Minggu, 16 September 2018

Tamu Dari Gurun Pasir 4 Tamat Full Baca Online Komiknya disini

===========

Tamu Dari Gurun Pasir 4 Tamat Full Baca Online Komiknya disini
baca juga

Bab 38 SOAL yang masih menjadikan pikiran dalam jiwanya
Lim Tiang Hong pada akhirnya berkesudahan dengan
memuaskan. Jika ia mengingat pada ketika ia memberi nasihat kepada Im Tay Seng dan apa yang dapat dilihat dari sikap anak muda pernah abangnya itu, ia telah menarik kesimpulan bahwa siabang masih dapat
1522 diperbaiki mentalnya. Mengingat akan itu semua,
diwajahnya terlintas satu senyuman puas.
Ia merasa gembira karena encie Kouw-loan nya
akan mendapat timpalan yang baik. Dengan berakhirnya semua persoalan pikirnya sedemikian memuaskan.
Seperti kata kata sebuah pepatah kuno: "Anak nakal bisa merubah sifatnya tidak bisa dapat dengan benda mas intan apapun juga. Mungkin begitu pula halnya dengan Im Tay Seng. Dari seorang turunan ketua dari suatu perkumpulan berandal dapat merubah menjadi seorang pendekar budiman dalam dunianya.
Saat itu dari puncak gunung Tay-san sudah dapat
dilihat sinar kuning d isebelah timur, menandakan hari telah menjelang subuh dan malam sebentar lagi akan berganti pagi.
Lim Tiang Hong berdiri dihujani embun pagi itu, lalu ketawa dan berkata seorang diri: "Aku ini sebetulnya repot2 dan berjerih payah buat siapa....?"
Tiba2 diingatnya perjanjian dengan Hong-gwat
Kongcu yang tak lama lagi akan tiba waktunya. Ilmu silat yang dimiliki oleh Kongcu tersebut, yang lain daripada yang ada didaerah Tiong-goan. Memang disitu
1523 harapannya guna melatih apa sudah matang atau belum latihannya. Ia pun memang merindukan dapat bertemu dengan Tho-hoa Tocu sendiri si pemimpin pulau Tho-hoat-to yang sudah terkenal lama namanya.
Dengan menyongsong matahari dihari pagi itu tiba2
ia melompat 7-8 tombak dengan gaya yang manis sekali di tengah2 udara membuat salto sampai beberapa kali lalu meluruskan tubuhnya dengan tangan dan kakinya, bagaikan orang berenang di tengah udara lalu meluncur turun gunung.
Itulah suatu pagi yang cerah dimusim semi pada
bulan dua tahun itu. Angin sepoi2 muncul di permukaan laut membawa bau asin dan demak.
Di atas permukaan laut dilaut timur terlihat satu perahu yang meluncur ringan di atas air.
Perahu mana ditumpangi oleh seorang yang juga
memegang pengayuh, sedang agak tengah duduk
seorang anak muda, di pinggangnya terselip sebilah pedang yang indah.
Pemuda di ketengahan perahu itu adalah Lim Tiang
Hong. Dia berketetapan ingin menepati janjinya terhadap Hong-gwat Kongcu dan berlayar ke pulau Tho-hoa-to.
1524 Ia yang dilahirkan dan pula dibesarkan di daerah
utara, sedikitpun tidak mengetahui cara bermain diair.
Yang dikenalnya cuma daerahnya, gurun pasir yang luas dengan gunung2 buatannya yang setiap kali tertampak di antara permukaan samudra pasir disitu. Sama sekali tidak berdekatan dengan laut.
Tetapi kini ia berada di atas sebuah perahu kecil yang meluncur di tengah2 lautan bebas yang luas. Ia merasa dirinya sendiri terlalu dan amat kecil. Pun timbullah perasaannya kesepian ingin berkawan dengan siapapun untuk diajak berbicara, akan tetapi di atas perahu cuma ada seseorang saja, dialah yang memegang kemudi. Kepada sipengemudi perahu ia segan mengajak bicara sebab kelakuannya aneh. Sejak keberangkatan dari tepian, ia selalu tutup rapat mulutnya, tidak sepatahpun keluar kata2nya.
Mungkin disebabkan karena terlalu kesepian,
belakangan Lim Tiang Hong membuang waktunya untuk terus memperhatikan gerak gerik si tukang perahu ini.
Lama kemudian ia merasa, tukang perahu itu berbeda dengan tukang perahu biasa ditepian tadi...
1525 Badannya kokoh kekar seperti kerbau. Otot2nya
yang besar menonjol keluar, dadanya lapang nampak bagai tanah lapang. Terang dia mempunyai juga tenaga yang besar karena sekian lama dia mengerjakan
dayungnya tidak terlihat seperti dia telah lelah. Matanya yang lebar terus mengarah ketengah laut, sedangkan kulitnya yang hitam terbakar matahari disoroti pula oleh sang surya pagi itu, nampak lebih hitamnya.
Tiba2 terhadap tukang perahu yang aneh ini timbul perasaan ingin tahu kepada sifat2 orang teresebut.
Begitulah tiba2 juga ia bertanya: "Sahabat, kenal baikkah kau dengan perjalanan melalui laut ini?"
"Ng...." Cuma sedemikian saja jawabannya, namun Lim
Tiang Hong tidak mau sudah. Bertanya lagi. "Kepulau yang kita tuju, masih berapa jauh lagi jaraknya?"
"Sekitar setengah hari jalan...."
Tiba2 matanya yang bulat itu menatap Lim Tiang
Hong, meneruskan: "Tuan! Kau rasanya belum lama
muncul didunia kang-ouw. Betul" Jika kau pergi ke pulau Tho-hou-to dan ingin mencari sahabat, tidak
mengapalah, tapi sebaliknya kalau kepergianmu kesana 1526
niat cari onar atau mengadu silat, aku rasa perlu dengan nasehatku, sekarang ini kita balik lagi sajalah".
"Kenapa bolehnya begitu?"
"Sudah lama penumpang2 yang ingin pergi ke pulau
itu aku yang bawa! Tapi tidak ada seorang pun yang balik lagi ke darat masih bernyawa. Penumpang2 yang pernah kubawa kesana termasuk kau sekarang mungkin sudah 98 orang jumlahnya"
Didengar dari perkataan2 si tukang perahu yang
akhirnya mau juga bicara panjang, Lim Tiang Kong lantas menduga pulau Tho-hoa-to rupanya benar menyimpan
apa2 yang sangat misterius. Tapi justru karena ada yang anehnya itu, tambah membangkitkan semangat si anak muda yang suka mencari apa2 yang serba ganjil. Maka ia malah ketawa ber-gelak2 "Kalau ditambah lagi dua
orang, bukankah jumlah akan lengkap 100" Tapi hari ini aku membuat kau akan tertegun. Asal kau suka
menunggu dengan sabar. Sukakah?"
Tukang perahu sihitam itu juga tertawa ter-gelak2, kemudian berkata lagi: "Setiap orang yang kubawa
kemari hampir serupa berkata begitu, tapi kenyataannya"
Tidak pernah aku pulang dengan berdua atau bertiga, 1527
selalu sendirian hingga membuatku kesepian. Meskipun damikian, sebaiknya katakanlah dengan terus terang kepadaku, siapa orang yang kau cari?"
"Hong-gwat Kongcu, putera Tho-hoa Kokcu
sendiri!" "Ya Allah! Kenapa kau berbentrok dengan dia?"
"Apa dia harimau" Orang jahat?"
"Bukan harimau, bukan juga jahat. Ilmu silatnya
tinggi sekali, tidak pernah ada yang nempil melawan dia.
Sampai sekarang juga, aku meragukan kebijaksanaanmu mengambil keputusan tetap terus pergi ke sana"
Lim Tiang Hong menyeringai, lalu berkata dengan
suara tenang. "Boleh jadi kau tidak mempercayai kata2ku sekarang, akulah lawan dia yang paling kuat selama ini".
Tukang perahu ini melongo, "besar sungguh mulut
orang ini" demikian pikirnya. Ia mengawasi dari atas sampai ke bawah, kembali lagi ke atas dan berkata:
"Bukannya tidak percaya, tuan yang gagah! Tapi rasanya kau terlalu sombong sekali! Apa kau yakin?"
Lim Tiang Hong tidak ingin menarik panjang dalam
urusan mem-besar2kan kepandaiannya sendiri, maka ia mengalihkah pembicaraannya "Saudara rasanya juga
1528 gemar atau pandai bersilat" Bisakah kita berkenalan disini?"
Tukang perahu itu mengawasi tempat jauh di
tengah laut, dengan sikap acuh tak acuh menjawab:
"Satu orang kecil yang tak bernama, rasanya tidak penting memperkenalkan namaku. Jika kau masih punya kesempatan bertemu dengan aku lagi untuk kedua
kalinya, waktu itu bolehlah kau panggil aku Siauw-lie, aku merasa puas sekali"
Lim Tiang Hong tahu si orang hitam itu tidak mau


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

memberi tahukan asal usulnya sendiri didepan orang asing, tetapi ia telah beranggapan pasti bukan macam orang tempo yang dihadapinya itu. Maka kembali ia ketawa ber-gelak2 dan memotong: "Akupun mengira
begitu, kesempatan buat kita bertemu kedua kalinya pasti ada. Boleh jadi juga hari ini"
"Perkataan ini, sebaiknya kau ucapkan nanti saja
kalau kita bertemu lagi. Biar tinggi sekali keyakinanmu, tapi mana aku berani memikir yang tidak2" Coba sajalah dulu"
1529 Tiba2 ia berseru: "Lho! Tho-hoa-to kok punya
kapal" Dari mana mereka dapatkan kapal buat
menyambut tamu itu?"
Lim Tiang Hong yang tajam daya pandangannya
juga telah melihat dari jauh mendatangi satu titik putih menerjang pesat membuyarkan gelombang menuju
kearahnya. Diam2 ia merasa kagum atas kelihayan mata si tukang perahu itu. Malah ia jadi curiga kepadanya, tentu adalah dia seorang berkepandaian sangat tinggi yang baru keluar dari tempat pengasingannya atau
sedang mengasingkan diri sebagai tukang perahu.
Tidak antara lama sudah tertampak jelas perahu
yang mendatangi. Di atas perahu mana terlihat seorang pemuda yang cakap dan tampan wajahnya. Tubuhnya
tertutup oleh pakaian serba mewah. Jauh2 si anak muda di perahu lain itu sudah menyerukan: "Dua hari dimuka Siauwtee sudah dapat kabar tentang kedatangan Lim-heng kemari, maka sengaja Siauwtee menyambut. Tidak nyana Lim-heng begini cepat berkunjung ke mari,
hampir2 Siauwtee tidak keburu menyambut"
Lim Tiang Hong menjawab: "Sebagai seorang yang
tidak berharga seperti Siauwtee mendapat penghormatan 1530
begini besar dari Heng-thay, benar2 membikin Siauwtee rnalu sekali".
Pemuda di atas perahu yang baru datang itu adalah Hong-gwat Kongcu sendiri yang namanya merajai lautan.
Diapun secepat itu menyambuti kata2 Lim Tiang Hong dengan tersenyum simpul, "Perkataan Heng-thay
meskipun dikeluarkan begitu merendah, tapi dalam hati sendiri Siauwtee benar2 ada mempunyai anggapan
bahwa di dalam dunia kang-ouw pada masa ini, orang yang mendapat penghargaan dan membuat Siauwtee
merasa takluk benar2 hanya Lim-heng seorang saja"
Tukang perahu yang membawa Lim Tiang Hong
kesitu ketika melihat kedatangannya Hong-gwat Kongcu bermula kelihatan parasnya yang seperti orang berkuatir.
Tetapi setelah didengarnya disebut nama gelar Lim Tiang Hong seketika parasnya berubah kaget, tapi itupun hanya dalam waktu sekejapan saja, kembali sudah pulih seperti biasa.
Selama kedua pemuda itu bicara, kedua perahu itu
sudah makin mendekat. Hong-gwat Kongcu lantas
menyoja dengan merangkapkan tangannya dan
membungkuk sedikit. "Lim-heng" ajaknya, "silahkan 1531
kemari sajalah. Pertandingan hari ini kiranya lebih baik kita adakan diatas pulau yang tak ada penghuninya.
Dengan begitu supaya Lim-heng tidak usahlah merasa atau terpengaruh oleh peraturan2 dari pihakku sebagai tuan rumah, juga tidak sampai tersiar akhir kesudahan pertandingan diantara kita ke luaran. Tapi entah
bagaimana dengan pendapat Lim-heng?"
"Semua terserah keoada Heng-thay bagaimana
mengaturnya, Siauwtee akan mufakat saja" Lim Tiang Hong mengatakan demikian, kembali bersenyum.
Lalu dikeluarkannya uang perak sepotong, diberikan kepada tukang perahu yang berkulit hitam itu. Tetapi baru saja ia hendak meninggalkan perahunya, si tukang perahu yang aneh itu mendadak berseru memanggil.
"Tuan, uang ini simpan sajalah dulu. Nanti sesudah kau mau pulang lagi, dihitung sekalian bukankah lebih baik"
Sekarang tidak perlu bikin perhitungan dulu, lagipun orang kumuat hari ini ternyata bukan lain daripada To-liong Kongcu yang selama ini namanya menggetarkan dunia kang-ouw, juga satu2nya orang yang kukagumi!
Kini Kongcu datang mengadu kepandaian dengan Hong-gwat Kongcu sendiri, benar2 adalah suatu penghormatan 1532
bagiku. Sudah sepantasnyalah kalau aku tidak menerima bayaran. Mana aku yang rendah berani menerima uang"
"Apa tidak kuatir nanti kehilangan nafkahmu
dengan menantiku disini?" Lim Tiang Hong tertawa
perlahan, disambut dengan senyum pula oleh si tukang perahu. "Sekarang adalah sekarang, tadi tidak dihitung sekarang. Karena baru sekarang aku tahu Kongcu sendiri maka soalnya lain lagi"
Hong-gwat Kongcu yang semenjak kecil selalu
dimanjakan orang tuanya, sejak kanak2 pula dia merasa didewakan oleh orang2 Tho-hoa-to, hingga setelah
dewasa demikian pula kelakuannya, tinggi hati serta sombong sekali. Sewaktu dilihatnya Lim Tiang Hong asyik bicara berduan dengan si tukang perahu, ia jadi mengkal.
Dikerutkan alisnya. Dengan sikap menghina menyela pembicaaan mereka selanjutnya. "Orang kasar seperti dia jangan terlalu Lim-heng layani. Marilah! Mari kemari"
Tetapi Lim Tiang Hong malah memikir lebih teliti, memang agak misterius tindak tanduk si tukang perahu, maka ia memutuskan pula untuk tetap duduk
diperahunya pergi kepulau yang dituju.
1533 Oleh karena terbitnya pikiran demikian, ia
menjawab sambil geleng2kan kepala dan tersenyum.
"Silahkan Heng-thay menunjuk jalan bagi kami, biarkan Siauwtee duduk diperahu ini saja"
Hong-gwat Kongcu sebetulnya sudah tidak sabaran
menunggu. Maka mendengar keputusan demikian, Lim
Tiang Hong ingin tetap di perahu sewaannya, maka juga tidak mau banyak bicara lalu memutar balik perahunya berjalan lebih dahulu.
Tukang perahu itu agaknya sudah mahir benar
dalam dunianya, dunia lautan. Sebentar saja ia
mendayung, perahu meluncur lebih dari sepuluh tombak.
Pengayuh perahu Hong-gwat Kongcu, merupakan
pula seorang tukang dayung terutama dalam Tho-hoa-to.
Usianya muda sekali, tapi tenaganya bukan main
besarnya. Ia juga mahir pegang kemudi. Rupanya
sengaja dia ingin memamerkan kepandainnya yang
dianggap istimewa dihadapan tetamunya, maka setelah mendapat perintah majikannya memutar perahu segera didayung. Dikemudikannya badan perahu begitu rupa hingga dalam waktu sekejapan kembali meluncur
sepuluh tombak lebih. 1534 Tukang perahu bawaan Lim Tiang Hong tiba2
mendehem dan tertawa perlahan bagai mengejek.
Perahu goncang sedikit tapi kemudian "crat!" Air laut diterjang oleh perahunya jauh kedepan. Perahu itu mendadak meleset seperti anak panah lepas dari
busurnya. Dalam waktu sekejapan cuma sudah menyusul dan merendengi perahu Hong-gwat Kongcu.
Tukang perahu dari pulau Tho-hoa-to terkejut sekali agaknya mengetahui perahunya yang disangka sudah
paling cepat tadi yang mendahului secepatnya.
Dayungnya dikerjakan lagi, maksudnya tidak ingin
kehilangan muka di hadapan tamu besar.
Akan tetapi betapapun ia sudah mencoba, sudah
dikeluarkan seluruh kemahirannya dalam memainkan
dayung menerjang gelombang, tetap si tukang perahu bawaan Lim Tiang Hong dapat merendenginya. Anehnya perahu itu tidak terus mendahului, juga agaknya seperti tidak suka ketinggalan.
Begitulah dua tukang dayung dua perahu kecii itu
mengadu kemahiran mereka masing2, membuat Lim
Tiang Hong geli dalam hati.
1535 Saat itulah perahu Hong-gwat Kongcu mendadak
mumbul ke atas permukaan air beberapa chun saja, membuat muncrat air laut itu tinggi sekali. Dengan demikian pula kecepatan bertambah hebat, sedang
perahu tumpangan Lim Tiang Hong lalu ketinggalan lagi beberapa meter.
Lim Tiang Hong yang sejak tadi memperhatikan
pertarungan antara dua tukang perahu itu, segera
mengetahui bahwa dalam soal mereka pasti ada
apa2nya. Ketika ditengoknya paras Hong-gwat Kongcu,
dilihatnya satu roman muka ke-merah2an. Kedua
tangannya agak ke bawah seperti menekan sesuatu,
terang dia yang membantu mendorong perahunya sendiri ke muka. Dia menggunakan tenaga dalamnya yang
paling tinggi. Lim Tiang Hong tahu benar sifat Hong-gwat Kongcu
yang selalu ingin menang sendiri. Dari soal remeh2 dan kecil bisa mengakibatkan panas hatinya, hingga dia merasa perlu berikan bantuannya kepada tukang
perahunya untuk merebut kemenangan.
1536 Meskipun tukang perahu yang dibawa oleh si orang
berkulit hitam, akan tetapi kalau mendapat hilang muka baginya sampai demikian rupa ia juga merasa tidak enak hati. Maka ia juga segera kerahkan ilmunya Siauw-yang It-ku sin-kang kepada telapak tangannya, menekan
pinggiran perahu perlahan sekali.
Akibatnya, perahu yang sudah kebelakangan itu se-
olah2 terangkat oleh sesuatu kekuatan yang luar biasa mumbul lebih tinggi dari perahu kepunyaan Hong-gwat Kongcu se-akan2 perahu tambah sayap.
Dan.... kembali dua perahu berendeng, nampaknya
tenang2 saja. Padahal kedua perahu yang kejar
mengejar demikian diam2 penumpangnya sudah
mengadu kekuatan juga. Akhirnya tiba juga mereka kesuatu pulau, itulah
pulau yang dipilih oleh Hong-gwat Kongcu untuk
digunakan sebagai tempat bertarung. Luasnya cuma
kira2 tiga lie persegi, suatu pulau subur, dengan berjenis2 tanaman pohon hidup di situ.
Hong-gwat Kongcu merasa jengah, tetap tidak
mampu mendahului perahu Lim Tiang Hong, maka
1537 sesampai ditepian ia merapat dulu, "Inilah tempat yang Siauwtee pilih" katanya. "silahkan Lim-heng kemari"
Lim Tiang Hong hanya tersenyum tenang. Lalu
dengan sikap tenang pula melompat kedarat pulau kecii itu sampai di samping Kongcu tersebut.
Hong-gwat Kongcu dahulu pernah dikalahkan dalam
suatu pertempuran melawan Lim Tiang Hong dengan
satu gerak tipu yang dinamakan Pek-lek Kheng-kiong.
Sekembalinya dia ke pulaunya, ia mempelajari tipu tersebut dan mencari pemecahannya selama setengah tahun lamanya. Setelah ia yakin benar dapat
memecahkan tipu itu maka hari itu ia sudah bertekad ingin merebut kemenangan di atas pulau tersebut.
Lim Tiang Hong sendiri, begitu sampai di samping
Hong-gwat Kongcu, lantas menarik tangannya dan
berkata: "Disana ada suatu lapangan terbuka, marilah kita main2 disitu. Nanti boleh kita teruskan di pulau Tho-hoa-to"
"Satu tamu agung baik. Sekali dihormati dan dapat pelajaran se-baik2nya. Marilah, aku suka mengiringi kehendakmu"
1538 Lim Tiang Hong lalu tidak ber-kata2 lagi. Dalam
hatinya memikirkan bagaimana caranya untuk
mengakhiri pertandingan dengan kesudahan tidak ada yang menangpun, jangan sampai seorang kalah.
Sebaliknya bagi Hong-gwat Kongcu. Rupanya
bernapsu benar ingin mengadu kepandaian, seketika juga teiah menghunus pedangnya dan menantang lagi.
"Lim-heng, lain2 tidak usah diadu, marilah kita coba2
melatih ilmu pedang kita, bagaimana?".
Lim Tiang Hong bersenyum. "Tamu mana ada
aturan melawan kemauan tuan rumahnya" Heng-thay
aturlah se-baik2nya. Siauwtee tetap akan mengiringi"
Dan diapun sudah menaik keluar To-liong-kiam nya.
Ketika berbicara selanjutnya Hong-gwat Kongcu
memperlihatkan sikap sungguh2. Sambil menatap wajah Lim Tiang Hong, dia mengatakan "Baik" dan memutar dengan tindakan lambat2.
Meskipun dia seorang tinggi hati, tetapi dihadapan seorang lawan kuat rupanya agak segan juga, tidak berani gegabah.
Lim Tiang Hong juga memegang pedang dengan
satu tangannya, lengan yang lain dipakai melindungi 1539
dada. Sikapnyapun kali ini sungguh2. Matanya yang tajam senantiasa memperhatikan gerakan Hong-gwat
Kongcu. Mendadak terdengar suara siulan. Hong-gwat
Kongcu bergerak berikut pedangnya. Dalam waktu
sebentaran saja sudah melancarkan serangan sampai 21
kali. Setiap serangannya hebat dan dahsyat luar biasa.
Bagi lawan yang lemah barangkali sejurus saja sudah tak bernyawa.
Lim Tiang Hong tetap dengan tangan menjaga
dada, pedang To-liong-kiam dipakai untuk menyambuti setiap serangan lawannya dengan terkadang balas
mengadakan penyerangan. Selang beberapa saat. Satu sinar pedang
menerobos permainan pedang Hong-gwat Kongcu dan
Lim Tiang Hong balas menyerang sampai 18 kali.
Sesaat lamanya diatas pulau sepi yang kecil disitu hanya terdengar suara deru angin dan berkelebatnya sinar putih diseling cahaya kuning yang ber-kibar2
disekitar udara. Dua jago muda yang sedang menguji kekuatan masing2 dengan sengitnya itu sebentar
nampak ada di tanah, disaat lain sudah mumbul ke atas.
1540 Kelincahan dan kegesitan mereka sungguh amat
luar biasa. Namun demikian tidak sekalipun terdengar suara adu pedang mereka. Kedua pihak bergerak cepat laksana kilat. Masing2 menjaga dan mempertahankan diri sambil menyerang. 200 jurus lebih sudah mereka
lewatkan, belum ketahuan siapa bakalan kalah atau menang.
Hong-gwat Kongcu yang selalu ingin menang
sendiri, maksudnya mengundang Lim Tiang Kong datang kesitu tentu buat membalaskan kekalahannya setahun yang lalu. Tetapi dalam waktu setengah tahun ia melatih lagi dengan tekun dan ber-sungguh2, semua sudah
dikeluarkan, namun tetap tidak berhasil mendesak
lawannya. Dalam cemasnya, setiap serangan dikeluarkan dongan bengis, hingga suara deru angin yang keluar dari senjata tajamnya makin nyarjng.
Dipihak tetamu, Lim Tiang Hong menghadapi
lawannya dengan sikap hati2 dan sungguh2, tapi tak sedikitpnn pikiran timbul ingin merebut kemenangan.
Haraparnyaa hanya ingin mengakhiri pertandingan
dengan kesudahan sama tangguh, maka maka selama
1541 pertempuran sikapnya tenang sekali tidak terlihat paras cemas di wajahnya.
Berlainan dengan Hong-gwat Korgcu, semakin keras
keinginannya buat memang, hatinya semakin cemas.
Ketika pertempuran sampai pada babak ke 300, ia sudah memperlihatkan kecemasannya yang hampir tak dapat dikendalikan lagi. Tenaga murninya saat itupun dia rasakan berkurang banyak.
Lim Tiang Hong merasa saatnya akan tiba untuk
menghentikan pertandingan. Mendadak ditariknya
pedangnya, lompat mundur sampai lima kaki. Wajahnya tampak ber-seri2 dan katanya: "Pertandingan hari ini baiklah kita hitung seri saja, hitung2 sebagai
perhormatan terhadap tamu"
Hong-gwat Kongcu yang sudah kepayahan dengan
tenaga hampir habis mendadak mendengar kata2 Lim
Tiang Hong. Mulanya menyangka tetamunya itu
merendah dan sengaja hendak mengalah, maka lantas berkata dengan suara nyaring. "Lim-heng tak usahlah kau sungkan2 disini. Kerahkanlah semua kepandaianmu!
Seandainyapun Siauwtee kesalahan jurus dan mesti
tertikam pedang ini, juga mesti sesalkan diri sendiri yang 1542
tidak becus bermain pedang. Mana berani Siauwtee
terima belas kasihan orang lain. Hayolah"
Dengan sikap yang mulai tenang sedikit kembali ia menerjang Lim Tiang Hong beruntun tiga kali. Rupanya sudah timbul tekatnya, serangannya dilakukan secara ganas sekali.
Lim Tiang Hang terkejut. Serengan Hong-gwat
Kongcu yang seperti telah kalap itu diluar
perhitungannya. Ia pun merasa harus dan perlu melayani lagi, maka tanpa berayal lagi dikeluarkan ilmunya Sam-sam Po-hoat. Pedang To-liong-kiam nya mengeluarkan cahaya kuning. Sebentar terdengar bentrokan dua
pedang. Itu terpaksa terjadi, sebab Lim Tiang Hong tak dapat menghindarkan pula serangan Hong-gwat Kongcu yang mulai kalap.
Dengan demikian kedua orang muda tersebut
kembali bertempur sengit. Tapi berlainan dengan yang terdahulu. Kalau tadi tidak terdengar aduan pedang, kini suara benturan senjata tajam mereka ber-kali2 terdengar dengan suara hebat.
Hong-gwat Kongcu agaknya sudah gusar sekali,
wajahnya merah padam. Sudah dikeluarkan seluruh
1543 kepandaiannya dengan kadang2 mengeluarkan serangan maut dengan maksud bisa terluka ke-dua2nya karena kenyataan sudah berada didepan matanya, buat merebut kemenangan baginya amat sulit sekali. Jago muda
lawannya ini terlalu tangguh buat dia.
Tetapi dasar sifatnya ingin menang sendiri melulu, tentu belum mau sudah sebelum maksudnya
kesampaian. Apalagi disuruh menyerah mentah2, tentu dia tidak sanggup. Lim Tiang Hong sebetulnya sudah berada
diatas angin. Tetapi mengingat persahabatan lebih penting dari permusuhan, ia tidak mau menjatuhkan musuhnya. Ia sengaja ingin mengalah tadi. Tapi karena didesak terus dan dia merasa perlu menjaga nama baik perguruannya, maka iapun mengadakan perlawanan
terus, menjaga diri se-bisa2nya menghadapi serangan2
maut lawannya. Disamping gerakan tangannya yang bagai takkan
berhenti itu otaknya pun terus dikerjakan, ingin sekali dicarinya kesempatan lain buat mendamaikan suasana supaya dua2 pihak tidak sampai menderita rugi, namun sekian lama belum juga didapat cara2 yang sempurna.
1544 Dengan demikian pertempuran kembali lewat 100
jurus. Waktu itulah terlihat sesosok tubuh manusia yang
melayang turun ke tengah-tengah kalangan.
"Anak goblok!" Demikian suara orang yang baru
datang itu berseru, "tidak lekas hentikan pertandingan ini" Cuma dengan andalkan ilmu yang sebegitu mana sanggup kau menandingi lawanmu?"
Hong-gwat Kongcu buru2 tarik kembali
serangannya dan lompat mundur sejauh delapan kaki.
Lim Tiang Hong sendiri, tentu mendapat
kesempatan serupa itu tidak mau menyia-nyiakan
waktunya. Mundur dengan cepat, pedangnya
dilintangkan di depan dadanya. Lebih dulu dikenalinya siapa penolongnya.
Ternyata dia adalah seseorang tua berjenggot
panjang dengan pakaiannya yang mentereng dari atas hingga kebawah, tetapi sikapnya tenang sekali.
Wajahnya, tidak jauh beda dari raut muka Hong-gwat Kangcu, usianya menurut taksiran diatas 40 tahun.
1545 Lim Tiang Hong coba men-duga2 perkataan orang
tua tadi, mengambil kesimpulan. Ooh! Orang tua ini pasti Tho-hoa-tocu sendiri!
Hong-gwat Kongcu dilain tempat, perasaan
tegangnya agak mendingan. Dengan cepat ia memburu orang tadi dan katanya: "Ayah, mari kuperkenalkan! Dia inilah Lim-heng To-liong Kongcu yang sering2 dituturkan kepadamu, ayah!"
Tho-hoa Tocu meng-urut2 jenggotnya yang
panjang, sambil tersenyum berkata: "Sudah sejak tadi ayahmu dengar kabar tentang kedatangannya kepulau ini, juga aku tahu dia datang kemari se-mata-2 buat penuhi undanganmu, bukan?"
Setelah Lim Tiang Hong mengetahui betul bahwa
Orang tua itu adalah Tho-hoa Tocu, buru2 menghampiri dan memberi hormat: "Boanpwee Lim Tiang Hong disini menghadap Tocu"
To-hoa Tocu tiba2 berubah wajahnya, dengan
sikapnya yang angkuh ulap2kan tangannya. "Tidak perlu!
Tidak usah pakai banyak peradatan. Dengan usia muda sebaya dengan anakku kau sudah mempunyai
kepandaian demikian rupa, betul susah dapat tandingan.
1546 Cuma kau juga sedikit sombong sifatmu. Kau berani memasuki Tho-hoa-to ini mengajak orang bertanding. Itu sama artinya dengan menghina kami! Kau mengerti?"
Lim Tiang Hong melongo. Ia merasa tak habis pikir mengapa si orang tua bisa mengeluarkan kata2 demikian pedas dihadapannya Hong-gwat Kongcu lebih2 tahu
tabiat ayahnya, maka mengajak Lim Tiang Hong adu
tenaga, sengaja dicarinya pulau terpencil itu. Siapa tahu orang tua itu masih mendatanginya juga kesitu"
Ketika mengetahui suasana buruk dan gelagat
kurang baik, buru2 ia memberi penjelasannya: "Ayah!
jangan kau salah mengerti. Lim-heng datang kemari, adalah anak yang suruh dia datang, bukan maunya dia"
Tho-hoa-tocu malah semakin tidak senang
nampaknya. Dengan wajah ketus dan sikap tetap angkuh berkata: "Orang yang tidak ada gunanya semacam apa kau ini"! Kau bikin hilang mukaku didepan orang lain!
Kau masih ada muka menemui aku" Lekas pergi dari
sini!"

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Kemudian ia membentak dan menuding Lim Tiang
Hong. "Mengingat kau masih terlalu muda, Lohu tidak bisa persulit kedudukanmu. Asal mampu menahan 10
1547 jurus serangan Lohu nanti kau boleh keluar dari pulau ini dengan selamat tanpa gangguan"
"Apa"!" Kata si pemuda jagoan.
Karena Lim Tiang Hong pun seorang yang
berkepala batu, apalagi selama beberapa tahun
belakangan ia sudah mendapat banyak pengalaman
didunia persilatan, tentu jauh berbeda dari Lim Tiang Hong yang mula2 keluar dari parguruannya. Mendapat desakan dan kata2 pedas Tho-hoa Tocu demikian rupa ditambah kata2 tantangan yang terakhir, membuat
keluar lagi sifat kepala batunya.
Dengan paras berubah merah ia hendak menyahuti
perkataan orang tua itu. Tapi waktu"itu dilihatnya Hong-gwat Kongcu yang kelihatan cemas sekali meng-ulap2kan tangannya kepadanya.
Dengan demikian, terpaksa, Lim Tiang Hong
mencoba meredakan amarahnya. Dengan suara agak
lunak berkata "Adapun kedatangan boanpwee kepulau ini, melulu ingin memenuhi keinginan puteramu yang mau berkenalan dengan boanpwee, sedikitpun tidak ada maksud2 lain. Haraplah Tocu tidak memikir lain dan salah mengerti"
1548 "Siapapun yang ke Tho-hoa-to sini mem-bawa2
senjata dia kuanggap mengandung maksud ingin
bermusuhan. Oleh karena kau minta ber-ulang2,
Lohupun suka bikin kecualian buatmu. Tinggalkan
pedang itu, habis juga perkaranya! Bagaimana?"
Permintaan orang tua itu tentu keterlaluan. Lim
Tiang Kong sudah sejak tadi menahan sabarnya. Dia masih ingin melihat suasana, kalau bisa dengan jalan damai segala persoalan dibereskan tapi mendengar lagi kata2 Tho-hoa Tocu yang menyuruhnya meninggalkan
To-liong-kiam, tak ubahnya sebagai suatu penghinaan besar buatnya.
Maka seketika itu juga ia tertawa besar dan sambil ber-gelak2 berkata: "Pedang ini adalah pemberian
suhuku bu-ceng Kiam-khek. Kepala Lim Tiang Hong
boleh kutung dan darah di tubuhku boleh mengucur.
Tapi suruh lepaskan pedang ini dari tubuhku, tidak bisa!
Terus terung tidak bisa....!"
Tho-hoa Tocu nampak beringas wajahnya, per-
lahan2 mendekati Lim Tiang Hong. "Jadi kau tidak mau bereskan perkara secara damai?" Demikian katanya.
1549 Lim Tiang Hong berdiri tegak, acuh tak acuh dia
menjawab: "Jika Tocu terus menerus memaksa aku turun tangan, terpaksa aku suka melayani! Buat suruh berbuat sesuatu yang bisa bikin noda nama guruku, se-kali2 tidak bisa!"
Tho-hoa Tocu menyeringai. "Ow, ingin kau
tonjolkan pedang karatan si orang tua Bu-ceng Kiamkhek" Sungguh sombong. Hari ini jika tidak mampu Lohu beri ajaran kepadamu barangkali kau tetap menganggap orang2 Tho hoa-to tidak ada guna!"
Saat itu dua orang tersebut, seorang tua yakni tho-hoa Tocu dan seorang anak muda yung tak lain daripada Lim Tiang Hong sendiri sudah berada pada jarak yang tak berjauhan. Tangan Tho-hoa Tocu sudah terangkat lambat2. Dan....
Lim Tiang Hong maklum, sedang berhadapan
dengan musuh tangguh. Maka diam2 juga sudah
mengerahkan ilmunya Siauw-yang It-ku Sin-kang.
Tiba2 dikejauhan dari tempat jauh kelihatan satu
sinar merah melayang ditengah udara, menyusul
terdengar suara ledakan! 1550 Benda merah tadi meledak ditengah udara dan
berubah menjadi serupa benda macam bunga Bwee, per lahan2 turun kebawah.
Tho-hoa-tocu terperanjat. Wajahnya berubah
seketika. Tapi hanya sekejapan, dilain saat sudah pulih keadaannya seperti biasa.
Mendadak terdengar suara orang tua ini yang
sedang menghadapi Hong-gwat Kongcu. "Lekas bawa dia istana Tho-hoa-kiong! Jika kau berani coba2 main gila, hati2! Ingat peraturan rumah tangga!"
Setelah mana tubuhnya meleset tinggi dan
melayang ke sebelah selatan pulau tersebut.
Terjadinya semua perubahan membuat Lim Tiang
Hong berpikir dalam hatinya. "Heran aku, siapa yang berbuat begitu?" demikian pikirnya.
Baru saja maksudnya ingin menanyakan
perkiraannya itu kepada Hong-gwat Kongcu, si kongcu pulau Tho-hoa-to sudah menghampiri dengan wajah
cemas. "Tabiat ayah memang begitu, harap Lim-heng tidak kecil hati. Sekarang dipulau Tho-hoa-to kami, kedatangan musuh kuat. Siauwtee pikir ingin mengambil kesempatan baik ini mengantar Lim-heng kembali ke 1551
daratanmu. Sementara tentang urusan dengan ayah,
biarlah! Siauwte bisa mengatasi segala peraturan rumah tangga yang tadi ayah sebutkan. Jangan kuatirlah!"
Lim Tiang Hong tertawa ber-gelak2 dan berkata:
"Mana bisa jadi begitu" Maksudmu memang baik, hanya Siauwtee terima dalam hati saja. Sungguh2 Siauwtee kata. Sekalipun Tho-hoa-to Heng-thay merupakan
gunung golok atau rimba pedang, harus kuterjangl
Apalagi mengingat ayahmu yang begitu sombong tadi, rasanya tidak mungkin suruh aku menyerah kepadanya dalam 10 jurus. Bukankah begitu?"
Hong-gwat Kongcu tinggi hati dan sombong.
Namun demikian, tidak lepas pula dia dari sifat2nya yang selain ingin bersahabat. Berkat adanya rasa setiakawan dalam hati sanubarinya. Dia kini memikir. Satu adalah sahabat karibnya, yang lain ayahnya pribadi. Bentrokan antara sahabat karib dan ayah yang akan terjadi
kemudian, dirasakan amat menyesak dadanya. Juga dia merasakan bahwa pemikirannya sangat bertentangan
satu sama lain. Ingin sekali dia mempunyai seorang ayah yang dapat membunuh bekas lawan yang tak mampu
dikalahkannya. Tapi dipikir dari sudut lain, mengingat 1552
kedatangan Lim Tiang Hong adalah atas undangannya, jika sampai anak muda tersebut terluka saja bagaimana perasaannya terhadap pemuda itu"
Lim Tiang Hong yang menengok kearah Hong-gwat
Kongcu melihat wajah ragu2 Kongcu perlente tersebut, lantas mendesaknya: "Heng-thay, janganlah ragu2 lebih lama! Jikalau Siauwte tak ada milik, biarlah mati dipulau ini. Itu cuma sebab ilmuku kurang terlatih, bukankah sekarang ini kau kata tadi kedatangan musuh kuat"
Marilah kita pergi ber-sama2"
Hong-gwat Kongcu merasa bagai mukanya disaram
air dingin, berlompat kaget dan setanjutnya kaburkan langkahnya mengejar dimana perahu mereka tadi
ditaruh. Tatkala kedua anak muda ini tiba ditepian pulau,
tukang perahu Lim Tiang Hong sedang rebah2an enak sekali kelihatannya tiduran diatas lantai perahu. Tidak terlihat apa2 yang mencurigakan se-olah2 segala sesuatu yang ada disekitarnya tak ada hubungan dengan dia.
Tetapi manakala Lim Tiang Hong buka suara dan
minta dia jalankan perahu, barulah dia bangkit berdiri dan menggerakkan perahunya.
1553 Apa yang berputaran dalam benak Lim Tiang Hong
pada saat itu ialah: Dengan cara bagaimana Tho-hoa Tocu yang aneh adatnya itu harusnya dihadapi, hingga ia tidak begitu taruh parhatian terhadap si tukang perahu tadi.
Pulau kecii itu terpisah dengan pulau Tho hoa-to
hanya beberapa lie saja, maka dalam waktu sekejapan saja, sudah tiba di pulau itu.
Hong-gwat Kongcu gelisah dalam hatinya. Begitu
merapat segera menarik tangan Lim Tiang Hong dan
segera juga lari menuju ke istana Tho hoa-to.
Apa yang menyebabkan Kongcu parlente ini gelisah, bukan karena soalnya Lim Tiang Hong, melainkan karena ingin segera rnengetahui apa gerangan sebetulnya yang telah terjadi dan musuh mana yang berani menyatroni pulau yang selama ini dianggap keramat"
Sebab selama beberapa tahun lamanya belum
pernah ada seorangpun juga yang berani mencari setori kepulau Tho-hoa-to itu. Kedua pemuda itu tatkala
berjalan menuju ke Tho-hoa-kiong, jauh2 sudah dapat lihat ada seseorang wanita yang berpakaian sangat mewah bersama empat perempuan muda yang masing2
1554 membawa pedang dibelakangnya. Wanita2 mana dengan sikap garang2 semuanya sedang berbicara dengan Tho-hoa Tocu. Entah apa yang mereka jadikan bahan
pembicaraan. Hong-gwat Kongcu tidak mengenal wanita2 itu,
tidak demikian dengan Lim Tiang Hong. Pemuda yang belakangan ini segera mengetahui wanita itu adalah ibunya sendiri, Lok-hee Hujin. Maka seketika itu dalam hati diam2 merasa kaget.
Saat Itu didengarnya suara Lok-hee Hujin berkata
demikian: "To-hoa Tocu! Kaupun terhitung salah lalu jago kenamaan dalam rimba persilatan. Mengapa kau membiarkan anakmu bergelandangan diluaran
melakukan perbuatan yang tidak patut" Hari ini jika kau tidak memberikan keadilan bagiku, aku akan menyiarkan persoalan ini ke rimba persilatan. Coba aku mau lihat apa kau Tho-hoa Tocu masih punya muka buat menemui
para saudara dari kang-ouw tidak!"
Hong-gwat Kongcu hentikan tindakannya. Lim Tiang
Hong segera mengetahui apa yang sedang diributi oleh ibunya disitu.
1555 Saat itu Tho-hoa Tocu memperlihatkan roman gusar
sekali. Rambut serta jenggotnya yang sudah putih
nampak berdiri. Tiba2 dia berseru kuat2. "Hong-gwat!
Kemari kau!" Hoag-gwat Kongcu pucat pasi wajahnya, gemetaran
badannya. Tetapi tidak berani tidak menyahut, telah menyahut "Ada urasan apa, ayah?" Iapun maju
menghampiri. Tho-hoa Tocu masih tetap memperlihatkan roman
gusar, menanyakan anaknya sambil menuding seorang dara ayu yang waktu itu kelihatan pucat wajahnya. Dia tidak lain daripada Im-san Mo-iie yang berdiri di samping Lok-hee Hujin.
"Apa kau kenal dia?"
Hong-gwat Kongcu meng-geleng2kan kepalanya.
Dengan suara ketus menyahut. "Sama sekali tidak
kenal!" "Kau bilang tidak kenal"...." Im-san Mo-lie berteriak kalap, dan lalu bergerak menerjang Hong-gwat Kongcu, lalu sambil meng-gerung2 berteriak lagi. "Kau berani kata tidak kenal?"
1556 Hong-gwat Kongcu dongakkan kepalanya
menengadah kearah lain dan menyahuti bagai acuh tak acuh. "Memang tidak kenal, mau apa kau ribut2"!"
Im-san Mo-lie kalap benar2. Wajahnya pucat biru
berubah jadi merah padam dan pucat lagi. "Manusia biadab! Tidak punya liangsim! Oh! Kau berbalik muka dan tidak mau kenali orang"
Dengan capat tangannyapun bergerak, beruntun
beberapa kali menyerang Hong-gwat Kongcu.
Si wanita ayu yang saat itu sudah merasa geram
dan gusar itu, dalam serangannya tadi diberikutkan tenaganya yang paling hebat se-akan2 sudah sedia akan adu jiwa.
Biar bagaimana Hong-gwat Kongcu dalam hati
diam2 juga merasa bersalah. Maka ketika diserang 7 kali dengan hebat pula ia selalu menyingkir tanpa memberi perlawanan.
Tiba2 terdengar suara Tho-hoa Tocu yang nyaring
bagai geledek. "Budak binal Berani kau mengacau
pulauku"! Jangan galak2 ya! Disini bukan tempatmu takabur!"
1557 Dan ia lalu kebutkan lengan jubahnya. Suatu
kekuatan yang maha hebat lantas keluar dan meluacar mengarah punggung Im-san Mo-lie.
Im-san Mo-lie yang telah bagai orang kalap,
membiarkan telinga dan matanya tidak mendengar dan melihat. Sudah tentu juga sedari tadi tidak ber-jaga2
kalau akan ada suatu serangan dari lain jurusan. Hingga saat itu keadaannya sungguh membahayakan dirinya
sendiri. Tiba2 hembusan angin dingin menyela di tengah
menyambar angin serangan Tho-hoa Tocu tadi.
"Blum!!" Begitulah setelah terdengar amat nyaring satu
benturan tenaga yang kuat, angin santer timbul dan berpencaran keempat penjuru sebagai gantinya.
Walaupun demikian, tidak urung Im-san Mo-lie yang tadi ingin dijadikan sasaran masih terpental dengan badan sempoyongan ngusruk ke depan sampai dua tindak baru berhasil menguasai dirinya lagi.
Setelah mana terdengar suara Lok-hee Hujin yang
berkata dengan suara hambar, "Tocu! Sungguh kau tidak pandang mata orang. Namamu cuma nama kosong.
1558 Masakan terhadap seorang tingkatan muda begitu sudi mengambil tindakan keras seperti begitu" Hmm!".
Tho-hoa Tocu perdengarkan suara ketawa dingin,
berkata selanjutnya, "Tidak perlu kau bentangkan adat dan peraturan kang-ouw buat hinakan aku. Jelas
kukatakan: Menurut peraturan pulauku siapapun yang berani menginjak daratan pulau ini dan lantas berani main gila atau pertontonkan kepandaiannya akan ku samaratakan dengan bumi tanpa ampun lagi. Budak ini terang2an melanggar peraturanku! Tidak perduli dia mempunyai kesukaran apa dan besar sekali kesulitannya, semua harus menjadi tanggungannya sendiri! Biar dia mampus jangan se-kali2 menginjak pulau ini Kami tidak perduli"
Kemudian ia berpaling dan mengeluarkan suara
keras, memerintah orang2nya. "Lekas tangkap dia!"
Dari belakangnya lalu muncul empat laki2 berbadan tegap dengan pakaiannya yang perlente, berbareng
menyahut. "Baik" dan lalu bergerak menuju kemana si wanita muda alias Im-san Mo-lie berdiri.
Bertepatan pada saat itu, tiba2 terdengar satu
suara orang membentak "Tunggu dulu!"
1559 Dan berbareng dengan itu pula tampak Lim Tiang
Hong berdiri di depan Im-san Mo-lie dengan sikapnya yang gagah. Setelah itu ia maju lagi dan menghampiri Tho-hoa Tocu, lalu tertawa dan berkata: "Aturan yang kau bikin itu sebetulnya aturan macam apa" Tidak lain cuma kalau membunuh orang dengan menutup rahasia, betul" Ketahui olehmu! Sekalipun lebih tinggi lagi ilmu silatmu dari sekarang, satu tangan tetap tak bisa menutupi mata dan telinga orang2 sekolong langit!
Kenapa tidak kau tanyakan keterangannya dulu mengapa mereka atau dia datang kepadamu?"
Tho-hoa Tocu nampak tercengang sejenak
kemudian dengan wajah beringas menyahuti "Dipulauku ini mana ada hak buat kau ikut campur mulut! Lekas pergi dari sini!"
Lim Tiang Hong dongakkan kepala dan tertawa ber-
gelak2. "Orang didunia dapat mengurusi setiap perkara dunia. Dalam persoalan yang tidak adil seperti yang kulihat sekarang ini apa kau bisa salahkan orang lain yang campur tangan" Lagipun dalam persoalan ini sedikit banyak ada hubungannya dengan aku si orang she Lim.
Mengapa aku tidak boleh keluarkan pendapat. Terus 1560
terang kubilang: Soal ini benar2 sudah terjadi. Juga karena gara2 encie perguruanku yang dirusak
kehormatannya oleh engkonya Im-san Mo-lie. Tapi
sekarang Im Tay Seng sudah hidup rukun dengan
Henghay Kouw-loan, maka puteramu juga sudah
sepantasnya kalau suka memikul tanggung jawabnya".
Tiba2 Tho-hoa Tocu tertawa ber-gelak2 dan
berkata: "Mana pantas" Haa... haa.... bocah! Kau masih bau pupuk bawang! Perempuan galak semacam dia ini mana bisa dijadikan menantu Tho-hoa-tocu" Sekalipun Hong-gwat anakku mau dan suka dia, aku nyatakan tidak setuju! Kau boleh suruh dia jangan pikirkan yang
bukan2" Lim Tiang Hong jadi naik darah. Sengit sekali ketika ia bicara selanjutnya. "Tidak perdull kau setuju atau tidak. Yang kutanya sekarang bagaimana caramu
memperbaiki perkara ini?"
Pada saat itu Im-san Mo-lie sudah hentikan
serangannya. Ia berdiri melongo dengan wajah pucat pasi.
Lok-hee Hujin yang menyaksikan anak perempuan
kesayangannya berdiri menjublak dengan air mata
1561 bercucuran dan rambut riap2an se-olah2 telah berubah, benar2 menjadi iblis wanita yang serupa benar dengan namanya, hatinya merasa seperti di-iris2. Tiba2 ia menghampiri Tho-hoa Tocu, didepan siapa ia berkata:
"Anakmu yang bagus sekali tampangnya itu sudah
merusak anakku sampai begitu rupa. Kalau kau tidak berikan keadilan yang cukup buatku, aku akau adu jiwa dengan kau!"
Setelah itu ia lalu menyerang dengan lengan
bajunya, sampai 11 kali hingga hembusan angin dingin nampak meniup tanpa berhenti.
Tho-hoa-tocu yang pada hari2 biasanya hidup
secara wajar dikepulauannya itu, siapapun tidak ada yang berani membantah ucapannya sepatahpun juga.
Sampai langit runtuh tidak pernah disangkanya hari itu, oleh karena urusan yang sangat romantis antara
peteranya dengan puteri Lok-hee Hujin, membuat dia hampir tak berdaya memperoleh pemecahannya. Dengan perasaan cemas ia coba mengelakkan setiap serangan Lok-hee Hujin. Selama itu tidak ber-henti2nya berteriak-teriak "Hong-gwat! Hong-gwat! kau kemari!"
1562 Siapa tahu Kongcu parlente itu dengan diam2 sudah kabur membuat orang tuanya hampir kalap dan
berteriak, "Tahan dulu!"
Ia lalu menyambuti serangan Lok-hee Hujin.
Tho-hoa Tocu yang mempunyai kepandaian dan
kekuatan hampir tak ada taranya, begitu turun tangan kekuatan yang meluncur keluar dari tangannya itu
dirasakan oleh Lok-hee Hujin seolah2 akan menggempur jerohannya.
Lok-hee Hujin, meskipun ada seorang wanita
berkepandaian cukup tinggi, akan tetapi masih belum berani ia menyambuti terang2an serangan orang tua itu.
Maka ia lantas mundur sejauh satu tombak lebih.
Tho-hoa Tocu, setelah memukul mundur lawannya,
lalu berkata dengan suara keras. "Lohu sedikitpun tidak punya maksud melindungi anakku sendiri! Tapi dalam soal ini harus tunggu Lohu periksa dulu se-dalam2nya.
Lain kali baru bisa menjawab apa2 yang kau tanya. Biar bagaimana aku tidak akan membiarkan kau kecewa"
Lok-hee Hujin dengan alis berdiri maju lagi dan
berkata "Kapan kau bisa kasih jawaban kepadaku! Dan bagaimana cara kau menjawab nanti?"
1563 Tho-hoa tocu urut2 jenggotnya kemudian berkata:
"Secepat-cepatnya 10 hari dan paling lama sebulan pasti sudah bisa menyeiidiki perkara ini sampai jelas.
Sementara bagaimana jawabanku kepadamu sekarang ini masih belum bisa kukatakan!"
"Baik! Baik! kupercayai mulutmu penuh!" berkata
Lok-hee Hujin berkata lalu menarik lengan anaknya dan kepada siputri berkata: "Mari kita pulang!"
Dengan tindakan lebar ibu dan anak itu berjalan
menuju pantai. Lim Tiang Hong yang berdiri disamping lantas
tercengang "Mana bisa begitu gampang?"
Mendadak ia ingat, ada beberapa hal yang ingin ia minta bukti nyata dari ibunya. Maka ia cepat2 mengikuti rombongan wanita itu.
Tiba2 dibelakangnya terdengar suara nyaring Tho-
hoa-tocu. "Berdiri disitu. Apa kau juga niat merat dari sini"!"
Lim Tiang Hong gusar. Dengan cepat ia balikkan
badan dan menegur "Apa kau sendiri mau tahan aku?"
"Rekening di pulau tadi masih belum kita
perhitungkan!" 1564 "Timpakan dosa pada orang lain mudah sekali!
Huhh! Kukira maksudmu tidak lain cuma mau pamerkan kepintaranmu sendiri Betul begitu?"
"Menurut peraturan Tho-hoa-to memang begitu.
Bukan cuma terhadap kau sendiri bocah! Barusan
terhadap dua iblis perempuan itu, adalah kebijaksanaan Lohu yang merupakan kecualian dalam peraturan. Juga merupakan suatu hal yang bila dipandang sepintas
merupakan kecuali selama beberapa tahun ini!"
"Jangan banyak bacotl Kau mau apa. lekas!"
"Lohu tetap dengan pendirian Lohu. Jika kau
punya.kepandaian sambuti 10 jurus serangan Lohu, akan Lohu lepaskan kau dari pulau ini. Tapi kalau tidak, hmm!
Hmm! Senjata yang kau bawa itu harus kau tinggalkan disini dan Lohu tidak menyulitkan kau lagi. Mengerti"!"
Lim Tiang Hong tiba2 tertawa geli dan berkata:
"Tocu. Baik begitu sajalah! Perlu kuberitahukan dengan terus terang" Di kalangan kang-ouw sudah lama
kudengar Tho-hoa Tocu katanya memiliki kepandaian yang tidak ada taranya. Jika bukan disebabkan lebih dulu sudah kenal baik dengan anakmu aku benar2 kepengin menguji kepandaian dengan dikau! Hari ini aku terus 1565
mengalah, juga se-mata2 dipengaruhi oleh persahabatan antara aku dengan anakmu. Tapi kalau niatmu tetap menyuruh aku menyambuti 10 jurus seranganmu, itu
baik jugalah! Nah, begitu saja, silahkan"
Karena Tho-hoa Tocu belum menyahut, Lim Tiang
Hong meneruskan: "Alangkah girang hatiku mendapat kesempatan menjajal Tho-hoa Tocu yang kesohor itu, rasanya tidak percumalah perjalananku kemari!"
Tho-hoa Tocu mendengar perkataan Lim Tiang
Hong begitu, hampir saja tidak dapat kendalikan hawa amarahnya. Sambil ketawa dingin ia berkata: "Bocah!
Kau sombong sekali! Kalau tidak kuberikan sedikit ajaran kepadamu kau tentu tidak tahu tingginya kepandaian Tho-hoa Tocu!"
Dimulut orang tua tersebut mengucapkan kata2nya
yang sombong seperti tidak dipikir, tetapi sebetulnya tindakannya sangat hati2 sekali.
Sebabnya dia pikir begini "Nama To-liong Kongcu
sudah menggetarkan jagatnya persilatan. Hampir setiap orang2 kang-ouw menganggap dia sebagai manusia
kuat, juga dari tingkatan yang paling muda. Hari itu dengan kedudukannya sendiri sebagai orang tingkatan 1566
tua yang mengajak dia bertempur, boleh dikata dia tidak boleh menang tidak boleh kalah. Maka sudah seharusnya kalau dia berlaku sangat hati2.
Selagi kedua orang tua muda itu tarik urat dengan diam2 sudah juga mereka kerahkan tenaga mereka yang paling tinggi. Terutama dengan Lim Tiang Hong. Pemuda ini agak jeri juga terhadap Tho-hoa-Tocu yang sudah kesohor sekali namanya, tambah lebih ber-hati2.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Mendadak terdengar suaranya Tho-hoa Tocu "Inilah
jurus pertamaku!" Lalu lengan bajunya digulung dan kelihatan segar
otot2nya. Kulit tangannya yang putih seperti baru giok putih, per-lahan2 mendorong keluar.
Dari gerakannya itu lalu terdengar suara angin
meniup kencang dengan cepat menggulung sekitar
tempat dimana Lim Tiang Hong berdiri.
Lim Tiang Hong tidak berani mengadu kekerasan.
Dengan ilmunya Sam-sam Po-hoat ia memutar badan
dan berputar melesat kekiri mengelakkan serangan
mana. Tidak nyana belum lagi ia memperbaiki kedudukan
kakinya, tangan Tho-hoa Tocu kembali sudah
1567 mengancam, lima jari tangannya terpentang yang
mengeluarkan angin keras kembali mengarah belakang dirinya.
Berbareng dengan itu, terdengar juga suara orang
tua tersebut berkata: "Inilah jurus keduaku!"
Tetapi Lim Tiang Hong dengan gerakan ringan
memutar badannya dan kembali kesudut kanan.
Tho-hoa Tocu tertawa mengejek. Cepat bagai kilat
ia bertindak menyusul. Tangannya tiba2 menekan arah dada Lim Tiang Hong sedang tangan kirinya dengan
kecepatan yang lebih tinggi dari yang satunya
menyambar pergelangan tangan lawannya.
Gerakan itu gesit bukan main. Diikuti tenaga dalam yang terlatih ber-puluh2 tahun, tentu bukan main
hebatnya. Setiap gerakan ada mengandung siasat
menutup jalan mundur dari kanan kiri depan dan
belakang. Lim Tiang Hong tiba2 keluarkan siulan nyaring, lalu memutar sebelah tangannya. Ditutup setiap serangan yang hampir mengenai dirinya, kemudian juga dengan menggunakan tipu silat yang berbahaya, yakni Khiam-liong Pat-jiauw coba mengimbangi kekuatan lawannya.
1568 Gerakan kedua lawanan sama cepat sama gesit dan
sama2.... Sebentar hanya terdengar benturan dahsyat, di seputar tempat bertarung terdengar suara gemuruh yang sangat keras.
Tanpa dapat mengusai dirinya sendiri, Lim Tiang
Hong mundur dua tindak. Sedangkan Tho-hoa Tocu juga kedengaran merintih perlahan, kedua pumdaknya
nampak ber-goyang2, tidak urung akhirnya mundur juga dua langkah.
Disamping itu pergelangan tangannya juga
dirasakan sakit sekali, sebab pergelangannja itu sudah kena disambar jari tangan Lim Tiang Hong yang
menggunakan tipu Khiam-liong Pat-jiauw.
Jurus yang sangat hebat dan berbahaya itu telah
membuat Tho-hoa-tocu diam2 merasa kaget sekail. Dari situ ia dapat mengadakan perbandingan, dalam 10 jurus berikutnya juga masih belum tentu dapat menundukkan lawannya yang muda itu.
Semula Lim Tiang Hong masih ragu2 menghadapi
Tho-hoa Tocu yang kenamaan, setiap gerakan yang
diperlihatkannya begitu ber-hati2, tetapi, setelah terjadinya peraduan kekuatan tadi, hatinya jadi lega.
1569 Sebab sekalipun tidak dapat menarik keuntungan berada di pihak yang menang, tapi dalam 10 jurus ia tidak ragu lagi pasti orang tua lawannya itu tidak bisa
mengalahkannya. Kedua pihak setelah saling mundur kemudian maju
merapat pula. Tho-hoa Tocu ingin sekali mempertahankan nama
serta kedudukannya yang selama itu dipupuk dengan baik. Dengan mata mendelik lebar dan jenggot ber-goyang2 ia keluarkan bentakan keras dan mengeluarkan serangan susulannya keras laksana angin puyuh. Dalam waktu sekejapan ia sudah mengeluarkan serangan
sampai 17 kali, sehingga ditempat sekitar medan
pertempuran se-olah2 terkurung oleh suara dan
gulungan angin yang amat hebat.
Lim Tiang Hong yang menghadapi musuh tangguh
bangkotan itu dengan sangat hati2 melayani, sikapnya juga tenang sekali. Sudah dikerahkan seluruh
kepandaiannya guna menghadapi musuh yang kuat itu.
Di bawah tekanan berat pihak pulau Tho-hoa Tocu
itu, per-lahan2 nampak Lim Tiang Hong mulai keluar dari lingkungan angin kuat sekitar situ. Tidak ada niatnya 1570
ingin merebut kemenangan. Harapannya cuma setelah 10 jurus berlalu pertandingan bakal disudahi dengan baik oleh kedua belah pihak.
Tho-hoa Tocu masih menghendaki dengan 10 jurus
dapat menundukkan lawannya hingga kekuatan dan
kepandaiannya yang dilatih puluhan tahun semua
dikerahkan pada kedua tangannya. Dengan sendirinya, setiap serangannya merupakan serangan2 maut yang
menakutkan. Maka meski hanya dalam 10 jurus dan terhadap
lawannya yang masih muda belia, ia sudah
menggunakan 9 macam ilmu serangan tangan yang ber-lain2an dan 120 gerakan tipu silat lebih. Maka juga boleh dikatakan hanya Lim Tiang Hong seorang yang mampu melayani orang yang setingkat dengan dia. Jika lain orang siang2 tentu sudah menggeletak ditanah dengan keadaan tidak berjiwa!
Dalam 10 jurus yang dijanjikan, benar2 sudah
membuat Lim Tiang Hong merah padam wajahnya dan
hampir susah bernapas serta harus menghadapi bahaya besar maupun tipu2 yang tidak ada taranya.
1571 Baru 10 jurus ia lantas berseru: "Tocu! Sepuluh
jurus sudah habis....".
Tho-hoa Tocu saat itu benar2 sudah merasa malu
sehingga terasa meluap perasaan gusarnya. Tidak
diindahkannya lagi permintaan setop Lim Tiang Hong.
Sambil menggeram berkata: "Hmmm! Bocah sambuti
sekali lagi serangan Lohu ini!?"
Disusul dengan satu tangan mendorong ke arah
dada Lim Tiang Hong! Kekuatan tenaga dalam yang keluar itu tak dapatlah dibayangkan bagaimana hebatnya. Rupanya Lim Tiang Hong pun akan merasa kewalahan
Tetapi didorong oleh keinginannya buat terus
bertahan, menyambuti sambil ketawa dingin. "Apa
kiramu aku tidak berani?"
Dan dia mengangkat tangannya menyambut juga
serangan yang hebat tadi.
Benturan dari dua tenaga yang amat dahsyat tadi
menimbulkan suara menggeleger yang amat keras di
sekitar pulau Tho-hoa-to.
1572 Lim Tiang Hong merasakan darah di dadanya
bergolak hebat, wajahnya merah padam. Ia mundur 5
tindak. Dipihak sana, Tho-hoa Tocu sudah pias wajahnya.
Rambutnya awut2an, sudah mundur juga 4 langkah.
Tetapi ia tetap tidak mau percaya, seorang
angkatan muda mampu menyambuti serangan seorang
tingkatan tua sebagai dia yang mempunyai latihan lebih dari 50 tahun maka ia lalu menggeram sengit sekali lagi dan berseru: "Bocah! Sambutlah ini sekali lagi!"
Tiba2 ia balikkan telapak tangannya, mendorong
lagi kedepan dada Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong mengempos semangat. Mendahului
maju selangkah dibarengi dengan kata2nya. "Sepuluh kali serangan lagi juga tak halangan!?"
"Blum! Blung!!"
Dua kali ber-turut2 terdengar suara menggelegar
hebat. Dua lawanan itu tetap dengan berkeras hati melawan kekerasan.
Disebabkan tidak ingin berhentinya Tho-hoa Tocu
setelah lewat dari 10 jurus yang dijanjikan sendiri, maka perbuatan yang tidak ingin menepati janji orang tua itu 1573
membikin mendongkol sekali Lim Tiang Hong. Kini
berkobarlah semangat laki2nya, semangat jantan atau lebih tepat sifat kepala batunya keluar. Sudah tentu saat itu ia murka sekali. Dengan kecepatan laksana sambaran kilat, melancarkan serangan2nya sampai 18 kali,
sedangkan kakinya juga menendang beruntun 9 kali.
Setiap serangan tangan maupun kaki lebih cepat
dan sengit serba hebat, membuat Tho-hoa Tocu mau
tidak mau merasa mendelu dalam hati.
Telah lenyapkan sudah kesombongannya selama
ini. Dia yang biasa tidak pandang mata setiap
lawanannya, kini merasa amat berkuatir, bagaimana kalau sampai dikalahkan oleh anak muda itu".
Sebab semua nama baik, kedudukan serta
pamornya akan ludes sama sekali jika ia gugup dalam gerakan berikutnya.
Sekarang ia sudah mulai menyesal. Sesal yang
sudah kasip. Mangapa tidak sejak habisnya 10 jurus yang
dijanjikan menghentikan serangannya" Mengapa lagi diteruskannya bertempuran itu yang dalam arti kata lain membuat meluapnya kegusaran lawan mudanya.
1574 Ia sesalkan juga dirinya sendiri tidak cukup cerdik, pun sesalkan matanya mengapa tidak dapat melihat
bahwa pemuda itu merupakan musuh terkuat selama
pengalamannya menghadapi musuh"
Akan tetapi saat itu ia sudah tidak mempunyai
banyak waktu berpikir. Serangan2 gencar Lim Tiang Hong sudah sampai dipuncaknya yang terhebat.
Serangan2 bagai hujan jatuh menimpa dirinya, maka jalan satu2nya yang dirasakan baik ialah: Adu jiwa!
Dengan timbulnya pikiran nekad ini, kembali ia
menggeram hebat dan lantas lompat maju menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Sesaat lamanya di depan istana Tho-hoa-kiong
terbit angin men-deru2 hebat yang pun menimbulkan debu tempat seluas lima tombak. Dua orang bayangan orang melompat kesana kemari laksana terbang.
Sekalipun disekitar empat penjuru banyak orang2
kuat Tho-hoa-to berdiri, sekalipun orang2 itu ingin sekali membela pemimpin mereka, tapi mana ada lagi
kesempatan buat mereka menerobosi hujan pukulan2
dua jago tingkat tinggi itu" Disamping itu, merekapun mengenal betul akan watak aneh Tocu mereka. Belum 1575
didapat ijin darinya dan bergerak, itu berarti cari mati sendiri.
Sebagai orang yang sudah cukup ahli, segera akan
mengetahui bahwa malam itu Tho-hoa Tocu sudah
menemukan satu2nya lawan terkuat selama hidupnya.
Demikianpun dengan orang2nya Tho-hoa-to, ketika
menyaksikan anak muda lawan pemimpin mereka
mengeluarkan tipu2 serangan yang aneh2, dengan
kelihatan makin menghebatnya serangannya, semua
diam2 pada menguatirkan nasib Cukong mereka.
Lima puluh jurus, enam puluh jurus bahkan 100
jurus sudah dilampaui lagi.
Per-lahan2 semua anak buah Tho-hoa-tocu telah
tertarik oleh gerak tipu yang keluar dari pihaknya dan pihak lawan pemimpinnya. Sehingga mereka bagaikan lupa bahwa mereka tidak sedang menonton pertandingan persahabatan, melainkan suatu pertandingan maut yang setiap saat bisa mengancam jiwa. Mereka pun merasa sayang, gerakan kedua lawan dalam kalangan itu terlalu amat cepat bagi mereka.
Sebentar lagi pertempuran itu sudah lewat dari 300
jurus dan gerakan mereka ke-dua2nya sudah tampak
1576 agak mengendor. Akan tetapi gerak tipu2 yang mereka keluarkan sama2 semakin aneh dan ruwet, terkadang pula ........ menggunakan empat kali gerakan untuk menghindarkan serangan dari lawan pun berarti gerak tipu kedua pihak sudah sama2 kehabisan digunakan dan masing2 pada menggunakan otaknya untuk mencoba
dalam sedetik tipu2 lain yang baru.
Pertempuran sengit itu membuat Tho-hoa Tocu
melupakan sendiri kedudukannya sebagai Tocu. Juga telah telah terlupa dengan kedudukan pihak lawan
sebagai tingkatan muda yang usianya jauh lebih muda darinya.
Tiba2 sitocu ketawa ber-gelak2 dan berkata "Ayo
sambutlah lagi Lihay sekaii serangan sekali ini!"
Mendadak ia ayun tangannya dan melakukan
gerakan serangan membokong dari samping kanan.
Tatkala berada ditengah jalan, mendadak dirubah
dengan cepat menjadi serangan yang menghajar ke arah depan dada!
(0-0dw-kz0-0) 1577 Jilid Ke 17 Lim Tiang Hong juga mengulur tangannya
menyambuti serangan hebat mana. Tiba2 merasa
didepan matanya ada banyak kelebatan banyak tangan.
Tangan-tangan itu lalu berbenturan beberapa kali
dengan tangannya. "Pletak pletok!"
Kembali keduanya berpencaran dan saling menjauh.
Lalu mereka berjalan berputaran sekali lagi.
Saat itu Lim siang Hong terus mengawasi gerak
tubuh lawan. Baju panjangnya nampak ber-gerak2
sedang kedua tangannya dipakai semua. Tangan satu menggunakan kekuatan tenaga "Im" dan yang lain
menempatkan tenaga "Yang", per-lahan2 digerakkan ke muka. Dari mulutnya juga tiba2 terdengar suara panjang yang aneh, menyusul terus kata2nya: "Aku juga suruh kau rasakan bagaimana ampuhnya ilmuku Hui-hoan-ciang ini!"
Baru saja ia hendak mengeluarkan serangannya,
tiba2 terdengar suara nyaring seseorang: "Hei kalian berdua ini berhenti dulu!!!"
1578 Diluar dugaan kedua pihak, Lim Tiang Hong
maupun Tho-hoa Tocu. itu tukang perahu yang
membawa angkutan Lim Tiang Hong telah berdiri tegak didepan istana Tho-hoa-kiong dengan sikapnya yang gagah perkasa dan sangat berwibawa.
Kejadian yang mnadadakan ini membuat orang
yang barada disitu terperanjat sekait, sedang Lim Tiang Hong tanpa merasa membatalkan serangan yang
sedianya akan dilancarkan untuk menamatkan riwayat sang lawan....
(0-0dw-kz0-0) Bab 39 TURUT campur tangannya tukang perahu itu, bagi
Lim Tiang Hong agaknya tidak merasa heran, tapi bagi Tho-hoa Tocu tidaklah demikian, seketika itu juga lantas berubah wajahnya.
Tukang perahu itu agaknya tidak mau pusingi itu
semua, mendadak dari dalam sakunya ia mengeluarkan sepotong plat besi, lalu diangkat tinggi di atas kepalanya seraya berkata: "Aku yang tidak berguna dengan ini mewakili Kie-lin Kokcu dari Hong-hong-tie, untuk
1579 menyampaikan maksudnya kepada Tocu, bahwa
pertandingan ilmu silat hari ini biarlah sampai disini saja.
Jika masih ada ganjalan apa2, Hong-hong-tie akan
tanggung jawab seluruhnya"
Keadaan Tho-hoa Tocu yang saat itu sudah hampir
membuat ia kehilangan muka dan kini tiba2 ada orang yang datang memisah sudah tentu diam2 merasa
bersyukur, apalagi orang yang memisah itu adalah
orangnya Kie-lin Kokcu yang namanya kesohor di dunia kang-ouw.
Maka ia lantas menyambuti tanda plat besi itu.
Setelah memeriksa sejenak, lalu berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Karena Kie-lin Kokcu yang campur tangan, apa yang lohu dapat katakan" Cuma dengan
demikian ada terlalu enak bagi anak muda ini".
Lim Tiang Hong mengawasi tanda perintah Kie-lin-
leng itu sejenak, kemudian juga lantas ketawa terbahak-bahak dan berkata "Jika bukan karena kedatangan dia, dalam pertandingan ini belum tahu siapa yang akaa menjadi pecundang.... Lagipula, aku toh juga tidak menarik keuntungan apa2, bukankah kau sendiri pernah berkata bahwa jika aku dapat menahan seranganmu
1580 sehingga 10 jurus, maka kau akan mengijinkan aku meninggalkan pulau ini?"
Ia sebetulnya masih hendak mengucapkan
perkataan yang lebih tajam, tapi kemudian berpikir, dihadapan begitu banyak anak buahnya, tidak
sepantasnya membuat ia terlalu terhina, maka ia lalu putar perkataannya dan cuma mengungkit soal 10 jurus itu.
Tho-hoa Tocu juga ada seorang yang mengerti
gelagat. Dengan tindakan lebar, ia menghampiri Lim Tiang Hong seraya berkata sambil menepok pundaknya:
"Anak muda ada mempunyai hati begitu lapang dan
kepandaian begitu tinggi, sesungguhnya jarang
didapatkan. Hari depanmu sesungguhnya tidak terbatas.
Marilah lohu sebggai tuan rumah, sudah sepantasnya kalau mengundang kau minum secawan dua, lohu
benar2 ingin bersahabat dengan anak muda semacam
kau ini!" "Boanpwee masih ada urusan sangat penting yang
harus dibereskan, dengan sangat menyesal tidak dapat memenuhi undanganmu cianpwee. Lain waktu saja
1581 boanpwee akan datang lagi untuk mengadakan
kunjungan khusus buat locianpwee"
Setelah itu ia lantas menyoja memberi hormat dan
balik menuju ke pantai Tho-hoa Tocu seyogyanya masih hendak menahan
supaya anak muka itu menginap satu malam, tapi tiba2
ia ingat kepada anaknya, Hong-gwat Kongcu, mengapa sejak tadi tidak kelihatan" Maka dengan cepat ia lantas masuk ke dalam istananya.
Lim Tiang Hong dengan tindakan lebar berjalan
menuju ke pantai, karena tergesa-gesa, ia sudah lupa kepada dirinya tukang perahu itu. Tapi tatkala ia tiba di pantai, tukang perahu itu ternyata sudah rebah
terlentang di atas perahunya sambil menyanyi sendirian.
Tatkala ia melihat Lim Tiang Hong, segera lompat
bangun dan berkata: "Marilah kita berangkat!"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala.
Sewaktu perahu itu berlayar ditengah lautan, ia
baru menanya kepada tukang perahu itu: "Dari mana kau dapatkan tanda perintah Kie-lin-leng itu?"
"Ini adalah kepunyaan tuan sendiri!"
1582 Lim Tiang Hong terperanjat, Ia rogoh sakunya,
benar saja tanda perintah yang berupa besi pelat itu sudah hilang.
Tukang perahu itu dengan sikapnya yang sangat
menghormat lalu angsurkan besi pelat itu kepada Lim Tiang Hong.
Setelah menyambuti pelat besi itu, Lim Tiang Hong lalu berkata sambil delikkan matanya: "Adakah kau orangnya Hong-hong-tie" Bagaimana kau bisa tahu kalau aku ada mempunyai Kie-lin-leng?".
"Siapa yang tidak tahu bahwa To-liong Kongcu
adalah Kongcu dari Hong-hong-tie" Bagaimana sebagai Kongcu dari Hong-hong-tie tidak membawa Kie-lin-leng?"
"Kau jangan mengoceh, kalau kau tidak mau
barkata terus terang, hari ini aku tidak akan memberi ampun atas kesalahanmu ini"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tukang perahu iu nampak ketakutan, ia ieletkan
lidahnya, lalu berkata dengan sikapnya yang sangat menghormat: "Harap Kongcu maafkan perbuatanku yang kurang adat. Aku ini memang benar adalah orangnya Hong-hong-tie, yang mendapat tugas untuk melindungi Kongcu, sebab terjadinya persoalan yang sedemikian 1583
rumit dan secara mendadak, tidak boleh tidak mencari akal untuk membikin reda persoalan ini. Menurut
pikiranku Tho-hoa Tocu juga merupakan salah satu jago yang sangat dimalui oleh orang2 kang-ouw, lagi pula juga bukan orang dari golongan jahat, maka seharusnya jangan sampai kehilangan muka terlalu sangat"
"Kalau begitu, sudahlah!"
Terhadap keterangan tukang perahu itu, Lim Tiang
Hong sudah tidak merasa heran lagi, sebab teka-teki Hong-hong-tie terhadap dirinya, sedikit demi sedikit sudah mulai terang, hingga tidak lama lagi mungkin dapat dibikin terang. Apa yang menjadi pikiran baginya, ialah ia mengharap supaya lekas2 dapat mengejar ibunya dan lm-san Mo-lie.
Tukang perahu itu agaknya juga sudah mendapat
menebak pikirannya Lim Tiang Hong, perahunya
dijalankan secepat kilat.
Seolah-olah anak panah yang meluncur dari
busurnya, sebelum subuh, sudah tiba dilain seberang.
Suara berkicaunya burung, sudah terdengar dari
dalam rimba yang berdekatan, sinar matahari sudah 1584
mulai tertampak di permukaan air laut, merupakan
pemandangan alam yang sangat indah.
Lim Tiang Hong lalu menyoja kepada tukang perahu
sambil mengucapkan terima kasihnya.
Sesudah itu, dengan gerakan badan yang gesit ia
lompat ke pantai dan kemudian lari menuju ke jalan raya.
Tiba2 telinganya mendengar suara orang menangis
dan suara oraug wanita bercakap-cakap. Ia merasa
bahwa suara itu seperti pernah kenal, maka dengan tanpa ayal lagi, ia lantai melesat tinggi ketengah udara, kemudian putar tubuhnya ditengah udara, dan melayang turun ke arah suara itu.
Mungkin gerakannya itu terlalu cepat dan
datangnya secara mendadak, hingga membuat
terperanjat orang yang berada di dalam rimba itu.
"Siapa?" demikian terdengar suata teguran dari
seorang wanita. Dan kemudian disusul dengan sambaran angin
dingin yang menyambut dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang masih berada ditengah udara,
sudab dapat lihat bahwa wanita yang berada dalam
1585 rimba itu ternyata adalah ibunya dengan Im-san Mo-lie maka ia lantas berseru: "Ibu, aku yang datang!"
Tangannya lalu digerakkan dengan perlahan untuk
melindungi dirinya, kemudian melayang turun.
Melihat kedatangan anaknya, Lok-hee Hujin
mendadak parasnya berubah.
"Apa perlunya kau mengejar aku?" demikian
tegurnya. Lim Tiang Hong terhadap ibunya sebetulnya
mempunyai kesan singkat tidak baik, terutama terhadap Im-san Mo-lie, ia sebeoarnj? ingin bisa segera
membinasakan saudaranya yang jahat itu, tapi sekarang keadaannya ada lain. Ia merasa kesihan dengan keadaan ibunya, terutama nasibnya Im-san Mo-lie. Mereka berdua sekarang sudah tidak ada orang yang dibuat andalan, keadaannya sangat menggenaskan sekali.
Maka sekalipun ditegur secara agak kasar oleh Lok-hee Hujin, Lim Tiang Hong masih menjawab dengan
sabar, "Aku ingin menanya beberapa pertanyaan kepada ibu"
"Kau sebutkan saja!"
1586 "Betulkah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun adalah
ayahku?" "Kau.... kau ngaco!"
"Anak bukannya mengaco, karena dalam ha! ini
anak sudah memcari keterangan dengan jelas"
"Kalau kau sudah dapat keterangan cukup, apa
perlunya menanya aku lagi?"
"Cuma, biar bagaimana Pek-tok Hui-mo itu bukan
ayahku, seharusnya tidak salah lagi bukan?"
"Tentang ini, sebaiknya kau jangan bicarakan
dengan aku" Setelah berkata demikian, Lok-hee Hujin tiba2 menekap mukanya dan menangis dengan sedih.
Im-san Mo-lie yang sejak tadi duduk saja sambil
menangis sesenggukan, ketika mendengar suara
tangisan ibunya, hatinya semakin sedih, maka ia jadi menangis semakin keras.
Lim Tiang Hong yang belum pernah menghadapi
suasana sedih demikian rupa, sesaat itu menjadi
bingung, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat. Sebagai seorang yang berhati lapang dan berbudi luhur, setelah adanya kejadian yang menyedihkan itu, perasaan benci terhadap mereka, ia kesampingkan dahulu, dengan
1587 mendadak ia hampiri Im-san Mo-lie dengan suara keras:
"Kau tidak usah menangis lagi, dalam persoalanmu itu, apabila Tho-hoa Tocu memberi jawaban yang
memuaskan, ya sudah. Tapi jikalau tidak, aku nanti akan mencari Tho-hoa Kongcu untuk membuat perhitungan
dengannya" Im-san Mo-lie mendadak berbangkit dan menubruk
diri Lim Tiang Hong seraya berkata: "Adik, bagaimana kau suruh encimu bisa menjadi orang lagi?"
"Asal kau tidak mengikuti perbuatannya itu iblis
jahat, melakukan kejahatan didunia kang-ouw, serta bisa merubah kelakuanmu menjadi orang baik2, tidak nanti ada orang yang pandang hina padamu. Sementara
mengenai urusannya Tho-hoa Kongcu. aku nanti akan mencari padanya. Cuma, dalam perkara ini sebetulnya tidak bisa dipaksa, andaikata nanti tugasku tidak berhasil dengan memuaskan, kau boleh mencari suara tempat
yang suci, untuk melewati sisa hidupmu sebagai Orang suci (Nikouw) dan secara demikian juga merupakan
satu2nya jalan untuk menebus dosamu dimasa yang
lampau" "Maksudmu ialah suruh aku menjadi nikouw?"
1588 "Jika ditilik dari kejahatanmu dimasa yang lampau, seterusnya memang demikian"
Tapi Im-san Mo-lie yang sejak masih kanak2
mengikuti ayahnya, Pek-tok Hui-mo, segala sifat
kejahatan ayahnya itu sudah sangat dalam sekali
tertanam dalam hatinya, maka semua perkataan Lim
Tiang Hong yang bermaksud baik itu, hanya masuk ke telinga kirinya tapi kemudian keluar lagi dari telinga kanannya.
Ia hanya keluarkan suara dari hidung, tidak
menyatakan apa2 lagi. Lim Tiang Hong tidak perhatikan sikap encinya itu, ia dongakkan kepalanya memandang awan putih yang
berterbangan di angkasa, pikirannya melayang jauh sekali.
Ia merasa bahwa hidup manusia itu tidak menentu,
nasib baik dan buruk silih berganti. Siapakah akan menduga bahwa Lok-hee Hujin yang dimasa jayanya ada begitu agung sebagai nyonya seorang pemimpin satu perkumpulan besar, sedangkan Im-san Mo-lie sangat disegani oleh orang dunia kang-ouw dengan segala
1589 kejahatannya serta kekejamannya, kini telah mengalami nasib sedemikian mengenaskan"
Tiba2 ia ingat kematiannya Heng-lim Chun-loan di
tangannya sang enci ini. Dengan hati bimbang dan selagi hendak menanyakan kepada Im-san Mo-lie, siapa nyana, selagi ia dalam keadaan bimbang tadi, Lok-hee Hujin bersama Im-san Mo-lie ternyata sudah kabur, dan ketika ia mengetahui, ternyata sudah terlambat.
Lim Tiang Hong berdiri kesima, kalau Im-san mo-lie menjauhi dirinya, itu masih bisa dimengerti. Tapi ibunya sendiri, mengapa juga harus menjauhi dirinya" Ia benar2
tidak habis mengerti. Menurut dugaannya, mungkin karena ia
menanyakan halnya Ho-lok Siu-su ada hubungan apa
dengan dirinya, sedangkan Ho-lok Siu-su justru adalah seorang yang ia paling tidak suka dibicarakan.
Kini telah menjadi suatu kenyataan, banwa antara
ia dengan ibunya, ada jurang sangat dalam yang
memisahakan, sehingga satu sama lain tidak bisa saling berdekatan, dan sebab musabab yang menciptakan
jurang itu, adalah persoalan antara Pek-tok Hui-mo dengan Ho-lok Siu-su!
1590 Tiba2 ia ingat dirinya Yan-jie, maka ia harus
memberitahukan padanya, tentang berita yang didapat bahwa kematian Heng-lim Chun-loan itu adalah
perbuatannya Im-san Mo-lie. Disamping itu, ia juga harus berunding bagaimana baiknya dengan Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu.
Walaupun Im-san Mo-lie itu masih merupakan
saudaranya sendiri, karena anak kandungnya Lok-hee Hujin, yang masih terhitung ibunya, tapi baik tinggal baik dan jahat tinggal jahat. Sebagai seorang ksatria, ia harus dapat membedakan dengan tegas mana yang jahat,
maka dalam hal ini ia sesungguhnya tidak boleh menutup rahasia terhadap Yan-jie.
Setelah mengambil keputusan demikian, ia lalu
melanjutkan perjalanannya ke Kim-leng.
(0-0dw-kz0-0) Bab 40 SETIBANYA di kota Kim-leng, didalam rumahnya
Sin-soan Cu-kat, orang tua itu tangah mengobrol dengan si Pengemis Mata Satu. Maka Lim Tiang Hong lantas memberi hormat kepada mereka.
1591 Yan-jie yang berada di dalam, setelah mendengar
suaranya Lim Tiang Hong, segera lari keluar.
Lim Tiang Hong lalu menceritakan semua berita
yang didapat dari Yam-kiong Kiam-khek, kepada mereka bertiga.
Sin-soan Cu-kat yang mendengarkan sambil
mengurut jenggotnya yang panjang, kemudian berkata sambil anggukkan kepala dan menghela napas: "Aku si tua bangka sejak semula sudah merasa curiga, bawa pembunuhan itu mungkin dilakukan oleh orang2nya
Thian-cu-kauw. Sekarang ternyata ada benar...."
Belum lagi melanjutkan kata2nya, Yan-jie sudah
menangis menggerung-gerung kemudian berkata sambil menangis: "Budak hina yang terlalu kejam! Jika aku tidak bisa mencincang dirimu bagaikan perkedel, aku
bersumpah tidak mau jadi orang!"
Tiba2 badannya bergerak dari keluar.
"Siauw-yan, kau hendak kemana?" Sin-soan Cu-kat
berseru memanggil padanya.
Tapi perasaan dendam dan sakit hati, sudah
membakar seluruh hattnya Yan-jie, sehingga membuat ia sudah melupakan kekuatan tenaganya sendiri. Ia hanya 1592
menuruti hawa nafsunya sendiri! Maka terhadap
seruaanya Sin-soan Cu-kat, sama sekali tidak mau
menghiraukan, ia masih tetap lari bahkan semakin
kencang. Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu juga
tidak tinggal diam, dengan cepat mereka lompat dari tempat duduknya dan lantas menghadang di hadapannya Yan-jie.
Si Pengems Mata Satu sambil pelototkan matanya
yang cuma tinggal satu, meng-garuk2 kepalanya yang tidak gatal, ia menegur: "Pada waktu malam begini, kau hendak kemana?"
"Mencari Im-san Mo-lie untuk menuntut balas sakit hati".
"Duduklah dahulu, Kita rundingkan dengan
seksama" "Runding! selain berunding saja! aku sudah
menantikan beberapa tahun lamanya, tidak pernah
keluar pintu, apakah aku harus disekap setiap hari malam di dalam rumah saja" Apakah dengan cara demikian aku dapat menuntut balas sakit hati ayahku?"
1593 Lim Tiang Kong lalu berkata: "Adik Yan, berlakulah tenang sedikit, dengarlah perkataanku"
Tapi Yan-jie menjawab sambil ketawa dingin: "Apa
yang kau mau kata tentunya tidak lain daripada suruh aku menunggu, menunggu.... menunggu saja...." ia
menghela nafas kemudian berkata pula: "Urusan yang tidak menyangkuti diri sendiri memang tidak perlu dibuat pikiran, sebab yang mati adalah ayahku, maka kalian semua tidak perlu ambil perhatian lagi"
Pada saat itu, Sin-soan Cu-kat juga sudah
berbangkit dari tempat duduknya sambi! menghela napas panjang ia berkata: "Anak, kau terlalu keburu napsu! kau anggap si Pengemis Tua dan aku ini adalah orang
macam apa" Dengan terus terang, hubungan antara
ayahmu dengan kita berdua, sudah seperti saudara
sekandung. Sekalipun aku harus korbankan jiwaku yang sudah bangkotan ini, aku juga harus balaskan sakit hatimu ini. Sebaiknya kau balik dulu, berikanlah sedikit waktu untuk aku memikirkan bagaimana caranya
bertindak" Si Pengemis tua dengan jenggot berdiri dan mau
melotot berkata dengan suara keras: "Budak, kau telah 1594
memaki habis2an pamanmu si pengemis tidak berguna ini. Besok aku ajak kau berangkat mencari budak hina itu, sekalipun harus ke dasar laut dan ujung gunung, aku pasti mencari sampai dapat dirinya budak hina itu.
Jikalau tidak, bagaimana aku ada muka untuk menemui ayahmu di dalam baka?"
Lim Tiang Hong berdiri menjublak seperti patung.
Perasaan menyesal mendadak timbul dalam hatinya. Ia merasa tidak enak terhadap Yan-jie. Dua kali ia pernah bertemu dengan Im-san Mo-lie dan toh masih belum
turun tangan padanya. Apakah itu disebabkan hatinya sendiri terlalu lemah ataukah sudah melupakan
perbuatan yang dilakukan terhadap dirinya Heng-lim Chun-loan, sehingga mengakibatkan kematian dirinya orang tua itu"
Tidak! semuanya tidak! sebab ia adalah seorang
manusia. Biar bagaimana, manusia toh tidak bisa tidak mengenal sanak keluarganya sendiri. Sekalipun Im-san Mo-lie ada seorang jahat kejam dan banyak melakukan pembunuhan didunia kang-ouw, tapi bagaimanapun juga ia masih tidak sampai hati untuk membunuh dirinya seorang yang masih merupakan saudara sendiri satu ibu.
1595 Yan-jie pada saat itu hawa amarahnya agaknya
sudah mulai reda ketika ia melirik ke arahnya Lim Tiang Hong, ia lihat anak muda itu terus berdiri bagai patung, hingga ia mengira bahwa perkataannya tadi telah
menusuk hatinya, maka dengan tanpa sadar lambat2
menghampiri padanya seraya berkata: "Engko Hong, kau jangan marah, barusan karena aku terlalu menuruti hawa nafsuku, sehingga mengucaplcan perkataan yang agak kasar, harap kau maafkan padaku!"
Ia berhenti sejenak dan rnenghela napas panjang,
kemudian berkata pula: "Aku sekanang mengerti, jadi orang harus menpunyai sifat pemberani. Aku merasa bahwa aku terlalu lemah tidak berguna. Seperti dendam sakit hati atas kematian ayahku yang begitu besar, bagaimana aku boleh andalkan kepada tenaganya lain orang untuk menuntut balas?"
Lim Tiang Hong tiba2 dongakkan kepalanya. Selagi
hendak menghibur beberapa patah kata, Yan-jie
mendadak sudah putar tubuhnya dan berjalan ke
depannya si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat, lalu memberi hormat seraya berkata "Harap maafkan titlie yang masih terlalu muda dan tidak kenal adat, 1596
sehingga tadi sampai mengeluarkan perkataan yang
kurang sopan. Lojinkee berdua, titlie merasa sekarang sudah dewasa, seharusnya mempunyal keberanian untuk berdiri sendiri"
Setelah mengucapkan perkataan demikian, air mata
mengalir bercucuran di kedua pipinya, kemudian ia balikkan badannya dan lari masuk ke dalam.
"Yan-jie, Yan-jie...." demikian Sin-soan Cu-kat
memanggil padanya. Tapi Yan-jie tidak gubris sama sekali, hingga orang tua itu cuma bisa mengawasi berlalunya Yan-jie sambil geleng2kan kepalanya.
Si Pengemis Mata Satu tiba2 berkata sambil
meaghela napas: "Anak ini sesungguhnya patut juga dikasihani...."
Sin-soan Cu-kat hanya berdiam saja sambil
mengurut-urut jenggotnya.
Pada saat itu, pelayan dirumahnya Sin-suan Cu-kat sudah menyediakan makanan, Sin-soan Cu-kat lalu
mengajak kedua kawannya untuk dahar.
Si Pengemis Mata Satu sesudah tenggak araknya,
lalu berkata: "Aku si Pengemis tua besok akan keluarkan 1597
tanda perintah kepada saudaraku kawanan pengemis
diseluruh negeri untuk mencari jejaknya Im-san Mo-lie, dan kita nanti bicarakan lagi setelah menemukan
jejaknya wanita iblis itu"
"Im-san Mo-lie adalah anak perempuannya Pek-tok
Hui-mo. Kalau kita bunuh mati padanya, apa kau kira Thian-cu-kauw bisa peluk tangan begitu saja" Maka sebaiknya kita pikir masak2 dulu" berkata Sin-soan Cukat dengan tenang.
"Apa kita harus bikin habis begitu saja?" tanya si Pengemis Mata Satu sambil ketawa dingin.
"Meski kini sudah diketahui bahwa Im-san Mo-lie
ada pembunuhnya Heng-lim Chun-loan, tapi sebagai
algojo yang tidak langsung, adalah Pek-tok Hui-mo. Kini menurut berita dari pelbagai pihak, iblis itu sudah menghilang dari dunia kang-ouw, orang2nya Thian-cu-kauw juga tidak ada satupun yang unjukkan diri. Orang pada mengira bahwa Thian-cu-kauw sudah dibubarkan, tapi menurut dugaaanku Pek-tok Hui-mo setelah
mendapat kitab Tat-mo-keng sudah pasti kalau kini sedang sembunyikan diri untuk mempelajari ilmu silat 1598
dalam kitab itu, maka kita tidak boleh tidak harus berjaga-jaga kalau ia nanti muncul lagi"
Tapi si Pengemis Mata Satu yang dengar perkataan
sahabatnya itu sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Manusia akhirnya toh harus mati. Aku si Pengemis tua tidak perdulikan lagi apa akibatnya
dikemudian hari. Besok aku akan berangkat bersama Siauw-yan untuk mencari jejaknya iblis wanita itu"
Selagi Sin-soan Cu-kat hendak memberi keterangan
lagi, tiba2 matanya ditujukan kewajahnya Lim Tiang Hong, lalu dengan tajam memandang begitu lama
wajahnya pemuda itu. Lim Tiang Hong yang sejak tadi mendengarkan
pembicaraan mereka mengenai kematian Heng-lim Chun-loan, dalam hatinya merasa sangat duka. Karena dalam hal ini, sebetulnya karena gara2 kedatangannya ke rumah orang tua itu, dan andai kata ia mau
membinasakan Im-san Mo-lie, sesungguhnya sangat
mudah sekali, tapi mengapa ia tidak tega membunuh mati padanya"
Saat itu ketika dipandang Sin-soan Cu-kat demikian rupa, sudah tentu merasa sangat heran, maka lalu
1599 menanya: "Cu-kat locianpwe, adakah ada apa2 yang
salah pada diriku?" Sin-soan Cu-kat gelengkan kepala, setelah berpikir agak lama, baru menjawab: "Dalam waktu yang dekat ini, sebaiknya kau berdiam dirumah saja, untuk
beristirahat sementara waktu"
"Kenapa?" "Aku telah melihat pada wajahmu ada tanda2
bahaya yang akan menimpa dirimu"
Lim Tiang Hong tercengang, tapi sebentar
kemudian lantas ketawa menyeringai.
Si Pengemis Mata Satu yang berada di sampingnya
lantas berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Aku si Pengemis tua yang seumur hidupku gelandangan di
dunia kang-ouw, selamanya belum pernah tahu apa
artinya hari baik atau bulan bahaya. Aku punya Cu-kat sianseng, kau sesungguhnya terlalu agulkan bahwa ilmu hitunganmu itu ada sangat tepat?"
Sin-soan Cu-kat segera menjawab dengan sikap
sungguh2: "Tentang ilmu bintang atau ramalan, aku si tua bangka yakin masih boleh diandalkan tepatnya
1600 perhitunganku, bukannya buka mulut secara
sembarangan, maka janganlah dipandang rendah"
Lim Tiang Hong melihat sikapnya Sin-soan Cu-kat
jadi demikian sungguh2, meski dalam hati tidak percaya, tapi juga tidak mau membuat ia terlalu tidak senang, maka lantas berkata sambil berseru juga: "Sebagai anaknya orang rimba persilatan yang berkecimpungan di dunia kang-ouw, perkara mati atau hidup, sebetuinya tidak perlu dibuat pikiran, Cuma mengharap agar segala perbuatannya tidak kecewa terhadap nenek moyangnya itu saja sudah cukup!"
Si Pengemis Mata Satu lantas menyambuti sambil
ketawa tergelak gelak: "Ini barulah perkataannya
seorang gagah" Walaupun demikian, tapi dalam hari masing2
seolah-olah diliputi apa2, maka setelah dahar, mereka lantas pada bubaran.
Lim Tiang Hong masuk ke kamarnya dengan hati
pepat, pikirnya "suhu telah mewariskan kepandaiannya kepadaku, suruh aku mendirikan sedikit pahala didunia kang-ouw, atau melakukan perbuatan yang berguna bagi amat manusia, Tidak dinyana, sejak aku muncul didunia 1601
kang-ouw, lantas dibikin bingung oleh persoalan yang mengenai asal usul diriku, sehingga hari ini, masih belum terang sama sekali, ini apa karena aku sendiri yang goblok atau nasib telah menentukan demikian....?"
Mendadak ia Ingat dirinya Yan-jie yang hendak
menuntut balas kematian ayahnya. Ia merasa jika ditilik dari kepandaiannya Yan-jie, sudah cukup kuat untuk menghadapi Im-san Mo-lie seorang diri, hingga bagi ia boleh berdiri diluar garis. Tapi andaikata Thian-cu-kauw turut campur tangan, bagaimanapun juga ia sendiri harus turun tangan untuk membantu Yan-jie. Biar bagaimana, sekarang ini ia sudah tidak mempunyai pekerjaan
penting, maka lalu mengambil keputusan, setelah Yan-jie nanti benar2 hendak pergi, ia akan mengikuti secara diam2.
Pikirannya Lim Tiang Hong mulai merasa lega, tapi badannya terlalu letih, maka sebentar kemudian ia sudah tertidur pulas.
Entah berapa lama telah berlalu, tiba2 ia dikejutkan oleh suara yang sangat halus dari jauh. Lapat2 ia dengar suara saling bentak. Sewaktu ia pasang telinganya, mendadak terdengar pula suara berkelebatnya baju


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

1602 tertiup angin. Dari jauh melayang mendekat dan tiba2
melewati wuwungan rumah. Karena daya pendengarannya yang luar biasa dan
gerakannya yang sangat gesit, dalam waktu sakejapan saja ia sudah lompat melesat melalui lobang jendela, setibanya di atas genteng, ia lantas pasang mata, tapi ternyata tidak terdapat bayangannya seorangpun jua.
Ia percaya benar kepada pendengarannya sendiri,
sedikit pun tidak salah, tapi entah siapa orangnya yang mempunyai kepandaian demikian tinggi sehingga mampu mengelabui dirinya"
Dengan sangat hati2 sekali, kembali ia memeriksa
keadaan di-sekitarnya sejenak, tapi juga tidak
menemukan tanda apa2. Mendadak angin dingin meniup mukanya hingga
badannyapun merasa menggigil. Suatu perasaan seram tiba2 timbul dalam hatinya, dengan tanpa dirasa,
tangannya lantas meraba pedang pusakanya.
Sekonyong-konyong ia lompat melesat dengan
kecepatan bagaikan kilat ia berputaran badannya, tapi juga tidak dapat lihat apa2, hingga dalam hatinya diam2
1603 lantas berpikir "apakah tadi itu ada orang yang berjalan malam, yang kebetulan lewat disini".
Maka, ia lantas balikkan badannya dan kembali ke
kamarnya sendiri. Tapi, hatinya selalu merasa tidak tentram, diam2 ia sesalkan kepada dirinya sendiri "bagaimana aku malam ini" Biasanya sekalipun berhadapan dengan musuh
tangguh atau berada dalam bahaya, belum pernah
seperti malam ini. Apakah benar seperti yang dikatakan oleh Sin-soan Cu-kat bahwa aku akan mendapat
bahaya?". Tapi selanyutnya ia lantas hiburi dirinya sendiri "Ah!
segala ramalan demikian, mana boleh dipercaya
kebenararnya...." Mendadak ia ingat dirinya Sin-soan Cu-kat dan si
Pengemis Mata Satu, mengapa tidak kelihatan ada
gerakan apa2" Sebagai orang2 kang-ouw kawakan
seperti mereka itu, asal ada sedikit suara saja sudah tentu dengar, apakah sudah terjadi apa2 atas diri mereka"
Mengingat sampai disitu, secepat kilat ia iantas
keluar dari kamarnya terus menuju kekamarnya Yan-jie.
1604 Ternyata kamarnya Yan-jie sudah terpentang lebar
pintunya, sedangkan orangnya sudah tidak kelihatan bayangannya.
Bukan kepalang kagetnya Lim Tiang Hong. Hatinya
berdebaran, dengan cepat ia balikkan badannya lantas ia ke kamarnya Sin-soan Cu-kat.
Tiba dikamarnya Sin-soan Cu-kat. suatu
pemandangan yang mendebarkan hati, telah terbentang di depan matanya, sehingga ia berdiri terpaku seperti patung.
Ternyata Sin-soan Cu-kat sudah mendapat celaka.
Jatuh tengkurap di tengah-tengah kamar, di lantai terdapat darah menggumpal. Mulut dan jenggotnya juga penuh darah yang sudah membeku.
Dengan tangan gemetaran Lim Tiang Hong meraba
dadanya orang tua itu, ternyata jantungnya masih
bergerak. Ia buru2 angkat badannya dan diletakakan di atas pembaringan. Setelah diurut-urut sejenak, baru siuman. Perlahan2 lalu membuka matanya yang tidak bersinar. Mengawasi dirinya Lim Tiang Hong, kemudian dengan suara yang sangat lemah dan terputus-putus ia 1605
berkata: "Aku... aku sudah... sudah tidak.... ber.... guna lagi.... lekas.... lekas bantu Yan-jie.... lekas...."
Lim Tiang Hong merasa hatinya seperti diiris-iris, buru2 mengeluarkan obat Soat-som-wan nya, lalu
dimasukkan ke dalam mulut Sin-soan Cu-kat. Ia kuatir sebutir Soat-som-wan masih kurang kekuatannya, maka diberikan lagi dua butir lumut Cie-in yang terdapat dinyalinya naga yang sudah membatu, buru2 berkata pada orang tua itu: "Locianpwee boleh beristirahat dulu, jangan pikirkan apa2. Aku sekarang hendak pergi dulu"
Secepat kilat ia lantas lompat keluar melalui lobang jendela. Perbuatan pengecut yang dilakukan oleh orang yang masih belum diketahui itu, membuat Lim Tiang Hong begitu gusar, hingga seolah-olah macan gila ia melesat tinggi dan melayang turun ke atas genteng lain rumah.
Tapi, Sin-soan Cu-kat tadi tidak memberi
keterangan, kemana perginya Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu, maka ia hanya bisa berdiri di atas genteng sambil celingukan mengawasi keadaan sekitarnya.
Tiba2 di belakang dirinya terdengar suara orang
ketawa dingin, dengan cepat ia balikkan badannya, 1606
lantas dapat lihat satu bayangan orang yang menggapai padanya, kemudian putar tubahnya dan lompat melesat ke arah timur laut.
Lim Tiang Hong yang saat itu sedang kalap, mana
ada waktu untuk berpikir lagi, maka lantas menegur dengan suara keras: "Siapa?"
Lalu melesat setinggi 7-8 tombak, kemudian dengan kepala di bawah dan kaki diatas ia meluncur mengejar orang itu.
Itu adalah ilmunya It-sia Cian-lie, yang benar2 luar biasa cepatnya, dalam waktu sekejapan saja sudah
mencapai jarak 5-6 tombak.
Tapi, orang itu ternyata juga bukan bangsa lemah.
Begitu gerakkan badannya, lantas melayang seolah-olah asap tertiup angin hingga gerakan Lim Tiang Hong yang begitu cepat, juga cuma dapat menyusul dibelakangnya saja, tidak dapat melampaui gerakannya orang itu.
Dua orang yang saling kejar-kejaran itu, dalam
waktu sekejap mata, sudah tiba disuatu tempat di
pinggiran rimba belantara
Orang yang berada didepan tiba2 putar balik
badannya, kemudian berkata sambil ketawa dingin:
1607 "Bocah, kau telah membuat aku si pelajar miskin pusing kepala yang telah mencari kau dimana-mana!"
Lim Tiang Hong yang sedang meluncur begitu
cepat, tidak menduga orang itu telah berhenti secara mendadak, hingga hampir saja menubruk badannya
orang itu. Untung kepandaiannya sudah cukup mahir, dengan gerak badan yang sangat manis ia melesat tinggi lagi sampai 7 kaki, baru melayang turun lagi ke tanah.
Setiba di tanah ia baru tahu bahwa orang di
depannya itu ternyata adalah Tiat-hie Sie-seng. Seketika itu wajahnya lantas berubah, dengan suara keras ia menegur padanya: "Kau dengan Sin-soan Cu-kat ada
permusuhan apa" Kenapa kau turun tangan begitu
kejam" Sekarang aku hendak ambil jiwamu!"
Dengan tanpa menunggu jawaban, ia lantas
menyerang dengan hebatnya. Karena ia sedang kalap, maka serangannya itu ia telah menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya.
Tiat-hie Sie-seng adalah seorang beradat tinggi dan sombong, tidak nyana ia akan diperlakukan begitu kasar oleh Lim Tiang Hong. Ketika melihat serangan Lim Tiang Hong yang demikian hebat, dengan cepat ia singkirkan 1608
diri sejauh 5 kaki, kemudian membentak dengan suara gusar: "Kau ngaco....!"
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong tidak memberi
kesempatan padanya untuk memberi penjelasan. Ia
tetap melancarkan serangannya demikian cepat, hingga dalam waktu sekejapan saja sudah melancarkan 21 kali serangan.
Tiat-hie Se-seng yang terkurung rapat oleh
serangamva Lim Tiang Hong disamping rasa kagetnya juga merasa sangat penasaran, kembali is keluarkan suara bentakannya: "Bocah, kau sesungguhnya terlalu brutal!"
Ia lalu ulur tangannnya menyambuti serangan Lim
Tiang Hong. Mengadu kekuatan kira2 sampai 7-8 kali, Tiat-hie
Sie-seng mundur sempoyongan sampai 5-6 tindak.
Ia sebetulnya hendak memberi sedikit keterangan
kepada Lim Tiang Hong, tapi kini sudah tidak ada
kesempatan lagi, bahkan karena didesak terus oleh Lim Tiang Hong, hingga lantas naik pitam, dan merupakan maksudnya semula yang hendak memberi keterangan.
1609 Ia terpaksa melayani serangannya Lim Tiang Hong
dengan sekuat tenaga, hingga dalam waktu sekejapan, kedua orang itu sudah bertempur sengit.
Selagi pertempuran tengah berlangsung dengan
sengitnya, di rimba itu dengan diam2 muncul lagi dua orang, yang satu adalah seorang tua mengenakan baju panjang warna kuning, sedangkan satunya lagi adalah seorang pertengahan umur yang berbadan gemuk seperti gentong dan berkumis serta berjenggot seperti bulu landak. Kedatangan kedua orang itu sedikit pun tidak menerbitkan suara. Mereka berdiri berendeng, menonton pertunjukan yang seru itu.
Lim Tiang Hong den Tiat-hee Sie-seng yang sedang
kalap dan menghadapi musuh kuat, mana perhatikan
keadaan di sekitarnya maka kedatangan kedua orang itu tidak diketahui sama sekali.
Tiba2 diangkasa yang sunyi terdengar pula suara
berisik laksana bintang yang turun dari langit, telah meluncur turun dari langit telah meluncur turun 3
bayangan orang. Sambil perdengarkan suara ketawa
mereka yang menyeramkan, ketiga orang yang baru tiba itu berkata: "Tahan! tahan!....Hai! sahabat, sebaiknyaa 1610
kau tahu gelagat sedikit, jangan campur tangan dalam urusan ini".
Namun perkataan ketiga orang itu tidak dihiraukan oleh Lim Tiang Hong dan Tiat-hie Sie-seng yang sedang bertempur sengit.
Tiga orang itu menjadi gusar, sambil perdengarkan suara geraman yang hebat, ketiganya lantas melesat ke dalam kalangan, tapi setelah terdengar suara bentrokan nyaring, tiba2 orang itu lantas berpencaran. Tiat-hie Sie-seng dengan wajah pucat biru, lompat kesamping 5 kaki, Lim Tiang Hong juga lompat mundur 5
kaki. Ia segera dapat lihat bahwa orang yang memisah
padanya tadi ternyata ada Taoto beroman bengis
berewokan sedang rambutnya yang panjang terurai di kedua pundaknya.
Selagi hendak menegur, si Taoto itu sudah berkata deagan suaranya yang ketus dingin sambil menuding Tiat-hie Sie-seng: "Tolol, aku nasehetkan padamu
sebaiknya kau lekas menyingkir dari sini secepat
mungkin". 1611 Sebagai seorang kang-ouw kawakan, Tiat-hie Sie-
seng baru melihat, segera mengenali bahwa tiga orang itu adalah tiga manusia aneh atau "Sam koay dari Hong lui-po" dan otang yang. berkata padanya adalah salah satu diantara "Sam-koay" itu yang tersohor dengan julukannya "Tiat-hud Kana".
Hong-lui-po adalah sebuah benteng kuno di daerah
barat yang sangat misterius yang disegani oleh orang2
dunia kang-ouw. Kepandaian ilmu silatnya orang2 dari Hong-lui-po ini ada mempunyai gaya yang tersendiri, pengaruhnya di daerah barat adalah sangat besar. hingga tidak ubahnya sebagai satu kerajaan di daerah yang tidak bertuan.
Sam-koay adalah merupakan "Tanduk"nya Hong-lui
po, dimana mereka sampai, itu berarti bahwa pengaruh Hong-lui-po segera akan menguasai tempat itu.
Tiat-hie Sie-seng ada seorang tua yang usianya
lebih dari 80 tahun, banyak pengalaman dan
pengetahuannya, bagaimana ia tidak kenal lihaynya orang2 Hong-lui-po"
Kini ia sebaliknya malah kuatirkan dirinya Lim Tiang Hong, ia kuatir bahwa si anak muda itu nanti tidak tahu 1612
gelagat, sehingga menimbulkan onar. Maka ia lantas berlagak gila, sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata
"Hooho, aku kira siapa, kiranya adalah Sam-koay dari Hong-lui-po. Entah apa maksudnya kalian datang ke daerah Tionggoan?"
Tiat hut Kana masih tetap dengan sikapnya yang
angkuh, ia menjawab sambil ketawa bergelak-gelak:
"Lekas enyah. Di sini sudah tidak ada urusanmu!"
Tiat-hie Sie-seng adalah salah satu orang kuat dari tingkatan tua, yang namanya sudah terkenal di rimba persilatan, sudah tentu tidak senang diperlakukan demikian rupa oleh Tian-hut Kanax, maka seketika itu lantas menjawab sambil ketawa dingin: "Sahabat, kau sesungguhnya jangan terlalu tidak pandang mata pada diriku si Pelajar Miskin! Orang sombong seperti kau ini, jika pada masa mudaku, barangkali sudah menggeletak di tanah sebagai bangkai"
Sam koay dari Hong-lui-po itu sering berkeliaran di Tiong-goan, mereka juga pernah dengar tentang dirinya Tiat-hie Sie-seng si Pelajar Miskin itu.
Jie-koay (orang nomor dua dari urutan ketiga
manusia aneh itu) Tan Ang, karena kuatir yang toako 1613
(Tiat-hud Kana) tidak mengetahui keadaannya si Pelajar miskin itu, sehingga menanam permusuhan dengannya, maka lantas menyela: "Pedoman orang2 Hong-lui-po
kalau jika orang tidak mengganggu aku, maka aku juga tidak menganggu orang. Sahabat, kalau kau betul adalah Tiat-hie Sie-seng Tayhiap, diantara kita sebetulnya tidak ada ganjalan apa2, maka tidak ada gunanya kita
bertengkar seperti anak2"
Kemudian ia berpaling dan menarik tangannya Tiat-
hud Kana seraya berkata: "Lotoa, paling baik kita urus perkara yang penting lebih dulu!"
Ia ucapkan perkataan itu lantas memberi isyarat
dengan mata, kemudian ia menghampiri Lim Tiang Hung seraya berkata: "Bocah, apakah kau ini ada To-liong Kongcu yang dikalangan kang-ouw mendapat sedikit
nama?" "Benar, aku adalah Lim Tiang Kong, ada urusan apa kalian mencari aku?"
"Kabarnya kau ada hebat betul tidak?""
"Kalian dari daerah barat, sedangkan aku didaerah Tiong-goan hebat atau tidak, ada hubungan apa dengan kalian?"
1614 "Ada orang kata bahwa kau hampir menjagoi
seluruh daerah Tiong-goan, tapi merasa masih kurang puas dan mengeluarkan perkataan sombong, hendak
menyapu bersih partai2 atau orang2 yg menganut ilmu gaib, betul atau tidak?"
"Orang2 yang menganut ilmu gaib mau orang2 dari
golongan jahat, memang sudah sepantasnya kalau harus dibasmi. Ini adalah merupakan suatu kewajiban bagi orang2 atau pendekar2 yang selalu menjunjung tinggi kebenaran. Tapi aku tidak pernah mengeluarkan
perkataan bahwa aku hendak menjagoi rimba persilatan"
"Bocah, sombong benar perkataanmu"
Dalam hatinya Lim Tiang Hong pada saat itu, yang
dipikirkan hanya dimana adanya si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie. Setelah mendengar perkataan Tan Ang, ia baru tahu bahwa kedatangan tiga orang dari Hong-lui-po itu kiranya iaiah mencari setori dengannya, maka ia lantas tidak perdulikan mereka lagi.
Sebaliknya ia malah menghampiri Tiat-tie Sie-seng seraya berkata dengan suara keras: "Kalau benar kau ada ganjalan sakit hati dengan suhuku, seharusnya kau mencari aku membuat perhitungan, mengapa kau
1615 melukai Sin-soan Cu-kat yang tidak bersalah apa2.
Perbuatanmu yang kejam dan pengecut ini, benar2
bukannya perbuatan manusia"
Tiat-hie Sia-seng membuka lebar2 matanya, dengan
sikap terheran-heran ia balas menanya: "Sin-soan Cu-kat dilukai oleh siapa....?"
"Hmmm! suatu perbuatan yang bagus sekali"
berkata Lim Tiang Hong sambil melirik padanya.
Mendadak orang tua baju kuning yang muncul
secara diam2 tadi kini kembali perdengarkan suara dingin.
Suara ketawa itu ada demikian tajam dan
menyeramkan. Lim Tiang Hong dan Tiat-hie Sie-seng berbareng pada berpalting mengawasi padanya. Kini mereka baru tahu bahwa di belakang mereka masih ada dua orang lagi yang memperhatikan gerak gerik mereka.
Lim Tiang Hong agaknya tidak menghiraukan
kehadiran kedua orang itu, tapi tidak demikian dengan Tiat-hie Sie-seng. Ketika mengetahui siapa adanya dua orang itu, diam2 terperanjat sedang dalam hatinya lants memikir "apakah dua manusia tukang menyebar penyakit 1616
dari daerah perbatasan propinsi In-lam ini juga datang kemari?"
Lim Tiang Hong yang masih belum reda hawa
amarahnya lantas membentak dengan suara keras: "Kau ketawa apa?"
"Aku ketawai kau yang begitu tolol, sedang jiwanya sendiri terancam bahaya besar dan toh masih ada
kesempatan untuk mencampuri urusan orang lain"
Lim Tiang Hong, hatinya tercekat. Sejak ia muncul didunia kang-ouw, entah berapa banyak bahaya sudah ditempuh, hingga menambah banyak pengalamannya.
Dilihat gelagatnya malam itu, mungkin kedatangannya orang2 itu, semua adalah hendak mencari dirinya,
dengan maksud yang tidak baik. Oleh karena itu, maka malam itu mungkin tidak terhindar dari suatu
pertempuran yang sangat sengit pula. Tapi satu hal yang tidak dimengerti, apa sebabnya orang2 itu hendak
mencari setori kepadanya"
Dengan tanpa banyak rewel, ia lantas menghampiri
kedua orang itu dan menegur padanya: "Aku si orang she Lim dengan kalian belum saling kenal satu sama lain, ada keperluan apa kalian mencari aku?"
1617 Thian-un Lie Seng menjawab sambil tersenyum:
"Anak masih bau pupuk bawang sudah ingin menjagoi dunia kang-ouw, benar2 terlalu jumawa"
Tee-un Sun Lee si gendut juga berkata sambil
ketawa dingin: "Lo-tee, turun tangan saja! perlu apa banyak bicara dengan dia?"
Tubuhnya yang gemuk gendut seperti gentong
lantas bergerak mendekati Lim Tiang Hong.
Diatas kepalanya Thian-un Lie Seng yang botak
kelimis, nampak mengepul asap warna merah. Setelah terdengar suara keretekan dari tulang2nya, kedua lengan tangannya mendadak tambah panjang setengah kaki,
hawa nafsunya ingin membunuh nampak tegas
dikeningnya, dengan mata buas ia menatap wajahnya Lim Tiang Hong dan setindak demi setindak mendekati padanya.
Lim Tiang Hong yang sudah banyak berhadapan
dengan jago2 kuat, sedikitpun tidak meresa keder. Ia tetap tenang, malah mengawasi kelakuan manusia aneh itu dengan sikapnya yang tenang selalu. Tapi diam2 ia telah kerahkan ilmunya Siauw-yang It-ku Sin-kang
dikedua tangannya, untuk melayani musuhnya.
1618 Dalam suasana tegang demikian, Lim Tiang Hong
tiba2 merasakan ada sambaran angin di belakang
kepalanya, dengan sendirinya ia lantas geser kakinya melesat ke samping 3 kaki. Ia baru mengetahui bahwa si Sam-koay dari Hong-lui-po hendak membokong padanya secara pengecut....
Tiat-hie Sie-seng yang menyaksikan keadaan
demikian, hatinya merasa serba salah. Meski
kedatangannya kali ini ia sebetulnya memang hendak mencari Lim Tiang Hong untuk membuat perhitungan, tapi kini melihat anak muda itu berada dalam bahaya, perasaan permusuhannya lantas lenyap sama sekali, sebaliknya ia merasa jemu terhadap cara2nya orang2
dari Hong-lui-po, hingga timbul pikirannya hendak memberi sedikit bantuan tenaga. Tapi dengan demikian ia pasti akan tanam bibit permusuhan dengan Hong-lui po. Dengan usianya yang sudah demikian lanjut dan sudah tiba waktunya harus mengasingkan diri,
sesungguhnya tidak ada perlunya bermusuhan dengan orang2 kuat serta ganas seperti Hong-lui-po itu. Sesaat lamanya ia nampak bingung, tapi akhirnya ia ambil putusan bahwa paling selamat jalan meninggalkan tempat 1619
itu. Tiba2 suatu pikiran timbul dalam otaknya "Yah. aku tidak bisa membantu secara terang2an, mengapa tidak membantu dengan cara menggelap"
Maka ia lantas berseru: "Bocah, Sin-soan Cu-kat
adalah merupakan kenalan lama dengan aku, tidak nanti aku bisa melukai dirinya. Percaya atau tidak, terserah padamu sendiri. Hanya aku perlu peringatkan padamu, awas sedikit terhadap orang2 itu, sekarang aku hendak pergi"
Suaranya masih berkumandang di udara, tapi
orangnya sudah kabur sejauh 20-30 tombak
Lim Tiang Hong berpaling menengok padanya dan
pada saat itulah tiba2 terdengar suara bentakan, si Lo-sam, yakni orang termuda dari Sam-koay, yang
mempunyai julukan "Kera emas lengan panjang". Kauw Lui telah ulur lengannya yang panjang. Dengan
kecepatan bagaikan kilat menyambar belakang kepalanya Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangannya Thian-un Lie Seng yang merah seperti bara, juga dipantang lebar dan mengeluarkan asap warna merah yang menyambar
kearah dada Lim Tiang Hong.
1620 Diiain pihak, Tiat-hud Kana dan Tang Ang, masing2
pada bergerak dari kiri dan kanan memegat jalan
mundur Lim Tiang Hong. Orang2 itu semua merupakan orang2 kuat dari
kalangan hitam, yang sudah kesohor namanya, tapi kali ini dengan tidak menghiraukan nama dan kedudukannya masing2, telah mengeroyok seorang dari tingkatan
muda, semuanya memang sudah direncanakan lebih
dulu. Cara bertempur dan serangannya yang sedemikian ganas, dapat diketahui bahwa orang2 itu tidak gampang2
dilayani. Lim Tiang Hong yang dikepung dari berbagai sudut
dan semua jalaa mundur sudah tertutup rapat maka
dalam keadaan demikian, ia tidak bisa banyak pikir lagi.
Dengan sepenuh kekuatan tenaganya, ia menyambut
setiap serangan yang dilancarkan oleh musuh2nya.
Tiba2 ia bersiul nyaring, badannyu lalu melesat
setinggi 3 tombak. Ditengah udara ia berputaran sejenak, lalu melayang turun kearah tanah lapang kosong,
berbareng dengan itu, ia lantas berkata dengan suara nyaring: "Aku sudah tahu, Sin-suan Cu-kat pasti adalah 1621
kalian kawanan penjahat ini yang melukai, sekarang si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie kalian bawa kemana?"
Lalu terdengar jawabannya Tee-un Sun Lee: "Si
Pengemis Mata Satu dan Yan-jie" Mereka siang2, sudah pergi menemui Giam lo-ong, mungkin mereka sekarang sedang menantikan kedatanganmu! Hi, hi...."
Si orang she Sun ini meski badannya gemuk seperti gentong, namun gerak geriknya gesit sekali, sebab baru saja Lim Tiang Hong melayang turun ketanah si gendut itu sudah lantas berada di hadapannya.
"Kau kawanan orang jahat yang sangat kejam, aku
menghendaki jiwamu!" Teriak Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangannya lantas bergerak
mengeluarkan serangan sangat hebat.
Dengan tergopoh-gopoh Tee-un angkat tangannya,
menyambuti serengan Lim Tiang Hong.
Kedua kekuatan lalu saling beradu, segera
terdengar suara seruan tertahan dari mulutnya Tee-un.
Badannya yang seperti gentong nampak sempoyongan
sampai 4-5 tindak, parasnya pucat seketika, jelas bahwa ia telah terluka parah dalamnya.
1622 Lim Tiang Hong cuma bergoyang sebentar
badannya, sudah bisa berdiri tegak lagi. Ia yang saat itu sudah kalap, benar2 setelah memukul mundur Tee-un.
Dengan tanpa ampun lagi, ia maju lagi sambil putar tangannya hendak habiskan jiwanya si gendut gemuk itu.
Tiba2 terdengar suara bentakan saling susul.
"Bocah, kau kejam sekali...."
Dengan kecepatan bagaikan kilat 4 bayangan orang
pada datang menerjang padanya.
Berbarang dengan itu, juga terdengar suara "Bang!
Bang! Bang!" berkali-kali.
Lim Tiang Hong yang dihujani serangan begitu
gencar, segera lompat melesat sejauh 8 kaki.
Thian-un Lie Seng perdengarkan suara ketawanya
yang aneh, lalu memberi komando kepada kawan2nya, untuk mengepung pula dirinya Lim Tiang Hong.
Tiat-hud Kana menghunus senjata kebutan besinya,
lalu berkata sambil menuding Lim Tiang Hong: "Kabarnya di lembah Hong-hong Pit-kok kau telah menemukan
pengalaman gaib yang tidak sedikit. Jika kau mau
menyerahkan nyalinya naga yang sudah membatu itu
kepada Pocu kita, Hudya-mu nanti akan ampuni jiwamu"
1623 Lim Tiang Hong barusan menyambuti serangan 4
orang itu, dadanya masih dirasakan sakit. Ia coba paksakan diri, mengawasi 4 orang itu. Ia merasa bahwa untuk menghadapi 4 kawanan iblis itu sesungguhnya bukan soal mudah. Kini setelah mendengar perkatannya Tiat-hud Kana, baru tahu bahwa kedatangan mereka itu kiranya menghendaki barang pusakanya yang didapatkan dari lembah Hong-hong Pit-kok.
Diam2 ia merasa geli, kemudian sambil ketawa
terbahak bahak ia berkata: "Menurut apa yang tersiar dalam kalangan kang-ouw, Hong-lui-po itu adalah sangat rahasia dan hebat sekali pengaruhnya, tidak tahunya hanya satu persekutuan dari kawanan berandal saja.
Sekarang tuan mudamu boleh beritahukan pada kalian kawanan berandai dari Hong-lui-po, bahwa aku si orang she Lim bukannya itu manusia lemah yang boleh kalian bunuh secara mudah seperti kambing" Kalau kalian
mempunyai kepandaian, silahkan maju semua!"
Kegusaraanya si pemuda yang sudah memuncak,
telah membuat perasaannya me-luap2 hingga suaranya sampai gemetaran. Dengan senjata serulingnya
1624 dilintangkan didepan dadanya, ia mengawasi semua
musuh2nya dengan mata beringas.
Tiat-hud Kana merupakan seorang yang sifatnya
paling beringasan diantara Sam-koay itu, meski ia tahu bahwa sipemuda itu bukan seorang sembarangan, tapi dengan mengandalkan kekuatannya Sam-koay, serta
bantuan dua manusia yang mendapat julukan "penyebar penyakit" dari daerah perbatasan antara In-lam dan Burma. maka ia sudah anggap pasti bahwa kemenangan tentu berada di pihaknya.
Oleh karenanya, hatinya juga semakin besar.
Dengan matanya yang sipit ia mengawasi dirinya Lim Tiang Hong, kemudian sambil membentak keras lantas maju menerjang, sedang senjata kebutan besi
ditangannya yang mengeluarkan sinar hitam, dengan beruntun melancarkan 21 kali serangan.
Serangannya itu dilakukan demikian gencar, seolah olah tidak mau memberikan kesempatan bagi lawannya untuk bernapas.
Lim Tiang Hong berdiri tegak ditengah-tengah
kepungan mereka. Walaupun diserang demikian sengit dan hebat, tapi agaknya tidak menghiraukan sama sekali 1625
serangan Tiat-hud Kana, dengan secara lincah ia
menghindarkan setiap serangan musuhnya dan setelah menantikan kesempatan sampai kekuatan tenaga "dalam"
Tiat-hud Kana sudah sampai dipuncaknya, ia baru geser kakinya untuk singkirkan dirinya agak jauh dari ancaman serangan musuhnya, kemudian senjata seruling emas ditangannya diputar demikian rupa untuk membendung senjata musuhnya.
Begitu melihat Lim Tiang Hong sudah bergerak
memberi perlawanan, Tan Ang, si kera lengan panjang dan Thian-un Lie Seng yang masing2 berdiri ditiga sudut, juga lantas bergerak hampir dengan waktu berbarengan, bantu kawannya melakukan serangan kepada Lim Tiang Hong dari tiga jurusan.
Dalam waktu sebentaran saja, Lim Tiang Hong
sudah terkurung dalam hembusan angin dan kepalan
tangan serta senjata tajam.
Empat manusia aneh itu, dulunya pernah menjagoi
di masing2 daerahnya sendiri. Dan kini 4 iblis itu telah bergandengan tangan hanya menghadapi seorang
musuh, sudah tentu beranggapan pasti bisa merebut kemenangan.
1626 Buat pihaknya Lim Tiang Hong, 4 iblis itu
merupakan lawan yang berat juga, ia pun merasakan tekanan hebat dari 4 musuhnya itu.
Dalam keadaan demikian, tangan kanannya Lim
Tiang Hong menggunakan senjata seruling emasnya dan tangan kirinya untuk melawan mati-2an terhadap
musuh2nya yang ganas itu.
Seruling emasnya merupakan senjata yang luar
biasa. Senjata itu diputar demikian rupa, sehingga mirip dengan seekor naga yang beterbangan di tengah udara, emasnya mengeluarkan sinar ber-kilau2an hingga
menyilaukan mata musuh2nya dan hembusan anginnya
yang dibantu dari hembusan kekuatan tenaga dalam dari tangan kirinya, telah menimbulkan suatu kekuatan hebat, hingga sebentar2 terdengar suara menderu-deru.
Karena setiap orang merupakah tokoh2 terkuat dari kalangan kang-ouw, maka setiap serangan yang
menggunakan kekuatan tenaga dalam, nampak makin
lama makin seru dan cepat, sehingga menimbulkan angin yang membuat tanah dan pepohonan disekitar tempat pertempuran itu pada beterbangan dan tumbang.
1627 Pertempuran yang jarang ada itu, terus
berlangsung sampai satu jam lebih lamanya. Serangan yang dilancarkan oleh setiap orang, sedikitnya ada 300
jurus lebih. Ilmu serulingnya Lim Tiang Hong sudah dikeluarkan bolak balik sampai 8 kali banyaknya. Ilmu pukulan seruling itu diimbangi dengan ilmu pukulan tangan "Lui-tian-hui-huan-ciang" yang jarang digunakan, baru dapat mengimbangi musuh2nya yang jumlahnya 5 orang itu.
Namun per-lahan2 ia mulai ripuh juga, sebab
lawannya adalah merupakan tokoh2 kuat yang sudah
lama mendapat nama dikalangan kang-ouw. Maka diam2
lantas berpikir "jika terus menerus bertempur secara demikian, rasanya berabe maka aku harus menggunakan siasat untuk merubuhkan mereka...."
Karena pikirannya bekerja, maka pukulannya juga
rada kendor, sebaliknya, serangan pihak lawannya
nampak semakin hebat. Tang Ang agaknya sudah naik darah benar2, seraya
menggeram hebat ia berteriak-teriak: "Bangsat, jika bocah yang masih bau pupuk bawang seperti kau ini 1628
sampai toayamu tidak bisa membereskan, kita tidak perlu berkecimpung dikalangan kang-ouw lagi"
Sesudah itu, ia lantas keluarkan tipu silatnya yang istimewa, yang dinamakan "bayangan iblis", hingga dalam waktu sekejapan lamanya Tan Ang seolah-olah berubah menjadi bayangan yang banyak sekali jumlahnya
berputaran di sekitarnya Lim Tieng Hong. Selain daripada itu, jari tangannya juga memancarkan hembusan angin berwarna hitam, menembus sinar emas serulingnya Lim Tiang Hong.
Setelah Tan Ang mengeluarkan kepandaiannya
yang istimewa, Thian-un Li Seng juga menelad
perbuatannya sang kawan itu. Dari telapakan tangannya menghembuskan serangan makin hebat dengan
dibarengi oleh asap merah membara.
Kawanan iblis itu begitu mendapat kesempatan baik lantas membuka ofensifnya dengan berbareng, mereka ingin segera membinasakan dirinya pemuda kosen itu.
Sayang keinginan mereka itu tidak mudah tercapai, karena Lim Tiang Hong juga bukan seorang anak bawang seperti apa yang mereka anggap semula. Hanya karena barusan memikirkan suatu siasat, maka agak sedikit 1629
lengah, sehingga kesempatan itu digunakan oleh
lawannya, untuk melancarkan serangan sengit. Kini setelah mengetahui bahwa dirinya berada dalam keadaan sangat berbahaya, lalu mengerahkan seluruh
kepandaiannya ilmu seruling, setelah itu ia berkata sambil ketawa nyaring: "Kawanan iblis jahat, malam ini tuan mudamu akan suruh kalian merasakan hebatnya
ilmu silat dari Hong-hong Pit-kok"
"Ser... Ser..."
Suara hembusan angin yang keluar dari jaii
tangannya Lim Tiang Hong terdengar amat nyaring.
Seruling emasnya bergerak laksana naga terbang,
sedang jari telunjuk kirinya mengeluarkan butiran2 warna putih dengan beruntun sampai 9 kali.
Butiran2 itu adalah serupa hawa tenaga murni yang kelihatannya semacam benda butiran, tapi sebenarnya tenaga dari kekuatan hawa tenaga murni yang dipelajari oleh orang2 yang mempunyai kekuatan tenaga dalam
sudah sempurna benar2. Menggunakan ilmu serupa ini meski
menghembuskan banyak tenaga murni, tapi bagi orang yang sudah sempurna dan tinggi sekali kekuatan tenaga 1630
dalamnya, senjata serupa itu merupakan senjata yang paling ampuh dan paling sulit dielakkan.
Maka setelah Lim Tiang Hong menggunakan
ilmunya itu, dalam waktu sekejapan, keadaan lantas berubah.
Tan Ang yang sedang berputaran dengan seribu
bayangannya, mendadak mengeluarkan suara jeritan
ngeri, tubuhnya melesat mundur sampai 8 kaki jauhnya.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Ternyata ia sudah terkena serangannya butiran
hawa Lim Tiang Hong dengan telak, sehingga dibawah pundaknya berlobang dan darah bercucuran membasahi sekujur badannya.
Setelah orang kedua dari barisan Sam-koay itu
terluka, Tiat-hud Kana semakin murka, rambutnya
sampai pada berdiri sehingga mirip dengan bulu landak, matanya yang sipit menjadi merah membara.
Sambil keluarkan geraman hebat ia berseru. "Anjing cilik, malam ini apabila hudya-mu tidak bisa membikin lobang didadamu, percuma Hudyamu mendapat gelar
"Sam-kiat" (Tiga jago kuat) di Hong-lui po"
Dengan satu gerakan yang sangat gesit ia
merangsak dirinya Lim Tiang Hong. senjatan kebutan 1631
besinya diputar sehingga mengeluarkan sinar hitam, nampak mengarah kedadanya si anak muda. Gerak tipu pukulannya itu merupakan gerak tipunya yang istimewa.
Jlkalau tidak perlu sekali, jarang ia keluarkan.
Lim Tiang Hong mengetahui hebatnya serangan itu,
ia tidak berani menyambuti secara sembarangan. Dengan menggunakan ilmu mengelakkan diri Sam-sam Po-hoat, ia dapat mengelakkan serangan yang hebat itu.
Tapi baru saja menghindarkan ancamannya Tiat-
hud Kana, Thian-un Li Seng dari belakang sudah
menyerang dengan serangannya yang mengandung
hawa panas laksana bara. Lim Tiang Hong dengan menggunakan tipu pukulan
"Menyapu Jagat" serulingnya diputar menyapu ke
belakang dirinya untuk menyambuti serangan musuhnya yang licik itu.
Tiba2 ia rasakan pula sambaran angin. Si Kera
Lengan Panjang sudah mengulur lengannya yang benar2
panjang, menyambar bawah ketiak Lim Tiang Hong.
Gerakan si Kera Lengan Panjang itu benar2 luar
biasa gesitnya, sehingga bajunya Lim Tiang Kong kena kejambret dan terlobang.
1632 Lim Tiang Hong sangat gusar. Dengan tangan
kirinya, sekaligus ia menghujani serangan2 kepada musuh2nya.
Gerakan Lim Tiang Hong yang seolah-olah bagaikan
banteng kedaton, dengan kepandaian ilmu silatnya
tangan kosong dan seruling emas yang dari dua
golongan menjadi satu, membuat musuh2nya mau tidak mau diam2 mengakui keunggulannya pemuda itu,
sehingga pada lompat mundur sampai 1 tombak jauhnya.
Tepat pada saat itu, mendadak terdergar suara jeriten orang yang timbul disuatu tempat yang agaknya tidak jauh dari situ.
Dalam suasana malam yang sunyi, suara itu
kedengarannya semakin menusuk telinga dan membuat berdiri bulu roma.
Lim Tiang Hong yang sejak tadi memikirkan
keselamatannya diri si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie, tatkala mendengar suara jeritan itu, dalam hatinya diam2
merasa kaget. Dengan menggunakan kesempatan selagi lawan2nya itu lompat mundur, ia juga lantas lompat melesat, dengan gerakan bagaikan kilat ia melayang ke arah datangnya suara jeritan tadi.
1633 Thian-un Li Seng yang mengira Lim Tiang Hong
hendak kabur lantas berseru sambil ketawa terbahak-bahak: "Monyet, malam ini sekalipun kau hendak kabur ke atas langit, tuan besarmu juga akan tangkap kau kembali!"
Ucapannya itu segera dibarengi oleh gerakannya
yang cepat bagaikan kilat, mengejar dibelakangnya Lim Tiang Hong.
Perbuatan Li Seng itu segera ditelad oleh
kawan3nya termasuk Tee-un Sun Lee yang masih belum sembuh betul lukanya.
Sejak Lim Tiang Hong unjukkan muka didunia Kaog-
ouw entah berupa banyak mengalami pertempuran besar kecil, tapi selamanya belum pernah kaburkan diri dari lawan2nya.
Demikian pula keadaannya dimalam itu, meskipun
ia agak ripuh, tapi sedikitpun tidak memikirkan untuk kabur. Hanya, suara jeritan tadi telah menimbulkan perasaan kuatirnya terhadap diri Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu.
Siapa nyana dibelakang dirinya lantas dengar suara jengekannya Thian-un Li Seng yang tidak sedap
1634 didengarnya, namun ia tidak perdulikan itu semua ia masih tetap kaburkan kakinya kearah suara jeritan tadi itu
Sabentar kemudian, tibalah ia ditempat tersebut.
Ternyata itu adalah sebidang tanah kuburan tua yang morat-marit keadaannya. Di atas tanah kuburan itu nampak rebah menggeletak disana-sini bangkainya
beberapa puluh orang, diantaranya masih ada yang
merintih rintih. Baru saja ia hendak memeriksa siapa orangnya
yang menggeletak sebagai bangkai itu, mendadak
matanya dapat lihat bayangan hitam kecil langsing dengan di belakang gegernya menggendong seseorang, lari menghilang ke dalam rimba.
Dengan daya penglihatannya yang tajam, ia segera
dapat lihat bahwa orang yang berada di gendongan itu adalah seorang wanita.
Hatinya bercekat, tapi baru saja ia hendak
mengejar, ternyata sudah tidak ada kesempatan lagi!
Sebab Tiat-hud Kana dengan lakunya seperti orang gila, sudah menerjang padanya, sedang senjata kebutan
besinya sudah mengancam kepalanya.
1635 Lim Tiang Hong merasa cemas berbareng gusar. Ia
lalu angkat senjata seruling emasnya untuk menangkis serangan Tiat-hud Kana yang ganas itu dan selanjutnya ujung seruling itu diteruskan kearah dadanya Tiat-hud Kana sedang tangan kirinya juga melancarkan serangan dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat
Tiat-hud Kana yang menerjang secara kalap, tidak
menduga kalau Lim Tiang Hong masih mampu
menyambuti serangannya. Setelah terdengar nyaring suara benturan kedua senjata, nampaknya agak
terkesiap. Namun belum hilang rasa herannya, kekuatan tenaga dalam yang diiancarkan oleh Lim Tiang Hong dengan tangan kirlnya sudah meluncur ke arah dadanya.
Sudah tidak ada kesempatan lagi baginya untuk
berpikir lebih jauh, terpaksa ia menyambuti dengan lengan kirinya....
"Beleduk! Beleduk!"
Setelah suara beradunya kedua kekuatan terdengar
nyaring, lalu disusul dengan suara "Crat... Peletak!"
Sambil berkaok kaok, Tiat hud Kana badannya
terlempar kembali sampai 3 tombak jauhnya. Setelah itu 1636
masih mundur sempoyongan sejauh 5 tindak, sedang
tangan kirinya nampak melesot ke bawah
Ternyata dalam mengadu kekuatan itu,
pergelangan tangan Thian-hud Kana telah patah
tulangnya hingga wajahnya pucat pasi dan keringat dingin mengucur deras saking menahan rasa sakit yang sangat hebat.
Lim Tiang Hong sendiri juga merasa bergolak
dadanya, mundur 2 tindak.
Tapi belum lagi berdiri tegak, si Kera Lengan
Panjang dan sepasang manusia penyebar penyakit dari perbatasan In-lam Burma. dengan kecepatan bagaikan angin, sudah berada di hadapannya.
Dengan mengambil posisi segitiga, 3 kawanan iblis itu segera mengurung dirinya Lim Tiang Hong dan
melancarkan serangannya bertubi tubi sampai 15 kali banyaknya.
Serangan 3 orang itu dilakukan dengan tenaga
sepenuhnya dan dilancarkan demikian cepat dan ganas, hingga Lim Tiang Hong yang masih belum mendapat
kesempatan memulihkan kekuatan tenaganya hampir
saja tidak mempunyai kekuatan untuk melayani mereka.
1637 Thiau-un Li Seng dengan bangga telah ketawa
terbahak-bahak sembari berkata: "Kunyuk! sekarang aku kepingin lihat apa kau masih bisa berlalu congkak lagi?"
Diejek demikian rupa, Lim Tiang Hong lantas
kerahkan kekuatan tenaga murninya, sambil ketawa
panjang ia menjawab: "Kau jangan merasa bangga dulu, belum tentu tuan mudamu tidak mampu melawan kalian kawanan tikus!"
Setelah itu ia lantas selipkan senjata serulingnya dibelakang gegernya kedua tangannya menggunakan
ilmu Lui-tian hui-hoan-ciang, sudah menyerang
musuh2nya dengan tipu2 pukulannya yang hebat2,
hingga dalam waktu sekejapan saja sudah melakukan 18
kali serangan. Ilmu pukulan dengan menggunakan tangan kosong
itu memang benar2 sangat hebat, sekalipun batu besar, apabila digempur dengan ilmu pukulan itu lantas menjadi hancur lebur, apalagi badan manusia.
Maka setelah Lim Tiang Hong menggunakan tipu
pukulannya itu, lantas terdengar suara jeritannya Tee-un Sun Lee yang belum sembuh betul dari lukanya. Orang she Sun itu tersapu oleh hembusan angin yang keluar 1638
dari tangannya Lim Tiang Hong, walaupun demikian, tubuhnya yang gemuk seperti balon sudah terpental sejauh 2 tombak lebih dan mulutnya mengeluarkan
darah. Thian-un Li Seng yang menyaksikan saudaranya
telah rubuh, lantas menjadi kalap, sambil ulur tangannya ia menggeram: "Kunyuk! tuan besarmu akan adu jiwa dengan kau"
Setelah itu ia lalu melancarkan serangan dengan
beruntun, dan setiap serangannya selalu mengarah jalan darah terpenting di anggota badan Lim Tiang Hong
barusan telah menngerahkan kepandaian dan
kekuatannya, dalam waktu segebrakan saja sudah
berhasil merubuhkan dirinya Tee-un Sun Lee. Namun ia sendiri juga sudah tersengal-sengal, Dadanya dirasakan sudah menggolak, napasnya membiru, maka ketika
didesak demikian rupa oleh Thian-un Li Seng, ia terpaksa mundur sampai 7-8 kaki jauhnya.
Si Kera Lengan Panjang yang melihat ada
kesempatan baik, lalu ulur lengannya yang panjang, menyerang Lim Tiang Hong dari setiap jurusan.
1639 Si Kera Lengan Panjang ini merupakan anggota
termuda dalam barisan Sam-koay, juga merupakan orang yang paling sukar dilayani. Kekuatan tenaganya sangat besar, sifatnya sangat kejam dan buas.
Ilmu mengelakkan diri Lim Tiang Hong yang
dinamakan Sam-sam Po-hoat, meski luar biasa dan
sudah tidak ada tandingannya, tapi oleh karena ia sudah bertempur hampir semalam suntuk, sudah tentu merasa lelah. Dengan demikian, sudah tentu gerak kakinya mulai agak kendor.
Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng
dalam barisannya yang semula terdiri dari 5 orang, tapi kini hanya tinggal 3 orang sifat mereka yang memang sangat buas, kini bertambah buas lagi.
Mereka menggeram tidak hentinya, tangan mereka
terus melancarkan serangan secara kalap, hingga
menimbulkan hawa dingin den panas, yang mengurung dirinya Lim Tiang Hong.
Sembari melawan, Lim Tiang Hong hatinya terus
berpikir, sebab sampai pada saat itu, ia masih belum tahu benar, apa sebabnya mereka itu mengerubuti
1640 dirinya dan agaknya sudah bertekad hendak
membinasakan dirinya. Ia anggap bahwa yang paling penting ialah
selekasnya supaya ia dapat mencari dirinya si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie.
Tapi, serangannya dari lawannya itu, hampir
membuat ia tidak dapat kesempatan untuk loloskan diri.
Dalam cemasnya ia lantas membentak dengan suara
keras: "Jika kalian masih tidak mau tahu gelagat, jangan kalian sesalkan kalau siauwyamu nanti turunkan tangan kejam!?"
"Ucapanmu ini untuk menggertak siapa" lihat
serangan!" jawabnya Thian-un Li Seng sambil ketawa dingin.
Setelah itu, ia lalu putar tangannya yang besar,
kembali melancarkan serangan bertubi-tubi.
Lim Tiang Hong sambuti serangan itu sambil
ketawa dingin, selagi hendak balas menyerang,
mendadak dari jauh terdengar suara bentakan orang:
"Berhenti!" Berbareng dengan itu, di dalam medan
pertempuran itu tiba2 muncul dirinya seorang
1641 pertengahan umur itu berbadan tinggi besar. Berpakaian baju kulit warna merah sawo dan bertopi warna merah.
Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng,
belum melihat datangnya orang tersebut, segera tarik mundur serangannya, kemudian lompat mundur dan
memberi hormat kepada orang tersebut seraya berkata:
"Kami berdua menjumpai Suncu!"
Orang tinggi besar itu yang ternyata salah satu
Suncu (nama suatu jabatan). Sambil ulapkan tangannya lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Jika tuan masih menyayangi jiwa tuan, sebaiknya segera menyerahkan nyali naga itu kepada kita, mungkin kita masih dapat berunding mengenai hal2 yang lainnya. Jikalau tidak, susah dikata apa akibatnya!"
Lim Tiang Hong dapat menyaksikan bagaimana
sikap Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng terhadap orang itu yang demikian menghormatinya
lantas dapat menduga bahwa orang itu pasti mempunyai kedudukan tinggi dalam Hong-lui-po, namun ia tidak jeri, bahkan sebaliknya, ia ketawa terbahak-bahak kemudian berkata: "Kau siapa" Bagaimana kau berani
1642 mengeluarkan perkataan begitu besar terhadap aku"
Apakah kau kira aku akan takut dengan gertakanmu itu?"
Orang itu dengan sikapnya yang angkuh, kepalanya
mendongak ke atas dan berkata dengan suara dingin:
"Dalam Hong-lui-po ada seorang Suncu yang bernama Lui Beng, itu adalah aku. Kau sebagal seorang yang sudah lama berkecimpungan di dalam kalangan kang-ouw, tentunya juga pernah dengar itu nama"
Lim Tiang Hong gelengkan kepalanya, sambil
ketawa geli ia menjawab: "Aku belum pernah dengar itu nama, aku juga tidak mengerti apa artinya Suncu"
Orang tinggi besar itu, jabatannya dalam Hong-lui-po adalah Lam-mo Suncu, yang merupakan salah satu dari tiga Suncu. Kedudukannya tinggi sekali. Menurut peraturan dalam Hong-iui-po, jika tidak mempunyai kepandaian ilmu silat istimewa, tidak bisa menjabat kedudukan tersebut. Maka itu, ia tadinya mengira bahwa dengan menyebutkan nama dan jabatannya itu, pasti dapat membikin keder hatinya Lim Tiang Hong.
Siapa nyana Lim Tiang Hong sedikitpun tidak
pandang padanya, sikapnya Lim Tiang Hong itu, tidak ubahnya sebagai satu hinaan terbesar bagi Sancu itu, 1643
maka ia lantas delikkan matanya dengan hati
mendongkol. Sekonyong-konyong ia maju menghampiri,
tangannya bergerak menyerang Lim Tiang Hong.
Perbuatannya iiu menandakan betapa kejam dan
ganasnya Lam-mo Suncu itu, dengan tanpa memberi
peringatan lebih dulu, sudah menyerang secara ganas.
Lim Tiang Hong yang sudah tahu menghadapi
musuh tangguh, maka selalu waspada untuk menghadapi serangan yang dilakukan secara tiba2. Oleh karena itu, maka sebelum serangan Sancu itu mengenakan
sasarannya, Lim Tiang Hong sudah geser kakinya, dengan manis sekali dapat menghindarkan serangan
tersebut. Tepat pada saat itu, dari tengah udara terdengar
suara bentakan yang keras: "Kongcu silahkan mengaso dulu, biarlah aku si pengemis yang membereskan
manusia keparat itu!"
Suara itu disusul oleh meluncurnya tubuh seorang
yang segera menyambuti serangan Lam-mo Suncu tadi.
Kedua pihak nampak mundur setindak dengan
badan sempoyongan. 1644 Lam-mo Sancu terperanjat. Ia yang selamanya
pandang tinggi kepandaiannya sendiri, apalagi selama berkelana didunia kang-ouw ia belum pernah
menemukan seorangpun yang dapat mengimbangi
kekuatannya. Ia melirik dengan matanya yang tajam, segera
dapat lihat bahwa orang yang baru muncul itu ternyata adalah seorang pengemis pincang dengan wajah penuh berewok.
Sesaat wajahnya lantas berubah, kemudian berkata
dengan suara yang mendongkol: "Hong-lui-po dengan Kai-pang (perkumpulan kaum pengemis) selamanya
belum pernah kebentrok. Kau pengemis ini, dengan hak apa kau hendak mencampuri persoalan ini?"
Pengemia pincang itu menjawab sambil ketawa
terbahak-bahak: "Aku pengemis tua adalah menjabat jabatan sebagai pengurus bagian luar dari Hong-hong-tie. Dengan berani mati kau menganggu Kongcu kita, mengapa aku tidak boleh mencampuri soal ini?"
Sebagai seorang kang-ouw kawakan, Lui Beng
sudah tentu pernah dengar nama perkumpulan Hong-
hong-tie yang sangat misterius itu dan kini ia baru tahu 1645
bahwa To-liong Kongcu itu adalah seorang kongcu dari perkumpulan yang sangat misterius dan berpengaruh itu.
Dengan ketawa sinis ia lantas berkata: "Oh! tuan
kiranya adalah pahlawan dari Hong-hong-tie yang
bergelar Cian-lie Tui-Hong Po kai (pengejar angin si pengemis pincang). Hong lui-po sebetulnya tidak ada permusuhan2 apa dengan Lim kongcu. Hanya beberapa kali ia pernah mengeluarkan ucapan sombong, yang
katanya hendak menyapu bersih orang2 yang menganut ilmu kegaiban didaerah perbatasan. Oleh karena itu, maka Pocu dari Hong-lui-po telah mengutus siauwtee datang kemari untuk mencari kebenarannya berita itu.
Dan benar saja ia ada begitu jumawa sikapnya terhadap orang2 kita"
Buat orang2 dunia kang-ouw, terhadap nama Hong-
hong-tie sedikit banyak umumnya pada menaruh rasa hormat dan jeri.
Hong-lui-po meski berada di luar daerah tiong-
goan, tapi juga pernah dengar itu nama, maka setelah si pengemis pincang itu beritahukan asal usulnya, sikapnya Lam-mo Suncu segera berubah.
1646 Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap yang
sedemikian cepatnya, lantas berkata sambil ketawa dingin: "Apakah kalian bukannya mengandung maksud hendak merampok nyali nagaku yang sudah berbatu itu"
Kenapa sekarang kau berbalik menuduh aku hendak
menjagoi rimba persilatan" Memang benar, aku si orang she Lim yang sudah terjunkan diri dalam kalangan kang-ouw dengan menganut aliran yang benar, sudah tentu mempunyai maksud hendak menyapu segala kawanan
jahat untuk menyelamatkan dunia. Jika Hong-lui-po tidak bisa mengkoreksi dirinya sendiri, ada satu hari pasti mengalami nasib akan dibersihkan".
Kalau tadi diwajahnya Lam-mo Suncu masih ada
sedikit senyuman dibibirnya, tapi kini telah berubah merah padam. Sambil ketawa dingin ia berkata:
"Sungguh sombong sekali perkataanmu itu. Aku disini dengan secara lancang sebagai wakilnya Pocu,
mengundang kau datang ke Hong-lui-po dan Hong-lui-po setiap waktu membuka pintu untuk menerima
kunjunganmu" "Disaat Hong-lui-po nanti sudah mengunjukkan
kejahatannya secara nyata itulah saatnya pula bagi aku si 1647
orang she Lim akan datang untuk membasmi kejahatan itu, kalian tunggulah saja"
"Huh.... huh...."
Sebagai jawabannya Lam-mo Suncu cuma
keluarkan suara dari hidung berulang kali, lalu ulapkan tangannya kepada kawan2nya, dalam waktu sekejapan saja, Suncu itu dengan membawa orang2nya yang
terluka sudah menghilang dari depan masa Lim Tiang Hong dan pengemis pincang.
Suatu pertempuran yang amat dahsyat, kini telah
berakhir. Lim Tiang Hong karena kuatirkan
keselamatannya Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu, maka setelah Lam-mo Suncu bersama kawan2nya
berlalu, ia segera berjalan ke tempat dimana tadi kedapatan banyak bangkai. Ketika ia memeriksa orang2
yang sudah pada rebah menjadi bangkai itu, ternyata semuanya ada memakai pakaian kulit warna merah sawo dan bertopi warna merah tua. Dandanannya itu ada
serupa benar dengan dandanannya Lam-mo Suncu.
Luka2 yang membawa kematian mereka, semua
ada tanda luka dari senjata pedang, tapi ilmu pedangnya orang yang membinasakan mereka itu sesungguhnya
1648 sangat aneh dan ganas. Setiap bekas luka ada tanda palang merah, bahkan luka2 itu semuanya di bagian perut sang korban.
Ia memeriksa lama sekali, namun masih tidak dapat tahu itu ada ilmu pedang dari golongan mana, maka ia lalu berpaling dan menanya kepada si Pengemis pincang:
"Tahukah kau, ini ada ilmu pedang dari golongan mana?""
Si pengemis pincang buka matanya lebar2, otaknya


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

diputar, tapi kemudian menjawab sambil gelengkan
kepala: "Ini ada serupa pedang dari golongan gaib yang sangat aneh. Dari luka2 sang korban dapat diduga, bahwa orang yang turun tangan ini ada mempunyai
bukan saja kepandaian tinggi, tapi juga kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna. Sayang aku tidak tahu ilmu pedang dari golongan mana"
Sejenak Lim Tiang Hong berdiam, kemudian dengan
tiba2 ia menanya: "Mengapa orang2 ini bisa datang secara tiba2 untuk mencari aku dengan sikap
bermusuhan" Dan bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?"
Sikapnya si Pengemis pincang itu mendadak
berubah sikapnya menjadi sungguh2, sambi! menghela 1649
napas panjang ia menjawab: "Hong-lui-po adalah satu perkumpulan atau partai terbesar di daerah See-hek (barat), di sebelah utara jalan ke gunung Thian-san, merupakan satu kerajaan besar, pengaruhnya tidak boleh kita pandang ringan. Mereka sudah lama ingin pentang pengaruhnya kedaerah Tiong-goan dan kali ini, mungkin saja ada kebetulan. Tapi menurut pikiranku, Kongcu kita sudah kebentrok dengan mereka, selanjutnya lebih baik berlaku hati2 sedikit. Cuma, kita juga tidak boleh unjukkan sikap lemah terhadap mereka. Hong-hong-tie ada mempunyai cukup tenaga untuk menghadapi
tantangan dari mana saja. Kongcu, lakukanlah semua usahamu dengan hati tabah. Jika kau anggap perlu
bantuan tenaga, kau boleh keluarkan perintah dengan tanda partaimu yang berupa binatang Kie-lin itu, setiap saat ada orang yang akan datang membantu"
Setelah itu ia ketawa terbahak-bahak, kemudian
berkata pula: "Ada kesempatan untuk menguji
kekuatannya Hong-lui-po merupakan satu kerajaan dari daerah barat itu, sesungguhnya juga merupakan satu hal yang menggembirakan hati!"
1650 Kemudian sambil luruskan kedua lengannya ia
menanya: "Kongcu ada perintah apa?"
Lim Tiang Hong sambi! mengawasi bangkai2 yang
menggeletak di tanah itu sejenak, lalu berkata "Buat urusan lain, aku tidak berani memerintahkan kau, cuma ada satu hal, aku minta bantuanmu, ialah mengenai dirinya Yan-jie, putrinya Heng-lim Chun-loan dan si Pengemis Mata Satu, yang sampai sekarang belum
ketahuan dimana adanya, harap kau suka segera tolong untuk mengadakan penyelidikan. Jika ada terjadi apa2
atas diri mereka, harap lekas beritahukan padaku!"
Setelah itu ia lantas menyoja dan meninggalkan si pengemis pincang itu.
(0-0dw-kz0-0) Bab 41 SETELAH berpisahan dengan si Pengemis pincang,
Lim Tiang Hong buru2 pulang kerumahnya Sin-soan Cukat.
Lukanya Sin-soan Cu-kat sudah hampir sembuh.
Hanya wajahnya yang kelihatan pucat pasi. Saat itu ia sedang mondar-mandir dipertengahan rumah dengan
1651 hati cemas. Tatkala melihat kedatangannya Lim Tiang Hong, ia lantas buru2 menanya: "Kau sudah melihat mereka atau belum?"
Lim Tiang Hong geleng2kan kepalanya, lalu
menceritakan semua pengalamannya seperginya dari
rumah. Sin-soan Cu-kat lalu berkata sambil menghela napas panjang. "Dengan demikian, maka selanjutnya di dunia kang-ouw akan timbul banyak urusan....".
Lim Tiang Hong mengerti apa yang dimaksudkan
dengan perkataannya orang tua itu, ialah ditujukan kepada Hong-lui-po yang hendak pentang sayapnya ke daerah Tiong-goan, tapi soal ini bukan merupakan soal yang ia ingin tahu pada saat itu, maka ia segera
memotong dan mananya: "Dengan cara bagaimana
locianpwee semalam mendapat luka?"
Dengan wajah muram dan sambil menghela napas
panjang Sin-soan Cu-kat menjawab: "Lohu adalah
seorang yang tidak berguna, sehingga timbul ini
urusan...." lalu ia menceritakan pengalamannya sebagai berikut.
1652 Kiranya malam itu Sin-soan Cukai setelah minum
beberapa cawan arak untuk menghilangkan perasaan
hatinya yang pepat, lalu masuk ke dalam kamarnya, tapi ia masih selalu terganggu pikirannya dengan adanya firasat kurang baik diwajahnya Lim Tiang Hong, yang diduga akan terjadi apa2 atas dirinya anak muda itu.
Dengan seorang dirinya keluar lagi dari kamarnya
dan menyelidiki keadaan seluruh ruangan dalam
rumahnya yang besar. Ia melongok ke dalam kamarnya Yan-jie, ternyata
masih nyala lampunya. Ia mengerti perasaannya gadis itu. karena memikiri dendam sakit hati ayahnya, hingga tidak bisa tidur. Dari luar jendeia ia memberi nasehat beberapa patah kata kepada gadis cilik itu, kemudian ia berlalu dan menuju ke kamarnya si Pengenis Mata Satu.
Dari dalam kamar si Pengemis tua itu, terdengar
suara orang mengorok hingga Sin-soan Cu-kat tahu
bahwa pengemis tua itu sedang tidur nyenyak.
Ia lalu balik lagi ke dalam kamarnya sendiri. Ia
duduk diatas kursi untuk memikirkan cara bagaimana hendak melaksanakan penuntutan balas sakit hati bagi Yan-jie.
1653 Mendadak.... Suara yang sangat halus sekali memecahkan
kesunyian suasana malam. Sebagai orang kang-ouw
kawakan, sudah tentu ia tahu apa artinya suara
demikian. Diam2 ia terkejut dan berkata kepada diri sendiri. "Benar2 ada urusan...?"
Serentak ia berbangkit, tapi selagi hendak
melompat keluar dari iubang jendela, mendadak dapat lihat berkelebatnya bayangan manusia, Tiat-hud Kana dari Hong-lui-po, seolah-olah bayangan setan sudah melayang masuk kedalam kamarnya, dengan suara
dingin ia rnenanya, "To-liong Kongcu yang baru2 ini menggegerkan dunia kang-ouw, apakah berdiam
dirumahmu?". "Sahabat, kau ini siapa" Dan apa perlunya mencari dia?"
"Yaya mu adalah salah satu dari 3 jago di Hong-lui-po. Nama gelarku adalah Tiat-hud Kana. Apa maksudnya aku mencari dia, ini bukan urusanmu. Aku hanya
menanya padamu: Dia berdiam dirumahmu atau tidak?"
Sin-soan Cu-kat adalah seorang kang-ouw ternama,
sudah saja tidak sudi dihina demikian rupa. Tapi tatkala 1654
mendengar disebutnya nama Hong-lui-po, dalam hatinya diam2 juga terperanjat. Walaupun demikian, ia toh tidak mau mandah digertak begitu saja. Maka ia lantas
menjawab: "To-liong Kongcu Lim siauwhiap, memang
benar pernah datang ke pondokku ini tapi dimana
adanya dia sekarang, aku tidak tahu. Kalau kau ada urusan apa2, boleh kau tinggalkan pesan kepada lohu saja, nanti aku sampaikan padanya!"
Tapi Tiat-hud Kana berkata sambi! ketawa dingin.
"Kau ada orang macam apa?"
Dan dengan tidak diduga-duga, ia lantas sodorkan
tangannya. Dari telapakan tangannya mengeluarkan
kekuatan yang mengandung hawa dingin, meluncur
keluar menyerang Sin-soan Cu-kat.
Kedua orang yang berdiri berhadapan dalam
sejarak kira2 3 kaki itu. Walaupun Sin-soan Cu-kat adalah seorang kang-ouw kawakan, tapi juga tidak menduga kalau orang dihadapannya yang diperlakukan secara sopan itu bisa mengeluarkan serangan secara curang.
Dalam gugupnya ia terpaksa menyambuti dengan
tangannya, tapi ternyata sudah terlambat, serangan itu mengenakan dengan tepat dibagian dadanya, hingga
1655 mulutnya menyemburkan darah segar dan tubuhnya
lantas rebah tidak ingat orang lagi.
Setelah mendengar penuturan itu, Lim Tiang Hong
lantas berkata sambil kerutkan keningnya. "Berdasar pengalaman boanpwee, dari 5 orang yang bertempur
dengan boanpwee itu, satu persatu merupakan orang2
kuat golongan kelas satu di dunia kang-ouw. Jika benar2
Yan-jie diketemukan oleh mereka, ada sulit sekali dapat lolos dari tangan mereka. Namun boanpwee masih
merasa sangsi, Yan-jie ada kemungkinan sudah ditolong oleh itu orang yang menggunakan ilmu pedangnya yang aneh membinasakan orang2nya Hong-lui-po dan
kemudian gendong pergi padanya. Kala itu, sebetulnya boanpwee hendak mengejar untuk menyaksikan siapa
adanya itu orang, tapi boanpwee terus dikepung oleh 5
orang dari Hong-lui-po itu, sehingga tidak bisa lepas dari tangan mereka. Sekarang setelah mendengar penuturan Locianpwee, maka boanpwee mengertilah sudah bahwa kedatangan mereka itu sudah direncanakan terlebih dahulu dan ternyata ada mengandung maksud tertentu"
"Ditinjau dari pembicaraan mereka, kedatangan
mereka itu kalau bukan secara sengaja mencari setori, 1656
tentunya ada orang yang mengogok-ogok, sehingga kau dimusuhi oleh orang2 Hong-lui po"
"Perkara Hong-lui-po, untuk sementara kita tak
usah bicarakan dulu, yang paling penting pada dewasa ini ialah: dengan cara bagaimana kita harus mencari adik Yan-jie. Karena Heng-lim Chun-loan locianpwee cuma mempunyai putri satu2nya. Jika ada terjadi apa2 atas dirinya, bagaimana boanpwee nanti ada muka untuk
bertemu dengan Heng-lim Chun-loan locianpwee di alam baka?"
"Heng-lim Chun-loan semasa hidupnya, entah
berapa banyak jiwa yang pernah ditolong olehnya. Kalau Tuhan memang adil, tidak nanti sampai putrinya yang cuma satu2nya itu mendapat celaka" demikian orang tua itu menghibur Lim Tiang Hong, meski pun dalam hatinya sendiri juga merasa cemas.
Saat itu sudah jam 5 pagi, Lim Tiang Hong
mendadak berbangkit dari tempat duduknya dan hendak pergi lagi. Sin-soen Cu-kat melihat diwajahnya anak muda itu masih belum sirna tanda firasat jeleknya, maka juga lantas bangun dan mencegah padanya sembari
berkata: "Kau sudah bertempur hampir semalam suntuk, 1657
mengasolah sebentar dulu, nanti setelah terang tanah aku akan pergi bersama-tama kau"
"Boanpwee tidak merasa letih. Jika boanpwee tidak mengejar waktu, jiwa adik Yan-jie nanti sangat
berbahaya." Sin-soan Cu-kat tetap mencegah dengan berkata:
"Mati atau hidupnya sesuatu orang, sudah ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menolong orang, tidak perlu mengejar waktu dengan tanpa menghiraukan
keadaan badan sendiri"
Ia tarik dirinya anak muda itu ke dalam ruangan
lagi, tepat pada saat itu, dari luar kedatangan seseorang, dengan jalan sempoyongan orang itu berseru: "Pengemis tua malam ini benar2 mengalami nasib sial!"
Berbareng dengan itu, lantas muncul dirinya si
Pengemis Mata Satu. Dengan napas tersengal-sengal, bajunya yang banyak tambalan, kelihatan robek disana sini, bahkan masih ada tanda darah yang mengalir
ditubuhnya. Dapat diduga bahwa pengemis tua itu
malam itu tentu habis melakukan pertempuran hebat.
Lim Tiang Hong segera menubruk padanya sembari
menanya: "Lo-koko, kau terluka?"
1658 "Bukan cuma terluka saja, kalau bukan itu pelajar miskin Tiat-hie Sie-seng yang diam2 memberi bantuan, jiwaku barangkali siang2 sudah melayang keakhirat"
Sin-soan Cu-kat yang kuatirkan keselamatan Yan-jie buru2 menanya: "Apakah kau tidak lihat Yan-jie?"
"Menurut keterangan Tiat-hie Sie-seng, dia sudah
ditolong oleh seorang wanita berkedok yang mempunyai kepandaian ilmu pedang istimewa anehnya. Ia tidak kenal dengan wanita itu, juga tidak tahu dari golongan mana dan apa maksudnya menolong dirinya Yan-jie?".
Bicara sampai disitu, mulutnya sudah
menyemburkan darah hitam dan badannya rubuh diatas kursi.
Lim Tiang Hong buru2 mengeluarkan sebutir pil
Soat-som-wan dan dijejalkan dalam mulutnya seraya berkata: "Lo-koko, kau jangan banyak bicara dulu, tentramkanlah pikiranmmu!"
Hakekatnya, saat itu si Pengemis tua itu memang
sudah duduk bersila sambil pejamkan kedua matanya.
Untuk sesaat lamanya suasana dalam ruangan yang luas itu tampak sunyi senyap, diwajahnya ketiga orang itu nampak tegas perasaan gelisahnya.
1659 Lim Tiang Hong juga bersemedi untuk memulihkan
tenaganya, sedang dalam otaknya terus berpikir
"siapakah wanita misterius yang menggendong Yan-jie itu" Ia bawa kabur dirinya Yan-jie, dengan maksud baik atau jahat" Untuk selanjutnya, kemana harus mencari padanya?"
Sebagai manusia, Lim Tiang Hong tidak terluput
dari gangguan perasaan kemanusiannya. Buat ia,
disamping Yu-kok Oey-eng, Yan-jie ada merupakan
kawan perempuannya yang terdekat dan erat
hubungannya dengan ia. Ia ada mempunyai kewajiban untuk melindungi dirinya gadis cilik itu. Disamping itu, dalam hatinya diam2 juga tumbuh suatu perasaan aneh, tapi perasaan itu telah tertutup oleh budi pekertinya yang tinggi, namun pada satu waktu, bisa juga meledak tanpa bisa di rem perasaannya itu.
Dan setelah Yan-jie kini hilang dari depan matanya, ia baru merasa betapa pentingnya gadis itu bagi dirinya.
Dalam lamunannya, ia seolah-olah dengar ratapannya gadis itu: "Engko Hong! Engko Hong... kau ada dimana"
mengapa kau tidak datang menolong diriku"
Lekaslah....!" 1660 Angin dingin meniup, hingga membuat ia segera
tersadar dari lamunaanya, ternyata cuaca sudah menjadi terang. Ia lantas berbangkit dari tempat duduknya, kala itu ternyata si Pengemis Mata Satu sudah sembuh
luka2nya dan sedang berbicara dengan Sin-soan Cu-kat.
Ia buru2 menghampiri dan berkata kepada mereka.
"Cu-kat locianpwee, marilah kita lekas berangkat!"
"Boleh juga, tapi barusan setelah kita berdua
mengadakan perundingan, kita anggap lebih baik kita mencari secara berpencaran. Kau boleh minta
bantuannya orang2 dari Hong-hong-tie, sedangkan kita boleh minta bantuannya golongan Kay-pang (pengemis).
Begitu dapat kabar, satu sama lain boleh segera
menyampaikan kabar itu"
Lim tiang Hong yang sebenarnya tidak begitu suka
berjalan ramai2, maka ia segera menyetujui usul Sin-soan Cu-kat.
Dengan demikian, mereka bertiga lantas
berpencaran mencari Yan-jie.
(0-0dw-kz0-0) TAMAT BAGIAN PERTAMA 1661 Document Outline Bagian I Daftar Isi : Jilid ke 1 Bab 1 Bab 2 Bab 3 Jilid Ke 2 Bab 4 Bab 5 Jilid ke 3 Bab 6 Bab 7 Bab 8 Jilid Ke 4 Bab 9 Bab 10 Bab 11 Jilid Ke 5 Bab 12 Bab 13 Jilid Ke 6 Bab 14 Bab 15 Bab 16 Jilid Ke 7 Bab 17 Bab 18 Jilid Ke 8 Bab 19 Bab 20 Bab 21 Jilid ke 9 Bab 22 Bab 23 Jilid ke 10 Bab 24 Bab 25 Bab 26 Jilid Ke 11 Bab 27 Bab 28 Bab 29 Jilid Ke 12 Bab 30 Jilid ke 13 Bab 31 Bab 32 Jilid Ke 14 Bab 33 Bab 34 Jilid ke 15 Bab 35 Bab 36 Bab 37 Jilid ke 16 Bab 38 Jilid Ke 17 Bab 39 Bab 40 Bab 41 TAMAT BAGIAN PERTAMA TAMU DARI GURUN PASIR (TO LIONG KENG HONG) Bagian ke II Saduran: OPA Penerbit: "SEKAR JAYA" CIMAHI
DJVU by Dewi KZ, buku sumbangan Aditya
Edit teks by Sumahan Di Tiraikasih website http://kangzusi.com dan http://dewikz.com
0 Daftar Isi : Bagian ke II Daftar Isi : Jilid ke 1 Bab 42 Bab 43 Bab 44 Bab 45 Jilid ke 2 Bab 46 Bab 47 Bab 48 Jilid ke 3 Bab 49 Bab 50 Bab 51 Jilid ke 4 Bab 53 Bab 54 1 Jilid ke 5 Bab 55 Bab 56 Bab 57 Jilid ke 6 Bab 58 Bab 59 Jilid ke 7 Bab 60 Bab 61

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Jilid ke 8 Bab 62 Bab 63 Bab 64 Jilid ke 9 Bab 65 TAMAT 2 Jilid ke 1 Bab 42 Si Pengemis Mata Satu bersama Sin-soan Cu-kat
menuju ke utara dengan mengambil jalan darat, sedangkan Lim Tiang Hong menuju ke selatan.
Oleh karena Lim Tiang Hong merasa banyak berhutang budi terhadap Heng-lim Chun-loan, maka ia kepingin segera dapat menemukan kembali diri puterinya, ialah Yan-jie.
Baru saja ia keluar dari pintu kota Kim-leng-shia, mendadak dilihatnya seseorang yang lari menghampiri padanya dengan cepat sembari berseru: "Saudara Lim, sudah lama kita tidak berjumpa!"
Orang itu bukan lain daripada gadis manis dari gunung Bu-san, Sin-lie Hong-cu. Tapi saat itu wajahnya tampak muram, rambutnya kusut, agaknya sedang mengalami kejadian hebat.
"Apa kau baru sembuh dari sakit?" demikian tegur Lim Tiang Hong.
"Buat apa kau pura2 menanya?" jawabnya Sin-lie Hongcu sambil ketawa.
"Aku benar2 tidak tahu"
"Lho, ini benar2 aneh, tentang peristiwa di gunung Busan, nyata2 kau ada turut ambil bagian dengan seorang pendekar wanita, mengapa kau mengatakan tidak tahu?"
"Diwaktu belakangan ini, aku belum pernah jalan bersama-sama dengan wanita, mungkin kau sendiri yang salah lihat".
3 "Ah, kau benar2 pandai berpura-pura. Jikalau bukan kau, siapa yang sudi memberi bantuan kepada orang2
gunung Bu-san yang tidak dikenalnya dengan menanggung resiko akan dimusuhi oleh pihak Hong-lui-po?"
"Hong-lui-po....?" Lim Tiang Hong mendadak berseru,
"apakah Hong-lui-po melakukan serangan terhadap gunung Bu-san?"
"Duabelas Hongcu banyak yang terluka atau binasa, sedang anak buahnya sebagian besar binasa. Aku sendiri dalam keadaan sangat berbahaya, jikalau bukan kau yang datang memberikan pertolongan bersama seorang pendekar wanita barangkali aku saat ini sudah menjadi setan gentayangan".
"Hah! benarkah ada kejadian serupa itu" Lim Tiang Hong tertegun mendengar keterangan itu, mendadak ia mencekal lengan tangan Sin-lie Hongcu dan menanya pula:
"Hong-lui-po selamanya tidak bermusuhan dengan pihak Bu-san, mengapa mereka mendadak menyerang?"
Ditarik secara mendadak, Sin-lie Hongcu segera jatuhkan dirinya di atas pundak Lim Tiang Hong dan menjawab sambil menghela napas: "Perkara ini aku sendiri juga tidak tahu. Toako Cit-seng Hongcu sudah pergi ke Ngo-thay-san mencari Khe-tek Taysu untuk merundingkan sesuatu. Menurut dugaanku, dalam peristiwa ini barangkali ada hubungannya dengan kitab wasiat Hian-hian Pit-kip".
Kemudian gadis itu dongakkan kepala mengawasi Lim Tiang Hong dan berkata pula dengan suara sedih: "Kau sesungguhnya juga terlalu, malam itu aku ber-kaok2
memanggil kau sampai tenggorokanku hampir pecah, kau menengokpun tidak. Mungkin karena disampingmu ada itu pendekar wanita, hingga tidak berani bicara kepada sahabat lamanya".
4 Sikap dan perkataan Sin-lie Hongcu terhadap Lim Tiang Hong ini seolah-olah terhadap kekasihnya, sudah tentu dapat dirasakan oleh Lim Tiang Hong. Mula ia hendak mendorong Sin-lie Hongcu supaya jangan rapatkan badannya begitu erat tapi hanya merasa tidak tega, maka akhirnya ia mendiamkan saja dan dengan suara lemah lembut ia berkata: "Orang yang malam itu memberi pertolongan kepadamu, benar2 bukan aku. Persabatan antara kita bukan cuma satu dua hari saja, kau tentunya tahu bagaimana watakku, mana mungkin aku membohongi kau".
"Eh, orang itu toh menyebut diri sendiri bagai To-liong Kongcu, bahkan aku juga melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana bisa salah".
"Baiklah! kalau kau kukuh dengan pikiranmu sendiri, anggaplah orang itu sebagai diriku"
Lim Tiang Hong mulai mendongkol, kemudian ia
anggap bahwa hal itu sebetulnya tidak perlu direcoki, maka lantas ia alihkan ke lain soal: "Gunung Bu-san sudah mengalami kejadian begitu hebat, sekarang kau hendak kemana?"
"Kini aku sudah tidak mempunyai tempat meneduh.
Orang2ku sudah hampir seluruhnya terluka atau terbinasa, maka untuk selanjutnya aku akan mengandalkan sebilah pedangku ini dengan seorang dia aku akan berkelana didunia kang-ouw".
"Apa kau tidak ingin membangun pula kekuatanmu?"
Mendengar pertanyaan demikian, Sin-lie Hongcu
mendadak perdengarkan tertawanya yang tajam "Asal aku masih bisa bernapas, aku pasti akan berusaha untuk membalas dendam. Saudara Lim, antara kita bukan 5
merupakan sahabat baru, lagi, maka aku berani berkata terus terang kepadamu, sudilah kiranya kau memberi bantuan tenaga?"
"Tentang ini....".
"'Kalau kau tidak sudi yah sudah, perlu pakai segala ini itu, duabelas Hongcu dari dari gunung Bu-san rasanya masih mempunyai kemampuan untuk melakukan
pembalasan sendiri!"
Lim Tiang Hong kerutkan keningnya, buru2 ia memberi keterangan: "Bukan aku tidak mau, melainkan pada saat ini aku sendiri sebetulnya tidak ada waktu, sebab tadi malam aku sendiri juga sedang diserang oleh orang2 Hong-lui-po.
Sin-soan Cu-kat dan Pengemis Mata Satu telah terluka dan puterinya Heng-lim Chun-loan sudah dibawa kabur entah kemana. Maka aku harus segera berusaha untuk
mencarinya kembali. Apakah persoalanmu ini boleh ditunda untuk sementara?"
Sin-lie Hongcu ketawa terkekeh-kekeh, kemudian berkata: "Kau ini benar2 masih seperti kanak2 saja. Apa kau kira Hong-lui-po itu mudah dihadapi" Aku hanya hendak berunding dengan kau dulu, nanti telah saatnya tiba, barulah kita turun tangan. Buat sekarang masih terlalu pagi untuk bertindak. Maka kau boleh legakan hatimu, carilah adik Yan mu lebih dulu!"
Mendadak ia seperti ingat sesuatu, lalu menanya pula:
"Apakah orang2 Hong-lui-po sudah bawa kabur nona Yan-jie?"
"Bukan orang Hong-lui-po, melainkan seorang wanita berkerudung yang pandai menggunakan pedang".
"Wanita berkerudung....?".
6 "Ya, seorang jago dari cabang lain yang mahir sekali dengan ilmu pedangnya yang aneh".
"Coba kau terangkan, bagaimana aneh ilmu
pedangnya?" "Semua korban yang terbunuh, dibagian perutnya terdapat tanda guratan luka yang seperti gambar salib".
"Aaaa! apa mungkin dia?"
"siapa?" "Aku hanya men-duga2 saja, betul dia bukan, aku masih belum dapat memastikan".
"Coba kauceritakan".
"Orang itu adatnya luar biasa, ia suka membunuh orang secara sembarangan. Sekarang ini aku belum dapat memastikan, betul dia atau bukan, maka sebaiknya kau tidak perlu tahu, supaya kau tidak usah menghadapi musuh tangguh lagi".
Oleh karena nona itu tidak mau memberi keterangan, maka Lim Tiang Hong juga tidak perlu mendesak. Ia segera angkat tangan memberi hormat dan hendak melanjutkan perjalanannya.
Sin-lie Hongcu segera menarik tangannya berkata: "Kau hendak kemana?"
"Aku hendak mengumpulkan orang2 Hong-hong-tie
dengan menggunakan tanda kepercayaan Kie-lin-leng untuk mencari Yan-jie".
"Perlu apa begitu repot" Mari aku antar kau coba2
mencari orang aneh itu, tapi kau harus menurut aku, jangan bertindak sembarangan".
7 "Boleh juga". Selanjutnya, kedua muda mudi itu lalu berjalan bersama-sama untuk mencari wanita berkerudung yang mahir ilmu pedang aneh itu.
Sin-lie Hongcu sejak kedudukannya digunung Bu-san diserang oleh orang2 Hong-lui-po, batinnya mendapat pukulan hebat, hingga setiap hari selalu murung saja. Lim Tiang Hong yang berhati mulia dan berjiwa agung, ia merasa sempatik terhadap kawannya itu, maka ia coba menghiburnya: "Harap kau jangan terlalu memikirkan persoalan gunung Busan itu. Orang2 Hong-lui-po yang perbuatannya begitu buas dan kejam, pasti akan menimbulkan kemarahan rimba persilatan. Nanti setelah aku dapat menemukan Yan-jie kembali, segera
mengumpulkan orang2 Hong hong-tie, untuk membereskan orang2 itu".
"Aku haturkan banyak2 terima kasih atas kesediaanmu dalam soal ini. Toako Cit-seng Hong cu sudah membuat satu rencana, nanti setelah tiba saatnya kita rundingkan lagi".
Dalam perjalanan dua muda mudi itu seolah-olah lakunya sepasang merpati. Sin-lie Hongcu yang sudah 'jatuh hati' terhadap Lim Tiang Hong, selama berjalan bersama-sama itu, ia semakin merasakan nikmatnya dan hangatnya persahabatan itu. Berbareng dengan itu, dalam hatinya juga timbul semacam perasaan yang ia belum pernah rasakan seumur hidupnya.
Sebagai putrinya seorang pemimpin suatu golongan persilatan, sejak ayahnya meninggal dunia, dalam usia masih muda ia sudah beroleh....
8 Halaman 10 dan 11 tidak ada (dwkz)
.... nya Hong-lui-po, sebaiknya kau jangan coba2 turut campur tangan!" demikian kata laki itu dengan suara dingin.
"Suruh mereka hentikan serangannya...." berkata Sin-lie Hongcu dengan keren.
Laki2 itu mendadak ketawa terbahak-bahak. "Dengan hak apa kau saruh aku hentikan serangan mereka" Apa kau andalkan parasmu yang cantik itu, ataukah papan merk partaimu!"
"Pui! manusia rendah!"
Cepat bagaikan kilat, Sin-lie Hongcu segera melakukan serangan bertubi-tubi terhadap laki2 codet itu.
Karena ia mengetahui sedang berhadapan dengan orang-orang yang merupakan musuh besarnya, maka ia
menyerang sangat bernafsu sekali. Ia kepingin segera membikin mampus semua kawanan manusia biadab itu.
Laki-laki codet itu memang menjadi pemimpin dari rombongan orang-orang berpakaian kulit itu. Ia bernama Thio Cit, sifatnya kejam ganas dan sangat jumawa. Maka ketika dihujani serangan oleh Sin-lie Hongcu, bangkitlah sifat keganasannya, dengan suara bengis ia membentak:
"Perempuan hina, tidak kusangka kau begini galak!"
Ia segera ulur tangannya yang besar dan berbulu, untuk menyambuti serangan Sin-lie Hongcu.
Sin-lie Hongcu yang mendapat didikan langsung dari ayahnya sendiri, hampir mewariskan seluruh kepandaian ayahnya. Kepandaian dan kekuatannya hanya di bawah 9
Cit-seng Hongcu seorang saja. Serangan2nya yang dilancarkan dalam keadaan murka, jauh lebih hebat daripada waktu2 biasasanya. Maka meski Thio Cit terhitung orang kuat, juga tidak berdaya sama sekali, berulang-ulang ia harus keteter mundur.
Lim Tiang Hong yang pada saat itu juga sudah tiba dimedan pertempuran, segera dipapaki oleh dua laki2
lainnya, dengan suara garang dua laki2 itu menggertak:
"Lekas mundur, apa kau cari mampus?"
Lim Tiang Hong tidak hiraukan mereka. Dengan sorot mata dingin ia mengawasi dua laki2 itu secara bergiliran, kemudian sambil tudingkan tangannya ia berkata kepada 4
laki2 yang mengepung dua muda mudi itu. "Berhenti!
kalian dengan mengandalkan kekuatan orang banyak untuk merebut kemenangan, apakah itu ada perbuatannya orang gagah?"
Empat laki2 yang sudah akan merubuhkan lawannya itu, mendadak dengar suara Lim Tiang Hong, dengan serentak pada menengok, segera dapat lihat seorang pemuda yang nampaknya seperti bangsa anak sekolahan, yang tidak bertenaga. Maka lantas menjawab sambil ketawa terbahak-bahak: "Ada lagi orang yang hendak
mengantarkan jiwa" Empat orang itu menyerang semakin gencar, sama sekali tidak menghiraukan perkataan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong gusar. Dengan tanpa banyak bicara ia menyerbu ke dalam kalangan. Sesaat cuma kalihatan berkelebatnya bayangan orang, dalam medan petempuran itu lantas terdengar suara jeritan. Lalu disusul oleh terbangnya dua bayangan orang yang melesat tinggi seolah-olah bola ditendang, kemudian jatuh meluncur keluar kalangan sambil keluarkan jeritan ngeri.
10 Selanjutnya terdengar pula dua kali seruhan tertahan, sisanya orang yang bertempur tadi, juga mundur sempoyongan sambil mengeluarkan darah dari mulutnya.
Di dalam kalangan tampak Lim Tiang Hong berdiri tegak dengan sikap tenang, se-olah2 tidak pernah terjadi apa apa.
The Hong dan Gouw Hong Eng yang sedang bertempur sengit melawan 4 lawan tangguh sudah tentu tidak perhatikan kedatangan Lim Tiang Hong. Mereka cuma melihat berkelebatnya satu bayangan orang yang meluncur ke dalam medan pertempuran, kemudian 4 lawannya telah dibikin kucar-kacir, mereka baru tahu apa yang telah terjadi, maka buru2 maju memberi hormat untuk menghaturkan terima kasih.
"Kita sama2 sahabat dalam dunia kang-ouw, sekedar memberi bantuan, itu sudah seharusnya. Buat apa saudara sekalian berlaku begitu merendah" berkata Lim Tiang Hong sambil tersenyum.
Pada saat itu, Thio Cit yang sedang dicecar oleh Sin-lie Hongiju, sudah dapat lihat 4 kawannya dibikin rubuh oleh Lim Tiang Hong. Ia lalu meninggalkan lawannya dan menghampiri Lim Tiang Hong, kemudian menegur dengan suara keras: "Hai, bocah, kau berani bermusuhan dengan orang2 dari Hong-lui-po, beranikah kau sebutkan namamu?"
"Tuan mudamu ini adalah To-liong Kongcu Lim Tiang Hong, aku hendak meminjam mulutmu untuk
menyampaikan pesanku kepada cu-kongmu. Suruh dia jangan mimpi terlalu muluk, kalau dia berani ulurkan tangannya yang kotor kedaerah Tiong-goan, itu berarti mencari kehancurannya sendiri".
11 Mendengar jawaban itu, sekujur badan Thio Cit lantas gemetaran, wajahnya mengunjukkan perasaan kaget.
Dengan suara gemetar ia berkata pula: "Kau.... kau.... kau adalah To-liong Kongcu"''
"Aku kira, dikolong langit ini tidak ada keduanya".
"Baiklah! dengan memandang kau, hari ini kami
mengaku kalah, tapi dikemudian hari, kau inti akan tahu sendiri bahwa Hong-lui-po itu bukanlah orang
sembarangan". Sehabis mengucap demikian, ia lantas lompat melesat menghilang ke dalam rimba.
Thio Cit sebetulnya bukan seorang yang gampang mau menyerah kalah, cuma oleh karena nama Lim Tiang Hong sudah dikenal baik oleh orang-orang Hong-lui-po, semua pandang padanya sebagai musuh besar yang paling tangguh, maka sangat berhati-hati karenanya, terpaksa ia menahan perasaan gusarnya.
Lim Tiang Hong menyaksikan berlalunya Thio Cit sambil ketawa dingin.
Pada saat itu, Sin-lie Hongcu juga sudah sampai disitu, iapun menyaksikan bagaimana secara mudah pemuda kekasihnya itu merubuhkan serta membikin kabur dirinya Thio Cit yang galak dan ganas, dalam hatinya merasa girang dan kagum. Dengan tanpa sadar ia sudah rapatkan dirinya kepada pemuda gagah itu
Lim Tiang Hong tidak perhatikan itu semua, sambil mengawasi The Hong ia menanya "Saudara hendak
kemana" Mengapa bisa kebentrok dengan kawanan
manusia jahat itu?" 12 Sambil ketawa getir dan gelengkan kepala The Hong menjawab: "Pada suatu hari tatkala aku berjalan melalui gunung Tiong-thiauw-san, secara kebetulan, aku dapat kabar tentang maksud Hong-lui-po hendak melalakukan serangan terhadap Heng-san-pay. Kala itu aku ingin segera memberitahukan berita itu kepada Heng-san-pay, tidak nyana malam itu lantas diserang oleh kawanan orang jahat itu. Jika saudara Lim tidak datang memberi pertolongan, malam itu aku barangkali akan binasa digunung Tiong-thiauw-san. Hari ini aku bersama sumoay datang kemari, maksudnya juga hendak memberi kabar kepada Lam-gak-koan, yang juga sedang diincar oleh Hong-lui-po. Tidak nyana orang2 Hong-lui-po ini selalu membayangi aku dan mengejar aku sampai disini. Untung saudara Lim kebetulan lewat disini, hingga untuk kedua kalinya menolong jiwaku dan jiwa sumoay"
Kemudian ia balas menanya: "Apakah saudara Lim juga hendak ke gunung Lam-gak?"
Lim Tiang Hong dengan tenang mendengarkan
penuturan The Hong, namun dalam hatinya diam-diam merasa heran, maka ia lantas menanya: "Dalam waktu belakangan ini, siauwtee belum pernah melakukan perjaianan kegunung Tiong-thiauw-san, bagaimanakah sudara The dapat berkata bahwa aku ada memberi pertolongan kepada saudara?"
"Sekalipun siauwtee sudah linglung, juga tidak sampai begitu gila, siauwtee telah melihat dengan mata kepala sendiri, apakah bisa salah" Apalagi kala itu sudara Lim pernah berkata kepada mereka: "aku adalah To-liong Kongcu yang namanya telah menjadi buah tutur ramai dalam kalangan kang-ouw, kalau kau hendak menuntut balas, 13
setiap waktu kau boleh mencari aku" Mungkin saudara Lim masih ingat ucapanmu sendiri itu?"
Kembali ada orang yang menggunakan namanya! Tapi ia tidak menyangkal dan alihkan pembicaraannya kalian soal: "Ini benar2 aneh, pada waktu belakangan ini, apa sebab Hong-lui-po selalu menimbulkan urusan" Apa pula sebabnya mereka hendak menyerang Heng-san-pav?"
"Heng-san-pay dewasa ini mendapat giliran sebagai pemegang panji persekutuan enam partai besar golongan Hian-bun. Menyerang Heng-san-pay berarti memberi pukulan kepada enam partai besar yang bersangkutan"
"Siapa yang menjadi pemimpin Heng-san-pay pada dewasa ini?"
"Heng-san Gek-siu, suheng Lam-gak Koancu"
"Dalam perjalanan siauwtee ini sebetulnya ada urusan yang sangat penting sekali, tapi untuk kepentingan seluruh partai Hian-bun, tidak apalah kalau siauwtee ambil jalan memutar melalui gunung Lam-gak".
"Kalau sudara Lim sudi berjalan bersama-sama, ini benar2 merupakan keberuntungannya enam partai
golongan Hian-bun tersebut".
"Ah, saudara terlalu memuji tinggi diriku".
Sin-lie Hongcu yang sejak tadi berdiri mendengari lantas nyeletuk: "Waktu telah mendesak, apakah kalian tidak bisa bicara sembari berjalan?"
"Kalau begitu, marilah kita sekarang berangkat!"
berkata Lim Tiang Hong sambil tertawa.
The Hong melirik Sin-lie Hongcu sejenak, lalu
tersenyum. Ia rupanya telah dapat menduga bahwa Hongcu 14
wanita yang namanya sudah terkenal dikalangan kang-ouw ini, rupanya kini telah mempunyai hubungan yang agak lain dengan Lim Tiang Hong.
Tidak demikian dengan Gouw Hong Eng yang
berperasaan halus, sejak semula ia sudah merasa bahwa Sin-lie Hongcu selalu unjukkan sikap gelisah, ketika melihat Lim Tiang Hong selalu bicara dengan The Hong, tidak jarang ia memberi isyarat kepada The Hong, tapi sang suheng itu agaknya tidak mengerti perasaan sumoaynya.
Kini setelah mendengar perkataan Sin-lie Hongcu, ia juga lantas berkata: "Kami suheng dan sumoy tidak dapat berjalan cepat. Barangkali akan mengganggu perjalanan kalian berdua, maka sebaiknya kita berjalan berpisahan saja".
Dengan tanpa menunggu jawaban Lim Tiang Hong,
Sin-lie Hongcu sudah menyahut: "Begitupun baik!"
Ia lalu lambaikan tangannya sembari berkata. "Sampai kita betemu lagi digunung Lam-gak!"
Sehabis berkata, lalu keduanya bergerak melesat ke tengah udara, di tengah udara ia berputar sejenak, kemudian dengan gaya yang sangat manis melayang ke arah jalan raya.
Setiap gadis yang sedang tenggelam dalam lautan asmara, memang lebih suka berada sendirian dengan kekasihnya, supaya dapat mengutarakan isi hatinya.
Demikianlah keadaannya Sin-lie Hongcu pada saat itu, maka ia setujui usul Gouw Hong Eng untuk jalan berpencaran.
Lim Tiang Hong terpaksa mengikuti jejak Sin-lie Hongcu, setelah memberi hormat kepada The Hong dan sumoaynya, ia segera menyusul kawannya.
15 Kelenteng Lam-gak-koan sebetulnya adalah satu rumah berhala yang sepi di gunung Heng-san. Kalau bukan musim sembahyang, jarang ada orang yang datang berkunjung.
Tapi pada waktu orang-orang dari Hong-lui-po mengincar kelenteng tersebut, gunung yang sepi itu mendadak nampak sangat ramai. Berduyun-duyun manusia dari berbagai golongan berjalan menuju ke gunung tersebut.
Lim Tiang Hong yang sepanjang jalan menyaksikan orang2 itu diam2 membenarkan berita yang didapat oleh The Hong.
Ia segera percepat gerak kakinya, hingga tengah malam dihari tersebut, ia telah tiba di daerah pegunungan Heng-san.
Pada saat itu justru ada musim dingin, hawa udara sangat dingin, ketika ia dan Sin-li Hongcu menanjak ke atas gunung, tiba2 dengan suara geram yang sangat aneh dan menakutkan, kemudian disusul oleh meniupnya angin samar.
Dalam waktu gelap dan sunyi seperti itu, suara itu kedengarannya semakin menyeramkan.
Sin-lie Hongcu mendadak memeluk Lim Tiang Hong sembari berkata: "Suara apakah itu, mengapa begitu seram....".
Sambil pelembungkan dada Lim Tiang Hong menjawab:
"Ada pedang ditangan, seharusnya kita gunakan untuk membasmi segala iblis dan hantu, dan kalau baru suara begitu saja, apa yang perlu ditakuti?"
Baru saja menutup mulutnya, tiba2 terdengar suara genta yang berbunyi gencar dan nyaring...
..dwkz.. 16 Bab 43 MENDENGAR Suara itu, Lim Tiang Hong terperanjat.
"Lekas! Dikelenteng Lam-gak-koan benar saja telah terjadi apa2!"
Sin-lie Hongcu yang semula merasa seram mendengar suara tadi, kini ketika mendengar perkataan Lim Tiang Hong, semangatnya bangun dengan serentak. "Heng-san-pay sebagai pemegang panji enam partai golongan Hian-bun, sudah tentu mempunyai cukup kekuatan untuk menghadapi musuh2-nya. Sebaiknya kita lihat saja dulu, kalau rasanya tidak perlu turun tangan, kita tidak usah turun tangan".
"Sudah tentu" Pada saat itu, tiba2 tertampak berkelebatnya satu bayangan orang, dengan suaranya yang tajam dan menyeramkan. Bayangan orang itu melesat ke atas bukit.
Setelah mengadakan pemeriksaan sejenak, lalu melesat lagi ke arah lembah disebelah selatan.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan gerak-gerik
bayangan orang itu lantas berkata: "Itu adalah Lam-tao Suncu dari Hong-lui-po mari kita kejar!"
Ia lalu tarik tangan Sin-lie Hongcu dan mengejar bayangan tersebut.
Lim Tiang Hong dan Sin-lie Hongcu yang semula
berdiri di atas bukit, pendengaran mereka dibikin kabur oleh suara berisik dari binatang gunung, kini setelah turun ke dalam lembah, segala suara telah masuk ke dalam telinga mereka.
17 Kelenteng Lam-gak-koan dibangun dilereng bukit, bangunan itu cukup megah, tapi malam itu nampaknya gelap gulita.
Dalam keadaan gelap itu samar2 kelihatan beberapa bayangan orang yang bergerak, dan sinar senjata tajam nampak berkelebatan. Nyatalah bahwa dalam kelenteng itu sedang berlangsung suatu pertempuran dahsyat.
Lim Tiang Hong sudah dapat lihat, di atas lapangan depan kelenteng tersebut, ada berkumpul banyak manusia.
Diam2 ia memberi isyarat kepada Sin-lie Hongcu, kemudian secepat kilat ia melesat ke atas pohon cemara yang tinggi, dari situ ia dapat menyaksikan keadaan di bawahnya.
Lam-tao Suncu dari Hong-lui-po dengan sikap-nya yang keren, sedang memimpin serombongan orang berpakaian kulit warna merah, berhadapan dengan serombongan imam, entah apa yang mereka bicarakan.
Dalam rombongan imam itu, yang bertindak sebagai kepala adalah seorang imam tua berbadan kurus, memakai jubah panjang warna biru dan topi tinggi. Ia nampaknya sangat tenang sekali, sambil menggendong tangan ia menghadapi kawanan manusia buas itu, sedikitpun tidak nampak keder. Diduga, Imam tua ini mungkin adalah Heng-san Gek-siu yang dewasa itu sebagai pemimpin partai Heng-san-pay.
Saat itu terdengar suara Lam-tao Suncu yang berkata:
"Kami masih tetap dengan tuntutan kami semula, ialah supaya kau lekas serahkan panji persekutuan enam partai, serta menyatakan taat kepada Hong-lui Pocu. Dengan demikian kau akan tetap menjadi pemimpin dari enam partai golongan Hian-bun. Jika kau menolak permintaan 18
kami ini, partai Heng-san-pay barangkali dalam waktu sekejap mata akan menjadi runtuhan puing".
Perkataan yang tidak senonoh dan sangat jumawa ini, jangan kata Heng-san Gek-siu yang bertindak sebagai pemimpin satu partai besar, sekalipun bagi orang dunia kang-ouw yang mempunyai sedikit nama saja, juga tidak sanggup menerima hinaan serupa itu.
Tapi selaku seorang pemimpin partai, apalagi segala tindak tanduknya ada bersangkutan dengan nasibnya enam partai golongan Hian-bun, maka walaupun dalam hati merasa panas, namun kepalanya tetap dingin. Dengan tenang imam tua itu menjawab: "Tuan tidak usah terlalu mendesak, karena urusan ini ada menyangkut enam partai golongan Hian-bun. Sebaiknya menunggu sampai orang2
dari semua partai itu berkumpul nanti kita rundingkan lagi".
Lam-tao Suncu mendadak dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak. "Apa kau hendak mengulur tempo untuk menantikan bala bantuan" Kau jangan mimpi! Sekalipun orang2 dari enam partai golongan Hian-bun itu datang seluruhnya, akhirnya toh cuma akan menjadi bangkai di depan kelenteng ini....".
Mendadak ia hentikan ketawanya dan membentak
dengan suara keras: "Aku perintahkan kau lekas serahkan panji persekutuan. Kalau kau berani berlaku ayal, Hong-lui-po akan pandang kalian sebagai pemberontak dan akan memberi hukuman yang setimpal kepada orang2 Heng-san-pay, maka kau jangan sesalkan kalau aku berlaku kejam!"
Ucapan yang sangat jumawa itu telah membuat Heng-san Gek-siu naik darah. Dengan mendadak ia ketawa bergelak-gelak, kemudian berkata: "Iblis apa kau anggap Heng-san-pay sudah tidak ada orang" Kalau kau memang 19
mempunyai kepandaian, keluarkanlah semua
kepandaianmu. Malam ini sekalipun Heng-san-pay akan hancur lebur, juga tidak akan menyerahkan panji sekutu kepada manusia seperti kau ini".
Jawaban keras itu telah membuat suasana menjadi gawat....
Suara terhunusnya pedang terdengar disana sini, kawanan imam dari Heng-san-pay sudah keluarkan senjata mereka masing2, siap menantikan komando pemimpinnya.
Lam-tao Suncu yang menyaksikan itu, unjukkan ketawa menghina, kemudian ayunkan tangannya ke tengah udara.
Sebuah benda warna kuning melesat ke atas. Di tengah udara benda itu meledak dan mengeluarkan sinar beraneka warna, seolah-olah kembang api, yang menerangi sekitar tempat itu.
Itu ada tanda istimewa Hong-lui-po, maka begitu berada di tengah udara, tidak antara lama orang2 Hong-lui-po yang sembunyi di sekitar gunung Heng-san segera muncul keluar dengan serentak, lalu memburu ke arah kelenteng Lam-gak-koan.
Sin-lie Hongcu yang menyaksikan itu, perasaannya menjadi tegang, ia dorong Lim Tiang Hong dan berkata:
"Hong-lui-po begitu garang. Heng-san-pay barangkali akan mendapat susah, mari kita lekas turun tangan!"
"Kau tidak usah bingung, yang lainnya kita boleh anggap sepi, cuma Lam-tao Suncu saja yang merupakan satu musuh tangguh". jawabnya Lim Tiang Hong tenang.
Pada saat itu, dalam kelenteng terdengar pula suara lonceng dan genta yang amat gencar. Setelah itu para imam dari kelenteng itu lantas menyambuti orang2 Hong-lui-po 20
yang berpakaian kulit warna merah, yang sudah mulai menyerang.
Dengan demikian, terjadilah suatu pertempuran sengit antara para imam dan orang2 Hong-lui-po.
Orang2 Hong-lui-po dengan jumlahnya yang banyak, sudah bertekad bulat hendak menyerbu daerah Tionggoan, dalam waktu sekejap saja, mereka sudah berhasil menguasai keadaan, banyak imam dari Heng-san-pay yang jatuh korban.
Sedangkan Lam-tao Suncu dengan sikapnya yang
garang, setindak demi setindak menghampiri Heng san Gek-siu.
Heng-san Gek-siu sebetulnya sudah lama tidak
mencampuri urusan dalam partainya, cuma oleh karena 5
pemimpin dari partai golongan Hian-bun dalam waktu semalam telah binasa semuanya di tangan seorang tinggi besar yang memakai kedok, maka ia terpaksa ceburkan diri lagi ke dunia kang-ouw.
Tidak nyana baru saja memegang jabatan pimpinan dalam partainya, ia harus menghadapi kejadian besar yang mengancam keruntuhan partainya.
Ketika Lam-tao Suncu mendekati padanya, ia telah kerahkan seluruh kekuatannya untuk memberi hajaran kepada manusia yang congkak ini.
Dalam saat yang amat kritis itu, tiba2 terdengar suara menyebut nama Buddha. Dari atas gunung nampak
melayang turun 5 imam tua yang berjenggot panjang.
Diantara mereka terdapat Pek-ho Totiang dari Bu-tong-pay dan It-ceng Totiang dari Ngo-bie-pay, sedang 3 yang lainnya Lim Tiang Hong belum pernah lihat.
21 Lima imam itu begitu tiba di medan pertempuran, lalu disusul pula oleh beberapa puluh imam, yang masing2
membawa pedang, melayang turun dari atas bukit dan dengan tanpa banyak bicara, segera menyerang orang2
Hong-lui-po. Sekejap saja keadaan menjadi kalut.
Lam-tao Suncu yang menyaksikan kedatangan para imam itu, lantas ketawa terbahak-bahak, dengan sangat jumawa ia berkata: "Bagus! bagus! orang2 kuat dari enam partai golongan Hian-bun kini sudah datang semuanya, dengan demikian kita tidak perlu mencari satu persatu lagi!"
Dengan sabar Pek-ho Totiang menjawab: "Enam partai besar golongan Hian-bun, belum pernah bermusuhan dengan Hong-lui-po, mengapa malam ini tuan2 dengan tanpa sebab apa2 telah mengganggu ketenteraman gunung Heng-san serta menimbulkan pertumpahan darah?"
"Kami hanya menjalankan perintah atasan saja, kalau enam partai Hian-bun mau menyerahkan panji sekutunya serta mau takluk kepada Hong-lui-po, maka kita sama2
merasai manfaatnya. Tapi jika kalian kawanan imam coba2
melawan dengan mengandalkan jumlah kalian yang banyak, ini berarti kalian mencari kehancuran sendiri".
Heng-san Gek-siu yang sudah merasa muak terhadap tingkah lakunya Lam-tao Suncu, lantas berkata kepada Pek-ho Totiang: "Pek-ho Totiang, tidak perlu banyak bicara dengannya. Hong-lui-po sudah kandung maksud hendak bermusuhan dengan kita orang daerah tionggoan.
Kedatangannya ini sudah tentu ada mengandalkan kekuatannya yang cukup, lohu kepingin tahu sampai dimana kekuatan dan kepandaian orang2 dari Hong-lui-po ini, sampai dimana tingginya?"
"Kau kepingin tahu sampai dimana tingginya
kepandaian orang2 Hong-lui-po" Ini mudah sekali!"
22 katanya Lam-tao Suncu sambil dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak.
Baru saja ia menutup mulut, dari belakangnya ada melesat keluar tiga manusia aneh dari Hong-lui-po, mereka itu adalah Thiat-hud Kana yang segera menyerang Pek-ho Totiang. Mo-im Kui-chiu atau si Bayangan Tangan Setan yang segera menerjang It-ceng Totiang dan Tiang-pek Kim-yu atau si Kera Lengan Panjang yang segera ulur lengannya yang panjang menyambar dirinya Heng-san Gek-siu.
Sedangkan Lam-tao Suncu sendiri masih berdiri tegak di tempatnya sambil unjukkan senyum iblisnya.
Pertempuran dalam tiga rombongan itu ternyata berjalan sangat sengit, karena dalam pertempuran tersebut ada menyangkut nasibnya seluruh enam partai besar dari golongan Hian-bun.
Sungguh tidak disangka bahwa gunung Heng-san yang biasanya sunyi sepi itu, malam itu telah menjadi medan pertempuran yang sedemikian hebat, hingga banyak bangkai manusia menggeletak disana sini. Darah merah seolah2 membanjiri tempat suci itu.
Partempuran sengit itu berlangsung kira2 satu jam lebih, kedua pihak sudah banyak yang luka2 atau binasa, tapi korban dipihaknya Hang-san-pay nampak lebih banyak.
Lim Tiang Hong dan Sin-lie Hongcu, semula ingin melihat gelagat dulu. Ketika menyaksikan keadaan demikian, jika mereka tidak turun tangan, niscaya sangat berbahaya bagi pihaknya orang2 golongan Hian-bun.
Tanpa banyak pikir lagi, Lim Tiang Hong lantas bergerak hendak menyerbu Lam-tao Suncu. Tapi sebelum bertindak, di belakangnya tiba2 terdengar suara orang berkata: "Lohu sudah tahu bahwa kau pasti akan campur 23
tangan dalam urusan ini, tapi malam ini.... heh, heh....
dirimu sendiri barangkali tidak akan terluput dari ancaman maut".
Lim Tiang Hong segera balikan badannya. Ia segera dapat lihat seorang tua yang berbadan pendek kecil dengan rambutnya yang bewarna kuning, sedang dikedua
pundaknya ada menggendong sebuah payung besar, sedang mengawasi padanya dengan sorot mata bernyala.
"Kau siapa?" demikian tegurnya si anak muda.
"Lohu adalah Pek-kek Suncu dari Hong-lui-po, namaku Hong-Hua".
Tepat pada saat itu, dimedam pertempuran terdengar suara jeritan, ternyata Thiat-hud Kana sudah kena serangan tangan besi Pek-ho Totiang dibagian dadanya, sehingga menyemburkan banyak darah dan mundur sempoyongan sampai beberapa tindak.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Setelah itu, Lam-tao Suncu lantas bergerak menerjang Pek-ho Totiang. Selain dari pada Suncu itu, masih ada lagi 7-8 orang Hong-lui-po yang turut bergerak mengeroyok imam tua itu.
Pemimpin partai yang lainnya, ketika menyaksikan keadaan demikian juga lantas pada turun tangan untuk memberi perlawanan hebat.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian lantas membentak dengan suara keras: "Semua berhenti dulu!"
Tapi seruanya itu tidak ada yang menghiraukan, pertempuran sengit tetap berlangsung.
24 Pak-kek Suncu lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Wibawa To-liong Kongcu malam ini ternyata sudah tidak berlaku lagi!"
Kemudian terdengar suara 'ser!' dan payung besar ditangannya lantas meluncur mengarah jalan darah 'Khie-bun-hiat' dan 'Hian-kie-hiat' Lim Tiang Hong.
Sin-lie Hongcu yang sejak unjukkan diri selalu berada disampingnya Lim Tiang Hong. Ketika melihat orang pendek itu menyerang pemuda idamannya, segera hunus pedangnya dan menangkis serangan tersebut.
Dari belakang Pa-kek Suncu tiba2 terdengar suara bentakan orang. Dua laki2 berwajah bengis berpakaian kulit warna merah lantas lompat maju sambil berseru: "Dengan kepandaianmu seperti ini, juga berani turun tangan terhadap Suncu?"
Cepat bagaikan kilat 4 batang senjata pendek sudah menyambuti pedang Sin-lie Hongcu dari kiri dan kanan.
Dengan demikian, maka payung Pak-kek Suncu dengan tanpa rintangan meluncur terus ke arah Lim Tiang Hong.
Tapi saat itu Lim Tiang Hong juga sudah bersedia dengan senjata seruling emasnya, maka ketika diserang oleh Pak-kek Suncu, ia sambuti serangan itu dengan senjata seruling itu.
Tatkala kedua senjata itu beradu, masing2 merasa kaget.
Pak-kek Suncu yang merupakan salah satu orang kuat dari tiga Suncu dalam barisan Hong-lui-po, karena kekuatan dan kepandaiannya sangat tinggi, biasanya tidak pandang mata orang lain. Kini setelah mengadu kekuatan dengan Lim Tiang Hong, ia baru percaya bahwa nama baik yang 25
didapatkan oleh anak muda itu ternyata bukan nama kosong belaka.
Maka kini ia harus berlaku sangat hati2, ia keluarkan seluruh kepandaiannya untuk melayani lawannya yang masih sangat muda belia itu.
Lim Tiang Hong tidak tahu kedudukan dan
tingkatannya orang tua pendek ini dalam Hong-lui-po, setelah mengadu kekuatan itu, ia merasa bahwa orang tua pendek ini ternyata merupakan satu lawan berat. Pantas saja kalau Hong-lui-po berani menantang orang2 dunia kang-ouw daerah Tionggoan. Dari kekuatan dan
kepandaiannya orang tua pendek itu saja sudah dapat diukur sampai dimana buat yang lainnya, apalagi Pocunya sendiri.
Tapi ia sedikitpun tidak merasa keder, bahkan
sebaliknya, ia juga kerahkan seluruh kepandaiannya, untuk merubuhkan lawannya itu.
Dalam waktu sekejapan saja ia sudah berhasil
melakukan serangan pembalasan sampai delapan belas kali, sehingga lawannya merasa kewalahan.
Pertempuran ini merupakan satu pertempuran yang paling sengit, sampai batang2 pohon yang kesambar senjata mereka pada patah atau beterbangan.
Malam itu, hampir sekitar kelenteng Lam-gak-koan menjadi medan laga. Orang2 dari partai golongan Hian-bun meski sudah keluarkan semua orang2nya yang pilihan dan yang, terkuat, tapi toh masih tidak sanggup menghadapi orang2 dari daerah luar yang sangat ganas itu. Dalam kurang lebih dua jam, sudah hampir separuh yang luka2
atau binasa. 26 Walaupun demikian, tapi tiada satupun diantara mereka yang ingin kabur, juga tiada satupun yang ingin hidup sendiri dengan tanpa hiraukan kawan2nya. Mereka memberi perlawanan sengit untuk mempertahankan kedudukan masing2.
Dipihaknya pemimpin enam partai golongan Hian-bun yang berhadapan dengan Lam-tao Suncu dan tiga manusia aneh dari Hong-lui-po, keadaannya sudah sampai ketingkat yang menentukan. Enam pemimpin itu nampaknya sudah mulai keteter, hingga terpaksa mundur terus.
Dengan tidak terduga-duga, si Kera Lengan Panjang yang berlengan panjang, sudah berhasil merobek jubah Heng-san Gek-siu dan merebut panji sekutu enam partai.
Pek-ho Totiang dan It-ceng Totiang yang mendapat lihat panji sekutu sudah terjatuh di tangan musuh, lantas tinggalkan lawan2 mereka dan memburu si Kera Lengan Panjang.
Lam-tao Suncu yang menyaksikan itu lantas berkata sambil ketawa mengejek: "Apa kalian hendak main keroyok?"
Secepat kilat ia sudah keluarkan serangannya untuk merintangi tindakan mereka.
Heng-san Gek-siu dan Pek-ho Totiang sekalian terpaksa mundur lagi dan si Kera Lengan Panjang telah
menggunakan kesempatan itu, lari kabur jauh2.
Selagi Heng-san Gek-siu hendak mengejar, kembali telah dirintangi oleh Thiat-hud Kana dan Mo-im Kui-chiu, sehingga tidak berdaya.
Lim Tiang Hong yang sedang bertempur sengit dengan Pak-kek Suncu, mendadak dengar suara riuh, kemudian 27
dapat lihat panji sekutu sudah dirampas oleh si Kera Lengan Panjang. Seketika itu juga Lim Tiang Hong lantas naik pitam. Sambil keluarkan bentakan keras, ia mencecer lawannya dengan hebat, lalu balikkan badannya dan menerjang si Kera Lengan Panjang.
Tapi, Pak-kek Suncu agaknya sudah mengerti maksud Lim Tiang Hong, ketika melihat Lim Tiang Hong bergerak ke arah si Kera Lengan Panjang, ia lantas dorong senjata payungnya, hingga Lim Tiang Hong terpaksa urungkan maksudnya hendak mengejar si Kera Lengan Panjang, dan bertempur sengit lagi dengan orang tua pendek itu.
Meski ia bertempur sengit, tapi matanya tetap waspada memperhatikan enam pemimpin partai besar itu. Oleh karena dipihaknya Hong-lui-po sudah kurang satu lawan tangguh yang merupakan dirinya si Kera Lengan Panjang, sedangkan Thiat-hud Kana juga sudah terluka, maka untuk sementara kekuatan kedua pihak nampak berimbang.
Sin-lie Hongcu yang berhadapan dengan dua orang Hong-lui-po bersenjata pendek, karena perlawanan hebat kedua orang itu, apalagi senjata mereka yang masing2 ada dua batang, membuat jago betina itu merasa ripuh, hanya dengan mengandalkan kelincahan dan kegesitannya, baru dapat mempertahankan kedudukannya.
Yang paling mengenaskan adalah keadaan anak2
muridnya enam partai besar, mereka itu meski melawan mati2an, tapi karena kalah kekuatan, per-lahan2 jumlahnya semakin sedikit, mungkin tidak lama lagi akan jatuh semuanya.
Lim Tiang Hong sangat gelisah, ia memutar-mutar senjata serulingnya, menghadapi serangan musuhnya dari berbagai jurusan.
28 Pak-kek Suncu tidak menduga lawannya itu ada
sedemikian gagahnya, ia cuma bisa menangkis dengan payungnya sambil mundur terus-menerus.
Orang tua pendek yang mempunyai kedudukan tinggi di Hong-lui-po ini, malam itu benar2 tidak berkutik sama sekali menghadapi Lim Tiang Hong. Dalam gusarnya, ia terpaksa berlaku nekat, lalu keluarkan tipu serangannya yang aneh2.
Lim Tiang Hong belum pernah melihat tipu serangan yang sedemikian anehnya, maka untuk sesaat ia terkejut, kemudian geser kakinya, lompat sampai tiga kaki jauhnya.
Tapi, gerak tipu Pak-kek Suncu ini ada luar biasa anehnya, baru saja badan Lim Tiang Hong bergerak, senjata payung orang tua itu sudah menggempur kepalanya.
Dalam keadaan tergesah-gesah, Lim Tiang Hong putar serulingnya, dengan susah payah ia baru berhasil mengelakkan serangan musuhnya itu. Sejak turun didunia kang-ouw, itu adalah untuk pertama kalinya terdesak oleh musuhnya sampai sedemikian rupa.
Seketika itu wajahnya menjadi merah padam, sambil keluarkan bentakan keras, ia lompat menerjang musuhnya sambil menyerang dengan seruling emasnya.
Kedua pihak agaknya sudah sama2 nekatnya, mereka berkelahi secara kalap, keras lawan keras, cepat lawan cepat.
Mendadak dari jauh terdengar suara seperti ledakan petasan, kemudian ditengah udara kelihatan sinar terang beraneka warna. Lam-tao Suncu yang melihat tanda itu lantas seruhkan kepada orang2nya: "Mundur!"
Dan ia sendiri mendahului yang lainnya, telah lompat melesat keluar lembah.
29 Pertempuran berhenti dengan segera, orang2 Hong-lui-po pada mengikuti jejak pemimpinnya, meninggalkan lembah tersebut.
Cuma Pak-kek Suncu yang tidak bisa turut kabur, karena terlibat oleh serangan Lim Tiang Hong yang makin dahsyat.
Pada satu saat, mendadak terdengar suara jeritan orang tua pendek itu, kemudian dengan tindakan sempoyongan ia mundur sampai 7-8 langkah, setelah itu sambil memegang pundaknya yang mungkin terluka, lari keluar lembah.
Sedang Lim Tiong Hong sendiri juga nampak
sempoyongan bagaikan orang mabuk arak.
Sin-lie Hongcu yang menyaksikan keadaan demikian, segara lari menubruk sembari menanya: "Sudara Lim, apa kau terluka"...."
Perhatian jago betina ini terhadap Lim Tiang Hong, sangat nyata sekali dalam sikapnya.
Lim Tiang Hong dongakan kepala dan menjawab:
"Orang tua yang sangat aneh itu, benar2 sangat tangguh!"
Dalam pada itu, murid2 enam partai golongan Hian-bun yang masih hidup, dalam keadaan sangat letih pada berkumpul dalam satu kelompok, sedang Heng-san Gek-siu dan Pek-ho Totiang sekalian lantas menghampiri Lim Tiang Hong dan Sia-lie Hongcu uniuk menghaturkan hormat dan terima kasih mereka.
Lho Tiang Hong membalas hormat sambil berkata:
"Aku yang rendah sungguh tidak berguna, sehingga membuat enam partai besar dari golongan Hian-bun sampai mengalami kerugian begini besar".
30 "Kalau menurut ucapan siauwhiap, maka kita semua tua bangka ini lebih merasa malu lagi!" katanya Heng-san Gek-siu sambil menghela napas.
Pek-ho Totiang masih bisa berlaku tenang, berkata ia dengan suara pelahan. "Urusan sudah menjadi begini, tidak ada gunanya kita menyesal atau saling tuduh, ada lebih baik kita semua masuk ke dalam untuk merundingkan lebih mendalam".
Heng-san Gek-siu juga anggap benar perkataan
pemimpin Bu-tong-pay itu, maka lantas ajak semua tetamunya masuk ke dalam kelenteng.
Sepanjang jalan nampak bangkai manusia berserakan, darah membasahi tanah pegunungan yang hijau sehingga menjadi merah. Pemandangan itu sesungguhnya sangat mengenaskan.
Sin-lie Hongcu meski dibesarkan dalam kalangan kangouw dan tidak sedikit membunuh orang, tapi masih merasa ngeri menyaksikan pemandangan itu.
Tidak demikian dengan Lim Tiang Hong, anak muda ini dadanya dirasakan hampir meledak, karena itu ada merupakan suatu bukti bagaimana ganasnya orang-orang dari Hong-lui-po: maka ia lantas berkata kepada para imam itu sekalian: "Jika masih bernyawa, aku si orang she Lim pasti akan mengunjungi sarang Hong-lui-po untuk membasmi kawanan penjahat itu!"
Rombongan itu setelah tiba dalam pendopo, murid kepala Heng-san-pay, In-tay Kiam-khek dengan badan berlamuran darah, telah masuk memberi laporan tentang banyaknya murid-murid Heng-san pay yang menjadi korban keganasan itu. Heng-san Gek-siu lalu berkata padanya: "Setelah obati saudara2nya yang terluka, kalian lekas 31
pergi beristirahat, sedangkan yang binasa dikubur besok saja".
In-tay Kiam-khek terima baik perintah pemimpinnya, selagi hendak berlalu, mendadak dipanggil oleh Lim Tiang Hong: "Disini aku ada obat, harap saudara ambil untuk mengobati yang terluka!"
Setelah itu ia lalu memberikan obat pilnya Suat som-wan yang cuma tinggal setengah botol kecil.
Pek-ho Totiang sekalipun kenal baik obat sangat mujarab itu, ketika menyaksikan Lim Tiang Hong memberikan semua sisa obatnya itu, diam2 merasa kagum atas keluhurannya anak muda itu, maka semua lantas menghaturkan terima kasih padanya.
"Urusan sekecil ini, perlu apa Totiang sekalian begitu merendah! Cuma aku yang rendah masih tidak mengerti, apa sebabnya enam partai golongan Hian-bun bisa kebentrok dengan Hong lui-po" Sehingga menanam bibit permusuhan begini besar?" tanya Lim Tiong Hong.
Pek-ho Totiang sambil urut jenggotnya yang panjang dan menghela napas menjawab: "Menurut pikiran pinto, ini baru merupakan permulaannya bencana saja. Untuk selanjutnya, dalam rimba persilatan daerah Tionggoan mungkin akan timbul penumpahan darah yang rasanya tak dapat dicegah lagi".
Dengan lesu Heng-san Gek-siu berkata sambil
geleng2kan kepala: "Hong-lui-po yang selama itu menjagoi di daerah luar perbatasan Tionggoan, belum pernah datang mengganggu kita orang, tapi kali ini mendadak menyerbu daerah Tionggoan pasti ada sebabnya. Menurut pendapatku si orangtua, dalam hal ini mungkin ada orang yang sengaya mengadu domba".
32 Sin-lie Hongcu nyeletuk dengan suara tajam: "Tidak perduli apa sebab dan tujuan mereka, hutang darah harus dibayar dengan darah Siauw-li (membahasakan diri sendiri) pada dewasa ini walaupun belum mempunyai cukup kekuatan, tapi pada satu hari, pasti hendak menagih hutang kepada Hong-lui-po atas perbuatannya terhadap duabelas hongcu dari gunung Bu-san, yang telah menyerbu dengan tanpa sebab dan alasan!"
Semua orang yang mendengar itu pada terdiam. Heng-san Gek-siu mendadak lompat dari tempat duduknya dan berkata dengan suara berapi-api: "Aku si tua bangka benar2
tidak berguna, sehingga panji sekutu terampas dan banyak murid Heng-san-pay terluka atau binasa. Aku sesungguhnya merasa malu terhadap Couwsu, maka sekarang juga aku ingin berkelana kedunia kang-ouw untuk mencari kawanan penjahat itu, kalau tidak dapat merebut kembali panji sekutu, aku tidak mempunyai muka untuk tancap kaki lagi dikalangan kang-ouw".
"Enam partai ada mempunyai kepentingan bersama, bagaimana Hengtay boleh tanggung jawab seorang diri"
Menurut pendapat pinto, perkara ini sebaiknya kita bersabar dulu, untuk berunding lebih jauh. Sekarang masing2 boleh pulang untuk mengadakan persiapan, setelah tiba waktunya, kita nanti gerakkan suatu pasukan yang terdiri dari tenaga pilihan, untuk membuat perhitungan dengan Hong-lui-po". berkata Pek-ho Totiang dengan suara tenang,
"Tapi kalau aku tidak dapat memikul tanggung jawab ini, bagaimana ada muka untuk menjadi orang?" kata Heng-san Gek-siu sambil menghela napas.
It-ceng Totiang juga turut memberi nasehat: "Urusan sudah menjadi begini rupa, menyesal atau bingung juga 33
tidak ada gunanya, lebih baik kita berusaha mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya!"
Lim Tiang Hong sejak memberikan obat Suat-som-wan, terus duduk dikursinya tidak turut bicara, namun dalam hatinya terus berpikir, ia merasa heran terhadap semua kejadian yang baru2 ini.
Hong-lui-po mendadak pentang sayapnya ke daerah Tionggoan, maksud dan tujuannya tidak lain daripada hendak menjagoi rimba persilatan, tapi mengapa mereka menggunakan cara2 yang dapat menimbulkan kegemparan dan kemarahan seluruh dunia kang-ouw"
Pertama mereka melakukan serangan terhadap Sin-soan Cu-kat secara menggelap, walaupun dalam perbuatannya itu mungkin maksudnya hendak mencari Lim Tiang Hong, tapi anak muda itu merasa belum pernah bermusuhan dengan orang2 dari Hong-lui-po.
Kedua kalinya mereka melakukan penyerangan
terhadap gunung Bu-san, maksudnya mungkin hendak merampas kitab wasiat Hian-hian Pit-kip, tapi siapakah yang memberitahukan kepada mereka kalau kitab itu berada di atas gunung Bu-sanf
Ketiga, malam ini mereka menyerbu gunung Heng-san dan sekaligus hendak menumpas enam partai besar dari golongan Hian-bun. Tapi walaupun mereka berhasil sudah dapat merampas panji sekutu, apakah orang2 enam partai itu mau menakluk kepada mereka" Sudah tentu tidak mungkin.
Dalam hal ini, Lim Tiang Hong merasa perlu harus berunding dengan orang2 Hong-hong-tie, baru dapat gambaran yang jelas. Setelah mengambil keputusan demikian, Lim Tiang Hong sebetulnya ingin ajak Sin-lie 34
Hongcu berangkat lebih dulu, tapi kerena ia lihat Heng-san Gek-siu dan Pek-ho Totiang sedang bicara, ia tidak berani buka mulut, dan kini setelah pembicaraan mereka sudah berakhir, maka ia lantas berbangkit dan berkata sambil memberi hormat kepada para pemimpin enam partai: "Aku yang rendah kerena masih ada sedikit urusan yang harus segera dibereskan, maka kini ingin jalan lebih dulu. Dilain hari apabila Totiang sekalian hendak membikin perhitungan dengan orang2 Hong-lui-po, asal Totiang sekalian memberi kabar, aku si orang she Lim pasti datang"
Heng-san Gek-siu dan lain2nya juga berdiri membalas hormat sembari berkata: "Karena Kongcu masih ada urusan, kita sekalian juga tidak enak untuk merintangi maksud kongcu. Dikemudian hari kita harap kongcu suka memandang keselamatan dunia rimba persilatan, supaya suka memberi bantuan tenaga, dan untuk kesediaan kongcu ini, terlebih dahulu kita haturkan banyak2 terima kasih!"
"Tidak usah Totiang minta, asal aku si orang she Lim masih bernyawa, pasti akan sumbangkan tenagaku untuk membantu usaha Totiang sekalian membasmi kawanan penjahat itu," jawab Lim Tiang Hong, dan setelah itu sekali lagi ia memberi hormat, lalu bersama sama Sin-lie Hongcu meninggalkan gunung Heng-san.
-odwkz- Bab 44 DUA muda-mudi itu setelah meninggalkan gunung
Heng-san, menurut pikiran Sin-lie Hongcu, segera berangkat kegunung Ngo-thay-san untuk melaporkan kejadian itu kepada toakonya, tapi Lim Tiang Hong menghendaki supaya mencari Yan-jie lebih dahulu.
35 Oleh karena Sin-lie Hongcu sudah memberikan
kesanggupannya, sudah tentu ia tidak bisa menolak, maka keduanya lantas melanjutkan perjalanan untuk mencari si nona cilik itu.
Jalan belum lama, Sin-lie Hongcu mendadak berteriak:
"Eh...."!".
Lim Tiang Hong yang sedang berpikir bagaimana harus menghadapi urusan dunia kang-ouw yang terjadi pada waktu belakangan ini, ketika mendengar suara jeritan Sin-lie Hong-cu lantas berpaling dan ketika ia dapat lihat apa yang telah terjadi, matanya lantas terbuka lebar2!
The Hong itu pemuda dari partai Kun-lun-pay yang telah menyampaikan kabar tentang maksud Hong-lui-po yang hendak menyerbu gunung Heng san, kini telah mati dalam keadaan mengenaskan.
Ia mati tengkurap disebuah batu besar, lehernya berlubang bekas cengkeraman lima jari tangan. Darah yang mengalir dari 5 lubang itu sudah menjadi hitam seperti mati karena serangan ilmu Eng-jiauw-kang (ilmu kuku garuda).
"Apakah ini adalah perbuatannya orang2 Hong-lui-po?"
tanyanya Sin-lie Hongcu dengan mata beringas.
"Mungkin bukan perbuatannya orang2 Hong-lui-po, melainkan karena serangan dari suatu ilmu dari golongan lain". jawabnya Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
Pada saat itu, dari jalan raya nampak dua orang lari mendatangi sambil berseru: "Lotee, kiranya kau disini....".
Dua orang itu ketika melihat keadaan The Hong juga terkejut.
36 Kini Lim Tiang Hong baru tahu bahwa dua orang yang baru datang itu adalah si Pengemis Miskin dan Sin-soan Cu-kat, semangatnya lantas bangun seketika.
"Apa dua locianpwee dapat kabar apa2" "demikian tanyanya si anak muda.
"Satu setanpun tidak ketemu". jawabnya si Pengemis Miskin sambil ketawa getir. Kemudian ia berkata pula dengan sungguh2: "Urus dulu jenasah anak muda ini, mari kita mencari tempat untuk bicara. Aih sungguh tidak nyana kita kembali hendak menghadapi bencana penumpahan darah besar2an!"
Lim Tian Hong lalu menggunakan pedangnya untuk membuat lubang, setelah mengubur jenasah The Hong, lalu berangkat menuju kesuatu kota kecil yang tidak jauh dari situ, untuk tangsel perut masing2.
Tiba disatu rumah makan, si Pengemis Mata Satu sudah tidak sabaran minta disediakan arak lebih dulu.
Sin-soan Cu-kat masih tetap tidak banyak bicara. Setelah ambil tempat duduk, ia mengamat-amati wajah Lim Tiang Hong dengan tanpa banyak omong.
"Locianpwee, apakah tanda guratan di wajahku masih belum hilang?" tanya Lim Tiang Hong yang sudah tidak sabaran.
Sin-soan Cu-kat anggukan kepala dan menjawab:
"Orang yang berhati mulia selalu dilindungi oleh Tuhan, kau tidak perlu buat pikiran soal ini".
"Sebagai orang dunia kang-ouw, tiada alasan takut mati.
Apalagi kawanan iblis itu toh belum tentu dapat berbuat sesuatu terhadap aku".
37 Sin-soan Cu-kat cuma kerutkan keningnya tidak berkata apa2. Sebaliknya dengan si Pengemis Mata Satu, jika sudah tenggak arak, segala aoa ia sudah tidak mau tahu lagi.
Sin-lie Hongcu yang paling perhatikan diri Lim Tiang Hong. Ketika mendengar pembicaraan anak muda itu dengan Sin-soan Cu-kat, untuk sesaat ia merasa bingung, meski ia tidak tahu persis apa ang dipersoalkan, tapi ia sudah dapat menduga bahwa soal itu pasti ada hubungannya dengan diri si anak muda. Maka ia lantas menanya sambil mendorong diri Lim Tiang Hong:
"Saudara Lim, apakah sebetulnya yang kalian bicarakan itu?"
Lim Tiang Hong lalu memberitahukan adanya tentang ramalan Sin-soan Cu-kat bahwa di wajahnya terdapat tanda2 bahaya, tapi kemudian ia berkata sambil ketawa:
"Mati atau hidup adalah takdir, maka aku tidak anggap apa2 soal itu".
Tapi tidak demikian dengan Sin-lie Hongcu, ketika mendengar penuturan Lim Tiang Hong, perasaannya menjadi tegang. "Ramalan Sin-soan locianpwee mungkin tidak salah. Aku lihat sebaiknya kau berlaku hati2"
"Pada dewasa ini, dalam dunia kang-ouw sudah timbul banyak urusan, pembunuhan besar2an mungkin akan terjadi tidak lama lagi. Aku yang mempunyai sedikit kepandaian ilmu silat, sudah pada tempatnya kalau bantu keluar tenaga untuk menolong dunia rimba persilatan dari malapetaka atau kemusnahan. Jika setiap orang cuma mementingkan diri sendiri, tidak mau ambil perduli kepentingan orang banyak, niscajayakan mengecewakan suhu yang telah mendidik aku menjadi orang sempurna seperti sekarang ini"
38 Sin-lie Hongcu sebetulnya hendak nasehati padanya supaya jangan terlalu banyak campur urusan orang lain, untuk menghindarkan bahaya yang mengancamnya. Tapi ketika menyaksikan sikap berapi-api dari si anak muda itu, ia terpaksa diam.
"Enci, apa perkataanku tadi salah?" demikian Lim Tiang Hong menanya dan mendadak mencekal kedua tangan Sin-lie Hongcu.
"Jiwa dan ambisimu begitu besar, aku hanya merasa malu terhadap diri sendiri, bagaimana dapat menyalahkan kau" jawabnya si jago betina itu sambil bersenyum manis.
Sia-suan Cu-kat yang pandai meramal, ketika
menyaksikan dua anak muda itu sedang asyik bicara, diam2
hatinya berpikir "bocah ini yang mendapat kurnia berlimpah-limpah dari Tuhan. Hari depannya sangat gilang gemilang, sayang perasaannya begitu tebal, dikemudian hari pasti akan dibikin ruwet oleh soal asmara"
Memikir demikian, diam2 ia menghela napas.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya pendengaran sangat tajam, segera dapat menangkap suara helaan napas itu, maka segera tarik kembali tangannya dan wajahnya merah seketika. Ia melirik ke arah Sin-soan Cu-kat lalu tundukkan kepala.
Si Pengemis Mata Satu yang sedang enak tenggak arak, mendadak tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Toakomu kali ini mencari kau, sebetulnya ada mempunyai banyak urusan yang hendak dirundingkan denganmu. Cuma oleh karena Sin-soan situkang ramal itn mengatakan bahwa pada dewasa ini kau ada mempunyai tanda2 kurang baik di wajahmu, hingga aku tidak berani bicarakan lagi".
39 Lim Tiang Hong yang sedang merasa canggung, ketika mendengar perkataan si Pengemis Mata Satu itu lantas berkata: "Ada urusan apa2 kau boleh ceritakan saja, supaya kita dapat rundingkan bersama-sama, bukankah ada lebih baik daripada kau simpan di dalam hati?"
"Terus terang kuberitahukan padamu, dunia rimba persilatan sudah terancam bencana, hari kiamat mungkin tidak lama lagi akan tiba". berkata si Pengemis Mata Satu sambil tenggak araknya.
"Koko tahu benar hal itu?"
"Tidak perlu aku si Pengemis tua menakut-nakuti, hal yang sebenarnya memang begitu".
"Yang kau maksudkan ini apakah peristiwa diserangnya gunung Bu-san dan enam partai golongan Hian-bun?"
"Bukan cuma dua peristiwa itu saja".
"Apa masih ada lagi yang lebih penting?"
"Banyak sekali!" Dengan matanya yang cuma tinggal satu, Pengemis tua itu menyapu sekitar ruangan rumah makan itu, ia dapat lihat bahwa para tamu yang datang makan kebanyakan orang2 desa yang hendak pergi kepasar, tidak ada yang dicurigakan, maka ia lantas berkata:
"Kesatu, gereja Siauw-lim-sie digunung Siong-san, pada satu malam yang gelap gulita, mendadak diserbu oleh sekawanan manusia yang memakai kedok muka aneh.
Murid2 gereja Siauw-lim-sie yang binasa lebih dari seratus orang. Rangon tempat menyimpan kitab pusaka dalam gereja itu juga dibakar. Ketua Siauw-lim-pay Hui-hui Taysu binasa dimalam itu juga. Yang paling mengherankan adalah kematian Hui-hui Taysu itu ternyata disebabkan terkena serangan ilmunya Siauw-lim-pay sendiri yang dinamakan 40
Kana Kim-kong-kang. Sekarang Siauw-lim-sie sudah menggeluarkan perintah untuk minta pulang semua murid2
Siauw-lim-pay yang tersebar diseluruh pelosok.
Kedua, dewasa ini dikalangan kang-ouw mendadak muncul satu partai atau golongan baru yang terdiri dari kaum wanita yang mempunyai kepandaian sangat ajaib dan aneh pula sepak terjangnya. Mereka itu melulu
mempermainkan dan membunuh mati murid2 tingkatan muda dari golongan partai baik2, seperti Siang-kiam (sepasang pedang) dari partai Kun-lun pay, Sam-ing (tiga jago muda) dari partai Ngo-bie-pay dan banyak lagi orang gagah dari tingkatan muda yang sudab dibinasakan. Yang sudah ketahuan namanya kira2 sudah 50-60 orang. Partai2
yang bersangkutan meski sudah kirim banyak orang2nya yang kuat untuk mengusut dan mencari pembunuhnya, tapi sehingga saat ini masih belum mendapat hasil apa2.
"Ketiga, Hong-lui-po dari luar daerah perbatasan, pengaruhnya sudah dipentang ke daerah Tionggoan, hal ini sudah kalian ketahui bahkan sudah alami sendiri, tidak perlu aku tuturkan lagi. Satu hal yang aneh ialah, kau yang berada disini, tapi di berbagai daerah Tionggoan telah ramai membicarakan bahwa satu pemuda yang menyebut dirinya To-liong Kongcu secara terang2an sudah berani menantang Hong-lui-po. Mnurut orang yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sudah banyak orang2 Hong-lui-po yang memakai pakaian kulit warna merah yang dibunuh, bahkan meninggalkan tanda To-liong Kongcu, apakah kau bisa membagi dirimu menjadi dua?"
Mendengar panuturan si Pengemis Mata Satu, Lim Tiang Hong diam2 terperanjat, pikirnya: "gangguan Thian-cu-kauw belum disingkirkan, sekarang dunia kang-ouw kembali timbul begini banyak persoalan, nampaknya 41
bencana penumpahan darah benar2 tidak dapat dihindarkan lagi"
Si Pengemis Mata Satu melihat si anak muda itu diam saja, lantas berkata lagi: "Pada dewasa ini, pengaruh kejahatan semakin merajalela, jumlahnya partai golongan orang baik2 meski tidak sedikit, tapi hampir semuanya tidak dapat melindungi dirinya sendiri, untuk selanjutnya, mungkin akan mengadakan orang seperti kau ini!"
Lim Tiang Hong seolah-olah baru tersadar dari
lamunannya. "Pujianmu ini barangkali agak ketinggian, tapi urusan sudah menjadi begini. Siauwtee juga cuma dapat sediakan kemampuan yang ada, untuk menghadapi kawanan manusia jahat itu".
Ia berhenti sejenak, kemudian berkata kepada Sin-soan Cu-kat: "Tapi bagaimana harus bertindak, harap Sin-soan locianpwee dan koko suka memberi petunjuk"
Sin-soan Cu-kat urut jenggotnya yang panjang, setelah berpikir sejenak baru menjawab: "Hong-lui-po yang sudah bermaksud hendak menjagoi daerah Tionggoan, sudah pasti mengetahui bahwa dirinya sendiri mempunyai kekuatan cukup. Maka, untuk menghadapi mereka, tidak cukup hanya mengandal kekuatan kita sejumlah sedikit ini saja, hal ini kau harus berlaku hati2. Sementara mengenai itu wanita yang membunuh anak2 muda, perbuatanya itu mungkin terdorong oleh perasaan benci, tidak ada lain motif, untuk sementara boleh kita kesampingkan dulu.
Yang terpenting pada dewasa ini ialah soal dirinya Yan-jie, yang segera perlu didapatkan kembali. Kemudian pergi kegunung Siong-san untuk menyaksikan keadaan yang sebenarnya, ada kemungkinan besar diserangnya gereja Siauw-lim-sie itu ada hubungannya dengan Hong-lui-po!"
42 "Kita sebetulnya juga sudah siap hendak mencari adik Yan-jie, kemudian karena mendengar kabar Hong-lui-po hendak menyerang Heng san-pay, maka lantas tertunda".
"Kalian hendak kemana mencari Yan-jie" Aku sudah perintahkan saudara2 dari golongan pengemis untuk mengadakan penyelidikan di daerah sekitar sungai Huangho, tapi ternyata tidak kelihatan bayangannya". berkata si Pengemis Mata Satu.
Sin-lie Hongcu lantas berkata: "Kabarnya nona Yan-jie telah diculik oleh seorang wanita yang mahir dengan ilmu pedang sangat aneh, maka, siauwlie ingin ajak Lim siauwhiap pergi ke daerah Biauw-ciang".
Sin-soan Cu-kat lantas berkata sambil menepok pahanya sendiri "Kau maksudkan, wanita itu apakah Boan-ci-ong Nio-nio!"
"Benar!". "Aih...." Sin-soan Cu-kat mendadak menghela napas panjang.
Si Pengemis Mata Satu lantas garuk2 kepalanya yang tidak gatal, lalu berkata: "Celaka! kalau benar dia, urusan ini menjadi sangat berabe!"
Lim Tiang Hong sama sekali tidak tahu, bagaimana sebetulnya wanita yang bernama Boan-ciong Nio-nio itu, ia merasa heran mengapa dua orang tua itu nampaknya begitu jeri terhadap padanya"
"Aku tidak perduli siapa itu Boan-ciong Nio-nio, jika ia tidak mau serahkan kembali dirinya Yan-jie, aku akan suruh dia rasakan tajamnya pedang To-liong-kiam".
Si Pengemis Mata Satu samber cawan arak di mejanya, setelah tenggak sampai kering, baru berkata dengan 43
sungguh2: "Terhadap lain orang masih boleh dihadapi dengan kekuatan tenaga, tapi buat dia, tidak cukup cuma mengandalkan kekuatan atau kepandaian ilmu silat saja".
"Kalau demikian halnya, apa kita harus tinggal diam saja?" berkata Lim Tiang Hong.
Sin-soan Cu-kat kuatir nanti akan timbul salah faham antara dua orang itu, maka ia lantas nyeletuk: "Tiang Hong, kau juga tidak perlu terburu nafsu. Menurut pikiranku dan pengemis tua ini, bukanlah demikian. Kita cuma anggap bahwa wanita tua yang adatnya aneh itu sesungguhnya memang sulit dilayani, kalau dia sudah dapatkan dirinya itu orang yang diincar, jangan harap bisa terlepas dari tangannya".
"Tapi jika adik Yan-jie tidak suka menjadi muridnya?"
"Dia ada mempunyai akal untuk membuat padanya
terima baik permintaannya".
"Aku tidak percaya dia ada mempunyai kekuatan gaib seperti itu. Jikalau kalian tidak berani menghadapi dia biarlah aku seorang diri yang pergi, aku kepingin lihat apakah wanita itu ada mempunyai ilmu sihir?"
Setelah itu, ia lantas berbangkit dan berjalan keluar.
Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu dibikin tercengang atas sikap keras Lim Tiang Hong itu.
Mendadak.... Sin-lie Hongcu lompat melesat dan menghadang
dihadapan Lim Tiang Hong seraya berkata: "Kegusaranmu ini kau tujukan kepada siapa" jiwie locianpwee itu toh tidak mengatakan kau tidak boleh pergi! mereka cuma minta kau supaya berlaku hati2, lekas balik!"
44 Perkataan si nona yang terakhir ini agaknya mengandung sesuatu perintah.
Lim Tiang Hong sebetulnya cuma mungumbar hawa
napsunya saja, setelah dikatakan demikian oleh si nona, ia juga merasa bahwa perbuatannya itu agak keterlaluan, maka wajahnya lantas merah seketika, kemudian balik ke tempatnya.
Terdengar suara ketawanya si Pengemis Mata Satu, setelah itu ia berkata: "Lotee, apa kau kira engkomu ini benar2 ada seorang penakut" Dengan memandang persahabatan kita dengan Heng-lim Cun-loan, sekalipun harus menerjang bukit tombak atau terjun ke dalam lautan air mendidih, aku bersama Sin-soan si tua bangka ini, juga tidak akan menolak! tenangkan dulu pikiranmu, dengarlah perhitungannya Sin-soan yang lebih matang".
Mendengar keterangan itu, Lim Tiang Hong merasa malu. Ketika ia melirik ke arah Sin-soan Cu-kat, orang tua itu nampak masih tetap tenang-tenang saja. Kemudian, sambil mengurut jenggotnya orang tua itu berkata:
"Menurut pikiranku, sebaiknya aku bersama si pengemis miskin yang pergi lebih dulu. Kalau rasanya dapat menggerakkan hati wanita aneh itu dengan mengandal nama kosong kita dikalangan kang-ouw, itulah yang paling baik. Tapi jika dia tetap keras kepala tidak terima baik permintaan kita, selanjutnya kita boleh mencari lain jalan.
Dengan demikian berarti kita berlaku sopan lebih dulu barulah turun tangan, ini rasanya yang paling sempurna".
Betapapun juga, Sin-soan Cu-kat ada seorang tua yang bisa berpikir panjang, maka lebih tenang menghadapi segala soal yang bagai mana ruwet juga. Tiga orang itu anggap bahwa jalan ini yang paling baik, maka mereka ambil keputusan menurut rencana itu,
45 Setelah membayar uang makan, baru saja hendak
berlalu dari rumah makan tersebut, mendadak dari luar muncul seseorang berpakaian biru dengan kopiahnya model persegi. Sikap orang itu nampak tenang sekali, hingga Sin-soan Cu-kat dan si pengemis tua diam2 berpikir "eh! Di tempat yang sepi seperti ini, bagaimana bisa muncul seorang demikian?"
Tapi Lim Tiang Hong yang melihat kedatangan orang itu lantas maju menghampiri sembari memberi hormat, setelah itu ia perkenalkan tetamunya itu kepada dua kawannya.
"Ini adalah murid Kie-lin Kokcu, Yam-kiong Kiam-khek, juga merupakan toasuheng boanpwee".
Sin-soan Cu-kat dan Pengemis Mata Satu meski sudah lama dengar tentang Hong-hong-tie dikalangan kang-ouw, tapi karena tindak tanduknya sangat misterius, belum pernah mereka berhadapan dengan orang2nya Hong-hongtie. Kini setelah diperkenalkan oleh Lim Tiang Hong, mereka agaknya tercengang.
Yam-kiong Kiam-khek setelah memberi hormat kepada mereka berdua, lalu berkata kepada Lim Tiang Hong: "Atas perintah Kokcu, sutee diminta supaya segera berangkat ke Hong-hong-tie, ada soal penting yang perlu dirundingkan".
Lim Tiang Hong terperanjat, meski ia sudah lama kepingin tahu dimana adanya Hong-hong-tie, siapa adanya Kokcu yang misterius itu, tapi saat itu ia perlu segera berangkat ke Biauw untuk menolong dirinya Yan-jie, bagaimana ia bisa tunda lagi"
Yam-kiong Kiam-khek menyaksikan suteenya itu
agaknya bersangsi, lantas mendesak pula: "Tidak perduli kau sekarang ada urusan penting bagaimana, semua harus 46
kau tinggalkan dulu, yang penting segera menjumpai Kokcu".
"Tidak bisa, menolong orang seperti menolong bahaya kebakaran, sedikitpun aku tidak bisa tunda lagi".
Jawaban ini ada diluar dugaan Yam-kiong Kiam-khek, sejenak nampak ia tercengang kemudian berkata pula:
"Perintah Kokcu seolah-olah satu firman raja, harap sutee jangan berlaku begitu!"'
"Aku toh belum menjadi muridnya secara resmi, juga belum tahu benar hubungannya dengan Kokcu. Perintah Kokcu ini tidak berlaku buat aku, kalau kau menghendaki aku musti pergi, seharusnya juga menunggu sampai aku kembali dari daerah Biauw,"
Dengan demikian, Yam-kiong Kiam-khek merasa sulit kedudukannya.
Sin-soan Cu-kat kuatir keadaan menjadi runyam, maka lantas memberi nasehat kepada Lim Tiang Hong. "Kokcu suruh kau lekas pergi, pergilah menjumpai padanya lebih, dulu! Nanti setelah urusanmu di Hong-hong-tie sudah selesai, baru kau menyusul, rasanya masih keburu".
Kini Lim Tiang Hong baru mengerti. "Kalau begitu, nanti setelah urusan boanpwee di Hong-hong-tie selesai, pasti segera aku menyusul".
Suasana yang agak tegang, akhirnya dapat dibikin beres secara memuaskan. Yam-kiong Kiam-khek juga tidak sesalkan Lim Tiang Hong, ia masih tetap dengan sikapnya yang ramah dan sabar. "Kalau kau memang ada urusan didaerah Biauw, maka kita sekarang lekas berangkat ke-Hong-hong-tie"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala.
47 Karena melihat Lim Tiang Hong hendak pergi ke Hong-hong-tie, maka Sin-lie Hongcu juga merasa tidak perlu pergi ke daerah Biauw. Ia lalu pamitan dengan Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu, kemudian berangkat ke gunung Ngo-thay-san untuk mencari Cit-seng Hongcu, toakonya.
Sedangkan Sin-soan Cu-kat bersama si Pengemis Mata Satu, dengan hati tidak tenang, berangkat menuju ke daerah Biauw.
--dkz--- Bab 45 MARI kita mengikuti perjalanan Lim Tiang Hong lebih dulu, yang malam itu. juga bersama sama Yam-kiong Kiam-khek berangkat ke Hong-hong-tie.
Setelah melakukan perjalanan yang melalui banyak gunung, tibalah di bawah sebuah puncak gunung yang tinggi dan sunyi. Lim Tiang Hong meng-ingat2 perjalanan yang dilalui, mendadak menanya kepada suhengnya:
"Apakah ini bukan gunung Thian-thay-san?"
Yam-kiong Kiam-khek hanya tersenyum, tidak
menjawab. Mendadak ia lompat ke atas gunung, di lamping gunung itu mereka mendaki perjalanan yang sulit, barulah tiba disebuah lembah sepi yang dikitari oleh tebing tinggi, untuk mencapai tempat itu harus melalui perjalanan yang berliku-liku, tempat itu seolah-olah satu dunia baru.
Dilamping gunung itu kedua orang itu mendaki terus ke atas puncak gunung, diantara puncak gunung yang tinggi itu ternyata ada terdapat satu tanah lapang yang sangat luas. Pusatnya perkumpulan Hong-hong-tie.... Kie-lin-kok justru terletak di belakang puncak gunung itu.
48 Setelah melalui puncak gunung yang tinggi, di
belakangnya terdapat satu tempat kosong yang luas dan indah permai. Seputar tempat itu terdapat banyak pohon dan bunga2 beraneka warna.
Ditengah-tengah pohon bunga itu ada terdapat sebuah bangunan megah yang depan pintu gerbangnya terdapat tiga hurup besar warna emas: "KIE LIN KOK".
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu semua, dalam hati merasa kagum.
Mendadak dari dalam gerombolan bunga ada satu
bayangan merah meluncur ke arahnya sambil
mengeluarkan suaranya yang merdu: "Kongcu, mengapa sampai sekarang kau baru datang Kokcu sedang
menantikan kau!" Mendengar suara itu, Lim Tiang Hong segera kenali itu adalah suaranya Yong-jie si gadis cilik yang lincah dan nakal itu. Kini ternyata sangat beraleman terhadap Lim Tiang Hong, begitu meluncur turun lantas menubruk dan geiendoti si anak muda.
"Kongcu, kau nampaknya agak kurusan!" katanya pula.
Sambil mengelus rambutnya Lim Tiang Hong
menjawab: "O! apa iya?"
Tiba2 dari dalam muncul dua orang tua berpakaian baju hijau yang menegur Yong-jie: "Yong-jie, bagaimana kau tidak tahu adat" Lekas memberi hormat kepada Kongcu!"
Dua orang tua ternyata adalah Gin-sie-siu dan Ceng-pao-siu, mereka berjalan berendeng menghampiri, dengan sikapnya yang sangat menghormat mereka berkata:
"Selamat datang Kongcu!"
49 "Lojinkee, jangan berbuat demikian". jawabnya Lim Tiang Hong merendah.
Saat itu, YoUg-jie juga sudah lepaskan diri Lim Tiang Hong, ia leletkan lidahnya dan meringis.
Beberapa orang antar Lim Tiang Hong ke Kie-lin-kok duduk dipertengahan ruangan tamu. Yam-kiong Kiam-khek dengan wajah berseri-seri berkata: "Sutee, kau mengaso dulu sebentar, suheng-mu hendak melapor kepada Kokcu".
Setelah Yam-kiong Kiam-khek berlalu, Lim Tiang Hong baru mendapat kesempatan untuk menyaksikan keadaan dalam ruangan itu serta pemandangan alam diluar ruangan.
Ia merasa bahwa hiasan dalam ruangan itu hampir seluruhnya merupakan barang2 yang sangat berharga, rasanya tidak kalah jauh dengan istana kerajaan.
Yong-jie berdiri rapat di sisi Lim Tiang Hong, ia memperkenalkan satu persatu namanya barang2 itu, sejak masuk ke dalam ruangan, mulutnya tidak berhentinya nyerocos. Gin-sie-siu yang berdiri disampingnya, beberapa kali ingin mencegah, tapi kerena melihat Lim Tiang Hong agaknya ketarik oleh keterangan gadis cilik itu, maka ia tidak berani mencegah.
Tidak lama Lim Tiang Hong menanti dalam ruangan itu, nampak Yam-kiong Kiam-khek sudah muncul lagi, sambil ketawa suheng itu berkata padanya: "Kokcu suruh sutee segera masuk ke dalam"
Lim Tiang Hong lantas berbangkit, dengan mengikuti Yan-kiong Kiam-khek, ia berjala melalui banyak ruangan dan tikungan, baru tiba di luar sebuah bangunan mungil, mereka lalu berhenti.
Dari dalam bangunan itu terdengar suara nyaring: "Apa Hong-jie yang datang" Masuklah".
50 Dua kacung kecil menyingiap tirai yang menutupi daun jendela dan pintu, Lim Tiang Hong lalu melangkah masuk dan segera dapat melihat seorang laki2 seperti anak sekolah pertengahan umur yang pernah bertemu di dalam biara, sedang duduk bersila di atas dipan sambil membaca buku.
Mungkin karena hubungannya antara anak dengan
ayah, Lim Tiang Hong dengan tanpa sadar sudah maju setindak dan berlutut di hadapan laki2 setengah umur itu.
Laki2 setengah umur itu lemparkan bukunya, lalu berkata dengan suara lemah lembut dan penuh kasih sayang: "Anak, bangunlah! selama beberapa tahun ini, kau tentunya banyak menderita"..
Lim Tiang Hong tidak tahu apa maksudnya dalam
perkataan itu, ia merasa tenggorokannya seperti terkancing, sehingga tidak dapat menjawab. Ia berbangkit dan kembali menyoja memberi hormat.
Laki2 setengah umur itu menunjuk kursi di sisinya, suruh ia duduk.
Lim Tiang Hong berpaling mengawasi Yam-kiong
Kiam-khek. Melihat sang suheng itu masih tetap berdiri dengan sikapnya yang sangat menghormat, sudah tentu ia sendiri tidak berani duduk.
Laki2 setengah umur itu agaknya mengerti maksudnya, maka lantas berkata: "Kamu berdua duduklah!"
Dua anak muda itu baru berani duduk di kursi masing2.
Laki2 setengah umur itu berkata pula: "Dalam dunia kang-ouw, cuma tahu adanya partai Hong-hong-tie, tapi tidak tahu kepandaian ilmu silat orang2-nya berasal dari mana. Mereka cuma tahu adanya Kie-lin Kokcu, tapi tidak tahu bahwa Kokcu itu sebetulnya siapa".
51 Yah, itu memang merupakan suatu teka teki yang sudah lama Lim Tiang Hong kepingin mengetahui, maka ketika mendengar perkataan demikian, ia lantas pasang telinga untuk mendengerkan penuturan selanjutnya.
Laki2 setengah umur itu setelah berkata sampai disitu, mendadak menghela napas lama baru terdengar suaranya lagi "Anak, aku ingat kau pernah panggil aku satu kali:
'Ayah', juga kau pernah mencari keterangan tentang diriku, betul atau bukan Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun. Dari sini aku mulai mendapat kesan bahwa terhadap asal usul dirimu, sedikit banyak sudah mulai tahu".
Ia berhenti sejenak dan perdengarkan suara batuk2 kecil, kemudian berkata pula: "tidak salah, aku adalah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun, juga adalah ayahmu yang kau sedang cari2"
"Ayah....". Lim Tiang Hong segera bangun dari tempat duduknya dan menubruk ayahnya.
Mendadak semacam kekuatan yang tidak berwujud
seperti mencegah padanya, kemudian terdengar pula suara Ho-lok Siu-su: "Anak, tenanglah sedikit duduklah kembali, ayahmu masih ada banyak perkataan yang hendak
dibicarakan dengan kau!"
Perlahan2 Lim Tiang Hong mulai tenang kembali, ia duduk ditempatnya.
"Seumur hidupnya," demikian ia dengar suara ayahnya,
"ayahmu selalu berlaku hati2, rasanya tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak patut diketahui orang, cuma... cuma urusan dengan ibumu itulah, yang
merupakan satu titik hitam yang tidak dapat dicuci untuk selama lamanya dalam sejarah hidup ayahmu...."
52 Dari si Pengemis Mata Satu Lim Tiang Hong sudah dengar urusan diri Ho-lok Siu-su pada masa yang lampau, maka ia lantas barkata: "Tapi dalam urusan ini juga tidak dapat salahkan ayah! mungkin itu ada satu akal muslihat Pek-tok Hui-mo untuk menjebak ayah".
Mendengar disebutnya nama Pek-tok Hui-mo, wajah Ho-lok Siu-su mendadak berubah, tapi sebentar sudah pulih seperti biasa, dengan tenang ia berkata pula: "Sebab musabab dalam urusan ini, kau tidak akan mengerti, sudahlah jangan dibicarakan lagi".
Ia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan kata2nya
"sebetulnya aku tidak pikir begitu cepat menyerahkan tugas berat ini di atas pundakmu, tapi keadaan dunia kang-ouw pada dewasa ini, sudah tidak mengijinkan aku menunda lagi, maka aku suruh suhengmu mencari kau dan panggil kau datang kemari, mulai besok pagi kau sudah harus memangku jabatan Kokcu!"
"Anak....?" Demikian serunya Lim Tiang Hong sambil lompat dari tempat duduknya, "ini mana boleh. Kesatu anak masih terlalu muda dan bodoh, kedua masih ada suheng".
"Kau tidak usah kuatir, segala-galanya ayahmu sudah atur beres. Tentang suhengmu, dia sudah tawar terhadap urusan duniawi, tidak lama lagi akan mengasingkan diri dengan sucimu".
Kemudian ia menghela napas, "ayahmu sebetulnya mempunyai ambisi besar, sudah lama ingin menggunakan kepandaian ayahmu yang ada untuk membasmi kawananan penjahat dan berbuat kebaikan bagi rimba persilatan. Tapi, ah! karena kesalahan pada masa yang lampau, sudah tidak ada muka untuk mencari nama dikalangan kang-ouw lagi.
53 Harap kau supaya jaga diri baik2, agar dapat
mempertahankan nama baiknya Hong-hong-tie".
Lim Tiang Hong masih hendak menolak, tapi Ho-lok Siu-su sudah berkata lagi sambil ulap2kan tangan:
"Sekarang kau boleh beristirahat dulu dengan suhengmu!
Putusanku sudah tetap, kau tak usah menolak".
Lim Tiang Hong terpaksa mengikuti suhengnya, yang ajak padanya kelain kamar yang disediakan untuknya.
Sehabis kekamarnya, Lim Tiang Hong diajak pula menjumpai orang2 Hong-hong-tie disatu ruangan di dalam taman bunga.
Ternyata dalam ruangan itu sudah berkumpul banyak orang. Diantaranya terdapat Hiang-ie Sian-cu, Yu-kok Oey-eng, Yong-jie, Gin-sie-siu, Ceng-pao-siu, si Pengemis Pincang Cian-lie Tui-hong dan lain2 lagi.
Jauh2 sudah terdengar suaranya Hiang-ie Siancu:
"Kokcu kita yang baru telah tiba!"
"Suci jangan menggoda!" katanya Lim Tiang Hong dengan muka merah.
"Berita ini siang2 sudah sampai ditelingaku, apa kau masih hendak membohongi aku?" berkata Hiang-ie Siancu sambil ketawa terkekeh-kekeh. Kemudian ia menunjuk sebuah meja perjamuan yang sudah penuh hidangan, "ini adalah perjamuan yang kita sediakan untukmu, lekas duduk!"
Dengan tanpa banyak rewel lagi ia sudah dorong Lim Tiang Hong duduk kekursi bagian atas.
"Ini mana boleh, disini masih ada orang2 yang lebih tua daripadaku serta suci dan suheng sekalian yang tingkatnya 54
lebih tinggi dari aku, bagaimana aku boleh duduk di bagian atas?" Lim Tiang Hong menolak.
"Ah, kau terlalu banyak rewel, hari ini kita adakan perjamuan hanya untuk menyambut kedatanganmu, sudah tentu kau menjadi orang yang harus duduk di bagian teratas!" kata Hiang ie Siancu sambil ketawa.
Ia tetap menghendaki supaya Lim Tiang Hong duduk di bagian atas, kemudian ia tarik tangan Yu-kok Oey-eng dan disuru duduk disisi Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng coba menolak, tapi Hiang-ie Siancu tidak perdulikan itu semua akhirnya Yu-kok Oey-eng menyerah.
Perjamuan telah berlangsung dalam suasana riang gembira. Dari mereka, Lim Tiang Hong baru mendapat tahu kira2nya keadaan dalam Hong-hong-tie.
Ternyata Kie-lin Kokcu kecuali ada mempunyai tiga murid ialah Yam-kiong Kiam-khek, Hiang-ie Siancu dan Yu-kok Oey-eng, masih ada lagi beberapa puluh orang kuat dari rimba persilatan yang sudah lama mengundurkan, diri dari dunia kang-ouw, serta 200 atau 300 orang2 gagah budiman yang melakukan usaha berbagai rupa pekerjaan.
Gin-sie-siu, itu orang tua berambut dan berjenggot putih laksana perak, ada memangku jabatan sebagai kepala urusan bagian dalam. Si Pengemis Pincang atau Cian-lie Tui-hong memangku jabatan sebagai kepala urusan bagian luar. Yang lainya, karena masing2 mempunyai pekerjaan tertentu, jarang sekali datang kelembah Kie-lin-kok.
Malam itu telah berlalu tampa kejadian apa2. Esok paginya, Kie-lin Kokcu sudah panggil Lim Tiang Hong kekamarnya.
55 "Ayahmu tidak lama lagi akan meniggalkan Hong-hongtie". demikian kata sang ayah, "untuk menyelesaikan persoalan pribadi yang menyangkut diri ayahmu, setelah itu, nanti akan mengasingkan diri ke tempat sunyi, tidak akan mencampuri urusan dunia lagi. Selanjutnya kau adalah menggantiku sebagai Kie-lin Kokcu. Hong-hong-tie jauh berbeda dengan partai atau golongan yang lainnya. Di sini ada terdapat banyak orang yang berkepandaiaan sangat tinggi, tapi tidak suka tonjolkan kepandaiannya. Kau meski mendapat banyak pengalaman gaib, tapi untuk menangkan mereka, sesungguhnya tidak mudah. Nyali naga yang kau dapatkan digunung Hong-hong Pit-kok, sekarang sudah kucairkan dengan campuran ramuan yang lain menjadi obat yang sangat mujarab, minum obat itu kekuatanmu akan bertambah berlipat ganda,"
Setelah itu, ia lalu mengeluarkan sejilid kitab pelajaran ilmu silat dan diberikan kepada Lim Tiang Hong. "Ini adalah pelajaran ilmu silat ciptaan ayahmu sendiri, namanya 'Sian-thian-cin-ie-khie-kang'. Dengan dasarmu sekarang, tidak susah buat kau pelajari ilmu silat ini. Selama beberapa hari ini, kau boleh melatih dalam kamarku ini, soal soal yang lain kau boleh tak usah pikirkan".
Kemudian ia mengambil sebuah botol kecil dan
diberikan kepadanya: "Ini obat dari nyali naga itu, sekarang kau boleh minum!"
Obat itu merupakan obat cair yang hijau bening, selagi ia hendak menanyakan kepada ayahnya, tapi sejak kapan, sang ayah itu sudah berlalu dari depan matanya.
Ia lalu tenggak habis obat cair dalam botol kecil itu, setelah itu la lantas duduk bersila untuk bersemedi.
Entah berapa lama telah berlalu, ia haru mendusin, ia sekarang merasakan dirinya berubah menjadi ringan segar 56
hingga ia tahu bahwa kekuatan tenaga dalamnya bertambah sempurna.
Ia mengambil kitab pemberian ayahnya dan buka2
lembarannya. Ia dapat kenyataan pelajaran itu hampir mirip dengan pelajaran ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang. Ia mulai pelajari ilmu baru itu, setelah itu ia baru tahu bahwa ilmunya yang baru ini jauh lebih dalam daripada ilmu Siauw-yang-it-ku-sin-kang, tapi karena ia sudah faham ilmu yang terdahuluan, maka untuk mempelajari ilmunya yang baru ini tidak sulit baginya.
Sehari lewat sehari, sepuluh hari telah dilibati tanpa dirasa, selama sepuluh hari itu Lim Tiang Hong sudah berhasil menyelesaikan pelajarannya yang baru itu.
Selama sepuluh hari itu, kecuali orang yang
mengantarkan makanan dan minuman untuknya, tiada seorangpun yang datang mengganggu. Sampai pada hari kesepuluh petang hari Yam-kiong Kiam-khek muncul dengan tiba2, sambil ketawa terbahak-bahak suheng itu berkala padanya: "Sutee benar2 ada mempunyai kecerdasan luar biasa, hanya dalam waktu sepuluh hari saja, kau sudah berhasil mempelajari ilmu Sian-thian-cin-it-khie-kang!"
Lim Tiang Hong buru2 berbangkit dan menjawab
dengan nada merendah. "Semua ini adalah berkat suheng yang membantu secara diam2".
"Saudara sendiri, kau tidak usah merendah, mari kau ikut aku, semua orang sudah menantikan kedatanganmu!''
Dua saudara itu berjalan berendeng menuju keruangan besar Kie-lin-kok, disana sudah disediakan tempat untuk upacara besembahyang.
Hiang-ie Siancu, Yu-kok Oey-eng, Yong-jie, Cian-lie Tui-hong, Gin-sie-siu dan lain2nya, semua sudah berdiri di 57
kedua samping meja sembahyang dengan tidak bersuara, sekalipun Yong-jie yang nakal juga nampak diam sambil tundukkan kepala.
Yam-kiong Kiam-khek memberi isyarat kepada lam Tiang Hong, supaya mengambil hio untuk melakukan upacara sembayang di hadapan leluhur, setelah itu ia sendiri berdiri disamping sambil berseru nyaring bahwa upacara telah dimulai.
Lim Tiang Hong tahu bahwa saat itu ia sudah tidak mungkin untuk menolak lagi, terpaksa maju kedepan dan sembahyang dihadapan leluhur serta gambar Couwsunya.
Yang agak mengherankan padanya ialah: menurut
kebiasaan dalam partai atau golongan persilatan, selain memuja patung atau gambar Koan-kong, disitu ada terdapat patung atau gambar couwsunya atau pendiri partai atau cabang atau golongan persilatan tersebut. Tapi dalam Hong-hong-tie ini sebaliknya cuma memuja gambar dan patung Khong-hu-cu.
Setelah upacara selesai, semua orang pada maju memberi hormat kepada pemimpin mereka yang baru itu.
Akhirnya tibalah gilirannya Yam-kiong Kiam-khek dan Hiang-ie Sian-cu suami isteri, untuk minta diri: "Suheng dan sucimu sudah dapat perkenan suhu, setelah sutee melakukan upacara sembahyang di depan couwsu, akan mengasingkan diri, maka kini akan minta diri, harap sutee baik2 mempertahankan nama baik Hong-hong-tie".
Lim Tiang Hong tercengang. "Untuk selanjutnya
siauwtee masih memerlukan petunjuk lebih banyak dari suheng. Bagaimana selagi sutee belum melakukan kewajiban2nya, suheng sudah akan meninggalkan?" demikian katanya Lim Tiang Hong.
58 '"Dengan kepandaian sutee, tidak sulit untuk
melanjutkan pekerjaan besar ini. Apalagi disamping itu masih ada Cian-lie Tui-hong dan Gin-sie-siu sekalian locianpwee yang memberi bantuan tenaga, kau tidak usah knatir, lakukanlah kewajibanmu dengan hati teguh!"
Setelah itu, bersama isterinya ia meninggalkan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong meski belum lama berkumpul dengan suheng dan suci-nya itu, tapi begitu ditinggalkan, hatinya seperti merasa kehilangan. Sudah lama dua suami isteri itu pergi, ia masih berdiri bingung.
Tiba2, satu tangan halus diletakkan di atas pundaknya, kemudian terdengar suara Yu-kok Oey-eng yang merdu merayu: "Toako dan toaso sudah pergi jauh! perlu apa kau masih berdiri bingung disini?"
Ia baru seperti tersadar dari mimpinya, lalu berkata sambii menghela nafas: "Suheng dan suci adalah orang2
yang baik, aku merasa berat ditinggalkan oleh mereka!"
Mendengar jawaban itu, Yu-kok Oey-eng juga merasa terharu, ia tundukkan kepala.
Pada saat itu, diruangan besar sudah tersedia perjamuan makan, Gin-sie-siu menghampiri, minta Lim Tiang Hong membuka perjamuan itu.
Dalam perjamuan, Lim Tiang Hong mendadak ingat harus pergi ke daerah Biauw untuk menyusul Sin-soan Cukat dan si Pengemis Mata Satu. maka ia lantas menanya kepada si Pengemis Pincang: "Tui-hong cianpwee, tahukah kau siapa itu Boan-ciong Nio-nio?"
Cian-lie Tui-hong terperanjat, lalu menjawab: "Tua bangka beradat aneh ini, adalah raja bisa dan ilmu gaib 59
didaerah Biauw, apakah Kokcu ada perselisihan faham dengannya?"
"Perselisihan faham sih tidak, cuma baru2 ini ia telah menculik anak perempuannya Heng-lim Chun-loan, aku harus minta kembali dari padanya!"
"Ini....". "Apa semua orang takut padanya?" tegurnya Lim Tiang Hong dengan sorot mata tajam mengawasi Cin-lie Tui-hong.
Si Pengemis Pincang itu mendadak ketawa terbahak-bahak. "Di dalam dunia ini, tidak ada seorang musuhpun yang ditakuti oleh orang2 dari Hong-hong-tie...."
Mungkin, ia merasa bahwa kelakuannya di depan
Kokcu nya itu agak kurang sopan, maka ia buru2 hentikan ketawanya dan berkata pula dengan sabar: "Tapi. menurut pikiranku yang bodoh, Boan-ciong Nio-nio meski jahat, namun bukan merupakan musuh utama kita. Kita harus pusatkan tujuan kita kepada Hong-lui-po yang hendak menimbulkan bencana di daerah Tionggoan".
"Perkataanmu ini memang benar, tapi menurut
pikiranku, lebih dahulu kita harus cari kembali putrinya Heng-lim Chun-loan, kemudian kita kerahkan seluruh kekuatan untuk menghadapi Hong-lui-po, jikalau perlu kita pergi menyerbu sarangnya".
Setiap perkataan Lim Tiang Hong pada saat itu, sudah seperti firman raja. tiada seorangpun yang berani membantah. Cian-lie Tui-hong terpaksa diam saja.
Kemudian terdengar pula suara Lim Tiang Hong: "Tui-hong Congkoan, harap kau segera kirim orang untuk mengamat-amati gerak-gerik orang2 Hong-lui-po, dan kau 60
sendiri bersama Cong-pian Jie-lo dan Mo-ie Kim-kho hari ini juga ikut aku pergi ke daerah Biauw, urusan dalam Kie-lin-kok biar dipegang oleh Gin-sie Congkoan".
Selesai memberi perintah, Lim Tiang Hong lantas berbangkit dan hendak berangkat. Kini ia sudah dapat tahu bahwa Boan-ciong Nio-nio itu pandai menggunakan guna2
dengan ilmu hitam atau racun berbisa, maka ia lebih kuatirkan dirinya Yan-jie.
Mendadak tertampak berkelebat bayangan orang., Yu-kok Oey-eng sudah berada dihadapannya dengan perasaan masgul ia berkata: "Hunjuk bertanya kepada Kokcu, aku boleh turut dalam perjalanan ini?"
Si gadis jelita ini karena melihat Lim Tiang Hong tidak segan2 mengerahkan hampir seluruh kekuatan Hong-hongtie untuk menolong dirinya Yan-jie, sebagai orang perempuan, sedikit banyak ada rasa cemburuannya, maka itu ia majukan pertanyaan demikian.
Lim Tiang Hong melirik padanya, sejenak, lalu berkata sambil bersenyum: "Asal kau suka, mengapa tidak boleh?"
"Kalau begitu, sebaiknya Yong-jie juga turut!'
Kiranya gadis cilik yang binal ini, kerena ia sendiri tidak berani buka mulut maka dengan matanya yang kecil, ia kedap kedip mengawasi Yu-kok Oey-eng, dengan maksud supaya Yu-kok Oey-eng suka membantu padanya untuk menyampaikan maksudnya kepada Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng agaknya dapat memahami maksud si gadis cilik itu, maka lantas majukan usul di atas.
Tapi Lim Tiang Hong tidak segera memberi jawaban, sebaliknya berkata kepada Gin-sie-siu: "Gin-sie Congkoan, bagaimana pikiranmu tentang usul ini!"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

61 "Terserah kepada Kokcu"..
"Kalau begitu biarlah ia ikut serta!"
Dengan demikian, maka Lim Tiang Hong telah
memecah rombongannya menjadi, ia sendiri bersama Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie berangkat lebih dulu. Cian-lie Tui-hong dan Cong-pian Jie-lo serta Mo-ie Kim-kho menyusul belakangan.
Perjalanan jauh ini merupakan gerakan yang pertama kali Hong-hong-tie dengan secara terang-terangan unjukkan muka didunia kang-ouw, dan musuh pertama yang
dihadapinya adalah Boan-ciong Nio-nio dari daerah Biauw yang selama itu sudah membikin pusing kepala orang2
dunia kang-ouw. Gin-sie-siu sebagai seorang tua yang sudah banyak pengalaman dan segala tindakannya selalu berhati-hati, ia tahu bahwa perjalanan Lim Tiang Hong ini sesungguhnya membawa banyak resiko, apalagi apabila terjadi apa2 atas diri anak muda itu, hal ini ada menyangkut nama baiknya Hong-hongtie. Maka setelah Lim Tiang Hong berangkat, ia segera mengeluarkan perintah untuk semua anggota Hong-hong-tie yang tersebar luas disegala pelosok, kecuali memberi tahukan kepada mereka bahwa To-liong Kongcu sudah menggantikan ayahnya menjadi Kokcu yang baru, juga menyampaikan berita tentang perjalanannya Kokcu baru itu dan diminta supaya semua anggota Hong-hong-tie setiap saat siap sedia memberi bantuan.
Kita balik kepada Lim Tiang Hong, setelah keluar dari lembah Kie-lin-kok, ia melakukan perjalanan siang malam tidak kenal mengaso, sebab terhadap Heng-lim Chun-loan dan puterinya, ia merasa menanggung budi terlalu besar, maka sepanjang jalan itu ia nampak sangat gelisah, belum 62
terang tanah, ia sudah melakukan perjalanan beberapa ratus lie jauhnya.
Yu-kok Oey-eng yang berjalan bersama-sama,
pikirannya merasa tidak enak. Ia anggap Lim Tiang Hong yang melakukan perjalanan begitu tergesa-gesa, semata-mata karena perhatiannya yang besar terhadap Yan-jie, sedang ia yang belum tahu persoalannya Lim Tiang Hong dengan Yan-jie, sudah tentu timbul dugaannya yang bukan2. Maka begitu terang tanah, ia mendadak hentikan kakinya dan berkata sambil urut dadanya: "Aku merasa letih, sebetulnya perlu apa kita harus lari seperti diuber setan ini?"
Lim Tiang Hong terpaksa turut berhenti, lalu berkata padanya: "Baiklah kita mencari tempat untuk beristirahat!"
Mereka bertiga berlari-lari sepanjang jalan hampir satu hari dan satu malam, sebetulnya selalu berendeng, Yong-jie meski usianya masih terlalu muda, tapi karena sejak kanak2
sudah dapat bimbingan dan didikan istimewa dari Kie-lin Kokcu serta makan banyak obat mujarab, hingga sudah mempunyai dasar yang baik. Oleh karenanya, sedikitpun ia tidak merasa letih dan kini setelah mendengar Yu-kok Oey-eng berkata letih, dalam hati kecilnya merasa heran. Ia tidak percaya bahwa sang enci yang berkepandaian sangat tinggi itu, baru lari satu hari satu malam saja sudah merasa letih.
Gadis cilik itu meski dalam hati merasa heran, tapi ia tidak berani menanya, biar bagaimana ia masih terlalu muda untuk dapat menyelami perasaan orang dewasa, apalagi ia masih suka main2, begitu berhenti, mendadak ia berseru: "Disana ada orang, mari kita ke sana!"
Dengan tanpa menantikan jawaban yang lainnya, ia sudah melesat ke arah yang ditunjuk.
63 Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng yang
menyaksikan kenakalannya gadis cilik itu cuma bersenyum saja. Mereka berjalan perlahan dengan berendeng.
Tidak antara lama mendadak terdengar suara Yong-jie melengking. "Manusia busuk! kau berani mengganggu kaum beribadat, nonamu akan ambil jiwamu!"
Kemudian disusul oleh suara bentakan berulang-ulang.
Yu-kok Oey-eng terkejut ia berkata: "Celaka! Yong-jie entah berkelahi sama siapa".
Ia lalu menotol dan melesat setinggi 6-7 tombak, dengan gayanya yang sangat manis melayang ke arah Yong-jie.
Lim Tiang Hong juga tanpa ayal lantas menyusul.
Mereka tiba disebuah perdesaan yang sepi, segera dapat lihat seorang paderi pertengahan umur, sedang berdiri kesima menyaksikan pertempuran Yong-jie.
Yong-jie saat itu seolah-olah seekor kupu2, berterbangan diantara dua laki2 berpakaian kulit warna merah.
Dua laki2 pakaian kulit itu nampaknya sudah keluarkan seluruh kepandaiannya untuk menghajar gadis cilik yang nakal ini, tapi nampaknya sangat ripuh, ujung bajunya saja mereka tidak dapat raba, hingga matanya pada melotot, mulutnya dengan tidak berhenti mengeluarkan geraman hebat.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, tahu pasti ada sebabnya, maka ia lantas berseru: "Yong-jie, tahan!"
Sebentar kelihatan berkelebatan satu bayangan merah, Yong-jie sudah melayang turun ke samping Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng, sambil ketawa haha, hihi!
64 Dua laki2 pakaian kulit yang mendadak kehilangan bayangan Yong-jie, seketika itu berdiri melongo.
Terdengar suaranya Lim Tiang Hong dengan tenang:
"Sahabat, kalian tentunya orang2 dari Hong-lui-po" Apa sebab kalian membikin sulit kepada toasuhu ini?"
Satu diantara dua laki2 itu yang kehilangan sebelah daun telinganya perdengarkan geramnya sambil mata melotot ia menjawab: "Urusan tuan besarmu, apa kau berhak campur tangan" Kau benar2 tidak tahu diri!"
"Betulkah demikian....?". katanya Lim Tiang Hong sambil ketawa te-bahak2.
Tapi mendadak sebuah benda hitam meluncur,
kemudian disusul oleh suara gedebukan, ternyata dua laki2
buas itu sudah rubuh tampa mengetahui apa sebabnya.
Mereka ternyata sudah dibikin rubuh oleh senjata gendewa Yu-kok Oey-eng, sedang Lim Tiang Hong yang hendak mencegah, ternyata sudah tidak keburu lagi.
"Kau terlalu keburu napsu, kalau tidak, alangkah baiknya kalau kita dapat mengkompres keterangan dari mulutnya!" demikian Lim Tiang Hong sesalkan tindakan si nona yang agak gegabah.
"Aku merasa sebel terhadap tingkah laku manusia yang begitu tengik".
Pada saat itu, paderi pertengahan umur itu sudah berjalan menghampiri Lim Tiang Hong dan sambil bungkukan badan memberi hormat ia bertanya: "Siecu adalah murid Bu-ceng cianpwee, yang bergelar To-ling Kongcu itu?"
(dkz) 65 Jilid ke 2 "Benar. Toasuhu dari gereja mana?" Lim Tiang Hong menjawab sambil anggukkan kepala.
"Pinceng murid Siauw-lim, Hong-tie, dengan membawa perintah suhu hendak mengantar surat kepada Ceng-shia-pay, tidak nyana di tengah jalan dikejar-kejar oleh dua orang jahat ini. Kalau bukan nona kecil ini yang datang memberi bantuan, barangkali sukar lolos dari tangan mereka".
"Kabarnya ketua partai Siauw-lim-pay Hui-hui Taysu sudah mendapat celaka?"
"Benar". "Dan sekarang bagaimana hendak bertindak?"
"Kita sendiri juga tidak tahu....".
Lim Tiang Hong merasa bahwa pertanyaannya itu
bukan pada tempatnya, sebab suatu rahasia sangat besar, tidak seharusnya ditanyakan di tempat terbuka seperti itu.
Maka ia lantas berkata pula sambil ketawa berseri-seri:
"Toasuhu kalau masih ada tugas penting, silahkan jalan dulu! aku yang rendah tidak lama lagi barangkali akan berkunjung ke gunung Siong-san untuk menjumpai ketuamu yang baru".
"Pinceng nanti setelah balik ke gunung, pasti akan sampaikan ucapan Kongcu ini kepada ketua kami".
Sehabis itu ia lantas berlalu meninggalkan Lim Tiang Hong.
66 Oleh karena urusan itu, hingga perjalanan Lim Tiang Hong tertunda dan sudah kesusul oleh rombongan Cian-lie Tui-hong.
Si Pengemis Pincang itu lantas menghampiri Lim Tiang Tiu Hong dan berkata dengan suara perlahan: "Punco (bahasakan diri sendiri) semalam dapat kabar, bahwa sebagian besar kekuatan Hong-lui-po sudah mulai masuk ke daerah Tionggoan. Mereka melakukan serangan terhadap partai Heng-san-pay dan Siauw-lim-pay serta sudah berhasil menundukan kepala berandal dari tujuh propinsi, rasanya sudah kepingin menggulung antara rimba persilatan....".
"Nampaknya bahaya sudah sangat mendesak!"
"Bukan cuma begitu saja, kabarnya Hong-lui-po sudah mengambil sarang berandal dari tujuh propinsi sebagai pusat atau markas besarnya. Mereka akan menggunakan siasat yang tidak terduga duga, menyerang semua partai2
rimba persilatan, kemudian pusatkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi Hong-hong-tie".
"Menghadapi Hong-hong-tie. Mereka berani?"
Wajah Lim Tiang Hong nampak gusar, lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri: "Boan-ciang Nio-nio, Hong-lui-po, sebetulnya yang mana aku harus hadapi lebih dulu....".
Menurut pikiran Cian-lie Tui-hong, seharusnya
kerahkan kekuatan Hong-hong-tie menyerang pusat kepala berandal dari tujuh propinsi, supaya dapat mengusir kekuatan dan pengaruh Hong-lui-po dari daerah Tionggoan serta melenyapkan ancaman semua partai rimba persilatan.
Tapi ia tahu benar pikiran Lim Tiang-Hong, yang sudah bertekad bulat hendak menolong dirinya Yan-jie lebih dulu.
Meski tindakan yang pertama itu berarti menolong jiwa banyak orang, sedangkan tindakan yang belakangan itu 67
berarti cuma menolong jiwanya satu anak perempuan, tapi ia tidak berani utarakan pikirannya itu secara terus terang di hadapan Kokcu barunya.
Lim Tiang Hong setelah berpikir sekian lama. ia dongakan kepala untuk melihat cuaca, kemudian berkata:
"Dari sini ke daerah Biauw, dalam tempo empat hari sudah bisa kembali, kita menggunakan waktu satu hari untuk menghadapi Boan-ciang Nio-nio rasanya sudah cukup ...
aku pikir, meski Hong-lui-po sudah berhasil menguasahi pusatnya kepala berandal tujuh propinsi, dalam waktu 5
hari, rasanya tidak akan melakukan pergerakan apa2?"
Keputusan Lim Tiang Hong Ini meski agak
mengabaikan urusan yang lebih penting, tapi tiada seorangpun yang berani membantah, sebab ia kini sudah sebagai Kokcu, setiap perintah Kie-lin Kokcu, harus ditaati oleh anak buahnya.
Dengan demikian, rombongan itu kembali melanjutkan perjalanannya.
Tiba2 dari jauh kelihatan dua orang lari mendatangi.
Lim Tiang Hong yang bermata tajam, segera kenali bahwa dna orang itu adalah Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat. Belum lagi mendekati ia sudah buru2 menyambut lebih dulu dan majukan pertanyaan set.jara tidak sabar:
"Bagaimana?" "Sia-sia saja!" jawabnya si Pengemis Mata Satu sambil menghela napas panjang.
Dari dalam sakunya lalu mengeluarkan sepucuk surat dan disesepkan dalam tangan Lim Tiang Hong "Kau kenal dengan orang ini?"
Lim Tiang Hong membuka surat itu, di atasnya ternyata cuma terdapat tulisan yang bunyinya sangat ringkas: 68
"Tolong sampaikan kepada To-liong Kongcu, nona Yan-jie dalam keadaan sehat walafiat".
Di bawah tulisan itu terdapat lukisan setangkai bunga Bwee. Tulisan dalam surat itu sangat bagus, agaknya ditulis oleh tangan seorang wanita, tapi Lim Tiang Hong tidak ingat lagi siapa adanya orang itu, maka lantas menanya sambil kerutkan kening: "Sebetulnya bagaimana ini?"
Si Pengemis Mata Satu perdengarkan batuk2, lalu berkata: "Pengemis tua kali ini benar2 telah terjungkal....".
lalu ia menceritakan pengalamannya dalam perjalanannya itu.
Ternyata si Pengemis Mata Satu berdua, begitu tiba di daerah Biauw, lalu langsung menuju ke sarangnya Boan-ciong Nio-nio, tidak nyana, wanita beradat aneh itu ternyata sudah pindah kediaman. Mereka mencari keterangan ke sana kemari, tidak seorangpun yang tahu.
Walaupun mereka berdua sama2 orang kang-ouw
kawakan, menghadapi soal seperti itu juga tidak berdaya sama sekali. Terpaksa mereka balik kembali, tapi siapa tahu di tengah perjalanan pulang telah berpapasan dengan empat wanita baju merah, dengan tanpa banyak bicara lantas menyerang.
Dengan kepandaian mereka berdua, sudah tentu tidak pandang mata serangan empat wanita muda itu.
Diluar dugaan mereka, begitu bergerak, dua orang tua itu telah dibikin ripuh oleh serangan2 empat wanita muda yang sangat aneh itu.
Mereka itu semuanya menggunakan pedang di tangan kiri, sedang lima jari tangan kanan, setiap jari diselubungi oleh lapisan baja, runcing sepanjang lima chun.
69 Selagi si Pengemis Mata Satu dan In-suan Cu-kat dalam keadaan sangat berbahaya, dari dalam rimba tiba2 lerdengar suara pekikan tajam melengking, empat wanita muda yang mendengar suara itu. segera hentikan serangannya dan mundur teratur.
Si Pengemis tua berdua setelah terlepas dari ancaman bahaya, mereka saling berpandangan sambil ketawa getir.
Dan di saat itulah dari dalam rimba tersebut melayang sepucuk surat yang ditujukan kepada mereka.
Karena mengetahui berdiam lebih lama disitu juga tidak ada gunanya, maka malam itu juga mereka meninggalkan daerah Biauw dan mencari Lim Tiang Hong.
Setelah mendengar penuturan si Pengemis Mata Satu, Lim Tiang Hong dalam hati merasa heran, siapakah adanya empat wanita muda itu, apakah mereka murid2nya Boan-ciong Nio-nio, tapi muridnya Boan-ciong Nio-nio bagaimana ada yang kenal padanya"
Pada saat itu, Yu-kok Oey-eng dan Cian-lie Tui-hong serta lain2nya sudah datang berkumpul Lim Tiang Hong lalu memberikan surat aneh itu kepada mereka.
Yu-kok Oey-eng setelah membaca surat tersebut, lantas berkata sambil ketawa ter-kekeh2: "Nona ini pasti ada kenalanmu yang kau sudah lupakan!"
Lim Tiang Hong diam saja tidak menjawab. Mendadak terdengar suaranya si Pengemis Pincang yang seperti geledek: "Kalau benar nona Yan-jie sudah tidak perlu dikuatirkan jiwanya, kita seharusnya balik untuk melabrak orang2 Hong-lui-po. Sebagai satu partai yang hendak menegakkan azas kebenaran, kita tidak boleh membiarkan banyak orang-orang rimba persilatan menjadi korban keganasan Hong-lui-po".
70 Pengemis Pincang itu akhirnya umbar isi perutnya.
Dengan alis berdiri Lim Tiang Hong berkata dengan suara perlahan: "Baiklah! sekarang kita hancurkan dulu pusatnya kepala berandal itu, kemudian menyerbu ke pusat sarangnya Hong-lui-po diluar perbatasan".
Keputusan itu segera disambut dengan gembira oleh Cian-lie Tui-hong, dengan cepat ia sudah bergerak lebih dulu dan sebentar saja sudah tidak kelihatan bayangannya.
Setelah Cian-lie Tui-hong berlalu, Lim Tiang Hong lalu menyoja kepada Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu sembari berkata: "Boanpwee kini sudah menjadi Kokcu Kie-lin-kok, karena sedang menghadapi tugas berat, maka urusan adik Yan-jie untuk sementara harus ditunda dulu".
Setelah itu ia lalu berangkat menyusul Cian-lie Tui-hong.
Musim dingin di daerah utara, hawa udara sangat dingin, salju turun bagaikan kapas berterbangan, jarang sekali orang keluar rumah.
Rombongan Lim Tiang Hong yang terdiri dari tujuh orang, dengan tidak menghiraukan buruknya hawa udara, terus melanjutkan perjalanannya ke daerah Tionggoan.
Kira2 diwaktu senja, hujan salju semakin lebat, maka Cianlie Tui-hong lantas berhenti dan usulkan untuk beristirahat dulu.
Lim Tiang Hong terima baik, ia berkata sambil
menunjuk ke depan: "Di bawah bukit itu apa sebuah gereja kecil, mari kita beristirahat di sana!"
Gereja itu ternyata ada satu gereja yang sudah tua, rupa2nya sudah lama tidak terawat. Setelah semua orang 71
sudah masuk ke dalam, Cong-pian Jie-lo dan Mo-ie Kimkho lantas repot membuat perapian, kemudian ramai2 pada makan bekal kering mereka.
Mendadak Lim Tiang Hong dongakan kepala menengok keluar, si Pengemis Pincang segera lompat keluar dan tidak lama kemudian ia balik kembali bersama seorang muda berusia kira2 tigapuluhan.
Pengemis Pincang berkata kepada pemuda itu sambil menunjuk Lim Tiang Hong. "Lekas beritahukan apa yang kau tahu kepada Kokcu kita yang baru!"
Pemuda itu lalu memberi hormat kepada Lim Tiang Hong, kemudian berdiri tegak di samping dan
menyampaikan laporannya: "Teecu adalah Liong-bun-pian Khu Liang, yang
mendapat perintah untuk menyelidiki gerak-gerik orang2
Hong-lui-po di daerah sekitar sungai Huang-ho utara. Baru2
ini telah mendapat kabar bahwa orang2 Hong-lui-po itu tidak lama lagi akan melakukan serangan terhadap Ngo-thay-pay, maksudnya ialah hendak merampas Kitab Hian-hian Pit-kit".
"Sudah tahu, kau mengasolah dulu!" perintahnya Lim Tiang Hong sambil anggukan kepala.
Khu Liang segera mundur sambil memberi hormat.
Lim Tiang Hong mengorek-orek perapian, mendadak berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Orang2 Hong-lui-po begitu brutal berani menghina rimba persilatan daerah Tionggoan, kita perlu segera bergerak secepatnya!"
Mendadak ia hentikan ketawanya dan berkata dergan suara lantang: "Tui-hong Congkoan, harap segera keluarkan perintah, suruh murid2 sekitar sungai Huang-ho 72
mencari keterangan sampai jelas, orang2 Hong-lui-po yang datang kecuali Lam-tao dan Pak-kek kedua suncu, masih ada siapa lagi yang terhitung orang kuat?"
Cian-ie Tui-hong menjawab sambil bungkukan badan:
"Baik!" Ia segera balikan badan dan memberi pesan kepada Khu Liang. Setelah menerima pesan si Pengemis Pincang. Khu Liang segera berlalu.
Dengan berlalunya Khu Liang, dalam gereja tua itu kembali menjadi sunyi, hanya suara pletak peletoknya kayu yang dibakar yang terdengar nyata.
Tiba2 Lim Tiang Hong dongakkan kepalanya lagi, sambil mengawasi Mo-ie Kim- kho ia berkata: "Tolong saudara Han keluar lihat sebentar, di atas jalan raya ada siapa yang datang?"
Semua orang terkejut mendengar perkataan Kokcu nya itu, sebab di luar kecuali suara menderunya angin yang meniup kencang, sudah tidak terdengar suara apa2 lagi.
Namun demikian, Mo-ie Kim-kho tetap terima baik perintah itu, segera lompat keluar dan sebentar saja sudah berada di suatu tempat 30-40 tombak jauhnya.
Belum lama Mo-ie Kimkho berlalu, semua orang baru dengar derapnya kaki kuda, diduga suara itu masih berada kira2 5 lie dari tempat itu. Saat itu mereka baru merasa kagum atas daya pendengaran Kokcu mereka yang baru itu.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suaranya si Pengemis Pincang yang seperti geledek: "Jahanam, bagaimana begitu bertemu muka lantas main serang saja" Kurang ajar, kalian berani berlaku brutal di hadapan harimau?"
73 Lim Tiang Hong menyahut sambil ketawa dingin: "Buat orang lain tidak berani berlaku demikian, sudah tentu orang itu adalah orang2nya Hong-lui-po. Mari jalan! mereka begitu memandang muka kepada kita, maka kita harus melayani mereka dengan sepantasnya!"
Setelah itu, lebih dahulu ia sudah lompat melesat keluar gereja.
Sebentar kemudian, enam orang itu sudah berangkat untuk menyambut kedatangan orang2 Hong-lui-po itu.
Di atas jalan raya, tampak tersebar dua puluh ekor lebih kuda merah. Di atas kuda duduk orang-orang berpakaian seragam, semuanya baju kulit warna merah.
Dilain sudut, Mo-ie Kim-kho dengan senjatanya yang pendek sedang bertempur sengit dengan empat orang berpakaian kulit warna merah itu.
Lim Tiang Hong kelika tiba di tempat tersebut lantas berkata: "Saudara Han, harap kau mundur dulu".
Sebentar terdengar beberapa kali suara trang, empat golok tebal pada berterbangan di tengah udara, kemudian disusul oleh suara orang ketawa ter-bahak2, dan Mo-ie Kim-kho sudah tarik senjatanya dan mundur ke samping.
Orang2 berbaju kulit itu ketika menampak datangnya bala bantuan, semua lantas lompat turun dari atas kuda tungganganya, lalu berpencaran mengepung tujuh orang itu.
Lim Tiang Hong mengawasi perbuatan orang2 itu
dengan sorot mata dingin, kemudian ia berkata: "Siapa yang menjadi kepala diantara kalian, harap lekas keluar untuk bicara".
74 Dari rombongan orang itu lalu bertindak keluar seorang laki2 berbadan tegap berewokan dan banyak terdapat jendol2 merah di mukanya.
"Kalian orang2 ini datang dari mana" Berani sekali kalian merintangi perjalanan tuan besarmu sekalian. Apa kau tidak mencari tahu dulu, orang Hong-lui-po itu kau kira boleh kau perlakukan sembarangan?" demikian katanya dengan jumawa.
"O, kiranya adalah jago2 dari Hong-lui-po, kalau begitu kita berlaku kurang sopan!"
Mendadak ia berpaling dan berkata kepada Cian-lie Tui-hong: "Tui-hong Congkoan, setiap orang kau boleh tinggalkan satu tanda, biarlah mereka pergi!"
"Baik!" Hanya tertampak berkelebatnya satu bayangan orang.
Cian-lie Tui-hong dengan kecepatan bagaikan kilat menyerbu ke dalam rombongan orang-orang Hong-iui-po itu. Tmdakannya itu segera ditelad oleh Mo-ie Kim-kho dan Cong-pian Jie-lo.
Sebentar kemudian, dalam rombongan orang2 Hong-lui-po itu terjadi kegegeran, lalu disusul oleh suara bentakan serta diselingi oleh suara jeritan, hingga dalam suasana yang sunyi itu menjadi geger dan di atas tanah yang putih dengan salju itu terdapat tetesan darah warna merah.
Dalam, waktu sekejap saja, dari duapuluh lebih rombongan orang2 Hong-lui-po itu tidak ada satu yang keliatan utuh, setiap orang di wajahnya terdapat satu tanda pemberian si Pengemis Pincang. Ada yang dipapas batang hidungnya, ada yang kehilangan daun telinganya, hingga orang2 itu merintih rintih kesakitan.
75 Cuma laki2 tegap yang banyak jendolnya itu masih tetap bertempur sengit dengan Mo-ie Kim-kho.
Lim Tiang Hong sambil menggendong kedua
tangannya, menyaksikan pertempuran itu dengan sorot mata dingin.
Mendadak ia maju ke depan dan kaoki Mo-ie Kim-kho:
"Saudara Han minggir!"
Dengan cepat ia sudah bergerak, diantara
berkelebatannya bayangan orang, laki2 tegap itu sudah jatuh ngusruk di tanah.
Lim Tiang Hong masih nampak berdiri dengan sikapnya yang dingin, lalu ia berkata dengan nada suara dingin:
"Sahabat, sebaiknya kau bicara terus terang, kalian ada orang2 di bawah kekuasaan siapa" Dan kedatanganmu ini ada keperluan apa?"
Laki2 itu meski sudah ditotok jalan darahnya, tapi masih bisa buka mulut. "Tuan besarmu adalah perwira di bawah Lam-tao Suncu, apa kau berani mengganggu?"
"Oh, kiranya adalah orangnya Lam-tao Suncu dan diwaktu malam dingin seperti ini kau keluar gelandangan apa maksudnya?"
"Tentang ini kau tidak perlu tahu!"
"Apa iya....?" Dengan ujung kaki Lim Tiang Hong menendang dengan pelahan di bagian pinggang orang itu, dan orang itu mendadak jeritan seperti babi disembelih.
Lim Tiang Hong tarik kembali kakinya dan berkata padanya dengan suara dingin: "Orang2 sebangsa gentong 76
masih seperti kalian ini, rasanya juga tidak mampu berbuat apa2"
Setelah itu ia lalu berkata dengan suara keras: "Hong-lui-po selain Lam-tao Suncu dan Pak-kek Suncu, siapa lagi yang turut datang?"
"Hm! banyak sekali, kalau aku sebutkan kau nanti akan mati berdiri. 'Wie-ngo Sam-hoa', Thian-san Sie-to', 'Ham-hay Liong-kun' mereka semua sudah datang!".
Laki2 itu menyebutkan serentetan nama orang, tapi tiada satu yang dikenal oleh Lim Tiang Hong. Sekalipun orang seperti Cian-lie Lui-hong yang sudah banyak pengalaman juga belum pernah dengar itu nama. Mungkin orang2 yang disebutkan namanya itu ada orang2 kuat dari daerah luar perbatasan.
"Tidak perduli siapa yang datang, mereka itu ada merupakan orang2 jahat yang hendak mengganas, sekarang dengan meminjam mulutmu, kau sampaikan kepada
mereka. Katakan saja bahwa To-liong Kongcu dari Hong-hong-tie sudah berangkat menuju ke utara, suruh mereka jaga diri baik2!"
Sehabis berkata kakinya kembali menendang badan laki2 itu.
Laki2 itu ketika mendengar nama To-liong Kongcu, wajahnya nampak terkejut belum sempat ia membuka mulut, mendadak dapat lihat kaki Lim Tiang Hong menendang tubuhnya, ia kira kali ini pasti binasa, maka lantas pejamkan matanya.
Siapa tahu gerakan kaki Lim Tiang Hong itu ternyata cuma membuka totokannya saja, meski badannya laki2 itu terpental setinggi satu tombak lebih, tapi tidak membuat luka,
77 Laki2 yang seperti baru lolos dari lubang jarum itu lantas lari sipat Kuping.
Saat itu mendadak terdengar pula suara derap kaki kuda, diselingi pula oleh suara geramnya binatang buas.
Lim Tiang Hong terkejut, tapi laki2 tegap itu mendadak unjukkan perasaan girang....
-odw-kzo- Bab 46 TIDAK antara lama, ada 16 orang Hog-lui-po iang berpakaian kulit warna merah sudah-tiba ditempat tersebut.
Ketika melihat keadaan orang-orangnya, mereka
nampaknya sangat gusar sekali, dengan cepat pada menghunus golok tebal dari geger masing-masing dan lantas berdiri berpencaran, namun tiada seorangpun yang buka suara, agaknya sedang menantikan kedatangan pemimpin mereka.
Selanjutnya terdengar pula suara derap kaki kuda.
Rombongan orang yang kedua juga lantas tiba, yang berjalan paling depan ada empat laki-laki bengis yang duduk di atas binatang onta.
Begitu tiba, empat laki-laki bengis itu lantas berkata dengan sikap sangat jumawa sambil menuding ke arah rombongan Lim Tiang Hong: "Itu siapa?"
Pada saat itu, laki-laki yang mukanya jendolan itu sudah lari ke hadapannya dan berbicara padanya dengan suara perlahan.
Empat orang itu setelah mendengar keterangan laki-laki jendolan itu lantas balikan matanya serta perdengarkan 78
suara ketawanya yang aneh. Kemudian salah satu diantaranya berkata: "Benar-benar cuma merupakan sekelompok gentong nasi saja, sampai terhadap seorang yang lemah gemulai dan tertiupan lain bisa rubuh, harus menderita kekalahan begitu hebat?"
Salah satu diantara mereka, seorang tua yang usianya kira-kira 50 tahun ke atas, mendadak melangkah maju dan berkata dengan suara lantang: "Siapa orangnya yang bernama To-liong Kongcu, harap maju ke depan".
Dengan tenang Lim Tiang Hong menghampiri dan
berkata padanya: "Aku adalah Lim Tiang Hong, kau siapa?"
Orang tua itu memandang dengan mata menghina, lalu berkata: "Kepala dari Thian-san Sie-to (empat algojo dari gunung Thian-san), Thian-too Kiu-Ho adalah aku. Kau satu bocah yang masih bau pupuk bawang, sudah begitu ganas.
Dari sini ternyata bahwa kabar yang tersiar di kalangan kang-ouw, yang mengatakan kau hendak membasmi
penjahat bukanlah bohong!"
"Aku memang ada kandung maksud hendak belajar
kenal dengan kepandaian ilmu silat orang-orang dari Hong-lui-po, dan perjalananku ke utara ini, memang sengaja hendak menghadapi kalian manusia buas dari luar perbatasan ini, supaya kalian tahu, bahwa dalam rimba persilatan daerah Tionggoan, bukan yang kalian boleh perhina seperti apa yang kalian bayangkan".
Kiu Ho mendadak dongakan kepala dan ketawa
tebahak-bahak. "Hanya kalian beberapa gelintir manusia ini saja".... Hahahah....".
Lim Tiang Hong tidak perdulikan kelakuan manusia sombong itu, ia sengaja dongakan kepala meihat cuaca, 79
kemudian berkata kepada Cong-pian Jie-lo: "Malam sudah hampir larut, tolong kalian berdua capaikan diri sedikit!"
Ia sendiri lalu minggir ke samping sambil peluk tangan, seolah olah tidak ada urusan apa2 dengan dirinya.
Kiong Ie dan Kiong Siang, itu dua saudara dari daerah Thibet, yang biasanya disebut Cong-pian Jie-lo, lantas maju memberi hormat seraya berkata: "Sudah seharusnya kita berdua saudara keluarkan tenaga".
Thian-san Sie-to atau empat algojo dari gunung Thiang-san, adalah empat manusia sangat buas yang sudah terkenal dari daerah selatan dan utara gunung Thian-san. Dari gelar mereka saja sudah dapat dibayangkan, betapa kejamnya mereka itu.
Gelar masing2 itu ada Thian-to, Tee-to, Jin-to dan Long-to. Kedudukan mereka dalam Hong-lui-po cuma di bawah suncu (kedudukan yang agak mirip dengan kepala daerah).
Oleh karena itu, ketika melihat Lim Tiang Hong tidak pandang mata mereka, lantas menerjang Lim Tiang Hong secara kalap.
Tapi, baru saja Jin-to dan Long-to hendak melancarkan serangannya, sudah dipegat oleh Kiong Ie dan Kiong Siang.
Dua saudara Kiong yang sudah lama namanya sangat terkenal, di daerah Thibet. Ilmu Kim-see-ciang atau pukulan tangan pasir emas, sudah lama menjagoi di dunia kang-ouw dan merupakan salah satu ilmu pukulan terampuh yang disegani oleh musuh2nya, sudah tentu orang2 kasar sebangsa algojo dari Thian-san itu tidak dipandang mata sama sekali.
80 Dengan tanpa banyak bicara mereka masing2
mengeluarkan serangannya yang sangat ampuh itu.
Jin-to dan Long-to ada orang2 jumawa yang anggap diri sendiri paling kuat, ketika menghadapi serangan dua saudara itu, mereka sengaja tidak menyingkir atau berkelit.
Malah sambil keluarkan ketawa dingin mereka menyerbu ke dalam hembusan serangan tersebut dengan menggunakan tipu serangan masing2.
Sebentar terdengar suara beradunya kekuatan dari kedua pihak, masing2 pada mundur beberapa tindak kemudian bertempur lagi.
Disaat Jin-to dan Long-to bertempur dengan dua saudara Liong, Thian-to dan Tee-to lantas menyerbu Lim Tiang Hong.
Tapi, orang2 Hong-hong-tie bagaimana dapat
membiarkan dua manusia itu mengganggu Kok-cu mereka"
Maka Mo-ie Kim-kho dengan cepat menghalangi tindakan dua orang itu.
Mo-ie Kim-kho meski hanya seorang diri, tapi senjata pendeknya yang terdiri dua batang itu, di bawah menderunya angin Utara, hanya tertampak berkelebatnya sinar emas yang melibat dua algojo dari Thian-san. Dua algojo yang sangat jumawa itu tidak mampu memberi perlawanan yang berarti.
Sedangkan orang-orangnya Hong-lui-po yang jumlahnya tidak kurang dari 40 orang, pada berdiri mengitari dengan senjata terhunus, agaknya semua telah siap sedia hedak menyerbu begitu mendapat perintah dari pemimpin mareka.
Saat itu, si Pengemis Pincang Cian-lie Tui-liong mendadak berjalan ke depan Lim Tiang Hong dan berkata 81
dengan suara perlahan: "Kokcu, apakah orang-orang ini perlu segera dibereskan?"
"Untuk sementara jangan dulu!" jawabnya sang Kokcu sambil gelengkan kepala.
Pada saat itu juga, sesosok bayangan orang tiba-tiba melayang turun ke medan pertempuran itu, setelah tiba di depan Lim Tiang Hong, lalu memberi hormat seraya berkata: "Hamba Lam-hay Theng-kao datang menjumpai Kokcu!"
Lim Tiang Hong baru lihat bahwa orang itu adalah itu nelayan muda yang dulu pernah bawa padanya ke pulau Tho-hoa-to, maka ia lantas menjawab sambil bersenyum:
"Tidak usah banyak adat!"
Lam-hay Theng-kao maju setindak lagi dan berkata kepada Lim Tiang Hong dengan suara perlahan: "Honggwat Kongcu dari Tho-hoa-to sejak malam itu bertanding dengan Kongcu, sudah pergi entah kemana. Tho-hoa Tocu sudah membawa beberapa orang2nya yang terkuat, terjun ke dunia kang-ouw untuk mencari puteranya itu. Oleh karena itu, maka kesanggupannya terhadap Lok-hee Hujin, dalam waktu singkat juga tidak dapat dilaksanakan".
"Apa kau sudah ketemu dengan Lok-hee Hujin?"
"Ya". "Apa kedatanganmu hari ini hanya khusus untuk
melaporkan itu saja?"
"Ini cuma merupakan salah satu diantaranya, selain dari pada itu, masih ada lagi soal yang lebih penting....".
Persoalan itu agaknya sangat rahasia, karena Lam-hay Theng-kao tidak berani mengucapkan di hadapan orang 82
banyak, sebaliknya berbisik-bisik di telinga Lim Tiang Hong.
Setelah mendengar penuturan itu, wajah Lim Tiang Hong mendadak berubah. Dengan sorot mata beringas ia mengawasi orang2 di sekitarnya, kemudian memanggil Cian-lie Tui-hong: "Tui-hong Congkoan, kemari!"
Cian-lie Tui-hong maju menghampiri, ia menanya dengan sikap sangat hormat: "Kokcu ada perintah apa?"
Lim Tiang Hong lalu berkata padanya dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara ke dalam telinga:
"Aku sekarang ada urusan penting, yang perlu segera diurus. Perkara disini aku serahkan padamu yang membereskan. Setelah urusan di sini selesai, boleh tunggu aku di dekat sarangnya kepala berandal tujuh propinsi".


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Kemudian ia berkata kepada Yu-kok Oey-eng: "Aku ada urusan penting yang perlu segera di bereskan, kau tersama Yong-jie boleh berjalan bersama-sama Tui-hong
Congkoan!" Sehabis memberi pesan, ia lantas bergerak meninggalkan tempat tersebut.
Lapat2 telinganya masih bisa dengar suaranya Yu-kok Oey-eng: "Urusan apa yang membuat ia begitu gelisah?"
Cian-lie Tui-hong mengawasi padanya sejenak, tidak menjawab pertanyaannya, mendadak ia putar tongkatnya dan berseru: "Mari kita maju semua! Lebih dulu kita bereskan dulu kawanan manusia dari daerah luar perbatasan ini".
Dengan mendahului yang lainnya, ia melesat ke arah Thian-to dan menghantam dengan tongkatnya.
83 Oleh karena kekuatan tenaganya sangat besar, apalagi dilakukan dengan bernafsu, maka serangannya itu tidak ubahnya bagaikan gunung menindih.
Thian-to dan Tee-to yang sedang melayani Mo-ie Kimkho dengan sepenuh tenaga, mendadak dapat lihat Cian-lie Tui-hong menyerbu dengan hebat, bukan kepalang kagetnya. Mereka buru2 lompat mundur sampai 8 kaki.
Dan dari ikatan pinggangnya lantas ia mengeluarkan senjatanya yang berupa dua batang Phoan-koan-pit, (alat tulis Tiong hoa) kemudian berkata sambil cekikikan.
"Sudah lama kita dengar namanya Cian-lie Tui-hong Congkoan yang hebat kepandaian ilmu silatnya, malam ini kita empat saudara mendapat kesempatan untuk belajar kenai, benar2 merasa sangat beruntung!"
Lalu ketrukkan senjatanya dan menyerbu si Pengemis Pincang.
Berbareng dengan bergeraknya Cian-lie Tui-hong, Yu-kok Oey-eng, Yong-jie dan Lam-hay Theng-kao yang barusan tiba, juga bergerak menyerbu kepada orang2
berpakaian kulit yang berdiri di sekitar mereka.
Dalam waktu sekejap saja, suara bentakan dan teriakan terdengar sangat riuh, di atas tanah yang putih terdapat banyak tetesan darah warna merah, diantara berputarnya senjata dan bergeraknya orang, satu persatu sudah mulai ada yang rubuh....
Yu-kok Oey-eng yang ditinggal secara mendadak oleh Lim Tiang Hong, telah lampiaskan semua
kemendongkolannya kepada orang2 Hong-lui-po, hingga tidak sedikit jumlahnya yang rubuh binasa di tangannya.
Tapi, orang2 dari luar perbatasan ini, hampir seluruhnya merupakan orang2 buas yang tidak kenal takut. Sekalipun 84
jumlah yang mati sudah bertumpuk-tumpuk, sisanya yang masih hidup terus melawan dengan gigihnya, tiada satu yang mundur atau kabur.
Setengah jam telah berlalu, dari kurang lebih 40 orang, yang masih hidup kira2 cuma 7-8 orang saja, sedangkan pemimpin mereka Thian-san Sie-to juga nampak terdesak mundur, sudah tidak mempunyai kemauan untuk melawan.
Selagi orang2 Hong-lui-po itu sudah hampir mengalami kehancuran total, tiba2 tertampak sesosok bayangan orang yang lari mendatangi dan berkata kepada Thian-san Sie-to:
"To-liong Kongcu sudah tertangkap hidup2. Suncu minta Thian-san Sie-to supaya lekas mundur!"
Orang itu setelah menyampaikan berita demikian lantas balikkan badannya dan pergi lagi.
Berita yang datangnya secara tidak terduga-duga itu, membuat heran dan terkejut orang2 Hong-hong-tie, terutama Yu-kok Oey-eng dan Cian-lie Tui-hong.
Thian-san Sie-co telah menggunakan kesempatan itu, semuanya lantas kabur.
Setelah keadaan menjadi sunyi kembali, Cian-lie Tui-hong baru seperti orang terjaga dari tidurnya, sehingga ia menjadi kalap seperti orang gila.
Yu-kok Oey-eng segera menghampiri padanya dan
berkata: "Dia baru saja pergi, bagaimana bisa tertangkap?"
"Tidak perduli urusan ini betul atau bohong, kita ubrak abrik dulu pusatnya berandal dari tujuh propensi, nanti kita bicarakan lagi".
Cong-pian Jie-lo dengan tenang menghampiri si
Pengemis Pincang seraya berkata: "Cong-koan dan nona, harap jangan keburu nafsu dulu. Dalam urusan ini, menurut 85
pikiranku sangat mencurigakan. Kokcu berkepandaian sangat tinggi, bagaimana dapat secara mudah tertangkap oleh musuhnya" Apalagi, belum satu jam ia meninggalkan kita!"
"Ucapannya ini meski ada benarnya, tapi kawanan orang jahat itu tidak kenal peraturan dunia Kangouw siapa tahu kalau Kokcu telah terjebak oleh akal muslihat licik mereka" Biar bagaimana Kokcu sudah pesan kepada kita, kalau urusan disini sudah beres, supaya segera berkumpul di dekat pusat kepala berandal tujuh propinsi untuk menunggu padanya. Marilah kita berangkat sekarang juga, kerena dalam urusan ini, kita lebih baik percaya kebenarannya dari pada tidak".
Yu-kok Oey-eng yang mendengar kabar bahwa Lim
Tiang Hong tertangkap, hatinya sangat gelisah, maka ia segera menyetujui pikiran Cian-lie Tui-hong, "Kalau memang mau pergi, lekas kita berangkat, jika terlambat mungkin sudah tidak keburu lagi!"
Ia lalu menghampiri Yong-jie dan bergerak lebih dulu.
Dengan demikian, rombongan orang2 Hong-hong-tie itu di bawah pimpinan si Pengemis Pincang lantas berjalan menuju ke pusat kepala berandal tujuh propinsi.
0odw-kzo0 Bab 47 PENGARUH Hong-lui-po dari luar perbatasan, setapak demi setapak mulai masuk ke daerah Tionggoan.
Hanya dalam waktu satu bulan saja, sudah menyapu bersih kekuatan Duabelas Hongcu dari gunung Bu-san.
86 Mematahkan pertahanan persekutuan enam partai
golongan Hian-bun serta merampas panji sekutu mereka.
Membakar rangon penyimpan kitab ilnri silat dalam gereja Siauw-lim-sie dan membunuh mati ketua atau ciang-bunjinnya Hui-hui Taysu.
Menundukkan kepala berandal yang menguasai tujuh propinsi serta menduduki sarang mereka.
Dan, yang paling akhir telah berhasil menangkap hidup2
To-liong Kongcu yang dalam waktu belakangan ini namanya menggetarkan dunia kang-ouw.
Berita ini tersiar luas di kalangan kang-ouw, sehingga menggetarkan dunia kang-ouw seolah-olah sedang menghadapi hari kiamat.
Tiada seorang yang dapat menduga, kapan bencana itu akan menimpa diri sendiri. Partai2 tersebut di atas yang sudah dilanda bencana, sudah tentu terpaksa bubar lagi.
Sedang yang masih belum diganggu, pada memanggil pulang semua muridanya yang tersebar di luaran, guna menghadapi musuh yang ganas itu.
Maka, dalam waktu belakangan ini, banyak orang rimba persilatan yang nampak ripuh untuk berkumpul kemasing-masing partainya. Dan suasana tegang telah meliputi dunia rimba persilatan yang sudah lama tidak mengalami apa2
Mari kita balik kepada Cian-lie Tui-hong yang
memimpin orang2 Hong-hong-ti yang berjalan menuju ke pusat kepala berandalan tujuh propinsi di gunung Thay-heng-san.
Hanya satu hari saja, gunung Thay-heng-san sudah berada di depan mata mereka.
87 Yu-kok Oey-eng mendadak hentikan kakinya, berpaling dan berkata kepada Cianlie Tui-hong: "Sekarang kita akan bertindak bagaimana?"
"Dengan cara terang2an, kita jumpai mereka untuk minta orang" jawabnya si Pengemis Pincang.
"Begini kurang tepat! Karena, kesatu, kita belum mendapat kepastian betul atau tidak kalau Kokcu tertawan oleh mereka. Lagipula, Kie-lin Kokcu yang namanya sedang harum dan kesohor, dengan mudah ditawan oleh musuh, bukankah ini merupakan satu hal yang memalukan"
Kedua, jika perbuatan kita ini membuat gusar mereka sehingga mencelakakan diri Kokcu secara diam2, bagaimana" Bukankah akan lebih runyam?"
"Dan menurut pikiran Sam-siocia bagaimana?".
"Menurut pikiranku, kita berpencar menjadi beberapa rombongan dan masuk nyelundup ke sarang mereka, lalu mengadakan penyelidikan secara menggelap. Andai kata Kokcu benar2 tertawan, kita segera berdaya untuk membebaskan dan andai kata ini ada akal muslihat mereka yang sengaja menyiarkan kabar bohong, kita dari dalam penyelidikan ini juga akan mendapat gambaran yang agak jelas".
"Pikiran Sam-siocia ternyata lebih luas, baiklah kita bertindak begitu saja"
Dengan demikian, rombongan itu lantas dipecah
menjadi tiga kelompok. Yu-kok Oey-eng bersama Yong-jie, Cian-lie Tui-hong bersama Mo-ie Kim-kho dan Cong-pian Jie-lo bersama Lam-hay Theng-kao. Dengan berpencaran mereka menyelundup masuk ke gunung Thay-heng-san.
Selewatnya jam dua malam. Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie sudah masuk ke bagian dalam gunung tersebut. Mereka 88
mendadak dapat lihat berkelebatnya sesosok bayangan orang kecil langsing. Dengan kecepatan bagaikan kilat melayang dari lereng bukit, hanya beberapa kali gerakan saja, sudah menghilang ke tempat gelap.
Yu-kok Oey-eng sejak makan jamur pemberian Lim Tiang Hong, daya pandangan matanya sangat tajam. Meski dalam keadaan gelap gulita, ia dapat melihat tegas. Saat itu ia lantas menyentuh Yong-jie dan berkata dengan suara peiahan: "Seorang wanita yang menggendong pedang!"
Belum lagi menutup mulutnya, kembali ada sesosok bayangan orang melesat melalui sisinya. Ia lalu berkata pula dengan kagetnya: "Eh! kembali ada satu wanita yang menggendong pedang!"
Malam itu cuaca sangat gelap, seluruh gunung Thay-heng-san diliputi oleh kegelapan. Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie maju terus tanpa menaruh jeri, angin gunung meniup santar, hingga hawa dingin dirasakan meresap masuk ke dalam tulang.
"Huh, malam ini pusat kepala berandal di gunung Thai-heng-san benar2 sangat ramai!"
"Menurut keadaannya, Kokcu benar2 terjebak oleh musuhnya!" berkata Yu-kok Oey-eng dengan suara sedih.
"Bagaimana kau tahu?"
"Apa kau tadi tidak lihat" Bayangan orang tadi bukankah wanita semuanya" Sedangkan To-liong Kongcu di kalangan kang-ouw kenalannya kebanyakan terdiri dari kaum wanita!"
Yong-jie mendadak ketawa terkekeh-kekeh: "Haha!
Sam-siocia nampaknya cemburu nih!"
89 "Pui! kau gila, berani menggoda aku?" Dalam gusarnya Yu-kok Oey-eng hendak menampar mulut Yong-jie.
Tapi Yong-jie dengan gesit sudah mengelakkan diri dan minta ampun berulang-ulang. Setelah itu ia leletkan lidahnya.
Yoe-kok Oey-eng tidak berdaya menghadapi gadis ciiik yang sangat nakal ini
Mendadak lompat melesat untuk mengejar bayangan tadi. Yong-jie tidak berani menggoda lagi, ia segera mengikuti jejak sam-siocianya.
Yong-jie yang sejak kanak2 mendapat didikan langsung dari Kie-Lin Kokcu, maka kepandaiannya sangat tinggi, terutama ilmu meringankan tubuhnya. Sayang usianya masih terlalu muda, hingga merupakan handicap bagi kepandaian ilmu silatnya yang tinggi sekali itu.
Oleh karena kepandaian ilmu meringankan mereka ada berimbang, maka tidak antara lama sudah berada di tengah-tengah puncak gunung yang menjadi pusat markasnya kepala berandal tujuh propinsi.
Sarang penjahat itu merupakan sebuah bentengan kuno yang terbuat dari batu gunung, seram, misterius, hingga menimbulkan rasa seram bagi siapa yang mendekati.
Yu-kok Oey-eng berdua takala tiba di lamping
bentengan tua itu, mendadak melayang tinggi, tepat melalui tembok bentengan dengan tanpa mengeluarkan sedikit suara .
Setelah melalui tembok yang tinggi, di dalamnya terdapat taman bunga yang sangat luas lengkap dengan bangunan2 yang sangat indah. Tapi tidak terdapat pesawat 90
rintangan, baik yang terang maupun yang menggelap, hingga membuat Yu-kok Oey-eng diam2 merasa heran.
Pada saat itu, sesosok bayangan orang mendadak melayang dari luar. Kaki bayangan orang itu menotol ke atas pohon, kemudian meluncur ke sebuah gedung bertingkat di tengah2 itu taman yang masih menyala lampunya.
Selanjutnya, dari sebuah gunung2an, mendadak lompat keluar dua bayangan orang yang segera mengeluarkan suara bentakan. "Sahabat dari mana" Harap tahan dulu gerak kakimu!"
Tapi, seruan dua orang itu tidak dihiraukan oleh orang yang terdahulu, bahkan sudah melesat masuk ke dalam ruangan gedung tersebut.
Dua orang tadi karena kalah jauh ilmunya meringankan tubuh, tidak berdaya menghalangi masuknya orang itu, terpaksa cuma mengikuti jejaknya, masuk ke dalam.
Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie menggunakan
kesempatan itu, dengan cepat terbang melayang ke atas atapnya genteng gedung bertingkat tersebut. Dari atas mereka dapat lihat keadaan dalam ruangan, yang ternyata ada disediakan dua meja perjamuan.
Di sepanjang teras yang menuju ke ruangan, ada berdiri berbaris pasukan pengawal. Di tengah tengah ruangan ada berdiri seorang tua tinggi kurus yang berpakaian seperti raja. Orang tua itu hidungnya bengkok seperti burung elang, sepasang matanya mendelong ke dalam, memancarkan sinar tajam, pelipisnya tinggi menonjol. Suatu type yang khas bagi seorang ahli tenaga ilmu dalam yang sangat tinggi.
91 Di sebelah kiri orang tua itu ada berdiri seorang laki2
pertengahan umur yang berbadan tinggi besar dan di sebelah kanannya adalah seorang tua pendek yang menggendong sebatang payung besar. Dilihat sepintas lalu, sudah dapat dipastikan bahwa tiga orang itu pasti ada orang2 penting dari Hong-lui-po.
Berdiri berhadapan dengan tiga orang tua itu adalah seorang tua berpakaian perlente. Saat itu ia dengan sikapnya yang keren berkata sambil menuding dengan jari tangannya: "Dengar kabar bahwa To-liong Kongcu dari Hong-hong-tie telah tertawan oleh kalian apakah hal itu ada benar?"
Orang tua hidung bengkok itu menjawab dengan suara dingin sambil delikkan matanya: "Tidak salah, apakah tuan ada Kie-lin Kokcu sendiri?"
"Untuk sementara kau jangan tanya aku siapa, aku hanya tanya padamu, bagaimana cara tertangkapnya?"
Orang tua hidung bengkok itu mendadak ketawa
terbahak-bahak: "Apa itu masih perlu ditanya" Bocah semacam dia itu, di bawah tanganku 'Ham-hay Liong-kun', hanya dalam beberapa gebrakan saja sudah dengan mudah dapat kugulingkan dan tertawan hidup2".
Orang tua berpakaian perlente itu setelah mendengar keterangan yang agak jumawa itu. diam2 merasa kaget dan heran. Ia tahu benar kekuatan dan kepandaian Lim Tiang Hong. Dalam kolong langit ini, yang mampu merubuhkan padanya dalam waktu 2-3 jurus, boleh dikata tidak ada.
Jikalau keterangan yang diberikan orang tua yang mengaku dirinya Ham-hay Liong-kun ini benar, maka sungguh hebat sekali kekuatan orang tua ini.
92 Tapi ia ada seorang tua yang beradat tinggi, ia tidak mau percaya bahwa Ham-hay Liong-kun ini ada mempunyai kepandaian begitu tinggi.
Maka ia lantas berkata pula sambil ketawa terbahak-bahak serta mengurut jenggotnya yang panjang: "Jikalau tuan tidak membual, aku To-hoa Tocu, ingin pertaruhkan nama baikku, menjunjung sebagai orang kuat nomor satu dalam kolong langit ini. Tapi, hanya dengan perkataan saja tidak ada gunanya, yang penting ialah kenyataan. Kalau benar kau ada mempunyai kepandaian semacam itu, bagaimana kalau kau bebaskan bocah itu dan coba bertanding sekali lagi di hadapanku, supaya aku dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri".
"Ini apa susahnya" jawabnya Ham-hay Long-kun
sambil ketawa dingin. Laki2 tua pendek yang berdiri disisi kanannya
mendadak berkata sambil turunkan payungaya yang besar:
"Tunggu dulu! dalam berapa hari ini keadaan sangat genting. Kabarnya orang2 Hong-hong tie sudah keluar bergerak semua hendak merampas bocah itu, sebaiknya kita berlaku hati2".
Laki2 tua pendek itu adalah Pak-kek Suncu yang pernah mengadu kekuatan dengan Lim Tiang Hong. Sejak ia memasuki daerah Tionggoan, terhadap kekuatan berbagai partai persilatan di daerah Tionggoan, ia sudah dapat gambaran agak jelas. Ia tahu bahwa kekuatan Hong-hong-tie memang benar2 tidak boleh dipandang ringan. Di samping itu iapun tahu bahwa kekuatan Tho-hoa To juga tidak boleh dipandang remeh dan kini Tho-hoa Tocu sudah datang sendiri, tentunya bukan cuma ia seorang diri saja, maka ia lantas maju mencegah.
93 Tapi Ham-hay Liong-kun andalkan kekuatannya sendiri yang dianggapnya sudah jarang yang mampu menandingi.
Karena begitu tiba di daerah Tionggoan, dengan sangat mudah sudah berhasil menangkap hidup dirinya Lim Tiang Hong yang mendapat nama baik di kalangan kang-ouw, maka ia semakin mangkak.
Ketika mendengar perkataan Pak-kek Suncu supaya berlaku hati2, lantas ketawa terbahak bahak kemudian berkata: "Jangan kata Hong-hong-tie hanya beberapa gelintir manusia tidak ada namanya saja. Sekalipun seluruh kekuatan partai rimba persilatan daerah Tionggoan digabung menjadi satu, aku juga tidak takut!"
Dengan tidak mengindahkan nasehat Pak-kek Suncu, ia sudah berkata kepada orang di belakangnya: "Bawa itu bocah kemari!"
Dua laki2 berpakaian kulit, warna merah lantas berjalan menuju ke belakang.
Tho-hoa Tocu yang menyaksikan tingkah laku tengik orang yang menamakan diri Ham-hay Liong-kun ini, kemurkaannya hampir sudah tidak dapat ditahan lagi, tapi seberapa bisa ia menekan perasaannya itu. Sebab maksud kedatangannya adalah untuk menolong diri Lim Tiang Hong. Dengan kedudukannya seperti ia, biar bagaimana ia tidak percaya kalau orang tua berhidung bengkok ini dalam waktu 2-3 jurus mampu membekuk dirinya Lim Tiang Hong. Ia merasa curiga dalam hal ini pasti ada sebab musababnya yang lebih dalam.
Maksudnya minta dikeluarkannya Lim Tiang Hong
supaya bertanding sekali di hadapannya, sudah tentu ia kepingin tahu bagaimana Lim Tiang Hong bisa terjungkal di tangannya orang tua ini. Dilain pihak, ialah memikirkan keselamatan anak muda itu. Ia kuatir apabila orang2 Hong-94
lui-po diam2 akan bawa kabur padanya atau diam2
mencelakakan jiwanya. Berbareng pada saat Ham-hay Liong-kun suruh
membawa keluar Lim Tiang Hong kepada orang2nya, dari atas genteng melayang turun seorang imam dan seorang berpakaian biasa.
Begitu melihat Tho-hoa Tocu, segera maju memberi hormat sembari berkata: "Sungguh tidak nyana Tho-hoa Tocu yang sudah lama menikmati kebahagiaan hidup di pulau nirwana, kini juga terlibat dalam kancah pergolakan ini!"
Tho-hoa Tocu lantas menjawab sambil membalas
hormat: "Kedatangan siauwtee ini, semata-mata cuma karena To-liong Kongcu, soal yang lainnya tidak ingin, turut campur tangan, entah ada keperluan apa kedatangan To-tiang dan Gek-siuheng ini?"
Kedua orang yang baru datang itu, memang benar adalah pemimpin Heng-san-pay Heng-san Gek-siu dengan suhengnya yang sudah lama tidak mau tahu urusan dalam dunia Kangouw, suhengnya itu adalah Kim-leng Totiang, Maksud kedatangannya ini sudah tentu hendak minta kembali panji sekutu yang disimpan oleh orang2 Hong-lui-po. Disamping itu ia juga ingin menuntut balas sakit hati terhadap perbuatan orang2 Hong-lui-po kepada Heng-san-pay.
Ketika mendengar pertanyaan Tho hoa Tocu, segera menjawab sambil menghela napas panjang: "Kecuali urusannya To-liong Kongcu, Heng. san-pay dengan Hong-lui-po juga masih ada mempunyai ganjalan sakit hati!"
Tho-hoa Tocu lantas mengetahui apa sebabnya, maka ia cuma anggukan kepala tidak menanyakan lagi.
95 Baru saja Kim-leng Totiang dan Heng-san Gek-siu hendak bicara dengan Ham-hay Liong-kun, di atas genteng tiba2 terdengar suara nyaring, kemudian disusul oleh melayang turunnya tiga orang paderi yang segera memberi hormat dan berkata kepada Tho-hoa Tocu bertiga: "Samwie ternyata sudah datang lebih dulu!"
Tho-hoa Tocu angkat kepala. Ia baru lihat bahwa tiga paderi itu ternyata ada Hian-thong, Hian-kak dan Hian-thian dari gereja Siauw-lim-sie, maka segera angkat tangan membalas hormat.
Ham-hay Liong-kun yang sejak tadi berdiri dengan sikap dingin mengawasi dan mendengarkan pembicaraan mereka, mendadak berkata sambil ketawa terbahak bahak:
"Sungguh kebetulan sekali! lohu baru saja tiba di daerah Tionggoan, sudah lantas berkenalan dengan begini banyak orang kuat dari rimba persilatan, benar2 merasa sangat beruntung,"
Yu-kok Oey-eng dan Yon-jie yang sembunyi di atas gelap, menyaksikan orang2 yang datang hendak menolong Lim Tiang Hong makin banyak, diam2 merasa girang.
Yu-kok Oey-eng lantas menarik tangan Yong-jie sambil berkata: "Mari kita lekas pergi tolong kongcu!"
Ia segera melayang turun mengikuti itu dua orang yang mendapat perintah untuk membawa keluar Lim Tiang Hong.
Dengan melalui perjalanan berliku liku yang sangat panjang, tibalah mereka di sebuah kamar yang terbuat dari batu seluruhnya, hanya pintunya yang terdiri dari besi tebal, diselop dengan kunci besar, namun di sekitar kamar itu tidak terdapat satu manusia yang menjaga.
96 Dua orang baju kulit itu ketika berada di depan pintu kamar , lantas memanggil-manggil: "Ah-gu! Ah-gu!....".
Tapi tidak terdengar suara jawaban orang, hingga mereka merasa heran. "Eh"!.... Apa telah terjadi apa2....?".
Dalam keadaan gelap itu mendadak tertampak
berkeiebatnya sinar pedang, Dengan kecepatan bagaikan kilat sudah menyambar badan dua orang berpakaian kulit merah itu.
Belum keburu mengeluarkan suara, dua orang itu sudah tertabas putus pinggangnya, hingga jiwanya melayang seketika itu juga.
Di depan pintu kamar itu ada berdiri seorang wanita muda yang berbadan sangat ringkas, di depan dada wanita itu terdapat sulaman seekor burung Hong putih.
Yong-jie yang dulu pernah melihat satu kali di hadapan kuburan palsu Lim Tiang Hong, segera dapat mengenali siapa adanya si nona itu. Ia menarik tangan Yu-kok Oey-eng dan berkata padanya dengan suara pelahan: "Nona ini ada sahabat baiknya kongcu!"
Yu-kok Oey-eng cuma bisa gigit bibir, tidak menjawab, Wanita muda itu mengambil sebuah anak kunci dari dalam sakunya, untuk membuka pintu besi kamar tawanan itu setelah pintu terbuka, dengan cepat ia lompat masuk.
Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie tidak mau ketinggalan, seolah-olah bayangan setan mereka mengikuti jejak wanita tadi.
Ilmu meringankan tubuh dari Hong-hong-tie, sudah lama menjagoi dunia Kangouw, maka perbuatan Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie tadi, tidak diketahui oleh wanita itu.
97 Keadaan dalam kamar batu itu ternyata sangat kokoh.
Kecuali sebuah pintu besi yang sangat tebal, dalamnya cuma terdapat dua lubang sebesar kepelan tangan sebagai lubang angin
Begitu masuk ke dalamnya, harus melalui jalan lorong yang panjang dan sempit, disitu kembali terdapat pagar besi yang sangat kokoh, tapi tidak ada pintunya. Dengan melalui sela2 ruji besi itu dapat melihat ke dalam. Di sebuah pilar besi besar ada terikat tubuhnya seseorang yang rambutnya awut2an kedua tangannya diikat ke atas, kedua kakinya diikat dengan rantai besar, begitu pula bagian pinggangnya juga terikat kust2, hingga tidak dapat bergerak sama sekali.
Dilihat dari dandanannya dan potongan badannya, bukankah itu ada Lim Tiang Hong. Cuma sayang mukanya menghadap ke dalam, hingga tidak dapat dilihat dengan tegas.
Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie yang sembunyi di tempat gelap, melihat keadaan demikian, terutama Yong-jie yang sangat disayang oleh Lim Tiang Hong, hampir saja menjerit untung segera dicegah oleh Yu-kok Oey-eng.
Saat itu, wanita tadi sudah berada di depan terali besi, ia ulur tangannya dan mendorong dua kali, tapi sedikitpun tidak bergeming, hingga ia terpaksa memanggil manggil:
"Saudara Lim, Saudara Lim!....".
Tapi panggilannya itu juga tidak mendapat jawaban.
Ia menjadi sangat gusar, lalu mengulur pedang
panjangnya, berulang ulang ia membacok terali besi yang kokoh kekar itu, tapi juga tidak bergerak sama sekali.
Diantara cipratan lelatu dan suara gemerincing, mendadak muncul seorang wanita lain yang berpakaian 98
warna hijau dan di belakang gegernya ada menggendong sebilah pedang Ceng-kong-kiam.
Dengan suara dingin wanita yang baru muncul itu menegur: "Kau membacok terali besi seperti tukang besi ini, apakah kau ingin mengundang orang datang kemari?"
Wanita yang pertama itu cuma membacok seenaknya saja, ternyata sudah tidak tahu ada orang lain masuk.
Tatkala ia mendengar suara teguran itu, nampaknya terkejut, mendadak ia balikan badannya, dan ketika melihat orang yang baru masuk itu juga sejenis dengan dirinya, lantas menjawab sambil monyongkan mulutnya. "Kau siapa" Apa maksudmu datang kemari?"
"Siauwmoy adalah Sin-lie Hongcu dari gunung Bu-san.
Dengan melihat dandananmu ini, kau barangkali adalah ketua Tiang-lim-pay, nama Cu Giok Im yang bergelar Pek-hong atau burung Hong putih itu bukan?"
Pek-hong tahu benar bahwa Sin-lie Hongcu baik sekali hubungannya dengan Lim Tiang Hong. Maksud
kedatangannya ini, tidak perlu ditanya juga sudah dapat diketahui, sudah tentu juga hendak menolong dirinya itu anak muda. Dengan tanpa disadari mendadak timbul perasaan jelus. Tiba2 ia tertawa dingin dan tidak berkata apa2 lagi. Kemudian balikkan badannya terus berdaya hendak membuka itu terali besi.
Sin-lie Hangcu ada seorang wanita yang tinggi hati.
Diperlakukan begitu dingin oleh Pek-hong, sudah tentu merasa tidak senang, maka ia lantas berkata dengan suara dingin: "Hm! sombong benar!"
Lalu maju ke depan, kedua tangannya memegang terali besi yang kasar itu, kemudian mengerahkan seluruh 99
kekuatan tenaganya, menarik besi kasar itu, tapi ternyata juga tidak bergerak sama sekali.
Pek-hong melirik padanya sejenak, lantas tertawa geli.
Sin-lie Hongcu yang menyaksikan keadaan Lim Tiang Hong begitu mengenaskan, hatinya merasa gusar dan cemas dan kini tidak berdaya pula mendobrak terali besi yang merintang di depannya itu. Maka setelah diketawai Pek hong, lantas tumpahkan kemarahannya diatas pundak gadis itu. Cepat ia balikkan badannya dan menegur dengan suara keras: "Kau ketawa apa?"
"Aku ketawa sendiri, ada hubungan apa dengan kau?"
"Hm! kalau Sin-lie Hongcu sudah naik darah, tidak perduli kau siapa".
"Jangan banyak bertingkah di hadapan Cu-Giok Im, aku tidak suka dengan sikap demikian".
Pek-hong ternyata tidak mau mengalah, kontan ia balas dengan ucapan pedas. Mengapa begitu" Sudah tentu dalam soal ini perasaan jelus mungkin memegang peranan besar!
Sin-lie Hongcu mendadak menghunus pedangnya dan berkata sambil menuding Pek-hong: "Mungkin kau andalkan ilmu pedang Tiang-lim-pay yang kesohor itu"
Malam ini nonamu kepingin belajar kenal dengan ilmu pedangmu yang hebat itu!"
Pek-hong yang memang sudah memegang pedang, tidak perlu banyak rewel, ia segera bolang balingkan pedangnya sembari berkata: "Majulah, aku terima baik tantanganmu!
Dengan paras merah padam, Sin-lie Hongcu lantas menyerang dengan pedangnya.
100 Mendadak ada sinar hitam menyambar dan
menghalangi meluncurnya pedang, kemudian disusul oleh munculnya seorang wanita berkerudung dan seorang gadis kecil berpakaian warna merah jambu.
Pek-hong dan Sin-lie Hongcu terperanjat. Wanita berkerudung itu tidak perdulikan mereka, langsung menuju ke terali besi, sedang gadis kecil itu memandang mereka berdua sambil leletkan lidahnya dan menyengir.
Dua orang itu bukan lain daripada Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie yang sejak tadi rnenyaksikan semua gerak gerik dua wanita muda itu ditempat sembunyinya. Menurut pikiran Yu-kok Oey-eng, sebetulnya ingin membiarkan dua wanita itu baku hantam sendiri lebih dulu. Tapi Yong-jie yang hatinya masih putih bersih, terhadap siapa saja tidak mempunyai pikiran untuk pilih kasih. Ia tidak tega melihat Lim Tiang Hong tersiksa lebih lama, maka lantas tarik tangan Yu-kok Oey-eng untuk segera bertindak. Begitulah setelah Yu-kok Oey-eng mengenakan kerudung di
mukanya, lantas turun tangan di waktu yang tepat.
Sebetulnya, Yu-kok Oey-eng juga memperhatikan
keselamatan Lim Ting Hong, tapi oleh karena perasaan cemburu sudah menguasai akal budinya, maka ia
mengharap agar salah satu diantara dua wanita itu ada yang mati atau terluka.
Dan kini setelah ia turun tangan untuk memisah, masih juga tidak mau perdulikan dua wanita itu, sebaliknya dengan menggunakan senjata gendewanya, untuk
membabat terali besi yang kokoh kekar itu.
Diluar dugaan semua orang, terali besi yang kokoh itu ternyata dengan mudah sudah dibikin putus oleh senjata Yu-kok Oey-eng. Di situ terdapat sebuah lubang kira2 dua kaki lebarnya.
101 Yong-jie yang sudah tidak sabaran, melesat masuk lebih dulu, kemudian disusul oleh tiga yang lainnya.
Tapi tepat pada saat itu, di lorongan jalan mendadak terdengar suara bentakan orang: "Jangan bergerak! kalian sesungguhnya bernyali besar sekali!"
Semuanya merasa kaget, ketika mereka berpaling, di belakang mereka ada berdiri tiga laki2 berpakaian kulit, menjaga tempat lubang bekas mereka masuk tadi.
Berbareng dengan itu, di dalam kamar tawanan itu, kembali terdengar suara orang ketawa cekikikan. Dua laki2
berpakaian kulit, dengan tangan masing2 ditempelkan depan dada Lim Tiang Hong, berkata kepada tiga wanita itu: "Kalau kalian berani maju setindak lagi, aku akan bereskan jiwa bocah ini lebih dulu".
Sin-lie Hongcu dengan paras merah padam berseru:
"Kau berani!" Tapi ia hanya bisa pelototkan matanya saja, tidak berani maju lagi.
Pek-hong acungkan pedang panjangnya, dengan mata beringas, sedang Yong-jie hampir saja menangis, tapi tiada satu yang berani bertindak.
Hanya Yu-kok Oey-eng yang kelihatannya agak tenang, ia tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerak. Walaupun demikian, tapi dalam hatinya merasa semakin cemas, sebab ia tahu bahwa Ham-hay liong-kun yang berada di dalam ruangan depan, kini tengah menantikan Lim Tiang Hong yang akan dibawa keluar!.
Dalam suasana tegang seperti itu, diluar terali besi tiba2
nampak berkelebatan sesosok bayangan orang. Tiga laki2
yang menjaga lubang masuk tadi, dua diantaranya sudah 102
rubuh binasa di tanah, sedang yang masih hidup selagi hendak berteriak, sudah dicekel lekernya, hingga tidak dapat bernapas dan mati seketika itu juga.
Selanjutnya, bayangan orang itu melayang masuk melalui lubang terali besi, dengan tanmpa bersuara menerjyang kepada dua orang berpakaian kulit yang mengancam diri Lim Ting Hong.
Yu-kok-Oey menjadi cemas. Dengan tampa banyak
bicara, sudah melanjutkan serangan dengan tangan kosong dari samping sembari berseru: "Tahan dulu! apa kau menghendaki dia mati lekas?"
Bayangan orang yang saat itu masih mengapung di tengah udara, ketika merasa diserang orang, dengar, cepat sudah menyambuti dengan telapakan tangannya.
Setelah dua kekuatan saling beradu, orang itu terpental mundur sehingga sempoyongan, sedang Yu-kok Oey-eng sendiri juga mundur dua tindak.
Orang itu ada sucinya Lim Tiang Hong, Hong-hay Kouw-loan. Yu kok Oey-eng ketika menampak kedatangan Henghay Kouw-loan, parasnya berubah seketika.
Hong-hay Kouw-loan sejak mempelajari kitab Tat-mo-keng bagian terakhir, kepandaiannya mendapat banyak kemajuan. Ketika melihat Yu-kok Oey-eng dengan tanpa sebab menyerang dirinya, lantas berkata dengan suara gusar: "Apa maksudmu ini?"
"Matamu toh tidak buta, apa kau tidak dapat lihat?"
jawabnya Yu-kok Oey-eng dingin.
Sebetulnya Henghay Kouw-loan juga sudah melihat keadaan yang membahayakan jiwa Lim Tiang Hong.
Jikalau saat itu Yu-kok Oey-eng menjawab dengan baik, 103
mungkin tidak akan timbul persoalan. Apa mau Yu-kok Oey-eng karena hubungannya dengan Lim Tiang Hong, sedikit banyak ada mengandung rasa permusuhan terhadap Henghay Kouw-loan, maka ia menjawab dengan ketus.
Henghay Kouw-loan yang begitu dalam mencintakan Lim Tiang Hong, meski kemudian terhalang dan dirusak oleh Im Tay Seng, sehingga merupakan suatu penyesalan besar, tapi terhadap Yu-kok Oey-eng juga sedikit banyak merasa cemburu, maka ketika diperlakukan demikian, ia juga lantas marah. "Kau mau apa?" katanya.
Tapi Yu-kok Oey-eng masih tetap perlakukan padanya dengan sikap dingin.
Henghay Kouw-loan yang adatnya juga berangasan, sudah tidak dapat kendalikan perasaannya lagi. Dengan tanpa banyak bicara ia sudah melancarkan serangannya yang tidak tertampak ujudnya, sehingga seperti tidak bertenaga.
Yu-kok Oey-eng yang mendapat didikan langsung dari Kie-lin Kokcu, banyak pengetahuanya tentang ilmu silat dari berbagai cabang persilatan, maka diam2ia merasa kaget, karena serangan yang dilancarkan oleh Henghay Kouw-loan itu ternyata suatu ilmu silat tertinggi dalam golongan Buddha yang dinamakan Bu-siang atau ilmu kekuatan tenaga dalam yang lidak terwujud.
Oleh karena itu, maka ia tidak berani berlaku gegabah, ia segera balikkan tangannya, menyambuti serangan tersebut.
Swbentar kemudian, dalam ruangan kamar itu cuma terdengar suara menderunya samberan angin, hingga pakaian mereka pada berkibar-kibar.
104 Dugaan Yu-kok Oey-eng sedikitpun tidak meleset.
Serangan yang digunakan oleh Henghay Kouw-loan memang adalah ilmu silat tenaga dalam tertinggi dari golongan Buddha yang dinamakan Bu-siang sin-kang.
Meski belum lama Henghay Kouw-loan mempelajari, tapi kekuatannya sudah cukup hebat, ternyata dapat mengimbangi kekuatan ilmu Sian-thian-cin-it-sin kang yang dilancarkan oleh Yu-kok Oey-eng.
Dalam gusarnya, Yu-kok Oey-eng lantas mencecar Henghay Kouw-loan dengan serangan bertubi-tubi, namun tidak dapat berbuat apa2 terhadap padanya.
Jago betina ini karena masing2 menuruti perasaan hati, telah bertempur mati-matian sendiri, tidak memikirkan dirinya dalam goa macan.
Tiba2 di luar kamar terdengar suara bentakan dan teriakan yang amat riuh, kadang2 diseling suara jeritan yang mengerikan.
Dua laki2 berpakaian kulit yang menjaga, Lim Tiang Hong nampak terperanjat. Dengan tampa sadar sudah lepaskan tangan mereka yang menempel didada anak muda itu. Kedua2nya saling berpandangan.
Dalam saat yang sangat kritis itu, mendadak berkelebat satu bayangan merah, secepat kilat meluucur ke arah dua orang berpakaian kulit itu.
Dua orang itu masih belum tahu benar apa yang terjadi, mendadak pada jatuh terjengkang sambil menjerit.
Bayangan merah itu bukan lain daripada Yong-jie.
Gadis cilik ini meski usianya masih terlalu muda, tapi pikirannya sangat tajam.
105 Ia merasa tidak senang atas perbuatan Yu-kok Oey-eng dan Henghay Kouw-loan yang tidak memperdulikan nasibnya Lim Tiang Hong, yang baku hantam antara kawan sendiri. Meski pertandingan itu merupakan suatu pertandingan yang amat dahsyat dan banyak ilmu2 pukulan yang aneh2 tapi ia tidak ambil pusing, seluruh perhatiannya cuma ditujukan kepada itu dua laki2 yang menjaga Lim Tiang Hong. Maka ketika dua laki2 itu lepaskan tangannya dengan tanpa sadar, ia lantas lompat melesat memberi pukulan yang telak dengan kepalan tangan dan tendangan kaki secara berbareng.
Usahanya itu ternyata berhasil baik, dua laki2 itu lantas rubuh terjengkang.
Hampir berbarengan dengan bergeraknya Yong-jie, Pek-hong dan Sin-lie Hongcu juga sudah bergerak ke arah Lim Tiang Hong. Begitu pula dengan Yu-kok Oey-eng dan Henghay Kouw-loan. Ketika menyaksikan keadaan
demikian juga segera berhenti bertempur, kedua-duanya lari ke arah pemuda itu-Dengan senjata pusakanya, Yu-kok Oey-eug dengan mudah sudah dapat membabat putus semua rantai yang membelenggu tubuh Lim Tiang Hong.
Henghay Kouw-loan yang menyaksikan anak muda itu sudah tidak keruan macam wajahnya mesum, rambutnya awut2an, air matanya lantas mengucur keluar, ia lantas maju dan memondong tubuhnya sembari berkata:


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

"Sungguh kejam kawanan iblis itu, telah membuat ia menjadi begini rupa, kalau aku tidak dapat menuntut balas sakit hati ini, aku bersumpah tidak mau jadi orang".
Dengan cepat ia pondong tubuh Lim Tiang Hong dan hendak berjalan keluar.
106 Mendadak di sisinya terdengar suara bentakan:
"Letakkan!" Berbareng dengan itu, nampak berkelebat bayangan Yu-kok Oey-eng yang sudah menghadang di hadapannya seraya berkata dengan suaranya yang dingin: "Tidak usah kau capek hati, sudah ada orang Hong-hong-tie yang akan merawatnya".
Henghay Kouw-loan melengak, kemudian me-ny aut sambil ketawa terkekeh-kekeh: "Tidak usah berlaku begitu menyayang! dia bukan tunanganmu, melainkan suamiku!"
Mendengar perkataan Henghay Kouw-loan yang secara terang2an anggap Lim Tiang Hong sebagai suaminya, seketika itu merasa cemas dan gusar. Perasaan jelusnya kembali timbul, maka lantas berkata sambil ketawa dingin:
"Sungguh tidak sangka bahwa di dalam dunia ada seorang wanita yang tidak tahu malu seperti kau ini. Aku juga tidak perlu banyak bicara denganmu kau letakkan padanya".
Ketika mengucapkan perkataan yang terakhir itu, nampaknya sangat murka sekali.
Pek hong Cu Giok Im yang sifatnya seperti laki2, terhadap Lim Tiang Hong sebetulnya hanya berdasar kecintaan yang tidak lebih sebagai sahabat biasa saja. Maka ketika melihat dua jago betina itu bertengkar, dalam hati merasa tidak puas. Ia lalu maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Kalian berdua sama2 ada sahabat2nya, maka segala hal harus kita utamakan keselamatan jiwanya.
Menurut peadapatku yang picik, sekarang ini kita masih berada dalam goa macaan, paling baik keluar dulu dari sini.
Persoalan yang lainnya nanti kita bicarakan lagi setelah berada di luar".
107 Sin-lie Hongcu lain pula sifat dan pikirannya. Kecuaii tidak puas melihat tindakan mereka berdua, dalam hatinya masih ada mengandung sedikit perasaan jelus yang ia tidak mampu kendalikan, maka ia tidak mau maju memisah. Ia cuma bersikap masa bodoh, sembari peluk tangan dan ketawa dingin ia mengawasi dari jauh.
Yong-jie karena usianya masih terlalu muda, ia tidak berani mencegah Yu-kok Oey-eng, juga tidak berani membikin gusar Henghay Kouw-loan, maka ia cuma berdiri di samping sambil melongo saja. Mendadak ia seperti ingat sesuatu, dengan cepat dari dalam sakunya mengeluarkan sebutir pil Suat-som-wan, lalu maju melesat hendak masukkan dalam mulut Lim Tiang Hong.
Henghay Kouw-loan salah duga. Ia mengira bahwa gadis cilik itu hendak merampas diri Lim Tiang Hong, maka lantas ia serang dengan telapakan tangannya.
Tapi Yu-kok Oey-eng dengan cepat sudah sambuti serangan itu sambil membentak: "Kau hendak berbuat apa?"
Henghay Kouw-loan sempoyongan, karena dia tidak menduga Yu-kok Oey-eng akan menyambuti serangannya.
Dalam gusarnya ia lantas menghunus pedang panjangnya sembari berkata dengan suara bengis: "Apa kalian benar2
hendak berlaku secara tidak aturan?"
"Lekas kau letakkan dia, segalanya akan beres" jawab Yu-kok Oey-eng dingin.
"Mengapa aku harus tinggalkan dia?"
Orang dalam keadaan cemas kadang2 memang suka
bicara tanpa dipikir panjang, Hang-hay Kouw-loan sedang 108
murka, ia sudah lupa untuk menjelaskan duduknya perkara yang sebenarnya.
Selagi semua orang masih belum tahu bagai mana harus berbuat, di lorongan tiba2 tertampak satu bayangan orang yang bergerak dengan cepat ke arah mereka.
Daiam waktu sekejap saja, orang itu sudah berada di depan mereka, kemudian maju ke depan Henghay Kouw-loan sembari berkata: "Keadaan sudah mendesak, mengapa kalian masih belum mau keluar" Lekas serahkan saudara Lim kepadaku!"
Dengan cepat ia sudah menyambuti tubuh Lim Tiang Hong dari tangan Henghay Kouw-loan, kemudian
digendong dan melesat keluar.
Kedatangan orang itu secara tiba2, tapi tiada seorangpun yang merintangi segala tindakannya, sebab ia adalah sahabat baik Lim Tiang Hong, juga adik angkat Henghay Kouw-loan.
Henghay Kouw-loan percaya padanya, Yu-kok Oey-eng kenal padanya. Kalau mereka berdua tidak merintangi, sudah tentu yang lainnya tidak bisa berbuat apa2.
Orang itu bukan lain daripada Hong-gwat Kongcu dari Toa-hoa-to.
Empat wanita bersama Yong-jie segera mengikuti jejak Hong-gwat Kongcu berlalu dari kamar tawanan tersebut.
Begitu tiba diluar, baru tahu bahwa pusatnya kepala berandal ini sudah menjadi medan pertempuran sengit, suara jeritan dan teriakan menggema di seluruh gunung Thay-heng-san.
Orang2 dari enam partai golongan Hian-bun, Siauw-lim-pay,. Ngo thay pay, Bu san, Tho hoa to dan lain2nya lagi, 109
hampir semua sudah datang. Yang mengherankan ialah orang dari Hong hong-tie, ternyata tidak kelihatan seorangpun yang datang.
Mungkin orang2 dari Hong-lui-po itu sedang repot menghadapi musuh2nya, maka ketika rombongan Honggwat Kongcu keluar dari kamar tahanan itu, tiada satupun yang merintangi.
Rombongan itu ketika tiba di bawah bukit masih berjalan lagi ke jarak yang agak jauh, Hong-gwat Kongcu baru hentikan kakinya.
Ia senderkan diri Lim Tiang Hong di bawah sebuah pohon besar, lalu membuka bajunya, untuk diperiksa keadaan tubuhnya. Mendadak ia menotok bagian jalan darah dengan cepat, kemudian meng-urut2 sampai Lim Tiang Hong menjadi sadar.
Tapi, Kong-gwat Kongcu nampaknya sangat lelah
sekali, dengan napas memburu ia berkata: "Kawanan iblis ini sangat kejam sekali. Pada satu hari apabila ketemu dengan aku Hong-gwat Kongcu, hm...."
Pada saat itu, empat wanita muda dan Yong-jie semua sudah berkumpul di bawah pohon besar itu.
Yong-jie dengan air mata berlinang mengeluarkan sebutir pil Suat-som-wan, dimasukan ke dalam mulut Lim Tiang Hong. Tapi karena mulut pemuda itu masih terkancing, pil itu tidak bisa masuk ke dalam
tenggorokannya. Henghay Kouw-loan dengan airmata mengalir deras.
Sambil pondong tubuh Lim Tiang Hong ia bertunduk hendak masukkan pil itu dengan mulutnya.
110 Yu-kok Oey-eng yang menyaksikan keadaan demikian lantas berkata sambil ketawa dingin: "Heran ia dapat melakukan itu!"
Henghay Kouw-loan mendadak berdiri dan balas
menanya: "Mengapa tidak" Dia toh bukan tunanganmu, melainkan suamiku, tahukah kau?"
Yu-kok Oey-eng yang hatinya masih cemas, telah merasa geli ketika mendengar jawaban itu, sampaipun Pek-hong dan Sin-lie Hongcu juga turut ketawa.
Henghay Kouw-loan merasa sangat malu, selagi hendak menjelaskan duduknya perkara, mendadak terdengar suara ketawa yang sangat aneh.
"Haha, bocah ini sesungguhnya sangat beruntung, ada begitu banyak wanita yang berebut menjadi isterinya, hahaha!....".
Semua orang terperanjat, segera siap dengan senjata masing2. Pada saat itu, dari dalam rimba ada muncul serombongan orang yang dikepalai oleh seorang yang sangat jumawa, yang bukan lain dari pada Ham-hay Liongkun dan di belakang orang tua itu ada diikuti oleh tiga wanita yang dandanannya sangat aneh.
Hong-gwat Kongcu segera lompat melesat dan menegur mereka dengan alis berdiri: "Kau siapa" Dengan To-liong Koncu ada mempunyai permusuhan apa?"
Sebab empat orang itu semuanya tidak mengenakan pakaian kulit warna merah yang khusus bagi orang2 Hong-lui-po, maka Hong-gwat Kongcu majukan pertanyaan demikian.
111 Ham-hay Liong-kun mengawasi Hong-gwat Kongcu
sejenak, dengan sikap sangat menghina ia dongakan kepala, agaknya tidak pandang mata anak muda itu.
Sebaliknya dengan tiga wanita yang berada di
belakangnya. Begitu melihat Hong-gwat Kongcu, lantas pada maju ke depan, satu diantaranya dengan gerak kaki lemah gemulai menghampiri Honggwat Kongcu seraya berkata: "Siapakah nama Kongcu ini yang mulia?"
Tanpa menunggu jawaban Hong-gwat Kongcu, wanita itu sudah berkata pula sambil ketawa terkekeh-kekeh. "See-hek (daerah barat), Wie-ngo-sam-hoa (tiga bunga), kiranya Kongcu sudah pernah dengar nama itu bukan" Aku adalah Pek-bouw-tan, orang yang tertua dari tiga bunga itu".
Setelah itu ia menunjuk satu diantaranya yang usianya kira2 duapuluh tahunan, dengan badannya yang langsing dan berparas angkuh, lalu berkata pula: "Ini adalah adikku yang kedua Si Mawar berduri, dan itu adalah adikku yang ketiga Sian-jin-ciang....".
Hong-gwat Kongcu segera angkat tangan memberi
hormat seraya berkata: "Nama besar itu memang sudah lama aku dengar. Aku yang rendah adalah Hong-gwat Kongcu dari Tho-hoa-to. Kalian telah membuat sahabatku To-liong Kongcu ini sampai begini rupa dan kini masih merasa belum puas, hendak menumpas habis rasanya, apakah kalian sudah anggap bahwa di daerah Tionggoan tidak ada orang lagi?"
"Astaga, Kongcu ini adalah Hong-gwat Kongcu dari Tho-hoa-to yang namanya sangat tersohor itu" Kalau begitu, kita benar2 berlaku kurang sopan!" berkata Pek-bouw-tan sambil ketawa terkekeh-kekeh,
112 Kembali ia maju dua langkah, hingga jaraknya berdiri dengan Hong-gwat Kongcu tidak cukup satu kaki, hampir beradu muka.
Hong-gwat Kongcu geser kakinya, mundur dua langkah, kemudian berkata sambil dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak: "Aku meski mempunyai gelar Hong-gwat yang agak mengandung arti romantis, namun tidak kenal perbuatan romantis. Aku harap supaya kau jangan coba berlagak romantis di hadapanku"
Kemudian ia mendadak membentak dengan suara keras:
"Malam ini tidak perduli siapa, kalau berani mengganggu seujung rambut saja diri To-liong Kongcu, awas, pedangku tidak kenal kasihan!"
Pek-bouw-tan yang mendengar perkataan itu ternyata tidak gusar sedikitpun juga, kembali ia maju dua tindak sambil pelembungkau dadanya dan berkata sambil ketawa terkekeh-kekeh: "Semua adalah sahabat muda, perlu apa begitu?"
Kali ini ia berada di depan Hong-gwat Kongcu makin dekat, hingga badannya hampir menempel dengan anak muda itu.
Hong-gwat Kongcu wajahnya berubah seketika, ia sudah angkat tangannya hendak turun tangan.
Mendadak di tengah udara terdengar suara bentakan orang: "Bocah yang begitu jumawa, perlu apa diajak banyak bicara?"
Perkataannya itu ditutup oleh hembusan serangan tangan yang seolah-olah hendak menggempur kepala Honggwat Kongcu.
113 Dengan cepat Hong-gwat Kongcu geser kakinya dan lompat sejauh tiga kaki.
Sebentar terdengar suara seperti ledakan petasan, tepat di mana Hong-gwat Kongcu berdiri, terdapat sebuah lubang besar bekas serangan orang itu.
Orang itu karena serangannya tak mengenakan
sasarannya, badannya berputaran di tengah udara, setelah tiba di tanah, kembali melancarkan serangannya dengan kedua tangan.
Hong-gwat Kongcu sangat mendongkol, sambil
keluarkan suara dari hidung ia ulur tangan untuk menyambuti serangan tersebut.
Di tengah udara lantas timbul suara beradunya dua kekuatan, kemudian timbul angin santer yang berputaran lama sekali.
Hong-gwat Kongcu nampak mundur dua tindak, sedang orang itu juga sempoyongan lama baru bisa berdiri tegak.
Hong-gwat Kongcu kini baru lihat tegas bahwa orang yang menyerang kepadanya itu ternyata ada seorang laki2
setengah umur berbadan tinggi besar dengan memakai topi kulit warna merah di atas kepalanya.
Pada saat itu, kembali melayang turun beberapa orang berpakaian kulit warna merah, yang segera mengurung rombongan Hong-gwat Kongcu.
Hong-gwat Kongcu yang menyaksikan keadaan
demikian, diam2 merasa kaget, kemudian dengan semangat menyala-nyala ia dongakan kepala ketawa terbahak-bahak dan berkata: "Kalian ini mungkin adalah orang2 dari Hong-lui-po" Malam ini aku mendapat kesempatan untuk belajar 114
kenal dengan orang2 kuat dari daerah luar perbatasan, sesungguhnya merasa beruntung!"
Laki2 setengah umur berbadan tinggi besar itu setelah mengadu kekuatan dengan Hong-gwat Kongcu, diam2 juga merasa kaget. Kekuatan orang Tho-hoa-to benar saja berbeda dengan lainnya. Kalau tadi ia memandang ringan, kini berbalik berlaku sopan, sambil memberi hormat ia bekata: "Hong-lui-po dengan Tho-hoa-to, satu sama lain tidak ada mempunyai permusuhan apa2, apa perlunya tuan turut campur dalam urusan ini?"
"Enak benar kau berkata, jangan kata orang yang kau ganggu itu ada sahabat karibku sendiri. Walaupun orang yang baru kenal, aku juga tidak akan mengizinkan kalian menganiaya seorang yang sedang terluka parah" jawab Hong-gwat Kongcu sambil ketawa terbahak bahak.
Laki2 berbadan tinggi besar itu adalah Lam-tao Suncu, sebab ia tidak ingin bentrok dengan orang2 Tho-hoa-to, maka terpaksa berlaku sopan. Tapi ketika melihat sikap Hong-gwat Kongcu ada begitu keras. seketika lantas timbul lagi keganasannya, dengan suara dingin ia berkata: "Kalau kau tetap hendak campur tangan, jangan sesalkan kalau kita orang dari Hong-lui-po tidak memandang sehabat!"
Hong-gwat Kongcu segera menghunus pedangnya, lalu dikibaskan dengan seenaknya, tapi ujung pedang itu mengeluarkan suara "ser, ser" dan daun pohon yang berada ditempat sejauh kira2 satu tombak, sudah pada rontok berterbangan.
Perbuatannya itu merupakan jawaban bagi orang Hong-lui-po yang sangat jumawa itu.
Ham-hay Liong-kun yang sejak tadi berdiri di samping tidak perdengarkan suaranya, mendadak membuka mulut: 115
"Lam-tao Suncu, tidak usah banyak bicara dengannya.
Bereskan dulu kawanan kelinci yang tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi ini, kemudian kau bawa pulang itu bocah yang kita tawan!"
Dengan keluarnya perintah pemimpin Hong-lui-po itu, suasana mendadak berubah gawat. Orang2 Hong-lui-po lantas pada menghunus senjata masing2 dengan sikap mengurung mereka maju pelahan2.
Hong-gwat Kongcu dengan pedang ditangan, matanya mengawasi empat wanita itu dengan bergiliran.
Segera dapat lihat bahwa Yu-kok Oey-eng sudah
keluarkan senjata pusakanya. Sepasang matanya
memandang Ham-hay Liong-kun dengan tanpa berkedip.
Nona ini agaknya sudah bertekad hendak menyerang lebih dulu kepada pemimpin itu.
Pek-hong dan Sin-lie Hongcu sebaliknya mengambil sikap siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan.
Hanya Yong-jie si gadis kecil itu, nampaknya seperti tidak ada kejadian apa2, kadang2 jongkokkan badan untuk mengurut dada Lim Tiang Hong sedang mulutnya tidak hentinya memanggil-manggil "Kongcu! kongcu! sadarlah!"
Gadis cilik ini perhatiannya terhadap Lim Tiang Hong ada begitu besar. Henghay Kouw-loan yang berdiri didamping Lim Tiang Hong, sampai merasa terharu, hingga mengeluarkan airmata.
Tiba2 terdengar suaranya yang berkata kepada dirinya sendiri: "Kongcu, kau ada mempunyai kepandaian luar biasa. Bagaimana bisa terluka sampai begini rupa"....Aih!
jika Kokcu ada disini, siapa yang berani menghina kau....
Hm! andaikata Kongcu benar2 tidak tertolong lagi, tidak perduli kemana saja aku pasti akan mencari Kokcu, untuk 116
ber-sama2 pergi ke sarang Hong-lui-po, supaya terbasmi habis sampai akar2nya....".
Pada saat itu, orang2 Hong-lui-po mengurung semakin rapat.
Mendadak terdengar suara perintah dari pemimpin mereka, maka mulailah suatu pertempuran yang amat dahsyat.
Orang2 Hong-lui-po segera menyerbu dari berbagai penjuru.
Hong-gwat Kongcu menggeram hebat. Pedangnya
menyerang dengan hebat. Dalam waktu sekejapan saja, ujung pedangnya sudah berhasil makan korban. Dua orang Hong-lui-po yang menyerbu padanya, sudah jatuh menggelak di tanah dalam keadaan terkutung menjadi dua potong. Kemudian ia putar pedangnya demikian rupa menyerbu setiap orang yang berada di depannya.
Mendadak terdengar suaranya Lam-tao Suncu: "Tuan jangan berlaku terlalu jumawa, sambutilah dulu seranganku!"
Berbareng dengan itu, ia sudah melancarkan
serangannya dengan tangan kosong yang amat dahsyat.
Hong-gwat Kongcu mendadak putar badannya. Sinar pedang ikut berputaran bagaikan mata rantai yang mengurung dirinya, lapisan sinar pedang itu se-olah2
gelombang air laut yang sedang mengamuk. Ternyata sudah menyapu bersih hembusan angin yang meluncur keluar dari serangan Lam-tao Suncu.
Ia sudah kalap benar2 bagaikan banteng ketaton.
Badannya berputaran dengan pedangnya dalam waktu 117
sekejapan saja, kembali sudah melancarkan delapan kali serangan dengan beruntun.
Lam-tao Suncu dalam keadaan kaget dan ter-heran2, badannya juga berputaran seperti roda, begitu pula kedua tangannya, untuk mengimbangi serangan Hong-gwat Kongcu.
Dilain pihak, Yu-kok Oey-eng yang semula hendak menyerang Ham-hay Liong-kun, sudah dipegat oleh orang tua pendek yang membawa payung besar.
Orang tua itu menghujani serangan Yu-kok Oey-eng dengan senjata payung besinya yang besar secara aneh dan hebat sekali, hingga Yu-kok Oey-eng terpaksa balikkan badannya untuk melayani orang tua pendek itu.
Orang tua pendek yang menggunakan senjata payung besar itu adalah Pak-kek Suncu yang pernah jatuh di tangannya Lim Tiang Hong. Ia ada mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat hebat. Kepandaiannya masih di atas Lam-tao Suncu: maka meski Yu-kok Oey-eng mendapat warisan kepandaian Kie-lin Kokcu dan mendapat pelajaran dari Hong-hong-pit-kok, untuk sementara juga masih belum mampu menjatuhkan lawannya.
Setelah Yu-kok Oey-eng dan Hong-gwat Kongcu
mendapat lawan sendiri2, semua kekuatan orang2 Hong-lui-po lalu dipusatkan kepada Pek Hong, Sin-lie Hongcu, Yong-jie dan Henghay Kouw-loan.
Sedangkan mereka berempat karena harus melindungi Lim Tiang Hong, maka masing2 berdiri diempat sudut dan menempatkan Lim Tiang Hong di tengah2.
Oleh karena itu, maka tugas mereka itu sesesunguhnya sangat berat. Tekanan orang2 Hong lui-po dirasakan semakin hebat, masih untung Ham-hay Liong-kun karena 118
tidak mau turun tangan terhadap tingkatan muda, maka untuk sementara masih dapat pertahankan kedudukan masing2.
Dalam pertempuran sekalut itu, dari rombongan orang2
Hong-lui-po mendadak lompat keluar seorang muda ke depan Sin-lie Hongcu, sambil ketawa cengar-cengir orang itu berkata: "Hongcu, apa masih kenali diriku Giok-bin Long-kun" Kalau kau sekarang mau berbalik pikiran, sudah tentu aku akan ingat persahabatan yang lalu, untuk menjamin keselamatan jiwamu".
Sin-lie Hongcu masih kenali pemuda itu, ternyata adalah Giok-bin Long-kun Cu Tek, yang sewaktu masih di gunung Busan berkali-kali pernah menyatakan cinta terhadap dirinya. Berhadapan dengannya tiba2 lantas tersadar, bahwa tindakan orang2 Hong-lui-po yang menyerbu gunung Bu-san, ternyata ada anjurannya pemuda itu!
Maka seketika itu parasnya lantas berubah pucat pasi, tanpa banyak bicara, pedangnya lantas menikam pemuda jahat itu.
Giok-bin Long-kun cepat berkelit dan berkata padanya sambil ketawa dingin: "Bocah itu sudah akan tamat riwajatnya, perlu apa kau masih mengharapkan padanya"
Bukankah lebih senang mengikuti aku saja?"
Bukan kapalang gusarnya Sin-lie Hongcu, sampai dirasakan dadanya mau meledak, kembali ia menyerang hebat dengan pedangnya.
Giok-bin Long-kun yang dicecer terus menerus lantas naik dara. Pemuda yang sudah bejat moralnya itu, timbullah sifatnya yang seperti srigala. Dalam kurungan sinar pedang si nona ia lompat keluar kemudian 119
membentak dengan suara keras: "Budak hina! kau cari mampus!"
Dengan cepat ia sudah balas menyerang dengan tangan kosong. Serangannya itu hebat sekali, hingga Sin-lie Hongcu terdesak mundur. Tapi ia adalah seorang wanita berhati keras seperti baja, sekalipun lengannya sudah dirasakan ngilu, ia masih melawan dengan gigih, dengan secara nekat ia menyerang lagi.
Sin-lie Hongcu berempat, sebetulnya menjaga di empat penjuru sekitar Lim Tiang Hong, tapi kini ia terganggu oleh Giok-bin Long-kun, hingga tempat penjagaannya menjadi lowong. Dua orangnya Hong-lui-po yang dapat melihat itu segera nerobos masuk hendak menyambar Lim Tiang Hong.
Tapi Yong-jie ternyata bermata celi, dengan gesit sekali ia sudah menggunakan seluruh tenaganya untuk menyerang dua orang tersebut, sehingga pada jatuh rubuh.
Namun orang2 Hong-lui-po yang jumlahnya lebih
nanyak, nampak maju merangsak terus. Henghay Kouw-loan yang merupakan orang terkuat di antara ampat wanita itu. Dengan cepat balikkan badannya untuk memberi pertolongan. Ia putar pedangnya begitu rupa hingga dalam waktu sekejapan saja sudah ada beberapa orang yang binasa di ujung pedangnya.
Keadaan dalam medan pertempuran semakin kalut.
Orang2 Hong-lui-po yang menyerbu jumlahnya semakin banyak. Beradunya senjata tajam, bentakan, teriakan dan jeritan manusia, menjadi paduan suara yang menyeramkan.
Pek-hong, Henghay Kouw-loan dan Yong-jie yang harus berkelahi sembari melindungi diri Lim Tiang Hong, benar2
sangat ripuh! 120 Tapi, orang2nya Hong-lui-po yang berdaya hendak merebut kembali dirinya Lim Tiang Hong juga merasa kuwalahan mendapat perlawanan nekat dari tiga jago betina itu. Dalam pertempuran yang berlangsung hampir satu jam lamanya, masih tidak mendapat kemajuan apa2.
Ham-hay Liong-kun yang menyaksikan orang2nya tidak mampu merubuhkan lawannya, menjadi murka, sehingga merasa perlu untuk menghentikan pertempuran itu.
Setelah memerintahkan orang2nya hentikan
pertempuran, dengan kecepatan bagaikan kilat ia melayang ke arah Lim Tiang Hong.
Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng meski sedang bertempur sengit dengan lawan mereka masing2. Tetapi mereka tetap menaruh perhatian kepada Lim Tiang Hong, maka ketika mendengar suara Ham-hay Liong-kun menghentikan orang2nya, mereka lantas mengetahui bahwa pemimpin itu kini hendak turun tangan sendiri. Dengan serentak ke-dua2nya lantas pukul mundur musuh2nya, kemudian balikkan badan memburu ke arah Lim Tiang Hong.
Ketika tangan Ham-hay Liong-kun hendak menjamah tubuh Lim Tiang Hong, pedang Hong-gwat Kongcu dan gendewa Yu-kok Oey eng sudah mengancam berbareng di kedua sisinya. Dengan kecepatan bagaikan kilat kedua senjata itu mengarah jalan darah penting di-bagian geger dan lambung Ham-hay Liong-kun.
Ham-hay Liong-kun meski seorang yang sangat
jumawa, tapi menghadapi serangan yang mematikan itu, terpaksa juga tarik kembali tangannya dan segera geser kakinya untuk menghindarkan serangan tersebut.
121 Sambil delikkan mata ia keluarkan bentakannya:
"Kalian apa benar2 hendak mencari mampus?"
Hong-gwat Kongcu lintangkan pedangnya, menjawab sambil ketawa panjang: "Tidak perlu omong besar, sambuti dulu serangan kongcumu!"
Dari ujung pedang sudah mulai menikam, tapi di tengah jalan mendadak ia rubah menjadi serangan yang menotol dan mengarah berbagai jalan darah badan lawannya.
Mendadak terdengar suara bentakan orang: "Kau masih belum pantas menjadi lawan Liong-kun, mari nonamu main2 beberapa jurus denganmu!"
Lalu sesosok bayangan orang melayang turun dan sebuah sinar biru meluncur dari samping mengarah jalan darah Yu-bun dan Hok-kiat.
Hong-gwat Kongcu memutar ujung pedangnya
digunakan untuk menangkis serangan tersebut. Kini ia baru lihat bahwa orang yang menyerang padanya itu adalah Pek-bouw-tan.
"Sekalipun kalian bertiga maju berbareng, apa kalian kira aku Hong-gwat Kongcu akan takut menghadapi?"
katanya sambil ketawa terbahak-bahak.
Pedangnya lantas diputar, dengan beruntun melakukan serangan sampai tujuh kali.
Ia memang seorang ahli pedang kenanaan. Namanya sudah lama terkenal di kalangan Kangouw. Serangannya itu dilakukan sekaligus, hingga membuat Pek bouw-tan kelabakan dan terpaksa mundur berulang-ulang.
Dengan alis berdiri ia berkata: "Nonamu karena melihat kau masih seperti manusia, maka berlaku merendah terhadap kau, tidak nyana kau ada seorang yang tidak tahu 122
diri. Mari! nonamu kepingin tahu sampai dimana kepandaianmu sih?"
Pecutnya lalu digentak, sinar biru nampak berkelabatan.
Dalam waktu yang singkat saja sudah menyerang sampai dua belas kali. Serangannya itu ternyata sangat ganas, aneh dan nampaknya diluar batas prikemanusiaan.
Hong-gwat Kongcu selamanya tidak suka turun tangan terhadap kaum wanita, tapi malam itu keadaannya adalah lain. Ia terpaksa keluarkan seluruh kepandaiannya untuk menghadapi wanita yang ganas itu. Ia menerobos ke dalam sinar pecut, dan balas menyerang secara ganas pula.
Pek-bow-tan yang baru tiba di daerah Tionggoan, inilah untuk pertama kalinya berhadapan dengan orang dunia Kongouw daerah Tionggoan. Ia tidak sangka bahwa orang yang pertama kali menjadi lawannya itu ternyata ada satu ahli pedang kenamaan, maka sekalipun ia sudah
mengeluarkan seluruh kepandaiannya, juga masih belum mampu merubuhkan lawannya.
Selagi Pek-bouw-tan bertempur sengit dengan Honggwat Kongcu, si Mawar berduri dan Sian jin-ciang keduanya juga lantas turun tangan mengerubuti Yu-kok Oey-eng.
Dua saudara itu meski parasnya cantik, tapi sifatnya kejam dan telengas. Dengan tanpa banyak bicara, mereka sudah melakukan serangan dengan tipu2 serangan yang paling ganas.
Yu-kok Oey-eng merasa cemas dan gusar, karena sejak minum pil Suat-som-Wan, Lim Tiang Hong masih belum kelihatan sadar dan apa sebabnya orang Hong-hong-tie sampai saat itu masih belum unjukkan diri"
123 Serangan dua saudara itu membuat ia semakin gusar, senjatanya diputar demikian rupa, sehingga membuat dua lawannya menjadi kewalahan.
Lam-tao Suncu dan Pak-kek Suncu, sejak Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng meninggalkan mereka, juga lantas berkumpul kebawah pohon besar. Tapi karena Ham-hay Liong-kun sudah keluarkan perintah menghentikan pertempuran, maka mereka juga pada berdiri di samping, tidak berani bergerak.
Mereka dapat lihat mata Ham-hay Liong-kun hanya ditujukan kepada Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng yang sedang bertempur melawan musuh2nya, se-olah2
sudah melupakan dirinya Lim Tiang Hong hingga mereka merasa cemas dan menanya padanya dengan sikap sangat menghormat: "Liong-kun, bagaimana kita harus bertindak"
Malam sudah makin larut!"
Dengan acuh tak acuh Ham-hay Liong-kun menjawab:
"Sungguh tidak nyana rimba persilatan daerah Tionggoan ternyata juga ada orang yang mempunyai kepandaian begitu tinggi!"
Lam-tao Suncu melongo, ia bingung mendengar
jawaban yang melantur ini, maka ia berkata pula:
"Sebaiknya kita tangkap dulu bocah ini, bagaimana dengan pikiran Liong-kun?"
"Bagus! gerak tipu ini bagus sekali! bocah perempuan itu melawan dua bunga, nampaknya mempunyai kemampuan untuk memberi perlawanan sampai tiga atau limaratus jurus".
Lam-tao Suncu semakin heran, tapi ia tidak bisa berbuat apa2, lalu menengok kemedan pertempuran.
124 Mendadak terdengar suara Ham-hay Liong-kun yang berseru: "Hei, bocah! dari mana kau dapatkan ilmu pedang itu"....".
Berbareng dengan itu, terdengar pula suara jeritan kaget Pek-bouw-tan. Perempuan itu nampak lompat sampai lima kaki jauhnya, gaunnya ternyata sudah terpapas sebagian oleh ujung pedang Hong-gwat Kongcu.
Mendadak Ham-hay Liong-kun melayang turun di
hadapan Hong-gwat Kongcu dan berkata padanya: "Aku si orang tua selamanya tidak suka turun tangan terhadap orang tingkatan muda tapi malam ini nampaknya
kecualian, aku ingin main2 beberapa jurus denganmu, jangan malu2, majulah!"
Dengan pedang di dada, Hong-gwat Kongcu dongakan kepala dan ketawa ter-bahak2. "Siapa sudi menjadi orang tingkatan mudamu" Keadaan pada malam ini ialah: siapa kuat akan hidup dan siapa lemah akan mati. Masing2 boleh mengandalkan kepandaian sendiri2, perlu apa kau berlaku begitu jumawa?"
Ham-hay Liong-kun wajahnya berubah, sambil
keluarkan suara ketawanya yang aneh, ia berkata:
"Nampaknya kau masih ingin bermusuhan dengan aku?"
"Haha! apakah perlu main2?".
Mendadak Ham-hay Liong-kun berseru: "Kau berani!"
Tubuhnya lantas melesat tinggi, kemudian berputaran di tengah udara dan melayang turun ke arah bawah pohon dimana ada duduk Lim Tiang Hong. Dan secara mendadak pula ia melancarkan serangan jarak jauh yang amat hebat.
Kiranya selagi semua perhatian dipusatkan kepada Ham-hay Liong-kun dan Hong-gwat Kongcu, Henghay 125
Kouw-loan yang kuatirkan luka2 Lim Tiang Hong, diam2
geser kakinya dan lompat ke sisi Lim Tiang Hong. Baru saja ia hendak pondong dirinya anak muda itu, tidak nyana Ham-hay Liong-kun yang berkepandaian sangat tinggi, meski jatuhnya daun kering sejarak sepuluh tombak juga dapat ditangkap oleh daya pendengarannya, maka ia segera dapat dengar dan lihat gerakan Henghay Kouw-loan itu, oleh karenanya, ia lantas keluarkan seruan dan melesat menyerang padanya.
Serangan itu kalau mengenai dengan tepat, bukan saja akan membikin luka atau binasa dirinya Henghay Kouw-loan, tapi buat Lim Tiang Hong juga tidak akan terhindar dari kematian.
Karena perubahan yang terjadi secara mendadak itu, semua orang pada menjerit. Pek-hong Cu Giok Im, Sin-lie Hongcu, Yong-jie, Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng yang tengah bertempur dengan dua bunga dari Wie-ngo, semua pada memburu untuk memberi pertolongan.
Tapi, gerakan mereka itu nampaknya agak terlambat....
=dw~kz= Bab 48 Pada saat yang sangat kritis itu, sesosok bayangan orang dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, meluncur ke arah Ham-hay Liong-kun. Kegesitan dan kecepatan bayangan orang itu mengejutkan semua orang.
Kemudian di tengah udara timbul beberapa kali suara ledakan, lalu disusul oleh menghembusnya angin santer, hingga daun2 pohon pada rontok beterbangan.
126 Setelah semua itu telah berlalu, nampak dua bayangan orang melayang turun. Ham-hay Liong-kun terpental balik kira2 lima kaki, tatkala kakinya menginjak tanah, tanah itu nampak amblas kira2 setengah kaki dalamnya.
Bayangan orang yang muncul secara mendadak itu nampak berputaran tiga kali baru melayang turun dengan tanpa menimbulkan suara apa2, ilmu meringankan tubuhnya itu benar2 membikin kagum semua orang.
Saat itu semua orang baru tahu bahwa orang yang muncul secara tiba2 itu adalah Kokcu Hong-hong-tie yang baru, To-liong Kongcu Lim Tiang Hong!
Ini benar2 merupakan suatu kegaiban dan keganjilan besar!
Bukan saja Lam-tao Suncu dan Pak-kek Suncu pada merasa terheran-heran, sehingga pada mundur dua tindak sambil berseru: "Apakah bocah ini mempunyai ilmu membagi diri menjadi dua..."!"
Sekalipun Yu-kok Oey-eng dan Sin-lie Hongcu juga merasa bingung. Hanya Henghay Kouw-loan yang tahu.
Begitu pula Hong-gwat Kongcu. Seketika itu lantas sadar dan tahu apa yang telah terjadi, maka lantas berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Kiranya Lim heng tidak terganggu apa2, siauwtee hampir saja mengadu jiwa karena bocah itu!"
Lim Tiang Hong semula menyaksikan sikapnya orang2
itu merasa heran. Tapi setelah melihat keadaan Lim Tiang Hong yang menggeletak di tanah, ia lantas berkata sambil angkat tangan memberi hormat: "Terlebih dulu aku ucapkan banyak2 terima kasih atas perhatian para saudara terhadap diriku seorang she Lim. Tunggu sebentar setelah 127
aku melayani orang kuat dari luar perbatasan ini, nanti beromong-omong lagi".
Saat itu Ham-hay Liong-kun nampak alisnya sudah berjengit, wajahnya merah padam, dengan tindakan lebar ia maju menghampiri "Bocah, kau ini barangkali adalah Toliong Kongcu yang namanya banyak tersiar di kalangan Kongouw?"
"Tidak salah, aku adalah Lim Tiang Hong, tuan siapa"
Mengapa berlaku begitu kejam terhadap dirinya seorang yang sudah terluka parah" Apakah itu perbuatan seorang gagah?"
Lim Tiang liong meski usianya masih muda, tetapi ucapannya nampak berwibawa. Barusan ketika Ham-hay Liongkun mendadak turun tangan terhadap Henghay Kouw-loan, sebetulnya cuma menggunakan kekuatan tenaga kira2 5-6 bagian saja, setelah disambut oleh Lim Tiang Hong yang menggunakan ilmu Sian-thian-cin-ie-sinkang dengan kekuatan kira2 8-9 bagian, lantas mengalami kerugian, hingga dalam hati merasa gusar dan kini dituduh pula sebagai laki2 pengecut, sudah tentu semakin gusar.
"Lohu adalah Ham-hay Liong-kun, sebenarnya segan turun tangan terhadap orang dari tingkatan muda. Cuma karena kau berulang kali bersumbar hendak menyapu bersih semua iblis dunia Kangouw, maka kalau aku tidak memberi kau sedikit hajaran, bagaimana kau akan tahu bahwa di atasnya orang pandai masih ada yang lebih pandai, di atas langit masih ada dunia luar lagi"
"Jika demikian halnya, adakah maksud tuan masuk ke daerah Tionggoan ini hanya semata-mata hendak
menghadapi aku si orang she Lim saja" Tapi apa sebabnya dengan tanpa sebab tuan menyerbu orang2 gunung Bu-san, menyerang gunung Heng-san serta merampas panji 128
persekutuan mereka dan setelah itu kembali menduduki pusat kepala berandal tujuh propinsi di gunung Thay-heng-san" Perkataanmu tadi, mungkin bukan merupakan maksud kalian yang sebenarnya?"
Ham-hay Liong-kun sebetulnya bukan seorang yang pandai bicara. Ia tidak menduga akan mendapat pertanyaan demikian, maka seketika lalu ia lantas kememek.
Lim Tiang Hong kembali ketawa terbahak-bahak dan berkata "Maksud Hong-lui-po datang ke daerah Tionggoan kali ini, maksudnya barangkali bukan melulu karena aku Lim Tiang Hong saja, melainkan ada mengandung maksud dan tujuan lain?"
Dalam gusarnya Ham-hay Liong-kun cuma dapat
menjawab: "Kalau iya bagaimana" Dan kalau tidak bagaimana pula" Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk adu mulut dengan kau. Karena mengingat kau pernah mendapat sedikit nama, maka aku ingin coba2
kepandaianmu, sebetulnya sampai dimana tingginya!"
"Andai kata aku yang menang bagaimana?"
"Itu mudah sekali, aku seorang tua akan meninggalkan daerah Tionggoan dengan segera"
"Hah, siapa mau percaya perkataannya orang2 Hong-lui-po" menyela Yong-jie yang nakal.
Ham-hay Liong-kun gusar, ia ulur tangannya hendak menampar gadis ciiik yang yang mulut itu sambi berteriak.
"Budak, kau berani menghina orang?"
Tapi sebelum berhasil mencapai rnaksudnya senjata Yu-kok Oey-eng mendadak sudah mengancam dl jalan darah
'Beng-buti-hiat' di belakang gegernya,
129 Ham-hay Liong-kun mendadak melesat ke atas,
kemudian berputar di tengah udara dan menyerang Yu-kok Oey-eng.
Yu-kok Oey-eng putar badannya sambil ketawa dingin, kembali dengan senjata gendewanya ia menyerang dengan beruntun sampai tiga kali, yang di arah adalah jalan darah
'Hoa-kay', Hian-kie' dan 'Thian-tok'. Serangannya itu ada begitu cepat dan aneh, agaknya tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk balas menyerang.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong sudah memburu, ketika melihat Yu-kok Oey-eng sudah turun tangan dengan Ham-hay Liongkun, alisnya nampak dikerutkan, karena ia tahu benar kekuatan Ham-hay Liong-kun yang jarang terdapat di dunia rimba persilatan, kalau ia sendiri belum mempelajari ilmu Sian-thian-cin-it-sin-kang dan makan obat mujijat yang terbuat diri nyalinya naga, masih belum tahu dapat merubuhkan orang tua itu atau tidak!
Walaupun Yu-kok Oey-eng berkepandaian, tinggi, namun masih bukan tandingannya orang tua itu, tapi sebaliknya ia juga tidak dapat menghalangi atau maju mengeroyok maka ia cuma bisa berdiri di samping dengan perasaan cemas.
Ham-hay Liong-kun yang tidak menduga akan diserang, maka Yu-kok Oey-eng berhasil mencecar padanya sehingga mundur berulang-ulang.
Sebagai seorang jumawa, sudah tentu ia meraba
penasaran. Maka segera kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya dan balas menyerang dengan kedua tangannya.
Hembusan angin yang sangat dingin segera meluncur keluar dari bawah telapakan tangannya. Dengan berputaran menggulung ke arah Yu-kok Oey-eng.
130

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Yu-kok Oey-eng terperanjat, segera putar senjatanya untuk menahan hembusan angin yang dingin itu dan ia sendiri lompat ke samping.
Tapi, kepandaian Ham-hay Liong-kun bukan cuma itu saja. Ketika mengetahui serangannya tertahan, segera tarik kembali tangannya dan melakukan serangan kedua yang lebih hebat.
0o-dw=kz-o0 Jilid ke 3 Yu-kok Oey-eng merasa sudah tidak dapat mengelakkan serangan tersebut, terpaksa ia hendak menyambuti serangan itu dengan kekerasan.
Lim Tiang Hong lantas berseru: "Jangan disambuti!"
Tapi karena ia berdiri agak jauh, sudah tidak keburu memberi pertolongan.
Mendadak dari samping menghembus angin lembut, yang segera menggabung dengan kekuatan Yu-kok Oey-eng untuk menyambuti serangan Ham-hay Liong-kun.
Setelah terdengar suara ledakan bebat, Ham-hay Liongkun dengan wajah bingung mundur dua tindak.
Sedangkan Yu-kok Oey-eng juga mundur sampai lima kaki, tapi orang yang melancarkan hembusan angin lembut dari samping tadi, karena tekanan agak ringan, hingga tidak bergerak sama sekali.
Saat itu semua orang baru tahu bahwa orang yang membantu Yu-kok Oey-eng menyambuti serangan Ham-hay Liong- kun tadi adalah Henghay Kouw-loan.
131 Kiranya Henghay Kouw-loan tadi yang hendak
membawa kabur Lim Tiang Hong palsu yang terluka, hampir saja mati di bawah tangan Ham-hay Liong-kun dan ketika melihat Lim Tiang Hong yang tulen memburu dan menolong dirinya, hatinya merasa sangat pilu, hingga seketika berdiri di tempatnya tidak mengeluarkan suara.
Setelah melihat Yu-kok Oey-eng dengan tanpa
mengukur kekuatan sendiri hendak menyambuti serangan Ham-hay Liong-kun, hatinya merasa cemas, maka segera menggunakan Bu-siang-sin-kang yang baru mempunyai kekuatan setengahnya saja, bersama-sama Yu kok Oey-eng menyambuti serangan Ham-hay Liong kun. Dengan
demikian hingga Yu-kok Oey-eng terhindar dari bencana.
Yu-kok Oey-eng setelah tenangkan kembali pikirannya, sambil mengawasi Henghay Kouw-loan ia berkata dengan suara pelahan. "Terima kasih enci Kouw-loan!"
Henghay Kouw-loan cuma menyambuti dengan ketawa getir tidak menjawab.
Saat itu, Lim Tiang Hong sudah lompat ke hadapan Ham-hay Liong-kun dan berkata padanya: "Kedatangan tuan toh hendak mencari aku si orang she Lim, maka persoalan ini sebaiknya kita bereskan secara laki2!"
Ham-hay Liong-kun barusan sudah mengadu kekuatan dengan dua wanita, meski di luarnya nampak ia yang berada di atas angin sedikit, tapi dalamnya sesungguhnya merasa tidak enak, sebab ilmu Sian-thian-cin-sinkang semuanya merupakan ilmu kekuatan tenaga dalam yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan, meski belum cukup latihan, tapi kekuatannya sudah cukup hebat.
Setelah beberapa kali mengalami kerugian, sifatnya yang ganas, adatnya yang sombong nampak mulai menggila.
132 Maka ketika mendengar tangtangan Lim Tiang Hong, ia lantas berkata sambil ketawa dingin. "Baik, baik! setelah membereskan kau, nanti aku bikin perhitungan lagi dengan budak perempuan itu. Nah, bocah, sekarang keluarkanlah senjatamu!"
"Untuk menghadapi orang2 kelas dua atau tiga dari Hong-lui-po, buat apa menggunakan pedang segala" Aku si orang she Lim, adalah salah satu ketua satu partai persilatan, lagipula dalam hal ini aku adalah merupakan tuan rumah, sudah selayaknya kalau kau yang membuka serangan lebih dulu". kata Lim Tiang Hong sambil ketawa panjang.
Ucapanya itu sebetulnya bukan sombong, melainkan sebenarnya. Sebab Ham-hay Liong-kun meski mempunyai kedudukan tinggi di kalangan Hong-lui-po, tapi ia bukan pocu atau ketuanya, tapi Lim Tiang Hong sekarang sudah menjadi ketua partai Hong-hong-tie yang sah.
Ham-hay Lion-kun ada seorang jumawa dan selamanya tidak pandang mata orang lain, lagipula ia sudah banggakan sebagai orang tingkatan tua. Ia anggap Lim Tiang Hong sengaja omong besar, maka dalam hatinya semakin gusar.
Sambil keluarkan geraman hebat ia keluarkan serangannya yang amat dahsyat.
Dengan tenang Lim Tiang Hong geser kakinya dan putar badanya untuk menghindarkan serangan tersebut sembari berkata. "Sebagai tuan rumah, aku harus mengalah memberi kesempatan padamu untuk membuka serangan sampai tiga kali"
Ham-hay Liong-kun semakin gusar, katanya dengan suara keras: "Siapa suruh kau mengalah?"
133 Kedua tangannya lantas bergerak. Dalam waktu
sekejapan sudah melancarkan serangan hebat entah beberapa puluh kali banyaknya. Hingga tempat di sekitar itu terdengar mendesirnya angin yang meniup kencang, diri Lim Tiang Hong seolah-olah berada dalam gulungan angin taufan.
Lim Tiang Hong menghadapi musuh tangguh, tidak berani berlaku gegabah. Ia kerahkan seluruh kekuatan ilmunya Sian-thian-cin-it-sin-kang untuk melindungi seluruh tubuhnya, kemudian pe-lahan2 keluarkan serangannya untuk menyambuti serangan musuhnya.
Gerakan dua orang itu mulai pelahan berubah cepat, dalam waktu sebentaran saja sudah seperti berputarnya roda, hingga sukar dibedakan mana orangnya mana bayangannya.
Makin lama pertempuran makin hebat, saat itu cuma kedengaran suara angin menderu-deru, tempat, sekitar 3-4
tombak tidak apa yang berani berdiri karena sambaran angin yang amat dahsyat sedang suara beradunya kekutan terdengar nyaring dan menggetarkan telinga.
Tiga puluh jurus, lima puluh jurus, seratus jurus....
dengan cepat telah dilalui. Semua orang yang menyaksikan hatinya sangat cemas dan tegang!
Sebagai orang yang terdekat, sudah tentu Yu-kok Oey-eng yang paling besar memperhatikan diri Lim Tiang-Hong, dengan senjata di tangan, pe-lahan2 mendekati medan pertempuran.
Hong-gwat Kongcu dengan tangan tidak terlepas dari gagang pedangnya, matanya memandang jalannya
pertempuran tanpa berkedip.
134 Lam-tao dan Pak-kek kedua Suncu, juga dengan
perasaan tegang pe-lahan2 mendekati medan pertempuran.
Hanya Wie-ngo Sam-hoa itu tiga wanita genit yang nampaknya tidak ambil perhatian sama sekali, mata mereka ditujukan ke wajah Hong-gwat Kongcu yang tampan....
Henghay Kouw-loan harus membagi perhatiannya.
Badannya menjaga di sisi Lim Tiang Hong palsu yang rebah di tanah, sedangkan matanya terus tidak beralih dari badan Lim Tiang Hong tulen yang sedang bertempur sengit.
Karena barusan ia sudah mengadu kekuatan dengan Ham-hay Liong-kun, maka ia tahu benar bahwa orang tua itu kekuatan tenaga dalamnya sangat hebat.
Pertempuran hebat yang jarang terjadi itu, membuat Ham-hay Liong kun yang makin lama bertempur makin terheran-heran. Saat itu ia baru tahu bahwa nama To-liong Kongcu yang sangat kesohor itu, benar2 bukan didapatkan secara kebetulan saja. Ia sendiri yang harus menjaga nama baiknya, sangat menyesal sudah berlaku gegabah mencari gara2 dengan pemuda itu.
Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, ia makin lama makin bersemangat, makin lancar setiap serangannya. Ia cuma merasa bahwa kekuatan tenaga dalam mengalir terus menerus tanpa putus2nya, se-olah2 belum merasa lega kalau belum dikeluarkan. Walaupun demikian, hatinya masih merasa cemas, sebab terhadap utusannya saja ia masih belum mampu menjatuhkan, bagaimana ada muka hendak membicarakan soal pembasmian kepada Hong-lui-po"
Karena memikir demikian maka semangatnya lantas berkobar. Sambil keluarkan pekikan nyaring, mendadak ia lompat maju. Kedua tangannya diputar, dalam waktu sekejapan sudah melancarkan serangan sampai 17 kali.
135 Keadaan Ham-hay Liong-kun saat itu sangat
menyedihkan. Wajahnya beringas, rambut di atas kepalanya yang sudah putih seluruhnya nampak berdiri, sedang mulutnya tidak hentinya mengeluarkan suara geraman dan kedua tangannya menyambuti setiap serangan yang dilancarkan oleh Lim Tiang Hong.
Suara benturan terdengar ber-kali2, keduanya setelah saling bergumul nampak terpisah lagi.
Lim Tiang Hong yang sudah ingin mempercepat
jalannya pertempuran, lantas membentak dengan suara keras: "Sambutilah seranganku!"
Lalu dari jarak yang agak jauh melancarkan satu serangan....
Semua orang yang menyaksikan serangan itu
nampaknya ter-heran2, sebab seperti tidak bertenaga bahkan seperti main2.
Tapi tidak demikian dengan Ham-hay Liong-kun,
wajahnya nampak sungguh2, sepasang matanya terbuka lebar. Mendadak ia keluarkan geraman hebat dan kedua tangannya mendorong keluar.
Kembali suara ledakan hebat terdengar menggeleger, Lim Tiang Hong nampak ter-goyang2 kedua pundaknya, tapi masih berdiri tegak di tempatnya.
Tapi di pihaknya Ham-hay Liong-kun, wajahnya
mendadak berubah menjadi sangat menyeramkan, itu adalah gabungan dari perasaan sedih, kecewa dan putus harapan.... yang terwujud di wajahnya.
Memang, betapa ia tidak sedih dan kecewa" Sebab nama baiknya yang dipupuk selama beberapa puluh tahun, kini telah runtuh dalam waktu sekejapan saja! Semua cita2 dan 136
ambisinya telah ludes, lenyap musna seperti asap tertiup angin....
Sejenak nampak ia berdiri kesima, mendadak menjadi loyo seperti ayam kejalu dan kemudian dongakan kepala sambil menghela napas panjang.
Hong-gwat Kongcu lantas berkata sambil ketawa
terbahak-bahak: "Gelombang air sungai selamanya terdorong maju oleh arus dari belakang. Orang dari tingkatan muda sudah waktunya untuk menggantikan
kedudukan yang tua, hanya mengandalkan usia tua saja apa gunanya?"
Yu-kok Oey-eng juga berkata sambil menuding dengan gendewanya: "Pulanglah ke tempatmu sendiri! Di daerah Tionggoan tidak ada tempat bagi kalian untuk mencari kedudukan".
Ham-hay Liong-kun mendadak ketawa bergelak-gelak.
Suara ketawa itu berlangsung lama, suaranya aneh dan tajam, orang2 yang kepandaiannya masih rendah
telinganya merasa pengeng.
Hakekatnya, itu bukanlah suara ketawa, melainkan suara tangisan!
Sehabis ketawa, mendadak ia mengeluarkan perintah dengan suara keras: "Pulang!"
Dengan mendahului orang2nya, ia sudah menghilang di tempat gelap.
Lim Tiang Hong mengawasi berlalunya lawan sangat berat itu, rupa2 perasaan timbul dalam otaknya. Ia merasa sayang atas kepandaian dan nama baiknya Ham-hay Liongkun yang hanya dalam waktu sekejapan saja telah ludes di bawah tangannya.
137 Saat itu, hari sudah mulai terang, sinar emas sudah muncul dari ufuk timur, menyinari wajah2 para anak muda yang pada unjukkan muka berseri-seri.
Yu-kok Oey-eng menghampiri Lim Tiang Hong dengan nada mengandung sesalan berkata: "Selama dua hari ini kemana saja kau pergi" Benar2 membikin cemas perasaan orang!"
"Panjang kalau mau diceritakan! biarlah aku tengok dulu lukanya saudara Im, nanti kuceritakan lagi!"
Ia lalu berjalan menuju mendekati Henghay Kouw-loan.
Henghay Kow loan memandang padanya sejenak, lantas berkata: "Dia sudah tidak ada halangan apa2, tidak usah kau capekkan hati". Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Yu-kok Oey-eng: "Sekarang kau tentunya mengerti, dia adalah suamiku Im Tay Seng, tidak salah bukan?"
Cepat ia segera memondong diri Im Tay Seng dan lantas lompat melesat tanpa pamit lagi. Lim Tiang Hong lantas me-manggil2: "Enci Kouw-loan! enci Kouw-loan..."
Tapi tidak ada jawaban dari Henghay Kouw-loan, hingga Lim Tiang Hong merasa heran dan menanya kepada mereka: "Apakah sebab yang sebenarnya bisa terjadi demikian?"
Karena yang lainnya juga tidak tahu apa sebabnya, maka tiada seorang yang memberi jawaban.
Hong-gwat Kongcu melirik Yu kok Oey-eng sejenak, ia agaknya hendak mengatakan sesuatu tapi diurungkan, akhirnya tidak berkata sama sekali.
Pada saat itu, Pek-hong Cu Giok Im, Sin-lie Hongcu dan lain2nya sudah maju berkumpul, Lim Tiang Hong
mengawasi orang2 itu sejenak lalu berkata: "Diwaktu 138
kesulitan, kita baru tahu harganya persahabatan, tapi entah bagaimana saudara2 mengetahui berita tertangkapnya siauwtee".
Sin-lie Hongcu berkata: "Hal ini sangat panjang kalau mau dibicarakan. Aku sebetulnya berdiam di gunung Ngo-thay-san ber-sama2 Cit-seng Hongcu toako, kemudian mendengar kabar bahwa orang2 Hong-lui-po hendak menyerang Ngo-thay-pay untuk merampas kitab ilmu silat Hiau-hian Pit-kip. Khe-tek Taysu anggap, dari pada berdiam diri mudah digebuk, lebih baik memberi pukulan kepada mereka lebih dulu. Kebetulan sekali, Siauw-lim-pay dan enam partai dari golongan Hian-bun juga mengirim utusan untuk mengadakan pertemuan, merundingkan soal mengadakan serangan serentak terhadap pusat kepala berandal tujuh propinsi yang sudah diduduki oleh orang2
Hong-lui-po. Oleh karena itu, maka kita lantas bersama-sama berangkat menuju kemari. Berita mengenai dirimu yang katanya telah tertawan oleh orang2 Hong lui-po, kita dapat dengar di tengah jalan".
"Belum lama barselang, dua kali aku pernah dengir orang kata, ada orang yang menggunakan namaku untuk bermusuhan dengan orang2 Hong lui-po, sebab yang dilakukan itu semua ada bermaksud baik, maka aku tidak perlu menyelidiki. Kemudian aku mendengar kabar pula, bahwa orang2 Hong-iui-po sudah berhasil menangkap diriku, dalam hatiku merasa geli dan panas. Aku duga yang mereka tangkap itu pasti adalah orang yang menggunakan namaku, aku tidak sangka kalau dia!" berkata Lim Tiang Hong.
"Bukankah orang itu ada anak laki2nya Pek-tok Hui-mo" Bagaimana sucimu menikah dengannya" tanya si burung Hong putih Cu Giok Im.
139 Sebab ia sejak memegang pimpinan partai Tiang-lim-pay, hampir seluruh perhatiannya ditumplekan kepada urusan dalam partainya, maka peristiwa yang mengenakan diri Henghay Kouw-loan, sama sekali ia tidak tahu.
"Panjang ceritanya, untung dia sekarang sudah berubah menjadi orang baik". jawabnya Lim Tiang Hong.
"Jikalau dia tidak lekas berubah, barangkali siang2
sudah binasa di bawah pedangku," berkata Hong-gwat Kongcu.
Melihat si Kongcu dari Tho-hoa-to itu, Lim Tiang Hong mendadak ingat persoalannya dengan Im-san Mo-lie, maka lantas berpaling dan berkata padanya: 'Kabarnya ayahmu sudah terjun ke dunia kang-ouw. Entah saudara Hong-gwat sudah ketemu padanya?"
Mendengar pertanyaan itu, Hong-gwat Kongcu
menjawab sambil ketawa hambar. "Barusan ketika di dalam sarang kepala berandal tujuh propinsi, aku sudah melihat, sebab buru2 hendak menolong saudara, maka tidak keburu mengadakan pembicaraan?"
Pada saat itu dari jauh mendadak terdengar suara orang berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Kiranya orang yang ditangkap oleh Hong-lui-po adalah barang tiruan, aku si tua bangka hampir tertipu olehnya"
Dan hampir berbareng dengan itu, Tho-hoa To-cu sudah melayang turun serta berdiri di hadapan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong buru2 memberi hormat dan berkata:
"Terima kasih atas perhatian lopek!"
Tho-hoa Tocu menepuk pundaknya dan berkata sambi!
ketawa bergelak-gelak: "Tidak usah banyak aturan. Kita semua sahabat lama. Tentang kepandaianmu itu, aku 140
benar2 sangat kagum. Jikalau bukan kau saudara kecil yang sudah berhasil merubuhkan si tua bangka itu, mereka benar2 akan anggap bahwa di daerah Tionggoan sudah tidak ada orangnya"
Orang tua ini walaupun belum pernah mengadu
kekuatan secara langsung dengan Ham-hay Liong-kun, tapi barusan ketika di ruangan pusat kepala berandal tujuh propinsi, sudah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana ia seorang diri tadi menghadapi tiga paderi dari gereja Siauw-lim-sie. Ia sudah merasa bahwa kekuatannya sendiri belum sanggup menghadapi padanya. Tapi kini Lim Tiang Hong telah berhasil mengalahkan dengan seorang diri, sudah tentu kekuatan dan kepandaiannya masih di atas Ham-hay Liong-kun.
Lim Tiang Hong lantas menjawab dengan merendah:
"Untuk selanjutnya, masih mengharapkan banyak petunjuk dari lopek!"
Tho-hoa Tocu mendadak berkata dengan sungguh2:
"Antara Hong-hong-tie dengan To-hoa-to sebenarnya mempunyai hubungan baik sekali. Di kemudian hari kita bekerja bersama sama untuk menegakkan keadilan dalam dunia kang-ouw".
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada anaknya.
"Selama ini kau kemana saja" Mari lekas ikut aku pulang!"
Hong-gwat Kongcu tundukan kepalanya tidak
menjawab. Tho-hoa Tocu tidak berkata apa2 lagi, lalu menepuk pundak Lim Tiang Hong dan berkata padanya "Nanti kalau kau hendak gempur Hong-lui-po, boleh kirim orang untuk memberi kabar. Aku pasti segera membantu. Sekarang ini 141
aku masih ada sedikit urusan yang perlu kubereskan, maka aku hendak berangkat dulu".
Setelah itu ia lalu berlalu bersama Hong-gwat Kongcu.
Sebelum pergi, Hong-gwat Kongcu berpaling mengawasi Lim Tiang Hong sambil angkat pundak tapi tidak berani buka mulut.
Urusan telah selesai, orang2 sudah mulai bubaran. Lim Tiang Hong mendadak ingat rombongan Tian-lie Tui-hong, mengapa tidak muncul" Maka ia lantas berkata dengan perasaan heran: "Eh. Tui-hong Congkoan dan lain2nya kemana perginya" Kenapa sampai sekarang belum
muncul?" "Siapa tahu" Kalau mereka ada di sini, tadi malam kawanan penjahat itu pasti tidak akan jual lagak begitu tengik," jawabnya Yu-kok Oey-eng mendongkol, sebab kalau mengingat kejadian semalam, ia masih merasa ngeri.
Lim Tiang Hong setelah berpikir sejenak lalu berkata:
"Mereka pasti terhalang oleh urusan lain. Jikalau tidak mereka tentu sudah datang, mari sekarang kita pergi ke kota untuk mencari tempat mengaso dulu.
Saat itu, Pek-hong mendadak maju dan berkata:
"Saudara Lim sudah tidak apa2, siauwmoay sudah seharusnya pulang ke Cin-nia"
Lim Tiang Hong menyoja memberi hormat untuk
menyatakan terima kasih sambil berkata: "Karena urusan siauwtee, telah membuat nona melakukan perjalanan begitu jauh, hatiku sebetulnya merasa tidak enak".
Pek-hong berkata sambil ketawa: "Satu sama lain ada sahabat2 dunia kang-ouw, sudah seharusnya saling membantu, buat apa dibeda-bedakan. Siauwmoay ada 142
sedikit permintaan, sudilah saudara terima baik"
Dikemudian hari jika bertemu dengan susiok Cin-nia Ciehong, harap saudara suka pandang mukaku, tolonglah berikan sedikit kelonggaran".
Mendengar permintaan itu, Lim Tiang Hong melongo tapi, kemudian ia lantas mengerti, maka segera menyahut sambil ketawa: "Susiokmu adalah seorang berhati lapang, tidak nanti bepikiran demikian sempit. Kalau benar ia sudah tidak dapat melupakan apa yang telah terjadi, biarlah siauwtee yang mengalah, supaya ia jangan sampai kehilangan muka".
Pek-hong tidak berkata apa2 lagi. Ia berpaling kepada Yu-kok Oey-eng dan Sin-lie Hongcu, kemudian
menganggukan kepala kepada mereka, lantas berlalu.
Yu-kok Oey-eng agaknya mendapat kesan baik terhadap dirinya nona itu, kemudian ia berkata sambil mengawasi berlalunya Pek-hong: "Ia benar2 adalah seorang polos, jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan encimu!"
Mendengar komentar itu, Lim Tiang Hong cuma bisa menghela napas, tidak menjawab.
Sin-lie Hongcu nampak semakin diam. Bayangan Lim Tiang Hong sudah melihat dalam hatinya, tapi kalau ia ingat bahwa pemuda itu sudah ditunangkan dengan Yu-kok Oey-eng, apalagi kalau dipikir bahwa baik paras maupun kepandaiannya tunangan itu masih jauh di atas dirinya sendiri, maka ia cuma dapat memikirkan nasibnya sendiri dengan hati pilu.
Saat itu tiba2 terdengar suara Yong-jie yang berseru kaget: "Celaka! nona Kouw-loan berjumpa dengan musuh lagi!"
143 Lim Tiang Hong yang juga dengar suara bentakan Henghay Kouw-loan, lantas berkata dengan suara gusar:
"Pastilah itu kawanan manusia dari Hong-lui po yang masih panasaran!"
Serta merta ia lompat melesat ke arah dimana datangnya suara tadi, dan dalam waktu sekediap saja sudah berada sejauh kira2 50-60 tombak.
Yu-kok Oey-Eng, Sin-lie Hongcu dan Yong-jie juga lantas bergerak mengikuti jejak Lim Tiang Hong.
-dkz- Bab 49 DARI jauh Lim Tiang Hong sudah dapat lihat Henghay Kow-loaa sedang bicara dengan tiga paderi tua.
Lim Tiang-Hong segera dapat kenali bahwa tiga paderi tua itu adalah tiga sesepuh Tat-mo-ie gereja Siauw-lim-sie, yang juga merupakan kenalan lamannya.
Saat itu ia dengar suara Henghay Kouw-loan yang amat nyaring, "Aku beritahukan padamu, jangan harap kalian dapat ambil lagi kitab Tat-mo-keng dari tanganku".
Salah satu dari tiga paderi itu, Hian-thong Tianglo lalu menjawab: "Harap Lihiap jangan berkukuh, agar tidak mengganggu persahabatan kita".
"Apapun yang kau katakan, nonamu sudah tetap tidak akan kembalikan".
"Kalau demikian, apa nona hendak paksa kita
menempuh jalan yang terakhir?"
"Terserah kepada kalian!"
144 Wajah Hian-thong berubah seketika, ia ketawa terbahak-bahak: "Bukannya lo-ceng tidak berani menggunakan kekerasan, melainkan karena masih mengingat dan memandang muka Heng-thian It-ouw dan Lim Siecu, maka kita mengalah sedikit terhadap kau. Jangan kau kira kita takut berurusan".
Setelah itu, ia lalu lompat maju serta berkata pula:
"Sekali lagi lo-ceng memberi peringatan terakhir padamu.
Kalau kau tetap membandel, jangan sesalkan kalau lo-ceng berlaku keterlaluan!"
Henghay Kouw-loan gusar, ia putar pedangnya dan menyerang paderi tua itu secara mendadak.
Hian-thong kebutkan lengan jubahnya yang
gerombongan antuk menyampok pedang, kembali maju satu tindak dan balas menyerang dengan tangan kosong.
Tepat pada saat itu, Lim Tiang Hong telah tiba, ia lantas berseru: "Harap jangan turun tangan dulu, dengarlah ucapanku si orang she Lim"
Hian-thong yang sudah mahir ilmu silatnya dengan cepat sudah menarik kembali serangannya dan mundur tiga kaki, kemudian memberi hormat kepada Lim Tiang Hong seraya berkata: "Siauw Siecu ingin memberi nasehat apa?"
Lim Tiang Hong membalas hormat sembari berkata:
"Mengenai urusan ini, aku si orang she Lim sudah tahu semuanya. Sekarang saudara Im sedang terluka parah, pikiran enci Kouw-loan juga sedang kusut, hingga bukan waktunya untuk menyelesaikan soal ini. Menurut pikiranku yang sempit, sebaiknya Siansu pulang dulu. Dalam waktu singkat nanti aku si orang she Lim akan datang sendiri ke gunung Siong-san, menjumpai ketua partai Siauwu-lim-pay, 145
untuk membereskan persoalan ini, entah bagaimana pikiran siansu?"
Tiga sesepuh gereja Siauw-lim-sie itu sudah tahu benar watak Lim Tiang Hong yang tegas dan jujur. Ketika melihat ia campur tangan, bertiga lalu berunding sejenak, kemudian berkata kepada pemuda itu: "Kalau benar Lim Siauwhiap ingin membantu membereskan persoalan ini, sudah tentu Lo-ceng sekalian merasa lega hati. Sekarang begini saja, loceng sekalian hari ini segera balik ke Siauw-lim-sie, di sana akan menantikan kedatangan Siauw-hiap"
Setelah itu, mereka lantas berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Lim Tiang Hong menghampiri Henghay Kouw-loan dan berkata padanya: "Kau dapatkan kitab itu sudah cukup lama, kiranya sudah dapat memahami isinya, lebih baik kau pulangkan saja kepada yang punya!"
"Hmm! kau memang pintar mencari muka....".
jawabnya Henghay Kouw-loan dingin.
Im Tay Seng yang terluka parah, karena sudah dapat pertolongan Hong-gwat Kong-cu dan makan obat mujarab buatan Hong-hong-tie, kini mulai sudah bisa bicara, dengan suara serak ia berkata: "Barang itu lekas kau kembalikan kepada yang punya! mengapa kau mempersulit kepada saudara Lim" Kitab itu memang bukan kepunyaan kita, bukan?"
"Kau juga bantu bicara kawanan kepala gundul itu, aku justru tidak mau kembalikan kitab ini kepada mereka, lebih baik kurobek saja" jawabnya Henghay Kouw-loan gusar, dan kemudian dengan tiba2 mengeluarkan kitab itu dari dalam sakunya, yang segera hendak dirobeknya.
146 Lim Tiang Hong cemas dengan cepat tangannya
bergerak menyambar pergelangan tangan Heug-hay Kouw-loan, merebut kitab itu dari tangannya, sedang mulutnya berseru: "Enci jangan berbuat demikian!"
Henghay Kouw-loan merasa gemas dan cemas. dengan secara kalap ia menggunakan tangan satunya untuk menyerang dada Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang tidak menduga sang enci itu berlaku demikian, serangan itu mengenakan dadanya dengan telak. Karena kekuatan tenaga dalam Henghay Kouw-loan sejak ia mempelajari ilmu silat dalam kitab Tat-mo-keng itu jauh lebih hebat daripada dulu, membuat Lim Tiang Hong darahnya bergolak dan hampir saja buyar kekuatan tenaga dalamnya.
Ia mundur sempoyongan, wajahnya berubah.
Pada saat itu, Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie sudah tiba di tempat tersebut.
Yu-kok Oey-eng yang memang ada sedikit ganjalan hati terhadap Henghay Kouw-loan, maka ketika melihat ia turun tangan kejam terhadap Lim Tiang Hong, seketika lantas naik pitam. Sambil berseru: "Budak hina! kau berani!"
Kedua tangannya lantas bergerak dengan cepat
melancarkan serangan terhadap Henghay Kouw-loan.
Henghay Kouw-loan barusan dalam sengitnya sudah menyerang Lim Tiang Hong, ketika melihat keadaan pemuda itu, dalam hati juga merasa menyesal. Sebetulnya ia ingin maju menghampiri untuk menanyakan
keadaannya, tidak nyana Yu kok Oey-eng sudah menyerang padanya secara kalap, terpaksa ia menyambuti serangan 147
tersebut, sedangkan balas memaki: "Budak hina tidak tahu diri, apa kau kira aku takut padamu?"
Lim Tiang Hong yang mempunyai kekuatan dan
kepandaian melebihi manusia biasa, meski tadi kena diserang dengan telak, tapi setelah berdiam sejenak mengatur pernapasannya, kekuatannya sudah pulih kembali. Ketika ia membuka mata, ia baru lihat bahwa kedua jago betina itu sedang bertempur dengan sengitnya.
Sambil kerutkan keningnya Lim Tiang Hong berseru:
"Tahan!" Dengan cepat ia lompat ke dalam kalangan dan
memisahkan mereka seraya berkata: "Semua adalah saudara sendiri, perlu apa harus bertempur?"
"Dia hendak agulkan ilmu kepandaian warisan Hong-hong-tie, untuk diunjukkan kepadaku, dikiranya aku merasa jeri". jawabnya Henghay Kouw-loan dingin.
"Hmm, apa kau masih penasaran?" berkata Yu-kok Oey-eng yang tidak kalah sengitnya.
"Buat orang lain barangkali masih mau mengalah terhadap kau. tapi muridnya Hong-thian It-ouw, sedikitpun tidak pandang mata orang semacam kau ini".
"Jangan banyak tingkah. Pada satu hari, nonamu nanti akan kau tahu sampai di mana lihaynya kedua tanganku".
"Buat apa menunggu sampai lain hari, sekarang saja kita selesaikan dengan kekuatan!"
Henghay Kouw-loan nampaknya semakin sengit,
mendadak ia gerakan tangannya dan mulai menyerang lagi.
Serangannya itu menggunakan ilmu pelajaran dari Tat-mo-keng peninggalan Siauw-lim-sie, yang sudah lama 148
menghilang dari dunia kang-ouw. Itu dinamakan Bu-siang Sin-kang yang tidak tertampak wujudnya, tapi merupakan ilmu silat tertinggi dalam kalangan Buddha.
Serangan tersebut cuma mengeluarkan hembusan angin lunak dan pelahan sekali, namun luar biasa hebatnya....
Lim Tiang Hong yang mempunyai banyak pengetahuan tentang berbagai cabang ilmu silat, ia lantas merasa kaget.
Tiba2 di belakang dirinya terdengar suara orang menjerit: "Ini apa perlunya...."
Yang kemudian disusul oleh suara gedebukan.
Ia berpaling dan segera dapat lihat Im Tay Seng dengan wajah pucat pasi, rebah terlentang di tanah.
Dengan tanpa perdulikan dua wanita yang sedang hendak bertempur lagi, Lim Tiang Hong sudah lompat memburu sambil berseru: "Saudara Im, saudara Im....!"
Tangannya dengan cepat menepuk beberapa bagian jalan darah di badannya Im Tay Seng, kemudian
menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya sendiri untuk menambah tenaga sahabatnya itu.
Henghay Kouw-loan juga segera hentikan serangannya dan lari memburu.
Sejenak kemudian, tubuh Im Tay Seng merasakan ada hawa panas yang keluar dari telapak tangan Lim Tiang Hong. Setelah hawa itu menyusuri seluruh tubuhnya, badannya merasa segar, maka ia lantas berkata kepada anak muda itu: "Terima kasih atas pertolongan saudara, sekarang siauwtee sudah tak ada halangan apa2".
Mendengar ia sudah pulih kembali seperti biasa, Lim Tiang Hong segera tahu bahwa pemuda itu memang sudah 149
tidak ada halangan lagi. Ia baru tarik kembali tangannya, kemudian mengeluarkan obat jamurnya Ciok-Liong-Ci-ce yang sangat mujarab, diberikan kepada Im Tay Seng.
"Saudara Im baru sembuh dari lukamu, harap makan obat ini, lalu atur pernapasanmu sejenak, nanti akan pulih kembali semua kekuatanmu seperti sedia kala".
Im Tay Seng mengawasi padanya dengan sorot mata terima kasih, ia lakukan seperti apa yang dikatakan oleh Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong berpaling ke arah Yu-kok Oey-eng. Ia lihat tunangannya itu masih berdiri di sana dengan paras dingin.
"Dalam segala hal harus bisa kendalikan diri. Jangan terlalu menuruti adat sendiri. Segala perkara kecil saja sudah perlu adu tenaga, apakah itu pantas bagi kaum wanita?" demikian katanya yang agak mengandung sesalan.
"Semua orang toh tidak seperti kau yang mempunyai tulang rendah, menyerah saja dipukul orang. Tapi aku tidak mempunyai kesabaran yang serupa itu. Bagaimana aku bisa mendiamkan suami sendiri dipersen bogem mentah oleh segala wanita begituan?" jawabnya Yu-kok Oey-eng dingin.
"Kau ngaco!" "Kau berani memaki aku....?" jeritnya
Yu-kok Oey-eng yang lantas kabur sambil menekap mukanya.
"Enci Oey-eng.... enci Oey-eng.... balik dulu....". Lim Tiang Hong memanggil ber-ulang2.
Tapi Yu-kok Oey-eng tidak perdulikan, ia terus kabur dengan caranya sendiri.
150 Lim Tiang Hong tertegun, namun ia tidak mengejar.
Mendadak ia lihat Yong-jie mengawasi padanya dengan mata terbuka lebar. Ia segera ulapkan tangannya dan berkata padanya: "Yong-jie, lekas kau ikuti ia pulang!"
Yong-jie terima baik perintah Kokcu-nya. Dengan sekali enjot kakinya sebentaran sudah melesat tinggi, hanya tertampak berkelebatnya bayangan merah, bagaikan peluru saja. Dan dalam waktu sekejapan saja sudah menghilang dari depan mata.
Hati Lim Tiang Hong pada saat itu entah bagaimana rasanya, sebab waktu tunangannya ternyata terlalu ketus dan tinggi hati.
Semua itu disebabkan perlakuan Kie-lin Kokcu terhadap dirinya, karena mengingat nasib sahabat karibnya yang sudah meninggal dunia, serta kasian nasib anak perempuan itu yang sudah menjadi piatu, hingga selalu dituruti semua kehendaknya. Tegasnya, sejak masih kanak2, Yu-kok Oey-eng sudah terlalu dimanja oleh Kie-lin Kokcu yang menggantikan ayahnya merawat dirinya hingga dewasa, sehingga membuat dirinya menjadi seorang gadis yang suka membawa adatnya sendiri.
Selain dari pada itu, karena ia sudah ditunangkan dengan Lim Tiang Hong. maka dengan sikapnya sebagai seorang isteri ia hendak perlakukan bakal suaminya itu, dalam segala urusan ia coba hendak campur tangan.
Dengan adatnya seperti Lim Tiang Hong itu sudah tentu tidak sanggup menerimanya.
Henghay Kouw-loan yang pada saat itu juga mengetahui Yo-kok Oey-eng mendadak tinggalkan Lim Tiang Hong, dalam hatinya merasa tidak enak, tapi ia tidak berkata apa2.
Hakekatnya, ia juga tidak dapat mengatakan apa2. Ia hanya 151
mengawasi berlalunya Yu-kok Oey-eng sambil menghela napas panjang.
Sedang Im Tay Seng, pada saat itu sudah nampak pulih kembali kewarasannya, ia lantas ajak Keng-hay Kouw-loan berlalu.
Sebelum meninggalkan tempat itu, ia menghampiri Lim Tiang Hong, sambil menyoja dalam2 ia berkata: "Selama hari belakangan ini, siauwiee sebagai orang yang dulu sudah pernah berdosa, maka kini timbul hasrat untuk berbuat sedikit kebaikan bagi saudara2 kita di dunia Kangouw. Sayang karena kepandaian siauwtee yang belum cukup tinggi, keinginan itu belum tercapai, sebaiknya mendapat kemaluan besar, bahkan membikin noda nama baik saudara Lim. Maka siauwtee merasa sangat malu.
Sejak hari ini dan selanjutnya, siauwtee sudah ambil putusan hendak mengasingkan diri, tidak akan mencampuri urusan dunia kang-ouw lagi!"
Setelah itu, kembali ia memberi hormat, lalu bersama Henghay Kouw-loan meninggalkan Lim Tiang Hong.
Mendengar perkataan tadi, Lim Tiang Hong baru tahu bahwa semua perbuatan yang dilakukan dengan
menggunakan namanya sendiri itu ternyata adalah perbuatannya Im Tay Seng. Ia merasa lega hati, karena apa yang diharapkan olehnya ternyata tidaklah sia2, karena pemuda she Im itu kini benar2 telah berubah menjadi orang baik2.
Ia berdiri membatu sekian lama. Tiba2 ingat kitab Tat-mo-keng yang ia ambil dari tangan Henghay Kouw-loan. Ia lalu buka lembarannya, ternyata merupakan pelajaran ilmu silat yang sangat dalam. Meski yang didapatkan cuma merupakan jilid terakhir, tapi masih merupakan barang yang sangat berharga.
152 Mengingat janjinya dengan sesepuh gereja Siauw-limsie, maka seketika itu juga ia lantas berangkat menuju ke gunung Siong-san.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Kedatangan Lim Tiang Hong ke gereja Siauw-lim-sie kali ini, merupakan kunjungannya yang ketiga kalinya. Ia ingat pertama kali kunjungi gereja itu, adalah untuk mengantar kembali patung Buddha dari gading, oleh kerena perbuatannya yang menuruti hawa nafsu pada kala itu, sehingga membuat pihak Siauw-lim-sie mengalami banyak kesulitan dan hingga kini, kitab Tat-mo-keng begian atas masih berada dalam tangannya Pek-tok Hui-mo. Kalau mengingat itu semua, ia sebetulnya merasa tidak enak terhadap para paderi gereja Siauw-lim-sie.
Ia hanya berjalan sambil tundukan kepala, hingga sudah berada di depan pintu gereja. ia sendiri masih belum tahu.
Tiba2 terdengar suara genta 9 kali, pintu gereja terbuka lebar, lalu disusul oleh suara pujian2an Buddha Yang Mulia dan dari dalam gereja berjalan keluar dua baris paderi yang berpakaian jubah warna merah. Dengan tangan memukul
'kayu hikan' (semacam kayu kecil yang biasa dipukul oleh kaum suci golongan Buddha), lalu berbaris rapi di kedua sisi pintu.
Lim Tiang Hong diam2 merasa heran. Kalau mau
dikata sedang menghadapi musuh, tidak mirip. Mau dikata sedang melakukan upacara sembayangan, juga tidak semestinya demikian
Tidak antara lama, dari dalam gereja muncul pula tiga paderi yang berkedudukan agak tinggian. Setelah memuji nama Buddha, lalu berkata dengan suara nyaring: "Pinceng Hian-thong sekalian, dengan ini mewakili dan atas nama Ciang-bunjin partai kita, menyambut kedatangan Kokcu dari Hong-hong-tie, Lim siauwhiap!"
153 Mendengar perkataan itu barulah Lim Tiang Hong tersadar, kalau kini dirinya sudah merupakan salah satu ketua atau pemimpin dari salah satu partai besar!
Dengan cepat ia melangkah untuk menyambut, sembari menyuja untuk memberi hormat ia berkata: "Aku si orang she Lim ada mempunyai jasa kepandaian apa, sehingga Taysu sekalian menyambut dengan upacara besar seperti ini?"
Hian thong menyahut dengan sangat hormat: "Ciangbunjin kita kini telah menunggu kedatangan siecu di ruangan pendopo, silahkan siece masuk!"
Tiga Paderi tua itu lantas mengiring Lim Tiang Hong masuk ke pendopo. Di dalam pendopo itu ada seorang paderi tinggi besar, berdiri di tengah2 ruangan. Di kedua sisinya berdiri empat paderi kecil dengan membawa hiolo.
Lim Tiang Hong menduga paderi itu pasti ketua atau Ciang-bunjin partai Siauw-iim-pay, maka buru2 maju menghampiri, sambil memberi hormat ia berkata: "Taysu telah keluar menyambut kedatangan boanpwee. hal ini benar2 membuat boanpwee merasa berat untuk menerima".
Paderi tinggi besar itu menjawab sambil rangkapkan kedua tangannya: "Siecu terhadap partai kita telah mendirikan pahala sangat besar. Baru2 ini siecu menjabat pula kedudukan sebagai ketua partai Hong-hong-tie, sudah seharusnya kalau lolap dengan upacara ini menyambut kedatangan siecu, sekedar untuk menghormat siecu!"
Dalam sejarah gereja selama seratus tahun ini, Siauwlim-sie dengan upacara begitu besar menyambut kedatangan tetamu, inilah merupakan yang pertama kalinya. Kalau orang itu bukan seorang yang mendapat nama baik dalam kalangan kang-ouw, serta berjasa besar terhadap Siauw-limsie, tidak nanti akan disambut secara demikian.
154 Ketua atau Ciang-bunjin partai Siauw-lim-pay yang baru, Pek-lap Siansu, karena Lim Tiang Hong baru2
menjabat kedudukan ketua Hong-hong-tie, tapi karena belum mempunyai kewibawaan, apalagi dalam dunia kangouw masih merupakan orang tingkatan muda, maka sengaja menyambut kedatangannya dengan penghormatan besar, untuk mempertinggi kedudukannya.
"Terima kasih atas bimbingan Taysu!" demikian Lim Tiang Hong ucapkan terima kasihnya sambil menyoja.
Kemudian dari dalam sakunya ia mengeluarkan sejilid kitab, dengan kedua tangan ia angsurkan kepada Pek-lap Siansu seraya berkata: "Inilah kitab yang suci dapatkan dari tangan Pek-tok Hui-mo, dan kini boanpwee bawa kemari untuk dikembalikan kepada yang punya, harap Taysu suka menerimanya".
Pek-lap Siansu menyambuti dengan kedua dua
tangannya sambil mengucapkan terima kasih ber-ulang2.
Beberapa paderi yang berkedudukan tinggi telah antar Lim Tiang Hong ke kamar Pek-lap Siansu.
Setelah mereka duduk, Pek-lap Siansu berkata padanya sambil menghela napas: "Lolap adalah seorang yang tidak berguna, sehingga membuat gereja Siauw-lim-sie yang begitu kesohor beberapa ratus tahun, telah runtuh. Apa yang aneh ialah kematian Hui-hui suheng, ternyata mati di bawah ilmu 'Kana Kim-kong Siau-ciang' dari golongan partai kita sendiri, yang sudah lama menghilang di kalangan Kang-ouw.
"Diantara kepandaian ilmu silat keturunan partai Siauwlim-sie, manakah yang paling sulit dipelajari?" tanya Lim Tiang Hong kaget.
155 Pek-lap Taysu berpikir sejenak, baru menjawab: "Ilmu silat keturunan partai kita, adalah ilmu silat Jie-kin-keng yang sudah banyak diketahui dunia kang-ouw sebagai inti, dibantu dengan 72 rupa kepandaian ilmu silat yang umumnya tidak mudah dipelajari. Semua ilmu ini, walaupun menggunakan waktu seumur hidup, semua orang paling banter cuma dapat mempelajari sepuluh rupa lebih saja. Selain dari pada itu, adalah ilmu Tay-cong Bu-siang Sin-kang dan (Kana Kim-kong Sian-ciang) yang paling dalam dan paling sulit dipelajari. Tahun2 belakangan ini, kedua rupa kepandaian ilmu tersebut, di atas hampir sudah hilang di dunia kang-ouw".
"Ilmu silat Tay-cong Bu-siang Sin-kang apakah itu ilmu silat yang setelah dilancarkan ada mengandung kekuatan lunak dan tidak berwujut, namun luar biasa hebatnya" Ilmu ini kabarnya dapat melukai lawannya dengan tanpa kelihatan, dan berapa lama kiranya dapat mempelajari ilmu itu?"
Mendengar pertanyaan itu, wajah Pek-lap Siansu berubah seketika. "Bagaimana Siecu mengetahui itu?"
demikian tanyanya. Tapi kemudian ia merasa bahwa sikapnya itu kurang pantas, maka cepat2 ia berkata pula: "Ya, benar, itulah ilmu Tay-cong Bu-siang Sin-kang. Jika orang yang mempelajari itu sudah mempunyai dasar baik, dalam waktu setengah atau satu tahun saja, juga dapat mengerti sedikit. Tapi ilmu serupa itu kalau kau menghendaki mahir benar2, setidak-tidaknya harus memakan waktu duapuluh tahun. "
Seolah-olah ingat apa2, Lim Tiang Hong angguk2kan kepalanya, sedang dalam hatinya berpikir "ilmu silat yang digunakan oleh enci Kouw-loan, bukankah ilmu ini" Tapi 156
entah bagaimana dengan ilmu Kana Kim-kong Sian-ci-ang itu?"
Segera ia menanya pula: "Dan termasuk golongan apakah ilmu silat Kana Kim-kong Sian-ciang itu?"
"Dulu pernah Siansu berkata, bahwa ilmu silat tertinggi dari golongan Buddha ini. Kekuatannya dapat menembus emas dan menghancurkan batu keras. Sayang kini sudah menghilang dari dunia kang-ouw"
"Kalau begitu bagaimana Siansu bisa tahu, kalau Hui-hui Taysu binasa di dalam ilmu silat ini?"
"Dengan hilangnya ilmu silat keturunan Siauw-lim-pay saja, sudah merupakan suatu hal yang sangat memalukan bagi partai kita. Jikalau tidak dapat mengenali ilmu silat dari partainya sendiri, bukankah lebih memalukan?" jawab Pek-Iap Siansu sambil menghela napas.
Lim Tiang Hong merasa telah telanjur omong, maka buru2 alihkan pembicaraannya ke lain soal: "Apakah orang2 dari Hong-lui-po ada yang berhasil mempelajari silat dari partai Siauw-lim-pay yang sudah lama hilang itu?"
"Inilah yang merupakan suatu hal yang tidak habis dimengerti oleh Lolap".
"Apakah di masa yang lalu partai Siauw-lim-pay pernah bermusuhan dengan Hong-lui-po?"
"Hong-lui-po toh belum pernah injak kaki ke daerah Tionggoan".
"Belum lama berselang ketika berbagai partai
menyerang ke pusatnya berandal dari tujuh propinsie, apakah mendapat sedikit keterangan?"
157 Hian-thong Tianglo segera menjawab: "Kalau kita dengar dari mulutnya Ham-hay Liong-kun, perbuatan Hong-lui-po itu agaknya merupakan semacam perbuatan pengaruh semata mata dari antara orang2 kang-ouw. Tapi menurut pandangan lo-ceng sekalian, dalam hal ini ada tersembunyi maksud tertentu".
"Boanpwee juga mempunyai pandangan serupa itu.
Akan tetapi, tidak perduli apa maksud mereka sebenarnya, bagi rimba persilatan daerah Tionggoan, sudah tentu tidak dapat membiarkan mereka setelah melakukan pembunuhan lantas pergi semuanya saja. Dalam waktu tidak lama lagi, boanpwee pasti akan melakukan perjalanan ke barat, untuk membikin perhitungan atas perbuatan mereka terhadap rimba persilatan".
Pek-Iap Siansu mendadak berkata dengan suara lantang dan memancarkan sinar mata tajam: "Mulai hari ini, partai Siauw-lim-pay akan mempersiapkan diri, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mencari pembunuh ketua kita serta minta kembali kitab yang dicari".
Saat itu mendadak terdengar suara orang bicara sambil ketawa dingin: "Untuk mengambil kembali kitab yang hilang, jangan harap kau bisa dapatkan!"
Suara itu seperti burung hantu. Dalam waktu malam yang sunyi, kedengarannya sangat menusuk telinga!
Hian-thong Tianglo segera keluarkan bentakan:
"Siapa....?" Lantas lompat melesat melalui jendela, dan segera diikuti oleh Hian-kak dan Hian-thian.
Sebagai tetamu, Lim Tiang Hong tidak berlaku
sembarangan. Ia hanya memandang ke atas payon dengan sinar mata dingin. Sedang Pek-lap Siansu sebagai ketua 158
partai, meski mengalami kejadian aneh secara tiba2, namun masih tetap duduk di tempatnya dengan tenang.
Sebentar terdengar suara saling bentak dari jauh, kemudian disusul oleh suara orang ketawa terbahak-bahak.
Suaranya itu menandakan bahwa orang itu mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna.
Kini baru tertampak perubahan wajah Pek-lap Siansu, dengan alis berdiri ia berkata kepada Lim Tiang Hong:
"Siecu, mari kita pergi lihat!"
Dengan gerak badan ringan sekali ia sudah lompat melesat keluar dari jendela. Setelah melalui atap jendela pendopo, terus menuju ke pintu depan.
Tatkala ia melayang turun segera berpaling dan dapatkan Lim Tiang Hong sudah berdiri di sebelah kanannya dengan sikap tenang sekali. Diam-diam ia terperanjat kini ia mengakui bahwa pemuda itu benar2
bukan cuma nama kosong belaka.
Ketika ia melihat keadaan di luar pintu gerbang, di situ ada beberapa paderi Siauw-lim-sie yang berkedudukan tinggi, tengah mengitari seorang paderi tinggi besar yang wajahnya ditutup oleh kerudung hitam, rupanya sedang ditegur oleh kawanan paderi dari Siauw-lim-sie.
Tapi paderi berkerudung itu tidak perdulikan orang menegur padanya, hanya mendongak ke atas dengan sikapnya yang sangat jumawa. Agaknya tidak pandang mata sama sekali terhadap kawanan paderi dari Siauw-limsie.
Terdengar suaranya Hian-thong Siansu yang bicara padanya sambil rangkapkan kedua tangannya: "Malam buta Siansu telah memasuki Siauw-lim-sie tanpa permisi serta tidak menerangkan apa maksudnya, apa kau anggap 159
pinceng sekalian ini ada bangsa yang tidak berharga atau takut kepadamu?"
Paderi tinggi besar dengan wajah berkerudung itu perdengarkan suara ketawa, kemudian berkata sambil menunjuk Hian-thong bertiga: "Kalian bertiga boleh bertindak sebagai wakil yang lain2nya. Jika setiap orang sanggup menyambuti pukulanku sampai tiga kali, aku nanti akan segera meninggalkan tempat ini. Tapi kalau kalian tidak mampu menadahi pukulanku, heh, heh.... kalian segera sampaikan kepada pemimpin kalian, bahwa dalam waktu tiga hari harus serahkan kedudukannya padaku".
Setelah mendengar perkataan yang sangat jumawa itu, Hian-thong bertiga terperanjat. Meskipun tiga sesepuh dalam Tat-mo-ie ini bukan merupakan orang2 terkuat dalam golongan paderi Siauw-lim-sie, tapi juga tidak mudah dihina demikian rupa, apalagi hal itu telah menyangkut nama baik gerejanya.
Tiba2 terdengar suaranya Pek-lap Siansu: "Manusia temberang dari mana, begitu berani menghina gereja kami"
Hian-thong, kau boleh layani padanya dengan besar hati!"
Mendengar perintah pemimpinnya, Hian-thong segera rangkapkan kedua tangannya, untuk melancarkan
serangnnnya yang hebat ke arah paderi tinggi besar itu.
Paderi berkerudung itu acuh tak acuh tetap berdiri ditempatnya, kemudian kibaskan lengan jubahnya, untuk memapaki hembusan angin yang keluar dari serangan tangan Hian-thong.
Dengan cepat dua orang itu sudah bergebrak dua kali, kemudian terdengar suara tertahan, keduanya lantas berpencaran. Hian-thong agaknya sudah kena terpukul, 160
wajahnya merah, badannya sempoyongan. Ia segera duduk numprah di tanah.
Paderi berkerudung itu lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Masih ada dua lagi, lekas maju!"
Pada saat itu, Hian-kak sudah lompat maju, kepalannya melancarkan ilmu silat Pek-poa-sin-koan atau tinju dari jarak seratus tindak, dari Siauw-lim-pay yang sudah menjagoi di dunia kang-ouw.
Paderi berkerudung itu segera ulur tangannya yang besar itu. Dari telapakan tangannya yang menghadap keluar, telah meluncur hembusan angin, yang kemudian
mengeluarkan suara ledakan di tengah udara. Lalu disusul oleh 'crak', maka patahlah pergelangan tangan Hian-kak, ia mundur terhuyung-huyung, hingga 5-6 langkah baru dapat berdiri tegak.
Dari rombongan paderi segera ada orang yang memburu untuk memberi pertolongan.
Dalam watu sekejapan paderi berkerudung itu sudah menjatuhkan dua sesepuh, hingga menggemparkan semua orang yang ada disitu. Serangan yang keluar dari tangan paderi itu, agaknya ada mengandung kekuatan luar biasa hebatnya.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan dari samping, juga tidak mengerti entah ilmu apa yang digunakan oleh paderi kerudung itu, Ketika ia melirik ke arah Pek-Lap Siansu, pemimpin Siauw-lim-pay ini nampak mengkerutkan keningnya, agaknya sedang memikirkan suatu persoalan yang sangat pelik.
Setelah Hian-kok terluka, Hian-thian sudah maju melayani paderi berkerudung itu, karena kekalahan Hian-thong dan Hian-kak, maka ia kini berubah tipu silatnya.
161 Ia putar kedua tangannya laksana titiran dan dalam waktu singkat saja sudah melancarkankan 7 kali serangan, dengan 7 macam tipu pukulan yang berlainan, serta dari 7
arah yang berlainan kedudukannya.
Benar saja, pukulannya secara demikian itu kelihatan membawa hasil, paderi berkerudung itu nampak mundur ber-ulang2. Tapi, selagi pukulan Hian-thian agak lambat sedikit, paderi berkerudung itu sudah balas menyerang dengan tipu pukulan yang tidak kalah cepatnya.
Apa yang mengherankan ialah. bahwa tipu pukulannya itu agaknya memang khusus dilatih untuk menghadapi tipu pukulan dari Siauw-lim-pay. Maka dalam waktu sekejap saja Hian-thian sudah terpental sejauh satu tombak lebih..
Paderi berkerudung itu setelah merubuhkan Hian-thian, tangannya mengayun ke arah sebuah pohon tua, kemudian badannya melesat tinggi teatas pohon itu dan berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Sampaikan kepada Pek-lap bahwa tiga hari kemudian aku akan ambil alih
kedudukanya..." Setelah itu, ia lantas bikin rubuh pohon tua yang tinggi besar itu.
Tiba2 sesosok bayangan orang, dengan kecepatan bagaikan peluru kendali meluncur ke tengah udara, kemudian terdengar suaranya: "Sahabat, tunggulah sebentar, aku si orang she Lim ingin melayani kau barang sejurus saja".
Paderi berkerudung yang sudah akan berlalu itu segera urungkan maksudnya, hingga sebentar lagi dua bayangan orang melayang turun ke atas bumi.
Semua orang tidak melihat dengan cara bagaimana mereka berdua itu mengadu kekuatannya, hanya terdengar 162
suara ledakan hebat dua kali, lalu hembusan angin berpencaran keempat penjuru yang kemudian menggulung-gulung semua benda yang ada di tanah.
Kedua bayangan orang itu lantas berpencaran, mereka ternyata adalah pedari berkerudung tadi bersama Lim Tiang Hong.
Mereka berdiri terpisah sejarak kira2 satu tombak, masing2 saling memandang dengan wajah sungguh2.
Sedang di kaki mereka terdengar suara keresekan.
Mendadak paderi berkerudung itu mengeluarkan suara dehem keras, kemudian putar tubuhnya dan lantas pergi tampa pamit.
Lim Tiang Hong tidak mengejar, ia masih berdiri di tempatnya dengan perasaan mendelu.
Ia baru tersadar ketika dikejutkan oleh suara pujian Buddha yang sangat pelahan. Di hadapannya ada berdiri Pek-lap Siansu. Dengan wajah sungguh2 ia menanyakan padanya. "O-mie-to-hud! apakah siecu terluka?"
"Dengan kekuatannya orang itu, tidak mudah membikin terluka diriku, Cuma...." jawabnya Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
"Barang kali siecu merasa heran terhadap tipu pukulan yang digunakan olehnya?"
"Tepat ilmu ini, bukan golongan sesat. Dari
kekuatannya yang begitu hebat, agaknya dari golongan kaum Buddha".
"Siecu benar2 cerdik. Pinceng tadi juga sudah dapat lihat, bahwa ilmu silat yang digunakan oleh paderi keparat tadi, adalah ilmu silat Kana Kim-kong Sian-ciang dari 163
golongan partai kami, yang sudah lama menghilang dari dunia kang-ouw".
"Kana Kim-kong Sian-ciang?"
"Ini adalah ilmu silat tertinggi dari golongan Buddha.
Kalau dugaan pinceng tidak keliru, ilmu silat yang siecu gunakan tadi pasti juga ilmu dari Khi-kang golongan Bian-bun. Jikalau tidak, tidak nanti sanggup menahan serangan paderi aneh tadi".
"Pandangan Siansu benar2 tajam. Ilmu boanpwe
gunakan tadi, memang benar adalah Sian-ciang Cin-it Khie-kang dari golongan Hong-hong-tie".
"Dalam usia siecu yang masih begitu muda, ternyata sudah mempunyai kekuatan yang melebihi manusia biasa, benar2 sangat mengagumkan"
"Siansu terlalu memuji"
Pada saat itu, mendadak terdengar suara orang berkata nyaring: "Lekas suruh Ciang-bunjin kalian keluar untuk menjumpai aku!"
Pek-lap Siansu dan Lim Tiang Hong terperanjat, mereka buru2 lari ke arah datangnya suara itu.
Mereka segera dapat lihat seorang Pengemis Pincang, dengan menunjang kakinya dengan tongkat besi, berdiri di depan pintu gerbang dengan mata mendelik dan rambut berdiri.
Lim Tiang Hong segera dapat mengenali bahwa
pengemis itu adalah Ciang-lie Tui-hong maka segera menanya dengan perasaan heran: "Tui-hong Congkoan, ada urusan apa demikian gusar?"
164 Pek-lap Siancu tidak kenal Cian-lie Tui-hong, ia maju menghampiri dan berkata padanya sambil rangkapkan kedua tangannya: "Loceng adalah Ciang-bunjin partai Siauw-lim-pay, Pek-lap, ada urusan apa Sinkay mencari lolap?"
"Kau...."!".
Cian-lie Tui-hong delikkan matanya, berdiri tertegun, sehingga tidak dengar pertanyaan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong menjadi gusar, dengan suara keras ia menegur: "Cian-lie Tui-hong! Ingatlah kau peraturan Hong-hong-tie" Dengan sikapmu demikian, apa kau sudah tidak kenal peraturan?"
Meski usianya masih muda, tapi, sudah mempunyai kewibawaan. Cian-lie Tui-hong barusan dalam keadaan gusar, tidak perhatikan adanya Lim Tiang Hong dan kini setelah ditegur ia baru terperanjat, buru2 letakkan tongkatnya dan berdiri sambil luruskan dua tangannya, kemudian menjawab sambil bongkokkan badan: "Hamba barusan karena dalam pikiran cemas sehingga melanggar peraturan partai, kini rela menerima hukuman"
Lim Tiang Hong berkata sambil ulapkan tangannya:
"Kau jelaskan dulu perkaranya kepada Taysu".
Cian-lie Tui-hong lalu putar tubuhnya, ia memberi hormat kepada Pek-Iap Taysu seraya berkata "Apakah partai Siauw-lim-pay ada seorang paderi bartubuh tinggi besar yang memakai kerudung di wajahnya?"
"Ow! sekarang lolap mengerti!" demikian pek-lap Siansu berkata. Ia segera dapat memahami keadaan Pengemis Pincang itu. Kemudian pula sambil menunjuk pohon besar yang barusan dirubuhkan oleh paderi berkeruding itu.
165 "Barusan binatang itu telah pertunjukan tingkah lakunya yang jumawa di sini. Sekarang sudah digebah pergi oleh Lim Siauwcu! Dia bukan paderi gereja kita"
Biar bagaimana Pek-lap Siansu adalah seorang beribadat. Walaupun diperlakukan kasar, dalam
pembicaraannya masih tetap sopan dan ramah.
"Kalau begitu, aku si Pengemis tua inilah yang sudah berlaku sembrono!" berkata si Pengemis Pincang ita sambi!
memberi hormat dalam2 kepada Pek-lap Siansu.
Pek-lap Siansu balas hormat sambil rangkapkan kedua tangannya.
Karena masing2 sudah mengerti duduknya perkara, Lim Tiang Hong anggap tidak perlu berdiam lebih lama lagi, maka lalu pamitan kepada Pek-lap: "Boanpwee masih ada sedikit urusan yang harus diselesaikan, dengan ini hendak mohon diri".
Pek-lap juga tahu bahwa dewasa ini keadaan dunia kang-ouw sedang gawat, Lim Tiang Hong sebagai
pemimpin salah satu partai besar, sudah tentu tidak perlu berdiam lama2 dalam gereja, maka ia juga tidak menahan.
"Kalau Siecu masih ada urusan, lolap juga tidak perlu menahan. Di lain waktu jika ada jodoh kita akan berjumpa lagi".
Setelah berpisahan dengan Pek-lap Siansu, Lim Tiang Hong lalu ajak Cian-lie Tui-hong, ber-sama2 meninggalkan gereja Siauw-lim-sie. Cong-pian Jie-lo dan Mo-ie Kim-kho serta yang lain2nya kala itu pada menunggu di bawah gunung. Beberapa orang dari Hong-hong-tie itu setelah berkumpul dengan pemimpinnya, malam itu juga lantas berangkat menuju ke kota Lok-yang.
-dw-kz- 166 Bab 50 DALAM perjalanan, Ciang-Iie Tui-hong menanyakan Lim Tiang Hong, dalam tindakannya yang dilakukan seorang diri secara tiba2 itu. Setelah berdiam sejenak, Lim Tiang Hong lalu menceritakan sebab-sebabnya dan apa yang telah dialami selama itu.
Kiranya pada hari itu, setelah ia mendengar dua berita dari mulutnya Lam-hay Theng-kao, yang menceritakan bahwa: Kesatu tentang munculnya lagi Pek-tok Hui-mo di dunia kang-ouw dan Kedua, tentang puteri Heng-lim Chun-loan, Yan-jie, yang telah bergerak di daerah Hwa-pak dengan beberapa wanita berbaju merah.
Tentang berita yang pertama, sebetulnya bukan
merupakan satu rahasia lagi, tapi mengenai berita kedua, membuat ia merasa terheran-heran. Mengapa Yan-jie berada dan bergerak ber-sama2 di kalangan kang-ouw dengan murid2nya Ban-ciang Nio-nio"
Untuk mendapat kepastian, ia lalu berkeputusan hendak menyelidiki sendiri.
Ketika masuk di kota Kay-hong, mendadak teringat bahwa daerah Hwa-pak ada sangat luas. hendak mencari orang yang tidak keruan jejakoja, sesungguhnya bukan soal mudah. Selain daripada itu, hawa udara kala itu juga sangat dingin, jalan raya nampak sepi, hendak mencari orang untuk menanyakan perjalanan juga tidak mudah, dengan menuruti gerak kakinya, ia masuk ke sebuah rumah makan.
Rumah makan itu keadaannya ternyata sangat ramai.
Berbeda jauh dengan keadaan di jalan raya, bau arak 167
menusuk hidung, sekalipun orang yang tidak suka minum, juga merasa kepincuk (terpikat ).
Ia mencari tempat duduk dan minta disediakan
makanan. Ia dahar dengan seenaknya, tapi matanya selalu
'langsir' kearah semua tetamu yang ada disitu.
Disalah satu meja disudut dekat jendela, ia lihat seorang seperti Kongcu yang tidak pandai ilmu silat, sedang bicara dengan asyiknya dengan seorang Kongcu yang seperti mengerti ilmu silat.
Kongcu yang seperti tidak pandai limu silat itu sikapnya sombong dan menjemukan, mungkin karena kebanyakan minum arak, bicaranya agak melantur. Tiba2 ia dengar suara Kongcu yang agaknya mengerti ilmu silat "Jangan minum terlalu banyak! Malam ini masih ada perjanjian di kelenteng Lie-ho-bio!"
Kongcu yang agaknya tidak mengerti ilmu silat itu ketawa terbahak-bahak dan lantas menjawab! "Bukan aku Hong-sau Lang-tiap omong besar. Untuk menghadapi beberapa kaum wanita itu, sekalipun diikat kedua tanganku, juga dapat membereskan mereka".
"Aku anggap, karena lawan kita itu adalah murid2 Ban-ciang Nio-nio, sebaiknya kalau kita berlaku hati2". berkata pula sang Kongcu yang satunya itu.
Lim Tiang Hong tergerak hatinya.
Mendadak ia dengar pula suaranya Kongcu yang
menjemukan itu: "Kabarnya anak murid Ban ciong Nio-nio setiap orang mempunyai kepandaian istimewa. Saudara Tan kalau suka, mari kita nanti hadapi bersama-sama.
Kabar di luaran itu entah benar atau tidak"
168 Dalam hati Lim Tiang Hong diam2 merasa heran,
mengapa partai Hoa-san-pay yang merupakan salah satu partai golongan orang2 benar, ada mempunyai murid sombong dan tidak keruan sepak terjangnya"
Kongcu yang seperti mengerti ilmu silat itu agaknya juga merasa jemu, karena itu ia segera bangkit dan berkata:
"Saudara barangkali sudah mabuk! mari kita pulang!"
Tapi kawannya itu masih belum mau diajak pergi, dengan susah payah, baru ia berhasil mendorong temannya keluar dari rumah makan.
Dari dua pembicaraannya dua Kongcu tadi, Lim Tiang Hong mendapat sedikit keterangan tentang murid2nya Ban-ciang Nio-nio hingga dalam hati diam2 merasa girang.
Ia buru2 membayar uang makannya, lalu mencari
rumah penginapan. Kepada pelayan penginapan ia menanyakan alamatnya kelenteng Lie-ho-bio, barulah ia menutup kamar untuk menantikan tibanya sang malam.
Ketika suara kentongan berbunyi tiga kali, seluruh kota Khay-hong sudah sunyi senyap. Orang sedang tidur dengan enaknya! Dalam keadaan sesunyi itu, tiba2 kelihatan sesosok bayangan hitam, dengan gerakan sangat lincah dan gesit sekali, lari menuju ke luar kota.
Tidak antara lama, tibalah bayangan itu di depan sebuah kelenteng yang dikitari oleh tembok merah.
Dari dalam kelenteng mendadak melesat keluar satu wanita baju merah yang berkata sambil ketawa ter-kekeh2:
"Aku sudah tahu kalau kau akan datang! Sayang
kedatanganmu ini sudah agak terlambat!"
169 Bayangan orang yang ada di depan kelenteng itu bukan lain daripada Lim Tiang Hong yang hendak menguntit Hoa-san Long-tiap.
Ketika mendengar perkataan wanita itu, ia terperanjat, karena ia sudah kenali bahwa wanita itu adalah Yan-jie.
"Adik Yan! kau"....". demikian tegurnya.
"Kau merasa heran bukan?"
"Ya, ketika aku dengar kau telah diculik oleh Ban-ciang Nio-nio, bersama Sin-soan lo-cianpwee dan Kiong-sin cianpwee, semua merasa cemas!"
Lim Tiang Hong maju mendekati, hendak memegang tangannya.
Tapi Yan-jie menolak, ia berkata sambil monyongkan mulutnya: "Siapa kata aku diculik. Yang benar justru adalah suhu yang menolong jiwaku!"
"Kalau begitu kau sudah menjadi muridnya Ban-cioag Nio-nio?"
"Apa yang musti diherankan. Toh sama halnya dengan, kau sendiri yang menjadi muridnya Bu-ceng Kiam-khek bukan?"
Lim Tiang Hong tidak menyatakan pikiran apa2. Meski ia belum tahu bagaimana orangnya Ban-ciang Nio-nio itu, tapi setidak-tidaknya ia mendapat kesan, bahwa ia itu mungkin bukan orang dari golongan baik2.
Setelah hening sejenak, ketika matanya melihat keadaan di sekitarnya, mendadak dapat lihat dua sosok bangkai manusia yang rebah menggeletak di depan pintu kelenteng.
Ia segera maju menghampiri dan dapat lihat bahwa kedua bangkai itu adalah dua Kongcu yang tadi siang 170
dilihatnya dirumah makan, Di depan perut bangkai itu ada terdapat tanda palang, yang digurat dengan ujung pedang.
"Kaukah yang membunuh mati dua orang ini?"
demikian ia menanya Yan-jie.
"Apa perlunya harus kujelaskan?"
"Mengapa kau berlaku begitu kejam?"
"Apa ini terhitung satu perbuatan kejam" Aku anggap masih belum cukup! Banyak orang laki2 anggap, bahwa kaum wanita itu adalah barang permainan, gampang dihina. Begitu melihat perempuan muda, seperti juga binatang lalat yang melihat darah, pada datang mengerumuni. Tujuan Ban-ciang Nio-nio adalah hendak memberi hukuman kepada laki2 hidung belang itu, termasuk kau sendiri".
"Termasuk aku?" Lim Tiang Hong balik menanya
sambil ketawa terbahak-bahak, "benar2 gila! apa kau masih ingat, bahwa kau adalah puterinya Heng-lim Cun-loan tabib daerah Kang-lam yang kenamaan itu?"
"Mengapa tidak ingat" musuh besar yang membunuh mati ayahku, adalah Pek-tok Hui-mo. Aku hendak berserikat dengan Lok-hee Susiok, untuk membunuh itu iblis yang suka permainkan kaum wanita dan itu sahabatmu, si Hong-gwat Kongcu, juga suruh dia hati2
dengan batok kepalanya".
Lim Tiang Hong mendapat kesan, bahwa nona cilik itu kini telah berubah sifatnya, tapi pembicaraannya seperti bukan orang yang sudah berubah pikirannya.
"Ada keperluan apa kau datang ke kota Hay-hong ini?"
"Untuk menyelidiki jejak Pek-tok Hui-mo".
171 Lim Tiang Hong percaya, sebab ia sendiri juga sudah dapat kabar tentang munculnya lagi Pek-tok Hui-mo, dikalangan kang-ouw.
"Dengan kepandaian dan kekuatanmu, apa kau kira kau dapat menangkap Pek-tok Hui-mo"
"Apa kau tidak pandang mata padaku" Aku beritahukan badamu, muridnya Ban-ciang Nio-nio sudah tentu mempunyai caranya sendiri untuk menundukkan
lawaunya". Lim Tiang Hong tidak mau meladeni lagi. Ia merasa paling baik dapat menundukkan hatinya dengan perkataan, supaya ia mau kembali ke samping Sin-soan Cu-kat lagi.
Dengan begitu hingga ia sudah selesaikan sebagian tugasnya, maka ia lalu alihkan pembicaraannya ke lain soal:
"Kau mau pergi menemui Sin-soan Cu-kat atau tidak"
Supaya ia tidak selalu memikirkan dirimu".
Di parasnya Yan-jie tiba2 terkilas suatu senyuman.
"Sudikah kau mengawani aku?"
Lim Tiang Hong merasa serba salah, ia anggap untuk mengawani Yan-jie ke Kang-lam, memang paling baik.
Tapi ia sendiri sebagai satu ketua dari satu partai besar, bagaimana dapat meninggalkan orang2nya begitu saja.
Apalagi soal penggempuran kesarang penjahat dari tujuh propinsi, orang2nya itu masih menugggu kedatangannya untuk mengatur siasat.
Yan-jie melihat Lim Tiang Hong diam saja, lantas berkata pula: "Tidak sudi mengantarkan aku ya" Hm!"
kemudian ia ketawa terkekeh-kekeh: "Aku tahu deh, kau tentunya tidak tega meninggalkan tunanganmu yang bernama Yu-kok Oey-eng itu, betul tidak?"
172 Digoda begitu rupa, Lim Tiang Hong merasa jengah, kemudian ia berkata: "Kita pulang dulu ke rumah penginapan, nanti kita bicarakan lagi! besok kita berangkat toh belum terlambat!"
Diparas Yan-jie yang manis, mendadak terlintas semacam perasaan atau nafsu membunuh, tapi sebentar sudah lenyap lagi. Lalu senderkan kepalanya dilengan Lim Tiang Hong dan berkata padanya dengan lemah: "Ooh dingin sekali!"
Sepasang tangannya mendadak memeluk pinggang Lim Tiang Hong, kemudian meraba dadanya.
Mendengar perkataan dingin dari mulut Yan-jie, dengan tanpa sadar Lim Tiang Hong tubuhnya menggigil. Hawa dingin menyerang dengan tiba2, se-olah2 berada di-tengah2
salju, hingga dalam hatinya merasa heran, karena pengalaman semacam itu, selamanya belum pernah ia rasakan.
Selagi hendak menggunakan ilmunya Sian-thian Cin-it Khi-kang untuk melawan hawa dingin itu, mendadak kepalanya dirasakan puyeng dan kemudian rubuh di tanah.
Melihat Lim Tiang Hong sudah rubuh, Yan-jie berkata sendiri sembil ketawa: "Kali ini kau harus tahu, muridnya Ban-ciang Nio-nio, sudah tentu ada mempunyai akal untuk merubuhkan kau!"
Selagi ketawa bangga, tiba2 angin santar menggulung dirinya. Dalam kagetnya ia buru2 lompat sampai lima kaki jauhnya. Setelah angin kencang itu berlalu, Lim Tiang Hong yang menggeletak di tanah, sudah lenyap tanpa bekas. Dalam gusarnya ia lantas berteriak-teriak: "Siapa yang main gila di hadapan nonamu" Kalau berani lekas keluar, kita bertanding secara terang2an!"
173 Tapi, hanya suara menderunya angin sebagai jawaban.
Yan-jie menjadi semakin sengit, lalu enjot kakinya dan sebentar sudah menghilang di tempat gelap.
Mari kita balik kepada Lim Tiang Hong yang terpedaya oleh Yan-jie sehingga rubuh tanpa sadarkan diri.
Entah berapa lama telah berlalu, ia baru mendusin.
Ketika ia membuka mata, ternyata sudah tidur di atas pembaringan dalam kamar penginapan. Sinar lampu dari pelita masih menyala, di mulutnya merasakan hawa tajam, entah dari barang apa.
Buru2 ia coba mengatur jalan pernapasannya. Ternyata dalam tubuhnya tidak mengalami perubahan apa2, ia baru merasa lega dan lompat bangun dari pembaringannya.
Di atas meja ia dapat lihat sepotong kertas yang ditindih oleh batu Hie. Kertas itu ada tulisannya yang bunyinya sebagai berikut:
"Nona Yan-jie sudah kehilangan sifatnya sendiri. Tuan harus memaafkan padanya. Ban-ciang Nio-nio ada mengandung maksud jahat, harap hati2 terhadap dia. Orang yang bernasib malang seperti aku ini, sedianya hendak bertemu sekali saja dengan tuan. Sayang sang waktu tidak mengizinkan, dilain waktu saja kita berjumpa lagi".
Tulisan itu ditulis oleh seorang wanita yang sangat halus, tapi tidak menyebutkan nama penulisnya. Ia masih ingat betul, bahwa tulisan di atas kertas ini mirip benar dengan surat yang dibawa oleh si pengemis Mata Satu pada hari itu, namun ia tidak dapat ingat siapa orangnya"
Mengingat akan diri Yan-jie yang sudah dibikin lupa terhadap dirinya sendiri oleh Ban-ciang Nio-nio, hatinya merasa cemas. Ia sebetulnya hendak segera
174 memberitahukan soal ini kepada Sin-soan Cu-kat dan Pengemis Mata Satu. Tapi kalau ingat lagi tugasnya terhadap sarang berandal tujuh propinsi yang ada lebih penting, terpaksa ia urungkan makradnya dan malam itu juga lantas berangkat menuju ke gunung Thay-heng-san.
Cian-lie Tui-hong setelah mendengar penuturan Lim Tiang Hong, lantas berkata: "Sungguh berbahaya! Bisa mujijat Ban-ciang Kio-nio, sudah lama kesohor di dunia kang-ouw. Kecuali obat pemunahnya ia sendiri, tiada obat lain yang dapat menyembuhkan. Kalau kongcu sampai seperti nona Yan-jie, yang kehilangan sifatnya sendiri, entah apa yang akan terjadi".
Lim Tiang Hong kalau ingat pengalamannya itu, juga mengeluarkan keringat dingin. Sebagdai ketua atau pemimpin satu partai besar, kalau sampai kehilangan sifatnya sendiri sehingga melakukan perbuatan yang melanggar keadilan, bukankah hebat akibatnya"
Kemudian ia menanyakan kepada Cian-lie Tui-hong dan kawan2nya, mengapa mereka tidak pergi ke gunung Thay-heng-san, sebaliknya datang ke gereja Siauw-lim-sie"
Cian-lie Tui-hong lalu memberi keterangan: "Inilah sebabnya sehingga aku si pengemis kali ini telah terjungkal"
Kiranya Cian-lie Tui-hong yang mengetahui benar, bahwa kongcunya itu banyak pengalamannya yang
romantis, dengan mendadak telah mengatakan hendak bertindak seorang diri, segera dapat menduga bahwa dalam urusan itu pasti ada menyangkut soal wanita. Di hadapannya Yu-kok Oey-eng. sudah tentu ia tidak berani mengatakan apa2. Setelah ia berpencaran dengan Yu-kok Oey-eng, barulah ia menanyakan kepada Lam-hay Theng-kao, apa sebabnya kongcu gusar"
175

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Lam hay Theng-kao lalu beritahukan padanya tentang berita yang ia dengar.
Tentang munculnya lagi Pek-tok Hui-mo di dunia kangouw, Cian-lie Tui-hong tidak ambil dihati. Sebaliknya dengan kabar yang mengenai munculnya Yan-jie di daerah Hwa-pak, yang membuat ia kuatir. Karena ia tahu benar wataknya Ban-ciang Nio-nio. Barang siapa yang diincar olehnya, sebelum sifatnya sendiri hilang dan rela menjadi muridnya, tidak nanti akan dilepas secara sembarangan.
Lim Tiang Hong yang mempunyai hubungan baik
dengan Yan-jie, kalau gadis cilik itu hendak melepaskan bisanya terhadap Lim Tiang Hong, sebetulnya sangat mudah sekali, Itulah sebabnya ia tidak perdulikan lagi maksudnya hendak menggempur sarang penjahat di gunung Thay-heng-san dan mengambil keputusan hendak
menguntit jejak Lim Tiang Hong, untuk menjaga
keselamtannya. Dalam perjalanan, mendadak berpapasan dengan
seorang paderi tinggi besar yang mengenakan kerudung di wajahnya, yang lantas menegur mereka. "Kalian
gerombolan orang2 ini. Barangkali adalah sahabat dari Hong-hong-tie"
Cian-lie Tui-hong maju menghampiri dan berkata padanya: "Benar, ada keperluan apakah Siansu kepada kita?"
Paderi berkerudung itu mendadak dongakan kepalanya, dan menjawab sambil ketawa dingin: "Kalau baru mendengar namanya saja, rasa2nya ingin sekali melihat orangnya. tapi setelah bertemu muka, kiranya cuma begitu saja, yang tidak lain daripada setumpuk sampah yang tidak ada gunanya! Ha! ha....".
176 Cian-lie Tui-hong yang adatnya memang berangasan, seketika itu lantas naik pitam. Ia sudah angkat tongkat besinya dan selagi hendak melakukan kekerasan, Mo-ie Kim-kho sudah melesat maju serta berkata dengan suara keras: "Sampah atau bukan, cobalah sambuti dulu seranganku ini!"
Dengan senjatanya yang se-olah2 mengandung
hembusan angin kuat, ia melakukan serangan hebat.
Paderi berkerudung itu cuma ganda dengan ketawanya sembari berkata: "Apa cuma kepandaian yang tidak berarti ini saja?"
Lalu kibaskan lengan jubahnya, hembusan angin kuat sekali meluncur keluar dari tangannya, hingga senjata Mo-ie Kim-kho hampir dibikin terbang keudara, sedang orangnya terpental mundur sampai 3-4 langkah.
Siang Kiong, salah satu dari dua orang tua daerah perbatasan Thibet, sudah maju ke depan sambil menyerang dengan ilmunya Kim-see-ca-ing atau serangan pasir emas.
Diantara suara orang tertawa, tiba2 terdengar suara keras dan paderi berkerudung itu, dengan kecepatan bagaikan kilat, sudah melesat tinggi ke atas, kemudian perdengarkan suaranya: "Pinceng adalah penjabat ketua baru partai Siauw-lim-pay. Kalau kau ada mempunyai nyali, boleh datang ke gunung Siong-san mencari aku"
Setelah meninggalkan pesan demikian, ia lantas menghilang.
Tinggal Cian-lie Tui-hong yang berjingkrak-seperti orang gila. Karena penasaran, lantas ia mengejar.
177 Tapi dalam keadaan gelap gulita, hanya suara burung hantu yang memenuhi angkasa. Sedangkan bayangan paderi tadi sudah tidak kelihatan.
Dan ketika ia balik menengok keadaannya Si-ang-Kiong, ternyata sudah terluka bagian dalamnya. mulutnya mengeluarkan darah matang. Untung ia ada membawa obat Soat-som-wan yang sangat mujarab, hingga setelah makan obat itu sudah pulih kembali kawarasannya.
Dalam gusar dan penasaran Cian-lie Tui-hong, Lim Tiang Hong lantas berkata sambil menepok paha sendiri:
"Menurut dugaanku, paderi berkerudung itu, andaikata bukan orangnya Hong-lui-po, tapi setidak-tidaknya juga komplotannya. Ia sengaja naemegat perjalanan kamu. Ada dua kemungkinan, kesatu: hendak mengadu domba antara Hong-hong-tie dengan Siauw-lim-pay. Kedua: sengaja membikin kami gusar, supaya pergi ke gunung Siong-san untuk membuat perhitungan dengan Siauw lim-sie, sehingga mengurangi kekuatan partai golongan kebenaran yang hendak membasmi ke sarang penjahat"
"Dugaan Kokcu ini mungkin benar, tapi siapakah paderi berkerudung itu?" Sian Kiong turut menyatakan pikirannya.
"Inilah yang terus kita selidiki pada dewasa ini"
Rombongan Lim Tiang Hong ketika tiba di kota Lok-yang, cuaca sudah terang.
Lim Tiang Hong usulkan supaya mencari rumah penginapan dulu untuk mengaso.
Mereka akhirnya dapat penginapan disalah satu rumah penginapan besar, hingga masing2 dapat satu kamar.
-dw*kz- 178 Bab 51 ESOK hari Lim Tiang Hong telah memanggil Cian-lie Tui-hong dan kawan2nya datang ke kamarnya. Kemudian ia mengadakan perundingan.
"Hong-lui-po kali ini masuk kewilayah Tionggoan, agaknya sudah mengadakan penyelidikan lebih dulu terhadap keadaan rimba persilatan daerah Tionggoan. Pada dewasa ini meski mereka nampaknya sudah angkat kaki, tapi hal yang sebenarnya ialah merupakan suatu siasat untuk mengadakan persiapan, yang akan digunakan pada serangannya yang akan datang. Maka bagaimana kita harus mengadakan persiapan untuk menghadapi mereka?"
demikian Lim Tiang Hong mulai utarakan pikirannya. "Menurut pikiranku yang singkat, kita yang sudah meninggalkan pusat Hong-hong-tie, dengan secara terang2an saja segera menyerbu ke barat. Kalau kita anggap tidak cukup tenaga, boleh segera mengeluarkan perintah rahasia kepada orang2 kita yang tersebar luas diberbagai daerah, supaya menyediakan tenaga" berkata Cian-lie Tui-hong.
"Tidak boleh! menurut pikiranku, buat sekarang ini kita melakukan serangan ke daerah barat, masih belum waktunya. Pertama karena orang2 Hong-lui-po meski sudah ditarik mundur dari pusatnya digunung Thay-keng-san, namun urusan paderi berkerudung itu masih belum selesai.
Bahkan menurut kabar, Pek-tok Hui-mo sudah muncul lagi di kalangan kang-ouw. Kedua, Ban-ciang Nio-nio dari Lamhong, sudah pentang sayapnya ke daerah utara. Hal ini kita orang tidak boleh tidak harus menaruh perhatian juga".
berkata Siang Ie. 179 "Apa yang kita hadapi pada dewasa ini, sudahlah nyata.
Siapapun tahu bahwa ilmu silat Tionggoan berasal dari dua aliran. Satu berasal dari Tat-mo Siansu, pendiri partai Siauw-lim-pay. Kedua berasal dari Sam-hong Cinjin, pendiri partai Bu-tong-pay. Semua perbuatan seperti orang2
dari enam partai golongan Hian-bun, merampas panji persekutuan, membakar rangon penyimpan kitab Siauwlim-sie, membunuh mati Hui-hui Taysu dan lain2nya, semua dilakukan oleh orang2 Hong-lui-po. Sebab jika mereka dapat menundukkan kedua aliran itu dan menjagoi dunia rimba persilatan, ini berarti sudah berhasil sebagian besar bagi cita2 mereka. Jika kita berhasil membasmi Hong-lui-po dan waktu yang tepat, inipun berarti memukul hancur pusat mereka. Sementara mengenai Ban-ciang Nio-nio, yang hanya mengandalkan ilmu bisanya saja, belum merupakan satu bencana besar". demikian Cian-lie Tui-hong berkata.
Menurut pendapat kedua pihak, Lim Tiang Hong
mengambil suatu keputusan.
Karena ia merasa bahwa maksud dan tujuan Hong-
hong-tie ceburkan diri di kalangan kang-ouw, ada tiga hal yang perlu segera dibereskan:
Pertama, ialah membantu Siauw-lim-pay, mencegah maksud paderi berkerudung yang hendak merebut
kedudukan Ciang-bunjin. Kedua, mencari jejak Pek-tok Hui-mo, segera bunuh mati atau menawannya hidup2.
Ketiga, membasmi semua wanita baju merah yang
diutus oleh Ban-ciang Nio-nio, untuk menghindarkan perbuatan mereka yang hendak mengganas di dunia kangouw.
180 Sedangkan buat ia sendiri, juga ada tiga hal yang harus dikerjakan.
Pertama, mengabarkan kepada Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu. bahwa Yan-jie sudah menjadi muridnya Ban-ciang Nio-nio, bahkan sudah hilang ingatannya sendiri.
Kedua, mengabarkan kepada Hong-gwat kongcu,
supaya dia waspada terhadap muriid2nya Ban-ciang Nio-nio yang hendak mencari padanya. Sebab ia pernah dengar dari mulutnya Yan-jie yang membicarakan dirinya Lok-hee Hujin. Kalau begitu, Im-san Mo-lie tentunya juga berada di Lam-hong.
Ketiga, pulang ke Hong-hong-tie untuk menengok Yu-kok Oey-eng. Adakah ia sudah kembali atau belum.
Setelah hening cukup lama, lantas mengumumkan
putusannya: Diperintahkannya kepada Cian-lie Tui-hong, untuk mencari jejak Pek-tok-Hui-mo di daerah Hwa-pak.
Diperintahkannya kepada Cong-pian Jie-lo untuk mengawasi segala tindakan anak muridnya Ban-ciang Nio-nio.
Diperintahkannya kepada Lam-hay Theng-kao supaya segera memberi kabar pada Hong-gwat Kongcu.
Diperintahkannya kepada Mo-ie Kim-kho segera
memberi kabar kepada Sia-soan Cu-kat.
Semua orang jikalau perlu, sewaktu waktu harus mengadakan perhubungan satu sama lain dengan mengirim berita menurut caranya yang istimewa. Sedang dia sendiri berdiam dikota Lok-yang, untuk mengawasi gerak gerik paderi berkerudung.
181 Setelah semua orang berlalu, ia duduk seorang diri, rupa2 pikiran mendadak timbul dalam otaknya. Ia merasa, meski ia sendiri mempunyai kepandaian tinggi bahkan boleh dikatakan melebihi manusia biasa dan baru2 ini kembali menggantikan kedudukan ayahnya sebagai ketua atau pemimpin satu partai besar, namun ia merasakan sangat kesepian.
Walaupun ia ada mempunyai ayah bunda, tapi tidak dapat berkumpul serta mengecap kebahagiaan rumah tangga. Bahkan ibunya sendiri, Lok-hee Hujin, malah berhadapan sebagai musuh,
Walaupun sudah mempunyai tunangan, tapi
tunangannya itu sifatnya sangat penasaran, suka membawa caranya sendiri, sehingga timbul perslisihan paham.
Meskipun juga mempunyai kawan, tapi satu persatu telah meninggalkan dirinya, terutama Yan-jie yang telah kehilangan sifatnya sendiri, membuat ia semakin kesal.
Sampai malam, pikirannya masih belum tentram,
sehingga melupakan kebiasaannya, yang setiap malam sebelum tidur harus melatih diri.
Dalam keadaan seperti itu, sudah tentu ia tidak dapat tidur. Tiba2 ia dengar suara baju tertiup angin yang sangat halus sekali. Meski saat itu pikiran Lim Tiang Hong sedang kusut, tapi penghidupannya dalam dunia kang-ouw selama itu, membuat ia selalu waspada. Maka ketika suara itu masuk ke dalam telinganya, ia segera mengetahui hahwa ada orang kang-ouw datang menyatroni dirinya. Dengan cepat dan gerak badan ringan sekali, dalam waktu sekejap saja ia sudah berada di atas genteng kamar.
Di atas genteng, ia segera dapat lihat dengan tegas, seorang wanita pertengahan umur, dengan menggendong 182
sebilah pedang di atas punggungnya, berdiri tegak di atas genteng.
Wanita itu ketika melihat Lim Tiang Hong, lantas unjukkan ketawa dingin, agaknya sedikitpun tidak merasa kaget atau heran.
Lim Tiang Hong tidak kenali wanita itu, tapi ia merasa bahwa wanita itu mengandung sifat misterius. Ia lalu maju menghampiri dan berkata padanya sambil memberi hormat.
"Nyonya ini siapa" Adakah kedatangan Nyonya ini sengaja hendak mencari aku si orang she Lim?"
Wanita itu tersenyum dan menjawab: "Aku In-bu Mo-kheng. Tui-hong dari partaimu telah mengatakan bahwa anak muridnya Ban-ciang Nio-nio, cuma bisa menggunakan beberapa racun binatang. Aku yang tidak berguna serta tidak tahu diri ini, ingin menggunakan pedangku Kim-chan-kiam ini, hendak minta pelajaran beberapa jurus ilmu silat Hong-hong-tie, apakah kiranya siauwhiap sudi memenuhi permintaanku ini?"
Lim Tiang Hong diam2 terperanjat. Ia tidak nyana bahwa pembicaraan mereka tadi pagi, telah didengar oleh orang lain, seketika itu ia lantas kerutkan keningnya dan menjawab: "Kalau Nyonya tidak pandang rendah, aku bersedia melayani berapa jurus saja!"
"Kalau tuan setuju, besok jam 3 malam, aku tunggu kedatangan tuan dibukit Bong-san" berkata In-bu Mo-kheng sambil ketawa terkekeh-kekeh, kemudian gerakkan badannya dan sebentar sudah menghilang.
Ketika Lim Tiang Hong balik kekamarnya, kembali dibikin terkejut, sebab di atas pembaringannya, ada sebuah terdapat tanda cap merah darah dan di atas meja dekat poci 183
teh, terdapat sebuah tengkorak kepala manusia dan dua batang tulang.
Ia lalu menyalakan lampu, mencari di sekitarnya, tapi tidak terdapat tanda2 lainnya. Orang yang meninggalkan cap dan tengkorak itu tentunya melakukan perbuatannya ketika ia sedang keluar menjumpai In-bu Mo-kheng tadi.
Karena pengalamannya dalam dunia kang-ouw masih cetek, ia tidak tahu bahwa tanda merah darah dan tengkorak serta tulang tadi adalah semacam tanda dari seorang hantu kenamaan dari golongan hitam.
Ia bikin remuk itu tengkorak dan tulang kemudian menghapus tanda merah darah di atas pembaringan. Ia tidak berani tidur lagi, hanya duduk bersemedi hingga terang tanah.
Selama satu hari itu, pikirannya digunakan untuk memikirkan dua tanda itu. Sebetulnya, ia dapat menggunakan tanda perintah Kie-lin-hu kepada orang Hong-hong-tie. Tapi buat orang2 rimba persilatan, kebanyakan ada mempunyai adat keras kepala. Walaupun menghadapi kesulitan, jarang sekali yang suka minta pertolongan lain orang, karena dengan berbuat demikian, dianggapnya melemahkan gengsinya sendiri.
Dari kota Lok-yang ke bukit Bong-san, masih
memerlukan suatu perjalanan yang cukup jauh. Ia tidak pikir, bahwa di kota Lok-yang begitu besar, apakah tidak mempunyai cukup tempat untuk mengadu kekuatan, mengapa harus memilih tempat yang agak jauh"
Sebelum malam tiba, ia sudah berangkat, hingga hampir jam dua malam, ia baru tiba di bukit termaksud.
Berada dipuncak bukit, Lm Tiang Hong baru dapat menyaksikan keangkeran dan keagungannya bukit Bong-184
san. Sayang udara agak gelap, hingga tidak dapat melihat jauh.
Angin malam meniup kencang, ia kini agaknya baru tersadar, apa sebabnya In-bu Mo-kheng mengajak bertanding di tempat ini"
Adakah ia bermaksud menjebak dirinya" Tapi karena sudah berada di tempat tersebut, apapun yang akan terjadi, ia sudah tak perdulikan lagi.
Selagi matanya mengawasi keadaan di sekitarnya, mendadak ia dapat lihat di atas sebuah batu cadas, ada terdapat sebuah tengkorak kepala manusia dan dua potong tulang serta cap tanda merah darah, persis seperti apa yang terdapat dalam kamarnya.
Karena mengira itu ada akal muslihatnya wanita yang mengajak ia bertanding itu, maka ia lantas berkata sambil ketawa nyaring: "Bagaimanapun kau hendak main gila, aku si orang she Lim sedikitpun tidak merasa takut"
Mendadak terdengar satu suara halus menyahut:
"Siauwhiap, kau sesungguhnya terlalu pandang rendah diri orang, apa kau kira In-bu Mo-kheng hendak menggunakan akal busuk untuk mencelakakan diri orang?"
Lim Tiang Hong berpaling, segera dapat lihat bahwa wanita yang menyebut nama In-bu Mo-kheng itu sudah berdiri di belakangnya sambil bersenyum. Karena barusan ia cuma perhatikan tengkorak dan tanda merah itu, hingga tidak merasa kalau ada orang berdiri di belakangnya.
Tapi, bagaimanapun juga, ia sangat kagumi ilmu meringankan tubuh wanita itu.
Menampak Lim Tiang Hong tujukan matanya ke arah batu cadas, ia juga alihkan pandangan matanya ke arah 185
tersebut. Ketika dapat lihat tiga rupa benda itu, ia juga terperanjat. "Kecuali hendak memenuhi janjimumu dengan aku, apakah siauwhiap masih ada perjanjian dengan mereka?" demikian tanyanya.
"Bagaimana macamnya rupa orang itu, aku sendiri belum pernah lihat, bagaimana berjanji dengannya?"
"Kalau begitu....".
"Sekalipun mereka hendak mencari gara2, aku juga tidak takut".
"Siauwhiap benar2 sangat mengagumkan"
"Sekarang tidak perlu kita bicarakan orang itu, Nyonya minta aku datang kemari, ingin bertanding dengan cara bagaimana?"
In-bu Mo-kheng segera menghunus pedang "Kim-chan-kiam'nya. Dalam cuaca gelap nampak berkelebatnya sinar emas. Pedang itu sangat berbeda dengan pedang pusaka lainnya. Pedang itu bentuknya mirip dengan ular sutra.
Ujung pedang terdapat sebuah lubang kecil, lapat seperti menghembuskan asap hitam.
Berbareng pada saat In-bu Mo-kheng menghunus
pedangnya, dari atas batu terdengar suara tertawa aneh, kemudian disusul oleh munculnya dua orang aneh pula.
Satu adalah itu paderi berkerudung yang ia sudah pernah lihat di gereja Siauw lim-sie, yang lain adalah seorang laki2
wajah jelek dengan perawakan pendek gemuk. Yang aneh adalah kedua lengannya sangat luar biasa panjangnya.
Orang ini bukan cuma jelek saja, bahkan sangat bengis, ia ada lebih mirip orang utan daripada manusia.
Munculnya dua orang itu mengejutkan Lim Tiang Hong dan In-bu Mo-kheng.
186 Manusia yang mirip orang utan itu lantas perdengarkan suara ketawanya yang aneh, kemudian membuka mululnya yang tebal dan lebar sambil berkata: "Kalau berdua boleh mulai, kalau bocah dari Hong-hong-tie ini masih bernyawa, yayamu nanti ingin belajar kenal ilmumu Hian-bun Khie-kang, betapakah hebatnya?"
"Kau siapa! tanda merah seperti besi bakar didalam kamar penginapan, adakah permainan kalian berdua"'' Lim Tiang Hong balas menanya.
"Hihihi, kau masih berani mengaku orang kang-ouw, mengapa tidak kenal nama 'Hong-lui Hwee-hu' dari Hong-lui-po daerah barat yang sangat kesohor" Dan itu tanda kepercayaan yang berupa tulang, seharusnya kau ketahui juga, itu ada tanda kepercayaan siapa?"
Lim Tiang Hong se-olah2 ingat sesuatu, tiba2 ia menunjuk paderi berkerudung dan berseru: "Kau adakah Pek-tok Hui-mo?"
"Kau ternyata masih dapat mengenali. Ini satu bukti bahwa pandangan matamu memang tajam. Tapi malam ini jangan pikir bisa jaga nyawamu. Gunung Bong-san ini akan merupakan tempat kuburmu. Namun, walaupun aku
datang bersama Thian-cao Suncu dari Hong-lui-po, tapi sekali2 tidak ingin merebut kemenangan dengan
mengandalkan kekuatan orang banyak. Apalagi nyonya ini yang merupakan muridnya Ban-ciang Nio-nio, sedikitpun tidak ada hubungannya dengan aku" jawab si paderi berkerudung itu sambil ketawa cekikikan.
Lim Tiang Hong mendadak dongakan kepala dan
ketawa ter-bahak2. "Kau yang sudah menjadi pecundang, masih ada muka hendak omong besar. Apa kau kira malam ini kau masih bisa berlaku banyak tingkah di hadapan tuan 187
mudamu" Sekalipun kamu berdua maju berbareng, tuan mudamu juga tidak takut".
Paderi aneh itu cuma perdengarkan suara ketawanya, tidak menjawab.
Manusia yang mirip orang utan itu kibaskan lengannya yang panjang dan berkata deagan suaranya yang aneh:
"Kau sudah mempunyai perjanjian dengan lain orang, tepati dahulu janjimu itu dengan dia. Kita tidak akan mengganggu kau".
Ini ada merupakan suatu pertandingan yang sangat berat lagi Lim Tiang Hong. Tiga orang yang ia sedang hadapi itu, semuanya merupakan lawan berat walaupun mereka tidak maju berbareng, tapi sehabis menyelesaikan yang satu, ia masih harus menghadapi lagi lawan yang lain, sesugguhnya sangat berbahaya. Namun demikian, Lim Tiang Hong tidak merasa jeri, ia segera mengeluarkan senjata seruling emasnya.
Dan mulai mengajak In-bu Mo-kheng bertanding.
In-bu Mo-kheng adalah murid kepala Ban-ciang Nio-nio. Sifatnya kejam, ganas dan angkuh. Karena mendengar ejekan si Pengemis pincang yang mengatakan bahwa murid2 Ban-ciang Nio-nio cuma mengandalkan
kepandaiannnya menggunakan racun binatang untuk merubuhkan lawannya, ia merasa terhina. Maka kali ini ia telah bertekad menggunakan pedangnya 'Kim chan-kiam'
untuk menjatuhkan Lim Tiang Hong. Dari sini kita dapat lihat bagaimana besar ambisinya nyonya itu.
Seketika itu ia sudah ulur tangan kirinya yang memakai selubung baja di lima jarinya. Dari ujung jari itu menghembuskan hawa dingin, meluncur ke badan Lim 188
Tiang Hong. Sedang pedang 'Kim-chan-kiam di tangan kanannya, juga lantas diputar menyambar kepala.
Begitu bergerak, nyonya itu sudah memperlihatkan betapa tingginya kepandaian menggunakan pedang.
Lim Tiang Hong diam2 terperanjat. Ia segera putar seruling emasnya untuk melindungi dada, kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat ujung seruling menotol lawannya.
Dengan gerakannya yang gesit dan cepat itu, ia sudah berhasil mendesak mundur In-bu Mo-kheng.
"Benar saja tidak kecewa kau mendapat nama begitu kesohor, sekarang coba kau sambuti seranganku!" demikian Im bu Mo-kheng berikan pujiannya, kemudian melakukan serangannya lagi terhadap Lim Tiang Hong.
Setiap murid Ban-ciang Nio-nio, ada memakai selubung baja dilima jari tangan kirinya. Kalau bertempur setiap gerakannya disesuaikan dengan pedang ditangan kanannya dan enam batang senjata tajam, maka banyak orang2 kuat di dunia kang-ouw yang lelah terjungkal di tangan mereka.
Lim Tiang Hong yang menghadapi serangan aneh dari golongan sesat ini, semangatnya bangun seketika. Ia segera menggunakan ilmunya yang didapatkan dari pelajaran Hong-hong Pit-kip untuk menghadapi lawan tangguh itu.
Karena kedua pihak sama2 menggunakan senjata yang berupa emas, maka sinarnya memancarkan cahaya
gemerlapan. Pertempuran itu makin lama berjalan makin cepat dan seru, sukar dibedakan mana Lim Tiang Hong dan mana In-bu Mo-kheng.
189 Tapi Lim Tiang Hong harus menghadapi dua lawan lagi, diam2 hatinya merasa cemas. Apalagi kalau diingat bahwa baru berhadapan dengan muridnya saja masih belum mampu menjatuhkan, bagaimana kalau berhadapan dengan Ban-ciang Nio-nio sendiri"
Karena memikir demikian, maka ia lantas rubah gerak tipunya. Selain seruling, ia juga menggunakan tangan kirinya untuk melancarkan serangan dengan menggunakan tenaga dalam.
Meski In-bu Mo-kheng sudah mengeluarkan seluruh kepandaiannya, tapi ia merasa bahwa setiap serangan Lim Tiang Hong, seolah olah mengandung tekanan berat, hingga pedangnya seperti tidak terangkat lagi, jangan kata untuk menyerang.
Dalam kagetnya, ia terpaksa lompat mundur.
Lim Tiang Hong tidak mendesak, sebaliknya tarik kembali serangannya sembari berkata: "Biarlah kita akhiri sampai di sini saja! Di lain hari kalau ada jodoh, aku nanti akan datang ke Lam-hong, untuk belajar kenal lagi dengan kepandaian ilmu silat suhumu".
Di hadapan orang Hong Lui po, sudah tentu In-bu Mo-kheng tidak mau mengaku kalah. Apalagi ia belum mengeluarkan serangannya yang paling ganas. Maka ia lantas menjawab dengan suara keras: "Kita masih belum tahu siapa yang menjadi pecundang, bagaimana kau hendak mengakhiri pertandingan ini?"
Ia lantas maju lagi untuk melakukan serangannya.
Keadaan In-bu Mo-kheng saat itu berbeda dengan semula berhadapan dengan Lim Tiang Hong, rambutnya terurai dikedua pundaknya, parasnya pucat pasi, sekujur badannya seolah-olah diselubungi oleh kabut.
190 Mendadak ia mengitari Lim Tiang Hong dengan
gerakannya yang gesit dan lincah. Dalam waktu sekejapan saja sudah melancarkan serangan tidak kurang dari 12 kali.
Lim Tiang Hong merasa seperti dikurung oleh hawa dingin, sedang pedang In-bu Mo-kheng yang bentuknya seperti ulat sutra itu, sebentar2 mengeluarkan suara "ser, ser" yang menyeramkan.
Dalam keadaan tidak terjaga-jaga, Lim Tiang Hong mendadak merasa menggigil. Kini ia baru tersadar apa sebabnya In-bu Mo-kheng mengajak ia bertanding di gunung ini, sebab ilmunya yang dinamakan Han-peng hian-song-im-kang hanya ditempat dan hawa dingin seperti malam itu, baru dapat mengujukkan khasiatnya yang lebih hebat.
Tiba2, di sekitar tubuh Lim Tiang Hong diselubungi oleh sinar merah tipis yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa dan badan Lim Tiang Hong pada saat itu seperti ada hawa panas mengalir. Ketika hawa dingin menyerbu dalam badan, ia merasa seperti tertiup angin sepoi2.
Keajaiban ini ia sendiri juga merasa heran, ia masih mengira itu ada pengaruhnya ilmu Sia-thian Cin-it Khie-kang yang melawan hawa dingin, padahal bukan. Karena pengalamannya yang sangat ganjil, membuat barang2
mujijat yang mengeram dalam tubuhnya tidak dapat kesempatan mengeluarkan khasiatnya.
Seperti apa yang sudah dituturkan di bagian pertama, ketika Lim Tiang Hong kesasar ke suatu gua di daerah gurun pasir, pernah makan sebutir nyali naga yang dinamakan "Hwee-liong-tha', sebab kala itu ia terlalu banyak minum air dari sumber gurun pasir, sehingga nyali itu tidak punya kesempatan keluarkan khasiatnya. Dan malam itu, karena tekanan hawa dingin diri luar lagi pula 191
dibantu oleh pengaruh kekuatan Sian-thian Cin-it Khie-kang, maka meledaklah kekuatan ajaib yang selama itu mengeram terus dalam tubuhnya.
Seketika semangat dan kekuatan tenaga dalamnya bertambah berlipat ganda. Senjata serulingnya terus menerobos lapisan kabut yang mengurung tubuh In-bun Mo-kheng. Tangan kirinya juga tidak tinggal diam. Dengan tenaga sepenuhnya, ia melancarkan serangan beruntun, hingga lapisan kabut yang melindungi tubuh In-bu Mo-kheng dibikin buyar.
In-bu Mo-kheng kewalahan, ia lompat mundur sejauh 8
kaki, tapi sebelum kakinya menginjak tanah, ujung seruling Lim Tiang Hong sudah mengancam lima tempat jalan darah penting dalam tububnya.
Dalam keadaan takut dan kaget, ia terpaksa mundur lagi dengan cara jumpalitan. Dalam keadaan demikian ia masih tidak lupa balas menyerang dengan senjatanya yang istimewa! tangannya hanya nampak tergetar, ujung senjatanya menyemburkan benda berkeredapan ke arah muka Lim Tiang Hong.
Tapi Lim Tiang Hong yang bermata tajam, dengan tenang menyentil dengan jari tangannya, hingga benda berkeredapan itu terpukul hancur dan sebentar kemudian lenyap diudara.
Tapi saat itu hidungnya dapat mengendus bau amis, namun ia tidak ambil perhatian, karena pada saat itu In-bu Mo-kheng sudah memandang dan berkata padanya dengan suara bengis "Malam ini nyonyamu mengaku kalah, tapi ada satu hari, aku suruh kau belajar kenal sampai di mana hebatnya kepandaian ilmu perguruuan Ban-ciang Nio-nio".
192 Sehabis berkata demikian, ia lantas putar tubuh dan menghilang dtelan kegelapan.
Lim Tiang Hong belum pernah datang ke Lam-hong, maka tidak tahu sampai dimana jahatnya bisa kuku yang digunakan oleh Ban-ciang Nio-nio itu. Begitu pula dengan Thian-cao Suncu yang berada di daerah barat, juga tidak tahu keadaan dan peraturan dunia kang-ouw, hingga dianggapnya cuma gertak sambal saja.
Hanya Pek-tok Hui-mo yang licik dan banyak
pengalamannya, sudah tahu kalau Lim Tiang Hong sudah
'kemasukan' racun yang dilancarkan oleh lawannya secara licin, maka diam2 merasa geli.
Setelah In-bu Mo-kheng berlalu, Lim Tiang Hong lalu berkata kepada mereka: "Aku si orang she Lim masih beruntung belum binasa di tangannya nyonya itu. Siapa diantara kalian berdua yang hendak turun tangan lebih dulu?"
"Tuan besarmu inilah yang ingin coba belajar kenal dengan ilmumu Sian-thian Cit-it Khie-kang" jawabnya Thiau-cao Suncu dengan jumawa.
"Itu mudah sekali!" jawab Lim Tiang Hong.
Entah bagaimana caranya bergerak, si Suncu itu tahu2
sudah berada sejarak tiga kaki di hadapannya. Dari gerakannya itu saja sudah dapat diukur bahwa manusia yang bentuknya mirip orang utan itu. Kepandaiannya ternyata jauh lebih tinggi dari dua rekannya yang lain, ialah Lan-tao dan Pak-kek kedua Suncu.
Berhadapan dengan dua lawan kuat, apalagi sehabis melakukan petempuran sengit, Lim Ti-iing Hong meski di luarnya kelihatan tenang, tapi dalam hatinya merasa tegang. Ia kerahkan kekuatan Sian-thian Cin-it Khie-193
kangnya, mendadak merasa terkejut, sebab dalam pertempuran dengan In-bu Mo-kheng tadi, ternyata sudah menggunakan banyak kekuatan tenaga dalam.
Thian-cao Suncu kelihatannya seperti orang kasar, tapi dalam pengetahuannya, sudah tentu dia tahu keadaan Lim Tiang Hong maka ia tidak memberi kesempatan padanya untuk memperbaiki kekuatannya. Begitu berada di depan si anak muda, lantas ulurkan tangannya yang panjang sambil berseru: "Sambutilah ini!"
Lalu melancarkan serangannya dengan tangan kosong.
Serangannya itu tidak mengeluarkan hembusan angin, juga tidak tertampak tanda2 nya yang hebat, tapi, serangan serupa itulah justru yang mengandung kekuatan tidak terbatas, yang tidak boleh dipandang ringan.
Maka, Lim Tiang Hong lantas menggunakan ilmunya Sam-sun Pou-hoat, dengan secara lincah dan gesit sekali ia menghindarkan serangan tersebut.
Mendadak ia merasakan sambaran angin kuat serta mengandung hawa dingin, menyerang dari samping.
Lim Tiang Hong sedang berkelit kekanan. Ia tahu jika ia berkelit lagi, Thian-cao Suncu juga pasti mengikuti dan melancarkan serangannya. Jika demikian halnya, ini berarti ia kehilangan posisi lebih dulu.
Maka, selagi sambaran angin itu hendak mengenakan balannya, ia sudah kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya dikedua tangannya, sambil keluarkan bentakan keras dan memutar tubuhnya, ia sambuti serangan tersebut.
"Bang! bang!" Suara ledakan terdengar nyaring. Kekuatan kedua pihak saling beradu dan dua2-nya terpental mundur dua tindak.
194 Dalam hati masing2 meraaa kaget, tahu juga sampai dimana kekuatan masing2,
Thian-cao Suncu nampaknya sangat penasaran, kembali ia perdengarkan suara tawanya yang aneh, kemudian melancarkan serangannya lagi.
Kali ini ia menggunakan seluruh kekuatannya, hingga terdengar suara hembusan angin keras. Sebelum
serangannya tiba, hembusan anginnya sudah mendesak dengan hebat.
Lim Tiang Hong karena masih harus menyimpan sedikit tenaga untuk menghadapi lawannya yang kedua juga merupakan lawannya yang terkuat, maka ia tidak mau menyambuti dengan menggunakan kekerasan, sebaliknya menggunakan ilmunya Sam-sam-pou-hoat, yang terkenal lincahnya, untuk menghindarkan setiap serangan yang dilancarkan oleh lawannya.
Tapi dengan cara demikian, berarti memberi
kesempatan bagi Thian-cao Suncu untuk melancarkan serangannya dengan leluasa.
Lengannya yang panjang luar biasa bergerak-gerak bagaikan ular berbisa mengejar mangsanya. Karena gencar dan hebatnya serangan itu, hingga hembusan anginnya menimbulkan suara gemuruh.
Dalam waktu sekejapan saja, pertempuran itu sudah berlangsung seratus jurus lebih tapi sebagian besar serangan dilakukan oleh Thian-cao Suncu.
Mungkin ia anggap bahwa kepandaian Lim Tiang Hong cuma begitu saja, maka ia lantas berkata dengan sombongnya: "Kepandaian semacam ini, kau berani. Jago2
daerah Tionggoan, sudah mampus semuanya"
195 (dw-kz) Jilid ke 4 Kalau ia tidak mengeluarkan perkataan sesombong itu, barangkali ia tidak mengalami kekalahan begitu cepat dan begitu mengenaskan. Karena perkataannya yang menyakiti hati itu, telah membuat Lim Tiang Hong naik pitam. Siapa lantas menjawab sambil ketawa: "Di dalam rimba persilatan daerah Tionggoan, aku si orang she Lim meski belum terhitung apa2, tapi buat menghadapi orang2
semacam kau ini, rasanya masih cukup tenaga untuk membikin kau jatuh tidak bisa bangun lagi, kalau tidak percaya, coba sambuti seranganku ini!"
Sekonyong konyong kakinya menjejak tanah, badannya melesat tinggi ke atas dan kedua tangannya dipentang melancarkan serangan. Tapi sebelum mengenakan
sasarannya, mendadak ia rubah dan diputar demikian rupa, sehingga merupakan satu serangan secara langsung, tapi serangan yang ditujukan ke pelbagai jurusan bagian jalan darah.
Thian-cao Suncu yang mengira diserang dari depan, segera pentang tangannya yang lebar, untuk menyambuti serangan tersebut.
Tapi ia kecele, sebab Lim Tiang Hong mendadak
menghilang dari depan matanya dan sudah memutar ke belakang dirinya. Dengan kecepatan bagaikan kilat, tangaanya menepok jalan darah Hong-bwee-kiat dan Ceng-ciok-hiat.
196 Thia-cao Suncu tahu bahwa dirinya kena dikibuli oleh anak muda itu, segera putar tubuhnya dan balikkan tangannya.
Walaupun ia sudah berlaku gesit, tapi ternyata masih agak terlambat, sebab di atas pundaknya sudah kesambar oleh serangan tangan Lim Tiang Hong, sehingga dirasakan sakit dan kesemutan.
Jago dari daerah barat itu menjadi kalap. Dengan mata dan rambut berdiri serta mulut ber-teriak2, ia menerjang lawannya.
Lengan tangannya yang luar biasa panjangnya, dalam waktu sekejapan saja sudah melancarkan serangan tidak kurang dari dua puluh kali.
Menghadapi serangan secara nekat itu, Lim Tiang Hong tidak sudi menyambuti dengan kekerasan, maka terpaksa ia mundur 5-6 tindak.
Tapi Thian-cao Suncu agaknya dapat menduga maksud lawannya. Ia tidak memberi kesempatan sama sekali, terus menyerang secara kalap, sehingga beberapa kali membuat dirinya sendiri dalam keadaan sangat berbahaya.
Selagi pertempuran berlangsung dengan sengitnya, mendadak terdengar suara ledakan hebat. Kemudian disusul oleh suara jeritan dan tubuh Thian-cao Suncu yang pendek gemuk, seolah-olah balon besar mumbul ke atas setombak lebih dan kemudian meluncur turun kerumputan.
Tidak kecewa Thian-cao Suncu menjadi jago kenamaan di daerah barat, meski terjatuh dari atas setinggi satu tombak lebih, ia masih bisa menolong dirinya dengan jalan jumpalitan dan kemudian berdiri tegak lagi, tapi mulutnya telah menyemburkan darah hitam, badannya terhuyung-huyung.
197 Dengan mata mendelik ia berkata sambil menuding Lim Tiang Hong: "Bocah, kau tunggu saja! hutangmu satu kepalan tangan ini, tuan besarmu nanti akan menagih kembali".
Setelah berkata demikian, mulutnya menyemburkan darah matang lagi dan kemudian dengan badan terhuyung-huyung ia menghilang dari depan mata Lim Tiang Hong.
Setelah merubuhkan lawannya yang kedua, Lim Tiang Hong sendiri juga merasa darahnya bergolak, lekas2 ia atur kembali jalan pernapasannya, untuk memulihkan kekuatan tenaganya.
Dalam keadaan demikian, paderi berkerudung itu mendadak sudah berada di hadapannya, dengan suara seram ia berkata padanya. "Bocah, aku beritahukan padamu, bukannya aku si orang she Im hendak berlaku kejam. Karena kesatu kau adalah anaknya Ho-lok Siu-su, sudah tentu aku tidak dapat membiarkan kau hidup lebih lama lagi di dalam dunia. Dan kedua setan tua dalam gua digurun pasir itu, sudah pasti ada meninggalkan pesan apa2
terhadap kau. Maka ini berarti, kalau aku tidak bunuh mati kau, kaulah nanti yang akan membunuh mati aku".
Lim Tiang Hong membuka matanya lebar2 dan
memancarkan sinar yang menakutkan, lalu berkata dengan nada dingin: '"Kalau begitu kau inilah itu orang yang mendapat sebutan 'Manusia Buas Nomor Satu' dikolong langit itu! ayahku pernah berkata padaku, kalau aku menghadapi orang itu, ia minta aku memberi sedikit kelonggaran padanya, karena ayahku sendirilah yang hendak membereskan persoalannya denganmu. Maka selama itu, meski aku sudah menduga bahwa kau inilah mungkin ada itu orang yang dikatakan oleh suhu. namun aku masih membiarkan kau hidup sampai sekarang ini.
198 Tapi malam ini keadaannya sudah berlainan, aku terpaksa harus menjalankan tugas yang dibebankan oleh suhu, untuk membikin pembersihan terhadap perguruan".:
Kalau di waktu yang lalu, mungkin Pek-tok Hui-mo akan merasa sedikit jeri mendengar perkataan dan keterangan Lim Tiang Hong itu, tapi malam itu tidaklah demikian halnya, karena ia sudah mempelajari ilmu Tat-mo-keng dan lain2nya lagi. Selain daripada itu, ia juga sudah-menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana dengan susah payah Lim Ting Hong baru berhasil merubuhkan dua musuhnya yang tangguh. Sekalipun ia mempunyai kekuatan tenaga dalam melebihi manusia biasa, tapi sedikit banyak pasti terpengaruh juga.
Kesempatan sebaik itu, sudah tentu ia tidak akan melepaskan begitu saja, maka seketika itu ia lantas membuka kerudungnya dan berkata sambil tertawa terbahak-bahak: "Aku si orang she Im selamanya tidak suka unjukkan wajah asliku, tapi karena malam ini ada merupakan hari terakhir bagi hidupmu, maka sebelum kau meninggalkan dunia ini, biarlah kau lihat dengan seksama!
Nanti jika kau menghadap kepada Giam-lo-ong (raja akhirat), supaya dapat mengatakan bagaimana wajahnya orang she Im itu....".
Kejumawaannya ini, sesimgguhnya sangat melewati batas.
Pada saat itu, Lim Tiong Hong baru mendapat
kesempatan untuk menyaksikan wajah Pek-tok Hui-mo yang sebenarnya. Ia itu ternyata merupakan satu wajah yang menyerupai hantu! Matanyanya lebar, hidungnya melengkung, dua giginya menonjol keluar seperti caling, memang tepat kalau mendapat sebutan manusia buas.
199 Menggunakan kesempatan itu, Lim Tiang Hong telah mengatur pernapasannya. Meski hanya dalam waktu sangat singkat, tapi ia dapat merasakan bahwa saat itu sekalipun bertempur dengan manusia buas itu, belum tentu akan kalah. Namun demikian, sedapat mungkin ia coba berusaha untuk mengulur waktu, agar tenaganya pulih seluruhnya.
Tapi Pek-tok Hui-mo tidak memberi kesempatan
padanya. Mendadak ia simpan kerudungnya dan kembali berkata sambil tertawa puas: "Bocah, mari kita turun tangan! sudah kuberi kesempatan begitu lama padamu, ini merupakan suatu keuntungan besar bagimu, masih hendak menunggu apalagi?"
Lim Tiang Hong meski hatinya panas, tapi masih bisa menindas perasaannya. Hanya dengan sepasang matanya ia memandang musuhnya, siapa segan menjawabnya.
Pek-tok Hai-mo semakin menggila, sambil mendorong tangannya ia berkata: "Kalau kau masih hendak
mengatakan apa2, kau boleh ucapkan sembari bertempur, mengapa kau berdiri saja seperti patung?"
Lim Tiang Hong menggunakan ilmunya Sam-sam Po-
hoat, lompat menyingkir ke samping, tapi tidak membalas menyerang.
Pek-tok Hui -mo agaknya sudah dapat menduga hatinya Lim Tiang Hong, mendadak ia melompat tinggi, menyecar dengan pelbagai serangan. Sebagai seorang yang mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat hebat dan mempunyai macam2 ilmu silat, maka setiap serangannya mengandung kekuatan tenaga yang sangat hebat.
Kini Lim Tiang Hong tidak dapat tinggal diam lagi, ia segera keluarkan seluruh kepandaiannya, balas menyerang.
Ia merasa bahwa Pek-tok Hui-mo yang sekarang, memang 200
jauh berbeda dengan Pek-tok Hui-mo yang dulu pernah ia hadapi. Bukan saja kekuatan tenaga dalamnya sudah mendapat banyak kemajuan, gerak tipu setiap serangannya juga sangat aneh dan ukar diduga, kadang2 bahkan dicampuri dengan ilmu golongan Buddha.
Setelah bertempur cukup lama, ia benar2 merasa berat, dengan tanpa dirasa, ia sudah mundur ber-ulang2.
Mendadak terdengar suaranya Pek-tok Hui-mo: "Bocah, jika kau masih menyayangi jiwamu, sekarang kita boleh hentikan pertempuran ini dan kau harus menjura di hadapanku dan mengaku aku sebagai ayahmu, selanjutnya kau harus bersumpah akan menjadi anggauta Thian-cu-kauw".
"Tak usah kau omong besar! dengan kepandaianmu seperti ini, belum tentu mampu menundukkan tuan mudamu!"
"Haha! belum mau mengalah" Coba sambuti lagi
seranganku ini!" "Ser!" Hembusan angin dingin bagaikan taufan,
menyambar badan Lim Tiang Hong. Karena kecepatannya angin itu, membuat lawannya tidak mendapat kesempatan untuk menyingkirkan diri.
"Buk!" angin taufan itu seolah olah membentur suatu benda dan kemudian buyar.
Lim Tiang Hong nampak terhuyung-huyung dan
mundur tiga tindak. Di bawah kakinya terdapat tanda bekas kaki sedalam setengah chun.
"Bocah, pukulan tadi barangkali tidak cukup keras, sekarang cobalah rasakan sekali lagi!".
201 Kembali hembusan angin yang mengandung kekuatan hebat menggulung dirinya si anak muda.
Lim Tiang Hong merasa gusar, segera kedua tangannya dikepalkan, kemudian dipentang, lalu menyambuti serangan tersebut.
Sebentar kemudian terdengar suara nyaring, lama menggema di sekitar gunung.
Lim Tiang Hong mundur dua tindak, begitu pula Pek-tok Hui-mo juga mundur dua tindak dengan wajah pucat pasi. Dalam hatinya mulai jeri. Ia sungguh tidak menduga bahwa pemuda di hadapannya itu ada mempunyai
kekuatan tenaga dalam begitu hebat.
Mendadak ia maju lagi, lalu mementang kedua
lengannya. Dalam waktu yang sangat singkat, ia sudah melancarkan serangannya sampai 18 kali.
Diantara berputarnya kepalan dan menderunya angin santer, sesosok bayangan orang nampak melesat tinggi ke atas. Bayangan itu berputaran di tengah udara bagaikan gangsing, kedua tangannya bergerak-gerak menghalau sambaran angin, sehingga serangan Pe-tok Hui-mo yang begitu hebat tidak berdaya mencapai maksudnya.
Itu adalah gerakan Lim Tiang Hong yang tengah
menghadapi Pek-tok Hui-mo yang tidak ada taranya.
Meski malam itu hawa dingin dan meresap ke tulang, tapi dua orang yang sedang bertempur sengit di puncak gunung itu, seolah-olah tidak menghiraukan hawa dingin itu.
Sang waktu berjalan tanpa dirasa dan orang ang sedang bertempur sengit itu juga tidak tahu entah berapa lama mereka bergulat secara mati2an itu.
202 Kini, di sebelah ufuk timur sudah kelihatan sinar kemerah-merahan sang surya, sudah memancarkan
sinarnya ke muka bumi, juga mulai menyinari kedua orang yang tengah bergulat antara mati dan hidup itu.
Di satu pihak adalah seorang laki2 tinggi besar dengan wajahnya yang seram buas, dilain pihak adalah seorang pemuda tampan, tapi saat itu sudah nampak pucat pasi dan letih sekali.
Setelah bertempur dalam waktu dua jam, ternyata Pek-tok Hui-mo masih belum mampu merubuhkannya, apa lagi membunuh mati Lim. Tiang Hong, nafsunya semakin berkobar.
Dalam kalapnya, ia coba melakukan serangannya yang terakhir. Serangan itu ada lebih dahsyat dan lebih hebat dari pada yang terdahuluan, sehingga tempat sekitar lima tombak persegi telah diliputi oleh angin kuat.
Di pihaknya Lim Tiang Hong, kita nampak ia berdiri tegak, rambut di kepalanya berkibar-kibar tertiup angin yang keluar dari serangan Pek tok Hui-mo, sedang di atas wajahnya yang pucat, nampak kemerah-merahan dan kedua tangannya perlahan2 diangkat sampai ke dada....


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tatkala serangan Pek-to Hui-mo yang dahsyat
menggempur padanya, mendadak ia mengeluarkan suara keras. Kedua tangannya di balik. Dari telapak tangannya meluncur keluar hawa dari Sian-thian Cin-ie Khie-kang yang dapat menghancurkan benda itu.
Bum! kedua kekuatan tenaga dalam mereka saling beradu, hingga menimbulkan ledakan sangat hebat.
Kemudian, kita lihat tubuh Pek-tok Hui-mo yang tinggi besar, nampak terpental tinggi dan jatuh sejauh kira2 satu 203
tombak. Ketika kakinya menginjak tanah, mulutnya mengeluarkan darah hitam!
Sedang di pihaknya Lim Tiang Hong, ia nampak
berputaran di tengah udara, akhirnya melayang turun sejauh kira2 satu tombak lebih, dari mulutnya pemuda itu juga mengeluarkan darah segar.
Dengan demikian, dua2nya telah terluka parah!
"Bocah, hari ini kalau bukan kau yang mampus, biarlah aku yang mati!" demikian suara Pek-tok Hui-mo berseru.
Dan badannya yang tinggi besar segera melesat ke tengah udara, kedua tangannya dipentang, kali ini ia melakukan serangannya dengan menggunakan ilmu Kana Kim-kong Sin-ciang yang sudah lama menghilang dari dunia rimba persilatan.
Lim Tiang Hong juga nampak beringas. Dengan badan menengadah ke atas, ia balas menyerang dengan ilmunya Sian-thian Cin-it Khie-kang.
Kembali terdengar suara ledakan hebat. Lim Tiing Hong segera rubuh terjengkang, mulutnya mengeluarkan darah segar. Sedang badannya Pek-tok Hui-mo juga lantas kehilangin imbangan dan jatuh terguling ke dalam rerumputan lebat!
Sian-thian Cin-it Khie-kang dan Kana Kim-kong Sian-ciang, sama2 merupakan ilmu dari golongan Hian-bun dan golongan Buddha yang sudah lama menghilang dari rimba persilaian, sama2 merupakan ilmu yang menjadi kekuatan, tidak ada taranya. Karena dari semula Lim Tiang Hong dapat didikan dasar dari golongan Hian-bun yang menggunakan kebenaran, selain daripada itu, juga banyak pengalaman mujijat, sehingga membuat dirinya menjadi seorang luar biasa meski ia pelajari ilmunya itu hanya 204
dalam waktu yang amat singkat, tapi kalau dibanding dengan Pek-tok Hui-mo, harus diakui bahwa ia masih unggul setingkat. Oleh karena ia habis menghadapi dua musuh tangguh, sehingga kekuatan tenaganya banyak berkurang, sudah tentu sangat merugikan padanya.
Sebaliknya dengan Pek-tok Hui-mo, meski kekuatan cukup sempurna, tapi dari permulaan ia telah pelajari ilmu silat dari golongan sesat yang umumnya cuma
mengutamakan keganasan. Meski ia berhasil, tapi kalau berhadapan dengan kekuatan tenaga murni dari golongan kebenaran, akhirnya harus tunduk juga. Menurut perhitungan yang wajar, ia tidak dapat memenangkan Lim Tiang Hong, tapi karena sebab2 yang tersebut di atas tadi, maka dua2nya jatuh dan terluka parah.
Angin gunung meniup sepoi-sepoi. Suasana kembali menjadi sunyi.
Tidak antara lama, badan Pek-tok Hui-mo nampak bergerak-gerak dan per-lahan-2 nampak berdiri. Dengan badan sempoyongan ia memanggil-manggil: "Lim Tiang Hong.... Lim Tiang Hong kau sudah mampus atau belum?"
Mendadak Lim Tiang Hong lompat bangun dan
menjawab sambil perdengarkan tawanya. "Iblis, tuan mudamu tidak akan mampus!"
"Hmmm! ada suatu hari kau pasti binasa di tanganku!"
"Jangan kau terkebur! siapa yang akan mati di
tanganmu nasib kita masih belum dapat ditentukan!"
Dalam keadaan tidak berdaya, kedua2nya cuma bisa saling adu mulut sambil berdiri tanpa bisa bergerak-Mendadak Pek-tok Hui-mo berseru: "Bocah, kemana ibumu" Apakah ia ke Hong-hong-tie?"
205 "Huh! bukankah kau sudah sia2kan padanya. Apa
perlunya menanyakan dia lagi?"
"Aih.... Sungguh kau ini tidak mempunyai tanggung jawab"
"Haha, manusia yang tidak mengenal keluarga sendiri semacam kau ini apa masih bisa menghela napas" Aku tanya padamu kemana istrimu pergi" Di mana putra dan putrimu sekarang berada" Kau... ternyata ada lebih kejam dan lebih buas daripada binatang srigala"
Mendadak Pek-tok Hui-mo ketawa terbahak-bahak.
"Bocah, tepat sekali apa yang kau katakan. Aku si orang she Im, sebetulnya mempunyai rumah tangga yang berbahagia, tapi sekarang menjadi berantakan, memang benar tidak ubahnya sebagai binatang....".
Lim Tiang Hong heran mendengar perkataan itu.
Tapi pada saat itu, ia telah dapat lihat bahwa iblis itu sudah pentang kedua tangannya. Dengan mata beringas, setindak demi setindak mendekati dirinya. Sedang mulutnya mengeluarkan perkataan dengan nada gemas:
"Siapa yang harus disalahkan" Ya, siapa yang harus disalahkan...." Semua adalah gara2nya kau binatang anak haram ini!"
Lim Tiang Hong terperanjat. Diam2 ia kerahkan
tenaganya, seketika ia merasakan di dadanya, ternyata ia sudah terluka parah, hingga diam2 mengeluh. Ia anggap bahwa kali ini sulit sekali terlolos dari tangannya iblis buas itu....
Tapi setiap orang yang menghadapi kematian, kadang2
timbul kekuatan yang didorong oleh keinginan hidup.
Begitulah keadaannya Lim Tiang Hong pada waktu itu.
Dengan secara tiba2 dalam otaknya timbul suatu pikiran, 206
seolah-olah ada suara yang mengisiki telinganya:
"keluarkanlah pedangmu!"
Dengan cepat ia hunus pedangnya. Dengan pedang gemerlapan yang disinari oleh matahari pagi itu, ia berkata sambil menuding Pek-tok Hui-mo: "Sekarang dirimu sudah terluka parah, tapi aku tidak akan membunuh mati kau.
Biar bagaimana, pada suatu hari aku pasti suruh kau merasakan tajamnya pedang To-liong-kiam ini".
Ketika mata Pek tok Hui-mo kebentrok dengan ujung pedang To-liong-kiam yang tajamnya luar biasa itu, dengan tidak dirasa telah mundur dua tindak. Diwajahnya terkilas suatu perasaan aneh. Itu adalah suatu sikap dan perasaan dari paduan rasa gusar dan rasa jeri. Sekejap dia nampak tercengang, kemudian dengan cara tiba2 lantas putar tubuhnya dan lari turun gunung.
Lim Tiang Hong mengeluarkan keringat dingin. Ia masukkan lagi pedangnya. Keadaannya pada waktu itu sudah letih sekali, mungkin untuk mengangkat pedang saja sudah tidak mempunyai cukup tenaga.
Pertarungan hebat yang dilakukan hampir satu malam suntuk, ini telah berakhir. Tiga musuh kuat dari dunia kangouw yang jarang mendapat tandingan, juga sudah dirubuhkan satu persatu. Tapi, kemenangan Lim Tiang Hong itu didapatkan dengan susah payah, hingga kini ia telah merupakan orang sakit yang susah bergerak! Kalau di waktu datangnya tadi ia ada begitu gesit gerakannya, kini telah berubah seperti merayap.... Baru berjalan beberapa tindak, matanya dirasakan berkunang kunang, kakinya hampir tergelincir....
Pada saat demikian itu, diantara warna hijaunya rerumputan tiba2 tertampak warna merah. Ternyata ia 207
adalah seorang wanita berpakaian merah dengan
pedangnya di punggung, siapa lari ke arahnya.
Wanita itu mengenakan pakaian yang khas buat
muridnya Ban-ciong Nio-nio, itu sudah diketahui oleh Lim Tiang Hong dan kini dalam keadaan tidak bertenaga sama sekali, sudah tentu tidak mampu menghadapinya.
Mengingat dirinya sebagai orang laki2 dan seorang pemimpin partai besar, harus ditawan oleh seorang wanita, bukankah merupakan suatu hal yang sangat memalukan"
Juga akan meninggalkan titik hitam dalam lembaran sejarah partai Hong-hong-tie, yang tidak dapat dihapus untuk selama-lamanya.
Ketika nampak wanita itu makin lama makin dekat.
Dalam keadaan cemas, kepalanya dirasakan pening dan kemudian rubuh tanpa sadarkan diri lagi....
-odwo- BARU saja Lim Tiang Hong rubuh, wanita baju merah itu sudah tiba ke puncak bukit dan memanggil padanya dengan suara nyaring. "Kongcu....!"
Kemudian dengan gerakan sangat gesit, ia meluncur dan memayang tubuh Lim Tiang Hong yang sudah tidak ingat orang lagi. Ia mengurut jalan darahnya, hingga pemuda itu perlah-lahan membuka matanya.
Ia terperanjat, ketika dapatkan dirinya berada dalam pelukan Bwee Hiang, itu pelayan ibunya ketika masih menjadi nyonya Pek-tok Hui-mo di lembah Loan-Biauw-kok.
Dalam herannya ia lantas menegur: "Enci Bwee Hiang, kau ada baik2 saja" "
208 Bwee Hiang anggukan kepala dengan wajah muram.
"Dari mulutnya In-bu Mo-kheng aku dapat dengar, bahwa kau telah bertemu dengan seorang musuh kuat yang tidak ada taranya. Oleh karena aku kuatir kau menemukan bahaya, maka malam2 aku berangkat kemari. Bagaimana dengan lukamu" Apa tidak halangan?"
Lim Tiang Hong geleng2kan kepala, diam2 ia atur pernapasannya, di bagian dada ia rasakan satu perasaan nyeri, yang hampir membuat ia pingsan lagu Ia lantas menghela napas.
Menyaksikan keadaan kongcunya Bwee Hiang segera dapat tabu bahwa pemuda ini terluka parah. Dengan tanpa sadar, air matanya mengalir keluar dan katanya dengan suara perlahan: "Kongcu, mari aku gendong kau turun gunung! untuk mencari tempat lebih dulu supaya kau dapat merawat luka2mu".
Lim Tiang Hong angggukan kepala, tapi ia menolak digendong oleh Bwee Hiang. Ia berdiri, dengan badan sempoyongan ia coba berjalan. Tapi belum berapa tindak, sudah hampir rubuh lagi hingga Bwee Hiang buru2
memayang padanya dan berkata dengan hati cemas: "Di sini toh tidak ada siapa2, apa salahnya aku gendong.
Bukankah di Loan-Biauw-kok dulu aku sudah pernah gendong kau?"
Ia-tidak tahu bahwa keadaan sekarang dan pada saat itu sudah berlainan. Dulu, ketika di lembah Loan-Biauw-kok, kekuatan dan tenaga Lim Tiang Hong masih utuh. Kalau ia mau digendong oleh Bwee Hiang, itu tidak lain daripada main sandiwara saja. Tapi kini ia sudah menjadi pemimpin satu partai besar. Kalau sampai digendong oleh seorang wanita, bukankah akan membuat buah tertawaan orang"
209 Tapi buat Bwee Hiang tidak perdulikan itu semua, ia lantas berjongkok dan paksa gendong dirinya Lim Tiang Hong, dibawa turun gunung.
Tiba di bawah gunung, matahari sudah mendoyong ke barat.
Karena akan berjalan dijalan raya, Lim Tiang Hong minta diturunkan dari gendongannya.
Bwee Hiang menurut. Setelah diturunkan dari
gendongannya, ia bimbing padanya berjalan. Karena luka2nya, perjalanan Lim Tiang Hong itu dilakukan amat berat sekali. Jalan sekian lama, baru mencapai jarak kira2
tiga li, namun napasnya sudah tersengal-sengal.
Bwee Hiang sangat gelisah, ia hendak menggendong lagi, tapi Lim Tiang Hong menolak. Dengan demikian, terpaksa melanjutkan perjalanannya seperti merayap.
Jalan tidak berapa lama, dari jauh tertampak sebuah bangunan, dari dalamnya memancarkan sinar lampu. Bwee Hiang menarik napas lega, ia lalu berkata: "Syukurlah! di depan sana ada terdapat rumah orang"
Tapi ketika sudah berada dekat, bangunan itu ternyata ada sebuah kuil. Di atas pintunya terdapat papan yang tertulis dengan huruf emas "CENG TOU AM".
Bwee Hiang mengetok pintunya. Dari dalam segera tertampak keluar seorang Bhiksuni yang masih sangat muda. Bhiksuni itu mengamat-amati Bwee Hiang sejenak, lalu berkata sambil rangkapkan kedua tangannya. "Entah ada keperluan apa siecu malam2 mengunjungi kuil kami?"
"Kita enci dan adik berdua karena kemalaman ditengah jalan, ingin minta menumpang meninap satu malam saja di kuil ini" jawab Bwee Hiang.
210 Bhiksuni ini mengawasi Lim Tiang Hong sejenak, baru berkata pula: "Harap jiewie tunggu sebentar. Nanti pinni hendak minta perkenan suhu lebih dulu"
Bhiksuni itu masuk lagi, tidak antara lama ia kembali dan berkata: "Suhu minta jiwie masuk ke dalam".
Bwee Hiang bimbang Lim Tiang Hong masuk ke
pendopo. Kuil itu tidak besar, tapi di dalamnya teratur rapi dan bersih.
Di dalam pendopo, ada duduk seorang Biksuni tua.
Ketika dua orang itu tiba didalam, Lim Tiang Hong sudah tidak kuat berdiri lagi hingga jatuh mumprah di lantai, mulutnya menyemburkan darah, hampir saja ia pingsan lagi.
Bwee Hiang tidak keburu memberi hormat kepada
Bhiksuni tua itu, ia buru2 memberi pertolongan lebih dulu kepada Lim Tiang Hong.
Bhiksuni tua itu tetap menyaksikan semua kejadian itu dengan sikap dingin, begitu pula Bhiksuni yang muda. Ia berdiri disamping laksana patung, agaknya tidak terpengaruh sama sekali perasaannya terhadap kejadian yang di hadapannya.
Bhiksuni tua itu membuka matanya. kemudian berkata dengan perlahan sambil memuji nama Buddha: "Iblis timbul dari hati, dosa dibuat oleh diri sendiri....".
Bwee Hiang dengan perasaan cemas mengurut-urut jalan darah Lim Tiang Hong, sama sekali ia tidak perhatikan perkataan Bhiksuni tua itu.
Bhiksuni tua itu kembali berkata dengan menghela napas. "Lautan sengsara tidak ada tepinya, kembalilah ke pantai..."
211 Kali ini Bwee Hiang dapat dengar dengan tegas, tiba2 ia berpaling sembari berkata: "Adikku ini terluka parah, mohon belas kasihan Amcu. tolonglah berikan tempat menginap untuk satu malam saja...."
Bhiksuni tua itu berdiri perlahan2 sambil membuat main biji tasbehnya dan berkata: "Siecu boleh mengaso sebentar.
Silahkan melanjutkan perjalananmu lagi. Dalam tempat suci ini, aku sebetulnya tidak ingin terlibat dengan segala urusan dunia kang-ouw".
Bwee Hiang melengak. "Sekarang sudah begini malam, sedang luka adikku ini ada begini parah. Apakah Amcu tidak menaruh kasihan, untuk memberi nginap satu malam saja?".
"Bukan pinni tidak kasian, juga bukan karena takut kepada itu nenek Ban-ciong, melainkan di tempat suci ini, sesungguhnya tidak boleh dikotori oleh darah".
Bwee Hiang masih hendak memohon, mendadak Lim
Tiang Hong berdiri dengan badan sempoyongan, kemudian berkata sambil ketawa panjang: "Aku Lim Tiang Hong ada satu laki2, bukan karena hendak menyingkiri musuh, juga bukan karena hendak perlindungan orang, perlu apa banyak bicara dengannya, mari jalan!"
Dengan gerak kaki sempoyongan, ia berjalan keluar.
Mendadak nampak berkelebatnya satu bayangan orang, Bhiksuni muda tadi lompat keluar dari kamarnya, kemudian menghadang di hadapan Lim Tiang Hong sambil berseru: "Lim Siauwhiap, harap suka tunggu dulu sebentar!"
Lim Tiang Hong terperanjat. Ia membuka matanya, baru dapat lihat bahwa Bhiksuni muda itu ternyata adalah Gouw Hong Ing dari Kun-lun-pay.
212 Saat itu, terdengar pula suaranya Bhiksuni tua itu sambil memuji nama Buddha. "Kiranya adalah To-liong Kongcu Lim Siauwhiap. Pinni sungguh gegabah dan sudah berlaku kurang hormat sekali!"
Setelah berdiam sejenak, ia berkata pula: "Siauwhiap bukan cuma terluka parah saja, bahkan sudah kena racun, apakah....".
Matanya mengawasi Bwee Hiang, ia tidak melanjutkan perkataannya lagi.
Gouw Hong Ing lalu perkenalkan Bhiksuni tua itu kepada Lim Tiang Hong: "Ini adalah supee-ku yang bergelar Liauw In suhu".
Lim Tiang Hong buru2 memberi hormat, tapi dicegah oleh Bhiksuni tua itu seraya berkata: ."Sekarang jangan memakai banyak peraturan, biarlah pinni periksa luka Kongcu dulu!"
Ia lalu minta Lim Tiang Hong merebahkan dirinya dipembaringan, kemudian membuka bajunya. Jamur Ciok-liong Cie-ci yang disimpan dalam saku dalamnya, mendadak tumpah keluar.
Liauw In mengambil sebuah, diendus sejenak, lalu diamat-amatinya, kemudian berkata: "O-Mie-To-Hud! jika dugaan pinni tidak keliru, ini barangkali adalah jamur Ciok-liong Cie-ci, yang pernah tersiar ramai dalam rimba persilatan?"
"Sinnie benar2 banyak pengalaman, memang betul dugaan Sin-sie".
Saat itu, Bwee Hiang dan Gouw Hong Ing repot
mengumpulkan jamur yang jatuh berserakan di lantai.
213 Liauw In dengan paras girang berkata: "Kalau ada mempunyai obat mujijat seperti ini, tak usah kuatir tidak dapat menyembuhkan luka kongcu!"
Ia segera suruh Lim Tiang Hong makan empat buah.
Kira2 beberapa menit kemudian, bhiksuni tua itu mendadak ulur tangannya. Dengan kecepatan bagaikan kilat menotoki beberapa bagian jalan darah dibadan Lim Tiang Hong.
Selesai itu, ia pimpin duduk padanya, kemudian tempelkan telapakan tangannya ke bagian-jalan darah
'Beng-bun-hiat'. Sambil duduk semedi, ia salurkan kekuatan tenaga ke dalam tubuh Lim Tiang Hong.
Karena mengeluarkan tenaga terlalu banyak, hampir saja kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong termusnah seluruhnya. Untung ia telah makan rupa2 barang mujijat, hingga masih dapat bertahan. Setelah ia makan jamur mujijat itu dan diberi kekuatan tenaga dalam oleh Liauw In, kekuatan tenaga murninya yang sudah hampir buyar telah terkumpul pula, hingga dalam tempo yang sangat singkat, di atas kepalanya nampak hawa putih seperti kabut tipis. Di tengah2 kabut putih itu lapat2 tertampak selapis sinar merah.
Liauw In yang sedang menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya ketubuh Lim Tiang Hong, telah dikejutkan oleh kekuatan luar biasa dari tubuh anak muda itu, ia buru2 tarik kembali tangannya. Ketika ia membuka matanya, telah dapatkan anak muda itu masih dalam keadaan duduk bersemedi.
Liauw In diam2 telah kagumi kekuatan anak muda itu, pantas dalam usia demikian muda sudah menjagoi dunia kang-ouw.
214 Tidak antara lama lagi, Lim Tiang Hong sudah lompat bangun, kembali ia mengucapkan terima kasih kepada Liauw In, yang sudah memberi pertolongan padanya.
Bwee Hiang menyaksikan Lim Tiang Hong sudah pulih kembali kesehatannya, merasa heran dan girang. Ia menghampiri sambil berkata: "Kongcu, kau sudah sembuh betul".
Terhadap perhatiannya bekas pelayan ibunya itu, Lim Tiang Hong merasa sangat terharu. "Sudah tidak menjadi halangan, terima kasih atas perhatian enci," demikian ia menyatakan terima kasihnya.
"Kita harus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa". demikian ia berkata, mendadak dapat lihat Liauw In dan Gouw Hong Ing mengawasi dirinya, hingga parasnya merah seketika.
Tiba-tiba Liauw In menanya padanya: "Jika dugaanku tidak keliru, nona ini barangkali adalah muridnya Ban-ciong Nio-nio dari Lam-hong?"
Bwee Hiang tidak menduga akan ditanya demikian.
Dalam kagetnya, kini ia baru ingat apa sebabnya Biksuni tua itu tadi tidak menerima Lim Tiang Hong.
"Dugaan Amcu memang benar, tapi siauwlie cuma
terhitung setengah murid saja dari padanya" demikian jawabnya.
"Apa artinya ucapanmu ini?"
"Siauwlie sebetulnya pelayan Lok-hee Hujin. Setelah hujin disia-siakan oleh Thian-cu-kauw kauwcu, lantas kabur ke Lam-hong, bekerja sama2 dengan Ban-ciong Nio-nio, untuk maksud tertentu".
215 Liauw In anggukkan kepala, ia berkata sambil menghela napas: "Dengan demikian, dunia kang-ouw yang sudah banyak urusan, akan bertambah ramai lagi"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Dengan kepandaian dan kekuatan Kongcu,
bagaimana bisa terluka demikian parah" Selain dari pada itu juga sudah terkena racun paling berbisa, Kim-chan Ciong-tok dari golongan Ban-ciong Nio-nio".
Lim Tiong Hong lalu menuturkan apa yang telah terjadi atas dirinya. Sehabis menuturkan dengan perasaan agak heran ia menanya Liauw In: "Boanpwee pada saat ini sudah merasa sehat, sedikitpun tidak ada tanda2 yang aneh.
Bagaimana Amcu dapat menduga pasti kalau boanpwee kena racunnya Ban-ciong Nio-nio?"
"Jikalau orang yang kena racun itu segera mengetahui bahwa dirinya terkena racun, ini bukan terhitung suatu kepandaian luar biasa-justru inilah keistimewaannya racun Ban-ciong Nio-nio itu. Tapi bagi orang dalam atau yang tahu rahasianya, begitu lihat sudah dapat tahu"
Ia berhenti sejenak, matanya melirik ke arah Bwee Hiang, lalu berkata pula: "Barusan ketika kalian masuk ke dalam kuil ini, pinni kira kalian adalah orang2 dunia Kangouw biasa, karena gemar pipi licin. sehingga terkena racun.
Menurut penuturan kongcu tadi, pasti adalah perbuatan In-bu Mo-kheng setelah kau kalahkan. Memang dengan secara mudah sekali ia dapat melepaskan bisanya melalui mulut ular sutra yang terdapat di ujung pedangnya. Racun dari ulat Kim-chan ini, merupakan racun yang paling berbisa.
Tidak usah dimasukkan dari mulut atau langsung mengenakan tubuh, sedikit saja masuk dari lubang hidung, sudah sangat berbahaya".
216 "Apa dia terkena racun ulat Kim-chan?" tanya Bwee Hiang kaget.
Ia buru2 menghampiri Lim Tiang Hong dan mengamat-amati dengan seksama. Benar saja di atas alisnya, terdapat sinar emas, namun tidak tertampak nyata.
Meski ia bukan murid Ban-ciong Nio-nio, tapi
pengetahuan biasa dari perguruan nenek itu, sedikit banyak sudah dapat memahami. Ia tahu bahwa racun dari ulat sutra emas ini adalah yang paling jahat, jika tidak dipu-nahkan oleh orang yang memeliharanya sendiri, tidak dapat disembuhkan. Maka seketika itu airmatanya lantas mengalir bercucuran.
Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, ia tetap tenang2
saja, sedikitpun tidak merasa kuatir.
"Aku justru tidak percaya, apa ia bisa berbuat terhadap diriku". Demikian ia berkata.
"Dengan kekuatan dan kepandaian yang dipunyai oleh Lim Siauwhiap, sudah tentu tidak perlu merasa takut terhadap racun itu. Tapi siauwhiap juga tidak boleh abaikan begitu saja. Malam ini harap mengaso dulu. Besok pinni coba akan mencari daya upaya lagi". berkata Liauw in Suthay.
Pada saat itu, Gouw Hong Ing sudah menyediakan kamar untuk Lim Tiang Hong dan Bwee Hiang.
Malam itu dilalui tanpa kejadian apa2.
Setelah mengaso satu malam, esok paginya Lim Tiang Hong sudah pulih seperti sedia kala. Ia mencari Liauw In Suthay diruangan sembayang, Bhiksuni tua itu bersama muridnya ternyata sudah selesai sembayang pagi.
217 Melihat Lim Tiang Hong, Bhiksuni tua itu lantas berkata padanya sambil rangkapkan kedua tangannya:
"Pinni ada sedikit permintaan yang agak sulit, ingin minta bantuan kekuatan tenaga dari siauwhiap, harap siauwhiap tidak akan menolak".
"Silahkan Amcu perintahkan saja. Asal boanpwee memang ada itu kemampuan, sudah tentu bersedia membantu". jawabnya Lim Tiang Hong sambil membalas hormat.
"Kalau begitu, di sini aku ucapkan terima kasih lebih dahulu".
Kemudian ia ajak Lim Tiang Hong ke belakang kuil.
Disana terdapat sebuah lapangan. Liauw In Suthay lalu perintahkan pada muridnya mengambilkan pedang.
Gouw Hong Ing segera mengambil dua buah pedang, diberikan kepada suhunya.
Liauw In mengambil sebilah, sebilah lagi diberikan kepada Lim Tiang Hong sembari berkata: "Sudah lama pinni mendengar ilmu To-liong Kiam-hoat ciptaan Bu ceng Kiam-khek, menjagoi di dunia kang-ouw, maka pinni ingin minta siauwhiap memberi petunjuk beberapa jurus saja".
Lim Tiang Hong melengak. Ia tidak tahu apa
maksudnya Bhiksuni tua ini mendadak hendak mengadu pedang dengannya"
Kiranya Liauw In Suthay ini adalah sucie-nya Thay-hie Totiang dari Kun-lun pay. Dengan Amcu yang lama dari kuil ini, masih pernah sahabat juga setengah guru. Oleh karena ia mengagumi ilmu pedang golongan Hian-bun, Amcu itu sering datang ke kuil untuk minta pelajaran. Tapi Amcu tua itu adatnya sangat aneh. Meski dirinya mempunyai kepandaian ilmu golongan Buddha yang sudah 218
tidak ada taranya dan ilmu pedang yang sangat tinggi tapi belum pernah menginjak kaki di dunia kang-ouw, juga tidak pernah menerima murid.
Sebaliknya dengan Liauw In, Bhiksuni yang adatnya aneh itu merasa sangat suka. Bahkan datang ke gunung Kun-lun-san sendiri, minta supaya Liauw In diijinkan menjadi murid.
Ciangbunjin Kun-lun-pay, Oey-liong-cu, adalah seorang berhati lapang. Ia juga tahu benar bahwa Ceng-tou Amcu ini tinggi sekali ilmu kepandaiannya, maka dengan senang hati terima permintaannya. Belum lama Liauw In menjadi muridnya Ceng touw Amcu, sang suhu yang beradat aneh itu lantas menutup mata. Dengan demikan, hingga ia menjabat kedudukan ketua dari partai Ceng touw.
Karena ia belajar belum lama, banyak pelajaran yang tidak begitu penting, hanya dapat dipahami dari kitab peninggalan suhunya. Selain dari pada itu, ia juga jarang terjun ke dunia kang-ouw, maka tidak mendapat kesempatan untuk bertanding dengan orang2 yang termasuk golongan kuat.
Oleh karena hendak mengetahui sampai di mana tinggi kepandaiannya yang punyai maka kini setelah berjumpa dengan To-liong Kongcu yang telah menjagoi dunia Kang-aow, sudah tentu ia tidak mau lepaskan begitu saja kesempatan yang baik itu.
Sambil memegang pedang kayunya, ia mempersilahkan Lim Tiang Hong membuka serangannya lebih dulu.
Lim Tiang Hong merasa Bhiksuni tua ini, baik dari usianya maupun tingkatannya, ia sendiri terhitung tingkatan yang lebih muda, maka sambil membungkukkan badan, ia terima baik permintaan Bhiksuni itu.
219 Ia membuka serangannya dengan menggunakan tipu gerakan yang dinamakan Keng hong Ca-can atau bianglala membentang, kemudian ujung pedang menggetar dan berubah menjadi lapisan pedang yang mengurung kepala Bhiksuni itu.
Yang digunakan itu cuma pedang kayu, tapi didalam tangannya, tidak ubahnya dengan pedang pusaka. Oleh karena Bhiksuni minta padanya mengeluarkan ilmunya Toliong Keng-liong. Maka begitu membuka serangannya, ia menggunakan pembukaan diri ilmu pedang tersebut.
Liauw In Suthay menyaksikan cara pembukaan yang mengandung kekuatan serangan demikian dahsyat, diam2
juga terkejut. Meski cuma merupakan satu pertandingan persahabatan, tapi hal itu masih menyangkut nama baik golongan Ceng-tou-pay.
Maka ia harus melayani dengan sangat hati2. Pedang kain di tangannya nampak bergerak dan menotol ke tengah udara, mendadak tercipta suatu bentuk yang mirip dengan bunga teratai. Dalam waktu sekejap saja, di udara seperti beterbangan lembaran bunga teratai, menyambuti lapisan pedang yang dilancarkan oleh Lim Tiang Hong. Serangan dahsyat yang dilancarkannya, begitu masuk ke dalam gulungan bunga teratai lantas buyar tanpa meninggalkan bekas. Ilmu yang dinamakan Lian-tie-cap-jie-ka-kiam-hoat atau duabelas jurus ilmu pedang bunga teratai, adalah suatu pelajaran rahasia yang tidak diturunkan kepada siapapun kecuali murid yang akan menggantikan kedudukan ketua atau pemimpin partai Ceng tou-pay.
Dalam generasi partai tersebut, adalah generasi kesembilan, Cen Sim Loni, yang paling mahir ilmu pedang itu, Bhiksuni itu pernah menggunakan sebilah pedang bambu, menjatuhkan dua belas orang kuat dari partai Suat 220
San-pay, yang pada kala itu namanya sangat tersohor dan belum pernah menemukan tandingan di kalangan kangouw.
Duabelas jago dari Suat-san-pay itu, setiap orang mempunyai kepandaiannya sendiri2 yang dapat
mengimbangi kekuatan ketua pelbagai partai persilatan pada masa itu, hingga dalam kalangan kang-ouw, duabelas jago itu boleh mendapat gelar orang kuat nomor satu.
Liauw Im Suthay meski belum dapat mempelajari sari ilmu pedang itu sampai ke detil detilnya, sudah cukup untuk memberi kesan kepada lawannya, bagaimana hebat dahsyat dan luar biasanya ilmu pedang tersebut. Lim Tiang Hong menghadapi ilmu pedang luar biasa dari golongan Buddha ini, semangatnya terbangun seketika dan segera mengeluarkan ilmu pedang dari To-liong Keng-hong jurus kedua, yang dinamakan Kiam-ie Biauw-hoa atau bunga berterbangan dalam bayangan pedang.
Dalam waktu sekejapan saja, di udara hanya tertampak pedang berterbangan, suara mengaungnya dua bilah pedang itu menggema diudara. Semula, masih dapat dilihat bergeraknya kedua yang sedang bertanding itu, tapi pelahan2 hanya tertampak berkelebatannya pedang, tidak kelihatan bayangan orangnya.
Bwee Hiang meski tahu bahwa Lim Tiang Hong ada mempunyai kepandaian luar biasa, tapi ia belum tahu sampai di mana tingginya. Waktu itu menyaksikan dengan mata kepalanya, baru tahu bahwa kongcunya itu bukan cuma hanya bernama kosong belaka.
Gouw Ing juga sudah lihat kepandaian Lim Tiang Hong. Ia tidak heran akan kemahiran ilmu pedang pemuda itu. Sebaliknya ia merasa bangga bahwa Liauw In supeenya mampu menandingi ilmu pedang Lim Tiang Hong. Selain 221
daripada itu, ia juga merasa heran. Dengan sejujurnya, pada masa itu, memang tidak banyak jumlahnya orang yang mampu menandingi ilmu pedang To-liong Keng-hong!
Pertandingan berjalan semakin seru. Liauw In Suthay keluarkan seluruh kepandaiannya. Ia mainkan ilmu pedangnya sampai tujuh kali.
Ia merasa bahwa ilmu pedang anak muda itu
mengandung tekanan hebat. Gerak tipunya sangat aneh.
Sesungguhnya merupakan ilmu pedang yang sudah tidak ada bandingannya. Untuk menyingkirkan setiap
serangannya, kadang2 ia harus menggunakan sampai 4-5
rupa tipu serangannya. Tapi justru demikian, hingga ilmu pedangnya mendapat banyak kamajuan, Ia juga merasa bahwa anak muda itu agaknya sengaja memberi kesempatan padanya untuk menyempurnakan ilmu pedangnya 'Lim-tie-cap-jie-jie-ka Kiam-hoat'.
Setelah pertandingan itu berlangsung kira2 setengah jam, Liauw In suhthay mendadak tarik kembali pedangnya dan berkata sambil rangkapkan kedua tangannya:
"Kepandaian ilmu pedang siauwhiap benar2 bagaikan dewa yang menjelma saja, lonni tidak sanggup menandingi".
Lim Tiang Hong segera lemparkan pedangnya dan
menjawab sambil memberi hormat. "Justru boanpwee lah yang tidak sanggup menandingi ilmu pedang Amcu yang luar biasa itu".
"Tidak usah siauwhiap merendahkan diri, mari kita beromong-omong di dalam".
Mereka lalu kembali ke pendopo. Bwee Hiang yang kuatirkan dirinya Lim Tiang Hong setiba di pendopo lantas menanya kepada Liauw In Suthay. "Amcu, numpang tanya 222
apakah Amcu mempunyai daya upaya untuk
memusnahkan racun dalam tubuhnya?".
Liauw In mengawasi padanya sejenak, setelah berpikir, ia lantas menjawab: "Justru inilah yang pinni sedang pikirkan. Dengan kekuatan tenaga dalam yang Lim siauwhiap punyai, dengan bersemedi tiga hari saja-sudah cukup untuk mengeluarkan racun itu dari dalam tubuhnya: tapi bersemedi secara demikian, sedikitpun tidak boleh mendapat gangguan. Maka hal itu baik dilakukan di sini atau kah pulang ke Hong-hong-tie" Kalau dilakukan di sini memang ada baiknya, sebab lonni dapat bantu menjaga.
Tapi, keadaan dunia Kang-ouw pada dewasa ini sedang gawat. Jikalau orang2nya Ban-ciong Nio-nio atau Hong-lui-po datang mencari onar, benar2 menjadi sangat sulit".
Bwee Hiang yang mendengar keterangan itu. mendadak berseru: "Tiga hari....?"
Sebab menurut pengetahuannya, barang siapa kena racun golongan Ban-ciong Nio-nio, walaupun orang itu kuat tenaga dalamnya, sedikitnya juga harus membetulkan waktu 7x7 = 49 hari, baru dapat mengeluarkan racun dari tubuhnya dengan menggunakan kekuatan tenaga dalamnya.
Sedangkan Liauw In mengatakan cuma memperlukan waktu tiga hari saja, bagaimana ia tidak heran"
"Nona sudah terhitung orang Ban-ciong Nio-nio, sudah tentu tahu kalau racun semacam ini harus meminjam darah manusia untuk sementara waktu, untuk menunjang keluar racunnya. Tapi keadaan badan Lim siauwhiap sangat berlainan dengan orang biasa. Dalam tubuhnya seperti ada mempunyai tenaga yang mampu menahan racun.
Walaupun racun itu masuk ke dalam tubuhnya, tapi tidak menjalar sampai ke dalam darah. Kemarin pinni telah memeriksa sendiri, racun ini ternyata cuma berada disatu 223
sudut. Dengan menggunakan sedikit waktu saja, dapat menggunakan kekuatan tenaga murni dalam tubuhnya untuk mengeluarkan racun tersebut" demikian Liauw In memberikan keterangannya.
"Jika Amcu tidak keberatan, baik boanpwee rawat diri disini saja. Waktu tiga hari tidak terhitung lama. Boanpwee pikir tidak nanti bisa begitu kebetulan ada musuh yang datang ke mari". kata Lim Tiang Hong.
Liauw In suthay sebagai ketua satu partai persilatan, kepandaiannya juga sangat tinggi. Ia bukan seorang penakut. Meski ia tidak suka mencampuri urusan dunia kang-ouw, tapi terhaddap Lim Tiang Hong yang berjiwa besar dan berhati luhur, ia merasa sayang dan kagum, maka ia telah mengambil keputusan supaya Lim Tiang Hong rawat diri dalam kuilnya.
Begitulah ia segera terima baik permintaan si anak muda itu.
Karena Lim Tiang Hong tidak ingin Bwee Hiang nanti akan mendapat susah dari Lok-hee Hujin, maka ia suruh pulang lebih dahulu. Tapi Bwee Hiang sejak berkenalan dengan Lim Tiang Hong di lembah Loan-biauw-kok, sudah tertarik olehnya dan kemudian karena ia harus mengikuti jejak Lok-hee Hujin hingga satu sama lain tidak bertemu lagi. Namun demikian, tapi pikirannya tetap tidak dapat melupakan. Begitulah karena perhatiannya terhadap Lim Tiang Hong ini, dulu pernah menolong jiwanya si Pengemis Mata Satu dan selanjutnya memberi pertolongan kepada Lim Tiang Hong ketika dibikin rubuh tidak ingat orang oleh Yan-jie.
Dan kini setelah mengetahui bahwa kongcu nya itu kena racun yang paling berbisa serta perlu mendapat perawatan seksama, bagaimana ia dapat meninggalkan begitu saja"
224 "Aku bukan murid sebenarnya dari Ban-ciong Nio-nio.
Kalau aku berada disana, itu se-mata2 karena hubungannya dengan Lok-hee Hujin. Jika kongcu perlu merawat diri karena racun, bagaimana aku dapat meninggalkan begitu saja" Sekalipun hal ini nanti diketahui oleh Hujin, ia juga tidak akan sesalkan" demikian jawabnya Bwee Hiang.
Lim Tiang Hong melihat Bwee Hiang bertekad hendak menunggu padanya, ia tidak berkata apa2 lagi. Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Liauw In suthay: "Kalau Amcu tidak keberatan, biarlah sekarang boanpwee hendak mulai".
Liauw In berbangkit, ia antar Lim Tiang Hong kesuatu kamar yang bersih dan sunyi, Ia diminta duduk diatas bantalan dan memberi tahukan padanya cara2 bagaimana harus mengeluarkan racun itu dari dalam tubuhnya. Lalu ia menutup pintu dan jendela kamar tersebut.
Mulai hari itu, Lim Tiang Hong mulai bersemedi untuk tiga hari lamsnya, sedang Liauw In Bwee Hiang dan Gouw Hong Ing, dengan bergiliran menjaga setiap hari dan malam, untuk melindungi keselamatannya.
^dw^kz^ Bab 53 WAKTU tiga hari, sebetulnya sangat pendek sekali, tapi dalam waktu yang amat singkat itu, di dunia kang-ouw ternyata telah terjadi perubahan besar!
Gunung Bongsan yang agung dan megah, karena
pertempuran mati2an antara Lim Tiang Hong dengan Pek-tok Hui-mo, telah menarik banyak perhatian orang2 kuat dari rimba persilatan
225 Orang2 Hong-hong-tie, karena mendengar kabar bahwa Lim Tiang Hong dengan seorang diri untuk menepati janji, telah bertempur dengan In-bu Mo-kheng dan Pek-tok Hui-mo secara bergiliran, sehingga kedua belah pihak terluka parah. Tapi sebegitu lama masih belum kelihatan pulang, maka segera mengutus orangnya untuk mencari jejaknya, sehingga Gin-sie-siu sendiri juga memerlukan datang ke gunung Bong-san itu.
Dari pihaknya murid2 Ban-ciong Nio-nio yang sudah lama mengandung maksud hendak menghinakan diri Lim Tiang Hong, malam itu setelah In-bu Mo-kheng kalah di tangan anak muda itu, tapi dengan diam2 telah melepaskan racun ulat sutranya, telah menduga pasti bahwa Lim liang Hong yang akan berhadapan dengan Pek-tok Hui-mo dan Chiat-cao Suncu dari Hong lui-po tentu, akan kalah atau terluka parah.
Hingga mereka itu diam2 telah mengumpulkan banyak kawan yang mengintai di sekitar gunung Bong-san dan hendak memberi pukulan terakhir apabila Lim Tiang Hong balik dari gunung tersebut.
Selain daripada itu, Thiat-cao Suncu yang kalah di tangan Lim Tiang Hong, juga memberitahukan juga hal tersebut kepada orangnya Hong-lui-po, yang bersembunyi di daerah Tionggoan, supaya mengirim orang2nya yang kuat untuk membantu Pek-tok Hui-mo. Karena dengan lenyapnya Lim Tiang Hong dari dunia, ini berarti mengurangi satu rintangan bagi maksud Hong-lui-po yang hendak menguasai rimba persilatan daerah Tionggoan.
Oleh karenanya, maka disekitar gunung Bong-san yang selama itu biasa sunyi sepi, kini telah berkumpul banyak orang kuat yang mencari jejaknya Lim Tiang Hong.
226 Tapi, meski sudah dicari diseluruh pelosok, ternyata tidak didapatkan dirinya pemuda gagah itu. Ini sangat mengherankan, karena tidak kelihatan ia turun gunung, tapi juga tidak diketemukan bangkainya. Maka itu, mereka telah mencari sampai ke daerah bawah kaki gunung....
Mari kita balik kepada Liauw In Suthay, Bwee Hiang dan Gouw Hong Ing.
Sejak Lim Tiang Hong mulai bersemedi untuk
mengeluarkan racun dari dalam tubuhnya, perasan mereka sangat tegang. Karena ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Apabila dalam waktu tiga hari itu, Lim Tiang Hong sampai dikejutkan atau terganggu, akan merupakan penyesalan untuk selama-lamanya. Terutama Bwee Hiang, yang menaruh perhatian istimewa terhadap diri Lim Tiang Hong. Ia tahu benar kekejaman dan keganasan In-bu Mo-kheng. Ia tentu tidak mau tinggal diam, sebelum mendapat kepastian bahwa korbannya itu sudah binasa.
Kuil Ceng-tou-am terpisah tidak jauh dari gunung Bongsan. Cepat atau lambat, wanita kejam itu pasti akan dapat mencari sampai situ. Satu2nya pengharapan ialah: waktu tiga hari itu dapat dilewatkan dengan selamat.
Hari pertama dan hari kedua dilalui dengan selamat, sebentar kemudian mulai menginjak hari ketiga. Pada waktu senja dihari ketiga itu, apabila tidak terjadi apa2
maka selamatlah jiwa Lim Tiang Hong. Malam itu, adalah Gouw Hong Ing yang mendapat giliran menjaga.
Jago betina dari partai Kun-lun-pay ini, sejak kematiannya The Hong yang menjadi suheng tapi juga kekasihnya, ludeslah semua pengharapannya, maka ia lantas mensucikan diri di kuil Ceng-to-am itu. Namun demikian, ia belum pernah lupakan maksudnya hendak menuntut balas atas kematian kekasihnya. Maka meskipun 227
ia sudah sucikan diri, tapi masih belum mencukur rambutnya. Liauw In Suthay juga tahu maksudnya. Ia tidak mendesak padanya, malah memberi pelajaran banyak ilmu kepandaian keturunan Ceng-tou-pay, yang selama itu masih dirahasiahkan.
Lim Tiang Hong pernah melepas budi terhadap ia dan suhengnya, karena itu ia harus membalas budi itu dan inilah merupakan satu kesempatan yang baik baginya untuk membalas budi. Maka selama Lim Tiang Hong bersemedi itu, ia melindungi dengan sangat hati2. Malam itu, ia meronda ke depan dan ke belakang kuil. Setelah tidak ada melihat apa2 yang mencurigakan, baru balik, menjaga depan kamar Lim Tiang Hong.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tapi segala sesuatu memang bisa saja terjadi. Setelah ia balik ke tempat penjagaannya, mendadak di atas kuil terdengar suara orang lewat. Dalam kagetnya, ia lantas lompat ke atas genteng dan segera dapat lihat empat wanita berbaju merah, berdiri berbaris di atas genteng.
"Kalian siapa" Apa maksud kalian datang ke sini?"
demikian ia menanyanya. Seorang diantaranya, satu wanita pertengahan umur, melayang di hadapannya dan menjawab sambil tersenyum:
"Aku adalah In-bu Mo-kheng, anak muridnya Ban-ciong Nio-nio dari Lamhong. Kedatangan kita ini adalah hendak menjumpai Amcu".
Diam2 Gouw Hong Ing terkejut, tapi ia berkata: "Sejak suhu sucikan diri, sudah tidak mencampuri urusan duniawi, juga belum pernah menemui tamu dari luar. Apabila di waktu malam seperti ini, sebetulnya bukan waktunya untuk bertamu. Jika kalian pasti hendak menjumpai padanya, harap suka datang esok hari saja!"
228 "Suhu ini benar2 pandai bicara, barangkali itu bukanlah sebabnya" berkata wanita setengah umur itu sambil ter-tawa2.
"Tidak menemui tetamu dari luar, apakah ini dapat mengganggu orang lain?"
"Kalau amcu memang tidak suka menemui tetamu luar, bolehkah kita yang masuk menjumpai padanya?"
"Dalam kuil yang mesum ini, tidak ada apa-apanya yang patut dilihat. Kalau kalian tidak ada lain urusan, silahkan pergi dari sini!"
"Terus terang kita beritahukan padamu, ada seorang pengkhianat dari golongan kita, kabarnya sudah berada di dalam kuil ini. Kita tahu benar bahwa Ceng-tou-pay selamanya tidak suka campur urusan orang lain, mengapa kini hendak ikut campur dalam pertikaian ini" Menurut pikiranku, sebaiknya suhu mengizinkan kita membawa pulang pengkhianat itu".
Gouw Hong Ing terperanjat mendengar perkataan itu.
tapi ia segera menjawab: "Meskipun Ceng-tou-pay tidak suka mencampuri urusan orang lain, tapi juga tidak mengizinkan orang luar berbuat sembarangan di tempat ini.
Di sini tidak ada murid penkhianat Ban-ciong Nio-nio seperti apa yang kau katakan. Aku minta kalian sebaiknya lekas meninggalkan tempat ini".
Wanita setengah umur itu parasnya berubah seketika, sambil perdengarkan suara ketawa dingin ia berkata:
"Budak yang pandai memutar lidah, kau berani main gila di hadapanku, In-bu Mo-kheng!"
Kemudian ia perintahkan kepada kawan2nya: "Segera geledah!"
229 Empat wanita baju merah itu, masing2 lantas
menghunus pedangnya dan terpencar menjadi dua
rombongan, maka melompat turun dari genteng dan lari menuju ke dalam kuil.
Gouw Hong Ing merasa gelisah, sambil membentak, ia gunakan pedangnya uutuk menahan bergeraknya dua wanita baju merah, tapi dua yang lainnya sudah turun ke bawah.
Tiba2 kekuatan angin menghembus keluar mendesak dua wanita itu balik kembali. Berbareng dengan itu, dari dalam pendopo terdengar suara memuji Buddha. Kemudian disusul oleh munculnya seorang Bhiksuni tua seraya berkata dengan tenang: "Kawanan penjahat dari mana, begini malam mengacau tempat suci?"
Dua wanita berbaju merah itu sudah terdorong mundur beberapa tindak oleh hembusan angin tadi, selagi hendak maju lagi, tiba2 terdengar In-bu Mo-kheng: "Kamu balik semua!"
Kemudian ia berkata kepada Bhiksuni tua itu: "Sinnie tentunya adalah amcu kuil ini, Liauw In Suthay" Aku yang rendah adalah In-bu Mo-kheng, kini hendak minta pertolongan sinnie. Karena mendapat kabar bahwa murid pengkhianat golongan kita, Bwee Hiang, dengan
menggendong To-liong Kongcu yang terluka parah, telah masuk kekuil ini. Maka mohon supaya sinni mengizinkan kita sekalian membawa pulang padanya, agar tidak membikin kotor rumah berhala amcu!".
Sambil tersenyun, Liauw In suthay menjawab:
"Bagaimana andaikata pinnie tidak mengijinkan?"
230 "Kalau demikian halnya, maka jangan sesalkan kalau murid2 Ban-ciong Nio-nio akan bertindak dengan bantuan orang2nya".
"Apa kau sudah yakin benar bahwa kau dapat mengusir pinni?"
Dengan alis berdiri In-bu Mo-kheng segera menghunus pedangnya, kemudian berkata pula sambil ketawa dingin:
"Dari pedang Kim-chan-kiam ini, mari kita lihat siapakah yang lebih unggul?"
Liauw In suthay cuma pejamkan mata dan rangkapkan kedua tangannya, tapi tidak menjawab.
Pada saat itu, dari jauh tiba2 terdengar suara siulan panjang ber ulang2.
Di waktu malam sunyi seperti itu, suara itu ke dengarannya semakin menyeramkan. Liauw In terperanjat, begitu pula dengan In-bu Mo-kheng, segera mereka alihkan pandangan matanya ke arah datangnya suara tadi.
Tidak antara lama, beberapa sosok bayangan hitam lari dengan pesatnya, sekejap saja sudah berada di depan kuil.
Mereka ternyata ada laki2 berpakaian seragam baju kulit warna merah.
Orang2 itu ketika di depan kuil dan melihat di atas genteng ada orang, lantas mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkam kemudian lompat ke atas genteng. Dengan mata mengawasi In-bu Mo-kheng, satu diantaranya lantas berkata sambil ketawa temberang: "Murid-2 Ban-ciong Nio-nio, benar2 seperti hantu saja, ternyata sudah mendahului kita datang kemari".
"Tidak salah, nonamu memang benar sudah lebih
dahulu datang kemari. Tapi, apakah kalian kira ada 231
mempunyai cukup kekuatan untuk menghadapi Ceng-tou-pay?"
Perkataan Wanita itu benar2 sangat jahat. Ia sengaja menggunakan perkataan hendak mengadu domba orang2
Hong-lui-po dengan Bhiksuni tua itu. Supaya orang2 Hong lui-po itu bertarung dengan Liauw In dan ia sendiri dapat kesempatan untuk menyerbu ke dalam.
Rombongan orang Hong-lui-po itu dipimpin oleh Pak-kek Suncu. Diantara mereka terdapat Thio Cit, Lie Seng, si Kera Lengan Panjang dan lain2nya lagi, yang lebih dari sepuluh orang.
Adatnya Pak-kek Suncu ada sangat aneh. Walaupun dipihaknya sendiri ada mempunyai kekuatan cukup, tapi ia tak mau perduli perkataan In-bu Mo-kheng yang bersifat mengadu domba, malah dengan tindakan lebar ia menghampiri In-bu Mo-kheng sembari berkata: "Apakah ucapanmu ini benar?"
"Apa kau menanya kepada orang tawanan?"
"Jaga baik2 padanya dulu. Yang lainnya, lekas pergi geledah ke dalam!" demikian Suncu itu perintahkan orang2nya.
Dengan lantas empat atau lima orang lompat ke atas genteng menjaga In-bu Mo-kheng, sedang yang lainnya lari serambutan menuju ke dalam kuil.
Mendadak Liauw In Suthay lompat turun dan
menghadang di hadapan meieka, sambil memuji nama Buddha, Bhiksuni tua itu berkata: "Hai, manusia durhaka, kalian semua jangan bergerak! Apakah kalian kira bahwa Ceng-tou pay sudah tidak ada orangnya?"
232 Thio Cit segera pentang lima jari tangannya, dan menyerang sembari berseru: "Bangsat tua, apa kau mencari mampus?"
Kemudian terdengar suara tertahan, Thio Cit yang melakukan serangan dengan tiba2 dan bersikap garang itu, mendadak sempoyongan, mundur sampai lima tindak.
Mulut dan hidungnya mengeluarkan darah, ternyata ia sudah dibikin terpental oleh kekuatan tenaga dalam Liauw In yang mempunyai daya memukul balik kepadanya.
Beberapa kawan Thio Cit pada berseru kaget, sedang dilain pihak, kembali terdengar suara bentakan keras.
Ternyata In-bu Mo-kheng yang dijaga oleh beberapa orang Hong-lui-po, saat itu juga sudah bergerak.
Sebagai murid kepala Ban-ciong Nio-nio, di dalam dunia kang-ouw, In-bu Mo-kheng terkenal dengan kekejaman dan keganasannya hingga jarang yang berani mengganggu padanya, sudah tentu saja ia tidak mau dihina demikian rupa oleh orang2 Hong-lui-po. Maka seketika lantas menggerakan pedang ulat sutranya. Dengan secara berbareng ia melakukan dua serangan, serta merta dua orang Hong-lui-po jatuh rubuh tidak bangun lagi.
Pak-kek Suncu tidak menyangka bahwa dalam waktu sekejapan saja telah kehilangan dua jiwa orangnya sedang yang satu terluka parah. Dalam gusarnya, ia lantas ketawa ter-bahak2, kemudian berkata dengan suara keras. "Hutang uang bayar uang, hutang jiwa bayar jiwa! bereskan dulu iblis wanita ini!"
Sedang ia sendiri lantas lompat melesat ke arah Liauw In.
Li Seng dan si Kera Lengan Panjang segera menyerang berbareng kepada In-bu Mo-kheng.
233 Sejak Ban-ciong Nio-nio berserikat dengan Lok-hee Hujin, memang sudah kandung maksud hendak menguasai dunia rimba persilatan daerah Tionggoan. Kemudian mendengar kabar bahwa Hong-lui-po dari barat, sudah mulai pentang sayapnya ke daerah Tionggoan. Bagi ia, ini merupakan satu kabar yang menggirangkan sebab meski Hong-lui-po kekuatannya dan pengaruhnya sangat besar, tapi hendak menguasai rimba persilatan daerah Tionggoan, bukanlah suatu hal yang mudah.
Dan inilah saatnya bagi Ban-ciong Nio-nio untuk pentang sayapnya, kelak setelah pertempuran hebat antara pihak Hong-lui-po dan rimba persilatan daerah Tionggoan terjadi, sudah tentu kedua pihak banyak jatuh korban.
Dengan demikian, orang2 golongan Ban-ciong lantas turun tangan, untuk memungut keuntungan.
Dengan adanya maksud itu, maka untuk sementara mereka tidak mau kebentrok dengan Hong-lui-po. Barusan karena dalam keadaan sengit dan mendongkol, In-bu Mo-kheng sudah membinasakan dua orangnya Hong-lui-po, tapi kini setelah pikbrannya tenang kembali, ia baru merasa bahwa tindakannya tadi agak keterlaluan.
Dan ketika ia melihat Li Seng dan si Kera Lengan Panjang maju menyerang, ia segera geser kakinya dan berkata kepada mereka sambil tertawa: "Sekarang masih belum waktunya untuk mengadu jiwa, mengapa tidak arahkan tujuan kita kemaksud kita yang utama" Dan setelah itu kita nanti masih mempunyai kesempatan untuk membuat perhitungan, bukan?"
Li Seng yang sifatnya buas, tidak mau perdulikan itu semua, ia lantas menjawab sambil ketawa nyengir: "Apa kau ingin kabur" Jangan harap!"
234 Sehabis berkata, ia melancarkan serangannya bertubi-tubi, yang di arah semua merupakan jalan darah yang mematikan. Sedang si Kera Lengan panjang juga segera turun tangan membantu kawannya.
Dikeroyok oleh dua orang, In-bu Mo-kheng sangat gelisah. Bukan karena takut, melainkan kuatir kalau Lim Tiang Hong yang sedang terluka tertangkap oleh orang2
Hong-lui-po. Sebab ia tahu benar kekuatan dan
kepandaiannya Lim Tiang Hong. Jika pemuda itu berhasil ditawan dan dibawa ke Lam-hong, dengan diberikan racun yang dapat melupakan dirinya sendiri, ia akan merupakan satu tenaga kuat bagi golongan Ban-ciong.
Apalagi ibunya, Lok-hee Hujin dan sahabat karibnya, Yan-jie, semua berada di Lam-hong, bukankah akan merupakan satu trio yang paling baik"
Oleh karena memikirkan itu, maka ia berkelahi sambil sering2 mengawasi ke bawah.
Ia dapat lihat Pak-kek Suncu sedang menggempur Liauw In suthay dengan senjata payungnya, sedang orang2nya lagi mengawasi di sekitarnya, tapi tidak bergerak.
Malam ita rembulan memancarkan sinarnya yang terang benderang. Suasana pegunungan yang sunyi, kecuali suara beradunya senjata tajam, tidak terdengar suaia apa2 lagi.
Dalam keadaan demikian, di atas bukit mendadak muncul seorang nenek tua baju hitam. Bersama seorang wanita pertengahan umur yang berpakaian sangat heboh, keduanya dengan gerak kaki sangat ringan, lari menuju ke kuil Ceng-tou-am.
Terdengar suaranya wanita pertengahan umur itu berkata, "Benar2 aneh, mengapa kita sudah cari ubek2an 235
seantero gunung, tidak dapat menemukan kaucu dan bocah ini?"
Lalu terdengar suaranya nenek tua itu: "Kepandaian kauwcu sudah tidak ada taranya, barangkali tidak sampai mengalami kejadian apa2, tapi bocah itu, pasti sudah ditolong dan dibawa kabur oleh orang lain. Dia baru2 ini sudah menjabat kedudukan ketua Hong-hong-tie, orang bawahannya juga tidak sedikit jumlahnya!"
"Eh"! Siapa yang sedang bertempur itu?"
"Mari kita pergi lihat, mungkin bocah itu sudah dipegat orang".
Dua orang itu masing2 kerahkan seluruh ke-
pandaiannya lari cepat, dalam waktu sekejap saja sudah berada di depan kuil.
Mereka berdua tidak turut campur tangan hanya
mengitari tembok kuil, kemudian lompat naik ke atas dinding tembok dan terus melayang turun dan masuk kependopo. Keadaan dalam kuil sunyi dan gelap, tidak tertampak lilin yang menyala.
Nenek tua bsrpakaian hitam perdengarkan suara
tertawanya yang seram, lalu berkata: "Segala ilmu mengelabui mata orang semacam ini, apa kau kira dapat mengelabui matanya aku Khiu-pan-po. Sian-nio, kau lihat, aku duga dalam kamar itu pasti ada apa2nya".
Wanita berpakaian heboh itu menyahut sambil ketawa terkekeh-kekeh: "Pandangan matamu, tentu tidak akan salah lagi!"
Cepat kakinya menotol terus meluncur ke kamar
tersebut. 236 Mendadak berkelebatan sinar gemerlapan, dua batang pedang meluncur dari dalam kegelapan, langsung menikam ke arah wanita pertengahan umur itu, berbareng dengan itu, terdengar pula suara bentakan orang: "Siapa begitu berani mati mengacau tempat suci ini?"
Wanita berpakaian heboh itu ternyata mempunyai kepandaian cukup tinggi, dalam Keadaan tidak ber-jaga2, ia masih berlaku tenang menghadapi serangan lawan dari tempat gelap itu. Hanya dengan kibaskan lengan bajunya ia menahan pedang lawannya, kemudian badannya melesat tinggi sampai 5-6 kaki, kemudian melayang turun lagi dan balas menegur: "Budak hina, kau berani membokong Sian-nio, lekas letakkan pedangmu!"
Orang yang menyerang dari tempat gelap itu adalah Bwee Hiang dan seorang Bhiksuni muda yang menjaga kamar dimana Lim Tiang Hong bersemedi.
Bwee Hiang yang dapat mengenali bahwa dua orang yang datang itu adalah Lak-chiu Sian-nio, selir kesayangannya Thian-cu-kauwcu, bersama Khiu-pan-po dari daerah Biauw-ciang, parasnya pucat seketika. Tapi pada saat itu ia sudah tidak hiraukan jiwanya sendiri, dengan suara dingin ia berkata: "Di sini adalah tempat suci Ceng-tou-am, bukannya Thian-cu-kauw, sebaiknya kau jangan banyak tingkah".
Lak-chiu Sian-nio yang terkenal kejam, buas dan ganas, ketika dimaki dengan perkataan pedas, meski dalam hati merasa mendongkol, tapi sebagai seorang kejam yang banyak akalnya, lantas perlunak budi bahasanya, sambil bersenyum ia berkata: "Bagus! kiranya kau sudah kepincuk oleh kongcumu. sehingga tidak pandang mata lagi padaku.
Lekas beritahukan padaku, dia sekarang ada dimana" Ada 237
sesuatu hal yang sangat penting, aku hendak bicarakan dengannya".
Bwee Hiang terus mengikuti Lok-hee Hujin, sudah tentu ia kenal baik wataknya si genit itu ia juga tahu kalau ia sedang dipancing olehnya. Maka ia lantas berlagak gila:
"Siapa yang kau maksudkan" Di sini kecuali Amcu dan murid2nya, tidak ada orang ketiga. Kalau kau hendak cari Amcu, carilah padanya diluar. Ia sedang bertempur dengan orang2nya Hong-lui-po!"
Lak-chiu Sian-nio juga tahu kalau berlagak bodoh, maka seketika itu lantas menjadi gusar dengan cepat ia loncat maju dan menyambar pergelangan tangannya. Bwee Hiang yang tidak menduga sama sekali, hampir saja tertangkap olehnya.
Bhiksuni muda yang disamping Bwee Hiang, dengan cepat menyerang dengan pedangnya. kalau Lak-chiu Sian-nio tidak tarik tangannya, pasti ia akan terluka.
Tapi sebagai orang yang berkepandaian cukup tinggi, ketika terancam oleh pedang Bhiksuni muda itu ia segera balikkan tangannya dia menepok ke arah pedang, sedang kakinya lantas menendang.
Bwee Hiang menggunakan kesempatan itu untuk lompat mundur lima kaki. Kemudian melancarkan serangannya dengan gerak tipunya yang paling ganas!
Lak-chiu Sian-nio agaknya dapat kenali gerak tipu serangannya Bwee Hiang, sebab ia lantas lompat mundur sembari berseru: "Budak hina, kiranya kau sudah menjadi muridnya Ban-ciong Nio-nio. Kalau begitu, Lok-hee si budak hina itu, pasti juga sudah berada disana!"
238 Bwee Hiang saat itu sudah nekat benar2, dengan pedang ia menyerang pula, tidak menghiraukan perkataan Lak-chiu Sian-nio.
Lak-chiu Sian-nio gusar sambil perdengarkan suara ketawa dingin ia lalu berkata: "Dengan kepandaian seperti ini, kau berani bertingkah di depan nyonya besarmu, kau benar sudah bosan hidup lagi".
Lalu ia kibaskan lengan bayunya, menghalau serangan pedang Bwee Hiang. Lengan baju itu mengeluarkan hembusan angin dingin, menggulung-gulung badan Bwee Hiang, hingga belum berapa jurus, Bwee Hiang sudah keteter mundur.
Bhiksuni muda itu melihat Bwee Hiang keteter, segera maju menyerang dengan pedangnya. Tapi ia lupa bahwa di sebelah sana masih ada Khiu-pan-po yang berdiri menonton.
Nenek tua itu telah menggunakan kesempatan baik itu, dengan kecepatan bagaikan kilat, menerjang ke dalam kamar. Waktu itu sudah kira2 jam 4 pagi, juga boleh dikata merupakan saat yang paling kritis. Jika pada saat itu membiarkan Khiu-pan-po memasuki kamar dan membikin kaget Lim Tiang Hong. maka tamatlah sudah riwayatnya jago muda itu.
Pada saat demikian, dari tempat gelap itu mendadak meluncur satu kekuatan dahsyat yang tidak terwujud, mendesak mundur Khiu-pan-po. Karena hebatnya desakan itu, meskipun Khiu-pan-po mempunyai kepandaian dua ilmu khie-kang, juga tidak berani berlaku gegabah. Lekas ia menyambuti dengan tangannya dan ia sendiri lantas lompat mundur.
239 Tatkala ia membuka matanya, segera dapat lihat seorang tua berjenggot putih bagaikan perak, berdiri di depan kamar. Khiu-pan-po yang hampir semuanya kenal orang2
kuat dari golongan putih maupun hitam, tapi ternyata tidak mengenali orang tua itu.
Mungkin karena suara bentakan yang ramai tadi, hingga orang2 yang bertempur di atas genteng pada lompat turun dan semua menuju kependopo. Dalam ruangan pendopo yang sempit itu kini telah penuh manusia.
Lak-chiu Sian-nio pada saat itu juga sudah tarik kembali serangannya dan berdiri di samping Khiu-pan-po.
In-bu Mo kheng yang dapat lihat Bwee Hiang berdiri di depan kamar dengan pedang terhunus, lantas berkata sambil ketawa dingin: "Bagus! kiranya kau budak hina ini bersembunyi di sini. Kalau begitu si bocah itu tentunya juga berada di sini!"
Pak-kek Suncu karena dipihaknya sendiri tambah dua tenaga kuat, hatinya semakin besar, maka ia lantas berseru dengan mata beringas: "Kalau benar bocah itu sembunyi dalam kamar ini, mari kita tangkap padanya lebih dulu!"
Li Seng dan si Kera Lengan Panjang menyahut "baik", dan kedua-duanya lantas bergerak menyerbu ke dalam kamar.
In-bu Mo-kheng segera lintangkan pedangnya sembari membentak: "Tunggu dulu! bocah itu adalah murid2 Ban-ciong yang menemukan lebih dulu, bagaimana kalian hendak turut campur tangan?"
Lak-chiu Sian-nio terhadap Lim Tiang Hong kecuali dianggap sebagai musuhnya Thian-cu-kauw, juga masih ada mempunyai permusuhan pribadi karena hubungannya dengan Lok-hee Hujin, maka ia segera maju menghampiri 240
In-bu Mo-kheng dan katanya: "Apakah murid2 Ban-ciong Nio-nio hendak menjadi pengawalnya?".
"Kalau benar bagaimana" Apakah kalian hendak
berlaku sewenang2 dengan mengandalkan jumlah orang2
kalian yang lebih banyak?"
"Jika kalian mencoba menghalangi maksud kita,
terpaksa kita berbuat demikian!"
"Haha, yang coba menghalangi maksud kalian
barangkali bukan cuma pihak kita sendiri saja"
Saat itu Li Seng dan si Kera Lengan Panjang yang coba menyerbu ke kamar setelah melewati In-bu Mo-kheng, sudah dibikin terpental sehingga jatuh bangun oleh Liauw In Suthay dan itu orang tua berjenggot putih.
Pak-kek Suncu dengan menenteng senjata payungnya, setindak demi setindak maju menghampiri. Mungkin karena ia segan barhadapan dengan kaum wanita, maka ia tujukan kakinya ke arah orang tua berjenggot putih itu.
Selagi semua mata ditujukan kepada mereka berdua, Pak-kek Suncu tiba2 keluarkan suara geraman hebat, payungnya diputar dan menyerang orang tua jenggot putih.
Tapi, sejenak setelah serbuannya itu, Pak-kek Suncu mendadak mundur lima kaki, sedang orang tua jenggot putih itu masih tetap berdiri di tempatnya tanpa bergeming.
Sebabnya karena tempatnya terlalu sempit, payung besi Pak-kek Suncu tidak dapat digunakan secara leluasa, sehingga percuma saja.
Dalam gusarnya ia lantas simpan senjata istimewanya itu dan dengan bertangan kosong ia menyerbu lagi.
241 Khiu-pan-po mendadak berkata dengan suara nyaring:
"Tunggu dulu! di sini tempatnya terlalu sempit, sedang orangnya terlalu banyak, bukan satu tempat yang tempat untuk mengadu kekuatan jika tuan2 dan nona2 suka, mari kita bertanding di luar".
In-bu Mo-kheng segera menjawab: "Murid Ban-ciong Nio-nio yang pertama setuju usulmu ini".
Setelah itu lebih dulu ia menyingkir dengan mengajak empat kawannya. Nyonya yang cerdik ini ada mempunyai perhitungan sendiri. Barusan ia berusaha untuk mencegah orang2nya Hong-lui-po supaya jangan sampai turun tangan terhadap Lim Tiang Hong, bukan karena ia hendak membela pemuda itu, melainkan ia bermaksud hendak menangkap hidup2 padanya.
Karena usul itu diajukan oleh Khiu-pan-po, Sudah tentu Pak-kek Suncu tidak dapat menolak. Ia lalu perintahkan orang2nya mengundurkan diri dalam ruangan sempit itu, menuju ke lapangan kosong, di depan kuil.
Liauw In Suthay lalu memberi pesan kepada Gouw Hong Ing bertiga: "Kamu bertiga menjaga di sini, tidak boleh berlalu. Suhumu akan menemui mereka".
Kembali ia anggukkan kepala dan bersenyum kepada orang tua jenggot putih itu, kemudian berjalan keluar.
Karena ia tidak kenal orang tua jenggot putih itu, namun ia dapat menduga bahwa orang tua itu pasti adalah sahabatnya Lim Tiang Hong. Sudah tentu ia tidak dapat memberi perintah terhadap orang luar. menyuruh menjaga disitu atau keluar untuk melayani musuh, maka ia membiarkan orang tua itu mengambil keputusan sendiri.
Pada saat itu, orang2nya Hong-lui-po dan murid2nya Ban-ciong Nio-nio sudah berdiri di tempat masing2, hanya 242
Liauw In Suthay yang cuma seorang diri berdiri di tengah2
sambil rangkapkan kedua tangannya.
In-bu Mo-kheng menimbang kekuatan masing2 pihak, ia merasa bahwa pihaknya sendiri yang paling lemah.
Sekalipun berserikat dengan Ceng-tou-pay, juga belum tentu dapat mengimbangi kekuatan Hong-lui-po. Tapi ia mempunyai senjata ampuh yang dibuat andalan, maka ia tidak kuatir. Ia berusaha untuk mengulur waktu, maka terus berdiri sambil memegang pedangnya, ia tidak mau menantang lebih dulu.
Hong-lui-po dengan jumlahnya orang yang paling banyak, bertempur dilapangan terbuka merupakan suatu hal yang menguntungkan bagi mereka. Khiu-pan-po melirik kepada Pak-kek Suncu, hingga Suncu itu lantas mengeluarkan senjata payung besinya dan terus menyerang Liauw In Suthay.
Liauw In Suthay dengan tenang menghunus pedangnya.
Tangannya bergerak seenaknya. Ujung pedang lalu memancarkan sinar yang menyerupai setangkai bunga teratai, melibat payung Pak-kek Suncu.
Pak-kek Suncu yang masih merasa penasaran karena tadi dalam ruangan sempit dengan mudah dibikin tidak berdaya oleh orang tua jenggot putih kini telah melancarkan serangannya begitu hebat. Dalam waktu sekejapan saja sudah menghujani serangan tidak kurang dari 25 kali.
Selagi Pak-kek Suncu bertempur dengan Liauw lu Suthay, Lak-chiu Sian-nio juga sudah bergerak menyerbu In-bu Mo-kheng. Dengan tanpa banyak bicara, selir Thian-cu Kauwcu ini melancarkan serangannya dengan cepat dan hebat. In-bu Mo-kheng meski merupakan murid kepala Ban Ciang Nio-nio, tapi diserang secara mendadak, ia merasa kewalahan, lupa untuk balas menyerang. Khiu-pan-po 243
dapat lihat orang2 penting sudah tertahan oleh orang pihaknya sendiri ia lantas keluarkan suara tertawanya yang aneh, kemudian secara diam2 nyelundup kekamar. Tapi ia lupa, bahwa dalam kamar sunyi itu, masih ada seorang tua jenggot putih, yang kepandaiannya tidak dapat dijajaki. Ia yang menjaga di sana, maka baru saja ia berada di pendopo, terdengar suara bentakan: "Lekas enyah dari sini!"
Satu kekuatan tenaga yang sangat dahsyat
menyerangnya, seolah olah angin puyuh menyambar padanya.
Khiu-pan-po kembali keluarkan suara ketawanya yang aneh, lalu menyambuti serangan itu dengan kekuatan tenaga dalamnya. Sebentar terdengar suara nyaring. Semua meja dan kursi dalam pendopo itu pada berterbangan, malah ada yang hancur berantakan.
Khiu-pan-po dengan rambut awut2an dan wajah
bagaikan setan, maju menyerang lagi. Sepasang tangannya bergerak dan sebentar diputar laksana titiran, menyerang musuhnya.
Orang tua jenggot putih itu dengan bajunya yang gedombrongan, sebentar dikibaskan, sebentar digunakan untuk melibat atau menyerang, mengimbangi serangan Khin-pan-po yang dilakukan secara kalap itu.
"Nenek tua, kalau mau bertempur, mari kita bertempur di luar. Di sini ada tempat berhala, bukan tempatnya bagimu untuk mengganas". berkata orang tua itu.
"Apa kau kira aku takut padamu?" sahutnya si nenek.
Dengan cepat ia ke!uar dari ruangan.
Tatkala ia berpaling, orang tua jenggot putih itu ternyata sudah membayang di belakang dirinya, yang saat itu juga sudah berada di luar pintu.
244 Pada saat itu, medan pertempuran sudah menjadi kalut keadaannya, karena orang2nya Hong-lui-po juga sudah turut campur tangan membantu pihaknya.
Dalam keadaan kalut itu, mendadak terdengar siulan aneh. Seorang nenek berambut putih, dengan tangan membawa tongkat bengkok, menyerbu dalam kalangan sembari berseru: "Apa kalian sudah gila semua?"
Sedang tongkatnya digerakkan untuk memisah In-bu Mo-kheng dan Lak-chiu Sian-nio, yang sedang bertempur sengit, hingga masinga mundur lima kaki jauhnya.
"Anak murid Ban-ciong Nio-nio tidak ada permusuhan apa2 dengan Hong-lui-po, mengapa tidak bereskan bocah itu lebih dulu, sebaliknya baku hantam sendiri?"
In-bu Mo-kheng menghampiri si nenek itu. Di
telinganya berbisik sejenak. Nenek itu lantas berkata sambil delikkan matanya: "Apa kau sedang mengimpi" Orang2
kuat dari Hong-hong-tie sebentar sudah tiba disini. Kalau mereka itu tiba, jangan kata kau hendak tawan hidup2, sedangkan hendak menjamah badannya sedikit saja sudah tidak gampang!"
Lak-chiu Sian-nio kini sudah dapat kenali bahwa orang yang baru tiba itu adalah sumoynya Ban-ciong Nio-nio, Thian-bong Lolo. Ia tahu bahwa nenek itu ada mempunyai ilmu yang dinamakan Tek-lie-thay-kek-bian-kang yang amat ganas. Karena ia tidak setuju orang2nya baku hantam sendiri, maka ia lantas berkata sambil ketawa: "Ucapan Lolo memang benar!"
Dengan tanpa permisi lagi, ia lantas bergerak dan melesat ke dalam kuil.
"Tunggu dulu! aku sudah datang kemari, mana boleh aku membiarkan kau berbuat sesuka hatimu"' berkata 245
Thian-Bong Lolo sambil ketawa terbahak-bahak kemudian ia putar longkatnya dan melayang melalui atas kepala Lak-chiu Sian-nio, sebentar sudah berada di depan kamar.
Bwee Hiang kaget bukan kepalang ketika mengetahui siapa yang datang, diam2 ia mengeluh sendiri. Ia tahu dengan kenekatan mereka bertiga, juga belum mampu menandingi kekuatan Thian-bong Lolo. Tapi dalam keadaan terpaksa, sekalipun ia sendiri tidak dapat menandingi, juga harus melawan. Maka dengan tanpa banyak bicara, ia lantas menyerang secara mendadak.
Setelah Bwee Hiang bergerak, kawannya itu Bhiksuni muda, juga sudah bergerak bantu menyerang.
Thian-bong Lolo tidak menyingkir atau berkelit, hanya menyapu dengan tongkatnya untuk menyambuti serangan mereka, hingga sebentar kemudian, dua batang pedang Bwee Hiang dan Bhiksuni muda itu sudah patah dan dua orang itu terpental hampir jatuh di tanah.
Lak-chiu Sian-nio yang menyusul kemudian sudah mendahului Thian-bong Lolo terus masuk ke dalam kamar.
Hampir berbarengan pada saat itu, sesosok bayangan langsing, dengan kecepatan bagaikan kilat, juga lari menuju ke kamar.
Bwee Hiang bertiga sangat gelisah. Dengan tanpa hiraukan keadaan sendiri, telah maju memburu, tapi sudah terlambat.
Dalam saat yang amat berbahaya itu, mendadak
meluncur keluar hembusan angin hebat dan dua tangkai bunga teratai menyerang belakang diri Lak-chiu Sian-nio, berdua, hingga kedua duanya terpaksa lompat ke samping.
Kiranya ia orang tua berjenggot putih itu dan Liauw In Suthay yang sedang bertempur sengit, mendadak dapat lihat 246
Thian-bong Lolo, Lak-chiu Sian-nio, dan In-bu Mo-kheng bertiga menyerbu ke dalam pendopo siapa meninggalkan lawannya dan lari menuju ke dalam pendopo, untuk menghalangi maksudnya Lak-chiu Sian-nio dan In Bu Mo-kheng.
Tapi hanya dengan kekuatan Liauw In Suthay dan orang tua jenggot putih itu masih belum dapat merintangi datangnya begitu banyak orang yang hendak menyerbu ke kamar tersebut.
Disitu bukan saja terdapat Pak-kek Suncu, Khiu-pan-po dan lain2nya yang sudah pada datang berkumpul di depan kamar, sedangkan empat wanita baju merah muridnya Ban-ciong Nio-nio, semua juga sudah berada di dalam pendopo.
Selain mereka, Thian-bong Lolo yang sudah memukul mundur Bwee Hiang dan kawannya, juga sudah lantas menyerbu ke dalam kamar.
Dalam keadaan sangat kritis titu, mendadak terdengar suara bentakan keras. Seorang Pengemis Pincang dengan wajahnya yang berewokan, melayang turun dari atas genteng, seolah-olah malaikat yang baru turun dari langit, dengan tongkatnya menyerang Thian-bong Lolo.
Disamping itu, dua benda berkeredapan, dengan
dibarengi oleh hembusan angin hebat menggulung Pak-kek Suncu dan Khiu-pan-po.
Lalu terdengar suara beradunya senjata yang amat nyaring, ternyata tongkatnya Thian-bong Lolo sudah beradu dengan tongkatnya Pengemis Pincang.
"Sahabat, apa kau tidak mencari keterangan dulu"
Segala manusia semacam benda rongsokan, juga ingin mencari onar dengan orang2 Hong-hong-tie, benar2 tidak tahu diri!. Lagipula, mengganggu orang dalam keadaan 247
kesusahan, apakah itu ada perbuatannya seorang gagah?"
bentak si Pengemis Pincang dengan suara keras.
Thian-bong Lolo setelah menyambuti serangan
pengemis tadi segera mengetahui bahwa ia sudah menghadapi lawan kuat, apa lagi setelah mendengar teguran pedas itu, lantas menjawab dengan seenaknya:
"Kau bangsa apa, berani merintangi tindakan nenekmu?"
"Congkoan (kepala pengurus bagian luar) Hong-hongtie, Cian-lie Tui-hong atau si Pengemis Pincang, adalah aku ini!"
Kemudian ia membentak dengan suara keras, yang ditujukan kepada orang banyak! "Kalian semua juga merupakan orang2 ternama dalam rimba persilatan.
Dengan perbuatan dan kelakuan seperti apa yang kalian unjukkan tadi, apakah tidak kuatir akan kehilangan muka!
Jika handak menguji kekuatan, kita boleh bertanding di tempat terbuka"
Pada saat itu, keadaan dalam pendopo sudah menjadi kalut. Di luar kamar, dimana Lim Tiang Hong sedang bersemedi, dengan adanya Liauw In Suthay dan itu orang tua berjenggot putih serta Mo-ie Kim-kho yang menjaga, sekalipun jumlahnya orang yang hendak dating mengganggu ditambah lebih banyak lagi, jadi tidak berdaya untuk menghadapi tiga jago itu.
Dilain pihak, Pak-kek Suncu yang mengandalkan
jumlahnya orang, lantas timbul pikirannya hendak bersekutu dengan pihaknya Ban-ciong Nio-nio untuk menghadapi Hong-hong-tie. Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas berkara sambil tertawa: "Sudah lama aku mendengar kabar bahwa di daerah Tionggoan ada partai yang dinamakan Hong-hong-tie, yang kepandaian 248
orang2nya merupakan tersendiri. Maka itu, aku kepingin sekali belajar kena! dengan kepandaianmu itu!"
Setelah itu ia lalu berkata dengan suara nyaring kepada Khiu-pan-po dan Lak-chiu Sian-nio "Mari kita keluar!"
Lebih dahulu ia melesat keluar.
Orang2 Hong-lui-po, karena pemimpinnya sudah terima baik tantangan lawannya, segera keluar semua mengikuti jejak pemimpinnya.
Orangnya Ban-ciong Nio-nio juga tidak mau unjukkan kelemahannya, begitulah segera terdengar perkataan Thian-bong Lolo: "Sudah lama aku si nenek tidak melakukan latihan gerak badan, hingga tulang2 dan otot2ku pada lemas. Malam ini biarlah aku coba kekuatan Pengemis Pincang ini, entah sampai di mana tingginya?"
Sambil memutar tongkatnya ia juga lompat melesat keluar.
Sebentar kemudian, orang2 yang tadi memenuhi
ruangan pendopo itn, kini sudah bubar semua.
Pada saat itu, orangnya Hong-hong-tie seperti Mo-ie Kim-khe, Cong-pian Jie-lo dan lain2nya juga sudah tiba semua. Cian-lie Tui-hong tidak memperdulikan tantangan Thian-bong Lolo, lebih dahulu ia memberi hormat kepada Liauw In Suthay sembari berkata: "Oleh karena urusan partai Hong-hong-tie, telah mengganggu ketenangan Amcu, hal ini sesungguhnya membuat aku yang rendah dan kawan2 merasa tidak enak"
"Tayhiap terlalu merendahkan diri. Lim Siauw-hiap merupakan satu jago muda yang banyak pengharapannya, sudah menjadi keharusan pinni untuk bantu melindungi 249
jiwanya" jawab Liauw In Suthay sambil rangkapkan kedua tangannya.
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada orang tua jenggot putih tadi: "Jikalau dugaan pinni tidak keliru, Siecu ini tentunya adalah Gin-sie Tayhiap, Gin-sie-siu, yang dahulu namanya sangat terkenal dengan ilmunya Kun-goan Bu-kek Sin-kang?"
Orang tua itu yang memang benar adalah Gin-Sie-siu, segera memberi hormat dan menjawab: "Sungguh tajam ingatan Sinnie!"
Mereka yang tengah enak mengobrol, sudah tidak abaikan semua musuhnya yang menantikan di lapangan luar.
Thian Bang Lolo menjadi gusar. Ia lantas berkata dengan suara keras: "Hei. pengemis busuk! kenapa tidak berani keluar, apa kau takut mampus?"
"Jangan kuatir. Kau memang sudah bosan hidup, nanti aku akan kirim kau ke neraka!" jawabnya si Pengemis Pincang sambil ketawa terbahak-bahak.
Kemudian ia melesat keluar sambil putar tongkat besinya.
Tiba2 terdengar suaranya Gin-sie-siu "Tunggu dulu!"
Dengan tenang orang tua itu berjalan menuju ke tengah lapangan, lalu mengangkat tangan memberi hormat seraya berkata: "Lohu adalah Gin-sie siu, yang kini menjabat sebagai kepala pengurus bagian dalam. Ada beberapa perkataan yang lohu ingin menerangkan kepada kalian lebih dulu. Hong-hong-tie dengan golongan Ban-ciong di daerah Lamhong dan Hong-lui-po daerah barat selamanya belum pernah kebentrok. Tapi mengapa sekarang, selagi Kokcu 250
kami yang lagi merawat luka2nya dengan jalan bersemedi, kalian datang mengganggu" Apakah ini yang dinamakan
'cara perjuangan" dalam partai kalian". Lohu sesungguhnya tidak mengerti, maka dengan ini minta keterangan kepada kalian semua!".
Sambil mendelikkan matanya, Thian-bong Lolo
menyahut: "Kau tidak perlu banyak bicara di depanku, perkara ini aku tidak mau tahu semua. Karena bocah she Lim itu berani mengandalkan beberapa kepandaian yang diwariskan oleh Bu-ceng Kiam-khek, hendak menjagoi dunia rimba persilatan, maka aku suruh padanya coba2
merasakan bagaimana rasanya tongkatku ini".
Gin-sie-siu pandang padanya sejenak sambi kerutkan kening, kemudian matanya menyapu ke arah Pak-kek Suncu, Khiu-pan-po dan lain2nya.
Pak-kek Suncu lantas berkata dengan suaranya yang garang: "Dalam urusan malam ini, siapa yang menang, itulah yang kuat. Siapa yang kalah, dia musnah. Bocah she Lim itu tidak perduli dia terluka atau tidak, asal kita tahu dia berada di sini, siapapun tidak akan memberikan dia begitu saja".
Gin-sie siu mendadak dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak. "Lohu hampir seumur hidup berkelana di dunia kang-ouw, belum pernah melihat ada orang begitu jumawa dan gila seperti kau ini. Kalau memang kalian sudah tidak hargakan tata tertib dunia kang-ouw, yah sudah! Dengan demikian kita nanti juga akan berlaku dan bertindak bebas dengan menuruti kehendak kita".
Setelah itu, dengan sinar mata tajam ia mengawasi setiap orang dan berkata pula dengan nada dingin: "Hendak bertempur satu lawan satu main keroyok. Terserah! Kalian 251
orang2 dari dua golongan hendak maju mengepung juga tidak halangan".
Perkataan Gin-sie-siu itu telah membuat suasana yang memangnya sudah gawat menjadi semakin gawat.
Khiu-pan-po dan Lak-chiu Sian-nio meski juga
merupakan orang2nya Hong-lui-po, tapi kedudukan mereka sebetulnya cuma merupakan tetamu. Orang yang
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Hong-lui-po adalah Pak-kek Suncu, yang dalam soal ini bertindak sebagai pemimpin rombongan. Orang ini meski adatnya keras dan berangasan, tapi kejam dan banyak akalnya.
Melihat keadaan di depan matanya, meski orang2nya Hong-hong-tie tidak banyak jumlahnya, tapi setiap orang2
kuat dan berkaliber besar. Jika bertempur benar2, belum dapat dipastikan siapa yang akan kalah dan siapa yang akan menang. Sebaliknya dipihak Lam-hong, meski juga merupakan musuh besarnya Lim Tiang Hong, tapi dengan Hong-lui-po juga tidak mempunyai hubungan baik. Kalau ia bergerak lebih dulu, ini berarti memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan dirinya Lim Tiang Hong, maka meski mulutnya galak, tapi tidak berani bergerak.
Tidak demikian halnya dengan Thian-bong Lolo. Nenek ini adalah orang yang jumawa. Baru saja Gin-sie-siu menutup mulut, tangannya sudah kegatelan, hampir saja ia maju menyerang. Mendadak di belakangnya ada orang menarik ujung bajunya. Ketika ia berpaling, orang itu adalah In-bu Mo-kheng. Ia lalu menegur dengan mata mendelik: "Ada apa?"
"Kita, orang2 anak murid golongan Ban-ciong, tidak mempunyai permusuhan atau dendam sakit hati terhadap Hong-hong-tie". demikian In-bu Mo-kheng berkata dengan suara lirih.
252 Mendengar jawaban demikian, Thian-bong Lolo
tercengang. "Teecu anggap, tidak ada gunanya kita menalangi orang lain untuk menjadi umpan". demikian In-bu Mo-Kheng melanjutkan keterangannya.
Thian-bong Lolo meski jumawa, tapi biar bagaimana dia juga bukan seorang goblok. Mendengar keterangan In-bu Mo-kheng, ia segera turunkan tongkatnya, tidak lagi bernafsu hendak menyerbu lebih dulu seperti tadi.
Liauw In Suthay dongakan kepala untuk melihat cuaca, diam2 merasa girang, karena krisis sudah lewat. Sebentar lagi Lim Tiang Hong sudah akan sembuh luka2nya.
Betapapun ganas dan buasnya orang2 itu, pasti tidak akan berdaya.
Mari kita sekarang balik kepada Gouw Hong Ing, Bwee Hiang dan itu Bhiksuni muda yang menjaga di luar kamar Lim Tiang Hong. Sejak kedatangan orang kuat dari Hong-hong-tie, serta sudah berhasil mengusir pergi musuh kuat yang hendak menyerbu ke dalam kamar, mereka baru merasa lega.
"Siapakah itu nenek tua bersenjatakan tongkat dari golongan Ban-ciong?" demikian Gouw Hong Ing
menanyakan kepada Bwee Hiang.
"Dia disebut Thian-bong Lolo, sumoynya Ban-ciong Nio-nio". jawabnya Bwee Hiang. Kemudian ia berkata kepada diri sendiri: "Ayam sudah berkokok, hari sudah hampir pagi!"
Dan itu Bhiksuni muda juga berkata sambil menguap:
"Kalau diwaktu biasanya, pada saat ini sudah waktunya bagi kita untuk membaca kitab....".
253 Selagi tiga wanita itu enak mengobrol, sesosok bayangan manusia mendadak melayang turun dari belakang kuil.
Setelah berhasil melalui tiga wanita itu, langsung masuk ke dalam kamar
Tapi baru saja hendak melangkah pintu, mendadak dapat dilihat oleh Bwee Hiang yang segera menegur padanya: "Siapa" Berhenti!"
Sambil menegur, senjatanya juga bekerja. Dengan menggunakan tipu serangan dari golongan Ban-ciong, ia menyerang punggung orang yang hendak menyelundup itu.
Orang itu nampak terkejut, kemudian ia berteriak:
"Eh"....".
Bwee Hiang juga sudah dapat lihat wajahnya orang itu, bukan lain dari pada Hu Kauw-cu atau ketua muda Thian-cu-kauw, Pie-ma Thian-kau Beng Sie Kiu. Jantungnya lantas tergoncang keras.
Saat itu Gouw Hong Ing dan Bhiksuni muda itu juga sudah memburu sambil menenteng pedang, hingga ketua muda Thian-cu-kauw itu terkurung di tengah-tengah.
Beng Sie Kiu dengan sorot mata menghina mengawasi mereka, kemudian berkata sambil ketawa: "Kiranya adalah kau si budak hina ini, benar2 tidak tahu diri, berani berlaku kurang ajar terhadap Hu kauwcumu!"
"Kau sendiri yang tak tahu malu! kau ada Hu
Kauwcumu siapa?" berkata Bwee Hiang sambil ketawa dingin.
Beng Sie Kiu ketawa dingin, mendadak ia bergerak maju. Dengan cepat sudah berhasil mencekal pergelangan tangan Bwee Hiang. Karena gerakannya yang demikian cepat, hingga Bwee Hiang tidak keburu menynigkir.
254 Berbareng pada saat ia berhasil mencekal pergelangan tangan Bwee Hiang, dua bilah pedang sudah mengancam jalan darah Hong Gan dan Ceng Ciok di belakang dirinya.
Beng Sie Kiu tertawa panjang, kemudian ia putar tubuhnya, sambil membetot tangan Bwee Hiang ia angkat tubuh pelayan itu untuk memakai pedang.
Gouw Hong Ing dan itu Bhiksuni muda yang
melakukan ancaman tadi terkejut, terpaksa mereka tarik kembali pedangnya dan lompat mundur.
Beng Sie Kiu telah menggunakan kesempatan itu, kakinya menendang pintu kamar. Dengan kekuatan tenaganya yang hebat, tendangan itu dengan mudah dapat merubuhkan dinding tembok yang bagaimanapun tebalnya, tapi heran pintu kamar yang terbikin dari kayu itu ternyata tidak bergeming sama sekali.
Gouw Hong Ing dan Bhiksuni muda itu ketika dapat lihat Beng Sie Kiu menendang pintu kamar, bukan kepalang kagetnya. Dengan tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, mereka menyerlang lagi secara nekad, hingga Beng Sie, Kiu terpaksa menyingkir ke samping sembari mengancam: "Jika tidak hentikan serangan kalian, aku akan musnahkan dia dulu!"
Mendadak di belakang dirinya terdengar suara orang berkata dengan nada dingin: "Kalau kau tidak lepaskan padanya, dengan bergerak sedikit saja, jantungmu lantas akan berlubang!"
Seolah-olah ada barang tajam yang dingin menempel belakang gegernya, hingga Beng Sie Kiu tahu kalau dirinya sudah dikuasai orang asal ia bergerak sedikit saja, ujung pedang itu niscaya akan bikin tembus gegernya.
255 Meski hatinya sangat gelisah, tapi ia masih coba tenangkan perasaannya, sambil ketawa menyindir ia berkata: "Sahabat kau siapa" Dengan cara seperti ini kau perlakukan seorang kawan, rasanya ada sedikit kurang sopan!"
"Haha! terhadap orangnya Thian-cu-kauw juga
memakai segala kesopanan" Hanya orang goblok yang berbuat demikian, tapi bagi Lim Tiang Hong tidak akan berlaku begitu tolol!"
"Kau.... Lim Tiang Hong?"
"Tidak perlu menanya begitu banyak. Lekas lepaskan dia. Kalau tidak, aku si orang she Lim nanti akan menyalurkan tenaga dalam ke ujung pedang, sehingga masuk kadalam tubuhmu, kau nanti akan tahu rasa sendiri".
Beng Sie Kiu terpaksa lepaskan Bwee Hiang. Baru saja ia lepaskan cekalannya, ujung pedang yang menempel dibelakang gegernya juga sudah ditarik kembali.
Di kalangan kang-ouw Beng Sie Kiu terkenal sebagai seorang yang banyak akalnya dan suka menggunakan rupa2
akal keji untuk menghadapi lawan2nya. Ia tidak nyana kalau akan terjungkal di tangannya Lim Tiang Hong.
Tatkala ia balikkan badannya, tampak Lim Tiang-Hong dengan wajah segar berdiri di hadapannya sambil peluk tangan.
"Hitung2 kau masih panjang umur, kali ini kau lolos lagi dari bahaya maut," demikian katanya Beng Sie Kiu dengan suara gemas.
"O ya. Barangkali umurmu sendiri yang sudah
diperpendek!" javvabnya Lim Tiang Hong dingin.
256 Kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar tangannya.
Dalam kagetnya Beng Sie Kiu miringkan badannya dan menyerang dengan tangan satunya.
Tapi gerak tipu yang digunakan oleh Lim Tiang Hong adalah gerak tipu 'Khim-liong-put-jiauw' atau 'menerkam naga dengan delapan kuku', ciptaan Bu-Ceng Kiam-khek yang sudah menggunakan waktu beberapa puluh tahun, sehingga seseorang berkepandaian tinggi seperti Hian Thong Tion lo dari gereja Siauw-lim-sie juga pernah dibikin tidak berkutik oleh gerak tipu itu. Maka sekalipun Beng Sie Kiu ada seorang licin, juga tidak berhasil untuk meloloskan diri. Apalagi kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong pada saat itu sudah mendapat kemajuan pesat, setiap pukulannya ada mengandung kekuatan yang sangat hebat. Maka begitu tangan Beng Sie Kiu tercekal olehnya, rasa kesemutan membuat serangannya orang she Beng itu kandas di tengah jalan.
Lim Tiang Hong setelah berhasil menangkap diri Beng Sie Kiu, lalu menotok di beberapa bagian jalan darahnya, kemudian dilemparkan ke tanah.
Saat itu, Bwee Hiang dan Gouw Hong Ing sudah
memburu dan dengan perasaan girang menanya: "Apakah racun dalam tubuhmu sudah keluar semua?"
"Terima kasih atas budi kalian bertiga, yang telah melindungi diriku. Bukan saja aku sudah berhasil mengeluarkan racun sangat berbisa itu, bahkan lebih cepat setengah jam dari waktu jang kita perhitungkan" jawabnya Lim Tiang Hong sambil anggukkan kepala dan tersenyum.
"Jangan kita bicarakan soal2 yang tidak penting lagi.
Sekarang ini Amcu dan lain2nya masih di lapangan depan 257
kuil menghadapi orang2 golongan Ban-ciong dan Hong-lui-po, mari kita lekas beri bantuan!" Bwee Hiang mendadak berseru.
"Tidak nyana mereka begitu rendah, selagi orang dalam susah hendak membikin tambah celaka, biarlah aku nanti bereskan mereka," katanya Lim Tiang Hong dengan alis berdiri.
Lalu ia bawa tubuhnya Beng Sie Kiu, kemudian lari keluar.
0o-dwkz-o0 Bab 54 MARI kita balik lagi untuk menengok keadaan di depan kuil Ceng-tou-am. Tiga orang dari golongan yang berdiri berhadapan sebagai musuh itu, setelah mendengar tantangan jung diucapkan oleh Gin-sie-siu, dari pihaknya Hong-lui-po dan Ban-ciong tiada seorang yang berani bergerak lebih dulu.
Sebaliknya dengan Gin-sie-siu dan Cian-lie Tui-hong, mereka itu berdiri dengan tenang, sama sekali tidak mengusik-usik lagi soal adu kekuatan, mereka cuma menantikan datangnya sang fajar. Setelah Lim Tiang Hong habis bersemedi, nanti mereka akan bertindak lagi.
Lambat laun orang2 Hong-lui-po dan Ban-ciong
agaknya mulai mengerti maksud pihak lawan, mereka merasa dengan mengulur waktu seperti itu, hanya menguntungkan pihak lawan saja.
Mendadak Kiu-pan-po perdengarkan suaranya yang seperti bebek, ia berkata sambil ketawa dingin: "Siapa 258
bercuriga, dalam hati masing2 tahu sendiri: orang2
golongan Ban-ciong bukannya takut tapi dalam soal ini tidak sudi bertindak sebagai pelopor".
"Keadaan malam ini, bukan bersilat pertandingan atau mengadu pedang, juga bukan berebutan barang pusaka, melainkan harus bersama2 menghadapi musuh. Di sini tidak ada perbedaannya siapa menjadi pelopor atau siapa bertindak belakangan!" sahutnya Lak-chiu Sian-nio sambil ketawa terkekeh-kekeh.
Perkataan Thian-cu-kauwcu ini sudah nyata benar, maksudnya jalan, supaya kedua belah pihak bekerja sama, tidak perlu memandang kedudukan atau muka.
Pak-kek Suncu keluarkan suara tertawanya yang aneh.
Payung besinya yang semula di letakkan di atas pundaknya, mendadak ditarik dan dilintangkan di depannya.
Gerakaannya ita seolah-olah memberi isyarat kepada kawan2nya, bahwa ia sudah siap hendak melakukan serangannya.
(dw^kz) Jilid ke 5 Semua anak buah Hong-lui-po dengan serentak, lantas bergerak, mereka pada menghunus senjata masing2 hingga keadaan menjadi gawat lagi.
Thian-bong Lolo meski adatnya kasar, tapi masih terhitung seorang yang suka berlaku terus terang. Melihat keadaan demikian, dengan sikap menghina ia keluarkan suara ketawa dingin. Sementara itu, In-bu Mo-kheng dengan diam2 juga sudah menghunus pedang Kim chan-259
kiam-nya, kemudian memberi isyarat kepada empat kawannya, itu wanita baju merah hingga masing2 lantas pada menghunus pedangnya.
Dalam waktu sekejapan saja suasana sudah diliputi oleh ketegangan....
Mendadak dari dalam pendopo terdengar suara tegas dan nyaring: "Aku si orang she Lim karena kurang hati2
sehingga terkena racun yang sangat berbisa. Dengan demikian, terpaksa harus menggunakan waktu tiga hari untuk mengusir racun dari dalam tubuhku. Sungguh tidak sangka kalau hal ini sudah membuat sahabat dari Hong-lui-po dan dan Lam-bong menantikan sekian lama".
Ucapan Lim Tiang Hong itu seolah-olah bunyi genta diwaktu pagi, mendengung....
Kemudian pemuda kosen yang mendapat gelar To-liong Kongcu itu lantas muncul di depan mereka dengan ketiak mengapit tubuh seorang tua berpakaian warna hijau.
Munculnya secara aneh dan tiba2 itu, kecuali membuat heran, juga membuat mereka terpesona, hingga sekian lama tiada seorang yang membuka suara.
In-bu Mo-kheng yang mendengar ucapan Lim Tiang Hong bahwa dalam waktu tiga hari sudah berhasil mengusir racunnya ulat sutra yang sangat berbisa, lebih2 merasa keheranan.
Lim Tiang Hong setelah menyapu wajah semua orang sejenak, lalu perdengarkan ketawa dingin, sambil menuding kepada Lak-chiu Sian-nio ia berkata: "Sambuti ini! Hu-kauwcu kalian diam2 telah mengunjungi aku:''
"Wer", sesosok bayangan orang melesat keluar dari tangannya.
260 Tatkala Lim Tiang Hong unjukkan diri tadi, satu2nya orang yang memperhatikan orang yang dikempit di bawah ketiaknya adalah Lak-chiu Sian-nio, hingga ia mengetahui dengan tepat siapa orangnya. Ketika dengan mendadak Lim Tiang Hong lemparkan tubuh orang itu kepadanya. seketika itu ia terperanjat dan merasa bingung. Kalau ia menyambuti tubuh orang itu, yang dilemparkan tentunya dengan kekuatan tenaga hebat, apakah ia mampu memnyambuti, masih merupakan suatu pertanyaan besar" Tapi kalau tidak disambuti, orang itu yang bukan lain daripada Beng Sie Kiu, pasti akan mati terbanting.
Apa boleh buat, ia terpaksa kerahkan seluruh
kekuatannya. Sambil kertak gigi dan ulur tangannya, ia menyambuti tubuh Beng Sie Kiu yang dilemparkan kepadanya. Apa mau, Lim Tiang Hong sengaja hendak membikin malu dirinya nyonya genit itu. Lemparannya itu dilakukan sedemikian rupa, meski Lak-chiu Sian-nio berhasil menangkapi tubuhnya Beng Sie Kiu, tapi kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong yang disalurkan melalui tubuh orang she Beng itu lantas mendorong Lak-chiu Sian-nio sehingga membuat padanya mundur 5-6 langkah, kemudian jatuh terjengkang! Dan apa lacur karena ia hendak pertahankan dirinya, malah membuat ia jumpalitan di tanah.
Tatkala ia lompat bangun lagi, pakaiannya yang reboh menjadi kotor dan kusut tidak karuan macamnya, sedang sanggulnya juga hampir pindah dari tempatnya.
Dipermainkan secara demikian memalukan, ia benar2
lantas murka. Dengan suara keras ia memaki-maki: "Anak haram, kau berani permainkan diri nyonya besarmu. Nanti aku suruh kau merasakan tangan besiku!''
261 Buru2 ia bereskan pakaiannya, kemudian pergi
memeriksa keadaan luka Beng Sie Kiu, tapi dia tidak tahu bagaimana harus menolong padanya.
Khiu-pan-po mengira Lak-chiu Sian-nio dalam keadaan gusar sehingga membuat kesalahan, maka buru2 memberi bantuan. Tapi ilmu totokan yang digunakan oleh Lim Tiang Hong adalah ilmu totokan warisan Bu-ceng Kian-khek yang tidak ada keduanya, maka ia juga tidak mampu menolong.
Lim Tiang Hong setelah melemparkan dirinya Beng Sie Kiu kepada Lak-chiu Sian-nio, kembali mengawasi orang2
dari golongan Ban-ciong Mui sejenak. Ketika ia dapat lihat pedang Kim Chan-kiam ditangan In-bu Mo-kheng,
darahnya naik seketika. Sambil ketawa dingin ia menerjang padanya dan ulur tangannya untuk merampas pedang tersebut.
In-bu Mo-kheng yang sedang tertawai Lak-chiu Sian-nio, mendadak dapat lihat Lim Tiang Hong menerjang ke arahnya, dengan cepat ia lintangkan pedangnya. Di depan badannya lantas tertampak lapisan warna emas yang mengurung dirinya. Sinar emas itu selanjutnya menggulung Lim Tiang Hong yang sedang lari ke arahnya.
Ini adalah gerak tipu dalam ilmu pedang Kim Chan Kiam Hoat yang paling lihay, dapat digunakan untuk menjaga, juga dapat digunakan untuk menyerang.
Lim Tiang Hong yang disambut oleh gulungan sinar emas itu, nampaknya tidak jeri. Dengan secara berani ia malah nerobos masuk ke dalam gulungan sinar itu.
Mendadak terdengar suara jeritan kaget In-bu Mo-kheng yang kemudian lompat mundur sejauh lima kaki, sedang pedang Kim Chan-kiam yang dibuat andalan olehnya sudah pindah ke tangan Lim Tiang Hong.
262 Setelah berada ditangannya, Lim Tiang Hong
menggunakan jari tangannya untuk menyentil ujung pedang, nampak sinar berkeredapan terpancar keluar.
Thian-bong Lolo ketika melihat Lim Tiang Hong
bergerak ke arah In-bu Mo-kheng, dengan cepat memburu sambil membabat belakang kepala Lim Tiang Hong dengan senjata tongkatnya. Tapi Cian-lie Tui-hong dari samping sudah menyambuti serangan nenek itu.
Dua senjata berat itu lantas saling beradu, masing2
merasa kaget. Karena dua2nya sama menggunakan senjata serupa, ialah tongkat berat yang terbuat dari besi, pula dua2nya merupakan orang2 yang beradat berangasan, maka pertempuran itu merupakan suatu pertempuran keras lawan keras, sengit lawan sengit.
Semua orang yang menyaksikan pertempuran dua orang itu pada geleng2 kepala
Kita balik lagi kepada Lim Tiang Hong. Setelah ia buat main sebentar pedang yang mengandung sangat berbisa itu, lalu dibikin patah sehingga menjadi berkeping-keping.
Kemudian ia lompat balik ke tengah kalangan dan berkata kepada orang banyak sambil angkat tangan untuk memberi hormat: "Mohon supaya tuan2 sampaikan kepada yang bersangkutan, bahwa aku Lim Tiang Hong cepat atau lambat pasti akan datang sendiri ke barat dan Lam-bong, untuk minta pelajaran kepada Hong-lui-pocu dan Ban-ciong Nio-nio. Atas perbuatannya yang sangat memalukan ini, sebaiknya jangan dipertontonkan disini"
Malam itu, orang2 yang berada disitu sebagian besar merupakan pecundangnya Lim Tiang Hong, hanya Thian-bong Lolo yang belum pernah bertempur dengannya.
263 Kedatangan mereka pada malam itu, semata-mata hendak mencari Lim Tiang Hong yang sedang terluka parah, hendak dibinasakan. Tapi kini pemuda yang hendak dibikin celaka itu, sudah sembuh dan dalam keadaan segar bugar.
Di samping itu, orang2nya Hong-hong-tie juga sudah tiba semua, hingga mereka mengerti, sekalipun kekuatan mereka digabung menjadi satu juga tidak mampu melawan pihaknya Lim Tiang Hong.
Maka semua orang lantas pikir hendak menarik diri.
Terlebih dahulu adalah Lak-chiu Sian-nio bersama Kiu Pan-po, dengan membawa Beng Sie Kiu yang tertotok jalan darahnya, diam2 telah menghilang, kemudian disusul oleh Pak-kek Suncu yang lantas memerintahkan orang2nya mundur.
Tinggal orang2 Ban-ciong Nio-nio, karena Thian-bong Lolo masih bertempur sengit dengan si Pengemis Pincang, maka ia belum berlalu.
Lim Tiang Hong saat itu mendapat kesempatan untuk menyaksikan jalannya pertempuran hebat itu, ia segera dapat tahu bahwa pengemis pincang itu sedang menghadapi lawan berat, maka ia lantas berkata padanya dengan suara lantang: "Tui-hong Khong goan, silahkan kau mengaso dulu, biarlah aku yang melayani padanya!"
Cian-lie Tui-hong meski saat itu masih penasaran, tapi ia tidak berani melawan perintah Kokcunya, maka ia lantas mundur ke samping.
Thian-bong Lolo setelah Thian Lie Tui-hong
mengundurkan diri, dalam sengitnya lantas berkata dengan sombongnya: "Sekalipun kamu berdua maju berbareng apa kamu kira aku takut?" .
264 "Perlu apa berbuat demikian" Aku seorang she Lim tadi sudah katakan, cepat atau lambat, aku akan datang sendiri ke Lamhong untuk minta pelajaran"
In-bu Mo-kheng sebagai orang yang bisa menggunakan pikiran, dapat lihat bahwa keadaan pada saat itu tidak menguntungkan bagi pihaknya. Meski ia merasa malu karena pedangnya dirusakkan oleh Lim Tiang Hong, namun tidak unjukkan sikap gusar atau penasaran. Ketika dengar Lim Tiang Hong menghentikan pertempuran, ia anggap itu adalah kesempatan yang paling baik untuk undurkan diri, maka tanpa menantikan sampai Thian-bong Lolo membuka mulut, ia sudah berkata lebih dulu: "Baik begitulah kita tetapkan. In-bu Mo-kheng nanti akan sampaikan perkataanmu ini kepada suhu, supaya
menantikan kedatanganmu"
Thian-bong Lolo masih hendak buka mulut tapi
berulang ulang In-bu Mo-kheng memberi isyarat dengan lirikan matanya, nenek yang adatnya berangasan itu agaknya juga mengerti maksud In-bu Mo-kheng, maka ia hanya berkata: "Hari ini hitung2 aku memberi kesempatan bagi kalian untuk hidup lebih lama".
"Belum tahu siapa yang akan mati lebih dulu!"
jawabnya Lim Tiang Hong dengan tenang.
Setelah orang2nya Ban-ciong-mui berlalu, pertempuran telah berakhir.
Liauw In Suthay lalu ajak semua tetamunya masuk ke dalam.
Ketika Lim Tiang Hong menyaksikan meja kursi dalam pendopo pada berantakan, hatinya merasa tidak enak, maka ia lantas berkata kepada Liauw In Suthay: "Oleh karena urusan boaupwee, telah membuat Amcu menderita
265 kerugian begini besar, boanpwee minta maaf sebesar besarnya".
"Urusan sekecil ini jangan siauwhiap buat pikiran, siauwhiap telah berhasil mengeluarkan racun dari tubuh siauwhiap dalam waktu sesingkat itu, benar2 membuat kagum pinni" jawab Liauw In Suthay sambil tersenyum.
Lim Tiang Hong mengucapkan terima kasih lagi, lalu menanyakan kepada orang2nya yang ditugaskan untuk menjalankan perintahnya.
Masing2 lalu memberi laporannya seperti berikut: 1. Sin Suan Cukat dan si pengemis Mata Satu setelah menerima kabar, malam itu juga sudah berangkat mencari jejak Yan-jie.
2. To Hoa Tocu sudah mengambil keputusan tentang urusan Hong-gwat Kongcu dengan Im San Mo-lie. Ia bersedia menjumpai Lok-hee Hujin untuk membereskan soal tersebut.
3. Paderi aneh berkerudung itu, setelah berjanji tiga hari hendak balik lagi ke Siauw-lim-sie untuk menjabat ketua, ternyata tidak datang. Sebaliknya pihak gereja Siauw-lim-sie yang telah mengutus banyak muridnya untuk mencari jejak paderi berkerudung itu.
4. Yan-jie sejak malam itu pertemuannya dengan Lim Tiang Hong, tidak tertampak di dunia Kang-ouw lagi.
5. Pengaruh Hong-lui-po ternyata belum ditarik mundur dari daerah Tionggoan. Mundurnya mereka pada kala itu, hanya merupakan suatu siasat saja, sebenarnya mereka sedang mengadakan aksi di bawah tanah, untuk membikin persiapan penyerbuannya ke daerah Tionggoan.
266 Setelah mendengarkan laporan2nya tersebut, ia lalu hendak ambil tindakan untuk selanjutnya. Baru saja ia hendak buka mulut, mendadak Gin-sie-siu berbangkit dan memberi laporannya: "Laporan, nona Oey-eng hingga sekarang belum pulang ke Hong-hong-tie. Sudah diperintahkan kepada semua orang2 Hong-hong-tie untuk mengadakan penyelidikan, juga belum ada kabar
ceritanya". Lim Tiang Hong terperanjat, dengan cepat ia menanya:
"Apakah Yong-jie pernah pulang ke Hong-hong-tie?"
"Ia sudah pulang, katanya hari itu ia tidak dapat mengajak nona Oey-eng".
"Eh"! Kemana ia pergi?"
Lim Tiang Hong tahu bahwa Yu-kok Oey-eng
dibesarkan di Hong-hong-tie. Sekalipun Sedang
mendongkol terhadap dirinya, juga tidak akan tidak pulang ke Hong-hong-tie. Tapi kini kenyataannya ia tidak pulang, dapat diduga pasti mendapat rintangan apa2.
Setelah ia berpikir sejenak, mendadak ia dongakan kepala dan berkata: "Apa tidak mungkin ia sudah mendapat bahaya" Ini memang susah dibilang, kalau ditilik dari kepandaiannya, tiada suatu alasan sampai ia mendapat bahaya. Setidak tidaknya ia bisa mundur dalam keadaan selamat. Yang kita kuatirkan ialah kalau2 ia dibokong oleh musuhnya"
Lim Tiang Hong mendadak buka matanya lebar2,
dengan tegas ia berkata: "Mulai saat ini, kerahkan kekuatan kita semua untuk mencari jejak nona Oey-eng!".
Nyatalah lenyapnya Yu kok Oey-eng telah membuat ia sangat gelisah.
267 Gin-sie-siu kembali membuka mulut, ia berkata dengan tenang: "Orang yang dapat menyusahkan diri nona Oey-eng, pada dewasa ini kemungkinnan besar cuma orang2nya Hong-lui-po dan Ban-ciong Nio-nio. Yang tersebut duluan karena banyak orangnya dan besar kekuatannya, sedang yang tersebut belakangan pandai menggunakan racun.
Kalau kita hendak mengadakan penyelidikan, ada baiknya kita pusatkan tujuan kita kepada orang2 dua pihak itu"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala ia menyetujui
anggapan orang tua itu. Segera ia teringat pada pengalamannya diri sendiri meski ia sendiri sudah mempunyai kepandaian dan kekuatan sedemikian tinggi, tidak urung masih terkena racun yang dilepaskan oleh In-bu Mo-kheng, kalau hal yang serupa itu dilakukan kepada Yu-kok Oey-eng, bukankah lebih mudah"
Yu-kok Oey-eng adalah anak piatu sahabat ayahnya.
Kalau terjadi apa2 atas diri nona itu bagaimana ia ada muka untuk menjumpai ayahnya" Lagipula, gadis itu juga merupakan bakal isterinya. Jikalau terhadap bakal isteri sendiri ia tidak mampu melindungi, bagaimana ada muka untuk menjagoi dunia kang-ouw"
Selagi otaknya bekerja keras memikirkan soal tersebut, mendadak terdengar suara Cian-lie yang seperti geledek.
"Bagus! kawanan iblis itu berani turun tangan terhadap orangnya Hong-hong-tie, kalau aku tidak bisa obrak-abrik sarang mereka, jangan dipanggil Cian-lie Tui-hong!"
Kemudian ia berseru kepada Lim Tiang Hong: "Harap supaya Kongcu keluarkan perintah, hari ini juga kita menyerbu ke barat!"
Lim Tiang Hong dengan tenang mengawasi orang2nya sejenak, kemudian berkata dengan lambat2: "Untuk 268
sementara kau jangan bergerak sembarangan, aku sudah mengambil keputusan".
Cian-lie Tui-hong tidak berani membuka mulut lagi, ia balik lagi ke tempatnya.
"Sekarang," demikian Lim Tiang Hong keluarkan
perintahnya, "minta supaya Gin Sie Congkoan balik ke Hong-hong-tie. Tui-hong Congkoan bersama Moe-Ie Kimkho dan Cong-pian Jie-lo berangkat ke Lam-bong, menyelidiki jejak nona Oey-eng. betul atau tidak sudah ditawan oleh mereka" Tapi untuk sementara jangan timbulkan onar dulu."
Ia berhenti sejenak, kemudian berkata pula: "Aku sendiri akan berangkat ke barat seorang diri saja. Aku kepingin lihat, Hong-lui-po sebetulnya ada mempunyai berapa besar kekuatan dan pengaruhnya. Selanjutnya kita nanti menetapkan rencananya yang kedua.''
"Mana boleh, dengan seorang diri Kokcu pergi ke barat, bukankah terlalu berbahaya" "
"Kawanan penjahat dari barat itu rasanya juga tidak bisa berbuat apa2 terhadap aku karena keputusanku tadi sudah tidak dapat diubah lagi. Sebaiknya kalian melakukan apa yang kuperintahkan tadi".
Meski semua orang beranggapan bahwa perjalanan Lim Tiang Hong ke barat dengan seorang diri itu terlalu berbahaya, tapi karena keputusan Kongcu itu tidak dapat diubah lagi, maka tiada seorang yang berani menantang.
Hanya Gin-sie-siu yang sudah banyak pengalaman, lagi pula sudah dipesan oleh Ho-lok Siu-su, karena dalam pikirannya sudah mempunyai perhitungannya sendiri, maka nampak tenang2 saja, setelah pamitan kepada Kokcu dan lain2nya, hari itu juga ia baiik ke Hong-hong-tie.
269 Setelah ssrnua orang Hong-hong-tie berlalu, Lim Tiang Hong baru dapat lihat diri Bwee Hiang hatinya lantas tergerak, hingga ia menanya: "Enci Bwee Hiang, untuk selanjutnya, kau pikir hendak ke mana?"
Barusan karena orang2 itu pada membicarakan soal lenyapnya Yu-kok Oey-eng, sekalipun Bwee Hiang ingin menyatakan pikirannya, juga tidak berani buka mulut. Kini setelah ditanya oleh Lim Tiang Hong, hatinya merasa pilu, hingga air matanya mengalir keluar.
"Budakmu adalah seorang sebatang kara, tidak
mempunyai sendaran sama sekali, sudah tentu tidak mempunyai pikiran atau tujuan". demikian jawabnya sedih.
Lim Tiang Hong kini telah merasa dihadapkan pula oleh persoalan rumit. Sudah tentu Bwee Hiang kini tidak bisa kembali lagi ke Thian-cu-kauw, tidak mungkin juga kembali kepada Lok-hee Hujin. Kalau harus ditinggalkan kekuil Ceng-tou-am, ini berati menanam sebuah bom, waktu buat Liauw In Suthay, yang setiap saat bisa meledak.
Setelah memikir sejenak, ia merasa tidak ada jalan yang lebih baik daripada tinggal di Hong-hong tie. Maka ia lantas berkata padanya: "Aku merasa simpatik terhadap nasibmu dan karena enci pernah menolong jiwaku dengan tanpa hiraukan keselamatan diri enci sendiri hingga aku merasa berhutang budi sangat besar kepadamu. Tapi oleh karena pada saat ini aku masih harus menghadapi banyak persoalan yang sangat berat, untuk sementara belum dapat memikirkan suatu cara yang paling sempurna, maka dari itu, harap enci bawa suratku ini untuk sementara biarlah enci berdiam di Hong-hong-tie dulu".
Bwee Hiang sangat cerdik, ia juga tahu bahwa Lim Tiang Hong pada saat itu memang sedang menghadapi banyak urusan, kecuali dengan jalan itu, sebetulnya tidak 270
ada lain jalan yang lebih baik lagi. Maka ia lantas terima baik tawaran anak muda itu.
Setelah menyelesaikan urusan Bwee Hiang, Lim Tiang Hong tidak mau membuang waktu lagi, ia segera pamitan dengan Liauw In Suthay dan muridnya.
"Kali ini aku si orang she Lim telah mendapat banyak bantuan dari suthay sekalian, dengan ini aku ucapkan banyak terima kasih. Nanti setelah kembali dari barat, pasti aku akan berkunjung kesini lagi,''
Setelah meninggalkan kuil Ceng-tou-am. Lim Tiang Hong dengan memakai kedok kulit manusia dan membeli seperangkat pakaian bangsa Bwee serta membeli seekor kuda, lalu melakukan perjalanannya ke daerah barat.
~dw^kz~ Bab 55 SEKARANG mari kita balik lagi kepada Yu Kok Oey-eng, yang karena urusan Hong Hay Kow Loan, telah mengambek terhadap Lim Tiang Hong dan lantas kabur meninggalkan padanya. Dalam pikirnya, Lim Tiang Hong pasti akan menyusul, untuk memberi penjelasan. Tidak nyana, Lim Tiang Hong hanya memanggil padanya dua kali, tapi tidak menyusul, hingga hatinya semakin panas.
Ketika ia tahu Yong-jie menyusul, ia malah percepat larinya, hingga tidak dapat dicandak oleh Yong-jie.
Ia lari sekencang-kencangnya, sampai beberapa kali, ia baru merasa lelah. Tadi dalam pikiran kalut dan mendongkol lari tanpa tujuan dan kini setelah kakinya merasa ietih, pikirannya lantas mulai tenang,
Mendadak suatu perasaan sedih timbul dalam hatinya, hingga air matanya turun tanpa dirasa.
271 Sekarang ia merasa seperti seekor burung kehilangan kawannya, hingga perasaan pilu dan sedih membuat ia seolah2 sudah kehilangan pegangan, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat!
Karena sejak kanak2 ia sudah dimanja oleh Kokcu yang membesarkan dirinya, hingga selama itu belum pernah keaal apa artinya sedih.
Setelah menjadi dewasa dan mengetahui pula
hubungannya dengan Lim Tiang Hong, cinta kasihnya lantas diberikan kepada tunangannya itu. Ia kepingin selalu berada bersama-sama dengan tunangannya. Tapi apa mau Lim Tiang Hong terlalu banyak urusannya, hampir tidak ada waktunya untuk bercumbu rayu dengannya.
Selain dari pada itu, sebelum berjumpa dengannya, Lim Tiang Hong sudah banyak kawan wanita. Walaupun kawan2 wanitanya itu merupakan kawan2 di dunia Kangouw, hingga tidak mengutamakan soal cinta kasih, tapi dalam matanya Yu Kok Oey-eng, Lim Tiang Hong
dianggapnya terlalu romantis. Inilah sebabnya mengapa ia bersikap yang seolah-olah hendak mengekang kemerdekaan Lim Tiang Hong,
Sifat semacam ini, memang sudah sewajarnya bagi sebagian kaum wanita yang terlalu tebal rasa cintanya terhadap kekasihnya.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Maka meski Yu Kok Oey-eng berlalu dari samping tunangannya karena mendongkol, tapi setelah pikirannya tenang kembali, ia lantas merasa menyesal atas perbuatannya sendiri. Ia sejogyanya hendak balik lagi. Tapi dengan berbuat demikian, itu berarti telah mengakui kesalahannya dan sebagai seorang wanita yang keras kepala, ia segan berbuat demikian.
272 Karena itulah, maka semakin lama ia tidak dapat mengambil keputusan, hingga terus berdiri seperti patung.
Mata hari sudah mendoyong ke barat, angin malam mulai meniup, saljupun mulai membeku lagi. tapi Ia masih tidak merasakan semua perubahan hawa udara itu. Ia masih tetap berdiri di bawah sebuah pohon Yangliu, membiarkan dirinya tertiup oleh angin yang dingin.
Mendadak di belakang dirinya terdengar suara orang berkata dengan amat nyaring "Aaa, dewi Koan-im....!".
Dalam kagetnya Yu-kok Oey-eng cepat balikkan
badannya. Segera dapat lihat seorang anak laki2 desa berusia kira2 15 tahun dengan matanya yang besar dan alisnya yang tebal serta kedua lengannya yang kekar hingga kelihatan otot2nya sedang memandang dirinya dengan memikul seikat besar kayu kering.
Ketika Yu-kok Oey-eng perhatikan ikatan kayu kering yang dipikul di atas pundaknya itu, hatinya diam2
terperanjat. Menurut dugaannya, ikatan kayu itu se-kurang2nya ada mempunyai berat lima atau enam ratus pikul ke atas. Dari jauh kelihatan seperti tumpukan kayu.
Dengan bentuk tubuhnya anak itu sesungguhnya tidak seimbang. Dalam hatinya diam2 berpikir: bagaimana anak itu mempunyai kekuatan begitu hebat.
Terdorong oleh perasaan heran, maka ia lantas menanya padanya sambil bersenyum manis: "Adik kecil siapa namamu" Dimana rumahmu"'
Karena bocah itu dianggapnya masih kanak2 maka perkataannya diucapkan dengan suaranya yang lemah lembut, hinggga amat merdu kedengarannya!
Diperlakukan begitu manis, bocah itu kegirangan, mendadak ia tertawa dan tepok2 tangan, kemudian berkata: 273
''Apa kau sedang menyanyi, mengapa suaramu begitu merdu"''
Oleh karena terlalu kegirangan, ia telah lupa bahwa di atas pundaknya sedang memikul barang berat. Ketika ia tepok tangan, pikulannya lantas putus, hingga kayunya jatuh berantakan di tanah.
Ia menjadi sengit, sambil ketrukkan kakinya ia berkata:
"Pui! pantas ibu pernah kata, bahwa orang perempuan itu adalah pembawa sial. Dikemudian hari jika mencari isteri, harus mencari yang mempunyai budi pekerti. Aku pikir kau tentunya itu perempuan yang membawa sial, kalau tidak, mengapa aku baru beromong-omong sebentar saja
denganmu, kayuku lantas jatuh berantakkan Hm!
perempuan seperti kau ini aku tidak suka menjadi suamimu".
Yu-kok Oey-eng yang sedang merasa tidak enak hati karena melihat kayu yang dipikul oleh bocah itu jatuh berantakan, mendadak mendengar ucapannya yang tidak karuan itu, maka ia lantas membentak "Kau ngaco!"
Sedang tangannya lantas diulur untuk menampar
pipinya dan tamparan itu telah mengenakan dengan telak.
Tapi karena mengingat masih bocah, Yu-kok Oey-eng menampar dengan tidak menggunakan tenaga, maka meski nyaring, tapi tidak sakit.
Bocah itu nampak tercengang, kemudian dengan
mendadak ia menjadi gusar. "Kau berani memukul orang?"
demikian katanya. Dan secara tidak terduga-duga pula, kepelannya lantas melayang ke arah Yu-kok Oey-eng dengan kekuatan luar biasa.
274 "Eh! kau ternyata pandai menggunakan ilmu pukulan Pek-pou Sin-koan"'' demikian Yu-kok Oey-eng berseru dengan perasaan terheran-heran. Kemudian dengan gaya sangat manis, ia lompat kesamping untuk menghindarkan serangannya.
"Buk....!" pukulan bocah itu telah mengenakan pohon Yang-liu di belakang Yu-kok Oey-eng. hingga daun2nya pada rontok dan beterbangan ke tanah.
Kiranya serangan bocah itu tadi bukan ditujukan kepada tubuh Oey-eng melainkan di tujukan ke atas pohon, hingga sambaran anginnya yang keluar dari serangannya tadi dengan tepat mengenakan sasarannya dan membuat daun2nya pada rontok-Ini benar2 merupakan suatu kejadian yang sangat aneh.
Yu-kok Oey-eng semakin terarik, ia pura2 marah. "Apa artinya ini" Kau hendak unjukkan kepandaianmu ataukah hendak menggertak nonamu?"
Bocah itu setelah melancarkan serangannya, mendadak ketrukkan kakinya dan berkata pula dengan gemas "Semua karena kau yang tidak baik sehingga membuat aku marah, kembali sudah unjukkan kepandaianku dihadapanmu.
Jikalau tidak karena pesan ibuku, yang tidak mengizinkan aku berkelahi dengan sembarangan orang, hm! kepalanku tadi kalau aku tujukan kepada dirimu, barangkali saat ini kau sudah mampus!'
"Kalau begitu aku harus ucapkan terima kasih padamu atas kebaikanmu. Hei! aku tanya padamu, siapakah namamu, dimana. rumah tinggalmu, mengapa kau tidak sudi memberi tahukan padaku?"
"Ibu tidak mengizinkan aku memberitahukan kepada siapapun juga!"
275 Bocah itu agaknya takut orang menanyakan namanya.
Dengan cepat ia balikkan badannya dan membereskan kayunya yang berantakan di atas salju, kemudian berkata kepada dhi sendiri: "Ah! sungguh sial, pulang kemalaman, nanti akan membuat ibu marah2 lagi".
Mungkin karena tergesa-gesa hendak pulang ia tidak perdulikan Oey-eng lagi. Bocah itu meski nampaknya agak tolol, tapi sifatnya polos dan jujur, bahkan mempunyai kekuatan tenaga luar biasa besarnya.
Yu-kok Oey-eng yang memang sedang tidak tahu
kemana harus menuju, karena menghadapi keganjilan ini, hatinya semakin tertarik, karena bocah itu tidak mau memberitahukan namanya, ia juga tidak menanya lagi.
Bocah itu setelah membereskan kayunya menengok sejenak, lantas buru2 menuju ke jalan pegunungan.
Walanpun ia membawa seikat kayu yang begitu besar dan berat, tapi ia masih bisa jalan begitu gesit laksana terbang, sedikitpun tidak kelihatan payah.
Yu-kok Oey-eng membiarkan bocah itu pergi sampai jauh, ia enyot kakinya, dengan diam2 menguntit di belakangnya. Berjalan kira2 lima lie, udara sudah gelap.
Bocah itu juga pada saat itu sudah masuk ke dalam sebuah tempat di bawah kaki gunung yang sangat tersembunyi letaknya. Disitu ada terdapat tiga bangunan rumah atap.
Dari dalam rumah lapat kelihatan sinar lampunya.
Mendadak terdengar suara orang tua, dari jauh sudah memanggil- manggil: "Apa kau si Ah-gu" mengapa begini malam baru pulang?"
Bocah itu ketika mendengar panggilan namanya, buru2
percepat langkahnya. Dengan gerakan sangat gesit menghampiri rumah atap itu. Ketika berada di depan pintu, 276
ia lalu letakkan pikulan kayunya dari atas pundaknya.
Setelah membersihkan debu yang melekat di badannya, ia lantas berkata: "Ibu tadi diperjalanan aku berjumpa dengan seorang perempuan, cantik sekali dan bu, suaranya seperti orang menyanyi, sungguh merdu....".
Yu-Kok Oey-eng arahkan pandangannya ke depan
rumah gubuk itu. Di sana ada berdiri seorang wanita tua yang rambutnya sudah putih seluruhnya. Nenek tua itu mengawasi si bocah tolol tadi dengan sikap sangat menyayang. Tapi ketika mendengar perkataan bocah tadi parasnya berubah seketika, kemudian memotong
pembicaraannya: "Siapa suruh kau cari kayu sampai jauh2"
Bukankah ibumu sudah pesan padamu, tidak boleh kau pergi jauh2" Tidak boleh bicara dengan siapapun juga, tidak nyana kau berani melanggar pesan ibumu.... " berkata sampai disitu, suaranya nenek itu agak gemetar, seperti menahan ratap tangis.
Kemudian terdengar suara helaan napas perlahan dan lalu berkata pula: "Aih! kalau hal ini nanti, sampai mendatangikan musuh2 kita, maka tersia-sialah semua jerih payah ibumu selama ini...."
Ucapan yang terakhir ini hampir2 tidak terdengar dan bocah tolol itu setelah menampak ibunya marah, lantas berlutut di depan ibunya berkata: "Semua ini adalah salah Ah-gu, sehingga ibu kesal hati, selanjutnya Ah-gu tidak berani lagi"
"Lekas masuk makan! selanjutnya kau harus ingat baik pesan ibumu". kata pula si nenek sambil menghela napas.
Ibu dan anak itu lantas masuk ke dalam rumahnya.
Karena dugaannya itu ternyata tidak keliru, Yu-kok Oey-eng semakin ingin tahu sampai sedalam daiamnya 277
maka ia lantas gerakkan kakinya. Dengan gerakan badan sangat ringan sekali, sudah melesat ke atas atap rumah.
Ilmu meringankan tubuh Oey-eng, boleh dikata sudah mencapai taraf kemahirannya. Meski datangnya secara tergesa gesa, tapi ketika tiba di atas atap rumah, sedikitpun tidak mengeluarkan suara. Tapi, di atas gaunnya, karena kejatuhan salju, ketika salju itu tertiup angin, lantas terjatuh dan menimbulkan sedikit suara.
Sinar lampu di dalam rumah mendadak padam.
Kemudian tertampak berkelebatnya sesosok bayangan orang, yang melesat keluar. Hanya sedikit gerakan saja, bayangan orang itu sudah berada di hadapannya. Ternyata itu adalah nenek tua berambut putih, yang kini tidak tertampak loyo lagi, seperti apa yang dilihatnya di depan rumah.
Saat itu, dengan tangan memegang tongkat, berdiri tegak dengan sikap garang.
Yu-kok Oey-eng karena kuatir timbul salah paham.
Dengan tanpa menunggu nenek itu membuka mulut, ia sudah mendahului memberi hormat serta perkenalkan dirinya: "Boanpwee Yu-kok Oey-eng, murid Kie-lin Kokcu dari Hong-hong-tie. Kedatangan boanpwee malam ini tidak ada lain maksud, hanya....".
Nenek tua itu tidak menunggu Yu-kok Oey-eng bicara habis, sudah menyela dengan perasaan kaget dan heran:
"Hong-hong-tie"! Bolehkah nona memberitahukan nama asli suhumu kepada aku si orang tua?"
Yu-kok Oey-eng setelah berpikir sejenak baru menjawab:
"Sebetulnya memang boleh, tapi karena tidak suka memberitahukan nama aslinya kepada orang luar, boanpwee sebagai muridnya, tidak berani berkata 278
sembarangan" Dalam hal ini harap cianpwee suka maafkan"
Nenek itu lantas kembali keadaannya seperti semula, ialah loyo dan seolah olah tidak bertenaga. Kemudian ia menghela napas dan berkata: "Karena nona mempunyai kesulitan, aku si orang tua sudah tentu tidik akan memaksa, marilah kita ke dalam untuk beromong omong!"
Nenek itu balik ke dalam gubuknya, kembali
menyalakan lampu. Si bocah tolol itu nampak berdiri tegak di tengah ruangan sambil mengepal dua tinjunya. Begitu melihat datangnya Yu-kok Oey-eng, lantas berkata dengan perasaan kaget: "Eh! Mengapa kau juga datang kemari"
Aku beri tahukan padamu, kalau kau ingin menjadi isteriku, aku tidak mau".
Yu-kok Oey-eng agak mendongkol, tapi karena bocah itu masih terlalu muda, maka ia tidak bisa berbuat apa2.
Tapi si nenek segera menyemprot padanya. "Kau jangan ngaco belo tidak karuan! lekas tuangkan teh".
Bocah itu leletkan lidahnya, tapi ia tidak berani membantah, dengan cepat sudah masuk untuk mengambil teh.
Nenek tua itu setelah mempersilakan tetamunya duduk, sepasang matanya terus mengawasi nona itu dari atas sampai kebawah, setelah itu, mendadak ia menanya: "Aku ingin minta sedikit keterangan dari nona tentang dirinya.
Seseorang, entah nona tahu atau tidak?"
"Silahkan!" "Orang itu adalah Ho-lok Siu-su, Lim Tayhiap, yang pada satu masa namanya sangat terkenal disepanjang daerah Ho-lok".
279 Yu Kok Oey-eng tidak tahu apa maksudnya nenek tua itu menanyakan diri Ho-lok Siu-su, maka ia tidak menjawab langsung, sebaliknya balas menanya: "Nenek, apakah kau kenal dengan beliau?"
Nenek itu ternyata sangat cerdik. Melihat sikap Yu Kok Oey-eng, segera dapat menebak isi hatinya, maka ia lantas berkata pula: "Aku hendak minta keterangan lagi darimu tentang diri seseorang lainnya, orang itu adalah Oey Kong Cow, yang dulu sangat terkenal di daerah Koan Tong dengan julukannya 'Thiat Tat Siu Koan" apa nona kenal padanya?"
Yu Kok Oey-eng melengak, ia lalu menjawab sambil gelengkan kepala: "Belum pernah dengar".
"Chungcu ini, dulu adalah sahabat karibnya Ho-lok Siu-su, bahkan sudah mengikat tali perjodohan bagi anak2nya sebelum anak mereka itu lahir. Cuma sayang ...... Dengan secara tragis Keluarga Oey itu ..... bencana rumah tangganya".
Yu Kok Oey-eng terperanjat. Karena ia tahu benar bahwa Ho-lok Siu-su cuma mempunyai seorang anak laki2
dan yang dijodohkan sebelum lahir bukankah dia sendiri".
Apalagi orang yang disebut Chungcu itu juga adalah seorang she Oey.
Maka ia menanya dengan hati cemas: "Entah siapa orangnya yang mencelakakan diri Oey Chungcu itu. Dan dimana adanya anak perempuannya itu sekarang?".
"Hal ini sangat panjang kalau dibicarakan. Dulu, ketika Ho-lok Siu-su mendapat gambar peta perjalanan ke gunung sakti, berita ini pernah didengar oleh seorang iblis dari golongan hitam. Iblis itu bernama Im Boan Jin. Ia adalah sangat jahat dan kejam. Karena mengetahui bahwa dirinya 280
belum mampu menandingi Ho-lok Siu-su, maka lantas menggunakan akal paras wanita cantik. Tapi kesudahannya bukan saja berhasil seperti apa yang ia harapkan, malah ia sendiri yang kehilangan isterinya. Iblis itu dengan Thiat Tan Sin Koan Oey Chungcu memang pernah kenal, karena akal bulusnya tidak berhasil, ia lantas ajak Oey Chungcu merampas dengan kekerasan. Oey Chungcu adalah seorang baik, bagaimana ia sudi melakukan kejahatan semacam itu"
Apalagi dengan Ho-lok Siu-su ia ada bersahabat karib.
Anak2 mereka juga sudah ditunangkan. Walaupun
demikian, ia juga tidak berani terandari menolak. Ia coba jawab dengan perkataan manis, tapi diam2 ia beritahukan berita itu kepada Ho-lok Siu-su. Pada kala itu, Ho-lok Siu-su sudah siap heodak melakukan perjalanannya dengan seorang diri. Entah dengan cara bagaimana, berita itu kembali dapat didengar oleh Im Boan Jin. Juga entah bagaimana, ia juga dapat tahu hubungannya Oey Chungcu dengan Ho-lok Siu-su. Dengan tanpa memberitahukan Oey Chungcu lagi, ia bersama-sama serombongan kambratnya, menunggu didaerah-gurun pasir untuk memegat perjalanan Ho-lok Siu-su. Setelah terjadi suatu pertempuran hebat, orang2 Im Boan Jin telah mati semuanya" sedang Ho-lok Siu-su dengan sendiri, pada akhirnya dua2nya juga terluka dalam pertempuran itu. Gambar peta itu telah terkoyak menjadi dua lembar, yang berada dalam tangan Ho-lok Siu-su adalah bagian belakang, tapi akhirnya ia sampai juga ke tempat tujuannya dan berhasil mendapatkan kepandaian tinggi yang tidak ada taranya. Sedang yang didapatkan oleh Im Boan Jin adalah bagian depannya, meski ia tidak berhasil ke tempat tersebut, tapi ia mendapat pengalaman lain, juga kembali dengan kepandaiannya yang baru didapatkan. Tapi sejak kala itu, ia juga lantas berubah semakin buas, jahat dan ganas! Ia menyebut dirinya Pek-tok Hui-mo.
Perkumpulan yang dibentuknya semula diperluas menjadi 281
perkumpulan Thian-cu-kauw, dan terang2an menjadi salah satu golongan di dunia kang-ouw....".
Bicara sampai di sini, Yu Kok Oey-eng mendadak nyeletuk: "Semua kejadian itu telah terjadi di daerah gurun pasir, bagaimana nenek bisa dapat tahu?"
Nenek tua itu mendadak menangis, dengan suara ter-isak2 ia menjawab: "Thiat Tan Sin Koan Oey Chungcu itu.
karena kuatirkan keselamatan sahabat karibnya, setelah Ho-lok Siu-su meninggdkan kota Lok Yang, ia juga menguntit dengan seorang diri. Tapi ketika tiba digurun pasir, kebetulan telah berjumpa dengan salah seorang
komplotannya Im Boan Jin yang sudah dalam keadaan payah. Dari mulutnya orang itu, Oey Chungcu baru dapat tahu keadaan yang sebetulnya pada kala itu. Tapi juga lantaran ini, Oey Chungcu serumah tangganya telah dimusnahkan. Im Boan Jin setelah berhasil mempelajari kepandaian ilmunya dan balik ke daerah Tionggoan, menganggap bahwa kala itu ia tidak berhasil mendapatkan seluruh gambar peta itu, semata mata karena disebabkan adanya Thiat Tan Siu Koan yang membocorkan rahasia.
Maka Pada suatu malam, ia dengan rombongan
komplotannya telah menyerbu kediaman Oey Chungcu. Ia bunuh mati seluruh keluarga Oey......
.... Dengan terus terang, suamiku Hoo Hiong pada waktu itu adalah kepala pengurus rumah tangga keluarga Oey. Begitu melihat gelagat tidak baik, diam2 ia sudah membawa kabur nona .......... baru berusia enam tahun.
Dan aku sendiri, pada kala itu ketika melihat Chungcu dan keluarganya sudah binasa semua. Karena untuk menjaga keturunan keluarga Hoo, juga lantas kabur dan
sembunyikan diri sehingga hari ini"
282 Yu-kok Oey-eng dengan air mata berlinang-linang berkata dengan suara sedih: "Sekarang aku tahu. Hoo Congkoan kala itu kabur sambil menggendong Eng-jie tapi kawanan manusia keji itu tidak mau mengerti, lantas mereka mengejar. Mungkin Tuhan tidak inginkan
membikin putus keturunan keluarga Oey, kala itu berpapasan dengan Cian-lie Tui-hong dan Ceng Puo Siu dari Hong-hong-tie. Mereka setelah memukul mundur kawanan penjahat itu, lantas menolong diri Hoo Congkoan.
Tapi Hoo Congkoan yang gagah berani dan setia itu, karena luka2nya serta sudah kehabisan tenaga, tidak sanggup bertahan lagi. Cuma mengatakan "Bocah.... perempuan....
ini.... ada.... lah... anak.... perempuannya.... Thiat.... Tan...
Siu.... Koan...." lantas terputus nyawanya. Sejak saat itu, Eng-jie menjadi muridnya Kie-lin Kokcu, ketua Hong-hongtie dan Kokcu itu adalah itu Ho-lok Siu-su yang dulu berhasil pergi ke gunung untuk mendapatkan pelajaran istimewa.''
Setelah mengetahui siapa adanya nona itu, nenek tua itu semakin pilu. Baru saja menutup mulutnya, nenek itu sudah berseru: "Siocia, aku memikirkan dirimu sampai sendirian seperti ini....".
Ia lalu memeluk diri Oey-eng sambil menangis
sesenggukan. Malam itu, Yu-kok Oey-eng baru tahu asal usul dirinya.
Apabila ingat kematian ayah bundanya di tangan Pek-tok Hui-mo secara mengenaskan, hawa amarahnya lantas meluap. Ia segera hapus kering air matanya dan berkata kepada nenek itu: "Bibi Hoo, simpanlah dulu airmatamu.
Eng-jie sekarang hendak mencari Pek-tok Hui-mo. Kalau aku tidak mampu cingcang dirinya iblis itu, aku bersumpah tidak menjadi orang lagi".
283 Nenek Hoo itu, di masa mudanya juga merupakan salah satu jago betina kenamaan. Di kalangan Kang-ouw ia mendapat nama julukan Wanyo Liehiap. Ia mahir sekali dengan ilmu pedang, kini karena usianya sudah lanjut, baik adatnya maupun pengalamannya, sudah tentu jauh berbeda dengan masa mudanya. Ketika melihat Yu-kok Oey-eng gusar begitu rupa, ia sendiri sebaliknya malah tenang, buru2
ia hapus airmatanya dan memberi nasehat kepada nona itu:
"Siauwcia jangan sembrono. Dalam urusan ini, Ho-Lok Siu-su Lim Tayhiap, pasti sudah mempunyai rencananya sendiri. Lebih baik tunggu saja dulu, dengan begitu mungkin ada lebih baik!"
Yu Kok Oey-eng berdiam sekian lama, baru ia berkata sambil menghela napas: "Ia sudah menyerahkan kedudukan Kokcu kepada....''
"Kepada siapa?"
"Putranya Kokcu sendiri, ialah To-liong Kongcu Lim Tiang Hong".
Nenek Hoo itu sudah sepuluh tahun lebih sembunyikan diri di daerah pegunungan, sudah tentu tidak tahu apa yang telah terjadi di kalangan kang-ouw. Meski namanya Toliong Kongcu hampir diketahui oleh semua orang2 kangouw, tapi ia belum pernah mendengarnya. Ia cuma tahu bahwa anak laki2nya Kokcu, sudah tentu adalah
tunangannya nona itu, maka ia lantas berkata sambil ketawa: "Kalau Lim siauwya sudah pegang jabatan ketua Hong-hong-tie, bukankah ada lebih baik diajak berunding!"
Yu Kok Oey-eng mendadak merah matanya, dua butir airmata mengalir keluar, lalu berkata dengan nada sedih:
"Seumur hidupku aku tidak ingin menemui dia lagi!"
284 Jawaban ini di luar dugaan si nenek Hoo, sejenak ia terkejut, tapi sebagai orang tua yang sudah kenyang makan asam garam, ia segera sadar, bahwa siocianya ini pasti habis ribut mulut dengan tunangannya.
Tapi karena ia tidak tahu apa yang diributi, juga belum tahu sang Kokcu itu ada seorang baik ataukah seorang jahat, maka ia tidak mau memberi nasehat apa2 dan alihkan pembicaraannya kelain soal.
"Siocia sudah melakukan perjalanan jauh tentunya sudah lapar!"
Ketika nenek itu menengok ke arah anaknya, ia dapat lihat bahwa si tolol itu sedang berdiri termangu-mangu mengawasi mereka, maka lantas menegurnya: "Apa kau lihat" Bukannya lekas menjumpai siociamu".
Ah-gu benar2 dengar kata. Ia segera berlutut di hadapan Yu Kok Oey-eng sambil haturkan naaf.
Yu Kok Oey-eng bimbing bangun padanya seraya
berkata: "Kau jangan panggil aku siocia lagi, selanjutnya kau panggil enci saja!"
Ah-gu delikkan matanya, perasaan heran timbul dalam otaknya si siocia yang bentuk badannya lebih kecil daripada dirinya, mengapa harus bahasakan ia enci"
Sungguhpun dalam hatinya agak penasaran namun
mulutnya tetap memanggil: "En....ci!"
Yu Kok Oey-eng hampir saja lompat jatuh dari tempat duduknya, sedang si nenek lantas membentak: "Kurang ajar, kau berani berlaku tidak sopan terhadap siocia! lain kali kalau kau tidak dengar perintah siocia, kau nanti akan tahu rasa sendiri".
Ah-Gu ketakutan, ia tidak berani bersuara lagi.
285 Kembali sang ibu perintahkan padanya: "Lekas sediakan makanan untuk siocia".
Buru2 Ah-Gu lari masuk, si nenek juga lantas masuk kedapur. Tidak antara lama, ibu dan anak itu sudah keluar lagi sambil membawa hidangan nasi bersama lauk pauknya dan mengajak Yu-kok Oey-eng dahar bersama sama.
Yu-kok Oey-eng yang sedang kusut pikirannya,
walaupun dihadapkan hidangan enak, juga tidak tertarik. Ia hanya duduk termenung sambil mengawasi hidangan di depannya. Setelah didesak ber-ulang2 oleh nenek Hoo, barulah ia dahar beberapa sendok. Sebaliknya dengan Ah-Gu, bocah itu telah dahar dengan lahapnya, dalam waktu sekejapan semua hidangan di atas meja hampir disapu habis seluruhnya.
Yu-kok Oey-eng yang menyaksikan kelakuan Ah-Gu dengan pikiran tidak karuan, ia sebetulnya ingin segera ke Hong-hong-tie. Tapi, Hong-hong-tie kini sudah di bawah kekuasaan Lim Tiang Hong, ia tidak suka dikendalikan oleh tunangannya itu.
Sebaliknya. apabila ia tidak pulang ke Hong-hong-tie, kemana ia harus pergi". Walaupun dalam hati membenci tunangannya, tapi wajah Lim Tiang Hong yang tampan dan budi bahasanya yang mempunyai daya penarik bagi setiap wanita, terus terbayang dalam otaknya. Andaikan saat itu Lim Tiang Hong muncul di hadapannya secara mendadak, mungkin ia akan pukuli atau dicubit kerena saking gemas dan.... cintanya!
Nenek Hoo yang menyaksikan dari samping dengan kepala dingin, diam2 menghela napas. Sebagai orang yang sudah banyak pengalaman, sudah tentu ia mengerti bagaimana perasaannya Oey-eng pada saat itu. Maka ia lantas berkata padanya dengan suara pelahan: "Siocia tak 286
perlu merasa jengkel. Besok aku antar siocia pulang ke Hong-hong-tie, bagaimana?"
Tapi Yu-kok Oey-eng geleng2kan kepalanya.
"Kalau begitu siocia ingin pergi kemana?"
"Aku hendak pergi ke barat, pusat sarangnya Hong-lui-po, mencari Pe-tok Hui-mo untuk membuat perhitungan padanya".
"Hong-lui-po....?". kembali ini merupakan satu nama yang asing baginya. Meski ia tidak tahu Hong-lui-po itu sarang siapa, tapi karena dirangkai dengan namanya Pek-tok Hui-mo, sudah dapat dipastikan bukan suatu tempat yang aman. Maka ia lantas memberi nasehat dengan suara lemah lembut: "Perkara menuntut balas, sebaiknya siocia pikir dulu masak2".
"Musuh yang telah menghabiskan nyawa ayah dan ibu, ini lebih besar dari segala apa. Apakah kau hendak merintangi maksudku"
"Bukan merintangi, melainkan....".
"Tidak perlu banyak bicara. Keputusanku sudah tetap, setelah aku selesaikan penuntutan balas sakit hati ini, aku akan.... Ah...."
Karena hatinya pilu, nona itu kembali mengalirkan air mata. Sebagai satu gadis kang-ouw yang sejuk masih kanak2 sudah biasa hidup dalam kalangan kang-ouw, sebetulnya mempunyai hati keras dan jiwa kuat, Sungguh tidak disangka, saat itu hatinya bisa berubah demikian lemah.
Sesaat nenek Hoo itu tercengang, selagi hendak memberi nasebat lagi, Yu-kok Oey-eng sudah berbangkit dari tempat duduknya dan berkata: "Bibi Hoo, aku akan 287
berangkat sekarang juga. Selanjutnya kita akan bertemu lagi!".
Tekatnya itu ada begitu bulat. Selagi mulutnya masih bicara, kakinya sudah melangkah ke ambang pintu. Si nenek itu tidak tahu dengan cara bagaimana sang siocia itu bisa bergerak begitu gesit, hingga dalam hati diam2 memuji.
Ia tahu saat itu ia tidak mungkin dapat mencegah maksud itu nona lagi. Melihat hatinya begitu teguh dan sikapnya begitu gagah, nenek itu terbangkitlah semangatnya. Kalau tadi kelihatan begitu loyo dan tidak bertenaga, kini mendadak melembungkan dada. Dengan semangat meluap-luap ia panggil anaknya: "Ah-gu kemari!
Kau juga ikut siocia pergi!"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Yu-kok Oey-eng: "Aku sekarang sudah tua. Budi kebaikan Chungcu dan Hujin dimasa mudanya, mungkin dapat aku balas dilain penitisan. Ah-gu ini meski orangnya tolol tapi mempunyai kekuatan tenaga luar biasa. Maka dengan secara lancang aku telah menurunkan pelajaran Chungcu dulu kepadanya.
Harap siocia suka bantu awasi padanya...."
Setelah itu, nenek itu kembali mengucurkan air mata.
Yu kok Oey-eng juga merasa terharu, ia maju
menghampiri dan berkata sambil pegang pundaknya nenek itu: "Bibi Hoo, kau tak usah kuatir. cucu perempuanmu ini meski tidak berguna, tapi terhadap dunia kang-ouw, tahu juga sedikit. Rasanya tidak sampai akan mendapat kesudahan. Terhadap adik Gu ini, aku akan nanti kuperla-kukan padanya seperti adik sekandung sendiri".
"Dia ikut siocia pergi, apa yang aku buat pikiran. Harap saja siocia suka berlaku sedikit hati2, baik2 diperjalanan...."
288 Ah-Gu diperintahkan oleh ibunya supaya ikut si nona itu, dalam hatinya merasa kaget daa girang. Kaget, karena biasanya ibu itu tidak mengizinkan ia pergi jauh2, mengapa malam itu suruh ia ikut pergi dengan nona itu. Girang karena untuk selanjutnya ia bisa malang melintang di dunia bebas.
Sang ibu melihat padanya masih berdiri mengawasi padanya, lantas mengusap2 kepalanya dan berkata dengan penuh kasih sayang. "Pergilah! diperjalanan kau harus dengar kata siociamu".
Ah-Gu meski agak tolol, tapi berbakti terhadap ibunya.
Kini mendadak harus berpisahan dengan ibunya, hatinya merasa berat, maka air matanya lantas mengalir keluar. Ia berkata sambil gelengkan kepala: "Aku tidak mau pergi, aku hendak menjaga ibu saja!"
"Hus! anak tolol, sebagai laki2 harus berambekan besar.
Bagaimana kau boleh mengikuti ibumu di dalam gunung ini untuk selama-lamanya. Lekas pergi, kalau kau tidak dengar kata, ibumu nanti akan tidak senang!"
Ah-Gu terpaksa menurut, sambil tundukan kepala ia berjalan mengikuti Yu-kok Oey-eng.
--dwkz" Bab 56 DENGAN hati kusut dan perasaan kalut, Yu-kok Oey-eng bersama Ah-Gu melakukan perjalanan ke barat.
Apa yang mengganggu pikirannya pada saat itu, hanya rasa sakit hati atas kematian ayah bundanya. Rasa bencinya terhadap Lim Tiang Hong telah di kesampingkan.
289 Namun demikian, ia masih mengharap agar di Hong lui-po nanti, ia dapat bertemu dengan Lim Tiang Hong atau orang2nya Hong-hong-tie secara tidak terduga duga. Sebab Lim Tiang Hong maupun orang2nya Hong-hong-tie
memang sudah lama kandung maksud hendak menggempur Hong-lui-po.
Si Ah-gu, meski usianya masih muda. tapi
perawakannya tinggi besar kalau berdiri ada lebih tinggi daripada Yu-kok Oey-eng. Ia selalu suka bahasakan Yu-kok Oey-eng siocia suruh dia memanggil enci, biar bagaimana ia tidak mau. Sebab ia sendiri anggap dirinya lebih tinggi lebih besar, seorang yang lebih besar masa suruh panggil orang yang lebih kecil enci" Demikian pikirnya.
Untung meskipun ia tolol, tapi patuh benar pada pesan ibunya, maka ia selalu menurut perintah Yu-kok Oey-eng, sedikitpun tidak berani membantah.
Dua orang itu berjalan dengan cepat. Dengan tanpa dirasa, sudah ke luar kota Giok Bun Koan.
Sekeluarnya pintu kota itu, selanjutnya merupakan daerah yang dikuasai oleh Hong-lui-po.
Daerah itu ternyata merupakan daerah tandus, hanya salju warna putih yang terbentang di depan mata. Berjalan sekian lama, belum menemukan sebuah perkampungan pun juga. Hal mana membuat Yu Kok Oey-eng agak gelisah.
"Ah-gu, mari kita berjalan lagi, apa kau suka?" demikian ia menanya kepada Ah-gu.
"Untuk melakukan perjalanan, bagiku tidak menjadi soal, sekalipun kuda lari, aku juga masih dapat mengejar"
jawabnya Ah-gu sambil ketawa lebar.
290 Bocah tolol ini, benar2 buktikan perkataannya segera ia bedal kakinya dan lari laksana terbang.
Sambil bersenyum Yu-kok Oey-eng menyaksikan
kelakuan Ah-gu itu, kemudian ia kerahkan ilmunya lari pesat, mengejar bocah itu.
Ah-gu yang mempunyai kondisi badan sangat aneh, larinya itu kira2 mencapai jarak dua puluh lie lebih. Tapi, bagaimanapun ia hanya mengandalkan kekuatan tenaga saja, meskipun mempunyai badan kuat, dengan lari demikian jauh tanpa mengaso, sudah cukup membuat ia empas empis. Maka ia lantas hentikan kakinya, untuk menghapus air peluh yang membasahi sekujur badannya.
Sedang dalam hatinya tertawa geli, karena dianggapnya Yu-kok Oey-eng kali ini pasti sangat letih.
Siapa nyana baru saja ia hentikan kakinya Yu-kok Oey-eng sudah tiba didampingnya dengan sikap tenang, kemudian berkata padanya sambil ketawa ter-senyum2.
"Larimu benar2 kencang sekali, sayang sedikit kau tidak mengerti ilmu meringankan tubuh".
"Aku justru tidak percaya, kau dapat lari lebih cepat dari aku". berkata Ah-gu sambil delikkan matanya, kemudian dengan mendadak ia lari lagi.
Yu-kok Oey-eng memburu sambil berseru: "Berhenti dulu, jangan lari lagi! kita nanti akan kesasar jalan"
Tapi, Ah-gu yang sudah kabur, tidak hiraukan perkataan Yu-kok Oey-eng, ia terus kabur ke arah lembah.
Yu-kok Oey-eng tidak berdaya, terpaksa mengejar padanya. Setelah lari kira2 lima lie, akhirnya tercandak, lalu menarik tangannya dan menegur padanya: "Kau berani tidak dengar ucapan encimu1?"
291 Melihat sang enci sudah marah, Ah-gu buru2 hentikan kakinya dan berkata: "Bukankah kau hendak adu lari denganku?"
"Anak tolol, siapa kesudian adu lari denganmu" Malam ini kita tiada tempat untuk bermalam, kau tahu?"
Ah-gu dongakkan kepala, benar saja matahari sudah mendoyong ke barat, hingga hatinya mulai gelisah, "Habis bagaimana?" demikian ia menanya dengan cemas.
Yu-kok Oey-eng tidak mau layani lagi padanya. Ia pasang mata, melihat keadaan sekitarnya, kini ia baru dapat kenyataan bahwa tempat ia berdiri, adalah suatu tempat agak rendah yang dikitari oleh batu cadas. Salju di atas batu cadas itu karena tertiup angin, telah mengeluarkan suara kerincingan.
Ah-gu diwaktu kabur tadi, karena mengarah jalan yang agak dekat, ia melalui jalanan pendek yang dapat digunakan untuk umum. Kini setelah tiba ditempat tersebut, ia sudah tidak dapat ketemukan jalan umum lagi.
Tapi karena ia sudah lama berdiam ditempat
pegunungan dalam hal keadaan gunung ia banyak lebih tahu dari pada Yu-kok Oey-eng, maka ia lantas berkata sambil menuding: "Dalam gerombolan pohon itu, pasti ada rumah tinggal, mengapa kita tidak pergi melihat ke sana?"
Yu-kok Oey-eng kembali pasang matanya, memang
benar di belakang derekan batu cadas, ada terdapat gerombolan pohon.
"Mari! kita pergi ke sana untuk melihatnya" demikian katanya girang.
Cepat mereka lari ke sana, tapi setelah berada agak dekat, mereka merasa kecewa, sebab di situ tiada rumah 292
tinggal, melainkan sebuah kelenteng tua yang sudah rusak keadaannya. Kelenteng itu dikitari oleh pohon2 besar yang sudah tua usianya, sayang kelenteng itu sudah terlalu rusak, hanya bagian belakang yang kelihatan agak utuh.
Tapi di tanah pegunungan yang sunyi seperti itu, ada tempat untuk bermalam, setidak-tidaknya ada lebih baik dari pada di tempat terbuka. Maka meski mereka merasa kecewa. namun masih tetap berjalan menuju kelenteng tua itu.
Baru saja melewati reruntuhan tembok dan genteng, mendadak terdengar suara elahan napas yang amat berat.
Dua orang itu terperanjat. Ah-gu yang belum
mempunyai pengalaman dan tolol pula, tidak begitu menghiraukan suara itu, tidak demikan dengan Yu-kok Oey-eng yang mempunyai kepandaian tinggi, segera mengetahui bahwa suara itu seperti keluar dari mulutnya seorang yang berkepandaian tinggi serta mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna. Dalam tempat belukar seperti ini, apa lagi diwaktu malam, bagaimana ada suara orang. Hatinya lalu tertarik, maka seketika itu lantas menarik lengan Ah-gu kemudian mengeluarkan senjata gendewanya.
Dengan suara perlahan ia berkata kepada Ah-gu: "Kau berada di belakangku, apapun yang akan terjadi, jangan sekali kali kau buka mulut, juga jangan turun tangan, dengar tidak?"
Melihat sikap tegang encinya, Ah-gu tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi ia tidak menyahut, maka ia hanya angguk2kan kepalanya, suatu tanda bahwa ia sudah faham maksud encinya.
293 Pada saat itu, dua orang itu sudah melalui reruntuhan puing dan masuk ke bagian pendopo. Kemudian dengan hati2 sekali meliwati pintu bundar, disitu ternyata terdapat satu kamar untuk bersemedi. Pintunya tertutup, agaknya sudah lama tiada orang yang memakainya.
Yu-kok Oey-eng menggunakan senjata gendewanya, dengan pe-lahan2 ia menarik daun pintu yang tertutup.
Ketika pintu terbuka, dalam kamar tampak di atas sebuah bale2 ada duduk bersila seorang paderi tua dengan mata terpejam.
Paderi tua itu ternyata mempunyai rambut sangat panjang yang hampir menutupi seluruh wajahnya, kuku tangannya sangat panjang dan putih bagaikan batu giok.
Yu-kok Oey-eng yang dibesarkan dalam kalangan orang kang-ouw, segera mengetahui bahwa paderi tua ini adalah seorang thoato berilmu tinggi yang sedang beristirahat. Tapi ia tidak tahu mengapa thaoto itu berada di sini, dalam sebuah kelenteng yang sudah bobrok ini" Kalau diwaktu biasa, Yu-kok Oey-eng pasti akan balik lagi dengan diam2, tapi malam itu agak lain keadaannya, sebab kecuali kelenteng bobrok ini, sudah tiada tempat untuk bermalam lagi.
Dengan berjalan indap2 ia masuk ke dalam kamar.
Ketika berada di depan thaoto itu, ia memberi hormat lebih dulu, kemudian berkata dengan suara pelahan: "Teecu sekalian sebetulnya tidak ingin mengganggu ketenangan taysu. Tapi karena terhalang oleh angin dan salju serta hari sudah malam pula, kecuali kelenteng ini, sudah tiada tempat lagi untuk meneduh. Maka mohon belas kasihan taysu, sudilah mengizinkan teecu sekalian mencari tempat tintuk menumpang nginap satu malam saja".
294 Selesai ia memohon, thaoto tua itu masih tetap pejamkan mata nya, tidak menyahut atau bergerak. Yu kok Oey-eng anggap thaoto itu sedang bersemedi, tidak berani mengganggu lagi. Dengan per-lahan2 ia tarik mundur kakinya baru saja hendak keluar, si Ah-gu yang tolol, karena menampak sang enci itu berbicara sekian lama, tapi tidak mendapat jawaban dari si thaoto, ia lantas marah, dengan suara keras ia menggeram "Apa kau tuli" Siocia bicara denganmu, kau dengar atau tidak?"
Saking kerasnya suara, sampai dinding pada runtuh, mendadak dari dalam pakaian thaoto itu, terbang melesat dua benda hitam, yang lantas terbang keluar.
Yu-kok Oey-eng sangat heran, dengan cepat menyambar dengan senjata gendewanya, benda itu jatuh, ternyata ada seekor burung codot. Kini ia telah mengerti, bahwa thaoto itu ternyata sudah tidak bernyawa.
Dengan cepat ia berjalan menghampiri Thaoto tua, lalu ulur tangannya dan merabah hidungnya. Benar saja, thaoto itu memang sudah lama meninggal dunia. Oleh karena tinggi ilmunya, maka tubuh kasarnya tidak kaku atau rubuh Saat itu. Ah-gu juga sudah berada di depan thaoto tua itu. dengan sembrono tangannya meraba dada si thaoto dan menanya: "Apa dia sudah mati?"
Karena ia mendorong kelewat keras, dan anggap thaoto itu masih hidup, pada hal cuma satu badan kasarnya yang sudah tidak bernyawa, sudah temu tidak sanggup menerima dorongan yang begitu keras, maka lantas rubuh terjengkang.
Untung Yu-kok Oey-eng bisa berlaku sebat. Dengan cepat ia sudah menolak, hingga badan thaoto itu tidak sampai jatuh.
295 "Ah-gu, mengapa kau berlaku begitu sembrono"
tegurnya Yu-kok Oey-eng dengan gusar.
Mungkin karena sudah kelewat lama thaoto itu sudah meninggal dunia, maka pakaiannya sudah kancur. Ketika badannya rubuh, pakaian itu menjadi berkeping-keping.
Karenanya, di bagian bawah tubuh thaoto itu segera tertampak warna hitam jengat.
Yu-kok Oey-eng yang dapat lihat itu lantas berseru kaget: "Eh! thaoto ini bukan mati sewajarnya, melainkan dibikin celaka orang!"
Yu-kok Oey-eng lalu memeriksa sakunya. Dari situ terdapat serenceng tasbeh yang terbikin dari batu kumala.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tasbeh itu semuanya berjumlah 108 butir, setiap butir sebesar telur burung dara, dirangkai dengan urat binatang laut.
Setelah diperiksa dengan cermat, biji tasbeh itu ternyata bukan terbikin dari batu kumala, hanya mirip dengan batu kumala, tapi juga mirip dengan mutiara, entah terdiri dari bahan apa.
Yu-kok Oey-eng lalu ambil serenceng tasbeh itu dan ditaruh di atas lengannya.
Sebagai seorang wanita yang umumnya mempunyai
perasaan lebih halus. Ia anggap bahwa jenazah thaoto itu kalau dibiarkan dalam kamar itu, nanti pasti akan menjadi umpannya binatang tikus, maka setelah meletakkan jenazah itu, ia lantas berpaling dan berkata kepada Ah-gu: "Kita pergi ke belakang untuk melihat lihat lagi, sebaiknya bisa dapatkan sebuah alat untuk mengubur jenazah thaoto itu".
Ah-gu karena barusan berbuat kesalahan, ia berdiri melongo, tidak berani buka mulut. Kini setelah mendengar Yu-kok Oey-eng suruh ia mencari alat untuk mengubur 296
jenazah thaoto, buru2 lari keluar tapi Yu-kok Oey-eng sudah ingat suara helaan napas tadi. Karena ia kuatir Ah-gu mendapat susah, buru2 panggil padanya: "Tunggu dulu, aku pergi bersama-sama denganmu".
Tetap ia yang berjalan dimuka, Ah-gu mengikut di belakangnya. Dengan sangat hati2 ia berjalan per-lahan2.
Kelenteng itu ternyata sangat luas. Meski sudah banyak yang rusak, tapi masih ada beberapa kamar yang utuh.
Entah apa sebabnya, begitu lama tidak ada yang merawat.
Setindak demi setindak Yu-kok Oey-eng menjelajahi kelenteng itu. akhirnya tibalah di bagian yang belakang.
Mendadak terdengar pula suara helaan napas tadi dan kali ini karena terpisah agak dekat, kedengarannya semakin nyata, tidak salah lagi, memang itu ada suara orang hidup.
Kembali mereka terkejut. Berbareng dengan itu, mereka segera hentikan kakinya.
Yu-kok Oey-eng yang mempunyai daya pendengaran sangat tajam, segera dapat memastikan bahwa suara itu datangnya dari sebuah ruang kecil yang berdiri menyendiri dan tertutup semua pintu dan jendelanya. Dalam hatinya lantas berpikir "Kelenteng ini sudah lama tidak ada yang mendiami, mengapa dalam rumah kecil itu ada suara orang" Kalau benar ada orang hidup, bagaimana ia bisa hidup" Apakah ada setan atau hantu?"
Tapi sejak kanak2 ia sudah tidak percaya adanya setan atau hantu, maka ia lebih percaya kalau manusia biasa.
Justru karena ini, ia semakin bernafsu akau mengetahui siapa adanya orang itu.
Sambil mengusik Ah-gu, ia berkata padanya dengan suara pelahan: "Mari kita selidiki rumah kecil pendek itu, 297
tapi kau harus berdiri agak jauh, untuk menjaga segala kemungkinan".
Dengan cepat, ia melayang kerumah tersebut sedang Ah-gu yang belum mengalami berkelahi, saat itu perasaannya amat tegang, sambil mengepal tinjunya, ia mengikuti jejak Yu-kok Oey-eng.
Tiba di depan rumah tersebut, Yu-kok Oey-eng dengan pelahan dan hati2 mendorong pintu rumah. Di luar dugaan bahwa pintu itu terkunci dari dalam, oleh karenanya, ia lalu menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk mendorong, hingga pintu itu lantas terbuka....
Mengapa dari dalam kamar menyambar keluar
hembusan angin keras, menyerang diri Yu-kok Oey-eng.
Yu-kok Oey-eng yang kala itu sudah merupakan salah satu orang kuat kelas satu dalam kalangan Kang-ouw, dan toh masih merasakan bahwa hembusan angin itu sangat hebat. Maka ia tidak berani menyambut secara gegabah, dengan cepat ia lompat menyingkir. Tapi karena tergesa gesa, rencengan tasbeh di tangannya jatuh di tanah.
Ah-gu yang sedang berdiri di belakang Yu-kok Oey-eng, ketika melihat ada sambaran angin keras ke arah encinya, menjadi gusar. Ia tidak perduli sampai dimana kekuatan tenaga sendiri, sudah menyambut serangan itu secara gegabah.
Sudah tentu bocah yang tidak tahu diri itu segera terpental dan jatuh jumpalitan dan akhirnya rebah terlentang.
Yu-kok Oey-eng terperanjat, ia buru2 menghampiri padanya dan menanya: "Adik, apakah kau terluka?"
298 Ah-gu segera lompat bangun, ia menjawab sambil gelengkan kepala: "Tidak apa2!" Sambil mengepal tinjunya, ia hendak menerjang ke dalam kamar.
Padahal pada saat itu ia sudah terluka dalamnya, mulutnya sudah mengeluarkan darah, tapi adatnya yang seperti kerbau sudah membuat ia kalap.
Sudah tentu Yu-kok Oey-eng tidak membiarkan adiknya itu mati konyol, maka sebera berkata padanya sambil menarik tangannya. "Lekas duduk diam, untuk merawat dirimu, jangan berlaku gegabah lagi!"
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan obat pil Soat-som-wan yang segera dijejalkan ke dalam mulutnya seraya berkata: "Tubuh dalammu sudah terluka parah, lekas makan obat ini. Apapun yang akan terjadi, kau tidak boleh bergerak sedikitpun juga".'
Ah-gu merasa berterima kasih kepada encinya itu ia menurut semua pesannya. Segera ia duduk sambil pejamkan mata untuk merawat dinnya.
Meski ia agak tolol, tapi sejak kanak2 sudah diasuh dan digembleng oleh ibunya, ialah Wanyo Liehiap. Sebagai keturunan orang kuat maka sedikit banyak ia sudah mempunyai dasar yang cukup sempurna.
Yu-kok Oey-eng setelah mendapat lihat sang adik yang agak berandalan itu sudah dengar kata, kembali menerjang kerumah pendek itu, dengan tangan memegang senjata ia mengeluarkan bentakan: "Di dalam sebetulnya ada orang kuat dari golongan mana", mengapa tidak mau unjukkan muka secara terang2-an sebaliknya melukai orang secara menggelap, apakah itu ada perbuatannya orang gagah?"
299 Belum lagi ia menutup mulutnya, rencengan tasbeh jang jatuh di tanah mendadak terbang tersedot oleh samberan angin yang keluar dari dalam rumah pendek itu.
Pada waktu itu keadaan dalam pekarangan itu nampak terang benderang oleh sinar salju putih yang meliputi seluruh jagat, tapi keadaan dalam rumah pendek itu karena pintu dan daun jendelanya tertutup semua, sehingga nampak gelap. Walaupun Yu-kok Oey-eng mempunyai daya penglihatan sangat tajam, tapi juga tidak dapat melihat keadaan dalam kamar.
Selagi ia hendak menegur pula, dari dalam rumah itu tiba2 terdengar suara orang berkata dengan nada yang sangat aneh: "Bocah perempuan, kau ada membawa barang kepercayaan si thaoto tua, apakah ia yang menyuruh kau datang kemari?"
Yu-kok Oey-eng yang sangat cerdas. Mendengar
pertanyaan itu tergerak hatinya. Tapi sebelum mengetahui jelas asal usulnya orang aneh itu serta apa hubungannya dengan si thaoto tua yang sudah meninggal dunia, ia tidak mau menjawab secara gegabah maka ia lantas biasa menanya. "Kalau iya bagaimana" Dan kalau tidak kau mau apa?"
"Kalau benar kau adalah suruhan thaoto tua yang hendak membebaskan diriku, nah, ambillah barang kepercayaannya ini. Kau ulangi ucapan si thaoto yang ia sampaikan kepadamu, hitung2 sebagai wakilnya, maka lohu segera akan keluar untuk menjumpai kau".
"Kau siapa" Sebab apa kau dikeram dalam kamar gelap ini" Seharusnya kau memberitahukan padaku labih dahulu!''
"Haaa! lohu siapa" Kusebutkan kau tentunya juga tidak tahu. Kau kata aku dikeram di sini, ini lebih lucu lagi!"
300 "Kalau benar kau tidak dikeram orang, mengapa kau tidak mau keluar" Dan mengapa pula kau perlu dengan pesan thaoto tua itu?"
"Tentang ini.... budak perempuan, kau tidak perlu banyak menanya, katakan saja sebetulnya kau sudah melihat itu thaoto atau tidak"''
"Sudah tentu pernah melihat, aku beritakukan padamu, suruh aku sampaikan perkataannya tidak susah, tapi kau harus beritahukan dulu padaku apa sebabnya kau berada dalam kamar gelap ini".
"Dulu ketika thaoto tua itu membangun kuil di sini, keadaan di sini ramai sekali. Semua paderi di sini mengerti ilmu silat. Karena salah anggapan lohu yang mengira bahwa thaoto tua itu mendirikan kuil di sini hendak membangun satu golongan baru partai persilatan. Aku lantas berpikir, kalau aku membiarkan ia sampai pengaruhnya menjadi besar, sehingga membuat aku tidak dapat menjagoi di daerah barat. Maka, pada suatu hari dalam keadaan hujan angin hebat, aku bersama sama anak buahku menyerbu ke dalam kuil. Tigaratus lebih paderi dalam kuil ini aku basmi semua, tapi anak buahku sendiri juga habis seluruhnya.
Pada saat itulah thaoto tua itu pulang dari
pengembaraannya dengan menggunakan serenceng tasbeh inilah ia bertempur sengit dengan lohu.... Kita berdua bertempur sampai dua hari dua malam lamanya, seluruh kekuatan tenaga kita hampir habis. Kala itu itu baru memberi keterangan, bahwa ia adalah thaoto dari golongan Oey kauw. Ia buktikan ucapannya dengan surat keterangan Lhama, maksudnya ke daerah barat tidak lain hanya untuk menyebar ajaran golongan Oey-kauw, sedikitpun tiada maksud hendak menjagoi dunia kang-ouw. Tapi,
301 keterangan ini datangnya sudah terlambat! semua paderi yang tidak berdosa sudah binasa secara penasaran di bawah tanganku. Aih! waktu itu sekalipun lohu bunuh diri, juga tidak bisa menebus dosa yang lohu lakukan itu. Waktu itu, lohu segera mengetahui kesalahan sendiri, maka lantas menyerahkan diri kepadanya, biar thaoto tua itu yang mengambil putusan sendiri ada yang hendak dilakukan atas diriku. Tapi thaoto tua itu cuma suruh aku berdiam di rumah ini, untuk memikirkan kesalahanku....".
Yu-kok Oey-eng kini baru tahu apa sebabnya orang tua itu keram diri dalam kamar gelap itu. Dari keterangannya itu ia dapat menduga bahwa orang tua itu dulu juga merupakan salah satu orang gagah dari dunia kang-ouw maka ia lantas menanya pula "Sudah berapa lama kau berdiam dalam kamar ini" Lagi pula, kalau kau sudah tahu sendiri bahwa kau sudah melakukan satu perbuatan dosa yang begitu besar, mengapa kau masih pertahankan nyawamu dengan secara mati tidak hiduppun tidak ini"''
"Kalau dihitung, lohu berada di dalam kamar ini, sedikitnya sudah ada empatpuluh tahun lamanya. Aih!
selama waktu yang cukup panjang itu, siksaan bathinku sebetulnya jauh lebih hebat daripada siksaan badan atau mati. Lohu sebetulnya ingin mati saja untuk menebus dosaku, tapi mata apa gunanya?"
"Apakah kau ada kandung maksud hendak muncui lagi kemudian kang-ouw untuk melakukan kebaikan bagi masyarakat?"
Dari dalam kamar terdengar suara helaan napas
panjang, tiada sepatah perkataan sebagai jawaban atas pertanyaan itu. Yu-kok Oey-eng lalu berpikir orang ini di masa yang lampau ada begitu buas dan kejam, siksaan bathin dan badan selama 40 tahun ternyata masih belum 302
mengurangi ambisinya yang hendak menjagoi dunia kangouw. rasanya tidak boleh dibebaskan dengan gegabah.
Pada saat itu, mendadak nampak berkelebatnya benda putih yang melayang ke arahnya. Ia segera ulur tangan untuk menyambar, benda itu ternyata adalah serenceng tasbeh yang tadi disambar oleh orang tua itu dengan kekuatan tenaga dalamnya.
Terdengar pula suaranya orang tua dalam kamar itu:
"Usia lohu kini hanya tinggal berapa tahun lagi, mana ada hati untuk menjagoi dunia kang-ouw lagi" Lohu hanya mengharap, dalam usia hidup Lohu yang penuh dosa ini, semoga dapat melaksanakan dua keinginanku, untuk menebus dosa".
"Cobalah kau sebutkan, apakah keinginanmu itu"''
"Dengan terus terang, meski Lohu mengeram diri di sini, tapi anak buah Lohu dulu masih ada. Jikalau tidak suruh mereka merubah tujuan, mungkin masih melakukan perbuatan yang lebih ganas daripada membunuh. Oleh sebab itu, sekalipun Lohu nanti setelah binasa masuk ke dalam neraka, juga belum cukup untuk menebus dosa ini.
Inilah yang pertama. Dan yang kedua, kuil ini dulunya memang sangat ramai, banyak pengunjungnya. Tapi karena perbuatan Lohu yang sangat gegabah, sehingga menjadi begini hancur. Jikalau Lohu tidak dayakan supaya dibangun lagi, sekalipun mati Lohu juga tidak bisa meram".
Yu-kok Oey-eng gigit bibir, setelah berpikir agak lama, baru berkata: "Apakah ucapanmu ini dengan sejujurnya?"
Mendadak dari dalam kamar itu terdengar suara ketawa bergelak gelak. "Lohu hidup sampai hari ini, sudah seratus tahun lebih lamanya. Apa perlunya harus membohongi kepada satu anak kemarin sore" Lagipula, apa kau kira 303
bahwa rumah yang bisa ditiup rubuh oleh angin ini dapat mengeram Lohu selama lamanya" Hahaha....".
Suara ketawa itu meski sangat nyaring, tapi ada mengandung penuh rasa sedih dan duka dari yang tertekan.
Yu-kok Oey-eng segera dapat mengambil keputusan ia lalu angkat tinggi rencengan tasbeh dan berdiri tegak didepan pintu, kemudian berkata dengan suara nyaring:
"Thaoto tua sudah lama mangkat. Siauwlie dengan bukti serenceng tasbeh ini, menyampaikan pesan thaoto, dahulu tidak tega membunuh kau, sudah tentu karena tahu bahwa kau masih bisa insaf. Berdasarkan tujuan Buddha yang welas asih terhadap sesamanya, suruh kau letakkan golokmu dan sekarang kalau kau benar2 sudah insaf, maka silahkan kau keluar untuk selanjutnya kau hendak berlaku laku baik atau berbuat jahat, hanya tergantung kepada hati nuranimu sendiri. Tapi aku peringatkan padamu, jika kau masih belum bisa merubah kekejamanmu, nanti pasti ada orang yang akan menundukkan kau".
Belum habis kata2nya, ia merasakan mendesirnya angin dan seorang tua tinggi besar yang wajahnya hampir tidak dapat dikenali, sudah berada di hadapannya.
Dalam kagetnya, Yu-kok Oey-eng dengan sendirinya lantas mundur dua tindak.
Orang tua menarik napas panjang dan berkata: "Waktu berlalu laksana terbang. Masa empat puluh tahun rasanya seperti sekejapan saja.."
Mendadak matanya dapat lihat Ah-gu duduk bersila di tanah. Dengan cepat ia lompat menghampiri.
Yu-kok Oey-eng mengira ia hendak bermaksud jahat, maka segera menyerang si orang tua dengan senjata gendewanya sembari berseru: "Kau berani!"
304 Tapi orrang tua itu pada saat itu sudah ulur tangannya yang kurus kering menekan jalan darah 'Pek-hwee-hiat'
dibadan Ah-gu. Terhadap serangan Yu-kok Oey-eng seolah-oleh tidak hiraukan sama sekali.
Yu-kok Oey-eng terperanjat. Dengan cepat ia tarik kembali serangannya, karena ia sudah dapat lihat bahwa orang tua itu tidak mengandung maksud jahat terhadap Ah-gu.
Sambil memegang senjatanya, Yu-kok Oey-eng berdiri di samping. Kira2 satu jam lebih, orang tua itu baru perdengarkan suara helaan napas pelahan dan tarik kembali tangannya kemudian ia berkata kepada Yu-kok Oey-eng:
"Nona ada mempunyai dasar dan bakat sangat sempurna, pasti keluaran golongan tertama. Engko kecil ini entah pernah apa dengan nona?"
"Dia adalah adik angkatku".
"Dengan bakatnya yang begini baik, sayang sekali tidak ada orang yang membimbing!"
Yu-kok Oey-eng memang sudah tahu bahwa
perbuatannya orang tua tadi itu ada mengandung maksud dalam. Kini mendengar perkataannya, dalam hati lantas mengerti. Tapi karena ia bocah itu dipasrahkan kepadanya oleh janda keluarga Hoo, lagipula dalam keluarga Hoo hanya mempunyai anak laki2 seorang saja, sudah tentu ia tidak mau sembarangan menyerahkan padanya berguru kepada sembarang orang. Selain daripada itu, ia masih belum tahu benar asal usulnya orang tua itu, sudah tentu semakin tidak berani berlaku gegabah.
Maka ia lantas menjawab sambil tersenyum:
"Locianpwee terlalu memuji! Oleh karena ia harus singkirkan diri dari musuhnya, terpaksa bersembunyi dalam 305
gunung hingga terlantarkan pelajaran ilmu silatnya. Nanti setelah urusan di daerah barat ini selesai, segera balik ke Tionggoan untuk belajar kepada guru kenamaan".
Kulit wajah orang tua yang sudah keriputan itu nampak bergerak sedikit, lalu berkata sambil menghela napas:
"Lohu sebetulnya ada kandung maksud hendak
menyempurnakan kepandaian engko kecil, ini, tapi karena tugasku sendiri belum selesai terpaksa lohu pamitan dulu"
Dari dalam sakunya orang tua itu mengeluarkan sejilid kitab kecil yang sudah kumal, lalu diserahkan kepada Yu-kok Oey-eng seraya berkata: "Lohu berdiam di rumah kecil ini sudah lebih dari empatpuluh tahun lamanya, sedang thaoto tua itu sudah wafat. Jikalau nona tidak datang kemari, entah bagimana nasib lohu. Untung nona datang hingga lohu dapat menggunakan sisa hidup yang tinggal tidak seberapa lamanya ini, untuk menunaikan keinginan lohu. Dalam hal ini lohu tidak dapat membalas apa2
terhadap budi nona. Maka hanya dengan sejilid kitab kecil ini, yang lohu telah menggunakan waktu selama hampir empatpuluh tahun untuk menciptakan delapan jurus ilmu pukulan tangan, rasanya ada cocok dengan keadaan badan adik nona. Maka sekarang lohu tinggalkan kepada nona, biarlah nona sampaikan sebagai hadiah kepadanya!"
Setelah itu ia masuk ke kamar pendopo, dengan
memondong jenasah thaoto lantas menghilang dari depan Yu-kok Oey-eng.
Baru saja Yu-kok Oey-eng dikejutkan oleh gesitnya gerakan orang tua aneh tadi, Ah-gu sudah lompat bangun dan berkata nyaring: "Enci, pil itu sungguh mujarab.
Sekarang ini bukan saja aku sudah sembuh semua luka2ku, juga kekuatan tenagaku rasanya bertambah besar!"
306 Setelah itu ia lantas ayun tangannya ke arah dinding dan dinding yang sudah tua usianya itu lantas rubuh. Dalam kagetnya Yu-kok Oey-eng lantas berkata: "Pil Soat-som-wan meski merupakan obat mujijat untuk menyembuhkan luka dalam, tapi tidak dapat digunakan untuk menambah kekuatan tenaga. Kekuatan tanagamu ini pasti pemberian orang tua aneh tadi".
"Apa kau kata?" Ah-gu balas menanya sambil pentang sepasang matanya.
"Ambilah ini. Kitab pelajaran ilmu pukulan ini juga ada pemberian orang tua tadi kepadamu".
Ah-gu yang tolol itu, dalam alam pikirannya yang sangat, sederhana, biar bagimana tidak dapat memikiikan, mengapa orang tua itu ada mempunyai kepandaian menambah kekuatan tenaganya" Setelah menyambuti kitab kecil dan memeriksa isinya, ternyata cuma berisi 32 buah gambar lukisan badan manusia dengan berbagai gerakan yang berlainan. Di bawah setiap gambar ada terdapat banyak tulisan huruf kecil.
Karena pengetahuannya ilmu surat Ah-gu sangat
terbatas, hingga ia tidak dapat mengenali apa maksudnya semua tulisan itu. Ia membuka-buka sebentar lantas berkata: "Aku sedikitpun tidak mengerti! apa sebetulnya yang tertulis dalam kitab ini"
Yu-kok Oey-eng dongakan kepala, ternyata hari hampir terang tanah, maka ia lantas berkata: "Kau simpan baik2
kitab ini. Nanti kalau ada waktu terluang, aku akan ajarkan isinya padamu. Sekarang sudah hampir terang tanah, kita masih harus berjalan lagi".
Maka, keduanya lantas keluar dari rumah berhala itu, untuk melanjutkan perjalannya yang masih panjang.
307 ooodwoookzooo Bab 57 MARI kita sekarang balik lagi kepada Lim Tiang Hong, yang dengan seorang diri melakukan perjalanannya ke daerah barat.
Disepanjang jalan ia mencari keterangan, ternyata tiada yang tahu dimana letaknya Hong-lui-po, hingga hatinya merasa bimbang.
Hong-lui-po sudah lama menjagoi di daerah barat, mengapa tiada orang yang tahu" Ini sesungguhnya sangat aneh! demikian pikirnya Lim Tiang Hong.
Pada saat itu, dari jurusan depan mendadak ada seorang tinggi besar yang rambut dan jenggotnya sudah putih seluruhnya dan pakaian yang menempel di badannya kelihatan begitu dekil entah sudah berapa lama tidak dicuci.
Dengan tindakan loyo dan berbungkuk-bungkuk, setindak demi setindak ia berjalan di jalan raya itu.
Lim Tiang Hong yang kala itu sudah bertambah
pengalamannya di dunia Kang-ouw, begitu melihat orang tua itu, segera mengetahui bahwa orang tua itu usianya sudah lebih delapan puluh tahun, tapi tindakan kakinya nampaknya sangat ringan, terutama sepasang biji matanya, ada memancarkan sinar bercahaya, hingga menggerakan hatinya.
Pada saat itu orang tua itu sudah berjalan didekatnya.
maka ia lantas tarik kendali kudanya, memberikan jalan kepada orang tua itu! Siapa nyana, orang tua itu setelah berada di depannya, ia tidak lantas berjalan, sebaliknya dengan sinar mata yang tajam mengawasi Lim Tiang Hong 308
sejenak, kemudian berkata dengan suara agak gemetar.
"Engko kecil, kudamu ini bagus sekali, dinaiki oleh 3 atau 5
orang, rasanya tidak menjadi soal, bolehkah aku si orang tua ikut naik kau seperjalanan saja"''
Lim Tiang Hong meski tahu kedatangan orang tua itu secara ganjil, tapi ia tidak merasa takut sama sekali. Sambil unjukkan senyumnya ia menjawab: "Mengapa tidak boleh!
lopek naiklah" Orang tua itu dengan susah payah naik ke atas kuda, tapi tidak berhasil. Lim Tiang Hong lantas lompat turun dari kudanya dan berkata padanya "Mari aku bantu kau naik"
Ia segera membantu orang tua itu naik ke atas kudanya.
Siapa nyana berat badan orangtua itu ternyata tidak dapat dibikin bergerak oleh Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong mengerti bahwa dirinya dipermainkan oleh orang tua itu, dengan hati mendongkol ia berkata:
"Kau tak usah main gila di hadapanku, aku ini bukan, seorang yang muda kau permainkan"
Seketika itu lantas ia kerahkan kekuatan tenaga dalamnya mengangkat tubuh orang tua itu ke atas. Tapi kali ini tubuh orang tua itu mendadak menjadi ringan, sehingga tubuhnya melesat ke atas seperti dilemparkan ke atas.
Lim Tiang Hong diam2 merasa mendongkol, tapi ia tidak banyak bicara. Dengan cepat naik ke atas kudanya dan dilarikan sekencang kencangnya.
Mendadak ia dengar suara orang tua itu yang duduk dibelakangnya: "Engko kecil, kau orang dari mana, dan kini hendak ke mana?"
"Aku hendak pergi ke Hong-lui-po di daerah barat"
309 Orang tua itu agaknya terperanjat, tapi kemudian ia berkata pula dengan tenang: "Tahukah kau, dimana adanya Hong-lui-po itu?"
"Tidak tahu!". "Haha. Tempatnya saja kau tidak tahu, bagaimana kau hendak mencarinya?"
"Aku percaya bahwa di bawah hidungku ada jalan, aku pasti dapat menanyakan".
Orang tua itu kembali perdengarkan suara ketawanya.
"Di tempat lain, aku percaya kau dapat minta keterangan dari mulut orang. Tapi buat Hong-lui-po, sekalipun kau menjelajahi seluruh daerah barat, juga tidak akaa mendapat keterangacnya dari mulut orang".
"Kalau begitu kau pasti tahu"''
"Tidak salah, aku memang tahu dimana letaknya
benteng Hong-lui-po itu, tapi kau harus beritahukan aku lebih dulu, dengan keperluan apa kau hendak ke sana"
Hendak mencari orang atau hendak menuntut balas?"
Dalam hati Lim Tiang Hong diam2 lantas berpikir
"orang tua ini sesungguhnya sangat aneh, apakah dia ada orangnya Hong-lui-po?"
Kemudian ia menjawab sambil ketawa hambar: "Aku tidak akan mencari orang, juga tidak akan menuntut balas, hanya karena mendengar nama besar Hong-lui-po yang katanya bagaikan suatu kerajaan di daerah barat, maka sengaja aku datang dari daerah Tionggoan, untuk meninjau keadaannya. Jika ada kesempatan juga ingin belajar kenal dengan kepandaiannya".
Dalam hati orang tua itu diam2 merasa geli "Sungguh sombong perkataanmu!'' demikian ia berkata pada dirinya 310
sendiri. Tapi ia lantas kata sambil gelengkan kepala: "Kalau benar seperti yang kau katakan itu, ku nasehatkan padamu, sebaiknya kau jangan pergi ke sana".
"Kenapa?" tanya Lim Tiang Hong heran.
"Pertama, Hong-lui-po meski merupakan satu
bentengan yang biasa saja, tapi sebetulnya merupakan satu gua harimau atau sarang naga. Kau pergi ke sana tidak ada faedahnya. Kedua, kepandaian ilmu silat Hong-lui-pocu sudah tidak ada taranya, kepandaian ilmu silat dari daerah Tionggoan tidak nempil barang sedikit. Kau dalam usia yang masih begini muda, kau berani mengatakan hendak belajar kenal, sungguhpun ambekanmu patut dapat penghargaan, tapi perbuatanmu ini sesungguhnya sangat bodoh".
Setelah mendengar perkataan itu, Lim Tiang Hong semakin mendongkol, tapi ia tetap kendalikan hawa amarahnya dan berkata pula "Jauh2 aku sudah datang kemari, apakah harus pulang begitu saja?"
"Tidak usah sampai begitu. Jika kau suka terima dua permintaanku, aku si orang tua suka ajak kau ke sana, untuk belajar kenal keadaan dalam benteng itu"
Orang tua itu mendadak lompat turun dari atas
kudanya, sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata pula:
"Anak muda, apa kau setuju?"
Lim Tiang Hong tahan kudanya, ia juga lompat turun.
Ketika ia melihat orang tua itu, sikapnya yang demikian loyo tadi telah lenyap semuanya. Kini nampaknya ada begitu keren dan gagah berdiri tegak, jenggutnya yang putih panjang ketika tertiup angin lembut, nampaknya sangat mengagumkan.
311 Lim Tiang Hong lantas ketawa ter-bahak2 dan berkata:
"Asal permintaan itu tidak keterlaluan, aku akan terima baik".
"Pertama, setelah masuk ke dalam benteng, tidak perduli betapapun anehnya, tidak perduli apa saja yang kau lihat, kau cuma boleh berdiri sebagai penonton, tidak boleh menanya. Lebih2 tidak boleh turun tangan. Apa kau suka menurut?"
Lim Tiang Hong segera berpikir "kedatanganku ke Hong-lui-po hanya untuk mengadakan penyelidikan saja, tidak akan turun tangan, permintaan ini sudah tentu dapat kuterima"
Maka ia lantas menjawab sambil anggukan kepala:
"Baik". "Kedua, aku tidak perduli kau orang dari golongan mana dan dengan maksud apa kau datang ke Hong-lui-po.
Tapi nanti setelah kau kembali ke Tionggoan, kau harus berusaha untuk meyakinkan orang2 rimba persilatan daerah Tionggoan dalam dua hal. Pertama, Hong-lui-po tidak kandung maksud hendak menguasai daerah Tionggoan.
Gerakan Hong-lui-po kali ini hanya atas hasutannya beberapa orang busuk rimba persilatan daerah Tioaggoan yang datang kemari. Kedua, maksud dan tujuan Hong-lui-po ialah: orang tidak mengganggu aku, tidak akan mengganggu orang. Segala perbuatan dari beberapa orang penting dalam Hong-lui-po kali ini yang ternyata malanggar ketentuan2 di atas nanti pasti akan ditindak, menurut peraturan dalam benteng".
Mendengai keterangan itu, dalam hati Lim Tiang Hong merasa heran. Mungkinkah orang tua aneh ini ada golongan tua atau sesepuh Hong-lui-po"
312 Orang tua itu menampak Lim Tiang Hong diam saja, ia lantas menanya: "Bagaimana" Apa kau tidak suka terima?"
"Sebelum mengetahui keadaan sebenarnya, memang benar aku tidak berani sembarangan terima baik permintaanmu. Tapi, kalau benar seperti apa yang kau katakan, aku dapat terima baik seluruhnya"
"Baik! aku anggap kau sudah terima haik permintaanku, mari kita jalan! kabarnya, Hong-lui-po pada belakangan ini telah kedatangan tamu dari jauh".
Lim Tiang Hong tidak bergerak dari tempatnya, ia hanya menjawab sambil ketawa hambar: "Tunggu dulu!
kalau dugaanku tidak keliru kau orang tua mungkin adalah salah satu sesepuh golongan tua dari Hong-lui-po, tapi entah siapa namamu yang mulia?"
Orang tua itu lantas berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Tidak perlu kau unjukkan kecerdasanmu, kita tak perlu mengetahui nama masing2, seperti juga kedok kulit yang kau pakai, aku toh tidak perlu membukanya untuk mengetahui wajah aslimu yang sebenarnya!"
Lim Tiang Hong merasa jengah. Diam2 ia kagumi orang tua itu, keduanya dengan diam2 mengakhiri pembicaraan mereka, Keduanya lantas mengerahkan iimunya lari pesat melanjutkan perjalanannya.
Diam2 Lim Tiang Hong memperhatikan gerak gerik orang tua itu, yang kini nampaknya tidak seperti orang tua yang sudah lanjut usianya. Gerak kakinya sangat pesat, seolah olah tebang di atas awan, sebentar saja sudah melalui beberapa puluh tombak jauhnya. Nampaknya seperti tidak menggunakan tenaga sama sekali.
Lim Tiang Hong yang saat itu kekuatannya sudah banyak maju, ia segera menggunakan ilmu lari pesatnya 'It-313
sia Cian-lie" hingga sebentar saja sudah dapat mencandak orang tua aneh itu.
Orang tua itu agaknya sudah dapat lihat bakat luar biasa dari si anak muda itu, maka ia coba mengujinya. Di luar kelihatan tenang saja, tapi sebetulnya sudah menggunakan tenaga hampir 8 bagian. Ketika ia melihat Lim Tiang Hong menyusul dengan gerakan luar biasa pesatnya diam2 ia juga terkejut. Ia sesungguhnya tidak menduga bahwa anak muda yang usianya belum duapuluh tahun ini, ada mempunyai kepandaian dan kemahiran demikian rupa. Tidak heran kalau ia berani melakukan perjalanan jauh dengan seorang diri saja.
"Anak muda, sudah hebat ilmu lari pesatmu!'' demikian ia memberi pujiannya.
Kembali ia gerakan kakinya dan sebentar sudah berada sejauh beberapa puluh tombak,
"Locianpwee terlalu memuji!" demikian Lim Tiang Hong menjawab. Ia juga segera menggerakan kakinya hingga sebentar sudah berada di belakang orang tua itu lagi.
Orang tua itu dengan sengaja atau tidak, berpaling ke belakang. Ia dapatkan anak muda itu lari terpisah suatu jarak dengan dirinya sendiri.
Ia lalu berkata lagi sambil menghela napas: "Anak muda, orang yang mempunyai kepandaian seperti kau ini, di daerah Tionggoan ada berapa jumlahnya?"
"Aku yang rendah cuma merupakan salah satu orang dari tingkatan muda yang tidak terkenal dari satu partai rimba persilatan. Kecuali yang lainnya, yang aku sendiri belum tahu betul keadaannya. Kalau dibanding dengan toasuheng dan jisuciku, kepandaian mereka masih jauh lebih tinggi dari padaku!"
314 Perkataan Lim Ting Hong ini meski agak kelebihan-lebihan, tapi ia tidak agulkan dirinya sendiri, bahkan memujikan kepandaian suheng dan sucienya.
Mamun demikian, keterangan itu bagi si orang tua seolah-olah merupakan tikaman kepada ulu hatinya, sehingga sekujur badannya tergetar. Meski pada saat itu ia sudah tidak mempunyai pikiran untuk menjagoi dunia kang-ouw lagi, tapi sebagai seorang kang-ouw, sedikit banyak masih ingin mendapat nama baik.
Seorang muda yang tidak terkenal dari daerah
Tionggoan, ternyata mampu menandingi kepandaiannya sendiri yang sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun lamanya. Kalau begitu, entah bagaimana dengan kepandaian gurunya, Untung ambisinya sudah padam.
Hanya sepintas lalu saja dalam hatinya timbul
kegoncangan, setelah itu ia sudah tenang lagi seperti biasa.
"Anak muda, di depan ada sebuah kelenteng kecil, mari kita beristirahat sebentar. Setelah dahar sedikit rangsum kering, kita nanti melanjutkan perjalanan lagi!" demikian usulnya kepada si anak muda.
Dengan tanpa menunggu jawaban Lim Tiang Hong, ia sudah melesat lebih dulu ke kelenteng kecil itu. Setiba di sana, mereka berdua duduk berdampingan sambil makan makanan kering yang masing2 mereka bawa.
Ketika mereka sedang enak2 makan, mendadak orang tua itu berkata: "Ada orang menuju kemari".
"Tidak salah, malah dua orang yang datang".
Orang tua itu mengawasi Lim Tiang Hong sejenak, diam2 ia memuji daya pendengaran anak muda itu.
315 "Entah siapa mereka itu" Marilah kita sembunyikan diri lebih dulu, bagaimana kau pikir?"
"Baik!". Keduanya lalu bersembunyi di belakang pintu belakang.
Baru saja mereka sembunyikan diri, dari luar telah masuk dua orang. Seorang laki2 tinggi besar dengan hidungnya melengkung dan seorang perempuan tua berpakaian hitam.
Begitu melihat dua orang tua itu, Lim Tiang Hong lantas naik darah, mukanya merah padam.
Orang tua itu bibirnya nampak bergerak, dengan suara halus, yang hanya dapat didengar oleh orang yang diajak bicara, mengucapkan perkataan: "Ingat janjimu, jangan bergerak sembarangan".
Dengan hati panas, Lim Tiang Hong menggunakan
ilmunya Toan im jip bit atau menyampaikan suara dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam, ia menjawab:
"Orang ini adalah Manusia Buas Nomor Satu dikolong langit. Ia sangat buas, jahat dan kejam. Aku harus bunuh mati padanya, baru dapat melampiaskan perasaanku. Lagi pula di sini bukan Hong-lui-po, sudah tentu tidak terikat dengan perjanjian itu".
"Di sini bukan Hong-lui-po, tapi mereka ada
hubungannya dengan Hong-lui-po. Untuk sementara sebaiknya kau bersabar. Awas, mereka sedang bicara, lekas dengarkan apa yang mereka bicarakan?"
Kiranya dua orang yang baru datang itu adalah Pek-tok Hui-mo dan Khiu-pan-po.
Mereka berdua juga duduk berdampingan di depan meja sembahyang.
316 Terdengar suaranya Khiu-pan-po yang berkata:
"Bagaimana dengan luka Im Heng" Barangkali sudah sembuh?" Lalu terdengar jawaban Pek-tok Hui-mo: "Anak haram itu benar2 hebat, lohu hampir saja celaka di bawah tangannya. Tapi dia sendiri juga terluka parah".
Khiu-pan-po meski sudah tahu kalau Lim Tiang Hong sudah sembuh dari luka2nya, tapi ia tidak mau
memberitahukan hal ini kepada Pek-tok Hui-mo. Kemudian ia menanya soal lainnya: "Apakah Im Heng sudah berhasil mempelajari ilmu dari kitab Tat-mo-keng?"
"Hanya sedikit saja, dan bagaimana dengan ilmu Im-mo-keng yang kau pelajari, tentunya sudah mendapat banyak kemajuan?"
"Bukankah serupa saja".
Demikianlah dua orang itu sama2 tidak mau memberi keterangan yang sebenarnya, hingga dua2nya pada tertawa.
Kemudian terdengar pula suaranya Khiu-pan-po, "Kali ini Hong-lui-po mengeluarkan undangan kepada semua partai persilatan dari daerah Tionggoan, yang minta supaya setiap partai mengutus seorang yang terkuat sebagai wakil ciangbunjin, untuk datang ke barat, entah apa maksudnya?"
"Mudah saja ditebak. Hong-lui-po yang memang
mengandung maksud hendak pentang sayap ke daerah Tionggoan. Tindakannya kali ini tentunya ada mengandung dua maksud. Pertama hendak menguji ilmu kepandaian dari berbagai partai persilatan daerah Tionggoan, sampai dimanakah tingginya" Kedua ialah mereka ada
mengandung maksud keji, hendak membasmi orang2 kuat yang datang memenuhi undangan itu, supaya mengurangi 317
rintangan bagi Hong-lui-po, yang hendak tancap kaki ke Tionggoan".
"Kalau begitu, bagaimanakah akhirnya pertemuan ini nanti?"
"Dua2nya hancur!" tiba2 terdengar suara tertawa Pek-tok Hui-mo, dan kemudian melanjutkan perkataannya:
"Kekuatan Hong Lui-po meski sangat besar, tapi orang2
berbagai partai persilatan daerah Tionggoan, mempunyai riwayat sudah lama. Umpama binatang kelabang, meski sudah mati, tapi tidak kaku. Kalau Hong-lui-po hendak menundukkan mereka, mana ada begitu gampang....".
Kembali terdengar ketawanya terbahak bahak, lalu berkata pula: "Kali ini kita boleh menyaksikan saja sambil berpeluk tangan. Kalau mereka kedua belah pihak sudah lumpuh benar2, ilmu yang aku pelajari dan ilmumu sendiri mungkin juga sudah berhasil, saat itu apa bila kita turun tangan, bukankah sangat mudah sekali?"
Khiu-pan-po juga perdengarkan tertawanya. "Bagus!
Kiranya maksudmu membubarkan Thian-cu-kauw dan datang ke Hong-lui-po ini, bukanlah untuk menyingkiri musuh, melainkan ada mengandung lain maksud!"
"Sebagai laki2 harus berani bertindak, tapi juga harus berani tahan sengsara. Untuk sementara bernaung dirumah orang sambil menunggu kesempatan untuk bergerak, apa salahnya?"
Keduanya pada tertawa, barulah mereka meninggalkan kelenteng tersebut.
Lim Tiang Hong segera lompot keluar dari tempat persembunyiannya, ia hendak mengejar tapi ditarik oleh si orang tua.
318 "Apa perlunya kau kejar mereka" Tempat tujuan mereka toh Hong-lui-po juga!" demikian katanya.
Lim Tiang Hong terpaksa hentikan kakinya.
Orang tua ibu berkata lagi sambil tersenyum: "Sekarang seharusnya percaya perkataanku?"
"Sungguh tidak disangka kalau mereka ada
mengandung maksud begitu keji, Hm! berita ini telah terjatuh ditanganku, sudah tentu aku tidak dapat membiarkan mereka mencapai cita-citanya. Hong-lui-po yang hendak menjagoi dunia kang-ouw, sebelum
maksudnya tercapai mungkin bentengnya sendiri akan hancur berantakan"
Orang tua itu nampak gemetar, lama ia baru bisa membuka mulutnya: "Malam ini kita sudah harus masuk kebenteng Hong-lui-po, sehingga dimulainya pertemuan itu, tapi aku harap supaya kau ingat betul janjimu".
"Janjiku ada mempunyai satu kecualian, ialah: disaat Hong-lui-pocu hendak mencelakakan orang2 kuat dari daerah Tionggoan, tidak boleh tidak aku harus turun tangan. Aku tidak dapat menyaksikan orang2 itu mati secara konyol dengan berpeluk tangan saja.''
Menyaksikan sikap Lim Tiang Hong yang gagah berani itu, orang tua itu mendadak berubah sikapnya, dengan ramah tamah ia menepok pundak si anak muda dan berkata dengan suara lemah-lembut: "Tentang ini kau boleh legakan hatimu. Jika benar telah terjadi seperti apa yang kau kuatirkan, sudah tentu ada orang yang akan mencegahnya, agar jangan sampai terjadi bencana hebat, rasanya tidak perlu kau turut campur tangan!"
Hati Lim Tiang Hong tergerak mendengar perkataan itu.
Ia merasa bahwa orang tua di hadapan matanya ini bukan 319
saja sangat tinggi kepandaian ilmu silatnya, setiap perkataannya juga seperti ada mengandung maksud tersembunyi, benar2 sulit untuk diduga, siapakah sebetulnya orang tua itu" Dan ada hubungan apa dengan Hong-lui-po"
Dua orang itu menantikan datangnya malam di dalam kelenteng kecil itu, hingga hari sudah gelap betul barulah mereka berangkat menuju ke Hong lui-po.
Orang tua itu kini telah mengetahui bahwa ilmu lari pesatnya Lim Tiang Hong ternyata tidak di bawah kepandaiannya sendiri, maka dengan tanpa ragu2 lagi.
Begitu keluar dari kelenteng, segera kerahkan ilmu lari pesatnya, untuk melakukan perjalanannya.
Dalam waktu sekejap mata saja, di atas tanah yang putih karena salju, hanya tertampak melesatnya dua bayangan orang, yang makin lama makin jauh dan akhirnya menghilang ke dalam daerah pegunungan.
Lim Tiang Hong yang mengikuti jejak orang tua sangat aneh itu kira2 satu jam lamanya, telah tiba di suatu lembah yang dikitari oleh barisan gunung, setelah melalui sebuah rimba lebat, tibalah di suatu tempat yang merupakan sarangnya Hong-lui-po.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya penglihatan sangat tajam, segera dapat lihat bahwa tempat itu banyak terdapat pesawat jebakan yang dipasang oleh orang2 Hong-lui-po. Tapi orang tua aneh itu agaknya kenal betul keadaan tempat tersebut. Dengan jalan ber-liku2 sebentar ke kanan dan sebentar ke kiri, dengan tanpa banyak kesukaran telah tiba ke depan benteng Hong-lui-po.
320 Tempat tersebut meski dinamakan satu bentengan, tapi bangunannya mirip dengan istana kerajaan yang sangat megah.
Orang tua aneh itu mengajak Lim Tiang Hong kesuatu tempat sunyi. Dengan satu lompatan, dinding tembok kira2
3-4 tombak telah dilalui dengan mudahnya. Setelah melalui pula beberapa buah kamar, lalu menuju ke tengah sebuah bangunan yang tinggi besar.
Dalam bangunan itu nampak sunyi senyap, tiada
kelihatan seorangpun jua. Tapi disitu terdapat banyak patung dewa dan abu leluhur. Mungkin itu ada satu tempat pujaan bagi leluhur orang2 Hong lui-po.
Orang itu mengajak Lim Tiang Hong kesatu kamar, lalu berkata padanya dengan suara pelahan: "Seluruh bentengan ini penuh pesawat jebakan. Hanya di sini yang merupakan satu tempat yang paling tentram. Kau boleh istirahat sebentar, aku akan membuat sedikit hidangan".
Setelah itu ia lantas menghilang. Lim Tiang Hong merasa bahwa orang tua itu segala tindak-tanduknya sangat aneh. Terhadap keadaan dalam Hong-lui-po agaknya mengetahui dengan jelas. Entah peranan apa yang dipegang oleh orang tua itu di dalam kalangan Hong-lui-po! Tapi, satu hal yang ia boleh merasa lega, ialah orang tua itu tidak ada mengandung maksud jahat.
(dw^kz) 321 Jilid ke 6 Tidak antara lama, orang tua itu sudah balik kembali dengan membawa satu keranjang kecil yang penuh dengan barang hidangan.
Sambil tersenyum ia berkata: "Hidangan dalam
keranjang ini, cukup untuk kita makan dua hari, lekas makan! sehabis makan kita boleh beristirahat dan besok kita boleh bekerja lagi".
"Apakah malam ini kita tidak perlu bergerak?" tanya Lim Tiang Hong sambil mengganyang sepotong paha ayam.
"Beritanya toh sudah kita dapatkan, sudah tentu tidak perlu bertindak". jawabnya si orang tua sambil menganyang daging ayam, "para tamu dari berbagai partai daerah Tionggoan, besok mulai tiba. Menurut pandanganku, mereka pasti lebih dulu menjalankan peraturan menurut kebiasaan dunia kang-ouw, satu sama lain bertanding secara persahabatan untuk menguji kepandaian masing2, setelah dapat meraba kepandaian sebenarnya dari orang2
daerah Tionggoan. lalu menggunakan.... menggunakan....".
"Menggunakan akal rendah dan keji untuk membasmi mereka sekaligus, bukankah begitu maksudmu" Hm!...."
memotong Lim Tiang Hong. "Ucapanmu memang benar, tapi entah akal apa yang mereka hendak gunakan" Menurut dugaanku, mungkin akan menggunakan 'Ngo-pou-bie-hun-cian-jit-cui!"
"Barang apakah itu?"
"Ini ada sebuah pohon yang hanya terdapat di daerah barat saja. Daun pohon itu dicampuri dengan beberapa ramuan obat, menjadi semacam bubuk halus. Kalau ditebar 322
di tengah udara, tiada kelihatan bentuknya atau baunya, hanya sedikit bau arak harum. Bau itu begitu masuk ke dalam hidung manusia maupun binatang, tidak peduli betapa kekuatan tenaga dalam orang itu, dalam lima langkah, pasti akan mabuk dan jatuh tidak ingat dirinya lagi. Jika tidak diobati dengan menggunakan obat yang khusus untuk memunahkan obat mabuk itu, baru akan mendusin setelah seribu hari".
"Suatu perbuatan yang sangat rendah dan memalukan, besok pagi aku pasti akan membuka rahasia mereka, kemudian aku ubrak-abrik sampai puas".
"Kau tidak perlu tergesa-gesa, itu hanya dugaanku saja, belum tentu mereka akan berbuat demikian. Lagipula, Hong-lui-po ada mempunyai banyak orang kuat. Kalau sampai terjadi pertarungan hebat, dalam pertempuran itu entah berapa banyak jiwa akan melayang, bukankah itu akan menyia-nyiakan maksud kita yang hendak
menyelesaikan pertikaian itu" Kau bo!eh legakan hatimu, pada saatnya aku sudah tentu mempunyai akal untuk membereskan soal ini".
Lim Tiang Hong diam, tapi terus memikirkan soal tersebut.
Selagi keduanya duduk diam, mendadak terdengar desiran angin yang meniup pakaian. Lim Tiang Hong yang mempunyai daya pendengaran amat tajam, segera
dongakan kepala dan berkata: "Ada orang jalan malam masuk ke dalam benteng!"
"Malam ini keadaan benteng Hong-lui-po memang amat gawat. Tapi ini ada gerakan orang Hong-lui po.'' jawabnya si orang tua sambil gelengkan kepala.
323 "Bagaimana kalau kita pergi melihatnya?" berkata Lim Tiang Hong sambil lompat bangun.
Orang tua itu nampak bersangsi sejenak, kemudian baru berkata: "Keluar untuk melihat saja, boleh sih boleh tapi kau harus pegang janjimu, tidak boleh turun tangan. Selain daripada itu, ada dua patah perkataan, kau harus ingat baik2: ketemu warna merah jangan maju, berjumpa dengan warna hijau belok kekanan, warna putih tanda aman, warna hitam tanda kematian"
"Semuanya ku akan turut!" jawabnya, dan kemudian ia melesat keluar dari lubang jendela, lalu melayang turun dari sebuah loteng tinggi 4-5 tombak. Orang tua itu juga bergerak mengikuti padanya. Dengan menggunakan ilmunya meringankan tubuh, mereka mengitari seluruh benteng. Orang tua itu mendadak hentikan kakinya. Sambil menunjuk loteng merah ia berkata: "Itu adalah tempat kediaman Pocu. Merupakan tempat terpenting dari benteng Hong-lui-po. Di situ terdapat banyak pesawat jebakan.
Sembarang orang sukar untuk melaluinya"
Tapi sebelum habis ucapannya, mendadak tertampak sesosok bayangan orang melesat keluar dari jendela, seolah2 seekor kuda terbaik bayangan orang itu setelah melakukan gerakan memutar, lalu melayang ke arah tenggara.
"Eh"! Siapakah orang itu?" berseru orang tua itu.
Dengan tanpa mengajak Lim Tiang Hong lagi, ia lantas bergerak, mengejar bayangan orang tadi.
Selagi Lim Tiang Hong masih belum mengambil
keputusan, kembali ada dua bayang orang keluar dari loteng dan melayang keluar benteng. Gerakan dua orang yang tersebut belakangan ini meski juga sangat pesat, tapi kalau 324
dibanding dengan bayangan orang yang pertama, masih kalah setingkat.
Lim Tiang Hong lalu pasang mata, lapat2 seperti dapat lihat bahwa dua bayangan orang itu satu adalah seorang wanita muda cantik dan seorang perempuan tua yang rambutnya sudah putih semua laksana perak. Hatinya lalu bercekat, karena gerakan badan wanita itu ia rasa seperti pernah kenal.
Dua wanita itu dengan cepat sudah berada di bawah tembok warna merah dan wanita muda itu selagi hendak melalui tembok tersebut, mendadak terdengar suaranya perempuan tua rambut putih: "Jangan lewat dari situ!"
Wanita muda itu ketika mendengar perkataan itu, lalu balikkan badannya yang sudah lompat tadi ke arah kanan, kemudian lompat miring sejauh tujuh kaki.
Tepat pada saat wanita muda itu tiba2 ke kanan, dari dalam tembok warna merah tadi melesat keluar segumpal awan warna merah, mengurung tempat dimana wanita muda tadi telah bergerak, hanya selisih kira2 dua kaki Saja, awan merah itu akan menutup kepala wanita muda itu, hingga Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian itu merasa kuatir keselamatan wanita muda tadi.
Tapi perempuan tua rambut putih itu sudah mundur, segera kebutkan lengan bajunya yang lantas
menghembuskan angin dingin, meniup angin merah tadi, hingga membuat sebagian dari awan merah tadi jatuh ke dalam tembok.
Setelah terdengar suara jeritan kaget dari dalam tembok itu mendadak melompat keluar sepuluh lebih orang laki2
berpakaian kulit warna merah. Satu diantaranya lantas 325
keluarkan suara bentakan: "Sahabat dari mana berani mati malam2 masuk ke Hong-lui-po?"
Orang2 itu lalu menerjang dua wanita tadi dengan senjata masing2.
Orang2 berpakaian kulit berwarna merah itu ternyata adalah orang2 Hong-lui-po yang sudah terlatih baik. Begitu turun tangan, segera menggunakan barisan pedang. Dalam geiap seperti malam ini, hanya tertampak kelebatnya sinar pedang yang berkilauan!
Wanita rambut putih itu perdengarkan suara ketawa dingin, kemudian berkata: "Dengan mengandal beberapa potong besi karatan ini, adakah kalian kira mampu mengurung diriku?"
Sepasang tangannya lalu dipentang. Dengan gaya seperti burung elang hendak menyambar ayam, mendadak
lengannya diputar laksana titiran, hingga mengeluarkan angin santer, kemudian dengan cara itu ia nerobos masuk ke dalam rombongan orang2 Hong-lui-po, sekejap kemudian lantas terdengar suara jeritan ber-ulang2.
Sepuluh lebih orang2 Hong-lui-po yang berpakaian kulit berwarna merah, dalam waktu sekejapan saja sudah pada rubuh bergelimpangan.
Setelah itu, sesosok bayangan orang sambil
perdengarkan suara ketawa dingin, nampak melesat tinggi dan tidak antara lama sudah menyusul wanita muda cantik itu dan menghilang ke tempat gelap melalui tembok luar.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu semua lantas berkata dengan perasaan heran: "Perempuan tua itu entah siapa" Mengapa perbuatannya begitu ganas?"
326 Selagi hendak maju melihat keadaan orang2 Hong-lui-po yang sudah pada binasa itu tiba2 datang lagi beberapa orang yang datang untuk menolong kawan2nya yang mati atau terluka. Beberapa diantara mereka setelah menyaksikan keadaan kawan2nya lantas berseru: "Ini adalah perbuatannya orang Ban-ciong-mu dari Lam-bong, lekas beritahukan kepada Pocu, sudah ada orang dari Lam-bong yang menyelundup masuk ke Hong-lui-po!"
Mendadak terdengar suara orang menegur: "Ada urusan apa begitu ribut tidak keruan?"
Matanya lalu mengawasi beberapa orang yang sudah mati, kemudian berkata pula sambil ketawa dingin: "Hanya urusan sekecil ini saja, juga perlu melaporkan kepada Pocu.
Sesungguhnya tidak patut dipuji, lekas kubur saja!"
Beberapa orang yang datang duluan, agaknya sangat takut terhadap orang itu. Berulang-ulang mereka mengatakan baik baik, lantas pergi memondong beberapa jenazah yang menggeletak di tanah, kemudian dibawa pergi.
Lim Tiang Hong memperhatikan keadaan orang itu, ternyata adalah seorang laki2 mulut monyong, pelipisnya sangat menonjol tinggi, sepasang matanya bersinar tajam, tapi sikapnya sangat dingin.
Orang itu mengawasi saja keadaan sekitarnya sejenak, lalu lompat melesat ke arah loteng genteng merah.
Lim Tiang Honglantas juga bergerak,ia hendak
menguntit gerakan orang itu, tapi mendadak satu tangan yang kuat menekan pundaknya kemudian terdengar suara orang di belakangnya: "Harap kau suka pegang janjimu, jangan bergerak sembarangan! sudah waktunya kita pulang"
327 Tidak usah diduga, bahwa orang yang menghalangi maksudnya itu sudah tentu adalah itu orang tua yang sepak terjangnya sangat aneh. Ia tidak memberikan kesempatan bagi Lim Tiang Hong untuk membuka mulut, sudah ditarik dan diajak pulang ke tempat mereka sembunyikan diri.
Setiba di tempat perabuan itu, Lim Tiang Hong pura2
tidak senang, ia berkata dengan suara agak marah.
"Mengapa kau selalu menghalangi aku?"
Dengan nada seperti membujuk anak kecil, orang tua itu menjawab sambil tersenyum: "Malam ini kau sudah melihat begitu banyak apakah masih belum merasa puas"
Besok kau akan dapat lihat lebih banyak keramaian lagi!"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, tapi ia tidak menjawab.
Orang tua itu mendadak berkata pula sambil menghela napas panjang "Dulu lohu selalu beranggapan, bahwa kepandaian ilmu silat daerah barat cukup untuk menandingi ilmu kepandaian silat daerah Tionggoan. Baru tahu bahwa perbedaan itu masih jauh sekali!....".
Lim Tiang Hong tidak tahu apa yang dimaksud oleh orang tua itu, maka ia diam saja, dengan mata terbuka lebar mengawasi padanya.
Setelah terdiam sekian lama orang tua itu berkata lagi:
"Dari kepandaian ilmu meringankan tubuh itu orang yang barusan lohu kejar, dengan sejujurnya, lohu sedikitpun tidak menempil kepandaian orang itu".
Lim Tiang Hong sejak kenal dengan orang tua itu, ia tahu benar bahwa kepandaian orang tua itu sangat tinggi sekali. Tapi ia telah mengatakan demikian, dapat diduga, bahwa orang yang datang itu tentunya bukan orang 328
sembarangan, maka ia segera menanya: "Apakah kau dapat lihat, bagaimana wajahnya orang itu?"
"Aku hanya dapat lihat dari belakangnya saja, ia ada seorang berdandan seperti satu pelajar, perawakannya tinggi".
"Oh! mungkin dia si orang tua".
"Apa kau kenal padanya?".
Lim Tiang Hong tahu telah kelepasan omong baru2
menjawab sambil ketawa hambar: "Aku hanya menduga-duga saja".
Sebetulnya ia memang tahu benar, dalam rimba
persilatan pada dewasa itu, kecuali ayahnya sendiri, mungkin tiada orang lagi yang dihargakan begitu tinggi kepandaiannya oleh orang tua aneh itu.
Saat itu, kentongan malam sudah berbunyi tiga kali, orang tua itu mendadak teringat sesuatu, ia lalu berkata:
"Aku sangat kuatir kalau2 besok pagi benar2 akan digunakan obat mabuk, Ngo-pou-bie-hun-cian-jie-cui, kau mengasolah dulu, lohu akan pergi sebentar.''
Sehabis berkata ia lantas melesat keluar melalui jendela, hingga sekejap saja sudah tidak kelihatan.
Lim Tiang Hong merasa bahwa orang tua itu, sepak terjangnya sangat aneh. Ia keluar masuk dalam benteng Hong-lui-po seperti di rumahnya sendiri. Ia menduga orang tua itu kalau bukannya orang tingkatan tua dari Hong-lui po, setidak tidaknya tentu ada mempunyai hubungan erat dengan orang2nya.
Mendadak ia teringat loteng genteng merah. Di situ tentunya ada tersimpan rahasia apa2 mengenai benteng Hong-lui po. Jikalau tidak, tidak nanti itu laki2 berpakaian 329
pelajar dan itu dua wanita sampai begitu perlu datang ke tempat tersebut. Barusan karena ia sendiri dihalangi oleh orang tua aneh itu, maka tidak mendapat kesempatan untuk pergi melihat dan kini setelah orang tua itu berlalu dari sampingnya, mengapa tidak pergi melihat ke sana"
Setelah mengambil keputusan, ia lantas lompat keluar melalui jendela, lari menuju ke loteng genteng merah itu.
Benteng Hong-lui-po, di daerah barat merupakan suatu tempat, keramat, jadi jarang ada orang berani masuk ke dalamnya. Barusan tiga orang itu ternyata bisa masuk secara leluasa. Pertama karena kepandaiannya yang sudah sangat tinggi dari ketiga orang itu. Kedua karena penjaganya agak lalai, sebab dianggapnya selama itu tiada orang yang berani masuk ke Hong-lui-po. Tapi setelah datangnya tiga tetamu yang tidak diundang itu, orang2
Hong-lui-po lantas bergerak semua. Penjagaan diperkuat maka tindakan Lim Tiang Hong itu se-olah2 masuk sendiri ke dalam perangkap.
Baru saja ia mendekati loteng tersebut, tiba2 terdengar suara orang tertawa aneh, kemudian disusul munculnya dua bayangan orang yang segera memegat padanya sembari berkata: "Bocah, sungguh besar nyalimu, rangon In-yan-kok apa kau kira dapat kau masuki secara sesukamu saja?".
Dua orang itu adalah Thian-cao Suncu dan Pak-kek Suncu, yang masing2 sudah dikenal olehnya.
Meski dua orang kuat dari Hong-lui-po itu sudah pernah menjadi pecundangnya, tapi karena saat itu ia ada memakai kedok kulit manusia, maka tidak dapat dikenali oleh mereka.
Lim Tiang Hong sungguh tidak menduga hahwa baru saja ia bertindak sendirian, perbuatannya sudah dipergoki 330
oleh dua jago kuat itu. Dalam kagetnya, ia lantas menjawab sambil ketawa: "Hong-lui-po toh bukan sarangnya naga atau gua harimau. Tuan mudamu kalau mau datang apa salahnya?"
Thian-cao Suncu yang adatnya sangat berangasan, lantas membentak dengan suara keras: "Kalau begitu kau sudah bosan hidup!"
Ia lalu angkat tangannya yang panjang, dengan
dibarengi oleh hembusan angin keras menyerang si anak muda.
"Jiwamu yang baru lolos dari lubang jarum kini masih coba berlagak gagah!'' berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa panjang. Kemudian ia ulur tangannya, dengan menggunakan tenaga 7 bagian, ia sambuti serangan Thian-cao Suncu.
Setelah kedua kekuatan saling beradu, Thian-cao Suncu lantas terdorong mundur sampai lima tindak, baru bisa berdiri tegak.
Sungguh tidak nyana bahwa satu anak muda yang di dalam matanya tidak berarti apa2, ternyata ada mempunyai tenaga dalam hebat. Dalam kagetnya kembali ia marah2
dengan keluarkan geraman hebat, ia lantas lompat menerjang.
Dilain pihak, senjata payungnya Pak-kek Suncu juga sudah bergerak, menyerang jalan darah 'Hian-kie', 'Kie-kuat'
dau 'Ciang-thay' di badan Lim Tiang Hong.
Dengan menggunakan ilmunya Sam-sam-po-hoa, Lim Tiang Hong berputaran untuk menghindarkan serangan payung Pak-kek Suncu.
331 Sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata: "Kau juga menjadi pecundangku, sekarang tuan mudamu tidak mempunyai kegembiraan untuk ber-main2 denganmu, lain hari main2 lagi!"
Ia lantas menotol kakinya, melesat tinggi ke atas.
Mendadak dari tempat jauh, terdengar suara orang berkata: "Kedatangan tamu dari tempat jauh, aku si orang she Kouw lalai menyambut, mengapa hendak pergi lagi?"
Dari atas loteng genteng merah itu lalu melayang turun satu bayangan orang. Dengan satu serangan tangan kosong, orang itu melancarkan serangannya kepada Lim Tiang Hong. Serangannya orang itu ternyata ada demikian hebatnya, sebelum hembusan angin sampai, sudah membuat orang susah bernapas.
Lim Tiang Hong terperanjat. Sambil lekukkan lututnya, satu tangannya diangkat ke atas, sedang badannya lantas melesat ke samping sejauh lima kaki, kemudian melayang turun ke bawah. Ketika ia mengawasi orang yang menyerang padanya, bukan lain daripada itu orang yang mulutnya monyong dan berpakaian baju panjang.
Gerakan orang itu ternyata gesit sekali, baru saja Lim Tiang Hong dapat berdiri, orang itu sudah berada di depannya.
Sambil mengangkat tangan memberi hormat orang itu berkata: "Tuan siapa" Ada keperluan apa tengah malam buta datang ke Hong-lui-po?"
Lim Tiang Hong dongakan kepala, ia menjawab dengan nada dingin: "Hanya untuk belajar kenal dengan kepandaian ilmu silat Hong-lui-po".
332 Orang itu nampak sedikit terperanjat, mendadak ia tertawa terbahak-bahak dan berkata pula: "Aku yang rendah adalah Kouw Sam, sekarang ini menjabat jabatan Cong-koan (kepala pengurus) Hong-lui-po. Dengan sikapmu yang gagah berani ini, sudah cukup membuat aku si orang she Kouw merasa kagum. Entah tuan ada orang kuat dari golongan apa?"
"Sekedar main2 saja, buat apa harus menyebutkan nama segala".
"Kalau begitu, apakah tuan anggap bahwa aku si orang she Kouw tidak ada harga untuk belajar kenal denganmu?"
Lim Tiang Hong yang sengaja hendak membikin marah orang itu, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak
"Begitulah kiranya".
Orang she Kouw ini, sejak kanak2 sudah mendapat pengalaman gaib. Ia dapat latihan pelajaran ilmu golongan Kim-bun dari jaman kerajaan Tay-chong kepandaiannya hanya di bawah Pocu seorang saja. Oleh karenanya, maka ia sangat sombong, tidak pandang mata orang lain. Orang2
dalam Hong-lui-po semua memanggil padanya Souw Sam-ya, karena kepandaian dan kedudukannya yang sangat tinggi, biasanya jarang sekali menguji kepandaiannya dengan orang lain.
Kini setelah diejek oleh Lim Tiang Hong, seketika lantas naik darah, sambil ketawa dingin ia berkata: "Aku si orang she Kouw, karena pandang kau sebagai tetamu, maka berlaku merendah terhadap kau. Tidak nyana begitu jumawa, baiklah! kalau kau pandang dirimu sendiri terlalu pandai, aku si orang she Kouw ingin main2 beberapa jurus denganmu".
333 Ia berhenti sejenak, kemudian berkata pula dengan suara keras: "Majulah! kalau dalam tiga jurus kau bisa lolos dari bawah tanganku, aku Kou Sam-ya bukan terhitung congkoan dari Hong-lui-po".
Lim Tiang Hong berkata dengan acuh tak acuh: "Aku lihat sebaiknya sudahi saja. Jika dalam tiga jurus kau tidak dapat mengalahkan aku, bukankah kau akan kehilangan sesuap nasimu" Aku tidak suka berbuat begitu keterlaluan".
Kouw Sam rasanya sudah hampir meledak dadanya.
Dengan mata beringas, ia kerahkan kekuatannya dikedua tangan. Mendengar perkaan itu, ia semakin gusar, sambi!
membentak dengan suara keras, ia lantas melakukan serangan.
Serangannya itu ternyata tidak mengandung hembusan angin, juga tidak kelihatan bertenaga. Tapi, serangan semacam itulah justru yang tidak boleh dipandang ringan.
Lim Tiang Hong di luarnya nampak tenang2 saja, tapi diam2 ia sudah kerahkan ilmunya Sian-thia-cin-it-khie-kang. Selagi hendak menyambuti serangan tersebut, mendadak hatinya tergerak, maka ia lantas berpikir "Aku benar2 gelo, kedatanganku ini hanya menyelidiki keadaan dalam loteng genteng merah itu, bukan untuk berkelahi, mengapa harus bertempur dengannya?"
Oleh karena berpikir demikan, maka ia lantas geser kakinya, mendadak lompat mundur sampai lima kaki.
Siapa nyana gerakan Kouw Sam-ya tadi ternyata cuma merupakan satu tipu saja, yang dapat digunakan untuk memancing lawannya, tapi juga dapat digunakan untuk melakukan serangan benar2. Ketika badannya Lim Tiang Hong baru bergerak, ia sudah mengikuti jejaknya, 334
kemudian dengan secara tiba2 bayangan tangan orang she Kouw itu sudah mengancam kepala anak muda itu.
Lim Tiang Hong dapat merasakan bahwa serangan
orang she Kouw ini ternyata sangat luar biasa anehnya.
Jalan darah di sekujur badannya seolah olah di bawah ancaman serangannya. Sekalipun hendak menyingkir kemana saja, rasanya sukar untuk meloloskan diri dari ancamannya, hingga diam2 ia merasa kaget.
Karena gerakan itu terjadi di luar dugaannya, maka seketika itu timbullah pikirannya hendak menguji kepandaian orang she Kauw itu.
Kedua tangannya lalu diangkat ke atas. Badannya memutar dengan cepat, dalam keadaan memutar itu, sekaligus ia melancarkan serangan sampai tujuh kali.
Setelah terdengar suara beradunya kekuatan dua pihak, dua orang itu lantas memisahkan diri dan berhadapan satu sama lain.
Saat itu, orang she Kauw itu sudah tidak berani bersikap sombong lagi. Dengan perasaan ter-heran2 ia mengawasi Lim Tiang Hong. Karena serangannya pertama yang menggunakan tipu gerakan yang paling ampuh tadi, tidak mendapatkan hasil yang diharapkan.
Lim Tiang Hong juga nampak sungguh2 dengan sinar mata tajam ia mengawasi lawannya.
Dalam waktu sekejap saja, suasana lantas menjadi tegang. Kedua pihak sama2 mengerti, bahwa satu sama lain telah menemukan lawan kuat selama itu. Kalau nanti pertandingan itu dilangsungkan lagi, pasti akan terjadi pertempuran mati2an.
335 Tepat pada saat demikian, tiba2 terdengar suara siulan nyaring, dari atas loteng genteng merah tampak melayang turun lima bayangan orang, dengan per-lahan2
menghampiri Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang menyadari bahwa dirinya berada dalam sarang harimau, meski sedang menghadapi musuh kuat, tapi mata dan telinganya tetap waspada. Dari suara siulan tadi, ia sudah dapat menduga bahwa orang yang akan datang itu kalau dibanding dengan orang she Kauw ini, ternyata masih lebih tinggi satu tingkat, maka diam2
hatinya berdebar. 00dw00kz00 Bab 58 DALAM rombongan lima orang itu, satu diantaranya yang berjalan paling depan, ada seorang laki2 berusia kira2
empatpuluh tahunan. Wajahnya tampan, pakaiannya perlente, tangannya memegang kipas bergagang emas, yang kala itu sedang di-kibas2kan. Di balik wajah yang tampan itu, ternyata ada tersembunyi wataknya yang angkuh, dingin dan kejam. Di belakang laki2 itu diikuti oleh empat wanita keturunan Wie-ngo, yang masing2 membawa pedang di punggungnya.
Rombongan orang itu setiba di kalangan, tampak Pak-kek dan Thian-cao Suncu segera berdiri tegak memberi hormat. Sedang Kauw Sam-ya juga segera tarik kembali sikapnya yang sombong. Ia juga segera memberi hormat kepada laki2 yang baru tiba itu.
Laki2 berpakaian parlente itu hanya anggukkan
kepalanya untuk membalas hormat. Kemudian dengan 336
sinar mata tajam ia mengawasi Lim Tiang Hong dan menegurnya: "Tuan dengan seorang diri pada waktu tengah malam buta seperti ini telah masuk ke Hong-lui-po. Dengan keberanianmu ini saja, sudah cukup membuat aku Bo-yong Pek merasa sangat kagum. Entah tuan ada orang kuat dari partai persilatan apa di daerah Tionggoan?"
Sambil ketawa dingin Lim Tiang Hong menjawab:
"Kalau dugaanku tidak keliru, tuan ini tentunya adalah Pocu dari Hong-lui-po yang namanya amat kesohor di daerah barat. Aku yang rendah cuma merupakan salah satu siauwcut (perajurit kecil) dalam dunia kang-ouw, buat apa perlu menyebutkan nama" Sedang kedatanganku ke barat ini, se-mata2 hanya hendak minta keterangan beberapa soal kepada tuan".
Bo-yong Pek, Pocu dari Hong-lui-po itu, meski dalam hati merasa sangat mendongkol, tapi biar bagaimana ia ada sebagai ketua dari satu perkumpulan besar yang ternama, sudah tentu harus memegang derajatnya.
"Silahkan, aku Bo-yong Pek nanti akan perhatikan dengan seksama.'' demikian sahutnya.
"Pertama, To-liong Kongcu dari Hong-hong-tie dengan Hong-lui-po se-olah2 air sungai yang tidak mengganggu air sumur, mengapa Hong-lui-po mengutus orang2nya
menyerang padanya, apakah maksudnya" Kedua, duabelas Hongcu dari gunung Bu-san, selamanya tidak pernah mengganggu Hong-lui-po, mengapa pada suatu malam buta dibasmi oleh orang2 Hong-lui-po" Ketiga, enam partai dari golongan Hian-bun, ada merupakan partai golongan orang baik2 di daerah Tionggoan, tidak pernah melakukan perbuatan di luar garis kepantasan, juga tidak pernah bermusuhan dengan Hong-lui-po. Tapi Pak-kek dan Lam-tao kedua Suncu telah memimpin banyak orang2 kuat dari 337
Hong-lui-po, pada malam buta melakukan serangannya di gunung Heng-san. Bahkan sudah merampas pula panji persekutuan mereka, apakah artinya ini" Pendek kata, sepak terjang orang2 Hong-lui-po pada waktu belakangan ini, semua melanggar tata tertib dunia rimba persilatan, hingga tiada bedanya dengan perbuatan penyamun. Inilah yang aku ingin mendapat keterangan dari Pocu sendiri".
Bo-yong Pek dengan tenang mendengarkan keterangan Lim Tiang Hong yang diucapkan dengan bersemangat dan ber-api2, ternyata sedikitpun tidak tergerak hatinya, siapa malah ketawa dan menjawab: "Semua persoalan ini, tidak dapat dijelaskan dengan hanya sepatah dua saja. Baiknya kami sudah mengundang orang2 kuat berbagai partai persilatan dari daerah Tionggoan, besok pagi mereka akan berkumpul di sini. Pada saat itu aku Bo-yong Pek sudah tentu akan memberikan keterangannya".
"Dalam pertemuan besok pagi itu, menurut dugaanku, barangkali juga tidak akan berlangsung dengan baik"
Pocu dari Hong-lui-po itu mendadak berubah wajahnya.
Dengan sinar mata tajam ia mengawasi Lim Tiang Hong, kemudian berkata dengan nada suara dingin: "Jangan sembarangan menuduh orang, aku Bo-yong Pek tidak akan berbuat begitu rendah".
Lim Tiang Hong ingat pesan orang tua aneh itu, maka ia cuma tertawa hambar dan menjawab: "Mudah-mudahan saja begitu, besok kita berjumpa lagi!"
Ia lalu memutar tubuh, hendak berlalu.
Bo-yong Pek tiba2 perdengarkan suara ketawa dingin, kemudian berkata: "Sahabat, apakah kau hendak berlalu begitu saja" Tahukah kau peraturan dalam benteng Hong-lui-po?"
338 Lim Tiang Hong merandek, ia berkata dengan suara nada dingin: "Bagaimana kalau tidak berlalu. Apa harus berdiam di sini saja?".
Kauw Sam mendadak maju ke depan dan berkata
padanya: "Siapa yang berani masuk sembarangan di benteng Hong-lui-po, harus mati! masih untung kau bisa berdiam di sini!"
Lim Tiang Hong ketawa terbahak-bahak: "Kalau begitu malam ini aku kepingin tahu, entah siapa yang akan mati di sini, aku ataukah kau?"
Serta merta ia keluarkan senjatanya seruling emas, berpantulan dengan salju, maka seruling itu memancarkan sinar berkilauan.
Thian-cao dan Pak-kek kedua Suncu lantas berseru kaget: "Dia adalah To-liong Kongcu!"
Keduanya lantas lompat melesat kekanan kiri Lim Tiang Hong.
Karena disebutnya nama To-liong Kongcu itu, membuat suasana pada saat itu lantas berubah tegang.
Bo-yong Pek yang semula tidak pandang mata kepada pemuda yang wajahnya seperti penyakitan itu, kini mendadak berubah wajahnya ia lalu melompat ke depannya dan berkata dengan suara nada dingin: "Kiranya tuan adalah To-liong Kongcu yang namanya telah
menggemparkan seluruh jagat. Bo-yong memang sudah lama kepingin belajar kenal dengan kepandaianmu yang hebat itu. Malam ini jika tuan tidak suka mengunjukkan sejurus dua jurus, orang tentunya akan mengatakan bahwa Hong-lui-po terlalu tidak pandang mata kepada sahabatnya!
Ha...ha...!" 339 Lim Tiang Hong saat itu juga sudah mulai merasa gusar, sambil getarkan seruling emasnya ia berkata: "Benar aku adalah Lim Tiang Hong, apa yang kalian bisa berbuat terhadap diriku" Hendak main keroyok" Bagi aku si orang she Lim, perkara itu sudah terlalu banyak mengalaminya!"
Bo-yong Pek yang sebagai ketua atau pimpinan Hong-lui-po, pada waktu biasanya seolah-olah satu raja dari satu kerajaan, belum pernah ada orang yang berani
mengucapkan perkataan begitu rupa di hadapannya! tidak heran kalau kala itu ia lantas menjadi murka.
Kauw Sam yang sudah lama mengikuti junjungannya itu. sudah tentu segera mengetahui isi hati junyungannya pada saat itu, maka ia lantas maju setindak dan berkata dengan suara keras: "Untuk memotong ayam, tidak perlu menggunakan golok besar. Biarlah aku Kauw Sam yang mencoba dulu kepandaiannya bocah ini".
Karena melihat Kauw Sam bertangan kosong maka Lim Tiang Hong juga lantas simpan lagi senjatanya. Ia sudah siap untuk melakukan suatu pertempuran sengit.
Pada saat itu, mendadak satu suara halus masuk ke dalam telinganya "Anak muda, ingatlah janjimu. Saat ini sekali kali tidak boleh turun tangan".
Ia tahu itu adalah suaranya orang tua aneh itu, maka hatinya lantas bimbang, baik mundur saja, ataukah mencoba dulu kepandaian orang she Kauw ini"
Selagi masih belum dapat mengambil keputusan,
kembali terdengar suara ditelinganya. "Anak muda, lekas mundur ke arah barat selatan. Disana lohu menunggu kau.
Lekas! apakah hanya beberapa jam saja, kau tidak sabar menunggunya?"
340 Lim Tiang Hong kini terpaksa menurut perkataan si orang tua. Ia ketawa panjang, kemudian berkata: "Malam ini aku si orang she Lim sudah tidak mempunyai kegembiraan ber-main2 dengan kau, sekarang hendak pergi dulu, sampai besok pagi kita bertemu kembali!"
Ia segera enjot kakinya, lompat melesat ke arah barat daya.
Kauw Sam rupanya masih penasaran. Ia membentak dengan suara keras: "Begitu gampang kau hendak kabur?"
Lalu ia enjot kakinya, seolah olah burung elang mementang sayap, ia mengejar Lim Tiang Hong. Gerakan itu segera ditelad oleh Thian-cao Suncu dan Pak-kek Suncu.
Hanya itu laki2 berpakaian perlente yang mengaku bernama Bo-yong Pek, karena harus pegang derajatnya, ia tidak mengejar. Hanya berpaling dan berkata kepada empat wanita Wie-ngo: "Sampaikan perintahku! malam ini biar bagaimana tidak boleh lepaskan bocah itu, sedapat mungkin suruh mereka binasakan saja padanya!"
Empat wanita itu setelah menerima baik pesan


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

junjungannya, lantas melayang berpencaran ke empat penjuru, seolah olah empat ekor kupu2.
Lim Tiang Hong setelah berlalu, mendadak mengetahui bahwa Kauw Sam bertiga mengejar dari belakang. Selagi ia hendak berhenti untuk memberi hajaran kepada mereka, kembali terdengar suaranya si orang tua: "Anak muda ingat baik2 janjimu, kau kemari! lohu ada akal untuk menghalau mereka".
Dengan tanpa ragu2 lagi ia lantas melayang turun ke arah gang kecil.
341 Tiba2 terdengar suaranya Kauw Sam: "Malam ini kalau aku Kauw Sam membiarkan kau terlepas dari tanganku, percuma aku menjadi congkoan di Hong-lui-po!"
Ia segera putar tubuhnya, melayang ke jurusan Lim Tiang Hong tadi.
Mendadak ia rasakan hembusan angin hebat menyerang padanya. Meski ia sudah cukup tinggi kepandaiannya, tapi dalam keadaan tiba2 secara itu, sudah tentu ia tidak berani menyambuti serangan hebat itu. Hanya ia kerahkan kekuatan tenaga dalamnya untuk mencegah lajunya gerak badannya ia kemudian berjumpalitan ke samping sejauh lima kaki. Pada saat itu, Thian-cao dan Pak-kek Suncu sudah tiba.
Sambil marah2 Kauw Sam berkata: "Bocah itu ada mempunyai kambrat yang menyambut. Kau berdua tunggu di sini, aku akan ke sana".
Cepat ia bergerak ke arah satu gang yang lain. Thian-cao dan Pak-kek suncu melihat Kauw Sam dipukul mundur oleh kekuatan hembusan angin dari dalam gang yang gelap, mereka tidak mau percaya ada kekuatan begitu aneh.
Setelah saling berpandangan sejenak, dua2nya lantas menerjang, masuk ke dalam gang.
Tiba2 dari dalam gang itu terdengar orang ketawa dingin, kemudian disusul oleh serangan yang lebih hebat dari pada yang pertama.
Pak-kek Suncu segera pentang payungnya untuk
melindungi badannya, kemudian lompat mundur.
Sebaliknya dengan Thian-cao Suncu yang tidak percaya kekuatan gaib itu, sambil keluarkan geraman hebat, ia menyambuti serangan tersebut.
342 Setelah terdengar gempuran hebat, badan Thian-cao Suncu tertampak mundur, hingga genteng yang diinjak oleh kakinya pada pecah. Ia sendiri terhuyung-huyung hampir jatuh ke tanah.
Pada saat itu, dalam benteng Hong-lui-po nampak penuh barisan manusia lengkap dengan senjata masing2.
Tapi, tiada seorangpun yang berani memasuki ruangan tempat pujaan abu leluhur itu. Keadaan semacam ini, merupakan satu kejadian yang pertama kalinya dalam sejarah Hong-lui-po, dimana orang2 Hong-lui-po sendiri tidak berani masuk ke dalam kamar yang termasuk di bawah pengaruhnya. Thian-cao Suncu setelah mengatur jalan pernapasannya sebentar, kembali hendak lompat maju, tapi mendadak terdengar suaranya Kauw Sam-ya yang memerintahkan supaya mereka segera mundur!
Selanjutnya, segumpal awan merah menutupi seluruh gang kecil itu, tapi, dalam gang yang kecil itu nampak sunyi senyap, tidak tertampak gerakan apa2.
Kauw Sam yang menyaksikan keadaan agak aneh itu lantas berkata dengan heran: "Eh! apakah bocah itu sudah kabur"''
Ia segera lompat ke dalam gang itu. Ia tahu benar bahwa gang itu merupakan satu gang mati. Orang yang masuk kesitu, kecuali lompat naik ke atas genting, sudah tiada jalan lain untuk meloloskan diri. Tapi, setelah ia berada di dalam gang, ternyata sudah kosong, tiada kelihatan satupun bayangan manusia. Ini benar2 sangat mengherankan, hingga Kauw Sam yang terkenal banyak akalnya, cuma bisa berdiri tertegun, tidak bisa berbuat apa2.
Tidak antara lama, Thian-cao dan Pak-kek juga tiba di situ. Kauw Sam segera berkata kepada mereka: "Kalian 343
berdua lekas pimpin anak buah kalian, mengejar bocah itu secara berpencaran. Ada aku di sini, malam ini kalau betul2
bocah itu bisa lolos, dimana kita harus taruh mukaku?"
Thian-cao dan Pak-kek juga mengerti bahwa perkara ini ada hebat, maka ia lantas terima baik perintah itu.
Malam itu, semua orang Hong-lui-po dikerahkan untuk mencari Lim Tiang Hong. Thian-cao dan Pak-kek bahkan mengadakan penyelidikan sampai sejarak seratus lie di sekitar Hong-lui-po, tapi semuanya tiada berhasil menemukan jejak anak muda itu.
Mari kita balik kepada Lim Tiang Hong. Anak muda itu setiba digang kecil, benar saja segera dapat lihat orang tua aneh itu berdiri disana. Ketika ia tiba di tempat itu, segera disusul oleh Kauw Sam, tapi yang tersebut belakangan ini telah dipukul mundur oleh si orang tua dengan tangan kosong yang mengeluarkan hembusan angin hebat. Setelah orang she Kauw itu terpukul mundur, Thian-cao dan Pak-kek lantas tiba, tapi juga dipukul mundur oleh orang tua itu semuanya. Setelah itu, orang tua itu lantas menarik tangan Lim Tiang Hong, berjalan keujung gang. Dengan sangat pelahan ia mengetok tembok, kemudian terdengar suara berkeresekan, lalu terbukalah sebuah lubang gua.
Orang tua itu masuk lebih dulu, lantas diikuti oleh Lim Tiang Hong. Setelah berada di dalam gua, orang tua itu tangannya menekan dinding, gua itu tertutup lagi seperti semula.
Dalam gua itu ternyata ada jalanan berliku yang sangat panjang, setelah melalui jalanan yang panjang itu, tibalah mereka ke sebuah kamar rahasia.
Orang tua itu mendadak ketawa terbahak-bahak dan berkata kepada diri sendiri: "Jika jalanan rahasia ini 344
diketahui oleh mereka, kita terpaksa main kucing2an dengan mereka"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Mengapa kau tidak dengar kata" Kau harus tahu bahwa kekuatan Hong-lui-po sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan!''
Lim Tiang Hong cuma tertawa menyeringai, tapi tidak menjawab.
Kemudian orang tua itu berkata pula dengan sikap sungguh2: "Menurut apa yang lohu tahu, perkara ini sudah memuncak terlalu hebat. Besok pagi apabila tidak dapat penyelesaian sebaik-baiknya pertempuran hebat dan penumpahan darah di Hong-lui-po kali ini, akan merupakan suatu peristiwa yang amat berkesan. Aih! hal ini benar-benar membikin sulit aku si orang tua".
Melihat sikapnya orang tua itu, Lim Tiang Hong menanya dengan perasaan heran: "Apakah akan lebih hebat dari apa yang kita bayangkan?"
Orang tua itu hanya menghela napas panjang ia tidak menjawab. Nyata pikirannya pada saat itu sudah terlalu kabur. Setelah berdiam sekian lama, ia baru berkata:
"Tentang dirimu, lohu sudah tahu. Dalam pertemuan besok pagi, sikap dan tindakkanmu akan membawa akibat yang menentukan. Harap kau suka ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berbuatlah sekuat tenaga untuk menghindarkan penumpahan darah ini".
"Aku yang rendah cuma merupakan seorang tidak
berarti dari tingkatan muda, dimana ada itu tenaga untuk mempengaruhi semua partai rimba persilatan?"
"Tidak usah kau ber-pura2 di depanku. Ambillah barang dalam botol kecil ini. Besok kau berikan kepada semua 345
orang yang turut dalam pertemuan, supaya mereka tidak sampai dibikin mabok oleh kekuatannya obat 'Ngo-pou-bie-hun-cian-jit-cui' Dengan demikian hingga membuat keadaan akan berubah menjadi agak baik!"
Lim Tiang Hong menyambuti botol kecil itu, botol mana ternyata terisi penuh obat pil warna hijau.
Pada saat itu, orang tua itu se-olah2 tiada kejadian apa2.
Ia duduk bersila, kemudian menyuruh Lim Tiang Hong beristirahat.
^dw^kz^ Bab 59 AWAN tebal menutupi matahari, sehingga membuat cuaca gelap. Angin utara meniup kencang, membual pasir berterbangan ditengah udara, disepanjang gurun pasir Gobi, ada serombongan orang kang-ouw, dengan menempuh hawa udara seburuk itu, melakukan perjalanan ke barat.
Rombongan terdepan, terdiri dari kaum paderi yang masing2 membawa senjata golok dan sekop, rombongan itu dipimpin oieh seorang paderi tinggi besar, semuanya menunggang kuda.
Paderi tua yang tinggi besar itu berjalan sembari memperhatikan keadaan di sekitarnya. Mungkin ia mengharapkan bisa menemukan seseorang penduduk pribumi, supaya diminta keterangan tentang jalan yang hendak di tuju. Tapi, dalam keadaan seburuk itu, di mana ada orang berjalan"
Pada saat itu, dari jurusan lain kembali tertampak serombongan orang kang-ouw. Orang2 dalam rombongan 346
ini nampaknya terdiri dari pelbagai golongan, karena dandanan mereka berbeda satu sama lain. Ada yang berdandanan seperti imam, ada yang berdandan pelajar, ada yang seperti Kongcu, ada pula yang seperti orang sudah lama mengasingkan diri dari dunia luar.
Rombongan ini ketika menampak rombongan paderi, dari jauh mereka sudah memberi hormat seraya berkata:
"Taysu memerlukan melakukan perjalanan begitu jauh, apakah juga hendak memenuhi undangan Hong-lui-po?"
Paderi tua tinggi besar itu setelah memuji nama Buddha lantas menjawab: "Benar".
Paderi tua ini bukan lain daripada ketua ciangbunjin yang baru dari partai Siauw-lim-pay, Pek-lap Siansu.
Rombongan yang baru datang itu adalah orang dari enam partai golongan Hian-bun. Diantara rombongan orang2 itu terdapat ketua Heng-san-pay, Heng-san Gak-siu. Orang2
tingkat tua dari golongan Kun-lun-pay, yang cuma tinggal satu2nya, Yu-liong-cu orang dari tingkatan muda partai Khong-tong-pay. Thie-kiam, Sie-seng, pendekar wanita dari partai Ngo-bie-pay, Hian-ie lie-hiap Oh Bie Cu dan Pek-ho Totiang dari partai Bu-tong-pay, serta lain2nya.
Heng-san Gak siu kedut kudanya maju ke depan dan berkata: "Apakah Taysu sudah mencari keterangan, Hong-lui-po itu sebenanya berada di mana"''
"Tentang ini Lolap sendiri juga belum tahu. Tapi menurut pandangan Lolap, Hong-lui po yang sudah mengundang semua partai persilatan untuk mengadakan pertemuan, tentunya akan ada orang yang datang menyambut. Kalau tidak, dalam daerah yang demikian luas, kemana kita harus mencarinya?"
347 "Ucapan Taysu memang benar!" berkata Pek-ho
Totiang. Mendadak terdengar suaranya Yu-liong-cu sambil menuding kedepan: "Baru kita bicarakan Co-cho, ternyata ia sudah datang. Orang2 Hong-lui-po yang hendak menyambut kita, itulah dia sudah datang.''
Benar saja, diantara mengebulnya pasir, tertampak empat laki2 berpakaian kulit warna merah datang menuju ke arah mereka. Begitu tiba di depan orang banyak, orang2
Hong-lui-po itu lantas menahan kuda mereka, setelah memberi hormat mereka itu lantas berkata: "Tuan2 tentunya adalah tamu2 dari daerah Tionggoan, kita sekalian telah mendapat perintah untuk menjemput tuan2 sekalian".
Yu-liong-cu lantas menjawab: "Silahkan kalian jalan di muka sebagai petunjuk jalan!"
Empat laki2 itu menurut, dan mengajak para tetamunya mengikuti mereka.
Pek-lap Siansu dan kawan2nya mengikuti empat orang itu menempuh pasir hebat berjalan melalui gurun pasir yang luas itu, akhirnya tibalah mereka di depan benteng Hong-lui-po.
Didepan pintu saat itu ada berdiri seorang tua mulut monyong dengan dandanannya baju panjang warna abu2, di kedua sisinya orang tua itu ada berdiri Lam-tao, Pak-kek dan Thian-cao tiga Suncu.
Pek-lap Siansu dan kawan2nya mengira bahwa orang tua itu ada!ah Pocu dari Hong-lui-po, maka mereka segera turun dari tunggangannya sambil jalan kaki menghampiri, sedang orang tua baju panjang itu dari jauh sudah mengangkat tangan memberi hormat serta berkata: "Aku yang rendah adalah Kouw Sam, atas nama dan sebagai 348
Wakil Pocu, dengan ini menyambut kedatangan tuan2
sekalian, silahkan masuk!"
Kedudukan Yu-liong-cu di dunia rimba persilatan sangat tinggi, dibanding dengan Pek-lap Siansu atau Heng-san Cek-siu, masih tinggi setingkat.
Ketika melihat keadaan itu lantas ketawa dingin, kemudian berkata kepada Pek-lap Siansu: "Hm! baru menjadi Pocu saja, sudah begitu jumawa".
Pek-lap Siansu sebagai orang beribadat tinggi
menganggap sepi saja kejadian itu. Ia menyambut sambil ketawa hambar: "Tunggu saja di dalam, kita nanti akan lihat, apa sebetulnya yang mereka hendak lakukan?"
Rombongan orang itu landas memasuki benteng,
berjalan menuju keloteng genteng merah. Sepanjang jalan Pek-lap Siansu memperhatikan bangunan itu. tidak ubahnya sebagai satu bangunan kelenteng besar, tapi bentuk bangunannya agak aneh dan agak berbeda dengan
kelenteng biasa. Selain daripada itu, masih ada satu hal lagi yang sangat aneh. Dalam bangunan yang begitu besar, ternyata jarang bertemu dengan orang. Hawa udara di daerah barat yang sangat dingin, ditambah lagi dengan buruknya cuaca, memang sudah cukup untuk menimbulkan kesan suram.
Apalagi setelah memasuki benteng yang begitu besar tapi tidak tertampak jejak manusia, semakin menimbulkan rasa seram.
Meskipun orang2 itu masing2 ada mempunyai
kepandaian tinggi, tapi dalam hati tidak urung masih merasa kurang tenang!
349 Heng-sau Gak-siu coba sedapat mungkin hendak berlaku tenang ia batuk2 kecil, kemudian berpaling mengawasi Pek-lap Siansu.
Dengan satu tangan ditaruh depan dada dan sikap keren, seolah olah tidak mau tahu keadaan di depan matanya itu.
Sedang Yu-liong-cu nampak menggendong kedua
tangannya ke belakang, kepalanya ke atas, sikapnya sangat jumawa.
Hanya Pek-ho Totiang yang nampak agak tenang.
Wajahnya masih bisa bersenyum, tapi tiada seorangpun yang buka mulut. Beberapa orang penting satu sama lain tetap membungkam, begitu pula bagi yang lainnya, sudah tentu tidak berani membuka mulut.
Dengan cepat rombongan orang itu sudah tiba depan loteng tinggi besar itu.
Suara orang tertawa terbahak bahak mendadak
memecahkan suasana yang seram itu. Seorang pertengahan umur dengan dandanannya yang sangat perlente, dengan diiring oleh empat wanita muda Wie-ngo, berdiri di pintu loteng.
Sambil ketawa orang itu berkata: "Tamu2 yang mulia dari jauh telah memerlukan datang ke barat. Bo-yong Pek yang tidak dapat menyambut secara selayaknya,
sesungguhnya tidak pantas, maka dengan ini mohon dimaafkan".
Yu-liong-cu perdengarkan suara dihidung, sedang Pek-lap Siansu lantas menjawab sambil rangkapkan kedua tangannya: "Siecu tentunya adalah Pocu Hong-lui-po.
Sudah lama Lolap mendengar nama besar siecu, dalam hatipun merasa sangat kagum".
350 Bo-yong Pek lantas menyabut sambil membalas hormat:
"Tuan2 sudah melakukan perjalanan begitu jauh, tentunya sudah sangat letih, silahkan masuk untuk minum teh".
Rombongan tetamu itu setelah berada dalam ruangan, oleh empat wanita muda tadi disuguhi teh keluaran daerah barat. Dalam ruangan tetamu yang mewah itu, ternyata tidak kelihatan satupun pelayan yang lazimnya banyak terdapat dalam keluarga besar atau hartawan.
Pada saat selanjutnya, dari luar mulai masuk tetamu2
yang datang untuk memenuhi undangan tuan rumah, jumlahnya lebih dari seratus orang. Mereka itu semuanya merupakan orang2 terkenal dalam dunia Kangouw, maka boleh dikatakan, dalam waktu sesingkat itu sudah berkumpul hampir semuanya orang2 terkuat rimba persilatan dari daerah Tionggoan.
Tuan rumah Bo-yong Pek mendadak berbangkit dari tempat duduknya, dengan suara lantang ia lalu berkata:
"Sudah lama aku Bo-yong Pek mengagumi ilmu silat daerah Tionggoan yang sangat tinggi itu. Kalau tidak salah, masing2 partai persilatan ada mempunyai kepandaian khusus sendiri2. Sangat menyesal sekali Bo-yong Pek tidak dapat mengunjungi setiap partai untuk belajar kenal, maka hari ini atas kunjungan tuan2 di sini, Bo-yong Pek dengan kepandaiannya yang tidak berarti, ingin belajar sedikit kepandaian tuan2".
Ia berhenti sejenak, kemudian berkata pula: "Cuma, tuan2 yang datang pada hari ini, jumlahnya mungkin lebih dari seratus orang hingga aku yang rendah tidak sanggup melayaninya satu persatu, terpaksa minta tuan2 ajukan tiga orang yang berkepandaian paling tinggi. Aku yang rendah nanti akan melayani setiap orang sepuluh jurus, jika dalam 351
sepuluh jurus mereka itu dapat mempertahankan
kedudukannya, aku yang rendah akan mengaku kalah".
Tuan rumah itu setelah mengutarakan maksudnya, dalam ruangan itu lantas menjadi ramai. Karena orang2 itu merupakan orang2 pilihan dari pelbagai partai persilatan.
Siapapun tidak ada yang mau tunduk terhadap yang lainnya, hampir semuanya anggap dirinya yang paling kuat.
Tapi setelah mendengar perkataan tuan rumah, tiada satupun yang berani ajukan diri sebagai penantang, karena hal itu ada menyangkut bangun atau runtuhnya nama baik rimba persilatan daerah Tionggoan. Siapakah yang berani maju menjadi wakil mereka"
Mendadak Yu-liong-cu keluar dari tempat duduknya, dengan suara keras ia berkata: "Nanti dulu! enam partai golongan Hian-bun masih ada sesuatu hal hendak minta keterangan tuan. Aku hendak tanya padamu, enam partai golongan Hian-bun dengan Hong-lui-po tidak mempunyai permusuhan apa2, mengapa kau kirim orang diwaktu tengah malam buta menyerang Heng-san-pay dan
merampas panji persekutuan" Hari ini jika kau tidak mau memberi penjelasan, maka orang2 dari enam partai, tidak nanti akan tinggal diam begitu saja".
Bo-yong Pek goyang2kan kepalanya. Dengan sinar mata dingin ia mengawasi Yu-liong-cu sejenak, lalu berkata:
"Soal ini sangat mudah sekali. Asal dapat menangkan aku yang rendah, panji persekutuan itu pasti akan aku kembalikan padamu".
Enam partai golongan Hian-bun, dalam rimba persilatan namanya cukup terkenal. Kini panji persekutuan mereka yang dianggap sebagai benda pusaka, telah dirampas orang, ini saja sudah merupakan suatu penghinaan besar dan laki2
setengah umur itu kini dengan secara tidak pandang mata 352
menjawab dengan perkataan sangat jumawa, sudah tentu membuat Yu-liong-cu yang memang beradat berangasan tidak dapat menarik diri begitu saja. Maka ia lantas dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak.
Setelah itu ia baru berkata pula: "Bagus, bagus, karena ada perkataanmu ini, pinto sudah tentu mempunyai kepandaian untuk menghadapi kau".
Ia lantas maju dua tindak, dan berkata sambil gapaikan tangannya: "Mari. Pinto ingin belajar kenal dulu dengan kepandaianmu".
Tantangan Yu liong-cu itu, telah membuat suasana menjadi panas. Orang2 enam partai golongan Hian-bun, semua pada berdiri mengerubung maju ke depan. Sedang orang2 kang-ouw lainnya, lantas ramai memperbincangkan soal itu. Ada yang kata bahwa Hong-lui Pocu itu terlalu jumawa, ada pula yang kata bahwa Pocu itu sudah berani membuka mulut besar, sudah tentu mempunyai kepandaian cukup tinggi.
Diantara demikian banyak orang, hanya Pek-lap Siansu dari Siauw-lim-pay yang nampaknya tetap tenang. Dengan kepala dingin ia menganalisa perkataan Pocu tadi. Ia anggap bahwa pocu itu dengan secara besar2an telah mengundang orang2 kang-ouw pelbagai partai untuk datang ke barat, apa maksudnya hanya hendak bertanding dengan tiga orang saja" Rasanya tidak mungkin. Dalam hal ini pasti ada mengandung maksud atau rencana keji.
Dan kedatangannya sendiri kali ini, maksudnya hanya hendak menyelidiki dirinya Pek-tok Hui-mo yang sudah mencuri kitab Tat-mo-keng dan hendak diminta kembali dari tangannya. Sebisa-bisa hendak menghindarkan diri jangan sampai kebentrok langsung dengan Hong-lui-po.
353 Maka terhadap sikap ketus dari Yu-liong-cu, ia merasa tidak setuju. Karena itu, ia tetap tenang duduk di tempatnya.
Orang2 enam partai golongan Hian-bun nampaknya sudah bertekad hendak merebut kembali panji
persekutuannya, tidak perduli apapun yang akan terjadi.
Pada saat demikian itulah mendadadak seorang muda dengan dandanannya bangsa Wie, diam2 nyelundup di antara orang banyak, lalu menghampiri Pek-lap Siansu dan memberikan padanya satu bungkusan kecil, kemudian menghilang lagi.
Tatkala Pek-lap Siansu membuka bungkusan itu, di dalamnya terisi sepotong surat bersama sebotol pil warna hijau. Surat itu berbunyi seperti berikut:
"Hong-lui-po mungkin ada mengandung maksud jahat, harap Taysu bertindak hati2. Pil dalam botol ini dapat digunakan untuk mencegah semacam asap beracun yang tidak dapat dilawan dengan kekuatan tenaga manusia. Kalau hal itu nanti benar2
telah terjadi, harap bagikan kepada semua kawan2. Pada saat ini boanpwe masih perlu mencari jejaknya Pek-tok Hui-mo".
Pada akhir surat terdapat dua huruf "TO-LIONG".
"Oh! kiranya Lim Tayhiap juga sudah datang!"
demikian Pek-lap berseru sendiri setelah membaca surat itu, sementara itu hatinya lantas merasa lega.
Pada saat itu, Yu-liong-cu sudah mendesak lawannya dengan sikapnya yang galak, tapi Hong-lui Pocu sebaliknya dengan sikap dingin ia berkata: "Tuan tidak perlu ter-gesa2, sudah datang ke Hong-lui-po, sudah tentu kau nanti akan mendapat kepuasan. Bo-yong Pek masih tetap dengan perkataannya tadi, harap kalian suka ajukan tiga orang wakil".
354 Meski Yu-liong-cu sudah hampir tidak bisa kendalikan kemarahannya. Tapi dengan seorang yang mempunyai kedudukan tinggi seperti dirinya, sudah tentu tidak boleh turun tangan terhadap orang yang duduk tidak bergerak.
Maka ia lantas balikkan tubuhnya dan berkata kepada orang banyak: "Pinto sebagai orang yang tertua, ingin memelopori saudara2, untuk belajar kenal dengan kepandaian Pocu. Dua wakil yang lainnya, pinto anggap, Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang adalah orang2 yang paling tepat."
Di dalam rimba persilatan, Pek-ho Totiang mempunyai kedudukan baik, sedang Pek-lap Siansu sebagai
Ciangbunjin Siauwlim-pay, yang umumnya dianggap sebagai pemimpin partai persilatan daerah Tionggoan, sudah tentu tidak perlu diragukan lagi kepandaiannya.
Maka begitu nama mereka disebut oleh Yu-liong-cu, segera mendapat sambutan hangat dari semua hadirin.
Di bawah tepuk tangan riuh, Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang berjalan keluar dan berdiri berendeng dengan Yu-liong-cu.
Bo-yong Pek bangun dari tempat duduknya, setelah berhadapan dengan mereka, lalu menanya: "Kalian bertiga yang hendak mewakili mereka" Bertanding secara satu lawan satu, atau kalian bertiga maju berbareng?"
"Jangan sombong. Dengan kekuatan seorang saja, belum tentu kau sanggup melawan!" jawabnya Yu-liong-cu yang tidak kalah sombongnya.
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang: "Harap jiwie bantu jaga2. Pinto akan mencoba dulu kepandaiannya bocah ini!"
355 Dengan tanpa menunggu jawaban lagi, kembali ia maju dua tindak, hingga Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang terpaksa mundur.
Ruangan tamu itu ternyata luas sekali. Meski sudah diisi oleh seratus lebih tetamu, ternyata masih ada tempat cukup luas untuk tempat pertandingan.
Bo-yong Pek dan Yu-liong-cu berjalan menuju ke tengah-tengah ruangan. Bo-yong Pek masih tetap dengan slkapnya yang angkuh, dingin dan jumawa, sama sekali ia tidak pandang mata Yu-liong-cu. Tidak demikian halnya dengan Yu-liong-cu. Orang tua dari partai Kun-lun-pay ini, karena menganggap dirinya sebagai orang tertua di antara tetamu yang datang, kini setelah ajukan diri sebagai wakil mereka. Jiika sampai kalah, bukan saja akan mempengaruhi nama baiknya Kun-lun-pay, tapi juga akan membikin malu semua partai persilatan daerah Tionggoan. Maka meski di luarnya nampak galak, tapi dalam hatinya sangat tegang.
Pek lap Siansu dan Pek-ho Totiang sebagai ketua partai persilatan besar, sudah tentu mempunyai kecerdasan yang melebihi manusia biasa. Ketika mereka melihat keadaan dalam kalangan, orang Hong-lui-po kecuali Bo-yong Pek, cuma terdapat empat wanita Wie-ngo yang masing2 ada membawa pedang, maka dalam hati mereka diam2 merasa heran. Keadaan demikian dipandangnya sebagai snatu kejadian yang sangat langka, Hong-lui-po ada mempunyai banyak orang kuat, mengapa dalam pertemuan dengan orang2 kuat rimba persilatan ini banya pocunya seorang sa-ja yang keluar"
Andaikata semua orang itu mendadak mengeroyok
pocunya, bagaimana" Menurut kabar, Hong-lui-po ada banyak mengumpulkan orang2 kuat dari daerah Tionggoan, mengapa tiada satupun yang turut unjukkan diri"
356 Selagi dua orang itu memikirkan soal itu, Yu-liong-cu sudah bergerak melancarkan serangannya terhadap Bo-yong Pek, maka ia lantas tujukan perhatiannya kepada mereka.
Meski Yu-liong-cu sudah mempunyai latihan lebih dari limapuluh tahun, tapi ia turun tangan masih sangat hati2. Ia ingin mencoba dulu kekuatan lawanya. Setelah itu lalu melanjutkan serangannya dengan gerakan tipunya yang paling ampuh 'Thian-yan Sam-sek', dalam serangannya itu ada mengandung kekuatan hawa dan kekuatan tenaga dalam golongan Hian-bun yang sangat hebat, bahkan serangannya itu di tujukan ke arah lima jalan darah penting daiam badan lawannya. Tidak heran kalau gerakannya itu mendapat sambutan tepuk tangan riuh dari para hadirin.
Bo-yong Pek yang merasakan serangan sangat hebat itu, sedikitpun tidak gugup atau jerih. Malah dibibirnya tersungging senyuman menghina, kemudian ia pentang kipasnya dan dikibaskan untuk menyambuti serangan tersebut. Sungguh hebat gerakan itu. Serangan Yu-liong-cu yang begitu hebat dalam waktu sekejap telah tersapu bersih.
Kemudian kipasnya meluncur dan menotok jalan darah
'Ciok-tia-hiat' dengan kecepatan bagaikan kilat.
Mau tidak mau, Yu-!ioag-cu terpaksa menarik kembali serangannya dan mundur ke belakang tapi kekuatan serangannya tadi tidak berhenti cuma sampai disitu saja.
Meski orangnya sudah mundur, serangannya masih tatap menyusul secara ber-tubi2.
Bo-yong Pek yang mempunyai kepandaian luar biasa dari daerah barat, kipasnya nampak terbuka dan tertutup.
Kakinya melesat ke sana kemari, menghadapi serangan hebat dari lawannya, tapi ia tidak balas menyerang.
Dalam waktu sekejap saja, Yu-liong-cu sudah
melancarkan serangannya itu hingga sembilan jurus.
357 Mendadak kedua tangannya dirangkapkan, dan digunakan untuk menggempur lawarnya.
Diantara derunya suara dan gelombang angin tertampak berkelebatannya bayangan orang. Yu-liong-cu mendadak menggeram hebat, kemudian ter-huyung2 mundur sampai delapan kaki. Jenggotnya yang panjang nampak ber-gerak2, badannya sempoyongan.
Pek-lap Siansu segera memburu dan membimbing
padanya seraya menanya: "Locianpwee, bagaimana, apa terluka?"
Yu-liong-cu menyemburkan darah segar, kemudian sambil berdiri tegak ia menjawab: "Pinto masih sanggup bertahan".
Bo-yong Pek kibas2kan kipasnya, sambil ketawa dingin ia menanya: "Masih ada dua lagi pertandingan, siapa yang akan maju?"
Pek-ho Totiang dengan suara pelahan berkata kepada Pek-lap: "Biarlah pinto yang rnencoba dulu".
Pek-lap Siansu lepaskan tangannya yang memegang Yu-liong-cu dan berkata: "Lebih baik lolap yang maju dulu!"
Dua orang itu stlagi berebut siapa yang harus maju lebih dulu. Mendadak.... Dari jauh terdengar suara jeritan ngeri, kemudian disusul oleh suara tiupan nafiri (semacam terompet dari tanduk).
Bo-yong Pek yang mendengar suara itu, mendadak wajahnya berubah. Setelah itu lalu lompat melesat melalui lubang jendela, hingga sebentar saja telah menghilang dari depan mata orang banyak.
Empat wanita muda itu rupanya tidak mau ketinggalan dari samping cukongnya. Dengan cepat mereka juga 358
menelad perbuatan cukongnya, hingga dalam ruangan tetamu itu kini cuma tingga! tetamunya saja, tiada tuan rumahnya.
Semua tetamu merasa ter-heran2 atas semua kejadian itu, mereka tidak habis mengerti, mengapa tuan rumah mendadak meninggalkan mereka begitu saja"
Pada saat itu, dari empat penjuru ruangan yang luas itu, mendadak timbul kabut tipis warna merah dadu. Dalam waktu sekejap saja, kabut itu sudah memenuhi seluruh ruangan. Semua orang cuma merasakan dapat
menghembus bau arak yang sangat harum. Diantara tetamu itu, ada banyak yang gemar minuman arak, orang2 itu ketika coba menyedot dalam2, mendadak kepalanya dirasakan pusing, dan akhirnya jatuh rubuh di tanah.
Keadaan lantas menjadi kalut, banyak orang mencoba lari hendak keluar dari ruangan, begitupun daun jendelanya, entah sejak kapan sudah tertutup rapat. Saat itu, kabut dan bau harum itu nampak semakin tebal, korban yang jatuh juga makin banyak.
Semua ini menunjukkan bahwa dalam kabut itu ada mengandung semacam racun atau obat mabok yang luar biasa. Pek-lap Siansu segera ingat pesan dalam surat yang ia terima dari satu anak muda berpakaian bangsa Wie, maka ia lantas berseru dengan suara lantang. "Tuan2 harap lekas tutup jalan pernapasan masing2 lolap ada membawa obat pemunah racun yang sangat jahat ini".
Ia lalu keluarkan botol kecil yang diberikan oleh pemuda berpakaian bangsa Wie itu. Ia keluarkan sebutir dan dimasukkan ke dalam mulut Yu-liongcu, pil itu lalu diberikan setiap orang sebutir.
359 Tapi, kabut tipis warna merah dadu itu nampak semakin tebal, makin tebal....
Kita balik kepada Bo-yong Pek, itu pocu dari Hong-lui-po. Kali ini ia mengundang seluruh orang kuat dari belbagai partai persilatan daerah Tionggoan, sesungguhnya memang ada mengandung maksud tertentu. Katanya hendak melakukan pertandingan persahabatan, tapi sebetulnya hendak menjajaki ilmu silat daerah Tionggoan, apakah betul ada lebih tinggi dari pada ilmu silat daerah barat dan diantara partai persilatan itu, apakah ada orang kuat yang paling menonjol.
Dalam pertemuan itu direncanakan suatu rencana keji, untuk membasmi orang2 kuat itu. Setelah orang2 yang terkuat terbasmi, lalu ia akan menggunakan pengaruhnya panji perserikatan enam partai golongan Hian-bun untuk menundukkan partai2 yang tergolong dalam golongan itu dan Pek-tok Hui-mo nanti akan memimpin orang Thian-cu-kauw menaklukan Siauw-lim-pay. Setelah dua aliran terkuat dari rimba persilatan daerah Tionggoan itu nanti ditundukkan, tindakan selanjutnya ialah memukul hancur satu persatu partai2 atau orang2 kuat yang tidak mau tunduk kepadanya. Dengan demikian, maka terlaksana impiannya yang hendak menguasai seluruh rimba
persilatan. Ia sebetulnya tidak akan terburu-buru menggunakan obat maboknya yang terampuh Ngo-pou-bie-hun-cian-jit-cui itu untuk menghadapi tetamunya. Tapi suara nafiri barusan, nyata adalah merupakan suatu tanda bahaya yang telah mengancam Hong-lui-po, maka menyimpang dari
rencananya yang semula, ia menggunakannya lebih dulu.
Ketika ia melesat keluar menuju ke arah nafiri tadi, benar saja segera dapat lihat Kauw Sam bersama Pak-kek, 360
Thian-cao dan lain2nya sedang bertempur dengan orang2
yang menyerbu Hong-lui-po. Orang2 ini ternyata terdiri dari pasukan campuran. Di sebelah kiri tertampak lima kawanan paderi, sedang di sebelah kanan terdiri dari delapan orang kang-ouw yang berdandan ringkas. Di atas pasir diluar benteng, ada menggeletak beberapa orang berpakaian kulit warna merah, yang sudah menjadi mayat.
Hong-lui-po yang selama ini menjagoi di daerah barat, inilah ada pertama kalinya diserang musuh dari luar, bahkan sudah ada beberapa orangnya yang jatuh binasa.
Bo-yong Pek yang menyaksikan kejadian demikian, seketika itu lantas naik pitam. Ia segera menghampiri orang2nya. Sambil perdengarkan suara di hidung ia berkata:
"Hong-lui-po mengundang semua orang dari partai persilatan daerah Tionggoan, datang ke barat, sebetulnya dengan maksud baik. Mengapa kalian dengan tanpa sebab melukai orang2ku. Apakah kalian anggap bahwa Hong-lui-po sudah tidak ada orang?".
Dari rombongan orang itu, seorang tua yang bermuka merah, dengan tangan membawa dua buah peluru besi, maju setindak dan berkata: "Lohu Cit-seng Hongcu Oey Pek To dari gunung Bu-san". Demikian orang tua itu perkenalkan diri, kemudian ia berkata pula sambil menunjuk seseorang paderi tua yang memakai jubah gedombrongan.
"Taysu ini adalah Ciangbunjin Ngo-tay-pay Khe-tek Taysu dan yang empat ini adalah empat tetua dari Ngo-tay-pay".
Selanjutnya ia berkata lagi dengan suara keras:
"Kedatangan kita hari ini, bukan untuk menghadiri pertemuan, melainkan hendak menagih utang".
361 Bo-yong Pek berubah wajahnya, sambil pentang
kipasnya ia ketawa terbahak bahak dan berkata: "Hutang uang bayar uang, hutang jiwa bayar jiwa. Entah bagaimana perhitungannya hutang itu?"
Dari belakangnya Cit-seng Hougcu mendadak
berkelebatnya satu wanita berpakaian merah. Dengan paras beringas ia menuding Bo-yong Pek dan membentak dengan suara keras: "Hutang darah bayar darah, nonamu hari ini hendak mencuci Hong-lui-po dengan darahmu!"
Bo-yong Pek kembali tertawa terbahak ba-ha, lantas berkata: "Kau benar2 besar omong....".
Setelah itu, ia rangkapkan kipasnya dan berdiri membelakangi si nona, tidak memperdulikan lagi.
Seperti apa yang telah diketahui, usaha dari dua belas Hongcu digunung Bu-san, dengan tanpa sebab telah dihancurkan oleh orang2nya Hong-lui-po. Dengan sakit hati ini, telah lama tersimpan dalam hati para Hongcu ini, maka kini setelah berhadapan dengan musuh besarnya, bagaimana mereka mau mengerti"
Wanita baju merah itu bukan lain daripada Sin-lie Hongcu yang kita sudah kenal dibagian muka. Begitu melihat sikap pocu jaug tidak pandang mata
rombongannya, dalam hati semakin gusar. Ia segera menghunus pedangnya, dengan tanpa banyak rewel lantas menikam.
Mendadak dari samping meluncur hembusan angin, lalu disusul oleh gerakan tangan Kauw Sam yang menyampok ujung pedang Sin-lie Hongcu.
Orang she Kauw itu lantas maju ke depan dan berkata dengan nada dingin: "Dengan kepandaian semacam ini, kau juga berani turun tangan terhadap pocu?"
362 Sin-lie Hongcu yang dirintangi maksudnya, lantas membentak dengan suara keras: "Kalau kau hendak talangi dia. Nah, sambutilah ini!"
Dengan secara kalap nona itu mencecer Kauw Sam dengan ujung pedangnya.
Meskipun Kauw Sam merupakan orang kuat nomor
satu yang hanya di bawah pocunya saja dalam Hong-lui-po, serta mempunyai bekalan ilmu caokhe yang sangat ampuh, tapi dicecar demikian rupa oleh Sin-lie Hongcu. terpaksa mundur sampai tiga tindak. Kemudian rambut dan jenggotnya sampai pada berdiri bahna gusarnya, rnaka ia segera balas menyerang sambi berseru: "Budak hina, kau cari mampus!"
Sin-lie Hongcu yang sedang kalap, telah terdorong mundur oleh kekuatan ilmu caokhe yang dilancarkan oleh Kauw Sam. Tapi oraug she Kauw itu ternyata tidak mau mendesak terus, malah berkata sambil ketawa dingin:
"Hanya kepandaian semacam ini, kau hendak mengganas di barat?"
Sin-lie Hongcu semakin kalap kembali menyerang dengan pedangnya. Tapi serangannya kali ini, kembali dirintangi oleh satu kekuatan lunak.
Khe-tek Taysu sudah berada di sampingnya, kemudian berkata kepada Bo-yong Pek sambil rangkapkan kedua tangannya. "Pocu, numpang tanya, apakah orang2 pelbagai partai dari Tionggoan sudah tiba di sini"''
"Mereka sudah lama tiba!"
"Bolehkah lolap menjumpai mereka?" Khe-tek taysu yang sangat cerdik, hatinya lantas timbul rasa curiga.
Orang2 dari daerah Tionggoan kalau benar sudah tiba, mengapa orang2 kuat Hong-lui-po pada berada di luar"
363 Bo-yong Pek mengawasi padanya sejenak, lalu
menjawab sambil ketawa dingin: "Dalam hidupmu ini jangan harap kau bisa berjumpa dengan mereka lagi!"
Khe-tek Taysu terperanjat. "O-Mie-To Hud, apakah mereka sudah binasa semuanya?"
Dari samping Kauw Sam nyeletuk: "Siapa yang berani masuk sembarangan ke benteng Hong-lui-po. akan dibunuh tanpa ampun!. Rombongan orang2 itu dengan kepandaian mereka yang tidak berarti, berani mati menguasai daerah Tionggoan. Kalau tidak diberi sedikit hajaran, nanti akan semakin congkak dan tidak pandang mata orang lain lagi".
Khe-tek Taysu menarik napas panjang amarahnya mulai timbul. Selagi hendak menegur lagi, Bo-yong Pek sudah berkata pula: "Kalian serombongan orang2 ini, juga jangan harap bisa pulang ke Tionggoan lagi. Ikutilah mereka, menjadi setan gelandangan di daerah gurun pasir ini!"
Ia buka kipasnya. Mulutnya mengeluarkan suara siulan nyaring dan panjang. Dari empat penjuru segera datang banyak orang2 Hong-lui-po yang semuanya mengenakan pakaian seragam kulit warna merah, hingga Cit-seng Hongcu dan lain2-nya terkurung rapat.
Khe-tek Taysu mengawasi orang2 berpakaian kulit itu, Ia mendapat kesan bahwa orang2 itu kelihatannya bukan orang2 bangsa tukang pukul biasa, maka diam2 hatinya lantas berpikir "Hong-lui-po sudah mengandung maksud jahat. Pertempuran hari ini, nampaknya akan menghadapi musuh yang terberat".
Tapi, ia dan Oey Pek To sama2 merupakan pemimpin partai persilatan. Walaupun harus korbankan jiwa, juga tidak akan mundur lagi. Maka ia lantas berkata: "Apakah ini caranya Hong-lui-po menyambut tetamunya?"
364 Bo-yong Pek tidak menyahut. Ia hanya ketawa dingin saja. Ia kibaskan kipasnya dengan pelahan, terdengarlah suara bentakan. Orang2 pakaian kulit mulai melakukan serangan dari berbagai jurusan.
Kauw Sam lebih dulu menyerbu Khe-tek Taysu, lalu disusul oleh Pak-kek dau Thian-cao kedua Suncu, dengan senjata masing2, menyerang empat orang dari Ngo-thay-pay, sedang Lam tao Suncu menerjang Cit-seng Hongcu.
Sesaat kemudian, terjadilah pertempuran mati2an, berlangsung di hadapan benteng kuno Hong-lui po.
Angin utara meniup dengan kencangnya, salju turun berterbangan.
Suara bentakan, suara jeritan, terdengar diantara menderuhnya angin kencang.
Tetesan darah seolah-olah bunga Bwee, berterbangan jatuh di atas salju yang putih meletak, tapi kemudian tertutup kembali oleh salju yang turun dari atas udara.
Empat angkatan tua dari Ngo-thay-pay dah duabelas Hongcu dari gunung Bu-san, meski masing2 mempunyai kepandaian tinggi, tapi kaanan manusia buas dari barat itu, juga merupakan tenaga pilihan dari Hong-lui-po. Apalagi jumlah orangnya ternyata jauh lebih banyak dari pada pihak tetamunya, sudah tentu lama kelamaan pihaknya Khe-tek Taysu dan kawan2nya mulai kewalahan.
Bo-yong Pek dengan tenang menyaksikan pertempuran itu dari luar kalangan. Ketika menyaksikan keadaan demikian lantas berseru: "Tahan!"
Kouw Sam dan lain2nya yang memimpin rombongan
orang2 itu lantas undurkan diri. Bo-yong Pek sambil goyang2kan kipasnya berkata kepada Khe tek Taysu dan 365
kawan2nya: "Sekarang kalian tentunya sudah tahu sendiri, betapa hebatnya kekuatan orang2 Hong-lui-po bukan" Kini hanya dua jalan untuk kalian pilih sendiri. Pertama mati, kedua menakluk. Sekarang kami berikan wattu beberapa detik buat kalian berpikir. Nanti setelah kami menggerakkan tindakan yang kedua, ini kalian barang kali juga dapat bayangkan sendiri, bagaimana akibatnya".
Serta merta Cit-seng Hongcu menjawab sambil ketawa panjang: "Satu laki2 lebih baik mati daripada dihina. Bo-yong Pek, kau jangan mengimpi di tengah hari! siapa yang akan binasa, masih belum dapat ditentukan!"
Khe-tek Taysu meski seorang beribadat, juga bisa naik darah ketika mendengar perkataan yang bersifat menghina itu.
Dengan alis berdiri ia berkata: "Karena nafsumu yang hendak menjagoi dunia kang-ouw, kau tidak segan melakukan pembunuhan besar2an. Aku kuatir impianmu yang muluk ini sebelum terbukti, kau sudah menemukan ajalmu. Saat itulah kau nanti baru merasa menyesal, tapi tentunya sudah terlambat".
Bo-yong Pek dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak "Sekalipun mulutmu dapat mengeluarkan bunga teratai, hari ini toh akan binasa digurun pasir".
Setelah berkata demikian, ia lalu perintahkan orang2nya sambil kibaskan kipasnya: "Turun tangan!"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Dari empat penjuru kembali terdengar suara bentakan riuh. Suatu serangan yang hebat, kembali telah dilancarkan.
Kali ini lebih hebat daripada yang pertama. Mereka menyerang bukan dengan tangan kosong saja, melainkan menggunakan rupa2 senjata.
366 Selagi pertempuran sedang berlangsung dengan
sengitnya, mendadak terdengar suara derap kaki kuda.
Bo-yong Pek nampaknya terkejut. Ia pasang mata, segera dapat lihat dari jauh ada enam ekor kuda lagi mendatangi.
Yang terdepan, penunggangnya ada seorang tua
berjenggot putih panjang, berpakaian sangat perlente. Di belakang ada seorang muda berparas tampan yang juga sangat perlente dandanannya. Sedang empat yang lainnya ada laki2 setengah tua. Satu diantaranya yang
berperawakan gemuk dan berpakaian warna kuning, yang nampak paling menyolok.
Setelah berada agak dekat, pemuda tampan itu lantas bedal kudanya ke medan pertempuran.
Pak-kek Suncu yang mengetahui itu lantas simpan payungnya dan maju menghampiri seraya menanya:
"Sahabat dari mana, berhenti dulu!"
Pemuda tampan itu mengawasi padanya sejenak dengan sorot mata dingin, tidak menjawab pertanyaannya. Ia masih tetap pasang mata ke arah medan pertempuran, ketika melihat Sin-lie Hongcu, ia lantas memanggil dengan suara nyaring: "Nona, apakah nona dapat lihat To-liong Kongcu, saudara Lim datang kemari?"
Sin-lie Hongcu yang sedang bertempur sengit, mendadak dengar orang memanggilnya. Ketika ia dongakan kepala, segera dapat lihat bahwa orang yang memanggil itu ternyata adalah Hong-gwat Kongcu, hingga hatinya merasa girang.
Ia tahu benar kemahirannya ilmu pedang kongcu itu, sehingga namanya sangat terkenal di dalam dan luar negeri.
Apalagi ia ada sahabat karibnya Lim Tiang Hong, melihat keadaan sendiri dalam bahaya, ia pasti akan turun tangan.
367 Maka ia lantas menyahut: "Menyesal sekali siauwmoay tidak lihat padanya".
Pak-kek Suncu yang tidak dihiraukan pertanyaannya Hong-gwat Kongcu, sebaliknya menanya Sin-lie Hongcu yang sedang terkurung oleh orang2nya, seketika lantas menjadi panas, dengan senjata payungnya ia menyerang kongcu kita.
Mendadak terdengar suara bentakan keras, si gemuk baju kuning yang menyusul belakangan, mendadak lompat dari atas kudanya. Dengan serangan tangan kosong yang dilancarkan dari jarak jauh, ia menggempur kepala Pak-kek Suncu.
Jika Pak-kek Suncu tidak menarik kembali serangannya, sudah pasti akan terluka oleh serangan si gemuk itu.
Terpaksa ia geser kakinya, dan tarik kembali serangannya.
Pada saat itu, orang tua jenggot panjang putih itu juga sudah tiba. Dengan matanya yang tajam ia menyapu medan pertempuran itu sejenak, segera mengetahui apa yang telah terjadi. Mendadak ia berkata dengan suara keras.: "Siapa adanya Hong-lui Pocu" Harap suka unjukkan diri untuk berbicara dengan lohu".
Dari sikap dan tindak-tanduk orang2 itu, Bo-yong Pek sudah dapat menduga bahwa rombongan orang yang baru tiba ini nampaknya lebih sulit dihadapinya daripada rombongan yang pertama. Tapi ia tidak takut.
Dengan sikap masih tetap tenang ia maju ke depan dan berkata: "Aku yang rendah Bo-yong Pek Pocu benteng Hong-lui-po ini. Tuan dari golongan mana" Dan ada keperluan apa datang kemari?"
"Lohu Tho-hoa Tocu, karena mendengar kabar bahwa Hong-lui-po hendak menguasai rimba persilatan daerah 368
Tionggoan, maka lohu sengaja datang kemari untuk belajar kenal dengan kepandaian ilmu silat daerah barat"
Kemudian ia kerutkan keningnya dan berkata pula sambil menunjuk ke medan pertempuran: "Main keroyok untuk mencari kemenangan bukan caranya orang
bertanding mengadu kepandaian, melainkan melakukan pembunuhan dengan disengaja. lohu sangat mual melibat perbuatan ini, harap suruh mereka berhenti!"
Bo-yong Pek yang mengetahui bahwa dipihak sendiri sudah hampir merebut kemenangan, mendengar perkataan itu dalam hatinya lantas berpikir "orang2 itu sudah mendekati ajalnya, bagaimana aku dapat perintahkan berhenti hanya sepatah perkataannya orang tua ini" Tho-hoa Tocu meski kesohor nama dan kepandaiannya tapi hanya beberapa gelintir itu saja, apa gunanya?"
Karena berpikir demikian, maka ia lantas menjawab sambil angkat tangan memberi hormat: "Kiranya Tho-hoa Tocu yang berkunjung. Di sini bukan tempatnya untuk menyambut tetamu, mari kita masuk ke dalam untuk bere-mong-omong."
Tho-hoa Tocu ada seorang pintar. Barusan melihat padanya berpikir dan kemudian baru menjawab, sudah tahu kalau pocu ini ada mengandung maksud tidak baik, maka dengan masih tetap bersikap dingin ia berkata "Tidak perlu begitu merendahkan diri. Lohu masih tetap dengan permintaanku tadi, lekas suruh mereka berhenti bertempur"
"Rombongan orang2 itu sudah melanggar peraturan Hong-lui-po, dosa mereka itu sudah tidak dapat diampuni lagi"
369 "Mereka nyata2 ada orang2 rimba persilatan daerah Tionggoan, mengapa harus terikat oleh peraturan Hong-lui-po" Hal ini lohu benar tidak mengerti".
Pak-kek Suncu mendadak nyeletuk dari samping: "Siapa yang hendak menyerbu Hong-lui-po, harus dibunuh mati, tidak ada ampunnya lagi, bagi siapa saja tidak ada kecualinya".
Tho-hoa Tocu mendadak menjadi sengit, bentaknya dengan keras: "Kau macam apa, berani turut campur mulut?"
"Pak-kek Suncu dari Hong-lui-po adalah aku ini.
Apakah Tocu anggap bahwa aku sudah tidak ada harganya buat menerima pelajaranmu"
"Satu perajurit yang tiada nama, juga berani
bertingkah!" berkata Tho-hoa Tocu sambil ketawa terbahak-bahak.
Lalu ia kebutkan lengan bajunya. Dari mana kekuatan tenaga dalam yang tidak terwujud, meluncur keluar dengan hebatnya.
Pak-kek Suncu gelagapan, dengan susah payah ia baru berhasil tidak rubuh, tapi tidak urung sudah terpental mundur sampai tiga tindak. Hal ini membuat ia menjadi kalap, sambil putar payungnya, ia lompat maju.
Mendadak terdengar suara bentakan Bo-yong Pek:
"Kepandaian Tho-hoa Tocu sudah kesohor ke mana-mana, kau bukan tandingannya, lekas mundur!"
Kemudian ia berkata kepada Tho-hoa Tocu sambil ketawa dingin: "Ada sahabat dari tempat jauh, sudah selayaknya kita sambut secara hormat"
370 Setelah itu ia berkata pula kepada Pak-kek Suncu, "Kau lekas balik dan beritahukan kepada mereka, supaya siap menyambut tetamu".
Perkataan yang terakhir ia ucapkan dengan nada panjang.
Pak-kek Suncu sudah mengerti maksudnya, maka ia lantas menjawab "Baik!" dan lantas balik ke benteng.
Pertempuran antara rombongan Khe- tek Taysu dan orang2 Hong-lui-po, masih berlangsung dan kini sudah mencapai kebabak yang menentukan. Khe-tek Taysu yang berhadapan dengan Kauw Sam, meski kepandaiannya dari golongan Buddha sudah mempunyai latihan lebih dari lima puluh tahun, tapi Kauw Sam yang mempunyai kepandaian dan kekebalan, terutama ilmu pukulan tangannya yang mendapat warisan dari golongan Hian-bun kerajaan Cheng, sesunggguhnya merupakan satu lawan yang terberat.
Setelah bertempur lebih dari dua ratus jurus pundaknya telah kena terpukul oleh Kauw Sam sehingga ia mundur terhuyung-huyung sampai lima tindak.
Kauw sam yang tidak kenal kesian, dengan ketawa mengejek hendak menamatkan jiwanya paderi tua itu.
Untung Khe-tek Taysu sudah mempunyai latihan cukup lama. Meski dalam keadaan terluka ia masih dapat menghindarkan diri dari serangan orang she Kauw itu, cuma darah dalam dadanya terus bergolak.
Tho-hoa Tocu yang menyaksikan semua kejadian itu, apalagi setelah dibikin mendongkol oleh sikapnya Pak-kek Suncu, menampak kekejaman Kauw Sam itu semakin gusar, dengan satu bentakan keras ia berseru: "Semua berhenti!"
371 Suaranya seperti geledek itu menggetarkan semua orang yang sedang bertempur.
Bo-yong Pek mendadak lompat maju, sambil kibas2kan kipasnya dan dengan nada suara dingin ia berkata: "Di sini adalah tempatnya Hong-lui-po, bukan Tho-hoa-to, harap tuan jangan coba berlaku gagah2han di sini".
"Dalam hal ini lohu sudah sudah ambil keputusan akan campur tangan".
"Apa kau sudah sedia hendak dikubur di gurun pasir?"
"Lihat dulu, kau ada mempnyai itu kemampuan atau tidak?"
"Tidak halangan kita coba dulu di sini satu dua jurus saja".
Tho-hoa Tocu lantas lompat turun dari atas kudanya dan berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Itu ada cara yang paling adil.'*
Pada saat itu, pertempuran sudah berhenti. Tho-hoa Tocu meski tidak ada hubungan dengan orang2 pelbagai partai persilatan daerah Tionggoan, pada keadaan dan tempat seperti itu, ia harus bertempur dan membahu dengan orang2 dari Tionggoan.
Orang2 Ngo-thay-pay dan gunung Bu-san, karena
melihat Tho-hoa Tocu sudah bersedia campur tangan, maka mereka lantas mundur dan memulihkan kekuatan
tenaganya. Bo-yong Pek kerena sudah dengar nama besar dari Tocu itu, untuk sementara ia lepaskan maksudnya hendak menghancurkan Ngo-thay-pay dan harus pusatkan
perhatian serta kekuatannya untuk menghadapi orang2
Tho-hoa-to. 372 Tho-hoa Tocu sudah kenal baik kekuatan dan
kepandaian orang2 Hong-lui-po ketika dalam pertempuran disarangnya berandal dari tujuh propinsi. Maka kini setelah berhadapan dengan pocunya sendiri, ia tidak berani berlaku gegabah. Kedua pihak setelah masing2 berdiri terpisah kira2
lima kaki. masing2 lalu mengerahkan kekuatan, siap sedia hendak menerkam lawannya.
Kalau tadi suasana ada begitu keruh. Ribut dan mengerikan, kini telah berubah menjadi sunyi senyap. Tapi, dibalik kesunyian itu, sebetulnya ada mengandung ketegangan, dimana akan berlangsung suatu pertempuran yang lebih bebat diantara dua jago kenamaan,
Pada saat demikian, mendadak terdengar suara tiupan nafiri yang amat tajam melengking. Dari dalam Hong-lui-po, mendadak muncul serombongan orang2 kang-ouw yang berpakaian beraneka ragam, orang2 itu nampaknya sangat galak dan buas.
Sebagai pemimpin rombongan itu, ada seorang tinggi besar dengan wajah buas dan hidung melengkung serta bercaling. Ia bukan lain daripada Manusia Buas Nomor Satu, Pek-tok Hui-mo. Di sebelah kirinya ada satu nenek kurus kering yang matanya mendelong ke dalam, dan sebelah kanannya ada seorang wanita setengah tua tapi masih genit nampaknya, pakaiannya sangat reboh. Di belakang tiga orang itu, sedikitnya ada 50 atau 60 orang kang-ouw. Mereka menyerbu ke dalam medan
pertempuran. Tho-hoa Tocu nampaknya terkejut dan Bo-yong Pek telah menggunakan kesempatan telah melakukan serangan secara pengecut, kipasnya menotok jalan darah lawannya dari berbagai penjuru.
373 Serangannya yang dilakukan secara pengecut itu telah berhasil membuat Tho-hoa Tocu keteter hingga terpaksa mundur. Dalam sepuluh jurus babak permulaan itu, jago tua ini tidak berdaya sama sekali untuk melakukan serangan pembalasan.
Hong-gwat Kongcu sebagai anaknya, ketika melihat ayahnya terdesak, lantas menghunus pedangnya hendak maju membantu. Tapi ia segera ditegur oleh Kauw Sam:
"Hendak main keroyok" Tuan besarmu sudah sedia main2
beberapa jurus denganmu!"
Hong-gwat Kongcu gerakan pedangnya, ia berkata dengan suaru gusar: "Mari! kongcumu tidak takut walaupun kalian berjumlah lebih banyak".
Si gemuk Oey Kiu, walaupun orangnya kasar tapi ternyata dapat berpikir secara cermat. Ketika ia menyaksikan di sekitarnya, kecuali rombongan orang2 yang dipimpin oleh Pek-tok Hui-mo, entah sejak kapan, dari berbagai penjuru telah nyelundup banyak orang2
berpakaian kulit warna merah. Dengan demikian, maka orang2 dipihaknya sudah terkurung rapat oleh barisan yang sangat kuat. Jika pada saat itu melakukan pertempuran, tentunya mereka akan diserbu oleh pasukan manusia buas itu, maka diam2 ia menarik ujung baju Hong-gwat Kongcu dan berkata padanya: "Pocu hanya kehilangan kesempatan untuk merebut posisi, bukan kalah benar2, sebaiknya Kongcu berlaku tenang saja"
Hong-gwat Kongcu diam2 membenarkan pendapat
sigemuk itu, memanglah demikian keadaannya yang sebenarnya.
Tho-hoa Tocu sebagai satu jago tua yang tinggi kepandaiannya dan banyak pengalamannya. Meski
diserang secara pengecut oleh lawannya, hingga terpaksa 374
mundur terus menerus, tapi pe-lahan2 ia dapat
memperbaiki kedudukannya hingga menjadi berimbang.
Bo-yong Pek yang mendapat warisan dari kepandaian ayahnya, sejak masih kanak2 sudah menunjukkan bakatnya yang luar biasa, otaknyapun cerdas. Ia merupakan salah seorang terkuat dari antara leluhurnya. Sejak ia menjadi pocu atau pemimpin golongannya, telah bertekad bulat hendak pentang pengaruhnya ke daerah Tionggoan.
Ditambah lagi dengan hasutannya beberapa orang dari golongan hitam yang tidak bisa tancap kaki di daerah Tionggoan, maka semakin besar nafsunya hendak menjadi
'raja' di dunia kang-ouw.
Pertempuran hari itu, merupakan 'kunci', berhasil atau gagalnya dalam usahanya untuk menguasai dunia. Semula karena agak jeri terhadap Tho-hoa Tocu, maka selain berlaku curang, juga sangat ber-hati2 menghadapi jago tua itu. Tapi setelah berlangsung seratus jurus lagi. ia merasa bahwa lawannya itu ternyata cuma begitu saja
kepandaianya, hingga kepercayaannya terhadap kepandaian sendiri semakin tebal, kekuatan tenaganya yang semula disimpan sebagian sebagal cadangan, kini juga digunakan seluruhnya.
Setiap gerak tipunya dirubah, dengan kipas ditangan kanan dan telapakan tangan kiri, terbuka menghnyani serangan kepada lawannya secara bertubi-tubi.
Tho-hoa Tocu yang pernah menjagoi di pulaunya Tho-hoa-to hampir seumur hidup, belum pernah menghadapi lawan begitu tangguh dan serangan begitu aneh. Dalam kagetnya, ia kerahkan seluruh kepandaiannya dan kekuatannya, barulah berhasil mengelakan serangan yang begitu hebat, tapi kakinya terus mundur sampai enam langkah baru dapat berdiri tegak.
375 Bo-yong Pek tiba2 perdengarkan suara ketawanya yang panjang, kemudian mendorong kipasnya, hendak menotok jalan darah didada Tho-hoa Tocu. Serangan itu nampaknya sederhana tapi sebetulnya ada mengandung kekuatan yang sangat hebat, hampir seluruh jalan darah didada si orang tua, di bawah ancaman ujung kipas emas itu.
Tho-hoa Tocu mengerti bahwa serangan itu sulit dielakkan, maka sambil kertak gigi ia balikkan telapakan tangannya, ia telah ambil putusan tidak akan menyingkir bahkan hendak menyerang lawannya dengan sepenuh tenaga, supaya sang lawan juga jatuh terluka.
Dalam keadaan sangat berbahaya itu, mendadak secara tiba2 muncul seorang wanita muda dengan seorang bocah laki2 yang badannya tegap dan berdandan seperti gembala.
Wanita muda itu berparas cantik, se-olah2 bidadari yang baru turun dari kayangan. Sedang ditangannya ada membawa senjata berbentuk gendewa.
Mungkin karena semua perhatian sedang dicurahkan kepada dua jago yang sedang bertempur mati2an itu, hingga kedatangan dua orang itu tiada seorangpun yang mengetahuinya.
Bocah berbadan kekar dengan dandanannya seperti gembala itu begitu tiba dalam medan pertempuran, lantas berseru dengan suaranya yang menggeledek: "Hei, kau yang memegang kipas ini bukan orang baik2!"
Kepalannya lantas diayun, menyerang dengan hebat kepada Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek yang sedang melancarkan serangannya yang mematikan terhadap lawannya, tiba2 di bawah ketiaknya merasakan sambaran angin hebat. Oleh karenanya, terpaksa ia urungkan maksudnya hendak 376
membinasakan lawannya dan lompat ke samping sejauh tiga kaki.
Ketika ia berpaling, baru dapat lihat bahwa orang yang menyerang padanya tadi ternyata ada satu bocah tolol berdandan seperti gembala. Dengan alis berdiri dan wajah penuh kemurkaan ia mengawasi bocah itu sambil ketawa dingin, tangannya perlahan2 diangkat ke atas.
Bocah itu setelah melancarkan kepalannya, ia masih belum tahu kalau orang yang diserang ladi sudah akan membunuh dirinya, hingga masih berdiri menjublak di tempatnya.
Tho-hoa Tocu yang mengetahui bahwa dirinya sudah akan terluka di bawah kipas lawannya tidak nyana ada orang yang datang memberi pertolongan padanya, hingga jiwanya terhindar dari bahaya maut. Ia menarik napas panjang dan ketika ia melihat gerakan Bo-yong Pek yang hendak membinasakan penololongnya itu, maka lantas berseru: "Jangan turun tangan kejam!".
Cepat ia lompat menubruk, tapi ternyata sudah agak terlambat, sebab tangan Bo-yong Pek sudah turun dengan serangannya yang hebat, sedang bocah itu masih tetap belum sadar kalau dirinya dalam keadaan sangat berbahaya. Apalagi wanita yang datang bersama-sama dengannya tadi begitu tiba dimedan pertempuran matanya lantas celingukan agaknya sedang mencari orang, hingga tidak tahu apa yang telah terjadi dengan diri kawannya itu.
Sedikit lagi sebelum tangan Bo-yong Pek turun di atas kepala bocah tolol itu, sesosok bayangan orang mendadak meluncur ke dalam medan pertempuran. Dengan satu tangan ia mendorong tubuh si tolol, lain tangan digunakan untuk menyambuti tangan Bo-yong Pek. Tatkala kedua 377
tangan itu saling beradu, terdengarlah suara nyaring, dan kemudian Bo-yong Pek mundur dua langkah.
Orang yang haru dalang itu juga lantas melayang turun, ternyata ia ada satu pemuda muka pucat yang berdandan seperti bangsa Wie.
Kagetnya Bo-yong Pek bukan buatan, Tho-hoa Tocu juga urungkan maksudnya yang hendak menggempur musuhnya tadi, dan semua orang yang disitu juga dibikin terkejut oleh kedatangan pemuda aneh itu.
Pemuda aneh itu bukan lain daripada Lim Tiang Hong, yang selama itu bersembunyi dengan orang tua itu. Begitu melihat wanita yang datang bersama-sama bocah tolol itu adalah Yu-kok Oey-eng, dalam girangnya ia lantas maju menghampiri sembari berkata: "Enci Oey-eng, kau juga sudah datang!" suaranya itu penuh rasa kasih sayang.
(dw^kz) Jilid ke 7 Meski Oey-eng semula agak kaget, tapi dari suaranya itu ia kenali bahwa pemuda itu adalah tunangannya, maka dalam hatinya juga merasa girang dan semua prasangka serta kekuatirannya telah tersapu bersih, laksana awan tertiup angin. Tapi ia masih pura2 pelengoskan wajahnya dan berjalan menghampiri si tolol. Sambil letakkan tangannya di atas pundak si tolol, ia berbisik-bisik ditelinganya.
Bocah tolol itu adalah Hoo Ah-gu. Dasar tolol, apapun tidak meagerti, mendadak ia delikkan matanya dan 378
membentak kepada Lim Tiang Hong: "Kau juga bukan orang baik2, berani mengganggu enciku!"
Seperti menghadapi Bo-yong Pek tadi, ia juga
menyerang Lim Tiang Hong dengan tinjunya.
Lim Tiang Hong terperanjat. Ia geser kakinya dengan mudah mengeluarkan serangan tersebut. Selagi hendak menegur, Yu-kok Oey-eng sudah menarik tangannya Ah-gu dan berkata padanya: "Jangan layani dia lagi, mari kita pergi!" Setelah itu ia lalu lompat keluar kalangan.
Orang2 Hong-lui-po karena tidak dapat perintah pocunya, maka mereka tidak berani merintangi dan membiarkan mereka berlalu.
Lim Tiang Hong sebetulnya hendak memburu, tapi karena keadaan sangat gawat yang perlu segera
diselesaikan, sudah tentu tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Terpaksa ia kesampingkan dulu urusan pribadinya, kemudian balikkan badan dan berdiri ber-hadap2pan dengan Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek barusan telah dikejutkan oleh tangkisan Lim Tiang Hong, yang sudah membikin dirinya terdorong mundur dua langkah. Karena orang yang mampu
menandingi kekuatan tenaganya, sebetulnya tidak berapa jumlahnya. Ketika ia perhatikan pemuda itu ternyata adalah itu pemuda berpakaian bangsa Wie, yang tadi malam dicari tidak ketemu. Hal ini membuat ia semakin kaget dan heran, maka ia terus berdiri kesima dan tidak perhatikan apa yang terjadi disitu. Setelah berhadapan dengan Lim Tiang Hong, ia baru terdesak.
"Dengan cara main sembunyi seperti ini, apakah itu ada perbuatannya seorang gagah?" demikian ia menegur.
379 Lim Tiang Hong membuka kedok kulitnya, sembari ketawa terbahak-bahak ia berkata: "Hatimu sungguh jahat, kau telah menggunakan racun 'Ngo-pou-Bie-hun-cian-jit-cui" hendak membasmi semua orang kuat dari daerah Tionggoan. Sayang Tuhan Allah tidak mengizinkan umatnya berbuat kejahatan, sehingga perbuatanmu itu diketahui olehku. Mungkin sebelum usahamu itu berhasil, kau akan menebus dosamu dengan darahmu sendiri, hah....
haha....". Dalam kalangan kini terdengar suara riuh: "To-liong Kongcu....!"
Bo-yong Pek benar2 merasa kaget, heran dan gusir.
Kaget, karena Lim Tiang Hong telah mengetahui semua rahasianya sendiri. Ada kemungkinan masih mempunyai kawan yang sembunyikan diri di dalam, kalau benar demikian halnya, maka ini akan merupakan satu bencana bagi dirinya.
"Bo-yong Pek juga sudah pernah dengar bahwa di daerah Tionggoan ada seorang jago muda yang bernama To-liong Kongcu. Tapi kalau di daerah Tionggoan kau dapat membuat nama, buat daerah ini, tiada tempat bagimu untuk menjadi jago".
Lim Tiang Hong melihat keadaan di sekitarnya.
Kemudian berkata dengan suara bengis: "Dengan
menggunakan barisan tempur semacam ini kau perlakukan sahabat2 dari rimba persilatan daerah Tionggoan, sudahkah kau pikirkan, bahwa dalam pertempuran yang akan berlangsung nanti, berapa jiwa akan melayang" Orang she Lim tidak suka dalam daerah gurun pasir ini akah ditambah penghuni setan keleleran, maka aku nasehatkan padamu, sebaiknya kau pikir dulu masak2 tindakanmu ini".
380 Sebelum Bo-yong Pek memberi jawabannya, kembali ia berkata sambil menuding Pek-tok Hui-mo dan kawan2nya:
"Orang2 ini, di daerah Tionggoan merupakan iblis2 yang tangannya penuh darah, dosanya ber-tumpuk2. Tapi kau telah terima mereka bernaung di bawah atap rumahmu, apakah maksudmu. Rasanya tidak sukar untuk diketahui.
Jikakau tidak segera insyaf, usaha yang didirikan oleh leluhurmu dengan susah payah, dalam waktu sekejap mata saja barangkali akan ludas dalam tanganmu".
Seorang jumawa seperti Bo-yong Pek, yang
kedudukannya di daerah barat bagaikan satu raja, belum pernah ada orang berani mengucapkan perkataan kasar di hadapannya, tapi kini ditegur demikian pedas oleh Lim Tiang Hong, dalam hati juga merasa ma|u, tapi itu hanya sepintas lalu saja, kembali sudah balik kepada asalnya yang sombong, angkuh.
Ia lalu pentang kipasnya, dikeprakkan kepada tangannya sendiri, kemudian berkata sambil ketawa dingin:
"Perkataanmu ini semua tidak ada gunanya, perkara hari ini, siapa yang kuat akan tinggal hidup, siapa yang lemah mampus. Setiap orang boleh mengandalkan kepandaian dan kukuatan masing2. Aku lihat kau agaknya mempunyai sedikit kepandaian yang cukup berarti, boleh kita lebih dulu mencari penyelesaian di bawah tangan."
Lim Tiang Hong masih tenang2 saja, sambil dongakan kepala ia menjawab dengan nada suara dingin: "Kalau kau sudah tidak mau dengar nasehatku, begitupun baik!"
Suasana segera menjadi panas. Orang2 Hong-lui-po sudah siap2 hendak menggempur, terutama Pek-tok Hui-mo dan kawan2nya, yang sejak tadi sudah meng-harap2kan agar partempuran segera dimulai.
381 Tho-hoa Tocu yang adatnya angkuh, kini telah
diperlakukan oleh orang2 Hong-lui-po begitu rupa, ia menyesal tidak membawa anak buahnya lebih banyak.
Hongcu dari gunung Bu-san dan orang2 Ngo-thay-pay, meski mereka percaya sepenuhnya kepada kepandaiannya Lim Tiang Hong, tapi kalau melihat jumlhb orang Hong-lui-po yang begitu besar, diam2 juga merasa sedikit kuatir Pertempuran ini ada merupakan suatu pertempuran yang tidak sebanding, dari pihaknya Hong-lui-po. Kekuatan anak buahnya saja lebih dari 300 orang, ditambah lagi dengan pahlawan2nya yang sangat kuat, yang jumlahnya ada beberapa puluh orang, ini saja sudah cukup untuk menghadapi orang2 dari tiga golongan. Apalagi, di samping itu masih ditambah dengan kekuatan orang-orangnya Pek-tok Hui-mo, maka sikap mereka sangat garang,
dianggapnya orang-orang dari daerah Tionggoan ini pasti akan mereka basmi seluruhnya.
Kauw Sam mendadak lompat maju di depan cukongnya seraya berkata: "Untuk menghadapi satu bocah yang tidak ada namanya ini, perlu apa pocu harus turun tangan sendiri" Biarlah Kauw Sam yang bereskan padanya!"
Setelah itu ia lantas balikkan badan dan berkata kepada Lim Tiang Hong dengan sombongnya "Bocah, kau tak usah bertingkah, majulah!"
Pada saat itu, dari luar kalangan tiba-tiba terdengar suara orang berkata: "Kau terhitung manusia macam apa?"
Dari tengah udara nampak melayang turun 6-7 sosok bayangan orang, seolah-olah burung elang yang hendak menerkam mangsanya. Yang tiba di tanah lebih dulu, ada seorang pincang yang wajahnya penuh berewok, rambutnya awut-awutan. Tangannya memegang tongkat besi, begitu 382
tiba di tanah orang itu, lantas menyerang Kauw Sam dengan tongkat besinya.
Serangan itu ada begitu hebatnya, hingga Kauw Sam yang sudah mempunyai banyak pengalaman segera
mengetahui kalau ia berhadapan dengan musuh tangguh, maka ia buru-buru lompat menyingkir dengan perasaan kaget.
Orang berewokan itu setelah memaksa Kauw-Sam
lompat mundur, kawan yang lainnya lantas tiba menyusul, mereka itu bukan lain dari pada beberapa pahlawan Hong-hong-tie yang terkenal. Cian-lie Tui-hong atau si Pengemis Pincang, Gin-sie siu atau si orang tua jenggot perak, Ceng-phao-siu atau si orang tua jubah hijau, Cong-pian Jie-lo atau dua orang tua dari perbatasan Thi-bet dan Mo-ie Kimkho atau senjata emas tidak bersayap. Mereka itu segera memberi hormat kepada Kokcunya.
Lim Tiang Hong sambut mereka sambil tersenyurn:
"Oh, kalian sudah datang semua!"
"Harap maafkan atas kelancangan lohsiu, karena hendak membantu Kokcu, telah mengeluarkan perintah dengan menggunakan tanda kepercayaan Kie-lin Lenghu, semua pahlawan kita yang terkuat, mungkin akan segera tiba".
Berkata Gin-sie-siu sambil memberi hormat.
Lim Tiang Hong nampak kerutkan keningnya, tapi kemudian dengan wajah berseri-seri ia menjawab: "Kau bertindak benar".
Cian-lie Tui-hong lantas berkata dengan suara lantang:
"Harap Kokcu suka memberi perkenan, aku si pengemis hendak hajar monyet ini."
383 "Bagus, lihat! congkoan Hong-hong-tie dengan
congkoan Hong-lui-po, sebetulnya mana yang lebih kuat?"
berkata Lim Tiang Hong. Nama Hong-hong-tie sudah sangat terkenal kedatangan beberapa pahlawannya itu saja sudah cukup
menggemparkan, apa lagi ucapan Gin-sie-siu tadi, yang demikian tegas dan nyata, juga sudah dapat didengar oleh semua orang yang ada disitu.
Khe-tek Taysu dan empat orang tua Ngo-tay-pay, diam2
pada memuji nama Buddha. Tho-hoa Tocu, Cit-seng Hongcu dan lainnya, juga merasa lega, sebab dengan kedatangannya orang2 Hong-hong-tie ini, betapapun banyaknya orang2 Hong-lui-po. juga tidak perlu ditakuti lagi.
-dwkz- Bab 60 SEMULA, oleh karena Lim Tiang Hong dan Bo-yong Pek sudah saling berhadapan, nampaknya kedua jago itu sudah akan mengadu kekuatan, maka siapapun tidak ada yang berani maju atau menyapa padanya. Kini setelah pahlawan2 Hong-hong-tie sudah datang semua, dan Cianlie Tui-hong sudah mulai bertempur dengan Kouw Sam, semua baru berani maju menanya padanya.
Pertama adalah Sin-lie Hongcu, seolah-olah kupu2
berterbangan, ia melesat menghampiri dan berkata padanya dangan suara nyaring: "Saudara Lim, kapan kau datang?"
Gadis ini meski sedapat mungkin hendak menindas perasaannya, tapi tidak terlepas dari kegembiraannya yang meluap-luap.
384 Lim Tiang Hong matanya mengawasi Cian-lie Tui-hong yang sedang bertempur dengan Kouw Sam, mulutnya menjawab dengan ramah "Sudah datang beberapa hari berselang!"
"Toako dan Khe-tek Taysu, juga sudah pada datang!"
"Maafkan aku belum bisa menjumpai mereka".
Sin-lie Hongcu melihat Lim Tiang Hong agaknya
curahan semua perhatiannya kepada Cian-lie Tui-hong yang sedang bertempur sengit, maka ia merasa tidak enak mengganggu pikirannya. Ia tidak berkata apaa lagi dan berdiri disamping anak muda.
Selanjutnya adalah Hong-gwat Kongcu, yang lantas lompat menhampiri. Sambil tertawa riang ia berkata:
"Saudara Lim benar2 seperti malaikat saja, siauwtee sangat kagum".
"Saudara terlalu memuji! Ayahmu disana, maafkan siauwtee tidak dapat memberi hormat, tolong saja sampaikan salamku kepadanya."
"Ini, di tempat apa dan keadaan bagaimana" Perlu apa begitu banyak adat peraturan" Kau dan aku, hari ini kembali hendak melakukan pertempuran besar2an dengan bahu membahu! hahaha...."
Walaupun dalam keadaan dan suasana gawat seperti itu, kongcu kita yang sangat romantis ini toh masih tetap gembira.
Sambil meghela napas Lim Tiang Hong berkata:
"Semoga bencana ini nanti akan dapat dihindarkan dan bisa berubah untuk kebaikan bersama".
Dua pemuda itu bicara sambil raemperhatikan dalam medan pertempuran saat itu nampak Pengemis Pincang 385
dengan rambut berdiri dan mata mendelik, menggunakan serangannya yang termasuk apa yang dinamakan golongan keras, setiap serangannya seolah-olah bisa membikin hancur batu daa menggempur runtuh gunung.
Hembusan angin membuat berterbangan salju yang turun dari atas langit, menambah hebatnya serangan yang keluar dari tangan Pengemis Pincang itu.
Kauw Sam yang dikenal ketangguhannya, saat itu juga kerahkan semua ilmu dan kekuatannya dikedua tangannya otot2 kelihatan menonjol keluar, sepasang matanya yang legok ke dalam. rnemancarkan sinar buas. Dua jago itu bertempur sampai duapuluh jurus lebih, masih belum kelihatan siapa yang lebih unggul, dan siapa yang akan kalah.
Cian-lie Tui-hong yang beradat berangsan naampaknya semakin bernafsu, dengan suara menggeledek ia berseru:
"Kalau kau ada satu laki2 sambutilah seranganku ini".
Dengan tenaga penuh, ia melontarkan serangan.
"Sekalipun seratus serangan, kauwya mu juga sanggup menyambuti". sahutnya Kauw Sam bengis, yang juga menyambuti serangan itu, dengan tenaga penuh.
Setelah kedua belah saling beradu, masing2 Dampak mundur dua langkah.
Cian-lie Tui-hong kembali tegak berdiri untuk
melanjutkan serangannya yang kedua. Kali ini nampak berbeda dengan yang duluan, kelihatannya tidak bertenaga, hanya ringan saja.
Kauw Sam setelah menyambuti serangan yang pertama, matanya ber-kunang2 jantungnya berdebar keras. Selagi hendak mengatur pernapasannya, apa mau serangan kedua 386
dari si Pengemis Pincang itu sudah tiba. Dengan tanpa pikir panjang lagi, ia terpaksa harus menyambuti serargan tersebut.
"Bummm!" Suara ledakan hebat terdengar nyaring, kemudian disusul oleh hembusan angin yang berputaran dan meluncur ke kiri dan ke kanan. Kauw Sam
perdengarkan suara seruan tertahan, ia mundur lima kaki, darahnya bergolak dan sudah sampai di tenggorokan, tapi ia ada seorang buas dan keras kepala, ia paksa telan lagi darah yang hendak menyembur keluar dari mulutnya.
Si Pengemis Pincang sendiri juga sempoyongan, hampir tidak bisa berdiri tegak.
Kedudukan Kauw Sam dalam Hong-lui-po sangat
tinggi, hari itu telah mengalami kekalahan di hadapan orang banyak, bagaimana mau ia mengerti" Maka setelah paksakan dirinya menahan luka, mendadak menerjang seperti kerbau gila, tangannya melancarkan serangan hebat dan gencar.
Adatnya si Pengemis Pincang juga berangasan. Melihat Kauw Sam menghujani serangan begitu hebat, ia tidak mau lagi menggunakan akal untuk menghabiskan tenaga lawannya yang telah mengamuk itu, sebaliknya
menyambuti secara kekerasan pula. Setelah beberapa kali beradu kekuatan, Kauw Sam tiba2 menekan dadanya dengan tangan, dengan sempoyongan mundur beberapa langkah.
Kali ini ia tidak sanggup menahan lagi, darah segar menyembur keluar dari mulutnya, kakinya tidak kuat berdiri, hampir saja rubuh di tanah.
Si pengemis pincang juga lantas mundur ke samping Lim Tiang Hong.
387 Lim Tiang Hong tahu pahlawannya ini tergoncang dalamnya, maka ia berkata padanya dengan suara pelahan:
"Tui-hong Congkoan, lekas makan sebutir Soat-som-wan dan beristirahatlah dulu sebentar lagi barangkali masih ada urusan!"
Melihat keadaan pada saat itu, Cian-lie Tui-hong memang juga mempunyai kesan demikian, maka buru2 ia menerima dari tangannya Gin-siu-siu sebutir Soat-som-wan, yang segera ditelannya dan kemudian pejamkan matanya untuk pulihkan tenaganya.
Kauw Sam sudah kalah ditangan Cian-he Tui-hong, hal itu membuat Bo-yong Pek kehilangan muka, maka ia lantas buka kipasnya dan berkata bepada Lim Tiang Hong:
"Mereka sudah bertanding, dan sekarang adalah giliran kita!"
"Kalau kau memang ada itu kegembiraan, sudah
selayaknya aku akan melayani, tapi lebih dahulu aku ingin menyelaskan, ialah pertandingan kali ini, semata mata hanya bersifat persahabatan saja, seandai beruntung aku yang memang, harap kau suka dengar beberapa patah perkataanku," demikian Lim Tiang Hong berkata.
Dengan wajah pucat dan perasaan gusar Bo-yong Pek menyahut: "Tidak usah kau banggakan diri. Bo-yong Pek selamanya tidak suka memakai segala peraturan yang tiada gunanya. Dalam pertempuran antara kau dan aku, siapa yang menang, dialah yang boleh menjadi jago, masing2
boleh menggunakan kepandaian yang didapatkan dari pelajaran gurunya!"
Lim Tiang Hong maju menghampiri Bo-yong Pek, ia berhenti dihadapan pocu yang jumawa itu sejarak lima kaki. Dua pemuda itu, satu adalah jago muda yang akhir2
ini yang muncul di daerah Tionggoan dengan
388 kepandaiannya yang menggemparkan dunia kang-ouw.
Yang lain adalah pocu dari daerah barat yang sudah anggap dirinya sebagai raja.
Karena masing2 merasa jeri oleh nama besar pihak lawannya, maka tidak berani berlaku semborono. Diam2
pada memasalkan kekuatan masing2.
Untuk mengunjukkan bahwa dirinya tidak akan
menggunakan senjata, Bo-yong Pek telah simpan senjata kipas emasnya yang selamanya belum terpisah diri tangannya.
Dengan mata tidak berkedip ia mengawasi Lim Tiang Hong. Kakinya bergerak dengan perlahan.
Lim Tiang Hong mengerti bahwa pertempuran hari itu, bukan saja akan menyangkut nama baiknya Hong-hong-tie, tapi juga ada hubungannya dengan mati hidupnya ratusan jiwa orang2 rimba persilatan daerah Tionggoan. Maka sikapnya nampak sangat tegang.
Kedua pihak setelah berhadapan sekian lama, Bo-yong Pek lebih dulu gerakkan tangannya, menyerang jalan darah
'Ciang-thay' dan Khie-bun"
Lim Tiang Hong tahu bahwa gerakannya orang she Bo-yong kali ini adalah gerakan tipu belaka. Di belakangnya pasti akan diikuti oleh serangnannya yang mamatikan, maka ia lantas geser kakinya. Dengan menggunakan ilmu
'Sam-sam Pou-hoat" ia melesat kesamping, kemudian turun tangan secara mendadak, menyambur tangan lawannya.
Gerak kakinya sangat aneh, gerak tangannya begitu cepat, kesemuanya ini membuat Bo-yong Pek diam2
tercekat. Dengan cepat ia tarik tangannya dan badannya memutar. Dalam waktu sekejapan saja, ia melancarkan sembilan kali serangan. Yang di arah kelihatannya meski 389
hanya belakang dan kedua sisi ketiak tapi sebetulnya adalah jalan darah sekujur badan, yang hampir seluruhnya di bawah ancaman serangannya itu.
Lim Tiang Hong meski sudah pernah menghadapi
banyak pertempuran hebat, tapi terhadap musuh tangguh yang serangannya sangat aneh ini, diam2 juga terkejut.
Setelah sambaran tangannya tadi tidak berhasil, tangannya tidak diam begitu saja, segera merubah taktiknya. Dengan agak membungkuk, ia melancarkan tiga kali serangan. Meski ia tahu bahwa serangannya ini tidak akan mengenakan sasarannya, tapi berhasil menghambat serangan musuh. Selagi serangan musuh agak kendor, dengan kecepatan bagaikan kilat, ia sudah melancarkan serangannya yang menggunakan ilmu pukulan 'Lui tian-hui-huan-ciang'.
Kedua pihak sama2 menggunakan siasat keras bahkan sama2 tahu kalau sedang berhadapan dengan lawan tangguh, maka kedua pihak sama2 mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Begitu mulai, sudah melakukan saatu pertempuran dahsyat yang tidak ada taranya.
Di dalam medan pertempuran kala itu hanya tertampak berkelebatnya dua bayangan yang sebentar berputaran, sebentar berterbangan, sebentar lompat ke sana ke sini.
Hembusan angin yang keluar dari serangan kedua pihak, dirasakan oleh orang2 disekitarnya makin lama makin santar, sehingga salju pada beterbangan memenuhi angkasa.
Hebatnya pertempuran, gencarnya serangan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak, merupakan suatu serangan yang dahsyat yang belum ada pada sebelurnnya.
Orang2 yang ada di situ, sebagian besar merupakan orang2
kang-ouw, yang termasuk golongan orang2 kuat, dalam hi-390
dup mereka entah berapa pertempuran yang sudah dialami, tapi juga dibikin kesima oleh pertempuran luar biasa itu.
Terutama Tho-hoa Tocu, yang hampir seumur hidupnya berdiam dipulaunya dan selama itu belum pernah menemukan tandingan yang setimpal. Tapi ketika menyaksikan pertempuran itu, rupa2 pikiran timbul dalam otaknya. Seketika itu seolah-olah dirinya bertambah tua beberapa tahun, diam2 ia merasa malu terhadap
kepandaiannya sendiri. Saat itu, pertandingan sudah seratus lima puluh jurus lebih, namun belum kelihatan siapa yang lebih unggul dan siapa yang asor. Bo-yong Pek yang selama itu anggap dirinya sendiri ada seorang kuat nomor satu di dalam dunia, sekarang baru tahu bahwa dunia ini bukan cuma sedaun anggrek, orang yang berkepandaian tinggi ternyata bukan cuma dia seorang saja. Seperti musuh yang dihadapinya pada saat itu, harapan untuk merebut kemenangan nampaknya makin tipis.
Lim Tiang Hong sediri juga telah merasakan bahwa pocu ini benar2 memang bukan cuma nama kosong belaka.
Hendak menangkan padanya, benar2 harus banyak
mengeluarkan tenaga dan memerlukan banyak pikiran.
Per-lahan2 gerakan kedua belah pihak mulai perlahan dari gerakan cepat, keras telah berubah menjadi gerakan aneh dengan tipu2 yang luar biasa untuk merebut kemenangan.
Kedua pihak sama2 mengerahkan kekuatannya dikedua telapakan tangannya. Tipu2 serangan yang aneh dan luar biasa telah keluar semua. Tapi dalam hal ini Bo-yong Pek ternyata tidak dapat mengimbangi Lim Tiang Hong.
Karena jago dari Hong-hong-tie, itu ada mempunyai kepandaian dari beberapa guru, yang semuanya merupakan 391
ilmu2 silat yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan.
Setelah bertempur kira2 enam puluh jurus ia lantas mengerti bahwa jika bertempur terus secara demikian, ia sendiri akhirnya pasti akan kehabisan akal untuk menghadapi. Maka ia lantas tarik mundur dirinya dan berkata sambil angkat tangan memberi hormat.
"Kepandaian hengtay, benar2 sangat luar biasa, aku Bo-yong pek sesungguhnya merasa kagum, mari kita
menggunakan senjata tajam main2 berapa jurus
bagaimana?" Lim Tiang Hong segera membalas hormat dan
menjawab: "Aku menurut saja".
Bo-yong Pek kembali mengeluarkan sejata kipasnya dan berkata dengan suara pelahan: "Silahkan!"
Lim Tiang Hong juga sudah mengeluarkan senjata seruling emasnya. Dengan pelahan ia melakukan gerakan menotok. Ini ada satu gerakan Tan-hong Tiauw yang atau burung Hong menghadap matahari, yang biasa saja, tapi keluar dari tangan jago muda kita, nampaknya sangat berlainan.
Bo-yong Pek pentang kipasnya dan memberi pujian:
"Satu gerakan yang sangat bagus sekali!"
Kipasnya nampak bergerak, ia tidak mundur, sebaliknya malah maju, kipasnya digunakan untuk menotok jalan darah Kian-kim dan Khie-bun.
Lim Tiang Hong getarkan tangannya. Gerak tipu Tang-hong Tiauw-yang telah berubah menjadi gerakan Khong-ciok Khay-peng atau burung merak pentang sayap. Seruling emasnya nampak berkilauan, suaranya mengaung di udara.
392 Di depan badannya seolah olah dikurung oleh tembok emas.
Kembali Bo-yong Pek memberi pujian "Ilmu seruling hengtay, benar2 luar biasa tingginya!"
Mendadak ia tutup kipasnya dan disodorkan ke depan.
Dalam waktu singkat ia sudah melakukan gerakan menotok sampai tujuh kali, ini ada satu gerak tipu totokan jari tangan, benar2 sangat aneh.
"Gerak tipu tuan, barulah yang merupakan satu
kepandaian luar biasa!" demikian Lim Tiang Hong memberi pujiannya.
Ia lalu putar serulingnya, hingga mengeluarkan lingkaran sinar emas yang tersebar di tengah udara.
Kipasnya Bo-yong Pek yang masuk dalam lingkaran emas itu seolah olah ditekan oleh semacam kekuatan yang tidak kelihatan.
Kembali terdengar suara pujian Bo-yong Pek "Bagus!
hari ini siauwtee benar2 baru terbuka mata!"
Kipasnya diputar lagi dan melancarkau serentetan serangan cepat ke arah berbagai jalan darah lawannya.
Lim Tiang Hong yang menemukan lawan setimpal
dengan gerak tipunya yang aneh2, semangatnya lantas terbangun seketika. Ia keluarkan seluruh kepandaiannya, untuk membendung serangan lawan. Ia telah kurung dirinya dengan sinar seruling begitu rapat, seolah olah tembok besi.
Nyata, bahwa dua jago muda yang sama2 kuat dan tangkasnya. Satu sama lain nampak mulai saling menyayangi kepandaian masing2 walaupun masing2
mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk diakukan 393
serangan, tapi sikapnya sudah tidak begitu saling bermusuhan seperti semula.
Keadaan demikian, dimatanya orang lain tidak
merupakan apa2, tapi tidak demikian halnya dalam mata Pek-tok Hui-mo dan Khiu-pan-po. mereka itu sangat kuatir, maka diam2 lantas berunding: "Jika kedua bocah itu nanti benar menjadi sahabat, habislah kita semua".
Dalam cemasnya, Pek-tok Hui mo lantas berbangkit menghadapi Kauw Sam dan berkata padanya: "Kauw Congkoan, barusan bukankah kau dengar sendiri" Orang-orang kuat Tionggoan segera akan datang, kalau kita tidak bergerak sekarang, akibatnya sulit bagi kita".
Kauw Sam yang sudah mendapat cukup waktu
mengatur peraapasannya. Lukanya sudah sembuh sebagian besar, maka ia lantas anggukkan kepala dan berkata:
"Tentang ini memang sangat menguatirkan sekali! Tapi, pocu kini sedang menghadapi bocah itu, kita tidak dapat minta perkenan dari padanya, sebaiknya tunggu lagi sebentar!"
Khiu-pan-po lantas berkata: "Waktunya sangat
mendesak. Aku lihat sebaiknya kita bertindak melihat gelagat! Jika Congkoan merasa berat untuk bertindak, biarlah kita yang turun tangan lebih dulu! Dan itu orang-orang yang terkurung mabok dalam In-yan-kok, sebaiknya juga kita bereskan lebih dulu. Jika terjadi apa2, bukankah akan tersia-sia semua usaha kita?"
Kauw Sam teringat kehinaannya yang barusan
dikalahkan oleh Cian-lie Tui-hong, maka hatinya lantas menjadi panas, katanya dengan suara mantap: "Baiklah!
demikianlah kita bertindak. Biarlah siauwtee bersedia menerima hukuman dari pocu andaikata tindakan kita ini dianggap lancang"
394 Pek-tok Hui-mo yang berhati jahat dan mengandung maksud tertentu, sudah tentu merasa girang mendengar perkataan itu. Belum habis perkataan orang she Kuaw itu, ia sudah keluarkan perintah orang2 Thian-cu-kauw supaya mulai bertindak dan ia sendiri segera menyerbu Cian-lie Tui-hong, karena ia sudah bertekad hendak membasmi orang2nya Hong-hong-tie lebih dulu, kedua karena dianggapnya si Pengemis Pincang itu belum pulih kembali kekuatannya.
Tapi ia tidak tahu bahwa Pengemis Pincang itu sudah tinggi sekali kepandaian dan kekuatannya, apalagi ia mendapat didikan dan petunjuk dari Kie-lin Kokcu, hingga tubuhnya menjadi kebal, walaupun ia tidak makan obat Suat-som-wan, luka yang tidak berarti itu juga tidak menjadi halangan baginya. Maka ketika melihat Pek-tok Hui-mo menyerang dengan mendadak, ia lantas
menyambuti dengan senjata tongkat besinya.
"Gurun pasir ini akan merupakan tempat kuburan bagi kalian. Semua orang yang datang pada hari ini, satupun jangan harap bisa kabur!" demikian Pek-tok Hui-mo berkata dengan penuh ejekan.
Pada saat itu juga, Khiu-pan-po, Lak-chiu Sian-nio, Pie-ma Thian-kauw dan lain-lainnia juga sudah bergerak.
Diantara orang-orang Hong-hong-tie, Gin-sie-siu merupakan seorang yang paling sabar dan bisa beepikir.
Kepandaiannya tidak dibawah Cian-lie Tui-hong. Ketika melihat Pek-tok Hui-mo sengaja mengobarkan peperangan, ia tahu bahwa pertumpahan darah besar besaran tidak dapat dicegah lagi. Walaupun ia sudah cukup sabar, tidak urung menjadi murka juga.
Dengan suara keras ia membentak: "Biang keladinya angkara murka adalah kau si manusia buas ini. Hari ini 395
tidak dapat kita lepaskan padanya begitu saja! Ceng-phao hiantee, kau layani nenek Biauw-kiang itu, saudara Koan berdua dan saudara Han, mari ikut aku!"
Dengan cepat ia sudah menyerbu ke dalam rombongan orang banyak itu lebih dulu.
Orang2 dari Hong-hong-tie meski jumlahnya kecil, tapi setiap orang ada merupakan orang2 kuat kelas satu. Maka begitu mereka turun tangan, suara jeritan ngeri terdengar di sana sini. Beberapa anggauta Thian-cu-kauw telah rubuh binasa atau luka parah.
Ketika Kauw Sam dapat lihat Pek-tok Hui-mo sudah bertindak, ia juga lantas perintahkan orang2nya Hong-lui-po untuk bergerak, dan dia sendiri lari menyerbu Tho-hoa Tocu.
Tho-hoa Tocu barusan hampir celaka di tangan Bo-yong Pek, hatinya masih merasa penasaran. Mendadak dapat lihat orang2 Hong-lui-po mendadak bergerak, kemudian melihat Kauw Sam menyerbu padanya, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Jahanam, kau begitu berani mati menghina lohu!"
Segera hendak maju untuk memapaki orang she Kauw itu, mendadak Hong-gwat Kongcu melesat keluar dari belakangnya, dengan pedang terhunus menyerang Kauw Sam.
Orang2 kuat dari Hong-lui-po yang berada disitu jumlahnya tidak kurang dari lima puluh orang. Begitu mendengar perintah Kauw Sam, mereka lantas bergerak mengurung orang-orang yang berada dalam lapangan.
Sesaat kemudian terjadilah pertempuran kalut secara besar2an.
396 Bo-yong Pek yang sedang menggunakan seluruh
kepandaiannya menghadapi Lim Tiang Hong, sama sekali tidak menduga akan terjadinya perubahan itu. Maka keduanya pada terperanjat.
Lim Tiang Hong segera dapat lihat berkelebatnya senjata tajam dan bergeraknya orang2 banyak, sedang orang2 dari daerah Tionggoan, karena jumlahnya tidak berimbang, semua telah terkurung dalam lautan manusia.
Selain daripada itu, orang2 Hong-lui-po juga nampak berkelompok-kelompok, yang terdiri sembilan orang sekelompoknya, se-olah2 bintang pagi, tersebar diempat penjuru medan pertempuran.
Keadaan itu dengan tegas telah menggambarkan,
sekalipun orang2 pelbagai partai daerah Tionggoan bisa lolos dari kepungan orang2 Thian-cu-kau dan orang2 Hong-lui-po, juga sulit untuk terlolos dari kepungan kelompok2
manusia itu, sebab dilihat dari keadaan dan gerakan mereka, terang itu ada merupakan semacam barisan yang sangat kuat.
Hawa amarahnya lantas berkobar. Sambil genggam serulingnya, ia membentak dengan suara keras: "Suatu perbuatan rendah yang sangat memalukan!"
Dalam sengitnya ia sudah melancarkan serangannya dengan hebat. Kali ini karena dalam keadaan gusar, maka setiap serangannya ditujukan ke arah jalan darah penting anggauta badan Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek tidak menduga orang2 bawahannya sudah bergerak tanpa menunggu perintahnya, selagi hendak menegur, mendadak sudah dihujani serangan begitu hebat oleh Lim Tiang Hong.
397 Dalam gugupnya, ia terdesak mundur sampai 7-8 kaki, baru berhasil terhindar dari ancaman maut. Dengan cepat ia berseru: "Tahan dulu, ijinkan aku selidiki dulu urusan ini, nanti kita bicara lagi".
Lim Tiang Hong yang sudah murka, menjawab sambil ketawa dingin: "Perbuatan pengecut semacam ini kau hendak menipu siapa" Jika mereka tidak mendapat perintah dari kau, bagaimana mereka berani bertindak?".
Ia kuatir pocu ini nanti akan memimpin orang2 baju kulit warna merah itu nanti menggerakkan barisannya, maka ia lantas hunus pedang To-liong-kiamnya.
Bo-yong Pek yang memang ada seorang sombong dan kini Lim Tiang Hong tidak memberikan padanya
kesempatan untuk memberi keterangan, maka perasaannya mau tersinggung, timbullah pula hati kejamnya.
"Bo-yong Pek hanya pandang kau ada mempunyai
keberanian sebagai laki2 sejati, maka terhadap kau aku berlaku merendah. Apa kau kira pocu dari Hong-lui-po merasa takut padamu" demikian katanya.
Ia lihat serangan Lim Tiang Hong itu ada begitu hebat, sedikitpun tidak memberi kelonggaran padanya, maka ia segera dorong kipasnya, menotok ujung pedang. Serangan itu ternyata juga hebat, ujung pedang yang terkena totokan kipas sampai menggetar.
Ia tidak berhenti begitu saja, kipasnya diteruskan untuk melanjutkan serangannya yang sangat gencar. Kali ini karena ia sudah-gusar benar2, maka serangannya jauh berbeda daripada yang duluan, jalan2 darah terpenting seperti 'Hian-kie', 'Ciang-thay' Cit-kian "Ciang-bun dan lain2nya, semua tidak luput dari ancaman senjata kipasnya.
398 Lim Tiang Hong juga merasakan bahwa serangannya Bo-yong Pek kali ini agak ganas untuk sekian lamanya ia ternyata tidak berdaya memunahkan serangan2 itu. Karena sudah tidak ada lain jalan, terpaksa ia putar tubuhnya dan geser kakinya, kemudian pedang To-liong-kiam nya diputar demikian rupa, hingga seluruh badannya tertutup rapat oleh sinar pedang.
Ini adalah satu gerakan tipu dalam ilmu pedangnya Toliong Keng-hong yang dinamakan Kiam-ie Biauw-hwa.
Bo-yong Pek yang sedang menggunakan gerak tipu ilmu kipasnya yang terampuh, mendadak menghadapi gerak tipu demikian rupa dahsyatnya, diam2 merasa kaget. Buru2 ia rubah siasatnya, kipasnya dipentang, baru berhasil meloloskan diri dari ancaman ujung pedang, Tapi walaupnn demikian, ia sudah terdesak mundur sampai 7-8
langkah. Lim Tiang Hong yang sudah menggunakan ilmu
pedangnya To-liong Keng-hong, sudah tentu tidak mau kalau belum mendapat korban, maka serangan2 selanjutnya lantas menyusul saling beruntun, hingga menempatkan Bo-yong Pek dalam posisi yang sangat buruk, dimana saja ia menyingkir selalu di-kejar2 oleh ujung pedang.
Bo-yong Pek yang biasanya sangat angkuh, tinggi hati dan tidak pandang mata orang lain, ia anggap bahwa dunia rimba persilatan hanyalah ia sendiri yang mempunyai kepandaian tinggi dan kini setelah menghadapi ilmu pedang luar biasa itu, kesombongaunya lantas lenyap seluruhnya.
Ia terpaksa kerahkan seluruh kekuatannya dan
kepandaiannya yang belum pernah dikeluarkan, untuk melayani lawan.
Kita balik lagi ke pertempuran sengit, antara orang2
Hong-lui-po yang mengeroyok orang Hong-hong-tie dan 399
To-hwa Tocu serta kawan2nya, yang kini benar2 sudah semakin dahsyat dan mengerikan. Orang2 dari daerah Tionggoan, yang total jendral jumlahnya tidak lebih dari dua puluh orang tapi harus menghadapi musuh buas yang jumlahnya lebih dari seratus jiwa, pertempuran sesungguhnya sangat pincang.
Walaupun dari pihak tetamu umumnya terdiri dari orang2 kuat kelas satu, tapi di pihaknya hong-lui-po juga ada Kouw Sam, Lam-tao, Pak-kek dan Thian-cao ketiga Suncu. Di samping itu masih ada Pek-tok Hui-mo, Khiu-pan-po Lak-ciu Sian-nio, Pie-ma Thian-kauw dan lain2nya orang2 kuat dari Thian-cu-kauw.
Dalam pertempuran antara mati dan hidup ini, akal budi setiap orang sudah hilang lenyap. Setiap orang cuma memikirkan bagaimana harus membinasakan lawannya.
Setiap serangan selalu ditujukan kejalan darah kematian, sehingga seorang beribadat tinggi seperti Khe-tek Taysu dan empat orang golongan tua dari Ngo-thay-pay, juga hilang untuk sementara hatinya yang welas asih, dengan secara matian pertahankan jiwanya.
Sang waktu telah berlalu di bawah ancaman maut, bangkai manusia sesosok demi sesosok telah rubuh seperi rubuhnya palang pintu. Orang2 Hong-lui-po dan Thiau-cu-kauw dalam tiga orang pasti ada satu yang binasa. Sedang dari pihak tamu, delapan Hongcu dari gunung Bu-san, tiga diantaranya sudah gugur, dua antaranya terluka parah sedang empat orang tua dari Ngo-thay-pay dan empat pahlawan dari Tho-hoa-to, juga terluka ringan. Hanya enam pahlawan dari Hong-hong-tie, tiada seorangpun yang terluka.
Tapi, bagaiman kesudahannya pertempuran itu" Siapa pun tidak berani membayangkan. Jika berlangsung terus, 400
setiap orang mungkin akan mampus karena kehabisan tenaga.
Lim Tiang Hong meski sedang menghadapi musuh
tangguh, tapi matanya selalu tidak terlepas dari medan pertempuran itu. Ketika menampak keadaan demikian, hatinya diam2 juga merasa cemas. Pikirnya "Apakah orang tua itu membohongi aku" Bukankah ia katakan sendiri bahwa ia sudah mempunyai suatu jalan yang paling baik untuk menghindarkan pertikaian ini" Mengapa hingga saat ini ia belum unjukkan diri" Orang2 yang datang memenuhi undangan seperti Pek-lap Siansu dan lain2nya, entah berhasil dari bahaya maut atau tidak" Jika orang tua itu membohongi aku, maka jiwa mereka sesungguhnya sangat menguatirkan sekali.
Memikir sampai disitu, ia lantas sesalkan dirinya sendiri mengapa terlalu percaya kepada orang lain. Kala itu mengapa ia tidak menolong sendiri kepada mereka" Jika orang2 kuat dari rimba persilatan yang jumlahnya tidak kurang dari seratus orang itu binasa semuanya, meski bukan ia yang membinasakan, tapi sedikit banyak ia turut bertanggung jawabnya. Dan apa bila betul sampai terjadi demikian, bagimana nanti harus menerangkan ktpada-kawan2 didunia kang-ouw.
Dalam cemasnya, ia lantas ambil keputusan, hendak mengakhiri pertempuran itu dengan cepat. Ia lalu kerahkan seluruh kekuatannya menyerang Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek yang sudah melayani sampai seratus jurus lebih dengan susah payah, tidak menduga akan diserang begitu hebat oleh Lim Tiang Hong. Ia merasa kemana saja ia menyingkir, selalu tidak terlepas dari ancaman ujung pedang lawannya.
401 Terpaksa juga ia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, untuk menangkis pedang lawannya. Tidak nyana tangkisannya yang begitu tangkas, ternyata tidak mampu menahan lajunya tikaman pedang, tahu2 pedang itu sudah mengancam depan mata, hingga ia kaget dan ketakutan. Tapi sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, ia tetap dapat berlaku tenang. Dengan cepat kipasnya digunakan untuk mengibas pedang yang mengancam dirinya. setelah itu ia lantas lompat mundur sejauh lima kaki.
Tapi, gerakannya itu ternyata masih agak terlambat.
Ujung baju panjangnya telah terpapas oleh ujung pedang Lim Tiang Hong.
Sebagai orang kuat yang belum pernah mengalami kekalahan, kali ini telah dibikin jatuh oleh satu anak muda yang usianya tidak lebih tua dari padanya, maka nama baiknya selama itu, dengan kekalahannya itu seolah-olah menjadi ludas, bagi ia, seorang yang beradat tinggi dan sombong. Rasanya lebih baik dari pada mengalami hinaan semacam itu Maka setelah kesima sejenak, ia lalu lompat maju sambil berseru: "Aku akan adu jiwa denganmu!"
Tapi, Lim Tiang Hong sudah menggunakan kesempatan itu, lompat melesat ke dalam rombongan orang banyak yang sedang bertempur.
Kebetulan pada saat itu Sin-lie Hongcu sedang dibikin ripuh oleh empat orang kuat dari Hong-lui-po. Gadis tangkas yang sedang menghadapi bahaya itu, mungkin segera akan jatuh gugur apabila Lim Tiang Hong tidak tiba pada waktu yang tepat.
Sambil membentak keras Lim Tiang Hong putar
pedangnya, lalu disusul oleh suara jeritan ngeri berulang-402
ulang, empat orang buas itu sudah terkutung badannya tanpa dapat melawan.
Setelah membereskan empat musuhnya, ia kembali putar tubuhnya dan menyerang kepada musuh yang sedang melawan Cit-seng Hong-cu.
Pedangnya berkelebatan laksana bianglala. Dalam waktu sekejap mata saja, kembali dua jiwa telah melayang di ujung pedangnya. Setelah itu, ia lantas lompat melesat menghampiri Pek-tok Hui-mo dan berkata padanya dengan suara keras: "Tui-hong Congkoan, kau hadapi sisa.
Manusia buas itu iblis jahat ini serahkan padaku".
Cian-lie Tui-hong yang sudah bertempur tiga ratus jurus lebih dengan Pek-tok Hui-mo memang sudah merasa agak letih. Begitu mendengar perkataan Kokcunya, semangatnya terbangun lagi. Setelah mengucapkan "Baik!," orangnya lantas melesat ke arah Mo-ie Kim-kho. Setelah membikin remuk kepala orang pendek katai yang melawan kawannya itu, ia lantas berkata padanya: "Lo Han, senjatamu yang mematikan itu, mengapa kau tidak gunakan" Apakah pada waktu dan keadaan semacam ini, kau masih mempunyai perasaan kasian?"
Mo-ie Kim-kho nama aslinya adalah Han Thao, nama julukan itu didapatkan karena ia mahir sekali menggunakan senjata rahasia serupa Kimkho yang dibikin kecil semacam anak panah. Senjata itu panjangnya cuma tiga chun, digunakannya serupa dengan anak panah kecil biasa.
Hanya cara melepaskannya ada menggunakan semacam cara istimewa yang ia ciptakan sendiri, bahkan dapat melepaskan dengan menggunakan kedua tangannya. Sekali ia menggunakan senjatanya itu, sudah dapat dipastikan kalau musuhnya tidak dapat lolos dari tangannya.
403 Kini setelah mendengar perkataan Cian-lie Tui-hong, ia lantas simpan senjata besarnya dan mengeluarkan senjata rahasianya yang sangat ampuh, lalu berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Lo han hari ini akan membuka
pantangannya untuk melakukan pembunuhan besar2an".
Dengan tiba2 ia gerakan tangannya, lima batang senjata rahasianya melesat keluar meluncur ke arah beberapa orang Thian-cu-kauw.
Setelah melancarkan serangannya itu, kembali ia melancarkan dengan kedua tangan, hingga sinar emas berkelebatan, kemudian disusul oleh suara jeritan dan jatuhnya korban. Dalam waktu sekejap mata saja, sudah ada hampir sepuluh orang yang rubuh.
Dari rombongan kawanan orang jahat terdengar suara ramai "Menggunakan senjata untuk melukai lawannya, apakah itu ada perbuatannya satu orang gagah?".
Cian-lie Tui-hong lantas menyahut sambil ketawa terbahak-bahak: "Terhadap manusia seperti kamu ini, perlu apa harus memakai aturan segala?"
Tanpa banyak rewel, tongkatnya lantas diputar, menghantam kawanan manusia buas itu.
Sesaat kemudian, keadaan lantas menjadi kalut. Suara beradunya senjata tajam, suara bentakan, suara jeritan terdengar di sana sini.
Dipihaknya Pek-tok Hui-mo, ketika melihat Lim Tiang Hong berada di depannya, wajahnya berubah seketika. Tapi ia masih tetap coba berlaku tenang, sambil perdengarkan suara tertawanya yang aneh ia berkata: "Dulu, di gunung Bongsan aku telah ampuni jiwamu, tapi hari ini aku tidak dapat membiarkan kau lolos dari tanganku lagi".
404 Dengan sikap dan nada suara dingin Lim Tiang Hong berkata: "Hunus senjatamu! perlu apa banyak bicara!"
"Seumur hidup aku belum pernah menggunakan
senjata, majulah saja!"
Lim Tiang Hong lantas simpan pedangnya dan berkata pula: "Tuan mudamu tidak akan berlaku curang, aku juga akan menggunakan sepasang tangan kosong untuk
menghadapi kau!" Kulit diwajahnya Pek-tok Hui-mo nampak bergerak-gerak. Per-lahan2 ia angkat tangannya, tapi ia tidak berani menyerang dengan lantas. Meski saat itu ia sudah faham ilmu Kana Kim-kong Sian-ciang dari golongan Buddha, tapi pengalamannya dalam pertempuran di gunung Bongsan, ia tahu benar bahwa ia masih belum mampu
menandingi anak muda itu. Selagi kedua pihak sedang bersiap-siap hendak melakukan pertempuran dahsyat, di luar kalangan tiba2 terdengar suara nafiri yang menyeramkan. Semua pahlawan2 Hong-lui-po dan Thian-cu-kauw, ketika mendengar suara itu lantas pada undurkan diri dan lari serabutan keluar kalangan. Begitu juga dengan Pek-tok Hui-mo, meski matanya memandang Lim Tiang Hong tanpa berkedip, tapi kakinya pe-lahan2 ditarik mundur dan kemudian lompat melesat meninggalkan musuhnya.
Pertempuran hebat yang berlangsung sekian lama tadi, telah berhenti secara mendadak hingga dimedan
pertempuran tadi juga mendadak berubah menjadi sunyi.
Hanya bangkai2 manusia yang rebah berserakan serta suara rintihan dari orang2 yang terluka parah saja yang masih ada.
Lim Tiang Hong dibikin heran oleh perubahan secara mendadak ini. Ketika ia menyaksikan keadaan yang 405
mengenaskan itu, ia hanya dapat menghela napas dan berjalan menghampiri Gin-sie-siu.
Pada saat itu, baik orang2nya Hong-hong-tie, Tho-hoato, maupun orang2-nya Ngo-thay-pay dan gunung Bu-san, semuanya sudah mandi darah, beberapa diautaranya malah ada yang terluka.
Dengan sungguh2 Lim Tiang Hong berkata kepada Gin-sie-siu: "Kau ada membawa berapa banyak Soat-son-wan?"
Gin-sie-siu lalu mengeluarkan sebotol kecil dan diberikan kepada Lim Tiang Hong seraya berkata:
"Barangkali ada duapuluh butir lebih".
"Hong-lui-pocu telah kandung maksud hendak
menguasai dunia rimba persilatan daerah Tionggoan, hal ini sudah diketahui oleh kita semua. Tapi tujuannya mungkin bukan cuma itu saja. Kini kita semua orang2 dari pelbagai partai persilatan harus bekerja sama, harus bersatu-padu untuk menghadapi musuh. Obat itu kau berikan kepada semua orang yang terluka". demikian perintahnya Lim Tiang Hong.
Setelah itu ia menghampiri Tho-hoa Thocu, yang juga sudah menghampiri padanya bersama anaknya.
Dengan hati masih panas, jago tua itu berkata: "Lohu sesungguhnya tidak menduga, orang2 Hong-lui-po akan menggunakan siasat begitu rendah untuk menghadapi kita".
Khe-tek Taysu mendadak berkata sambil memuji nama Buddha: "O-Mie-ToHud! Sian-cay! tidak nyana dalam pertempuran mati2an ini, lolap juga termasuk salah satu algojonya!"
Cian-lie Tui-hong lantas nyeletuk sambil ketawa ter-bahak2: "Aku tidak membunuh orang, orang akan
406 membunuh aku. Kau lihat, mereka kembali hendak membunuh kita entah dengan cara apa lagi!"
Lim Tiang Hong berpaling, ia segera dapat lihat bahwa itu orang2 berpakaian kulit warna merah, per-lahan2 sudah mulai bergerak. Mereka itu setiap sembilan orang merupakan satu kelompok dan kelompok2 serupa ini, sedikitnya ada 20 kelompok. Mereka itu merupakan suatu barisan yang rapi, bergerak secara teratur, sekelompok demi sekelompok berjalan maju mendekati bekas medan pertempuran taii. Sedang Hong-lui Pocu Bo-yong Pek, dengan wajah bengis berdiri jauh2, di belakangnya ada disertai beberapa pahlawannya.
Congkoan Kouw Sam bersama empat Suncu, saat itu masing2 sudah mengenakan semacam pakaian khusus, terdiri dari macam2 warna merah, kuning, biru, putih dan hitam. Mereka itu lompat masuk ke dalam rombongan beberapa kelompok orang baju kulit itu dan kemudian berdiri diempat penjuru. Nampaknya mereka itu bertindak selaku pemimpin kelompok2 itu. Kouw Sam yang berpakaian warna merah, berdiri di tengah, mungkin ia bertindak sebagai komando.
Tho-hoa Tocu yang menyaksikan itu perdengarkan suara dihidung, kemudian berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong. "Tahukah kau apa yang mereka hendak lakukan?"
"Tidak tahu. Tapi menurut dugaan boanpwee ini pasti ada semacam barisan yang amat lihay karena kekuatan gabungan dari orang2 yang berdiri di kelompok2 itu"
jawabnya Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
Gin-sie-siu sambil mengurut jenggotnya yang panjang, nampak bepikir. Mendadak ia terperanjat dan berkata: 407
"Celaka! ini barangkali ada semacam barisan yang sangat ampuh".
"Bagaimana kau tahu?" tanya Tho-hoa Tocu.
"Setiap kelompok terdiri dari sembilan orang, setiap orang tangannya diletakkan di atas pundak orang yang berada di depannya, dengan demikian pasti dapat saling menyalurkan kekuatan tenaga mereka. Pakaian kulit yang dikenakan di badan mereka, pasti juga ada gunanya, mungkin dapat digunakan untuk menahan serangan tangan lawannya. Dengan adanya dua macam syarat yang
menguntungkan itu, walaupun lemah juga bisa berubah menjadi kuat. Apalagi kalau mereka dikendalikan oleh seorang yang pandai mengatur barisan, pasti dapat menggerakkan kekuatannya yang hebat. Dan dari gerak-gerik mereka yang begitu gesit dan cekatan, mungkin mereka itu sudah terlatih baik sekali"
"Mungkin mereka akan segera melakukan serangan, maka kita juga harus siap sedia untuk menghadapi serangan itu" berkata Lim Tiang Hong.
Khe-tek Taysu membenarkan pikiran pemuda itu,
katanya: "Siauwhiap benar, setidak tidaknya kita harus membagi orang2 kita menjadi empat rombongan".
Pada saat itu, kembali terdengar suara nafiri yang tajam melengking dan menyeramkan.
Cian-lie Tui-hong lantas menggeram "orang2 yang mengantarkan jiwa itu sudah bergerak kemari...."
Belum lagi habis ucapannya, mendadak kelompok
orang2 berpakaian warna merah itu nampak bergerak begaikan gelombang air laut yang mengamuk, menggulung ke arah Lim Tiang Hong dan kawan2nya.
408 dwkz Bab 61 SAMBIL membentak keras, Tim Tiang Hong
menyerang kelompok orang2 itu dengan kekuatan tenaga dalam. Tapi di luar dugaannya, orang2 yang datang menyerbu itu seolah-olah tidak merasa apa2. Kembali terdengar suara seperti angin puyuh. Gelombang kedua dari hembusan angin kembali menggulung padanya dari samping.
Tho-hoa Tocu lantas kebutkan lengan bajunya, juga dengan kekuatan tenaga dalamnya menyambuti hembusan angin itu, tapi ternyata juga tidak membawa hasil yang diharapkan.
Serangan dari gelumbang ketiga dan keempat saling menyusul bagaikan angin taufan. Lim Tiang Hong dapat kenyataan bahwa orang2 berpakaian kulit merah itu, dipimpin oleh empat Suncu yang memakai tanda pakaian warna kuning biru, putih dan hitam. Barisan yang tiap kelompok terdiri dari sembilan orang itu berputaran atau saling menyilang, melakukan serangan dari empat penjuru.
Sedang congkoan Kouw Sam, dengan berpakaian warna merah dan tangan membawa nafiri, berdiri di tengah tengah, seolah olah merupakan kuncinya barisan itu.
Barisan istimewa itu mulai bergerak dengan tertentu, serangan yang mereka lancarkan makin lama makin gencar.
Lim Tiang Hong tiba2 dapat lihat bahwa barisan ini sangat aneh, kecuali tujuan yang di arah oleh orang2
berpakaian kulit merah itu mempunyai urutan tertentu, tapi juga setiap serangan yang dilancarkan oleh setiap 409


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

kelompok, seolah-olah serangan yang keluar dari tinju atau telapakan tangan.
Serangannya itu ada demikian cepat dan mengandung kekuatan sangat hebat serta menurut gerak tipu tertentu.
Dalam waktu yang amat singkat, tekanan kekuatan dari empat penjuru makin bertambah maka ia lantas serukan kepada kawan2nya: "Kita orang2 dari empat golongan lekas sambuti serangan mereka dari empat jurusan. Tui-hong Congkoan, kau bantu Hongcu dari gunung Bu-san.
Mo ie Kim-kho, boleh pergi bantu Ngo-tay-pay."
Hakekatnya, orang2 dari empat golongan itu memang sudah terpencar menjadi empat kelompok, menyambuti serangan orang2 baju kulit itu. Apa yang menyulitkan adalah: serangan mereka itu begitu masuk dalam kekuatan yang menyerbu dari empat penjuru itu lantas lenyap tanpa bekas, sedang serangan yang dilancarkan oleh orang2
berpakaian kulit itu, nampaknya sedikitpun tidak takut serangan hebat dari mereka. Walaupun mereka itu setiap orang mem-punyai kepandaian tinggi dan kekuatan cukup, tapi tidak dapat bertindak sejengkalpun.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali, jago2 dari daerah Tionggoan, itu sudah mulai kewalahan. Mendadak terdengar pula suara nafiri, rombongan orang2 pakaian kulit itu mendadak pada menghunus senjata golok tebal bergigi.
Sebentar kemudian, keadaan lantas berubah seolah olah gunung golok, orang2 itu maju menyerbu.
Cian-lie Tui-hong sambil putar tongkatnya berseru dengan suara keras: "Kita tidak dapat duduk saja menunggu dihantam mari terjang keluar!"
Si Pengemis Pincang yang terkenal dengan tenaganya seperti kerbau itu, serangan dengan tongkatnya itu seolah 410
olah sebuah lokomotif, yang menyerbu rombongan orang berpakaian kulit itu. Menurut perhitungan, walaupun tidak dapat mengenakan sasarannya, setidak tidaknya juga bisa membuka satu lobang untuk menerjang keluar. Di luar dugaannya, orang2 berpakaian kulit itu agaknya tidak merasakan serangannya. Rombongan pertama lewat di depannya, rombongan kedua sudah ada di depannya lagi.
Hong-gwat Kongcu yang berada di sebelah kanannya, lantas berseru "Aku tidak percaya segala kekuatan gaib!"
Segera ia putar pedangnya, dengan cepat sudah
melakukan serangannya. Ia yang sangat mahir dalam ilmu pedang, serangannya itu sesungguhnya tidak boieh dianggap ringan. Tapi serangannya itu begitu masuk ke dalam kekuatan angin yang keluar dari serangan orang2
berpakaian kulit itu, lantas musnah, hanya tinggal sedikit getaran gelombangnya saja.
Pada saat itu, serangan orang2 berpakaian kulit itu makin hebat, lingkaran kepungan makin ketat. Orang2 yang terkurung oleh barisan itu meski semuanya merupakan orang2 kuat kelas satu, tapi juga mundur terus.
Lim Tiang Hong yang sejak semula terus perhatikan barisan itu, ia merasa bahwa berputarnya orang2 itu, bukan kesatu arah, melainkan berseliweran, dengan menggunakan berputarnya tenaga angin, untuk mengimbangi hembusan angin, yang dilancarkan oleh lawannya, maka walaupun hembusan angin yang keluar dari serangan para jago itu hebat sekali, juga tidak dapat menebus bendungan tersebut.
Setelah mengetahui teorinya itu, segera ia dapatkan suatu pikiran untuk menerjang keluar. Tepat pada saat itu, sekelompok orang berpakaian kulit dengan sembilan golok bergigi mereka, telah menyerbu padanya seolah-olah gunung golok.
411 Ia lalu melancarkan suatu serangan hebat, untuk menahan serangan tersebut. Serbuan orang2 berpakaian kulit itu, ternyata cepat sekali, setelah melancarkan serangannya, dengan cepat sudah melalui dirinya.
Lim Tiang Hong membentak keras, tangannya
dipentang. Dengan gerak tipu Sie-koan Kim-khun atau menggulung langit dan bumi, sambaran kekuatan angin dari tenaga dalamnya menyerang belakang kelompok orang2
itu. Pada saat itu, kelompok kedua sudah berada di depan hiduugnya dan menyerang padanya dengan kekuatannya yang hebat.
Tapi ia sengaja hendak menempuh bahaya. Setelah melancarkan serangannya, orangnya juga bergerak secepat kilat mengikuti dan menerjang ke arah kelompok yang pertama.
Tipu serangannya Sie-koan Kiam-khun, ada merupakan gerak tipu terhebat dalam ilmu silat Lui-thian Hui-huan-ciang. Sambaran angin yang keluar dari tangannya itu laksana angin puyuh menggulung kelompok orang2 itu, sehingga terdampar ke samping.
Menggunakan kesempatan itu, Lim Tiang Hong sudah menempatkan dirinya ke tempat kelompok orang pertama tadi. Dengan berhasilnya serangannya itu, semangatnya lantas terbangun. Cara itu ia lakukan berulang kali, tibalah ia ke pinggir barisan, kemudian ia melesat setinggi lima tombak. Dengan satu gerakan Sam-hwee Kiu-kiok, ia telah berhasil meloloskan diri dari dalam kepungan.
Ia berhasil meloloskan diri, karena mengandal
kecerdasan otaknya. Tapi kalau tidak mempunyai kekuatan tenaga dalam dan kepandaian yang melebihi manusia biasa, juga tidak dapat berhasil. Sesaat selagi ia baru keluar dari kepungan, dalam kalangan terdengar suara bentakan.
412 Hong-lui Pocu Bo-yong Pek, sudah memimpin
serombongan pahlawannya mengurung padanya. sambil ketawa dingin Pocu itu berkata: "Meski kau ada mempunyai kepandaian menerjang keluar dari dalam barisan Hong-lui-tin, tapi dalam sisa hidupmu ini, jangan harap bisa balik ke daerah Tionggoan lagi".
Lim Tiang Hong memandang padanya dengan sorot
mata dingin, mendadak berkata padanya dangan mata beringas: "Sekali lagi aku peringatkan padamu, lekas kau tarik mundur barisanmu ini, untuk menghindarkan pertumpahan darah lebih banyak. Kau harus tahu bahwa partai persilatan daerah Tionggoan, sudah mempunyai riwayat cukup lama, hingga sudah meluas kemana mana.
Sekalipun orang2 yang datang hari ini binasa semuanya di sini, tapi, ibarat api unggun, tidak madah ditumpas, begitu tertiup angin, lantas menyala lagi. Begitu pula keadaannya dengan partai persilatan daerah Tionggoan, satu runtuh, dua tumbuh. Banyak kekuatan tenaga muda nanti yang akan menggantikan kedudukan mereka yang sudah tiada, untuk membangun kembali kekuatannya. Apa lagi Hong-lui-po belum tentu dapat membasmi mereka semuanya.
Perkataanku sudah cukup sampai di sini dulu, kalau kau masih mempunyai kepandaian, bolehlah keluarkan seluruhnya!"
Bo-yong Pek meski tahu bahwa perkataan anak muda itu memang ada benarnya, tapi pada saat itu ia sudah dipengarui oleh wataknya yang hendak menguasai seluruh dunia Kang ow, hingga ia tidak memikirkan lagi apa akibatnya.
"Hari ini sudah tiada jalan lain, kita cuma dapat selesaikan dengan mengandal kepandaian masing2, Bo-yong Pek kalau tidak mempunyai kepandaian untuk 413
menundukan orang2 kuat itu, sudah tentu tidak berani menjagoi di daerah barat ini. Aku tahu di daerah Tionggoan kau mendapat sedikit nama, tapi hari ini kalau kau ingin keluar dari Hong-lui-po dalam keadaan utuh, barangkali tidak mudah lagi." demikian jawabnya.
"Kalau kau memang sudah tidak bisa insyaf, baiklah kita nanti lihat saja bagaimana kesudahannya".
Lim Tiang Hong segera menghunus pedangnya, tangan kiri mencabut seruling emasnya, dengan kedua senjata ditangan, ia berdiri tegak, siap untuk menghadapi lawannya.
Semua pahlawan Hong lui-po, tadi sudah menyaksikan sendiri bagaimana anak muda itu tadi telah mengalahkan pocu mereka. Meski semua sudah siap sedia, tapi tiada satupun yang berani bergerak menantang lebih dahulu.
Bo-yong Pek yang menyaksikan keadaan demikian, hatinya semakin mendongkol. Ia lantas pentang kipasnya, dengan mata beringas menghampiri musuhnya.
Mendadak dari jauh terdengar derap kaki kuda. Dari suaranya dapat diduga bahwa kuda itu sedikitnya ada tiga atau empat puluh ekor banyaknya. Lim Tiang Hong segera mengerti bahwa itu pasti pengikut2 Hong-hong-tie yang tersebar hampir diseluruh pelosok, yang datang hendak memberi bantuan.
Bo-yong-pek lantas berubah wajahnya, iapun tahu bahwa orang2 yang baru datang itu pasti ada orang2 yang dimaksudkan oleh Gin-sie-siu. Selagi masih belum tahu apa yang harus diperbuat, rombongan orang yang pada naik kuda itu sudah tiba, mereka ternyata terdiri dari orang campuran dengan dandanan mereka yang beraneka ragam, jumlahnya kurang lebih empat puluh orang.
414 Lim Tian Hong begitu melihat, sudah dapat pastikan bahwa orang2 itu memang benar ada orang Hong-hong-tie.
Dari rombongan orang2 itu, mendadak muncul keluar seorang penunggang kuda yang bedal kudanya
menghampiri Lim Tiang Hong, setelah berada di hadapan anak muda, penunggang kuda itu lantas lompat turun dan memberi laporan: "Laporan, bahwa saudara2 kita dari kedua tepi sungai Huangho sudah tiba semuanya, harap Kokcu suka memberi petunjuk selanjutnya".
Lim Tiang Hong lantas mengenali bahwa ia adalah itu nelayan muda Lam-hay Theng-kauw, maka lantas ulapkan tangannya sembari berkata: "Suruh mereka beristirahat dulu di samping!"
Saat itu, semua orang itu sudah pada lompat turun dari atas tunggangannya dan berdiri tegak di depan Lim Tiang Hong.
Bo-yong Pek yang menyaksikan keadaannya orang2 itu, diam2 terkejut. Sebagai orang yang mengerti ilmu silat, begitu melihat saja ia sudah mengetahui bahwa orang2 itu ternyata tidak dapat dibandingkan dengan orang2 kuat atau bangsa busu biasa saja.
Memang benar, rombongan itu masing2 terdiri dari jago2 terkenal dimasing-masing tempatnya atau ketua salah satu golongan. Setiap orang mempunyai kepandaiannya yang istimewa. Dibanding dengan orang2 atau pahlawan2
Hong-lui-po, perbedaannya seolah-olah bumi dengan langit.
Bo-yong Pek tahu apabila ia bergerak, orang2 yang baru datang itu pasti juga turut campur tangan. Tapi kalau tidak bergerak, ia sudah terlanjur bertindak sampai sedemikian jauh bagaimana harus ditarik kembali"
415 Untuk menjaga muka dan nama baiknya, terpaksa ia keraskan kepala, sambil gigit bibir ia keluarkan perintah:
"Maju!" Ia sendiri lantas gerakan kipasnya mengarah jalan darah Hian-kie-hiat lawannya serangan itu dilakukan dengan tenaga sepenuhnya. Maka bukan buatan hebatnya. Sebelum mengenakan sasarannya, hembusan anginnya sudah menyambar bagaikan lajunya anak panah yang terlepas dari busurnya.
Semua pahlawan Hong-lui-po yang sejak tadi sudah siap, juga lantas bergerak maju menyerang.
Dengan tenang Lim Tiang Hong menangkis serangan Bo-yong Pek dengan pedangnya. Sedang seruling emas di tangan kirinya digunakan untuk menghalau orang2 Hong-lui-po hingga pada terdesak mundur.
Orang2 Hong-hong-tie tidak mau tinggal diam. Semua dengan serentak lantas bergerak menyerang orang2 Hong-lui-po. Sebentar saja banyak orang2 Hong-lui-po sudah rubuh binasa atau luka-luka.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, lantas mendesak Bo-yong Pek, kemudian berkata kepada orang2nya: "Di sini tidak memerlukan bantuan kalian. Tui-hong Congkoan sekalian disana telah terkurung oleh barisan yang kuat, lekas bantu mereka!"
Hong-hong-tie keadaannya sangat berlainan dengan partai2 persilatan umumnya. Persatuan ini terdiri dari orang2 kang-ouw yang sudah undurkan diri dari dunia kang-ouw. Guru mereka sudah tentu tidak sama, tapi tujuannya ialah satu, yaitu melakukan kebaikan bagi umat manusia, melindungi pihak yang lemah, membasmi kawanan yang jahat.
416 Begitu mendengar perintah Kokcunya, orang2 itu lantas mundur dan berkumpul untuk berunding. Setelah itu mereka itu lantas dipecah menjadi empat rombongan, menyerbu kepada orang2 berpakaian kulit merah.
Tapi mereka masih meninggalkan empat orangnya yang terkuat, untuk melindungi Kokcunya dari bokongan musuh.
Lim Tiang Hong yang sudah tidak perlu memikirkan nasib orang2nya yang terkepung oleh barisan itu, melakukan serangannya makin hebat.
Suatu pertempuran sengit yang tidak ada taranya, kembali telah berlangsung di atas tanah yang penuh salju....
Kita balik kepada Cian-lie Tui-hong, Tocu dan
kawau2nya. Ketika dapat lihat Lim Tiang Hong sudah berhasil keluar dari kepungan barisan, juga pada berusaha untuk menerjang, keluar, tapi ternyata sudah agak terlambat. Tiba2 terdengar pula suara tiupan nafiri, dan serangan orang2 berpakaian kulit itu semakin cepat hingga tekanan mereka dirasakan semakin hebat. Mereka bukan saja sudah mendesak lawannya balik kedudukan semula, bahkan lingkarannya nampak semakin ciut.
Orang2 yang terkurung itu meski setiap orang
mempunyai kepandaian tinggi, tapi karena kekuatan lawan terdiri dari kekuatan gabungan sembilan orang, maka semakin lama semakin kewalahan, belum antara lama, mereka sudah merasa hampir kehabisan tenaga.
Pada saat demikian, tiba2 terdengar pula suara nafiri yang amat nyaring dan tajam. Mereka mengira, musuh hendak menggunakan muslihat lainnya lagi, siapa nyana setelah suara nafiri itu berhenti, tekanan musuh dirasakan agak berkurang. Orang2 berpakaian kulit yang tadinya 417
menyerang mereka secara berseliweran, meski masih berlangsung terus, tapi jumlahnya sudah banyak berkurang.
Tho-hoa Tocu yang sudah banyak pengalaman, begitu menyaksikan perubahan itu lantas berkata: "Nampaknya Lim Siauwhiap telah memimpin orang2nya menyerang dari pihak luar, mari kita menerjang keluar!"
Ia telah bertindak lebih dulu, Lengan bajunya digunakan sebagai senjata. menyerang dengan gencar kepada musuhnya. Karena hebatnya serangan tersebut, barisan orang2 berpakaian kulit itu telah terbuka sebuah lubang.
Berbareng pada saat Tho-hoa Tocu melesat keluar dari
'lubang' itu, dipihak Cian-lie Tui-hong juga sudah berhasil merubuhkan beberapa orang musuh dengan tongkatnya.
Demikian pula dengan Hong-gwat Kongcu, yang ternyata juga tidak mau ketinggalan.
Giu-sie-siu, Cheng-phao-siu dan lain2nya telah menggunakan kesempatan itu, melakukan serangan dengan serentak. Maka hampir pada saat itu juga, sudah berhasil membuka sebuah 'lubang' pula- Karena dipihaknya orang2
berpakaian kulit itu harus menarik sebagian orang2nya untuk menghadapi orang yang menyerang dari luar, maka kekuatan mereka agak kendor.
Dalam keadaan demikian pihak yang dikurung
melakukan serangan yang lebih hebat pula. Cian-lie Tui-hong yang paling berangasan, sekali pukul sudah merubuhkan lagi tiga orang dari barisan terdepan. Dengan cepat Gin-sie-siu kebutkan lengan baju panjangnya, tiga korban tongkat si Pengemis Pincang itu disapu dan terbang ke arah barisan kedua.
Barisan yang menggunakan kekuatan dari gabungan banyak orang itu, mereka harus bertindak gesit dan bersatu 418
padu secara erat, baru berhasil mengurung musuhnya. Tapi apabila tidak berhasil memenuhi syarat tersebut, maka lenyap seluruh kekuatan barisan itu. Karena kelompok pertama barisan itu terhalang, sebelum kekuatannya diisi oleh kelompok kedua, orang2 yang terkurung sudah menggunakan kesempatan pada saat tiga bangkai orang berpakaian kulit yang dilemparkan oleh kipasan lengan baju Gin-sie-su kepada kelompok kedua, telah menerjang keluar.
Dengan demikian, maka barisan itu lantas menjadi kalut. Khe-tek Taysu, Cit-eng Hong-cu dan lain2nya. juga tidak mau ketinggalan, hingga keadaan semakin kacau balau.
Si Pengemis Pincang yang tadi sangat mendongkol, kini telah mengamuk bagaikan kerbau gila, hingga banyak jiwa yang melayang di bawah tangannya.
Kalau pihak orang yang dikepung tadi kini menerjang keluar dengan melakukan serangan secara kalap, orang2
Hong-hong-tie yang menyerang dari luar juga merangsak dan mengejar orang2 Hong-lui-po itu tanpa kasian. Sial bagi orang2 Hong-lui-po itu, dalam waktu sangat singkat sudah hampir terbasmi seluruhnya.
Kauw Sam yang menyaksikan keadaan demikian, masih berdaya sedapat mungkin untuk perbaiki barisannya. Tiba2
Cian-lie Tui-hong berada didepannya. Sambil ketawa mengejek si pengemis itu berkata: "Tidak usah kau main2
dengan nafirimu lagi. Aku si pengemis hendak antar kau menghadap kepada Giam-lo-ong!"
Dengan cepat tongkatnya sudah digunakan masuk
menyerang. Karena Kauw Sam dulu sudah pernah menjadi pecundangnya, maka ketika tongkat si pengemis pincang itu mengancam dirinya, Kauw Sam buru2 lompat mundur lima 419
kaki tapi, si Pengemis yang sudah kalap, terus mengejar dan menghadang musuhnya dengan tongkatnya.
Kauw Sam sudah tidak dapat kendalikan barisannya lagi, ia terpaksa harus melayani Cian-lie Tu-liong.
Kalau dipihaknya Kauw Sam sudah diserbu oleh Cianlie Tui-hong, dipihaknya empat Sin-liu juga sudah diterjang oleh Tho-hoa Tocu dan lainnya. Dengan demikian, maka barisan itu sudah kehilangan komandonya, hingga tidak merupakan barisan lagi.
Orang2 itu meski sudah mendapat latihan cukup lama, tapi begitu barisan itu hancur berantakan, tidak ampun lagi lantas menjadi korban senjata lawannya. Hingga dalam waktu sekejapan saja sudah pada menggelegak menjadi bangkai.
Walaupun diantara mereka sudah banyak yang gugur, tapi, tiada satupuh yang coba kabur. Mereka terus maju merangsak, maka akhirnya pada binasa semua.
Ini adalah merupakan satu kekalahan yang terbesar selama berdirinya Hong-lui-po.
Sekarang mari kita tengok Lim Tiang Hong dengan dua senjata dikedua tangan. Ia telah berhasil mendesak Bo-yong Pek, sedang semua pahlawan Bo-yong Pek juga dibikin tidak bergerak oleh empat orang Hong-hong-tie yang menjaga mereka, hingga tiada satupun yang dapat memberi bantuan.
Pada saat itu, dari dalam benteng terdengar suara nafiri, lalu disusul oleh rombongan kaum wanita dengan pedang terhunus dan gerak geriknya yang lincah dan gesit menyerbu ke arah Lim Tiang Hong. Dalam waktu singkat Lim Tiang Hong dan empat pahlawannya sudah berada dalam kepungan barisan srikandi2.
420 Barisan wanita itu ternyata tidak boleh dipandang ringan. Mereka ternyata merupakan lawan yang sangat tangguh. Tapi bagi Lim Tiang Hong, betapapun kuatnya lawan, ia masih sanggup menghadapi. Tidak demikian dengan empat pahlawannya, yang agaknya merasa
kewalahan. Dalam keadaan demikian, mendadak terdengar pula suara pujian Buddha, kemudian disusul oleh suaranya orang berkata: "Buddha meski penuh welas kasih, tapi keadaan hari ini sudah tidak mungkin lagi loceng tidak membuka pantangan untuk melakukan pembunuhan! O-Mie To-Hud!"
Tidak antara lama dari dalam benteng kembali muncul serombongan paderi yang dipimpin oleh seorang paderi tua tinggi besar. Mereka itu adalah rombongan paderi Siauwlim-sie yang dipimpin oleh ketuanya Pek-lap Siansu.
Begitu tiba di kalangan, lantas harus berhadapan deugan barisan wanita itu, hingga terjadilah suatu pertempuran yang sengit tapi juga agak ganjil.
Di belakang kawanan paderi dari Siauw-lim-sie, lantas muncul pula orang2 dari enam partai golongan Hian-bun bersama orang2 kang-ouw lainnya.
Sudah sekian lama mereka dikurung dalam ruangan tamu loteng In-yan-kok oleh Bo-yong Pek. Meski mereka tidak sampai jatuh karena sudah diberi obat tahan racun oleh Lim Tiang Hong, tapi biar bagaimana hati mereka merasa panas, maka begitu keluar dari dalam bahaya, lantas menyerbu Bo-yong Pek.
Betapapun tingginya kepandaian Bo-yong Pek juga tidak mampu menghadapi serangan begitu banyak orang kuat dari rimba persilatan. Apalagi di samping mereka masih ada 421
lagi saru lawan kuat yang merupakan dirinya Lim Tiang Hong, yang pernah mengalahkan dirinya.
Suara jeritan ngeri terdengar ber-ulang2, para jago dari daerah Tionggoan dalam keadaan murka, telah melakukan pembunuhan besar-besaran di tanah gurun pasir itu.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan sangat mengenaskan itu, lantas tarik kembali senjatanya dan berseru kepada kawan2nya: "Tahan dulu!"
Suara seruan itu ketika didengar oleh orang2-nya Hong-hong-tie, mereka lantas hentikan gerakannya dengan serentak, yang lainmya karena tidak tahu apa maksud jago muda itu, hanya berhenti sejenak, untuk menantikan penjelasannya.
Lim Tiang Hong berkata pula dengan suara keras sambil menuding Bo-yong Pek: "Mengapa kau tidak suruh mereka berhenti" Apakah kau hendak membiarkan supaya
pertumpahan darah besar2an ini berlangsung terus?"
Dengan wajah bengis Bo-yong Pek tiba-tiba keluarkan siulan nyaring, orang2 Hong-lui-po yang mendengar suara itu, serta merta mundur dan berbaris rapi di belakang pocunya.
Setelah pertempuran berhenti seluruhnya, Bo-yong Pek baru berkata kepada Lim Tiang Hong: "Kau hendak berkata apa, katakanlah saja!"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan dimedan pertempuran, lantas berkata sambil menghela napas:
"Dalam penumpahan darah besar2an ini sebetulnya siapa yang salah, pada dewasa ini masih susah dibuktikan. Tapi, biar bagaimana kita tidak dapat membiarkan hal ini berlangsung terus".
422 Dengan wajah pucat pasi, Bo-yong Pek ketawa dingin, tapi ia tidak menjawab perkataan Lim Tiang Hong.
Yu-liong-cu dari Khong-tong-pay, mendadak maju menghampiri dan berkata: "Kalau kau ingin supaya Hong-lui-po tidak ludas, lekas kau kembalikan panji persekutuan enam partai itu kepadaku, jikalau tidak, hari ini Hong-lui-po akan rata dengan bumi".
Bo-yong Pek dongakan kepala dan ketawa dingin, diwajahnya terlintas nafsunya membunuh, tapi ia tidak segera bertindak.
Yu-liong-cu barusan kalah ditangan pocu ini, dalam hatinya masih merasa penasaran, maka kini setelah menyaksikan sikapnya yang sangat jumawa, lantas naik pitam, kembali ia lompat maju dan membentak padanya dengan suara keras: "Apa kau kira bahwa enam partai sudah tidak ada orangnya" Hm! Benar2 tidak tahu diri".
Selagi Bo-yong Pok masih belum menjawab, Kau Sam sudah lompat keluar dan berkata sambil ketawa dingin:
"Hei hidung kerbau, kau jangan bertingkah. Bukan aku si orang she Kauw hendak omong besar, jikalau kau hendak turun tangan, kalau kalau kau mampu melayani sepuluh jurus dan bisa lolos dari bawah tanganku, aku Kauw Sam akan kutungkan kedua tanganku. Selanjutnya tidak akan bicarakan soal ilmu silat lagi".
Bukan kepalang gusarnya Yu-liong-cu. Dengan tanpa banyak bicara ia sudah lantas menyerang orang she Kauw itu.
Kau Sam ketawa dingin, ia tidak menyingkir atau berkelit, mendadak ulur tangannya, menyambuti serangan tersebut. Setelah kekuatan mereka saling beradu, Yu-liong-423
cu lantas mundur dua langkah, sedang Kauw Sam cuma tergoyang badannya.
Dengan kedudukannya sebagai seorang dari tingkatan tua, ia coba keluar muka, tidak tahunya malah mendapat malu besar. Pertama kalah di tangannya Hong-lui Pocu, dan kini kembali kalah di tangannya Kauw Sam, kemana ia harus taruh mukanya"
Dalam murkanya, ia lantas lompat maju lagi hendak adu jiwa dengan Kauw Sam.
Mendadak Lim Tiang Hong lompat maju menghalangi maksudnya, sambil ketawa dan memberi hormat, anak muda itu berkata: "Locianpwee harap jangan gusar dulu, hari ini sudah terjadi pembunuhan besar2-an, kalau ada apa2 harap dibicarakan dengan tenang, jangan sampai terjadi lagi penumpahan darah yang lebih besar,"
Tapi Yu-liong-cu yang sedang kalap dan gelap pikiran, bukan saja tidak mau dengar nasehat baik itu, sebaliknya malah semakin gusar. Dengan satu kebutan keras ia membentak: "Kau manusia macam apa, mana ada hak turut bicara?"
Dalam keadaan gusar itu, kebutkan bajunya itu
sedikitnya ada mengandung kekuatan tidak kurang dari tujuh ratus kati, tapi Lim Tiang Hong ternyata tidak bergerak dari tempatnya, ia masih tetap bersenyum dan berkata: "Kita toh sama2 orang kang-ouw, mengapa aku tidak ada hak untuk bicara?"
Meski Lim Tiang Hong sendiri tidak nampak gusar, tapi ucapan Yu-liong-cu tadi telah menimbulkan perasaan tidak senang bagi yang lainnya, terutama Cian-lie Tui-hong yang adatnya memang berangasan, maka ia lantas maju membentak sambil putar tongkatnya: "Hong-hong-tie ada 424
satu persatuan besar, siapa berani mengatakan bahwa Kokcu Hong-hong-tie tidak ada hak untuk bicara?"
"Kau siapa?" Yu-liong-cu balas menanya dengan sikap keren.
"Aku si pengemis tua adalah Cian-lie Tui-hong, kini menjabat kedudukan Cong-koan untuk urusan luar Hong-hong-tie. Kau imam busuk, apa kau kira dirimu ada seorang kuat yang tiada bandingannya, hingga berani menghina Kokcu, aku si Pengemis Pincang ingin timbang dirimu, sebetulnya ada berapa berat" jawabnya si Pengemis Pincang sambil lintangkan tongkatnya.
"Kau bawa2 nama Hong-hong-tie, apa kau kira dapat menggertak pinto" Benar2 lucu!"
Lim Tiang Hong tidak menginginkan timbulnya
perselisihan antara orang sendiri, maka buru2 berkata sambil ulapkan tangannya: "Tui-hong Congkoan, kau mundur dulu!"
Tapi pada saat itu, Tho-hoa Tocu sudah maju dan berkata sambil ketawa dingin: "Imam tua, aku hendak tanya padamu, bagaimana maksudmu yang sebenarnya?"
Yu-liong-cu meski seorang jumawa, tapi ia tidak berani berlaku kasar, terhadap jago tua dari pulau Tho-hoa-to ini, jawabnya segera: "Kalau Hong-lui-po hari ini tidak menyerahkan kembali panji persekutuan enam partai golongan Hian-bun, orang2 enam partai itu tidak mau mengerti".
"Soal itu mudah sekali". berkata Tho-hoa Tocu sambil ketawa terbahak bahak, "Lim lo-tee, harap kau sabar dulu, Hong-hong-tie dan Tho-hoa to, untuk sementara boleh berdiri sebagai penonton saja!"
425 Orang2 berbagai persilatan daerah Tionggoan juga tidak merasa puas terhadap sikapnya Yu-liong-cu. Merekapun yakin bahwa dalam urusan ini, hanya Lim Tiang Hong yang mampu membereskan. Maka setelah mendengar perkataan Tho-hoa Tocu lantas pada mundur, hanya orang2 dari enam partai dengan orang2 Hong-lui-po, yang masih berdiri di tempat masing2.
Hal ini sesungguhnya di luar dugaan orang enam partai golongan Hian-bun, terutama Pek-ho Totiang, melihat sikap dan kelakuan Yu-liong-cu, terhadap Lim Tiang Hong tadi, bukan saja merasa tidak senang, juga merendahkan derajatnya sendiri. Kini setelah menyaksikan semua orang pada undurkan diri, ini berarti menyulitkan kedudukan orang2 partai golongan Hian-bun. Ia cukup tahu kekuatannya pihak sendiri, dalam pertempuran digunung Heng-san tempo hari, Hong-lui-po hanya beberapa Suncu saja, sudah berhasil membuat orang2 enam partai kucar kacir, maka kali ini jika harus berhadapan dengan orang2
Hong-lui-po lagi, itu berarti mencari mati sendiri.
Tapi, keadaan sudah memaksa, walaupun harus
korbankan jiwa di gurun pasir ini, juga terpaksa harus dilakukan.
Yang paling celaka adalah Yu-liong-cu. Sebagai seorang tertua ia coba mengunakan pengaruhnya untuk mengangkat derajat golongannya, tapi ternyata tidak diindahkan oleh lawannya. Iapun tahu bahwa pocu Hong-lui-po tinggi sekali kepandaiannya, bahkan ia sendiri sudah pernah kalah di bawah tangannya, tapi karena menuruti hawa nafsunya, menuruti adatnya yang keras kepala, sehingga kedudukan sendiri menjadi terpencil.
Dengan perasaan agak menyesal ia mengawasi Pek-ho Totiang sejenak, lalu maju ke depan Bo-yong Pek dan 426
berkata padanya: "pinto masih tetap dengan ucapan yang pinto keluarkan tadi, kalau panji persekutuan itu kau serahkan kembali, maka pinto akan bikin habis urusan ini,"
Hong-lui Pocu masih unjukkan sikapnya yang masih jumawa. Ia hanya dongakan kepala, tidak menghiraukn perkataannya. Dengan berbuat demikian, Pocu ini sebetulnya ada mempunyai maksud sendiri, dalam keadaan seperti itu makin panjang mengulur waktunya, baginya makin menguntungkan. Orang2 enam partai itu sama sekali tidak dipandang oJehnya.
Kauw Sam yang berdiri di samping, lantas menjawab dengan nada suara dingin: "Panji itu ada di Hong-lui-po, kalau kalian hendak ambil kembali, harus lihat bagaimana kepandaian kalian".
Biar bagaimana ini ada merupakan persoalan yang menyangkut semua partai yang tergabung dalam enam partai besar golongan Hian-bun itu. Meski tindakan Yu-liong-cu itu terlalu lancang, tapi setelah menghadapi tantangan demikian, ia malah tidak berani mengambil keputusan sendiri. Maka ia lantas mengawasi Pek-ho Totiang dan Heng-san Gek-siu secara bergiliran, maksudnya mungkin hendak minta pendapat mereka.
Hian-ie Liehiap Oh Bie Cu dari partai Ngo-hie-pay, yang pandai bicara dan sangat berani, mendadak buka suara: "Locianpwee, boanpwee numpang tanya, urusannya partai Khong-tong-pay apakah kau berhak mengurusnya semua?"
Yu-liong-cu tidak mengerti apa maksudnya pertanyaan itu, maka lantas menjawab sekenanya: "Urusan partai Kho-thong-pay, diurus oleh ciangbujinnya sendiri, pinto tidak turut campur".
427 Oh Gie Cu ketawa dan berkata: "Kiranya locianpwee tidak perdulikan urusannya Kho-tong-pay, sebaliknya hendak campur tangan terhadap urusannya partai lain.
Diantara aku dengan kau, meski tingkatannya berbeda, tapi satu sama lain tidak termasuk urusannya enam partai.
Dengan hak apa, kau setiap kali bertindak sendiri tanpa berunding dulu dengan Pek-ho Supek sekalian?"
Yu-liong-cu yang memang panas hati, maka begitu mendengar pertanyaan itu, maka semakin naik darah, dengan suara keras ia membentak: "Budak yang tidak diajar, kau berani tidak memandang mata kepada orang tingkat tua, aku nanti bikin mampus kau".
Dengan cepat ia putar badannya dan menghampiri Oh Gie Cu.
Oh Gie Cu hunus pedangnya, sambil ketawa dingin ia berkata: "Nonamu ada orang dari partai Ngo-bie, sudah tentu ada gurunya sendiri yang mengajar. Kalau benar2 ada orang tua yang tidak tahu diri coba2 hendak menghina nonamu, hm! pedangku ini tidak kenal orang".
Pek-ho Totiang melihat keadaan semakin runyam, buru2 maju menghalangi Yu-liong-cu seraya berkata:
"Musuh besar berada di depan mata, yang penting ialah kita harus merundingkan persoalan yang pokok, perlu apa melayani seorang tingkatan muda?" Lalu ia berkata kepada Oh Bie Cu: "Nona Oh, sudah kau jangan bicara lagi!"
Oh Bie Cu dengan pedang ditangan, hanya ketawa dingin saja. Sebaliknya dengan Yu-liong-cu, orang tua itu wajahnya merah padam: ber-ulang2 ia berteriak: "Berontak!
berontak! seorang muda berani berlaku begitu kurang ajar terhadap aku, ini. Adalah salahnya Biauw In Loni yang tidak becus mendidik murid, maka aku nanti pasti akan tegur padanya".
428 Meski ia berjingkrak-jingkrak seperti orang kebakaran jenggot, tapi semua orang yang menyaksikan hanya diam2
ketawa geli, tiada seorang yang melayani padanya.
Lim Tiang Hong yang berdiri sebagai penonton, telah menyaksikan orang2 Hong-lui-po sudah membalut
kawan2nya yang terluka, sisanya yang masih segar, kembali membentuk barisan kelompok sembilan orang, bahkan sikapnya Bo-yong Pek sendiri, nampaknya sedang menantikan apa2. Maka seketika itu hatinya lantas tergerak ia segera lompat maju dan berkata kepada Bo-yong Pek sambil ketawa dingin: "Satu laki2 tidak akan berlaku curang, apa sebetulnya yang terkandung dalam hatimu, baiknya kau katakan terus terang. Menurut anggapanku semua huru hara sehingga menimbulkan malapetaka ini, biangkeladinya adalah Pek-tok Hui-mo dan beberapa gelintir manusia busuk dari rimba persilatan Tionggoan.
Jikalau Hong-lui-po tidak memberi perlindungan kepada orang2 itu dan selain daripada itu, panji persekutuan yang enam partai dulu dirampas oleh Lam-tao Suncu kau kembalikan kepada mereka, maka aku yang rendah berani jamin, bahwa sahabat2 rimba persilatan daerah Tionggoan, pasti dapat memaafkan Hong-lui po."
Bo-yong Pek lantas menjawab sambil ketawa:
"Maksudmu ini meski baik, tapi Hong-lui-po tidak sudi perjanjian menakluk. Bo-yong Pek dengan terus terang beri tahukan padamu, Hong-lui-po masih tetap menghendaki dengan jalan mengadu kepandaian untuk menyelesaikan persengketaannya dengan sahabat2 rimba persilatan daerah Tionggoan"
Lim Tiang Hong melongo, ia cuma bisa gelengkan kepala sambil kerutkan keningnya.
429 Tho-hoa Tocu mendadak ketawa, terbahak bahak dan berkata: "Begitupun baik, lohu tahu bahwa kau tentu belum merasa puas sebelum sampai disungai Hoangho".
Pek-lap Siansu maju dua tindak dan berkata sambil memuji nama Buddha: "Darah yang membanjiri tanah dan bangkai bertumpuk tumpuk keadaan yang mengenaskan tadi, apakah masih belum menggerakkan hatimu?"
Bo-yong Pek dongakan kepala, sambil ketawa dingin ia menjawab: "Inilah justru itu hutang darah yang Hong-lui-po harus tagih....".
Selama berlangsungnya penbicaraan itu, orang2 Hong-lui-po sudah bergegas gegas hendak bergerak.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, dalam hati merasa sedih. Saat itu, orang2 kedua pihak jumlahnya tidak kurang dari seratus jiwa. Kalau pertempuran itu nanti berkobar lagi, akan merupakan suatu pembunuhan besar besaran yang tidak ada taranya, tidak perduli pihak mana yang menang, yang sudah pasti ialab korban yang jatuh pasti jatuh lebih banyak daripada semula.
Orang2 berbagai partai daerah Tionggoan, memang sudah pada sakit hati karena rencana keji Hong-lui-po dan kini ketika menyaksikan sikap congkak dari Hong-lui Pocu, sudah tentu semakin gusar. Maka semuanya lantas pada menghunus senjata dan berteriak-teriak: "Hari ini kita akan menentukan siapa yang kuat dan siapa yang lemah terhadap Hong-lui-po"
Seketika keadaan menjadi gawat, bertempuran segera terjadi pada setiap saat. Hanya orang2 Hong-hong-tie dan Tho-hoa-to, yang masih tetap tenang.
Pek-lap Siansu dari Siauw-limsie, dengan suara perlahan memuji nama Buddha, kemudian menghampiri Pek-ho 430
Totiang dan berkata padanya: "Kejadian ini kita tidak dapat membiarkan terulang lagi, bagaimana pendapat Totiang?"
"Melihat keadaan, penumpahan darah besar2an
barangkali tidak dapat kita hindarkan lagi" jawabnya Pek-tok Totiang dengan suara perlahan.
Lim Tiang Hong menyaksikan keadaan semakin panas, pertempuran sengit segera dimulai dalam hati merasa cemas, diam2 ia merasa heran, mengapa orang tua aneh itu hingga saat ini belum unjukkan diri"
Baru berpikir demikian, mendadak terdengar suara siulan nyaring, dari dalam benteng tiba2 melesat keluar dua bayangan orang, dengan pesat sudah melayang turun ke dalam kalangan. Mereka ternyata ada seorang tua berambut panjang dan seorang pelajar setengah tua. Lim Tiang Hong yang menyaksikan kedatangan dua orang itu, bukan kepalang girangnya.
Dua orang itu bukan lain daripada Kie-lin Kokcu Ho-lok Siu-su dan si orang tua yang sangat misterius Maka ia lantas maju menghampiri untuk memberi hormat seraya berkata:
"Ayah, ayah juga sudah datang!"
Ho-lok Siu-su anggukkan kepala dan tersenyum,
kemudian mengawasi orang2 Hong-hong-tie. Dalam kalangan itu segera terdengar suara sambutan riuh.
Orang tua aneh itu juga telah menghampiri Bo-yong Pek dan berkata padanya dengan suara keras: "Bo-yong Pek ingatkan kau, amanat apa yang ditinggalkan oleh kakek moyangmu" Mengapa kau berani melanggar pelajaran kakek moyangmu, mengumpulkan segala sampah
masyarakat, menimbulkan pertikaian dengan berbagai partai daerah Tionggoan. Perbuatan yang melanggar 431
hukum ini, berarti kau telah membawa Hong lui-po ke jurang kehancuran! lekas tarik mundur semua orang2 itu!"
Perkataan itu mengandung arti perintah, sudah tentu Bo-yong Pek yang belum tahu siapa adanya orang tua itu, lantas terperanjat. Tapi ia tidak lantas menjawab, hanya Kauw Sam yang beradat berangasan dan tinggi hati, merasa tidak puas, mendadak ia maju menghampiri si orang tua dan membentak dengan suara keras: "Kau manusia macam apa, berani berlaku kurang ajar terhadap Pocu?"
Orang tua itu perdengarkan suara ketawa dingin kemudian berkata: "Orang2 semacam kamu ini yang telah menjerumuskan dia berbuat jahat, lekas enyah dari sini!"
Mendadak tangannya melontarkan satu serangan
dengan gayanya yang luar biasa anehnya. Percuma saja Kauw Sam berkepandaian tinggi, ternyata tidak berhasil menghindarkan serangan tersebut. Serangan itu
mengenakan dirinya dengan telak, sehingga terlempar mundur sejauh 7-8 kaki, mulutnya menyemburkan darah segar.
Perbuatan orang tua itu di luar dugaan semua orang.
Pak-kek dan Thian-cao kedua Suncu lantas lompat keluar dan membentak dengan suara bengis: "Sungguh besar nyalimu, berani melukai Cong-koau Hong-lui-po"
Masing2 telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, setindak demi setindak menghampiri orang tua. Tapi orang tua itu selolah olah tidak menggubris, dongakan kepalanya ke atas.
Bo-yong Pek yang menyaksikan gerak tipu yang
digunakan oleh orang tua itu tadi, wajahnya berubah seketika. Ia perintahkan mundur kepada kedua Suncu sambil ulapkan tangannya. Kemudian membungkukkan 432
badan memberi hormat kepada si orang tua seraya berkata:
"Lojinkee (sebutan terhadap orang tua) bagaimana petunjukmu" Mohon diberitahukan!"
Orang tua itu mengawasi padanya dengan sorot mata dingin, kemudian dari dalam sakunya mengeluarkan sepotong batu giok yang memancarkan sinar berkilauan.
Benda itu di letakkan dalam tangannya dan menanya: "Apa kau kenal ini?"
Bo-yong Pek setelah menyambuti batu giok itu,
mendadak berseru kaget: "Apakah lojinkee adalah kakek kita yang sudah menghilang sudah beberapa tahun lamanya itu?"
Orang tua itu anggukan kepalanya dan berkata dengan suara pelahan: "Ternyata kau masih ingat".
Kejadian yang sangat aneh itu membuat semua orang2
Hong-lui-po pucat pasi. Mereka memang masih ingat tentang peristiwa itu, pada empatpuluh tahun berselang, pocu tua membawa serombongan anak buahnya pergi untuk melakukan suatu pertempuran kesudahannya ternyata tiada satupun yang balik kembali dalam keadaan hidup. Kejadian itu setelah lewat beberapa tahun lamanya, semua erang menganggap bahwa pocu tua sudah mendapat celaka. Sungguh tidak diduga pada saat itu telah muncul lagi dalam keadaan demikian. Gerak tipu serangannya kepada Kauw Sam tadi, merupakan satu gerak tipu Hong-lui-po yang tidak diturunkan kepada siapapun kecuali ahli warisnya sendiri. Karena pocu tua itu tadi mengunakan gerak tipu yang hanya dipahami oleh pocu saja, maka baru menarik perhatian Bo-yong Pek.
Orang tua itu setelah berdiam sekian lama, mendadak buka matanya dan berkata dengan tegas: "Biang keladi semua bencana ini adalah Thian-cu-kauwcu dan si nenek 433
dari Biauw-kiang, maka lekas perintahkan orang2 Hong-lui-po menangkap mereka."
Bo-yong Pek terima baik perintah kakeknya, lalu balikkan badan dan keluarkan perintahnya: "Lekas tangkap itu pelarian2 dari daerah Tionggoan!"
Thian-cao dan Lam-tao lantas bergerak, tapi sudah terlambat, kecuali tertangkap beberapa orang yang tidak berarti, Pek-tok Hui-mo, Khiu-pan-po, Lak-chiu Sian-nio dan lain2nya orang terpenting sudah kabur lebih dahulu.
Pada saat itu, Ho-lok Siu-su dan anaknya, Tho-hoa Tocu dengan kongcunya serta lain2-nya telah pada maju menghampiri si orang tua.
Orang tua itu perkenalkan Ho-lok Siu-su kepada Bo-yong Pek:
(dw^^kz) Jilid ke 8 "Tuan ini adalah Kie-lin Kokcu yang tua, yang
namanya sangat kesohor dikolong langit, lekas kau memberi hormat." kemudian ia berkata pula sambil menghela napas: "Lohu tidak perlu menyangkal, oleh karena suatu keinginan yang hendak membuktikan kepandaian sendiri selama empatpuluh tahun keram diri, tadi siang telah main2 sehingga limaratus jurus lebih dengan Lim Tayhiap. Dengan kekuatan yang sudah mempunyai latihan hampir seratus tahun seperti lohu, ternyata masih sulit menandingi ilmunya 'Sian-thian Cin-it Khie-kang' Lim Tay-hiap. Apa mau oleh karenanya, telah terlantarkan kewajibanku, sehingga terjadilah penumpahan 434
darah besar2an seperti tadi itu. Di sini juga merupakan suatu bukti bahwa kepandaian ilmu silat Hong-lui-po masih belum cukup untuk menjagoi didaerah Tionggoan, maka itu, sekarang kau boleh kubur keinginanmu itu!"
Bo-yong Pek cuma bisa mendengarkan sambil berdiri menjublak.
Orang tua itu berkata pula sambil menunjuk Lim Tiang Hong: "Dan Lim Siauwhiap ini, baik kepandaiannya maupun keluhuran bathinnya, mungkin kau tidak
menempil barang sedikit, maka untuk selanjutnya kau harus banyak belajar daripadanya".
Setelah itu lalu ia berkata tentang panji persekutuan:
"Panji persekutuan enam partai golongan Hiao-bun yang kau ambil itu, kau bawa atau tidak" Lekas suruh orang ambil dan kembalikan kepada pemiliknya!"
Bo-yong Pek lalu perintahkan kepada Lam-tao Suncu:
"Lekas kau ambil panji enam partai itu".
Lain-tao Suncu nampak bersangsi sejenak, mendadak maju ke depan dua tindak dan berkata kepada pocunya dengan suara pelahan: "Maafkan dosa hamba, panji persekutuan itu telah hilang. Menurut dugaan hamba, mungkin panji itu sudah dicuri dan dibawa kabur oleh nenek dari Biauw-kiang itu."
Bo-yong Pek yang mendengar keterangan itu, seketika menjadi murka, dengan suara keras ia berkata: "Nenek itu ada begitu jahat, Bo-yong Pek bersumpah akan bunuh mati padanya."
Orang2 enam partai golongan Hia.n-bun, saat itu juga sudah pada maju mengerumun, ketika mendengar bahwa panji persekutuan itu kembali telah lenyap, satu sama lain saling berpandangan. Tapi karena mereka mengetahui 435
bahwa hal itu memang sebenarnya, maka tidak bisa berbuat apa2 terhadap orang2 Hong-lui-po.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian lantas berkata: "Kedatangan orang2 enam partai golongan Hian-bun dari tempat begitu jauh, maksudnya ialah hendak minta kembali panji persekutuan dan panji itu kini telah hilang lagi, benar2 sangat mengecewakan. Tapi karena kejadian sudah terlanjur terjadi, terpaksa kita harus berusaha lagi. Aku yang rendah tidak lama lagi akan melakukan perjalanan ke Biauw-kiang, nanti akan berusaha sepenuh tenaga untuk mintakan kembali panji bagi Totiang semua!"
Pek-ho Totiang lantas menjawab sambil menghela napas: "Kejadian sudah terlanjur begini, apalagi dikata.
Kalau panji persekutuan itu memang benar tidak ada di Hong-lui-po, pinto akan segera berangkat ke Biauw-kiang, bagaimana berani membikin repot Lim Siauwhiap lagi".
Orang tua rambut panjang itu melihat suasana sudah reda, lantas menyoja kepada semua orang dan dengan penuh penyasalan ia berkata: "Cucuku masih terlalu muda usianya, karena perbuatan kawanan pengkhianat yang mengadu domba, sehingga melakukan suatu kedosaan besar terhadap sahabat2 rimba persilatan daerah Tionggoan, Hal ini lohu benar2 merasa sangat menyesal, kini atas nama seluruh warga Hong-lui-po, lohu-minta maaf se-besar2nya terhadap tuan2 yang budiman sekalian. Selain dari pada itu, lohu juga akan menjamin dengan sisa umur lohu ini, hendak memperbaiki keadaan dalam tubuh Hong-lui-po dan selanjutnya akan mengamalkan tenaga dan kepandaian yang kami orang punyai untuk kebaikan dan kesejahteraan dunia kang-ouw, guna menebus dosa ini."
436 Para jago dari berbagai partai daerah Tionggoan, meski diantaranya masih ada yang kurang puas, tapi karena keadaan sudah berubah sedemikan rupa, apa mau dikata.
Apalagi orang tua itu dengan kedudukannya sebagai Pocu tua sudah minta maaf di hadapan umum, sudah tentu mereka tidak dapat berbuat apa2.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Pek-lap Siansu yang tujuannya terpenting untuk mencari kembali kitab Tat-mo-kheng yang dicuri oleh Pek-tok-hui-mo dan kini setelah mengetahui iblis itu sudah kabur, ia anggap tiada gunanya diam lama2 lagi di situ. maka ia lantas berkata: "Kitab Tat-mo-kheng perguruan kami, telah dibawa kabur oleh Pek-tok-Hui-mo, adalah menjadi tugas dan kewajiban kita untuk menghajar bangsat itu dan minta kembali kitab tersebut. Oleh karenanya, maka loceng minta diri lebih dulu".
Setelah itu ia lalu memimpin kawanan paderi Siauwlim-sie, meninggalkan tempat tersebut.
Setelah Pek-lap Siansu dan kawannya berlalu, Lim Tiang Hong lantas juga maju dan berkata: "Aku juga harus mengejar iblis jahat itu kali ini tidak boleh lagi membiarkan dia kabur,"
Ho-lok Siu-su lalu berkata sambil tersenyum: "Kau tak perlu tergesa-gesa, kali ini tidak nanti dia dapat kabur lagi".
Pada saat itu, orang2 dari daerah Tionggoan, sebagian besar sudah berangkat pulang, Lim Tiang Hong juga segera mengumpulkan orang2 nya, ia memberikan perintahnya:
"Urusan dengan Hong-lui-po telah selesai, buat kalian sudah tidak ada apa2 yang harus dilakukan, maka boleh pulang ke tempat mereka masing2. Kie-lin-kok, tetap minta Gin-sie Congkoan yang duduk dan menjaga. Sedangkan Tui-hong Tiongkoan segera berangkat ke Biauw-kiang bersama sama Mo-ie Kim-kho, Cong-pian Jie-lo, untuk 437
rnenyelidiki gerak gerik orang2 Boan-cong-muy, aku sendiri juga akan segera menyusul".
Sehabis memberikan perintahnya, ia berpaling ternyata Ho-lok Siu-su entah kapan sudah berlalu. Sedangkan orang2 Hong-lui-po sebagian besar juga sudah balik pulang kebenteng, hanya si orang tua rambut panjang dan Bo-yong Pek yang masih berdiri di tempatnya.
Lim Tiang Hong lantas maju menghampiri dan berkata sambil menyoja: "Kali ini untung Locianpwee datang pada saat yang tepat. hingga terhindarlah suatu penumpahan darah besar2an".
Orang tua rambut panjang itu menyahut sambil
tersenyum: "Tapi lohu masih anggap agak kelambatan sedikit!"
Bo-yong Pek tiba2 ketawa besar dan berkata dengan gagah: "Dengan sejujurnya, jikalau siauwtee tidak timbul perasaan sayang terhadap kepandaian saudara Lim, barangkali bukan demikianlah kesudahannya hari ini."
Lim Tiang Hong terkejut. Bo-yong Pek berkata pula: "Saudara Lim cuma tahu bahwa obat mabuk 'Ngopou-bie hun-cian-jit-cui' itu sangat luar biasa dahsyatnya" tapi tidak tahu bahwa Hong-lui-po masih ada banyak lagi barang2 mujijat dan ganas yang belum digunakan! andai barang2 itu kita gunakan, haha, sekalipun saudara Lim mempanyai kepandaian yang sudah tidak ada taranya, barangkali juga tidak bisa lolos dari bahaya maut."
Orang tua rambut panjang itu hanya tersenyum saja, kemudian ia berkati sambil lambaikan tangannya: "Tidak usah banyak bicara lagi, barang itu biar bagaimana bukan 438
barang benar, sesungguhnya tidak patut untuk dibanggakan, adalah benar kalau kau tidak gunakan".
Mendengar perkataan antara kakek dan cucu itu, Lim Tiang Hong mau percaya bahwa dalam Hong-lui-po pasti masih ada banyak lagi senjata2 rahasia beracun yang masih belum digunakan, hingga diam-diam merasa bergidik.
Andaikata Hong-lui-po benar2 bertindak dengan
membabi buta, entah bagaimana akibatnya"
Orang tua itu menyaksikan Lim Tiang Hong berdiam saja, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Jika Lim Siauwhiap tidak ada urusan penting, bolehkah singgah dulu di Hong-lui-po untuk satu dua hari, baru pulang?"
"Boanpwee perlu segera berangkat ke Biauw-kiang, dilain hari apabila ada waktu, pasti akan berkunjung lagi kemari".
Setelah itu, ia lantas pamitan kepada orang tua dan cucunya, untuk melanjutkan perjalanannya ke Biauw-kiang.
-dkz- Bab 62 SETELAH meninggalkan Hong-lui-po, Lim Tiang Hong melanjutkan perjalanannya ke Biauw-kiang. Dalam perjalanan itu, tiba2 ia menemukan suatu kejadian yang di luar dugaannya.
Selagi ia enak berjalan, tiba2 terdengar suara saling bentak.
Ia percepat kakinya, kira2 sepuluh tombak lebih jauhnya, ia telah dapat lihat seorang laki2 dan seorang wanita sedang bertempur mati2an.
439 Daya pandangnya yang tajam, segera dapat kenali bahwa dua orang yang sadang bertempur sengit itu ternyata adalah ibunya sendiri Lok-hee Hujin, sedang yang menjadi lawannya bukan lain dari pada Pek-tok Hui-mo.
Sementara itu, Khiu-pan-po dan Lak-chiu Sian-nio nampak berdiri di samping sebagai penonton.
Pek-tok Hui-mo nampaknya sedang kalap. Dengan mata beringas dan mulut menggeram, menglayani wanita yang pernah menjadi isterinya itu secara hebat. Karena memang kekuatan mereka tidak seimbang, maka Lok-hee Hujin terus terdesak dan sangat berbahaya keadaannya,
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, lalu kerahkan ilmunya meringankan tubuh, seolah-olah anak panah terlepas dari busurnya, melesat ke tempat pertempuran itu. Tapi ia telah terlambat setindak, Lok-hee Hujin telah terpukul pundaknya dan mundur terhuyung huyung sambil mengeluarkan darah segar dari mulutnya.
Pek-tok Hui-mo nampaknya sudah bertekad hendak menghabisi jiwanya. Setelah memberi pukulan yang pertama, serangan yang kedua segera menyusul dan serangan itu apabila mengenai sasarannya, sekalipun Lok-hee Hujin bertulang besi juga akan remuk.
Tepat pada saat itu, dari samping tiba2 menyerbu sesosok bayangan langsing sambil perdengarkan suara yang tajam "Jangan....!"
Serangan Pek-tok Hui-mo itu dilakukan dengan
kekuatan tenaga sepenuhnya, bahkan menggunakan ilmu Kana Kim-kong Sian-ciang yang amat dahsyat, maka sesosok bayangan orang yang memapaki serangan tersebut tidak ampun lagi lantas terpukul dengan telak dan terbang setinggi tiga tombak. Bayangan orang itu cuma
440 perdengarkan suara jeritannya yang mengerikan, kemudian jatuh ke tanah dan tidak berkutik lagi.
Lok-hee Hujin tadinya mengira bahwa kali ini pasti ia akan binasa ditangan bekas suaminya itu tidak diduga bahwa ada orang yang telah menalangi jiwanya. Ketika ia mengawasi siapa adanya orang yang rela mengorbankan jiwanya sendiri untuk menyelamatkan jiwanya, ternyata adalah puterinya sendiri, Im-san Mo-lie....
Seketika itu hatinya remuk rendam, maka dengan secara kalap ia lantas berteriak: "Sungguh kejam kau iblis, aku akan adu jiwa denganmu!"
Dengan tanpa mengukur tenaganya sendiri, ia sudah lompat melesat menghujani serangan bertubi-tubi kepada Pek-tok Hu-mo.
Pek-tok Hui-mo hanya ketawa dingin saja, kemudian ia membentak: "Perempuan hina, kau cari mampus!"
Dengan cepat ia ulur tangannya untuk balas menyerang bekas isterinya. karena ia menggunakan ilmunya kana Kim-kong Sia-ciang, sudah tentu Lok-hee Hujin lantas terpental jatuh. Kali ini lukanya agak berat, maka ia sudah tidak mampu bangun lagi.
Pek-tok Hui-mo memang serupa dengan nama
julukannya, manusia buas nomor satu! Setelah
membinasakan puterinya, sikapnya tetap tidak berubah, bahkan ketawa terbahak-bahak dan berkata: "Perempuan hina, kemana lelaki yang menjadi gendakmu itu" Dan kemana itu anak haram" Mengapa anak itu tidak datang menolongi kau" Hihihi, dalam sisa hidupmu ini mungkin sudah tidak akan melihat mereka lagi".
Ia angkat tangannya, kembali hendak menyerang....
441 Tiba2 sesosok bayangan orang melesat ke depannya dan menyambuti serangan yang sudah meluncur turun, lalu terdengar suara orang itu: "Iblis, jangan turun tangan kejam!"
"Bumm!" Pek-tok Hui-mo dibikin terpental oleh serangan orang itu. Ketika angkat kepala, ia baru dapat lihat bahwa orang yang menyambuti serangannya itu tenyata adalah Lim Tiang Hong, itu pemuda kosen yang paling dimalui.
Dalam kagetnya lantas ia berseru dengan suara bengis:
"Bagus! bagus! sekarang mari kita bikin balas perhitungan kita. Anak haram, majulah! hari ini kalau bukan kau adalah aku yang mampus!"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan ibunya yang rubuh dengan mandi darah, hatinya terasa seperti diiris-iris. Tapi saat itu ia sudah tidak mendapat kesempatan untuk memeriksa keadaannya.
Dengan mata beringas ia membentak kepada Pek-tok Hu-mo: "Iblis, kalau hari ini kau masih bisa lolos dari tanganku, benar2 Tuhan tidak berlaku adil!"
Ia kerahkan ilmunya Sian-thian It-ku Sin-kang, siap sedia untuk menamatkan riwayat hidup musuh besarnya itu.
Pek-tok Hui-mo sebagai manusia buas, ia sedikitpun tidak merasa sedih atas kematian puterinya dan nasib isterinya. Rambutnya yang nampak berwarna kuning nampak berdiri. Ia juga kerahkan kekuatan tenaganya, telah bertekad bulat untuk memukul mampus sekaligus kepadi Lim Tiang Hong, untuk menyingkirkan bahaya di
kemudian hari. 442 Dua orang itu bagaikan dua banteng yang hendak diadu, saling memandang dengan mata beringas. Berdua berjalan perlahan2, masing2 menantikan kesempatan baik untuk menggempur lawannya.
Pada saat itu, dari jauh tiba2 terdengar suara siulan nyaring dan panjang, hingga lama menggema diangkasa.
Lim Tiang Hong yang mendengar itu, hatinya tergerak.
Tapi karena itu, Pek-tok Hui-mo sudah lantas bergerak, memberi pukulan yang amat dahsyat.
Lim Tiang Hong yang sudah siap sedia lantas
menyambuti serangan itu dengan ilmunya Sian-thian It-ku Sin-kang.
Setelah terdengar suara gempuran nyaring, Pek-tok Hui-mo terdampar mundur lima langkah dengan badan
sempoyongan seperti orang mabuk arak, sedangkan Lim Tiang Hong sendiri juga nampak bergoyang pundaknya dan mundur setindak. Hawa dalam dadanya seperti hendak melonjak keluar, hingga belum puas kalau belum dikeluarkan.
Mendadak ia membentak dengan suara keras dan
hendak melakukan serangannya yang kedua.
Tiba-tiba nampak berkelebatannya sesosok bayangan orang, yang sebentar kemudian sudah berada di
hadapannya, lalu terdengar suara orang itu berkata: "Hong-jie. kau minggir! biarlah ayahmu yang melayani padanya!"
Kiranya orang yang baru datang itu adalah Ho-lok Siu-su.
Lim Tiang Hong melihat ayahnya telah datang, lantas meninggalkan Pek-tok Hui-mo dan pergi menghampiri Lok-hee Hu-jin, sambil membimbing bangun, ia menanya 443
dengan suara sedih: "Ibu! ibu!.... bagaimana dengan ibu....?"
Lama, baru kelihatan Lok-hee Hu-jin membuka
matanya. sambil menghela napas ia berkata dengan suara lemah: "Ibumu sudah tidak berguna lagi....".
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan botol kecil dari dalam sakunya, ia keluarkan sebutir pil Soat som-wan dan dimasukkan ke dalam mulut ibunya seraya berkata: "Ibu, ini adalah obat Soat-som-wan Hong-hong-tie yang sangat mujarab untuk menyembuhkan segala macam luka dalam, lekas ibu memakannya!"
Lok-hee Hu-jin dengan air mata ber-linang2, ia mendorong taugan Lim Tiang Hong sambil berkata dengan suara ter-putus2: "Ibumu sudah tiada ada gunanya, makan, obat juga percuma, lekas. Lekas suruh ayahmu berhenti, jangan melukai padanya, biarkan dia pergi".
Pada saat itu mendadak terdengar suara geram Pek-tok Hui-mo. Si iblis itu kemudian jatuh terlentang, tapi dengan cepat sudah lompat bangun lagi.
Kiranya tadi ketika Pek-tok Hui-mo mengetahui
kedatangan Ho-lok Siu-su, ia segera mengerti bahwa hari itu tidak mudah baginya untuk lolos dari tangan mereka, tapi sifat buasnya yang sudah mendalam, ia merasa penasaran sebelum dapat melukai lawannya. Maka ketika Ho-lok Siu-su menengok ke arah Lok-hee Hujin, tiba2
melancarkan serangannya dengan sepenuh tenaga. Tidak disangka, serangannya itu se-olah2 membentur sebuah tembok yang mempunyai daya membalik, hingga bukan lawannya yang rubuh, melainkan ia sendiri yang terpental mundur.
444 Kali ini ia mendapat luka lebih parah daripada mengadu kekuatan tenaga dengan Lim Tiang Hong, tapi justru itu, semakin buaslah hatinya. Sambil merayap bangun ia berkata dengan suara bengis: "Lim Thian Sun, apakah kau masih berani mengaku adalah seorang laki2 gagah" Kau telah merampas isteri orang, kembali hendak mencelakakan jiwa suaminya. Cis, perbuatanmu ini apakah juga terhitung peebuatannya seorang gagah?"
Ho-lok Siu-su nampak berubah wajahnya, setelah itu ia menjawab: "Kau jangan sembarangan memfitnah orang.
Dengan bermaksud hendak merampas lukisan gambar peta gunung dewa, kau hendak mencelakakan diriku dengan cara sangat rendah dan jijik. Hm! kalau tidak dlindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa, aku si orang she Lim mungkin sudah binasa di dalam tanganmu. Maka hari ini aku si orang she Lim sengaja datang mencari kau, untuk membuat perhitungan hutangmu di gurun pasir pada masa yang lampau. Selain daripada itu, perbuatanmu yang menumpas seluruh keluarga Pek-pou Sin-koan, kau tentunya masih ingat, bukan?"
Mengingat kematian seluruh keluarga Pek-pou Sin-koan Oey Chungcu yang sangat mengenaskan itu, nafsunya hendak membinasakan musuh besarnya itu semakin tebal Pek-tok Hui-mo sudah terluka parah dalamnya kalau ia masih bisa merangkak bangun, itu disebabkan karena paksakan diri saja, maka begitu lihat Ho-lok Siu-su mendekati lagi, dengan tanpa sadar setindak demi setindak ia melangkah mundur.
Pada saat itu, kembali terdengar suara Lok-hee Hujin yang sangat lemah dan ter-putus2: "Jangan bunuh dia, biarlah dia pergi!"
445 Ho-lok Siu-su merasa tidak tega hati menolak
permintaan seorang wanita yang sudah dekat pada ajalnya, maka dengan tanpa dirasa, kakinya berhenti bertindak.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, mendadak ingat perkataan Bu-ceng Kiam-khek yang diucapkan padanya: "Bunuhlah itu manusia buas nomor satu di dunia, jika membiarkan dia berbuat kejahatan lagi, maka dosa lohu akan bertambah besar".
Maka, dengan cepat ia lompat melesat. Lok-hee Hujin buru2 menarik bajunya dan menanya dengan suara cemas:
"Kau hendak berbuat apa....?"
Perempuan itu meski sangat membenci Pek-tok Hui-mo, tapi biar bagaimana pernah menjadi suaminya, maka ia tidak tega melihat kematian suaminya di hadapan matanya sendiri, itulah sifatnya seorang wanita!
Lim Tiang Hong sebetulnya merasa tidak puas terhadap perbuatan Lok-hee Hujin itu tapi karena saat itu nampak keadaan ibunya sudah hampir putus jiwanya, maka ia juga tidak tega menyakiti perasaannya, dengan demikian, mau tidak mau ia juga urungkan maksudnya.
Ho-lok Siu-su tidak jadi turun tangan. Lim Tiang Hong dirintangi oleh ibunya, hingga keadaan disitu berubah menjadi sunyi. Kiu-phan po dan Lak-chiu Sian-nio telah menggunakan kesempatan itu diam2 telah kabur.
Pek-tok Hui-mo yang buas bagaikan srigala, licin bagaikan kancil, ketika menampak keadaan demikian, maka timbullah pikirannya melarikan diri. Diam2 ia kerahkan sisa kekuatan tenaganya dan geser kakinya dengan perlahan. Tapi perhitungan manusia kadang2 ada melesetnya. Baru saja ia hendak kabur, mendadak dua 446
sosok bayangan lari mendatangi dan dalam waktu sekejap sudah berada di depan matanya.
Yang berjalan di depan adalah seorang bocah tolol yang kulitnya hitam, begitu berada di depannya, bocah itu lantas perdengarkan suaranya yang seperti geledek: "Hei, manusia keparat, kembalikan jiwa ayahku!"
Tanpa banyak rewel, ia lantas menyerang dengan kedua tinjunya.
Pek-tok Hui-mo terperanjat, ia buru2 tarik mundur dirinya, tapi, kepandaian bocah tolol itu ternyata tidak cuma sampai disitu saja. Kedua tinjunya dipentang, dengan kecepatan bagaikan kilat, kembali menyerang sampai lima kali.
Pek-tok Hui-mo nampaknya pandang ringan bocah itu, tapi saat itu ia merasa bahwa serangan bocah itu bukan saja sangat hebat, tapi juga luar biasa anehnya. Ia sendiri tidak perduli menyingkir ke mana, selain terancam oleh hembusan angin yang keluar dari serangannya. Dalam cemas dan gusarnya, ia lantas menyambuti serangan tersebut dengan tenaga sepenuhnya.
Sudah tentu bocah itu masih bukan merupakan
tandingannya, maka tidak ampun lagi lantas terdampar mundur sampai 7-8 kaki jauhnya. Tapi, ia sendiri juga mundur setindak, bahkan mulutnya juga lantas
menyemburkan darah. Bocah itu setelah terpukul mundur, nampaknya sangat penasaran, sambil menggeram hebat kembali ia menyerang dangan tinjunya. Berbareng dengan saat bocah tolol itu menerjang musuhnya, terdengarlah suara bentakan nyaring lalu disusul oleh berkelebatnya sinar hitam bagaikan bianglala menggulung Pek-tok Hui-mo.
447 Pek-tok Hui-mo diserang dari kanan, merasa cemas dan gusar. "Kamu siapa" Mengapa berani membokong aku?"
demikian tegurnya. Sinar hitam itu mendadak lenyap, sebagai gantinya seorang wanita muda dengan tangan membawa senjata gendewa berdiri di hadapannya.
Sambil menuding padanya wanita muda itu berkata padanya: "Iblis jahat, ingatkan kau peristiwa berdarah di perkampungan Oey Kee-chung" Nonamu ini adalah anak perempuannya Pek-pau Sin-koan, Yu-kok Oey-eng, hari ini aku sengaja datang mencari kau untuk menagih hutang darah itu".
Lalu ia menunjuk si bocah tolol dan berkata pula: "Dia adalah Hoo Ah-gu, anak lakinya Hoo Congkoan, yang pada kala itu telah dikejar kejar oleh anak buahmu. Atas perintahmu dan kemudian kau binasakan di tengah jalan.
Hutang jiwa bayar jiwa, serahkanlah jiwamu!"
Senjata gendewanya lantas bergerak menyambar
pinggang Pek-tok Hui-mo. Ah-gu tidak mau ketinggalan, ia juga menyerang dengan tinjunya.
Pek-tok Hui-mo yang sudah terluka parah ditangan Ho-lok Siu-su, sebetulnya sudah hampir kehabisan tenaga. Kini mendadak bertemu dengan bocah, yang ternyata juga mempunyai kepandaian cukup tinggi, hingga ia mengerti bahwa hari ini tidak mungkin bisa mengundurkan diri dalam keadaan utuh. Maka ia lantas mengambil keputusan nekad, biar bagaimana ia harus berusaha, untuk melukai salah satu diantara dua bocah itu.
Dengan secara berani ia nerobos dalam gumpalan sinar hitam, dengan beruntun melancarkan serangannya sampai delapan kali. Bertempur secara nekad itu, pengaruhnya 448
memang besar, maka Yu-kok Oey-eng terpaksa mundur ber-ulang2 untuk menghindarkan serangannya.
Ah-gu yang tolol dan belum banyak pengalaman, sudah tentu tidak mengerti bilamana bahayanya seorang yang sudah berlaku nekad.
Dengan secara berani ia juga menghujani musuhnya dengan tinjunya. Kali ini ia menggunakan gerak tipu menurut pelajaran dalam kitab kecil yang dihadiahkan oleh orang tua rambut panjang itu. Oleh karena gerak tipu itu adalah ilmu pukulan ciptaan orang tua aneh itu selama empat puluh tahun dalam rumah kecil, sudah tentu merupakan satu pukulan yang luar biasa ampuhnya.
Pek-tok Hui-mo yang pusatkan perhatiannya kepada Yu-kok Oey-eng, ia tidak menduga bahwa ilmu pukulan bocah tolol itu ternyata ada demikian dahsyat. Tidak ampun lagi, jalan darah Cit-kian-hiat terkena serangan tinju Ah-gu dan lantas menyemburkan darah dari mulutnya.
Yu-kok Oey-eng tidak me-nyia2kan kesempatan baik itu.
Dengan luar biasa cepatnya senjata gendewanya segera menyambar pinggang Pek-tok Hui-mo, setelah terdengar suara jeritan ngeri, pinggang Pek-tok Hui-mo ternyata telah tertabas kutung.
Lok-hee Hujin yang mendengar suara jeritan suaminya, mendadak menjerit, setelah mulutnya menyemburkan darah, jiwanya lantas melayang seketika.
Lim Tiang Hong yang berbatin luhur, meski sang ibu itu agak tidak benar kelakuannya. tapi biar bagaimana, ibu tetap adalah ibu. Apalagi persoalan yang sangat rumit itu, juga bukan ibunya yang harus tanggung jawab seluruhnya!
perasaan sedih timbul seketika. Airmatanya mengalir turun 449
dengan derasnya dan mulutnya terus memanggil: "Ibu, ibu....". tidak hentinya.
Lama ia terbenam dalam kesedihan, ketika ia
dongakkan kepala. Ho-lok Siu-su entah sejak kapan sudah berlalu. Sedang Yu-kok Oey-eng masih berdiri di sampingnya dengan air mata berlinang-linang.
Ketika melihat Kokcunya sudah berhenti menangis, Yu-kok Oey-eng memberikan padanya sehelai sapu tangan seraya berkata dengan suara lemah lembut: "Ibumu sudah meninggal, sudah tentu ia tidak dapat hidup kembali, dan kau harus jaga dirimu baik2, itulah yang terpenting".
"Kasihan ibuku menderita hampir seumur hidupnya, dan akhirnya binasa di tangan itu iblis ganas....". berkata Lim Tiang Hong sambil menghela napas.
Mendadak ia seperti ingat sesuatu, lalu ia berkata pula:
"Ayah!... Oh ayah, kaupun sungguh kejam, telah meninggalkan ibu begitu saja".
Dengan perlahan Yu-kok Oey-eng meng-usap2 pundak Lim Tiang Hong dan menasehatkan padanya. "Kau tak usah menuruti perasaan hatimu sendiri. Ayah juga mempunyai kesulitan sendiri. Ah! persoalan yang begini ruwet dan rumit, sekalipun ia berada di sini, apakah yang dapat diperbuat olehnya?"
Lim Tiang Hong hanya bisa meng-geleng2kan
kepalanya, memang, hal ini juga tidak dapat ia sesalkan ayahnya.
Keduanya berdiri berhadapan sekian lama. Akhirnya Yu-kok Oey-eng berkata pula dengan suara perlahan: "Mari kita kubur jenazah ibu!" Lim Tiang Hong mengangguk, Yu-kok Oey-eng lalu menyuruh Ah-gu membantunya.
450 Mereka bertiga segera membuat sebuah lubang untuk mengubur jenazah Lok-hee Hujin.
Lim Tiang Hong mengawasi mayat Pek-tok Hui-mo
sejenak, lalu di sisi kuburan ibunya kembali ia membuat lubang pula. Kemudian ia mengambil kitab Tat-mo-keng dari dalam saku iblis itu, setelah itu barulah ia kubur jenazah iblis itu di samping kuburan ibunya.
Mendadak terdengar suara Ah-gu berseru "Eh! itu siapa?".
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng segera berpaling.
Mereka lantas dapat lihat dirinya Hong-gwat Kongcu, siapa sedang membuat lubang sambil tundukan kepala, kemudian dengan hikmatnya ia mengubur jenazah Im-san mo-lie.
Setelah selesai mengubur, kembali ia berdiri di depan kubur entah sedang membaca doa apa.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng saling
berpandangan, tapi mereka tidak mau mengganggu padanya.
Setelah sekian lama dalam keheningan, barulah Hong-hwat Koogcu berjalan menghampiri mereka berdua dengan perasaan sedih.
Yu-kok Oey-eng mendadak ketawa dan menegur
padanya. "Mau dikata tidak mempunyai perasaan, tidak tahunya berperasaan, kiranya kau terhadap dia masih ada mempunyai perasaan juga?"
"Satu laki2 harus bisa membedakan dengan tegas antara kebajikan dan kejahatan. Urusan Im Tay Seng dengan Henghay Kow-loan setelah beres, siauwtee sebenarnya bermaksud mencari padanya untuk membereskan persoalan antara aku dengannya. Tidak disangka ia telah binasa di tangan ayahnya sendiri, ah....".
451 Kemudian ia berpaling dan menanya Lim Tiang Hong:
"Saudara Lim hendak ke mana?"
"Siauwtee ingin segera berangkat ke Biauw-kiang,"
"Kalau begitu siauwtee pergi dulu,"
Sehabis berkata dengan tanpa menuggu jawaban ia sudah berlalu.
Lim Tiang Hong menyaksikan berlalunya Hong-gwat Kongcu dengan perasaan terharu, kemudian berkata sambil menghela napas: "Mari kita juga pergi"
"Ke mana?" "Biauw-kiang". "Kau hendak mencari Yan-jie lagi" bukan" Hm! kalau orang2 Boan-ciong-muy turun tangan lagi terhadap kau, bagaimana?"
"Aku toh bukan anak umur tiga tahun. "
"Hm, sekarang saja kau berkata demikian, nanti setelah mendengar perkatan manis, kau lantas lupa segala-galanya!
tidak aku tidak izinkan kau pergi!"
"Kenapa?" "Aku kuatir kau akan dibikin mabok oleh itu siluman.
Lagi pula, kalau kau hendak membalas budi Heng-lim Chun-loan, sudah cukup mengirim beberapa orang pergi menolong dia, kemudian serahkan kepada Sin-soan Cu-kat, bukankah sudah cukup" Perlu apa harus pergi sendiri?"
Lim Tiang Hong mengawasi padanya sejenak mendadak berkata dengan tegas: "Kau pulang dulu dengan Ah-gu ke Hong-hong-tie menunggu aku. Biau-kiang sudah pasti aku akan pergi, dalam perja!anan ini bukan cuma untuk 452
menolong Yan-jie saja, aku dengan Boan-ciong Nio-nio juga masih ada mempunyai perjanjian".
Oleh karena ia kuatir akan dirintangi oleh Yu-kok Oey-eng lagi, maka setelah berkata demikian ia lantas lompat melesat dan berlalu dengan cepatnya.
Yu-kok Oey-eng sangat mendongkol sambil gebrakkan kakinya ia berkata: "Kau tak usah pulang untuk selama-lamanya".
Tapi Lim Tiang Hong sudah pergi jauh, sudah tentu ia tidak dapat dengar ucapannya.
-dw-kz- Bab 63 SETELAH berlalu dari sampingnya Yu-kok Oey-eng, Lim Tiang Hong kabur ke arah Lam-bong. Karena Pek-tok Hui-mo sudah binasa di tangan Yu-kok Oey-eng, maka hanya persoalan dengan Boan-ciong-muy yang ia harus selesaikan. Sudah tentu, yang terpenting adalah persoalan yang menyangkut dirinya Yan-jie. Jika ia tidak dapat memulihkan keadaannya Yan-jie seperti sedia kala, supaya ia terlepas dari cengkramannya Boan-cong-muy, hal ini akan membuat penyesalan untuk selama-lamanya terhadap Heng-lim Chun-loan almarhum.
Selagi ia kabur dengan menggunakan ilmunya lari pesat It-sia Cian-lie, tiba2 dapat lihat dirinya Hong-gwat Kongcu sedang berdiri dan berbicara dengan tiga laki2 tua. Ia segera dapat kenali bahwa diantara tiga laki2 tua itu, terdapat dirinya Ham-hay Liong-kun yang pernah menjadi
pecundangnya. 453 Ham-hay Liong-kun yang melihat kedatangan si anak muda, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Nah, ini dia orangnya telah datang!"
Lim Tiang Hong tidak mengerti maksud perkataannya, maka lantas menanya kepada Hong-gwat Kongcu: "Dengan maksud apa mereka menghadang di sini?"
Dengan bersungut-sungut Hong-gwat Kongcu menjawab sambil menunjuk seorang tua berusia kira2 enam puluh tahun dengan wajah putih dan jenggot panjang: "Dia bergelar Gobi Giok Liong (Naga Kumala dari gurun pasir Gobi)" Kembali menunjuk kepada Seorang tua lainnya yang berwajah merah sawo dan berpakaian hitam: "Dia bergelar Tay-bo Hui-liong. Oleh karena gelarmu adalah 'To-liong Kongcu' yang berarti kongcu pembunuh naga, maka mereka sengaja menantikan perjalananmu di sini, suruh kau hapuskan gelar itu".
Lim Tiang Hong kerutkan keningnya, ia berkata kepada Ham-hay Liong-kun: "Betulkah demikian maksud
kedatangan kalian bertiga?"
Tay-bo Hui-liong lantas menyahut: "Bukan saja minta kau segera hapuskan nama gelarmu itu, pedang To-liong-kiam di pinggangmu itu, kau juga harus tinggalkan".
kemudian ia berkata kepada Hong-gwat Kongcu: "Pergilah!
sudah tidak ada urusanmu lagi,"
Hong-gwat Kongcu ketawa terbahak-bahak dan berkata:
"Siapa yang tidak tahu bahwa perhubungan persahabatan antara Hong-gwat dengan To-liong ada begitu eratnya"
Dalam urusan ini, sekalipun Saudara Lim tidak datang, aku Hong-gwat juga boleh talangi padanya dan tanggung jawab sepenuhnya. Katakanlah, kalian menghendaki cara 454
penyelesaian bagaimana" sementara mengenai permintaan kalian supaya menghapuskan nama gelar itu, aku juga boleh menjawab pada kalian: Tidak bisa!"
Lim Tiang Hong sebetulnya tidak ingin timbul
bentrokan lagi dengan Hong-lui-po, maju lantas maju setindak dan berkata sambil menyoja: "Persoalan antara partai2 persilatan daerah Tionggoan dengan Hong lui-po, kini telah selesai. Perlu apa tuan2 bertiga timbulkan persoalan lagi?"
Ham-hay Liongkun dongakan kepala dan menyahut
sambil ketawa dingin: "Tiga naga dari gurun pasir Gobi dengan Hong-lui-po, satu sama lain tidak ada sangkut pautnya. Jika kau merasa jeri, letakkan pedangmu, lalu bersumpah selanjutnya tidak akan menggunakan nama gelar To-liong Kongcu itu lagi. Jikalau tidak, Hm! gurun pasir ini barangkali akan menjadi tempat kuburmu"
Mendengar perkataan yang sangat jumawa itu, Lim Tiang Hong lantas gusar, sambil ketawa ber-gelak2 ia berkata: "Setan pecundang, dengarlah: gelar To-liong Kongcu ini sebetulnya adalah pemberian dari orang luar, tapi karena permintaaan kalian ini, aku akan tetap menggunakannya. Untuk selanjutnya, aku akan
mengumumkan kepada sahabat-sahabat dunia rimba persilatan dan pula tidak akan merubah lagi untuk se-lama2nya Kalian mempunyai kepandaian apa, boleh keluarkan semuanya!"
Gobie Giok-liong yang sudah malang melintang di daerah gurun pasir Gobi hampir seumur hidupnya belum pernah menemukan tandingan ketika mendengar ucapan Lim Tiang Hong yang demikian keras, wajahnya merah padam.
"Sungguh jumawa!" demikian ia berseru.
455 Tangannya lalu bergerak, melancarkan satu serangan.
Mendadak ia rasakan hembusan angin, pedang Honggwat Kongcu telah menghalau serangannya. Dengan suara keras pemuda itu membentak: "Tunggu dulu! kalian hendak maju berbareng atau satu persatu" Menurut pikiranku, untuk menghemat waktu, sebaiknya kalian bertiga lawan kita berdua, bagaimana2"
Tiga naga dari gurun pasir Gobi itu, semuanya
merupakan orang2 tingkatan tua yang sudah lama terkenal.
Hari itu mencari onar dengan orang tingakatan muda saja sudah merupakan satu perbuatan yang merendahkan derajatnya, bagaimana mereka sudi main keroyok untuk mencari kemenangan.
Gobi Giok-liong ketika melihat Hong-gwat Kongcu menghalau dan berkata demikian terpaksa kendalikan hawa amarahnya, sambil ketawa terbahak bahak ia berkata:
"Lohu mana sudi mengandalkan kekuatannya orang banyak untuk merebut kemenangan" Tapi, baiklah! kalian berdua, asal mampu, menangkan salah satu antara kita bertiga, kita akan membiarkan kalian pergi, bagaimana?"
Hong-gwat Kongcu getarkan pedangnya, lalu berkata sambil ketawa: "Tak usah berdua, dengan seorang diri Kong-cumu ingin belajar kepandaianmu lebih dulu!"
Lim Tiang Hong tidak membiarkan kawannya, maju dulu untuk nalangi dirinya, maka ia buru2 mencegah:
"Saudara mengaso dulu sebentar. Soal ini biarlah aku sendiri yang membereskan".
Gobi- Giok-liong berkata dengan nada suara dingin:
"Tidak usah berebut, kalian berdua maju berbareng saja.
Lohu nanti akan melayani sampai puas, biar bagaimana lohu akan suruh kalian takluk benar2".
456 Pada saat itu, tiba2 seekor kuda lari mendatangi. Di atas kuda ada seorang wanita setengah tua dengan pedang di punggungnya. Begitu tiba di depan lima orang, wanita itu lantas tahan kudanya dan lompat turun.
Lim Tiang Hong segera mengenali bahwa wanita itu bukan lain daripada Cin-nia Cie-hong, ciangbunjin Tiang-lim-pay, yang karena hendak pesiar keseluruh tempat untuk mencari guru yang lebih pandai, sehingga melepaskan kedudukannya sebagai ciangbunjin. Maka ia segera maju memberi hormat seraya berkata: "Apakah locianpwee mencari Lim Tiang Hong?"
"Boleh dikata demikian, tapi bukan sekarang."
jawabnya Cin-nie Cie-hong sambil tersenyum. Ia mengawasi Gobi Sam-liong atau tiga naga dari Gobi sejenak, lalu berkata pula: "Hari ini aku dapat bertemu dengan Gobi Samliong, ternyata tidak sia2 perjalananku ini.
Mereka semuanya berjumlah tiga orang, maka aku juga boleh dihitung sebagai salah satu dari orang di pihakmu.
Tiga lawan tiga, itu toh adil bukan! Kita ingin tahu, entah ilmu pedang daerah Tionggoan ataukah ilmu pedang daerah barat yang lebih unggul?"
Ham-hay Liong-kun segera maju dua tindak dan
berkata: "Kau siapa" Mengapa ingin campur tangan dalam urusan ini?"
"Aku siapa, tidak perlu kau tahu. Biar bagaimana kita hanya ingin berkenalan dengan mengadu kepandaian, dari kepandaian siapa yang lebih unggul. Untuk menentukan siapa yang lebih kuat, banyak bicara tidak ada gunanya".
jawabnya wanita itu sambil tersenyum.
"Bagus! bagus! kalian ternyata pada pandai bicara.
Demikianlah kita tetapkan, tiga lawan tiga. Dalam satu kali pertandingan untuk menentukan siapa yang menang dan 457
siapa yang kalah. Dan lohu ingin belajar kenal dulu dengan kepandaiamu". berkata Ham-hay Liong-kun sambil ketawa terbahak bahak.
Ciu-nia Cie-hong menghunus pedangnya kemudian
berkata dengan suara pelahan: "Silahkan!"
Pada saat itu, Lim Tiang Hong dan Hong-gwat Kongcu sudah pada menghadapi lawannya masing2 dengan pedang terhunus.
Diantara tiga naga dari Gobi itu, adalah Tay-bo Hui-liong yang kepandaiannya lebih tinggi. Melihat masing2
sudah siap, lantas ketawa dan berkata: "Biarlah lohu yang melayani To-liong Kongcu".
Dari pinggangnya ia mengeluarkan sebilah pedang pendek yang tidak lebih dari tiga kaki.
Enam orang itu terpencar menjadi tiga rombongan. Tay-bo Hui-liong berhadapan dengan Lim Tiang Hong, Gobi Giok-liong dengan Hong-gwat Kongcu dan Ham-hay Liong-kun dengan Cin-nia Cie-hong.
Kedua pihak sama2 ahli pedang kenamaan, enam bilah pedang, dibawah sinar mata hari senja memancarkan sinarnya berkilauan.
Dengan berdiri berhadapan dan berjalan berputaran pelahan2, masing2 siap hendak melancarkan serangannya, tapi tiada satupun yang bergerak lebih dulu.
Akhirnya Tay-bo Hui-liong yang sudah tidak sabar.
Sambil bersiul panjang, ia telah bergerak melancarkan sekaligus tiga kali serangan. Lim Tiang Hong menyaksikan serangan dengan pedang pendek orang tua itu ternyata begitu hebat, segera mengetahui bahwa ia sudah berhadapan dengan lawan tangguh yang jarang ditemukan, maka 458
dengan sangat hati2 sekali, ia juga balas menyerang sampai tiga kali.
Kala itu kekuatan tenaga dalamnya sudah tidak ada bandingannya, walaupun dengan satu gerakan seenaknya saja, serangannya itu ada mengandung kekuatan sangat hebat, maka begitu beradu, Tay-bo Hui-liong segera merasakan bahwa nama besar yang didapatkan oleh anak muda itu, sesungguhnya bukan nama kosong belaka.
Ia tidak berani memandang ringan lawannya itu lagi, pedang pendeknya digunakan untuk menikam, membabat, memotong, dengan serentetan melakukan serangan sampai sembilan kali.
Serangannya itu bukan merupakan serangkaian ilmu pedangnya, tapi diambil dari intinya berbagai ilmu pedangnya yang terampuh.
Memang hebat serangannya itu, dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong sudah berada dalam kurungan lapisan sinar emas.
Lim Tiang Hong memutar pedang To-liong-kiamnya.
Dengan satu gerak tipu 'Kian-ie Biuw-hwa', ia menerobos lapisan sinar emas itu, kemudian ia rubah gerak tipunya dengan kekuatannya yang luar biasa, balas mengurung lawannya.
Ilmu To-liong Keng-hong tanpa tanding itu, benar2
sangat ampuh. Baru dua jurus saja, sudah berhasil menahan serangan lawannya yang begitu hebat. Selanutnya, terbentanglah suatu pertandingan ilu pedang kelas tinggi yang jarang tertampak.
Berbareng dengan berlangsungnya pertempuran antara Lim Tiang Hong dengan Tay-bo Hui-liong, di pihaknya 459
Ham-hay Liong-kun dan Gobi Giok-liong, juga sudah pada bergerak.
Tiga naga dari gurun pasir Gobi itu, masing2 sudah mempunyai latihan kekuatan tenaga beberapa puluh tahun lamanya. Ilmu pedang mereka malah merupakan ilmu pedang yang tersendiri, ganas dan telengas.
Kemahirannya Hong-gwat Kongcu dalam ilmu pedang, sudah terkenal dalam dunia rimba persilatan. Iapun gemar sekali dalam permainan itu. Maka begitu mendapat kesempatan mengadu pedang, semangatnya lantas
terbangun. Begitu pula dengan Cin-nia Cie-hong, juga merupakan satu jago ilmu pedang dalam golongan wanita. Ia melepaskan kedudukannya sebagai ciangbunjin.
Maksudnya melulu hendak mencari guru yang pandai untuk mempertinggi ilmu pedangnya, agar dapat membalas dendam karena kalah ditangannya Lim Tiang Hong.
Selama tiga tahun ia memperdalam ilmunya sudah mendapat banyak kemajuan, maka jauh2 ia mencari Lim Tiang Hong sampai ke barat. Tidak tahunya di gurun pasir telah berjumpa dengan kejadian tersebut, hingga ia juga mendapat kesempatan untuk menguji kepandaiannya sendiri. Ia merasa sangat gembira, ia hendak menggunakan ilmu pedangnya yang dipelajari selama tiga tahun itu, untuk menjatuhkan lawannya, maka ia bertempur sacara hati2
sekali, jangan sampai rubuh di tangan lawannya.
Enam ahli pedang kenamaan itu, dengan pikiran yang berlainan, masing2 mencurahkan seluruh kepandaiannya melakukan pertempuran dahsyat di gurun pasir itu.
Mata hari mulai condong ke barat, angin malam meniup santar, pasir dan salju berterbangan diangkasa nan bebas.
460 Malam telah tiba, jagat gelap gulita, angin meniup makin santer, suasana nampak sudah semakin sunyi dan suram!
Dalam keadaan gelap dan sunyi itu, di atas gurun pasir jamg luas, hanya tertampak enam bayangan orang yang tengah melakukan pertandingan pedang dengan amat gesitnya.
Tiga naga dari Gobi, sudah mengeluarkan kepandaian masing2, ternyata masih tak mampu menundukkan tiga lawannya dari daerah Tionggoan yang masih muda2 itu.
Dalam hati mereka merasa cemas, terutama Tay-bo Hui-liong, Karena maksud tiga naga mencegat Lim Tiang Hong di gurun pasir itu, ialah ingin supaya nama mereka tersiar ke daerah Tionggoan.
Tidak disangka tidak diduga, dua pemuda yang masih bau pupuk bawang dan wanita setengah tua itu, ternyata tidak mudah dilawannya. Pertempuran sudah berlangsung enam ratus jurus lebih, keadaan masih tetap berimbang, maka dalam hati mereka mulai merasa bahwa pertempuran itu ada kemungkinan kesudahannya akan berbalik memalukan bagi pihaknya.
Dalam cemasnya, Tay-bo Hu-liong tiba2 mem-
perlihatkan gerakannya. Kiranya mereka hendak
menggunakan kekuatan tenaga dalamnya, yang sudah sempurna untuk mengalahkan lawannya. Pedang
pendeknya ditekan ke bawah, mendadak membuat satu lingkaran dan melakukan gerak tikaman.
Lim Tiang Hong merasa heran atas perubahan gerakan itu, apalagi setelah merasakan serangannya itu ternyata ada mengandung kekuatan hebat yang mengancam seluruh jalan darah pada dirinya.
461 Ia tidak berani berlaku gegabah, karenanya ia tidak tergesa gesa merebut kemenangan, sebaliknya menjaga rapat dirinya sendiri dengan sinar pedangnya.
Tiba2 terdengar suara beradunya dua pedang.
Lengannya merasa menggetar, sinar pedang nam pak berkelebat di depan matanya, dan ujung pedang sudah mengancara dadanya. Gerak tipu itu benar2 di luar dugaannya, maka dalam kagetnya ia lantas miringkan tubuhnya dan geser kakinyasedang pedangnya disodorkan untuk memapaki pedang pendek musuhnya.
Tay-bo Hui liong tidak menduga kalau lawannya itu berani menggunakan, gerak tipu sederhana dan biasa untuk memunahkan serangannya. Setelah terdengarnya suara beradunya dua pedang, dua orang itu lantas berpencaran.
Setelah dua kali mengadu kekuatan itu, dua pihak sama2
merasakan bahwa kekuatan tenaga dalam mereka ternyata ada berimbang.
Setelah terpencar keduanya maju lagi, melanjutkan pertempuran mereka yang amat dahsyat. Lim Tiang Hong berpikir, apabila pertempuran berlangsung terus secara demikian, rasanya bukanlah pada tempatnya. Ia lalu kerahkan seluruh kekuatan dan kepandaiannya. Ia mulai lagi dengan ilmu pedangnya To-liong Kiam-hoat. Ilmu pedang yang tidak ada tandingannya itu, kini dimainkan dalam tangannya benar2 mengandung pengaruh besar sekali.
Dari gerak tipu permulaan hingga jurus keempat, duapuluh empat gerakan dilancarkan sekaligus hebat, dahsyat. Bahkan setiap gerakan mengandung berbagai perubahan.
462 Tay-bo Hui-liong mu]ai keteter, dengan tanpa sadar, si naga terbang itu terus mundur sampai 7-8 kaki jauhnya, gerak pedangnya juga mulai lambat.
Mendadak diantara berkelebatnya sinar pedang
berkilauan, pedang To-liong-kiam sudah menggulung bagaikan rantai. Dalam gugupnya, ia menggunakan pedang pendeknya untuk menangkis dan kakinya digeser mundur sampai tiga kaki. Namun demikian, ternyata masih terlambat setindak. Ujung pedang Lim Tiang Hong sudah menebas kutung ujung bajunya.
Lim Tiang Hong dengan cepat tarik kembali
serangannya, mulutnya mengucapkan maaf ber-ulang2.
Tay-bo Hui-liong wajahjija pucat seketika, sambil menghela napas panjang lemparkan pedang pendeknya di tanah.
Lim Tiang Hong menyaksikan kedukaan naga itu,
dalam hati merasa tidak enak, maka lalu maju menghampiri dan menghibur padanya. "Ilmu pedang locianpwee sesungguhnya hebat, aku yang rendah sangat kagum sekali".
Perkataannya itu diucapkan dengan sikap merendah, tidak tahunya Tay-bo Hui-liong tidak mau mengerti, sebaliknya malah delikkan matanya dan berkata dengan nada suara dingin: "Kau tidak perlu berpura-pura. Apakah kau berani mengadu kekuatan dengan tangan kosong?"
"Asal kau suka, aku si orang she Lim tentu saja bersedia melayani kehendakmu". Jawabnya Lim Tiang Hong yang agak mendongkol.
Tay-bo Hui-liong tidak berkata apa2 lagi. Ia segera kerahkan ilmunya Tay-yang Sin-kang, siap untuk melakukan pertandingan lagi.
463 Lim Tiang Hong juga tahu bahwa Tay-bo Hui-liong sesungguhnya tidak mudah dilayani, maka ilmunya Sian-thian Ciat Khie-kang juga segera dikerahkan sepenuhnya.
Ketika ia mengawasi Tay-bo Hui-liong, mendadak dapat lihat bahwa orang tua itu matanya memancarkan sinarnya yang mengandung kebuasan, hingga diam2 merasa kaget.
Timbullah dalam alam pikirannya suatu pertanyaan, sebetulnya untuk apa pertempuran ini"
Dengan cepat ia lantas berkala: "Tunggu dulu, aku ingin bicara,"
"Apa kau takut?" Tay-bo Hui-liong balas menanya sambil ketawa dingin.
"Jangan kata cuma kau seorang. Sekalipun kalian bertiga maju berbareng, lihat tuan mudamu nanti sanggup melayani atau tidak" Hanya, aku merasa bahwa
pertempuran semacam ini, sedikitpun tiada artinya. Pikir saja, aku si orang she Lim, dengan kalian satu sama lain tidak saling mengenal, juga tidak saling bermusuhan. Nama julukan To-liong Kongcu ini, sebetulnya ada pemberian dari sahabat2 dunia rimba persilatan, buat aku sendiri sebetulnya tidak tahu sama sekali, mengapa mereka memberikan gelar demikian padaku. Mengapa locianpwee begitu perlu sampai mengadakan pertempuran ini, hanya disebabkan karena soal yang tidak ada artinya" Maksudku, semua kesalah pahaman ini biarlah kita akhiri sampai di sini saja".
"Enak saja kau bicara. Kejadian sudah terlanjur begini rupa, sudah tidak ada gunanya dibicarakan lagi, nah, sambutilah!".
Dengan cepat. Tay-bo Hui-liong sudah melancarkan serangannya.
464 Lim Tiang Hong juga tahu bahwa perkataannya tadi semata-mata hanya untuk menghindarkan agar kesalah pahaman ini jangan sampai terjadi dalam2. Tapi karena Tay-bo Hui-liong bersikap keras hendak diteruskan pertandingan itu, maka ia terpaksa melayani juga.
Ketika melihat serangannya sudah dimulai, ia juga tanpa ragu2 lagi. Segera balas menyerang sambil melirik ke arah Cin-nia Cie-hong dan Hong-gwat Kongcu. Ternyata kedua kawannya itu dapat melayani kedua lawannya dengan baik sekali, serta tiada tanda2 kalau mereka agak terdesak, maka hatinya merasa lega.
Kepandaian tangan kosong Tay-bo Hui-liong
sesungguhnya lebih hebat dari pada ilmu pedangnya. Lim Tiang Hong sudah melayani sampai seratus jurus lebih, ia telah merasakan bahwa orang tua ini merupakan salah satu lawan terberat sesudahnya Bo-yong Pek.
Dalam pertempuran itu, dua pihak boleh dikata tidak mempunyai permusuhan atau ganjalan sakit hati apa2.
Tapi di satu pihak karena hendak 'merebut' nama, di lain pihak hendak 'pertahankan' namanya, bulak-balik, tidak lain daripada berebutan 'nama'.
Tay-bo Hui-liong karena hendak membalas
kekalahannya dalam pertandingan pedang, kali ini ia pergunakan seluruh kekuatan tenaga dan kepandaiannya, melakukan serangannya dengan hebat, setiap serangannya hampir selalu mengarah anggota badan terpenting.
Serangan2 yang sangat berbahaya itu, perlahan-lahan telah membangkitkan hawa amarah Lim Tiang Hong. Ia lalu menggunakan ilmu silatnya 'Lui-tian Hui-huan-ciang"
untuk melakukan serangan pembalasan.
465 Tay-bo Hui-liong tidak menduga bahwa serangan anak muda itu ada mengandung kekuatan tenaga dalam
demikian hebat, bahkan setiap serangannya ber-ubah2
gerakannya hingga sulit diduga oleh lawannya. Kini ia mulai gelisah, sebab nama baiknya yang telah dipupuk berpuluh-puluh tahun lamanya, dalam waktu singkat akan ludas di tangan pemuda itu. Dalam kegelisahannya, ia semakin gusar. Dengan mengerahkan kekuatan tenaganya yang melewati batas, ia melancarkan serangannya yang menentukan.
Serangannya itu sesungguhnya memang hebat, tapi tidak disangka, serangan yang dilakukan dengan kekuatan melampaui batas itu ternyata seperti amblas ke dalam air laut, musnah tanpa bekas. Dalam kagetnya, ia baru2 tarik kembali serangan selanjutnya.
Tiba2 telinganya dapat menangkap suara 'ser' ser!'.
Butiran2 warna putih menembusi hawa Ceng-khie yang keluar dari serangan tangannya tadi dan terus menuju ke dadanya, langsung mengarah jalan darah 'Hian-kie dan'Kie-bun'.
Dalam keadaan ripuh, ia tidak tahu senjata rahasia apa yang digunakan oleh pihak lawannya, terpaksa geser kakinya dan dari samping menangkis butiran tersebut.
Siapa nyana, baru saja tangannya bergerak jalan darah
'Kian-kin-hiat' sudah kena diserang, ia hanya merasakan bahwa butiran itu cuma kelihatan bentuknya tapi tidak ada isinya, namun ada mengandung kekuatan hebat sekali, hingga ia sampai mundur terhuyung2 hampir jatuh.
Lim Tiang Hong tarik kembali serangannya dan lantas lompat mundur sambil mengucapkan permintaan maaf.
466 Meski Tay-bo Hui-liong sudah mengalami kekalahan lagi, tapi orang tua itu ternyata masih keras kepala, mendadak ia berkata dengan suara keras: "Dengan senjata rahasia kau melukai lawan, apakah itu terhitung perbuatannya seorang gagah?"
Lim Tiang Hong ketawa ter-bahak2 dan berkata: "Kau sendiri yang seperti kodok di dalam sumur, sebabnya menuduh orang secara sembarangan, benar2 sangat lucu".
Dengan pelahan ia menyentil dengan jarinya sebutir benda semacam asap putih melesat keluar dan buyar di tengah udara.
Tay-bo Hui-liong baru sadar bahwa senjata yang digunakan oleh lawannya itu, ternyata adalah 'Kie-khie Seng-wan-kang' atau pengumpulan hawa murni yang dijadikan butiran. Semacam ilmu kepandaian yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan. Maka ia lantas tundukkan kepala sambil menghela napas, kemudian dengan suara nyaring ia berseru: "Tahan!"
Ia sebagai kepala dalam rombongan tiga naga itu, maka seruannya itu segera diturut oleh Ham-hay Liong-kun dan Gobi Giok-liong. Mereka itu segera tarik kembali serangan masing2 dan berpaling mengawasi padanya.
Dengan wajah murung Tay-bo Hui-liong berkata sembil menghela napas: "Sejak hari ini, di dalam barisan Gobi Sam-Hong, sudah tidak ada lagi nama Tay-bo tapi kau harus ingat, lima tahun kemudian, Sam-liong pasti ada keturunannya yang akan datang ke daerah Tionggoan untuk menghapus gelarmu 'To-liong Kongcu ' itu".
Hong-gwat Kongcu segera mengetahui apa yang telah terjadi, maka lantas ketawa terbahak-bahak dan berkata:
"Sudara Lim, aku haturkan selamat padamu, karena kau 467
telah berhasil menundukan naga di gurun pasir hingga gelarmu Toliong Kongcu itu tepat sekali bagimu!
hahaha...." Tiga naga dari Gobi itu mengawasi padanya dengan mata mendelik, kemudian lantas menghilang di tempat gelap.
Setelah tiga naga itu berlalu, Lim Tiang Hong menghela napas. Ia tidak sangka, dengan tidak sengaja telah menanam bibit permusuhan di gurun pasir ini, hingga meninggalkan bibit keonaran bagi Hong-hong-tie di kemudian hari.
Cin-nie Cie-hong juga nampak sangat murung. Dengan susah payah ia mencari guru dan dengan bertekun untuk tiga tahun lamanya ia mempelajari ilmu pedangnya, maksudnya ialah untuk membalas sakit hati dalam kekalahannya tempo hari. Tapi sesudah mengalami pertempuran sengit tadi, ia baru tahu, bahwa
kepandaiannya sendiri ternyata masih kalah setingkat. Hal ini ia ketahui benar, karena dalam pertempurannya dengan Ham-hay Liong-kun yang berlangsung sampai enam ratus jurus lebih, ia belum mampu merebut kemenangan.
Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, ia sudah dua kali mengalahkan lawannya yang terhitung paling kuat dalam barisan tiga naga itu.
Diantara tiga orang itu, hanya Hong-gwat Kongcu yang masih tetap bergembira, seolah-olah tidak ada apa2 yang mengganggu pikirannya.
Mendadak ia berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Tiga siluman naga itu sudah pergi, kita juga sudah seharusnya melanjutkan perjalanan kita! kita toh tidak akan bermalam di gurun pasir ini bukan?"
468 Lim Tiang Hong anggukkan kepala, per-lahan2 ia masukan pedangnya ke dalam sarungnya.
Ciu-nie Cie-hong lompat keatas kudanya, sambil melambaikan tangan ia berkata. "Aku hendak berangkat dulu. sampai ketemu lagi!"
Setelah wanita itu berlalu, Hong-gwat Kongcu lantas menanya, "Siapakah wanita itu?"
"Ciangbunjin Tiang-lim-pay yang dahulu, Cin-nie Ciehong".
"Oh, aku tahu! kedatangannya ini pasti hendak mencari kau untuk mengadu pedang, tapi karena kau barusan sudah mengalahkan Tay-bo Hui-liong, maka ia lantas mundur teratur. Kalau menurut pandanganku, ilmu pedang Tiang-lim-pay itu meski termasuk salah satu ilmu pedang terutama dalam rimba persilatan, tapi masih belum terhitung ilmu pedang kelas tinggi"
Karena perkataannya itu diucapkan dengan suara nyaring, apalagi dalam gurun pasir yang luas dan tidak terdapat bangunan ataa pepohonan, hingga dapat didengar kejarak dua atau tiga lie jauhnya.
Tiba2 ia dengar suara tajam sebagai jawaban. "Tuan telah anggap diri sandiri sebagai ahli pedang kenamaan, aku ingin coba sampai di mana tinggi kepandaian itu. Mari besok kita bertemu di depan pintu kota Giok-bunkoan!"
Lim Tiang Hong kerutkan kening, tapi Hong-gwat Kongcu lantas menyahut: "Aku bersedia melayani kau".
Orang2 rimba persilatan, kebanyakan suka berebut nama baik, tidak disangka karena perkataan yang sifatnya iseng saja, telah menimbulkan kerewelan. Cin-nie Cie hong sebetulnya ingin mencari Lim Tiang Hong untuk mengadu 469
Pedang, tidak nyana berbalik kebentrok dengan Hong-gwat Kongcu.
Lim Tiang Hong berdua setelah tiba dikota Giok-bunkoan, lalu mencari rumah penginapan. Ia sebetulnya ingin segera berangkat ke Biaw-kiang, tapi karena urusannya Hong-gwat Kongcu dengan Cin-nie Cie-liong ini, ia terpaksa harus menginap di kota tersebut.
Esok Pagi, pelayan rumah penginapan mendadak
angsurkan sepotong kertas kepada Lim-Tiang Hong, yang segera dibuka. Seketika itu wajahnya berubah dan lantas unjukkan ketawa dingin.
Heng-gwat Kongcu tidak tahu apa yang terjadi kepada kawannya itu, ia segera ambil kertas itu. Ternyata di atasnya terdapat tulisan berbunyi:
"Kin-phan-po telah berserikat dengan Pie-ma Thian-kauw dan lain2nya bekas anak buah Thian-cu-kauw akan melakukan tindakan yang tidak menguntungkan tuan. Harap suka berlaku hati2. Urusan pertandingan Pedang, harap sampaikan kepada sahabatmu, nanti setelah urusan ini selesai, kita janjian waktunya lagi"
Di bawah ada tertulis tanda "Hong" .
Seketika itu ia lantas ketawa bergelak-gelak dan berkata:
"Ikan2 yang lolos dari jaring, kita masih belum cari padanya. Kini mereka sudah antarkan diri sendiri, bagus sekali"
"Menurut pandanganku, mereka dengan secara
mendadak hendak bertindak yang merugikan kita. Sudah pasti ada yang diandalkan. Maka tidak boleh tidak kita harus berlaku hati2!" jawab Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala, tidak membenarkan pendapat kawannya itu.
470 "Pek-tok Hui-mo yang begitu jahat dan buas, kita masih tidak takut, mengapa harus merasa jeri terhadap kawanan kurcaci itu". Saudara Lim sebetulnya terlalu banyak pikiran!"
Lim Tiang Hong tidak suka membantah, lagi ia lantas berbangkit dan berkata: "Urusan ini nanti setelah saatnya tiba, pasti kita ketahui sendiri bahwa perkataan siauwtee ini tidak bohong. Tapi aku juga bukan seorang pengecut yang takut kepada mereka".
Dua pemuda itu merupakan orang2 gagah, maka tidak perhatikan soal itu lagi. Sehabis makan lantas melanjutkan perjalanan kembali.
Karena sudah hapal dengan keadaan jalan, maka
mereka berjalan dengan pesatnya. Ber-jalan kira2 tujuh puluh lie, tibalah mereka di suatu tempat, di mana terdapat sebuah hutan yang sangat lebat.
Lim Tiang Hong berhenti dan berkata kepada
kawannya: "Andaikata benar2 ada kejadian, mereka pasti akan memilih tempat ini untuk memegat kita".
Baru saja ia menutup mulutnya, dari empat penjuru tiba2 terdengar suara orang ketawa, lalu nampak Khiu-pan-po, Pie-ma Thian-kauw, Lak-ciu Sian-nio dan beberapa sisa orang2 Thian-cu-kauw muncul dari dalam hutan.
Hong-gwat Kongcu lantas berkata sambil ketawa ter-bahak2: "Beberapa gelincir manusia tiada berguna seperti kalian ini, juga hendak coba main gila, benar2 lucu".
Dengan cepat ia menghunus pedangnya dan berkata pula sambil menghampiri mereka: "Biarlah Kongcumu yang melayani kalian".
471 Tapi Lim Tiang Hong segera mencegah sambil berkata:
"Kau tidak perlu ter-gesa2, lihat dulu mereka sebetulnya hendak berbuat apa?"
Hong-gwat Kongcu terpaksa urungkan niatnya.
Khiu-pan-po dan kawan2nya, setelah mencegat Lim Tiang Hong, mereka tidak berkata apa2, juga tidak maju lagi. Kedua pihak dengan demikian mereka berdiri saling ber-hadap2an.
Hong-gwat Kongcu yang sudah tidak sabaran, lantas berkata sambil menuding Khiu-pan-po: "Hei, nenek tua, kau mencegat kita apa maksudmu yang sebenarnya?"
Khiu-pan-po perdengarkan suara ketawa dinginnya kemudian ia menjawab: "Nenekmu hendak mencincang kalian menjadi ber-keping2 untuk membalas sakit hati Thian-cu-kauw".
"Hanya mengandal kalian beberapa potong barang rongsokan ini saja?" ejek Hong-gwat Kongcu sambil ketawa ber-gelak2.
Khiu-pan-po tidak menjawab perkataannya. Mendadak ia mengeluarkan siulan yang sangat aneh kedengarannya dan apa yang lebih aneh lagi ialah: Dari dalam rimba sebelah kiri mendadak terdengar suara memuji nama Buddha, kemudian nampak ketua Siauw-lim-pay yaitu Pek-lap siansu muncul ber-sama2 delapan belas kawanan paderi Siauw-lim-sie dengan membawa senjata masing2.
Menyaksikan kejadian itu, Lim Tiang Hong terperanjat.
"Eh! mengapa Siauw-lim-pay mendadak berada ber-sama2
dengan kawanan iblis2 ini?" demikian ia menanya kepada diri sendiri.
472 Masih belum lenyap herannya, tiba2 dari rimba sebelah kanan kembali terdengar suara memuji nama Buddha, lalu nampak Pek-ho To-tiang, Heng-san Cek-siu dan orang2 dari enam partai golongan Hian-bun berjalan keluar.
Kembali Lim Tiang Hong merasa heran. "Apa
sebetulnya yang telah terjadi?" demikian Lim Tiang Hong menanya kepada kawannya.
"Mereka pasti kena pengaruhnya ilmu iblis nenek busuk itu, hingga mereka bermusuhan dengan kita" jawabnya Hong-gwat Kongcu sambil ketawa.
"Tidak mungkin," kata Lim Tiang Hong.
Ia dengan Pek-ho Totiang dan Pek-lap Siansu ada mempunyai perhubungan persahabatan sangat erat. Apalagi setelah ia menjabat kedudukan Kokcu Hong-hong-tie, salah paham antara mereka sudah lenyap seluruhnya, tidak nanti bisa timbul salah paham lagi. Maka ia cuma menantikan perkembangan selanjutnya, tidak mau ia menanya.
Setelah dua rombongan orang itu muncul, Khiu-pan-po lantas berkata dengan sikap garang: "Lim liang Hong, sekarang aku ajukan peringatan terakhir buat kau. Jikalau kau masih sayangi jiwamu, lekas serahkan kitab Tat-mo-keng, maka nenekmu nanti akan memberi keampunan.
tidak akan menghukum mati kepadamu. Jikalau tidak, kau jangan harap bisa lolos dari tangan orang2 enam partai golongan Hian-bun dan kawanan paderi Siauw-lim-sie".
Mendengar disebutnya kitab Tat-mo-keng, Lim Tiang Hong segera mengawasi Pek-lap Siansu. Ketua Siauw-lim-pay itu ternyata telah menunjukkan sikapnya yang bengis dan menantang, ini jauh berbeda dengan kebiasaannya yang suka berlaku tenang dan pendiam, hingga diam2 ia merasa 473
heran. Ketika ia berpaling lagi ke arah Pek-ho Totiang, Totiang itu juga mengunjukkan sikap yang serupa.
Dianggapnya orang2 beribadat itu sudah kena pengaruh ilmu gaibnya nenek yang jahat itu.
Selagi masih memikirkan keanehan itu, terdengar pula suara siulan Khiu-pan-po, dan orang2 enam partai serta kawanan Siauw-lim-sie, dengan cepat lantas pada menghunus senjata masing2, agaknya hendak melakukan gerakan mengepung.
Hong-gwat Koncu menjadi kalap, ia segera hunus pedangnya dan membentak keras. "Aku Hong-gwat ingin menjelaskan lebih dulu. Jika kalian benar2 mau diperalat oleh kawanan orang jahat ini, maka pedangku ini tidak kenal siapa adanya kau".
Lim Tiang Hong kala itu sangat sulit kedudukannya. Ia merasa serba salah. Ia tahu setelah turun tangan, sudah tidak ada kesempatan lagi.
Maka ia lantas maju ke depan Pek-lap Siansu dan berkata padanya: "Kitab Tat-mo-keng sudah berada dalam tangan boanpwee. Sedikit hari lagi nanti akan boanpwee kirim ke gunung Siong-san. Taysu mengapa dengar perkataan orang, hingga mengambil sikap permusuhan terhadap boanpwee?"
Pek-lap Siansu membuka sepasang matanya, bibirnya nampak bergerak-gerak. Se!agi hendak bicara, mendadak terdengar suara bentakan Khiu-pan-po: "Pek-lap, kau berani tidak mendengar perintah, bicara sembarangan dengan orang lain?"
Pek-lap Siansu nampaknya sangat ketakutan. Ia buru2
mundur dua langkah, tidak berani membuka mulut lagi.
474 Hong-gwat Koncu yang menyaksikan keadaan demikian lantas ia berkata sambil ketawa terbahak-bahak "Ini benar2
sangat aneh!" Pada saat itu, orang2 enam partai dan kawanan paderi Siauw-lim-sie, sudah mengambil posisi mengurung kepada Lim Tiang Hong berdua, hingga Lim Tiang Hong terpaksa mengeluarkan senjata seruling emasnya.
Tiba2 terdengar pula suara pekikan Khiu-pan-po yang tajam serta perkataannya yang bengis: "Tangkap mereka!.
Jangan dibiarkan lolos".
Sebentar kemudian, suara bentakan orang dan
bergeraknya beberapa bayangan orang telah membikin kalut keadaan. Kawanan imam dan paderi, dengan senjata masing2 mulai menyerbu.
Hong-gwat Kongcu juga lantas gerakan pedangnya dan menyerang sampai tiga kali.
Mendadak terdengar suaranya Lim Tiang Hong: "Tahan dulu!" Ia lantas lompat melesat setinggi delapan tombak, lalu menyerbu Kiu-pan-po.
--dwkz-- Bab 64 BEGITU dapat lihat Lim Tiang Hong menyerbu dari udara, Khiu-pan-po lantas berteriak: "Bu-tong dan Heng-san! lekas lindungi panji persekutuan".
Berbareng dengan itu, ia sendiri bagaikan kilat cepatnya sudah melesat ke samping Pek-ho Totiang.
475 Lim Tiang Hong memang sudah curiga bahwa dalam soal ini pasti ada sebabnya, kini telah terbukti benar kecurigaannya itu. Ia sadar apa sebabnya orang2 dari golongan suci itu sampai dipengaruhi oleh nenek jahat itu.
Diam2 ia merasa geli: "Kiranya nenek itu telah menggunakan wasiat itu. Hmm! kalau aku tidak nuampu membekuk kau, percuma saja aku menjadi Kokcu Kie-lin-kok" Demikian ia berkata kepada diri sendiri
Pada saat itu, Pek-ho Totiang dan Heng-san Gak-siu berdua, dengan pedaug terhunus sudah menyerang padanya.
Sambil ketawa dingin Lim Tiang Hong gerakkan kedua tanganya, untuk menangkis serangan tersebut.
Serangan kedua imam itu nampaknya ganas, tapi
sebenarnya cuma merupakan satu aksi saja. Mereka sebenarnya tidak memakai tenaga cukup, maka ketika ditangkis oleh Lim Tiang Hong, mereka lantas tarik kembali serangannya dan lantas lompat mundur.
Lim Tiang Hong lalu menggunakan kesempatan itu.
Dengan cepat dia lompat maju, lalu melancarkan serangan yang jarang ada keduanya. Serangan itu tidak langsung menuju sasarannya yang berada di depannya, melainkah semacam kekuatan tenaga yang berputaran. Khiu-pan-po yang sangat licin, diam2 sudah melatih serupa ilmu Mo-kheng atau ilmu iblis yang menggunakan kekuatan gaib, meski ia sudah cukup mahir, tapi belum pernah digunakan.
Dan kini setelah serangan Lim Tiang Hong itu ternyata ditunjukkan kepada dirinya, mau tidak mau ia harus keluarkan ilmu gaibnya itu untuk melawan serangan Lim Tiang Hong yang aneh itu. Lima jari tangannya yang bagaikan kuku burung, nampak meraup dan melepas ke udara. Dari jari tangan itu lalu mengeluarkan kabut hitam 476
yang berbau amis, meluncur kepada lawatnnya, sedang orangnya sendiri dengan cepat ia memutar seperti gasing, kemudian lari ke belakang Pek-ho Totiang.
Ia memang sudah sengaja hendak membunuh


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

musuhnya dengan meminjam tangan orang lain. Ia hendak mengadu domba Hong-hong-tie dengan enam partai golongan Hian-bun.
Lim Tiang Hong yang menghadapi ilmu gaib si nenek, lalu menyentil dengan jari tangannya, yang segera melesat keluar butiran warna putih. Setelah menembus kabut hitam itu, butiran putih tersebut dengan laju menuju ke arah jalan darah Cit kian-hiat.
Khiu-pan-po tidak menduga bahwa ilmunya Kie-khie Teng-wan-sin kang anak muda itu ternyata dapat menembusi ilmu gaibnya, maka cepat2 ia berkelit, barulah terhindar dan serangan maut itu.
Tapi Lim Tiang Hong dengan kecepatannya yang luar biasa, tahu2 sudah berada dihadapannya, sambil berseru
"Serahkan panji itu!"
Tangan kanannya mencekal pergelangan tangan si nenek, sedang tangan yang lain dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar panji segi tiga yang dipegang olehnya.
Percuma saja Kin-pan-po sudah melatih ilmu gaibnya sekian lama, ternyata masih belum mampu menyingkir dari sambaran tangan Lim Tiang Hong. Dalam gugupnya kembali ia mengeluarkan ilmu gaibnya, tapi ternyata sudah terlambat. Tangan satunya sudah tercekal sedang panji kecil segitiga itu sudah pindah ketangan si anak muda.
Berbareng pada saat kedua musuh itu bertempur dengan jarak pendek, Pek-ho Totiang dan Heng-san Gak-siu hendak menyerang Lim Tiang Hong dengan pedang
477 mereka, tapi ketika dapat lihat panji persekutuan sudah berada ditangan si anak muda, mereka lantas mencar ke kanan dan ke kiri, balik menyerang kepada Khiu-pan-po.
Khiu-pan-po meski mempunyai kepandaian ilmu gaib, tapi juga dengan terpaksa berkelit untuk hindarkan serangan kedua imam itu. Maka setelah Lim Tiang Hong melepaskan cekalannya, ia lantas lompat mundur sampai delapan kaki jauhnya.
Lim Tiang Hong setelah merebut kembali panji
persekutuan enam partai, hatinya merasa lega, dengan cepat ia lemparkan panji itu kepada Pek-ho Totiang sambil berseru: "Totiang, sambutilah ini". dan ia sendiri kembali mengejar Khiu-pan-po.
Ia benci sekali kepada nenek yang jahat itu maka segera menghujani serangan bertubi-tubi padanya. Khiu-pan-po yang sudah terdesak, sudah tentu tidak mempunyai kesempatan untuk balas menyerang.
Kita balik kepada Hong-gwat Kongcu, yang harus berhadapan dengan orang2 dari enam partai dan kawanan paderi dari Siauw-lim-sie. Karena mengetahui telah berhadapan dengan lawan tangguh, maka ia kerahkan seluruh kepandaiannya. Sungguh tidak disangka, orang2 itu meski nampaknya garang, tapi setelah diserang, lantas pada mundur, nampaknya tidak bertempur sungguh2. Seketika itu lantas hatinya tergerak.
Ketika ia dengar suara Lim Tiang Hong yang melarang padanya turun tangan, dalam hati segera sadar, maka ia lantas tarik kembali serangannya, hanya lindungi dirinya sendiri dengan sinar pedangnya. Sedang matanya terus berputaran, agaknya sedang mencari apa2.
478 Ia memang seorang cerdas, begitu melihat keadaan demikian, dalam hati lantas bercuriga. Apalagi setelah dapat lihat panji kecil segi tiga di tangan Kiu-pan-po dan benda warna merah berbentuk ikan ditangan Lak-chiu Sian-nio itu, yang bukan lain daripada Ang-hie-leng tanda kepercayaan ketua Siauw-lim-pay. Seketika itu ia lantas mengerti, apa sebabnya.
Ketika melihat Lim Tiang Hong mendesak Khiu-pan-po, semangatnya mendadak terbangun, ia lalu putar
pedangnya, mendesak mundur beberapa paderi Siauw-limsie, hingga kawanan paderi itu terpaksa mundur. Dengan demikian ia telah berhasil menerjang keluar, lalu lompat melesat ke arah Lak-chiu Sian-nio.
Pie-ma Thian-kauw yang menyaksikan itu, lantas maju memapaki sembari berkata: "Bocah, kau cari mampus".
Lak-chiu Sian-nio tahu bahwa dirinya sedang di arah, ia buru2 angkat tinggi benda merah berbentuk ikan seraya berseru: "Semua anak murid Siauw-lim-pay dengar! lekas tangkap bocah ini".
Di bawah perintah tanda kepercayaan 'Ang-hie-leng', Pek-lap Siansu terpaksa maju mengurung Hong-gwat Kongcu bersama delapan belas anak buahnya.
Hong-gwat Kongcu ketawa dingin. Dengan pedangnya ia menyerang terus secara hebat pada Pie-ma Thian-kauw, hingga bekas pahlawan Thian-cu-kauw itu kelabakan dan tidak mampu balas menyerang sama sekali. Tatkala kawanan paderi Siauw-lim-sie bantu padanya dengan setengah hati, Hong-gwat Kongcu sudah melesat dan menyerang Lak-ciu Sian-nio.
479 Pada saat itu, panji persekutuan enam partai itu sudah berada di tangan Lim Tiang Hong, hingga tidak perlu memikirkan orang2 pihaknya enam partai tersebut.
Pek-ho Totiang yang sudah berhasil dapatkan kembali panji pusakanya, lalu angkat tinggi dan mengeluarkan perintahnya: "Kawanan manusia bekas Thian-cu-kauw ini, satupun jangan dikasi lolos, lekas basmi habis mereka."
Orang2 enam partai golongan Hian-bun memang sudah dalam sekali mendendam rasa kebencian terhadap orang2
Thian-cu-kauw. Maka setelah mendengar perintah itu, mereka lantas turun tangan, mengurung semua orang orangnya Thian-cu-kauw.
Lak-ciu Sian-nio yang menyaksikan keadaan demikian, hatinya sangat gelisah. Ia tahu bahwa, kali ini ia ternyata sudah "salah hitung" tapi karena sudah telanjur, terpaksa ia menggunakan benda berbentuk ikan itu untuk melindungi dirinya.
Kembali ia mengangkat tinggi2 dan berseru: "Semua anak murid Siauw-lim-pay, kalian berani menentang perintah Ang-hie leng, apakah kalian hendak berontak?"
Perkataan itu lantas disambuti oleh Hong-gwat Kongcu:
"Hei, kau si rase genit, apa hari ini kau pikir masih bisa pertahankan jiwamu lagi" Hahaha...."
Diantara suara gelak ketawanya, sinar pedangnya sudah mengurung rapat dirinya wanita genit itu.
Pek-lap Siancu yang mendengar perintah Lak-chiu Sian-nio, hatinya merasa sedih karena menurut peraturan yang ditetapkan leluhurnya, barang siapa yang membawa tanda kepercayaan benda merah berbentuk ikan itu diserang atau dalam bahaya oleh ancaman musuh, maka harus dipandang seperti Ciangbunjinnya sendiri yang diserang atau yang 480
terancam bahaya. Oleh karena terikat oleh peraturan ini, maka ketika ia melihat Hong-gwat Kongcu mengancam Lak-chiu Sian-nio yang membawa benda kepercayaan itu, terpaksa harus menghadang Hong-gwat.
Sambil memuji nama Buddha Pek-lap Siausu berkata:
"Harap siecu lekas mundur. Kalau tidak, jangan sesalkan kalau Pek-lap sekalian nanti akan bertindak."
Ia lalu maju menghampiri sambil menenteng senjatanya, tindakannya itu segera diikuti oleh delapan belas muridnya.
"Kejadian aneh ini, sesungguhnya jarang ada", berkata Hong-gwat Kongcu sambil ketawa terbahak-bahak.
Dengan pedangnya ia tangkis semua serangan kawanan paderi, kemudian menyerang lagi kepada Lak-chiu Sian-nio secara lebih ganas.
Paderi2 Siauw-lim-sie yang sudah terkenal tinggi kepandaiannya. Di bawah pimpinan ketuanya sendiri, ternyata tidak mampu menahan serangannya satu anak dari tingkatan muda, ini sebetulnya merupakan suatu kejadian aneh, yang tidak dapat dipercaya oleh siapapun. Bagi seorang yang banyak akal licin, seperti Lak-chiu Sian-nio, sudah tentu tidak mau mengerti. Maka setelah menangkis serangannya Hong-gwat Kongcu, dengan muka pucat pasi ia lantas membentak dengan suara tajam: "Hai, kawanan kepala gundul, kalian tidak sungguh hati, membela barang kepercayaan kalian, tahukah apa dosanya" Maka dari itu, lekas tangkap bocah ini".
Pek-lap Siansu terpaksa menyerang lagi, kali ini ia menyerang dengan sungguh2.
Hong-gwat Kongcu terperanjat, ia buru2 mundur lima tindak.
481 ---dkz--- Mari kita balik lagi kepada Lim Tiang Hong yang menghujani serangan hebat kepada Khiu-pan-po dengan tanpa kenal kasihan.
Khiu-pan-po yang menghadapi ancaman maut, juga kerahkan seluruh kepandaiannya dan ilmu gaibnya untuk memberi perlawanan. Jari tangan saban2 mengeluarkan kabut hitam berbau amis, serangan Lim Tiang Hong yang begitu hebat, untuk sementara belum bisa berbuat apa2
terhadap dirinya. Sembari bertempur, Lim Tiang Hong pasang mata untuk melihat keadaan sekitarnya, ia telah menyaksikan bagaimana orang2 enam partai itu sudah mulai mengurung orang2 bekas Thian-cu-kauw, tadi di lain pihak kawanan paderi Siauw-lim-sie sebaliknya sudah mengurung rapat dirinya Hong-gwat Kongcu, sedang Lak-chiu Sian-nio tampak berdiri di samping dengan sombongnya sambil mengangkat tinggi2 benda merah berbentuk ikan.
Wanita genit itu adalah biang keladi kematian ibunya, dibanding dengan Khiu-pan-po, jauh lebih jahat dan ganas.
Karena ia kuatir wanita genit itu nanti akan kabur, maka dalam cemasnya, ia lantas keluarkan ilmunya Lui-tian hui-huan-ciang. Sambil berseru: "Nenek jahat. hari ini aku tidak dapat mengampuni kau lagi".
Ia lalu menghujani serangan nenek itu dari berbagai jurusan.
Khiu-pan-po ketakutan. Ia buru2 mengeluarkan ilmu gaibnya yang terampuh, sebentar2 mengeluarkan kabut hitamnya yang berbau amis, untuk melawan serangan hebat itu. Tapi kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong yang sangat sempurna, sudah tentu berat untuk dilawan.
482 Maka ketika serangannya menggunakan tipu "Sie-koan Kian-khun, dirinya Khiu-pan-po tidak ampun lagi lantas terpental setinggi dua tombak lebih, setelah ber-putar2
bagaikan titiran di udara, lalu jatuh nyungsep ke tanah!.
Dia tahu bahwa kali ini tidak mungkin lolos dari tangannya Lim Tiang Hong lagi. Tapi karena terdorong oleh keinginan untuk mempertahankan jiwanya, maka begitu tiba di tanah, ia segera jumpalitan, lalu lompat bangun lagi, hanya mulutnya menyemburkan darah hitam tapi ia masih dapat melarikan diri ke hutan.
Karena Lim Tiang Hong bermaksud hendak menangkap dirinya Lak-chiu Sian-nio, maka ia membiarkan nenek itu kabur dan ia sendiri lantas melesat ke arah wanita genit itu.
Lak-ciu Sian-nio takut sekali menghadapi anak muda itu, maka sebelum tiba, ia sudah lari ke dalam rimba. Tapi Lim Tiang Hong yang sudah merasa gemas terhadap wanita itu, mana memberi kesempatan padanya untuk kabur.
Ia lalu kerahkan ilmu meringankan tubuhnya, sebentar kemudian sudah berhasil menghadang di depannya, lalu berkata sambil ketawa dingin: "Hei, rase genit, apakah hari ini kau pikir masih bisa hidup?"
Ia segera mengulurkan tangannya, hendak menyambar tangan Lak-ciu Sia-nio yang memegang benda merah berbentuk ikan.
Tapi Lak-ciu Sian-nio yang sudah ber-jaga2 atas serangan Lim Tiang Hong yang hendak merebut benda wasiat itu, sebelum Lim Tiang Hong bergerak, lebih dulu ia sudah lompat menyingkir sejauh lima kaki, kemudian kakinya menotol tanah, lompat melesat ke atas.
483 Lim Tiang Hong lantas ayun tanganya melancarkan serangan yang amat dahsyat.
Lak-ciu Sian-nio terperanjat, sambil kibaskan lengan bajunya ia paksakan dirinya untuk melayang turun lagi dan mundur sejauh mungkin.
Lim Tiang Hong terus membayangi dirinya, maka
begitu tiba ditanah, ia lantas dapatkan dirinya anak muda itu sudah berada di depan matanya sambil melancarkan serentetan serangan.
Lak-ciu Sian-nio sebetulnya cukup tinggi
kepandaiannya, tapi karena hatinya sudah merasa jeri, lagi pula serangan Lim Tiang Hong selalu ditujukan ke arah yang berbahaya. Apabila serangannya itu mengenakan sasarannya, jiwanya pasti akan melayang, maka ia tidak berdaya, hingga jiwanya dalam keadaan berbahaya.
Walaupun demikian, ia masih tetap kandung harapan, sambil melawan sekuat tenaga, mulutnya terus berteriak tidak berhentinya: "Hei, anak murid Siauw-lim-pay, mengapa tidak lekas datang menangkap bocah ini?"
Pek-lap siansu yang sedang menghadapi Hong-gwat Kongcu, tiba2 mendengar suara Lak-chiu Sian-nio, terpaksa ia tinggalkan Hong-gwat Kongcu dan memburu ke arah Lim Tiang Hong.
Hampir berbareng pada saat itu, tiba2 sesosok bayangan manusia muncul dari dalam rimba dan menerjang ke arah Lak-chiu Sian-nio. Sebentar kemudian hanya tertampak berkelebatnya sinar pedang, tangan Lak-chiu Sian-nio yang memegang benda merah berbentuk ikan itu sudah tertabas kutung.
Setelah terdengar suara jeritan ngeri, lalu disusul oleh jatuhnya tubuh Lak-chiu Sian-nio yang telah terpental oleh 484
serangan Lim Tiang Hong, hinga jiwanya lantas, melayang pada saat itu juga.
Pek-lap Siansu yang datang memburu. Ketika wanita genit itu sudah binasa, lalu tarik kembali senjatanya dan bongkokan badan untuk mengambil benda kepercayaannya itu, kemudian ia keluarkan perintah kepada anak murid2nya: "Orang2 Thian-cu-kauw ini adalah sangat, jahat, hingga kita tidak dapat mengampuni mereka lagi, lekas bereskan semuanya".
Semua anak murid Siauw-lim-pay lantas bergerak dengan serentak, membantu orang2 dari enam partai untuk membereskan kawanan penjahat itu.
Dalam waktu yang sangat singkat saja lima kawanan Thian-cu-kau sudah binasa ditangan mereka. Pie-ma Thian-kauw yang melihat gelagat tidak baik, coba kabur setelah melancarkan serangannya untuk membuka jalan.
Tapi Heng-san Gek-siu yang dapat menebak
maksudnya, lantas lintangkan pedangnya sambil berkata
"Bangsat, apa hari ini kau masih pikir bisa kabur...?".
Pek-lap Siansu ketika melihat Pie-ma Thian-kauw ini tidak mungkin bisa lolos lagi, maka ia lantas berkata kepada Lim Tiang Hong sambil rangkapkan dua tangannya:
"Perbuatan pinceng sekalian tadi, sebetulnya karena terpaksa, harap siecu suka memaafkan sebesar-besarnya"
"Ang-hie-leng adalah benda kepercayaan partai taysu sejak dahulu kala, bahkan Boan-pwee sendiri juga sudah pernah menggunakan, bagaimana bisa terjatuh dalam tangannya wanita genit itu?" Lim Tiang Hong balas menanya.
485 "Benda ini telah lenyap sejak meninggalnya Hui-hui Suheng, mungkin pada kala itu telah dicuri oleh Pek-tok Hui-mo".
Pada saat itu, Hong-gwat Kongcu sudah menghampiri Lim Tiang Hong bersama-sama dengan itu orang yang telah menabas kutung tangan Lak-chiu-Sian-nio.
Hong-gwat Kongcu yang kini telah dapat lihat bahwa orang itu di dadanya ada terdapat sulaman seekor burung Hong putih, lantas ketawa bergelak-gelak dan berkata:
"Kiranya adalah nona Pek Hong yang datang. Harap maafkan kelambatanku untuk menyambut kedatanganmu!
Tapi entah susiokmu juga ikut datang atau tidak?"
Pek-hong Cu Giok Im yang mendadak ditanya tentang susioknya, dengan perasaan bingung mengawasi padanya sejenak, kemudian menjawab: "Entah susiok yang mana yang Kongcu maksudkan?"
Lim Tiang Hong lantas menjawab sambil kerutkan kening: "Cin-nia Cie-hong".
Tapi ketika ia lihat nona itu nampaknya masih belum mengerti, maka ia lantas manerangkan duduknya perkara:
"Susiokmu dengan saudara Hong-gwat ini karena sedikit salah paham, mereka telah berjanji hendak mengadu ilmu pedang. Kedatanganmu ini ada sangat kebetulan. Kau dan aku harus berusaha, supaya mencegah berlangsungnya pertandingan ini."
Cu Giok Im yang hanya tahu bahwa Cin-nia Cie-hong ada perjanjian hendak adu pedang dengan Lim Tiang Hong, maka ketika dengar bahwa susioknya itu menuju ke barat untuk mencari Lim Tiang Hong, ia lantas mengejar.
Sungguh tidak ia duga bahwa lawannya kini bukanlah Lim Tiang Hong melainkan Hong-gwat Kongcu.
486 Setelah mengerti duduknya perkara, ia lantas berkata sambil anggukan kepala: "Tentang ini siauwmoy pasti akan berusaha sedapat mungkin".
Ia yang sudah lama tidak bertemu dengan Lim Tiang Hong, agaknya sudah merasa kangen maka dengan tanpa sadar sudah menghampiri semakin dekat dan berkata dengan mesranya: "Apa saudara Lim selama ini ada baik"
Bagaimana dengan nona Yan-jie?"
"Oleh karena terhalang oleh berbagai urusan, hingga kini belum mendapat kesempatan pergi ke Lam-bong untuk membereskan persoalannya" jawab Lim Tiang Hong sambil menghela napas.
Pek-hong diam. Tapi dalam hatinya mendadak timbul suatu perasaan aneh. Ia yang sifatnya seperti jantan, tidak mudah terlibat dalam soal asmara. Tapi sungguh heran, sejak berpisah dengan Lim Tiang Hong, ia selalu merasa bahwa bayangan pemuda itu tidak bisa hilang dalam otaknya.
Kali ini ia datang ke barat, di satu pihak sudah tentu karena persoalannya dengan Cin-nia Cie-hong, tapi sebetulnya ia juga sudah ingin segera dapat menemui Lim Tiang Hong.
Ketika Hong-gwat Kongcu nampak mereka berdua
berbicara begitu mesra, ia tidak suka menghalangi, maka lantas melesat ke medan pertempuran sambil menenteng pedangnya.
Kebetulan pada saat itu Pie-ma Thian-kauw sedang terpapas pundaknya oleh serangan pedang Heng-san Gek-siu. Dengan keadaan kalap sedang berusaha hendak kabur, ia lalu membentak dan membabat dengan pedangnya.
487 Pie-ma Thian-kauw terpaksa urungkan maksudnya, tapi Heng-san Gek-siu sudah mengejar dari belakang. Sambil perdengarkan suara ketawa dingin, jago tua itu lantas menikam dengan pedang hingga ujung pedang menembus gegernya.
Setelah mengeluarkan suara jeritan ngeri, bekas pahlawan Thian-cu-kauw itu melayang jiwanya seketika itu juga....
Pertempuran segera berhenti, berpuluh-puluh bangkai orang2 Thian-cu-kauw telah berserakan di tanah.
Pek-ho Totiang sambil memegang panji persekutuan enam partai, berjalan ke depan Lim Tiang Hong dan berkata: "Pinto kini baru tahu, hanya nama besar saja belum cukup dibuat andalan. Enam partai golongan Hian-bun sudah mempunyai riwayat berapa ratus tahun lamanya, anak muridnya tidak kurang dari ribuan jiwa. Tapi ternyata belum mampu melindungi panjinya sendiri, kalau kita katakan sebetulnya sangat memalukan!"
Pek-lap Siansu juga berkata sambil memuji nama Buddha "Kali ini lantaran peristiwa kitab Tat-mo-kheng, juga memberi suatu pelajaran besar bagi partai kita. Untuk selanjutnya, Siauw-lim-pay tidak berani anggap dirinya sendiri sebagai partai terbesar dalam rimba persilatan!"
Lim Tiang Hong menampak dua orang beribadat itu unjukkan sikap amat masgul, buru2 berkata: "Jiwie Locianpwee jangan berkata demikian, tentang ilmu silat, sebetulnya tidak ada batasnya. Meski pelajaran dari satu guru, tapi hasilnya ada berbeda-beda itu tergantung pada orangnya. Misalnya Tat-mo Kauwsu dari partai Pek-lap Taysu dan Sam Hong Couwsu dari partai Totiang, hasilnya yang begitu cemerlang. Kalau kita tengok keadaan dari dulu hingga sekarang, berapa orang yang dapat disamakan 488
dengan beliau berdua" Maka itu, harap Siansu dan Totiang jangan karena sedikit rintangan saja lantas hilang kepercayaannya terhadap kepandaian ilmu golongannya sendiri".
Sehabis berkata ia mengeluarkan kitab Tat-mo-kheng yang ia ambil dari saku Pek-tok-Hui-mo.
Dengan dua tangan ia angsurkan kepada Pek lap Siansu seraya berkata: "Boanpwee telah beruntung tidak sampai mengecewakan pesan suhu dan inilah dia kitab Tat-mo-kheng. Harap Siansu suka terima dengan baik".
Pek-lap Siansu sambuti dengan kedua tangan, kemudian ia berkata sambil memberi hormat "Budi Siecu terhadap partai Siauw-Hm-pay, akan terukir untuk selama-lamanya dalam hati kita semua".
"Siansu terlalu merendah, urusan kecil saja, perlu apa pandang begitu besar!"
Pek-lap Siansu kembali memberi hormat, barulah ia ajak delapan belas anak muridnya, pulang ke gereja Siauw-limsie.
Pek-ho Totiang dengan orang2 enam partai Hian-bun, juga berpamitan dengan Lim Tiang Hong sekalian, pulang ke-masing2 tempatnya. Setelah kawanan paderi dan imam itu berlalu semua, Hong-gwat Kongcu juga lantas menghampiri Lim Tiang Hong. Dengan pedang erat tangan kawannya ia berkata: "Harap Jiwie jalan lebih dulu, siauwte masih perlu tunggu satu dua hari di sini".
Lim Tiang Hong tahu ia hendak menunggu kedatangan Cin-nie Cie-hong, maka lantas berkata sambil kerutkan keningnya: "Mengenai urusan adu pedang, menurut pikiran siauwtee, kita satu sama lain ada merupakan orang2 sendiri, sebaiknya dibikin habis saja".
489 "Buat urusan lain, siauwtee pasti terima baik, tapi dalam soal ini, ibarat anak panah sudah melesat pada busurnya, tidak boleh tidak harus dilepaskan. Maka saudara suka maafkan" jawabnya Hong-gwat Kongcu.
Lim Tiang Hong juga tahu bahwa dalam urusan
demikian, tidak mungkin dibereskan dari satu pihak saja, kalau bisa bertemu muka dengan Cin-nia Cie-hong, itulah yang paling baik. Karena dengan demikian ia dapat memberi nasehat bagi dua pihak, supaya pertandingan pedang itu dibatalkan saja, tapi, kemana harus mencarinya Cin-nia Cie-hong"
Selagi berada dalam kesulitan, tiba2 orang yang sedang dipikiri itu telah tiba di hadapannya.
Cu Giok Im segera maju untuk memberi hormat seraya, berkata: "Apa susiok selama ini ada baik2 saja?"
"Oh! kau juga sudah datang" Apakah saudara2
semuanya ada baik?" demikian Cin-nia Cie-hong balas menanya sambil tersenyum.
"Terima kasih atas perhatian susiok, teecu karena dengar susiok sudah pergi mencari saudara Lim ke daerah barat, maka malam2 perlukan datang kemari, untung di sini ketemukan susiok....".
(dw-kz) Jilid ke 9 Cin-nia Cie-hong ketawa bergelak gelak dan berkata:
"Apakah kau kuatirkan susiokmu yang tidak berguna ini, akan terluka di tangan Lim Siauw-hiap" Susiokmu ada orang yang tahu diri, dengan kepandaian yang tidak berarti itu, sebetulnya 490
belum dapat dibandingkan dengan kepandaian Lim Siauwhiap.
Tapi, kecuali dia, buat orang lain belum tentu ada lagi yang membuat kagum susiokmu."
Perkataannya ini sudah tentu ditujukan kepada Hong-gwat Kongcu, maka seketika itu Hong-gwat Kongcu lantas perdengarkan suara di hidung, tapi tidak berkata apa2.
Lim Tiang Hong mengawasi Hong-gwat Kongcu sejenak, kemudian menyoja kepada Cin-nia Cie-hong seraya berkata:
"Menurut pikiranku yang sempit, pertandingan pedang jiwie kali ini, sebaiknya dibikin habis saja".
"Kenapa?" tanyanya Cin-nia Cie-hong dingin.
"Boanpwee anggap, dua ekor harimau yang sedang bertarung, pasti ada satu yang akan terluka, karena kita satu sama lain ada orang2 sendiri, untuk apa sebetulnya?"
"Tentang itu untuk apa saudara Lim harus pikirkan.
Andaikata siauwtee kalah, itu hanya dapat sesalkan diri sendiri yang kepandaiannya kurang cukup tinggi, siapa yang harus disesalkan?" sahutnya Hong-gwat Kongcu sambil ketawa terbahak bahak.
Cu Giok Im yang menyaksikau keadaan semakin meruncing, dalam hati merasa sangat gelisah, maka buru2 ia nyeletuk: "Jika pertandingan ini pasti akan dilangsungkan juga, maka menurut pikiran siaumoay, lebih baik diganti dengan lain cara".
Tapi Cin-nia Cie-hong yang mendengar perkataan Hong-gwat Kongcu tadi, dalam hati merasa tidak senang. Ia tidak enak mengeluarkan perkataan kasar terhadap Lim Tiang Hong, maka lantas tumpahkan amarahnya kepada Cu Giuk Im. "Dalam urusan ini tidak perlu kau campur mulut", demikan katanya "biar bagaimana susiokmu akan belajar kenal dengan ilmu pedang Tho-hoa-to".
Di samping, Lim Tiang Hong otaknya terus bekerja, mendadak ia dapatkan satu akal, maka ia lantas berkata dengan suara nyaring. "Aku yang rendah, di sini ada dapatkan satu cara 491
yang baik. Kita boleh bertanding secara tidak langsung, tapi dapat dibuat ukuran untuk menentukan siapa yang lebih unggul dan siapa yang rendah".
Ia mengawasi kedua orang itu lalu berkata pula: "Orang2
golongan Boan-ciong-muy di Lam-bong, bukankah sangat terkenal ilmu pedangnya yang aneh, ganas di kalangan kangouw" Jikalau jiwie ada mempunyai itu kegembiraan, mengapa tidak mencari Boan-ciong Nio-nio, untuk mencoba ilmu pedangnya" Siapa yang dapat menangkan padanya. Dialah yang terhitung menang dalam pertandingan ilmu pedang, entah bagaimana pikiran jiwie?"
Hong-gwat Kongcu lantas menyahut: "Pertaruhan semacam ini, sesungguhnya luar biasa aku setuju".
Cin-nia Cie-hong dengan muka pucat pasi, berkata dengan nada suara dingin: "Baik, aku juga setuju!"
Dengan tanpa pamit lagi, ia lantas bergerak dan pergi lebih dulu.
Hong-gwat Kongcu juga kerahkan ilmu meringankan tubuhnya, mengikuti di belakangnya.
~dw()kz~ Bab 65 SETELAH hening sekian lama, mendadak Pek-hong berkata:
"Akalmu ini, bukan saja kurang cerdik bahkan sangat berbahaya.
Kau pikir saja, Boan-ciong Nio-nio, yang menjagoi di daerah selatan. Kepandaiannya tidak di bawah pocu Hong-lui-po. Kini mereka berdua dengan tanpa sebab mencari onar kepadanya, jikalau ada apa2 dengan mereka, bukankah engkau yang mencelakakan mereka?"
"Kekuatiranmu ini memang beralasan, tapi sebelum aku meninggalkan Hong-lui-po, lebih dulu aku sudah perintahkan 492
orang2 Hong-hong-tie, supaya lekas berangkat ke Lam-bong, rasanya tidak akan ada bahaya apa2. Mari kita berangkat! supaya jangan membuang waktu lagi".
Keduanya lantas berangkat menuju Lam-bong. Pek-hong sudah lama tidak berjumpa dengan Lim Tiang Hong, kali ini bisa berjalan bersama-sama, sudah tentu merasa sangat gembira.
Meski ia mempunyai sifat jantan, tapi wanita tetap wanita, di balik kejantanannya, masih ada sedikit perasaan kewanitaannya.
Sedikit perasaan wanitanya itulah, per-lahan2 telah mengalami perubahan. Sifat jantannya telah berubah menjadi sifat wanita, yang halus lembut dan ke semuanya ini telah dicurahkan kepada dirinya Lim Tiang Hong-Sayang, saat itu pikiran Lim Tiang Hong terikat kepada keselamatan diri Yan-jie. Ia kuatir karena terlalu lama kena pengaruh Boan-ciong Nio-nio, hingga sulit untuk disembuhkan kembali. Dan ini berarti suatu penyesalan untuk seumur hidup baginya terhadap dirinya Heng Lim Chu-loan.
Dengan berlalunya sang waktu, perjalanan telah diperpendek, hingga tahu-tahu sudah melalui daerah Biauw-kiang.
Untuk mendapat keterangan dari Cian-lie Tui-hong lebih dahulu, Lim Tiang Hong segera mengeluarkan tanda kepercayaannya. Belum cukup satu hari, di satu kota kecil yang disebut Ha-ma, ia telah berjumpa dengan Pengemis Pincang.
Begitu berjumpa dengan Kokcunya, si Pengemis Pincang itu lantas memberikan laporannya yang agak tidak menyenangkan:
"Si nenek tua bangka itu benar2 sangat licin aku si pengemis telah mencari jejaknya hampir menjelajahi seluruh daerah Biauw-kiang, masih belum berhasil menemukan sarangnya".
"Apakah sedikit tanda2pun kau tidak dapat?".
Dengan agak kemalu-maluan Cian-lie Tui-hong anggukkan kepalanya.
Lim Tiang Hong berkata pula sambil ketawa dingin: "Aku tidak percaya keganjilan ini. Boan-ciong Nio-nio yang sudah 493
kandung maksud hendak mengadu kepandaian dengan orang2
dunia kang-ouw, bagaimana tidak diketahui tempat tinggalnya?"
Kiong Ie, salah satu dari Cong-pian Jie-lo, lantas berkata dengan tenang: "Menurut dugaanku si orang tua, mungkin si nenek itu merasa jeri terhadap Hong-hong-tie yang telah menundukkan Hong-lui-po, hingga sembunyikan diri untuk sementara waktu."
Lim Tiang Hong membenarkan pendapat orang tua itu, katanya: "Mungkin demikian, kalian semua barangkali juga sudah lelah, beristirahatlah dahulu. Aku nanti hendak berpikir lagi"
Setelah dua pahlawan Hong-hong-tie itu mengundurkan diri, Pek-hong lantas berkata sambil mengkerutkan keningnya: "Kalau begitu, susiok dan Hong-gwat Kongcu, bukankah ter-sia2 saja perjalanan mereka?"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala. Mendadak alisnya berdiri, dengan mata terbelalak ia melihat keluar, kemudian menegur: "Sahabat dari mana" Sudah datang berkunjung, mengapa tidak mau berlaku secara terang terangan".
Dari atas genteng segera terdengar suara orang tertawa terkekeh-kekeh. Setelah itu. lalu menyusul sebuah benda bersinar merah menyusul ke arah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong segera ulur dua jari tangannya, hingga benda merah itu sebentar sudah berada di dalam jepitan jari tangannya, ternyata adalah sebuah sampul berwarna merah.
Ia lantas membuka sampul tersebut. Di dalamnya terdapat tulisan yang bunyinya sebagai berikut:
Kie-lin Kokcu Lim Tayhiap Yang terhormat.
Kedatangan utusan tuan, yaitu Cian-lie Tui-hong dan
kawan2nya di daerah Biauw-kiang, kami dari Boan-ciong-muy,
tidak dapat menyambutnya secara layak. Hal ini sesungguhnya kami
merasa sangat menyesal, harap supaya tuan suka memaafkannya.
494 Kini kami telah mendengar kabar tentang kedatangan tuan-tuan,
maka dengan ini kami mengundang tuan, nanti pada tanggal 15
lohor, supaya tuan suka datang ke gubuk Pek-in Huan-ie, dibukit In-
bu-san. Menunggu kedatangan tuan.
Tertanda: Boan-ciong Nio-nio. dari persatuan Boan-ciong-muy.-
Setelah membaca surat tersebut, Lim Tiang Hong lantas berkata sambil ketawa ter-bahak2: "Pek-in Huan-ie toh bukan sarang naga atau goa harimau. Aku ingin lihat di daiam Boan-ciong-muy sebetulnya ada racun apa yang tidak dapat dilawan oleh manusia".
Pek-hong yang tahu benar bahwa racun golongan Boan-ciong-muy ada sangat lihay, maka ia lantas berkata sambil kerutkan kening: "Menurut pikiranku, untuk menghadapi racun yang sukar dijaga itu, sebaiknya saudara Lim berlaku hati hati".
"Aku juga tahu bahwa racun itu memang sukar sekali dihadapi, tapi kita toh sudah sampai di sini, apakah kita harus mundur?"
"Sekarang masih banyak waktu, sebaiknya saudara Lim beristirahat dulu. Siauwmoay juga hendak beristirahat dulu"
Selagi Pek-hong hendak berlalu, mendadak ia melihat berkelebatnya dua sosok batangan orang menerjang masuk, maka cepat ia menghunus pedangnya.
Lim Tiang Hong segera mencegah sambil ulapkan tangannya sambil berkata: "Jangan sembrono. Itu adalah Sin-suan Cu-kat locianpwee dan Kiong-siu toako yang datang".
Dua bayangan orang itu memang benar adalah Sin-suan Cukat dan si pengemis Mata Satu. Dua jago tua itu begitu masuk ke dalam kamar, lantas berkata sambil menghela napas panjang.
"Aih! akhirnya kau datang juga. Aku si pengemis miskin hampir 495
saja antarkan jiwaku yang sudah tidak berguna ini, di tangannya Boan-ciong Nio-nio".
"Apakah ji-wie locianpwee sudah kebentrok langsung dengan orang2nya Boan-ciong muy?"
"Orang2 Boan-ciong-muy tidak berlaku apa2 terhadap kita, sebaliknya Yan-jie si budak hina itu, telah berbalik bermusuhan terhadap kita, ia telah menggunakan racun berbisa terhadap kita.
Kalau kita tidak berjaga-jaga pada sebelumnya, mungkin sekarang sudah menggeletak menjadi bangkai di daerah Biauw-kiang ini" menerangkan Sin-suan Cu-kat.
"Ia sudah berubah begitu jauh, bagaimana kita harus berbuat?" tanya Lim Tiang Hong sambil kerutkan keningnya.
Setelah berpikir sejenak, Sin-soan Cu-kat lalu berkata: "Bagi kita sekarang, lebih baik berusaha menangkap hidup2 padanya, lalu kita bawa pulang ke Kim-leng. Aku percaya dalam kitab peninggalan Heng-lim Chun-loan, pasti dapat resepnya yang dapat menyembuhkan racun serupa ini".
Si Pengemis Mata Satu lantas lompat bangun dan berkata:
"Kita tidak berlaku ayal lagi. Mari malam ini kita lantas bekerja.
Sebelum Lim lotee bertemu muka dengan Boan-ciong Nio-nio, kita bergerak secara tiba2 dan juga memancing keluar Yan-jie, setelah kita tangkap, lalu segera pulang ke Kim-leng,"
"Sekarang kita cuma bisa berbuat begitu saja, tapi entah bagaimana pikiran Lim Siauw-hiap?" tanyanya Sin-soan Cu-kat.
"Boanpwee tidak mempunyai pikiran apa2, baiklah menurut pikiran ji-wie locianpwee saja".
Malam itu juga, mereka lantas berangkat menuju ke gunung In-bu-san. Tapi, mereka hanya tahu dari suratnya Boan-ciong Nio-nio yang mengirimkan kepada Lim Tiang Hong, bahwa markas besar Boan-ciong-muy itu berada di suatu tempat yang dinamakan Pek-in Huan-ie. Di mana sebetulnya Pek-in Huan-ie itu" Tiada seorangpun yang tahu.
Empat orang itu selagi mencari ubek2an di gunung In-bu-san.
496 Lim Tiang Hong mendadak mengingatkan kepada
kawan2nya: "Lekas sembunyikan diri, ada orang datang!"
Selagi mereka sembunyikan diri, dua sosok bayangan orang telah melayang turun bagaikan dua ekor burung. Satu diantaranya yang tiba lebih dulu, adalah seorang gadis cilik dengan rambutnya dikepang menjadi dua, ia adalah Yan-jie.
Sedang yang datang belakangan adalah Chu-lan, bekas pelayan Lok-hee Hujin yang dulu pernah pancing Lim Tiang Hong masuk ke dalam lembah Loan-biauw-kok.
Mungkin mereka malam itu sedang meronda, untung Lim Tiang Hong mempunyai daya pendengaran yang sangat tajam, maka sebelum mereka pergoki kedatangannya, sudah diketahui lebih dulu. Ini justru merupakan suatu kesempatan baik bagi usaha Sin-soan Cu-kat, maka ketika Yan-jie berdua tiba di tempat tersebut, Lim Tiang Hong lantas lompat keluar dari tempat sembunyinya, bagaikan harimau menerkam mangsanya, menubruk Yan-jie.
Yan-jie sejak kanak2 sudah dapat didikan langsung dari ayahnya, kini kembali dididik oleh Ban-ciong Nio-nio sendiri, dalam keadaan berbahaya, sedikitpun tidak menjadi gugup, bahkan dapat menyerang dengan pedangnya. Dalam keadaan gelap, hanya tertampak kerkelebatnya sinar pedang yang menyerang secara ganas sekali.
Lim Tiang Hong bermaksud menangkap hidup2 padanya, maka begitu turun tangan sudah menggunakan ilmunya, Khim-liong Put-jiauw. Ketika melihat berkelebatnya sinar pedang, ia lalu menyentil dengan jari tangannya. Setelah itu, lalu menyambar pergelangan tangannya.
Yan-jie ketika itu sudah mengetahui bahwa orang yang menyambar padanya itu ternyata adalah Lim Tiang Hong, maka lantas berseru: "Kau....?".
Tapi, pergelangan tangannya sudah tercekal oleh Lim Tiang Hong, yang kemudian menotok jalan darahnya. Sementara itu, si 497
Pengemis Mata Satu dan lain2nya juga sudah bergerak menangkap Chun-lan.
Sambil melawan Chun-lan menegur: "Kalian dari golongan mana" mengapa begitu berani mati menyerang murid2 Boan-ciong muy?"
Sin-soan Cu-kat lalu berkata kepada kawan2 nya: "Budak ini jangan dikasih lolos".
Disaat seperti itu, mereka sudah tidak perdulikan kedudukannya diri sendiri lagi, setelah mengucapkan perkataan demikian, ia lantas ikut mengepung dirinya Chun-lan, sedangkan Pek-hong yang sejak tadi masih diam saja, juga lantas menyerbu dengan pedang terhunus.
Kita dapat bayangkan sendiri, Chun-lan cuma merupakan satu gadis bekas pelayannya Lok-hee Hujin, bagaimana ia mampu melawan tiga orang yang sudah lama terkenal dan mempunyai kepandaian jauh lebih tinggi daripadanya sendiri"
Maka belum berapa jurus, ia sudah kelabakan.
Si pengemis Mata Satu tidak mau membuang banyak waktu lagi, dengan satu gerakan ia telah memukul pundak Chun-lan.
Tidak ampun lagi, Chun-lan lantas terpental, mulutnya mengeluarkan darah.
Pedang Pek-hong lantas datang menyusul, menamatkan riwayatnya pelayan itu.
Di lain pihak Lim Tiang Hong juga sudah memondong dirinya Yan-jie yang segera diserahkan kepada si Pengemis Mata Satu seraya berkata: "Selagi belum diketahui oleh orang2 Boan-ciong-muy, harap ji-wie locianpwee malam ini juga supaya lekas balik ke Kim-leng. Nanti setelah boanpwee selesai urusannya di Lam-bong, segera datang untuk menengok padanya".
Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu merasa lega, karena rencananya telah berjalan lancar tanpa banyak rintangan, maka setelah memondong tubuhnya Yan-jie, keduanya lantas meninggalkan Lim Tiang Hong untuk pulang ke Kim-leng.
498 Pek-hong yang menyaksikan semua kejadian ini, lantas berkata kepada Lim Tiang Hong sambil tersenyum: "Kau agaknya begitu sayang kepada nona Yan-jie ini. Apa kau tidak takut nanti akan menimbulkan rasa cemburu nona Oey-eng?"
"Kalau orang lain yang berkata demikian, rasanya masih dapat dimengerti, tapi buat kau, apakah kau masih belum tahu perasaanku?"
Ia berkata demikian, tidak lain hanya hendak rnenjelaskan apa sebabnya ia begitu perhatikan nasibnya Yan-jie, semata-mata karena hendak membalas budi kepada Heng-lim Chun-luan yang telah berkorban karena urusannya. Tidak nyana, Pek-hong ternyata sudah salah tangkap maksudnya, seketika itu hatinya tercekat. Suatu perasaan girang mendadak terkilas dalam hatinya.
Ia anggap bahwa perkataan pemuda itu ditujukan kepada dirinya sendiri.
Bagi pemuda atau pemudi yang sedang dihinggapi asmara, perasaanya sangat tajam maka ketika mengingat demikian, parasnya merah seketika. Dengan tampa sadar, badannya lantas dijatuhkan ke dada Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang sedang memikiri nasib Yan-jie, bisa sembuh kembali atau tidak, mendadak dapat mencium bau harum. Sedang tubuh Pek-hong sudah jatuh di dadanya seolah-olah pohon tertiup angin, seketika itu lantas kerutkan keningnya kemudian berkata sambil goyang2kan pundak Pek-hong.
"Apakah badanmu merasa tidak enak?".
"Emm...." jawabnya singkat tubuhnya menempel semakin rapat.
Pada saat itu, kebetulan angin gunung meniup santar, hingga badannya agak menggigil. Lim Tiang Hong anggap benar2 si nona itu tidak enak badan maka menanya pula dengan penuh perhatian: "Mari kita lekas pulang! besok aku masih harus pergi untuk menjumpai Boan-ciong Nio-nio!"
499 Untuk menjaga kesehatan Pek-hong, Lim Tiang Hong sengaja tidak lepaskan tangannya yang memegang tangan gadis itu. Ketika ia berangkat, dengan menggandeng tangan Pek-hong, ia menggunakan ilmu lari pesat 'It-sia-Cian-lie', balik ke tempat penginapannya.
Pek-hong membiarkan dirinya digandeng oleh Lim Tiang Hong. Ia cuma merasakan badannya rnenjadi ringan, kedua telinganya tertiup angin kencang, seolah olah sedang terbang.
Tidak antara lama, keduanya sudah tiba di rumah penginapan. Pek-hong setelah membereskan rambutnya yang kusut tertiup angin, lantas berkata sambil tertawa seraya menundukkan kepalanya: "Terima kasih!"
Ketua Tiang-lim-pay yang gagah dan bersifat jantan itu, kini mendadak seperti perawan yang baru kenal laki2, ter-sipu2 dan merah jengah. Tapi Lim Tiang Hong yang tidak perhatikan itu semua, hanya berkata sambil ketawa: "Urusan begitu kecil saja, perlu apa kau ucapkan terima kasih".
Kembali Pek-hong tundukkan kepala dan tersenyum, kemudian balik ke kamarnya sendiri.
Karena sudah hampir pagi, Lim Tiang Hong tidak bisa tidur lagi. Ia hanya duduk bersemedi untuk melepaskan lelahnya.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Ketika terang tanah, Cian-lie Tui-hong dan lain2nya sudah berada di kamarnya. Setelah bersihkan badan dan makan pagi, lantas berangkat menuju ke gunung In-bu-san.
Ketika rombongan orang Hong-hong-tie itu meninggalkan rumah penginapan, Cian-lie Tui-hong, Mo-ie Kim-Kho dan lain2nya nampak tidak bersemangat, agaknya seperti orang yang sedang sakit.
Lim Tiang Hong agak terkejut, tapi saat itu ia tidak lantas menanyakan padanya, sudah melanjutkan perjalanannya ke gunung In-bu-san.
Ketika memasuki daerah pagunungan, setelah melalui jalanan kecil yang berliku liku, masih belum menemukan tempat 500
yang disebut 'Pek-in Hian-ie'. Karena dalam daerah pegunungan itu tidak menemukan seorangpun juga, sudah tentu tidak ada yang diminta keterangan.
Cian-lie Tuy-hong yang agak berangasan lantas menggeram:
"Aku kata apa, biar bagaimana ia bukan orang dari golongan baik, hingga tempat tinggalnya saja perlu dirahasiakan, tidak berani memberitahukan kepada orang".
Tapi baru saja ia menutup mulutnya, mendadak muncul In-bu Mo-kheng bersama empat wanita baju merah, yang lantas berkata kepada Lim Tiang Hong Sambil memberi hormat: "Lim Siauwhiap benar2 adalah seorang yang bisa pegang janji. In-bu-Mo-kheng atas nama suhu di sini menyambut kedatangan siauwahiap sekalian"
Lim Tiang Hong menjawab sambil membalas hormat: "Aku si orang she Lim telah membikin repot kalian semua, sesungguhnya merasa sangat tidak enak".
"Silahkan!" In-bu Mo-kheng lalu mempersilahkan semua tetamunya berjalan di muka.
Lim Tiang Hong tidak menolak, ia bersama orang2nya berjalan lebih dahulu, Pek-hong selalu tidak berpisah dari sampingnya.
Berjalan kira2 tiga lie, tempat yang dinamakan Pek-in Huan-ie itu sudah tertampak di hadapan mata.
Kiranya yang dinamakan Pek-in Huan-ie itu ternyata ada sebuah bangunan gedung yang dibangun di lereng gunung. Atap rumah tertutup oleh batu-batu cadas seluruhnya. Di sekitar bangunan itu ditumbuhi oleh pohon lebat yang merupakan sebuah rimba dan air mancur. Kalau tidak berada di tempat yang agak dekat, orang tidak akan mengetahui kalau itu ada sebuah bangunan gedung.
Meski bangunan itu tidak seberapa besarnya, tapi bentuknya indah, buat di daerah Biauw-kiang, bangunan rumah atau gedung yang serupa itu, boleh dikata tidak ada.
501 Setelah melalui jembatan gantung, masuklah ke pintu gerbang Pek-in Huan-ie.
Begitu memasuki pintu gerbang itu, rombongan orang itu segera disambut oleh musik yang amat merdu dan sambutan riuh: "Selamat datang kita ucapkan kepada Lim Siauwhiap Kokcu Hong-hong-tie!"
Pintu kayu cat merah lalu terbuka lebar. Dari dalam nampak menyambut dua baris wanita muda berpakaian merah dengan pedang dibelakang geger masing2. Dengan sangat rapi barisan wanita muda itu berbaris di kedua sisi jalanan masuk. Ketika rombongan tamu itu berjalan, mereka semua membongkokan badan memberi hormat. Saat itu kembali terdengar suaranya In-bu Mo-kheng yang berkata: "Oleh karena masih melayani beberapa tetamunya, suhu tidak dapat keluar untuk menyambut, harap Lim Siauwhiap maafkan, silahkan!"
Lim Tiang Hong sungguh tidak nyana bahwa di dalam golongan Boan-ciong-muy telah mendapat perlakuan demikian luar biasa. Ia hanya ketawa saja sambil mengawasi Pek-hong.
Kemudian dengan tindakan lebar ia berjalan masuk. Setelah melalui taman bunga yang luas, tibalah ke ruangan tamu. Dalam ruangan tamu, saat itu sudah ada banyak tamunya. Seorang perempuan tua gemuk berambut putih, berusia kira2 tujuh puluh tahun, duduk di kursi tuan rumah, ia adalah Boan-ciong Nio-nio sendiri.
Di antara tetamu itu, hampir setengahnya yang berdiri menyambut ketika Lim Tiang Hong memasuki ruangan tamu itu.
Kiranya orang2 itu sebagian besar adalah orang2 berbagai partai yaitu orang2 berbagai partai persilatan daerah Tionggoan. Selain daripada itu, ia juga segera dapat lihat dirinya Cin-nia Cie-hong, Hong-gwat Kongcu dan Khiu-pan-po yang telah kabur dari tangannya.
Boan-ciong Nio-nio tiba2 membuka suaranya yang seperti burung kokok beluk: "Tidak nyana hiantit benar2 telah datang, lekas masuk dan duduklah!"
502 Lim Tiang Hong merasa heran, sesaat ia melongo, tapi ia tidak pantas untuk menanya, ia hanya mengikuti In-Mo kheng berjalan rnenuju ke tempat yang sudah disediakan untuknya.
Kembali terdengar suaranya Boan-ciong Nio-nio yang berkata sambil ketawa: "Kau mungkin anggap aku sudah gila, mengapa panggil kau hiantit. Sebetulnya, kalau dipandang dari sudut persahabatanku dengan ibumu Lok-hee Hujin, aku panggil kau hiantit, sesungguhnya tidak berkelebihan".
Belum lagi Lim Tiang Hong membuka mulut, ia sudah berkata lagi dengan nada suara dingin: "Orang2 dunia kangouw semua pada mengatakan begitu hebatnya Hong-lui-po, tapi menurut apa yang aku lihat sendiri ketika aku kunjungi benteng, hm! ternyata cuma begitu saja".
Lim Tiang Hong mendadak ingat, pada malam itu ketika ia berada di Hong-lui-po, memang telah dapat lihat seorang perempuan tua berambut putih dengan seorang wanita, yang keluar dari benteng merah, apakah perempuan tua itu Boan-ciong Nio-nio"
Kembali ia mendengar penuturannya Boan-ciong Nio-nio:
"Dalam perjalananku ke barat waktu itu, sebetulnya hendak mengajak Lok-hee Hujin sama-sama pulang ke Lam-bong, tapi ia berkeras hendak berdiam di barat, untuk membereskan persoalannya pribadi. Sungguh tidak kusangka bahwa perpisahanku dengannya hari itu, kini telah merupakan perpisahan untuk se-lama2nya. Ah! persoalan dalam rumah tangga, aku juga tidak berhak untuk mencampuri....".
Sehabis berkata, nenek gemuk itu ternyata mengucurkan air mata.
Dalam saat dan keadaan demikian, ia tidak membicarakan soal dunia Kangouw, sebaliknya membicarakan persoalan rumah tangga orang lain, hingga semua tamunya tidak tahu ia mengucurkan air mata itu karena berduka ataukah pura2. Tapi tiada seorangpun yang membuka suara.
503 Setelah hening sejenak, dalam rombongan tetamu mendadak ada seorang berdiri dan berkata dengan suara keras: "Pada waktu belakangan ini, di dunia kang-ouw sering terjadi peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh orang2 Boan-ciong-muy. Oleh karenanya, maka aku yang rendah telah sengaja datang kemari untuk menanyakan persoalan tersebut, adakah Boan-ciong-muy bermaksud hendak menantang kepada semua partai persilatan"
Atau ada lain sebab?"
Orang yang majukan pertanyaan itu, adalah suteenya ketua Hoa-san-pay, seorang laki2 berusia kira2 lima puluh tahunan. Ia bernama Gak Hong, dengan gelarnya Ngo-khim-ciang. Suhunya Hoa-san Long-tiap yang terbinasa di tangan murid2 Boan-ciong-muy.
Boan-ciong Nio-nio mengawasi Gak Hong sejenak, kemudian berkata dengan nada suara dingin: "Boan-ciong-muy tiada maksud hendak menentang partai persilatan yang mana saja.
Tapi terhadap orang2 golongan perusak kaum wanita, tidak akan memberi ampun sedikitpun juga. Ia orang2 yang terbinasa di tangan anak murid Boan-ciong-muy, aku si orang tua bukan saja tidak sayang. Hm! bahkan aku anggap, sudah berlaku murah hati terhadap mereka, karena aku tidak mengusut kesalahan dan dosa2nya kepada gurunya".
Gak Hong juga tahu memang muridnya itu gemar pipi licin.
Mungkin kematiannya itu ada kesalahannya sendiri. Tapi dalam rimba peralatan, umumnya masih berlaku semacam hukum alam yang tiada tertulis. Meskipun kesalahan pada pihaknya sang murid sendiri, namun jika tidak diusut, dianggapnya telah mengakui kesalahan sang murid itu sendiri.
Demikian keadaannya dengan Gak Hong, maka ia lantas berkata sambil ketawa dingin: "Kalau menurut perkataanmu ini apakah itu semua pemuda yang telah binasa di tangan anak muridmu, apakah salahnya sendiri?"
"Juga boleh dikatakan demikian" jawab si nenek sambil dongakkan kepala dan ketawa. "Ada orang yang menganggap 504
orang2 Boan-ciong-muy cuma bisa menggunakan racun berbisa untuk menundukkan lawannya, padahal, si tua bangka sedikitpun tiada maksud akan menggunakan racun untuk berebut kedudukan dengan orang2 dunia kang-ouw. Andaikata memang perlu harus menggunakan, ha... ha... siapapun akan dengar perintahku semuanya"
Lim Tiang Hong meski tidak buka suara, tapi dalam hatinya timbul kesannya tidak baik terhadap nenek itu.
Boan-ciong Nio-nio agaknya sudah dapat menebak isi hatinya anak muda itu, sambil ketawa ia gapaikan Cian-lie Tui-hong seraya berkata: "Sudah lama aku dengar bahwa Tui-hong Congkoan dari Hong-hong-tie, kepandaian ilmu silatnya sungguh luar biasa. Sekarang kau usir itu orang dari Hoa-san-pay, yang tidak kenal aturan".
"Baik!" sahutnya Cian-lie Tui-hong dengan cepat. Kemudian ia lompat menerjang Gak Hong.
Lim Tiang Hong terperanjat, ia lantas membentak: "Tui-hong Congkoan, kau benar2 sudah gila, lekas mundur!"
Tapi Cian-lie Tui-hong seolah-olah tidak dengar. Kedua tangannya bergerak, menyerang Gak Hong secara hebat.
Walaupun Gak Hong juga terhitung salah satu orang kuat dari partai Hoa-san-pay tapi mana ia nempil kepandaiannya Cian-lie Tui-Hong" Dalam waktu sekejapan saja ia sudah terdesak demikian rupa, hingga hampir terusir keluar pintu.
Lim Tiang Hong melihat Cian-lie Tui-hong sudah tidak dengar perintahnya lagi, diam2 juga merasa heran. Dalam gusarnya ia lantas berdiri hendak maju untuk merintangi perbuatannya, tapi Boan-ciong Nio-nio lantas keluarkan perintahnya lagi: "Semua orang2 Hong-hong-tie, lekas tahan Kokcu-mu".
Aneh bin ajaib orang2 Hong-hong-tie yang biasanya tunduk pada perintah Kokcunya, hari itu tenyata sudah dengar perintah Boan-ciong Nio-nio. Begitu mendengar perintah tersebut, mereka 505
segera lompat melesat menghadang di depan Lim Tiang Hong.
Keadaan yang sangat ganjil itu, membuat Lim Tiang Hong tercengang dan berdiri terpaku sekian lamanya. Setelah berpikir sejenak, ia baru sadar bahwa mereka itu pasti sudah terkena racunnya Boan-ciong Nio-nio, hingga sudah melupakan dirinya sendiri.
Di lain pihak, Cian-lie Tui-hong benar2 sudah mendesak Gak Hong sehingga di luar pintu, baru berhenti menyerang dan balik lagi ke tempat duduknya.
Boan-ciong Nio-nio kembali gapaikan tangannya dan berkata:
"Kalian kemari semuanya!"
Cian-He Tui-hong, Cong-pian Jie-lo dan lain2nya benar2
lantas pada berjalan ke depannya. Boan-ciong Nio-nio segera mengeluarkan beberapa butir pil warna putih, diberikan kepada Cian-lie Tui-hong seraya berkata: "Telanlah!"
Beberapa orang Hong-hong-tie itu benar saja lantas telan warna putih itu.
Boan-ciong Nio-nio kembali ulapkan tangannya, menyuruh mereka balik duduk ke tempat masing2. Kemudian ia berkata sambil ketawa dingin: "Dari sini tentunya kalian sudah percaya bukan" Andai orang2 Boan-ciong-muy benar2 hendak menggunakan racun, siapapun tidak akan ada yang bisa lolos"
Kemudian ia menunjuk kepada orang2 dari berbagai partai yang duduk di tempat masing2 dan berkata pula: "Hari ini kita kedatangan sejumlah tetamu yang semuanya ada delapan puluh dua orang. Sekarang kalian boleh berdiri berbaris menjadi dua rombongan dan berdiri berhadapan satu sama lain, setiap rombongan terdiri empat puluh satu orang".
Orang2 itu benar2 menurut segala perintahnya, benar2 berdiri berbaris menjadi dua rombongan dan berdiri saling berhadapan.
Setelah berbaris rapi, kembali terdengar Boan-ciong Nio-nio berkata dengan suara pelahan: "Nah, sekarang kalian masing2
506 boleh keluarkan senjata, serang lawan kalian dengan sepenuh tenaga, tidak boleh main gila....".
Dalam ruangan tamu itu lantas terdengar suara beradunya senjata tajam, dua rombongan orang2 itu telah bertempur secara main2an.
Apa yang mengherankan, mereka itu satu sama lain seolah-olah tidak saling mengenal bahkan satu sama lain pandang sebagai musuh buyutnya, hingga mereka bertempur secara kalap, masing2 tidak menghiraukan jiwanya sendiri.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, semakin buruk kesannya terhadap Boan-ciong Nio-nio, maka ia lantas menghampiri padanya dan berkata: "Lekas suruh mereka berhenti, apakah artinya perbuatanmu ini?"
"Orang2 ini sekalipun mati juga belum cukup untuk menebus dosanya, biarlah mereka baku hantam sendiri! kalau tenaga mereka sudah habis, dengan sendirinya tentu akan berhenti"
jawabnya Boan-ciong Nio-nio sambil ketawa dingin.
"Tidak! aku minta kau supaya suruh mereka lekas berhenti".
"Anak muda, kau terlalu ke-kanak2an! kalau aku bukan karena memandang adikku Lok-hee Hujin, pada saat ini kau sendiri barangkali juga sudah termasuk dalam rombongan orang2
itu". Hong-gwat Kongcu mendadak lompat maju di depannya dan berkata sambil ketawa dingin: "Kepandaian ilmu gaib, apa yang patut dibanggakan" Kongcu-mu ingin belajar kenal beberapa jurus ilmu pedang golongan Boan ciong-muy yang kabarnya sangat kesohor itu".
Boan-ciong Nio-nio dengan sorot mata dingin mengawasi padanya sejenak, ia tidak berkata apa2.
Cin-nia Cie-hong yang duduk tenang di samping, saat itu juga lantas lompat bangun sambil menghunus pedangnya dan berkata sambil menuding Boan-ciong Nio-nio. "Boan-ciong Nio-nio, tidak usah kau pertontonkan kepandaian ilmu gaibmu itu. Cin-507
nia Cie hong hendak menggunakan pedang ini, untuk menguji kepandaianmu".
Sepasang mata Boan-ciong Nio-nio yang sejak tadi kedap-kedip, kini mendadak dibuka lebar2, kemudian berkata dengan nada suara dingin: "Siapa yang berani buka mulut besar di hadapan Boan-ciong Nio-nio, menurut peraturan seharusnya dihukum mati. Tapi karena mengingat kau masih belum tahu, maka biarlah kau belajar kenal dulu dengan ilmu pedang golongan Boan-ciong-muy".
Tiba2 ia berpaling dan perintahkan kepada orang2nya: "In-bu Mo-kheng, kau bersama Ji Ah-tao melayani mereka beberapa jurus".
In-bu Mo-kheng bersama seorang wanita muda kira2 berusia dua puluh tahun, lantas lompat keluar. In-bu Mo-kheng menghampiri Cin-nia Cie-hong, sedangkan wanita muda berbaju merah itu lantas lompat ke depan Hong-gwat Kongcu, sambil anggukkan kepala dan tersenyum wanita muda itu berkata: "Aku Leng Giok Khim. Atas perintah suhu hendak melayani kongcu beberapa jurus saja".
Sehabis berkata, ia lalu menghunus pedangnya, kemudian dilintangkan di depan dada dan berdiri mengawasi Hong-gwat Kongcu.
Wanita muda yang menyebut dirinya Leng Giok Khim itu, meski usianya belum tua, tapi menurut urutan dalam keluarganya ia termasuk anak yang kedua, maka disebut Jie Ah-tao oleh Boan-ciong Nio-nio. Ia merupakan satu murid kesayangan Boan ciong Nio-nio. Kepandaiannya tidak di bawah In-bu Mo-kheng.
Hong-gwat Kongcu dan Cin-nia Cie-hong, memang sengaja datang untuk menantang Boan-ciong Nio-nio, tidak mereka sangka bahwa Boan-ciong Nio-nio hanya mengutus dua muridnya untuk melayani mereka. Meski dua muridnya itu sudah dapat dipastikan kepandaian mereka, tapi biar bagaimana agak mengecewakan.
508 Pada saat itu, dalam ruangan itu telah terdengar suara jeritan ngeri ber-ulang2. Dua rombongan orang yang sedang bertempur sengit itu, diantaranya sudah ada beberapa orang yang jatuh, sedang yang belum terluka masih tetap menyerang lawannya dengan membabi-buta, seolah2 sudah tidak mampu kendalikan pikirannya sendiri.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian ganjil itu, hatinya semakin panas. ia lalu berpaling kepada Cian-lie Tui-hong dan lain2nya seraya berkata: "Tui-hong Tiongkoan, kau kemari!"
Dengan cepat Cian-lie Tui-hong lompat menghampiri:
"Kokcu ada perintah apa?".
"Sekarang otakmu sudah jernih atau belum?"
"Barusan seperti dalam impian, kini setelah mengaso sebentar, sudah tidak apa2 lagi,"
"Bagus, kalau kau berontak lagi terhadap Kokcu, maka rekening ini sudah diperhitungkannya!"
Cian-lie Tui-hong melongo, ia cuma merasa bahwa barusan seperti mabuk, sama sekali tidak tahu apa yang telah dilakukan.
Lim Tiang Hong juga tidak menanyakan lagi, ia maju ke depan Boan-ciong Nio-nio dan berkata pula dengan suara keras:
"Lekas suruh mereka behenti. Jikalau tidak jangan sesalkan aku si orang she Lim tidak mengenal orang".
"Bukankah mereka bertempur atas kemauan sendiri" Siapa yang harus disalahkan?" jawab Boan-Ciong Nio-nio sambil ketawa dingin.
"Jikalau kau tidak menggunakan racun atau ilmu gaibmu terhadap mereka, bagaimana mereka sampai berbuat demikian?"
Baru saja Lim Tiang menutup mulutnya, kembali terdengar suara jeritan yang mengerikan, hingga membuat Lim Tiang Hong semakin gusar. Ia lalu menghunus pedang To-liong-kiamnya, sambil menuding Boan-ciong Nio-nio ia berkata pula: "Kalau 509
kau tidak segera hentikan pertempuran ini, aku nanti suruh kau rasakan tajamnya pedang To-liong-kiam ini".
Boan-ciong Nio-nio sejak menjagoi di Lam-bong untuk sekian tahun lamanya, belum pernah ada orang yang perlakukan padanya demikian garang, maka ia lantas perdengarkan suara tertawanya yang aneh lalu berkata: "Aku si nenek berkali kali berlaku sabar terhadap kau, tak lain dan tak bukan, karena aku masih memandang muka ibumu yang sudah meninggal dunia.
Tapi ternyata kau begitu tidak pandang mata kepada orang tua, apa kau kira aku tidak mampu menundukkan kau?"
Berbareng pada saat itu, serombongan wanita muda berbaju merah sudah pada maju mengurung Lim Tiang Hong dengan pedang terhunus, tapi tiada satu yang berani bergerak.
Tiba2 terdengar suara geramnya Cian-lie Tui-hong. Ia lompat keluar sambil putar tongkat besinya, tindakan itu segera ditelad oleh Mo-ie Kim-kho, Cong-pian Jie-lo dan Pek-hong. Mereka berdiri berbaris di kedua sisi Lim Tiang Hong, siap untuk melakukan pertempuran sengit.
Di luar dugaan, Boan-ciong Nio-nio mendadak berubah sikapnya, sambil menghela napas perlahan ia berkata: "Anak muda tidak seharusnya selalu menuruti hawa nafsunya sendiri.
Dengan terus terang, nenekmu sedikitpun tidak ada maksud hendak mencelakakan dirimu. Andaikata ada itu maksud, aku tentu tidak akan membiarkan kau berlaku demikian kurang ajar di hadapanku. Pikir saja, sudah cukup aku perintahkan orang2
yang sedang kalap itu berbalik untuk menghadapi kau, tidak perlu aku turun tangan sendiri".
"Betapapun pandainya kau putar lidah, tapi perbuatan kejammu ini jika tidak lantas kau hentikan, aku si orang she Lim tidak mau sudah terhadap kau".
Boan-ciong Nio-nio menghela napas panjang, mendadak melangkah maju dan berseru dengan suara keras: "Berhenti semua!"
510 Sungguh heran, pertempuran demikian sengit, seketika itu juga lantas berhenti. Tapi, di antara delapan puluh lebih orang2
yang bertempur iiu, yang terbinasa atau terluka sedikitnya ada tigapuluh lebih.
Sementara itu, orang2 yang masih belum terluka, nampaknya juga lesu, tidak bersemangat, jalannya seperti sempoyongan hendak jatuh.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu hatinya merasa tidak tega. Ia gelengkan kepala berulang ulang, lalu berkata pula kepada Boan-ciong Nio-nio. "Perbuatanmu ini sebetulnya terlalu kejam, apakah kau sendiri tidak merasa?"
Boan-ciong Nio-nio ulapkan tangannya, perintahkan semua wanita berbaju merah itu mundur di belakangnya, kemudian berkata sambil menghela napas, "Kau cuma tahu menuduh aku kejam, tapi tidak tahu siapakah sebetulnya orang2 ini" Dengan terus terang, jika golongan Boan-ciong-muy tidak mempunyai kepandaian, barangkali tidak bisa hidup di dunia Kang-ouw lagi.... Aku tidak perlu menyangkal, di waktu yang lampau, memang benar aku ada kandung maksud hendak menjagoi dunia kang-ouw, tapi dalam perjalananku ke Lam-bong kali ini, setelah berjumpa dengan ayahmu Ho-lok Siu-su ambisiku itu lantas pudar. Tiada mempunyai keinginan untuk menjagoi dunia kangouw lagi. Selanjutnya aku dengar kau hendak datang kemari, maka lantas utus beberapa muridku undang kemari. Diluar dugaan, telah berpapasan dengan orang2 ini, yang datang hendak menuntut balas dendam, hingga aku perlu menggunakan sedikit kepandaianku, supaya mereka baku hantam sendiri".
Sudah sekian lamanya Lim Tiong Hong berkecimpung di dunia kang-ouw. Ia tahu benar masih ada banyak hal, yang memang benar tidak boleh tidak membuat kau harus melakukan pembunuhan, maka siapakah sebetulnya yang bersalah dalam perbuatan Boan-ciong Nio-nio ini, ia sendiri juga tidak dapat menilai dengan tepat.
511 Selagi ia masih memikirkan persoalan tersebut, Boan-ciong Nio-nio sudah perintahkan kepada anak muridnya, memberikan sebutir pil putih setiap orang yang barusan bertempur sengit itu, kemudian ulapkan tangannya dan berkata. "Pergilah! di sini sudah tidak ada urusan kalian".
Orang2 itu dengan sikap lesu dan tundukan kepala meninggalkan Pek-in Huan-ie.
Pada saat itu, dalam ruangan itu tinggal dua rombongan orang yang masih mengadu pedang. Cin-nia Cie-hong melawan In-bu Mo-kheng, Kongcu lawan Leng Giok Khim.
Lim Tiang Hong barusan karena cuma perhatikan nasibnya itu orang2 yang baku hantam sendiri, tidak menyaksikan pertandingan pedang antara dua rombongan itu dan kini setelah orang2 itu berlalu, baru curahkan perhatiannya kepada mereka.
Empat orang itu, semuanya merupakan orang-2 yang mahir ilmu pedang, terutama Cin-nia Cie-hong. Ia telah bertekun melatih ilmu pedangnya sekian tahun lamanya. Selama tiga tahun belakangan ini, ia telah mendapat kemajuan sangat pesat.
Dengan In-bu Mo-kheng nampaknya berimbang kekuatannya, mereka bertanding sudah seratus enam puluh lebih, masih belum tampak siapa yang lebih unggul.
Hong-gwat Kongcu yang menganggap diri sendiri satu ahli pedang kenamaan, seumur hidupnya kecuali Lim Tiang Hong, jarang ia menemukan tandingan, terutama dari angkatan muda.
Tapi kali ini, dengan Leng Giok Khim bertanding sudah hampir dua ratus jurus. ia masih tidak berdaya merubuhkan lawannya, hingga dalam hati mulai merasa cemas. Dalam hatinya diam2
berpikir, "jika terhadap muridnya saja aku belum mampu merubuhkannya, bagaimana aku bisa berhadapan dengan gurunya?"
Ia lalu pusatkan kekuatannya ke tangan kanan, kemudian memberi peringatan kepada lawannya: "Awas.... nona!"
512 Setelah itu, pedangnya melakukan serentetan serangan.
Setiap serangannya dilakukan dengan gerak tipunya yang luar biasa, hingga membuat Leng Giok Khim seperti terkurung oleh sinar dan hawa pedang.
Leng Giok Khim yang mendapat didikan oleh Boan-ciong Nio-nio sendiri, karena bakatnya yang luar biasa. Kepandaiannya termasuk dalam golongan teratas dari semua murid2nya Boan-ciong Nio-nio. Karena itu, ia biasanya suka berlaku sombong dan tidak pandang mata pada orang lain. Hari itu ia menemukan lawan yang setimpal, bahkan ada satu pemuda tampan dan romantis, dalam herannya timbul pula semacam perasaan agak aneh, entah girang atau kagum.
Begitu mendengar peringatan Hong-gwat Kongcu ia lantas menjawab: "Semua kepandaian boleh kau keluarkan saja, nonamu pasti akan melayaninya hingga puas".
Lima jari tangannya segera bergerak. Dari ujung jari itu menghembuskan angin dingin, setelah menembus sinar pedang terus meluncur ke dada Hong-gwat Kongcu.
Ini adalah salah satu ilmu atau gerak tipu untuk menolong diri dalam ilmu kepandaian golongan Boan-ciong-muy. Honggwat Kongcu tidak menduga bahwa lawannya ini setelah dikurung oleh sinar pedang sedemikian rapatnya, ternyata masih bisa loloskan diri dengan serangannya yang aneh itu. Dalam kagetnya, ia segera lekukkan dadanya, ujung pedanya lantas bergerak, kemudian ia lompat mundur.
Ujung gaunnya Leng Giok Khim terpapas sepotong oleh ujung pedangnya Hong-gwat Kongcu, sedang ujung baju Honggwat Kongcu sendiri juga terdapat lima buah lubang, sehingga membuat wajahnya merah seketika.
Pek-hong yang berdiri di sampingnya lalu berseru: "Masing2
mendapat kekalahan satu kali, pertandingan ini dihitung seri".
Leng Giok Khim kerlingkan matanya melirik ke arah Honggwat Kongcu, kemudian ia menundukkan kepalanya sambil 513
tersenyum, ia lalu mundur ke dalam rombongan wanita baju merah.
Lim Tiang Hong kuatir Hong-gwat Kongcu kehilangan muka, cepat2 ia menepuk pundaknya Hong-gwat Kongcu seraya berkata: "Dalam suatu pertandingan, menang atau kalah memang sudah sewajarnya, perlu apa saudara buat pikiran?"
Hong-gwat Kongcu simpan kembali pedangnya dan
menjawab sambil ketawa hambar: "Siauwtee tidak akan menyangkal kekalahan yang siauwtee alami tadi, ilmu pedang nona Leng sesungguhnya amat mengagumkan"
Pada saat itu, dalam ruangan terdengar suara nyaring dari beradunya senjata tajam. Cin-nia Cie-hong yang sedang bertempur sengit dengan In-bu Mo-kheng, dua2nya nampak lompat mundur, dua bilah pedang ternyata sudah hancur menjadi ber-keping2.
Kiranya dua jago betina yang tengah bertempur itu, sama2
menggunakan kekuatan tenaga dalam, yang disalurkan melalui pedangnya masing2, hingga setelah kedua bilah pedang itu saling beradu. Karena kekuatan kedua pihak berimbang, maka pedang mereka sama2 hancur.
Karena senjata mereka sudah hancur, maka mereka bertanding lagi dengan menggunakan tangan kosong.
Pertempuran dengan tangan kosong itu juga seru sekali. Baru beberapa gebrak, kembali sudah mengadu kekuatan nyata kekuatan mereka memang berimbang, kali ini juga pada mundur terhuyung huyung sampai dua langkah.
Cin-nia Cie-hong dengan paras pucat putih dan mata beringas, per-lahan2 maju lagi. Sedang dipihaknya In-bu Mo-kheng mengunjukkan sikap kebalikannya. Meski ia juga sengit, tapi masih bisa ketawa terkekeh kekeh.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, ia tahu apabila pertandingan mereka itu dilanjutkan, mungkin dua pihak akan terluka parah, maka ia lantas maju dan menghadang 514
di-tengah2 mereka seraya berkata: "Ilmu pedang sudah dicoba, perlu apa harus bertanding lagi" Menurut pikiranku yang sempit, sebaiknya pertandingan ini disudahi saja"
"Ini ada urusan kita berdua, tidak ada hubungannya dengan kau, perlu aja kau turut campur tangan?" sahutnya Cin-nia Ciehong dengan alis berdiri.
Lim Tiang Hong merasa serba salah. Ia terpaksa bungkam.
Mendadak tertampak berkelebatnya satu bayangan putih, Pek-hong sudah tiba di sisinya dan berkata dengan suara halus:
"Bolehkah susiok pandang muka boanpwee, akhirilah pertandingan ini".
"Kau bicara atas nama ciangbunjin, ataukah....". Cin-nia Cie hong balas menanya dengan sikap bengis.
"Susiok jangan salah paham. Boanpwee tidak bermaksud hendak menyampuri urusan susiok. Tapi boanpwee merasa, apabila pertandingan ini berlangsung secara begini, tidak ada faedahnya sama sekali".
Saat itu tiba2 terdengar suaranya Boan-ciong Nio-nio: "Toa Ah-tao, kembali!"
In-bu Mo-kheng segera lompat mundur, dan balik ke tempatnya semula.
Boan-ciong Nio-nio kemudian berkata pula: "Kalian berdua, ternyata ada sama2 kuatnya, siapapun jangan harap bisa merebut kemenangan. Jika dilanjutkan terus, keduanya pasti akan terluka parah. Aku tidak suka melihat kesudahan secara demikian".
Cin-nia Cie-hong yang kini kepalanya sudah mulai dingin, ia lantas tundukkan kepala dan menghela napas.
Lim Tiang Hong yang maksud kedatangannya ini melulu untuk mencari Yan-jie dan kini karena Yan-jie sudah tertolong, maka tidak ada gunanya lagi berdiam lama2 disitu, 515
"Boanpwee ucapkan terima kasih atas undangan cianpwee ke Pek-in Huan-ie ini. Jika sudah tidak ada urusan apa2 lagi, kini boanpwee minta diri".
Boan-ciong Nio-nio mendadak ketawa terbahak bahak dan berkata: "Mana begitu gampang" Golongan Boan-ciong-muy, selamanya berpegang kepada azas, orang tidak mengganggu aku, aku tidak mengganggu orang. Kau dengan mengandalkan pengaruh Hong-hong tie, telah menghina golongan Boan-ciong-muy, yang katanya cuma mampu menggunakan racun atau pengaruh gaib. Maka hari ini biarlah kau belajar kenal dengan kepandaian orang golongan Boan-ciong-muy yang sebenarnya.
Nanti akan dapat lihat sendiri, betul atau tidak bahwa Boan-ciong-muy cuma mampu menggunakan racun saja. Lagi pula maksud kedatanganmu ini, aku juga tahu hanya untuk menolong anak perempuan Heng-lim Cun-loan, Yan-jie. Tapi ia sudah menjadi muridku, siapapun jangan harap ganggu seujung rambutnya saja".
Sehabis kerkata, agaknya ingat sesuatu. Matanya segera berputaran ke arah rombongan anak muridnya seraya memanggil dengan suara nyaring: "Yan-jie!"
Seorang wanita muda berbaju merah segera menghampiri padanya dan berkata dengan suara perlahan.
Boan-ciong Nio-nio parasnya lantas berubah seketika.
Rambut kepalanya yang sudah putih meletak seluruhnya nampak pada berdiri, kemudian dengan mendadak ia bangun berdiri sambil berseru: "Ambil pedangku!"
Lim Tiang Hong sudah tahu, bahwa pertempuran sengit tidak dapat dihindarkan lagi, meski ia tidak menyukai adanya perselisihan lagi, tapi bagaimanapun juga ia tidak dapat menunjukkan kelemahan. Maka saat itu ia tetap berdiri tegak, menantikan terjadinya perubahan.
Tidak antara lama, pedang Boan-ciong Nio-nio sudah dibawa keluar oleh salah. satu anak muridnya. Pedang mana adalah sebilah pedang emas yang agak lebar bentuknya, bersama lima 516
buah selubung jari tangan yang terbuat dari baja sepanjang kira2
setengah kaki. Boan-ciong Nio-nio setelah menyambuti pedang dan selubung jari tangan, lalu membuat main pedangnya sebentar, ternyata mengeluarkan suara mengaung sejauh tiga kaki. Lim Tiang Hong diam2 kagumi kekuatan tenaga dalam nenek itu.
Cin-nia Cie hong dan Hong-gwat Kongcu yang pernah bertaruh siapa yang dapat mengalahkan Boan-ciong Nio-nio dianggap lebih unggul, ilmu pedangnya, saat itu lantas maju berbareng sambil berkata: "Saudara Lim, tahan dulu, biarlah kita yang mencobanya lebih dulu"
Lim Tiang Hong dapat pastikan bahwa mereka berdua bukan tandingan Boan-ciong Nio-nio, tapi dua2nya sudah siap hendak bertempur ia merasa tidak enak merintangi kehendak mereka.
Tiba2 terdengar suara Boan-ciong Nio-nio yang berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Ilmu pedang kalian berdua, barusan aku sudah menyaksikan sendiri, perlu apa harus mengadu lagi?"
Cin-nia Cie-hong yang mempelajari ilmu pedang sudah tiga puluh tahun lamanya, ia bermaksud hendak membangun kembali nama baik Tiang-lim-pay, tidak nyana berkali-kali mengalami kekalahan, maka saat itu ia sudah bertekad bulat. Walaupun harus korbankan jiwanya, juga akan mencoba kepandaian nenek itu. Maka ia lantas menyahut sambil gerakan pedang2nya: "Ciehong tahu bukan tandinganmu, tapi tetap ingin belajar kenal dengan kepandaianmu."
Dengan tanpa menunggu jawaban si nenek, ia sudah menikam dengan pedangnya. Oleh karena ia mengerti sedang berhadapan dengan lawan tangguh, maka ia kerahkan seluruh kekuatan tenaganya dalam serangannya itu.
Boan-ciong Nio-nio ketawa dan berkata: "Apa perlunya kau berbuat demikian?" Ia lalu angkat pedangnya dan menangkis dengan perlahan, namun demikian, serangan Cin-nia Cie-hong toh dibikin tidak berdaya.
517 Dengan wajah merah padam, Cin-nia Ciehong gerakkan pedangnya maju menyerang lagi, kali ini ia mengeluarkan ilmu pedangnya yang terampuh. Dengan beruntun ia menyerang sampai tiga belas kali dengan berbagai gerak tipunya aneka warna, karena ia sudah bertekad hendak mengadu jiwa. Jikalau perlu, maka setiap serangannya menggunakan kekuatan tenaga dalam sepenuhnya.
Boan-ciong Nio-nio juga tidak berani berlaku gegabah, sambil keluarkan bentakan keras ia kibaskan pedangnya dan nerobos masuk dalam gulungan sinar pedang Cin-nia Cie-hong. Di antara berkelebatnya sinar emas, segera terdengar suara beradunya senjata pedang, menyusul mana, pedang Cin-nia Cie-hong lantas terpental, terus meluncur ke atas pilar, sedang orangnya mundur sempoyongan sampai lima langkah.
Pek-hong dengan cepat memburu, tapi didorong olehnya, kemudian sambil unjukkan ketawa getir, ia lompat melesat keluar ruangan. Pek-hong coba memburu dan memanggil, tapi Cin-nia Cie-hong tidak menggubris, sebentar sudah hilang dari pemandangan.
Lim Tiang Hong kuatir nanti Hong-gwat Kongcu maju menantang Boan-ciong Nio-nio lagi, sebelum hal itu telah terjadi, lebih dulu ia sudah lompat maju sambii memegang gagang pedang. Setelah lebih dulu memberi hormat ia baru berkata:
"Ilmu pedang golongan Boan-ciong-muy, benar-benar sangat tinggi. Boanpwee ingin belajar beberapa jurus saja dari cianpwee".
Boan-ciong Nio-nio membuka matanya yang sipit, lalu kerkata dengan suara agak keras: "Kau bawa kemana Yan Ah-tao ku?"
"Asal locianpwee dapat menangkan pedang To-liong-kiam ini, sudah tentu dapat menemukan kembali padanya". "Aku tahu kau sudah mendapat warisan ilmu pedang si setan tua Bu-ceng Kiam-khek, hinggap dirimu sudah hebat. Hari ini kau lihat, bagaimana aku nanti tundukkan ilmu pedangmu".
518 "Adu mulut tidak ada gunanya, marilah kita buktikan dengan pedang".
Boan-ciong Nio-nio juga tahu bahwa pemuda di depan matanya itu memang sangat tangguh, maka ia tidak berani melakukan serangan secara sembrono. Dengan pedang di tangan kanan dan tangan kiri memakai selubung baja yang runcing, ia sudah siap menghadapi lawannya.
Lim Tiang Hong kali ini kembali harus berhadapan dengan satu lawan sangat tangguh, maka juga tidak berani gegabah.
Pedang To-liong-kiam disodorkan lempang, sedang matanya memandang lawannya dengan tanpa berkedip.
Dua jago pedang itu tiada satu yang berani bergerak lebih dulu.
Pada saat itu, dalam ruangan tamu yang luas, kecuali suara gerak dan tindakan kaki dua jago itu yang amat ringan, suasana amat sunyi, hingga suara jatuhnya jarura juga dapat tertangkap oleh pendengaran telinga.
Cian-lie Tui-hong dengan mata mendelik dan tongkat melintang, lebih dulu mencari tempat yang aman, sedang Pek-hong yang memperhatikan dirinya Lim Tiang Hong, sudah hampir tidak dapat menguasai dirinya sendiri. Tangannya menggenggam erat2 gagang pedangnya, agaknya sudah siap sedia untuk maju membantu jika perlu. Dan Hong-gwat Kongcu yang tampan, sikapnya pada saat itu juga nampak sangat tegang.
Anak murid Boan-ciong Nio-nio, semua tahu bahwa pemuda itu adalah To-liong Kongcu yang namanya menggentarkan dunia kang-ouw, kepandaiannya luar biasa. Maka semua lantas berkumpul menjadi satu. Sambil pegang erat masing2 senjatanya, supaya setiap saat dapat memberi bantuan kepada suhu mereka.
Dua jago itu belum lagi mengadakan pertandingan, sudah merubah suasana yang sepi sunyi menjadi tegang dan gawat.
Mendadak terdengar suara bentakan keras Boan-ciong Nio-nio, yang sudah mulai bergerak. Pedang emasnya bagaikan rantai 519
meluncur ke tengah udara. Sambil mengeluarkan hembusan angin menderu, menggulung diri Lim Tiang Hong, sedang lima jari tangan yang diperlengkapi dengan lima buah selubung baja hitam runcing, se-olah2 kuku burung garuda yang tajam, juga bergerak menyambar setiap sasarannya.
Kalau tadi suasana dalam ruangan itu nampak sunyi tapi diliputi oleh ketegangan, kali ini telah digetarkan oleh gerakan Boan-ciong Nio-nio yang cepat gesit, lincah dan dahsyat, hingga dalam waktu sekejap mata saja, hanya tertampak sinar emas dan sinar hitam, se-olah2 hujan turun menyerang Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang sudah salurkan ilmu kekuatannya Sian-thian Cin-it-khii-kang melalui pedang, dengan satu gerakan
'Keng-hong Ca-can', di depan badannya nampak gulungan gelombang sinar pedang yang meluncur keluar. Kemudian ia rubah menjadi gerakan 'Kiam-ie Biauw-hwa'. Ujung pedang bagaikan bunga rontok tertiup angin taufan yang berterbangan di tengah udara. Dengan gerak tipu demikian ia balas menyerang.
Ini benar2 merupakan satu pertandingan pedang luar biasa yang belum pernah terjadi pada waktu sebelumnya. Dua2nya merupakan ahli pedang kenamaan, dua2nya mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sama sempurnanya, hingga di sekitar tempat pertandingan cuma tertampak berkelebatnya sinar pedang dan meniupnya hawa dingin yang menghembus keluar dari setiap serangan mereka.
Boan-ciong Nio-nio yang harus melindungi nama baiknya yang ia telah pupuk selama beberapa puluh tahun, maka ia telah keluarkan semua ilmu pedangnya hingga serangannya makin lama makin cepat dan makin dahsyat. Sebilah pedang emasnya yang sudah diperlebar, dengan dibantu oleh gerakkan tangan kirinya yang memakai selubung baja di lima jarinya serta selalu mengarah jalan darah tubuh lawannya, membuat setiap serangannya nampak semakin ganas.
Dengan cepat pertempuran itu sudah berlangsung lima puluh jurus lebih. Dalam lima puluh jurus itu, berbagai corak gerak tipu 520
ilmu pedang telah dikeluarkan oleh kedua pihak. Lim Tiang Hong diam2 menganggumi ilmu pedangnya Boan-Ciong Nio-nio yang benar2 memang luar biasa. Kalau dibanding dengan ilmu pedang golongan lain, jauh perbedaannya. Ia yang sudah mengalami pertempuran besar kecil entah berapa banyaknya, tapi belum pernah merasakan begitu berat seperti kali ini.
Diantara berkelebatnya sinar pedang, mendadak terdengar suara bentakan keras. Keduanya lantas lompat berpencaran.
Boan-ciong Nio-nio rambut putihnya nampak berdiri, parasnya menyeramkan. Sepasang matanya yang sipit memancarkan sinar menakutkan. Tubuhnya yang gemuk kelihatan gemetar. Pedang emas di tangan kanannya diangkat tinggi melewati kepalanya, selubung baja di jari tangan kirinya dipentang bagaikan kuku burung garuda.
Di pihaknya Lim Tiang Hong, wajahnya nampak merah. Ia berdiri dengan memasang kuda2. Senjata seruling emasnya yang kini sudah berada di tangan kirinya, disilangkan di atas pedang.
Kedua pihak saling memandang. Badan mereka bergerak dengan perlaban, tindakan kakinya sangat lambat....
Mendadak terdengar pula suara saling bentak kedua pihak saling menyerang lagi. Tapi kali ini gerakan mereka nampak sangat lambat, jauh berbeda dengan yang pertama.
Lim Tiang Hong sudah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Ilmu pedangnya 'To-liong Keng-hong'
dikombinasikan dengan ilmunya 'Kim-bong-tek-boat', ia mendesak kepada lawannya.
Ditambah lagi dengan ilmunya Sian-thian-ciat khie-kang, yang ia salurkan melalui pedang dan seruling, maka serangannya itu semakin dahsyat. Boan-ciong Nio-nio meski mempunyai latihan kekuatan lebih dari lima puluh tahun, tapi setelah bertempur sampai tiga ratus jurus, kekuatan tenaganya mulai berkurang meski serangannya masih tetap ganas dan dahsyat.
Tapi cuma merupakan batas dari puncak yang sudah tidak dapat dilampaui lagi.
521 Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, jago muda ini semakin lama seranganya semakin lancar gerakannya. Dua jenis senjata dapat digunakan berbareng dengan gerak tipunya yang berlainan.
Pada saat itu, ia sudah dapat meraba ilmu silat dan ilmu pedang Boan-ciong Nio-nio. Maka ia dapat melakukan serangannya dengan hati besar.
Setelah berlangsung lagi beberapa jurus, kembali terdengar suara beradunya pedang, keduanya kembali lompat mundur.
Tiada seorangpun yang dapat lihat dengan tegas dalam beberapa gerakan itu. Mereka dengan cepat sudah berganti beberapa rupa gerak tipu yang aneh dan luar biasa, tapi selubung baja di jari tangan kiri Boan-ciong Nio-nio, ternyata cuma tinggal dua buah saja.
Lim Tiang Hong perlahan-lahan memasukkan pedang ke dalam sarungnya, kemudian menyoja memberi hormat. Dengan perasaan tidak enak ia berkata: "Terima kasih atas belas kasihan locianpwee".
Boan-ciong Nio-nio tidak berkata apa2, ia lemparkan pedangnya di tanah, kemudian masuk ke dalam. Perbuatan itu membuat Lim Tiang Hong melongo, hingga seketika lamanya berdiri kesima.
Hong-gwat Kongcu lantas ketawa terbahak-bahak dan berkata: "Nenek ini benar2 terlalu cupat pikirannya".
Lim Tiang Hong tahu, apabila ia tidak pergi, pasti akan menimbulkan banyak kerewelan maka ketika itu ia lantas mengawasi Pek-hong dan berkata padanya sambil menghela napas "Mari kita pergi!"
Bertiga mereka lalu meninggalkan ruangan tamu. Lim Tiang Hong berjalan paling belakang. Ketika melangkah pintu, ia berpaling dan berkata kepada In-bu Mo-kheng sambil menyoja memberi hormat: "Tolong sampaikan kepada suhumu, mohon maaf bahwa kita tidak pamitan lagi".
522 Sebelum mendapat perintah dari suhunya, sudah tentu In-bu Mo-kheng tidak dapat menahan atau merintangi perginya tiga tetamu itu, maka ia lantas berkata sambil membalas hormat:
"Kalau siauwhiap memang perlu segera berangkat, maafkan aku tidak dapat mengantar sampai jauh".
Lim Tiang Hong dan lain2nya setelah meninggalkan Pek-in Huan-ie. Kiong-siang dari Cong-pian Jie-lo lantas berkata:
"Menurut dugaanku, Boan-ciong Nio-nio ada seorang berpikir sempit, tidak nanti ia mau mengerti begitu saja".
Lim Tiang Hong mendadak ingat perubahan orang2nya tadi, maka ia lantas menanya: "Mengapa kalian barusan menurut perintah Boan-ciong Nio-nio, sehingga hampir saja berontak melawan aku?"
Cong-pian Jie-lo, Cian-lie Tui-hong dan lainnya menjawab berbareng: "Kita sekalian barusan cuma merasa seperti mengimpi, hingga tidak tahu apa yang telah terjadi".
Lim Tiang Hong diam sejenak. Ia telah mendapat kenyataan, bahwa racun dan ilmu gaibnya Boan-ciong Nio-nio, benar2 luar biasa. Untung ia segera memberikan obatnya untuk memunahkan, kalau tidak, entah apa yang terjadi"
Hong-gwat Kongcu mendadak teringat dirinya itu nona baju merah Leng Giok Khim. Ia merasa bahwa kepandaian nona itu benar2 sangat berimbang dengan kepandaiannya sendiri.
Meski ia bukan seorang yang gemar akan paras elok, tapi terhadap dirinya nona Leng Giok Khim itu, wajahnya selalu ter-bayang2.
Pek-hong yang berada di sampingnya Lim Tiang Hong, pikirannya terus melayang ke diri susioknya Cin-nia Cie-hong.
Entah dimana adanya susiok itu sekarang"
Karena masing2 memikirkan persoalan dalam hati masing2, maka suasana nampak sunyi, satu sama lain sama sama membungkam.
..dw..kz.. 523 BAB 66. WALAUPUN hati mereka sedang memikirkan persoalannya masing2, tapi kaki kaki mereka tetap berjalan, sedetikpun tidak menghambat perjalanan mereka. Maka belum antara lama, mereka sudah keluar dari daerah In-bu-san, tinggal beberapa tikungan lagi saja, mereka akan sampai di tanah datar.
Mendadak dari dalam rimba nampak berkelebatnya sesosok bayangan merah dan segumpal benda putih melesat ke arah Hong-gwat Kongcu.
Hong-gwat Kongcu yang sedang kusut pikirannya, mendadak ada benda menyambar melesat ke arahnya, buru2 ia menyambuti dengan dua jari tangannya. Setelah itu ia lantas lompat melesat ke dalam rimba untuk mengejar bayangan yang melempar benda putih itu.
Lim Tiang Hong selagi hendak bergerak untuk turut mengejar, telah dicegah oleh Pek-hong sambil unjukkan ketawa yang penuh arti, ia menarik tangan Lim Tiang Hong.
Oleh karena Lim Tiang Hong tidak bergerak, maka Cia-lie Tui-hong dan lain2nyapun tidak berani bergerak.
Tidak antara lama, Hong-gwat Kongcu baru kembali dengan sikap masgul.
Lim Tiang Hong lalu menghampiri dan menanyakan padanya: "Siapakah dia?"
Hong-gwat Kongcu merah wajahnya. Ia angsurkan sepotong kertas kepada Lim Tiang Hong.
Hong-gwat Kongcu yang biasanya riang gembira dan romantis, kini sikapnya telah berubah. Hingga membuat heran Lim Tiang Hong. Ia lalu membuka dan melihat kertas itu, ternyata ada terdapat tulisan yang bunyinya:
"Suhu kali ini sangat gusar, rasanya akan bertindak yang tidak menguntungkan bagi tuan2 sekalian. Dengan kepandaian tuan2, jika 524
berhadapan secara terang, sudah tentu tidak usah merasa takut. Tapi racun dari golongan kita, di dalam dunia ini tidak ada keduanya.
Terhadap makanan dan minuman di sepanjang jalan harus hati2.
Sebaiknya meninggalkan daerah Lam-bong secepat mungkin.
Siauwmoay karena mengingat budi tuan, yang tidak menurunkan tangan kejam, maka dengan menempuh bahaya melanggar peraturan dalam perguruan. Siauwmoy sampaikan berita ini kepada tuan. Harap supaya berlaku hati2"
Di bawah tidak terdapat tanda tangan apa2.
Lim Tiang Hong yang tidak tahu duduk perkaranya, kembali ia menanya: "Siapakah sebetulnya dia ini?"
Pek-hong lantas berkata sambil ketawa: "Perlu apa sih menanyakan urusannya orang lain?"
Kiranya Pek-hong yang menyaksikan pertandingan pedang antara Hong-gwat Kongcu dengan Leng Giok Khim, ia sudah dapat lihat semua gerak gerik dan sikapnya murid Boan-ciong Nio-nio itu. yang ternyata menaruh hati terhadap pemuda tampan dan pendiam itu. Tadi ketika melihat berkelebatnya bayangan merah, ia juga sudah kenal padanya.
Hong-gwat Kongcu terima kembali kertas dari tangan Lim Tiang Hong, lalu dimasukkan dalam sakunya. Dengan hati kusut dan menghela napas panjang, ia lantas kerahkan ilmu meringankan tubuh dan berlalu lebih duiu.
Kongcu yang sangat pendiam ini, setelah terjadinya peristiwa yang lalu atas diri In-san Mo-lie, terhadap setiap wanita yang jatuh hati padanya, lantas merasa malu terhadap dirinya sendiri.
Maka perhatian Leng Giok Khim yang begitu besar terhadap dirinya. telah membangkitkan rasa luka dan duka dalam hatinya.
Ini ada satu perjalanan yang tidak pendek, tapi karena adanya surat peringatan dari Leng Giok Khim tadi, apalagi ilmu meringankan tubuh mereka, hampir semuanya terdiri dari kelas wahid, maka sebelum Boan-ciong-muy melakukan tindakan sesuatu pembalasan terhadap mereka, rombongan Lim Tiang 525
Hong sudah meninggalkan daerah Biauw kiang dan mulai masuk perbatasan propinsi Su-cwan.
Tapi perjalanan yang dilakukan secara terburu-buru itu, sudah tentu sangat meletihkan. Maka begitu tiba di daerah Su-cwan, Pek-hong lantas usulkan supaya perjalanan dilanjutkan dengan mengambil jalan air. Sudah tentu saja usul itu segera disetujui oleh yang lain2.
Selagi kapal yang dirumpangi itu melalui selat Sam-san, tiba2
ada muncul beberapa puluh perahu pesat, yang berbaris di permukaan air. Di atas perahu ada berdiri beberapa puluh laki2
berpakaian seragam warna hijau. Tapi tiada satu pun yang membawa senjata. Orang2 itu setelah melihat kapal yang ditumpangi oleh rombongan Lim Tiang Hong lantas berseru dengan suara nyaring: "Dua belas Hongcu dari gunung Bu-san, dengan ini menyambut kedatangan To-liong Kongcu"
Setelah itu, lalu disusul dengan suara bunyi letusan meriam beberapa kali, kemudian nampak dua buah perahu besar yang diperlengkapi sangat mewah. Lim Tiang Hong tercengang, tapi kemudian ia ingat itu pasti adalah Sin-lie Hongcu dan toakonya yang datang menyambut, maka ia buru2 keluar dari dalam kapalnya.
Begitu muncul, ia segera dapat lihat Cit-seng Hongcu dan Sin-lie Hongcu dengan wajah berseri-seri berdiri berendeng di atas kepala perahunya. Di kedua sisi mereka ada berdiri berbaris sepuluh hongcu. lainnya.
Dari jauh Cit-seng Hongcu sudah memberi hormat seraya berkata: "Kedatangan tamu agung, aku si orang she Oey telah lambat datang menyambut, harap supaya dimaafkan. Mari lekas pindah ke perahu kita!"
Sin-lie Hongcu juga menanya: "Apa saudara Lim selama ini baik2 saja?"
Oleh karena disambut secara meriah demikian, Lim Tiang Hong tidak enak untuk menolak. Ia lantas berpaling mengawasi 526
Pek-Hong. Jika pada waktu biasa, dengan sifatnya yang riang dan polos seperti Pek-hong, pasti akan merasa gembira dan segera melompat ke dalam perahu yang sangat mewah itu. Tapi kini karena dalam hatinya timbul sedikit perubahan terhadap dirinya Lim Tiang Hong. Ketika melihat sikap luar biasa manisnya dari Sin-lie Hongcu terhadap Lim Tiang Hong, ia yang memang sudah kenai dan tahu bahwa gadis dari gunung Bu-san itu sudah lama menaruh hati kepada Lim Tiang Hong, maka seketika itulah timbul perasaan cemburunya. Maka ia lantas berkata dengan perasaan kurang senang. "Kalau kau mau pergi, pergilah sendiri, aku tidak mempunyai kegembiraan"
Saat itu, kedua perahu itu sudah dekat satu sama lain, Cit-seng Hongcu ketika menampak Hong-gwat Kongcu dan Cian-lie Tui-hong serta kawan2nya juga berada dalam perahu, kembali ketawa terbahak bahak dan berkata: "Kiranya Hong-gwat Kongcu dan Tui-hong tayhiap sekalian juga datang. Mari lekas pindah kemari! Biarlah aku si orang she Oey hari ini yang akan bertindak sebagai tuan rumah".
Hong-gwat Kongcu yang pikirannya masih kusut, lantas menjawab sambil memberi hormat: "Hong-gwat sudah lama keluar dari rumah. Kini buru2 hendak pulang ke pulau. Budi kebaikan Hongcu, Hong-gwat hanya dapat terima di dalam hatinya. Biarlah dilain waktu jika ada kesempatan nanti Honggwat akan kunjungi Hongcu".
Kali ini dua perahu sudah rapat. Cit-seng Hongcu kembali undang mereka naik ke dalam perahunya.
Lim Tiang Hong lalu menanya kepada Hong-gwat Kongcu.
"Bagaimana pikiran saudara?"
"Orang toh mengundang dengan sejujurnya, bagaimana boleh ditolak" Oleh karena siauwtee benar2 ingin segera pulang, sedetikpun tidak dapat ditunda lagi."
Lim Tiang Hong kembali menanya kepada Pek-hong: "Mari kita pergi ber-sama2, baik juga melihat2 pemandangan alam gunung Bu-san!"
527 "Kau hendak menjumpai dewimu, tapi aku tidak mempunyai itu kegembiraan" jawabnya Pek-hong sambil ketawa dingin.
Karena mereka berdua tidak mau pergi, Lim Tiang Hong terpaksa memberi pesan kepada Cian-lie Tui-hong: "Kalian boleh pulang dulu. Setelah urusan di sini selesai, aku nanti akan pergi ke Kim-leng dulu untuk sementara, setelah itu juga akan pulang ke Hong-hong-tie".
Sehabis meninggalkan pesannya, ia lalu memberi hormat kepada Hong-gwat Kongcu dan lain2nya, baru pindah ke dalam perahu Cit-seng Hongcu.
Karena maksud yang utama Cit-seng Hongcu ialah hendak menyambut Lim Tiang Hong dan kini pemuda itu sudah berada dalam perahunya, maka ia ber-cakap2 lagi sejenak dengan yang lainnya, segera perintahkan orang2nya untuk berlayar balik ke gunung Bu-san.
Tinggal Pek-hong yang ditinggalkan oleh Lim Tiang Hong, cuma bisa mengawasi berlalunya dua buah perahu mewah itu dengan hati mendelu. Ia berdiri seperti patung.
Hong-gwat Kongcu yang menyaksikan itu, malah ketawa terbahak-bahak.
Waktu itu perahu sudah memasuki daerah Sam-san, yang airnya deras. Pek-hong yang terombang-ambing oleh ombak besar, tiba2 berteriak minta tukang perahu supaya hentikan perahunya, tapi perahu yang berada di atas air yang mengalir deras itu, bagaimana dapat dihentikan" Tapi Pek-hong teras mendesak, hingga tukang perahu terpaksa dayung perahunya perlahan2 minggir ke pantai.
Terpisah kira2 tiga tombok dengan pantai, Pek-hong sudah tidak sabar lagi. Ia sudah lompat melesat, se-olah2 burung rajawali melayang di atas air, ia sudah melayang ke atas tebing yang banyak batunya.
Hong-gwat Kongcu yang sudah biasa dengan kebebasan, juga tidak enak dikekang kebebasannya dalam perahunya, maka ia 528
juga lantas lompat melesat menelad Pek-hong. Setelah lebih dulu memberi hormat kepada Cian-lie Tui-hong dan lain2nya.
...dw...kz... Mari kita tengok Lim Tiang Hong yang disambut secara luar biasa oleh Cit-seng Hong-cu. Setiba di atas gunung, segera diajak masuk ke ruangan pertemuan.
Lim Tiang Hong agak heran, karena waktu itu keadaan di atas gunung nampak riang gembira. Seluruh rumah dipajang dengan lampu kertas beraneka-warna, rumah2 yang dulu hancur telah dibangun lagi. Ketarik oleh perasaan herannya, Lim Tiang Hong lantas menanya kepada Cit-seng Hongcu: "Hari ini di atas gunung akan merayakan pesta apa?"
Cit-seng unjukkan ketawanya yang aneh, baru menjawab:
"Sebentar kau nanti akan tahu sendiri,"
Tiba di dalam ruangan tamu, setelah beristirahat sebentar, Cit-seng Hongcu lantas berkata: "Saudara Lim tentunya sudah letih, silahkan masuk ke dalam untuk mandi dan ganti pakaian".
Lim Tiang Hong memang merasa letih dan perlu mandi untuk membersihkan dirinya serta ganti pakaian, maka ketika mendengar perkataan tuan rumah itu, ia lantas anggukkan kepala.
Dua pelayan perempuan segera maju menghampiri dan ajak ia masuk ke ruangan belakang, dimana ada terdapat kamar mandi.
Sehabis mandi ia lantas pergi tukar pakaian, tapi ternyata pakaian yang lama sudah tidak ada dan sebagai gantinya ia dapatkan seperangkat pakaian baru, yang ternyata cocok dengan ukuran badannya. Apa yang mengherankan ialah, warna bajunya juga sama dengan warna kesukaannya.
Waktu ia balik ke ruangan tamu, di sana sudah berkumpul Sebelas Hongcu (Tujuh di antaranya pengangkatan baru). Ketika melihat ia keluar, semua lantas berbangkit dan maju menyambut, 529
kemudian pada ketawa dan satu di antaranya lantas berkata:
"Saudara Lim tentu sudah lapar, silahkan masuk untuk dahar!"
Di lain ruangan, ternyata sudah disediakan meja perjamuan lengkap dengan ber-puluh2 batang lilin merah, seperti sedang mengadakan pesta perkawinan.
Sin-lie Hongcu juga muncul pada saat itu dengan diiring oleh empat pelayan wanita muda. Berbeda dengan biasanya, hari itu ia nampak berdandan sangat perlente. Ketika ia melihat Lim Tiang Hong, hanya anggukkan kepala dan tersenyum, tapi dengan cepat sudah tundukkan kepalanya lagi.
Lim Tiang Hong yang berhati lapang, tidak perhatikan semua urusan tetek-bengek itu, ia membiarkan dirinya dirubung dan didorong duduk ke kursi pertama, sedang Sin-lie Hongcu duduk di sampingnya sebelah kiri. Tempat2 duduk itu agaknya sudah diatur lebih dulu. Setelah Lim Tiang Hong dan Sin-lie Hongcu duduk di tempatnya yang sudah disediakan, yang lain2-nya barulah pada duduk di tempat masing2.
Sebentar kemudian terdengar suara tetabuhan musik dan suara petasan, setelah itu Cit-seng Hongcu lalu berbangkit dan sambil angkat cawannya "Di atas gunung yang sepi dan tandus, tidak ada barang hidangan apa2 untuk menyambut tetamunya.
Harap saudara Lim dahar ala kadarnya. Harap saudara Lim suka keringkan arak secawan ini".
Karena merasa tidak enak menolak, Lim Tiang Hong minum kering arak dalam cawannya, setelah itu tuan rumah dan lain2nya juga minum kering arak masing2.
Lim Tiang Hong sebetulnya memang tidak suka minum arak.
Tapi saat itu ia tidak dapat menolak permintaan tuan rumah.
Dengan tanpa dirasa, beberapa cawan arak sudah masuk ke dalam perutnya.
Cit-seng Hongcu sengaja main gila. Ia menyuguhkan arak wangi enak rasanya ketika masuk ke dalam mulut, tapi setelah 530
masuk ke dalam perut, arak itu lantas mulai bekerja. Belum satu jam, bagi orang yang tidak kuat minum akan menjadi mabok.
Begitulah keadaannya dengan Lim Tiang Hong, yang saat itu kepalanya sudah mulai pusing, matanya berkunang kunang.
Cit-seng Hongcu yang mengetahui itu, lantas berkata sambil tersenyum: "Saudara Lim sudah mabuk! bimbing ia masuk kamar supaya tidur!"
Lim Tiang Hong selain merasakan kepalanya pusing dan matanya kabur, badannya juga dirasakan lemas. Empat pelayan wanita segera membimbing padanya, masuk ke dalam sebuah Kamar yang diperlengkapi sangat mewah, sedang bau harum memenuhi seluruh kamar.
Karena ia sudah mabuk, maka tidak tahu segalanya. Begitu masuk ke dalam kamar, lantas jatuhkan badan di atas pembaringan.
Empat pelayan wanita itu saling mengawasi sambil ketawa kemudian menolong untuk membuka sepatu dan pakaian luar, lalu menutup piatu dan berlalu.
Entah berapa lama telah berlalu, per-lahan2 ia telah siuman.
Dalam keadaan setengah sadar dan setengah tidak sadar, lapat2
ia seperti merasa bahwa dirinya sudah pulang ke Hong-hong tie, sedang Gin-sie siu dan lain2nya sedang mengadakan pesta perkawinan bagi dirinya dengan Yu-kok Oey-eng. Dan malam itu seperti ada malam perkawinannya. Ia mengingat ingat, tapi otaknya tetap butak, apapun tidak dapat ingat lagi.
Dengan tanpa disengaja ketika ia ulur tangannya, telah menyentuh tubuh halus dan hangat. Berbareng dengan itu hidungnya juga dapat menghendus bau harum seorang wanita.
Dalam kagetnya ia lantas berseru: "Enci Oey-eng"
Tubuh orang itu nampak bergerak dan menjawab dengan suara pelahau: "Mm....".
Ia dapat menggendus bau harum yang mengguncangkan perasaannya, hingga diam2 berkata kepada dirinya sendiri: "Ya!
531 ini ternyata bukan impian, melainkan se-benar2nya. Malam ini adalah malam baik bagi kita, tidak seharusnya aku perlakukan dingin padanya".
Oleh karena selama itu ia selalu sibuk dengan urusannya sendiri, apalagi sifatnya Yu-kok Oey-eng agak keras dan terlalu manja, maka ia perlakukan dingin padanya. Kini agaknya merasa menyesai, maka lantas berkata dengan suara penuh kasih sayang:
"Enci Oey-eng, akhirnya kita toh hidup bersama....".
Lim Tiang Hong mendusin dari tidurnya. Ketika ia dengar suara ayam berkokok. Ketika ia membuka mata, ia telah dapatkan di sebelahnya ada tidur nyenyak seorang wanita muda dengan parasnya yang cantik. Dari sinar matahari yang baru mulai muncul, ia amat2i paras wanita itu, ternyata bukan paras Oey-eng yang ia jumpai dalam impiannya, melainkan parasnya Sin-lie Hongcu, yang saat itu sedang mengunjukkan senyuman manis dan belum mendusin dari tidurnya.
Bukan kepalang kagetnya Lim Tiang Hong, ia lompat bangun dan memakai pakaiannya serta mengawasi Sin-lie Hongcu dengan mata kesima.
Ia sungguh tidak nyana bahwa Cit-seng Hongcu telah menggunakan siasat begitu rendah. Ia juga benci kepada Sin-lie Hongcu yang berbuat begitu tidak tahu malu. Ia ingin membangunkan dan damprat padanya, tapi kemudian ia berpikir pula, kesalahan ini tidak seharusnya ditimpakan kepada diri ia seorang saja, ia sendiri seharusnya juga tanggung jawab sebagian, karena ia sendiri yang mempunyai kepandaian dan kekuatan demikian tinggi, mengapa sampai mabuk begitu rupa" Mengapa pada waktu kedapatan dirinya mabuk tidak lekas menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk mengeluarkan arak dari dalam perutnya"
Sekarang ibarat nasi sudah menjadi bubur, bagaimana selanjutnya"
Memikir soal yang sangat pelik itu, ia cuma bisa menarik napas panjang.
532 Pada waktu itu, kembali ia ingat dirinya Yan-jie. Persoalan yang menyangkut dirinya nona cilik itu, ada lebih penting dari segala persoalan lainnya. Ia tidak dapat membiarkan soal ter-katung2 lebih lama lagi. Maka ia lantas berkata dengan suara perlahan: "Bukan aku si orang she Lim berbuat keterlaluan atau tidak mempunyai perasaan, tapi dalam soal ini, sebetulnya adalah kesalahan kalian. Sekarang aku cuma bisa meninggalkan kalian"
Ia lalu membuka daun jendela, kemudian lompat keluar terus turun gunung. Pikirannya pada saat itu kusut sekali, se-olah2
seorang tawanan yang kabur dari dalam rumah penjara. Hatinya terus berdebaran.
Begitu tiba di kota Kim-leng, dengan tanpa berhenti lagi, ia langsung menuju ke rumahnya Sin-soan Cu-kat.
Kebetulan pada hari itu si Pengemis Mata Satu juga berada dalam rumahnya Sin-soan Cu-kat. Begitu melihat kedatangannya, si Pengemis itu lantas lompat dan menegurnya:
"Aha! tuan mudaku. Akhirnya kau datang juga. Kau benar2
membuat aku si pengemis sangat gelisah!".
"Bagaimana dengan nona Yan-jie?" Lim Tiang Hong balas menanya dengan perasaan terkejut.
"Caranya untuk menyembuhkan penyakitnya, kita sudah dapatkan dari tumpukan buku2 resep peninggalan Heng-lim Chun-loan, tapi harus menantikan kedatanganmu, kita baru bisa turun tangan". berkata Sin-soan Cukat dengan sabar.
"Kenapa?" "Sebab setelah minum obatnya, masih perlu dibantu dengan kekuatan tenaga dalam dari seorang yang sudah sangat sempurna, supaya obat itu bekerjanya lebih kuat hingga racunnya dapat dikeluarkan lebih cepat. Selain daripada itu, karena dikuatirkan kekuatan obat terlalu keras, maka lebih dulu harus diberi obat jenis Soat-som-wan dari Hong-hong-tie, untuk menjaga jantungnya. Dengan demikian barulah aman. Aku 533
dengan si pengemis miskin ini, meski sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun, tapi kalau dibandingkan dengan kau, rasanya masih selisih jauh sekali". demikian Sin-soan Cu-kat menjelaskan duduknya perkara.
"Locianpwee terlalu memuji".
Si pengemis Mata Satu lalu delikkan matanya dan berkata:
"Tidak perlu merendahkan diri, marilah kita segera turun tangan!"
Bertiga mereka lalu masuk dalam kamar, segera dapat lihat Yan-jie yang masih ditotok jalan darah tidurnya. Ia masih rebah di atas pembaringan, parasnya pucat pasi.
Lim Tiang Hong laju mengeluarkan sebutir pil Soat-som-wan yang dimasukkan ke dalam mulutnya.
Sin-soan Cukat telah mengeluarkan obat yang sudah disediakan, pelahan2 dimasukkan ke mulut Yan-jie, sedang si Pengemis Mata Satu segera angkat tubuh Yan-jie dan didudukkan di atas pembaringan, kemudian berkata kepada Lim Tiang Hong: "Lotee, siap! aku akan membuka totokan jalan darahnya dan kau lekas membantu ia menambah kekuatan".
Lim Tiang Hong anggukan kepala, ia lantas kerahkan kekuatan tenaga murninya Sian thian-cin-it-khie-kang.
Si Pengemis Mata Satu itu dengan kecepatan bagaikan kilat membuka totokan pada tubuh Yan-jie dan Lim Tiang Hong dengan cepat ulur tangannya di tempelkan ke jalan darah Beng-bun-hiat Yan-jie.
Ketika Yan-jie terbuka totokannya, ia rasakan sekujur badannya seperti ada beribu ribu binatang semut sedang merayap. Hatinya juga merasa pepat.
Sin-soan Cu-kat lalu ber-bisik2 di telinganya: "Lekas kau bersemedi, berdayalah untuk mendesak keluar racun dalam tubuhmu"
534 Yan-jie pada saat itu kepalanya masih merasa pusing.
Perasaanya rasanya sudah tidak dikendalikan lagi oleh pengaruhnya racun, tiba2 di telinganya terdengar suara berbisik yang menyuruh padanya bersemedi, ia lalu menurut. Baru saja melakukan tidak antara lama, dirinya merasakan ada hawa panas mengalir, kemudian menyusuri ke seluruh urat dan tempat yang dilalui oleh hawa panas itu mendadak hilang rasa sakitnya.
Ia meneruskan usahanya untuk menyembuhkan dirinya, perlahan2 otaknya mulai jernih kembali, pikirannya juga mulai tenang.
Sin-soan Cu-kat dan si pengemis Mata Satu, mula2
menyaksikan paras Yan-jie seperti sedang menahan sakit, hingga hati mereka merasa cemas, tapi kemudian per-lahan2 paras itu berubah merah, hingga mereka mengerti bahwa obat dan pengaruh kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong sudah memberikan khasiatnya.
Keduanya mulai merasa lega hatinya, lalu saling memandang sejenak, kemudian menutup pintu kamar dan meninggalkan Yan-jie dan Lim Tiang Hong berdua melanjutkan semedinya.
Lim Tiang Hong masih tetap pusatkan seluruh kekuatannya, untuk menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh Yan-jie. Karena kekuatannya yang sudah mencapai taraf kesempurnaan, tidak antara lama, bukan saja racun dalam tubuh Yan-jie sudah didesak keluar seluruhnya, kekuatan tenaga dalam Yan-jie juga bertambah berlipat ganda. Setelah selesai, barulah ia tarik kembali tangannya yang menempel di badan Yan-jie.
Ketika ia rnenyaksikan Yan-jie masih bersemedi, tapi parasnya sudah merah bercahaya, ia segera tahu bahwa nona cilik ini sudah sembuh dari penyakitnya.
Maka ia tidak berani mengganggunya, kembali pejamkan matanya untuk memulihkan tenaga dalamnya.
535 Ketika ia membuka mata lagi, Yan-jie juga sudah membuka matanya. Begitu melihat Lim Tiang Hong duduk di pinggir tempat tidurnya, ia berseru dengan kaget: "Eh!....?".
Lim Tiang Hong lantas menanya: "Adik Yan, sekarang apa kau mesih merasakan ada perubahan apa2 dalam tubuhmu?"
"Tidak! malah aku seperti berada dalam impian yang sangat panjang" jawab Yan-jie sambil membuka lebar2 matanya.
"Apakah kau masih ingat, apa yang telah kau lakukan ketika kau berada di Lam-bong dalam rombongan Boan-ciong-muy?".
"Boan-ciong-muy" aku belum pernah dengar nama itu!"
Lim Tiang Hong meng-amat-amati wajahnya. Ia tahu bahwa gadis cilik ini tidak membohong, maka ia berkata pula sambil menghela napas: "Sungguh panjang kalau mau diceritakan...."
Ia lalu menuturkan bagaimana malam itu ia telah diculik oleh orang2 Boan-ciong-muy, sehingga ia berada di Lam-bong, dan bagaimana ia telah pergi memberi pertolongan padanya bersama2 si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cukat.
Setelah mendengar penuturan itu. Yan-jie mengeluarkan keringat dingin. Tiba2 ia jatuhkan diri di atas pangkuan Lim Tiang Hong dan menangis seperti anak kecil.
Ada beberapa bal yang membuat ia begitu sedih. Selain sedihkan dirinya yang sudah sebatang kara, juga ia menyesal terhadap dirinya Lim Tiang Hong dan lainnya, yang hampir saja celaka di tangannya sendiri.
Seandainya kala itu benar2 dengan tanpa disadarinya ia telah menculik dirinya Lim Tiang Hong ke Lam-bong, seperti juga dirinya sendiri yang terkena racunnya Boan-ciong Nio-nio, sehingga mandah diperbudak nenek gemuk itu, apa yang terjadi selanjutnya"
Ia menangis sekian lama, akhirnya per-lahan2 telah dibikin mengerti oleh Lim Tiang Hong. Tapi setelah berhenti menangis, 536
mendadak ia menanyakan pula tentang musuh yang membunuh ayahnya.
Lim Tiang liong kembali menuturkan bagaimana musuh besarnya, ialah Im-san Mo-lie telah terbinasa di tangan ayahnya sendiri, sedang Pek-tok Hui-mo juga sudah dibinasakan oleh Yu-kok Oey-eng.
Ketika ia menyebut nama tunangannya, mendadak teringat kesalahannya terhadap Sin-lie Hongcu, maka ia lantas mengingatkan kepada dirinya sendiri "Ohh, Lim Tiang Hong, kau sudah berbuat kesalahan terhadap diri Sin-lie Hongcu.
Sekarang kau tidak boleh mengulangi lagi kesalahan semacam itu".
Mengingat sampai disitu, ia lalu hendak mendorong tubuh Yan-jie dari pangkuannya. Siapa nyana perasaannya Yan-jie pada saat itu justru sebaliknya. Dengan mendadak ia lompat bangun dan menubruk padanya, seraya berkata: "Engko Hong, kau baik sekali. Aku benar2 tidak tahu bagaimana harus membalas budimu".
Meski usia Yan-jie sudah terhitung dewasa, tapi hatinya masih putih bersih. Ia selamanya anggap Lim Tiang liong sebagai engko kandungnya sendiri, kali ini setelah mengalami peristiwa begitu berbahaya, ia lebih hargakan dan suka kepada engkonya itu. Karena perasaan cinta di tengah-tengah antara kekasih dan saudara hingga melupakan peradatan, ia telah susupkan kepalanya di dada Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sebetulnya sudah lama kenal Yan-jie.
Setelah Heng-lim Chun-loan binasa secara mengenaskan, diam2
ia telah berjanji kepada diri sendiri hendak memberi perlindungan kepada diri Yan-jie yang sudah menjadi sebatang kara, tapi oleh karena munculnya Yu-kok Oey-eng yang sudah ditunangkan oleh ayah kedua pihak sejak mereka masih di dalam perut, maka ia baru menjauhi dirinya Yan-jie.
Kini setelah berjumpa kembali, meski sudah peringatkan diri sendiri, tapi perasaan kasih dan kasihan yang terpendam selama 537
itu, telah timbul kembali, hingga keduanya sama2 tenggelam dalam lamunan masing2.
Walaupun demikian, perasaan mereka hanya terbatas sampai pada kasih sayang yang suci murni, sedikitpun tidak ada pikiran jahat.
Lama sekali, mendadak terdengar suara Yan-jie: "Engko Hong, aku harap engkau tidak akan berpisah denganku untuk selama lamanya...."
"Mmmm...." Tepat pada saat itu, sesosok bayangan orang mendadak melayang turun bagaikan burung hinggap di atas pohon. Setelah tiba di tanah lain memeriksa keadaan di sekitarnya sejenak, lalu perlahan2 berjalan mendekati lubang jendela.
Di bawah sinar rembulan, lapat2 dapat dilihat bahwa bayangan itu adalah seorang wanita berbaju merah yang rambutnya kusut. Ketika mendengar suara didalam kamar, seketika nampaknya terperanjat, kemudian dengan gerakan perlahan, ia hunus pedangnya. Selagi hendak lompat masuk, mendadak tarik kembali gerakannya dan menghela nafas perlahan.
Tidak antara lama, wanita itu seolah olah telah mengambil suatu keputusan. Dengan mendadak ia kibaskan pedangnya, untuk membabat rambutnya sendiri. Kemudian ia tancapkan pedangaya di daun jendela bersama rambut panjangnya dan lantas menghilang di tempat gelap.
Setelah wanita baju merah itu berlalu, kembali muncul wanita muda dengan senjata gendewa di belakang gegernya. Wanita itu memandang sekitarnya sejenak. Matanya mendadak dapat lihat rambut dan pedang di daun jendela, nampaknya terkejut. Ia lalu menghampiri jende!a, kemudian tempelkan telinganya.
Seketika itu mendadak alisnya berdiri, lalu perdengarkan suara ketawa dingin.
538 Belum lagi ia berlalu, dari dalam tiba2 terdengar suara bentakan orang. Lim Tiang Hong dan Yan-jie keluar saling susul.
Begitu melihat di dalam pekarangan ada berdiri bayangan seorang wanita, yang bukan lain daripada Yu-kok Oey-eng, dua2nya pada terperanjat.
Yu-kok Oey-eng dengan muka pucat pasi berkata sambil menunjuk rambut di daun jendela: "Ini entah rambutnya gadis mana yang kau telah bikin rusak hatinya"
Kemudian ia menuding Yan-jie sambi! ketawa dingin: "Ini barangkali juga akan menjadi korban tangan iblismu. Hm! kau iblis pipi licin. Aku sekarang mengerti dan kenal bagaimana adanya kau!"
Setelah itu ia lantas lompat melesat, menghilang dari depan mereka.
Lim Tiang Hong semula berdiri kesima di situ. Ketika ia menginsyafi maksud perkataan tunangannya itu, ternyata tunangan itu sudah berlalu jauh. Ia buru2 mengejar dan memanggil-manggil namanya. Tapi tidak dapat jawaban, terpaksa balik lagi ke bawah jendela. Ketika ia melihat pedang dan rambut siapa yang menancap di situ. Di bawah sinar rembulan ia dapat lihat digagang pedang itu ada terdapat ukiran tiga huruf "SIN LIE
Hong" maka wajahnya berubah seketika, tangannya gemetaran.
Yan-jie, biar bagaimana hatinya masih putih bersih. Ia sama sekali tidak mengerti perkataan Yu-kok Oey-eng dan apa yang dimaksudkan dengan istilah2 'rusak hatinya', 'iblis pipi licin' dan sebagainya. Ketika ia melihat Lim Tiang Hong tangannya memegang pedang dan rambut wanita dengan wajah berubah, ia lantas menghampiri dan menanya padanya: "Engko Hong, apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Lim Tiang Hong cuma gelengkan kepala tidak menjawab.
Tapi kemudian terdengar mulutnya kernak-kemik berkata kepada dirinya sendiri: "Oh, Allah! apakah ini ada salahku".... Tapi....
Ah! biar bagaimana adalah aku yang mengecewakan hatinya....".
539 Yan-jie yang melihat sang 'engko' itu tidak menjawab, hatinya menjadi panas. Ia lantas merebut pedang di tangan Lim Tiang Hong. Dari sinar rembulan, ia dapat lihat tiga huruf kecil di gagang pedang. Dari tiga huruf Sin-lie-hong itu ia lantas teringat kepada pemiliknya, Sin-lie Hongcu, maka seketika itu ia lantas sadar.
Mendadak ia lemparkan pedang itu ke tanah, sambil menekap muka ia berjalan pergi sambil berseru gemas: "Aku sekarang mengerti, pasti kau pernah berhubungan baik dengannya dan kemudian kau tinggalkan padanya....".
Lim Tiang Hong yang berhati lapang dan berjiwa besar, sungguh tidak nyana dalam waktu satu malam itu, telah mengalami begitu banyak pukulan bathin, maka pikirannya sangat kusut. Ia masukkan rambut Sin-lie Hongcu ke dalam sakunya, kemudian kerahkan ilmunya meringankan tubuh dan kabur. Setiba di tepi sungai, baru berhenti.
Dengan mata memandang air sungai, ia berkata kepada diri sendiri sambil menarik napas panjang: "Pek-hong telah pergi dari sampingku karena hatinya merasa tersinggung. Sin-lie Hongcu lantaran aku, kini telah memotong rambutnya pergi menyucikan diri. Yan-jie salah paham terhadap diriku dan Oey-eng juga meninggalkan aku.... Ah! Aku ini sebetulnya tidak mempunyai perasaan atau terlalu berperasaan....?".
Dengan hati dan pikiran kusut, ia seorang diri berjalan mundar-mandir di tepi sungai, entah berapa lama ia berada dalam keadaan demikian.
Tiba2 dua sosok bayangan orang dengan cepat menghampiri padanya, lalu terdengar suaranya ketawa terbahak-bahak yang kemudian berkata: "Saudara Lim sudah berhasil menyapu bersih kawanan iblis, hingga namamu sangat harum di dalam rimba persilatan. Seharusnya kau patut merasa bangga, mengapa kau umpatkan diri di sini dan agaknya sedang dirundung malang?"
540 Lim Tiang Hong terperanjat. Ia lantas berpaling, segera dapatkan dirinya Hong-gwat Kongcu bersama Pek-hong Cu Giok Im. Si burung Hong putih itu kini berdandan pakaian ringkas.
Dengan paras berseri-seri ia berkata sambil ketawa ter-kekeh2: "Siauwmoy sudah lama mendengar kabar bahwa pulau Tho-hoa-to itu merupakan satu taman firdaus, maka telah berkeputusan akan pesiar ke sana bersama2 saudara Hong-gwat.
Kedatangan kita ini adalah akan minta diri kepada saudara Lim".
Lim Tiang Hong sambil ketawa kecut memberi hormat dan berkata: "Semoga berdua saudara selamat tiada halangan suatu apa."
Hong-gwat Kongcu menjawab sambil ketawa terbahak-bahak: "Aku merasa sangat girang kalau di kemudian hari saudara Lim bisa datang ke sana beraama enso".
Setelah itu, keduanya lantas berlalu.
Lim Tiang Hong dengan hati mendelu mengawasi berlalunya kedua sahabat itu, saat itu se-olah2 ia kehilangan apa2.
Kembali tampak sesosok bayangan merah menghampirinya.
Dengan suara merdu dan agak gugup orang yang baru datang itu berkata padanya: "Kongcu, aku telah mencari kau ubek2an.
Kiranya kau sedang melamun di sini! Mari lekas ikut aku, kalau terlambat mungkin tidak keburu lagi!"
Orang itu yang bukan lain daripada si gadis cilik Yong-jie.
Entah bagaimana ia dapat menemukan Lim Tiang Hong di tepi sungai itu.
Dengan hati cemas Lim Tiang Hong menanyakan padanya:
"Ada urusan apa sebenarnya?".


Dengan membuka lebar matanya, Yong-jie unjukkan ketawanya yang aneh. "Ikut aku mengejar seseorang."
Dengan tanpa menunggu jawaban Lim Tiang Hong lagi, ia lantas tarik tangan Kongcunya dan sebentar saja telah menghilang di antara sinar matahari pagi.
541 TAMAT

Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments