Minggu, 16 September 2018

Cersil Baru : Tamu dari Gurun Pasir 3

=======
baca juga


Bab 29 MARILAH kita tinjau perjalanannya Hui-hui Taysu
serta Pek-ho Totiang dengan rombongannya padri dan imam itu.
Dengan hati dan perasaan tegang padri2 dan
imam2 ini datang ke tempat berbahaya itu hanya semata2 untuk memenuhi perjanjian. Mereka tahu benar bahwa orang berkedok tinggi besar itu dalam waktu sekejapan bisa mengambil jiwa lima orang ketua dari lima partai besar tanpa berkedip, kepandaian orang tinggi besar itu sudah cukup mengejutkan. Meskipun setengah tahun belakangan ini setiap orang hampir siang hari malam tidak berhentinya melatih ilmu kepandaian masing2, dan dari sebab itu kepandaian mereka maju banyak tentunya. Tetapi siapakah yang dapat mengukur sampai dimana kepandaian yang telah dicapai oleh bakal lawaanya, si orang berkedok itu selama dalam jangka waktu yang sama itu".
Hui-hui Taysu sebagai orang yang sudah
mempunyai banyak pengalaman, kecuali membawa
empat padri yang beribadat tinggi dari bagian panyimpan kitab, dengan tiga orang Tiang-lo dari partainya, pun 1111
masih memerlukan minta bantuan Susioknya, orang yang selama hidupnya itu belum pernah mencampuri urusan dunia kang-ouw. Dimintainya bantuan Susiok itu, supaya apabila keadaan terlalu memaksa, dapat dia memberikan bantuannya.
Setibanya didaerah puncak gunung Ban-kiap-hong,
rombongan itu tidak menemukan dimana letaknya pusat perkumpulan Thian-cu-kauw.
Bukan cuma tiada terdapat bangunan rumah, pun
tiada tertampak orang2 yang datang menyambut. Maka Hie-leng Totiang dari Kun-lun-pay lalu berkata dengan sengit. "Ini benar2 terlalu kurang ajar! Kita yang memerlukan datang secara laki-laki untuk memenuhi perjanjian, tidak nyana orang2 busuk itu satu orangpun tidak ada yang datang menyambut. Dari sini kita bisa mengetahui perkumpulan itu memang bukannya perkumpulan orang baik2"
Mendadak dari samping jalan yang sedang mereka
lintasi muncul dua orang yang lalu berkata disertai dengan roman ketawanya yang garang. "Sekalipun
orang2 dari golongan penjahat, juga ada tata tetibnya sendiri. Begitupun dengan kami, dimana ada aturan tidak 1112
menyambut orang yang datang diundang" Tuan2
sekalian sesungguhnya terlalu pandang tinggi diri sendiri!"
Tatkala Hie-leng Totiang mengawasi orang itu,
segera dapat dikenalinya, kedua orang itu kiranya adalah dua iblis golongan hitam, yakni Hwee-san Koay-khek dan Mo-kiong Toa-nio. Maka imam ini lantas berkata sambil ketawa ber-gelak2 "Selamat bertemu! Aku tidak sangka kalian dua orang ini juga sudah menjadi orang
pentingnya Thian-cu-kauw".
Mo-kiong Toa-nio pentang matanya lebar2 dan
berkata sambil ketawa dingin: "Hari ini, kalian yang datang kemari adalah tetamu bagi kita pihak tuan rumah.
Mata nyonyamu juga merasa tidak perlu adu lidah disini.
Silahkan masuk!" Berkata demikian, kakinya menyingkir sedikit dan
tangannya menyilahkan rombongan itu memasuki
lembah. Hui-hui Taysu dan Pek-ho Totiang adalah orang2
kang-ouw ulung. Dalam pengalaman sudah boleh
dikatakan kawakan. Begitu melihat keadaan lembah yang bagaikan baskom, dengan dikitari oleh tebing2 gunung 1113
yang menjulang tinggi, tahu bahwa itulah satu2nya jalanan buat masuk kesitu. Apabila mereka ada niat jahat atau telah rancangkan akal keji, untuk dapat mundur atau keluar dari lembah tersebut, sesungguhnya
bukanlah soal yang mudah.
Dua orang itu hampir mempunyai pikiran serupa,
hingga satu sama lain saling berpandangan. Sejenak cuma dan kedua orang ini, yang kedua-nya sebagai
pemegang jabatan pemimpin atau ketua, sudah barang temtu pada saat itu tidak bisa memperlihatkan perasaan jeri hatinya.
Hui-hui Taysu dengan sikap sungguh2 telah
menyebut nama Buddha, lalu berpaling dan memberi
pesanan pada empat padri dari bagian penyimpan kitab:
"Hui-kak, kau ajak tiga temanmu, tunggu disini saja"
Hui-kak berempat, sudah mengetahui maksud
dalam kata2 ketuanya itu, maka seketika menjawab
dalam sikapnya yang terlalu hormat. "Kami menurut perintah Ciang-bunjin"
Dan keempat orang ini lantas berdiri sambil
lonjorkan kedua tangan masing-masing dan kemudian 1114
duduk bersila bagai menutup dengan sengaja mulut
lembah tersebut. (dw-kz) Jilid Ke 12 HWEE-SAN Koay-khek yang menyaksikan perbuatan
orang2 Siauw lim-pay itu, ketawa ber-gelak2, kemudian dengan suara yang mengandung ejekan dalam, berkata
"Tidak kecewalah Siauw-lim-pay menjadi partai yang memimpin seluruh rimba persilatan. Di dalam segala hal kulihat orang"nya selalu menjaga orang2 yang hendak membokong. Akan tetapi, buat Thian-cu-kauw jauh sekaii berlainan dengan golongan atau partai2 yang lainnya"
Hui-hui Taysu hanya ganda dengan senyumannya,
agaknya segan ketua Siauw-lim pay ini berdebat dengan orang Thian-cu-kauw itu.
Terus dengan memimpin rombongannya, berjalan
menuju ke dalam lembah. Di-tengah2 lembah tersebut, oleh pihak tuan rumah telah disediakan satu tempat yang berbentuk semacam tempat untuk bertanding, sedang di kedua sisinya khusus dibuatkan dua tempat untuk mengaso.
1115 Hui-hui Taysu serta rombongannya, tanpa
sungkan2 lagi mengambil tempat duduknya sendiri2.
Hwee-san Koay-khek dan Mo-kiong Toa-nio juga
lantas menghampiri dan dengan suara rendah mereka berkata berbareng: "Kaucu kami tidak lama lagi akan datang, harap Taysu dan Totiang suka menunggu
sebentar" Hui-hui Taysu adalah seseorang beribadat tinggi.
Dengan sendirinya, kesabarannya luar biasa, agaknya tidak gusar dia mengetahui sikap sombong Kauwcu itu, hanya menyahutinya saja dan selanjutnya duduk
menantikan. Mendadak terdengar suara orang bicara ribut2.
Pek-tok Hui-mo. bersama seorang nenek yang
berdandan aneh itu datang ke lembah dengan jalan
berendeng. Di belakangnya mengikuti serombongan
orang, Setiba orang2 ini di depan rombongan imam dan
padri, lalu sang ketua berkata sambil ketawa:
"Kedatangan tuan2 sebagai tamu2 "agung' membuatku si orang she Lim yang mempunyai kesempitan tidak keburu 1116
menyambut sendiri harap tuan2 suka memaafkan se-
banyak2nya". Iblis itu meski mulutnya keluarkan kata2 yang
demikian merendah, akan tetapi gerak geriknya
memperlihatkan wataknya yang jumawa, kemudian
tampak dia angkat tangan, mempersilahkan nenek2 itu masuk, sedang ia sendiri berjalan belakangan dan duduk di tempat yang disediakan khusus bagi tuan rumah, kemudian di tempat duduknya ini berkata pula: "Didalam dunia kang-ouw" katanya, "telah ramai tersiar kabar yang mengatakan bahwa aku si orang she Im bermaksud ingin menjagoi dunia kang-ouw. Sebetulnya aku si orang she Im sama sekali tidak mempunyai maksud seperti itu.
Benar, Thian-cu-kauw memang pernah turun tangan
untuk memberi peringatan pada beberapa orang
tertentu, tapi itu hanya suatu perbuatan, sebagai kewajiban untuk menertibkan dunia kang-ouwr saja.
Umpama kata, kejadian seperti hari ini. Partai Siauw-limpay dan partai lainnya golongan Hian-bun, kalau tidak sudi bergabung dengan perkumpulan kami, aku si orang she Lim juga takkan memaksa. Cuma, Siauw-lim-pay dan partai2 golongan hian-bun lainnya, karena sudah berani 1117
bersikap bermusuhan dengan perkumpulan kami, sudah tentu meski mempunyai kepandaian yang bisa diagulkan.
Aku si orang she Im, dengan kebijaksanaanku sekarang memberi kesempatan untuk kalian untuk memperlihatkan kepandaian masing2, biar bagaimana supaya kalian nanti bisa tunduk benar2. Saat itulah kalian akan tahu bahwa perintah dari Thian-cu-kauw seperti juga firman Tuhan yang tidak boleh dibantah"
Perkataan itu boleh dibilang merupakan suatu
kesombongan yang tiada ada taranya.
Hui-hui Taysu dan Pek-ho Totiang sebagai orang2
yang beribadat tinggi, masih dapat bertahan dalam kesabarannya, tetapi Hie-leng Totiang dan lain2nya, sudah merasa amat terhina, hingga perasaan gusar bagai meluap melewati takaran, dengan mata beringas Hie-leng Totiang lebih dulu membentak dengan suara keras:
"Tak usah buka mulut besar! Toyamu hari ini jikalau tidak bisa mengambil kembali bendera perserikatan dan kitab Tat mo-keng selamanya tidak akan muncul didunia kang-ouw lagi"
1118 Pek-tok Hui-mo ketawa ber gelak2, kemudian
berkata: "Kau ternyata ada seorang berambekan besar, sungguh hebat!"
Kauwcu ini lalu ulapkan tangannya dan berkata
kepada orang2 nya: "Bawa kemari!"
Sebentar kemudian muncul disitu dua anak kecil,
membawa nampan warna merah yang di dalamnya
terlihat ada kitab Tatmo-keng yang dibalut oleh kain kuning serta bendera perserikatan dari golongan partai Hian-bun.
Kedua rupa barang itu lantas diletakkan di atas
meja. Pada saat ini Pek-tok Hui-mo berbangkit, dengan
suaranya yang keras berkata: "Aku si orang she Im selalu memenuhi tiap kata yang pernah keluar dari mulutku.
Karena sudah berjanji kepada kalian, minta kalian datang kemari untuk mengambil barang2 ini, sudah tentu aku akan dapat memegang kepercayaan atas nama baikku.
Seperti kata satu peribahasa, tuan rumah selalu
mengiringi kehendak tamunya, kalian semua hari im adalah tamuku, maka lagi menggunakan cara bagaimana 1119
untuk kalian dapat mengambil kembali dua rupa barang ini, boleh terangkan saja"
Hui-hui Taysu jaag menyaksikan kesombongan
kauwsu itu, mengetahui hahwa dalam urusan hari itu pasti tak dapat diselesaikan dengan cara damai. Maka seketika itu lantas tertampak berkerut keningnya, dan berkata dengan suara nyaring: "Waktu sudah siang, menurut pikiran pinceng, kita mengadakan dulu tiga babak pertandingan untuk menetapkan siapa yang kalah dan siapa yang menang"
Thian-cu-kauw Kauwcu iiu lantas ketawa ter-bahak2
dan kemudian berkata: "Taysu sesungguhnya memang
satu orang gagah yang suka berterus teramg. Bagus, bagus! Dipihak kimi akan diwakili olehku sendiri, Hu Kauwcu Beng Sie Kie dan Kiu-ban-po ini. Untuk pihak kalian, silahkan tunjuklah yang mana saja. Cuma kita harus terangkan lebih dulu, jikalau pihak kalian dapat menangkan dua babak, barang ini boleh kalian ambil kembali, tapi bagaimana andainya pihak kalian tidak mendapat kemenangan?"
Hui-hui Taysu tercengang agaknya, sedang Pek-ho
Totiang yang berada di samping Taysu ini lantas
1120 menyambuti sambil ketawa panjang: "Apa masih perlu dijelaskan lagi" Menurut hukum alam yang kuat akan tinggal hidup dan yang lemah akan mati. Kalau pihak kami yang kalah, terserah bagaimana kalian suka
berbuat" Oleh karena Pek-ho Totiang sudah pernah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri kekejaman
Kauwcu itu, maka ia tahu apabila pihaknya sendiri mendapat kerugian, sudah tentu tidak ada harapan bisa keluar dari lembah itu dalam keadaan masih bernyawa.
Demikianlah tadi ia lantas menyatakan pendepatnya secara sejujurnya.
"Tidak perlu sampai kita menempuh jalan kematian.
Asal kalian mau gabungkan diri dengan perkumpulan kami, barang ini sekarang juga beleh kalian ambil kembali" Kata sang Kauwcu dengan suara agak lunak.
Hie-leng Totiang ketua barunya Kun-lun-pay, yang
beradat paling beringasan, mendadak lompat dari tempat duduknya dan mencelat ke atas panggung. Dengan suara nyaring imam Kun-lun-pay ini membentak: "Banyak
bicara tak berguna! Lebih baik kita tentukan kekuatan kita dalam pertandingan!"
1121 Thian-cu-kauw Kauwcu mengawasi ketua Kun-lun-
pay itu dengan sikap acuh tak acuh, lalu berkata dengan suara mengejek: "Segala kepandaian cuma sebegitu juga berani dipertontonkan dihadapan muka kami, benar2
tidak tahu diri! Perbuatan kalian yang dengan gegabah berani memasuki lembah Loan phiau-kok, rekening ini sampai sekarang masih belum kita perhitungankan!"
Sehabis berkata, kepada Hwee-san Koay-khek
memberi isjarat tangan dan orang tua ini lantas lompat dari tempat duduknya dan tahu2 sudah berdiri dihadapan ketua Kun-lun-pay itu. Di atas panggung berkata: "Mari, mari! Aku suka mengawani kau main2 beberapa jurus saja".
Hie-leng Totiang yang mengandalkan ilmu pedang
Yu-liong Kiam-hoat dari golongan Kun-lun-pay nya, lalu keluarkan pedang, kemudian mempersilakan Hwee-san Koay-khek membuka serangan lebih dulu.
Hwee-san Koay khek lalu mengeluarkan senjatanya
yang aneh, berupa payung berapi.
Orangnya Thian cu-kauw ini tanpa sungkan2 lagi
sudah pentang payungnya lebar2 dan lantas
melancarkan serangan beruntun sampai sebelas kali.
1122 'Payung berapi' itu apabila diputar cepat oleh
pemiliknya, di tengah udara lantas bisa menimbulkan kabut warna merah. Keadaan di sekitar situ lantas bisa timbul angin panas, kalau menyentuh badan orang akan merasa bagai terpanggang diapi karena itu pulalah senjata tersebut dinamakan 'payung berapi'
Hie-leng Totiang meskipun sangat gegabah berani
menantang lebih dahulu, tetapi sebetulnya imam inipun mengerti bahwa dalam pertandingan itu bukan cuma
penting artinya bagi nama baik partainya sendiri, pun hubungannya dengan mati hidupnya enam partai
golongan Hian-bun tak dapat dipastikan. Maka pada sesi itu, dalam pertandingan melawan Hwee-san Koay-khek itu, ia bila berlaku hati2 sekali. Pun dalam memainkan pedang Yu-liong-kiam ia kerahkan tenaga seluruhnya.
Dengan cepat namun tertampak perlahan, dia telah
keluarkan serangan pedangnya sampai dua belas kali.
Karena sangat cepatnya gerakan itu, saat itu cuma kelihatan berkelebatnya sinar pedang yang tersorot sinar matahari, ber-kelebat2 diantara senjata musuh.
1123 Kedua pihak masih merupakan orang2 ternama
dalam kalangan persilatan. Petempuran itu boleh dikata sudah sengit sekali.
Dalam pertempuran satu lawan satu, jauh bedanya
dengan pertempuran biasa. Boleh dibilang, begitu
bergebrak, sudah bertekad untuk adu jiwa.
Kalau Hwee-san Koay-khek dulu pernah dikalahkan
oleh pemuda Lim Tiang Hong. berlainan sekali
keedaannya dengan waktu ini, sudah timbul niatnya akan menebus kekalahannya dulu itu di hadapan Kauwcunya.
Tidaklah mengherankan, apabila pada setiap kali
penyerangannya dilakukan dengan sangat kejam dan
ganas. Hampir dikeluarkannya seluruh kepandaiannya.
Begitupun, kekuatan tenaganya, telah digunakan
habis2an. Pertandingan makin lama nampak makin sengit.
Setelah berlangsung kurang lebih enam puluh jurus, permainan Yu-liong Kiam-hoatnya Hie-leng Totiang perlahan2 mulai kendur, sedang hawa panas yang keluar dari payung berapinya Hwee-san Koay-khek makin lama makin terasa panas di tempat sekitarnya.
1124 Hui-hui Taysu dan Pek-ho Totiang sekalian mulai
merasa kuatir atas keselamatan kawannya, sedang Hie-leng Totiang sendiri agaknya mengerti bahwa hatinya pada saat itu dirasakan tenang bukan main.
Mendadak berubah arah tusukan pelangnya.
Setelah beberapa kali menikam terus menerus, memaksa Hwee-san Koay-khek mundur, kemudian baru berhasil sedikit pedangnya sudah meluncur ke depan lagi,
mengancam dada lawannya. Dengan perubahan geraknya itu benar saja dia
berhasil dan dapat mengimbangi kekuatan pihak lawan.
Tetapi Hwee-san Koay-khek orangnya sangat licik.
Tatkala mendapat tahu lawan merubah siasat, segera mengetahui Hie-leng Totiang yang sudah kerepotan itu ingin memperbaiki posisinya sampai begitu bernapsu dalam tindakannya mengadu jiwa.
Sudah barang tentu, orang yang begitu licik sebagai Hwee-san Koay khek, se-bisa2 terus menghindarkan diri untuk tidak sampai sama2 terluka.
Setelah menantikan sampai Hie-leng Totiang sudah
kehabisan benar2, barulah Hwee san Koay-khek
mengadakan penyerangan secara gencar.
1125 Diantara sinar2 kelebatan yang merah warnanya,
diselangi suara gerakannya, badan Hie-leng Totiang telah dibikin terpental oleh lawannya sampai setinggi setombak lebih untuk kemudian jatuh ke bawah panggung dan
tewas jiwanya seketika itu juga.
Gugurnya Hie-leng Totiang menggemparkan
keadaan di pihak padri dan imam. Orang2 dari golongan Hian-bun tiada satu yang tak berbangkit, tak seorang yang tiada mencabut senjata.
Pek-ho Totiang yang menyaksikan kemurkaan


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

kawan2nya, dengan sikapnya yang agung berwibawa
pun berbangkit, kepada kawan2 seiringnya itu berkata:
"Toyu sekalian mohon supaya suka duduk di tempat
masing2 dulu, jangan berlaku sembrono dan jangan
ulang kesalahan yang sudah2"
Biar bagaimana Pak-ho Totiang adalah kepala
rombongan. Ucapan yang keluar dari mulutnya, lantas mendapat perhatian semua bawahsanya semua mata
lantas ditujukan memperhatikan apa yang akan
dikatakan Totiang tersebut kemudian.
Di pihak Thian-cu-kauw, meskipun Hwee-san Koay-
khek sudah mendapat kemenangan, akan tetapi Pek-tok 1126
Hui-mo tidak memperlihatkan sikap senangnya. Dengan tindakan lambat2 berjalan keluar dari tempat duduknya.
Dihadapan orang2 partai Hian-bun berhenti dan lalu berkata sambil tertawa ter-bahak2: "Tak usah bingung sobat2 sekalian. Kali ini, meskipun pihak tuan rumah mendapat kemenangan, tapi tidak termasuk dalam tiga babak pertandingan yang tadi dijanjikan ini. Kalian boleh pilih lagi 3 orangmu untuk menetapkan kalah menangnya dalam pertandingan nanti"
Selagi Pek-ho Totiang mau buka mulut, dari mulut
lembah tiba2 meluncur datang seseorang. Setelah
mencapai bumi, orang itu tertawa ber-gelak2 dan
kemudian baru berkata: "Sudah lama aku sabetulnya kepingin menyaksikan ilmu silat daerah Tiong-goan. Hari ini sungguh beruntung nasibku, ada banyak kawan
berkumpul disini. Siapakah kiranya ingin maju lebih dulu untuk main2 beberapa jurus denganku?"
Orang yang tak memandang dan datangnya secara
mendadakan itu benar2 mengejutkan, baik di pihak tuan rumah, maupun untuk pihak imam dan padri. Ketika
semua mata ditujukan pada tetamu yang tak diundang itu, ternyata adalah seorang Kongcu yang berdandan 1127
sangat parlente. Kongcu ini terus berdiri di tengah2
kalangan sambil mengawasi orang2 di sekitarnya.
Sikapnya nampak sombong sekali, agaknya sudah tidak pandang mata semua jago2 yang hadir di situ.
Pek-tok Hui-mo dulu sudah pernah mendapat kabar
dari anak buahnya yang mengabarkan, ada seorang
Kongcu parlente, pernah bertempur bahu membahu
dengan Lim Tiang Hong dalam perlawanan mareka
menumpas orang2nja. Kabarnya dia adalah Kongcu dari Tho-hoa-to. Kini melihat dandanannya yang begitu serba mewah, pemuda yang dimaksu itu mungkin adalah dia.
Pulau Tho-hoa-to, yang terletak di luar benua
Tiongkok, kabarnya ditinggali oleh satu orang yang berkepandaian sangat tinggi. Oleh karena pada waktu itu kedudukan Pek-tok Hui-mo masih belum cukup kuat,
sementara itu tidak pernah sekalipun mempunyai pikiran untuk mencari setori dengan orang kuat itu. Meskipun tahu bahwa sorot mata Kongcu itu ditujukan kepadanya, namun ia berlagak tidak melihat.
Sedang di pihaknya Siauw-lim-pay dan partai2 Hianbun lain2nya lebih2 tidak mau cari setori dengan orang lain sebelum urusannya dengan Thian-cu-kauw boleh 1128
dianggap beres. Maka begitulah kedatangan Kongcu
parlente tersebut meskipun dia sudah lantas menantang secara terang2an, namun tiada seorangpun yang
perdulikan kelakuannya. Kongcu bardandan sangat mewah itu, memang
tiada salah menurut penglihatan Kauwcu dari Thian-cu-kauw dialah Kongcu dari pulau To-hoa-to yang mengikuti jejaknya Lim Tiang Hong mendaki bukit Ban-kiap-hong.
Pemuda parlente ini, begitu melihat begitu banyak orang se-akan2 tidak menggubrisnya, semula menyangka kalau orang2 itu pandang rendah dirinya, maka sikapnya nampak semakin sombong, Dengan cara tak sopan
berdongak, ketawa ber-gelak2. Setelah puas dengan ketawanya itu, barulah dia berkata: "Orang kata, dalam dunia rimba persilatan daerah Tiong-goan banyak
kedapatan orang2 kuat pandainya, banyak orang2 gagah luar biasanya. Tidak nyana semuanya cuma sebagai
kawanan tikus yang kecil nyalinya. Ha, ha, ha...."
Ketika itu di belakang badan Thian cu-kauw Kauwcu mendadak terlihat seorang. Orang ini lantas ulurkan tangannya, menjemput bendara perserikatan golongan Hian-bun kemudian berkata dengan suara nyaring:
1129 "Orang2 dari enam golongan Hian-bun dengar! Sekarang aku menitahkan kalian semua lekas tangkap bocah binal itu!"
Pek-ho Totiang sekalian tak pernah menyangka
kalau ada orang yang berbuat begitu licik, tapi kala itu semua orang golongan Hian-bun itu sudah berdiri
serentak, cuma satu sama lain saling berpandangan dengan mata kesima.
Orang yang saat itu memegang bendera
perserikatan, kembali membentak dengan suaranya
keras: "Sungguh besar nyali kalian hhhhh! Siapa berani tidak turut perintah sucouw masing2 dan tidak mau turut perintahnya Cawsu-ya!?"
Pek-ho Totiang dengan wajah sedih bungkukkan
badan dani menjawab. "Murid tidak berani...."
Dan orang ini lantas berjalan keluar dari tempat
duduknya. Tindakan Pek-ho Totiang itu segera ditetad oleh It-ceng Totiang. Thay-hie Totiang dan lain2nya. Semua bertindak lambat2 menghampiri Hong-gwat Kongcu.
1130 Orang yang menggunakan berdera perserikatan
untuk mempengaruhi orang2 dari golongan Hian-bun itu tak lain daripada si licik Liong-houw Koan-cu.
Karena imam busuk ini dahulu pernah menjadi
murid golongan Hian-bun, maka tahu juga dia segala rahasia orang baik2 itu. Dia tahu benar bahwa bendera kuning segi tiga yang kecil itu, diatasnya bercapkan tanda ketua partai masing2 dari orang2 golongan Hianbun. Tahu juga dia, disamping itu masih terdapat tulisan2 berupa perjanjian2 yang ditulis oleh Ciang-bunjin partay2 Hian-bun masing2. Maka bagi murid2 golongan Hian-bun, begitu melhat bendera itu, seperti juga menjumpai ketua leluhurnya. Sekarang, karena imam busuk ini keluarkan perintah dengan mengacungkan
tinggi2 bendera perserikatan itu, sudah tentu Pek-ko Totiang sekalian tidak berani melawan.
Thian cu-kauw kauwcu yang menyaksikan
perbuatan imam busuk itu, diam2 merasa heran sendiri tidak mengerti, kalau bendera sekecil itu mempunyai pengaruh demikian besar. Sebab apabila siang2 dia sudah tahu, niscaya semenjak tadi sudah dikeluarkannya 1131
bendera tersebut untuk paksa orang2 golongan Hian-bun supaja gabungkan diri dengan Thian-cu-kauw.
Melihat para imam dan padri itu serentak
menghampiri Hong-gwat Kongcu, begitupun kelihatan semuanya siap mengeluarkan serangannya, namun
Kongcu parlente ini masih tenang2 saja berdiri dengan sikap agung.
Mendadak terlihat berkelebatnya beberapa sinar
pedang, dari luar lembah terdengar beberapa kali
geraman. "Siapa berani bergerak!"
Dari luar lembah saat itu muncul lagi delapan laki2
berbadan tegap dengan pakaiannya yang sangat
parlente. Delapan orang yang baru datang ini semua bersenjatakan pedang yang lantas berdiri mengambil tempat di kedua sisi Hong-gwat Kongcu.
Pek-ho Totiang dan kawan2nya sebetulnya tidak
mau turun tangan terhadap Hong-gwat Kongcu, maka
ketika melihat Kongcu itu mendapat bantuan mendadak, semua tercengang dan berhenti bertindak mereka
serentak. 1132 Tetapi saat itu dari pihaknya Thian-cu-kauw kembali terdengar perintahnya Liong-houw Koancu: "tidak perduli siapa yang datang semua mesti dibunuh!"
Dia tahu benar, bahwa orang2 dari Tho-hoa-to
sesungguhnya tidak boleh dibuat gegabah. Maka sengaja dia memaksa orang2 dari enam partai Hian-bun untuk tangan untuk pinjam tangan orang lain menyingkirkan lawan2 tangguh.
Sebab, andaikata pihak enam partai yang menderita kerugian yang dirugikan sudah tentu pihak enam partai itu sendiri, sama sekali bukan Thian-cu-kauw. Sebaliknya, apabila pihak Tho-hoa-to tidak menggondol
kemenangan, maka dikemudian hari pihak Tho hoa-to tentu akan membuat perhitungan hanya terhadap orang2
golongan Hian-bun itu. Tetapi bagaimana orangnya yang dipanggil Hong-
gwat Kongcu" Dia adalah orang cerdik pandai luar biasa.
Dia segera maklum, tentu itu adalah akal muslihatnya Liong-houw Koan-cu se-mata2, maka dengan alis berdiri lantas keluar perintah dari mulutnya ditujukan bagi orang2nya. "Rebut dulu bendera kecil itu dari tangannya imam biadab itu!"
1133 Begitu mendengar titah Kongcu, empat laki2
berpakaian perlente lantas lompat melesat, semuanya naik ke atas panggung.
Mendadak It-ceng Totiang membentak dengan
suara keras "Ke pinggir dulu!"
Dan imam ini lantas hunus pedangnya, mengancam
empat orang itu dipaksa balik lagi ke tempatnya
Hong-gwat Kongcu yang menyaksikan kejadian itu,
lantas berkata sambil ketawa dingin: "Hee.... ini sungguh aneh! Apa kalian sudi dan mandah saja diperintah oleh musuh?"
Sebetulnya, orang2 dari golongan Hian-bun itu juga sedang merasakan kesulitan mereka sendiri. Sebabnya, didalam perjanjian yang dibuat oleh leluhur2 mereka dahulu, pernah ditetapkan, siapapun yang menerjang orang yang membawa bendera perserikatan, anak murid dari golongan Hian-bun semua diharuskan melindungi secara mati2an. Bagi siapa yang berani langgar
peraturan itu, akan mendapat hukuman dari pihak
partainya. Empat orang laki2 berpakaian perlente itu, setelah dengan cara paksa dikirim ke garis belakang kembali, 1134
semua lantas merasa gusar. Tetapi semua mereka tidak lantas turun tangan, hanya tujukan mata mereka kepada sang Kongcu untuk menantikan perintah selanjutnya.
Hong-gwat Kongcu bukan tolol. Sudah tentu dia
tidak berani turun tangan pada saat itu, se-mata2 untuk menjerumuskan diri didalam tipu muslihat musuh. Maka untuk sementara pihak lawan belum turun tangan, dia pun tidak suka mengadakan penyerangan.
Liong-houw Koan-cu yang menggunakan
pengaruhnya bendera pusaka perserikatan partai
golongan Hian-bun, ternyata berhasil baik. Ia sudah mengira bahwa kali ini ia akan berjasa besar dalam perkumpulan Thian-cu-kauw. Ketika menyaksikan orang2
dari 6 partay besar itu masih bersangsi tidak mau turun tangan, kembali ia gerakkan bendera dalam tangannya seraya memberi perintahnya: "Kenapa masih belum mau lekas turun tangan....?"
Pada saat ia sedang mengeluarkan perintahnya,
mendadak ada berkelebat bayangan merah dan biru.
Dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke atas
panggung. Karena kecepatannya, sampai orang2 tidak dapat lihat tegas siapa gerangan bayangan itu....
1135 Thian-cu-kauw Kauwcu dan itu nenek tua pada
membentak dengan berbareng dan kemudian berbangkit dari tempat duduknya untuk menubruk dua bayangan
itu, tapi usaha mereka itu ternyata telah gagal. Diantara kekalutan itu, terdengar suara jeritan ngeri.
Ternyata dirinya Liong-houw Koan-cu sudah
terlempar ke bawah panggung.
Di atas panggung berkelahi, saat itu sudah
bertambah seorang pamuda tampan dengan menyoren
pedang di pinggangnya dan di belakangnya pemuda itu tertampak seorang gadis cilik baju merah yang
rambutnya dikepang dua. Kedua muda mudi itu, yang satu tangannya
memegang bendera perserikatan dari enam partai Hianbun, sedang yang lainnya telah mencekal kitab Tat-mo-keng yang terbungkus kain kuning. Ke-dua2 nya berdiri berhadap-hadapan dengan Thian-cu-kauw Kauwcu.
Di dalam rombongan imam dan padri mendadak
terdengar orang berseru: "To-liong Kongcu!"
Suara itu kedengarannya bercampur kekagetan dan
kegirangan. 1136 Hong-gwat Kongcu lantas ketawa ber-gelak2 dan
berkata: "Saudara Lim, mengapa sampai sekarang baru datang?"
Mulutnya berkata demikian, kakinya menotol tanah
dan badannya lantas mencelat ke atas panggung, tahu2
sudah berdiri berendeng dengan Lim Tiang Hong.
Thian cu-kauw Kauwcu ketika tadi sadar bahwa ada
orang yang mendadakkan melayang memasuki
panggung, segera turun tangan berbareng dengan itu nenek dengan maksud mencegah, Tetapi sungguh tak
pernah disangkanya, gerakan kedua orang2 itu demikian gesitnya, bukan cuma berhasil menyambar kitab Tat-mo-keng, bahkan bendera perserikatan enam partai yang berada ditangan Liong-houw Koancu pun sekalian telah terampas oleh mereka, bahkan Liong houw Koin-cu yang sedang enak2nya memegang bendera lantas terlempar badannya ke bawah panggung.
Dalam keadaan kaget dan ter-heran2, ia baru dapat lihat kemudiannya bahwa orang itu ternyata adalah Lim Tiang Hong alias To-liong Kongcu.
Si nenek Kiu-pan po yang pun segera mengenali
pemuda cakap itu, juga tidak kurang terperanjatnya. Dia 1137
memang sudah merasa jeri, tapi saat itu karena dibawah pandangan mata orang banyak, sudah tentu tidak suka perlihatkan kelemanhannya.
Terdengar Thian cu-kauw Kauwcu berkata sambil
ketawa dingin: "Binatang, sungguh besar nyalimu hehhl!
Berkali2 aku sudah memberi kelonggaran padamu, tidak nyana kau berani unjukkan diri kemari terang2an dan bersikap menantang! Kali ini kau tidak boleh sesalkan aku yang tidak akan pandang hubungan antara ayah
dengan anak!" Gadis cilik baju merah itu, yang bukan iain Yong jie adanya, lantas nyeletuk sambil berludah monyongkan mulutnya: "Cis, tidak tahu malu! Kau berani mengaku menjadi ayah seorang yang seperti ini" Benar2 tidak tahu diri!"
Setelah mana, kitab Tat-mo-keng di tangannya
lantas dilemparkan kepada Hui-hui Taysu seraya
katanya: "Taysu, ini kukembalikan padamu, kau
sambutilah" Sehabis mengucapkan teriakannya itu, se-olah2
kupu2 terbang, selanjutnya ia menerjang Thian-cu-kauw 1138
Kauwcu, kemudian nampak tangannya bergerak hendak menampar mulut 'pemimpin' itu.
Tetapi Pek-tok Hui-mo juga bukan anak kecil.
Mendadak membuka tangannya yang besar, menyambar
tubuh Yong-jie. Si gadis cilik lalu putar badan, melayang kebelakang sampai tahu2 berada disebelah belakang badan Kauwcu itu. Kembali dengan pentangkan lima jari2 kecilnya mendadakan penyerangan, sedang tangan satunya lagi dengan gerakan akan menjewer telinganya sang Kauwcu tersebut.
Diperlakukan secara demikian oleh satu gadis kecil, Pek-to Hui-mo sampai ber-jingkrak2 bahna gusarnya.
Tangannya lalu bergerak, menyambar kesana menampar kelima jurusan, hingga angin yang keluar dan tangan itu bagaikan gelombang air laut menyerbu pantai dengan amat dahsyatnya.
Tetapi Yong-jie masih dengan kegesitan serta
kelincahan badannya bagaikan menari, tetap dapat
membayangi sang Kauwcu. Sebentar berputaran di
sekitar badannya, dan lain saat melayang ke atas, hingga 1139
semua serangan Pek-tok Hui-mo tidak berdaya sama
sekali dalam usahanya menyentuh badan nona cilik itu.
Tentu saja, dengan gerakannya demikian, gadis cilik itu sendiri tidak berhasil dengan usahanya hendak menampar atau menjewer kuping Kauwcu itu.
Semua kejadian nyata di depan mata itu hanya
berlangsung dalam waktu sekejap.
Sebabnya, To-liong Kongcu alias Lim Tiang Hong
yang senantiasa memperhatikan kejadian di dalam
kalangan, melihat perubahan paras Yong-jie yang telah merah padam dan turun tangan semakin gesit, yang
dalam rupa itu kelihatan seperti sedang mendongkol karena usahanya tak berhasil, merasa kuatir juga.
Pek-tok Hui-mo yang berkedudukan sebagai
Kauwcu atau pemimpin, ternyata dapat dipermainkan oleh seorang gadis cilik sampai badannya ber-putar2an sendiri seperti gasing, nampaknya pemimpin itu telah gusar sekali, hingga rambutnya yang kuning pada berdiri.
Serangan tangannya dilakukan semakin gencar, agaknya kalau dapat ingin ditelan bulat2 itu perempuan kecil yang jail.
1140 Adapun kekuatiran Lim Tiang Hong itu, ialah setelah melihat sang Kauwcu itu menyerang semakin hebat tadi.
Maka ia ini lantas berseru keras': "Yong-jie kau mundur dulu! Sudah tak ada urusan dengan kau!"
Yong-jie agaknya tidak berani untuk tidak menurut.
Ketika mendengar seruan, lantas badannya terbang
sampai ke sisi pemuda yang memanggilnya, sedangkan kala itu nampak mulutnya yang kecil dimonyongkan
dalam rupa tak senang. Suasana semakin tegang. Orang2 Thian-cu-kauw
telah bangkit semua dari tempat duduknya. Mereka ini semua telah mencabut atau menghunus senjata masing2
dengan mata semua ditujukan kepada To-liong Kongcu.
Namun tiada seorangpun yang berani lebih dahulu turun tangan.
Mudah kiranya dimengerti hal itu, sebab orang2nya Siauw-lim-pay dan enam partai Hian-bun lainnya, semua juga sudah mengeluarkan senjata masing2, berdiri
berkerumun di bawah panggung. Sedang delapan
orang2nya Hong-gwat Kongcu, itu orang2 parlente juga kelihatan sudah akan bergerak. Apabila mereka turun dengan serentak, pihak Thian-cu-kauw pasti akan
1141 menyambuti serangan dari tiga jurusan. Keadaan itu sungguh tidak menguntungkan bagi Thian-cu-kauw.
Menurut rencana Pek-tok Hui-mo yang semula,
sebetulnya pemimpin ini ingin menggunakan kekerasan kepalannya untuk menundukkan orang2nya golongan
Hian-bun itu. Asalkan saja berhasil dia dalam usahanya memaksa Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay
menggabungkan diri dengan Thian-cu-kauw, maka
impian muluknya akan menjagoi dunia persilatan berarti telah berhasil tiga perempatnya. Siapa nyana siapa sangka, ditengah-tengah keributan lantas menyelak satu Hong-goat Kongcu serta Lim Tiang Hong, hingga dengan sendirinya boleh dikata membuat sekalian rencananya itu gagal sama sekali.
Namun Pek-tok Hui-mo bukan pula orang yang
tidak licik. Bahkan kelicikannya tiada berada dibawah Lionghouw Koan-cu atau siapapun. Ia tidak takut benar2
kepada Lim Tiang Hong atau Hong-gwat Kongcu.
Tetapi orang2 yang berdiri dibelakang kedua anak
muda itu, sesungguhnya tidak gampang ditaklukkan.
Satu adalah Tho-hoa-to tocu yang namanya sudah amat tersohor dan yang lain adalah Kie-lin Kokcu, seorang 1142
misterius yang sukar dijajaki kepandaiannya. Kedua orang itu satu tidak berani ia melanggarnya. Maka dalam keadaan demikian, mau tidak mau ia terpaksa kendalikan hawa amarahnya, lantas berkata sambil ketawa2 segan:
"Kauwcu mu tidak sudi berurusan dengan kalian anak2
dari tingkatan muda! Kalian silahkan mundur dulu. Nanti setelah aku membereskan persoalan ini dengan Siauw lim-pay dan enam partai Hian-bun yang lainnya, baru kita bicara lagi"
Bagi seseorang berderajat sebagai Pek-tok Hui-mo
itu, ucapan demikian sebetulnya telah merupakan ucapan yang paling merendah. Akan tetapi Hong-gwat Kongcu kiranya tidak sudi menerima ucapan demikian, maka seketika itu lantas menjawab sambil ketawa ewa:
"Kongcumu sudah lama terima kabar bahwa Thian-cu-
kauw sudah lama bermaksud ingin menjagoi dunia kangouw. Itulah yang mendorong hatiku ingin menjajal.
Kalian punya berapa rupa kesaktian sih bolehnya berani berlaku begitu jumawa?"
Pek-tok Hui-mo yang mendengar perkataan Kongcu
perlente itu, wajahnya berubah seketika. Sebaliknya bagi Lim Tiang Hong, pemuda ini agaknya tidak inginkan 1143
mereka bertempur dan kejadian akan ber-larut2
memanjang, maka ia segera berkata kepada Hong-gwat Kongcu: "Saudara, harap jangan turun tangan dulu.
Nanti setelah mereka menyelasaikan persoalan dengan Siauw-lim-pay dan partai yang lainnya, kita nanti bisa membikin perhitungan lagi dengan dia"
Hong-gwat Kongcu agaknya mendengar kata,
seketika ia mundur ke samping.
Hui-hui Taysu lalu perdengarkan suaranya yang
menyebut nama Buddha kemudian majukan diri dan
membentak dengan suara bengis: "Pek-tok Hui-mo! Kau masih berani mengigau"! Sebagai seseorang
berkedudukan baik serta agung sebagai kau, ternyata sudah berani menggunakan sejilid buku palsu untuk
mergelabui mata lolap"! Apa anggapmu Siauw-lim-pay sudah tidak ada orangnya lagi!?".
Pek-tok Hui-mo yang ber-kali2 dihina orang secara demikian, agaknya sudah benar-benar hilang
kesabarannya. Kalau tadi dia masih bisa coba
mengendalikan hawa nafsunya se-bisa2, tetapi waktu ini barangkali sudah tak mampu lagi mengandalikan
1144 perasaannya, mendongak dia mengangkat muka,
kemudian ketawa ber-gelak2.
"Jikalau Lohu tidak sediakan jalan mundur seadiri, bukahkan akan terpedaya oleh kalian". Dengan terus terang, kalian dengarlah kata2ku. Bukan cuma kitab itu saja palsu! Bendera perserikatan itu pun bukanlah barang tulen!"
Pek-ho Totiang kelihatan berubah wajah. Sekilas itu nampak merah membara parasnya, dilain saat keluar kata2nya menyebut nama Buddha dan kemudian lagi
terdengar suaranya berkata: "Kau manis dalam ujud binatang! Kau dengan menggunakan akal begitu rendah, bagi sesama manusia apa tidak takut jadi buah
tertawaan orang kang-ouw. Dimana sebetulnya kitab Tat-mo-keng dan bendera perserikatan yang benar"
Lekas jawab!" Ciang bunjin dari Bu-tong-pay ini, meskipun
biasanya memiliki kesabaran luar biasa, akan tetapi saat itu juga tidak mampu mengendalikan hatinya lagi.
Kiu-ban-po itu nenek yang semenjak tadi belum
pernah buka mulut, tiba2 maju kedepan dan menalangi Kauwcunya bicara "Dalam dunia persilatan dimana ada 1145
begitu banyak orang yang menggunakan kebijaksanaan yang betul2 luhur. Urusan hari ini, yang menang adalah sebagai orang kuat. Jikalau kalian mempunyai
kepandaian bisa menangkan kita, kitab Tat-mo-keng sekalian dengan bendera perserikatan sudah tentu bisa kalian ambil kembali. Tapi kalau tidak.... huhh!! Barang kali jiwa kalian akan melayang di dalam lembah ini!"
Setiap perkataan yang dilontarkan dari mulut
orangnya Thian-cu-kauw itu makin lama makin melantur, membikin keadaan jadi makin meruncing.
Sekarang ini kelihatan di dalam lembah tersebut
yang satu tidak mengindahkan kedudukan seseorang, juga tidak perdulikan kedudukan sebagai Kauwcu lagi.
Biar bagaimana, satu pertempuran mati dan hidup
sudah tak dapat dielakan lagi. Singkatnya, siapa yang kuat hidup dan yang lemah akan jadi kawannya tanah, siapapun tidak berani meramalkan nasibnya sendiri.
Apabila Lim Tiang Hong dan Hong-gwat Kongcu tidak muncul secara mendadak tadi, mungkin dalam lembah itu kini teiah jadi suatu pertumpahan darah yang tiada taranya.
1146 Pek-tok Hui-mo melirik Lim Tiang Hong yang tadi
diakui "anak". Dilihatnya pemuda ini dengan sikapnya acuh tak acuh, tengah menikmati pemandangan alam


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

pegunungan di sekitar situ, sedangkan gadis cilik di belakangnya sedikit, bagaikan burung kecil
menggelendotkan badannya ke pundak si pemuda. Mana kala Kauwcu ini melirik ingin coba memperhatikan sikap Hong-gwat Kongcu, Kongcu tersebut ternyata tengah balik mengawasinya dengan sikap menantang dengan
tangan memegang gagang pedang. Sedang delapan laki2
berdandan parlente, berdiri di kedua sisi Kongcu mewah ini, hingga dalam mata Kauwcu itu diam2 timbul rasa mendelu. Dia coba meng-hitung2 kekuatan sendiri dan kekuatan pihak musuh.
Pihaknya Tho-hoa-to, meski baru turun sembilan
orang, tapi siapa yang tahu kalau dibelakangan ada muncul orang2nya lagi"
Pihak Hong-hong-tie, hanya satu gadis cilik yang
unjukkan diri, tapi apabila ditinjau dari berbagai sudut, di belakang gadis cilik itu pasti akan banyak lagi datang orang2 kuat sebagai bala bantuan.
1147 Kini orang2 kuat dari Siauw lim-pay saja sudah
dapat diperkirakan berapa jumlah jiwanya, serta dilihat dari sikap mereka yang beringas, maka pertempuran sengit mungkin akan segera terjadi tanpa dapat
dihindarkan lagi. Setelah menelaah satu2 soal, tiba2 Kauwcu ini
berkata pada dirinya sendiri sambil kertak gigi: "Tidak perduli apa akibatnya, sekarang kita akan bertindak dan setelah membereskan padri dan imam2 itu, sekalipun masuk lagi kelembah ini orang2 kuat, kerewelan itu masih merupakan urusan belakangan! Apalagi kitab Tatmo-keng sudah berada dalam tanganku, kalau isinya bisa kucamkan baik2, barangkali tidak perlu takuti Kie-lin Kokcu dan Tho-hoa Tocu lagi"
Dengan berdasarkan pendapatnya itu, sehabis Kiu-
ban-po habiskan ucapannya tadi, Kauwcu ini lantas menyambung dengan suara keras: "Aku tetap dengan
pendirian semulai! Dengan tiga babak pertandiangan boleh ditetapkan siapa unggul siapa kalah! Perkataan lainnya semua bisa dianggap ucapan2 tak berarti. Sudah lama aku dengar Siauw-lim-pay dalam waktu ratusan tahun selalu memimpin dunia persilatan, maka pun
1148 Ciang-bunjin keturunanya pasti memiliki kepandaian yang luar biasa. Oleh karena itu, aku sekarang cuma ingin terima pelajaran dari ciang bunjin pemimpin persilatan itu sendiri!"
Hui-hui Taysu dengan tangan masih mencekal kitab
Tat mo-keng palsu itu tidak bisa menahan gelora hatinya yang bagaikan air mendidih agaknya. pun telah maklumi bahwa untuk dapat merebut kembali kitab Tat-mo-keng yang asli akhirnya mesti juga juga ditemui jalan
pertempuran mati2an. Maka begitu lekas ucapan Kauwcu itu tertutup, padri ini lantas berkata dan menyebut nama Buddha. "Kalau sicu benar2 inginkan dengan jalan keras membereskan urusan, lolap terpaksa mengiringi saja kehendak sicu".
Sehabis berkata demikian, diam2 telah dikerahkan
seluruh kekuatannya. Hawa murninya yang telah
mendapat latihan selama beberapa puluh tahun diam2
telah tersalur keseluruh badannya. Sudiah lama padri tua ini tak pernah turun tangan apalagi bertempur mati2an.
Sedangkan adu jiwa kali ini, besar sekuli hubungan dengan jatuh bangunnya nama Siauw-lim-pay, maka
1149 tidak boleh tidak dia sebagai ketua partai tersebut, mesti bertindak hati2.
Pek-tok Hui-mo ketawa dengan sikap angkuh,
kemudian menyusul bentakannya: "Sambuti
seranganku!". Dan ini dibarengi dengan gerak tangannya yang
kelihatan seenaknya saja.
Akan tetapi suatu kekuatan tenaga dalam yang
lunak dan mengandung hawa dingin lantas meluncur
keluar dari tangan itu. Hui-hui Taysu bersikap hati2 ketika kebutkan lengan jubahnya membuang kesamping serangan lawan. Ilmu
serangannnya yang dinamakan Bu-siang Sin-kang
(kekuatan yang tak berwujud) telah meluncur keluar, hingga pada saat kekuatan dua jenis tenaga itu saling bentur. Ditengah udara lantas terdengar nyaring,
terjadilah suatu kejadian aneh bagai mendadak timbul angin puyuh, yang disertai suara keras nyaring.
Pek-tok Hui-mu perdengarkan ketawanya yang
menyeramkan. Mendadak menggeser kakinya maju ke
depan, sekaligus tangannya melancarkan serargan
1150 sampai dua belas kali dengar beruntun. Hawa dingin laksana hujan es menyerbu sekujur badan Hui-hui Taysu.
Tetapi tidaklah kecewa Hui-hui Taysu menjadi
pemimpin suatu partai besar. Setiap gerakannya, baik dalam melakukan penyerangan maupun sewaktu
mundur, sikapnya selalu pasif. Betapapun hebatnya serangan lawan, selalu masih dapat dilayani dengan ketenangannya yang luar biasa.
Setiap serangan musuhnya dipunahkan dengan laku
seenaknya saja. Tiga Tiang-lo dari Tot mo-ie tentu kuatirkan
keselamatkan jiwa Ciang-bunjin mereka, maka tanpa sadar telah gerakkan kaki mendekati medan
pertempuran. Selagi Hui-hui Taysu dan Pek-tok Hui-mo
melangsungkan pertempuran mati2an itu, Kui-pan-po, itu nenek dari daerah Biang-ciang mendadak buka mulut dan keluarkan suaranya yang terdengar macam bebek bertelur: "Kabarnya Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay sama2 memimpin dunia persilatan untuk daerah Kang-lam, Kang-pak. Kepandaian silat dua partai itu tentu bukan main hebatnya. Sekarang aku si nenek tua sudah 1151
gatal ingin belajar kenal dengan kepalan tangan Bu-tong pay"
Karena nenek ini sudah menantang secara
terang2an, Pek-ho Totiang mau tak mau lalu keluar menemui nenek yang sudah gatal tangannya itu. Lebih dulu dia ini mengangguk sebagaimana lazimnya dia
perlakukan setiap orang yang mulai bertemu. "Kui-ban-po namanya sangat disohorkan orang di daerah Biauw-ciang, pinto sudah lama dengar itu. Tapi entah ada urusan apakah datang ke daerah Tiong-goan?"
"Se-mata2 cuma ingin belajar kenal dengan kalian
orang2 yang anggap diri sebagai pendekar2 rimba
persilatan kelas wahid!" demikian Kui-pan-po
mengadakan reaksi atas kata2 Pek-ho Totiang.
Nenek tua dari daerah Biauw-ciang ini semenjak
mendapatkan sejilid kitab peninggalan dari golongan sesat dilembah Hong-hong Pit-kok, sudah kandung
maksud lain menjagoi dunia persilatan. Kebetulan
perkumpulan Thian-cu-kauw juga mempunyai maksud
serupa, maka kedua pihak lantas adakan kerja sama.
Lebih dahulu mereka bermaksud ingin tundukkan Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay, kemudian baru satu2
1152 membereskan partai2 lainnya". Maka ketika melihat Pek-tok Hui-mo sudah turun tangan ia juga lantas terjunkan diri ke dalam kalangan.
Pek-ho Totiang yang mendengar perkataan nenek
itu, wajahnya berubah seketika. Sambil ketawa bergelak2 imam ini berkata: "Kau tidak memandang mata partai Bu-tong-pay kami, silakan turun tangan saja!"
Baru imam ini tutup kata2nya, tiba2 merasakan ada angin santer meniup wajahnya. Badannya Kiu-ban-po kala itu sedang berada di atas. Dari tengah udara itu mementang kesepuluh jari tangannya dan menyambar ke arah Pek-ho Totiang.
Sepuluh jari tangan nenek itu semuanya
menggenggam kekuatan hawa dari badannya, hingga
jari2 itu kelihatan hitam legam bagai pantat kuali.
Sambaran angin yang keluar dari jari2nya itu cukup menggetarkan nyali setiap orang.
Pek-ho Totiang sadar sedang berhadapan dengan
orang yang memiliki ilmu sangat jahat pelajaran orang2
sesat, maka buru2 ditutupnya sekujur badannya dengan hawa murninya. Kakinya digeser menyingkir sampai
sejauh tiga kaki. 1153 Kiu-pao-po yang gagal dalam penyerangan
pertamanya, tangannya berputaran ditengah udara.
Dengan kecepatan bagaikan kilat, kembali menerjang dirinya Pek-ho Totiang.
Pek-ho Totiang mendadak keluarkan bentakan
keras. Kedua tangannya diputar laksana titiran, sebentar saja sudah melancarkan 7 kali serangan. Angin
bergulung-gulung, suaranya menderu-deru karena
hebatnya serangan tersebut.
Diantara suara menderunya angin, terdengar suara
ketawanya Kiu-ban-po yang aneh dan tidak enak
didengar, sedang badannya nenek itu seolah-olah
bayangan setan, beterbangan naik turun dan berputaran.
Hawa hitam yang keluar dari sepuluh jari tangannya se olah2 gala gasi, mengurung seputar badannya Pek-ho Totiang.
Orang2 dari golongan 6 partay besar yang
menyaksikan kejadian aneh itu semua pada terperanjat.
Dengan serentak pada maju. Ada beberapa orang yang tidak sabaran, sudah menyerbu ke dalam medan
pertempuran sambil menghunus senjatanya.
1154 Beng Sie Kiu yang menyaksikan keadaan demikian,
lantas berkata sambil ketawa ter-bahak2: "Apakah kalian hendak mengeroyok?"
Sehabis berkata tangannya lalu melemparkan
sesuatu benda yang ditujukan ke tengah udara. Benda itu lantas mengeluarkan sinar biru, Kemudian ia
mengeluarkan perintah kepada orang2nya: "Maju!
bereskan dulu kawanan imam yang tidak tahu diri ini!"
Lim Tiang Hong yang berdiri disamping, ketika
melihat sinar biru itu hatinya tergerak, sedang Hong-gwat Kongcu yang kaseran, sudah tidak dapat menahan sabarnya, maka lantas menghunus pedangnya dan selagi hendak menyerbu kemedan pertempuran, sudah dicegah oleh Lim Tiang Hong.
"Untuk sementara kita jangan turun tangan dulu.
Kau perintahkan saja orang2mu, supaya menjaga orang2
Thian-cu-kauw yang disembunyikan di sekitar lembah ini"
demikian katanya pemuda itu.
Yong-jie yang berdiri di samping menyaksikan
keramaian, tiba2 berkata sambil ketawa: "Kongcu, aku lupa sesuatu hal. Aku harus bereskan sekarang juga, kita sampai ketemu dalam lain waktu!''
1155 Tanpa menunggu jawaban orang yang diajak
omong, ia sudah gerakkan badannya dan sebentar saja sudah melesat setinggi 7-8 tombak, seolah-olah bianglala diangkasa, hanya kelihatan bayangan merah yang
meluncur turun ke bawah gunung dan kemudian sudah hilang dari pemandangan.
Lim Tiang Hong merasakan bahwa nona cilik itu
sifat dan kelakuannya agak misterius, tapi ia ada satu pemuda berhati lapang. Kalau orang tidak mengatakan, ia tidak mau menyelidiki rahasia orang lain, terutama bagi orang yang berdiri di pihaknya sendiri.
Hong-gwat Kongcu yang menyaksikan semua
gerakan Yong-jie merasa sangat kagum. Ia lantas
berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Hong-bong-tie benar2 bukan cuma nama kosong belaka. Sekalipun seorang gadis kecil yang masih belum dewasa, kepandaiannya sudah begitu rupa, sampai aku sendiri juga merasa tidak nempil"
"Saudara terlalu merendahkan diri!" jawab Lim
Tiang Hong ketawa. Tapi, tiba2 ia angkat pundaknya, wajahnya
kelihatan beringas. Hong-gwat Kongcu yang
1156 menyaksikan perubahan sikap kawannya itu, segera
tujukan matanya ke arah medan pertempuran, yang ternyata sudah menjadi sangat kalut. Berbareng dengan itu, dari jauh juga nampak berkelebatnya bayangan banyak orang. Suara berteriak-teriak kadengaran sangat riuh.
Orang2 yang berpakaian ringkas dengan tidak terhitung jumlahnya pada datang menyerbu ke medan
pertempuran. Saat itu, pertempuran antara Hui-hui Taysu dan
Pek-tok Hui-mo per-lahan2 sudah mulai kelihatan siapa yang unggul dan siapa yang asor.
Pek-tok Hui-mo entah menggunakan tipu serangan
apa, tiba2 membikin terpental dirinya Hui-hui Taysu dengan satu pukulan sehingga paderi tua sampai mundur 3 kaki.
Tiga Tianglo dari Tat-mo-ie, lalu maju dengan
serentak sambil keluarkan bentakan keras.
Sambil keluarkan suara ketawanya yang aneh, Pek-
tok Hui-mo putar tangannya. Tiba2 melancarkan
serangannya, kembali membikin terpental Hian-thong Tianglo yang menerjang duluan, jatuh sampai sejauh satu tombak.
1157 Hian-thian dan Hian-kak yang menyaksikan kejadian itu, seketika nampak tercengang, kemudian maju
menyerang dengan berbareng.
Berbareng pada saat itu juga, terdengar suara
seruan tertahan dari Pek-ho Totiang. Badannya
terhuyung-huyung mundur beberapa tindak, mulutnya mengucurkan darah.
Kiu-ban-po perdengarkan pula suara ketawanya
yang aneh. Dengan gerakannya yang luar biasa gesit kembali menerjang Pek-ho Totiang.
Mendadak Hong-gwat Kongcu dengan pedang
terhunus datang menyerbu ke arahnya, lalu menyerang dengan ujung pedangnya sampai tujuh kali hingga Kiu-ban-po terpaksa mundur ter-sipu2
Delapan orang berpakaian parlente juga lantas
menyambut kedatangannya orang2 Thian-cu-kauw, maka dalam waktu sekejap saja dalam lembah yang tadinya sunyi itu lantas berubah menjadi medan pertempuran besar2an.
Lim Tiang Hong yang masih berdiri tegak, dengan
sorot mata tajam mengawasi Pek-tok Hui-mo.
1158 Diawasinya kauwcu ini yang sedang bertempur terus dengan dua Tianglo dari Siauw-lim-sie.
Selagi maksudnya ingin memburu memberi bantuan
bagi dua Tiang-lo itu, tiba2 terdengar dua kali suara seruan. Hian-thian dan Hian-kak kembali sudah dibikin rubuh oleh Pek-tok Hui-mo.
Dengan sikap bangga Pek-tok Hui-mo dongakan
kepala dan tertawa ter-bahak2.
"Kepandaian ilmu silat Siauw lim-pay juga cuma
begitu saja. Nama kosong yang didapat selama beberapa ratus tahun itu entah dengan cara bagaimana
didapatinya?" demikian Kauwcu itu sesumbar.
Hui-hui Taysu yang sudah mempunyai kekuatan
tenaga dalam cukup sempurna, barusan meski terkena serangan Pek-tok Hui-mo. Tetapi setelah mengatur
pernapasannya kini sudah sembuh kembali. Ketika ketua ini menyaksikan gerak tipu yang digunakan oleh Pek-tok Hui-mo yang di beberapa bagiannya mirip dengan ilmu silat golongan Siauw-lim-pay, dia menjadi agak sangsi, apa iblis itu telah dapat mempelajari ilmu silat yang terdapat dalam Tat-mo-keng"
1159 Ketika mendengar ucapan sombong iblis itu, hatinya bagai di-sayat2. Selagi hendak maju lagi untuk adu jiwa, Lim Tiang Hong sudah melayang turun kedepan Pek-tok Hui-mo dan lantas berkata dengan suara dingin: "Kau sudah mencuri pelajaran silatnya orang lain, dan toh masih berani buka mulut besar" Hmm benar2 tidak tahu malu!"
Pek-tok Hui-mo melihat kedatangan Lim Tiang
Hong, untuk sesaat merasa terkejut. Kemudian berkata sambil delikkan matanya: "Aku ber-kali2 sudah berikan kau kelonggaran, tidak nyana kau makin melunjak. Apa kiramu aku tidak berdaya membereskan kau si bocah?"
"Semua ucapan kosong tidak gunanya kau
keluarkan lagi. Hari ini jikalau kau tidak mau serahkan bendera perserikatan dan kitab Tat-mo-keng, mungkin Thian-cu-kauw akan menjadi berantakan" Demikian kata Lim Tiang Hong, diucapkannya kata2nya sambil ketawa panjang.
Pek-tok Hui-mo adalah seorang buas dan
berangasan. Mana mau dia dihina demikian "Apa?"
Saat itu rambutnya yang berwarna kuning nampak
pada berdiri, matanya melotot sebesar jengkol.
1160 Tiba2 dia perdengarkan bentakan keras "anak
haram! Hari ini kalau bukan kau yang mampus adalah aku yang mati! Aku akan singkirkan kau lebih dulu baru nanti mencari perhitungan lagi dengan Kie-lin Kongcu"
Setelah berkata demikian, lalu terpentang
tangannya. Begitu bergerak dengan beruntun telah
melancarkan serangannya sampai delapan belas kali.
Dalam waktu sekejapan angin dan hawa dingin
sampai meresap ke tulang2, mengurung Lim Tiang Hong.
Hui-hui Taysu yang maklum akan keganasan Pek-
tok Hui-mo, diam2 kuatirkan keselamatan To-liong
Kongcu. Lim Tiang Hong yang tadi terus berdiri sebagai
penonton, telah menyaksikan ilmu silatnya yang
digunakan oleh Pek-tok Hui-mo.
Terhadap iblis itu pandangannya agak beda. Ia
merasa bahwa selama setengah tahun belakangan ini memang benar banyak maju sang kauwcu jahat itu.
Maka manakala dadanya diserang secara demikian hebat, dalam hati juga merasa keder. Dengan sangat hati2
sekali ilmunya Siau-yang It-ku Sin-kang disalurkan untuk 1161
melindungi badannya, kemudian baru membuka
tangannya melakukan serangan balasan.
Dua jago, masing2 dari golongan benar dan
golongan sesat itu, setelah bergebrak bukan kepalang kehebatannya. Sebentar saja angin yang ditimbulkan oleh serangan mereka ini, membikin orang2 di sekitarnya terdesak mundur semua.
Pek-tok Hui-mo yang saat itu agaknya telah kalap
benar2, bertempur secara main seruduk. Keadaannya tidak banyak beda dengan macan atau beruang yang
sedang mengamuk. Sembari berantam, Lim Tiang Hong diam2 kerjakan
otaknya. Pikirnya "Iblis ini sudah pasti adalah itu 'Manusia Buas Nomor Satu' yang suhu maksudkan. Tapi kenapa itu pelajar pertengahan umur melarangku mengambil
jiwanya" Dan dia ini ber-kali2 sebut aku anak haram, apa maksudnya sebenarnya...?"
Semua hal itu membuat ia merasa bingung. Oleh
karenanya, maka pikirannya terus memikirkan soal itu saja. Apa mau perbuatan demikian justru melanggar pantangan buat orang yang sedang bertempur. Karena 1162
orang2 yang menghadapi musuh kuat, sedikitpun tidak boleh memikirkan lain kecuali musuh di hadapannya.
Lim Tiang Hong meski sudah mempunyai
kepandaian silat luar biasa, akan tetapi kini berhadapan dengan satu musuh tangguh semacam Pek-tok Hui-mo
itu, bagaimana boleh berlaku lengah" Maka itu ia lantas terdesak oleh musuhnya sampai keadaannya menjadi
sangat bahaya dan ketika dia sadar kemudian, sudah tidak berdaya untuk dapat diikeluarkannya lagi.
Keadaan demikian membikin hati Hui-hui Taysu jadi cemas, tetapi padri itupun tidak dapat berbuat lain daripada menonton saja.
Pada saat itu pertempuran dimedan perang itu
makin lama makin kalut dan juga makin dahsyat.
Orang2nya Siauw-lim-pay, Bu-tong-pay dan
lain2nya sudah mulai terdesak. Suara jeritan tiada henti2nya keluar dari medan pertempuran, sedangkan orang2nya Tho-hoa to juga terdesak balik ke tempatnya semula.
Orang2nya Thian-cu-kauw bukan saja yang datang
kian lama kian banyak tetapi serangannya juga makin ganas.
1163 Hui-hui Taysu yang menyaksikan keadaan demikian,
juga sudah tidak perdulikan kedudukannya lagi. Sambil membentak keras, lantas ia menyerbu ke dalam orang banyak. Tangannya mului bekerja, hingga sebentar saja sudah ada banyak orang2nya Thian-cu-kauw yang dibikin terpental kesana sini.
Beng Sie Ku yang menyaksikan keadaan demikian,
lantas berkata sambil perdengarkan suara ketawanya yang aneh: "Kepada gundul, jangan banyak jual laga!
Orang2 yang datang hari ini, satupun tidak ada yang akan bisa keluar dari lembah ini dalam keadaan hidup".
Ia lantas lompat menerjang dan melakukan
serangan yang amat dahsyat.
"Belum tentu" sahutnya Hui-hui Taysu sambil
memuji nama Buddha. "Duk! duk!" Dua orang itu saling mengadu kekuatan masing2,
tapi Beng Sie Kui bukan tandingan Hui-hui Taysu, ia sudah dibikin terpental sampai sejauh 5 kaki. Darahnya bergolak.
Ketua partay Siauw-lim-pay dan pemimpin partay2
besar golongan Hian-bun ini, hari itu benar2 sudah 1164
meluap kegusarannya. Maka terus melancarkan
serangannya dengan tanpa mengenal kesian, hingga
sebentar saja sudah ada dua Tancu lagi yang dibikin terpental dari medan pertempuran.
Tiba2 terdengar suara bentakan. Dalam medan
pertempuran itu muncul lagi dua iblis. Satu adalah Cit-sat-sin Khong Bun Thian, satu lagi adalah Liong-tong Kim-ci atau Tikus kuning dari Liong-tong, yang dahulu pernah kalah ditangannya Lim Tiang Hong.
Dua orang itu dengan tidak banyak cingcong lantas menyerbu berbareng kepada Hui-hui Taysu.
Dikerubuti oleh dua iblis yang bukan bangsa
sembarangan itu, Hui-hui Taysu terpaksa mundur sampai 8 kaki.
Kedua iblis yang masing2 menjagoi daerahnya
sendiri2 itu, sebetulnya jikalau tidak terpaksa, mereka juga tidak akan menggunakan cara pengecut dengan
main keroyok demikian. Tapi hari itu keadaannya ada lain. Pertempuran ini sudah merupakan satu
pertempuran mati hidupnya masing2 pihak, maka segala tata tertib dan peraturan dunia kang-ouw sudah
dikesampingkan semua. 1165 Hui-hui Taysu yang dikeroyok oleh dua iblis itu,


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

meski semula terpaksa mundur, tapi kemudian ia bisa melayani dengan tenang. Semua kepandaiannya ilmu
silat golongan Siauw-lim-pay sudah dikeluarkan untuk menghadapi dua musuh tangguh itu.
Mari kita tengok keadaannya Hong-gwat Kongcu.
Dengan sebilah pedang panjangnya, ia melayani Kiu-ban-po dengan segenap tenaga. Dua lawan itu masing2 sama gesit dan lincahnya, hingga sebentar saja duaratus jurus lebih sudah dilalui, tapi kekuatan mereka berdua nampak masih berimbang.
Tiba2 ia dapat lihat Lim Tiang Hong diserang secara kalap oleh Pek-tok Hui-mo, sehingga terpaksa mundur berulang-ulang. Ia merasa cemas, maka lantas berseru:
"Saudara Lim, kau kenapa" Mengapa tidak mau turun tangan kejam?"
Lim Tiang Hong karena tadi terganggu pikirannya,
maka telah didesak oleh lawannya. Kini setelah ditegur oleh Hong-gwat Kongcu, seperti orang diketok kepalanya dan ketika ia menyaksikan keadaan dalam medan
pertempuran, orang2 dipihaknya sendiri telah berada dalam posisi yang sangat buruk, hingga hatinya sangat 1166
cemas dan semangat lantas bangun seketika. Sambil mengeluarkan siulan panjang, ia lantas melancarkan serangan pembalasan.
"Bang! bang! bang!"
Serentetan suara bagaikan ledakan bom, sebentar
saja ia sudah mengadu kekuatan sampai 3 kali dengan Pek-tok Hui-mo, yang akhirnya sudah membikin manusia buas itu sampai berkaok-kaok dan terdesek mundur
sampai 8 kaki. Lim Tiang Hong begitu berhasil memperbaiki
kedudukannya, kembali melancarkan serangannya secara bertubi-tubi. Tapi mendadak....
Pek-tok Kui-mo lingkarkan dan kedut lengannya
yang panjang, kemudian melancarkan serangannya yang aneh. Ini betul2 memang sangat aneh! Serangan itu tidak dilancarkan dari muka melainkan dengan cara memutar-mutar setengah lingkaran.
Dimatanya orang lain, serangan itu nampaknya
meski sangat aneh tapi sederhana dan seolah-olah tidak mengandung kekuatan, tapi Lim Tiang Hong yang sudah menyaksikan serangan demikian yang pada sebeiumnya 1167
sudah ditujukan kepada tiga Tianglo dari Siauw-lim sie, ia sudah tahu kalau serangan itu ada sangat lihay.
Maka, ia lantas angkat tangannya ke depan dada,
tangan itu kemudian dipentang lebar dan lantas
mendorong keluar.... "Ser! Ser!" Dalam medan pertempuran itu segera timbul angin
puyuh. Dan sungguh aneh. Pek-tok Hui-mo mendadak badannya dirasakan
seperti dipagut kalajengking. Ia berteriak-teriak bagaikan orang gila. Tubuhnya melesat satinggi satu tombak lebih.
Di tengah udara ia jumpalitan beberapa kali, baru berhasil memunahkan kekuatan tenaga dalam yang luar biasa hebatnya itu. Setelah melayang turun kembali di tanah, masih saja kakinya sempoyongan dan mundur
sampai 3 tindak, baru bisa berdiri tegak.
Tapi baru saja berdiri dalam keadaan kesima,
mulutnya sudah menyemburkan darah segar.
Tepat pada saat itu, dari jauh tiba2 Kelihatan sinar biru yang meluncur di tengah udara, kemudian disusui oleh serentetan jeritan ngeri dan dua sosok bayangan 1168
orang seolah olah asap terbang meluncur turun ke dalam lembah. Lim Tiang Hong yang bermata tajam, segera dapat lihat bahwa dua orang itu adalah satu paderi dan satu imam.
Paderi tua itu begitu tiba di dalam medan
pertempuran, lantas berkata sambil memuji nama
Buddha "Iblis! Dimana kau taruh itu kitab Tat-mo-keng dan bendera perserikatan! Lekas serahkan kembali
padaku!" Pek-tok Kui-mo mendadak keluarkan suara
ketawanya yang menyeramkan. Kemudian ia berkata
dengan suara bengis: "Mana bisa begitu gampang ha, ha, ha....."
Ia lalu tertawa pula dan tangannya lantas
melemparkan sebuah benda ke udara. Benda itu lantas meledak dan mengeluarkan sinar biru.
Orang Thian-cu-kauw yang sedang bertempur
mendadak pada tarik kembali serangan masing2 dan
lantas undurkan diri. Kiu-ban-po bersama empat orang pengawalnya
wanita2 Biauw-ciang sebaliknya sudah mengeluarkan 1169
sebuah buli2 dari dalam sakunya yang lantas dikebaskan ke arah para padri dan imam itu.
Dari mulut buli2 seketika itu keluar asap warna biru dan asap aneh itu dalam waktu sekejapan saja sudah meniup ke arah kawanan padri dan imam itu.
Hui-hui Taysu yang sudah banyak pengalaman
segera mengetahui apa adanya arti asap biru itu, maka lantas menyerukan untuk orang2nya dengan: "Itu Ban-ciong Tho hoa-ciang dari daerah Biauw ciang. Semua lekas tutup jalan pernapasan"
Ia sendiri lalu kebutkan lengan jubahnya yang
gedombrongan kemudian melancarkan tiga kali serangan dengan kecepatan luar biasa.
Orang2 yang berada dalam medan pertempuran
ketika mendengar seruan padri ketua Siauw-lim itu, masing2 juga melancarkan serangan untuk
membuyarkan asap yang menyerang muka itu, padahal itu hanya akal muslihatnya Kiu-ban-po saja, yang ingin bikin repot musuh2nya supaya bisa mengundurkan diri dengan aman. Begitulah, manakala semua orang kalang kabut mengusahakan supaya asap itu buyar, orang2nya 1170
Thian-cu-kauw sudah kabur semuanya, satupun tak ada yang ketinggalan.
Pada waktu itu di jalan lembah terdengar suara
"Srr! Srr! Peletak! Peletok!" yang tak henti2nya.
Dari empat penjuru mendadak menyembur keluar
kabut berwarna biru dan dalam waktu sekejap saja
sudah membikin gelap keadaan lembah itu.
Bersamaan waktunya dengan peristiwa itu terjadi,
suara aneh yang amat menyeramkan kedengaran disana sini. Diatas bukit tiba2 juga meluncur turun banyak benda yang mengeluarkan asap beracun hingga ini
membuat keadaan dalam lembah itu menjadi gelap dan orang tak dapat membedakan arah lagi.
Tidak antara lama dari sana sini terdengar suara
orang yang jatuh bergedebukan, sebab orang2 yang
kepandaian serta kekuatan dalamnya belum cukup
sempurna, tak dapat menahan hawa racun itu dan pada jatuh menggeletak di tanah.
Lim Tiang Hong sendiri oleh karena pernah makan
nyalinya naga beracun, badannya telah menjadi kebal untuk setiap racur. Manakala menyaksikan keadaan
kawannya itu, lantas berseru dengan suara nyaring: 1171
"Kabut ini ada racunnya! Cianpwee sekalian supaya suka tutup sementara jalan pernapasan masing2!"
Kemudian dikeluarkan ia seruling emas dari
badannya, dan lantas menyusup diantara kabut tebal itu, terus lari ke atas bukit.
Siapa tahu dia menempuh jalan yang tidak benar.
Jalanan yang melalui batu2 cadas itu, ternyata adalah satu jalan buntu. Bukit itu, tingginya kira2 seratus tombak lebih, dalam keadaan mendongkol pemuda ini lantas kerahkan seluruh tenaganya, terus melayang ke dalam bukit.
Tidak nyana kakinya baru menginjak lamping bukit, di atas bukit itu terengar suara orang menggeram. Batu besar telah melayang turun meng-gelinding2 laksana air hujan.
Terpaksa pemuda ini gerakkan tangannya,
membikin terpental batu2 itu, tetapi tidak urung
badannya harus mental balik ke bawah.
Pada saat Lim Tiang Hong melayang turun itu,
segera mengetahui bahwa ada empat orang padri yang berjalan memasuki mulut lembah, sedang bertempur
sengit dengan orang2nya Thian-cu-kauw. Maka ia lantas 1172
berseru dengan suara nyaring, "Lekas menerjang ke ujung barat daya!"
Tangannya lalu bergerak, tiga bilah pedang pendek yang mengeluarkan sinar berkeredapan memecah asap yang mengulek itu, terus meluncur kearah mulut lembah.
Sebetulnya betapapun cemas perasaan hatinya, pun
tiada guna berbuat demikian, sebab kawanan padri dan imam itu, kecuali beberapa orang yang masih bisa
beigeiak, yang lainnya sudah pada dibikin pingsan oleh kabut beracun itu. Disamping itu, masih ada beberapa orang lagi yang selang berusaha menahan napas dengan duduk bersila bergerak saja tidak berani
Maksud Lim Tiang Hong meluncurkan tiga pedang
pendek tadi, se-mata2 hanya untuk memberi tanda
jurusan mana yang harus ditempuh oleh kaum padri itu.
Tetapi orang yang bisa keluar dengan mengikuti obor sinar pedang itu, hanya Hui-hui Taysu, Pek-ho Totiang, Hong-gwat Kongcu dan satu satu padri tua dan imam tua yang datang belakangan.
Rombongan orang2 yang disebut belakangan ini
begitu tiba di mulut lembah segera dapat iihat empat padri dari bagian penyimpan kitab gereja Siauw lim-sie.
1173 Dua diantaranya sudah terluka, tetapi semua masih bertempur mati2an dengan orang2nya Thian-cu-kauw
yang mengepung mereka. Hong-gwat Kongcu yang semenjak dijelmakan jadi
manusia sampai dewasa itu belum pernah menemui
kegagalan atau kerugian semacam itu, lantas menjadi gusar. Dengan pedang panjangnya yang lemas diputar laksana titiran, lalu menerjang orang2 Thian-cu-kauw yang mengepung empat padri penyimpan kitab itu.
Hui-hui Taysu, Pek-ho Totiang, serta lain2nya saat itu juga agaknya telah meluap kegusarannya. Tanpa kenal apa artinya kasihan lagi, semua lantas turun kegelanggang tempur itu sambil ayun tangan masing2.
Tetapi orang2 yang ditugaskan menjaga mulut
lembah itu bukanlah orang2 sembarangan. Apalagi di pihaknya Hui-hui Taysu dan kawan2nya meskipun sudah menutup jaian pernapasan mereka, tapi sedikit banyak juga pernah mencium sedikit kabut beracun itu, hingga kekuatan merekapun sedikit banyak terpengaruh juga.
Maka sekalipun mereka keiihatannya bertempur mati2an, juga belum berhasil mengundurkan orang2 Thian-cu-kauw itu.
1174 Kita tengok lagi Lim Tiang Hong.
Pemuda ini setelah meluncurkan tiga bilah pedang
pendek ke mulut lembah, badannya sendiri telah
melayang mengikuti arah meluncur pedang2nya tadi.
Disitu segera dilihatnya, orang2 yang menjaga
mulut lembah itu disamping orang-orangnya Thian-cu-kauw rendahan, pun masih terdapat Beng Sie Kiu, Khong Bun Thian Liauw-tong Kim-cie, Hwee-san Koay-khek, Mo-kiong Toa-nio dan beberapa Tancu, boleh dibilang semua mereka adalah orang2 terkuat di kalangan kang-ouw.
Sedang dipihaknya rombongan padri yang hendak
menerjang keluar, cuma beberapa orang itu saja dan keiihatannya semuanya telah terkena kabut racun, maka seketika itu hawa amarahnya lantas meluap. Napsu
membunuhnya tak dapat dikendalikan lagi. Sambil
ketawa dingin, lantas menerjang orang banyak itu.
Sial adalah Mo-kiong Toa-nio. Perempuan ini
agaknya tak dapat melihat gelagat, masih mengayun gendewa di tangannya menyambuti kedatangan Lim
Tiang Hong. Oleh karena Lim Tiang Hong saat itu sudah
bertekad akan membasmi habis2an kawanan iblis itu, 1175
maka ketika mendapat sambutan senjata Mo-kiong Toanio, sengaja tidak berkelit, pun tidak menyingkir, sebaliknya sudah angkat seruling emasnya dan menangkis senjata anehnya Mo-kiong Toa-nio, kemudian terus menyeruduk dan menghajar iblis perempuan itu dengan tangan kirinya.
Setelah sambaran angin hebat meluncur keluar dari tangannya, lantas terdengar satu jeritan ngeri. Mo-kiong Toa-nio si iblis wanita telah diterbangkan badannya ketengah udara untuk selanjutnya melayang turun ke dalam jurang ditepi lembah yang curam itu.
Liai Tiang Hong setelah berhasil bereskan jiwa Mo-kiong Toa-nio dengan sekali pukulannya, tanpa menoleh pula seruling emasnya kembali dikerjakan, kini diarahkan ke badan Beng Sie Kiu.
Tetapi dasar Beng Sie Kiu orang licik luar biasa, begitu lekas melihat Lim Tiang Hong datang dengan sikap begitu buas, tidak berani menyambuti jojohan seruling anak muda itu, hanya kelitkan badannya dan terus mundur ke samping.
Kini yang sial adalah empat orang Tancu dibelakang wakil ketua Thian-cu-kauw itu. Mereka yang sama sekali 1176
takkan menduga wakil ketua itu akan menyingkir,
serangan Lim Tiang Hong yang terus melepas kedepan dengan telak menghajar empat orang itu.
Empat2nya seketika itu juga terpental dan ambruk
tiada napas lagi, mati seketika itu juga.
Pada saat itu dari luar lembah nampak lari
mendatangi tiga orang. Orang2 ini dengan kecepatan bagai angin memburu ke tempat itu, setelah berhadapan dengan Lim Tiang Kong lantas berkata: "Kongcu, harap lekas masuk ke dalam lembah dan tolonglah orang2 itu.
Segala kawanan anjing bau busuk ini serahkanlah saja pada kita yang membereskan"
Lim Tiang Hong kenali ketiga orang itu adalah si
pengemis Pincang bersama Gin-sie-siu dan Ceng-pao-siu.
Dia percaya benar ketiga orang2 Hong-hong-tie ini sudah cakup untuk menghadapi orang2nya Thian-cu-kauw
disitu, maka tanpa menjawab apa2 lagi lantas
mencelatkan badannya kembali memasuki lembah.
Mendadak hidungnya dapat mengendus bau harum.
Sesosok badan kecil yang ceking langsing melayang turun didampingnya yang kemudian menyusul kata2nya itu yang amat merdu: "Tunggu dulu, isap dulu pil ini 1177
dalam mulutmu, setelah itu tidak usah kau takuti lagi kabut racun itu"
Bau harum semerbak yang menusuk hidung, suara
merdu yang masuk telinga, membuatnya tersadar
seketika, mengetahui siapa gerangan yang di dekatnya itu. Dalam girangnya sampai membuatnya seperti orang lupa daratan, lantas ulur tangan dan menarik tangan orang yang putih halus itu seraya katanya dengan nada bersemangat. "Sejak kapan kau datang?"
Wanita yang baru datang kiranya adalah Yu-kok
Oey-eng, dengan perlahan melepaskan cekalan tangan Lim Tiang Hong, baru berkata: "Semua boleh dibicarakan nanti belakangan, sekarang yang paling penting tolong orang dulu"
Dengan paksa dimasukannya sebutir pil Pek-co Pie-
tok-tan itu ke dalam mulut si pemuda.
Hakekatnya, Lim Tiang Hong tiadalah
membutuhkan obat serupa itu, tetapi merasa tidak enak menolak kebaikan hati nona itu, maka ia mandah dijejali obat itu ke dalam mulutnya.
Yu-kok Oey-eng yang melihat Lim Tiang Hong
sudah mengisap obat itu, perlihatkan senyum ramah, 1178
kemudian dari dalam sakunya mengeluarkan lagi sebutir mutiara liongcu yang lantas diletakkan di tangannya.
Lim Tiang Hong masih mengenali mutiara itu
sebagai salah satu dari empat butir Liongcu yang
didapatnya dari dalam perut naga raksasa Hong hong Pit-kok. Tetapi sebetulnyalah, dia tiada mengetahui apa kegunaan mutiara tersebut, yang kala itu nampak
dibolang-balingkan. Selagi nenanyakan apa gerangan yang diperbuat si
nona, khasiat mutiara itu lantas terbentang didepan mata.
Sebab selagi badan mereka terliputi kabut beracun, mutiara itu mengeluarkan sinarnya yang terang
benderang, yang seketika membuat lembah menjadi
merah kekuning2an. Dan apa yang membuatnya lebih
heran, dimanapun sinar itu memancar, kabut beracun itu se-olah2 saja tersorot sinarnya mentari yang pecah berantakan dan jadi lumer. Sekejap mata saja kabut beracun yang tebal itu sudah musnah tanpa bekas.
Menyaksikan keganjilan demikian, Lim Tiang Hong
berseru kaget. 1179 Yu-kok Oey-eng kembali mengeluarkan sebuah
botol kecil dari dalam sakunya yang lantas disesapkan ke tangan Lim Tiang Hong dan berkata seraya tersenyum:
"Jangan ribut2, lekas pergi tolong sajalah"
Lim Tiang Hong agaknya baru tersadar bahwa
dibawah banyak orang menggeletak yakni orang2 berupa padri maupun imam, maka lantas membuka sumbat
botol yang diterimanya. Pil warna hijau lantas
dimasukkan sebutir2 di mulut tiap2 orang yang pingsan itu.
Pada saat itu kabut beracun di dalam lembah telah dibuyarkan semua oleh sinar yang keluar dari mutiara Liong-cu itu hingga tertampak kembali alam lembah yang semula.
Ketika menengok kemulut lembah, orang2 Tlhian-
cu-kauw ternyata telah dibikin tunggang langgang oleh tiga serangkai Hong-hong-tie yang berkepandaian tinggi luar biasa itu. Nampak mereka banyak yang kabur sipat kucing, diikuti oleh orang2 yang agak kuatan di belakang.
Hui-hui Taysu dan lain2nya terlihat sedang
pejamkan mata dan bersila. Agaknya mereka tengah
berusaha hendak mengeluarkan hawa racun yang masuk 1180
ke dalam dirinya. Sedangkan padri dan imam itu yang datang belakangan itu, entah telah kemana, tiada
nampak di situ. Kalau Lim Tiang Hong mengingat kejadian yang
amat mengerikan tadi, perasaan gemasnya timbul
kembali. Dengan membawakan kegemasannya itu dalam suaranya, berkata anak muda ini: "Kalau sebelumnya aku sudah tahu iblis itu demikian kejam dan jahat, niscaya siang2 sudah kuambil jiwa anjingnya"
Si pengemis pincang mendadak berkata sambil
ketawa: "Jikalau bukan karena Kok-cu yang memesan ber-ulang2, apakah Kongcu kira aku si pengemis
gampang2 bisa lepaskan manusia muka anjing itu?"
Lim Tiang Hong tercekat, tergerak hatinya agaknya
"Kok-cu yang barusan kau sebut tadi siapakah
sebetulnya?" demkian tanyanya. "Kenapa dia tidak
biarkan kalian habiskan saja riwayat iblis buas itu?"
Pengemis pincang agaknya tidak menduga akan
menerima pertanyaan serupa itu, kelihatan bagai
gelagapan, matanya terbuka lebar2, tetapi tiada keluar sepatah katapun dari muiutnya.
1181 Gin sie-siu buru2 menalangi kawannya bicara:
"Perkara itu Kongcu dikemudian hari akan tahu sendri, lagipun iblis itu mempunyai banyak kaki tangan,
sarangnya bukan cuma satu dua. Kalau kita benar2 ingin merenggut nyawanya, juga bukan suatu perkara mudah.
Apalagi masih ada itu nenek Biauw-ciang di sampingnya, lebih2 sukar lagi rasanya. Hari ini, kita sudah dapatkan hasil boleh juga sudah mendapatkan keuntungan besar.
Lim Tiang Hong masih ingin ber-tanya2 kalau tidak mendadakan sekali disitu nampak berkelebat bayangan merah. Itulah Yong-jie, yang bagaikan kupu2 terbang turun tepat di hadapan si pemuda sedang tangannya nampak mencekal satu bendera segitiga warna kuning.
Gadis cilik ini membeber bendera itu seraya katanya "iblis itu benar2 amat licik! Dengan susah payah aku cuma berhasil dapatkan bendera pusaka, kitabnya tak tahu dimana dia simpan, belum dapat kutemukan"
Lim Tiang Hong kenal baik dengan bendera pusaka
dari enam partai besar itu, maka lantas buru2
menyambuti bendera yang sudah diangsurkan
kepadanya itu seraya katanya kepada Hui-hui Taysu sekalian: "Bendera ini harap suka kalian terima dulu, 1182
sedang kitab Tat-mo-keng terpaksa lain kali kita
bicarakan lagi" Pek-ho Totiang terima kembali dengan dua tangan
terbuka, sedang mulutnya tiada berhenti mengucapkan terima kasih.
Partai Siauw-lim pay dan enam partai besar lainnya, kali ini dalam perjalanan kebukit Ban-kiap-hong, bukan hanya tiada mendapatkan hasil sedikitpun, bahkan
hampir membawa maut bagi seluruh orang2nya di dalam lembah Toan-beng gay. Apabila tidak ada bantuan Lim Tiang Hong dan orang2nya Hong-hong-tie, tak tahulah bagaimana nasib mereka diwaktu sekarang ini.
Saat itu semua orang yang pingsan lama atau cepat telah siumam kembali. Dengan wajah kucel mereka
lantas berkumpul di suatu tempat dan kemudian berlalu meninggalkan lembah tersebut.
Si pengemis pincang serta dua orang kawannya,
pun telah berpamit kepada Lim Tiang Hong, hingga disitu hanya Yu kok Oey-eng yang masih berdiri tenang di pinggir jalan. Dengan dongakkan kepala, nona ini
nampak memandang angkasa dengan awannya yang
ber-kejar2an. 1183 Terhadap gadis misterius yang mengaku bakal
isterinya ini, sebenarnya dalam hati Lim Tiang Hong telah tumbuh perasaan aneh. Dia agaknya sangat berharap bisa selalu berdampingan dengan gadis jelita itu, namun diatas diri wanita muda itu se-akan2 ada kewibawaan agung yang tak dapat sembarangan dilanggar.
Saat itu, semua orang telah berlalu. Hanya
tinggallah dia seorang masih berdiri dengan sikapnya yang aneh itu. Maka lalu ia menghampiri si gadis dan lekas juga berkata dengan suara perlahan: "Encie Oey-eng, kau pikir hendak kemana lagi" Bolehkah kita
berjalan sama2?" Tiba2 Yu-kok Oey-eng menyahut sambil ketawa
dingin: "Jangan panggil2 segala 'encie' yang memualkan itu. Lebih baik kau pergi, carilah encie Kouw-loanmu"
Lim Tiang Hong yang mendapat sambutan kata2
tidak enak demikian, hatinya dirasakan panas, maka seketika itu berkata juga dengan sikap dingin: "Aku toh tidak pernah melakukan kesalahan padamu bukan" apa artinya perlakuanmu hati ini terhadapku begitu?"
"Jikalau mau suruh orang lain tidak tahu, lebih baik sendirinya jangan berbuat. Antara aku dengan kau, kalau 1184
bukan karena sudah ditetapkan ikatannya oleh orang2
tua kita, sudah pasti aku tak sudi lagi perdulikan segala keperluanmu" demikian adalah sambutan Yu-kok Oey-eng, diucapkannya kata2nya menghela napas dan begitu lekas habis perkataannya, kakinya menotol tanah,
sebentar saja gadis jelita itu lenyap dari pandangan mata si pemuda.
Lim Tiang Hong yang mendengar kata2 Yu-kok
Oey-eng yang terakhir, merasa hatinya "dak dik duk" kan.
Diam2 dia mengeluh sendiri. 'Tentu urusan itu yang menimbulkan kesalahan pahamannya, sekarang
bagaimana aku harus lakukan?" demikian pikir anak muda ini dalam hatinya.
Tiba2 di belakangnya terdengar suara Hong-gwat
Kongcu yang berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Itu betul! Jikalau suruh orang lain tidak tahu, sebaiknya sendirinya janganlah berbuat! Sungguh jitu!. Sekarang urusan disini sudah selesai, mari kita pergi ber-sama2
keselat Bu-ceng-hiap. Peristiwa malam itu kalau tidak dibikin terang, dikemudian hari masih banyak kerewelan"
Lim Tiang Hong merasa perkataan Kongcu itu ada
benarnya. Sebab apabila urusan menodai Henghay
1185 Kouw-loan itu tidak dibikin terang, bagaimana
dikemudian hari bisa menemui suhunya" Lagipun, ia perlu bertemu dengan Heng-thian It-ouw, sebab sejak terjadinya peristiwa di lembah itu, sampai kini belum ada kabar cerita yang berkenaan dengan nenek itu.
Meski Heng-thian It-ouw si nenek itu berkepandaian amat tinggi, namun masih juga tidak merasa iega hatinya sebelum bertemu muka, maka lantas menjawab ajakan si Kongcu: "Baiklah, mati kita pergi"
Hong-gwat Kongcu tersenyun, lalu ulapkan
tangannya kepada orang2nya yang delapan itu seraya katanya: "Kalian tak usah ikut kami, lekas pergi dan selidiki apa didunia kang-ouw masih ada orang yang bisa menyaru To-liong Kongcu. Begitu lekas dapat kabar, lekas sampaikan padaku dengan tanda kilat"
Sehabis berpesan demikian kepada orang2nya,


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Kongcu ini menoleh kepada Lim Tiang Hong melanjutkan pula: "Saudara Lim mari berangkat"
Pikiran dalam otak Lim Tiang Hong pada saat itu
boleh dikata paling ruwet. Dia benci sekali kepada manusia rendah yang menyamar sebagai To-liong
1186 Kongcu. Apabila saat iiu ia bisa bertemu dengan manusia terkutuk itu, pasti ia akan membinasakan orang itu.
Ketika mendadak mendengar lagi ajakan Hong-gwat
Kongcu segera ia panjangkan langkahnya berjalan ke luar lembah dengan sikap lesu.
(dw-kz) Bab 30 Kita sekarang tengoki Heng-thian It-ouw, yang
malam itu. sedatangnya orang tua yang memakai senjata huncwe di tempat kediamannya.
Nenek ini diperlakukan demikian, sudah tentu jadi sengit dan tidak bisa membiarkan orang itu kabur. Lantas mengejar dan keluar dari selat melanggar peraturannya sendiri.
Orang tua yang bersenjatakan huncwe itu adalah
Cit-sat-sin Khong Bun Thian.
Cit-sat-sin Khong Bun Thian membawa petunjuk
Pek-tok Hui-mo sampai di lembah Bu-ceng-hiap,
maksudnya ingin mengadakan penyelidikan, sama pula dengan niatnya Tiat-hie Sie-seng yang ingin menyelidiki 1187
tentang kebenanarnya Bu-ceng Kiam-khek muncul lagi ke dunia persilatan.
Ketika Khong Bun Thian mengetahi Hang-thian It-
ouw mengejarnya sampai keluar lembah, segera lari menuju ke dalam rimba lebat yang terdapat dalam selat itu. Agaknya kenal baik dia dengan seluk beluk tempat itu, hingga hanya dengan beberapa kali putaran, bisa mengelabui mata Heng-thian It-ouw sampai nenek ini merasa amat mendongkol.
Justru pada saat itulah, dari dalam rimba muncul
seorang pelajar pertengahan umur yang menuding muka si nenek, sambil ketawa ber-gelak2 berkata: "Heng-thian It-ouw! Bukankah kau pernah beberapa kali mengatakan mau cari aku si pelajar miskin buat bikin perhitungan"
Tempat ini kiranya baik juga buat kita bertempur mati2an bukan?"
Heng-thian It-ouw segera mengenali bahwa orang
itu tidak lain daripada Tiat-hie Sie-seng sendiri, kegusarannya saat itu sudah memuncak, tiada tempat untuk dapat melampiaskan perasaan maka begitu lekas mendengar kata2 pelajar pertengahan umur itu, lalu angkat tongkatnya dan membabat sengit.
1188 Tiat-hie Sie-seng berkata sambil ketawa dingin "Kau benar2 semberono sekali!" Senjatanya berupa alat gosok bak segera terangkat dipakai menyambut tongkat si nenek.
Kedua rupa alat senjata itu beradu, lantas terpancar sinay yg berkeredepan akibat benturan keras.
Tiat-hie Sie-seng sudah lama mengasingkan diri.
Selama menyekap diri itu, dia telah dapatkan banyak kemajuan dalam ilmu silatnya. Niatnya yang besar, mencari Bu-ceng Kiam-khek buat membalas sakit hati kekalahannya waktu dahulu. Meskipun tidak berhasil menemukan Bu-ceng Kiam-khek sendiri, kini bertemu dengan Heng-thian It-ouw penghuni selat Bu-ceng-hiap, sudah tentu tak mau membiarkan kesempatannya lepas begitu saja. Maka ia segera juga membuka serangannya, senjatanya berupa alat gosok bak itu, dengan
mengeluarkan angin men-deru2 dalam waktu sekejapan sudah melancarkan serangannya sampai dua puluh satu kali.
Sambaran angin yang keluar dari senjata pelajar itu yang begitu aneh, telah membikin tumbang pohon2
besar yang terdapat di seputar situ.
1189 Heng-thian It-ouw yang beradat keras, dalam
pertempuran selamanya menggunakan cara keras, baik melawan kekuatan lunak, maupun kekuatan kerat. Maka senjatanya yang ber-putar2 itu, mengandung kekuatan tenaganya yang penuh, dan setiap serangan yang
dilancarkan Tiat-hie Sie seng disambutnya semua dengan keras, dan setelah itu dengan tongkatnya yang bagaikan titiran balas mengadakan penyerangan sampai duabelas kali.
Pertempuran cara demikian sebelulnya melanggar
pantangan bagi orang persilatan. Tetapi si nenek
melanggar juga pantangan itu, hingga mau tak mau
membikin terkejut hati Tiat-hie Sie seng. Namun karena urusan sudah terlanjur dicari, terpaksa mengumpulkan semua tenaganya dan mengadu kekuatan dengan keras pula. Sebetulnya, pertandingan dari orang2 yang
memiliki kepandaian amat tinggi bagai dua orang ini, semestinya hanya mengutamakan kebesaran tenaga
dalam dan kecerdikan otak, se-kali2 tiada dibenarkan memakai cara kekerasan atau menggunakan tenaga luar.
Tetapi dalam pertempuran malam itu, dua orang itu bagaikan dua ekor kerbau tengah mengadu kekuatan.
1190 Setiap serangan yang keluar dari pihak manapun juga, selainnya keras yang amat keras, juga cepat teramat cepat. Maka dalam waktu sekejapan saja lima puluh jurus telah berlalu.
Tiat-hie Sie-seng mendadak ketawa ber-gelak2 dan
menggunakan satu kesempatan baiknya untuk berkata:
"Hei!" teriaknya "Nenek tua, kau ini sedang bertempur mengadu kepandaian atau buat adu jiwa?"
Heng-thian It-ouw kertak giginya. Dengan wajah
beringas dan senjata diputar keras menghantam
kedepan, berkata: "Aku si nenek selamanya tidak pernah memberi ampun dengan tongkatku ini. Jikalau kau takut lekas berlutut didepanku untuk mengakui kekalahanmu supaya nenekmu bisa ampunkan kesalahanmu!"
Tiat-hie Sie-seng lantas menyahut dengan suara
gusar: "Kentut! Apa kiramu aku si pelajar miskin takuti kau"!"
Mendadak Tiat-hie (alat penggosok bak)-nya dicekal erat-erat dan lantas diputar laksana angin, dengan cepat melancarkan serangan sampai delapan belas kali.
Serangan yang dilakukan gencar sekali itu, memang jauh berbeda dengan semula. Sebentar saja, dimedan 1191
pertempuran itu bagai tertutup selaput hitam, dan suara men-deru2 terus mendesak Keng-thian It-ouw, membuat nenek itu kewalahan hingga mesti mundur ber ulang2
sampai delapan kaki. Heng-thian It-ouw saat itu sudah kelihatan kalap.
Serangan Tiat-hie Sie-seng begitu mengendur sedikit, tongkatnya lantas berganti mengadakan desakan hebat, hingga sebentar saja Tiat-hie Sie-seng sudah terdesak kembali sampai ke tempatnya semula.
Pertempuran sengit secara mati2an itu berlangsung terus dan duaratus jurus lebih telah dilampaui!
Kekuatan tenaga murni dua2nya, sudah terhambur
hampir separuh, namun pertarungan agaknya tidak kalah sengit dengan sewaktu mula2 mereka bergebrak.
Tiat-hie Sie-seng sebagai pelajar cerdik, sembari bertempur menggunakan daya pemikirannya. "Jikalau cara bertempur begini diteruskan juga, dua2 aku dan dia pasti sama2 akan terluka berbareng".
Maka dalam hatinya lalu timbul pikiran untuk
mengunjukkan diri. Tapi buat orang2 yang sudah terkenal namanya
bagai dia dan nesek itu, nama baik dianggap lebih 1192
penting dari pada jiwa melayang. Biarlah jiwa hancur lebur asalkan jangan sampai kejadian melawan orang mundur membawa malu.
Setelah berpikir bolak balik, pelajar ini kembali pusatkan seluruh kepandaian dan kekuatannya. Setelah keluarkan bentakan hebat, senjata anehnya dipakai menyambuti tongkat si nenek.
Manakala dua rupa alat senjata itu terbentur,
seketika terdengar suara dentuman hebat. Seruan
tertahan dan entah apa lagi sudah tak dapat dibedakan.
Heng-thian It-ouw menggunakan dua2 tangannya
mencekal tongkatnya. Tipu serangan yang dikeluarkan adalah yang dinamakan Ngo-teng Khay-san. Sedang
pelajar itu, pun gunakan kedua belah tangannya
memegang senjata anehnya, hingga merupakan sikap
Thian-ong Tek-ta (Malaikat dari langit menyongsong pagoda).
Dua orang itu mendadak berputaran beberapa kali
bagaikan roda kereta keiihatannya, kemudian ke
dua2nya tak dapat bergerak lagi.
Jelas kalau mereka dari caranya bertempur dengan
tenaga luar, telah merubah dari pertarungan dengan adu 1193
tenaga dalam. Hingga dalam pertempuran yang tadi
kelihatan berlangsung suatu pertarungan hebat tiada tara, kini teiah menjadi sepi sunyi, mungkin tiap2 orang itu dapat menangkap suara tarikan atau pembuangan napas dari lawannya sendiri, boleh jadi jarum jatuh disitu akan terdengar oleh mereka.
Meskipun masing2 telah paham dan mengerti
bahwa apabila keadaan ber-larut2 dengan cara demikian, pasti kedua2nya akan tewas karena kehabisan tenaga.
Namun, diantara kedua orang itu, bagaikan tak ada perasaan suka mengalah. Kenyataannya. ke-dua2nya
telah kerahkan seluruh kekuatan serta kepandaian untuk melawan, menolak atau menahan serangan lawan.
Kedua pihak sama2 kini berharap kelengahan pihak
lawan supaya bisa mencuri kesempatan merobohkan
musuh. Akan tetapi, semua itu hanya harapan hampa belaka, sebab kekuatan kedua pihak boleh dikata
berimbang benar. Siapapun kiranya takkan berdaya
saling merobohkan, maka berkuteannya kedua orang itu, mau tidak mau telah berlangsung lama sekaii
Keringat mereka mengucur laksana ar hujan,
sedang napas mereka memburu bagai pelari marathon.
1194 Suara napas dari per-lahan2 kedengaran bagai bunyi guntur dan geledek. Kelihatannya tidak selang lama kemudian ke-dua2nya akan jatuh di tanah dan tewas berdua2.
Saat itu cuaca terang. Sinar matahari pagi yang
baru timbul menyorot menembusi cela2 pohon yang
rindang, menyinari dua wajah yang pucat pasi laksana kertas. Dua orang yang masih berkutetan itu nampak sudah lemah sekali, mungkin satu kepalan yang dikirim oleh satu anak umur tiga tahun saja tak sanggup mereka terima. Apabila ada orang jahil, dengan telunjuk jari tangan saja, menotok sekali, niscaya segera mereka akan bertemu dengan kematian.
Dalam saat2 genting itu, tiba2 seorang pelajar
pertengahan umur berwajah tampan dengan perawakan badannya yang tinggi tegap, dengan tenang tak bersuara melayang turun ke dalam rimba.
Gerak gerik orang itu begitu gesit dan entang
sekali. Berjalan sampai kedepan dua orang2 itu, lalu goyang2kan tangannya dan keluarkan helaan napas.
Mendadak tangannya terangkat dua2, dengan dua
lengan bajunya itu mengebut dua rupa senjata yang 1195
saling bertempelan itu. Kemudian dua tangannya dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar badan kedua orang itu.
Gerakannya demikian gesit serta lincah sekali.
Selagi tenaga perlawanan dua orang itu mengendur atau lebih tepat barangkali kalau dikata musnah sama sekali, ternyata telah mendapat tunjangan dari semacam
kekuatan lunak, hingga tidak sampai mereka jatuh
ambruk. Pelajar pertengahan umur yang tampan itu,
kemudian dengan kegesitan tubuhnya yang amat luar biasa, telah memasukkan sebutir obat disetiap mulut kedua orang itu.
Tiat-hie Sie-seng dan Hong-thian It-ouw semua
sudah dapat melihat dengan tegas wajah pelajar
pertengahan umur yang tampan itu. Akan tetapi kala itu, mereka tak mempunyai tenaga baik untuk keluarkan
sepatah katapun. Setelah obat pil masuk ke dalam mulut, kedua2nya
buru2 pejamkan mata dan duduk bersila untuk
memulihkan tenaga. 1196 Karena kedua orang itu semua ada merupakan
orang2 kuat yang mempunyai kebesaran tenaga dalam cukup sempurna, kini mendapat bantuan obat mujarab, sebentar saja telah pulih dan normal kembali kekuatan mereka. Dan manakala ke-dua2nya berbareng buka
mata, pelajar pertengahan umur tuan penolong mereka tadi sudan tiada kelihatan mata hidungnya.
Terpaksa mereka berbangkit dan goyang2kan
kepala sambil ketawa getir.
Tiba2 Heng-thian It-ouw keluarkan bentakan
kerasnya. "Pelajar Miskin, kali ini kita adu kekuatan hitung2 seri saja! Dikemudian hari, dimana saja kita bertemu, disitu lagi kita bikin perhitungan!"
Berubah seketika wajah si pelajar, sambit ketawa
dingin menjawab "Tidak perlu kau begitu obral napsumu, aku si pelajar miskin, setiap waktu bisa menantikan kedatanganmu"
Sehabis berkata pelajar ini balik badan dan lantas menghilang dibalik pohon besar.
Setelah mengalami pertempuran sengit semalam
suntuk itu, otak Heng-thian It-ouw yang terasa panas per-lahan2 dingin kembali. Se-konyong2 nenek ini ingat 1197
pada muridnya, Heng hay Kouw-loan yang pun telah
keluar dari selat Bu-ceng-hiap. Dia tak tahu muridnya itu bertemu kawan atau lawan, maka dengan cepat kembali ke tempat kediamannya, menunggu sampai satu hari, belum terlihat sang murid itu kembali. Dua haripun sama saja.
Heng-thian It-ouw yang hanya mempunyai murid
seorang seperti Henghay Kouw-loan itu, sudah tentu kuatirkan sangat keselamatan murid itu. Ia lantas keluar lagi dan lembahnya untuk mencari.
Tetapi kala itu Henghay Kouw-loan sudah sampai di Kang-lam. Sudah tentu sang guru ini tiada berhasil mencari muridnya, men-cari2 lagi sampai di beberapa tempat tetapi tetap dengan hasilnya nihil, hingga terpaksa kembali lagi ke selat Bu-ceng-hiap.
Kebetulan Henghay Kouw-loan juga sedang dalam
perjalanan pulang. Tidak antara lama datang juga di selat itu.
Ketika semula ditanyakan gurunya pengalaman
muridnya, sang murid ini tak mau mengatakan apa2. Dan guru yang bermata jeli inipun tahu adanya perubahan nyata yang janggal dari muridnya itu. Maka terus
1198 menanya dan menanya, hingga murid ini yang merasa terdesak lalu mengaku terus terang.
Heng-thian It-ouw yang memang kandung maksud
ingin menjodohkan Lim Tiang Hong dengan muridnya.
Maka setelah mendengar penuturan muridnya yang
dikatakan sambil menangis, ia juga tidak gusar. Tetapi kemudian, setelah Henghay Kouw-loan kembali
menceritakan dengan suara ter-putus2 yang Lim Tiang Hong tidak mengakui perbuatannya, nenek ini tampak kalap. "Binatang itu sungguh besar sekali nyalinyai"
demikian serunya. "Mari ajak aku cari manusia binatang itu!"
Henghay Kouw-loan masih hendak memberi
penjelasan, tetapi Heng-thian It-ouw kalau sudah naik darah, siapapun jangan harap bisa meng-halang2i
maksudnya. Maka hari itu juga guru ini menyeret
muridnya ke luar lembah, yang dituju arah selatan.
Tidak nyana, berjalan belum berapa jauh, sudah
berpapasan dengan Lim Tiang Hong yang diikuti oleh serombongan orang2 kang-ouw yang semua umumnya
kasar. 1199 Itu Lim Tiang Hong, sebetulnya adalah Im Tay
Seng. yakni ketua muda (Siauw Kauwcu)-nya Thian-cu kauw.
Begitu berbentrok dengan Henghay Kou-loan, Im
Tay Seng hendak menyingkir.
Heng-thian It-ouw yang jeli matanya, segera
mengetahui itu, lantas membentak "jangan bergerak!"
Dan nenek ini lalu maju mendekat. "Lim Tiang Hong"
itu dengan satu tangan disambarnya pergelangan tangan pemuda itu.
Im Tay Seng atau "Lim Tiang Hong tetiron' itu gemetaran sekujur badannya dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Anak buah Im Tay Seng yang kasar2, manakala
melihat Cukongnya tertangkap orang, lantas pada
menyerbu dengan senjata2 terhunus.
Heng-thian It-ouw lantas membentak dengan
suaranya yang keras: "Apa kalian cari mampus!"
Tongkatnya lalu berputar, membabat ke-orang2 itu.
Sebentar lalu terdengar suara seram, jeritan ngeri terdengar saling susul.
1200 Dua orang yang menerjang duluan, sudah dibikin
terpental susul menyusul oleh tongkat nenek ganas itu.
Im Tay Seng lantas berseru. "Tahan! Kau jangan
bergerak sembarangan!"
Pemuda ini yang memiliki sifat2 sama dengan watak tabiat ayahnya, tidak heran kalaupun terlalu licik dan banyak akalnya. Meskipun telah mengetahui benar
semua persoalannya, tetapi masih berpura2 tidak tahu dan selanjutnya berkata lagi "Locianpwe, kau tanpa sebab menawan aku yang rendah, entah ada urusan
apakah sebabnya?" Heng-thian It-ouw hanya pernah sekali melihat Lim Tiang Hong, yakni ketika pemuda berjulukan To-liong Kongcu itu berkunjung ke tempat kediamannya. Maka ketika melihat Im Tay 5eng, lantas menyangka Lim Tiang Hong juga. Maka segera berteriak. "Bagus sekali
perbuatanmu...." Tapi Im Say Seng masih dengan sikap berlagaknya,
bertanya: "Entah apa yang Locianpwee maksud dengan ucapanmu tadi?"
Heng-thian It-ouw saat sudah murka benar2, tidak
memikir panjang lagi dia. Seketika juga menyebut dergan 1201
suara dingin "Kau sudah hinakan muridku! Tidak
mengaku juga perbuatanmu itu"! Kau tidak pandang
mata aku si nenek tua lagi"! Dengan terus terang
kuberitahukan: Kalau hari ini kau tidak mau
menerangkan duduknya soal kepadalu, akan kubunuh
kau sampai mati sekarang juga!".
Henghay Kouw-loan tidak jauh dari tempat itu,
ketika melihat Lim Tiang Hong yang dia tahu 'tetiron' itu, hatinya lantas panas. Tidak salah! Memang adalah orang ini yang hari itu telah mencuri keperawanannya sewaktu dia tidak sadarkan diri. Dan ketika dia kini melihat lagi pemuda itu, hatinya bagai di iris2, hingga air mata mengalir keluar.
Tetapi kali ini seperti pemuda itu berkukuh pada
kebohongannya, tidak mau mengakui perbuatannya dulu mata hatinya juga merasa gemas.
Dengan muka merah perempuan muda ini berjalan
mendekati gurunya, dengan suara perlahan berkata:
"Suhu, biarlah muridmu yang menanyakan padanya"
Heng-thian It-ouw menggerutu, terpaksa lepaskan
cekalannya. 1202 Henghay Kouw-loan bertindak lambat2 mendekati
Im Tay Seng, meng-amat2i paras pemuda itu sebentar, mendadak tundukkan kepala. Lalu dengan suara
perlahan bertanya: "Siapa namamu" Malam itu,
meskipun aku merasa bersyukur yang kau menolongku, tetapi tidak seharusnya toh kau...."
Im Tay Seng memotong sebelum Henghay Kouw-
loan berhenti bicara. "Aku yang rendah adalah Kauwcu muda Thian-cu-kauw, namaku Im Tay Seng. Dengan
nona aku belum pernah bertemu, apa yang nona
ucapkan sama sekali aku tak habis pikir. Barangkali kau salah mengenali orang, bukan?"
"Ya Allah, memang betul adalah dia, tetapi dia
sekarang tidak mau mengakui. Apa sebetulnya yang
terjadi...?" Henghay Kouw-loan bagai merasakan bumi tempat
kaki menginjak berputar keras, mata serasa ber-
kunang2. Hampir saja dia roboh kala itu kalau tidak lekas2 lengannya dicekal gurunya. Tetapi telah
terlambat, sang murid ini dalam cekalan gurunya telah pingsan.
1203 Heng-thian It-ouw keripuhan, lekas2 ingin
menyadarkan muridnya. Im Tay Seng bermaksud menggunakan kesempatan
itu untuk merat. Heng-thian It-ouw yang melihat itu lantas
membentak: "Kau berani kabur?"
Begitulah, satu guru melihat murid satu2nya
pingsan tak sadarkan diri, sedang orang yang
bersangkutan ingin panjangkan langkah, maka
kegusarannya tentu sudah melewati takaran. Tetapi Im Tay Seng agaknya tidak perdulkan itu, rupanya sadar dia kalau tidak menggunakan kesempatan itu selanjutnya tak akan menemui waktu baik lagi. Maka tanpa
menghiraukan kata2 Heng-thian It-ouw, totolkan kakinya dan melesat masuk ke dalam rimba.
Mendadak di dalam rimba terdengar suara seruan
dingin seseorang "Ha, ha....! Kau mau mabur, Lekas balik kembali!"
Di hadapannya lalu muncul dua orang pemuda yang
cakap2 dan tampan. Salah satu diantaranya adalah Lim Tiang Hong yang wajahnya mirip dengan yang
dicegatnya itu sendiri. 1204 Kedua pemuda tu dengan alis berdiri dan mata
tajam terus menatap wajah Im Tay Seng, setindak demi setindak mendekati Lim Tiang Hong tetiron itu.
Im Tay Seng yang merasa bersalah, terus mundur
sampai ke tempatnya semula.
Pada saat itulah Henghay Kouw-loan telah mulai
siuman. Begitu melihat Lim Tiang Hong dan Heng-gwat Kongcu yang datang ber-sama2, hatinya seperti ditikam sembilu. Sambil keluarkan elahan napas panjang,
kepalanya menunduk, Lim Tiang Hong yang menyaksikan sang Sucie yang
biasanya berhati tinggi dan agak congkak sombong itu, berubah demikian rupa, dalam hati juga merasa pilu.
Tiba2 lompat ke depan Im Tay Seng, sambil
menuding hidung pemuda itu, berkata: "Aku tanya kau!
Kau lagi yang menyaru sebagai aku" Kalau tak menjawab sejujurnya, aku segera bisa ambil jiwamu mengerti"!"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Im Tay Seng mendadak dongakan kepala dan
ketawa ber-gelak2. kemudian berkata: "Tidak perlu kalian andalkan jumlah banyak mendesak yang lemah sendirian! Aku si orang she Lim tidak gampang2 makan gertakan. hehh!"
1205 "Jikalau kau tidak berbuat, apa berani kau
bersumpah kepada langit dan bumi?" demikian tanya Lim Tiang Hong dan sudah agak lunak keluarkan kata2nya.
Im Tay Seng dengan wajah merah padam dan
pucat pasi bergantian, menggeleng terus dan berkata:
"Tidak berbuatnya tidak berbuat. Perlu apa mesti
bersumpah?" Ketika diucapkannya perkataanya, matanya
mengawasi Henghay Kouw-loan sejenak.
Pada saat itu, yang paling memedihkan keadaan
Henghay Kouw-loan. Wanita muda ini, ketika diperkosa orang, masih
dalam keadaan tidak ingat benar. Dan kini tidak
mendengar pengakuan pemuda she Im ini, lebih2 sakit hatinya. Dua orang yang dianggapnya melakukan
perbuatan terkutuk itu, semua berada di depan matanya.
Wanita muda ini sudah dapat menetapkan bahwa orang yang berbuat sudah terang adalah Im Tay Seng itu.
Akan tetapi, kini cuma satu pengharapannya, kalau Lim Tiang Hong sajalah yang mengakui. Namun
hatinyapun mesti mengakui kalau hal itu takkan mungkin dapat terjadi.
1206 Sekarang semua mata ditujukan kepadanya, maka
oleh karena tidak sanggup menahan perasaan malunya, dengan mendadak menghunus pedangnya dan mau
menggorok leher sendiri. Lim Tiang Hong yang paling dulu dapat melhat itu, lantas berseru keras: "Tahan....!"
Tetapi dia tidak keburu merebut pedang sejauh itu, maka hanya menyentil dengan jari tangannya dan
pedang panjang itu lantas terpental dari tangan Henghay Kow-loan untuk selanjutnya jatuh ke tanah.
Heng-thian It-ouw lantas mendekati muridnya,
memeluk wanita muda itu dan berkata: "Anak, kau
jangan berbuat begitu. Urusan ini suhumu sudah
mengerti seluruhnya, tentu bisa atur se-baik2nya"
Meskipun nenek ini sendiri seorang beradat keras
berangasan, tetapi dalam urusan itu mengetahui tidak bisa menggunakan cara paksa. Dalam waktu singkat itu, setelah ditinjaunya dengan teliti, lantas bisa mengetahui perbedaan sifat kedua pemuda itu, hingga dapat pula dia selanjutnya memastikan bahwa dalam soal itu pasti adalah Im Tay Seng yang harus dicecar. Tetapi ia tidak 1207  suka mendesak terus, sebab pemuda itu adalah anak seorang Kauwcu yakni Kauwcu Thian-cu-kauw.
Heng hay Kouw-loan, muridnya, sudah tentu tidak
bisa dinikahkan dengan anak dari seorang penjahat besar.
Oleh karena itu, maka terpaksa dengan menelan
perasaannya sendiri, menghiburi muridnya.
(dw-kz) Jilid ke 13 Hong-gwat Kongcu yang semenjak munculkan diri
tadi belum pernah buka mulut, meski dia pun seorang pemuda sombong, tetap telah mengerti, bahwa
perbuatan tidak baik itu kebanyakan adalah Im Tay Seng yang melakukan. Tetapi tatkala melihat pemuda she Im itu terus menerus menyangkal segala dakwaan,
mengetahui kalau pemuda itu tentu adalah orang yang kejam tak berperasaan dan tak mempunyai rasa
tanggung jawab. Maka perasaan benci dan nafsunya
ingin menyingkirkan pemuda itu, lantas timbul dalam otaknya.
1208 Tiba2 sekali Kongcu ini hunus pedang panjangnya,
kemudian membabat sebuah pohon besar yang berada
dibelakang Im Tay Seng hingga pohon tersebut tumbang seketika. Kemudian sambil tudingkan ujung pedangnya itu ke depan muka Im Tay Seng, berkata: "Bocah, ingat: jika urusan ini tidak dibereskan secara baik2, Kongcumu segera bisa ambil jiwa anjingmu! Dan dengar! Bukan cuma itu saja! Akupun akan membalas perbuatanmu
terhadap nona itu dengan kelakuan yang serupa! Aku bisa acak2 saudara perempuanmu itu! Pertu barangkali kalau dengar lagi: Henghay Kouw-loan adalah encieku!
Encie dari Kongcu mu ini, tidak boleh dihinakan siapapua juga, kau tahu"!"
Sehabis berkata demikian, dimasukkannya
pedangnya kembali, berkata kepada Lim Tiang Hong
sambil menjura: "Saudara Lim ingat perjanjian kita.
Dalam setahun ini, aku menantikan kedatanganmu di Tho-hoa-to. Hari ini untuk sementara kita berpisahan".
Setelah itu lantas bergerak badannya dan
menghilang ke dalam rimba.
Heng-thian It-ouw kala itu telah menotok urat
tidurnya Henghay Kouw-loan dan dipondong di
1209 pangkuannya. "Aku perintahkan kau" katanya kepada Lim Tiang Hong, "dalam wakiu 3 bulan ini harus kau bereskan perkara ini, kalau tidak jangan kau akui lagi perguruanmu itu!"
Lim Tiang Hong terpaksa terima baik permintaan itu dan mengangguk.
Im Tay Seng juga secara diam2 telah meninggalkan
tempat itu, hingga ditempat tersebut cuma Lim Tiang Hong seorang saja yang ada.
Benar2 ruwet pikiran anak muda ini. Ia tidak tahu bagaimana harus mulai dengan usahanya mengatur
perkara itu. Dan karena segala beban telah dijatuhkan kepundaknya, dia harus berusaha. Tapi selain itu masih ada lagi urusannya Heng-lim Cun-loa yang terbunuh dalam kabut kemisteriusan, dalam dunia yang luas ini kemana harus mencari jejak pembunuhnya"
Tiba2 ia ingat tanda besi yang berukiran seekor
binatang Kie-lin. Bukankah pelajar penengahan umur itu pernah mengatakan, jikalau ada arusan apa2 dan
memerlukan bantuan, bisa mempergunakan tanda cap
besi itu untuk menyampaikan kabar. Bagaimana kalau sekarang dicoba" demikian pikirnya.
1210 Maka lantas juga dikeluarkan tanda cap besi itu,
dan di tempat yang agak terang meninggalkan banyak tanda2 cap, kemudian mencari rumah penginapan untuk menantikan perkembangan selanjutnya dari soal yang dianggap ganjil itu.
Keesokan sorenya, selagi Lim Tiang Hong tengah
duduk di kamrnya, melatih ilmu, tiba2 datang seorang pemuda yang berdandan sebagai kacung. Begitu masuk kamar, dengan lakunya demikian menghormat kepada
penumpang kamar, kemudian berkata: "Disekitar seratus lie daerah ini, anak murid golongan kita semua sudah berkumpul di kelenteng Thian-cie-bio. Kami menantikan kedatangan Kongcu disana"
Lim Tiang Hong ke-heran2an dan bertanya: "Kau
dari golongan mana" Mengapa menantikan
kedatanganku yang harus mengeluarkan perintah?"
Orang yang dandanannya semacam anak sekolah
itu berkata sambil ketawa: "Teecu, murid Hong-hong-tie generasi ketiga. Datang menjenguk Kongcu karena
melihat ada tanda perintah Kie-lin. Bukankah Kongcu yang tinggalkan tanda itu disitu?"
1211 Lim Tiang Hong seperti baru sadar. Pikirnya, begitu cepat adanya reaksi tanda cap binatang Kie-lin. "Benar"
katanya "tanda perintah itu akulah yang mencapkan. Dan sekarang mereka sudah pada datang, bukan"
Antarkanlah aku ke sana"
Orang itu sewaktu mengatakan "Baik, Kongcu"
Wajahnya menunjukkan roman gembira ber-seri2, baik dan sopan sikapnya ketika dia putar tubuh hendak
berlalu. Tetapi begitu berada di luar pintu kamar, badannya lantas terapung tinggi, sebagai asap meluncur atau peluru ditembakkan miring ke udara lepas, sebentar saja telah melalui beberapa ratus wuwungan rumah2
penduduk. Lim Tiang Hong diam2 juga memperhatikan
gerakan orang hal ini. Membuat dia jadi terkenang kepada seorang gadis cilik Hong-jie, yang dapat
memperlihatkan gerakan lari cepat sebagai asap merah mengepul. Untuk memperlihatkan kepandaiannya sendiri ia tidak segera kerahkan tenaganya melainkan hanya berjalan lambat2 keluar, sehingga sewaktu dia berada diambang pintu keluar, orang itu entah-telah melalui beberapa atap rumah orang. Orang itupun melihat Lim 1212
Tiang Hong belum lagi gerakkan kaki menyusul, namun dia tidak menunggu, rupanya segan menanti atau
mungkin dia akan menyelesaikan sesuatu urusan lain disamping tugas menunjukkan jalan kepada Lim Tiang Hong. Tetapi sebenarnya bukan dugaan2 itu yang
menyebabkan dia tidak mau menunggu. Dia yang
sebetulnya telah mendengar bagaimnra hebat
digambarkan orang2 akan kepandaian Kongcunya itu.
Memikir ingin menggunakan kesempatan selagi dapat bertemu dengan Kongcu ini menjajal kepandaiannya
sampai seberapa tinggi dibandingkan dengan Kongcunya.
Maka demikianlah, begitu lekas dia keluar dari dalam pintu rumah penginapan tadi, telah dikerahkan seluruh kebisaannya hal meringankan tubuh, hingga oleh orang dibelakangnya waktu itu terlihat badannya se-akan2 asap mengepul terbawa angin.
Tetapi sebetulnya sudah cepat gerakan seperti itu, karena sebentar saja dia sudah sampai ditempat yang akan dituju, yakni kelenteng Thian-cie-bio.
Baru kakinya menginjak bumi, baru dia bermaksud
ingin duduk menunggu napas yang engos2an mereka
kembali atau menanti sang Kongcu yang selama itu tidak 1213
dengar suaranya tidak dilihat bayangannya. Ketika tahu2
Lim Tiang Hong bertanya kepadanya dengan suaranya yang halus perlahan: "Apa sudah sampai?".
Ini adalah diluar dugaannya. Karena terang saat itu Kongcu-nya telah berada di belakang tubuhnya. Terkejut sekali dia sudah barang tentu "Hebat sungguh Kongcu ini"
begitu barangkali dia memuji dalam hatinya.
Dan dicobanya untuk menjawab sesegera
pertanyaan sang Kongcu, dengan suara setengah
memburu berkata: "Sudah sampai, harap Kongcu suka menunggu sebentar. Biarlah teecu masuk terebih dulu akan minta orang2 menyambut keluar...."
"Tidak usah! Marilah kita masuk sama2" demikian
kata Lim Tiang Hong. Tangannya segera menggandeng tangan orang
dalam dandanan anak sekolah itu. Dan orang itu tidak berani membantah lagi. Tidak pula berani banyak
omong, terus membawa Lim. Tiang Hong ke suatu
jalanan yang ber-belok2, melalui sebuah pendopo.
Dan ketika tiba disebuah kamar dibelakang
pendopo, didepan pintunya tepat tampak dua orang laki2
berpakaian serba ringkas yang menyoren pedang. Orang 1214
itu berhenti dan menyilahkan Lim Tiang Hong terus ke depan.
Dua laki2 tersebut begitu melihat Lim Tiang Hong, segera bungkukkan badan memberi hormat seraya
mereka berseru se-kuat2 eja: "Kongcu sampai! Kongcu sampai!"
Sesaat tampak pinta kamar terbuka lebar. Dari
dalam lalu kelihatan berjalan keluar seseorang pria, berdandan sebagai pelajar yang berusia antara tiga puluhan tahun. Di belakang pria ini lalu tampak lagi oleh Lim Tiang Hong seorang wanita pertengahan umur pula yang berpakaian serba merah. Kemudian lagi di belakang wanita ini muncul ber-turut2 dua orang tua, seorang pertengahan muka biru dan banyak lagi orang2 rimba persilatan yang kesemuanya rata2 berperawakan tingggi tegap, kekar2 badan mereka. Saat itu semua orang ini sudah membungkukkan badan seperti mereka sedang
menyambut tamu agung. Salah seorang diantara mereka berkata: "Dengar2
kabar, Kongcu kita dalam kesulitan. Kami sekalian datang dari daerah2 yang beberapa ratus lie dari sini, ingin melancarkan urat2 tangan dan kaki sekedar buat coba2
1215 mengatasi kesulitan Kongcu. Harap sukalah Kongcu
duduk2 di dalam" Lim Tiang Hong sama sekali tak pernah menduga,
sampai demikian besar adanya pengaruh tanda Kie-lin yang di-cap2kan sembarangan. Mendengar perkataan
orang tersebut barusan, ia jadi merasa yang
perbuatannya itu sesungguhnya terlalu gegabah untuk keperluan yang tak berarti begini saja harus
mengundang begini banyak tenaga pembantu". Demikian pikir anak muda ini.
Tetapi karena merasa telah terlanjur, sudah tak bisa tarik diri lagi, lantas menjawab sambil balas menyoja:
"Siauwte tidak menduga akan membikin saudara2
sekalian jadi begini repot. Hal ini sungguh, membikin Siauwtee menyesal dan tidak enak sekali"
Dengan sendirinya, dia belum mengetahui siapa2
orang itu. Apa kedudukan mereka satu2 dan bagaimana tingkat derajat mereka kalau dibandingkan dengan dia sendiri. Dan menjawab tadi, sebetulnya cuma sekenanya saja.
Orang yang seperti pelajar pertengahan umur
berkata sambil ketawa, menyambuti kata2 Lim Tiang 1216
Hong: "Kita semua adalah orang2 sendiri. Tidak perlu terlalu banyak lakukan adat peradatan dan jangan terlalu merendah"
Setelah berkata demikian, tangannya nampak
menunjuk ke belakang, kepada wanita baju merah dia memperkenalkan: "Dia adalah Jie Suciemu. orang2 kita suka menyebutnya Hiang-ie Sian-cu juga boleh dibilang adalah Susomu. Dan aku suhengmu yang bodoh ini biasa dipanggil Yam-kiong Tiauw-khek"
Kemudian lagi Yam kiong Tiauw-khek
memperkenalkan dua orang tua yang berada di belakang wanita baju merah dan seorang laki-laki pertengahan umur bermuka biru.
"Dua orang itu adalah orang2 asal daerah
perbatasan, dari Thibet dua2nya. Yang dikiri namanya Kiong Cun dan yang disebelah kanan Siang-ie. Dan itu, laki2 pertengahan umur muka biru Bok-ie Kim-kho
namanya. Semua adalah orang2 Hong-hong-tie, semua orang2 sendiri!"
Setelah memperkenalkan semua orang kepada Lim
Tiang Hong sambil ber-cakap2 orang2 itu masuk ke
dalam kamar. 1217 Yam-kiong Tiauw-khek minta Lim Tiang Hong
duduk dikursi kepala, tetapi anak muda itu keras
menolak dan minta Yam-kiong Tiauw-khek yang duduk di kursi kehormatan itu hingga ke-dua2nya jadi sama saling dorong.
Hiang-Ie Sian-cu yang melihat keadaan demikian
mula2 diam saja tetapi kemudian berkata: "Sudahlah, dengarlah aku! Siapa yang membawa tanda perintah Kie-lin, dialah yang kami pandang sebagai pengganti Kokcu.
Terhadapnya kami tidak berani lancang atau kurang sopan, kau sajalah yang duduk, biarkan dia sama2 kami disini".
Begitulah Lim Tiang Hong yang merasa kalah suara, akhirnya duduk juga dikursi kehormatan. Setelah ber-omong2 beberapa saat kepada urusan2 remeh yang
tidak perlu, Yam-kiong Tiauw-khek mengalihkan
pembicaraan, menanyakan urusan apa sebenarnya yang diinginkan oleh pembawa tanda kepercayaan Kie-lin supaya diselesaikan ber-sama2.
Lim Tiang Hong merasa malu sendiri, karena
sebetulnya dia tidak menemukan kesulitan apapun, tidak juga ada bahaya apa2 menimpa dirinya. Setelah
1218 kelihatan berpikir agak sejenak, berkata juga pemuda ini.
Dengan suaranya yang perlahan ke-malu2an: "Waktu ini Siauwtee mempunyai dua rupa kesulitan, yang tidak seberapa besar tapi memerlukan bantuan saudara2
sekalian. Kesatu adalah mengenai soal kematian tabib kenamaan buat daerah Kang-lam yang namanya Heng-lim Cun-loan. Karena ingin menolang memecahkan
persoalan pribadi Siauwtee telah diracuni orang, hingga siauwtee merasa malu sampai sekarang belum mampu
membekuk penjahatnya. Maka itu sukalah saudara2
sekalian menolong Siauwtee bantu mengadakan
penyelidikan, siapa pembunuh itu dan sebab apa dia meracuni orang. Sedang satu hal lainnya, yaitu perihal Heng-thian It-ouw Locianpwee yang sudah lama
mengasingkan diri di selat Bu-ceng hiap dan belum pernah bertengkar atau ribut mulut dengan orang2 luar, tapi nyatanya, pada waktu Siauwtee datang ke sana, selat itu mendadak diserbu orang. Malahan seseorang yang memakai nama siauwtee membikin siauwtee jadi malu karena dia merusak kehormatan murid perempuan Cianpwee itu... Siauwtee minta tolong juga, orang2 itu sebetulnya dari golongan mana, mengapa menyerbu
1219 selat itu dengan tiba2" Cobalah saudara2 tolong selidiki sekalian...."
Yam-kiong Tiauw-khek mendadak tertawa ber-
gelak2. Tertawanya ini menyetop perkataan Lim Tiang Hong selanjutnya, yang diteruskan oleh perkataannya juga: "Ha, Ha..... Soal ini mudah sekali! Serahkan sajalah kepada Suhengmu yang bodoh ini, biar aku yang
mengurusi. Bagaimana kalau kepadaku kau berikan batas waktu satu bulan untuk memberikan jawaban pastinya kepadamu?"
Lim Tiang Hong mengucapkan terima kasih. Baru
dari percakapan tadilah dia mengetahui kalau Yam-kiong Tiauw-khek adalah murid kepalanya Kokcu perkumpulan Hong-hong-tie.
"Masih ada satu hal yang Siauwtee juga ingin minta keterangan dari saudara2 sekalian. Sebetulnya Hong-hong-tie dengan Siauwtee apakah hubungannya"
Mengapa setiap orang2 Hong-hong-tie membahasakan
Siauwtee dengan sebutan Kongcu" Karena Siauwtee
dalam urusan Siauwtee pribadi, mengenai asal usul serta keluarga Siauwtee sendiri juga masih belum tahu jelas.
Dapatkah kiranya saudara2 menjelaskan atau memberi 1220
keterangan sejujurnya. Disini sebelumnya Siauwtee lebih dulu mengucapkan terima kasih se-besar2nya"
Sehabis berkata demikian, dengan wajah nampak
penuh pengharapan akan mendapat jawaban yang
diminta. Dipandangnya bergantian satu2 orang yang berada dalam ruangan itu. Diapun melihat perubahan air muka Yam-kiong Tiauw-khek, yang jelas karena sejak semula menyambutnya tadi wajahnya itu penuh ramai dengan senyuman, tapi kini mendadak jadi agak masam.
Setelah berkerut keningnya beberapa lama, menjawab juga akhirnya dia: "Hiantee, sejujurnyalah Suhengmu katakan, sebetulnya terhadap siapapun yang membawa tanda kepercayaan Kie-lin-leng, orang-orang Hong-hong-tie harus memberi keterangan yang diajukan kepadanya.
Tetapi mohon maaf dan sekali lagi Suhengmu minta
maaf, karena Kokcu pernah pesan wanti2 kepada kami, siapapun tidak boleh membocorkan rahasia ini
kepadamu. Hiantee, Apa kau paham akan maksudku"
Sukalah Hiantee, kau maafkan Suhengmu yang bodoh ini sekali lagi"
Lim Tiang Hong yang mendengar Yam-kiong Tiauw-
khek selama berkata2 tidak lupa mengatakan minta
1221 maafnya, jadi menyesal juga telah mengeluarkan
pertanyaan tadi kepadanya. Diapun segera mengetahui betapa sulit kedudukan Suhengnya kala itu. Mengatakan, salah, tidak menerangkanpun sama tidak benarnya
Karena mengetahui yang Suheng tentu akan terus
merasa serba salah kalau tidak dihibur, maka dia lantas berkata, demikian: "Kalau Suheng punya kesulitan, mana bisa Siauwtee memaksa. Sudahlah, Suheng. Hitung2
Siauwtee tidak pernah menanyakan soal itu sajalah sudah. Cuma sebagai pengganti pertanyaan tadi
Siauwtee minta sedikit keterangan, apakah Kokcu itu perawakannya jangkung tinggi, senang memakai pakaian seperti pelajar?"
"Ya, benar Hiantee. begitulah kira2, tidak kurang tidak lebih"
Kini adalah Lim Tiang Hong yang melongo. "Oh-ya!"
Demikian serunya didalam hati. Itu orang berdandan sebagai pelajar yang jangkung, yang malam itu pernah memberi dua carik kertas yang berisi ilmu silat tinggi dan yang memberikan tanta Kie-lin itulah yang diartikan dengan sang Kokcu"
1222 Hatinya jadi berdebaran. Pernah apakah Kokcu itu
dengan dia" Ya, adakah hubungan antara dia dengan Kokcu Hong-houg-tie.
Meskipun orang2nya Hong-hong-tie tiada
seorangpun yang mau memberikan keterangan
kepadanya mengenai hubungan itu, tetapi seperti makin terang saja apa yang telah dilakukan oleh pihak Hong-hong-tie itu kepadanya. Apakah kiranya masih terlalu sukar dibade kalau si Pengemis Mata Satu telah berhasil dalam usahanya menyelidik asal usul seseorang yang gelarnya Ho-lok Siu-su"
Yam-kiong Thiaw-khek yang melihat Lim Tiang
Hong terus berdiam tak mengatakan apa2, lalu berkata setelah unjuk senyumnya: "Antara kau dengan aku,
sebagai saudara seperguruan yang baru kali ini bertemu muka, sudah seharusnya kalau kita sama2 riang, sama2
gembira. Buat apalah kau Hiantee, memikirkan terus urusan2 yang tidak penting begitu" Marilah kita bersuka ria!"
Hiang-ie Sian-cu menimpali kata2 suaminya sambil
tersenyum. "Ensomu juga sudah perintahkan orang2
sediakan hidangan istimewa. Malam ini kita bisa makan 1223
minum sepuasnya. Baiklah kita tunda sementara dua urusan yang menjadikan kesulitan dalam hatimu,
serahkan sajalah kepada kami. Mari kita bergembira!"
Pada saat itu, orang yang berdandan sebagai anak
sekolah, ber-sama2 dengan dua pria berperawakan
tegap, membawa keluar barang2 santapan. Lim Tiang Hong yang semenjak kecil hidup terlunta-lunta sebagai anak piatu, tanpa sanak tiada keluarga, tidak berkakak pun tiada mernpunyai adik, sekarang mendadak di-pesta porakah dengan hidangan hidangan demikian harum
dalam suasana serba meriah, sudah barang tentu jadi buyar kesukarannya, lambat laun jadi gembira juga.
Dalam waktu sekejapan itu telah ditengguknya dua
cawan arak. Sebenarnya, buat minum minuman keras
seperti itu bukan kebiasaannya, apalagi pada saat itu dalam hatinya masih penuh dihinggapi rupa2 persoalan pelik yang masih belum terjawab.
Setelah tenggak arak untuk cawan ketiga, pemuda
ini merasakan hatinya semakin ruwet. Ketika di-coba2nya memikirkan peristiwa yang selama itu dialami dan
dirasakannya, betapa dia merasa, bahwa selama
terjunkan diri ke dunia kang-ouw, selama menaiknya 1224
nama To-liong Kongcu bukan membuat jasa buat orang2
rimba persilatan, bahkan karena terjunnya dia itu telah merembeti banyak orang dan membikin orang2 itu
bercelaka. Kesatu: Tentang kitab Tat-mo-keng milik Siauw-limpay. Lim Tiang Hong yang menuruti hatinya sendiri yang dibikin panas oleh seseorang padri, akhirnya membuat pindahnya kitab tersebut kelain tangan. Jikalau dibiarkan kitab tersebut berada ditangan Kauwcu dari Thian-cu-kauw itu tiga sampai lima tahun lagi, kalau Kauwcu itu sudah berhasil mempelajari ilmu simpanan Siauw-lim-pay yakni yang disebut Thay-seng Bu-siauw Sian-kang atau Ka-na Kim-kong Sian-kang yang mana saja satu, apalagi kalau ke-dua2nya dapat dipelajari olehnya dan kemudian hari menerbitkan bencana buat umum, maka dengan
sendirinya dialah pula yang harus bertanggung jawab.
Kedua: Heng-lim Cun-loan yang ingin
membentangkan rahasia besar tentang asal usul Lim Tiang Hong, mendadak dibinasakan orang jahat. Sampai pada waktu ini masih belum terbongkar rahasia
pembunuhan itu, apa dia tidak mau bertanggung jawab.
1225 Ketiga: Tugas yang diberikan kepadanya oleh si
orang Tua Penyipta supaya membunuh Manusia Buas
Nomor Satu, tetapi hingga pada waktu itu bukan saja masih belum dapat dilaksanakan bahkan orangnya saja pun belum lagi diketemukan, bagaimana apabila
dikemudian hari diminta pertanggungan jawabnya"
Keempat: Mengenai pengantaran surat yang harus
diserahkan sendiri kepada Heng-thian It-ouw. Meskipun boleh dibilang sudah terlaksana semua dengan baik, tetapi bukankah oleh karena kedatangannya ke selat Bu-ceng-hiap itu yang mendatangkan pula bencana besar buat penghuni selat itu" Bagaimana pertanggung
jawabannya dalam hal kehilangan keperawanannya
Henghay Kow-loan" Apakah dia nanti yang harus
menggantikan orang lain buat menebus dosa2 orang itu"
Selain daripada itu, teka teki mengenai dirinya
sendiri sampai pada waktu itu masih belum juga
tersingkap. Salah satu urusan yang juga membikin
pusing kepalanya, bagaimana harus diselesaikan.
Waktu itu dia telah mencoba buka sedikit matanya
yang mulai sinting mengawasi Yam-kiong Tiauw-khak dan Hian-ie Sian-cu ber-ganti2, tertampak olehnya suami 1226
isteri itu sedang ber-cakap2 sambil ter-tawa2, demikian gembira. Dengan tiba2 saja, didalam otaknya seperti timbul bayangan dua orang. Seorang adalah Yo-kok Oey-eng yang cantik manis laksana bidadari tapi yang agak membawa sikap misterius, sedang yang lain adalah Yan-jie, yang kecil mungil seperti burung kenari dan lincah gesit serta aleman ke-kanak2an. Terutama apabila
mengenangkan Yan-jie, dia seperti merasa bertanggung jawab. Bukankah gadis itu menjadi piatu oleh karena kematian ayahnya itu disebabkan karena gara2nya"
Jikalau dia mengingat pula bagaimana cara dia
memperlakukan Yan-jie dengan perbuatan yang boleh dikata tidak baik, selalu menjauhi gadis ini, dengan paras agak menyesal dan sedih, tanpa sadar akhirnya dia menarik napas sendiri....
Hiang-ie Siancu agaknya dikejutkan oleh tarikan
napas Lim Tiang Hong sambil ketawa cekikikan Sucie ini bertanya: "Adik Hong, kau kenapa?"
Lim Tiang Hong terkejut, sementara Hiang-ie Sian-
cu telah meneruskan berkata: "Apa kau teringat kepada adik Oey-eng?"
1227 Karena pertanyaan itu, dia jadi berjingkrak. Dengan suara keheranan bertanya: "Kau kenal dia?"
Hiang-ie Sian-cu kedipkan matanya dan menjawab
pertanyaan itu: "Kita toh sama2 dibesarkan, sama2 juga belajar disatu perguruan, mana bisa disuruh bilang tidak kenal?"
Lim Tiang Hong melongo. Nyatalah kepadanya kini
bahwa-Yu-kok Oey-eng pun sebenarnya adalah orangnya Hong-hong-tie, itu pulalah yang menyebabkan dia jadi ketawa menertawakan kebodohannya sendiri. Saat itulah Yam-kiong Tiauw-khek yang mau hirup isi cawannya jadi berseru: "Eeeei! Baru dibicarakan, orangnya sudah datang. Bukankan Sam-moay yang datang itu?".
Dari atas payon seketika itu terdengar suara orang tertawa cekikikan. "Bagus benar ya! Kiranya Toako dan Toaso di belakangku diam2 sudah membicarakan
urusanku!" Sebentar kemudian tertampak masuk kekamar itu
seseorang dara manis, dia bukan lain daripada Yu-kok Oey-eng sendiri.
Hiang-ie Sian-cu berkata sambil ketawa,
menyambut kedatangan Yu-kok Oey-eng: "Fui, orang
1228 memikirkan kepentinganmu, siapa yang mau bicarakan kau?"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Lim Tiang Hong yang melihat kedatangan calon
isterinya itu merasa hatinya rada2 tidak enak, dia juga segera berbangkit menyapanya. Sementara itu Yu kok Oey-eng yang pun sedang memandangnya, lantas
mengangguk dan duduk di sebelah pemuda. Dia lantas unjuk senyumnya yang ramai diwajah, kemudian
katanya: "Ada apa sih sebetulnya sampai begitu ter-buru2 kau keluarkan tanda Kie-lin?"
Lim Tiang Hong sebetulnya berhadap bakal
isterinya ini, telah timbul semacam pikiran yang dia sendiripun tidak mengerti. Terhadap wanita yang agak misterius itu, disamping timbulnya rasa cinta dia juga merasa takut. Dipuncak Bong-kiap-hong dia ditinggalkan dalam keadaan gusar, tapi sekarang, seperti tidak gusar lagi sama sekali, malah sambil ter-senyum2 manis
menanyakan mengapa sampai mengeluarkan tanda Kie-
lin segala. Maka seketika itu dengan perasaan hati tidak enak Lim Tiang Hong lalu menjawab: "Sebab ada dua soal yang ingin kuperoleh keterangannya. Tetapi aku sama 1229
sekali belum pernah menyangka kalau tanda itu begini besar pengaruhnya"
Kemudian, diapun menjelaskan kembali kedua
persoalannya yang ingin dia dapatkan jawabannya itu.
Yu-kok Oey-eng monyongkan mulutnya yang kecil,
dengan suara hambar berkata: "Kiraku ada urusan
penting bagaimana, kiranya cuma sebegitu saja. Baiklah kuberitahukan kepadamu: Penjahat yang membunuh
Heng-lim Cun-loan itu, meski belum dapat diketahui betul siapa orangnya, tapi aku dapat memastikan bahwa hal itu adalah perbuatannya orang Thian-cu-kauw. Dan
mengenai peristiwa yang terjadi di selat Bu-ceng-hiap, juga adalah perbuatan Kauwcu muda Thian-cu-kauw itu.
Kau sendiri tentu pun masih ingat, bahwa antara suami isteri Bu-ceng Kiam-khek dan Heng-thian It-ouw
sebetulnya ada ganjalan sakit hati yang dalam. Orang2
Thian-cu-kauw tahu kalau kau akan pergi mengantar surat ke selat itu, maka lantas mereka mengatur rencana mereka yang keji. Disatu pihak dia telah menyuruh orang2nya memancing Heng-thian It-ouw keluar selat, sedang dilain pihak mereka lalu turun tangan akan mencelakakan Henghay Kouw-loan. Im Tay Seng,
1230 Kauwcu muda itu, siang2 sudah tahu kalau kau dengan Henghay Kouw-loan ada hubungan baik, maka dia
menggunakan kesamaan paras dan dedak badan yang
mirip dengan kau. Ketika murid Heng-thian It-ouw itu berada dalam kesulitan, dalam kepungan oraag2 Thian cu-kauw dia pura2 memberi pertolongan untuk
belakangan sekali mencuri keperawanan gadis itu. Dia juga tahu, kalau dikemudian hari kau tidak akan
mengakui perbuatan seperti itu, sedang Heng-thian It-ouw adatnya sangat berangasan, yang pasti tanpa
penyelidikan se-teliti2nya akan membuat perhitungan terhadapmu. Dan kalau rencana demikian itu terjadi benar2, dia boleh peluk tangan jadi penonton gratis, se-tidak2nya antara kau dengan Heng-thian It-ouw pasti ada yang terluka atau dua2nya terluka parah. Siapa tahu Heng-thian It-ouw sudah banyak berubah adatnya.
Bukan cuma kesalah pahamannya terhadap Bu-ceng
Kiam-khek sudah reda sedikit, bahkan terhadapmu dia juga menaruh simpati malah ada maksudnya juga akan merecokkan kau dengan Henghay Kouw-loan. Maka itu terhadapmu tentu dia tidak bisa terlalu keras cuma mau desak kau supaya bisa cepatan bikin jelas urusan itu"
1231 Dia berhenti sejenak akan membereskan rambutnya
yang awut2an, kemudian berkata pula sambil ketawa:
"Mengenai urusan ini, entah bagaimana caranya kau nanti akan menyelesaikannya?"
Lim Tiang Hong telah dapat menduga maksud
perkataan itu, tentu ingin bertanya bagaimana akan menempatkan Henghay Kow-loan" Sudah tentu dalam
hal ini sedikit banyak gadis ini ada mengandung
perasaan cemburunya, maka ia lantas menjawab. "Dia adalah Sucieku, bukan apa2ku...."
Bicara sampai disitu ia merasa sukar untuk
melanjutkan, cuma belakang-belakangan baru bisa
berkata lagi: "Aku mau cari Im Tay Seng buat bikin perhitungan ini"
Yu kok Oey-eng lantas berkata sambil ketawa
dingin: "Urusan seperti ini barangkali tidak begitu sederhana seperti apa yang aku duga. Sekalipun kau dapat menemukan Im Tay Seng, tapi apa kau bisa paksa dia" Tahukah kau, ada pertalian apa dia dengan kau?"
Lim Tiang Hong mendadak lompat dari tempat
duduknya. "Dia...." Dia Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw.
Tidak ada hubungan apa2 dengan aku!"
1232 Tetapi pada saat itu mendadak perkataan Lok-hee
Hujin yang diucapkan diluar lembah Loan-phiauw-kok seperti mengumandang lagi ditelinganya "Pada beberapa waktu berselang, aku pernah mengirim engkomu ke
kelenteng Tang-gak-bio. Tidak nyana orangnya tidak dibawa pulang, malah dia bikin karewelan..."
"Engko" atau abang yang disebut oleh Lok-hee Hujin kala itu, adakah dia yang dimaksud Im Tay Seng".
Selain dari pada itu, sekalipun orang berkedok yang berbadan tinggi besar itu bukanlah ayahnya pribadi, tetapi Im Tay Seng adalah anak dari ibu yang sama, rasanya tidaklah dapat terlalu disangkal. Memikir akan lai itu, dalam hatinya semakin cemas, sebab jikalau
kematian Heng-lim Cun-loan itu juga adalah perbuatan Im Tay Seng dan Im-san Mo-lie, maka semua soal itu justru terjadi dalam orang2 yang semuanya masih
sekeluarga dengannya. Inilah yang benar2 dikatakan runyam.
Yu-kok Oey-eng yang melihat sikap cemas
gelisahan Lim Tiang Hong kuatir akan menusuk hati pemuda itu terlalu hebat. Lantas berkata setelah tarik napas perlahan: "Benar, dialah Kauw-cu mudanya
1233 perkumpulan Thian-cu-kauw. Dengan kau juga dia masih ada sedikit hubungan yang tidak bisa di-pisah2kan.
Pendek kata, segala kerewelan pasti ada satu hari nanti kisa dibereskan keseluruhannya. Sekarang kau juga tidak perlu terlalu cemas atau gelisah, duduklah"
Tapi Lim Tiang Hong seperti mendadak menjadi
gusar, lantas berkata: "Aku justru akan segera cari dua orangnya Thian-cu-kauw itu buat bikin perhitungan. Aku dengan mereka tidak punya ganjalan sakit hati atau permusuhan, kenapa mereka ber-kali2 menggunakan
namaku buat lakukan rupa2 kejahatan diluaran" Hmm!
Sekalipun mereka dengan aku sidang she Lim masih ada hubungan dekat, biar mereka sekandung dengan aku, aku tidak bisa biarkan mereka seterusnya berbuat se-maunya...."
Sehabis berkata, pemuda itu mendatang mejanya,
meninggalkan meja perjamuan.
Dia berjcalan mundar-mandir dalam kamar itu,
mendadak seperti ingat kepada sesuatu.
Ia menggerutu sekarang. "mereka berbuat begitu
tidak lain ialah karena menghendaki aku si orang she Lim namanya jadi rusak, supaya aku dapatkan musuh di-1234
mana2, supaya akhirnya mau tidak mau terpaksa harus mengikuti kehendak mereka. Ha, ha, ha... Apa kalian kira aku Lim Tiang Hong begitu macamnya seperti orang otak udang?"
Nyata sekali bahwa pikiran dan perasaan Lim Tiang Hong pada saat itu begitu hebat terpukulnya. Alisnya nampak berdiri, matanya memancarkan sinar buas.
Yam-kiong Tiauw-khek tiba2 tertawa ber-gelak2
dan berkata: "Sutee, pengertianmu dalam ilmu silat sangat tinggi. Malah terhadap segala persoalan, juga punya dugaan dan pertimbangan yang melebihi
kecerdasan orang biasa. Suhengmu merasa amat
kagum!" Kemudian, dengan tindakan lambat2 Suheng ini
berjalan menghampiri Suteenya, lalu berkata pula setelah me-nepuk2 pundak Lim Tiang Hong: "Mengenai sebab
dan akibat urusan ini, Suhengmu juga mengerti sedikit.
Pada mulanya, sewaktu Thian-cu-kauw mencari
permusuhan dengan orang2 dari partay hian-bun,
sebetulnya hanya ingin membereskan soal permusuhan mereka dimasa lampau, tapi kemudian mendadak
menyeret2 kau juga sampai terlibat dalam kerewelan itu.
1235 Thian-cu-kauw juga merasa heran, setelah melalui suatu masa dan mereka dapat menyelidiki namamu. Diluar
dugaan mereka kauwcu dapat tahu bahwa kau adalah itu orang yang sedang di-cari2 oleh itu Lok-hee Hujin. Dan mereka semakin terkejut dan ter-heran2 ketika
mengetahui kau mempunyai kepandaian silat luar biasa tinggi, maka Kauwcu lantas mengutus banyak orangnya, secara diam2 disuruh mengikuti jejakmu, sambil saban2
coba melepas sedikit budi kepadamu, maksudnya tak lain tak bukan ialah untuk memikat hatimu, untuk menarik kau supaya suka gabungkan diri dengan mereka. Tapi kemudian kenapa sikap baik itu mendadak berubah jadi sikap bermusuhan dan malah sering2 berbuat hal2 yang tidak menguntungkan kau sekali. Dalam hal inilah
Suheng-mu tidak mengerti"
Hiang-ie Sian-cu lantas menyambungi kata2
suaminya sambil ketawa dingin: "Apa yang kau kata tidak mengerti" Kesatu karena mereka telah mengetahui
bahwa Sutee adalah Kongcu kita orang2 Hong-Tiong-tie.
Kedua, Sutee sudah mengatakan terus terang, yang
Sutee adalah muridnya Bu-ceng Kiam-khek. Sedang yang ketiga, Pek tok Hui-mo atau si kauwcu sendiri, orangnya 1236
memang buas dan ganas tanpa bandingan keduanya
Setelah tahu yang Sutee punya kedudukan rangkap
seperti itu, mana mau dia biarkan Sutee terus hidup?"
Lim Tiang Hong setelah mendengarkan
pembicaraan mereka, merasa bahwa dugaan demikian
memang masuk dalam akal. Maka lantas dipotong
perkataan Hiang-ie Siancu dan berkata "Sesudah
mendengar keterangan kalian, aku sekarang jadi dapat akal. Sekarang tidak perduli apa hubungan aku dengan mereka, aku harus pergi mencari mereka. Kalau bisa lebih cepat lebih bagus buat cari Pek-tok Hui-mo atau ibuku Lok-hee Hujin. Aku akan membikin urusan sampai jelas"
Pada saat itu, orang2 yang duduk makan minum
kebanyakan juga sudah tinggalkan tempat masing2. Kala itu, dua orang tua dari perbatasan Thibet berjalan ke depan Lim Tiang Hong, sambil menyoja mereka berkata:
"Tentang jejak Pek-tok Hui-mo" demikian mereka hampir berbareng berkata, "kami sudah menyelidiki, sampai sekarang belum tahu dimana dia bersembunyi. Sedang menurut perkiraan kami, iblis itu barangkali sudah adakan perserikatan dengan Kui-ban-po dari daerah 1237
Biauw-ciang dan barangkali juga sudah mencari tempat lain tersembunyi buat sama2 meyakinkan ilmu yang lebih tinggi. Diantara mereka dua orang, yang seorang telah dapatkan kitab ilmu silat asal dari golongan sesat, sedang yang lain sudah berhasil meyakinkan sedikit ilmu dari kitab peninggalkan Tat-mo Cauwsu. Jikalau mereka sama2 melatih dan berhasil memperdalam ilmu itu, hal ini memang merupakan bencana besar bagi dunia
persilatan dikemudiian hari"
Lim Tiang Hong yang mendengar berita demikian,
hatinya tergoncang keras. Dia merasa tidak enak hati, sebab terjatuhnya kitab Tat-mo-keng ketangan Pek-tok Hui-mo, meskipun bukan keseluruhannya menjadi
tanggung jawabnya, tetapi se-tidak2nya bukankah dia yang menimbulkan gara2 sampai terjatuhnya kitab
pusaka itu ke dalam tangan orang jahat" Maka mau tidak mau dia jadi kesal. Sambil menghela napas berkata:
"Kalau benar2 nanti akan kejadian huru hara hebat, yang memikul dosa paling besar adalah aku si orang she Lim...."
Yam-kiong Tiauw-khek tidak mengerti akan maksud
dan perkataan Lim Tiang Hong, anggapnya hanya karena 1238
Pek-tok Hui-mo sedang menyakinkan ilmu baru, jadi kuatir atau dikalahkan. Maka ia lantas berkata sambil ketawa besar: "Hiantee tidak usah kuatir. Tentang berhasil tidaknya seseorang memperdalam ilrnu, sudah tentu tergantung dari guru kenamaan yang mendidik.
Tetapi yang utama ialah, pandanglah bakat dan
kecerdasan berpikir orang itu. Sekalipun dia dapat atau berhasil mempelajari ilmu silat yang tertulis dalam kitab Tat-mo-keng itu, apa kau kira Hong-hong-tie akan jadi runtuh namanya" Lagipula jikalau sampai pada waktu ini Hong-hong tie masih belurn unjuk dan terjunkan kedunia kang-ouw, semata2 karena disebabkan oleh perasaan kuatir pihak kami juga, yang kuatir akan menggebrak rumput bikin ular kaget. Pada Suatu waktu, jika saatnya yang tepat sudah sampai, permusuhan dalam antara
Kok-cu kita dengan Kauwcu Thian cu-kauw nanti akan dibuatkan suatu perhitungan sekaligus. Jikalau saat itu tiba, biar dia punya sayap bisa terbang ke langit, juga pasti akan ditarik kembali"
"Apa"! Hong-hong-tie dengan Thian-cu-kauw kata
Suheng ada permusuhan dalam" Yang hebat....?"
1239 demikian Lim Tiang Hong berseru kaget, karena
perkataan itu sesungguhnya diluar dugaannya.
Yam-kiong Tiauw-khek menjawab sambil
anggukkan kepala: "itu adalah satu hutang darah! Kokcu sudah sumpah akan menggunakan tetesan darah si Pek-tok Hui-mo sendiri untuk membayar darah"
Lim Tiang Hong setelah mendengar lagi keterangan
ini jadi tambah terkejut. Pikirannya pada saat itu dirasakan kusut sekali.
Tiba2 dia menyoja kepada Yam-kiong Tiauw-khek
sembari berkata: "Pikiran Siauwtee pada saat ini begitu kusut sekali, Siauwhe rasa perlu pulang ke rumah
penginapan buat istirahat sebentar. Nanti sebulan yang akan datang kita boleh adakan pertemuan lagi
dikelenteng ini. Malam ini biarlah Siauwte berpamit lebih dulu dari kalian"
Karena Lim Tiang Hong membawa tanda2
kepercayaan Kokcu Kie-lin-leng, maka setiap
perkataannya merupakan amanat bagi orang2nya Hong-hong-tie yang tak perlu dibantah.
Begitulah, sehabis berkata demikian Lim Tiang
Hong keluar dengan tindakan lebar. Seluruh pikirannya 1240
penuh dengan persoalan yang ruwet itu, sampai lupa dia pamitan kepada Yu kok Oey-eng. Setelah sampai ke
depan pintu dan mendengar suara tertawanya Yu-kok Oey-eng, barulah dia ingat kalau dia sudah lupa berpamit kepada wanita calon isterinya itu. Tetapi karena diapun seorang pemuda yang tinggi hati, waktu itu dalam
hatinya berpikir: "Karena aku tidak sengaja, buat apa aku mesti pikirkan soal ini"
Oleh karena itu dia terus berjalan dengan tindakan lebar dan tanpa menoleh-noleh lagi.
(dw-kz) Bab 31 SEMASUKNYA Lim Tiang Hong ke dalam kamarnya,
dia mengaso baru sebentar hari sudah mulai terang lagi.
Pagi2 hari itu juga dia pergi kekasir rumah
penginapan buat membayar sewa menginap, maksud
hati itu akan pergi kekota Kim-leng buat cari si Pengemis Mata Satu, lebih tepat buat minta kererangan tentang orang yang disebut Ho-lok Siu-su.
Baru sampai di depan rumah penginapan, sudah
dilihatnya si Pengemis Mata Satu, Sin-soan Cu-kat 1241
bersama Yan-jie yang tengah datang menghampiri. Dari jauh si Pengemis Mata Satu sudah ber-kaok2 memanggil
"Kongcu. Kongcu!"
"Nasib kita ternyata tidak jelek, Kongcu. Hari ini biarpun secara selanang selonong, kami berhasil juga dapatkan kau di sini"
Lim Tiang Hong yang melihat kedatangan mereka
bertiga merasa sangat gembira. Segera maju
menyongsong. Setelah satu sama lain menceritakan perjalanan
masing2, si Pengemis Mata Satu menelan ludah dan
lantas berseru "Eh! Kenapa kita bicara ditengah jalan ini"
Mari kita cari saja tempat tangsal perut lebih dulu paling penting"
Sehabis berkata, di-goyang2kannya tangannya yang
cuma tinggal satu, terus berjalan menuju ke rumah makan.
Sin-soan Cu-kat tersenyun penuh arti yang dibalas oleh Lim Tiang Hong dengan senyum dikulum juga.
Mereka sama2 ingin mengatakan, pengemis ini
kecuali arak tidak inginkan apa2 lagi.
1242 Keduanya lalu berjalan lambat2 mengikuti si
Pengemis Mata Satu. Ketika Lim Tiang Hong menengok, dilihat Yan-jie,
yang telah berubah sikapnya daripada yang dulu2.
Meskipun tetap cantik, parasnya seperti selalu tertutup awan gelap, selain itu agaknyapun nona ini masih
menyimpan banyak urusan. Melihat keadaan demikian, Lim Tiang Hong
menahan langkahnya, mendekati si nona dan tanyanya:
"Adik Yan, apa hari2 belakangan ini kau tidak mendapat sakit?"
Suaranya itu mengandung rasa perhatian besar,
namun demikian sebagai jawaban Yan-jie banya
terdengar helaan napasnya yang berat, dia tidak berkata2.
Lim Tiang Hong merasa bahwa suara helaan napas
Yan-jie itu mengandung perasaan pedih yang tidak
terhingga. Untuk sesaat lamanya perasaan menyesal dan tidak enak timbul dalam hatinya. Ia merasa, bahwa dia sendiri tidak memenuhi kewajibannya tidak
memperhatikan kepentingan2 gadis cilik itu. Tetapi 1243
sebetulnya, itu cuma merupakan suatu perasaan dan pikirannya sendiri saja.
Yan-jie sudah ditilik dan dilindungi oleh sahabat karib ayahnya yakni Sin-soan Cu-kat. Selain dari itu pun masih ada lagi si Pengemis Mata Satu. Sebetulnya
tidaklah memerlukan seorang anak muda untuk begitu memperhatikan dan menilik tingkah laku seorang gadis.
Tetapi oleh karena Lim Tiaag Hong merasa telah
menerima budi besar dari orang tua gadis itu, maka dia merasa pula berhak menjadi pelindung keselamatan Yan-jie. Dia pun merasa, apabila ada apa2 atas diri Yan-jie, tidak enak dia terhadap Heng-lim Cun-loan yang telah bersemayam di alam baka, semua itu se-mata2 hanya untuk membalas budi, tidak lainnya.
Dan setelah melihat kelakuan Yan-jie demikian,
lebih mendekati gadis itu dan berkata pula: "Adik Yan, Kau juga tidak perlu begitu sedih. Ayahmu yang sudah meninggal toh tidak bisa bangkit kembali. Terhadap musuh2 ayahmu kita pasti bisa balaskan. Aku sudah perintahkan orang2, dalam satu bulan pasti mendapat kabar, legakanlah hatimu, jangan sampai membikin kurus 1244
badanmu sendiri, itu tidak baik kalau ayahmu
mengetahui". Semua perkataannya itu keluar dari hati sejujurnya, tetapi sayang seribu kali sayang, perkataan2 itu tidak diterima pada tempatnya.
Semua ucapan yang keluar dari hati yang bersih itu, sedikitpun tidak dapat menghibur hati Yan-jie yang terluka. Sebab Yan-jie bersedih bukan karena itu, maka setelah mendengar itu bukan makin baik hatinya, bahkan merasa jadi sangat sedih. Air mata keluar dari kelopak matanya, sedang dalam hatinya diam2 menyesalkan
kecerdasan anak muda itu. "Kau sungguh tolol! Kau sengaja barangkali berlaku tolol atau dibikin butek otakmu oleh perempuan yang kau sebut2 Kow-loan itu?"
Lim Tiang Hong yang melihat Yan-jie mengalirkan
air mata, hatinya semakin bingung. Lantas berkata ber-ulang2, maksudnya untuk menghibur: "Ah! Aku tidak seharusnya. Tidak seharusnya aku bikin kau lebih
terduka...." Pada saat itu semua orang sudah sampai di depan
pintu rumah makan. 1245 Sin-soan Cu-kat tahu mengapa Yan-jie berduka,
tetapi berlagak tidak tahu dan mengatakan kepada
mereka berdua: "Mari lekasan naik keatas loteng, jangan sampai pengemis tua itu menunggu terlalu lama"
Mendadak terdengar suara si Pengemis Mata Satu
dari atas loteng: "Aku tidak perlu cemas lagi. Sejak tadi aku sudah minum dan puas"
Sewaktu tiga orang itu tiba di atas loteng, benar saja pengemis itu tengah minum seorang diri.
Karena mereka satu sama lain sudah jadi kenalan2
lama, sema sekaln tidak perlu lagi saling merendah.
Maka setelah masing2 duduk semua lantas memilih
masing2 makanan yang jadi kesukaaanya.
Lim Tiang Hong selama makan itu matanya tiada
lepas dari "intaian" nya ke diri Yan-jie, diperhatikannya wajah kusut nona itu, walau se-waktu2 dia masih dapat perlihatkan senyumnya. Karena hari ini tidak seperti tadi yang seperti hatinya dirundung kesedihan selalu, kini pemuda ini merasa hatinya lega. Kepada Pengemis Mata Satu berkata: "Locianpwee...."
Pengemis Mata Satu tiba2 dongakkan kepala dan
delikkan matanya yang cuma tinggal satu. Ini
1246 mengejutkan Lim Tiang Hong sekali, maka buru2 dia rubah sebutannya. "Lo ko-ko, urusan yang tempo hari minta bantuan penyelidikanmu, berhasil atau tidak?"
Pengemis Mata Satu tepok2 jidatnya sendiri.
Setelah mengeringkan secawan arak pula, lalu angkat sumpitnya menjepit sepotong daging bebek. Setelah digayam dalam mulutnya, barulah dia buka suara:
"Mengenai urusanmu mana bisa aku si pengemis tua
tidak melakukan dengan sungguh2. Urusan ini sebagian besar sudah kuketahui, sebagian lagi aku yakin tidak lama lagi akan mendengar kabar se-jelas2nya....
Mengenai Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun yang ingin kau cari tahu, dengarlah! Dia adalah seorang pelajar alam untuk daerah Holok. Semula pernah pelajar itu menikah dengan anak perawan seseorang aneh yang sudah lama asingkan diri. Orang aneh itu kabarnya dulu adalah suhunya. Belum lama, Lim Thian Sun kawin, istrinya meninggal dunia karena susah melahirkan. Ho-lok Siu-su yang menderita pukulan bathin begitu hebat, waktu itu semua pikirannya sudah buyar dan selanjutnya tiap hari pergi ke-gunung2 yang sepi atau di tempat2 yang indah permai-permai pemandangan alamnya. Maksudnya ingin 1247
mencari tempat yang sepi dan indah permai
pemandangannya, ialah untuk menghabiskan sisa
hidupnya....." Berkata sampai disitu, di tangga loteng tiba2
terdengar suara orang berjalan dan kemudian nampak mendatangi dua orang tetamu.
Seorang diantara mereka adalah seorang Kongcu
yang berusia dua puluhan dan yang iain adalah seorang tua kepala gundul yang usianya ditebak diatas tujuh puluh tahun.
Lim Tiang Hong yang duduk menghadap kedalam,
tidak mengetahui siapa2 yang datang, tidak demikian dengan si Pengemis Mata Satu dan Sm soan Cu-kat.
Mereka ini sebagai orang2 kang-ouw kawakan. Sewaktu melihat tetamu2 baru itu, seperti telah merasa ada apa2nya yang agak ganjil, yang menggerakkan hati
mereka. Namun demikian, tetap si Pengemis Mata Satu dengan penuturannya.
"Maksud Ho-lok Siu-su ialah ingin bertapa, katanya mau jadi dewa. Tapi semua orang tentunya tahu, dalam dunia mana ada yang bisa jadi dewa" Perbuatan Ho-lok Siu-su itu tidaklah lain daripada untuk mencari hiburan 1248
bagi hatinya yang patah. Dengan cara begitu dia
keluyuran ke-mana2, tidak dirasanya telah dilaluinya masa yang cukup panjang. Tetapi selama itu tetap dia tidak mendapatkan tempat yang mencocoki hatinya. Siapa nyana, pada suatu waktu yang tak ada ter-duga2 dia menemukan sebuah lukisan gambar peta dari itu tempat yang dinamakan Gunung Dewa.
Gunung Dewa, yang membayangkan kepada
orang2 kang-ouw sebagai dunia impian, begitupun
kepada Ho-lok Siu-su, sudah barang tentu membuat dia jadi kegirangan sekali. Dia pulang dulu kekotanya, Lok-yang akan mempersiapkan barang2 keperluan buat
keberangkatannya ke tempat cita2nya tersebut.
Selama waktu itu berita telah diketemukannya
gambar peta, telah didengar pula oleh seseorang
penjahat dari golongan hitam. Orang itu begitu cerdik tapi licik. Dia tahu kalau dengan kemampuan silatnya masih belum becus menggulingkan Ho-lok Siu-su, tidak berani merampas secara berterang. Karena secara ber-terang2an dia tidak berani, dia lalu cari jalan menggelap.
Ia mengatur rencana menggunakan kecantikan seorang wanita untuk memikat Ho-lok Siu-su. Anggannya, Ho-lok 1249
Siu-su yang telah kematian istri, mungkin dapat terpincuk paras cantik.
Begitulah kisahnya. Dalam perjalannya dari daerah utara, baru Ho-lok Siu-su berangkat pulang dengan membawa unta yang baru dibelinya. Ditengah jalan dia melihat beberapa orang kang-ouw sedang mengeroyok satu orang wanita muda
Wanita itu amat letih kelihatannya. Ho-lok Siu-su yang berjiwa besar berhati budiman, tidak bisa masa bodoh kan pertumpahan darah didepan matanya, segera turun tangan. Dalam beberapa jurus orang2 yang
mengeroyok itu dibikin kocar kacir olehnya. Wanita muda itu tampak begitu letih lesu. Wajahnya masih kaget rupanya tapi ia paksa mendekati Ho-lok Siu-su buat mengucapkan terima kasihnya.
Sewaktu ditanyakan oleh Ho-lok Siu-su mengapa
sampai terjadi pengeroyokan tadi, dijawab dengan
keterangan wanita itu iamj mengatakan bahwa suaminya adalah seorang Piauw-su yang setelah mendapat banyak keuntungan dimusuhi oleh orang2 kang-ouw. Kemudian tidak lama setelah diancam, kedapatan sang suami itu mati terbunuh. Si isteri ini lalu mengambil keputusan 1250
untuk membalaskan sakit hati suaminya. Seorang diri, dia terjunkan diri ke dunia kang-ouw, maksudnya ingin mencari jejak musuh2nya yang membunuh suaminya.
Siapa tahu sebelum maksudnya tercapai lebih dulu, dia sudah didatangi oleh orang2 itu tadi yang boleh jadi ingin sekalian membereskan jiwanya sekalian.
Ho-lok Siu-su yang melihat dalam menuturkan


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

riwayatnya itu, si wanita muda demikian menyedihkan wajahnya, membuat timbul rasa kasihannya, mengatakan kepada wanita itu pengalaman wanita tersebut begitu pahit, membuat dia merasa bersimpati, lalu dalam bercakap2 kemudian dia menyatakan akan membawa
wanita itu pulang ke rumahnya sementara menunggu
datangnya musuh2 wanita tersebut.
Tetapi karena dia baru kematian isterinya,
kemudian pada wanita itu pantas atau tidak kalau dia berbuat demikian, yang waktu itu tidak dijawab oleh si wanita. Hanya dia ini mengatakan bahwa tekadnya telah bulat akan mengadu jiwa dengan musuh2 suaminya itu.
Habis mengatakan begitu, wanita tersebut lalu angkat kaki sambil masih manangis ter-sedu2..
1251 Ho-lok Siu-su yang berhati budiman mana dapat
membiarkan seorang wanita lemah menempuh bahaya
begitu besar sendirian" Diburunya wanita muda itu, dihiburinya dia dengan kata-kata lemah lembut. Lalu karena merasa berkewajiban menolong silemah buat
menindas yang kuat, akhirnya diambilnya juga keputusan buat membawa saja wanita muda itu ke rumahnya.
Maksudnya se-mata2 buat melindungi wanita itu dari keroyokan musuh2 suaminya, sekalian menanti mereka buat dibereskan satu2.
Wanita muda itu mungkin girang mungkin tidak,
tetapi nyatanya kemudian dia mengatakan suka diajak ke rumah Ho-lok Siu-su.
Ho-lok Siu-su yang sudah ambil keputusan kalau
ingin menolong orang tidak ingin tanggung2, juga karena wanita muda itu tidak keberatan, begitulah akhirnya jadi juga wanita itu tinggal ber-sama2 dengannya di
rumahnya, di kota Lok-yang.
Wanita muda itu sudah tinggal bebarapa lamanya di rumah Ho-lok Siu-su, tingkah lakunya disitu sudah seperti nyonya rumah saja. Segera kepentingan Ho-lok Siu-su 1252
diperhatikannya benar2, seperti juga dialah istrinya yang setia.
Ho-lok Siu-su orangnya jujur dan hatinya putih
bersih. Anggapnya, perbuatan wanita muda itu demikian adalah sebagai rasa balas budinya yang ingin
diperlihatkan kepadanya, maka sama sekali tidak ditaruh dihatinya. Dia masih terus repot dalam perjalanannya untuk pergi ke Gunung Dewa.
Pada suatu hari dia mendapatkan rahasia dalam
peta itu, jadi dapat tahu kalau gunung Dewa tersebut baru akan muncul di permukaan tanah pada 3 tahun
kemudian. Maka dengan terpaksa ditundalah hari
keberangkatannya. Pada waktu itu telah beberapa bulan wanita muda
itu tinggal di rumah keluarga Lim. Ternyata tiada kedapatan ada orang yang cari setori atau permusuhan dengan dia dan dia serdiri juga sama sekali tidak suka ungkit2 lagi soal kematian suaminya itu. Terhadap Ho-lok Siu-su pergaulannya nampak kian hari kian erat.
Ho-lok Siu-su yang kematian isteri, merasakan
jiwanya telah kotor, tentu tidak berani berpikir yang bukan2. Tetapi dia yang setiap hari ditungkuli oleh 1253
seorang wanita cantik sebagai bunga yang baru mekar itu, lama2 gugur juga imannya, mulai bersemi rasa cinta baru. Demikianlah akhir2nya jadilah keduanya sebagai pasangan mempelai yang bahagia.
Tidak lama setelah pernikahan mereka, wanita itu
melahirkan sorang bayi laki2. Selama itu, wanita itu kecuali merasakan adanya sedikit perubahan dalam
pikirannya yang terkadang dilihat suami barunya seperti sedang termenung, dalam hal lainnya tidak lagi
memperlihatkan tanda2 yang boleh dikata luar biasa. Holok Siu-su yang berhati jujur, cuma mengira kalau wanita itu sedang mengenangkan suaminya yang terdahulu,
maka tidak begitu taruh perhatian makanya terus
melanjutkan penyelidikannya kepada peta yang
didapatkannya. Gambar peta itu, siang malam disimpan di tubuhnya, tidak pernah terpisah dari badannya itu.
Begitulah 3 tahun yang di-nanti2kannya sudah
dekat lagi tiba. Ho-lok Siu-su tidak lama kemudian sambil selamat berpisah dari isteri barunya, sendirian dia menempuh perjalanannya yang melalui padang pasir luas itu.
1254 Tak lama setelah berlalunya Ho-lok Siu-su dari
rumahnya, wanita muda itu menyerahkan anak lelakinya yang waktu itu usianya belum lagi cukup 3 tahun kepada seorang hweeshio tukang masak di kelenteng Tang gak-bio, dia sendiri kemudian tidak pernah terlihat lagi berada dirumah keluarga Lim, entah kemama perginya"
Demikianlah si Pengemis Mata Satu sekaligus telah menceritakan demikian panjang lebar, baru berhenti dia dan menarik napas panjang2, diangkatnya cawan
araknya dan ditenggak isinya.
Sin-soan Cu-kat dan Yan-jie semenjak tadi
mendengarkan penuturan si Pengemis Mata Satu tanpa menyela sekalipun, tetapi pada saat itu tampak sikap mereka yang sudah tidak sabaran, agaknya menunggu penutup cerita. Inilah yang di-harap2kan oleh mereka.
Tidak demikian halnya dengan Lim Tiang Hong, Pemuda ini selama si Pengemis Mata Satu menuturkan kisahnya itu, begitu serius dia mendengarkan tebang hatinya, tegang berdebaran dan perasaannya cemas berkuatir.
Tetapi manakala si Pengemis Mata Satu mengakhiri
kata2nya dan agak lama tidak melanjutkan, dia ini lantas meminta diteruskan lagi untuk diteruskan
1255 "Teruskan ceritamu" demikian pintanya.
Tetapi si Pengemis Mata Satu itu cuma pendelikkan matanya yang tinggal satu itu, sambil ge!eng2kan kepala dia menjawab: "Apa yang aku tahu cuma sebegitu tidak lebih tidak kurang. Kelanjutannya, aku si pengemis tua mana tahu lagi?"
Lim Tiang Hong pentang lebar2 matanya. Nampak
dua matanya yang memancarkan sinar buas, kemudian sebagai orang liar tak terdidik dia berteriak2 sendiri "Aku mengerti! Ho-lok Siu-su tidak salah adalah ayahku! Dan wanita muda itu.... Lok-hee Hujin! Sedang yang
mengatur rencana busuk di belakang layar itu, pasti adalah itu dia si penjahat Pek-tok Hui-mo. Jahanam! Pek-tok Hui-mo! Jahanam!! Awas kau nanti kalau ayahku sampai kejadian mendapat bahaya, aku siorarg she Lim sebagai anaknya pasti akan cincang tubuhmu sampai 70
keping!" Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat melihat
perubahan sikap anak muda itu se olah2 telah ganti rupa sebagai singa murka tanpa merasa kedua2nya jadi jeri.
Diam2 kedua orang tua ini mengeluh serdiri, se
akan2 berkata kepada hati kecilnya sendiri: "Bocah ini 1256
begitu besar nafsunya kalau sudah hendak
membunuh...." Sln-soan Cu-kat agaknya tidak sampai hati
membiarkan Lim Tiang Hong terus dalam keadaan
setengah kalap itu, lalu menarik tangannya, minta supaya anak muda itu duduk tenang dan menghiburnya, katanya: "Untuk sementara kau janganlah berbuat
menuruti hawa nafsumu. Dugaan2mu barusan mungkin
ada benarnya, namun biar bagaimana toh mesti
menunggu kabar ayahmu sendiri yang pasti, baru boleh kau ambil tindakan"
Si Pengemis Mata Satu juga menimbrung berkata:
"Bukankah kau sudah berjumpa kepada ibumu" Apa
salahnya kalau kau mencoba sekali lagi cari dia.
Kepadanya boleh kau tanyakan, minta keterangannya yang benar. Barangkali kalau kau bisa terus desak dia, dia bisa ceritakan kepadamu urusan yang se-benar2nya"
Lim Tiang Hong yang saat itu telah terpukul hebat hatinya sebab tabir rahasia yang menutupi dirinya selama itu per-lahan sudah mulai tersingkap, yang ternyata adalah sebagai suatu tragedi rumah tangga yang
mengenaskan dan ruwet sekali. kalau nanti sudah
1257 terbuka betul2 semuanya, mungkin ia juga akan merasa sukar untuk menjelajahi hidup nyatanya di-hari2
mendatang. Pada saat itu didalam otaknya lagi2 teringat dia
akan ucapan orang berkedok tinggi besar yang selalu mengatakan padanya "anak haram". Maka dalam hatinya diam2 dia jadi berpikir, bahwa jikalau wanita muda itu benar2 Lok-hee Hujin adanya, bukankah benar seperti apa yang dikatakan orang berkedok itu dia dilahirkan oleh seorang ibu yang berzina kepada laki2 lain"
Mengingat sampai dlsini, otaknya seperti dipukul
martil besar, matanya ber-kunang2, wajahnya serasa panas seperti dibakar.
Tiba2 dia ingat lagi kepada orang2 Hong-hong-tie
yang membahasakannya dalam sebutan Kongcu.
Apakah...." Pada saat itu tiba2 kedengaran suara ketawa aneh
yang membuyarkan lamunan anak muda ini. Orang tua kepala botak dan Kongcu yang tadi naik ke loteng sudab berdiri di depan mejanya.
Lim Tiang Hong yang sedang melamun, merasa
dikejutkan sekali oleh suara ketawa itu. Dia yang. sedang 1258
kusut pikiran dan jengkel, lantas berbangkit dengan sikap gusar. Saat itulah dia dapat melihat tegas si Kongcu, siapa ternyata tak lain tak bukan daripada Gok-bin Liong-kun Cu Tek. Itu orang yang dulu pernah coba2 cari setori dengannya dan kena dihajar di atas bukit Bu-san.
Kini dia segera mengerti, kalau anak muda yang
mengajak suhunya si kepala botak itu akan menuntut balas sakit hatinya dulu.
Orang tua kepala botak itu setelah perdengarkan
tertawa anehnya itu, mendadak berkata sambil menuding Lim Tiang Hong dengan jari2 tangannya yang kasar:
"Apa kau ini yang di-sebut2 orang To-liong Kongcu" Kau yang baru2 mendapatkan nama itu sampai tersiar luas didunia Kang-ouw" Lohu yang sudah lama asingkan diri di daerah Biauw-ciang, tidak pernah turut campur dalam urusanmu. Tapi kau ternyata tidak pandang mukaku.
Dengan terang2an kau menantang aku. Hei bocah! Kau amat jumawa!"
Lim Tiang Hong menjawab segera: "Dengan bukti
apa kau bisa keluarkan kata2mu" Sedangkan nama
besarmu orang she Lim sama sekali belum pernah
dengar. Mana bisa seseorang tanpa sebab2 nyata
1259 menyatakan menantang seseorang lain yang tidak
dikenalnya!" Orang tua kepala botak itu memang adalah gurunya
Cu Tek, namanya Cu Sim Bin dengan gelarnya si Garuda Kepala Botak. Orangnya degil, sombong serta tinggi hati.
Tidak pernah mem-beda2kan orang golongan sesat dan orang2 golorgan baik. Dimana dulu pernah mendapat nama dikalangan persilatan daerah barat dan selatan.
Dia mendapat didikan ilmu silat Thian-tong-pay, yang kemudian setelah dirubah dan diperbaikinya sendiri, berhasil dia menciptakan suatu gerak tipu yang aneh2.
Pada tahun2 belakangan ini, dimana jago2 muda
banyak yang ber-angsur2 naik namanya, kepandaian
silatnya juga telah berangsur-angsur dapatkan kemajuan, maka lantas timbul lagi pikirannya akan tonjolkan diri pula kedunia persilatan. Kebetulan ia dengan murid tunggalnya, yakni Gok-bin Liong-kun Cu Tek, terjungkal dalam suatu pertarungan dengan Lim Tiang Hong. Dan atas hasutan murid kesayangannya itu, yang mengadu biru dengan mengatakan Lim Tiang Hong menantang
gurunya dengan terang2an. Tentu saja dia tidak mau mengerti. Garuda Kepala Botak yang tinggi hati dan 1260
berangasan seketika mendengar hasutan muridnya jadi merah padam mukanya. Dan lantas berangkat ke daerah Ho-pak dengan niat menghajar Lim Tiang Hong.
Ketika saat itu dia mendengar Lim Tiang Hong
mengatakan namanya juga belum dikenalnya, sesaat itu nampak dia bingung, sementara si Giok-bin Long-kun Cu Tek yang ketakutan rahasia kebohongannya terbuka, nyeletuk mem-bakar2: "Hmm! Kau benar2 terlalu
jumawa! Sampai nama dan gelaran suhuku kau sudah
tidak kau pandang lagi barangkali?"
Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat yang
mendengar disebutnya nama serta gelaran si Garuda Botak itu, tentu saja terperanjat.
Sebab telah diketahui oleh mereka, nama dan
gelaran itu, pada empat puluh tahun berselang. Mereka dua orang ini yang baru saja terjunkan diri kedunia kang-ouw, sudah dengar nama itu tengah mumbul naik. Dan kini setelah dikabarkan orang mengasingkan diri sekian tahun lamanya, kepandaian silatnya sudah tentu telah dapatkan banyak kemajuan. Mereka sama2 kuatirkan
kalau2 urusan jadi runcing dan Lim tiang Hong nanti 1261
sambal kena dirugikan dalam perkelahian maka lantas pada berdiri dari tempat duduknya.
Si Pengemis mata satu yang berkata lebih dahulu:
"Kiranya adalah Cu Lo Eng-hiong! Ha, ha.... Silahkan duduklah dulu, mari kita berunding secara tenang. Dalam urusan ini barangkali ada sedikit kesalah pahaman"
Garuda Botak itu buka matanya yang sipit, dengan
sorot mata dingin diawasinya orang yang bicara
kepadanya itu, kemudian katanya satelah tertawa bergelak2: "Kau siapa" Beraninya kau ikut2 dalam urusan ini?"
Si Pengemis Mata Satu yang hampir sebagian besar
hidupnya cuma dalam kalangan kang-ouw, tapi belum pernah merasa dihina seperti itu. Pada saat itu perasaan amarahnya telah meluap, setelah menengadah dan
tertawa ter-bahak2, baru berkata: "Pengemis tua Mata Satu, itu adalah aku sendiri. To-liong Kongcu adalah saudara angkatku. Menanya saja rasanya toh tidak ada halangannya, bukan?"
Garuda Botak itu keluarkan suara dari hidung,
kemudian dengan unjuk sikap menghina, mengatakan
"Bu-beng Siauw cut (serdadu kecil tanpa nama)"
1262 Dan kemudian berpaling dan berkata menghadap
Lim Tiang Hong. "Kau begitu berani menghina aku, tentu kau kira tinggi sekali kepandaianmu. Sekarang tidak perlu bicara banyak, nanti jam 3 malam kita bertemu dibukit Loan-co-kang diluar kota. Jikalau kau tidak punya nyali sekarang kau boleh berlutut dan mengaku salah
dihadapanku, barangkali belum terlambat buat aku beri kelonggaran"
Lim Tiang Hong, yang memang kala itu sedang
kusut pikiran dan kini ada orang yang tanpa sebab cari setori demikian dengan kata2 yang begitu jumawa,
sudah tentu lantas naik darah. Mata begitu kata2 orang kepala botak tadi berhenti, dia berkata sambil ketawa dingin: "Kau rupa2nya memang cuma cari setori dengan aku si orang she Lim Apa mau dikata, sebentar malam boleh kuiringi kehendakmu"
Pada saat itu si pengemis Mata Satu juga turut
berkata dengan suaranya yang keras. "Aku si pengemis tua juga mau ikut ambil bagian. Kepingin tahu aku, kau si Garuda Botak selama 40 tahun yang pernah melatih berapa rupa ilmu2 baru sampai berani menghina orang begitu macam?"
1263 Pengemis Mata Satu ini nampak demikian naik
darah, mukanya merah padam. Sewaktu mengucapkan
kata2nya tadi, matanya yang cuma tinggal satu itu nampak begitu beringas buas.
Si Garuda Botak Ciu Sin Bun perdengarkan suara
ketawa hambar, lalu mengajak muridnya turun ke
bawah. Seberlalunya si Garuda Botak, Sin-soan Cu-kat baru bertanya kepada Lim Tiang Hong, mengapa sampai bisa berbentrokan dengan manusia beradat ganjii itu.
Lim Tiang Hong beri keterangan: "Semua itu cuma
karena gara2 Giok-bin Long-kun Cu Tek tadi. Dia
tentulah yang mengadu biru menghasut kepada
gurunya". Setelah itu, lalu diceritakannya pula semua kejadian yang pernah dialaminya di bukit Bu-san.
Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat setelah mendengar penuturan anak muda itu, tidak merasa
heran. Tidak demikian halnya dengan Yan-jie. Reaksi anak dara ini agak lain. Dalam hatinya barangkali dia memikir bahwa urusan Lim Tiang Hong itu terjadinya karena gara2 orang perempuan, maka dia lalu monyong-1264
kan mulutnya dari berkata dengan suara tawar. "Mana bisa itu disalahkan kepada orang" Kau sudah merebut Sin-lie Hong-cu kekasih dia sudah tentu kalau dia boleh saja cari kau buat adu jiwa"
Mendengar pernyataan itu, Lim Tiang Hong
melongo. "Apa arti perkataanmu ini?" demikian tegur anak muda ini, tetapi Yan-jie sudah balikkan kepalanya den jawabnya: "Aku tidak tahu!"
Dua orang tua itu dalam hati mengerti, tetapi
siapapun merasa tidak dapat turut campur tangan, sebab asal usul Lim Tiang Hong masih belum lagi jelas bagi mereka. Apalagi disamping Yu-Kok Oey-eng yang
menamakan dirinya sebagai calon isteri Lim Tiang Hong, juga masih ada lagi Sucie arak muda itu, Henghay Kouw-loan. Jikalau mereka paksa Yan-jie dijodohkan kepada Lim Tiang Horg, dikemudian hari bisa2 nanti terjadi suatu tragedi yang mengenaskan.
Sebentar kemudian terdengar si pengemis Mata
Satu berdehem lalu berkata setelah tertawa ter-bahak2:
"Kalian berdua masih kanak2, tidak perlu ribut2. Urusan itu tidak perduli bagaimana, pokoknya, nanti malam kita 1265
sudah ambil keputusan buat bertemu lagi dengan si Garuda Kepala botak. Itu saja sudah cukup"
Lim Tiang Hong berdiam. Dalam hatinya makin
tambah rasa jengkelnya. Mengapa jadi demikian sikap Yan-jie" Demikian pikirnya. Meskipun dia merasa
berkewajiban juga melindungi dara itu, tetapi merasa tidak pantas nona itu mengurusi urusan pribadinya, karena dia merasa telah berbuat sejujurnya. Yan-jie selalu seperti curiga saja atas dirinya.
Tetapi pada hakekatnya, Lim Tiang Hong sendiripun belum dapat memahami sifat anak perempuan yang baru mangkat dewasa. Sebab pada umumnya, anak gadis
yang baru meningkat umurnya itu, kebanyakan
pikirannya serta napsunya begitu keras buat
mengangkangi apa2 yang dikehendaki. Apa lagi kalau apa2 itu adalah pemuda yang dicintainya, mereka selalu menganggap itu sebagai barang permata kepunyaannya sendiri yang tidak boleh dijamah oleh lain tangan.
Karena Lim Tiang Hong tampaknya dengan suka
hati memenuhi permintaan Sin-lie Hong-cu, jauh2
memerlukan pergi ke bukit Bu-san untuk membantu dia menghadapi musuh2nya, itu saja memang sudah
1266 membuat Yan-jie merasa tidak senang, apalagi kemudian nona ini dengar pula Lim Tiang Hong pernah ribut
dengan Giok-bin Long-kun yang katanya meng-gila2i Sin-lie Hong-cu itu. Mana dia tidak jadi lebih mendongkol"
Oleh karena itulah, Yan-jie sebegitu jauh masih
monyongkan terus mulutnya, dan tidak mau buka suara lagi. Suasana saat itu seperti penuh dengan kejengkelan.
Sin-soan Cu-kat yang bertindak sebagai orang tua
Yan-jie, kala itu ingin berdaya buat meredakan suasana tegang disitu, maka per-lahan2 nampak dia bangkit dari tempat duduknya dan katanya: "Kalian berdua nanti malam masih ada urusan, mari kita pulang kerumah
penginapan buat mengaso"
Usulnya itu tidak ditolak siapapun, begitulah
kemudian tampak empat orang itu berempat turun dari atas loteng.
Rumah makan, memang merupakan suatu tempat
berkumpulnya orang2 dari segala tingkat dan golongan.
Cekcok mulut yang terjadi antara Lim Tiang Hong
dan Yan-jie ternyata sudah menarik perhatian saiah seorang tetamu rumah makan itu.
1267 Di dalam penglihatan tamu itu, diantara Yan-jie dan Lim Tiang Hong apabila tidak adanya hubungan yang sangat dalam, sudah tentu tidak akan terjadi kerewelan seperti itu dan lalu membuat la menarik duga2, kalau Yan-jie tentu adalah seseorang yang penting
hubungannya dengan Lim Tiang Hong.
Kini tetamu itu mengawasi berlalunya Lim Tiang
Hong sekalian sambil tersenyum menyeringai, kemudian dia sendiripun menyusul keluar setelah membereskan rekening makanannya. Siapa gerangan adanya tetamu rumah makan ini" Dibagian belakang kelak pasti akan disuguhi kisahnya.
Sekarang balik kepada Lim Tiang Hong empat
orang, begitu meninggalkan rumah makan mereka
menuju ke rumah penginapan.
Mujur bagi mereka, rumah penginapan kebetulan
kosong, hingga empat orang ini masing2 menempati satu kamar.
Kamar Yan-jie, letaknya berdekatan dengan ruang
tidurnya Sin-soan Cu-kat, sedang kamar si Pengemis Mata Satu berendengan dengan kamar yang ditempati Lim Tiang Hong.
1268 Karena mengira disini dua anak muda itu dapat
bicara sepuas2nya, setiba di rumah penginapan dengan suatu alasan kedua orang tua ini pergi keluar.
Lim Tang Hong yang merasa kesepian, baru saja
mau mendekati karnar Yan-jie, maksudnya buat
menjelaskan kesalah-pahaman tadi, siapa tahu baru sampai di pintu kamar dara itu, nampak Yan-jie berjalan keluar dengan muka cemberut. Sewaktu nona ini melihat Lim Tiang Hong, tidak disapanya, terus berjalan dengan mengangkat muka.
Lim Tiang Hong cukup tinggi adatnya. Melihat
keangkuhan Yan-jie, merasa harus mundur teratur,
dibiarkannya dara itu berlalu sesukanya. Kemudian, sendirian dia kembali masuk ke kamarnya, mondar
mandir beberapa balik, pikirannya tetap dirasakan kusut.
Mendadak dari luar kamar terdengar suara
seseorang yang berkata dengan suara lantang. "Saudara Lim ada urusan apa kelihatan begitu jengkel?"
Lim Tiang Hong mendongak, diluar dugaannya
orang yang menegurnya itu ternyata adalah si Burung Hong Putih Cu Giok Im. Nona ini dengan wajah ramai 1269
senyuman bertindak masuk, benar2 polos tanpa
sungkan2 terus menuju ke tempat tidur, duduk disitu.
Lim Tiang Hong menghela napas, menjawab
pertanyaan itu. "Panjang sekali kalau mau
dibicarakan...." "Jikalau dugaanku tidak salah, urusan yang
membuat jengkel tentu ada hubungannya dengan soal anak perempuan. Bukankah begitu?"
Si Burung Hong Putih mengatakan demikian, lalu
tertawa cekikikan. "Kok kau tahu?" Lim Tiang Hong bertanya demikian, alisnya campak berkerut.
Burung Hong Putih dengan senyumnya yang
banyak arti lalu menjawab. "Saudara Lim dalam usiamu semuda ini sudah menggegerkan dunia persilatan. Sejak muncul dikalangan kang-ouw belum pernah bertemu
dengan tandingan yang boleh dikata setimpal. Apalagi yang perlu dibuat jengkel kalau bukannya urusan
asmara?" Lim Tiang Hong kememek. Hanya bisa meng-
geleng2kan kepalanya, tiada menjawab.
1270 Sementara itu, si Burung Hong Putih telah berkata pula dengan iringan senyumnya yang manis: "Sejak
dahulu kala, orang yang mempunyai banyak clnta kasih itu memang selalu meninggalkan kemenyesalan saja.
Saudara Lim, kau punya kepandaian tinggi sekali, sudah sepantasnya kalau kau keluarkan pedang buat basmi segala kejahatan, bantu rakyat lemah. Sekarang kau kelihatan begitu jengkei dalam urusan perempuan, apa itukah yang wajib keluar dari sikap seorang laki2
berkepandaian tinggi seperti kau" Maafkan aku berkata begitu terus terang, kalau menyinggung perasaanmu.
Tapi rasanya memang begitulah. Kalau tetap kau
membawa kelakuanmu seperti itu, percuma kau
dikatakan laki2 gagah"
Dikatakan secara blak2an demikian oleh gadis itu, merah membara selebar wajah Lim Tiang Hong.
Mendadak dia bangun berdiri dan setelah menjura
berkata: "Perkataan2 nona betul2 telah membuka
pikiranku. Tapi, aku sesungguhnya karena sangat
terpaksa...." Burung Hong Putih memotong sambil tertawa:
"Tidak perlulah kau katakan lagi, aku sudah maklum!
1271 Buat sementara jangan kita bicarakan lagi soal itu. Apa kau tahu antara Tiang-lim-pay dan Bu-ceng Kiam-khek masih ada ganjalan sakit hati yang masih belum


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

dibereskan hingga kini?"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, mengatakan
tidak tahu. Gadis polos itu lalu perlihatkan wajah ber-
sungguh2, katanya lagi: "Kedatangan Cu Giok Im kemari hari ini, adalah buat sampaikan titah suhu. Aku undang saudara Lim supaya segera berkunjung ke Tiang-lim-pay untuk kita bereskan ganjalan antara kita itu. Jikalau saudara Lim anggap tidak punya kemampuan buat wakili gurumu Bu-ceng Kiam-khek, suhuku juga tidak
memaksa, kita bisa undang Bu-ceng Kiam-khek sendiri"
Ucapan nona itu benar2 terlalu blak2an terbuka,
menyakiti hati Lim Tiang Hong. Dengan serentak, dengan alis berdiri anak muda itu nampak tertawa, kemudian katanya: "Nona, kau sungguh terlalu tidak pandang mata pada aku si orang she Lim. Tiang-lim-pay toh bukan sebagai tempat macan atau sarang naga" Perlukah buat kesitu suhu turun tangan sendiri" Aku si orang she Lim pasti akan datang menenuhi undanganmu ini"
1272 "Baiklah! Sekarang aku mau balik dulu ke Tiang-lim buat sampaikan kabar kedatanganmu ini"
"Siiakan berangkat dulu, aku akan segera
menyusul" "Sekarang urusan yang mengenai itu sudah selesai.
Mari kita bicarakan soal pribadi. Apa kau suka kiranya kalau mecgawani aku pergi pesiar?"
Lim Tiang Hong yang saat itu merasakan pikirannya kusut dalam soalnya dengan Yan-jie, mana ada keinginan buat pesiar. Begitulah sambil geleng2kan kepala
jawabnya: "Atas permintaan nona, sebetulnya ingin aku bisa memenuhi dengan lantas. Cuma sayang, sedikit waktu ini pikiranku terlalu kusut, rasanya tidak punya kegembiraan buat pesiar"
"Kalau begitu, biarlah nanti saja kita berjumpa lagi di Tiang-lim" demikian si Burung Hong Putih ini berkata sambil ketawa riang, kemudian dia mengenjot badannya, berlalu dengan melompati tembok pagar.
Waktu itu cuaca mulai gelap, si Pengemis Mata Satu bersama Sian-soan Cu-kat sudah kembali dengan wajah mereka nampak ramai senyumnya. Dalam dugaan kedua orang tua ini, dua anak muda yang mereka tinggalkan 1273
tentu sudah rukun kembali. Siapa tahu begitu mereka masuk ke dalam kamar, cuma dilihat Lim Tiang Hong seorang diri dengan wajah muram.
Kedatangan orang tua itu dengan perasaan ter-
heran2 saling pandang sejenak. Si pengemis Mata Satu Yang adatnya selalu tidak sabaran, segera bertanya "Lho!
Kemana Yan-jie?" "Dia seperti ngambul, sudah pergi dari tadi"
"Kenapa sampai sekarang belum pulang?"
"Mana kutahu?" Jawaban singkat Lim Tiang Hong itu terang
menyatakan bila dia sedang jengkel.
Yan-jie sejak tinggal dirumah Sin-soan Cu-kat,
jarang keluar pintu sendirian. Sin-soan Cu-kat yang mengetahui itu, begitu lama si nona pergi dan belum kembali hatinya mulai gelisah. Sambil kerutkan alisnya bertanya orang tua ini: "Apa tidak mungkin ada kejadian apa2"
Pengemis Mata Satu menyahuti pertanyaan ini:
"Budak itu selalu menuruti adatnya tendiri. Mungkin memang kalau dia bisa kenapa2"
1274 Lim Tiang Hong sendiri seperti merasa dengan tidak kembalinya Yan-jie sampai pada saat itu terlalu ganjil.
Pemuda ini segera ajukan usul: "Kalau begitu mari kita cari dia secara berpencaran"
Dengan tidak berayal lagi ketiga orang itu keluar rumah penginapan, untuk mencari Yan-jie yang masih belum kambali.
Namun meski mereka telah mencari di pelosok,
setiap gang tetap tiada menemukan Yan-jie.
Mereka kemudian bertemu lagi di rumah
penginapan, ternyata sudah jam dua tengah malam.
Lim Tiang Hong tiba2 ingat undangan Tiang-lim-pay yang mengajak bertanding, maka lalu diceritakan
kedatangan Cu Giok Im tadi kepada dua orang tua itu.
Sin-soan Cu-kat lalu berkata sambil goyang2kan
kepala: "Antara Tiang-iim-pay dengan Bu ceng Kiamkhek meskipun pernah kejadian kepada kesalah pabaman dalam perebutan nama, tapi biar bagaimana Tiang-limpay adalah salah satu partai dari orang baik2, maka janganlah anggap mereka itu mengundang kau datang kesana dengan maksud2 tertentu yang tidak baik"
1275 Pengemis Mata Satu berkata sambil garuk2
kepalanya: "Menurut pikiranku, Yan-jie yang sedang mendongkol boleh jadi sudah mendahului kita pula ke Kim-leng"
Sin-soan Cu-kat sampak kerutkan keningnya, selang tak lama, dia berkata: "Boleh jadi juga"
Lim Tiang Hong seperti tidak senang romannya saat itu. Dia tidak bisa membenarkan sikap Yan-jie. Namun biar bagaimana, dia tidak bisa lepaskan juga tanggang jawabnya buat lindungi gadis tersebut. Maka lantas berkata lagi: "Menurut pikiran boanpwee, ingin minta Cukat Cianpwet segera berangkat keselatan buat iihat dia sudah pulang atau belum kemudian minta Lo Ko-ko
supaya segera kerahkan bantuan tenaga orang2 Kay-
pang, juga buat cari jejak Yan-jie. Sementara tentang perjanjian malam ini dengan si Garuda Kepala Botak, rasanya buat boanpwee seorang diri sudah cukup untuk, melayani"
"Buat sekarang ini cuma bisa atur begitu saja
rasanya, tapi buat kau pergi sendirian apa tidak akan merasa kesepian?" demikian Sin-soan Cu-kat berkata, kepalanya di-angguk2kan.
1276 "Pertempuran semacara apa saja sudah sering
dialami boanpwee, barangkali malam ini si Garuda Kepala Botak inipun tidak akan dapat membuat banyak terhadap boanpwee"
Pengemis Mata Satu mempunyai keyakinan pada
pendiriannya bahwa Lim Tiang Hong terang tidak dapat dicela, maka lantas menyela: "Sekarang waktu sudah terlalu mendesak. Mari segera berangkat dengan tugas kita masing2. Lotee supaya kau suka berhati2 sedikit malam nanti, sampat kita bertemu lagi di kota Kim-leng"
Pengemis Mata Satu ini benar2 gelisah hatinya.
Setelah habis dengan kata2nya dia sudah lantas bergerak lompat keluar melalui lubang jendela. Dari situ lantas melesat melewati genteng.
Sin-soan Cu-kat menelad perbuatan kawannya,
sebentar kemudian dua orang tua itu sudah lenyap
diantara kegelapan. Lim Tiang Hong yang ditinggalkan tidak segera
menyusul, tetapi setelah tenangkan pikirannya juga segera lompat keluar melalui lubang jendela ke tempat perjanjian, Loan-ce-kang.
1277 Mengenai pertandingan, boleh dikata buat Lim
Tiang Hong dianggap sepele karena sering dihadapi.
Cuma permusuhan seperti malam ini dianggapnya tidak berharga sama sekali. Tetapi megingat lagi sikap serta kelakuan si Garuda Kepala Botak yang terlampau
jumawa, mau tidak mau membuat hatinya jadi panas.
Loan-ce-kang ternyata adalah sebuah tempat
berupa bukit bukit juga sebagai tanah pekuburan.
Letaknya sekitar lima lie di luar kota.
Lim Tiang Hong yang memiliki ilmu lari pesat yang luar biasa, dalam waktu sekejap sudah sampai di tempat tersebut.
Garuda Kepala Botak dengan muridnya ternyata
sudah sampai duluan. Begtu mereka melihat Lim Tiang Hong mendatangi, dua2nya memapaki dengan berlari2
juga. Garuda Kepala Botak sendiri terus keluarkan suara ketawa anehnya dan kemudian katanya "Apa kau datang sendirian" Kemana kawan2mu?"
"Orang yang kau butuhkan cuma satu. Cuma aku
seorang she Lim, rasanya tidak perlu rembet2 orang lain.
Lagipula rasanya aku si orang she Lim dengan kalian 1278
guru dan murid tidak punya ganjalan terlalu hebat, juga tidak perlu buat bertempur mati2an"
Lim Tiang Hong mengucapkan kata2nya tadi
dengan nada ketus, disahuti dengan segera oleh si Garuda Kepala Botak. "Enak benar kata2mu! Apa kau kira murid si Garuda Kepala Botak bisa dihina begitu saja" Lagian juga Lohu yang sudah lama asingkan diri di daerah Biauw-ciang, selama itu tidak pernah keluar pintu buat cari2 setori. Kau yang lebih dulu menantang Lohu, kalau tidak diajar adat tentu kau tidak tahu nama Garuda Kepala Botak ini bagaimana macamnya, bukan?"
Lim Tiang Koig tahu bahwa orang tua itu sudah
salah paham dan semua itu disebakan karena gara2
hasutan Giok-bin Long-kun yang meng-ogok2 gurunya itu. Karena berpikir demikian, maka dia juga berkata:
"Apa Locianpwee dengar dari satu pihak saja" Tentang perselisihan antara aku dengan muridmu, terjadi karena dia lebih dahulu yang cari2 setori. Dan kau kata aku pernah menghina dan menantang, semua itu bohong
tidak benar. Karena aku belum pernah bertemu muka dengan kau, apalagi barkenalan. Mana bisa menyebut dan menantang orang yang belum diketahui namanya"
1279 Maka dalam hal ini kenapa kau sebagai orang tua tidak suka pikirkan dulu matang2?"
Tetapi si Garuda Kepala Botak tidak menggubris
kata2 itu. Setelah membentak "Bohong!" lalu katanya lagi: "Aku tahu di kalangan kang-ouw kau sudah
dapatkan nama baik. Tentu dalam matamu kau tidak
pandang orang lain lagi. Malam ini tidak perlu omong terlalu banyak. Lohu kepingin tahu nama kosongmu itu dengan cara bagaimana kau dapatkan?"
Pikiran Lim Tiang Hong sedang kusut. Kini setelah dipepatkan lagi dengan kata2 tentangan sudah tentu tidak dapat dikendalikan lagi. Begitulah, Lim Tiang Hong Yang sudah timbul marahnya, kerutkan jidatnya, dengan suara ketus berkata: "Kalau benar2 kau mau paksa aku adu kepandaian, silahkan turun tangan! Aku si orang she Lim masih banyak urusan yang perlu dibereskan"
Sehabis berkata, dengan cepat dihampirinya guru
murid itu. Tepat pada saat itu tiba2 sesosok bayangan orang
meluncur dan berdiri di depan dua orang itu.
Orang ini tidak menyapa si Garuda Kepala Botak,
pun tiada menegur Lim Tiang Hong. Kedatangannya
1280 kesitu seolah2 seperti yang ingin menonton keramaian saja.
Lim Tiang Hong mengira orang itu adalah kawan si
Garuda Kepala Botak, tidak diperhatikannya sama sekali.
Sebaliknya bagi si Garuda Kepala Botak, yang pun
sama mengira bahwa orang itu pembantu buat pihak
lawan. Dengan diam2 sudah berkeputusan buat turun tangan cepat membereskan Lim Tiang Hong.
Begitulah dengan suara keras si Garuda Kepala
Botak berteriak: "Awas sambut!"
Perkataannya itu dibarengi dengan serangan tangan kosong. Lengan bajunya yang gedombrongan lantas
menimbulkan angin keras yang menyampok muka Lim
Tiang Hong. Lim Tiang Hong hanya nampak kerkisar sedikit
badannya, serangan dengan mudah dihindarkannya.
Tetapi serangan si Garuda Kepala Botak itu ternyata cuma tipu kosong, sebab setelah mana badannya
kelihatan maju merangsak dari kiri, beruntun dia
melancarkan serangannya sampai tujuh kali, sedang dari kanan kakinya menendang secara beruntun sampai
delapan kali. Maka untuk sesaat lamanya sambaran2
1281 angin yang keluar dari tenaga dalam orang tua itu telah mengurung badan Lim Tiang Hong dan dalam waktu
sekejapan sudah melakukan serangannya secara
beruntun sampai delapan belas kali.
Setiap gerak tipu serangan orang itu begitu aneh, tidak menuruti aturan2 yang berlaku bagi orang2 rimba persitatan, namun kekuatannya hebat luar biasa.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong yang
dihujani serangan gencar demikan rupa, telah mundur sampai delapan kaki jauhaja. Pemuda ini kemudian
dapatkan kenyataan betapa hebat dan licin tipu2 si Garuda Kepala Botak. Nyata orang tua itu mempunyai kekuatan hebat sekali, kepandaian bersilatnyapun lain daripada yang lain.
Dalam keadaan demikian, Lim Tiang lalu mencoba
keluarkan ilmunya gerak silat yang dinamakan Sam-sam Po-hoat hingga dengan sangat gesit dan amat lincah sekali dapat dihindarkannya setiap serangan yang datang dari pihak orang tua itu.
Si Garuda Kepala Botak yang lama telah
mengasingkan diri di daerah Biauw-ciang, telah
menganggap ilmunya tinggi, kepandaiannya sudah tidak 1282
ada yang bisa menandingi. Siapa nyana, baru pertama kali keluar pintu sudah ketemu batu. Kesempatan baik yang dikiranya dapat mengharumkan kembali namanya yang lama ternyata tidak sebagai yang di-harap2kannya.
Setelah melihat Lim Tiang Hong selalu
rnengutamakan kegesitan tubuhnya saja mengelit tanpa adakan penyerangan balasan, lantas mengira bahwa
anak muda itu jeri kepadanya, lalu mengirim serangan2
yang bagai bergelombang makin lama makin hebat. Seolah2 begitu kuat sudah keyakinannya dapat
merobohkan seorang kuat nomor satu dari tingkatan muda.
Tetapi nyatanya kemudian, betapa hebat sekalipun
serangannya, Lim Tiang Hong selalu dapat mengelit atau menghindar secara manis sekali, sampai2 ujung bajunya saja tidak pernah sekalipun tersenggol.
Garuda Kepala Botak itu rupanya sudah amat gusar
sekali. Dengan mata melotot karena hatinya panas dia membentak dengan suara kuat2: "Kepandaian To-liong Kongcu nyatanya cuma sebegini! Kalau kau berani,
bertempurlah secara jantan cuma kelit saja! Itu bukan perbuatan satu Eng-hiong namanya!"
1283 Lim Tiang Hong yang mempunyai kepandaian
sangat tinggi, dalam waktu sekejapan saja sudah dapat memahami dengan baik tipu2 aneh si Garuda Kepala
Botak. Sewaktu dia tadi berseru, Lim Tiang Hong terus
menyambuti dengan ketawa besar: "Apa benar2 kau mau aku turun tangan" Ini sambutlah!"
Dengan mendadak To-liong Kongcu menyodorkan
tangan kanannya, bagai angin puyuh dalam waktu
sekejapan dia telah mengeluarkan 18 kali serangannya.
Tiap kali tangannya disodorkan begitu hebat
kekuatannya, hingga anginnya yang menimbulkan suara menderu2 itu se-olah2 angin puyuh yang menyapu
bersih gelombang air laut.
Garuda Kepala Botak kaget sekali. Dia yang semula mengangap kepandaian paling banter pemuda yang
dihadapinya ini cuma punya gerakan gesit dan lincah, sama sekali tidak menduga kalau tenaga dalamnyapun ada demikian tingginya.
Dalam waktu sekejapan itu dia merasa kerepotan
sangat sampai mundur punya mundur tahu2 telah
terdesak satu tombak lebih jauhnya.
1284 Garuda Kepala Botak itu sungguh tinggi
kepandaiannya, pengalamannya juga banyak. Meski baru segebrakan saja sudah dilihatnya bahwa lawanaya yang masih terlalu muda itu ternyata lawan yang paling kuat yang pernah dihadapi, maka sekarang dia tidak berani berlaku semberono lagi. Dia lalu mengerahkan seluruh kepandaiannya, dengan laku yang hati2 sekali
dihadapinya lawan yang masih sangat muda itu.
Dipihaknya Lim Tiang Hong, begitu dia melancarkan serangan pembukaannya, benar2 laksana mengalirnya gelombang air bah yang sukar dapat dibendung lagi.
Si Garuda Kepala Botak yang nampak terdesak,
meskipun telah berusaha sekuat tenaga, masih belum berhasil memperbaiki posisinya.
Giok-bin Long-kun melihat juga betapa suhunya
terdesak demikian hebat, maka tak berapa lama
kemudian dia menghunus pedangnya, maksudnya buat
berikan bantuannya, itu diketahui oleh suhunya yang segera mencegahnya: "Mundur! Siapa suruh kau ikut campur!"
Dengan wajah ketakutan sekali Giok-bin Long-kun
buru2 tarik mundur dirinya. Pada saat itulah si Garuda 1285
Kepala Botak rupanya sudah murka benar2, keadaannya tidak beda bagaikan orang gila. Dengan laku nekad dia keluarkan serangan2 simpanannya menyerang Lim Tiang Hong.
Dengan demikian, pertempuran disitu jalannya
menjadi semakin seru, masing2 dengan kepandaian
tunggalnya buat merebut kemenangan dari musuh.
Dalam pertempuran sengit demikian, yang kelihatan hanya berkelebatnya bayangan2 orang yang sebentar saling menyerang dan berputaran, dan sebentar lagi meloncat tinggi ke atas.
Sambaran angin yang keluar asal dari kekuatan
tenaga dalam, menerbangkan pasir2 dan tanah ditempat sekitar tiga tombak lari kalangan pertempuran itu.
Si Garuda Kepala Botak yang sudah kerahkan
seluruh kemahirannya, bertempur dengan lawannya yang masih terlalu muda baginya itu, sudah lebih dari 120
jurus, ternyata masih belum berhasil merebut
kemenangan Lim Tiang Hong agaknya merasa tidak sabaran lagi, merasa harus lekas mengakhiri pertempurannya supaya bisa terus mencari Yan-jie.
1286 Begitulah sekali tempo nampak pemuda ini tarik
dirinya sampai lima kaki, tapi kemudian berseru: "Tahan!
Bagaimana kalau kita anggap seri saja pertempuran Ini"
Aku masih perlu mengurus lain urusan penting"
Garuda Kepala Botak yang saat itu masih kelihatan gusar, sudah menjadikan dia mata gelap. Seperti sudah ditetapkan olehnya buat menang saja, tentu saja
sewaktu mendengar Lim Tiang Hong menyerukan
demikian, lantas mengira kalau anak muda ini tentu kehabisan tenaga. Maka segera juga dia tertawa bergelak2 dan katanya: "enak saja kau berkata. Malam ini kalau belum ada yang menang, aku tidak mau sudah!"
Lim Tiang Hong mendongkol, tetapi juga tertawa
besar dan berkata "Aku masih mau beri muka terang kepadamu, tapi ternyata kau menampik, ini sama artinya dengan cari susah sendiri!"
Dengan cepat badannya nampak terbang menjaub,
untuk kemudian balik lagi dengan mengirim serangan ber-tubi2. Kali itu sudah ditetapkan akan mengakhiri pertempuran se-cepat2nya. Maka serangan itu juga
dilakukan secara sengit dan tidak kena! kasihan.
1287 Setelah terdengar beberapa kali suara benturan di-mana2, si Garuda Kepala Botak nampak sempoyongan
seperti orang mabuk sampai 10 tombak lebih. Dari ujung bibirnya nampak mengalir darah matang.
Lim Tiang Hong tidak mau banyak bicara lagi,
melihat lawannya sudah terluka parah, lalu ketawa besar dan segera ayun langkah, maksudnya mau tinggalkan pecundangnya.
Waktu itulah mendadak dilihatnya bayangan
seseorang, dan itu orang yang tadi dilihatnya dan dikira sebagai pembantu musuh sudah menghadang di
depannya dan berkata "Harap tuan tunggu sebentar! Aku si orang she Peng ingin bicara dengan tuan!"
Lim Tiang Hong terkejut, berhenti bertindak dan
katanya: "Aku tidak pernah kenal kau, perlu apa lagi untuk dibicarakan?"
Sementara itu matanya terus mengawasi orang
tersebut, yang ternyata adalah seorang anak muda
berusia kira2 tigapuluh tahun.
Pada saat itu si Garuda Kepala Botak bersama
muridnya, dengan diam2 sudah ngeloyor pergi.
1288 Orang yang mengaku she Peng itu dengan sikap
menghina mengawasi berlalunya guru-murid tersebut, kemudian dengan sikap yang sangat mesterius berkata lagi: "Tuan, apa kau pernah merasa kehilangan
seseorang yang hubungannya paling dekat dengan
tuan?" Tergerak hati Lim Tiang Hong mendengar
pertanyaan orang itu, lalu tanyanya: "Siapa adanya tuan ini dari mana mengetahui soal itu?"
Orang itu lantas perdengarkan suara tertawanya,
lalu katanya: "Aku yang yang rendah Peng It Kie, orang2
biasa memanggil gelaranku Pecut Ekor Kalajengking. Aku yang rendah memang sengaja datang kemari untuk
memberikan sedikit kabar kepada tuan. Jikalau tuan sekiranya suka mencari itu nona yang tuan anggap
hilang, dalam waktu 10 hari ini bolehlah tuan berangkat ke puncak gunung Lok-yan-hong. Jangan se-kali2
kelambatan, sebab bisa merugikan tuan sendiri. Selain daripada itu, boleh jugalah sekalian kuberitahukan kepada tuan tempat di atas gunung itu berbahaya sekali, boleh juga dibilang tempat naga sarang macan. Siapa saja pernah kesana tidak bisa pulang dengan salamat!
1289 Maka boleh pikirkah masak2 dulu apabila tuan
bermaksud mau berkunjung ke sana"
Sehabis berkata, orang misterius itu ayun kakinya, laksana anak panah lepas dari busurnya lompat melesat ke dalam rimba.
Lim Tiang Hong masih ingin menanyakan apa2,
tetapi orang itu ternyata sudah menghilang entah
kemana. Dia kemudian cuma bisa berpikir dalam hatinya,
siapa gerangan orang she Peng itu dan puncak gunung Lak-yan-hong itu didiami oleh siapa" Apakah perkataan2
orang tadi boleh dipercaya"
Sesaat itu berbagai pertanyaan melintasi otaknya, kemudian diputuskan melalui dugaannya, begitu besar dia pernah menerima budi Hong-lim Cun-loan dan
kematian orang tua itu sebagian besar masih tetap dianggapnya karena gara2 kedatangannya. Itulah pula yang tidak mengijinkan dia tinggal peluk tangan
membiarkan putri orang tua tersebut dalam bahaya.
Maka tanpa pikir betul atau tidak perkataan orang aneh tadi, memutuskan akan menerjang puncak gunung Lok-yan-hong. Sekalipun tempat itu benar2 merupakan
1290 sarang naga gua macan seperti dikatakan orang she Peng tadi.
Tetapi kemudian mendadak pemuda ini mengingat
lagi kepada janji yang pernah diberikan kepada Cu Giok Im buat tantangan Tiang lim-Pay. Soal dengan partai tersebut erat sekali hubungannya dengan rusak tidaknya nama perguruannya. Sebab Cu Giok Im adalah murid
Tiang-lim-pay, menantang dia sebagai murid Bu-ceng Kiam-khek, tentu tak boleh diingkari janjinya itu.
Di-hitung2 harinya, untuk pergi ke Tiang-lim kalau tidak menjumpai rintangan apa2, dalam waktu 10 hari masih keburu sampai ke puncak gunung Lok-yan-hong.
Begitulah kemudian ditetapkan buat dahulukan
perjanjiannya dengan Tiang-lim-pay. Setelah
menetapkan urusan disitu baru maksudnya ingin naik ke puncak Lok-yan-hong buat menolong Yan-jie.
(dw-kz) Bab 32

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

HARI sudah mulai terang. Dibawah penerangan sinar matahari pagi itu,
tertampak sesosok bayangan manusia bergerak dengan 1291
amat lincahnya seperti peluru ber-lompat2an, dalam waktu sekejapan sudah sampai ke tempat sejauh seratus tombak lebih. Dialah Lim Tiang Hong sendiri yang tergesa2 lari.
Mendadak disuatu tanah datar yang luas, Lim Tiang Hong yang sedang lari kencang melihat beberapa
bayangan orang berkelebatan yang diselingi oleh sinar2
senjata tajam kena sinar matahari.
Dalam kabut pagi yang tipis, kelihatan semacam
ada beberapa orang di sana. Orang2 itu sedang
mengepung satu orang yang juga keluarkan teriakan2.
Lim Tiang Hong yang sedang merasakan hatinya
gelisah sekali, sebetulnya tidak ingin mencampuri segala urusan kecil, akan tetapi keadaan yang pincang yang terlihat didepan matanya itu, agaknya mendorong serta mengisiki hati kecilnya supaya turut campur.
Baru saja kakinya bergerak menghampiri tempat
tersebut, dari jauh sudah terdengar suara bentakan orang "Di depan sana, ada sahabat dari mana lekas berhenti! Tuan boleh ambil tindakan memutar supaya jangan menyesal kemudian kalau kita tidak pandang persahabatan".
1292 Lim Tiang Hong yang mendengar teguran orang2
itu, dalam hati merasa sangat mendongkol. Pikirnya
"siapa rombongan orang2 ini dan kenapa sikapnya begitu jumawa"
Tidak, diperdulikan peringatan orang yang
menegurnya tadi, terus lari ke depan bahkan selekas itu ia sudah menyahuti peringatan berupa ancaman tadl
"Suatu jalan besar boleh dilewati siapapun. Kalian tidak ada hak buat melarang orang lain jalan di sini"
Sebagai sahutan perkataan2 Lim Tiang Hong, dari
dalam rimba waktu itu kelihatan empat laki2 berpakaian ringkas yang tadi menegur lagi dengan suara keras.
"Sahabat kau tidak dengar peringatan. Rupanya kau sengaja cari mampus. Kalau kau berhenti dan tidak menerjang barangkali kau tidak akan merasakan tangan2
orang Thian-cu-kauw. Tindakan kami tidak boleh
seorangpun mengetahui, tahu?".
Empat orang begitu menyebut nama Thian-cu-
kauw, mengira kalau orang didepan itu akan lantas ngiprlt balik. Siapa tahu itu malah mendatangkan
kemalangan buat mereka, sebab Lim Tiang Hong begitu 1293
mengetahui mereka itu adalah orang2 Thian-cu-kauw, tanpa berayal lagi terus turun tangan.
Dilabraknya orang2 itu, sebentar terdengar suara
beledak beleduk dan keempat orang itu yang masih
belum tahu duduknya perkara atau berhadapan dengan siapa, semua sudah dapatkan hajaran sedemikian rupa membuat mereka harus ber-guling2an di pinggir jalan besar itu dengan mulut berlumuran darah.
Lim Tiang Hong setelah melewati berbagai
rintangan kecil, se-olah2 melesatnya peluru, telah menerjang ke dalam rombongan orang yang sedang
mengeroyok orang itu. Begitu sampai dia di medan pertempuran, apa yang
disaksikan ternyata jauh diluar dugaannya.
Itulah, disitu dilihatnya ada Hong-gwat Kongcu
yang sedang berdiri ber-hadap2an dengan Kaucu muda Thian-cu-kauw, Im Thay Seng. Sedang di sekeliling dua orang2 Thian-cu-kauw itu mengepung bagai tidak
mamperbolehkan dua jago itu lolos dari situ.
Semua orang2 itu dengan sorot mata beringas dan
sikap gusar mengawasi Hong-gwat Kongcu.
1294 Lim Tiang Hong terus menerjang kedalam kalangan,
membuat semua orang2 Thian-cu-kauw kaget sekati,
Mereka umumnya rata2 telah mengetahui dan mengenal balwa kedua Kongcu muda mereka adalah Hong-gwat
Kongcu dan To-liong Kongcu, sudah lantas berkelahi dengan bahu membahu menghadapi orang2 Thian-cu-kauw. Terang sekali mereka berdua adalah sahabat2
erat. Maka dengan kedatangan Lim Tiang Hong kesitu, mereka lantas memastikan pemuda itu pasti akan turut camput tangan dalam urusan Hong-gwat Kongcu. Sesaat itu banyak sudah diantara mereka yang alihkan dan pecahkan perhatian yang semula hanya ditujukan kepada Hong-gwat Kongcu.
Lim Tiang Hong tidak menggubris orang2 itu, hanya menegur Hong-gwat Kongcu "Saudara berurusan dengan mereka dari urusan apa?"
Hong-gwat Kongcu hanya tertawa menyeringai,
tidak menjawab. Tetapi Im Thay Seng, si Kauwcu muda Thian-cu-kauw, lantas meneriakkan suaranya yang keras:
"Lim Tiang Hong! Aku peringatkan padamu yang urusan disini sekarang jangan kau campuri! Urusanmu dengan 1295
aku biarlah belakangan kita bicarakan lagi setelah kubereskan maling cabul ini! kau dengar tidak"!"
"Maling cabul", ini membuat duga2 dalam pikiran
Lim Tiang Hong. "Siapa yang kau maksud dengan "maling cabul" itu?" demikian tanyanya dalam kegeramannya.
Im Thay Seng tidak menjawab pertanyaan Lim
Tiang Hong, dengan paras gusar sampai otot2nya
diwajahnya pada menonjol keluar, ia berpaling dan menggeram: "Maling cabul! Sungguh besar nyalimu! Hari ini kalau tidak ikut Kauwcu mudamu dengan baik2 masuk kemarkas Thian-cu-kauw buat dengar keputusan
Kauwcu, lebih dulu aku akan bikin putus tangan2mu!"
Hong-gwat Kongcu dongakkan kepala dan tertawa
ter-bahak2. "Kau selalu katakan Kongcumu ini maling cabul! Tapi kau tidak merasa dirimu sendiri. Orang macam apa kau ini" Terus terang kuberitahukan padamu.
Kau sudah memperkosa encie angkat ku, kalau aku
permainkan adikmu yang manis itu, bukankah sudah
semestinya" Jikalau aku tidak ingat nasib encie angkatku dihari kemudiannya, juga supaya kau bisa dapatkan kesempatan buat perbaiki sifatmu, niscaya siang2 kau suduh mampus dalam tusukan pedangku!"
1296 Mendengar ucapan itu Im Tay Seng mengerti
bahwa yang disebut dengan "encie angkat" itu pasti adalah Henghay Kouw-loan. Maka wajahnya segera
berubah pucat, hatinya ciut berdebaran. Pitam sebab sedikit banyak dia masih merasa tidak enak hati atas perbuatannya atas diri Henghay Kouw-loan, dilain sebab ia merasa bahwa dua anak muda yang sedang
dihadapinya ini sebetulnya sukar sekali dilayani.
Jangan kira dia mempunyai pembantu begitu
banyak. Tapi jika kedua anak muda itu benar2 turun tangan, belum tentu dia dengan orang2nya sekalian itu bisa lolos. Maka seketika diliriknya Lim Tiang Hong, dan berteriak pada Hong-gwat Kongcu: "Kau jangan
sembarang tuduh orang! Kauwcu mudamu masa, sudi
berbuat semacam itu?"
Lim Tiang Hong yang mendengarkan percakapan
mereka, hatinya tergoncang hebat. Pikirnya, Henghay Kouw-loan adalah kakak seperguruannya sendiri,
sedangkan Im-san Mo lie, pun masih terhitung sebagai encie sekandung ibu. Kedua gadis itu diluar kehendak mereka telah tercemar kesuciannya, entah bagaimana dikemudian hari urusan seperti itu bisa dibereskan"
1297 Maksud Im Tay Seng menodai kesucian Henghay
Kouw-loan, adalah antuk mencelakakan Lim Tiang Hong.
Sedang tindakan Hong-gwat Kongcu, tentu sebagai
pembalasannya yang terlalu radikal. Apakah perbuatan semacam itu patut dihargai" Ataukah mesti dibuat
penyesalan" Akan tetapi biar bagaimana semua sudah kejadian,
dan biangnya adalah Im Tay Seng sendiri. Kalau perlu, tentu Im Tang Seng yang mesti didesak dulu supaya ketua muda Thian-cu-kauw itu suka pikul tanggung
jawab atas perbuatannja, barulah bereskan urusan Im-san Mo-lie.
Demikianlah dengan gesit dan secara kilat
disambarnya pergelangan tangan Im Tay Seng.
Begitu gesit adanya gerakan Lim Tiang Hong
sampai semua orang2 Thian-cu-kauw yang sudah ber-
jaga2 itu tidak lagi keburu memberi pertolongan pada Kauwcu muda mereka.
Im Thay Seng yang juga bukan seorang lemah,
coba berusaha melepaskan pegangan Lim Tiang Hong
ditangannya. Tetapi mendadak pargelangan tangan itu 1298
dirasakannya separti terjepit tang besar hingga dia tidak berdaya lagi.
Selanjutnya hanya terdengar suara Lim Tiang Hong
yang menegur Im Thay Seng: "Aku cuma mau tegur kau.
Mengenai perbuatan dengan Henghay Kouw-loan, mau
kau pertanggung jawabkan atau tidak"!"
Pada saat itu Im Thay Seng telah merasakan
separuh badannya kesemutan, sedikit juga barangkali tak ada tenaganya buat adakan perlawanan Dia hanya
tundukkan kepala dan menghela napas panjang.
Helaan napas ketua muda Thian-cu-kauw itu terang
menyatakan kebenciannya yang tak dapat dilampiaskan, bersamaan dengan keluarnya rasa menyesal dari hatinya.
Lim Tiang Hong yang mendengar pemuda itu
mengeluh, menyangka dia sudah akan mengaku, lalu
kendurkan pegangannya, berkata: "Melihat sikapmu, rasanya liangsim-mu masih belum hilang musnah.
Dengarkan nasehatku: Kalau dihari-hari kemudian kau bisa merubah kelakuanmu, rasanya masih tidak susah.
Aku juga bisa bantu dengan sekuat tenagaku buat
berikan keterangan kepada Heng-thian Cianpwee dan encie Kouw-loan, barangkali mereka bisa memberi maaf 1299
padamu hingga tidak sampai jiwamu melayang dalam
kemenyesalan. Tapi kalau kau tidak mau menurut, tidak mau berlaku baik, pedang To-liong-kiam tidak punya mata dan tidak pernah kena! apa artinya kasihan".
(dw-kz) Jilid Ke 14 IM TAY SENG adalah Kauwcu mudanya
perkumpulan Thian-cu-kauw, pun adalah putera
satu2nya dari Kauwcu perkumpulan itu, Pek-tok Hui-mo Biasanya putera Pek-tok Hui-mo ini bisa berbuat
gagah2an menurut adat dan kemauannya. Tetapi setelah diperingatkan sedemikian rupa oleh Lim Tiang Hong didepan anak buah dalam pimpinannya yang begitu
banyak, dia hanya menunduk. Akan tetapi, sedikit
banyak pemuda ini masih mewarisi sifat ayahnya.
Sekalipun dalam hati dia merasa panas, tetapi diluar seperti tenang2 saja. Saat itu dia masih tidak mau kebentrok langsung dengan Lim Tiang Hong. Dia
agaknya tahu apa yang akan terjadi sebagai akibatnya, bagaimana kalau Hong-gwat Kongcu bahu-membahu
dengan adik lain bapak itu menghadapinya"
1300 Selain daripada itu agaknya Kauwcu muda inipun
masih memikir kepada pengaruh serta kekuatan
dekingan buat To-liong Kongcu, begitu kuat dan
berpengaruh besar dekingan itu, telah diberitahukan dari pengalamannnya yang menjadikan kenyataan.
Dibelakangnya Lim Tiang Hong atau To-liong Kongcu selalu dibayangi oleh orang kuat dari pihak Hong-hong-tie.
Maka sewaktu didengarnya perkataannya Lim liang
Hong berupa pemberitahuan atau nasehat-nasehat itu, wajahnya entah berapa kali memperlihatkan perubahan.
Mendadak dia mendongak, dan tertawa ter-bahak2.
"Lim Tiang Hong! Kau tidak perlu desak aku terus2an.
Dalam urusan itu aku sendiri bisa atur se-baik2nya. Kau tidak usah banyak pikiran dalam urusan ini! Disamping itu aku perlu peringatkan kau sekali lagi, urusan hari ini adalah urusan rumah tanggaku, sebaiknya kau jangan ikut2an!"
"Baik! Aku cuma mau lihat dengan cara bagaimana
soal ini bisa kau bereskan" demikian Lim Tiang Hong berkata sambil ketawa dingin, dan setelah mana dia mengesot kaki, mundur sejauh setombak diluar
1301 kalangan. Dengan tenang matanya mengawasi dua
orang dalam kalangan, memperhatikan perkembangan
selanjutnya. Im Tay Seng yang tahu benar Lim Tiang Hong
dengan suka rela mengundurkan diri, merasa lega juga dalam hati. Setelah keluarkan dahan napas panjang, kakinya menindak ke depan dua langkah, dengan sorot mata buaja ditatapnya Hong-gwat Kongcu dan katanya:
"Maling cabul! Sekarang apa mau kau kata?"
Hong-gwat Kongsu berdiri tegak di dalam kurungan
orang2 Thian-cu-kauw itu. Dengan sikap tenang juga menjawab pertanyaan Kauwcu muda itu.
"Perbuatan Kongcumu selamanya tidak pernah tidak
adil. Apa yang kulakukan kepada adikmu, serupa juga dengan apa yang pernah kau perbuat kepada orang
perempuan lain. Supaya kau sebagai saudara tua,
adikmu yang manis itu diperbuat tidak pantas, juga merasakan perbuatan semacam itu patut atau tidak. Aku baru berbuat begitu. Umpama kata kau sendiri mengotori tubuh encie angkatku, akupun bisa memperkosa adikmu.
Balas membalas, sudah merupakan perbuatan yang
wajar. Sekarang kau tanya padaku aku harus berbuat.
1302 Bagaimana misalnya, ha, ha.... tanya dulu kepada dirimu sendiri!"
Sangat gusar sekali tentunya Im Tay Seng
mendengar kata-kata Hong-gwat Kongcu tadi. Badannya nampak gemetaran menahan amarah. "Jahanam!"
bentaknya "Hari ini kalau aku tidak mampu bunuh kau si hidung belang aku sumpah tidak mau jadi orang!"
"Sombong sekali kau berkata begitu tidak punya
malu, kepada siapa kau ucapkan" Dengan terus terang kuberitahukan: Selembar jiwamu, kau si orang she Im, sudah kucatat dalam buku matiku. Cepat atau lambat kau bisa jadi setan gorokan pedang Kongcumu!"
Im Tay Seng menggeram kuat, lakunya bagai orang
kalap waktu dia lompat menerjang Hong-gwat Kongcu.
Begitu Im Tay Seng bergerak, dikalangan itu lalu
terdengar suara geraman atau bentakan ber-sahut2an.
Orang2 Thian-cu-kauw yang sudah sejak tadi
mengepung dua orang di dalam kurungan mereka, juga sudah lantas turun tangan mengeroyok Hong-gwat
Kongcu, hingga buat sesaat nampak Kongcu itu seperti berada dalam gulungan angin puyuh.
1303 Namun Hong-gwat Kongcu yang meski dikeroyok
orang banyak, tidak merasa kecil hati, malah menantang Im Tay Seng sambi ketawa ber-gelak2: "Bagus! Im Tay Seng sekalian, inilah baru yang dinamakan pertempuran yang cukup berarti"
Dan ia segera melakukan serangan sekali, hingga
sebentar kemudian diantara bergeraknya bayangan
orang2 itu, terlihat sesosok bayangan yang beterbangan naik dan turun. Pakaian Hong-gwat Kongcu yang sangat mewah dan menterang, dibawah sinar matahari merupakan suatu pemandangan yang indah.
Perhubungan antara Lim Tiang Hong dan Hong-
gwat Kongcu sesungguhnya ganjil sekali. Mereka boleh dikata kawan, tapi boleh juga dibilang dua anak muda itu lawannya tetapi Lim Tiang Hong yang melihat begitu banyak orang mengepung seseorang, alisnya mengkerut.
Dia gusar. Namun karena memikir bahwa itu adalah urusan
pribadi rumah tangga orang lain, ia tidak lekas berani turun tangan. Apapula orang2 kang-ouw umumnya
membenci maling2 cabul yang suka mencemarkan
kesucian wanita dari orang baik2.
1304 Tindakan Hong-gwat Kongcu sendiri, meskipun
sebagai tindakan pembalasan, namun tindakan demikian itu agaknya dikatakan keterlaluan.
Telah beberapa kali dikerahkannya tenaga
dalamnya, ingin memberikan tenaganya, tetapi akhirnya tidak jadi dan tidak jadi juga.
Pada saat itulah keadaan pertempuran makin seru.
Kepandaian dan kekuatan Hong-gwat Kongcu yang masih kalah setingkat dari Lim Tiang Hong, setelah dikepung dan diserang, dengan cara demikian, rupa2nya sudah mulai keteter. Dalam gelisahnya Kongcu ini lalu
menghunus pedangnya. Dengan pedang itu, beruntun
beberapa kali dia melancarkan serangan mematikan, hingga orang2 yang tadi begitu mendesak kelihatan sudah balik terdesak mundur.
Menggunakan kesempatan itu, Hong-gwat Kongcu
mendadak tarik kembali serangannya dan berkata sambil ketawa ber-gelak2 "Apa kalian mau lakukan pertempuran secara berar2an". Bagus sekali"
Selanjutnya lantas terdengar siulan panjang.
1305 Siulan itu dikeluarkan oleh si Kongcu dengan
menggunakan kekuatan tenaga dalam, sehingga
berkumandang lama disekitar rimba.
Selang tak lama orang2 Thian-cu-kauw itu nampak
menghunus senjata mereka masing2 dan sudah maju
menyerang lagi, sedang Im Tay Seng lantas berkata sambil ketawa dingin: "Hari ini sekalipun Tho-hoa-Tocu datang sendiri kemari, Kaucu mudamu juga tidak akan melepaskan kau begitu saja!"
"Iparku yang baik, apa kau mampu berbuat
begitu?" demikian Hong-gwat Kongcu mengejek dan
tertawa. Tiba2 dari jauh terdengar suara mengaung yang
amat nyaring. Suara itu berkumandang lama diudara, sampai tempat itu seperti tergetar.
Orang Thian-cu-kauw mengeroyok Hong-gwat
Kongcu, pada terperanjat. Dan tepat saat itulah dari jauh terdengar suara orang berkata: "Sahabat! Kalian
seharusnya juga mencari tahu lebih dulu apa orang2 dari Tho-hoa-to boleh dihina dengan gampang?"
Suara itu terdengar tidak lama, lalu muncul seorang gemuk dengan membawa perutnya yang gendut dan
1306 kepalanya botak dan berewok disekitar mulut bagian bawah yang begitu lebat.
Dibelakang orang gemuk itu ada delapan laki2 yang sama berpakaian perlente, sehingga kedatangan orang itu se-olah2 sembilan batang anak panah yang melayang turun dari udara. Dalam waktu sakejapan sudah turun ke tengah2 kalangan. Si gemuk kepala botak yang
berewokan itu, dengan sinar mata yang tajam menyapu wajah orang2 Thian-cu-kauw sejenak, kemudian ketawa dan bertanya kepada Hong-gwat Kongcu: "Hiantit! Darimana segala kawanan kurcaci ini?"
"Mereka ada orang orangnya Thian-cu-kauw"
Si gemuk itu sambil kedua tangannya mendekap
perutnya yang gendut telah ketawa bergelak-gelak, kemudian berkata: "Sudah lama kudengar d daerah
Tiong-goan ada satu perkumpulan yang bernama Thian-cu-kauw yang kabarnya niat ingin menyagoi dunia kang-ouw. Aku si Phoan-sian (Dewa Gemuk) Oey Kauw hari ini sungguh kenyang mataku melibat orang orang Thian-cu-kauw. Tapi entahlah kepandaian Thian-cu-kauw itu
sampai berani berani malang melintang begitu rupa?"
1307 Im Tay Seng meskipun sudah lama berkelana
didunia kang-ouw, tetapi biar bagaimana usianya masih terlalu muda. Banyak hal yang tidak diketahui dengan jelas. Tidak demikian halnya dengan Bin-hoan-siu dan Hek-sa Tancu Bun Hiong serta Tee-im Tancu, U-bun
Som, ketika mendengar nama itu bukan kepalang kaget mereka.
Orang orang tersebut yang merupakan jago jago
kang-ouw kawakan sudah lama mendengar nama Dewa
Gemuk Oey Kauw itu. Dialah salah seorang terkuat dari empat
pahlawannya Tho-hoa Tocu yang masing mendapat gelar Dewa.
Tinggi kepandaian silatnya hanya berada di
bawahan sang tocu. Siapa tahu hari itu mendadak Dewa Gemuk ini bisa
munculkan diri didaerah Tiong-goan. Mungkin persoalan disitu tidak mudah2 dapat dibereskan.
Im Tay Seng tidak mengetahui tinggi gunung dalam
laut, lantas menjawab dengan suara tawar: "Apanya Tho hoa-to yang perlu dibanggakan" Hmm! Tidak lain cuma orang2 cabul yang gemar pipi licin melulu!"
1308 Mendengar pernyataan2 Im Tay Seng, tentu saja si
Dewa Gemuk gusar sekali, urat2 di pipinya tampak
menonjol. Dengan suara keras berteriak: "Berani kau menghina nama baik Tho hoa-to"! Sekarang biar
kubekap bacotmu" Tangannya lalu dikebaskan, dengan tangan yang
lainnya dikeluarkan serangannya.
Dewa Gemuk itu sudah lama terkenal karena
kekuatan tenaga dalamnya. Dan kali ini dia turun tangan, justru sedang murkanya. Sudah dengan sendirinya
tenaga yang dikeluarkan lebih dari biasa.
Im Tay Seng dikejutkan sangat, cepat2 lompat
menyingkirkan diri berseru sambil menu ding Hong-gwat Kongcu. "Dia sudah mengotorkan badan adikku Im-san Mo-lie! Apa perbuatan seperti itu boleh dibiarkan begitu saja" Hari ini jikalau Tho-hoa-to tidak berikan kepada Thian-cu-kauw akan tumplekkan semua kekuatannya
buat adu nyawa sampai pada tetesan darah terakhir dengan kalian orang2 Tho-hoa-to!"
Si Dewa Gemuk itu merasa ter-heran2 mendengar
perkataan ketua muda Thian-cu-kauw itu. Ia tahu benar yang Hong-gwat Kongcu. Meski adatnya begitu ugal2an 1309
dengan sikapnya yang romantik selaiu, tapi belum
pernah didengarnya Kongcunya itu melakukan perbuatan sebagai pemuda2 pemogoran. Maka ia jadi bingung
sendiri, lalu berpaling dan menanya ke pada Hong-gwat Kongcu: "Hiantit, apa benar katanya?".
Hong-gwat Kongcu menengadahkan kepalanya,
dengan suara dingin berkata: "Katanya sedikitpun tidak salah! Karena dia telah merusak kesucian enci angkatku, sudah tentu aku balaskan itu kepada adik
perempuannya, bahkan akan sekalian minta bunganya!"
Sengit sekali kedengaran kata2 Hong-gwat Kongcu,
membuat Dewa Gemuk sebagai orang jujur, tidak
membenarkan tindakan Kongcu merangkap keponakan
muridnya itu. Maka lantas berkata padanya: "Hiantit, kau seharusnya tidak mesti berbuat begitu"
Tetapi Hong-gwat Kongcu yang keras adatnya
malah tertawa gelak2 dan katanya: "Aku kan sudah
berbuat" Perlu apa diributkan" Maksudku supaya dia bisa rasakan sendiri bagaimana kalau keluarga perempuannya dipermainkan orang luar!"
1310 Im Thay Seng saat itu dalam hati merasa cemas
bercampur gusar. Diam diam dia melihat keadaan dari dua pihak, pihaknya dan pihak Tho-hoa-to.
Dia merasa, pihak Thian-cuk-kauw belum cukup
kuat. Seandainya nanti terjadi pertumpahan darah
benar2 tentu pihak sendiri tidak akan merebut
kemenangan. Begitulah dengan diam2 pula diberikannya isyarat mata kepada Hek-sa Tancu. Sedang buat ulur waktunya tadi dia pura2 bertanya: "Kau begitu tidak punya malu! Tidak nanti Thian-cu-kauw akan lepaskan kau begitu saja"
Hong-gwat Kongcu lalu putar2 pedangnya hingga
berbunyi mengaung, berkata sambil ketawa
lebar:"Omong banyak tak berguna! Kau mau cara tempur satu lawan satu atau secara keroyokan seperti tadi"
Kalau laki2 sejati, lawanlah aku satu lawan satu!"
Lim Tiang Hong sementara itu terus berdiam diri
sebagai penonton. Terhadap urusan yang sedang mereka perbincangkan, baginya dirasakan sulit buat bertindak, se-akan2 merasa pula tiada punya kemampuhan guna
jadi penengah. Kalau didengar dari perkataan Hong-gwat Kongcu yang terlalu sombong, terang hatinya sekeras itu 1311
tidak mengasih. Tetapi kalau mengingat kepada Im-san Mo-lie, yang pernah mengikat sumpah angkat saudara dengannya, sekalipun encie angkat itulah pembunuh Hong-lim Cun-loan dan juga ingin membunuh perempuan itu, tetapi mengingat bahwa gadis tersebut dihilangkan perawannya oleh pemuda lain, dalam hati merasa malu sendiri.
Perasaan gusar segera timbul dalam hatinya. Waktu itulah dia ikut campur mulut, berkata kepada Hong-gwat Kongcu: "Hong-gwat Kongcu, dalam hal ini kaulah yang berbuat salah. Aku sekarang ingin minta padamu
pertanggungan-jawab perbuatanmu itu"
Penyataan Lim Tiang Hong itu diluar dugaan
siapapun. Pemuda yang sedari tadi nampak tenang2
saja, dengan tiba2 menyalahkan dirinya, menjadikan Hong-gwat Kongcu terkejut. "Saudara Lim, apa maksud ucapanmu?"
"Dalam hal ini kaulah yang bersalah, maka aku
minta kau bertanggung jawab dan kawinilah Im-san Mo-lie".
Hong-gwat Kongcu berulah mengerti akan maksud
Lim Tiang Hong, tiba2 ia tertawa ber-gelak2 dan berkata: 1312
"Saudara Lim, pikiranmu terlalu cetek dalam peristiwa seperti ini! Apa main2 dongan seorang perempuan
semacam dia itu juga harus perlu bertanggung jawab segala" Lagi pun perbuatanku itu se-mata2 buat
balaskan sakit hati encie angkatku!"
Tetapi Lim Tiang Hong seperti tidak mau mengerti, berkata dengan suara tandas: "Im-san Mo-lie betul sudah menempuh jalan sesat, tapi dia sama sekali tidak
melakukan dosa terhadapmu! Lagipun dia bukan
perempuan pelacur. Sekarang sudah kau rusak
kehormatannya, aku sebagai adik angkatnya minta kau bertanggung jawab sepenuhnya!"
"Jikalau sekiranya aku kata tidak mau?" demikian
Hong-gwat Kongcu, berkata demikin sambil tertawa ter-gelak2.
"To-liong Kongcu tidak akan kenal dia sahabat
bagiku!" "Kalau begitu kau ingin bantu pihak Thian-cu-
kauw?" "Aku Lim Tiang Hong melulu bicarakan soal keadilan dengan kebenaran, pihak manapun dia yang salah tetap salah!"
1313 "Kau harus tahu pertandingan antara kita sama kita, masih akan berlangsung satu tahun lagi!"
Hong-gwat Kongcu kelihatannya makin jeri
terhadap Lim Tiang Hong, seperti tidak suka menghadapi pemuda she Lim itu waktu itu. Tetapi Lim Tiang Kong malah mendesak terus: "Urusan hari ini ada kecualian"
Hari ini kalau tidak dibereskan secara baik2, aku si orang she Lim tidak akan lepas tangan!"
Desakan ini membuat Hong-gwat Kongcu
merengut, wajahnya berubah. Sambil menengadah dia berkata: "Begitupun baik! Hari ini kita bertempur sampai salah satu mati...."
Pada saat itu tiba2 terdengar perkataan si Dewa
Gemuk yang seperti geledek: "Kau siapa" Berani2
mencampuri urusan orang lain" Lekas enyah dari sini!"
Kata2nya itu dibarengi dengan serangan tangannya.
Sambaran angin hebat menggulung seputar tempat
Lim Tiang Hong berdiri. Lim Tiang Hong tidak terlalu kaget, tapi tidak urung alisnya berjengit. "Tidak perlu kau ikut campur!" katanya.
1314 Dia seperti tidak perdulikan siapa yang bicara itu, hanya targannya yang mengebut ke belakang buat
singkirkan serangan si Dewa Gemuk tadi.
Setelah terdengar suara benturan nyaring, si Dewa Pemuk nampak mundur tiga langkah, sambil memegangi perutnya yung gendut itu, sedang Lim Tiang Hong sendiri meski melangkah dua tindak kebelakang kalau masih bisa terus pertahankan dirinya dapat terus menginjak tanah.
Si Dewa Gemuk itu biasanya jarang sekali
mendapat kekalahan. Sungguh tak akan disangkanya
hari itu dipecundangi seorang anak muda yang masih belum lagi diketahui namanya. Tentu saja berewoknya yang lebat menutupi hidung berdiri semua, kepalanya yang botak kelimis kelihatan seperti keluar uap. Sambil menggeram hebat dia akan menerjang Lim Tiang Hong, tetapi sudah keburu dicegah Hong-gwat Kongcu,
dikatakan oleh Kongcu ini "Phoan-siok, kau boleh mundur dulu. Dalam hal ini cuma kita berdua yang bisa bereskan, tidak perlu kau turut campur"
Perkataan Hong-gwat Kongcu itu meskipun
diucapkan dengan sikap merendah, tetapi tetap adalah 1315
perintah. Si Dewa Gemuk rupanya tidak berani
berbantahan dengan dia, lalu mundur.
Lim Tiang Hong melihat si Dewa Gemuk mundur,
tetapi tidak hilang gusarnya. Dengan cepat dia
menerjang ke depan, dipentangnya kelima jari
tangannya, menyekal pergelangan tangan Hong-gwat
Kongcu! Hong-gwat Kongcu yang masih malayani si Dewa
Gemuk bicara, matanya tetap waspada. Begitu melihat Lim Tiang Hong telah gerakkan pundak, diapun sudah lekas geser kakinya dengan cepat lompat ke samping.
Gerak tipu Khim-liong Pat-jiauw yang dilancarkan
Lim Tiang Hong tadi, baru kali inilah menemui kegagalan.
Dia tidak berhasil menjambret pergelangan tangan
Kongcu perlente itu, tentu saja semakin gusar.
Dikeluarkan lagi serangan2 susulan, begitu cepat hingga dalam waktu sekejap itu telah sebelas kali serangan beruntun dilontarkan kedepan! Benar2 hebat luar biasa!
Hong-gwat Kongcu sesungguhnya tidak akan
menyangka kalau kesudahan percecokan tadi harus
diakhiri dengan pertempuran melawan Lim Tiang Hong yang diseganinya.
1316 Melihat betapa hebat setiap serangan yang
dikeluarkan Lim Tiang Hong, hatinya merasa giris, tetapi mau tidak mau bukankah dia sedang berhadapan dengan orang yang ditantangnya"
Ilmu silat Lim Tiang Hong dasarnya lebih tinggi,
apalagi tadi dia mengadakan penyarangan lebih dulu, maka Hong-gwat Kongcu tidak mempunyai kesempatan
buat balas menyerang, terus mundur dan mundur saja.
Benar bahaya keadaan Kongcu perlente ini.
Dewa Gemuk sudah pelembungkan perut
gendutnya, dan kelihatan se-akan2 hendak menerjang karena ia sudah pada meloloskan pedang mereka dan menghampiri Lim Tiang Hong.
Pada saat itulah mendadak Im Tay Seng
menghunus pedangnya dan merintangi Dewa Gemuk
yang hendak maju. Dengan suara hambar katanya:
"Bagaimana" Kalian niat bertempur dalam kelompok2?"
Melihat Im Tay Seng bergerak, sudah barang tentu
anak buah Kauwcu muda terus menghunus senjata
masing2 hingga suasana tegang seketika meliputi tempat tersebut.
1317 Dibawah teriknya matahari siang itu, terlihat lebih menyolok gemerlapannya pantulan senjata tajam.
Orang2 dari dua pihak itu, jaraknya makin lama
makin dekat rupanya pertempuran mati2an secara
berkelompok sudah tak dapat dielakkan lagi.
Diluar rimba mendadak terdengar suara orang
berkata yang nyaring suaranya dan gugup lagi dia
mengucapkan "Jangan berkelahi! Semua orang berhenti!"
Seorang perempuan muda yang rambutnya riap2an
dengan keringat mengucur deras nampak ber-lari2
menuju ke tempat dimana Lim Tiang Hong dan Hong-
gwat Kongcu yang sudah bertempur sedang mencapai
tingkatnya yang tertegang.
Kedatangan perempuan muda itu yang se-akan2
bagai tidak menghiraukan jiwa sendiri, barang tentu mengejutkan Lim Tiang Hong. Pemuda ini baru tarik kembali serangannya dan secepat kilat melompat
muudur. Hong-gwat Kongcu pun demikian pula segera
kendorkan gerakannya. Dan tatkala dibentangkan
matanya buat melihat, perempuan muda itu ternyata bukan lain dari pada Im-san Mo-lie sendiri!
1318 Dia bagaimana tidak terkejut, disambutnya
kedatangan perempuan itu dengan angkat muka sebagai dia tidak mengetahui atau tidak mau tahu ada orang lain datang.
Im-san Mo-lie nampaknya sangat letih sekali.
Sesampainya dia ditengah kalangan, napasnya sudah memburu keras. Oleh karenanya, bagai tidak terlihat sikap Hong-gwat Kongcu itu. Hanya menghampiri Lim Siang Hong terus, seraya katanya: "Engko Seng mari kuperkenalkan kau kepada...."
Mendadak dia seperti dapatkan keganjilan apa apa, pemuda yang sedang dihadapinya itu bukanlah Im Tay Seng seperti apa yang disangkanya semula, maka
wajahnya sagera berubah ketakutan, katanya: "Kau....!?"
Sikapnya yang menandakan bahwa dta kaget sekali,
takut bukan main dan gugup sedemikian rupa, membuat Lim Tiang Hong mau tidak mau merasa kasihan juga
terhadapnya. Sebetulnyalah serta dilihatnya wajah Im-san Mo-lie kali itu, bagai berbayang bayang kembali paras ibunya Lok-hee Hujin. Betapa benci sekalipun Lim Tiang Hong kepada Im-san Mo-lie, namun dalam
1319 keadaan serupa itu perasaan bencinya meluap2
mendadak hilang sama sekali.
"Benar... ini aku sendiri!... Kau sudah ber-kali
membunuh, sudah sepatutnya kalau orang yang berdosa begitu besar mati. Tapi kali ini aku si orang she Lim sebaliknya bermaksud ingin membela kepentinganmu
dan menuntut kepada Hong-gwat Kongcu atas
perbuatannya itu kepadamu!"
Im-san Mo-lie nampak kebingungan, nampak
mulutnya berkemak kemik, seolah-olah berkata: "Dia akan membela aku...?"
Dia lalu menarik ujung baju Hong-gwat Kongcu,
dengan suara perlahan katanya: "Mengapa kalian mau berantam disini?"
Hong-gwat Kongcu kebaskan bajunya yang
dipegang. Dengan suara tawar berkata: "Menyingkir, kau budak hina tak bermalu! Siapa sudi mengenal kau"!"
Perubahan sikap yang tidak sewajarnya yang
dipertunjukkan Kongcu perlente itu kepadanya, betul2
mengejutkan Im-san Mo-lie ini. Dia seperti ingat baik, yang selang belum lama dalam perkenalannya yang tidak disengaja dengan Kongcu yang cakap tampan serta
1320 romantis itu dalam rupa sebagai sepasang merpati
berkelana dikalangan kang-ouw dan satu sama lain telah memutuskan hari perkawinannya....
Im-san Mo-lie merasa hatinya benar2 runtuh
dibawah pengaruh ketampanan dan kecerdasan Hong-
gwat Kongcu. Boleh dikatalah apa yang diingininya sudah berada dalam diri pemuda perlente itu, maka tanpa ragu2 lagi lalu pasrahkan dirinya buat diapakanpun oleh itu Kongcu perlente yang berada dihadapannya itu.
Sampai2 keperawanannya yang paling amat dihargakan oleh kaum Hawa, telah diberikan sekalian. Tapi sungguh tidak dinyana sikap Hong-gwat Kongcu kali itu. Hampir dia mengira matanya kesalahan lihat orang. Tetapi manakala di-amat2inya sekali lagi, tiada salahlah dia Hong-gwat Kongcu!
Seketika itu perempuran muda ini jadi gusar.
Badannya yang sementara itu membuat suaranya yang keluar juga tergetar: "Kau.... Kau.....!" Dan menangislah dia ter-sedu2.
Hong-gwat Kongcu bagai tak tergerak hatinya
sedikitpun. Sambil tertawa ber-gelak2 katanya: "Dari kau, manis, aku sudah dapatkan madunya. Aku sebagai
1321 kumbangnya, akan terbang se-jauh2nya ke bunga lain!
Kumbang ini tidak akan mencari bunga yang sudah layu.
Kalau kau mau tanya kenapa aku berbuat begitu,
tanyalah kepada engkomu yang manis itu!"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap demikian
mengharukan perempuan muda itu, yang telah menjadi korban cintanya sendiri yang buta, menimbulkan
perasaan kasihannya. Dari rasa terharunya demikian, lantas timbul rasa gusarnya. "Kau pengecut!" serunya.
"Hari ini aku mau ambil jiwamu!"
Dan dia lompat, diterjangnya Hong-gwat Kongcu.
Mendadak terdengar seruan Im-san Mo-lie yang
masih mengembang air mala: "Jangan!"
Dengan cepat perempuran muda ini sudah berada
dihadapan Hong-gwat Kongcu. Dia hanya ingin
melindungi pemuda idam2annya itu hingga terlupa sama sekali bahwa dengan begitu bahaya jadi mengancam
badannya. Karena Lim Tiang Hong yang bagai telah
kalap menyerang, sekalipun sepuluh Im-san Mo-lie
menghadang didepan Hong-gwat Kongcu pasti akan
binasa semua. 1322 Untunglah Lim Tiang Hong lekas juga dapat
kendurkan tangannya. Begitu lekas dilihatnya Im-san Mo-lie menghadang-menghalangi, buru2 ditariknya
serangannya. Tetapi sebagian angin tenaganya yang telah
meluncur keluar, membuat tempat sejarak kira2 tujuh kaki disamping kiri dimana Im-san Mo-lie masih berdiri bengong, telah terjadi lubang yang dalam!
Sementara itu Hong-gwat Kongcu masih terlihat
berdiri dengan sikap dingin, sikapnya sedikitpun tiada berubah. Dan Im-san Mo-lie sendiri, se-olah2 juga sudah menganggap tidak pernah ada kejadian hebat apapun, lantas menubruk ke pelukan Hong-gwat Kongcu sambil menangis meng-gerung": "Karena urusan apa, kau jadi begini kejam kepadaku" Katakanlan, katakan!"
Hong-gwat Kongcu mendorong Im-san Mo-lie dari
pelukannya dengan sikap kasar sekali katanya: "Minggir!
Sedikitpun tidak bisa berubah pikiranku! Cuma kau yang bodoh! Tolol! Kau mau tahu" Engkomu sudah menodai badan encie angkatku seperti juga aku merusak
kehormatanmu!" 1323 Im-san Mo-lie pada saat itu seperti baru mengerti dengan persoalan disekitar dirinya, mendadak mendekap mukanya dan berseru: "Oh ibu!"
Dengan cepat dia lari ke dalam rimba se-olah2
sudah kalap benar2 dia kala itu.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian
itu, tergerak pikirannya. Sebetulnya niatnya akan mengadakan perhitungan tegas kepada Hong-gwat
Kongcu. Akan tetapi, demi dilihatnya sikap serta
perbuatan Im-san Mo-lie tadi yang begitu ber-sungguh2
membela keselamatan Hong-gwat Kongcu, lalu
anggapnya tidak perlulah turut campur tangan lagi, cuma bisa mengawasi perempuan muda itu berlalu sambil
mengelah napas panjang. Sewaktu Im-san Mo-lie tepat baru masuk ke dalam
rimba, dari rimba situ pula tiba2 muncul seseorang tua yang memperlihatkan roman gusar. Dengan suara keras membentak: "Bocah! Berani kau mempermainkan
keponakan perempuanku"! Jikalau aku Bi-ma Thian-kauw tidak becus memberi hajaran kepadamu itu boleh
dianggap tidak ada keadilan lagi!"
1324 Wakil ketua perkumpulan Thian-cu-kauw itu terang
sudah tidak dapat mengendalikan perasaan hatinya lagi.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Dari dalam rimba dia lompat melesat cepat sekali, terus menyerbu ke arah Hong-gwat Kongcu. Belum lagi
orangnya tiba sambaran angin tangannya sudah
meluncur ke depan lebih dulu.
Sambaran tangan yang mengandung hawa dingin
itu se-olah2 angin puyuh menggulung disekitar Hong-gwat Kongcu.
Mendadak di dalam kalangan terdengar suara
bentakan, lalu timbul kabut warna kuning yang
menyambungi angin serangan Bi-ma Thian-kauw tadi.
Sebentar kemudian Bi-ma Thian-kauw dan kabut
warna kuning itu ke-dua2nya nampak melayang turun kebawah, hingga yang seperti kabut kuning itu, yang ternyata adalah badan si Dewa Gemuk, turun terus
kebawah. Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu hari itu agaknya
sudah terlampau amat gusarnya. Wajahnya
memperlihatkan napsunya yang besar ingin membunuh, dengan suara keras bentaknya: "Kau berani!! Siapa menghalang dia harus lebih dulu mampus!!"
1325 Badannya nampak melompat ke atas lagi,
tangannya melancarkan serangan sampai delapan kali beruntun.
Si Dewa Gemuk yang tadi sudah dipukul mundur
oleh Lim Tiang Hong, dalam hatinya sebenarnya masih merasa penasaran yang belum dapat dilampiaskan
semuanya. Tentu saja menemukan sasaran baru, lantas ingin mengumbar habis nafsunya itu. Sambil tepuk perut gendutnya, Dewa Gemuk ini berkata: "Kau ingin
berkelahi" Itulah yang kuharapkan sekali".
Sepasang tangannya lalu digerakkan cepat laksana
angin, disambutnya serangan2 beruntun Beng Sie Kiu tadi.
Dan selanjutnya dia sudah balas menyerang sampai
tiga kali. Si Dewa Gemuk ini karena badannya terlalu
terokmok, pada setiap kali gerakannya selalu dikeluarkan cara keras buat lawan keras. Dia tidak dapat
menggunakan kelincahan meloncat kesana kemari.
Beng Sie Kiu sebagai orang Kangouw kawakan yang
ulung sekali, lantas mengetahui bahwa kekuatan sendiri masih belum dapat menempil kekerasan Dewa Gemuk
1326 itu. Maka dari pertempuran keras lawan keras, ia lantas robah siasat, menggunakan kelincahan badannya, dia bermaksud akan mengimbangi kekurangan tenaganya.
Dengan demikian jadi lebih seru kelihatan kedua
orang itu bertempur, seperti dua lawanan yang
mempunyai kelihatan berimbang,
Hong-gwat Kongcu yang sudah diserang ber-ulang2
oleh Lim Tiang Hong, ditambah pula mendapat maki2an dari Beng Sie Kiu, jadi lebih gusar. Dihunusnya kembali pedangnya ditudingkan kehidung Im Tay Seng seraya katanya: "Kongcumu sebetulnya masih ingin supaya kau hidup berapa hari lagi. Tapi sekarang ternyata tidak ada jalan yang akan membuka kesempatan buat hidup!"
Perkataannya itu disusul dengan gerakan
pedangnya yang membabat ketubuh Im Tay Seng
Orang2 Thian-cu-kauw yang saat itu kelihatan
bersemangat dengan roman mereka yang buas2,
sewaktu melihat Hong-gwat Kongcu bergerak, segera turun tangan membantui Im Tay Seng
Delapan laki2 perlente sudah tentu tidak mau peluk tangan terus melihat kejadian demikian, juga terus 1327
menyerbu ke dalam kalangan, menyambuti orang2
Thian-cu-kauw. Sebentar kemudian dalam kalangan terjadi suatu
pemandangan yang tegang, sengit sekali orang2 itu saling tarung.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan dua pihak itu
sudah mulai bergerak, lalu geser kakinya buat mundur sampai sejauh dua tombak lebih. Dia hanya berdiri sebagai penonton, tidak mau lagi terlibat dalam kancah pertempuran itu. Hakekatnya dia merasa tidak perlulah turut campur tangan. Sebabnya, Meskipun Thian-cu-kauw adalah satu perkumpulan yang dibentuk oleh
orang2 dari golongan sesat, biar dengan mereka dia merasa bermusuh keras, akan tetapi dalam urusan yang masih hangat itu tidak salahlah kiranya pihak Thian-cu-kauw itu. Sebaliknya apabila Tho-hoa-to dibantunya bukankah sama artinya dengan dia membiarkan
perbuatan cabul dari orang2 rusak yang mencemarkan orang baik2"
Mari kita tengok Hong-gwat Kongcu.
Kongcu perlente ini sebetulnya bukanlah pemuda
gadungan yang sebenarnya. Sebab maksudnya dalam hal 1328
itu, semata buat penuntutan balas sakit hati encie angkatnya yang pun dirusak kehormatannya oleh Im Tay Sang.
Sementara itu pertempuran kedua pihak nampak
kian lama kian sengit, suara jeritan ngeri sebentar2
terdengar menusuk telinga darah merah nampak
berceceran d tanah. Orang2 Thian-cu-kauw meskipun berjumlah banyak,
tetapi korban dari mereka juga banyak.
Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu yang melayani
Dewa Gemuk, sudah bertarung seratus jurus lebih, tetapi kelihatan bagai masih berimbang. Sedang pedang Hong-gwat Kongcu Kongcu masih tetap bagai melibat pinggang Im Tay Seng si ketua muda. Hingga jikalau tidak ada Hok-sa Tancu dan Tee-im Tancu di situ, yang membantu pada Kauwcu muda mereka, terang dia sudah siang2
mati dalam ancaman ujung pedang Hong-gwat Kongcu
yang demikian gencar dan hebat.
Delapan pengawal Hong-gwat Kongcu, kini tinggal
lima orang lagi yang masih memberi perlawanan. Tetapi dipihak Thian-cu kauw, yang terluka maupun yang
gugur, sedikitnya sudah adalah kalau dibilang duapuluh.
1329 Namun demikian, kedua pihak kelihatan bagai telah sama kalapnya, sama sengitnya sehingga satu dengan lainnya tidak ada yang kelihatan mau mengalah atau mundur.
Hong-gwat Kongcu yang kelihatan begitu bagus
memainkan gerak pedangnya, lama belum kelihatan
menjatuhkan tiga orang lawannya. Dalam hati sebetulnya dia telah cemas sekali, sebab apabila pertempuran dilangsungkan terus secara demikian, yang rugi pasti adalah pihaknya sendiri. Dia mencari akal.
Mendadak dirubahnya gerak2 tipu permainan
senjatanya. Pedang diputar iaksana angin, ujung pedang berkelebatan kesana kemari.
Dan tak lama kemudian, terdengar satu suara
jeritan.... Tangan kanan Hek-sa Tancu berikut goloknya yang
tebal terpapas dan terbang ketengah udara.
Im Tay Seng gugup, gerakannya sedikit lambat.
Sedang sementara pedang Hong-gwat Kongcu yang
masih bagai bianglah ber-kibar2 sudah akan mampir dipinggang ketua muda Thian cu-kauw itu. Nampaknya Kauwcu muda ini sudah akan gugur dalam tikaman
pedang Hong-gwat Kongcu....
1330 Dalam keadaan amat kritis itu mendadak terlihat
sesosok bayangan meluncur turun dari tengah udara....
Hong-gwat Kongcu terkejut melihat kecepatan
meluncur orang itu, buru2 lompat ke belakang sampai delapan kaki. Juga ditariknya serangannya sekalian.
Dan orang itu berdiri tegak ditengah kalangan,
dialah bukan lain melainkan Lim Tiang Hong alias To-liong Kongcu sendiri.
Hong twat Kongcu dengan suara aseran berseru:
"Saudara Lim, apa kau kembali ingin memihak Thian-cu-kauw?"
Lim Tiang Kong tidak menjawab, hanya sedikit
mesem2 kecut. Mendadak dia maju dua langkah dan menyerukan
orang2 yang sedang bertempur: "Tahan semua!"
Orang2 dari dua pihak yang masih sengit bertarung, sewaktu dengar suara bagai geledek ini, terang terkejut semua. Dalam kagetnya mereka semua telah hentikan gerakan masing-masing
Sementara itu Lim Tiang Hong berteriak pula kuat
kuat "Semua dari dua pihak berhenti! Aku ingin bicara!"
1331 Orang2 dalam kalangan itu, sebagian besar
mengetahui yang pemuda tersebut terlalu tinggi sekali kepandaiannya bagi mereka. Sampai2 sekalipun si Dewa Gemuk yang baru untuk pertama kalinya kebentur
dengannya, adu kekuatan tadi, pun seperti telah maklum bahwa pemuda tersebut bukanlah lawan yang mudah
digulingkan. Waktu itu, ketika melihat kembali si pemuda perlihatkan diri dan hentikan pertempuran, lalu
memandang tajam, agaknya ingin lekas mengetahui apa yang akan diucapkan oleh Lim Tiang Hong.
Pemuda kosen kita melihat orang orang yang
bertempur berhenti semua, lalu berkata dengan suaranya yang nyaring: "Mengenai urusan hari ini siapa yang benar serta siapa pula yang salah belum dapat diputuskan olehku. Tetapi aku si orang she Lim tiada menginginkan pertempuran dilanjutkan terus! Karena aku sudah melihat akhir pertempuran pasti akan membawa korban besar buat kedua pihak. Maka aku rasa tidak perlu sampai mati-matian, berhenti sajalah!"
Pada saat itu, jikalau pertempuran dapat berhenti tiba-tiba buat pihak Thian-cu-kauw sudah tentu
merupakan kesempatan terbaik Tetapi bagi pihak Tho-1332
hoa-to tidak menyukai keputusan itu mengetahui
kemenangan sudah akan didapat oleh mereka lalu
dihentikan secara tiba2 oleh Lim Tiang Hong, maka hampir semua memperlihatkan parasaan tidak puas.
Si Dewa Gemuk lantas pelembungkan perutnya
yang gendut itu, serta katanya "Enak sekali kedengaran bicaramu! Eh! Di dalam dunia dimana ada urusan besar yang begitu gampang dibereskan" Buat kami orang
orang Tho-hoa-to, jikalau sudah inginkan pertempuran, pertempuran itu harus diputuskan dulu dengan
kemenangan atau kekalahan mutlak! Lebih2 lagi
bicakok2 Thian-cu-kauw begitu berani menantang Tho-hoa-to, lebih tidak bisa dibiarkan satu orang Thian-cu-kauw kembali dalam keadaan masih bernyawa!"
Lim Tiang Hong melirik ke tempat orang gemuk itu
berdiri, lalu katanya setelah tersenyum ewah: "Menurut pikiranmu, tuan gemuk yang mulia, bukankah kau
menolak usulku jangan diteruskan pertempuran ini?"
"Begitu memang, tidak kurang tidak lebih!"
Begitulah si Dewa Gemuk menjawab, matanya dipentang lebar2.
1333 Lim Tiang Hong mendadak dongakkan kepala dan
tertawa ber-gelak2. Kemudian ia berkata pula: "Aku si orang she Lim jikalau mengerjakan sesuatu selamanya tidak pernah membutuhkan terima kasih dan juga akan berobah. Siapapun yang tidak mau hentikan
pertempuran, biarlah cobakan saja kepandaian dia di hadapanku" Itu juga berarti, selama aku Lim Tiang Hong masih ada disini, tidak akan membiarkan kalian kedua pihak melanjutkan pertempuran ini lagi!"
Perkataan Lim Tiang Hong yang jelas berbau
tantangan yang amat mencolok tentu jelas maksudnya bagi setiap orang. Begitu berwibawa hingga mau tidak mau orang tidak bisa membiarkan atau meneruskan
kemauannya sendiri. Dewa Gemuk memang beradat aseran, maka begitu
mendengar kata kata tantangan Lim Tiang Hong, lalu maju setindak dan katanya: "Bocah! Kau berdiri diatas gunung besar mana sampai begitu berani menantang
kami!" Berbareng dengan itu, tangannya sudah diayun
menyerang kearah dada Lim Tiang Hong.
1334 Lim Tiang Hong ganda ketawa dingin,
dikerahkannya kekuatannya kekedua telapak tangannya dan disambutnya sekali serangan si gemuk itu.
Begitulah sebentar kemudian terdengar suara
gemuruh yang menggetarkan tempat diantara berdirinya Lim Tiang Hong dan Dewa Gemuk!
Dewa Gemuk kelihatan mundur sampai dua tindak.
Tetapi Lim Tiang Hong, sedikitpun kakinya tiada
kelihatan bekas tergetar menandakan tertancap kuat kuat sekali kakinya di bumi.
Dewa Gemuk sebagai salah satu orang kuat dari
Tho-hoa-to, sudah tentu penasaran sekali. Maju lagi dia, maksudnya akan melancarkan serangannya, tetapi Hong-gwat Kongcu lantas lompat didepannya dan berkata:
"Phoan siok, mundurlah kau sedikit! Biarkan aku yang bertanya kepadanya"
Kongcu perlente ini lalu berpaling, bertanya kepada Lim Tiang Hong dengan nadanya yang ketus: "Saudara Lim tidak inginkan kami bertempur teius, apa barangkali ada maksud dengan diam2 ingin membantu dengan
pihak Im Tay Seng?" 1335 Lim Tiang Hong unjuk senyum lebar. "Saudara
jangan salah paham!" katanya membantah. "Aku si orang she Lim hanya inginkan kalian dari dua pihak tidak kucurkan darah terlalu banyak buat urusan ini.
Sementara mengenai persoalanmu yang sebenarnya
dengan mereka, bagaimana saja cara penyelesaiannya dan dihari kemudian akan diteruskan atau tidak, aku tidak ambil perduli lagi. Tapi hari ini, biar bagaimana aku harap sukalah kalian pandang muka Lim Tiang Hong
sedikit!" Houg-gwat Kongcu mendadak ketawa ber-ge!ak2
dan katanya: "Baiklah! Rekening ini biarlah sementara kucatat dalam buku notes ku. Dan kiranya tidak lupa kau dengan perjanjian kita tahun depan, bukan?".
Sehabis berkata demikian, Kongcu perlente ini
berteriak dengan suara nyaring berwibawa: "Mundur!"
Dengan didahului oleh badannya sendiri yang
bergerak duluan, seolah2 anak panah lepas dari
busurnya, seketika itu juga menghilang dirimba situ.
Lima orang laki2 perlente Tho-hoa-to kala itu
sedang berusaha mengangkati tiga kawan mereka yang 1336
terluka, sedang si Dewa Gemuk dengan hati mendongkol setelah pelototi Lim Tiang Hong sejenak, juga berlalu.
Lim Tiang Hong melihat terus sampai semua orang2
Hong-gwat Kongcu berlalu, waktu itulah dia menoleh kepada orang orang Thian-cu-kauw yang terlihat olehnya sedang menolongi kawan sendiri, sedang Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu seakan-akan patung hidup nampak berdiri diam. Terang kalau saat itu dia sedang mengatur pernapasannya buat memulihkan kekuatannya.
Bagaimana dengan Im Tay Seng"
Kauwcu muda ini kelihatan amat sedih, murung
wajahnya. Matanya mendelong, mulutnya menganga
mengawasi orang2nya yang begitu banyak terluka.
Lim Tiang Hong tidak mau banyak bicara dengan
orang-orang Thian-cu-kauw itu, hanya kepada Im Tay Seng katanya: "Hari ini kau boleh merasa bersyukur yang kau tidak sampai kehilangan nyawamu! Mengenai
urusanmu yang tadi sudah kau terima baik, ingat! Jangan sekali kali kau lupakan itu! Lihat, kalau lain kali kau putar lidah lagi, Hmmm. Aku si orang she Lim tidak akan bisa beri pengampunan lagi".
1337 Setelah berkata demikian, kakinya menotol tanah,
badannya melayang tinggi setombak lebih, tiba2
menghilang di dalam rimba.
Waktu itulah dari dalam rimba mendadak melayang
sesosok bayangan orang yang menyongsongnya seraya katanya demikian: "Im Tay Seng, jangan pergi dulu!".
0-0dw-kz0-0 Bab 33 LIM TIANG HONG mendadak dapat lihat
berkelebatnya sinar perak, rnenyambar dihadapan
matanya Segera dongakan kepalanya dan tangannya
menyambar kebawah, sedangkan tubuhnya lantas
lompat melesat setinggi 7-8 kaki tingginya. Setelah berputaran ditengah udara, lalu melayang turun
kebawah. Selagi hendak menegur, sesosok bayangan
orang sudah menerjang kehadapannya dan ujung
pedangnya kembali menyambar pinggangnya.
Daya pandangan mata Lim Tiang Hong sangat
tajam sekali. Biarpun sinar perak berkilauan tadi membikin kabur matanya, tapi ia masih dapat lihat 1338
dengan tegas bahwa orang yang berada didepannya dan menyerang padanya itu adalah Henghay Kouw-loan.
Kembali melesat tinggi 5 kali, sedang, mulutnya
lantas berseru: "Ada apa-apa kita boleh bicarakan secara baik2, apakah artinya dengan perbuatanmu ini?"
Dari nada suaranya itu, terang dalam hatinya anak muda itu sudah merasa agak tidak senang.
Orang yang datang dan menyerang secara
mendadak itu memang benar adalah Henghay Kouw-
loan. Setelah mendengar teguran demikian, ia lalu tarik kembali serangan pedangnya dan lompat kesamping. Ia menghela napas panjang sambil tundukkan kepala,
mulutnya membisu, tidak bisa berkata apa2.
Kini ia sudah tahu persoalannya yang menimpah
atas dirinya, bahwa yang mencemarkan dirinya malam itu, menang benar adalah Im Tay Seng, maka ia mencari padanya dan hendak mengadu jiwa dengannya. Siapa
nyana bahwa pemuda yang disangka Im Tay Seng itu
ternyata adalah Lim Tiang Hong.
Ketika ia melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang
agaknya merasa tidak senang dengan perbuatannya
1339 yang sembrono, dalam hatinya merasa tidak enak
sendiri. Lim Tiang Hong juga tahu penderitaan batin sucinya itu, barusan karena hatinya merasa mendongkol, maka menegur padanya dengan perkataan yang agak kasar, tapi kini setelah melihat keadaannya yang menyedihkan, dalam hatinya juga merasa menyesal. Cepat ia maju 2
tindak, dengan suara lemah lembut ia berkata: "Enci Kouw-loan, Urusan malam itu, aku sudah selidiki dengan jelas, benar2 adalah...."
Henghay Kouw-loan buru2 memotong: "Perkara
yang sudah2, tidak perlu diungkat lagi. Ini adalah nasibku yang sudah ditakdirkan demikian. Jikalau kau masih mempunyai sedikit perasaan welas asih terhadap encimu yang bernasib malang ini, aku mengharap kau sudi menyanggupi sesuatu hal untuk aku"
"Antara kau dengan aku, hubungannya seperti
saudara kandung sendiri. Asal saja aku mampu
melakukan, jangan kata cuma satu hal, sekalipun 10 hal, sudah selayaknya aku sanggup bantu melakukan. Kau katakanlah saja dengan terus terang!"
1340 Parasnya Henghay Kouw-loan segera terlintas suatu perasaan duka yang tidak terhingga, kemudian dengan paras berubah kemerah merahan menghampiri Lim Tiang Hong, dengan suara tidak lampias ia berkata: "Adik Hong, barusan kau kata, asal kau mampu, pasti
menyanggupi permintaanku, bukan?"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala. Ia kira Henghay
Kouw-loan minta padanya mencari jejaknya Im Tay Seng untuk diajak berhitungan.
Tidak nyana, Henghay Kouw-loan mendadak
jatuhkan dirinya dalam pelukannya Lim Tiang Hong dan berkata dengan suara meratap: "Aku minta kau supaya suka mengaku terus terang dihadapan suhu, bahwa
perbuatan malam itu, benar2 adalah kau yang melakukan"
Lim Tiang Hong terperanjat. "Mana boleh.....?"
demikian ia menjawab. "Kenapa tidak boleh" Jika bukan kau, apa kau kira aku mandah begitu saja" Adik Hong, aku minta tolong padamu, terimalah permintaan encimu ini!"
1341 "Ini adalah satu hal yang tidak mungkin! Aku berani bersumpah terhadap langit dan bumi, bahwa perbuatan malam itu bukanlah aku yang melakukan"
Sebetulnya, Henghay Kouw-loan juga sudah tahu
adalah Im Tay Seng yang menyaru, namun ia masih
mengharap, agar Lim Tiang Hong mau mengakui.
Dengan demikian baru ia tidak kehilangan muka
terhadap suhunya dan orang2 dunia kang-ouw. Tapi
diuar dugaan, Lim Tiang Hong tidak mau terima baik permintaannya.
"Bukankah kau tadi sudah menyatakan sendiri, asal kau mampu, kau akan sanggupi permintaanku?"
"Dalam perkara lainnya, aku boleh bantu kau
sepenuh tenaga. Tapi jika kau suruh aku Lim Tiang Hong mengakui itu perbuatan terkutuk yang membikin noda nama baik leluhur ku, aku tidak sanggup"
"Apakah kau tega hati sampai encimu tidak bisa jadi orang untuk selama-lamanya?"
Lim Tiang Hong mengusap-usap rambutnya yang
panjang, sambil menghela napas ia menjawab: "Soalnya bukan begitu. Segala sesuatu, yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah. Aku tidak berbuat, tapi kau 1342
paksa aku suruh mengakui, ini benar2 tidak bisa. Apalagi buat kau sendiri dalam hal itu juga bukan kemauanmu sendiri. Orang lain pasti bisa memaafkan kau, mengapa kau tidak bisa pikir panjang?"
Henghay Kouw-loan tidak bisa berkata apa2 lagi,
tapi kepalanya disesapkan didadanya Lim Tiang Hong dan menangis ter-sedu2.
Suara tangisannya itu ada begitu menyayatkan hati, Ia telah menumplakkan semua kedukaan dan
penderitaan yang selama beberapa hari ini merundung hatinya. Airmata mengucur deras, sehingga membikin basah bajunya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong gelagapan. Dengan hati cemas ia
goyang2kan pundaknya Henghay Kouw-loan seraya
berkata: "Enci Kouw-loan, kau jangan menangis, kita boleh berunding dengan tenang!"
Henghay Kouw-loan angkat kepalanya dan
membuka matanya yang penuh air, kemudian menanya:
"Kau terima baik permintaanku?"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

"Tidak! bukan itu yang aku artikan, maksudku, kita harus mencari daya upaya sebaik-baiknya"
1343 "Kau sekarang harus berkata terus terang,
sebetulnya apa sebabnya kau tidak terima baik
permintaanku" Apakah cela parasku yang jelek atau disebabkan kau sudah mempunyai Siauw-yan mu itu,
sehingga membuang encimu?"
"Enci jangan kata sembarangan, kecantikan enci
yang laksana bidadari dari kahyangan, masih sudi
memandang diriku yang serendah ini. Apa yang
membuat aku kurang puas" Cuma, pertama karena kau ada kau adalah suciku. Jika aku telah mencemarkan diri suci selagi suci dalam keadaan bahaya, bukankah itu berarti seperti perbuatannya seekor binatang"
Dikemudian hari apa masih ada muka untuk menemui
suhu dari kawan2 didunia kang-ouw" Kedua, aku sudah mempunyai tunangan, hakekatnya juga tidak dapat
menerima permintaanmu itu"
Henghay Kouw-loan mendadak melepaskan diri dari
pelukannya Lim Tiang Hong dan mendorongnya, lalu
balikkan badannya dan berlalu, sedang mulutnya
mengoceh sendirian: "Habis! Habislah semuanya! Oh!
bagaimana kau nanti ada muka bertemu orang" Siapakah ayahmu....?"
1344 Meski perkataannya itu diucapkan dengan suara
demikian perlahan, sehingga hampir tidak kedengaran, tapi bagi Lim Tiang Hong yang mempunyai daya
pendengaran sangat tajam, segera dapat menangkap
dengan jelas semua apa yang diucapkan.
Dengan cepat ia mengejar, sambil menyambar
pundaknya ia menanya dengan wajah terheran: "Apa"!
Kau sudah mengandung....?"
Henghay Kouw-loan per-lahan2 hentikan
tindakannya lalu anggukkan kepalanya tapi di parasnya pada saat itu, tidak mengunjukkan duka atau
kesengsaraannya. Ia hanya berdiri menjublak laksana patung, sedang jawabannya juga seperti orang
mengigau. "Jika bukan karena bibit durhaka ini, di dalam dunia ini barangkali sudah tidak ada Henghay Kouw-loan lagi"
Lim Tiang Hong juga merasa sedih terharu
mengenai nasib malang yang menimpa atas diri sucinya itu, tapi itu hanya merupakan suatu perasaan simpatik saja, biar bagaimana toh ia tidak bisa mengakui
perbuatan dosa itu atas dirinya.
1345 Melihat sikapnya Henghay Kouw-loan itu, pikiran
takut segera terlintas dalam otaknya. Ia tahu bahwa pada saat itu ia tidak boleh mengganggu pikirannya sang suci itu lagi, maka ia lantas menarik tangannya dan mencari, tempat yang bersih untuk berduduk, kemudian berkata padanya dengan suara lemah lembut "Enci
Kouw-loan, aku merasa simpatik terhadap dirimu dan aku juga percaya bahwa Heng-thian Locianpwee bisa
mengampuni kau. Kau tidak usah terlalu susah hati, anak dalam kandunganmu itu adalah anaknya Im Tay Seng
sudah tentu aku bisa mendesak padanya supaya mau
mengakui" Henghay Kouw-loan mendadak ketawa ber-gelak2
seperti orang gila, ia peluk kencang2 tubuhnya Lim Tiang Hong, dongakan kepala, ia ciumin pemuda itu seperti orang kalap, lalu dengan suara gemetar ia berkata: "Adik Hong! benarkah kau tidak mau mengakui bahwa anak
dalam kandunganku ini bukan anakmu" Malam itu tidak peduli siapa yang berbuat, tapi dalam mata hatiku, cuma ingat kau seorang....!"
Pukulan batin yang sangat hebat, membuat ia
kehilangan pikiran waras saat itu ia se-olah2 sudah lupa 1346
segala2nya. Sifat agungnya telah berubah seperti
perempuan hina. Lim Tiang Hong semula tidak menduga sama sekali.
Ketika dipeluk, ia merasa berat untuk menolak dan sekarang sudah tidak keburu lepaskan dirinya lagi, kecuali menggunakan kekerasan.
Sudah tentu, itu juga disebabkan pula karena ia
mengetahui benar perasaan dahulu terhadap dirinya, disamping itu, manusia juga bukan patung, bagaimana tidak mempunyai perasaan" Tidak nanti ia begitu tega hati pada waktu demiian melukai pikiran sucinya yang sudah kalut itu.
Henghay Kouw-loan saat itu menggunakan seluruh
tenaganya memeluk erat2 dirinya Lim Tiang Hong sambil menjumpai seperti kalap.
Lim Tiang Hong tetap tenang ia membiarkan dirinya diciumi sampai se-puas2nya, baru membuka mulutnya dan berkata dengan suara perlahan: "Encie Kouw-loan, teranglah, dengan demikian cuma menambah
penderitaan batinmu"
Henghay Kouw-loan mendadak mendorong dirinya
dan ketawa ber-gelak2: "Penderitaan". Hahaha. Apa kau 1347
kira penderitaanku masih belum cukup" Dengan terus terang, aku sekarang benci kau, coba kau pikir, jika tidak ada kau, bagaimana sekarang aku bisa menjadi begini rupa?"
Sambil masih ketawa ber-gelak2 mendadak ia lari
kabur. Lim Tiang Hong tahu sang suci itu terlalu hebat
penderitaan batinnya. Karena ia kuatir akan terjadi apa2
atas dirinya, maka ia buru2 lompat menghadang
didepannya seraya berkata: "Encie Kow-loan, sekarang kau hendak pergi kemana" Bolehkan kita berunding lagi sebentar untuk mencari jalan pemecahannya?"
Henghay Kouw-loan tiba2 hentikan ketawanya.
Dengan nada suara dingin ia berkata: "Anak toh tidak boleh tidak ada ayahnya. Aku hendak mencari ayahnya bocah dalam kandunganku ini! Terus terang
kuberitahukan padamu, bocah ini meski bukan darah dagingmu, tapi masih ada rohmu di dalamnya. Hm!
Sekalipun kau tidak mau mengakui, tapi nanti aku akan didik padanya menjadi seorang yang lebih buas daripada Pek-tok Hui-mo. Kau tunggu dan lihat saja haa..haa"
Sehabis berkata, ia lantas melejit pergi.
1348 Lim Tiang Hong hanya bisa geleng2kan kepalanya.
Bayangan Henghay Kouw-loan sudah lenyap dari
depan matanya. Sekarang dalam hati anak muda itu
seperti kehilangan apa2. Ia tahu benar bahwa sang enci itu terangnya mencintai sangat padanya. Dan
perbuatannya saja yang mendesak ingin minta dikawini oleh Lim Tiang Hong dapat diketahui hati sang suci itu, tapi mana akan mungkin dapat terlaksana. Karena itu tadi terpaksa ia cuma memberi hiburan sebanyak
mungkin, tetapi untuk itu, ia juga tidak berdaya untuk mencapai maksudnya. Ketika melihat Henghay Kow-loan sudah berada jauh, Lim Tiang Hong masih berdiri
ditempatnya, diam-diam mendoakan supaya dapat
terangkap jodoh wanita itu dengan Im Tay Seng.
Meskipun Im Tay Seng tidak dapat menjadi kawan hidup yang ideal baginya, tetapi ibarat nasi telah menjadi bubur, apa yang akan di perbuatnya lain dari berharap demikian"
Menurut pikirannya, timbul suatu lamunan yang
aneh dipikiran: Meskipun ia tidak dapat terima baik permintaan encinya, tapi akan menjajakan supaya wanita itu dapat hidup bahagia selamanya. Adapun kebahagian 1349
itu dapat dicapai dengan satu satunya jalan yakni, turun tangan dan memperbaiki martabat Im Tay Seng!
Oleh karena itu, maka ia lalu mengambil keputusan semenjak hari itu akan mengusahakan se-bisa2nya agar supaya Im Tay Seng dapat merubah kelakuannya
menjadi orang baik2. Tetapi mendadak ia ingat bahwa sang waktu
baginya sendiri sangat penting artinya. Jikalau dalam waktu sepuluh hari tiada dapat sampai digunung Hoan-ceng-san atau sampai Yan-jie tercelaka, itu akan menjadi kemenyesalan seumur hidup baginya Terlebih2 bagi
Ceng-lim Cun-loan yang sudah bersemayan di alam baka.
Memikir sampai disitu, ia sudah tidak berani berlaku ayal lagi lantas gerakan budannya dan lantas lari ke Tiang-lam.
0-0dw-kz0-0 Bab 34 CABANG PERSILArAN Tiang-lim pay yang terkenal
dalam kalangan Bu lim dengan ilmu pedang dan ilmu meringankan tubuh! Namun semua jago2nya terdiri
kaum wanita. Terutama Tiang-lam It-hong merupakan 1350
orang terkuat dengan jabatannya disitu sebagai
pemimpin atau Ciangbunjin semenjak berdirinya partay mana. Dahulu, namanya pernah menjagoi dunia kang-ouw serendeng dengan nama Bu-ceng. Kiam-khek dan
Thian-lam Ngo-liong. Tetapi dalam masanya orang2
persilatan semua pada menganggap Bu-ceng Kiam-khek sebagai manusia terkuat. Oleh sebab itu maka Ngo-liong It-houw mulai merasa tidak puas, begitupun Thian-lam It-hong. Mereka janjikan akan adakan pertandingan digunung Thay-san untuk menentukan siapa terkuat.
Pada kala itu Bu-ceng Kiam-khek masih sedang jaya2nya.
Terutama dengan ilmu pedangnya yang sudah sangat
mahir dimilikinya, To-liong Keng-hong yang merupakan ilmu pedang yang sudah tak ada taranya pada kala itu.
Tatkala pertandingan jago2 dilangsungkan, benar saja dalam seharian itu Bu-ceng Kiam-khek ber-turut2
menjatuhkan "Ngo-liong" (lima naga) dan It-hong (seekor burung Hong). Semua pecundang ini, setelah dikalahkan masih tidak merasa puas dan menganggap penghinaan besar buat mereka. Mereka bertekad ingin menuntut balas untuk cuci bersih kehinaan yang mereka derita hari itu.
1351 Akan tetapi kedua partai tadi tidak mempunyai
murid yang berbakat baik. Selama beberapa tahun tidak seorang muridpun dapat diserahi tugas membangkitkan partai2 tersebut. Berbareng dengan itu, tersiar kabar Bu-ceng Kiam-khek telah mengasingkan diri dari dunia kang-ouw. Maka usaha mereka dengan sendirinya lantas
tertunda Setelah Tiang-lam It-Hong meninggal dunia,
tampak pimpinan partai diserahkan kepada "Thian-san Lo-lo. Tetapi dibawah pimpinan Thian-san Lo-lo yang keras adat dan berangasan dan tidak begitu sempurna memiliki ilmu silat, ditambah kala itu usianya sudah lanjut, dan tahu bahwa kepandaiannya sendiri tak dapat diusahakan mencapai taraf lebih tinggi lagi, maka jabatan Ciang-bunjin lalu diserahkan kepada adik perguruan perempuannya yang bernama Cin-nia Cie-hong. Sedang kemudian terdengar kabar, Thian-san Lo-lo
mengasingkan diri ke gunung Thian-san (gunung seribu), tidak mau campur urusan partai lagi.
Cin-nia Cie-hong, orangnya cerdik dan mempunyai
pikiran tajam. Ia tahu bahwa bagi kaum segolongannya, keadaan fisiknya tak dapat melawan kaum pria dan itu 1352
memang pembawaan kodrat alam. Maka semenjak
menjabat sebagai ketua partai, pernah sekali tempo dipanggil semua anak murid Tiang-lim-pay, lalu diperiksa satu persatu serta dipilih yang berbakat baik dan lurus.
Kemudian dengan bertekun masing diwajibkan melatih dan mempertinggi mutu kepandaian mereka itu. Jikalau belum yakin benar bahwa kekuatan mereka itu belum dapat dipergunakan didunia kang-ouw, semua murid itu dilarang keras berkelana didunia persilatan. Maka selama beberapa tahun belakangan ini, kecuali Thian-san Lo-lo dan muridnya, orang2 Thiang-lim-pay umumnya jarang yang terjunkan diri kekalangan masyarakat ramai.
Belum lama berselang si Burung Hong putih Cu Giok Im pulang kegunungnya menjumpai Susioknya. Ia telah membicarakan tentang munculnya murid Bu-ceng Kiamkhek ke dunia kang-ouw. Bahkan menurut keterangan nona itu, kepandaian dan kekuatan murid Bu-ceng Kiamkhek itu tidak dibawahnya Bu-ceng Kiam-khek dimasa silam. Cin-nia Cie-hong yang mendengar keterangan itu menganggap sudah tiba waktunya untuk mengeluarkan jago2nya dan diadu dengan Lim Tiang Hong guna
mencuci bersih nama Thian-lim-pay yang sudah jatuh 1353
pamor. Maka itu juga telah diutusnya Cu Giok Im
mengundang Lim Tiang Hong, diam2 juga mewartakan
kepada Thian-lim pay, Ngo-hay-pay, dan partai2
golongan Hian-bun lainnya supaya turut menyaksikan pertandingan itu.
Bagi, orang2 rimba persilatan, menguji atau
mengadu kepandaian (pie-bu) merupakan saatu
kebiasaan yang wajar. Siapapun suka turut menyaksikan.
Namun dalam hal ini, Cin-nia Cie-hong telah
membesarkan perkaranya itu dengan mengundang
partay besar persilatan, juga merupakan hal yang sangat langka. Juga menunjukkan, bahwa tentu sipemimpin ini ingin memperlihatkan kekuatan partaynya.
Dalam mengundang orang kuat dunia kang-ouw,
tidak diketahui oleh Cu Giok Im, ter-lebih2 lagi bagi Lim Tiang Hong. Dia hanya tahu terus berjalan siang hari malam agar dapat sampai tepat pada waktunya.
Disepanjang jalan diapun sudah mengetahui
banyaknya orang2 kang-ouw pada ber-duyun2 menuju
ke Thian-lam. Ini menyebabkan timbul ke-ragu2annya.
Pada batinnya dia mengatakan bahwa Tiang-lim pay
mengundangnya kesitu, hanya untuk mengadu
1354 kepandaian dua partai, partainya dan partai Tiang-limpay. Mengapa datang lagi begitu banyak orang dan
berbagai partai lain" Ini yang membuat dia heran tak habis pkir. Apakah itu hanya suatu kejadian yang
kebetulan saja" Dengan adanya dugaannya yang terakhir, dia jadi
tidak seberapa taruh perhatian, dan terus melanjutkan perjalanannya.
Tiba2 terlihat seorang penunggang kuda me-
ngaburkan binatangnya dengan cepat. Dari dandanan dan simbol burung Hong putih di atas dadanya
penunggang kuda itu, segera dapat diketahuinya siapa orangnya itu. Dalam hatinya segera berpikir: Ia
nampaknya begitu tergesa2, entah apa sebabnya!
Apakah ada terjadi perubahan apa-apa.
Tidak antara lama, si burung Hong putih Cu Giok Im sudah berada di hadapannya, dengan suara cemas si nona itu berkata kepadanya: "Celaka, bagaimana baiknya urusan ini?"
Im Tiang Hong tidak tahu entah ada kejadian apa
yang mambuat si nona demikian gelisah, seketika itu 1355
malah, dibikin terperanjat, maka lantas menanya: "Ada urusan apa sehingga membuat nona demikian gelisah?"
"Dengan terus terang, partay kita undang kau
kemari untuk menguji kepandaian, maksudnya ialah
hendak mencuci kehinaan Sucow yang dahulu kalah
ditangannya Bu-ceng Kiam-khek. Siauw-moay mengira dalam pertandingan ini hanya antara kau dengan susiok yang hendak menguji kepandaian masing2. Siapa kalah siapa menang tidak merupakan soal penting, biar
bagaimana toh tidak akan tersiar keluar kedunia kang-ouw. Tidak nyana, Ciangbun susiokku itu telah meniup2
soal ini begitu besar, bahkan mengundang orang2
pelbagai partay persilatan untuk menyaksikan
pertandingan tersebut. Ini berarti bahwa susiok hendak pertaruhkan nama baik partay kita dalam pertandingan ini. Dengan demikian, maka persolannya menjadi besar".
"Siauwmoy sebagai salah satu anggota Tiang-lim-
pay, disamping itu ada mempunyai hubungan baik
dengan Lim heng. Maka aku merasa dipihak mana saja yang kalah semua tidak baik. Maka hatiku merasa cemas sekali hingga dengan ter-gesa2 aku mencarimu lebih 1356
dulu buat rundingkan dan cari daya, bagaimana baiknya untuk kebaikan kedua pihak"
Lim Tiang Hong menjawab sambil kerutkan alisnya.
"Soal ini benar2 rumit! Partaimu tidak benar sebab sudah bermaksud membuat kemenangan. Aku seorang she Lim demi kepentingan nama baik suhu sudah tentu akan
melayani dengan se-sungguh2nya. Siapa yang kalah dan siapa yang menang juga masih tergantung atas
kepandaian masing2 yang ditentukan belakangan"
Si Burung Putih Cu Giok Im tahu benar kepandaian
si anak muda itu. Pada dewasa ini buat dunia kang-ouw mungkin sulit buat mencari tandingannya dan barangkali masih lebih kuat dari pada Bu-ceng Kiam-khek di masa jayanya. Sedang dipihak Susioknya sendiri juga
merupakan seorang kuat yang jarang ada didalam rimba persilatan. Sekian tahun lamanya dia mangasingkan diri entah sampai dimana kemajuan kepandaian silatnya.
Disamping itu dia juga merupakan seorang yang cerdik dan tidak mau mengagulkan kepandaiannya dimata
orang lain. Sekalipun Cen-san Lo-lo sendiri juga tidak tahu sampai dimana kepandaian sang sumoay itu. Kali ia membesar-besarkan soalnya dengan maksud agar
1357 gerakannya itu mengejutkan dunia kang-ouw. Sudah
tentu sudah yakin penuh dia dengan kepandaian sendiri maka Cu Giok Im merasa bahwa pertandingan kali ini susah sekali untuk didapat perbaikannya guna kedua pihak. Betul ia sendiri cuma merupakan seorang anggota, tapi dari tingkat muda. Sudah tentu tidak berdaya dapat merintangi maksud Ciang-bun-jinnya. Setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong, lalu berkata sambil menghela napas: "Kedatangan Siauw-moay ini tidak lain daripada untuk mengajukan suatu permintaan kepada Lim heng.
Jika Lim-heng berhasil merebut kemenangan, mengharap sangat janganlah sampai keterlaluan sudah cukup.
Sebaliknya apabila Cian-bun Susiok yang menang, Siauw moaypun akan usahakan agar tidak sampai terlalu
merugikan nama baik Lim-heng"
Lim Tiang Hong menjawab sambil ketawa bergelak
gelak: "Soal ini tidak perlu sampai menjadikan pikiran yang bukan bukan. Apabila aku tidak mampu
menghadapi Susiokmu dan sampai mengalami
kekalahan, saat itu aku yakin masih mempunyai kekuatan untuk menjamin kekeselamatan jiwaku sendiri, tidak memerlukan bantuan dari orang lain"
1358 Pada kata2 ini seperti menyadarkan Cu Giok Im
pada kata katanya sendiri tadi yang kurang tepat.
Memang benar, andaikata ia berdiri dipartainya yang menang, tidak ubahnya seperti minta dikasihani orang.
Sebaliknya andaikata dia berdiri dipihak lawan, itu berarti merendahkan kehormatan lawan tersebut. Maka setelah disahuti demikian oleh Lim Tiang Hong, ia lalu merenung sekian lama baru kemudian berkata pula: "Urusan tadi sebetulnya memang karena Siauwmoay terlalu
menguatirkan kedua pihak, harap jangan Lim-hong
berkecil hati. Sekarang waktunya makin mendesak,
Siauw-moay rasa sudah waktunya Siauw-moay kembali.
Sampai ketemu di Pek-cin-nia!"
Sehabis berkata, lalu melompat si Burung Hong
Putih ke atas kudanya, menghilang dari depan mata Lim Tiang Jong.
Lim Tiang Hong menyaksikan berlalunya si Burung
Hong Putih, kembali tertawa bergelak gelak. Perbuatan Cin-nia Cie-hong kali itu benar benar membangkitkan kegusarannya. Juga membangkitkan hatinya untuk
merebut kemenangan yang selama itu sudah tidak begitu dihiraukan. Pikirnya menyangka bahwa partai Tiang-lim-1359
pay memandangnya sebagai orang yang terkenal
dikalangan kang-ouw yang gampang bisa dipermainkan orang. Ia lalu timbui niatnya ingin menjajai sampai dimana tingginya kepandaian Cin-nia Cie-hong.
Selagi ia tertawa ber-gelak2, kembali di sampingnya berlalu serombongan orang. Yang jalan di muka adalah seseorang berewokan lebat dengan jubahnya yang
gedombrongan. Dari jauh dia sudah berkaok2 "Lim Siauw-hiap!
Kenapa kau tertawa seorang diri disini?"
Lim Tiang Hong berpaling. Orang yang datang itu
ternyata adalah satu2nya orang yang masih hidup dari Thian-lam Ngo-liong yakni Ho-siu Ciat-liong. Orang mana dengan membawa beberapa anak2 muda, diduga adalah anak muridnya, maju menghampiri kedekat Lim Tiang Hong.
Adapun mengenai Liong satu2nya ini, semenjak
mendapat pertolongan Lim Tiang Hong, mendapat kesan baik yang amat dalam sekali terhadap murid Bu-ceng Kiam-khek ini. Begitupun dengan Lim Tiang Hong,
terhadap orang tua yang dahulu namanya pernah
serendeng dengan gurunya, iapun menaruh hormat.
1360 Maka buru2 ia maju dan memberi hormat.
"Locianpwee kiranya datang ke Tiang-lim-san ini karena ingin menyaksikan pertandingan?"
Ho-siu Ciat-liong menyahut sambil ketawa ber-
gelak2 "Benar! Aku kepingin lihat bocah perempuan itu sudah dapat kemajuan sampai dimana selama beberapa tahun ini, sampai begitu berani membesarkan urusan ini!"
Menurut taksiran Lim Tiang Hong, Cin-nia Cin-hong sedikitnya pasti sudah diatasan enam puluh tahun
usianya. Tidak disangkanya Ho-siu Ciat-liong menyebut-nyebut dalam perkataannya, bocah perempuan, hingga dalam hati diam2 merasa geli sendiri.
Ho-siu Ciat-liong mendadak bertanya: "Barusan si
budak Pek-hong (burung Putih) itu apa perlunya mencari kau?"
Lim Tiang Hong kerutkan alisnya, lalu menuturkan
dari mulai kedatangan Si Burung Hong Putih kepadanya, kemudian menutup dengan kata2nya: "Demi kepentingan nama baik perguruan, dalam urusan ini boanpwee
sebetulnya tidak mempunyai pikiran apapun juga untuk 1361
kebaikan kedua pihak. Kita cuma bisa lihat sampai berapa jurus nanti pertandingan diadakan"
Ho-siu Ciat-liong angguk2an kepalanya, berkata
pula: "Kaum perempuan selamanya sempit dalam
berpikir. Segala urusan yang lalu yang sudah kulupakan lama sekali, masih diingat oleh mereka! Malah terlaluan sekali sampai mendendam demikian rupa kepadamu.
Menurut pandanganku, perbuatannya kali ini yang
maksudnya ingin mengangkat naik namanya barangkali akan hasil kebalikannya. Siauw hiap yang sudah ada maksud hati begitu, kalau sudah sampai waktunya
Lohupun akan ikut campur buat membereskan soalnya.
Kau tidak perlu terlalu memikir banyak, berlakulah murah sebisa2nya"
Lim Tiang Hong tidak tahu apa yang dimaksud
campur tangan orang tua itu, apa yang dapat
diperbuatnya hanya mengangguk saja.
Ho-siu Ciat-liong naik ke punggung kudanya,
berkata: "Jangan biarkan orang tunggu terlam lama, lekas jalan".
"Silahkan Locianpwee jalan duluan, boanpwee
menyusul" 1362 Sebentar kumudian tampak lebih ramai manusia2
ber-bondong2 menuju kearah situ.
Ho-siu Ciat-liong pernah menaiki bukit itu, maka
sudah tidak asing lagi jalan2 disitu baginya. Tidak antara lama runah2 penduduk Tiang-lim-san sudah berada
didepan matanya. Tiba2 dari dalam rimba muncul serombongan
barisan wanita yang memakai pakaian ringkas warna hijau. Diatas pundak masing rnasing wanita itu
tergemblok sebilah pedang yang terbungkus oleh
serangka kult ikan Hiu warna biru.
Wanita2 tersebut begitu dekat kejalan raya, lalu
memisah dikedua sisi jalan raya. Setiap barisnya terdiri dari 6 orang, dengan rapi berbaris dikedua sisi jalan sedang di-tengah2 tampak berdiri agak membungkuk
seorang wanita yang kira2 berumur 31 tahun wanita itu mungkin kepala rombongan tersebut.
Ho-siu Ciat-liong lalu tahan les kudanya, lalu
berpaling dan berkata pada Lim Tiang Hong: "Majulah kau ke depan orang sudah lama menjemput
kedatanganmu!" 1363

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

"Mana bisa" Sebaliknya Locianpwee tetap jalan
dimuka. Mana boanpwee berani melangkahi yang tua?"
Lim Tiang Hong menyahuti permintaan Ho-siu Ciat-liong, menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa.
Selagi kedua orang itu yang satu meminta yang lain menolak, dari barisan wanita di depan terdengar suara nyaring: "Adakah yang didepan rombongan To-liong
Kongcu Lim Siauw-hiap" Kami telah mendapat titah
Ciang bunjin guna mengadakan penyambutan se-
baik2nya atas kedatangan Siauw-hiap!"
Ho-siu Cin liong lantas berkata sambi tertawa besar:
"Bagaimana sekarang...."
Lim Tiang Hong terpaksa maju ke depan dan
membuka mulutnya sambil menyura: "Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong!"
Kemudian diperkenalkan juga Ho-siu Ciat-liong
kepada mereka "Dan ini adalah Ho-siu Cianpwee dari Thian-lam Ngo-liong"
Nama Thian-lam Ngo-liong lama sudah
menggetarkan kalangan persilatan. Hampir setiap
kelangan ahli2 silat mengetahui nama itu. Begitu juga dengan rombongan wanita itu, setelah mendengar nama 1364
tersebut terlihat perubahan paras muka mereka,
kemudian serentak mereka maju kemuka, dengan laku sangat hormat sekali berebutan menyoja, kemudian
memberi jalan pula bagi para tetamunya.
Hoa-siu Ciat-liong kelihatan tidak sungkan2 lagi, terus menggandeng tangan Lim Tiang Hong,
mengajaknya jalan terus kemuka.
Dari jalan di dalam rimba itu sampai ke rangon
Tiang-lim-kok, yakni tempat berkumpulnya orang-orang, Thian-lim-pay, tidak terlalu jauh jaraknya. Begitulah tidak antara lama mereka sudah tiba didepan pintu.
Rombongan wanita yang mengantar jalan tadi berpaling dan berkata kepada dua tetamunya itu seraya memberi hormat: "Harap jie wie suka menunggu sebentar, biar boanpwee masuk dulu memberitahukan kepada suhu
supaya beliau sendiri keluar menyambut".
Ho-siu Ciat-liong berkata sambil ulap2kan
tangannya. "Tidak usah! Tidak usah! Kita masuk sama2!"
Mendadak dari dalam terdengar suara seseorang
yang berkata dergan suara amat nyaring. "Kedatangan tamu agung seharusnya mendapat perlakuan baik dan penyambutan yang hormat".
1365 Orang yang baru datang itu ternyata adalah
seorang wanita pertengahan umur, berhidung mancung dengan dihiasi oleh alis yang lentik bagus. Sikapnya yang agung menandakan bahwa dia seseorang yang harus
dimalui, hingga tidak berani memandangnya secara
langsung. Di belakang wanita pertengahan umur itu ada mengikuti empat wanita lain yang dipunggungnya
menggantung pedang panjang. Si Burung Hong Putih
juga sebagai salah satu pengikut itu.
Wanita pertengahan umur itu melihat Lim Tiang
Hong datang bergandengan tangan dengan ketua dari Thian-lam-pay, agaknya merasa heran dan takut. Tapi sebentar kemudian, sudah berani tertawa, berkata
kepada Ho-siu Ciat-liong seraya merangkapkan kedua tangannya. "Tidak tahu kalau locianpwee juga sudah datang hingga Cie-hong tidak keburu menyambut dari jauh2. Harap lo-cianpwee suka maafkan kelalaian Cie-hong ini"
Kemudian ia mengawasi Lim Tiang Hong dan
berkata: "Tuan inikah kiranya yang disebut Lim Siauw hiap?"
1366 Ho-siu Ciat-hong berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Lohu sebetulnya tidak tertarik dengan segala urusan dunia lagi. Tapi justru adanya urusan Lim Siauwhiap ini yang pernah berkenalan dengan Lohu, maka terpaksa turut campur tangan dan tidak mau melepaskan
kesempatan baik untuk menonton keramaian kali ini"
Saat itu Lim Tiang Hong sudah menyaksikan
dengan tegas sikap wajah Cin-nia Cie-hong. Jikalau usianya belum ditaksirnya lebih dahulu, pasti akan menganggap wanita itu baru berusia tiga puluh tahunan.
Selain dari itu iapun merasa bahwa wanita yang
dihadapinya itu tindak tanduknya agung berwibawa, tidak sebagai kaum wanita lain suka ke malu2an.
Melihat orang itu berkata dengan sikap yang ramah tamah, ia buru2 menyoja dan berkata. "Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong yang datang guna memenuhi
undangan utusan Ciang-bunjin. Apakah aku sedang
berhadapan dengan Ciang-bunjin Cin-nia Cie-hong yang namanya sudah tersohor itu?"
Cin-nia Cie-hong tersenyum dan mengangguk, lalu
memberikan jalan kepada tetamunya.
1367 Ho-siu Ciat-liong sebagai orang dari tingkatan tua sudah tentu tidak berlaku sungkan2 lagi. Dengan
tindakan lebar ia berjalan lebih dulu
Lim Tiang Hong meski masih muda belia dalam
umur, tetapi tingkatannya sama dengan Cin-nia Cie-hong. Disampng itu, diapun merupakan tamu agung
yang diundang hari itu. Maka ia juga segera mengikuti Ho-siu Ciat-liong, berjalan masuk ke dalam.
Sebaliknya dengan para anak murid2 Thian-lam-pay
bawaan Ho-siu Ciat-liong, mereka mesti menunggu
sampai Cin-nia Cie-hong berjalan masuk, baru berani mengintil dari belakang.
Lim Tiang Hong mengikuti Ho-siu Ciat-liong menuju kesuatu ruang besar.
Ketika tiba diruangan yang luas itu, ternyata disitu tampak sudah penuh dengan orang2 dari berbagai partai undangan tuan rumah. Sampaipun Hui-hui Taysu yang biasa2nya tidak gampang keluar pintu, saat itu tampak hadir pula, begitupun Pek-ho Totiang dari Bu-tong-pay dan Khe-tek Taysu dari Ngo-thay-pay juga kelihatan berada ber-sama2 mereka.
1368 Orang2 kuat hadir disitu, banyak yang telah
mengenal Lim Tiang Hong, bahkan agaknya mempunyai hubungan erat dengan anak muda itu. Ketika Lim Tiang Hong masuk ke dalam, sebagian terbesar tamu itu berdiri dan dengan suara riuh menegur, campur baur dengan suara tertawa.
Lim Tiang Hong kerepotan melayani memberi
hormat kepada orang2 seputarnya, kemudian masuk
dibarisan Hui-hui Taysu. Cin-nia Cie-hong dengan jalan menyebarkan surat
undangannya kepada tetamunya, tidak mengharap
ciang-bunjin2 partai2 itu datang semuanya. Ia mengira semula, tiap partai akan mengirim paling banyak dua murid sebagai wakil perkumpulan, itu sudah cukup
menghormat untuknya. Tetapi kenyataan sungguh diluar dugaannya, orang2 yang datang memenuhi
undangannya itu ternyata sebagian besar adalah orang yang memegang tampuk pimpinan dalam kepartaian
besar, hal ini sesungguhnya ia nendapat muka terang yang tidak sedikit. Sebab dengan nama dan pamor Cin-nia Cie-hong pribadi di dalam kalangan kang-ouw
umumnya, sebetulnya tidaklah mungkin dapat
1369 mengumpulkan begitu banyak pimpinan2 partai besar.
Tetapi kenyataannya semua orang besar itu sudah
berkunjung semua ke Tiang-lim, hingga mau tidak mau membuat dia merasa heran sendiri. Pada pikirnya,
mungkin pemimpin2 partai besar itu terlalu pandang Lim Tiang Hong tinggi. Sebab ketika ia menyaksikan keadaan tetamunya tatkala Lim Tiang Hong dapat sambutan
demikian hangat, baru betul2 sadar apa sebabnya.
Kiranya para pemimpin partai itu datang kesitu karena memandang Lim Tiang Hong. Dari sinipun dapat terpikir bahwa nama To-liong Kongcu dikalangan kang-ouw
sesungguhnya besar dan harum.
Selain itu, telah membuat keinginannya hendak
menggulingkan Lim Tiang Hong semakin ber-kobar2.
Dalam pikirannya, asalkan itu ia dapat menjatuhkan Lim Tiang Hong, terang nama Tiang-lim-pay naik pamor
setinggi langit. Karena itu Lim Tiang Hong dan Ciat-liong sudah
memberi hormat kepada para tamu yang datang duluan.
Hingga ruangan yang luas itu suasananya menjadi
tenang kembali. 1370 Sementara itu Cin-nia Cie-hong sebagai
pengundang telah duduk dibagian kursi tuan rumah lalu mengangkat cawannya, mengajak Lim Tiang Hong
minum sama se-olah2 tidak akan terjadi pertandingan yang sebenarnya.
Lim Tiang Hong tidak bisa minum arak, tetapi dalam keadaan mendesak demikian dikeringkannya dua cawan.
Tetamu yang datang ingin menonton keramaian
hari itu paling sedikit berjumlah seratus orang, Para tetamu itu ada yang mendapat undangan tetapi
diantaranya ada juga yang datang sendiri ingin
menyaksikan keramaian hari itu. Akan tetapi Tiang-limpay anggap sama rata semua tetamunya itu dengan
penyambutan dan pelayanan yang sama.
Setelah Lim Tiang Hong tiba, semua orang pada
kasak kusuk hingga menerbitkan suara gaduh. Orang yang pernah mengenal nama Lim Tiang Hong sebagian besar menganggap To-liong Kongcu ini akan menang.
Sebaliknya orang yang belum mengenal lawan Cin-nia Cie-hong itu, mengira bocah yang berbau pupuk bawang itu tidak akan menggondol kemenangannya. Sebabnya mudah, sebab mereka telah mendengar, bahwa Cin-nia 1371
Cie-hong pernah menutup diri melatih silat selama tiga puluh tahun, hari itu menantang murid Bu-ceng Kiamkhek bahkan mengundang demikian banyak orang
persilatan, jika tidak yakin benar dia kepada
keunggulannya sendiri, niscaya tidak sampailah dia berbuat demikian gila2an.
Setelah semua tamu juga minum arak cukup puas.
Cin-nia Cie-hong dengan tangan tetap membawa cawan berjalan ke tengah2 kalangan, lalu berkata dengan suara nyarirg: "Partay Tiang-lim-pay sesudah wafatnya suhu Tiang-lim It hong jarang sekali mencampuri urusan dunia luar. Sebagian saudara2 yang hadir disini, mungkin ada yang sudah melupakan adanya partai kami. Cie-hong merasa bahwa tidak mudah sekali sewaktu Couwsu kami mendirikan partai Tiang-lim ini maka hari ini dengan menggunakan kesempatan ingin menguji kepandaian
murid Bu-ceng Kiam-khek tuan Lim ini, mengundang
tuan2 yang terhormat untuk datang memberi petunjuk2
yang berguna agar supaya para saudara2 dunia kangouw lain mengetahui bahwa Tiang-lim-pay masih belum lenyap dari muka bumi sekalipun suhu sebagai pendiri sudah tiada..."
1372 Berhenti dia sejenak, lalu melanjutkan demikian:
"Atas budi kecintaan saudara2 dan para tetua sekalian yang telah korbankan waktu berharga mengunjungi
gubuk kami ini, kami sebagai wakil anak murid Tiang-limpay mengucapkan banyak2 terima kasih. Hanya ditempat gunung yang sepi ini tidak ada hidangan yang enak, maka hanya berharap saudara2 sekalian dengan sekalian tetua sudilah mengicipi hidangan ala kadarnya"
Sehabis berkata, ia sendri menghirup arak dalam
cawannya, kemudian mempersiiahkan semua hadirin
makan ber-sama2. Sebentar kemudian diruang yang luas itu terdengar suara cawan dan mangkuk sumpit yang saling beradu.
Dan setelah jamuan ditutup, Cie-hong berdiri dan
berkata pula: "Antara partay Tiang-lim-pay dengan Bu-ceng Kiam-khek sebetulnya tidak ada ganjalan apapun.
Kali ini mengundang tuan Lim datang kemari se-mata2
sebagai undangan kehormatan, buat saling towel dalam pertandingan nanti. Harap tuan Lim serta sekalian yang hadir tidak kesalahan paham. Disamping ini, kami
sebagai tuan rumah ingin minta petunjuk dari sekalian pengunyung yang mulia, kapan dimulainya pertandingan 1373
dan bagaimana cara2nya, sebaiknya adalah tuan Lim sendiri yang menetapkan. Bagaimana?".
Lim Tiang Hong sendiri yang saat itu meski sudah
berada di ruangan besar gedung kebesaran partay Tiang-lim-pay dan makan minum bersama orang banyak, akan tetapi hatinya sudah melayang jauh ke gunung Hoan-ceng-san. Ingin rasa hatinya membawa tubuhnya
melayang kegunung tersebut supaya dapat ditolongnya Yan-jie dari bahaya. Sewaktu mendengar kata2 Cie-hong yang menanyakan kapan pertandingan dimulai, ia segera bangkit dari kursinya dan menjawab dengan suara
nyaring. "Kita semua telah kenyang makan dan minum rasanya pertandingan boleh segera dimulai. Bukan
karena aku yang rendah ingin menonjolkan kepandaian diri sendiri tetapi dalam soal ini waktu sangat penting bagiku hingga tidak mengijinkan banyak waktu terbuang"
Sebentar nampak alis Cin-nia Cie-hong berdiri,
tetapi cepat pula berubah biasa kembali keadaannya, berkata sambil bersenyum: "Tuan Lim benar2 seorang polos dan menyenangkan! Kalau begitu, baiklah sekarang kita mulai!"
1374 Adapun jago2 yang akan bertanding hari itu, satu
adalah jago anggota angkatan muda yang baru muncul To-liong Kongcu, sedang sebagai lawan murid Bu-ceng Kiam-khek adalah jago betina bersemangat jantan yang pernah menutup diri melatih ilmu selama 30 tahun. Maka dapatlah dibayangkan bagaimana akan serunya
pertandingan yang akan segera terlihat. Tidaklah
mengherankan pula, semua orang yang hadir disitu
mengharap sangat pertandingan segera dimulai. Tentu saja, dengan keluarnya pernyataan ketua Tiang-lim-pay itu segera disambut spontan oleh orang yang ditantang, tidak menunggu Cin-nia Cie-hong berdiri duluan semua sudah bangkit.
Cin-nia Cie-hong bangkit lambat2, mempersilahkan
sekalian tetamu keluar dari ruangan. Empat wanita muda berpakaian ringkas serba hijau segera memimpin
sekalian tetamunya ber-bondong2 keluar dari ruangan jamuan dan terus menuju banyak dengan khusus telah dbuat guna diadakan pertandingan.
Di atas gelanggang pertandingan yang dibuat cukup mewah ternyata sudah diperlengkapi sempurna buat
sekalian tetamu duduk. 1375 Setelah semua orang duduk mengambil tampat
masing2 Cin-nia Cie-hong lantas bergerak melayang dengan gaya yang manis. Diatas panggung ia
membereskan rambutnya yang kusut, lalu sambil
tersenyum mempersilahkan Lim Tiang Hong naik ke atas panggung.
Lim Tiang Hong sedang duduk berendeng dengan
Ho-siu Ciat-liong, tatkala mendengar panggilan atas namanya, lalu berpaling dan mengucapkan apa2
kepadanya, kemudian dengan tidak tahu bagaimana dia bergerak, tahu-tahu sudah diatas panggung!
Setelah itu berkata: "Aku yang rendah dalam rimba persilatan belum mempunyai pengalaman sama sekali, juga tidak punya nama. Mendapat undangan dan
sambutan begini baik, merasa malu hati kalau terus menampik kemauan tuan rumah. Disamping ucapan
terima kasih yang lebih dahulu, aku yang rendah ingin memperlihatkan kejelekanku jika Ciang-bunjin
mengingini, silahkan sebutkanlah caranya!"
Cin-nia Cie-hong sebagai orang cerdik, sudah tentu dapat menduga arah yang dimaksud dalam perkataan
Lim Tiang Hong. Terang anak muda itu sedang sesalkan 1376
perbuatannya yang membesarkan perkara. Maka sesaat nampak dia agak tidak senang, tapi sebentar kemudian bersenyum wajar lalu berkata: "To-liong Kongcu sudah sohor sekali di empat penjuru lautan, siapa yang tidak tahu dan siapa pula yang tidak mengenal" Perkataan tuan sesungguhnya terlalu amat merendah! Cie-hong sebagai tuan rumah, mohon petunjuk tuan guna
menyempurnakan keramaian ini!"
Lim Tiang Hong yang makin cemas, tidak mau
banyak bcara lagi, Maka sambil menghunus pedangnya lalu berkata: "Aku yang rendah sudah lama sudah
mendengar kebesaran nama Ciang-bunjin karena ilmu pedangnya yang terkenal lihay. Bagaimana baikkah kalau dimulai dulu dengan mengadu pedang?"
"Begitupun baik, silahkan mulai" Cie-heng sekali lagi berkata, lalu menghunus senjatanya.
Lim Tiang Hong tidak banyak bicara lagi. Ia
mengulur tangannya, ujung pedang sudah mengarah
muka Cin-nia Cie-hong. Serangannya ini kelihatan
sembarangan tidak memperlihatkan suatu serangan
indah yang hebat atau mengandung variasi yang
beraneka macam. Akan tetapi Cin-nia Cie-hong
1377 merasakan hebat sekali serangan itu. Sebelum ujung pedang tiba, hawa dinginnya sudah terasa se-akan2
menusuk tulang2nya. Karena ia tidak tahu gerak tipu lawan itu nama apa, ia tidak berani menyambuti secara sembarangan pula. Ia hanya menyingkir sedikit dan balas menyerang pedang panjangnya berkeredep menyilaukan, kelihatan bagai telah membabat pingang Lim Tiang
Hong. Pertempuran itu meskipun namanya untuk
persahabatan, tetapi sebetulnya ada hubungan rapat dengan nama baik masing2 penguruannya. Perebutan
nama semacam itu sebetulnya lebih penting dan lebih hebat daripada pertempuran yang berdasar atas
permusuhan yang dalam. Lim Tiang Hong betul memiliki kekuatan dan
kelincahan tubuh luar biasa, sukar untuk orang menjajaki kepandaiannya, tetapi pada pertandingan dihadapan banyak penonton itu yang menyangkut nama baik
gurunya, sedikit pun ia tidak berani memandang ringan lawannya, tidak lengah. Pada serangan pembukaannya tadi, yang namanya Tan-hong Tiauw yang, adalah buah ciptaannya sendiri didapat dari gerak silat seruling emas 1378
Sin-hong Tek-hoat yang dijadikan gerak silat pedang, hingga kekuatannya dahsyat luar biasa. Juga sebagai serangan pembukaan yang paling diandalkannya. Gerak pedang selanjutnya disertai hawa dingin yang menyebar jauh membuat pakaian Cin-nia Cie-hong ber-kibar2
diseluruh panggung. Cin-nia Cie-hong mulai kuncup hatinya. Dengan
cepat dikeluarkannya seluruh ilmu pedang simpanan partainya yang telah dilatih selama 30 tahun lebih. Dan setelah tiba saatnya untuk menggunakan ilmu pedang itu guna memperbaiki nama baiknya,maka ia menghadapi
lawannya yang masih sangat muda itu dengan sangat hati2 sekali.
Dalam babak pertama kedua pihak menggunakan
taktik banyak menjaga sedikit menyerang.
Masing2 kelihatan begitu hati2 dalam mengeluarkan setiap serangannya hingga orang yang menyaksikan
dibawah panggung masih dapat melihat jelas tiap gerak tipu mereka. Tetapi lambat laun mereka melihat makin kerapnya gerakan dua lawan itu, hingga diatas panggung hanya kelihatan berkelebatnya sinar pedang dan suara berkesiurnya baju mereka.
1379 Orang orang yang menonton sebagian besar terdiri
dari orang orang kang-ouw kenamaan atau orang rimba persilatan yang hampir seumur hidupnya
berkecimpungan dalam kalangan persilatan. Tetapi ketika menghadapi detik2 menegangkan dalam pertandingan
kelas tinggi didepan mata ini, biar bagaimana mereka masih belum dapat menduga siapa bakalan menang dan siapa jadi pecundang.
Pada saat itu orang yang paling gelisah duduknya
adalah Cu Giok Im si Burung Hong Putih. Sebab melihat cara orang2 yang sedang bertempur amat sengit itu, yakni antara Ciang-bunjin partainya merangkap susiok dengan sahabat baiknya dalam kalangan kang-ouw, tidak diharapkan siapapun menderita kalah. Tetapi manakah hal semacam itu mungkin kejadian" Sebab setahunya sendiri, mana ada pada pertandingan yang kedua duanya menang"
Saking cemasnya dia hanya dapat tujukan terus
kedua matanya yang terbuka lebar2. Kedua telapaknya dikepal dan mengeluarkan keringat dingin.
Sementara itu pertandingan diatas panggung telah
berlangsung lebih dari seratus jurus!
1380 Cin-nia Cie-hong telah merasakan tekanan berat
dari pihak lawan tangguh itu dan tidak mudah baginya merebut kemenangan. Meskipun sampai pada detik itu ia belum mengeluarkan tipunya yang mematikan, melihat gelagat atau keadaan pertandingan dari pihak lawan yang begitu tenang sedikitpun tidak kikuk, sudah tahu bahwa lawannyapun belum mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Semakin lama ia hanya merasakan kecemasan yang
ber-tambah2 suatu saat tiba ia merubah gerakan
tangannya! Gerak tipu yang paling akhir diciptakan oleh Tiang-lim It-hong mendadak dikeluarkan!
Sebentar tampak sinar pedangnya ber-gulung2
diantara badan lawan. Dalam waktu sekejapan saja
sudah kelihatan gerak badan ketua Tiang-lim-pay itu beterbangan kian kemari hingga sukar dibedakan mana orangnya yang tulen dan mana yang bayangannya.
Lim Tiang Hong lebih dahulu telah mendapat
pesanan Cu Giok Im yang minta supaya ia berlaku murah hati sejak semula masih ragu2 ia untuk mengeluarkan semua ilmunya. Ia tidak menghendaki merebut
1381 kemenangan secara mutlak, tapi juga tidak mau
dijatuhkan oleh lawannya. Dalam keadaan demikian, ia harus menghadapi gerak tipu lawan yang sangat iihay itu, sudah tentu agak merasa bingung. Ia merasakan tekanan sang lawan makin lama makin hebat. Diseputar tubuhnya seolah olah ujung pedang lawan melulu yang tertampak, sampai merasa sukar sekali untuk balas mengadakan penyerangan.
Keadaan demikian buruk bagi Lim Tiang Hong,
dapat pula disaksikan oleh sekalian penonton dari bawah panggung. Banyak orang yang hanya mendengar
ketenaran nama Lim Tiang Hong dengan tidak melihat kenyataan, semua pada berteriak teriak memberikan semangat bagi pihak Thiam-lim-pay. Hanya Hui-hui
Taysu dari Siauw-lim-pay dan Pek-ho Totiang dari Butong-pay serta Khe-tek Taysu ketua Ngo thay-pay dan lain orang golongan tualah yang kelihatan tetap tenang menyaksikan semua itu sambil tersenyum. Agaknya
mereka telah maklum adanya maksud baik pemuda itu, tidak ingin memalukan tuan rumah, tahu sampai dimana tingginya kepandaiannya, tidak nanti jatuh oleh
lawannya. 1382 Benar saja diantara ramainya jerit pekik suara
penonton, keadaan diatas panggung mendadak berubah.
Lim Tiang Hong yang tadi terdesak dalam keadaan
demikian buruk mendadak terdengar suaranya menyiul panjang. ilmu pedang To-liong Keng-hong Kiam-hoat telah dikeluarkan!
Sekarang keadaan berbalik. Kalau tadi melulu sinar perak yang kelihatan memenuhi seluruh panggung, kini sinar mas menguasai panggung, mengulung diantara
sinar perak yang mulai mereda.
"Trang! Trang!"
Beberapa kali bentrokan pedang terdengar amat
nyaring. Sinar perak mendadak tidak terlihat. Cin-nia Cie-hong tiba2 lompat mundur dari kalangan, keluar dari libatan sinar emas sampai kesudut panggung! Pedang ditangannya tampak tergetar, diparasnya terlihat roman kaget dan keheranan.
Sebaliknya dipihak lawannya, ujung pedang
ditangan Lim Tiang Hong masih menjurus ke depan,
sedang tangan kirinya diletakkan di depan dada.
Sikapnya masih tetap tenang. Dalam satu jurus itu, kecuali Hui-hui Taysu, Ho-siu Ciat-liong dan beberapa 1383
orang golongan tua lain yang berilmu tinggi, sudah tidak ada kalau tidak mau dikatakan sedikit yang tahu.
Umumnya mereka tidak tahu kalau Lim Tiang Hong
masih menaruh muka pada lawannya.
Kiranya ilmu pedang To-liong Keng-hoat Lim Tiang
Hong baru digunakan tiga jurus, namun Cin-nia Cie-hong sudah terdesak sampai kesudut panggung.
Jikalau serangannya diteruskan sampai jurus
terakhir, sekalipun Cin-nia Cie-hong tidak sampai terluka, yang sudah pasti ia akan terdesak sampai kebawah
panggung. Lim Tiang Hong yang sifatnya jujur dan luhur, tahu benar bahwa seseorang mendapatkan nama kesohor
sesungguhnya tidak mudah, maka didalam keadaan


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

demikian ia segera tarik pulang serangannya sehingga Cin-nia Cie-hong terhindar dari kenistaannya dan
kemaluan besar dihadapan penonton yang demikian banyak. Setelah kedua pihak saling berhadapan lagi
sejenak, Cin-nia Cie-hong mendadak keluarkan suara bentakan keras dan kembali menyerang lawannya. Kali ini serangannya nampaknya sangat perlahan sekali.
Kiranya diseketika itu ia merubah lagi siasatnya. Ia 1384
berkeputusan hendak menggunakan kekuatan tenaga
dalamnya yang sudah sempurna hendak menekan
lawannya. Di dalam alam pikirannya masih menganggap, bahwa dengan menggunakan gerak tipu saja sukar
merebut kemenangan. Tapi dengan mengandalkan tenaga murni pasti
dapat menjatuhkan lawannya. Sebab sang lawan itu
dianggapnya masih terlalu muda, sekalipun lebih tua berapa puluh tahun lagi juga tetap belum mampu
mengimbangi kekuatannya sendiri.
Siapa duga Lim Tiang Hong yang pernah mengalami
pengalaman gaib hingga kekuatannya ber-tambah2
banyak sekali. Sekalipun Tiang-lim It-hong hidup kembali barangkali masih belum sanggup menandingi. Setelah serangan Cin-nia Cie-hong dilancarkan lagi, ilmu Siauw yang It-ku Sin-kang Lim Tiong Hong juga telah menutup tubuhnya. Kedua pihak bertempur lagi dengan saling adu tenaga, walau lambat gerakan mereka namun nampak
lebih tegang. Setelah dua puluh jurus berlalu lagi, Cin-nia Cie-hong per-lahan2 merasa hatinya berdebar dan telinganya berbunyi. Sekujur badannya sudah basah dengan
1385 keringat. Kekuatan marninya per-lahan2 buyar. Ia segera mengetahui bahwa kali ini ia pasti akan mengalami kekalahan.
Apa mau telah timbul pikiran nekadnya. Sebelum
kalah ia akan mempertahankan diri sedapat mungkin supaya jangan sampai mendapat malu besar.
Akan tetapi, dimata para penonton dibawah
panggung, sudah mengetahui pula tidak adanya harapan memang bagi pihak Tiang-lim-pay. Dalam keadaan
demikian dari bawah panggung tiba melompat seseorang ke atas panggung. Dialah Ho-siu Ciat-liong satu2nya "Ngo liong" yang masih hidup.
Dengan bajunya yang gedombrongan tampak
memisah kedua orang yang sedang bertempur, dan
terdengar juga suaranya berkata: "Kalian hanya pikirkan diri sendiri saja bertempur enak2an diatas panggung!
Masakan kita para penonton dibiarkan dibawah panggung tertiup angin utara. Duduk diam menyaksikan
pertempuran yang tidak ada habisnya ini siapa yang akan merasa kesudian" Aku si tua bangka yang paling jemu!
Maka mulai sekarang, pertempuran harus dibatasi
sampai seratus jurus. Kalau dalam seratus jurus
1386 berikutnya tidak ada yang kalah atau menang, di hitung seri! Tidak perduli kalian mufakat atau tidak aku si tua bangka yang sudah tidak betah duduk terpaksa
memutuskan begitu!" Setelah berkata, tanpa menunggu persetujuan dua
orang yang sedang bertempur, kembali ia melayang
ketempat duduknya. Hakekatnya, sekalipun bertanding sampai 2 atau 3 ratus jurus lagi, Cin-nia Cie-hong pasti kalah tanpa ada yang meragukan lagi. Sedang syarat sampai 100 jurus harus didapat ketentuan yang
diusulkan oleh Ho-siu Ciat-liong sebenarnya ada maksud apa, tidak seorangpun mengetahui.
Hanya Lim Tiang Hong yang cerdas, setelah
mengernyitkan kening, segera mengetahui bahwa
maksud orang tua itu se-mata2 ingin mempertahankan nama baik pihak Tiang-lim, sengaja memaksa si ketua menarik diri secara terhormat. Maka tanpa menantikan Cin-nia Cie-hong buka mulut mengutarakan
pendapatnya, lebih dulu ia berkata: "Perintah Ho-siu Locianpwe sangat tepat, mana boanpwee berani
menolak?" 1387 Kemudian secara mendadakan ia lompat maju,
dengan pedangnya dalam waktu sekejapan telah
melancarkan serangan2 sampai 18 jurus.
Sementara itu Cin-nia Cie-hong yang pun sadar
dengan kedudukannya yang kian memburuk, sudah
menganggap tidak dapat melayani lawannya sampai 100
jurus ketika melihat Lim Tiang Hong mendadak
menyerang lagi, hatinya malah jadi tegang. Tetapi ketika ia menyambut serangan anak muda itu, ia lantas merasa tekanan yang tidak ada artinya, gerak dan kekuatannya tidak sehebat tadi.
Meski kelihatan oleh penonton begitu gencar
serangan2 dilakukan oleh Lim Tiang Hong, namun
sebenarnya hanya Cin-nia Cie-hong lah yang merasakan tidak ada artinya setiap serangan itu baginya. Maka ia segera mengetahui bahwa anak muda itu tentu berbuat demikian untuk menjaga nama baiknya, maka diam
dalam hati merasa amat bersyukur.
Dengan demikian, dalam waktu sekejapan
pertempuran kembali tampak berjalan seru, hingga
diatas panggung kadang2 terdengar suara benturan
pedang dan suara berkibarannya pakaian dua pihak.
1388 Tidak antara lama perempuan telah lewat seratus
jurus, Hong siu Ciat-liong saat itu kembali melompat ke atas panggung sambil berseru: "Hai! Hai! Sudah lewat!
Lebih dari 100 jurus!"
Lim Tiang Hong segera tarik kembali serangannya,
ia menghadapi Cin-nia Cie-hong menyoja sambil tertawa ia berkata: "terima kasih, Ciang bunjin telah memberi Siauwtee muka terang!"
Ke-merah2an paras Cin-nia Cie-hong. Dengan suara
perlahan berkata "Budi kebaikan Siauwhiap hari ini takkan kami lupakan untuk selamanya!"
Pada saat itu Ho-siu Ciat-liong atas nama angkatan tua rimba persilatan telah memberi penerangan kepada semua penonton yang masih belum tahu persoalan
sebenarnya. "Pada pertempuran hari ini, dua dua pihak sama
kuat sama alot. Dinyatakan seri karena sudah lebih dari 100 jurus bertempur belum ada yang menang atau
kalah. Lohu dengan beranikan sebagai orang tua
bangkotan mohon dimaafkan kalau ada yang mengira
terlalu lancang telah memberi keputusan serupa tadi.
Adakah diantara penonton yang merasa menyesal!?"
1389 Tentu saja sebagian bssar penonton mengerti apa
arti perkataan itu, akan tetapi Lim Tiang Hong dengan sengaja mengalah, mereka merasa tidak perlu
mengatakan apa2 lagi. Maka begitu mendengar
perkataan Ho-siu Ciat-liong, semua penonton pada
berbangkit dan berlalu meninggalkan panggung
pertandingan. Setelah pertandingan selesai, Lim liang Hong lantas pamitan kepada Cin-nia Cie-hong.
Ciang-bun-jin partay Tiang-lim-pay ini merasa
bersyukur karena Lim Tiang Hong tidak berlaku
keterlaluan terhadap dirinya, maka ia minta padanya bersama Ho-siu Ciat-liong dan lain2nya orang2 tingkatan tua supaya berdiam satu hari lagi, tapi Lim Tiang Hong yang saat itu pikirannya cemas memikirkan nasibnya Yan-jie, terpaksa menolak permintaannya Cin-nia Cie-hong.
Melihat Lim Tiang Hong hendak berangkat hari itu
juga, Cin-nia Cie-hong tidak menahan lagi. Ia lantas berkata dengan sejujurnya: "Tentang kepandaian ilmu silat, kita boleh perumpamakan sebagai gunung, satu gunung yang dianggap tinggi, tapi masih ada gunung 1390
yang lebih tinggi lagi. Untuk selanjutnya, Cie-hong benar2 tidak berani bicara tentang ilmu silat lagi!"
Ho-siu Ciat-liong yang berada disampingnya lantas berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Kau budak ini
kembali angot penyakitmu lagi! Di dalam rimba
persilatan, orang yang mempunyai kepandaian seperti kau, jumlahnya bisa dihitung dengan jari, perlu apa kau begitu gampang putus harapan" Bu-ceng Kiam-khek
bersama Ngo-liong dan It-hong, seharusnya bersatu padu, perlu apa ada perbedaan siapa yang menduduki kursi kesatu atau kedua" Dewasa ini pengaruh jahat sedang mengancam kebenaran, justru seharusnya kita bersama-sama dan bersatu hati menegakkan kebenaran dalam rimba persilatan, jangan oleh karena rintangan kecil saja lantas putus harapan. Lohu dan lain lainnya angkatan tua, sudah merupakan orang2 tua yang tidak berguna. Maka untuk selanjutnya, hanya tergantung dengan kalian orang orang angkatan muda!"
Cin-nia Cie-hong meski diluarnya membenarkan
pikiran orang tua itu, namun di dalam hatinya masih merasa duka, karena semua usahanya untuk
mengangkat naik nama partaynya telah gagal.
1391 Sebaliknya bagi Lim Tiang Hong. ia sudah tidak
mempunyai pikiran lagi untuk perhatikan itu semua.
Setelah mendengar keterangan Ho-siu Ciat-liong, ia lantas menyoja memberi hormat kepada semua orang, kemudian meninggalkan tempat tersebut dengan
tergesa-gesa. Ho-siu Ciat-liong yang menyaksikan kegesitannya
anak muda itu cuma bisa menghela napas panjang
sambil geleng2kan kepalanya, agaknya merasa sedih karena usianya yang tua.....
Cin-nia Cie-hong juga tundukkan kepalanya, entah
apa yang dipikirkan dalam hatinya.
0-0dw-kz0-0 Jilid ke 15 Bab 35 PERTANDINGAN ilmu silat antara muridnya Bu-ceng
Kiam-khek yang paling balakang ini namanya
menggemparkan dunia kang-ouw dan rimba parsilatan dengan muridnya Tiang-lim It-hong, telah berakhir.
1392 Cin-nia Cie-hong yang ingin mendapat nama baik
tapi sebaliknya malah mengalami kekalahan, bukan saja sudah buyar semua pengharapannya, malah membuat
namanya To-liong Kongcu semakin terkenal.
Tapi Cin-nia Cie-hong adalah seorang kukuh dan
mempunyai kemauan keras. Meski mangalami kegagalan, tapi ia belum putus asa.
Setelah semua ketua berbagai partai dan semua
tetamunya pada pulang, ia lantas serahkan kedudukan Ciang-bunjin kepada Cu Giok Im, si Burung Hong Putih dan ia sendiri dengan seorang diri berkelana di dunia kang-ouw untuk mencari orang berilmu tinggi supaya bisa mengangkat nama baiknya lagi.
Mari sekarang kita balik kepada Lim Tiang Hong.
Pemuda itu setelah meninggalkan Tiang-lim-san, ia meng-hitung2 harinya, ternyata cuma tinggal tujuh hari lagi. Tidak perduli urusan itu benar atau bohong, dalam waktu tujuh hari itu ia sudah harus berada diatas gunung Hoan-ceng-san. Ia lebih suka jalan cuma2 tapi tidak menghendaki sampai benar2 Yan-jie mendapat bahaya.
Maka ia kini sudah kerahkan ilmu mengentengi
tubuhnya, lari terus siang malam.
1393 Dengan ilmu tenaga dalamnya yang sudah
sempurna sekali ditambah memiliki ilmu lari pesat It-thia Cian-lie yang luar biasa itu, tepat pada hari keenam tengah malam ia sudah tiba di bawah kaki gunung Hoan-ceng-san.
Meski ia sudah berada di daerah pegunungan itu,
tapi kekuatannya hampir habis. Sebab manusia tetap manusia, badan manusia terdiri dari darah dan daging.
Mana bisa tanpa mengaso terus menerus mengeluarkan tenaga"
Tapi bagi Lim Tiang Hong lain lagi. Ketika ia melihat gunung Hoan ceng-san yang membujur sepanjang
ratusan lie, diam2 merasa berkuatir akan tidak keburu menolong Yan-jie nya. Oleh karena itu ia tidak berani ambil tempo istirahat terlampau lama, sebab setelah malam itu, berarti mulai tibalah hari kesepuluh, hari yang dijanjikan.
Partai apa dan siapa sebenarnya yang menduduki
gunung Hoan-ceng-san itu" Dimanakah Yan-jie mereka sembunyikan"
Atas temua pertanyaan itu, sedikitpun Lim Tiang
Hong tidak bila memberi jawaban. Sedangkan daerah 1394
pegunungan tersebut demikian luasnya, mana bisa dalam tempo satu harian ia dapat mencarinya".
Tetapi karena urusan sudah terjadi, ia terpaksa
serahkan nasibnya kepada Yang Kuasa saja. Maka
seketika itu juga tanpa bimbang dan ragu lagi ia mulai mendaki gunung.
Dengan mengikuti jalan gunung yang ber-liku2
terkadang meski membuat jalanan sendiri, Lim Tiang Hong terus naik ke puncak.
Mendadak matanya dapat melihat, di atas sebuah
pohon besar ada besetan atau goresan pedang. Pada besetan yang cukup lebar itu terdapat tulisan2 dari arang, berbunyi. "Kau juga ternyata datang!"
Dan di bawah tulisan terdapat lukisan dua tulang
menyilang dengan kepala tengkorak yang menyeramkan di tengah2.
Tergerak hati Lim Tiang liong Melihat tulisan
tersebut. Diam2 memikir siapa kira2 yang menulis
catatan2 di atas pohon itu dan mengapa orang itu tahu kalau dia sudah datang ke situ, ke sarangnya"
Terdorong oleh rasa ingin tahu, tanpa memikirkan
akibat mau bahayanya lagi, mempercepat gerak kakinya 1395
hingga dalam waktu sekejapan saja sudah naik lagi seratus tombak lebih.
Kini tibalah ia di sebuah jalanan yang pada kedua sisinya terdapat lamping2 gunung yang curam.
Jalan disini suram gelap, licin lagi. Angin gunung meniup amat santer, hawa dinginnya menyusup tulang.
Diwaktu tengah malam seperti itu, di atas gunung
belukar nampaknya hanya kabut pekat seluruhnya. Meski Lim Tiang Hong telah memilikl ilmu tinggi luar biasa, dalam hatinya saat itu timbul juga sedikit rasa jeri.
Disamping itu, yang lebih diperhatikan adalah nasibnya Yan-jie.
Selagi dia hendak melangkah lagi, dari belakang
lamping sebuah gunung mendadak muncul satu orang
tua kurus berpakaian hitam ringkas. Matanya mendelong, wajahnya yang tirus mengingatkan kita kepada
tengkorak hidup. Dengan gerak kakinya yang bagaikan pohon tertiup
angin, melintang di-tengah2 jalan yang diapit oleh kedua lamping gunung.
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong menegur: "Siapa"!
Mau apa kau malam2 begini berada di gunung ini"!"
1396 Orang tua itu perdengarkan suara ketawanya
seperti burung hantu yang menyeramkan, kemudian
berkata: "Kau tentunya ada To-liong Kongcu yang
belakangan ini lebih menonjol namanya dari yang lain2"
Malam buta seperti ini kau berani memasuki lembah Bu-kui-kok daerahku ini apa maksudmu"! Hayo jawab! Tidak tahukah kau bahwa lembah Bu-kui-kok ini cuma ada
jalan masuk tidak ada tempat buat keluarnya!"
Mendengar ucapan orang tua itu, Lim Tiang Hong
tidak keder, malah makin besar nyalinya. Sebab, dari perkataan orang tua itu, kiranya lembah yang dikatakan Bu-kui-kok olehnya tadi adalah tempat kediamannya.
Setelah mendapatkan orangnya, tidak susah tentu buat menanyakan halnya Yan-jie. Maka seketika itu ia lantas menyahut sambil ketawa ber-gelak2: "Tidak salah!
Akulah Lim Tiang Hong! Kedatanganku kemari adalah untuk cari adik angkatku, Tan Siauw Yan!"
"Aku tidak peduli siapa Tan Siauw Yan yang kau
cari! Baru aku tahu pada beberapa hari ini ada satu anak perempuan diculik, tapi aku tidak tahu siapa penculiknya.
Apa kau ingin ajak dia pulang" mudah sekali! Hanya...."
1397 Lim Tiang Hong mendengar perkataan orang itu,
bahwa benar2 Yan-jie berada disitu, lalu maju dua tindak dan berkata dengan suara keras: "Hanya apa"!"
"Hanya harus kau tukar dengan nyali naga yang
sudah membatu itu!" "Kalau aku tidak setuju?""
"Ha, ha.... Akan kucabut nyawa budak perempuan
itu lebih dulu! Dan kau, jangan harap bisa keluar dari Bu-kui-kok ini!"
Lim Tiang Hong mulai naik darah. Dengan suara
lantang berteriak: "Siapa kau"! Kenapa begitu berani kau gunakan orang untuk memeras orang lain?"
"Mana bisa dibilang memeras" Aku Bu-kui Siancu
sudah begitu baik hati memperlakukan orang yang
datang sembarangan ke tempatku ini, barangkali per-tama2 kali ini juga aku berbuat begitu! Kau masih ingin apa?"
Begitu orang tua dari lembah tadi menjawab,
parasnya tidak memperlihatkan sesuatu perubahanpun.
Ini barang tentu menjadikan Lim Tiang Hong gusar
sekali. 1398 Mendadak badannya bergerak. Secepat kilat
badannya menyambar tangan orang tua itu.
Gerakan Lim Tiang Hong itu dilakukan sangat cepat dan diluar dugaan orang tua tadi.
Tetapi orang tua itu dengan gerakannya yang
ringan dan gesit sekali bagai daun pohon tertiup angin badannya terbang setombak ke belakang!
Sambil ketawa cekikikan ia tertawa dan berkata:
"Cuma mengandalkan serupa kepandaian itu saja kau ingin malang melintang didunia kang-ouw" Oh! Masih jauh sekali!"
Pada saat Lim Tiang Hong sudah ambil keputusan
akan menaklukkan dulu orang di depannya, niatnya ingin mengompres menanyakan dimana adanya Yan-jie.
Tentu aaja ketika mengetahui tidak ada hasii dari gerakannya. kembali mengeluarkan serangannya Sin-liong Pat jiauw!
Betul2 gesit orang tua itu. Badannya seperti tidak mempunyai bobot terus mengikuti gerakan Lim Tiang Hong berterbangan kian kemari. Kembali gagal serangan Lim Tiang Hong kali itu.
1399 Orang tua itu dengan paras tidak memperlihatkan
perubahan apa2 berdiri di samping dan berkata bagai acuh tak acuh: "Cuma andalkan tenaga dalam sebegitu saja ingin menjamah dagingku" Belum waktunya, eh!
Baiknyalah lekas kau serahkan benda yang ku minta tadi kalau kau mau melinduagi budak perempuan
kesayanganmu itu!" Lim Tiang Hong yang sudah kalap mana mau
dengar kata2 itu. Badannya kembali melompat, tetapi pada saat itulah ia merasakan tenaga murninya
mengalami gangguan, maka sedikit terkejut. Pikirnya
"Barangkali dia mau bikin meluap kegusaranku. Aku harus hati2 sedikit!"
Oleh karena berpikir demikian, ia berhenti seketika.
Dia menjajal pernapasannya untuk memulihkan tenaga murninya.
Sebab ia sudah 6 hari terus menerus memboroskan
tenaga, maka seteleh dijajalnya pernapasannya tadi, barulah diketahui bahwa tenaganya jauh berkurang, jikalau menemukan musuh tangguh, pasti celakalah dia.
Sementara si orang tua yang melihat Lim Tiang
Hong tidak adakan gerakan lagi, lantas berkata seperti 1400
mengejek "Hei! Kenapa berhenti" Apa baru dua kali melompat saja kau sudah tidak mampu keluarkan
tenagamu lagi, eh"!"
Lim Tiang Hong gusar tapi coba tekan
perasaaannya. Dengan suara tenang berkata: "Jikalau tidak kau lepaskan nona Tan secara baik2, lihatlah nanti!
Akan kuambil jiwamu!"
Dan perkataannya dibarengi dengan serangannya
mendadak. Angin serangannya sekali ini lantas meluncur keluar sedemikian hebat hingga tembok2 gunung berguguran dibuatnya!
Betul tidak sampai mengenakan sasarannya, tetapi
orang tua yang baru melejitkan badannya itu diam2
merasa kaget. Di wajahnya yang sejak tadi tidak terlihat perubahan, kini tampak jelas kebingungan. Kakinya kembali bergeser menjauhi Lim Tiang Hong.
Dari kejauhan orang tua itu tertawa dan berkata:
"Ha, ha, ha.... Bocah cilik! Kau...."
Belum lagi habis ucapannya, Lim Tiang Hong sudah
mengirim satu serangan lanjutannya. Sekali ini bagai 1401
tidak habis serangan2 meluncur dari tangannya, dalam sekejap saja sudah 13 kali ia menyerang.
Hembusan angin yang demikian hebat membuat
baju orang tua itu berkibar2 dengan sedikit keluar suara.
Orang tua itu tetap tidak menyambut dengan tangannya, ber-kali2 mengelit.
Kemudian tiba2 si orang tua dari lembah ketawa
berkekakan, lalu menerobos melalui angin serangan Lim Tiang Hong terus melayang tinggi dan kabur ke lembah yang gelap itu.
Lim Tiang Heng yang sudah bertekad bulat ingin
memasuki gua macan, juga lantas memburu dengan
melompat tinggi 7 sampai 8 tombak, kemudian dengan kepala di bawah dan kaki di atas meluncur turun ke dalam lembah!
Lim Tiang Hong berbuat demikian, sebetulnya
terlalu gegabah.

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Sewaktu badannya sampai ke dasar lembab, tidak
terlihat lagi olehnya bayangan orang tua tadi. Ia juga lalu merasa bahwa dasar lembah itu terlalu gelap dan
menyeramkan. Di-mana2 terdapat batu2 aneh yang
1402 malang melintang, sedang angin gunung yang meniup kebawah menandakan bahwa tempat itu berbahaya.
Setelah menenangkan pikirannya, Lim Tiang Hong
mulai melihat keadaan sekitarnya.
Tenyata tidak terdapat satu jaian keluarpun! Hingga diam2 timbul pikirannya men-duga2 siapa adanya orang tua tadi, yang dianggapnya ganjil tindakannya, takut kalau2 dia bermaksud jahat.
Tiba2 teiinganya dapat menangkap suara bambu
yang ditiup, datangnya dari arah atas. Dalam waktu sekejapan saja suara itu terdengar kuat dari beberapa peniup, lalu empat penjuru terlihat kelap kelipnya sinar hijau yang bergerak lambat.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya penglihatan
amat tajam di dalam lembah yang amat gelap itu masih dapat membeda2kan barang2 apa yang dilihatnya.
Sinar2 hijau yang ber-gerak2 itu diketahuinya
sebagai mata2 ular, besar dan kecil yang ber gerak2
menyelusuri tanah turun tidak tahu berapa jumlahnya.
Melihat keadaan demikian, tentu saja Lim Tiang
Hong kaget. Sebab, untuk menghadapi binatang melilit 1403
yang sedemikian jumlahnya, sesungguhnya tidaklah
mudah. Saat itulah terdengar suara orang berkata
mendahului tertawaannya yang aneh. "Ada jalan yang menuju sorga tidak mau dilewati. Kenapa lari kelembah Bu-kui-kok yang banyak ular2 berbisanya" Hei bocah!
Kau sudah ada ditempat buntu! Kalau masih sayang pada nyawa sendiri, lekas serahkan apa yang kupinta! Untuk jasamu Lohu bisa kasih jalan hidup bagimu. Kau
percaya?" Lim Tiang Hong gusar. Dengan alis berdiri berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Kau terlalu pandang rendah siauwya mu. Cuma beberapa gelintir ular bisa berbuat apa terhadap Siauwya mu. Jangan mimpi!"
Dan ia lalu kerahkan seluruh tenaganya dan lompat melesat tinggi tujuh delapan tombak.
Tapi lembah itu ternyata betul2 dalam. Luasnya
kira2 5-6 puluh tombak. Untuk dapat memcapai tempat teratas, sedikitnya harus melompat lima enam kali.
Orang tua itu ketika menyaksikan Lim Tiang Hong
lompat melesat, kembali tertawa dan suaranya sangat menyeramkan. Dalam waktu sekejapan saja suara tiupan 1404
bambu berbunyi di-mana2. Sedangkan ular pada
menggeleser dari empat penjuru semuanya menuju ke bawah lembah.
Lim Tiang Hong membentak keras, menyerang
dengan kedua tangannya mengusir ular2 yang terdekat sehingga ular2 kecil itu pada beterbangan ke atas dan jatuh ke rerumputan di seberang sana.
Lim Tiang Hong telah menggunakan tenaga dalam
terlalu banyak, akhirnya cuma bisa sampai di atas batu yang agak tinggi letaknya. Pada saat itulah suara tiupan bambu dari atas terdengar gencar sekali. Orang tua itu agaknya tengah berusaha sekuat tenaga untuk
mengandalikan ular2 peliharaannya, akan tetapi saat itu pulalah terjadi sesuatu keajaiban!
Ular2 yang jumlahnya demikian banyak sejak
tersapu sekali oleh hembusan angin tangan tim Tiang Hong, semua pada merandek di tempat setombak lebih di sekitar tempat berdiri Lim Tiang Hong. Kawanan binatang ini hanya mengangkat kepala dengan lidah men-julur2, bagaimanapun oraug tua itu berusaha
meniup bambunya lebih gencar, binatang2 itu tetap tidak bergerak lagi.
1405 Orang tua itu agaknya gusar sakali, karena
binatang2 peliharaannya tidak dengar perintahnya lagi.
Suara bunyi bambu yang ditiup dari gencar dan pendeki lama2 berubah menjadi panjang dan menyeramkan.
Suara aneh itu terdengar menusuk telinga.
Tetapi binatang2 berbisa itu hanya meng-geser2
tubuhnya di sekitar situ2 saja, tidak berani maju pula. Ini membuat Lim Tiang Hong timbul herannya, pada pikirnya ular beracun yang biasanya ganas apa ada perasaan takutnya terhadap kekerasan manusia"
Dia sedikitpun tidak menduga bahwa kawanan ular
itu bukannya takut serangan tangannya, melainkan dari khasiat darahnya yang mengandung sari dari benda
mujijjat, yakni itu nyalinya naga api atau Hwee-liong tho yang pernah dimakannya didalam gua di gurun pasir.
Dan barusan, ketika ia menggerakkan tangannya. hawa dari Hwee-liong-tho lantas menyebar ke tengah udara.
Dan barang mujijat itu yang merupakan satu2nya barang yang dapat menundukkan binatang buas tetap tidak
dapat menggerakkan binatang2 buas itu menghadapinya.
Orang tua itu sedikitpun tidak pernah nmenyangka
bahwa dalam tubuhnya Lim Tiang Hong ada barang
1406 mustika yang dapat menjinakkan kawanan ularnya.
Setelah capai meniup sekian lama dan sang ular tiada menuruti perintahnya, ia menghentikan tiupannya dan berkata lagi sambil ketawa: "Bocah! Biar di badanmu ada barang mustika yang bisa jinakkan kawanan ular
sekalipun, tapi buat kau mau keluar dari lembah Bu-kui kok ini jangan harap sama sekali!"
"Belum tentu eh!" jawab Lim Tiang liang sambil
ketawa besar. Dan sekali lagi ia lompat ke atas sambil
mengeluarkan seruling emasnya. Manakala badannya
turun di bagian atas, dia menggunakan senjatanya
hingga sinar kuning kemilau kelihatan berkelebatan, membuat binatang2 melata ditanah itu pada kabur jauh2
meninggalkan tempat kosong seluas lima enam kaki.
Sementara itu kaki Lim Tiang Hong sudah menjejak
tempat kosong itu dan melesat lagi ke atas.
Hanya dengan cara lelompatan demikian beberapa
kali ia sudah berada ditepian tebing. Disini tanpa berayal lagi ia menggunakan kecerdikannya, merambat ke atas.
Dalam dugaannya, orang tua itu tentu masih menjaga 1407
dipinggir atas tebing, yang mungkin dapat menyerangnya secara tiba2 kalau dia melompat tinggi lagi.
Siapa nyana, sewaktu dengan jalan merambat itu ia sampai juga diatas tebing ternyata tidak dilihat bayangan orang tua itu. Ini mengherankan dia, tidak tahu dia muslihat apa lagi yang akan digunakan oleh orang tua itu.
Ia merasa agak mendongkol, tetapi ia sebenarnya
tidak bisa merasa terlalu letih. Beru saja sebentar duduk mengaso, suara ketawa aneh dan menyeramkan tiba2
menggema di sekitar tebing, lalu di kegelapan itu tiba2
muncul beberapa sosok bayangan orang.
Mereka itu segera dikenali Lim Tiang Hong sebagai Lam-hay Gia-mo dari Lam hay-pay. Bersama dengan dia ada pula itu kepala kawanan rimba hijau dari tujuh propinsi Biauwcu Thian koan Su khong Jiauw bersama anak2 buah masing2.
Kedua orang itu berdiri dihadapan Lim Tiang Hong
dengan mengambil sikap mengepung. Dikedua sisi
mereka berdiri anak2 buah masing2.
Lim Tiang Hong yang sama sekali tidak pandang mata orang2 itu, dengan sikap tawar mengawasi mereka 1408
lalu berkata dengan suara acuh tak acuh: "Hai kalian manusia2 yang tidak tahu diri, apa perlu kalian cari mampus disini"!"
Baru saja tertutup mulutnya, kembali terdengar
suara riuh pekik jeritan orang, disusul dengan munculnya Pek-bin It-koay dan Ang-hoat Lo-lo dan selang tak lama kemudian kelihatan Lionghouw Koan-cu dengan
membawa rombongan imam2 pembawa bendera ber-
lerot2 datang kesitu. Lim Tiang Hong mendadak dongakkan kepala
sambil tertawa ber-gelak2 berkata: "Bagus! Bagus! Kalian manusia2 yang mau mampus malam ini datang semua.
Aku juga akan adakan pembunuhan besar2an!"
Tetapi yang mengherankan, beberapa kali ia
berkata, dari rombongan orang2 itu tidak ada
seorangpun yang kelihatannya ingin menyahuti, hingga dalam hatinya diam2 timbul perasaan heran. Mungkinkah orang" itu sudah menjadi setan bawaan orang tua tadi"
Selagi Lim Tiang Hong masih merasa heran, dari
jauh tiba2 terdengar suara yang menyeramkan. Suara itu pertama kali terdengar, nyata masih sejauh beberapa lie dari situ. Tapi kemudian dalam sekejap mata sudah 1409
terdengar bagai dilamping gunung itu. Jika didengar dengan seksama, suara itu mengandung keanehan pula.
Diduga, orang yang mengeluarkan suara aneh itu sudah amat tinggi sekali latihan ilmunya. Pun membangkitkan perasaan dalam hati Lim Tiang Hong, suara itu rasa2nya pernah dikenalnya, tetapi di-ingat2 tetap tidak tahu siapa.
Selagi suara masih berkumandang keras ditengah
udara, dua bayangan orang yang tinggi dan kate sudah melayang turun kesitu
Yang tinggi itu, ternyata adalah Kauwcu Thian-cu-
kauw Pek-tok Hui-mo, dan yang lain adalah si Dukun Biauw-ciang Kui-pan-po.
Lim Tiang Hong sungguhpun berkepandaian tinggi
dan besar nyalinya, tapi dalam sekejapan ber-turut2
menghadapi begitu banyak kawanan iblis nomor wahid, diam2 juga jadi terkejut.
Pek-tok Hui-mo yang sampai duluan diatas, berdiri dengan sikap sombong. Matanya mengawasi teman2nya sejenak, kemudian dengan suara tawar menghadap Lim Tiang Hong seraya katanya. "Sekarang kuberikan
ketempatan terakhir buat kau: Jika pada saat ini kau bisa 1410
rubah niatmu dan mengaku salah dan berlutut didepan bapakmu ini, kau tetap akan dianggap sebagai Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw! Malah kekuasaan dan hak yang akan kau dapat nanti, akan jauh lebih besar daripada apa yang kuberikan pada engkornu. Tapi kalau tetap bandel, aku sebagai orang tua tidak punya daya lain buat
melindungi ancaman orang2 ini sekalian!"
Lim Tiang Hong tahu malam itu pertumpahan darah
besar2an takkan mungkin dapat dihindarkan. Maka
diam2 ia mengatur pernapasannya, mengerahkan
seluruh kekuatan murninya menindas perasaannya
supaya tidak tergoncang hebat. Setelah itu ia baru berkata dengan suara lantang: "Tidak perlu kau
keluarkan perkataan yang seperti membujuk anak kecil!
Terus terang kukatakan: Aku sudah dapatkan keterangan serba lengkap mengenai kau, juga mengenal siapa
adanya kau. Kaulah si Manusia Buas Nomor Satu
dikolong jagat yang suhuku Bu-ceng Kiam-khek haruskan membunuhnya. Dan mengena! sebab dulu aku bisa
lepaskan begitu saja, karena aku masih perlu menghargai dan mentaati pesan seorang locianpwee. Tapi kau
tunggulah saja, pasti ada gilirannya buat kau mati!"
1411 Ketika ia coba mengucapkan perkataan2nya yang
penghabisan ini, sikap dan suaranya bengis sekali.
Pek-tok Hui-mo yang mendengar demikian, hampir
seluruh rambutnya berdiri. Dan perasaan jeri tiba2
menggoncangkan semangatnya. Kini ia merasa berkuatir.
Sebabnya, sebenarnya amat sederhana sekali. Orang tua Penyipta telah memesan Lim Tiang Hong mengambil
jiwanya. Meski malam itu ia dapat mendahulu tindakan anak muda itu sebelum maksudnya tercapai, tapi,
bagaimana si orang tua gurunya mau menyudahi perkara begitu saja"
Tapi betul2 Pek-tok Hui-mo bersifat licik dan
pengecut! Sekalipun dalam hatinya ia merasa takut yang tak alang kepalang tapi diluarnya tetap tidak
memperlihatkan perubahan dan tiba2 membentak
bengis: "Anak haram! Sungguh besar nyalimu eh"! Kau tidak pandang orang tuamu" Lihat sajalah! Apa kiramu aku tidak mampu beri ajaran kepadamu!"
Berbareng dengan diucapkannya kata2 itu,
tangannya yang besar mengulap perlahan.
Kawanan iblis yang semenjak tadi hanya sebagai
pendengar dan penonton, setelah melihat ulapan tangan 1412
Pek-tok Hui-mo, semua lalu berpencaran mengambil
tempat sendiri2 dan maju ke depan lambat2.
Lim Tiang Hong menyaksikan semua kejadian di
sekelilingnya sambil berpeluk tangan. Kedua matanya bersorot beringas, menyapu orang2 didepannya.
Perasaan gusar yang me-luap2 bagai tak dapat
dikendalikannya lagi. Setelah keluarkan dehemam ia lalu ketawa dingin dan menggeram.
Tiba2 matanya dapat melihat, si setan tengkorak
Bu-kui Siancu muncul disitu dengan itu pemuda yang menamakan diri Pang It Kie. Maka seketika itu juga meledaklah keinginan membunuhnya.
Dengan cepat ia melompat maju, terus menerjang
kearah pemuda itu sambil membentak keras, "Eh!
Dimana kau sembunyikan adik Yan-ku!"
Gerakan Lim Tiang Hong begitu mendadakan,
cepatnya luar biasa. Pang It Kie dalam kagetnya buru2 ingin
menjauhkan diri, tetapi tiba2 melihat berkelebatnya satu bayangan hitam.
1413 Kemudian terdrngar suara benturan hebat, diatas
tebing lalu timbul suara angin menderu serta suara batu kecil yang berterbangan dan jatuh ke dalam lembah Seseorang tua berbaju hitam nampak mundur
sempoyongan sampai tiga tindak, sedang Lim Tiang
Hong nampak berputaran di tengah udara dan melayang turun sejauh lima kaki.
Kiranya ketika Lim Tiang Hong tadi menerjang
pemuda Pang It-kie secara mendadak, orang tua baju hitam itu sudah menyambuti serangan Lim Tiang Hong dari samping.
Orang tua itu kekuatan tenaga dalamnya sudah
mencapai ke tingkat yang sempurna. Sadang Lim Tiang Hong yang sudah menghamburkan kekuatan tenaga
dalamnya begitu banyak, maka setelah mengadu
kekuatan kedua2nya sama kuatnya
Selagi Lim Tiang Hong melayang turun, lalu
terdengar suara riuh, Lam-hay Gia-mo, Pek-bin It-koay, Biauw-chiu Thian-koan dan lain2nya sudah pada
menyerbu menyerang Lim Tiang Hong.
Dengan cepat Lim Tiang Hong geser kakinya
mengelakkan serbuan kawanan iblis itu. Kemudian ia 1414
berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Tidak nyana kalian manusia yang pernah lolos dari tanganku ini kini semua telah bernaung dibawah bendernya Thian-cu-kauw. Aku benar2 merasa malu mengingat kedudukan kalian
sekarang!" Pek-bin It-koay ada merupakan seorang yang paling jumawa di dalam golongan hitam. Tidak nyana baru saja gabungan diri dengan Thian-cu-kauw sudah mendapat perintah untuk turut mengepung Lim Tiang Hong. Di dalam hatinya sudah lama dia merasa tidak puas dengan kedudukannya sebagai bawahan. Maka ketika mendapat sindiran Lim Tiang Hong, hatinya semakin sakit seperti ter-iris2 sembilu. Tapi ia masih coba menutupi
kemaluannya dengan bicara keras. "Anak kecil, tidak perlu kau menggonggong! Jika kau punya kepandaian keluarkan cepat!"
Lim Tiang Hong yang berada dibawah ancaman 3-4
puluh orang kuat, tidak mau banyak bicara dengarnya. Ia lalu gerakkan kedua tangannya untuk menyambuti
serangan yang dilancarkan dari berbagai jurusan. Sedang dalam hatinya memikir: bahwa bertempur secara
demikian tidak boleh dibiarkan lama2. Sekalipun dapat 1415
memukul hancur orang2 itu, tapi Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po serta Bu-kui Siancu pasti akan maju untuk bantu menyerang.
Dan pada waktu itu aku yang sudah kehabisan
tenaga mana ada kekuatan buat menghadapi mereka
lagi" Oleh sebab itu maka timbul pikiran buat angkat kaki sementara dulu.
Tiba2 terdengar satu siulan panjang. Dengan satu
kali pukul, dia telah merubuhkan salah seorang anak buah golongan Lam-hay sehingga menimbulkan
kekalutan sebentar. Dan Lim Tiang Hong yang dapat menggunakan kesempatan itu, lantas lompat melesat dan melayang turun ke bawah tebing.
Tidak nyana, baru saja terlepas dari kepungan
rombongan orang banyak itu, kembali ia harus
menghadapi sekelompok manusia liar itu. Itulah
orang2nya Thian-cu-kauw, diantaranya terdapai Liauwtong Kiam-cie, Hwee-san Koay-khek, Khong Bun Thian dan lain2nya, yang segera membentuk kepungan baru di sekitar Lim Tiang Hong.
1416 Thian-cu-kamv Kauwcu Pak-tok Hui-mo pernah
menderita kekalahan di Toan-hua-gay. Kekalahan yang pahit itu menimbulkan rasa benci sekali terhadap Lim Tiang Hong. Telah timbul niatnya akan membunuh
pemuda itu. Dan kebetulan, kali ini Pang It-kie pada suatu kesempatan yang tak terduga2 telah dapat
menarik perhatian Yan-jie dan dapat membawa Yan-jie ke situ.
Dengan adanya Yan-jie sebagai umpan, maksudnya
ingin memancing Lim Tiang Hong kegunung Hoan-cengsan yang amat strategis letaknya.
Pek-tok Hui-mo diam2 lalu mengatur anak buahnya
serta orang2 kuat yang baru masuk manjadi anggotanya itu mengepung rapat pemuda itu. Ia menunggu giliran sesudah habis tenaga Lim Tiang Hong baru mau turun tangan mengambil jiwanya.
Lim Tiang Hong yang cuma mengerti bahwa
tujuannya ke situ adalah untuk menolong Yan-jie maka tidak memikir bahwa ia sendiri berada dalam bahaya besar. Maka ia dari Tiang-lim, lalu terus supaya dapat tiba ketempat tujuan pada waklunya. Tapi justru
perbuatannya itu memakan banyak tenaganya. Bukan
1417 sedikit tenaga yang dihambur tiada guna. Maka kini setelah mengetahui harus berhadapan dengan begitu banyak musuh2 kuat, barulah ia menyesali diri sendiri mengapa tidak mengambil waktu secukupnya buat
mengaso" Dan sekarang, ia telah terkurung dalam kepungan
orang banyak. Menyesalpun tiada berguna lagi. Ia curna bisa kertak gigi, mengusahakan se-bisa2nya untuk
menyambuti setiap serangan yang datang dari berbagai jurusan. Orang2nya Thian-cu-kauw ini karena bertempur didepan mata Kauwcu sendiri, sudah tentu semuanya ingin ber-dulu2 memperlihatkan kerahkan ilmu tertinggi yang mereka miliki.
Sementara itu rombongan Lam-hay Gia-mo dan
lain2 yang baru masuk jadi anggota, tentu tak mau kalah sebat, selekas itu memburu dan kembali sudah
mengepung Lim Tiang Hong. Ini benar2 menyulitkan
kedudukan anak muda itu. Sebab semenjak dia unjukkan diri didunia kang-ouw, pertama kalinya itulah dia harus menghadapi begitu banyak orang2 buat dalam suatu
pertempuran yang paling kejam. Apalagi dia dalam
keadaan badan yang tidak menguntungkan sama sekali, 1418
per-lahan2 ia merasakan tekanan yang hebat tentu saja baginya merasa, ae-akan2 kekuataanya jadi merosot jauh sekali. Meskipun ilmu Sam-sam Po-hoat nya luar biasa hebat, tetapi dibawah kepungan musuh2 tangguh begitu banyak yang terus mendesaknya secara bergiliran sedikitpun tidak mengijinkannya ia memperbaiki
keadaan. Disamping itu Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po
masih menonton dari jauh agaknya seperti menanti
kesempatan terbaik buat turun tangan. Selama itu dua orang ini hanya tunjuk kesini menuding kesatu dan memberi petunjuk2 kepada anak buahnya bagaimana
cara menciutkan kepungan.
Setelah jam tiga dan jam empat malam berlalu, Lim Tiang Hong tiba2 ingat mengapa selama itu ia bertangan kosong tidak menggunakan senjata" Dengan capat ia mencari lowongan mencabut seajatanya, seruling emas kini telah keluar.
Dengan seruling emasnya ini ia mengamuk.
Sebantar saja suara jeritan pekik orang2 terdengar di-mana2 dan mereka yang bandel kontan rubuh dan mati.
Senjata tersebut demikian hebat dalam tangan Lim Tiang 1419
Hoag, hingga kembali dalam detik2 berikut beberapa orang harus mengikuti kawan2nya yang terdahulu ke alam baka
Dalam waktu sekelebatan saja dikalangan itu sudah menjadi kubangan darah. Jerit mengerikan terdengar saling susul dan kepungan agak kucar kacir. Kini dalam tangan Lim Tiang Hong telah bertambah satu senjata lain, yakni pedang To-liong-kiam nya. Semangatnya terbangun lagi dan serangan2nya semakin gencar. Saat itulah tiba2 terdengar suara Lam-hay Gia-mo yang
nyaring tajam. "Bocah! Jangan bangga dulu!"
Kemudian ia tarik dirinya dan mengeluarkan
senjatanya, yakni Kiam-kek semacam pedang yang
bercagak, lalu lompat masuk lagi dalam kalangan
berdarah. Perbuatannya demikian segera ditelad oleh yang lain2, semua orang sudah menghunus senjata
masing-2 dan kembali mereka mengepung!
Pertempuran itu sekalipun berat sebelah, tapi jauh lebih seru daripada pertempuran yang manapun juga.
Dibawah sinar bintang yang remang2 hanya terlihat berkelebatnya bayangan2 manusia yang lompat sana
lompat sini, dengan diantaranya terlihat berkelebat 1420
senjata2 tajam dibarengi dengan terdengernya ber-kali2
jeritan maut. Hanya perasaan gusar dan nafsu membunuh yang
memenuhi dadalah yang merajai pertandingan di situ, semua orang berkeras ingin membunuh pihak lawan.
Lim Tiang Hong sudah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya melayani sekalian lawaanya. Seberlalunya pertempuran setengah jam kemudian, meskipun sudah banyak dari lawannya yang agak lembekan mati
terbunuh kena pedang atau seruling, tapi biar bagaimana Lim Tiang Hong cuma manusia yang terdiri dari darah serta daging, apalagi ia sudah 7 hari 7 malam tidak pernah mengaso terus menerus melakukan perjalanan.
Maka saat itu berulah ia merasakan kekuatannya jauh berkurang. Jika ia tidak pernah mendapatkan
kesaktiannya dari kegaiban alam, mungkin sudah dari tadi dia menggeletak sebagai bangkai Lim Tiang Hong!
Sementara dari pihak lawannya yang begitu
banyak, semua satu2 atau beramai-ramai maju
menghajar Lim Tiang Hong, seperti tidak ada batas mengaso buat mereka.
1421 Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po yang berdiri diluar kalangan jadi sengit melihat anak buah mereka yang paling kuat dari hasil pemilihan yang benar2, telah 3 jam bertempur tidak membawa hasil apapun. Mereka tambah gusar terhadap sipemuda, namun demikian disamping rasa gusar mereka harus menyayangkan kepandaian
orang demikian hebat, apakah sebentar lagi akan hilang dari muka bumi" Lim Tiang Hong tidak mau kena pancing dengan jalan apa sekalipun!
Dengan mendadak ia mengeluarkan suara
mengaum seperti binatang buas. Matanya yang bersinar biru memandang Bu-kiu Siancu sejenek. Orang tua yang dipandang demikian merasa tergetar hatinya. Kemudian perdengarkan suara ketawa aneh dan lantas lompat
melayang ke dalam medan pertempuran.
Gerakannya itu betul2 cepat dan kilat. Begitu dekat ia lalu tantang semua jari2nya dan mengeluarkan
serangan dari tengah udara!
Lim Tiang Hong waktu itu merasa tekanan berat
sekali. Tapi melihat Bu-kui Sian-cu melayang, jauh2
sudah geser kakinya dan menyambuti orang tua itu
dengan ujung pedangnya, sedang seruling emas di
1422 tangan kirinyapun dikerjakan, ditujukan kepada orang2
banyak yang turunan maju.
Semua itu terjadi dalam waktu singkat. Tiba2 di
tengah kalangan terdengar suara seperti burung hantu yang aneh, kemudian disusul dengan berkelebatnya satu sosok benda hitam, dengan beribu-ribu lembar seperti benang rajut dengan ceput mengurung kepala Lim Tiang Hong. Saat itulah terdengar satu suara mengatakan
"Rebah!" Kemudian terdengar suara "Ser-ser" an. Sinar emas mengurung depan tubuh Lim Tiang Hong!
Lalu terdengar suara ketava dari sambutan Lim
Tiang Hong dengan sambutannya "Kau maui Siauwya mu rebah" Tidak begitu gampang!"
Bayangan hitam yang menerjang tadi ternyata
adalah Kui-pan-po. Ketika melihat serangan pertamanya tidak membawa hasil, badannya berputaran ditengah udara dan kembali menerjang!
Bu-kui Siancu yang lebih dulu datang menyerang
pun menggunakan waktu itu menerjang lagi!
Entah dari mana datangnya kekuatan, tiba2 Lim
Tiang Hong seru keras, Pedang To-liong-kiam digunakan 1423
menyambuti Kui-pan-po sedang suling mas diayun
dengan tangan kiri ke arah Bu-kui Siancu.
Itu baru usaha menyingkirkan dua lawan sekaligus, juga merupakan usaha terakhirnya buat menyudahi
pertandingan itu yang sudah bertempur hampir semalam suntuk mana mempunyai kekuatan lagi buat menambah semangatnya guna menghadapi lawan2 yang segar2 ini"
Maka hanya beberapa jurus terakhir ini saja ia sudah terdesak mundur, sedangkan orang2nya Thian-cu-kauw yang mengepung tadi kembali sudah datang bagai
gelombang air pasang yang takkan habis2nya. Diatas itu ia sudah tidak mempunyai tenaga lebih lagi untuk
melayani musuh2nya. Ia merasakan darah di dada
bergolak hebat, matanya mulai berkunang2 hingga
diam2, ia telah mengeluh "Habislah! Tidak urung aku Lim Tiang Hong harus mati disini"
Dalam hatinya meski mengeluh ber-ulang2, tapi
keinginan untuk tetap hidup, memaksa dia mengeluarkan sisa2 tenaganya menghadapi semua lawan2nya.
Cuaca menjelang pagi. Dari sebelah timur, sudah
kelihatan sinar kuningnya matahari.
1424 Di bawah tebing kelihatan beberapa manusia
berwajah bengis sedang mengurung seorang pemuda
yang sudah berlepotan darah.
Setindak demi setindak pemuda itu terus mundur,
keadaannya sudah parah sekali.
Tiba2..... Satu siulan panjang yang amat nyaring terdengar
dikejauhan. Baru suaranya berhenti, di kalangan
pertempuran mendadak terdengar bentakan yang keras:
"Kawanan penjahat! Sungguh keji kelakuan kalian! Keji dan buas...."
Satu sosok bayangan hitam dengan kecepatan
bagaikan kilat turun ke medan pertempuran.
Lawan2 Lim Tiang Hong sekalian masih merasa
kaget mendengar bunyi siulan dari jauh, mendadak
mendengar lagi suara orang. Itu belum seberapa kalau baru melihat satu orang yang datang. Tapi di belakang satu orang yang datang duluan itu kembali datang dua bayangan merah! Juga mereka ini menerjang musuh2
Lim Tiang Hong. Kawanan penjahat, ketika mendengar bentakan,
juga telah mendapat firasat bahwa orang yang datang itu 1425
tentu berada di pihak Lim Tiang Hong. Maka mereka mendesak semakin gencar, ingin sekali membunuh anak muda itu sebelum para penolongnya datang.
Saat itu keadaan Lim Tiang Hong sungguh
mengenaskan sekali. Bu-kui Siancu yang tidak melepas kesempatan baik itu mendadak angkat tangannya dan membentak "Kau rebahlah!"
Dari kedua tangannya itu lalu meloncur keluar
hembusan angin kuat. Lim Tiang Hong ketawa panjang dan berkata sambil
mengelit "Tidak begitu gampang!"
Suling emasnya pun lantas diputar gencar,
membuang ke samping senjata lawan.
Suara benturan nyaring tak dapat dielakkan. Lim
Tiang Hong sempoyongan mundur ke belakang.
Mulutnya menyemburkan darah segar.
Kui-pan-po kala itu ketawa cekikikan dan berseru
"Bocah, kau menyerah sajalah"
Ia juga melompat melesat dan menerjang anak
muda itu. Dalam keadaan demikian gentingnya datang
bintang penolong bagi Lim Tiang Hong.
1426 Mendadak terdengar suara desir angin keras,
seorang tinggi besar melayang turun ketengah kalangan dengan bentakannya yang kuat. "Enyah kalian!?"
Suara gemuruh terdengar nyaring.
Setelah itu tubuh Kun-pan-po nampak melayang
tujuh-delapan kaki jauhnya dan terdengar pula kaokan-2nya yang aneh.
Orang yang baru datang itu adalah seorang
pengemis berkaki satu dengan wajahnya yang penuh
berewok. Pengemis mana agaknya sudah terlalu gusar, hingga matanya yang melotot lebar nampak


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

menakutkan. Begitu tiba ditanah lantas menyapu dengan tongkatnya. Serangannya ini menggunakan tenaga
penuh. Ditambah pula dia sedang gusar keluarkan
serangannya, betapa hebatnya tak dapatlah
dibayangkan. Diantara suara jeritan ngeri, dua Tancu Thian-cu-
kauw korban pertama sudah hancur berantakan
badannya! Ini membuat orang2 di dekatnya kena
cipratan darahnya. Setelah pengemis kaki satu melancarkan
serangannya yang hebat, dua bayangan yang barusan 1427
meluncur turun juga sudah berada di dalam kalangan.
Satu membantu Lim Tiang Hong dan yang lainnya
menerjang orang banyak musuh Lim Tiang Hong.
Sebentar saja keadaan segera berganti kulit.
Kawanan manusia buas belum lagi mengetahui jelas
siapa2 yang datang, beberapa diantaranya sudah roboh dengan badan hancur oleh dua bayangan merah yang
belakangan. Hingga saat itu keadaan disitu kalut, suara jeritan ngeri dan teriakan2 peringatan terdengar ramai.
Lim Tiang Hong yang sedang menahan rasa
sakitnya untuk bertempur sampai pada titik darah yang penghabisan, tiba2 merasa satu lengan halus menyentuh tubuhnya. Dan terdengar suara lemah lembut disamping telinganya: "Kongcu, mengasolah dahulu. Orang2 kita sudah datang semua".
Lim Tiang Hong membuka matanya. Seseorang
berdiri di hadapannya. Ia menghela napas sambil
gelengkan kepala. Saat itu juga di belakang dirinya kembali terdengar suara lemah lembut: "Engko Hong!
apa kau tidak ada halangan suatu apa?" Itulah suaranya Yan-jie.
1428 Begitu dengar, Lim Tiang Hong segera dapat
mengenal kali ini kedatangannya ke lembah yang sangat berbahaya dan hampir antarkan jiwanya, semata-mata jalan karena gara2 si nona cilik itu.
Ketika ia melihat si nona cilik itu tidak berhalangan suatu apa, hatinya lantas mulai lega tapi matanya mendadak dirasakan gelap. Badannya sempoyongan
hampir saja ia jatuh ke tanah. Untung, Siauw-Yong masih memegang tangannya, hingga buru2 menariknya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa kekuatan tenaganya
telah diobral terlalu banyak, maka ia buru2 atur
pernapasannya serta tidak berani banyak bicara lagi.
Siauw-Yong mengambil sebutir obat Soat-som-wan
serta dimasukkan dalam mulutnya seraya berkata: "Kau boleh mengaso dengan tenang, kita berdua akan
melindungi kau. Sementara itu kawanan penjahat sudah ada orang lain yang membereskan"
Pada saat itu di dalam medan pertempuran entah
sejak kapan telah muncul seorang jangkung dengan
dandanannya seperti seorang pelajar, bersama dua
orang tua berpakaian hijau.
1429 Dua orang tua itu begitu tiba di medan
pertempuran, lantas maju menerjang, sedang si orang jangkung itu nampak berjalan lambat menghampiri Pek-tok Hui-mo.
Pek-tok Hui-mo mendadak merasakan seperti
dipagut ular, ia lalu berseru: "Ho-lok Siu-su! apakah kau belum mampus?"
Seruannya itu dengan tegas mengandung perasaan
kaget, heran dan jeri, hampir saja suaranya itu berubah seperti tidak wajah. Lim Tiang Hong yang sedang
mengatur pernafasannya, ketika mendengar suara Pek-tok Hui-mo, lantas pentang lebar matanya dan
menengok kearahnya. Matanya segera dapat lihat bahwa itu orang seperti pelajar pertengahan umur dan berbadan jangkung, yang dahulu pernah memberikan tanda mata Kie-lin-pay
dikelenteng Nie kow sat, sedang berdiri berhadap-
hadapan dengan Pek-tok Hui-mo.
Sekalipun Pek-tok Hui-mo berkaok-kaok seperti
orang kalap, tapi orang tinggi jangkung itu masih tetap dengan sikapnya yang tenang, kemudian terdengar
suaranya yang dingin: "Tidak salah. Aku si orang she Lim 1430
masih belum mati. Rekening antara kau dengan aku
diwaktu dahulu, sekarang sudah tiba waktunya untuk dibikin perhitungan".
Biar bagaimana, Pek-tok Hui-mo adalah seorang
penjahat besar dan berhati buas serta ganas, maka ketakutannya barusan harta sekejapan saja lantas
lenyap. Mendadak ia unjukkan ketawa dingin, kemudian
berkata: "Membikin kucar-kacir rumah tangga orang, mengambil isteri orang. Perbuatanmu itu, aku si orang she Im pasti hendak menuntut balas dendam, maka tidak perlu kau mencari aku!"
Laki2 jangkung yang dipanggil Ho-lok Siu-su itu
agaknya dibikin terperanjat oleh perkataannya Pek-tok Hui-mo itu. Wajahnya mendadak mengunjukkan
perubahan aneh, dengan membungkam ia terus
mengawasi manusia buas itu.
Pek-tok Hui-mo ada seorang cerdik. Melihat
keadaan demikian, lantas mengetahui bahwa Ho-lok Siu-su agaknya merasa menyesal mengenai hal2 yang sudah lalu.
1431 Kembali ia berkata sambil ketawa bergelak-gelak:
"Pada saat ini kau barangkali juga merasa menyesal atas perbuatanmu itu. Aku seorang she Im juga tidak mau pada saat ini membikin perhitungan dengan kau. Nanti 3
tahun kemudian, kita mencari suatu tempat untuk
mengadakan pertandingan serta membikin beres
persoalan ini" Dengan tidak menantikan jawaban musuhnya lagi,
ia lantas melompat melesat dan menghilang dari depan musuhnya.
Ho-lok Siu-su tidak mengejar, sedang di medan
pertempuran itu telah terjadi perubahan besar.
Banyak bangkai manusia bergelimpangan tapi
semua itu agaknya tidak menarik sedikitpun juga
perhatiannya Ho-lok Siu-su. Ia hanya melirik Lim Tiang Hong sejenak, kemudian melayang pergi.
Lim Tiang Hong yang minyaksikan keadaan
demikian, dalam hatinya timbul suatu perasaan,
mendadak ia berseru dengan suara nyaring: "Ayah!"
Tapi Lim Tiang Hong yang sudah terlalu letih serta terluka dalamnya, ketika memanggil ayahnya dengan menggunakan tenaga dalam, ternyata menambah bekas 1432
lukanya. Dadanya dirasakan sakit sekali, kemudian dari mulutnya menyemburkan darah segar serta hampir saja jatuh pingsan.
Yan-jie buru2 menyanggah dirinya dan Siauw Yong
buru2 menjejalkan sebutir obat pil Soat-som-wan nya kedalam mulutnya.
"Kongcu, kau kenapa" Lekas mengaso dengan baik!
Urusan lainnya tak usah perduiikan! Sebentar lagi kau tentu akan pulih kewarasanmu" demikian katanya si gadis cilik itu.
Akan tetapi, semua kejadian tadi yang telah
didengar dan disaksikan oleh Lim Tiang Hong, tentu tak bisa menenteramkan hatinya buat merawat luka2nya.
Kembali ia membuka matanya menengok ke arah
medan pertempuran. Ia baru mengetahui bahwa Yu-kok Oey-eng, si pengemis kaki satu, Gin-sin-siu den Ceng-pauw-siu telah datang semuanya dan sedang bertempur sengit dengan sekalian orang2 jahat tadi. Pertempuran berlangsung seru sekali.
Si Pengemis kaki satu dengan berewoknya berdiri
dan mata mendelik menghantam lawan2nya dengan
tangan dan tongkatnya. Ia turunkan tangan dan
1433 senyatanya begitu ganas, siapa yang berada di dekatnya tidak terlolos dari ancamannya. Keadaan seperti itu betul2 seperti raksasa sedang mengamuk.
Gin-sie-siu dan Ceng-pauw-siu malam itu agaknya
sudah tidak bisa kendalikan amarahnya lagi. Dengan alis berdiri dan suara seperti geledek, mengamuklah mereka dalam kalangan di atas tebing.
Sementara itu, Yu-kok Oey-eng dengan
menggunakan gendewa sebagai senjata, bergerak gesit dan lincah sekali mengitari lawan2nya. Dimana saja senjatanya menyambar pasti minta korban. Saat itu jeritanpun terdengar tidak putus2nya sebagai akibat dari amukan mereka.
Yan-jie yang belum pernah menyaksilan
pertempuran yang demikian dahsyat, ber-ulang2
keluarkan seruan kaget sambil menutup mukanya.
Memang juga, sungguh mengerikan untuk dilihat.
Apakah gerangan yang menjadikan pertempuran
demikian" Lim Tiang Hong tiba2 buka mata dan tertawa ber-
gelak2 "Sebagai anak rimba persilatan sudah tentu tidak bisa terhindar dari pertempuran semacam ini! Jikalau kau 1434
tidak membunuh mereka, mereka akan mendahuluimu
membunuhmu!" Siapa nyana suara tertawanya Lim Tiang Hong
sudah manarik perhatian Kiu-ban-po yang sedang
bertempur. Nenek dari daerah Biauw-ciang itu setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, lantas
melayang ke arah Lim Tiang Hong dengan gayanya
seperti burung elang menerkam kelinci.
Kepandaian ilmu silatnya Yan-jie yang didapat dari didikan Heng-lim Cun-loan sendiri, diantara tingkatan muda juga terhitung salah satu orang kuat. Akan tetapi ia belum berpengalaman sedikitpun dalam dunia kang-ouw. Pun belum pernah bertempur dengan sesamanya.
Ia yang pada saat itu hanya memperhatikan keadaan pertempuran yang begitu dahsyat dan menakutkan
hatinya sedikitpun tidak ber-jaga2 hingga juga tidak mengetahui adanya orang yang datang ingin
membokong Lim Tiang Hong.
Dan ketika melihat kedatangan Kiu-ban-po ia lantas menjerit kaget serta buru2 menghunus pedangnya. Tapi sepasang tangan Kiu-ban-po dengan cepat sudah berada 1435
didepan mukanya Lim Tiang Hong dengan jarak tinggal satu kaki lagi saja!
Tiba2 berkelebat satu bayangan merah! Disusul
dengan terdengarnya suara tamparan yang amat
nyaring, menyusul lagi makian yang yang halus dan nyaring. "Phui! Nenek tua tidak tahu diri. Lekas pergi kau dari sini....!"
Belum habis suara itu, mendadak terdengar suara
bentakan keras. "Kau sesungguhnya juga terlalu
pandang rendah aku si orang she Lim!"
Suara itu dibarengi dengan menyambarnya satu
tangan, tangan Lim Tiang Hong menyambar muka Kiu-
ban-po. Nenek itu tadinya menyangka kalau Lim Tiang Hong
yang diam2 begitu, tentu sedang terluka parah. Maka tanpa memperdulikan kedudukannya sendiri yang sudah tinggi ia ingin membokong! Pada anggapannya,
perbuatannya demikian pasti membawa hasil.
Siapa nyana, selagi kedua tangannya berada dekat
sekali di depan muka Lim Tiang Hong, pipinya sendiri malah yang mengalami tabokan keras sampai dua kali.
Itu adalah perbuatan si gadis cilik, Siauw-yong!
1436 Yong sikecil atau disebut Yong-jie, meski kecil
tubuhnya, tapi tamparannya berat. Tubuhnya yang
langsing, menyebabkan dia bisa bergerak gesit. Setelah kedua tengannya menggampar muka Kiu-ban-po, dengan gerak yang gesit sekali menekuk tubuhnya dengan kaki menendang dada si nenek itu, dan setelah mana ia
melesat jauh2. Gerakan Kiu-ban-po tadi, sebetulnya cepat luar
biasa. Tapi setelah digampar dua kali dan mendapat tendangan pula, gerakannya agak lambat. Dan justru pada saat inilah Lim Tiang Hong sudah mengerahkan kekuatan yang ada dan menyerang sekalian!
Sebentar kemudian hanya terdengar suara jeritan
ngeri. Nenek itu badannya dibikin terpental setombak lebih untuk akhirnya jumpalitan.
Masih untung kekuatannya cukup, tenaga dalamnya
sempurna. Meski telah dihajar pulang pergi sampai tiga kali masih dapat dia mempertahankan untuk tidak
sampai rubuh. Setelah kakinya menginjak tanah, ia mundur sempoyongan sampai beberapa langkah. Namun demikian, mulutnya tak urung tak dapat menahan
semburan darah. 1437 Ia pentang lebar2 matanya, dengan sorot buas
memandang Lim Tiang Hong dan Siauw Yong sejenak,
dan kemudian lari ngacir.
Lim Tiang Hong sendiri, selelah memukul mundur
nenek tua itu, ia sendiri juga mesti mundur sampai tiga tindak. Untung tidak sampai mengeluarkan darah. Kalau demikian tentu si nenek akan balik lagi. Karena dengan cepat pula ia sudah tenangkan diri dan tidak bergerak, membuat Kiu-ban-po ketakutan dan ngiprit.
Pertempuran kembali berlangsung satu jam. Disitu
hanya tertinggal Pek-bin It-koay, Ang-hoat Lo-lo, Lam-hay Gia-mo, Biauw-ciu Thian-koan, Koancu dari Lionghouw-koancu serta Liauw-tong Kim-cie, Hwee-san Koay-khek, Kong Bun Thian dari pihak Thian-cu-kauw dan Bi-kui Siancu yang menghadapi orang2 dari Kie-lin-kok.
Jikalau diambil perbandingan dari jumlah orangnya, terang pihak Thian-cu-kauw lebih banyak. Tetapi ditilik dari sudut kekuatan dan kemahiran bersilat orang2
tersebut adalah kebalikannya.
Tiga orang Hong-hong-tie yang terkuat dengan satu Yu-kok Oey-eng bukan saja merupakan tenaga2 baru
yang masih segar dan dalam kekuatan dan kemahiran 1438
bersilat juga lebih jauh tinggi dari orang2 buas dan kejahatan mereka sudah ber-tumpuk2, namun belum
pernah mereka saksikan orang demikian buas dan ganas seperti si pengemis kaki satu itu, juga boleh dikata orang2 itu jika berhadapan dengan pengemis kaki satu itu, se-olah2 berhadapan dengan macan yang sedang mengamuk hingga siapa saja yang dihadapinya ia terus terjang dan terkam sehingga tidak bernyawa lagi.
Sedangkan senjata tongkat besinya yang tidak
punya mata, telah membuat kawanan orang2 jahat itu harus berlaku hati2 kalau tidak mau kena kemplangan di atas kepala mereka.
Maka di setiap hati orang2 itu lalu timbul niatan akan mengundurkan diri. Pertempuran harus
mengandalkan semangat kuat, terutama dalam
pertempuran kalut yang semacam itu. Maka setelah
kawanan penjahat itu sudah berniat kabur, sudah tentu sudah tidak ada semangat tempur mereka lagi.
Justru pada saat itu si pengemis kaki satu tiba2
menggeram dengan suara keras sekali. Senjatanya telah mematahkan senjata Ang-hoat Lo-lo, tongkat lawan
tongkat. 1439 Tongkat merah Ang-hoat Lolo sudah patah,
tangannya dirasakan sakit dan keluar darah. Cepat ia mengundurkan diri, tapi si pengemis kaki satu secara kilat sudah maju pula sambil berkata dengan suara dingin: "Kau masih mau kabur..."
Tangan kirinya lalu bergerak, dan dari telapak
tangannya itu keluar kekuatannya yang hebat
menggulung menyambar muka Ang-hoat Lo-lo.
Nenek rambut merah itu lantas menjerit dan segera tubuhnya terbang melayang dan masuk ke dalam jurang yang curam.
Kawanan penjahat yang menyaksikan keadaan
demikian mengerikan, pada ketakutan setengah mati.
Biauw-chiu Thian-koan dengan diam2 dan secara
tiba2 melompat ke belakang dan kabur lebih dulu.
Selanjutnya menyusul tindakan si pengecut itu
berlarianlah Pek-bin It-koay, Lam-hay Gia-mo ter-birit2
ke bawah gunung! Si Pengemis kaki satu melintangkan tongkat
besinya, tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Tidak tahunya cuma menghadapi kawanan tikus yang tidak tahan
gebuk! Ha, ha.... Aku si pengemis tua sebenarnya belum 1440
puas tidak merasa apa2 kenapa sudah pada ngacir
semua?" Yu-kok Oey-eng juga sudah menyimpan senjatanya
dan melayang ke dekat Lim Tiang Hong.
Gin sie-siu mengawasi Lim Tiang Hong sejenak,
pada kala itu si anak muda sedang duduk pejamkan
mata menunjukkan bahwa dia tidak menderita terlalu hebat. Maka lalu menggapaikan Yong-jie dan berkata:
"Kok-cu sudah berlalu, kita juga sudah harus pergi...."
Yong-jie monyongkan mulutnya menggeleng-
gelengkan kepala menyatakan bahwa dia belum mau
pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi akhirnya ia mengikuti juga ketiga orang itu
untuk selanjutnya menghilang diantara rentetan gunung itu.
Pertempuran hebat yang yang jarang terlihat itu
sudah berkesudahan dengan kekalahan dipihak Thian-cu-kauw!
Anggota Thian-cu-kauw baik yang baru maupun
yang lama, banyak yang terbinasa, sedikitnya diduga seratus orang. Hingga lembah Bu-kui-kok banjir oleh darah dan mayat orang yang bergelimpangan disana sini.
1441 Pada saat itu diatas tebing gunung hanya tinggal
Yu-kok Oey-eng, Yan-jie dan Lim Tiang Hong yang
sedang duduk mengatur pernapasannya. Dan gadis itu nampak berdiri dengan mulut bungkam, tak ber-kata2.
Ketika matahari sudah doyong ke barat, baru kelihatan Lim Tiang Hong membuka matanya per-lahan2. Itupun berarti bahwa untuk memulihkan tenaganya kembali itu tanpa dirasa sudah menggunakan waktu tiga jam
lamanya. Pengalamannya kali ini terlalu hebat. Kalau orang lain kiranya yang mengalami, sekalipun tidak binasa, juga pasti habis tenaganya. Hilang semua tenaganya. Tetapi dasar Lim Tiang Hong, dia yang memiliki dasar2
kekuatan yang amat sempurna yang luar biasa dari
semua pengalaman2 gaib yang pernah dialaminya, cukup dapat mempertahankan jiwanya. Pendek kata,
kekuatannya tidak gampang2 dibikin habis!
Setelah kekuatannya dirasakan balik kembali,
begitupun merasa badan baikan, Lim Tiang Hong perlahan2 membuka matanya.
1442 Yang pertama dilihatnya Yu-kok Oey-eng, lalu Yan-
jie di sisinya. Ia lalu menarik napas dan berkata. "Adik Yan, kali ini sebenarnya kau mau kemana?"
Yan-jie yang selamanya belum pernah mengalami
penderitaan demikian hebat, kali dilembah Bu-kui-kok telah menjadi tawanan beberapa hari lamanya hingga dalam hatinya merasa sangat jengkel, ketika mendengar pertanyaan Lim Tiang Hong parasnya semu merah dan menyahut dengan suara sedih: "Tadi kalau tidak datang encie ini yang menolongku, aku benar2 tidak tahu apa yang akan terjadi"
Dari perkataan Yan-jie diduga bahwa dia masih
belum mengenal Yu-kok Oey-eng yang tengah di
hadapannya. Maka Lim Tiang Hong buru2 perkenalkan mereka seraya katanya: "Adik Yan, kau barangkali masih belum kenal. Mari kuperkenalkan, encie Oey-eng inilah yang dulu pernah kusebut2 namanya kepadamu"
"Encie Oey-eng....?"
Yan-jie mementang matanya lebar2 bagai ingin
sekali meneliti orang yang disebutnya encie Oey-eng tadi.
1443 Lama sekali ia mengawasi dari atas kebawah dan
balik lagi keatas, baru berkata. "Oh! Kalau begitu inikah dia yang bakal jadi ensoku....?"
Perasaan sedih sebenarnya telah timbul dalam
hatinya, telah merasa bahwa semua pengharapannya
buyar. Gadis cantik molek luar biasa yang dihadapinya dia rasakan sebagai oraang yang pernah melepas budi kepadanya, tetapi juga sebagai saingan dalam merebut cinta Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng sementara itu, terhenyak dia
menolongi Yan-jie lapat2 dapat meraba hati gadis cilik itu yang dari percakapannya dapat diduga, terhadap Lim Tiang Hong dia telah mencintainya sangat.
Kini setelah mengetahui perhubungan dengan Lim
Tiang Hong, nyata benar kedukaan Yan-jie, hingga dalam hatinya timbul rasa kasihan. Maka dengan tindakan perlahan2 ia menghampiri si gadis dan berkata: "Adik Yan, aku juga sering dengan engko Hong menceritakan
halmu" Yan-jie yang masih terlalu muda dalam usia, tentu tidak bisa mencegah gerak-geriknya yang ke-kanak2an.
Ketika mendengar hiburan Yu-kok Oey-eng yang
1444 diucapkan lemah lembut, matanya sudah merah, hampir ia menangis. Tetapi ia masih memaksa menahan tidak sampai keluar air mata, dan tiba2 berkata "Aku mesti buru2 pulang ke Kang-lam. Sin-sian Sioksiok tentunya masih belum tahu kalau aku sudah terlepas dari bahaya.
Entah bagaimana gelisah perasaan hatinya...."
Kesedihan dalam hatinya pada saat itu benar2
sukar dapat dilukiskan. Kalau ia buru2 ingin pulang, sebagian karena takut Sin-sian Cu-kat sekalian sangat gelisah. Tapi tentu sebab yang utama karena tidak suka menyaksikan Lim Tiang Hong dengan Yu-kok Oey-eng
nanti menunjukkan sikap yang hangat di hadapannya.
Lim Tiang Hong tahu benar pikiran Yan-jie, tetapi kecuali merasa kasihan dan bersimpati, tidak ada ucapan yang lebih tepat yang dikira bisa dikeluarkan untuk menghibur nona itu. Baru saja dia berkata: "Yan-jie, sendirian kau pulang apa tidak merasa kesepian?"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Yan-jie sudah lompat melesat dan menghilang dari
depan mata. Maka ia hanya dapat berkata "ia
sebenarnya bernasib malang...."
Yu-kok Oey-eng berlagak tidak dengar perkataan
kekasihnya, sebab sebagai manusia biasa dalam saingan 1445
memilih kekasih tentu tidak bisa dan tidak mau
mengalah. Lim Tiang Hong yang mengetahui Yu-kok Oey-eng
tidak mengatakan apa2, ia juga tidak berkata-kata lagi.
Ia teringat peristiwa dirumah Heng-lim Cun-loan.
Ia pernah menggunakan tanda perintah Kie-lin
memanggi! Orang2nya Hong-hong-tie minta mereka cari keterangan tentang pembunuhan Heng-lim Cun-loan.
Yam-kiong Kiam-khek pernah menjanjikan dalam
waktu sebulan akan mengirim keterangan mengenai itu kepadanya. Dan waktu itu sudah hampir tiba, maka
harus segera pergi menemui mereka, tetapi sayang Yan-jie keburu berlalu. Pikirnya, baik pergi ber-sama2 dengan nona itu untuk mendengar berita pembunuhan ayah
anak itu. Ia sedang memikir dan bagai merenung, mendadak
mendengar suara Yu-kok Oey-eng: "Aku tahu
hubunganmu dengan Yan-jie tadi baik sekali. Tapi harus kau tahu, peruntungan kita sudah ditetapkan sejak masing2 kita dalam-perut ibu. Apalah daya kita untuk mencegah hati yang telah diatur oleh orang2 tua kita?"
1446 Lim Tiang Hong dibikin tercengang, lama sekali ia baru dapat menangkap arti perkataan itu, maka lantas menjawab sambil ketawa getir: "Perkataanmu itu kau ucapkan tentu karena tidak mengenal pikiranku.
Sebaiknya juga disini kututurkan: Ayah Yan-jie tadi, yakni Heng-lim Cun-loan pernah menolongku dan karena mau menolongku dia sampai terbinasa secara begitu
mengenaskan. Karena itu mana bisa kulepaskan
tanggung jawabku buat me-lihat2 anaknya yang sudah piatu itu" Tapi jangan salah paham lagi, aku cuma anggap Yan-jie sebagai adik sendiri, kau percayalah!
Mengenai urusan antara kita, sekalipun orang2 tua kita tidak mengatur lebih dulu, tapi aku.... atas perhatianmu yang begitu besar, sebagai manusia dan bukan patung, mana aku tidak mempunyai perasaan balik terhadapmu"
Sekalipun aku si orang she Lim tidak ada guna, tidak mau membiarkan pribadiku rusak seperti binatang.... kau kenalilah aku"
Perkataan2 Lim Tiang Hong yang diucapkan sangat
bernapsu, membuat selebar wajahnya si nona merah.
Yu-kok Oey-eng tiba2 tertawa geli dan bertata:
"Aku cuma berkata sembarangan, kenapa kau begitu
1447 gelisah takut dicemburui barangkali" Aku tahu, orang yang tahu dan menghargai budi sudah baik sekali.
Sedikitpun tidak ada maksudku perlakukan Yan-jie
seperti adik tiri! Jika tidak begitu, perlu apa aku jauh2
datang kemari dan untuk menolong dia?"
Sehabis berkata demikian, dengan tangannya ia
membereskan rambutnya yang kusut, lalu mengeluarkah selembar saputangan. Dengan sikap yang sangat open mulai memesut tanda2 darah di wajah kekasihnya seraya katanya: "Kau harus cari suatu tempat untuk bersihkan tubuh dan pakaianmu! Sekalian untuk istirahat, perlu tempat yang aman dan baik. Sebetulnya kemanapun kau pergi aku ingin ikut dengan kau, tapi sekarang belum lagi waktunya, terpaksa di sini sajalah kita berpisah dulu"
Lim Tiang Hong mendengar ucapan Yu-kok Oey-
eng bagai dara me-rayu2, membaui lagi harum semerbak tubuhnya itu, ia merasa semangatnya telah terbang jauh!
Manakah tidak begitu" Ia yang semenjak kecil hidup sebagai anak piatu, sedikit sekali merasai kecintaan wanita. Baik ibunya, maupun teman2 wanitanya. Dan kali ini ia menghadapi seorang gadis cantik molek laksana 1448
bidadari, yang pun merupakan calon isterinya tentu girang sekali hatinya.
Maka dengan tiba2 ia memeluk erat2 tubuh Yu-kok
Oey-eng sang kekasih, wajahnya yang masih bernoda darah terus ditempelkan ke paras tunangannya!
Yu-kok Oey-eng meronta sedikit, tapi Lim Tiang
Hong yang sudah bagai binatang buas tidak melepaskan kesempatan itu, mencium dan merangkul kekasihnya itu se-puas2nya.
Yu-kok Oey-eng tidak melawan. Ia membiarkan
dirinya diciumi dan didekapi, lama baru ia buka mulut:
"Perjodohan kita meski sudah ditetapkan, tapi sekarang ini masih ada peraturan yang membatasi kita jangan sampai berbuat yang tidak sopan. Jangan sekali2 karena cinta lantas lupa daratan. Bukanlah begitu?"
Lim Tiang Hong bukanlah pemuda hidung belang.
Barusan kelakuannya demikian buas, karena
perasaannya cintalah yang me-luap2. Selain itu telah mengetahui bahwa wanita itu adalah tunangannya. Dan kini mendengar kata2 sang kekasih, hatinya merasa agak menyesal. Ia melengak dan lama tidak bisa bicara.
1449 Yu-kok Oey-eng mengira bakal suaminya itu merasa
tidak senang atas kata2nya, maka dengan perlahan
mendorong pula dirinya sembari berkata: "Aku se-kali2
tidak menolak kau rapat dan intim sekali denganku, melainkan mengharap kau bisa jaga diri jangan sampai terlibat oleh pengaruh setan. Perkataanku barusan maukah tidak ditaruh dalam hatimu?"
Lim Tiang Hang meng-angguk2, bagai anak kecil
baru disadarkan dari kekeliruannya, hingga dalam hati merasa tidak enak.
Yu-kok Oey-eng tiba2 berkata pula sambil
tersenyum manis: "Tolol, kenapa kau berdiri saja" Kau harus berangkat dan aku juga akan pergi!"
Sehabis berkata tubuhnya melejit ke atas, sebentar menghilang dari depan mata Lim Tiang Hong.
Kini Lim Tiang Hong merasa bagai baru mendusin
dari tidurnya. Tiba2 ia ingat, Yu-kok Oey-eng orangnya Hong-hong-tie, mengapa tidak sekalian minta dia sama2
pergi ke Hong-hong-tie tadi" Mungkin disana ia bisa membuka tabir rahasia mengenai dirinya sendiri.
Karena berpikir demikian, bayangan Ho-lok Siu-su
yang tinggi jangkung itu kembali melintas didepan 1450
matanya. Yah, itu adalah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun.
Dialah ayah Lim Tiang Hong, pun yang di-sebut2 Kie-lin Kokcu oleh orang2 Hong-hong-tie saat ini.
Tapi dalam otaknya kembali timbul beberapa
pertanyaan. Ke-satu: Kalau betul2 Kie-lin Kokcu ayahnya mengapa tadi seperti tidak mau mengenali anaknya"
Meskipun benar dalam bahaya selalu ia dilindungi, mengapa harus secara diam2" Kedua: Kalau benar Kie-lin Kokcu adalah Ho-lok Siu-su, mengapa tidak
mempergunakan gelar yang lebih sedap Ho-lok Siu-su itu" Apa ia menyimpan rahasia dalam hatinya" Ketiga: Ada permusuhan apa antara Kie-lin Kokcu dan Pek-tok Hui-mo" Barusan keduanya berhadapan satu sama lain.
Kenapa tidak lantas bertempur" Pek-tok Hui-mo pernah memaki dia merusak rumah tangganya mengambil
isterinya Mengapa Kie-lin Kokcu tidak membantah" Jadi benarkah demikian"
Semua pertanyaan2 itu membikin dia tidak habis
pikir. Dan keadaan yang disaksikan tadi ketika Kie-lin Kokcu bertemu muka dengan Pek-tok Hui-mo ia lantas mengingat perbuatan Pek-tok Hui-mo yang selalu
memakinya sebagai anak haram. Ia lalu menarik satu 1451
kesimpulan: Kalau begitu jadi akulah anak dari seorang ibu yang adakan hubungan gelap dengan Kie-lin Kokcu"
Jikalau hubungan antara Kie-lin Kokcu dengan Lok-hee Hujin itu tidak terang, maka kepribadian agungnya Kie-lin Kokcu bisa dijadikan persoalan besar dan tentu saja ia tidak berani menggunakan nama Ho-lok Siu-su lagi.
Mengingat akan hal demikian, lalu timbul kesannya tidak baik terhadap ayahnya. Apakah benar ayahku
semacam manusia rendah sekali"
Sendirian ia berdiri terus, sekian lama belum juga bergerak. Tiba2 kesiuran angin malam itu membikin dia sadar! Dan benar2 si pemuda alias Lim Tiang Hong baru engah kalau hari sudah menjelang senja.
Buru2 ia gerakkan kakinya meninggalkan tempat
yang penuh darah itu. Tidak sampai dua hari Lim Tiang Hong sudah
kembali ke kelenteng Thian-cee-bio, dimana sudah
menunggu Yam-kiong Kiam-khek suami isteri. Dan
mereka begitu melihat kedatangan Lim Tiang Hong,
lantas disambut dengan meriah.
Yam-kiong Khw-khek lantas tertawa dan berkata:
"Sutee, kenapa baru sekararg kau datang" Kau bikin 1452
cemas hatiku saja!. Kokcu sudah kasih perintah kita semua harus pulang ke Hong-hong-tie. Oleh karena aku petlu sampaikan kabarmu dulu, terpaksa memperlambat waktu dua hari"
Lim Tiang Hong lalu berkata sambil menyoja:
"Semua itu adalah karena salahku. Maaf!"
Seterusnya ia lantas mencaritakan apa yang pernah dialaminya dilembah Bu-kui-kok dalam usahanya
menolong Yan-jie. Yam-kiong Kiam-khek lantas berkata: "Kita sebagai saudara2 sendiri, tidak perlu begitu merendah. Urusan yang kau pesan kepadaku dulu, yaitu buat carikan
keterangan soal pembunuban Heng-lim Cun-loan, sudah juga kudapat. Begini: Tapi ingat, soal pembalasannya harus dibicarakan kemudian hari lagi, ini juga pesan Kokcu. Kiranya Hiantee bisa juga mentaati bukan?"
Lim Tiang Hong mengangguk, tapi dalam hati
merasa bingung. Kenapa Yam-kiong Kiam-khek tidak
menjelaskan dulu apa sebabnya Kokcu memesan
demikian. Ia lalu melanjutkan penuturannya demikian:
1453 "Tentu kau masih ingat, waktu baru2 kau
munculkan diri dengan nama Lim Tiang Hong, lantas bertemu dengan banyak orang2 Hian-bun yang mereka pandang sebagai musuh, bukan lain dari itu lantaran kau timbulkan urusan patung kuno Siauw-lim-pay menimbulkan urusan besar dalam gereja Siauw-lim-sie dan membuat orang2 persilatan pada tumplekkan
perhatiannya terhadapmu. Pada waktu itu sebetulnya mereka salah mata. Semua urusan itu dilakukan oleh Im-san Mo-lie. Dialah yang menyaru laki2 sebagai kau hiantee! Tentu kaupun telah mengerti sebab wajah dan
segala2 dari dia mirip dengan kau. Im-san Mo-lie yang juga tahu orang2 itu menyangka kau yang berbuat,
lantas berdiri sebagai penonton disamping sambil
kadang2 cari kesempatan buat merugikan orang lain.
Tentu siapa yang bisa duga begitu" Mereka hanya tahu kau punya kepandaian tinggi. Dan kau sebagai orang baru kau dinyatakan menggemparkan dunia kang-ouw
waktu itu. Oleh karenanya Im-san Mo-lie lalu berpikiran hendak menempel kau. Kebetulan Lok-hee Hujin suruh dia pergi ke Tang-gak bio, katanya buat carikan satu anak laki2 yang pernah dititipnya dikelenteng itu dan 1454
anak laki2 itu adalah kau sendiri. Semula Lok-hee Hujin tidak mengharap Kauwcu Thian-cu-kauw mengetahui
persoalannya. Tapi siapa tahu urusan makin lama makin meluas. Kauwcu sendiri juga akhirnya mengetahui kabar itu. Memang juga sudah ada niatnya ingin merampas Tat-mo-kheng, jadi kebetulan ada kau sebagai pemuda berkepandaian hebat. Setelah dirundingkan dulu dengan Lok-hee Hujin untuk membujukmu harus akui dia sebagai ayahnya, malah pernah dikatakan olehnya kau akan
dijadikan Kauwcu sebagai ganti kedudukan dia. Itulah sebabnya orang2 Thian-cu-kauw pertama menyebutmu
Kauwcu muda. Kau ingat" Mereka ingin pinjam
tenagamu, sudah barang tentu tidak mau sampai kau tahu riwayatmu. Heng-lim Cun-loan mengenal kau dan ingin membuka rahasia riwayatmu, maka lalu dibunuh oleh Im-san Mo-lie yang keji akalnya. Lain daripada itu, mereka juga membuat huru-hara di-mana2 supaya di-mana2 ada musuhmu sehingga kau nanti akan terpaksa masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw atau minta
perlindungan dari dia. Sementara mengenai urusan
lain2nya, semua sudah kau tahu sendiri, rasanya tidak sulit buat kau pikirkan sendiri"
1455 Lim Tiang Hong mendengar uraian Yam-kiong
Kiam-khek, lalu mengenangkan kembali semua kejadian2
masa lalunya. Ia lalu sadar. Mendadak menggeram dan berkata: "Sungguh tak kusangka Im-san Mo-lie begitu kejam hatinya! Lihat nanti kalau ketemu denganku akan kuhabiskan riwayatnya! Hmm!"
Hiang-ie Siancu berbicara dari samping: "Ya sudah seharusnya mati bagiannya. Tapi hubungan dia dengan kau, apa kau tahu" Sedarah daging! Apalagi Kokcu sudah pesan supaya kau tahan sementara waktu"
Lim Tiang Hong yang sudah gemas berkata dengan
suara nyaring: "Aku mau bunuh Pek-tok Hui-mo, tidak diijinkan Kokcu! Sekarang Im-san Mo-lie, juga dilarang.
Apa sih maksudnya?" Yam-kiong Kiam-khek kibas2kan kipasnya dan
berkata dengan suara tenang: "Suhu sudah memikir
panjang dan luas pengetahuannya. Segala urusan kalau sampai kepadanya, tentu memakai pertimbangannya
yang teliti. Dalam hal ini tentu ada sebabnya ia
melarangmu, maka janganlah coba2 melangkahi
pesannya" 1456 "Dimana sekarang adanya Kokcu" Bisakah kau ajak
aku menemui dia?" "Sementara waktu ini, biarlah jangan. Kokcu pesan begitu. Nanti setelah tiba saatnya, katanya beliau akan mencari padamu sendiri"
"Kenapa?" "Tentang ini suheng mu tidak tahu"
"Apa dia punya rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain?"
Tiba2 berubah air muka Yam-kiong Kiam-khek, dan
katanya: "Apa maksud pertanyanmu ini" Kau masih
sangsikan pribadi Kokcu" Jikalau kau bukan orang yang paling dekat dengan Kokcu, sudah dari tadi suhengmu tidak mau sungkan2 lagi terhadapmu!"
Lim Tiang Hong juga sudah merasa sendiri, bahwa
kata2nya tadi kurang dipikirkan. Setelah mendapat teguran suheng-nya demikian, wajahnya seketika
menjadi merah. Hiang-ie Siancu kuatir Lim Tiang Hong merasa
hilang muka, maka mendadak mendorong suaminya dan menyesali dengan kata2nya: "Bagaimana sih" Orang
1457 yang tidak tahu persoalan tentu mesti menanyakan
demikian. Mana boleh lantas kau perlakukan begitu".
Lim Tiang Hong lantas menyambungi, "Perkataan
suheng tadi betul. Tadi adalah siauwtee yang kurang teliti mengeluarkan kata2".
Yam-kiong Kiam-kek yang dari luar kelihatan lemah lembut, tapi sebetulnya beradat berangasan dan keras.
Cuma terhadap suhunya, yakni Kie-lin Kokcu yang
dipandangnya setinggi langit, maka sedikitpun ia tidak memperbolehkan orang menyangka gurunya jelek.
Tegurannya terhadap Lim Tiang Hong adalah yang paling merendah. Dan setelah Lim Tiang Hong suka akui
kesalahannya, dia juga tertawa dan berkata, "Kalau hiantee sudah tahu salah, itulah yang paling baik.
Selanjutnya, jika dikemudian hari ada kesempatan, aku bisa ajak kau menemui Kokcu. Waktu itulah kau akan tahu bahwa semua perkataan2ku tidak dusta!"
Ia lalu bangkit dan berkata lagi: "suheng dan
sosomu harus cepat kembali ke Hong-hong-tie, sampai disinilah dulu. Sampai kita bertemu lagi!"
Sehabis berkata demikian ia lalu meninggalkan
kelenteng itu bersama isterinya.
1458 Lim Tiang Hong tidak minta lagi pergi ber-sama2 ke Hong-hong-tie. Ia tahu percuma saja minta ikut lagi, sebab toh tidak akan diajak. Lagipula, lambat atau laun bukankah suhengnya ini pernah menjanjikan akan
mengantarkan kesitu"
Cuma mengenai dendam sakit hati Heng-lim Cun-
loan yang perasaannya harus lekas2 dibereskan, maka ia merasa tidak enak memikir pesan Kokcu Hong-hong-tie.
Dan seberlalunya suami isteri Yam-kiong Kiam-khek, iapun lekas meninggalkan tempat itu.
Berjalan belum lama, mendadak dilihatnya satu
bayangan berkelebat lalu mencekal tangannya sambil membentak: "Binatang, bagus sekali perbuatanmu....!"
0-0dw-kz0-0 Bab 36 DAYA reflek Lim Tiang Hong ada sangat tajam.
Tatkala orang itu ulur tangannya hendak mencengkram dadanya, dengan cepat ia kempeskan dadanya dan
menyedot hawa napasnya, sedang satu tangannya
secepat kilat mencekal pergelangan tangan orang
tersebut. 1459 Tapi, ketika ia mengetahui bahwa orang itu adalah Heng-thian It-ouw, tangan yang menyambar
pergelangan tangan orang tadi lantas ditarik kembali dan diturunkan ke bawah. Dengan perasaan bingung ia
menanya: "Ada urusan apakah yang membuat
locianpwee sedemikian gusar?"
Dengan nada suara dingin, Heng-thian It-ouw
menjawab: "Semua ada gara2nya kelakuanmu yang
bagus itu, aku si tua bangka cuma mempunyai seorang murid. Lantaran kau, sekarang telah dipaksa menjadi anggotan Thian-cu-kauw. Jikalau kau tidak segera
mencarinya, kau lihat, apakah aku nanti dapat
mengampuni dosamu atau tidak?"
Dalam hati Lim Tiang Hong merasa sangat
mendongkol hingga alisnya sampai berdiri. Wajahnya beberapa kali berubah tapi ketika menngingat bahwa yang menuduh itu adalah orang dari tingkatan tua, apalagi masih pernah subo nya, maka ia terpaksa harus kendalikan hawa amarahnya dan dengan suara
merendah ia berkata: "Apa yang terjadi tempo hari, benar2 tidak ada hubungannya dengan teecu. Perbuatan terkutuk itu adalah kauwcu muda Thian-cu-kauw yang 1460
melakukan. Tentang ini, enci Kouw-loan sendiri juga sudah mengerti"
Tapi Heng-thian It-ouw rupanya masih tidak mau
mengerti, ia berkata dengan sengit: "Ngaco. Sudah terang adalah perbuatanmu, sekarang kau hendak
timpakan dosamu kepada lain orang. Dengan terus
terang, apa yang terkandung dalam hati muridku, apa kau kira aku tidak tahu" Dia apakah kau kira ia bisa jatuh cinta kepada orang semacam itu?"
Lim Tiang Hong nampak semakin cemas, ia
terpaksa membantah "Bagaimana teecu berani
membohong dihadapan subo" Pemuda keparat itu
melakukan perbuatannya ialah ketika enci Kouw-loan sedang kehabisan tenaga!"
Heng-thian It-ouw mendadak lintangkan
tongkatnya, dengan suara gemas ia berkata: "Untuk sementara aku percaya keteranganmu, tunggu nanti
setelah aku menemukan bocah itu kita bicarakan lagi.
Kalau terbukti kau berani membohongi aku, aku nanti segera bunuh mati padamu!"
Sehabis mengucap demikian, dengan cepat ia
menghilang dari depan matanya Lim Tiang Hong.
1461 Lim Tiang Hong geleng2kan kepala sambil ketawa
getir, lalu berkata kepada dirinya sendiri "Urusan ini benar2 menjadi runyam. Enci Kouw-loan benar2 telah masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw, meski ia sudah mendapatkan jodohnya, tapi ini berarti ia sudah lompat ke dalam api...."
Tapi kemudian ia berpikir pula: "Satu2nya jalan
buat sekarang ini cuma bisa turun tangan memperbaiki martabat Im Tay Seng! Jika dia bisa merubah
kelakuannya, sungguh beruntung hidupnya encie Kouw-loan. Tapi jika tidak bisa, bukan cuma dia sendiri akan celaka. Bisa2 membikin encie Kouw-loan menderita
selamanya.... Aah! Kenapa Tuhan mempermainkan
umatnya begitu rupa....?"
Dengan pikiran kusut Lim Tiang Hong seorang diri
keluar dari kelenteng Thian cee-bio. Tiba2 telinganya dapat menangkap suara2 orang memuji nama Buddha
yang amat nyaring "Omi To Hud"
Dan selanjutnya terdengar pula kata2nya: "Apakah
Sicu selama ini baik2 saja?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Ketika menengok, di
depannya sudah berdiri itu padri dari Siauw-lim-sie yang 1462
pernah dijumpainya di puncak bukit Ban-kiap-hong, yakni Tay-tie Siansu.
Padri tersebut, dengan jubahnya yang
gedombrongan ter-tiup2 angin, bertindak mendekati Lim Tiang Hong. Padri berilmu tinggi dari Siauw-lim-sie ini sudah 40 tahan lamanya mengasingkan diri digunung Go-bie. Selama itu belum pernah terjunkan diri ke dunia kang-ouw. Tapi karena waktu2 belakangan ini geger, dengan kabar berita terampasnya kitab Tat-mo-keng, dan atas permintaan Hui-hui Taysu sendiri yang
menghadap kepada orang berilmu itu, baru dia turun gunung lagi.
Lim Tiang Hong dalam hatinya berpikir apa perlunya padri tua itu mencari dirinya" Sementara itu Tay-tie Siansu telah merangkap tangannya, berkata dengan
suara perlahan: "Kitab peninggalan Tat-mo Couwsu sekali2 tidak boleh hilang. Kabarnya kitab itu sudah berada pada Sicu. Maka sebaiknya Siauw Sicu kembalikan kitab tersebut kepada gereja kami agar supaya persahabatan kita tidak terganggu"
Lim Tiang Hong melongo. Jelas kata2 itu diucapkan dengan nada menuduh dan minta kembali barang secara 1463
sembarangan muka setelah tertegun sejenak, lalu ia menyahut: "Bagaimana bisa Taysu ucapkan perkataan demikian?"
"Salah seorang murid partai kami pernah melihat
dengan mata kepala sendiri yang Siauw Siculah, dengan muridnya Heng-thian It-ouw yang dipanggil Henghay Kouw-loan bersama2 membawa kitab itu. Rasanya toh tidak salah!"
Ini kembali merupakan suatu tuduhan yang
menggelikan. Disamping rasa mendongkol, Lim Tiang Hong pun merasa geli. Tuduhan yang langsung dan
datang secara mendadak itu sungguh diluar dugaannya.
Tapi setelah dipikir sejenak, lantas disahutinya si padri dengan sabar, "Aku mengerti, Kembali ada orang yang menyaru sebagai Lim Tiang Hong, dan lagi2 telah timbul kesalahan paham yang cukup dalam!"
Kala itu, usia Tay-tie Siansu, sudah melewati
sembilan puluh tahun usianya, kesabarannya luar biasa.
Karena sudah kenyang makan asam garam dunia kang-
ouw, sebenarnya dalam hatipun dia sudah mengerti, tidak ada alasan buat mencurigai Lim Tiang Hong.
Apapun dahulu pernah terdengar olehnya soal
1464 penyamaran orang lain sebagai Lim Tiang Hong. Tetapi karena salah seorang muridnya berkukuh mengatakan pernah melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa
betul2 Lim Tiang Hong dan Honghay Kouw-loan berjalan sama2 membawa kitab suci, maka keadaan menjadi lain.
Sebab, sekalipun ada orang yang menyaru, toh tidak mungkin bisa berada ber-sama2 dengan Henghay Kouw-loan. Setelah mendengar pernyaan tidak terimanya Lim Tiang Hong, padri tua itu lalu berkata sambil tersenyum:
"Harap Siauw Sicu jangan mengelakkan perbuatan
sendiri. Apa dalam dunia ini ada manusia yang begitu besar nyalinya, berani menyaru sebagai sutee di hadapan sucinya sendiri" Tentu dalam hal ini Loceng tidak percaya dan betul2 tidak percaya!"
"Orang itu, menurut dugaanku adalah Siauw
Kauwcu Thian-cu-kauw, Im Tay Seng. Percaya tidaknya, terserah kepada Taysu. Aku si orang she Lim masih mempunyai urusan lain, tidak banyak waktu untuk
melayani Taysu. Sekarang ingin minta diri" Lim Tiang Hong berkata demikian dan benar2 saja berlalu setelah menyoja dalam2 kepada padri tua Siauw-lim-sie itu.
1465

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tetapi Tay-tie Siansu lantas menghadang
didepannya seraya berkata: "Siauw Sicu, jangan pergi dulu! Perkataan yang barusan sicu ucapkan membuat hati Loceng curiga. Cobalah turut renungkan: Henghay Kouw-loan adalah seorang gadis keturunan manusia
baik2 dan sebagai manusia terhormat mana mungkin
berada ber-sama2 dengan Siauw Kauwcu Thian-cu-kauw seperti apa katamu?"
"Sebab2nya dalam hal ini, tidak bisa terlalu jelas diterangkan diriku. Pendek kata, aku si orang she Lim sama sekali tidak tahu. Dan Taysu tidak perlu terus merongrong aku" Getas sekali Lim Tiang Hong memberi penyahutan, alisnya dikerutkan.
Sehabis berkata, tiba2 tubuhnya melesat, se-olah2
anak panah lepas dari busurnya, sudah berada di tempat jauh.
Waktu itulah Tay-tie Siansu berseru sambil
menyebut nama Buddha. "Siauw Sicu! Apa dengan cara begitu saja kau lantas mau kabur?"
Sambi! kebutkan lengan jubahnya, padri tua itu
mengejar. Baru saja kaki Lim Tiang Hong menginjak 1466
tanah, Tay-tie Siansu sudah melayang turun di
hadapannya lagi. Padri tua itu merupakan orang kuat nomor satu
dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay pada masa itu.
Kepandaian dan kekuatannya mempunyai latihan lebih dari lima puluh tahun. Oleh karena dalam partainya kecurian benda yang paling berharga, beliau tanpa mengindahkan tata tertib dunia persilatan sediakan diri buat turun tangan terhadap seorang tingkatan muda seperti Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sendiri, karena merasa desakan
Tay-tie Siansu yang agak keterlaluan menurut pikirnya, menjadikan gusarnya timbul juga. Dengan suara kasar disambutnya padri tua itu: "Apa Siansu bermaksud
menahan aku?" "Menahan Loceng rasa tidak perlu. Tapi sebaiknya
berikanlah kesempatan Loceng geledah badan Sicu".
Lim Tiang Hong mendadak tertawa ber-gelak2 dan
katanya: "Siansu sesungguhnya berkata menghina
orang! Aku si orang she Lim sekali mengatakan tidak tetap tidak! Apalagi mencuri atau merampok, Haram bagiku! Kenapa Siansu bisa keluarkan perkataan
1467 menggeledah itu" Jikalau kau tetap paksa ingin
menggeledah boleh juga, cuma aku ingin lihat ada tidak kemampuanmu!".
Tay-tie Siansu agaknya merasa mendongkol juga
mendengar kata2 kasar Lim Tiang Hong, dengan alis agak berdiri berkata: "Jikalau Siauw Sicu benar2 tidak suka kembalikan barang itu, Loceng pikir juga akan menggunakan kekerasan. Bagaimana?"
"He, heeh...." Lim Tiang Hong tertawa hambar,
selanjutnya tidak mau meladeni padri tua itu dan balik badan.
Tay-tie Siansu, bukan cuma merupakan orang
tertua dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay saja, bahkan dalam dunia kang-ouw umumnya dapat
dikatakan dialah salah seorang golongan tua yang sangat terhormat namanya. Dan kala itu menerima penghinaan demikian dari seorang tingkatan muda, betapa lebih tinggi lagi sekalipun sabarnya, barangkali juga tidak akan sanggup mengendalikan amarahnya. Demikianlah
mendadak Siansu itu tertawa ber-gelak2 sambil
menyebut nama Buddha ber-kali-2 lalu katanya: "Siauw 1468
sicu tidak suka Loceng geledah, maka terpaksalah
Loceng akan bertindak meskipun betul kurang sopan!"
Mendadak badannya bergerak, tangannya secepat
kilat menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Sambil ketawa dingin Lim Tiang Hong kerahkan ilmunya, Sam-sam Po-hoat. Badannya sejenak terlihat bergerak, sambaran tangan Tay-tie Siansu nyasar ke tempat
kosong, Ilmu Kin-na Chin-hoat cabang Siauw Sim-sie
merupakan suatu ilmu tersendiri yang sudah terkenal kelihayannya. Terutama digunakan oleh orang tingkatan tertua seperti Tay-tie Siansu, tentu saja lebih baik dan lebih sempurna. Siapa nyana, dalam menghadapi
seorang bocah ingusan, benar2 ia gagal!.
Dan ketika padri tua itu melirik kearah Lim Tiang Hong anak muda itu masih tetap berdiri tegak
ditempatnya sambil mesem2!. Rupanya belum setengah tindakpun dia menggeser tubuhnya. Dalam kaget dan herannya, padri tua ini balikkan tangannya dan kembali cepat bagaikan kilat tangannya mengarah jalan darah Ciok-tie hiat, berbareng dengan gerakan mana ikut menyambar lengan jubahnya yang gedombrongan yang
1469 mengeluarkan hembusan angin cukup kuat, maksudnya ingin menghalangi jaian mundurnya Lim Tiang Hong.
Bagaimanapun juga, padri tua itu sudah mempunyai
banyak sekali pengalaman dalam menghadapi lawan
tangguh. Begitulah gerakannya kali ini membuat Lim Tiang Hong diam2 kaget. Dengan badan tetap berdiri ditempat, dikerahkan ilmunya, Siauw-yang It-ku sinkang!
Ia meluncurkan serangannya ini dengan tangan sebelah, kemudian lengannya yang lain bergerak dan membalik, menggunakan tipu pukulan yang dinamakan "Ular melibat gajah" salah satu gerak tipu dalam Kim-liong Pat-jiauw.
Gerakan itu merupakan gerakan balas mencekal
pergelangan tangan. Tay-tie Siansu Si padri tua semula menyangka Lim Tiang Hong pasti menggunakan gaya
Sam-sam Po-hoat yang semula digunakan
menghindarkan serangannya. Siapa nyana pemuda
tersebut bisa begitu cepat merubah tipu serangannya, maka sebentar hanya terdengar suara benturan dari tenaga kedua pihak, hingga dua2nya merasa terkejut!
Padahal tangan Lim Tiang Hong saat itu tepat
mencekal pergelangan tangan Tay-tie Siansu! Karuan saja kaget tak kepalang bagi padri beribadat itu, cepat 1470
ditarik kembali tangannya, kakinya digeser mundur sampai lima kaki.
Tay-tie Siansu merupakan satu2nya orang golongan
tertua yang masih ada dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay, sungguh tidak diduga belum sampai dua jurus sudah terdesak mundur demikian oleh lawannya. Malu sekali tentunya, hingga seluruh wajahnya merah
membara. Dengan terpaksa dikerahkannya seluruh
kekuatannya. Dengan mendadak membalikkan telapak
tangannya, kekuatan tenaga dalam meluncur dari situ, kekuatan yang tak berujud itu telah meluncur keluar seolah2 gelombang air laut pasang!
Lim Tiang Hong tidak menduga yang padri tua itu
akan dapat mengeluarkan serangannya secara begitu mendadak. Dalam keadaan terancam sangat, dia
menggunakan sebelah tangannya menyambuti serangan pertama, hanya dipakai lima bagian kekuatan tenaganya saja!
"Bluummmmm!" Disertai suara yang dahsyat terdengar nyaring, baju panjangnya Lim Tiang Hong ber-kibar2. Badannya
mundur beruntun sampai lima tindak. Sedang Tay-tie 1471
Siansu, masih berdiri tegak ditempatnya sedikitpun tidak nampak bergeming. Sambil ketawa panjang padri tua itu berkata: "Kekuatan tenaga dalam Siauw Sicu masih
selisih jauh sekali. Loceng tidak suka mendesak seorang muda sampai keterlaluan, maka sebaiknyalah Siauw Sicu lekas keluarkan kitab itu!"
Sikap padri tua yang menganggap dirinya orang
yang menang dan menganggap rendah pecundangnya,
seketika itu lantas menimbulkan kegusaran Lim Tiang Hong yang wataknya tinggi hati. Dengan suara besar dan tertawa ter-bahak2 berkatalah pemuda ini: "Untuk
sementara kau boleh bangga. Untuk menentukan siapa kalah siapa pecundang masih tidak dapat ditentukan sekarang"
Perkataannya itu dibarengi dengan melesatnya satu bayangan dan tangan Lim Tiang Hong telah mengerjakan satu serangan! Kali ini, rupanya dia sudah gusar benar2, telah dikeluarkan delapan bagian tenaganya. Angin yang keluar dari tangannya demikian hebat bagai angin puyuh atau gelombang laut pasang, menggulung ke tubuh si padri tua.
1472 Tay-tie Siansu yang melihat keadaan demikian,
berubah wajahnya seketika. Kembali lengan jubahhnya tampak ber-kibar2 Ilmu Bu-siang Sin-kangnya
dikeluarkan guna menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Kembali terdengar suara gempuran hebat bagai
bumi akan hancur. Disusul dengan menderunya angin dahsyat yang ber-putar2 ke atas, beberapa pohon yang tumbuh di kedua samping orang2 yang sedang
bertempur itu pada bertumbangan.
Tay-tie Siansu ber-goncang sedikit pundaknya.
Kedua kakinya sudah melesak ketanah setengah kaki dalamnya, sedang kala itu Lim Tiang Hong kelihatan tenang2 saja, tidak bergerak barang setindak. Hanya dalam hatinya diam2 merasa kaget, orang tua dari
siauw-lim-pay yang dihadapinya itu benar2 tangguh....
Tay-tie Siansu benar2 tidak menduga bahwa
seorang diri golongan muda bisa mempunyai tenaga
dalam begitu tinggi. Perasaan itu telah mendorong hatinya untuk menang sendiri. Setelah mulutnya memuji nama Buddha, mendadak tubuhnya melesat tinggi ke
atas lalu menubruk Lim Tiang Hong bagai burung bangau menubruk ikan di lautan.
1473 Dalam waktu sekejapan saja telah keluarkan 15 kali beruntun serangan dari lengan jubahhnya. Padri tua ini sudah memiliki lebih dari 10 rupa kepandaian dari partainya, Siauw-lim-pay. Maka begitu turun tangan, bukan kepalang hebatnya sudah dapat dibayangkan!
Setiap serangannya merupakan serangan maut bagi
lawan, tempat sekitar tiga tombak persegi se-olah2
mengalami hujan angin hebat, batu2 berguguran dan abu mengulak tinggi.
Lim Tiang Hong mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Ia tahu pertempuran sengit sudah tak dapat dielakkan lagi. Hakekatnya, dalam keadaan
demikian pemuda itu tidak dapat mengerjakan lain atau berpikir panjang. Maka lalu digerakkannya kedua
tangannya, menyambuti setiap serangan yang
dilancarkan oleh Tay-tie Siansu.
Secepat kilat pula ia sudah mengeluarkan serangan balasan sampai 13 kali, menukar cara bersilatnya sampai 8 kali, baru berhasil dapat mengimbangi suasana.
Pertempuran sengit kali itu, merupakan suatu
pertempuran terhebat yang pernah dialami Lim Tiang Hong semenjak dia keluar dari perguruannya. Pada
1474 waktu2 biasanya, sedikit sekali dikeluarkan tipu2
serangannya yang aneh2. Tapi pada kali ini, serangan yang aneh2 dan luar biasa itu terus keluar bagai air banjir.
Dibawah teriknya sinar matahari, cuma kelihatan
bayangan abu2 dan bayangan biru yang bertukar tindih, atau sebentar melayang ke atas dan kebawah, dilain saat ber-putar2an! Sedangkan hembusan angin yang keluar dari tangan kedua manusia itu membikin tanaman dan batu2 pasir disekitar tempat tiga tombak persegi menjadi beterbangan dan tersapu bersih! Suara benturan dari kekuatan keduanya sebentar2 terdengar nyaring! Suara itu bercampur kadang2 dengan suara bentakan, geraman atau siulan. Kecuali itu semua kedua orang itu sama2
membungkam tidak mengeluarkan kata2.
Tigapuluh jurus, limapuluh jurus, seratus jurus....
Dalam waktu sekejapan mata saja sudah sampai ke
jurus yang ke seratus lima puluh, kekuatan kedua pihak nampak masih berimbang.
Bagi Tay-tie Siansu, yang merupakan orang tertua
dan namanya sudah tersohor hampir seratus tahun,
kalau dapat merebut kemenangan dalam pertempuran
1475 tersebut, tidaklah mengherankan. Tetapi bagaimana kalau kalah" Tentu akan menjadikan penyesalan untuk selama2nya. Maka pertempuran berlangsung semakin
lama, hatinya semakin kuatir.
Dalam keadaan bimbang cemas dan takut, padri tua
itu telah mengerahkan seluruh ilmunya, Bu-siang Sinkang yang telah diyakinkannya selama 90 tahun dengan
pengharapan dapat mengalahkan lawannya. Tapi pada saat itu tiba2 dia merasa bahwa pengharapan semacam itu cuma akan mendatangkan kekecewaan hatinya. Pihak lawan, meski usianya masih muda, namun kekuatan
tenaga dalamnya kelihatan mengalir terus tiada habisnya se-olah2 air dari sungai Tiang-kang dan lautan yang tidak ada habisnya. Sekalipun bertempur sampai seribu jurus, juga tidak bisa kehabisan tenaga.
Akan tetapi, kejadian telah terlanjur menjadi
demikian, kecuali bertempur secara nekad, apa yang dapat diperbuatnya" Maka lantas dirubahnya tipu
serangannya dengan mendadak. Ilmu simpanan Siauw-
lim-pay, antaranya yang bernama Hok-mo Ciang-hoat, lantas dikeluarkan hingga tipu serangannya dari tidak berwujud, berubah jadi mengeluarkan suara. Dalam
1476 waktu sekejapan medan pertempuran bagai
mengeluarkan suara men-deru2, menimbulkan gulungan angin puyuh yang demikian hebat, membuat Lim Tiang Hong mau tak mau harus mundur tujuh sampai delapan tindak.
Tipu serangan Hok-mo Ciang-hoat ini, sewaktu
untuk pertama kalinya Lim Tiang Hong menyatroni
Siauw-lim-sie, sudah dikenalnya dengan baik. Tapi digunakan oleh Tay-tie Siansu yang kekuatannya lain dari yang lain, bukan cuma hebat saja, tapi perubahannya seperti banyak sekali. Daa selagi pikirannya agak lengah, ia sudah terdesak mundur.
Dalam cemasnya, tiba2 mulutnya mengeluarkan
suara siulan. Refleks lantas keluar ilmunya Lui-thian Hui-hoan
Ciong-hoat. Diantara menderunya angin buatan, suara beledak suara gempuran terdengar tidak berhentinya.
Tay-tie Siansu sudah berubah wajahnya, kelihatan
urat2 hijau menonjol dibadannya. Kepalanya yang gundul mengeluarkan uap putih, dirasa kakinya menindak
mundur sampai kembali ke tempat asalnya.
1477 Mendadak Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2 dan
berkata: "Taysu! Coba sambuti seranganku sekali ini!"
Medan pertarungan mendadak mengeluarkan suara
keras laksana guntur! Wajah Tay-tie Siansu nampak heran, mundur tiga
tindak. Lim Tiang Hong kelihatan hanya pundaknya yang ber-goyang2, tapi kemudian berdiri seperti biasa. Setelah itu terdengar suara keratak kerotok dari tulang2 dalam badan Tay-tie Siansu, jubahnya yang berwarna abu2
mendadak melembang seperti balon. Ketika lengan
jubahnya dikebaskan, tertampak lengan tangannya
kurus, urat2nya menonjol. Tangan itu ditujukan ketengah udara, lalu dengan per-lahan2 diturunkan sebatas
dada.... Lim Tiang Hong yang sudah mendapat banyak
pengalaman segera mengerti bahwa dalam gusarnya,
pasti padri tua itu akan mengeluarkan serangannya yang mematikan, hingga diam2 telah mengeluarkan ilmu Hian-kang nya, sedang ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang nya telah terpusat di kedua tangannya. Tangan kiri
selanjutnya tertekuk sebatas dada untuk melindungi bagian tubuh sebelah atas depan, sedang tangan
1478 kanannya diangsurkan dengan telapak tangan
menghadap kemuka! Itu adalah suatu persiapan akan meluncurkan serangan dengan tipunya Lui-thian Hui-hoan Ciang.
Saat itu hawa udara cerah. Matahari sedang
hebat2nya memancarkan sinarnya, diangkasa sedikitpun tiada berawan. Ditanah juga tidak kelihatan angin menghembus. Namun suasana sangat tegang.
Keringat segede kacang kedele mengetel keluar dari kepala Tay-tie Siansu yang botak kelimis. Sebagian badan jubahnya yang gedombrongan sudah basah
dengan peluh. Lim Tiang Hong dengan alis berdiri dan mata memancarkan sinar tajam, kala itu bertambah
keren. Wajahnya yang cakap saat itu nampak merah seperti kepiting direbus. Baju panjangnya yang berwarna biru, juga dibasahi oleh air keringat. Kedua pihak, waktu itu terang tidak ada yang berani berlaku lengah.
Dibawah teriknya sang surya, cuma kelihatan dua
mahluk Tuhan yang ber-gerak2 kesana kemari dengan tindakan lambat2. Itulah Lim Tiang hong dan Tay-tie Siansu!
1479 Tiba2 terlihat dua bayangan manusia itu, dengan
gerakan gesit luar biasa saling gempur....
Kembali terdengar suara gemuruh!
Dua pihak dengan cepat mengambil jarak, masing2
mengambil tempat semula. Lim Tiang Hong masih tetap dengan tangan kanan melindungi dada tangan kiri
terangkat ke atas, namun wajahnya yang tadi kelihatan merah membara kini kelihatan pucat pasi. Dadanya juga nampak kembung kempis.
Ternyata kedua orang itu dalam waktu tak lebih
dari sedetik, sudah mengadu kekuatan lagi.
Kelihatan sepasang tangan Tay-tie Siansu melurus
kebawah tubuhnya agak condong ke depan. Kedua
lututnya kelihatan agak tertekuk se-olah2 kerbau tarung tengah mengawasi lawannya.
Mendadak Lim Tiang Hong berkata dengan
suaranya yang keras "Siansu, sudah terluka jerohanmu.
Pertempuran ini biarlah kita habisi sampai disini!"
Terdengar suara batuk2 kecil, kemudian dari mulut Tay-tie Siansu tersembur darah hidup. Setelah mana, padri tua itu tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Tidak 1480
perlu berlagak murah hati! Keadaanmu sendiri barangkali tidak akan lebih baik dari padaku!"
"Jikalau rasanya masih kurang puas, boleh coba2
lagi beberapa jurus!"
"Apa kiramu Loceng takut kepadamu?".
"Kalau kehendakmu ingin sampai pada titik darah
penghabisan, silakanlah!"
Tepat pada saat itu mendadak muncul dua
bayangan orang yang lari ke gelanggang tempur itu laksana kilat. Dari jauh, seorang sudah meng-aok2 nama Tay-tie Siansu sambil rangkap tangan. "Su-couw!
Barusan ada perintah dari pusat, Henghay Kouw-loan dan bocah itu sudah tertangkap oleh para saudara kita!
Empat Locu dari bagian rangon penyimpan kitab masing2
sudah berangkat menuju ke utara, mohon keputusan
Sucouw!" Tay-tie Siansu tiba2 menghela napas panjang.
Sambil ulap-kan tangannya berkata: "Sudah tahu! Kalian boleh jalan dulu!"
Dua padri yang baru datang itu tundukkan kepala,
merangkap tangan memberi hormat kemudian membalik 1481
tubuh dan buru2 berlalu ke jurusan asalnya mereka datang.
Entah bagaimanalah kiranya perasaan Tay-tie
Siansu pada saat itu, sulit dapat dilukiskan. Badannya menggigil seperti orang kedinginan, mukanya pucat pias.
Oleh karena tindakannya yang serampangan tanpa
mengusut perkara dengan teliti, telah membuatnya sekarang berada di pihak serba salah dan sampai mengalami kekalahan sedemikian rupa. Hal itu, apabila tersiar ke kalangan persilatan, apa masih ada muka buat dia
menemui orang lagi" Kepalanya yang tadi tunduk terangkat, mengawasi
wajah Lim Tiang Hong yang sudah bersemu merah,
kemudian tundukkan kepala lagi dan menarik napas.
Lalu, dengan diam2 tubuhnya bergerak lompat melesat ke dalam rimba dan lantas menghilang tanpa bekas.
Lim Tiang Hong ambil tempo sejenak buat istirahat, darahnya yang tadi bergolak sudah tenang lagi. Telah dilihatnya juga keadaan Tay-tie Siansu yang
mengenaskan. Dalam hati merasa kasihan dan tidak
enak. Kesulitan yang tak ter-duga2 telah merecoki dirinya, meski betul dengan datangnya dua padri
1482 belakangan sudah dibikin terang, tapi akibatnya telah membikin nama buruknya Tay-tie siansu sendiri. Namun, siapakah yang mesti disalahkan"
Mendadak teringat oleh Lim Tiang Hong
perjalanannya sendiri yang bermaksud ingin memperbaiki martabatnya Im Tay Seng. Karena pada saat itu sedang dikejar oleh orang2 Siauw-lim-pay, jikalau tidak segera mendapat pertolongan niscaya akan tamatlah
riwayatnya. Dan bagaimana pula nasibnya Henghay
Kouw-loan yang berada ber-sama2 dengan dia" Boleh jadi karena hubungannya dalam kenyataan yang sudah menjadi suami isteri. Jikalau ada terjadi apa2 atas diri Im Tay Seng, ia sendiri juga barangkali tidak akan hidup sendiri. Memikir soal itu, perasaan kuatir timbul dalam hati Lim Tiang Hong. Tanpa berani berayal lagi seketika itu juga diayunnya kakinya mengambil arah utara.
0-0dw-kz0-0 Bab 37 MALAM telah tiba. Keadaan yang senja yang terang, telah menjadi gelap gulita.
1483 Lim Tiang Hong yang menyusul keutara tidak
memperdulikan gelapnya cuaca dan dinginnya hawa
malam itu. Saat itu sudah tiba di kaki gunung Thay-san.
Dalam perjalanannya itu, sedikitpun tidak di
jumpainya tanda2 telah menemui jejak. Tentu sulit mengejar secara membabi buta. Ia yang tidak mendapat petunjuk apa2 dan tidak tahu apa maksudnya Im Tay Seng dari arah mana yang dituju.
Maka ketika melihat tengah malam buta itu sudah
berada dikaki gunung, pikirannya sudah lebih cemas.
Dalam keadaan demikian, tiba2 telinganya
menangkap suara berkibarnya pakaian. Daya
pendengarannya yang sangat tajam segera dapat
membedakan bahwa suara tadi bukan dari seorang saja, melainkan dari banyak orang. Maka diam2 lantas
pikirannya bekerja, "Apa mereka itu kawanan padri Siauw-lim-pay?"
Ia lalu sembunyikan diri kesebuah batu cadas yang besar.
Tidak antara lama terlihat olehnya sembilan
bayangan manusia, bagaikan serombongan burung
gagak melayang melalui jalanannya tadi.
1484 Daya penglihatan tajam Lim Tiang Hong hebat
bukan main. Segera dikenalnya rombongan orang2 itu, terdiri dari wakil ketua Thian-cu-kauw Pie-ma Thian-kauw, yang memimpin Liauwtong Kim-cie, Hwee-san
Koay-khek, Cit-sat-sin, Khong Bun Thian dan beberapa anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw lainnya.
Saat itu terdengar suaranya Pie-ma Thian-kauw
yang bicara dengan nada rendah sekali: "Kabarnya
mereka berdua sudah masuk ke daerah gunung Thay-san ini. Kawanan padri Siauw-lim juga sudah datang
mengejar, maka dalam soal ini harus cepat kita turun tangan jangan sampat kedahuluan oleh kepala gundul itu, bisa runyam...."
(0-0dw-kz0-0) Jilid ke 16 Ia angkat kepalanya, seperti memeriksa keadaan
sekitarnya Lalu katanya pula: "Sekarang kita harus adakan penyelidikan dengan berpencaran. Aku minta saudara Liauw-tong Kim-cie dan saudara Khong Bun


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Thian membawa dua kawan adakan penyelidikan dari
kanan dan kiri. Aku sendiri akan menyelidiki ke bagian 1485
tengah dengan Hwee-san Koay-khek. Kalau ada apa2, lekas gunakan tanda api merah buat saling beri kabar".
Sehabis berkata, wakil ketua itu lari lebih dahulu, terus naik ke atas.
Liauw-tong Kim-cie dan Khong Bun Thian juga
lantai berpencar ke kanan dan kiri dengan masing-
membawa dua pengikut. Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian,
dalam hati merasa heran sedikit. Dilihat dari kejadian mereka tadi, terang Im Tay Seng sudah lepaskan diri dari Thian-cu-kauw....
Jikalau benar demikian halnya, menjadi lebih
mudah lagi usaha Lim Tiang Hong. Barangkali Im Tay Seng telah terkena pengaruh Henghay Kouw-loan dan bisa banting stir menuntut hidup baru dengan jalan baik2.
Berhubung dengan adanya pikiran Lim Tiang Hong
ini, girang sekali hatinya, sebab dapat memperbaiki seorang pemuda yang bermoral bejat menjadikan
seorang anak muda baik2. Itu sesungguhnya merupakan suatu kejadian langka dan patut digembirakan. Apalagi orang itu dengan dia masih erat hubungannya.
1486 Seberlalunya Pie-ma Thian-kauw dau kawan2nya,
Lim Tiang Hong juga lantas keluar dari tempat
sembunyinya dan mengikuti rombongan Pie-ma Thian-
kauw. Daerah gunung Thay-san demikian luas. Untuk
mencari orang satu dua gelintir kesitu, sesungguhnya bukan soal mudah.
Rombongan Pie-ma Thian-kouw di depan, diikuti
oleh Lim Tiang Hong dari belakang. Orang2 itu dengan susah payah membuat jalan di pegunungan. Kira2 satu jam lamanya, mendadak dari sebelah timur, kelihatan api warna biru yang meluncur ke tengah udara. Dibawah penerangan api tanda itu, nampak wajah setiap orang dalam rombongan Thian-cu-kauw tegang sekali. Tiba2
terdengar suara Pie-ma Thian-kauw yang keras: "Ada disana! Lekasss!!!"
Perkataannya itu disusul dengan gerakan tubuhnya
sendiri yang cepat, lari menuju ke arah dari mana tanda api tadi terlihat.
Karena tujuannya sudah ditunjuk, Lim Tiang Hong
merasa tidak perlu mengejar mereka, dengan cepat
dikeluarkannya ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, 1487
se-akan2 asap terbang sebentar saja sudah melalui Pie-ma Thian-kauw menuju ke arah api pertandaan tadi.
Ilmunya lt-shia Cian-lie Lim Tiang Hong boleh
dibilang sukar dapat tandingannya. Dalam waktu
sekejapan saja sudah dilihatnya di suatu tempat bergerak satu bayangan manusia, juga berkelebatnya sinar senjata tajam.
Ternyata empat padri Siauw-lim-sie dari bagian
rangon penyimpan kitab dengan berpencaran mengambil posisi segi empat mengurung Im Tay Seng dan Honghay Kouw-lan di tengah2. Sedang di belakang mereka itu, ada 36 anak murid Siauw-lim-pay yang membawa
senjata ..... dari golongan Buddha.
Dilain sudut, tampak berdiri Liauw-tong Kim-cie dan dua orang kawannya. Mereka nampak bertengkar
dengan Im Tay Seng. Lim Tiang Hong hanya mendengar Hui-bing Siansu
yang berkata: "Orang ini tidak perduli murid penghianat perkumpulanmu atau bukan, baik dia Kauwcu muda
kalian, tidak boleh bebas sebelum Lolap ambil kitab dari badannya!"
1488 Liauw-tong Kim-cie meng-urut2 beberapa lembar
jenggotnya, menyahut sambil ketawa hambar: "Siauw-lim-pay merupakan salah satu partai terbesar dalam kalangan persilatan! Tujuh puluh dua jenis ilmu silat kalian sudah merajai dunia kang-ouw! Bagaimana seperti orang mati tidak bila menjaga peti matinya" Bisa
membikin hilang kitab peninggalan sucouw nya sendiri.
Ha! ini benar2, membikin orang tidak habis mengerti!"
Hui-kak Siansu tahu bahwa ucapan Liauw-tong Kim-
cie yang keras itu menyindir mereka, maka lantas
membentak dengan suara keras: "Sicu tidak usah
berlagak. Seperti apa yang Sicu katakan tadi, Siauw-limpay sebagai salah satu partai terkuat. Itu benar!
Meskipun jarang menimbulkan perkara diluaran, jangan itu dianggap kami takut berurusan diluaran. Jikalau mau dikatakan bahwa kitab itu tidak berada di badan Siauw Sicu ini, biarlah Lolap mengadakan penggeledahan dulu, baru nanti kita bicarakan hal2 lainnya belakangan"
Dengan mendadak Hui-kak Siansu maju ke depan
dan mencekal pergelangan tangan Im Tay Seng.
1489 Tiba2 dengan secepat kilat Henghay Kouw-loan
menggerakkan pedangnya menghalangi niat Hui-kak
Siansu menawan orang. Henghay Kouw-loan pernah ikut Lim Tiang Hong
menerjang Siauw-lim-pay. Itulah sebabnya empat padri Siauw-lim-sie bagian rangon penyimpanan senjata telah mengenal dia sebagai murid Leng-thian It-ouw.
Dan kini mendadak dia memihak pihak Thian-cu-
kauw, membuat Hui-kak Siansu kebingungan sendiri.
Sambil menyebut nama Buddha, padri tua ini berkata:
"Orang ini dosanya sudah melewati takaran. Dialah Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw, bukan Lim Siauwhiapl Apa sebabnya nona menghalangi pinceng?"
Henghay Kouw-loan dengan paras pucat dan suara
gemetar berkata "Tidak perduli siapa dia, tidak kuijinkan kalian menghina dia tanpa alasan yang cukup kuat!"
Hui-kak Siaissu yang mendongkol hatinya,
mendadak tertawa ber-gelak2 dan terus berkata: "Li Sicu, kau juga terlalu keras kepala! Kitab Tat-mo-keng bagi kami amat penting artinya, yang harus diambil kembali buat Siauw-lim-sie. Siapapun yang berani
merintangi, kami anggap dia sebagai musuh kami. Dan 1490
tanpa ampun bisa kami bunuh! Harap sebaiknya Li Sicu jangan ikut campur dalam urusan Loceng sekali ini"
Dalam keadaan demikian, Henghay-Kouw-loan
sebetulnya sudah tahu bahwa Im Tay Seng berada dalam keadaan terjepit benar2. Tetapi karena dia telah
serahkan dirinya kepada anak muda tersebut, sudah dengan sendirinya dia tidak mau tahu bahaya apa yang akan menimpa dirinya. Sekalipun binasa ber-sama2
dengan pemuda itu, dia sudah rela. Perkataan2 Hui-kak Siansu yang bersifat mengancam meski mengejutkan
hatinya, masih tetap dia keras kepala. Sambil putarkan pedang panjang ditangannya, berkata: "Urusan malam ini, aku Henghay Kouw-loan pasti akan ikut ambil bagian!
Terserah dengan kepandaian apa kalian ingin melayani nonamu!"
Hui-kak Sansu berkata sambil ketawa menyengir:
"Kalau begitu, Loceng terpaksa pun akan berlaku kurang ajar"
Dengan cepat tubuhnya maju dua tindak, tetapi
ketika bermaksud hendak turun tangan, dari luar
kalangan tiba2 terdengar suara bentakan keras: "Tahan dulu! Tunggu sampai aku si orang she Beng
1491 membereskan urusan dalam rumah tanggaku kalau
masih ingin bertempur terus!"
Bersama dengan itu, Pie-ma Thian-kauw Beng Sie
Kiu bagaikan burung terbang sudah melayang ke tengah lapangan. Wakil ketua Thian-cu-kauw ini sebetulnya sudah lama mengincar kitab peninggalan Tat-mo Cauwsu buat dikangkangi sendiri, cuma belum berani secara terang2an. Kali ini, setelah Pek-tok Hui-mo menyerahkan buat selesaikan tugas pembersihan dalam Thian-cu-kauw, tiba2 Kauwcu itu menghilang, yang dalam dugaan Beng Sie Kiu, atau anggapan sang Kauwcu yang
beberapa kali pernah menderita kekalahan itu menutup diri atau pergi ke lain tempat untuk berlatih lagi dengan kitab Siauw-lim-sie hasil curian.
Diluar dugaan, gundik Pek-tok Hui-mo, yakni Lak-
chiu Sian-nio tiba2 memberitahukan bbahwa Im Tay
Seng sudah mencuri kitab peninggalan Tat-mo Couwsu itu dan kabur ber-sama2 Henghay Kouw-loan. Dan Pie-ma Thian-kauw diminta bantuannya buat pergi mengejar.
Kejadian ini barang tentu membuat Pie-ma Thian-kauw girang bukan kepalang, maka segera turun tangan
sendiri untuk melaksanakan tugas atau lebih tepat untuk 1492
dapat mewujudkan cita2nya mengangkangi kitab. Itulah kesempatan satu2nya buat dia untuk mendapatkan kitab tersebut dan jika berhasil berarti telah 90% maksudnya terlaksana.
Sayangnya kitab yang didapatkan oleh Im Tay Seng
hanya bagian terakhir dari apa yang didapat oleh Pek-tok Hui-mo. Pelajaran2 dalam kitab itu hanya cocok bagi kaum wanita, maka Pek-tok Hui-mo sengaja
meninggalkan perkumpulannya, memberi bagian yang
tidak penting itu kepada Lak-chiu Sian-nio.
Gundiknya itu, dalam kebingungan tidak bisa
membedakan kitab mana yang dicuri itu, hingga
membikin geger seluruh orang2 Thian-cu-kauw.
Mari kita tengok gerak-gerik Pie-ma Thian-kau
setelah berada di tengah kalangan. Dengan sombongnya dihampirinya Im Tay Seng seraya katanya: "Tahukah kau dengan menggunakan hukuman apa perkumpulan Thian-cu-kauw menghukum muridnya yang berkhianat"
Sekarang mengingat kau adalah putra Kauwcu sendiri, cukup dengan kau serahkan Kitab Tat-mo-keng itu dan ikut aku pulang ke pusat perkumpulan serta minta
1493 ampun kepada Sian-nio, Aku berani berikan jaminan, urusan akan dibikin habis begitu saja!"
Setelah didengarnya perkataan2 Pie-ma Thian-kauw
yang sombong itu, lantas berubah wajahnya Im Tay
Seng yang tampan. Setelah ketawa panjang
menyeramkan, lalu berkata: "Beng Sie Kiu! Kau toh bukan lain daripada satu pembantu ayahku! Kenapa
berani begitu kurang ajar didepanku" Dengan terus terang Thian-cu-kauw telah didirikan oleh ayahku
seorang saja, tidak pernah pinjam tenaga orang lain! Apa yang kau katakan Kitab Tat-mo-keng juga benda ayahku!
Andai kata benar aku mati dan ambil adalah wajar, tidak ada hak kau mengurusi urusanku! Apalagi kau mengatakan aku pengkhianat, lagi juga Lak-chiu Sian-nio itu orang macam apa?"
Pie-ma Thian-kauw yang mengandung maksud lain
sudah tentu tidak mau mendengar segala ocehannya Im Tay Seng. Ia kukuh dengan pengaduan Lak-chiu Sian-nio. mengatakan bahwa kedatangannya itu dengan
membawa titah Kauwcu, maka lantas membentak
dengan suara keras: "Sungguh besar nyalimu eh! Berani tidak pandang mata seorang dari tingkatan tua" Hai 1494
saudara2 lekas ringkus bocah ini. Jika dia berani melawan bunuh saja habis perkara!"
Dibawah perintah, dengan menggunakan alasan
menangkap pengkhianat, sudah tentu Liauw-tong Kim-cie dan lain2nya segera sudah hendak turun tangan.
Im Tay Seng gusar sekali. Lalu dihunus peclangnya dan membentak: "Siapa berani melanggar Siauw Kauwcu akan dianggap sebagai pengkhianat. Lekas mundur!"
Biar bagaimana, Im Tay Seng tetap putera Kauwcu.
Maka sebelum mendapat perintah Kauwcu sendiri,
Kauwcu muda ini masih tetap merupakan seorang
berwibawa yang tidak boleh sembarangan diraba. Liauwtong Kim-cie dan kawan2nya merasa berada dalam
keadaan serba salah, semuanya hentikan tindakaanya tidak berani melangkah lagi.
Pie-ma Thian-kauw gusar. Ia lalu mengeluarkan
simbol Thian-cu-kauw yang dinamakan Thian-cu Pek-kut-leng. Sambil angkat tinggi2 benda itu diatas kepalanya dia keluarkan perintahnya sekali lagi: "Siapa yang tidak dengar perintah kami, akan mendapat hukuman menurut peraturan perkumpulan!"
1495 Simbol Thian-cu Pek-kut-leng itu adalah benda
kepercayaan bagi orang2 terpenting dalam Thian-cu-kauw yang mewakili perintah Kauwcu, hingga buat orang yang membawa simbol itu dianggap sebagai Kauwcu
sendiri. Benda yang berupa tulang putih itu semuanya ada tiga buah. Dan yang dibawa oleh Beng Sie Kiu itu adalah yang didapatnya dari Lak-chiu Sian-nio
Liauw tong Kim-cie dan kawan2nya setelah
mendengar perintah kerasnya Pie-ma Thian-kauw, tidak bersangsi lagi. Tiba2 Im Tay Seng ketawa ber-gelak2
seraya katanya. "Kau gunakan simbol Thian-cu Pek-kut-leng, apa kiramu bisa menggertak aku Ha, ha, ha...."
Setelah itu pemuda ini masukkan tangannya
kedalam sakunya, lantas sebuah Thian-cu Pek-kut-leng berada dalam genggamannya dan diangkat tinggi2
didepan anak buahnya hingga Lauw-tong Kim-cie dan kawan2nya yang sudah sedia akan turun tangan,
terpaksa membatalkan tindakan mereka. Sesaat lamanya suasana sunyi.
Pie-ma Thian-kauw putar terus otaknya untuk
mencari daya upaya yang sempurna atau alasan2 buruk yang dapat dikemukakan buat dapat membinasakan Im 1496
Tay Seng. Dan dalam waktu singkat itu, dia tidak dapat pikirkan daya upaya apapun.
Sebagai orang cerdik ia mengetaiul apa akibat dari tindakannya itu. Jikalau tidak mempunyai alasan tepat untuk menimpakan segala dosa kepada Im Tay Seng dan turun tangan sembarangan tanpa alasan, beberapa
anggota pelindung hukum itu pasti akan berbalik
melawannya. Sebab mereka ini, biar bagaimana adalah orang2nya Pek-tok Hui-mo dan setia pada sang
pemimpin tersebut. Lama dalam keadaan sunyi, hingga kawanan padri
dari golongan Siauw lim-pay sudah merasa tak sabaran lagi. Hui-bing Siansu segera keluarkan suaranya yang nyaring. "Jahanam! Lekas serahkan kitab itu! Apa benar2
kau kehendaki Loceng sekalian turun tangan?".
Oleh karena terdapatnya orang2 Thian-cu-kauw
yang begitu banyak, membuat Im Tay Seng merasa
dapat tambah angin. Ketika mendengar suara Hui-bing Siansu, dia ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Kepala gundul! Jangan mimpi siang2. Kitab itu sekalipun betul berada delam badan tuan mudamu, juga jangan harap bisa kau minta balik! Kau dengar: Jikalau ada
1497 kepandaian, boleh lekas keluarkan semua disini! Tuan mudamu sedikitpun tidak akan merasa jeri!"
Bukan kepalang gusarnya Hui-bing Siansu. Lengan
jubahnya lantas digulung dan tangannya melancarkan serangan hebat detik itu pula.
Henghay Kouw-loan yang berdiri di samping Im Tay
Seng, tiba2 menggeram keras: "Berani!" Pedang
panjangnya lalu bergerak, menyerang dari atas.
Dengan adanya rintangan ini, Hui-bing Siansu mau
tidak mau manarik kembali serangannya.
Pie-ma Thian-kauw yang menyaksikan keadaan
demikian mendadak ketawa ber-gelak2 dan berkata:
"Aku sekarang mengerti. Kiranya kau mengkhianati
perkumpulanmu sendiri adalah disebabkan karena
adanya budak hina ini. Haa.... haa..."
Dia berhenti sejenask, kemudian membentak
dengan suara keras: "Liauw-tong Hok-hoat! Tangkap dulu budak hina itu!".
Liauw-tong Kim-cie segera menyahut "Baik" dan
meluncurkan badannya cepat sekali, menyerang
Henghay Kouw-loan secara mendadak.
1498 Im Tay Seng merasa cemas dan gusar. Ia keluarkan
bentakan yang keras: "Siapa berani bergerak
sembarang" Lekas berhenti!"
Tetapi belum lenyap suara bentakannya, Pie-ma
Thian-kauw sudah menerjang seperti kerbau gila. Tanpa perdulikan apapun akibatnya terus menyeruduk Im Tay Seng, beruntun dengan tiga kali serangannya.
Kepandaian silat wakil Kauwcu ini jauh diatas Im
Tay Seng. Apalagi dia sudah menggunakan waktu lengah ingin membunuh Kauwcu muda itu, ditambah pada setiap serangannya dipergunakan sepenuh tenaganya, tentu saja dalam waktu singkat itu Im Tay Seng merasa
keteter dan tidak punya kesempatan untuk muka mulut lagi. Dia terpaksa mundur sampai tujuh delapan kaki dengan perasaan dongkol.
Pertarungan antara orang2 sendiri itu sebetulnya
adalah suatu kesempatan baik yang dapat dipergunakan orang2 Siauw-lim-pay buat sementara menonton dulu untuk kemudian menggulingkan yang menang. Akan
tetapi Hui-bing Siansu yang sudah banyak pengalaman dan mempunyai perhitungan tajam, sudah dapat lihat bahwa perbuatannya Pie-ma Thian-kauw itu jauh diluar 1499
garis2 peraturan manapun. Agaknya dia sudah bertekad bulat ingin membunuh Kauwcu muda Thian-cu-kauw itu.
Oleh karenanya, ia yang merasa kuatir nanti akan
didahului oleh wakil Kauwcu itu.
Dengan pertimbangan itulah dia merasa perlu
segera bertindak, Setelah menyebut nama Buddha,
betul2 badanya digerakkan seraya berseru: "Sicu sekalian supaya lekas berhenti! Tunggu nanti sampai loceng bereskan soal kitab milik Siauw-lim-sie kalau masih mau diteruskan!"
Setelah itu, ia lalu menyerbu kedalam medan
pertempuran. Tangannya dikibaskan dua kali, maksudnya ingin melerai orang2 yang bertempur itu.
"Duk! Beleduk!"
Tangan Hui-bing Siansu beraduan dengan tangan
Pie-ma Thian-kauw, keduanya mundur masing2 setindak.
Pie-ma Thian-kauw terperanjat. Dengan mata
melotot lebar berkata menahan geram: "Sungguh tidak nyana partai kenamaan Siauw lim-pay bisa membantu kawanan pengkhianat! Haa, ha. ha.... Apa tidak takut nama partaimu dijadikan buah tertawaan orang2 dunia kang-ouw"!"
1500 Hui-bing Siansu mendongkol, dengan suara tak
kalah kerasnya, ia berkata: "Loceng tidak ada maksud ikut campur tangan dalam urusan rumah tangga kalian!
Yang paling perlu kembalikan dulu kitab kami itu".
Oleh karena terjunnya Hui-bing Siansu
kegelanggang itu Khong Bun Thian dan lain2 anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw semua pada meluruk
ketengah. Hui-kak Siansu dan tiga kawannya juga
mengurung sekitar Im Tay Seng, mereka terus adakan penjagaan kuat di sekitar pemuda itu, hingga keadaan merupakan yang paling tegang dan sangat rawan sekali, salah2 bisa segera timbul suatu pertempuran kalut.
Lim Tiang Hong semenjak tadi terus sembunyikan
diri melihat gelagat, telah merasa bahwa saat untuknya turun tangan akan segera sampai. Dengan gerakan yang tak terduga oleh siapapun juga, badannya sudah
melayang turun ke tengah kalangan.
Setelah perdengarkan suara ketawanya sejenak,
lalu menyambungi perkataan Hui-bing Siansu tadi
dengan suara nyaring: "Kitab Tat-mo-keng sebetulnya adalah barang Siauw-lim-pay yang terhilang. Sudah sepatutnya kalau dikembalikan lekas kepada pemiliknya!
1501 Sementara itu tentang urusan saudara Im yang didakwa mengkhianati perkumpulan oleh Pie-ma Thian-kauw aku perlu dapatkan penjelasan se-terang2nya dulu dari Hu-kauw-cu ini. Perkumpulan Thian-cu-kauw siapa
sebetulnya yang mendirikan" Apakah tuan sendiri atau Lak-chiu sian-nio kah yang menegakkan nama Thian-cu-kauw?"
Munculnya Lim Tiang Hong secara mendadakan itu
membuat sekalian orang melongo. Reaksi yang timbul pada setiap manusia di situ ber-lain2an. Kalau pihak Hui-bing Siansu setelah melihat anak muda itu jadi tenteram pikirannya, adalah pihak Thian-cu-kauw yang gelisah pikirannya. Umumnya orang2 Siauw-lim-sie mengenal pemuda itu, merasa berterima kasih atas kedatangannya kesitu. Tidak demikan halnya dengan Pie-ma Thian-kauw yang secara diam2 berpikir, bahwa rencananya hari itu akan gagal keseluruhan.
Bagi Im Tay Seng, disamping rasa girang yang
timbul mendadak, juga merasa ketar-ketir hatinya.
Girang karena bahaya pasti dapat dielakkan. Dan dapat pula ia memastikan dengan eratnya hubungan antara dia dengan Henghay Kouw-loan, Lim Tiang Hong tentu akan 1502
membantunya dalam menghadapi anak buahnya. Tetapi apa yang menjadikan hatinya ketar ketir, mengetahui watak Lim Tiang Hong yang tegas dalam mengambil
tindakan bagi siapa yang salah diantara yang benar.
Untuk hal ini, pihaknya akan terdesak, kitab Tat-mo-keng tidak akan dapat dipertahankan lebih lama. Dan kalau benar demikian halnya, bagaimana" Sebab....
tindakannya kali ini, adalah pada kitab pusaka tersebut.
Hanya Henghay Kouw-loan lah yang saat itu
merasakan pikirannya bercampur aduk tidak karaun.
Setelah ia menyingkirkan serangan, dengan cepat balik kembali dan berdiri disamping Im Tay Seng. Semua
perbuatannya itu terang2 memperlihatkan bahwa
perhubungan antara dia dan Im Tay Seng baik sekali.
Tetapi disamping itu dalam hatinya juga timbul perasaan malu dan jengah sebab Lim Tang Hong adalah satu2nya pemuda yang pertama merebut hatinya, sehingga dia sudah mencintai pemuda itu secara diam2, malah sudah bersedia hendak pasrahkah dirinya kepada si pemuda.
Akan tetapi siapa sangka siapa nyana waktu itu
ternyata berbalik berada dalam pelukan musuh.
Meskipun dalam hal ini dia merasa amat terpaksa,
1503 meskipun ini juga satu2nya jalan yang diharapkan oleh Lim Tiang Hong untuk memperbaiki kesalahan yang telah lampau, tapi biar bagaimana ia masih merasa jengah.
Maka saat itu ia hanya menunduk tanpa berani
sedikitpun mencuri lihat wajah pemuda pujaannya itu.
Pada saat itu Pie-ma Thian-kauw agaknya sudah
dapat pulihkan ketenangan dalam hatinya, sambil
menuding Lim Tiang Hong dengan sifat menantang,
berkata keras2: "Perkumpulan Thian-cu-kauw
diberdirikan oleh siapapun tidak ada urusannya dengan kau. Lain dari itu setiap perkumpulan mempunyai
peraturannya masing2. Urusan dalam perkumpulan kami tidak diperbolehkan siapapun dari orang luar
mencampuri. Aku lihat sebaiknya kau tahu gelagat!"
Lim Tiang Hong mendongak, tertawa ter-bahak2.
Kemudian baru berkata: "Aku si orang she Lim justru mempunyai tabiat yang suka mencampuri urusan orang lain yang tidak benar! Im Tay Seng adalah putera Thian-cu-kauw Kauwcu sendiri. Tidak peduli Kitab Tat-mo-keng itu kepunyaan siapapun, tapi pada masa ini, masih terhitung barang kepunyaannya Pek-tok Hui-mo. Anak mengambil barang milik ayahnya tidak boleh dicampuri 1504
oleh siapapun juga tidak bisa dikatakan melanggar perkumpulan. Ayah bunda sendiri toh masih tidak
menanyakan soal itu, kenapa kalian menggunakan nama perkumpulan untuk kepentingan sendiri ikut2 campur tangan" Apa maksud kalian yang sebenarnya?"
Pie-ma Thian Thian-kauw orangnya cerdik dan
cerdas otaknya. Sebetulnya dia tidak suka adu mulut terlalu lama dengan pemuda itu. Tetapi karena per-tama2 ada rasa jeri sedikit terhadap pemuda itu, kedua memang dia mengandung maksud jahat, maka ia harus mencari alasan yang tepat untuk dapat mengendalikan orang2 Thian-cu-kauw sebawabannya supaya berani
turun tangan terhadap Im Tay Seng. Maka ia pura2
berlagak gusar dan membentak dengan suara keras:
"Urusan dalam perkumpulan Thian-cu-kauw
sebetulnya tidak perlu dibicarakan banyak2 dengan kau!


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tapi aku perlu menjelaskan dalam soal ini kauwcu masih belum tahu sama sekali. Jikalau tahu barangkali bocah itu siang2 dibunuh mati olehnya sendiri! Aku si orang she Beng meskipun mendapat perintah dari Lak-chiu Sian-nio dan diberikan kebebasan untuk bertindak dengan adanya simbol perkumpulan Thian-cu Pek-kut-leng, tapi aku 1505
tidak akan memakai itu untuk mengambil jiwanya. Aku cuma mau supaya dia bisa insyaf dan sadar, bisa
serahkan kembali kitab milik ayahnya itu kepadaku!"
"Kau tidak usah berkata begitu melit dan berlagak murah hati. Jika benar Kauwcu tidak ada, toh masih ada ibunya sendiri Lok-hee Hujin yang bisa mengurusi soal anaknya" Tentang Lak-chiu Sian-nio seorang gundik apa artinya?"
"Ternyata kau masih ngaco! Lok-hee Hujin sudah
tidak akur lagi dengan Kauwcu! Lama sudah diusir keluar dari perkumpulan. Sekarang adalah Lak-chiu Sian-nio yang menjadi istrinya Kauwcu!"
Mendengar perkataan itu, pening kepala Lim Tiang
Hong seperti disambar geledek. Badannya menggigil, menahan rasa gusar yang dapat meluap seketika. Dalam otaknya terbayang, biar bagaimana, se-buruk2nya Lok-hee Hujin adalah ibunya juga. Baik buruk perbuatannya, ibu tetap ibu yang pernah mengandungnya. Sekarang ibunya mengalami nasib buruk disebabkan perilaku suami tidak benar, sudah tentu dalam hatinya timbul suatu perasaan gusar.
1506 Bilamana.... mengenangkan nasib ibunya, tambah
benci terhadap Pek-tok Hui-mo yang tidak mempunyai perikemanusiaan.
Jika dilihat keadaan hari itu, memang merupakan
suatu kenyataan mereka berani kurang ajar terhadap Im Tay Seng, tentu pula disebabkan karena Lok-hee Hujin sudah tidak mendapat cinta suaminya.
Oleh karena itu, lebih teguh lagi kemauannya
herdak membantu Im Tay Seng. Seketika itu alisnya berdiri, dengan suara keras membentak: "Aku si orang she Lim tidak sudi banyak bicara dengan kau. Malam ini jika siapapun jika berani mengganggu Im Tay Seng akan kusuruh dia rasakan tajamnya pedang To-liong-kiam!"
Sehabis bicara, ia berdiri tegak di tangah lapangan dengan sebelah tangan mencekal gagang pedangnya.
Sikapnya yang demikian gagah membuat Pie-ma Thian-kauw tidak berani membantah lagi, bungkam dalam
seribu bahasa! Pada saat itu Hui-bing Siansu mendadak berkata
setelah menyebut nama Buddha: "Sekali lagi Loceng ingin memberi Sicu keterangan. Maksud kedatangan
kami sekalian kemari ialah untuk mendapatkan kembali 1507
benda kami yang terhilang, lain tidak. Bagaimana
baiknya kalau Sicu dalam perkara ini tidak mencampuri".
Loceng rasa kurang baik kalau sicu tetap berkukuh ingin membantu dia".
Lim Tiang Hong mengawasi Hui-bing Siansu sejenak
dengan sikap acuh tak acuh sambil ulur tangannya:
"Keluarkan! Kembalikan barang orang lain itu"
Im Tay Seng yang jika pada waktu biasanya suka
ugal2an menuruti kemauannya sendiri, hari itu dihinakan demikian rupa oleh Lim Tiang Hong, sebetulnya dalam hati sudah sangat mendongkol. Perbuatan Lim Tiang Hong yang tegas tanpa ragu2 bertindak, terang2
membuat dia tambah dongkol hingga badannya
gemetaran dan wajahnya pucat
Akhirnya ia berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Mana bisa begitu gampang" Aku si orang she Im
sekalipun harus korbankan nyawapun tidak akan
gampang2 kembalikan benda ini kepada mereka! Kau
juga tidak perlu ikut campur!"
Lim Tiang Hong tanpa memperlihatkan perubahan
sedikitpun pada wajahnya, berkata sungguh2: "Aku si orang she Lim dalam urusan hari ini se-mata2 hanya 1508
untuk menyenangkan encie Kouw-loan dan kau. Mau
kembalikan atau tidak takkan kupaksa. Tapi harus kau lihat dulu gelagat sekarang ini, kau tidak akan mampu keluar dari kepungan mereka! Aku minta kau pikirkan dulu masak2 setelah itu boleh kau jawab atau tidak...."
Lim Tiang Hong berhenti sejenak, kemudian
meneruskan: "Barang, masing" ada yang memiliki,
janganlah memperkosa milik orang lain. Jikalau saudara Im mulai saat ini benar2 bisa merubah kelakuanmu yang buruk, aku si orang she Lim suka menjadi sahabatmu sampai akhir jaman. Lain daripada itu, aku juga bisa turunkan pelajaran ilmu dari Hong-hong Pie-kokmata orang2 itu, dengan sikap tawar mengawasi mereka 1408
lalu berkata dengan suara acuh tak acuh: "Hai kalian manusia2 yang tidak tahu diri, apa perlu kalian cari mampus disini"!"
Baru saja tertutup mulutnya, kembali terdengar
suara riuh pekik jeritan orang, disusul dengan munculnya Pek-bin It-koay dan Ang-hoat Lo-lo dan selang tak lama kemudian kelihatan Lionghouw Koan-cu dengan
membawa rombongan imam2 pembawa bendera ber-
lerot2 datang kesitu. Lim Tiang Hong mendadak dongakkan kepala
sambil tertawa ber-gelak2 berkata: "Bagus! Bagus! Kalian manusia2 yang mau mampus malam ini datang semua.
Aku juga akan adakan pembunuhan besar2an!"
Tetapi yang mengherankan, beberapa kali ia
berkata, dari rombongan orang2 itu tidak ada
seorangpun yang kelihatannya ingin menyahuti, hingga dalam hatinya diam2 timbul perasaan heran. Mungkinkah orang" itu sudah menjadi setan bawaan orang tua tadi"
Selagi Lim Tiang Hong masih merasa heran, dari
jauh tiba2 terdengar suara yang menyeramkan. Suara itu pertama kali terdengar, nyata masih sejauh beberapa lie dari situ. Tapi kemudian dalam sekejap mata sudah 1409
terdengar bagai dilamping gunung itu. Jika didengar dengan seksama, suara itu mengandung keanehan pula.
Diduga, orang yang mengeluarkan suara aneh itu sudah amat tinggi sekali latihan ilmunya. Pun membangkitkan perasaan dalam hati Lim Tiang Hong, suara itu rasa2nya pernah dikenalnya, tetapi di-ingat2 tetap tidak tahu siapa.
Selagi suara masih berkumandang keras ditengah
udara, dua bayangan orang yang tinggi dan kate sudah melayang turun kesitu
Yang tinggi itu, ternyata adalah Kauwcu Thian-cu-
kauw Pek-tok Hui-mo, dan yang lain adalah si Dukun Biauw-ciang Kui-pan-po.
Lim Tiang Hong sungguhpun berkepandaian tinggi
dan besar nyalinya, tapi dalam sekejapan ber-turut2
menghadapi begitu banyak kawanan iblis nomor wahid, diam2 juga jadi terkejut.
Pek-tok Hui-mo yang sampai duluan diatas, berdiri dengan sikap sombong. Matanya mengawasi teman2nya sejenak, kemudian dengan suara tawar menghadap Lim Tiang Hong seraya katanya. "Sekarang kuberikan
ketempatan terakhir buat kau: Jika pada saat ini kau bisa 1410
rubah niatmu dan mengaku salah dan berlutut didepan bapakmu ini, kau tetap akan dianggap sebagai Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw! Malah kekuasaan dan hak yang akan kau dapat nanti, akan jauh lebih besar daripada apa yang kuberikan pada engkornu. Tapi kalau tetap bandel, aku sebagai orang tua tidak punya daya lain buat
melindungi ancaman orang2 ini sekalian!"
Lim Tiang Hong tahu malam itu pertumpahan darah
besar2an takkan mungkin dapat dihindarkan. Maka
diam2 ia mengatur pernapasannya, mengerahkan
seluruh kekuatan murninya menindas perasaannya
supaya tidak tergoncang hebat. Setelah itu ia baru berkata dengan suara lantang: "Tidak perlu kau
keluarkan perkataan yang seperti membujuk anak kecil!
Terus terang kukatakan: Aku sudah dapatkan keterangan serba lengkap mengenai kau, juga mengenal siapa
adanya kau. Kaulah si Manusia Buas Nomor Satu
dikolong jagat yang suhuku Bu-ceng Kiam-khek haruskan membunuhnya. Dan mengena! sebab dulu aku bisa
lepaskan begitu saja, karena aku masih perlu menghargai dan mentaati pesan seorang locianpwee. Tapi kau
tunggulah saja, pasti ada gilirannya buat kau mati!"
1411 Ketika ia coba mengucapkan perkataan2nya yang
penghabisan ini, sikap dan suaranya bengis sekali.
Pek-tok Hui-mo yang mendengar demikian, hampir
seluruh rambutnya berdiri. Dan perasaan jeri tiba2
menggoncangkan semangatnya. Kini ia merasa berkuatir.
Sebabnya, sebenarnya amat sederhana sekali. Orang tua Penyipta telah memesan Lim Tiang Hong mengambil
jiwanya. Meski malam itu ia dapat mendahulu tindakan anak muda itu sebelum maksudnya tercapai, tapi,
bagaimana si orang tua gurunya mau menyudahi perkara begitu saja"
Tapi betul2 Pek-tok Hui-mo bersifat licik dan
pengecut! Sekalipun dalam hatinya ia merasa takut yang tak alang kepalang tapi diluarnya tetap tidak
memperlihatkan perubahan dan tiba2 membentak
bengis: "Anak haram! Sungguh besar nyalimu eh"! Kau tidak pandang orang tuamu" Lihat sajalah! Apa kiramu aku tidak mampu beri ajaran kepadamu!"
Berbareng dengan diucapkannya kata2 itu,
tangannya yang besar mengulap perlahan.
Kawanan iblis yang semenjak tadi hanya sebagai
pendengar dan penonton, setelah melihat ulapan tangan 1412
Pek-tok Hui-mo, semua lalu berpencaran mengambil
tempat sendiri2 dan maju ke depan lambat2.
Lim Tiang Hong menyaksikan semua kejadian di
sekelilingnya sambil berpeluk tangan. Kedua matanya bersorot beringas, menyapu orang2 didepannya.
Perasaan gusar yang me-luap2 bagai tak dapat
dikendalikannya lagi. Setelah keluarkan dehemam ia lalu ketawa dingin dan menggeram.
Tiba2 matanya dapat melihat, si setan tengkorak
Bu-kui Siancu muncul disitu dengan itu pemuda yang menamakan diri Pang It Kie. Maka seketika itu juga meledaklah keinginan membunuhnya.
Dengan cepat ia melompat maju, terus menerjang
kearah pemuda itu sambil membentak keras, "Eh!
Dimana kau sembunyikan adik Yan-ku!"
Gerakan Lim Tiang Hong begitu mendadakan,
cepatnya luar biasa. Pang It Kie dalam kagetnya buru2 ingin
menjauhkan diri, tetapi tiba2 melihat berkelebatnya satu bayangan hitam.
1413 Kemudian terdrngar suara benturan hebat, diatas
tebing lalu timbul suara angin menderu serta suara batu kecil yang berterbangan dan jatuh ke dalam lembah Seseorang tua berbaju hitam nampak mundur
sempoyongan sampai tiga tindak, sedang Lim Tiang
Hong nampak berputaran di tengah udara dan melayang turun sejauh lima kaki.
Kiranya ketika Lim Tiang Hong tadi menerjang
pemuda Pang It-kie secara mendadak, orang tua baju hitam itu sudah menyambuti serangan Lim Tiang Hong dari samping.
Orang tua itu kekuatan tenaga dalamnya sudah
mencapai ke tingkat yang sempurna. Sadang Lim Tiang Hong yang sudah menghamburkan kekuatan tenaga
dalamnya begitu banyak, maka setelah mengadu
kekuatan kedua2nya sama kuatnya
Selagi Lim Tiang Hong melayang turun, lalu
terdengar suara riuh, Lam-hay Gia-mo, Pek-bin It-koay, Biauw-chiu Thian-koan dan lain2nya sudah pada
menyerbu menyerang Lim Tiang Hong.
Dengan cepat Lim Tiang Hong geser kakinya
mengelakkan serbuan kawanan iblis itu. Kemudian ia 1414
berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Tidak nyana kalian manusia yang pernah lolos dari tanganku ini kini semua telah bernaung dibawah bendernya Thian-cu-kauw. Aku benar2 merasa malu mengingat kedudukan kalian
sekarang!" Pek-bin It-koay ada merupakan seorang yang paling jumawa di dalam golongan hitam. Tidak nyana baru saja gabungan diri dengan Thian-cu-kauw sudah mendapat perintah untuk turut mengepung Lim Tiang Hong. Di dalam hatinya sudah lama dia merasa tidak puas dengan kedudukannya sebagai bawahan. Maka ketika mendapat sindiran Lim Tiang Hong, hatinya semakin sakit seperti ter-iris2 sembilu. Tapi ia masih coba menutupi
kemaluannya dengan bicara keras. "Anak kecil, tidak perlu kau menggonggong! Jika kau punya kepandaian keluarkan cepat!"
Lim Tiang Hong yang berada dibawah ancaman 3-4
puluh orang kuat, tidak mau banyak bicara dengarnya. Ia lalu gerakkan kedua tangannya untuk menyambuti
serangan yang dilancarkan dari berbagai jurusan. Sedang dalam hatinya memikir: bahwa bertempur secara
demikian tidak boleh dibiarkan lama2. Sekalipun dapat 1415
memukul hancur orang2 itu, tapi Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po serta Bu-kui Siancu pasti akan maju untuk bantu menyerang.
Dan pada waktu itu aku yang sudah kehabisan
tenaga mana ada kekuatan buat menghadapi mereka
lagi" Oleh sebab itu maka timbul pikiran buat angkat kaki sementara dulu.
Tiba2 terdengar satu siulan panjang. Dengan satu
kali pukul, dia telah merubuhkan salah seorang anak buah golongan Lam-hay sehingga menimbulkan
kekalutan sebentar. Dan Lim Tiang Hong yang dapat menggunakan kesempatan itu, lantas lompat melesat dan melayang turun ke bawah tebing.
Tidak nyana, baru saja terlepas dari kepungan
rombongan orang banyak itu, kembali ia harus
menghadapi sekelompok manusia liar itu. Itulah
orang2nya Thian-cu-kauw, diantaranya terdapai Liauwtong Kiam-cie, Hwee-san Koay-khek, Khong Bun Thian dan lain2nya, yang segera membentuk kepungan baru di sekitar Lim Tiang Hong.
1416 Thian-cu-kamv Kauwcu Pak-tok Hui-mo pernah
menderita kekalahan di Toan-hua-gay. Kekalahan yang pahit itu menimbulkan rasa benci sekali terhadap Lim Tiang Hong. Telah timbul niatnya akan membunuh
pemuda itu. Dan kebetulan, kali ini Pang It-kie pada suatu kesempatan yang tak terduga2 telah dapat
menarik perhatian Yan-jie dan dapat membawa Yan-jie ke situ.
Dengan adanya Yan-jie sebagai umpan, maksudnya
ingin memancing Lim Tiang Hong kegunung Hoan-cengsan yang amat strategis letaknya.
Pek-tok Hui-mo diam2 lalu mengatur anak buahnya
serta orang2 kuat yang baru masuk manjadi anggotanya itu mengepung rapat pemuda itu. Ia menunggu giliran sesudah habis tenaga Lim Tiang Hong baru mau turun tangan mengambil jiwanya.
Lim Tiang Hong yang cuma mengerti bahwa
tujuannya ke situ adalah untuk menolong Yan-jie maka tidak memikir bahwa ia sendiri berada dalam bahaya besar. Maka ia dari Tiang-lim, lalu terus supaya dapat tiba ketempat tujuan pada waklunya. Tapi justru
perbuatannya itu memakan banyak tenaganya. Bukan
1417 sedikit tenaga yang dihambur tiada guna. Maka kini setelah mengetahui harus berhadapan dengan begitu banyak musuh2 kuat, barulah ia menyesali diri sendiri mengapa tidak mengambil waktu secukupnya buat
mengaso" Dan sekarang, ia telah terkurung dalam kepungan
orang banyak. Menyesalpun tiada berguna lagi. Ia curna bisa kertak gigi, mengusahakan se-bisa2nya untuk
menyambuti setiap serangan yang datang dari berbagai jurusan. Orang2nya Thian-cu-kauw ini karena bertempur didepan mata Kauwcu sendiri, sudah tentu semuanya ingin ber-dulu2 memperlihatkan kerahkan ilmu tertinggi yang mereka miliki.
Sementara itu rombongan Lam-hay Gia-mo dan
lain2 yang baru masuk jadi anggota, tentu tak mau kalah sebat, selekas itu memburu dan kembali sudah
mengepung Lim Tiang Hong. Ini benar2 menyulitkan
kedudukan anak muda itu. Sebab semenjak dia unjukkan diri didunia kang-ouw, pertama kalinya itulah dia harus menghadapi begitu banyak orang2 buat dalam suatu
pertempuran yang paling kejam. Apalagi dia dalam
keadaan badan yang tidak menguntungkan sama sekali, 1418
per-lahan2 ia merasakan tekanan yang hebat tentu saja baginya merasa, ae-akan2 kekuataanya jadi merosot jauh sekali. Meskipun ilmu Sam-sam Po-hoat nya luar biasa hebat, tetapi dibawah kepungan musuh2 tangguh begitu banyak yang terus mendesaknya secara bergiliran sedikitpun tidak mengijinkannya ia memperbaiki
keadaan. Disamping itu Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po
masih menonton dari jauh agaknya seperti menanti
kesempatan terbaik buat turun tangan. Selama itu dua orang ini hanya tunjuk kesini menuding kesatu dan memberi petunjuk2 kepada anak buahnya bagaimana
cara menciutkan kepungan.
Setelah jam tiga dan jam empat malam berlalu, Lim Tiang Hong tiba2 ingat mengapa selama itu ia bertangan kosong tidak menggunakan senjata" Dengan capat ia mencari lowongan mencabut seajatanya, seruling emas kini telah keluar.
Dengan seruling emasnya ini ia mengamuk.
Sebantar saja suara jeritan pekik orang2 terdengar di-mana2 dan mereka yang bandel kontan rubuh dan mati.
Senjata tersebut demikian hebat dalam tangan Lim Tiang 1419
Hoag, hingga kembali dalam detik2 berikut beberapa orang harus mengikuti kawan2nya yang terdahulu ke alam baka
Dalam waktu sekelebatan saja dikalangan itu sudah menjadi kubangan darah. Jerit mengerikan terdengar saling susul dan kepungan agak kucar kacir. Kini dalam tangan Lim Tiang Hong telah bertambah satu senjata lain, yakni pedang To-liong-kiam nya. Semangatnya terbangun lagi dan serangan2nya semakin gencar. Saat itulah tiba2 terdengar suara Lam-hay Gia-mo yang
nyaring tajam. "Bocah! Jangan bangga dulu!"
Kemudian ia tarik dirinya dan mengeluarkan
senjatanya, yakni Kiam-kek semacam pedang yang
bercagak, lalu lompat masuk lagi dalam kalangan
berdarah. Perbuatannya demikian segera ditelad oleh yang lain2, semua orang sudah menghunus senjata
masing-2 dan kembali mereka mengepung!
Pertempuran itu sekalipun berat sebelah, tapi jauh lebih seru daripada pertempuran yang manapun juga.
Dibawah sinar bintang yang remang2 hanya terlihat berkelebatnya bayangan2 manusia yang lompat sana
lompat sini, dengan diantaranya terlihat berkelebat 1420
senjata2 tajam dibarengi dengan terdengernya ber-kali2
jeritan maut. Hanya perasaan gusar dan nafsu membunuh yang
memenuhi dadalah yang merajai pertandingan di situ, semua orang berkeras ingin membunuh pihak lawan.
Lim Tiang Hong sudah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya melayani sekalian lawaanya. Seberlalunya pertempuran setengah jam kemudian, meskipun sudah banyak dari lawannya yang agak lembekan mati
terbunuh kena pedang atau seruling, tapi biar bagaimana Lim Tiang Hong cuma manusia yang terdiri dari darah serta daging, apalagi ia sudah 7 hari 7 malam tidak pernah mengaso terus menerus melakukan perjalanan.
Maka saat itu berulah ia merasakan kekuatannya jauh berkurang. Jika ia tidak pernah mendapatkan
kesaktiannya dari kegaiban alam, mungkin sudah dari tadi dia menggeletak sebagai bangkai Lim Tiang Hong!
Sementara dari pihak lawannya yang begitu
banyak, semua satu2 atau beramai-ramai maju
menghajar Lim Tiang Hong, seperti tidak ada batas mengaso buat mereka.
1421 Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po yang berdiri diluar kalangan jadi sengit melihat anak buah mereka yang paling kuat dari hasil pemilihan yang benar2, telah 3 jam bertempur tidak membawa hasil apapun. Mereka tambah gusar terhadap sipemuda, namun demikian disamping rasa gusar mereka harus menyayangkan kepandaian
orang demikian hebat, apakah sebentar lagi akan hilang dari muka bumi" Lim Tiang Hong tidak mau kena pancing dengan jalan apa sekalipun!
Dengan mendadak ia mengeluarkan suara
mengaum seperti binatang buas. Matanya yang bersinar biru memandang Bu-kiu Siancu sejenek. Orang tua yang dipandang demikian merasa tergetar hatinya. Kemudian perdengarkan suara ketawa aneh dan lantas lompat
melayang ke dalam medan pertempuran.
Gerakannya itu betul2 cepat dan kilat. Begitu dekat ia lalu tantang semua jari2nya dan mengeluarkan
serangan dari tengah udara!
Lim Tiang Hong waktu itu merasa tekanan berat
sekali. Tapi melihat Bu-kui Sian-cu melayang, jauh2
sudah geser kakinya dan menyambuti orang tua itu
dengan ujung pedangnya, sedang seruling emas di
1422 tangan kirinyapun dikerjakan, ditujukan kepada orang2
banyak yang turunan maju.
Semua itu terjadi dalam waktu singkat. Tiba2 di
tengah kalangan terdengar suara seperti burung hantu yang aneh, kemudian disusul dengan berkelebatnya satu sosok benda hitam, dengan beribu-ribu lembar seperti benang rajut dengan ceput mengurung kepala Lim Tiang Hong. Saat itulah terdengar satu suara mengatakan
"Rebah!" Kemudian terdengar suara "Ser-ser" an. Sinar emas mengurung depan tubuh Lim Tiang Hong!
Lalu terdengar suara ketava dari sambutan Lim
Tiang Hong dengan sambutannya "Kau maui Siauwya mu rebah" Tidak begitu gampang!"
Bayangan hitam yang menerjang tadi ternyata
adalah Kui-pan-po. Ketika melihat serangan pertamanya tidak membawa hasil, badannya berputaran ditengah udara dan kembali menerjang!
Bu-kui Siancu yang lebih dulu datang menyerang
pun menggunakan waktu itu menerjang lagi!
Entah dari mana datangnya kekuatan, tiba2 Lim
Tiang Hong seru keras, Pedang To-liong-kiam digunakan 1423
menyambuti Kui-pan-po sedang suling mas diayun
dengan tangan kiri ke arah Bu-kui Siancu.
Itu baru usaha menyingkirkan dua lawan sekaligus, juga merupakan usaha terakhirnya buat menyudahi
pertandingan itu yang sudah bertempur hampir semalam suntuk mana mempunyai kekuatan lagi buat menambah semangatnya guna menghadapi lawan2 yang segar2 ini"
Maka hanya beberapa jurus terakhir ini saja ia sudah terdesak mundur, sedangkan orang2nya Thian-cu-kauw yang mengepung tadi kembali sudah datang bagai
gelombang air pasang yang takkan habis2nya. Diatas itu ia sudah tidak mempunyai tenaga lebih lagi untuk
melayani musuh2nya. Ia merasakan darah di dada
bergolak hebat, matanya mulai berkunang2 hingga
diam2, ia telah mengeluh "Habislah! Tidak urung aku Lim Tiang Hong harus mati disini"
Dalam hatinya meski mengeluh ber-ulang2, tapi
keinginan untuk tetap hidup, memaksa dia mengeluarkan sisa2 tenaganya menghadapi semua lawan2nya.
Cuaca menjelang pagi. Dari sebelah timur, sudah
kelihatan sinar kuningnya matahari.
1424 Di bawah tebing kelihatan beberapa manusia
berwajah bengis sedang mengurung seorang pemuda
yang sudah berlepotan darah.
Setindak demi setindak pemuda itu terus mundur,
keadaannya sudah parah sekali.
Tiba2..... Satu siulan panjang yang amat nyaring terdengar
dikejauhan. Baru suaranya berhenti, di kalangan
pertempuran mendadak terdengar bentakan yang keras:
"Kawanan penjahat! Sungguh keji kelakuan kalian! Keji dan buas...."
Satu sosok bayangan hitam dengan kecepatan
bagaikan kilat turun ke medan pertempuran.
Lawan2 Lim Tiang Hong sekalian masih merasa
kaget mendengar bunyi siulan dari jauh, mendadak
mendengar lagi suara orang. Itu belum seberapa kalau baru melihat satu orang yang datang. Tapi di belakang satu orang yang datang duluan itu kembali datang dua bayangan merah! Juga mereka ini menerjang musuh2
Lim Tiang Hong. Kawanan penjahat, ketika mendengar bentakan,
juga telah mendapat firasat bahwa orang yang datang itu 1425
tentu berada di pihak Lim Tiang Hong. Maka mereka mendesak semakin gencar, ingin sekali membunuh anak muda itu sebelum para penolongnya datang.
Saat itu keadaan Lim Tiang Hong sungguh
mengenaskan sekali. Bu-kui Siancu yang tidak melepas kesempatan baik itu mendadak angkat tangannya dan membentak "Kau rebahlah!"
Dari kedua tangannya itu lalu meloncur keluar
hembusan angin kuat. Lim Tiang Hong ketawa panjang dan berkata sambil
mengelit "Tidak begitu gampang!"
Suling emasnya pun lantas diputar gencar,
membuang ke samping senjata lawan.
Suara benturan nyaring tak dapat dielakkan. Lim
Tiang Hong sempoyongan mundur ke belakang.
Mulutnya menyemburkan darah segar.
Kui-pan-po kala itu ketawa cekikikan dan berseru
"Bocah, kau menyerah sajalah"
Ia juga melompat melesat dan menerjang anak
muda itu. Dalam keadaan demikian gentingnya datang
bintang penolong bagi Lim Tiang Hong.
1426 Mendadak terdengar suara desir angin keras,
seorang tinggi besar melayang turun ketengah kalangan dengan bentakannya yang kuat. "Enyah kalian!?"
Suara gemuruh terdengar nyaring.
Setelah itu tubuh Kun-pan-po nampak melayang
tujuh-delapan kaki jauhnya dan terdengar pula kaokan-2nya yang aneh.
Orang yang baru datang itu adalah seorang
pengemis berkaki satu dengan wajahnya yang penuh
berewok. Pengemis mana agaknya sudah terlalu gusar, hingga matanya yang melotot lebar nampak


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

menakutkan. Begitu tiba ditanah lantas menyapu dengan tongkatnya. Serangannya ini menggunakan tenaga
penuh. Ditambah pula dia sedang gusar keluarkan
serangannya, betapa hebatnya tak dapatlah
dibayangkan. Diantara suara jeritan ngeri, dua Tancu Thian-cu-
kauw korban pertama sudah hancur berantakan
badannya! Ini membuat orang2 di dekatnya kena
cipratan darahnya. Setelah pengemis kaki satu melancarkan
serangannya yang hebat, dua bayangan yang barusan 1427
meluncur turun juga sudah berada di dalam kalangan.
Satu membantu Lim Tiang Hong dan yang lainnya
menerjang orang banyak musuh Lim Tiang Hong.
Sebentar saja keadaan segera berganti kulit.
Kawanan manusia buas belum lagi mengetahui jelas
siapa2 yang datang, beberapa diantaranya sudah roboh dengan badan hancur oleh dua bayangan merah yang
belakangan. Hingga saat itu keadaan disitu kalut, suara jeritan ngeri dan teriakan2 peringatan terdengar ramai.
Lim Tiang Hong yang sedang menahan rasa
sakitnya untuk bertempur sampai pada titik darah yang penghabisan, tiba2 merasa satu lengan halus menyentuh tubuhnya. Dan terdengar suara lemah lembut disamping telinganya: "Kongcu, mengasolah dahulu. Orang2 kita sudah datang semua".
Lim Tiang Hong membuka matanya. Seseorang
berdiri di hadapannya. Ia menghela napas sambil
gelengkan kepala. Saat itu juga di belakang dirinya kembali terdengar suara lemah lembut: "Engko Hong!
apa kau tidak ada halangan suatu apa?" Itulah suaranya Yan-jie.
1428 Begitu dengar, Lim Tiang Hong segera dapat
mengenal kali ini kedatangannya ke lembah yang sangat berbahaya dan hampir antarkan jiwanya, semata-mata jalan karena gara2 si nona cilik itu.
Ketika ia melihat si nona cilik itu tidak berhalangan suatu apa, hatinya lantas mulai lega tapi matanya mendadak dirasakan gelap. Badannya sempoyongan
hampir saja ia jatuh ke tanah. Untung, Siauw-Yong masih memegang tangannya, hingga buru2 menariknya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa kekuatan tenaganya
telah diobral terlalu banyak, maka ia buru2 atur
pernapasannya serta tidak berani banyak bicara lagi.
Siauw-Yong mengambil sebutir obat Soat-som-wan
serta dimasukkan dalam mulutnya seraya berkata: "Kau boleh mengaso dengan tenang, kita berdua akan
melindungi kau. Sementara itu kawanan penjahat sudah ada orang lain yang membereskan"
Pada saat itu di dalam medan pertempuran entah
sejak kapan telah muncul seorang jangkung dengan
dandanannya seperti seorang pelajar, bersama dua
orang tua berpakaian hijau.
1429 Dua orang tua itu begitu tiba di medan
pertempuran, lantas maju menerjang, sedang si orang jangkung itu nampak berjalan lambat menghampiri Pek-tok Hui-mo.
Pek-tok Hui-mo mendadak merasakan seperti
dipagut ular, ia lalu berseru: "Ho-lok Siu-su! apakah kau belum mampus?"
Seruannya itu dengan tegas mengandung perasaan
kaget, heran dan jeri, hampir saja suaranya itu berubah seperti tidak wajah. Lim Tiang Hong yang sedang
mengatur pernafasannya, ketika mendengar suara Pek-tok Hui-mo, lantas pentang lebar matanya dan
menengok kearahnya. Matanya segera dapat lihat bahwa itu orang seperti pelajar pertengahan umur dan berbadan jangkung, yang dahulu pernah memberikan tanda mata Kie-lin-pay
dikelenteng Nie kow sat, sedang berdiri berhadap-
hadapan dengan Pek-tok Hui-mo.
Sekalipun Pek-tok Hui-mo berkaok-kaok seperti
orang kalap, tapi orang tinggi jangkung itu masih tetap dengan sikapnya yang tenang, kemudian terdengar
suaranya yang dingin: "Tidak salah. Aku si orang she Lim 1430
masih belum mati. Rekening antara kau dengan aku
diwaktu dahulu, sekarang sudah tiba waktunya untuk dibikin perhitungan".
Biar bagaimana, Pek-tok Hui-mo adalah seorang
penjahat besar dan berhati buas serta ganas, maka ketakutannya barusan harta sekejapan saja lantas
lenyap. Mendadak ia unjukkan ketawa dingin, kemudian
berkata: "Membikin kucar-kacir rumah tangga orang, mengambil isteri orang. Perbuatanmu itu, aku si orang she Im pasti hendak menuntut balas dendam, maka tidak perlu kau mencari aku!"
Laki2 jangkung yang dipanggil Ho-lok Siu-su itu
agaknya dibikin terperanjat oleh perkataannya Pek-tok Hui-mo itu. Wajahnya mendadak mengunjukkan
perubahan aneh, dengan membungkam ia terus
mengawasi manusia buas itu.
Pek-tok Hui-mo ada seorang cerdik. Melihat
keadaan demikian, lantas mengetahui bahwa Ho-lok Siu-su agaknya merasa menyesal mengenai hal2 yang sudah lalu.
1431 Kembali ia berkata sambil ketawa bergelak-gelak:
"Pada saat ini kau barangkali juga merasa menyesal atas perbuatanmu itu. Aku seorang she Im juga tidak mau pada saat ini membikin perhitungan dengan kau. Nanti 3
tahun kemudian, kita mencari suatu tempat untuk
mengadakan pertandingan serta membikin beres
persoalan ini" Dengan tidak menantikan jawaban musuhnya lagi,
ia lantas melompat melesat dan menghilang dari depan musuhnya.
Ho-lok Siu-su tidak mengejar, sedang di medan
pertempuran itu telah terjadi perubahan besar.
Banyak bangkai manusia bergelimpangan tapi
semua itu agaknya tidak menarik sedikitpun juga
perhatiannya Ho-lok Siu-su. Ia hanya melirik Lim Tiang Hong sejenak, kemudian melayang pergi.
Lim Tiang Hong yang minyaksikan keadaan
demikian, dalam hatinya timbul suatu perasaan,
mendadak ia berseru dengan suara nyaring: "Ayah!"
Tapi Lim Tiang Hong yang sudah terlalu letih serta terluka dalamnya, ketika memanggil ayahnya dengan menggunakan tenaga dalam, ternyata menambah bekas 1432
lukanya. Dadanya dirasakan sakit sekali, kemudian dari mulutnya menyemburkan darah segar serta hampir saja jatuh pingsan.
Yan-jie buru2 menyanggah dirinya dan Siauw Yong
buru2 menjejalkan sebutir obat pil Soat-som-wan nya kedalam mulutnya.
"Kongcu, kau kenapa" Lekas mengaso dengan baik!
Urusan lainnya tak usah perduiikan! Sebentar lagi kau tentu akan pulih kewarasanmu" demikian katanya si gadis cilik itu.
Akan tetapi, semua kejadian tadi yang telah
didengar dan disaksikan oleh Lim Tiang Hong, tentu tak bisa menenteramkan hatinya buat merawat luka2nya.
Kembali ia membuka matanya menengok ke arah
medan pertempuran. Ia baru mengetahui bahwa Yu-kok Oey-eng, si pengemis kaki satu, Gin-sin-siu den Ceng-pauw-siu telah datang semuanya dan sedang bertempur sengit dengan sekalian orang2 jahat tadi. Pertempuran berlangsung seru sekali.
Si Pengemis kaki satu dengan berewoknya berdiri
dan mata mendelik menghantam lawan2nya dengan
tangan dan tongkatnya. Ia turunkan tangan dan
1433 senyatanya begitu ganas, siapa yang berada di dekatnya tidak terlolos dari ancamannya. Keadaan seperti itu betul2 seperti raksasa sedang mengamuk.
Gin-sie-siu dan Ceng-pauw-siu malam itu agaknya
sudah tidak bisa kendalikan amarahnya lagi. Dengan alis berdiri dan suara seperti geledek, mengamuklah mereka dalam kalangan di atas tebing.
Sementara itu, Yu-kok Oey-eng dengan
menggunakan gendewa sebagai senjata, bergerak gesit dan lincah sekali mengitari lawan2nya. Dimana saja senjatanya menyambar pasti minta korban. Saat itu jeritanpun terdengar tidak putus2nya sebagai akibat dari amukan mereka.
Yan-jie yang belum pernah menyaksilan
pertempuran yang demikian dahsyat, ber-ulang2
keluarkan seruan kaget sambil menutup mukanya.
Memang juga, sungguh mengerikan untuk dilihat.
Apakah gerangan yang menjadikan pertempuran
demikian" Lim Tiang Hong tiba2 buka mata dan tertawa ber-
gelak2 "Sebagai anak rimba persilatan sudah tentu tidak bisa terhindar dari pertempuran semacam ini! Jikalau kau 1434
tidak membunuh mereka, mereka akan mendahuluimu
membunuhmu!" Siapa nyana suara tertawanya Lim Tiang Hong
sudah manarik perhatian Kiu-ban-po yang sedang
bertempur. Nenek dari daerah Biauw-ciang itu setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, lantas
melayang ke arah Lim Tiang Hong dengan gayanya
seperti burung elang menerkam kelinci.
Kepandaian ilmu silatnya Yan-jie yang didapat dari didikan Heng-lim Cun-loan sendiri, diantara tingkatan muda juga terhitung salah satu orang kuat. Akan tetapi ia belum berpengalaman sedikitpun dalam dunia kang-ouw. Pun belum pernah bertempur dengan sesamanya.
Ia yang pada saat itu hanya memperhatikan keadaan pertempuran yang begitu dahsyat dan menakutkan
hatinya sedikitpun tidak ber-jaga2 hingga juga tidak mengetahui adanya orang yang datang ingin
membokong Lim Tiang Hong.
Dan ketika melihat kedatangan Kiu-ban-po ia lantas menjerit kaget serta buru2 menghunus pedangnya. Tapi sepasang tangan Kiu-ban-po dengan cepat sudah berada 1435
didepan mukanya Lim Tiang Hong dengan jarak tinggal satu kaki lagi saja!
Tiba2 berkelebat satu bayangan merah! Disusul
dengan terdengarnya suara tamparan yang amat
nyaring, menyusul lagi makian yang yang halus dan nyaring. "Phui! Nenek tua tidak tahu diri. Lekas pergi kau dari sini....!"
Belum habis suara itu, mendadak terdengar suara
bentakan keras. "Kau sesungguhnya juga terlalu
pandang rendah aku si orang she Lim!"
Suara itu dibarengi dengan menyambarnya satu
tangan, tangan Lim Tiang Hong menyambar muka Kiu-
ban-po. Nenek itu tadinya menyangka kalau Lim Tiang Hong
yang diam2 begitu, tentu sedang terluka parah. Maka tanpa memperdulikan kedudukannya sendiri yang sudah tinggi ia ingin membokong! Pada anggapannya,
perbuatannya demikian pasti membawa hasil.
Siapa nyana, selagi kedua tangannya berada dekat
sekali di depan muka Lim Tiang Hong, pipinya sendiri malah yang mengalami tabokan keras sampai dua kali.
Itu adalah perbuatan si gadis cilik, Siauw-yong!
1436 Yong sikecil atau disebut Yong-jie, meski kecil
tubuhnya, tapi tamparannya berat. Tubuhnya yang
langsing, menyebabkan dia bisa bergerak gesit. Setelah kedua tengannya menggampar muka Kiu-ban-po, dengan gerak yang gesit sekali menekuk tubuhnya dengan kaki menendang dada si nenek itu, dan setelah mana ia
melesat jauh2. Gerakan Kiu-ban-po tadi, sebetulnya cepat luar
biasa. Tapi setelah digampar dua kali dan mendapat tendangan pula, gerakannya agak lambat. Dan justru pada saat inilah Lim Tiang Hong sudah mengerahkan kekuatan yang ada dan menyerang sekalian!
Sebentar kemudian hanya terdengar suara jeritan
ngeri. Nenek itu badannya dibikin terpental setombak lebih untuk akhirnya jumpalitan.
Masih untung kekuatannya cukup, tenaga dalamnya
sempurna. Meski telah dihajar pulang pergi sampai tiga kali masih dapat dia mempertahankan untuk tidak
sampai rubuh. Setelah kakinya menginjak tanah, ia mundur sempoyongan sampai beberapa langkah. Namun demikian, mulutnya tak urung tak dapat menahan
semburan darah. 1437 Ia pentang lebar2 matanya, dengan sorot buas
memandang Lim Tiang Hong dan Siauw Yong sejenak,
dan kemudian lari ngacir.
Lim Tiang Hong sendiri, selelah memukul mundur
nenek tua itu, ia sendiri juga mesti mundur sampai tiga tindak. Untung tidak sampai mengeluarkan darah. Kalau demikian tentu si nenek akan balik lagi. Karena dengan cepat pula ia sudah tenangkan diri dan tidak bergerak, membuat Kiu-ban-po ketakutan dan ngiprit.
Pertempuran kembali berlangsung satu jam. Disitu
hanya tertinggal Pek-bin It-koay, Ang-hoat Lo-lo, Lam-hay Gia-mo, Biauw-ciu Thian-koan, Koancu dari Lionghouw-koancu serta Liauw-tong Kim-cie, Hwee-san Koay-khek, Kong Bun Thian dari pihak Thian-cu-kauw dan Bi-kui Siancu yang menghadapi orang2 dari Kie-lin-kok.
Jikalau diambil perbandingan dari jumlah orangnya, terang pihak Thian-cu-kauw lebih banyak. Tetapi ditilik dari sudut kekuatan dan kemahiran bersilat orang2
tersebut adalah kebalikannya.
Tiga orang Hong-hong-tie yang terkuat dengan satu Yu-kok Oey-eng bukan saja merupakan tenaga2 baru
yang masih segar dan dalam kekuatan dan kemahiran 1438
bersilat juga lebih jauh tinggi dari orang2 buas dan kejahatan mereka sudah ber-tumpuk2, namun belum
pernah mereka saksikan orang demikian buas dan ganas seperti si pengemis kaki satu itu, juga boleh dikata orang2 itu jika berhadapan dengan pengemis kaki satu itu, se-olah2 berhadapan dengan macan yang sedang mengamuk hingga siapa saja yang dihadapinya ia terus terjang dan terkam sehingga tidak bernyawa lagi.
Sedangkan senjata tongkat besinya yang tidak
punya mata, telah membuat kawanan orang2 jahat itu harus berlaku hati2 kalau tidak mau kena kemplangan di atas kepala mereka.
Maka di setiap hati orang2 itu lalu timbul niatan akan mengundurkan diri. Pertempuran harus
mengandalkan semangat kuat, terutama dalam
pertempuran kalut yang semacam itu. Maka setelah
kawanan penjahat itu sudah berniat kabur, sudah tentu sudah tidak ada semangat tempur mereka lagi.
Justru pada saat itu si pengemis kaki satu tiba2
menggeram dengan suara keras sekali. Senjatanya telah mematahkan senjata Ang-hoat Lo-lo, tongkat lawan
tongkat. 1439 Tongkat merah Ang-hoat Lolo sudah patah,
tangannya dirasakan sakit dan keluar darah. Cepat ia mengundurkan diri, tapi si pengemis kaki satu secara kilat sudah maju pula sambil berkata dengan suara dingin: "Kau masih mau kabur..."
Tangan kirinya lalu bergerak, dan dari telapak
tangannya itu keluar kekuatannya yang hebat
menggulung menyambar muka Ang-hoat Lo-lo.
Nenek rambut merah itu lantas menjerit dan segera tubuhnya terbang melayang dan masuk ke dalam jurang yang curam.
Kawanan penjahat yang menyaksikan keadaan
demikian mengerikan, pada ketakutan setengah mati.
Biauw-chiu Thian-koan dengan diam2 dan secara
tiba2 melompat ke belakang dan kabur lebih dulu.
Selanjutnya menyusul tindakan si pengecut itu
berlarianlah Pek-bin It-koay, Lam-hay Gia-mo ter-birit2
ke bawah gunung! Si Pengemis kaki satu melintangkan tongkat
besinya, tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Tidak tahunya cuma menghadapi kawanan tikus yang tidak tahan
gebuk! Ha, ha.... Aku si pengemis tua sebenarnya belum 1440
puas tidak merasa apa2 kenapa sudah pada ngacir
semua?" Yu-kok Oey-eng juga sudah menyimpan senjatanya
dan melayang ke dekat Lim Tiang Hong.
Gin sie-siu mengawasi Lim Tiang Hong sejenak,
pada kala itu si anak muda sedang duduk pejamkan
mata menunjukkan bahwa dia tidak menderita terlalu hebat. Maka lalu menggapaikan Yong-jie dan berkata:
"Kok-cu sudah berlalu, kita juga sudah harus pergi...."
Yong-jie monyongkan mulutnya menggeleng-
gelengkan kepala menyatakan bahwa dia belum mau
pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi akhirnya ia mengikuti juga ketiga orang itu
untuk selanjutnya menghilang diantara rentetan gunung itu.
Pertempuran hebat yang yang jarang terlihat itu
sudah berkesudahan dengan kekalahan dipihak Thian-cu-kauw!
Anggota Thian-cu-kauw baik yang baru maupun
yang lama, banyak yang terbinasa, sedikitnya diduga seratus orang. Hingga lembah Bu-kui-kok banjir oleh darah dan mayat orang yang bergelimpangan disana sini.
1441 Pada saat itu diatas tebing gunung hanya tinggal
Yu-kok Oey-eng, Yan-jie dan Lim Tiang Hong yang
sedang duduk mengatur pernapasannya. Dan gadis itu nampak berdiri dengan mulut bungkam, tak ber-kata2.
Ketika matahari sudah doyong ke barat, baru kelihatan Lim Tiang Hong membuka matanya per-lahan2. Itupun berarti bahwa untuk memulihkan tenaganya kembali itu tanpa dirasa sudah menggunakan waktu tiga jam
lamanya. Pengalamannya kali ini terlalu hebat. Kalau orang lain kiranya yang mengalami, sekalipun tidak binasa, juga pasti habis tenaganya. Hilang semua tenaganya. Tetapi dasar Lim Tiang Hong, dia yang memiliki dasar2
kekuatan yang amat sempurna yang luar biasa dari
semua pengalaman2 gaib yang pernah dialaminya, cukup dapat mempertahankan jiwanya. Pendek kata,
kekuatannya tidak gampang2 dibikin habis!
Setelah kekuatannya dirasakan balik kembali,
begitupun merasa badan baikan, Lim Tiang Hong perlahan2 membuka matanya.
1442 Yang pertama dilihatnya Yu-kok Oey-eng, lalu Yan-
jie di sisinya. Ia lalu menarik napas dan berkata. "Adik Yan, kali ini sebenarnya kau mau kemana?"
Yan-jie yang selamanya belum pernah mengalami
penderitaan demikian hebat, kali dilembah Bu-kui-kok telah menjadi tawanan beberapa hari lamanya hingga dalam hatinya merasa sangat jengkel, ketika mendengar pertanyaan Lim Tiang Hong parasnya semu merah dan menyahut dengan suara sedih: "Tadi kalau tidak datang encie ini yang menolongku, aku benar2 tidak tahu apa yang akan terjadi"
Dari perkataan Yan-jie diduga bahwa dia masih
belum mengenal Yu-kok Oey-eng yang tengah di
hadapannya. Maka Lim Tiang Hong buru2 perkenalkan mereka seraya katanya: "Adik Yan, kau barangkali masih belum kenal. Mari kuperkenalkan, encie Oey-eng inilah yang dulu pernah kusebut2 namanya kepadamu"
"Encie Oey-eng....?"
Yan-jie mementang matanya lebar2 bagai ingin
sekali meneliti orang yang disebutnya encie Oey-eng tadi.
1443 Lama sekali ia mengawasi dari atas kebawah dan
balik lagi keatas, baru berkata. "Oh! Kalau begitu inikah dia yang bakal jadi ensoku....?"
Perasaan sedih sebenarnya telah timbul dalam
hatinya, telah merasa bahwa semua pengharapannya
buyar. Gadis cantik molek luar biasa yang dihadapinya dia rasakan sebagai oraang yang pernah melepas budi kepadanya, tetapi juga sebagai saingan dalam merebut cinta Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng sementara itu, terhenyak dia
menolongi Yan-jie lapat2 dapat meraba hati gadis cilik itu yang dari percakapannya dapat diduga, terhadap Lim Tiang Hong dia telah mencintainya sangat.
Kini setelah mengetahui perhubungan dengan Lim
Tiang Hong, nyata benar kedukaan Yan-jie, hingga dalam hatinya timbul rasa kasihan. Maka dengan tindakan perlahan2 ia menghampiri si gadis dan berkata: "Adik Yan, aku juga sering dengan engko Hong menceritakan
halmu" Yan-jie yang masih terlalu muda dalam usia, tentu tidak bisa mencegah gerak-geriknya yang ke-kanak2an.
Ketika mendengar hiburan Yu-kok Oey-eng yang
1444 diucapkan lemah lembut, matanya sudah merah, hampir ia menangis. Tetapi ia masih memaksa menahan tidak sampai keluar air mata, dan tiba2 berkata "Aku mesti buru2 pulang ke Kang-lam. Sin-sian Sioksiok tentunya masih belum tahu kalau aku sudah terlepas dari bahaya.
Entah bagaimana gelisah perasaan hatinya...."
Kesedihan dalam hatinya pada saat itu benar2
sukar dapat dilukiskan. Kalau ia buru2 ingin pulang, sebagian karena takut Sin-sian Cu-kat sekalian sangat gelisah. Tapi tentu sebab yang utama karena tidak suka menyaksikan Lim Tiang Hong dengan Yu-kok Oey-eng
nanti menunjukkan sikap yang hangat di hadapannya.
Lim Tiang Hong tahu benar pikiran Yan-jie, tetapi kecuali merasa kasihan dan bersimpati, tidak ada ucapan yang lebih tepat yang dikira bisa dikeluarkan untuk menghibur nona itu. Baru saja dia berkata: "Yan-jie, sendirian kau pulang apa tidak merasa kesepian?"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Yan-jie sudah lompat melesat dan menghilang dari
depan mata. Maka ia hanya dapat berkata "ia
sebenarnya bernasib malang...."
Yu-kok Oey-eng berlagak tidak dengar perkataan
kekasihnya, sebab sebagai manusia biasa dalam saingan 1445
memilih kekasih tentu tidak bisa dan tidak mau
mengalah. Lim Tiang Hong yang mengetahui Yu-kok Oey-eng
tidak mengatakan apa2, ia juga tidak berkata-kata lagi.
Ia teringat peristiwa dirumah Heng-lim Cun-loan.
Ia pernah menggunakan tanda perintah Kie-lin
memanggi! Orang2nya Hong-hong-tie minta mereka cari keterangan tentang pembunuhan Heng-lim Cun-loan.
Yam-kiong Kiam-khek pernah menjanjikan dalam
waktu sebulan akan mengirim keterangan mengenai itu kepadanya. Dan waktu itu sudah hampir tiba, maka
harus segera pergi menemui mereka, tetapi sayang Yan-jie keburu berlalu. Pikirnya, baik pergi ber-sama2 dengan nona itu untuk mendengar berita pembunuhan ayah
anak itu. Ia sedang memikir dan bagai merenung, mendadak
mendengar suara Yu-kok Oey-eng: "Aku tahu
hubunganmu dengan Yan-jie tadi baik sekali. Tapi harus kau tahu, peruntungan kita sudah ditetapkan sejak masing2 kita dalam-perut ibu. Apalah daya kita untuk mencegah hati yang telah diatur oleh orang2 tua kita?"
1446 Lim Tiang Hong dibikin tercengang, lama sekali ia baru dapat menangkap arti perkataan itu, maka lantas menjawab sambil ketawa getir: "Perkataanmu itu kau ucapkan tentu karena tidak mengenal pikiranku.
Sebaiknya juga disini kututurkan: Ayah Yan-jie tadi, yakni Heng-lim Cun-loan pernah menolongku dan karena mau menolongku dia sampai terbinasa secara begitu
mengenaskan. Karena itu mana bisa kulepaskan
tanggung jawabku buat me-lihat2 anaknya yang sudah piatu itu" Tapi jangan salah paham lagi, aku cuma anggap Yan-jie sebagai adik sendiri, kau percayalah!
Mengenai urusan antara kita, sekalipun orang2 tua kita tidak mengatur lebih dulu, tapi aku.... atas perhatianmu yang begitu besar, sebagai manusia dan bukan patung, mana aku tidak mempunyai perasaan balik terhadapmu"
Sekalipun aku si orang she Lim tidak ada guna, tidak mau membiarkan pribadiku rusak seperti binatang.... kau kenalilah aku"
Perkataan2 Lim Tiang Hong yang diucapkan sangat
bernapsu, membuat selebar wajahnya si nona merah.
Yu-kok Oey-eng tiba2 tertawa geli dan bertata:
"Aku cuma berkata sembarangan, kenapa kau begitu
1447 gelisah takut dicemburui barangkali" Aku tahu, orang yang tahu dan menghargai budi sudah baik sekali.
Sedikitpun tidak ada maksudku perlakukan Yan-jie
seperti adik tiri! Jika tidak begitu, perlu apa aku jauh2
datang kemari dan untuk menolong dia?"
Sehabis berkata demikian, dengan tangannya ia
membereskan rambutnya yang kusut, lalu mengeluarkah selembar saputangan. Dengan sikap yang sangat open mulai memesut tanda2 darah di wajah kekasihnya seraya katanya: "Kau harus cari suatu tempat untuk bersihkan tubuh dan pakaianmu! Sekalian untuk istirahat, perlu tempat yang aman dan baik. Sebetulnya kemanapun kau pergi aku ingin ikut dengan kau, tapi sekarang belum lagi waktunya, terpaksa di sini sajalah kita berpisah dulu"
Lim Tiang Hong mendengar ucapan Yu-kok Oey-
eng bagai dara me-rayu2, membaui lagi harum semerbak tubuhnya itu, ia merasa semangatnya telah terbang jauh!
Manakah tidak begitu" Ia yang semenjak kecil hidup sebagai anak piatu, sedikit sekali merasai kecintaan wanita. Baik ibunya, maupun teman2 wanitanya. Dan kali ini ia menghadapi seorang gadis cantik molek laksana 1448
bidadari, yang pun merupakan calon isterinya tentu girang sekali hatinya.
Maka dengan tiba2 ia memeluk erat2 tubuh Yu-kok
Oey-eng sang kekasih, wajahnya yang masih bernoda darah terus ditempelkan ke paras tunangannya!
Yu-kok Oey-eng meronta sedikit, tapi Lim Tiang
Hong yang sudah bagai binatang buas tidak melepaskan kesempatan itu, mencium dan merangkul kekasihnya itu se-puas2nya.
Yu-kok Oey-eng tidak melawan. Ia membiarkan
dirinya diciumi dan didekapi, lama baru ia buka mulut:
"Perjodohan kita meski sudah ditetapkan, tapi sekarang ini masih ada peraturan yang membatasi kita jangan sampai berbuat yang tidak sopan. Jangan sekali2 karena cinta lantas lupa daratan. Bukanlah begitu?"
Lim Tiang Hong bukanlah pemuda hidung belang.
Barusan kelakuannya demikian buas, karena
perasaannya cintalah yang me-luap2. Selain itu telah mengetahui bahwa wanita itu adalah tunangannya. Dan kini mendengar kata2 sang kekasih, hatinya merasa agak menyesal. Ia melengak dan lama tidak bisa bicara.
1449 Yu-kok Oey-eng mengira bakal suaminya itu merasa
tidak senang atas kata2nya, maka dengan perlahan
mendorong pula dirinya sembari berkata: "Aku se-kali2
tidak menolak kau rapat dan intim sekali denganku, melainkan mengharap kau bisa jaga diri jangan sampai terlibat oleh pengaruh setan. Perkataanku barusan maukah tidak ditaruh dalam hatimu?"
Lim Tiang Hang meng-angguk2, bagai anak kecil
baru disadarkan dari kekeliruannya, hingga dalam hati merasa tidak enak.
Yu-kok Oey-eng tiba2 berkata pula sambil
tersenyum manis: "Tolol, kenapa kau berdiri saja" Kau harus berangkat dan aku juga akan pergi!"
Sehabis berkata tubuhnya melejit ke atas, sebentar menghilang dari depan mata Lim Tiang Hong.
Kini Lim Tiang Hong merasa bagai baru mendusin
dari tidurnya. Tiba2 ia ingat, Yu-kok Oey-eng orangnya Hong-hong-tie, mengapa tidak sekalian minta dia sama2
pergi ke Hong-hong-tie tadi" Mungkin disana ia bisa membuka tabir rahasia mengenai dirinya sendiri.
Karena berpikir demikian, bayangan Ho-lok Siu-su
yang tinggi jangkung itu kembali melintas didepan 1450
matanya. Yah, itu adalah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun.
Dialah ayah Lim Tiang Hong, pun yang di-sebut2 Kie-lin Kokcu oleh orang2 Hong-hong-tie saat ini.
Tapi dalam otaknya kembali timbul beberapa
pertanyaan. Ke-satu: Kalau betul2 Kie-lin Kokcu ayahnya mengapa tadi seperti tidak mau mengenali anaknya"
Meskipun benar dalam bahaya selalu ia dilindungi, mengapa harus secara diam2" Kedua: Kalau benar Kie-lin Kokcu adalah Ho-lok Siu-su, mengapa tidak
mempergunakan gelar yang lebih sedap Ho-lok Siu-su itu" Apa ia menyimpan rahasia dalam hatinya" Ketiga: Ada permusuhan apa antara Kie-lin Kokcu dan Pek-tok Hui-mo" Barusan keduanya berhadapan satu sama lain.
Kenapa tidak lantas bertempur" Pek-tok Hui-mo pernah memaki dia merusak rumah tangganya mengambil
isterinya Mengapa Kie-lin Kokcu tidak membantah" Jadi benarkah demikian"
Semua pertanyaan2 itu membikin dia tidak habis
pikir. Dan keadaan yang disaksikan tadi ketika Kie-lin Kokcu bertemu muka dengan Pek-tok Hui-mo ia lantas mengingat perbuatan Pek-tok Hui-mo yang selalu
memakinya sebagai anak haram. Ia lalu menarik satu 1451
kesimpulan: Kalau begitu jadi akulah anak dari seorang ibu yang adakan hubungan gelap dengan Kie-lin Kokcu"
Jikalau hubungan antara Kie-lin Kokcu dengan Lok-hee Hujin itu tidak terang, maka kepribadian agungnya Kie-lin Kokcu bisa dijadikan persoalan besar dan tentu saja ia tidak berani menggunakan nama Ho-lok Siu-su lagi.
Mengingat akan hal demikian, lalu timbul kesannya tidak baik terhadap ayahnya. Apakah benar ayahku
semacam manusia rendah sekali"
Sendirian ia berdiri terus, sekian lama belum juga bergerak. Tiba2 kesiuran angin malam itu membikin dia sadar! Dan benar2 si pemuda alias Lim Tiang Hong baru engah kalau hari sudah menjelang senja.
Buru2 ia gerakkan kakinya meninggalkan tempat
yang penuh darah itu. Tidak sampai dua hari Lim Tiang Hong sudah
kembali ke kelenteng Thian-cee-bio, dimana sudah
menunggu Yam-kiong Kiam-khek suami isteri. Dan
mereka begitu melihat kedatangan Lim Tiang Hong,
lantas disambut dengan meriah.
Yam-kiong Khw-khek lantas tertawa dan berkata:
"Sutee, kenapa baru sekararg kau datang" Kau bikin 1452
cemas hatiku saja!. Kokcu sudah kasih perintah kita semua harus pulang ke Hong-hong-tie. Oleh karena aku petlu sampaikan kabarmu dulu, terpaksa memperlambat waktu dua hari"
Lim Tiang Hong lalu berkata sambil menyoja:
"Semua itu adalah karena salahku. Maaf!"
Seterusnya ia lantas mencaritakan apa yang pernah dialaminya dilembah Bu-kui-kok dalam usahanya
menolong Yan-jie. Yam-kiong Kiam-khek lantas berkata: "Kita sebagai saudara2 sendiri, tidak perlu begitu merendah. Urusan yang kau pesan kepadaku dulu, yaitu buat carikan
keterangan soal pembunuban Heng-lim Cun-loan, sudah juga kudapat. Begini: Tapi ingat, soal pembalasannya harus dibicarakan kemudian hari lagi, ini juga pesan Kokcu. Kiranya Hiantee bisa juga mentaati bukan?"
Lim Tiang Hong mengangguk, tapi dalam hati
merasa bingung. Kenapa Yam-kiong Kiam-khek tidak
menjelaskan dulu apa sebabnya Kokcu memesan
demikian. Ia lalu melanjutkan penuturannya demikian:
1453 "Tentu kau masih ingat, waktu baru2 kau
munculkan diri dengan nama Lim Tiang Hong, lantas bertemu dengan banyak orang2 Hian-bun yang mereka pandang sebagai musuh, bukan lain dari itu lantaran kau timbulkan urusan patung kuno Siauw-lim-pay menimbulkan urusan besar dalam gereja Siauw-lim-sie dan membuat orang2 persilatan pada tumplekkan
perhatiannya terhadapmu. Pada waktu itu sebetulnya mereka salah mata. Semua urusan itu dilakukan oleh Im-san Mo-lie. Dialah yang menyaru laki2 sebagai kau hiantee! Tentu kaupun telah mengerti sebab wajah dan
segala2 dari dia mirip dengan kau. Im-san Mo-lie yang juga tahu orang2 itu menyangka kau yang berbuat,
lantas berdiri sebagai penonton disamping sambil
kadang2 cari kesempatan buat merugikan orang lain.
Tentu siapa yang bisa duga begitu" Mereka hanya tahu kau punya kepandaian tinggi. Dan kau sebagai orang baru kau dinyatakan menggemparkan dunia kang-ouw
waktu itu. Oleh karenanya Im-san Mo-lie lalu berpikiran hendak menempel kau. Kebetulan Lok-hee Hujin suruh dia pergi ke Tang-gak bio, katanya buat carikan satu anak laki2 yang pernah dititipnya dikelenteng itu dan 1454
anak laki2 itu adalah kau sendiri. Semula Lok-hee Hujin tidak mengharap Kauwcu Thian-cu-kauw mengetahui
persoalannya. Tapi siapa tahu urusan makin lama makin meluas. Kauwcu sendiri juga akhirnya mengetahui kabar itu. Memang juga sudah ada niatnya ingin merampas Tat-mo-kheng, jadi kebetulan ada kau sebagai pemuda berkepandaian hebat. Setelah dirundingkan dulu dengan Lok-hee Hujin untuk membujukmu harus akui dia sebagai ayahnya, malah pernah dikatakan olehnya kau akan
dijadikan Kauwcu sebagai ganti kedudukan dia. Itulah sebabnya orang2 Thian-cu-kauw pertama menyebutmu
Kauwcu muda. Kau ingat" Mereka ingin pinjam
tenagamu, sudah barang tentu tidak mau sampai kau tahu riwayatmu. Heng-lim Cun-loan mengenal kau dan ingin membuka rahasia riwayatmu, maka lalu dibunuh oleh Im-san Mo-lie yang keji akalnya. Lain daripada itu, mereka juga membuat huru-hara di-mana2 supaya di-mana2 ada musuhmu sehingga kau nanti akan terpaksa masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw atau minta
perlindungan dari dia. Sementara mengenai urusan
lain2nya, semua sudah kau tahu sendiri, rasanya tidak sulit buat kau pikirkan sendiri"
1455 Lim Tiang Hong mendengar uraian Yam-kiong
Kiam-khek, lalu mengenangkan kembali semua kejadian2
masa lalunya. Ia lalu sadar. Mendadak menggeram dan berkata: "Sungguh tak kusangka Im-san Mo-lie begitu kejam hatinya! Lihat nanti kalau ketemu denganku akan kuhabiskan riwayatnya! Hmm!"
Hiang-ie Siancu berbicara dari samping: "Ya sudah seharusnya mati bagiannya. Tapi hubungan dia dengan kau, apa kau tahu" Sedarah daging! Apalagi Kokcu sudah pesan supaya kau tahan sementara waktu"
Lim Tiang Hong yang sudah gemas berkata dengan
suara nyaring: "Aku mau bunuh Pek-tok Hui-mo, tidak diijinkan Kokcu! Sekarang Im-san Mo-lie, juga dilarang.
Apa sih maksudnya?" Yam-kiong Kiam-khek kibas2kan kipasnya dan
berkata dengan suara tenang: "Suhu sudah memikir
panjang dan luas pengetahuannya. Segala urusan kalau sampai kepadanya, tentu memakai pertimbangannya
yang teliti. Dalam hal ini tentu ada sebabnya ia
melarangmu, maka janganlah coba2 melangkahi
pesannya" 1456 "Dimana sekarang adanya Kokcu" Bisakah kau ajak
aku menemui dia?" "Sementara waktu ini, biarlah jangan. Kokcu pesan begitu. Nanti setelah tiba saatnya, katanya beliau akan mencari padamu sendiri"
"Kenapa?" "Tentang ini suheng mu tidak tahu"
"Apa dia punya rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain?"
Tiba2 berubah air muka Yam-kiong Kiam-khek, dan
katanya: "Apa maksud pertanyanmu ini" Kau masih
sangsikan pribadi Kokcu" Jikalau kau bukan orang yang paling dekat dengan Kokcu, sudah dari tadi suhengmu tidak mau sungkan2 lagi terhadapmu!"
Lim Tiang Hong juga sudah merasa sendiri, bahwa
kata2nya tadi kurang dipikirkan. Setelah mendapat teguran suheng-nya demikian, wajahnya seketika
menjadi merah. Hiang-ie Siancu kuatir Lim Tiang Hong merasa
hilang muka, maka mendadak mendorong suaminya dan menyesali dengan kata2nya: "Bagaimana sih" Orang
1457 yang tidak tahu persoalan tentu mesti menanyakan
demikian. Mana boleh lantas kau perlakukan begitu".
Lim Tiang Hong lantas menyambungi, "Perkataan
suheng tadi betul. Tadi adalah siauwtee yang kurang teliti mengeluarkan kata2".
Yam-kiong Kiam-kek yang dari luar kelihatan lemah lembut, tapi sebetulnya beradat berangasan dan keras.
Cuma terhadap suhunya, yakni Kie-lin Kokcu yang
dipandangnya setinggi langit, maka sedikitpun ia tidak memperbolehkan orang menyangka gurunya jelek.
Tegurannya terhadap Lim Tiang Hong adalah yang paling merendah. Dan setelah Lim Tiang Hong suka akui
kesalahannya, dia juga tertawa dan berkata, "Kalau hiantee sudah tahu salah, itulah yang paling baik.
Selanjutnya, jika dikemudian hari ada kesempatan, aku bisa ajak kau menemui Kokcu. Waktu itulah kau akan tahu bahwa semua perkataan2ku tidak dusta!"
Ia lalu bangkit dan berkata lagi: "suheng dan
sosomu harus cepat kembali ke Hong-hong-tie, sampai disinilah dulu. Sampai kita bertemu lagi!"
Sehabis berkata demikian ia lalu meninggalkan
kelenteng itu bersama isterinya.
1458 Lim Tiang Hong tidak minta lagi pergi ber-sama2 ke Hong-hong-tie. Ia tahu percuma saja minta ikut lagi, sebab toh tidak akan diajak. Lagipula, lambat atau laun bukankah suhengnya ini pernah menjanjikan akan
mengantarkan kesitu"
Cuma mengenai dendam sakit hati Heng-lim Cun-
loan yang perasaannya harus lekas2 dibereskan, maka ia merasa tidak enak memikir pesan Kokcu Hong-hong-tie.
Dan seberlalunya suami isteri Yam-kiong Kiam-khek, iapun lekas meninggalkan tempat itu.
Berjalan belum lama, mendadak dilihatnya satu
bayangan berkelebat lalu mencekal tangannya sambil membentak: "Binatang, bagus sekali perbuatanmu....!"
0-0dw-kz0-0 Bab 36 DAYA reflek Lim Tiang Hong ada sangat tajam.
Tatkala orang itu ulur tangannya hendak mencengkram dadanya, dengan cepat ia kempeskan dadanya dan
menyedot hawa napasnya, sedang satu tangannya
secepat kilat mencekal pergelangan tangan orang
tersebut. 1459 Tapi, ketika ia mengetahui bahwa orang itu adalah Heng-thian It-ouw, tangan yang menyambar
pergelangan tangan orang tadi lantas ditarik kembali dan diturunkan ke bawah. Dengan perasaan bingung ia
menanya: "Ada urusan apakah yang membuat
locianpwee sedemikian gusar?"
Dengan nada suara dingin, Heng-thian It-ouw
menjawab: "Semua ada gara2nya kelakuanmu yang
bagus itu, aku si tua bangka cuma mempunyai seorang murid. Lantaran kau, sekarang telah dipaksa menjadi anggotan Thian-cu-kauw. Jikalau kau tidak segera
mencarinya, kau lihat, apakah aku nanti dapat
mengampuni dosamu atau tidak?"
Dalam hati Lim Tiang Hong merasa sangat
mendongkol hingga alisnya sampai berdiri. Wajahnya beberapa kali berubah tapi ketika menngingat bahwa yang menuduh itu adalah orang dari tingkatan tua, apalagi masih pernah subo nya, maka ia terpaksa harus kendalikan hawa amarahnya dan dengan suara
merendah ia berkata: "Apa yang terjadi tempo hari, benar2 tidak ada hubungannya dengan teecu. Perbuatan terkutuk itu adalah kauwcu muda Thian-cu-kauw yang 1460
melakukan. Tentang ini, enci Kouw-loan sendiri juga sudah mengerti"
Tapi Heng-thian It-ouw rupanya masih tidak mau
mengerti, ia berkata dengan sengit: "Ngaco. Sudah terang adalah perbuatanmu, sekarang kau hendak
timpakan dosamu kepada lain orang. Dengan terus
terang, apa yang terkandung dalam hati muridku, apa kau kira aku tidak tahu" Dia apakah kau kira ia bisa jatuh cinta kepada orang semacam itu?"
Lim Tiang Hong nampak semakin cemas, ia
terpaksa membantah "Bagaimana teecu berani
membohong dihadapan subo" Pemuda keparat itu
melakukan perbuatannya ialah ketika enci Kouw-loan sedang kehabisan tenaga!"
Heng-thian It-ouw mendadak lintangkan
tongkatnya, dengan suara gemas ia berkata: "Untuk sementara aku percaya keteranganmu, tunggu nanti
setelah aku menemukan bocah itu kita bicarakan lagi.
Kalau terbukti kau berani membohongi aku, aku nanti segera bunuh mati padamu!"
Sehabis mengucap demikian, dengan cepat ia
menghilang dari depan matanya Lim Tiang Hong.
1461 Lim Tiang Hong geleng2kan kepala sambil ketawa
getir, lalu berkata kepada dirinya sendiri "Urusan ini benar2 menjadi runyam. Enci Kouw-loan benar2 telah masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw, meski ia sudah mendapatkan jodohnya, tapi ini berarti ia sudah lompat ke dalam api...."
Tapi kemudian ia berpikir pula: "Satu2nya jalan
buat sekarang ini cuma bisa turun tangan memperbaiki martabat Im Tay Seng! Jika dia bisa merubah
kelakuannya, sungguh beruntung hidupnya encie Kouw-loan. Tapi jika tidak bisa, bukan cuma dia sendiri akan celaka. Bisa2 membikin encie Kouw-loan menderita
selamanya.... Aah! Kenapa Tuhan mempermainkan
umatnya begitu rupa....?"
Dengan pikiran kusut Lim Tiang Hong seorang diri
keluar dari kelenteng Thian cee-bio. Tiba2 telinganya dapat menangkap suara2 orang memuji nama Buddha
yang amat nyaring "Omi To Hud"
Dan selanjutnya terdengar pula kata2nya: "Apakah
Sicu selama ini baik2 saja?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Ketika menengok, di
depannya sudah berdiri itu padri dari Siauw-lim-sie yang 1462
pernah dijumpainya di puncak bukit Ban-kiap-hong, yakni Tay-tie Siansu.
Padri tersebut, dengan jubahnya yang
gedombrongan ter-tiup2 angin, bertindak mendekati Lim Tiang Hong. Padri berilmu tinggi dari Siauw-lim-sie ini sudah 40 tahan lamanya mengasingkan diri digunung Go-bie. Selama itu belum pernah terjunkan diri ke dunia kang-ouw. Tapi karena waktu2 belakangan ini geger, dengan kabar berita terampasnya kitab Tat-mo-keng, dan atas permintaan Hui-hui Taysu sendiri yang
menghadap kepada orang berilmu itu, baru dia turun gunung lagi.
Lim Tiang Hong dalam hatinya berpikir apa perlunya padri tua itu mencari dirinya" Sementara itu Tay-tie Siansu telah merangkap tangannya, berkata dengan
suara perlahan: "Kitab peninggalan Tat-mo Couwsu sekali2 tidak boleh hilang. Kabarnya kitab itu sudah berada pada Sicu. Maka sebaiknya Siauw Sicu kembalikan kitab tersebut kepada gereja kami agar supaya persahabatan kita tidak terganggu"
Lim Tiang Hong melongo. Jelas kata2 itu diucapkan dengan nada menuduh dan minta kembali barang secara 1463
sembarangan muka setelah tertegun sejenak, lalu ia menyahut: "Bagaimana bisa Taysu ucapkan perkataan demikian?"
"Salah seorang murid partai kami pernah melihat
dengan mata kepala sendiri yang Siauw Siculah, dengan muridnya Heng-thian It-ouw yang dipanggil Henghay Kouw-loan bersama2 membawa kitab itu. Rasanya toh tidak salah!"
Ini kembali merupakan suatu tuduhan yang
menggelikan. Disamping rasa mendongkol, Lim Tiang Hong pun merasa geli. Tuduhan yang langsung dan
datang secara mendadak itu sungguh diluar dugaannya.
Tapi setelah dipikir sejenak, lantas disahutinya si padri dengan sabar, "Aku mengerti, Kembali ada orang yang menyaru sebagai Lim Tiang Hong, dan lagi2 telah timbul kesalahan paham yang cukup dalam!"
Kala itu, usia Tay-tie Siansu, sudah melewati
sembilan puluh tahun usianya, kesabarannya luar biasa.
Karena sudah kenyang makan asam garam dunia kang-
ouw, sebenarnya dalam hatipun dia sudah mengerti, tidak ada alasan buat mencurigai Lim Tiang Hong.
Apapun dahulu pernah terdengar olehnya soal
1464 penyamaran orang lain sebagai Lim Tiang Hong. Tetapi karena salah seorang muridnya berkukuh mengatakan pernah melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa
betul2 Lim Tiang Hong dan Honghay Kouw-loan berjalan sama2 membawa kitab suci, maka keadaan menjadi lain.
Sebab, sekalipun ada orang yang menyaru, toh tidak mungkin bisa berada ber-sama2 dengan Henghay Kouw-loan. Setelah mendengar pernyaan tidak terimanya Lim Tiang Hong, padri tua itu lalu berkata sambil tersenyum:
"Harap Siauw Sicu jangan mengelakkan perbuatan
sendiri. Apa dalam dunia ini ada manusia yang begitu besar nyalinya, berani menyaru sebagai sutee di hadapan sucinya sendiri" Tentu dalam hal ini Loceng tidak percaya dan betul2 tidak percaya!"
"Orang itu, menurut dugaanku adalah Siauw
Kauwcu Thian-cu-kauw, Im Tay Seng. Percaya tidaknya, terserah kepada Taysu. Aku si orang she Lim masih mempunyai urusan lain, tidak banyak waktu untuk
melayani Taysu. Sekarang ingin minta diri" Lim Tiang Hong berkata demikian dan benar2 saja berlalu setelah menyoja dalam2 kepada padri tua Siauw-lim-sie itu.
1465

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tetapi Tay-tie Siansu lantas menghadang
didepannya seraya berkata: "Siauw Sicu, jangan pergi dulu! Perkataan yang barusan sicu ucapkan membuat hati Loceng curiga. Cobalah turut renungkan: Henghay Kouw-loan adalah seorang gadis keturunan manusia
baik2 dan sebagai manusia terhormat mana mungkin
berada ber-sama2 dengan Siauw Kauwcu Thian-cu-kauw seperti apa katamu?"
"Sebab2nya dalam hal ini, tidak bisa terlalu jelas diterangkan diriku. Pendek kata, aku si orang she Lim sama sekali tidak tahu. Dan Taysu tidak perlu terus merongrong aku" Getas sekali Lim Tiang Hong memberi penyahutan, alisnya dikerutkan.
Sehabis berkata, tiba2 tubuhnya melesat, se-olah2
anak panah lepas dari busurnya, sudah berada di tempat jauh.
Waktu itulah Tay-tie Siansu berseru sambil
menyebut nama Buddha. "Siauw Sicu! Apa dengan cara begitu saja kau lantas mau kabur?"
Sambi! kebutkan lengan jubahnya, padri tua itu
mengejar. Baru saja kaki Lim Tiang Hong menginjak 1466
tanah, Tay-tie Siansu sudah melayang turun di
hadapannya lagi. Padri tua itu merupakan orang kuat nomor satu
dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay pada masa itu.
Kepandaian dan kekuatannya mempunyai latihan lebih dari lima puluh tahun. Oleh karena dalam partainya kecurian benda yang paling berharga, beliau tanpa mengindahkan tata tertib dunia persilatan sediakan diri buat turun tangan terhadap seorang tingkatan muda seperti Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sendiri, karena merasa desakan
Tay-tie Siansu yang agak keterlaluan menurut pikirnya, menjadikan gusarnya timbul juga. Dengan suara kasar disambutnya padri tua itu: "Apa Siansu bermaksud
menahan aku?" "Menahan Loceng rasa tidak perlu. Tapi sebaiknya
berikanlah kesempatan Loceng geledah badan Sicu".
Lim Tiang Hong mendadak tertawa ber-gelak2 dan
katanya: "Siansu sesungguhnya berkata menghina
orang! Aku si orang she Lim sekali mengatakan tidak tetap tidak! Apalagi mencuri atau merampok, Haram bagiku! Kenapa Siansu bisa keluarkan perkataan
1467 menggeledah itu" Jikalau kau tetap paksa ingin
menggeledah boleh juga, cuma aku ingin lihat ada tidak kemampuanmu!".
Tay-tie Siansu agaknya merasa mendongkol juga
mendengar kata2 kasar Lim Tiang Hong, dengan alis agak berdiri berkata: "Jikalau Siauw Sicu benar2 tidak suka kembalikan barang itu, Loceng pikir juga akan menggunakan kekerasan. Bagaimana?"
"He, heeh...." Lim Tiang Hong tertawa hambar,
selanjutnya tidak mau meladeni padri tua itu dan balik badan.
Tay-tie Siansu, bukan cuma merupakan orang
tertua dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay saja, bahkan dalam dunia kang-ouw umumnya dapat
dikatakan dialah salah seorang golongan tua yang sangat terhormat namanya. Dan kala itu menerima penghinaan demikian dari seorang tingkatan muda, betapa lebih tinggi lagi sekalipun sabarnya, barangkali juga tidak akan sanggup mengendalikan amarahnya. Demikianlah
mendadak Siansu itu tertawa ber-gelak2 sambil
menyebut nama Buddha ber-kali-2 lalu katanya: "Siauw 1468
sicu tidak suka Loceng geledah, maka terpaksalah
Loceng akan bertindak meskipun betul kurang sopan!"
Mendadak badannya bergerak, tangannya secepat
kilat menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Sambil ketawa dingin Lim Tiang Hong kerahkan ilmunya, Sam-sam Po-hoat. Badannya sejenak terlihat bergerak, sambaran tangan Tay-tie Siansu nyasar ke tempat
kosong, Ilmu Kin-na Chin-hoat cabang Siauw Sim-sie
merupakan suatu ilmu tersendiri yang sudah terkenal kelihayannya. Terutama digunakan oleh orang tingkatan tertua seperti Tay-tie Siansu, tentu saja lebih baik dan lebih sempurna. Siapa nyana, dalam menghadapi
seorang bocah ingusan, benar2 ia gagal!.
Dan ketika padri tua itu melirik kearah Lim Tiang Hong anak muda itu masih tetap berdiri tegak
ditempatnya sambil mesem2!. Rupanya belum setengah tindakpun dia menggeser tubuhnya. Dalam kaget dan herannya, padri tua ini balikkan tangannya dan kembali cepat bagaikan kilat tangannya mengarah jalan darah Ciok-tie hiat, berbareng dengan gerakan mana ikut menyambar lengan jubahnya yang gedombrongan yang
1469 mengeluarkan hembusan angin cukup kuat, maksudnya ingin menghalangi jaian mundurnya Lim Tiang Hong.
Bagaimanapun juga, padri tua itu sudah mempunyai
banyak sekali pengalaman dalam menghadapi lawan
tangguh. Begitulah gerakannya kali ini membuat Lim Tiang Hong diam2 kaget. Dengan badan tetap berdiri ditempat, dikerahkan ilmunya, Siauw-yang It-ku sinkang!
Ia meluncurkan serangannya ini dengan tangan sebelah, kemudian lengannya yang lain bergerak dan membalik, menggunakan tipu pukulan yang dinamakan "Ular melibat gajah" salah satu gerak tipu dalam Kim-liong Pat-jiauw.
Gerakan itu merupakan gerakan balas mencekal
pergelangan tangan. Tay-tie Siansu Si padri tua semula menyangka Lim Tiang Hong pasti menggunakan gaya
Sam-sam Po-hoat yang semula digunakan
menghindarkan serangannya. Siapa nyana pemuda
tersebut bisa begitu cepat merubah tipu serangannya, maka sebentar hanya terdengar suara benturan dari tenaga kedua pihak, hingga dua2nya merasa terkejut!
Padahal tangan Lim Tiang Hong saat itu tepat
mencekal pergelangan tangan Tay-tie Siansu! Karuan saja kaget tak kepalang bagi padri beribadat itu, cepat 1470
ditarik kembali tangannya, kakinya digeser mundur sampai lima kaki.
Tay-tie Siansu merupakan satu2nya orang golongan
tertua yang masih ada dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay, sungguh tidak diduga belum sampai dua jurus sudah terdesak mundur demikian oleh lawannya. Malu sekali tentunya, hingga seluruh wajahnya merah
membara. Dengan terpaksa dikerahkannya seluruh
kekuatannya. Dengan mendadak membalikkan telapak
tangannya, kekuatan tenaga dalam meluncur dari situ, kekuatan yang tak berujud itu telah meluncur keluar seolah2 gelombang air laut pasang!
Lim Tiang Hong tidak menduga yang padri tua itu
akan dapat mengeluarkan serangannya secara begitu mendadak. Dalam keadaan terancam sangat, dia
menggunakan sebelah tangannya menyambuti serangan pertama, hanya dipakai lima bagian kekuatan tenaganya saja!
"Bluummmmm!" Disertai suara yang dahsyat terdengar nyaring, baju panjangnya Lim Tiang Hong ber-kibar2. Badannya
mundur beruntun sampai lima tindak. Sedang Tay-tie 1471
Siansu, masih berdiri tegak ditempatnya sedikitpun tidak nampak bergeming. Sambil ketawa panjang padri tua itu berkata: "Kekuatan tenaga dalam Siauw Sicu masih
selisih jauh sekali. Loceng tidak suka mendesak seorang muda sampai keterlaluan, maka sebaiknyalah Siauw Sicu lekas keluarkan kitab itu!"
Sikap padri tua yang menganggap dirinya orang
yang menang dan menganggap rendah pecundangnya,
seketika itu lantas menimbulkan kegusaran Lim Tiang Hong yang wataknya tinggi hati. Dengan suara besar dan tertawa ter-bahak2 berkatalah pemuda ini: "Untuk
sementara kau boleh bangga. Untuk menentukan siapa kalah siapa pecundang masih tidak dapat ditentukan sekarang"
Perkataannya itu dibarengi dengan melesatnya satu bayangan dan tangan Lim Tiang Hong telah mengerjakan satu serangan! Kali ini, rupanya dia sudah gusar benar2, telah dikeluarkan delapan bagian tenaganya. Angin yang keluar dari tangannya demikian hebat bagai angin puyuh atau gelombang laut pasang, menggulung ke tubuh si padri tua.
1472 Tay-tie Siansu yang melihat keadaan demikian,
berubah wajahnya seketika. Kembali lengan jubahhnya tampak ber-kibar2 Ilmu Bu-siang Sin-kangnya
dikeluarkan guna menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Kembali terdengar suara gempuran hebat bagai
bumi akan hancur. Disusul dengan menderunya angin dahsyat yang ber-putar2 ke atas, beberapa pohon yang tumbuh di kedua samping orang2 yang sedang
bertempur itu pada bertumbangan.
Tay-tie Siansu ber-goncang sedikit pundaknya.
Kedua kakinya sudah melesak ketanah setengah kaki dalamnya, sedang kala itu Lim Tiang Hong kelihatan tenang2 saja, tidak bergerak barang setindak. Hanya dalam hatinya diam2 merasa kaget, orang tua dari
siauw-lim-pay yang dihadapinya itu benar2 tangguh....
Tay-tie Siansu benar2 tidak menduga bahwa
seorang diri golongan muda bisa mempunyai tenaga
dalam begitu tinggi. Perasaan itu telah mendorong hatinya untuk menang sendiri. Setelah mulutnya memuji nama Buddha, mendadak tubuhnya melesat tinggi ke
atas lalu menubruk Lim Tiang Hong bagai burung bangau menubruk ikan di lautan.
1473 Dalam waktu sekejapan saja telah keluarkan 15 kali beruntun serangan dari lengan jubahhnya. Padri tua ini sudah memiliki lebih dari 10 rupa kepandaian dari partainya, Siauw-lim-pay. Maka begitu turun tangan, bukan kepalang hebatnya sudah dapat dibayangkan!
Setiap serangannya merupakan serangan maut bagi
lawan, tempat sekitar tiga tombak persegi se-olah2
mengalami hujan angin hebat, batu2 berguguran dan abu mengulak tinggi.
Lim Tiang Hong mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Ia tahu pertempuran sengit sudah tak dapat dielakkan lagi. Hakekatnya, dalam keadaan
demikian pemuda itu tidak dapat mengerjakan lain atau berpikir panjang. Maka lalu digerakkannya kedua
tangannya, menyambuti setiap serangan yang
dilancarkan oleh Tay-tie Siansu.
Secepat kilat pula ia sudah mengeluarkan serangan balasan sampai 13 kali, menukar cara bersilatnya sampai 8 kali, baru berhasil dapat mengimbangi suasana.
Pertempuran sengit kali itu, merupakan suatu
pertempuran terhebat yang pernah dialami Lim Tiang Hong semenjak dia keluar dari perguruannya. Pada
1474 waktu2 biasanya, sedikit sekali dikeluarkan tipu2
serangannya yang aneh2. Tapi pada kali ini, serangan yang aneh2 dan luar biasa itu terus keluar bagai air banjir.
Dibawah teriknya sinar matahari, cuma kelihatan
bayangan abu2 dan bayangan biru yang bertukar tindih, atau sebentar melayang ke atas dan kebawah, dilain saat ber-putar2an! Sedangkan hembusan angin yang keluar dari tangan kedua manusia itu membikin tanaman dan batu2 pasir disekitar tempat tiga tombak persegi menjadi beterbangan dan tersapu bersih! Suara benturan dari kekuatan keduanya sebentar2 terdengar nyaring! Suara itu bercampur kadang2 dengan suara bentakan, geraman atau siulan. Kecuali itu semua kedua orang itu sama2
membungkam tidak mengeluarkan kata2.
Tigapuluh jurus, limapuluh jurus, seratus jurus....
Dalam waktu sekejapan mata saja sudah sampai ke
jurus yang ke seratus lima puluh, kekuatan kedua pihak nampak masih berimbang.
Bagi Tay-tie Siansu, yang merupakan orang tertua
dan namanya sudah tersohor hampir seratus tahun,
kalau dapat merebut kemenangan dalam pertempuran
1475 tersebut, tidaklah mengherankan. Tetapi bagaimana kalau kalah" Tentu akan menjadikan penyesalan untuk selama2nya. Maka pertempuran berlangsung semakin
lama, hatinya semakin kuatir.
Dalam keadaan bimbang cemas dan takut, padri tua
itu telah mengerahkan seluruh ilmunya, Bu-siang Sinkang yang telah diyakinkannya selama 90 tahun dengan
pengharapan dapat mengalahkan lawannya. Tapi pada saat itu tiba2 dia merasa bahwa pengharapan semacam itu cuma akan mendatangkan kekecewaan hatinya. Pihak lawan, meski usianya masih muda, namun kekuatan
tenaga dalamnya kelihatan mengalir terus tiada habisnya se-olah2 air dari sungai Tiang-kang dan lautan yang tidak ada habisnya. Sekalipun bertempur sampai seribu jurus, juga tidak bisa kehabisan tenaga.
Akan tetapi, kejadian telah terlanjur menjadi
demikian, kecuali bertempur secara nekad, apa yang dapat diperbuatnya" Maka lantas dirubahnya tipu
serangannya dengan mendadak. Ilmu simpanan Siauw-
lim-pay, antaranya yang bernama Hok-mo Ciang-hoat, lantas dikeluarkan hingga tipu serangannya dari tidak berwujud, berubah jadi mengeluarkan suara. Dalam
1476 waktu sekejapan medan pertempuran bagai
mengeluarkan suara men-deru2, menimbulkan gulungan angin puyuh yang demikian hebat, membuat Lim Tiang Hong mau tak mau harus mundur tujuh sampai delapan tindak.
Tipu serangan Hok-mo Ciang-hoat ini, sewaktu
untuk pertama kalinya Lim Tiang Hong menyatroni
Siauw-lim-sie, sudah dikenalnya dengan baik. Tapi digunakan oleh Tay-tie Siansu yang kekuatannya lain dari yang lain, bukan cuma hebat saja, tapi perubahannya seperti banyak sekali. Daa selagi pikirannya agak lengah, ia sudah terdesak mundur.
Dalam cemasnya, tiba2 mulutnya mengeluarkan
suara siulan. Refleks lantas keluar ilmunya Lui-thian Hui-hoan
Ciong-hoat. Diantara menderunya angin buatan, suara beledak suara gempuran terdengar tidak berhentinya.
Tay-tie Siansu sudah berubah wajahnya, kelihatan
urat2 hijau menonjol dibadannya. Kepalanya yang gundul mengeluarkan uap putih, dirasa kakinya menindak
mundur sampai kembali ke tempat asalnya.
1477 Mendadak Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2 dan
berkata: "Taysu! Coba sambuti seranganku sekali ini!"
Medan pertarungan mendadak mengeluarkan suara
keras laksana guntur! Wajah Tay-tie Siansu nampak heran, mundur tiga
tindak. Lim Tiang Hong kelihatan hanya pundaknya yang ber-goyang2, tapi kemudian berdiri seperti biasa. Setelah itu terdengar suara keratak kerotok dari tulang2 dalam badan Tay-tie Siansu, jubahnya yang berwarna abu2
mendadak melembang seperti balon. Ketika lengan
jubahnya dikebaskan, tertampak lengan tangannya
kurus, urat2nya menonjol. Tangan itu ditujukan ketengah udara, lalu dengan per-lahan2 diturunkan sebatas
dada.... Lim Tiang Hong yang sudah mendapat banyak
pengalaman segera mengerti bahwa dalam gusarnya,
pasti padri tua itu akan mengeluarkan serangannya yang mematikan, hingga diam2 telah mengeluarkan ilmu Hian-kang nya, sedang ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang nya telah terpusat di kedua tangannya. Tangan kiri
selanjutnya tertekuk sebatas dada untuk melindungi bagian tubuh sebelah atas depan, sedang tangan
1478 kanannya diangsurkan dengan telapak tangan
menghadap kemuka! Itu adalah suatu persiapan akan meluncurkan serangan dengan tipunya Lui-thian Hui-hoan Ciang.
Saat itu hawa udara cerah. Matahari sedang
hebat2nya memancarkan sinarnya, diangkasa sedikitpun tiada berawan. Ditanah juga tidak kelihatan angin menghembus. Namun suasana sangat tegang.
Keringat segede kacang kedele mengetel keluar dari kepala Tay-tie Siansu yang botak kelimis. Sebagian badan jubahnya yang gedombrongan sudah basah
dengan peluh. Lim Tiang Hong dengan alis berdiri dan mata memancarkan sinar tajam, kala itu bertambah
keren. Wajahnya yang cakap saat itu nampak merah seperti kepiting direbus. Baju panjangnya yang berwarna biru, juga dibasahi oleh air keringat. Kedua pihak, waktu itu terang tidak ada yang berani berlaku lengah.
Dibawah teriknya sang surya, cuma kelihatan dua
mahluk Tuhan yang ber-gerak2 kesana kemari dengan tindakan lambat2. Itulah Lim Tiang hong dan Tay-tie Siansu!
1479 Tiba2 terlihat dua bayangan manusia itu, dengan
gerakan gesit luar biasa saling gempur....
Kembali terdengar suara gemuruh!
Dua pihak dengan cepat mengambil jarak, masing2
mengambil tempat semula. Lim Tiang Hong masih tetap dengan tangan kanan melindungi dada tangan kiri
terangkat ke atas, namun wajahnya yang tadi kelihatan merah membara kini kelihatan pucat pasi. Dadanya juga nampak kembung kempis.
Ternyata kedua orang itu dalam waktu tak lebih
dari sedetik, sudah mengadu kekuatan lagi.
Kelihatan sepasang tangan Tay-tie Siansu melurus
kebawah tubuhnya agak condong ke depan. Kedua
lututnya kelihatan agak tertekuk se-olah2 kerbau tarung tengah mengawasi lawannya.
Mendadak Lim Tiang Hong berkata dengan
suaranya yang keras "Siansu, sudah terluka jerohanmu.
Pertempuran ini biarlah kita habisi sampai disini!"
Terdengar suara batuk2 kecil, kemudian dari mulut Tay-tie Siansu tersembur darah hidup. Setelah mana, padri tua itu tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Tidak 1480
perlu berlagak murah hati! Keadaanmu sendiri barangkali tidak akan lebih baik dari padaku!"
"Jikalau rasanya masih kurang puas, boleh coba2
lagi beberapa jurus!"
"Apa kiramu Loceng takut kepadamu?".
"Kalau kehendakmu ingin sampai pada titik darah
penghabisan, silakanlah!"
Tepat pada saat itu mendadak muncul dua
bayangan orang yang lari ke gelanggang tempur itu laksana kilat. Dari jauh, seorang sudah meng-aok2 nama Tay-tie Siansu sambil rangkap tangan. "Su-couw!
Barusan ada perintah dari pusat, Henghay Kouw-loan dan bocah itu sudah tertangkap oleh para saudara kita!
Empat Locu dari bagian rangon penyimpan kitab masing2
sudah berangkat menuju ke utara, mohon keputusan
Sucouw!" Tay-tie Siansu tiba2 menghela napas panjang.
Sambil ulap-kan tangannya berkata: "Sudah tahu! Kalian boleh jalan dulu!"
Dua padri yang baru datang itu tundukkan kepala,
merangkap tangan memberi hormat kemudian membalik 1481
tubuh dan buru2 berlalu ke jurusan asalnya mereka datang.
Entah bagaimanalah kiranya perasaan Tay-tie
Siansu pada saat itu, sulit dapat dilukiskan. Badannya menggigil seperti orang kedinginan, mukanya pucat pias.
Oleh karena tindakannya yang serampangan tanpa
mengusut perkara dengan teliti, telah membuatnya sekarang berada di pihak serba salah dan sampai mengalami kekalahan sedemikian rupa. Hal itu, apabila tersiar ke kalangan persilatan, apa masih ada muka buat dia
menemui orang lagi" Kepalanya yang tadi tunduk terangkat, mengawasi
wajah Lim Tiang Hong yang sudah bersemu merah,
kemudian tundukkan kepala lagi dan menarik napas.
Lalu, dengan diam2 tubuhnya bergerak lompat melesat ke dalam rimba dan lantas menghilang tanpa bekas.
Lim Tiang Hong ambil tempo sejenak buat istirahat, darahnya yang tadi bergolak sudah tenang lagi. Telah dilihatnya juga keadaan Tay-tie Siansu yang
mengenaskan. Dalam hati merasa kasihan dan tidak
enak. Kesulitan yang tak ter-duga2 telah merecoki dirinya, meski betul dengan datangnya dua padri
1482 belakangan sudah dibikin terang, tapi akibatnya telah membikin nama buruknya Tay-tie siansu sendiri. Namun, siapakah yang mesti disalahkan"
Mendadak teringat oleh Lim Tiang Hong
perjalanannya sendiri yang bermaksud ingin memperbaiki martabatnya Im Tay Seng. Karena pada saat itu sedang dikejar oleh orang2 Siauw-lim-pay, jikalau tidak segera mendapat pertolongan niscaya akan tamatlah
riwayatnya. Dan bagaimana pula nasibnya Henghay
Kouw-loan yang berada ber-sama2 dengan dia" Boleh jadi karena hubungannya dalam kenyataan yang sudah menjadi suami isteri. Jikalau ada terjadi apa2 atas diri Im Tay Seng, ia sendiri juga barangkali tidak akan hidup sendiri. Memikir soal itu, perasaan kuatir timbul dalam hati Lim Tiang Hong. Tanpa berani berayal lagi seketika itu juga diayunnya kakinya mengambil arah utara.
0-0dw-kz0-0 Bab 37 MALAM telah tiba. Keadaan yang senja yang terang, telah menjadi gelap gulita.
1483 Lim Tiang Hong yang menyusul keutara tidak
memperdulikan gelapnya cuaca dan dinginnya hawa
malam itu. Saat itu sudah tiba di kaki gunung Thay-san.
Dalam perjalanannya itu, sedikitpun tidak di
jumpainya tanda2 telah menemui jejak. Tentu sulit mengejar secara membabi buta. Ia yang tidak mendapat petunjuk apa2 dan tidak tahu apa maksudnya Im Tay Seng dari arah mana yang dituju.
Maka ketika melihat tengah malam buta itu sudah
berada dikaki gunung, pikirannya sudah lebih cemas.
Dalam keadaan demikian, tiba2 telinganya
menangkap suara berkibarnya pakaian. Daya
pendengarannya yang sangat tajam segera dapat
membedakan bahwa suara tadi bukan dari seorang saja, melainkan dari banyak orang. Maka diam2 lantas
pikirannya bekerja, "Apa mereka itu kawanan padri Siauw-lim-pay?"
Ia lalu sembunyikan diri kesebuah batu cadas yang besar.
Tidak antara lama terlihat olehnya sembilan
bayangan manusia, bagaikan serombongan burung
gagak melayang melalui jalanannya tadi.
1484 Daya penglihatan tajam Lim Tiang Hong hebat
bukan main. Segera dikenalnya rombongan orang2 itu, terdiri dari wakil ketua Thian-cu-kauw Pie-ma Thian-kauw, yang memimpin Liauwtong Kim-cie, Hwee-san
Koay-khek, Cit-sat-sin, Khong Bun Thian dan beberapa anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw lainnya.
Saat itu terdengar suaranya Pie-ma Thian-kauw
yang bicara dengan nada rendah sekali: "Kabarnya
mereka berdua sudah masuk ke daerah gunung Thay-san ini. Kawanan padri Siauw-lim juga sudah datang
mengejar, maka dalam soal ini harus cepat kita turun tangan jangan sampat kedahuluan oleh kepala gundul itu, bisa runyam...."
(0-0dw-kz0-0) Jilid ke 16 Ia angkat kepalanya, seperti memeriksa keadaan
sekitarnya Lalu katanya pula: "Sekarang kita harus adakan penyelidikan dengan berpencaran. Aku minta saudara Liauw-tong Kim-cie dan saudara Khong Bun


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Thian membawa dua kawan adakan penyelidikan dari
kanan dan kiri. Aku sendiri akan menyelidiki ke bagian 1485
tengah dengan Hwee-san Koay-khek. Kalau ada apa2, lekas gunakan tanda api merah buat saling beri kabar".
Sehabis berkata, wakil ketua itu lari lebih dahulu, terus naik ke atas.
Liauw-tong Kim-cie dan Khong Bun Thian juga
lantai berpencar ke kanan dan kiri dengan masing-
membawa dua pengikut. Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian,
dalam hati merasa heran sedikit. Dilihat dari kejadian mereka tadi, terang Im Tay Seng sudah lepaskan diri dari Thian-cu-kauw....
Jikalau benar demikian halnya, menjadi lebih
mudah lagi usaha Lim Tiang Hong. Barangkali Im Tay Seng telah terkena pengaruh Henghay Kouw-loan dan bisa banting stir menuntut hidup baru dengan jalan baik2.
Berhubung dengan adanya pikiran Lim Tiang Hong
ini, girang sekali hatinya, sebab dapat memperbaiki seorang pemuda yang bermoral bejat menjadikan
seorang anak muda baik2. Itu sesungguhnya merupakan suatu kejadian langka dan patut digembirakan. Apalagi orang itu dengan dia masih erat hubungannya.
1486 Seberlalunya Pie-ma Thian-kauw dau kawan2nya,
Lim Tiang Hong juga lantas keluar dari tempat
sembunyinya dan mengikuti rombongan Pie-ma Thian-
kauw. Daerah gunung Thay-san demikian luas. Untuk
mencari orang satu dua gelintir kesitu, sesungguhnya bukan soal mudah.
Rombongan Pie-ma Thian-kouw di depan, diikuti
oleh Lim Tiang Hong dari belakang. Orang2 itu dengan susah payah membuat jalan di pegunungan. Kira2 satu jam lamanya, mendadak dari sebelah timur, kelihatan api warna biru yang meluncur ke tengah udara. Dibawah penerangan api tanda itu, nampak wajah setiap orang dalam rombongan Thian-cu-kauw tegang sekali. Tiba2
terdengar suara Pie-ma Thian-kauw yang keras: "Ada disana! Lekasss!!!"
Perkataannya itu disusul dengan gerakan tubuhnya
sendiri yang cepat, lari menuju ke arah dari mana tanda api tadi terlihat.
Karena tujuannya sudah ditunjuk, Lim Tiang Hong
merasa tidak perlu mengejar mereka, dengan cepat
dikeluarkannya ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, 1487
se-akan2 asap terbang sebentar saja sudah melalui Pie-ma Thian-kauw menuju ke arah api pertandaan tadi.
Ilmunya lt-shia Cian-lie Lim Tiang Hong boleh
dibilang sukar dapat tandingannya. Dalam waktu
sekejapan saja sudah dilihatnya di suatu tempat bergerak satu bayangan manusia, juga berkelebatnya sinar senjata tajam.
Ternyata empat padri Siauw-lim-sie dari bagian
rangon penyimpan kitab dengan berpencaran mengambil posisi segi empat mengurung Im Tay Seng dan Honghay Kouw-lan di tengah2. Sedang di belakang mereka itu, ada 36 anak murid Siauw-lim-pay yang membawa
senjata ..... dari golongan Buddha.
Dilain sudut, tampak berdiri Liauw-tong Kim-cie dan dua orang kawannya. Mereka nampak bertengkar
dengan Im Tay Seng. Lim Tiang Hong hanya mendengar Hui-bing Siansu
yang berkata: "Orang ini tidak perduli murid penghianat perkumpulanmu atau bukan, baik dia Kauwcu muda
kalian, tidak boleh bebas sebelum Lolap ambil kitab dari badannya!"
1488 Liauw-tong Kim-cie meng-urut2 beberapa lembar
jenggotnya, menyahut sambil ketawa hambar: "Siauw-lim-pay merupakan salah satu partai terbesar dalam kalangan persilatan! Tujuh puluh dua jenis ilmu silat kalian sudah merajai dunia kang-ouw! Bagaimana seperti orang mati tidak bila menjaga peti matinya" Bisa
membikin hilang kitab peninggalan sucouw nya sendiri.
Ha! ini benar2, membikin orang tidak habis mengerti!"
Hui-kak Siansu tahu bahwa ucapan Liauw-tong Kim-
cie yang keras itu menyindir mereka, maka lantas
membentak dengan suara keras: "Sicu tidak usah
berlagak. Seperti apa yang Sicu katakan tadi, Siauw-limpay sebagai salah satu partai terkuat. Itu benar!
Meskipun jarang menimbulkan perkara diluaran, jangan itu dianggap kami takut berurusan diluaran. Jikalau mau dikatakan bahwa kitab itu tidak berada di badan Siauw Sicu ini, biarlah Lolap mengadakan penggeledahan dulu, baru nanti kita bicarakan hal2 lainnya belakangan"
Dengan mendadak Hui-kak Siansu maju ke depan
dan mencekal pergelangan tangan Im Tay Seng.
1489 Tiba2 dengan secepat kilat Henghay Kouw-loan
menggerakkan pedangnya menghalangi niat Hui-kak
Siansu menawan orang. Henghay Kouw-loan pernah ikut Lim Tiang Hong
menerjang Siauw-lim-pay. Itulah sebabnya empat padri Siauw-lim-sie bagian rangon penyimpanan senjata telah mengenal dia sebagai murid Leng-thian It-ouw.
Dan kini mendadak dia memihak pihak Thian-cu-
kauw, membuat Hui-kak Siansu kebingungan sendiri.
Sambil menyebut nama Buddha, padri tua ini berkata:
"Orang ini dosanya sudah melewati takaran. Dialah Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw, bukan Lim Siauwhiapl Apa sebabnya nona menghalangi pinceng?"
Henghay Kouw-loan dengan paras pucat dan suara
gemetar berkata "Tidak perduli siapa dia, tidak kuijinkan kalian menghina dia tanpa alasan yang cukup kuat!"
Hui-kak Siaissu yang mendongkol hatinya,
mendadak tertawa ber-gelak2 dan terus berkata: "Li Sicu, kau juga terlalu keras kepala! Kitab Tat-mo-keng bagi kami amat penting artinya, yang harus diambil kembali buat Siauw-lim-sie. Siapapun yang berani
merintangi, kami anggap dia sebagai musuh kami. Dan 1490
tanpa ampun bisa kami bunuh! Harap sebaiknya Li Sicu jangan ikut campur dalam urusan Loceng sekali ini"
Dalam keadaan demikian, Henghay-Kouw-loan
sebetulnya sudah tahu bahwa Im Tay Seng berada dalam keadaan terjepit benar2. Tetapi karena dia telah
serahkan dirinya kepada anak muda tersebut, sudah dengan sendirinya dia tidak mau tahu bahaya apa yang akan menimpa dirinya. Sekalipun binasa ber-sama2
dengan pemuda itu, dia sudah rela. Perkataan2 Hui-kak Siansu yang bersifat mengancam meski mengejutkan
hatinya, masih tetap dia keras kepala. Sambil putarkan pedang panjang ditangannya, berkata: "Urusan malam ini, aku Henghay Kouw-loan pasti akan ikut ambil bagian!
Terserah dengan kepandaian apa kalian ingin melayani nonamu!"
Hui-kak Sansu berkata sambil ketawa menyengir:
"Kalau begitu, Loceng terpaksa pun akan berlaku kurang ajar"
Dengan cepat tubuhnya maju dua tindak, tetapi
ketika bermaksud hendak turun tangan, dari luar
kalangan tiba2 terdengar suara bentakan keras: "Tahan dulu! Tunggu sampai aku si orang she Beng
1491 membereskan urusan dalam rumah tanggaku kalau
masih ingin bertempur terus!"
Bersama dengan itu, Pie-ma Thian-kauw Beng Sie
Kiu bagaikan burung terbang sudah melayang ke tengah lapangan. Wakil ketua Thian-cu-kauw ini sebetulnya sudah lama mengincar kitab peninggalan Tat-mo Cauwsu buat dikangkangi sendiri, cuma belum berani secara terang2an. Kali ini, setelah Pek-tok Hui-mo menyerahkan buat selesaikan tugas pembersihan dalam Thian-cu-kauw, tiba2 Kauwcu itu menghilang, yang dalam dugaan Beng Sie Kiu, atau anggapan sang Kauwcu yang
beberapa kali pernah menderita kekalahan itu menutup diri atau pergi ke lain tempat untuk berlatih lagi dengan kitab Siauw-lim-sie hasil curian.
Diluar dugaan, gundik Pek-tok Hui-mo, yakni Lak-
chiu Sian-nio tiba2 memberitahukan bbahwa Im Tay
Seng sudah mencuri kitab peninggalan Tat-mo Couwsu itu dan kabur ber-sama2 Henghay Kouw-loan. Dan Pie-ma Thian-kauw diminta bantuannya buat pergi mengejar.
Kejadian ini barang tentu membuat Pie-ma Thian-kauw girang bukan kepalang, maka segera turun tangan
sendiri untuk melaksanakan tugas atau lebih tepat untuk 1492
dapat mewujudkan cita2nya mengangkangi kitab. Itulah kesempatan satu2nya buat dia untuk mendapatkan kitab tersebut dan jika berhasil berarti telah 90% maksudnya terlaksana.
Sayangnya kitab yang didapatkan oleh Im Tay Seng
hanya bagian terakhir dari apa yang didapat oleh Pek-tok Hui-mo. Pelajaran2 dalam kitab itu hanya cocok bagi kaum wanita, maka Pek-tok Hui-mo sengaja
meninggalkan perkumpulannya, memberi bagian yang
tidak penting itu kepada Lak-chiu Sian-nio.
Gundiknya itu, dalam kebingungan tidak bisa
membedakan kitab mana yang dicuri itu, hingga
membikin geger seluruh orang2 Thian-cu-kauw.
Mari kita tengok gerak-gerik Pie-ma Thian-kau
setelah berada di tengah kalangan. Dengan sombongnya dihampirinya Im Tay Seng seraya katanya: "Tahukah kau dengan menggunakan hukuman apa perkumpulan Thian-cu-kauw menghukum muridnya yang berkhianat"
Sekarang mengingat kau adalah putra Kauwcu sendiri, cukup dengan kau serahkan Kitab Tat-mo-keng itu dan ikut aku pulang ke pusat perkumpulan serta minta
1493 ampun kepada Sian-nio, Aku berani berikan jaminan, urusan akan dibikin habis begitu saja!"
Setelah didengarnya perkataan2 Pie-ma Thian-kauw
yang sombong itu, lantas berubah wajahnya Im Tay
Seng yang tampan. Setelah ketawa panjang
menyeramkan, lalu berkata: "Beng Sie Kiu! Kau toh bukan lain daripada satu pembantu ayahku! Kenapa
berani begitu kurang ajar didepanku" Dengan terus terang Thian-cu-kauw telah didirikan oleh ayahku
seorang saja, tidak pernah pinjam tenaga orang lain! Apa yang kau katakan Kitab Tat-mo-keng juga benda ayahku!
Andai kata benar aku mati dan ambil adalah wajar, tidak ada hak kau mengurusi urusanku! Apalagi kau mengatakan aku pengkhianat, lagi juga Lak-chiu Sian-nio itu orang macam apa?"
Pie-ma Thian-kauw yang mengandung maksud lain
sudah tentu tidak mau mendengar segala ocehannya Im Tay Seng. Ia kukuh dengan pengaduan Lak-chiu Sian-nio. mengatakan bahwa kedatangannya itu dengan
membawa titah Kauwcu, maka lantas membentak
dengan suara keras: "Sungguh besar nyalimu eh! Berani tidak pandang mata seorang dari tingkatan tua" Hai 1494
saudara2 lekas ringkus bocah ini. Jika dia berani melawan bunuh saja habis perkara!"
Dibawah perintah, dengan menggunakan alasan
menangkap pengkhianat, sudah tentu Liauw-tong Kim-cie dan lain2nya segera sudah hendak turun tangan.
Im Tay Seng gusar sekali. Lalu dihunus peclangnya dan membentak: "Siapa berani melanggar Siauw Kauwcu akan dianggap sebagai pengkhianat. Lekas mundur!"
Biar bagaimana, Im Tay Seng tetap putera Kauwcu.
Maka sebelum mendapat perintah Kauwcu sendiri,
Kauwcu muda ini masih tetap merupakan seorang
berwibawa yang tidak boleh sembarangan diraba. Liauwtong Kim-cie dan kawan2nya merasa berada dalam
keadaan serba salah, semuanya hentikan tindakaanya tidak berani melangkah lagi.
Pie-ma Thian-kauw gusar. Ia lalu mengeluarkan
simbol Thian-cu-kauw yang dinamakan Thian-cu Pek-kut-leng. Sambil angkat tinggi2 benda itu diatas kepalanya dia keluarkan perintahnya sekali lagi: "Siapa yang tidak dengar perintah kami, akan mendapat hukuman menurut peraturan perkumpulan!"
1495 Simbol Thian-cu Pek-kut-leng itu adalah benda
kepercayaan bagi orang2 terpenting dalam Thian-cu-kauw yang mewakili perintah Kauwcu, hingga buat orang yang membawa simbol itu dianggap sebagai Kauwcu
sendiri. Benda yang berupa tulang putih itu semuanya ada tiga buah. Dan yang dibawa oleh Beng Sie Kiu itu adalah yang didapatnya dari Lak-chiu Sian-nio
Liauw tong Kim-cie dan kawan2nya setelah
mendengar perintah kerasnya Pie-ma Thian-kauw, tidak bersangsi lagi. Tiba2 Im Tay Seng ketawa ber-gelak2
seraya katanya. "Kau gunakan simbol Thian-cu Pek-kut-leng, apa kiramu bisa menggertak aku Ha, ha, ha...."
Setelah itu pemuda ini masukkan tangannya
kedalam sakunya, lantas sebuah Thian-cu Pek-kut-leng berada dalam genggamannya dan diangkat tinggi2
didepan anak buahnya hingga Lauw-tong Kim-cie dan kawan2nya yang sudah sedia akan turun tangan,
terpaksa membatalkan tindakan mereka. Sesaat lamanya suasana sunyi.
Pie-ma Thian-kauw putar terus otaknya untuk
mencari daya upaya yang sempurna atau alasan2 buruk yang dapat dikemukakan buat dapat membinasakan Im 1496
Tay Seng. Dan dalam waktu singkat itu, dia tidak dapat pikirkan daya upaya apapun.
Sebagai orang cerdik ia mengetaiul apa akibat dari tindakannya itu. Jikalau tidak mempunyai alasan tepat untuk menimpakan segala dosa kepada Im Tay Seng dan turun tangan sembarangan tanpa alasan, beberapa
anggota pelindung hukum itu pasti akan berbalik
melawannya. Sebab mereka ini, biar bagaimana adalah orang2nya Pek-tok Hui-mo dan setia pada sang
pemimpin tersebut. Lama dalam keadaan sunyi, hingga kawanan padri
dari golongan Siauw lim-pay sudah merasa tak sabaran lagi. Hui-bing Siansu segera keluarkan suaranya yang nyaring. "Jahanam! Lekas serahkan kitab itu! Apa benar2
kau kehendaki Loceng sekalian turun tangan?".
Oleh karena terdapatnya orang2 Thian-cu-kauw
yang begitu banyak, membuat Im Tay Seng merasa
dapat tambah angin. Ketika mendengar suara Hui-bing Siansu, dia ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Kepala gundul! Jangan mimpi siang2. Kitab itu sekalipun betul berada delam badan tuan mudamu, juga jangan harap bisa kau minta balik! Kau dengar: Jikalau ada
1497 kepandaian, boleh lekas keluarkan semua disini! Tuan mudamu sedikitpun tidak akan merasa jeri!"
Bukan kepalang gusarnya Hui-bing Siansu. Lengan
jubahnya lantas digulung dan tangannya melancarkan serangan hebat detik itu pula.
Henghay Kouw-loan yang berdiri di samping Im Tay
Seng, tiba2 menggeram keras: "Berani!" Pedang
panjangnya lalu bergerak, menyerang dari atas.
Dengan adanya rintangan ini, Hui-bing Siansu mau
tidak mau manarik kembali serangannya.
Pie-ma Thian-kauw yang menyaksikan keadaan
demikian mendadak ketawa ber-gelak2 dan berkata:
"Aku sekarang mengerti. Kiranya kau mengkhianati
perkumpulanmu sendiri adalah disebabkan karena
adanya budak hina ini. Haa.... haa..."
Dia berhenti sejenask, kemudian membentak
dengan suara keras: "Liauw-tong Hok-hoat! Tangkap dulu budak hina itu!".
Liauw-tong Kim-cie segera menyahut "Baik" dan
meluncurkan badannya cepat sekali, menyerang
Henghay Kouw-loan secara mendadak.
1498 Im Tay Seng merasa cemas dan gusar. Ia keluarkan
bentakan yang keras: "Siapa berani bergerak
sembarang" Lekas berhenti!"
Tetapi belum lenyap suara bentakannya, Pie-ma
Thian-kauw sudah menerjang seperti kerbau gila. Tanpa perdulikan apapun akibatnya terus menyeruduk Im Tay Seng, beruntun dengan tiga kali serangannya.
Kepandaian silat wakil Kauwcu ini jauh diatas Im
Tay Seng. Apalagi dia sudah menggunakan waktu lengah ingin membunuh Kauwcu muda itu, ditambah pada setiap serangannya dipergunakan sepenuh tenaganya, tentu saja dalam waktu singkat itu Im Tay Seng merasa
keteter dan tidak punya kesempatan untuk muka mulut lagi. Dia terpaksa mundur sampai tujuh delapan kaki dengan perasaan dongkol.
Pertarungan antara orang2 sendiri itu sebetulnya
adalah suatu kesempatan baik yang dapat dipergunakan orang2 Siauw-lim-pay buat sementara menonton dulu untuk kemudian menggulingkan yang menang. Akan
tetapi Hui-bing Siansu yang sudah banyak pengalaman dan mempunyai perhitungan tajam, sudah dapat lihat bahwa perbuatannya Pie-ma Thian-kauw itu jauh diluar 1499
garis2 peraturan manapun. Agaknya dia sudah bertekad bulat ingin membunuh Kauwcu muda Thian-cu-kauw itu.
Oleh karenanya, ia yang merasa kuatir nanti akan
didahului oleh wakil Kauwcu itu.
Dengan pertimbangan itulah dia merasa perlu
segera bertindak, Setelah menyebut nama Buddha,
betul2 badanya digerakkan seraya berseru: "Sicu sekalian supaya lekas berhenti! Tunggu nanti sampai loceng bereskan soal kitab milik Siauw-lim-sie kalau masih mau diteruskan!"
Setelah itu, ia lalu menyerbu kedalam medan
pertempuran. Tangannya dikibaskan dua kali, maksudnya ingin melerai orang2 yang bertempur itu.
"Duk! Beleduk!"
Tangan Hui-bing Siansu beraduan dengan tangan
Pie-ma Thian-kauw, keduanya mundur masing2 setindak.
Pie-ma Thian-kauw terperanjat. Dengan mata
melotot lebar berkata menahan geram: "Sungguh tidak nyana partai kenamaan Siauw lim-pay bisa membantu kawanan pengkhianat! Haa, ha. ha.... Apa tidak takut nama partaimu dijadikan buah tertawaan orang2 dunia kang-ouw"!"
1500 Hui-bing Siansu mendongkol, dengan suara tak
kalah kerasnya, ia berkata: "Loceng tidak ada maksud ikut campur tangan dalam urusan rumah tangga kalian!
Yang paling perlu kembalikan dulu kitab kami itu".
Oleh karena terjunnya Hui-bing Siansu
kegelanggang itu Khong Bun Thian dan lain2 anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw semua pada meluruk
ketengah. Hui-kak Siansu dan tiga kawannya juga
mengurung sekitar Im Tay Seng, mereka terus adakan penjagaan kuat di sekitar pemuda itu, hingga keadaan merupakan yang paling tegang dan sangat rawan sekali, salah2 bisa segera timbul suatu pertempuran kalut.
Lim Tiang Hong semenjak tadi terus sembunyikan
diri melihat gelagat, telah merasa bahwa saat untuknya turun tangan akan segera sampai. Dengan gerakan yang tak terduga oleh siapapun juga, badannya sudah
melayang turun ke tengah kalangan.
Setelah perdengarkan suara ketawanya sejenak,
lalu menyambungi perkataan Hui-bing Siansu tadi
dengan suara nyaring: "Kitab Tat-mo-keng sebetulnya adalah barang Siauw-lim-pay yang terhilang. Sudah sepatutnya kalau dikembalikan lekas kepada pemiliknya!
1501 Sementara itu tentang urusan saudara Im yang didakwa mengkhianati perkumpulan oleh Pie-ma Thian-kauw aku perlu dapatkan penjelasan se-terang2nya dulu dari Hu-kauw-cu ini. Perkumpulan Thian-cu-kauw siapa
sebetulnya yang mendirikan" Apakah tuan sendiri atau Lak-chiu sian-nio kah yang menegakkan nama Thian-cu-kauw?"
Munculnya Lim Tiang Hong secara mendadakan itu
membuat sekalian orang melongo. Reaksi yang timbul pada setiap manusia di situ ber-lain2an. Kalau pihak Hui-bing Siansu setelah melihat anak muda itu jadi tenteram pikirannya, adalah pihak Thian-cu-kauw yang gelisah pikirannya. Umumnya orang2 Siauw-lim-sie mengenal pemuda itu, merasa berterima kasih atas kedatangannya kesitu. Tidak demikan halnya dengan Pie-ma Thian-kauw yang secara diam2 berpikir, bahwa rencananya hari itu akan gagal keseluruhan.
Bagi Im Tay Seng, disamping rasa girang yang
timbul mendadak, juga merasa ketar-ketir hatinya.
Girang karena bahaya pasti dapat dielakkan. Dan dapat pula ia memastikan dengan eratnya hubungan antara dia dengan Henghay Kouw-loan, Lim Tiang Hong tentu akan 1502
membantunya dalam menghadapi anak buahnya. Tetapi apa yang menjadikan hatinya ketar ketir, mengetahui watak Lim Tiang Hong yang tegas dalam mengambil
tindakan bagi siapa yang salah diantara yang benar.
Untuk hal ini, pihaknya akan terdesak, kitab Tat-mo-keng tidak akan dapat dipertahankan lebih lama. Dan kalau benar demikian halnya, bagaimana" Sebab....
tindakannya kali ini, adalah pada kitab pusaka tersebut.
Hanya Henghay Kouw-loan lah yang saat itu
merasakan pikirannya bercampur aduk tidak karaun.
Setelah ia menyingkirkan serangan, dengan cepat balik kembali dan berdiri disamping Im Tay Seng. Semua
perbuatannya itu terang2 memperlihatkan bahwa
perhubungan antara dia dan Im Tay Seng baik sekali.
Tetapi disamping itu dalam hatinya juga timbul perasaan malu dan jengah sebab Lim Tang Hong adalah satu2nya pemuda yang pertama merebut hatinya, sehingga dia sudah mencintai pemuda itu secara diam2, malah sudah bersedia hendak pasrahkah dirinya kepada si pemuda.
Akan tetapi siapa sangka siapa nyana waktu itu
ternyata berbalik berada dalam pelukan musuh.
Meskipun dalam hal ini dia merasa amat terpaksa,
1503 meskipun ini juga satu2nya jalan yang diharapkan oleh Lim Tiang Hong untuk memperbaiki kesalahan yang telah lampau, tapi biar bagaimana ia masih merasa jengah.
Maka saat itu ia hanya menunduk tanpa berani
sedikitpun mencuri lihat wajah pemuda pujaannya itu.
Pada saat itu Pie-ma Thian-kauw agaknya sudah
dapat pulihkan ketenangan dalam hatinya, sambil
menuding Lim Tiang Hong dengan sifat menantang,
berkata keras2: "Perkumpulan Thian-cu-kauw
diberdirikan oleh siapapun tidak ada urusannya dengan kau. Lain dari itu setiap perkumpulan mempunyai
peraturannya masing2. Urusan dalam perkumpulan kami tidak diperbolehkan siapapun dari orang luar
mencampuri. Aku lihat sebaiknya kau tahu gelagat!"
Lim Tiang Hong mendongak, tertawa ter-bahak2.
Kemudian baru berkata: "Aku si orang she Lim justru mempunyai tabiat yang suka mencampuri urusan orang lain yang tidak benar! Im Tay Seng adalah putera Thian-cu-kauw Kauwcu sendiri. Tidak peduli Kitab Tat-mo-keng itu kepunyaan siapapun, tapi pada masa ini, masih terhitung barang kepunyaannya Pek-tok Hui-mo. Anak mengambil barang milik ayahnya tidak boleh dicampuri 1504
oleh siapapun juga tidak bisa dikatakan melanggar perkumpulan. Ayah bunda sendiri toh masih tidak
menanyakan soal itu, kenapa kalian menggunakan nama perkumpulan untuk kepentingan sendiri ikut2 campur tangan" Apa maksud kalian yang sebenarnya?"
Pie-ma Thian Thian-kauw orangnya cerdik dan
cerdas otaknya. Sebetulnya dia tidak suka adu mulut terlalu lama dengan pemuda itu. Tetapi karena per-tama2 ada rasa jeri sedikit terhadap pemuda itu, kedua memang dia mengandung maksud jahat, maka ia harus mencari alasan yang tepat untuk dapat mengendalikan orang2 Thian-cu-kauw sebawabannya supaya berani
turun tangan terhadap Im Tay Seng. Maka ia pura2
berlagak gusar dan membentak dengan suara keras:
"Urusan dalam perkumpulan Thian-cu-kauw
sebetulnya tidak perlu dibicarakan banyak2 dengan kau!


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Tapi aku perlu menjelaskan dalam soal ini kauwcu masih belum tahu sama sekali. Jikalau tahu barangkali bocah itu siang2 dibunuh mati olehnya sendiri! Aku si orang she Beng meskipun mendapat perintah dari Lak-chiu Sian-nio dan diberikan kebebasan untuk bertindak dengan adanya simbol perkumpulan Thian-cu Pek-kut-leng, tapi aku 1505
tidak akan memakai itu untuk mengambil jiwanya. Aku cuma mau supaya dia bisa insyaf dan sadar, bisa
serahkan kembali kitab milik ayahnya itu kepadaku!"
"Kau tidak usah berkata begitu melit dan berlagak murah hati. Jika benar Kauwcu tidak ada, toh masih ada ibunya sendiri Lok-hee Hujin yang bisa mengurusi soal anaknya" Tentang Lak-chiu Sian-nio seorang gundik apa artinya?"
"Ternyata kau masih ngaco! Lok-hee Hujin sudah
tidak akur lagi dengan Kauwcu! Lama sudah diusir keluar dari perkumpulan. Sekarang adalah Lak-chiu Sian-nio yang menjadi istrinya Kauwcu!"
Mendengar perkataan itu, pening kepala Lim Tiang
Hong seperti disambar geledek. Badannya menggigil, menahan rasa gusar yang dapat meluap seketika. Dalam otaknya terbayang, biar bagaimana, se-buruk2nya Lok-hee Hujin adalah ibunya juga. Baik buruk perbuatannya, ibu tetap ibu yang pernah mengandungnya. Sekarang ibunya mengalami nasib buruk disebabkan perilaku suami tidak benar, sudah tentu dalam hatinya timbul suatu perasaan gusar.
1506 Bilamana.... mengenangkan nasib ibunya, tambah
benci terhadap Pek-tok Hui-mo yang tidak mempunyai perikemanusiaan.
Jika dilihat keadaan hari itu, memang merupakan
suatu kenyataan mereka berani kurang ajar terhadap Im Tay Seng, tentu pula disebabkan karena Lok-hee Hujin sudah tidak mendapat cinta suaminya.
Oleh karena itu, lebih teguh lagi kemauannya
herdak membantu Im Tay Seng. Seketika itu alisnya berdiri, dengan suara keras membentak: "Aku si orang she Lim tidak sudi banyak bicara dengan kau. Malam ini jika siapapun jika berani mengganggu Im Tay Seng akan kusuruh dia rasakan tajamnya pedang To-liong-kiam!"
Sehabis bicara, ia berdiri tegak di tangah lapangan dengan sebelah tangan mencekal gagang pedangnya.
Sikapnya yang demikian gagah membuat Pie-ma Thian-kauw tidak berani membantah lagi, bungkam dalam
seribu bahasa! Pada saat itu Hui-bing Siansu mendadak berkata
setelah menyebut nama Buddha: "Sekali lagi Loceng ingin memberi Sicu keterangan. Maksud kedatangan
kami sekalian kemari ialah untuk mendapatkan kembali 1507
benda kami yang terhilang, lain tidak. Bagaimana
baiknya kalau Sicu dalam perkara ini tidak mencampuri".
Loceng rasa kurang baik kalau sicu tetap berkukuh ingin membantu dia".
Lim Tiang Hong mengawasi Hui-bing Siansu sejenak
dengan sikap acuh tak acuh sambil ulur tangannya:
"Keluarkan! Kembalikan barang orang lain itu"
Im Tay Seng yang jika pada waktu biasanya suka
ugal2an menuruti kemauannya sendiri, hari itu dihinakan demikian rupa oleh Lim Tiang Hong, sebetulnya dalam hati sudah sangat mendongkol. Perbuatan Lim Tiang Hong yang tegas tanpa ragu2 bertindak, terang2
membuat dia tambah dongkol hingga badannya
gemetaran dan wajahnya pucat
Akhirnya ia berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Mana bisa begitu gampang" Aku si orang she Im
sekalipun harus korbankan nyawapun tidak akan
gampang2 kembalikan benda ini kepada mereka! Kau
juga tidak perlu ikut campur!"
Lim Tiang Hong tanpa memperlihatkan perubahan
sedikitpun pada wajahnya, berkata sungguh2: "Aku si orang she Lim dalam urusan hari ini se-mata2 hanya 1508
untuk menyenangkan encie Kouw-loan dan kau. Mau
kembalikan atau tidak takkan kupaksa. Tapi harus kau lihat dulu gelagat sekarang ini, kau tidak akan mampu keluar dari kepungan mereka! Aku minta kau pikirkan dulu masak2 setelah itu boleh kau jawab atau tidak...."
Lim Tiang Hong berhenti sejenak, kemudian
meneruskan: "Barang, masing" ada yang memiliki,
janganlah memperkosa milik orang lain. Jikalau saudara Im mulai saat ini benar2 bisa merubah kelakuanmu yang buruk, aku si orang she Lim suka menjadi sahabatmu sampai akhir jaman. Lain daripada itu, aku juga bisa turunkan pelajaran ilmu dari Hong-hong Pie-kok  kepadamu, bukankah jauh lebih baik daripada merampas barang orang?"
Perkataan Lim Tiang Hong itu makin lama
diucapkan makin halus, seperti kepada sahabatnya.
Im Tay Seng, meski dibesarkan dalam kalangan
orang2 jahat tetapi dasar pribadinya masih tidak begitu buas tidak sebagaimana sifat ayahnya. Jikalau
dibandingkan dengan In-san Mo-lie, juga jauh lebih baik.
Kali ini, setelah bertemu kembali dengan Henghay Kouw-loan, sebetulnya sudah ada maksud ingin merubah
1509 kelakuannya. Apapun maksudnya mencari kitab itu, ingin berdua dengan Henghay Kouw-loan, di tempat yang
sunyi mempelajari ilmu silat dalam kitab tersebut kemudian mengasingkan diri dan tidak mau mencampuri urusan dunia kang-ouw lagi. Maka setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong demikian baik, hatinya
tergerak sekali. Hampir ia berseru: "Betul?" Sebab pikirnya daripada bermusuhan dengan banyak orang2
kuat, lebih baik kembalikan kitab itu dan lebih berharga pula mendapat sahabat yang memiliki pelajaran ilmu kilat yang sudah tiada taranya. Tangannya sudah akan
merogoh ke dalam bajunya....
Karena dalam otaknya timbul selisih paham sendiri, lama dalam keadaan demikian. Ia berdiri terpaku,
kemudian tanpa sadar tangan itu terus masuk ke
sakunya! Henghay Kouw-loan yang melirik menanti
perubahan, hatinya cemas. Ada perhitungan dalam
hatinya, kitab tersebut pernah ditelitinya, paling cocok buat kaum wanita. Mengapa akan dikembalikan juga"
Berbareng dengan itu sikapnya terhadap Lim Tiang
Hong sekarang juga banyak berlainan, sebab sebagai 1510
seorang perempuan yang sudah menikah, kekasihnya
yang lama per-lahan2 sudah buyar dari otaknya. Selain daripada itu, semenjak munculnya Lim Tiang Hong
kesitu, sedikitpun tidak menunjukkan perhatian
untuknya. Apa yang dikandung dalam hati pemuda i!u"
Bencikah" Atau menghina" Tidak ada pikiran dalam
hatinya ingin menjadikan Im Tay Seng sahabat Lim Tiang Hong, sebab apapun yang akan terjadi, hanya melulu akan menjadikan penderitaan batin baginya. Apa yang dibutuhkan dewasa itu, adalah ilmu silat yang tinggi.
Sebab dengan ilmu silat yang tinggi barulah akan
merupakan jaminan yang dapat mencukupi
kebutuhannya sendiri. Maka ia lantas mencegah dan menarik tangan Im
Tay Seng seraya katanya: "Tidak boleh! Jangan
keluarkan! Biarlah mereka, mereka sudah berkepandaian tinggi, harus berani minta sendiri kepada Pek-tok Hui-mo. Jangan beraninya mendesak tingkatan muda seperti kita"
Setelah itu ia tertawa ter-kekeh2 dan selanjutnya berkata pula kepada Lim Tiang Hong, dibarengi dengan suara tertawanya: "Adik Hong! Kau sungguh cerdik dan 1511
pandai menarik hati orang supaya bersimpati kepadamu!
Dengan cara merugikan orang lain, maksudmu ingin
memupuk nama baik sendiri" Perhitungan semacam itu disini sudah usang! Usang bagiku, juga bagi semua"
Lim Tiang Hong kerutkan keningnya. "Apa maksud
ucapanmu?" Henghay Kouw-loan tidak menyahut, diteruskan
lagi oleh Lim Tiang Hong: "Semua apa yang siauwtee kerjakan boleh dikata semua demi kepentingan kalian.
Demi langit dan bumi, tiada maksud lain. Kalau kau tidak dapat menyelami sifat serta watakku, itu terserah apa akan jadinya nanti!"
Sebetulnya kalau Lim Tiang Hong tadi berkata tidak mau perdulikan Henghay Kouw-loan bukanlah karena
dengki atau iri hati! Tapi se-mata2 keluar dari hatinya yang suci mumi. Besar harapannya Im Tay Seng akan bisa banting setir menuju kejalan benar. Tinggi juga cita2nya untuk mengakurkan saudaranya itu dengan
saudara seperguruannya. Jikalau pada saat itu
perasaannya masih hangat seperti dulu2, itu berarti akan mengacaukan pikiran wanita muda itu, bisa2 benih cinta yang baru dipupuknya bersama Im Tay Seng akan buyar 1512
kembali semuanya. Itulah sebabnya ia lebih suka
Henghay Kouw-loan menyalahkan kata2nya atau
membencinya, tetapi sama sekali tidak ada maksudnya uutuk timbulkan perkara yang tidak2.
Sekarang ternyata benar dugaannya itu tidak
meleset. Sebab kebalikan dari cinta, reaksi yang timbul dari pihak Henghay Kouw-loan ternyata begitu dingin dan tajam. Ucapannya tadi benar2 terlalu keji sehingga membuat orang sampai tidak bisa bernapas.
Selagi Im Tay Seng sudah akan insyaf atas kata2
Lim Tiang Hong dan tangannya merogoh ke dalam
sakunya, Pie-ma Thian-kauw yang berdiri disamping ketika menyaksikan dan mendengar itu semua, bukan main gelisahnya. Sebab apabila kitab tersebut terjatuh kembali ke tangan Lim Tiang Hong, sama artinya tidak ada kesempatan lagi baginya buat mendapatkan kitab tersebut. Maka hampir berbarengan dengan Henghay
Kouw-loan dia sudah maju kedepan hendak merintangi.
Tetapi dia telah lupa bahwa di sampingnya masih
ada empat padri Siauw-lim-sie yang berkepandaian
tinggi. Dalam keadaan demikian, sudah tentu mereka tidak mengijinkannya merintangi maksud Im Tay Seng.
1513 Hui-kak Siansu menyebut nama Buddha, lantas
lebih dulu mengebutkan lengan jubahnya. "Mereka
sedang berunding, sebaiknya tuan jangan ter-gesa2"
demikian katanya. Perkatannya ini, meski diucapkan dengan sifat
merendah, tetapi dari lengan bajunya tadi yang
menimbulkan angin hebat, terang melarang keras
gerakan Pie-ma Thian-kauw.
Ini membuat berubah wajah si wakil Kauwcu,
sambil menggeram menjongkok dan kedua tangannya
disodorkan ke depan. Tak dapat dicegah lagi, suara benturan dari adu
tenaga itu terdengar amat nyaring. Hui-kak Siansu yang tidak menduga akan dapat sambutan demikian, lompat mundur dua tindak. Sebab kebasannya dengan lengan jubahnya tadi hanya mengirim enam bagian kekuatannya saja. Mana bisa menandingi tenaga Pie-ma Thian-kauw yang dikeluarkan dengan sepenuh tenaga"
Hui-kak Siansu merupakan salah satu orang kuat
dari empat padri bagian rangon penyimpan kitab. Tentu atas kekalahannya sekali itu, tidak mau sudah. Nampak alisnya berjungkit dan lompat maju lagi.
1514 Dengan kedua tangan terpentang dan dua2
didekatkan satu sama lain sakaligus melancarkan
serangan sampai sebelas kali.
Pie-ma Thian-kauw ketawa dingin. badannya juga
sudah bergerak, menyambuti serangan tersebut. Ia
memang ada kandung maksud hendak mengadakan
kekacauanl Dari gelagat yang dianggapnya tidak beres, apabila ketenangan diantapi terus sehingga Im Tay Sang tentu akan mandah dibagaimanakan jugapun oleh Lim Tiang Hong. Dan jika kitab itu sudah keluar dari
tangannya, mana ada kesempatan pula untuk
merebutnya kembali" Ia begitu bergebrak dengan Hui-kak Siansu, Liauw
tong Kim-cie, Kwee-san Koay-khek dan lain2nya juga lantas menyerbu, mengeroyok Hui-bing dan kawan2nya.
Sebagai orang berpengalaman luas Hui-bing Siansu
berpemandangan tajam. Ketika melihat keadaan
demikian, lalu ulap2kan tangannya dan berkata kepada 36 anak buahnya seraya berkata: "Kalian semua jaga baik2 kawanan penjahat ini! Barang siapa yang belum dapat ijinku tidak boleh bergerak!"
1515 Sehabis meninggalkan pesannya, tangannya lain
bergerak memapaki serangan Khong Bun Thian. Sesaat lamanya dalam kalangan lalu timbul pertarungan sengit.
Sambaran angin yang keluar dari telapak tangan orang yang terlebih dulu menyerang, terdengar derunya yang dahsyat.
Lim Tiang Hong dengan sikap dingin menyaksikan
pertempuran kemudian melirik kepada semua orang2
Siauw-lim-sie yang mengurung orang2 Thian-cu-kauw, lantas berpaling dan berkata kepada Henghay Kouw-loan: "Encie Kow-loan! Perlu apa kau begitu kukuh" Kitab Tat-mo-keng sesungguhnya adalah kepunyaan Siauw-lim-pay. Sudah selayaknya dikembalikan kepada mereka.
Tentang keinginanmu ingin mendapat pelajaran tinggi, mudah saja...."
Henghay Kouw-loan mendadak menyela dan
berkata dengan suara melengking: "Tutup mulut! Tidak perlu perantara dalam soal kami dengan kawanan gundul itu! Aku tidak sudi dengar perkataanmu lagi!"
Dan ia lalu mengulur tangannya. Dari dalam
sakunya, dikeluarkan satu kantung jarum terbuat dari sutera, kemudian dilemparkan kepada Lim Tiang Hong 1516
seraya katanya: "Nih! Kukembalikan kepadamu! Dan
selanjutnya antara kita tidak ada hubungan. Siapapun tidak boleh mengganggu ketenangan orang lain! Juga aku tidak berani minta bantuanmu yang berharga!"
Lim Tiang Hong menyambuti kantong kain sutera
itu, ternyata berisikan mutiara Liong-cu yang pernah diberikannya kepada nona tersebut ketika mereka berada di Bu-ceng-hiap. Dalam hatinya seketika itu timbul perasaan tidak senang, juga merasa sedih sekali.
Begitulah manusia itu. Manusia merupakan makhluk
dunia yang aneh dan ganjil. Manakala sesuatu banda dirasakan tidak dibutuhkan terlalu, lantas hendak dibuangnya. Tetapi bagaimana kalau sudah hilang"
Tentu akan disesali karena sudah terlanjur dibuang.
Demikianlah keadaan Lim Tiang Hong pada saat itu.
Pada mulanya Henghay Kouw-loan begitu openan den
manis budi kepadanya. Siapa nyana kini diperlakukan begitu kasar.
Sambil memegangi kantong sutera itu pikirannya
melayang jauh. Mungkin itu karena mendapat perlakuan yang diluar dugaan.
1517 Tetapi kemudian ia tertawa secara tiba2 "Ha, ha,
ha.... Baik! Baiklah! Mengembalikan mutiara sambil menepis air mata.... Dan selanjutnya masing2 terbang sendiri!. Dengan satu sama lain tidak boleh ambil perduli...."
Mendadak ia merasa bahwa perkataannya itu terlalu menyinggung perasaan, maka bungkam sejenak untuk
kemudian berkata pula dengan sungguh2: "Tapi
janganlah dilupakan bahwa antara kita masih ada hubungan perguruan. Mutiara ini adalah salah satu benda ajaib dalam dunia. Biarlah Siauwtee berikan kepada kalian berdua sebagai kado pernikahan kalian"
Sehabis berkata, diangsurkannya kantong sutera itu kembali ke hadapan Henghay Kouw-loan.
Sikap yang diperlihatkan Lim Tiang Hong barusan,
perkataan2nya yang mengandung arti banyak terangkan telah mengutarakan isi hatinya. Kalau baginya
mengucapkan kata2nya seperti tidak disengaja, tetapi bagi yang mendengar lantas akan terasa.
Henghay Kouw-loan yang cerdik dan pintar apalagi.
Mana dia tidak belum menangkap maksud dibalik
perkataan itu" Maka pada saat itu sekujur badannya 1518
mendadak tergetar, dimulutnya yang kemak-kamik,
terdengar suara: "Ya! Dari sudut ini bisa dapat dilihat bahwa dia masih tetap mencintai aku! Oh Tuhan!
Bagaimana bolehnya aku begitu tolol.... Oh, Im Tay Seng! Kaulah iblis perusak kebahagiaan orang lain...."
Hatinya giris pada saat itu, entah sedih, girang atau menyesal. Pendak kata, pikirannya waktu itu pepat. Maka ia hanya berdiri menjublak sambil pejamkan matanya, sementara itu mulutnya terus komak-kamik sendiri
seperti orang mengigau. Begitu lama kedua tangannya diangsurkan ke
muka, belum dirasanya. Lim Tiang Hong sendiri juga merasa pilu hatinya. Se-bisa2 dirinya mengendalikan perasaannya yang bergolak hebat. Dengan suara yang lemah lembut ia berkata: "Encie Kouw-loan, kenangan masa lalu takkan kembali lagi. Baiklah kau tengok kemuka. Lihatlah fakta yang ada dan hargailah hari kemudian sendiri, semoga kalian berdua hidup bahagia se-lama2nya...."
Ketika melihat encie Kouw-loan nya masih berdiri
menjublak seperti seorang linglung, ia mendorong lagi dengan pelahan seraya berkata: "Tenangkanlah
1519 pikiranmu! lekas kita bereskan persoalan ini, aku akan antar kalian berdua, untuk menjaga terjadinya sesuatu diperjalanan. Malam ini ada merupakan permulaan bagi kalian untuk menuntut penghidupan baru dengan jiwa baru, seharusnya kau merasa bangga dan gembira...."
Mendadak terdengar suara riuh dari orang banyak
yang berkata: "Bocah itu sudah kabur. Lekas kejar....!"
Sebentar kemudian lalu disusul oleh berkelebatnya bayangan orang banyak serta berkelebatnya sinar
senjata tajam. Beberapa paderi dari Siauw-lim-pay dan orang2 dari Thian-cu-kauw dengan senjata di tangan pada lari menuju ke dalam rimba, dalam waktu
sekejapan sudah berlalu semuanya.
Lim Tiang Hong tercengang, Henghay Kouw-loan
mendadak ulur tangannya. Dari tangannya Lim Tiang Hong ia merebut kembali mutiara Liong-cunya dan
dengan cepat menyusul ke dalam rimba
Im Tay Seng memang ada satu pemuda yang
cerdik, licik dan banyak akalnya. Ia tahu tenaganya sendiri tak mungkin digunakan melawan Lim Tiang Hong atau siapa saja antara orang2nya. Maka sejak tadi ia terus diam membungkam menanti perkembangan.
1520 Selama itu juga otaknya terus diputar untuk cari akal guna meloloskan diri.
Tatkala empat padri Siauw-lim sie bertempur
dengan orang2nya Thian-cu-kauw dan Lim Tiang Kong sedang asyik memperingati Henghay Kouw-loan, memikir itulah ketika yang dapat digunakan. Tidak ada yang meraperhatikannya, begitupun 36 orang2nya Siauw-iim-pay yang tidak ditaruh dibiji matanya. Maka tanpa mem-buang2 banyak waktu lagi ia lantas lompat melesat laksana anak panah lepas dari busurnya. Sambil
menggubahkan pedangnya menghalau setiap orang yang berusaha mendekati.
Meski betul ada empat orang Siauw-lim-pay telah
menghalangi tetapi karena hal itu terjadinya secara sangat mendadak, betul padri2 Siauw-lim-sie itu sudah merupakan orang2 kang-ouw berpengalaman banyak,
masih tidak juga berhasil menahan tindakannya Im Tay Seng. Maka Im Tay Seng pun segera kabur dengan
mengambil jalan rimba yang lebat.
Karena kaburnya Im Tay Seng pertempuran dari
dua pihak dengan sendirinya berhenti dan sama2
mengudak pelarian mereka.
1521 Pertempuran sengit untuk memperebutkan Kitab
Tat-mo-keng sementara itu tertunda. Tetapi sebaliknya, masih akan terulang lagi, entah dimana nanti pada waktu dan tempat yang lain. Hanya bagi Lim Tiang Hong yang sudah tidak tertarik iagi dengan bentrokan antara mereka. Ia hanya diam2 mendoakan untuk Im Tay Seng dan Henghay Kouw-loan berdua supaya mereka bisa
memperbaiki perbuatan mereka dengan hidup
berbahagia. Dengan demikian tidaklah terlalu
mengecewakan juga harapannya Keng-thian It-ouw yang memelihara dan mendidik nona selama dua puluh tahun lebih.
(0-0dw-kz0-0) 



Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments