Selasa, 29 Mei 2018

Cerita Hot Silat Iblis dan Bidadari 2 Tamat

====
baca juga

06 Pemilik Pegadaian Anak Manusia
DEMIKIANLAH, dengan hati hancur kakek ini pada
keesokan harinya mengantar cucunya ke rumah gadai itu. Ia
diterima oleh pegawai rumah gadai yang tersenyum-senyum
memandang gadis berusia lima belas tahun ini. Dipandangnya
dari kepala sampai ke kaki, seakan-akan sedang menaksir nilai
sebuah benda yang digadaikan. Kemudian ia menganggukangguk
dan menulis pada sehelai surat gadai sambil
bersungut-sungut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kecantikannya cukup, potongan badan boleh, hanya
sayang agak kurus dan pucat!”
“Se ...... semenjak kemarin ia belum .....makan ....” kata
Lim Bun dengan hati seperti diremas-remas.
“Hm, seharusnya aku hanya berani memberi lima puluh tail,
akan tetapi karena kasihan, biarlah kuberi tujuh puluh tail
dalam waktu dua bulan. Bunganya seperlima bagian dan harus
dikembalikan paling lambat tepat pada dua bulan kemudian.
Kalau dalam waktu dua bulan belum terbayar, cucumu ini
menjadi hak milik Siong-wangwe.”
Kakek itu membelalakkan matanya,. “Hanya tujuh puluh tail
...? Kau hargai cucuku hanya untuk tujuh puluh ...?” Hampir
saja kakek itu melempar surat gadai dan uang itu kembali ke
meja pegawai rumah gadai, akan tetapi Siauw Kim lalu
memegang tangan kong-kongnya dan memandangnya dengan
mata mengembang air mata.
“Kong-kong, tujuh puluh tail perak sudah cukup untuk
membeli benih. Kerjakanlah sawah kita baik-baik agar dapat
menghasilkan uang penebusan diriku.”
Dengan mata penuh air mata yang perlahan-lahan mengalir
ke pipinya yang kisut, kakek itu melihat betapa cucunya
dengan muka tunduk mengikuti seorang pegawai rumah gadai
masuk ke dalam, entah kemana.
Dengan tersuruk-suruk Lim Bun lalu pulang ke rumahnya.
Memang sekeluarganya tertolong dari bahaya kelaparan
dengan uang itu dan jenazah cucu bungsunya dapat dikubur
dengan pantas. Akan tetapi, ternyata bahwa musim hujan
pada waktu itu amat kikir dengan air hujannya. Hanya sedikit
saja hujan turun di bagian di mana terdapat sawah kakek Lim
Bun dan hujan banyak turun di bagian lain.
Untuk mengairi sawahnya, terpaksa Lim Bun mengandalkan
aliran anak sungai yang dibanjiri air dari daerah lain. Ia
bekerja keras dibantu oleh anak perempuannya dan cucuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
cucunya yang masih kecil, mencangkul tanah yang keras dan
membuat selokan untuk mengalirkan air ke dalam sawahnya.
Kemudian sisa uang itu dibelikannya benih-benih padi yang
disebar disawahnya.
Biarpun waktu penebusan diri Siauw Kim hanya dua bulan,
akan tetapi kalau padi di sawahnya sudah berusia dua bulan
dan sudah nampak gemuk-gemuk dan subur, dengan mudah
ia dapat menjual padi itu kepada orang-orang kaya yang biasa
membeli isi sawah sebelum panen dengan harga jauh lebih
murah.
Akan tetapi, ternyata bahwa Siong Tat dan kaki tangannya
benar-benar amat kejam. Melihat betapa Siauw Kim setelah
mendapat makan cukup dan pakaian pantas, kelihatan cantik
dan manis sekali, Siong Tat merasa sayang kalau anak
perempuan itu sampai dapat tertebus oleh Lim Bun.
Diam-diam ia lalu memberi perintah kepada anak buahnya
dan sebulan kemudian, ketika sawah dari Lim Bun sudah mulai
nampak penuh dengan batang padi menghijau, pada suatu
pagi Lim Bun dengan terkejut melihat betapa sawahnya telah
rusak binasa. Semua batang padi yang masih muda itu telah
dicabuti orang dan rusak sama sekali.
Lim Bun menjadi pucat dan hampir saja ia menjadi pingsan
melihat keadaan sawahnya ini. Sambil berlari-lari ke sana ke
mari, ia berteriak-teriak.
“Siapa yang mencabuti padiku .......? Ah, manusia mana
yang demikian kejam melakukan bencana ini kepadaku .....?
Siapa yang mencabuti padiku ......?”
Orang-orang lain yang bekerja di sawah mereka, melihat
dengan kasihan sekali kepada kakek yang hampir menjadi gila
itu. Seorang tetangga yang tahu baik keadaan Lim Bun, lalu
menghampirinya dan memegang tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kim-lopek, kalau bukan kaki tangan Siong-wangwe yang
malam tadi melakukan perbuatan terkutuk ini, siapa lagi yang
berani melakukannya?”
Lim Bun terbelalak memandang orang itu. “Akan tetapi
mengapa? Mengapa??” Orang itu hanya mengangkat pundaj
dan melanjutkan pekerjaannya setelah melempar pandang
penuh iba hati kepada kakek itu.
“Bangsat kejam Siong Tat! Aku harus membuat
perhitungan!” teriak kakek itu dan ia segera berlari-lari menuju
rumah gedung Siong Tat. Akan tetapi, sebelum ia memasuki
halaman rumah gedung itu, ia telah diusir oleh lima orang
penjaga dan ia segera dilempar keluar ketika ia berkeras
hendak mencari Siong-wangwe.
Lim Bun bangun lagi dan kini ia berlari ke rumah gadai
yang berada di dekat rumah gedung itu. Ia berlari masuk dan
ketika tiba di depan meja pegawai rumah gadai, ia berteriak
keras sambil menggebrak meja.
“Kembalikan cucuku! Lepaskan Siauw Kim! Kalian telah
sengaja merusak sawahku agar aku tidak dapat menebus
Siauw Kim! Kalian bangsat-bangsat kurang ajar yang berhati
iblis! Lepaskan Siauw Kim cucuku!”
Pegawai rumah gadai itu keluar diikuti beberapa orang
tukang pukul. Tukang-tukang pukul itu hendak turun tangan
terhadap kakek yang membikin ribut ini, akan tetapi pegawai
itu mengangkat tangan mencegah, lalu sambil tersenyumsenyum
ia berkata kepada Lim Bun.
“Kakek tua, agaknya kau sudah pikun! Kau tidak becus
mengurus sawahmu, janganlah kau persalahkan itu kepada
orang lain. Kau sudah menggadaikan cucumu dan waktu dua
bulan masih kurang dua minggu lagi. Kalau kiranya kau sudah
tak sanggup menebus cucumu, relakanlah saja cucumu
menjadi hamba sahaya Siong-wangwe karena keadaannya
akan lebih senang dari pada menjadi cucumu. Nah, lihatlah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong-wangwe bahkan memberi tambahan tiga puluh tail
perak kepadamu kalau kau tidak menebus cucumu!” Pegawai
itu lalu mengeluarkan setumpuk uang perak di atas meja
dihadapan kakek itu.
Akan tetapi Lim Bun menampar uang itu sehingga
berdentingan jatuh di atas lantai. “Tidak sudi! Aku tidak sudi
uang yang kotor ini! Lekas lepaskan cucuku, kalau tidak aku
akan melaporkan kepada tikoan!”
Kini pegawai itu memberi tanda dengan matanya dan dua
orang tukang pukul lalu melangkah maju, memegang lengan
kakek itu dan sekali ayun saja tubuh kakek itu melayang
keluar dari rumah itu. Lim Bun memekik dan tubuhnya jatuh
berdebuk di atas tanah. Untung bagi kakek tua ini bahwa ia
terjatuh dengan tubuh belakang lebih dulu, kalau kepalanya
yang jatuh lebih dulu, banyak kemungkinan ia akan tewas.
Namun karena ia sudah tua dan lemah, kejatuhannya itu
cukup membuat ia sampai lama tak dapat bangun. Beberapa
orang yang menaruh hati kasihan lalu menolongnya bangun.
Sambil menangis dan memaki-maki, Lim Bun langsung
menuju ke rumah pembesar kota itu menghadap melaporkan
keadaannya. Akan tetapi setelah tikwan itu memeriksa surat
gadai, di situ ia membaca tulisan yang menyatakan bahwa
anak perempuan Siauw Kim telah dijual sebagai budak kepada
Siong-wangwe seharga seratus tail perak. Kakek itu ternyata
buta huruf dan tak dapat membaca surat penjualan yang
disangkanya surat gadai biasa ini.
“Orang tua, kau telah menjual anakmu dengan suka rela
dan sah, mengapa sekarang kau hendak mungkir janji dan
hendak membuat ribut? Tidak tahukah kau bahwa Siongwangwe
adalah seorang sopan dan mulia hatinya? Untuk
kekurang ajaranmu ini seharusnya kau dihukum dengan lima
puluh kali sambukan pada punggungmu, akan tetapi
mengingat bahwa kau sudah tua dan mungkin otakmu agak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
miring, kau hanya diberi hukuman peringatan sepuluh kali
cambukan!”
Hakim yang bijaksana dan adil bagi orang-orang hartawan
ini lalu membuat perintah kepada algojonya yang cepat
merobek baju kakek itu, menendang lututnya sehingga kakek
itu roboh tertelungkup dan menghantam punggung kakek itu
sepuluh kali dengan cambukan yang besar.
Kakek itu tentu saja menangis menggerung-gerung karena
sakitnya. Kulit punggungnya pecah dan berdarah, namun sakit
di dalam hatinya masih jauh lebih besar dari pada sakit pada
punggungnya. Ia lalu diusir seperti anjing dan dengan
terhuyung-huyung dan terpincang-pincang kakek ini lalu
keluar dari rumah pengadilan itu.
Bagaimana ia dapat menyampaikan warta ini kepada
anaknya dan cucu-cucunya di rumah? Kakek ini menjadi
bingung sekali dan ia lalu mengambil keputusan nekat. Bunuh
diri!
(Oo-dwkz-oO)
Mendengar penuturan kakek Lim Bun yang telah berputus
asa dan hendak membunuh diri itu, Hwe-thian Moli menjadi
marah sekali. Sepasang alisnya yang hitam dan bagus
bentuknya itu berkerut dan sepasang matanya memancarkan
cahaya berkilat.
“Keparat jahanam!” sambil menggigit bibir saking
gemasnya ia memaki, kemudian ia bertanya kepada kakek itu.
“Lim-lopek, sudah banyakkah terjadi penggadaian manusia
itu?”
Lim Bun menghela napas. “Setelah kutanya-tanyakan
kepada beberapa orang, memang sudah banyak jumlahnya
anak perempuan yang digadaikan seperti halnya cucuku Siauw
Kim itu. Akan tetapi siapakah orangnya yang berani melawan
Santung-taihiap Siong Tat yang selain kaya raya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkepandaian tinggi, juga agaknya dilindungi oleh pembesar
setempat?”
“Kurang ajar! Akulah yang berani melawannya, lopek.
Jangan kau kuatir. Pulanglah dengan tenang dan tunggulah
saja. Hari ini juga akan kubawa pulang cucumu Siauw Kim!”
Setelah berkata demikian, Hwe-thian Moli Nyo Siang Lan lalu
merogoh saku bajunya dan memberi beberapa potong uang
perak kepada kakek itu.
Lim Bun menerima pemberian itu dengan amat berterima
kasih, akan tetapi ia masih ragu-ragu apakah gadis muda
cantik jelita ini akan sanggup menghadapi Siong Tat. “Lihiap,”
katanya dengan suara terharu, “kau amat berbudi dan gagah
perkasa. Akan tetapi kau seorang diri dan Siong Tat
mempunyai banyak sekali kaki tangan. Kalau kau sampai
mendapat celaka di tangan mereka yang kejam, bukankah
dosaku akan makin bertambah?”
“Jangan pikirkan hal ini, lopek. Kau percayalah saja
kepadaku. Kalau perlu, semua kaki tangan jahanam itu akan
kubunuh mampus dan pembesar keparat itupun akan
mendapat bagiannya!” Sebelum kakek itu dapat berkata
sesuatu, tubuh nona itu berkelebat dan lenyap dari depan
matanya.
Tentu saja Lim Bun merasa terkejut sekali dan hampir saja
ia tidak percaya akan pandangan matanya. Mimpikah dia tadi?
Akan tetapi tidak, karena uang perak beberapa potong itu
masih berada ditangannya. Mungkin ia bukan manusia,
pikirnya, akan tetapi seorang dewi. Kakek itu lalu berlutut dan
untuk beberapa lama mulutnya berkemak-kemik membaca
doa menghaturkan terima kasih.
Dengan hati penuh dibakar api kemarahan, Siang Lan
mempergunakan ilmu berlari cepat memasuki kota Kang-leng.
Mudah saja ia mendapat keterangan di mana adanya rumah
gadai dari Siong-wangwe dan melihat rumah gadai yang besar
dan terjaga oleh lima orang yang tinggi besar, ia segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan masuk dengan langkah lebar. Para penjaga itu
memandang kepadanya dengan senyum menyeringai
sebagaimana biasanya laki-laki mata keranjang melihat wanita
cantik.
“Aduh, nona manis!” seru seorang di antara mereka yang
termuda sambil senyum-senyum, “Kau hendak menggadaikan
apakah? Kalau kau perlu uang, biarlah aku saja yang memberi
pinjam kepadamu. Mari kau ikut aku pulang ke rumahku,
maukah?”
Mendengar ucapan ini, kemarahan di dalam dada Siang Lan
meluap-luap. Ia berhenti bertindak dan memandang kepada
lima orang penjaga itu dengan mata mengancam akan tetapi
mulutnya tersenyum.
“Aku memang mau menggadaikan sesuatu di rumah gadai
ini.”
“Menggadaikan apakah nona?” tanya penjaga itu sambil
melangkah maju. “Hati-hati jangan sampai kau terlihat oleh
Siong-wangwe, lebih baik kau turut kepadaku dan segala
kebutuhanmu akan kucukupi. Mari nona manis. Marilah ....”
tangan penjaga itu secara krang ajar diulurkan kepadanya
hendak memegang lengannya.
“Kaulah yang hendak kugadaikan!” tiba-tiba Siang Lan
menggerakkan tangannya dan sebelum penjaga yang mata
keranjang itu dapat mengelakkan diri, ia telah terkena tiamhwat
(totokan) dari Siang Lan. Saking gemasnya Siang Lan
telah menotok dengan tenaga kuat sekali sehingga penjaga itu
roboh dalam keadaan kaku dan mata mendelik.
Empat orang penjaga lain yang melihat kawan mereka
dirobohkan oleh seorang gadis cantik, menjadi terkejut dan
segera maju menyerbu untuk menangkap Siang Lan. Mereka
masih memandang ringan dan tidak mempergunakan senjata,
hanya mengulurkan tangan untuk menangkap gadis itu. Akan
tetapi, begitu tubuh Siang Lan bergerak dan kedua kaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya bekerja, empat tubuh penjaga itu terlempar ke
sana ke mari dibarengi teriakan ngeri. Mereka terbanting
roboh tanpa dapat bangun kembali.
Peristiwa ini terjadi di pintu gerbang rumah gadai itu, di
dekat jalan raya sehingga banyak orang yang menyaksikan.
Orang-orang ini menjadi terheran-heran melihat betapa
seorang gadis muda yang cantik berani mengamuk dan
mengacaukan rumah gadai Siong-wangwe, bahkan kini telah
merobohkan lima orang penjaga yang biasanya amat ditakuti
dan lebih galak dari pada lima ekor anjing penjaga itu. Hal ini
amat menarik perhatian dan sebentar saja banyaklah orang
berkerumun di tempat itu.
Akan tetapi Siang Lan tidak memperdulikan semua orang
itu, lalu ia membungkukdan menjambak rambut penjaga mata
keranjang tadi, lalu diseretnya menghampiri rumah gadai.
Beberapa orang menjadi makin tertarik dan memberanikan diri
untuk ikut masuk dan melihat apa yang akan terjadi
selanjutnya. Mereka melihat gadis muda itu membawa tubuh
penjaga sampai di depan meja pegawai rumah gadai yang
bangun berdiri dari kursinya dan memandang dengan mata
terbelalak.
“Kau siapa dan apakah maksud kedatanganmu?” tanya
pegawai itu dengan hati kebat-kebit. Ia telah melihat bahwa
yang diseret masuk itu adalah seorang penjaga, akan tetapi
tentu saja ia tidak berani menegur karena ia adalah seorang
ahli menulis surat gadai saja.
Siang Lan tertawa menghina ketika mendengar pertanyaan
ini.
“Apakah matamu buta? Aku datang hendak menggadaikan
orang. Inilah dia!” Ia lalu menjambak rambut penjaga yang
tubuhnya kaku dan mata mendelik itu, diangkatnya dan
dilemparkannya ke atas meja besar di depan pegawai itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja pegawai itu menjadi pucat ketakutan dan
tubuhnya menggigil. Ia merasa ngeri melihat penjaga itu
matanya mendelik dan tubuhnya kaku seperti patung.
“Ti... Tidak ..... di sini tidak menerima penggadaian orang
....” katanya gagap.
“Ah, tidak menerima, ya? Kalau anak gadis dari kakek Lim
yang bernama Siauw Kim, bukankah itu orang juga? Awas,
jangan kau main-main!” bentak Siang lan. “Hayo lekas tulis
surat gadainya! Dan aku minta benda busuk ini dihargai
seratus ribu uang emas!”
Pegawai itu melongo dan wajahnya menjadi makin pucat.
Ia maklum bahwa wanita gagah ini tentu datang hendak
membikin ribut, maka ia menjadi serba salah. Ia memandang
kepada kawan-kawannya yang juga sudah berkumpul di
belakangnya dan ia berkata kepada mereka,
“Mengapa kalian diam saja? Lihiap ini hendak
menggadaikan orang dan minta seratus ribu. Di mana kita ada
uang sebanyak itu? Mana Tang-kauwsu dan Li-kauwsu?
Mengapa tidak lekas memberi laporan kepada Siong-wangwe
supaya membawa uang itu kemari?”
Siang Lan maklum bahwa orang ini hendak mencari bala
bantuan, akan tetapi ia tidak perduli dan bahkan membentak.
“Hayo lekas tulis surat gadainya!”
Pegawai itu makin ketakutan dan gelisah akan tetapi
melihat kawan-kawannya lari ke belakang, ia menjadi lega
karena tak lama lagi tentu datang bala bantuan. Ia memaksa
mulutnya tersenyum dan menjawab,
“Sabarlah nona. Kita sedang berurusan dengan uang yang
besar jumlahnya. Apakah tidak lebih baik nona duduk dulu?
Ini.... benda yang kau gadaikan ini ........ia terlalu besar.....” Ia
menunjukkan kepada tubuh penjaga yang melintang di atas
mejanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Terlalu besar, ya?” tiba-tiba Siang Lan mencabut
pedangnya sehingga sinar pedang yang tajam berkilau
menyilaukan mata. Dengan sedikit gerakan pedangnya ke
arah kepala penjaga itu, putuslah sebelah telinga penjaga
mata keranjang itu dan Hwe-thian Moli lalu melemparkan
tubuh itu ke atas lantai. Ia menunjuk ke arah daun telinga
yang kini berada di atas meja lalu berkata.
“Nah biarlah kau terima daun telinganya saja, supaya lebih
kecil dan mudah disimpan.”
Penjaga itu makin ketakutan dan semua orang yang
menonton diam-diam merasa terkejut juga. Nona ini datang
mencari perkara, pikir mereka dengan hati berdebar-debar.
Memang sesungguhnya telah lama penduduk Kang-leng
menderita di bawah kekejaman Siong Tat dan kaki tangannya
dan sekarang melihat seorang gadis gagah sengaja datang
mengacaukan rumah gadai ini, tentu saja mereka tertarik
sekali dan diam-diam berpihak kepada gadis ini.
“Hayo lekas keluarkan uang dan tulis surat gadainya!”
kembali Siang Lan berseru mengancam.
“A .....Aku ti .... tidak bisa .....” pegawai itu berkata hampir
menangis saking takutnya.
“Bangsat hina dina! Kalau menerima penggadaian seorang
gadis, kau bisa menawar dan membuat suratnya, ya? Bagus,
orang macam kau ini tidak patut memegang pit dan menulis
lagi!” Dua kali pedang di tangan Siang Lan berkelebat dan
pegawai itu berteriak ngeri lalu terhuyung-huyung roboh
dengan kedua tangan berdarah, Ternyata bahwa sepuluh
buah jarinya tinggal setengahnya saja sehingga kalau sudah
sembuh, biarpun ia masih dapat melakukan pekerjaan kasar
lainnya, jangan harap akan dapat menggerakkan alat tulis
yang halus.
Pada saat itu, dari belakang berlari mendatangi dua orang
yang berpakaian seperti guru silat dan di belakangnya masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak tujuh orang penjaga yang bertubuh tinggi besar dan
berwajah kejam. Dua orang ini adalah Tang-kauwsu dan Likauwsu,
dua orang guru silat yang menjadi kepala penjaga di
situ. Oleh karena dua orang guru silat ini telah memiliki ilmu
silat yang tinggi juga, maka Siong Tat mengangkat mereka
sebagai kepala penjaga dan menyerahkan segala urusan
kekerasan kepada mereka dan murid-murid mereka yang
menjadi penjaga.
Ketika melihat seorang penjaga rebah di atas lantai dalam
keadaan kaku dan sebelah telinganya putus sedangkan
pegawai rumah gadai itu masih mengaduh-aduh di bawah
meja tulisnya, Tang-kauwsu dan Li-kauwsu lalu mencabut
golok mereka.
“Dari mana datangnya gadis liar yang membuat ribut?”
tanya Tang-kauwsu dengan mata mendelik marah.
Melihat dua orang guru silat dan tujuh orang penjaga itu,
Siang Lan tersenyum mengejek dan berdiri sambil bertolak
pinggang,. Tangan kanannya yang memegang pedang
ditudingkan ke arah mereka, lalu berkata,
“Ah, tidak tahunya di sini banyak terdapat anjing penjaga!
Pantas saja orang-orang menjadi takut. He, anjing-anjing
buduk pemakan sampah, lekas kau suruh jahanam yang
bernama Siong Tat keluar. Aku hendak menebus dan
mengambil barang yang dulu kugadaikan padanya!”
Li-kauwsu yang lebih tua dan banyak pengalaman, ketika
melihat sikap gadis ini dan melirik keluar melihat betapa
empat orang penjaga lainnya juga rebah di atas tanah,
maklum bahwa gadis ini bukanlah orang biasa.
Ia menjura kepada Siang Lan dan berkata, “Nona,
seungguhnya ada keperluan apakah maka nona datang di sini
dan apakah sebabnya nona mengadakan keributan ini? Kalau
ada kesalahan di pihak kawan kami, hendaknya urusan ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirundingkan dengan baik-baik sebagaimana layaknya kita
orang-orang kang-ouw berurusan.”
“Anjing tua, kau telah menjadi anjing penjaga dari jahanam
Siong Tat, masih dapat bicara tentang peraturan kang-ouw?
Sungguh menjemukan! Dengarlah, dulu aku telah
menggadaikan kepala dari manusia she Siong itu kepadanya
dan karena telah terlalu lama ia memakai kepala itu, kini
hendak kuminta kembali!”
Mendengar ucapan ini, tidak saja kedua orang kauwsu dan
kawan-kawannya yang menjadi terkejut, bahkan para
penduduk yang menonton di situpun menjadi kaget sekali.
Alangkah beraninya nona cantik ini menghina Siong-wangwe
yang berjuluk Santung-taihiap.
Tang-kauwsu yang mendengar ucapan ini tidak dapat
menahan kemarahannya lagi, maka sambil berseru keras ia
lalu maju menyerbu dengan goloknya. Li-kauwsu terpaksa
juga maju pula menyerang dengan goloknya, diikuti oleh tujuh
orang kawan mereka sehingga sebentar saja Siang Lan
terkurung oleh sembilan orang.
Para penonton menjadi terkejut dan mundur ke tempat
yang aman dengan hati kebat-kebit, karena bagaimanakah
seorang gadis jelita seperti itu dapat menghadapi keroyokan
sembilan orang ahli-ahli s ilat kaki tangan Siong-wangwe?
Akan tetapi kekhawatiran hati para penonton itu terganti
oleh kekagetan dan kekaguman. Begitu melihat dirinya
dikeroyok, Siang Lan lalu berseru panjang dan pedangnya
berkelebat cepat sekali sehingga yang nampak hanyalah
gulungan sinar yang menyilaukan mata. Gerakan ini disusul
dengan jeritan dan robohnya dua tubuh penjaga yang telah
kena terbabat pundaknya.
Tang-kauwsu dan Li-kauwsu terkejut sekali. Tak mereka
sangka bahwa gadis ini selihai itu. Mereka lalu mengurung
makin rapat dan menyerang dengan betubi-tubi. Siang Lan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutar pedangnya dan dengan mainkan ilmu pedang Liongcu
kiam-hwat, jangankan baru pengeroyok yang kini tinggal
tujuh orang jumlahnya, biar ditambah sepuluh lagi ia masih
sanggup menghadapinya.
Di antara para pengeroyok itu, yang tertinggi ilmu
kepandaiannya hanyalah Tang-kauwsu dan Li-kauwsu saja,
terutama Li-kauwsu agak kuat ilmu goloknya. Namun kini
menghadapi ilmu pedang dari Siang Lan, mereka itu hanya
merupakan segerombolan anak-anak kecil yang mengeroyok
seorang dewasa. Jeritan susul menyusul ketika Siang Lan
menggunakan pedangnya bersilat dengan gerak tipu Halilinta
Menyambar-nyambar di Hujan Lebat. Kembali empat orang
telah dapat digulingkan sekali gus sehingga pengeroyoknya
tinggal tang-kauwsu, Li-kauwsu dan seorang penjaga lagi.
“A-siok, lekas beritahukan kepada taihiap!” seru Tangkauwsu
kepada penjaga yang seorang itu sambil memutar
goloknya menahan gerakan pedang Siang Lan yang luar biasa.
“Bukan dia yang harus melaporkan kepada jahanam she
Siong!” Siang Lan berseru dan begitu pedangnya meluncur
cepat, tubuh penjaga itupun terguling roboh.
“Sekarang giliranmu!” bentak Siang Lan kepada Tangkauwsu
sambil menusuk dengan gerakan Lai-liong-sin-jiauw
(Naga Mas Menggeliat). Gerakan ini amat sukar ditangkis,
karena jalannya pedang tidak lurus dari depan dan dilakukan
dengan kecepatan yang tak terduga. Tang-kauwsu mencoba
untuk mengelak, sedangkan Li-kauwsu tentu saja tak tinggal
diam dan mencoba untuk menolong kawannya dengan
serangan kilat dari belakang gadis lihai itu.
Akan tetapi, dengan ringan sekali Siang Lan lalu
mengangkat kaki kanannya memutar sedikit tubuhnya dan
sebelum golok di tangan Li-kauwsu mengenai tubuhnya, guru
silat she Li itu menjerit kesakitan dan goloknya terlepas dari
pegangan karena pergelangan tangannya telah terkena
tendangan Kim-hong-twi. Adapun serangan pedang Hwe-thian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Moli ke arah Tang-kauwsu itu masih diteruskan, dan akhirnya
Tang-kauwsu memekik kesakitan. Goloknya terpental dan
jatuh ke atas lantai, di susul oleh tubuhnya yang terhuyunghuyung
dan kemudian roboh pula tak sadarkan diri. Sebelah
lengannya, yakni yang sebelah kanan, telah terbabat putus
oleh pedang si gadis itu.
“Nah, kau beritahukanlah kepada majikanmu!” kata Siang
Lan kepada guru silat she Li yang masih memegangi tangan
kanannya. Siang Lan sengaja mengampuni guru silat ini oleh
karena ia melihat guru s ilat ini lebih pantas sikapnya dari pada
yang lain. Akan tetapi sebelum Li-kauwsu pergi, tiba-tiba
terdengar suara ketawa menyeramkan dari sebelah dalam.
“ha, ha, ha kedua kauwsu dan kawan-kawanmu yang
demikian banyak jumlahnya tak dapat mengalahkan seekor
kucing betina liar ini? Sungguh memalukan!”
Ternyata yang keluar itu adalah seorang laki-laki berusia
kurang lebih empat puluh tahun, berwajah tampan dan gagah,
akan tetapi matanya bersinar liar, ganas, dan cabul.
Pakaiannya gagah sekali, seperti pakaian seorang pendekar
silat, akan tetapi terbuat dari pada sutera halus yang
berkembang di sana sini dan memakai pita benang emas. Di
pinggangnya tergantung sarung pedang dengan dua gagang
pedang, tanda bahwa orang ini biasa menggunakan siangkiam
(sepasang pedang).
“Li-kauwsu,” kata orang itu kepada guru silat yang masih
memegangi lengan kanan dengan muka sakit, “lekas
singkirkan gentong-gentong nasi yang tiada gunanya ini ke
belakang!”
Li-kauwsu dengan bantuan kawan-kawannya yang tidak
ikut mengeroyok dan tidak menjadi kurban keganasan Hwethian
Moli, lalu menggotong tubuh para penjaga itu ke
belakang sehingga lantai itu kini menjadi bersih, hanya masih
nampak darah berceceran di sana-sini. Sementara itu para
penonton ketika melihat betapa kini Santung taihiap Siong Tat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri yang keluar, menjadi ketakutan dan segera keluar dari
pekarangan rumah gadai itu, dan hanya menonton dari pinggir
jalan.
“Sayang, sayang ......!” kata Siong Tat menyembunyikan
kemarahannya di balik senyumnya yang menarik. “Kucing
yang begini bagus bulunya ternyata amat liar dan ganas. Eh,
boca, siapakah kau dan mengapa kau datang mengacaukan
tempatku?”
Semenjak tadi Siang Lan memandang kepada Siong Tat
dengan mata tajam. Inikah musuh suhunya? Kebenciannya
meluap-luap dan ia menjawab singkat. “Siong Tat manusia
busuk! Agar jangan mati penasaran, ketahuilah bahwa aku
adalah Hwe-thian Moli Nyo Siang Lan!”
Siong Tat belum pernah mendengar nama julukan yang
menyeramkan ini karena memang Hwe-thian Moli belum lama
beraksi di dunia kang-ouw. Sebagai seorang yang
berpengalaman dalam kalangan kang-ouw, dan memiliki
kepandaian tinggi, tentu saja ia tidak gentar mendengar nama
julukan sehebat itu. Ia bahkan tertawa menghina.
“Hwe-thian Moli? Sungguh julukan yang tidak patut bagimu
yang begini cantik! Hwe-thian Moli, sebenarnya apakah
maksud kedatanganmu ini?”
“Kau belum mendengar? Aku datang untuk menebus
barang yang kugadaikan di s ini.”
“Barang apakah yang kau maksudkan?” Siong Tat bertanya
heran.
“Apalagi kalau bukan kepalamu!”
“Kurang ajar!” seru Siong Tat sambil mencabut keluar
sepasang pedangnya, akan tetapi ia masih tersenyum. “Kau
kurang ajar dan lucu. Sejak kapankah kau menggadaikan
kepalaku? Dan mana surat gadainya?” Ia hendak bersikap lucu
agar tidak kalah hati, karena ia maklum bahwa menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang lawan yang tangguh tidak boleh menurutkan nafsu
hati dan marah.
“Sejak kau menjadi kaya raya, dan surat gadainya adalah
nyawa dari suhuku Pat-jiu kiam-ong Ong Han Cu!”
Kini terkejutlah Siong Tat demi mendengar bahwa gadis
cantik yang ganas ini adalah murid dari Ong Han Cu. Akan
tetapi ia masih dapat menyembunyikan rasa takutnya.
“Ah, jadi kau adalah murid setan tua itu? Pantas saja kau
begitu ganas. Jadi kau datang karena kau merasa rindu
kepada suhumu dan hendak menyusul ke neraka? Baik, baik!
Mari kuantar kau menjumpai suhumu.”
Dan tiba-tiba saja, tanpa peringatan lebih dulu, Santung
Taihiap Siong Tat menubruk maju dengan sepasang
pedangnya. Kedua pedang ini digerakkan dengan cepat dan
berbareng, melakukan dua macam serangan. Dengan
merobah kedudukan kakinya dan setengah berjongkok, tibatiba
ia menusukkan pedang di tangan kiri ke arah ulu hati
lawannya dan pedang kanan membabat kedua kaki. Inilah
gerak tipu yang disebut Pengembala Menyabit Rumput yang
lihai dan berbahaya sekali.
Biarpun diserang dengan tiba-tiba tanpa peringatan, Siang
lan yang selalu bersikap waspada tidak menjadi gugup
karenanya. Ia pergunakan ginkangnya yang sudah sempurna
untuk mengenjot kedua kakinya sehingga tubuhnya mumbul
ke atas dan tusukan pedang kiri lawannya itu ditangkis
dengan pedangnya yang diputar ke bawah.
“Siuuut!” pedang kiri Siong Tat menyambar ke bawa kaki
gadis itu dengan cepat dan mengeluarkan angin, kemudian
disusul oleh bunyai nyaring “traaang!” ketika pedang
kanannya terbentur oleh tangkisan pedang Siang Lan.
Melihat kegesitan lawan, Siong Tat tak berani memandang
ringan dan ia mempergunakan kesempatan ketika tubuh gadis
itu masih berada di atas, cepat menyusul serangannya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua pedangnya diguntingkan dari kiri ke kanan. Dan
babatan pedang ke arah tubuh ini adalah sebuah serangan
yang sungguh-sungguh berbahaya sekali karena tubuh Siang
lan masih belum turun ke bawah.
Akan tetapi, gadis perkasa itu tidak menjadi gentar.
Dengan cepat ia memukul pedangnya ke kanan, yakni ke arah
pedang kiri lawan yang datang lebih dulu, dibarengi dengan
pengerahan tenaga ginkangnya. Ketika kedua pedang
bertemu, ia meminjam tenaga pertemuan ini dan
melemparkan tubuhnya ke belakang berjungkir balik beberapa
kali dalam bentuk poksai (salto) yang indah dan ia telah
berhasil menggunakan ilmu lompat Kim-tiauw-hoan-sin
(Rajawali Emas membalikkan Tubuh) dengan baik sekali.
Karena gerakannya yang cepat ini, maka ia berhasil
melepaskan diri dari sambaran pedang kanan lawannya yang
tadi menyusul cepat.
Kalau Siong Tat merasa kagum melihat kelihaian ginkang
dari lawannya, adalah Siang lan juga terkejut melihat kelihaian
ilmu pedang dari Santung Taihiap ini. Gadis ini maklum bahwa
ia menghadapi lawan yang tangguh, maka ia berlaku hati-hati
sekali dan sebelum lawannya sempat menyerang lagi, ia telah
mendahului dan menyerbu dengan gerakan-gerakan ilmu
pedang Liong-cu kiam-hwat yang selain cepat, juga kuat dan
tidak terduga perubahannya.
Siong Tat memang amat takut kepada Pat-jiu kiam-ong
Ong Han Cu dan maklum bahwa ilmu pedang dari Raja
Pedang Bertangan Delapan itu amat tinggi. Kalau tidak takut,
tidak nanti ia ikut bersekutu menjatuhkan pendekar itu dengan
curang sekali.
Sungguhpun ia takut terhadap ilmu pedang Liong-cu kiamhwat,
namun melihat usia murid Raja pedang yang masih
mudah ini, ia berbesar hati. Apalagi karena dua serangannya
yang pertama tadi membuat ia menang kedudukan, maka
hatinya makin tabah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, setelah kini ia menghadapi gadis itu yang
mulai mainkan ilmu pedangnya, diam-diam ia merasa terkejut
sekali. Ia melihat betapa pedang gadis ini berkelebatan
bagaikan kilat menyambar dan gulungan sinar pedang ini
demikian kuat dan menyilaukan matanya. Tak pernah
disangkanya bahwa ilmu pedang Liong-cu kiam-hwat ternyata
dapat dimainkan dengan cara yang begini dahsyat dan
ganasnya.
Baru bertempur belasan jurus saja, kepalanya telah
menjadi pening karena matanya harus mengikuti gerakan
pedang yang benar-benar aneh dan sukar diduga
perubahannya. Setiap tusukan atau babatan pedang lawannya
terjadi demikian tiba-tiba sehingga ia hanya mempunyai
sedikit waktu untuk mempertahankan diri dan sukar sekali
untuk dapat membalas.
Ia menggertak gigi dan melakukan perlawanan sengit,
mengerahkan seluruh kepandaiannya dan mengeluarkan
semua tipu-tipu yang didapat dalam pengalamannya
bertempur selama puluhan tahun ini. Memang sukar sekali
dipercaya bahwa seorang gadis yang baru dua atau tida tahun
turun gunung dapat mendesak seorang pendekar seperti
Santung Taihiap Siong Tat. Ini hanya dapat terjadi karena
memang ilmu pedang Liong-cu kiam-hwat luar biasa sekali.
Apalagi pedang yang dipergunakan oleh Hwe-thian Moli
adalah pedang mestika dan digerakkan dengan tenaga
lweekang yang tinggi pula.
Pertempuran berjalan sengit sampai lima puluh jurus dan
akhirnya Siong Tat harus mengakui keunggulan musuh
besarnya.
Pada saat ia menyerang dengan gerak tipu Harimau Lapar
Menubruk Kelinci, yakni pedang di kedua tangannya
berbareng membacok ke depan sebelum lawannya dapat
menyerang, Siang Lan menggunakan gerakan yang benarbenar
mengagumkan dan tidak terduga-duga. Gadis ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan ilmu tendang Kim-liong-twi dengan kaki kirinya,
memapaki tangan kanan lawan bahkan mendahului pedang
lawan dengan tendangan ke arah pergelangan tangan kanan
lawannya, kemudian pedangnya sendiri dari sebelah dalam
lalu dibenturkan kepada pedang kiri lawan dan dari tenaga
benturan ini pedangnya diteruskan menusuk ke depan.
(Oo-dwkz-oO)
Jilid 5
Bukan main hebatnya gerakan ini yang sekaligus dapat
merobah kedudukan. Kalau tadi gadis pendekar itu terserang
oleh kedua pedang lawan, kini sekali menangkis ia malah
dapat melakukan dua serangan sekali gus. Kaki kirinya
menyerang pergelangan tangan kanan lawan dan pedangnya
menusuk dengan cepatnya ke arah tenggorokan Siong Tat.
Santung taihiap berseru kaget dan cepat ia miringkan
kepalanya. Ia lebih mengutamakan penjagaan diri terhadap
serangan pedang ke arah lehernya dari pada tendangan itu,
maka tiada ampun lagi kaki kiri Siang Lan berhasil mendupak
pergelangan tangan kanannya.
“Duk ..... traaanng ...!” pedangnya yang sebelah kanan
terlepas dari pegangan dan ia merasa betapa lengan kanannya
menjadi kejang. Siang Lan tidak mau berhenti sampai sekian
saja dan menyusul dengan serangan maut yang disebut Giamong-
toat-beng (Raja Maut Mengambil Nyawa), pedangnya
menusuk ke arah ulu hati lawannya.
Siong Tat masih terhuyung mundur ketika lawannya
melancarkan serangan hebat ini, akan tetapi jago Santung ini
masih dapat melihat keadaannya yang amat berbahaya. Ia
menggerakkan pedang kirinya menangkis dari kiri, disabetkan
ke arah pedang lawan yang meluncur bagaikan anak panah ke
arah dadanya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sama sekali ia tidak mengira bahwa di dalam penyerangan
ini, Siang Lan telah siap dengan tangan kirinya yang dikepal.
Melihat betapa lawannya masih sempat menangkis, ia lalu
membarengi dengan pukulan tangan kiri yang menuju ke arah
leher lawan.
Berbareng terjadinya pertemuan pedang dengan pukulan
yang mengenai leher itu. “Traang ....! Buk!” Leher Santung
taihiap telah kena terpukul oleh tangan Siang Lan yang
dilakukan dengan tenaga sepenuhnya.
“Mati aku ....!” Siong Tat menjerit ngeri dan tubuhnya
terpental membentur meja rumah gadai yang menjadi roboh
pula. Siang Lan melompat cepat dan sekali pedangnya
berkelebat, kepala musuh besarnya telah terpisah dari tubuh.
Keadaan menjadi kalut, para kaki tangan hartawan itu
berteriak-teriak sambil melarikan diri, bahkan para penonton
juga merasa ngeri dan melarikan diri pula. Siang Lang yang
telah berhasil membalas dendam, tidak lekas pergi dari situ.
Sebaliknya, ia lalu menggunakan pedangnya untuk
membuka pintu, mengeluarkan barang-barang yang digadai di
rumah itu dan melempar-lemparkan semua barang itu ke jalan
raya. Kemudian ia lalu mengumpulkan semua uang perak di
dalam rumah gadai, memasukkannya di dalam kantong besar
dan sambil menggendong kantong besar penuh uang itu ia
lalu menyerbu terus ke belakang.
Ternyata bahwa antara rumah gadai dan rumah gedung
Siang-wangwe terdapat sebuah pintu tembusan, Siang Lan
terus memasuki pintu ini dan menyerbu ke dalam gedung
hartawan itu. Beberapa orang penjaga yang berani
menghalanginya dirobohkannya dengan mudah, bahkan ia lalu
menangkap seorang penjaga yang bergemetaran saking
takutnya.
(Oo-dwkz-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
07 Penyesalan Jago Tua Kim-gan-liong Cin Lu Ek
“HAYO lekas antar aku ke tempat penahanan gadis Siauw
Kim yang digadaikan!” bentak nona pendekar ini.
Penjaga itu dengan tubuh menggigil lalu mengantarnya ke
dalam gedung, di mana terdapat banyak sekali permpuanperempuan
muda yang cantik-cantik. Memang, gedung ini
merupakan semacam “Harem” (keputren atau tempat di mana
selir-selir berkumpul) yang penuh dengan perempuanperempuan
cantik. Banyak di antara mereka ini yang dulunya
juga menjadi “barang tanggungan” atau gadis-gadis yang
digadaikan oleh orang tuanya yang miskin.
Siauw Kim masih merupakan barang tanggungan yang
belum menjadi hak milik hartawan itu, maka ia masih dikurung
di dalam sebuah kamar beserta tiga orang gadis lain. Ketika
Siang Lan membuka kamar kurungan itu, ia mendapatkan
empat orang gadis itu sedang menangis sedih.
“Yang mana di antara kamu yang bernama Siauw Kim?”
tanya Siang Lan.
Seorang gadis yang manis dan agak kurus maju ke muka
dan Siang Lan segera memegang lengannya. “Jangan takut
adik yang baik, mari kuantar kau pulang! Semua orang yang
berada di sini bukan atas kehendak sendiri, boleh pulang
sekarang juga!”
Sambil berkata demikian, Siang Lan membagikan beberapa
potong uang kepada mereka yang mau pulang dan mengantar
mereka itu keluar dari gedung. Tak seorangpun penjaga
berani menghalangi mereka ini. Tujuh orang permpuan muda
ikut keluar untuk pulang ke rumah masing-masing.
Setelah berada di luar, Siang Lan berkata kepada orangorang
yang berdiri di pinggir jalan, “Yang merasa punya
barang digadaikan di s ini, boleh ambil saja. Barang-barang itu
sudah kukeluarkan di pinggir jalan!” Demi mendengar ucapan
ini, orang-orang itu lalu menyerbu rumah gadai itu, yang jujur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil barang-barangnya sendiri, yang curang lalu
mempergunakan kesempatan itu untuk mengambil barang apa
saja yang berharga, tidak perduli barang-barang itu bukan
miliknya.
Siang Lan lalu mengantarkan Siauw Kim pulang. Kakek Lim
Bun dan keluarganya menerima kedatangan Siauw Kim
dengan tangis riuh dan penuh keharuan. Ketika mereka
mengangkat muka, ternyata gadis itu telah pergi dari situ dan
di dekat mereka terdapat setumpuk uang perak. Mereka
hanya dapat berlutut ke arah pintu rumah dan mengucapkan
terima kasih di dalam hati mereka.
Uang perak sekantong penuh yang diambilnya dari dalam
rumah gadai itu oleh Siang Lan habis disebar-sebarkan di
rumah-rumah kecil dalam kota Kang-leng. Malam harinya,
ketika tikoan sedang tidur, bagaikan bayangan iblis, Siang Lan
melayang turun dari genteng dan langsung memasuki kamar
tikoan itu.
Tikoan ini lelah sekali karena siang hari tadi ia telah
mengerahkan para penjaga kota untuk menangkap-nangkapi
orang-orang yang mengambil barang-barang dari rumah gadai
yang telah terbuka oleh Siang Lan dan kini di tempat tahanan
penuh orang-orang yang sampai empat puluh orang lebih
jumlahnya.
Ketika tikoan itu melihat bayangan berkelebat di dalam
kamarnya, ia cepat bangun dan membuka kelambunya.
Alangkah terkejutnya ketika ia melihat seorang gadis yang
cantik jelita dan memegang pedang berkilau, telah berdiri di
depan tempat tidurnya dengan mata tajam mengancam.
“Jangan berteriak kalau tidak ingin mampus!” kata Siang
Lan. “Sungguhpun kau ini seorang pembesar yang sudah
patut dipenggal lehernya! Kau tahu bahwa Siong Tat berlaku
sewenang-wenang terhadap rakyat kecil. Dan apakah yang
kau lakukan sebagai pembesar yang seharusnya melindungi
rakyat? Kau bahkan bersekutu dengan jahanam Siong Tat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima uang sogokannya dan selalu membelanya dalam
semua perkara. Sekarang kau berani lancang menangkapi
orang-orang yang mengambil barang-barang mereka sendiri
dari rumah gadai. Apakah kau ingin mati?”
Siang Lan menggerak-gerakkan pedangnya di depan muka
pembesar itu sehingga pedangnya mengeluarkan cahaya
berkilauan.
“Ti........dak.....lihiap...... ampunkan aku ........jangan kau
bunuh ........aku akan melepaskan semua tawanan itu,
sekarang juga!” kata pembesar itu yang sudah tak
bersemangat lagi karena semangatnya telah berlari pergi
meninggalkan tubuhnya saking takutnya.
“Seharusnya bangsat macam kau ini dibunuh!” seru Siang
Lan lagi dan pedang ditangannya bergerak cepat ke arah
kepala pembesar itu.
“Ayaa........mati aku....!” teriak pembesar itu sambil meraba
kepalanya dan alangkah kagetnya ketika ia merasa betapa
kepalanya telah licin karena rambutnya yang dikuncir telah
lenyap.
“Dengar, anjing busuk!” kata Siang Lan gemas. “Besok kau
harus lepaskan semua tawanan, lalu mengatur agar supaya
semua barang di rumah gadai itu kembali kepada pemiliknya.
Kemudian, orang-orang perempuan yang telah dipermainkan
oleh Siong Tat, supaya dikembalikan ke tempat masingmasing
dengan diberi uang dari rumah gedung jahanam she
Siong itu. Kalau keluarganya tidak rela memberi uang kepada
korban-korban itu, aku akan datang dan membasmi mereka.”
“Baik ........baik, lihiap ......!”
Melihat sikap pembesar itu yang matanya masih bergerak
liar, Siang Lan dapat menduga bahwa pembesar ini adalah
seorang yang berhati curang dan juga cerdik, maka ia pikir
ada baiknya untuk menakut-nakutinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Jangan kau kira aku hanya menggertak saja. Aku
mengampunimu hanya agar kau dapat mengatur semua yang
telah kupesankan itu dan untuk sementara ini aku menitipkan
kepalamu kepada tubuhmu. Kalau kau tidak merobah
watakmu, aku akan datang kembali dan menebus kepala yang
kutitipkan. Untuk memberi tanda kepada kepala yang
kutitipkan itu .........” Secepat kilat pedangnya bergerak lagi ke
arah kepala tikoan itu.
“Aduh..... aduh ....mati aku .........!” Kali ini telinga kiri
tikoan itulah yang lenyap dari kepalanya.”
“Nah, lain kali lehermu yang akan putus!” kata Siang Lan
yang segera melompat melalui jendela dan lenyap dari situ.
Setelah melakukan perbuatan yang menggemparkan dan
yang membuat nama Hwe-thian Moli makin terkenal, gadis
pendekat ini lalu mencari jejak musuh-musuh lainnya.
Akhirnya ia mendengar tentang Toat-beng-sin-to Liok Kong,
yang hendak mengadakan pesta perayaan ulang tahunnya di
kota Kan-cou, maka cepat ia lalu menuju ke kota itu. Dan
sebagaimana telah dituturkan di bagian depan ia telah
“didahului” oleh Ong Lian Hong yang mengaku sebagai puteri
suhunya.
Ia baru berhasil membalas dendam suhunya kepada Siong
Tat, sedangkan Liang Hong telah berhasil menewaskan Yap
Cin dan Liok Kong. Dengan demikian, apabila dapat dianggap
mereka sedang berlumba, maka keadaan adalah dua satu
untuk kemenangan Lian Hong.
Siang Lan menjadi penasaran sekali. Tidak, biarpun Lian
Hong benar-benar puteri dari suhunya, ia harus dapat
membalas dendam lebih dulu dan harus lebih banyak
menewaskan musuh-musuh suhunya. Kini masih tinggal dua
orang musuh, yakni Leng Kok Hosiang dan Kim-gan-liong Cin
Lu Ek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mencari Leng Kok Hosiang bukanlah merupakan hal yang
mudah, oleh karena biarpun hwesio itu bertempat tinggal di
Sin-tok-san, akan tetapi ia mendengar bahwa hwesio itu
adalah seorang perantau yang tidak tentu tempat tinggalnya.
Hanya beberapa bulan sekali saja hwesio itu kembali ke
gunung Sin-tok-san, oleh karena itu, maka Hwe-thian Moli lalu
berusaha mencari jejak Kim-gan-liong Cin Lu Ek Si Naga
Bermata Emas.
Berita yang diperolehnya dari kalangan kang-ouw tentang
Kim-gan-liong ini, sungguh membuat ia merasa heran dan
ragu-ragu. Ia mendengar bahwa Kim-gan-liong Cin Lu Ek
adalah seorang pendekar atau hiapkek yang gagah perkasa
dan budiman, seorang yang mempunyai nama harum karena
selalu bertindak sebagai seorang pendekar berbudi mulia. Kimgan-
liong seringkali menolong orang dan membasmi
kejahatan.
Sungguh aneh, mengapa seorang yang memiliki nama
besar ini dapat terlibat dalam pembunuhan secara curang dan
pengecut terhadap suhunya? Betapapun baik nama Kim-ganliong,
akan tetapi Hwe-thian Moli tidak perduli. Kim-gan-liong
adalah seorang di antara lima orang musuh besar suhunya,
maka ia harus dicari dan dibinasakan.
Ketika ia tiba di propinsi Hopak, ia mendengar kabar bahwa
pendekar tua Kim-gan-liong kini telah “cuci tangan” tidak
mencampuri urusan dunia lagi. Pendekar tua ini kabarnya
sekarang tinggal di kota Lun-cong sebelah selatan kota raja.
Dengan hati girang Hwe-thian Moli lalu menyusul ke kota itu.
Ia menyewa sebuah kamar dalam hotel terbesar dan
mudah saja baginya untuk mencari tempat tinggal pendekar
tua itu. Akan tetapi kenyataan bahwa rumah yang dijadikan
tempat tinggal Kim-gan-liong amat buruk dan kecil,
membuatnya terheran-heran. Bukankah lima orang yang telah
membunuh suhunya itu mendapatkan harta pusaka yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat mereka menjadi kaya raya? Mengapa Kim-gan-liong
Cin Lu Ek bertempat tinggal di rumah yang buruk ini?
Teringatlah ia akan kata-kata terakhir dari suhunya yang
juga merasa heran mengapa Cin Lu Ek ikut dalam persekutuan
jahat itu. “sepanjang pengetahuanku, Cin Lu Ek bukanlah
seorang yang berwatak jahat,” demikian kata suhunya
sebelum meninggal dunia.
Hwe-thian Moli menjadi ragu-ragu dan ia pikir untuk datang
pada malam hari nanti, karena kalau ia turun tangan di waktu
siang hari, hanya akan menimbulkan keributan saja. Maka
pulanglah ia ke kamar di hotel yang disewanya dan ia
beristirahat mengumpulkan tenaga untuk malam nanti.
Setelah senja terganti malam, Hwe-thian Moli bersiap
mengenakan pakaian ringkas dan membawa pedangnya, lalu
keluar dari hotel dan menuju ke rumah Cin Lu Ek yang berada
di sebelah utara kota. Ketika ia sedang berjalan perlahan, tibatiba
terdengar suara orang berseru, “Hwe-thian Moli .... !”
Siang Lan cepat mengangkat kepala memandang dan
ternyata ia telah berhadapan dengan lima orang yang
dikenalnya baik. Mereka ini bukan lain adalah Ngo-lian-hengte,
kelima orang saudara she Kui yang menjadi ciangbun atau
ketua dari Ngo-lian-kauw (Agama Lima Teratai). Teringatlah ia
bahwa memang mereka ini tinggal di propinsi Hopak, di kota
Po-teng.
“Ah kiranya ngo-ciangbun yang berada di sini!” kata gadis
itu dengan suara dingin dan tidak mengacuhkan sama sekali.
“Bagus, Hwe-thian Moli, memang pertemuan inilah yang
kami harapkan dan tunggu-tunggu. Bersiaplah kau membayar
hutangmu kepada kami di rumah Liok Kong dulu itu!” kata Kui
Sin saudara termuda dari Ngo-lian-hengte sambil mencabut
pedangnya. Memang saudara termuda dari Ngo-lian-hengte ini
memiliki watak yang paling keras, apalagi karena mengingat
bahwa dulu ia pernah terluka oleh pedang Hwe-thian Moli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika mereka mengeroyok dara ini di rumah Toat-beng sin-to
Liok Kong.
“Jangan banyak lagak, kawan” Hwe-thian Moli mengejek
tanpa mencabut pedangnya, “aku sedang menghadapi urusan
penting dan tidak mempunyai waktu untuk melayani kalian
bertempur!”
Memang Siang Lan tidak mempunyai nafsu untuk
bertempur dengan mereka, karena selain hal ini
memperlambat usahanya membalas dendam kepada Kim-ganliong
Cin Lu Ek, juga kalau sampai terjadi pertempuran di
tempat itu, tentu terlihat oleh banyak orang. Hal ini kalau
sampai terdengar oleh Kim-gan-liong akan memberi
kesempatan kepada musuh besar itu untuk melarikan diri.
Mendengar ucapan gadis ini, Kui Sin tertawa bergelak
dengan nada mengejek.
“Ha, ha, ha! Hwe-thian Moli menjadi penakut. Kau takut
menghadapi Ngo-lian-hengte?”
“Tutup mulutmu!” Siang Lan membentak marah dan hampir
saja ia mencabut pedangnya. “Hwe-thian Moli tidak tahu akan
artinya takut. Apalagi terhadap seekor tikus kecil macam kau!”
“Ngo-te (adik kelima), sudahlah jangan memaksa!” kata Kui
Jin saudara tertua, lalu ia berkata kepada Siang Lan dengan
suara halus, “Hwe-thian Moli, sungguhpun di antara kita tidak
terdapat permusuhan besar, namun ada sedikit penasaran
dalam hati kami terhadapmu. Kau tentu maklum bahwa kami
yang pernah kau lukai, takkan merasa puas sebelum mencoba
kepandaianmu sekali lagi untuk menentukan mana yang lebih
kuat. Oleh karena itu, karena sekarang kau tidak ada waktu,
beranikah kau datang ke kuil yang terletak di luar kota ini di
sebelah barat pada besok pagi-pagi? Kami akan menanti di
sana!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Jin yang cerdik sengaja menggunakan kata-kata
“beranikah” yang bersifat menantang dan menghina, maka
muka Hwe-thian Moli menjadi merah karena gemas!”
“Ngo-lian-hengte, jangan kau membuka mulut besar. Kalau
aku tidak sedang menghadapi urusan penting, sekarang juga
akan kuperlihatkan kepada kalian bahwa Hwe-thian Moli
bukanlah orang yang boleh dibuat permainan oleh lima orang
macam kalian. Baik, kalian tunggu saja sampai besok pagipagi
di kuil sebelah barat kota ini. Aku pasti akan datang.”
Setelah berkata demikian, Hwe-thian Moli lalu melompat
pergi meninggalkan mereka. Kui Sin yang merasa penasaran
hendak mengayun tangannya menyambit dengan senjata
rahasia piauw, akan tetapi Kui Jin memegang lengan adiknya
dan berbisik. “Bodoh! Tidak tahukah kau bahwa ilmu
kepandaiannya amat tinggi? Kita belum tentu akan dapat
menang terhadap dia maka aku sengaja menantangnya besok
pagi-pagi agar kita mendapat kesempatan mengundang supek
turun tangan.”
Saudara-saudaranya menyatakan setuju dan menjadi
girang. Akan tetapi tentu saja percakapan mereka ini tidak
terdengar oleh Hwe-thian Moli yang sudah pergi jauh menuju
ke rumah Kim-gan-liong Cin Lu Ek.
Dengan hati-hati sekali Siang Lan menghampiri rumah kecil
terpencil itu. Ia melihat di dalam rumah masih terang dan
bahkan ia mendengar suara orang bercakap-cakap. Hatinya
tertarik mendengar suara yang nyaring sekali, maka dengan
hati-hati ia lalu menghampiri jendela rumah itu. Karena ia
mempergunakan kepandaian ginkangnya, maka langkah
kakinya tidak mengeluarkan suara bagaikan langkah kaki
seekor kucing. Jendela itu tertutup rapat maka ia hanya dapat
mendengar suara dua orang laki-laki sedang bercakap-cakap
yang membuat hatinya berdebar keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Susiok, benarkah berita yang kudengar tentang Pat-jiu
kiam-ong itu?” suara yang nyaring itu terdengar lagi
mendesak.
Terdengar suara elahan napas panjang tanda kekesalan
hati yang diusul oleh jawaban suara yang dalam dan tenang
akan tetapi mengandung nada sedih. “Memang benar, tak
dapat kusangkal lagi. Aku memang terjerumus ke dalam
komplotan jahat itu.”
“Memalukan sekali!” tiba-tiba suara yang nyaring itu
berseru keras. “Memalukan sekali dan mencemarkan nama
susiok yang besar, terutama mengotorkan nama perguruan
kita!”
Kembali orang yang disebut susiok (paman guru) itu
menghela napas menyatakan kekesalan hatinya, lalu suaranya
terdengar menggetar penuh keharuan.
“Tek Kun, memang tuduhanmu ini benar. Kau sudah
mewarisi kepandaian cabang persilatan kita dan telah memiliki
kepandaian tinggi. Kalau kau hendak mewakili sucouw kita,
cabutlah pedangmu dan tabaslah leherku. Aku menerima
salah, sungguhpun kejahatan itu tidak kulakukan dengan
sengaja. Mataku telah buta dapat dibujuk oleh Leng Kok
Hosiang!”
Hening sejenak dan Siang Lan tidak ragu-ragu lagi bahwa
orang yang disebut susiok itu tentulah Cin Lu Ek Si Naga
Bermata Emas dan agaknya orang yang suaranya nyaring itu
adalah murid keponakannya. Namun ia merasa agak tertarik
mendengar percakapan ini dan ia tidak mau menerjang
masuk, bahkan ingin sekali melihat wajah kedua orang yang
bercakap-cakap itu.
Ia lalu mengumpulkan tenaganya dan bagaikan seekor
burung gesitnya, ia menggunakan gerak lompat Burung Walet
Menerjang Mega dan melompat ke atas genteng. Ia telah
mengerahkan seluruh kepandaiannya dan ginkangnya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjaga agar kedua kakinya tidak sampai mengeluarkan
suara.
Akan tetapi, baru saja kakinya menginjak genteng,
terkejutlah ia ketika mendengar suara yang nyaring tadi
berkata,
“Susiok, di atas genteng ada orang!”
“Biarlah”, jawab suara yang tenang itu, “pintuku tidak
terkunci, gentengku juga tipis mudah dibuka, sahabat yang
berada di luar dengan mudah dapat masuk kalau mempunyai
keperluan dengan aku.”
Karena orang di dalam rumah sudah mengetahui
kedatangannya yang menandakan bahwa ilmu kepandaian
orang yang bersuara nyaring itu cukup tinggi, Siang Lan lalu
berseru keras,
“Kim-gan-liong, kalau kau benar gagah, keluarlah untuk
membayar hutangnya kepada Pat-jiu kiam-ong! Aku, Hwethian
Moli telah menanti di luar. Aku tidak sudi bertindak
seperti maling memasuki rumah orang, baik melalui pintu
maupun genteng tanpa diundang!” Setelah berkata demikian,
Siang Lan lalu melompat turun lagi dan berdiri dengan
gagahnya didepan pintu rumah itu.
Tak lama kemudian, pintu itu terbuka dari dalam dan
keluarlah dua orang laki-laki. Yang berada di depan adalah
seorang laki-laki yang tinggi kurus, berusia kurang lebih lima
puluh tahun, berjenggot panjang dan berpakaian serba putih
yang amat sederhana. Orang ini keadaannya biasa saja, hanya
sepasang matanya yang benar-benar amat berpengaruh,
mengeluarkan sinar yang berapi-api. Kalau dia diberi julukan
naga Bermata Emas, memang tepatlah karena sepasang
matanya memang luar biasa sekali.
Orang kedua adalah seorang pemuda yang secara aneh
telah memaksa sepasang mata Siang Lan memandang,
kemudian melemparkan pandangannya dengan muka merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jengah. Belum pernah selama hidupnya Siang Lan merasa
tertarik untuk menatap wajah seorang pemuda dan belum
pernah ada seorang pemuda yang dapat membuat hatinya
berdebar lebih lebih cepat dari pada biasanya. Akan tetapi
pemuda ini benar-benar membuatnya bingung dan untuk
sesaat tak dapat berkata-kata.
Pemuda ini mengenakan pakaian seperti seorang pelajar,
pakaiannya rapi sekali sungguhpun tidak mewah. Tubuhnya
tegap dan dadanya bidang, menunjukkan bahwa tubuh itu
mengandung tenaga yang kuat sekali. Kepalanya tertutup oleh
kain kepala yang dililitkan sembarangan saja akan tetapi
membuat wajahnya makin menarik. Sepasang alisnya hitam
tebal dan berbentuk golok, sesuai benar dengan sepasang
mata yang lebar dan berseri itu.
Hidungnya mancung dan lurus, cocok dengan bibirnya yang
baik bentuknya dan membayangkan kekerasan dan
kegagahan. Dagunya berlekuk sedikit pada tengahnya,
membuat ia yang usianya paling banyak dua puluh dua tahun
itu nampak lebih masak. Kulit mukanya putih bersih dengan
pipi kemerahan karena sehatnya.
Pendeknya, jarang Siang Lan melihat seorang pemuda yang
demikian tampan dan gagahnya. Berapapun sungguh-sungguh
ia mencoba untuk menghindarkan pandangan matanya
menuju kepada pemuda tampan itu, namun beberapa kali
sinar matanya menyeleweng dan menatap wajah yang
menembus ke ulu hatinya itu.
Karena kelambatannya membuka mulut, ia didahului oleh
Cin Lu Ek yang mengangkat kedua lengan dan menegur.
“Nona, apakah nona yang memperkenalkan diri sebagai
Hwe-thian Moli tadi?”
“Benar!” jawab Siang Lan dengan dingin dan singkat tanpa
membalas penghormatan orang. “Kau kah yang bernama Cin
Lu Ek dan yang secara pengecut membunuh suhu?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim-gan-liong Cin Lu Ek memandang tajam dan berkatalah
dia dengan wajah duka. “Jadi kau adalah murid dari Pat-jiu
kiam-ong? Setelah kau datang, bukankah maksudmu hendak
membalas dendam atas kematian suhumu?”
Siang Lan mencabut pedangnya dan berkata keras, “Tentu
saja! Anjing-anjing jahat Yap Cin, Siong Tat, dan Liok Kong
telah mampus, tinggal kau dan Leng Kok Hosiang. Kalau
kedatanganku bukan untuk membunuhmu dan membalas
denda, apakah kau kira aku datang untuk beramah tamah
dengan engkau?”
Akan tetapi aneh, tidak seperti musuh-musuhnya yang lain,
Kim-gan-liong Cin Lu Ek ini tidak menjadi takut, juga tidak
menjadi marah, bahkan tersenyum dengan tenang,
“Kau mau membalas dendam? Mau membunuhku? Nah,
majulah dan lekas kau lakukan hal itu. Aku memang sudah
bosan hidup!”
Untuk sejenak Siang Lan merasa ragu-ragu, Bagaimana ia
dapat membunuh orang yang bersikap seperti itu? Orang yang
tidak mau melawan sedikitpun juga? Akan tetapi, dia musuh
besarnya. Dia seorang di antara lima orang yang telah
membunuh suhunya secara curang dan pengecut. Tidak lekas
dibunuh, mau menanti, sampai kapan lagi?
“Kalau begitu, bersedialah untuk menyusul suhu dan
membuat perhitungan di akhirat!” serunya dan dengan
gerakan Kwan-im hoan-hwa (Dewi Kan-im Mencari Bunga)
pedangnya menusuk ke arah dada kiri Cin Lu Ek. Orang tua itu
memandang tanpa berkejap sambil tersenyum sedih.
“Traaang ....!” Pedang Siang Lan terpental ke belakang dan
nona ini dengan terkejut melompat pula ke belakang lalu
bersiap dengan pandang mata marah. Ternyata bahwa
pedangnya telah ditangkis oleh pemuda itu yang kini sudah
memegang sebatang pedang pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kurang ajar!” seru Siang Lan dengan muka merah.
“Siapakah kau? Apa maksudmu menghalangi seranganku?”
Pemuda itu hanya tersenyum saja dan Cin Lu Ek yang
menjawab. “Hwe-thian Moli, dia ini adalah murid keponakanku
yang bernama Sim Tek Kun.”
“Perduli apa aku akan namanya? Aku tak ingin mengetahui
nama orang!” kata Siang Lan marah akan tetapi nama Sim Tek
Kun ini tanpa disadarinya telah terukir di dalam lubuk hatinya.
“Ku ulangi pertanyaanku tadi, mengapa kau menghalangi
seranganku kepada musuh besar suhuku ini ?”
“Tidak baik bagi seorang gadis untuk berwatak seganas
itu,” akhirnya pemuda itu menjawab dengan suara tenang dan
senyumnya masih belum meninggalkan mulutnya. “Aku ingin
mencegah kau tersesat dan membunuh orang yang tidak
melawanmu.”
“Orang sombong! Lancang dan sombong! Apa perdulimu
akan urusanku? Apa hubungannya dengan segala sepak
terjangku dengan kau?” Ia melangkah maju lagi hendak
menyerang Cin Lu Ek, akan tetapi kembali pemuda itu
menghadang dengan pedang di tangan.
“Jangan, sayang seorang gadis gagah perkasa seperti kau
sampai tersesat dan membunuh seorang tua yang tidak mau
melawan.”
Siang Lan marah sekali dan hampir saja ia menyerang
pemuda itu. Akan tetapi ia masih dapat menahan tangannya
dan hanya sepasang matanya saja yang memandang marah
seakan-akan hendak membakar pemuda itu.
“Eh, kau ini orang macam apakah? Mengapa kau
mencampuri urusanku? Aku tersesat atau tidak, kau peduli
apakah?” bentaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Aku melakukan ini untuk membalas budi suhumu,” jawab
Sim Tek Kun tenang dan jawaban ini membuat mata Siang
Lan yang indah bening itu terbelalak.
“Apa maksudmu?”
“Susiokku telah berdosa terhadap suhumu dan perbuatan
dosa hanya dapat ditebus dengan perbuatan baik. Aku
mencegah kau sebagai murid suhumu berbuat sesat dan hal
ini kulakukan untuk membalas budi suhumu yang telah tewas
karena susiok dan kawan-kawannya. Inilah yang kumaksud
dengan pembalasan budi suhumu.”
Bingunglah Siang Lan mendengar ucapan ini.
“Kalau aku terus menyerang dan membunuhnya?”
tantangnya.
“Akan kuhalangi dengan pedangku!” jawab pemuda itu.
Siang Lan tersenyum menghina, “Hm, bagus sekali tipu
busukmu yang berpura-pura membalas budi. Kalau
seandainya kau terbunuh olehku, bukankah kau tidak berhasil
membalas budi bahkan aku kau anggap makin tersesat.”
“Tidak!” jawab pemuda itu dengan sungguh-sungguh.
”Kalau aku mati olehmu, matiku adalah mati yang sudah
sewajarnya, mati dalam pertempuran. Berbeda kalau kau
membunuh susiok yang tidak mau melawan, itu adalah
perbuatan yang yang amat rendah dan tidak selayaknya
dilakukan oleh seorang gadis yang gagah perkasa.”
Siang Lan tertegun. Ia ingin marah, akan tetapi tidak dapat.
Entah mengapa, sikap pemuda yang berani dan lancang ini
amat menarik hatinya dan sama sekali tidak dapat
menimbulkan kebenciannya, bahkan ...... diam-diam ia merasa
heran mengapa ia dapat merasa kagum kepada pemuda ini.
“Jadi kau rela mati untuk membela paman gurumu? Kau
hendak membela orang yang sudah berbuat curang dan
pengecut?” bentaknya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu menggelengkan kepalanya dengan sedih.
“Tidak, kalau yang datang bukan kau, aku tentu akan
membela susiok dengan mati-matian. Akan tetapi, kalau
seandainya susiok telah berdosa terhadap suhumu, aku
melarang kau membunuh susiok yang tidak mau melawan
hanya untuk mencegah kau berlaku sesat.”
Siang Lan menjadi serba salah. Haruskah ia mengalah dan
mundur, tidak jadi membalas dendam hanya karena adanya
pemuda kurang ajar ini? Tidak, tidak! Ia tidak harus bersikap
selemah ini.
“Kalau begitu, biarlah aku bunuh kau lebih dulu!” katanya
sambil menyerang dengan pedangnya.
“Kalau kau dapat,” pemuda itu membalas dengan suara
mengejek lalu menangkis dengan pedangnya. Benturan kedua
pedang ini membuat keduanya terpental mundur tiga tindak
dan masing-masing merasa terkejut karena maklum bahwa
kepandaian lawan tak boleh dibuat main-main.
Siang Lan menyerang lagi dan Tek Kun melayaninya
dengan hebat sehingga mereka bertempur amat ramainya.
Pedang mereka bergulung-gulung dengan cepat,
mengeluarkan angin dan terdengar suara pedang bersuitan,
kadang-kadang terdengar bunyi nyaring ketika pedang
beradu, diikuti oleh bunga api yang berpijar menyilaukan
mata.
Siang Lan diam-diam merasa kagum akan kehebatan ilmu
pedang Kun-lun-pai yang dimainkan oleh pemuda ini. Ternyata
bahwa ilmu pedang pemuda ini benar-benar lihai sekali.
Sebaliknya, Tek Kun juga kaget karena tidak disangkanya
bahwa Hwe-thian Moli benar-benar amat ganas dan sukar
dilawan ilmu pedangnya.
Sementara itu, Kim-gan-liong Cin Lu Ek menjadi bingung
sekali. Ia lalu melompat maju dan dengan nekat berdiri
ditangah-tengah, di antara kedua orang itu sambil berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tahan! Berhentilah bertempur atau aku akan membiarkan
tubuhku hancur oleh kedua pedangmu!”
Karena tidak ingin membunuh orang tua yang tidak mau
melawan ini, kedua orang muda itu melompat mundur. Sambil
mengeluarkan dua titik air mata dari sepasang matanya, Cin
Lu Ek lalu berkata kepada Siang Lan.
“Nona, aku mengundang kau untuk masuk ke rumahku dan
dengarlah penuturanku. Boleh kau anggap ini sebagai
pengakuan dosaku terhadap mendiang suhumu dan kalau
kemudian kau masih berkukuh hendak membunuhku, baiklah,
aku akan melawanmu dengan senjata.”
“Susiok!” bentak Tek Kun marah. “Apakah susiok masih ada
muka untuk melawan murid dari Pat-jiu kiam-ong?”
“Biarlah, memang aku harus mati. Mengapa aku takut
menambah sedikit dosa kalau aku tahu bahwa aku takkan
dapat melawan nona yang lihai ini? Masuklah nona dan
dengarlah ceritaku.”
Karena ingin sekali mendengar penuturan orang ini dan
untuk memperlihatkan keberaniannya dihadapan pemuda ini,
Siang Lan lalu menyarungkan pedangnya kembali dan berkata
kepadanya. “Pertempuran boleh kita tunda dulu untuk
mendengarkan penuturannya. Tiada salahnya nanti
dilanjutkan lagi kalau kau masih berani!”
Ketiganya lalu masuk ke dalam rumah itu dn menduduki
bangku-bangku yang tua dan sederhana sekali. Setelah
mereka duduk, Kim-gan-liong Cin Lu Ek menghela napas
berkali-kali, barulah ia menuturkan riwayatnya.
Tadinya Cin Lu Ek adalah seorang hartawan yang suka
menolong orang. Tidak saja ia kaya raya, akan tetapi juga ia
terkenal sebagai anak murid Kun-lun-pai yang berkepandaian
tinggi. Akan tetapi hidupnya penuh derita, yakni derita batin.
Dengan isterinya yang tercinta, ia tidak mempunyai seorang
keturunanpun dan ketika terjangkit penyakit menular, isterinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diserang penyakit itu sehingga mendahuluinya pulang ke alam
baka.
Hal ini amat menyakitkan hati Cin Lu Ek sehingga hampirhampir
membuatnya gila. Ia tidak dapat merasakan
kebahagiaan dalam kekayaannya, maka ia lalu mengambil
keputusan yang membuat banyak orang merasa heran. Ia
menjual semua rumah dan sawahnya, lalu membawa semua
uangnya itu pergi merantau. Mungkin ada ribuan orang miskin
yang terancam bahaya kelaparan yang telah ditolongnya,
diberi uang sehingga lambat laun uangnya habis sama sekali.
Akan tetapi Si Naga Mata Emas ini tidak berhenti merantau
dan mengulurkan tangan kepada rakyat jelata. Namanya
menjadi terkenal di kalangan kang-ouw, akan tetapi sekarang
ia telah jatuh miskin. Harta satu-satunya yang dimilikinya
hanyalah sebatang pedang dan sepotong pakaian yang
dipakainya.
Disamping kegagahan dan kedermawanannya, Cin Lu Ek
mempunyai cacad, yakni watak yang tidak mau kalah dalam
hal ilmu silat. Di mana saja ia mendengar ada seorang ahli
silat, maka didatangilah orang itu dan diajaknya pibu
(mengadu kepandaian) secara persahabatan.
Selama merantau bertahun-tahun lamanya, baru dua kali ia
kena dikalahkan orang dalam pibu. Pertama kali oleh
Ouwyang Sianjin dan kedua oleh Leng Kok Hosiang maka ia
menjunjung tinggi kedua orang tua ini, terutama sekali
Ouwyang Sianjin yang berkepandaian jauh lebih tinggi dari
pada ilmu kepandaiannya sendiri.
Perantauannya yang membuatnya menjelajah di seluruh
propinsi itu membuat ia terkenal sekali. Banyak orang kangouw
yang telah dikenalnya, dan di antara mereka, ia telah
mengikat tali persahabatan dengan Toat-beng Sin-to Liok
Kong, Sin Wan Yap Cin, Santung taihiap Siong Tat dan yang
lain-lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu hari ia bertemu dengan empat orang kang-ouw
ini, yakni Liok Kong, Yap Cin, Siong Tat, dan dikepalai oleh
Leng Kok Hosiang.
“Eh, eh, naga-naga turun dari gunung, keluar dari guanya,
ada apakah yang terjadi dipermukaan bumi ini?” tanya Cin Lu
Ek kepada mereka.
“Kebetulan sekali Kim-gan-liong berada disini!” Leng Kok
Hosiang berseru. Hwesio ini pernah mengalahkan Kim-ganliong
dalam pibu, akan tetapi setelah bertempurhampir dua
ratus jurus, maka ia merasa girang sekali karena tahu akan
kelihaian Kim-gan-liong.
Sebagaimana pernah dituturkan di bagian depan, hwesio
cabul yang berjuluk Jai-hwa-sian (Dewa Pemetik Bunga) ini
pernah diberi hajaran keras oleh Pat-jiu kiam-ong Ong Han
Cu. Setelah melatih diri, selama lima tahun dipuncak Sin-toksan
dan melatih ilmu pukulan Coa-tok-jin yang lihai, ia turun
gunung mencari Ong Han Cu, akan tetapi kembali ia
mendapat kekecewaan karena ia telah dirobohkan oleh adik
seperguruan Pat-jiu kiam-ong, yakni Ouwyang Sianjin.
Dengan hati mengandung penuh dendam hwesio ini lalu
merantau dan mencari kawan-kawan untuk melakukan
pembalasan. Kebetulan sekali ia bertemu dengan Yap Cin Si
Lutung Sakti yang juga menaruh dendam sakit hati besar
sekali terhadap Pat-jiu kiam-ong karena Ong Han Cu pernah
merobohkannya.
Biarpun sudah mendapat kawan, namun Leng Kok Hosiang
masih merasa jerih untuk mengganggu Ong Han Cu karena ia
mendengar betapa pendekar ini telah menemukan ilmu
pedang yang luar biasa. Ia mempunyai telinga yang amat
tajam dan biarpun Ong Han Cu menyembunyikannya, namun
hwesio itu mendengar bahwa pendekar itu selain ilmu pedang,
juga telah menemukan harta pusaka yang besar jumlahnya di
puncak bukit Liong-cu-san.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berita inilah yang membuat ia berhasil menarik Toat-beng
Sin-to Liok Kong dan Santung-taihiap Siong Tat, karena kedua
orang gagah ini walaupun tidak mempunyai permusuhan apaapa
terhadap Ong Han Cu, namun mereka tertarik oleh harta
pusaka itu. Maka berangkatlah empat orang kang-ouw ini
dengan maksud buruk terhadap Pat-jiu kiam-ong, menuju ke
gunung Liong-cu-san untuk mencari Ong Han Cu.
Leng Kok Hosiang maklum bahwa Cin Lu Ek Si Naga
Bermata Emas adalah seorang yang jujur dan tidak tertarik
akan harta pusaka.
Ia telah mendengar pula betapa Kim-gan-liong yang
tadinya adalah seorang hartawan, telah menghamburkan
hartanya guna menolong orang sehingga kini menjadi miskin,
maka tentu saja pendekar ini takkan tertarik akan berita
tentang harta pusaka itu. Maka ia lalu mempergunakan lain
siasat.
“Kim-gan-liong,” katanya, “Aku dan kawan-kawan ini
hendak mencari Pat-jiu kiam-ong di bukit Liong-cu san.
Kuharap saja kau suka pergi bersama kami untuk menambah
semangat.”
“Dengan maksud apakah cuwi sekalian hendak mencari
Pat-jiu kiam-ong?” tanya Kim-gan-liong.
Hwesio itu tertawa. “Kau tentu sudah mendengar bahwa
Pat-jiu kiam-ong adalah seorang yang usilan dan suka
mencampuri urusan orang lain. Antara dia dan kami telah ada
sengketa yang harus diselesaikan sekarang. Maka harap kau
suka mengawani kami pergi mencarinya.”
Kim-gan-liong Cin Lu Ek mengerutkan alisnya. “Akan tetapi
antara dia dan aku sama sekali tidak ada permusuhan
sesuatu, bahkan bertemu mukapun belum. Untuk apa aku ikut
pergi ke sana? Kalau cuwi hendak mencarinya dan membalas
perhitungan lama, silakanlah, tapi jangan bawa-bawa aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan urusan
ini!”
“Ha,ha,ha! Kim-gan-liong yang gagah perkasa agaknya
takut kepada Pat-jiu kiam-ong dan baru mendengar namanya
saja sudah menjadi gentar!” Yap Cin Si Lutung Sakti
mengejek.
Memang kelemahan Kim-gan-liong terletak di dalam
kesombongannya dan sifatnya yang tidak mau kalah.
Mendengar ejekan ini, ia mencabut pedangnya dan berkata
angkuh.
“Aku Kim-gan-liong tidak pernah takut kepada siapapun
juga!” serunya dengan matanya yang tajam itu bersinar
ganas. “Sudah lama aku mendengar nama Pat-jiu kiam-ong
dan ingin sekali aku mengajaknya pibu. Akan tetapi, maksudku
hanyalah menguji kepandaian belaka, tidak bermaksud
mencelakakannya karena memang antara dia dan aku tidak
ada permusuhan apa-apa. Siapa bilang aku takut kepadanya?”
Leng Kok Hosiang lalu melangkah maju dan
menyabarkannya. “Sudahlah, antara kawan sendiri tak perlu
ada pertikaian. Sabarlah, Kim-gan-liong taihiap, ketahuilah
bahwa Sin-wan Yap enghiong hanya berkelakar. Siapa yang
tidak mengetahui bahwa kau adalah seorang gagah? Kau tadi
menyatakan ingin berpibu dengan Pat-jiu kiam-ong, mengapa
tidak mempergunakan kesempatan baik ini? Marilah kau ikut
dengan kami dan nanti sesampainya dihadapan Pat-jiu kiamong,
kau boleh mengajak ia mengadu ilmu pedang. Bukankah
ini baik sekali?”
(Oo-dwkz-oO)
08 Kun-lun Siauwhiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
KARENA dibujuk-bujuk, akhirnya Kim-gan-liong Cin Lu Ek
menurut juga dan pergilah mereka berlima mendaki bukit
Liong-cu-san.
Kedatangan mereka disambut oleh Pat-jiu kiam-ong yang
berada di bukit itu seorang diri, oleh karena muridnya, Nyo
Siang Lan, baru turun gunung sebagaimana telah dituturkan di
bagian depan. Melihat tokoh-tokoh kang-ouw yang datang,
Ong Han Cu segera berdiri menyambut mereka sambil
tersenyum.
“Ah, Ngo-wi (tuan berlima) enghiong jauh-jauh datang
mengunjungi tempatku yang buruk, tidak tahu ada keperluan
apakah?” tanyanya.
Leng Kok Hosiang memberi hormat dan sambil tertawa ia
berkata. “Pat-jiu kiam-ong, kami telah mendengar nama
besarmu dan mendengar pula bahwa kau telah menemukan
semacam ilmu pedang yang hebat. Maka kami sengaja datang
menghaturkan selamat!”
“Ilmu pedang manakah yang hebat!” Pat-jiu kiam-ong
merendah. “Tidak lain hanya beberapa gerakan yang buruk.”
“Sesungguhnya kami datang sengaja hendak mengantar
Kim-gan-liong Cin Lu Ek yang merasa amat tertarik oleh nama
besarmu dan hendak minta sedikit pengajaran!” kata hwesio
itu dan Kim-gan-liong merasa terheran sekali mendengar
ucapan yang jauh berlainan dengan maksud kedatangan
empat orang itu. Terpaksa ia maju dan memberi hormat
kepada Hong Han Cu lalu berkata.
“Sesungguhnya, Pat-jiu kiam-ong, aku Cin Lu Ek yang
bodoh amat tertarik dan ingin sekali memohon sedikit
petunjuk dari kau yang gagah perkasa.”
Ong Han Cu tertawa dan menggelengkan kepalanya. “Tak
kusangka bahwa Kim-gan-liong yang bernama besar masih
suka main-main seperti anak kecil. Kalau kita berpibu dan ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kalah, apakah ruginya dan kalau menang, apakah
untungnya?”
Memang Kim-gan-liong Cin Lu Ek mempunyai watak yang
tidak mau kalah. Mendengar ucapan Pat-jiu kiam-ong, ia
merasa diejek dan dianggap ringan, maka merahlah mukanya.
“Pat-jiu kiam-ong, mungkin karena kau telah berjuluk Raja
Pedang, kau tidak perlu lagi dengan penambahan ilmu
kepandaian. Akan tetapi aku sebagaimana orang-orang kangouw
yang lain, aku hanya memiliki semacam kesenangan,
yakni ilmu silat. Di mana saja aku berada, apabila aku
mendapat kesempatan, aku ingin sekali menambah
pengetahuanku tentang ilmu silat. Kini aku berhadapan
dengan kau yang berjuluk Raja Pedang, tentu saja aku tidak
mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mempelajari
beberapa gerakan.”
“Bagus, bagus!” seru Leng Kok Hosiang dengan girang dan
ia lalu berkata kepada Toat-beng sin-to Liok Kong yang selalu
membawa guci arak.
“Liok-enghiong, keluarkanlah guci arakmu! Marilah kita
berjanji, siapa yang menang mendapat tiga cawan arak dan
yang kalah menerima lima cawan sebagai hiburan! Kim-ganliong
terkenal sebagai jago pedang dari Kun-lun-pai
sedangkan Pat-jiu kiam-ong baru saja mendapatkan ilmu
pedang yang luar biasa. Sungguh pibu yang amat menarik dan
akan membuka mata kita sekalian.”
Setelah berkata demikian, empat orang ini lalu duduk dan
guci arakpun ditaruh di atas tanah. Terpaksa Pat-jiu kiam-ong
lalu mencabut pedangnya karena Kim-gan-liong juga sudah
berdiri dan siap dengan pedangnya pula. Jago dari gunung
Liong-cu-san ini tentu saja bukan seorang bodoh dan ia dapat
menduga bahwa kedatangan Leng Kok Hosiang dan kawankawannya
ini tentu mengandung maksud tertentu. Ia maklum
bahwa mereka tidak mengandung maksud baik dan mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali lima orang ini sengaja datang hendak mengeroyoknya.
Akan tetapi ia tidak merasa gentar sama sekali.
“Kim-gan-liong, kau perlihatkanlah ilmu pedang Kun-lun-pai
yang tersohor itu!” katanya sambil memasang kuda-kuda,
menaruh kaki kiri ke depan, menekuk kaki kanan dan
pedangnya ditempelkan ujungnya pada tanah, sedangkan
tangan kirinya ditaruh di dada selaku pemberian hormat.
Inilah yang disebut sikap Dewa Muda Menanti Titah.
“Pat-jiu kiam-ong, maafkan keburukan ilmu pedangku,”
kata Kim-gan-liong yang segera menggerakkan pedangnya
menyerang dengan gerak tipu Sian-jin-tit-louw (Dewa
menunjukkan Jalan). Akan tetapi tanpa merobah kedudukan
kakinya, dengan mudah Ong Han Cu mengangkat pedangnya
menangkis.
Getaran pedangnya benar-benar membuat Cin Lu Ek
terkejut sekali karena dari getaran pedang yang menangkis itu
keluar tenaga yang membuat telapak tangannya yang
memegang pedang menjadi kesemutan. Cepat ia menarik
kembali pedangnya dan melanjutkan dengan serangan Pek-inkian-
jit (Menyapu Awan Melihat matahari). Pedangnya
berkelebat cepat dan menyapu ke arah leher lawannya,
sedangkan tangan kirinya di dorong ke depan menyerang
dada dengan tenaga lweekang sepenuhnya.
Bahaya yang terdapat dalam serangan ini sesungguhnya
terletak dalam pukulan tangan kiri itu dan jarang sekali Kimgan-
liong gagal apabila ia menyerang lawan dengan tipu ini.
Ia maklum akan kelihaian Pat-jiu kiam-ong, maka dalam jurus
kedua saja, ia telah mengeluarkan gerak tipu yang berbahaya
ini.
Ong Han Cu tentu saja maklum akan bahaya serangan ini,
maka tiba-tiba ia berseru keras dan kagetlah Kim-gan-liong
karena tiba-tiba ia tidak melihat lagi bayangan lawannya. Tibatiba
dari belakang ia mendengar angin menyambar dan cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia merendahkan diri sambil melangkah maju terus
membalikkan tubuhnya.
Ternyata bahwa lawannya telah berada dibelakangnya,
maka tahulah ia bahwa Pat-jiu kiam-ong dengan ginkangnya
yang luar biasa telah melakukan lompatan luar biasa melalui
atas kepalanya dan dengan cara demikian menghindar diri
sekali gus dari pada serangannya. Akan tetapi ia merasa malu
sekali karena ternyata setibanya dibelakangnya, raja pedang
itu hanya mengebutkan ujung lengan baju kirinya untuk
memberitahu bahwa ia berada dibelakangnya.
Saking malunya, Kim-gan-liong menjadi penasaran sekali
dan sambil berseru keras ia lalu bersilat pedang. Ia
mengerahkan seluruh ilmu pedangnya dari cabang Kun-lun-pai
dan mengeluarkan tipu-tipu yang paling berbahaya dan sukar
ditangkis.
Akan tetapi benar-benar Pat-jiu kiam-ong lihai sekali.
Dengan tenang dan lambat ia menggerakkan pedangnya,
namun pedang itu telah merupakan benteng baja yang
membuat pedang di tangan Kim-gan-liong selalu terpental
kembali dengan telapak tangan merasa perih. Tiga puluh jurus
lebih Kim-gan-liong mengeluarkan kepandaiannya namun
sedikit juga ia tidak dapat mendesak lawannya. Jangankan
mendesak, bahkan selama iru Pat-jiu kiam-ong tak pernah
merobah kedudukan kakinya dan sambil berdiri biasa saja ia
telah dapat menangkis semua serangan.
Tiba-tiba Pat-jiu kiam-ong berkata perlahan, “Kim-ganliong,
sekarang kau jagalah seranganku!”
Kim-gan-liong terkejut sekali dan buru-buru ia mainkan
ilmu pedang Wanita Cantik Membuka Payung. Pedangnya
diputar sedemikian rupa merupakan payung yang memayungi
seluruh tubuhnya. Akan tetapi pandangan matanya segera
menjadi kabur ketika pedang Pat-jiu kiam-ong berkelebatan
bagaikan halilintar menyambar-nyambar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Silau matanya melihat cahaya pedang ini dan tanpa
diketahui bagaimana caranya, tahu-tahu pedang ditangannya
telah terlepas dari pegangan dan ketika ia membuka matanya,
ternyata bahwa pedangnya itu telah berada di tangan kiri Patjiu
kiam-ong. Raja pedang itu tersenyum ramah dan
mengembalikan pedangnya sambil berkata.
“Ilmu pedangmu cukup lihai, Kim-gan-liong!”
Cin Lu Ek berdiri bengong dan setelah menerima
pedangnya cepat ia maju memberi hormat sambil
membongkokkan tubuhnya.
“Ah, luar biasa sekali ....! serunya. “Biar matipun aku Cin Lu
Ek tidak merasa penasaran setelah menyaksikan ilmu pedang
dari Kiam-Ong (Raja Pedang)!”
Melihat sikap Kim-gan-liong, senanglah hati Ong Han Cu
karena ia dapat merasa betapa ucapan dan pandangan mata
orang ini memang sejujurnya, tidak mengandung pujian yang
menjilat.
Sementara itu, ketika kedua orang itu mengukur
kepandaian, dengan perlahan Leng Kok Hosiang berbisik
kepada tiga orang kawannya. “Aku sengaja mengadu mereka
untuk melihat sampai di mana kepandaian Pat-jiu kiam-ong.
Kalau kiranya tidak berapa tinggi dan kita sanggup
menghadapinya, baik kita mengeroyoknya, akan tetapi kalau
terlampau kuat, kita menggunakan jalan lain yang lebih
halus.” Ia lalu menunjuk ke arah cawan-cawan arak di
depannya.
Memang Leng Kok Hosiang, terkenal sebagai ahli racun
yang lihai sekali. Bahkan ilmu pukulannya yang disebut Hekcoa-
jiu (Tangan Ular Hitam) amat berbahay dan dapat
mendatangkan kematian seperti tergigit ular beracun apabila
mengenai lawannya.
Melihat kehebatan ilmu pedang Raja Pedang itu,
tercenganglah Leng Kok Hosiang dan kawan-kawannya, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cekatan sekali tanpa diketahui oleh siapapun juga
hwesio itu memasukkan jari tangannya ke dalam baju. Ketika
dikeluarkannya, ternyata jari tangannya telah berlumur benda
putih yang cepat dioles-oleskan ke dalam cawan tuan rumah.
Kalau dilihat demikian saja, maka cawan itu tetap bersih tidak
terlihat sesuatu, akan tetapi sebetulnya telah mengandung
racun yang amat jahat.
“Bagus, bagus!” kata Leng Kok Hosiang sambil berdiri
menghampiri kedua orang yang sudah selesai berpibu tadi.
“Kepandaian ilmu pedang dari Pat-jiu kiam-ong benar-benar
mengagumkan sekali. Terus terang saja, tadinya akupun ingin
mencoba-coba, akan tetapi melihat ilmu pedang selihai itu,
belum apa-apa aku sudah merasa leherku dingin dan lebih
baik niatku itu kubatalkan sajaI’
Bagi Ong Han Cu, pujian ini berbeda jauh sekali dengan
pujian yang keluar dari mulutnya Kim-gan-liong. Pujian hwesio
inilah yang berbahaya dan perlu dijaga, karena dibelakangnya
tersembunyi maksud-maksud tertentu dan jahat.
“Jiwi (tuan berdua) perlu diberi penghormatan dengan tiga
cawan arak !” Ia lalu mempersilahkan keduanya duduk di
dekat meja. “Marilah, silahkan minum arak untuk
penghormatan. Tidak setiap hari kita dapat berkumpul seperti
ini dan minum arak bersama-sama!”
Ong Han Cu cukup waspada akan kecurangan dan
kejahatan pendeta gundul yang terkenal sebagai penjahat
pemetik bunga yang amat cabul. Itu, maka ketika melihat
cawan kosong di depannya, ia lalu mengambil cawan itu dan
melemparkannya ke atas sehingga cawan itu berjungkir balik
beberapa kali di tengah udara lalu turun kembali diterima
dengan tangan kanannya. Ia melakukan ini dengan senyum
simpul sambil memandang kepada hwesio itu dengan tajam.
Akan tetapi Leng Kok Hosiang hanya tertawa saja dan berkata
kepada kawan-kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lihatlah, demikian cara seorang kang-ouw yang kosen
menjaga diri. Kalau di dalam cawan itu terdapat barang kotor,
maka tentu barang kotor itu akan tertiup keluar oleh tenaga
khikang yang dipergunakan untuk melontarkan cawan itu.
Hebat, ... hebat?”
Ong Han Cu kagum juga akan kelihaian mata hwesio itu,
maka ia hanya tersenyum dan berkata. “Kebiasaan orang
kang-ouw harus berlaku hati-hati, biarpun menghadapi kawankawan
sendiri. Tingginya gunung dapat didaki, dalamnya
sungai dapat diselami, akan tetapi siapa dapat meraba hati
dan pikiran orang?”
“Betul, betul!” kata Hwesio itu sambil menuangkan arak ke
dalam cawan kedua orang yang baru saja berpibu tadi. “Nah,
marilah kalian minum arak untuk penghormatan yang kami
rasa di dalam hati kami terhadap ilmu pedang yang lihai itu!”
Sebelum minum, Ong Han Cu mempergunakan ketajaman
hidungnya untuk mencium arak di guci, akan tetapi tidak ada
sesuatu yang mencurigakan. Karena ia melihat Kim-gan-liong
minum araknya tanpa ragu-ragu lagi, iapun lalu minum
araknya sekali teguk.
Harus diketahui bahwa apabila racun yang dioleskan di
dalam cawan oleh Leng Kok Hosiang tadi merupakan obat
bubuk, tentu obat bubuk ini telah terbang keluar karena ketika
melontarkan cawan kosongnya ke udara tadi, Ong Han Cu
telah menggunakan tenaga khikangnya.
Akan tetapi racun itu merupakan racun yang telah dicairkan
dan ketika dioleskan ke cawan, tentu saja menjadi menempel
dan tidak dapat terbang keluar. Pula, racun ini merupakan
racun kembang putih yang tidak terasa apa-apa, akan tetapi
khasiatnyapun tidak terlalu keras.
Kembali Leng Kok Hosiang menuangkan arak ke dalam
cawan itu dan kini Liok Kong mengeluarkan cawan-cawan lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk ia sendiri dan kawan-kawannya. Berkali-kali mereka
minum arak sampai arak diguci menjadi kering sama sekali.
“Pat-jiu kiam-ong,” kata Leng Kok Hosiang kemudian,
“Kedatangan kami ini selain mengantar Kim-gan-liong yang
hendak menyaksikan kelihaian ilmu pedang, juga oleh karena
kami tertarik oleh berita mengenai gua di gunungmu ini. Kami
mendengar kabar bahwa di sini terpendam harta pusaka yang
tak ternilai harganya. Maka pandanglah muka kami sebagai
sahabat-sahabat di dunia kang-ouw dan biarkanlah kami
mencari harta pusaka itu yang bagimu tidak ada gunanya
lagi.”
Ucapan hwesio ini sebenarnya hanya pancingan belaka dan
usahanya ternyata berhasil baik. Ong Han Cu terkejut dan
memandang dengan tajam, “Dari siapakah kau mendengar
tentang harta pusaka itu?” tanyanya.
“Ha, jadi benar-benar adalah harta pusaka itu? Bagus, kau
harus memberi kesempatan kepada kami untuk mencarinya,
Pat-jiu kiam-ong.”
“Tak perlu dicari!” jawab Pat-jiu kiam-ong yang entah
mengapa tiba-tiba merasa agak pening. Ia menganggap
bahwa hal ini tentu karena ia terlampau banyak minum arak.
“Harta pusaka itu telah menjadi hak milikku!”
“Ah, ah, begitukah?” kata Leng Kok Hosiang dengan girang
sekali. “Kalau begitu, janganlah berlaku kikir, sahabat. Berilah
bagian kepada kami!”
Tiba-tiba Ong Han Cu bangun berdiri dengan marah. “Hm,
untuk itukah kalian datang ? Sungguh tak tahu malu! Harta
dunia saja yang kalian pikirkan dan karena harta dunia pula
maka kalian menjadi jahat!”
(Oo-dwkz-oO)
Jilid 6
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leng Kok Hosiang memberi tanda kepada tiga orang
kawannya yang segera berdiri dan siap sedia. Adapun Kimgan-
liong masih duduk saja dengan terheran-heran dan
hatinya berdebar-debar tegang menyaksikan keadaan yang
sudah tidak enak ini.
Akan tetapi, ketika ia bangkit berdiri, Ong Han Cu tiba-tiba
merasa pening kepalanya makin menghebat dan pandangan
matanya berputar-putar. Ia maklum dengan hati terkejut
bahwa tentu ia telah menjadi kurban kekejaman hwesio
dihadapannya itu.
“Aha, kau roboh, Pat-jiu kiam-ong .....! Kau roboh ....! Ha,
ha, ha ....!” Leng Kok Hosiang tertawa bergelak.
“Jahanam berhati binatang!” Pat-jiu kiam-ong marah sekali
dan mengerahkan tenaga untuk menubruk maju. Akan tetapi
karena pandangan matanya telah gelap dan kepalanya pening,
ia menubruk tempat kosong dan jatuh terguling di atas tanah
tanpa dapat berdiri lagi. Ia telah menjadi pingsan.
Sambil tertawa bergelak Leng Kok Hosiang mencabut
sebatang golok. Semenjak dikalahkan oleh Ouwyang Sianjin,
hwesio ini telah melatih diri dengan semacam ilmu golok yang
cukup lihai. Ia lalu maju ke arah Ong Han Cu yang rebah tak
berdaya itu sambil mengangkat goloknya membacok.
“Traaang!” tiba-tiba goloknya itu tertangkis oleh sebatang
pedang dan ternyata bahwa yang menangkisnya adalah Cin Lu
Ek.
“Leng Kok Hosiang, tidak malukah kau untuk berlaku sekeji
ini? Bukan perbuatan gagah untuk menewaskan musuh
dengan cara demikian curang!”
Marahlah Leng Kok Hosiang. Matanya berputar mengerikan
ketika ia menghadapi Kim-gan-liong dan dengan goloknya ia
menuding sambil membentak, “Kim-gan-liong, Apakah
maksudmu dengan perbuatan ini? Apakah kau hendak
membela musuh besar kami?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Aku tidak membela siapa-siapa, hanya aku tak dapat
membiarkan kalian membunuh Pat-jiu kiam-ong dengan cara
yang curang!”
“Kami berurusan dengan musuh kami sendiri, kau perduli
apakah?” bentak hwesio itu sambil menggerakkan goloknya
kembali. Kim-gan-liong hendak menangis pula, akan tetapi
Liok Kong Si Golok Sakti Pencabut Nyawa, Yap Cin Si Lutung
Sakti, dan Pendekar Besar dari Santung Siong Tat mencabut
senjata mereka dan menghadang di depan Kim-gan-liong
dengan sikap mengancam.
“Kim-gan-liong, benar-benarkah kau hendak mengorbankan
nyawamu untuk musuh besar kami?”
Akan tetapi Cin Lu Ek yang tidak tega melihat Ong Han Cu
hendak dibunuh begitu saja, tetap menangkiskan pedangnya
ketika golok Leng Kok Hosiang membacok ke arah tubuh Raja
Pedang itu, akan tetapi pada saat itu juga, senjata-senjata
empat orang itu menghantam pedangnya sehingga terpental
dari tangannya.
“Ha, ha, ha! Dengan kepandaianmu yang rendah ini kau
masih hendak berlagak?” Leng Kok Hosiang mengejek dan
sebuah tendangan kakinya membuat tubuh Kim-gan-liong
terpental tiga tombak jauhnya dan jatuh bergulingan.
Terpaksa Kim-gan-liong meramkan mata ketika melihat
betapa Leng Kok Hosiang menggunakan goloknya menyabet
putus kedua kaki dan tangan Pat-jiu kiam-ong Ong Han Cu.
“Kejam.... kejam....!” ia berseru sambil menutup mukanya
dengan kedua tangan. Hati nuraninya memberontak, akan
tetapi apakah dayanya? Menghadapi hwesio itu saja ia takkan
menang, apalagi di situ masih ada tiga orang lain yang
kepandaiannya tinggi.
Leng Kok Hosiang dan tiga orang kawannya lalu menyerbu
ke dalam gua dan dapat menemukan peti yang terisi harta
pusaka itu. Mereka lalu membagi-bagi harta itu antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berempat dan dengan senyum mengejek Leng Kok Hosiang
menghampiri Kim-gan-liong Cin Lu Ek.
“Kenapa kau sudah ikut kami datang ke sini, sudah hakmu
untuk menerima sedikit bagian harta ini. Pulanglah dan
bawalah bagianmu dan hiduplah dengan tentram dan aman!”
Akan tetapi Kim-gan-liong menggeleng kepalanya dan
berkata dengan tegas, “Tidak, aku tidak sudi menjamah harta
kotor ini!”
“Ha, ha, ha! Kim-gan-liong, kau berpura-pura suci.
Dapatkah kau membebaskan dirimu dari pembunuhan hari ini?
Kau datang bersama kami dan Ong Han Cu telah melihat
dengan matanya sendiri bahwa kau termasuk rombongan
kami. Kita berlima yang bertanggung jawab atas pembunuhan
ini. Apakah kau kira akan dapat membebaskan diri begitu
saja? Atau, agaknya kau yang berhati kecil ini takut akan
datangnya pembalasan dari pihak Pat-jiu kiam-ong?”
“Tidak, aku tidak takut!” jawab Cin Lu Ek marah. “Sudah
sepantasnya aku dibalas dan dibunuh, karena aku yang
mengaku sebagai orang kang-ouw tidak berdaya melihat
kekejaman ini terjadi, tanpa dapat mencegah sedikitpun. Aku
memang patut dibunuh .... patut dibalas .... aku ikut berdosa
terhadap Pat-jiu kiam-ong!”
Sambil tertawa-tawa empat orang yang lain mengejeknya
sehingga Kim-gan-liong Cin Lu Ek lalu membalikkan tubuh dan
lari pergi dari tempat itu.
Mendengar penuturan Kim-gan-liong Cin Lu Ek yang
nampak berwajah amat sedihnya itu, Hwe-thian Moli menjadi
bingung tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
“Demikianlah nona, keadaanku yang sesungguhnya
sehingga aku terlibat dalam urusan kematian suhumu itu.
Akan tetapi, jangan kau kira bahwa aku menceritakan hal ini
untuk membela diri karena aku takut akan pembalasanmu.
Tidak! Betapapun juga, aku merasa bahwa akupun ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdosa dengan tewasnya suhumu itu. Kalau aku memiliki
sedikit saja kegagahan, tentu pada waktu itu aku dapat
menolong suhumu. Aku terkena bujukan mereka dan ikut
dengan rombongan jahat itu, maka kalau kau menganggap
aku sebagai seorang musuh besar suhumu, silahkan kau
melakukan pembalasan. Aku takkan mundur setapak
menghadapi hukuman yang memang sudah patut kuterima.
Aku menceritakan semua ini untuk mencegah jangan sampai
kau bertempur dengan Tek Kun!”
Hwe-thian Moli mengerutkan alisnya dan berpikir keras.
Haruskah ia mengundurkan diri setelah ia mencari musuh ini
dengan susah payah dan setelah kini dapat bertemu? Tidak,
sedikitnya ia harus memberi hajaran juga kepada orang ini,
bukan karena kejahatannya, akan tetapi oleh karena
kelemahan dan kesombongannya telah berani mengadu
kepandaian dengan mendiang suhunya dan datang bersama
rombongan jahat itu.
“Kau keluarlah dan cabut pedangmu!” ia menantang sambil
melompat keluar.
Dengan sikap amat tenang, Kim-gan-liong Cin Lu Ek lalu
berjalan keluar dan mencabut pedangnya, siap menanti
datangnya serangan.
“Susiok, jangan ......!” Sim Tek Kun berseru, akan tetapi
susioknya tidak meladeninya.
“Hwe-thian Moli, jangan kau mendesak orang tua ini!”
serunya pula kepada gadis itu, akan tetapi Siang Lan hanya
mengeluarkan senyum mengejek dan secepat kilat pedangnya
meluncur dan melakukan serangan pertama kepada Kim-ganliong.
Orang tua ini lalu menangkis dan dari benturan pedang ini
tahulah ia bahwa gadis muda ini benar-benar telah mewarisi
kepandaian Pat-jiu kiam-ong sehingga diam-diam ia menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kagum sekali. Iapun lalu mengerahkan kepandaiannya dan
bertempurlah kedua orang itu dengan hebatnya.
Akan tetapi, baru saja bertempur tiga puluh jurus, sudah
terlihat nyata sekali betapa Kim-gan-liong terdesak hebat
sehingga tak dapat membalas, hanya mempertahankan diri
saja.
“Tahan, nona, jangan kau membunuh orang tidak
berdosa!” seru Sim Tek Kun sambil maju menerjang dengan
pedangnya. Akan tetapi terlambat, karena pada saat itu
pedang di tangan Hwe-thian Moli telah bergerak dengan tipu
Burung Gagak Menyambar Cacing. Kim-gan-liong berseru
keras, pedangnya terlepas dari tangan dan pundak kanannya
berlumuran darah karena tertusuk oleh ujung pedang Hwethian
Moli.
Siang Lan menahan pedangnya dan berkata dengan keren.
“Oleh karena kau tidak ikut membunuh suhu dan hanya
menjadi kawan gerombolan jahat itu, maka biarlah
kuampunkan jiwamu!” Kemudian, ia menatap wajah Tek Kun
dan berkata sambil tersenyum menyindir, “Dan kau! Kalau kau
merasa penasaran bahwa aku sudah melukai susiokmu, setiap
waktu kau boleh mencariku untuk membalas dendam!”
Setelah berkata demikian, sekali berkelebat tubuh gadis itu
lenyap ditelan kegelapan malam. Tek Kun berdiri melengak
dan menggeleng-geleng kepalanya, lalu menolong susioknya
yang terluka pundaknya. Ternyata luka itu hanya merupakan
luka di kulit dan daging saja dan sama sekali tidak berbahaya
sungguhpun banyak mengeluarkan darah.
“Alangkah ganasnya gadis itu!” Tek Kun menggerutu.
“Akan tetapi ia gagah perkasa dan cukup adil. Ilmu
pedangnya lihai seperti suhunya!” kata Kim-gan-liong dan
suaranya kini berobah seakan-akan batu besar yang tadinya
menindih hatinya telah terangkat. “Kesalahanku dulu telah
terbalas, puaslah hatiku!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah membalut dan merawat susioknya, pada keesokan
harinya, Tek Kun lalu berpamit dan berkata pada orang tua
itu,
“Teecu melihat Ngo-lian-hengte dan Bong Te Sianjin berada
di kota ini, maka tentu akan terjadi sesuatu yang buruk. Teecu
perlu menyelidiki keadaan mereka,” katanya dan Kim-ganliong
tak dapat menahan murid keponakannya ini karena
iapun maklum akan ganasnya sepak terjang Ngo-lian-hengte,
lima ketua dari Ngo-lian-kauw itu. Apalagi Bong Te Sianjin
yang menjadi supek (uwak guru) dari mereka, karena pertapa
tua ini terkenal sebagai seorang tua yang selalu membela dan
membantu perkembangan Ngo-lian-kauw.
Adapun Hwe-thian Moli setelah pergi dari rumah Kim-ganliong
dan kembali ke kamar di hotel, lalu merebahkan diri di
atas pembaringan dan ia mengenang semua peristiwa tadi
dengan hati puas. Ia telah memberi peringatan dan hajaran
kepada Kim-gan-liong sehingga dengan perbuatan itu, ia
.menghilangkan rasa penasaran dari suhunya dan juga
mengangkat nama suhunya. Akan tetapi anehnya, kenangan
ini selalu terganggu oleh bayangan wajah pemuda yang
tampan itu. Sim Tek Kun ! Nama ini selalu dibisikkan oleh
bibirnya.
“Kurang ajar!” kata Hwe-thian Moli karena gangguan ini
dan ia berusaha sekuat mungkin untuk mengusir bayangan ini
dari ingatannya, Akan tetapi, makin diusir, makin jelaslah
bayangan wajah pemuda itu dan makin tak dapat dilupakan.
Pandangan mata yang jenaka itu, senyum yang berseri itu,
ah....... Hmoli mengeluh dan menganggap diri sendiri sudah
menjadi gila.
Gadis perkasa yang berhati baja dan tidak takut
menghadapi lawan yang bagaimanapun juga ini, secara tak
sadar telah dipermainkan oleh pengaruh yang besar sekali
kekuasaannya, yang kuasa mempermainkan manusia yang
bagaimanapun juga. Tak perduli ia orang biasa, petani miskin,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hartawan, bangsawan, bahkan panglima-panglima perang
yang gagah perkasa, tetap saja dapat dipermainkannya seperti
halnya Hwe-thian Moli sekarang ini. Dan pengaruh ini bukan
lain adalah Asmara.
Hatinya yang keras merasa tidak puas dan gemas terhadap
kelemahannya sendiri dan ia juga merasa heran sekali
mengapa bayangan pemuda yang belum dikenalnya itu dapat
membuat ia hampir tak dapat meramkan matanya semalam
penuh.
Dengan hati masih mendongkol, pagi-pagi benar ia sudah
bangkit dari tidurnya, duduk bersamadhi untuk
mengumpulkan tenaga dan menentramkan semangat,
kemudian ia lalu berdandan dan pagi-pagi sekali ia sudah
membereskan pembayaran kamar hotelnya dan pergi
menggendong buntalannya menuju ke sebelah barat kota. Ia
hendak mencari kuil di sebelah barat kota untuk memenuhi
janjinya dengan Ngo-lian-hengte yang menantangnya.
Ketika ia tiba di depan kuil, di situ amat sunyi karena kuil
itu berada agak jauh di luar kota, di luar sebuah hutan. Hwethian
Moli berdiri di luar kuil, merasa ragu-ragu untuk masuk.
Agaknya kuil ini adalah sebuah kuil kosong dan ia merasa
sangsi untuk masuk, kalau-kalau di s itu terdapat perangkap.
“Ngo-lian-hengte!” ia berseru keras. “Aku sudah datang
memenuhi janji!”
Suaranya bergema sampai di hutan itu dan tak lama
kemudian terdengar seruan dari dalam kuil,
“Bagus, Hwe-thian Moli, ternyata kau benar-benar
mengantarkan nyawamu kepada kami!” Berbareng dengan
ucapan itu, muncullah lima orang saudara she Kui itu dari
pintu kuil, dan melihat keadaan mereka yang sudah siap sedia
dengan pedang ditangan, dapat diduga bahwa mereka
memang telah menanti sejak tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Siang Lan melihat seorang kakek yang berpakaian
seperti pertapa ikut keluar di belakang lima orang itu, ia
berlaku waspada. Lima orang ketua Ngo-lian-kauw itu sama
sekali tidak ditakutinya karena ia sudah tahu sampai di mana
kepandaian mereka, akan tetapi kakek ini agaknya memiliki
kepandaian tinggi, melihat dari sikapnya yang tenang dan
pandangan matanya yang tajam berpengaruh.
“Aku telah datang dan kalau kalian merasa penasaran atas
kekalahan tempo hari, nah, mau tunggu kapan lagi?” kata
gadis yang tabah ini sambil melemparkan bungkusan
pakaiannya ke bawah pohon dan mencabut pedangnya.
Jerih juga hati lima orang ketua Ngo-lian-kauw itu
menyaksikan ketenangan dan ketabahan pendekar wanita itu,
akan tetapi Kui Jin yang tertua lalu melangkah maju dan
berkata,
“Hwe-thian Moli, urusan penasaran di Kan-cou dulu hanya
urusan kecil, karena sudah lazimnya dalam pertempuran ada
yang menderita kekalahan. Akan tetapi, kami telah mendengar
tentang sepak terjangmu yang ganas dan kejam. Kau telah
membunuh Santung-taihiap dan telah mengacau pesta Toatbeng
Moli dan kemudian bersama gadis penari itu kau telah
membunuhnya pula. Kau benar-benar tidak mengindahkan
orang-orang kang-ouw dan mengandalkan keganasanmu
berlaku sewenang-wenang!”
Hati Siang Lan merasa sebal sekali mendengar ucapan ini
dan dengan gerakan tak sabar ia mengibaskan tangannya.
“Sudahlah, aku datang ke sini untuk memenuhi
tantanganmu, bukan untuk mendengarkan ocehanmu. Kita
tidak mempunyai permusuhan, akan tetapi kalau kau berlima
berani menantang, jangan kira bahwa Hwe-thian Moli akan
mundur setapak pun”.
“Perempuan sombong!” seru Kui Sin yang termuda dengan
marah dan ia segera mulai menyerang gadis itu. Keempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saudaranya juga maju berbareng dan sebentar saja Hwe-thian
Moli, terkurung oleh lima orang itu.
Siang Lan mendapat kenyataan bahwa kini ilmu pedang ke
lima orang itu agak lebih maju, akan tetapi masih belum
cukup berbahaya baginya. Ia hendak menyelesaikan
pertempuran ini secepat mungkin, maka sambil berseru keras
gadis pendekar ini lalu memutar pedangnya dan mainkan ilmu
pedang Liong-cu kiam-hwat.
Bagaikan seekor naga sakti, gulungan pedang di tangan
Siang Lan menyambar-nyambar dan bermain-main di antara
gulungan lima pedang lawannya, dan saking cepatnya gerakan
gadis ini, tubuhnya sampai lenyap dari pandangan mata.
Seperti juga dulu ketika mengeroyoknya di dalam rumah
Toat-beng-sin-to Liok Kong, ke lima orang ketua Ngo-liankauw
ini menjadi terkejut sekali. Mereka telah menciptakan
ilmu silat pedang yang dimainkan oleh mereka berlima dan
yang berbentuk bunga teratai dengan lima daun bunga yang
mereka namakan Ngo-lian-tin atau Barisan Lima Teratai. Akan
tetapi menghadapi kegesitan Siang Lan, Ngo-lian-tin mereka
ternyata tiada gunanya sama sekali.
Gadis ini tak dapat dikurung ditengah-tengah, baru saja
mereka berhasil mengurung, gadis itu telah sanggup
memecahkan dengan serangannya yang ganas ke satu
jurusan. Kini, setelah gadis itu mengeluarkan kepandaiannya,
bukan gadis itu yang terkurung, bahkan mereka berlima yang
seakan-akan terkurung oleh gulungan sinar pedang yang
berkelebatan tak tentu perkembangan dan perubahannya itu.
Baru saja pertempuran berlangsung dua puluh jurus,
pedang di tangan Kui Le telah terlempar karena gempuran
pedang Siang Lan. Dan Kui Gi terpaksa harus melepaskan
pedangnya pula karena lengannya tercium oleh ujung sepatu
Siang Lan sehingga ia merasa seakan-akan tulang lengannya
menjadi patah. Kederlah hati tiga orang pengeroyok yang lain
dan pada saat itu, terdengar bentakan halus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kalian mundurlah dan biarkan lohu (aku yang tua)
menangkap gadis liar ini!”
Siang Lan merasa ada angin menyambar dari kiri dan cepat
ia mengelak. Ia terkejut juga ketika melihat bahwa sambaran
angin ini dikeluarkan dari tangan kakek itu yang dipukulkan
kepadanya dari jauh. Kui Jin, Kui Ti, dan Kui Sin lalu melompat
mundur dengan hati lega karena supek mereka sekarang mau
turun tangan.
Sementara itu, Siang Lan sambil menunda pedangnya di
depan dada, lalu bertanya kepada kakek itu.
“Ngo-ciangbun menantang aku yang muda untuk mengadu
kepandaian, dan siapakah kau orang tua yang ikut
mencampuri urusan kami?”
Kakek itu tersenyum menyeringai dan terlihatlah bahwa di
dalam mulutnya sudah tidak ada gigi sepotongpun.
“Hwe-thian Moli, Sudah lama lohu mendengar namamu
yang menggemparkan. Murid-murid keponakanku tak dapat
melawanmu, maka biarlah aku Bong Te Sianjin yang menjadi
supek mereka main-main sebentar denganmu!” Sambil
berkata demikian, kakek itu lalu mengambil senjatanya, yakni
sepotong tongkat yang gagangnya berbentuk ular.
“Bong Te Sianjin, kau orang tua yang sudah disebut sianjin
(manusia dewa, orang suci) sungguh mengherankan sekali
masih suka mencari urusan. Kalian terlalu mendesak maka
terpaksa aku yang muda memberi hajaran sedikit. Jangan kira
bahwa aku takut. Nah, majulah semua!” tantang Hwe-thian
Moli dengan garang sekali.
Bong Te Sianjin terkekeh, lalu menyerang sambil berkata,
“Bocah cilik yang besar kepala!”
Biarpun tongkat itu kecil saja, namun daya serangannya
jauh lebih bertenaga dan lebih berbahaya dari pada lima
batang pedang dari Ngo-lian-hengte tadi. Siang Lan maklum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa kini ia menghadapi seorang lawan yang tangguh, maka
ia berlaku hati-hati. Ia cepat menangkis dengan pedangnya
dan baiknya ia berlaku hati-hati, karena begitu pedang
menempel pada tongkat lawan.
Tiba-tiba dengan getaran tenaga lweekang, tongkat itu
diputar sedemikian cepatnya sehingga kalau Siang Lan tidak
cepat menarik kembali pedangnya, banyak kemungkinan
pedangnya akan terlepas dari pegangan. Maklumlah ia bahwa
kakek ini dapat menyalurkan tenaga lweekangnya yang tinggi
melalui tongkatnyasehingga tongkat pendek itu dapat
bergerak mengandung tenaga cam (melibat, mengikat),
tenaga Coan (memutar), membetot , dan lain-lain menurut
kehendak kakek itu.
Gadis yang berilmu tinggi ini teringat akan nasehat
mendiang suhunya bahwa untuk menghadapi seorang yang
ilmu lweekangnya lebih tinggi darinya, ia tidak boleh
menggunakan tenaga kasar, tidak boleh menggunakan tenaga
dan harus mengandalkan kecepatan untuk mendahului lawan.
Maka Siang Lan lalu mengerahkan ginkangnya (ilmu
meringankan tubuh) yang memang sudah sempurna itu, dan
ketika ia mainkan ilmu pedangnya, maka kini gulungan sinar
pedangnya lebih lebar dan lebih cepat dari pada tadi ketika
dikeroyok lima. Semua serangannya ia tujukan ke arah jalan
darah yang berbahaya dari kakek itu, merupakan serangan
maut yang benar-benar ganas dan berbahaya.
Bong Te Sianjin benar-benar terkejut Tak pernah
disangkanya bahwa gadis muda ini sedemikian lihainya.
Tadinya ia hendak mendesak, mempermainkan gadis itu untuk
memamerkan kepandaiannya di depan ke lima murid
keponakannya.
Akan tetapi setelah bertempur mati-matian, jangankan
hendak mendesak mempermainkan, bahkan untuk
mengimbangi gerakan gadis yang luar biasa cepatnya itu saja
telah membuat napasnya menjadi megap-megap. Namun ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tongkatnya memang kuat sekali sehingga bagi Siang Lan juga
tidak mudah untuk merobohkan kakek ini.
Agaknya hanya soal napas saja yang akan dapat memberi
kemenangan kepada gadis itu, maka Siang Lan juga berlaku
cerdik dan bergerak makin cepat agar kakek itu mengerahkan
tenaga dan kehabisan napas. Kalau tidak dapat menang dalam
seratus jurus, biarlah aku ladeni dia sampai dua ratus jurus
pikirnya.
Adapun ke lima orang ketua Ngo-lian-kauw itu, ketika
melihat betapa supek mereka tidak dapat menang setelah
bertempur puluhan jurus, dan malah terdengar napas supek
mereka megap-megap seperti kerbau disembelih, mereka
serentak maju mengeroyok lagi. Kui Le dan Kui Gi sudah
mengambil pedang mereka kembali dan Bong Te Sianjin kini
tidak malu-malu lagi untuk membiarkan ke lima orang itu
membantunya.
“Bagus, majulah semua!” Siang Lan menantang tanpa takut
sedikitpun. Akan tetapi harus diakuinya bahwa keroyokan
enam orang ini benar-benar merupakan lawan yang amat
berat. Dengan masuknya lima saudara she Kui itu, ia harus
memecah perhatiannya dan ini merupakan hal yang
berbahaya karena serangan tongkat di tangan Bong Te Sianjin
masih tetap kuat dan berbahaya sekali. Ia lalu bersilat dengan
hati-hati dan tenang, tidak mau menghamburkan tenaga
seperti tadi ketika berhadapan dengan Bong Te Sianjin
seorang.
Tanpa terasa, Siang Lan telah bertempur seratus jurus lebih
dan masih saja ia dalam keadaan terkurung. Tiba-tiba
terdengar suara ketawa bergelak-gelak, disusul dengan suara
yang parau.
“Ha, ha, ha, ha...! Enam orang laki-laki mengeroyok
seorang gadis muda jelita. Sungguh lucu. Eh, Bong Te Sianjin,
apakah kau sekarang sudah menjadi pikun dan loyo?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar suara itu, Bong Te Sianjin berseru girang dan
menjawab. “Leng Kok Hosiang ! Kau tidak tahu bahwa gadis
muda ini adalah Hwe Thian Moli yang lihai dan ganas!”
Ucapan dari Bong Te Sianjin ini mendatangkan rasa kaget
kepada Siang Lan dan juga kepada hwesio yang baru muncul
itu. Siang Lan terkejut berbareng girang karena dapat bertemu
dengan musuh besarnya, sebaliknya Leng Kok Hosiang
terkejut karena ia sudah mendengar betapa dara perkasa ini
sedang mencari-carinya untuk membalas dendam. Ia juga
sudah mendengar betapa Hwe Thian Moli telah berhasil
membunuh tiga orang kawannya yang dulu ikut naik ke Liongcu-
san.
(Oo-dwkz-oO)
09 Pilihan di Antara Dua Wanita Perkasa
“AH, dia memang gadis jahat dan kejam!” serunya sambil
meloloskan goloknya. “Kita harus membunuhnya. Marilah
kubantu kalian!” Dengan gerakan cepat sekali Leng Kok
Hosiang lalu maju menyerbu dan mengeroyok Siang Lan.
“Keparat jahanam Leng Kok Hosiang! Kebetulan sekali kau
mengantar kepalamu yang gundul untuk kuhancurkan!” seru
Siang Lan dengan gemas sekali dan ia menyambut
kedatangan hwesio itu dengan serangan kilat yang dilakukan
dengan sepenuh tenaga. Akan tetapi karena selain Leng Kok
Hosiang sendiri memiliki kepandaian tinggi, juga di situ
terdapat Bong Te Sianjin dan Ngo-lian-hengte, tentu saja ia
tak dapat bergerak dengan leluasa, bahkan sebentar saja ia
telah terdesak mundur karena datangnya senjata lawan
bagaikan hujan lebatnya.
Sambil menggertak gigi, Siang Lan melakukan perlawanan
dan ia telah mengambil keputusan nekad untuk membunuh
musuh besarnya atau terbunuh oleh keroyokan itu! Ia
mengamuk dengan nekat sekali sehingga ketujuh orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyoknya menjadi kagum dan juga terheran-heran.
Mereka mendesak terus dibarengi dengan suara Leng Kok
Hosiang yang menertawakannya dan mengejeknya untuk
membuat gadis itu menjadi makin gemas.
“Ha ha ha! Hwe-thian Mo-li, kau hendak lari ke mana? Kau
seperti seekor tikus kecil dalam perangkap. Ha ha!”
Pada saat kedudukan Hwe-thian Mo-li benar-benar berada
dalam bahaya besar, tiba-tiba terdengar suara dari luar kuil.
“Hm, sungguh tak tahu malu tokoh-tokoh kang-ouw seperti
tujuh orang ini mengeroyok seorang gadis muda! Benar-benar
dunia ini penuh dengan manusia-manusia curang!” Berbareng
dengan habisnya ucapan itu, muncullah seorang pemuda
tampan dari pintu kuil. Ia berpakaian seperti seorang pemuda
pelajar yang lemah lembut dan sederhana, akan tetapi begitu
tangannya bergerak, ia telah mencabut sebatang pedang yang
berkilauan dari bawah jubahnya yang panjang.
“Betapapun juga, Kun-lun Siauwhiap (Pendekar muda dari
Kun-lun) tidak dapat membiarkan keganjilan ini berlangsung
terus!” seru pemuda itu yang segera maju menyerbu dan
membantu Siang Lan.
Semenjak mendengar suara itu, dada Siang Lan sudah
berdebar aneh karena ia mengenal suara itu. Apalagi setelah
pemuda itu muncul, tak terasa lagi muka gadis ini menjadi
merah sekali dan gerakan pedangnya kacau sehingga hampir
saja tongkat Bong Te Sianjin mampir di pundaknya. Ia cepat
membuang jauh-jauh pikirannya yang kacau itu dan bersilat
dengan mengerahkan seluruh tenaga.
Sementara itu, Bong Te Sianjin dan Leng Kok Hosiang yang
sudah mendengar kemashuran nama Kun-lun Siauhiap,
pendekar muda dari Kun-lun-pai yang menurut kabarnya amat
tangkas dan gagah perkasa itu, merasa tidak enak hati.
Apalagi setelah pedang di tangan Tek Kun bekerja amat cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kuatnya, menghalau beberapa pedang pengeroyok, hati
mereka menjadi cemas.
Leng Kok Hosiang mencoba untuk mendesak Siang Lan,
namun gadis itu yang memang selalu mengarahkan serangan
pedangnya kepada hwesio ini, ternyata masih kuat dan dan
tidak mudah dirobohkan begitu saja. Pertempuran menjadi
makin hebat. Ngo-lian-hengte mengeroyok Tek Kun,
sedangkan kedua orang pertapa itu menghadapi Siang Lan.
Kalau gadis perkasa itu masih merasa kewalahan
menghadapi Leng Kok Hosiang dan Bong Te Sianjin yang
benar-benar tangguh, adalah Tek Kun yang dikeroyok oleh
lima orang ketua Ngo-lian-kauw itu menghadapi makanan
empuk. Baru beberapa gebrakan saja terdengar teriakanteriakan
kesakitan, disusul oleh robohnya Kui Sin dan Kui Ti.
Makin cemaslah hati Leng Kok Hosiang. Ia maklum bahwa
kalau kawan-kawannya ini roboh dan ia harus menghadapi
Hwe-thian Mo-li seorang diri, pendekar wanita itu tentu takkan
mau berhenti sebelum mengadu jiwa! Dia melihat kepandaian
pendekar wanita ini, ia masih merasa ragu-ragu apakah ia
akan dapat menang apabila bertempur satu lawan satu.
Tiba-tiba Leng Kok Hosiang melompat mundur dua tombak
lebih dan ketika Siang Lan mengejar, hwesio ini dengan tubuh
merendah lalu menyerangnya dengan pukulan Hek-coa-jiu
yang lihai itu!
Siang Lan pernah mendengar tentang kelihaian pukulan
Hek-coa-jiu ini, maka cepat ia mempergunakan ginkangnya
dan tubuhnya mencelat ke udara dan langsung ia menyerang
ke arah hwesio itu dengan pedangnya. Akan tetapi Bong Te
Sianjin telah datang dan menyambut pedangnya yang
menyerang hwesio itu, sedangkan Leng Kok Hosiang yang
menyaksikan betapa gadis itu dengan mudah dapat
menggagalkan serangannya, cepat mempergunakan
kesempatan itu untuk melompat keluar dari kuil dan melarikan
diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan marah Siang Lan hendak mengejar, akan tetapi
Bong Te Sianjin tidak mau melepaskannya, bahkan lalu
menyerang hebat sekali dengan tongkatnya.
“Bong Te Sianjin, kau benar-benar menjemukan!” seru
Siang Lan dengan gemas sekali dan pedangnya lalu bekerja
lebih cepat lagi. Kini ia tidak mau main-main lagi dan kedua
tangannya bergerak, yang kanan menyerang dengan pedang,
yang kiri melancarkan pukulan-pukulan dengan pengerahan
tenaga lweekang sepenuhnya. Ia kini dikuasai oleh nafsu
untuk merobohkan dan membunuh kakek yang
menghalanginya mengejar hwesio musuh besarnya.
Bong Te Sianjin sudah kehabisan tenaga, maka mana ia
mampu mempertahankan diri lebih lama lagi? Biarpun
tongkatnya masih berhasil menangkis pedang di tangan
lawannya, akan tetapi pukulan tangan kiri Siang Lan telah
beberapa kali mengenai dadanya, dan biarpun yang mengenai
hanya angin pukulan saja, akan tetapi karena napasnya
memang sudah tersengal-sengal sehingga ia tidak dapat
mengerahkan tenaga pertahanan dengan baik. Akhirnya ia
terhuyung-huyung dan roboh sambil muntahkan darah segar
dari mulutnya.
Siang Lan tidak memperdulikan keadaan kakek itu lagi dan
melompat keluar mengejar musuh besarnya sambil berseru.
“Bangsat gundul, kau hendak lari ke mana?”
Akan tetapi karena waktu antara kepergian hwesio itu
sudah agak lama, ketika ia tiba di luar kuil, Leng Kok Hosiang
sudah lenyap tak nampak bayangannya lagi.
Sementara itu, Tek Kun dengan mudah juga sudah
merobohkan ketiga orang pengeroyoknya dan melihat gadis
itu melompat keluar mengejar hwesio tadi, iapun melompat
pula mengejarnya.
Tek Kun melihat gadis itu berdiri di pinggir hutan sambil
matanya memandang ke sana ke mari mencari jejak orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dikejarnya, dan ketika pemuda itu datang
menghampirinya, gadis itu menyambutnya dengan teguran
ketus,
“Mengapa kau mencampuri urusanku?”
Tek Kun melengak dan untuk beberapa lama tak dapat
segera menjawab. Tak disangkanya bahwa gadis gagah
perkasa ini demikian galaknya. Akan tetapi ia tersenyum dan
berkata,
“Siapa yang mencampuri urusanmu? Aku hanya melihat
ketidakadilan dalam pengeroyokan itu, maka aku membantu
tanpa kusadari lagi. Apakah kau marah karena aku
membantumu?”
Nada suara yang halus ini menikam hati Siang Lan.
Memang semenjak suhunya meninggal dunia, ia merasa hidup
sebatangkara dan tak seorang pun di dunia ini yang dapat ia
andalkan. Kini setelah ada pemuda yang amat menarik hatinya
ini membantu tanpa diminta, mengapa ia harus marah-marah?
Ia merasa betapa ia telah bersikap terlalu sekali, maka ia lalu
menjawab,
“Tidak ada alasan bagiku untuk menjadi marah. Akan tetapi
jangan kaukira bahwa aku harus berlutut kepadamu dan
menghaturkan terima kasih atas bantuanmu tadi. Karena kau
membantu tanpa kuminta dan akupun belum tentu kalah
dikeroyok oleh tujuh orang tadi!”
Tek Kun tersenyum lagi, senyum yang membuat wajahnya
yang tampan itu nampak berseri dan senyum yang membuat
jantung Siang Lan berdebar aneh.
“Nama Hwe-thian Mo-li memang amat menggemparkan
dan sudah lama aku mengagumi namamu. Benar-benar kau
gagah perkasa dan maafkan kalau tadi aku telah berlaku
lancang.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Siang Lan merasa terpukul hatinya. Orang telah
membantunya, merobohkan, Ngo-lian hengte, kini orang ini
tidak mengharapkan terma kasihnya, bahkan datang-datang
secara jujur meminta maaf. Sungguh pihaknyalah yang amat
keterlaluan dalam hal ini.
“Sudahlah, aku tidak perlu dengan segala permintaan
maaf!” katanya.
“Kau galak sekali!” kata Tek Kun sambil tersenyum dan
sepasang matanya memandang dengan jenaka.
“Habis, apakah kau menyuruh aku tersenyum-senyum
kepadamu, bersikap manis dan genit? Aku tidak bisa bersikap
seperti itu!” Siang Lan menantang.
“Maaf nona, bukan maksudku menyinggung hatimu.
Sebetulnya mengapakah kau mengejar hwesio itu? Siapakah
dia tadi? Kulihat ilmu silatnya tinggi juga.”
“Dia adalah Leng Kok Hosiang, musuh besarku. Sayang ia
dapat melarikan diri dan aku tidak tahu ke jurusan mana ia
pergi!”
Pemuda itu nampak terkejut. “Diakah yang bernama Leng
Kok Hosiang yang berjuluk Jai-hwa-sian? Ah, sayang, kalau
tadi aku tahu, tentu tak sudi aku melayani segala cacing
seperti Ngo-lian hengte dan membantumu merobohkannya.”
“Aku tidak minta bantuanmu dan sekarangpun aku hendak
mengejarnya seorang diri.” Siang Lan hendak pergi, akan
tetapi pemuda itu berkata.
“Nona, kau tidak tahu ke mana perginya hwesio itu?”
“Apakah kau tahu?”
“Tentu saja aku tahu ke mana ia pergi! Ia tentu pergi ke
kota raja, karena sesungguhnya menjadi tugasku pula untuk
menyelidikinya. Ia menjadi utusan kaum pemberontak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selatan. Mungkin sekali dia hendak menghadap kaisar sebagai
seorang utusan.”
“Begitukah? Nah, aku pergi!” jawab Siang Lan tanpa
mengucapkan terima kasihnya.
Akan tetapi belum lama Siang Lan pergi menuju ke kota
raja di sebelah utara, tiba-tiba telinga gadis itu mendengar
sesuatu dari tempat di mana tadi ia bertemu dengan Tek Kun.
Ia segera berlari ke tempat itu kembali dan terheranlah ia
ketika ia melihat pemuda itu berlutut di depan seorang tosu
(pendeta To) tua yang bersikap bengis dan sedang marah
besar,
“Mengapa kau mengabaikan tugasmu dan membuang
waktumu dengan membantu segala gadis kang-ouw?
Mengapa kau tidak menjatuhkan hukuman kepada susiokmu
sebagaimana yang telah menjadi tugasmu?”
“Ampun, Sucouw (kakek guru), teecu tidak sampai hati
menjatuhkan hukuman itu karena menurut pendapat teecu
susiok tidak bersalah.”
Marahlah tosu itu. Ia membanting-banting kaki dan
berkata. “Anak lancang! Betapapun tinggi kedudukanmu,
siapapun juga adanya kau, kau telah menjadi murid Kun-lunpai
dan harus tunduk kepada semua peraturan. Cin Lu Ek
telah melakukan pelanggaran, bersekutu dengan orang-orang
jahat dan membunuh Ong Han Cu secara pengecut, curang,
dan merendahkan nama Kun-lun-pai yang besar. Kau sudah
kuberi tugas untuk menjatuhkan hukuman kepadanya, akan
tetapi ternyata kau telah mengabaikan tugasmu. Tahukah kau
hukuman apa yang dijatuhkan kepada seorang anak murid
Kun-lun-pai yang mengabaikan tugasnya?”
“Teecu tahu, sucouw. Akan dicabut kembali semua
kepandaian yang teecu pelajari dari Kun-lun-pai.”
Tosu itu melangkah maju. “Nah, kau sudah tahu, itu baik
sekali. Bersiaplah kau!” Sambil berkata demikian, tosu ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak hendak menotok kedua pundak Sim Tek Kun. Kalau
totokan itu mengenai sasaran, maka kedua lengan tangan
pemuda itu akan menjadi lumpuh dan selama hidup kedua
lengannya takkan dapat dipergunakan untuk bersilat lagi.
Tiba-tiba menyambar bayangan yang cepat sekali dan tosu
itu dengan terkejut merasa betapa ada sambaran angin yang
kuat dari belakangnya. Ia membalikkan tubuh dan menunda
gerakannya menotok anak muridnya, dan secepat kilat ia
mengibaskan ujung lengan bajunya ke belakang. Siang Lan
yang ternyata turun tangan menolong Tek Kun, terhuyung
mundur sampai lima langkah karena kebutan ujung lengan
baju ini.
“Hm, gadis lancang, kau siapakah sebenarnya maka berani
sekali turun tangan terhadap pinto?”
Sebagai jawaban, Siang Lan mencabut pedangnya dan
berkata tajam. “Totiang, mengapa seorang pendeta seperti
totiang masih mengandung hati yang amat kejamnya? Aku
sendiri yang menjadi murid dari Pat-jiu kiam-ong, karena otak
dan pikiran sehat tidak membalas dendam kepada Kim-ganliong,
mengapa totiang tidak mau mendengar alasan dan
secara membuta hendak menjatuhkan tangan ganas terhadap
anak murid sendiri?”
Tosu itu tertarik sekali mendengar ucapan ini dan ia lalu
berkata. “Hm, jadi kau ini adalah murid dari Pat-jiu kiam-ong?
Tentu kau yang disebut Hwe-thian Mo-li?”
“Benar, totiang.”
“Pinto berurusan dengan anak murid sendiri, mengapa kau
ikut campur? Ada hubungan apakah kau dengan Tek Kun?”
Merahlah seluruh wajah gadis itu. “Tidak ada hubungan
apa-apa, hanya aku tidak bisa melihat orang berlaku kejam
tanpa alasan. Perbuatan itu tentu akan kuhalangi, tidak perduli
siapa yang melakukannya terhadap, siapa pula diperbuatnya!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ha, ha, ha! Kau pintar bicara, anak muda! Hendak kulihat
apakah kau benar-benar berani menghalangi perbuatanku
menghukum anak murid sendiri!” Sambil berkata demikian,
kembali tosu itu melangkah maju ke arah Tek Kun yang masih
berlutut. Akan tetapi sekali menggerakkan tubuh, Siang Lan
telah melompat dan berdiri menghadang di depan pemuda itu
sambil memegang pedangnya.
“Hwe-thian Mo-li, kau anak kecil benar-benar berani mati.
Tahukah bahwa kau sedang berhadapan dengan ketua dari
Kun-lun-pai? Gurumu sendiri belum tentu berani bersikap
sekurang ajar ini.”
“Maaf, locianpwe, sudah kukatakan tadi bahwa aku tidak
perduli siapa saja yang melakukan perbuatan sewenangwenang,
pasti kulawan. Dari kebutan lengan baju locianpwe
tadi saja aku sudah tahu bahwa aku bukanlah tandingan, akan
tetapi apa boleh buat, terpaksa kulawan juga.”
“Untuk melindungi Tek Kun, kau bersedia mengorbankan
nyawamu?”
“Untuk membela kebenaran dan melindungi orang yang
tertindas, aku bersedia menghadapi kematian, totiang!”
Tiba-tiba tosu itu tertawa bergelak dan suara ketawanya
nyaring sekali sampai menggema di empat penjuru. “Tek Kun,
kau untung sekali. Kau telah dicinta oleh seorang gadis yang
benar-benar setia dan gagah perkasa!” Setelah berkata
demikian, kakek itu mengebutkan lengan bajunya dan tahutahu
tubuhnya telah lenyap dari situ.
Tek Kun bangun berdiri dan menjura kepada Siang Lan.
“Nona, aku telah berhutang budi kepadamu.”
Merahlah wajah Siang Lan mendengar ini, apalagi karena
ucapan kakek tadi masih mendengung di telinganya. “Siapa
yang berhutang budi? Kau mempunyai sucouw yang amat
kasar!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkerutlah dahi pemuda itu mendengar ucapan ini. “Hwethian
Mo-li, kau pandai mencela orang. Tidak tahukah kau
bahwa kau sendiri adalah seorang gadis yang amat kasar? Aku
ingin bersahabat denganmu karena kau adalah seorang gadis
gagah perkasa yang mempunyai pribadi tinggi dan
menjunjung keadilan. Akan tetapi berkali-kali kau bersikap
kasar kepadaku dan sekarang bahkan kau berani melawan
sucouwku dan mengatakan dia seorang kasar!”
“Aku tidak butuh menjadi sahabatmu!” sahut Siang Lan
dengan cemberut.
“Hm, sikapmu ini mengingatkan aku akan ucapan sucouw
tadi!” Mendengar ini, Siang Lan memandang dengan mata
bersinar marah akan tetapi ia tidak dapat membuka mulutnya,
bahkan bibirnya bergemetar menahan gelora hatinya.
Akhirnya ia membalikkan tubuh dan melompat pergi menuju
ke kota raja.
Tek Kun berdiri termenung. Ia tertarik kepada gadis ini
akan tetapi tidak dapat mencinta seorang gadis yang menurut
pandangannya terlalu kasar dan galak itu. Namun diam-diam
ia kagum sekali melihat keberanian Hwe-thian Mo-li. Betapa
gagahnya gadis ini ketika tadi menentang sucouwnya. Dan ia
kini maklum juga bahwa sucouwnya tadi hanya
mempermainkannya saja. Maklum bahwa sucouwnya yang
sakti itu telah tahu akan kedatangan Hwe-thian Mo-li dan
hendak mencoba watak gadis itu.
Kemudian ia menghela napas dan menyesalkan nasibnya
mengapa ia ditunangkan dengan seorang gadis penari. Ia
telah mendengar akan hal ini dari seorang sahabatnya, dan ia
sedang bingung memikirkannya. Telah berkali-kali ia
membantah kehendak orang tuanya yang hendak
menikahkannya. Akan tetapi, kali ini orang tuanya telah
mengambil keputusan tanpa bertanya dulu kepadanya.
Bagaimana ia dapat membantah? Namun ia merasa
penasaran sekali. Ia tidak suka menikah dengan seorang gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lemah, seorang gadis penari. Ah, ia kecewa sekali. Kalau
saja Hwe-thian Mo-li tidak seganas dan segalak itu. Dan gadis
itu menyinta padanya! Dengan pikiran melamun, pemuda
inipun lalu berlari cepat menuju ke kota raja
(Oo-dwkz-oO)
Lian Hong merasa tidak puas akan usaha kakeknya
membantunya mencari keterangan tentang musuh-musuh
ayahnya. Sebetulnya ia ingin sekali keluar dari gedung Cioktaijin
untuk mencari sendiri musuh-musuh besarnya itu, akan
tetapi ia selalu dicegah oleh ibunya dan ia merasa tidak tega
kepada ibunya.
Pada hari itu, kakeknya datang ke kamarnya dengan wajah
muram.
“Lian Hong, terus terang saja kubertahukan kepadamu
bahwa para penyelidik kita telah mendapat tahu tentang Leng
Kok Hosiang musuh besar ayahmu itu. Dia adalah hwesio yang
dulu pernah datang melukai aku dan kemudian dikalahkan
oleh suhumu.”
Berserilah wajah Lian Hong yang cantik mendengar
keterangan ini. “Dimana dia, kong-kong ? Di mana si jahanam
itu?”
Kakeknya menghela napas. “Lian Hong, ketahuilah bahwa
bukan hanya engkau yang ingin melihat kepala gundul itu
mampus. Aku sendiri pernah terkena pukulannya yang keji
dan kalau tidak ada suhumu, tentu aku telah tewas pula. Akan
tetapi, sekarang dia mempunyai kedudukan yang amat
penting sehingga sukar bagi kita untuk melanjutkan usaha
balas dendam ini. Dia berada di kota raja sini, nak.”
Lian Hong melompat dari kursinya. “Biar aku mencari dia,
kong-kong !” Cepat-cepat gadis ini lalu bersiap, membelitkan
pedangnya pada pinggang dan mengambil selendang
merahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Nanti dulu, Lian Hong. Selain hwesio itu amat berbahay
dan berkepandaian tinggi, juga kau harus tahu bahwa dia
sekarang merupakan orang yang amat penting dan kalau kita
mengganggunya, kita dapat berurusan dengan kaisar.”
Nona itu menjadi bengong dan heran. “apa maksudmu,
kong-kong?”
“Dia datang sebagai utusan pemberontak di selatan, dan
dia membawa pesanan dari pimpinan pemberontak kepada
kaisar. Dengan demikian, kedudukannya penting sekali dan
tentu saja tak boleh diganggu.”
“Bagaimanapun juga, aku harus menyelidiki keadaannya
kong-kong. Kalau perlu, akan kuserang dia di luar kota.”
“Baiklah, akan tetapi hati-hatilah jangan kau turun tangan
di dalam kota. Akan celaka kita semua kalau hal ini terjadi.”
Mereka lalu berunding dan karena mereka mendengar
bahwa hwesio itu bermalam di rumah Gan-siupi, seorang
pembesar she Gan dan bahwa hwesio itu diterima sebagai
seorang tamu agung, maka Lian Hong lalu berkemas untuk
mengunjungi gedung Gan-siupi. Ia telah kenal baik dengan
Gan-hujin (nyonya Gan) dan Gan Siocia (nona Gan), maka
mudahlah baginya untuk mengunjungi gedung itu. Tak lama
kemudian, Lian Hong telah naik kendaraan tertutup menuju ke
rumah gedung Gan-siupi.
Ketika kendaraannya tiba di jalan yang ramai, ia
mendengar pengendara yang duduk di depan berkata
perlahan.
“Aduh, alangkah cantik dan gagahnya!”
Lian Hong menjadi tertarik hatinya dan dia lalu menyingkap
kain sutera yang menutup kendaraan itu. Dan terkejutlah ia
ketika melihat siapa orangnya yang dipuji oleh kusirnya tadi.
Ternyata bahwa di pinggir jalan itu seorang nona yang cantik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan gagah sekali sedang berjalan dan memandang ke arah
kereta. Nona itu adalah Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan.
Lian Hong hendak cepat-cepat menutupkan “muili” kereta
itu, akan tetapi mata Siang Lan yang tajam telah melihatnya.
Juga Hwe-thian Mo-li menjadi terkejut, akan tetapi berbareng
nona ini merasa heran dan ragu-ragu. Tak salah lagi, nona di
dalam kereta itu pasti Lian Hong, gadis penari yang mengaku
menjadi puteri suhunya. Akan tetapi mengapa ia berpakaian
demikian mewah dan naik sebuah kendaraan yang jelas
adalah kendaraan seorang bangsawan agung? Aku harus
mengetahui baik-baik apakah dia benar Lian Hong atau orang
lain yang sama mukanya.
Dengan hati amat penasaran, Siang Lan lalu mengikuti
kereta itu. Sementara itu, Lian Hong yang berada di dalam
kereta juga mengintai dari cela-cela muili dan tersenyum
gelilah dia ketika melihat betapa Siang Lan mengikuti
keretanya.
Ia memuji ketajaman mata Hwe-thian Mo-li, akan tetapi ia
tidak boleh mengetahui keadaan siapa dirinya sebetulnya.
Kalau ia melompat keluar dari kereta dan menjumpai gadis
gagah itu sebagaimana yang amat diinginkannya, tentu semua
orang akan menjadi terheran-heran bagaimana cucu Cioktaijin
mempunyai sahabat seorang gadis kang-ouw.
Biarpun hatinya penasaran dan menurut pandangan
matanya ia hampir merasa yakin bahwa gadis puteri
bangsawan yang berada di dalam kereta itu adalah Ong Lian
Hong puteri suhunya, namun jalan pikirannya tidak
membetulkan dugaan ini. Bagaimana bisa jadi puteri suhunya
menjadi seorang gadis bangsawan tinggi? Bukankah dulu Lian
Hong hanya seorang gadis penari? Demikianlah, sambil
mengikuti kereta itu, Siang Lan tiada hentinya berpikir.
Ketika kereta berhenti di depan gedung besar, puteri
bangsawan itu turun dan para penjaga di depan gedung itu
memberi hormat. Siang Lan merasa makin penasaran dan ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil sebuah batu kerikil kecil sekali. Tanpa diketahui
oleh siapapun juga, ia lalu menyambitkan batu kecil itu ke
arah leher puteri bangsawan itu.
Ia melakukan percobaan ini karena kalau gadis itu bukan
Lian Hong, tentu lehernya akan terkena sambitan ini dan
menjerit kesakitan. Akan tetapi, dengan gerakan seperti
kebetulan dan tanpa disengaja, gadis bangsawan itu
miringkan kepalanya dan sambitan itu mengenai tempat
kosong.
Siang Lan menjadi girang. Tentu gadis itu Lian Hong
adanya. Akan tetapi melihat betapa Lian Hong sama sekali
tidak memperdulikannya, ia masih penasaran dan segera
menghampiri puteri itu sebelum masuk ke dalam gedung. Ia
menjura kepada Lian Hong sambil mengerahkan tenaga pada
kedua tangannya dan dengan jalan itu ia menyerang Lian
Hong dengan angin pukulannya sambil berkata, “Siocia,
maafkan kalau aku mengganggumu. Bukankah kita pernah
bertemu dan berkenalan?”
Para penjaga tentu saja merasa terkejut sekali melihat cucu
Ciok-taijin ditegur oleh seorang gadis gagah perkasa yang
membawa pedang pada pinggangnya. Juga Lian Hong merasa
bingung juga, maka cepat ia membalas pengormatan Siang
Lan sambil mengerahkan tenaga menolak angin pukulan itu,
lalu berkata,
“Mungkin kita hanya saling bertemu dalam alam mimpi dan
dalam keadaan lain. Tak mungkin kita telah berkenalan. Harap
kau jangan menggangguku.” Setelah berkata demikian, ia lalu
pergi masuk ke dalam gedung tanpa menoleh lagi kepada
Siang Lan.
Hwe-thian Mo-li ketika merasa betapa gadis bangsawan itu
dapat menolak pukulannya, makin merasa yakin bahwa gadis
ini tentulah penari yang dulu berhasil membunuh Liok Kong, ia
teringat betapa gadis itu tidak mau mengaku tentang keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya dan seakan-akan merahasiakan, dan teringat pula akan
suhunya yang juga merahasiakan keadaan keluarganya.
Teringat akan hal ini ia tidak mau mendesak dan segera
pergi dari situ, melanjutkan penyelidikannya tentang musuh
besarnya, yakni Leng Kok Hosiang. Sama sekali ia tidak
pernah menduga bahwa hwesio itu berada di dalam gedung di
mana ia melihat Lian Hong masuk.
Lian Hong disambut oleh para pelayan yang mengantarnya
masuk ke dalam gedung. Di ruang tengah, gadis ini melihat
Gan-siupi sedang bercakap-cakap dengan seorang hwesio dan
berdebarlah hatinya ketika ia mengenal hwesio ini sebagai
hwesio yang dulu pernah menyerang kong-kongnya, yakni
Leng Kok Hosiang.
Ketika Gan-siupi melihat kedatangannya, pembesar itu lalu
berdiri dan tersenyum kepadanya, sedangkan Lian Hong buruburu
memberi hormat. Sepasang mata Leng Kok Hosiang
bercahaya ketika ia melihat gadis yang luar biasa cantiknya
itu. Ia merasa seakan-akan melihat seorang bidadari turun
dari kahyangan.
Ia sudah lupa lagi kepada Lian Hong karena dulu ketika ia
menyerbu rumah Ciok-taijin, gadis ini masih belum sebesar
sekarang. Betapapun juga, Leng Kok Hosiang masih mengenal
kesopanan dan tidak mau bertanya sesuatu, hanya diam-diam
ia menyimpan kecantikan wajah gadis itu di dalam hatinya
yang busuk.
Sementara itu, sambil menahan gelora hatinya ketika
melihat musuh besarnya ini, Lian Hong buru-buru masuk ke
ruang belakang untuk menemui Gan-hujin dan Gan-Siocia.
Gan-siocia yang sudah kenal baik dengan Lian Hong, lalu
memeluknya dan membujuk-bujuknya untuk bermalam di situ.
Lian Hong pura-pura tidak mau, akan tetapi akhirnya ia
menerima undangan ini dan seorang pelayan lalu disuruh
pergi ke gedung Ciok-taijin untuk mengabarkan bahwa CiokTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
siocia bermalam di gedung siupi. Memang untuk orang luar,
Lian Hong selalu disebut Ciok-siocia (nona Ciok) karena
kakeknya tidak mau ia menggunakan nama keturunan Ong.
Malam hari itu, ketika semua orang di dalam gedung Gansiupi
sudah tidur nyenyak, dua orang di dalam gedung itu
masih belum tidur. Mereka ini adalah Lian Hong dan Leng Kok
Hosiang.
Gadis ini sungguhpun sudah mendapat pesan kakeknya
jangan turun tangan di dalam kota, namun melihat hwesio
yang amat dibencinya itu, ia tidak dapat menahan sabarnya
lagi. Ia mengganti pakaiannya yang mewah sebagai puteri
bangsawan itu dengan pakaian yang ringkas, membawa kedua
senjatanya yang tadinya disembunyikan dibalik pakaiannya,
dan bersiap untuk menyelidiki keadaan musuh besarnya dan
kalau ada kesempatan, turun tangan.
Adapun Leng Kok Hosiang, semenjak menyaksikan
kecantikan wajah gadis bangsawan yang siang tadi memasuki
gedung itu, hatinya selalu berdebar. Timbul nafsu jahatnya
dan hwesio yang jahat dan cabul inipun mempunyai maksud
untuk menyerbu ke dalam kamar gadis bangsawan itu dan
mengganggunya. Memang Leng Kok Hosiang adalah seorang
yang amat berani.
Menjelang tengah malam, ketika keadaan sudah sunyi
betul, dua bayangan yang amat gesit gerakannya dengan
hampir berbareng telah melompat ke atas genteng rumah
gedung Gan-siupi. Kedua bayangan orang ini bertemu di
bubungan rumah dan keduanya menjadi terkejut. Lebih-lebih
Leng Kok Hosiang ketika melihat bahwa bayangan yang dapat
bergerak dengan amat gesitnya itu bukan lain adalah gadis
bangsawan yang tadinya hendak dijadikan korban. Ia hanya
memandang dengan mata terbelalak kepada Lian Hong yang
sudah mengeluarkan pedang dan selendang merahnya.
“Leng Kok Hosiang, jahanam gundul keparat. Sekaranglah
saatnya kau harus melepaskan kepala gundulmu !” seru Lian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong yang segera menyerang dengan pedangnya,
menggunakan tipu gerakan Dewa Bumi Memetik Buah,
menusukkan pedangnya ke arah kepala musuhnya.
Leng Kok Hosiang terkejut sekali melihat cara menyerang
yang amat cepat dan lihai ini, maka iapun tidak berani mainmain
dan cepat mengelak sambil melangkah mundur.
“Nanti dulu, nona. Bukankah kau ini Ciok-siocia yang siang
tadi datang di gedung ini? Mengapa tanpa sebab kau
memusuhi aku? Apakah kesalahanku kepadamu?”
“Jahanam gundul, kau masih bertanya tentang dosamu?
Ingatkah kau akan perbuatanmu yang pengecut dan curang
terhadap Pat-jiu kiam-ong?”
Terkejut dan terheranlah hati hwesio ini mendengar
disebutnya nama ini. “Apakah Pat-jiu kiam-ong juga
mempunyai murid seorang gadis bangsawan?” tanyanya
seperti kepada diri sendiri. Akan tetapi, Lian Hong tidak
memberi kesempatan kepadanya untuk banyak berpikir. Gadis
ini sudah maju lagi menyerang sambil membentak.
“Tak perlu kau tahu akan hal itu!” Lian Hong masih berlaku
hati-hati dan tidak mau mengaku puteri Pat-jiu kiam-ong,
bahkan kini ia menyerang dengan hebat, mempergunakan
pedang dan selendangnya.
Leng Kok Hosiang menjadi marah sekali. Ia maklum bahwa
gadis muda ini memiliki ilmu silat yang tak boleh dipandang
ringan, apalagi setelah melihat gerakan selendang merah yang
mengandung tenaga lweekang dan yang merupakan senjata
penotok jalan darah yang cukup lihai. Lenyaplah niatnya untuk
mengganggu gadis ini dan ia kini berniat hendak membunuh
gadis yang berbahaya ini.
Baru menghadapi Hwe-thian Mo-li saja ia sudah merasa
berat, apalagi kalau pihak anak murid Pat-jiu kiam-ong
ditambah dengan gadis yang aneh ilmu silatnya ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leng Kok Hosiang lalu mencabut goloknya dan ia membalas
menyerang dengan hebatnya. Goloknya berkelebat bagaikan
seekor naga buas menyambar mangsanya. Serangan golok
yang berbahaya ini masih ia seling dengan pukulan-pukulan
Hek-coa-jiu yang dilakukan dengan tangan kirinya. Baiknya
Lian Hong sudah maklum atas kelihaian ilmu pukulan yang
pernah hampir merampas nyawa kakeknya ini, maka ia selalu
berlaku hati-hati dan dapat mengelak dari pukulan lawan.
(Oo-dwkz-oO)
Jilid 7 tamat
“Ah, tentu kau hendak membalas sakit hati karena
kakekmu pernah kurobohkan dulu, bukan?” tanya hwesio itu
sambil menangkis serangan lawannya. Kini ia teringat akan
keadaan dulu ketika ia mencari Ong Han Cu di gedung Cioktaijin.
Hm, ilmu silatmu hampir sama dengan ilmu silat
Ouwyang Sianjin, kau tentu muridnya, bukan?”
Lian Hong tidak menjawab dan terus menyerang. Ia
mendapat kenyataan bahwa ilmu silat hwesio ini sekarang
telah menjadi makin lihai saja. Memang, Leng Kok Hosiang
yang maklum akan banyaknya dan lihainya musuh-musuh
yang mencari untuk membalas dendam kepadanya, telah
memperdalam kepandaiannya dan bahkan mempelajari ilmu
golok yang cukup tinggi.
Kini setelah bertempur belasan jurus, dengan lega ia
mendapat kenyataan bahwa betapapun juga, ia masih
menang tenaga dan menang ulet. Ditambah lagi dengan
pengalaman bertempur dan kematangan ilmu silatnya. Maka
ia dapat melayani Lian Hong sambil melanjutkan jalan
pikirannya yang kini mulai teringat akan pengalamannya
dahulu.
“Hm, kau cucu Ciok-taijin ....ah, sekarang aku ingat, kau
tentulah gadis cilik yang dulu pernah pula menempurku di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan rumah kakekmu! Ha, ..... kalau kau cucu Ciok-taijin,
kau tentulah anak perempuan dari Pat-jiu kiam-ong .....!”
Lian Hong tidak menjawab dan terus menyerang bertubitubi
dengan pengerahan seluruh tenaga dan kepandaiannya.
Terpaksa Leng Kok Hosiang mencurahkan perhatiannya untuk
melindungi diri karena serangan-serangan nona ini benarbenar
berbahaya sekali. Ia juga merasa terkejut dan gentar
ketika mengingatkan bahwa gadis ini adalah puteri Pat-jiu
kiam-ong, karena sebagai puteri pendekar itu, tentu nona ini
merasa sakit hati sekali dan nekad untuk membalas dendam.
Pertempuran berjalan seru dan seimbang. Lima puluh jurus
telah lewat dan pertempuran mati-matian itu dilakukan tanpa
ada yang mengeluarkan kata-kata sedikitpun. Leng Kok
Hosiang mengambil keputusan untuk membunuh anak
perempuan musuhnya ini untuk menyingkirkan bahaya yang
akan mengancam selalu. Ia mengerahkan seluruh
kepandaiannya, mengeluarkan serangan-serangan yang paling
berbahaya sehingga Lian Hong terpaksa terdesak mundur.
Pada saat itu, sesosok bayangan tubuh manusia bergerak
cepat di atas genteng, berlari menghampiri tempat
pertempuran itu. Setelah dekat, bayangan yang ternyata
adalah seorang pemuda ini memandang sebentar, kemudian
membentak nyaring,
“Leng Kok Hosiang manusia busuk! Agaknya di mana kau
berada, tentu kau melakukan kejahatan yang terkutuk!”
Setelah berkata demikian, pemuda itu lalu melompat maju
sambil mencabut pedangnya dan membantu Lian Hong
menyerang hwesio itu.
Ketika mendengar bentakan ini dan melihat pemuda itu,
Leng Kok Hosiang menjadi marah sekali.
“Kun-lun Siauwhiap! Berkali-kali tanpa sebab kau memusuhi
aku! Awas, kali ini aku tidak akan mengampunkan jiwamu
lagi!” Ia lalu memutar senjatanya lebih cepat lagi dan kini ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikeroyok dua oleh Lian Hong dan Tek Kun, pemuda yang
beberapa hari yang lalu telah membantu Siang Lan pula.
Sementara itu, Lian Hong menjadi kagum melihat gerakan
pedang pemuda itu. Ia pernah mendengar nama julukan Kunlun
Siauwhiap dan baru sekarang ia melihat orangnya. Melihat
pemuda yang mengenakan pakaian seperti seorang pelajar,
dengan wajahnya yang tampan dan simpatik ini, tak terasa
pula ia menjadi amat tertarik. Hatinya juga merasa lega dan
girang karena dengan bantuan pemuda ini, tidak saja ia
terlepas dari bahaya desakan musuh besarnya, juga ia
mempunyai lebih banyak harapan untuk menewaskan
musuhnya. Maka ia lalu menggerakkan kedua senjatanya lebih
kuat lagi.
Leng Kok Hosiang menjadi sibuk sekali dan segera ia
terdesak hebat. Pada suatu saat, ketika pedang Tek Kun
sedang mengurungnya dan membuat ia sibuk menangkis,
tiba-tiba sinar merah menyambar ke arah lehernya. Ternyata
ujung selendang merah di tangan Lian Hong telah melakukan
totokan yang amat berbahaya.
Ia cepat miringkan kepalanya, akan tetapi tetap saja ujung
selendang itu masih mampir di pundaknya, mendatangkan
rasa sakit sekali. Hwesio ini berseru keras saking marah dan
sakitnya, dan ia masih dapat menyelamatkan nyawanya
dengan gerakan poksai (berjumpalitan) ke belakang dengan
gerak lompat Naga Sakti Membalikkan Tubuh.
Pada saat itu, terdengar suara ribut-ribut di bawah genteng
dan ternyata bahwa para penjaga telah mendengar suara
orang yang sedang bertempur di atas genteng itu. Tak lama
kemudian nampak obor menyala-nyala di bawah genteng dan
beberapa orang penjaga yang memiliki kepandaian melompat
ke atas genteng.
Baik Lian Hong maupun Tek Kun menjadi sibuk sekali.
Keduanya tidak ingin terlihat orang dengan alasan yang sama.
Lian Hong tidak mau terlihat orang karena ia adalah cucu dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciok-taijin dan hal ini akan membuat kakeknya menjadi marah
sekali. Adapun Tek Kun sebagai putera Pangeran Sim Liok
Ong, selamanya apabila keluar rumah, tidak pernah mau
mengaku sebagai putera pangeran, dan hanya menggunakan
nama julukan Kun-lun Siauwhiap. Hampir berbareng, ketika
melihat beberapa orang penjaga melompat naik ke atas
rumah, kedua orang muda itu lalu melompat pergi dari tempat
itu, meninggalkan Leng Kok Hosiang yang masih pucat karena
hampir saja ia terkena celaka oleh serangan selendang merah
dari gadis pendekar yang lihai itu.
Lian Hong mempergunakan ilmu lari cepat berlompatlompatan
dari genteng ke bubungan rumah lain, lalu
melompat turun dan berlari ke tempat yang sunyi. Ia maklum
bahwa pemuda yang gagah itupun menyusulnya maka ia lalu
berhenti dan setelah Tek Kun berdiri dihadapannya, ia lalu
menjura sambil berkata. “Telah lama aku mendengar nama
Kun-lun Siauwhiap, dan ternyata malam hari ini aku telah
mendapat bantuannya. Melihat ilmu pedangmu, ternyata
bahwa nama Kun-lun Siauwhiap bukanlah nama kosong
belaka.”
Tek Kun memandang dengan mata kagum dan mulut
tersenyum berseri. Gadis ini selain berkepandaian tinggi, juga
amat elok dan manis, ditambah pula dengan sikapnya yang
ramah dan sopan santun. Tahu akan terima kasih, maka ia
menjadi makin tertarik.
“Ah, lihiap, jangan kau terlalu memuji, membuat aku yang
bodoh merasa tersindir dan malu saja. Mataku yang belum
banyak pengalaman ini sungguh harus disesalkan sehingga
aku tidak dapat mengenal siapa sebenarnya lihiap ini?”
Lian Hong juga tersenyum. Tadinya ia sudah merasa heran
bahwa pendekar pedang yang dijuluki Kun-lun Siauwhiap itu
ternyata seorang pemuda tampan yang lemah lembut dan
bersikap serta berpakaian sebagai sasterawan. Akan tetapi
mendengar ucapan pemuda ini, ia maklum bahwa pemuda ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah banyak merantau di dunia kang-ouw sehingga pandai
mempergunakan sopan santun orang berilmu yang suka
merendahkan diri.
“Kau ingin mengetahui namaku? Tentu saja kau belum
pernah melihatku atau mendengar namaku, karena orang
seperti aku ini, mana dapat dibandingkan dengan Kun-lun
Siauwhiap yang bernama besar?”
“Sudahlah, nona, jangan kau mengejek. Kepandaianku
kalau dibandingkan dengan kepandaianmu, sungguh tak patut
disebut. Apakah artinya nama julukan? Hanya sebutan dari
orang-orang yang suka menjilat belaka.”
“Siauwhiap, seperti juga kau, ada orang yang menyebutku
dengan nama julukan, yakni Hwe-thian Sianli.”
Tek Kun tercengang mendengar sebutan ini dan ia
memandang dengan mata terbelalak. “Hwe-thian Sianli ....?
Sungguh aneh!”
“Apanya yang aneh?” Lian Hong menahan senyumnya.
“Apakah nama julukan itu terlalu buruk dan tidak sesuai
dengan orangnya?”
“Ah, bukan demikian, nona. Memang kau sudah pantas
sekali disebut Bidadari Terbang. Akan tetapi, nama julukanmu
mengingatkan aku akan seorang pendekar wanita yang
berjuluk Hwe-thian Mo-li. Tidak tahu apakah masih ada
hubungannya antara dia dan kau?”
“Ah, dia....? Jadi kau seorang sahabat baik dari Hwe-thian
Mo-li?” Lian Hong balas bertanya sambil memandang tajam.
Di dalam sinar bulan yang tidak begitu terang, Tek Kun
memandang wajah yang benar-benar mendatangkan
kekaguman di dalam hatinya itu. Memang pantas sekali gadis
ini disebut bidadari. Wajahnya yang cantik jelita, tubuhnya
yang molek, sikapnya yang gagah, ah, agaknya pantas kalau
di atas punggungnya tumbuh sepasang sayap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Eh, bagaimana? Apakah yang kaulamunkan, Kun-lun
Siauwhiap. Mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?”
“Pertanyaan yang mana? Bukankah kau yang harus
menjawab pertanyaanku tadi?” Tek Kun menjawab gagap
karena sesungguhnya ia tidak begitu jelas mendengar ucapan
gadis itu.
“Kau tanya tentang hubungan? Kalau disebut ada, mungkin
ada hubungan antara dia dan aku, akan tetapi nama julukan
kami tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Nah, sekarang
jawablah, apakah dia itu sahabat baikmu?”
Sukarlah bagi Tek Kun untuk menjawab, akan tetapi
akhirnya ia berkata dengan sejujurnya, “Sahabat baik sih
bukan, akan tetapi aku kenal padanya dan pernah kami
bertempur melawan hwesio tadi bersama-sama. Dia murid
dari Pat-jiu kiam-ong yang hendak membalas dendam kepada
hwesio cabul tadi. Mungkin pada saat ini juga dia berada pula
di dalam kota ini.”
“Aku telah tahu akan hal itu, tak perlu kau ceritakan lagi.
Nah, Kun-lun Siauwhiap, sekali lagi terima kasih atas
bantuanmu tadi, Selamat berpisah!” Lian Hong lalu melompat
untuk pergi dari situ, akan tetapi tiba-tiba Tek Kun
menyusulnya dan berkata.
“Eh, nona, nanti dulu! Secara kebetulan sekali kita bertemu
dan ......dan ....kalau sekiranya kau sudi .... aku ingin sekali
mengikat tali persahabatan dengan kau yang gagah perkasa
ini. Siapak sebenarnya namamu dan di manakah kau tinggal,
lihiap?”
Merahlah wajah Lian Hong mendengar ucapan dan melihat
sikap pemuda ini. Karena sudah banyak laki-laki yang
memandangnya dengan kagum, maka Lian Hong kini mengerti
pula bahwa pemuda inipun tertarik kepadanya. Anehnya,
kalau kekaguman laki-laki lain selalu mendatangkan rasa jemu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sebal di dalam hatinya. Kini ia tidak marah atau jemu,
bahkan merasa amat malu.
“Apa maksudmu menanyakan nama dan tempat tinggalku?”
tanyanya.
Kini Tek Kun yang merasa seperti ditampar mukanya dan
menjadi malu-malu dan bingung. “Ah, tidak apa-apa nona.
Bukankah sudah sepatutnya orang-orang segolongan seperti
kita ini saling berkenalan? Siapa tahu kalau-kalau pada suatu
hari aku kebetulan lewat di kota tempat tinggalmu dan dapat
singgah untuk berkenalan dengan keluargamu.”
Lian Hong tersenyum. Tak dapat ia menceritakan namanya,
karena hal ini akan merupakan bahaya bagi kong-kongnya.
“Namaku Hwe-thian Sianli dan itu sudah cukup!” katanya.
“Adapun tempat tinggalku ..... aku tidak mempunyai tempat
tinggal!” Setelah berkata demikian, sambil tertawa perlahan ia
lalu melesat dan lenyap di dalam bayangan pohon.
(Oo-dwkz-oO)
10 Pertarungan Sepasang Merpati
TEK KUN hendak mengejar, akan tetapi tak dapat
menemukan gadis itu yang mempunyai gerakan cepat dan
lincah sekali. Tek Kun merasa menyesal sekali. Ia telah
bertemu dengan seorang gadis yang telah merebut hatinya
pada saat pertemuan yang pertama kali. Ia telah jatuh hati
dan diam-diam ia mengakui bahwa ia amat tertarik kepada
Hwe-thian Sianli, akan tetapi kini gadis itu telah pergi lagi
tanpa mau memberi tahukan nama dan tempat tinggalnya.
Sampai lama ia berdiri bengong di tempat itu dengan hati
kecewa sekali. Kemudian ia lalu berjalan perlahan-lahan
menuju pulang, ke rumah orang tuanya, yakni rumah gedung
Pangeran Sim Liok Ong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tek Kun sama sekali tidak mengira bahwa semenjak
pertemuannya dengan Lian Hong tadi, ada seorang yang
mengintai dan mendengar percakapan mereka. Orang ini
adalah Hwe-thian Moli Nyo Siang Lan. Sebagaimana telah
dituturkan di bagian depan, setelah bertemu dengan Lian
Hong dan mencoba gadis penari itu, Siang Lan merasa
terheran-heran. Ia merasa yakin bahwa gadis itu tentulah Lian
Hong puteri suhunya. Akan tetapi oleh karena sudah jelas
bahwa gadis itu agaknya tidak mau memperkenalkan diri di
tempat umum, ia juga tidak hendak memaksa dan pergi
mencari jejak Leng Kok Hosiang. Tak seorangpun tahu di
mana adanya hwesio yang dicarinya itu, maka terpaksa Siang
Lan menanti malam tiba.
Ia lalu mengenakan pakaian yang ringkas dan mulailah ia
dengan penyelidikannya. Sampai lewat tengah malam, belum
juga ia berhasil mendapatkan musuh besarnya. Memang
bukan hal yang mudah untuk mencari seseorang di dalam kota
raja yang sebesar itu. Kemudian ia melihat bayangan Lian
Hong dan Tek Kun. Ia menjadi terheran-heran ketika ia
mengenal bayangan dua orang ini, maka diam-diam ia lalu
mengikuti mereka dan mengintai. Ia sama sekali tidak melihat
hwesio musuh besarnya yang telah turun dan masuk kembali
ke dalam gedung Gan-siupi.
Ketika ia melihat sikap kedua orang muda itu pada waktu
mereka bercakap-cakap, hatinya merasa tidak enak sekali.
Sikap pemuda itu tampak jelas olehnya bahwa pemuda yang
dikaguminya ini ternyata amat tertarik pada Lian Hong. Hal ini
mudah saja dilihat dari tempat sembunyinya.
Apalagi ketika pemuda itu menyatakan keinginannya
berkenalan dengan Lian Hong dan kemudian gadis itu pergi
sehingga pemuda itu nampak kecewa, sedih, dan melamun.
Kemudian, tanpa disadarinya ketika Tek Kun pergi dari situ,
diam-diam Siang Lan mengikuti pemuda ini. Bukan main
herannya ketika ia melihat pemuda itu menuju ke sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah gedung yang besar dan mewah sekali. Bertambah rasa
herannya ketika penjaga-penjaga di pintu gerbang rumah itu
menegur pemuda ini dengan sikap menghormat sekali.
“Sim-kongcu dari manakah sehingga lewat tengah malam
baru pulang?”
“Jangan banyak cakap!” pemuda itu membentak dan terus
memasuki rumah sendiri. Siang Lan berdiri bengong di tempat
persembunyiannya dan lebih tak mengertilah ia ketika melihat
para penjaga itu tertawa dan berbisik-bisik. “Ah, mengapa
kongcu menjadi demikian galak? Agaknya ada sesuatu yang
mengesalkan hatinya!”
“Kongcu memang aneh. Berbulan-bulan pergi, tak tahu
bahwa ia telah ditunangkan dengan seorang puteri jelita,
masih saja suka pergi jauh dan lama, dan sekarang pulang
pada waktu begini. Biasanya pemuda baru merasa jengkel dan
kesal hatinya kalau tergoda oleh wanita.”
Siang Lan merasa seakan-akan sedang bermimpi. Siang
tadi ia melihat Lian Hong naik kereta dan berpakaian seperti
seorang puteri bangsawan. Dan kini ia melihat Tek Kun,
pemuda gagah perkasa yang menarik hatinya dan yang
disangkanya seorang pemuda kang-ouw itu ternyata juga
putera seorang bangsawan besar yang memiliki rumah
gedung sehebat ini?
(Oo-dwkz-oO)
Sementara itu, ketika Leng Kok Hosiang ditanya oleh para
penjaga dan juga oleh Gan-siupi sendiri, ia tidak mengaku
bahwa yang bertempur dengan dia tadi adalah puteri dari Patjiu
kiam-ong atau cucu dari Ciok-taijin. “Ah, mereka itu hanya
dua orang yang agaknya hendak mencuri saja.” Katanya
dengan hati masih kebat-kebit.
Ia hendak segera membereskan urusannya agar dapat
segera pergi dari tempat yang tidak aman itu. Ia maklum
bahwa kepandaian puteri Pat-jiu kiam-ong lihai sekali, sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihainya dengan kepandaian Hwe-thian Moli. Kalau dua orang
gadis itu maju berbareng menyerangnya, akan celakalah dia.
Apalagi kalau pemuda Kunlun-pai itu membantu pula.
Leng Kok Hosiang memang menjadi utusan dari
gerombolan pemberontak dari selatan yang terdiri dari
sepasukan tentara kerajaan yang merasa tidak puas dengan
pemerintah kaisar. Sukar juga bagi kerajaan untuk menindas
pemberontakan ini oleh karena pemberontak-pemberontak ini
dibantu oleh orang-orang pandai seperti Leng Kok Hosiang
dan yang lain-lain.
Bahkan beberapa perkumpulan gelap telah membantunya,
diantaranya perkumpulan agama Pek-lian-kauw dan Ngo-liankauw
yang banyak mempunyai orang-orang pandai. Kedua
perkumpulan agama ini, terutama sekali Pek-lian-kauw yang
amat berpengaruh, lambat laun memegang kemudi atau
pimpinan atas barisan pemberontak itu sehingga mereka kini
merupakan pemberontakan kaum agama Pek-lian-kauw Leng
Kok Hosiang masuk pula dalam golongan ini oleh karena
banyak kawannya menjadi pemimpin Pek-lian-kauw dan dia
dapat hidup dengan mewah dan senang serta mendapat
perlindungan yang kuat dan baik.
Pada waktu itu, ia dijadikan utusan oleh pucuk pimpinan
pemberotak, untuk menghadap ke kota raja dan
menyampaikan surat pernyataan menakluk dengan syarat
bahwa gerakan Pek-lian-kauw dan Ngo-lian-kauw akan bebas
dan tidak dibatasi oleh larangan-larangan. Dan pula, agar
semua bekas tentara yang memberontak dapat diberi
kedudukan seperti semula.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Leng Kok Hosiang
sudah meninggalkan gedung Gan-siupi untuk menghadap
kaisar. Ia sama sekali tidak mengira bahwa Lian Hong dengan
amat beraninya telah berada di kamarnya kembali, di dalam
gedung Gan-siupi. Memang gadis ini setelah berpisah dari Tek
Kun, segera secara diam-diam kembali ke gedung Gan-siupi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan memasuki halaman dari belakang, yakni dari taman
bunga.
Beberapa orang penjaga melihatnya di taman, akan tetapi
dengan alasan mencari angin, gadis ini dapat kembali ke
dalam kamarnya tanpa terganggu. Sungguhpun agak ganjil
melihat puteri itu makan angin di waktu lewat tengah malam,
akan tetapi para penjaga yang berkedudukan rendah itu mana
berani banyak cakap tentang seorang puteri cucu Ciok-taijin?
Diam-diam Lian Hong mendesak Gan-siocia untuk
menceritakan tentang tamu hwesio itu dan tahulah ia bahwa
pagi hari itu Leng Kok Hosiang hendak menghadap kaisar dan
bahwa setelah urusannya beres, hwesio itu hendak langsung
kembali ke tempatnya tanpa mampir lagi di gedung siupi. Ia
lalu cepat mengendarai keretanya keluar dari gedung itu,
hendak ke rumah kakeknya.
Baru saja keretanya keluar dari halaman gedung, ia melihat
Siang Lan sudah berdiri di s itu dan memandang tajam ke arah
keretanya. Lian Hong tersenyum geli dan cepat ia membuka
tirai kain penutup kereta dan memberi isyarat kepada Siang
Lan dengan gerakan jari tangannya. Siang Lan tersenyum juga
dan setelah melihat bahwa di situ tidak terlihat seorangpun
yang memperhatikannya, ia lalu melompat bagaikan kilat
cepatnya dan tahu-tahu ia telah masuk ke dalam kereta yang
pintunya dibuka dari dalam oleh Lian Hong.
Kejadian ini terjadi demikian cepatnya sehingga pengemudi
kereta itu sendiri sampai tidak tahu dan tidak merasa sesuatu.
“Anak nakal!” seru Siang Lan perlahan setelah ia berada di
dalam kereta dan duduk berhadapan dengan Lian Hong.
“Mengapa kau berlaku seaneh ini?” Ia memandang pakaian
Lian Hong dengan kagum. “Sebenarnya kau ini menjadi puteri
apakah? Heran benar aku memikirkan mengapa suhu bisa
mempunyai seorang puteri seperti kau!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian Hong menaruh telunjuknya di depan mulut. “Hush,
jangan keras-keras, enci Siang Lan. Kalau terdengar oleh
pengemudi kereta bisa berabe!”
Siang Lan memegang kedua tangan Lian Hong dan
berbisik. “Adik Lian Hong, lekaslah ceritakan, apa artinya
semua ini? Baru saja aku melihat Leng Kok Hosiang
meninggalkan rumah gedung Gan-siupi di mana kaupun
bermalam. Tadi aku hendak turun tangan, akan tetapi melihat
bangsat gundul itu berjalan bersama beberapa orang perwira
kerajaan, aku menjadi ragu-ragu, apalagi mengingat bahwa
kaupun berada di gedung itu. Bagaimana sih ini? Mengapa kau
bisa berada serumah dengan musuh besar kita?”
Lian Hong lalu berkata dengan sungguh-sungguh. “Enci
Lan. Kau tidak tahu. Malam tadi aku telah bertempur dengan
dia, akan tetapi aku tidak berhasil, sungguhpun telah
mendapat bantuan .... Kun-lun Siauwhiap. Kita tidak boleh
turun tangan di dalam kota raja. Terlalu berbahaya. Ketahuilah
bahwa dia adalah seorang utusan pemberontak Pek-lian-kauw
yang harus menghadap kaisar. Seorang utusan tak boleh
diganggu. Lebih baik kau menanti di luar kota, di sebelah
selatan. Kalau hwesio itu keluar, nah, kita turun tangan!”
Siang Lan mengerutkan kening, tanda bahwa ia tidak sabar
untuk menanti begitu lama. “Kau boleh menanti sampai ia
keluar kota, akan tetapi aku akan menyerangnya begitu ia
keluar dari istana kaisar. Kita sama lihat saja, siapa yang akan
berhasil lebih dulu!” Setelah berkata demikian, Siang Lan
menyingkap tirai dan menanti kesempatan setelah kereta tiba
di jalan agak sunyi, ia melompat keluar.
Tak seorangpun tahu, bahwa Leng Kok Hosiang bukanlah
datang seorang diri. Serombongan tokoh Pek-lian-kauw telah
datang belakangan dan sesuai dengan rencana, mereka telah
bersembunyi di luar kota, menanti hasil daripada Leng Kok
Hosiang yang menghadap kaisar. Rombongan ini terdiri dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tujuh orang pemimpin Pek-lian-kauw yang berkepandaian
tinggi, rata-rata setingkat kepandaian Leng Kok Hosiang.
Mereka telah bermufakat bahwa apabila usaha Leng Kok
Hosiang gagal, mereka bertujuh beserta hwesio itu akan
menimbulkan huru hara di kota raja, menyerbu kota dan
membunuh beberapa orang bangsawan untuk mengacaukan
keadaan dan memperlihatkan kekuasaan mereka. Akan tetapi,
sebaliknya Leng Kok Hosiang dan ketujuh orang kawannya itu
sama sekali tak pernah mimpi bahwa perjalanan mereka telah
lama diawasi dan diikuti oleh seorang pendekar tua yang
gagah perkasa yakni Ouwyang Sianjin!
Kakek ini memang telah lama mencari jejak Leng Kok
Hosiang untuk membantu usaha muridnya membalas dendam.
Akan tetapi setelah ia mendapat tahu di mana adanya hwesio
itu, ia menjadi terkejut melihat rencana gerombolan itu dan
merasa lebih penting untuk menggagalkan usaha mereka
daripada membalas dendam. Ia maklum bahwa kalau ia turun
tangan, ia takkan dapat memenangkan delapan orang yang
berilmu tinggi ini, maka setelah jelas baginya akan maksud
mereka mengunjungi kota raja, ia lalu mendahului mereka dan
langsung menghadap kepada Panglima Kui yang memegang
kekuasaan tertinggi sebagai pelindung kota raja.
Panglima Kui ini telah dikenalnya dan alangkah kagetnya,
Kui-ciangkun ketika mendengar penuturan Ouwyang Sianjin.
Ia segera pergi menghadap kaisar dan menyampaikan berita
yang mengejutkan ini. Namun kaisar tetap tenang bahkan lalu
mengatur siasat. Perundingan antara kaisar, Kui-ciangkun dan
Ouwyang Sianjin menghasilkan siasat seperti berikut.
Kui-ciangkun sendiri dengan diam-diam berangkat ke
selatan bersama beberapa orang perwira, untuk memimpin
tentara yang bertugas di selatan dan memukul hancur
gerombolan pemberontak yang baru ditinggalkan delapan
orang pemimpin mereka yang paling pandai itu. Adapun
Ouwyang Sianjin dengan bantuan lima orang perwira yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkepandaian cukup tinggi hendak menyerbu Leng Kok
Hosiang dan tujuh orang pemimpin Pek-lian-kauw yang
bersembunyi di luar kota raja.
Demikianlah, ketika hwesio itu datang menghadap kaisar,
dengan tegas kaisar menolak permintaan pihak pemberontak
dan menyatakan bahwa pemerintah mau menerima
pernyataan pihak pemberontak dan Pek-lian-kauw asal tanpa
syarat. Dengan hati marah dan kecewa, Leng Kok Hosiang lalu
mengundurkan diri, menyatakan hendak menyampaikan
keputusan kaisar itu kepada para pemimpin Pek-lian-kauw di
selatan.
Ia tidak tahu bahwa ketujuh orang kawannya di luar kota
raja, agak jauh dari tembok kota dan dalam sebuah hutan
sedang diserbu oleh Ouwyang Sianjin dan lima orang perwira.
Baru saja ia tiba di luar kota raja, tiba-tiba dari balik pohon
berkelebat bayangan dua orang gadis dan terkejutlah dia
ketika melihat Hwe-thian Moli dan Hwe-thian Sianli telah
berdiri dihadapannya bagaikan dua orang malaikat maut
sedang siap memberi hukuman kepadanya.
“Hwesio cabul! Bersiaplah kau untuk menebus dosamu
terhadap suhu!” Hwe-thian Moli membentak sambil mencabut
pedangnya.
“Leng Kok Hosiang, pendeta jahanam! Telah lama ayah
menantimu di pintu akhirat untuk membuat perhitungan!” Lian
Hong juga berseru sambil mengeluarkan senjata-senjatanya
selendang merah dan pedang tipis.
Biarpun hatinya merasa gentar sekali, namun Leng Kok
Hosiang masih membesarkan hatinya sendiri dan berserulah
dia, “Bagus! Kalian telah berada di sini, memudahkan aku
untuk membasmi sekali gus!” Ia lalu mengeluarkan goloknya
dan menerjang dengan cepat, hendak mendahului kedua
lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi kedua lawannya adalah pendekar-pendekar
wanita yang berkepandaian tinggi dan pada saat itu mereka
berdua berada dalam keadaan amat marah, maka sebentar
saja hwesio ini terdesak dan terkurung hebat oleh senjatasenjata
Siang Lan dan Lian Hong. Sibuklah Leng Kok Hwesio
dan ia masih mencoba untuk mempertahankan diri memutarmutar
goloknya sambil kadang-kadang melancarkan pukulan
Hek-coa-jiu dengan tangan kirinya.
Pada saat hwesio itu berada dalam keadaan amat
berbahaya, tiba-tiba terdengar seruan orang dan tahu-tahu
dari dalam hutan berlompatan keluar enam orang yang bukan
lain adalah Ngo-lian hengte dan Bong-te Sianjin supek
mereka. Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, Bong
Te Sianjin telah terluka oleh Hwe-thian Moli sedangkan Ngolian
hengte telah dirobohkan oleh Sim Tek Kun atau Kunlun
Siauwhiap. Ternyata bahwa mereka ini telah berobat dan
setelah sembuh, mereka lalu menyusul ke kota raja untuk
membantu Leng Kok Hosiang dan lawan-kawannya.
Ketika mereka memasuki hutan, terkejutlah mereka melihat
tujuh orang pemimpin Pek-lian-kauw sedang terkurung hebat
dan terdesak oleh Ouwyang Sianjin yang dibantu oleh lima
orang perwira. Bong Te Sianjin hendak membantu akan tetapi
Ngo-lian hengte berkata, “Jangan supek, teecu rasa tidak
perlu mereka dibantu, karena yang terpenting sekarang
adalah mencari Leng Kok Hosiang. Kalau kita membantu dan
sampai bermusuhan dengan para perwira kaisar, nama
perkumpulan kita akan rusak dan kita akan selalu dikejar-kejar
sepertinya Pek-lian-kauw.
Sebetulnya sudah lama Ngo-lian hengte merasa iri hati
melhat keadaan agama Pek-lian-kauw yang makin
berkembang dan jauh lebih maju dari pada Ngo-lian-kauw,
maka kini melihat malapetaka yang menimpa tujuh orang
pemimpin Pek-lian-kauw, diam-diam mereka merasa senang.
Kalau tidak ada Pek-lian-kauw, dapat diharapkan Ngo-lianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kauw akan cepat maju. Demikianlah, mereka melanjutkan
perjalanan dan baru saja keluar dari hutan di mana pemimpinpemimpin
Pek-lian-kauw itu terkurung, mereka melihat Leng
Kok Hosiang sedang terdesak hebat sekali oleh dua orang
gadis.
Melihat Hwe-thian Moli, timbul kemarahan besar dalam hati
Bong Te Sianjin dan murid-murid keponakannya. Tanpa
dikomando, secara berbareng mereka telah mencabut senjata
masing-masing dan menyerbulah mereka membantu. Leng
Kok Hosiang menjadi girang sekali. “Bagus, bagus!” hwesio ini
tertawa riang. “Mari kita tangkap dua nona manis ini.”
“Bunuh mereka!” seru Bong Te Sianjin yang merasa
dendam dan marah kepada Hwe-thian Moli. “Jangan bunuh,
tangkap saja. Sayang kalau nona-nona manis ini dibunuh
begitu saja!” kata pula Leng Kok Hosiang dan kata-katanya ini
disetujui sepenuhnya oleh Ngo-lian Hengte.
Mereka lalu mengurung rapat-rapat dan melancarkan
serangan bertubi-tubi. Biarpun dikurung oleh tujuh orang yang
lihai, namun kedua orang gadis pendekar itu tidak menjadi
gentar, bahkan mereka lalu mengamuk makin hebat. Bagaikan
dua ekor naga betina, mereka mengerahkan seluruh
kepandaian dan mainan senjata mereka sedemikian
garangnya sehingga bagi kelima saudara Ngo-lian Hengte
yang ilmu kepandaiannya tidak sehebat Leng Kok Hosiang
maupun supek mereka, menjadi kewalahan juga.
Senjata di tangan kedua orang gadis itu benar-benar
garang dan berbahaya sekali. Baru bertempur tiga puluh jurus
saja, lima orang bersaudara she Kui ini telah terdesak mundur.
Baiknya Leng Kok Hosiang dan Bong Te Sianjin memiliki
kepandaian yang tinggi sehingga kedua orang gadis itu masih
belum dapat merobohkan seorangpun lawan.
“Kurung mereka dengan Ngo-lian-tin!” seru Bong Te Sianjin
memberi nasehat kepada keponakan muridnya, dan segera
Ngo-lian Hengte menjalankan perintah ini. Mereka bertempur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil mengatur kedudukan dari lima jurusan dan mengurung
rapat. Leng Kok Hosiang memperlengkap Barisan Lima Teratai
ini dan berkedudukan sebagai kepalanya sedangkan Bong Te
Sianjin menduduki kedudukan sebagai ekor.
Dengan demikian mereka dapat mengurung rapat dan
saling membantu. Cara ini benar-benar lebih berbahaya bagi
kedua orang gadis perkasa itu karena keadaan lawan menjadi
teratur sekali. Setiap serangan senjata mereka dapat
digagalkan sedangkan lawan mereka yang banyak jumlahnya
selalu melancarkan serangan dari sebelah belakang.
“Jaga pintu depan dan belakang!” tiba-tiba Hwe-thian Moli
berseru kepada Lian Hong dan mereka lalu berdiri saling
membelakangi. Dengan cara ini mereka dapat menjaga diri
dengan baik, karena para pengeroyok itu tidak dapat
melakukan serangan gelap dari belakang. Betapapun juga,
Siang Lan dan Lian Hong masih saja terkurung dan terdesak.
Nasib baik bagi mereka bahwa dalam keroyokan itu, Leng Kok
Hosiang tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan
pukulan Hek-coa-jiu yang lihai, karena kalau ia melakukan
pukulan ini, banyak bahayanya akan mengenai dan melukai
kawan sendiri.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar bentakan keras dan
nyaring. “Leng Kok Hosiang, kau benar-benar sudah bosan
hidup!” Dan berbareng dengan suara bentakan ini, muncullah
Sim Tek Kun dengan pedang ditangan dan tanpa banyak
cakap lagi ia lalu menyerang Leng Kok Hosiang dengan
gerakan pedangnya yang kuat dan tangkas.
“Kun-lun Siauwhiap!” tanpa terasa panggilan ini keluar dari
mulut Lian Hong dengan suara girang sekali.
“Hwe-thian Sianli, mari kita basmi penjahat-penjahat ini!”
jawab Tek Kun sambil tersenyum. Adapun Hwe-thian Moli
diam saja dan hanya merasa betapa hatinya tidak enak sekali
melihat kedua orang muda itu saling menegur dengan suara
ramah dan girang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Datangnya Tek Kun membuat keadaan menjadi berobah
sekali. Sebentar saja tujuh orang pengeroyok itu telah
terdesak hebat dan hanya dapat menangkis saja atas
serangan ketiga orang muda yang lihai itu. Mereka tak dapat
lagi melakukan pengurungan oleh karena jumlah lawan
sekarang bertambah.
Pertempuran menjadi terbagi tiga, Tek Kun dikeroyok lagi
oleh Ngo-lian Hengte yang dulu pernah kalah olehnya. Lian
Hong menghadapi Leng Kok Hosiang sedangkan Hwe-thian
Moli bertempur melawan Bong Te Sianjin yang pernah ia
kalahkan. Entah mengapa, hatinya yang tadinya merasa tidak
enak kini berubah menjadi kemarahan besar dan Hwe-thian
Moli kini mengamuk bagaikan seorang iblis benar-benar.
Dalam jurus ketiga puluh, terdengar teriakan ngeri dan
nampak darah menyembur keluar dari dada Bong Te Sianjin
yang telah tertembus oleh pedang Hwe-thian Moli.
Setelah menewaskan Bong Te Sianjin, Siang Lan lalu
menyerbu Leng Kok Hosiang yang masih bertempur matimatian
melawan Lian Hong. Kedatangan Siang Lan ini
membuat Leng Kok Hosiang menjadi gentar sekali. Ia
memekik keras, melompat mundur tiga tindak dan tiba-tiba
melancarkan serangannya yang paling dihandalkan, yakni
pukulan Hek-coa-jiu yang lihai. Pukulan ini menyambar ke
arah Siang Lan dan Lian Hong.
Akan tetapi dua orang gadis ini telah tahu akan kelihaian
pukulan ini dan cepat mereka telah mengelak ke kanan dan
kiri, kemudian dari kedua samping ini mereka melakukan
serangan pembalasan yang tak kalah hebatnya. Ujung
selendang Lian Hong bergerak ke arah pergelangan tangan
hwesio yang memegang golok, pedangnya menyambar ke
arah leher, sedangkan pedang Siang Lan dengan cepatnya
telah menusuk ke arah ulu hati.
Mana Leng Kok Hosiang dapat menghindarkan diri dari
bahaya maut yang melayang dari tiga jurusan ini? Ia masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencoba untuk menggerakkan golok dan mengelak, akan
tetapi terlambat. Hampir berbareng, pedang Lian Hong telah
menyerempet lehernya dan pedang Siang Lan telah menusuk
dan ambles di dadanya.
Leng Kok Hosiang menjerit ngeri dan tubuhnya terguling
roboh. Hwe-thian Moli yang masih marah itu menyusulkan
pedangnya dan sekali sabet saja, putuslah leher hwesio cabul
itu.
Sementara itu, Tek Kun telah berhasil merobohkan tiga
orang dari pada kelima saudara Kui itu. Pemuda ini masih
berlaku lemah dan tidak menewaskan mereka, hanya
merobohkan mereka dengan luka yang tidak berbahaya. Akan
tetapi, tiba-tiba tiga orang yang sudah rebah dan menderita
itu menjerit ngeri dan ketika Tek Kun mengerling, ternyata
leher mereka pun sudah putus oleh pedang Siang Lan. “Hwethian
Moli!” serunya tercengang dan menegur.
“Enci Siang Lan, jangan berlaku kejam!” Lian Hong juga
mencela, akan tetapi celaan dua orang yang agaknya sehati ini
menambah kemarahan Hwe-thian Moli. Ia menerjang kepada
Kui Jin dan Kui Ti, yakni dua orang lagi yang masih
mengeroyok Tek Kun dan dalam dua kali gebrakan saja, kedua
orang itupun roboh mandi darah dan tewas. Hwe-thian Moli
masih menambahkan dua bacokan lagi untuk memisahkan
kepala mereka dari tubuh.
Mau tak mau Lian Hong dan Tek Kun merasa ngeri sekali.
“Hwe-thian Moli, kau memang terlalu kejam,” Tek Kun
mencela. “Leng Kok Hosiang sudah semestinya dibunuh, akan
tetapi apakah dosanya yang lain-lain sehingga harus kau
bunuh secara demikian kejam?”
Melihat betapa Lian Hong dan Tek Kun mencelanya, tibatiba
dari sepasang mata Hwe-thian Moli bersinar cahaya
kemarahan yang mebuat matanya seperti berapi. “Membasmi
kejahatan harus beserta akar-akarnya. Aku telah melakukan
pembunuhan-pembunuhan itu, habis kau mau apa? Kalau kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa penasaran dan hendak membela mereka, akupun
tidak takut, Kun-lun Siauwhiap!” jawabnya dengan suara
dingin dan perasaan cemburu membakar hatinya.
Tentu saja Tek Kun dan Lian Hong heran ketika melihat
sikap ini. “Enci Siang Lan ......!” Lian Hong menegur.
“Kau juga mau membelanya. Nah, majulah berdua, aku
Hwe-thian Moli memang seorang gadis kejam, jahat dan
seperti iblis! Jangan kira aku takut kepada kalian!”
Makin terheranlah Tek Kun melihat kemarahan Siang Lan
kini bahkan ditimpakan kepadanya dan juga kepada Hwe-thian
Sianli. Ia menghela napas dan berkata perlahan. “Ah, kalau
begitu, aku telah berlaku lancang. Biarlah aku pergi saja .....”
Pemuda ini lalu pergi dari situ dengan mendongkol sekali.
“Enci Siang Lan, mengapa kau bersikap begitu terhadap
dia? Mengapa kau agaknya marah-marah terhadap aku pula?”
Lian Hong lalu maju dan memeluk Hwe-thian Moli. Barulah
Siang Lan tersadar akan sikapnya yang benar-benar tidak
selayaknya itu, dan tanpa disadarinya lagi dua titik air mata
mengalir turun ke atas pipinya.
“Lian Hong, musuh-musuh kita telah terbasmi habis ......
kau .....katakanlah terus terang, apakah kau .... kau menyinta
Kun-lun Siauwhiap ......??”
Pertanyaan yang sama sekali tak pernah disangkanya ini
membuat wajah Lian Hong menjadi merah sekali. Ia
memandang dengan bengong, kemudian setelah berkali-kali
menarik napas panjang dapat juga ia menjawab, “Mengapa
kau mengajukan pertanyaan aneh ini, enci?”
“Dia mencinta padamu, butakah kau?” Ia berkata dengan
suara menggetar penuh perasaan.
“Aku telah mencuri dengar dan mengintai ketika malam
hari itu. Aku ..... aku tidak berhak untuk bicara tentang hal itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena ketahuilah bahwa aku ..... aku telah ditunangkan
dengan orang lain!”
Setelah berkata demikian, Lian Hong lalu menangis. Kini
Siang Lan yang menjadi sibuk dan terheran. Ia tidak mengerti
mengapa Lian Hong menangis sedemikian sedihnya. Ia tidak
tahu bahwa kata-katanya tadi yang menuduh gadis ini
menyinta dan dicinta Tek Kun, merupakan pedang yang
menikam jantung gadis ini. Bagai diingatkan kepada sesuatu
yang tak disukai, Lian Hong mendengar ucapan Hwe-thian
Moli tadi. Ia teringat bahwa ia telah ditunangkan dengan
putera pangeran yang belum pernah dilihatnya dan kini diamdiam
ia harus mengaku bahwa ia amat tertarik kepada Kunlun
Siauwhiap.
Kalau tadi ia amat cemburu dan tak enak hati, kini Hwethian
Moli merasa kasihan melihat Lian Hong. Ia dapat
menduga bahwa gadis ini tentu telah ditunangkan dengan
orang yang tak disukainya, maka sambil memeluk gadis itu ia
menghibur. “Adik yang baik, mengapa seorang gadis gagah
seperti kau menurut saja kepada kehendak orang,
ditunangkan dengan sembarangan laki-laki.”
“Enci Siang Lan, sudahlah jangan kita bicarakan hal yang
tidak penting ini. Marilah kau ikut dengan aku, bertemu
dengan ibu. Apakah kau tidak ingin bertemu dengan isteri
suhumu?”
Siang Lan tidak membantah dan keduanya lalu pergi
meninggalkan tempat itu, tidak tahu bahwa Kunlun Siauwhiap
seperginya dari situ lalu masuk ke dalam hutan dan bertemu
dengan Ouwyang Sianjin yang sedang bertempur melawan
tujuh tujuh orang pemimpin Pek-lian-kauw, dibantu oleh
beberapa orang perwira. Ternyata bahwa tujuh orang Peklian-
kauw itu amat tangguh dan sukar dikalahkan.
Tek Kun adalah putera pangeran, maka melihat berapa
perwira bertempur melawan tosu-tosu (pendeta) Pek-liankauw
itu, ia terus saja menyerbu dan membantu. Kedatangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tek Kun menguntungkan pihak Ouwyang Sianjin dan tujuh
orang Pek-lian-kauw itu akhirnya dapat dirobohkan, ditangkap
dan digiring ke kota oleh para perwira itu.
Siang Lan disambut oleh Ciok-taijin suami isteri dengan
cukup ramah tamah. Terutama sekali Ciok Bwe Kim, ibu Lian
Hong menyambutnya dengan pelukan terharu. Sekarang baru
tahulah Siang Lan bahwa suhunya telah menjadi suami dari
seorang puteri bangsawan dan kemudian kedua orang gadis
itu bicara dengan asyik sekali di dalam kamar Lian Hong.
Gadis ini menceritakan segala hal kepada Hwe-thian Moli,
tentang keadaan ibu dan ayahnya sehingga mereka berpisah,
tentang suhunya Ouwyang Sianjin dan tentang
pertunangannya juga.
Siang Lan adalah seorang yatim-piatu, maka kini setelah
berkenalan dengan Lian Hong, ia merasa sayang sekali dan
menganggap Lian Hong sebagai adik sendiri. Ketika ia
mendengar tentang pertunanganan Lian Hong yang membuat
gadis itu bersedih dan kecewa, ia bertanya.
“Adikku yang baik, mengapa kau begitu benci kepada
tunanganmu? Bagaimana orang bisa menyatakan kebencian
sebelum bertemu dengan orangnya?” Pertanyaan ini
mengandung godaan akan tetapi Lian Hong yang biasanya
jenaka itu hanya muram saja wajahnya.
“Engkau tentu mengerti sendiri, enci Lan, bahwa seorang
gadis berpendidikan ilmu silat seperti aku tentu akan merasa
kecewa apabila kelak menjadi jodoh seorang suami yang
kepandaiannya di bawah tingkat kepandaianku. Aku memang
mendengar bahwa tunanganku itu pandai pula dalam ilmuilmu
silat, akan tetapi .... ah, aku sudah dapat membayangkan
keadaan seorang putera pangeran yang kaya dan manja.
Mana bisa seorang putera bangsawan memiliki ilmu
kepandaian tinggi?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Siang Lan teringat akan sesuatu dan bertanyalah
ia dengan gairah. “Eh, kau belum menceritakan kepadaku,
siapakah sebetulnya tunanganmu itu?”
Dengan bibir mengejek Lian Hong menjawab, “Seorang
pemuda bangsawan dan kaya raya yang tiada gunanya. Ia
putera Pangeran Sim Liok Ong dan namanya Sim Tek Kun dan
......”
“Oh ....., dia .....?” tiba-tiba Siang Lan memandang
kepadanya dengan pucat sehingga Lian Hong terkejut.
“Ada apakah, enci Lan? Kenalkah kau kepadanya?”
Tiba-tiba Siang Lan tertawa bergelak, membuat Lian Hong
menjadi makin terheran-heran. “Eh, enci Lan, kau
mengapakah? Mengapa kau mentertawakan aku! Apa sih yang
demikian lucu?”
Suara Lian Hong terdengar marah, membuat Siang Lan
merasa makin geli lagi. Jarang sekali gadis ini tertawa seperti
itu dan kemarahan Lian Hong lenyap terganti keheranan
ketika ia melihat betapa Siang Lan sehabis tertawa besar lalu
mengalirkan air mata yang menuruni kedua pipinya!”
“Kau kenapakah, enci Lan?”
Hwe-thian Moli menggeleng-geleng kepalanya, “Tidak apa,
tidak apa. Memang aku mempunyai penyakit seperti ini,” ia
membohong. Sebetulnya hatinya merasa seperti dikerat-kerat
pisau. Ia telah jatuh hati kepada Tek Kun, kemudian ia merasa
cemburu melihat betapa sikap Tek Kun dan Lian Hong amat
mesra dan seperti saling menyinta.
Kini ternyata bahwa Tek Kun malah sesungguhnya adalah
tunangan Lian Hong tanpa diketahui oleh Lian Hong, bahkan
agaknya Tek Kun sendiripun tidak mengetahui akan hal ini.
Sungguh aneh, aneh dan lucu, akan tetapi sama sekali tidak
lucu untuk hati dan perasaannya yang hancur lebur karena
kejailan asmara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Jadi kau belum pernah bertemu muka dengan
tunanganmu itu? Dan kau ...... kau tentu menyinta Kun-lun
Siauwhiap, bukan?”
“Enci Lan, aku tak berhak berpikir tentang pemuda lain,
tidak selayaknya menyatakan perasaan hatiku terhadap
pemuda lain. Akan tetapi, terus terang saja, aku akan merasa
puas sekali apabila tunanganku adalah seorang pemuda
seperti Kun-lun Siauwhiap, tidak seorang putera pangeran
yang biasanya hanya menghamburkan uang warisan belaka!”
Hwe-thian Moli mengerutkan keningnya. Ia amat sayang
kepada Lian Hong setelah bergaul agak rapat dan ingin sekali
ia menggoda serta membahagiakan sumoinya ini.
“Mudah saja, adikku. Mengapa kau tidak menantangnya
untuk mengadu kepandaian agar kau dapat mengukur sampai
di mana kepandaian tunanganmu itu? Kalau memang ia
seorang pemuda yang tidak becus apa-apa, dalam adu
kepandaian itu kau robohkan dia, tentu dia akan malu dan
mundur sendiri!”
Lian Hong menggelengkan kepala, “Kau tidak tahu cici.
Kong-kong tentu akan marah sekali, karena ia tidak suka kalau
uaku memperlihatkan kepandaianku, Khawatir kalau-kalau
Pangeran Sim akan merasa kecewa dan terhina. Kau tidak
tahu betapa tinggi Kong-kong memandang kehormatan dari
pinangan Pangeran Sim terhadap diriku. Aku tak sampai hati
untuk melukai perasaan kong-kong dan juga orang tuaku. Kau
tentu maklum akan hal ini.”
“Anak bodoh, tentu saja hal ini harus dilakukan dengan
diam-diam jangan sampai ketahuan oleh orang tuamu. Biarlah
aku yang akan menantangnya agar putera bangsawan she Sim
itu datang ke sini malam hari nanti. Kau tempurlah dia dan
biar aku yang menjadi wasitnya, menentukan apakah ia cukup
gagah untuk menjadi suamimu!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ah, kau nakal, enci Lan. Kau tidak tahu keruwetan hatiku,
bahkan menggodaku. Kau tidak tahu orang sedang susah
......”
Akan tetapi Hwe-thian Moli lalu meninggalkan dia sambil
tersenyum, sungguhpun matanya memandang sayu.
Menjelang senja, Hwe-thian Moli datang kembali dan
dengan wajah menyatakan kekhawatiran ia berkata. “Adik Lian
Hong, sudah berhasil usahaku dan malam nanti menjelang
tengah malam tunanganmu itu akan datang di kebun bunga
untuk mengadu kepandaian denganmu. Akan tetapi ada hal
yang amat menggelisahkan terjadi!”
“Ada apakah, cici? Kau nampak pucat.”
“Celaka, adik Hong. Pada saat aku mengucapkan
tantanganmu kepada putera pangeran itu, tiba-tiba datang
Kun-lun Siauwhiap yang juga mendengar akan hal itu. Ia
menghadang perjalananku dan mentertawakanku. Ia berkata
bahwa malam nanti iapun hendak datang di sini dan hendak
membunuh putera Pangeran she Sim itu!”
Terbelalak mata Lian Hong mendengar ucapan ini.
“Kenapa, enci Lan? Kenapa Kun-lun-Siauwhiap hendak
membunuhnya?”
Siang Lan menghela napas, “Bodoh kau, Tentu saja karena
pendekar Kun-lun itu mencintaimu!”
Kini tiba-tiba muka Lian Hong menjadi merah sekali, akan
tetapi sepasang matanya bersinar marah. “Tidak! Betapapun
juga, kalau ia berani datang, aku akan membela tunanganku
yang tidak berdosa!”
“Akupun takkan tinggal diam, adikku. Kita tunggu saja
kedatangannya malam nanti.”
“Biarlah, jangan kau ikut turun tangan, enci Lan. Memang
aku juga ingin mencoba kepandaian Kun-lun Siauwhiap!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hendak kulihat sampai di mana sih kepandaiannya maka ia
berani berlaku lancang mencampuri urusanku dan hendak
membunuh Sim-kongcu?”
Siang Lan tidak menjawab, hanya diam-diam tersenyum
dihatinya. Baru sekarang selama hidupnya, Siang Lan benarbenar
merasa gembira di dalam hatinya dan semenjak saat
mengunjungi Sim Tek Kun. Ia selalu merasa berdebar tegang
dan juga senang sekali. Telah terlupa olehnya kekecewaan
dan kesedihan hatinya karena asmara gagal, terganti oleh
keinginan hendak melihat Lian Hong berbahagia.
Malam harinya menjelang tengah malam, Lian Hong
dengan senjata ditangan dan pakaian ringkas telah
bersembunyi di dalam taman bunga di belakang rumahnya.
Siapa yang akan datang lebih dulu, pikirnya, tunangannyakah
ataukah Kun-lun Siauwhiap! Bagaimanakah wajah
tunangannya yang terkenal di kota raja itu dan sampai di
mana tingkat kepandaiannya? Hatinya berdebar kalau
merenungkan hal ini kemudian menjadi perih kalau teringat
kepada Kun-lun Siauwhiap yang hendak membunuh
tunangannya.
Siang Lan juga berada di situ mengawaninya dan tiba-tiba
Hwe-thian Moli berbisik, “Nah, itu calon pembunuhnya datang.
Hati-hati kau menghadapinya, adikku!”
“Jangan ikut-ikut, enci Lan. Biar dia kuhadapi sendiri!” kata
Lian Hong yang segera melompat keluar dan tiba-tiba turun
dihadapan Kun-lun Siauwhiap. Melihat gadis itu yang telah
memegang pedang di tangan kanan dan selendang merah di
tangan kiri. Kun-lun Siauwhiap nampak terkejut dan cepat
mencabut pedangnya.
“Kun-lun Siauwhiap, manusia sombong. Sampai di manakah
kepandaianmu maka kau berani sekali datang berlagak?” seru
Lian Hong yang segera menyerang dengan hebatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun-lun Siauwhiap terkejut dan cepat menangkis lalu
membalas dengan celaannya. “Hwe-thian Sianli, apakah kau
juga berhati kejam dan ganas seperti Hwe-thian Moli?”
Akan tetapi Lian Hong menjadi makin marah dan segera
keduanya bertempur seru. Karena ia didesak hebat dengan
serangan-serangan maut, terpaksa Tek Kun tidak mau
mengalah begitu saja dan membalas pula dengan seranganserangan
hebat. Diam-diam ia mengeluh mengapa gadis yang
tadinya ia kagumi dan yang diam-diam ia cintai ini telah
berobah menjadi seorang gadis liar yang kejam dan ganas.
Siang tadi ia diberitahu oleh Hwe-thian Moli bahwa Hwethian
Sianli karena mencintainya, telah mendengar tentang
pertunangannya dan malam nanti hendak menyerbu rumah
tunangannya dan membunuhnya. Tadinya ia tidak mau
percaya dan tidak memperdulikan ucapan Hwe-thian Moli ini,
akan tetapi setelah malam tiba, hatinya merasa tidak enak
juga. Secara iseng-iseng ia lalu keluar dari rumah, membawa
pedangnya dan sekalian ia hendak mencari kesempatan
melihat tunangannya yang tidak disukainya.
Demikianlah, Hwe-thian Moli yang merasa kecewa dalam
cintanya itu telah sengaja memancing agar Lian Hong dapat
bertemu dengan tunangannya dalam cara yang lucu sekali.
Bahkan gadis gagah ini diam-diam setelah melihat keduanya
bertanding, lalu cepat menuju ke rumah Pangeran Sim Liok
Ong dan dengan kepandaiannya ia dapat memasuki kamar
pangeran itu.
“Celaka, Sim-taijin. Puteramu Sim Tek Kun sedang
bertempur dengan tunangannya di taman bunga Ciok-taijin!”
Mendengar ini, Pangeran Sim Liok Ong menjadi terkejut dan
marah. Ia lalu mengumpulkan para perwiranya dan cepat
berkuda menuju ke rumah gedung Ciok-taijin.
Akan tetapi Siang Lan telah mendahului mereka dan
langsung mengetuk kamar Ciok-taijin. “Taijin, lekas bangun!
Adik Lian Hong sedang bertempur mati-matian melawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putera Pangeran Sim!” Tentu saja Ciok-taijin menjadi terkejut
sekali, apalagi ketika ia mendengar pintu gerbang depan
digedor orang dan ketika dibuka oleh penjaga, yang datang
adalah Pangeran Sim Liok Ong sendiri beserta para
pengawalnya.
Sebelum kedua orang tua ini bicara, Siang Lan telah
mendahului mereka. “Lekas .....! Lekas pergi ke kebun
belakang! Lian Hong dan Tek Kun sedang bertempur matimatian
..... ah, celaka!”
Pada saat itu, seisi rumah Ciok-taijin telah bangun semua
dan mendengar ucapan ini, mereka semua terkejut sekali dan
cepat berlari-lari ke kebun bunga di belakang gedung. Malam
itu bulan sedang purnama dan keadaan cukup terang. Ketika
tiba di belakang, mereka melihat cahaya pedang berkelebatan
dan dua bayangan orang lenyap terbungkus gulungan sinar
pedang, seakan-akan menjadi satu. Orang-orang tua itu masih
dapat mengenal dua orang muda yang bertempur hebat dan
cepat Ciok-taijin membentak marah. “Lian Hong .....! Tahan
senjatamu!”
Seruan ini tidak saja membuat Lian Hong terkejut dan
melompat mundur, juga Tek Kun menjadi terkejut dan
mencelat mundur. Ia menjadi lebih terkejut lagi ketika melihat
ayahnya telah berada di situ, maka cepat ia menghampiri
ayahnya dan berseru. “Ayah, kau di sini .......??”
“Tek Kun, kau malam-malam datang mengacau di sini
apakah maksudmu ?” ayahnya membentak marah.
Hampir berbareng, Ciok-taijin menegur cucunya, “Lian
Hong, tengah malam buta kau bertempur di dalam taman,
apakah artinya semua ini ?”
Hampir berbareng pula, kedua orang muda itu menjawab,
“Ayah, gadis kejam dan ganas ini hendak membunuh mati
Ciok-Siocia, tunanganku !”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kong-kong, pemuda sombong ini hendak membunuh mati
Sim-kongcu, tunanganku!”
Ketika Lian Hong mendengar ucapan pemuda itu, ia
menjadi pucat, demikianpun Tek Kun. Keduanya saling
pandang dengan bengong sedangkan orang-orang tua yang
berdiri di s itu memandang lebih hebat lagi.
“Tek Kun, apakah kau mendadak sudah menjadi gila? Kau
bilang tunanganmu Ciok-siocia hendak dibunuh oleh gadis
ini?? Ayaaa... apalagi yang lebih gila dari pada ini .....??”
Juga Ciok-taijin berseru keras. “Lian Hong, apakah kau
sedang ngelindur? Bagaimana pemuda ini bisa membunuh
Sim-kongcu? Dia sendirilah Sim Tek Kun tunanganmu!”
Baik Lian Hong maupun Tek Kun merasa seakan-akan
tanah yang diinjaknya tiba-tiba amblas. Mereka berdiri
bengong, saling pandang dengan perasaan tidak karuan.
Mereka merasa malu, terkejut, heran, dan juga girang
setengah mati.
“Kau ... kau .... nona Lian Hong tunanganku ...?” kata Tek
Kun hampir berbisik.
“Kun-lun Siauwhiap .... kaulah sebenarnya Sim kongcu ....?”
kata Lian Hong.
Tiba-tiba meledaklah suara ketawa dari Pangeran Sim Liok
Ong dan Ciok Taijin. Orang-orang tua ini yang telah
berpengalaman dapat menebak dengan jitu apa yang
terkandung dalam ucapan perlahan ini. Mereka saling
pandang, lalu Pangeran Sim melangkah maju, menggandeng
tangan Ciok taijin diajak masuk ke gedung sambil berkata. “Ah
.... urusan anak-anak muda! Sim taijin, agaknya pernikahan
perlu dipercepat! Ha, ha, ha ....!”
Tak lama kemudian, Tek Kun dan Lian Hong ditinggalkan
berdua di taman itu. Mereka masih berdiri saling pandang,
penuh perasaan, penuh kebahagiaan, pandangan yang mesra.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bibir mereka bergerak-gerak karena geli hati memikirkan
keadaan mereka dan akhirnya meledaklah suara ketawa Sim
Tek Kun.
Lian Hong juga tidak dapat menahan kegelian hatinya dan
tertawa-tawalah dia sambil menutupi mulut dengan punggung
tangan.
“Lian Hong ...... kau ........ kau nakal!”
Gadis itu cemberut dan menahan ketawanya. “Siapa ....?
Bukan aku, kaulah yang nakal !”
“Salah, bukan kita, manisku. Hwe Thian Moli yang menjadi
biang keladi dan gara-gara semua ini!”
Akan tetapi yang dibicarakan pada saat itu telah pergi jauh
dan kalau kita mengikutinya, kita hanya melihat bayangannya
yang bagaikan seorang iblis wanita melayang-layang seorang
diri di tengah hutan di sebelah selatan kota raja. Terdengar ia
tertawa-tawa seorang diri dengan geli hati dan gembira, akan
tetapi apabila kita melihat pipinya, kita akan melihat betapa
sepasang pipinya telah basah oleh air mata.
TAMAT
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru