dibereskan lebih dulu, Maka sebelum berhenti
suara nyanyiannya, serentak kebutnya menyabet ke arah
kepala Sah Koh.
Sungguh aneh, sama sekali Sah Koh tidak ambil pusing
akan serangan Li Bok-chiu itu, sebaliknya ia angkat garpunya
terus menusuk ke dada lawan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat serangan lawan sangat kuat, kembali Li Bok-chiu
terkejut ia tidak paham mengapa perempuan sinting ini
memiliki kekuatan sedemikian hebat. Cepat ia menggeser ke
samping, menyusul kebutnya menyabet pula ke leher orang.
Tapi Sah Koh tetap tidak pedulikan serangan musuh,
kembali garpunya menusuk lurus ke depan, Waktu Li Bok-chiu
memutar kebutnya untuk membelit ujung garpu, namun Sah
Koh anggap tidak tahu saja, ujung garpu tetap menusuk ke
depan.
Kiranya Sah Koh ini aslinya adalah anak murid Ui Yok-su
yang bernama Ki Leng-hong.
Watak Ui Yok-su terkenal aneh, eksentrik, Leng-hong telah
menjadi korban wataknya yang luar biasa itu, Karena
menyesal Ui Yok-su telah pungut anak perempuan Ki Lenghong,
yaitu Sah Koh dan berjanji pada diri sendiri akan
mendidik Sah Koh dengan segenap kepandaian yang
dimilikinya. Cuma sayang, lantaran syaraf nya terganggu
ketika menyaksikan ayahnya tewas, maka otaknya menjadi
miring, terbatas oleh bakatnya ini maka sia-sia saja jerih
payah Ui Yok-su yang berusaha menurunkan segenap
kepandaiannya kepada nona itu, walaupun begitu, selama
belasan tahun ini dapat pula dilatihnya suatu permainan cianghoat
(pukulan dengan telapak tangan) dan permainan Jehhoat
(permainan garpu).
Apa yang disebut suatu permainan sebenarnya cuma
terdiri dari tiga jurus saja setiap macamnya, soalnya Ui Yok-su
memaklumi bakat Sah Koh yang kurang itu, kalau diajari
perubahan yang aneh dan rumit tentu malah tak dapat
diingatnya, Maka ia sengaja menciptakan tiga jurus ilmu
pukulan dan tiga jurus serangan garpu, keenam jurus ini
sangat berbahaya, tiada sesuatu perubahan sampingan dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tiada gerakan yang aneh, begitu2 melulu, letak kelihaiannya
hanya soal keteguhan pikiran dan kemantapan hati saja, latih
terus keenam jurus itu sekuatnya, lain tidak.
Karena itulah keenam jurus Sah Koh itu tak dapat
dipandang enteng, malah ketika ujung kebut Li Bok-chiu
melilit ujung garpu si Sah Koh, ternyata lawan tak ambil
pusing, garpunya juga tidak berhenti, tapi tetap lurus
menusuk ke depan, sekejap saja ujung garpu sudah sampai di
depan dadanya.
Syukur Li Bok-chiu memang seorang tokoh maha sakti,
pada detik garpu musuh sudah hampir melubangi buah
dadanya itulah, mendadak ia berjumpalitan ke belakang,
dengan demikian terhindarlah dia dari renggutan maut,
walaupun begitu keringat dinginpun telah membasahi
tubuhnya.
Setelah berjumpalitan ke belakang, malahan ia tidak
berhenti, segera ia melompat maju, kebutnya menyabet pula
dari atas. Tapi lagi-lagi Sah Koh tidak pedulikan serangan
lawan, kembali garpunya menusuk lurus ke depan. Karena
sekali ini Li Bok-chiu sedang melompat, maka garpu itu
jadinya mengarah ke perutnya.
Melihat ancaman bahaya itu, terpaksa Li Bok-chiu tarik
kebutnya untuk menangkis garpu orang, berbareng itu
melompat ke samping. ia pandang Sah Koh dengan tidak
habis mengerti apa sebabnya setiap tusukan garpu lawan
yang sederhana itu seketika dapat mematahkan sabetan
kebutnya yang beraneka ragam perubahannya, padahal
selama ini tokoh silat manapun tidak berani meremehkan
serangan kebutnya itu. jelas perempuan sinting ini memiliki
ilmu kepandaian yang sukar diukur, jaIan paling selamat
rasanya tiada pilihan Iain kecuali angkat langkah seribu saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi baru saja Li Bok-chiu hendak kabur melalui lubang
dinding yang dibobolnya tadi, tiba-tiba terlihat di tepi bobolan
dinding itu sudah berduduk seorang berjubah hijau dan
berjenggot panjang siapa lagi dia kalau bukan Tho-hoa-tocu Ui
Yok su adanya.
Ui Yok-su berduduk menghadap sebuah bangku pendek, di
atas bangku terletak kecapi Nyo Ko tadi, Padahal Li Bok-chiu
maha cerdik, biarpun sedang bertempur juga panca inderanya
selalu waspada terhadap segala gerak-gerik di sekitarnya, Tapi
kini Ui Yok-su masuk rumah, mengambil kecapi dan berduduk
di situ di luar tahunya sama sekali, bilamana Ui Yok-su mau
menyergapnya, maka jiwanya tentu sudah melayang sejak
tadi.
Sembari bertempur melawan Sah Koh tadi, kuatir kalau
Thia Eng bertiga ikut mengerubutnya, maka Li Bok chiu tidak
pernah menghentikan nyanyinya untuk mengganggu
pemusatan pikiran Thia Eng bertiga.
Kini mendadak nampak Ui Yok-su berduduk di situ sambil
memetik kecapi, saking kagetnya seketika iapun lupa
menyanyi lagi.
Mendadak Ui Yok-su memetik senar kecapi hingga
menimbulkan suara "creng" yang nyaring, lalu dia mulai
bemyanyi, yang dibawakan ternyata adalah lagu yang
dinyanyikan Li Bok-chiu tadi, padahal senar kecapi itu tinggal
satu saja, tapi Ui Yok-su adalah seorang mahaguru ilmu silat,
dari sebuah senar itu dapatlah dipetiknya menjadi berbagai
irama yg diinginkannya, malahan nada duka suara kecapinya
ini jauh, melebihi suara nyanyian Li Bok-chiu tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena lagu ini sudah apal bagi Li Bok-chiu, sekali nadanya
dikerahkan, seketika reaksi yang timbul dalam perasaannya
menjadi berlipat ganda terlebih hebat daripada Nyo Ko
bertiga.
Ui Yok-su tahu kejahatan yang diperbuat Li Bok-chiu,
kesempatan ini akan digunakan untuk menumpasnya. Asalkan
lagu yang dipetiknya itu selesai, andaikan tidak mampus juga
Li Bok-chiu akan menjadi gila.
Di luar dugaan, ketika mendadak si Sah Koh melihat Nyo
Ko, di bawah cahaya lilin yang remang, ia lihat wajah Nyo Ko
mirip benar dengan mendiang ayah Nyo Ko, yaitu Nyo Khong.
Biasanya Sah Koh sangat takut pada setan iblis, dahulu ia
menyaksikan dengan mata kepala sendiri ketika Nyo Khong
mati keracunan, apa yang dilihatnya itu sukar terlupakan
baginya, Kini dilihatnya Nyo Ko duduk termangu di sana,
disangkanya arwah Nyo Khong hendak menggodanya, keruan
ia kaget dan ketakutan, ia tuding Nyo Ko dan berseru: "He,
kau... kau....saudara Nyo,jangan...jangan kau membikin...
membikin susah aku... bukan aku yang mencelakai kau...
pergilah kau men... mencari orang lain saja!"
Sebenarnya saat itu Ui Yok-su sudah mulai meninggikan
nada kecapinya dan sejenak lagi Li Bok-chiu pasti akan celaka,
tapi mendadak terganggu oleh jeritan Sah Koh dan senar
kecapi yang terakhir segerapun putus.
Sah Koh sembunyi di belakang sang guru sambil berteriak:
"Setan... ada setan, Suhu ! Setan saudara Nyo !"
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Li Bok-chiu, dengan
kaburnya ia padamkan api lilin, cepat ia menerobos keluar
melalui bobolan dinding itu. Karena gagal membinasakan iblis
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu dengan suara kecapi, untuk menjaga harga diri. Ui Yok-su
tidak ingin mengejarnya lagi
----------- gambar -------------
Ui Yok-su menyanyikan lagu yang dibawakan Li Bok-chiu
tadi dengan iringan petikan kecapi yang tinggal seutas senar
saja. Perasaan Li Bok-chiu terguncang hebat berlipat ganda
dari Nyo Ko bertiga.
----------------------------------
Dalam kegelapan Sah Koh menjadi lebih takut, teriakannya
bertambah keras: "Ada setan, Suhu !"
Thia Eng menyalakan pula lilin itu, lalu memberi hormat
kepada sang guru serta menguraikan asal-usul Liok Bu-siang
dan Nyo Ko secara singkat.
Lebih dulu Ui Yok-su membentak Sah Koh agar diam, lalu
berkata kepada Nyo Ko dengan tertawa: "Dia kenal ayahmu,
kau memang sangat mirip dengan ayahmu."
Nyo Ko memberi hormat di atas pembaringan dan berkata:
"Maaf, karena Tecu terluka, maka tidak dapat memberi
sembah kepada locianpwe !"
Dengan ramah Ui Yok-su berkata: "Dengan mati-matian
kau telah menolong puteriku, kau sungguh anak yang baik."
Kiranya Ui Yok-su sudah bertemu dengan Ui Yong dan
mengetahui duduknya perkara, mendengar Thia Eng telah
menolong pergi si Nyo Ko, segera ia membawa Sah Koh
mencarinya ke sini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah Ui Yok-su lantas mengeluarkan obat luar dalam
untuk Nyo Ko, lalu menggunakan Lwe-kangnya yang tinggi
untuk mengurut urat nadi Nyo Ko, di mana teraba oleh tangan
orang tua itu.
Ketika mendadak merasakan kulit daging pemuda itu
bergetar dan merasakan Lwekangnya cukup kuat, segera Ui
Yok-su menambahkan tenaganya. Selang tak lama, sekujur
badan Nyo Ko, terasakan nyaman sekali dan akhirnya ia
terpulas.
Besoknya, begitu mendusin segera Nyo Ko melihat Ui Yoksu
berduduk di tepi pembaringannya. Cepat ia bangkit
berduduk dan memberi hormat.
"Apakah kau tahu julukanku di kalangan Kangouw?" tanya
Ui Yok-su.
"Engkau adalah Tho-hoa-tocu," jawab Nyo Ko.
"Apalagi?" tanya Ui Yok-su pula, "Semula Nyo Ko merasa
sebutan "Tang Sia" (si eksentrik dari timur) kurang sedap
untuk diucapkan Tapi segera terpikir olehnya, kalau orang tua
ini berjuluk "Sia" atau eksentrik, maka wataknya tentu juga
aneh dan lain daripada yang lain.
Karena itu, dengan tabah ia menjawab pula : "Engkau
adalah Tang Sia !"
Ui Yok-su terbahak-bahak," katanya: "Benar, Akupun
pernah mendengar orang berkata bahwa ilmu silatmu tidak
rendah, hatimu baik, tapi tindak-tandukmu juga sangat
eksentrik, Kabarnya kau hendak ambil gurumu sebagai isteri,
apa betul ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Betul," jawab Nyo Ko. "Locianpwe, setiap orang
menganggap tidak pantas aku beristerikan guruku, tapi
matipun aku ingin menikahinya."
Mendengar ucapan pemuda yang tegas dan pasti itu, Ui
Yok-su memandangnya kesima sejenak, mendadak ia
menengadah dan bergelak tertawa, begitu keras suara
tertawanya hingga dinding rumah gubug itu bergetar.
"Apanya yang lucu?" kata Nyo Ko dengan gusar. "Kau
berjuluk Tang Sia, kukira kau pasti lain daripada yang lain,
siapa tahu kaupun sama buruknya dengan manusia umumnya
itu."
"Bagus, bagus, bagus !" seru Ui Yok-su, habisi itu ia terus
keluar rumah.
Nyo Ko duduk termenung sendirian, ia pikir apa yang
diucapkannya barangkali telah membikin marah Locianpwe itu,
tapi tampaknya air muka orang tua itu mengunjuk rasa
senang.
Kiranya watak Ui Yok-su itu memang aneh, selama
hidupnya malang melintang di dunia Kang-ouw, dia jemu dan
benci pada adat istiadat yang berlaku pada jaman itu, tindaktanduknya
selalu berlawanan dengan adat umum, malahan
suka menuruti keinginan hati sendiri, sebab itulah dia
mendapatkan julukan "Sia"
Lantaran wataknya yang eksentrik itu, selamai hidup itu
hampir boleh dikatakan tidak mempunyai sahabat karib,
sekalipun anak perempuan dan menantu sendiri juga tidak
seluruhnya cocok dengan pikirannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siapa duga kini, dikala usianya sudah tua, tiba-tiba ia
bertemu dengan Nyo Ko yang juga bertabiat aneh, Sudah
lama ia mendengar cerita tentang Nyo Ko memberontak pada
perguruannya sendiri, yaitu Coan-cin-kau, menghajar gurunya
sendiri serta macam-macam perbuatan yang khianat, kini dia
sempai berbicara berhadapan dengan pemuda itu dan satu
dan lain ternyata sangat cocok dengan seleranya.
Begitulah petangnya kembali Ui Yok-su mendatangi kamar
Nyo Ko, katanya kepada pemuda itu "Nyo Ko, bagaimana jika
kau memberontak lagi pada Ko-bong-pay dan berguru saja
padaku."
Sejenak Nyo Ko termangu, lalu bertanya. "Mengapa
begitu?"
"Lebih dulu kau tidak mengakui Siao-liong-li sebagai
gurumu, habis itu baru mengambilnya sebagai isteri, dengan
begitu semuanya kan menjadi lebih pantas?"
Nyo Ko pikir usul orang memang cukup bagus, tapi
bahwasanya antara guru dan murid tindak boleh terikat
menjadi suami-isteri, siapakah yang menetapkan peraturan ini.
Karena pikiran yang aneh itu, dengan tegas ia menjawab:
"Tidak, aku justeru ingin memanggil dia sebagai guru dan juga
mengambil dia sebagai isteriku."
"Hahaha ! Bagus, bagus ! Jalan pikiranmu ini ternyata jauh
lebih tinggi satu tingkat daripada jalan pikiranku !" puji Ui Yoksu
sambil bergelak tertawa, lalu ia memijati tubuh Nyo Ko pula
untuk menyembuhkan Iukanya.
Katanya pula dengan gegetun: "Sebenarnya aku ingin kau
menjadi ahliwarisku agar dunia mengetahui bahwa sehabis UiTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
losia (si eksentrik tua she Ui) ada lagi seorang Nyo siausia
(eksentrik kecil she Nyo), Tapi kau menolak menjadi muridku,
ya, apa boleh buat ?!"
Kini Nyo Ko benar-benar memahami watak Ui Yok-Su,
semakin aneh dari apa yang dikatakan dilakukan, semakin
mencocoki pula selera orang tua itu, Karena itu ia lantas
berkata lagi: "Antara kitapun tidak perIu harus menjadi guru
dan murid untuk bisa dijadikan ahliwarisnya, jika engkau
anggap usiaku terlalu muda dan kepandaianku masih rendah,
maka kita boleh bersahabat atau mengangkat saudara saja."
Tapi Ui Yok-su menjadi marah, ujarnya: "Kau ini sungguh
berani aku bukanlah si Lo-wan tong Ciu Pek-thong, mana
boleh bergaul secara sembarangan dengan kau?"
"Siapa Lo-wan-tong Ciu Pek-thong itu?" tanya Nyo Ko.
Maka Ui Yok-su lantas menguraikan sekadarnya kisah Ciu
Pek-thong yang berjuluk Lo-wan-tong (si anak nakal tua) itu,
lalu menceritakan pula cara bagaimana Ciu Pek-thong
mengangkat saudara dengan Kwe Cing, padahal usia antara
kedua orang itu selisih sangat jauh.
Omong punya omong, ternyata keduanya menjadi sangat
cocok, Dasar Nyo Ko memang pintar bicara, ditambah lagi
wataknya sangat mendekati watak Ui Yok-su yang aneh itu.
Setiap kata pemuda itu selalu membuat Ui Yok-su manggutmanggut
dan merasa benar-benar menemukan sahabat sejati,
saking cocoknya, malamnya ia suruh Thia Eng menyiapkan
sebuah tempat tidur lagi di kamar Nyo Ko itu agar kedua
orang dapat bicara sepanjang malam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Beberapa hari kemudian, luka Nyo Ko sudah mulai
sembuh, hubungannya dengan Ui Yok-su juga bertambah
akrab, begitu erat seakan-akan sukar dipisahkan. sebenarnya
Ui Yok-su akan membawa Sah Koh ke daerah Kanglam, tapi
sekarang sama sekali tak dipikirkan lagi keberangkatannya.
Melihat kedua orang itu, yang satu tua dan yang lain
muda. siang malam senantiasa bicara dan ngobrol dengan
asyiknya, diam-diam Thian Eng dan Liok Bu-siang menjadi geli
dan heran pula. Mereka anggap yang tua tidak jaga diri dan
yang muda jugf teramat sembrono.
Bicara tentang ilmu pengetahuan dan pengalaman
sebenarnya Nyo Ko tiada dapat dibandingkan dengan Ui Yoksu,
cuma pemuda itu memang punya mulut manis, apa saja
yang dikatakan Ui Yok-su, selalu ia menyatakan akur dan
setuju, malahan terkadang ia menambahkan sedikit bumbu
dan dirasakan Ui Yok-su menjadi lebih cocok lagi, maka tidak
heran Ui Yok-su benar-benar menganggap Nyo Ko sebagai
sahabat paling karib selama hidupnya ini.
Selama itu dengan sendirinya Ui Yok-su mengajarkan
segenap kepandaiannya kepada Nyo Ko. Meski kedua orang
resminya bukan guru dan murid, tapi cara Ui Yok-su mengajar
Nyo Ko ternyata lebih sungguh-sungguh daripada dia
mengajar muridnya.
Selain belajar silat dan mengobrol bersama Ui Yok-su,
yang selalu terpikir oleh Nyo Ko adalah apa yang diucapkan
Sah Koh yang bersangkutan dengan mendiang ayahnya itu.
Dari ucapan Sah Koh itu jelas dia mengetahui sebab musabab
kematian ayahnya serta siapa yang membunuhnya, ia pikir
dari orang sinting ini mungkin akan dapat dipancing
keterangan yang lebih jelas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Suatu hari lewat lohor, di luar rumah Nyo Ko bertemu
dengan sah Koh sendirian, segera ia memanggilnya: "Sini, Sah
Koh aku ingin bicara dengan kau..."
Sah Koh merasa Nyo Ko teramat mirip dengan Nyo Khong
dan takut, maka ia menggeleng kepala dan menjawab : "Aku
tak mau bermain dengan kau,"
"Aku bisa main sulap, kau mau lihat tidak?" bujuk Nyo Ko.
"Tidak, kau bohong," jawab Sah Koh sambit menggeleng.
Tiba-tiba Njo Ko mendapat akal, cepat ia berjungkir
dengan kepala di bawah dan kaki di atas, ia gunakan ilmu
ajaran Auyang Hong, ia berjalan dengan kepala dan
melompat-Iompat ke sana.
Sah Koh menjadi ketarik, tanpa pikir ia bersorak gembira
dan ikut menuju ke suatu tempat yang lebat dengan
pepohonan dan cukup jauh dari gubuk Thia Eng itu.
Di situ Nyo Ko lantas berhenti dan berkata: "Sah Koh,
marilah kita bermain sembunyi, kita taruhan."
Sifat Sah Koh memang kekanak-kanakan, suka bermain.
Tapi selama ini lebih sering ikut Ui Yok-su ke sana sini, maka
hampir tidak pernah ada kawan bermain. Kini Nyo Ko
mengajak dolanan dengan dia, tentu saja dia sangat senang,
serentak ia bertepuk tangan menyatakan setuju, rasa takutnya
tadi sudah terlupakan seluruhnya.
"Baik sekali saudara cilik, coba katakan cara bagaimana
kita bermain?" jawab Sah Koh dengan gembira, Dia sebut
ayah Nyo Ko sebagai saudara, kini ia pun sebut Nyo Ko
sebagai saudara.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko mengeluarkan saputangan untuk menutup kedua
mata Sah Koh, lalu berkata: "Boleh kau tangkap diriku. jika
berhasil apa saja yang kau tanya tentu akan kujawab dan
tidak boleh berdusta sedikitpun sebaliknya kalau kau tidak
mampu menangkap aku, nanti akupun menanyai kau dan
kaupun harus menjawab apa yang kutanyakan."
"Bagus, bagus!" seru Sah Koh. "Nah, mulai! Aku di sini,
hayo coba tangkap!" seru Nyo Ko sambil melompat mundur.
Segera Sah Koh pentang kedua tangannya dan mengejar
ke depan mengikuti suara. Ginkang yang dipelajari Nyo Ko
adalah Ginkang khas dari Ko-bong-pay, jangankan mata Sah
Koh ditutup dengan sapu tangan, sekalipun mata dapat
memandang juga belum tentu mampu menyusulnya.
Maka setelah menguber kian kemari, bukannya Nyo Ko
yang ditangkapnya, berbalik batok kepalanya benjut kebentur
batang pohon yang kena dirangkulnya, keruan ia berteriak
kesakitan
Kuatir Sah Koh menjadi kapok dan tidak mau bermain lagi,
Nyo Ko sengaja perlambat langkahnya di depan orang diserta
suara berdehem, mendengar suara itu, segera Sah Koh,
melompat maju dan berhasil mencengkeram punggung si Nyo
Ko jambil berseru: "Aha, tertangkap sekarang!" -berbareng ia
menanggalkan saputangan yang menutupi kedua matanya itu
dengan wajah berseri-seri.
"Baiklah, aku kalah," ujar Nyo Ko. "Sekarang boleh kau
mengajukan pertanyaan padaku !"..
Hal ini ternyata merupakan soal sulit bagi Sah Koh,
iamemandang Nyo Ko dengan melenggong bingung, ia tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tahu apa yang harus ditanyakan. Selang agak lama barulah ia
membuka uara: "Saudara cilik, kau sudah makan belum ?"
Sungguh tidak kepalang rasa geli Nyo Ko, berpikir sekian
lama, yang ditanyakan ternyata adalah hal sepele ini. Tapi
iapun menjawab dengan sikap sungguh-sungguh: "Sudah, aku
sudah makan."
Sah Koh mengangguk lalu tidak bertanya pula.
"Kau ingin tanya apa lagi?" kata Nyo Ko.
Tapi Sah Koh menggeleng, katanya: "Tidak ada, marilah
kita bermain lagi."
"Baik, lekas kau tangkap diriku !" seru Nyo Ko sambil
mundur.
"Sekali ini giliranmu menangkap diriku!" ujar Sah Koh
sambil meraba keningnya yang merah benjut itu.
Bahwa Sah Koh mendadak tidak bodoh lagi hal ini
sungguh di luar dugaan Nyo Ko. Tapi ia pun tidak menolak,
segera ia menutup mata sendiri dengan saputangan dan
berlagak mengejar.
Meski bodoh dan sinting, tapi Ginkang Sah Koh ternyata
sangat hebat, dalam keadaan mata tertutup sukar juga bagi
Nyo Ko untuk menangkapnya. ia mendapat akal, ia pura-pura
memburu ke sana sini, diam-diam ia robek sedikit saputangan
itu, maka dapat dilihatnya Sah Koh bersembunyi di balik
pohon besar, ia pura-pura meraba ke sana sambil berseru: "Di
mana kau sembunyi?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sejenak kemudian mendadak ia melompat balik dan
berhasil memegang tangan Sah Koh, cepat ia melepaskan
saputangan dan dimasukkan saku agar kecurangannya tidak
diketahui orang, Lalu dengan tertawa berkata: "Sekali ini aku
yang harus bertanya padamu."
Belum sampai pertanyaan orang diajukan, lebih dulu Sah
Koh sudah menjawab dengan rasa kagum: "Aku sudah makan
!"
Nyo Ko tertawa, katanya : "Aku tidak tanya urusan itu, Aku
ingin tanya padamu, kau kenal ayahku, bukan?"
"Ayahmu?" Sah Koh menegas.
"Ya, Seorang yang sangat mirip dengan diriku, siapakah
dia?" kata Nyo Ko.
"O, itulah saudara Nyo." jawab Sah Koh, "Kau
menyaksikan saudara Nyo itu dicelakai orang, bukan?" tanya
Nyo Ko pula.
"Benar, tengah malam di kelenteng itu, banyak sekali
burung gagak, aok, aok, aok!" Sah Koh menirukan suara
burung gagak, suasana di tempat itu memangnya sunyi
senyap dan rindang, suara gagak yang ditirukan Sah Koh itu
menjadi seram rasanya.
Tubuh Nyo Ko rada bergetar, ia coba mengorek lagi: "Cara
bagaimana saudara Nyo itu tewas?"
"Kokoh (bibi) suruh aku bicara, tapi saudara Nyo melarang
aku, lalu saudara Nyo memukul Kokoh sekali, lalu dia tertawa,
haha... haha....haha !" sedapatnya Sah Koh ingin menirukan
suara tertawa Nyo Khong menjelang ajalnya, maka makin
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
meniru makin tidak keruan sehingga akhirnya ia sendiri
merasa mengkirik.
Nyo Ko bingung oleh uraian Sah Koh itu, ia coba tanya
pula: "Siapakah Kokoh yang kau maksudkan?"
"Kokoh ya Kokoh, siapa lagi?" jawab Sah Koh.
Darah di rongga dada serasa bergolak karena Nyo Ko tahu
rahasia kematian ayahnya segera akan dapat dibongkarnya,
Selagi dia hendak tanya lebih Ipijut, tiba-tiba terdengar
seorang berkata di belakangnya: "Kalian berdua sedang
bermain apa?" Ternyata suaranya Ui Yok-su.
"Saudara Nyo sedang bermain sembunyi2-an dengan aku,"
jawab Sah Koh.
Ui Yok-su tersenyum sambil memandang Nyo Ko sekejap
dengan penuh mengandung arti seakan akan sudah dapat
menerka apa kehendak Nyo Ko itu.
Hati Nyo Ko berdebar, sedianya dia hendak berkata untuk
menutupi maksud tujuannya itu, tiba-tiba terdengar suara
orang berlari mendatangi Thia Eng dan Liok Bu-siang tampak
muncul dan melapor kepada Ui Yok-su:
"Dugaan Suhu ternyata tidak keliru, dia memang masih
berada di sana!" - Sembari berkata Thia Eng menuding ke
balik gunung di sebelah barat sana.
"Siapa maksudmu?" tanya Nyo Ko.
"Li Bhok chiu !" jawab Thia Eng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tindakan apa yang akan dilakukan Ui Yok-su terhadap Li Bokchiu?
Dapatkah Nyo Ko mengorek keterangan dari Sah Koh
mengenai kematian ayahnya ?
Bersambung jilid ke -23
Jilid 23
Nyo Ko sangat heran mendengar Li Bok-chiu, masih
berada di balik gunung sana, ia pikir mengapa iblis itu begitu
berani ia coba memandang Ui Yok-su dengan harapan agar
orang tua itu suka memberi penjelasan.
Tapi Ui Yok-su hanya tertawa saja dan berkata: "Marilah
kita melongok ke sana !"
Berada bersama orang tua itu, dengan sendirinya Nyo Ko
dan lain-Iainnya tidak perlu takut terhadap Li Bok-chiu. Maka
beramai-ramai mereka lantas menuju ke balik gunung di
sebelah barat sana.
Thia Eng tahu rasa sangsi Nyo Ko, maka dengan suara
pelahan ia berkata padanya: "Maksud Suhu, Li Bok-chiu yakin
Suhu pasti menjaga harga diri sekali gagal membunuhnya di
gubuk itu, tentu malu untuk bertindak kedua kalinya."
"Oh, makanya dia berani bercokol di sini untuk mencari
kesempatan lagi buat membunuh kita bertiga," kata Nyo Ko.
Tidak Iama kemudian mereka berlima sudah sampai di
balik bukit, tertampak di samping sebatang pohon besar ada
sebuah gubuk yang sudah bobrok, pintu gubuk tertutup rapat,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
di daun pintu terpaku sehelai kertas yang tertulis: "Tho-hoatocu
mempunyai anak murid banyak, dengan lima lawan satu,
sungguh mentertawakan!"
Ui Yok-su tertawa melihat tulisan olok-olok itu, ia jemput
dua potong batu kecil dan diselentikkan, "plak-plok", kedua
batu kecil itu menghantam kedua sayap daun pintu dari jarak
belasan langkah, kontan daun pintu terpentang, sungguh luar
biasa tenaga jari sakti Tho-hoa-tocu yang termashur itu.
"Tertampaklah di mana pintu terpentang, Li Bok-chiu
berduduk semadi di atas tikar dengan tangan memegang
kebut, sikapnya agung, wajahnya kereng, seharusnya dia
seorang alim yang beribadat tinggi kalau saja tidak tahu akan
perbuatan yang pernah dilakukannya, siapapun pasti tidak
percaya bahwa dia adalah seorang iblis yang maha jahat.
Melihat Li Bok-chiu, serentak Liok Bu-siang teringat kepada
ayah bundanya yang terbunuh, segera ia melolos pedang dan
berseru: "ToIol, piauci, tidak perlu Tocu turun tangan, marilah
kita bertiga melabrak dia saja."
"Dan masih ada aku..." sambung Sah Koh sambil
menyingsing lengan baju dan menggosok kepalan.
Li Bok-chiu membuka mata dan memandang sekejap
kepada kelima orang itu, lalu memejamkan matanya lagi,
sedikitpun ia tidak mengacuhkan lawan tangguh yang berada
di depan mata ini.
Thia Eng memandang sang guru untuk menantikan
perintahnya. Tapi Ut Yok-su berkata sambiT menghela napas:
"Sudahlah, memang Ui-losia" mempunyai anak murid banyak,
andaikata salah seorang muridku diantara Tan, Bwe, Ki dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiok berada di sini, mana kau mampu lolos dari tangannya,
Ialu ia memberi tanda dan berkata pula : "Hayolah, pergi!"
Tentu saja Thia Eng berempat tidak paham maksudnya
dan terpaksa ikut kembali ke gubuknya. Tertampak Ui Yok-su
muram durja, makan malam pun tidak dihabiskan lantas pergi
tidur.
Meski Thia Eng adalah murid Ui Yok-su, tapi dia sama
sekali tidak mengetahui kejadian di masa lampau tentang Ui
Yok-su pernah menganiaya dan mengusir anak muridnya dari
Tho-hoa-to, ia mengira sang guru mendongkol karena diolokolok
oleh tulisan Li Bok-chiu itu, ia tidak tahu bahwa
sebenarnya Ui Yok-su bersedih dan menyesalkan tindakan
sendiri di masa lampau, kini anak muridnya itu sudah
meninggal dan cacat, kalau tidak dirinya pasti takkan diolokolok
oleh manusia macam Li.Bok-chiu.
Nyo Ko yang tidur menyebelah dengan Ui Yok-su juga
sedang mengingat kembali apa yang dikatakan Sah Koh siang
tadi, iapun memikirkan olok-olok Li Bok-chiu itu, ia pikir kini
lukaku sudah sembuh, rasanya aku cukup kuat untuk
melawannya, lebik baik diam-diam aku menempur sendiri,
selain dapat menuntut balas penghinaannya terhadap Kokoh,
sekaligus dapat menghilangkan rasa dongkol Ui-tocu.
Setelah ambil keputusan itu, segera ia bangun dengan
pelahan, ia menyadari Li Bok-chiu adalah lawan tangguh,
sedikit lengah tentu jiwa sendiri bisa melayang. Karena itu
diperlukan persiapan yang baik, Segera ia duduk bersemadi di
atas pembaringan sendiri untuk mengumpulkan tenaga dan
nanti akan menempur Li Bok-chiu dengan mati-matian.
Bersemadi sekian lamanya, mendadak pandangannya
terbeliak, di depan seperti cahaya yang terang benderang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segenap anggota badannya serasa penuh tenaga, tanpa
terasa dari mulut mengeluarkan suara raungan yang keras dan
berkumandang jauh, Kiranya Lwekang seorang kalau sudah
mencapai tingkatan sempurna, tanpa terasa akan dapat
mengeluarkan suara aneh.
Ui Yok-su sudah mengetahui gerak-gerak Nyo Ko ketika
pemuda itu bangun, sungguh tak terduga olehnya bahwa
Lwekang pemuda itu ternyata sudah mencapai setinggi ini,
tentu saja ia terkejut dan bergirang pula..
Suara Nyo Ko yang kuat itu terus bertahan hingga lama
dan pelahan mulai berhenti Ui Yok-su sangat heran akan
tingkatan yang dicapai Nyo Ko itu, padahal ia sendiri baru
mencapai tingkat setinggi itu setelah menginjak pertengahan
umur, kini usia Nyo Ko masih muda belia, tapi sudah sehebat
ini, sungguh suatu bakat yang sukar ada bandingannya, entah
pengalaman dan penemuan mukjijat apa yang pernah dialami
pemuda itu.
Sesudah Nyo Ko selesai berlatih, kemudian Ui Yok-su
bertanya padanya : "Nyo Ko, coba katakan, apakah ilmu
kepandaian Li Bok-chiu yang paling lihay?"
Nyo Ko tidak merasakan suara raungan sendiri, cuma dari
pertanyaan Ui Yok-su itu, ia tahu maksud hatinya sendiri tentu
sudah diketahui orang tua itu, maka iapun menjawab: "Jelas
adalah Ngo-tok-sin-ciang dan permainan kebutnya"
"Benar," kata di Yok-su, "Dengan dasar Lwekangmu
sekarang, rasanya tidaklah sulit jika ingin mematahkan ilmu
kepandaiannya itu."
Girang sekali Nyo Ko, cepat ia menyembah, sebenarnya
watak Nyo Ko sangat angkuh, meski ia mengakui Ui Yok-su
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebagai kaum cianpwe dan tahu kepandaian orang yang serba
mahir itu, tapi lahirnya dia tak mau tunduk padanya, Kini
didengarnya kepandaian Li Bok-chiu yang maha lihay itu akan
dapat dipatahkan dengan mudah, kesan ia menjadi kagum
dan tunduk.
Ui Yok-su lantas mengajarkan ilmu "jari sakti" padanya,
ilmu ini dapat mengatasi Ngo-tok-sin-kang, lalu diajarkan pula
ilmu pedang yang diubah dari permainan seruling untuk
menghadapi permainan kebut musuh.
Setelah mendapatkan petunjuk dan kunci ilmu kepandaian
itu, kemudian Nyo Ko menimang, untuk bisa menggunakan
kepandaian itu dengan baik, maka diperlukan latihan satu
tahun dan jika pasti menang atas Li Bok-chiu, rasanya perlu
dilatih tiga tahun.
Karena itu ia coba bertanya: "Ui-tocu, bila ingin segera
mengalahkan dia, agaknya tiada harapam lagi"..
"Waktu tiga tahun dalam sekejap saja berlalu", ujar Ui
Yok-su sambil menghela napas, kini usiamu baru 22 tahun dan
sudah berhasil mencapai setingkatan ini, memangnya kau
merasa belum cukup?"
Dengan kikuk Nyo Ko menjawab: "Maksudku bukan...
bukan untuk diriku."
Ui Yok-su menepuk bahunya dan berkata
"Asal kau dapat membunuhnya tiga tahun yang akan
datang, untuk itu aku sudah puas dan berterima kasih
padamu. Dahulu aku telah menghancurkan anak muridku
sendiri, jika sekarang aku mendapatkan sedikit ganjaran atas
perbuatan sendiri juga pantas."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanpa pikir Nyo Ko lantas berlutut dan menyembah
kepada Ui Yok-su sambil memanggil
"Suhu!"
Kiranya keduanya sama-sama orang yang maha cerdik dan
saling memahami pikiran masing-masing. Nyo Ko tahu tujuan
Ui Yok-su mengajarkan ilmu padanya adalah ingin dia
membalaskan penghinaan Li Bok-chiu, yang telah mengolokoloknya
dengan tulisan itu, untuk mana antara Nyo Ko dan Ui
Yok-su harus ada ikatan guru dan murid secara resmi.
Sebaliknya Ui Yok-su tahu keakraban hubungan Nyo Ko
dengan Ko-bong-pay, betapapun pemuda ini pasti tidak mau
berguru lagi pada pihak lain.
Karena itu Ui Yok-su lantas Nyo Ko dan berkata padanya:
"Selanjutnya begini saja, apa bila kau bertempur dengan akan
ilmu ajaranku, pada saat itulah kau muridku, di luar itu kau
tetap adalah kau. Nah, adik Nyo Ko, mengerti tidak ?"
"Baiklah, kakak Yok-su, sungguh beruntung mendapatkan
sahabat baik seperti engkau," jawab Nyo Ko dengan tertawa.
"Akupun merasa berbahagia dapat bertemu dengan kau!"
ujar Ui Yoksu. Lalu kedua orang saling berjabat tangan dan
bergelak tertawa gembira.
Ui Yok-su lantas menuturkan lebih jauh. semua kunci
rahasia kedua ilmu kepandaian yang di-ajarkannya tadi.
Melihat cara mengajar Ui Yok-su yang begitu jelas dan
lengkap Nyo Ko tahu orang tua itu tentu akan segera pergi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
meninggalkan dia. Dengan murung ia lantas berkata: "Kakak
Yok-su, kapan kita baru dapat berjumpa pula?"
"Jauh di mata dekat di hati, asal hati kita tetap bersatu,
biarpun berpisah jauh kita tetap seperti berhadapan selalu."
ujar Ui Yok-su dengan tertawa. "Kelak bila kutahu ada orang
hendak merintangi perkawinanmu, biarpun jauh berada di
ujung langit sana juga aku pasti memburu ke sini untuk
membantu kau." ..
Nyo Ko sangat terhibur oleh dukungan moril Ui Yok-su itu,
dengan tertawa ia berkata: "Tapi orang pertama yang akan
merincangi maksudku itu mungkin ialah puteri kesayanganmu
sendiri."
"Dia sendiri dahulu juga kepala batu ketika mendapatkan
kekasih pilihan sendiri, masakah sekarang dia tidak
memikirkan penderitaan rindu dendam orang lain?" ujar Ui
Yok su. setelah memikir sejenak, dalam kegelapan ia lantas
mengambil bungkusan alat tulis dan menuliskan sepucuk
surat, lalu diserahkan kepada Nyo Ko dan berkata:
"Jika puteriku itu merintangi lagi kehendakmu, maka boleh
kau perlihatkan suratku ini.".- Habis berpesan ia lantas
melangkah pergi dengan bergelak tertawa, hanya sekejap saja
suara tertawanya sudah berada jauh, sejenak pula orang dan
suara tertawanya telah ditelan kegelapan malam.
Untuk sesaat Nyo Ko duduk termenung, mengingat
kembali keadaan yang baru dipelajarinya tadi.
Tidak lama fajarpun menyingsing, tertampak di atas meja
tertaruh keranjang jahitan Thia Eng. ia coba mengambil
gunting di dalam keranjang rotan itu dan dibuat memain
sejenak, kemudian tiba-tiba pintu terdorong dan masuklah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Thia Eng dengan bersenyum dan membawa sepotong baju
warna hijau.
"Silakan coba baju ini, apakah cocok tidak?" kata Thia Eng
dengan tersenyum.
Alangkah rasa terima kasih Nyo Ko, waktu menerima baju
baru- itu, tanganpun sedikit gemetar.
Ketika dia beradu pandang sekejap dengan si nona,
tertampak sorot matanya yang lembut penuh arti, ia coba
memakai baju baru itu dan terasa pas.
"Sungguh aku sangat ber... berterima kasih padamu," kata
Nyo Ko.
Kembali Thia Eng tersenyum, tapi di antara sorot matanya
lantas mengunjuk rasa sedih, katanya: "Dengan kepergian
Suhu ini, entah kapan baru dapat bertemu lagi."
Mestinya ia ingin berbicara lagi dengan Nyo Ko, tapi
tampak dilihatnya bayangan orang berkelebat di luar, ia tahu
itulah Liok Bu-siang yang berseliweran diluar, ia tahu sang
Piau-moay juga hati terhadap Nyo Ko, maka ia lantas
meninggalkan kamar pemuda itu.
Kemudian Nyo Ko meneliti baju tersebut, tampak
jahitannya sangat rapi, dalam ia bergetar, pikirnya: Nona ini
jatuh hati padaku, bini cilik juga, namun hatiku sudah terisi
dan tidak mungkin lagi, jika aku tidak lekas pergi dari sini
tentu akan banyak menimbulkan kesukaran,"
Sehari suntuk ia memikirkan tindakan apa yang harus
dilakukannya, ia kuatir pula bila dirinya pergi dan mendadak Li
Bok-chiu melancarkan serangan, maka ia coba mengintai ke
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
balik gunung sana, dilihatnya gubuk bekas tempat tinggal Li
Bok-chiu itu hanya setumpuk puing belaka, gubuk itu sudah
terbakar, rupanya Li Bok-chiu telah pergi setelah membakar
gubuknya sendiri.
Maka tekad Nyo Ko menjadi bulat untuk pergi, malamnya
ia menulis surat untuk ditinggalkan kepada kedua nona itu,
Bila teringat kepada kebaikan hati kedua nona itu, tanpa
terasa hati Nyo Ko menjadi muram.
Malam itu ia bergulang-guling tak dapat pulas. Saat pagi,
selagi layap-layap, tiba-tiba terdengar suara Liok Bu-siang
memanggilnya, suara si nona kedengaran gugup, Cepat Nyo
Ko melompat bangun dan keluar.
Terasa angin pagi meniup silir, hari belum lagi terang
benderang, tapi tampak jelas Liok Bu-siang merasa takut dan
menuding pada daun pintu sebelah-sana. Waktu Nyo Ko
memandangnya, ia menjadi kaget, Kiranya di daun pintu itu
jelas tertera empat buah cap tangan merah. Terang itulah
tanda pengenal Li Bok-chiu. Agaknya semalam iblis itu telah
datang dan mengetahui Ui Yok-su sudah pergi, maka dia
sengaja meninggalkan daftar calon yang akan dibunuhnya
yaitu Nyo Ko, Thia, Eng, Liok Bu-siang dan ditambahkan pula
si Sah Koh.
Tidak lama Thian Eng juga muncul, iapun merasa sedih
melihat cap tangan itu. Mereka bertiga lantas masuk ke dalam
rumah untuk berunding...
"Tempo hari iblis itu telah dihajar oleh "garpu api Sah Koh
dan melarikan diri mengapa sekarang dia tidak takut lagi?"
ujar Liok Bu-siang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Permainan garpu Sah Koh hanya begitu-begitu saja,
setelah direnungkan tentu iblis itu sudah mendapatkan cara
mematahkan serangan garpu Sah Koh" kata Thia Eng.
"Tapi luka si Tolol kini sudah sembuh, jika kedua orang
tolol bergabung kan jadi maha kuat?" kata Bu-siang pula.
Nyo Ko tertawa, katanya: "Tolol laki ditambah tolol
perempuan tentu keadaan menjadi tambah runyam, mana
bisa menjadi kuat segala?"
Begitulah mereka menjadi tak berdaya, tapi mengingat
betapapun gabungan kekuatan mereka berempat sedikitnya
cukup untuk menjaga diri walaupun tak dapat mengalahkan
musuh, maka mereka bertekad besok akan menempur iblis itu
dengan mati-2an.
"Besok barlah kami berdua orang tolol menghadapi dia
dan kalian berdua saudara mengerubutnya dari kanan dan
kiri," ujar Nyo Ko, "Marilah kita mencari Sah Koh untuk
berlatih lebih dulu" Mereka menyadari keganasan Li Bok-chiu
yang tak kenal ampun itu, sedikit lengah saja jiwa mereka
akan melayang, maka mereka tak berani gegabah.
Segera mereka mencari Sah Koh, tapi ternyata tak
diketemukan. Mereka menjadi kuatir dan cepat mencari
sekeliling situ.
Akhirnya di balik gundukan batu sana Thia Eng
menemukan Sah Koh menggeletak dalam keadaan kempaskempis.
Waktu diperiksa, pada punggung Sah Koh ada bekas
telapak tangan yang merah, jelas itulah pukulan berbisa Li
Bok-chiu, Ngo-tok-sin-ciang, Cepat ia memanggil Nyo Ko dan
Liok Bu-siang, segera pula ia memberi minum obat mujarab
perguruannya, yaitu Giok-loh-wan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko masih ingat dalam kitab pusaka milik Li Bok-chiu
yang dicuri Liok Bu-siang itu tertera cara menyembuhkan
akibat pukulan berbisa itu, maka cepat ia mengerahkan
lwekang untuk melancarkan Hiat-to si Sah Koh.
Sejenak tampak Sah Koh tersenyum ketolol-tololan dan
berkata: "Tokoh busuk itu menyerang dari... dari belakang,
tapi kupersen ia dengan... dengan sekali gamparan."
Kiranya gamparan dengan tangan membalik ke belakang
yang dimaksud Sah Koh adalah salah itu ilmu ajaran Ui Yoksu.
Meski Li Bok-chiu berhasil menyergap Sah Koh, tapi
pergelangan tangan pun juga kena digampar oleh Sah Koh,
saking kesakitan ia tidak berani menyerang lebih, lanjut
sehingga jiwa Sah Koh dapat diselamatkan.
Begitulah mereka lantas menggotong Sah Koh kembali ke
gubuk itu, mereka berduduk terpekur sedih, antara mereka
berempat kini salah seorang cidera, besok tentu lebih sukar
menghadapi musuh ganas itu.
Sambil memandang Thia Eng dan lain saat memandang
Bu-siang, secara iseng Nyo Ko mengambil gunting yang
berada di keranjang jahitan Thia Eng itu dan mengguntingi
seutas benang hingga menjadi potongan kecil-kecil.
Sekonyong-konyong Sah Koh yang rebah di pembaringan
itu berseru: "Gunting saja, itu kebut si Tokoh busuk, gunting
putus dia!"
Mendadak hati Nyo Ko tergerak, ia pikir kebutan iblis itu
adalah benda lemas, senjata tajam apapun sukar
menabasnya, jika ada sebuah gunting raksasa dan sekaligus
ujung kebut musuh itu digunting putus, maka segalanya
menjadi beres, iblis itu tentu akan berkurang keganasannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanpa terasa gunting yang dipegangnya itu lantas bergaya
ke sana dan ke sini seperti sedang mematahkan serangan
musuh
Melihat itu, pahamlah Thia Eng dan Bu-siang apa yang
sedang dipikirkan pemuda itu. Thia Eng berkata: "Beberapa li
di sebelah barat sana ada seorang pandai besi..."
"Benar marilah kita pergi ke sana dan minta dia
membuatkan sebuah gunting besar" sahut Bu-siang cepat.
Nyo Ko pikir dalam waktu singkat tentu sukar juga
membuat senjata demikian itu, tapi tiada jeleknya untuk
dicoba, sebenarnya ia ingin pergi sendiri ke tempat pandai
besi itu, tapi kuatir kalau mendadak Li Bok-chiu melakukan
serangan, Kalau Sah Koh ditinggalkan sendirian tentu lebih
berbahaya pula.
Kini mereka berempat tak dapat berpisah sejenakpun.
Terpaksa Thia Eng dan Bu siang memasang kasur di atas kuda
untuk tempat merebahkan si Sah Koh, lalu mereka berangkat
ke tempat pandai besi.
Bengkel itu ternyata sangat jorok dan sederhana
keadaannya, begitu memasuki pintu bengkel, segera
tertampak sebuah tatakan besi, yaitu tempat untuk
menggembleng, lantai penuh karatan besi dan debu arang,
dinding sebelah sana tergantung beberapa buah arit dan
cangkul buatan pandai besi itu, suasana sunyi senyap tiada
seorangpun.
Melihat keadaan bengkel itu, Nyo Ko pikir pandai besi
begini masakah mampu membuatkan senjata apa segala? Tapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sudah terlanjur datang, tiada jeleknya ditanyai dulu. Maka ia
lantas berseru: "Hai, adakah yang punya rumah ?"
Sejenak kemudian keluarlah seorang kakek yang sudah
ubanan meski usianya tampaknya baru 50-an, mungkin
penderitaan kehidupan dan sepanjang tahun hanya
menggembleng besi melulu, maka punggungnya membungkuk
kedua matanya juga menyipit dan merah, malahan banyak
kotoran pada kelopak matanya, sebelah kakinya juga pincang.
Sambil berjalan dengan bantuan sebuah tongkat, orang
tua itu menegur: "Tuan tamu ada keperluan apa?"
Baru saja Nyo Ko hendak menjawab, tiba-tiba terdengar
suara derapan kuda, dua penunggang kuda telah berhenti di
depan bengkel, kedua penunggangnya adalah tentara-tentara
Mongol seorang yang mukanya penuh berewok, lantas
bertanya: "Mana si pandai besi she Pang?"
Orang tua bungkuk tadi mendekati dan memberi hormat,
jawabnya: "Hamba adanya !"
"Perintah atasan, agar segenap pandai besi diwilayah ini
dalam tiga hari harus berkumpul ke dalam kota untuk wajib
dinas bagi pasukan kerajaan," seru opsir itu pula, "Nah, besok
juga kau harus lapor ke kota, jelas tidak?"
"Tapi hamba sudah tua..." belum selesai pandai besi she
Pang itu berkata, cepat opsir Mongol itu telah menyabetnya
dengan cambuk sambil membentak: "Besok tidak datang,
awas dengan kepalamu !" Habis berkata kedua opsir itu lantas
membedalkan kuda mereka.
Pandai besi tua itu menghela napas dan berdiri terkesima.
Thia Eng merasa kasihan padanya, ia mengeluarkan 20 tahil
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perak dan ditaruh di atas meja, lalu katanya : "Pak pandai
besi, engkau sudah tua, jalanpun tidak leluasa, jika diwajibkan
bekerja bagi pasukan Mongol tentu jiwamu akan melayang
percuma. Kukira lebih baik engkau lari saja mencari selamat
dengan sedikit sangu yang kuberi ini"
"Terima kasih atas kebaikan hati nona," jawab pandai besi
itu sambil menghela napas, "Sebenarnya hidup atau mati bagi
orang tua macam diriku ini tidak ada artinya, sayangnya dalam
waktu singkat berpuluh ribu jiwa bangsa kita mungkin akan
tertimpa malapetaka."
Myo Ko bertiga terkejut dan cepat bertanya: "Malapetaka?
Ada urusan apa?"
"Panglima Mongol sedang mengumpulkan segenap pandai
besi, jelas tujuannya senjata Mongol biasanya sangat lengkap
dan cukup, kalau sekarang mereka membuat senjata baru
secara besar-besaran, terang ada rencana hendak menyerbu
ke selatan,"
Tutur kata pandai besi tua itu ternyata masuk di akal dan
bukan ucapan seorang pandai besi kampungan biasa, Selagi
mereka hendak tanya lagi, pandai besi itu telah tanya mereka
ada keperluan apa?
"Sebenarnya tidak enak bagi kami untuk mengganggu
orang yang sedang ada urusan, tapi lantaran terdesak
keperluan penting, terpaksa kami minta pertolonggan bapak,"
jawab Nyo Ko. Lalu iapun menjelaskan maksud
kedatangannya dan memberikan gambar contoh gunting yang
diperlukan.
Kalau orang memberi pekerjaan misalnya minta dibuatkan
cangkul atau arit atau golok tentulah tidak mengherankan tapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kini barang pesanan Nyo Ko adalah sebuah gunting raksasa,
hal ini sebenarnya luar biasa, tapi pandai besi itu ternyata
tidak mengunjuk rasa heran, setelah mendapatkan keterangan
pola gunting yang diperlukan ia hanya manggut-manggut, Ialu
menyalakan api tungku dan membakar dua potong besi besar
untuk digembleng.
"Entar, malam ini dapat jadi tidak?" tanya Nyo Ko.
"Akan kuusahakan secepatnya," jawab si pandai besi she
Pang itu. Habis itu ia percepat bara dalam tungku, hanya
sekejap saja kedua potong besi tadi sudah merah dan mulai
lunak.
Nyo Ko bertiga berasal dari daerah Kanglam, meski sejak
kecil sudah meninggalkan kampung halaman, tapi demi
mendengar kampung halaman bakal tertimpa bencana,
betapapun mereka merasa masgul sedih.
Sah Koh mendekap di atas meja, setengah berduduk dan
setengah bersandar, memang keadaannya sangat lelah, maka
apapun yang terjadi di sekitarnya tak sempat diperhatikannya.
Selang tak lama, kedua potong besi yang dibakar itu
sudah lunak, segera pandai besi Pang mengangkat potongan
besi itu dan mulai digembleng dengan sebuah palu besar,
Meski usianya sudah lanjut, tapi tenaga lengannya ternyata
sangat kuat, palu besar itu dapat diayunnya dengan leluasa
tanpa susah payah, kedua potongan besi itu digembleng lagi,
kemudian memanjang dan melengkung dalam bentuk gunting.
"Tolol, tampaknya guntingmu itu dapat jadi petang nanti,"
kata Bn-siang dengan girang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah mendadak di belakang mereka ada suara
orang berkata: "Hm, untuk apa membikin gunting sebesar itu?
Hendak digunakan memotong kebutku bukan?"
Nyo Ko bertiga terkejut, cepat mereka berpaling dan
ternyata Li Bok-chiu sudah berdiri di ambang pintu dengan
tangan memegang kebutnya yang lihay itu.
Sungguh celaka, senjata yang diandalkan belum jadi
dibuat, tapi musuh tangguh sudah tiba lebih duIu. Cepat Thia
Eng dan Liok Bu-sang melolos pedang, Nyo Ko juga mengincar
sebatang besi di sebelahnya, asal musuh menyerang segera
besi itu akan disambernya untuk digunakan sebagai senjata.
"Hm, memotong ksbutku dengan gunting, pintar juga jalan
pikiranmu," demikian jengek Li Bok-chiu pula, "Tapi boleh
dicoba juga, akan kutunggu di sini sampai guntingmu itu jadi,
habis itu barulah kita bertempur."
Habis berkata ia seret sebuah bangku ke dekat pintu dan
berduduk di situ dengan tenangnya, lawan-Iawan yang
dihadapinya itu dianggapnya seperti barang sepele saja.
"Bagus sekali jika begitu, tampaknya nasib kebutmu itu
harus dipotong putus oleh guntingku nanti," kata Nyo Ko.
Melihat si Sah Koh mendekap di atas meja, diam-diam Li
Bok-chiu merasa heran akan kekuatan orang, padahal orang
yang terkena pukulannya yang berbisa itu biasanya takkan
tahan hidup beberapa jam saja, Kemudian ia bertanya pula:
"Mana Ui Yok-su?"
Mendengar disebutnya nama "Ui Yok-su", si pandai besi
tua itu rada bergetar dan menoleh sekejap kepada Li Bok-chiu,
lalu menunduk lagi meneruskan pekerjaanmu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hm, jelas kau mengetahui guruku tidak berada di sini,
tapi sengaja tanya," ejek Thia Eng "Jika beliau masih tinggal di
sini, hm, biarpun nyalimu sebesar gajah juga takkan berani
datang."
Li Bok-chiu balas mendengus sekali, ia mengeluarkan
sehelai kertas dan berkata pula: "Ui Yok-su hanya bernama
kosong saja, paling-paling main kerubut karena bermurid
banyak. Tapi, hm, antara murid-muridnya itu masakah ada
seorangpun yang betul-betul berguna?"
Habis berkata, sekali tangannya bergerak, kertas itu
mendadak melayang ke depan dan "crit", kertas itu terpaku
pada tiang kayu oleh sebuah jarum perak yang
disambitkannya. Lalu Li Bok-chiu menyambung: "Nah, biarkan
tulisan ini sebagai bukti. Kelak kalau Ui-losia kembali ke sini
supaya dia mengetahui siapakah yang membunuh muridmu ini
"
Mendadak ia berpaling dan membentak si pandai besi:
"Hayo, lekas! Tempoku tidak banyak menunggu kau."
Sambil memicingkan matanya si pandai besi she Phang itu
memandangi kertas yang bertuliskan kaia-kata yang
mengolok-olok Ui Yok-su itu, habis itu dia menengadah dan
memandangi atap rumah dengan termangu-mangu.
"Hayo, kenapa kau berhenti?" bentak Li Bok-chiu.
"Ya, ya, baik !" pandai besi itu seperti tersadar dari
lamunannva, ia mulai bekerja lagi Tapi sebelah tangannya
mendadak gunakan tanggam besi nya yang panjang itu untuk
menjepit jarum perak berikut kertas surat tadi terus
dimasukkan ke dalam tungku, tentu saja hanya sekejap kertas
itu, sudah terbakar menjadi abu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Li Bok-chiu menjadi gusar, segera kebutnya diayun hendak
dihantamkan kepada pandai besi itu, Tapi dia sudah
berpengalaman luas, mendadak terpikir olehnya bahwa
seorang pandai besi tua renta dan kampungan ini masakan
begini berani, bukan mustahil dia seorang luar biasa.
Tadinya ia sudah berbangkit, maka pelahan ia duduk
kembali, lalu menegur: "Siapakah kau ini?"
"Tidakkah kau lihat sendiri, aku cuma seorang pandai
besi," jawab orang she Pang itu.
"Mengapa kau membakar kertasku itu?" tanya Li Bok-chiu
pula.
"Yang tertulis di situ tidak betul maka janganlah ditempel
di tempatku ini," jawab si orang tua.
"Apa katamu?" bentak Li Bok-chiu.
"Tho-hoa-tocu mempunyai kepandaian maha sakti, setiap
anak muridnya asalkan memperoleh sejenis kepandaiannya
saja sudah cukup untuk malang melintang di dunia ini," kata
pandai besi itu. "Muridnya yang tertua bernama Tan Hianhong,
sekujur badannya keras laksana otot kawat tulang besi
tak mempan senjata, apakah kau pernah mendengar
namanya?"
Sambil bicara palunya masih terus memukuli lempengan
besi yang digemblengnya itu.
Mendengar disebutnya nama Tan Hian-hong, tidak saja Li
Bok-chiu terkejut dan heran, bahkan Nyo Ko dan lain-Iain juga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
merasa aneh, sama sekali mereka tidak menduga secrang
pandai besi tua kampungan ternyata kenal juga tokoh-tokoh
Kang-ouw termashur.
Terdengar Li Bok-chiu menanggapinya : "Em, konon Tan
Hian-hong mati ditusuk oleh seorang anak kecil, di mana letak
kelihayannya?"
"O," terdengar pandai besi itu bersuara ragu, Lalu
disambungnya: "Dan murid kedua Tho-hoa-tocu bernama Bwe
Ciau-hong, terkenal dengan Ginkangnya yang maha hebat dan
kecepatan menyerangnya."
"Ya, begitu cepat gerakan orang she Bwe itu sehingga
lebih dulu matanya kena dibutakan oleh Kanglam-jit-koay
(tujuh tokoh aneh dari Kanglam), Kemudian mampus di
tangan Se-tok (si racun dari barat) Auyang Hong."
"Begitukah?" tukas si pandai besi, ia termenung haru
sejenak, lalu berkata pula: "Tapi sama sekali aku tidak
mengetahui kejadian itu. Dan murid ketiga Tho-hoa-tocu yang
bernama Ki Leng-hong terlebih lihay lagi, terutama Pi-kongciang
(pukulan dari jauh) terkenal amat ganas."
"Memang ada cerita di dunia Kangouw, katanya ada
seorang pencuri berani masuk ke keraton raja yang bertahta
sekarang dan telah dibinasakan oleh pengawal keraton,
tentulah orang itu ialah Ki Leng-hong yang maha lihay dengan
Pi-kong-ciang-nya? Hehe"
Tiba-tiba si pandai besi tua itu menunduk "ces-ces", dua
tetes butiran air jatuh di atas lempengan besi yang membara
itu dan terbakar menjadi uap.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liok Bu-siang berduduk paling dekat dengan orang tua itu
dan dapat melihat jelas kedua tetes air itu adalah air mata
yang mengucur dari mata orang tua itu, Diam-diam ia merasa
heran, Tertampak orang tua itu mengangkat palunya terlebih
tinggi dan memukul dengan lebih keras.
Sejenak kemudian pandai besi she Pang itu membuka
suara lagi: "Tho-hoa-to terkenal dengan empat murid
utamanya, masing-masing she Tan, Bwe, Ki dan Liok, Murid
keempat, Liok Seng-hong, selain terkenal lihay ilmu silatnya
juga termashur karena kemahirannya dalam ilmu-ilmu mujizat,
jika kau bertemu dengan dia tentu kau bisa celaka."
"Hm, ilmu mujizat apa gunanya?" jengek Li Bok-chiu. "Liok
Seng-hong membangun sebuah perkampungan Kui-in-ceng di
tepi danau Thay-ouw, tapi hanya dengan sebuah obor saja
orang telah membumi hanguskan perkampungannya itu pula
dia lantas kehilangan jejak, bisa jadi iapun sudah terbakar
menjadi abu oleh api itu."
Mendadak si pandai besi she Pang menatap Li Bok-chiu
dan berseru dengan bengis. "Kau Tokoh ini berani mengacobelo,
setiap anak murid Tho-hoa-tocu cukup lihay, manabisa
semuanya terbinasa. Hm, kau kira aku orang udik dan tidak
tahu apa-apa?"
"Jika tidak percaya boleh kau tanya ketiga bocah ini,"
jengek Li Bok-chiu.
Si pandai besi paling suka kepada Thia Eng, maka ia
berpaling kepada nona itu, sorot matanya memancarkan sinar
yang penuh mengandung tanda tanya.
Dengan muram Thia Eng lantas berkata: "Sungguh malang
perguruanku yang telah kekurangan tenaga andalannya kini,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Wanpwe juga merasa malu karena belum lama masuk
perguruan sehingga belum mampu membela nama
kehormatan Suhu. Apakah engkau ada hubungannya dengan
Suhuku?"
Pandai besi tua itu tidak menjawab, ia hanya mengamatamati
Thia Eng dengan sikap yang sangsi, kemudian ia
bertanya: "Apakah paling akhir ini Tho-hoa-tocu mengambil
murid Iagi?"
Melihat sebelah kaki si pandai besi cacat, tiba-tiba hati
Thia Eng tergerak, jawabnya: "Suhu merasa kesepian dan
perlu orang meIayaninya. sebenarnya anak muda macam
diriku ini mana berani mengaku sebagai anak murid Tho-hoatocu,
malahan sampai detik ini Wanpwe belum pernah
menginjakkan kaki di Tho-hoa-to."
Dengan ucapan Thia Eng itu sama saja ia telah mengaku
dirinya memang betul adalah anak murid Tho-hoa-to.
Tertampak pandai besi tua itu manggut-manggut, sorot
matanya mengunjuk rasa simpatik terhadap si nona seperti
sanak keluarga sendiri lalu menunduk dan menggembleng besi
lagi beberapa kali, tampaknya sambil merenungkan sesuatu.
Melihat gerakan palu si pandai besi sangat mirip dengan
gaya ilmu pukulan Lok-hoa-ciang-hoat dari Tho-hoa-to, mautak-
mau Thia Eng menjadi lebih paham persoalannya, ia
berkata: "Di waktu iseng Suhu suka bicara padaku mengenai
kejadian beliau mengusir anak muridnya dahulu, bahwa Tan
dan Bwe berdua Suheng itu adalah akibat perbuatannya
sendiri yang jahat tidak perlu disayangkan, tapi Ki, Liok, Bu
dan Pang berempat Suheng benar-benar ikut kena getahnya
karena mereka berempat sebenarnya tidak berdosa, terutama
Pang Bik-hong, Pang-suheng itu berusia paling muda, kisah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hidupnya juga pantas dikasihi, bila teringat akan hal itu sering
Suhu merasa menyesal"
Padahal watak Ui Yok-su sangat eksentrik, biarpun hatinya
berpikir begitu, tidak mungkin sampai diucapkannya dengan
mulut Soalnya Thia Eng adalah gadis cerdik dan berperasaan
halus, di kala sang guru kesepian dan bicara iseng dengan dia,
dari nada ucapan Ui Yok-su itu dapatlah diterka akan jalan
pikiran sang guru itu, maka sekarang ia sengaja memperbesar
apa yang didengarnya itu.
Dasar watak Li Bok-chiu memang kejam dan keji, di
samping itu perasaannya sebenarnya juga mudah terguncang,
dari tanya jawab dan sikap si pandai besi dan Thia Eng
dapatlah diterka sembilan bagian hubungan antara kedua
orang itu.
Dilihatnya si pandai besi menghela napas panjang, air
matapun bercucuran dan menetes pada lempengan besi yang
membara itu sehingga terdengar suara mendesis terbakarnya
butiran air. Melihat keadaan itu, perasaan Li Bok-chiu ikut
terharu juga, Tapi dalam sekejap saja pikirannya sudah
berubah dan kembali pada wataknya yang kejam, ia pikir
pihak lawan telah bertambah lagi seorang pembantu, tapi
pandai besi ini cacad, betapapun kepandaiannya juga
terbatas.
Begitulah Li Bok-chiu lantas menjengek "Hm., Pang Bikhong,
selamat atas pertemuan kalian sesama saudara
seperguruan !"
Memang betul pandai besi tua she Pang ini adalah murid
terkecil Ui Yok-su yang bernama Pang Bik-hong. Dahulu Tan
Hian-hong dan Bwe Ciau-hong melarikan diri dari Tho-hoa-to
dengan menggondol Kiu-im-sin-keng, tentu saja Ui Yok-su
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sangat murka, akibatnya semua muridnya terkena getahnya,
ia patahkan kaki para muridnya itu dan mengusir mereka dari
Tho-hoa-to.
Ki Leng-hong dan Liok Seng-hong dipatahkan kedua
kakinya, tapi Ui Yok-su paling sayang kepada murid terkecil
yaitu Pang Bik-hong, maka hanya kaki kiri saja yang
dipatahkannya walaupun begitu Pang Bik-hong tidak menjadi
sakit hati kepada sang guru, ia merasa utang budi karena
jiwanya juga diselamatkan oleh gurunya itu, maka ia tidak
dendam terhadap apa yang dilakukan sang guru kepadanya
itu, hanya saking berdukanya ia lantas mengasingkan diri ke
pedesaan ini dan sudah lebih 30 tahun tinggal di sini sebagai
pandai besi, sama sekali ia tidak berhubungan lagi dengan
orang Kangouw meskipun ilmu silatnya tak pernah
dilakukannya.
Sebab itulah Liok Seng-hong dan kakak seperguruannya
yang lain mengira dia sudah meninggal Tak tersangka hari ini
dia dapat bertemu dengan Thia Eng dan mendengar berita
tentang sang guru, saking terharunya air matanya lantas
bercucuran.
Sudah tentu Nyo Ko dan Liok Bu-siang kegirangan demi
mengetahui si pandai besi she Pang ini adalah Suhengnya Thia
Eng, mereka yakin anak murid Ui Yok-su pasti bukan jago
lemah dan itu berarti pihaknya telah bertambah bala bantuan.
Tapi Li Bok-chiu telah menjengek pula: "Hm, gurumu
sudah mengusir kau, tapi kau masih terkenang padanya,
sungguh aneh, pokoknya begini, ketiga bocah ini akan
kubunuh, sebaiknya kau jangan ikut campur."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
---------------- gambar ------------
Dengan bertopang pada tongkat besi dan berlangkah
pincang, Pang Bik-hong ayun palu melawan serangan ilmu
kebut Li Bok-chiu yang lihay.
--------------------------------------
"Meski aku pernah belajar silat, tapi selama hidupku tak
pernah berkelahi dengan siapapun, apalagi aku sudah cacat
kaki, untuk berkelahi juga tidak dapat," ujar Pang Bik-hong, si
pandai besi tua.
"Ya, memang begitulah, tidak perlu jiwamu ikut
dikorbankan," kata Li Bok-chiu.
"Tidak," tiba-tiba Pang Bik-hong menggeleng kepala,
"betapapun kau tak boleh mengganggu seujung rambut
Sumoayku, beberapa orang ini adalah teman Sumoayku,
kaupun tidak boleh mengganggu mereka."
Screntak timbul napsu keganasan Li Bok-chiu, jengeknya:
"Hehe, jika begitu kalian berempat boleh maju saja seluruhnya
!" - Habis berkata ia lantas berdiri dan siap menghadapi
pertempuran.
Namun Pang Bik-hong tetap tenang saja menggembleng
besinya, dengan pelahan ia berkata: "Sudah lebih 30 tahun
kutinggalkan perguruan, ilmu silatku sudah lama kulupakan,
sekarang aku harus mengingat-ingatnya dahulu dan mengatur
seperlunya."
Li Bok-chiu bergelak tertawa, katanya: "Sekian lamanya
aku malang melintang di dunia ini, belum pernah kulihat orang
macam kau, di medan perang baru mengasah tombak, Pang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bik-hong, apa betul selama hidupmu belum pernah bergebrak
dengan orang?"
"Selamanya aku tak pernah bersalah kepada siapapun,
orang memukul atau memaki aku juga kubiarkan saja, dengan
sendirinya takkan terjadi perkelahian," kata Pang Bik-hong.
"Hehe, anak murid Ui-losia benar-benar tak becus semua
dan memalukan," ejek Li Bok-chiu.
"Li-totiang," kata Pang Bik-hong, "kuharap engkau jangan
mengolok-olok guruku."
"Hahaha, sudah lama orang tak mengakui kau sebagai
murid, tapi kau masih terus menyebutnya guru ini dan itu,
memangnya kau tidak malu?" jengek Li Bok-chiu pula.
Sambil menggembleng besinya, Pang Bik-hong menjawab:
"Selama hidupku penuh derita, di dunia ini hanya Suhu saja
sanak kadangku, jika aku tidak mengenangkan dan
menghormati beliau, habis siapa yang harus kupikirkan lagi?
Eh, Siau su-moay, apakah Suhu baik-baik saja?"
"Beliau sangat baik," jawab Thia Eng.
Seketika air muka Pang Bik-hong tampak mengunjuk rasa
girang. sementara itu besi yang di-gemblengnya itu sudah
membeku, pandai besi tua itu menanggamnya pula untuk
dibakar lagi ke dalam tungku. Tapi lantaran pikirannya sedang
melayang, maka yang disodorkan ke dalam tungku ternyata
bukan besi yang sedang digembleng melainkan palu besar
yang dipegangnya itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka Li Bok-chiu tertawa mengejek puIa: "Pang Bik-hong,
boleh kau pikirkan kembali kepandaian ajaran gurumu dan
tidak perlu bingung."
Pang Bik-hong tidak menanggapinya, ia memandangi api
tungku dengan terkesima, selang sejenak kembali ia
memasukkan pula tongkatnya ke dalam tungku.
"He, jangan keliru, itulah tongkatmu !" seru Nyo Ko dan
Liok Bu-siang.
Tapi Pang Bik-hong tetap tidak menjawab dan tetap
menatapi api tungku. Aneh juga, tongkatnya ternyata tidak
terbakar di dalam tungku, sebaliknya lama-lama berubah
merah membara, kiranya tongkatnya adalah tongkat besi.
Selang tak Iama palu besar tadi juga terbakar hingga
merah, tapi tangannya yang memegangi palu dan tongkat itu
ternyata tidak merasakan panasnya besi yang membara itu.
Baru sekarang Li Bok-chiu mulai waspada, ia menyadari
pandai besi tua ini tidak boleh diremehkan, kuatir kalau orang
mendadak melancarkan serangan dan masuk perangkapnya,
segera Li Bok-chiu melompat keluar rumah dan berseru: "Pang
Bik-hong, keluar sini!"
Sekali lompat Pang Bik-hong segera menyusul keluar
rumah, gerak-geriknya ternyata sangat cepat sedikitpun tidak
kelihatan tanda-tanda sebagai seorang cacat, Tongkatnya
yang merah membara itu ditancapkannya di tanah, lalu
berkata: "Li-to-tiang, kuharap jangan kau memaki guruku lagi
juga jangan membikin susah sumoayku, sudilah engkau
mengampuni pandai besi tua macam diriku ini!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguh heran Li Bok-chiu oleh sikap Pang Bik-hong ini,
masakah sudah maju di medan perang malah minta ampun
kepada lawan, Segera iapun menjawab: "Aku boleh
mengampuni jiwamu, kalau kau takut sebaiknya jangan ikut
campur urusanku ini."
"Jika begitu silakan kau membunuh diriku dahulu !" jawab
Pang Bik-hong dengan mengertak gigi, tubuhnya tampak
gemetar, agaknya disamping takut juga pantang mundur.
Li Bok-chiu angkat kebutnya terus menyabet kepala lawan,
Tapi Pang Bik-hong mengelak ke samping dengan gaya yang
indah, lantaran tangan gemetar, ia ternyata tidak berani balas
rnenyerang,
Berturut tiga kali Li Bok-chiu menyerangnya dan Pang Bikhong
selalu menghindarkan diri dengan gerakan yang indah
dan gesit, tapi tetap tidak berani balas menyerang.
Sementara itu Nyo Ko bertiga ikut keluar dan menonton di
samping, mereka mencari kesempatan untuk maju membantu
bila perlu.
Serangan, Li Bok-chiu semakin gencar, tapi Pang Bik-hong
memang belum pernah bertempur dengan orang, ditambah
wataknya memang ranah, betapapun serangannya tidak dapat
dilontarkan.
Melihat gelagat jelek, Nyo Ko pikir untuk memancing
semangat tempur tokoh yang berkepandaian tinggi ini tiada
jalan lain kecuali membuatnya marah, karena itu ia sengaja
berteriak: "Li Bok-chiu, mengapa kau memaki Tho-hoat-tocu
manusia rendah, orang yang tidak berbudi dan tidak tahu
diri?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sudah tentu Li Bok-chiu sangat penasaran karena merasa
tidak pernah berkata begitu. Namun ia tidak menanggapi
ocehan Nyo Ko itu, sebaliknya serangannya bertambah
gencar.
Segera Nyo Ko berseru pula: "Li Bok-chiu, kau menuduh
Thoa-hoa-tocu suka berzinah dengan isteri orang dan sering
memperkosa anak perempuan orang, memangnya kau pernah
menyaksikannya sendiri? Kau memaki beliau suka
mengkhianati kawan dan menjual teman, apakah betul
tuduhanmu itu?"
Sudah tentu Thia Eng merasa bingung, sebaliknya Pang
Bik-hong mengira apa yang dikatakan Nyo Ko betul terjadi, ia
menjadi murka terhadap Li Bok-chiu, serentak timbul
keberaniannya palu dan tongkat bekerja sekaligus terus
menghantam ke arah Li Bok-chiu dengan membawa hawa
panas.
Li Bok-chiu tak berani menyambut serangan hebat ini,
cepat ia melompat ke samping dan mencari peluang untuk
balas menyerang.
Segera Nyo Ko berseru pula: "Li Bok-chiu, kau memaki
Tho-hoa-tocu sebagai manusia tidak tahu malu, kulihat kau
sendiri yang tidak kenal malu !"
Makin gusar Pang Bik-hong, palu dan tongkatnya terus
menghantam musuh dengan tangkas luar biasa, semula dia
rada kaku memainkan kedua macam senjatanya itu, tapi
lambat-laun dia mulai biasa dengan permainan ilmu silatnya.
Kalau bicara tentang keuletan, sebenarnya selisih kedua
orang tidak jauh, tapi Li Bok-chiu sudah lama malang
melintang di dunia Kangouw: entah sudah berapa banyak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pertempuran yang di-alaminya, pengetahuan dan
pengalamannya entah berapa kali lebih banyak daripada Pang
Bik-hong, apalagi Pang Bik-hong cacat sebelah kaki, lama-2
tentu kewalahan dan kalah.
Benar saja, setelah rasa murka Pang Bik-hong rada
mereda, semangat tempurnya menjadi kendur, lambat-laun ia
mulai terdesak di bawah angin. Tentu saja Li Bok-chiu sangat
girang, mendadak kebutnya menyabet ke dada lawan, Cepat
Pang Bik-hong menangkis dengan palu, tapi ujung kebut terus
memutar dan melilit ujung palu.
Sebenarnya gerakan kebut itu adalah kepandaian khas Li
Bok-chiu yang biasanya sangat lihay untuk merampas senjata
musuh, asal ujung kebut sudah melilit terus dibetot maka
senjata lawan pasti akan terlepas dari cekalan..
Tak terduga mendadak terdengar suara mencicit disertai
kepulan asap yang berbau sangit, ternyata ujung kebutnya
telah hangus terbakar, jadinya Li Bok-chiu tidak berhasil
merampas senjata lawan, sebaliknya kehilangan senjatanya
sendiri.
Namun Li Bok-chiu tidak menjadi bingung dan gugup, ia
buang tangkai kebutnya yang sudah gundul itu, kini dia
menggunakan ilmu pukulan andalannya, yaitu Ngo-tok-sinciang,
pukulan sakti panca-bisa.
Meski ilmu pukulannya yang berbisa lima macam itu
sangat lihay, tapi untuk menggunakannya larus dilakukan dari
jarak dekat, sedangkan lawannya sekarang bersenjatakan palu
dan tongkat yang panjang serta diputar sedemikian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kencangnya, tertampaklah di antara dua sosok bayangan
orang itu mengepulkan asap pula.
Kiranya jubah pertapaan Li Bok-chiu telah bersentuhan
dengan palu dan tongkat yang membara dan sebagian demi
sebagian terbakar, Keruaa tidak kepalang gusar Li Bok-chiu,
sudah jelas dirinya pasti menang, tapi justeru kewalahan
dalam hal senjata, betapapun ia merasa penasaran dan
bertekad akan menghantam pandai besi tua itu dengan suatu
pukulan maut untuk melampiaskan rasa gemasnya.
Untuk pertama kalinya Pang Bik-hong bertempur dengan
orang, jika begitu maju lantas kalah, tentu semangat
tempurnya akan semakin surut, tapi sekarang dia berada di
atas angin, tongkat dan palunya dimainkan sedemikian
lihaynya sehingga tiada peluang bagi Li Bok-chiu untuk
memukulnya, sebaliknya Li Bok-chiu sendiri beberapa kali
hampir termakan oleh palunya, kalau tidak cepat berkelit tentu
tangannya sudah terbakar hangus.
Sejenak kemudian, tiba-tiba Pang Bik-hong berseru :
"Sudahlah, berhenti, aku tidak mau bertempur lagi dengan
kau ! Macam apa keadaanmu ini!" Habis itu ia terus melompat
mundur.
Li Bok-chiu tertegun, ketika angin meniup tiba, baju yang
dipakainya sepotong demi sepotong terbang terbawa angin,
ternyata bajunya telah berlubang di sana sini kelihatan jelas
kulit dagingnya di bagian lengan, pundak dan dada.
Padahal tubuh Li Bok-chiu masih suci bersih, masih tubuh
perawan, keruan ia menjadi malu sekali baru saja ia hendak
melarikan diri mendadak dekat bokong terasa silir dingin,
kiranya sepotong kain baju bagian itu robek pula terbawa
angin.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat keadaan orang yang runyam dan konyol itu, cepat
Nyo Ko tanggalkan baju sendiri terus dilemparkan sekuatnya
ke punggung Li Bok-chiu, Begitu kuat baju Nyo Ko itu
melayang ke depan sehingga mirip seorang yang mendadak
mendekap Li Bok-chiu dari belakang.
Cepat Li Bok-chiu memasukkan tangannya pada lengan
baju itu dan mengencangkannya dengan tali pinggang, Dalam
keadaan demikian, biarpun selama hidupnya sudah banyak
mengalami pertempuran besar, tidak urung ia menjadi serba
salah, mukanya sebentar pucat dan sebentar merah,
pikirannya: "Jika kulanjutkan pertarungan ini, sebentar baju ini
akan terbakar lagi, Biarlah pil pahit ini kutelan saja sekarang,
kelak akan kucari kesempatan untuk menurut balas."
Ia lantas mengangguk kepada Nyo Ko sebagai tanda
terima kasih atas pemberian bajunya, lalu ia berpaling dan
berkata kepada Pang Bik-hong: "Caramu menggunakan
senjata aneh ini ternyata sesuai benar dengan jalan pikiran Uilosia
yang eksentrik itu, Coba katakan terus terang menurut
perasaanmu jika bertarung dengan kepandaian sejati,
dapatkah kau mengalahkan aku? Anak Ui-losia kalau
bertempur satu lawan satu dengan aku, apakah di antaranya
bisa mengalahkan aku?"
Pada dasarnya Pang Bik-hong adalah orang yang jujur dan
polos, maka dengan terus terang ia menjawab: "Ya, jikalau
kau tidak kehilangan senjata andalanmu, lama-lama kau pasti
akan mengalahkan aku."
"Asal kau tahu saja" ujar Li Bok-chiu dengan angkuh. "Dan
apa yang kutulis tadi bahwa anak murid Tho-hoa-to
kebanyakan memang tidak becus menjadi tepat kan?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pang Bik-hong berpikir sejenak, lalu berkata : "Tidak,
anggapanmu itu tidak betul. Kalau saja keempat suhengku
berada di sini, salah seorang di antaranya pasti lebih kuat dari
padamu. Tidak perlu Tan-suheng atau Ki-suheng yang lihay,
hanya Bwe-suci saja yang sesama kaum wanita seperti kau,
betapapun kau tak dapat mengalahkan dia."
"Hm, orang sudah mati tak dapat dibuktikan, apa gunanya
dibicarakan" jengek Li Bok-chiu. "Yang jelas kepandaian Uilosia
juga cuma begini saja, tadinya aku bermaksud menguji
kepandaian puterinya yaitu Kwe-hujin, tapi sekarang kukira
tidak perlu lagi." - Habis berkata ia terus hendak melangkah
pergi
"Nanti dulu!" tiba-tiba Nyo Ko berseru.
"Ada apa?" jawab Li Bok-chiu dengan kurang senang.
"Kau bilang kepandaian Tho-hoa-tocu hanya begini saja,
ucapanmu ini salah besar," kata Nyo Ko. "Pernah kudengar
dari beliau bahwa dia punya Giok-siau-kiam-hoat (permainkan
seruling sebagai ilmu pedang) sudah cukup untuk
mematahkan permainan kebutmu."
Lalu ia ambil sepotong besi dan menggores-gores di atas
tanah sambil memberi penjelasan misalnya Li Bok-chiu
menyerang begini segera akan ditangkis dengan begitu terus
disusul dengan serangan balasan begini dan seterusnya, dan
dalam keadaan kepepet akhirnya kau harus membuang
kebutmu dan menyerah kalah.
Lebih jauh Nyo Ko berkata: "Bicara tentang Ngo-tok-cianghoat
andailanmu, Tho-hoa-tocu sudah siap menghadapi
seranganmu - dengan kuku jarinya yang cukup panjang,
setiap seranganmu akan "dipatahkan, jika pukulanmu tetap
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
diteruskannya, segera beliau menggunakan tenaga jari sakti,
dengan kuku tajam akan menyelentik telapak tanganmu dan
bila kena, seketika tanganmu akan lumpuh, sedangkan beliau
dapat segera memotong kukunya dan terhindarlah dari
penjalaran panca-bisa pukulanmu itu."
Keterangan Nyo Ko itu membuat wajah Li Bok-chiu
sebentar pucat sebentar merah padam, sebab setiap kata
pemuda itu memang masuk di akal dan memang tepat benar
untuk menghadapi serangannya.
Kemudian Nyo Ko menambahkan: "Tho-hoa-tocu sangat
gusar akan ucapanmu yang kurangajar, cuma beliau adalah
seorang tokoh maha besar dan tidak sudi bergebrak sendiri
dengan kau, beliau telah mengajarkan semua kepandaian tadi
kepadaku dan suruh aku membereskan kau, tapi mengingat
kau dan guruku ada hubungan saudara seperguruan maka aku
telah membeberkan kelihayan Tho-hoa-tocu kepadamu agar
kelak bila kau bertemu dengan anak muridnya ada lebih baik
menghindari saja sejauhnya,"
Li Bok-chiu termangu sejenak, akhirnya ia berkata dengan
lesu: "Sudahlah!" - Segera ia memutar tubuh dan melangkah
pergi, dalam sekejap saja sudah menghilang di balik bukit
sana.
Diam-diam Pang Bik-hong bersyukur melihat musuh lihay
itu sudah pergi, Padahal meski Ui Yok-su telah mengajarkan
ilmunya kepada Nyo Ko, untuk bisa digunakan secara tepat
dan mengalahkan musuh, sedikitnya Nyo Ko perlu berlatih
setahun dua tahun, Tapi Li Bok-chiu ternyata gentar dan
takluk benar-benar lahir batin atas uraian Nyo Ko tadi, sejak
itu ia tidak berani lagi mengeluarkan kata-kata menghina
terhadap Ui Yok-su.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan kepergian Li Bok-chiu, rasanya yang paling girang
adalah Liok Bu-siang, maklumlah nona itu sudah lama berada
di bawah pengaruh iblis itu, mendengar suaranya saja
ketakutan jangankan lagi berhadapan dengan dia. Maka dia
tidak habis kagum akan kecerdikan Nyo Ko, berulang ia
memuji "si tolol" itu.
Selagi mereka hendak masuk lagi ke dalam bengkel si
pandai besi mendadak terdengar suara gemuruhnya orang
banyak disertai suara derapan lari kuda yang riuh.
Thia Eng terkejut Cepat Nyo Ko berkata: "Coba kupergi
melihatnya!" - Segera ia mencemplak ke atas kudanya dan
dilarikan ke sana, setelah membelok ke balik bukit sana dan
beberapa li kemudian sampailah dia di jalan raya, Tertampak
debu mengepul panji berkibaran, kiranya pasukan Mongol
sedang bergerak ke arah selatan.
Selamanya Nyo Ko belum pernah menyaksikan gerakan
pasukan sebanyak itu, ia menjadi terkesima. Tiba-tiba dua
perajurit Mongol menyentaknya sambil menerjang ke arahnya
: "Hei, kau lihat apa?"
Cepat Nyo Ko memutar kudanya dan kabur, kedua
perajurit itu segera pentang busur dan melepaskan anak
panah, Tapi sekali meraup ke beIakang, dengan mudah saja
dua batang anak panah itu sudah kena ditangkap Nyo Ko, ia
merasa sam-beran anak panah itu cukup kuat, kalau saja
dirinya tidak mahir ilmu silat tentu sudah mati tertembus
kedua panah itu.
Melihat Nyo Ko mampu menangkap panah mereka, kedua
perajurit itu menjadi jeri terhadap kelihayan Nyo Ko, mereka
menahan kuda dan memutar balik ke sana.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko lantas kembali ke bengkel si pandai besi dan
menuturkan apa yang dilihatnya itu.
"Pasukan besar Mongol ternyata benar bergerak ke
selatan, maka rakyat jelata bangsa Han kita kembali akan
menderita," kata Pang Bik-hong dengan gegetun.
"Ya, ketangkasan menunggang kuda dan memanah
pasukan Mongol memang sukar dilawan oleh pasukan Song,
malapetaka yang bakal menimpa sungguh hebat," ujar Nyo
Ko.
Pang Bik-hong berkata pula: "Nyo-kongcu muda usia,
mengapa tidak pulang ke selatan untuk ikut berjuang
melawan serbuan musuh?"
Nyo Ko melenggong sejenak jawabnya kemudian : "Tidak,
aku harus ke utara untuk mencari Kokoh, Begitu kuat pasukan
Mongol, hanya tenagaku seorang apa gunanya?"
"Tenaga seorang memang kecil, tapi kalau tenaga orang
banyak bergabung kan menjadi kuat," kata Pang Bik-hong.
"Apabila setiap orang berpendirian seperti Nyo-kongcu, lalu
siapa lagi yang mau berjuang demi bangsa dan tanah air?"
Walaupun merasa ucapan orang tidak salah, tapi Nyo Ko
tetap merasa lebih penting mencari Siao-liong-li dahulu. Sejak
kecil ia hidup terlunta-lunta di daerah Kanglam dan sudah
kenyang derita siksaan kaum penguasa, ia merasa meski
orang Mongol tampak kejam dan jahat, tapi kaisar Song juga
belum tentu manusia baik dan tidak perlu jual tenaga baginya.
Karena itu ia hanya tersenyum saja dan tidak menanggapi
ucapan Pang Bik-hong tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sctelah meringkaskan barang bawaannya dan dipanggul,
lalu Pang Bik-hong berkata kepada Thia Eng: "Sumoay, kelak
bila bertemu dengan Suhu, harap kau suka menyampaikan
kepada beliau bahwa murid Pang Bik-hong tidak pernah
melupakan ajaran beliau, Kini aku akan menyusup ke tengah
pasukan Mongol, betapapun aku harus membinasakan satudua
panglimanya yang telah menyerbu tanah air kita ini."
Habis berkata ia terus melangkah pergi tanpa berpaling.
Seperginya Pang Bik-hong, mereka bertiga masuk lagi ke
dalam bengkel dan melihat Sah Koh terkulai di lantai, mereka
kaget dan cepat menggotongnya ke atas pembaringan
Kelihatan muka Sah Koh merah padam, kedua matanya
melotot tak bersinar, jelas racun pukulan sakti Li Bik-chiu telah
bekerja pula.
Cepat Thia Eng memberi minum obat lagi dan Nyo Ko
mengurut Hiat-tonya. Sah Koh terbeliak memandangi pemuda
itu, mendadak air mukanya mengunjuk rasa ketakutan dan
berteriak: "Saudara Nyo, jangan kau minta ganti nyvwa
padaku, bukan aku yang mencelakai kau..."
"Jangan takut, Suci," bujuk Thia Eng dengan suara halus,
"dia takkan..."
Nyo Ko pikir selagi pikiran Sah Koh dalam keadaan
linglung, kesempatan ini dapat digunakan untuk memaksanya
memberi keterangan Maka cepat ia cengkeram pergelangan
tangan Sah Koh dan membentak dengan bengis: "Jika bukan
kau, habis siapa yang mencelakai diriku? Hayo lekas mengaku
jika tidak ingin kucekik mati kau untuk mengganti jiwaku!"
Dengan suara gemetar Sah Koh memohon "Jangan,
saudara Nyo, jangan, bukan aku!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau tetap tidak mau mengaku?" bentak Nyo Ko pula
dengan gusar "Baik, biar kucekik mampus kau!" Berbareng
sebelah tangannya lantas mencengkeram tenggorokan Sah
Koh sehingga perempuan itu menjerit ketakutan.
Sudah tentu Thia Eng dan Liok Bu-siang sadar tahu
maksud tujuan Nyo Ko, mereka sama mencegahnya dan
meminta jangan merecoki Sah Koh.
Tapi Nyo Ko tidak menggubris dan menambahi tenaga
cekikannya, dengan lebih beringas ia membentak pula : "Aku
adalah setan saudara Nyo, aku mati penasaran, tahukan kau?"
"Ya, ya, aku tahu," jawab Sah Koh dengan gemetar
"Setelah kau mati, burung gagak memakan dagingmu."
Perasaan Nyo Ko seperti disayat sembilu, tadinya ia cuma
mengira ayahnya mati secara tak wajar, siapa tahu sesudah
mati mayatnya tidak terkubur pula dengan baik, bahkan
menjadi mangsa burung gagak, maka ia tambah murka,
dengan suara keras ia membentak pula: "Hayo lekas katakan,
siapa yang membunuh diriku ?"
Dengan suara serak Sah Koh menjawab : "Kau sendiri
memukul Kokoh, pada badan Kokoh ada jarum berbisa, lalu
kau mati."
Duduk perkara kematian Nyo Khong dahulu terjadi secara
kebetulan saja, Semula Auyang Hong menggunakan racun ular
membinasakan Lam Hi-jin (salah seorang Kanglam-jit-koay
dan guru Kwe Cing), waktu Lam Hi-jin hampir mati, secara tak
sadar ia menghantam pundak Ui Yong satu kali sehingga
darah beracun dari tangannya itu tertinggal di atas "baju
landak" yang dipakai Ui Yong, hal ini sama sekali diluar tahu Ui
Yong sendiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka kemudian ketika Nyo Khong juga menghantam
pundak Ui Yong di suatu kelenteng di kota Kah-hin, kebetulan
tempat hantamannya itu adalah bagian tempat yang dihantam
Lam Hi-jin. Sebab itulah Nyo Khong mati keracunan oleh "duri
baju landak!" berbisa yang dipakai Ui Yong itu.
Begitulah Nyo Ko berteriak menanya pula "Kokoh? Siapa
itu Kokoh?"
Karena cekikan Nyo Ko yang tambah kencang, hampir saja
Sah Koh tidak dapat bernapas dan hampir kelenger, dengan
suara lemah ia menja-javvab : ""Kokoh ya Kokoh,"
"Kokoh she apa? Siapa namanya ?" desak Nyo Ko.
"Aku... aku tak tahu, kau le... lepaskan aku!" jawab Sah
Koh dengan serak.
Melihat gelagat tidak enak, Liok Bu-siang bermaksud
menarik tangan Nyo Ko. Tapi kini keadaan Nyo Ko menyerupai
orang yang kehilangan akal sehat, sekuatnya ia mengipatkan
tangannya, keruan Bu-siang tak tahan, ia terlempar ke
belakang dan tertumbuk pada dinding dengan rasa sakit tidak
kepalang.
Melihat Nyo Ko yang biasanya ramah tamah itu kini
berubah seperti orang gila, Thia Eng menjadi ketakutan
hingga kaki dan tangan terasa lemas.
Nyo Ko pikir kalau sekarang tak dapat mengetahui nama
pembunuh ayah, tentu dirinya bisa mati penasaran Maka
berulang ia tanya pula . "Siapa Kokohmu? Dia she Ki atau she
Bwe?" - ia pikir Sah Koh adalah putri Ki Leng-hong, tentu
Kokohnya (bibinya) juga she Ki, bisa jadi adalah Bwe Ciauhong
yang dimaksudkan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maklumlah, Kwe Cing dan Isterinya memperlakukan dia
seperti anaknya sendiri sejak kecil betapapun Nyo Ko tak
berani membayangkan bahwa yang membinasakan ayahnya
itu adalah Ui Yong adanya.
Begitulah Sah Koh meronta-ronta berusaha melepaskan
diri dari cengkeraman Nyo Ko. tapi karena Hiat-to bagian
pergelangan tangan juga terpegang pemuda itu, terpaksa ia
tidak mampu berkutik hanya berseru dengan suara serak:
"Kau minta ganti jiwa kepada Kokoh saja dan jangan
mengganggu diriku."
"Kokoh berada di mana?" tanya Nyo Ko pula, "Entahlah,
waktu aku dan Suhu berangkat, dia dan lakinya masih tinggal
di pulau sana," jawab Sah Koh.
Mendengar keterangan yang cukup berarti ini, seketika
hati Nyo Ko tergetar hebat dengan suara gemetar ia coba
menegas : "Kokoh memanggil Suhumu dengan sebutan apa?"
"Sudah tentu ayah, apa lagi?" jawab Sah Koh.
Serentak air muka Thia Eng dan Liok Bu-siang juga
berubah demi mendengar keterangan itu.
Kuatir salah, Nyo Ko coba mengulangi lagi pertanyaannya :
"Jadi laki Kokohmu itu bernama Kwe Cing?"
"Ya, masakah kau tidak tahu?" jawab Sah Koh sambil
memancal-mancalkan kakinya dan mendadak berteriak :
"Tolong! ToIong!"
Kacau rasanya benak Nyo Ko, sejak kecil ia hidup
sebatangkara, seketika terbayang kembali kisah deritanya di
masa lalu, ia pikir kalau ayahnya tidak dibunuh orang, tentu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ibunya tidak perlu hidup sengsara dengan menangkap ular
dan dengan sendirinya juga takkan mati tergigit ular berbisa,
tentu pula dirinya juga tidak perlu hidup merana.
Bila teringat pula kebaikan Kwe Cing dan Ui Yong waktu
dirinya tinggal di Tho-hoa-to dahulu, sungguh sukar dipercaya
bahwa musuh pembunuh ayah itu adalah paman dan bibi itu.
Karena gejolak perasaannya itti, cengkeramannya menjadi
kendur, Sah Koh berteriak satu kali terus melompat bangun.
Cepat Thia Eng mendekati Nyo Ko dan menghiburnya:
"Suci memang tidak waras pikirannya hal ini kaupun tahu,
maka apa yang dikatakannya itu janganlah kau percaya."
walaupun begitu katanya, namun dalam hati ia percaya penuh
apa yang diucapkan Sah Koh pasti benar adanya.
Ia lihat air muka Nyo Ko sangat sedih dan seperti tidak
mendengar apa yang dikatakannya itu. Setelah termenung
sejenak, mendadak Nyo Ko melompat keluar rumah dan
mencemplak ke atas kudanya yang kurus itu terus dilarikan
dengan cepat.
Dari belakang sayup-sayup terdengar seruan Thia Eng dan
Liok Bu-siang, tapi tak digubris lagi oleh Nyo Ko, yang terpikir
oleh pemuda itu hanya: "Aku harus menuntut balas! Aku
harus menuntut balas !"
Sekaligus ia larikan kudanya sampai ratusan li jauhnya,
ketika tiba-tiba merasa bibir rada perih dan sakit, ia coba
merabanya dan ternyata penuh darah. Kiranya saking sedih
dan gusarnya, tanpa sadar ia menggigit bibir sendiri hingga
pecah dan berdarah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dasarnya Nyo Ko memang benci kepada kehidupan yang
dianggapnya tidak adil ini, kini dirasakan dunia ini palsu belaka
dan tiada seorangpun yang baik, Bahwa bibi Kwe memang
tidak begitu baik padaku, ini sudah jelas, tapi paman Kwe,
paman Kwe...
Maklumlah, selama ini dia sangat kagum dan menghormat
kepada Kwe Cing, ia merasa ilmu silat dan kepribadian paman
Kwe itu sungguh lain daripada yang lain, lebih-lebih sang
paman yang begitu baik hati padanya, tapi sekarang ia merasa
tertipu habis-habisan. Saking berdukanya ia menjadi lemas, ia
turun dari kuda dan duduk di tepi jalan, ia menangis tergerung
sambil mendekap kepala.
Sekali sudah menangis, maka sukar dibendung lagi air
matanya seakan-akan segala duka derita manusia hidup ini
seluruhnya berada dalam tangisnya itu.
Sebenarnya Nyo Ko belum pernah melihat muka ayahnya
dan juga belum pernah mendengar kisah hidup sang ayah,
tapi sejak kecil ia mengkhayalkan sang ayah yang gagah
ksatria itu, dalam lubuk hatinya ia merasa sang ayah adalah
manusia yang paling baik, yang paling sempurna di dunia ini.
Sudah tentu ia tidak tahu bahwa semasa hidup ayahnya
adalah manusia yang kotor dan rendah, seorang pengkhianat
terhadap bangsa dan negara.
Begitulah Nyo Ko terus menangis sampai sekian lamanya,
ketika tiba-tiba mendengar suara derapan kaki kuda,
tertampak dari utara mendatangi tiga empat penunggang
kuda, dari dandanannya jelas adalah Busu bangsa Mongol.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Busu paling depan memegang tumbak, pada ujung
tombaknya menusuk seorang bayi berumur dua tahunan, jadi
seperti sujen satai dan dianggapnya seperti permainan yang
menarik.
Agaknya bayi itu belum mati terbukti masih mengeluarkan
suara tangisan yang lemah, Tapi busu Mongol itu malah
bergelak tertawa gembira. Ketika melihat Nyo Ko merintangi
jalan lalu mereka, segera seorang di antaranya membentak.
"Hayo, minggir !" - Berbareng tumbaknya terus menusuk
ke arah Nyo Ko.
Memangnya Nyo Ko keki dan tak terlampiaskan segera ia
pegang ujung tumbak musuh terus dibetot, menyusul sebelah
tangannya terus menampar, kontan Busu yang terberosot dari
kudanya itu mencelat beberapa meter jauhnya dan mati
dengan batok kepala pecah berantakan.
Keruan Busu yang lain menjadi ketakutan melihat
ketangkasan Nyo Ko, mereka menjerit kaget terus memutar
kuda dan kabur seperti diuber setan "Plok", bayi yang tersujen
di ujung tumbak seorang Busu tadi terjatuh di tepi jalan.
Cepat Nyo Ko memondongnya, ia lihat bayi itu adalah anak
bangsa Han, gemuk lagi putih, tampaknya sangat menarik,
Tapi ujung tumbak Busu tadi telah menembus perutnya,
walaupun seketika belum mati, tapi tidak mungkin juga
disembuhkan.
Bayi itu masih dapat mengeluarkan suara tangisan lemah
sambil memanggil "ibu" dengan suara lirih, Nyo Ko sendiri lagi
berduka, ia bertambah sedih dan kasihan kepada bayi yang
sedang sekarat itu, kembali air matanya bercucuran. Melihat
bayi itu dalam keadaan menderita, terpaksa ia pukul bayi itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan pelahan untuk menewas-kannya, Lalu ia gunakan
tumbak Busu Mnngol tadi untuk menggali tanah, maksudnya
hendak mengubur jenazah bayi itu.
Tapi baru sebentar ia menggali, mendadak terdengar
suara gemuruh di kejauhan sana disertai debu mengepul
tinggi, di tengah suara terompet, pasukan besar Mongol
tampak menerjang tiba dengan cepat.
Lekas Nyo Ko jinjing tombaknya dan mencemplak ke atas
kudanya, meski kurus, tapi kudanya itu adalah kuda perang
yang sudah berpengalaman.
Maka sekali meringkik segera kuda itu menerjang ke
tengah pasukan Mongol Tumbak Nyo Ko bekerja cepat,
sekaligus ia membinasakan beberapa perajurit musuh, tapi
pasukan Mongol membanjir tak terhitung jumlahnya, terpaksa
Nyo Ko membelokkan kudanya dan kabur ke tempat sepi. Dari
belakang ia dihujani anak panah, namun semuanya dapat
disampuk jatuh oleh tumbaknya.
Kuda kurus itu dapat berlari cepat sekali hanya sekejap
saja sudah meninggalkan kejaran musuh, tapi kuda itu masih
terus lari secepat terbang di ladang belukar, Tak lama haripun
mulai gelap, Nyo Ko menahan kudanya dan coba memandang
jauh sekelilingnya, tertampak semak belukar tumbuk melebihi
batas lutut, puncak gunung dikelilingi kabut tebal di kejauhan,
suasana sunyi senyap, bahkan suara burungpun tak
terdengar.
Nyo Ko turun dari kudanya sambil masih memondong bayi
yang sudah tak bernyawa tadi, ia pikir: "Kedua orang tua anak
ini tentu sangat sayang padanya, tapi tumbak Busu Mongol itu
telah membinasakan bayi tak berdosa ini. Bayi ini kini sudah
mati dan tak merasakan apa-apa lagi, tinggal kedua orang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tuanya yang berduka dan merana, Melihat keganasan musuh,
serbuan pasukan Mongol ke selatan sekali ini entah betapa
banyak korban yang akan ditimbulkannya?"
Makin dipikir makin susah hati Nyo Ko, kemudian ia
menggali liang di tepi pohon untuk mengubur bayi itu. Habis
itu ia menjadi teringat kepada ucapan Sah Koh tentang
kematian ayahnya, bayi ini mati, tapi ada yang menguburnya,
sebaliknya kematian ayahku harus diakhiri di dalam perut
burung gagak, Kalian sudah membunuhnya dan mengapa
tidak menguburnya puIa? Ai, kalian sungguh amat kejam !
Karena berlari seharian, Nyo Ko melihat kudanya sudah
lelah, apalagi ke sananya mungkin juga sukar mendapatkan
tempat pondok, terpaksa harus mencari tempat bermalam
seadanya, ia kuatir di semak belukar ini akan diganggu oleh
ular berbisa atau binatang buas, maka ia lantas mengeluarkan
seutas tali, kedua ujung tali diikat pada dua batang pohon, ia
menirukan cara tidur Siao-liong-li dengan berbaring di atas tali
yang terbentang itu.
Sampai tengah malam, tiba-tiba Nyo Ko mengendus bau
langu, menyusul terdengarlah suara raungan di sana sini, Nyo
Ko terkejut, cepat ia memandang ke arah suara meraung itu,
Kebetulan malam ini gelap gulita, syukur dia sudah biasa
bertempat tinggal di kuburan kuno yang gelap itu, sudah biasa
pula ia memandang sesuatu dalam keadaan gelap.
Maka dapatlah diketahui ada empat lentera kecil yang
mendekatnya dengan pelahan. Waktu ia menegas pula,
kiranya empat lentera kecil itu adalah sorot mata dua ekor
harimau kumbang. Kedua ekor harimau kumbang itu hitam
mulus dengan badan langsing dan panjang, jelas bukan
harimau daerah Tionggoan yang pernah dilihatnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kedua ekor mariraau itu sambil berjalan sambil
mengendus-endus, sampai di tempat kuburan bayi, mendadak
cakar kedua harimau itu menggaruk-garuk dengan cepat.
Nyo Ko menjadi gusar, pikiranya hendak melompat turun
untuk mengusir harimau itu, ceIakanya tidak membawa
senjata, tumbak rampasan dari Busu Mongol itu sudah
dibuangnya tadi. Tampaknya kedua ekor kucing raksasa
sangat tangkas dan buas, jika menempurnya dengan
bertangan kosong mungkin diri sendiri tak terhindar dari luka
parah.
Selagi sangsi, tiba-tiba terdengar di sebelah barat sana
ada suara "blang" yang keras, sejenak kemudian suara "blang"
itu terdengar lagi satu kali. Waktu Nyo Ko memandang ke
sana, seketika ia tertegun dan hampir tak percaya kepada
matanya sendiri.
Ternyata yang dilihatnya adalah sebuah peti mati, anehnya
peti mati itu dapat bergerak dan melompat-lompat, makin
lama makin dekat
Bahwa peti mati dapat bergerak sendiri benar-benar aneh
bin ajaib, Nyo Ko sampai terkesima berbaring di atas talinya
sambil menahan napas.
Setelah melompat-lompat lagi beberapa kali,, kemudian
peti mati itu berhenti di bawah sebatang pohon besar
Tampaknya kedua ekor harimau kumbang itu menjadi heran
juga melihat peti mati, mereka terus lari ke sana dan
mengelilingi peti mati sambil mengeluarkan suara endusan
dari hidung.
Salah seekor harimau itu coba menggaruk tutup peti mati
dengan cakarnya yang tajam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah mendadak tutup peti mati bisa menjeplak
sendiri, dari dalam peti melompat keluar sesosok mayat kering
yang tinggi kurus, sekali kakinya menendang dengan kaku,
kontan harimau kumbang di depannya jatuh terguIing.
Harimau yang lain segera menubruk maju hendak
menggigit mayat hidup itu, tapi kuduk harimau malah kena
dicengkeram oleh mayat hidup itu dan terlempar hingga jauh.
Melihat betapa hebat kekuatan mayat hidup itu, Nyo Ko
terkejut hingga mandi keringat dingin.
Meski sudah kecundang, tapi kedua harimau kumbang itu
tidak menyerah mentah-mentah, walaupun tak berani
menerjang maju lagi, tapi keduanya mendekam di kejauhan
sambil meraung geram.
Tiba-tiba dari lembah gunung sana timbul suara seram
laksana bunyi burung hantu, sesosok bayangan hitam
menggelinding tiba laksana gumpalan asap, Kedua ekor
harimau kumbang lantas memapaki gumpalan asap itu dan
berdiri di sampingnya dengan tingkah laku yang sangat jinak
seperti anjing terhadap majikannya.
Sesudah gumpalan asap hitam itu tidak bergerak lagi
barulah kelihatan dengan jelas, kiranya adalah seorang kakek
pendek dengan baju hitam mulus, kulit badannya juga hitam
kelam serta janggut yang hitam lebat, di atas pundaknya
menghinggap seekor burung kondor besar dengan kepala
botak, warna burung kondor itupun hitam mulus,
Terdengar kakek hitam pendek itu membuka suara: "Siausiang-
cu, mengapa kau memukuli kucing piaraanku? Kata
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pribahasa: pukul anjing juga mesti mengingat majikannya,
Tindakanmu tadi bukankah terlalu ?"
Tinggi badan kakek itu hanya satu meteran, walaupun
tubuhnya cebol, tapi suaranya ternyata nyaring seperti bunyi
guntur sehingga anak telinga Nyo Ko pun tergetar.
Terdengar mayat hidup tadi mendengus dan menjawab
dengan suara lemah: "Saudara Singh, kucingmu kan tidak
sampai kulukai? Baiklah kuminta maaf padamu !" Sembari
berkata iapun memberi hormat.
Kini barulah Nyo Ko dapat melihat dengan jelas, kiranya
mayat hidup itu sebenarnya adalah manusia, cuma gerakgeriknya
lurus kaku, mukanya pucat seperti kertas, pula
muncul dari dalam peti mati maka Nyo Ko salah
menyangkanya sebagai mayat hidup.
Kalau melihat gerak tendangan serta cengkeramannya
tadi, dua ekor harimau kumbang dianggapnya seperti dua
ekor kucing saja, jelas kepandaiannya itu adalah tokoh dunia
persilatan kelas satu.
Kedua orang sama-sama menyebut harimau-kumbang
sebagai "kucing", si kakek cebol berwatak keras berangasan,
sebaliknya si- mayat hidup jangkung bersikap tenang,
sungguh suatu perbandingan yang menyolok dan aneh.
Terdengar si kakek cebol berkata pula: "Siau-siang-cu,
bagaimana dengan urusannya Kim-Iun Hoat-ong?"
Mendengar nama "Kim-lun Hoat-ong" disebut, mau-takmau
Nyo Ko sangat tertarik dan menaruh perhatian
sepenuhnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka terdengar Siau-siang-cu mendengus satu kali, lalu
berduduk di atas peti mati dan berkata: "Seorang diri dia
berebut pengaruh dengan jago silat Tionggoan dan telah
mengalami kekalahan besar."
Kakek cebol itu terbahak-bahak, suaranya menggetar
pohon, burung hantu di atas pundaknya juga mengeluarkan
suara yang seram.
Habis tertawa barulah kakek cebol itu berkata : "Aku Nimo
Singh datang dari negeri Thian-tiok (lndia sekarang) yang jauh
di barat sana, tapi sampai di sini ternyata telah didahului oleh
Kim-lun Hoat-ong, dia sudah diangkat sebagai Koksu (imam
negara) kerajaan Mongol Hm, hm, padahal berdasarkan
kepandaiannya apakah dia sesuai untuk disebut sebagai
"nomor satu"?"
Dengan nada mengejek Siau-siang-cu menanggapi
"Memangnya, di dunia ini selain engkau saudara Singh, siapa
lagi yang sesuai dianugerahi gelar itu?"
Nimo Singh bergelak tertawa gembira, Siau-siang-cu juga
terkekeh beberapa kali, tapi jelas nadanya mengejek.
Nimo Singh berkata lagi : "Siau-siang-cu, kau tinggal di
Ouwlam, mengapa kau tidak berebut gelar itu padanya ?"
Siau-siang-cu menjawab: "Waktu pangeran Kubilai
mengirim undangan padaku, ketika itu aku sedang berlatih
Siu-bok-tiang-sing-kang (ilmu hidup abadi) dan tidak sempat
hadir, jadinya kedudukan itu dapat diambil Kim-lun Hoat-ong
dengan mudah."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dan kini ilmu saktimu itu tentu sudah selesai kau latih,
mengapa kau tidak mengukur tenaga dengan dia? Apakah kau
takut kepada roda emas Hwesio besar itu?" ejek Nimo Singh.
"Kenapa takut kepada Hwesio?" jawab Siau-siang-cu,
"soalnya kepandaianku belum memadai, kan begitu ?"
Kembali Nimo Singh bergelak terrawa, tapi mendadak ia
merasa ucapan orang bernada mengejek dengan gusar ia
lantas berkata: "Siau-siang-cu, kau pandang rendah diriku.
bukan? Baik, akan kucoba betapa lihaynya kau punya Siu-boktiang-
sing-kang?"
Sekali bilang mau coba, tanpa tawar-tawar lagi segera ia
mencobanya, mendadak segulung asap menerjang ke depan..
Tapi biarpun perawakan Siau-siang-cu kelihatan kaku,
gerak-geriknya ternyata gesit dan cepat luar biasa, cepat ia
angkat peti matinya terus mengepruk. Terdengarlah suara
"blang" yang keras, kedua orang sama melompat mundur,
kedua ekor harimau kumbang dan burung hantu sama
meraung dan menguak sehingga menambah seramnya
suasana.
Setelah benturan tadi, kedua orang sama merasakan
kepandaian lawan memang lihay, Nimo Singh berkata: "Hebat
sekali kepandaianmu Siau-siang-cu,"
Siau-siang-cu tertawa dingin pula dan menjawab : "Ah,
aku yang mengaku kalah. Apakah namanya ilmu
kepandaianmu itu?"
"lnilah Sakya-hiat-kang (ilmu sakti Sakya melempar
gajah)," jawab Nimo Singh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, saudara Singh berasal dari negeri Tat-Ipo Loco
(Budha Dharma), pantas memiliki ilmu sakti itu," ujar Siausiang-
cu.
Dari jarak jauh kedua orang lantas saling memberi hormat
Habis itu mendadak Nimo Singh berlari cepat ke sana, dalam
sekejap saja bayangannya sudah menghilang di kegelapan,
kedua ekor harimau kumbang tadi juga lantas menyusul pergi.
Siau-siang-cu juga lantas melompat ke dalam peti matinya
dan peti mati itu kembali berjingkrak-jingkrak menggeser
sendiri ke arah berlawanan.
Tanpa sengaja Nyo Ko telah menyaksikan adegan aneh
itu, diam-diam ia mengakui bahwa jagat raya yang luas ini
benar-benar terdapat orang-orang maha sakti dan hal-hal
yang ajaib. Coba kalau dirinya tidak berbaring tinggi di atas
tali, tentu jejaknya sudah ketahuan kedua orang aneh tadi dan
bukan mustahil jiwanya sudah melayang.
Sukar baginya untuk tidur lagi, ia coba merenungkan gaya
ilmu silat kedua orang tadi, ia merasa ilmu mereka itu sama
anehnya, tapi sangat lihay.
Sampai lama sekali Nyo Ko merenung, akhirnya ia
pejamkan mata untuk menghimpun semangat. Tak lama, tibatiba
terdengar kudanya meringkik sekali. Kuda itu sangat
cerdik, ketika kedua ekor harimau kumbang tadi datang,
karena mengendus bau binatang buas itu, maka kuda kuda itu
mendahului menyingkir jauh, kini mendadak meringkik, tentu
terjadi sesuatu pula di sekitar situ.
Dari balik semak rumput Nyo Ko coba merunduk maju ke
sana, sementara itu sudah fajar hari sudah mulai remangremang,
Nyo Ko melihat di kejauhan ada seorang sedang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melompat tinggi ke atas, sebelah tangannya menjulur untuk
memetik buah-buahan. sesudah dekat, Nyo Ko mengenal
orang itu adalah Darba, murid Kim-lun Hoat-ong.
Setiap lompatan Darba hanya dapat memetik satu buah,
rupanya ia menjadi tidak sabar, akhirnya ia gunakan
lengannya untuk menghantam batang pohon, seketika pohon
buah itu patah dan rebah, maka dapatlah Darba memetik
buahnya dengan mudah dan cepat.
Nyo Ko pikir barangkali Kim-lun Hoat-ong juga berada di
sekitar situ, sebenarnya dia tiada permusuhan dengan Hoatong,
kini setelah jelas diketahui Kwe Cing dan Ui Yong adalah
musul pembunuh ayahnya, ia menjadi menyesal tempo hari
telah membantu kedua orang itu menempur Kim-lun Hoatong.
Diam-diam Nyo Ko lantas menguntit di belakang Darba, ia
lihat orang berlari secepat terbang menuju lereng bukit sana,
Nyo Ko tahu ilmu silat Darba sangat hebat, maka ia tidak
berani terlalu dekat, hanya menguntit dari kejauhan saja.
Tertampak Darba masuk ke tengah hutan dan makin
menanjak ke atas, akhirnya sampai puncak tertinggi
pegunungan itu. Di atas puncak gunung itu terdapat sebuah
gubuk kecil yang tak berdinding, Kelihatan Kim-lun Hoat-ong
sedang duduk bersemadi.
Darba menaruh semua buah yang dipetiknya tadi di lantai
gubuk itu, lalu mengundurkan diri. Ketika berpaling dan
mendadak dilihatnya Nyo Ko sedang mendatanginya, seketika
air mukanya berubah dan berseru: "Hei, Toasuheng, apakah
engkau hendak membikin susah Suhu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Berbareng itu ia terus menerjang maju dan menarik baju
Nyo Ko.
Sebenarnya ilmu silat Darba terlebih kuat daripada Nyo Ko,
tapi lantaran sang guru dalam keadaan semadi dan tidak
boleh diganggu, apabila sampai terganggu, seketika jiwa bisa
melayang, saking gugupnya ia menjadi linglung dan cara
menyerangnya menjadi melanggar peraturan dasar ilmu silat,
keruan ia berbalik kena dipegang oleh Nyo Ko terus disengkelit
sehingga dia terbanting jatuh.
Menurur jalan pikiran Darba, ia percaya Nyo Ko adalah
inkarnasi Suhengnya, apalagi sekarang ia terbanting jatuh,
setelah berguling di tanah segera ia merangkak bangun dan
berlari pula ke depan Nyo Ko.
Semula Nyo Ko menyangka orang hendak menyerangnya
lagi, maka cepat ia melangkah mundur dan siap balas
menyerang, Siapa duga mendadak Darba terus tekuk lutut dan
menyembah padanya sambil memohon: "O, Toasuheng, harap
engkau suka mengingat kebaikan Suhu di masa lampau, kini
Suhu terluka parah dan sedang mengadakan penyembuhan
diri, jika engkau mengejutkan beliau tentu bisa..." sampai di
sini Darba tidak sanggup melanjutkan lagi karena tenggorokan
serasa tersumbat dan air matapun bercucuran
Meski Nyo Ko tidak paham bahasa Tibet yang diucapkan
Darba, tapi dari sikapnya dan suaranya, pula Kim-lun Hoat-ong
tampak pucat, maka dapatlah dia memahami apa artinya itu,
cepat ia membangunkan Darba dan berkata: "Aku takkan
mencelakai gurumu, jangan kuatir."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat sikap Nyo Ko yang ramah itu, Darba menjadi
girang, meski berbeda bahasa, namun rasa permusuhan telah
lenyap kini.
Pada saat itulah Kim-lun Hoat-ong tampak membuka
matanya, melihat Nyo Ko, ia menjadi melenggong, Tadi dia
tekun bersemadi sehingga tidak mendengar apa yang
dipercakapkan antara Darba dan Nyo Ko, kini mendadak
nampak musuh sudah berada di depan mata, maka sambil
menghela napas iapun berkata: "Percumalah kepandaian yang
kulatih berpuluh tahun ini, siapa nyana hari ini aku harus
tewas di Tionggoan sini."
Kiranya Kim-lun Hoat-ong terluka parah oleh hantaman
batu besar itu hingga isi perutnya terluka dalam, ia pasang
gubuk dan merawat luka di atas gunung ini, tak terduga Nyo
Ko mendadak bisa muncul di sini, maka ia mengira dirinya
pasti celaka.
Siapa tahu Nyo Ko malah memberi hormat padanya dan
menyapa: "Kedatanganku ini bukan untuk memusuhi Hoatong,
hendaklah jangan kuatir."
Hoat-ong menggeleng kepala, baru mau bicara lagi,
mendadak dada terasa kesakitan, cepat ia pejamkan mata dan
mengatur pernapasan.
Melihat keadaan orang, Nyo Ko mengulurkan tangan
kanan dan menempel Ci-yang-hiat di punggung Hoat-ong.
Darba kaget, cepat ia ayun kepalan hendak menyerang
Nyo Ko, Tapi Nyo Ko sempat menggoyangi tangan kiri dan
mengedipinya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika nampak keadaan sang guru tiada perubahan
apapun, sebaliknya tampak tersenyum simpul, maka kepalan
yang sudah diangkat itu tak jadi dipukulkan.
Dalam pada itu Nyo Ko telah mengerahkan tenaga dalam
sehingga suatu arus hawa hangat mengalir ke berbagai Hiat-to
di tubuh Kim-lun Hoat-ong.
Karena pikirannya tidak perlu kuatir lagi segera Kim-lun
Hoat-ong memusatkan segenap kekuatannya untuk
melancarkan aliran darahnya serta membenarkan luka
dalamnya, Tidak terlalu Iama rasa sakitnya sudah mulai
lenyap, wajahnya telah bersemu merah. Ia membuka mata
dan mengangguk kepada Nyo Ko sebagai tanda terima kasih.
Setelah dibantu Nyo Ko sekian lama, Kim-lun Hoat-ong
merasa hawa murni di dalam tubuh telah berputar dengan
cepat dan lancar.
Nyo Ko merasakan perputaran dan arah aliran hawa murni
di dalam tubuh Hoat-ong itu ternyata sama sekali berbeda
dengan Lwekang aliran Coan- cin-pay, bahkan juga tidak sama
dengan lwekang terbalik ajaran Auyang Hong. Yang jelas
Lwekang Hoat-ong ini juga teratur dengan baik walaupun
perputarannya terkadang berubah ke kanan dan ke kiri secara
tak menentu. ia tahu ini adalah aliran ilmu tersendiri dari
Tibet, diam-diam iapun mengingatnya dengan baik, hanya
saja bagaimana caranya berlatih belum diketahui Nyo Ko,
apalagi untuk berlatih sampai tingkatan Kim-lun Hoat-ong
tentu tak dapat dicapai dalam waktu singkat.
BegituIah kemudian Kim-lun Hoat-ong memberi hormat
kepada Nyo Ko dan bertanya: "Nyo-siauhiap, mengapa engkau
tiba-tiba datang membantu aku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko lantas menceritakan bahwa baru saja ia
mengetahui pembunuh ayahnya ternyata adalah Kwe Cing dan
Ui Yong, maka kini bertekad akan menuntut balas, secara
tidak sengaja tadi dia menguntit Darba sehingga akhirnya
bertemu di sini.
"Syahdu ! Syahdu ! Kiranya Nyo-siauhiap sendiri dibebani
dendam kesumat begitu," sabda Kim-lun Hoat-ong. "Namun
Kwe-tayhiap dan isterinya itu berilmu silat maha tinggi, bagi
Nyo-siauhiap kiranya tidaklah mudah untuk menuntut balas."
"Jika perlu, biarlah kami ayah dan anak mati semua di
tangannya," ujar Nyo Ko setelah terdiam sejenak
"Betapapun maksud tujuanmu untuk mengukur tenaga
dengan tokoh persilatan di Tionggoan sini belum terhenti,
namun dengan tenagaku sendiri jelas tak sanggup melawan
mereka yang berjumlah banyak, aku juga ingin mengundang
tokoh persilatan dari negeri lain untuk membantu pihak kami,
dengan begitu kita akan dapat mengukur tenaga dengan jago
silat Tionggoan dengan sama banyak dan adil Untuk ini
apakah engkau bermaksud membantu pihak kami?"
Mestinya Nyo Ko ingin menerima tawaran itu, tapi segera
teringat olehnya kekejaman perajurit Mongol, segera ia
menjawab: "Aku tak dapat membantu pihak MongoI."
"Tapi jika engkau ingin membunuh Kwe Cing dan isterinya
dengan tenagamu sendiri terang maha sulit," kata Hoat-ong.
Untuk sejenak Nyo Ko berpikir, katanya kemudian: "Baik,
akan kubantu kau merebut kedudukan Bu-lim Beng-cu, tapi
kau harus membantu aku menuntut balas."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baik," jawab Hoat-ong sambil mengulurkan tangan "Katakata
seorang lelaki sejati harus ditepati, Marilah kita berjanji
dengan bertepuk tangan."
Segera kedua orang saling tepuk tangan tiga kali sebagai
sumpah setia berserikat.
Lalu Nyo Ko berkata pula: "Aku cuma berjanji membantu
kau berebut kedudukan Bu-Iirn-bengcu saja, bahwa kau akan
membantu orang Mongol menyerang ke selatan dan
melakukan kekejaman dan kejahatan, untuk itu aku tak dapat
memberi bantuan."
"Setiap orang mempunyai cita-cita sendiri dan tak dapat
dipaksakan," kata Hoat-ong dengan tertawa. "Saudara Nyo,
gaya ilmu silatmu terdiri dari berbagai aliran, ingin kukatakan
terus terang, bahwasanya memahami berbagai ilmu memang
tiada jeleknya, tapi terlalu banyak menjadi tidak murni. Dalam
ilmu apa yang paling kau andalkan dan dari aliran mana?
Dengan kepandaian apa kau hendak menempuh Kwe Cing dan
istrinya untuk membalas sakit hatimu?"
Pertanyaan ini membikin Nyo Ko bungkam dan sukar
memberi jawaban. Selama hidupnya memang banyak
pengalaman aneh yang ditemuinya, wataknya juga suka
menerima kepandaian apa saja asalkan bisa dipelajarinya, ilmu
silat Coan-cin-pay, kepandaian Auyang Hong, Giok-li-sim-keng
dari Ko-bong-pay, Kiu-im-cin-keng, ajaran Ui Yok-su dan Ang
Chit-kong tak terhitung banyaknya ilmu yang telah
dipeIajarinya.
Tapi setiap ilmu itu sangat luas dan dalam, biarpun dia
mempelajarinya dengan segenap kepintarannya juga sukar
mencapai tingkatan yang sempurna, dia hanya ambil sini
sebagian dan petik sana sebagian pula, belum ada sejenis ilmu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu yang benar-benar dilatihnya hingga mencapai tingkat kelas
satu.
Dengan memiliki kepandaian yang beraneka macam itu,
kalau ketemu jago kelas dua memang cukup untuk membikin
musuhnya itu kewalahan dan bingung, tapi kalau kebentur
tokoh kelas tinggi segera kelemahannya kelihatan dan
menyolok perbedaannya.
Begitulah Nyo Ko menunduk merenungkan-apa yang
dikatakan Kim-lun Hoat-ong itu, ia merasa ucapan orang
memang benar dan tepat mengenai kelemahan ilmu silat yang
telah dipelajarinya itu, Bahwa Ang Chit-kong, Ui Yok-su,
Auyang Hong, Kim-lun Hoat-ong dan tokoh terkemuka lain,
dapat termashur, dan menonjol semuanya adalah karena
mereka hanya meyakinkan ilmu perguruannya sendiri, jadi
untuk mencapai tingkatan sempurna tidaklah perlu serakah
dalam jumlah, tapi yang penting adalah kadar kepandaian itu
sendiri.
Ia pikir sudah sekian banyak ilmu yang kupahami dan
semuanya serba lihay, lalu ilmu manakah yang harus
kupelajari secara khas? Kalau menuruti arah pikiran, sudah
tentu dirinya harus melulu meyakini Giok-li-sim-keng dari Kobong-
pay, apalagi kalau dirinya sudah bertekad akan hidup
berdampingan selamanya di dalam kuburan kuno bersama
Siao-tiong-li.
Tapi bila teringat betapa bagusnya Pak-kau-pang-hoat
ajaran Ang Chit-kong, atau betapa indahnya Giok Siau-kiamhoat
ajaran Ui Yok-su, kalau semuanya itu dikesampingkan
kan juga sayang? Apalagi Ha-mo-kang ajaran Auyang-Hong
atau berbagai ilmu sakti dari kitab Kiu-im- cin-keng, ilmu yang
sangat diidamkan jago silat siapapun, kini dirinya dapat
mempelajarinya, masakah malah ditinggalkan begitu saja ?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Saking kesalnya ia keluar gubuk itu dan berjalan mondarmandir
dengan bersedekap-tangan, sejenak kemudian
mendadak timbul suatu pikiran dalam benaknya: "Ya,
mengapa aku tidak menggunakan intisari semua ilmu yang
kupahami ini untuk menjadikannya suatu aliran tersendiri?
setiap ilmu silat di dunia ini adalah ciptaan manusia, kalau
orang lain dapat menciptakannya, mengapa aku tidak?"
Berpikir sampai di sini, mendadak pikirannya terbuka, jalan
terbentang terang di depan matanya.
Begitulah ia mulai memeras otak, dari pagi berpikir sampai
lohor dan sampai jauh malam pula tanpa makan dan minum,
Berbagai aliran ilmu silat terbayang bergantian dalam
benaknya dan seakan-akan saling bertempur.
Ia pernah menyaksikan pertandingan antara Ang Chit-kong
dan Auyang Hong secara lisan, ia sendiripun pernah
menggertak lari Li Bok-chiu hanya dengan uraian mulut saja.
Kini pertarungan berbagai aliran ilmu silat dalam benaknya itu
ternyata jauh lebih dahsyat dan sengit daripada pertandingan
lisan.
Cara bagaimana Nyo Ko akan mencipta dan menjadikan
dirinya seorang maha guru ilmu silat tersendiri?
Apakah benar Nyo Ko akan minta bantuan Kim-lun Hoat-ong
untuk menuntut balas kepada Kwe Ceng?
Kemana perginya Siao-liong-li ?
- Bacalah jilid ke - 24-
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 24
Begitulah bayangan pertarungan antara berbagai aliran
silat terus berkecamuk di dalam benaknya sampai akhirnya
tanpa terasa kaki dan tangannya juga ikut bergerak. Semula
masih dapat dibedakan jurus ini berasal dari ajaran Ang Chit
kong dan jurus lain dipelajari dari Auyang Hong, tapi lama-
Iama menjadi kacau balau dan tak tahan lagi, mendadak ia
jatuh terjungkal dan pingsan.
Dari jauh Darba mengikuti gerak-gerik Nyo Ko yang
linglung dan kemudian main silat sendiri seperti orang gila,
akhirnya pemuda itu mendadak jatuh, ia menjadi kaget dan
memburu maju hendak menolongnya.
Tapi Kim-lun Hoat-ong telah mencegahnya dengan
tertawa: "Jangan kau ganggu dia, Sayang kecerdasanmu
kurang sehingga kau tidak memahami persoalannya."
Nyo Ko tidur setengah malam, esoknya setelah bangun
kembali ia memeras otak pula, dalam tujuh hari ia jatuh
pingsan lima kali tapi gerak tangan dan kakinya semakin lihay,
telapak tangan mampu mematahkan pohon dan kaki sanggup
menerbangkan batu. Sampai hari kedelapan, gerakan Nyo Ko
sudah mulai pelahan, dari dahsyat berubah menjadi lemas,
sekali pukul pada batang pohon, sehelai daun juga tidak
bergoyang, tahu-tahu pohon itu patah.
Tahulah Nyo Ko bahwa ilmu silat ciptaannya telah jadi,
sungguh girangnya tidak alang kepalang, segera ia duduk
bersila dan mulai merenungkan kembali semua jurus ilmu silat
ciptaannya itu dari awal sampai akhir, ia merasa semuanya
terlebur menjadi satu dalam pemikirannya, baru sekarang dia
tahu perbedaan antara kekuatan batin dan tenaga luar, antara
kebagusan Pak-kau-pang-hoat dan Giok-siau-kiam-hoat,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sesungguhnya semua itu "Bhinneka Tunggal Ika", berbedabeda,
tapi satu,
Kemudian ia berbangkit pelahan dan memandang jauh di
atas puncak gunung itu, perutnya terasa sangat lapar, tanpa
pikir ia makan sekenyangnya buah-buahan yang dikumpulkan
Darba.
"Selamat, saudara Nyo atas berhasilnya ilmu silat
ciptaanmu," kata Kim-iun Hoat-ong dengan tertawa sambil
berbangkit dan memberi hormat dengan merangkap kedua
telapak tangannya di depan dada. Berbareng itu serangkum
angin dahsyat terus menyambar ke arah Nyo Ko.
Nyo Ko terkejut dan cepat gunakan tangannya untuk
menyampuk angin pukulan lawan ke samping, Tapi begitu
tenaga pukulan kedua pihak saling kontak, segera Kim-lun
Hoat-ong tarik kembali tenaga pukulannya.
Hanya benturan ringan tenaga pukulan tadi Kim-lun Hoatong
sudah dapat menarik kesimpulan bahwa hasil renungan
Nyo Ko selama delapan hari ternyata luar biasa hebatnya.
Tahu bahwa orang cuma menguji kepandaian-nya, Nyo Ko
tertawa dan berkata: "Akupun mengucapkan selamat padamu,
kini kau sudah sehat kembali"
Bahwa seorang kalau sudah "jadi", apakah jadi kaya, atau
jadi pintar, dengan sendirinya sikap dan wibawanya segera
berubah, Begitu juga dalam hal ilmu silat, karena kini Nyo Ko
adalah pendiri suatu aliran tersendiri meski usianya masih
muda belia, namun wibawa dan sikapnya sudah jauh berbeda
daripada delapan hari sebelumnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Kim-lun Hoat-ong merasa syukur dan merasa
akan banyak memetik hasilnya dengan bersekutu dan
mendapat bantuan anak muda ini, Maka ia lantas berkata:
"Saudara Nyo, marilah kuperkenalkan seorang kepadamu,
Orang ini mempunyai pengetahuan yg luar biasa dan berbakat
tinggi, bijaksana lagi berbudi kutanggung engkau juga akan
kagum kepadanya setelah menemuinya."
"Siapakah dia?" tanya Nyo Ko.
"Kubilai, pangeran Mongol," jawab Hoat-ong. "Dia adalah
cucu Jengis Khan, putera keempat pangeran Tule."
Karena pernah menyaksikan keganasan tentara Mongol,
maka Nyo Ko merasa benci kepada orang Mongol, ia
menjawab: "Aku ingin selekasnya dapat membunuh musuh
untuk menuntut balas. Maka tak perlulah kiranya pertemuan
dengan pangeran MongoI itu."
"Aku sudah berjanji akan membantu kau, janji ini pasti
akan kupegang teguh," ujar Hoat-ong dengan tertawa, "Tapi
aku adalah orang undangan pangeran Kubilai, aku perlu
memberi lapor sekadarnya kepada beliau. Perkemahannya
terletak tidak jauh dari sini sehari saja cukup untuk
mencapainya."
Nyo Ko merasa sendirian pasti bukan tandingan Kwe Cing
dan Ui Yong, karena memerlukan bantuan orang, terpaksa
Nyo Ko menurut dan ikut Kim-lun Hoat-ong.
Adalah kebiasaan orang Mongol bertempat tinggal dalam
kemah adat ini tak dapat dilenyapkan meski mereka berhasil
menyerbu ke Tiongkok dan menduduki kota, mereka tetap
tidak biasa bertempat tinggal di dalam rumah bertembok.
Sebab itulah Kubilai juga tinggal di dalam kemahnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kim-lun Hoat-ong adalah Koksu utama kerajaan Mongol,
dengan sendirinya dia sangat dihormati dan disegani melihat
kedatangannya cepat penjaga melapor kepada sang pangeran.
Sambil berendeng maju, Kim-lun Hoat-ong dan Nyo Ko
melangkah masuk ke dalam kemah pangeran Kubilai.
Di dalam kemah itu ternyata sangat sederhana, kecuali
luasnya satu kali lipat daripada kemah orang Mongol biasa,
lebih dari itu tiada kelihatan tanda-tanda sesuatu yang
mewah. Seorang pemuda berusia 25-26 tahun dengan
dandanan orang terpelajar sedang membaca kitab.
Melihat Hoat-ong berdua datang, cepat pemuda itu
berbangkit menyambut dan berkata dengan tertawa: "Sudah,
beberapa hari tidak bertemu dengan Koksu, rasaku menjadi
kesal."
"Ongya, ini kuperkenalkan seorang kesatria muda
padamu," kata Hoat-ong. "Saudara Nyo ini adalah seorang
ksatria yang sukar ada bandingannya."
Mendengar sapa menyapa itu, Nyo Ko terkejut. Tadinya ia
mengira sebagai cucu Jengis Khan dan saudara raja Mongol
yang bertahta sekarang, tentulah pangeran Kubilai itu pasti
gagah berwibawa dan kereng, siapa tahu yang dihadapinya
sekarang adalah seorang pemuda pelajar yang berdandan
sebagai bangsa Han dan bicara dalam bahasa Han pula.
Kubilai mengawasi Nyo Ko sejenak, lalu sebelah tangannya
menggandeng Nyo Ko dan tangan lain menarik Kim-Iun Hoatong
serta berseru kepada anak buahnya: "Lekas ambilkan
arak, aku ingin minum bersama saudara ini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera anak buahnya menghaturkan tiga buah mangkuk
besar serta dituangi arak khas Mongol, arak susu kuda.
Sekali tenggak Kubilai habiskan semangkuk penuh, Hoatong
juga keringkan isi mangkuknya. Nyo Ko sendiri biasanya
jarang minum arak, kini melihat tuan rumah sangat simpatik,
ia merasa tidak enak untuk menolak, segera iapun habiskan isi
mangkuknya, ia merasa arak itu sangat keras dan pedas, tapi
mengandung rasa pahit dan kecut pula.
"Bagaimana rasanya arak ini, saudara cilik?" tanya Kubilai
dengan tertawa.
"Arak ini mempunyai rasa pahit, pedas, kecut dan sepat, di
dalamnya terasa perih puIa, rasanya tidak enak, tapi inilah
arak minuman seorang lelaki sejati," jawab Nyo Ko cepat.
Kubilai sangat girang, berulang ia berseru kepada anak
buahnya agar menuangkan arak pula dan ketiga orangpun
masing-masing menghabiskan tiga mangkuk. Berkat tenaga
dalamnya yang kuat, sedikitpun Nyo Ko tidak memperlihatkan
tanda mabuk meski sudah habiskan arak keras itu cukup
banyak.
Dengan gembira Kubilai tanya kepada Kim-lun Hoat-ong :
"Koksu, dari manakah engkau mendapatkan bakat muda
sebagus ini? Sungguh beruntung bagi Mongol Raya kita."
Secara ringkas Kim-lun Hoat-ong lantas menceritakan,asal
usul Nyo Ko, nadanya bahkan sengaja meninggikan derajat
anak muda itu seolah-olah menganggap Nyo Ko sebagai tokoh
dunia persilatan di Tionggoan.
Jika orang lain tentu takkan percaya terhadap cerita Hoatong
itu mengingat usia Nyo Ko jelas masih sangat muda, Tapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kubilai sendiri sejak kecil sudah terkenal sebagai anak ajaib,
pintar luar biasa dan bijaksana, apalagi iapun percaya penuh
kepada Hoat-ong, maka ia menjadi kegirangan dan segera
memerintahkan diadakan perjamuan, katanya kepada Hoatong
dan Nyo Ko: "Sebentar akan kuperkenalkan kalian kepada
beberapa orang kosen."
Kubilai sudah lama tinggal di daerah Tiong-goan dan
mengagumi kebudayaan Tiongkok, hidupnya sehari-hari
senantiasa bergaul dengan kaum terpelajar iapun
mengumpulkan jago silat, dari berbagai penjuru dan
menghimpun kaum cendekiawan sebagai staf untuk
membincangkan rencana penyerbuan ke Tiongkok "selatan.
BegituIah tidak seberapa lama meja perjamuan sudah siap
dengan hidangan campuran Mongol dan Han. Kubilai memberi
perintah pula kepada anak buahnya: "Undanglah beberapa
tuan di Ciau-hian-koan (Wisma Ksatria) itu hadir ke sini."
Setelah anak buahnya mengiakan dan pergi, Kubilai
berkata pula: "Beberapa hari di Ciau-hian-koan telah
berkumpul beberapa tamu yang memiliki kepandaian kosen,
semuanya sangat menyenangkan hatiku, tapi tetap belum
dapat memadai kepandaian Koksu dan saudara Nyo yang
serba bisa."Habis berkata ia tertawa terbahak-bahak.
Tidak lama penjaga memberi lapor tamu undangan telah
datang, Waktu tirai kemari tersingkap, masuklah empat orang.
Nyo Ko terkejut ketika mengenali orang yang berjalan
paling depan itu kaku sebagai mayat dan di sebelahnya adalah
seorang cebol hitam, siapa lagi kalau bukan Siau-siang-cu dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nimo Singh yang dipergokinya di lembah gunung tengah
malam itu.
Dua orang lagi yang masuk belakangan juga mempunyai
potongan yang aneh, seorang tinggi besar, tingginya lebih 2
meter, tangan kasar dan kaki besar, sungguh seorang raksasa
tulen, cuma air mukanya tampak ketolol-tololan, pandangan
matanya kaku buram, mirip orang tidak waras, seorang lagi
berhidung besar, Iekuk matanya dalam, rambutnya keriting
dan janggutnya merah keemasan, jelas seorang golongan
Arab, justeru memakai pakaian bangsa Han yang perlente
memakai kalung mutiara segala, malahan pakai gelang jamrud
lagi. Dandanannya gemilapan dan lagaknya kebanci-bancian.
Kubilai menyilakan semua orang berduduk, lalu
memperkenalkan mereka satu per satu, Kira-nya si raksasa
tadi adalah suku Hwe di daerah Sin-kiang, sejak kecil memiliki
tenaga besar dan sanggup membinasakan singa atau harimau
dengan bertangan kosong.
Kemudian bertemu pula dengan orang kosen dan
mendapatkan pelajaran ilmu silat yang kasar, cuma tenaganya
memang maha kuat, meski ilmu silatnya tidak tinggi, kalau
berkelahi tampaknya menjadi dahsyat sekali.
Sedangkan orang keturunan Arab itu adalah saudagar
Persia dan sudah tiga turunan tinggal di Tiongkok sebagai
pedagang batu permata, namanya juga menggunakan nama
bangsa Han, yakni In Kik-si, dia memiliki ilmu silat gaya Persia
yang aneh, ditambah lagi waktu dia berkeliling mencari barang
dagangan, sering dia berbincang ilmu silat dengan jago silat
Tiongkok, dari hasil tukar pikiran itu dipelajarinya lagi secara
mendalam hingga akhirnya dia mengkombinasikan ilmu silat
dari dua negeri, dapat diciptakannya suatu aliran silat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tersendiri. Ia mendengar Kubilai sedang mencari jago silat
maka iapun datang melamar.
Begitulah Nimo Singh dan Siau-siang-cu saling pandang
dengan tertawa penuh arti, mereka melirik ke arah Kim-lun
Hoat-ong dengan sikap yang tidak mau tunduk, Ketika melihat
Nyo Ko masih muda belia itu, mereka mengira anak muda ini
adalah anak cucu murid Kim-lun Hoat-ong, maka sama sekali
tidak memperhatikannya.
Setelah suguhan arak berulang tiga kali, Nimo Singh yang
berwatak berangasan itu tidak sabar lagi, segera ia berteriak:
"Ongya, kerajaan MongoI Raya makmur jaya, ksatria di dunia
ini semuanya berkumpul di sini, kalau Hwesio besar ini
dianugerahi dengan gelar Koksu nomor satu, tentu ilmu
silatnya tiada bandingannya, untuk itu kami justeru ingin tahu
akan kesaktiannya sekadar menambah pengalaman kami."
Kubilai tersenyum dan tidak menanggapi segera Siausiang-
cu menyambung: "Saudara Nimo Singh ini datang dari
negeri Thian-tiok (lndia), sedangkan ilmu silat di Tibet berasal
dari negeri Thian-tiok, apakah mungkin anak didik lebih mahir
dari sang guru, aku menjadi ragu dan ingin tahu pula."
Ucapan Siau-siang-cu itu jelas bernada mengadu domba,
ia memang berharap agar Nimo Singh dapat bertempur dulu
dengan Kim-lun Hoat-ong, dengan begitu dirinya nanti tinggal
menarik keuntungannya saja, walaupun nadanya rada
memihak Nimo Singh, tapi sesungguhnya dia berharap
keduanya bertarung mati-matian.
Melihat air muka Siau-siang-cu pucat bersemu hijau, Kimlun
Hoat-ong yakin orang ini pasti memiliki Lwekang yg tinggi
bukan mustahil diantara empat orang dia ini adalah lawan
yang terkuat, Sekilas dilihatnya In Kik-si hanya tertawa saja,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sejak tadi dengan lagak saudagar yang cuma mementingkan
duit belaka, tampaknya sama sekali tidak mengerti ilmu silat,
tapi justeru orang yang macam begini malahan tidak boleh
dipandang enteng.
Maka Kim-lun Hoat-ong lantas berkata dengan tersenyum:
"Bahwa diriku diangkat sebagai Kok-su, semua ini adalah
berkat budi kebaikan Sri Baginda serta Paduka Pangeran,
sebenarnya aku mana berani menerimanya."
"Jika tidak berani menerima, kan seharusnya kau
memberikan pangkat itu kepada orang lain," ujar Siau-siangcu
sambil melirik ke arah Nimo Singh.
Hoat-ong angkat sumpitnya menyupit sepotong besar
daging sampi rebus, lalu berkata dengan tertawa: "Potongan
daging ini paling besar di piring ini, sesungguhnya akupun
tidak ingin memakannya, hanya saja sumpitku secara
kebetulan mencomotnya, dalam agama Budha disebut "ada
jodoh" Sekiranya tuan yang hadir di sini ada yang berminat
makan daging ini, kusilahkan menyumpitnya saja."
Habis berkata Hoat-ong tetap pegang sumpitnya yang
menjepit potongan daging itu dan berhenti di atas piring
sambil menunggu reaksi orang lain.
Si raksasa Be Kong-co paling polos orangnya, pikirannya
terlalu sederhana dan tidak tahu kelicikan manusia umumnya,
ia tidak tahu bahwa ucapan Kim-lun Hoat-ong itu bercabang
makna.
Katanya saja sepotong daging, tapi yang dimaksudkan
sebenarnya adalah kedudukan Koksu nomor satu yang ingin
diperebutkan Nimo Singh itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dasar Be Kong-co memang lugu, tanpa pikir ia
menjulurkan sumpitnya untuk menjepit potongan daging
disumpit Hoat-ong itu, tapi baru saja ujung sumpitnya hampir
menempel daging, sekonyong-konyong ujung sebuah sumpit
yang dipegang Kim-lun Hoat-ong itu, menyerong keluar dan
membentur sumpitnya.
Seketika Be Kong-co merasakan tangannya tergetar sakit,
sumpitnya terlepas dari cekalan dan jatuh di atas meja.
Semua orang saling memandang dengan melongo kaget,
mereka kagum betapa lihaynya tenaga dalam Hoat-ong. Tapi
Be Kong-co sendiri ternyata belum menyadari apa yang terjadi
itu, dia jemput kembali sumpitnya dan sekali ini dipegang
sekencangnya agar tidak tergetar jatuh pula, lalu sumpit
dijulurkan untuk berebut daging lagi.
Kembali ujung sumpit Hoat-ong menyerong keluar, tapi
sekali ini pegangan Be Kong-co sungguh kencang dan tak
dapat tergetar jatuh sumpitnya, yang terdengar adalah suara
"krek" sekali, sepasang sumpitnya telah patah menjadi empat
seperti ditabas pisau, kedua bagian yang patah itu jatuh
semua di atas meja.
Be Kong-co menjadi gusar malah, ia meraung terus
hendak menubruk maju untuk melabrak Kim-lun Hoat-ong.
Namun Kubilai keburu mencegahnya dan berkata dengan
tertawa: "Harap Be-cong-su jangan marah, kalau mau
bertanding silat boleh nanti saja setelah dahar."
Meski orangnya kasar, tapi Be Kong-co ternyata takut
kepada sang pangeran, dia kembali berduduk, katanya dengan
mendongkol sambil tuding Hoat-ong: "Kau menggunakan ilmu
siluman apa sehingga alat makanku terpatahkan?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kim-lun Hoat-ong hanya tersenyum saja tanpa menjawab,
sumpitnya tetap terjulur di atas meja dengan daging yang
tersumpit itu.
Semula Nimo Singh meremehkan Kim-lun Hoat-ong, tapi
kini ia tak berani memandang enteng lagi padanya setelah
melihat Lwekang orang yang hebat itu. Sebagai orang Thiantiok,
cara makannya tidak memakai sumpit, tapi pakai tangan
belaka, segera ia berkata: "Be-heng tak mampu menyumpit
daging ini, serahkan saja padaku." Mendadak kelima jarinya
terus mencengkeram daging yang disumpit Hoat-ong itu.
Akan tetapi secepat kilat Kim-lun Hoat-ong tetap
menyerongkan sebuah ujung sumpit, hanya sedikit bergetar
saja sekaligus ia mengincar beberapa Hiat-to pada jari tangan
Nimo Singh.
Namun Nimo Singh juga bukan jago rendahan, tangannya
membalik terus memotong pergelangan tangan lawan.
Tangan Hoat-ong tidak bergerak, hanya sumpitnya yang
diputar balik dan tetap bergetar beberapa kali, Segera Nimo
Singh merasa ujung sumpit lawan hampir menyentuh urat
nadi tangannya, cepat ia menarik kembali tangannya, Dalam
pada itu sumpit Kim-lun Hoat-ong juga telah membalik lagi
dan tetap dapat menyapit potongan daging tadi.
Nyo Ko dan lain-lain dapat menyaksikan bahwa hanya
sekejap itu saja sebenarnya antara Kim-lun Hoat-ong dan
Nimo Singh sudah saling gebrak beberapa jurus, gerakan
sumpit Hoat-ong sangat cepat, tapi cara Nimo Singh bergerak
dan menarik tangannya juga cepat luar biasa, itulah
pertarungan antara jago silat kelas satu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan nada dingin Siau-siang-co berseru memuji,
sedangkan Kubilai hanya tahu kedua orang itu telah saling uji
kepandaian dengan ilmu silat yang tinggi, tapi ilmu apa yang
dikeluarkan mereka tak dapat diketahuinya, Be Kong-cu juga
melongo bingung mengikuti pertarungan aneh itu.
Kini giliran In Kik-si, dengan tertawa ia berkata: "Ah,
saudara-saudara ini mengapa sungkan-sungkan terhadap
daharan lezat ini, kau tak mau makan, akupun tak mau
makan, kan sebentar semua menjadi dingin."
Sambil berkata iapun menjulurkan sumpitnya dengan
pelahan, gelang tangannya yang jamrud bersentuhan dengan
gelang emas hingga menerbitkan suara gemerincing nyaring,
Belum lagi sumpitnya menyentuh daging, Hoat-ong sudah
merasakan sumpitnya tergetar oleh tenaga dalam In Kik-si.
Tapi Hoat-ong malah terus menyurung sumpitnya ke
depan agar dagingnya kena disumpit In-Kik-si, berbareng itu
suatu arus tenaga dalam yang maha kuat disalurkan dan
menggempur lengan lawan.
Dalam hati In Kik-si berteriak celaka, kalau saja tenaga
dalam dapat menggempur sampai di dadanya, maka dirinya
pasti akan terluka parah, Terpaksa ia mengerahkan segenap
tenaga untuk balas menggempur.
Tak terduga tenaga dalam Hoat-ong itu setelah dikerahkan
secara mendadak ditarik kembali pula, karena itu daging yang
sudah tersumpit oleh In Kik-si itu menjadi tertolak kembali
oleh gempuran balik tenaganya sehingga dapat dicapit pula
oleh sumpit Hoat-ong.
"Haha, ternyata In-heng juga sungkan dan tidak sudi
makan daging ini," kata Hoat-ong dengan tertawa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyata Hoat-ong telah mengalahkan In Kik-si dengan akal
In Kik-si juga sangat tinggi hati setelah kena diakali, terpaksa
ia mundur teratur, apa lagi kalau bergebrak pula dirinya juga
belum tentu dapat menang, ia pikir lain kali saja kalau ada
kesempatan akan kucoba lagi Hwesio ini.
Kemudian ia menyumpit sepotong daging yang agak
kecilan dan dimakan, katanya dengan tertawa: "Selama
hidupku hanya duit saja yang menarik daging sampi yang
terlalu banyak gemuknya akupun tak suka, biarlah kumakan
daging yang kecilan saja."
Diam-diam Kim-lun Hoat-ong juga mengakui kelihayan
orang Persi ini dengan gayanya yang luwes, kalau mesti
bertempur sungguh merupakan lawan yang tangguh, talu ia
berpaling kepada Siau-siang-cu dan berkata: "Jika Siau-heng
juga tidak sudi, terpaksa kumakan sendiri " Berbareng ia
sedikit tarik mundur sumpitnya.
Kiranya Hoat-ong yakin Siau-siang-cu adalah lawan paling
kuat di antara empat orang yang dihadapinya sekarang,
bahwa alasannya mau makan sendiri sebenarnya dia sengaja
menarik mundur tangannya, dengan demikian daya tahannya
akan bertambah - kuat, sebaliknya jarak lawan menjadi
tambah jauh dan dengan sendirinya pihak lawan harus lebih
banyak mengeluarkan tenaga apabila mau menyerang.
Sudah tentu Siau-siang-cu mengetahui maksud tujuan
orang, ia hanya mendengus saja, pelahan ia angkat
sumpitnya, tapi mendadak secepat kilat bergerak ke depan
dan tepat mencapit potongan daging itu terus ditarik, karena
itu jarak mundurnya tangan Hoat-ong tadi kena diseret maju
lagi ke posisi semula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski sebelumnya Hoat-ong mengetahui tenaga dalam
lawan ini sangat lihay, tapi tak menduga bahwa gerakannya
bisa bergitu cepat, maka cepat iapun balas menarik. Karena
kedua orang sama-sama mengerahkan tenaga dalam, seketika
terjadilah saling betot dan saling tahan, hanya sekejap saja
tiga gebrakan sudah terjadi dan potongan daging itu masih
tersumpit oleh dua pasang sumpit.
Kubilai tidak paham betapa bagusnya ilmu silat kelas
wahid, ia mengira kedua orang hanya saling berebut daging
rebus saja, padahal kedua orang sudah saling gebrak
beberapa jurus seperti pertarungan di medan tempur. Di
tengah saling uji kepandaian beberapa orang itu, sejak tadi
Nyo Ko hanya menyaksikan saja dengan tersenyum, ia pikir
orang kosen di dunia ini sungguh sukar dihitung banyaknya,
terutama kepandaian kedua orang yang sukar dibedakan kalah
dan menang sekarang ini, pada saat itulah tiba-tiba dari jauh
berkumandang suara seorang: "Kwe Cing! Adik Kwe Cing
dimana kau ? Lekas keluar! Hai, Kwe Cing, bocah she Kwe,
dimana kau?"
Suara itu semula terdengar berkumandang dari sebelah
timur dan sekejap kemudian kedengaran ada beberapa li
jauhnya, seperti suara seorang, lalu disusul dengan suara
orang kedua, cuma logatnya jelas berasal dari seorang yang
sama, malahan dari timur ke barat dan dari barat ke timur
suara itu terus menerus bergema tanpa berhenti maka dapat
dibayangkan betapa cepat gerak tubuh orang itu sungguh
jarang ada bandingannya.
Selagi semua orang saling pandang dengan melenggong,
sementara itu Kim-lun Hoat-ong dan Siau-siang-cu masih
saling ngotot. Padahal daging rebus itu mana mampu
menahan tenaga tarikan dua jago kelas satu itu, tapi nyatanya
daging itu masih tetap ulet dan tidak putus.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya teramat cepat pergantian tenaga Kim-lun Hoatong
dan Siau-siang-cu, begitu saling tarik segera pula saling
sodok, tapi lantaran gerakan kedua orang sama cepatnya dan
sama kuat pula, maka daging itu tidak lebih hanya sebagai
perantara penyaluran tenaga saja sehingga tidak hancur.
Nyo Ko dapat melihat keadaan itu, ia tunggu ketika kedua
orang sedang saling betot dan daging itu tertarik hingga
memanjang, mendadak ia angkat sumpitnya dan memotong
daging itu, dua batang sumpit memotong daging itu menjadi
tiga bagian, pada saat yang tepat ia jepit potongan daging
bagian tengah, sedangkan Hoat-ong dan Siau-siang-cu
masing-masing mendapatkan potongan daging ujung kanan
dan kiri.
Cara turun tangan Nyo Ko ini tidak mengutamakan
kekuatan tenaga dalam melainkan unggul dalam hal kejituan
dan kecepatan, ia dapat menggunakan tempo yang paling
tepat.
BegituIah ketiga orang saling pandang dengan tertawa
dan baru saja mereka hendak memakan daging pada sumpit
masing-masing, sekonyong-konyong tirai kemah tersingkap
dan bayangan seorang berkelebat mendadak seorang
mengulurkan tangan dan sekaligus-dapat merampas potongan
daging pada sumpit Nyo Ko bertiga, lalu dimakan dengan
lahapnya.
Orang itu terduduk bersimpuh di atas permadani di dalam
kemah dan makan dengan mikmatnya, sama sekali tidak
pandang sebelah mata pada orang lain yang berada di situ.
Kejadian ini membikin semua orang terkejut dan serentak
berdiri Bayangkan saja, betapa lihaynya ilmu silat Kim-lun
Hoat-ong, Siau-siang-cu dan Iain-lain, Nyo Ko kinipun sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
termasuk barisan tokoh kelas satu, tapi orang itu sekaligus
dapat merampas daging mereka tanpa bisa mengelak sedikit.
Waktu Nyo Ko mengawasi kiranya orang itu adalah
seorang kakek berambut dan berjenggot putih, tapi mukanya
merah bercahaya dan tersenyum simpul menyenangkan,
betapa usianya sukar untuk diterka.
Penjaga kemah ternyata tidak mampu merintangi kakek
itu, para pengawal itu serentak membentak: "Tangkap
pengacau !" Berbareng empat tumbak terus menusuk ke dada
kakek itu. Tapi kakek itu cuma menggunakan tangan kirinya
dan sekaligus ujung keempat tumbak sudah terpegang
olehnya, Lalu katanya kepada Nyo Ko: "Eh, adik cilik, ambilkan
lagi daging sampi, perutku lapar sekali."
Sudah tentu keempat pengawal Mongol itu sangat
penasaran, sekuatnya mereka membetot tumbak yang
dipegang si kakek, tapi sedikitpun tak bergeming meski muka
mereka merah padam dan otot hijau menonjol di dahi mereka.
Nyo Ko sangat tertarik akan kepandaian kakek aneh itu,
tanpapikir ia angkat piring yang berisi daging rebus itu terus,
dilemparkan ke sana sambil berkata : "lni, silahkan makan!"
Dengan tangan kanan saja kakek itu menahan pantat
piring yang menyambar tiba itu, mendadak sepotong daging di
atas piring itu melompat-ke atas dan masuk mulut si kakek.
Kubilai sangat tertarik dan bersorak gembira, disangkanya
kakek itu mahir main sulapan, sedangkan Kim-lun Hoat-ong
dan lain-lain dapat melihat Lwekang orang tua itu kuat luar
biasa, bahwa potongan daging itu dapat melompat sendiri
jelas karena getaran tenaga tangannya yang menyanggah
piring itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hebatnya daging yang melonjak ke atas itu hanya
sepotong saja dan potongan daging yang lain tidak bergerak
sedikitpun ketepatan tenaga inilah yang luar biasa dan tak
dapat ditiru orang lain, Mau-tak-mau semua orang merasa
kagum dan segan pula.
Tertampak kakek itu terus makan dengan Iahapnya, baru
potongan daging pertama dilalap, segera sepotong daging
yang lain melompat lagi dari piring dan masuk mulut si kakek.
Hanya sekejap saja daging seisi piring itu sudah tersapu
bersih.
Ketika tangan kanan si kakek bergerak, piring kosong yang
dipegangnya itu terus melayang ke atas dan berputar satu
kali, lalu menyamber ke arah Nyo Ko dan In Kik-si. Karena
sudah tahu kakek itu memiliki ilmu gaib dan kuatir terdapat
sesuatu pada piring itu, Nyo Ko dan In Kik-si tak berani
menangkap piring itu, mereka sama mengegos ke samping.
Karena itu piring kosong itu terus menyamber lewat dan
turun ke permukaan meja, tepat membentur piring lain yang
berisi daging kambing panggang, piring kosong tadi berhenti
di atas meja, sebaliknya piring yang berisi daging kambing
panggang terus terbang menuju si kakek.
Tampaknya si kakek sangat senang, ia bergelak tertawa,
seperti cara tadi setelah piring berisi daging kambing
dipegangnya, kembali sepotong demi sepotong daging
kambing itu melompat masuk mulutnya dan tidak lama telah
dilalap habis.
Dalam keadaan begitu, yang paling konyol tentulah
keempat pengawal Moegol tadi tumbak mereka terpegang si
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kakek, mereka membetot se-kuatnya dan tak dapat terlepas,
untuk melepaskan senjata merekapun tidak berani Maklumlah
disiplin tentara Mongol sangat keras, membuang senjata di
medan perang hukumannya mati, apalagi keempat orang itu
bertugas sebagai pengawal sang Pangeran, terpaksa mereka
mengerahkan segenap tenaga untuk menarik sekuatnya.
Kakek itu ternyata sangat nakal, semakin ke empat orang
itu kelabakan, semakin senang dia. Mendadak ia berseru :
"Bim-salabim! Dua orang menyembah padaku, dua lagi
terjengkang ! Satu-dua-tiga !"
Selesai "tiga" diucapkan, berbareng tangannya sedikit
bergerak, kontan ujung keempat tumbak patah semua, Tapi
tenaga yang dikeluarkan jari tangannya ternyata berbeda, dua
batang tumbak ditolak ke sana, sebaliknya dua tumbak yang
kiri di-betot, maka terdengarlah suara mengaduh kesakitan
keempat orang Mongol itu, yang dua orang jatuh tiarap
seperti orang menyembah, dua lagi jatuh terjengkang ke
belakang.
Habis itu si kakek bertepuk tangan dan menyanyikan lagu
kanak-kanak, yaitu lagu yang umumnya didendangkan orang
tua untuk menghibur anak kecil yang menangis karena jatuh.
Tiba-tiba Siau-sang-cu teringat kepada satu orang, cepat
ia bertanya: "Apakah Cianpwe she Ciu?"
Kakek itu terbahak-bahak, jawabnya: "Ya, kau kenal
padaku ?"
Tanpa ayal Siau-siang-cu" berbangkit dan memberi
hormat, katanya: "Kiranya Lo-wan-tong Ciu Pek-thong, Ciulocianpwe
yang tiba,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kim-lun Hoat-ong dan Nimo Singh baru pertama kali ini
datang di Tionggoan, mereka belum kenal siapa itu Ciu Pekthong,
mereka hanya merasa ilmu silat si kakek she Ciu ini
tinggi luar biasa dan sukar diukur, tapi tingkah lakunya jenaka
dan nakal pula, pantas berju!uk "Lo-wang-tong", (si nakal
tua).. Karena itu rasa permusuhan mereka jadi lantas
berkurang, malahan mereka sama tersenyum geli oleh julukan
orang yang lucu itu.
Segera Kim-lum Hoat-ong berkata: "Maafkan
keteledoranku yang tidak kenal orang kosen dari dunia
persilatan Bagaimana kalau silakan duduk saja di sini. Ongya
sedang mencari orang pandai, kini orang kosen berada di sini,
tentu Ongya merasa sangat gembira."
Kubilai juga memberi salam dan berkata: "Benar, silakan
Ciu-losiansing berduduk, ada banyak persoalan yang kurang
jelas perlu kuminta petunjuk padamu."
Tapi Ciu Pek-thong menggeleng kepala, jawabnya: "Tidak,
aku sudah kenyang dan tidak ingin makan lagi, Di mana Kwe
Cing? Apakah dia berada di sini?"
Hati Nyo Ko tergetar mendengar nama Kwe Cing disebut,
dengan dingin ia tanya: "Ada urusan apa kau mencari dia?"
Dasar watak Ciu Pek-thong memang kocak dan kekanakkanakan,
dia paling suka bergaul dengan anak kecil, melihat
Nyo Ko berusia paling muda diantara orang yang hadir di situ,
hal ini sudah membuatnya suka lebih dahulu, kini mendengar
pula Nyo Ko menyebutnya dengan kata "kau" dan tidak pakai
"Locianpwe" dan "Ciu-siansing" segala, ini membuatnya lebihlebih
senang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka cepat Ciu Pek-thong menjawab: "Kwe Cing adalah
saudara angkatku, apakah kau kenal dia? Sejak kecil dia suka
bergaul dengan orang Mongol, maka begitu melihat orang
Mongol di sini segera kumenerobos ke sini untuk mencarinya."
"Ada urusan apa kau mencari Kwe Cing?" tanya Nyo Ko
pula sambil mengerut kening.
Ciu Pek-thong memang orang polos dah tidak bisa
berpikir, mana dia tahu urusan apa yang harus dirahasiakan
atau tidak, tanpa ragu ia terus menjawab: "Dia telah kirim
berita padaku agar aku menghadiri Eng-hiong-yan (perjamuan
ksatria)." Jauh-jauh aku berangkat ke sana, di tengah jalan
aku mampir dan pesiar sehingga terlambat datang beberapa
hari, mereka ternyata sudah bubar, sungguh mengecewakan."
"Apakah mereka tidak meninggalkan surat untukmu?" ujar
Nyo Ko.
Mendadak Ciu Pek-thong mendelik dan berkata: "Mengapa
kau hanya bertanya melulu ? sebenarnya kau kenal Kwe Cing
tidak?"
"Mengapa aku tidak kenal ?" jawab Nyo Ko. "Nyonya Kwe
bernama Ui Yong, betul tidak? Anak perempuan mereka
bernama Kwe Hu, ya bukan ?"
Tapi Ciu Pek-thong mendadak menggoyangkan tangannya
dan berseru dengan tertawa: "Salah, salah ! Si budak Ui Yong
sendiri juga seorang anak perempuan kecil, mana mereka
mempunyai anak perempuan segala ?"
Nyo Ko melengak bingung, tapi ia lantas paham
persoalannya, segera ia tanya pula: "Sudah berapa tahun kau
tidak bertemu dengan mereka suami-isteri?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ciu Pek-thong tidak lantas menjawab, ia tekuk jarinya satu
demi satu, sepuluh jari secara rata di-hitungnya ulang dua
kali, lalu berkata: "Sudah ada 20 tahun."
"Nah, masakah sudah 20 tahun dia masih anak perempuan
kecil ?" kata Nyo Ko dengan tertawa.
Ciu Pek-thong tertawa ngakak sambil garuk-garuk kepala,
lalu berkata: "Ya, ya, kau yang benar, kau yang benar !
Apakah anak perempuan mereka itu pun cakap ?"
"Suka anak perempuan mereka itu lebih banyak mirip
nyonya Kwe dan sedikit saja memper Kwe Cing, nah, cakap
tidak menurut pendapatmu ?" tanya Nyo Ko.
"Hahahaha! Bagus kalau begitu !" kata Ciu Pek-thong
dengan tertawa, "Anak perempuan kalau beralis tebal dan
bermata besar serta bermuka hitam seperti saudaraku Kwe
Cing itu, dengan sendirinya bukan cakap lagi namahya."
Nyo Ko tahu kini Ciu Pek-thong tidak ragu lagi, tapi untuk
memperkuat kepercayaannya kembali ia menambahkan:
"Ayah Ui Yong, yaitu Tho-hoa-tocu Ui Yok-su, kakak Yok-su
ada hubungan persaudaraan denganku, apakah kau kenal dia
?"
Berganti Ciu Pek-thong melengak heran sekarang, ia pikir
masakah anak muda ini berani mengaku bersaudara dengan
Ui-losia, lantas apa kedudukan orang muda ini? Segera ia
bertanya pada Nyo Ko: "siapakah gurumu ?"
"Kepandaian guruku teramat hebat, jika kukatakan bisa
jadi kau mati ketakutan," jawab Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Masakah aku dapat ditakut-takuti?" ujar Ciu Pek-thong
dengan tertawa, Berbareng tangannya bergerak, piring kosong
bekas wadah daging kambing tadi terus melayang ke arah Nyo
Ko dengan maha dahsyat.
Sebenarnya Nyo Ko tidak tahu asal-usul aliran perguruan
orang kosen macam Ciu Pek-thong ini, samberan piring
"kosong yang keras itu sebenarnya tak berani ditangkapnya,
tapi ketika melihat gaya Ciu Pek-thong itu ternyata berasal
dari aliran Coan-cin-pay, padahal ilmu silat Coan-cin-pay
baginya boleh dikatakan sudah apal di luar kepala, maka.
tanpa pikir ia hanya gunakan jari telunjuk tangan kiri, ia
tunggu ketika piring kosong itu melayang tiba, dengan cepat
dan tepat jarinya menyanggah pantat piring, seketika laju
piring itu terhenti terus berputar pada ujung jarinya.
Kejadian ini sungguh membikin Ciu Pek-thong sangat
gembira, malahan Kim-lun Hoat-ong, Nimo Singh dan Iain-Iain
juga melengak. Lebih-lebih Siau-siang-cu, semula ia lihat
pakaian Nyo Ko kotor dan robek, usianya muda pula, maka ia
tidak pandang sebelah mata padanya, tapi sekarang mau-takmau
ia harus berubah sikap, ia heran siapakah dan dari
manakah pemuda lihay ini?
Di sebelah sana Ciu Pek-thong telah berseru memuji
beberapa kali kepada Nyo Ko, malahan ia pun dapat melihat
gaya permainan jari Nyo Ko itu adalah gaya aliran Coan-cinpay,
maka ia lantas tanya : "Apakah kau kenal Ma Giok dan
Khu Ju-ki?"
"Kedua hidung kerbau itu masakah aku tak kenal?" jawab
Nyo Ko tak acuh.
Ciu Pek-thong tambah kegirangan. Maklumlah, meski dia
terhitung, tokoh tertua Coan-cin-pai, tapi lantaran dia tak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dapat mematuhi peraturan agama, maka selama ini dia tak
pernah menjadi Tojin.
Mendiang Ong Tiong-yang, yaitu cakal bakal Coan-cin-kau
yang juga Suhengnya, kenal watak Ciu Pek-thang yang polos
dan suka bertindak menuruti jalan pikiran sendiri kalau saja
dipaksa menjauhi dunia ramai dan memeluk agama dan
menjadi Tojin, tentu kuil Tiong-yang-kiong akan tambah kacau
dibuatnya.
Sebab itulah Ciu Pek-thong tidak diharuskan menjadi Tosu
dan hal ini pun cuma berlaku atas diri Lo-wan-tong saja.
Walau Kwe Cing, Nyo Khong dan Nyo Ko juga belajar ilmu
silat Coan-cin-pay, tapi mereka bukanlah anak murid Coan-cinpay,
kedudukan mereka berbeda dengan Ciu Pek-Thong.
Meski antara Ciu Pek-thong dan Khu Ju-ki, Ma Giok dan
lainnya tiada persengketaan apapun, dia hanya menganggap
mereka itu terlalu kaku dan terikat oleh macam-macam
peraturan dan pantangan, maka dalam hati dia merasa cocok.
Selama hidupnya kecuali sang Suheng, yaitu Ong Tiongyang,
yang paling dihormati dan dikagumi adalah Kiu-ci-sinkay
Ang Chit-kong, si pengemis sakti berjari sembilan. Selain
itu iapun rada cocok dengan kelatahan Ui-Yok-su dan
kejahilan Ui Yong.
Kini mendengar Nyo Ko menyebut Khu Ju-ki, Ma Giok dan
lainnya sebagai "hidung kerbau (kata olok-oIok kepada kaum
Tosu), kata-kata ini ternyata sangat cocok bagi pendengaran
Ciu Pek-thong, segera ia tanya pula: "Dan bagaimana dengan
Hek Tay-thong?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar nama "Hek Tay-thong", seketika Nyo Ko
menjadi gusar dan memaki: "Hm, hidung kerbau ini paling
brengsek, pada suatu hari pasti akan kerjai dia, agar dia tahu
rasa."
Ciu Pek-thong menjadi semakin tertarik, cepat ia tanya:
"Cara bagaimana akan kau kerjai dia dan apa rasanya ?"
"Akan kuringkus dia, kuikat tangan dan kaki-nya, lalu
kurendam dia di kembangan kakus seharian," kata Nyo Ko.
Tidak kepalang senangnya Ciu Pek-thong, ia berbisik
dengan suara tertahan: "Sst, nanti kalau dia sudah kubekuk,
jangan kau rendam dia dahulu, beri kabar dulu kepadaku agar
aku dapat mengintipnya secara diam-diam."
Sebenarnya tiada maksud buruknya terhadap Hek Taythong,
hanya watak Ciu Pek-thong memang suka pada
permainan yang kocak, orang lain berbuat nakal dan onar, hal
ini terasa sangat cocok dengan kegemarannya, maka iapun
ingin ikut ambil bagian.
Dengan tertawa Nyo Ko lantas menjawab: "Baiklah,
kuingat akan pesanmu, Tapi mengapa kau harus mengintip
secara diam-diam, apakah kau takut pada kawanan hidung
kerbau dari Coan-cin-kau?"
Ciu Pek-thong menghela napas dan menjawab: "Aku kan
paman gurunya Hek Tay-thong itu!"
Ucapan ini membikin Nyo Ko bersuara kaget.
Lalu Ciu Pek-thong menyambung lagi: "Bila dia melihat
diriku, tentu dia akan minta tolong padaku. Dalam keadaan
begitu, jika aku tidak menolongnya akan terasa tidak enak,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebaliknya kalau kutolong dia, pertunjukan menarik akan
gagal kulihat."
Diam-diam Nyo Ko pikir ilmu silat orang ini sangat tinggi
meski wataknya polos dan lugu, apa pun juga dia adalah
orang Coan-cin-pay, jelas tidak mungkin mengajaknya
memusuhi Kwe Cing, maka jalan paling baik adalah berusaha
membinasakan dia saja.
Sebenarnya pembawaan Nyo Ko tidaklah jahat, soalnya dia
tak pernah melupakan sakit hati kematian ayahnya, untuk
mencapai tujuan menuntut balas, segala cara dapat
diIakukannya.
Sudah tentu Ciu Pek-thong tidak tahu Nyo Ko sudah
berpikir jahat padanya, ia malah tanya lagi: "He, kapan kau
akan menangkap si Hek Tay-thong itu?"
"Sekarang juga aku akan berangkat, kau ingin lihat
keramaian, bolehlah kau ikut saja padaku," kata Nyo Ko.
Dengan girang Ciu Pek-thong lantas berbangkit tapi
mendadak ia berduduk pula dengan Iesu, katanya: "Ai, tidak
bisa jadi, aku harus pergi ke Siang-yang."
"Masakah menarik kota Siangyang? Kukira janganlah kau
pergi ke sana," ujar Nyo Ko.
"Adik Kwe meninggalkan surat bagiku, katanya pasukan
Mongol telah menyerbu ke selatan dan pasti akan menyerang
Siangyang," tutur Ciu Pek-thong. "Dia telah memimpin semua
pahlawan ke Siang-yang, akupun diminta ke sana untuk
membantunya, sepanjang jalan kucari dia dan tidak ketemu,
terpaksa kususul ke Siangyang saja."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kubilai saling pandang sekejap dengan Kim-lun Hoat-ong,
mereka sama pikir: "Adanya bala bantuan para pahlawan yang
dipimpin Kwe Cing itu, mungkin Siangyang sukar diduduki."
Bicara sampai di sirii, tiba-tiba masuklah seorang Hwesio
setengah umur, dari tingkah laku dan wajahnya jelas Hwesio
ini adalah seorang terpelajar. Dia mendekati Kubilai, lalu
kedua orang bicara dengan suara tertahan.
Kiranya Hwesio ini adalah bangsa Han, namanya Cu-cong,
terhitung seorang stafnya Kubilai.
Aslinya Cu-cong bernama Lau An, menurut catatan
sejarah, Lau An adalah seorang pintar dan serba tahu, karena
itu dia sangat disayang oleh Kubilai.
Dari penjaga Lau An mendapat laporan bahwa di kemah
Kubilai ada orang kosen, maka lebih dulu ia telah mengatur
penjagaan seperlunya di luar kemah, habis itu barulah masuk
menghadap Kubilai.
Ciu Pek-thong tepuk-tepuk perutnya yang rada gendut,
katanya: "Eh, Hwesio, kau menyingkir dulu, aku lagi bicara
dengan adik cilik itu. Hai, saudara cilik, siapa namamu?"
"Aku she Nyo bernama Ko." jawab Nyo Ko.
"Sebenarnya siapa gurumu?" tanya Ciu Pek-thong pula.
"Guruku seorang perempuan cantik, ilmu silatnya maha
sakti tapi namanya tak boleh diketahui orang luar," jawab Nyo
Ko.
Ciu Pek-thong merinding mendengar perempuan cantik, ia
teringat kepada kekasihnya dahulu, Eng Koh, seketika ia tak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berani tanya lagi ia berbangkit dan mengebut debu di
tubuhnya, maka berhamburanlah debu memenuhi kemanamana
Cu-cong bersin dua-tiga kali karena debu yang mengepul
itu, Ciu Pek-thong tambah gembira, lengan bajunya mengebut
semakin keras, mendadak ia bergelak tertawa dan berkata :
"Aku mau pergi!" Berbareng empat potong ujung tumbak
patah tadi terus disambitkan ke arah Siau-siang-cu, Nimo
Singh, In Kik-si dan Be Kong-co.
Terdengar suara mendesing menyambernya ke empat
ujung tumbak itu, karena jaraknya sangat dekat, dalam
sekejap saja ujung tumbak itu sudah menyamber sampai di
depan mata keempat orang sasarannya.
Siau-siang-cu berempat terkejut, mereka merasa sukar
untuk mengelak, terpaksa mereka mengerahkan tenaga dalam
dan menangkap ujung tumbak Siapa tahu keempat tangan
mereka itu ternyata menangkap angin, "plok", tahu-tahu
keempat ujung tumbak itu menancap di atas tanah.
Kiranya tenaga sambitan Ciu Pek-thong itu sangat spesial,
begitu disambitkan segera disertai tenaga tarikan, maka ketika
ujung tumbak menyamber, sampai di depan sasarannya,
mendadak terus ganti arah dan membelok ke bawah dan
menancap di atas tanah.
Be Kong-co adalah seorang lugu, sekali tangkap tidak
kena, ia malah merasa geli dan bergelak tertawa, serunya:
"Hei, jenggot putih, sungguh hebat permainan sulapmu !"..
Tapi Siau-siang-cu bertiga menjadi tidak kepalang
kagetnya, tanpa terasa air muka mereka berubah hebat.
Bayangkan saja, ujung tombak itu tidak berhasil mereka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tangkap, tapi sempat berganti arah, maka pada detik itu
sesungguhnya jiwa sendiri sudah tergenggam di tangan
lawan, kalau saja ujung tombak itu bukan menancap di tanah,
tapi menyamber ke perut mereka, apakah jiwa mereka dapat
diselamatkan ?
Karena berhasil mempermainkan keempat orang itu, Ciu
Pek-thong sangat senang, baru saja dia mau keluar kemah,
tiba-tiba Cu-cong berseru : "Eh, Ciu-losiansing, kesaktianmu
sungguh jarang ada di dunia ini. Biarlah kuberi selamat
padamu dengan suguhan secawan arak ini!"
Berbareng ia terus menyodorkan secawan arak yang
sudah disiapkan ke hadapan Ciu Pek-thong.
Tanpa pikir Ciu Pek-thong terima suguhan itu dan sekali
tenggak habislah isi cawan itu.
Kembali Cu-cong menghaturkan satu cawan arak dan
berkata: "Sekarang aku mewakili Ongya menyuguh engkau
satu cawan,"
Segera Ciu Pek-thong menghabiskan lagi arak itu, baru
saja Cu-cong hendak menyuguh lagi cawan ketiga,
sekonyong-konyong Ciu Pek-thong berteriak: "Haya, celaka !
Perutku mules, aku mau berak !" - Berbareng itu ia terus
berjongkok sambil membuka kolor celana terus hendak
memberak di tengah kemah.
Dengan menahan rasa gelinya Kim-lun Hoat-ong
membentak untuk mencegah perbuatan Ciu Pek-thong yang
tidak senonoh itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
--------- Keterangan gambar ---------
Dengan menggunakan sumpit masing-masing Siau-siangca
adu betot daging melawan Kim-lun Hoat-ong. Dalam waktu
sekejap mereka sudah beradu kekuatan tiga babak.
-------------------------------------
Ciu Pek-thong tampak melengak sejenak, habis itu
berteriak pula: "He, muIesnya perut ini tidak beres, rasanya
bukan kebelet mau berak !"
Nyo Ko memandang sekejap ke arah Cu-cong, pahamlah
dia duduknya perkara, ia tahu Hwesio itulah menaruh racun di
dalam arak yang disuguhkan kepada Ciu Pek-thong, tapi ia
merasa tidak tega bila orang tua yang polos dan jenaka itu
sampai mati keracunan, baru saja dia mau memperingatkan
agar Kubilai ditawan untuk memaksa Cu-cong memberikan
obat penawar racun, mendadak didengarnya Ciu Pek-thong
berseru pula:
"Ah, salah, salah ! Kiranya arak beracun yang kuminum
terlalu sedikit, lantaran itulah perut menjadi mules, Hei,
Hwesio, lekas, tuangkan lagi tiga cawan arak beracun !"
Keruan semua orang saling pandang dengan bingung,
sedangkan Cu-cong menjadi ketakutan kalau-kalau Ciu Pekthong
mendadak ngamuk sebelum ajalnya, mana dia berani
mendekatinya, jangankan disuruh memberi arak lagi.
Karena itu Ciu Pek-thong lantas maju mendekati meja,
cepat Kim-lun Hoat-ong mengadang di depan Kubilai untuk
melindunginya. Tapi Ciu Pek-thong ternyata tidak bermaksud
menyerang, dengan sebelah tangan memegangi celana yang
kedodoran, tangan lain terus angkat poci yang berisi arak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
teracun, sekaligus ia tenggak habis seluruh isi poci itu, satu
tetespun tidak tersisa.
Di tengah rasa bingung dan kaget semua orang, Ciu Pekthong
malah tertawa terbahak-bahak, katanya: "Nah,
beginilah baru segar rasanya," Perut terlalu banyak barang
kotor dan beracun, harus serang racun dengan racun !" -
Habis itu mendadak mulutnya terbuka, suatu arus arak terus
menyembur ke arah Cu-cong.
Cepat Kim-Iun Hoat-ong samber meja di sebelahnya untuk
menangkis, arak berbisa itu tepat menyerempet di muka meja
dan muncrat ke mana-mana.
Sambil bergelak tertawa Ciu Pek-thong melangkah pergi,
sampai di depan kemah, mendadak timbul lagi pikirannya
yang jahil, ia tarik tali kemah dan dibetot sekuatnya, kontan
tiang penyanggah kemah itu patah, seketika kemah besar
yang terbuat dari kulit itu ambruk, Kubilai, Kim-lun Hoat-ong,
Nyo Ko dan lainnya terkurung semua di bawah.
Ciu Pek-thong kegirangan, ia melompat ke atas kemah
ambruk itu dan berlari-lari kian kemari beberapa kali sehingga
semua orang yang terkurung di bawah kemah itu seluruhnya
terinjak olehnya.
Dari bawah kemah Kim-Iun Hoat-ong melontarkan suatu
pukulan dan tepat mengenai telapak kaki Ciu Pek-thong,
karena tidak tersangka-sangka, Ciu Pek-thong terpental dan
berjumpalitan di udara sambil berteriak: "Haha, menarik,
menarik!"
Lalu pergilah dia tanpa pamit ! Waktu Kim-Iun Hoat-ong
dan lainnya merangkak keluar dengan melindungi Kubilai, para
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pangawal juga cepat memasang kemah baru, sementara itu
Ciu Pek-thong sudah menghilang.
Hoat-ong dan lainnya sama minta maaf kepada Kubilai
atas kelalaian mereka yang kurang cermat mengawal sang
pangeran, Namun Kubilai cukup bijaksana, sedikitpun ia tidak
menyalahkan mereka, hanya berulang ia memuji kelihayan Ciu
Pek-thong, dan menyesal karena tak dapat menarik orang
kosen begini ke pihaknya. Dengan sendirinya Kim-lun Hoatong
dan lainnya merasa iri dan malu pula.
Kemudian perjamuan diperbarui, Kubilai berkata: "Sudah
sekian kali pasukan Mongol menggempur Siangyang, tapi tak
berhasil. Kabarnya para pahlawan Tionggoan sama berkumpul
dan bertahan di sana, sekarang Ciu Pek-Thong ini pergi ke
sana, lagi untuk membantu, sungguh sulit urusan ini, entah
kalian mempunyai akal bagus tidak?"
Nimo Singh berwatak berangasan segera ia mendahului
buka suara: "Meski ilmu silat tua bangka she Ciu itu sangat
tinggi, tapi kepandaian kita juga tidak rendah, Harap saja
Ongya melancarkan serangan sekuatnya, biarlah kita
menghadapi mereka, perajurit lawan perajurit, panglima lawan
panglima, biarpun di Tionggoan banyak pahlawan, tapi benua
barat juga banyak jagoan."
"Meski betul juga ucapanmu, tapi segala sesuatu harus
ditimbang secara masak," kata Kubilai. "untuk memenangkan
suatu pertempuran kita harus dapat menilai kekuatan lawan
dan kekuatan sendiri."
Bicara sampai di sini, tiba-tiba di luar kemah ada orang
berteriak: "Sudah kukatakan aku tak mau pergi, mengapa
kalian terus memaksa saja, sekali kubilang tidak mau ya tetap
tidak mau."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dari suaranya itu jelas dialah Ciu Pek-thong.
Entah mengapa sudah pergi dia datang lagi dan sedang
bicara dengan siapa? Tentu saja semua orang sangat tertarik
dan lari keluar kemah untuk melihat apa yang terjadi, tapi
sebelum Kubilai memberi tanda, tiada seorangpun yang berani
meninggalkan tempat duduknya.
Rupanya Kubilai tahu pikiran mereka, katanya dengan
tertawa: "Marilah kita melihatnya, entah sedang bertengkar
dengan siapa si orang tua nakal itu?"
Waktu mereka keluar kemah, tertampaklah Ciu Pek-thong
berdiri jauh di tanah lapang sebelah barat sana, ada empat
orang lagi yang berdiri mengelilinginya dalam posisi
mengepung, hanya sebelah timur saja yang terluang, Sambil
mengepal dan ngotot, berulang Ciu Pek-thong hanya
menyatakan: "Tidak mau ! Tidak mau!"
Nyo Ko menjadi heran, kalau saja orang tua nakal itu
bilang tak mau pergi, siapa lagi yang mampu memaksanya
dan perlu ribut mulut begitu ?!" Waktu mengawasi keempat
orang itu, ternyata semuanya berseragam jubah hijau model
kuno, jelas bukan pakaian model pada jaman itu, tiga di
antaranya lelaki memakai kopiah besar, seorang lagi
perempuan muda.
Keempat orang bersikap tenang dan ramah, Terdengar
lelaki yang berdiri di sebelah utara berkata: "Kami tidak ingin
membikin susah padamu, soalnya engkau telah mengobrakabrik
tempat kami, menjungkirkan tungku, mematahkan lengci
(sejenis rumput obat), merusak kitab pusaka dan lainnya yang
merusak, kalau engkau tidak menjelaskan sendiri duduknya
perkara kepada guru kami, apabila diketahui guru kami
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sungguh kami tidak berani menanggung hukuman yang akan
dijatuhkan beliau."
"Kau dapat mengatakan semua itu adalah perbuatan
seorang hutan yang kebetulan menerobos ke situ, kan segala
urusan menjadi beres ?" ujar Ciu Pek-thong dengan tertawa
seperti anak kecil.
"Jadi tuan sudah pasti tak mau ikut pergi ?!" tanya lelaki
kekar tadi.
Ciu Pek-thong hanya menggeleng kepala saja.
Mendadak lelaki itu menuding ke belakang Ciu Pek-thong
dan berseru: "He, siapa itu?" - Dan begitu Ciu Pek-thong
menoleh, cepat lelaki itu beri tanda kepada kawan-kawannya,
serentak keempat orang membentangkan sebuah jaring hijau
terus menutup ke atas kepala Ciu Pek-thong.
Gerakan keempat orang itu sudah terlatih, caranya aneh
pula, biarpun ilmu silat Ciu Pek-thong maha sakti, sekali
terkurung oleh jaring ikan, seketika ia menjadi kelabakan dan
tak berdaya ?
Dengan cepat keempat orang itu lantas meringkus tubuh
Ciu Pek-thong dengan tali jaring, setelah kencang, dua lelaki
itu lantas memanggulnya, perempuan muda dan lelaki satunya
lagi mengawal dari samping, mereka terus berlari.
Kejadian ini sungguh aneh dan langkah keempat orang itu
secepat terbang. Gaya Ginkang mereka ternyata belum pernah
dikenal. Segera Nyo Ko memburu dan berseru: "He, kalian
hendak membawanya ke mana?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi keempat orang itu tidak menggubrisnya dan
tetap berlari ke depan, Karena tertarik, Nyo ko terus
mengejar. Hoat-ong dan lainnya juga menyusuInya. Beberapa
li kemudian, sampailah ditepi sebuah sungai tertampak Ciu
Pek-thong digotong ke atas sebuah perahu terus didayung
pergi oleh keempat orang itu.
Cepat Nyo Ko dan lainnya mencari sebuah perahu dan
memburu dengan kencang, Arus sungai itu ternyata berlikuliku,
setelah memutar beberapa tikungan, mendadak
kehilangan jejak perahu tadi
Nimo Singh melompat ke atas tebing, seperti kera gesitnya
ia merangkak ke atas, dari situ ia memandang sekelilingnya,
Dilihatnya perahu kecil yang ditumpangi keempat orang
berseragam hijau tadi sedang menyusuri sebuah sungai yang
sangat sempit, sungai kecil itu adalah cabang sungai tadi,
ujung sungai kecil yang bertemu dengan muara sungai
besaran itu tertutup oleh semak pohon yang lebat, kalau tidak
dipandang dari ketinggian siapa pun takkan mengetahui di
balik lembah pegunungan itu ternyata masih ada "dunia" lain.
Lekas Nimo Singh melompat turun, dengan pelahan ia
tancapkan kakinya di atas perahu, perahu kecil itu hanya
bergoyang sedikit saja tanpa menimbulkan guncangan berarti
Hoat-ong dan lain sama berseru memuji melihat Ginkangnya
yang bagus itu.
Nimo Singh lantas menunjukkan arahnya dan cepat perahu
itu didayung balik, lalu menerobos semak pohon lebat itu.
Perahu itu terus meluncur dengan cepat, tertampak tebing
gunung menjulang tinggi di kedua tepi sungai yang sempit itu
sehingga langit kelihatannya seperti satu garis saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah beberapa li lagi, bagian depan di tengah sungai itu
teralang oleh sembilan potong batu besar yang menonjol di
permukaan sungai sehingga perahu mereka tidak dapat
melintasi
"Wah, celaka ! Perahu ini tak dapat digunakan lagi!" seru
Be Kong-co.
"Tubuhmu segede kerbau, boleh kau angkat perahu ini ke
sebelah sana," kata Siau-siang-cu dengan suara melengking.
"Mana aku kuat, kecuali kau?" jawab Be Kong-co dengan
gusar.
Memangnya Kim-lun Hoat-ong lagi ragu cara bagaimana
melintasi rintangan kesembilan batu karang itu, Demi
mendengar pertengkaran Be Kong-co dan Siau-siang-cu, -tibatiba
pikirannya tergerak.
Kalau mengandalkan tenaga seorang tentu siapapun tak
mampu mengangkat perahu itu, tapi kalau enam orang
bergotong royong, kan segala persoalan menjadi mudah
dipecahkan?
Karena itu ia lantas berkata : "He, bagaimana kalau kita
berenam lakukan bersama saja? Adik Nyo, In-heng dan diriku
di-sisi sini, saudara Nimo, Siau-heng dan Be-heng di sisi sana."
Serentak semua orang bersorak setuju dan menuruti
petunjuk Kim-lun Hoat-ong, enam orang terbagi dan berdiri
dua sisi, karena sungai itu sangat sempit, dengan berdiri di sisi
tepian tangan mereka masih dapat meraih pinggir perahu.
Begitulah ketika Kim-lun Hoat-ong memberi komando,
serentak enam orang mengerahkan tenaga, kontan perahu itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terangkat melintasi sepotong batu karang yang mengalang di
tengah sungai itu.
Tukang perahu yang berduduk di atas perahu belum lagi
menyadari apa yang terjadi, tahu-tahu terasa seperti terbang
di udara, saking kagetnya ia jerit kuatir.
Di tengah jerit kaget dan tertawa senang, berturut perahu
itu telah melintasi sembilan batu pengalang itu, lalu semua
orang melompat kembali ke atas perahu dengan tertawa
gembira, lalu tukang perahu yang masih melongo itu
diperintahkan lekas mendayung lagi.
Sebenarnya keenam orang itu saling curiga mencurigai
dan suka bertengkar, tapi setelah mendalami kerja sama ini,
tanpa terasa mereka menjadi lebih akrab dan mulai pasang
omong.
Kata Siau-siang-cu: "Betapapun kepandaian kita berenam
ini boleh dikatakan terhitung jago kelas satu di dunia
persilatan, dengan tenaga gabungan kita memang tidak sulit
untuk mengangkat perahu ini, akan tetapi mereka."
"Ya, benar, mereka hanya empat orang, masakah
merekapun mampu mengangkat perahu dan melintasi
sembilan batu karangtadi?" tukas Ni-mo Singh.
Teringat hal itu, mereka sama merasa heran.
Tidak lama, berkatalah In Kik-si: "Perahu mereka memang
lebih kecil, tapi jumlah mereka juga lebih sedikit daripada kita.
Kalau mereka berempat mampu mengangkat perahu itu, maka
kepandaian merekapun harus dipuji."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Nona cantik muda belia, apapun juga pasti tidak
mempunyai kemampuan sebesar itu," kata Nimo Singh.
"Kukira mereka pasti mempunyai cara lain yang seketika tak
dapat kita pecahkan."
Kim-Iun Hoat-ong tersenyum dan berkata: "Manusia tak
boleh dinilai dari lahiriahnya, misalnya saudara Nyo kita ini,
meski usianya masih muda, tapi memiliki ilmu maha tinggi,
jika kita tidak menyaksikan sendiri, siapa yang mau per-caya?"
"Ah, sedikit kepandaianku ini apa artinya?" ujar Nyo Ko
dengan rendah hati. "Tapi keempat orang berseragam hijau
itu mampu meringkus Ciu Pek-thong yang maha sakti itu,
tentu merekapun mempunyai kepandaian sejati"
Kini lagak lagu Nyo Ko sudah sejajar dengan Siau-siang-cu
dan lainnya, karena semua orang sudah menyaksikan caranya
menyambut samberan piring yang disambitkan Ciu Pek-thong
tadi, maka tiada seorangpun yang berani lagi meremehkan
dia.
Di antara keenam orang usia Nyo Ko paling muda,
sedangkan Kim-lun Hoat-ong, Be Kong-co dan Nimo Singh
bertiga baru sekarang ini menginjak daerah Tionggoan, Siausiang-
cu juga lebih sering tirakat di pegunungan sunyi dan
jarang bergaul dengan khalayak ramai, hanya In Kik-si saja
yang sangat paham terhadap kejadian di dunia persilatan
daerah Tionggoan dengan aneka macam aliran serta
tokohnya. Tapi bagaimana asal usul keempat orang berbaju
hijau tadi ternyata tak diketahuinya.
Selagi mereka berbincang keanehan orang berbaju hijau
itu, sementara itu perahu telah sampai di ujung sungai kecil
itu, jalan menjadi buntu, terpaksa mereka menyuruh tukang
perahu tinggal di perahunya mereka berenam lantas
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melempat ke tepi sungai, dengan mengikuti sebuah jalanan
kecil mereka terus menyusuri lembah gunung yang rindang
itu.
Untungnya jalan kecil itu hanya satu sehingga mereka
tidak sampai salah arah, namun jalanan itu makin lama makin
meninggi dan makin terjal, sampai akhirnya sukar dibedakan
lagi mana jalannya di antara batu padas yang berserakan itu.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru