Kamis, 20 September 2018

Seruling Haus Darah Bab 21-30

=========

baca juga


Bab 20 DALAM waktu yang singkat orang bermuka jelek dan berpakaian Sioe-chay
itu telah sampai di hadapan para jago-jago yang sedang berkumpul itu. Khu Sin
Hoo yang sudah lantas menghampiri dikala Sioe-chay itu sedang manatap orangorang itudengan pandangan mata berkilat.
"Siapakah Heng-thay?" tanya si Hwee-shio heran. "Loo-lap kira Heng-thay
sesat jalan sebab di sini bukan tempat yang cocok bagi Heng-thay sebagai kaum
pelajar. Pelajar itu tersenyum, wajahnya bertambah jelek.
"Hak-seng hanya ingin menyaksikan keramaian !" menyahuti si sasterawan.
Dia membahasakan diri dengan sebutan Hek-seng, murid, suatu kata-kata
merendah. Dan tadi Khu Sin Hoo menggunakan kata-kata Heng-thay, saudara,
untuk membahasakan diri si-pelajar.
"Apakah Heng-thay tak jeri kalau sampai nanti mengalami sesuatu yang
membahayakan jiwa Heng-thay "!" tegur Khu Sin Hoo lagi.
"Hmm..... apakah dalam pandangan Tay-soe diri Hek-seng ini terlalu
lemah"!" balik tanya si-sasterawan sambil tersenyum.
Khu Sin Hoo menyipitkan matanya menatap pelajar itu, dilihatnya wajah
orang yang rusak menyeramkan.
"Siapakah Heng-thay sebenarnya ?" tanya Khu Sin Hoo kemudian.
Pelajar aneh itu kembali tersenyum, tahu-tahu dia mengangkat tangannya
meraba wajahnya, dan.....tampaklah sebuah wajah yang cakap, ternyata wajah yang
jelek dan menyeramkan itu hanyalah kedok kulit belaka.
295 .
"Oh kau.....Gin Tiok Su Seng?" tanya Khu Sin Hoo sambil tertawa. "Hebat
cara penyamaranmu itu, Loo-lap sampai tak dapat mengenalimu !"
Orang berpakaian sasterawan itu memang Gin Tiok Su Seng Gauw Lap, dia
tersenyum sambil mengangguk.
"Benar !" menyahuti dia. "Mengapa Tay-soe. harus buat heran akan
penyamaranku itu ?" "Hmm..... kau tentu mengandung sesuatu maksud dengan penyamaranmu
itu, bukan ?" kata Khu Sin Hoo, suaranya berubah dingin, dia juga mengerutkan
sepasang alisnya. "Lagi pula, apa maksudmu dengan berpura-pura menjadi orang
bercacad, berjalan dengan langkah yang dingklek "!"
Gin Tiok Su Seng jadi menghela napas, wajahnya berduka waktu ditanya
begitu oleh Khu Sin Hoo.

Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Kalau diceritakan sangat panjang, Tay-soe .....ilmu silatku telah lenyap
sebagian besar, semua itu disebabkan oleh seseorang dan untuk masa sekarang ini
Hak-seng tak mungkin dapat mengikuti perlombaan lagi ! Maksud kedatangan
Hak-seng kemari hanyalah untuk menyaksikan keramaian belaka.....!"
Khu Sin Hoo jadi heran mendengar perkataan Gin Tiok Su Seng Gauw Lap.
"Siapa yang telah melukaimu?" tanyanya. Gin Tiok Su Seng kembali
menghela napas. "Sudahlah..... kalau diceritakan semuanya hanya membawa kedukaan saja
!!" katanya. Tiba-tiba dia menoleh kepada Sian Lie Lie dan katanya lagi
"Bagaimana dengan kau nenek bongkok, tentunya kau telah memperoleh kemajuan
yang pesat, bukan ?"
Sian Lie Lie yang sejak tadi hanya mengawasi saja, jadi mendengus dingin.
"Kau pelajar rudin, mau apa kau datang kemari ?" tegurnya. "Tadi kau telah
mengatakan bahwa kepandaian silatmu telah lenyap sebagian besar, maka dengan
kedatanganmu kemari bukankah sama juga dengan menghantarkan jiwa mencari
kematian "!" Gin Tiok Su Seng ketawa dingin.
"Walaupun Hak-seng telah mengalami sedikit cidera, tapi tokh kalau
bertempur denganmu, Hak-seng belum tentu rubuh di tanganmu !"
Wajah Sian Lie Lie jadi merah, dia mendongkol sekali.
"Pelajar rudin yang bau !" bentaknya. "Apakah kau masih msmpunyai
keberanian untuk menempurku " Bukankah pada lima tahun yang lalu telah kuberi
sedikit hajaran padamu ?"
296 .
"Hmmm.....lain dulu lain sekarang !" menyahuti Gin Tiok Su Seng.
"Sebetulnya kedatangan Hak-seng ini memang hanya ingin menyaksikan
keramaian belaka, tapi kalau nanti di babak pertandingan antara kalian berdua telah
selesai, kita berdua bolen bertempur dua ribu jurus untuk mengetahui di antara
Hak-seng denganmu siapa yang lebih unggul !"
"Baik ! Baik !" kata Sian Lie Lie dengan suara yang keras, karena dia
tambah mendongkol. "Nanti jiwamu kukirim ke akhirat .....!"
Gin Tiok Su Seng tak mau meladeni nenek galak itu, dia hanya melangkah
menghampiri Su Tie Kong dan Heng Ciauw Liong. Tapi, tiba-tiba matanya jadi
mencilak waktu melihat Han Han.
"Ehhh.....kau berada disini ?" tegurnya dengan suara yang tersendat,
menyatakan dia terkejut dan hanya tergoncang hebat.
Sejak Gin Tiok Su Seng mencopot kedok kulit pada wajahnya, Han Han
memang sudah mengenali bahwa orang berpakaian pelajar dan bersenjatakan
seruling perak tersebutlah yang telah menyatroni dan meuempur ayahnya, maka
dari itu, dia jadi mendongkol dan timbul perasaan dendam Gin Tiok Su Seng. Dia
mengawasi dengan sorot mata penuh kebencian.
Semua orang jadi heran melibat perubahan wajah Gin Tiok Su Seng waktu
melihat bocah Gin Tiok Su Seng waktu melihat bocah she Han itu. Lebih-lebih
Khu Sin Hoo sendiri, dia sampai mencelat ke dekat Han Han, takut-takut kalaukalau Gin Tiok Su Seng melakukan sesuatu yang dapat mencelakakan jiwa sibocah she Han tersebut.
Han Han sendiri telah menghampiri Gin Tiok Su Seng dengan wajah yaug
merah padam. "Kau..... kau pelajar busuk !" bentak Han Han dengan suara gemetar. "Kau
yang telan mencelakai rumah tanggaku, sehingga ayah dan ibuku gila semuanya !"
"Heh.....Han Loo kui giia ?" tanya Gin Tiok Su Seng melengak. "Juga .....
Mawar putih, nyonya Han itu, gila pula " "
"Hmmm.....semua itu tentu kau yang menganiayanya !" kata Han Han
dengan suara yang keras, matanya berkilat tajam, seakan-akan ingin menelan Gin
Tiok Su Seng bulat-bulat.
Gin Tiok Su Seng sendiri waktu melihat pancaran mata Han Han, dia jadi
mundur beberapa langkah tanpa disadarinya.
"Bocah.....bicaralah yang benar," kata GinTiok Su Seng dengan wajah yang
berubah pucat. "Apa yang telah terjadi di diri ibumu "'
297 .
"Hmm..... kau telah mencelakai semua keluargaku, sekarang malah kau main
berpura-pura tak mengetahuinya !" bentak Han Han dengan suara yang nyaring.
"Biar bagaimana sakit hati keluargaku itu harus di balas .....!" dan dengan berani
Han Han menerjang kepada Gauw Lap.
Khu Sin Hoo yang melihat hal itu, cepat-cepat mencekal tangan Han Han,
dia takut nanti Gauw Lap menurunkan tangan berat pada si bocah.
Gin Tiok Su Seng sendiri jadi bingung.
"Bocah .....coba kau ceritakan apa yang telah terjadi!" teriak Sian Lie Lie
dengan suara aseran. Mata Han Han mencilak kearah nenek bongkok itu, tanpa dapat dibendung
lagi, air matanya membanjir keluar. Sambil menangis, dia menuturkan perihal
keadaan ayah dan ibunya, menceritakan juga saat itu di rumahnya terjadi perebutan
sejilid kitab, yang menyebabkan pangkal kecelakaan dari ibu dan ayahnya serta
keempat murid Han Swie Lim itu..... !
Semua orang waktu mendengar penuturan Han Han, mereka jadi menatap
Gin Tiok Su Seng yang kala itu sedang berdiri dengan wajah berduka dan alis
berkerut. Waktu Han Han selesai bercerita, Gauw Lap menepuk pahanya.
"Sekarang aku tahu !" kata Gin Tiok Su Seng dengan suara yang keras.
"Apa yang kau ketahui, pelajar rudin ?" bentak nenek Sian Lie Lie.
"Semua ini perbuatan Thio See Ciang, Kauw-coe Pek Bwee Kauw !" kata
Gauw Lap dengan wajah yang muram. "Pasti dia yang melakukannya."
"Hnmm, dengan seenak isi perutmu, kau ingin menumplekkan semua
kesalahan kepada orang lain ! " ejek Sian Lie Lie.
Wajab Gin Tiok Su Seng Gauw Lap jadi berubah, matanya mencilak. Dia
menoleh menatap Han Han, kemudian dia menarik napas.
"Baiklah ! Kalian dengarkanlah, aku akan menceritakan apa sebenarnya
yang telah terjadi di rumah Han Loo-kui !"
"Hmmm.....kau ingin membual, bukan ! " ejek Sian Lie Lie lagi dengan
suara yang nyaring, mata si-nenek juga mencilak, karena dia menaruh simpati pada
Han Han setelah mendengar riwayat bocah itu.
Gauw Lap tak mau melayani nenek itu, dia mulai menceritakan apa yang
telah dialami olehnya di rumah Han Swie Lim, dia juga menceritakan, bagaimana
Thio See Ciang telah ketawa sambil mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, sehingga
Han Swie Lim dan yang lain-lainnya roboh tak sadarkan diri. Dia juga
298 .
menceritakan perihal terbunuhnya Ang Bian dan Cioe Ie di tangannya Kauw coe
Pek Bwee Kauw itu, "Dan, lihatlah ini !" kata Gauw Lap kemudian sambil memperlihatkan
tangan kirinya. "Cacadku ini disebabkan oleh Han Hoe-jin di dalam pergolakan di
rumahnya !" Semua orang jadi mendongkol mendengar ketelengasan Kauw-coe Pek
Bwee Kauw, Khu Sin Hoo sendiri sampai memukul batu gunung yang ada di
dekatnya, menyebabkan batu gunung itu terhajar hancur.
"Memang sudah kuduga bahwa Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu sangat jahat
.....!" kata Khu Sin Hoo dengan suara mendongkol dan gusar. "Baiklah ! Karena
bocah ini memang benar-benar bernasib malang, maka bagaimana kalau nanti
setelah kita selesai mengadakan pertandingan, kita lalu masing-masing
menurunkan ilmu kita kepada bocah she Han ini " "
"Tak setuju !" teriak Su Tie Kong dengan suara yang keras.
"Heheh ..... kenapa kau tak setuju?" tegur Sian Lie Lie dengan mata
mendelik. "Aku tak setuju kalau harus menurunkan ilmu silat kita kepada bocah ini,
sebab menunggu si bocah sampai menjadi seorang jago yang kosen tentunya akan
memakan tempo yang lama sekali! Bagaimana kalau kita beramai-ramai
membasmi orang-orang Pek Bwee Kauw"!"
"Maksudmu " " tanya Khu Sin Ho sabar.
"Kita satroni markas Pek Bwee Kauw dan membasmi seluruh orang-orang
Pek Bwee Kauw. Dari Kauw-coenya sampai keanak buahnya, semuanya kita
binasakan. Pertama kita menolong membalaskan sakit hati bocah she Han ini,
kedua juga kita melenyapkan bibit kejahatan.....di permukaan bumi ini !"
menerangkan Su Tie Kong. Semua orang-orang gagah jadi terdiam, mereka ragu. Ada yang setuju
dengan saran Su Tie Kong, ada pula yang menentangnya, sehingga terdengar
suara-suara yang sumbang di antara mereka.
"Begini saja !" teriak Khu Sin Hoo akhirnya mengatasi perdebatan di antara
orang-orang itu. "Maksud kerbau she Su itu memang benar, kita dapat
membalaskan sakit hati Han-jie dalam waktu yang singkat dan orang-orang Pek
Bwee Kauw itu dapat kita basmi-bersih ! Tapi....." dan Khu Sin Hoo tak
meneruskan perkataannya. 299 .
"Mengapa ?" tanya Su Tie Kong sambil mengawasi Jiauw Pie Jie Lay
dengan tatapan yang tajam.
"Hmmm tapi Han-jie pasti tak puas dengan tindakan kita itu!" kata Khu Sin
Hoo lagi. "Dia pasti mengingini musuh keluarganya itu dibasmi oleh tangan dia
sendiri. "Jadi maksudmu kita harus mendidiknya?" tanya Su Tie Kong lagi.
"Tak salah!" menyahuti Khu Sin Hoo cepat. "Kita semuanya berjumlah 6
orang, dan kalau nanti Kim-see Hui Hong CioPuTing datang juga, maka jumlah
kita akan menjadi tujuh orang, maka kalau seorangnya mendidik Han-jie selama
satu tabun, menurunkan seluruh ilmu silat simpanannya, bukankah dalam tujuh
tahun saja Han-jie telah meujadi seorang jago yang luar biasa"!"
"Hmmm.....kalau aku memperoleh kesempatan mendidik bocah itu jatuh
pada yang keempat dan kau yang kelima, maka bisa saja kau mengorek seluruh
rahasia ilmu silatku melalui mulut si bocah!" bantah Su Tie Kong.
Wajah Khu Sin Hoo jadi berobah. Dia jadi mendongkol.
"Apakah kau kira aku serendah itu?" tegurnya kurang senang. "Dan lagi
pula, seandainya memang aku mempunyai maksud begitu, apakah Han-jie juga
akan menerangkannya " Kita boleh meminta Han-jie mengangkat sumpah yang
berat untuk hal itu!"
"Bagus!" seru Sian Lie Lie. "Aku setuju dengan pendapatmu, Hwee-shio
gundul! Dan, bagaimana yang lainnya?" mata Sian-Lie Lie menyapu orang-orang
yang ada di situ. Jago-jago yang lainnya terdiam sesaat, tapi tak lama kemudian, setelah ragu
sesaat Heng Ciauw Liong berteriak menyetujui usul Khu Sin Hoo, begitu juga
yang lain, mereka sudah menyatakan akur.
"Dan, sekarang mari kita mulai mengadakan pertandingan untuk mengetahui
siapa dianiara kita yang paling kosen?" kata Sian Lie Lie kemudian. "Orang yang "
terpilih sebagai jago nomor satu diantara kita. maka dia memperoleh kesempatan
yang pertama untuk mendidik bocah she Han itu!"
"Tapi Kim-see Hui Hong belum datang .....!" kata Heng Ciauw Liong ragu.
"Biarlah ! Mungkin dia sudah mampus!" kata Sian Lie Lie aseran. "Hayo.....!
Siapa yang mau melawanku terlebih dahulu?"
Semua mata menatap nenek yang garang itu, mereka juga mengetahui bahwa
mulai detik inilah mereka harus mengerahkan seluruh kepandaian yang
dimilikinya, agar dapat menduduki kursi jago nomor wahid di antara mereka.....!
300 .
Heng Ciauw Liong yang melihat lagak si-nenek, jadi mendengus dingin, dia
melompat ke depan Sian Lie Lie.
"Aku yang akan menghadapimu !" katanya dengan suara yang keras.
"Kau.....?" tegur Sian Lie Lie dengan suara yang tawar. "Apa kau yakin
dapat mengalahkan diriku "! Baik !! Majulah !" dan setelah berkata begitu, Sian
Lie Lie bersiap-siap, dia mundur dua langkah ke belakang dengan tangan kiri
melintang di depan dadanya, sedangkan tangan kanannya yang memegang
tongkatnya itu dilonjorkan ke-muka.
"Tunggu dulu !!" seruh Khu Sin Hoo dengan suara yang keras. "Aku ingin
bicara dulu !" Sian Lie Lie menoleh kepada Hwee-shio ini.
"Apa yang ingin kau bicarakan ?" tegurnya tak senang.
"Bertanding secara ini sangat kacau dan tak teratur !" kata Khu Sin Hoo.
"Begini saja.....kita boleh bertanding satu lawan satu, siapa yang kalah, masih
mempunyai kesempatan untuk bertanding lagi nantinya dengan pemenang terakhir
! Bagaimaaa "! Kalian tentu menyetujuinya bukan?"
"Hmm ..... jadi nanti pemenang terakhir harus melawan orang yang pernah
dikalahkan pada pertama kalinya ?" kata Sian Lie Lie dingin.
"Jelas ! Sudah seharusnya begitu !" menyahuti Khu Sin Hoo. "Kita harus
memberikan kesempatan lagi pada orang itu !"
"Baik ! Baik ! Begitupun boleh !" menyahuti Sian Lie Lie dan dia menoleh
kepada Heng Ciauw Liong. "Majulah !" bentaknya dengan suara yang nyaring. "Nasibmu memang baik,
kalau kali ini kau kalah, kau masih mempunyai kesempatan satu kali lagi nantinya
untuk melawan pemenang terakhir!"
"Hmm ..... belum tentu kau dapat menjatuhkan diriku !" kata Heng Ciauw
Liong mendongkol, dia mendengus juga, tahu-tahu orang she Heng ini
menjejakkan kakinya tubuhnya mencelat dengan cepat, sambil kedua tangannya
terulurkan kemuka. "Jaga .....!" serunya.
Melihat orang menyerang dengan menggunakan kedua tangannya itu, Sian
Lie Lie ketawa dingin, dia menggeser kedudukan kakinya ke arah belakang, di saat
kedua tangan Heng Cauw Liong lewat dekat mukanya tiga dim, dia mengangkat
tongkatnya, dan "breeetttt !" dia menyerang dengan disertai oleh tenaga dalam
yang kuat sekali. 301 .
Heng Ciauw Liong sedang melambung, tubuhnya terapung di udara, dia
sedang menyerang Sian Lie Lie dengan menggunakan kedua tangannya, sehingga
kedudukannya jadi sulit untuk mengelakkan serangan si-nenek bongkok itu. Tapi
sebagai orang yang kosen dan mempunyai kepandaian silat sangat tinggi, maka dia
tak menjadi gugup, malah dengan tak terduga, tahu-tahu tangan kirinya telah
merobah arah, dia mengulurkan tangan kirinya itu untuk mencengkeram tongkat sinenek, sedangkan tangan kanannya masih terus menyerang ke arah batok kepala sinenek.
Sian Lie Lie mendengus dan matanya mencilak, dia tak mau membiarkan
tongkatnya kena dicengkeram oleh Heng Ciauw Liong, karena kalau tongkatnya
itu sampai kena dicengkeram oleh orang she Heng itu, maka tongkatnya akan kena
dirampas oleh Ciauw Liong. Dengan suatu kecepatan yang luar biasa sekali, sinenek bongkok merobah kedudukannya, dia lalu menyerang ke arah lain lagi
dengan tongkatnya itu, malah dia menggunakan jurus 'Yan Ceng Si Pat Koen', atau
'Yang Ceng bergelimpangan delapan belas kali', tongkatnya itu berputar dan
menghajar kuat sekali kearah dada Heng Ciauw Liong.
"Ihhhh!" seru Heng Ciauw Liong sambil turun kctanah dan memendekkan
tubuhnya, agak membungkuk kedepan sehingga tongkat si-nenek jadi melesat
lewat di atas kepalanya. Orang she Heng tersebut juga tak tinggal diam, dia bukaa hanya merandek
saja, melainkan kedua tangannya telah dikasih kerja, dia akan mencengkeram bahu
nenek bongkok itu, dengan berbuat begitu dia yakin, Sian Lie Lie pasti akan
melompat mundur ke belakang.
Dan, dugaan Heng Ciauw Liong memang tepat, dengan mengeluarkan
seruan, Sian Lie Lie melompat menghindarkan serangan Heng Ciauw Liong. Dia
juga tak mau bahunya sampai kena diserang.
Heng Ciauw Liong jadi dapat bernapas lega, matanya mencilak menatap sinenek.
"Bagaimana betina bongkok?" tegurnya dengan suara yang tawar. "Apakah
sekarang baru kau mengetahui bahwa aku orang she Heng tak dapat di pandang
ringan ?" "Hmmm.....apakah kepandaian yang tadi kau perlihatkan itu dapat
disejajarkan dan berendeng dengan kepandaianku " Kalau memang tadi aku tak
berlaku sungkan dan mengasihanimu, mungkin kepalamu akan pecah oleh
tongkatku ini.....!! 302 .
"Betina bongkok !!" Heng Ciauw Liong berjingkrak dengan gusar, "Jadi kau
masih tetap tak mau mengakui bahwa kepandaianku ini seimbang dengan
kepandaianmu" "Ya !" menyahuti Sian Lie Lie tegas. "Kau memang tak ada harganya untuk
bertanding denganku ! Terimalah ini !" dan Sian Lie Lie telah menggerakkan
tongkatnya uutuk meuyerang kepala Heng Ciauw Liong lagi, Heng Ciauw Liong
juga murka, dengan berani dia menggerakkan tangannya memapak serangan orang.
Tapi dia bukan menangkis tongkat orang. Melainkau mengulurkan tangannya akan
menotok jalan darah Cie-tiong-hoat nya Sian Lie Lie yang berada di pergelangan
tangan. Sian Lie Lie mempunyai mata yang jeli, dia dapat melihat orang ingin


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

menyelomoti dirinya dengau gerakan itu, maka itu, dengan mengeluarkan seruan,
dia merobah kembali kemplangan tongkatnya, disusul kemudian dengan dua jurus
serangan yang mematikan, yaitu 'Lian Thay Pay Hoed' atau 'Diatas teratai
menghormati sang budha' dan disusul dengan 'Hong Kie In Yong' atau 'Angin
bergerak, mega melayang-layang', dan tongkat nenek Sian ini berputar dengan
cepat, merupakan kitiran, sehingga walaupun kosen, tokh Heng Ciauw Liong tak
mungkin mengulurkan tangannya untuk menyerang sebab tongkat si-nenek
melindungi tubuhnya rapat sekali.
Heng Ciauw Liong melompat mundur, dia ketawa dingin.
"Betina bau !" tegurnya, "kau curang sekali !"
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
( Bersambung ) 303 .
JILID VIII S IAN LIE LlE, berhenti memutar tongkatnya, dia memandang Heng Ciauw
Liong dengan mata mencilak.
"Tua bangka yang sudah mau mampus!" makinya sengit. "Mengapa
kau mengatakan aku berbuat curang "!"
"Hmmm ..... sebetulnya kau mau bertempur denganku atau hanya ingin
memperlihatkan kepada mereka itu bahwa kau adalah seorang pemain akrobat
pemutar tongkat?" Sian Lie Lie jadi mendongkol, sekali, dia murka mendengar ejekan Heng
Ciauw Liong, wanita tua ini sampai berjingkrak. Malah, tongkatnya telah bekerja
untuk menyerang Heng Ciauw Liong dengan jurus 'Pek Wan Tung Hoat' atau 'Ilmu
tongkat pengemplang monyet putih', hebat serangannya itu, menimbulkan deru
angin yang keras sekai !.
Heng Ciauw Liong juga akan merangsek maju, dia mendengus mengejek.
Tapi di saat kedua orang tersebut akan bergebrak, tiba-tiba dari ceiah batu
gunung mencelat keluar sesosok bayangan, juga terdengar bentakannya yang
sangat nyaring : "Tahan .....!"
Semua orang jadi menoleh untuk melihat sosok tubuh yang keluar dari
belakang batu gunungku, tapi begitu mereka melihat orang yang datang, semua
orang gagah itu jadi mengeluarkan seruan kaget, wajah mereka berubah hebat......
Apa yang mereka lihat "!
Ternyata, sosok tubuh yang baru muncul itu merupakan seorang manusia
yang aneh sekali, wajahnya jelek menyeramkan, giginya tonggos keluar,
rambutnya berjibrak berdiri, dengan di tengah kepalanya botak sebagian, matanya
yang sebelah kanan meletos keluar, sehingga menyeramkan sekali, Orang itu juga
hanya mempunyai satu tangan saja, tangan kiri, sebab tampak tangan kanannya
buntung. Benar-benar menyeramkaa keadaan orang yang baru datang ini.
Khu Sin Hoo yang lebih cepat menguasai goncangan hatinya, dia maju
menghampiri agak mendekat.
"Siapakah tuan ....."!" tanyanya sambil menjura. "Bolehkah kami
mengetahui she tuan yang besar dan nama tuan yang harum"!''
Orang bermuka menyeramkan ilu mendengus.
304 .
"Hmmm....., aku Po Po Siat, si tua kejam sebetulnya tak tertarik untuk
mencampuri urusan kalian !" kata orang yang mengaku sebagai Po Po Siat dengan
suara yang dingin, matanya yang meletos keiuar itu bergerak-gerak, sehingga lebih
menyeramkan keadaan orang tersebut "Tapi kulihat di antara kalian terdapat
barang bagus, maka aku ingin memintanya !"
Mendengar disebutnya nama Po Po Siat, wajah orang-orang gagah yang ada
di situ jadi berobah hebat. Orang yang mengaku Po Po Siat itu memang
mempunyai kepandaian tinggi, limapuluh tahun yang lalu telah menggemparkan
dunia persilatan, malah pernah mengacau di dalam kalangan Kang-ouw tanpa
memperoleh tandingan. Semua orang jeri padanya, sampai akhirnya empat puluh
tahun lebih dia telah menyembunyikan diri dari Boe Lim. Akan tetapi, sekarang
tiba-tiba dia muncul lagi disini, dan akan meminta sesuatu barang yang menurut
katanya telah menarik hatinya. Inilah hebat, kepandaian kakek tua bermuka
menyeramkan tersebut, Po Po Siat sukar sekali diukur.....!
Khu Sin Hoo sendiri telah cepat-cepat membungkukan tubuhnya memberi
hormat kepada Po Po Siat. Kalau dihitung dari tingkatan, Po Po Siat lebih tua satu
tingkat dari generasi Khu Sin Hoo.
"Kiranya Po Loo-cian-pwee!" ka a Khu Sin Hoo dengari suara menghormat.
"Barasg apakah yang telah menarik perhatian Loo-cian pwee "!"
Po Po Siat tertawa menyeringai, sehingga giginya yang tonggos kian keluar
dan tampak jelas sekali. Wajahnya tambah menyeramkan dan menakutkan.
"Ha-ha-ha-ha .....! Barang yang kuminta itu tidak berharga bagi kalian!" dia
menyahuti dengan suara yang parau.
"Apakah itu Loo-cian-pwee ?" tanya Khu Sin Hoo sambil menduga-duga
barang apa yang akan diminta oleh jago tua yang aneh dan luar biasa itu.
Po Po Siat tiba-tiba menoleh kepada Han Han sambil menunjuk bocah itu
katanya, "Yang kuingini adalah dia !"
"Hah ! " Khu Sin Hoo melengak, begitu juga dengan yang lainnya,
semuanya heran berbareng bingung tak mengerti.
"Kenapa kau kaget?" tegur Po Po Siat kaget sambil ketawa dengan suara
yang menyeramkan, matanya yang meletos mencilak. "Bukankah bocah itu tak ada
artinya bagi kalian?"
Wajah Khu Sin Hoo jadi berobah.
"Tapi .....tapi Loo-cian-pwee .....ini.....ini....." Khu Sin Hoo jadi gugup benar.
"Kenapa?" ketika bertanya, bengis suara Po To Siat.
305 .
"Kami berenam telah berjanji akan mendidik bocah itu bersama, maka .....
walaupun tak resmi, tapi bocah itu telah menjadi murid kami berenam..... kamiakan
menurunkan ilmu kami masing-masing padanya.....! " menerangkan Khu Sin Hoo
dengan hati yang bimbang.
"Hmmm..... apakah kepandaian kalian berenam dapat menyamai
kepandaianku " " kata Po Po Siat dengan suara yang mengejek memandang rendah
kepada Khu Sin Hoo berenam.
Wajah Khu Sin Hoo dan kelima kawannya jadi berubah. Biar bagaimana
mereka adalah jago-jago yang luar biasa di daratan Tiong-goan, walaupun Po Po
Siat mempunyai kepandaian yang tinggi sekali dan sukar diukur, tokh mereka tak
mau terlalu mengalah. "Memang kami mengakui bahwa kepandaian kami tak berarti bagi Loo-cianpwee, tapi hal itu belum dapat dipastikan bahwa bocah yang akan kami didik ini
dapat dikalahkan olehmu!" tajam sekali kata-kata Khu Sin Hoo, sengaja dia
menggunakan kata-kata begitu untuk memancing kemarahan Po Po Siat.
Benar saja, wajah Po Po Siat jadi berobah bengis sekali, dia murka benar,
sampai berjingkrak. Matanya yang meletos keluar itu jadi tambah menyeramkan.
"Kepala gundul kau !" bentaknya dengan suara yang keras luar biasa. "Hmmm......
kau berani mengatakan bahwa aku masih dapat dikalahkan oleh kalian ?"
"Mana berani aku mengatakan begitu?" menyahuti Khu Sin Hoo. "Hanya
ingin kukatakan, kalau memang kami berenam mendidik si bocah itu, belum nanti
Loo-cian-pwee dapat merobohkan bocah itu !"
"Setan alas kau !" bentak Po Po Siat bengis. "Suruh kemari bocah itu, biar
kuhajar mampus sekarang juga !
Wajah Khu Sin Hoo jadi berubah pucat, dia kaget sendirinya.
"Heh ..... ! mengapa ingin dibunuh " Apakah Loo-cianpwee takut kalau nanti
kami berhasil mendidik bocah itu, maka Loo-cianpwee dapat dikalahkannya "!"
kata Khu Sin Hoo lagi. Wajah Po Po Siat berubah pucat saking murkanya, tahu-tahu tangannya
bergerak akan menampar Khu Sin Hoo.
"Mulutmu terlalu lancang, kepala gundul !" bentaknya.
Khu Sin Hoo melihat orang menyerang, dia cepat-cepat mengelakkannya ke
samping, sehingga tangan Po Po Siat menghajar tempat kosong. Biar bagaimana
Khu Sin Hoo seorang jago yang kosen, walaupun tak bisa menandingi kepandaian
Po Po Siat, namun dia juga tak bisa diperlakukan semau hati oleh si tua kejam itu.
306 .
"Tahan dulu.....!" teriak Khu Sin Hoo cepat.
"Apa yang kau mau katakan lagi T' bentak Po Po Siat dengan suara yang
bengis, dia sudah bersiap-siap akan menyerang lagi.
"Kalau memang Loo-cianpwee mempunyai keberanian, tunggulah beberapa
saat sampai nanti kami selesai mendidik bocah itu, dan pada saat itulah Loocianpwee boleh mencoba kepandaian bocah tersebut. Kalau memang dalam
kenyataan bocah itu roboh di tanganmu, hmmm, kami akan membunuh diri .....!"
Po Po Siat jadi mengerutkan sepasang alisnya. Rupanya dia ragu.
"Baiklah !" akhirnya dia mengangguk juga. "Begitupun boleh ! Aku
memberi kau waktu selama enam tahun untuk kalian mendidik bocah itu, dan kaiau
memang kalian telah selesai mendidik bocah itu, enam tahun kemudian kita
bertemu lagi di-gunung ini dalam waktu yang sama seperti sekarang..... !"
"Boleh.....!" menyahuti Khu Sin Hoo sambil ketawa dingin. "Jadi kita
bertemu di sini enam tahun lagi !"
Po Po Siat tak menyahuti, dia hanya mendengus, kemudian menggerendeng
dengan suara yang samar-samar tak terdengar jelas. Setelah mengawasi orangorang yang berada di lapangan tersebut, tampak dia memutar tubuhnya dan berlalu
dengan pesat, sebentar saja telah lenyap dari pandangan jago-jago yang berada
disitu. Setelah Po Po Siat berlalu, Khu Sin Hoo menarik napas. Dia menoleh
kepada kelima kawannya. Dia menatap Su Tie Kong, lalu setelah menghela napas
lagi, dia menceritakan pada jago she Su itu, bagaimana Han Han telah menderita
semacam penyakit disebabkan pusat jalan darahnya dibuka. Su Tie Kong terkejut
mendengar cerita Khu Sin Hoo, cepat-cepat dia memeriksa keadaan Han Han.
Dipegang nadinya si bocah, lalu kemudian dia mengangguk-angguk.
"Masih dapat ditolong!" katanya kemudian.
Semua orang yang tadinya menyaksikan dengan penuh kekuatiran, jadi
girang. Khu Sin Hoo sendiri telah berkata : "Pertandingan kali ini lebih baik kita
batalkan, dan dengan tekun kita harus mendidik bocah ini agar enam tahun lagi
nanti dia dapat menghadapi Po Po Siat, kemudian kita juga dapat melihat ilmu
siapa yang dapat diterima si bocah paling banyak .....!"
Semua jago-jago yang berada di situ menyetujui, mereka juga mencari suatu
tempat yang baik dan terhindar dari keramaian untuk bersama-sama mendidik
bocah she Han tersebut. 307 .
Dan, dengan sendirinya Han Han akan menjadi seorang jago yang luar biasa,
sebab dalam tahun-tahun berikutnya, dia akan dididik dan digembleng oleh jagojago luar biasa itu, agar bocah she Han tersebut dapat menghadapi Po Po Siat
nantinya jika pada enam tahun lagi mereka mengadakan pertemuan di situ.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 21 PAGI itu udara disekitar gunung Ciong Lam San sangat dingin sekali,
karena sejak semalam bunga salju terus juga turun dengan deras, sehingga
permukaan bumi seperti dibungkus oleh lapisan kapas.
Gunung Ciong Lam San terkenal akan keindahannya, tapi di dalam musim
dingin ini, pohon-pohon di sekitar gunung tersebut jadi terbungkus oleh salju,
maka itu, yang tampak hanyalah warna putih saja yang terhampar di sekeliling
gunung Ciong Lam San tersebut.
Titik-titik bunga salju masih terus turun......
Di antara sunyinya suasana digunung Ciong Lam San, terdengar suara
kelenengan yang berbunyi : 'kleng, klang, kleng, klang berirama. Juga diiringi oleh
suara roda kereta yang maju perlahan-lahan dijalan gunung yang sempit dan
tertutup salju itu. Ternyata dari arah barat, sebuah kereta dengan ditarik oleh dua
ekor keledai yang kurus tengah menaiki gunung Ciong Lam San. Jalan kuda itu
perlahan sekali, seakan-akan telah letih, sehingga kereta itu beringsut perlahan
sekali. Suara kelenengan yang berasal dari kelenengan yang tergantung di leher
kedua keledai itu, terdengar terus, berirama mengikuti setiap langkah kaki sang
keledai..... Belum lama kereta yang ditarik oleh kedua keledai kurus itu memasuki jalan
gunung Ciong Lam San, dari belakang kereta terdengar suara derap kuda.
Kemudian tampak dua orang penunggang kuda yang muncul di tikungan di
belakang kereta keledai itu, dua orang penunggang kuda tadi rata-rata beroman
bengis dan menyeramkan, mata kedua orang itu berkilat tajam sekali. Mereka
memakai baju dingin yang tebal, yang telah dipenuhi oleh salju, namun wajah
308 .
mereka merah segar. Kedua orang penunggang kuda itu ternyata sedang mengejar
kereta yang ada di muka. Kusir yang berada di dalam kereta, kelihatannya gugup sekali, walaupun si
kusir terlindung di dalam kereta, tapi dilihat dari cara dia mengedut tali kekang,
menandakan si kusir kereta gugup dan ketakutan, berusaha melarikan keledainya
secepat mungkin untuk menjauhi kedua pengejarnya:
Tapi lari keledai mana menang kalau dibandingkan dengan larinya kuda
pengejar dibelakangnya itu" Maka dalam waktu yang singkat, kedua pengejar itu
telah berada dekat sekali, lalu ketika sampai di tikungan salah seorang memacu
kudanya mendahului kereta keledai, kemudian menghadang, sedangkan yang
seorang lagi tetap di belakang kereta, jadi tegasnya, jalan kaburnya kereta keledai
itu tertutup. "Sam Nio Nio !" teriak penunggang kuda yang telah menghadang dimuka
kereta. "Lebih baik kau menyerah secara baik-baik ! Kami tak akan menyiksamu
....., tapi kalau kau masih bermaksud melawan, hmmm, kami orang-orang Sam
Tiauw Boe Koan, tak akan segan-segan menurunkan tangan jahat !"
Terdengar suara dengusan dari dalam kereta.
"Hmmm.....! Apakah begini sifat orang-orang gagah dari Sam Tiauw Boe
Koan?" terdengar suara wanita dari dalam kereta. "Kami sedang terluka, mengapa
kalian ingin mengambil keuntungan untuk menang di atas angin" Hmmm..... kalau
kami tidak cidera, apakah kalian masih mengharapkan kemenangan dari kami?"
Penunggang kuda itu mendengus. Wajahnya berubah jadi tak enak dilihat.
"Hmmm..... Sam Nio Nio !" katanya dengan suara yang dingin. "Apakah kau
benar-benar mau mencari mati ?"
"Mati bagi kami bukan soal!" menyahuti orang yang berada di dalam kereta
itu. "Tapi, apakah kalian yakin dapat membunuh kami'?"
Wajah penunggang kuda itu jadi berubah tambah tak enak dilihat, merah
padam. Rupanya dia mendongkol sekali.
"Sam Nio Nio !" bentakBya dengan suara mengguntur, "Keluarlah !"
"Hmmm .....jangan kau membawa lapak seperti tuan besar !" terdengar suara
dari dalam kereta menyahuti, dingin sekali suara penyahutan itu. ''Walaupun kami
sedang terluka, tapi jangan harap kau dapat memerintahkan kami semau hatimu !
Jangan kata kamu, sedangkan Hong-tee sendiri tak dapat memerintahkan kami ! "
Hong-tee ialah kaisar. 309 .
Wajah penunggang kuda itu jadi berubah, saking gusarnya, dia melompat
dari kuda tunggangannya. Perbuatannya itu diikuti oleh kawannya yang berada
dibelakang kereta. Dengan langkah lebar kedua orang tersebut menghampiri
kereta, lalu mengulurkan tangan akan menyingkap kain penutup kereta tersebut.
"Sretttt!" terdengar suara yang halus sekali waktu tangan orang itu
msnyentuh kain penutup kereta, disusul oleh suara jerit kesakitannya, yang di susul
lagi dengaa tubuhnya melompat ke belakang. Wajahnya pucat sekali, dengan
menggunakan tangan kiri, dia memegangi tangan kanannya yang terluka, dan
mengucurkan darah sehingga salju yang berada di bawah kakinyi seketika itu juga
berobah jadi merah.....! Kawannya yang seorang itu jadi terkejut melihat keadaan kawannya. Cepatcepat dia menghampiri.
"Sam-tee, kenapa kau ! " tegurnya dengari kuatir, matanya memandang
bengis ke arah kereta. Orang yang terluka, yang dipanggil sebagai Sam-tee, adik ketiga, meringis
dengan wajah yang menyeramkan.
"Hmmm, sundal betina itu mau mampus !" katanya menyeramkan. "Biarlah,
hari ini kita harus membunuhnya, Jie-ko !" Jie-ko ialah kakak kedua.
Si Jie-ko mengangguk. "Baik !" dia menyahuti, dan membarengi dengan penyahutannya itu, mereka
mencelat ke arah kereta dengan cepat, sedangkan tangannya berbareng mencabut
pedang sehingga waktu mereka sampai di dekat kereta, ditangan masing-masing
telah tergenggam sebatang pedang pendek.
Rupanya tadi waktu si Sam-tee, adik ketiga mau menyingkap tirai yang
menutupi jendela kereta tersebut, dari dalam telah melesat keluar sebatang jarum,
bwee-hoa-ciam, sehingga tangan si Sam-tee terluka.
Si Sam-tee mengayunkan pedangnya menusuk keledai kereta itu, sehingga
keledai itu melompat kesakitan, kemudian larat dengan cepat.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Orang yang berada dalam kereta jadi gugup, karena takut kereta itu
terjungkel kedalam jurang yang ada di dekat situ. Tali kekang ditarik sekuatkuatnya, sehingga dua keledai itu tertahan mendadak, sampai dua kaki depannya
terangkat. Namun celakanya mungkin terlalu keras tali kekang ditarik oleh orang
di dalam kareta, tali itu putus sehingga kedua keledai itu bebas kembali dan lari
menuju kejurang. 310 .
Orang yang ada di dalam kereta semakin panik, sampai terdengar seruan
kaget. Juga terdengar suara Iainnya, suara rintih kesakitan, rupanya di dalam kareta
terdapat orang Iainnya yang terluka.
Si Sam-tee dan Jie-ko berdiri sambil tertawa menyaksikan kereta itu akan
terjungkal ke dalam jurang.
Waktu kereta itu hampir masuk ke dalam jurang, dari dalam kereta tampak
melesat keluar sesosok bayangan merah, yang menarik kedua keledai itu. Hebat
tenaga tahan dari sosok bayangan itu, maka dengan mendadak kedua keledai itu
tertahan dan tak dapat bergerak.
Ternyata sosok bayangan merah itu seorang wanita berusia tiga puluh tahun
dan mengenakan baju serba merah,
"Bagus !" seru si Jie-ko, dia sudah melompat dan dengan pedang pendeknya
itu dia menyerang kearah si wanita.
Wanita itu sedang menahan kedua keledai keretanya itu, sulit baginya untuk
menangkis serangan si Jie-ko. Kalau dia melepaskan kedua keledai itu, maka
binatarg itu pasti akan larat lagi. Sedangkan untuk berdiam diri saja tak mungkin,
sebab pedang si Jie-ko telah menyambar dekat sekali.
Dengan mengeluarkan seruan panjang tahu-tahu kakinya bergerak akan
menyepak lambung si Jie-ko.
Si Jie-ko terpaksa menarik pulang pedangnya, karena kalau dia meneruskan
serangannya itu, lambungnya akan kena disepak oleh kaki wanita itu. Dengan
mengeluarkan seruan kaget, si Jie ko melompat ke belakang. Pada saat itu si Samtee telah datang mendekat, sehingga mereka jadi berdiri berendeng.
Wanita berbaju serba merah itu telah ketawa dingin, matanya mencilak
penuh kebencian. Wajahnya yang cukup cantik sangat pucat, karena rupanya dia
sedang terluka di dalam. "Hmm.....kalian tikus-tikus pengecut!" ejek si wanita. "Kami sedang terluka,
tapi kalian telah menggunakan kesempatan semacam ini untuk merebut
kemenangan !" "Di dalam waktu ini, tak ada kata-kata pengecut atau Eng-hiong !"
menyahuti si Sam-tee sambil tertawa tawar. Yang dimaksudkan dengan Eng-hiong
ialah orang gagah. "Yang penting, kalian suami isteri harus kami bekuk dan
menyerah kepada Too-coe kami !"
"Hmm.....kalian orang-orang Sam Tiauw Boe Koan benar-benar bangsa
Siauw-coet yang tak kenal malu !" menyahuti wanita itu dengan suara gusar.
311 .
"Baiklah ! Majulah, kami juga tak takut pada orang-orang semacam kalian ini !"
dan dia melepaskan kekang keledainya, karena kedua keledai itu sudah jinak
kembali. Dicabutnya pedang yang tergemblok di punggungnya.
Si Jie-ko dan si Sam-tee ketawa dingin.
"Suamimu sedang terluka, jadi sekarang kami hanya menghadapi kau
seorang!" kata si Sam-tee sambil tertawa. "Baiklah kau menjaga diri dari serangan
kami, sebab kau lengah sedikit saja, ehemm, kulitmu yang halus akan bercacad !"
"Sam Nio Nio.....!" si Jie-ko juga berkata dengan suara yang tawar. "Lebih
baik kau menyerah secara baik-baik, kami akan memperlakukan kau baik-baik juga
kalau memang Too-coe kami menyatakan kau dan suamimu tak bersalah, kalian
akan dibebaskan kembali !"
Wanita yang memakai baju serba merah, yang dipanggil sebagai Sam Nio
Nio, ketawa dingin. Pedangnya dilintangkan di depan dadanya.
"Majulah ! Kami bukan sebangsa orang yang jeri menghadapi kematian !"
katanya gagah sekali. "'Walaupun harus binasa, jangan kalian harap kami akan
menyerah begitu saja !' Si Sam-tee ketawa dingin.
"Aku Oey Pok Say dan Jie-koku itu, Sam Tiang Hin, sebetulnya tak tega
untuk mencelakai wanita secantikmu !" katanya. "Tapi .....kau terlalu keras kepala
! Baiklah ....., kami akan menyerangmu, tapi nanti kalau memang kau tak tahan
menerima serangan-serangan kami, kau bisa berteriak untuk menyerah, kami masih
mau berlaku murah hati.....!"
Sam Nio Nio sangat murka, wajahnya berubah merah padam. Baru saja dia
mau mendamprat kedua lelaki itu, yang mengaku bernama Oey Pok Say dan Sam
Tiam Hin dari arah kereta terdengar suara rintihan yang perlahan. Mendengar suara
rintihan itu, wajah Sam Nio Nio jadi berubah. Cepat-cepat dia menghampiri kereta
itu untuk Maaf, halaman 19 dan 20 hilang.
tampak mereka bertiga saling melompat memisahkan diri.
"Apakah kau masih mau berkeras terus, Sam Nio Nio?" tegur Pok Say
dengan suara menyeramkan, dia mulai tak sabar daa ingin menyelesaikan
pertempuran tersebut secepat mungkin. Sam Nio Nio ketawa dingin, wajahnya
berubah merah-padam. 312 .
"Sudah kukatakan beberapa kali, bahwa kami tak mungkin menyerah kepada
orang-orang sebangsa kalian! Jagalah serangan ?" dan tubuh Sam Nio Nio
mencelat cepat sekali merangsek kearah Pok Say dan Tiang Hin dengan jurus
"Tiang Hong Keng Thtan" atau "Pelangi melintas keangkasa", pedangnya
menyambar hebat sekali. Pok Say menangkisnya, sedangkan Tiang Hin telah melompat ke atas kereta.
"Hadapi dia terus Sam tee.....!" teriak Tiang Hin dengan suara yang nyaring.
"Aku akan membereskan suaminya itu!"
"Baik Jie-ko!" menyahuti Pok Say dengan memutar pedangnya untuk
merangsek Sam Nio Nio. Sam Nio Nio sendiri waktu melihat Tiang Hin melompat ke atas keretanya,
jadi terkejut, wajahnya berubah pucat.
"Kalian .....oh kalian pengecut sekali !" teriaknya seperti orang kalap, dia
merangsek Pok Say untuk dapat meloloskan diri, dia bermaksud untuk
menghalangi maksud Tiang Hin.
Tapi Pok Say tak mau melepaskan Sam-Nio Nio, dengan pedang pendeknya,
dia menyerang Sam Nio Nio berulang kali.
Hal ini benar-benar menggugupkan Sam Nio-Nio, apa lagi waktu dilihatnya
Tiang Hiu telah sampai di dekat kereta. Seperti orang kalap dia menyerang
berulang kali ke arah Pok Say. sikap nekadnya ini membikin Pok-Say jadi agak
terdesak. Tapi hal itu tetap saja tak membawa keuntungan bagi Sam Nio Nio sebab
dirinya masih terlibat dalam pertempuran dengan Pok Say, sehingga dia tak bisa
menghalangi Sam Tiang Hin.
Pada saat itu Tiang Hin telah sampai di dekat kereta, disingkapnya tirai
kereta, dilihatnya seorang laki-laki setengah tua, berusia di antara enpatpulub lima
tahun, sedang rebah di dalam kereta dengan wajah yang pucat! Sedangkan laki-laki
di dalam kereta ituwaktu tirai kereta tersingkap hanya dapat melirik memandang ke
arah Tiang Hin tanpa dapat bergerak, sebab tubuhnya kejang dan dia sedang
terluka berat. Hanya matanya yang mencilak nenuh kebencian inenatap ke arah
Tiang Hin. Sam Tiang Hin telah ketawa gelak-gelak, tubuhnya tergoncang, pedang
pendeknya dibolang balingkan.
313 .
"Aha Sam Nio Nio !" bentak Tiang Hin. dengan suara yang keras, "Kalau
kau tetap tak mau menyerah, hmmm, tua bangka she Kiu ini akan terbinasa di
tanganku!" Wajah Sam Nio Nio jadi pucat, dia jadi gagap sekali, apa lagi dirinya tak
dapat lolos dari libatan pedang Pok Say, sehingga membikin wanita tersebut
tambah gugup saja, dia merangsek terus menerus dengan pedangnya menyerang
Pok Say, tapi orang she Oey itu licik sekali, dia main mundur dan kalau Sam Nio
Nio mau memisahkan diri untuk mencelat kearah kereta menolongi suaminya, Pok
Say selalu menyerang kembali, sehingga wanita itu tak berdaya untuk menolongi
suaminya. Pada saat itu Sam Tiang Hin telah ketawa gelak lagi, dia masih membolang
baiingkan pedangnya, kemudian setelah ketawa sesaat lamanya, pedangnya itu di
angkat dengan wajah yang bengis.
"Sam Nio Nio !" bentaknya. "Kalau kau masih membandel terus, maka
suamimu ini akan kukirim keneraka !" dan dia mengayunkan pedangnya.
Sam Nio Nio yang melihat hal itu jadi mengeluarkan jeritan kalap, dia
merangsek Pok Say dengan nekad.
Tapi Pok Say licik sekali, dia selalu mengurung Sam Nio Nio dengan
pedang pendeknya, tak mau memberi kesempatan pada Sam Nio Nio untuk
memisahkan diri. Pedang Tiang Hin meluncur terus kearah dada laki-laki yang ada di dalam
kereta itu. Dan laki setengah tua itu tak dapat mengelakkannya, karena tubuhnya
kejang tak dapat digerakkan, dia hanya menunggu maut yang akan merenggut
dirinya...... *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
WAKTU pedang Tiang Hin meluncur akan menusuk dada laki-laki yang
rebah di dalam kereta dalam keadaan terluka, terdengar suara jerit kesakitan,
tampak Tiang Hin melompat mundur sambil berjingkrak marah, kemudian disusul
oleh caciannya yang kalang kabut.
"Siapa yang telah berlaku begitu pengecut menyerang Toa-yamu "' teriak
Tiang Hin dengan murka, matanya mencilak bengis memandang ke arah
sekelilingnya, sedangkan pedangnya telah jatuh dan terlepas dari tangannya,
menancap di salju, dan gagang pedang itu bergoyang-goyang.
314 .
Dari balik pohon di sebelah timur muncul seorang anak muda, wajahnya
cakap, pakaiannya menyerupai pakaian seorang Sioe-chay, sastrawan. Sikapnya
tenang sekali. "Mengapa ingin membunuh orang di tengah hari bolong ?" tegur sasterawan
itu sambil melangkah perlahan-lahan menghampiri.
Melihat pelajar itu, wajah Tiang Hin berubah bengis.
"Bocah .....mau apa kau membokong tuan besarmu " " bentaknya bengis.
"Apakah kau tak mengetahui sedang berhadapan dengan siapa ! "
Anak muda itu tersenyum manis.
"Siauwtee tahu, aku sedang berhadapan dengan manusia juga ! Masakan di
tengah hari bolong ini ada setan memedi berkeliaran "!"
Tiang Hin jadi berjingkrak saking murkanya, dia juga mengeluarkan suara
seruan marah. "Siapa kau ?" bentaknya. "Apakah kau sudah bosan hidup dengan berani
mati mencampuri urusan kami "!"
Sasterawan itu merangkapkan tangannya, dia menjura.
"Siauw-tee she Han dan bernama tunggal Han !" menyahuti anak muda itu.
"Hmmm .....!" mendengus Tiang Hin dengan bengis. "Cepat kau
menggelinding dari sini sebelum aku turunkan tangan bengis membunuhmu !"
"Siauw-tee mau datang kemari, tak mungkin ada yang menghalangi."
Menyahuti anak muda itu, yang memang ternyata Han Han, dengan tenang. "Kalau
memang Siauw-tee mau berlalu, juga tak mungkin ada yang dapat menghalanginya
.....!" "Bocah! Kau terlalu kurang ajar sekali !" teriak Tiang Hin dengan suara
mengguntur, dia mencabut pedangnya yang menancap di salju, lalu menyerang
dengan hebat ke arah Han Han.
Han Han yang sekarang bukan Han Han pada enam tahun yang lalu.
Sekarang dia telah menjadi seorang pemuda yang gesit sekali, juga kosen luar
biasa, karena selama enam tahun telah menerima didikan dari keenam jago luar
biasa, seperti Khu Sin Hoo dan yang lain-lainnya. Maka dikala melihat dirinya
diserang, dia menggerakkan tangannya, entah dia menggunakan jurus apa, tahutahu tubuh Tiang Hin melayang terpental seperti layangan putus tali, kemudian
ambruk di atas salju dengan mengeluarkan suara jeritan.
315 .
"Cepat kau menggelinding dari sini ." bentak Han Han dengan suara yang
bengis. "Tuan kecilmu selalu mau berlaku murah hati, tapi kalau kau membandel,
hmm, jiwamu akan kukirim ke neraka !"
Wajah Tiang Hin jadi berubah pucat, dia juga heran dirinya dapat
dirobohkan begitu mudah oleh anak muda yang paling-paling juga baru berusia di
antara enam belas tahun itu. Dia berdiri dan mengambil pedangnya, tapi orang she
Sam tersebut tak berani menyerang dan berlaku ceroboh seperti tadi.
Oey Pok Say dan Sam Nio Nio juga telah menghentikan pertarungan,
mereka memandang kesima kepada Han Han. Sam Nio N;o girang luar biasa,
sebab dia memperoleh bintang penolong. Sedangkan Oey Pok Say telah
menghampiri Tiang Hin. "Siapa dia, Jieko?" tanya Pok Say sambil menatap anak muda she Han itu
dengan mata mencilak bengis.
"Entah.....dia kosen sekali!" menyahuti Tiang Hin dengan suara yang
perlahan, rupanya nyalinya telah terpukul pecah oleh kelihayan Han Han, yang
sekali kebut saja telah dapat merobohkannya.
"Hmmm.....bocah masih bau pupuk seperti dia mengapa harus dibuat jeri?"
kata Oey Pok Say." Mari kita beri hajaran padanya." Dan berbareng dengan
habisnya perkataan Oey Pok Say, orang she Oey tersebut telah melompat
menyerang Han Han dengan pedang pendeknya.
"Hmm.....kalian tak kenal selatan !" kata Han Han waktu melihat Pok Say
menyerang. Dia menggerakkan tangannya, dan .......lokh ! Tubuh Pok Say terpental
dan ambruk di salju sambil mengerang kesakitan.
Sam Tiang Hin yang melihat itu jadi terkejut, dia menghampiri dan
memeriksa keadaan Pok Say.
"Kenapa kau Sam-tee"!" tegurnya kuatir.
"Aduh..... aduh, dadaku sakit sekali!" mengerang Pok Say, dia tak bisa
berdiri dan masih meringkuk dengan wajah yang pucat.
Nyali Sam Tiang Hin jadi pecah, hilang kesombongannya, dengan cepat dia
mengangkat tubuh Sam-teenya itu, dibawanya kabur. Dalam waktu yang singkat,
dia telah lenyap dari pandangan orang-orang yang ada di situ. Han Han hanya
mengawasi sambil tersenyum.
Sam Nio Nio menghampiri tuan penolongnya dan menjatuhkan dirinya
berlutut dihadapan Han Han.
316 .
"Terima kasih In-kong.....!" kata wanita she Sam tersebut dengan suara
tergetar. Untung ada In-kong, kalau tidak tentu suamiku akan mengalami ke matian
!" Han Han cepat-cepat memimpin Sam Nio Nio bangun. Dia menanyakan
sebab musababnya Sam Nio Nio bentrok dengan Sam Tiang Hin dan Pok Say.
Sam Nio Nio jadi menghela napas, kemudian mengajak Han Han untuk
menemui laki-laki yang terluka yang di dalam kereta. Ternyata laki-laki itu adalah
suami Sam Nio Nio dan bernama Kiu Leng Coen, seorang guru silat di kota Lengan.
Sam Nio Nio sendiri sudah lantas menceritakan pangkal sebab dan
pertikaiannya dengan Oey Pok Say serta Sam Tiang Hin kedua orang dari Sam
Tiauw Boe Koan. *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 22 KIU LENG COEN ternyata seorang guru silat dikota Leng-an, dia telah
membuka perguruan selama dua puluh tahun lebih. Tapi, pada suatu hari di kota
Leng-an telah datang seorang guru silat lainnya sehingga sering terjadi perselisihan
yang diakibatkan oleh perkelahian di antara murid-murid kedua perguruan ini.
Sampai akhirnya karena tak dapat menahan emosi dan kemarahannya, Kiu Leng
Coen telah menantang perguruan silat Sam Tiauw Boe Koan, yang bernama Wie
Tiong Ham. Mereka bertempur dan diakhiri dengan kekalahan Leng Coen. Wie
Tiong Ham ingin membikin Leng Coen malu, maka itu, dia memerintahkan kepada
anak buahnya untuk membekuk Leng Coen, sehingga membuat orang she Kiu
tersebut harus mengungsi keluar kota. Semua itu disebabkan Leng Coen sedang
terluka parah, sehingga biar bagaimana dia tak akan kuat menghadapi muridmuridnya Wie Tiong Ham, yang selalu mengganggunya.
Begitulah untuk menghindarkan diri dari orang-orang Sam Tiauw Boe Koan,
Leng Coen mengajak isterinya, Sam Nio Nio, untuk menyingkir dari kota Leng-an,
yang diakhiri pertemuan dengan Han Han yang telah menolongnya dari tangan
Oey Pok Say dan Sam Tiang Hin.
"Hmm, sebetulnya itu hanya soal kecil saja, Loo-pek!" kata Han Han setelah
mendengar cerita Sam Nio Nio.
317 .


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Leng Coen mengangguk lesu.
"Ya .....sebetulnya persoalan itu memang tak ada artinya ! " menyahuti orang
she Kiu ini. "Tapi ..... tahukah kau latar belakang dari pertengkaran kami itu "!"
Han Han menggeleng, dia menatap Kiu Leng Coen dalam-dalam.
Kembali orang she Kiu itu menghela napas.
"Wie Tiong Ham sebetulnya menaruh hati pada isteriku ini, tapi karena
maksudnya tak berhasil untuk membujuk isteriku, maka dia jadi menaruh dendam
dan berusaha menghancurkan keluargaku ! Malah orang she Wie itu sangat jahat,
dia bermaksud untuk membunuh kami suami-isteri !"
Mendengar cerita orang, Han Han menghela napas.
"Sudahlah..... Loo-pek tak usah melayani orang she Wie itu !" hiburnya.
"Pergilah Loo-pek menyingkir kekota lain dan untuk sementara waktu
menyembunyikan diri dari orang ramai."
Kiu Leng Coen mengangguk.
"Ya..... aku memang bermaksud untuk mencari suatu tempat yang
tersembunyi untuk menyembuhkan lukaku ini, Lao-tee !" katanya. Dia memanggil
Han Han dengan sebutan Lao-tee, yang artinya adik. "Nanti setelah lukaku ini
sembuh, hmm, aku akan menantang orang she Wie itu untuk pie-boe lagi !"
"Sudahlah Loo-pek, biarlah nanti Siauw-tee mengunjungi orang she Wie itu
untuk menasehatinya! Kalau memang Wie Tiong Ham tak bisa diberi pengertian
secara baik-baik, nanti Siauw-tee akan turun tangan menghajarnya !"
Mendengar perkataan Han Han, berulang kali Kiu Leng Coen, suami-istri
telah menyatakan terima kasihnya dan berlutut,
Han Han telah memimpin nyonya itu bangun.
Setelah pasang omong beberapa saat lagi, Kiu Leng Coen bersama istrinya
melanjutkan perjalanannya.
Han Han memandang kepergian suami-isteri itu dengan menghela napas.
Dia memandang lenyapnya kereta keledai itu, sampai akhirnya Han Han
menjatuhkan diri duduk di sebuah pohon. Udara sangat dingin, salju masih lurun
dan memenuhi baju Han Han, tapi anak muda she Han tersebut tak merasakan
siraman salju itu, dia menatap jauh dengan pandangan mendelong.....
Han Han teringat pada masa yang lalu, di mana dirinya selalu hidup di
dalam penderitaan.....' *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
318 .
TERNYATA dengan penuh kesungguhan Khu Sin Hoo, Sian Lie Lie dan
yang lain-lainnya, telah mendidik Han Han ilmu silat yang luar biasa. Keenam jago
luar biasa itu telah menurunkan ilmu mereka dan dengan dikombinir sedemikian
macam, maka kepandaian ilmu silat Han Han jadi luar biasa sekali. Apa lagi otak
bocah ini sangat jenius. Waktu jalan darah Tay-yang-hiatnya terbuka dan hawa
dingin dan hawa panas hampir menerobos ke jalan darah It-hiatnya, si bocah
dengan tak di sengaja telah mempunyai tenaga Lwee-kang yang luar biasa.
Sekarang, setelah disembuhkan oleh Su Tie Kong, kepandaian dan Lwee-kang
bocah she Han itu jadi bertambah luar biasa lagi.
Maka dari itu, dari tahun ketahun Han Han berlatih dengan tekun, dia telah
mencurahkan seluruh waktunya untuk berlatih. Dalam waktu hanya empat tahun,
seluruh kepandaian keenam gurunya telah diwariskan kepada bocah she Han ini,
dan dua tahun selanjutnya, digunakan oleh Han Han untuk berlatih ilmu silat yang
dimilikinya. Pada suatu hari, Khu Sin Hoo telah memerintahkan Han Han untuk
mewakili gurunya ini menghadiri pesta ulang tahunnya yang keenampuluh tujuh
dari Wong Tie Hian, seorang jago tua yang menjagoi daerah KangTam. Khu Sin
Hoo sengaja mengutus Han Han untuk menghadiri pesta ulang tahun Wong Tie
Hian, agar Han Han yang belum berpengalaman bisa mendapat banyak
pengalaman dengan menghadiri pesta Wong Tie Hian tersebut. Lagi pula daerah
Kang-lam sangat indah, maka Han Han bermaksud untuk pesiar juga.
Waktu enam tahun telah dilewatkan dalam daerah yang sepi dan terpencil
bersama keenam gurunya, maka dari itu, betapa gembiranya anak muda she Han
ini memperoleh perintah dari gurunya.
Dengan mengambil jalan ke arah selatan, Han Han menuju ke Kang-lam
dengan berjalan kaki. Pesta ulang tahun Wong Tie Hian masih lama, masih sebulan
lagi. Maka dari itu, Han Han mengambil keputusan menggunakan kesempatan itu
untuk pesiar ke beberapa daerah dulu.
Begitulah, sampai akhirnya dia bertemu dengan Sam Nio Nio beserta
suaminya, Kiu Leng Coen, yang sedang terluka dan terkepung oleh Oey Pok Say
dan Sam Ting Hin. Han Han yang sekarang bukan Han Han pada enam tahun yang lalu,
sekarang dia telah menjadi seorang jago yang kosen sekali, jarang ada yang dapat
menandingi kepandaian bocah she Han ini ......
319 .
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
SETELAH beristirahat sesaat lamanya di situ, akhirnya Han Han
melanjutkan perjalanannya. Menjelang malam, anak muda she Han ini sampai di
kampung Kuo-lie-chung, sebuah kampung yang terpisah seratus lie lebih dari kota
Leng-san. Han Han menuju ke sebuah rumah penginapan, dia memesan sebuah kamar.
Karena waktu itu sedang turun salju cukup deras, maka pengunjung rumah
penginapan tersebut agak sepi.
Untuk menghangatkan tubuhnya, Han Han memesan dua kati arak.
Kemudian, anak muda she Han tersebut meminum araknya perlahan-lahan sambil
mengawasi turunnya salju.
Sedang anak muda she Han ini asyik dengan pikirannya yang melayanglayang mengenangkan jalan hidupnya yang dipenuhi oleh liku-liku penderitaan,
tiba-tiba dari luar bertindak masuk tiga orang tentara yang kalau dilihat dari cara
berpakaiannya mereka itu adalah tiga orang perwira.
Waktu ketiga perwira itu bertindak masuk, suara mereka sangat ribut sekali.
Han Han hanya melirik sebentar, kemudian dia meneruskan minumnya.
Ketiga tentara itu duduk di meja dekat Han Han, rupanya ketiga orang
perwira tersebut sangat asik membicarakan persoalan mereka sebab suara mereka
sangat berisik sekai, diselingi oleh suara gelak tawa yang nyaring. Mereka
memesan sepuluh kati arak, kemudian makan minum dengan gembira tanpa
memperdulikan keadaan sekeliling mereka.
Han Han merasa terganggu ketenangannya dengan datangnya ketiga tentara
itu, dia meneguk araknya yang terakhir, kemudian bangkit berdiri untuk masuk ke
dalam kamarnya. Tapi belum lagi dia melangkah, dari luar telah melangkah masuk
seorang anak muda, yang dandanannya luar biasa sekali. Dia memakai baju dingin
yang tebal, memakai kopiah yang terbuat dari bulu musang dan wajahnya sangat
tampan sekali, menyerupai muka seorang wanita. Waktu masuk ke dalam ruangan
muka dari rumah penginapan tersebut, anak muda itu hanya melirik kepada ketiga
tentara yang sedang minum-minum, kemudian dia memilih meja agak dekat
denyan jendela dan memesan satu kati arak.
320 .
Han Han jadi tertarik melihat kelakuan anak muda itu, dia jadi membatalkan
maksudnya untuk masuk kedalam kamarnya. Anak muda she Han tersebut duduk
kembali, dan memesan dua kati arak lagi.
Sedangkan ketiga tentara yang berpakaian seperti perwira itu jadi merandek
ketika melihat si anak muda yang baru datang itu, wajah mereka berubah dan
ketawa mereka juga lenyap. Kemudian tampak ketiga tentara itu saling kasakkusuk.
Han Han sangat heran melihat kelakuan ketiga tentara itu, dia berusaha
mendengar apa yang dibicarakan mereka, tapi dia hanya dapat mendengar samarsamar perkataan 'Emas itu harus didapat..... dia .....merupakan bandit nomor tujuh
.....kita harus waspada! '
Ha Han jadi heran, dia menoleh memandang anak muda yang memakai
kopiah kulit musang, dan kebetulan pada saat itu anak muda berkopiah kulit
musang itu sedang menatap Han Han juga, sehingga mata mereka jadi bentrok.
Tapi anak muda yang memakai kopiah kulit musang telah cepat-cepat menunduk
dengan wajah yang merah dan meneruskan minumannya. Melihat kelakuan orang,
Han Han jadi heran, dia sampai melengak.
"Hah..... mengapa kelakuannya seperti seorang Sio-cia ?" pikir Han Han.
"Wajahnya juga cakap luar biasa, mungkin tak ada seorang manusiapun di bumi ini
yang dapat menandingi kegantengannya itu !"
Sedang Han Han terbenam dalam keheranannya itu, anak muda berwajah
tampan tersebut telah melirik lagi kepada Han Han, kemudian setelah meneguk isi
cawannya yang terakhir, dia lantas memanggil pelayan dan meminta sebuah
kamar. Han Han jadi tertarik melihat kelakuan dan sikap anak muda yang aneh itu,
sampai ketika berada di kamarnya dia masih juga memikirkan kelakuan anak muda
yang aneh itu. Tapi, karena lelah dan mengantuk, akhirnya Han Han tertidur juga.
Ketika menjelang kentongan keempat, tiba-tiba Han Han terbangun dari
tidurnya dengan terkejut. Dia memang mempunyai pendengaran yang tajam sekali,
maka dari itu dia telah terbangun dari tidurnya waktu mendengar suara langkah
kaki yang ringan di atas kamarnya. Cepat-cepat Han Han melompat dari
pembaringannya dan memasang pendengaran.
Didengarnya suara langkah kaki itu semakin menjauhi.
321 .
Han Han jadi tertarik dan berbareng heran, cepat-cepat dia mempererat ikat
pinggangnya. Kemudian dengan ringan dia melompat keluar dari jendeia dan
bersembunyi di balik semak-semak. Dilihatnya tiga sosok tubuh yang sedang
melompat turun dari atas genting dan menuju kearah jendeia dari kamar sebelah
timur. Hati Han Han jadi semakin tertarik, dengan menggunakan ilmu entengi
tubuh Han Han mendekati ketiga orang itu yang sedang mengintai di luar jendeia.
Dengan menjejakkan kakinya, tubuh Han Han hinggap di dekat payon rumah
penginapan tersebut dengan enteng, dia bergelantungan di situ untuk mengintai
kelakuan ketiga orang yang berpakaian Yan-heng-ie, pakaian untuk jalan malam.
Pada saat itu salju turun tak sederas sore tadi, tapi udara sangat dingin sekali.
Ketiga sosok tubuh yang sedang mengintai di jendela kamar sebelah timur
itu tak mengetahui bahwa mereka juga sedang dikuntit oleh Han Han. Salah
seorang dari ketiga sosok tubuh tadi melobangi kertas jendela dengan lidahnya,
kemudian mengintai ke dalam kamar. Tapi, baru saja kepalanya mendekati jendeia,
tiba-tiba dia berseru kaget, sambil melompat ke belakang menjauhi jendela dengan
cepat. Disusul kemudian dengan serangkum jarum Bwee-hoa-ciam yang meluncur
keluar jendeia. Rupanya penghuni kamar itu telah mengetahui bahwa ada tiga
orang yang telah datang mengunjunginya tanpa diundang dan telah menyambutnya
dengan serangkum jarum Bwee-hoa-ciam.
Kedua orang temannya juga terkejut, mereka menghampiri kawannya.
"Kenapa kau Hong-heng ?" tegur salah seorang di antara mereka.
"Kunyuk itu cukup lihai !" menyahuti orang yang tadi memecahkan kertas
jendela. "Dia telah mengetahui kedatangan kita."
Salah seorang di antara kedua orang lainnya ketawa dingin, dia mendengus
mengejek. "Hmm.....walaupun dia lihai, tapi hari ini dia tak bisa meloloskan diri dari
tangan kita! Biar bagaimana kita harus menangkapnya dan menyerahkan kepada
Siang Tay-jin agar kunyuk itu dapat diadili menurut kesalahannya !"
Dua orang kawannya mengangguk.
"Benar!" mereka menyahuti.
Sedangkan orang yang dipanggil Hong-heng, saudara Hong, telah
menghampiri kedekat jendela lagi.
"Bocah ..... lebih baik kau menyerahkan dirimu secara baik-baik !" teriaknya
dengan suara yang bengis. "Mungkin Siang Tay-jin akan mengampuni
322 .
kesalahanmu dan kami juga berjanji akan membantu membujuk Siang Tay-jin agar
hukumanmu diperingan."
Dari dalam kamar itu terdengar suara dengusan. Tapi tak terdengar suara
sahutan. "Bagaimana " Apakah kau tak mau menyerahkan diri?" tanya Ho-heng
dengan suara yang nyaring.
"Hmm .....apa kesalahanku, mau ditangkap oleh tuan-tuan sekalian"!"
terdengar suara dari dalam kamar, dingin dan tawar sekali suara orang itu, tapi
terdengar nyaring sekali.
"Kau tak mempunyai kesalahan ?" balik tanya salah seorang di antara ketiga
orang tamu tak diundang itu dengan suara yang mengandung ejekan.
"Hmm.....apakah dengan mengambil harta Siang Tay-jin itu bukan termasuk
kedosaan yang tak berampun ?"
"Siapa yang telah mengambil harta majikanmu '!" terdengar sahutan dari
dalam kamar, "Hmm ..... dengan seenak isi perutmu kalian telah menuduhku yang
bukan-bukan! Apakah kalau hal ini kulaporkan kepada pihak yang berwajib kalian
tak takut akan dihukum ?"
Hong-heng, salah seorang diantara ketiga orang itu, ketawa keras sekali.
"Baik ! Baik!" katanya dengan suara yang keras, "Kalau memang kau yakin
tak mempunyai kesalahan, keluarlah ! Mau apa kau bersembunyi terus di dalam
kamar seperti tikus yang takut pada kucing ?"
"Hmmm..... bagiku kalian hanyalah tiga ekor kucing buduk yang tak ada
artinya!" terdengar sahutan dari dalam kamar.
"Setan alas "!" si Hong-heng, saudara Hong, berjingkrak saking murkanya,
dia juga memandang mendelik kearah jendela. Begitu juga keadaan kedua
kawannya, malah mereka telah meraba senjata mereka masing-masing. "Keluarlah
kau kunyuk buta ! Hari ini tuan-tuanmu ingin memberi hajaran yang setimpal
padamu !" "Hmm..... kalau memang kalian mempunyai nyali, mari silahkan masuk saja
kekamarku!" terdengar suara tantangan dari dalam kamar.
"Srettt !" terdengar beruntun ketiga orang berpakaian Yan-heng-ie, pakaian
jalan malam itu, mencabut senjata mereka masing masing.
Baru saja salah seorang di antara ketiga orang berpakaian Yan-heng-ie itu
akan menerobos masuk ke dalam kamar, Hong heng telah menahannya.
323 .
"Jangan sembrono !" katanya dengan suara yang perlahan. "Kita tak boleh
gegabah memasuki kamarnya..... entah tipu apa yang sedang dijalani oleh bocah ini
!" Kawannya menganguk, dia jadi membatalkan maksudnya untuk menerobos
kedalam kamar itu. "Keluarlah bocah !" teriaknya. "Marilah kita bicara baik-baik di sini !"
"Aku tak mempunyai waktu, kalau memang kau mempunyai keperluan
denganku, masuklah ! Aku menunggumu dan bersedia melayaui apa maumu !"
Si Hong-heng jadi mendengus gusar, dia murka sekali.
"Baiklah !" serunya murka, kemudian. disusul dengan tubuhnya yang
mencelat ke arah jendela, pedangnya diputar rapat menutupi tubuhnya, untuk
melindungi segala kemungkinan kalau memang nanti orang yang di dalam kamar
itu menyerang dengan jarum Bwee-hoa-ciamnya.
Begitu sampai dekat jendela, dengan menggunakan tangan kirinya si Hongheng mendobrak daun jendela yang sudah lantas menjeblak terbuka, disusul oleh
tubuhnya yang menerobos masuk kedalam kamar.
Begitu melihat keadaan di dalam kamar itu, si Hong-heng jadi mengeluarkan
seruan tertahan, sedangkan kedua kawannya yang ikut masuk, pun mengeluarkan
seruan yang sama. Apa yang tampak oleh mereka "!
Ternyata kamar itu kosong tak berpenghuni, pembaringan masih rapi, nyata
tak pernah ditiduri, sedangkan sekeliling kamar itu tak terdapat barang-barang
yang bisa dipakai untuk bersembunyi. Kemana orang yang tadi menyahuti setiap
perkataan Hong-heng dan kawan-kawannya "
Tiba-tiba terdengar suara ketawa mengejek yang berasal dari luar.
"Hmmm .....mau cari apa kau di kamarku ?" terdengar suara ejekan.
Hong-heng dan kawan-kawannya jadi tersadar dengan cepat, mereka sangat
murka sekali, karena merasa dipermainkan oleh orang itu. Dengan cepat mereka
melompat keluar dari kamar itu, tapi waktu tubuh orang yang dipanggil saudara
Hong itu melesat keluar jendela, serangkum jarum bunga Bwee telah menyambar
kearahnya. Dia cepat-cepat memutar pedangnya, terdengar suara pedangnya 'tring,
treng, tring,' yang beruntun karena jarum-jarum bunga Bwee itu telah terhajar
runtuh ke tanah, keatas saju.
324 .
Tubuh Hong-heng dan kedua kawannya meluncur terus, dan setelah dapat,
berdiri tetap, mereka melihat seorang anak muda berkopiah bulu musang sedang
berdiri menatap mereka dengan wajah mengejek.
"Bocah kunyuk ! Ternyata kau cukup lihai !" kata si Hong-beng. ''Hmm
.....malam ini, biar bagaimana kami harus berhasil membekukmu !"


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Anak muda berkopiah bulu musang itu ketawa dingin. "Hmmm.....kalian
serdadu bengek, apakah kalian yakin dapat membekukku ?" ejeknya.
Wajah Hong-heng dan kedua kawannya jadi berubah hebat.
"Bocah setan kau !" bentaknya. "Jaga serangan !" dan Hong-heng
menyerang dengan pedangnya, dia menggunakan jurus 'Mo I n Cap Pwee Cio' atau
Mencakar awan dengan delapan belas jurus', sedangkan kedua kawannya juga telah
menyerang dengan masing-masing menggunakan jurus 'Lui Ko Ciang Thiau' atau
'Suara tambur menggetarkan jagad' dan 'Thian Ma Heng Khong atau 'Kuda terbang
di tengah udara', pedang ketiga orang ini menyerang hebat sekali kearah anak
muda itu. Pemuda yang memakai topi berbulu musang itu ketawa dingin, dia
menggerakkan kakinya, tahu-tahu tubuhnya telah lenyap dari pandangannya ketiga
lawannya, dan disusul kemudian bahu Hong-heng dan kedua kawannya, kena
ditepuk seketika itu juga tangan mereka jadi linu tak bertenaga dan pedang mereka
terlepas jatuh keatas salju.
"Hmmm ..... dengan hanya mempunyai kepandaian untuk mempermainkan
pedang kayu saja, kalian telah berani bertingkah di hadapanku !" bentak anak muda
bertopi kulit musang itu. "Cepat menggelinding dari sini !"
Wajah si Hong-heng dan kedua kawannya jadi pucat, mereka cepat-cepat
memungut pedang mereka dan memutar tubuh menghadapi anak muda itu dengan
wajah yang pucat. "Apakah kalian tak mau cepat-cepat berlalu?" bentak anak muda berkopiah
kulit musang itu. "Apakah kalian mengingini aku membunuh jiwa kotor kalian ?"
Nyali ketiga orang itu jadi pecah melihat wajah anak muda itu yang telah
berubah bengis, mereka juga telah merasakan kekosenan anak muda tersebut.
Kalau tadi anak muda itu memang mau mengambil jiwa mereka, niscaya mereka
bertiga telah menghadap Giam-loo-ong, alias binasa !
Baiklah !" kata si Hong-heng dengan mengerutkan alisnya. "Kali ini kami
jatuh di tanganmu, tapi tunggulah ! Dalam waktu yang singkat kami akan datang
kemari ! Kau jangan kabur sebagai seorang Siauw-coet!"
325 .
Anak muda itu ketawa dingin.
"Bawalah seribu kawanmu !" katanya dingin. "Hmmm, dengan begitu kalian
bermaksud untuk mengeroyokku bukan ! Kalau kau sampai berani menunjukkan
muka padaku lagi, maka jiwa kalian akan kukirim keneraka ! Ingat, aku tak bicara
main-main ! Enyahlah !" dan anak muda itu mengibaskan lengan bajunya,
sehingga ketiga orang itu terdorong oleh angin yang kuat sekali, yang
menyebabkan mereka jadi terhuyung mundur beberapa langkah dengan wajah yang
pucat. Dengan cepat ketiga orang itu memutar tubuhnya dan berlari meninggalkan
rumah penginapan tersebut.
Anak muda bertopi kulit musang tertawa. melihat ketiga lawannya
melarikan diri dengan ketakutan begitu, tapi tak lama kemudian dia berhenti
ketawa dan menoleh kearah tempat persembunyian Han Han.
"Sahabat.....turunlah !" katanya ramah. "Mari kita minum arak untuk
menghangatkan tubuh di kamarku ! Bukankah udara di luar ini dingin sekali "!"
Han Han sendiri waktu menyaksikan kelihaian anak muda itu merobohkan
ketiga lawannya, dia telah heran. Padahal, Han Han memang mengetahui,
kepandaian ketiga orang itu tak berarti banyak dan sangat rendah sekali, namun
dengan tubuh yang begitu kurus seperti tak bertenaga, anak muda bertopi bulu
musang tersebut telah dapat menjatuhkan ketiga orang itu, itulah agak luar biasa.
Lebih-lebih dia mengetahui adanya Han Han yang bersembunyi di situ,
menandakan kelihaian anak muda tersebut.
Han Han melompat keluar dari tempat persembunyiannya di atas payon itu,
tubuhnya turun dengan ringan,
"Maaf.....!" begitu kakinya menyentuh tanah, dia berkata begitu. "Karena
tadi Siauw-tee mencurigai ketiga orang tersebut maka Siauw-tee telah
menguntitnya sampai disini.....!"
"Ya.....ketiga 'kuku garuda' itu memang sejak tadi selalu membawa sikap
yang menyebalkan !" kata anak muda yang memakai topi bulu musang" Yang
dimaksud dengan tiga orang kuku garuda ialah tiga orang tentara kerajaan. "Oh ya,
perkenalkan Siauw-tee she Chiu dan bernama Liat Wie."
"Tiga kuku garuda ?" tanya Han Han heran.
Chiu Liat Wie mengangguk.
"Ya ..... mereka adalah ketiga tentara yang tadi sore makan di ruang depan
rumah penginapan ini!" menyahuti Chiu Liat Wie. "Bolehkah Siauw-tee
mengetahui namamu yang harum dan shemu yang besar " "
326 .
Tiba-tiba Han Han menepuk kepalanya, keningnya.
"Ya, ya, maaf ..... aku sampai lupa !" katanya cepat "Siauw-tee she Han dan
bernama tunggul Han."
Chiu Liat Wie tersenyum, manis sekali senyumnya itu, sehingga untuk
kesekiah kalinya Han Han jadi menatap heran pada kegantengan paras orang. Dia
sampai memandang dengan tatapan mata kesima.
Melihat orang memandangi dirinya begitu tajam, Chiu Liat Wie jadi kikuk,
dia menunduk dengan wajah berubah merah, sehingga wajahnya kian cakap di
bawah pantulan salju. "Mari kita minum arak untuk menghangat tubuh !" akhirnya Ciu Liat Wie
mengundang. Han Han mengangguk, dia menerima tawaran orang, karena dia senang
untuk bersahabat dengan orang she Ciu, yang sikapnya agak luar biasa itu.
Mereka segera masuk ke dalam kamar Chiu Liat Wie, sedangkan anak muda
she Chiu itu telah menyediakan arak dan mereka minum sambil pasang omong.
Chiu Liat Wie ternyata ramah sekali.
"Tahun ini Chiu-heng berusia berapa ?" tanya Han Han pada suatu ketika.
Chiu Liat Wie agak kaget ditanya begitu wajahnya juga berobah merah. Tapi
sesaat kemudian, ia telah tersenyum lagi.
"Chit-gwee Cap-sha nanti Siauw-tee berusia sembilan belas tahun !"
menyahuti anak muda she Chiu kemudian dengan suara yang perlahan.
"Kalau begitu aku harus memanggil kau Toa-ko, sebab usia Siauw-tee baru
enambelas tahun !" kata Han Han sambil tertawa.
Chiu Liat Wie juga mengiringi tawa orang.
Tapi, tiba-tiba Han Han berseru perlahan sambil menatap wajah Chiu Liat
Wie, sehingga membikin Chiu Liat Wie jadi kikuk dan heran, wajahnya berobah
dari merah, kepucat, kemerah lagi.
"Ada ..... ada apa Lao tee?" tanya Liat Wie kemudian, dia sudah lantas
memanggil Han Han dengan sebutan Lao-tee, adik
"Kau ..... " Han Han mengerutkan alisnya. "Kau sedang terluka, Toa-ko !"
Chiu Liat Wie ketawa lagi, wajahnya berobah jadi berseri kembali.
"Kau membikin kaget aku saja. Lao-tee !" kata anak muda she Chiu ini.
"Kukira ada sesuatu yang aneh pada diriku !"
"Tapi Toa-ko ..... lihatlah disudut ujung alismu agak bersemu gelap,
menandakan kau sedang keracnan !" kata Han Han lagi.
327 .
Chiu Liat Wie mengangguk.
"Ya ..... aku memang sedang keracunan !" menyahutinya. "Ini disebabkan
oleh orang-orang Sam Tiauw Boe Koan di Leng-an."
"Heh?" Han Han melengak. "Kau bentrok dengan orang-orang Sam Tiauw
Boe Koan?" Wajah Chiu Liat Wie berubah,
"Kau kenal dengan mereka Lao-tee ?" tanyanya cepat dan memandang Han
Han dengan tatapan curiga.
Han Han cepat menggeleng, dia menghela napas.
"Hmm ..... orang-orang Sam Tiauw Boe Koan ternyata telah menyebar
kejahatan .....!" katanya perlahan sambil mengerutkan sepasang alisnya. Dia lalu
menuturkan pertemuannya dengan Kiu Leng Coen dan istrinya, yaitu Sam Nio
Nio. Mendengar cerita Han Han, Chiu Liat Wie menggebrak meja.
"Hmm ..... orang-orang Sam Tiauw Boe Koan memang jahat !" kata Chiu
Liat Wi, sengit. "Biar bagaimana aku bersumpah akan melabrak orang Sam Tiauw
Boe Koan. "Apakah mereka lihai-lihai. Toa-ko ?" tanya Han Han.
"Ya !" Chiu Liat mengangguk. "Sebetulnya Sam Tiauw Boe Koan tak berarti
apa-apa, tapi belum lama ini mereka telah mengundang tiga orang paman guru
mereka, yang terkenal akan kelihaian Sam-coa-tinnya, yang dapat meloloskan diri!
Aku roboh di tangan ketiga paman guru dari Sam Tiauw Boe Koan ..... !"
Han Han mengerutkan alisnya.
"Coba kulihat lukamu, Toako!" kata Han Han kemudian.
Wajah Chiu Liat Wie jadi berubah merah, dengan gugup dia mengulapkan
ta-ngannya. "Tak usah ..... tak usah!" katanya cepat.
"Heh ?" Han Han melengak. "Kenapa tak usah?"
"Kukira luka yang kuderita ini tak seberapa, tak lama lagi tentu aku dapat
menyembuhkannya sendiri!" menyahuti Chiu Liat Wie.
"Tapi Toako ..... lihatlah di sudut alismu telah timbul warna gelap,
menandakan racun mulai bergerak kearah jantungmu!" kata Han Han.
Chiu Liat Wie tersenyum, dia menggeleng.
"Tak usah ..... terima kasih Lao-tee!" katanya cepat.
328 .
Han Han jadi bingung melihat sikap orang, juga merasa heran melihat ChiuLiat Wie begitu gugup waktu dia mengatakan ingin melihat luka yang diderita oleh
anak muda she Chiu itu. "Begini saja Toako!" kata Han Han kemudian. "Aku akan menyalurkan
racun yang mengeram di tubuhmu itu dengan menggunakan tenaga Lwee-kang .....
kemarikan tanganmu!"
Chiu Liat Wie tetap saja menggeleng.
"Tak usah .....!" katanya gugup.
Han Han jadi tambah heran.
"Bagaimana kalau sampai nanti racun naik kejantungmu, bukankah kau akan
binasa sia-sia belaka?" katanya.
Chiu Liat Wie menghela napas, dia tak menyahuti, wajahnya guram sekali.
Han Han memegang tangan orang, sambil berkata "Sudah, kau jangan
menolak bantuanku, Toako!"
Tapi Chiu Liat Wie telah menarik pulang tangannya dengan wajah yang
berubah merah kemaluan, sipat yang aneh ini benar-benar membingungkan Han
Han. "Toako ..... apakah kau tidak memandang kepandaian adikmu ini?" tanyanya
kurang senang. "Walaupun tak dapat disebut sempurna, tapi untuk mengeluarkan
racun yang mengendap di tubuh kukira aku masih sanggup "
Wajah Chiu Liat Wie jadi berubah merah. Dia menunduk dengan sikapnya
yang aneh itu. "Sudahlah Han Lao-tee ..... biarlah !
Nanti juga aku dapat menyembuhkannya sendiri!" kata anak muda she Chiu
itu. Tapi Han Han tak mau mengerti, dia mengerti, dia mengulurkan tangannya
mencekal tangan Chiu Liat Wie.
"Biarlah kubantu kau menyalurksn racun yang mengendap itu mengalir
keluar dari tubuhmu!" kata Han Han.
Chiu Liat Wie masih mau menarik pulang tangannya, tapi Han Han telah
mencekal tangannya erat-erat.
"Lemaskan urat-uratmu, Chiu Toako!'' kata Han Han kemudian.
Terpaksa Chiu Liat Wie berdiam diri, dia menatap Han Han dengan
pandangan yang luar biasa, tatapan yang luar biasa, tatapan yang memancarkan
rasa terima kasih, 329 .
Han Han sendiri, begitu mencekal tangan orang, dia jadi kaget bercampur
heran, karena tangan Chiu Liat Wie sangat halus seperti tangan seorang gadis.
Tapi, karena ingin menolong jiwa orang, tak dapat Han Han memikirkan keanehan
itu ..... dia mengerahkan tenaga Lwee-kangnya. Wajah Chiu Liat Wie jadi berubah
pucat pias waktu tenaga Lwee-kang Han Han menerobos melalui telapak
tangannya, butir-butir keringat dingin membasahi keningnya, dia menderita
kesakitan yang hebat dan seluruh tubuhnya dirasakan linu sekali. Dia memejamkan
matanya sambil menggigit bibir untuk menahan perasaan sakit yang dideritanya
..... *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 23 HAN HAN masih terus mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, keringat dingin
telah membasahi tubuhnya juga. Dengan cara bergelombang, dia mengirimkan
tenaga dalamnya itu melalui telapak tangannya Chiu Liat Wie.
Sedangkan anak muda she Chiu itu sendiri seperti juga tersiksa, dia
memejamkan matanya dengan tubuh menggigil hebat, keringat membanjiri kening
dan tubuhnya, sampai akhirnya ..... 'Uaaaaaa' segumpal darah hitam dimuntahkan
oleh Chiu Liat Wie. Seketika itu juga, Liat Wie merasakan tubuhnya segar
kembali. Melihat Chiu Liat Wie telah memuntahkan gumpalan darah mati, Han Han
menarik pulang tangannya, disekanya keringat yang membasahi keningnya.
"Aha ..... dengan begini, jiwamu tak mengalami ancaman bahaya maut lagi, Chiu Toa-ko !" kata Han Han kemudian sambil tertawa. "Hanya kau membutuhkan
beberapa hari untuk memulihkan tenagamu !"
Chiu Liat Wie mengangguk, dia juga menyeka keringatnya sambil
tersenyum. "Benar Lao-tee .....!" dia menyahuti. "Ternyata kau hebat sekali, Lweekangmu telah sempurna benar !"
Han Han cepat-cepat mengeluarkan kata-kata merendah. Setelah pasang
omong beberapa saat lagi, akhirnya Han Han mohon diri untuk kembali
kekamarnya. 330 .
Chiu Liat Wie mengantarkannya sampai ke depan pintu kamar.
Han Han tertidur nyenyak sekali malam itu, karena dia juga sangat letih
sekali. Maka dari itu, di saat matahari sudah naik tinggi, barulah anak muda she
Han ini mendusin dari tidurnya.
Setelah cuci muka dan sarapan pagi, Han Han menuju kekamar Chiu Liat
Wie. Tapi begitu dia sampai dikamar orang, dilihatnya pintu kamar tersebut
terkunci rapat. Dia menanyakan kepada seorang pelayan.
"Kong-coe yang memakai kulit musang?" tanya si-pelayan.
"Ya!' menyahuti Han Han. "Kemana dia?"
"Tadi pagi-pagi sekali Kong-coe itu telah keluar penginapan, sebelum pergi
dikatakan kalau memang ada yang mencarinya, datang saja kembali pada sorenya
....." "Oh ..... !" dan Han Han memberikan hadiah beberapa chie kepada pelayan
kemudian tanpa memperdulikan si pelayan yang berulang kali menyatakan terima
kasih padanya, Han Han menuju ke luar dari rumah penginapan tersebut.
Siang itu Han Han mengelilingi kampung tersebut, dia menuju ke sebuah
Sungai, menatap air sungai yang sudah membeku disebabkan musim salju. Udara
cukup dingin tapi seperti tak dirasakan oleh Han Han. Dia menatap jauh sekali
ssjauh mata memandang, hanyalah warna putih belaka yang terhampar di
hadapannya. Berada seorang diri di tempat yang demikian sepi dan sunyi dikelilingi oleh
salju yang dingin, menyebabkan pikiran Han Han jadi melayang-layang
mengenangkan masa lalunya yang penuh oleh penderitaan pahit, Dan, tanpa
disadarinya, entah berapa kali Han Han menarik napas.
Di kala menjelang senja, barulah dia kembali kerumah penginapannya. Dia
mendekati tungku tempat peranti menghangatkan.tubuh dari serangan hawa dingin.
Disitu hanya ada beberapa orang pelayan yang duduk dekat tungku untuk
menghangatkan tubuh mereka yang menggigil kedinginan, waktu melihat Han Han
menghampiri, mereka cepat-cepat menyingkir memberi tempat kepada tamu
mereka itu. Han Han duduk di sebuah bangku rotan, dia menghangati tubuh sesaat
lamanya, kemudian memesan dua kati arak, yang lalu diteguknya perlahan-lahan
seorang diri. Hawa udara yang dingin diiringi oleh bunga-bunga salju yang turun
cukup deras di luar rumah penginapan, benar-benar tak begitu menggembirakan.
Han Han jadi jengkel berdiam seorang diri di dalam rumah penginapan itu, apa lagi
331 .
waktu dia melirik, dilihatnya para pelayan sedang menatapnya dengan sudut mata
mereka, Han Han jadi tambah mendongkol. Tanpa terasa, dua kati arak telah
diteguk habis. Malah dia memesan lagi dua kati arak yang diperintahkan kepada
pelayan untuk dibawa ke dalam kamarnya, sedangken Han Han sendiri telah
mendahului menujn ke kamarnya. Dibukanya baju dinginnya, kemudian dia duduk
menghadapi jendela sambil memikirkan rencana selanjutnya dari perjalanannya.
Tadi waktu dia akan memasuki kamarnya, dia melewati kamar Chiu Liat
Wie, dilihatnya pintu orang she Chiu itu masih terkunci rapat.
Menjelang malam, di saat Han Han menyuruh seorang pelayan untuk
menengok apakah Chiu Liat Wie telah kembali atau belum, ternyaia pintu orang
she Chiu itu masih tertutup rapat.
Han Han jadi heran, mengapa Chiu Liat Wie pergi memakan waktu yang
begitu lama" Kemanakah anak muda she Chiu itu"
Akhirnya, karena kesal berada seorang diri di dalam kamar Han Han
menyambar mantel dinginnya, dipakai kembali dan dia pergi keluar dari rumah
penginapan. "Tanpa mengetahui tujuan dia keliling-keliling di dalam kampung itu. Salju
masih turun malah lebih deras dari tadi, sehingga di jalan jarang sekali tampak
orang berlalu-lalang. Keadaan sangat sepi. Apa lagi pada saat itu udara menjelang
malam dan dingin sekali, sehingga hampir sama sekali tak ada orang di jalan yang
dilalui oleh Han Han. Lama juga anak muda she Han tersebut berjalan seorang diri di antara derai
hujan salju yang menyiram tubuhnya, sehingga hawa dingin benar-benar terasa.
Tapi, waktu Han Han sampai di dekat jalan Tiang-koei-moei di antara
kesunyian yang mencekam jalan tersebut, tampak berkelebat sesosok tubuh dengan
gerakan yang gesit luar biasa. Bayangan itu berlari ke arah selatan.
Han Han sebetuliya tak begitu menaruh perhatian pada sosok bayangan itu,
dia menduga hanya orang yang kebetulan lewat. Namun melihat gerakan orang itu
hanya gesit luar biasa, hati Han Han jadi tergerak. Dengan cepat dia telah merobah
pendiriannya dan menguntit orang itu.
Ternyata sosok tubuh yang dikuntitnya itu sangat gesit dan lincah, di antara
licinnya jalan yang tertutup oleh salju, gerakan orang itu tak kurang gesitnya.
Han Han menguntit dalam jarak yang tertentu, karena dia tak ingin orang
yang dikuntitnya itu mengetahui. Dalam waktu yang singkat, Han Han telah
menguntit sampai di luar kampung. Orang itu masih berlari terus, sampai akhirnya,
332 .
ketika sampai di dekat muka hutan yang sudah tertutup oleh salju, orang itu
menghentikan larinya, malah telah membalikkan dirinya dan tertawa dengan suara
yang nyaring. "Lao-tee .....!" terdengar dia berkata."Pemandangan disini cukup indah .....
kukira tak kecewa kau menguntitku dalam saat seperti ini .....!"
Waktu orang itu membalikkan tubuhnya dan berkata, Han Han jadi
merandek, dia melengak, karena segera juga dia dapat mengenali bahwa orang itu
adalah Ciu Liat Wie, Toa-ko, kakak, angkatnya !
"O ..... kau Chiu Toa-ko !" kata Han Han sambil menghampiri. "Kau jail
sekali Toa-ko yang telah menggodaku !"
Chiu Liat Wie tertawa. "Tadi waktu akan kembali ke penginapan, kulihat kau sedang berjalan
sambil termenung. Sengaja aku ingin mempermainkanmu, Lao-tee !'" menyahuti
anak muda she Chiu itu. Han Han tertawa. "Rupanya urusan luar biasa yang telah kau hadapi itu, Toa-ko !" kata Han
Han kemudian. "Apakah sudah selesai " Kalau belum ..... hmmm, Lao-teemu
bersedia untuk menyumbangkan tenaganya."
Chiu Liat Wie tertawa lagi, dia menghampiri Han Han dan mencekal tangan
anak muda itu. "Terima kasih Lao-tee .....!" kata Chiu Liat Wie. "Aku memang tahu Lao-tee
sangat baik .....! Nah, mari aku ingin menunjukkan sesuatu padamu !"
"Memmjukan apa Toa-ko ! " tanya Han Han heran. Chiu Liat Wie telah
ketawa lagi. "Mari kau ikut aku ..... nanti kau akan mengetahui juga!" katanya dan dia
sendiri telah berlari meninggalkan tempat itu dengan gesit.
Han Han terpaksa mengikuti di belakangnya.
Dalam waktu yang singkat, mereka telah tiba di suatu tempat yang indah. Di
situ, di suatu tempat di luar kampung, terdapat sebuah danau yang airnya telah
membeku menjadi es, sedangkan di sekelilingnya tampak pohon-pohon yang besar
dan tertimbun oleh salju. Pemandangan itu benar-benar indah daa menarik.
"Indah bukan ?" tanya Chiu Liat Wie waktu melihat orang menatap
sekeliling tempat itu dengan pandangan mata yang memancarkan perasaan kagum.
Han Han mengangguk. 333 .
"Ya ..... tempat ini sangat indah Toa-ko!" katanya menyahuti perkataan Liat
Wie. Anak muda she Chiu tersenyum, dia menunjuk kesuatu tempat.
"Lihatlah .....!" katanya. .
Han Han menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Liat Wie, tapi dia tak bisa
melihat apa-apa, melainkan batu-batu yang besar dan tertutup oleh salju.
"Apakah kau telah melihatnya ?" tanya Liat Wie waktu melihat orang
memandang kesima pada batu-batu yang ada di tempat itu.
Han Han menggeleng. "Apa yang dimaksudkan oleh Toa-ko ?" tanyanya tak mengerti. "Kau masih
tak melihat?" Han Han menggeleng lagi.
"Aku tak mengerti maksud Toako !" dia menyahuti, "Barang apakah yang
kau maksud" " Liat Wie telah ketawa lagi.
"Kau telah melihat batu yang agak menjorok keluar di samping kanan itu
bukan?" tanya anak muda she Chiu ini kemudian.
Han Han mengangguk. "Nah ..... Lihatlah, disamping batu itu terdapat pohon bunga yang tak mati
disebabkan musim dingin!" menerangkan Chiu Liat Wie.
"Heh ?" dan Han Han mempertajamkan penglihatannya. Benar saja, di
antara celah batu itu, dilihatnya sebuah pohon bunga yang daunnya tak gugur
disebabkan hawa dingin musim salju ini, malah telah berbunga, bunganya itu
berwarna merah darah dan indah sekali. "Ya, aku telah melihatnya Toa-ko,
tampaknya indah sekali !"
"Tampaknya indah ..... !" Liat Wie seperti mengulangi perkataan Han Han,
kemudian ketawa gelak-gelak sehingga Han Han jadi heran memandangnya.
"Kenapa kau Toa-ko !" tanyanya.
Liat Wie menghentikan suara tawanya, dia menatap Han Han dengan tatapan
yang luar biasa. "Kau tahu Lao-tee bahwa bunga itu adalah Swat-hoa, bunga es, sehingga di
kala musim Choen, dingin, dia malah berbunga! Itulah keistimewaannya ! Malah
yang hebat, chasiat dari bunga Swat-hoa itu, kalau ada seorang manusia yang
beruntung bisa memperolehnya dan memakannya, maka manusia itu akan menjadi
seorang jago yang kosen luar biasa sekali, sebab tenaga Lwee-kangnya akan
berlipat ganda menjadi seratus kali dari yang dimilikinya !"
334 .
"Kalau begitu di dalam rimba persilatan terdapat banyak orang-orang gagah
Toa-ko, sebab siapa saja bisa memakan bunga es itu, bukan ?" tanya Han Han.
"Aha, apakah kau kira bunga itu akan mudah diperoleh ?" tanya Liat Wie.
"Swat-hoa merupakan bunga langka, yang jarang sekali terdapat dan ditemui
orang. Kalau memang tak mempunyai rejeki yang luar biasa besarnya, tak
mungkin orang akan dapat menemui bunga es tersebut. Banga itu baru tumbuh dan
berbunga setelah berselang tiga ratus tahun! Lagi pula, jarang sekali ditemukan
orang bunga itu !" Oh ..... pohon yang ajaib dan luar biasa!" kata Han Han. "Tiga ratus tahun,
baru berbunga ! Itulah suatu hal yang tak bisa masuk diakal !" ,
"Jadi kau ingin mengatakan bahwa kau tak mempercayai perkataanku, Laotee !" tanya Liat Wie sambil tersenyum. Wajah Han Han jadi berubah merah.
"Mana berani aku mempunyai dugaan begitu, Toa-ko "!" kata Han Han cepat.
"Aku hanya mengatakan bahwa Swathoa adalah bunga yang benar-benar
ajaib dan luar biasa sekali ! Hmmm. ..... kalau memang kau memperolehnya, tentu
kau akan menjadi seorang jago yang tiada taranya Toa ko !"
"Ya, kalau memang aku ingin memakan bunga itu, sebab dengan di
makannya bunga Swat-hoa, barulah kita akan memperoleh kemujijatannya."
menyahati Liat Wie. "Tapi aku malah sebaliknya tak ingin memakan bunga itu !"
"Heh " Mengapa begitu Toa-ko " " tanya Han Han kaget.
Liat Wie tersenyum lagi. "Aku ingin menghadiahkan bunga es itu kepadamu Lao-tee !" kata Liat Wie
sambil tersenyum dan menatap Han Han dengan kilatan mata yang luar biasa
sekali. '"Heh" Apa katamu ?" tanya Han Han terkejut. "Kau jangan main-main Toako !.'"
"Siapa yang bergurau denganmu, Lao-tee?" balik tanya anak muda she Chiu
itu sambil tetap tersenyum.
Han Han jadi gugup tak keruan.
"Mana boleh jadi begitu ! Mana bisa begitu !" kata anak muda she Han
tersebut dengan suara tergetar. "Terima kasih atas maksud baik Toako, tapi Lao-tee
tak bisa menerimanya ! Budi itu terlampau besar bagiku!"
Liat Wie telah ketawa lagi melihat orang begitu gugup.
"Tenang dulu Lao-tee!" kata Liat Wie lagi. "Aku mengatakan bahwa bunga
Swat-hoa itu akan kuhadiahkan kepadamu, tapi entah kita berbasil
335 .
memperolehkannya atau tidak .....! Hal itu belum pasti, karena tak lama lagi akan
datang beberapa jago kosen yang juga ingin memperebutkan bunga tersebut."
Han Han bara dapat menarik napas lega.
"Toako ..... kau keterlaluan "!" kata Han Han. "Sedangkan kau sendiri akan
berjuang mati-matian untuk memperebutkan bunga itu, masakan kau ingin
menghadiahkan kepadaku ! Sudahlah Toako, bunga Swat-hoa tetap akan menjadi
milikmu, biar bagaimana aku akan membantu sekuat tenagaku !"
Wajah Chiu Liat Wie jadi berseri-seri mendengar janji yang diberikan Han
Han. "Terima kasih Lao-tee!" katanya. "Aku yakin kalau memang kau mau
membantuku dan turun tangan menempur orang-orang yang akan memperebutkan
bunga Swat-hoa tersebut, niscaya bunga itu akan menjadi milik kita!"
Han Han mengangguk. "Tapi Toa-ko ..... !" katanya sesaat kemudian.
"Kenapa " " tanya Chiu Liat Wie sambil menatap wajah adik angkatnya.
"Mengapa kita tak mengambilnya saja bunga itu di saat orang-orang yang
lainnya belum datang ?" tanya Han Han yang mengemukakan usulnya.
Liat Wie tertawa gelak-gelak.
"Kami telah mengadakan suatu perjanjian untuk mengadakan pertemuan dan
bertempur memperebutkan bunga es itu. Mana dapat kami berbuat begitu rendah ?"
Wajah Han Han jadi berubah merah.
"Ya ..... adikmu tadi telah salah bicara !" katanya cepat. "Tadinya kukira
yang ingin memperebutkan bunga es ini adalah bangsa orang-orang kasar ..... "
"Hmmm ..... apakah kalau yang akan datang memperebutkan bunga es itu
adalah orang-orang kasar, apakah mereka itu cukup berharga untuk bertempur
dengan Toako-mu ini?"
Kembali wajah Han Han jadi berubah merah.
"Sudahlah Lao-tee ..... mari kita duduk di situ untuk melenyapkan lelah!"
kata Liat Wie waktu melihat sikap orang yang kikuk. Dia sendiri telah menuju ke
balik sebuah batu yang ada di situ, lalu duduk, duduk bersila.
Han Han mengikutinya, dia duduk di dekat Chiu Liat Wie, Mereka menatap
salju yang turun halus sekali, semakin menebal menutupi bumi.
"Kau tak dingin, Lao-tee?" tanya Chiu Liat Wie tiba-tiba sambil menoleh
dan menatap wajah Han Han,
Han Han menggeleng. 336 .
"Kau .....?" dia balik bertanya.
Liat Wie juga menggeleng.
"Hanya ..... hatiku agak berdebar !" menyahuti sang Toa-ko angkat ini.
"Mengapa ?" tanya Han Han heran.
Liat Wie tersenyum, senyumnya itu agak luar biasa, juga matanya
memancarkan cahaya yang berkilat aneh sekali.
"Mungkin aku terpengaruh oleh keadaan dan situasi sekarang ini, aku takut
nanti jangan-jangan bunga es itu akan jatuh ketangan jago lainnya, sehingga aku
tak bisa menghadiahkannya untukmu, Lao-tee !" kata Liat Wie.
"Jangan Toa-ko memikirkan hal itu ! " kata Han Han cepat. "Bagiku bunga
es tak begitu kuharapkan, asalkan Toako selamat dan memperoleh kemenangan ! "
Liat Wie mengangguk. Baru saja dia ingin berkata tiba-tiba terdengar suara
lengkingan yang tinggi sekali, dibarengi oleh sosok tubuh yang melayang pesat
dari atas pohon. "Aha, ternyata kau bisa dipercaya, orang she Chiu ! " kata orang itu dengan
suara yang nyaring. "Sebetuinya aku sudah menunggumu dan jago-jago lainlainnya sejak tadi. Aku ingin lihat apakah kau mempunyai maksud yang rendah
dan mengambil bunga Swat-hoa itu sebelum yang lainnya datang kemari! Ah,
rupanya kau seorang Eng-hiong juga yang berusaha menjauhi perbuatan rendah !"
Waktu melihat orang itu wajah Chiu Liat Wie berubah-.
"Apakah kau duga aku ini manusia rendah, Kong Cong ?" tanyanya dengan
suara yang tawar.

Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Mana berani aku mempunyai pandangan begitu"!" kata orang yang
dipanggil Kong Cong itu dengan cepat. "Hanya aku ingin menyaksikan dengan
mata kepalaku sendiri, apakah Chiu Siauw-hiap yang terkenal itu tetap tak akan
mengambil Swat-hoa sebelum jago-jago lainnya datang kemari !"
Mata Chiu Liat Wie mencilak, sedangkan Han Han heran menatap orang
yang dipanggil Kong Cong oleh Liat Wie, dia juga terkejut, kerena sebagai seorang
yang kosen, seharusnya Han Han mesti mengetahui bahwa di atas pohon di
dekatnya itu terdapat seorang yang bersembunyi. Tapi nyatanya dia dan Liat Wie
tetap saja tak mengetahui. Itulah agak luar biasa, karena dengan begitu
menunjukkan bahwa orang yang dipanggil Kong Cong itu lihai sekali.
"Bagaimana " " tanya orang yang dipanggil Kong Cong itu sambil tetap
tertawa. "Apakah yang lainnya pasti akan memenuhi janji kita "!"
337 .
"Mereka pasti akan datang, mustahil mereka tak mengiler untuk memperoleh
Swat-hoa ?" menyahuti Chiu Liat Wie.
Kong Cong telah ketawa lagi, dia sebetulnya she Wu dan bernama Kong
Cong. Wajahnya tirus, seperti potongan tikus, lebih-lebih dengan adanya kumis
panjang yang melintang, dan matanya berkilat jelalatan kekiri dan kekanan,
sehingga wajahnya itu lebih mirip muka tikus. Usianya telah lima puluh tahun
lebih. "Kalau begitu kita tunggu saja sampai mereka datang !" kata Wu Kong Cong
kemudian. Liat Wie mengangguk. Baru saja Wu Kong Cong ingin berkata lagi, tiba-tiba dari atas pohon
lainnya telah melompat turun dua sosok tubuh lainnya.
"Kami juga sudah sejak tadi datang kemari!" kata kedua orang itu hampir
berbareng. Wajah Liat Wie dan Kong Cong jadi berubah. Han Han sendiri heran,
karena dengan sendirinya, kedua orang yang baru datang itupun lihai sekali.
"Aku Gu Kim Ciang hanya ingin menyaksikan keramaian saja!" kata orang
yang satunya. "Akupun hanya ingin mencicipi gurihnya bunga es itu !" kata yang
seorangnya lagi. "Aha, rupanya kau Gu Kim Ciang dan Ma Liang telah datang pula !" kata
Liat Wie cepat. "Terimalah hormatku!"
Dan, benar-benar Liat Wie memberi hormat dengan membungkukkan tubuh
kearah Gu Kim Ciang dan Ma Liang.
Kedua orang yang baru datang itu jadi repot menerima penghormatan anak
muda she Chiu. Malah Gu Kim Ciang telan mengulap-ulapkan tangannya.
"Sudahlah! Jangan pakai banyak peradatan ! " kata orang she Gu itu. "Mari
kita mulai saja pertandingan untuk menentukan siapa yang berhak untuk memiliki
bunga Swat-hoa itu ! " Tiba-tiba mata Gu Kim Ciang mencilak waktu melihat Han
Han. "Eh, siapa dia " Rasanya aku pernah melihat bocah itu !"
Tadi melihat Chiu Liat Wie memberi hormat kepada Gu Kim Ciang dan Ma
Liang, maka waktu ditanya begitu oleh orang she Gu tersebut, cepat-cepat Han
Han membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada kedua orang itu.
"Boan-pwee she Han dan bernama tunggal Han." kata Han Han. "Terimalah
hormat Boan-pwee ini.....!"
338 .
Ma Liang membalas hormat Han Han dengan membungkukkan tubuhnya
sedikit, tapi berbeda dengan Ma Liang, Gu Kim Ciang malah telah menghampiri
dan mencekal tangan Han Han.
"Kau she Han ?" tanyanya.
"Ya !" Han Han mengangguk membenarkan.
Gu Kim Ciang mengerutkan alisnya.
"Aku seperti pernah bertemu denganmu !" kata Gu Kim Ciang lagi. "Entah
di mana .....aku sudah tak ingat lagi!"
Han Han juga jadi ikut heran.
"Loo-cianpwee pernah bertemu denganku ?" tanyanya.
Gu Kim Ciang mengangguk. "Heh ..... tapi entah di mana !" sahut Kim Ciang. Tapi, tiba-tiba dia menepuk
kepalanya, wajahnya berseri-seri. "Aha, aku ingat! Wajahmu mirip dengan Han
Loo-kui !" "Han Loo-kui ?" tanya Han Han tambah heran, karena nama itu baru
pertama kali di dengarnya.
"Ya, kau mirip sekali dengan Han Swie Lim." kata Gu Kim Ciang.
"Han ..... Han Swie Lim " " Han Han terhenyak seperti mendengar suara
petir di tengah hari. "Loo cian-pwee ..... kenal dengan ayahku "!"
"Ya ! Malam itu keluarga Han Loo-kui telah mengalami bencana yang hebat
! " menyahuti Gu Kim Ciang. "Sebetulnya aku datang kesana untuk menengoki
kesehatannya, tapi tak diduga orang-Pak Bwee Kauw, dengan dipimpin langsung
oleh Kauw-coe-nya, yaitu Thio See Ciang, mereka menggempur rumah tangga
Han Swie Lim !. Aha, jadi kau puteranya "! Bagus ! Pada malam itu, aku berhasil
merebut sejilid kitab pusaka keluargamu !" dan setelah berkata begitu, Ga Kim
Cian merogoh sakunya mengeluarkan sejilid kitab, yang diserahkan kepada Han
Han. Han Han menerima dengan air mata menitik.
"Terima kasih Loo-cian-pwee ! " Kata anak muda she Han ini. "Dia juga jadi
teringat, hancurnya keluarga Han disebabkan oleh kitab yang diberikan Gu Kim
Ciang ini, yang menjadi rebutan di antara orang-orang gagah.
"Waktu itu, sebetulnya kitab ini telah jatuh ke tangan Thio See Ciang, tapi
aku masih keburu merebutnya !" menerangkan Gu Kim Ciang. "Dan setelah
berhasil merebut kitab ini, aku melarikan diri ke Hoe-lam, dengan dikejar kejar
oleh orang-Pek Bwee Kauw."
339 .
"Tapi Loo-cian-pwee ....." kata Han Han agak ragu.
"Kenapa ?" "Bolehkah Boan-pwee mengetahui siapa sebetulnya yang telah mencelakai
orang tua Boan-pwee ?" tanya Han Han lagi sambil menatap Gu Kim Ciang
dengan kilatan mata yang tajam.,
"Hmm ..... siapa lagi kalau bukan Thio See Ciang !" menyahuti Gu Kim
Ciang. Seketika itu juga hati Han Han bergolak, di saat itu dia berjanji, biar
bagaimana dia akan mencari Thio See Ciang untuk membalas sakit hati
keluarganya. "Sekarang di mana kedua orang tuamu ?" tanya Gu Kim Ciang waktu anak
muda she Han tersebut berdiam diri.
Tanpa dapat dibendung lagi, Han Han jadi menangis terguguk-guguk, dia
menceritakan segalanya, menceritakan bagaimana kedua orang tuanya telah gila
akibat getaran otak. "Kasihan..... !" kata Gu Kim Ciang dan baru saja dia bermaksud untuk
menghibur anak muda she Han itu, Ma Liang yang sudah tak sabar telah berteriak:
"Ayo .....kita mulai bertanding ! Di sini bukan tempat bertangis-tangisan !"
Gu Kim Ciang mendengus ketawa dingin.
"Baik ! Belum tentu kau dapat mengalahkan kami ! " katanya. "Hmmm .....
kau akan menjadi seorang pecundang yang mengenaskan sekali. "
Ma Liang juga ketawa dingin.
"Kita lihat saja nanti !"
Wu Kong Cong juga telah menghampiri. "Ayo kita mulai !" katanya.
Chiu Liat Wie menghampiri Han Han, dia membujuk si-anak muda she Han
tersebut, untuk mengurangi perasaan duka yang sedang bergolak di hati Han Han.
Pada saat itu Gu Kim Ciang telah bertanya lagi: "Siapa yang akan maju
bertanding dulu "!"
"Aku dan kau !" menyahuti Ma Liang dengan suara yang keras.
"Begitu juga boleh !" kata Kong Cong yang sudah lantas melompat
kesamping, sehingga Ma Liang dan Gu Kim Ciang jadi saling berhadapan.
"Mulai !" kata Ma Liang dengan suara yang keras dan nyaring sekali.
Gu Kim Ciang sudah tak berlaku sungkan-sungkan lagi, dia melompat
tinggi, di saat tubuhnya sedang meluncur turun, kedua tangannya bergerak,
340 .
menyerang Ma Liang dengan jurus 'Sin Ciang Pat Ta' atau 'Delapan pukulan
tangan malaikat'. Ma Liang ketawa dingin, dia mendengus sambil merobah kedudukan
kakinya, yang digeser ke samping, kemudian dibarengi dengan tangannya yang
bergerak menangkis dengan jurus 'Liat Si m Ciang' atau 'Pukulan membelah hati'.
Hebat tangkisan Ma Liang ini, karena selain dia menangkis, pun orangyshe-Ma
tersebut telah balas menyerang kearah dada Gu Kim Ciang, maka seperti namanya,
kalau pukulan tersebut mampir, tepat di dada Kim Ciang, hati orang she Gu
tersebut akan terhajar hancur terbelah ....."
Tapi Kim Ciang kosen, melihat,serangannya ditangkis oleh Ma Liang, malah
orang she Ma itu telah balas menyerang, dia cepat-cepat menarik pulang
tangannya, lalu dikibaskan ke samping, diputar setengah lingkaran dan
membarengi dengan itu dia menyerang lagi dengan jurus 'Pheng Tee Teng In' atau
'Awan hujan ditanab datar', tangan kiri dan tangan kanannya bergerak sebat sekali,
di samping menangkis, dia juga melancarkan serangan.
Begitulah, kedua orang tersebut jadi bertempur dengan hebat, angin
serangan mereka menderu-deru, mendatangkan angin yang kuat dan hebat, karena
diiringi oleh tenaga Lwee-kang, desiran tenaga dalam.....!
Han Han, Chiu Liat Wie dan Wu Kong Cong menyaksikan dari samping,
selama pertempuran antara Ma Liang dan Gu Kim Ciang berlangsung, ketiga orang
tersebut tak mengeluarkan sepatah katapun, perhatian mereka tercurahkan
seluruhnya pada jalannya pertempuran.
Pada saat itu tampak Ma Liang telah menyerang lagi dengan hebat,
menyerang dengan menggunakan jurus 'Lui Ho Ceng Thian' atau 'Suara tambur
menggetarkan jagad', disusul kemudian dengan jurus 'Sin Hong Teng Kong' atau
'Burung Hong terbang kelangit", dan kedua serangan itu merupakan serangan yang
berbahaya sekali, yang mendatangkan angin serangan yang kuat luar biasa.
Tapi, karena Gu Kim Ciang kosen sekali, maka dia tak menjadi gugup,
malah dengan tenang orang she Gu itu telah menangkis dan balas menyerang
dengan menggunakan jurus 'Tee In Ciong' atau 'lompatan awan tangga', tubuhnya
bergelombang berlompatan tinggi, waktu turun, dia balas menyerang. Setiap
ssrangannya, juga mengandung tenaga dalam yang luar biasa kekuatannya.
Kedua tangan mereka, tangan kiri Gu Kim Ciang dan tangan kanannya Ma
Liang saling bentur, tubuh mereka tergetar, tampak keduanya saling mundur
341 .
beberapa langkah ke belakang, kemudian mereka saling serang lagi, dan bertempur
dengan hebatnya. "Hmm..... Gu Loo-cian-pwee akan memperoleh kemenangan !" kata Han
Han sesaat kemudian setelah sekian lama menyaksikan jalannya pertempuran.
"Mengapa kau bisa menduga begitu ?" tanya Liat Wie sambil menoleh dan
menatap Han Han. "Kepandaian Gu Loo-cian-pwe; lebih ting gi satu tingkat dari Ma Loocianpwee !" menyahuti Han Han.
"Belum tentu!" kata Chiu Liat Wie sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Kita lihat saja!" kata Han Han mengalah, dia tak mau berdebat dengan Toako angkatnya ini.
Chiu Liat Wie tersenyum dan melirik Han Han dengan tatapan mata yang
luar biasa sekali. Pertempuran masih berjalan terus dengan seru. Dan dengan mengeluarkan
suara teriakan yang nyaring sekali, tampak Gu Kim Ciang menyerang Ma Liang
dengan jurus 'Mo In Cap Pwes' atau 'Mencakar awan dengan delapan belas jurus',
tangannya bergerak-gerak akan mencengkeram pundak, dada, lambung, leher dan
kepala Ma Liang. Hebat sekali serangan Gu Kim Ciang itu, sehingga angin
serangannya juga menderu-deru menyambar kearah Han Han serta Chiu Liat Wie.
Ma Liang terkejut waktu melihat Gu Kim Ciang merobah cara
menyerangnya, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan. Tapi waktu itu,
tubuhnya sedang terapung, sehingga dia tak bisa mengelakannya seketika itu juga,
dengan mengeluarkan seruan dia berusaha untuk menyampok tangan Kim Ciang
yang sedang menyambar perutnya, kemudian, di saat tubuhnya dapat menginjak
salju, dia membalik telapak tangannya akan menghajar kepala Gu Kim Ciang.
Ma Liang lihai sekali, walaupun keadaan dirinya terdesak, tokh dia masih
dapat mengelakkan dan malah balas menyerang.
Kim Ciang cepat-cepat menarik pulang tangannya, dia mengibaskan dengan
lengan jubahnya yang kebesaran, disusul oleh dua seangan lainnya, yaitu dengan
jurus 'Tin San Ciang ' atau 'Pukulan menggetarkan gunung ', kemudian disusul
dengan ' Boen Sie Ciam Ciang" atau ' Pukulan jarum kumis nyamuk ', dan pukulan
yang terachit ini digunakan dengan mempergunakan jeriji telunjuknya, yang
bermaksud menotok jalan darah Ma Liang,
342 .
Ma Liang mana mau dihajar kegitu, apa lagi dia cukup kosen, maka dari itu,
dia menjejakkan kakinya, tubuhnya melambung tinggi sekali untuk mengelakkan
serangan jeriji mautnya Gu Kim Ciang. Namun, Kim Ciang tak mau memberi hati,
di saat orang melesat tinggi, dia juga mejejakkan kakinya, maka tubuhunya
mengikuti Ma Liang melesat keatas juga, tahu-tahu jari telunjuknya itu telah dapat
menotok jalan darah Kie-ma-hiatnya orang she Ma itu, sehingga tanpa ampun lagi,
tubuh Ma Liang terjungkel roboh keatas tumpukan salju, sehingga bunga salju
berterbangan ke sekelilingnya
Yang lainnya ketika melihat hai itu, jadi mengeluarkan seruan tertahan, lapi,
Ma Liang sendiri di kala tubuhnya ambruk menimpa salju, dia sudah lantas
mencelat bangun kembali, wajah orang she Ma tersebut jadi berubah merah padam.
"Kepandaianmu memang lebih tinggi satu tingkat dariku, orang she Gu !"
karanya dengan suara penasaran. "Hmmm..... aku memaug tak mempunyai rejeki
untuk memiliki bunga Swat-hoa itu ! Sudahlah !" dan setelah berkata begitu, dia
memutar tubuhnya, kemudian sekali menjejakkan kakinya, tubuhnya telah
mencelat akan berlalu. Gu Kim Ciang sendiri jadi tak enak hati, dia ingin menahannya. Tapi, belum
lagi dia berteriak untuk mencegah kepergian Ma Liang, orang she Ma itu telah
mencelat jauh dan dalam waktu yang sekejapan saja, telah jauh sekali.
Chiu Liat Wie sendiri telah menepuk paha Han Han.
"Kau benar Lao-tee!" katanya dengan suara yang nyaring. "Aku yang kalah
!" Han Han hanya ketawa. Baru saja dia ingin berkata, anak muda she Chiu
tersebut telah melompat mendekati Gu Kim Ciang.
"Gu Loo-cianpwee.....!" kata Liat Wie sambil membungkukkan tubuhnya
menjura pada Kim Ciang. "Sekarang Boan-pwee yang ingin minta pengajaran dari
Loo-cianpwee, Boan-pwee harap Lo-cian-pwee tak menurunkan tangan keras
kepadaku !" Gu Kim Ciang tertawa. "Aha ..... aku yang jadi segan untuk bertempur denganmu, anak muda!" kata
Kim Ciang sambil tertawa.
"Mengapa harus segan ?" tanya Chiu Liat Wie sambil mengiringi tertawanya
orang she Gu itu. "Bukankah kalau memang Boan-pwee mempunyai rejeki, maka
Boan-pwee dapat memperoleh bunga Swat-hoa itu!"
Mendengar perkataan Chiu Liat Wie, Gu Kim Ciang jadi tertawa lagi.
343 .
"Benar! Benar!" katanya sambil tertawa. "Siapa tahu aku si-tua dapat
dirobohkan oleh si muda ?"
"Mana berani Boan-pwee mempunyai pikiran begitu "!" kata Liat Wie cepat.
"Pa-ling-paling juga Boan-pwee mengharapkan Loo-cianpwee mengalah sedikit!"
"Baik! Majulah !" kata Kim Ciang sambil mengibaskan lengan bajunya,
Chiu Liat Wie tak berlaku sungkan lagi, dia telah bersiap-siap dengan bheshi
yang kuat sekali. Kemudian sambil mengeluarkan teriak : "Jaga.....!" tangannya
meluncur menyerang ke arah dada Gu Kim Ciang.
Kim Ciang yang melihat tenaga serangan anak muda she Chiu tersebut tak
kuat, seketika itu juga dia mengetahui bahwa orang menyerang dengan serangan
pancingan. Maka dari itu, Kim Ciang hanya tertawa, tapi tak berusaha untuk
mengelakkannya. Benar saja, waktu melihat orang tak mengelakkan diri dari serangaunya, Liat
Wie telah menarik pulang tangannya, sekali putar, tangannya itu telah terbalik
dengan telapak tangan di sebelah atas dan meluncur dengan tenaga penuh kearah
dada Gu Kim Ciang. Gu Kim Ciang miringkan tubuhnya sedikit, tangan anak muda she Chiu itu
lewat di sisi tubuhnya, kemudian dengan tangan kirinya Kim Ciang mengetuk jalan
darah Tay-hu-hiatnya anak muda itu yang terletak di pergelangan tangan.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Liat Wie ketawa panjang, nyaring sekali suara tertawanya itu, sehingga
sampai menggema. Sambil tertawa, dia telah menarik pulang serangannya, disusul
oleh tangan lainnya yang bermaksud mencengkeram pundak Kim Ciang.
Hebat anak muda she Chiu ini ! Dia mengetahui kalau mereka mengadu
tenaga dalam, belum tentu dia dapat memperoleh kemenangan, maka dari itu Liat
Wie bertempur dengan mengandalkan kelincahan dan kegesitannya. Dari itu, dia
dapat memperoleh keuntungan yang tak kecil. Lagi pula Gu Kim Ciang turun
tangan setengah hati sehingga Liat Wie dapat bertempur dengan leluasa.
Gu Kim Ciang sendiri, waktu melihat pundaknya akan dicengkeram oleh
anak muda she Chiu tersebut, dia tertawa sambil menjejakkan kakinya, sehingga
tubuhnya mencelat menjauhi Liat Wie,
"Licik kau anak muda! " kata Kim Ciang sambil tersenyum,
Chiu Liat Wie tercengang, dia sampai merandek.
"Heh" Mengapa Gu Loo-cianpwee mengatakan Boan-pwee licik?" tanyanya.
344 .
"Aha, .....kau bertempur dengan mengandalkan kelincahanmu, apakah kalau
memang aku mau menurunkan tangan sungguh-sungguh, kau kira kau dapat
meloloskan diri dari tanganku " "
Wajah Liat Wie berubah merah, dia tertawa.
"Mengapa Cian-pwee tak mau menurunkan tangan yang cukup keras agar
Boan-pwee tak mempunyai rejeki memiliki bunga Swat-hoa itu ?"
?"Baik ! Baik !" kata Gu Kim Ciang. "Sekarang aku malah ingin
memperlihatkan padamu, dalam dua jurus, kau akan kurobohkan !"
"Kalau memang dalam dua jurus, Loo-cianpwee tak bisa merobohkan boanpwee janji apa yang akan diberikan oleh Gu Loo-cianpwee ?"
"Hmmm..... aku akan memberikan bunga Swat-hoa menjadi-milikmu !"
menyahuti Kim Ciang. "Bagus! Seranglah Boan-pwee !" tentang Liat Wie sambil tertawa, dia
gembira, karena dia yakin, dia akan dapat mempertahankan diri selama dua jurus.
Gu Kim Ciang sendiri telah melompat akan menyerang, tangannya diulurkan
kemuka, kemudian dengan mengeluarkan seruan panjang dia menyambar ke arah
kopiah anak muda itu. Liat Wie mengelakkan sambi tertawa-tawa, dia juga berseru : "Ini boleh
dibilang jurus pertama !" katanya.
"Benar ! " menyahuti Kim Ciang. "Dan ini jurus yang kedua !" dan tangan
orang she Gu tersebut telah meluncur cepat sekali, dia menggunakan tangan kiri
untuk menyerang dada anak muda she Chiu, sedangkan tangan kanannya akan
mencengkeram kepala Chiu Liat Wie.
Hebat serangan itu, karena Gu Kim Ciang merggunakan jurus 'Leng Kun Liu
Sah' fitau 'Arus ombak mendorong pasir', dan serangan dengan jurus itu terbagi
beberapa gerakan yarg berbahaya dan sangat sebat sekali, kalau memang Chiu Liat
Wie kurang kosen dan kurang gesit tak nantinya dia dapat mengelakkan serangan
itu. Apa lagi Gu Kim Ciang sendiri mengetahui, kalau dalam jurus ini dia tak bisa
merobohkan anak muda she Chiu, berarti dia telah roboh, maka dia menyerang
dengan sesungguh hati. Yang kasihan adalah Liat Wie. Dia tak menduga orang akan menyerang
dirinya dengan cara begitu, maka untuk kagetnya, tahu-tahu tangan kiri Gu Kim
Ciang telah berada di dekat dadanya dan tangan kanan orang she Gu telah berada
di atas kepalanya. Kalau dia mengelakkan serangan tangan kanan Gu Kim Ciang
dan melindungi kepalanya, maka dadanya akan terserang dan menjadi sasaran
345 .
tangan Gu Kim Ciang, tapi kalau sebaliknya dia melindungi dadanya, maka
kepalanya yang akan kena dicengkeram oleh orang she Gu itu. Maka itu, Liat Wie
berada dalam posisi yang sulit sekali. Dia tak bisa berpikir terlalu lama, karena
tangan orang she Gu telah berada dekat sekali dengan sasarannya.
Tapi dasarnya otak Chiu Liat Wie cerdas, dalam keadaan kepepet begitu, dia
telah menggerakkan tangan kirinya akan menjotos mata Gu Kim Ciang, sedangkan
tangan kanannya menangkis tangan kiri Gu Kim Ciang yang akan mencengkeram
dadanya, Kim Ciang terkejut waktu tangan Chiu Liat Wie tahu-tahu berada di dekat
matanya, dia jadi mengeluarkan seruan tertahan dan berusaha menangkis dengan
tangan kirinya, tapi tangan kanannya terus juga meluncur akan mencengkeram
kepala Chiu Liat Wie. Tangan kiri Chiu Liat Wie benlrok dengan tangan kiri Gu Kim Ciang, dia
kaget sendiri, karena dia tak menduga bahwa Gu Kim Ciang akan meneruskan
serangannya itu, padahal tadi dia menduga bahwa Gu Kim Ciang malah akan
mengelakkan diri dan melompat menjauhkan diri. Untuk kagetnya, begitu
tangannya bentrok dengan tangan kiri Gu Kim Ciang, Chiu Liat Wie merasakan
kepalanya dingin, ternyata tangan kanan Gu Kim Ciang telah berhasil menjambret
kopiah sasterawan. Itupun Chiu Liat Wie telah menundukkan kepalanya, coba
kalau tidak, tentu kepalanya kena dicengkeram oleh tangan Gu Kim Ciang.Dengan hati mencelos, Chiu Liat Wie melompat ke belakang menjauhi Gu
Kim Ciang, tapi semua orang yang melihat keadaan Chiu Liat Wie jadi berseru
kaget, begitu juga Gu Kim Ciang, saking kagetnya, dia jadi berjingkrak .....
Kenapa "! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 346 .
JILID IX T ERNYATA Chiu Liat Wie sedang berdiri dengan rambut terurai panjang
sampai menutupi bahunya, begitu kopiahnya tadi terbuka oleh jambretan
Gu Kim Ciang, rambutnya yang panjang telah terurai turun sampai
menyerupai panjsngnya rambut Giok-lie, bidadari. Bukan itu yang luar biasa, tapi
yang membikin Han Han dan yang Iain-lainnya jadi kaget, ialah Chiu Liat Wie
seorang gadis ! "Kau .....kau .....kau seorang wanita, bocah?" Tanya Gu Kim Ciang dengan
suara tergugu. Wajah Chiu Liat Wie jadi berubah merah, tapi dia mengangguk.
"Benar'!" dia menyahuti. "Dan sekarang Gu Loo-cian-pwee harus menepati
janjimu untuk memberikan bunga Swat-hoa kepadaku !"
Wajah Gu Kim Ciang jadi berubah, tak sedap dipandang.
"Hmmm ..... sebetulnya aku tak roboh di tanganmu, karena kopiahmu
berhasil kurebut!" katanya. "Tapi berhubung kau hanya bocah betina, biarlah
kemenangan ini diperoleh sebagai hadiah untukmu !" dan setelah berkata begitu,
Gu Kim Ciang menoleh kepada Wu Kong Cong. "Hei tua bangka she Wu, apakah
kaupun masih mau memperebutkan bunga es. itu dari tangan budak cilik ini " "
tegurnya. Wu Kong Cong menguIap-ulapkan tangannya, wajahnya telah berubah
merah. '"Tidak! Tidak!" katanya cepat. "Kalau aku bertempur dengan budak itu,
mukaku ini mau ditaruh di mana " Ha, seumur hidupku belum pernah aku mau
bertempur dengan perempuan.....!" dan Wu Kong Cong berkata dari hal yang
benar, dia memang paling pantang berkelahi dengan wanita.
Gu Kim Ciang ketawa besar, sampai tubuhnya ikut bergoncang.
"Dasar rejekimu yang besar, budak !" katanya. "Pergilah kau ambil sendiri
bunga itu !" "Tapi Loo-cian-pwee ....." kata Chia Liat Wie cepat.
"Kenapa?" Gu Kim Ciang jadi heran, sampai mengawasi gadis itu dengan
tatapan mata mendelong. Liat Wie tersenyum manis.
347 .
"Bagaimana aku dapat mengambil bunga es yang terletak begitu tinggi?"
Bukankah tadi Loo-cian-pwee telah barjanji akan memberikan' bunga itu
kepadaku?" "Heh " Apa maksudmu " Bukankah sekarang aku telah mengalah dan
memberikan hak bunga itu kepadamu ?" kata Gu Kim Ciang heran berbareng tak
senang. Liat Wie ketawa manis lagi, sehingga terlihat lesung pipitnya. Sujen di
kedua pipinya. "Apakah Gu Loo-cianpwee tak memegang janji ?" tegurnya berani, gadis ini
masih terus tersenyum dan senyumnya itu sangat manis sekali.
Gu Kim Ciang jadi tambah tak senang.
"Mengapa kau mengatakan aku si orang tua she Gu tak memegang janji ?"
tegurnya. "Hmmm .....sebagai seorang Loo-cianpwee, seorang dari angkatan tua,
bukankah tadi kau telah berjanji akan memberikan bunga itu kepadaku, maka
dengan sendirinya aku harus menerimanya dari tanganmu, Gu Loo-cianpwee!"
Mendengar perkataan Chiu Liat Wie yang terakhir, Gu Kim Ciang jadi
tercengang, juga dia jadi kaget berbareng gusar, kepalanya seperti juga diguyur
oleh segayung air es yang dingin.
"Budak cilik celaka !" tapi akhirnya Ga Kim Ciang ketawa juga. "Aku si tua
bangka yang sudah mau mampus ternyata masih bisa dikibuli begitu olehmu !"
Chiu Liat Wie tersenyum, dia tak takut kalau nanti si tua she Gu itu akan
bergusar, karena dia tahu, biar bagaimana, setelah mengetahui dirinya sebagai
seorang gadis, Gu Kim Ciang serta Wu Kong Cong tak akan mau menurunkan
tangan keras padanya. "Bagaimana Loo-cianpwee..... apakah kau mau menepati janjimu itu ?"
tanya Liat Wie sambil memotong perkataan Gu Kim Ciang. "Kalau memang Loocianpwee keberatan untuk menepati janjimu itu, yang akan memberikan bunga es
itu kepadaku, maka Boan-pwes juga tak berani mendesaknya, hanya.....!"
Dan sengaja Liat Wie tak meneruskan perkataannya, dia tertawa penuh arti.
Gu Kim Ciang juga tertawa keras, dia gusar berbareng mendongkol serta
lucu. "Budak, ternyata lidahmu sangat berbisa !" katanya sengit. "Bukankah kau
ingin meneruskan perkataanmu itu dengan kata-kata : 'hanya dunia Kang-ouw akan
segera mengetahui, bahwa aku si orang tua she Gu tak bisa dipercaya lagi
mulutnya, bukan ?" 348 .
"Ya, kira-kira begitu !" menyahuti Liat Wie berani, dia masih terus
tarsenyum. Wu Kong Cong ketawa. Suara ketawanya itu mengandung ejekan. "Hari ini
kau kena batunya, tua bangka she Gu !" katanya. "Hmmm..... mana kau bisa
menang melawan lidah si budak cilik yang berbisa itu?"
Gu Kim Ciang membanting-bantingkan kakinya, dia jadi serba salah. Tapi
akhirnya dia berkata juga: "Baiklah ! Kali ini aku roboh di tanganmu dua kali !
Hmm, aku tak mau nanti dikatakan pihak tua tak mau menepati janji pada pihak
angkatan muda ! Biarlah, hitung-hitung hari ini aku kerja bakti !" dan setelah
berkata begitu, Gu Kim Ciang menjejakkan kakinya, sekali lompat, tubuhnya telah
melambung tinggi sekali, kakinya hinggap dibatu yang satunya, yang agak
menjorok keluar, lalu dengan sekali menjejakkan kakinya yang lain, dia hinggap di
batu di mana terdapat bunga Swat-hoa itu. Dipetiknya bunga itu, lalu dia turun
kembali dan menyerahkannya kepada Chiu Liat Wie sambil berkata: "Budak, lain
kali kalau mau mempermainkan diriku si tua she Gu dengan kata-katamu yang
berbisa itu, hmmm .....kepalamu akan kuhajar pecah sampai keluar polonya !"
Chiu Liat Wie menerima bunga Swat-hoa dengan tertawa, dia
mengangsurkan tangannya. "Terima kasih Loo-cianpwee !" katanya girang. "Ternyata Gu Loo-cianpwee
seorang Eng-hiong yang dapat dipegang kata-kata janjinya ! Aku kagum sekali
.....!" "Hmmm! Kau tak perlu mengumpak-umpak diriku, budak !" kata Gu Kim
Ciang ketawa. "Biar kau mengatakan bahwa aku adalah jago tak terkalahkan
dikolong langit, tokh hari ini hatiku tak akan gembira, karena telah dua kali kau
robohkan aku dengan caramu yang licik tadi !"
Liat Wie hanya tersenyum.
Wu Kong Cong juga telah tertawa, malah dia telah menghampiri dan
menepuk-nepuk pundak Gu Kim Ciang,
"Gu-heng ! Ternyata hari ini derajatmu sangat rendah !" ejeknya. "Kau telah
menjadi budaknya dari budak ini, budak dari angkatan muda !" dan Wu Kong
Cong ketawa keras sekali.
Wajah Gu Kim Ciang jadi berubah merah padam.
"Tua bangka she Wu, kau jangan mementang bacot seenak isi perutmu dan
tak keruan !" bentaknya tak senang. "Hmmm.....hari ini memang aku sedang
tertiban sial .....!"
349 .
Wu Kong Cong melihat orang bersedih atas kekalahannya di tangan Liat
Wie, juga dia melihat Gu Kim Ciang sedang uring-uringan, maka dia tak meugejek
lagi. Dia hanya ketawa kecil, karena dianggapnya persoalan itu sangat lucu.
Chiu Liat Wie sendiri sudah tak memperdulikan Gu Kim Ciang dan Wu
Kong Cong, dia telah menghampiri Han Han, yang sejak tadi anak muda she Han
ini menatap 'Toa-ko' angkatnya dengan pandangan mata kesima.
Si nona menepuk bahunya sambil tertawa.
"Lao-tee..... mengapa kau berdiri seperti patung ?" tegurnya. "Terimalah
bunga ini .....! Bukankah tadi telah kujanjikan bahwa kalau bunga ini jatuh ke
dalam tanganku, maka Swat-hoa tersebut akan kuhadiahkan padamu "!"
Han Han seperti linglung.
"Kau.....kau ....." katanya gugup.
"Kenapa?" tanya Liat Wie sambil tertawa waktu melihat sikap dan wajah
Han Han yang lucu. "Kau.....kau seorang gadis, nona ?" tanya Han Han lagi.
Wajah si gadis jadi berubah merah. "Jadi kau keberatan untuk selanjutnya
memanggilku dengan sebutan 'toa-ko'?" tanya tertawa. "Baik! Untuk seterusnya
kau boleh memanggilku dengan sebutan 'cie-cie' saja. Akur"!"
Han Han masih bersikap kaku, lagaknya seperti orang linglung. Dia
sebentar-sebentar mengawasi wajah Liat Wie, dilihatnya wajah si gadis cantik luar
biasa. Alisnya, itulah alis yang disebut potongan bulan-sabit, matanya yang
berkelit seperti bintang kejora, juga potongan wajah si nona jadi cantik luar biasa
dengan adanya rambut terurai panjang ke bahunya.
Liat Wie mengangsurkan bunga Swat Hoa kepada Han Han.
"Terimalah!" kata si nona dengan suara yang memohon.
Sebetulnya Han Han ingin menolak, tapi melihat pancaran mata si gadis,
setelah melirik pada Wu Kong Cong dan Gu Kim Ciang, maka akhirnya dia
menerima juga bunga es itu dari tangan si nona Chiu.
"Terima kasih!" kata anak muda she Han tersebut.
"Mengapa kau mengucapkan terima kasih?" tegur Liat Wie sambil
mengerutkan alisnya. "Heh ?" Han Han kaget, dia sampai melengak. "Kenapa" Apakah aku telah
salah bicara ?" "Aku tanya, mengapa kau mengucapkan terima kasih ?" tanya si nona lagi,
rupanya dia tak senang. 350 .
"Bukankah .....bukankah kau telah memberikan bunga mujijat ini kepadaku
.....dan..... sudah sepatutnya aku mengucapkan terima kasih padamu !"
"Hmm.....kalau begitu kau sudah tak mau mengakui bahwa aku adalah ciecie-mu, bukan ?" kata Liat Wie dengan muka yang masam.
"Oh,mana berani aku mempunyai pikiran begitu ?" kata Han Han cepat, dia
jadi tambah gugup. "Aku malah gembira mempunyai seorang Cie-cie yang
secantik kau!" "Ploookkkk!" tiba-tiba tangan Liat Wie menampar muka Han Han. Seketika
itu juga wajah anak muda tersebut bertapak jari yang berwarna merah.
"Hmmm.....kau bicara dengan hati yang tak jujur !" kata si nona sambil
membalikkan tubuhnya menghampiri Gu Kim Ciang.
Waktu pipinya kena ditampar oleh si nona, Han Han jadi kaget, dia berdiri
seperti orang kesima. "Nona.....kau.....!" katanya tergugu.
Liat Wie menahan langkahnya, dia menoleh ke arah Han Han.
"Hmmm..... bukankah kau keberatan untuk memanggilku dengan sebutan
Cie-cie itu?" tegur gadis itu lagi.
Han Han benar-benar jadi bingung menghadapi sikap Liat Wie yang kukoay,
aneh luar biasa, dia benar-benar tak mengerti apa maunya gadis ini.
"Nona..... !" panggilnya.
"Kau tetap tak mau memanggilku dengan sebutan Cie-cie ?" bentak si gadis
dengan wajah yang berubah merah padam.
"Ini.....ini.....!"
Liat Wie telah memutar tubuhnya, dia menghampiri Han Han, kemudian
tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia mengayunkan tangannya menampar
muka si anak muda. Kalau Han Han mau, dia bisa mengelakkan tamparan si gadis,
tapi dia tak melakukan itu, sehingga 'plaaakkk !' pipinya kena dihajar lagi.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Kau laki-laki yang tak mengenal budi !" kata si gadis dengan suara
mendesis dan matanya berubah merah.
"Aku.....!" dan Han Han jadi bingung benar. Tapi akhirnya, setelah
membanting-banting kakinya, dia berkata lagi : "Baiklah ! Cie cie.....terimalah
hormatku ini untuk menyalakan..... terima kasihku atas pemberian bunga Swat-hoa
ini !" dan benar-benar anak muda she Han tersebut membungkukkan tubuhnya
menjura pada si gadis. 351 .
Liat Wie menghela napas, wajahnya berubah cerah lagi. Rupanya dia telah
senang Han Han memanggil dirinya dengan sebutan 'cie-cie'.
Baru saja si gadis ingin berkata, tiba-tiba Gu Kim Cian telah berteriak : "Hei
budak ! Kami bukan penonton yang mau melihat pertunjukan gratis dari dua orang
angkatan muda yang terserang oleh panah asmara ! Cepatlah ! Kami akan
berangkat !" Liat Wie memutar tubuhnya, dia menghampiri Kim Ciang dan Kong Cong.
Waktu sudah berada didekat kedua orang tua itu, dia membungkukkan tubuhnya
memberi hormat. "Terima kasih atas kebaikan Jiewie Loo-cianpwee !" katanya sambil
tersenyum. "Kalau memang Loo-cianpwee mau berangkat, Boan-pwee juga tak
berani menahannya .....silahkun !" dan Liat Wie membawa sikap seperti seorang
tuan rumah sedang mempersiiahkan tamunya berlalu.
Gu Kim Ciang dan Kong Cong ketawa gelak-gelak.
"Hehehe, benar-benar lidahmu berbisa !" kata Kim Ciang. "Kalau memang
kau mau mengusir diriku, hu, hu, katakan saja terus terang, kami juga memang
sudah mau angkat kaki dari sini !" dan Kim Ciang mengangsurkan kopiahnya Chiu
Liat Wie yang tadi kena dirampasnya. "Nih kopiah bututmu!"
Liat Wie menerima topinya itu sambil mengucapkan terima kasih, lalu dia
memakainya kembali, sehingga kembali dia menyerupai seorang sasterawan,
seorang pelajar. Melihat Kim Ciang dan Kong Cong akan berlalu, Han Han cepat-cepat
menghampiri. "Gu Loo-cianpwee.....!" katanya cepat.
"Ada apa lagi dengan bocah ini ?" menggumam si orang she Gu sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jangan-jangan dia hanya akan membikin
kepalaku jadi tambah pusing !"
Wu Kong Cong juga hanya mengangguk sambil tsrsenyum ramah dia
mengawasi Han Han. "Loo-cianpwee .....bagaimana dengan kitab yang kau berikan ini ?" tanya
Han Han setelah dekat. "Itu kitab milik ayahmu !" menyahuti Kim Ciang cepat. "Ambillah olehmu,
aku memang tak berhak memiliki kitab itu !"
Han Han membungkukkan tubuhnya.
352 .
"Terima kasih Gu Loo-cianpwee !" kata Han Han. "Boan-pwee pasti tak
akan melupakan budi Loo-cianpwee !"
"Hmmm!" mendengus Gu Kim Ciang. "Kau mengatakan tak akan
melupakan budiku itu "!"
"Menerjang lautan apipun kalau memang Loo-cian-pwee yang perintahkan,
Boan-pwee pasti tak akan berani menolaknya ! menyahuti Han Han cepat. Gu Kim
Ciang ketawa. "Tapi kalau teman gadismu itu meminta kau menyerang diriku, apakah kau
akan menolak ?" tanyanya.
Disanggapi begitu, Han Han jadi melengak, tapi kemudian dia jadi gugup,
sehingga jadi salah tingkah.
"Ini..... ini ....."
"Kenapa ?" tanya Gu Kim Ciang.
"Ini ...... ini tidak termasuk didalam hitungan, Loo-cianpwee !" menyahuti
Han Han. "Mengapa tak masuk hitungan "!" tanya Gu Kim Ciang ketawa. "Tadi kau
mengatakan bahwa kalau aku memerintahkan kau menerjang lautan api, kau pasti
akan menerjangnya tanpa berani menolak, tapi kalau memang nanti kau bertemu
denganku, dan teman gadismu itu meminta kau memenggal batang leher tuaku ini,
bukankah kau akan menghunus pedang untuk menyeraug diriku mati-matian "!"
"Ini..... mana berani Boan-pwee mempunyai pikiran begitu?" menyahuti Han
Han gugup. "Kau memang tak mempunyai pikiran begitu !" kata Kim Ciang masih
menggoda anak muda she Han itu. "Tapi seumpama kata nanti benar-benar teman
gadismu itu meminta kau menanggal kepalaku, apakah kau akan menaruh
perintahnya ! " "Mana berani Boan pwee melakukan hal itu "' menyahuti Han Han. "Jangan
kata menyerang Loo-cian-pwee, sedangkan kepandaian Boan-pwee sendiri masih
jauh dari sempurna, mungkin dengan sekali tepuk saja, jiwa Boan-pwee dapat
dibinasakan oleh Loo-cianpwee Y!"
Kim Ciang ketawa lagi. "Pintar kau bocah !" katanya. "Hu ! Hu ! Temyata kau sama liciknya dengan
budak betina itu ! Kau juga pandai mengumpak orang !"
Han Han jadi tambah gugup.
"Tak berani Boan-pwee ! Tak berani Boan-pwee !" dia menyahuti.
353 .
Melihat kelakuan orang yang seperti orang kctoiol-tololan, Chiu Liat Wie
ketawa. "Hu, mengapa kau seperti orang tolol saja "!" bentaknya sambil tertawa. Apa
maksud dengan mengatakan Boaopwee tak berani " !"
"Apa pasti tak berani menyerang Loo-cianpwee !" menyahuti Han Han jujur.
Kembali Chiu Liat Wie katawa.
"Tolol.....!" gumamnya.
Wajah Han Han jadi merah, dia malu. Biar bagaimana dia tahu kemana arah
tujuan perkataan Liat Wie. Perkataan 'tolol' itu pasti ditujukan untuk dirinya !
Wu Kong Cong pada saat itu telah menarik tangan Kim Ciang.
"Sudah kau jangan terlampau mengganggu bocah itu, Gu-heng !" katanya.
"Kasihan ..... lihat saja mukanya telah berubah merah padam seperti kepiting
direbus!" Gu Kim Ciang mengangguk sambil tertawa.
"Benar !" dia menyahuti. "Nah bocah ! Sekarang aku pergi dulu, mudahmudahan nanti kita berjodoh untuk bertemu lagi !"
Liat Wie cepat-cepat membungkukkan tubuhnya, diikuti oleh Han Han.
"Sampai bertemu lagi, Loo-cianpwee !" kata Liat Wie, waktu Kong Cong
dan Kim Ciang telah menjejakkan kakinya berlalu dengan pesat, karena kedua jago
tua itu telah berlari dengan menggunakan Gin-kang mereka.
Ssberlalunya Kong Cong dan Kim Ciang, maka di tempat itu hanya
tertinggal Han Han dan Chiu Liat Wie berdua saja. Setelah mengetahui bahwa
Toa-ko angkatnya itu adalah seorang gadis yang cantik luar biasa, sikap Han Han
jadi kaku. Di tangannya, masih tergenggam bunga Swat-hoa yang diterimanya
sebagai hadiah dari Liat Wie.
"Mengapa bunga Swat-hoa itu tak cepat-cepat kau makan ?" tegur Liat Wie
setelah mereka sama-sama berdiam diri.
Han Han seperti baru tersadar.
"Ini kau peroleh dengan susah payah " " kata Han Han kemudian. "Lebih
baik kau saja yang memakannya !"
Wajah si gadis jadi berubah.
"Apakah kau merasa hina-dina menerima pemberian hadiah dariku ?"
tegurnya tak senang. "Oh.....' mana berani aku mempunyai perasaan begitu ?" menyahuti Han Han
gugup. 354 .
"Kalau memang kau senang menerima hadiahku, cepat kau makan bunga
Swat-hoa itu !" perintah Liat Wie.
Dengan terpaksa, Han Han mengangkat tangannya perlahan-lahan,
kemudian dia mengawasi bunga itu, yang warnanya putih mulus, bersih dan indah
sekali. Waktu berada di dekat hidungnya, anak muda she Han tersebut dapat
mengendus bau harum yang luar biasa, yang berasal dari bunga itu.
"Cepat dimakan !" desak Liat Wie waktu melihat anak muda she Han
tersebut ragu ragu memandangi bunga es itu.
Terpaksa Han Han memasukan bunga es tersebut terasa manis, juga sangat
wangi, menyebarkan bau harum yang luar biasa. Sebentar saja, dia telah
menghabiskan bunga tersebut. Waktu dia sedang mengunyah bagian bunga yang
terakhir, dia merasakan dirinya segar luar biasa.
"Bagaimana" Segar?" tegur Liat Wie sambil tersenyum melihat wajah Han
Han yang berubah merah segar.
Han Han mengangguk, dia cepat-cepat membungkukan tubuhnya memberi
hormat kepada Liat Wie. "Terima kasih atas budi nona ini !" katanya, sambil membungkuk dalamdalam. Aku, Han Han, pasti tak akan melupakan budi nona yang besar dan tak
terhingga nilainya ini !"
"Ploookkk !" tahu-tahu pipi Han Han kena di hajar oleh Liat Wie lagi.
"Heh?" Han Han sampai melengak, dia mengawasi si gadis dengan tatapan
mata mendelong. Dia jadi mendongkol juga, karena berulang kali orang selalu
menempilingnya. "Apakah ada kata-kataku yang salah sehingga menyinggung
perasaan nona?" Liat Wie rnengayunkan tangannya dengan mata mendelik.
Tapi kali ini Han Han tak mau membiarkan pipinya dihajar oleh gadis itu
lagi, dia menggeser kakinya dan mengelakkannya sehingga tangan Liat Wie jatuh
pada tempat kosong. "Kau .....kau....." nyata Liat Wie gusar sekali, sehingga suaranya tergetar, di
kala dilihatnya anak muda she Han itu mengelakkan serangannya.
"Tenanglah nona.....sebetulnya apa maksud nona dengan berulang kali
menghajarku "!' tanya Han Han bingung.
"Kau .....kau benar-benar laki-laki tak berbudi !" menyahuti Liat Wie lagi.
355 .
"Heh" Mengapa Kouw-nio mengatakan bahwa aku laki-laki tak berbudi ?"
tanya Han Han. "Tadipun Kouw-nio mengatakan begitu ! Apakah aku orang she
Han pernah melakukan sesuatu yang menjengkelkanmu?"
"Hmmm..... kalau memang bukan disebabkan aku telah menganggap kau
sebagai adikku, apakah kau kira aku akan rela menyerahkan bunga es itu padamu
?" bentak Liat Wie lagi.
"Jadi..... jadi nona tak rela bunga itu dimakan olehku ?" tanya Han Han
bingung. "Bukankah nona yang memaksakan memberikan padaku"!"
"Siapa yang mengatakan tak rela bunga itu diberikan padamu'' Liat Wie
rnembaliki pertanyaan Han Han. "Siapa yang mengatakannya "!" dan suara si nona
yang terakhir ini sangat keras, nyaring sekali.
Han Han jadi tambah bingung.
"Jadi .....jadi apa maksud Kauw-nio ?" tanyanya tak mengerti, dia benarbenar kewalahan mengahadapi gadis tersebut.
"Hmmm.....bukankah sudah kukatakan, berhubung kau sudah kuanggap
sebagai adikku dan aku sebagai cie-ciemu, maka mau juga bunga itu kuberikan
padamu!" kata Liat Wie menerangkan dengan wajah yang merah padam,
memperlihatkan kemendongkolannya. "Tapi berulang kali kau selalu memanggilku
dengan sebutan 'nona', 'nona', apakah hatiku tak penasaran.?"
Seketika itu juga di kepala Han Han berkelebat sesuatu ingatan. Dia jadi
tersenyum dan cepat-cepat membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada si
gadis. "Maafkanlah Cie-cie.....!" katanya.
"Tadi adikmu telah lupa ! Kalau memang aku melakukan suatu kesalahan,
maafkan. Sabagai seorang Cie-cie, kau tentu mau memaafkan kesalahan-kesalahan
adikmu, bukan?" Wajah Liat Wie jadi berubah cerah.
"Nah, kalau kau memanggilku begitu dan mau mengakui diriku sebagai Cieciemu, bukankah persoalan sudah beres sejak tadi?" kata si gadis girang. "Sudahlah
Loa-tee, mari kita kembali kepenginapan ..... hawa di sini sangat dingin sekali."
Han Han mengangguk. "Tetapi sebagai Lao-teemu, maka aku harus mengetahui nama dan shemu
yang besar. Cie-cie!" kata Han Han.
Wajah Liat Wie jadi berubah, tapi akhirnya jadi tersenyum tanpa
mengatakan sepatah kaiapun, hanya melangkah meninggalkan tempat itu.
356 .
Cepat-cepat Han Han mengejarnya.
"Nama Chiu Liat Wie tentunya bukan namamu yang asli, bukan?" tanya Han
Han, lagi waktu dia sudah berhasil mengejar si gadis dan berjalan berendeng.
Nona itu mengangguk. "Ya.....aku she Thio dan bernama In-In." menerangkan si gadis sambil
melangkah dengan kepala tertunduk.
" Thio In In!?" mengulangi Han Han. "Aha, aku mempunyai seorang Cie-cie
yang bernama seindah itu!" dan anak muda ini memuji dari hati yang setulusnya.
Wajah Liat Wie, atau nama sesungguhnya Thio In In, jadi berubah merah,
tapi dia tersenyum, sehingga pipinya seperti juga buah Tho yang sudah masak. Dia
mengeluarkan tangannya mencubit punggung Han Han !, sehingga anak muda she
Han tersebut jadi menjerit kesakitan sambil tertawa.
"Ampun Cie-cie.....'adikmu tentu tak akan menggodamu lagi!" kata Han Han
sambil melompat dan berlari dengan tertawa.
Thio In In mengejarnya. "Kalau kau tak mau menjura tiga kali padaku, maka aku akan mengejarmu
dan kalau sampai kecandak, hmmm .....akan kukeset mulutmu yang jail itu!"
"Ampun Cie-cie .....adikmu pasti tak berani lagi !" kata Han Han. Tapi anak
muda ini tak menghentikan larinya, dia telah berlari ke arah kampung Kuo-liechung, dengan dikejar terus oleh Thio In ln. Suara ketawa gembira mereka masih
terdeugar, semakin lama semakin samar menjauh.....sampai akhirnya leuyap.
Bunga-bunga salju masih turun terus menyiram bumi.....warna putih masih
meliputi bumi, udara dingin sekali .....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
DIKALA udara pagi yang dingin itu masih meayelimuti seluruh isi
permukaan bumi, maka tampak dua orang anak muda sedang melakukan
perjalanan dengan menggunakan kuda. Mereka melakukan perjalanan di bawah
hujan salju yang turun cukup deras. Keadaan disekitar tempat itu sangat sepi,
karena selain masih terlalu pagi untuk masa-masa seperti sekarang, di mana salju
masih turun, juga udara sangat dingin sekali, menyebabkan orang jadi segan untuk
keluar rumah. Tapi, kedua anak muda itu, yang melakukan perjalanan dengan mengambil
jurusan kearah kota Leng-an, ternyata tak memperdulikan hawa dingin yang
357 .
menyerang sampai ketulang sumsum. Malah tampak mereka melaratkan kuda
tunggangan mereka itu dengan cepat, seakan-akan ingin berlomba dengan sang
waktu. Dan kedua kuda tunggangan yang dipakai oleh kedua anak muda itu pun
sehat-sehat, larinya sangat pesat, sebab itulah dua ekor kuda Mongolia yang
terkenal kuat dan tinggi besar.
Mereka adalah Han Han dan Thio In In, itu gadis yang menyamar sebagai
seorang pelajar yang telah menggunakan nama samaran sebagai Chiu Liat Wie.
Mereka sedang menuju kekota Leng-an untuk menyatroni Sam Tiauw Boe
Koan, perkumpulan perguruan silat yang telah menyebabkan terjadinya banyak
persoalan ! Hujan salju yang cakup deras, seperti tak dirasakan oleh Han Han dan Thio
In In, mereka melakukan perjalanan dengan gembira, sebentar-sebentar diselingi
oleh suara ketawa yang cerah.
Waktu mendekati senja, setelah melakukan perjalanan selama satu hari
lebih, akhirnya Han Han dan Thio In In tiba di-kota Leng-an.
Kota tersebut tak seberapa besar, tapi cukup ramai. Di kala musim dingin,
banyak toko-toko yang tutup, sehingga keadaan di kota tersebut agak sepi kalau
dibandingkan dengan hari-hari sebelumya.
Han Han dan Thio In In memilih sebuah rumah penginapan untuk
bermalam. "Apakah malam ini juga kita menyatroni perguruan Sam Tiauw Boe Koan ?"
tanya Han Han pada In In waktu mereka berada di daiam kamar.
Si gadis mengangguk. "Boleh ....!" sahutnya. "Tapi kau harus ingat, mereka tangguh dan lihai, tidak
bisa dibuat main !" Han Han tersenyum, dia kembali ke dalam kamarnya untuk mengaso,
mengatur tenaga untuk malam nanti menempur orang-orang Sam Tiauw Boe Koan.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 24

Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

MALAMNYA Han Han dan Thio In In memakai baju Ya-heng-ie, baju
piranti keluar malam. Tapi berhubung sekarang musim salju, musim yang diliputi
358 .
oleh hawa yang dingin sekali, maka di samping memakai Yang-heng-ie, mereka
juga memakai mantel yang tebal, untuk melindungi tubuh dari serangan hawa
dingin. Dengan cepat sang waktu berkisar, waktu mendekati kentongan ketiga,
dikala keadaan sudah sepi dan sunyi sekali, Han Han menghampiri kamar Thio In
In dan mengetuk pinggir jendela kamar si gadis. Waktu jendela terbuka, maka
tampak Thio In In melompat dari dalam kamarnya itu.
"Sudah siap?" tanya Han Han perlahan.
"Sudah !" menyahuti Thio In In perlahan juga.
Tampak kedua orang ini dengan gesit dan ringan melompat keatas genting.
Mereka berlari-lari dengan cepat. Walaupun genting dipenuhi oleh salju, sehingga
agak licin tak mengurangi kelincahan Han Han dan In In.
Thio In In mengajak Han Han mengambil arah ke utara, mereka berlari-lari
terus di genting rumah penduduk. Jarang sekali orang yang berkeliaran di kala
hawa begitu dingin. Dengan cepat mereka telah sampai di pintu kota sebeiah utara.
In In menuju ke sebuah gedung yang besar mewah serta bertingkat. Dia
mengenjotkan kakinya melompat ke atas tembok gedung itu yang tinggi dan bercat
serba hitam. Han Han meniru gerakkan sang kawan, dengan mudah, dia telah
berada di samping kawan gadisnya itu.
Nona In In menoleh pada anak muda she Han tersebut waktu menyusul
dirinya. "Kita harus berlaku hati-hati!' nona Thio memperingati dengan suara yang
perlahan. Han Han hanya mengangguk.
Dengan hati-hati mereka melompat turun dari tembok itu, mereka
memperoleh kenyataan di sekitar gedung itu sangat sepi sekali.
Pekarangan gedung tersebut sangat luas, keadaan cukup terang, karena
pantulan dari salju. Dengan berindap-indap ringan Han Han bersama nona Thio
memasuki terus ke dalam gedung itu. Waktu sampai di ruangan tengah, keadaan
masih tetap sunyi. Tiba-tiba, Han Han dan nona Thio jadi terkejut waktu di antara kesunyian
malam, terdengar melengking suara seruling. Malah suara seruling itu
memekakkan anak telinga. "Hheehh .... ?" Han Han menoleh menatap Thio In In. "Siapa yang meniup
seruling dalam suasana demikian dingin ?"
359 .
Nona Thio mengangkat bahunya sambil tersenyum.
"Anggap saja orang gila !" dia menyahuti.
Han Han memberi tanda dengan tangannya agar si-nona tak berisik, lalu
dengan lincah, kedua mudi-mudi ini melompat ke belakang pohon. Dari situ
mereka dapat memasang mata dengan leluasa sekali ke arah sekeliling pekarangan
gedung tersebut. Keadaan tetap sunyi dan sepi.
"Mengapa tak tampak seorang manusia-pun ?" bisik Han Han di pinggir
telinga si gadis. Thio In In dapat merasakan pernapasan si-anak muda yang menyambarnyambar pinggir pipinya, sehingga seketika itu juga dia merasakan pipinya
berobah merah panas dan hatinya berdebar. Untuk menyembunyikan perasaannya
itu, dia mengangkat bahu lagi.
"Mana aku tahu?" katanya menyahuti pertanyaaa Han Han. "Mungkin
mereka sedang menjalankan tipu muslihat !
Han Han mengangguk, dan dia memasang mata lagi.
Suara seruling masih terdengar terus, kadang-kadang terdengar merendah
sayu sekali, menyayatkan pendengaran, seperti juga mengiris-iris jantung dan
kemudian nada suara seruling itu berubah tinggi melengking menyakitkan anak
telinga, bersemangat, seperti juga lagu perang, bergelombang turun naik, seperti
juga semangat para tentara yang sedang maju ke medan laga.
"Itulah lagu 'Melepas kekasih kemedan perang' ciptaan Go Couw Lie,
penyair terlenal!" bisik nona Thio dipinggir telinga Han Han dengan suara yang
perlahan sekali. "Tapi, peniup seruling itu telah merobah alunan pada bait kelima
dan ketujuh, dia menambahkan dengan getaran Lwee-kang, sehingga seperti mau
diartikan, runtuhnya langit dan mengamuknya gelombang lautan !"
"Oh ....!'' Han Han hanya menyahuti begitu, karena pengetahuannya di
bidang Boan, sastera, sangat kurang sekali. "Mari kita selidiki tempat dari orang
yang sedang meniup seruling itu !"
Thio In In mengangguk, lalu dengan berbareng mereka melompat gesit ke
pinggir tembok. Walaupun gerakan mereka sebat sekali, toh mereka tetap berlaku
hati-hati. Di sebelah kiri dari gedung itu, tampak jendela masih terang memantul
keluar cahaya lilin, hati-hati In In dan Han Han menghampiri kamar itu. Lama juga
mereka berdiri di dekat jendela tanpa berani merusak kertas jendela, karena mereka
360 .
mengetahui bahwa penghuni kamar itu tentu seorang yang kosen, maka mereka
harus berlaku hati-hati. Han Han mengedipkan matanya memberi tanda kepada In In, lalu
membungkukkan tubuhnya akan merusak kertas jendela dengan lidahnya untuk
mengintip ke dalam. Namun, baru saja dia menggerakkan tubuhnya, dan dalam
telah terdengar suara helaan napas.
"Dua Hoo-han yang berada di luar .... !" terdengar suara yang sabar sekali.
"Mengapa tak masuk saja" Bukankah udara di luar dingin sekali?"
Han Han dan Thio In In jadi terkejut, mereka sampai melompat ke samping.
Mereka juga tak menduga semula, bahwa orang di dalam kamar itu kosen luar
biasa, sehingga mengetahui kedatangan mereka berdua.
"Masuklah !" terdengar suara dari dalam kamar itu, sabar suaranya, suara
seorang laki-laki tua. "Udara di luar sangat dingin, nanti Jiwi Sie-coe bisa jatuh
sakit terserang angin jahat !"
Han Han menatap Thio In In, sedangkan si nona Thio juga jadi menatap
anak muda she Han tersebut, mereka berdua jadi bingung. Untuk sementara waktu,
mereka jadi saling pandang dan berdiam diri mepet bersembunyi di balik tembok.
"Masuklah Ji-wie Sie-coe !" kata orang di daiam kamar itu dengan suara
yang sabar. "Akupun di sini sebagai orang tawanan dari orang-orang Sam Tiauw
Boe Koan !" "Heh " Dia tawanan Sam Tiauw Boe Koan ?" kata Han Han kaget.
"Ya .... Loo-hu memang bernasib malang sehingga harus terjatuh ke dalam
tangan kurcaci dari orang-orang tiga rajawali ini !" menyahuti orang yang berada
di dalam kamar itu tapi dengan suara yang sabar sebelum In In menyahuti
perkataan Han Han. "Masuklah .... mari kita pasang bicara untuk melewati suasana dingin yang
menjengkelkan ini !"
Han Han memberi tanda kepada In In, kemudian dengan berani dia
menghampiri daun pintu kamar itu. Dilihatnya seorang laki-laki bertubuh kekar
yang rupanya penjaga kamar itu, telah rebah tak sadarkan diri dan dalam keadaan
tertotok jalan darah 'pulas'nya.
Anak muda she Han tersebut cepat-cepat menarik tangan Thio In In, dengan
berani Han Han mendorong daun pintu dengan bersiap-siap untuk menjaga segala
sesuatu kemungkinan dari serangan gelap, karena dari cara bicaranya orang yang
berada didalam kamar itu, telah menandakan tingginya ilmu silat orang itu !
361 .
Begitu pintu menjeblak, maka Han Han dan In In berdiri menjublek dengan
mata melotot, seperti memandang sesuatu yang hebat. Mereka seperti tak mau
mempercayai penglihatan mereka.
Apa yang dilihat kedua muda-mudi itu "
Ternyata di dalam kamar itu tak terdapat perabotan rumah tangga, kosong
sama sekali. Hanya, di sudut ruangan itu yang sebelah kanan, tampak seorang
kakek-kakek berjanggut panjang sedang dalam keadaan tersiksa.
Dan keadaannya sangat menyedihkan. Tubuhnya tergantung dengan kedua
tangan terkulai, karena tulang Pie-peenya di bagian pundak tertusuk oleh rantai
baja, sehingga biarpun dia mempunyai kepandaian yang luar biasa tingginya, tokh
orang ini tak mungkin dapat meloloskan diri dari kamar itu. Setiap kali dia
menggerakkan tangannya menggunakan tenaga dia akan menderita kesakitan yang
hebai. Sebab, tulang-tulang Pie-peenya akan beradu dengan besi-besi rantai itu.
"Masuklah !" kata kakek itu dengan suara yang sabar waktu melihat Han
Han dan In In berdiri menjublek di situ.
Han Han melangkah perlahan-lahan memasuki kamar tersebut diikuti oleh In
In. Tadi waktu pintu menjeblak, In In telah menjerit tertahan, maka wajahnyapun
masih pucat pias waktu dia melangkah masuk ke dalam kamar itu. Pemandangan
yang ada di depan matanya itu sangat kejam sekali, siksaan yang diterima kakek
itu luar biasa kejamnya. "'Loo-pek .... siapakah kau" Mengapa tertawan oleh orang-orang Sam Tiauw
Boe Koan?" tanya Han Han begitu berada di depan si kakek.
Melihat Han Han dan Thio In In, kakek itu tersenyum, dia menggelenggelengkan kepalanya dengan wajah yang berduka.
"Biarlah aku tersiksa begini macam, aku puas, karena aku telah bertemu
dengan kalian !" menyahuti kakek itu sesaat kemudian. "Aku ingin meminta
bantuanmu untuk membalaskan sakit hatiku terhadap orang-orang Sam Tiauw Boe
Koan .... sakit hatiku ini sedalam lautan dan setinggi gunung Hoa-san, maka dari
itu, luluskanlah permintaanku ini !" dan sebelum Han Han dan Thio in In
mengiyakan, kakek itu telah mengangkat seruling yang tergenggam di tangannya,
lalu meniupnya perIahan-lahan dengan suara yang sayu menyedihkan.
"Loo-pek .... siapakah yang telah menyiksamu dengan cara yang demikian
kejam ?" tanya Thio In In ngeri waktu melihat keadaan kakek itu. Lebih-lebih
dilihatnya, dengan rambut yang teriap panjang sampai menutupi sebagian
wajahnya, menyebabkan keadaan si kakek menyeramkan sekali.
362 .
Kakek itu menunda meniup serulingnya. Dia tersenyum pahit, wajahnya
muram sekali. "Aku telah tersiksa demikian selama dua puluh tahun !" menyahuti kakek itu
perlahan. Di saat rembulan bersinar penuh pada bulan depan, maka genaplah aku
mendiami kamar ini selama duapuluh satu tahun ! Hmmm .... biarpun begitu,
biarpun mereka bermaksud melenyapkan kepandaian silatku ini, dengan merusak
kedua tulang Pie-pee-ku, tapi toh Thian mengabulkan permohonanku dengan
mengirimkan kalian datang kemari !"
"Siapakah yang telah menyiksa Loo-pek demikian macam ?" tanya Han Han
setelah menenangkan goncangan hatinya.
Kakek itu tersenyum sedih.
"Ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham, itu ketua dari pintu perguruan Sam
Tiauw Boe Koan, telah menawanku pada duapuluh tahun yang lalu dengan
menggunakan .cara yang tak tahu malu dan licik sekali. Sebetulnya kepandaian
mereka tak seberapa, dalam beberapa jurus seharusnya aku dapat merobohkannya,
namun disebabkan sikap congkakku, maka membawa malapetaka ini!"
"Mereka menggunakan tipu licik, Loo-pek " " tanya nona Thio sambil
mengerutkan alisnya. Kakek itu mengangguk. "Ya .... ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham tak bisa melawanku dengan
menggunakan kekerasan, maka mereka telah menggunakan tipu yang halus,
mereka memasukkan obat tidur ke dalam cawan arakku, sehingga dengan mudah
aku tertawan oleh mereka dan seterusnya aku telah menjadi setengah manusia dan
setengah hantu dengan keadaanku yang demikian macam, mereka juga telah
melenyapkan ilmu silatku dengan menembusi kedua tulang Pie-pee di pundakku
ini dengan rantai besi, sehingga untuk seterusnya aku tak bisa bersilat lagi ! Hai ....
betapa penasaran itu sangat besar, sedalam lautan dan setinggi gunung Tay-san!
Rupanya Thian mendengar penasaran hatiku, maka Thian telah mengirimkan
kalian kemari !" "Jadi mereka menggunakan obat bius untuk merobohkan Loo-pek?" tanya
nona Thio begitu si Kakek sedang menarik napas.
"Tidak seluruhnya benar !" menyahuti si kakek. "Sebetulnya, begitu mereka
menaruh obat bius di dalam cawanku, aku sudah mengetahuinya, namun
disebabkan oleh sifat angkuhku, maka aku telah meminum arak itu dan kami
bertempur. Ketiga paman guru Wie Tiong Ham cukup lihai, mereka mempunyai
363 .
ilmu mengepung yang dinamai Sam-coa-tin, barisan tiga ular, aku menduga
tadinya dapat memukul pecah barisan tin itu, tapi setelah bertempur, aku jadi kaget
sendirinya, karena barisan tin dari ketiga paman guru Wie Tiong Ham sangat ketat
dan sukar diterobos, kerja sama dari ketiga orang itu sangat baik sekali. Aku jadi
gugup, karena setelah bertempur selama tiga batang pemasangan hio, aku masih
belum bisa menerobos keluar dari kepungan mereka, sedangkan obat bius yang
kuminum mulai bekerja, sehingga tenagaku semakin berkurang dan akhirnya aku
roboh tak ingat diri, menjadi tawanan dari ketiga manusia licik itu !" dan kembali
si kakek menghela napas. "Jadi sejak hari itu Loo-pek dikurung di kamar ini"!" tanya si-anak muda she
Han begitu melihat si kakek menyelesaikan ceritanya.
Kakek itu mengangguk. "Ya .... duapuluh tahun bukanlah suatu jarak waktu yang singkat, mungkin
waktu dulu aku tertawan, kalian berdua belum dilahirkan ke bumi ini !" dan
berulang kali si kakek menghela napas lagi.
"Setiap hari kamar ini dijaga orang-orangnya Sam Tiauw Boe Koan, Loopeek ?" tanya nona Thio sambil melirik kearah pintu, di-mana di luar kamar salah
seorang dari penjaga kamar itu menggeletak tak berkutik disebabkan tertotok.
Si kakek seperti juga dapat membade jalan pikiran kedua anak muda itu, dia
tersenyum sedih. "Setiap satu minggu sekali diganti penjaga!" dia menerangkan. "Dulu waktu
pertama kaii aku tertawan, kamar ini memang dijaga ketat sekali, namun setelah
berselang puluhan tahun, berangsur-angsur penjaga kamar ini berkurang, sampai .
akhirnya setiap minggu ganti penjaga dan hanya dikawal seorang penjaga saja !"
"Mengapa Loo-pek bisa bermusuhan dengan orang-orang Sam Tiauw Boe
Koan ?" tanya nona Thio.
Mendengar pertanyaan In In, mata si kakek mencilak menyeramkan,
wajahnya berubah hebat. Tapi akhirnya dia hanya menghela napas.
"Sulit kuterangkan!" katanya dengan suara berduka. "Tak bisa kuterangkan
sebab-musabab dari permusuhanku dengan Wie Tiong Ham,"
Thio In In dan Han Han mengangguk-angguk mengerti. Mereka tak
mendesak. Sedangkan si kakek telah mengawasi In In dan Han Han bergantian.
"Bisakah aku meminta pertolonganmu, anak muda ?" tanyanya dengan suara
penuh harap. 364 .
"Katakanlah Loo-pek, aku pasti akan menolongmu sekuat tenaga!"
menyahuti Han Han cepat. "Bagus! Aku berterima kasih pada Thian yang telah mengirim kalian
kemari!" katanya dan dia menarik napas.
"Katakanlah apa yang ingin Loo-pek perintahkan ?" tanya Han Han lagi
waktu melihat orang itu seperti ragu mengucapkan yang akan dikatakannya.
Kembali si kakek menghela napas.
"Dulu duapuluh tahun yang lalu, aku seorang jago yang tiada tandingannya.
Aku pernah mendidik Khu Sin Ho, Tok Sian Sia dan Gouw Lap, semuanya itu
kudidik dan kuturunkan seorangnya satu jurus .... "
Mendengar sampai disitu Han Han terkejut.
"Khu .... Khu Sin Hoo dan Tok Sian Sia, Loo-pek?" tanya Han Han dengan
hati berdebar. Kakek itu mengangguk sambil mengawasi Han Han dengan kilatan mata
yang tajam. "Kau kenal dengan mereka "!" tanyanya.
Han Han cepat-cepat menekuk lututnya.
"Mereka adalah pendekar-pendekar yang luar biasa, budi yang pernah
diberikan oleh mereka kepada Boan-pwee, tak terlupakan olehku !" kata Han Han.
Mata kakek itu jadi mencilak lagi.
"Ada hubungan apa antara kau dengan Khu Sin Hoo dan Tok Sian Sia?"
tegurnya. "Mereka telah menurunkan ilmu silat yang tinggi kepada Boanpwee !"
menyahuti Han Han jujur. "Jadi mereka guru-gurumu ?" tanya si kakek itu lagi. "Jadi aku ini bisa juga
kau sebut sebagai Cauw-soemu, kakek guru !"
Han Han cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Bukan .....!" dia menyahuti.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Eh .....'kenapa bukan"!" tanya si kakek heran. "Bukankah tadi kau yang
mengatakan bahwa mereka telah mendidik kau dalam ilmu silat ?"
Han Haa mengangguk. "Benar mereka mendidik Boan-pwee untuk mempelajari ilmu silat, tapi
mereka tak mau dipanggil sebagai Soe-hoe, guru, karena mereka masing-masing
telah bersumpah tak akan memungut murid." Menerangkan Han Han. "Mereka
365 .
menurunkan ilmu silat mereka masing-masing hanyalah disebabkan adanya sesuata
persoalan !" Wajah si kakek jadi kecewa.
"Kalau begitu, mereka bisa dianggap juga sebagai sahabat-sahabatmu,
bukan?" tanya kakek tua itu lagi.
Han Han mengangguk-anggukkan kepalanya sampai keningnya membentur
lantai. "Mana berani Boan-pwee mempunyai pikiran begitu ?" katanya cepat.
"Walaupun mereka tak mau menerima panggilan guru, tokh di dalam hati Boanpwee tetap mengakui setulusnya bahwa mareka adalah In-soe dari Boan-pwee !"
In-soe ialah guru berbudi.
Wajah kakek itu jadi berubah berseri .kembali.
"Bagus !" serunya. "Kalau begitu, akupun ingin menurunkan ilmu Sin-siauw
untuk pemecah dari Sam-coa-tin ketiga paman guru dari Wie Tiong Ham !" Yang
dimaksud oleh si kakek dengan sebutan Sin-siauw, ialah seruling sakti, sedangkan
Sam-coa-tin, barisan tiga ular..
Ban Han. jadi terkejut. "Loo-pek.....ini .....ini....." katanya agak gugup.
"Kau pelajari ilmu yang akan kuturunkan padamu !" kata si kakek tegas.
"Tokh menambah ilmu tak ada ruginya untukmu, bukan ?"
Han Han jadi tambah gugup lagi, tapi baru saja dia ingin menolak, si kakek
telah berkata lagi "Kau boleh tidak menganggap aku sebagai gurumu, kita hanya
bersahabat ! Hanya melalui tangan dan pertolonganmu, maka aku minta kau
membalaskan penasaranku ini memecahkan Sam Coa Tin dari ketiga paman
gurunya Wie Tiong Ham!"
Han Han tak dapat, menolak lagi, sedangkan Thio In In telah mencubit
ujung lengannya, sehingga seketika itu juga si bocah mengetahui bahwa si nona
Thio juga menganjurkan dirinya antuk menerima apa yang akan diturunkan oleh si
kakek. Maka akhirnya dia mengangguk juga.
"Baiklah !" dia menyahuti.
Wajah si kakek berubah girang, dia sampai lupa bahwa dia sedang tertawan
dengan tulang pie-peenya terikat dengan rantai besi, dia berjingkrak, untuk
akhirnya dia menjerit kesakitan, karena tulang pie-peenya itu terkait tertarik
kencang. Kakek itu jadi meringis.
Han Han dan Thio In In yang melihat keadaan si kakek, jadi hiba.
366 .
"Bagaimana kalau rantai itu kami putuskan saja Loo-pek ?" tanya Han Han.
Si kakek mengalap-ulapkan tangannya.
"Jangan !" katanya cepat. "Percuma saja, karena akan membuang tenagamu
cuma-cuma !." dan dia menghela napas. "Lebih baik kau cepat-cepat mempelajari
apa yang akan kuwariskan kepadamu ! Selama duapuIuh tahun berada di dalam
ruangan ini, hmm aku telah memikirkan dan memutar otak mencari jalan keluar
untuk memecahkan tin dari Sam-coa-tin, dan akhirnya, dengan menyaksikan
perkelahian dua ekor cicak, aku dapat memecahkan juga barisan itu ! Dengan
ciptaanku ini, kalau kau menghadapi Sam-coa-tin, kau gunakanlah, buktikan pada
mereka, bahwa ilmu yang mereka andalkan itu dapat dipecahkan dengan mudah !
Han Han mengangguk, begitu jaga Thio In In. Mereka tak banyak bertanya.
"Penjaga yang sengaja kutotok dengan timpukan biji wie-jen telah berjaga
selama dua hari, jadi lima hari lagi baru datang penggantinya. Selama lima hari ini,
kau harus tekun mempelajari apa yang akan kuturunkan, karena dalam waktu lima
hari itu, belum tentu kau dapat mengingat semua apa yang kuwariskan kepada
kalian berdua !" Han Han mengiyakan lagi. Tiba-tiba dia seperti teringat sesuatu.
"Loo-pek, mengapa gedung ini tampaknya sunyi sekali seperti tak
berpenghuai ?" tanya anak muda she Han tersebut.
Kakek itu ketawa tawar. "Inilah memang yang dikehendaki oleh Thian agar kalian dapat mempelajari
ilmu yang akan kururunkan, karena seluruh keluarga Wie Tiong Ham pergi
mengunjungi pesta perkawinan putri orang she Wie tersebut, yang dilangsungkan
di rumah mempelai laki-laki di kota Cui-ko-an. Aku mengetahui dari penjaga yang
sedang menggeletak tertotok di luar !"
"Oh !" dan Han Han tak menanyakan apa-apa lagi.
Pada saat itu, si kakek sudah lantas meminta Han Han dan Thio In In
menghafalkan Kauw-hoat, teori, ilmu silat si kakek, dasar memang otak Thio In In
cerdas, dia dapat meaghafal dengan cepat. Sedangkan Han Han setelah mengulang
dua kali, dia juga dapat menghafal diluar kepala seluruh Kauw-hoat, teori, ilmu
silat si kakek. Sorenya, si kakek mulai menurunkan beberapa jurus dari Sin-siauw-panghoat atau tongkat seruling sakti, yang seluruhnya berjumlah hanya tujuh jurus dan
setiap jurus dibagi tiga gerakan, sehingga jumlah seluruh gerakan itu hanya
duapuluh satu gerakan. Namun setiap gerakan sangat luar biasa sekali. Pada
367 .
pertama kali si kakek menurunkan ilmu silat ssrulingnya itu, Han Han dan Thio In
In heran berbareng tak begitu memperhatikan, karena mereka menganggap ilmu itu
biasa saja. Apa lagi hanya dibagi tujuh jurus dari duapuluh satu gerakan, mau
mereka duga bahwa si kakek adalah manusia sinting. Namun, begitu mereka
mempelajari ternyata setiap gerakkan hebat luar biasa. Dalam sekali gerakan saja,
tangan mereka dapat mengurung lawan, sehingga sulit bagi lawan untuk
meloloskan diri dari cengkeraman mereka !
Begitulah, saking asyiknya, kedua muda-mudi ini mempelajari terus ilmu
Sin Siauw Pang Hoat sampai empat hari empat malam tanpa tidur, sehingga benarbenar dapat menguasai setiap gerakan dari ilmu silat seruling itu.
Sedangkan si kakek sendiri, setiap ayam jago berbunyi menandakan sang
fajar muncul, pasti akan menyemburkan biji-biji wie-jen, sehingga selama empat
hari terus menerus orang yang menjadi penjaga kamar itu selalu tertotok tak dapat
beraerak .....! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 25 PADA sore hari kelima sejak Han Han dan Thio In In digembleng oleh
kakek luar biasa itu, tampak Han Han dan nona Thio baru mengaso.Mereka baru
merasakan perut mereka sangat lapar. Dengan lahap, kuwe kering si kakek yang
ada di dekat kakinya dimakan habis oleh mereka.
"Kalian telah mempelajarinya cukup baik !" kata si kakek sambil tersenyum
waktu melihat Han Han dan nona Thio itu sedang makan. "Hanya yang kurang
latihan, dan pendalaman menggunakan setiap jurus."
"Ya!" menyahuti Han Han sambil mengangguk.
Tapi baru saja Han Han menyahuti begitu, tiba-tiba si kakek berseru kaget,
dia seperti teringat sesuatu.
Han Han dan Thio In In jadi terkejut kedua muda-mudi ini sampai melompat
berdiri. "Kenapa Loo-pek?" tanya Han Han khawatir. Mereka duga, si kakek ini
terserang semacara penyakit.
368 .
"Cepat kalian lihat penjaga yang di luar !" kata si kakek. "Malam tadi karena
aku terlampau girang penasaranku ini pada keluarga Wie akan terbalas, aku jadi
lupa menotok dengan Wie-jen penjaga itu .....kalau memang dia masih tak bisa
bergerak, kalian totoklah jalan daran Cie-me-hiatnya !"
Dengan lincah nona Thio mengiyakan sambil melompat ke dekat pintu. Tapi
begitu melihat keluar, dia jadi berdiri menjublek. Dia juga mengeluarkan seruan
seperti orang kaget. Han Han yang melihat keadaan kawannya, jadi kuatir. Begitu juga si kakek.
Dengan sebat Han Han melompat ke samping Thio In In.
"Kenapa kau, Cie-cie ?" tegurnya.
"Orang itu telah kabur !" menyahuti Thio ln In lemas.
"Celaka !" seru Han Han kaget. "Dia pasti akan memberikan laporan kepada
Wie Tiong Ham yang tentunya telah kembali dari pesta perkawinan puterinya !
Kita harus bersiap-siap !"
"Tenang ! " kata si kakek tenang. "Kita tak perlu gugup ! Sebentar lagi
orang-orang itu memang akan datang untuk mengepung kalian, tapi kalian harus
menghadapinya dengan tenang . Ilmu yang kuwariskan kepada kalian berdua pasti
akan berguna banyak untuk merobohkan dan memecahkan tin dari orang Wie
Tiong Ham !" Han Han juga bisa menenangkan hatinya, dia mengangguk. Tapi berbeda
dengan nona Thio, dia jadi gelisah sekali. Dia merasakan adanya suatu keganjilan
di dalam persoalan terlepasnya penjaga kamar yang telah beberapa hari tertotok
itu. Dia memutar otak untuk memikirkannya. Mengapa penjaga itu bisa terlepas
begitu saja " Bukankah kakek luar biasa itu sangat lihai dan dapat mendengar
tindakan dan langkah kaki. Kalau penjaga kamar itu akan kabur, toh si kakek akan
mengetahui dengan mendengar suara langkah kakinya dan dia bisa menotok lagi
dengan Wie-jennya"! Mengapa tak dilakukan hal itu dan malah si kakek
mengatakan telah lupa untuk menotok pula pada malam sebelumnya.
Thio In In memutar otak terus, dasarnya dia cerdas, maka dia segera dapat
memecahkan persoalan itu.
"Aku tahu !" dia kata tiba-tiba sambil menepuk pahanya.
"Kau tahu apa, bocah " " tanya si kakek dengan mata mencilak waktu
melihat In ln mengucapkan ' aku tahu ' dengan mata menatap si kakek tajam sekali.
"Ini tentu Loo-pek yang sengaja melepaskan penjaga itu !" kata si nona
Thio. "Kau sengaja melepaskan dia untuk umpan dan merupakan juga undangan
369 .
bagi Wie Tiong Ham. Kau tahu, pada hari kelima ini kami akan selesai
mempelajari Sin-siauw Pang-hoat, maka kau sengaja tak menotoknya lagi, agar sipenjaga itu dapat memberikan laporan dan kami akan dikepung serta mengadakan
perlawanan !" Si kakek tersenyum mendengar perkataan Thio In In. "Kau cerdas bocah !"
katanya.. "Memang benar apa yang kau ucapkan tadi !"
Thio In In tersenyum lagi.
"Dan, dengan adanya pertandingan di depan ruangan ini, Loo-pek dapat
mengikuti jalannya pertempuran dengan mengandalkan pendengaran Loo-pek yang
tajam, sehingga Loo-pek akan mengetahui, apakah ilmu yang Loo-pek ciptakan itu
telah sempurna untuk memecahkan barisan tin Sam Coan Tin dari Wie Tiong Ham
! Dengan sendirinya, kami berdua akan dijadikan bahan percobaan oleh Loo-pek !"
Si kakek hanya tersenyum, dia mengulap-ulapkan tangannya.
"Mereka telah datang !" katanya. "Ingat, jangan gugup menghadapi barisan
tin mereka, kalian harus berlaku cerdik setiap menggunakan salah satu jurus-jurus
di antara ke-tujuh jurus yang kuberikan kepada kalian. Apa lagi kalau memang ada
kerja sama yang baik di antara kalian, pasti di dalam satu dua jurus barisan itu akan
terpukul pecah !" Pada saat itu di luar kamar telah terdengar suara ribut-ribut, berisik sekali,
juga terdengar suara beradunya senjata-senjata tajam.
Han Han melirik pada Thio In In, sedangkan si gadis tersenyum tenang.
Ternyata nona Thio dalam menghadapi keadaan begitu macam, dia masih dapat
berlaku tenang. Nyata, dia lebih berpengalaman di dalam dunia Kang-ouw kalau
dibandingkan dengan Han Han.
Han Han menjura pada si kakek, begitu juga Thio In In, dia memberi hormat
kepada kakek itu, kemudian keduanya bersiap-siap. Mantel tebal mereka yang
telah lima malam tak digunakan, mereka kenakan kembali.
"Hai bocah kunyuk !" terdengar suara bentakan dari luar. "Cepat kau
keluar!" Dengan tenang Thio In In keluar diikuti oleh Han Han. Waktu mereka
membuka daun pintu, tampak di tengah-tengah dari lingkaran puluhan orang yang
mengurung kamar itu, seorang laki-laki tua sedang berdiri dengan bertolak
pinggang, Wajahnya bengis sekali, jenggotnya kaku dan matanya berkilat
memancarkan hawa pembunuhan. Di sampingnya berdiri Oey Pok Say dan Sam
Tiong Ham, itu kedua orang yang pernah mengejar Sam Nio Nio dan suaminya.
370 .
Waktu Han Han keluar. Oey Pok Say dan Sam Tiong Ham dapat melihat
anak muda ini, mereka jadi mengeluarkan seruan tertahan.
Laki-laki tua berjenggot kaku dan bermuka bengis, menoleh kepada kedua
orang she Oey dan she Sam itu.
"Kenapa " " tegurnya dengan suara yang parau.
Oey Pok Say menunjuk kearah Han Han.
"Dialah yang telah menghalang-halangi kami waktu kami ingin menangkap
Sam Nio Nio dan suaminya !" Pok Say menerangkan.
"Hmm.....!" laki-laki bengis itu mendengus. "Dan itu bocah yang seorangnya
yang pernah kulukai !"
"Benar," manyahuti Pok Say. "Dengan sendirinya, hari ini kita bisa
menangkap dua ekor ikan Lee-hie sekaligus !"
Laki-laki bengis itu mendengus lagi.
Sedangkan Thio In In dan Han Han telah menuju keluar dari dalam kamar.
"Yang bermuka bengis dan berjecggot kaku itu adalah orang she Wie dan
bernama Tiong Ham, yang mengepalai pintu perguruan dari Sam Tiauw Boe Koan
ini.....!" Thio In In membisikkan di tepi telinga Han Han. "Entah ke mana ketiga
paman gurunya, biasanya mereka mengiringi keponakkan muridnya tersebut."
"Oh .....jadi dia yang bernama Wie Tiong Ham ?" tanya Han Han dengan
suara yang perlahan, berbisik juga.
Thio In In mengangguk membenarkan.
Pada saat itu WieTiong Ham telah membentak dengan suara yang keras :
"Anak muda she Chiu! Cepat kau kembalikan emas. yang kau curi, kalau tidak,
hmm, hari ini jangan harap kau dapat meloloskan diri dari tanganku !"
Thio In In ketawa mengejek, dia masih diduga oleh Wie Tiong Ham sebagai
seorang anak muda, karena dia masih tetap berpakaian seperti seorang peiajar.
"Apakah kau kira barang yang telah jatuh ke daiam tangan Siauw-yamu ini
dapat diambil kembali begitu saja " " dia tanya dengan suara yang tawar.
Wajah Wie Tiong Ham berubah merah padam, dia sangat murka sekali.
"Kalau memang kau tak mau mengembalikan, jangan harap kau dapat hidup
lebih lama !" ancamnya.
"Kita lihat saja, siapa yang lebih dahulu menghadap Giam Lo Ong !"
menyahuti Thio In In. Dingin suaranya.
371 .
Wie Tiong Ham jadi berjingkrak saking murkanya, dia mengibaskan lengan
jubahnya, maka Oey Pok Say dan Sam Tiang Hin melompat menerjang kearah
Thio In In, sedangkan anak buah Wie Tiong Ham lainnya bersorak dengan suara
yang berisik sekali, untuk memberikan semangat kepada Sam Tiang Hin dan Oey
Pok Say. Nona Thio yang sekarang bukan nona Thio In In lima hari yang lalu,
sekarang dia telah mempelajari ilmu yang diturunkan si kakek, dia juga telah
berubah menjadi seorang pendekar yang kosen sekali. Maka, begitu melihat Oey
Pok Say dan Sam Tiang Hin menerjang dirinya, dia mendengus, dengan ringan, dia
menggerakkan tangan dan kakinya. tahu-tahu tampak tubuh Sam Tiang Hin dan
Oey Pok Say melayang dengan mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan dan
ambruk di lantai dengan tubuh tertotok, sehingga kedua orang itu jadi tak bisa
berkutik lagi. Wie Tiong Ham yang melihat nasib kedua anak buahnya, dia jadi terkejut,
sampai berteriak kaget, dengan cepat dia melompat menghampiri.
Dilihatnya Oey Pok Say dan Sam Tiang Hin menggeletak tertotok dengan
mata mendelik, mereka tak berkutik. Maka orang she Wie tersebut jadi kaget
bukan main. Kedua orangnya ini adalah dua orang jago yang tak rendah
kepandaiannya, maka dia heran berbareng terperanjat, melihat sekali bergebrak,
Thio In In, itu "anak muda' she Chiu dapat merobohkannya dengan mudah! CepatWie Tiong Ham mengulurkan tangannya untuk membuka totokan pada diri Oey
Pok Say dan Sam Tiang Hin. Tapi untuk kagetnya, kedua orang itu bukannya
terbebaskan dari totokan Thio In In, malah menggigil seperti orang kedinginan.
Wie Tiong Ham jadi terperanjat, dia sampai mandi keringat dingin. Dicobanya lagi
untuk menotok beberapa jalan darah kedua orang bawahannya itu, tapi tetap saja
dia tak berhasil membebaskan kedua anak buahnya. Malah yang hebat, muka
kedua anak buahnya itu jadi berubah pucat dan matanya mendelik.
Sedang Wie Tiang Ham gugup berusaha menolong kedua orang anak
buahnya itu, tiba-tiba terdengar suara yang dingin "Minggir kau Tiong Ham !"
Waktu Tiong Ham menoleh, dilihatnya ketiga paman gurunya, yang masingmasing bernama Cioe Kat, Can Kat, Lioe Kat, sedang mendatangi. Dia jadi girang.
"Samwie Soe-siok !" katanya sambil berdiri dan memapak ketiga paman


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

gurunya itu. "Bocah itu telah menggunakan ilmu si luman untuk menotok Oey dan
Sam Cong-sie !" 372 .
Cioe Kat ketawa dingin, dia menghampiri dengan paras muka membeku
dingin. Dengan menggunakan ujung kakinya, dia mendupak punggung Oey Pok
Say dan Sam Tiang Hin sambil berkata : "Orang tak punya guna !"
Dan tampak Oey Pok Say dan Sam Tiang Hin bangun perlahan-lahan. Nyata
dia telah terbebaskan dari totokan Thio In In.
Pada saat itu Coe Kat, Can Kat dan Lioe Kat bertiga telah menghadapi Thio
In In dan Han Han. "Bocah!" bentak Loei Kat. "Mau apa kau selalu mengacau daerah kekuasaan
kami?" Thio In In juga ketawa dingin.
"Daerah kekuasaanmu?" ejeknya. "Hm ..... siapa yang telah mengangkatmu
raja kecil "! Aku adalah aku, ke mana aku suka maka aku pergi, kemana aku
senang, pasti aku datang ! Tak ada seorang manusia pun di dunia ini yang dapat
melarangku! Ayahku sendiri tak bisa melarangku, apa lagi gentong-gentong nasi
semacam kalian ini !'' Diejek begitu, Lioe Kat ketawa dingin,
"Hmmm.....tempo hari kami hanya melukai di dalam tubuhmu dengan
pukulan yang ringan agar kau dapat tidur terus. Tapi rupanya dengan berbuat
kebaikan itu, kami telah menaman kesombongan di hatimu. Baiklah, hari ini kau
memang bernasib baik, kau akan terluka berat, tapi kalau tidak hmmm, kau akan
mampus di tangan kami!"
"Tua bangka tak tahu malu !" bentak Thio In In berani, "Kalian selalu
bertempur dengan maju secara mengeroyok ! Coba kalau kalian maju satu satu
melawan Siauw-yamu ini, hmm, kalau sampai dapat menyentuh ujung baju saja,
aku akan menyembahmu dan memanggil sepuluh kali pada kalian dengan sebutan
Cauw-cong ! Bagaimana, berani kalian?"
"Jangan pentang bacot seenakmu !" bentak Can Kat sengit. ''Walaupun kami
maju bertiga, tapi tokh kami telah berlaku murah hati ! Kalau memang kami mau
berlaku bengis, apakah dalam tiga jurus kau masih dapat hidup " "
"Dapat!" menyahuti Thio In In cepat. "Buktinya sekarang aku masih berdiri
segar bugar di hadapan kalian !"
Wajah ketiga orang itu, Cioe Kat Can-Kat dan Lioe Kat, jadi berubah hebat,
mereka sampai berseru dan berjingkrak saking gusar. Lalu, tanpa mengatakan
sepatah katapun, mereka melompat mengurung Thio-In In dan Han Han, kemudian
373 .
mereka dengan mengeluarkan suara bentakan-bentakan yang keras, melancarkan
serangan. Cara menyerang ketiga orang ini memang aneh, Han Han sendiri sampai
bingung. Karena setiap orang dari Sam coa-tin-ong tersebut menyerang bukan
diarahkan pada Han Han atau Thio ln In, melainkan mereka menghajar lantai yang
ada di dekat kaki mereka, sehingga untuk sesaat Han Han jadi menatap kesima.
Namun, dengan cepat anak muda she Han tersebut tersadar waktu merasakan
samberan angin yang keras pada dadanya, dia sampai mengeluarkan seruan marah,
dan menggerakkan tangannya untuk menangkis.
Tapi, waktu Han Han mengulurkan tangannya untuk menangkis, kembali
angin serangan itu lenyap, seperti jaga amblas ke dalam lantai sehingga si anak
muda she Han jadi agak bingung. Apa lagi tahu-tahu Can-Kat yang pada saat itu
berada di hadapan Han Han, melejit lenyap dengan cepat, tahu-tahu telah
digantikan oleh Lioe Kat, sehingga kepala Han Han jadi pusing.
Thio ln In berbeda dengan Han Han. Waktu dulu dia pernah bertempur
melawan ketiga orang itu, dan gadis ini malah telah menelan pil pahit dari ketiga
orang tersebut, dia terluka hebat. Untung Han Han dapat menyembuhkannya.
Maka dari itu, sekarang dia bertempur hati-hati. Jurus-jurus yang diajarkan oleh si
kakek yang berada di dalam kamar itu dikeluarkan oleh Thio In In. Dan,
kepaedahan dari jurus-jurus tampak sekali, ketiga orang dari Sam Tiauw Boe Koan
tersebut tak bisa menerobos pembelaan diri dari si gadis.
Adalah Han Han yang bingung setiap menghadapi serangan ketiga orang itu
yang selalu bertukar-tukar posisi, sehingga anak muda she Han ini harus berulang
kali main mundur. Namun setiap dia melangkah mundur, maka tahu-tahu
punggungnya diserang oleh salah seorang di antara ketiga paman gurunya Wie
Tiong Ham. Itulah yang membingungkan Han Han. Kalau dia menghindarkan serangan
yang di depan, maka serangan yang di belakang akan menghajar punggungnya. Si
anak muda she Han tersebut jadi serba salah. Sampai akhirnya, waktu dia
mengelaki serangan Cioe Kat dari jnrusan depan, tahu-tahu dia merasakan
sambaran angin serangan di dekat pinggang dari jurusan belakang. Untuk
menghindarkan diri dari serangan dibagian pinggang terang sudah tak keburu,
sebab dia sedang mengelakkan serangan Cioe Kat dan tubuhnya sedang berada
dalam posisi yang lemah. Maka dari itu, dengan mengeluarkan seruan panjang Han
374 .
Han menjejakkan kakiiya, sehingga serangan dari belakang dekat pinggang dapat
diloloskannya. Begitulah, mereka bertempur terus, sampai akhinya saking jengkei, Han Han
mengeluarkan jurus 'Hui Eng Bok Thou' atau 'Elang terbang menyambar kelinci',
kedua tangan Han Han bergerak-gerak menyambar kearah ketiga orang yang
namanya berakhiran 'Kat' itu.
Tapi anehnya, setiap tangan Han Han hampir dapat mencengkeram salah
seorang lawannya, selalu saja tubuh lawannya itu dapat melejit dan seperti juga
lenyap dari hadapannya, lalu digantikan oleh yang lainnya. Begitu seterusnya,
sehingga Han Han jadi kewalahan.
Maka, karena setelah berlangsung beberapa lama dia masih tak bisa
memecahkan tin itu, Han Han mengeluarkan ilmu simpanannya yang diajari oleh
Khu Sin Ho dan kelima guru tak resminya. Tapi, karena dia melepaskan
pegangannya pada jurus-jurus yang diajari oleh kakek luar biasa yang ada di dalam
kamar itu, Han Han jadi terdesak hebat. Ilmu silatnya yang hebat, tak berdaya
menghadapi tin dari ketiga orang itu yang licinnya seperti belut.
Han Han jadi penasaran, begitu juga Thio In In, mereka mengerahkan
seluruh kepandaian mereka, tapi tetap saja tak dapat meryentuh ketiga orang Sam
Tiauw Boe Koan tersebut. Malah yang hebat, jiwa Han Han dan Thio In In
terancam di bawah telapakan tangan ketiga orang tersebut.
Makin lama mereka jadi berada di bawah angin, sedangkan Cioe Kat, Lioe
Kat dan Can Kat jadi semakin gencar melancarkan serangan-serangan mereka. Han
Han jadi kewalahan juga. Sebetulnya kepandaian anak muda she Han tersebut tak
berada di sebelah bawah dari ketiga orang itu, tapi disebabkan ketiga orang itu
menggunakan cara Tin yang luar biasa sekali, maka lama kelamaan Han Han dan
Thio In In jatuh; di bawah angin.
Semakin lama Han Han merasakan bahwa mereka tak akan unggulan
melawan ketiga orang itu, belum lagi kalau orang-orang Sam Tiauw Boe Koan
yang lainnya ikut turun tangan mengeroyoknya, maka bisa berabe. Maka dari itu,
Han Han memberi tanda kepada Thio In In untuk melarikan diri.
Thio In In mengerti tanda Han Han, maka di kala Cioe Kat dan kedua
saudara seperguruannya itu sedang mundur dan membuat lingkaran yang lebar,
Thio In In menjejakkan kakinya melompat keluar dari kalangan di ikuti oleh Han
Han. Mereka sudah lantas lari dari dalam rumah itu. Dilihatnya salju sedang turun
375 .
deras, tapi Han Han dan Thio In In tak memperdulikannya, mereka menerobos
keluar juga. Sedangkan Cioe Kat, Lioe Kat dan Can Kat berikut Wie Tiong Ham jadi
berteriak-teriak. Malah Can Kat yang penasaran tak bisa merobohkan kedua anak
muda-mudi itu, jadi berteriak dengan suara mengguntur: "Tangkap sampai dapat!
Kalau perlu bunuh di tempat!"
Semua anak buah Sam Tiauw Boe Koan mengejar kedua anak muda itu,
bersama-sama dengan ketiga orang bernama akhiran 'Kat' itu, yang menjadi paman
guru Wie Tiong Ham. Si kakek yang berada di dalam kamar, mengetahui jalannya dan
kesudahannya pertempuran itu. Berulang kali dia menghela napas.
"Bodoh ! Bodoh ! dia menggumam. "Akh, kalau tadi kesempatan di kala
Can Kat menggunakan jurus ' Ouw Wan Ting Tie Coe ' atau 'Mengambil mutiara
di atas kepala monyet hitam seharusnya si bocah she Han harus menggunakan
jurus keenam dan gerakan kedua dari ilmu silat yang kuturunkan padanya! Akh
sayang ! Bocah itu masih kurang latihan dan pengalaman .....!" dan wajah kakek itu
jadi muram sekali, dia menundukkan kepaianya, tubuhnya jadi tergantung lesu
pada gelang rantai, karena tulang Pie-peenya terjepit oleh rantai yang panjang itu
..... berulang kali dia menghela napas berduka.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 26 HAN HAN dan THIO IN IN melarikan diri dengan mengerahkan Gin-kang
mereka, bunga-bunga salju yang turun dengan deras tak diperdulikan oleh mereka.
Dengan berputar putar di dalam kota Leng-an, akhirnya mereka dapat menyesatkan
para pengejar. Dengan lesu mereka kembali kepenginapan dan masuk, ke dalam
kamar masing-masing. Malam itu Han Han jadi tak bisa tidur. Bunyi bunga-bunga salju yang turun
lunak menghantam genting kamarnya itu, menimbulkan suara yang menyedihkan.
Si-bocah jadi memutar otak memikirkan cara Cioe Kat, L oe Kat dan Can Kat yang
bertempur dengan menggunakan Sam-coa-tin, itu ilmu cara mengepung yang agak
luar biasa. 376 .
Di depan mata Han Han terbayang gerakan-gerakan ketiga orang tadi dan
dia menghafalnya betul-betul.
Begitu juga keadaan Thio In In, dia juga memutar otak untuk memecahkan
tin. Sam Coa Tin, karena telah dua kali dia menghadapi tin itu, tapi tetap saja dia
tak dapat memecahkan pertahanan tin itu. Malah yang mengherankan, setiap kali
dia menyerang salah seorang dari ketiga orang itu, maka lawan yang diserang
dapat melejtt dengan cara yang aneh dan luar biasa, sehingga selalu saja serangan
gadis ini tak dapat mengenai sasarannya.
Thio In In mulai menghubungkan jurus yang pertama dengan jurus yang
selanjutnya dari setiap serargan-serangan dari ketiga paman gurunya Wie Tiong
Ham. Dia mengingat-ingatnya setiap gerakan ketiga orang itu. Memang dasar
otaknya yang cerdas, dia bisa menangkap gerakan-gerakan ketiga orang itu tadi
waktu bertempur dengannya. lapi yang masih membingungkan Thio In In ialah
memukul pecah tin itu. Si gadis Thio ini juga memikirkan cara-cara yang diajarkan oleh si kakek
yang berada di dalam kamar, terkurung dengan penyiksaannya itu. Nona she Thio
tersebut percaya, ilmu yang diturunkan atau diwariskan si kakek hebat sekali,
hanya dia belum mengetahui, jurus yang mana tepat digunakan pada waktunya
untuk menghajar tin itu. Saking penasaran Thio In In memikirkannya sampai menjelang pagi dan dia
mengambil keputusan di dalam hatinya, bahwa besok dia akan mengajak Han Han
lagi untuk menyatroni gedung dari Wie Tiong Ham.
Dan, setelah mengambil keputusan begitu, barulah si nona Thio dapat
memejamkan matanya tertidur.
Tinggal Han Han yang tak bisa tertidur. Dia gulak-gulik di pembaringan
dengan gelisah. Dia jadi memikirkan si kakek yang masih tertawan oleh orangorang Sam Tiauw Boe Koan dengan keadaannya yang mengenaskan itu, Lagi pula.
Han Han berjanji, biar bagaimana dia harus menolong si kakek dari tawanan
orang-orang Sam Tiauw Boe Koan, karena orang tua yang terkurung itu
mempunyai hubungan yang erat dengan Khu Sin Hoo, dan Tok Sian Sia .....!
Anak muda she Han ini juga mengambil keputusan untuk besok malam
menyatroni Wie Tiong Han lagi. Dia masih penasaran sekali belum dapat
memecahkan tin itu, Sam-coa-tin, dengan menggunakan ke-tujuh jurus yang
377 .
diturunkan oleh si kakek yang terkurung di dalam kamar dengan tulang pie-peenya
tertusuk gelang besi.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
HAN HAN terbangun dari tidurnya di kala dia merasakan ada tetesan air
yang hangat jatuh di wajahnya. Karena dia sebagai seorang jago silat yang kosen,
maka biarpun dia sudah tersadar dari tidurnya, tokh dia tak terus menggerakkan
tubuhnya, Hanya matanya yang dibuka perlahan.
Untuk kagetnya dilihatnya Thio In In berdiri di dekat pembaringannya,
hampir saja Han Han berseru dan melompat bangun. Untung saja dia dapat
menguasai hatinya. Dan Han Han jadi tambah heran waktu dia mengawasi,
ternyata nona Thio itu sedang menangis dan air hangat yang membasahi wajahnya
air mata si nona Thio. Han Han jadi heran berbareng bingung melihat nona Thio In In menangis,
dan anehnya nona itu menangis di dalam kamarnya di dekat pembaringannya.
Inilah aneh dan luar biasa sekali. Apakah Thio In In bersedih karena belum dapat
menjatuhkan Sam-coa-tin dari ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham, untuk
membalas penasarannya itu" Apakah si gadis sedang menghadapi kesulitan
lainnya" Dan saking bingungnya, Han Han jadi menggerakan tubuhnya dan duduk
ditepi pembaringan. "Cie-cie.....!" panggiluya.
Thio In In sendiri terkejut melihat Han Han menggerakkan tubuhnya, dia
ingin cepat-cepat keluar dari.kamar anak muda she Han tersebut. Tapi Han Han
telah keburu memanggilnya, sehingga dia jadi menahan langkahnya. Cepat-cepat
dihapus air mata yang membanjiri matanya, kemudian dengan tertunduk si nona
membalikkan tubuhnya. Mulutnya tersenyum sehingga Han Han jadi tambah
bingung melihat hal ini, di mana si-nona dapat menangis dan tertawa di sembarang
waktu. "Kau sudah bangun ?" tanya In In begitu melihat Han Han seperti orang
kesima menatap dirinya. Dan In In memang harus mengakui bahwa dirinya
memiliki kecantikan yang mungkin tiada duanya di atas permukaan bumi ini, apa
lagi pada saat itu dia sedang mengenakan pakaian wanita, dengan rambut yang
dikuncir dua, maka lebih tampak kecantikan nona Thio ini.
378 .
"Cie.....cie-cie, rupanya kau ada urusan yang penting pagi-pagi telah
membangunkan aku ?" tanya Han Han kikuk. Sebetulnya dia ingin menanya
mengapa gadis Thio ini menangis. Tapi akhirnya Han Han membatalkannya,
karena dia merasa tak enak sendirinya.
"Aku ingin merundingkan cara memecahkan Tin dari Sam-coa-tinnya ketiga
paman gurunya Wie Tiong Ham!" menyahuti Thio In In segera. "Apakah kau telah
menemukan jalan keluar yang baik?"
Han Hau mengangguk. "Belum!" dia menyahuti. "Hanya aku bermaksud malam ini untuk
menyatroni Sam-tiauw Boe Koan lagi!"
"Akupun bermaksud begitu!" kata Thio-In In lagi. "Cuman, kita harus
berusaha mencari jalan pemecahannya dari setiap jurus yang digunakan oleh ketiga
paman guru Wie Tiong Ham. Kalau memang mereka berhasil kita robohkan, maka
yang lain tinggal soal yang sepele saja."
Han Han mengangguk. "Benar!" dia menyahuti. "Otakmu lebih cerdas darikn, cie-cie, maka tolong
kau yang mencarikan jalan keluarnya!"
Thio In In menekuk wajahnya jadi masam.
"Kau anggap apa aku ini?" tegurnya sambil tertawa. "Apakah dengan
Chiu Toa-ko !" kata Han Han kemudian sambil tertawa. "Hanya kau membutuhkan
beberapa hari untuk memulihkan tenagamu !"
Chiu Liat Wie mengangguk, dia juga menyeka keringatnya sambil
tersenyum. "Benar Lao-tee .....!" dia menyahuti. "Ternyata kau hebat sekali, Lweekangmu telah sempurna benar !"
Han Han cepat-cepat mengeluarkan kata-kata merendah. Setelah pasang
omong beberapa saat lagi, akhirnya Han Han mohon diri untuk kembali
kekamarnya. 330 .
Chiu Liat Wie mengantarkannya sampai ke depan pintu kamar.
Han Han tertidur nyenyak sekali malam itu, karena dia juga sangat letih
sekali. Maka dari itu, di saat matahari sudah naik tinggi, barulah anak muda she
Han ini mendusin dari tidurnya.
Setelah cuci muka dan sarapan pagi, Han Han menuju kekamar Chiu Liat
Wie. Tapi begitu dia sampai dikamar orang, dilihatnya pintu kamar tersebut
terkunci rapat. Dia menanyakan kepada seorang pelayan.
"Kong-coe yang memakai kulit musang?" tanya si-pelayan.
"Ya!' menyahuti Han Han. "Kemana dia?"
"Tadi pagi-pagi sekali Kong-coe itu telah keluar penginapan, sebelum pergi
dikatakan kalau memang ada yang mencarinya, datang saja kembali pada sorenya
....." "Oh ..... !" dan Han Han memberikan hadiah beberapa chie kepada pelayan
kemudian tanpa memperdulikan si pelayan yang berulang kali menyatakan terima
kasih padanya, Han Han menuju ke luar dari rumah penginapan tersebut.
Siang itu Han Han mengelilingi kampung tersebut, dia menuju ke sebuah
Sungai, menatap air sungai yang sudah membeku disebabkan musim salju. Udara
cukup dingin tapi seperti tak dirasakan oleh Han Han. Dia menatap jauh sekali
ssjauh mata memandang, hanyalah warna putih belaka yang terhampar di
hadapannya. Berada seorang diri di tempat yang demikian sepi dan sunyi dikelilingi oleh
salju yang dingin, menyebabkan pikiran Han Han jadi melayang-layang
mengenangkan masa lalunya yang penuh oleh penderitaan pahit, Dan, tanpa
disadarinya, entah berapa kali Han Han menarik napas.
Di kala menjelang senja, barulah dia kembali kerumah penginapannya. Dia
mendekati tungku tempat peranti menghangatkan.tubuh dari serangan hawa dingin.
Disitu hanya ada beberapa orang pelayan yang duduk dekat tungku untuk
menghangatkan tubuh mereka yang menggigil kedinginan, waktu melihat Han Han
menghampiri, mereka cepat-cepat menyingkir memberi tempat kepada tamu
mereka itu. Han Han duduk di sebuah bangku rotan, dia menghangati tubuh sesaat
lamanya, kemudian memesan dua kati arak, yang lalu diteguknya perlahan-lahan
seorang diri. Hawa udara yang dingin diiringi oleh bunga-bunga salju yang turun
cukup deras di luar rumah penginapan, benar-benar tak begitu menggembirakan.
Han Han jadi jengkel berdiam seorang diri di dalam rumah penginapan itu, apa lagi
331 .
waktu dia melirik, dilihatnya para pelayan sedang menatapnya dengan sudut mata
mereka, Han Han jadi tambah mendongkol. Tanpa terasa, dua kati arak telah
diteguk habis. Malah dia memesan lagi dua kati arak yang diperintahkan kepada
pelayan untuk dibawa ke dalam kamarnya, sedangken Han Han sendiri telah
mendahului menujn ke kamarnya. Dibukanya baju dinginnya, kemudian dia duduk
menghadapi jendela sambil memikirkan rencana selanjutnya dari perjalanannya.
Tadi waktu dia akan memasuki kamarnya, dia melewati kamar Chiu Liat
Wie, dilihatnya pintu orang she Chiu itu masih terkunci rapat.
Menjelang malam, di saat Han Han menyuruh seorang pelayan untuk
menengok apakah Chiu Liat Wie telah kembali atau belum, ternyaia pintu orang
she Chiu itu masih tertutup rapat.
Han Han jadi heran, mengapa Chiu Liat Wie pergi memakan waktu yang
begitu lama" Kemanakah anak muda she Chiu itu"
Akhirnya, karena kesal berada seorang diri di dalam kamar Han Han
menyambar mantel dinginnya, dipakai kembali dan dia pergi keluar dari rumah
penginapan. "Tanpa mengetahui tujuan dia keliling-keliling di dalam kampung itu. Salju
masih turun malah lebih deras dari tadi, sehingga di jalan jarang sekali tampak
orang berlalu-lalang. Keadaan sangat sepi. Apa lagi pada saat itu udara menjelang
malam dan dingin sekali, sehingga hampir sama sekali tak ada orang di jalan yang
dilalui oleh Han Han. Lama juga anak muda she Han tersebut berjalan seorang diri di antara derai
hujan salju yang menyiram tubuhnya, sehingga hawa dingin benar-benar terasa.
Tapi, waktu Han Han sampai di dekat jalan Tiang-koei-moei di antara
kesunyian yang mencekam jalan tersebut, tampak berkelebat sesosok tubuh dengan
gerakan yang gesit luar biasa. Bayangan itu berlari ke arah selatan.
Han Han sebetuliya tak begitu menaruh perhatian pada sosok bayangan itu,
dia menduga hanya orang yang kebetulan lewat. Namun melihat gerakan orang itu
hanya gesit luar biasa, hati Han Han jadi tergerak. Dengan cepat dia telah merobah
pendiriannya dan menguntit orang itu.
Ternyata sosok tubuh yang dikuntitnya itu sangat gesit dan lincah, di antara
licinnya jalan yang tertutup oleh salju, gerakan orang itu tak kurang gesitnya.
Han Han menguntit dalam jarak yang tertentu, karena dia tak ingin orang
yang dikuntitnya itu mengetahui. Dalam waktu yang singkat, Han Han telah
menguntit sampai di luar kampung. Orang itu masih berlari terus, sampai akhirnya,
332 .
ketika sampai di dekat muka hutan yang sudah tertutup oleh salju, orang itu
menghentikan larinya, malah telah membalikkan dirinya dan tertawa dengan suara
yang nyaring. "Lao-tee .....!" terdengar dia berkata."Pemandangan disini cukup indah .....
kukira tak kecewa kau menguntitku dalam saat seperti ini .....!"
Waktu orang itu membalikkan tubuhnya dan berkata, Han Han jadi
merandek, dia melengak, karena segera juga dia dapat mengenali bahwa orang itu
adalah Ciu Liat Wie, Toa-ko, kakak, angkatnya !
"O ..... kau Chiu Toa-ko !" kata Han Han sambil menghampiri. "Kau jail
sekali Toa-ko yang telah menggodaku !"
Chiu Liat Wie tertawa. "Tadi waktu akan kembali ke penginapan, kulihat kau sedang berjalan
sambil termenung. Sengaja aku ingin mempermainkanmu, Lao-tee !'" menyahuti
anak muda she Chiu itu. Han Han tertawa. "Rupanya urusan luar biasa yang telah kau hadapi itu, Toa-ko !" kata Han
Han kemudian. "Apakah sudah selesai " Kalau belum ..... hmmm, Lao-teemu
bersedia untuk menyumbangkan tenaganya."
Chiu Liat Wie tertawa lagi, dia menghampiri Han Han dan mencekal tangan
anak muda itu. "Terima kasih Lao-tee .....!" kata Chiu Liat Wie. "Aku memang tahu Lao-tee
sangat baik .....! Nah, mari aku ingin menunjukkan sesuatu padamu !"
"Memmjukan apa Toa-ko ! " tanya Han Han heran. Chiu Liat Wie telah
ketawa lagi. "Mari kau ikut aku ..... nanti kau akan mengetahui juga!" katanya dan dia
sendiri telah berlari meninggalkan tempat itu dengan gesit.
Han Han terpaksa mengikuti di belakangnya.
Dalam waktu yang singkat, mereka telah tiba di suatu tempat yang indah. Di
situ, di suatu tempat di luar kampung, terdapat sebuah danau yang airnya telah
membeku menjadi es, sedangkan di sekelilingnya tampak pohon-pohon yang besar
dan tertimbun oleh salju. Pemandangan itu benar-benar indah daa menarik.
"Indah bukan ?" tanya Chiu Liat Wie waktu melihat orang menatap
sekeliling tempat itu dengan pandangan mata yang memancarkan perasaan kagum.
Han Han mengangguk. 333 .
"Ya ..... tempat ini sangat indah Toa-ko!" katanya menyahuti perkataan Liat
Wie. Anak muda she Chiu tersenyum, dia menunjuk kesuatu tempat.
"Lihatlah .....!" katanya. .
Han Han menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Liat Wie, tapi dia tak bisa
melihat apa-apa, melainkan batu-batu yang besar dan tertutup oleh salju.
"Apakah kau telah melihatnya ?" tanya Liat Wie waktu melihat orang
memandang kesima pada batu-batu yang ada di tempat itu.
Han Han menggeleng. "Apa yang dimaksudkan oleh Toa-ko ?" tanyanya tak mengerti. "Kau masih
tak melihat?" Han Han menggeleng lagi.
"Aku tak mengerti maksud Toako !" dia menyahuti, "Barang apakah yang
kau maksud" " Liat Wie telah ketawa lagi.
"Kau telah melihat batu yang agak menjorok keluar di samping kanan itu
bukan?" tanya anak muda she Chiu ini kemudian.
Han Han mengangguk. "Nah ..... Lihatlah, disamping batu itu terdapat pohon bunga yang tak mati
disebabkan musim dingin!" menerangkan Chiu Liat Wie.
"Heh ?" dan Han Han mempertajamkan penglihatannya. Benar saja, di
antara celah batu itu, dilihatnya sebuah pohon bunga yang daunnya tak gugur
disebabkan hawa dingin musim salju ini, malah telah berbunga, bunganya itu
berwarna merah darah dan indah sekali. "Ya, aku telah melihatnya Toa-ko,
tampaknya indah sekali !"
"Tampaknya indah ..... !" Liat Wie seperti mengulangi perkataan Han Han,
kemudian ketawa gelak-gelak sehingga Han Han jadi heran memandangnya.
"Kenapa kau Toa-ko !" tanyanya.
Liat Wie menghentikan suara tawanya, dia menatap Han Han dengan tatapan
yang luar biasa. "Kau tahu Lao-tee bahwa bunga itu adalah Swat-hoa, bunga es, sehingga di
kala musim Choen, dingin, dia malah berbunga! Itulah keistimewaannya ! Malah
yang hebat, chasiat dari bunga Swat-hoa itu, kalau ada seorang manusia yang
beruntung bisa memperolehnya dan memakannya, maka manusia itu akan menjadi
seorang jago yang kosen luar biasa sekali, sebab tenaga Lwee-kangnya akan
berlipat ganda menjadi seratus kali dari yang dimilikinya !"
334 .
"Kalau begitu di dalam rimba persilatan terdapat banyak orang-orang gagah
Toa-ko, sebab siapa saja bisa memakan bunga es itu, bukan ?" tanya Han Han.
"Aha, apakah kau kira bunga itu akan mudah diperoleh ?" tanya Liat Wie.
"Swat-hoa merupakan bunga langka, yang jarang sekali terdapat dan ditemui
orang. Kalau memang tak mempunyai rejeki yang luar biasa besarnya, tak
mungkin orang akan dapat menemui bunga es tersebut. Banga itu baru tumbuh dan
berbunga setelah berselang tiga ratus tahun! Lagi pula, jarang sekali ditemukan
orang bunga itu !" Oh ..... pohon yang ajaib dan luar biasa!" kata Han Han. "Tiga ratus tahun,
baru berbunga ! Itulah suatu hal yang tak bisa masuk diakal !" ,
"Jadi kau ingin mengatakan bahwa kau tak mempercayai perkataanku, Laotee !" tanya Liat Wie sambil tersenyum. Wajah Han Han jadi berubah merah.
"Mana berani aku mempunyai dugaan begitu, Toa-ko "!" kata Han Han cepat.
"Aku hanya mengatakan bahwa Swathoa adalah bunga yang benar-benar
ajaib dan luar biasa sekali ! Hmmm. ..... kalau memang kau memperolehnya, tentu
kau akan menjadi seorang jago yang tiada taranya Toa ko !"
"Ya, kalau memang aku ingin memakan bunga itu, sebab dengan di
makannya bunga Swat-hoa, barulah kita akan memperoleh kemujijatannya."
menyahati Liat Wie. "Tapi aku malah sebaliknya tak ingin memakan bunga itu !"
"Heh " Mengapa begitu Toa-ko " " tanya Han Han kaget.
Liat Wie tersenyum lagi. "Aku ingin menghadiahkan bunga es itu kepadamu Lao-tee !" kata Liat Wie
sambil tersenyum dan menatap Han Han dengan kilatan mata yang luar biasa
sekali. '"Heh" Apa katamu ?" tanya Han Han terkejut. "Kau jangan main-main Toako !.'"
"Siapa yang bergurau denganmu, Lao-tee?" balik tanya anak muda she Chiu
itu sambil tetap tersenyum.
Han Han jadi gugup tak keruan.
"Mana boleh jadi begitu ! Mana bisa begitu !" kata anak muda she Han
tersebut dengan suara tergetar. "Terima kasih atas maksud baik Toako, tapi Lao-tee
tak bisa menerimanya ! Budi itu terlampau besar bagiku!"
Liat Wie telah ketawa lagi melihat orang begitu gugup.
"Tenang dulu Lao-tee!" kata Liat Wie lagi. "Aku mengatakan bahwa bunga
Swat-hoa itu akan kuhadiahkan kepadamu, tapi entah kita berbasil
335 .
memperolehkannya atau tidak .....! Hal itu belum pasti, karena tak lama lagi akan
datang beberapa jago kosen yang juga ingin memperebutkan bunga tersebut."
Han Han bara dapat menarik napas lega.
"Toako ..... kau keterlaluan "!" kata Han Han. "Sedangkan kau sendiri akan
berjuang mati-matian untuk memperebutkan bunga itu, masakan kau ingin
menghadiahkan kepadaku ! Sudahlah Toako, bunga Swat-hoa tetap akan menjadi
milikmu, biar bagaimana aku akan membantu sekuat tenagaku !"
Wajah Chiu Liat Wie jadi berseri-seri mendengar janji yang diberikan Han
Han. "Terima kasih Lao-tee!" katanya. "Aku yakin kalau memang kau mau
membantuku dan turun tangan menempur orang-orang yang akan memperebutkan
bunga Swat-hoa tersebut, niscaya bunga itu akan menjadi milik kita!"
Han Han mengangguk. "Tapi Toa-ko ..... !" katanya sesaat kemudian.
"Kenapa " " tanya Chiu Liat Wie sambil menatap wajah adik angkatnya.
"Mengapa kita tak mengambilnya saja bunga itu di saat orang-orang yang
lainnya belum datang ?" tanya Han Han yang mengemukakan usulnya.
Liat Wie tertawa gelak-gelak.
"Kami telah mengadakan suatu perjanjian untuk mengadakan pertemuan dan
bertempur memperebutkan bunga es itu. Mana dapat kami berbuat begitu rendah ?"
Wajah Han Han jadi berubah merah.
"Ya ..... adikmu tadi telah salah bicara !" katanya cepat. "Tadinya kukira
yang ingin memperebutkan bunga es ini adalah bangsa orang-orang kasar ..... "
"Hmmm ..... apakah kalau yang akan datang memperebutkan bunga es itu
adalah orang-orang kasar, apakah mereka itu cukup berharga untuk bertempur
dengan Toako-mu ini?"
Kembali wajah Han Han jadi berubah merah.
"Sudahlah Lao-tee ..... mari kita duduk di situ untuk melenyapkan lelah!"
kata Liat Wie waktu melihat sikap orang yang kikuk. Dia sendiri telah menuju ke
balik sebuah batu yang ada di situ, lalu duduk, duduk bersila.
Han Han mengikutinya, dia duduk di dekat Chiu Liat Wie, Mereka menatap
salju yang turun halus sekali, semakin menebal menutupi bumi.
"Kau tak dingin, Lao-tee?" tanya Chiu Liat Wie tiba-tiba sambil menoleh
dan menatap wajah Han Han,
Han Han menggeleng. 336 .
"Kau .....?" dia balik bertanya.
Liat Wie juga menggeleng.
"Hanya ..... hatiku agak berdebar !" menyahuti sang Toa-ko angkat ini.
"Mengapa ?" tanya Han Han heran.
Liat Wie tersenyum, senyumnya itu agak luar biasa, juga matanya
memancarkan cahaya yang berkilat aneh sekali.
"Mungkin aku terpengaruh oleh keadaan dan situasi sekarang ini, aku takut
nanti jangan-jangan bunga es itu akan jatuh ketangan jago lainnya, sehingga aku
tak bisa menghadiahkannya untukmu, Lao-tee !" kata Liat Wie.
"Jangan Toa-ko memikirkan hal itu ! " kata Han Han cepat. "Bagiku bunga
es tak begitu kuharapkan, asalkan Toako selamat dan memperoleh kemenangan ! "
Liat Wie mengangguk. Baru saja dia ingin berkata tiba-tiba terdengar suara
lengkingan yang tinggi sekali, dibarengi oleh sosok tubuh yang melayang pesat
dari atas pohon. "Aha, ternyata kau bisa dipercaya, orang she Chiu ! " kata orang itu dengan
suara yang nyaring. "Sebetuinya aku sudah menunggumu dan jago-jago lainlainnya sejak tadi. Aku ingin lihat apakah kau mempunyai maksud yang rendah
dan mengambil bunga Swat-hoa itu sebelum yang lainnya datang kemari! Ah,
rupanya kau seorang Eng-hiong juga yang berusaha menjauhi perbuatan rendah !"
Waktu melihat orang itu wajah Chiu Liat Wie berubah-.
"Apakah kau duga aku ini manusia rendah, Kong Cong ?" tanyanya dengan
suara yang tawar.

Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Mana berani aku mempunyai pandangan begitu"!" kata orang yang
dipanggil Kong Cong itu dengan cepat. "Hanya aku ingin menyaksikan dengan
mata kepalaku sendiri, apakah Chiu Siauw-hiap yang terkenal itu tetap tak akan
mengambil Swat-hoa sebelum jago-jago lainnya datang kemari !"
Mata Chiu Liat Wie mencilak, sedangkan Han Han heran menatap orang
yang dipanggil Kong Cong oleh Liat Wie, dia juga terkejut, kerena sebagai seorang
yang kosen, seharusnya Han Han mesti mengetahui bahwa di atas pohon di
dekatnya itu terdapat seorang yang bersembunyi. Tapi nyatanya dia dan Liat Wie
tetap saja tak mengetahui. Itulah agak luar biasa, karena dengan begitu
menunjukkan bahwa orang yang dipanggil Kong Cong itu lihai sekali.
"Bagaimana " " tanya orang yang dipanggil Kong Cong itu sambil tetap
tertawa. "Apakah yang lainnya pasti akan memenuhi janji kita "!"
337 .
"Mereka pasti akan datang, mustahil mereka tak mengiler untuk memperoleh
Swat-hoa ?" menyahuti Chiu Liat Wie.
Kong Cong telah ketawa lagi, dia sebetulnya she Wu dan bernama Kong
Cong. Wajahnya tirus, seperti potongan tikus, lebih-lebih dengan adanya kumis
panjang yang melintang, dan matanya berkilat jelalatan kekiri dan kekanan,
sehingga wajahnya itu lebih mirip muka tikus. Usianya telah lima puluh tahun
lebih. "Kalau begitu kita tunggu saja sampai mereka datang !" kata Wu Kong Cong
kemudian. Liat Wie mengangguk. Baru saja Wu Kong Cong ingin berkata lagi, tiba-tiba dari atas pohon
lainnya telah melompat turun dua sosok tubuh lainnya.
"Kami juga sudah sejak tadi datang kemari!" kata kedua orang itu hampir
berbareng. Wajah Liat Wie dan Kong Cong jadi berubah. Han Han sendiri heran,
karena dengan sendirinya, kedua orang yang baru datang itupun lihai sekali.
"Aku Gu Kim Ciang hanya ingin menyaksikan keramaian saja!" kata orang
yang satunya. "Akupun hanya ingin mencicipi gurihnya bunga es itu !" kata yang
seorangnya lagi. "Aha, rupanya kau Gu Kim Ciang dan Ma Liang telah datang pula !" kata
Liat Wie cepat. "Terimalah hormatku!"
Dan, benar-benar Liat Wie memberi hormat dengan membungkukkan tubuh
kearah Gu Kim Ciang dan Ma Liang.
Kedua orang yang baru datang itu jadi repot menerima penghormatan anak
muda she Chiu. Malah Gu Kim Ciang telan mengulap-ulapkan tangannya.
"Sudahlah! Jangan pakai banyak peradatan ! " kata orang she Gu itu. "Mari
kita mulai saja pertandingan untuk menentukan siapa yang berhak untuk memiliki
bunga Swat-hoa itu ! " Tiba-tiba mata Gu Kim Ciang mencilak waktu melihat Han
Han. "Eh, siapa dia " Rasanya aku pernah melihat bocah itu !"
Tadi melihat Chiu Liat Wie memberi hormat kepada Gu Kim Ciang dan Ma
Liang, maka waktu ditanya begitu oleh orang she Gu tersebut, cepat-cepat Han
Han membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada kedua orang itu.
"Boan-pwee she Han dan bernama tunggal Han." kata Han Han. "Terimalah
hormat Boan-pwee ini.....!"
338 .
Ma Liang membalas hormat Han Han dengan membungkukkan tubuhnya
sedikit, tapi berbeda dengan Ma Liang, Gu Kim Ciang malah telah menghampiri
dan mencekal tangan Han Han.
"Kau she Han ?" tanyanya.
"Ya !" Han Han mengangguk membenarkan.
Gu Kim Ciang mengerutkan alisnya.
"Aku seperti pernah bertemu denganmu !" kata Gu Kim Ciang lagi. "Entah
di mana .....aku sudah tak ingat lagi!"
Han Han juga jadi ikut heran.
"Loo-cianpwee pernah bertemu denganku ?" tanyanya.
Gu Kim Ciang mengangguk. "Heh ..... tapi entah di mana !" sahut Kim Ciang. Tapi, tiba-tiba dia menepuk
kepalanya, wajahnya berseri-seri. "Aha, aku ingat! Wajahmu mirip dengan Han
Loo-kui !" "Han Loo-kui ?" tanya Han Han tambah heran, karena nama itu baru
pertama kali di dengarnya.
"Ya, kau mirip sekali dengan Han Swie Lim." kata Gu Kim Ciang.
"Han ..... Han Swie Lim " " Han Han terhenyak seperti mendengar suara
petir di tengah hari. "Loo cian-pwee ..... kenal dengan ayahku "!"
"Ya ! Malam itu keluarga Han Loo-kui telah mengalami bencana yang hebat
! " menyahuti Gu Kim Ciang. "Sebetulnya aku datang kesana untuk menengoki
kesehatannya, tapi tak diduga orang-Pak Bwee Kauw, dengan dipimpin langsung
oleh Kauw-coe-nya, yaitu Thio See Ciang, mereka menggempur rumah tangga
Han Swie Lim !. Aha, jadi kau puteranya "! Bagus ! Pada malam itu, aku berhasil
merebut sejilid kitab pusaka keluargamu !" dan setelah berkata begitu, Ga Kim
Cian merogoh sakunya mengeluarkan sejilid kitab, yang diserahkan kepada Han
Han. Han Han menerima dengan air mata menitik.
"Terima kasih Loo-cian-pwee ! " Kata anak muda she Han ini. "Dia juga jadi
teringat, hancurnya keluarga Han disebabkan oleh kitab yang diberikan Gu Kim
Ciang ini, yang menjadi rebutan di antara orang-orang gagah.
"Waktu itu, sebetulnya kitab ini telah jatuh ke tangan Thio See Ciang, tapi
aku masih keburu merebutnya !" menerangkan Gu Kim Ciang. "Dan setelah
berhasil merebut kitab ini, aku melarikan diri ke Hoe-lam, dengan dikejar kejar
oleh orang-Pek Bwee Kauw."
339 .
"Tapi Loo-cian-pwee ....." kata Han Han agak ragu.
"Kenapa ?" "Bolehkah Boan-pwee mengetahui siapa sebetulnya yang telah mencelakai
orang tua Boan-pwee ?" tanya Han Han lagi sambil menatap Gu Kim Ciang
dengan kilatan mata yang tajam.,
"Hmm ..... siapa lagi kalau bukan Thio See Ciang !" menyahuti Gu Kim
Ciang. Seketika itu juga hati Han Han bergolak, di saat itu dia berjanji, biar
bagaimana dia akan mencari Thio See Ciang untuk membalas sakit hati
keluarganya. "Sekarang di mana kedua orang tuamu ?" tanya Gu Kim Ciang waktu anak
muda she Han tersebut berdiam diri.
Tanpa dapat dibendung lagi, Han Han jadi menangis terguguk-guguk, dia
menceritakan segalanya, menceritakan bagaimana kedua orang tuanya telah gila
akibat getaran otak. "Kasihan..... !" kata Gu Kim Ciang dan baru saja dia bermaksud untuk
menghibur anak muda she Han itu, Ma Liang yang sudah tak sabar telah berteriak:
"Ayo .....kita mulai bertanding ! Di sini bukan tempat bertangis-tangisan !"
Gu Kim Ciang mendengus ketawa dingin.
"Baik ! Belum tentu kau dapat mengalahkan kami ! " katanya. "Hmmm .....
kau akan menjadi seorang pecundang yang mengenaskan sekali. "
Ma Liang juga ketawa dingin.
"Kita lihat saja nanti !"
Wu Kong Cong juga telah menghampiri. "Ayo kita mulai !" katanya.
Chiu Liat Wie menghampiri Han Han, dia membujuk si-anak muda she Han
tersebut, untuk mengurangi perasaan duka yang sedang bergolak di hati Han Han.
Pada saat itu Gu Kim Ciang telah bertanya lagi: "Siapa yang akan maju
bertanding dulu "!"
"Aku dan kau !" menyahuti Ma Liang dengan suara yang keras.
"Begitu juga boleh !" kata Kong Cong yang sudah lantas melompat
kesamping, sehingga Ma Liang dan Gu Kim Ciang jadi saling berhadapan.
"Mulai !" kata Ma Liang dengan suara yang keras dan nyaring sekali.
Gu Kim Ciang sudah tak berlaku sungkan-sungkan lagi, dia melompat
tinggi, di saat tubuhnya sedang meluncur turun, kedua tangannya bergerak,
340 .
menyerang Ma Liang dengan jurus 'Sin Ciang Pat Ta' atau 'Delapan pukulan
tangan malaikat'. Ma Liang ketawa dingin, dia mendengus sambil merobah kedudukan
kakinya, yang digeser ke samping, kemudian dibarengi dengan tangannya yang
bergerak menangkis dengan jurus 'Liat Si m Ciang' atau 'Pukulan membelah hati'.
Hebat tangkisan Ma Liang ini, karena selain dia menangkis, pun orangyshe-Ma
tersebut telah balas menyerang kearah dada Gu Kim Ciang, maka seperti namanya,
kalau pukulan tersebut mampir, tepat di dada Kim Ciang, hati orang she Gu
tersebut akan terhajar hancur terbelah ....."
Tapi Kim Ciang kosen, melihat,serangannya ditangkis oleh Ma Liang, malah
orang she Ma itu telah balas menyerang, dia cepat-cepat menarik pulang
tangannya, lalu dikibaskan ke samping, diputar setengah lingkaran dan
membarengi dengan itu dia menyerang lagi dengan jurus 'Pheng Tee Teng In' atau
'Awan hujan ditanab datar', tangan kiri dan tangan kanannya bergerak sebat sekali,
di samping menangkis, dia juga melancarkan serangan.
Begitulah, kedua orang tersebut jadi bertempur dengan hebat, angin
serangan mereka menderu-deru, mendatangkan angin yang kuat dan hebat, karena
diiringi oleh tenaga Lwee-kang, desiran tenaga dalam.....!
Han Han, Chiu Liat Wie dan Wu Kong Cong menyaksikan dari samping,
selama pertempuran antara Ma Liang dan Gu Kim Ciang berlangsung, ketiga orang
tersebut tak mengeluarkan sepatah katapun, perhatian mereka tercurahkan
seluruhnya pada jalannya pertempuran.
Pada saat itu tampak Ma Liang telah menyerang lagi dengan hebat,
menyerang dengan menggunakan jurus 'Lui Ho Ceng Thian' atau 'Suara tambur
menggetarkan jagad', disusul kemudian dengan jurus 'Sin Hong Teng Kong' atau
'Burung Hong terbang kelangit", dan kedua serangan itu merupakan serangan yang
berbahaya sekali, yang mendatangkan angin serangan yang kuat luar biasa.
Tapi, karena Gu Kim Ciang kosen sekali, maka dia tak menjadi gugup,
malah dengan tenang orang she Gu itu telah menangkis dan balas menyerang
dengan menggunakan jurus 'Tee In Ciong' atau 'lompatan awan tangga', tubuhnya
bergelombang berlompatan tinggi, waktu turun, dia balas menyerang. Setiap
ssrangannya, juga mengandung tenaga dalam yang luar biasa kekuatannya.
Kedua tangan mereka, tangan kiri Gu Kim Ciang dan tangan kanannya Ma
Liang saling bentur, tubuh mereka tergetar, tampak keduanya saling mundur
341 .
beberapa langkah ke belakang, kemudian mereka saling serang lagi, dan bertempur
dengan hebatnya. "Hmm..... Gu Loo-cian-pwee akan memperoleh kemenangan !" kata Han
Han sesaat kemudian setelah sekian lama menyaksikan jalannya pertempuran.
"Mengapa kau bisa menduga begitu ?" tanya Liat Wie sambil menoleh dan
menatap Han Han. "Kepandaian Gu Loo-cian-pwe; lebih ting gi satu tingkat dari Ma Loocianpwee !" menyahuti Han Han.
"Belum tentu!" kata Chiu Liat Wie sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Kita lihat saja!" kata Han Han mengalah, dia tak mau berdebat dengan Toako angkatnya ini.
Chiu Liat Wie tersenyum dan melirik Han Han dengan tatapan mata yang
luar biasa sekali. Pertempuran masih berjalan terus dengan seru. Dan dengan mengeluarkan
suara teriakan yang nyaring sekali, tampak Gu Kim Ciang menyerang Ma Liang
dengan jurus 'Mo In Cap Pwes' atau 'Mencakar awan dengan delapan belas jurus',
tangannya bergerak-gerak akan mencengkeram pundak, dada, lambung, leher dan
kepala Ma Liang. Hebat sekali serangan Gu Kim Ciang itu, sehingga angin
serangannya juga menderu-deru menyambar kearah Han Han serta Chiu Liat Wie.
Ma Liang terkejut waktu melihat Gu Kim Ciang merobah cara
menyerangnya, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan. Tapi waktu itu,
tubuhnya sedang terapung, sehingga dia tak bisa mengelakannya seketika itu juga,
dengan mengeluarkan seruan dia berusaha untuk menyampok tangan Kim Ciang
yang sedang menyambar perutnya, kemudian, di saat tubuhnya dapat menginjak
salju, dia membalik telapak tangannya akan menghajar kepala Gu Kim Ciang.
Ma Liang lihai sekali, walaupun keadaan dirinya terdesak, tokh dia masih
dapat mengelakkan dan malah balas menyerang.
Kim Ciang cepat-cepat menarik pulang tangannya, dia mengibaskan dengan
lengan jubahnya yang kebesaran, disusul oleh dua seangan lainnya, yaitu dengan
jurus 'Tin San Ciang ' atau 'Pukulan menggetarkan gunung ', kemudian disusul
dengan ' Boen Sie Ciam Ciang" atau ' Pukulan jarum kumis nyamuk ', dan pukulan
yang terachit ini digunakan dengan mempergunakan jeriji telunjuknya, yang
bermaksud menotok jalan darah Ma Liang,
342 .
Ma Liang mana mau dihajar kegitu, apa lagi dia cukup kosen, maka dari itu,
dia menjejakkan kakinya, tubuhnya melambung tinggi sekali untuk mengelakkan
serangan jeriji mautnya Gu Kim Ciang. Namun, Kim Ciang tak mau memberi hati,
di saat orang melesat tinggi, dia juga mejejakkan kakinya, maka tubuhunya
mengikuti Ma Liang melesat keatas juga, tahu-tahu jari telunjuknya itu telah dapat
menotok jalan darah Kie-ma-hiatnya orang she Ma itu, sehingga tanpa ampun lagi,
tubuh Ma Liang terjungkel roboh keatas tumpukan salju, sehingga bunga salju
berterbangan ke sekelilingnya
Yang lainnya ketika melihat hai itu, jadi mengeluarkan seruan tertahan, lapi,
Ma Liang sendiri di kala tubuhnya ambruk menimpa salju, dia sudah lantas
mencelat bangun kembali, wajah orang she Ma tersebut jadi berubah merah padam.
"Kepandaianmu memang lebih tinggi satu tingkat dariku, orang she Gu !"
karanya dengan suara penasaran. "Hmmm..... aku memaug tak mempunyai rejeki
untuk memiliki bunga Swat-hoa itu ! Sudahlah !" dan setelah berkata begitu, dia
memutar tubuhnya, kemudian sekali menjejakkan kakinya, tubuhnya telah
mencelat akan berlalu. Gu Kim Ciang sendiri jadi tak enak hati, dia ingin menahannya. Tapi, belum
lagi dia berteriak untuk mencegah kepergian Ma Liang, orang she Ma itu telah
mencelat jauh dan dalam waktu yang sekejapan saja, telah jauh sekali.
Chiu Liat Wie sendiri telah menepuk paha Han Han.
"Kau benar Lao-tee!" katanya dengan suara yang nyaring. "Aku yang kalah
!" Han Han hanya ketawa. Baru saja dia ingin berkata, anak muda she Chiu
tersebut telah melompat mendekati Gu Kim Ciang.
"Gu Loo-cianpwee.....!" kata Liat Wie sambil membungkukkan tubuhnya
menjura pada Kim Ciang. "Sekarang Boan-pwee yang ingin minta pengajaran dari
Loo-cianpwee, Boan-pwee harap Lo-cian-pwee tak menurunkan tangan keras
kepadaku !" Gu Kim Ciang tertawa. "Aha ..... aku yang jadi segan untuk bertempur denganmu, anak muda!" kata
Kim Ciang sambil tertawa.
"Mengapa harus segan ?" tanya Chiu Liat Wie sambil mengiringi tertawanya
orang she Gu itu. "Bukankah kalau memang Boan-pwee mempunyai rejeki, maka
Boan-pwee dapat memperoleh bunga Swat-hoa itu!"
Mendengar perkataan Chiu Liat Wie, Gu Kim Ciang jadi tertawa lagi.
343 .
"Benar! Benar!" katanya sambil tertawa. "Siapa tahu aku si-tua dapat
dirobohkan oleh si muda ?"
"Mana berani Boan-pwee mempunyai pikiran begitu "!" kata Liat Wie cepat.
"Pa-ling-paling juga Boan-pwee mengharapkan Loo-cianpwee mengalah sedikit!"
"Baik! Majulah !" kata Kim Ciang sambil mengibaskan lengan bajunya,
Chiu Liat Wie tak berlaku sungkan lagi, dia telah bersiap-siap dengan bheshi
yang kuat sekali. Kemudian sambil mengeluarkan teriak : "Jaga.....!" tangannya
meluncur menyerang ke arah dada Gu Kim Ciang.
Kim Ciang yang melihat tenaga serangan anak muda she Chiu tersebut tak
kuat, seketika itu juga dia mengetahui bahwa orang menyerang dengan serangan
pancingan. Maka dari itu, Kim Ciang hanya tertawa, tapi tak berusaha untuk
mengelakkannya. Benar saja, waktu melihat orang tak mengelakkan diri dari serangaunya, Liat
Wie telah menarik pulang tangannya, sekali putar, tangannya itu telah terbalik
dengan telapak tangan di sebelah atas dan meluncur dengan tenaga penuh kearah
dada Gu Kim Ciang. Gu Kim Ciang miringkan tubuhnya sedikit, tangan anak muda she Chiu itu
lewat di sisi tubuhnya, kemudian dengan tangan kirinya Kim Ciang mengetuk jalan
darah Tay-hu-hiatnya anak muda itu yang terletak di pergelangan tangan.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Liat Wie ketawa panjang, nyaring sekali suara tertawanya itu, sehingga
sampai menggema. Sambil tertawa, dia telah menarik pulang serangannya, disusul
oleh tangan lainnya yang bermaksud mencengkeram pundak Kim Ciang.
Hebat anak muda she Chiu ini ! Dia mengetahui kalau mereka mengadu
tenaga dalam, belum tentu dia dapat memperoleh kemenangan, maka dari itu Liat
Wie bertempur dengan mengandalkan kelincahan dan kegesitannya. Dari itu, dia
dapat memperoleh keuntungan yang tak kecil. Lagi pula Gu Kim Ciang turun
tangan setengah hati sehingga Liat Wie dapat bertempur dengan leluasa.
Gu Kim Ciang sendiri, waktu melihat pundaknya akan dicengkeram oleh
anak muda she Chiu tersebut, dia tertawa sambil menjejakkan kakinya, sehingga
tubuhnya mencelat menjauhi Liat Wie,
"Licik kau anak muda! " kata Kim Ciang sambil tersenyum,
Chiu Liat Wie tercengang, dia sampai merandek.
"Heh" Mengapa Gu Loo-cianpwee mengatakan Boan-pwee licik?" tanyanya.
344 .
"Aha, .....kau bertempur dengan mengandalkan kelincahanmu, apakah kalau
memang aku mau menurunkan tangan sungguh-sungguh, kau kira kau dapat
meloloskan diri dari tanganku " "
Wajah Liat Wie berubah merah, dia tertawa.
"Mengapa Cian-pwee tak mau menurunkan tangan yang cukup keras agar
Boan-pwee tak mempunyai rejeki memiliki bunga Swat-hoa itu ?"
?"Baik ! Baik !" kata Gu Kim Ciang. "Sekarang aku malah ingin
memperlihatkan padamu, dalam dua jurus, kau akan kurobohkan !"
"Kalau memang dalam dua jurus, Loo-cianpwee tak bisa merobohkan boanpwee janji apa yang akan diberikan oleh Gu Loo-cianpwee ?"
"Hmmm..... aku akan memberikan bunga Swat-hoa menjadi-milikmu !"
menyahuti Kim Ciang. "Bagus! Seranglah Boan-pwee !" tentang Liat Wie sambil tertawa, dia
gembira, karena dia yakin, dia akan dapat mempertahankan diri selama dua jurus.
Gu Kim Ciang sendiri telah melompat akan menyerang, tangannya diulurkan
kemuka, kemudian dengan mengeluarkan seruan panjang dia menyambar ke arah
kopiah anak muda itu. Liat Wie mengelakkan sambi tertawa-tawa, dia juga berseru : "Ini boleh
dibilang jurus pertama !" katanya.
"Benar ! " menyahuti Kim Ciang. "Dan ini jurus yang kedua !" dan tangan
orang she Gu tersebut telah meluncur cepat sekali, dia menggunakan tangan kiri
untuk menyerang dada anak muda she Chiu, sedangkan tangan kanannya akan
mencengkeram kepala Chiu Liat Wie.
Hebat serangan itu, karena Gu Kim Ciang merggunakan jurus 'Leng Kun Liu
Sah' fitau 'Arus ombak mendorong pasir', dan serangan dengan jurus itu terbagi
beberapa gerakan yarg berbahaya dan sangat sebat sekali, kalau memang Chiu Liat
Wie kurang kosen dan kurang gesit tak nantinya dia dapat mengelakkan serangan
itu. Apa lagi Gu Kim Ciang sendiri mengetahui, kalau dalam jurus ini dia tak bisa
merobohkan anak muda she Chiu, berarti dia telah roboh, maka dia menyerang
dengan sesungguh hati. Yang kasihan adalah Liat Wie. Dia tak menduga orang akan menyerang
dirinya dengan cara begitu, maka untuk kagetnya, tahu-tahu tangan kiri Gu Kim
Ciang telah berada di dekat dadanya dan tangan kanan orang she Gu telah berada
di atas kepalanya. Kalau dia mengelakkan serangan tangan kanan Gu Kim Ciang
dan melindungi kepalanya, maka dadanya akan terserang dan menjadi sasaran
345 .
tangan Gu Kim Ciang, tapi kalau sebaliknya dia melindungi dadanya, maka
kepalanya yang akan kena dicengkeram oleh orang she Gu itu. Maka itu, Liat Wie
berada dalam posisi yang sulit sekali. Dia tak bisa berpikir terlalu lama, karena
tangan orang she Gu telah berada dekat sekali dengan sasarannya.
Tapi dasarnya otak Chiu Liat Wie cerdas, dalam keadaan kepepet begitu, dia
telah menggerakkan tangan kirinya akan menjotos mata Gu Kim Ciang, sedangkan
tangan kanannya menangkis tangan kiri Gu Kim Ciang yang akan mencengkeram
dadanya, Kim Ciang terkejut waktu tangan Chiu Liat Wie tahu-tahu berada di dekat
matanya, dia jadi mengeluarkan seruan tertahan dan berusaha menangkis dengan
tangan kirinya, tapi tangan kanannya terus juga meluncur akan mencengkeram
kepala Chiu Liat Wie. Tangan kiri Chiu Liat Wie benlrok dengan tangan kiri Gu Kim Ciang, dia
kaget sendiri, karena dia tak menduga bahwa Gu Kim Ciang akan meneruskan
serangannya itu, padahal tadi dia menduga bahwa Gu Kim Ciang malah akan
mengelakkan diri dan melompat menjauhkan diri. Untuk kagetnya, begitu
tangannya bentrok dengan tangan kiri Gu Kim Ciang, Chiu Liat Wie merasakan
kepalanya dingin, ternyata tangan kanan Gu Kim Ciang telah berhasil menjambret
kopiah sasterawan. Itupun Chiu Liat Wie telah menundukkan kepalanya, coba
kalau tidak, tentu kepalanya kena dicengkeram oleh tangan Gu Kim Ciang.Dengan hati mencelos, Chiu Liat Wie melompat ke belakang menjauhi Gu
Kim Ciang, tapi semua orang yang melihat keadaan Chiu Liat Wie jadi berseru
kaget, begitu juga Gu Kim Ciang, saking kagetnya, dia jadi berjingkrak .....
Kenapa "! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 346 .
JILID IX T ERNYATA Chiu Liat Wie sedang berdiri dengan rambut terurai panjang
sampai menutupi bahunya, begitu kopiahnya tadi terbuka oleh jambretan
Gu Kim Ciang, rambutnya yang panjang telah terurai turun sampai
menyerupai panjsngnya rambut Giok-lie, bidadari. Bukan itu yang luar biasa, tapi
yang membikin Han Han dan yang Iain-lainnya jadi kaget, ialah Chiu Liat Wie
seorang gadis ! "Kau .....kau .....kau seorang wanita, bocah?" Tanya Gu Kim Ciang dengan
suara tergugu. Wajah Chiu Liat Wie jadi berubah merah, tapi dia mengangguk.
"Benar'!" dia menyahuti. "Dan sekarang Gu Loo-cian-pwee harus menepati
janjimu untuk memberikan bunga Swat-hoa kepadaku !"
Wajah Gu Kim Ciang jadi berubah, tak sedap dipandang.
"Hmmm ..... sebetulnya aku tak roboh di tanganmu, karena kopiahmu
berhasil kurebut!" katanya. "Tapi berhubung kau hanya bocah betina, biarlah
kemenangan ini diperoleh sebagai hadiah untukmu !" dan setelah berkata begitu,
Gu Kim Ciang menoleh kepada Wu Kong Cong. "Hei tua bangka she Wu, apakah
kaupun masih mau memperebutkan bunga es. itu dari tangan budak cilik ini " "
tegurnya. Wu Kong Cong menguIap-ulapkan tangannya, wajahnya telah berubah
merah. '"Tidak! Tidak!" katanya cepat. "Kalau aku bertempur dengan budak itu,
mukaku ini mau ditaruh di mana " Ha, seumur hidupku belum pernah aku mau
bertempur dengan perempuan.....!" dan Wu Kong Cong berkata dari hal yang
benar, dia memang paling pantang berkelahi dengan wanita.
Gu Kim Ciang ketawa besar, sampai tubuhnya ikut bergoncang.
"Dasar rejekimu yang besar, budak !" katanya. "Pergilah kau ambil sendiri
bunga itu !" "Tapi Loo-cian-pwee ....." kata Chia Liat Wie cepat.
"Kenapa?" Gu Kim Ciang jadi heran, sampai mengawasi gadis itu dengan
tatapan mata mendelong. Liat Wie tersenyum manis.
347 .
"Bagaimana aku dapat mengambil bunga es yang terletak begitu tinggi?"
Bukankah tadi Loo-cian-pwee telah barjanji akan memberikan' bunga itu
kepadaku?" "Heh " Apa maksudmu " Bukankah sekarang aku telah mengalah dan
memberikan hak bunga itu kepadamu ?" kata Gu Kim Ciang heran berbareng tak
senang. Liat Wie ketawa manis lagi, sehingga terlihat lesung pipitnya. Sujen di
kedua pipinya. "Apakah Gu Loo-cianpwee tak memegang janji ?" tegurnya berani, gadis ini
masih terus tersenyum dan senyumnya itu sangat manis sekali.
Gu Kim Ciang jadi tambah tak senang.
"Mengapa kau mengatakan aku si orang tua she Gu tak memegang janji ?"
tegurnya. "Hmmm .....sebagai seorang Loo-cianpwee, seorang dari angkatan tua,
bukankah tadi kau telah berjanji akan memberikan bunga itu kepadaku, maka
dengan sendirinya aku harus menerimanya dari tanganmu, Gu Loo-cianpwee!"
Mendengar perkataan Chiu Liat Wie yang terakhir, Gu Kim Ciang jadi
tercengang, juga dia jadi kaget berbareng gusar, kepalanya seperti juga diguyur
oleh segayung air es yang dingin.
"Budak cilik celaka !" tapi akhirnya Ga Kim Ciang ketawa juga. "Aku si tua
bangka yang sudah mau mampus ternyata masih bisa dikibuli begitu olehmu !"
Chiu Liat Wie tersenyum, dia tak takut kalau nanti si tua she Gu itu akan
bergusar, karena dia tahu, biar bagaimana, setelah mengetahui dirinya sebagai
seorang gadis, Gu Kim Ciang serta Wu Kong Cong tak akan mau menurunkan
tangan keras padanya. "Bagaimana Loo-cianpwee..... apakah kau mau menepati janjimu itu ?"
tanya Liat Wie sambil memotong perkataan Gu Kim Ciang. "Kalau memang Loocianpwee keberatan untuk menepati janjimu itu, yang akan memberikan bunga es
itu kepadaku, maka Boan-pwes juga tak berani mendesaknya, hanya.....!"
Dan sengaja Liat Wie tak meneruskan perkataannya, dia tertawa penuh arti.
Gu Kim Ciang juga tertawa keras, dia gusar berbareng mendongkol serta
lucu. "Budak, ternyata lidahmu sangat berbisa !" katanya sengit. "Bukankah kau
ingin meneruskan perkataanmu itu dengan kata-kata : 'hanya dunia Kang-ouw akan
segera mengetahui, bahwa aku si orang tua she Gu tak bisa dipercaya lagi
mulutnya, bukan ?" 348 .
"Ya, kira-kira begitu !" menyahuti Liat Wie berani, dia masih terus
tarsenyum. Wu Kong Cong ketawa. Suara ketawanya itu mengandung ejekan. "Hari ini
kau kena batunya, tua bangka she Gu !" katanya. "Hmmm..... mana kau bisa
menang melawan lidah si budak cilik yang berbisa itu?"
Gu Kim Ciang membanting-bantingkan kakinya, dia jadi serba salah. Tapi
akhirnya dia berkata juga: "Baiklah ! Kali ini aku roboh di tanganmu dua kali !
Hmm, aku tak mau nanti dikatakan pihak tua tak mau menepati janji pada pihak
angkatan muda ! Biarlah, hitung-hitung hari ini aku kerja bakti !" dan setelah
berkata begitu, Gu Kim Ciang menjejakkan kakinya, sekali lompat, tubuhnya telah
melambung tinggi sekali, kakinya hinggap dibatu yang satunya, yang agak
menjorok keluar, lalu dengan sekali menjejakkan kakinya yang lain, dia hinggap di
batu di mana terdapat bunga Swat-hoa itu. Dipetiknya bunga itu, lalu dia turun
kembali dan menyerahkannya kepada Chiu Liat Wie sambil berkata: "Budak, lain
kali kalau mau mempermainkan diriku si tua she Gu dengan kata-katamu yang
berbisa itu, hmmm .....kepalamu akan kuhajar pecah sampai keluar polonya !"
Chiu Liat Wie menerima bunga Swat-hoa dengan tertawa, dia
mengangsurkan tangannya. "Terima kasih Loo-cianpwee !" katanya girang. "Ternyata Gu Loo-cianpwee
seorang Eng-hiong yang dapat dipegang kata-kata janjinya ! Aku kagum sekali
.....!" "Hmmm! Kau tak perlu mengumpak-umpak diriku, budak !" kata Gu Kim
Ciang ketawa. "Biar kau mengatakan bahwa aku adalah jago tak terkalahkan
dikolong langit, tokh hari ini hatiku tak akan gembira, karena telah dua kali kau
robohkan aku dengan caramu yang licik tadi !"
Liat Wie hanya tersenyum.
Wu Kong Cong juga telah tertawa, malah dia telah menghampiri dan
menepuk-nepuk pundak Gu Kim Ciang,
"Gu-heng ! Ternyata hari ini derajatmu sangat rendah !" ejeknya. "Kau telah
menjadi budaknya dari budak ini, budak dari angkatan muda !" dan Wu Kong
Cong ketawa keras sekali.
Wajah Gu Kim Ciang jadi berubah merah padam.
"Tua bangka she Wu, kau jangan mementang bacot seenak isi perutmu dan
tak keruan !" bentaknya tak senang. "Hmmm.....hari ini memang aku sedang
tertiban sial .....!"
349 .
Wu Kong Cong melihat orang bersedih atas kekalahannya di tangan Liat
Wie, juga dia melihat Gu Kim Ciang sedang uring-uringan, maka dia tak meugejek
lagi. Dia hanya ketawa kecil, karena dianggapnya persoalan itu sangat lucu.
Chiu Liat Wie sendiri sudah tak memperdulikan Gu Kim Ciang dan Wu
Kong Cong, dia telah menghampiri Han Han, yang sejak tadi anak muda she Han
ini menatap 'Toa-ko' angkatnya dengan pandangan mata kesima.
Si nona menepuk bahunya sambil tertawa.
"Lao-tee..... mengapa kau berdiri seperti patung ?" tegurnya. "Terimalah
bunga ini .....! Bukankah tadi telah kujanjikan bahwa kalau bunga ini jatuh ke
dalam tanganku, maka Swat-hoa tersebut akan kuhadiahkan padamu "!"
Han Han seperti linglung.
"Kau.....kau ....." katanya gugup.
"Kenapa?" tanya Liat Wie sambil tertawa waktu melihat sikap dan wajah
Han Han yang lucu. "Kau.....kau seorang gadis, nona ?" tanya Han Han lagi.
Wajah si gadis jadi berubah merah. "Jadi kau keberatan untuk selanjutnya
memanggilku dengan sebutan 'toa-ko'?" tanya tertawa. "Baik! Untuk seterusnya
kau boleh memanggilku dengan sebutan 'cie-cie' saja. Akur"!"
Han Han masih bersikap kaku, lagaknya seperti orang linglung. Dia
sebentar-sebentar mengawasi wajah Liat Wie, dilihatnya wajah si gadis cantik luar
biasa. Alisnya, itulah alis yang disebut potongan bulan-sabit, matanya yang
berkelit seperti bintang kejora, juga potongan wajah si nona jadi cantik luar biasa
dengan adanya rambut terurai panjang ke bahunya.
Liat Wie mengangsurkan bunga Swat Hoa kepada Han Han.
"Terimalah!" kata si nona dengan suara yang memohon.
Sebetulnya Han Han ingin menolak, tapi melihat pancaran mata si gadis,
setelah melirik pada Wu Kong Cong dan Gu Kim Ciang, maka akhirnya dia
menerima juga bunga es itu dari tangan si nona Chiu.
"Terima kasih!" kata anak muda she Han tersebut.
"Mengapa kau mengucapkan terima kasih?" tegur Liat Wie sambil
mengerutkan alisnya. "Heh ?" Han Han kaget, dia sampai melengak. "Kenapa" Apakah aku telah
salah bicara ?" "Aku tanya, mengapa kau mengucapkan terima kasih ?" tanya si nona lagi,
rupanya dia tak senang. 350 .
"Bukankah .....bukankah kau telah memberikan bunga mujijat ini kepadaku
.....dan..... sudah sepatutnya aku mengucapkan terima kasih padamu !"
"Hmm.....kalau begitu kau sudah tak mau mengakui bahwa aku adalah ciecie-mu, bukan ?" kata Liat Wie dengan muka yang masam.
"Oh,mana berani aku mempunyai pikiran begitu ?" kata Han Han cepat, dia
jadi tambah gugup. "Aku malah gembira mempunyai seorang Cie-cie yang
secantik kau!" "Ploookkkk!" tiba-tiba tangan Liat Wie menampar muka Han Han. Seketika
itu juga wajah anak muda tersebut bertapak jari yang berwarna merah.
"Hmmm.....kau bicara dengan hati yang tak jujur !" kata si nona sambil
membalikkan tubuhnya menghampiri Gu Kim Ciang.
Waktu pipinya kena ditampar oleh si nona, Han Han jadi kaget, dia berdiri
seperti orang kesima. "Nona.....kau.....!" katanya tergugu.
Liat Wie menahan langkahnya, dia menoleh ke arah Han Han.
"Hmmm..... bukankah kau keberatan untuk memanggilku dengan sebutan
Cie-cie itu?" tegur gadis itu lagi.
Han Han benar-benar jadi bingung menghadapi sikap Liat Wie yang kukoay,
aneh luar biasa, dia benar-benar tak mengerti apa maunya gadis ini.
"Nona..... !" panggilnya.
"Kau tetap tak mau memanggilku dengan sebutan Cie-cie ?" bentak si gadis
dengan wajah yang berubah merah padam.
"Ini.....ini.....!"
Liat Wie telah memutar tubuhnya, dia menghampiri Han Han, kemudian
tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia mengayunkan tangannya menampar
muka si anak muda. Kalau Han Han mau, dia bisa mengelakkan tamparan si gadis,
tapi dia tak melakukan itu, sehingga 'plaaakkk !' pipinya kena dihajar lagi.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Kau laki-laki yang tak mengenal budi !" kata si gadis dengan suara
mendesis dan matanya berubah merah.
"Aku.....!" dan Han Han jadi bingung benar. Tapi akhirnya, setelah
membanting-banting kakinya, dia berkata lagi : "Baiklah ! Cie cie.....terimalah
hormatku ini untuk menyalakan..... terima kasihku atas pemberian bunga Swat-hoa
ini !" dan benar-benar anak muda she Han tersebut membungkukkan tubuhnya
menjura pada si gadis. 351 .
Liat Wie menghela napas, wajahnya berubah cerah lagi. Rupanya dia telah
senang Han Han memanggil dirinya dengan sebutan 'cie-cie'.
Baru saja si gadis ingin berkata, tiba-tiba Gu Kim Cian telah berteriak : "Hei
budak ! Kami bukan penonton yang mau melihat pertunjukan gratis dari dua orang
angkatan muda yang terserang oleh panah asmara ! Cepatlah ! Kami akan
berangkat !" Liat Wie memutar tubuhnya, dia menghampiri Kim Ciang dan Kong Cong.
Waktu sudah berada didekat kedua orang tua itu, dia membungkukkan tubuhnya
memberi hormat. "Terima kasih atas kebaikan Jiewie Loo-cianpwee !" katanya sambil
tersenyum. "Kalau memang Loo-cianpwee mau berangkat, Boan-pwee juga tak
berani menahannya .....silahkun !" dan Liat Wie membawa sikap seperti seorang
tuan rumah sedang mempersiiahkan tamunya berlalu.
Gu Kim Ciang dan Kong Cong ketawa gelak-gelak.
"Hehehe, benar-benar lidahmu berbisa !" kata Kim Ciang. "Kalau memang
kau mau mengusir diriku, hu, hu, katakan saja terus terang, kami juga memang
sudah mau angkat kaki dari sini !" dan Kim Ciang mengangsurkan kopiahnya Chiu
Liat Wie yang tadi kena dirampasnya. "Nih kopiah bututmu!"
Liat Wie menerima topinya itu sambil mengucapkan terima kasih, lalu dia
memakainya kembali, sehingga kembali dia menyerupai seorang sasterawan,
seorang pelajar. Melihat Kim Ciang dan Kong Cong akan berlalu, Han Han cepat-cepat
menghampiri. "Gu Loo-cianpwee.....!" katanya cepat.
"Ada apa lagi dengan bocah ini ?" menggumam si orang she Gu sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jangan-jangan dia hanya akan membikin
kepalaku jadi tambah pusing !"
Wu Kong Cong juga hanya mengangguk sambil tsrsenyum ramah dia
mengawasi Han Han. "Loo-cianpwee .....bagaimana dengan kitab yang kau berikan ini ?" tanya
Han Han setelah dekat. "Itu kitab milik ayahmu !" menyahuti Kim Ciang cepat. "Ambillah olehmu,
aku memang tak berhak memiliki kitab itu !"
Han Han membungkukkan tubuhnya.
352 .
"Terima kasih Gu Loo-cianpwee !" kata Han Han. "Boan-pwee pasti tak
akan melupakan budi Loo-cianpwee !"
"Hmmm!" mendengus Gu Kim Ciang. "Kau mengatakan tak akan
melupakan budiku itu "!"
"Menerjang lautan apipun kalau memang Loo-cian-pwee yang perintahkan,
Boan-pwee pasti tak akan berani menolaknya ! menyahuti Han Han cepat. Gu Kim
Ciang ketawa. "Tapi kalau teman gadismu itu meminta kau menyerang diriku, apakah kau
akan menolak ?" tanyanya.
Disanggapi begitu, Han Han jadi melengak, tapi kemudian dia jadi gugup,
sehingga jadi salah tingkah.
"Ini..... ini ....."
"Kenapa ?" tanya Gu Kim Ciang.
"Ini ...... ini tidak termasuk didalam hitungan, Loo-cianpwee !" menyahuti
Han Han. "Mengapa tak masuk hitungan "!" tanya Gu Kim Ciang ketawa. "Tadi kau
mengatakan bahwa kalau aku memerintahkan kau menerjang lautan api, kau pasti
akan menerjangnya tanpa berani menolak, tapi kalau memang nanti kau bertemu
denganku, dan teman gadismu itu meminta kau memenggal batang leher tuaku ini,
bukankah kau akan menghunus pedang untuk menyeraug diriku mati-matian "!"
"Ini..... mana berani Boan-pwee mempunyai pikiran begitu?" menyahuti Han
Han gugup. "Kau memang tak mempunyai pikiran begitu !" kata Kim Ciang masih
menggoda anak muda she Han itu. "Tapi seumpama kata nanti benar-benar teman
gadismu itu meminta kau menanggal kepalaku, apakah kau akan menaruh
perintahnya ! " "Mana berani Boan pwee melakukan hal itu "' menyahuti Han Han. "Jangan
kata menyerang Loo-cian-pwee, sedangkan kepandaian Boan-pwee sendiri masih
jauh dari sempurna, mungkin dengan sekali tepuk saja, jiwa Boan-pwee dapat
dibinasakan oleh Loo-cianpwee Y!"
Kim Ciang ketawa lagi. "Pintar kau bocah !" katanya. "Hu ! Hu ! Temyata kau sama liciknya dengan
budak betina itu ! Kau juga pandai mengumpak orang !"
Han Han jadi tambah gugup.
"Tak berani Boan-pwee ! Tak berani Boan-pwee !" dia menyahuti.
353 .
Melihat kelakuan orang yang seperti orang kctoiol-tololan, Chiu Liat Wie
ketawa. "Hu, mengapa kau seperti orang tolol saja "!" bentaknya sambil tertawa. Apa
maksud dengan mengatakan Boaopwee tak berani " !"
"Apa pasti tak berani menyerang Loo-cianpwee !" menyahuti Han Han jujur.
Kembali Chiu Liat Wie katawa.
"Tolol.....!" gumamnya.
Wajah Han Han jadi merah, dia malu. Biar bagaimana dia tahu kemana arah
tujuan perkataan Liat Wie. Perkataan 'tolol' itu pasti ditujukan untuk dirinya !
Wu Kong Cong pada saat itu telah menarik tangan Kim Ciang.
"Sudah kau jangan terlampau mengganggu bocah itu, Gu-heng !" katanya.
"Kasihan ..... lihat saja mukanya telah berubah merah padam seperti kepiting
direbus!" Gu Kim Ciang mengangguk sambil tertawa.
"Benar !" dia menyahuti. "Nah bocah ! Sekarang aku pergi dulu, mudahmudahan nanti kita berjodoh untuk bertemu lagi !"
Liat Wie cepat-cepat membungkukkan tubuhnya, diikuti oleh Han Han.
"Sampai bertemu lagi, Loo-cianpwee !" kata Liat Wie, waktu Kong Cong
dan Kim Ciang telah menjejakkan kakinya berlalu dengan pesat, karena kedua jago
tua itu telah berlari dengan menggunakan Gin-kang mereka.
Ssberlalunya Kong Cong dan Kim Ciang, maka di tempat itu hanya
tertinggal Han Han dan Chiu Liat Wie berdua saja. Setelah mengetahui bahwa
Toa-ko angkatnya itu adalah seorang gadis yang cantik luar biasa, sikap Han Han
jadi kaku. Di tangannya, masih tergenggam bunga Swat-hoa yang diterimanya
sebagai hadiah dari Liat Wie.
"Mengapa bunga Swat-hoa itu tak cepat-cepat kau makan ?" tegur Liat Wie
setelah mereka sama-sama berdiam diri.
Han Han seperti baru tersadar.
"Ini kau peroleh dengan susah payah " " kata Han Han kemudian. "Lebih
baik kau saja yang memakannya !"
Wajah si gadis jadi berubah.
"Apakah kau merasa hina-dina menerima pemberian hadiah dariku ?"
tegurnya tak senang. "Oh.....' mana berani aku mempunyai perasaan begitu ?" menyahuti Han Han
gugup. 354 .
"Kalau memang kau senang menerima hadiahku, cepat kau makan bunga
Swat-hoa itu !" perintah Liat Wie.
Dengan terpaksa, Han Han mengangkat tangannya perlahan-lahan,
kemudian dia mengawasi bunga itu, yang warnanya putih mulus, bersih dan indah
sekali. Waktu berada di dekat hidungnya, anak muda she Han tersebut dapat
mengendus bau harum yang luar biasa, yang berasal dari bunga itu.
"Cepat dimakan !" desak Liat Wie waktu melihat anak muda she Han
tersebut ragu ragu memandangi bunga es itu.
Terpaksa Han Han memasukan bunga es tersebut terasa manis, juga sangat
wangi, menyebarkan bau harum yang luar biasa. Sebentar saja, dia telah
menghabiskan bunga tersebut. Waktu dia sedang mengunyah bagian bunga yang
terakhir, dia merasakan dirinya segar luar biasa.
"Bagaimana" Segar?" tegur Liat Wie sambil tersenyum melihat wajah Han
Han yang berubah merah segar.
Han Han mengangguk, dia cepat-cepat membungkukan tubuhnya memberi
hormat kepada Liat Wie. "Terima kasih atas budi nona ini !" katanya, sambil membungkuk dalamdalam. Aku, Han Han, pasti tak akan melupakan budi nona yang besar dan tak
terhingga nilainya ini !"
"Ploookkk !" tahu-tahu pipi Han Han kena di hajar oleh Liat Wie lagi.
"Heh?" Han Han sampai melengak, dia mengawasi si gadis dengan tatapan
mata mendelong. Dia jadi mendongkol juga, karena berulang kali orang selalu
menempilingnya. "Apakah ada kata-kataku yang salah sehingga menyinggung
perasaan nona?" Liat Wie rnengayunkan tangannya dengan mata mendelik.
Tapi kali ini Han Han tak mau membiarkan pipinya dihajar oleh gadis itu
lagi, dia menggeser kakinya dan mengelakkannya sehingga tangan Liat Wie jatuh
pada tempat kosong. "Kau .....kau....." nyata Liat Wie gusar sekali, sehingga suaranya tergetar, di
kala dilihatnya anak muda she Han itu mengelakkan serangannya.
"Tenanglah nona.....sebetulnya apa maksud nona dengan berulang kali
menghajarku "!' tanya Han Han bingung.
"Kau .....kau benar-benar laki-laki tak berbudi !" menyahuti Liat Wie lagi.
355 .
"Heh" Mengapa Kouw-nio mengatakan bahwa aku laki-laki tak berbudi ?"
tanya Han Han. "Tadipun Kouw-nio mengatakan begitu ! Apakah aku orang she
Han pernah melakukan sesuatu yang menjengkelkanmu?"
"Hmmm..... kalau memang bukan disebabkan aku telah menganggap kau
sebagai adikku, apakah kau kira aku akan rela menyerahkan bunga es itu padamu
?" bentak Liat Wie lagi.
"Jadi..... jadi nona tak rela bunga itu dimakan olehku ?" tanya Han Han
bingung. "Bukankah nona yang memaksakan memberikan padaku"!"
"Siapa yang mengatakan tak rela bunga itu diberikan padamu'' Liat Wie
rnembaliki pertanyaan Han Han. "Siapa yang mengatakannya "!" dan suara si nona
yang terakhir ini sangat keras, nyaring sekali.
Han Han jadi tambah bingung.
"Jadi .....jadi apa maksud Kauw-nio ?" tanyanya tak mengerti, dia benarbenar kewalahan mengahadapi gadis tersebut.
"Hmmm.....bukankah sudah kukatakan, berhubung kau sudah kuanggap
sebagai adikku dan aku sebagai cie-ciemu, maka mau juga bunga itu kuberikan
padamu!" kata Liat Wie menerangkan dengan wajah yang merah padam,
memperlihatkan kemendongkolannya. "Tapi berulang kali kau selalu memanggilku
dengan sebutan 'nona', 'nona', apakah hatiku tak penasaran.?"
Seketika itu juga di kepala Han Han berkelebat sesuatu ingatan. Dia jadi
tersenyum dan cepat-cepat membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada si
gadis. "Maafkanlah Cie-cie.....!" katanya.
"Tadi adikmu telah lupa ! Kalau memang aku melakukan suatu kesalahan,
maafkan. Sabagai seorang Cie-cie, kau tentu mau memaafkan kesalahan-kesalahan
adikmu, bukan?" Wajah Liat Wie jadi berubah cerah.
"Nah, kalau kau memanggilku begitu dan mau mengakui diriku sebagai Cieciemu, bukankah persoalan sudah beres sejak tadi?" kata si gadis girang. "Sudahlah
Loa-tee, mari kita kembali kepenginapan ..... hawa di sini sangat dingin sekali."
Han Han mengangguk. "Tetapi sebagai Lao-teemu, maka aku harus mengetahui nama dan shemu
yang besar. Cie-cie!" kata Han Han.
Wajah Liat Wie jadi berubah, tapi akhirnya jadi tersenyum tanpa
mengatakan sepatah kaiapun, hanya melangkah meninggalkan tempat itu.
356 .
Cepat-cepat Han Han mengejarnya.
"Nama Chiu Liat Wie tentunya bukan namamu yang asli, bukan?" tanya Han
Han, lagi waktu dia sudah berhasil mengejar si gadis dan berjalan berendeng.
Nona itu mengangguk. "Ya.....aku she Thio dan bernama In-In." menerangkan si gadis sambil
melangkah dengan kepala tertunduk.
" Thio In In!?" mengulangi Han Han. "Aha, aku mempunyai seorang Cie-cie
yang bernama seindah itu!" dan anak muda ini memuji dari hati yang setulusnya.
Wajah Liat Wie, atau nama sesungguhnya Thio In In, jadi berubah merah,
tapi dia tersenyum, sehingga pipinya seperti juga buah Tho yang sudah masak. Dia
mengeluarkan tangannya mencubit punggung Han Han !, sehingga anak muda she
Han tersebut jadi menjerit kesakitan sambil tertawa.
"Ampun Cie-cie.....'adikmu tentu tak akan menggodamu lagi!" kata Han Han
sambil melompat dan berlari dengan tertawa.
Thio In In mengejarnya. "Kalau kau tak mau menjura tiga kali padaku, maka aku akan mengejarmu
dan kalau sampai kecandak, hmmm .....akan kukeset mulutmu yang jail itu!"
"Ampun Cie-cie .....adikmu pasti tak berani lagi !" kata Han Han. Tapi anak
muda ini tak menghentikan larinya, dia telah berlari ke arah kampung Kuo-liechung, dengan dikejar terus oleh Thio In ln. Suara ketawa gembira mereka masih
terdeugar, semakin lama semakin samar menjauh.....sampai akhirnya leuyap.
Bunga-bunga salju masih turun terus menyiram bumi.....warna putih masih
meliputi bumi, udara dingin sekali .....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
DIKALA udara pagi yang dingin itu masih meayelimuti seluruh isi
permukaan bumi, maka tampak dua orang anak muda sedang melakukan
perjalanan dengan menggunakan kuda. Mereka melakukan perjalanan di bawah
hujan salju yang turun cukup deras. Keadaan disekitar tempat itu sangat sepi,
karena selain masih terlalu pagi untuk masa-masa seperti sekarang, di mana salju
masih turun, juga udara sangat dingin sekali, menyebabkan orang jadi segan untuk
keluar rumah. Tapi, kedua anak muda itu, yang melakukan perjalanan dengan mengambil
jurusan kearah kota Leng-an, ternyata tak memperdulikan hawa dingin yang
357 .
menyerang sampai ketulang sumsum. Malah tampak mereka melaratkan kuda
tunggangan mereka itu dengan cepat, seakan-akan ingin berlomba dengan sang
waktu. Dan kedua kuda tunggangan yang dipakai oleh kedua anak muda itu pun
sehat-sehat, larinya sangat pesat, sebab itulah dua ekor kuda Mongolia yang
terkenal kuat dan tinggi besar.
Mereka adalah Han Han dan Thio In In, itu gadis yang menyamar sebagai
seorang pelajar yang telah menggunakan nama samaran sebagai Chiu Liat Wie.
Mereka sedang menuju kekota Leng-an untuk menyatroni Sam Tiauw Boe
Koan, perkumpulan perguruan silat yang telah menyebabkan terjadinya banyak
persoalan ! Hujan salju yang cakup deras, seperti tak dirasakan oleh Han Han dan Thio
In In, mereka melakukan perjalanan dengan gembira, sebentar-sebentar diselingi
oleh suara ketawa yang cerah.
Waktu mendekati senja, setelah melakukan perjalanan selama satu hari
lebih, akhirnya Han Han dan Thio In In tiba di-kota Leng-an.
Kota tersebut tak seberapa besar, tapi cukup ramai. Di kala musim dingin,
banyak toko-toko yang tutup, sehingga keadaan di kota tersebut agak sepi kalau
dibandingkan dengan hari-hari sebelumya.
Han Han dan Thio In In memilih sebuah rumah penginapan untuk
bermalam. "Apakah malam ini juga kita menyatroni perguruan Sam Tiauw Boe Koan ?"
tanya Han Han pada In In waktu mereka berada di daiam kamar.
Si gadis mengangguk. "Boleh ....!" sahutnya. "Tapi kau harus ingat, mereka tangguh dan lihai, tidak
bisa dibuat main !" Han Han tersenyum, dia kembali ke dalam kamarnya untuk mengaso,
mengatur tenaga untuk malam nanti menempur orang-orang Sam Tiauw Boe Koan.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 24

Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

MALAMNYA Han Han dan Thio In In memakai baju Ya-heng-ie, baju
piranti keluar malam. Tapi berhubung sekarang musim salju, musim yang diliputi
358 .
oleh hawa yang dingin sekali, maka di samping memakai Yang-heng-ie, mereka
juga memakai mantel yang tebal, untuk melindungi tubuh dari serangan hawa
dingin. Dengan cepat sang waktu berkisar, waktu mendekati kentongan ketiga,
dikala keadaan sudah sepi dan sunyi sekali, Han Han menghampiri kamar Thio In
In dan mengetuk pinggir jendela kamar si gadis. Waktu jendela terbuka, maka
tampak Thio In In melompat dari dalam kamarnya itu.
"Sudah siap?" tanya Han Han perlahan.
"Sudah !" menyahuti Thio In In perlahan juga.
Tampak kedua orang ini dengan gesit dan ringan melompat keatas genting.
Mereka berlari-lari dengan cepat. Walaupun genting dipenuhi oleh salju, sehingga
agak licin tak mengurangi kelincahan Han Han dan In In.
Thio In In mengajak Han Han mengambil arah ke utara, mereka berlari-lari
terus di genting rumah penduduk. Jarang sekali orang yang berkeliaran di kala
hawa begitu dingin. Dengan cepat mereka telah sampai di pintu kota sebeiah utara.
In In menuju ke sebuah gedung yang besar mewah serta bertingkat. Dia
mengenjotkan kakinya melompat ke atas tembok gedung itu yang tinggi dan bercat
serba hitam. Han Han meniru gerakkan sang kawan, dengan mudah, dia telah
berada di samping kawan gadisnya itu.
Nona In In menoleh pada anak muda she Han tersebut waktu menyusul
dirinya. "Kita harus berlaku hati-hati!' nona Thio memperingati dengan suara yang
perlahan. Han Han hanya mengangguk.
Dengan hati-hati mereka melompat turun dari tembok itu, mereka
memperoleh kenyataan di sekitar gedung itu sangat sepi sekali.
Pekarangan gedung tersebut sangat luas, keadaan cukup terang, karena
pantulan dari salju. Dengan berindap-indap ringan Han Han bersama nona Thio
memasuki terus ke dalam gedung itu. Waktu sampai di ruangan tengah, keadaan
masih tetap sunyi. Tiba-tiba, Han Han dan nona Thio jadi terkejut waktu di antara kesunyian
malam, terdengar melengking suara seruling. Malah suara seruling itu
memekakkan anak telinga. "Hheehh .... ?" Han Han menoleh menatap Thio In In. "Siapa yang meniup
seruling dalam suasana demikian dingin ?"
359 .
Nona Thio mengangkat bahunya sambil tersenyum.
"Anggap saja orang gila !" dia menyahuti.
Han Han memberi tanda dengan tangannya agar si-nona tak berisik, lalu
dengan lincah, kedua mudi-mudi ini melompat ke belakang pohon. Dari situ
mereka dapat memasang mata dengan leluasa sekali ke arah sekeliling pekarangan
gedung tersebut. Keadaan tetap sunyi dan sepi.
"Mengapa tak tampak seorang manusia-pun ?" bisik Han Han di pinggir
telinga si gadis. Thio In In dapat merasakan pernapasan si-anak muda yang menyambarnyambar pinggir pipinya, sehingga seketika itu juga dia merasakan pipinya
berobah merah panas dan hatinya berdebar. Untuk menyembunyikan perasaannya
itu, dia mengangkat bahu lagi.
"Mana aku tahu?" katanya menyahuti pertanyaaa Han Han. "Mungkin
mereka sedang menjalankan tipu muslihat !
Han Han mengangguk, dan dia memasang mata lagi.
Suara seruling masih terdengar terus, kadang-kadang terdengar merendah
sayu sekali, menyayatkan pendengaran, seperti juga mengiris-iris jantung dan
kemudian nada suara seruling itu berubah tinggi melengking menyakitkan anak
telinga, bersemangat, seperti juga lagu perang, bergelombang turun naik, seperti
juga semangat para tentara yang sedang maju ke medan laga.
"Itulah lagu 'Melepas kekasih kemedan perang' ciptaan Go Couw Lie,
penyair terlenal!" bisik nona Thio dipinggir telinga Han Han dengan suara yang
perlahan sekali. "Tapi, peniup seruling itu telah merobah alunan pada bait kelima
dan ketujuh, dia menambahkan dengan getaran Lwee-kang, sehingga seperti mau
diartikan, runtuhnya langit dan mengamuknya gelombang lautan !"
"Oh ....!'' Han Han hanya menyahuti begitu, karena pengetahuannya di
bidang Boan, sastera, sangat kurang sekali. "Mari kita selidiki tempat dari orang
yang sedang meniup seruling itu !"
Thio In In mengangguk, lalu dengan berbareng mereka melompat gesit ke
pinggir tembok. Walaupun gerakan mereka sebat sekali, toh mereka tetap berlaku
hati-hati. Di sebelah kiri dari gedung itu, tampak jendela masih terang memantul
keluar cahaya lilin, hati-hati In In dan Han Han menghampiri kamar itu. Lama juga
mereka berdiri di dekat jendela tanpa berani merusak kertas jendela, karena mereka
360 .
mengetahui bahwa penghuni kamar itu tentu seorang yang kosen, maka mereka
harus berlaku hati-hati. Han Han mengedipkan matanya memberi tanda kepada In In, lalu
membungkukkan tubuhnya akan merusak kertas jendela dengan lidahnya untuk
mengintip ke dalam. Namun, baru saja dia menggerakkan tubuhnya, dan dalam
telah terdengar suara helaan napas.
"Dua Hoo-han yang berada di luar .... !" terdengar suara yang sabar sekali.
"Mengapa tak masuk saja" Bukankah udara di luar dingin sekali?"
Han Han dan Thio In In jadi terkejut, mereka sampai melompat ke samping.
Mereka juga tak menduga semula, bahwa orang di dalam kamar itu kosen luar
biasa, sehingga mengetahui kedatangan mereka berdua.
"Masuklah !" terdengar suara dari dalam kamar itu, sabar suaranya, suara
seorang laki-laki tua. "Udara di luar sangat dingin, nanti Jiwi Sie-coe bisa jatuh
sakit terserang angin jahat !"
Han Han menatap Thio In In, sedangkan si nona Thio juga jadi menatap
anak muda she Han tersebut, mereka berdua jadi bingung. Untuk sementara waktu,
mereka jadi saling pandang dan berdiam diri mepet bersembunyi di balik tembok.
"Masuklah Ji-wie Sie-coe !" kata orang di daiam kamar itu dengan suara
yang sabar. "Akupun di sini sebagai orang tawanan dari orang-orang Sam Tiauw
Boe Koan !" "Heh " Dia tawanan Sam Tiauw Boe Koan ?" kata Han Han kaget.
"Ya .... Loo-hu memang bernasib malang sehingga harus terjatuh ke dalam
tangan kurcaci dari orang-orang tiga rajawali ini !" menyahuti orang yang berada
di dalam kamar itu tapi dengan suara yang sabar sebelum In In menyahuti
perkataan Han Han. "Masuklah .... mari kita pasang bicara untuk melewati suasana dingin yang
menjengkelkan ini !"
Han Han memberi tanda kepada In In, kemudian dengan berani dia
menghampiri daun pintu kamar itu. Dilihatnya seorang laki-laki bertubuh kekar
yang rupanya penjaga kamar itu, telah rebah tak sadarkan diri dan dalam keadaan
tertotok jalan darah 'pulas'nya.
Anak muda she Han tersebut cepat-cepat menarik tangan Thio In In, dengan
berani Han Han mendorong daun pintu dengan bersiap-siap untuk menjaga segala
sesuatu kemungkinan dari serangan gelap, karena dari cara bicaranya orang yang
berada didalam kamar itu, telah menandakan tingginya ilmu silat orang itu !
361 .
Begitu pintu menjeblak, maka Han Han dan In In berdiri menjublek dengan
mata melotot, seperti memandang sesuatu yang hebat. Mereka seperti tak mau
mempercayai penglihatan mereka.
Apa yang dilihat kedua muda-mudi itu "
Ternyata di dalam kamar itu tak terdapat perabotan rumah tangga, kosong
sama sekali. Hanya, di sudut ruangan itu yang sebelah kanan, tampak seorang
kakek-kakek berjanggut panjang sedang dalam keadaan tersiksa.
Dan keadaannya sangat menyedihkan. Tubuhnya tergantung dengan kedua
tangan terkulai, karena tulang Pie-peenya di bagian pundak tertusuk oleh rantai
baja, sehingga biarpun dia mempunyai kepandaian yang luar biasa tingginya, tokh
orang ini tak mungkin dapat meloloskan diri dari kamar itu. Setiap kali dia
menggerakkan tangannya menggunakan tenaga dia akan menderita kesakitan yang
hebai. Sebab, tulang-tulang Pie-peenya akan beradu dengan besi-besi rantai itu.
"Masuklah !" kata kakek itu dengan suara yang sabar waktu melihat Han
Han dan In In berdiri menjublek di situ.
Han Han melangkah perlahan-lahan memasuki kamar tersebut diikuti oleh In
In. Tadi waktu pintu menjeblak, In In telah menjerit tertahan, maka wajahnyapun
masih pucat pias waktu dia melangkah masuk ke dalam kamar itu. Pemandangan
yang ada di depan matanya itu sangat kejam sekali, siksaan yang diterima kakek
itu luar biasa kejamnya. "'Loo-pek .... siapakah kau" Mengapa tertawan oleh orang-orang Sam Tiauw
Boe Koan?" tanya Han Han begitu berada di depan si kakek.
Melihat Han Han dan Thio In In, kakek itu tersenyum, dia menggelenggelengkan kepalanya dengan wajah yang berduka.
"Biarlah aku tersiksa begini macam, aku puas, karena aku telah bertemu
dengan kalian !" menyahuti kakek itu sesaat kemudian. "Aku ingin meminta
bantuanmu untuk membalaskan sakit hatiku terhadap orang-orang Sam Tiauw Boe
Koan .... sakit hatiku ini sedalam lautan dan setinggi gunung Hoa-san, maka dari
itu, luluskanlah permintaanku ini !" dan sebelum Han Han dan Thio in In
mengiyakan, kakek itu telah mengangkat seruling yang tergenggam di tangannya,
lalu meniupnya perIahan-lahan dengan suara yang sayu menyedihkan.
"Loo-pek .... siapakah yang telah menyiksamu dengan cara yang demikian
kejam ?" tanya Thio In In ngeri waktu melihat keadaan kakek itu. Lebih-lebih
dilihatnya, dengan rambut yang teriap panjang sampai menutupi sebagian
wajahnya, menyebabkan keadaan si kakek menyeramkan sekali.
362 .
Kakek itu menunda meniup serulingnya. Dia tersenyum pahit, wajahnya
muram sekali. "Aku telah tersiksa demikian selama dua puluh tahun !" menyahuti kakek itu
perlahan. Di saat rembulan bersinar penuh pada bulan depan, maka genaplah aku
mendiami kamar ini selama duapuluh satu tahun ! Hmmm .... biarpun begitu,
biarpun mereka bermaksud melenyapkan kepandaian silatku ini, dengan merusak
kedua tulang Pie-pee-ku, tapi toh Thian mengabulkan permohonanku dengan
mengirimkan kalian datang kemari !"
"Siapakah yang telah menyiksa Loo-pek demikian macam ?" tanya Han Han
setelah menenangkan goncangan hatinya.
Kakek itu tersenyum sedih.
"Ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham, itu ketua dari pintu perguruan Sam
Tiauw Boe Koan, telah menawanku pada duapuluh tahun yang lalu dengan
menggunakan .cara yang tak tahu malu dan licik sekali. Sebetulnya kepandaian
mereka tak seberapa, dalam beberapa jurus seharusnya aku dapat merobohkannya,
namun disebabkan sikap congkakku, maka membawa malapetaka ini!"
"Mereka menggunakan tipu licik, Loo-pek " " tanya nona Thio sambil
mengerutkan alisnya. Kakek itu mengangguk. "Ya .... ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham tak bisa melawanku dengan
menggunakan kekerasan, maka mereka telah menggunakan tipu yang halus,
mereka memasukkan obat tidur ke dalam cawan arakku, sehingga dengan mudah
aku tertawan oleh mereka dan seterusnya aku telah menjadi setengah manusia dan
setengah hantu dengan keadaanku yang demikian macam, mereka juga telah
melenyapkan ilmu silatku dengan menembusi kedua tulang Pie-pee di pundakku
ini dengan rantai besi, sehingga untuk seterusnya aku tak bisa bersilat lagi ! Hai ....
betapa penasaran itu sangat besar, sedalam lautan dan setinggi gunung Tay-san!
Rupanya Thian mendengar penasaran hatiku, maka Thian telah mengirimkan
kalian kemari !" "Jadi mereka menggunakan obat bius untuk merobohkan Loo-pek?" tanya
nona Thio begitu si Kakek sedang menarik napas.
"Tidak seluruhnya benar !" menyahuti si kakek. "Sebetulnya, begitu mereka
menaruh obat bius di dalam cawanku, aku sudah mengetahuinya, namun
disebabkan oleh sifat angkuhku, maka aku telah meminum arak itu dan kami
bertempur. Ketiga paman guru Wie Tiong Ham cukup lihai, mereka mempunyai
363 .
ilmu mengepung yang dinamai Sam-coa-tin, barisan tiga ular, aku menduga
tadinya dapat memukul pecah barisan tin itu, tapi setelah bertempur, aku jadi kaget
sendirinya, karena barisan tin dari ketiga paman guru Wie Tiong Ham sangat ketat
dan sukar diterobos, kerja sama dari ketiga orang itu sangat baik sekali. Aku jadi
gugup, karena setelah bertempur selama tiga batang pemasangan hio, aku masih
belum bisa menerobos keluar dari kepungan mereka, sedangkan obat bius yang
kuminum mulai bekerja, sehingga tenagaku semakin berkurang dan akhirnya aku
roboh tak ingat diri, menjadi tawanan dari ketiga manusia licik itu !" dan kembali
si kakek menghela napas. "Jadi sejak hari itu Loo-pek dikurung di kamar ini"!" tanya si-anak muda she
Han begitu melihat si kakek menyelesaikan ceritanya.
Kakek itu mengangguk. "Ya .... duapuluh tahun bukanlah suatu jarak waktu yang singkat, mungkin
waktu dulu aku tertawan, kalian berdua belum dilahirkan ke bumi ini !" dan
berulang kali si kakek menghela napas lagi.
"Setiap hari kamar ini dijaga orang-orangnya Sam Tiauw Boe Koan, Loopeek ?" tanya nona Thio sambil melirik kearah pintu, di-mana di luar kamar salah
seorang dari penjaga kamar itu menggeletak tak berkutik disebabkan tertotok.
Si kakek seperti juga dapat membade jalan pikiran kedua anak muda itu, dia
tersenyum sedih. "Setiap satu minggu sekali diganti penjaga!" dia menerangkan. "Dulu waktu
pertama kaii aku tertawan, kamar ini memang dijaga ketat sekali, namun setelah
berselang puluhan tahun, berangsur-angsur penjaga kamar ini berkurang, sampai .
akhirnya setiap minggu ganti penjaga dan hanya dikawal seorang penjaga saja !"
"Mengapa Loo-pek bisa bermusuhan dengan orang-orang Sam Tiauw Boe
Koan ?" tanya nona Thio.
Mendengar pertanyaan In In, mata si kakek mencilak menyeramkan,
wajahnya berubah hebat. Tapi akhirnya dia hanya menghela napas.
"Sulit kuterangkan!" katanya dengan suara berduka. "Tak bisa kuterangkan
sebab-musabab dari permusuhanku dengan Wie Tiong Ham,"
Thio In In dan Han Han mengangguk-angguk mengerti. Mereka tak
mendesak. Sedangkan si kakek telah mengawasi In In dan Han Han bergantian.
"Bisakah aku meminta pertolonganmu, anak muda ?" tanyanya dengan suara
penuh harap. 364 .
"Katakanlah Loo-pek, aku pasti akan menolongmu sekuat tenaga!"
menyahuti Han Han cepat. "Bagus! Aku berterima kasih pada Thian yang telah mengirim kalian
kemari!" katanya dan dia menarik napas.
"Katakanlah apa yang ingin Loo-pek perintahkan ?" tanya Han Han lagi
waktu melihat orang itu seperti ragu mengucapkan yang akan dikatakannya.
Kembali si kakek menghela napas.
"Dulu duapuluh tahun yang lalu, aku seorang jago yang tiada tandingannya.
Aku pernah mendidik Khu Sin Ho, Tok Sian Sia dan Gouw Lap, semuanya itu
kudidik dan kuturunkan seorangnya satu jurus .... "
Mendengar sampai disitu Han Han terkejut.
"Khu .... Khu Sin Hoo dan Tok Sian Sia, Loo-pek?" tanya Han Han dengan
hati berdebar. Kakek itu mengangguk sambil mengawasi Han Han dengan kilatan mata
yang tajam. "Kau kenal dengan mereka "!" tanyanya.
Han Han cepat-cepat menekuk lututnya.
"Mereka adalah pendekar-pendekar yang luar biasa, budi yang pernah
diberikan oleh mereka kepada Boan-pwee, tak terlupakan olehku !" kata Han Han.
Mata kakek itu jadi mencilak lagi.
"Ada hubungan apa antara kau dengan Khu Sin Hoo dan Tok Sian Sia?"
tegurnya. "Mereka telah menurunkan ilmu silat yang tinggi kepada Boanpwee !"
menyahuti Han Han jujur. "Jadi mereka guru-gurumu ?" tanya si kakek itu lagi. "Jadi aku ini bisa juga
kau sebut sebagai Cauw-soemu, kakek guru !"
Han Han cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Bukan .....!" dia menyahuti.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Eh .....'kenapa bukan"!" tanya si kakek heran. "Bukankah tadi kau yang
mengatakan bahwa mereka telah mendidik kau dalam ilmu silat ?"
Han Haa mengangguk. "Benar mereka mendidik Boan-pwee untuk mempelajari ilmu silat, tapi
mereka tak mau dipanggil sebagai Soe-hoe, guru, karena mereka masing-masing
telah bersumpah tak akan memungut murid." Menerangkan Han Han. "Mereka
365 .
menurunkan ilmu silat mereka masing-masing hanyalah disebabkan adanya sesuata
persoalan !" Wajah si kakek jadi kecewa.
"Kalau begitu, mereka bisa dianggap juga sebagai sahabat-sahabatmu,
bukan?" tanya kakek tua itu lagi.
Han Han mengangguk-anggukkan kepalanya sampai keningnya membentur
lantai. "Mana berani Boan-pwee mempunyai pikiran begitu ?" katanya cepat.
"Walaupun mereka tak mau menerima panggilan guru, tokh di dalam hati Boanpwee tetap mengakui setulusnya bahwa mareka adalah In-soe dari Boan-pwee !"
In-soe ialah guru berbudi.
Wajah kakek itu jadi berubah berseri .kembali.
"Bagus !" serunya. "Kalau begitu, akupun ingin menurunkan ilmu Sin-siauw
untuk pemecah dari Sam-coa-tin ketiga paman guru dari Wie Tiong Ham !" Yang
dimaksud oleh si kakek dengan sebutan Sin-siauw, ialah seruling sakti, sedangkan
Sam-coa-tin, barisan tiga ular..
Ban Han. jadi terkejut. "Loo-pek.....ini .....ini....." katanya agak gugup.
"Kau pelajari ilmu yang akan kuturunkan padamu !" kata si kakek tegas.
"Tokh menambah ilmu tak ada ruginya untukmu, bukan ?"
Han Han jadi tambah gugup lagi, tapi baru saja dia ingin menolak, si kakek
telah berkata lagi "Kau boleh tidak menganggap aku sebagai gurumu, kita hanya
bersahabat ! Hanya melalui tangan dan pertolonganmu, maka aku minta kau
membalaskan penasaranku ini memecahkan Sam Coa Tin dari ketiga paman
gurunya Wie Tiong Ham!"
Han Han tak dapat, menolak lagi, sedangkan Thio In In telah mencubit
ujung lengannya, sehingga seketika itu juga si bocah mengetahui bahwa si nona
Thio juga menganjurkan dirinya antuk menerima apa yang akan diturunkan oleh si
kakek. Maka akhirnya dia mengangguk juga.
"Baiklah !" dia menyahuti.
Wajah si kakek berubah girang, dia sampai lupa bahwa dia sedang tertawan
dengan tulang pie-peenya terikat dengan rantai besi, dia berjingkrak, untuk
akhirnya dia menjerit kesakitan, karena tulang pie-peenya itu terkait tertarik
kencang. Kakek itu jadi meringis.
Han Han dan Thio In In yang melihat keadaan si kakek, jadi hiba.
366 .
"Bagaimana kalau rantai itu kami putuskan saja Loo-pek ?" tanya Han Han.
Si kakek mengalap-ulapkan tangannya.
"Jangan !" katanya cepat. "Percuma saja, karena akan membuang tenagamu
cuma-cuma !." dan dia menghela napas. "Lebih baik kau cepat-cepat mempelajari
apa yang akan kuwariskan kepadamu ! Selama duapuIuh tahun berada di dalam
ruangan ini, hmm aku telah memikirkan dan memutar otak mencari jalan keluar
untuk memecahkan tin dari Sam-coa-tin, dan akhirnya, dengan menyaksikan
perkelahian dua ekor cicak, aku dapat memecahkan juga barisan itu ! Dengan
ciptaanku ini, kalau kau menghadapi Sam-coa-tin, kau gunakanlah, buktikan pada
mereka, bahwa ilmu yang mereka andalkan itu dapat dipecahkan dengan mudah !
Han Han mengangguk, begitu jaga Thio In In. Mereka tak banyak bertanya.
"Penjaga yang sengaja kutotok dengan timpukan biji wie-jen telah berjaga
selama dua hari, jadi lima hari lagi baru datang penggantinya. Selama lima hari ini,
kau harus tekun mempelajari apa yang akan kuturunkan, karena dalam waktu lima
hari itu, belum tentu kau dapat mengingat semua apa yang kuwariskan kepada
kalian berdua !" Han Han mengiyakan lagi. Tiba-tiba dia seperti teringat sesuatu.
"Loo-pek, mengapa gedung ini tampaknya sunyi sekali seperti tak
berpenghuai ?" tanya anak muda she Han tersebut.
Kakek itu ketawa tawar. "Inilah memang yang dikehendaki oleh Thian agar kalian dapat mempelajari
ilmu yang akan kururunkan, karena seluruh keluarga Wie Tiong Ham pergi
mengunjungi pesta perkawinan putri orang she Wie tersebut, yang dilangsungkan
di rumah mempelai laki-laki di kota Cui-ko-an. Aku mengetahui dari penjaga yang
sedang menggeletak tertotok di luar !"
"Oh !" dan Han Han tak menanyakan apa-apa lagi.
Pada saat itu, si kakek sudah lantas meminta Han Han dan Thio In In
menghafalkan Kauw-hoat, teori, ilmu silat si kakek, dasar memang otak Thio In In
cerdas, dia dapat meaghafal dengan cepat. Sedangkan Han Han setelah mengulang
dua kali, dia juga dapat menghafal diluar kepala seluruh Kauw-hoat, teori, ilmu
silat si kakek. Sorenya, si kakek mulai menurunkan beberapa jurus dari Sin-siauw-panghoat atau tongkat seruling sakti, yang seluruhnya berjumlah hanya tujuh jurus dan
setiap jurus dibagi tiga gerakan, sehingga jumlah seluruh gerakan itu hanya
duapuluh satu gerakan. Namun setiap gerakan sangat luar biasa sekali. Pada
367 .
pertama kali si kakek menurunkan ilmu silat ssrulingnya itu, Han Han dan Thio In
In heran berbareng tak begitu memperhatikan, karena mereka menganggap ilmu itu
biasa saja. Apa lagi hanya dibagi tujuh jurus dari duapuluh satu gerakan, mau
mereka duga bahwa si kakek adalah manusia sinting. Namun, begitu mereka
mempelajari ternyata setiap gerakkan hebat luar biasa. Dalam sekali gerakan saja,
tangan mereka dapat mengurung lawan, sehingga sulit bagi lawan untuk
meloloskan diri dari cengkeraman mereka !
Begitulah, saking asyiknya, kedua muda-mudi ini mempelajari terus ilmu
Sin Siauw Pang Hoat sampai empat hari empat malam tanpa tidur, sehingga benarbenar dapat menguasai setiap gerakan dari ilmu silat seruling itu.
Sedangkan si kakek sendiri, setiap ayam jago berbunyi menandakan sang
fajar muncul, pasti akan menyemburkan biji-biji wie-jen, sehingga selama empat
hari terus menerus orang yang menjadi penjaga kamar itu selalu tertotok tak dapat
beraerak .....! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 25 PADA sore hari kelima sejak Han Han dan Thio In In digembleng oleh
kakek luar biasa itu, tampak Han Han dan nona Thio baru mengaso.Mereka baru
merasakan perut mereka sangat lapar. Dengan lahap, kuwe kering si kakek yang
ada di dekat kakinya dimakan habis oleh mereka.
"Kalian telah mempelajarinya cukup baik !" kata si kakek sambil tersenyum
waktu melihat Han Han dan nona Thio itu sedang makan. "Hanya yang kurang
latihan, dan pendalaman menggunakan setiap jurus."
"Ya!" menyahuti Han Han sambil mengangguk.
Tapi baru saja Han Han menyahuti begitu, tiba-tiba si kakek berseru kaget,
dia seperti teringat sesuatu.
Han Han dan Thio In In jadi terkejut kedua muda-mudi ini sampai melompat
berdiri. "Kenapa Loo-pek?" tanya Han Han khawatir. Mereka duga, si kakek ini
terserang semacara penyakit.
368 .
"Cepat kalian lihat penjaga yang di luar !" kata si kakek. "Malam tadi karena
aku terlampau girang penasaranku ini pada keluarga Wie akan terbalas, aku jadi
lupa menotok dengan Wie-jen penjaga itu .....kalau memang dia masih tak bisa
bergerak, kalian totoklah jalan daran Cie-me-hiatnya !"
Dengan lincah nona Thio mengiyakan sambil melompat ke dekat pintu. Tapi
begitu melihat keluar, dia jadi berdiri menjublek. Dia juga mengeluarkan seruan
seperti orang kaget. Han Han yang melihat keadaan kawannya, jadi kuatir. Begitu juga si kakek.
Dengan sebat Han Han melompat ke samping Thio In In.
"Kenapa kau, Cie-cie ?" tegurnya.
"Orang itu telah kabur !" menyahuti Thio ln In lemas.
"Celaka !" seru Han Han kaget. "Dia pasti akan memberikan laporan kepada
Wie Tiong Ham yang tentunya telah kembali dari pesta perkawinan puterinya !
Kita harus bersiap-siap !"
"Tenang ! " kata si kakek tenang. "Kita tak perlu gugup ! Sebentar lagi
orang-orang itu memang akan datang untuk mengepung kalian, tapi kalian harus
menghadapinya dengan tenang . Ilmu yang kuwariskan kepada kalian berdua pasti
akan berguna banyak untuk merobohkan dan memecahkan tin dari orang Wie
Tiong Ham !" Han Han juga bisa menenangkan hatinya, dia mengangguk. Tapi berbeda
dengan nona Thio, dia jadi gelisah sekali. Dia merasakan adanya suatu keganjilan
di dalam persoalan terlepasnya penjaga kamar yang telah beberapa hari tertotok
itu. Dia memutar otak untuk memikirkannya. Mengapa penjaga itu bisa terlepas
begitu saja " Bukankah kakek luar biasa itu sangat lihai dan dapat mendengar
tindakan dan langkah kaki. Kalau penjaga kamar itu akan kabur, toh si kakek akan
mengetahui dengan mendengar suara langkah kakinya dan dia bisa menotok lagi
dengan Wie-jennya"! Mengapa tak dilakukan hal itu dan malah si kakek
mengatakan telah lupa untuk menotok pula pada malam sebelumnya.
Thio In In memutar otak terus, dasarnya dia cerdas, maka dia segera dapat
memecahkan persoalan itu.
"Aku tahu !" dia kata tiba-tiba sambil menepuk pahanya.
"Kau tahu apa, bocah " " tanya si kakek dengan mata mencilak waktu
melihat In ln mengucapkan ' aku tahu ' dengan mata menatap si kakek tajam sekali.
"Ini tentu Loo-pek yang sengaja melepaskan penjaga itu !" kata si nona
Thio. "Kau sengaja melepaskan dia untuk umpan dan merupakan juga undangan
369 .
bagi Wie Tiong Ham. Kau tahu, pada hari kelima ini kami akan selesai
mempelajari Sin-siauw Pang-hoat, maka kau sengaja tak menotoknya lagi, agar sipenjaga itu dapat memberikan laporan dan kami akan dikepung serta mengadakan
perlawanan !" Si kakek tersenyum mendengar perkataan Thio In In. "Kau cerdas bocah !"
katanya.. "Memang benar apa yang kau ucapkan tadi !"
Thio In In tersenyum lagi.
"Dan, dengan adanya pertandingan di depan ruangan ini, Loo-pek dapat
mengikuti jalannya pertempuran dengan mengandalkan pendengaran Loo-pek yang
tajam, sehingga Loo-pek akan mengetahui, apakah ilmu yang Loo-pek ciptakan itu
telah sempurna untuk memecahkan barisan tin Sam Coan Tin dari Wie Tiong Ham
! Dengan sendirinya, kami berdua akan dijadikan bahan percobaan oleh Loo-pek !"
Si kakek hanya tersenyum, dia mengulap-ulapkan tangannya.
"Mereka telah datang !" katanya. "Ingat, jangan gugup menghadapi barisan
tin mereka, kalian harus berlaku cerdik setiap menggunakan salah satu jurus-jurus
di antara ke-tujuh jurus yang kuberikan kepada kalian. Apa lagi kalau memang ada
kerja sama yang baik di antara kalian, pasti di dalam satu dua jurus barisan itu akan
terpukul pecah !" Pada saat itu di luar kamar telah terdengar suara ribut-ribut, berisik sekali,
juga terdengar suara beradunya senjata-senjata tajam.
Han Han melirik pada Thio In In, sedangkan si gadis tersenyum tenang.
Ternyata nona Thio dalam menghadapi keadaan begitu macam, dia masih dapat
berlaku tenang. Nyata, dia lebih berpengalaman di dalam dunia Kang-ouw kalau
dibandingkan dengan Han Han.
Han Han menjura pada si kakek, begitu juga Thio In In, dia memberi hormat
kepada kakek itu, kemudian keduanya bersiap-siap. Mantel tebal mereka yang
telah lima malam tak digunakan, mereka kenakan kembali.
"Hai bocah kunyuk !" terdengar suara bentakan dari luar. "Cepat kau
keluar!" Dengan tenang Thio In In keluar diikuti oleh Han Han. Waktu mereka
membuka daun pintu, tampak di tengah-tengah dari lingkaran puluhan orang yang
mengurung kamar itu, seorang laki-laki tua sedang berdiri dengan bertolak
pinggang, Wajahnya bengis sekali, jenggotnya kaku dan matanya berkilat
memancarkan hawa pembunuhan. Di sampingnya berdiri Oey Pok Say dan Sam
Tiong Ham, itu kedua orang yang pernah mengejar Sam Nio Nio dan suaminya.
370 .
Waktu Han Han keluar. Oey Pok Say dan Sam Tiong Ham dapat melihat
anak muda ini, mereka jadi mengeluarkan seruan tertahan.
Laki-laki tua berjenggot kaku dan bermuka bengis, menoleh kepada kedua
orang she Oey dan she Sam itu.
"Kenapa " " tegurnya dengan suara yang parau.
Oey Pok Say menunjuk kearah Han Han.
"Dialah yang telah menghalang-halangi kami waktu kami ingin menangkap
Sam Nio Nio dan suaminya !" Pok Say menerangkan.
"Hmm.....!" laki-laki bengis itu mendengus. "Dan itu bocah yang seorangnya
yang pernah kulukai !"
"Benar," manyahuti Pok Say. "Dengan sendirinya, hari ini kita bisa
menangkap dua ekor ikan Lee-hie sekaligus !"
Laki-laki bengis itu mendengus lagi.
Sedangkan Thio In In dan Han Han telah menuju keluar dari dalam kamar.
"Yang bermuka bengis dan berjecggot kaku itu adalah orang she Wie dan
bernama Tiong Ham, yang mengepalai pintu perguruan dari Sam Tiauw Boe Koan
ini.....!" Thio In In membisikkan di tepi telinga Han Han. "Entah ke mana ketiga
paman gurunya, biasanya mereka mengiringi keponakkan muridnya tersebut."
"Oh .....jadi dia yang bernama Wie Tiong Ham ?" tanya Han Han dengan
suara yang perlahan, berbisik juga.
Thio In In mengangguk membenarkan.
Pada saat itu WieTiong Ham telah membentak dengan suara yang keras :
"Anak muda she Chiu! Cepat kau kembalikan emas. yang kau curi, kalau tidak,
hmm, hari ini jangan harap kau dapat meloloskan diri dari tanganku !"
Thio In In ketawa mengejek, dia masih diduga oleh Wie Tiong Ham sebagai
seorang anak muda, karena dia masih tetap berpakaian seperti seorang peiajar.
"Apakah kau kira barang yang telah jatuh ke daiam tangan Siauw-yamu ini
dapat diambil kembali begitu saja " " dia tanya dengan suara yang tawar.
Wajah Wie Tiong Ham berubah merah padam, dia sangat murka sekali.
"Kalau memang kau tak mau mengembalikan, jangan harap kau dapat hidup
lebih lama !" ancamnya.
"Kita lihat saja, siapa yang lebih dahulu menghadap Giam Lo Ong !"
menyahuti Thio In In. Dingin suaranya.
371 .
Wie Tiong Ham jadi berjingkrak saking murkanya, dia mengibaskan lengan
jubahnya, maka Oey Pok Say dan Sam Tiang Hin melompat menerjang kearah
Thio In In, sedangkan anak buah Wie Tiong Ham lainnya bersorak dengan suara
yang berisik sekali, untuk memberikan semangat kepada Sam Tiang Hin dan Oey
Pok Say. Nona Thio yang sekarang bukan nona Thio In In lima hari yang lalu,
sekarang dia telah mempelajari ilmu yang diturunkan si kakek, dia juga telah
berubah menjadi seorang pendekar yang kosen sekali. Maka, begitu melihat Oey
Pok Say dan Sam Tiang Hin menerjang dirinya, dia mendengus, dengan ringan, dia
menggerakkan tangan dan kakinya. tahu-tahu tampak tubuh Sam Tiang Hin dan
Oey Pok Say melayang dengan mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan dan
ambruk di lantai dengan tubuh tertotok, sehingga kedua orang itu jadi tak bisa
berkutik lagi. Wie Tiong Ham yang melihat nasib kedua anak buahnya, dia jadi terkejut,
sampai berteriak kaget, dengan cepat dia melompat menghampiri.
Dilihatnya Oey Pok Say dan Sam Tiang Hin menggeletak tertotok dengan
mata mendelik, mereka tak berkutik. Maka orang she Wie tersebut jadi kaget
bukan main. Kedua orangnya ini adalah dua orang jago yang tak rendah
kepandaiannya, maka dia heran berbareng terperanjat, melihat sekali bergebrak,
Thio In In, itu "anak muda' she Chiu dapat merobohkannya dengan mudah! CepatWie Tiong Ham mengulurkan tangannya untuk membuka totokan pada diri Oey
Pok Say dan Sam Tiang Hin. Tapi untuk kagetnya, kedua orang itu bukannya
terbebaskan dari totokan Thio In In, malah menggigil seperti orang kedinginan.
Wie Tiong Ham jadi terperanjat, dia sampai mandi keringat dingin. Dicobanya lagi
untuk menotok beberapa jalan darah kedua orang bawahannya itu, tapi tetap saja
dia tak berhasil membebaskan kedua anak buahnya. Malah yang hebat, muka
kedua anak buahnya itu jadi berubah pucat dan matanya mendelik.
Sedang Wie Tiang Ham gugup berusaha menolong kedua orang anak
buahnya itu, tiba-tiba terdengar suara yang dingin "Minggir kau Tiong Ham !"
Waktu Tiong Ham menoleh, dilihatnya ketiga paman gurunya, yang masingmasing bernama Cioe Kat, Can Kat, Lioe Kat, sedang mendatangi. Dia jadi girang.
"Samwie Soe-siok !" katanya sambil berdiri dan memapak ketiga paman


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

gurunya itu. "Bocah itu telah menggunakan ilmu si luman untuk menotok Oey dan
Sam Cong-sie !" 372 .
Cioe Kat ketawa dingin, dia menghampiri dengan paras muka membeku
dingin. Dengan menggunakan ujung kakinya, dia mendupak punggung Oey Pok
Say dan Sam Tiang Hin sambil berkata : "Orang tak punya guna !"
Dan tampak Oey Pok Say dan Sam Tiang Hin bangun perlahan-lahan. Nyata
dia telah terbebaskan dari totokan Thio In In.
Pada saat itu Coe Kat, Can Kat dan Lioe Kat bertiga telah menghadapi Thio
In In dan Han Han. "Bocah!" bentak Loei Kat. "Mau apa kau selalu mengacau daerah kekuasaan
kami?" Thio In In juga ketawa dingin.
"Daerah kekuasaanmu?" ejeknya. "Hm ..... siapa yang telah mengangkatmu
raja kecil "! Aku adalah aku, ke mana aku suka maka aku pergi, kemana aku
senang, pasti aku datang ! Tak ada seorang manusia pun di dunia ini yang dapat
melarangku! Ayahku sendiri tak bisa melarangku, apa lagi gentong-gentong nasi
semacam kalian ini !'' Diejek begitu, Lioe Kat ketawa dingin,
"Hmmm.....tempo hari kami hanya melukai di dalam tubuhmu dengan
pukulan yang ringan agar kau dapat tidur terus. Tapi rupanya dengan berbuat
kebaikan itu, kami telah menaman kesombongan di hatimu. Baiklah, hari ini kau
memang bernasib baik, kau akan terluka berat, tapi kalau tidak hmmm, kau akan
mampus di tangan kami!"
"Tua bangka tak tahu malu !" bentak Thio In In berani, "Kalian selalu
bertempur dengan maju secara mengeroyok ! Coba kalau kalian maju satu satu
melawan Siauw-yamu ini, hmm, kalau sampai dapat menyentuh ujung baju saja,
aku akan menyembahmu dan memanggil sepuluh kali pada kalian dengan sebutan
Cauw-cong ! Bagaimana, berani kalian?"
"Jangan pentang bacot seenakmu !" bentak Can Kat sengit. ''Walaupun kami
maju bertiga, tapi tokh kami telah berlaku murah hati ! Kalau memang kami mau
berlaku bengis, apakah dalam tiga jurus kau masih dapat hidup " "
"Dapat!" menyahuti Thio In In cepat. "Buktinya sekarang aku masih berdiri
segar bugar di hadapan kalian !"
Wajah ketiga orang itu, Cioe Kat Can-Kat dan Lioe Kat, jadi berubah hebat,
mereka sampai berseru dan berjingkrak saking gusar. Lalu, tanpa mengatakan
sepatah katapun, mereka melompat mengurung Thio-In In dan Han Han, kemudian
373 .
mereka dengan mengeluarkan suara bentakan-bentakan yang keras, melancarkan
serangan. Cara menyerang ketiga orang ini memang aneh, Han Han sendiri sampai
bingung. Karena setiap orang dari Sam coa-tin-ong tersebut menyerang bukan
diarahkan pada Han Han atau Thio ln In, melainkan mereka menghajar lantai yang
ada di dekat kaki mereka, sehingga untuk sesaat Han Han jadi menatap kesima.
Namun, dengan cepat anak muda she Han tersebut tersadar waktu merasakan
samberan angin yang keras pada dadanya, dia sampai mengeluarkan seruan marah,
dan menggerakkan tangannya untuk menangkis.
Tapi, waktu Han Han mengulurkan tangannya untuk menangkis, kembali
angin serangan itu lenyap, seperti jaga amblas ke dalam lantai sehingga si anak
muda she Han jadi agak bingung. Apa lagi tahu-tahu Can-Kat yang pada saat itu
berada di hadapan Han Han, melejit lenyap dengan cepat, tahu-tahu telah
digantikan oleh Lioe Kat, sehingga kepala Han Han jadi pusing.
Thio ln In berbeda dengan Han Han. Waktu dulu dia pernah bertempur
melawan ketiga orang itu, dan gadis ini malah telah menelan pil pahit dari ketiga
orang tersebut, dia terluka hebat. Untung Han Han dapat menyembuhkannya.
Maka dari itu, sekarang dia bertempur hati-hati. Jurus-jurus yang diajarkan oleh si
kakek yang berada di dalam kamar itu dikeluarkan oleh Thio In In. Dan,
kepaedahan dari jurus-jurus tampak sekali, ketiga orang dari Sam Tiauw Boe Koan
tersebut tak bisa menerobos pembelaan diri dari si gadis.
Adalah Han Han yang bingung setiap menghadapi serangan ketiga orang itu
yang selalu bertukar-tukar posisi, sehingga anak muda she Han ini harus berulang
kali main mundur. Namun setiap dia melangkah mundur, maka tahu-tahu
punggungnya diserang oleh salah seorang di antara ketiga paman gurunya Wie
Tiong Ham. Itulah yang membingungkan Han Han. Kalau dia menghindarkan serangan
yang di depan, maka serangan yang di belakang akan menghajar punggungnya. Si
anak muda she Han tersebut jadi serba salah. Sampai akhirnya, waktu dia
mengelaki serangan Cioe Kat dari jnrusan depan, tahu-tahu dia merasakan
sambaran angin serangan di dekat pinggang dari jurusan belakang. Untuk
menghindarkan diri dari serangan dibagian pinggang terang sudah tak keburu,
sebab dia sedang mengelakkan serangan Cioe Kat dan tubuhnya sedang berada
dalam posisi yang lemah. Maka dari itu, dengan mengeluarkan seruan panjang Han
374 .
Han menjejakkan kakiiya, sehingga serangan dari belakang dekat pinggang dapat
diloloskannya. Begitulah, mereka bertempur terus, sampai akhinya saking jengkei, Han Han
mengeluarkan jurus 'Hui Eng Bok Thou' atau 'Elang terbang menyambar kelinci',
kedua tangan Han Han bergerak-gerak menyambar kearah ketiga orang yang
namanya berakhiran 'Kat' itu.
Tapi anehnya, setiap tangan Han Han hampir dapat mencengkeram salah
seorang lawannya, selalu saja tubuh lawannya itu dapat melejit dan seperti juga
lenyap dari hadapannya, lalu digantikan oleh yang lainnya. Begitu seterusnya,
sehingga Han Han jadi kewalahan.
Maka, karena setelah berlangsung beberapa lama dia masih tak bisa
memecahkan tin itu, Han Han mengeluarkan ilmu simpanannya yang diajari oleh
Khu Sin Ho dan kelima guru tak resminya. Tapi, karena dia melepaskan
pegangannya pada jurus-jurus yang diajari oleh kakek luar biasa yang ada di dalam
kamar itu, Han Han jadi terdesak hebat. Ilmu silatnya yang hebat, tak berdaya
menghadapi tin dari ketiga orang itu yang licinnya seperti belut.
Han Han jadi penasaran, begitu juga Thio In In, mereka mengerahkan
seluruh kepandaian mereka, tapi tetap saja tak dapat meryentuh ketiga orang Sam
Tiauw Boe Koan tersebut. Malah yang hebat, jiwa Han Han dan Thio In In
terancam di bawah telapakan tangan ketiga orang tersebut.
Makin lama mereka jadi berada di bawah angin, sedangkan Cioe Kat, Lioe
Kat dan Can Kat jadi semakin gencar melancarkan serangan-serangan mereka. Han
Han jadi kewalahan juga. Sebetulnya kepandaian anak muda she Han tersebut tak
berada di sebelah bawah dari ketiga orang itu, tapi disebabkan ketiga orang itu
menggunakan cara Tin yang luar biasa sekali, maka lama kelamaan Han Han dan
Thio In In jatuh; di bawah angin.
Semakin lama Han Han merasakan bahwa mereka tak akan unggulan
melawan ketiga orang itu, belum lagi kalau orang-orang Sam Tiauw Boe Koan
yang lainnya ikut turun tangan mengeroyoknya, maka bisa berabe. Maka dari itu,
Han Han memberi tanda kepada Thio In In untuk melarikan diri.
Thio In In mengerti tanda Han Han, maka di kala Cioe Kat dan kedua
saudara seperguruannya itu sedang mundur dan membuat lingkaran yang lebar,
Thio In In menjejakkan kakinya melompat keluar dari kalangan di ikuti oleh Han
Han. Mereka sudah lantas lari dari dalam rumah itu. Dilihatnya salju sedang turun
375 .
deras, tapi Han Han dan Thio In In tak memperdulikannya, mereka menerobos
keluar juga. Sedangkan Cioe Kat, Lioe Kat dan Can Kat berikut Wie Tiong Ham jadi
berteriak-teriak. Malah Can Kat yang penasaran tak bisa merobohkan kedua anak
muda-mudi itu, jadi berteriak dengan suara mengguntur: "Tangkap sampai dapat!
Kalau perlu bunuh di tempat!"
Semua anak buah Sam Tiauw Boe Koan mengejar kedua anak muda itu,
bersama-sama dengan ketiga orang bernama akhiran 'Kat' itu, yang menjadi paman
guru Wie Tiong Ham. Si kakek yang berada di dalam kamar, mengetahui jalannya dan
kesudahannya pertempuran itu. Berulang kali dia menghela napas.
"Bodoh ! Bodoh ! dia menggumam. "Akh, kalau tadi kesempatan di kala
Can Kat menggunakan jurus ' Ouw Wan Ting Tie Coe ' atau 'Mengambil mutiara
di atas kepala monyet hitam seharusnya si bocah she Han harus menggunakan
jurus keenam dan gerakan kedua dari ilmu silat yang kuturunkan padanya! Akh
sayang ! Bocah itu masih kurang latihan dan pengalaman .....!" dan wajah kakek itu
jadi muram sekali, dia menundukkan kepaianya, tubuhnya jadi tergantung lesu
pada gelang rantai, karena tulang Pie-peenya terjepit oleh rantai yang panjang itu
..... berulang kali dia menghela napas berduka.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 26 HAN HAN dan THIO IN IN melarikan diri dengan mengerahkan Gin-kang
mereka, bunga-bunga salju yang turun dengan deras tak diperdulikan oleh mereka.
Dengan berputar putar di dalam kota Leng-an, akhirnya mereka dapat menyesatkan
para pengejar. Dengan lesu mereka kembali kepenginapan dan masuk, ke dalam
kamar masing-masing. Malam itu Han Han jadi tak bisa tidur. Bunyi bunga-bunga salju yang turun
lunak menghantam genting kamarnya itu, menimbulkan suara yang menyedihkan.
Si-bocah jadi memutar otak memikirkan cara Cioe Kat, L oe Kat dan Can Kat yang
bertempur dengan menggunakan Sam-coa-tin, itu ilmu cara mengepung yang agak
luar biasa. 376 .
Di depan mata Han Han terbayang gerakan-gerakan ketiga orang tadi dan
dia menghafalnya betul-betul.
Begitu juga keadaan Thio In In, dia juga memutar otak untuk memecahkan
tin. Sam Coa Tin, karena telah dua kali dia menghadapi tin itu, tapi tetap saja dia
tak dapat memecahkan pertahanan tin itu. Malah yang mengherankan, setiap kali
dia menyerang salah seorang dari ketiga orang itu, maka lawan yang diserang
dapat melejtt dengan cara yang aneh dan luar biasa, sehingga selalu saja serangan
gadis ini tak dapat mengenai sasarannya.
Thio In In mulai menghubungkan jurus yang pertama dengan jurus yang
selanjutnya dari setiap serargan-serangan dari ketiga paman gurunya Wie Tiong
Ham. Dia mengingat-ingatnya setiap gerakan ketiga orang itu. Memang dasar
otaknya yang cerdas, dia bisa menangkap gerakan-gerakan ketiga orang itu tadi
waktu bertempur dengannya. lapi yang masih membingungkan Thio In In ialah
memukul pecah tin itu. Si gadis Thio ini juga memikirkan cara-cara yang diajarkan oleh si kakek
yang berada di dalam kamar, terkurung dengan penyiksaannya itu. Nona she Thio
tersebut percaya, ilmu yang diturunkan atau diwariskan si kakek hebat sekali,
hanya dia belum mengetahui, jurus yang mana tepat digunakan pada waktunya
untuk menghajar tin itu. Saking penasaran Thio In In memikirkannya sampai menjelang pagi dan dia
mengambil keputusan di dalam hatinya, bahwa besok dia akan mengajak Han Han
lagi untuk menyatroni gedung dari Wie Tiong Ham.
Dan, setelah mengambil keputusan begitu, barulah si nona Thio dapat
memejamkan matanya tertidur.
Tinggal Han Han yang tak bisa tertidur. Dia gulak-gulik di pembaringan
dengan gelisah. Dia jadi memikirkan si kakek yang masih tertawan oleh orangorang Sam Tiauw Boe Koan dengan keadaannya yang mengenaskan itu, Lagi pula.
Han Han berjanji, biar bagaimana dia harus menolong si kakek dari tawanan
orang-orang Sam Tiauw Boe Koan, karena orang tua yang terkurung itu
mempunyai hubungan yang erat dengan Khu Sin Hoo, dan Tok Sian Sia .....!
Anak muda she Han ini juga mengambil keputusan untuk besok malam
menyatroni Wie Tiong Han lagi. Dia masih penasaran sekali belum dapat
memecahkan tin itu, Sam-coa-tin, dengan menggunakan ke-tujuh jurus yang
377 .
diturunkan oleh si kakek yang terkurung di dalam kamar dengan tulang pie-peenya
tertusuk gelang besi.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
HAN HAN terbangun dari tidurnya di kala dia merasakan ada tetesan air
yang hangat jatuh di wajahnya. Karena dia sebagai seorang jago silat yang kosen,
maka biarpun dia sudah tersadar dari tidurnya, tokh dia tak terus menggerakkan
tubuhnya, Hanya matanya yang dibuka perlahan.
Untuk kagetnya dilihatnya Thio In In berdiri di dekat pembaringannya,
hampir saja Han Han berseru dan melompat bangun. Untung saja dia dapat
menguasai hatinya. Dan Han Han jadi tambah heran waktu dia mengawasi,
ternyata nona Thio itu sedang menangis dan air hangat yang membasahi wajahnya
air mata si nona Thio. Han Han jadi heran berbareng bingung melihat nona Thio In In menangis,
dan anehnya nona itu menangis di dalam kamarnya di dekat pembaringannya.
Inilah aneh dan luar biasa sekali. Apakah Thio In In bersedih karena belum dapat
menjatuhkan Sam-coa-tin dari ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham, untuk
membalas penasarannya itu" Apakah si gadis sedang menghadapi kesulitan
lainnya" Dan saking bingungnya, Han Han jadi menggerakan tubuhnya dan duduk
ditepi pembaringan. "Cie-cie.....!" panggiluya.
Thio In In sendiri terkejut melihat Han Han menggerakkan tubuhnya, dia
ingin cepat-cepat keluar dari.kamar anak muda she Han tersebut. Tapi Han Han
telah keburu memanggilnya, sehingga dia jadi menahan langkahnya. Cepat-cepat
dihapus air mata yang membanjiri matanya, kemudian dengan tertunduk si nona
membalikkan tubuhnya. Mulutnya tersenyum sehingga Han Han jadi tambah
bingung melihat hal ini, di mana si-nona dapat menangis dan tertawa di sembarang
waktu. "Kau sudah bangun ?" tanya In In begitu melihat Han Han seperti orang
kesima menatap dirinya. Dan In In memang harus mengakui bahwa dirinya
memiliki kecantikan yang mungkin tiada duanya di atas permukaan bumi ini, apa
lagi pada saat itu dia sedang mengenakan pakaian wanita, dengan rambut yang
dikuncir dua, maka lebih tampak kecantikan nona Thio ini.
378 .
"Cie.....cie-cie, rupanya kau ada urusan yang penting pagi-pagi telah
membangunkan aku ?" tanya Han Han kikuk. Sebetulnya dia ingin menanya
mengapa gadis Thio ini menangis. Tapi akhirnya Han Han membatalkannya,
karena dia merasa tak enak sendirinya.
"Aku ingin merundingkan cara memecahkan Tin dari Sam-coa-tinnya ketiga
paman gurunya Wie Tiong Ham!" menyahuti Thio In In segera. "Apakah kau telah
menemukan jalan keluar yang baik?"
Han Hau mengangguk. "Belum!" dia menyahuti. "Hanya aku bermaksud malam ini untuk
menyatroni Sam-tiauw Boe Koan lagi!"
"Akupun bermaksud begitu!" kata Thio-In In lagi. "Cuman, kita harus
berusaha mencari jalan pemecahannya dari setiap jurus yang digunakan oleh ketiga
paman guru Wie Tiong Ham. Kalau memang mereka berhasil kita robohkan, maka
yang lain tinggal soal yang sepele saja."
Han Han mengangguk. "Benar!" dia menyahuti. "Otakmu lebih cerdas darikn, cie-cie, maka tolong
kau yang mencarikan jalan keluarnya!"
Thio In In menekuk wajahnya jadi masam.
"Kau anggap apa aku ini?" tegurnya sambil tertawa. "Apakah dengan
mengumpak-umpak diriku, kau boleh tenang-tenang mengaso dan meminta aku
yang memutar otak"!"
Han Han tak menyahuti, dia hanya mengawasi si gadis, karena dalam
berkata-kata begitu, wajah Thio In In cantik sekali.
"Kemari kau !" panggil Thio In In yang te!ah duduk di dekat meja.
"Sekarang telah pukul delapan pagi ! Maka dari itu, mulai dari sekarang kita harus
sudah memikirkan cara pamecahannya dari tin mereka. Kalau terlambat, bisa-bisa
nanti kita yang tergulung dan tertawan oleh mereka."
Dengan langkah lesu dan masih mengantuk, Han Han menghampiri meja itu.
Dia duduk di hadapan si nona.
Mereka merundingkan dan mengemukakan pendapat-pendapat mereka
mengenai jurus-jurus ilmu-ilmu silat yang dipakai oleh ketiga paman gurunya Wie
Tiong Ham, akhirnya malah Thio In In mengambil beberapa patung-patungan,
yang diletakkan menuruti posisi yang berlaku waktu semalam mereka bertempur
melawan ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham. Lama juga mereka berunding,
379 .
sampai menjelang lohor mereka belum menemukan jalan keluar yang baik. Mereka
masih menemui jalan buntu.
Han Han merasakan perutnya sangat lapar. Dia memanggil seoraig pelayan,
memesan makanan. Waktu menyediakan makanan pelayan rumah penginapan
tersebut banyar bertanya mengenai tamu-tamunya ini yang selama lima hari tak
pulang. Han Han mengarang sebuah cerita dia mendongengi si pelayan yang
dikatakannya bahwa mereka telah pergi ke rumah sahabatnya dan ditahan tak
dikasih pulang ke pengimipan. Mereka dipaksa menginap di rumah sahabatnya itu.
"Siapakah nama sahabat Siauw-ya ?" tanya si pelayan ingin tahu, sebab dia
juga teman tamunya ini pasti hartawan di kota Leng-an.
Han Han jadi agak gugup, tapi Thio In In telah mengibaskan lengan bajunya.
"Sudah..... jangaa ganggu kami !" kata si gadis.
Si pelayan cepat-cepat pergi dengan membungkuk hormat, apa lagi sebelum
pergi In In telah memberikan padanya satu tahil perak. Sebagai persenan.
Mereka makan sambil terus membicarakan cara memecahkan tin dari orangorang Sam-Tiauw Boe Koan. Waktu selesai makan, Thio In In menggunakan
boneka-boneka kecil itu untuk mencari posisi lemah dari Sam-coa-tin.
Sampai akhirnya, waktu dia meletakkan salah satu boneka dalam posisi
timur dengan umpama gerakan 'Ouw Wang Ting Tia Coe' atau'Mengambil mutiara
di atas kepala monyet hitam', maka Thio In In menggebrak meja sambil berseru
girang. "Ach, aku tahu! Aku tahu!" serunya,
Han Han. juga ikut girang.
"Kau sudah memperoleh kelemahan dari Sam Coa tin itu ?" tanyanya. Dia
memang mempercayai kecerdasan otak kawan gadisnya ini.
Thio In In mengangguk. "Ya..... malam ini pasti ketiga tua bangka itu beserta anak buahnya dapat
kita basmi !" menyahuti Thio In ln.
"Heh " Kau bicara seperti yang sudah pasti saja!" kata Han Han kurang
yakin. "Pasti !" menyahuti Thio In In.
"Bagaimana cara memecahkannya ?" tanya Han Han ingin cepat-cepat
mengetahui cara pernecahan Sam-coa-tin dari ketiga paman gurunya Wie Tiong
Ham. 380 .
"Mudah !" menyahuti In In. "Kita harus mengambil jalan dengan
menggunakan cara Toa Hwa Hwee dan Siauw Hwa Hwee!"
"Apa maksudmu dengan perkumpulan bunga besar dan perkumpulan bunga
kecil ?" tanya Han Han heran.
"Itulah suatu perkumpulan dari penyair-penyair!" menerangkan In In. Kau
bukan seorang sasterawan, maka tak heran kalau kau tak mengetahui adanya Toa
Hwa Hwee dan Siauw Hwa Hwee !
Han Han mengangguk. "Ya .....aku memang buta sama sekali di dalam bidang Boen, surat, coba kau
terangkan, mengapa dengan mengambil jalan Boen, kau dapat memecahkan Samcoa-tin-nya ketiga paman gurunya WieTiong Ham"'
Si-gadis ketawa manis. "Aku tidak mengatakan bahwa dengan Boen dapat mengalahkan Boe !"
katanya. "Hanya aku bilang, dengan menggunakan cara Toa Hwa Hwee dan Siauw
Hwa Hwee, kita dapat merobohkan tin itu !"
"Maksudmu ?" tanya Han Han tetap tak mengerti.
"Maksudku dengan menggunakan ketololan mengalahkan kecerdikan,
mengalahkan si pandat dengan kebodohan!" menyahuti In In.
Han Han jadi tambah tak mengerti mendengar perkataan In In yang semakin
aneh dan membingungkan. "Coba kau terangkan yang jelas !" kata anak muda she Han tak sabar.
Si gadis she Thio tersenyum.
"Sam-coa-tin hanya merupakan gerak silat yang sederhana, dia merupakan
tipu silat yang tak terduga dari asal sampai akhir, sehingga kita sebagai akhli-akhli
silat melihat bahwa gerakan-gerakan dari Sam-coa-tin luar biasa lihainya..... !"
menerangkan In In. "Padahal kalau yang menyaksikan pertempuran itu seorang yang tak
mengerti sama sekali ilmu silat, maka dia bisa melihat, betapa orang-orang yang
menggunakan tin itu hanya memindah-mindahkan kakinya menurut bilangan
empat dan tujuh dari lingkaran Pat-kwa, segi delapan !"
Mendengar keterangan Thio In In, Han Han seperti baru tersadar, dia
menggebrak meja saking gembiranya.
'Benar! Benar! Aku baru ingat !" kata anak muda she Han ini. "Bukankah si
kakek yang masih terkurung itu menciptakan ilmu pemunahnya dari hasil dia
menonton perkelahian kedua ekor cicak ?"
381 .
In In mengangguk-angguk, mereka jadi gembira betul.
"Nah, setelah kita dapat memecahkan Sam-coa tin, kita boleh tenang
mengaso, nanti malam kita menyatroni mereka lagi dan kali ini kita jangan
memberi hati." Kata Han Han. "Tapi aku heran, dari mana kau bisa mempunyai
pikiran untuk menggunakan cara Boen untuk menutup Boe ?" Boen ialah surat,
Boe ialah silat. Thio In In ketawa. "Dengarlah riwayat dari Toa Hwa-hwee dan Siauw Hwa-hwse, perkumpulan
bunga itu sebetulnya diadakan oleh Boe Cek Thian, suatu tempat berkumpul dari
para sasterawan-sasterawan mengikuti ujian. Semakin pintar sasterawan yang ikut
ujian, maka dia tak akan keluar sebagai pemenang, sebab bahan ujiannya terdiri
dari syair yang diciptakan hanyalah untuk orang-orang yang pikiran dan jiwanya
bersih, jujur dan polos, sehingga dia dapat menerka isi syair itu dengan tepat. Tapi
kalau sasterawan yang terlalu cerdik, dia jadi memikirkan hal-hal yang terlalu
dalam dari setiap kata dan mengartikannya dengan yang muluk-muluk, maka pukul
rata mereka jadi tak bisa menebak jitu dari isi syair itu....."
Dan, untuk sekedar mengetahui tentang sdanya Toa Hwa-hwee dau Siauw
Hwa-hwee itu, maka mari kita ikuti sedikit tentang riwayat perkumpulan bunga itu.
Boe Cek Thian, seorang kaisar wanita pertama dan terakhir dari daratan
Tiong-goan yang telah dapat 'merebut' kedudukan dari tangan keturunan keluarga
Lie Sie Bin, maka di daratan Tiong-goan terdapat bermacam-macam pertentangan.
Tapi berhubung Boe Cek Thian dapat memerintah dengan adil dan lebih
mementingkan kehidupan sosial rakyatnya, maka dia dicintai oleh rakyat negara
yang dipimpinnya. Yang hebat, Boe Cek Thian memberikan kesempatan kepada
rakyat dan siapa saja untuk membawa pengaduan langsung padanya, baik
pengaduan itu merupakan kejahatan tuan tanah, maupun tentang kejahatan para
pembesar, maka orang yang membawa pengaduan itu, selama dalam perjalanan
akan menerima perlakuan yang baik dan Boe Cek Thian memerintahkan untuk
memberikan kenikmatan hidup selama dalam perjalanan. Dia boleh makan
sepuasnya dan dihormati oleh tentara.
Pada saat itu Boe Cek Thian memerintah dengan dua tangannya. Tangan
kanan menggunakan 'tangan besi ', sedangkan tangan kirinya menggunakan 'tangan
kapas ' yang mengelus-elus rakyatnya. Maka dari itu, disamping orang kagum pada
kecintaannya pada rakyatnya, juga orang jeri pada kekejamannya, yang dapat
382 .
membunuh dan menjatuhkan hukuman mati kepada yang bersalah tanpa mengenal
kasihan ! Dan, di masa pemerintah Boe Cek Thian inilah maka diumumkan bahwa
yang berhak jadi menteri bukan pihak laki-laki saja, pihak wanitapun berhak untuk
menduduki kursi menteri. Dan, disebabkan pengumumannya itu, maka banyak
anak-anak gadis di dusun-dusun yang giat belajar, dengan cita-cita ingin menjadi
menteri wanita. Pada saat itulah Boe Cek Thian membentuk perkumpulan Toa Hwa Hwee
untuk sasterawan pria, sedangkan Siauw Hwa-hwee untuk tempat berkumpul
sasterawan wanita. Setiap tahunnya di tempat mereka itu diadakan ujian. Setiap
sasterawan yang ikut ujian, harus menyerahkan uang limabelas tahil perak, maka
dia akan memperoleh sebuah gambar, dengan gambar itu, dia boleh menerka.
Kalau terkaannya tepat syair yang dikemukakannya oleh beberapa orang juri, maka
dia akan memperoleh sebuah gedung yang mewah sebagai hadiahnya. Itulah hebat,
lama kelamaan ujian semacam itu jadi semakin meluas, sampai akhirnya, karena
tak terkendalikan lagi, lebih menyerupai perjudian. Malah Toa Hwa Hwee dan
Siauw Hwa Hwee digabung menjadi satu dan dinamakan Hwa Hwee Ya, atau
perkumpulan kakek bunga. (Di Indonesia malah pernah ada permainan semacam
itu, hanya namanya disingkat menjadi H H. atau Hwa Hwee.-- pen.)
Umumnya syair-syair yang dikeluarkan dari pihak keraton selalu syair-syair
yang mudah artinya, hanya karena terlalu jauh disimpulkan oleh orang-orang
cerdik pandai itu, maka banyak yang meleset. Hanya beberapa orarg yang berjiwa
jujur polos, dan bersih dari segala nafsu angkara murka, yang dapat menerka jitu
isi syair itu. Dan di sini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa permainan Hwa
Hwee Ya itu akan dapat diterka jitu isi syairnya asalkan orang itu jujur dan berjiwa
polos tak mempunyai angan-angan yang bukan-bukan. Dengan ketololan
mengalahkan kecerdikan, dengan kebodohan meruntuhkan si pandai !
Dan, di saat menemui jalan buntu memecahkan Sam-coa-tin, dengan tak
terduga Thio In In teringat akan kata-kata di atas tadi, yaitu dengan ketololan
mengalahkan kecerdikan, dengan kebodohan meruntuhkan si pandai, sehingga dia
berhasil memecahkan Sam-coa tin.
"Bigitulah riwayat dari Toa Hwa-hwee dan Siauw Hwa-hwee !" kata Thio In
In sambil tersenyum. Han Han mengangguk-angguk mengerti.
"Kita jadi manusia memang harus jujur dan polos !" kata si anak muda.
383 .
"Tapi kau sendiri tak jujur !" kata nona Thio.
"Heh kenapa ?" tanya Han Han bingung disanggapi begitu macam oleh In
In. "Hmm ..... tadi sebetulnya kau sudah bangun dari tidurmu, tapi mengapa kau
berpura-pura tidur terus dan dengan tiba-tiba bangkit dari tidurmu seperti ingin
mengagetkan diriku " "
Wajah Han Han jadi berubah merah.
"Ya ..... aku manusia yang tak jujur !" katanya tertawa. "Jiwaku jelek ciecie!"
In In melengos kearah jendela. Mukanya bersemu merah.
Siang itu, mereka mengaso, untuk memelihara tenaga, untuk malam nanti
menyatroni keluarga Sam Tiauw Boe Koan, itu pintu perguruan 'tiga garuda !
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 27 HUJAN SALJU masih turun agak deras, rada malam itu tampak Han Han
dan In In sedang melompati tembok pekarangan gedung Sam Tiauw Boe Koan.
Dengan berindap-indap mereka mmuju kekamar di mana si kakek luar biasa itu
ditahan. Mereka berdua menyelinap masuk. Kakek itu waktu melihat Han Han dan
si nona Thio, matanya jadi mencilak. "Kalian kembali lagi?" tegurnya. "Sttt, kami
mau menolongmu, Loo pek ! " kata Thio ln In perlahan.
"Percuma, borgolanku ini sangat kuat sekali." kata si kakek.
"Jangan kuatir !" hibur Han Han, anak muda ini mengerahkan tenaga pada
lengannya, kemudian mencekal rantai besi itu, sekali tarik bobol rantai itu dari
tembok. Tapi baru saja dia ingin menarik yang sebuahnya lagi, tiba-tiba di luar kamar
terdengar suara yang dingin mengejek.
"Hu ! Hu ! Aku memang sudah menduga kalian pasti akan datang lagi
seperti dua ekor tikus yang mengantarkan nyawa !"
Han Han dan Thio In In terkejut, cepat-cepat mereka melompat keluar.
Dilihatnya kembali mereka telah terkurung oleh orang-orang Sam Tiauw Boe
384 .
Koan. Malah Cioe Kat, Lioe Kat dan Can Kat telah menyerang dengan seranganserangan yang hebat.
Tapi kali ini Han Han dan Thio In In telah mempeiajsri setiap gerakan ketiga
orang ini, maka di kala mereka diserang, dengan mudah Han Han dan nona Thio
mengelakkan serangan ketiga orang tersebut. Malah dengan menggunakan ujung
lengan jubahnya, Han Han mengepret ke samping, seorang anak buah Sam Tiauw
Boe Koan Wie Tiong Ham, yang berdiri di dekat anak muda she Han tersebut, jadi
terpukul terjungkel roboh tak bernyawa lagi !
Semua orang-orang Sam Tiauw Boe Koan jadi terkejut melihat Kehebatan
kebutan Han Han. Mereka sampai mengeluarkan seruan kaget. Malah Cioe Kat,
Lioe Kat dan Can Kat juga menjerit kaget dan melompat kepinggir.
Wie Tiong Ham waktu melihat ketiga paman gurunya melompat kepinggir,
dia telah menerjang maju sambil berteriak : "Serbu .....!" maka sejumlah anak buah
Wie Tiong Ham yang berjumlah di sekitar seratus orang lebih meluruk akan
mengepung Han Hati serta nona Thio tersebut.
Melihat cara menyerang orang-orang Sam Tiauw Boe Koan. Han Han dan
Thio In In jadi terkejut. Biarpun mereka kosen, tapi dikeroyok begitu banyak
orang, pasti mereka akan kena dirobohkan ! Maka dari itu cepat-cepat Han Han
dan Thio In In menjejakkan kaki mereka ke samping berniat melompat ke arah
dinding untuk melarikan diri dari kepungan itu.
Namun, baru saja mereka melompat ke samping, Lioe Kat, Cioe Kat dan
Can Kat telah menghadang jalan kabur mereka, sehingga kembali mereka
bertempur. Sedangkan Wie liong Ham dan anak buahnya telah sampai di situ juga.
Sambil berteriak-teriak dengan suara yang menyeramkan, orang-orang itu meluruk
menyerang dengan berbagai senjata tajam. Han Han merampas seujata salah
seorang anak buah WieTiong Ham, dengan itu ia putar sekuat tanaganya seperti
kitiran untuk melindungi tubuhnya dari segala serangan lawan. Thio In In juga
mengikuti perbuatan kawannya itu.
Dalam waktu yang singkat, entah telah berapa banyak musuh-musuh Han
Han dan ln In yang dirobohkan. Akan tetapi bertempur dengan cara begitu, lama
kelamaan mereka akan kehabisan tenaga. Akhirnya Han Han bermaksud akan
menawan Wie Tiong Ham, untuk dipakai sebagai barang tanggungan. Namun
menawan Wie Tiong Ham bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Selain
kepandaian orang she Wie itu luar biasa tingginya, juga Tiong Ham dilindungi oleh
385 .
ketiga paman gurun ya. Maka dari itu, berulang kali waktu Han Han melompat
akan mencengkeram Tiong Ham, tangannya itu telah kena ditangkis oleh Can Kat.
Malah yang hebat, Cioe Kat dan Lioe Kat telah menggunakan Sam Coa Tin
untuk menentang Han Han dan nona Thio, Walaupun sudah mempelajarinya dan
belum memperoleh latihan, maka Han Han dan nona Thio In ln tak bisa lantas
membobolkan pertahanan tin itu.
Sedangkan orang-orang Sam Tiauw Boe Koan semakin merangsek
mendekat. Hal ini membikin Han Han jadi agak gugup. Dia memberikan, tanda
kepada Thio In In untuk mengundurkan diri dulu, Tapi, In In rupanya penasaran
sekali, dia tak meladeni isyarat kawannya itu, dia bertempur terus.
Pertumpahan darah terjadi hebat sekali di dalam gedung itu, menyebabkan
suara jeritan kesakitan dan jerit kematian terdengar cukup ramai. Sedangkan di luar
pekarangan, salju masih turun dengan deras.
"Hai kunyuk-kunyuk cilik ! " teriak Can Kiat sambil menyerang dengan
serangan yang cukup hebat. "Lebih baik kalian menyerah secara baik-baik ! Kami
tak akan mengapa-apakan jiwa kalian, hanya kami ingin mengetahui mengapa
kalian memusuhi benar pada pihak kami ! Tapi kalau kalian tak mau menyerah,
hmmm, walaupun kalian mempunyai sayap dan mempunyai kaki tangan sepuluh
pasang, tubuh kalian tetap akan di cincang. oleh oran-orang kami!"
Thio In In sebagai seorang gadis yang perasa, walaupun sudah kenyang
makan asam garam rimba persilatan, mendengar ancaman Can Kat, dia jadi agak


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

menggigil juga. Berbeda dengan Han Han, diancam begitu, bukannya dia jeri, melainkan dia
jadi murka. Dengan kalap dia mengamuk, membabat dengan sekenanya
menggunakan senjata yang boleh direbutnya dari tangan anak buah Wie Tiong
Ham. "Bocah ! Apakah kalian tetap tak mau menyerah ?" bentak Cioe Kat dengan
suara mengguntur. "Hmmm ..... walaupun harus binasa, kami takkan menyerah pada kalian
manusia-manusia berjiwa busuk !" balas teriak Han Han. "Terimalah !" senjatanya
melayang cepat sekali kearah Cioe Kat, sehingga Cioe Kat jadi melompat kaget ke
samping. Can Kat dan yang lainnya cepat-cepat meluruk menyerang Han Han, lalu
dengan cepat mereka melindungi Cioe Kat dari serangan senjata anak muda she
Han tersebut. 386 .
Han Han mendengus. "Hmmm ..... hari ini aku akan adu jiwa dengan kalian ! " serunya.
Nona Thio juga menyerang nekad, setiap tangannya bergerak, maka
terdengar suara jeritan kesakitan atau jerit kematian dari anak buah Wie Tiong
Ham. Begitulah, orang-orang tersebut jadi mengurung Han Han dan Thio In In
dengan ketat, menyebabkan anak muda tersebut tak bisa melarikan diri.
Pada suatu kali, karena kewalahan melawan orang-orang yang meluruk ke
arahnya, Thio In In melompat ke samping, kemudian dia melompat lagi kearah
tembok. "Kau mau kabur kemana?" bentak Cioe Kat bengis. "Serang !"
Dan, dengan habisnya teriakan Cioe Kat, tampak keluar beberapa orang dari
balik semak-semak, tangan mereka masing menggenggam pipa yang panjang, yang
disemprotkan ke arah Thio In In, sehingga minyak muncrat ke arah si nona. Malah,
untuk kagetnya Han Han dan Thio In In, orang-orang itu menggunakan; obor,
sehingga waktu minyak menyambar ke arah si gadis, minyak itu membawa kilatan
api. Dengan bergulingan Thio In In berusaha menghidarkan diri dari samberan
api, hati gadis tersebut jadi ciut, karena biar bagaimana kosen dirinya, tokh dia
akan kena diserang oleh samberan api dan malah akibatnya akan hebat sekali ..... -!
Hati Han Han juga mencelos melihat nasib kawannya, dia berseru sambil
melompat akan menyerang orang-orang yang memegang pipa panjang itu. Tapi, di
kala tubuhnya sedang melayang, telah menyambar kilatan api, yang sudah lantas
membakar baju Han Han. Hati anak muda she Han jadi mencelos, dia bergulingan
di tanah, tapi sambaran api telah datang lagi, sehingga dia jadi bergulingan matimatian untuk memadamkan api yang sedang berkobar membakar bajunya. Sambil
bergulingan, saking murkanya melihat kelicikan lawan yang menggunakan api dan
minyak, Han Han menimpukkan senjatanya, sehingya menancap tepat di dada
menembus ulu hati seorang pemegang pipa. Begitu orang itu terjungkal, ..... pipa
jadi terlepas dari tangannya dan minyak keluar mengalir dari pipa itu. Dengan
cepat api menyambar dan seketika itu juga api yaag panas luar biasa berkobar
besar sekali. Thio In In jadi terkejut melihat baju Han Han kesamber api, cepat-cepat dia
melompat akan menolong kawannya yang sedang bergulingan di lantai. Tapi, dari
sampingnya telah menyambar api juga, yang dengan cepat telah membakar
387 .
bajunya, sehingga gadis she Thio tersebut jadi mengeluh. Cepat-cepat dia
menjatuhkan dirinya, bergulingan di lantai, mengikuti kelakuan Han Han, semua
itu untuk memadamkan api yang sedang membakar baju mereka.
Han Han dan Thio In In jadi panik, mereka berusaha untuk meloloskan diri
dengan bergulingan, di samping untuk memadamkan kobaran api pada baju
mereka, juga untuk meloloskan diri dari tembok yang cukup tinggi itu. Hal tersebut
tak mudah dilakukan oleh kedua orang tersebut, malah Cioe Kat, Can Kat dan yang
lain-lainnya menertawakan kedua muda-mudi itu, sampai tubuh mereka tergoncang
hebat. Han Han bagaikan banteng terluka, dia menubruk kearah anak buah Wie
Tiong Ham, lalu dengan cepat dia menggera-gerakkan tangannya untuk
memadamkan api yang sedang membakar tubuhnya, dia juga menjambret salah
seorang dari anak buah Wie Tiong Ham, yang dipakai untuk menyusut tubuhnya
dari kilatan api. Anak buah Wie Tiong Ham itu jadi menjerit-jerit karena api juga
berkobar membakar bajunya. Keadaan pada saat itu sangat kalut sekali, dengan
menyamtar-nyambarnya api yang berkobar panas sekali, menyebabkan anak buah
Wie Tiong Ham menyingkir ke tepi. Begitu juga Cioe Kat, Can Kat, Wie Thiong
Ham dan yang iainnya, semuanya melompat kesamping untuk menghindarkan diri
dari samberan api. Menggunakan kesempatan itu, Han Han dan Thio In In menjejakkan kaki
mereka mencelat melewati tembok, sehingga dalam waktu yang singkat mereka
telah berada di luar, dan dengan mengandalkan hujan salju yang turun cukup deras,
akhirnya Han Han dan Thio In In berhasil memadamkan api yang berkobar
membakar baju mereka. Walaupun Han Han dan si nona Thio berhasil
memadamkan api yang membakar baju mereka itu, tapi tak urung baju mereka jadi
pecah di sana-sini termakan oleh api tersebut. Juga wajah dan tangan mereka
banyak yang terluka terbakar.
Dengan mata mencilak penuh dendam, Thio In In memandang kearah
gedung dari Sam Tiauw Boe Koan.
"Hmmm ..... kalau aku tak bisa membalas penasaran dan hinaan pada hari
ini, aku berjanji tak akan mau hidup !" sumpah anak gadis itu.
Han Han mengangguk. "Ya ..... nanti kita datang lagi untuk membalas hinaan yang kita terima ini !"
menyahuti anak muda she Han itu.
388 .
Dengan lesu, mereka kembali ke rumah penginapan untuk menyalin pakaian
mereka yang telah hancur di sana-sini termakan api.
Bunga salju masih turun terus ..... udara sangat dingin, namun, hampir saja
Hani Han dan Thio In In ketambus oleh api di dalam udara yang sedingin itu !
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
SETELAH bersalin pakaian, Han Han menuju ke kamar Thio In In.
Diketuknya kamar gadis itu.
"Masuk !" terdengar suara In In.
Han Han mendorong pintu itu, dia masuk ke dalam. Dilihatnya si gadis
sedang memasukkan pedangnya ke dalam sarung.
"Kau mau berangkat kesana lagi ?" tanya Han Han kaget.
"Ya, biar bagaimana pedangku ini harus menghirup darah orang-orang itu !
Aku akan adu jiwa dengan orang-orang itu !" menyahuti si gadis she Thio.
Han Han jadi kaget. "Tunggu dulu !" cegahnya.
In In menoleh dengan mata mencilak,
"Kenapa ?" tanyanya.
"Kita harus mempunyai perhitungan !" menerangkan Han Han. "Kalau kita
menyerbu gedung Sam Tiauw Boe Koan dengan membabi buta, bukankah sama
saja kita dengan mengantarkan nyawa pada mereka ! Biar bagaimana kita tak akan
mampu mengatasi pipa minyak yang menyambar dengan kobaran api ! Kita harus
mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya ! Mereka menggunakan akal yang begitu
licik, kitapua harus menghadapinya dengan licik pula ! Aku percaya kau cerdas,
cie-cie, maka pikirkanlah daya yang sebaik-baiknya untuk menempur mereka !"
Nona Thio dapat dikasih mengerti, dia meletakkan pedangnya di atas meja
dengan wajah yang muram. "Ha ..... -hatiku tetap penasaran kalau belum dapat membunuh ketiga anjing
dari Sam Tiauw Boe Koan itu ! Pula biar bagaimana aku harus dapat
membinasakan orang she Wie ! Hmm, percuma aku hidup kalau hanya untuk
menerima hinaan semacam ini !" kata si gadis kesal.
Han Han menghiburnya lagi, lalu mereka memesan makanan untuk
menangsal perut. 389 .
Bunga salju masih turun dengan deras, di rumah penginapan itu agak jarang
tamu yang datang, hanya sekali-sekali tampak mampir tamu yang akan
menghangatkan diri dari serangan hawa dingin dengan meneguk arak.
Karena jengkel, maka pada malam itu Han Han turun keluar dari kamarnya.
Dia menuju ke ruarg tengah dari rumah penginapan tersebut dan duduk seorang
diri di sudut ruangan itu. Thio In ln sendiri berada di dalam kamarnya, mungkin
sudah tidur. Dipesannya dua kati arak untuk menghangatkan tubuh, kemudian tampak
Han Han meneguk arak itu perlahan-lahan.
Sedang si anak muda meneguk araknya, tiba-tiba dari luar terdengar suara
tongkat yang menyentuh lantai, kemudian tampak seorang pengemis memasuki
ruangan rumah penginapan tersebut dengan menggigil. Pengemis itu sudah lanjut
usianya dan bertubuh kurus kerempeng. Pakaiannya yang kotor dan kumal sekali,
penuh tambalan di sana-sini. Malah, waktu dia duduk didekat pintu rumah
penginapan itu, matanya yang sayu mencilak sesaat, seperti tak mempunyai
semangat. Han Han hanya melirik sedikit waktu melihat pengemis itu batuk-batuk
dengan tubuh yang bungkuk, wajahnya pucat sekali.
Sekilas Han Han merasa kasihan kepada pengemis tua itu, berulang kali
anak muda she Han ini menghela napas.
Sedangkan salah seorang pelayan telah menghampiri si pengemis.
"Hei jembel ! Cepat kau menggelinding enyah dari sini !" kata pelayan itu
galak. "Nanti rumah penginapan Toa-ya tak ada yang datang untuk menginap,
karena melihat kau anjing-kotor ini !
Pengemis itu melirik sedikit, dia batuk-batuk lagi.
"Aku numpang sebentar saja, nanti kalau hujan salju sudah agak mereda,
aku akan berlalu ..... !" kata si pengernis dengan suara yang parau dan perlahan
sekali, hampir tak terdengar jelas.
Pelayan itu :mendengus sambil bertolak pinggang.
"Kau mau menggelinding enyah atau tidak?" bentaknya.
Pengemis itu melirik si pelayan, matanya yang tadinya begitu redup, jadi
berkilat tajam. Tapi itu hanya sebentar, karena matanya itu telah berubah redup
kembali. 390 .
"Cepat enyah!" waktu melihat si-pengemis tak menyahuti perkataannya.
"Kalau nemang kau membandel, jangan salahkan aku kalau nanti tubuh kotormu
itu dilempar keluar oleh kawan-kawanku !"
Pengemis itu batuk-batuk lagi, wajabnya pucat sekali, rupanya dia sedang
menderita sesuatu penyakit.
"Toaya ..... kasihanilah diriku yang tua ini !" memohon pengemis itu dengan
suara yang parau. "Hujan. salju masih besar dan hawa udara sangat dingin,
biarkanlah aku tumpang berteduh di sini '!"
"Keluar!" bentak si pelayan galak sekali.
"Tapi Toaya ..... !"
Si pelayan rupanya jadi naik darah melihat kebandelan si pengemis, dengan
cepat dia mengayunkan kakinya menyepak si-pengemis.
Tapi, baru saja dia menggerakkan kakinya, telah terdengar suara bentakan:
"Jangan disakiti pengemis itu !"
Si pengemis jadi terkejut, dia menoleh dan dilihatnya orang yang
membentak ternyata Han Han.
"Kemarilah Loo-pek !" panggil Han Han kepada si pengemis sambil
melambaikan tangannya. Si pengemis seperti tercengang, sehingga dia jadi lupa kepada penyakit
buluknya, hanya mengawasi Han Han dengan tatapan seperti orang kesima.
''Kemarilah Loo-pek ..... mari duduk bersamaku !" panggil Han Han lagi.
"Aku " " tanya si-pengemis sambil menunjuk dadanya.
Han Han mengangguk sambil tersenyum.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 391 .
JILID X "Y A ..... mari silahkan duduk untuk meminum arak bersamaku
menghangatkan diri dari serangan hawa udara yang tak
menggembirakan dan dingin ini!" menyahuti Han Han.
Si pengemis menghampiri dengan ragu. Waktu Han Han menyuruhnya
duduk, dia duduk dengan sikapnya ragu-ragu. Matanya mencilak menatap anak
muda she Han tersebut. "Kemari kau !" panggil Han Han pada si peiayan.
Pelayan yang galak itu telah berubah jadi hormat dan tampaknya takut-takut.
Dia menghampiri dengan membungkukkan tubuhnya.
"Ada apakah, Sian-kong?" tanyanya dengan suara menghormat.
"Layani paman ini sebaik-baiknya ! " perintah Han Han. "Setiap makanan
yang diingininya, berikan ! Nanti perhitungannya padaku "!"
Si pelayan mengiyakan, dia cepat-cepat mengundurkan diri, dia juga heran,
mengapa ada anak muda yang begitu tolol mengundang seorang pengemis untuk
menjadi teman mengobrol " Bukankah masih banyak orang lain yang kedudukan
dirinya tidak seperti si pengemis " Bukankah lebih baik dan lebih terhormat diriku
untuk diajak minum bersama" pikir pelayan itu.
Sedangkan si pengemis seperti juga menghadapi suatu keajaiban, dia jadi
duduk bengong seperti orang tolol memandangi terus wajah anak muda she Han
itu. "Siapakah nama Loo-pek ?"tanya Han Han waktu melihat orang hanya
menatapi dirinya terus, dia juga bertanya sambil tersenyum, manis senyumannya
itu. "Namaku ?" tanya si-pengemis seperti baru tersadar:
Han Han mengangguk. Si pengemis menghela napas. Katanya :
"Aku orang susah, yang hidup sengsara, sampai nama sendiri telah
kulupakan. Namun, biasanya orang memanggilku dengan sebutan Ho Kay, si
pengemis rase !" "Ho Kay ?" tanya Han Han heran. "Mengapa orang memanggil Loo pek
dengan sebutan itu ?"
Si pengemis menghela napas lagi.
392 .
"Sebetulnya kalau diceritakan hanya akan menjadi bahan tertawaan Siangkong belaka ..... tetapi mengingat kebaikan dan budi Siang-kong yang tak
terhingga, biarlah aku menceritakannya ! Sejak beberapa tahun yang lalu, aku
dikenal sebagai pengemis bertangan panjang, alias suka mencopet barang milik
orang, juga gerakan tanganku sangat cepat, hampir sama sekali aku belum pernah
kepergok oleh korbanku ! Maka dari itu, kawan-kawanku menggelari aku sebagai
Ho Kay, si pengemis rase."
Han Han mengangguk mengerti.
"Jadi Lo-pek mempunyai suatu keakhlian untuk mengambil barang orang
lain?" tanya Han Han.
Wajah si kakek pengemis jadi berubah merah, rupanya dia likat sendirinya.
Tetapi, dia toh mengangguk.
"Ya ..... semua itu terpaksa kulakukan mengingat penghidupan yang semakin
sulit!" menyahuti si kakek.
Han Han tersenyum, sedangkan si pelayan telah datang membawakan
beberapa macam makanan, serta dua kati arak.
Han Han mempersilahkan si pengemis melahap semua makanan itu. Dan,
dengan penuh kebaikan hati, Han Han memberikan juga empat tail perak kepada si
pengemis dikala si pengemis telah selesai menyantap semua makanan itu.
Dengan berulang kali menyatakan terima kasihnya, si pengemis pamitan
meminta diri. Han Han menahannya, mengingat salju masih terus deras sekali,
tetapi rupanya si pengemis telah pulih semangatnya, dia tetap berkeras ingin
berangkat. Akhirnya Han Han melepaskan juga, dia mengantarkan sampai di depan
rumah penginapan tersebut.
Kemudian Han Han kembali ke dalam kamarnya.
Waktu dia merebahkan diri di pembaringan, otaknya kembali bekerja,
teringat akan nasib si kakek yang tertawan di dalam gedung Sam Tiauw Boe Koan.
Juga Han Han teringat akan ketujuh jurus yang diturunkan kakek itu. Seingatnya
dia pernah mendengar kakek itu mengakui pernah menurunkan satu jurus pada
Khoe Sin Ho, dan juga kepada Tok Sian Sia atau Gauw Lap. Namun, mengapa


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

sekarang dia menerima sampai tujuh jurus dari kakek itu, ketujuh jurus ilmu silat
itu seperti tak ada gunanya pada Sam Coa Tin " Mengapi dia tak bisa memukul
pecah berantakan tin itu " Sedangkan dia bisa meloloskan diri dari kepungan Sam
Coa Tin tadi disebabkan itulah kepandaian Han Han yang memang tinggi lihai,
393 .
sehingga dia dapat memecahkan Sam Coa Tin untuk sementara waktu, tetapi
bukan untuk dihancurkan. Apakah si kakek telah bicara besar dan berdusta
mengenai diri Khoe Sin Hoo dan lain-lainnya " !
Sedang Han Han termenung seorang diri di pembaringannya, tiba-tiba di
atas penglarian dikamarnya itu, dilihatnya dua ekor cicak sedang saling kejar
mengejar. Han Han tak tertarik, sampai suatu saat dilihatnya kedua cicak itu saling
menggigit dan berkelahi dengan mengeluarkan suara Cheettttt..... yang berisik
sekali. Tiba-tiba di kepala Han Han berkelebat suatu ingatan, dia jadi girang.
Bukankah ketujuh jurus yang diturunkan oleh si kakek luar biasa itu pernah
dikatakan bahwa dia menciptakannya setelah menyaksikan dua ekor cicak yang
saling berkelahi" Maka Han Han jadi mementang matanya lebar-lebar dan
memusatkan pemikiran dan perhatiannya pada kedua cicak itu. Dilihatnya kedua
cicak itu masih terus berkelahi dengan suara yang berisik sekali. Sampai akhirnya,
di kala salah seekor di antara kedua binatang itu berlari kalah, tiba-tiba, Han Han
melompat dari pembaringannya sambil berseru dengan suara yang mengguntur dan
menepuk kepalan ya : "Benar ! Benar! Mengapa tadi-tadinya aku tak bisa
menyelaminya "!" dan dia ketawa keras dengan suara yang mengguntur menggema
menggetarkan ruangan kamarnya itu.
Dengan terdengarnya suara ketawa Han Han yang nyaring sekali itu, di atas
dunia ini, di dalam kalangan Kang-ouw, telah lahir seorang tokoh dan pendiri dari
aliran silat yang baru ! Karena, tadi waktu menyaksikan kedua cicak itu berkelahi,
Han Han telah memusatkan perhatiannya dan dia dapat menangkap setiap gerakan
cicak itu yang mirip-mirip jurus yang pernah diturunkan oleh si kakek yang
tertawan oleh SamTiauw Boe Koan. Tetapi, karena Han Han telah menjadi seorang
jago yang kosen, yang menerima bermacam-ragam ilmu silat dari berbagai jagojago yang luar biasa, maka seketika itu juga dia seperti tersadar dan dia baru
mengetahui bahwa ketujah jurus yang diturunkan oleh si kakek kurang matang,
maka dengan beberapa perobahan berdasarkan pandangannya pada perkelahian
kedua cicak itu, terciptalah ilmu silat aliran baru !
Suara ketawa Han Han yang menggema keras itu mengejutkan seisi rumah
penginapan tersebut. Termasuk Thio In In yang terperanjat dan terbangun dari
tidurnya dan cepat-cepat melompat turun dari pembaringannya. Dia berlari-lari
menuju kekamar Han Han. Waktu sampai di muka kamar anak muda itu, dia berdiam sesaat, karena
pintu kamar tertutup rapat. Didengarnya anak muda itu sedang ketawa terus.
394 .
Akhirnya, karena heran dan bingung, In In mengetuk pintu kamar si-anak
muda itu. Dia duga, Han Han mungkin mendapat pukulan pada jiwanya
disebabkan kejadian di gedung Sam Tiauw Boe Koan, maka hal itulah yang
membikin si gadis jadi berkuatir.
Waktu pintu kamarnya terketuk, pada saat itu Han Han tengah berdiri
menghadapi jendeia dengan hati yang bungah, dia sedang mengingat-ingat jurus
yang dilihatnya dari perkelahian dua cicak tadi.
"Siapa " " tanya Han Han sambil menghampiri pintu kamarnya.
"Buka pintu, Lao-tee .....!" teriak In In dengan hati diliputi kekuatiran.
"Oh kau Cie-cie?" kata Han Han sambil membuka pintu kamarnya dan
dilihatnya In In berdiri dengas wajah yang agak pucat. "Apa yang terjadi, cie-cie ?"
"In In langsung masuk ke dalam kamar anak muda itu, sedangkan Han Han
telah menutup kembali pintu kamarnya.
"Lao-tee ..... kenapa kau tertawa begifu keras ?" tanya In In kemudian
sambil menatap adik angkataya itu. "Apakah kau menemukan sesuatu yang
membuatku gembira ?"
Han Han mengangguk sambil tersenyum, dengan muka ber-seri2 dia maju
mence-kal tangan kakak cmgkatnya itu.
"Mari2 kuterangkan !" kata Han Han sambil menarik tangan ln In. "Kau
pasti ikut gembira !"
Thio In In menarik tangannya dari cekalan anak muda itu dengan wajah
yang berubah merah, tatapi dia tidak marah. Sedangkan Han Han tersadar dengan
cepat atas kesembronoannya yang telah mencekal tangan si gadis yang menjadi
kakak angkatnya itu. Dia jadi likat sendirinya.
Mereka duduk dikursi yang ada di situ. Han Han segera menuturkan apa
yang telah diketemukannya.
In In memandang Han Han dengan wajah memperlihatkan ketidak
kepercayaannya. Walaupun dia tak mengutarakannya, tetapi Han Han dapat
melihat perasaan si gadis melalui wajahnya itu.
"Kau tak mempercayai keteranganku itu?" tanya Han Han.
"Aku percaya ..... tetapi apa benar jurus-jurus yang kau ketemukan dan
digabung dengan jurus-jurus yang diturunkan oleh si kakek dapat menggempur
Sam Coa Tin "!"
Han Han mengangguk pasti, dia melompat dari duduknya, kemudian
bersilat. 395 .
"Lihat!" katanya sambil menggerakkan kaki dan tangannya menuruti
gerakan-gerakan yang diilhami oleh perkelahian kedua cecak tadi.
Gerakan kaki dan tangan.Han Han sangat perlahan sekali, hal ini
membingungkan In In. "Apa keluar biasaan dari ilmu silat yang diciptakan oleh Han Lao-tee ?"
pikirnya dan disebabkan berpikir begitu, mata si no-na Thio juga jadi
memancarkau sinar ketidak kepercayaannya.
Han Han masih terus bersilat, sampai akhirnya dia melihat pancaran mata si
gadis Dia berseru "Coba cie-cie menyerangku ..... seranglah secara sungguhsungguh dan tak usah sungkan-sungkan kalau sampai dapat menyentuh ujung
bajuku, hmm, biarlah aku mengaku bahwa ilmu silat yang baru kuciptakan ini tak
ada gunanya sama sekali ! '
Semula Thio In In ingin menolak, karena sekali lihat saja, In In sudah
mengetahui banyak terdapat kelemahan-kelemahan di diri Han Han, ilmu silat
yang diciptalcannya itu tak luar biasa, malah biasa saja. Maka dari itu, kalau
sampai nanti si anak muda terhajar roboh, bukankah berarti semangatnya jadi patah
dan membikin Han Han bersedih. Namun, setelah berpikir sesaat lamanya dan Han
Han masih mendesak terus, akhirnya In In mengambil keputusan untuk menguji
ilmu silat yang diciptakan oleh adik angkatnya itu. Maka dari itu dia berdiri dari
duduknya. Di hampirinya Han Han yang masih bersilat dengan ilmu silat barunya
itu. "Seranglah !" seru Han Han waktu dilihatnya In In berdiri ragu-ragu.
"Baiklah !" seru In In akhirnya, dia menekuk kaki kirinya, kemudian dengan
kecepatan yang luar biasa, dia menyerang menggunakan jurus 'Hong Kie In Yong'
atau 'Angin bergerak, mega melayang-layang', tangannya itu mengincer dada si
anak muda she Han itu. Pada saat itu Han Han sedang bersilat dengan tangan terpentang lebar,
sehingga penjagaan dibagian dadanya terbuka. In In yakin, sekali gebrak ini, dia
pasti akan dapat memukul dada Han Han atau setidak-tidaknya mencengkeram
dada Han Han. Tetapi untuk kagetnya, tahu-tahu tubuh Han Han seperti melejit,
pundaknya ditepuk oleh anak muda she Han itu.
Hati In In jadi mencelos, dia melihat gerakan Han Han sangat lambat, tetapi
setiap gerakannya bertenaga dan tak terduga. Juga tadi waktu In In menyerang
dengan 'Hong Kie In Yong' kearah dada Han Han dia merasakan tangannya itu jadi
396 .
terhalang oleh sesuatu kekuatan yang tak tampak. Dan, yang mengejutkan sekali,
walaupun gerakannya sangat lambat toh Han Han dapat bergerak begitu lincah.
Hal ini membikin In In jadi penasaran. Dia berseru sambil menyerang lagi
dengan tipu silat 'Tat-mo Sip Sana Kiam' atau 'Tiga belas jurus ilmu pedang
warisan Buddhidarma, dan sebagai pengganti pedang, In In menggunakan sumpit
yang disambarnya dari atas meja. Sebetulnya di dalam duma Kang-ouw telah
tersiar dan diketahui oleh orang-orang gagah, semakin pendek satu dim senjata
yang digunakan, bahaya yang mengancam semakin tambah satu dim lagi, maka
sumpit nona Thio yang pendek itu, jadi lebih berbahaya dari pedang, dan In In
percaya, dalam waktu yang singkat, dia dapat merobohkan Han Han.
Tetapi, untuk kagetnya, sumpitnya itu tidak bisa menerobos garis penjagaan
anak muda she Han itu. Yaug luar biasa lagi, pundak In In sering ditepuk oleh Han
Han. Coba kalau memang Han Han pada saat itu berkedudukan sebagai musuh,
bukankah siang-siang In In telah menggeletak tak bernyawa dicelakai oleh Han
Han. Maka dari itu ln ln cepat-cepat melompat mundur sambil tertawa.
"Selamat Lao-tee ! Selamat !" serunya gembira. "Kau telah berhasil
menciptakan ilmu silat yang luar biasa sekali !" dan In In menghampiri Han Han.
Han Han juga sudah berhenti bersilat, dia tertawa gembira.
"Bagaimana cie-cie menurut pendapatmu, apakah adikmu ini sanggup
mengalahkan dan menggempur Sam Coa Tin ketiga paman guru Wie Tiong Ham
?" tanyanya, "Sam Coa Tin pasti akan tergempur habis dan kita akan dapat membalas
penasaran hati kita !" menyahuti si nona Thio dan dia juga mengulurkan tangannya
memberi selamat kepada adik angkatnya.
Han Han menjabat tangan si nona sambil mengucapkan terima kasih. Waktu
tangannya mencekal tangan In In, anak muda she Han ini merasakan betapa lembut
dan halus telapak tangan si-noaa Thio, sehingga hatinya jadi tergoncang dan dia
mencekal terus seakan-akan tak mgin melepaskan cekalan tangannya itu.
In In berubah mukanya jadi merah, di menarik pulang tangannya.
Han Han jadi likat sendirinya, cepat-cepat dia menghaturkan maaf.
Tetapi In In seperti tak mengambil di hati perbuatan Han Han tadi, dia malah
tersenyum dan bertanya ; "Kau beri nama apa pada ilmu silat barumu itu ?"
Han Han ketawa. "Nama apa yang bagus menurutmu " " anak muda she Han ini balik bertanya
sambil tetap tersenyum, dia gembira sekali.
397 .
"Begini saja, bagaimana kalau Ciang-boenjin memberikan nama Chit-ciekuu ?" goda si nona Thio. Yang dimaksud dengan perkataan Ciang-boenjin ialah
ketua suatu partai persilatan, sedangkan dengan Chit-cie-kun ialah pukulan tujuh
jari. Han Han melengak. "Haa, ..... siapa Ciang-boenjin ?" tanya anak muda she Han tak mengerti.
"Bukankah kau yang telah menciptakan ilmu barumu itu " " tanya si nona
ketawa. "Aha, dengan terciptanya ilnau silat itu, kau harus mengakui bahwa kau
adalah pendiri dari ilmu silat itu dan dengan sendirinya kau menjadi Ciang-boen
jin dari Chit cie-kun "." dan setelah berkata begitu, nona Thio menjura sambil
tertawa, katanya : "Terimalah hormatku, Ciang-boenjin !"
Han Han jadi repot dan gugup, cepat dia itu mau menyingkir, tetapi karena
orang sudah menjura, maka dia terpaksa membalas penghormatan si nona Thio.
In In ketawa kemudian dengan suara yang keras, karena dengan begitu, telah
lahir seorang Ciang-boenjin baru di dalam rimba persilatan. Dan, memang harus
diakui, Han Han sekarang telah menjadi seorang Ciang-boenjin, walaupun hanya
diketahui oleh In In belaka. (Dan, memang kenyataanya nanti Han Han adalah
Ciang boenjin sebuah perguruan yang ternama, yaitu Kun-lun-pay, yang terkenal
sekali, dengan Kun-lun Chit-cie-kun, itu ilmu silat yang diketemukannya dari
perkelahian dua cicak. Ilmu silat itu kemudian terkenal dan kosen sekali, sampai
saat ini, ilmu silat Kun-lun-pay tetap merupakan ilmu silat yang lihai, di samping
ilmu pedangnya yang diciptakan Han Han setelah dia menjabat Ciang-boenjin Kun
Lun Pay. pen.) Han Han ketawa likat sambil menundukkan kepalanya. Tanyanya: "Terima
kasih Cie-cie ..... dan nama yang kau berikan pada ilmu silat baruku itu, akan
kuterima dengan senang hati. Hanya mengapa kau bisa memilih nama Chit-cie-kun
untuk ilmu silat itu?"
Nona Thio ketawa. "Bukankah kau menciptakan ilmu itu berdasarkan apa yang pernah diajarkan
oleh kakek itu, yaitu ketujuh jurus yang juga diperolehnya dari gerakan-gerakan
perkelahian dua ekor cicak ?" noca Thio balik bertanya.
Han Han segera mengerti, dia mengangguk.
"Betul! Dan aku juga harus mengucapkan terima kasih pada kakek luar biasa
itu. Walaupun ilmu Chit cie-kun ini terciptakan olehku bukan menurut sumber dari
398 .
ketujuh jurus ilmu si kakek, tetapi sedikit banyak kakek itulah yang telah
memberikan ilham padaku !"
Nona Thio ketawa lagi, dia menepuk bahu Han Han.
"Dan, besok malam kita satroni gedung Sam Tiauw Boe Koan lagi, mudahmudahan Ciang-boenjin dapat merobohkan orang-orang itu untuk membalaskan
sakit hatiku !" Wajah Han Han jadi berubah merah, dia jadi likat ln In memanggilnya selalu
dengan sebutan Ciang-boenjin.
"Mengapa kau selalu memanggilku dengan sebutan Ciang-boenjin,
bukankah aku belum mengumumkan bahwa aku ingin mendirikan partai
persilatan" Dan, seandainya aku bermaksud untuk mendirikan sebuah partai
persilatan baru, toh aku belum mempunyai nama untuk cabang persilatan itu ?"
kata anak muda she Han agak kikuk.
Thio In In ketawa agak keras, tubuhnya jadi tergoncang.
"Anggap saja kau menjadi Ciang-boenjin dari sebuah partai persilatan angin
yang belum bisa terlihat .....! Toh nantinya kalau memang kau sudah
mengumumkan kau tetap akan jadi seorang Ciang-boenjin, maka apa salahnya
kalau sekarangpun aku memanggilmu dengan sebutan Ciang-boenjin itu "!"
Han Han memang tak bisa melawan kepintaran mengadu lidah dengan nona
Thio itu, maka acairnya dia hanya bisa tertawa.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 28 MALAM itu salju masih turun deras sekali, sehingga udara sangat dingin.
Dalam cuaca yang begitu buruk, tak ada orang yang berani keluar keluyuran, apa
lagi pada saat itu sudah menjelang kentongan ketiga.
Tetapi, di antara kesunyian malam dan derasnya hujan salju itu, tampak dua
sosok tubuh yang sedang berlari dengan pesat sekali. Tubuh kedua orang yang
sedang berlari dengan kecepatan yaug tak terhingga itu seperti juga melayang di
atas permukaan bumi yang ditaburi oleh salju putih ..... dan, mereka tak lain tak
bukan adalah Han Han dan sinona Thio !
399 .
Dalam waktu yang singkat, mereka telah berada di muka gedung Sam Tiauw
Boe Koan. Mereka berhenti dan memandang keadaan sekitar gedung itu. Dan, mereka
memperoleh kenyataan gedung itu sangat sepi.
"Cie-cie ..... " kata Han Han perlahan sekali. "Tipu muslihat apa yang sedang
mereka gunakan untuk menjebak kita?"
In In mendengus. "Kukira sebagai seorang Ciang-boenjin yang telah memperoleh ilmu silat
yang luar biasa, kau tentunya tak jeri pada tipu muslihat mereka, bukan?"
Wajah Han Han jadi merah, dia likat.
"Jangan berkata begitu, cie-cie!" katanya cepat. "Memang ilmu silat yang
kuciptakan itu cukup hebat, tetapi tokh belum tentu dapat menggempur orangorang Sam Tiauw Boe Koan ini. Lagi pula, aku jeri mereka menggunakan tipu
seperti dua hari yang lalu, di mana mereka menggunakan pipa minyak dan
menyemprot kita dengan kilauan api ! Walaupun lihai dan kosen, tak mungkin
orang melawan semburan minyak berapi itu!"
"Maka dari itu, kita harus lebih hati-hati!" kata Thio In In. "Kita harus
mencari tempat yang terlindung dari semprotan minyak berapi itu. Kalau bisa kita
berdekatan selalu dengan ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham, sehingga tak
mungkin bagi mereka menyemprot kita dengan minyak berapi itu ..... atau kalau
memang mungkin apakah Ciang-boenjin tak bermaksud untuk menawan ketiga
paman guru WieTiong Ham?"
Wajah Han Han berubah merah lagi.
"Cie-cie ..... kuminta, kau jangan selalu menggodaku!" katanya. "Bukankah
aku ini adikmu " Mengapa kau selalu memanggilku dengan sebutan Ciang-bunjin"
Apakah memang sengaja cie-cie ingin mengejekku?"
Nona Thio tertawa. "Baiklah Lao-tee ..... kuharap saja kali ini kita berhasil membalaskan rasa
penasaran kita!" kata si nona Thio ketawa. "Juga kita harus menolong si kakek luar
biasa itu dari tawanan orang-orang Sam Tiauw Boe Koan!"
Han Han mengangguk, dia menjejakkan kakinya sambil berkata :
"Mari kita menyelidiki ke dalam !" dan tubuh anak muda itu telah melayang
ketembok, lalu mencelat lagi masuk ke daiam taman gedung tersebut.
Nona Thio juga mengikuti perbuatan kawannya itu, dia pun menjejakkan


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

kakinya, tubuhnya dengan ringan melesat melewati tembok. Dengan berindap400
.
indap In In, Han Han menghampiri kearah kamar di mana kakek luar biasa itu
tertawan. Mereka melihat, sekeliling pekarangan gedung tersebut sangat sepi,
sehingga mendatangkan kecurigaan mereka lagi. Mustahil orang-orang Sam Tiauw
Boe Koan tak mengadakan penjagaan yang ketat.
Dengan cepat mereka telah sampai di muka kamar di mana kakek luar basa
itu ditahan. Dengan cepat Han Han melompat mendekati pintu yang kala itu
tampak tertutup dari dalam, In In juga melompat menyusul kawannya. Waktu dia
sampai di sisi Han Han, mereka berdua jadi bersangsi apakah di dalam telah ada
orang-orangnya Sam Tiauw Boe Koan yang menjaga tawanan mereka itu, si kakek
luar biasa itu "! Tetapi akhirnya dengan berani Han Han mengulurkan tangannya mendorong
pintu itu perlahan sekali. In In bersiap-siap berjaga-jaga kalau nanti dari dalam
menyerbu orang-orangnya Sam Tiauw Boe Koan.
Pintu ternyata tak terkunci, Han Han mendorong, pintu itu terbuka perlahanlahan.
Han Han dan In In jadi tambah curiga, waktu pintu sudah menjeblak
terbuka, mereka tidak berani lantas masuk kedalam kamar itu. In In
mengangsurkan pedangnya untuk memancing keadaan. Namun tak ada reaksi dari
dalam kamar itu. Han Han telah nekad, lagi pula anak muda she Han ini memang sangat
berani, maka dari itu, dia telah melompat menerjang masuk.
In In meniru perbuatan kawannya, dia melompat masuk juga.
Tetapi, begitu kedua muda mudi ini berada dalam kamar itu, mereka jadi
berteriak tertahan, malah In In sendiri telah menggigil murka menyaksikan apa
yang ada di dalam kamar itu.
Ada apa "! Ternyata di sudut ruangan tampak si kakek luar biasa itu masih tergantung di
rantai besi, sebab masih tergantung dan terjepit tulang pie-peenya, menyebabkan
tubuhnya itu terkulai. Namun yang luar biasa adalah kepala si kakek telah lunglai
dan matanya mendelik. Sebilah golok yang besar tampak menancap di dada
sebelah kiri si kakek. Darah merah yang telah mengering membasahi baju si kakek.
Dengan murka, Han Han melompat dan memeriksa keadaan si kakek. Dan,
apa yang dilihatnya membikin darah anak muda ini dan In In jadi meluap.
Ternyata si kakek itu telah dibunuh dengan cara yang kejam sekali, kulitnya
teriris-iris, yang menandakan sebelum dibunuh, kakek itu telah disiksanya dengan
401 .
hukuman yang kejam sekali, yaitu kulitnya diiris-iris, tersayat dengan pisau. Tentu
si kakek binasa dalam keadaan yang menyedihkan sekali dan menderita bukan
main. "Terkutuk!" mendengus In In dengan suara gemetar, hampir saja dia
mengamuk di dalam ruangan kosong itu. Tetapi dia masih dapat menguasai
dirinya. Tiba-tiba di luar terdengar suara tertawa yang menggema. In In dan Han Han
menduga itulah suara ketawa Wie Tiong Ham dan orang-orangnya, di saat mereka
mau menerjang keluar dengan murka, tiba-tiba terdengar bentakan : "Hantam .....
!" dan muncratkan minyak panas berikut kilatan api.!
Han Han dan In In jadi terkejut, mereka melompat ke samping, kesudut
ruangan itu. Tetapi minyak itu telah menyemprot ke dalam kamar dan api mulai
berkobar. Hati Han Han dan In In jadi kecil, karena segera juga mereka menyadari
bahwa mereka telah terkurung dan akan di bakar hidup-hidup.
"Bangsat " Akan kuremukkan kepala orang she Wie itu ..... " mendesis Han
Han dengan murka, tetapi belum lagi suaranya itu habis, telah menyambar minyak
berapi dari jendela,, sehingga terpaksa si anak muda dan In In menyingkir ke lain
sudut. Api sudsh berkobar di dalam ruangan itu. Han Han dan In In memutar otak
biar bagaimana mereka tak boleh berdiam di dalam kamar tersebut terlalu lama,
karena dengan sendirinya mereka akan terbakar oleh api yang disiramkan oleh
orang-orang Wie Tiong Ham.
Sedang Han Han dan In In kebingungan, tampak mayat si kakek mulai
termakan api pakaiannya telah termakan api, menyala dan berkobar semakin besar.
Han Han dan In In melihat itu, mereka jadi tambah gugup. Tetapi Han Han
sangat berani, dia dalam keadaan murka sekali, maka dengan kemarahan yang
meluap-luap, dia menerjang kearah mayat kakek itu untuk memadamkan api yang
sedang berkobar membakar mayat si kakek.
Namun, karena Han Han melompat ke mayat si kakek, maka minyak berapi
itu telah menyambar lagi dengan cepat mengenai bajunya, yang seketika itu juga
terbakar, api berkobar di pakaiannya.
In In yang melihat keadaan Han Han jadi mengeluarkan seruan kaget, dia
melompat dengan cepat dan akan menolong Han Han memadamkan api itu. Tetapi,
api telah berkobar semakin besar, Han Han bergulingan di lantai berusaha
memadamkan api yang membakar bajunya itu sedangkan api yang membakar
402 .
mayat si kakek telah berkobar semakin besar, juga lantai kamar itu telah di jalari
oleh kilatan api. Sedangkan In In dan Han Han gugup bukan main, di luar malah terdengar
suara ketawa Cioe Kat, Lioe Kat dan Can Kat beserta Wie Tiong Ham dan anak
buahnya. Dan, minyak beserta kobaran api masih terus menerobos masuk ke dalam
kamar, sehingga dalam waktu yang singkat, kamar itu telah dipenuhi oleh kobaran
api. Malah asap yang membubung, yang keluar dari mayat si kakek yang terbakar
dan jendela yang termakan api menyebabkan napas Han Han dan In In sesak
sekali, mereka batuk-batuk dan butir-butir keringat membanjiri tubuh mereka.
Dengan nekad Han Han berusaha untuk melompat keluar dari pintu itu, tetapi
kilatan api yang dibarengi semburan minyak telah menyambar lagi, menyebabkan
baju si anak muda she Han itu jadi terbakar kembali. Hawa panas yang bukan main
seakan-akan menyengat kulit mereka.
Malah kulit mereka telah luka terbakar di sana sini ..... dengan murka Han
Han mengerang, dia bermaksud akan menerjang lagi. Tetapi In In telah
menahannya, ditariknya tangan anak muda she Han itu.
"Tunggu dulu Lao-tee .....!" cegahnya.
"Kita ..... kita akan terbakar oleh api laknat ini !" teriak Han Han kalap dari
repot memadamkan api yang membakar bajunya, sedangkan In In juga berusaha
memadamkan api yang membakar sepatunya. "Kalau kita bisa menerobos keluar,
api ini tak begitu berfaedah bagi mereka, karena di iuar masih turun salju deras
sekali ! "Tetapi kita tak bisa menerjang samharan minyak dan api itu, kalau sampai
tubuh kita kena percikan minyak itu, pasti api akan menyambar lebih bebat lagi..... dan kita benar-benar tak mungkin meloloskan diri, malah akan terbakar hiduphidup ! Oh, sungguh celaka orang-orang Sam Tiauw Boe Koan itu .....!" dan wajah
nona Thio pucat sekali, mereka seperti putus asa.
Api yang berkobar di dalam ruangan itu jadi semakin besar, hawa panas
meliputi kamar dan menyengat kulit kedua muda-mudi ini. Dalam waktu yang
singkat, api telah membakar habis mayat si kakek yang malang, bau sangit yang
merangsang penciuman Han Han dan In In menerjang menerobos masuk kehidung
mereka, sehingga Han Han dan nona Thio itu jadi batuk-batuk dan hampir pingsan
disebabkan tak bisa bernapas, terhalang oleh tebalnya asap yang membikin kepala
mereka jadi berat. Api masih terus berkobar, malah semakin besar, sebab minyak
masih terus menyembur masuk, membikin lantai kamar itu seperti dibanjiri oleh
403 .
minyak, menyebabkan api juga berkobar di lantai tersebut. Han Han dan In In jadi.
tambah gugup, lantai yang belum terkena siraman minyak sangat sedikit sekali,
dan kalau mereka masih tidak dapat menerobos keluar dalam waktu yang singkat,
maka lantai itu akan dipenuhi oleh genangan minyak dan dengan sendirinya api
juga akan memenuhi lantai itu, yang berarti juga mereka benar-benar akan terbakar
hidup-hidup .....! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
SEDANG Han Han dan nona Thio itu terancam bahaya kematian, tiba-tiba
terdengar suara jeritan yang mengenaskan sekali di luar kamar itu.
Beruntun sekali suara jeritan itu, dibarengi juga seruan kaget dan minyak
yang menyemprot ke dalam kamar jadi terhenti. Juga, di antara suara jeritan itu,
terdengar suara tertawa yang menyeramkan, yang bercampur aduk dengan suara
gaduh di luar kamar.. Sebetulnya Han Han dan In In hampir roboh pingsan, tetapi karena Lweekang mereka kuat sekali, maka sampai saat itu mereka masih dapat
mempertahankan diri. Dan, di kala melihat minyak yang menyemprot ke dalam
kamar telah terhenti dengan mendadak, walaupun api masih berkobar. Han Han
menarik tangan Thio In In dan melompat menerjang kepintu, kemudian menerobos
keluar. Waktu sampai di luar, Han Han dan In In tak memperdulikan orang-orang
yang ada di luar kamar dalam keadaan kalut, dan juga mereka tak mau mengambil
tahu dulu sebab apa orang-orang itu jadi kalut begitu, hanya Han Han dan nona
Thio telah menjatuhkan diri digundukan salju dan bergulingan di salju itu,
sehingga seketika itu juga api yang membakar pakaian mereka jadi padam. Setelah
itu barulah Han Han dan In In melompat bangun dan menyapu dengan mata
berkilat seluruh tempat itu dan bersiap-siap menantikan serangan yang tiba-tiba
dari orang-orang Sam Tiauw Boe Koan. Namun, mereka jadi heran, waktu mereka
melihat orang-orang Sam Tiauw Boe Koan bukanya mengepung mereka,
melainkan telah mengepung beberapa orang yang sedang mengamuk. Waktu
melihat orang-orang yang dikurung oleh Cioe Kat, Can Kat dan l.ioe Kat beserta
anak buahnya, Han Han jadi berseru kaget karena orang-orang yang sedang
dikepung itu tak lain adalah Pat-kwa Hiat-kui Han Swie Lim, ayahnya, beserta
keempat muridnya dan juga Han Hoe-jin, ibunya si pemuda she Han ini!
404 .
Dengan mengeluarkan seruan murka, Han Han melompat menerjang dan
mengamuk dengan hebat. Cioe Kat telah melihat Han Han menerjang maju, dia
meneriaki kedua saudaranya dan mereka bertiga mengepung Han Han dan In In.
Pada pertama kali, karena sangat murka. Han Han telah mengamuk dengan
hebat, begitu juga In In, tetapi mereka tetap saja tak bisa menerobos barisan tin
dari Sam Coa Tinnya ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham tersebut.
Tetapi, pada suatu ketika, di kala mereka sedang terdesak hebat dan Han
Han mendengar ayah-ibunya beserta keempat murid ayahnya itu tertawa keras
sekali. In In teringat sesuatu.
"Lao-tee ..... keluarkan Chit-cie-kun !" teriak si nona Thio dengan
bersemangat. Han Han seperti baru disadarkan dari tidurnya. Dengan cepat dia merubah
cara berkelahinya, maka tampak gerakannya jadi agak lambat.
Lioe Kat, Cioe Kat dan Can Kat yang melihat perobahan gerakan anak muda
itu yang jadi lambat, mereka jadi girang karena mereka duga Han Han tentu telah
letih. Tetapi untuk kagetnya ketiga orang itu sagera juga mereka merasakan
tekanan tenaga Han Han yang luar biasa kuatnya, mereka mulai bingung dan
memikirkan ilmu apa yang seding digunakan oleh Han Han. Mereka cepat-cepat
memperketat kepungan mereka. Tetapi kembali mereka jadi terkejut, setiap mereka
mengepung dan menyerang anak muda she Han itu, maka bayangan tubuh anak
muda itu seperti lenyap dan hati mereka jadi mencelos waktu merasakan angin
samberan pada punggung mereka masing-masing. Belum lagi mereka mengetahui
apa yang terjadi, telah terdengar suara 'duuukk-duuukk-duuukk !' yang nyaring
sekali, juga ketika paman guru Wie Tiong Ham segera merasakan punggung
mereka sakit sekali, pandangan mereka berkunang-kunang, dengan bersuara -uaaah --, mereka memuntahkan darah merah ! Kemudian disusul lagi dengan
rubuhnya tubuh ketiga paman gurunya Wie Tiong Ham, dan tak berkutik lagi,
mereka telah berangkat ke 'dunia barat', alias binasa di tangan Han Han tanpa
mengetahui dengan cara apa mereka dibinasakan !
Itulah kehebatan ilmu yang baru diciptakan oleh Han Han. Dalam satu jurus
dari Chit-cie-kun, dia sudah dapat membinasakan ketiga paman guru Wie Tiong
Ham ! In In yang melihat itu jadi melompat berjingkrak saking girangnya, dia
bertepuk tangan. "Hebat! Hebat kau Ciang-boenjin !"teriaknya.
405 .
Han Han sendiri yang tak menduga hebatnya ilmu silat yang baru
diciptakannya itu, jadi berdiri bengong sesaat, dia menjublek di situ seperti juga
tak mendengar pujian dari In In. Begitu juga dia tak mendengar suara ketawa ayahibunya, murid- murid ayahnya dan seruan kaget dari orang-orang Sam Tiauw Boe
Koan yang melihat kematian Cioe Kat, Lioe Kat dan Can Kat.
Wie Tiong Ham sendiri waktu melihat kematian ketiga paman gurunya, dia
jadi murka, tetapi di samping itu dia juga jadi jeri dan dengan cepat dia memutar
tubuhnya dan melarikan diri.
Thio ln In yang sejak tadi melihat kelakuan orang she Wie itu, cepat-cepat
menjejakkan kakinya sambil membentak : "Mau lari kemana kau ?" dan tubuhnya
melesat oengan cepat mengejar Wie Tiong Ham, dalam -waktu yang singkat, dia
telah berada di belakang orang she Wie itu.
Wie Tiong Ham jadi tambah takut, dia jeri nanti Han Han juga ikut
mengejar. Maka dari itu, tanpa menunggu si nona Thio keburu menyerang
padanya, dia telah membalikkan tubuhnya dan menyerang dengan menggunakan
kedua tangannya secara berbareng, yang diincer ialah dada dan lambung si-nona
Thio yang ingin dihajar remuk.
In In jeli matanya, dia melibat gerakan orang, maka di saat tubuhnya sedang
melayang turun, dia telah mengayunkan tangannya saubil membentak
nyaring"Awas senjata !"
Wie Tiong Ham terkesiap, dia sampai membatalkan serangannya, dan
melompat mundur. Dia duga orang menyerang dirinya dengan menggunakan
senjata rahasia. Maka dari itu, di kala Tiong Ham sedang melompat mundur, In In
telah tiba di tanah kcmbali dengan selamat, Dan di saat itulah In In menyerang
dengan menggunakan tangan kanannya, dia menyerang dengan menggunakan jurus
'Pek Hauw Ciang' atau 'tangan harimau putih', maka hebat angin serangan itu.
Wie Tiong Ham sendiri sedang mendongkol karena dirinya kena digertak
oleh In In. Tadi In In tak melepaskan senjata rahasia, hanya karena Tiong Ham
menyerang dirinya dalam dua jurusan yang sulit untuk dielakkan, maka In In telah
menggunakan tipu itu. Maka waktu melihat In In telah menyeraag dtrinya, Tiong
Ham cepat-cepat menggerakkan tangannya menangkis, kemudian kakinya
menyapu, dengan 'Leng-coa Coan-sie-ciang' atau 'gerakan tangan sang ular" tangan
kirinya membarengi menyerang lagi kearah lambung In In.
406 .
In In gesit sekali, dia dapat mengelakkan serangan orang. Tetapi karena
Tiong Ham menyerang dengan kalap, maka si gadis she Thio tersebut jadi
kewalahan juga. Sedangkan Han Swie Lim dan yang lainnya repot menghadapi anak buah
Sam Tiauw Boe Koan, Han Han pada saat itu sudah tersadar dan di saat itulah dia
melihat In In sedang kewalahan menghadapi Tiong Ham, maka dengan cepat dia
menggerakkan kakinya, menjejak tanah, tubuhnya melesat, kemudian dengan cepat
sekali tubuhnya telah berada di dekat Tiong Ham. Tanpa sungkan-sungkan, Han
Han mengeluarkan satu jurus dari ilmu silat yang baru diciptakannya itu, yaitu
Chit-cie-kun, dan tangannya dengan telak menghantam punggung Tiong Ham.
Hebat jurus yang dikeluarkan oleh Han Han, karena Tiong Ham sendiri
karena diserang tanpa dia mengetahui kapan dirinya terhajar, sebab seketika itu
juga tubuhnya ambruk dan jiwanya melayang menghadap Giam-lo-ong !
Setelah melihat Tiong Ham roboh binasa, Han Han dan In In melompat
melabrak anak buah Tiong Ham, membantu Han Swie Lim, ayah Han Han,
Sebetulnya pada saat itu Han Swie Lim, Han Hoe-jin, dan keempat murid
Han Swie Lim tengah terdesak hebat, karena anak buah Sam Tiauw Boe Koan
sangat banyak sekali. Tetapi keenam orang tersebut bertempur sambil tertawatawa, pakaian mereka juga sudah tak keruan.
Begitu Han Han dan In In menceburkan diri di gelanggang pertempuran
tersebut, dan juga Han Han mengeluarkan jurus-jurus dari Chit-cie-kun, maka
beruntun roboh beberapa orang Sam Tiauw Boe Koan. Dalam dua jurus saja, Han
Han telah berhasil merobohkan tigapuluh orang anak buah Sam Tiauw Boe Koan
..... ! Dalam waktu yang singkat, hampir semua anak buah Tiong Ham kena
dirobohkan, tetapi sisanya yang ingin melarikan diri dengan ketakutan, telah
dicengkeram dan dibanting oleh Han Swie Lim sambil tertawa-tawa, begitu juga
Han Hoe-jin dan ke-empat murid orang she Han, yaitu Tang Siu Cauw, Hie Beng,
Hie Lay dan Soe Niang, telah ketawa-ketawa menyerang sisa orang Sam Tiauw
Boe Koan tersebut. Dan, dalam waktu yang singkat, semua orang Sam Tiang Boe Koan telah
dapat disapu bersih Baru saja Han Han ingin menubruk ibunya untuk memeluknya dengan
penuh perasaan rindu, tiba-tiba Han Swie Lim telah melompat dan menyerang Han
Han, sehingga mengejutkan anak muda she Han tersebut.
407 .
"Ayah ..... ini putramu .....! Ini Han Han !" teriak Han Han seperti orang
kalap, dan dia mau memeluk ayahnya.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Tetapi Han Swie Lim telah mengayunkan iangannya, karena Han Han tak
menangkis, maka dadanya terhajar telak.
"Duukkk! " tubuh Han Han terpental jatuh, In In cepat-cepat mencelat akan
menyerang Han Swie Lim, biarpun dia mengetahui, dengan kedatangan keenam
orang itu jiwa mereka berdua telah tertolong, telapi karena Han Swie Lim
menyerang Han Han, mau tak mau In In harus menyerang Han Swie Lim untuk
menghambat orang she Han itu menyerang Han Han lagi. Walaupun di hati si
gadis masih heran si anak muda memanggil Han Swie Lim sebagai ayahnya, toh In
In tidak mau memperdulikan hal itu yang penting dia menyelamatkan Han Han
dulu. Tetapi Han Swie Lim waktu berhasil memukul Han Han, dia jadi berdiri
menjublek sambil mengoceh tak keruan.
"Dia anakku " Dia Han Han ?" gumamnya dengan suara yang perlahan,
matanya jadi meredup. Akan tetapi, di saat Han Hoe-jin dan keempat muridnya menghampiri dia
sambil menari-nari, Han Swie Lim jadi tertawa lagi dengan tubuh tergoncang.
"Aha, Thian ingin bertamasya .....! Thian mau bertamasya ! Hayo, siapa
yang mau turut ?" dan Han Swie Lim menari-nari sambil tertawa-tawa.
Seketika itu juga In In segera memahami bahwa keenam orang yang tertawatawa dan menari-nari itu ternyata gila ! Malah, Han Swie Lim telah mengakui
dirinya sebagai Thian ! Dengan menimbulkan suara yang berisik sekali, keenam orang itu telah
menari-nari sambil tertawa, sampai akhirnya, di kala In In sedang memandang
menjublek kearah keenam orang itu, Han Swie Lim telah melompat mencelat
pergi, diikuti oleh Han Hoe-jin dan lain-lainnya.
Han Han yang kala itu sedang merangkak bangun, di kala melihat ayah
ibunya akan pergi, dia menjerit menyayatkan sambil melompat akan naengejar.
"Thia .....! Ibu! Ibu ini Han Han!" teriak anak muda she Han itu.
Tetapi Han Swie Lim dan yang lain-lainnya telah pergi jaub, hanya
terdengar suara tertawa mereka yang samar-samar, menandakan mereka telah pergi
jauh. Han Han membanting-banting kakinya, lalu setelah mengeluarkan keluhan
perlahan, dia roboh terjungkel, pingsan !
408 .
Si nona Thio yang melihat keadaan Han Han jadi terperanjat, dia melompat
menghampiri dan memeriksa keadaan Han Han. Luka terbakar pada tubuh anak
mada she Han tak membahayakan, dia pingsan disebabkan goncangan jiwanya
yang hebat. Thio In In mengawasi wajah Han Han yang pucat pasi, dia menghela napas
..... Salju masih terus turun dengan deras dan hawa udara sangat dingin sekali .....!
Setelah menghela napas berulang kali, In In akhirnya menggendong tubuh
anak muda she Han itu, yang akan dibawanya pulang ke rumah penginepan
mereka. Di dalam udara yang begitu dingin, di mana salju turun dengan deras, juga
sudah menjelang kentongan yang keempat, jalanan sangat sepi sekali, tak ada
seorang manusiapun. Hal ini membuat Thio In In leluasa menggotong tubuh anak
muda she Han yang pingsan itu ...... Dengan mengerahkan Ginkangnya, nona Thio
berlari-lari menuju ke hotelnya. .....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 29 WAKTU Han Han membuka matanya didapati dirinya telah berada di
pembaringan, tubuhnya ditutupi oleh selimut yang tebal. Dia berada di sebuah
kamar yang hangat. Pertama-tama yang dipanggil oleh Han Han adalah ayahibunya, dia seperti juga orang yang sedang mengigau.
Tiba-tiba Han Han merasakan sebuah tangan yang halus-lembut mengusap
keningnya. "Tenanglah Lau-tee ..... !" didengarnya suara In In yang halus dan lembut,
Si anak muda jadi kaget, dia jadi tersadar sepenuhnya.
"Eh, tempat apa ini" Mengapa aku berada di sini " Apakah aku mengimpi ?"
tanya Han Han bingung. Thio In In yang memang duduk di tepi pembaringan, jadi tersenyum.
"Tenanglah..... ini kamarmu di rumah penginapan kita!" kata In In
menerangkan."Tenanglah ..... nanti seluruhnya akan kuceritakan padamu !"
Han Han mau melompat turun, tetapi In In telah menekan pundaknya.
"Rebahlah dulu ..... kau jangan terlalu banyak bergerak.
409 .
Han Han baru merasakan sesuatu keanehan di dirinya waktu dia
menggerakkan tubuhnya itu. Rasa nyeri meliputi seluruh tubuhnya. Cepat-cepat dia
menunduk melihat keadaan tangan dan pundaknya, yang dipenuhi oleh obatobatan.
Seketika itu juga dia baru teringat bahwa dia telah menggempur gedung Sam
Tiauw Boe Koan dan karena diserang oleh minyak api, maka dirinya telah luka
terbakar di makan oleh kobaran api. Dia juga teringat kepada ayah-ibunya dan
keempat murid ayahnya. "Ma ..... mana ayah-ibuku ?" tanya Han Han bingung. Suaranya tergetar dan
matanya juga mencilak menjalari seluruh ruangan tersebut.
In In jadi bingung. "Ayah-ibumu T' tanyanya heran. "Yang mana ayah ibumu ?"
"Yang telah datang menolongi kita dari kepungan api orang-orang Sam
Tiauw Boe Koan!" menerangkan Han Han sambil berusaha duduk.
"Oh ..... keenam ..... keenam orang gila itu " " tanya In In bingung.
Tiba-tiba wajah Han Han jadi berubah bengis merah padam, dia
mencengkeram bahu nona Thio.
"Apa ..... apa kau bilang " " tanyanya dengan suara yany bengis. "Kau .....
kau mengatakan mereka orang-orang gila ?"
Thio In In jadi terkejut, wajahnya sampai pucat, dia merasakan pundakaya
sakit sekali, sampai mengeluh perlahan.
Han Han tersadar dengan cepat waktu melihat wajah Thio In In dan dia jadi
terkejut waktu menyadari apa yang telah dilakukannya. Cepat-cepat dia meminta
maaf. Thio In In tak marah, dia malah menghibur anak muda she Han itu. Dan,
berkat hiburan Thio In In, walaupun masih bersedih mengingat keadaan ayah dan
ibunya beserta keempat murid ayahnya yang telah gila semua, toh Han Han
terhibur juga. Setelah menghibur sesaat lamanya, In Ia kembali ke dalam kamarnya untuk
mengaso. Seperginya nona Thio, Han Han jadi rebah dengan otak berputar. Selama
beberapa tahun dia telah mengembara terkatung-katung dan dididik oleh ketujuh
jago silat yang luar biasa, yang masing-masing telah menurunkan ilmu silat mereka
.....! Tetapi, biarpun begitu Han Han masih belum puas, karena belum dapat
berkumpul dengan ayah-ibunya dan keempat murid ayahnya itu.
410 .
Anak muda she Han ini jadi mengambil keputusan, nanti setelah menghadiri
pesta ulang tahun yang keenam-puluh tujuh dari jago Wong Tie Hian, yang
menjagoi daerah Kang-lam menurut perintah Khu Sin Hoo, kemudian nanti
menghadapi Po Po Siat seperti apa yang telah dijanjikan oleh Khu Sin Hoo pada
lima tahun yang lalu dengan. Po Po Siat itu ..... maka setelah semuanya itu beres,
Han Han bermaksud untuk mencari keluarganya dan berkumpul dengan ayahibunya itu, walaupun mereka telah gila ...... Nanti secara perlahan-lahan baru dia
mencari balas pada Thio See Ciang itu Kauw-coe Pek Bwee Kauw yang telah
membikin hancur rumah tangganya ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
KALAU sedang musim dingin, maka hujan salju turun terus menerus, dari
pagi sampai malam, sampai pagi lagi, salju tetap turun dengan hawa yang dingin
luar biasa. Dalam cuaca yang begitu buruk, jarang orang melakukan perjalanan.
Pedagangpun jarang keliar kota, karena dalam musim denikian, mereka beristirahat
di rumah bersama anak isterinya.
Tetapi, Han Han dan Thio In In telah melakukan perjalanan di dalam
turunnya hujan salju. Hal ini disebabkan pesta ulang tahun dari jago Kanglam
Wong Tie Hian telah hamp tiba. Maka, atas desakan Han Han, Thio In In jadi mau
melakukan perjalanan. Mereka melakukan perjalanan dengan memakai baju mantel
yang tebal juga menggunakan dua ekor kuda sebagai binatang tunggangan masingmasing.
Berhari-hari mereka melakukan perjalanannya akhirnya mereka tiba di
kampung Tiang-siang-chung, sebuah kampung yang terpisah lima lie dari tempat
tinggal Wong Tie Hian. Dan, di jalan yang menuju ketempat tinggal Wong Tie Hian, Han Han dan In
In sering menjumpai orang yang berpakaian seperti jago-jago di rimba persilatan.
Dan mungkin orang-orang itu ingin mengunjungi pesta ulang tahun jago she Wong
itu. Di kampung Tiang-siang-chung, Han Han dan In In beristirahat dulu,
mereka bermaksud bermalam satu malam di kampung ini karena pesta ulang tahun
Wong Tie Hian masih tertinggal empat hari lagi.
Mereka memilih sebuah rumah penginapan yang cukup besar dan bersih di
kampung tersebut. Waktu mereka memasuki rumah penginapan itu, di dalamnya
411 .
telah berkumpul banyak orang-orang dari rimba persilatan. Kedatangan kedua
muda-mudi ini tak banyak menarik perhatian orang-orang yang sudah ada di dalam
rumah penginapan tersebut, karena In In juga menyamar sebagai seorang
"pemuda." Seorang pelayan menyambut kedatangan Han Han dan In In.
"Berikan kami dua buah kamar yang bersih !" pinta Han Han pada pelayan
itu. Si pelayan mengiyakan, kemudian mengajak mereka keloteng, di mana
masing-masing diberikan sebuah kamar. Waktu menaiki tangga loteng itu, tiba-tiba
sikap Thio In In jadi gugup sekali, wajahnya berubah aneh sekali dan cepat-cepat
menyelinap ke belakang si pelayan, lalu cepat-cepat menaiki undakan tangga
loteng tersebut. Semua kelakuan si gadis tak bisa terlepas dari mata Han Han. Anak muda
she Han jadi heran berbareng bingung.
"Mengapa Cie-cie bersikap begitu?" pikirnya. Apakah dia melihat ada
musuhnya di dalam ruangan ini ?" Dan, Han Han menatap seluruh ruangan itu
sekilas, dia melihat orang-orang yang terdiri dari bermacam ragam dan pakaian
mereka juga ber-macam-macam tetapi semuanya menunjukkan bahwa orang-orang
itu adalah orang-orang dari rimba persilatan, dari kalangan Kangouw. Han Han
mengikuti si pelayan menaiki undakan tangga dan tak memperdulikan orang-orang
yang berada di ruangan bawah loteng.
Ketika telah berada di dalam kamar. Han Han masih memikirkan sikap Thio
In In yang aneh dan luar biasa itu, dia jadi tak habis mengerti. Maka dari itu,
saking tak bisa menahan perasaannya, dia jadi keluar dari dalam kamarnya dan
menuju kekamar si gadis she Thio itu.
Waktu sampai di muka kamar si nona Thio, Han Han jadi berdiri ragu. Dia
tak lantas mengetuk pintu tersebut. Didengarnya samar sekali didalam kamar itu si
nona Thio menarik napas. Han Han jadi tambah heran, rasa ingin tahunya jadi semakin besar dan
mandesak dirinya. Maka, diketuknya pintu itu.
Tak lantas terdengar penyahutan dari nona Thio itu, keadaan hening sekali,
hanya terdengar suara yang berisik dari orang-orang yang berada di bawah loteng.
Han Han mengetuk lagi daun pintu itu. "Siapa ?" terdengar nona Thio
bertanya dengan suara yang tergetar.
412 .
"Cie-cie ..... bukalah pintumu ini, aku ingin membicarakan sesuatu
denganmu !" menyahuti Han Han cepat.
Terdengar Thio In In menghembuskan napasnya dalam-dalam, kemudian
Han Han mendengar suara langkah kaki nona Thio itu. Waktu pintu terbuka, Han
Han masih sempat melihat wajah si gadis yang agak pucat. Tetapi Han Han tak
menanyakan hal itu, dia masuk ke dalam kamar si gadis dengan pura-pura tak
melihat wajah nona Thio yang agak luar biasa itu.
Thio In In telah menutup pintu karnarnya lagi, dia memutar tubuhnya sambil
memandang Han Han yang kala itu sudah duduk dikursi.
"Ada apa Lao-tee ?" tanya si gadis waktu dilihatnya Han Han masih berdiam
diri saja. Han Han agak sulit untuk memulai pertanyaannya, dia menatap si gadis Thio
itu dan kemudian menundukkan kepalanya.
"Cie-cie ..... aku ingin menanyakan sesuatu padamu, tetapi aku takut nanti
kau marah dan tersinggung .....!" kata anak muda she Han dengan suara yang
perlahan. Thio In In mengerutkan alisnya.
"Kenapa kau Lao-tee ?" tanyanya heran.
"Sebetulnya apa yang terjadi di dirimu " " Han Han menghela napas,
"Sebetulnya ini hanya soal kecil saja, tetapi aku kuatir Cie-cie sedang menghadapi
kesulitan dan membutuhkan pertolonganku !" kata Han Han sambil menatap In In
dalam. Si nona Thio berubah wajahnya, dia menundukan kepalanya dan wajahnya
itu guram sekali. "Tadi waktu memasuki rumah penginapan ini kulihat sikapmu agak aneh,
apakah kau menemui salah seorang musuhmu, cie-cie ?" tanya Han Han ketika
dihhamya orang berdiam diri.
Thio In In mengangkat kepalanya, dia menghela napas. Tetapi dia tidak
lantas menyahuti, kemudian dia menghampiri kursi yang lainnya dan duduk di situ.
"Katakanlah cie-cie kesulilanmu ..... mungkin adikmu bisa menolongmu !"
desak Han Han. Tiba-tiba Ia In mengangkat kepalanya, dia tertawa. Wajahnya telah berubah
cerah berseri-seri. "Kau aneh Lao-tee ! " katanya kemudian. "Mengapa kau bisa mempunyai
dugaan begitu " Padahal aku membawa sikap yang biasa, tak ada perobahan pada
413 .
diriku, atau mungkin juga kau terlalu was-was dan terlalu memperhatikan diriku,
sehingga kau menduga aku mengalami sesuatu kesulitan " "
Han Han jadi mengerutkan alisnya, dia tahu bahwa si gadis sedang berdusta.
Rupanya In In keberatan untuk menceritakan kesulitannya itu. Maka ketawa untuk
melenyapkan kekakuan di antara mereka.
"Ya, ya, mungkin aku yang terlalu menguatirkan keadaaamu, cie-cie!"
katauya mengalah. "Atau mungkin juga aku yang salah lihat tadi !"
Nona Thio juga tertawa, dia tak mengatakan apa-apa.
Han Han jadi tak enak hati berdiam lama-lama di kamar si gadis. Maka dari
itu, setelah bercakap-cajap sesaat lamanya, dia meminta diri untuk kembali ke
kamarnya. Waktu telah berada di dalam kamarnya kembali, Han Han jadi memutar
otak. Terang-terangan tadi dia melihat perobahan wajah In In waktu dia sedang
mau menaiki undakan tangga dan sikapnya tampak agak gugup, malah jelas Han
Han melihat wajah si gadis yang berubah muram, mengapa In In malah
mengatakan tak ada sesuatu yang tak terjadi " Tadinya Han Han mau menduga In
In menemui salah seorang musuhnya di dalam rumah penginapan ini, tetapi dugaan
itu jadi lenyap. Kalau memang In In betul menghadapi musuhnya, pasti dia akan
memberitahukan pada Han Han dan mereka dapat bekerja sama. Tetapi anehnya
sekarang nona Thio itu malah merahasiakannya, maka hal itu benar-benar aneh dan
tak dimengerti oleh Han Han. Semakin lama bergaul dengan Thio In In, dia jadi
merasakan banyak keanehan terdapat di diri gadis itu. Suatu keanehan yang sukar
untuk dipecahkan ...... Malam itu Han Han tak dapat tidur, dia guIak-gulik di
pembaringannya dengan pikiran bercabang-cabang ..... Dan yang membikinnya tak
mengerti, mengapa dia selalu jadi memikirkan diri Thio In In, itu cie-cie angkatnya
" Mengapa " Apakah dia telah jatuh cinta pada In In "
Memikir begitu, muka Han Han dirasakan sangat panas dan berubah merah
padam. Dia bersytikur di dalam kamar itu hanya ada dia seorang diri, coba kalau
ada yang melihat perobahan wajahnya dan mengetahui isi hatinya, betapa likatnya
dia. Malah dalam hati Han Han telah menggumam: "Akh, mengapa aku sampai
mempunyai pikiran begitu " Bukankah Cie-cie menyayangiku dengan setulus hati"
Kebaikan cie-cie yang sudah mau mengangkat saudara dengan diriku benar-benar
suatu budi yang tak bisa dilupakan, mengapa sekarang aku mempunyai pikiran
yang yang menyeleweng " Malah ..... urusan besar yang dibebankan oleh guruguruku masih belum selesai dan keluargaku masih kacau tak keruan rimbanya,
414 .
mana boleh aku memikirkan soal cinta"!" dan disebabkan dia berpikir demikian,
maka si penuda tersebut jadi agak tenang, dan akhirnya dia dapat tertidur jaga .....
walaupun di dalam tidurnya itu dia bermimpi mencium pipi Thio In In, itu cie-cie
angkatnya .....! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
HAN HAN jadi terbangun dengan terkejut waktu pendengarannya yang
tajam dapat menangkap suara yang luar biasa di atas kamarnya.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Dengan cepat Han Han melompat turun dari pembaringannya dan berdiri di
dekat jendela, dari mana dia dapat melihat keluar melalui lobang-lobang yang
banyak terdapat di jendela itu. Dilihatnya sesosok bayangan melompat turun dari
atas genting, kemudian menghampiri ke arah kamar Han Han.
Hal itu membikin anak muda she Han tersebut jadi heran, siapakah orang
asing itu yang rupanya ingin menyatroni dirinya " Han Han mementang matanya
lebar-lebar tetapi dia tak bisa melihat wajah orang itu, karena orang itu memakai
topeng yang berwarna merah, sehingga wajahnya tertutup. Hanya yang menambah
keheranan anak muda she Han itu, gerakan orang tersebut gesit sekail, sehingga
dapat diduga kepandaian oraug itu cukup tinggi.
Han Han cepat-cepat menyelinap kesamping jendela waktu orang itu sudah
lebih mendekati jendelanya, tetapi Han Han masih tetap memasang mata.
Dilihatnya orang itu mengintip ke dalam kamarnya. Terdengar orang
tersebut menghela napas. Han Han tahu, orang itu tentu kecewa, karena pada saat
itu kamar Han Han sangat gelap tak ada penerangan, sehingga orasg itu tak
mungkin dapat melihat keadaan dalam kamarnya.
Han Han memperhatikan terus gerak-gerik orang itu, dia jadi ingin
mengetahui apa maksud orang itu mengintip dan mengintai kamarnya. Sebetulnya
Han Han memergoki orang itu dan mencekuknya, tetapi ditahan maksud hatinya
itu. Hanya, Han Han mengawasi terus kelakuan orang. Yang mengherankan hati
Han Han, pada saat itu salju masih turun dengan derasnya, tetapi orang itu masih
berdiri menjublek dibawah hujan salju.
Terdengar orang bertopeng itu telah menghela napas lagi. Kemudian setelah
menundukkan kepalanya mengintip di lobang jendela, orang itu lalu memutar
tubuhnya berlalu. 415 .
Han Han tambah tertarik, dia cepat-cepat meringkaskan pakaiannya,
kemudian melompat keluar dari jendela dan mengejar orang itu untuK
membuntutinya. Orang itu bukan keluar dari rumah penginapan, hanya melompati
pekarangan yang sebelah kanan, kemudian menuju ke sebuah kamar. Di mana
orang tersebut menghampiri kamar itu dengan langkah kaki berindap-indap.
Han Han menguntit terus orang itu, dia telah bersembunyi di atas pohon
yang terdapat di dekat tempat itu, sehingga dia leluasa mengawasi tindak-tanduk
orang itu. Gin-kang Han Han telah mencapai puncak kesempurnaan, sehingga dia
dapat bergerak dengan ringan tanpa diketahui oleh orang yang dikuntitnya.
Orang bertopeng itu telah menurdukkan kepalanya dan agak
membungkukkan tubuhnya untuk mengintip ke dalam kamar itu. Tetapi, begitu dia
mengintai kedalam, begitu terdengar suara bentakan "Siapa "!"
Dari gerakan tubuh orang itu yang melompat keluar seorang anak muda
yang berpakaian serba putih, bajunya ringkas sekali, hawa dingin dari hujan salju
seperti tak dirasakannya.
"Berhenti !" teriak anak muda yang baru keluar dari kamarnya. Dan, dia
bukan hanya membentak, tapi tangannya telah bergerak melemparkan senjata
rahasia. Senjata rahasia itu menyambar dengan cepat ke arah orang bertopeng, yang
berusaha melarikan diri, dan terpaksa orang bertopeng itu mengelakkan senjata
rahasia yang menyamber kearahnya. Disebabkan dia berkelit, gerakkan tubuhnya
jadi terhambat dan dengan sendirinya dia jadi kena dicandak oleh anak muda yang
baru keluar dari kamar itu.
"Siapa kau?" bentak anak muda itu waktu orang bertopeng tersebut tak bisa
melarikan diri lagi. "Mau apa kau mengintai kamarku?"
Orang bertopeng itu mendengus, matanya yang tak tertutup oleh topengnya
itu berkilat tajam. "Ada hak apa kau melarang aku pergi kemana kusukai?" balas tegur orang
itu. Anak muda berpakaian serba putih jadi melengak, wajahnya jadi berubah.
"Eh ..... kau?" tergetar suaranya.
Tetapi orang bertopeng itu telah menggunakan kesempatan memutar
tubuhnya dan melarikan diri.
416 .
Han Han yang menyaksikan dari atas pohon, jadi tambah heran. Bukan
kamar pemuda berbaju putih itu saja yang diintai oleh orang bertopeng, tetapi
kamar Han Han juga tadi diintainya. Apakah orang bertopeng itu sedang mencari
seseorang" Sedangkan anak muda berpakaian serba putih, jadi terkejut waktu melihat
orang bertopeng itu akan melarikan diri. Dia menjejakkan kakinya mencelat
mengejar. Kepandaian kedua orang itu berimbang, tetapi pada suatu waktu, anak
muda itu menggertak dengan sambitan senjata rahasia, sehingga terpaksa orang
bertopeng itu menghentikan larinya dan berkelit dari sambaran senjata rahasia.
Dan, disebabkan itulah maka dia kena dicandak kembali oleh anak muda berbaju
putih. Selama itu Han Han tetap menguntit.
"Kau ..... kau ..... apakah kau In-moy?" tegur anak muda berbaju putih itu.
"Hmmm ..... !" orang bertopeng itu mendengus, matanya mencilak,
kemudian tanpa berkata, dia memutar tubuhnya dan akan melarikan diri lagi.
Anak muda berbaju putih itu terkejut, dia menjejakkan kakinya, dia
menjambret lengan orang bertopeng itu.
"In-moy .....! Bukankah kau?" tegurnya sambil berusaha menjambret topeng
orang dengan menggunakan tangan kirinya.
Tetapi orang bertopeng itu cukup gesit, dia mengelakkan jambretan tangan
anak muda berbaju putih, kemudian dia membalikkan tubuhnya akan berlari lagi.
Anak muda berbaju putih itu jadi semakin yakin, bahwa orang bertopeng itu
pasti In-moynya ....., maka dari itu cepat-cepat dia mengejarnya lagi, sehingga
mereka jadi main kejar-kejaran dan tanpa mereka sadari, mereka telah berlari
keluar dari rumah penginapan cukup jauh ..... juga udara dingin dari hujan salju itu
seperti tak dirasakan oleh orang bertopeng dan anak muda berpakaian serba putih.
Sebetulnya Han Han sudah ingin kembali kekamarnya dan tak bermaksud
menguntit terus, tetapi waktu menyaksikan bagaimana orang bertopeng itu
mengelakkan jambretan anak muda berbaju putih itu dengan gerakkan yang
mudah, Han Han merasakan pernah melihat gerakkan semacam itu, sehingga
bayangan seseorang jadi membayang dikelopak matanya dan waktu dilihatnya
orang bertopeng dan anak muda berpakaian serba putih itu saling kejar mengejar
lagi, Han Han jadi menguntit terus.
"Apakah dia "!" pikir Han Han waktu dia mengejar untuk menguntit. "Tetapi
..... kalau dia mengapa dia harus mengintai kekamar-kamar orang lain" Apa
417 .
maksudnya?" dan Han Han benar-benar heran dan tak mengerti, dia jadi bingung.
Untuk sesaat dia masih menguntit terus.
Tiba-tiba suatu ingatan kembali menyelinap ke dalam kepalanya, maka
dengan cepat dia membalikkan tubuhnya dan kembali ke rumah penginapan. Dia
langsung menuju ke kamar Thio In In, Diketuknya pintu kamar.
Tak ada penyahutan. Hati Han Han jadi berdebar.
"Akh ..... dia tak ada dikamarnya ?" gumam Han Han dengan hati yang
bertambah bingung. "Apakah dia itu, adalah Cie-cie ?" dan yang dimaksud oleh
Han Hai dengan 'dia', adalah orang bertopeng itu. Han Han penasaran sekali,
diketuknya lagi pintu kamar Thio In ln, tetapi tak terdengar sahutan dari dalam.
Dengan kesal Han Han memutar tubuhnya, dia bermaksud kembali ke
kamarnya. Tetapi, mata Han Han yang jeli dapat melihat sesosok bayangan
berkelebat didekat kamar itu, gesit sekali bayangan itu. Maka dengan cepat Han
Han melompat mengejar. Waktu sudah dekat, ternyata bayangan itu orang
bertopeng tadi. Di belakangnya masih mengejar anak muda berbaju putih.
"Dugaanku mengenai orang bertopeng itu mungkin benar mungkin juga
tidak. Tetapi ..... kalau memang ternyata orang bertopeng itu memang 'dia',
bukankah aku memandangi saja 'dia' mengalami kecelakaan di tangan anak muda
berbaju putih itu" Ach, lebih baiK aku turun tangan untuk menghalang-halangi
anak muda berbaju putih itu menurunkan tangan jahat .....!" dan karena berpikir
begitu, Han Han mengempos semangatnya dan dengan tiga kali menjejakan
kakinya, dia telah melambung tinggi dan tahu-tahu telah berada di belakang anak
muda berbaju putih. Tetapi Han Han tak lantas berhenti menghadang, dia menjejakan kakinya
lagi, tubuhnya mencelat lagi dengan kegesitan yang luar biasa melampaui orang
bertopeng dan anak muda berbaju putih itu. Hanya sebelum berlari menghilang, di
saat dia sedang melewati anak muda berbaju putih itu, dia mengulurkan tangannya
dan menepuk punggung anak muda berbaju putih itu agak keras, sehingga
menimbulkan suara 'dukkk' yang nyaring, kemudian tampak tubuh si-anak muda
berbaju putih terjungkal. Orang bertopeng terus juga berlari dan dihatinya dia
berterima kasih pada sesosok bayangan yang sukar dilihat wajahnya, karena
sesosok bayangan itulah yang telah menolongnya. Karena anak muda berbaju putih
itu terjungkal dan terguling disalju maka dengan mudah orang bertopeng itu
terlolos dari kejaran, anak muda berbaju putih itu. Malah waktu anak muda berbaju
418 .
putih itu telah bangun, di sekelilingnya sangat sepi. Dia jadi mendongkol
berbareng heran karena dia mengetahui benar bahwa ada orang yang menolong si
pemakai topeng itu, hanya disebabkan gerakan orang yang memberikan
pertolongan pada orang bertopeng itu maka anak muda berbaju putih itu tak bisa
melihat wajahnya. Pada saat itu salju masih turun, udara dingin sekali. Tubuh anak muda
berbaju putih agak menggigil, dan dia memutar tubuhnya untuk kembali ke dalam
kamarnya. Di dalam hatinya, dia memaki kalang kabut-an, tetapi untuk mencari
dan mengejar bayangan yang telah menoloagi dan membantu orang bertopeng itu,
maka si-anak muda berbaju putih jeri dan dia mengetahui benar, kalau tadi orang
asing itu bermaksud mencelakai dirinya atau memaui jiwanya, niscaya padi saat ini
anak muda berbaju putih itu telah tak bernapas dan terbujur disalju .....! Mengingat
itu, mengingat kepandaian orang lihai luar biasa dan sukar diukur, anak muda
berbaju putih tadi jadi menggigil .....dan waktu sampai di kamarnya, dia memeriksa
seluruh kamarnya dan anak muda berbaju putih itu memperoleh kenyataan tak ada
satupun barangnya yang lenyap. Maka setelah mengunci jendela dan daun pintu
rapat-rapat, anak muda berbaju putih itu merebahkan dirinya di pembaringan
dengan hati gelisah ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
HAN HAN sendiri waktu telah lari melewati anak muda berbaju putih, dia
memutar tubuhnya dan berlari kearah jurusan utara, dia menpambil jalan yang
menikung begitu disebabkan anak muda she Han tersebut ingin menghadang orang
bertopeng yang diketahui oleh Han Han melarikan diri dengan mengambil jalan
itu, Dan, benar saja, baru saja Han Han berlari sesaat lamanya, tampak di
kejauhan orang bertopeng sedang berlari menuju ke arahnya. Cepat-cepat Han Han
menghadang di hadapan orang bertopeng itu.
Orang bertopeng itu waktu melihat Han Han yang muncul dengan tiba-tiba
di depannya, dia jadi mengeluarkan seruan kaget dan memutar tubuhnya untuk
melarikan diri lagi. Tampaknya dia ketakutan untuk bertemu dengan Han Han.
Melihat kelakuan orang, Han Han mendengus, dia ketawa tawar. Kemudian
dengan menjejakkan kakinya, Han Han mencelat mengejar, dia mengerahkan Ginkangnya, sehingga tubuhnya mencelat bagaikan terbang.
419 .
Orang bertopeng itu jadi mengeluarkan seruan kaget waktu mengetahui Han
Han, telah berada dekat di belakangnya, dia mengerahkan tenaganya untuk
melarikan diri secepat mungkin, tetapi toh akhirnya ia merasakan siliran angin
yang melalui sisi dirinya, orang bertopeng itu jadi mengeluh, karena segera juga
dia mengetahui Han Han telah menghadang di hadapannya.
"Ciecie .....!" kata Han Han dengan suara yang nyaring dan anak muda she
Han ini ketawa lebar. "Mengapa kau harus menyamar begitu macam dan
tampaknya takut sekali bertemu denganku ?"
Orang bertopeng itu mendengus, matanya yang tak tertutup oleh topengnya
mencilak. "Siapa cie-ciemu ?" tegurnya dengan suara yang dingin.
Han Han ketawa lagi. "Jangan begitu Cie cie ..... apakah di hadapan adikmu ini kau masih mau
pura-pura sebagai orang lain ?" kata Han Han cepat.
"Hmmm ..... siapa yang mau pura-pura terhadapmu ?" tanya orang bertopeng
itu dingin. "Lebih baik kau cepat-cepat menggelinding dari hadapanku !"
Han Han jadi melengak. "Heh ..... kau benar-benar bukan Cie-cie ku ?" tanyanya sambil mengawasi
dengan tajam, seakan-akan ingin menembusi topeng orang dengan sorot matanya
itu. "Apakah kau benar-benar bukan Cie-cie Thio In In?"
Orang bertopeng itu kembali mendengus.
"Kenapa kau seperti orang gila datang-datang memaksa diriku agar
mengakui aku ini sebagai enciemu itu "!" tanya orang itu dingin, nyata dia tak
senang. "Cepat enyah dari hadapanku .....!"
"Tetapi ..... " dan Han Han mengawasi potongan tubuh orang bertopeng itu,
dihhatnya tubuh orang itu mempunyai potongan yang sama dengan potongan tubuh
Thio In in, maka Han Han tambah yakin, orang bertopeng ini pasti Thio In In. Apa
lagi kalau di dengar suaranya, yang cara-cara berkatanya sama dengan Thio In In.
Hanya .....yang membikin Han Han tak mengerti, mengapa gadis she Thio itu
seperti ingin menghindarkan diri dan padanya ..... padahal kalau memang Han Han
mengingini untuk menjambret topeng orang, hal itu sama mudahnya dengan
membalikkan telapak tangannya sendiri, tetapi Han Han takut kalau orang itu
benar-benar Thio In In dan disebabkan terbuka topengnya itu, si nona Thio jadi
tersinggung. Maka dari itu, Han Han jadi tambah bingung.
"Kau mau menyingkir tidak ?" bentak orang bertopeng itu lagi.
420 .
Han Han menghela napas, dia menatap sekali pada orang bertopeng itu,
kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia memutar tubuhnya dan berlalu
..... orang bertopeng itu jadi berdiri menjublek ditempatnya mengawasi orang
berlalu, sampai akhirnya bayangan Han Han lenyap. Orang bertopeng itu menghela
napas, dia melangkah perlahan-lahan menyusuri jalan itu ..... seakan-akan ada yang
mengganggu pikirannya dan sedang dipikirkannya. Malah waktu dia menarik
napas lagi, tarikan napasnya itu sangat menyedihkan, dan akhirnya orang
bertopeng itu menyenderkan tubuhnya di sebuah batang pohon yang terdapat di
dekat situ, kemudian matanya memandang jauh dengan sorot mata yang hampa .....
mengandung kesedihan yang sangat.
Lama juga orang bertopeng itu berdiri menyender di pongkot pohon, sampai
di suatu ketika dengan tiba-tiba, orang bertopeng itu menjerit dengan suara
menyayatkan dan tubuhnya menceiat tinggi, kemudian berlari-lari dengan cspat .....
seakan-akan ingin melampiaskan perasaan yang mengganjel di hatinya. Bayangan
orang bertopeng itu lenyap di tikungan, dan hujan salju masih terus turun dengan
deras ..... *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya

Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments