Minggu, 16 September 2018

Cersil Terbaru OPA : Tamu dari Gurun Pasir 1

=======
baca juga:
Tamu Dari Gurun Pasir (TO LIONG KENG HONG) Bagian I Saduran: OPA DJVU by Dewi KZ, buku sumbangan Aditya
Edit teks by Sumahan Di Tiraikasih website http://kangzusi.com dan http://dewikz.com
0 Daftar Isi : Bagian I Daftar Isi : Jilid ke 1 Bab 1 Bab 2 Bab 3 Jilid Ke 2 Bab 4 Bab 5 Jilid ke 3 Bab 6 Bab 7 Bab 8 Jilid Ke 4 Bab 9 Bab 10 Bab 11 Jilid Ke 5 Bab 12 Bab 13 Jilid Ke 6 Bab 14 Bab 15 Bab 16 Jilid Ke 7 Bab 17 Bab 18 Jilid Ke 8 Bab 19 Bab 20 Bab 21 1 Jilid ke 9 Bab 22 Bab 23 Jilid ke 10 Bab 24 Bab 25 Bab 26 Jilid Ke 11 Bab 27 Bab 28 Bab 29 Jilid Ke 12 Bab 30 Jilid ke 13 Bab 31 Bab 32 Jilid Ke 14 Bab 33 Bab 34 Jilid ke 15 Bab 35 Bab 36 Bab 37 Jilid ke 16 Bab 38 Jilid Ke 17 Bab 39 Bab 40 Bab 41 TAMAT BAGIAN PERTAMA 2 Jilid ke 1 Bab 1 UDARA cerah, anginpun tidak meniup.
Teriknya matahari, telah membuat lautan pasir
didaerah gurun pasir seperti dibakar hawa panas bisa membuat orang kelojotan.
Panas! Hanya panas! hawa panas saja yang seolah
olah meliputi didaerah gurun pasir itu.
Diwaktu panas seperti itu, jangan kata manusia,
yang tentunya pada merasa segan berjalan dibawah
teriknya matahari, sekalipun diangkasa raya, juga tidak kelihatan ada burung terbang di daerah gurun pasir itu, keadaanya seperti mati.
Tapi, di lautan pasir yang tidak kelihatan batasnya itu, saat itu mendadak muncul seorang pemuda dengan paras muka kusut dan pakaian cumpang-camping,
dengan jatuh bangun dan setengah merangkak, ia paksa menempuh perjalanannya.
Dilihat dari keadaan jasmaninya yang sangat letih serta wajahnya yang kusut dan penuh pasir, dapat
3 diduga bahwa pemuda itu telah berjalan bukan cuma satu hari saja.
Kadang2 ia juga hentikan langkahnya untuk
mengaso sebentar. Kalau lagi dalam keadaan demikian, ia lantas menengadah atau arahkan pandangan matanya kesekitarnya, dan apa yang terbentang didepan matanya, hanya padang pasir yang tidak kelihatan batasnya.
Terdengar ia mengeluh napas panjang, lalu
menurunkan kantung air yang mengemblok dibelakang punggungnya. Ia haus bukan main, tapi kantong air itu ternyata sudah kosong, setetes air pun tidak ada.
Dalam perjalanan jauh didaerah gurun pasir pada
waktu hawa panas demikian, kalau keputusan air berarti putusnya harapan untuk bisa melanjutkan perjalanannya.
Seumpama persakitan yang sudah dijatuhi hukuman
mati, hanya tinggal menantikan dilaksanakannya
keputusan tersebut. Diwajahnya pemuda yang tampan tapi kusut itu
tampak suatu perasaan duka. Sambil menyeka
keringatnya yang membasahi jidat dengan lengan
bajunya yang sudah rombeng, ia kertak gigi dan paksa kakinya melanjutkan perjalanannya.
4 Tiba2.... Sebuah bukit yang menonjol, terbentang dihadapan
matanya. Bagi seorang yang sudah putus asa seperti pemuda
itu, pemandangan didepan matanya itu merupakan suatu dorongan semangat, maka dengan sangat gembira ia
lantas berseru sendiri: "Aha. Akhirnya aku telah tiba juga ditempat yang aku tuju....".
Ia lalu kerahkan sisa tenaganya yang masih ada,
untuk melanjutkan perjalanannya. Akhirnya, ia tiba dibawahnya bukit tadi. Tapi, apa yang ia lihat, segera membuat ia merasa cemas.
Itu ternyata ada sebuah bukit tandus yang gundul, tidak kelihatan sebatang tumbuhan apapun juga, tidak ada sumber air yang mengeluarkan air. Yang ada hanya tumpukan2 dan malang melintangnya batu2.
Ditempat yang kosong sepi dan sunyi seperti itu,
manusia dan binatang berjiwa lainnya, tidak mungkin bisa hidup lama, maka tempat itu juga merupakan satu tempat yang seram bagaikan neraka.
Pemuda itu merasa putus harapan karena ransum
keringnya sudah habis, kantong airnya pun sudah
5 kosong. Tenggorokan dirasakan kering, kepalanya sudah mulai puyeng, hingga badannya gemetaran. Tapi ia coba empos semangatnya, dengan susah payah ia berjalan menuju ke lembah, ia masih mengharapkan bisa
menemukan setetes air. Kuk! kuk! Terdengar suara diatas bukit secara tiba2, itu ternyata ada serombongan burung elang yang
terbang me-layang2 sambil perdengarkan suaranya,
mereka agaknya sedang menantikan suatu hidangan
yang lezat. Pikirannya pemuda itu pada saat ini, sebetulnya
sudah sangat kacau, hingga dengan tanpa sadar ia sudah menjerit-jerit sendiri.
"Oh Tuhan, mengapa kau berlaku begitu kejam
terhadap diriku....?"
Memang, keadaannya pemuda itu sesungguhnya
sangat mengenaskan. Ia ada seorang she Lim, namanya Tiang Hong.
Anak piatu yang kehilangan ayah bundanya sejak ia masih kanak2. Ayahnya sebenarnya seorang gagaa dari rimba persilatan, tapi sudah menghilang sejak 14 tahun berselang, kabarnya pergi ke Gunung Dewa. Yang
6 dinamakan gunung Thian gwa Sin san, yang sangat
keramat. Ibunya telah meninggalkan ia begitu saja, entah kemana, mungkin ia sudah kawin lagi.
Pada waktu itu, Lim Tiang Hong baru berusia 3
tahun, dipelihara oleh satu imam yang bekerja sebagai satu tukang masak di kelenteng Tang gak-bio di kota Lok-yang.
Tetangga2 pada memandang rendah dirinya.
Kawan2nya pada menghina padanya, imam2 dikelenteng Tang-gak bio sering memaki padanya sebagai anak
haram, tidak seorang yang menaruh perasaan welas asih padanya.
Ia hampir tidak mempunyai keberanian untuk
memandang sesamanya, ia merasa bahwa dirinya sudah diasingkan dari pergaulan oleh sesamanya. Dalam
masyarakat sudah tidak ada tempat baginya.
Maka, dengan menempuh bahaya maut, ia
mengarungi lautan pergi ke daerah gurun pasir menuju ke Gunung Dewa yang dipandang keramat itu.
Untung2an, ia mengadu nasib hendak mencari orang
pandai sekalian untuk menyelidiki ayahnya yang telah menghilang sejak banyak tahun.
7 Hakekatnya, perbuatan bukan cuma mengadu nasib
saja, tapi juga merupakan satu perbuatan dengan
pertaruhan jiwa. Tapi, ia tidak memikirkan jiwanya sendiri.
Pengharapannya. yang merupakan cita2 satu2nya,
adalah mendapatkan kepandaian ilmu silat yang bisa mengangkat namanya, untuk mencuci segala hinaan dan kenistaan, yang selama ini telah diterimanya dari pergaulan hidup.
Apa lacur, ia telah kesalahan jalan. Disitu bukannya tempat seperti apa yang tersiar dalam cerita, ialah Gunung Dewa yang keramat.
Mungkin, Gunung Dewa itu keadaannya lebih sunyi,
seram dan menakutkan dari pada tempat ini. Tapi, ia lebih suka binasa di tempat itu daripada menderita kesengsaraan disini.
Maka, dengan perasaan sangat masgul dalam
hatinya berpikir: "Jika aku harus binasa di tempat sesunyi ini, sesungguhnya tidak ada harganya sama sekali".
Akhirnya, ia tidak tahan oleh teriknya matahari,
hawa panas, dahaga dan kelaparan. Ia tidak sanggup 8
mendengar jeritannya hati yang sakit, maka ia telah jatuh pingsan.
Entah berapa lama sang waktu telah berlalu, ia baru siuman. Ia rasakan sekujur badannya amat dingin,
tatkala membuka matanya, ia baru tahu kalau dirinya berada didalam satu goa yang nyaman.
Barang cair berwarna putih seperti susu, tampak
mengalir keluar dari sela2nya dinding batu dalam goa itu, setetes demi setetes jatuh ke dalam sebuah baskom batu. Diatas dinding, samar2 terlihat pahatan beberapa baris tulisan yang berbunyi:
"SUMBER AIR BERACUN YANG PALING BERBISA DI
DALAM DUNIA. BARANG SIAPA YANG KESALAHAN
MINUM, OTOT2 DAN TULANG2 AKAN HANCUR DAN
BADANNYA AKAN BERUBAH MENJADI DARAH KENTAL"
Lim Tiang Hong saat itu sudah merasa tidak
sanggup lagi menahan rasa hausnya yang semakin
menjadi-jadi, maka dalam hatinya diam2 lantas berpikir:
"daripada mati kehausan, lebih baik minum sumber air beracun ini, biarlah aku lekas mati".
Ia merangkak bangun dan minum air beracun itu
sepuas-puasnya. Ia berdiri lagi dengan tegak dan
9 menghela napas panjang. Saat itu ia baru ingat:
"bukankah aku tadi jatuh pingsan diatas bukit"
Bagaimana aku bisa berada disini" Siapakah gerangan orangnya yang menolong diriku?"
Ia memeriksa keadaan sekitarnya, dalam hatinya
merasa terheran-heran. Goa itu garis tengahnya kira2 satu tombak,
seputarannya berbentuk bundar seperti sumur, ia tidak tahu entah ada berapa tingginya, juga tidak tahu dengan cara bagaimana ia bisa masuk ke dalamnya.
Ia garuk2 kepalanya yang tidak gatal, dalam
hatinya diam2 berpikir: "apakah ini yang dinamakan neraka?"
Tiba2 perutnya dirasakan mulas, ususnya seperti
dipelintir-pelintir. "Celaka! racun sudah mulai bekerja!" Demikian ia
berteriak sendiri. Dalam keadaan demikian, ia cuma bisa menantikan tangannya elmaut yang akan menjemput
dirinya. Disaat menghadapi kematian, rupa2 pikiran
mengaduk dalam otaknya. Ia merasa sedih dan kecewa.
10 Ia tidak takut mati, sebab didalam dunia ini ia
sudah tidak mempunyai apa2 yang diberati. Cuma apa yang membuat ia penasaran ialah: ia masih belum tahu siapakah ayahnya" Sekarang entah masih hidup atau sudah binasa"
Andai kata ia diberi kesempatan umuk melihat
wajah ayahnya sekejap saja, ia sudah merasa puas dan bisa mati dengan mata meram.
Dalam keadaan demikian, tiba2 ada suara dengan
nada yang dingin sekali terdengar ditelinganya: "Bocah, kau ingin mati atau masih kepingin hidup?"
Lim Tiang Hong terkejut. Entah dari mana suara
itu" Kemudian terdengar pula suara tadi: "Bocah, siapa namamu" Dalam usia yang masih begini muda, apa
perlunya kau datang ke gurun pasir yang tidak didiami oleh manusia ini" Lekas kau jawab terus terang"
Suara itu seperti di sampingnya, sayang tidak
kelihatan orangnya. Dalam keadaan demikian, ia tidak mempunyai lain
jalan, maka ia lantas ambil keputusan memberitahukan maksud kedatangannya.
11 Sambil menahan rasa sakitnya. ia menjawab
dengan suara nyaring: "Aku bernama Lim Tiang Hong, aku hendak pergi ke Gunung Dewa untuk mencari
ayahku!" "Haha, Gunung Dewa, sangat unik. 14 tahun
berselang ada seorang yang hendak pergi ke Gunung Dewa itu dan sekarang kembali ada satu lagi yang ingin pergi ke gunung tersebut.... Bocah, aku beritahukan padamu, aku berdiam ditempat yang dinamakan
"Sumber Segar di Gurun Pasir" ini sudah 60 tahun
lamanya. Selama 60 tahun ini, hanya kau dan orang yang aku katakan tadi yang datang kemari. Sekarang lekas kau beritahukan padaku, kau ingin mati atau masih kepingin hidup?"
"Bagaimana kalau ingin mati" Dan bagaimana pula
kalau kepingin hidup" Kau harus beritahukan padaku lebih dulu apa maksudnya, supaya aku bisa menjawab pertanyaanmu"
"Kalau kau ingin mati, itu ada sangat mudah sekali.
Aku segera lemparkan keluar dirimu untuk umpan
burung elang. Kalau kau kepingin hidup, kau harus 12
mengabdi kepadaku di "Sumber Segar di Gurun Pasir" ini selama 10 tahun, apa kau sanggup?"
"Mati atau hidup bagiku tidak menjadi soal, juga
aku tidak takut bekerja berat, tapi aku tidak suka menerima syaratmu."
"Loh, kenapa?" suara itu agaknya penuh rasa
heran. "Aku tidak kepingin hidup dibawah ancaman orang"
"Apa kau tidak akan menyesal" Kematian itu
sesungguhnya tidak enak!"
"Tidak!" Setiap jawabannya Lim Tiang Hong diucapkan
dengan tegas. "Ha ha ha. tidak nyana kau bocah cilik ini masih
mempunyai tulang2 yang keras."
Perkataannya orang itu disusul oleh suara ketawa
bergelak-gelak dan kemudian sirap hingga keadaan
menjadi sunyi kembali....
Pada saat itu, rasa sakit di perutnya Lim Tiang Hong semakin hebat, sampai ia bergulingan di tanah.
Tiba2 suara tadi terdengar pula di telinganya:
"Bocah, sakitkah perutmu" Sekarang dengan tanpa
13 syarat aku beri obat padamu, kalau sakit perutmu nanti sudah sembuh, kita berunding lagi tentang lain urusan."
"Plok!" Terdengar jatuhnya sesuatu benda, benar
saja di sampingnya terdapat sebuah bungkusan kertas yang jatuh dari atas.
Semula ia tidak ingin makan, tapi rasa sakit
diperutnya semakin menghebat. Setelah berpikir sejenak, lalu mengambil keputusan. Oleh karena orang tua itu telah berkata tidak ada syaratnya apa2, maka lebih baik sembuhkan dulu sakit perutnya, nanti setelah sembuh, tidak perduli permintaan apa saja yang akan diajukan, asal pantas, boleh diterima, tapi kalau tidak patut, boleh tidak usah digubris sama sekali!.
Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas
ulur tangannya dan membuka bungkusan kertas
tersebut, ternyata isinya hanya sebutir pil yang
terbungkus karet lembek berwarna hijau hitam. Karena rasa sakit ada begitu hebat, ia lantas buka mulutnya dan telan pil itu.
Tidak antara lama, bukan rasa sakit lantas sembuh, malah sebaliknya dalam badannya dirasakan ada hawa panas yang mengalir diseluruh otot2 dan urat2nya, 14
penderitaan itu dirasakan lebih hebat daripada rasa sakit dalam perutnya tadi. Seumur hidupnya, baru pertama kali itu ia mengalami penderitaan hebat serupa itu.




Dalam gusarnya, ia lantas berteriak dengan suara keras:
"Kau siapa sebetulnya" Mengapa mempermainkan aku
cara begini?" "Aku adalah seorang yang menamakan diri "Orang
Tua Pencipta", kau jangan coba2 main gila, lekas kau jalankan pernapasanmu menurut gambar dalam kertas bungkusan itu. Sebentar lagi kau akan tahu sendiri bahwa aku tidak mempermainkan dirimu." Demikian
terdengar jawaban si orang yang mengatakan dirinya Orang Tua Pencipta, nada suaranya ternyata sudah
berubah begitu sabar. Karena mendengar perkataannya yang begitu
sungguh2, Lim Tiang Hong buru2 mengambil lagi kertas bungkusan tadi. Ia lantas memeriksa dan benar saja diatas kertas itu ada terdapat lukisan 4 orang yang sedang duduk bersila, dibawahnya diberikan tulisan yang menerangkan bagaimana caranya menjalankan
pernapasan atau bersemedi.
15 Dasar Lim Tiang Hong ada seorang pemuda cerdas,
ia segera dapat menduga bahwa perlakuan orang tua ini kepada dirinya, mungkin ada mengandung maksud
dalam. Serta merta ia lantas mulai berlatih menurut
petunjuk dalam lukisan itu.
Benar saja, tidak lama rasa sakit di dalam perutnya lantas kurangan dan akhirnya sembuh sama sekali.
Bengkak2 di tangan kakinya juga sudah mulai kempes.
Dengan tekun ia melatih terus, tidak lama ia sudah hapal betul2. Dengan tanpa dirasa, ia sudah berada seperti dalam keadaan lupa diri.
Bagi Lim Tiang Hong, boleh dikata memang ada
mempunyai bakat luar biasa, baru saja mulai melakukan latihan dari babak pertama, sudah mendapat hasil
demikian, ini benar2 merupakan suatu keajaiban.
Dalam ruangan goa yang hanya diterangi oleh sinar remang2, ia sudah tidak tahu saat itu apa waktu siang atau malam. Setelah mendusin, ia sendiri juga tidak tahu sudah berapa lamanya bersemadi. Hanya perasaannya yang seolah-olah memberitahukan padanya, saat itu 16
sekujur badannya agaknya penuh tenaga segar,
sedikitpun tidak merasa sakit lagi.
Dalam hatinya lalu berpikir: "orang tua ini benar2
tidak membohong, cara ini sangat manjur sekali".
Setelah berpikir demikian, ia lalu memanggil-
manggil dengan suara nyaring: "Lo-cianpwee, aku
ucapkan terima kasih padamu. Sekarang sakit perutku sudah sembuh, lekas tunjukkan aku jalan keluar, aku hendak melanjutkan perjalananku ke Gunung Dewa."
Tiba2 ia dengar suara orang ketawa bergelak-gelak, orang tua yang menyebut dirinya sebagai Orang Tua Penyipta itu sudah berada diatas goa dan berkata
padanya dengan suara nyaring: "Bocah, maksudmu ke Gunung Dewa, apakah hendak mencari ayahmu yang
sudah menghilang sejak banyak tahun itu" Aku
beritahukan padamu, tempat seperti impian itu, tidak ada peta yang dapat dipakai untuk mengunjuk jalan, kemana kau hendak mencarinya?"
Lim Tiang Hong anggap perkataan orang tua itu
memang betul. Maka ia lantas berkata tambil menghela napas: "Kalau begitu aku terpaksa balik kembali...."
17 Tapi dalam hati berpikir ia ada seorang sebatang
kara, sedang itu imam tukang masak dalam kelenteng yang memelihara padanya juga sudah wafat, kalau
pulang harus pulang kemana dan akan berbuat apa"
Kalau mengingat pula, bahwa didalam dunia yang
fana ini sudah tidak ada tempat yang aman untuk ia tancap kaki, ia lantas mengeluh napas dan wajahnya segera diliputi oleh perasaan duka.
Satu anak yang baru mangkat dewasa, sudah
berubah seperti seorang tua yang sudah kenyang pahit getirnya dunia, siapa saja yang melihatnya pasti akan turut merasa sedih. Semua ini, sudah dapat dilihat oleh itu orang tua yang mengintai padanya secara sembunyi2
"Bocah, kepergianmu ini. Kecuali hendak mencari
ayahmu apa masih ada keinginan lain lagi?" tanya orang tua itu tiba2
"Memang betul ada, tapi itu mungkin cuma satu
keinginan kosong belaka...."
Tampak Lim Tiang Hong merasa sedih dan murung.
Baginya penghidupan dan hari depannya masih
merupakan satu pertanyaan. Sekalipun ia mempunyai ambekan besar, apa gunanya"
18 "Kau ceritakan saja, toh tidak halangan bukan?"
Lim Tiang Hong alisnya bergerak, lalu
membusungkan dadanya dan gerak-gerakan kepalanya, kemudian berkata dengan suara tergetar: "Jika kiranya mendapat kesempatan, aku kepingin mempunyai
kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi sekali, yang sukar dicari tandingannya. Aku pasti berusaha sekuat tenaga untuk membersihkan orang2 jahat di dunia Kangouw dan membantu pihak yang lemah...."
Itu hanya satu jawaban sekedar untuk
melampiaskan kekesalan hatinya. Ketika Ia ingat kembali segala kenyataannya, harus menghela napas lagi dan jatuhkan dirinya dengan lesu.
Orang Tua penyipta itu mendadak ketawa bergelak
gelak dan kemudian berkata: "Anak baik. luhur cita2mu!
biarlah aku bantu kau untuk mencapai cita2mu ini...."
Didepan mata Lim Tiang Hong tiba2 muncul sinar
terang, pada dinding balu didekatnya tiba2 terbuka sebuah pintu. Seorang tua berambut dan berkumis putih meletak, sambil ketawa gapai2-kan tangannya
kepadanya. 19 Dengan mengikuti petunjuk orang tua itu, ia naik ke atas melalui jalan berliku-liku. Lama sekali, baru tiba di sebuah goa yang sangat luas, dimana ada terdapat rupa2
barang2 yang aneh, tapi keadaannya morat-marti,
tersebar disana sini. diantaranya barang2 itu terdapat kulit binatang, bulu burung, akar rumpur, buah2an, anglo peranti masak obat, pisau dan golok serta lain2nya.
Dibagian sebelah dalam, terdapat tumpukan
bermacam-macam kitab. Orang tua itu mempersilahkan Lim Liang Hong
duduk, kemudian berkata padanya sambil ketawa
bergelak-gelak: "Dahulu, ketika aku menemukan "Sumber Segar di Gurun Pasir" ini sebagai tempat kediamanku, pernah aku mengeluarkan sumpah, barang siapa yang ada jodoh datang kemari, aku pasti membantu dia untuk mencapaikan cita2nya. Empat belas tahun berselang, ada seorang yang kesasar jalan sampai ke sini. Dia ada mempunyai ambekan begitu besar, dia hendak menjagoi rimba persilatan.
"Supaya tidak melanggar sumpahku sendiri, aku
telah memberi pelajaran padanya berbagai kepandaian ilmu silat yang luar biasa. Juga karena ketarik oleh 20
kisikan hatiku hendak menciptakan hal2 yang aneh2, aku merasa orang itu sifatnya ada begitu buas, keji, kejam.
Jika ditambah lagi beberapa sifat butuk, entah sampai dimana kejahatannya"
"Aku lantas menggunakan kepandaian ilmuku
ketabiban dan ilmu kekuatan tenaga dalamku. Dengan menggunakan darahnya binatang beracun seperti ular, laba2, binatang srigala, bintang, rase, burung hantu dan sebagainya, aku masukkan kedalam darahnya. Dengan demikian, maka terkumpullah segala silat buas, kejam ganas, telengas, licik dll. dalam dunia pada dirinya seorang dan menjadikan dia manusia buas nomor satu didalam dunia...."
Lim Tiang Hong melengak mendengarkan ceritanya
itu ia tidak membenarkan perbuatannya orang tua itu, maka lantas menyelak: "Dengan berbuat demikian,
bukankah tindakan Lo cianpwee itu ada terlalu gegabah"
Di kemudian hari apabila dia melakukan kejahatan dan membawa bencana bagi umat manusia, dosa itu Locianpwee harus turut memikulnya sebagian!"
"Kalau tidak begitu, bagaimana bisa mengunjukkan
kegaibannya seorang pencipta" Orang itu begitu muncul 21
didunia Kang-ouw benar saja seolah-olah utusan
Melaikat, telah membuat seluruh dunia Kang ouw kacau balau...." jawabnya si orang tua sambil ketawa bergelak-gelak.
Ia agaknya merasa sangat bangga terhadap buah
hasil ciptaannya. Lim Tiang Hong sebaliknya merasa gusar, ia anggap bahwa orang tua ini seperti kurang waras pikirannya.
Orang tua itu mengawasi Lim Tiang Hong sejenak,
berkata pula sambil ketawa terbahak bahak: "Bocah, kau kira aku main gila, bukan" Hmm.... aku beritahu padamu, jikalau tidak ada orang jahat, bagaimana bisa muncul orang baik" Jikalau tidak ada kejahatan bagaimana bisa timbul kebenaran" Dengan munculnya kejahatan orang itu, justru dapat digunakan sebagai cambuk bagi orang2
rimba persilatan yang sudah tidak keruan keadaannya, supaya mereka insyaf dan mencari kemajuan. Lagi pula, aku si orang tua, sudah dapat menciptakan seorang jahat nomor satu didalam dunia sudah tentu dia dapat
mendidik seorang kuat nomor satu didalam dunia untuk menaklukkan dia. Bocah, bukankah kau ingin belajar ilmu silat yang terhebat didalam dunia" Dalam waktu satu 22
tahun, aku akan menjadikan kau seorang kuat nomor satu didalam dunia."
"Dalam waktu satu tahun"...." Tanyanya Lim Tiang
Hong heran. Meskipun ia tidak mengarti sama sekali terhadap
ilmu silat, tapi ia tahu benar bahwa dalam waktu satu tahun mana mungkin dapat mempelajari ilmu silat yang cukup sempurna"
"Benar, hanya satu tahun saja sudah cukup." jawab si orang tua tegas. "Kau sudah minum sarinya emas murni dan getahnya batu giok, yang khasiatnya bisa membikin bersih sunsum dari segala racun. Kembali kau sudah makan nyalinya naga api. Bagi manusia biasa sekalipun sudah melatih kekuatan samoai 50 tahun, juga tidak mampu menandingi kekuatanmu yang kau
dapatkan hanya dalam waktu satu malam saja. Dengan dasarmu seperti ini, kalau belajar ilmu silat, bukankah mudah berhasil?"
Lim Tiang Hong hampir tidak percaya telinganya
sendiri, sambil pentang lebar kedua matanya ia berkata:
"Ah, Lo-cianpwee.... apa bukan omong main2?"
23 Orang tua itu menyawab sambil bersenyum: "Disini
ada suatu tempat seribu kaki di bawahi tanah, sumber air warna putih seperti susu yang mengalir itu, adalah
"Sumber Segar di Gurun Pasir". Didalamnya mengandung getahnya batu giok dan sarinya emas murni dari dasar tanah." Dia lalu menunjuk seekor ular emas kecil
sepanjang 2 kaki lebih yang tergantung di dinding dan berkata pula: "Itu ada ular yang mengeram didalam
"Sumber Segar di Gurun Pasir" dan sudah lebih dari seribu tahun lamanya, biasanya disebui "Naga api" (Hwe-liong). Benda serupa kantong karet berwarna hijau hitam itu, adalah nyalinya, yang selalu dibuat idam-idaman bagi orang2 rimba persilatan, tapi dalam waktu seratus tahun belum tentu dapat menemukan seekor saja. Tentang ini, dikemudian hari kau akan tahu sendiri khasiatnya. Mulai hari ini, kau boleh mulai belajar dengan rajin!"
Lim Tiang Hong kegirangan, semangatnya
terbangun seketika, ia sungguh tidak nyana bahwa
dengan main seruduk, ternyata sudah menemukan
kejadian mujijat yang akan merobah seluruh
penghidupannya. Bahna girangnya ia lompat bangun dan berkata: "Kalau begitu...."
24 Orang tua itu agaknya sudah mengarti maksudnya
Lim Tiang Hong, maka lantas memotong perkataannya sambil ulapkan tangannya: "Tidak perlu segala
peradatan, aku toh tidak ambil kau sebagai murid. Aku hanya hendak menyiptakan kemujijatan, untuk
mengunjukkan keajaibannya seorang Penyipta."
Pada saat itu, orang tua itu sudah mengambil
sebilah pedang kuno, dan berikan kepada Lim Tiang Hong seraya berkata: "Selama tahun2 belakangan ini, aku telah berhasil menciptakan serangkai ilmu pedang dan tiga jurus ilmu pukulan tangan kosong. Hm! bukan aku si orang tua takabur, asal kau dapat mempelajari kedua ilmu silat itu dengan sempurna, sudah cukup untuk kau malang melintang didunia Kang-ouw. Mari, sekarang mulai melatih ilmu pukulan tangan kosong...."
Lim Tiang Hong anggukkan kepalanya.
"Gerak tipu pertama, dinamakan Liu kim Sok Ciok
(Cairan emas melumerkan batu)" Kata si orang tua.
Jenggotnya yang putih panjang tampak bergerak-
gerak, kedua tangannya masing2 menggunakan
kekuatan tenaga "Im" dan "Yang", sebentar kemudian tampak ia melancarkan satu serangan....
25 Lim Tiang Hong tahu bahwa angin yang
menyambar keluar dari serangan tangannya itu pasti hebat, maka ia buru2 menyingkir ke samping. Ia
memperhatikan setiap gerakannya si orang tua itu, matanya tidak berani berkedip.
Pada saat itu, orang tua itu tiba2 membalikkan
sepasang tangannya, dengan kecepatan bagaikan kilat sudah mengeluarkan serangannya yang kedua yang
dinamakan "Hong ho Suatsu", atau "Angin menderu salju menari".
Kemudian ia membentak dengan suara keras
"Awas! ini ada gerakan ketiga yang dinamakan "Si koan Kian khun" (Menggulung langit dan bumi)...."
Hanya tiga rupa gerak tipu serangan tangan kosong yang sangat sederhana, namun ada merupakan satu ilmu pukulan tangan kosong yang sangat dasyat dan hebat, setiap gerakan ada mengandung banyak perubahan yang sangat sulit dan sukar diduga oleh lawannya. Lim Tiang Hong yang menyaksikan dengan perhatian penuh, juga cuma dapat mengingat satu pertiga bagian saja.
Si orang tua itu agaknya tidak mau perdulikan itu, kembali menggunakan pedang berikut sarungnya, dan 26
mulai mainkan ilmu pedangnya yang paling dibanggakan yaitu "To-liong Keng Hong" atau "Membunuh naga
mengejutkan burung Hong".
Sejurus demi sejurus ia mainkan ilmu pedang yang
amat dahsyat itu sehingga jurus terakhir....
Demikianlah, dengan penuh ketekunan si pemuda
meyakinkan ilmu yang diturunkan oleh si orang tua.
Satu tahun telah dilewatkan dengan tanpa terasa.
Lim Tiang Hong dibawah asuhan dan gemblengan
Orang Tua Pencipta, sudah berhasil mewarisi seluruh kepandaiannya orang tua aneh itu.
Pada suatu hari, orang tua itu tiba2 mengeluarkan sebuah patung Buddha kuno dan sepucuk surat,
diberikan kepada Lim Tiang Hong seraya berkata: "Anak Hong, aku sudah menjadikan kau seorang terkuat,
laksana setangkai bunga ajaib dalam rimba persilatan.
Sekarang kau harus melakukan sesuatu untuk aku.
Ingat! Diantara kita berdua hanya saling tukar menukar kepentingan masing2 saja, tidak ada bicara soal guru dengan murid. Kau boleh menjadi penggantiku, tapi bukan muridku"
27 Lim Tiang Hong buka sepasang matanya lebar2,
dengan perasaan tidak mengerti ia memandang padanya.
Entah apa maksudnya dengan perkataan orang tua itu"
Orang tua itu menepuk pundaknya, berkata pula
sambil ketawa terbahak-bahak: "Pergilah, manusia
terkuatku nomor satu didalam dunia! Dalam rimba
persilatan yang akan datang, adalah kau yang
mengusainya.... ha ha ha."
Ia merasa sangat bangga dengan usahanya kembali
sudah berhasil menciptakan satu kemujijatan dalam rimba persilatan. Sambil urut2 jenggotnya yang putih panjang, ia tertawa bergelak-gelak. Kemudian ia berkata dengan sungguh2:
"Surat ini kau serahkan kepada seorang wanita
yang bernama Heng-thian It-ouw, untuk membereskan persengketaan tahun dahulu. Ingat, ini ada soal pertama yang aku minta kau lakukan, betapapun kasarnya
perlakuan dia terhadap dirimu, kau harus tetap bersabar.
Kedua ialah kau harus berusaha supaya dapat
membinasakan dirinya itu manusia buas nomor satu
dalam dunia. Orang ini sudah melakukan banyak
28 kejahatan didalam kalangan Kang-ouw, kalau tidak
disingkirkan, dosaku akan bertambah besar"
Lim Tiang Hong menyambuti surat itu, lalu
dimasukan ke dalam sakunya, dengan tanpa ragu2 ia lantas menjawab: "Boanpwee pasti akan lakukan pesan Lo-cianpwee sebaik-baiknya"
Orang tua itu memandangnya sejenak, kembali
menunjuk pada itu patung Buddha seraya berkata
dengan sikapnya yang sungguh2:
"Patung Buddha kuno ini, pernah dibuat rebutan
secara mati2an oleh banyak orang2 rimba persilatan.
Benda ini adalah barang peninggalannya Tat-mo Sian-su, yang menjadi pendiri dari Siao-lim-pay Dulu. ketika Tatmo Sian su muncul, sebelum tancap kaki di gereja Siao lim-sie. ada mempunyai sejilid kitab, yang disimpan di satu tempat yang tersembunyi. Gambar peta dari tempat menyimpan kitab itu, diukir diatas patung Buddha kuno ini. Aku dulu meski pernah mengasah otak dan
menggunakan banyak tenaga hingga dapatkan benda ini.
Tapi kemudian aku berpikir, sekalipun aku bisa dapatkan kitab mujijat itu, tapi kitab itu toh merupakan ilmu silat pusaka kepunyaannya Siao lim pay! Apa perlunya bagi 29
aku si orang tua Penyipta" Masing2 ada pemiliknya, kau bawalah dan antarkan kembali kepada Siao lim pay!"
Selama mendengarkan penuturannya si orang tua,
Lim Tiang Hong belum pernah geser kakinya barang
setindak. Dan selama satu tahun itu, terhadap orang tua yang adatnya agak kukoay ini, ia sudah timbul kesannya yang sangat baik sekali. Begitu pula bagi si orang tua aneh itu, yang semula menyebut Lim Tiang Hong "bocah"
kemudian berubah menjadi "anak Hong". Meski itu ada merupakan suatu sebutan yang lazimnya digunakan oleh orang2 dari tingkatan tua, tapi perasaan yang
terkandung dalam sebutan ini, sesungguhnya tidak boleh disamakan dengan sebutan biasa.
Lim Tiang Hong yang sejak kanak2 belum pernah
menyicipi kecintaan dan kehangatan dari sesama
manusia, maka segala perhatian dan kecintaan yang dicurahkan kepadanya oleh orang tua itu selama setahun ini, membuat ia lebih mengenal sifat manusia, ternyata tidak semuanya sebangsa orang2 buas, jahat, serakah dan tipis perasaan, tapi masih ada juga orang2 yang baik, murah hati dan cinta kepada sesamanya.
30 Kalau ia mengingat bahwa ia segera akan
meninggalkan orang tua yang baik hati tapi dalam segala hal suka menuruti sifatnya sendiri ini, air matanya dengan tanpa dirasa telah mengalir keluar membasahi kedua pipinya. Ini adalah untuk pertama kalinya ia mengucurkan air mata sejak ia mengenai urusan, bahkan menangisnya itu ada demikian sedihnya.
Orang tua itu mendadak ketawa bergelak-gelak
sembari berkata: "Anak Hong. kau menangis" Sudahlah, jangan menangis lagi. Kau toh akan menjadi orang kuat nomor satu dalam dunia, bagaimana bolehnya gampang2
mengucurkan air mata".... lekas pergilah! Kalau kau masih mengunjukan sikapmu seperti anak2 dan kaum
wanita itu, aku si orang tua akan merasa tidak senang.
Mengertikah kau?" Padahal, orang tua itu meski mulutnya mengatakan
demikian, tapi didalam sikapnya yang masih
mengunjukkan riang dan ketawa2 itu, sebetulnya ada mengandung perasaan getir, sedih dan kesepian!
Lama baru Lim Tiang Hong dapat menyeka kering
air matanya, tiba2 berlutut dihadapannya si orang tua seraya berkata: "Lo-cianpwee, untuk selanjutnya
31 bagaimana boanpwee harus memanggil Lo-cianpwee"
jikalau ada orang yang menanyakan ada hubungan apa antara kita, bagaimana boanpwee harus menjawab?"
Pertanyaan ini agaknya diluar dugaan si orang tua, maka seketika nampak tercengang. kemudian ia
mengelah napas panjang dan berkata: "Bukannya aku tidak sudi menerima kau sebagai murid, sebab jika kau sudah masuk dalam golongan kita, kau nanti akan
mengalami kerewelan dan permusuhan yang tidak ada habis2nya. Untuk menghindarkan segala keruwetan bagi dirimu dikemudian hari maka aku tidak mengijinkan kau mengangkat aku sebagai gurumu"
Tapi diluar dugaan si orang tua, ketika Lim Tiang Hong mendengar jawaban itu lantas berkata dengan
tegas dan mantap: "Boanpwee yang sudah mendapat
warisan seluruh kepandaian cianpwee, sekalipun sebagai murid tidak resmi, tapi terhadap segala urusan cianpwee yang masih belum diselesaikan, juga seharusnya turut memikul kewajiban untuk menyelesaikan sebaik-baiknya bagaimana boleh enak2 mengelakkan segala kerewelan?"
Dari badannya orang tua itu mendadak
mengeluarkan tiga bilah pedang emas kecil yang
32 panjangnya kira2 5 dim, ia letakkan ditangannya seraya berkata: "Suhumu adalah Bu Ceng Kiamkhek, yang pada 60 tahun berselang namanya sangat tersohor hingga menggetarkan jagat. Tiga bilah pedang pendek ini ada merupakan benda tanda kepercayaanku.... Ah! tentang urusan yang dulu2, sebaiknya tak usah diungkat ungkat lagi saja. Tiga biiah pedang ini, kau bawalah!"
Lim Tiang Hong tiba2 berseru kaget: "Suhu! Suhu
telah menerima boanpwee sebagai muridmu....?"
Siapa nyana, selagi ia masih bicara dengan penuh
kegirangan, orang tua itu sudah lenyap dari depan matanya.
Seorang diri Lim Tiang Hong berdiri tercengang
sekian lamanya, kemudian baru angkat kakinya, untuk mulai perjalanannya yang jauh......
0-dw-sumahan-0 Bab 2 KOTA Lok-yang, adalah tempat kelahirannya Lim
Tiang Hong. Meski didalam kota itu ia tidak mempunyai sanak atau kadang juga tidak ada apa2nya yang patut dibuat kenangan, tapi begitu keluar dari tempat
33 "Pertapaannya", kota itu tetap merupakan tempat
tujuannya yang pertama. Tatkala matanya dapat menyaksikan pula segala
pemandangan dalam kota yang sudah tidak asing lagi baginya, serta muka2 yang sudah dikenalnya dari para tetangganya yang lama, dalam hatinya timbul suaiu perasaan yang sukar dikatakan.
Pada satu tahun berselang, dikota itu ia merupakan seorang anak piatu yang keadaannya seperti satu
pengemis kecil, tidak ada orang yang mau ambil perduli, tidak ada orang yang menaruh simpati, bahkan
sebaliknya, semua orang pada menghina dan mengolok-olok dirinya.
Tapi segala apa memang bisa berubah. Begitu pula
dengan keadaannya Lim Tiang Hong, hanya dalam waktu satu tahun saja, ia sudah dapat menempatkan dirinya sebagai salah satu orang kuat dalam rimba persilatan, menjadi salah satu pendekar di kalangan Kang-ouw.
Sekarang siapakah yang berani lagi menghina dan
mengolok olok dirinya"
Kalau memikir sampai disitu, ia lantas
gelembungkan dadanya, tangannya merabah-rabah
34 gagang pedangnya yang diselipkan dipinggangnya.
Dengan tindakan lebar ia berjalan menuju ke kelenteng Tang-gak-bio.
Memang benar, ketika ia unjukkan diri, tidak ada
orang yang berani menghina dan mengolok-olok dirinya.
Orang2 yang kenal padanya, ketika menampak
kedatangannya sudah pada lari menyingkir jauh2,
mengunjukkan sikap kaget dan ketakutan, bahkan ada beberapa diantaranya yang dengan diam2 sudah




menutup pintu rumahnya rapat2.
"Ehh! apakah artinya ini" Apakah oleh karena
melihat sikapku yang kurang manis" Apakah oleh karena melihat aku membawa-bawa pedang?" demikian Lim
Tiang Hong menanya kepada hati kecilnya sendiri.
Tapi, pikiran itu kemudian dibantah sendiri: "Tidak!
tidak mungkin. Didalam kota Lok yang ini, ada tempat banyak sekali orang Kang-ouw yang pada membawa
bawa golok dan pedang dengan sikapnya yang keren, mengapa mereka perlu takuti satu anak yang dulu
pernah dihina dan tidak dipandang mata?"
35 Dalam hal ini pasti ada sebabnya. Dalam hati Lim
Tiang Hong terus berpikir, sementara kakinya sudah menginjak masuk ke pintu kelenteng Tang-gak-bio.
Mendadak ia seperti mendapat firasat tidak baik.
Kelenteng Tang gak bio yang biasanya ramai orang
sembahyang, mengapa sekarang keadaannya begitu sepi sunyi tidak kelihatan jejaknya manusia"
Ia lalu mengadakan pemeriksaan keadaan
sekitarnya. Matanya lantas dapat lihat, ditembok dinding dan diatas tiang, ada terdapat tanda darah. Meski tidak terdapat bangkai manusia, tapi dari tanda2 yang telah diketemukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa belum lama berselang, dalam kelenteng itu pasti pernah terjadi suatu pembunuhan besar-besaran.
Para imam dari kelenteng Tang gak-bio, meski
semuanya mengerti ilmu silat, tapi mereka tidak
mempunyai partai, juga tidak ada yang bekelana
dikalangan Kang ouw. Bagaimana mereka bisa
mengalami malapetaka" Ini sesungguhnya sangat aneh!
Dengan pikiran ragu2 dan penuh tanda tanya ia
berjalan keluar dari kelenteng Tang-gak-bio, ia ingin mencari salah seorang kenalan lama untuk menanya
36 keterangan, sekalian untuk menyelidiki urusan ibunya yang telah kabur bersama lelaki lain.
Tapi dijalanan ia tidak menemukan kenalan
lamanya, sekalipun ada, mereka juga pura2 tidak kenal dan berlalu dengan tundukkan kepala.
Menampak demikian, ia mulai gusar, maka lantas
mengejar dan menarik tangan salah satu diantaranya, dengan sikap ramah-tamah ia menanya: "Toako, tahukah kau dikelenteng Tang gak bio pernah terjadi kejadian apa?"
Siapa nyana orang itu seperti juga berhadapan
dengan sedang penjahat besar, seketika itu lantas ketakutan setengah mati, badannya menggigil, kakinya lemas dan kemudian berlutut di hadapannya Lim Tiang Hong. Ia tidak dapat menjawab, hanya ulap2-kan
tangannya sebagai jawab tidak tahu,
Lim Tiang Hong ketika menyaksikan orang itu
demikian ketakutan padanya, ia tahu ditanyapun tidak ada gunanya, maka ia lantas lepaskan tangannya, suruh ia pergi. Tapi karena demikian, semakin keras
keinginannya untuk mencari keterangan. Pikirnya: "Disini banyak yang kenal aku. Tapi dijalan raya, tentu tidak 37
banyak yang mengenal, mengapa aku tidak mencari
keterangan kesana?" Kota Lok-yang, pernah dijadikan ibu kota oleh
beberapa kerajaan, maka kota itu keadaannya sangat ramai dan merupakan kota pusat perdagangan.
Lim Tiang Hong dengan tanpa tujuan berjalan
seorang diri, melihat lihat keadaannya kota kemudian masuk ke salah satu rumah makan.
Saat itu, rumah makan tersebut keadaannya sangat
ramai, seorang pelayan antar padanya kesalah satu meja yang kosong, setelah menerima pesan beberapa rupa hidangan, pelayan itu sudah pergi lagi untuk melayani tetamu yang lainnya. Maksudnya Lim Tiang Hong bukan untuk tangsal perut, maka setelah mendapat tempat duduk, matanya lantas ditujukan pada para tetamu
lainnya. Disitu ternyata terdapat banyak orang terdiri dari beberapa golongan, tapi yang paling menonjol ialah seorang pengemis berewokan yang badannya tinggi
besar, tapi matanya tinggal sebelah, seorang wanita muda berpakaian warna hijau dengan pedang panjang di punggungnya. Selain dari pada itu, masih ada lagi 3
38 orang imam setengah tua yang jenggotnya melambai-
lambai. Orang2 itu jarang tertampak ditumah rumah makan
umum seperti ini, maka ada sangat menarik perhatian Lim Tiang Hong.
Mendadak ia dapat lihat bahwa wanita baju hijau itu juga sedang mengawasi dirinya. Sepasang matanya yang lebar dan jeli, yang seolah-olah bisa menembus ulu hati orang, telah membuat Lim Tiang Hong merasa gugup. Ia coba berlagak seperti tidak sengaja melihat, lalu alihkan pandangan matanya kearah lain. Tapi disini matanya kembali kebentrok dengan 3 imam setengah tua itu, yang ternyata juga sedang mengawasi dirinya dengan mata melotot, sangat gusar.
Lim Tiang Hong yang memangnya sudah tidak
mempunyai kesan baik terhadap para imam, ketika
menampak mereka itu dengan tanpa sebab telah pelototi dirinya, diam2 hatinya merasa panas.
?"Apakah kalian kira aku masih seperti dulu2 yang mudah diperhina?" demikian ia berkata kepada dirinya sendiri.
39 Mendadak ia juga pelototkan matanya memandang
mereka Kemendongkolan yang timbul dari dalam hatinyia ini, dengan tanpa disadari telah mengunjukkan kekuatan tenaga dalamnya. Karena dari sepasang matanya itu telah memancarkan sinar tajam luar biasa, menyapu kearah ketiga imam tadi.
Serta merta tiga imam itu lantas unjukkan rasa
kagetnya, dengan tergesa-gesa mereka lantas membayar uang makannya dan kemudian meninggalkan tempat tsb.
Wanita baju hijau itu tiba2 tertawa cekikikan,
hingga membuat Lim Tiang Hong merasa heran dan
mengawasi padanya dengan perasaan bingung, agaknya hendak mananya: "Mengapa mereka pergi?"
Wanita baju hijau itu sehabis ketawa, lalu
tundukkan kepalanya sembari bersantap, tidak angkat kepalanya lagi.
Lim Tiang Hong buru2 dahar habis hidangannya,
kembali ia coba minta keterangan dari beberapa orang, tapi jawabannya sami mawon, tidak ada seorangpun
yang berani menjawab sejujurnya.
Karena merasa jengkel, ia lantas pulang ke
penginapannya. Begitu masuk ke kamarnya, diatas meja 40
teh ada terdapat sepotong kertas yang bertulisan:
"NANTI JAM 3 MALAM, KAMI MENUNGGU
KEDATANGANMU DI JEMBATAN LOK-YANG-KIO"
Tidak ada alamatnya, juga tidak ada nama
penulisnya. Ia merasa heran, karena baru pertama kali menginjak dunia Kang-ouw, bagaimana ada orang yang menantang bertempur" Malahan mereka itu tahu kalau ia berdiam didalam rumah penginapan itu, bukankah ini ada suatu hal yang sangat langka"
Tatkala ia tiba ditempat yang dijanjikan pada
waktunya yang tepat, hatinya merasa agak tegang,
karena ini ada merupakan pertempuran pertama kaiinya sejak ia menginjak dunia Kangouw.
Tidak lama ia menunggu, dari arah kota tiba2
melesat 3 bayangan orang, dengan cepat lari ke atas jembatan dimana ia ada berdiri menanti. Setibanya 3
orang itu, lantas perdengarkan suara tertawa dingin.
Ketika Lim Tiang Hong mengawasi ketiga orang itu, ternyata mereka adalah itu 3 imam yang tadi siang pernah berjumpa dengannya dirumah makan. Dalam
hatinya diam2 merasa sangat mendongkol.
41 Tiga imam itu dengan mengambil posisi segi tiga,
telah mengurung dirinya Lim Tiang Hong. Salah satu diantaranya lantas perkenalkan dirinya: "Pinto sekalian adalah Gian yang-cu, Siao yang-cu dan Ceng Yang-cu dari Bu tong-pay, yang didalam kalangan Kang-ouw
dikenal dengan julukan "Bu tong Sam-ciu". Aku ingin menanyakan ada permusuhan apa para imam dan
kelenteng Tang-gak-bio dengan kau" Mengapa kau
begitu benci kepada mereka?"
"Mereka menghina aku, pandang rendah diriku,
sudah tentu aku tidak senang terhadap mereka."
Demikian Lim Tiang Hong menjawab sejujurnya dengan menuruti perasaan hatinya.
"Hanya urusan seperti itu saja, kau lantas turun
tangan ganas terhadap mereka" Kau telah berlaku terlalu kejam" berkata Goan Yang-cu sambil ketawa dingin.
"Apa kau kata?" berseru Lim Tiang Hong gusar.
"Jangan berlagak pilon, apakah kau sendiri
memangnya belum tahu" Malam ini kau harus mengganti dengan jiwamu!" Kata Goan yang-cu mengejek.
Lim Tiang Hong masih belum mengerti, tapi ia
merasa benci dengan sikap dan kelakuan mereka yang 42
ber-putar2, tidak mau bicara secara terus terang. Maka lalu berkata sambil ketawa dingin: "Apa yang kalian ucapkan, aku sama sekali tidak mengerti. Kalau kau masih belum mau bicara terus terang, maafkan aku tidak ada tempo untuk meladeni segala urusan demikian."
"Apa kau kira malam ini kau masih mengharap
kabur dari sini?" Kata pula Goan yang-cu sambil ketawa bergelak gelak.
"Siao-ya mu ingin kemana bisa saja pergi, siapa
yang berani menahan perjalananku?" Kata Lim Tiang Hong yang sudah mulai naik darah.
Sehabis berkata, benar saja ia lantas memutar
tubuhnya hendak berlalu. Siao yang-cu dengan cepat lantas bergerak
menghalangi. "Balik kau!" bentaknya.
Lengan jubahnya yang gerombongan berbareng
dikebutkan, dari situ lalu meluncur keluar serupa kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat, menyambar ke mukanya si anak muda.
Lim Tiang Hong ada mempunyai sifat "badung",
makin mendapat perlakuan kasar, ia semakin kasar pula membalasnya.
43 Ketika mengetahui bahwa dirinya "dimaui" oleh para imam itu, ia lalu mengambil keputusan hendak memberi sedikit hajaran kepada mereka. Maka ketika diserang ia hanya ganda dengan ketawa dingin. Tapi jari tangannya diam2 menyentil, dari sentilan mana telah keluar
kekuatan hawa serupa biji kacang, yang dengan
memperdengarkan suara "srr", hawa itu menembusi
serangannya imam tadi dan terus mengancam jalan
darah "Kian kin hiat".
"Siokkhie Seng wan kang!" Demikian Goan Yang-cu
berseru kaget. Tapi seruan Goan yang-cu itu ternyata sudah
terlambat, ketika kekuatan hawa itu mengenakan dirinya Siao yang-cu, kontan dirinya imam itu lantas
sempoyongan, mundur setombak lebih, kemudian jatuh duduk numprah di tanah.
Lim Tiang Hong diam2 juga terkejut, ia sungguh
tidak nyana hanya dengan satu sentilan saja sudah bisa melukai salah satu dari "Bu tong Sim ci" yang namanya sudah lama terkenal di dunia Kang-ouw dengan begitu mudah.
44 Tapi ia tidak hentikan gerakan kakinya. Ia tidak
tahu bahwa ilmu kepandaian yang ia gunakan tadi adalah ilmu kepandaian golongan "Hian bun" yang sudah lama menghilang dari dunia Kang-ouw, ilmu itu dinamakan
"Siok-khie Seng wan kang" jalan memusatkan kekuatan hawa dan tenaga dalam menjadi sebutir biji sebesar kacang yang disentil keluar melalui jari tangannya. Bagi orang yang sudah mahir betul, bisa digunakan untuk membikin tembus batu atau barang logam dalam jarak seratus langkah.
Didalam kagetnya, Goan yang-cu lantas melayang
ke depannya Lim Tiang Hong, lantas membentak dengan suara bengis: "Sungguh hebat kepandaian sicu! Pinto ada seorang tidak berguna, ingin minta pelajaran beberapa jurus saja."
Tangannya lalu bergerak, satu kekuatan tenaga
dalam yang sangat lunak meluncur keluar menyerang dirinya si anak muda.
Lim Tiang Hong kenali ini adalah ilmu kepandaian
golongan Bu-tong-pay yang dinamakan "Bian ciang-kang", ialah serupa tenaga yang lunak seperti kapas, maka dinamakan "tangan kapas".
45 Ia bermaksud ingin mencoba kepandaian golongan
Bu-tong-pay, terutama dari Bu-tong Sam cu ini,
sebetulnya sampai dimana tingginya. Maka ia lalu
memutar tangannya dengan kekuatan tenaga 7 bagian, untuk menyambuti serangan Goan yang-cu.
Kekuatan tenaga tangan yang termasuk ilmu keras
atau "yang" lalu saling beradu dengan kekuatan lunak itu, sehingga menerbitkan suara gemuruh.
Wajahnya Goan-yang-cu nampak merah seperti
dibakar, badannya mundur sampai 3 langkah, sedang Lim Tiang Hong masih berdiri tegak ditempatnya.
Pada saat itu, tiba2 muncul dua pemuda berpakaian imam, dengan tanpa memberi peringatan lebih dulu, sudah menyerang Lim Tiang Hong dengan pedang
masing2. Lim Tiang Hong dengan cepat melesat mundur 5
kaki. Ketika menyaksikan caranya menyerang kedua
pemuda itu, lantas berseru dengan suara kaget: "Ilmu pedang Yu Liong Kiam hoat dari Kun-lun-pay...."
Belum lagi selesai ucapannya, dari belakang dirinya kembali terasa ada pedang menyambar dirinya maka ia lantas memutar tubuhnya demikian rupa, untuk
46 menghindarkan serangan gelap itu. Ketika ia berpaling, segera dapat lihat seorang wanita muda berpakaian hitam, mengacungkan pedangnya lempeng kearah
dirinya. Sesaat ia nampak terkejut, tapi kemudian semangatnya bangun secara mendadak.
"Ilmu pedang Thay-im Kiam hoat dari Ngo-bie-pay.
benar2 lain daripada yang lain"
Tiba2 ia dengar pula suara bentakan dari belakang dirinya: "Kusuruh kau coba merasai lihaynya ilmu pedang Liang Gie Hun kong Kiam-hoat dari Ciong-Lam-pay
lagi...." Berbareng dengan suara itu, sinar pedang
berkilauan sudah menyambar dari sampingnya.
Dalam keadaan demikian, Lim Tiang Hong lalu
miringkan pundaknya, kakinya menggeser ke samping dan lompat 3 kaki, ketika ia mengawasi siapa orangnya yang menyerang secara pengecut itu, ternyata dia ada seorang imam tua pendek kurus kering, jenggotnya yang cuma beberapa lembar, kelihatannya mirip benar seperti badut di panggung komedi.
Pada saat itu Hoan yang-cu, Ceng Yang-cu juga
sudah menghunus pedangnya masing2, mareka sudah
47 mengambil sikap mengurung terhadap dirinya Lim Tiang Hong.
Sekalipun dikurung rapat oleh musuh2 kuat
demikian rupa, tapi Lim Tiang Hong sedikitpun tidak merasa jeri atau takut. Ia hanya tidak habis mengerti, mengapa orang2 dari beberapa partai besar ini ada memusuhi dirinya begitu rupa"
"Jahanam, malam ini sudah habislah takaran
kejahatanmu. Menyerahlah saja. Tapi, sekalipun kau harus mati, biar bagaimana juga supaya jelas dulu siapa2
orangnya yang mengantar kau ke neraka...." berkata Goan-yang-cu bengis.
Ia lalu menunjuk kepada dua imam muda yang
menggunakan ilmu pedang Yu-liong Kian-hoat seraya berkata: "Dua imam muda ini adalah persaudaraan Lie, yang di kalangan Kang-ouw terkenal dengan julukannya Kun-lun Siang-kiam"
Kemudian ia menunjuk kepada wanita baju hitam:
"Lihiap ini adalah murid tersayang dari Biauw In Suthay dari Ngo-bie-pay, Hian-ie Lie hiap Oh Bie Cu.... dan itu adalah Liang-gie Kiam-khek dari Ciong-lam-pay Bu Hiauw 48
Cho locianpwee, kiranya kau juga sudah dengar nama ini."
Lim Tiang Hong setelah diperkenalkan kepada
orang2 itu, lantas menyahut sambil ketawa dingin.
"Aku si orang she Lim sungguh beruntung, baru
saja muncul didunia Kang ouw, sudah bisa berkenalan dengan orang2 kuat. Cuma aku masih tidak mengerti, aku dengan kalian orang2 dari berbagai partai ini tidak mempunyai permusuhan apa2, mengapa kalian
mendesak aku demikian rupa" Apakah maksud yang
sebenarnya" Jikalau kalian mengandaikan itu beberapa jurus ilmu pedang saja, hendak menghina seorang
tetamu dari jauh, ini kalian sungguh keliru besar."
"Kau sengaja berlagak pilon atau memang benar
tidak mengerti?" berkata Goan Yang-cu sambil ketawa dingin.
Tanpa menantikan Lim Tiang Hong membuka mulut
lagi, Oh Bie Cu sudah menyerang dengan pedangnya
sambil keluarkan bentakan keras.
Perbuatan itu lantas membangkitkan kegusarannya
Lim Tiang Hong. Sambil ketawa nyaring, ia lalu sambuti serangan itu dengan telapakan tangannya. Karena
49 hebatnya serangan tersebut, sampai pedangnya murid Ngo bie-pay itu tergetar dan mengeluarkan suara
mengaung Dua persaudaan Lie, Kun lun Siang-kiam, juga
lantas turun tangan. Mereka menyranga dari kiri dan kanan dengan ilmu pedangnya yang seperti gerakan
naga. Berbareng dengan itu Hun kong-kiam-nya Liang-gie
Kiam khek juga sudah menyerang dari arah belakang.
Lim Tiang Hong yang diserang dari berbagai
jurusan oleh 4 orang kuat, masih tetap berkeras kepala tidak mau menghunus pedangnya. Ia hanya melayani
setiap serangan dengan sepasang telapakan tangannya.
Setelah dapat mengelakkan setiap serangan yang
mengancam dirinya, ia lantas melancarkan serangan pembalasan.
Enam orang kuat dari empat partai besar itu sudah bertekad bulat hendak membinasakan Lim Tiang Hong dibawah pedang mereka. Maka masing2 sudah
mengeluarkan ilmu pedang mereka. Setiap serangannya selalu mengarah jalan darah penting dari anggota badan 50
manusia. Sinarnya enam pedang yang berkilauan,
nampak berseliweran ditengah udara.
Dimalaman terang bulan yang sunyi, saat itu cuma
kelihatan berkelebatnya sinar pedang dan suara
beradunya senjata serta suara bentakan orang, hingga suara itu semakin berkumandang dalam malam yang
sunyi itu. Entah sejak kapan, di atas jembatan kelihatan
seorang pengemis tinggi besar dengan mata picak
sebelah dan wajahnya yang bengis berewokan. Bersama seorang wanita baju hijau yang menggendong pedang di gegernya.
Wanita muda itu dengan sepasang matanya yang
jeli, terus mengawasi setiap gerakannya Lin Tiang Hong dengan tanpa berkedip. Wajahnya sebentar2 berubah, kadang2 tersenyum, kadang2 kerutkan keningnya,
kadang2 ia ingin ceburkan diri dalam medan
pertempuran, tapi akhirnya ia terpaksa menahan sabar.
Sebaliknya dengan si pengemis mata satu itu, sejak muncul disitu, ia tetap berdiri sebagai penonton, di wajahnya juga tidak mengunjukkan perubahan apa2.
51 Pertempuran itu berjalan sudah seratus jurus lebih.
Lim Tiang Hong mulai hilang sabar. Ketika matanya melirik keatas jembatan, ia segera dapat melihat dirinya si pangemis mata satu dengan wanita baju hijau. Karena menganggap mereka ada komplotan para imam itu,
maka dalam hatinya diam2 lantas bepikir "pertempuran secara gila2an ini, entah sampai kapan baru bisa selesai"
Lebih baik aku bereskan secepatnyal"
Setelah mengambil keputusan demikian, tiba2 ia
bersiul nyaring, pedang To liong kiam nya lantas dihunus keluar dari sarungnya. Begitu pedang itu berada di tangannya, dari sana sini lantas terdengar suara jeritan kaget dan beradunya senjata. Dari antara enam bilah pelang lawannya, 3 telah terlepas dari tangannya, tapi lengannya sudah dirasakan ngilu, darah mengalir keluar dari sela2 jari tangannya. Hanya pedangnya Liang-gie Kiam-khek, yang masih tetap di tangannya. Cuma sedikit tergetar dan merasa kesemutan.
Selanjutnya Lim Tiang Hong dengan satu gerakan
"Keng-hong Ca-ca (Bianglala membentang), telah berhasil mengundurkan keenam musuhnya, badannya lalu
melesat setinggi 3 tombak, kemudian ditengah udara ia 52
melengkungkan dirinya dan meluncur lagi seperti anak panah terlepas dari busurnya, sebentar saja sudah menghilang dari depan mata mereka.
Goan-sang cu lemparkan pedangnya ke tanah, lalu
berkata sambil menghela napas panjang: "Iblis jahat ini kalau tidak disingkirkan, dunia Kang ouw tidak bisa aman lagi!"
Si pengemis tua mata satu itu lantas tertawa
bergelak-gelak sembari berkata: "Apa kau sudah tahu benar kalau dia?"
"Kalau bukan dia, siapa lagi yang mempunyai
kepandaian begitu tinggi?" berkata Liang-gie Kiam-khek sambil ketawa dingin
"Benar2 seperti melihat langit dari lobang mulut
sumur. Apa kau kira luasnya langit cuma selobang mulut sumur saja. Apakah kecuali orang itu, didalam dunia ini sudah tidak ada orang lain lagi yang mempunyai
kepandaian tinggi?" nyeletuk si wanita muda baju hijau.
Liang gie Kiam-khek yang disindir demikian rupa
oleh si wanita baju hijau, wajahnya merah seketika.
53 "Kalau begitu, kiranya nona juga ada seorang yang mempunyai kepandaian tinggi?" Berkata Liang-gie Kiam khek sambil ketawa dingin.
"Setidak-tidaknya aku tidak bisa berbuat seperti
kalian, dengan mengandalkan kekuatan orang banyak, mengeroyok satu anak kemarin sore...."
Kadudukannya Liang gie Kiam khek didunia Kang
ouw, ada lebih tinggi setingkat daripada Goan-yang-cu, Kun lun Siang-kiam dan lain2nya. Kalau ia ikut
mengeroyok satu orang dari tingkatan muda, itu saja sudah merupakan satu perbuatan yang memalukan,
apalagi malah sudah kena dikalahkan oleh lawannya.
Setelah diejek demikian rupa oleh wanita baju hjjau itu, seketika lantas merasa malu, untuk menutup rasa




malunya, ia lantas membentak dengan suara keras:
"Kalau kau merasa kurang senang, boleh coba2 sambuti seranganku si orang tua!"
Dengan tenang si wanita baju hijau menghunus
pedangnya, lalu dengan jari tangannya ia menyentil ujung pedangnya dua kali, sehingga terdengarlah suara mengaungnya pedang. Tapi ia segera masukkan lagi
pedangnya kedalam sarungnya, kemudian berkata sambil 54
ketawa terkekeh kekeh: "Ah, jangan menodai pedang mustikaku, sungguh sayang!"
Sehabis mengucap demikian, badannya lantas
bergerak, dan sebentar saja sudah menghilang.
Kelakuannya itu membuat Liang gie Kiam-khek
sangat mendongkol, tapi ia tidak bisa berbuat apa2.
Dalam keadaan demikian, tambah diejek oleh si
pengemis mata satu sambil ketawu bergelak-gelak:
"Diatasnya orang kuat masih ada yang lebih kuat lagi, diluar langit masih ada langit lagi. Ini namanya mencari malu sendiri...."
Baru mengucapkan demikian, orangnya sudah
lompat melesat sejauh 20 tombak lebih, hingga sebentar saja sudah tidak kelihatan mata hidungnya.
Beberapa imam itu sudah kalah dalam
pertempuran, kembali dihina oleh dua orang tersebut, terpaksa pada ngeloyor pergi dengan mulut menggerutu.
Lim Tiang Hong setelah kembali ke rumah
penginapannya, masih merasa bingung atas kelakuan para imam tadi terhadap dirinya. Tapi ia segera menduga bahwa dalam hal ini pasti ada sebabnya. Mungkin,
mereka sudah salah lihat, dianggapnya ia ada itu orang 55
yang mereka sedang cari. Kalau tidak demikian, ia sendiri yang baru saja muncul dari tempat "pertapaannya", bagaimana bisa mempunyai musuh" Bagaimanapun
besar rasa curiganya, tapi ia sudah tidak tahu kepada siapa harus mencari keterangan.
Tiba2 ia ingat kepada Siao lim pay. Gunung Siong-
san bukankah dekat sekali letaknya dengan kota Lok-yang" Besok pagi ia boleh kembalikan patung kuno itu, sekalian mencari keterangan tentang kejadian tersebut.
Siao lim pay sudah banyak tahun merupakan partai yang paling berpengaruh didunia Kang ouw, tentunya
mengetahui banyak persoalan yang terjadi didunia Kangouw.
Esok harinya, pagi2 sekali didepan pintu gereja Siao lim-sie digunung Siong san, tiba2 kedatangan satu tetamu anak muda menyoren pedang. Anak muda yang
berwajah tampan itu begini tiba di depan pintu gereja, lantas menjura memberi hormat kepada dua paderi kecil yang menjaga pintu seraya berkata: "Aku yang rendah bernama Lim Tiang Hong, ada urusan penting ingin
menemui Ciang-bun jin, selain daripada itu, juga aku ada 56
membawa satu benda yang akan kuberikan padanya,
harap suhu kecil tolong melaporkannya"
Dua paderi kecil itu mengawasi anak muda yang
bukan lain daripada Lim Tiang Hong itu deagan sorot mata terheran-heran, kemudian salah satu diantaranya menjawab dengan nada suara dingin: "Kau tunggu saja dulu. aku akan pergi melaporkan." sambil berjalan masuk.
Tidak antara lama, dari pendopo dalam ada keluar
seorang paderi berbadan tinggi besar dengan pakaian jubah warna merah. Ia memandang Lim Tiang Hong dari atas sampai kebawah, kemudian menanya dengan
suaranya yang ketus: "Kau hendak menemui Ciang-
bunjin ada urusan apa?"
"Aku hendak bertemu sendiri dengannya untuk
memberikan serupa barang"
"Pinceng ada seorang yang ditugaskan uutuk
menerima tetamu, nama pinceng Hong Hoat, kau
serahkan saja barang itu kepada pinceng!" berkata paderi itu sambil ulurkan tangannya.
57 "Tidak bisa, barang ini aku harus serahkan kepada Ciang-bun jin sendiri, kalau tidak, aku terpaksa bawa balik." sahut Lim Tiang Hong sambil goyang2 tangannya.
Hong Hoat tertawa ber-gelak2. "Bocah, kau ini
betul2 masih kekanak-kanakan" katanya "Seorang
berkedudukan sebagai Ciang bunjin, bagaimana boleh sembarangan menemui orang seperti kau" Barangmu itu kau boleh serahkan pada pinceng untuk disampaikan kepada beliau, kalau kau tidak suka, terserah padamu sendiri."
Lim Tiang Hong yang seumur hidupnya sudah
kenyang menelan hinaan dan nistaan, sesungguhnya
tidak menyangka bahwa kedatangannya yang hendak
mengantarkan barang, masih disambut dengan sikap
dingin demikian rupa, maka seketika itu lantas timbul sifat "badung" nya. sambil ketawa dingin ia lantas berkata: "Lebih dulu aku hendak memberi keterangan, bahwa barang ini aku sudah antarkan sendiri kesini, tapi kalian tidak mau, maka untuk selanjutnya kalian sudah tidak ada hak lagi untuk menanyakan barang itu."
Hong Hoat yang melihat usianya Lim Tiang Hong
masih belasan tahun, dikiranya tidak akan bisa berbuat 58
apa2, maka lantas membentak sambil ulapkan tangan:
"Lekas enyah, jangan banyak rewel disini!"
Lim Tiang Hong sudah berubah wajahnya, ia
sebetulnya sudah ingin umbar adatnya tapi kemudian berpikir lagi: "Dengan satu paderi tukang menyambut tetamu ada harganya apa untuk diladeni" Kelak aku akan suruh Ciangbunjin kalian minta maaf sendiri
dihadapanku. Saat itu kalian baru tahu bahwa aku ada satu bocah yang tidak boleh dipandang rendah."
Ia balik ke kota Lok yang. Malam itu ia lantas
laksanakan rencananya, sasudah selesai, ia balik lagi ke rumah penginapan untuk tidur.
Esok paginya dipuncaknya pagoda dari gereja Pek-
ma-sie di luar kota Lok yang, tiba2 terpancang selembar kain putih selebar 3 kaki dan panjangnya 2 tumbak, diatasnya ada terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf2
besar, bunyinya sebagai berikut:
"YANG BERTANDA TANGAN DIBAWAH INI, ADA
MEMBAWA SEBUAH PATUNG BUDDHA KUNO DARI
GADING. PENINGGALAN TAT-MO SIANSU. INGIN
DIPERSEMBAHKAN KEPADA SAUDARA2 DARI DUNIA
KANG OUW. MALAM INI JAM 3 MENJELANG PAGI, AKAN
59 DITETAPKAN SIAPA YANG AKAN DAPAT BARANG
TERSEBUT MELALUI SUATU PERTANDINGAN SILAT DI
PEKUBURAN KOAN ONG-THENG DILUAR KOTA LOK-
YANG." Tertanda: Tamu dari gurun pasir.
Dibawah tulisan itu diberikan sedikit keterangan
yang berbunyi "Siao lim-sie tidak berhak mengikuti sayembara ini"
Berita munculnya sayembara yang aneh itu,
sebentar saja telah menggemparkan kota Lok-yang.
Sebagian orang menganggap bahwa perbuatan itu ada satu lelucon saja, tapi bagi orang2 dunia Kang-ouw yang kala itu berada dikota Lok-yang, telah terjadi
kegemparan besar. Karena patung Buddha itu, pada 60
tahun berselang, sudah pernah menimbulkan
kegemparan hebat didunia Kang-ouw, entah berapa
banyak jiwa orang2 dunia Kang-ouw sudah melayang
dalam perebutan patung kuno itu.
Selanjutnya, patung kuno itu telah lenyap. Siao-limpay pernah mengutus orang2nya yang terkuat untuk
60 mencarinya tapi hampir 10 tahun lamanya masih belum berhasil menemukan.
Tidak dinyana, sekarang medadak ada orang yang
mengaku dirinya tamu dari gurun pasir telah
mengeluarkan pengumuman demikian. Kalau hal itu ada benar, maka orang yang membawa patung kuno itu,
mengapa tidak mengambil sendiri saja kitab pelajaran ilmu silat dengan mengikuti gambar peta yang terlukis dalam patung kuno itu" Dan kalau itu hanya merupakan lelucon belaka apakah maksudnya"
Sejak munculnya kabar luar biasa itu, dirumah
rumah makan, minuman dan dimana saja, selalu
membicarakan soal patung kuno itu.
Lim Tiang Hong yang rnenyaksikan kejadian itu,
diam2 merasa geli hatinya.
Dengan seorang diri ia lalu duduk bersemedi untuk menantikan saatnya tiba. Ketika sudah menjelang jam 3
malam. ia baru membawa patung kunonya. Dengan
mengeluarkan ilmu lari pesat pelajarannya Orang Tua Penyipta, ia lari menuju ke pekuburan kuno Koan-ong theng.
61 Pekuburan Koan ong theng letaknya ditengah-
tengah antara sungai Lokho dan sungai Ie-cui. Ditanah pekuburan itu, dari jauh sudah kelihatan batu2 kuburan dan arca2nya yang sangat megah, sedang disekitarnya ada keiihitan berkumpul banyak orang yang dari jauh cuma tertampak bayangannya yang hitam saja.
Diantara orang banyak itu, yang paling menarik
adalah rombongannya kaum paderi. Dilihat dari
dandanannya, ia segera mengetahui bahwa kawanan
paderi itu adalah dari gereja Siao-iim sie.
Ketika Lim Tiang Hong tiba ditempat tersebut, tidak ada orang yang ambil perhatian. Hanya dari rombongan kawanan paderi itu, ada terdengar suara elahan napas perlahan.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan di
tempat tersebut, diam2 juga terperanjat. Tindakannya itu yang semula dimaksudkan bersifat main2, tidak nyana telah menimbulkan kegemparan begitu besar. Selain dari pada itu, kalau dilihat sikapnya orang2 yang datang hendak ambil bagian dalam perebutan benda berharga itu, boleh dikata tidak ada satupun yang tidak
berkepandaian tinggi. Tapi kejadian sudah terlanjur 62
begitu rupa, terpaksa dijalankan menurut rencananya semula.
Maka, ia lantas lompat berdiri diatas kepala arca kuburan, suatu tempat yang dianggap paling baik untuk ia pidato.
Dibawah sinar bintang2 di langit ia mengeluarkan
patungnya, kemudian berkata dengan suara nyaring:
"Tuan2 sekalian, dengarlah! Aku yang rendah
datang dari gurun pasir yang jauh, dengan membawa sebuah patung kuno ini datang kedaerah Tiong-goan.
Sabetulnya patung kuno ini hendak kukembalikan kepada pemiliknya, ialah partai Siao-lim-pai. Tapi sungguh harus disesalkan, Ciang-bun-jin Siao lim-pay ada begitu sombong, tidak sudi menemui aku seorang yang hina dina dan rela membuang barang peninggalan dari
Couwsunya. Buat aku sendiri, barang ini juga tidak ada gunanya, maka, aku mengadakan sayembara ini. Harap saudara2 sekalian suka mengeluarkan kepandaian
masing2 untuk menetapkan siapa yang akan berhak
mendapatkan barang pusaka ini...."
Belum habis ucrapannya, dari dalam rombongan
orang banyak itu sudah terdengar suara riuh. Orang2 itu 63
mendadak berpencaran, dan mengambil sikap
mengurung terhadap Lim Tiang Hong. Masing2 pada
mengambil sikapnya sendiri2, agaknya sudah akan
segera turun tangan. Lim Tiang Hong ada seorang "New Comer" dalam
dunia Kang-ouw, ia tidak tahu bahayanya dikalangan Kang-ouw. Permainannya itu, seolah-olah satu anak kecil yang sedang bermain dengan api, salah2 bisa membakar dirinya sendiri.
Orang2 yang mengurung dirinya Lim Tiang Hong
itu, diantaranya ada "Jie hay Sam-sian" (3 dewa dari Jiehay), "Bu-tong lt-kie" (Orang2 aneh dari Bu tong) "Pak-mo likoay" (Manusia2 aneh dari utara), "Lam hay Gia-mo"
(Iblis dari Lam-hay), "Ang-hoat Lo lo" (Nenek rambut merah), "Hai thian Pian-hok" (Kampret terbang), "Thie-ie Sintiauw" (Sarung sakti sayap besi) dan "Hek liong Siang sat" (Sepasang manusia buas dari Hek-liong).
Orang2 itu semuanya terdiri dan manusia buat dan
kejam dari berbagai tempat. Kalau mereka tidak lantas turun tangan dengan segera, itu bukan karena mereka takut kepada Lim Tiang Hong, melainkan satu sama lain masih hendak melihat gelagat dulu, terutama mereka 64
rupanya agak merasa jeri terhadap Siao lim-pay. Sebab dengan diam2 mereka sudah menimbang-nimbang
kekuatannya pihak Siao lim pay, bukan saja 4 paderi tua dari ranggon penyimpan kitab, Hui Beng, Hui Thong, Hui Kak dan Hui Kong sudah datang semuanya, tapi Ciangbunjin-nya sendiri Hui Hui Taysu juga turut datang.
Sekalipun berhasil dapat merebut patung kuno itu, tentu tidak terluput dari kepungan orang2nja Siao-lim pay.
Oleh karena itu, maka untuk sementara keadaan masih tetap saling menunggu.
Lim Tiang Hong matanya menyapu kearah
rombongan orang2 yang mengurung dirinya, kemudian berkata dengan suara nyaring:
"Oleh karena pihak Siao lim pay ada begitu
menghina kepada barang peninggalan Couwsunya
sendiri, maka malam ini sudah tidak ada hak untuk turut ambil bagian dalam perebutan ini...."
Belum habis ucapannya, dari empat penjuru lantas
terdengar suara bentakan, kemudian disusul oleh
bergeraknya dua bayangan orang yang menerjang
kearahnya, yang satu menyerang mukanya, yang lain berusaha hendak merampas patung didalam tangannya.
65 Lim Tiang Hong sudah menduga akan hal ini, maka
ketika bayangan hitam itu datang menerjang, ia lalu ketawa dingin. Tangannya lantas membalik, patung
pusaka itu dibuat senjata. dengan secepat kilat mengetok urat nadi orang yang hendak merampas patung itu,
sedang tangan kanannya dikibaskan, untuk menyerang orang yang menerjang padanya.
Kedua orang yang menyerang berbareng itu, adalah
"Hek-liong Siang-sat", dua orang terkenal dari golongan rimba hijau di daerah Koan tong. Yang hendak
merampas patung adalah si Lotoa atau yang tuaan,
Siong Kang. Ketika jari tangannya sudah akan
menyentuh patung kuno itu, tiba2 merasakan sambaran angin yang sangat hebat dan tahu2 palung kuno itu sudah menyentuh urat nadinya. Dalam keadaan gugup, tangannya dengan cepat lantas ditarik kembali,
badannya juga lantas bergerak jumpalitan, kemudian melesat miring ke kanan.
Tapi, badannya belum sampai tiba di tanah,
mendadak terdengar ia mengeluarkan suara jeritan ngeri, badannya melesat mumbul lagi setinggi 2 tombak, terus melayang keluar dari kalangan. Ternyata itu adalah 66
perbuatannya "Pak-mo It koay (Manusia aneh dari Utara), yang telah menggunakan kesempatan selagi Siong Kang menyingkir kesamping, telah melancarkan serangan
gelap secara mendadak, hingga Siong Kang binasa
seketika itu juga. Manusia buas yang kedua Gouw Lun, juga
mendapatkan nasibnya yang serupa. Ia yang tubuhnya melesat ditengah udara, lantas mengadu kekuatan
dengan Lim Tiang Hong. Sungguh sial baginya, begitu kedua kekuatan saling bentur, dengan tanpa ampun
kekuatan Lim Tiang Hong lantas menggempur dirinya, hingga setelah mengeluarkan jeritan ngeri, badannyapun lantas melayang seperti layang2 putus talinya. Dan ketika badannya itu jatuh ditanah jantungnya sudah tidak bekerja lagi.
Lim Tiang Hong sungguh tidak menduga bahwa
kekuatan tenaga dalamnya ada begitu hebat, sampai ia sendiri jadi melongo menyaksikan kematiannya Gouw Lun. Itulah ada untuk pertama kalinya ia memukul mati orang, maka dalam hatinya merasa agak menyesal. Ia berdaya untuk menenangkan pikirannya sendiri....
67 Tetapi ketika matanya terbentur dengan sorot
matanya kawanan manusia disekitarnya, yang
mengunjukkan sifat mereka yang tamak dan buas,
kegusarannya timbul pula, ia lalu berkata dengan suara dingin: "Ini adalah dia sendiri yang mencari mampus, maksudku adalah mengundang kalian bertanding
kekuatan ilmu silat untuk menetapkan siapa2 yang
berhak mendapat barang pusaka ini, bukannya suruh kalian merampas!"
Oleh karena barusan dalam waktu segebrakan saja
ia sudah membinasakan diri salah satu menusia buas dari Hek-liong, hal mana telah membuat terkejut semua
kawanan manusia jahat itu maka ketika Lim Tiang Hong mengucapkan perkataan demikian dengan serentak
lantas pada mundur satu tindak.
Cepat pada saat itu, dari luar kalangan tiba2
terdengar suara orang memuja2 Buddha dengan nyaring:
"O Mie To Hud, terjadinya urusan malam ini, karena Siao Lim pay dengan sicu kecil ini sudah terbit sedikit kesalahan paham, tuan2 sebaiknya undurkan diri dari urusan ini."
68 Rombongan kawanan paderi dari gereja Siao lim-
sie, dengan serentak sudah membentuk suatu barisan setengah lingkaran, sehingga merupakan bentuk kipas.
Dengan sikap agung, rombongan paderi itu per-lahan2
berjalan menuju kedalam kalangan.
Orang yang berbicara tadi adalah Hui Hui Taysu,
ketua dari partai Siao lim-pay. Benar tidak kecewa ia sebagai ketua dari salaah satu partai besar yang
memimpin rimba persilatan, gerakannya begitu agung, bicaranya sangat berwibawa, hingga orang banyak yang berkerumun itu lantas pada mundur untuk memberi jalan kepada rombongan paderi itu.
Hui Hui Taysu dengan perlahan menghampiri Lim
Tiang Hong, lalu berhenti didepan anak muda itu sejarak 5 kaki. Sambil rangkapkan tangannya memberi hormat ia berkata dengan lambat2: "Dari mana sicu dapatkan
patung Buddha kuno ini" Bolehkah kiranya diberi tahukan kepada lolap?"
Lim Tiang Hong sengaja berlaku sombong, sambil
dongakkan kepala ia menjawab: "Barang permainan buat anak kecil, apakah ada harganya juga mendapat
perhatian Ciang bun-jin dari Siao-lim pay?"
69 Hui Hui Taysu benar2 mempunyai kesabaran luar
biasa, sekalipun diperlakukan demikian, sedikitpun tidak marah, ia masih berlaku sungguh2. "Patung kuno itu adalah barang peninggalan Cowsu kita" katanya.
"Betapapun besarnya nyali Hui Hui, juga tidak berani menghina barang itu, sudah tentu pula tidak akan
membiarkan barang itu terjatuh di tangan sembarang orang."
"Dengan terus terang kuberi tahukan padamu,"
jawab Lim Tiang Hong agak kasar "atas perintah seorang lo-cianpwee, patung ini aku bawa untuk dikembalikan padamu, tapi sayang aku tidak berhasil menemukan
dirinya Ciangbunjin yang terhormat. Selain dari pada itu, paderi dari gereja Siaa-lim-sie juga sudah menyatakan hendak melepaskan haknya atas patung ini, maka
terjadilah kejadian seperti malam ini. Sekarang aku hendak tanya kau, apakah Cowsu partai kalian pernah mengadakan suatu peraturan yang menetapkan siapa2
boleh menemui Ciangbunjin dan siapa2 tidak?"
Sebagai ketua dari satu partay besar, sebelulnya
memang tidak sembarangan menemui orang luar, apa
lagi partay yang mempunyai kedudukan begitu tinggi 70
seperti Siao-lim-pay. Tapi kalau mau diusut siapa2 yang boleh menemui dan siapa yang tidak, menang juga tidak ada yang menetapkan itu aturan.
Hui Hui Taysu tercengang mendengar pertanyaan
demikian, tapi dengan cepat ia sudah mengerti apa sebabnya.
Mendadak ia berpaling dan membentak dengan
suara keras "Hong Hoat, mari sini!"
Hong Hoat sejak melihat dirinya Lim Tiang Hong,
hatinya sudah ketar-ketir. Saat itu ketika dipanggil oleh Ciang bun-jinnya, wajahnya pucat seketika. Dengan badan gemateran ia berjalan menghampiri ketuanya, kemudian berlutut dihadapannya.
Hui Hui dengan sikapnya yang agung, berkata
dengan suara dingin: "Apakah kau yang menetapkan
aturan bagi aku, tidak mau menemui sembarang orang?"
Dengan suara gemetaran Hong Hoat menjawab:
"Oleh karena teecu anggap dia ada satu bocah, toh tidak mungkin ada urusan penting, maka...."
Lim Tiang Hong lantas ketawa bergelak-gelak "Hari ini aku si bocah cilik ini benar2 sangat beruntung, telah mendapat kunjungannya Ciang-bunjin Siao-lim-pay.
71 Sekarang sudah tidak ada apa2 yang perlu direcoki lagi, siapa yang ingin mendapatkan patung kuno ini, harus dapat mengundurkan orang2 gagah yang ada disini."
Hui Hui Taysu terperanjat, karena ini benar2 ada
soal yang sengat sulit. Orang2 gagah yang malam ini berada disitu, hampir rata2 sulit dilayani, tidak begitu mudah untuk menjatuhkan mereka. Tapi keadaan sudah terlanjur begini rupa, kecuali jalan demikian, sudah tidak ada lain jalan iang lebih sempurna lagi. Dan apa yang lebih runyam, malam ini sekalipun bisa merebut
kemenangan, tapi dikemudian hari Siao-lim-pay tentu akan dibikin repot oleh orang2 yang kepingin
mendapatkan patung kuno itu. Memikir sampai disitu, ia cuma bisa menghela napas, dengan gemas memandang
Hong Hoat. Keadaan demikian, sudah disaksikan oleh semua
orang yang ada disitu. Mereka tahu bahwa kalau tidak lekas2 turun tangan, nanti apabila Siao-lim pay bergerak, berarti sudah tidak mendapat kesempatan lagi. Maka orang2 itu lantas bergerak sambil kerahkan kekuatan masing2.
72 Empat paderi dari ranggon penyimpan kitab dari
gereja Siao lim sie yang berada diluar kalangan, juga sudah geser maju kaki mereka, serta membentak dengan suara keras: "Sicu sekalian kalau tidak hentikan
tindakannya, pinceng terpaksa akan berlaku kurang sopan!"
Suaranya paderi itu begitu keras seperti geledek, sehingga membuat pengang telinga yang mendengarnya, mau tidak mau orang2 yang akan bertindak itu lantas pada hentikan kakinya untuk mempertimbangkan usul paderi itu.
Tapi selagi orang2 itu sedang ragu2, tiba2
terdengar suara bentaikan nyaring. "Si Burung sakti sayap besi" mendadak melesat tinggi ke atas, kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar kepalanya Lim Tiang Hong. Dengan sikapnya yang sangat tenang Lim Tiang Hong geset kakinya, kemudian badannya
bergerak melayang ke lain arca.
Si "Burung sakti sajap besi" kembali gerakkan
sayapnya yang berada dibawah katiaknya, kembali
dengan caranya tadi secepat kilat menubruk Lim Tiang Hong....
73 Berbareng terdengar suara bentakan keras,
kemudian disusul oleh berkibarnya jubah Hui Beng
Siansu. Di tengah udara paderi dari Siao lim-pay itu mengadu kekuatan tangan dengan si "Burung sakti sajap besi". Kesudahannya, dua2 terpental mundur dan melayang turun ke tempatnya masing2.
Saat itu keadaan menjadi kalut benar. Ang hoat Lo-lo dengan tongkatnya yang merah, tiba2 menyerang si anak muda.
Lim Tiang Hong tidak mau melayani kepada nyonya
tua itu. Dengan menotolkan kakinya, kembali tubuhnya sudah menclok ke lain arca lagi. Berbareng dengan itu, tiba2 terdengar suara gemuruh, arca bekas Lim Tiang Hong berdiri tadi tenyata sudah tergempur oleh




tongkatnya Ang hoat Lo lo, sehingga hancur berantakan.
Diantara suara gemuruh itu, si "Kampret terbang"
dan "Manusia aneh dari utara" kedua-duanya sudah
menerjang berbareng pada dirinya si pemuda.
Lim Tiang Hong melihat kawanan manusia iblis itu
tidak ada satu yang mengenal aturan. Saking gusarnya, ia lantas menyimpan kembali patung kunonya, kemudian menggerakkan kedua tangannya. Karena ia berdiri
74 diatasnya arca batu, maka serangan tangannya yang dilancarkan dari atas itu, seolah-olah menyambarnya angin puyuh yang dibarengi dengan halilintar, telah menyapu kawanan iblis itu.
Si "Kampret terbang" dan "Manusia aneh dari Utara"
meski sudah tinggi kepandaian ilmu silatnya, tapi juga tidak berani menyambuti serangan yang amat dahsyat itu. Keduanya lantas memisahkan diri, masing2 melesat ke samping.
Si "Manusia aneh dari Utara" setelah mundur tiba2
maju lagi. Dengan serangan tangannya yang
mengandung hawa dingin, telah menggulung dirinya Lim Tiang Hong seolah-olah gelumbang air laut.
Lim Tiang Hong saat itu benar2 sudah meluap hawa
amarahnya, sambil ketawa dingin ia berkata: "Apa kalian benar2 ingin berkelahi?"
Mendadak badannya bergerak maju. Dengan
kecepatan bagaikan angin, ia melancarkan serangan berantai sampai 7 kali, sehingga membuat "Manusia aneh dari Utara" itu sampai mundur berulang-ulang.
Pada saat itu, Lam hay Giam-mo seolah olah
bayangan setan, tahu2 sudah melayang kebelakangnya 75
Lim Tiang Hong. Dengan 5 jari kukunya yang seperti cakar burung, mencengkeram jalan darah "Kua-pang"
dan "Hong-bwee".
Hui-kak Siansu lantas berseru dengan suara keras:
"Sicu, awas belakang....!"
Lim Tiang Hong putar tubuhnya gesit sekali,
tangannya menyambar laksana kilat dan penggelangan tangan Lam-hay Giam-mo sudah kena tercekal.
Gerakannya itu seolah-olah mendapat bantuannya
dewa, sampai ia sendiri juga tidak mengerti, mengapa dengan cara demikian mudah sudah berhasil menguasai lawannya.
Lim Tiang Hong jadi tercengang karenanya.
Lam-hay Giam mo yang terkenal dengan
kegesitannya. Menggunakan kesempatan selagi Lim
Tiang Hong tercengang, ia berontak dan keluarkan
bentakan keras, tangan kirinya segera menyerang hawa dingin dari kekuatan tenaga dalamnya.
Lim Tiang Hong karena harus menyambuti
serangan itu, terpaksa melepaskan tangan lawannya.
Ketika kekuatan kedua tangan beradu, lalu terdengar 76
suara gempuran hebat, masing2 terpental mundur 2
tindak. Gerakan keras lawan keras itu, membuat Lam-hay
Giam-mo karena satu tangannya tercekal lebih dulu oleh Lim Tiang Hong, sudah tentu mengalami kerugian agak besar. Jikalau tidak, dengan kekuatannya yang sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun, Lim Tiang Hong pasti dirugikan.
Selagi Lim Tiang Hong turun tangan melayani
kawanan iblis itu, orang2 yang berada didalam kalangan, sudah mengurung padanya begitu rapat. Masing2 sudah siap hendak turun tangan, begitu mendapat lihat
kesempatan baik, hingga suasana nampak semakin
tegang. Hui Hui Taysu mendadak berkata dengan suaranya
yang keras: "Sekali lagi lolap peringatkan tuan2, harap supaya suka keluar dari pertikaian ini"
Jie hay Sam sian, yang sedari muncul disitu belum pernah membuka suara, dan juga tidak mengunjukkan gerakan apa2, saat itu salah satu antaranya mendadak membuka mulutnya: "Kami hanya ingin tanya sepatah 77
saja kepada sahabat kecil ini, tentang peraturan Pi-bu (Adu kepandaian ilmu silat), apakah masih berlaku?"
"Sudah tentu masih berlaku," Jawab Lim Tiang
Hong. "Cuma saja bagi siapa yang sudah turun tangan hendak merebut patung ini, semua kehilangan haknya turut bertanding."
Baru saja selesai ucapannya, si "Kampret terbang"
tiba2 membentak keras: "kentut busuk!"
Bentakan itu dibarengi dengan gerakan badannya
yang bergerak laksana meluncurnya anak panah,
menerjang Lim Tiang Hong. Tiba2 suatu kekuatan tenaga lunak telah menahan badannya si "Kampret terbang", hingga pada saat itu juga si iblis badannya seolah-olah kebentur dnding tembok dan terpental baik sampai
sempoyongan. Hui Hui Taysu entah sejak kapan sudah berdiri di
sampingnya Lim Tiang Hong dengan sikapnya yang
agung. Ketua Siao lim pay ini, kepandaiannya benar2 ada
lain dari pada yang lain. Dengan hanya mengebut secara ringan saja lengan jubahnya, sudah bisa membikin
78 terpental dirnyja si "Kampret terbang", manusia buas yang sering mengganas di daerah Thian-lam.
Pada saat itu, 4 paderi dari ranggon penyimpan
kitab, sudah berdiri berderet dikedua sisinya Hui Hui Taysu.
Biar bagaimana Siao lim-pay masih besar
pengaruhnya. Kawanan iblis itu sesudah coba beraksi tapi gagal, akhirnya menjadi kuncup sendiri nyalinya.
Hui Hui Taysu sambil rangkapkan kedua tangannya
dan anggukan kepalanya. berkata kepada Jiehay Sam sian: "Timbulnya persoalan ini, sebetulnya karena sedikit kesalahan paham. Lolap mengharap agar samwie (Tuan2
bertiga) suka undurkan diri dari pertikaian ini."
Sam-sian (Tiga dewa) yang sedang serba salah
kedudukannya, setelah mendengar keterangan itu, satu sama lain lantas pada saling memandang, kemudian
angkat kaki meninggalkan tempat tersebut.
Bu tong It kie sejak Siao lim-pay turun tangan,
merasa tidak enak turut ambil bagian, saat itu ketika menyaksilan "Tiga dewa" itu sudah pergi, dengan diam2
ia juga berlalu. 79 Didalam kalangan kini hanya tinggal Lam hay Giam-
nao, Manusia aneh dari Utara, si Kampret Terbang dan beberapa orang lagi. Mereka mengerti bukan tandingan Siao lim-pay. Supaya tidak kehilangan muka, Lam hay Giam-mo masih coba omong gede. Sambil ketawa aneh ia berkata: "Malam ini biarlah untuk sementara kalian orang2 Siao lim-pay boleh merasa bangga, lihat saja kelak dikemudian hari!"
Setelah mengucapkan perkataan demikian, dengan
cepat ia lantas berlalu. Dengan berlalunya si iblis tua ini, yang lainnya juga lantas pada kabur, hingga sekejap saja sudah tidak ada satu yang ketinggalan.
Lim Tiang Hong dari dalam sakunya lantas
mengeluarkan patung kuno dari gading. Dengan dua
tangan ia serahkan kepada Hui Hui Taysu sembari
berkata: "Aku yang rendah karena menuruti hawa napsu anak muda, tidak nyana sudah menimbulkan kerewelan begini besar, sebetulnya aku merasa tidak enak terhadap Taysu."
Hui Hui Taysu menyambuti patung Buddha itu
dengan sikap menghormat, kemudian anggukan kepala dan berkata: "Terjadinya soal ini sebetulnya karena 80
peraturan kita yang kurang keras, lolap sungguh merasa sangat malu terhadap sicu."
"Ah, Taysu terlalu merendah. Aku yang rendah
sudah merasa bersyukur dan berterima kasih yang Taysu tidak memberi teguran pedas," berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa.
Mereka ber-cakap2 sebentar lalu saling menyoja
memberi hormat untuk berpisahan. Sebentar saja Lim Tiang Hong menghilang dalam kegelapan.
Sebetulnya apabila tidak ada perlakuannya paderi
penjaga pintu yang pandang rendah dirinya Lim Tiang Hong, barang pusaka itu akan diserahkan oleh Lim Tiang Hong kepada Hui Hui Taysu sendiri dengan tanpa ada orang luar yang tahu. Kini setelah terjadinya kejadian malam itu, munculnya kembali patung pusaka itu telah menggemparkan dunia Kang ouw dan hampir semua
orang sudah tahu. Hal mana telah membikin sulit
kedudukan Siao-lim-pay, sehingga berlarut-larut sekian lamanya. Ini sesungguhnya diluar perhitungan Lim Tiang Hong.
-0dw-smhn0- 81 Bab 3 DENGAN perasaan tidak enak Lim Tiang Hong
pulang ke rumah penginapannya. Seorang diri ia duduk termenung memikirkan segala sepak terjangnya. Karena merasa keisengan, akhirnya ia keluar lagi dan berjalan di jalan raya.
Belum berapa jauh ia berjalan, telah berpapasan
Liang gie Kiam khek bersama serombongan imam.
Terhadap kawanan imam, ia memang tidak
mempunyai kesan baik, maka setelah mengawasi
sejenak, lantas berjalan lagi sambil dongakkan kepala.
Mendadak Liang-gie Kiam khek ketawa dingin dan
berkata dengan suara perlahan: "Bocah, kalau kau masih mempunyai nyali, nanti jam 3 malam, diatas Leecew-kok kita nanti mengadu kekuatan lagi, kau berani pergi kesana atau tidak?"
Lim Tiang Hong merasa sangat mendongkol, maka
lantas menjawab: "Kalian kawanan imam busuk ini,
mengapa selalu mencari setori dengan aku?"
Liang gie Kiam khek mengurut urut jenggotnya
kambing dan berkata pula: "Aku cuma tanya kau, kau berani pergi kesana atau tidak?"
82 Lim Tiang Hong aiisnya berdiri: "Kau boleh minta
bantuan kepada siapa saja," jawabnya dingin "Siaoyamu sedikitpun tidak takut. Aku nanti pasti kesana lau aku mau lihat kalian bisa bikin apa terhadapku."
Dengan perasaan masih mendongkol ia
meninggalkan kawanan imam itu, kemudian masuk
kerumah makan untuk menghilangkan
kemendongkolannya. Ia merasa tidak habis mengerti, baru saja muncul di dunia Kang ouw, lantas bertemu dengan kawanan imam yang ia paling benci itu, dan apa lacur kawanan imam itu selalu mencari setori saja dengannya.
Ia minta pelayan menyediakan arak dan sayuran.
Dengan seorang diri ia makan dan minum seenaknya, sedang dalam hatinya terus memikirkan persoalan yang telah terjadi.
1. Siapakah yang melakukan pembunuhan terhadap
imam2 di kelenteng Tang-gak bio" ada permusuhan apa orang itu dengan imam2 itu"
2. Para imam dari Bu-tong, mengapa menuduh
dirinya sebagai pembunuh" Apakah wajahnya pembunuh itu mirip dengan dirinya"
83 3. Penduduk sekitar kelenteng Tang-gak-bio
mengapa mendadak takuti dirinya begitu rupa" Apakah mereka sudah mengetahui kalau dirinya sudah
mempunyai kepandaian tinggi" Tapi sekalipun
kepandaian tinggi, toh tidak digunakan untuk membunuh orang secara serampangan.
4. Orang2 dari partai Kun lun, Ciong lam dan Ngo-
bie, mengapa menuntut balas dendam terhadap dirinya"
Bahkan mereka itu semuanya terdiri dari kawanan imam, apakah sebabnya"
Ia memikir bulak-balik, tapi tidak mendapatkan
jawabannya. Selagi terbenam dalam alam pikirannya, mendadak ada bau harum yang menusuk hidung,
kemudian terdengar satu suara halus merdu menegur padanya: "Adik kecil, dengan seorang diri kau minum arak, apa tidak merasa kesepian?"
Lim Tiang Hong yang ditegur secara tiba2, sudah
tentu merasa kaget. Ketika ia berpaling, ia dibikin tercengang oleh siapa yang menegurnya tadi.
Kiranya orang yang menegur padanya itu adalah
seorang wanita muda cantik yang berusia kira2 dua puluhan tahun, entah sejak kapan sudah berada
84 didampingnya. Yang lebih mengherankan Lim Tiang
Hong ialah parasnya wanita muda itu ada mirip benar dengan wajahnya sendiri. Cuma matanya dibawah alis yang lentik, agaknya ada mengandung sifat yang kejam.
Wanita muda itu ketika menampak Lim Tiang Hong
mengunjukkan paras kaget, lantas tertawa geli,
kemudian duduk dikursi sebelahnya. Setelah
membereskan rambutnya yang terurai dipundaknya, lalu berkata: "Adik kecil, kau she apa?"
"Aku yang rendah she Lim, bernama Tiang Hong!"
"Dan ayahmu?" "Tidak tahu." Wanita itu merasa heran, "mengapa nama ayahnya
sendiri sampai tidak tahu?"
"Dan nama suhumu?" demikian ia menanya pula.
"Tentang suhuku, maaf aku tidak bisa beritahukan
padamu." Oleh karena mananya terlalu melit, dalam hati Lim Tiang Hong merasa tidak senang, maka lantas berkata pula dengan suara agak ketus: "Apa perlunya kau
menanya begitu melit?"
85 "Mari kita bersahabat, sukakah kau" Aku she Im,
sahabat2 didunia Kang-ouw semua pada memanggil aku
"Im-san Mo-lie". Jika kau tidak menampik kau panggil saja aku toaci, aku juga akan panggil kau jitee (adik nomor dua), kau pikir baik tidak?".
Lim Tiang Hong yang sejak dilahirkan hidup
sebatang kara, bukan saja tidak mempunyai sanak
sudara, sekalipun ayah bunda-nya sendiri juga tidak tahu. Walaupun ia tidak begitu suka terhadap wanita muda yang mengaku "Im-san Mo-lie" ini, tapi ia merasa bahwa menyebut enci padanya memang ada seharusnya, maka seketika itu lantas anggukan kepalanya.
Wanita itu nampaknya sangat girang. Dengan
sangat mesra ia panggil Lim Tiang Hong "jitee".
Setelah mengikat tali persahabatan itu, keduanya
dengan tanpa merasa sudah minum arak lebih banyak.
Lim Tiang Hong yang sebetulnya tidak biasa minum
arak, setelah minum beberapa cawan, kepalanya
dirasakan mabuk. Wanita itu melihat ia tidak bisa minum lagi, lantas berkata padanya: "Jitee, mari aku antar pulang kau ke rumah penginapanmu?"
86 Setibanya di rumah penginapan, Lim Tiang Hong
lantas tidur pulas, oleh karenanya tentang perjanjiannya dengan Liang-gie Kiang khek, ia sudah lupakan sama sekali.
Esok paginya ketika ia mendusin dari tidurnya, baru ingat perjanjiannya semalam itu. Ia merasa sangat menyesal, karena sebagai orang Kang-ouw, paling
mengutamakan kepercayaan, bagaimana soal sebesar itu ia sampai lupa sama sekali"
Selagi masih merenungkan soal tersebut, satu
berita yang mengejutkan mendadak masuk ditelinganya.
Saat itu diluar terdengar suara ramai, orang banyak sedang membicarakan soal kematiannya sepuluh lebih kawanan imam, yang dibunuh mati di bawah ranggon
Lee cow-kok diluar kota. Lim Tiang Hong terkejut mendengar berita itu,
dalam hatinya diam2 berpikir: "Liang-gie Kiam khek semalam berjanji mengajak bertempur dengan aku dan aku tidak pergi menemui mereka, bagaimana bisa terjadi pembunuhan itu?"
Dengan mengikuti orang2 yang hendak
menyaksikan peristiwa itu, ia berjalan menuju ke Lee 87
cow kok. Benar saja, disini tampak roboh menggeletak puluhan mayat imam. Mayatnya Liang gie Kiam khek
yang nampak paling nyata. Begitu melihat, ia lantas dapat mengenali, hingga dalam hati diam2 merasa
heran. Mendadak.... Ia dapat lihat dua imam yang menyoren pedang
dibelakangnya, sedang mengawasi dirinya dengan sorot mata gusar. Hatinya Lim Tiang Hong tiba2 menjadi
panas, ia lantas menegur mereka: "Toh bukan aku yang membunuh kalian mengawasi aku demikian rupa apa
maksudnya" Lagi pula, beberapa kawanan imam ini
dengan tanpa sebab mencari setori saja denganku, andai kata benar aku yang membunuh, juga sudah
sepantasnya!" Dalam gusarnya, ia juga mengawasi kedua imam itu
dengan mata mendelik. Dua imam itu agaknya merasa takut benar
padanya. Ketika dipandang demikian rupa oleh Lim Tiang Hong, wajahnya lantas berobah pucat. Dengan cepat memutar tububnya dan menghilang diantara orang
banyak. 88 Lim Tiang Hong yang menyaksikannya kedua imam
tadi, diam merasa geli sendiri.
Mendadak dibelakangnya terdengar suara orang
berkata sambil ketawa dingin: "Hm! sungguh tidak nyana perbuatanmu ada begitu kejam!"
Ketika ia berpaling, lalu dapat lihat itu wanita baju hijau yang tempo hari pernah dilihatnya didalam rumah makan. Wanita itu sedang mengawasi dirinya dengan sorot mata dingin. Ketika melihat Lim Tiang Hong
berpaling, lalu gapaikan tangannya seraya berkata: "Mari ikut aku, ada beberapa pertanyaan aku hendak menanya padamu."
Dua anak muda itu lantas berjalan menuju
ketempat sepi, dengan si nona lantas hentikan kakinya.
Sambil berdiri alisnya dan menuding Lim Tiang Hong ia membentak dengan suara keras: "Orang2 dari golongan dan partay baik, sebenarnya ada permusuhan apa
dengan kau" Mengapa kau menggunakan tangan begitu kejam untuk menghadapi mereka?"
"Mengenai urusan ini, aku sendiri juga tidak
mengerti. Adalah kawanan imam itu yang selalu
89 mendesak aku dan mencari onar denganku!" jawabnya Lim Tiang Hong bingung.
"Kau toh ada mempunyai mulut, apakah tidak bisa
memberi penjelasan" Mengapa harus dibunuh satu
persatu?" "Apakah kau kira kawanan imam itu adalah aku
yang membunuhnya" Ini benar-benar ada satu fitnahan.
Tadi malam sehabis makan dirumah makan dan balik
kerumah penginapan aku lantas tertidur, belum penah keluar pintu lagi. Bagaimana bisa aku yang telah
melakukan pembunuhan itu?"
"Hm! aku beritahukan padamu, dari gerak tipu ilmu silatmu aku sudah dapat menduga beberapa bagian
tentang dirimu, maka aku turut campur tangan urusanmu ini. Tahukah kau siapakah gerangan orang2 yang mati itu" Mereka ada orang2 yang temasuk dalam 6 partay besar dari golongan Hian bun. Aku kepingin lihat
bagaimana kau hendak menyelesaikan soal ini?"
Ucapan wanita itu seolah-olah petasan yang
dibakar, cepat dan nyaring. Nampaknya ada begitu
sengit, sehingga parasnya juga merah padam.
90 "Sejak aku menemukan kawanan imam di kelenteng
Tang-gak bio mati terbunuh, terus menerus aku dikuntit oleh kawanan imam yang kau maksudkan itu. Tadi
malam, Liang gie Kiam khek memang benar menantang aku bertempur didepan ranggon Li-cow-kok pada waktu jam 3 malam, tapi karena aku mabuk arak sehingga
kepulesan dan tidak bisa pergi!" jawab Lim Tiang Hong sambil mengeluh napas.
"Kau kelihatannya seperti seorang jujur, tidak nyana pandai membohong juga. Imam2 yang turut ambil
bagian dalam pertempuran semalam, tidak semuanya
mati. Mereka yang masih hidup pernah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, dan mereka itu dapat
membuktikan kalau itu ada perbuatanmu. Apakah bisa menyangkal" Pembunuh kejam seperti kau ini, tidak usah orang lain membunuh kau, hari ini aku hendak menolongi suhumu untuk membersihkan nama baik perguruanmu."
"Srt!" Si nona menghunus pedangnya.
"Lekas keluarkan senjatamu!" katanya.
Lim Tiang Hong geleng2kan kepala dengan suara
lambat2 ia berkata; "Nona, apa kau tidak mengijinkan aku untuk memberi sedikit penjelasan?"
91 Wanita baju hijau itu masih tetap gusar, dengan alis berdiri ia membentak: "Bukti sudah cukup nyata, apa yang perlu dijelaskan lagi?" Ucapannya itu ditutup dengan serangan pedangnya yang hebat.
Lim Tiang Hong merasa ganas berbarang
mendongkol. Ketika diserang secara tiba2, ia dengan cepat lantas lompat mundur 5 kaki.
Wanita baju hijau itu merangsek dan melakukan
serangannya lagi bertubi-tubi.
Lim Tiang Hong yang tidak mempunyai maksud
hendak bertempur dengan si nona, sekejapan saja sudah dikurung oleh sinar pedangnya yang berkilauan.




Ia sungguh tidak nyana, bahwa ilmu pedangnya
nona itu ternyata ada begitu hebat. Oleh karena ia diserang lebih dulu secara demikian, lagi pula ia juga tidak mempunyai pikiran turun tangan terhadap si nona, maka akhirnya ia mengalami kesulitan dicecar terus2an.
Dengan terpaksa ia meiayani sampai 10 jurus lebih, tapi serangan si nona kelihatan semakin gencar dan bernapsu. Ia se-olah2 ingin segera dapat membinasakan pemuda itu, maka tidak ada maksud untuk menghentikan serangannya.
92 Lim Tiang Hong jadi mendongkol, ia lantas
membentak dengan suara keras: "Jikalau nona tidak hentikan seranganmu ini, aku yang rendah terpaksa berlaku kurang ajar!"
Wanita baju hijau itu tidak mau menggubris sama
sekali, malah serangan pedangnya dilakukan semakin hebat pula.
Mendadak sinar hijau berkilauan berkelebat didepan matanya si nona. Pedang To-liong-kiam sudah berada ditangannya Lim Tiang Hong.
Dengan mengeluarkan suara mengaung, pedang itu
lantas dimainkan oleh Lim Tiang Hong yang sudah gusar untuk melakukan serangan pembalasan.
Serangan2 si nona tampak mulai kendor dan
akhirnya terdesak oleh pedangnya Lim Tiang Hong. Tapi karena maksudnya Lim Tiang Hong bukan untuk merebut kemenangan, maka begitu melihat si nona sudah keteter, dengan tiba2 ia tarik kembali serangannya dan lompat keluar dari kalangan. Kemudian ia berkata padanya sambil menjura: "Nona dengan aku sebetulnya tidak mempunyai permusuhan apa2, perlu apa kita harus
berkelahi" Barusan nona memberi teguran kepadaku, itu 93
meski seharusnya, tapi aku memang benar2 tidak
melakukan pembunuhan terhadap mereka. Hal ini harap supaya nona suka mengerti."
Wanita baju hijau itu amarahnya sudah agak reda,
tiba2 ia menanya: "Siapakah namamu" Kapan kau
datang ke kota Lok-yang?"
"Namaku Lim Tiang Hong, baru beberapa hari saja
tiba di kota Lok-yang, lantas menemukan kejadian ini."
"Apakah kau ada mempunyai musuh?"
"Aku baru saja muncul di dunia Kang ouw, dari
mana datangnya musuh?"
"Apakah kau pernah pikir bahwa didalam hal ini ada apa2 yang mencurigakan?"
"Aku juga beranggapan demikian, bahkan sudah
coba mencari keterangan, tapi hasilnya nihil."
"Kalau begitu, kau sebaiknya harus berlaku hati2!
Dengan memandang suhumu, aku nanti juga akan
membantu kau untuk mencari keterangan."
"Siapa nama nona yang mulia" Bagaimana bisa
tahu suhuku?" "Namaku Henghay Kouw-loan. Soal bagaimana aku
bisa tahu suhumu, hal ini kau nanti bisa tahu sendiri.
94 Sekarang aku masih ada sedikit urusan yang harus
dibereskan, aku hendak pergi dulu."
Setelah mengucapkan perkataannya, sebentar saja
ia sudah menghilang dari depan matanya si pemuda.
Lim Tiang Hong dibikin bingung oleh kelakuannya
nona baju hijau itu. Tentang partay dari perguruannya, ia sendiri masih belum jelas, apa lagi berbicara tentang partay2 persilatan di dunia Kang ouw, sudah tentu tidak tahu sama sekali. Dari golongan mana dirinya si nona itu" Sudah tentu pula ia merasa gelap.
Setelah si nona itu sudah tidak kelihatan
bayangannya sama sekali ia baru balik kerumah
penginapannya dengan tindakan lesu.
Tiba didepan pintu rumah penginapan, Im san Mo-
lie sudah berdiri menantikan padanya dengan senyuman yang manis. Begitu menampak Lim Tiang Hong, ia lalu menegur sambil bersenyum: "Jietee, selama setengah hari ini, kemana saja kau sudah pergi?"
"Panjang kalau mau dicerilakan...." Jawabnya Lim
Tiang Hong sambil kerutkan keningnya.
Begitu tiba di kamarnya, ia lantas menceritakan apa yang telah terjadi atas dirinya kepada sang "enci".
95 "Di dalam dunia ini, tidak ada satu imam yang baik.
Selanjutnya apabila kau ketemu dengan kawanan imam yang mencari setori denganmu, kau jangan kasih hati."
berkata Im-san Mo lie sambil ketawa dingin.
"Bukan karena aku takut urusan, tapi dengan tanpa sebab menanam bibit permusuhan secara membabi buta, sebetulnya tidak ada perlunya."
"Mereka toh tidak mengenal aturan, bagaimana kau
hendak kasih mereka mengerti?"
Lim Tiang Hong diam, tapi dalam hati terus berpikir, cara bagaimana supaya ia bisa membikin terang
kasalahan faham ini. Im-san Mo-lie menyaksikan ia diam saja, kembali
berkata dengan sengit: "Aku beritahukan padamu,
manusia didalam dunia ini, kebanyakan suka menghina kepada yang baik dan takut kepada yang jahat. Misalnya, binatang lindung yang mempunyai bentuk badan
bagaimana panjangnyapun, tidak seorang yang takuti padanya. malahan ditangkap dan dimakan, Tapi ular berbisa meskipun bentuknya kecil sekali, orang pada takuti setengah mati. Begitu pula dengan manusia, kalau kau mengalah terus terusan, mereka berani menginjak 96
kepala kau. Tapi jika kau berlaku sedikit galak mereka lantas mundur dan merasa jeri. Dengan sejujurnya, seorang yang mempunyai kepandaian seperti kau ini,
apakah masih perlu takut terhadap kawanan imam busuk itu?"
Lim Tiang Hong setelah mendengarkan "filsafat"nya Im-san Mo-lie yang agaknya benar tapi sebetulnya keliru itu, lalu timbul perasaannya, bahwa manusia didalam dunia ini memang demikian sifatnya. Tapi apabila suruh ia berbuat demikian, ia sesungguhnya tidak bisa
melakukan. Im-san Mo lie ketika menampak Lim Tiang Hong
tidak mengeluarkan pendapatnya, sambil bersenyum ia alihkan pembicaraannya ke lain soal: "Jietee,
kedatanganmu ke kota Lok-yang ini ada keperluan apa?"
"Selain hendak mencari jejak ayah bundaku, juga
hendak mengantarkan sebuah patung gading kuno ke
gereja Siao lim sie."
"Patung gading kuno"...." Im-san Mo iie berteriak tanpa berasa karena kagetnya.
97 "Ya, sebuah patung kuno peninggalan Tat-mo
siansu." Lim Tiang Hong masih menjawab seenaknya, tidak memperhatikan keadaan Im san Mo-lie.
Diwajahnya Im-san Mo-lie mendadak timbul suatu
perubahan aneh, tapi sebentar saja sudah pulih seperti biasa.
"Sekarang kau hendak kemana lagi?" Demikian ia
menanya pula. "Sekarang masih belum tahu, tapi sekalipun sampai keujung langit dan dasar lautan, aku hendak mencari juga ayah bundaku."
"Kalau begitu untuk sementara kita berpisahan
dulu, kemudian hari aku bisa mencari kau lagi."
Lim Tiang Hong tidak menahan juga tidak
mengantar, membiarkan ia pergi begitu saja.
Dalam hatinya pada saat itu dirasakan kosong
melompong. Baru beberapa hari datang di Lok-yang, bukan saja tidak berhasil mencari keterangan tentang diri ayah bundanya, sebaliknya malah dihadapi dengan
segala kerewelan. Ia kepingin lantas meninggalkan kota itu, tapi ia merasa sangat penasaran karena dituduh sebagai pembunuh kawanan imam itu.
98 Sebagai seorang yang beradat ulet dan keras, ia
pikir bahwa biar bagaimana, ia harus selidiki sampai terang bagaimana duduk perkara sebenarnya tentang peristiwa pembunuhan beberapa kawannan imam yang
sangat misterius itu. Malam itu, dengan secara diam2 ia lompat keluar
dari jendela kamarnya dan terus lari menuju keluar kota.
Ia hendak mencari beberapa tempat kediamannya
beberapa imam, supaya dari mulut mereka mendapatkan keterangan yang ada bersangkutan dengan peristiwa berdarah itu.
Baru saja hendak keluar, kota, tiba2 ia melihat
berkelebatnya dua bayangan orang.
Ia mempunyai pandangan mata sangat tajam,
segera dapat lihat bahwa dua bayangan itu adalah dua imam yang menyoren pedang digegernya. Maka ia lantas urungkan maksudnya hendak keluar kota dan balik
mengikuti jejaknya dua imam itu, yang terus lari menuju kesebuah kuil tua diluar kota timur.
Tidak antara lama dua imam tadi sudah masuk
kedalam kuil. Ia lantas sembunyi diatas pohon besar yang terdapat diluar kuil.
99 Ia melongok kedalam, segera dapat lihat bahwa
didalam kuil tua itu ada terdapat 3 imam tua kurus kering yang sedang duduk disekitar sebuah meja bobrok
dengan sebatang liiin besar yang menyala ditengah-tengahnya.
Tiga imam kurus kering itu, beda jauh keadaan
kalau dibandingkan dengan Liang-gie Kiam-khek dan lain2nya. Dari sorot mata mereka yang begitu tajam, bisa diduga bahwa tiga iman itu pada mempunyai kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga dalam yang sangat tinggi.
Salah satu diantara tiga imam, yang mukanya tirus, mendadak berkata: "Tidak nyana satu bocah yang masih bau pupuk bawang, ternyata ada mempunyai kepandaian begitu tinggi. Jiwie Toheng, apakah sekiranya sudah dapat tahu sedikit saja asal usulnya bocah itu?"
Seorang imam yang wajahnya buruk lantas
menyahut: "Kabarnya bocah itu datang dari gurun pasir, tapi sebaliknya kepandaiannya ilmu silat yang digunakan ada dari golongan Hian-bun (golongan baik2) seratus persen. Siapakah gerangan orang dari golongan Hianbun yang mendidik murid demikian rupa?"
100 Seorang imam lainnya yang wajahnya berewokan
lantas berkata dengan suaranya yang dingin: "Bocah itu selalu bermusuhan dengan imam2 dari golongan
Hianbun, entah apa sebabnya" Malam ini Ciang bunjin dari Ngo-bie pay, Kun lun pay dan Ciong lampay sudah datang semuanya. Biar bagaimana kita harus bikin terang peristiwa ini."
Tiba2 diluar kuil ada suara orang tertawa bergelak-gelak, kemudian disusul dengan ucapannya "Bukan saja ketua dari 3 partay itu sudah datang, kita orang dari Hengsan dan Khong tong juga sudah siang2 berada
didalam kota, bahkan ada membawa kabar baik yang
akan kita sampaikan kepada samwie Totiang."
Tiga imam dalam kuil itu hampir berbarang
menanya "Kabar baik apa?"
"Bocah itu sudah pergi menyatroni Siao-lim sie di gunung Siong-san."
"Oh! begitu?" Tiga imam itu agaknya tidak menduga sama sekaii
akan hal itu. Bukan cuma imam itu saja yang merasa diluar
dugaan, sedang Lim Tiang Hong sendiri juga merasa 101
heran. Sebab dari keterangan dua imam itu, yang
dimaksudkan adalah dirinya sendiri, tapi ia yang tidak pernah pergi kemana-mana, bagaimana mendadak bisa menyatroni gereja Siao lim-sie" Apakah benar2 ada seorang lain yang wajah dan pengawakannya ada mirip dengan dirinya sendiri"
Selagi masih merasa terheran-heran, 5
bayangannya kawanan imam itu sudah bergerak dengan serentak keluar dari pendopo dan lari menuju kegunung Siong-san.
Itu adalah satu kesempatan yang paling baik buat
ia menyelidiki keadaan yang sebenarnya mengenai
serentetan peristiwa yang sangat misterius itu, maka ia tidak mau sia siakan begitu saja. Dengan cepat ia juga lantas bergerak, diam2 mengikuti jejaknya 5 imam tadi, yang menuju kegunung Siong san.
Baru saja Lim Tiang Hong meninggalkan pohon
besar tempat sembunyinya, dari belakang kuil tiba2 ada satu bayangan orang tinggi besar, yang mengikuti dirinya dari jarak jauh.
102 Orang itu kepandaian ilmu lari pesatnya ternyata
tidak dibawah Lim Tiang Hong, bahkan nampaknya ada sangat cerdik dan gesit sekali gerakannya.
Serombongan orang yang terdiri dari tujuh orang
itu dengan beruntun ber-lari2an dimalaman gelap ilu.
Gerakan mereka sangat gesit, hingga dari jauh terlihat bagaikan tujuh titik bayangan hitam yang tarbang
melesat dengan kecepatan luar biasa. Belum cukup dua jam, gereja Siao-lim-sie yang megah telah tampak di depan mata.
Tiba2, orang2 itu telah merasakan ada apa yang
aneh. Gereja yang berdiri megah itu rupanya telah mengalami suatu peristiwa yang cukup menggemparkan.
Diatas tembok pekarangan, diatas genteng dan
dimana saja dalam pekarangan gereja tersebut tampat bayangan orang ber-gerak2. Suara lonceng menggema disekitar lembah gunung, kadang2 diselingi oleh suara pekikan ber ulang2.
Dimalaman sunyi seperti malam itu, suara2 jeritan itu dapat tertangkap nyata dan bisa membikin bangun bulu roma orang.
103 Lima imam itu mendadak menghentikan
tindakannya. Salah seorang diantaranya lantas berkata:
"Celaka! Siao lim sie sudah diserang musuh2 kuat...."
Imam yang berewokan itu lantas menggeram "Kita
sama2 orang rimba persilatan. Sudah seharusnya kalau kita saling bantu membatu. Mari lekas kita lihat"
Lima imam itu lantas mempercepat larinya lagi dan laksana anak panah lepas dari busurnya mereka melesat kedepan Siao lim-sie. Tapi belum lagi cukup seratus tumbak mereka berlari, mendadak terdengar suara
seorang imam membentak dengan suaranya yang
nyaring "Sahabat2 dari golongan mana yang datang"
Harap suka hentikan tindakan kalian dulu."
Giok He Totiang dari Kun lun-pay lantas menyahut
"Pinto adalah Giok Hie dari Kun lun pay. Bersama2 Ciang bun-jin dari Ngo bie-pay berlima, datang untuk
menjumpai Hui-hui Taysu."
Padri itu lantas berkata: "Dalam gereja kami malam ini telah terjadi satu peristiwa besar. Sahabat2 dari mana saja untuk sementara dipersilahkan balik dulu supaja yangan sampai terjadi salah paham."
104 Lima imam itu saling berpandangan. Mereka
terpaksa menghentikan tindakannya.
Lim Tiang Hong begitu mendengar gereja Siao lim
sie menderita kejadian apa2, hatinya merasa cemas.
Meskipun dengan Siao lim pay ia tidak mempunyai
hubungan apa2, akan tetapi oleh kerena urusan patung kuno itu, ia merasa tidak enak. Sebab jika kejadian malam ini apabila benar2 terjadi karena urusan patung kuno itu, ia akan merasa lebih tidak enak terhadap orang2 Siao-lim-pay.
Meskipun dipihaknya Siao lim-pay sudah
menyatskan supaya mereka jangan bergerak lebih jauh, tapi Lim Tiang Hong sedapat mungkin mau mencari jaian lain supaya tetap dapat masuk terus kedalam. Dengan ilmu meluncurkan badannya, dengan caranya yang bagus sekali digunakannya, sebentar saja sudah menghilang orangnya dari situ.
Masih baik baginya jika ia tidak menuruti perasaan hatinya untuk masuk terus kegereja Siao-lim sie. Karena dengan perbuataannya ini, tidak beda seperti hendak mencari gebukan sendiri.
105 Ketika ia sampai dipintu gerbang sejarak tiga puluh tombak, didengarnya suara saling membentaknya dua pihak yang sedang bertempur. Seluruh gereja tampak sudah bergolak sangat. Di-mana2 terdapat beberapa macam orang2 dari dunia Kang-ouw yang saat itu
sedang bertempur mati2an dengan kawanan padri dari Siao-lim sie.
Dalam keadaan sekalut itu, ia tidak dapat melihat dirinya Hui Hui Taysu. Dan ia yang menyaksikan keadaan demikian, benar2 tidak berani maju lebih jauh.
Sebab apabila ia perlihatkan diri, pasti akan
menimbulkan kesalah pahaman dari kaum padri.
-00dw00- Jilid Ke 2 --0dw0-- Pada saat itu tiba2 ada dua orang dengan gerakan
bagai kilat menerjang kearahnya. Salah seorang
diantaranya lantas berkata sambil ketawa aneh: "Bocah!
Sungguh besar nyalimu. Kau sudah dapat barang, belum mau pergi dan masih berani berdiri disini untuk
menonton keramaian!"
106 Lim Tiang Hong terperanjat. Ia segera berdiri
menghadapi kedua orang yang menghampirinya itu. Kini ia baru dapat melihat tegas bahwa dua orang itu adalah Lam-hay Giam-mo dan si Kampret Terbang.
"Barangkali adalah kalian kawanan iblis ini yang
datang mengacau ke gereja Siao-lim-sie" Kata Lim Tiang Hong dengan suara gusar.
Si Kampret Terbang dengan wajah kaku dingin
menyahut: "Benar, yang mengacau memang kami. Tapi, yang memetik buahnya adalah kau sendiri. Sebaiknya patung kuno itu kau serahkan baik2 kepada kami. Kalau tidak, hmmm, jangan harap kau bisa keluar lagi dari gunung Siong-san ini!"
Lim Tiang Hong melengak. "Pengacau! Kapan aku
dapatkan patung kuno itu!" bentaknya sangat gusar.
"Terang2an adalah kau yang membawa kabur, apa
kau masih berani menyangkal?" Lam-hay Giam-mo
mengejek dengan suara bengis.
Lalu sambil mengibaskan lengan bajunya yang
gerombongan ia menyerang pada si anak muda.
Lim Tiang Hong yang sedang gusar, sengaja tidak
berkelit maupun menyingkir, ia menunggu serangan
lawan datang dekat, baru menyambuti dengan yang
hebat. Sebentar kemudian lalu terdengar suara gempuran
hebat. 107 Badan Lim Tiang Hong tampak bergoyang dan
mundur tiga tindak, sedang Lam-hay Giam-mo juga
mundur satu tindak. Pada saat itu kembali terdengar satu suara nyaring, si Kampret Terbang ternyata sudah melancarkan
serangannya dari samping ke arah Lim Tiang Hong.
Si pemuda lompat ke samping tiga kaki, tapi belum lagi kakinya berdiri tegak, serangan kedua dari Lam-hay Giam-mo sudah meluncur ke badannya dengan hebat.
Lim Tiang Hong menggeram. Kedua tangannya
lantas didorong lempang di depan dada. Suatu kekuatan tenaga yang maha hebat lantas menyambuti serangan iblis dari Lam-hay itu. Sebentar lagi terdengar suara gemuruh, di udara timbul angin puyuh.
Lim Tiang Hong yang kekuatan tenaga daiamnya
masih kalah setingkat tampak mundur sampai lima
tindak. Dadanya dirasakan bergolak. Dalamnya sudah mulai terluka.
Tapi, Lam-hay Giam-mo sedikitpun tidak memberi
kesempatan padanya beristirahat. Dengan beruntun
kembali melancarkan serangannya sampai tujuh kali.
Sedang si Kampret Terbang juga tidak mau tinggal diam.
Dengan menggunakan ilmu serangan tangan tunggalnya ia turut pula membantu lam-hay Giam-mo mengeroyok Lim Tiang Hong.
108 Kedua iblis buas itu telah menganggap Lim Tiang
Hong sudah mencuri kembali patung kunonya, maka
tanpa menghiraukan tata tertib dunia Kang-ouw mereka lalu mengepung satu anak muda.
Lim Tiang Hong sambil menahan sakit dilukanya,
dibawah kepungan dua orang kuat kelas satu dalam
kalangan Kang-ouw, ternyata masih dapat melayani
dengan ulet sampai lima puluh jurus lebih.
Pada saat itu dari luar kalangan mendadak
terdengar suara siulan aneh. Disitu lantas muccul dua orang. Seorang adalah si Manusia Aneh Dari Utara dan yang lain adalah si Burung Sakti Sayap Besi.
Kedua iblis itu tiba2 menerjang hingga tiga orang yang sedang bertempur menjadi buyar berpencaran.
Setelah itu, empat kawanan iblis itu telah mengambil sikap mengurung Lim Tiang Hong dari empat penjuru.
Si Manusia Aneh Dari Utara lantas berkata: "Bocah ini sekarang sudah ada dalam tangan kita. Kini aku hendak ajukan pertanyaan, kita bekerja sama atau
sendiri" Si Kampret Terbang lantas menanya: "Bagaimana
kalau bekerja sama dan bagaimana lagi kalau kita kerja sendiri sendiri?"
"Kalau bekerja sama, siapa saja diantara kita yang dapatkan patung kuno itu, kita berempat sama2
mengambil kitab wasiat itu kemudian sama2
109 mempelajarinya. Jikalau masing2 hendak bertindak
sendiri2, terpaksa harus diputuskan oleh kekuatan kita masing2"
Lam-hay Giam-mo ketawa dingin. "Kau sungguh
pandai memungut keuntungan" katanya "orang lain
dengan susah payah, baru berhasil melibat kawanan padri dari Siao-lim-sie dan sekarang ketika menyaksikan barang itu sudah akan masuk ke dalam tangan, kau
lantas datang minta bagian"
Si Manusia Aneh Dari Utara lantas ketawa terbahak bahak. "Kalau begitu" jawabnya. "Terpaksa kita melihat saja bagaimana kesudahannya"
Lam-hay Giam-mo lantas berkata dengan suara
gusar: "Jangan banyak bicara. Kau ingin tangkap ikan di air keruh sebaiknya kau ukur dulu tenagamu!"
Setelah mengucapkan perkataannya itu, mendadak
ia melancarkan serangannya terhadap Lim Tiang Hong yang saat itu tengah mengatur pernapasannya.
Tapi Manusia Aneh Dari Utara itu tiba2
menghadang di depan dirinya Lim Tiang Hong. Sambil perdengarkan suara ketawa seramnya ia berkata: "Sudah lama aku dengar kepandaianmu Lo-sat Im kang yang
katanya sangat ganas. Aku si tua bangka sekarang ingin coba2 menyambuti ilmumu itu beberapa jurus saja"
Lam-hay Giam-mo melotot matanya. Sepasang
tangannya yang macam tangan setan tampak ditarik
110 keluar dari lengan bajunya, kemudian disodorkan
kedepan. Sambaran angin yang disertai bau amis telah meluncur keluar dari tangan itu dan menyerang Manusia Aneh Dari Utara.
Ini adalah inti serangan Lam-hay Giam-mo yang
paling istimewa dan paling ganas pula.
Si Manusia Aneh Dari Utara yang sudah malang
melintang dalam dunia Kang-ouw selama beberapa puluh tahun, memiliki ilmu silat yang terampuh yang
dinamakan Kek tee Han-taociang, yang ia sudah latih hampir lima puluh tahun lamanya, ternyata dalam
menghadapi iblis dari Lam-hay itu, ia juga tidak berani berlaku sembrono.
Ia lantas mengebaskan lengan jubahnya, ilmu
serangannya yang ampuh itu lantas meluncur keluar.
Ketika dua kekuatan saling beradu, badan dua
orang itu tampak ber goyang2 sedikit.
Diwayahnya Lam-hay Giam-mo yang pucat pasi
telah terlintas kabut hitam. Iblis ini sambil menggeram hebat menggerakkan tangannya menjambret ketengah
udara. Dari lima ujung jari2nya itu lantas meluncur keluar kabut hitam.
Manusia Aneh Dari Utara perdengarkan suara
dihidung. Satu tangannya juga tampak didorong keluar, hingga lagi2 dua pihak mengadu kekuatan.
Sebentar kemudian terdengar suara bergemuruh.
111 Lam-hay Giam-mo dengan badan sempoyongan
mundur sampai lima tindak. Manusia Aneh Dari Utara itu mendadak berubah wayahnya. Badannya tampak
memendek dua kaki, kiranya dua kakinya sudah ambles ke tanah.
Teranglah sudah, dari mengadu kekuatan secara
kekerasan itu, kedua2nya sudah mendapat luka yang tidak boleh dibilang ringan.
Menggunakan kesempatan selagi dua orang itu
sedang bertempur hebat, si Burung Sakti Sayap Besi dengan kecepatan kilat menerjang ke arahnya Lim Tiang Hong hendak menyambarnya. Ia menduga bahwa
tindakannya yang sangat licik itu pasti akan berhasil.
Siapa tahu, Lim Tiang Hong yang sangat tinggi
kekuatan tenaga dalamnya, hanya dalam waktu sekejap saja sudah dapat menyembuhkan luka dalamnya.
Karena sedang berada di tengah kurungan empat
iblis, jika tidak berdaya siang2 melarikan diri, akibatnya pasti akan tidak menguntungkan diri sendiri.
Selagi si Burung Sakti Sayap Besi menerjang
padanya, ia juga sudah menggerakkan tanaganya
melancarkan serangannya. Dengan kekuatan tenaga Im (lunak) dan Yang
(keras) pada kedua telapak tangannya ia sudah
melancarkan serangannya. Kali ini serangannya jauh 112
berbeda dengan serangan2 duluan, tidak bersuara, juga kelihatan sepintas lalu tidak bertenaga.
Si Burung Sakti Sayap Besi yang terlalu gegabah
tindakan, yang begitu melihat Lim Tiang Hong
mengeluarkan serangannya, lantas cepat2 menyambuti.
Tapi begitu kekuatan dua orang itu saling beradu, mendadak dadanya dirasakan sesak, ia lantas
menggeram hebat dan melesat setinggi dua tombak
keatas, kemudian jatuh lagi ke tanah, mulutnya
menyemburkan darah segar.
Serangan Lim Tiang Hong itu telah menimbulkan
luka yang tidak ringan di tubuhnya.
Si Kampret Terbang yang sudah hendak turun
tangan mencegah, ketika menyaksikan kejadian itu, lantas berdiri ternganga.
Tiba2 satu bayangan orang tampak meluncur.
Lim Tiang Hong yang menggunakan kesempatan
lantas melayang menuju ke pintu gereja Siao-lim sie.
Tiba2 ditempat gelap terdengar orang yang
memanggil dengan suara nyaring "Bocah, kau kemari.
Aku hendak bicara dengan kau...."
Lim Tiang Hong yang badannya masih berada
ditengah udara dan sedang melesat cepat, ketika
mendengar ada orang memanggilnya lantas memaksa
menghentikan gerakannya, dengan cara berputar
melayang turun ke arah orang yang bicara tadi.
113 Orang itu berada ditempat gelap. Ia melihat
caranya Lim Tiang Hong bergerak, lantas ketawa bergelak2 "Satu gerakan yang bagus sekali".
Begitu kakinya menginjak tanah, Lim Tiang Hong
baru mengetahui bahwa orang yang memanggil padanya itu adalah si pengemis mata satu, maka seketika itu ia lantas memberi hormat seraya berkata: "Ada urusan apakah Locianpwee memanggil boanpwee?"
Pengemis tua mala satu itu lantas berkata "Pada
saat ini kau mau masuk kedalam gereja, bukanlah sama saja artinya dengan kau sendiri yang turut membuat kekeruhan disini". Sekarang keadaan didalam sedang kalut, kalau kau mau pergi kesana, sebentar lagi boleh pergi supaya jangan sampai orang anggap kita
mengubek dalam air keruh"
"Ucapan Cianpwee ini memang benar" kata Lim
Tiang Hong sambil anggukkan kepala.
"Kau dari golongan mana?"
"Boanpwee tidak mempunyai golongan, juga tidak
punya suhu yang mengajar. Tentang itu orang aneh yang menurunkan ilmu silatnya kepada boanpwee, maaf kalau boanpwee tidak bisa memberiritahukan namanya"
Pengemis tua mata satu itu lantas berkata sambil
tertawa ber-gelak2: "Sekalipun kau tidak mau
menyebutkan namanya, aku juga sudah dapat lihat
beberapa bagian. Dikemudian hari apabila kau ketemu 114
lagi dengan orang tua itu, tolong sampaikan perkataanku bahwa aku si pengemis miskin mata satu mengirimkan ucapan selamat kepadanya"
Ia berhenti sejenak, kemudian dengan sikap keren
ia berkata pula "Kau dengan orang2 dari golongan Hianbun sebetulnya mempunyai permusuhan apa" Bolehkan kau beritahukan kepadaku si pengemis tua ini" Mungkin sedikit2 aku bisa membantu kau"
"Boanpwee dengan orang Hian-bun tidak
bermusuhan, juga tidak mempunyai ganjalan apa2.
Sebaliknya adalah mereka yang ber-kali2 mencari setori dengan boanpwee. Boanpwee sendiri belum tahu apa
sebabnya" Pengemis mata satu itu tampak berpikir sejenak,
lalu berkata pula: "Kalau begitu, kedatanganmu ke kota Lok-yang ini ada urusan apa?"
"Kota Lok-yang adalah tempat kelahiran boanpwee.
Kedatangan boanpwee ini maksudnya hendak mencari
dimana adanya ayah bunda boanpwee sekarang ini"
"Siapakah ayahmu itu?"
"Tidak tahu. Boanpwee cuma tahu, pada 14 tahun
yang lalu, ayah boanpwee pergi ke gunung Dewa dan lantas tidak kembali lagi. Selanjutnya, ibu juga lantas meninggalkan boanpwee dan menikah dengan orang lain lagi"
115 Ketika ia menceritakan hal ibunya, wayahnya Lim
Tiang Hong dirasakan panas, ia merasa malu sendiri.
Empatbelas tahun yang lalu, pergi ke Gunung
Dewa, dan istrinya ikut orang lain lagi.
Pengemas mata satu itu berkemak kemik sendiri
sambil memejamkan matanya. Mendadak ia membuka
matanya dan berkata: "Sahabat kecil, kau tidak usah kuatir. Mungkin aku si pengemis tua bisa membantu dalam usahamu itu"
Lim Tiang Hong maju setindak. Sambil memberi
hormat ia berkata: "Kalau begitu, lebih dulu boanpwee mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
Cianpwee" Si pengemis tua berkata sambil ketawa bergelak2:
"Kau tak usah merendah. Mari kita masuk lihat"
Pada saat itu suara bentakan dan suata
pertempuran didalam gereja sudah berhenti.
Didalam keadaan tampak sunyi, tidak kedengaran
suara orang bicara. Si pengemis tua bersama Lim Tiang Hong sesudah
memasuki pintu gerbang, matanya dapat melihat bangkai pada bergelimpangan disana sini dalam keadaan
mengerikan. Bangkai2 itu kebanyakan adalah orang2
Kang-ouw dengan dandanan ringkas, tapi diantaranya juga terdapat beberapa padri. Sedang kawanan padri dari gereja Siao-lim sie tampak sedang repot
116 membersihkan tempat bekas pertempuran. Mereka
melakukan pekerjaannya dengan sibuk tidak seorangpun yang berani membuka mulut mengeluarkan suara.
Ketika si pengemis tua dan Lim Tiang Hong berjalan menuju ke pendopo, agaknya tidak ada orang yang
memperhatikan mereka. Diantara paderi itu juga tidak kelihatan satupun yang berkedudukan tinggi.
Si pengemis mata satu lantas berkata: "Mari kita
lihat kedalam pendopo"
Lim Tiang Hong mendadak menghentikan
langkahnya dan berkata: "Ada orang datang"
Memang benar, suara berkereseknya baju saat itu
masuk dalam telinga mereka. Sebentar kemudian dari luar tampak mendatangi empat orang padri.
Si pengemis mata satu segera mengenali mereka
yang ternyata adalah empat padri dari bagian ranggon penyimpan kitab. Maka itu, ia berjalan maju memberi hormat seraya berkata: "Malam ini, sebetulnya apa yang telah terjadi dalam gereja Siao-lim-sie ini?"
Hui Beng Siansu menggeleng-gelengkan kepala dan
menjawab sambil menghela napas panjang "Panjang
sekali kalau mau diceritakan. Kejadian kali ini boleh dikata merupakan satu bencana hebat yang pernah
dialami di gereja Siao-lim sie selama seratus tahun ini...."
Ketika matanya mendadak melihat Lim Tiang Hong
yang berdiri di tengah2 pendopo, ia lantas maju
117 menghampiri sambil menyebut nama Buddha ia berkata:
"Hud-cow sungguh2 masih mempunyai roh. Kau si
penjahat ini ternyata berani muncul sendiri kemari"
Lim Tiang Hong melengak....
Tiga orang padri yang lainnya lantas mengambil
sikap mengurung. Kejadian yang timbul secara tiba2 itu membuat si
pengemis mata satu yang banyak pengalamannnya, juga merasa tidak habis mengerti. Dengan tangannya, ia meng-garuk2 kepalanya yang tidak gatal, kemudian
berkata "Taysu, kalian berbuat begitu apa artinya?"
Hui Beng Siatsu lantas berkata dengan suara
rendah: "Perkara ini paling baik kau si pengemis sakti jangan turut ambil bagian. Malam ini kami tidak akan melepaskan dia begitu saja"
Lim Tiang Hong yang diperlakukan secara demikian, dalam hatinya lantas timbul kesan tidak baik terhadap orang2 beribadat. Filsafatnya Im-san Mo-lie kembali kerkumandang didalam telinganya. Maka dalam hatinya saat itu ia lantas berpikir "Apa benar aku terlalu lemah"
Kenapa begitu muncul didunia Kang-ouw, aku sudah
dihinakan oleh begitu banyak orang" Hm! Aku toh bukan penakut! Jikalau mereka bicara tidak mengenai aturan, terpaksa aku tidak mau mengalah lagi"
118 Selagi pikirannya masih dikerjakan keras, kembali didengar nya suara Hui Beng Siansu membentak:
"Jahanam! Sekarang kau mau kata apa?"
Lim Tiang Hong menjawab sambil ketawa dingin
"Lebih dulu aku peringatkan pada kalian orang2 Siao-lim-sie, Aku Lim Tiang Hong bukan itu orang yang suka dihina. Kalau aku sudah mengalah sampai disuatu batas, hm! Aku tidak perduli apa akibatnya yang akan terjadi lagi...."
Hui Beng Siansu tercengang. Mendadak ia
mendongakkan kepala dan ketawa ber-gelak2. Suaranya itu agaknya mengandung perasaan sangat gusar.
Setelah melampiaskan kegusaran dalam hatinya,
Hui Beng Siansu berkata pula sambil menuding Lim Tiang Hong: "Gereja Siao-lim sie rumah suci tempat beribadat telah kau bikin kacau balau begini, sampai darah dan bangkai manusia membikin kolor dan rusak
pemandangan dalam tempat suci ini dan kau sendiri mengggunakan kesempatan itu mencuri patung kuno.




Apa begitu kau masih belum puas dan mau masuk lagi untuk kedua kalinya mengacau kembali" Apa kau kira digereja Siao-lim-sie tidak ada orang yang bisa
membekuk kau?" Si pengemis mata satu yang berdiri disamping,
agaknya merasa terkejut, maka ia lalu berkata: "Apa kau kata" Soal ini aku berani tanggung bukanlah perbuatan sahabat kecil ini. Sebab...."
119 Hui Beng Siansu dalam gusarnya lantas berkata
sambil ulapkan tangannya: "Paling baik kau jangan turut campur dalam urusan Siao-lim-pay kami"
Sebagai seorang yang mempunyai kekuatan tenaga
dalam sangat hebat, meskipun hanya mengebas lengan jubahnya secara seenaknya saja, namun sudah cukup dengan itu saja membuat si pengemis tua mundur ter-huyung2 karena ia tidak menyangka sama sekali akan diperlakukan demikian rupa maka seketika itu ia lantas membelalakkan matanya yang tinggal satu dan berkata dengan suara gusar: "Apa artinya perbuatanmu ini!"
Pada saat itu Hui Kak dan dua padri yang lainnya
dengan memusatkan kekuatan tenaganya, berjalan maju dengan tindakan perlahan. Terhadap ucapannya si
pengemis mata satu, Hui Beng Siansu sama sekali tidak mau ambil pusing. Matanya masih terus menatap
wayahnya Lim Tiang Hong dan tangannya lambat2 mulai diangkat tinggi.
Pengemis mata satu yang beradat tinggi, begitu
pula karena kedudukannya didalam dunia Kang-ouw
sudah sangat tinggi, maka ketika mendapat hinaan orang deaikan rupa, tidaklah heran kalau saat itu lantas naik darahnya. Setelah tertawa bergelak2 ia lantas berkata:
"Kalau kalian mau mengandalkan kedudukan dan
menghina orang secara tidak tahu aturan, mari kita berkelahi duiu. Nanti baru aku cari Hui Hui Taysu untuk mencari lagi mencela padanya".
120 Setelah berkata, ia lantas berdiri bahu membahu
dengan Lim Tiang Hong. Lim Tiang Hong sebetulnya masih ingin memberi
penjelasan, akan tetapi, dalam keadaan demikian, ia tahu sudah bahwa penjelasannya itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Maka begitu melihat perbautannya si
pengemis mata satu, semangatnya terbangun seketika.
Sambil ketawa dingin ia juga memusatkan semua kekuatan tenaganya diatas kedua tangannya.
Dalam waktu sekejapan suasana dalam pendopo itu
tampak sangat gawat, tapi saat itu keadaan sangat sunyi hingga suara napas dapat terdengar amat nyata. Tetapi, dalam kesunyian macam itu, sebetulnya terkandung satu nafsu pembunuhan.
Selagi enam orang2 kuat itu sedang siap sedia
hendak segera membuka pertempuran, tiba2 diri atas payon, terdengar suara bentakan nyaring, kemudian disusul dengan berkelebatnya sinar perak yang
berputaran ditengah udara se-olah2 bunga api yang sedang menyala dan meluncur ke arahnya empat orang padri Siao-lim-sie
-0odwo0- Bab 4 BENDA berkeredepan itu ada membawa hawa
dingin, hingga 4 paderi tua itu merasa kaget dan buru2
lompat mundur sampai 3 kaki jauhnya.
121 Sebentar kemudian, diantara bau harum yang
menusuk hidung, di tengah2 kalangan sudah berdiri seorang wanita muda berbaju hijau.
Wanita muda itu bukan lain dari pada Henghay
Kow-loan. Dengan matanya yang jeli ia menyapu 4
paderi tua itu sejenak., kemudian berkata dengan suara nyaring: "Liatwie adalah paderi yang beribadat tinggi dari golongan Siao-lim, bagaimana bisa bertindak begitu sembrono dengan tanpa membedakan yang mana hitam
dan yang mana putih" Jikalau dia ada maksud hendak merampas patung kuno itu, buat apa jauh2 dia bawa kemari untuk diantarkan kepada kalian?"
Wanita itu bicaranya cepat dan nyaring suaranya,
hingga kedengarannya macam petasan sedang disundut.
Hui Beng juga sudah memikirkan tentang itu. Hanya ia ragu2 karena ia telah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri bahwa patung kuno itu adalah si pemuda didepan matanya ini yang mencuri, bahkan dilihatnya pula pemuda ini ada berserikat dengan kawanan iblis dari berbagai golongan mengacau didalam gerejanya. Dan kini, jikaiau ia hanya mendengarkan ucapannya wanita itu saja dan lantas melepaskan si pemuda, bagaimana dikemudian hari Siao-lim-sie bisa menaruh muka"
Maka seketika itu ia lantas menyebut nama Buddha
seraya berkata: "Segala keterangan sudah tidak ada gununya. Karena Loceng sekalian telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sekarang kami hanya mau 122
minta orang2 yang diluar urusan ini suka keluar dulu sementara waktu. Loceng malam ini bersumpah biar
bagaimana harus menahan penjahat ini"
Henghay Kouw-loan ketawa dingin. "Aku justru
tidak mau pergi" katanya "aku kepingin tahu bagaimana kalian akan bertindak menghadapi aku"
Lim Tiang Hong tahu bahwa kawanan paderi ini
sudah sangat benci terhadap dirinya, maka segala
penjelasan rasanya sudah tidak akan ada gunanya lagi.
Segala kejadian yang membuat pikirannya selama
beberapa hari ini menjadi ruwet, saat itu menambahkan kejengkelannya dan hati menjadi panas.
Kalau ia ingat lagi akan ucapannya Im-san Mo lie
yang sebenarnya membakar hatinya. Lalu timbul
niatannya hendak membuat huru hara didalam gereja itu. Ia berpikir "Tampaknya memang benar semua orang didunia Kangouw tidak ada yang kenal aturan. Sekalipun Siao-lim-pay yang namanya begitu cemerlang, juga tidak ada kecualinya. Untuk apa aku bersabar lebih jauh" Lebih baik aku bertindak sesukaku!
Karena memikir demikian, maka ia lantas bergerak
maju dan berkata dengan suara keras: "Aku ulangi sekali lagi! Pencaya tidaknya terserah pada kalian sendiri.
Kesatu: Kalau aku ada maksud hendak mengangkangi
patung kuno kalian, tidak perlu aku antarkan kemari. Aku toh bisa langsung pergi sendiri mengambil kitab wasiat.
Kedua: Malam ini ketika aku datang ke gereja, Sin Kay 123
(pengemis sakti) Cianpwee ini pernah menguntit
dibelakangku. Juga dia merupakan satu saksi yang dapat menerangkan bahwa hal itu bukanlah perbuatanku. Kalau kalian hendak mengandalkan pengaruh dan kekuatannya Siao-lim-sie ingin menahan aku dengan cara kekerasan, barangkali tidak begitu gampang"
Sehabis berkata, kedua tangannya dilintangkan ke
depan dada dan berdiri dengan sikap gagah. Terhadap empat Siao-lim-sie yang saat itu romannya hendak
menerkam padanya, sedikitpun ia tidak merasa jeri.
Hui Beng Siunsu berubah wayahnya. Sambil ketawa
melengking, ia berkata: "Begitupun baik juga. Kalau kau bisa keluar dari gereja Siao-lim Sie ini dalam keadaan selamat, Loceng akan menanggung segala resikonya dan membiarkan kau berlalu dengan aman"
Perkataannya yang terakhir ini diucapkan dengan
tegas. Kemudian ia menunjuk kearah pintu gerbang dan berkata pula: "Tidak perlu berputaran. Kau boleh dari dalam pendopo ini langsung masuk kedalam pintu
gerbang. Dan waktu itu Loceng minta Sinkay dan nona ini supaya suka menjadi saksi. Tapi disamping itu harap supaya kalian tidak turun tangan. Ini perlu untuk menghindarkan kesalah pahaman"
Setelah itu, dengan mengajak tiga padri yang lain, lebih dulu ia lompat melesat menuju kepintu gerbang.
Lim Tiang Hong dengan gagah tertawa ber-gelak2.
Ia juga iantas berkata: "Aku si orang she Lim sungguh 124
beruntung malam ini bisa menguji kepandaian Siao-limpay yang sudah lama di-sohor2kan Barangkali tidak percuma perjalananku malam ini"
Siao-lim-pay yang menguasai dunia rimba persilatan hampir beratus tahun, peraturannya sangat keras.
Orang2nya yang pandai juga banyak jumlahnya disitu.
Kepandaian ilmu silat orang2nya jarang mendapat
tandingan diantara orang 5 partai yang lain.
Walaupun jalan dari pendopo kepintu gerbang
hanya memerlukan melewati tiga pintu yang jaraknya cuma seratus tombak lebih, namun karena banyaknya rintangan, perjalanan itu dirasakan cukup berat.
Lim Tiang Hong bukan tidak tahu akan hal ini. Ia
bukan tidak mengerti bahwa jalanan yang menuju
kepintu gerbang itu bukannya jalanan mudah yang dapat dilalui orang, akan tetapi oleh karena ia sudah bertekad bulat hendak mengadu jiwa untuk membela nama
baiknya, ia sudah tidak menghiraukannya itu semua.
Sekalipun ia harus mengucurkan darah didalam gereja itu, ia rela untuk mencuci penghinaan orang.
Setelah mengucapkan perkataannya, lalu tanpa
menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya, juga tanpa menghunus pedangnya lagi, ia terus berjalan dengan prlembungkan dada dan tindakan lebar menuju ke pintu gerbang.
Sin-kay yang berdiri disamping dan lama tidak
berkata apa2, ketika menyaksikan sikap gagahnya Lim 125
Tiang Hong, yang tidak sudi menyerah mentah2, diam2
merasa kagum dalam hati. Tapi. berbareng dengan itu, ia juga merasa sangat kuatirkan keselamatan si pemuda.
Sebab, sekalipun anak muda ini sudah mendapat didikan dari satu orang berilmu tinggi, kalau terbatas usianya dan kurang latihannya, mungkin akan sukar ia dapat melalui segala rintangan yang terdapat disitu.
Tepat pada saat Lim Tiang Hong baru melangkah
keluar dari pintu gerbang, dari samping, mendadak terdengar suara nyaring dari orang yang menyebut nama buddha.
Dua padri muda yang wayahnya cakap sudah
menghadang di depan pintu.
Lim Tiang Hong lalu berkata kepada mereka sambil
menyoja "Siao Suhu, numpang jalan".
Perkataannya itu dibarengi dengan satu serangan
tangan yang mengandung kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat. Maka, meskipun kelihatannya seperti ia berlaku seenaknya, tapi kenyataannya sangat hebat.
Dua paderi muda itu adalah anak2 murid terpandai
dan terkuat dari golongan Siao-lim-pay generasi ketiga.
Ketika Lim Tiang Hong melancarkan serangannya,
mereka tidak mundur. Sebaliknya malah maju memapaki, lalu dengan menggunakan ilmu serangan "Hok-mo-ciang", salah satu ilmu serangan simpanan dari golongan Siao-lim, maju merangsek pada Lim Tiang Hong.
126 Serangan dari dua padri muda itu ketika meluncur
keluar. lantas timbul satu gelombang angin yang hebat se-olah2 gelombang laut menerjang Lim Tiang Hong.
Anak muda itu yang melihat keluarnya ilmu silat
simpanan tertinggi dari Siao-lim. semangatnya makin menyala-nyala. Sambii bersiul panjang ia me-mutar2
tangannya, dalam waktu sekejap saja ia sudah
melancarkan tujuh kali serangan beruntun.
Akan tetapi, tipu serangan "Hok-mo-ciang" dari
Siao-lim-pay ini sungguh sangat mujijat. Begitu
dikeluarkan, ditempat yang datar itu se-olah2 sudah timbul kekuatan yang mengandung tenaga sebesar
gunung. Betapapun hebatnya serangan tangan Lim Tiang Hong, tetapi begitu masuk kedalam bayangan tangan lawannya, lantas hilang musnah tanpa bekas. Sedangkan tekanan dari empat penjuru dirasakan semakin
bertambah. Lim Tiang Hong sudah melancarkan serangan
berantai sampai delapan belas kali bulan saja ia tidak berhasil maju setengah tindakpun saja, sebaliknya malah sudah didesak mundur sampai diambang pintu, hingga dalam hatinya diam2 merasa cemas. Pikirnya: "Dua anak murid Siao-lim si generasi ketiga saja masih belum mampu aku tundukkan, bagaimana nanti aku biia
merebut kedudukan didunia Kang-ouw?"
Seketika itu ia lantas merubah tipu serangannya.
127 Tiba2 ia menerobos masuk dalam bayangan tangan
lawan2nya dan menyambar pergelangan tangan salah
seorang diantara dua padri muda itu. Ia menggentak dan melemparkan tubuh padri muda itu terbang melesat
keluar. Sedang tangan kirinya tidak tinggal diam. Ia gunakan untuk mengadu kekuatan dengan padri muda
yang satunya lagi. Kali ini, si padri muda dengan badan sempoyongan berjungkir balik jatuh sampai delapan kaki jauhnya.
Masih untung Lim Tiang Hong tidak bermaksud
melukai lawannya, maka tadi ia hanya menggunakan
kekuatan tujuh bagian saja.
Lim Tiang Hong yang hanya bertujuan hendak
keluar, begitu berhasil membuat iawannya ini mundur, badannya lantas melayang ke depan, menuju ke pintu kedua.
Tapi belum lagi kakinya berdiri tegak, ia sudah
disambut oleh satu serangan yang sangat hebat. Maka terpaksa ia berputaran di tengah2 udara dan kemudian melayang turun ke tanah. Kini ia baru mengetahui bahwa ia sedang berhadapan dengan empat padri pertengahan umur yang berdiri berbaris di hadapannya.
Seorang diantaranya yang berperawakan tinggi
besar dengan wayah warna sawo matang lantas
membentak suara keras: "Ilmu pukulan tangan sicu
sungguh hebat. Jikalau sicu benar2 punya nyali, mari coba2 sambuti ilmu pukulan Ciu-pek Lo han koan kami"
128 Lim Tiang Hong tidak suka adu mulut. Ia lantas
berseru "Lihat serangan!"
Dan badannya maju dengan gerakan cepat.
Tangannya disodorkan. Kekuatan tenaga dalam yang
sangat hebat se-olah2 angin puyuh menggulung dirinya padri tinggi besar yang baru menutup mulutnya tadi.
Padri tinggi besar itu mengeluarkan suara dihidung.
Mendadak kepalan tangannya diputar. Suatu kekuatan tenaga yang sangat dahsyat menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Setelah terdengar suara benturan hebat, mendadak
muka padri itu berubah. Lim Tiang Hong juga merasakan badannya tergetar.
Tepat pada saat itu, dua padri dari sisi kanan dan kirinya juga sudah turun tangan dan padri tinggi besar tadi sambil membentak juga memutar tangannya laksana kitiran.
Ilmu pukulan Lo-han-koan dari Siao-lim-pay sudah
sangat terkenal dengan kekuatan tenaga kerasnya. Siapa saja yang menggunakan tenaga pukulan itu, kebanyakan adalah padri2 yang mempunyai tenaga besar. Maka
begitu dilancarkan, hebatnya juga bukan main.
Empat padri itu yang sekali turun tangan dengan
bergabung kekuatannya bertambah hebat berlipat ganda, hingga sebentar saja sambaran angin meng-gulung2.
129 Ditempat sejarak tiga tombak di sekitar mereka, semua berada dalam pengaruh angin serangan mereka.
Lim Tiang Hong meski baru pertama kali
berhadapan dengan musuh2 kuat, tetapi sikapnya tenang luar biasa. Dengan gerak badannya yang lincah ia lompat ke atas dan meluncur turun ke bawah. Sikapnya tenang dan sungguh2.
Saat itu tipu serangan Lo han koan dari empat padri tersebut per-lahan2 sudah memasuki ketempat yang
lebih tinggi, hingga Lim Tiang Hong merasakan tekanan dari empat penjuru makin bertambah. Diam2 ia merasa terkejut.
Tiba2 ia bersiul nyaring. Kemudian dengan
menggunakan tipu serangannya yang selama ini pertama kali digunakan, ia telah menyerang empat padri itu.
Ternyata serangan ini mengandung kekuatan yang luar biasa hebat.
Justru padri tinggi besar berkulit sawo matang tadi adalah orang yang menjadi korban pertama. Dengan
diikuti suara jeritannya, badannya melayang setinggi dua tambak lebih dan kemudian jatuh lagi di tanah.
Tepat pada saat padri tinggi besar itu dibikin
terpental oleh serangan Lim Tiang Hong, serangan kedua sudah menyusul menyapu tiga padri yang lain.
Diantara suara jeritan ngeri badannya ketiga padri itu tersapu oleh kekuatan serangan Lim Tiang Hong 130
sehingga bergelindingan sampai sejauh enam kaki. Dari mulut masing2 merah menyemburkan darah dan
membasahi lantai di dalam gereja.
Dalam gusarnya, Lim Tiang Hong telah
menggunakan tipu silatnya yang paling ampuh. Dan tipu ini belum pernah ia gunakan dimana saja.
Tidak nyana, dalam dua gebrakan saja ia telah
berhasil membuat tiga orang tadi binasa dan yang
seorang lainnya terluka parah.
Kini ia baru mengetahui betapa hebatnya tipu
serangan simpanannya itu hingga seketika itu hatinya berdebaran keras.
Ia masih ingat orang tua yang menurunkan
pelajaran kepadanya dulu pernah memesan wanti2
bahwa tipu serangan itu bukan main hebatnya, jikalau tidak sangat terpaksa, tidak boleh digunakan secara sembarangan. Dan sekarang ia telah menggunakan serangan itu untuk menghadapi kawanan padri dari Siao-lim sie yang tidak ada permusuhan suatu apa dengan ia.
Bagaimana dikemudian hari ini dipertanggung jawabkan.
Si Pengemis Mata Satu yang mengikuti
dibelakangnya, diam2 juga merasa kaget dan cemas.
Kaget, pemuda ini bukan saja ilmu serangan
tangannya sangat mujijat yang belum pernah ia lihat dan temukan, tapi kekuatan tenaga dalamnya juga sangat hebat. Dan cemas, karena dia dengan orang2 Siao-lim-131
pay sudah menanam bibit kesalahan paham dan kejadian penumpahan darah yang minta korban jiwa manusia ini, tentu akan berakibat lebih runyam.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suara menyebut
nama Buddha kemudian disusul oleh perkataannya yang nyaring dan mengharukan: "Penjahat! Sungguh telengas perbuatanmu!...."
Itu adalah suaranya Hui Beng Siansu.
Sebentar kemudian, berkelebatnya sinar senjata
dan suara riuh terdengar dalam ruangan itu. Dari
ruangan sebelah selatan telah muncul barisan paderi yang sangat rapi. Barisan itu terdiri 4 rombongan. Setiap rombongan 9 orang. Dua rombongan pada membawa
senjata golok Kay to. Dua rombongan yang lain, pada membawa senjata sodokan, yang biasa digunakan dalam kalangan Buddha.
Setiba didalam kalangan, rombongan barisan itu
pencarkan diri keempat penjuru. Dalam 9 orang itu terbagi lagi menjadi 3 rombongan, setiap rombongan 3
orang. Si Pengemis Mata Satu yang sudah banyak
pengalamannya, sudah tahu bahwa partay Siao-lim-pay hendak membentuk barisan (tin) yang dinamakan "Tian-cao tin" maka diam2 dalam hati lantas memaki "kawanan kepala gundul ini benar2 hendak membesar-besarkan urusan kecil saja"
132 Tapi ia tidak tahu, bahwa kejadian yang menimpa
gereja Siao-lim-sie selama seratus tahun ini. Hui Hui Taysu didalam gusarnya, sudah memperintahkan semua paderi Siao-lim-sie yang terkuat untuk mencari atau mengejer orang yang mencuri patung kuno itu.
Berbarang dengan itu, dengan mendobrak tradisi Siao-lim-sie ia sendiri juga sudah terjun sendiri kedunia Kangouw untuk menyelidiki soal tersebut.
Sebab apabila patung kuno itu tidak berhasil direbut kembali atau kitab pusakanya diambil oleh orang yang merampas patung kuno tersebut, tanggung jawabnya
amat besar sekati terhadap Couwsu-nya.
Oleh karena itu, maka didalam gereja itu hanya 4
paderi bagian ranggon simpan kitab yang bertugas
menjaga keamanan gereja tersebut dan yang lain2nya, anak2 murid dari generasi kedua atau ketiga.
Lim Tiang Hong ketika menampak kawanan paderi
itu membentuk barisan, diam2 kerutkan alisnya. Ia bukannya takut barisan tersebut, tapi justru karena berlaku demikian, pertempuran itu akan meminta korban jiwa lagi.
Meskipun dalam hati memikir demikian, tapi kakinya per-lahan2 berjalan menuju ke tengah barisan.
Tiba2, ada bau harum menyambar hidung, tahu2
Henghay Kouw-loan sudah berada di tengah kalangan, berdiri bahu membahu dengan Lim Tiang Hong
133 Tanpa banyak rewel, ia lantas menghunus
pedangnya, sambil menuding dengan ujung pedangnya ia membentak dengan suara nyaring: "Kalian orang2 dari Siao-lim-pay masih tahu malu atau tidak" Apakah ini artinya menguji kepandaian orang" Kalau menurut pikiranku, ini adalah satu perbuatan membabi buta! Sebab, yang satu kalah, lantas maju dua. Dua kalah, maju ampat. Empat kalah, lantas main keroyok dengan jumlah lebih banyak. Sebagai seorang Kang-ouw, nonamu tidak suka melihat perbuatan mengeroyok yang sangat rendah ini"
Hui Beng Siansu dari jauh lantas berkata sambil
rangkapkan kedua tangannya diatas dada: "Nona, paling baik nona jangan turut campur urusan ini. Pertempuran malam ini tidak bisa disamakan dengan pertandingan"
"Apa sebabnya?"
"Kami terpaksa mengeluarkan semua kepandaian
yang kami miliki untuk menahan penjahat ini"
Hui Beng siansu nampak sebisa-bisa menekan
perasaannya sendiri, maka ucapannya masih terdengar sangat lunak.
Tapi Henghay Kouw-loan yang sejak kanak2
mengikuti seorang nenek yang adatnya sangat kukoay dengan sendirinya adatnya pun teturutan menjadi
kukoay. Bahkan tinggi hati dan berangasan. Ia
selamanya tidak mau mengalah barang setapak,
134 meskipun urusan malam itu bukan urusannya, tapi ia anggap sudah seperti urusannya sendiri.
Disatu pihak karena ia telah dapat lihat kepandaian ilmu silatnya Lim Tiang Hong dan asal usulnya, yang tidak jauh dengan kepandaian suhunya. Dilain pihak, ada lain sebab pula yang tidak dapat dijelaskan. Yang mendorong ia berlaku demikian, ini juga berarti, bahwa terhadap dirinya anak muda itu, ia ada mempunyai kesan sangat baik.
Maka seketika itu ia lantas berkata sambil ketawa dingin "Sebaliknya, nonamu malam ini justru hendak campur tangan dalam urusan ini. Aku kepingin lihat, sampai dimana sebetulnya kepandaian ilmu silat Siao-limpay?"
Lim Tiang Hong meski merasa berterima kasih atas
perbuatannya si nona yang gagah berani dan setia
kawan, namun ia tidak ingin si nona terlibat dalam pertikaian ini, maka ia lantas berpaling padanya, sambil menyoja ia berkata "Nona silahkan mengaso dulu!.
Urusan ini sebaiknya aku sendiri yang membereskan"
"Kau tidak sudi menerima bantuanku, bukan?" si
nona balas menanya dengan sikap tidak senang.
"Bukannya aku tidak sudi menerima bantuanmu,
oleh karena urusan ini hanya aku sendiri yang tersangkut dan harus membereskannya sendiri"
135 "Aku tidak percaya, apa sebabnya aku tidak bisa
membereskan?" Henghay Kouw-loan benar2 sangat "bandel",
dengan tanpa menghiraukan nasehatnya Lim Tiang
Hong, ia sudah putar pedangnya dan menyerang padri di sampingnya.
Lim Tiang Hong cuma bisa mengurut dada melihat
si nona turun tangan.



Tapi apa boleh buat, ia harus membela
kehormatannya sendiri dan dirinya nona itu. maka lantas menghunus pedang To liong-kiam-nya dan menyerbu ke dalam barisan.
Pada saat itu, barisan sudah mulai bergerak. 3
golok besar bergemerlapan, meluncur keluar dari dalam barisan menyerang Henghay Kouw-loan, sedang 6
senjata sodokan, juga mengurung dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tarik mundur dirinya, dengan satu
gerakan "Han-kong Sia-jit" atau "Sinar Dingin Menembus Matahari", ia mengelakkan serangan dari 6 senjata sodokan tadi. Tapi tiba2 tertampak berkelebatnya sinar putih, 9 buah golok Kayto telah mengancam dirinya.
Dalam waktu sekejapan, golok dan sodokan
berseliweran seperti datang menyerang saling susul, hingga sebentar saja, kedua muda-mudi itu seolah-olah sudah ditelan dalam barisan kepala gundul itu.
136 Si Pengemis Mata Satu, tetap berdiri dipinggir
kalangan. Dengan sorot mata dingin menyaksikan
pertempuran hebat itu. Tapi dalam hatinya timbul satu perasaan yang tidak dapat dikatakan.
Siao-lim-pay adalah satu partai besar kenamaan,
sedang dua anak muda itu juga adalah anak2 murid dari orang2 berkepandaian tinggi yang sudah mengasingkan diri. Karena sedikit kesalah-pahaman mereka saling hantam begitu hebat. Ia sendiri yang mempunyai
kedudukan sebagai Tiang-lo (orang golongan tua) dalam golongan pengemis (kay-pang), sebetulnya bisa turun tangan untuk memisahkan. Tapi karena kedua pihak
keiihatannya sudah sama2 menempuh jalan pendek,
membuat ia tidak berdaya turut campur tangan.
Dalam pada itu, didalam medan pertempuran ber-
ulang2 terdengar orang menyebut nama Buddha.
Kekuatan barisan Tian-cao tin itu sudah dijalankan kebatas puncaknya yang paling tinggi. Empat padri tua itu dengan perlahan-perlahan mulai membikin kecil kurungan barisan mereka dan gerakannya juga tampak mulai agak lambat. Senjata2 berupa golok dan sodokan tiap kali melancarkan serangannya, selalu beruntun sampai tiga kali. Serangan itu merupakan serangan yang terhebat dan ganas sekali.
Mendadak terdengar suara orang bersiul laksana
suara naga mengaung yang kemudian disusul dengan
meluncurnya sinar kehijau2an ke angkasa. Lalu disusul 137
pula oleh serentetan suara batang logam yang saling bentur.
Enam batang senjata sodokannya kepala gundul
ternyata sudah melesat terbang keu dara.
Diantara bergeraknya bayangan banyak orang,
terdengar suara jeritan kaget.
Kembali sembilan buah golok Kay-to terlepas dari
tangan penyekalnya masing2. Kemudian lagi terdengar suara orang perempuan.
Henghay Kouw-loan bersama Lim Tiang Hong
sudah melesat keluar dari dalam barisan dan ke-dua2nya turun didepannya empat padri tua.
Mereka berdua kali ini dapat memecahkan barisan
Thian cao-tin, sebetulnya sangat beruntung. Sebab, orang2 Siao-lim-sie yang termasuk golongan kuat
kebanyakan sudah diutus keluar. Yang tinggal didalam gereja hanya tinggal tiga atau empat orang saja, dan mereka itu tidak ada yang cukup kuat yang dapat
memgendalikan kedua muda mudi ini. Sedangkan empat padri tua dari bagian ranggon penyimpan kitab karena kedudukannya yang tinggi, mereka tidak mau turut ambil bagian. Jikalau tidak demikian, tidak mudah kedua anak muda itu bisa keluar dari dalam barisan dalam keadaan selamat.
Hui Beng Siansu yang menyaksikan dua anak muda
itu lompat keluar dari dalam barisan, sikapnya segera 138
berubah. Wajahnya yang tadi merah mendadak terhias satu perasaan kejam. Dengan suara rendah padri
menyebut nama Buddha, kemudian bersama tiga
kawannya mendadak memencarkan diri.
Sambil terus mengawasi Lim Tiang Hong, Hui Beng
Siansu berkata dengan suara dingin: "Jikalau sicu bisa berhasil pula menerobos keluar dari bawah tangan kami berantai, maka urusan malam ini untuk sementara kita bikin habis"
"Apakah itu perlu kau jelaskan juga?" Kata Henghay Kouw-loan sambil ketawa dingin.
Hui Beng Siansu dengan sorot mata dingin menatap
si nona sejenak. Tapi ia tidak mengucapkan sepatahpun kata2nya. Dan kemudian dengan seorang diri ia berdiri tenang sambil pejamkan matanya.
Henghay Kouw-loan yang terjunkan diri kedalam
dunia Kang-ouw lebih dulu dari munculnya Lim Tiang Hong, sudah mengetahui benar bahwa empat padri tua dari bagian ranggon penyimpan kitab Siao-lim-si ini mempunyai kepandaian tinggi yang tidak koleh dibuat gegabah. Ia sendiri meski besar mulut, tapi dalam hati juga merasa ragu2. Dengan perlahan ia menyentuh
pundaknya Lim Tiang Hong sambil berbisik ditelinganya
"Hati2 sedikit...."
Lim Tiang Hong mengangukkan kepala. Diam2 ia
mengerahkan kekuatan tenaga dalam untuk menghadapi pertempuran yang terakhir ini.
139 Didalam kalangan, pada saat itu nampak luar biasa suasananya. Tapi dalam suasana kesunyian itu, ada sedikit tersembunyi perasaan tegang.
Pengemis Mata Satu yang sudah kenyang makan
asam garam dalam dunia Kang-ouw. Entah berapa
banyak pertempuran besar atau kecil pula sudah ia lakukan dan toh masih dibikin terperanjat oleh
ketengangan suasana disitu. Ia tahu benar bahwa
apabila pertempuran kali ini sampai terjadi, sudah pasti sangat hebat akibatnya. Bahkan satu pihak yang mana saja yang akan terluka, akan mengakibatkan kegemparan di dunia rimba persilatan.
Sang waktu sedetik demi sedetik berlalu.
Kedua pihak sudah mulai memusatkan kekuatan
masing2 dan pertempuran juga akan segara dimulai....
Tiba2 muncul seorang padri setengah tua, yang
lantas berkata dengan suara nyaring: "Atas perintah Ciangbunjin supaya Siao sicu ini segera diantar keluar.
Siapa saja tidak boleh merintangi"
Empat padri tua itu dengan mulut terbuka lebar,
mengawasi padri yang membawa perintah tadi, sedang si pengemis mata satu agaknya baru bisa bernapas lega.
Hatinya yang tadi kebal-keblt kini mulai agak tenteram.
Ia sangat gembira. 140 Lim Tiang Hong tidak memperlihatkpn sikap apapun
juga. Tapi tidak demikian dengan Henghay Kouw-loan yang lantas ketawa ter-kekeh2.
Pada saat itu empat padri tua itu per-lahan2 telah menyingkir dan memberi jalan keluar bagi Lim Tiang Hong.
Henghay Kouw-loan lalu menarik tangannya Lim
Tiang Hong seraya berkata: "Mari kita jalan"
Dengan tangan memegang gagang pedangnya,
lebih dulu ia melangkah keluar pintu.
Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu
mengikuti di belakangnya.
Kedua pihak saat itu tidak memperdengarkan suara
apa2, hingga suasananya sunyi kembali.
Ketiga orang ini setiba dikota Lok-yang, hari sudah terang tanah.
Si pengemis mata satu membuka lebar2 matanya
yang hanya tinggal satu dan berkata sambil ketawa bergelak2: "Semalam suntuk tidak mengaso, aku si
pengemis tua benar2 sudah merasa sangat letih. Anak muda, apa kalian tidak bersedia mengajak aku minum arak?"
Henghay Kouw-loan lantas nyeletuk: "Mari jalan.
Akulah yang akan menjamu kalian"
141 Si Pengemis Mata Satu kelihatan menelan ludah,
lalu berkata sambil ketawa lebar: "Asal ada arak buat diminum, siapa saja yang mengundang tidak menjadi soal"
Lalu bersama kedua kawan mudanya itu lantas
berjalan ke salah satu rumah makan.
Karena hari masih terlain pagi. rumah makan baru
saja membuka pintunya. Didalamnya seorang tetamupun tidak tertampak.
Setelah mereka duduk menghadapi meja, Lim Tiang
Hong lantas berkata kepada si Pengemis Mata Satu
sambil kerutkan alisnya: "Tahukah Locianpwee bahwa pada baru2 ini didalam dunia Kang-ouw sebetulnya ada urusan apa" Mengapa begitu banyak kejadian salah
paham dan semua justru ditumplekkan ke atas diri
boanpwee seorang?" Si Pengemis Mata Satu tampak berputaran biji
matanya yang sebuah itu lama sekali baru ia menjawab:
"Belakangan ini didunia Kang-ouw mendadak
muncul seorang yang sangat misterius tindak tanduknya.
Kerjanya selalu bermusuhan dengan orang2 golongan Hian-bun (golongan orang baik2). Para imam yang
melakukan pekerjaan diluar, entah sudah berapa banyak yang binasa. Belum lama belakangan ini, kawanan imam di kelenteng Tang-gak-bio telah dibunuh habis2an.
Imam2 dari Tang-gak-bio itu meskipun tidak mempunyai golongan, tapi dengan orang2 Hian-bun semua mengikat 142
tali persahabatan baik. Terutama mereka itu dengan golongan Bu-tong-pay, satu sama lain masih mempunyai sangkut paut yang agak rapat. Maka, setelah terjadinya peristiwa yang sangat mengenaskan itu orang2 kuat dari berbagai golongan semua pada menuju ke kota Lok-yang sini"
Ketika bicara sampai disitu, pelayan rumah makan
sudah menyediakan arak beserta hidangannya sekali.
Dengan sangat lahapnya si Pengemis Mata Satu
lantas menyerobot hidangannya dan minum arak sampai dua cawan.
Setelah itu baru ia berkata pula: "Ilmu silatnya
orang itu rada2 mirip dengan ilmu silatmu. Mungkin wajahnya juga sangat mirip sekali dengan kau. Maka semuanya lantas menujukkan perhatiannya atas dirimu.
Ha, ha.... jikalau tidak disebabkan karena aku melihat kau orangnya selalu mengalah dan juga belum
mempunyai pengalaman didalam dunia Kang-ouw,
mungkin aku sendiri, si pengemis tua, juga akan
mencurigai kau. Terutama kejadian tadi malam, aku si pengemis tua berani memastikan kembali adalah kerena perbuatanya si jahanam itu, sebab aku terus menguntit kau. Sudah tentu pula aku berani mengatakan bahwa perbuatan itu bukanlah kau yang melakukan"
Henghay Kouw-loan mendadak berkata: "Aku juga
karena mendengar begitu itu, maka lantas datang ke kota Lok-yang ini. Tahukah kau beliau si orang tua 143
kecuali mewariskan kepandaiannya kepadamu, apa
masih ada mempunyai murid lain lagi?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Diam2 ia berpikir:
"Bagaimana ia bisa mengetahui halnya aku begitu
jelas?". Meskipun dalam hati ia memikir demikian, namun
diluarnya masih tetap bersikap wajar, tidak
memperlihatkan apa2. Dan atas pertanyaan itu lantas ia menjawab sambil geleng2kan kepala: "Rasanya tidak ada lagi"
Inilah ada bukti sikap hati2nya Lim Tiang Hong.
Sebelum ia mengenal betul siapa orangnya yang
menanya, ia tidak mau menceritakan bagaimana si orang tua yang menurunkan kepandaiannya kepadanya itu
telah menciptakan seorang buas nomor satu didalam dunia. Apalagi, menurut keterangan si orang tua, usia orang buas nomor satu itu sedikitnya juga sudah lima puluh tahun keatas.
Henghay Kouw-loan berkata dengan perasaan
terheran2 "Ini betul2 merupakan suatu kejadian yang sangat aneh."
Si Pengemis Mata Satu setelah mengeringkan lagi
satu cawan araknya, lalu berkata sambil menghela
napas: "Menurut pengalamanku yang sudah ber-puluh2
tahun berkelana didalam dunia Kang-ouw, aku berani pastikan bahwa untnk selanyutnya didalam rimba
persilatan akan terjadi lagi banyak urusan ber-belit2 ber-144
turut2. Selama beberapa tahun belakangan ini, aku selalu merasa bahwa didunia Kang-ouw agaknya sudah
dipengaruhi oleh pengaruh jahat yang per-lahan2 akan mulai meningkat pada taraf paling tinggi. Apa yang terjadi selama beberapa hari ini, cuma sedikit saja permulaan dari rencana yang datang itu. Ah! Rupanya yang lebih hebat akan segera menyusul, tidak lama lagi...."
Lim Tiang Hong yang mendengarkan dengan penuh
perhatian semua keterangan itu, seketika merasakan dadanya bergolak, semangatnya terbangun. Dan ia
lantas berkata: "Jikalau benar terjadi seperti apa yang telah Locianpwee ramalkan, Lim Tiang Hong, ingin
menggunakan kepandaian yang dimilikinya untuk
menempur iblis itu supaya jangan sampai terlaksana tujuannya yang hendak mencelakakan orang2 dunia
rimba persilatan" Heng hay Kouw-loan berkata sambil monyongkan
mulutnya: "Sabar sedikit bagaimana sih. Urusanmu
sendiri sampai sekarang masih belum bisa kau bereskan"
Perkataan itu jika keluar dari mulutnya seorang
sahabat karib yang mempunyai hubungan erat dengan Lim Tian Hong, masih tidak menjadi soal. Akan tetapi kali ini keluarnya justru dari mulut seorang sahabat yang baru dikenal, betul2 sangat menyinggung perasaan si pemuda.
145 Maka seketika itu ia lantas menyahut sambil ketawa panjang: "Urusanku pribadi bisa aku bereskan sendiri, tidak perlu orang lain turut capai2 memikirkan"
Heng-hai Kouw-loan tadi sebetulnya berkata
dengan maksud baik, juga boleh dikata itu ada keluar dari seorang wanita terhadap seorang yang disukainya.
Tidak nyana, Lim Tiang Hong tidak menerima maksud baiknya itu, hingga ucapan si pemuda itu membuat
selebar wajahnya si nona merah membara. Cepat2 ia bangkit berdiri, dan baru saja ia hendak mengumbar amarahnya. tiba2 satu tangan yang besar menekan
pundaknya. Si Pengemis Mata Satu sudah lantas ketawa dan
berkata: "Kalian berdua jangan ribut, dengar kataku si pengemis tua. Menurut pikiranku, pada dewasa ini apa yang perlu kita perhatikan ialah: pertama, semua orang telah menganggap bahwa patung kuno itu sudah berada di tanganmu. Orang2 yang menginginkan kitab pusaka itu mungkin nanti pada mencari kau. Kedua, Siao-lim-pay pasti tidak mau gampang2 melepaskan kau begitu saja.
Ketiga, 6 partay dari golongan Hian-bun, 5 diantaranya ketuanya sendiri sudah terjun ke dunia Kang-ouw.
Jikalau berjumpa dengan kau, barangkali tidak baik akibatnya. Maka sebaiknya kau bisa mencari tempat untuk menghindarkan bentrokan lebih jauh"
"Tentang ini boanpwee juga sudah pikirkan, cuma
saja boanpwee anggap tidak pernah berbuat salah, perlu 146
apa harus menyingkir" Lagi pula, sekalipun untuk
sementara dapat dihindarkan, tapi sampai kapan bisa menyuci bersih noda itu?" jawabnya Lim Tiang Hong sambil menghela napas.
Henghay Kouw-loan lantas nyeletuk: "Kalau begitu
kau akan menunggu digebuk orang saja!"
Lim Tiang Hong berubah wajahnya, ia ingin
membantah, tapi akhirnya urungkan maksudnya itu.
Ketiganya hening sejenak, si Pengemis Mata Satu
mendadak membuka mulutnya: "Bukankah kau hendak
mencari keterangan tentang ayahmu" Aku boleh
menunjukkan suatu jalan. Sekarang paling baik kau pergi ke Kim-leng untuk mencari tabib sakti didaerah Kang-lam yang terkenal dengan julukannya Heng-lim Cun-loan.
Tabib itu mempunyai banyak kenalan. Pasti kau dapat minta sedikit keterangan daripadanya"
Ini adalah akalnya si Pengemis Mata Satu yang
hendak menyelamatkan dirinya Lim Tiang Hong, sebab kalau disuruh menyingkir secara terang2an, melihat adatnya yang keras seperti batu, pasti dia tidak mau.
Akan tetapi dengan caranya ini, Lim Tiang Hong yang ingin sekali mendapat tahu dimana ayah bundanya
berada, ada kemungkinan besar ia lantas bisa pergi.
Sebenarnya, pada saat itu Lim Tiang Hong didalam
dunia sangat berbahaya, sebab orang yang secara diam2
mengincar dirinya entah sudah berapa banyak
jumlahnya. Sekalipun ia benar mempunyai kepandaian 147
cukup tinggi, tetapi dua kepalan bagaimana mampu
melayani empat tangan" Maka itulah untuk sementara digeser dari kota Lok-yang tentu adalah suatu tindakan yang dirasa paling baik dilakukan.
Sebagai seorang yang mempunyai nama dan
kedudukan baik dalam rimba persilatan seperti pengemis Mata Satu itu sudah tentu ucapannya dapat dipercaya oleh Lim Tiang Hong. Maka ia mengucapkan terima
kasihnya ber-ulang2 pada orang tua itu.
Si Pengemis Mata Situ lantas ketawa ber-gelak2.
"Urusan sekecil, buat apa kau mengucapkan terima
kasih. Aku si pengemis sebenarnya terlalu repot. Jikalau tidak, aku bisa mengawani kau untuk pergi bersama"
Sahabis berkata, ia lantas tepuk2 perutnya sendiri dan berjalan meninggalkan rumah makan.
Pada saat itu disitu hanya tinggal Lim Tiang Hong dan Henghay Kouw-loan berdua.
Henghay Kouw-loan kelihatan berdiam saja dengan
wajah ke-merah2an. Sedang Lim Tiang Hong sendiri saat itu juga tidak mengetahui bagaimana harus berbuat, hingga ke-dua2nya jadi pada membisu.
Setelah agak lama berlangsung dalam keadaan
saling tutup mulut itu, akhirnya Lim Tiang Hong juga coba memecahkan.
"Aku pikir, hari ini juga aku akan berangkat ke
selatan. Bagaimana dengan nona?"
148 "Perlu apa kau mau tahu urusan orang lain?" kata si nona yang agaknya masih mendongkol.
"Aku toh tidak melakukan perbuatan yang menyakiti hatimu kenapa kelihatannya kau begitu gusar padaku?"
kata Lim Tiang Hong yang merasa tidak enak dalam hati.
"Urusanmu aku tidak boleh tahu, sudah tentu kau
juga tidak perlu tahu tentang urusanku"
Lim Tiang Hong paham bahwa si nona tentunya
masih merasa mendongkol karena urusannya tadi, dalam hatinya lalu berpikir "ia ada kenal baik ilmu silatku, tentunya bukan orang luar. Apalagi anak perampuan kebanyakan suka mengumbar adatnya, perlu apa ladeni padanya?"
Karena memikir demikian, maka ia lantas maju dan
memberi hormat seraya berkata: "Atas perhatian nona yang begitu besar terhadap diriku, disini aku
mengucapkan banyak2 terima kasih. Barusan karena
kurang pikir, jikalau ada kesalahan, minta supaya nona suka maafkan!"
Henghay Kouw-loan tertawa geli. "Tidak tahu malu, siapa yang perhatikan kau?" demikian katanya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa nona itu sudah lenyap
perasaan mendongkolnya, maka lantas berkata pula
sambil bersenyum: "Aku tahu, didepan mataku memang ada orang yang begitu baik hati"
149 Bagi Lim Tiang Hong, perkataannya ini sebetulnya
cuma bersifat menggoda, tapi bagi Henghay Kouw-loan, enak sekali didengarnya. Sebab setiap pemuda atau pemudi, jika merasa ketarik oleh fihak satunya, yang ditakuti ialah apabila perasaannya itu tidak diketahui oiehnya, hingga membuat kecewa dirinya sendiri. Dan kalau sudah diketahui perasaannya tapi tidak menolak, bukankah itu berarti menerima baik perhatiannya.
Dengan demikian, kedua muda mudi itu maju lagi
setindak. Setelah masing2 mengucapkan akan bertemu lagi dilain waktu, lantas saling berpisahan. Lim Tiang Hong menuju ke selatan dengan naik kuda sedang
Henghay Kouw-loan melanjutkan rencananya sendiri.
--dw-- Bab 5 MATAHARI senja sudah mendoyong kesebelah
Barat. Burung2 sudah pulang kembali ke sarangnya
masing2. Orang2 yang berlalu diatas dijalanan besar sudah berkurang jumlahnya.
Lim Tiang Hong dengan mengikuti jalan raya yang
menuju ke kota Kim-leng, mengaburkan kudanya dengan amat pesat. Sebagai seorang jujur dan masih hijau dalam kalangan kang-ouw, maka sama-sekali ia tidak
menyembunyikan perjalanannya, tidak terlepas dari matanya orang2 yang mengincarnya.
150 Sambil berjalan, ia memikirkan apa yang telah
terjadi di gereja Siao-lim-sie. Mengapa dari semula hingga ia meninggalkan lagi gereja tersebut, tidak kelihahatan Hui Hui Taysu munculkan diri" Dan ketika ia hendak bertempur dengan empat padri tua dari bagian ranggon, mengapa mendadak Hui Hui Taysu
mengeluarkan perintah cepat suruh ia meninggalkan gereja" Ada dimana Hui Hui Taysu saat itu. Ia tidak tahu.
Mungkinkah sedang berada didatang gereja" Jikalau benar ia sedang berada di dalam gereja, mengapa ia tidak mau perlihatkan diri"
Soal ini sebetulnya sangat sukar dapat dimengerti.
Akan tetapi, menurut dugaan si anak muda, dalam hal ini pasti ada sebabnya yang masih tersembunyi.
Tidak lama, sang malam sudah tiba. Tatapi ia masih juga melarikan kudanya didalam sebuah rimba yang
lebat pohon2nya. Mungkin karena perasaannya yang
tajam, mendadak ia seperti merasakan ada banyak orang sedang membuntuti dirinya. Maka dalam hati ia lalu berpikir: "Apa ini, kembali itu kawanan imam busuk yang mengejar aku?".
Dengan cepat ia menahan les kudanya.
Tepat pada saat itu dari dalam rimba kedengaran
suara orang ketawa. Tidak lama kemudian lantas muncul Lam-hay Giam-mo yang lalu berkata sambil ketawa terkekeh2: "Orang2 golongan Lam-hay sudah mengeluarkan tenaga tidak sedikit untuk menyerbu gereja Siao-lim-sie.
151 Tidak nyana kau si bocah ini yang memungut hasilnya.
Kalau kau kenal gelagat, lekas kau serahkan patung kuno itu. Dan aku si orang tua akan membiarkan kau pergi.
Kalau kau ingin mengandalkan kepandaianmu untuk
melawan, maka rimba inilah nanti yang akan merupakan tempat bersemayammu yang abadi"
Lim Tiang Hong lantas lompat turun dari kudanya.
Ketika matanya menyapu keadaan disekitarnya, ia segera mengetahui behwa dalam rimba itu ternyata sudah




tersembunyi banyak orang. Seketika itu ia lantas berkata sambii ketawa dingin: "Jangan kata patung kuno itu tidak ada dibadanku. Sekalipun ada, aku juga tidak akan menyerahkan kepala kalian kawanan iblis"
Lam-hay Giam-mo dengan sorot mata buas maju
setindak menghampiri dan berkata dengan suara bengis:
"Untuk penghabisan kali lohu peringatkan padamu. Kalau kau tidak mau serahkan patung kuno itu dengan baik, jangan kau sesalkan kalau lohu nanti berlaku telengas"
Dalam waktu sekejapan saja sudah ada dua puluh
lebih orang2 kuat dari golongan Lam-hay yang
mengambil sikap mengurung disekitar Lim Tiang Hong.
Tiba2 dari tengah udara terdengar suara ketawa
aneh yang menyeramkan. Kemudian disusul dengan
munculnya dua orang yang tanpa banyak bicara tapi sudah lantas menyerang Lim Tiang Hong dengan
kecepatan bagai kilat. 152 Lim Tiang Hong meski sedang dalam kepungan
banyak musuh, tetapi karena sejak mulanya ia sudah bersiap sedia, maka kini sambil membentak keras dengan beruntun tiga kali ia melancarkan serangannya.
Sambaran angin yang keluar dari tangannya itu dengan keras menyambar lawannya.
Dua orang yang menyerang secara menbokong,
karena serangan Lim Tiang Hong tadi, lantas berpencar kekanan dan kiri. Tatkala mereka kembali ketanah lagi, baru diketahui bahwa dua orang tersebut adalah Manusia kukoay dari Utara dan Burung Sakti Sayap Besi.
Kedua iblis ini karena tidak berhasil dengan
serangannya, lalu membalikkan badan dan berkata
kepala Lam-hay Giam-mo sambil delikkan matanya:
"Sungguh kebetulan sekali. Malam ini kembali kita bertemu dengan kau!"
Lam-hay Giam-mo perdengarkan suara dihidung.
Pada saat itu satu bayangan orang diam2
mendekati belakang dirinya Lim Tiang Hong.
Lain hay Giam-mo delikkan matanya yang tajam
dan membentak dengan suara bengis "Kau berani...."
Dan orangnya lantas melompat sambil menyerang.
Sebetulnya Lim Tiang Hong sudah bergerak lebih
cepat dari padanya, sebab begitu pemuda ini merasa dibelakang dirinya ada terdengar suara, kakinya lantas 153
bergeser dengan sendirinya dan tangannya pun lantas bergerak pula dengan babatannya ke belakang.
Tetapi orang yang membokong itu ternyata cukup
lihay. Di bawah gencetan dua orang kuat ia sudah dapat meloloskan diri sambil ketawa ber-gelak2 dan sudah lompat melesat ke dalam gerombolan rumput yang
berada ditempat satu tombak jauhnya dari tempat itu, kemudian ia berkata kepada Lam-hay Giam-mo dengan suara seram: "Baru saja bertemu muka tuan lantas
berani turunkan tangan keji. Apa tuan hendak mengandal jumlah lebih banyak melawan orang" Hm! Kalau benar2
mau main keroyokan, sahabat2 rimba hijau dari tujuh propinsi rasanya tidak akan merasa jeri terhadap orang2
golongan Lam-hay kalian. Ha, ha, ha., ha...."
Lam-hay Giam-mo segera mengenali bahwa orang
itu adalah pemimpin kawanan rimba hijau dari tujuh propinsi daerah Tiongkok Utara. Didalam kalangan Kangouw, orang ini terkenal dengan nama julukannya Biauw-chiu Thian-koan. sedang namanya sendiri adalah Su-khong Yauw. Karena orang ini mempunyai kepandaian istimewa, yaitu kepandaian merogoh saku, maka Lam-hay Giam-mo takut kalau orang itu mengeluarkan
kepandaiannya untuk mencuri patung kuno dibadannya Lim Tiang Hong. Dalam gelisahnya, maka ia lantas
bergerak menyerang padanya. Kini, setelah ditegur oleh Su-kong Yauw dan disamping itu ia juga dapat melihat bahwa tidak jauh dari tempat tersebut banyak
bersembunyi orang2nya pemimpin rimba hijau ini dan 154
karena ia tidak ingm sebelum barang didapatkan belum2
sudah menanam banyak musuh kuat, maka dengan tipu liciknya ia lantas ketawa ber-gelak2 dan berkata:
"Saudara Su khong, jangan salah mengerti. Siaotee tidak mempunyai maksud serupa itu"
Biauw-chiu Thian-koan tidak mengatakan apa2 lagi, hanya matanya saja yang kelihatan berputaran, sambil menatap wajahnya Lim Tiang Hong ia berkata sambi!
ketawa dingin "Sungguh tidak nyana, dalam usiamu yang begini muda, kepandaiannya sebagai pencuri ternyata lebih tinggi daripada aku si tukang copet, lagi sudah berhasil dapat mencuri barang dari dalam gereja Siao-lim-sie. Sayang kau agak bodoh sedikit. Banyak orang kuat dari rimba persilatan sedang mengincar barang itu.
Apa kau kira kau sudah mempunyai kepandaian cukup tinggi untuk menjamin keutuhan barang tersebut
dibadanmu" Menurut pikiranku, jikalau kau suka bekerja sama2 dengan aku si pencuri tua.... barangkali masih ada....sedikit harapan...."
Lim Tiang Hong yang menyaksikan cecongornya
pemimpin kawanan rimba hijau itu yang mirip betul dengan sifat2nya yang suka mencuri, dalam hati sudah merasa sangat mendongkol. Maka ketika ia dengar
ucapan terakhir si tukang copet, ia lantas berkata sambil menggeram: "Kentut!"
Lalu dengan cepat tangannya digerakkan dan
mengeluarkan serangan yang sangat hebat.
155 Biauw-chiu Thian-koan wajahnya berubah seketika
"Bocah, kau cari mampus!" bentaknya
Tangannya yang besar lalu dikibaskan. Dari situ,
serangan angin hebat meluncur keluar.
Ketika dua kekuatan saling beradu, lantas terdengar suara nyaring.
Badannya Biauw-chiu Thian-koan tampak
bergoncang, tapi Lim Tiang Hong sedikitpun tilik berubah kedudukannya.
Meskipun itu karena salah dari si Copet yang terlalu memandang rendah terhadap lawannya sehingga tidak menggunakan tenaga sepenuhnya, tapi itu saja sudah cukup dapat mengejutkan hatinya.
Lim Tiang Hong yang sudah berhasil dengan sekali
gebrak menundukkan musuh jumawanya itu, dalam
hatinya lalu berpikir: "Didepan mata begini banyak kawanan iblis, sungguh tidak mudah aku bisa melepas diri. Seandainya mau dijelaskan duduknya perkara, belum tentu mereka bisa percaya. Biarlah mereka saling cakar lebih dulu, nanti aku pikir2 lagi."
Maka ia sengaja berlaga sombong, dan sambil
tertawa ber-gelak2 ia berkata: "Apa kalian ingin
mendapat patung kuno" Gampang saja"
Dengan dikeluarkannya ucapan serupa itu, keadaan
disitu lantas menjadi sunyi. Semua pada maju mendekati pemuda ini untuk mendengar keterangan selanjutnya 156
dari ia, sedang Biauw-chiu Thian-koan dengan diam2
memberi isyarat pada kawan2nya diluar rimba.
Sebentar kemudian telah muncul empat puluh lebih
orang2 kuat dari kawanan rimba hijau dan lompat masuk ketempat itu.
Lam-hay Giam-mo dengan perasaan gemas
mengawasi orang2 itu sejenak, lalu tidak lama terdengar ia menggerendeng sendiri, sedang orang2nya dari
golongan Lam-hay lantas pada ber-jaga2, siap sedia hendak menghadapi segala kemungkinan.
Lim Tiang Hong mengawasi kejadian didepan
matanya itu dengan sikap dingin. Dalam hati ia merasa geli, ia lalu berkata pula dengan suara keras: "Siaoyamu masih tetap dengan peraturan yang lama. Kepandaian ilmu silat yang menetapkan siapa yang tepat
mendapatkan barang itu"
Manusia Aneh Dari Utara lantas berkata sambil
ketawa ber-gelak2: "Itulah cara yang paling adil. Lohu yang paling dulu menyatakan setuju seratus persen"
Diantara kawanan iblis itu, adalah Pak-mo It-koay (Manusia Aneh Dari Utara) yang kepandaiannya paling tinggi, tapi kedudukannya paling tidak menguntungkan, karena ia hanya seorang diri saja. Maka jika dengan jalan mengadu kepandaian ilmu silat untuk menetapkan siapa2
yang berhak atas barang itu, setiap orang yang
bertanding karena harus menjaga nama baiknya
157 masing2, tentunya tidak akan menggunakan cara
keroyokan. Lam-hay Giam-mo mengawasi Pak-mo It-koay
dengan sorot mata gusar, kemudian berkata sambil
ketawa dingin: "Buat golongan Lam-hay juga tidak
keberatan!" Biauw-chiu Thian-koan Su-khong Yauw kelihatan
berputaran matanya yang sipit, lalu berkata sambil geleng2kan kepala: "Untuk sementara, jangan bicara hal2 yang lain2nya. Kita dapatkan barangnya lebih dulu, baru bicara lagi. Jangan sampai orang2 yang sudah ubanan kena dikibuli oleh anak kemarin sore. Ini benar2
sial dangkalan!" Ia lalu berpaling dan berkata kepada Lim Tiang
Hong: "Bocah, barang itu ada pada kau atau tidak" Lekas jawab sejujurnya!"
Lim Tiang Hong gusar, ia menjawab dengan suara
keras: "Siaoyamu disini ada sebilah, sepasang tangan besi. Kalau kalian hendak berkelahi, aku layani. Lain2
barang aku tidak punya"
Lam-hay Giam-mo sambil kibaskan tangannya
berkata dengan suara bengis: "Tidak perduli ada atau tidak, lebih dulu bereskan padanya baru bicara lagi!"
Dengan serentak terdengar suara bentakan
berulang-ulang. Orang2 golongan Lam-hay sudah ada 4
yang masuk golongan terkuat, sudah menyerbu dirinya 158
Lim Thian Hong. Dengan putar tangan masing2, 4 orang itu melakukan serangan terhadap jalan darah penting lawannya dengan kecepatan bagaikan kilat.
Lim Tiang Hong yang sudah beberapa kali
menghadapi musuh, pengalamannya dalam medan
pertempuran sudah bertambah banyak. Maka dengan
tenang ia geser kakinya ke samping. Badannya lalu berputaran dan kedua tangannya dikerjakan untuk
menghajar lawannya yang licik itu.
Ketika kedua tangannya itu diputar dengan cepat
bagaikan kilat, suatu kekuatan tenaga dalam lantas meluncur keluar dari telapakan tangannya.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan ngeri, 4 dari lawannya sudah ada 2 yang jungkir balik sambil
berlamuran darah. 2 yang lainnya dalam keadaan
ketakutan, juga sudah ditotok rubuh oieh Lim Tiang Hong.
Biauw-chiu Thian-koan perdengarkan suara ketawa
dingin, kemudian berkata mengejek: "Sungguh tidak nyana orang2nya golongan Lam-hay ada begitu tinggi kepandaiannya dan malam ini siaotee baru menyaksikah dengan mata kepala sendiri"
Lam-hay Giam-mo yang memang sudah merasa
malu dan gusar, ditambah lagi diejek demikian rupa, sudah tentu kegusarannya semakin meluap. Mendadak ia maju dan berkata: "Kalau kau merasa tidak puas, kita boleh main2 beberapa jurus saja"
159 Biauw-chiu Thian-koan sambil dongakkan
kepalanya, menyahut dengan sombong: "Perlu apa kau begitu kerupukan seperti orang kebakaran jenggot"
Setelah membereskan bocah ini, kau dengan aku nanti bertempur mati2an toh masih belum terlambat!".
Kemudian ia berkata kepada anak buahnya dengan
suara nyaring: "Saudara2 dari 7 propinsi, mari maju!".
Lam-hay Giam-mo agaknya takut ketinggalan
kereta, maka juga ia lantas berseru: "Anak2 dari
golongan Lam-hay, semua maju!"
Anak buahnya Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay
Giam-mo, jumlahnya tidak kurang dari 80 orang, kini telah mengurung Lim Tiang Hong dengan rapat. Golok, pedang, dan lain2nya senjata tajam serta serangan tangan kosong dengan menggunakan kekuatan tenaga
dalam, dalam sejarak 10 tombak persegi, sudah
membuat bendungan kuat yang sukar ditembus.
Biauw-chiu Thian-koan, Lam-hay Giam-mo, Pak-mo
It-koay dan Thiat-ie Sin Tiauw masing2 berdiri diempat penjuru sambil mengerahkan kekuatan tenaganya, untuk menjaga kalau Lim Tiang Hong lolos dari kepungan.
Ini adalah suatu lelucon besar, juga merupakan
suatu keganjilan dalam rimba persilatan selama seratus tahun ini, terutama kalau diingat bahwa yang dikepung itu adalah Lim Tiang Hong, satu pemuda yang baru saja muncul di dunia Kang-ouw.
160 Lim Tiang Hong yang terkurung di-tengah2 lautan
manusia ini, kegusarannya sudah men-jadi2 begitu pula rasa penasarannya. Dalam hatinya lalu timbul macam2
pertanyaan. Apakah dunia Kang-ouw itu ada begitu jahat dan berbahaya" Apakah dalam rimba persilatan benar2
sudah tidak ada orang yang bisa membedakan mana
yang benar dan mana yang salah" Jikalau tidak
mendapat warisan kepandaiannya orang tua Penyipta, sekalipun 10 Lim Tiang Hong juga akan dibikin musnah.
Saat itu, perkataannya Im-san Mo-lie kembali
berkumandang dalam telinganya: "Manusia didalam dunia ini, kebanyakan menghina yang lemah dan takut pada yang kuat. Jika kau berlaku kejam sedikit, mereka lantas pada menyingkir sendiri".
Dengan kemurkaannya yang sudah melewati
takaran, ia putar kedua tangannya untuk melawan setiap serangan yang dilancarkan dari berbagai penjuru.
Sedang dalam hatinya diam2 berpikir: "Kawanan iblis ini sudah ber-tumpuk2 takaran kejahatannya, cuma dengan jalan membunuh, rasanya baru bisa menghentikan
pembunuhan. Cuma dengan jalan membunuh rupanya
baru bisa dan menolong diri sendiri...."
Napsu membunuhnya makin berkobar. Ilmu
serangannya yang terampuh sudah dikeluarkan. Baru saja dua jurus, dari sana sini sudah terdengar suara jeritan mengerikan sedikitnya sudah ada 5 orang yang rubuh binasa.
161 Lim Tiang Hang semakin bernapsu. Sambil bersiul
nyaring ia melancarkan serangan yang ketiga.
Kawanan iblis itu telah digulung hebat oleh
kekuatan serangan tersebut. Badannya pada jutuh
bergelimpangan, suara jeritan2 terdengar disana sini.
Sepuluh jago lebih dari rimba hijau dihajar sungsang sumbel dan jatuh bergelimpangan hanya dengan satu kekuatan serangan saja. Betapa hebatnya serangan itu dapatlah kita bayangkan! Tapi orang yang menggunakan serangan itu kalau kekuatannya belum cukup sempurna, akan terlalu banyak meminta tenaga. Maka Lim Tiang Hong kelihatan agak tidak beres pernapasannya, agak memburu. Cepat2 ia lalu menghunus pedang To-liong kiamnya. Setelah mengumpulkan kembali kekuatannya, ia lantas mulai menggerakkan ilmu pedangnya yang
dinamakan To liong Keng-hong.
Sebentar saja, diantara berkelebatnya sinar pedang yang amat tajam. Lalu terdengar suara jeritan disana sini dengan disertai darah yang muncrat dari orang2 yang terluka dan binasa.
Akan tetapi, kawanan bajak laut dan kawanan
rimba hijau itu nampaknya tidak menghiraukan semua itu, mereka malah mengepung makin rapat dan makin gehcar melakukan serangan. Yang didepan rubuh, yang dibelakang, yang maju. Mereka seperti sudah mempunyai pedoman: Maju terus pantang mundur.
162 Lim Tiang Hong yang menggunakan pedang dan
tangannya dengan berbareng, sudah tentu kekuatannya banyak diobral, cepat terhambur dan terlalu banyak terbuang, sehingga permainan pedangnya per-lahan2
mulai kalut. Dalam keadaan demikian, tiba2 terdengar suara
bentakan amat keras. Biauw-chiu Thian-koan se-olah2 lakunya seekor
burung garuda mendadak menyerbu kedalam kalangan.
Selanjutnya terdengar pula suara bentakan ber-
ulang2. Lam-hay Giam-mo, Pak-mo It-koay dan si Garuda
Sakti Sayap Besi pada bergerak turut mengepung Lim Tiang Hong.
Kawanan iblis ini semuanya mengandung maksud
sama jahatnya. Apa yang mereka kuatirkan ialah
terhadap Biauw-chiu Thian-koan si pencuri tua yang sudah sangat terkenal kepandaiannya sebagai tukang copet. Siapa asal saja tangannya menempel dibadan orang, benda apa saja yang ada dibadan orang
tersangkut lantas bisa pindah ke dalam tangannya. Maka ketika melihat pencuri tua itu bergerak, kawanan iblis itu juga tidak mau ketinggalan.
Lim Tiang Hong yang sudah bertempur hampir dua
jam lamanya, sekalipun sudah berhasil membunuh
163 banyak musuhnya, tetapi tenaganya sendiri juga sudah diobral terlalu banyak.
Tambahan pihak lawan mendapat bantuan tenaga
dari beberapa kawanan iblis yang berkepandaian sangat tinggi, sudah tentu keadaan Lim Tiang Hong semakin ripuh.
Pak-mo It-koay lalu berkata sambil ketawa dingin:
"Bocah, kalau kau masih sayang jiwamu lekas serahkan patung Buddha itu! Aku si orang tua nanti bisa menjamin keselamatanmu kalau kau mau turut"
Lim Tiang Hong sedikitpun tidak mau menggubris
ucapan iblis itu. Dengan mengerahkan sisa tenaganya, sekaligus ia melancarkan tiga serangan.
Serangan hebat yang keluar dari tangannya itu
membuat kawanan iblis yang mengepungnya terpaksa
harus pada mundur serabutan.
Tapi bagi Lim Tiang Hong sendiri, setelah tiga kali serangan pedangnya itu meiuncur keluar, tiba2 badarnya sempoyongan, hampir saja orangnya jatuh.
Ternyata ia sudah hampir kehabisan tenaga.
Si Burung Sakti Sayap Besi yang melihat ada
kesempatan sangat baik baginya, lantas mementang dua tangannya yang seperti sayap. Badannya melesat tinggi keatas, kemudian menukik lagi untuk menyerang.
Pak-mo It-koay bergerak lebih cepat lagi. Iblis ini menyerbu seperti orang kerasukan setan.
164 Dalam saat2 kritis itu, satu kekuatan lunak yang
tiada tampak mendadak meluncur masuk ke dalam
kalangan. Malang adalah Burung Sakti Sayap Besi. Dia adalah orang pertama yang menjadi sasaran dari serangan itu.
Badannya lantas terpental balik dua tombak lebih. Ia mengeluarkan jeritan seperti setan, darah segar
menyembur. Orangnya juga lantas jatuh di tanah tak sadarkan diri.
Sedang Pak-mo It-koan juga mengeluarkan suara
jeritan tertahan, dengan badan sempoyongan ia mundur 7-8 kaki jauhnya.
Di-tengah2 medan pertempuran mendadak
melayang turun dua bayangan se-olah2 dua daun kering tertiup angin. Dua orang tua berjenggot putih laksana perak dengan mengenakan pakaian warna hijau dan
kopiah kecil tampak pada maju kehadapan Lim Tiang Hong dan berkata sambil memberi hormat "Silahkan
Kongcu mengaso sebentar. Biarlah dua budak tuamu ini yang menghajar kawanan manusia buas ini"
Mendadak mereka balikkan badan dan lantas
berkata dengan bengis kearah kawanan iblis itu: "Apa kalian tidak mau lekas enyah dari sini?"
Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Giam-mo serta
yang lain2nya pada saling pandang. Mereka, meskipun hampir seumur hidupnya mempelajari ilmu silat, akan tetapi belum pernah melihat kepandaian ilmu silat yang 165
begitu tinggi seperti diunjuk oleh dua orang tua tadi, yang se-olah2 bukan dipunyai oleh manusia. Dan apa yang paling mengherankan ialah, kedua orang tua itu yang memiliki kepandaian begitu tinggi, mengapa
membahasakan dirinya "Budak tua" dihadapan Lim Tiang Hong" Kalau begitu bukankah bocah ini asal usulnya semakin mencurigakan"
Untuk sesaat lamanya mereka pada berdiri
menjublek. Dan ketika mendengar kedua orang tua itu mendamprat mereka dengan sikap bengis, semuanya
pada mengerti bahwa apabila tidak menurut, sama
artinya dengan cari mampus sendiri. Maka orang2 itu lantas pada putar balik dirinya sambil memerintahkan orang2nya masing2 membawa kawan2nya yang terluka.
Sebentaran saja, mereka sudah pada lari sipat kuping!
Setelah kawanan iblis itu berlalu jauh, salah satu dari dua orang tua yang baru muncui itu tiba2 berseru:
"Yong-jie, lekas ambil obat pil Soat som wan untuk kongcu"
Dari jauh terdengar suara jawaban yang
melengking "Ya, aku segera datang"
Sebentar tampak berkelebat satu bayangan merah.
Seorang gadis cilik yang badannya mengenakan pakaian serba merah, dengan gerak cepat bagai kilat sudah meluncur turun kehadapan kedua orang tua termaksud.
Gadis cilik itu usianya kira2 baru dua belas tahun.
Diwajahnya yang bundar telur tertampak dua sujen
166 dikedua pipinya, sehingga kalau ketawa tampak semakin manis. Rambutnya dikepang menjadi dua.
Setelah tiba didepan kedua orang tua itu si gadis cilik dengan kelakuan mungil berkata: "Yaya, kenapa kalian melepaskan kawanan manusia jahat itu....?"
Orang tua itu membentak dengan suara perlahan:
"Kongcu ada disini kau harus kenal aturan sedikit!
Bukannya lekas menemui Kongcu!"
Gadis cilik itu setelah mendapat bentakan, lantas diam tak bersuara. Dengan lakunya yang sangat
menghormat ia lalu berjalan ke hadapannya Lim Tiang Hong. lalu nienyura dan berkata: "Disini Yong-jie menghadap Kongcu"
Lim Tiang Hong yang tenaganya diobral terlalu
banyak, badannya dirasakan sangat lelah. Dadanya
dirasakan bergolak hebat. Setelah mendapat kesempatan sebentar untuk mengatur pernapasannya, meskipun
sudah agak mendingan, tatapi kelihatannya seperti masih letih. Ketika ia mendengar dua orang tua dan gadis cilik itu semua pada memanggil ia "Kongcu", hatinya merasa heran bukan main sehingga bengong ter-longong2.
Dengan perasaan ter-heran2 ia berkata: "Aku yang
rendah ada seorang she Lim bernama Tiang Hong.
Lojinkee barangkali kesalahan melihat orang"
Pada saat itu si gadis cilik sudah mengeluarkan
sebutir pil yang putih laksana perak dari dalam botolnya dan lalu diberikan dalam tangannya salah satu dari dua 167
orang tua itu, siapa lalu menyodorkan obat pil tersebut kebibirnya Lim Tiang Hong sambil berkata: "Kekuatan tenaga Kongcu sudah diobral terlalu banyak, kini
makanlah dulu ini pil Soat-som-wan, hal yang lain nanti kita bicarakan lagi"
Lim Tiang Hong menyambuti pil tersebut yang terus dimasukkan kedalam mulutnya. Begitu obat itu ditelan, bau harum dan rasa sejuk memenuhi mulutnya. Sebentar saja otaknya lantas dirasakan jernih.


Orang tua itu lalu berkata pula: "Kongcu boleh
mengaso dulu dan gunakan ilmu kekuatan tenaga dalam, sebentar lagi pasti pulih kembali kesehatanmu"
Lim Tiang Hong menurut. Ia duduk bersemedi
menenangkan pikirannya. Sebentar ia seperti orang tertidur nyenyak dan tatkala mendusin, dua orang tua tadi sudah tidak kelihatan batang hidungnya. Hanya itu gadis cilik berkepang dua yang masih berdiri
disampingnya. Lim Tiang Hong lantas berbangkit. Setelah
gerak2kan tangan serta kakinya sekian lama, ia merasa kekuatannya sudah pulih kembali seperti sediakala.
Ia lalu menjura pada si nona cilik sembari berkata:
"Aku haturkan terima kasih kepada nona dan kakek nona atas budi kalian yang telah menolong jiwaku. Aku yang rendah, selamanya tidak akan melupakan"
168 Gadis cilik itu lompat kesamping menghindarkan
pemberian hormat si anak muda. Sambil ketawa
cekikikan ia berkata "Kongcu jangan begitu, ini benar2
membuat aku sangat tidak enak. Aku dipanggil Yong-jie, selanjutnya kau panggil aku Yong-jie saja sudah cukup"
Lim Tiang Hong menyaksikan sikap gadis cilik itu
yang ke-kanak2an, dalam hati merasa senang. Maka ia lantas menghampiri sambil menarik tangannya dan
berkata pula: "Nona Yong, eh Yong-jie, siapa dia itu"
Mengapi dia kenal aku" Dan mengapa dia panggil aku Kongcu?"
Sepasang matanya Yong jie yang bulat hitam
tampak berputaran, lalu sambil bersenyum ia menjawab:
"Yayaku dipanggil orang2 namanya Gin-sie siu (si kakek jenggot perak). Dan itu orang tua yang mukanya persegi orang2 memanggil padanya Ceng-phao siu (si kakek baju hijau) tapi aku panggil padanya Siok-kong. Apa sebabnya mereka panggil kau Kongcu aku sendiri juga tidak tahu.
Oh ya, benar2 Kau memang Kongcu, bukan?"
Lim Tiang Hong dibikin tertegun oleh jawaban gadis cilik yang jenaka....
Kenapa dan dari mana asal usulnya julukan Kongcu
yang diberikan padanya itu"
"Dan kalian tinggal dimana?" tanyanya.
"Hong hong-tie (danau burung hong)"
"Hong-hong tie?" ulang Lim Tiang Hong.
169 Kemudian menyebut nama itu ber-ulang2, ia belum
pernah dengar nama tersebut. Maka kembali ia bertanya
"Hong-hong tie itu dimana letaknya?"
"Aku tidak mau beritahukan palamu. Cuma
dikemudian hari kau pasti akan tahu sendiri" demikian jawab Yong jie sambil kedip2kan matanya yang bulat
"Apa sebabnya kau tidak mau beritahukan
sekarang?" "Yaya tidak suruh aku memberitahukan padamu"
Sehabis berkata ia lalu dongakkan kepala melihat
keadaan cuaca, kemudian berkata pula: "Aku hendak pergi. Yaya tentu sedang menanti.... Dikemudian hari, kalau bertemu pula, kita boleh bicara lagi se-puas2
nya...." Dan gadis cilik itu lalu goyang kedua kepangnya.
Cepat bagai kilat tubuhnya melesat terbang. Se-olah2
bianglala berwarna merah dadu yang melingkar setengah di angkasa, sebentar saja nona cilik itu sudah
menghilang dari hadapan Lim Tiang Hong.
Tapi sebentar kemudian dengan tiba2 si nona
muncut lagi badannya di tengah udara, se-olah2 bintang dari langit turun meluncur kebumi, terus balik ke hadapan Lim Tiang Hong. Gerakannya yang begitu gesit dan gayanya yang manis menarik, se-olah2 bidadari yang turun dari kayangan kelihatannya.
170 Lim Tiang Hong yang menyaksikan tingkah lakunya
telah dibikin ter-mangu2 dan merasa sangat kagum
sekali. Sebab ilmu mengentengi tubuhnya sendiri yang diberi nama It-shia Cian-lie (Begitu meluncur mencapai jarak seribu lie), meskipun sudah boleh dikatakan sangat hebat, tapi toh masih merasa dirinya kalah kalau
dibandingkan dengan ilmunya gadis ciiik itu.
Pada saat itu Yong-jie dengan paras muka ber-seri2
berdiri di hadapannya. Ia lalu berkata sambil mendorong pundaknya si anak muda: "Kongcu, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, tapi aku tidak berani
mengeluarkannya" "Tidak ada halangan, kau katakan saja"
"Ilmu pukulan tangan kosong dan ilmu pedang yang
barusan Kongcu perlihatkan boleh dibilang sudah tidak ada tandingannya dalam kolong langit ini, cuma.... cuma sayang rupanya kau belum yakinkan dengan sempurna betul, atau waktu latihannya terlalu singkat, sehingga belum menemukan bentuk yang sebenarnya"
Hanya beberapa patah kata ini saja cukup untuk
mengukur berapa tingginya kepandaian gadis cilik itu.
Ilmu pukulan tangan dan ilmu pedang clptaannya orang tua penyipta yang dikatakan sudah tidak ada
tandingannya dalam dunia oleh gadis mungil itu,
mengapa kalau dimainkan oleh Lim Tiang Hong masih ada kekurangan apa2nya" Ini karena Lim Tiang Hong merasa agak sangsi tentang kekuatan dan
171 kapandaiannya sendiri. Kini, setelah si gadis cilik mengatakan hal itu, ia jadi sadar dan mengerti apa sepabnya. Maka ia iantas berseru sambil menepuk
pahanya sendiri "Aaah, aku sekarang mengerti...."
Yong-jie terkesiap, sambil pentang lebar matanya
yg bulat lalu berkata dengan parasaan agak kuatir: "Apa perkataanku tadi ada salah?"
"Bukan. Adik kecii, aku sangat kagum kepadamu.
Apa yang kau ucapkan tadi sedikitpun tidak salah. Waktu latihanku terlalu singkat" demikian kata Lim Tiang Hong sambil me-nepuk2 pundak gadis kecil itu.
Yong-jie ketawa cekikikan dan berkata "Aku mana
mengerti begitu banyak" Semua itu adalah Kok-cu yang mengatakan. Ia kata bahwa sesuatu ilmu harus dilatih dengan seksama dan dari latihan yang sungguh-sungguh itu baru dapat dimengerti akan artinya yang terdapat dalam ilmu itu, kemudian baru dapat memahami
keseluruhan dari kebagusannya ilmu tersebut"
Sehabis berkata kembali ia mengeluarkan sebuah
botol obat dari sakunya yang lalu diberikan kepada si anak muda.
"Sebotol obat Soat-som wan ini boleh kau simpan
baik2 dan aku sekarang benar2 hendak pergi. Kongcu"
katanya. Kelakuannya mungil jenaka.
172 Baru saja habis mengucapkan perkatannya, Lim
Tiang Hong cuma melihat berkelebatnya sinar marah dan sebentar saja gadis cilik itu sudah berada di suatu tempat dua puluh tombak jauhnya dari padanya.
Lim Tiang Hong masih berdiri terpaku ditempatnya.
Ia merasa bahwa kepandaian ilmu silat itu benar2 tidak ada batasnya. Gunung tinggi masih ada gunung lain yang lebih tinggi lagi. Yong-jie dalam usianya yang begitu muda sudah bisa memahami begitu dalam tentang
kepandaian ilmu silat. Dari sini bisa diduga bahwa kok-cu yang ia sebutkan tadi entah berapa kali lebih tinggi lagi kepandaiannya.
Setelah merenung sejenak, ia lalu memasukkan
botol obat tadi kedalam sakunya, lalu melanjutkan lagi perjalanannya ke arah selatan.
Selewatnya satu perjalanan semalam suntuk, hari
sudah menjelang pagi. Disebelah timur sudah nampak warna ke-merah2an,
sedang halimun pagi yang berwarna putih seperti asap nampak mengarungi seluruh jagat. Se-olah2 hendak
memperlihatkan Lim Tiang Hong dan kudanya yang
sedang berjalan di tengah2 gumpalan awan.
Baru saja ia putar kudanya kesuatu tikungan di satu jalanan gunung, tiba2 terdengar suara beberapa orang yang menyebut nama Buddha dan dari arah sebelah
depan tampak mendatangi lima orang imam.
173 Lima imam itu sudah pernah bertemu semuanya
dengan Lim Tiang Hong. Mereka itu adalah para Ciangbun-jin dari lima partai besar golongan Hian-bun. Yang pernah dilihatnya digunung Siong-san. Untuk sesaat lamanya hatinya bercekat. Tapi pada saat itu ia sudah tidak bisa membelokkan arah kudanya lagi, maka ia pura2 seperti orang tidak mempunyai urusan apa2
hendak melanjutkan perjalanan lagi.
Giok Hie Totiang dari Kun-lun pay lantas berkata
sambil kibaskan kebutannya: "Sicu, kenapa saat ini baru tiba" pinto sekalian hampir semalam suntuk menunggui kedatangan Sicu"
Lim Tiang Hong lalu menjawab sambil menyoja:
"Entah ada urusan apa Totiang sekalian menunggu
kedatangan diriku yang rendah?"
Ciak-yan Ie-su dari Ngo bie pay lantas berkata
sambil pelototkan matanya "Sicu, buat apa musti pura2
menanya" Kau sudah mempunyai nyali untuk berbuat, seharusnya ada mempunyai nyali juga untuk
bertanggung jawab" Lim Tiang Hong kerutkan keningnya. "Apa yang
dimaksudkan kalian itu kejadian salah paham yang
terjadi dikota Lok-yang?" tanyanya Tentang ini tidak lama lagi pasti bisa dibikin terang. Aku yang rendah juga sedang menyelidiki persoalan ini"
Lam-gak Koan-cu dari Hengsan-pay berkata sambil
ketawa dingin: "Banyak orang pada menyaksikan
174 kejadian itu. Apa bisa jadi salah paham" Orang" yang beribadat tidak gampang2 menjadi gusar. Hari ini kami juga tidak ingin menyulitkan kau. Cuma kami minta kau supaya suka ikut Pinto untuk tinggal sementara di dalam kuil Lam gak. Setelah urusan itu nanti menjadi terang, kami boleh membebaskan kau lagi"
Buat pihaknya orang2 golongan Hian-bun, ucapan
Lam-gak Koan-cu ini sebetulnya sudah terhitung yang paling merendah. Akan tetapi, mana mau Lim Tiang
Hong dijadikan tawanan oleh mereka. Apalagi soal itu sebetulnya memang merupakan suatu soal penasaran
hati baginya. Maka seketika itu sepasang alisnya lantas berdiri.
Sambil ketawa ber-gelak2 ia berkata: "Lim Tiang Hong bukan satu anak kecil, bagaimana mandah dipermainkan orang" Dengan terus terang kuberitahukan pada kalian, Aku si orang she Lim dengan orang2 dari golongan Hianbun sebetulnya tidak mempunyai dendaman dan
permusuhan apa2. Tidak ada sesuatu alasan bagiku
untuk melukai orang secara serampangan. Tapi, jika kalian kukuh menganggap bahwa perbuatan itu aku yang melakukan, aku si orang She Lim juga bukan itu orang gampang2 mandah dihina oleh segala orang"
Thian-hian Totiang dari Ciong-lam san lantas
membentak dengan suara gusar: "Kau rupanya ada
seorang yang belum mau mengucurkan air mata jika
belum melihat peti mati. Lekas turun dari kudamu!
175 Toaya-mu akan suruh kau belajar kenal dengan ilmu Thian-cao-ciang dari Ciong lam-pay"
Lim Tiang Hong tahu bahwa ia tidak mudah
menghindarkan diri dari suatu bentrokan hebat, maka segera ia lompat tuun dari atas kudanya, dengan sikap menantang ia lalu berkata dengan suara dingin: "Kalian menghendaki bertempur satu lawan satu atau maju
berbareng" Silahkan lekas turun tangan, Siaoya-mu ingin melanjutkan perjalanannya lagi:"
Thian-hian Totiang sudah bertekad bulat hendak
menuntut balas bagi Liang-gie Kiam-khek yang sudah binasa, maka ia lantas membentak dengan suara keras:
"Bocah, kau sungguh jumawa!"
Ia lantas melesat dan menyerang dengan tangan
kosong. Serangannya itu sungguh hebat. Apalagi ia lakukan dengan sangat bernapsu hingga se-olah2
gelombang angin puyuh yang menyapu dari langit.
Lim Tiang Hong sudah tahu bahwa lima imam ini
masing2 memiliki kepandaian tinggi dan kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat, hingga tidak mudah untuk menghadapi mareka. Maka tatkala melibat datangnya sambaran angin, ia lantas berkelit ke samping. Kemudian dengan menggerakkan satu tangannya ia memunahkan
serangan Thian-hian Totiang yang hebat itu.
Thian-hian Totiang, setelah melancarkan serangan
yang pertama, lantas menyusulkan serangan lanjutannya dengan menggunakan ilmu Thian-cao-ciangnya. Dalam 176
waktu sekejapan saja secara beruntun ia telah
mengeluarkan dua belas kali serangan dengan tangan kosong.
Ini adalah untuk pertama kalinya bagi Lim Tiang
Hong bertempur menghadapi musuh kuat sejak ia
muncul didunia Kang-ouw. Saat itu ia kerahkan seluruh kekuatannya dan
secara berani maju menyambuti satu serangan sangat hebat yang dikirim lagi oleh Thian-hian Totiang. Kedua tangannya diputar sedemikian rupa sampai
mengeluarkan sambatan angin laksana gelombang air laut. Dengan cepat ia sudah balik menyerang sampai sebelas kali.
Mereka berdua yang satu adaiah seorang berbakat
luar biasa dan yang lain merupakan satu tokoh rimba persilatan yang sudah mempunyai latihan puluhan tahun lamanya. Begitu bergebrak masing2 sudah bergerak
cepat dan gesit se-olah2 pertempuran antara harimau dan singa sampai anginnya yang timbul dari tangan keduanya membuat keadaan di sekitar medan
pertempuran menjadi gelap kerena berhamburannya abu dan batu2
Thian-hian Totiang mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Ilmu pukulan Thian-cao Ciang hoat-nya telah diulangi sampai dua kali. Akan tetapi, lawannya yang masih berusia sangat muda bukan saja belum
memperlihatkan tanda2 akan kalah, bahkan gerakan ti-177
pu2 siiatnya makin lama kelihatan makin aneh dan
kekuatan tenaga dalamnya semakin lama tampak
semakin bertambah, sehingga dalam hati imam itu diam2
merasa cemas. Sebab dengan kedudukannya sebagai
Ciang-bunjin dari salah satu partai besar, bertempur dengan seorang yang jauh lebih muda usianya, sudah merupakan satu ha! yang sangat memalukan. Apalagi sudah lama belum juga mampu menjatuhkan lawan
mudanya itu, lebih2 akan membuat namanya tercela.
Maka seketika itu ia lantas memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya dan menyerang secara hebat sambil membentak: "Bocah rebah!"
Berbareng dengan seruannya itu, tangannya
menyambar dada lawan. Karena serangannya kali ini dilakukan dengan
seluruh kekuatannya yang ada, maka sambaran anginnya juga tampak lebih hebat daripada yang sudah2. Sebelum serangan itu sampai anginnya saja sudah membikin
kawannya yang menonton pada beterbangan jubahnya.
Lim Tiang Hong agaknya sudah mulai naik darah.
Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Belum tentu!" Bersamaan dengan itu, ia juga melancarkan
serangannya, yaitu kekuatan tenaga dalam yang sudah berpusat dikedua tangan anak muda ini lantas meluncur keluar menyambuti serangan Thian-hian Totiang.
178 Diantara suara benturan dan bentakan. Lim Tiang
Hong tiba2 membentak pula: "Aku si orang she Lim juga akan membalas seranganmu ini!"
Mendadak badannya tampak bergerak maju.
Tangannya mendorong perlahan kedepan. Angin Cao-
khie yang keluar dari tangan itu se-olah2 angin puyuh meluncur keluar! Dengan itu saja sudah keluar suara gemuruh!
Dalam mengadu kekuatan untuk kedua kalinya itu,
wajahnya Thian-hian Totiang berubah seketika. Sudah terang ia telah mendapat luka didalam yang amat parah.
Lim Tiang Hong agaknya tidak mau berbuat
keterlaluan, maka ia tidak menyusulkan serangannya yang lain. Jikalau tidak, jiwa imam Ciong-lam-pay itu pasti sudah tidak ada lagi.
Tiba2 terdengar satu suara bentakan nyaring. Ciak-yan Ie-su dengan serangannya yang sangat bebat telah menyerang Lim Tiang Hong dari samping! Ketua dari Ngo-bie-pay ini sudah lama terkenal karena kekuatan tangan kosongnya. Kali ini ia melancarkan serangannya dalam membela kawan, maka kehebatannya lebih2 dari yang biasa ia gunakan.
Lim Tiang Hong dengan cepat memutar tubuhnya.
Dengan satu tangan memutar keluar dipakai untuk
menyambuti serangan imam Ngo-bie tersebut.
179 Setelah kedua kekuatan saling beradu, Lim Tiang
Hong mundur tiga tindak. Ciak-yan Ie-su dengan mata beringas kembali melancarkan serangan lanjutannya.
Lim Tiang Hong kretak gigi dan mengangkat
tangan. Ia hendak menyambuti serangan kedua dari
ketua Ngo bie-pay itu. Tepat pada saat itu, Cek-siong cu dari Kong-tong
pay tiba2 berseru "Ciak yan To heng silahkan kau
mengaso dulu! Biarlah Pinto yang melayani bocah
sombong ini" Dan tanpa menantikan jawaban dari Ciak-yan Ie-su
ia sudah maju menyerbu sambil ayunkan kedua
tangannya. Dengan kecepatan kilat beruntun sampai sembilan kali ia melancarkan serangan2 hebatnya.
Lim Tiang Hong yang memang sudah terluka
didalam, belum dapat kesempatan mengaso, sekarang sudah mendapat serangan hebat lagi yang datangnyapun secara tiba2, saat itu ia sudah murka benar. Dengau menahan rasa sakit didalam badan anak muda ini
mengeluarkan semua kepandaian warisannya si orang tua Penyipta, tanpa merubah kedudukan menyambuti
serangan Cek-siong-cu yang hebat itu.
Diantara berkelebatnya tangan dan bayangan orang
serta sambaran angin yang gemuruh saling seliwer, terlihat pula dirinya Giok Hie-cu dari Kun-lun-pay yang tiba2 turut menyerbu kedaiam kalangan untuk
menggantikah kedudukan Cek siong-cu.
180 Sejak saat itu, kecuali Thian-hian Totiang yang
sudah terluka didalam, empat ketua dari empat partai besar telah maju berbareng. Mereka menempur Lim
Tiang Hong secara bergiliran. Mereka anggap diri dan kedudukan sendiri sebagai ketua partai tidak mau
bertempur secara mengeroyok. Tetapi dengan
mengambil siasat bertempur secara bergiliran demikian, tidak banyak bedanya lengan cara mengeroyok.
Lim Tiang Hong sekalipun sudah mendapat warisan
kepandaian amat tinggi, juga merasa berat melayani begitu banyak orang2 kuat dari empat partai besar itu.
Pada satu saat ia telah terkena serangan Giok-hie-cu dengan telak. Ia yang sudah terluka, kembali mendapat hajaran telak, keadaannya bertambah tidak
menguntungkan bagi dirinya. Darah nampak menyembur keluar dari mulutnya, badannya kelihatan sempoyongan seperti orang hendak rubuh.
Lam-gak Koan-cu yang menyaksikan itu lantas
berkata sambil ketawa dingin: "Sekarang aku mau lihat apa kau masih berani keras kepala"
Berbareng dengan itu, tangannya cepat bagai kilat sudah menyambar pergelangan tangan si anak muda
Lim Tiang Hong mendadak pentang matanya
lebar2. Sembari membentak ia balikkan tangannya
dengan cara mendadak dan sudah berbalik mencekal
pergelangan tangan Lam-gak Koan-cu.
181 Bukan kepalang kagetnya Lam-gak Koan-cu Tapi
tiba2 ia merasakan lima jari2 tangan Lim Tiang Hong-yang menyekalnya itu sudah tidak mempunyai kekuatan banyak lagi. Ia merangsek. Dua tangan berbareng sudah dipakai. Tangan yang satu mengebas hingga berhasil melepaskan cekalan pemuda itu, sedang tangan yang lain dipakai menyerang dada si anak muda.
Lim Tiang Hong saat itu keadaannya sangat payah,
sama sekali tidak mempunyai sisa kekuatan sekalipun berkelit saja. Dan tangannya Lam-gak Koan-cu saat itu cuma lima enam dim saja terpisah di depan dada Lim Tiang Hong. Asal kekuatan tenaga imam itu ditambah sedikit saja, pasti jiwanya Lim Tiang Hong melayang tanpa ampun lagi.
Dalam keadaan kritis serupa itu, ditengah udara
tiba2 terdengar suara bentakan halus. Satu bayangan putih melayang turun dari tengah udara. Hawa dingin sekali sudah mengurung di kepala Lam-gak Koan-cu!
Lam-gak Koan-cu yang harus melindungi kepalunya
dari serangan gelap itu, lantas urungkan maksudnya meagambil jiwa Lim Tiang Hong. Kakinya menotol tanah dan badannya melejit ke samping.
Saat itu orang2 pada tahu bahwa orang yang
datang secara mendadak itu sudah berdiri disamping si anak muda. Orang itu dengan pedang dan sikap keren memandang mereka. Itu adalah Henghay Kouw-loan
182 yang pernah bersama dengan Lim Tiang mengaduk
gereja Siao-lim sie. Dengan alis berdiri dan menuding Lam-gak Koan-
cu, nona itu memaki: "Sungguh tidak nyana kalian yang berkedudukan sebagai ketua dari partai2 besar
semuanya berani menggunakan cara rendah begitu
untuk menghadapi satu pemuda yang baru muncul
didunia Kang-ouw! Nonamu ingin menanya kepada
kalian: Apakah cara itu pantas kalian lakukan". Akan kalian kemanakan kedudukan kalian yang sudah begitu tinggi?"
Ciak-yan Ie-su sambil delikkan matanya menjawab
"Untuk menghadapi satu penjahat besar seperti dia ini tidak perlu kami gunakan tata tertib rimba persilatan"
Henghay Kow-loan berkata pula sambil ketawa
dingin "Hari ini untuk sementara biarlah kalian merasa bangga dengan tindakan kalian itu. Lain hari nonamu akan cari kalian satu persatu membuat perhitungan hari ini!"
Lalu sambil menarik tangan Lim Tiang Hong si nona hendak berlalu.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Lam-gak Koan-cu ketawa dingin. "Apa kau pikir bisa berlalu dengan cara begitu gampang?" ia mengejek.
Henghay Kow-loan goyang2kan pedang
ditangannya. Ia lantas membentak dengan suara
nyaring: "Apa kalian masih hendak bertempur?"
183 Tepat pada saat itu satu suara bentakan bengis
tiba2 terdengar, "Kawanan imam durhaka! Sungguh
besar nyali kalian...."
Orang2 yang berada disitu semuanya pada
terperanjat. Seorang aneh berperawakan tinggi besar dengan rambutnya yang merah tampak melayang turun se-olah2 burung elang hendak menyambar mengsanya.
Sepasang mata biru dari orang rambut merah itu
menyapu kawanan imam sejanak, kemudian berjalan
kehadapan Lim Tiang Hong Lalu dengan sikap sangat menghormat orang itu membungkukkan badannya
seraya berkata: "Hek-sa Tancu Leng Hin disini, harap Kauwcu muda suka memberi perintah, kawanan imam
durhaka ini yang berani mengganggu Kouwcu muda
bagaimana harus dibereskan"
Lim Tiang Hong yang masih berdiri berusaha
mengatur pernapasan sambil pejamkan matanya. Ketika mendengar perkataan orang yang baru datang itu,
agaknya terkejut sekali. Kejadian sebelum itu sudah ada lain orang menyebutnya Kongcu. Dan sekarang
pangkatnya dijadikan lebih tinggi lagi. Ia dipanggil Kauwcu muda. Ini sesungguhnya membuat ia tidak habis mengerti.
Tapi oleh karena pada saat itu ia masih perlu
cepat2 menggunakan kekuatan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan luka2 dalamnya, lagi pula ketika
menyaksikan wajah orang yang mengaku bernama Leng 184
Hin itu begitu jelek yang menyebalkan hatinya lantas timbul kesan tidak baik terhadapnya. Maka atas
pertanyaan orang itu ia hanya meng-goyang2kan kepala, tidak menjawab permintaan Leng Hin tadi. Ia juga lalu pejamkan kembali matanya. Orang aneh berambut
merah itu mendadak membalikkan badannya. Wajahnya yang hijau dan kelihatan seperti tidak ada darahnya itu tiba2 kelihatan sangat bengis. Sepasang matanya yang biru tampak mendelik, dengan sikap garang ia berkata sambil ketawa dingin: "Hai kawanan imam durhaka!
Kalian sungguh terlalu memandang tinggi kepada Thian-cu-kauw. Sampai perlu dengan kedudukan sebagai lima ketua partai besar mengeroyok satu anak muda. Leng Hin kini ingin tanya kalian, dengan mengandalkan jumlah banyak itu apakah tidak pandang mata Thian-cu kauw kami atau menganggap Thian-cu kauw kami tidak ada orang...."
Perkataan orang she Leng itu selain galak, juga
sangat pedas menusuk hati.
Lam-gak Koan-cu sudah lama berkelana didunia
Kang-ouw. Ia tahu benar keadaan diseluruh dunia Kangouw. Tapi ia belum pernah dengar dikalangan rimba persilatan ada satu partai golongan atau perkumpulan yang namanya Thian-cu kauw. Malah bukan cuma Lam
gak Koan-cu saja yang tidak tahu, empat ketua partai besar yang lainya juga semuanya belum pernah ada
yang dengar nama itu. 185 Cek Siong-cu maju kedepan dan berkata dengan
suara nyaring: "Asal ada orang yang unjukkan diri urusan gampang diurus. Orang2 dari golongan Hian-bun yang sudah binasa ditangan bocah itu sudah hampir seratus orang jumlahnya. Kalau benar Thian-cu-kauw mau
mengakui dan menanggung dosa orang jahat itu,
barangkali rekening ini nanti akan kami perhitungkan atas diri kalian orang2 Thian-cu-kauw"
Pada saat itu dari dalam rimba terdengar lagi satu suara aneh yang lantas disusul dengan munculnya dua orang yang aneh bentuk rupa dan tubuhnya. Yang satu adalah seorang gemuk pendek dengan potongan seperti gentong dan yang lain ialah seorang kurus kering tinggi macam galah bambu. Kedua orang itu tatkala berada di dalam kalangan, yang kurus kering sambil ulurkan
tangannya yang panjang lantas berkata sambil menuding Cek-siong-cu.
"Urusan hari ini kalian hendak putuskan begitu saja atau menantikan kami turun tangan dulu?"
Ciak-yan Ie-su yang adatnya paling berangasan,
ketika mendengar perkataan itu berewoknya lantas pada berdiri. Dengan mata mendelik ia membentak dengan suara keras "Kau siapa! Berani kau keluarkan perkataan2
begitu sombong didepan kami?"
Orang kurus kering itu dengan sikap lebih bengis
berkata dengan suara dingin "Kami adalah Thian-long Tancu Ie Tiang Siang dan Tec-im Tancu Thian Lui.
186 Dengan kedudukan kami sebagai Tancu, hendak
membereskan kalian bangsa imam durhaka rasanya tidak terlalu menghina, bukan?"
Ngo-bie, Kun-lun dan tiga partai lainnya didalam
rimba persilatan merupakan partai2 besar dari golongan orang baik2. Sedang kedua orang itu hanya merupakan orang2 yang berkedudukan sebagai Tancu dari
perkumpulan Thian-cu-kauw yang belum menonjol dan sama sekali belum keluar namanya, kini orang2 itu ternyata sudah berani mengucapkan perkataan demikian dihadaaan para ketua partai2 besar itu, dapatlah diduga betapa gila dan sombongnya orang2 kurus dan gemuk itu.
Ciak-yan Ie-su merasakan dadanya hampir
meledak. Lam-gak Koan-cu dan lainnya juga sudah pada gusar.
Selagi orang2 lima partai besar itu hendak
membalas dengan kata2 pedas, pada saat itu Lim Tiang Hong yang berdiri disamping setelah mengatur
pernapasannya sebentar. Luka2nya sudah mulai sembuh.
Ia yang sejak tadi merasa jemu terhadap tiga orang yang mengaku dirinya sebagai Tancu dari Thian-cu-kauw itu, lantas berpaling dan berkata kepada Henghay Kow-loan
"Mari kita pergi"
Tapi selagi ia melangkahkan kakinya, Cek-siong-cu membentak: "Jahanam, apa kira masih pikir bisa pergi"
187 Berbareng dengan kata2nya itu, badan imam dari
Khong-tong ini sudah bergerak naik keatas. Se-olah2
lakunya seekor burung besar. Badannya melayang turun lagi sambil pentang lima jari2 tangan, ia menyambar kepada Lim Tiang Hong.
Sebelum tangan itu sampai, angin yang keluar dari jari2nya sudah menyambar lebih dulu.
Lim Tiang Hong sangat gusar. Se-konyong2 berbalik satu putaran. Tangannya juga terangkat dan jarinya menyentil. Kekuatan tenaga sebesar biji kacang yang tiada tampak ujudnya lantas meluncur keluar.
Dengan memperdengarkan suara "Srr"-nya lantas
menembusi serangan tangan Cek-siong-cu yang terus mengarah jalan darah Hoa-kay dan Soan-kie di tubuh imam itu.
Ilmu tertinggi yang sulit dipelajari dari golongan Hian-bun ini sudah tentu dikenal baik oleh Cek-siong-cu sampai dimana kelihayannya. Maka ia lantas
berjumpalitan ditengah udara sambil memutar kedua tangannya. Dengan susah payah baru akhirnya berhasil juga ia menghindarkan serangan lihay itu. Bukan
kepalang terkejutnya hati imam ini hinggga setelah melayang turun kembali, imam Khong-tong ini cuma
dapat berdiri melongo, tidak bisa berkata apa2 dan tidak mampu menggerakkan lagi kaki tangannya.
Pada saat itu didalam rimba tampak berkelebat satu bayangan padri tinggi besar. Setelah keluar seruan kaget 188
dari mulutnya, bayangan tinggi besar itu lantas
menghilang kembali. Lim Tiang Hong yang setelah mengeluarkan
ilmunya yang dinamakan Cek-shie Seng-wan-kang,
kakinya tidak berhenti. Ia masih berjalan dengan
tindakan lebar sambil menarik lengan Henghay Kouw-loan
Wajahnya Hek-sa Tan-cu berubah dengan
mendadak. Dengan mata bersinar buas ia berkata sambil ketawa mengejek: "Kawanan imam tidak tahu diri! Kalian berani tidak pandang mata Thian-cu-kauw" Jikalau tidak diberi sedekit hajaran, kau tentunya masih anggap bahwa orang2 dari Thian-cu-kauw gampang dihina!"
Ia lalu menggetarkan tangan kanannya. Berbareng
dengari gerakan tangannya itu, meluncur keluar juga satu kekuatan tenaga yang tersembunyi dengan warna hitamnya. Cepat bagai anak panah meluncur dari
busurnya serangan ini mengarah enam jalan darah
diseluruh badan Cek-siong-cu.
Cek-siong-cu, sebagai ketua dari Khong-tong-pay
yang banyak pengetahuannya, segera mengenali bahwa serangan itu adalah serangan yang dinamakan Tee-im Mo-at Ek-hun-chiu. Seketika itu ia ketawa dingin, kedua tangannya digerakkan dari atas ke bawah hingga
menimbulkan gulungan kekuatan tenaga dalam yang
meluncur dari tangannya. 189 Itu adalah satu tipu serangan simpanan dari Khong-tong-pay yang dinamakan Hong-seng Tian-kok, salah satu dari tujuh jurus ilmu pukulan Mo-in Ciang-hoat.
Tatkala kekuatan tenaga itu meluncur keluar, hawa warna hitam dari Hek-sa Tan-cu sesaat itu lantas dibikin buyar
Leng Hin menggeram. Wajahnya nampak gusar,
sampai tulang2 di sekujur badannya pada berbunyi
keretekan. Ia lalu angkat tangannya tinggi2. Telapakan tangan yang hitam jengat tiba2 menjulur menjadi lebih panjang dan lebih besar. Orang ini sambil pendelikkan matanya yang lebar, berjalan setindak demi setindak menghampiri musuhnya.
Ciak-yan Ie-su, Lam-gak Koan-cu dan Giok-hie-cu
sangat kuatir kalau2 Cek siong-cu tidak mampu
menyambuti serangan ganasnya orang she Leng itu.
Maka tanpa merasa semuanya sudah pada menggeser
kakinya mendekati Cek-siong-cu.
(-dw-) Jilid ke 3 IE TIANG SIANG yang badannya kurus kering dan
seorang yang badannya gemuk seperti gentong sambil ketawa mereka berkata hampir berbareng: "Tuan2 ketua dari lima partai besar apakah kembali akan
190 menggunakan cara lama yang biasa kalian gunakan
untuk mengepung lawan tangguh" Ha, ha.... ilmu silat dan partai2 besar di daerah Tiong-goan kiranya cuma menggunakan siasat mengeroyok menjatuhkan lawan.
Ha, ha...." Beberapa imam itu yang memang merasa dirinya
bersalah, wajahnya pada merah membara. Dengan
sejujurnya, mereka pada saat itu sebetulnya tidak ada maksud hendak mengeroyok lawannya. Maka Ciak-yan
Ie-su lantas membentak sambil delikkan matanya: "Kau jangan sembarang membuka mulut memaki orang
seenaknya saja!" Pada saat itu, Hek-sa Tancu sudah mendekati
dirinya Cek siong-cu kira2 lima kaki jauhnya. Kedua tangannya Leng Hin ditekuk seperti gaetan, dengan cara demikian gerakannya itu tidak beda dengan gerakan binatang buas yang hendak menerkam mangsanya.
Buat pihaknya Cek-siong-cu, ia juga sudah
memusatkan seluruh kekuatan tenaganya yang sudah
mendapat latihan beberapa puluh tahun kepada kedua tangannya.
191 Se-konyong2 sesosok bayangan orang dari atas
pohon sejarak kira2 sepuluh tombak lebih terlihat melayang turun ke dalam medan pertempuran.
Orang muncul yang secara tiba2 ini menendangkan
kedua kakinya secara beruntun dengan menggunakan
ilmu mengentengkan tubuh golongan Bu-tong-pay. Saat itu tatkala tiba dimedan pertempuran lalu memisahkan orang yang sedang hendak bertempur mati2an.
Kemudian berkata dengan sikap tenang.
"Nampaknya enam partay golongan Hian-bun
dengan Thian-cu kauw ini tidak mungkin bisa dibereskan, maka sebaiknya dengan satu waktu saja untuk kita
membikin perhitungan."
Ie Tiang Siang yang berdiri disamping lantas
nyeletuk dengan: .... --- (ada halaman yg sobek sebagian)---
"Bu-tong It-khie dari golongan Bu-tong pay yang
sudah lama asingkan diri kiranya juga sudah tiba. Ini sungguh bagus sekali. Kami dari pihaknya Thian-cu-kauw sembarang waktu suka menantikan tantangan kalian"
192 Kemudian ia berkata kepada Leng Hin: "Leng
Tancu, urusan hari ini biarlah kita tutup sampai disini dulu. Mari kita pergi"
Kedua manusia iblis itu lantas mundur kedalam
rimba, diikuti si gemuk Thian Lui.
Sedangkan para ketua dari partai2 besar semuanya
masih tetap berdiri ditengah kalangan, namun tiada satu yang menghalangi kaburnya mereka.
Sebabnya ialah. Bu-tong It-khie itu masih pernah
Susiok (Paman seperguruan) dari Leng-siauw-cu, yang saat itu menjadi ketua Bu-tong-pay. Baik ilmu silat maupun kedudukannya, orang ini masih lebih tinggi setingkat dari para ketua partai yang saat itu berada disitu. Maka terhadap usulnya orang aneh ini tidak ada satupun antara mereka yang berani menentang.
Setelah tiga Tan-cu tadi berlalu, para ketua partai golongan Hian-bun lantas maju menemui Bu-tong It-khie untuk memberi hormat.
Terhadap orang2 itu Bu-tong lt-khie tidak banyak
bicara. Dari badannya, mengeluarkan sebuah botol batu giok, lalu mengeluarkan sebutir obat pil yang kemudian dimasukkan kedalam mulut Thian-hian Totiang yang
193 sedang terluka. Setelah itu ia lalu berkata sambil menghela napas: "Urusan ini makin lama makin ruwet dan makin aneh. Nampaknya dalam rimba persilatan
dalam waktu tidak lama lagi pasti akan terjadi
pertumpahan darah secara besar2an. Kita enam partai dari golongan Hian-bun harus dapat menghadapi soal ini se-baik2nya. Jikalau salah bertindak sedikit saja, nanti akan menimbulkan lain keruncingan yang lebih hebat"
Ciak-yan Ie-su yang masih belum hilang
mendongkolnya, lantas menjawab: "Enam partai dari golongan Hian-bun kita yang merupakan partai2 besar buat daerah Tiong-goan, apakah harus mandah anak2
muridnya di-bunuh2 orang begitu saja" Apakah kita harus selamanya berpeluk tangan tidak boleh turut campur dalam urusan ini?"
Bu-tong It-khie meng-urut2 jenggotnya yang
panjang, lalu meng-geleng2kan kepalanya sambil berkata pula "Bukan begitu maksud Pinto. Urusan ini sudah tentu harus kita selidiki sampai ke-dasar2nya. Tapi kalau mau dikata bahwa pemuda itu tadi adalah pembunuhnya yang asli, dalam hal ini Pinto tidak setuju. Menurut apa yang Pinto sudah selidiki selama beberapa hari ini, ternyata 194
kita harus rubah semua pendirian dan pandangan kita dalam menghadapi peristiwa berdarah ini"
Ia berhenti lalu melanjutkan lagi: "Pertama, anak muda itu ada mempunyai kekuatan dan ilmu silat sangat tinggi. Gerak-gerik dan tindak-tanduknya kelihatan sangat hati2. Lweekangnya agaknya juga cukup sempurna.
Jika tidak mendapat pimpinan dan didikan orang sakti sudah tentu dia tidak bisa melatih sampai pada taraf tinggi begitu. Lagi pula, pemuda itu setiap kali turun tangan kebanyakan selalu mengambil sikap mengalah.
Apa kalian tidak tahu itu" Malah tindakan dan ucapannya nyata2 memperlihatkan bahwa dia adalah orang dari golongan baik2. Sama sekali bukannya itu orang yang mempunyai ciri sebagai manusia jahat dan biadab.
Kedua, orang2nya dari Hong-hong-tie pada menyebutnya Kongcu. Apa maksudnya orang2 itu membuat orang
bingung. Ketiga, Thian-cu-kauw jarang sekali perlihatkan orang2nya dikalangan Kang-ouw. Tapi kali ini tiba2
muncul, bahkan menyebut pemuda itu sebagai Kauwcu muda, ini sebetulnya merupakan satu hal yang tidak habis kita mengerti. Dengan adanya tiga patokan nyata diatas tadi, maka tidak boleh tidak kita harus bertindak 195
lebih hati2. Jangan bertindas terlalu gegabah. Ini bukan berarti Pinto takut terhadap sesuatu urusan, melainkan kuatir kalau2 kita telah salah raba, hingga menganggap orang baik sebagai penjahat. Kalau kesalahan ini nanti betul2 terjadi, sungguh akan menyulitkan kedudukan kita"
Ciah-yan Ie-su dan lain2nya yang semuanya
merupakan para ketua dari berbagai partai besar.
Setelah mendengar uraian panjang lebar tersebut dan setelah merenungkan kembali semuanya dengan otak
dingin, juga akhirnya mengerti bahwa dalam hal ini tentu ada buntutnya yang panjang.
Hong-hong-tie yang selamanya belum pernah
perlihatkan diri dalam kalangan Kang-ouw, yang bagi orang2 rimba persilatan baru hanya mendengar namanya saja. Maka tentu orang2 dari Hong-hong-tie hampir rata2
mempunyai kepandaian sangat tinggi. Cuma mereka
tidak agul2kan kepandaian, juga tidak suka cari setori dangan lain orang. Maka orang2 dunia Kang-ouw semua menganggap bawa perkumpulan itu adalah satu
perkumpulan dari orang2 pandai yang sudah tidak mau mencampuri urusan dunia Kang-ouw lagi, maka mereka 196
putuskan tidak perlu menyelidiki lebih jauh perihal orang2 Hong-hong-tie itu.
Sementara, mengenai perkumpulan agama Thian-
cu-kauw, juga pada akhir2 ini saja namanya didengar orang. Apa tujuannya dan siapa pemimpinnya tiada
seorangpun yang tahu. Hanya, dari tindak-tanduk
orang2nya yang sangat berandalan, dapat dipastikan bahwa perkumpulan agama tersebut bukanlah didirikan oleh orang2 yg berasal dari golongan orang baik2.
Dan tentang asal usulnya Lim Tiang Hong, hingga
saat itu masih merupakan suatu teka teki bagi mereka.
Apalagi setelah dengan tiba2 ada hubungan antara
pemuda ini dengan dua perkumpulan yang sangat gelap asal usulnya itu. Maka urusannya kini mulai menjadi lebih sulit dipikirkan.
Hasil perundingan dari beberapa imam itu telah
mengambil kesimpulan bahwa Lim Tiang Hong adalah
sebagai salah satu pembunuh dari peristiwa pembunuhan besaran yang barusan terjadi, maka mereka akan
melanjutkan lagi penyelidikannya dan mencari tahu asal usul anak muda ilu.
197 Disamping itu semua, enam partai itu juga telah
mengutus anak muridnya yang terpilih paling jempolan untuk menyelidiki orang yang mencurigakan sikapnya didalam dunia Kang-ouw. Disamping itu mereka juga ditugaskan untuk menyelidiki gerak gerik orang2 Thian-cu-kauw.
Setelah perundingan selesai, mereka lantas pada
berpisahan untuk menjalankan rencana yang mereka
rundingkan bersama itu. -odwo- Bab 6 SETELAH meningggalkan medan pertempuran,
hatinya Lim Tiang Hong semakin jengkel terhadap
kepandaian dan kekuatannya sendiri kini mulai timbul rasa tidak percaya sepenuhnya. Sehingga pada saat itu, ia telah mengalami beberapa kaii pertempuran dan telah dua kali terluka. Itu apakah disebabkan karena kurang taktiknya dalam menghadapi musuh2nya ataukah karena kepandaiannya sendiri yang melempem" Bukankah orang tua Penyipta itu pernah mengatakan padanya bahwa ia hendak diciptakan sebagai orang kuat nomor satu dalam 198
dunia" Akan tetapi, mengapa begitu muncu! didunia Kang-ouw lantas berjumpa dengan begitu banyak
musuh2 kuat" Lam-hay Giam-mo, Pak-mo It-koay dan lima imam
dari golongan Hian-bun, kepandaiannya masing2
agaknya selisih tidak jauh dengan kepandaiannya sendiri.
Tapi itu dua orang tua baju hijau dan gadis ciiik baju merah, kepandaian mereka ternyata sungguh hebat. Dan disamping mereka, itu tiga Taucu dari Thian-cu-kauw juga mempunyai kepandaian sangat tinggi.
Tapi Lim Tiang Hong tidak memikir dengan
seksama, bahwa orang yang pernah dijumpainya itu
boleh dikata merupakan orang-orang kuat nomor satu didalam kalangan Kang-ouw. Dengan kepandaian diri sendiri yang baru muncul, sudah mampu mengimbangi kekuatan mereka saja sebenarnya sudah merupakan
suatu hasil yang boleh dikatakan telah menggemparkan dunia Kang-ouw atau sebagai satu kejadian yang langka, apalagi ia pernah dikeroyok oleh mereka semua!
Henghay Kow-loan yang sejak tadi menyaksikan
pemuda itu nampak diam saja, lalu menanya padanya:
"Sekarang aku rada2 curiga terhadap kau. Aku minta kau 199
suka berterus terang dihadapanku siapa sih sebetulnya kau ini" Kongcunya dari Hong-hong-tie ataukah Kauw-cu muda dari Thian-cu-kauw?"
"Semua bukan. Aku sendiri tidak tahu dimana
adanya Hong-hong-tie, juga belum pernah dengar nama Thian-cu-kauw. Pendek kata sekarang ini aku sedang terumbang ambing dalam kegelapan. Semuanya serba
membingungkan" demikian jawab Lim Tiang Hong sambil ketawa getir dan geleng2kan kepala.
Itu memang dari hal sebenarnya. Sebab, begitu ia
muncu! dalam dunia Kang-ouw, lantas ia menghadapi rupa2 kesulitan dari partai2 dan orang2 golongan Hianbun. Dan selanjutnya ia juga dibikin pusing oleh
urusannya Siauw-lim-sie. Dan sekarang mendadak
muncul orang2nya Hong-hong-tie dan Thian-cu-kauw
yang masing2 mengakuinya ia sebagai orang mereka.
Tidak peduli mereka itu bermaksud baik atau jahat, tapi semuanya tetap merupakan teka teki besar baginya.
Ia mulai memikirkan kembali hal2 yang pernah
dihadapi. Satu, partay2 dari golongan Hian-bun
menganggapnya sebagai musuh. Itu disebabkan karena 200
salah anggapan mereka yang mengatakan bahwa ia
adalah pembunuh dari orang2 baik itu.
Dua, Siauw-lim-pay telah berkesalahan paham
terhadapnya, itu disebabkan karena ada orang yang mencuri pedang kuno di gereja Siauw-lim-sie.
Tiga, kawanan iblis dari golongan hitam
mengeroyoknya, itu disebabkan karena mereka semua anggap bahwa ialah yang sesungguhnya mencuri patung kuno dari Siauw-lim-sie hingga mereka berserikat hendak merampas barang berharga tersebut.
Ketiga soal diatas pokok pangkalnya hanya satu.
Asal ia bisa menemukan satu atau beberapa orang yang wajahnya mirip betul dengan wajahnya sendiri, urusan terang akan menjadi beres dengan sendirinya.
Cuma, ia seorang diri, tidak ungkulan rasanya
berbuat apa2. Apalagi setiap tindakan ada bahaya, kemaaa harus mencari orang yang mirip dengannya itu"
Soal keempat, Hon-hong-ti sudah salah lihat
padanya, yang dikatakan sebagai Kongcu dari Kok-cu mereka. Apakah peristiwa pembunuhan itu adalah hasil dan perbuatan Kongcu orang2 Hong hong-tie itu"
201 Kelima. Orang2 Thian-cu-kauw anggap ia sebagai
Kauwcu mudanya. Kalau begitu, Kauwcu muda dari
Thian-cu-kauw itu juga merupakan salah satu dari
terbitnya semua peristiwa yang memusingkan kepalanya.
Dari kedua soai tersebut lantas dapat lagi ditarik kesimpulan bahwa orang yang melakukan kejahatan dari kawanan imam itu mungkin ada dua. Yang satu adalah ketua dari Hong-hong-tie, dan lainnya tentu adalah Kauwcu muda dari Thian-cu-kauw itu. Pada anggapannya untuk dapat menebus dosanya sendiri, ia harus mampu turun tangan terhadap kedua perkumpulan itu yang
mungkin mempunyai Kongcu dan Kauwcu yang
romannya mirip dengan ia sendiri.
Berbareng dengan itu, timbul pula rasa curiga
dalam hatinya. Apakah kedua orang itu ada
hubungannya dengan ia sendiri" Ataukah ayah serta ibunya berada dalam dua perkumpulan tersebut".
Heng-hay Kow-loan yang melihat Lim Tiang Hong
sehabis menjawab pertanyaannya lalu kembali berada dalam keadaan seperti orang sedang berpikir keras, lalu menanya pula padanya sambil kerutkan alisnya: "Sejak kau meninggalkan kota Lok-yang, aku pernah
202 mengadakan penyelidikan di-mana2, tapi tidak pernah mendapatkan sedikitpun tanda2 apa2, juga tidak pernah melihat lagi ada itu pengemis tua. Gereja Siauw-lim-sie juga nampak sepi sunyi tidak bedanya dengan keadaan biasa. Orang2 dari kalangan Kang-ouw yang berada
dikota Lok-yang juga sudah tidak kelihatan mata
hidungnya lagi. Aku tahu dalam hal ini pasti ada apa2nya yang terselip. Maka malam2 aku lalu berangkat menuju ke selatan. Dalam perjalananku aku melihat banyak orang2 Kong-ouw itu pada berbondong2 mengejar kau ke selatan. Apa kau masih belum tahu gerakan mereka itu" Kecuali Tang-hay Gia-mo dan beberapa orang ciari golongan hitam serta orang2 dari golongan Hian-bun, agaknya masih ada banyak orang lain lagi yang
berkepandaian tinggi yang diam2 menguntit di
belakangmu. Beberapa kali aku telah bertemu dengan orang2 begitu, tapi semuanya seperti kelihatan
kepalanya tidak kelihatan ekornya".
Sehabis berkata, ia memikir sejenak, kemudian
berkata pula seperti orang sedang menyesali anak muda itu: "Aku sendiri juga tidak tahu sebetulnya bagaimana bisa membetulkan kerewelan begitu rupa. Bagaimana 203
caranya menyelesaikan urusan ini benar2 membuat aku merasa sangat cemas"
Lim Tiang Hong lalu berkata sambil menghela
napas: "Aku merasa sangat bersyukur dan terima kasih atas perhatian nona yang begitu besar terhadap diriku yang rendah. Kini urusan sudah sampai jadi begini rupa, terpaksa cuma bisa kuantapi dan melihat saja apa yang akan terjadi nanti dikemudian hari. Aku si orang she Lim perbuatannya tidak ada yang tidak patut diketahui olah orang luar. Aku belum pernah melanggar liang-simku sendiri. Buat dewasa ini meskipun untuk sementara aku harus menerima berbagai kesulitan, tapi biar bagaimana peristiwa semua ini tentu ada batas waktunya musti berakhir. Tentu semua orang nanti akan dapat melihat keadaan sebetulnya. Mengenai dirinya Tang-hay Gia-mo dan lain2 orang dari golongan hitam, aku sesungguhnya tidak pandang mereka dimataku".
"Apa kau mau membiarkan urusan ini ber-larut2
begitu saja dan tidak memikirkan untuk mencuci bersih namamu sendiri?"
"Buat sekarang ini bagaimanapun aku menjelaskan
kepada mereka sudah tidak ada gunanya. Bahkan ada 204
kemungkinan besar akan menambah kesalah pahaman
lebih hebat Menurut pikiranku, penjahat itu berbuat begitu pasti ada maksud dan tujuannya. Jika belum mencapai tujuannya, rasanya orang itu tidak mau
berhentikan usahanya. Maka, tidak ada halangannya kita sambil melihat gelagat menyelidiki. Untuk sementara kira boleh diam dan selanjutnya kita turun tangan untuk mengadakan penyelidikan. Soal penting yang aku hadapi dan harus kuselesaikan pada dewasa ini adalah mencari tahu dimana adanya ayah bundaku...."
Ia berhenti sejenak lalu berkata pula: "Jikalau nona masih ada urusan penting, silahkan mengurus
persoalanmu sendiri. Aku yang rendah merasa tidak enak hati kalau sampai urusan nona jadi terlantar karena urusan kecilku ini"
Maksud pemuda ini berkata demikian sebenarnya
mengharap jangan sampai karena urusanrya nona itu terlibat dalam pertikaian yang sedang meningkat
ketingkat yang tinggi itu.
Henghay Kow-loan yang muncul didunia Kang-ouw
jauh lebih dulu daripada Lim Tiang Hong, sudah tentu mengenal lebih banyak keadaan dalam dunia Kang-ouw.
205 Ketika mendengar ucapan pemuda itu, ia tahu apabila berjalan sama2 dengannya, makin sulit bagi pemuda itu bergerak. Dan jika saling berpencaran, mungkin lebih leluasa untuk mengadakan penyelidikan. Maka ia lantas menyahut sambil angguk2kan kepala.
"Dan kau sendiri, kau harus berlaku hati2. Jikalau aku mendapat kabar apa2 aku bisa lantas
memberitahukan kepadamu"
Sehabis berkata, ia menatap wajah anak muda itu.
Dengan sorot mata mengandung banyak arti ia
memperhatikan terus mukanya, kemudian menghilang ke dalam rimba yang lebat.
Lim Tiang Hong yang saat itu hatinya sangat kalut, sama sekali tidak ambil perhatian atas sikap nona itu terhadap dirinya. Ia lalu cemplak kudanya yang terus dilarikan ke arah kota Kim-leng.
Setelah memasuki kota Ciok-thao-shia, tiba2
menghadapi soal sulit lain lagi. Sebab pengemis tua mata satu itu kala itu hanya memberitahukan padanya dan menyuruhnya mencari tabib ternama yang mendapat
julukan Heng-lim Cun-loan dikota Kim-leng, tapi ia lupa menanyakan alamatnya, hingga tidak tahu tabib ternama 206
itu berdiam didalam kota ataukah diluar kota" Ia sudah menanyakan pada beberapa orang yang kebetulan
melintas di jalanan, tetapi semuanya pada mengatakan tidak tahu.
Kota Kim-leng, dulu pernah dijadikan ibukota dari enam Kerajaan. Ini merupakan satu kota penting
didaerah Kang-lam. Penduduknya ada beberapa juta
jiwa. Maka untuk mencari tahu alamatnya seseorang, sesungguhnya bukanlah satu soal mudah. Terpaksa ia harus mencari satu rumah penginapan lebih dulu. Tapi baru saja masuk kamar sebuah rumah penginapan, tiba2
ia mendengar ada orang menyebut nama Buddha.
Seorang padri tua kurus kering yang nampaknya welas asih datang menghampirinya.
Lim Tiang Hong yang memiliki pendengaran sangat
tajam, sudah lantas mengetahui kalau ada orang
mengikuti dirinya. Dengan perlahan ia balikkan dirinya dan tatkala ia angkat mukanya, baru ia tahu bahwa padri tua kurus kering itu ternyata adalah ketua dari Siauw-limpay Hui Hui Taysu. Maka ia lantas berkata sambil
kerutkan alisnya: "Taysu adalah seorang beribadat tinggi, sudah tentu juga mengetahui bahwa segala urusan harus 207
mendapat pertimbangan. Tapi entahlah apakah Taysu sama halnya dengan beberapa hwesio yang kasar itu dan ingin berkelahi dengan aku yang rendah?"
"Anak muda, jangan gampang marah2. Kau
duduklah dulu, mari kita bicara dengan tenang" demikian kata Hui Hui Taysu sambil ulap2kan tangannya.
Lim Tiang Hong mengawasi padri kurus itu dengan
perasaan heran, namun ia masih merasa agak kurang senang.
"Orang kata bahwa beberapa partai besar di daerah Tiong-goan" demikian ia berkata, "per-lahan2 sudah mulai runtuh. Aku yang rendah juga mempunyai kesan begitu. Ada sebabnya orang2 yang mengakui dirinya sebagai orang2 golongan partai baik2, ternyata tidak bisa membedakan kebaikan dan kejahatan" Umpama saja itu patung Buddha tua kepunyaan partai Siauw-lim-pay yang hilang, orang2 Siauw-lim-sie sendiri yang tidak mampu menjaga patung berharga itu, sebaliknya malah
menuduh orang secara membabi buta. Dengan terus
terang, aku yang rendah apabila menginginkan itu kitab pelajaran ilmu silat Siauw-lim-pay. tidak ada perlunya aku antarkan kembali patung kuno itu pada kalian"
208 Lim Tiang Hong yang selama ini mendalami
berbagai kejadian yang membuat jengkel hatinya, kini semua rasa mendongkolnya itu ditumplekkan kepada
ketua dari Siauw-lim-pay.
Tetapi Hui Hui Taysu setelah mendengarkan
penuturannya pemuda itu, bukan saja tidak marah
sebaliknya malah berkata sambil angguk2kan kepalanya:
"Ucapan Sicu memang benar. Selama beberapa hari ini, Loceng sudah dapat sedikit bahan2 yang bisa digunakan untuk menyelidiki peristiwa janggal itu. Hari ini Loceng perlu menemui Sicu, pertama ialah Loceng kuatirkan anak murid dari partai kami yang masih belum
mengetahui keadaan yang sebenarnya nanti timbulkan pertikaian lagi dengen Sicu. Dan kedua, ialah ingin membuktikan dua perkara yang Loceng tahu. Loceng
mengharap supaya Sicu suka menjawab pertanyaan2
Loceng dengan sejujurnya" Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula: "Dari ilmu Sicu Cek-khie Seng-wan-kang dan ilmu pedang To-liong Keng-hong telah membuat
Loceng ingat dirinya seseorang yang bernama Bu-ceng Kiam-khek yang pada enam puluh tahun berselang
pernah menggemparkan dunia Kang-ouw. Apakah Sicu
209 ini muridnya orang tua itu ataukah murid tidak
langsungnya?" Lim Tiang Hong terperanjat mendengar pertanyaan
itu. Ketua Siauw-lim-pay ini benar2 berbeda jauh sifatnya daripada padri2 yang lainnya. Begitu melihat ia sudah dapat menebak jitu asal usul perguruannya. Maka,
setelah memikir bolak balik ia merasa bahwa dihadapan padri tua yang beribadat tinggi dan berpengetahuan luas itu tidak perlu rasanya untuk berbuat selingkuh. Maka ia lantas anggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Hui Hui Taysu kembali menanya: "Sicu ini ada
Kongcu dari Hong hong-tie atau Kauwcu muda dan
Thian-cu-kauw" Dan apa maksud Sicu datang ke daerah Kang-lam ini?"
"Pertanyaan Taysu yang pertama semua bukan.
Kedatangan aku yang rendah kekota Kim-leng ini


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

perlunya adalah hendak menemui satu tabib kenamaan yang berjuluk Heng-lim Cun-loan untuk mencari
keterangan ayah bundaku"
"Dengan adanya jawaban Sicu itu, maka hilanglah
sudah semua kecurigaan yang selama ini meliputi hati Loceng. Malam ini, atas nama Siauw-lim-pay Loceng 210
meminta maaf kepada Sicu dan disamping itu juga mau menasehatkan kepada Sicu supaya suka berlaku hati2
dalam segala hal. Pada waktu belakangan ini, dalam Kim-leng sudah banyak berkumpul orang2 kuat dari kalangan kang-ouw yang akan menerbitkan onar besar terhadap diri Sicu"
Sehabis berkata, padri kurus itu lalu mengeluarkan sebuah ikan emas kecil yang terbuat dari batu giok warna merah yang lalu diserahkan kepada Lim Tiang Hong sembari berkata: "Ini adalah barang kepercayaan Ciang-bunjin dari partai Siauw-lim kami. Jikalau ada anak murid golongan Siauw-lim-pay hendak mencari setori dengan Sicu, boleh sicu keluarkan benda kecil ini, dan sekarang karena Loceng sendiri masih mempunyai
urusan penting, ingin minta diri dulu dari sicu".
Lim Tiang Hong setelah menyerahkan emas kecil
warna merah itu, lalu memeriksa benda tu sebentar, lalu dimasukkan kedalam sakunya. Dan tatkala ia angkat kepalanya lagi, ternyata Hui Hui Taysu sudah tidak berada dihadapannya, hingga diam2 hatinya berpikir:
"Padri tua ini benar2 cerdik dan nampaknya pandai mengurus segala perkara. Cuma hanya saja, ia masih 211
belum tahu untuk apa ia menanyakan kedua soal yang ditanya tadi...."
Selagi berada dalam keadaan setengah melamun,
diluar jendela tiba2 terdengar suara orang berkata sambil perdengarkan ketawanya yang nyaring: "Aku hitung2
sudah waktunya kau harus sampai disini"
Setelah itu lalu dibarengi oleh munculnya si
Pengemis Tua Mata satu yang melayang masuk ke dalam kamar sambil perlihatkan roman muka berseri2.
Lim Tiang Hong buru2 berbangkit dan menyilahkan
tetamu tak diundang itu duduk, kemudian baru berkata.
"Locianpwee, kedatanganmu ini sungguh kebetulan. Aku sedang menghadapi soal sulit karena tidak berhasil juga menemukan dimana tempat kediaman tabib Heng-lim
Cun-loan itu" "Adik kecii, perkataanmu Locianpwee itu boleh kau buang jauh2 Panggil aku Toako saja sudah cukup...."
Lim Tiang Hong heran dan mengawasi sikap
pengemis tua itu. Selagi hendak rnenanya pula,
pengemis tua tiba2 berkata dengan sikap tegang: "Disini bukan tempatnya kita bicara. Mari kita pergi dulu ke 212
rumahnya si orang tua Heng-lim Cun-loan. disana nanti boleh bicara se-puas2nya"
Ia lalu menerik tangannya Lim Tiang Hong dengan
ia lebih dulu lompat balik melalui jendela, kemudian kabur menuju ke luar kota.
Ketika Lim Tiang Hong merasakan tangannya
ditarik, ia tidak tahu apa sebabnya pengemis tua itu begitu gelisah kelihatannya. Ia merasa tidak enak dihati untuk menanyakan apa2, maka hanya mengikuti saja
tanpa banyak bicara. Perjananan mereka baru berhenti setelah tiba di
suatu perkampungan yang ada tanaman pohon2 lebat
dan terletak dibawah kaki gunung Cie-kim-san.
"Apa sudah sampai?" tanya Lim Tiang Hong tiba2.
"Hm. Kita tidak usah mengetok pintu. Mari masuk
saja." demikian jawab si Pengemis Mata 5atu.
Dua orang tua dan muda itu lalu melompati tembok
pagar, lari menuju ke sebuah rumah yang kecil mungil bentuknya.
Baru saja kaki mereka menginjak payon rumah, dari dalam tiba2 terdengar suara orang menegur: "Sahabat 213
dari mana malam2 berkunjung kemari" Silahkan turun saja"
Si Pengemis lalu menyahut sambil ketawa ber-
gelak2: "Aku si pengemis miskin yang datang, mengapa tidak lekas2 menyambut?"
Sambil gapaikan tangannya kearah Lim Tiang Hong,
pengemis itu melayang turun ke bawah dan terus
berjalan ke kamar buku dalam rumah kecil tersebut.
Saat itu, seorang pertengahan umur yang berbadan
seperti seorang pelajar sedang berdiri di pintu kamar buku sambil perlihatkan wajah ber-seri2.
Si Pengemis Mata Satu lalu memperkenalkan Lim
Tiang Hong pada tuan rumah tersebut. "ini adalah itu orang yang namanya sudah sangat kesohor di daerah Kang-lam sebagai tabib sakti Heng-lim Cun loan,"
Heng-lim Cun-loan, demikian tuan rumah itu.
berkata sambi ketawa berkakakan: "Kau si pengemis ini bisa saja. Mari kita ber-omong2 di dalam kamar"
Baru saja ketiga orang itu duduk dikursi masing2, dari lain ruangan kamar tiba2 terdengar suara sangat merdu. "Ayah, tamu siapa yang datang begini malam?"
214 Heng-lim Cun-loan membentak suara perlahan:
"Orang sudah begini besar mengapa masih tidak kenal aturan. Hayo lekas keluar, disini ada pamanmu, si pengemis miskin dan Lim Siauw-hiap"
Sebentar kemudian seorang gadis berusia kira2
tujuh belas tahun telah muncul di dalam kamar
menghadap di depan tiga orang itu. Gadis ini
sesungguhnya sangat cantik. Raut mukanya tidak ada yang dapat dicela. Apa lagi dengan adanya kedua sujen dikedua pipinya, lebih2 membuat sedap dipandangi.
Kecantikannya menonjol apabila ia ketawa. Gadis ini mengenakan pakaian warna lila yang sederhana
bentuknya. tapi dipakai di badannya yang kecil langsing nampaknya sangat menarik.
Sambil perlihatkan ketawanya yang manis gadis ilu berkata: "Siok-siok, mengapa begini malam kau baru datang?"
Kedua biji matanya yang hitam jeli nampak
mengerling menyapu wajahnya Lim Tiang Hong. Ia cuma ketawa ketika melihat anak muda ini, tapi tidak
mengatakan apa2. 215 Lim Tiang Hong membungkukkan badan memberi
hormat pada si nona. Oleh karena tidak ada orang yang memperkenalkan, ia merasa tidak enak hati menyapa nona itu lebih dulu.
Pada saat itu matanya Heng-lim Cun-loan tengah
menatap wajah Lim Tiang Hong tanpa berkesip. Agaknya orang tua ini sedang memikirkan sesuatu atas diri anak muda ini.
Si Pengemis Mata Satu yang menyaksikan keadaan
demikian lantas ketawa bergelak-gelak. Ia mengira bahwa tabib kenamaan itu telah menaksir dirinya anak muda itu untuk diambil sebagai menantunya.
Ketika pengemis itu ketawa, si gadis manis itu juga turut ketawa geli. Ia tertawa karena menyaksikan sikap Lim Tiang Hong yang ke-malu2an seperti orang dusun yang baru turun ke kota.
Sebaliknya dengan Heng-lim Cun-loan, orang tua ini agaknya tidak menghiraukan sikap si pengemis dan
anaknya. ia lantas berkata sambil menepuk pahanya sendiri: "Aneh, aneh...."
Kali ini adalah gilirannya si pengamis mata satu
yang dibuat melongo. Pengemis ini lantas berhenti 216
tertawa dan lalu menegur sahabatnya itu: "Eh sahabat, ada apa sih yang membikin kau begitu kerupukan" "
Heng-lim Cun-loan menjawab sambil geleng2kan
kepala: "Sudah banyak aku melihat orang, tapi belum pernah menyaksikan orang yang mempunyai bentuk dan bakat luar biasa seperti Lim Siauw-hiap ini. Aku lihat, dalam tubuhnya pasti ada tersembunyi kekuatan yang tidak ada batasnya, nampaknya kekuatan itu sangat menyolok sekali. Kekuatan lweekangnya agaknya sudah mencapai dasar yang sangat sempurna. Kalau diukur usianya dan waktu latihan saja, tidak mungkin waktu sekarang ini ia mempunyai kekuatan begitu hebat. Dalam hal ini pasti ada pengaruhnya obat mujijat atau kekuatan tenaga orang lain yang dipindahkan. Memang kalau
begini saja tidak mengherankan. Yang lebih aneh ialah, kekuatannya sungguh menonjol seperti bola yang habis dipompa penuh. Sayang kekuatan itu mengapa tidak
ditembuskan ke dalam dirinya atau batas Hian-koan supaya lebih hebat lagi dayanya. Lagi juga, bagi bentuk badan Lim Siauw-hiap yang kekar ini. memang
merupakan satu bakat luar biasa untuk melatih ilmu silat.
Dan guru yang mendidiknya rupanya juga ada satu guru 217
kenamaan yang sukar dicari bandingannya. Mengapa
gurunya itu tidak memberi kesempatan supaya kekuatan yang menonjol keluar itu tersimpan kedalam. Ini benar2
membuat aku tidak habis mengerti. Satu guru baik, satu murid berbakat, Ah! pendeknya aku tidak mengerti"
Si Pengemis Mata Satu lalu tertawa ber-gelak2
sambil berkata: "Siapa yang tidak tahu kau si pelajar miskin ini ada menyimpan kepandaian yang luar biasa tingginya. Apalagi ilmu ketabibanmu yang sudah tidak ada keduanya dikolong langit ini, kau berani mengeluarkan perkataan begitu panjang tentu mempunyai juga cara untuk memperbaiki keganjilan dalam diri Lim Siauw-hiap ini"
Lim Tiang Hong yang duduk disamping antara
keduanya, dalam hati merasa tidak puas. Pikirnya:
"Kepandaian suhu sudah mencapai ke tingkat yang tidak ada taranya. Kau ini terhitung orang macam apa berani2
mencela kepandaian suhu?"
Pada saat itu Heng-lim Cun-loan sudab geser
tubuhnya mendekati Lim Tiang Hong Lalu sambil
memegang tangannya anak muda itu,tabib ini berkata: 218
"Lim Siauw-hiap, bolehkah Lohu periksa sedikit urat nadimu?"
Lim Tiang Hong dengan perasaan kurang senang
mengulurkan tangan kanannya. Pada anggapnya bahwa perkataan Heng-lim Cun-loan tadi sangat menyinggung nama baik suhunya. Padahal dari hal ilmu ketabiban si orang tua Penyipta juga sebetulnya tidak dibawahan Heng-lim Cun-coan.
Kalau Lim Tiang Hong sampai bersikap acuh tak
acuh demikian sebabnya ialah, ia mengikuti gurunya hanya dalam waktu sangat singkat saja. Dalam waktu satu tahun yang sangat singkat bagi orang yang hendak belajar silat dalam, sesungguhnya bukan suatu pekerjaan mudah bagi seseorang. Meski bagaimanapun tinggi
kepandaiannya untuk menurunkan seluruh
kepandaiannya kepada orang lain, apalagi orang itu tidak mempunyai dasar2 ilmu silat sama sekali seperti Lim Tiang Hong ini.
Heng-lim Cun-loan setelah memeriksa urat nadi Lim Tiang Hong, kembali berada dalam keadaan ter-menung2. Lama sekali baru ia berkata: "Lim Siauw-hiap pernah minum obat mujijat apa?"
219 "Sumber air dari gurun pasir dan nyalinya naga api"
jawab Lim Tiang Hong dengan suara hambar.
Dan ia juga lalu menceritakan bagaimana
pengalamannya digurun pasir yang tidak ada manusianya itu.
Heng-lim Cun-loan berkata sambil mengeluh napas:
"Obat mujijat yang jarang ada dalam dunia itu serupa saja sudah cukup dapat membuat orang menjadi lain rupa. Satu saja cukup membuat orang yang makan
mempunyai urat seperti kawat dan tulang2 seperti besi.
Apalagi Siauw-hiap sudah ambil ke-dua2nya itu, sekarang lohu sudah mengarti apa sebabnya...."
Si Pengemis Mata Satu mendadak nyeletuk dengan
suara cemas: "Kau orang tua ini mau kata apa" Bicaralah terus terang, tak perlu main putar putaran begitu rupa.
Aku si pengemis masih ada banyak urusan yang akan dirundingkan dengan saudara kecil-ku ini".
Heng-lim Cun-loan berkata sambil bersenyum:
"Perlu apa kau ter-gesa2. Coba kau pikir, sumber air dari gurun pasir itu, yang merupakan satu barang yang
berasal dari sarinya emas dan batu giok (kumala).
Sifatnya termasuk dalam golongan dingin. Orang minum 220
suatu cawan kecil saja sudah cukup dapat membuat
badannya seperti sudah berganti rupa. Dan, Siauw-hiap ini, dalam keadaan kehausan, sudah minum hampir satu bak kecil. Betapa hebatnya itu kau tentu juga tahu. Lagi juga, nyalinya naga api itu. Sifatnya masuk dalam golongan panas, buat orang yang melatih ilmu silat, kalau makan barang itu, besar sekali faedahnya. Sayang pada waktu Siauw-hiap ini makan nyali itu, sama sekali belum mempunyai dasar2 lweekang, hingga khasiat nyali naga api itu masih tertutup oleh sumber air dari gurun pasir itu dan semuanya mandek didalam urat2 dan
nadinya. Dengan begitu, itu malah mengganggu
kekuatan seluruh tenaga dalamnya hingga tentu saja tidak bisa digunakan secara leluasa...."
Bicara sampai disiiu, si Pengemis Mata Satu kembali mendesak: "Sudah, sudah.... Siapa sih kebanyakan
waktu mau dengar segala ocehan jual obatmu itu" Kau katakan saja dangau cara bagaimana dapat kau
memperbaiki dan menambah kekurangannya. Kalau bisa menembus Seng-sie Hian-koannia supaya obat yang
mandek didalam dirinya itu mengeluarkan khasiat
seluruhnya, aku si pengemis miskin akan tanggung
221 bahwa Siauw-hiap ini tidak nanti akan melupakan budimu ini untuk se-lama2nya".
Heng-lim Cun-loan kembali ketawa ber-gelak2 dan
lantas berkata: "Cara untuk menyempurnakan dirinya aku yakin masih bisa. Jikalau menghendaki supaya obat itu seluruhnya mengeluarkan khasiat, supaya tersalur ke seluruh badannya, aku sungguh tidak mempunyai
kepandaian serupa itu. Dalam hal ini dikemudian hari, apabila kekuatan lweekang Lim Siauw-hiap sudah
mendapat kemajuan pesat, rasanya tidak susah untuk ia sendiri menyalurkan kekuatan obat itu ke seluruh
badannya. Sementara mengenai syarat yang kau
katakan-tadi, ha, ha.... si pengemis miskin, kau sungguh terlalu pandang rendah aku si Heng-lim Cun-loan"
Si Pengemis Mata Satu tahu bahwa tabib itu telah
salah paham dengan maksudnya. Namun ia masih tidak mau memberi penjelasan, sebaliknya malah berkata
sambil ketawa ber-gelak2: "Kalau begini terserah
padamulah". Heng-lim Cun-loan lalu berbangkit, sanbil
menggapai Lim Tiang Hong tabib ini lalu berkata: "Lim Siauw-hiap, mari ikut aku".
222 Kemudian ia memanggil lagi: "Yan-jie, tuang satu
cawan Ciok-cie Bwee-hoa-lo"
Gadis manis yang dipanggil Yan-jie tadi terus berdiri didepan pintu. Dengan sepasang matanya yang jeli ia mendengarkan dengan cermat segala perkataan orang tua itu sambil kadang2 melirik ke-arah Lim Tiang Hong.
Ia merasa bahwa kedatangan pemuda itu aneh baginya.
Dan ia juga mengira didalam diri anak muda itu ada sedikit rahasia apa2. Maka didalam batinya timbul perasaan aneh. Ia seperti seorang penyelidik yang sudah menemukan apa" yang menarik perhatiannya, sehingga perhatiannya ditujukan untuk menyelidiki apa2 yang menarik perhatiannya itu. Akan tetapi sampai pada saat itu ia tidak mendapat kesempatan untuk buka suara.
Tatkala mendengar panggilan ayahnya, ia lantas
menghampiri lemari obat dan menuang secawan 'Giok-cie Bwee-hoa-lo' yang disebut ayahnya tadi yang lalu diserahkan dalam tangan orang tua itu.
Heng-lim Cun-loan saat itu sudah menggulung
lengan baju si anak muda yang lebar. Setelah menyambuti cawan obat dari putrinya lalu diserahkan kepada Lim Tiang Hong sambil berkata: "Siauw-hiap, 223
minumlah ini. Lohu akan bantu kau supaya kekuatan tenaga obat yang mandek didalam urat2mu mengalir
kedalam tempatnya yang benar"
Lim Tiang Hong diam2 mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya. Ia merasa tidak ada gangguan apa2.
Maka dalam hatinya timbul rasa curiganya,. Entah
perbuatan apa yang dilakukan secara sembunyi2 oleh orang tua ini diluar tahunya.
Sebaliknya dengan si Pengemis Mata Satu yang berdiri di sampingnya, ia tahu bahwa orang aneh yang mempunyai kepandaian sangat tinggi itu akan melakukan sesuatu usaha yang tidak dapat diakukan oleh
sembarang orang, untuk-membuat Lim Tiang Hong
menjadi seorang yang sempurna betul2.
Ketika pergemis ini melihat wajah Lim Tiang Hong
yang seperti bersangsi, cepat2 ia berkata padanya:
"Lotee, lekas siap sedia dan jangan coba mengadakan perlawanan dengan tenaga dalammu. Semua kau bikin seperti sewajarnya, sebab Heng-lim Cianpwee akan
melakukan suatu usaha yang tidak ada taranya untuk membantu kau menjadi orang yang lebih sempurna"
224 Tepat pada saat itu, Heng-lim Cun-loan mendadak
membuka lebar matanya. Kedua tangannya bergerak
bagaikan kilat. Beruntun jarinya menotok ketiga puluh enam jalan darah di badan Lim Tiang Hong.
Gerakannya yang gesit dan arah tujuannya yang
tepat membuat si Pengemis Mata Satu diam2 merasa
kagum. Lim Tiang Hong setelah minum obat Giok-cie Bee-
hoa-Io tadi, merasa ada hawa hangat nyelusup ke
sekujur badannya dengan per-lahau2. Karena mendengar pesannya si Pengemis Mata Satu, ia tidak berani lagi menggunakan kekuatan tenaga dalamnya secara
serampangan. Maka ia terus membiarkan hawa hangat itu menyelusuri sekujur badannya dan pada saat itulah jari tangan Heng-lim Cun-loan, sitabib sakti, tepat menotok pada tiga puluh enam jalan daran di atas
badannya. Sejak itu ia merasa sekujur badannya ngilu, pada
urat2nya seperti ada kutu yang ber-jalan2....
Heng-lim Cun-loan setelah menotok jalan darah di
seluruh badan Lim Tiang Hong, kemudian memusatkan seluruh kekuatannya dan menepuk badan anak muda itu 225
ber-ulang2 sambil berseru: "Lekas gunakan kekuatan tenaga dalammu. Tembusi jalan darah dibadanmu. Aku juga akan turut membantu kau dengan sekuat tenaga!"
Satu tangannya. saat itu diletakkan di bagian jalan darah Bengbun-hiat si anak muda, hingga kekuatan
sangat besar dirasakan masuk dalam darah tersebut.
Lim Tiang Hong setelah mendengar seruannya lalu
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Dengan melalui urat2 dan seluruh jalan darahnya
terus menembus kebagian terpenting yang dinamakan Ceng-sie Hian-koan.
Lim Tiang Hong merasakan darahnya mengalir
ccpat di sekujur badannya. Kekuatan tenaga dalamnya se-olah2 gelombang air sungai cepat melalui urat2
dibadannya. Asap putih seperti halimun tipis lalu nampak keluar dari atas kepalanya.
Itu adalah suatu gejala dan tanda2 bahwa ilmu
lweekang sudah mencapai ke suatu taraf, yaitu taraf yang tertinggi. Sampai Heng-lim Cun-soan dan si
Pengemis Mata Satu yang mlenyaksikan itu menjadi terheran2. Sebab, satu pemuda yang usianya masih sangat muda, ternyata mempunyai kekuatan tenaga dalam
226 begitu hebat, entah bagaimana nanti kalau usianya bertambah lagi"
Lim Tiang Hong setelah melatih kekuatan tenaga
dalamnya sebentar, tiba2 membuka matanya. Ia merasa sekarang dirinya luar biasa segarnya. Dan entengnya kalau berjalan se-olah2 mengapung diawang-awang. Ia tahu bahwa Iweekangnya sudah mencapai ketingkatan yang paling tinggi. Maka ia lantas lompat bangun dan segera mengucapkan terima kasih kepada Heng-lim Cun-loan.
Pada saat itu ia baru dapat lihat bahwa tabib
kenamaan itu parasnya sudah pucat pasi, kelihatannya seperti orang keletikan sekali.
Ia merasa sangat tidak enak. Tiba2 ia ingat bahwa dibadannya masih ada sebotol pil Soat-som-wan
pemberian orang2nya Hong-hong-tie. Maka ia lantas memberikan sebutir. Dengan kedua tangan ia angsurkan obat pil itu kepada Heng-lim Cun-loan seraya berkata:
"Cianpwee telah menggunakan kekuatan tenaga dalam terlalu banyak. Boanpwee merasa tidak enak sekali.... Ini ada sebutir pil Soat-som-wan, entah dapat membantu Cianpwee atau tidak"
227 Heng-lim Cun-loan menyambuti obat pil itu dengan
tangannya, sesaat nampak ia terperanjat dan berseru kaget: "Ee...."
Si Pengemis Mata Satu yang orangnya bersifat
polos lantas ketawa ber-gelak2 sembari berkata: "Lotee, kau sesungguhnya orang luar biasa. Obat Soat-som-wan yang merupakan salah satu obat pusaka dalam rimba persilatan untuk mengobati luka2 dalam sudah kau miliki.
Entah dari mana kau dapatkan obat mujijat itu?"
"Itu adalah barang pemberian orang2nya Hong-
hong-tie" Heng-lim Cun-loan mendadak mengawasi Lim Tiang
Hong dengan sorot mata tajam, kemudian berkata bergelak2: "Orang toh sudah mendapat gelaran Tabib sakti"
Masa tabib lihay perlu makan obat lain orang lagi" Sudi kecintaan Lim Siauw-hiap ini akan Lohu terima cuma dalam hati"
Setelah itu ia lalu mengembalikan pil Soat-som-wan kepada si anak muda.
Lim Tiang Hong agaknya merasa jengah. Dengan
wajah malu ke-merah2an ia lalu berpaling dan berkata kepada si Pengemis Mata Satu: "Locianpwce barusan 228
ketika berada didalam kota kelihatannya sangat gelisan.
Apa Locianpwce sudah melihat apa2 yang
mencurigakan?" Si Pengemis Mata Satu lantas menjawab sambil
menghela napas: "Lotee, kau bagai orang yang baru menginjak dunia Kang-ouw, tentu masih belum tahu
betapa berbahaya dan jahatnya orang2 dunia Kang-ouw umumnya. Dalam perjalanananmu ketika seorang diri kau melawan kawanan manusia iblis, ilmu pedang To-liong Keng-hong yang kau gunakan sudah
menggemparkan seluruh dunia Kang-ouw. Dikemudian
hari, kalau kau muncul didunia kang-ouw, entah akan tambah berapa banyak keruwetan"
Lim Tiang Hong yang mendengar keterangan si
Pengemis Mata Satu bahwa ada orang yang lagi2 hendak mencari setori dengannya, seketika lantas timbul
perasaan gusarnya. Maka dengan tidak mengindahkan nasehat si pengemis itu ia malah ketawa dingin ber-ulang2. Agaknya sedikitpun tidak merasa jeri terhadap ancaman orang banyak.
Si Pengemis Mata Satu berkata pula dengan sikap
sungguh2: "Dikota Kim-leng-shia dewasa ini sudah
229 banyak berkumpul orang2 kuat dari berbagai golongan, hingga kota itu se-olah2 sudah diliputi hawa
pembunuhan. Orang2 kuat dari Siauw-Iim-pay sudah
keluar semuanya. Disamping itu, orang2 dari berbagai gelongan dari daerah Tiong-goan, orang2 golongan
hitam dan putih, entah berapa banyak jumlahnya yang sudah berkumpul dikota Kim-leng itu. Selain dari itu, ahli warisnya. Ngo-Iiong It-hong (Lima naga dan satu burung hong) yang dulu namanya sangat kesohor didunia Kangouw juga sudah muncu! dikota itu. Nampaknya
pembunuhan besar besaran didunia Kang-ouw sudah
tidak dapat dielakkan lagi. Aku si pengemis tua kuatir kau belum tahu keadaan sebenarnya dan kembali akan
menimbulkan huru hara lain. Maka itulah aku buru2 ajak kau datang kemari"
Lim Tiang Hong yang nampaknya sudah mulai
tenang setelah mendengarkan keterangan itu, mendadak timbul pikirannya hendak masuk ke kota untuk melihat keadaan sebenarnya. Tapi karena melihat sikap
sungguh2 dan perhatian sangat besar dari si Pengemis Mata Satu terhadapnya, ia merasa tidak enak
mengutarakan maksudnya itu secara terus terang
230 Heng-lim Cun-loan yang saat itu sudah pulih
kekuatannya lantas nyeletuk: "Ngo-liong (lima naga) dari Thian lam dan It-hong (satu burung hong) dari Tiang-lim mungkin dulu pernah ada ganjalan sakit hati dengan suhunya. Jikalau kau bertemu dengan mereka, sebaiknya menyingkir saja, jangan sampai timbul kerewelan yang tidak ada perlunya"
Lim Tiang Hong sebaliknya merasa kurang puas
terhadap maksud baik dari tabib kenamaan itu. Diam2 ia berkata kepada dirinya sendiri: 'Tujuanku terjun kedunia Kang-ouw cuma untuk membasmi segala kejahatan,
bukannya suruh aku menyingkir dari segala kesulitan...."


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Mendadak pada saat itu ia ingat bahwa maksud dan
tujuannya datang kekota Kim-leng itu adalah untuk mencari keterangan dimana adanya ayah bundanya.
Maka ia lantas alihkan pembicaraan kesoal tersebut.
Dengan sangat hati2 dan jelas sekali ia lalu menerangkan semua pengalamannya, kemudian ia menanyakan
kepada Heng-lim Cun-loan kalau2 tabib itu pernah
dengar dulu ada sepasang suami istri yang dianggap sebagai ayah bundanya itu,
231 Heng-lim Cun-loan kelihatan berjalan mundar
mandir didalam kamarnya. Sebentar-sebentar ia harus menepuk jidatnya sendiri hendak meng-ingat2 kejadian masa masa lalu.
Se-konyong2 ia berseru: "Ow! Aku ingat
sekarang...." Lim Tiang Hong sesaat itu kelihatan sangat girang.
Cepat2 ia menghampiri tabib itu. Dengan sepasang mata yang terbuka lebar2 ia mengawasi orang tua itu sambil menantikan keterangannya dengan perasaan tidak
sabaran. Teka teki yang selama itu meliputi dirinya mungkin akan mendapat jawaban dari mulut tabib kenamaan ini.
Tepat pada saat itu, Heng-lim Cun-loan tiba.2
pentang lebar matanya. Dengan suara keras ia
membentak: "Siapa!...."
Diatas payon diluar rumah tiba2 terdengar suara
orang ketawa dingin yang kemudian disusul dengan
munculnya sebuah benda hitam yang dilemparkan
kearah Heng-lim Cun-loan.
Heng-lim Cuti-loan ulur tangannya. Dengan dua
jarinya ia menyupit benda hitam tersebut. Mendadak ia 232
merasa tangannya menggetar, badannya bergoyang,
tatkala ia melihat benda hitam tersebut, sikapnya mendadak berubah....
-=dw=- Bab 7 TATKALA Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata
Satu maju melihat, ternyata benda itu adalah sebatang anak panah yang biasanya digunakan sebagai tanda
perintah dari sesutu perkumpulan. Benda itu panjangnya kira2 lima sampai enam dim. Diatasnya ada terukir lima ekor naga.
Si Pengemis Mata Satu lantas berseru: "Aya! Ngo-
liong Kiok-hun-leng...."
Lim Tiang Hong dalam hati berkata: "Ini mungkin
ada tanda kepercayaan dari Thian-lam Ngo-liang (Lima naga dari Thian-lam)".
Cepat2 ia baliki badan, lalu dilihatnya bahwa nona kecii yang dipanggil Yan-jie itu sudah melesat keluar dari lubang jendela seperti burung kepindis saja. Oleh karena ia kuatir akan terjadi sesuatu atas dirinya nona itu, maka 233
ia juga lantas menyusul melalui lubang jendela bekas dilalui si nona.
Gerakan Lim Tiang Hong memperlihatkan betapa
tinggi dan mahirnya ia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sebab begitu melesat, sudah mencapai tempat sejarak sepuluh tombak lebih. Di tengah udara tubuhnya berjumpalitan, lalu menukik turun dan hinggap di atas tanah.
Tiba2 dari jauh terdengar suara memuji "Suatu
kepandaian meringankan tubuh yang bagus sekali!"
Lim Tiang Hong mengenali bahwa suara itu adalah
suaranya si nona kecil Yan-jie. Begitu kakinya menginjak tanah, ia lantas lompat lagi sampai dua kali menghampiri kearah dari mana datangnya suara nona kecil tadi.
Disuatu tempat ia dengar suaranya Yan-jie yang
ketawa ter-kekeh2 sambil berkata: "Orang toh sudah kabur jauh, perlu apa kau begitu gelisah?"
Lim Tiang Hong berobah merah mukanya.
Ia merasa sangat girang bahwa kepandaiannya
sudah mendapat kemajuan sangat pesat, sehingga tidak usah lagi ia memikirkan bahwa orang yang mengejar 234
duluan tadi tidak memberikan kesempatan bicara
padanya. Yan-jie berkata pula: "Hei! Apakah kau ada
mempunyai nyali untuk ber-sama2 dengan aku pergi
kekota?" "Bukan soal berani atau tidak, tapi kau belum
memberitahukan kepada ayahmu, resanya kurang baik"
jawab Lim Tiang Hong disertai suara ketawanya.
"Tidak apa2...."
Belum habis ucapannya, orangnya sudah melesat
lagi sejauh lima enam tombak. Lim Tiang Hong semula menganggap nona itu main2 saja. Siapa tahu, nona cilik itu begitu mengucapkan perkataannya, lantas berlari jauh. Maka terpaksa ia mengejar dengan mengeluarkan ilmunya yang dinamakan It-sia Cian-lie.
Anak perempuan kebanyakan mau menang sendiri.
Yan-jie begitu melihat Lim Tiang Hong mengejar, bukan saja tidak menghentikan gerakannya, malah sebaliknya ia tertawa ter-kekeh2 dan kakinya bergerak semakin cepat.
Sebentar saja ia sudah melesat lagi sampai beberapa puluh tombak.
235 Lim Thian Hong yang saat itu sudah mendapat
kemajuan pesat dalam ilmu berlarinya, maka ilmu It-sia Cian-lie sekarang juga dapat digunakan cepat bagai kilat akan tetapi ia sengaja hendak mengalah. Ia tidak mau merebut kemenangan dengan seorang anak perempuan, maka tetap ia mengejar dengan mengimbangi gerakan nona itu, agak sedikit jauh dari padanya.
Dalam waktu sekejapun kedua anak muda itu sudah
tiba dibawah pintu kota. Mendadak.... Dari dalam kota melesat sesosok bayangan kecil
langsing dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke luar kota....
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu lantas
berseru': "Hei, itu ada ilmu mengentengi tubuh It-sia Cian-lie!"
Penemuan itu membuat ia ter-heran2 dan sangat
terkejut. Ia lalu mengerahkan kekuatannya, badannya melesat tinggi kira2 tujuh sampai delapan tombak.
Ditengah udara badannya berjumpalitan beberapa kali.
kemudian melesat lagi cepat mengejar bayangan
tersebut. 236 Lim Tiang Hong yang telah mengerahkan seluruh
kepandaiannya itu, kecepatan berlarinya sungguh sangat mengagumkan. Tidak sampai sejarak seratus tombak
berlari, ia sudah melihat lagi bayangan langsing tadi.
Dilihat dari arah larinya bayangan tersebut, agaknya hendak menuju ke arah gunung Cie-kim-san.
Ia sudah bertekad hendak mengusut se-dalam2nya
mengenai asal usul ilmu silat seorang yang memiliki ilmu silat seperti yang ia miliki sendiri, sudah tentu tidak mau melepaskannya begitu saja. Maka gerak kakinya makin dipercepat. Dengan jalan beberapa kali melesat saja badannya sudah berhasil mendekati bayangan orang
Bayangan orang didepan matanya kini agaknya
merasa terkejut mengetahui ada orang yang mengejar dibelakangnya. Maka dengan mendadak kakinya
dihentikan, sambil balik badannya orang itu menegur:
"Apa perlunya kau mengejar aku?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Dengan cepat ia juga
menghentikan gerak kakinya, Tapi diluar segala dugaan, bayangan orang itu ternyata adalah Im-san Mo-Iie
adanya. 237 Saat itu Im-san Mo-lie juga sudah mengetahui
bahwa orang yang mengejar dibelakangnya itu adalah Lim Tiang Hong, maka cepat2 ia berkata dengan wajah ber-seri2 "Ji-tee, kau....!" dan tangannya diulur menyekal lengannya Lim Tiang Hong, lalu berkata pula seperti lakunya seorang kakak terhadap adik yang sangat
memperhatikan adiknya: "Kabarnya ada orang dengan diam2 mengejar kau. Harus kau berlaku hati2 sedikit, jangan sampai terjatuh dalam tangan orang2 sebangsa mereka"
Disebutnya soal tersebut, membuat Lim Tiang Hong
merasa jengkel. Dengan alis berkerut ia menjawab: "Aku masih tidak pandang apa2 kawanan manusia tidak tahu malu itu"
"Tapi sebaiknya kau berlaku hati2 sedikit. Kini encimu masih ada sedikit urusan yang harus segera
dibereskan. Kau pulanglah lebih dulu"
Setelah berkata demikian, ia lalu memberikan
sebuah benda yang berbentuk petasan yang lalu
diserahkan kepada Lim Tiang Hong seraya katanya:
"Kalau kau merasa sangat terdesak dan membutuhkan 238
bantuan cepat, boleh kau lepaskan tanda ini, nanti akan ada orang yang datang memberi bantuan padamu"
Lim Tiang Hong sebetulnya tidak ingin menerima
pemberian nona itu, tetapi terhadap "enci akuan"
didepannya ini, ia sudah mendapat kesan baik, tetapi sedikit aneh. Disatu pihak ia merasa sedikit jemu, tapi disamping itu dalam hatinya entah timbul perasaan apa yang ia sendiri tidak tahu. Maka selagi ia masih merasa ragu2 dalam memberi jawaban, Im-san Mo-lie sudah
menyesapkan benda macam petasan itu ke dalam
tangannya, dan orangnya sebentar sudah menghilang ditelan kegelapan.
Lim Tiang Hong yang mengejar dengan susah
payah, begitu bertemu muka dengan Im-san Mo-lie
sudah kelupaan menanyakan asal usul ilmu lari pesat It-sia Cian-lie yang dimiliki oleh sang enci itu. Tatkala kini ia sadar dan ingat hal itu, ternyata enci ilu sudah berlari jauh.
Maka terpaksa ia balik ke kota dengan membawa
perasaan jengkel. Begitu tiba ditempatnya tadi, ia tidak melihat Yan-jie. Ia mengira nona itu karena tidak dapat menyusulnya 239
sewaktu mengejar Im-san Mo-lie tadi, tentu pulang lagi kerumahnya.
Memikir demikian, cepat2 ia baliki badan untuk
kembali ke rumah Heng-lim Cun-loan. Tidak nyana,
begitu masuk pintu, apa yang ia lihat telah membuat ia berdiri kesima.
Heng-lim Cun-loan, itu tabib kenamaan untuk
daerah Kang-lam, ternyata sudah menggeletak ditanah menjadi mayat dengan mulut menyemburkan darah
hitam. Sedangkan si pengemis Mata Satu yang tadi
berada disitu juga, saat itu tidak ketahuan entah kemana perginya"
Ia lalu mengadakan pemeriksaan secara teliti
keadaan sekitar dalam rumah, lalu dapat menemukan darah yang bercucuran di sana sini. Meja kursi dan tempat tidur pada terbolak-balik. Di beberapa bagian dinding tembok hancur disana sini. Keadaan semuanya itu jelas memperlihatkan bahwa barusan pernah terjadi pertempuran sengit.
Mungkin Heng-lim Cun-loan yang bertempur
malawan musuh2nya seorang diri, karena tidak tahan, 240
akhirnya binasa ditangan musuh2nya yang berjumlah banyak.
Heng-lim Cun-loan itu, bukan hanya pandai dalam
ilmu ketabiban, tetapi juga memiliki kepandaian ilmu silat yang termasuk kuat dalam kalangan persilatan. Sekalipun tidak dapat melawan orang2 dalam jumlah banyuk, pasti dapat mengambil jalan mundur dan akan selamat. Tetapi kini, mengapa ia dapat dibinasakan oleh lawannya
dengan cara demikian mudah" Dan siapa pula lawan
yang dapat membinasakan orang tua itu"
Pengetahuannya Lim Tiang Hong mengenai orang2
dunia Kang ouw memang tidak seberapa luas. Peristiwa berdarah sangat misterius seperti yang ia lihat saat itu dengan sendirinya tidak mampu dipecahkan .oleh
otaknya. Lama ia memikirkan persoalan tersebut, sedikitpun tidak mendapatkan jawaban yang boleh dikatakan tepat.
Tiba2 matanya terbentur pada sebuah benda hitam
mengkilat yang menggeletak di tanah. Dengan cepat ia memungut benda hitam tersebut, mulutnya lantas
mengeluarkan geraman hebat.
241 "Ow! Pembunuhnya pasti turunan dari Thian-lam
Ngo-liong. Sungguh kejam perbuatan kalian! Aku Lim Tiang Hong sebelum dapat membasmi habis
keturunanmu, bersumpah tidak mau jadi orang lagi!"
Dalam sengitnya, panah itu diselipkan ke
pinggangnya. Dengan laku seperti orang kalap lalu lari menuju ke kota lagi.
Terhadap kematian Heng-lim Cun-loan itu, Lim
Tiang Hong merasakan hatinya sangat berduka. Pertama, karena tabib sakti itu pernah melepas budi
menyempurnakan kepandaian ilmu silat dan tenaga
dalamnya. Budi yang dilepas telah tabib itu kepada dirinya tidak boleh dikatakan sedikit. Dan kedua, Heng-lim Cun-loun adalah seorang tabib sakti yang kenamaan, orang yang pernah ia tolong jiwanya, tidak terhitung jumlahnya. Tapi kini, terbinasa secara demikian
mengenaskan, sungguh merupakan suatu kejadian yang tidak adil dalam dunia ini.
Lain dari itu, satu hal lain yang membuat ia semakin sedih ialah, baru saja orang tua itu hendak menceritakan asal usul yang menyangkut diri serta ayah bundanya, 242
tiba2 kedatangan satu panah maut yang merenggut jiwa tabib sakti itu.
Kini Heng-lim Cun-loan sudah tewas. Kemana lagi
harus ia cari keterangan lengkap yang ada hubungannya dengan dirinya sendiri"
Karena Itulah, tidak mengherankan kalau pada
waktu itu, perasaan gusar, cemas, sedih dan gemas mengaduk semua dalam otaknya. Ia sudah bertekad
hendak mencari keturunannya Thian-lam Ngo-liong untuk membalaskan sakit hati atas kematian Heng-lim Cun-loan ini.
Hampir semalam suntuk sudah ia lari mundar
mandir. Ketika ia sampai kedalam kota untuk kedua kalinya, hari sudah menjelang fajar.
Mendadak ia ingat halnya Yan-jie dan si Pengemis
Mata Satu. Yan-diie yang ber-sama2 dengannya masuk
kedalam kota tadi mengapa sampai sekarang masih
belum kelihatan kembali" Apa ada terjadi sesudah atau diri nona itu"
243 Pengemis Mata Satu dengan Heng-lim Cun-loan ada
mempunyai perhubungan persahabatan sangat erat.
Tidak mungkin pengemis ini mau meninggaikannya
begitu saja. Barangkali ketika ia dan Yan-jie bersama2 masuk
kedalam kota, Pengemis Mata Satu itu juga turut
mengikuti di belakangnya. Apa tidak boleh jadi pada saat itu tabib kenamaan itu dikerjakan orang"
Pada saat itu Lim Tiang Hong tidak memperdulikan
keselamatannya sendiri, hampir setiap pelosok dan gang2 telah dijelajahi, tetapi tetap tak dapat menemukan jejak kedua orang tua dan muda itu.
Karena perutnya sudah lapar, maka ia masuk
kedalam sebuah rumah makan dan dahar makanannya
seorang diri saja Tiba2 ia dapat dengan pembicaraan antara dua
orang Kang-ouw yang duduk didekat mejanya dengan
suara rendah. Satu diantaranya dengan logatnya dari Su-cuan berkata: "Loko, menurut anggapanmu, didalam
dunia rimba persilatan pada dewasa ini, kepandaian golongan mana yang paling kuat?"
244 "Sudah tentu golongan Thian-lam Ngo-Iiong yang
saat ini menjagoi didaerah Tay-lee!" demikian seorang lainnya lantas men-jawab dengan logat propinsi In-lam.
Lim Tiang Hong yang mendengar itu, semangatnya
bangun seketika. Ia segera pasang telinganya untuk mendengarkan pembicaraan mereka lebih lanjut.
Orang yang bicara dengan logat Su-coan itu
agaknya tidak setuju anggapan kawannya itu, ia lantas berkata pula: "Pendapatmu itu rasanya kurang tepat!
Kepandaiannya "Tiang-lim It-hong", rasanya tidak berada dibawahnya Ngo-Iiong. Kini telah tersiar kabar yang mengejutkan lagi, dulu itu jago pedang yang mempunyai gelar "Bu-ceng Kiam-khek", yang pernah mengalahkan
"Thian-lam Ngo-Iiong' dan "Tiang-lim It-hong" dengan ilmu pedangnya "To-liong Keng-hong', kabarnya juga sudah mempunyai murid yang mewariskan seluruh
kepandaiannya, yang kini sudah muncul di dunia kangouw!"
Sang kawan itu nampaknya sangat terkejut. "Apa
benar" Kalau begitu kita akan menyaksikan suatu
keramaian yang hebat lagi"
245 "Kiranya memang begitu. Keturunannya Thian-lam
Ngo-Iiong, yakni Tiat-ciang Kim-liong Cin Cit Ya setelah mendengar kabar itu segera memberitahukan kapada
empat saudara seperguruan yang lainnya supaya mereka lekas datang ke Kang-lam untuk mencari muridnya Bu-ceng Kiam-khek itu. Mereka hendak melampiaskan sakit hati mereka karena dulu pernah dikalahkan oleh...."
Tepat pada saat itu terdengar suara orang mendaki undak2an tangga, dan sebentar lalu muncul seorang nenek2 yang bersikap loyo, rambutnya sudah putih
semua. Di tangan nenek ini tergenggam sebatang
tongkat, di tangan lain menuntun seorang gadis muda yang mengenakan pakaian ringkas dan di dadanya ada sulaman seekor burung Hong warna putih.
Pembicaraan kedua orang Kang-ouw tadi mendadak
berhenti. Sebentar kemudian terdengar pula suara itu orang
yang menggunakan logat propinsi Sucoan dengan
suaranya yang rendah sekali ia berkata: "Orang lagi bicarakan dirinya, eh orangnya datang.... Itu nenek2
yang nama gelarannya Thian-san Lo-!o adalah
keturunannya Tiang-lim It-hong. Sedangkan itu gadis 246
muda yang berjalan di belakangnya, adalah murid si nenek bernama Cu Giok Im alias Burung Hong Putih.
Barargkali mereka datang ke Kang-lam sini juga hendak mencari murid keturunannya Bu-ceng Kiam-khek"
Setelah memberi penjelasannnya itu, ia lalu
mengalihkan pembicaraannya ke lain soal dengan suara yang lebih keras.
Lim Tiang Hong diam2 memperhatikan nenek2 itu
bersama muridnya. Ia telah mendapat kenyataan bahwa Thian-san Lo-lo itu meskipun diluarnya kelihatan sangat loyo, tapi sepasang matanya ada sangat bercahaya.
Terang ia ada mempunyai latihan tenaga dalam yang sangat sempurna. Ia cuma memperhatikan dirinya lain orang, tapi tidak merasa dirinya sendiri sedang
diperhatikan orang lain. Si Burung Hong Putih dengan sepasang matanya
yang jeli juga sedang memperhatikan dirinya. Ia tidak ingin sampai dirinya diketahui sebagai seseorang yang berkepandaian tinggi. Tingkah lakunya dibuat-buat sedemikian rupa supaya orang lain tidak ambil perhatian terhadapnya. Tapi tidak urung usahanya itu meleset semua.
247 Ia tiba2 mendengar Cu Giok Im berkata kepada
suhunya: "Kabarnya Tiat-ciang Kim-long Cin Cit Ya sudah menemukan jejak bocah itu. Entah suhu sudah tahu atau belum?"
Thian-san Lo-lo memejamkan matanya. Nenek ini
menjawab dengan suara acuh ia acuh: "Apa benar...."
Biar bagaimana selewatnya malam ini nanti kita
bicarakan lagi" "Suhu, kalau aku menggunakan ilmu pedang Cio-
lolo Im-yau Bit-cong-kiam, bisakah kiranya memecahkan ilmu pedangnya To-liong Keng-hong dari bocah itu?"
"Ilmu pedang ini adalah buah ciptaan suhumu yang
khusus untuk menghadapi ilmu pedang To-liong Keng-hong. Bukannya suhumu ini suka terkebur, kalau cuma kekuatan dan kepandaianmu berimbang dengan dia,
barangkali susah sekali buat ia loloskan diri dari pedangmu"
Lim Tiang Hong yang mendengar perkataan itu
diam2 merasa geli dihati. Karena, ilmu pedang To-liong Keng-hong-nya itu adalah ciptaan suhunya yang telah ia pelajari sampai hampir menggunakan waktu setengah 248
abad lamanya. Bagaimana begitu mudah buah ciptaan seorang Penyipta ulung dipecahkan orang begitu saja"
Meskipun dalam hatinya berpikir demikian, tetapi
diluarnya Lim Tiang Hong sama sekali tidak
memperlihatkan perubahan sikap apapun, ia tetap makan minum seenaknya sambil tundukkan kepala
Saat itu tiba2 terdengar pula suara orang naik
tangga loteng, kemudian terlihat lagi muncul disitu beberapa orang. Orang2 ini ada yang mengenakan
pakaian sebangsa padri, imam dan lain2 lagi berupa, orang2 Kang-ouw kebanyakan.
Melihat sikap rombongan orang2 yang baru datang
itu. segera Lim Tiang Hong mengetahui bahwa mereka itu tentu adalah orang2 Kang-ouw yang berkepandaian tinggi.
Dan oleh karena lebih dahulu ia telah mendapat
kisikan dari Hui Hui Taysu, hingga ia tahu bahwa kota Kim-leng saat itu sedang bergolak suatu kejadian besar yang akan menggegerkan dunia Kang-ouw. Maka
terhadap kedatangan orang2 itu, ia tidak heran lagi.
Pada saat itu, rombongan orang2 itu sudah pada
mencari tempat duduknya masing2. Diantara mereka, 249
ada seorang yang mengenakan pakaian ringkas warna kuning, matanya ditujukan kearah Cu Giok Im tanpa berkesip. Malah kadang2 mengeluarkan suara ketawanya yang menunjukkan tingkah laku ceriwis sekali.
Si Burung Hong Putih Cu Giok Im ada seorang gadis yang sifatnya juga berandalan dan sudi gawe.
Bagaimana ia mau mengerti diperlakukan orang


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

sedemikian rupa" Maka tiba2 saja terdengar suara bentakan dari
gadis muda ini "Hei orang yang mau cari mampus, kau tertawakan siapa?"
Seorang laki2 pertengahan umur yang diwajahnya
terdapat sebuah tanda bekas bacokan dan yang beralis gompyok serta mempunyai mata lebar besar, lantas
menjawab dengan suara dingin: "Jikalau tuanmu suka tertawa, untuk apa kau usilan?"
Cu Giok Im mendadak berbangkit dari tempat
duduknya. Dengan sebelah tangan bertolak pinggang, tangan lain menuding ke-arah orang2 dalam rombongan itu, sedangkan mulntnya membentak: "Buka dulu
matamu kalau belum lamur! Orang2 dari golongan Tiang-lim-pay tidak mudah dihina orang!"
250 Namanya Tiang-lim It-hong dulu pernah
merendengi namanya Thian-lam Ngo-Iiong. Kedua nama itu sangat terkenal sehingga melebihi nama2 beberapa partai besar dari daerah Tiong-goan. Maka setelah Cu Giok Im mengatakan nama golongannya itu, orang2 yang berada disitu diam2 pada terperanjat. Mereka sama mengerti bahwa apabila tidak ada yang mau mengalah seorang diantaranya, pertempuran sengit mungkin akan segera terjadi.
Setiap orang pada membuka matanya lebar2,
agaknya hendak menantikan perkembangan selanjutnya.
Sedangkan tamu2 biasa, ketika menyaksikan keadaan demikian, yang kecil nyalinya sudah pada ketakutan setengah mati, diam2 satu demi satu pada ngeloyor pergi.
Siapa nyana, setelah Cu Giok Im menyebutkan
nama golongannya, laki2 itu bukan saja tidak keder, sebaliknya malah berkata dengan pelembungkan dada, sikapnya sangat menghina: "Ow, kalau begitu aku kini berhadapan dengan keturunan dari Tiang lim It-hong"
Cuma saja, papan merek yang sudah usang itu sekarang 251
belum boleh keluar lagi menggertak orang hidup. Ha, ha...."
Bukan kepalang rasa gusarnya Cu Giok Im dapatlah
kita bayangkan. Srreet! Dan pedang panjang sudah keluar dari
serangka yang tergantung dipinggang Burung Hong
Putih. Tepat pada saat itu, tiba2 ada satu tenaga
tersembunyi yang tidak kelihatan telah meluncur ke arah rombangan orang2 itu seperti air bah.
Lelaki yang bertandakan bacokan diatas wajahnya
itu lalu membalik tangannya sambil tertawa ter-bahak2.
Dengan ilmu Im-han Khie-kang yang kelihatan
menghitam di kedua tangannya orang codet ini
menyambuti serangan yang tidak terlihat itu.
Sebentar kemudian tiba2 terdengar suara
bergedubrakan ramai sekali. Meja dan kursi2 nampak bergelimpangan, sedangkan kursi yang tadi diduduki oleh itu lelaki bertanda bacokan diatas mukanya itu, bersama mejanya kelihatan hancur berantakan.
Perubahan yang terjadi secara mendadakan itu
membuat terperanjat setiap orang yang berada disitu.
252 Kiranya, nenek2 yang kelihatan loyo badannya itu, tepat pada saat Cu Giok Im mencabut pedangnya, sudah mengangkat tangannya dan melancarkan serangan lihay tersebut.
Itu lelaki codet dimukanya, ketika dirugikan
demikian rupa, agaknya tidak mau mengerti. Sambil mengeluarkan suara geraman hebat, ia pentang kedua tangannya.
Dan si nenek berambut putih itu tiba2 membuka
matanya yang tadi terpejam. Sepasang matanya
sungguh menakutkan, sinarnya ber-api2. Lalu sambil ketawa dingin ia berkata: "Kau cari mampus sendiri!"
Berbareng dengan kata2 itu, lengan bajunya yang
gerombongan dikibaskan, lalu dari situ meluncur keluar ilmunya yang telah lama terkenal, ln-hun Sin-kang, itu ilmu yang paling ampuh dari golongan Tiang-lim-pay.
Serangan itu, jikalau meluncur keluar, niscaya
semua meja dan kursi serta jendela2 diloteng rumah makan itu akan rusak hancur semuanya.
Dalam saat yang kritis itu, tiba2 ada suatu kekuatan yang tidak berwujud yang memunahkan seketika ilmu dari nenek tua itu.
253 Lim Tiang Hong kelihatan bangkit dari duduknya,
dengan malas2an ia berjalan di-tengah2 antara kedua pihak itu sembari berkata: "Berkelahi diatas loteng rumah makan, bukankah akan membawa akibat yang tidak enak bagi tuan pemilik rumah makan ini" Apakah kalian kedua pihak suka pandang mukaku dan menunda dulu sebentar perkelahian ini?"
Ia dengan kata2nya itu memperlihatkan senyuman
lebar. Dengan mengeluarkan serangan tadi, boleh dikata sudah pula mempengaruhi perasaan setiap orang yang barada di atas loteng rumah makan itu.
Rombongan orang2 itu yang tadinya mengira
bahwa kekuatan yang dapat memunahkan serangan
hebat dari si nenek itu berasal dari seorang tua
kenamaan yang sudah berpengalaman, tidak nyana
kiranya hanya satu bocahlah yang melakukan itu, satu bocah yang masih berbau pupuk bawang!
Lelaki yang bercodet wajahnya itu lantas berkata
sambil pendelikkan matanya: "Kau masuk hitungan
manusia macam apa, berani kau campur tahu dalam
urusan tuan besarmu disini?"
254 Lim Tiang Hong sambil berpeluk tangan berkata lagi dengan suara tenang: "Aku yang rendah adalah Lim
Tiang Hong. Sungguh tidak ada maksudku melarang
kalian berkelahi. Tapi, tentu paling baik kalau itu tidak dilakukan diatas loteng ini"
Begitu mendengar disebutnya nama 'Lim Tiang
Hong', suasana diloteng tersebut tiba2
memperdengarkan suara gemuruh, mereka itu ada yang merasa ter-heran2, dan ada sebagian lagi yang merasa gusar. Setiap orang dengan wajah tidak sama
memperlihatkan sikap yang berlainan pula.
Karena, pemuda yang kini berpeluk tangan di
tengah2 mereka itu, sekalipun baru saja memasuki dunia Kang-ouw, tetapi kepandaiannya sungguh sangat
menakjubkan! Anak muda ini bukan hanya sudah menjatuhkan
Hek-liong Siang-sat sudah merubuhkan tiga orang imam dari Bu-tong-pay serta menyerbu gereja Siauw-lim-sie hanya seorang diri. Dan sekarang ini, selama dalam perjalanannya menuju ke selatan, kembali sudah terlolos dari kepungan golongan Lam-hay dan golongan rimba hijau dari 7 propinsi.
255 Kejadian2 yang menggemperkan dunia rimba
persilatan dan lama tersiar dalam dunia Kang-ouw.
Umumnya orang2 pada menganggap, bahwa ia itu
adalah seorang terkuat dari orang tingkatan muda
selama seratus tahun belakangan ini. Hanya sayangnya pemuda itu tidak mengetahui asal usul dirinya sendiri, sehingga telah menimbulkan kegemparan di-mana2.
Semua orang masih belum dapat membuktikan ia
itu dari golongan orang baik2 atau orang dari kalangan hitam. Maka sedikit banyak masih banyak orang
memandang pemuda ini sebagai orang berbahaya.
Siapa nyana, si codet tadi ketika mendengar
disebutnya nama Lim Tiang Hong, ia lantas memandang anak muda itu dari atas sampai ke bawah, lalu dari bawah menuju ke atas lagi.
Tiba2 ia maju menghampiri dan berkata sambil
membungkukkan badan dalam2: "Toathun Tancu Beng
Khong disini dengan beberapa orang kawan kini
menjumpai Siauw-kauwcu"
Lim Tiang Hong melengak. 256 Selagi hendak ia mananya, tiba2 Tancu mengajak
anak buahnya yang dikatakan kawannya, dengan wajah ketakutan lari turun ke bawah,
Si Burung Hong Putih Cu Giok Im ketika melihat Lim Tiang Hong yang tadi mencampuri urusan itu,
diwajahnya terkilas sesuatu senyuman. Tentang terhadap anak muda yang gagah ini telah timbul kesan baik dalam hatinya. Akan tetapi, begitu ia mendengar perkataan laki2 codet tadi, wajahnya, dengan memperlihatkan sikap menghina ia berdeham.
Lim Tiang Hong memandang ke arah wanita muda
ini sejenak, lalu sambil tersenyum balik ke tempat duduknya lagi.
Keonaran yang kelihatan tadi sukar dicegah,
akhirnya telah berakhir dengan cara yang tidak ter-duga2
demikian rupa. Pelayan rumah yang tadinya pada
ketakutan setengah mati, mendengar suara agak redaan, baru berani keluar lagi dari tempat persembunyiannya masing2.
Cu Giok Im mengeluarkan sepotong uang perak
yang dilemparkan ke atas meja. lalu dengan
membimbing nenek2 loyo itu mereka lalu turun ke
257 bawah. Waktu hendak meninggalkan tempat tersebut, matanya melirik ke arah Lim Tiang Hong. Sikapnya aneh, se-olah2 yang merasa sayang meninggalkan si anak
muda. Lim Tiang Hong duduk lagi sebentar, lantas pulang ke rumah. Ia yang pikirannya sudah kusut, setelah minum arak beberapa tenggak, dirasakan pikirannya semakin kusut saja.
Seorang diri ia duduk termenung menghadapi
lampu. Banyak persoalan yang menindih perasaannya.
Pertama, mengapa Heng-lim Cun-loan bisa
terbunuh orang" Siapakah orangnya yang mempunyai
kepandaian begitu tinggi yang bisa membunuh tabib kenamaan ini"
Kedua, Tian-lam Ngo-Iiong apakah dari golongan
baik2 ataukah dari golongan tersesat" Mereka dengan suhunya, Bu-ceng Kiam-khek, sebetulnya ada
mempunyai permusuhan apa" Dengan alasan apa
mereka bermaksud hendak membunuh Heng-lim Cun-
loan". Ketiga di kota Kim-leng yang paling belakang ini
entah akan terjadi peristiwa besar apa lagi. Mengapa 258
sampai menarik perhatian begitu banyak orang sehingga pada ber-bondong2 ke situ" Apakah hal ini ada
hubungannya dengan ia sendiri"
Dan akhirnya, ia mengingat pula akan encinya,
yang ia kenal ditengah jalan, itu wanita yang disebut Im-san Mo-lie. Terhadap enci akuannya ini ia merasa aneh atas segala gerak gerik dan tindak tanduknya. Ada banyak hal yang sangat mencurigakan hatinya. Terutama mengenai ilmu mengentengi tubuh wanita itu, yang juga adalah ilmu lari It-sia Cian-lie, kepandaian ciptaan suhunya, mengapa juga ia pandai dalam ilmu itu"
Lama ia memikir, ia merasa bahwa ia harus mencari si Pengemis Mata Satu yang sudah mempunyai banyak pengalaman didunia kang-ouw, yang mungkin dapat
menjawab semua pertanyaannya itu....
Saat itu suasana diluar sudah sangat sunyi. Lampu2
ruangan sudah mulai dipadamkan, suatu tanda bahwa malam sudah mulai larut.
Mendadak ia dengar suara yang sangat halus
nyelusup ke dalam telinganya. Oleh karena saat itu kepandaiannya sudah mendapat kemajuan pesat, maka suara betapapun kecilnya, kalau hanya dalam jarak 259
sepuluh tombak disekitarnya, dapat terdengar oleh telinganya.
Terdorong oleh perasaan ingin tahu, ia lantas
melesat melalui daun jendela, dan kemudian melayang turun d atas atap rumah diseberang sana.
Akan tetapi, keadaan disekitarnya masih tetap sunyi senyap tidak kedengaran suara apapun juga, juga tidak terlihat bayangan seorangpun juga.
Ia yakin benar bahwa pendengarannya tadi
sedikitpun tidak salah. Tetapi aneh, kenapa sekarang tidak kelihatan bayangan seorangpun"
Pada saat itu dari jarak jauh kelihatan meluncur ke atas satu sinar biru. Seperti juga bunga api, menyala di tengah udara, lama belum padam.
Jelas sekali bahwa itu adalah suatu tanda rahasia dari suatu partai.
Maka saat itu ia lantas melesat lagi keatas, menuju kearah meluncurnya sinar biru tadi.
Sesaat kemudian ia sudah sampai di tempat dari
mana sinar biru tadi diluncurkan. Ketika ia memeriksa keadaan di sekitar tempat itu, ternyata adalah suatu tempat yang ternama di dalam kota Kim-leng, yakni apa 260
yang disebut bukit Cian-hud-gan. Diatas bukit ini ada terdapat banyak patung2 kuno yang tidak terhitung jumlahnya.
Tempat itu yang sebetulnya ada suatu tempat yang
amat sepi, di waktu larut malam seperti malam itu, keadaannya kelihatan semakin sunyi, sehingga patung2
kuno itu kelihatannya sangat menakutkan.
Ketika angin malam yang dingin menyampok ke
wajahnya, membuat anak muda ini merasakan badannya dingin dan menggigil, Dengan Sendirinya pula tangannya lantas meraba gagang pedangnya.
Tiba2 suatu pemandangan yang mengerikan
terbentang di depan mata Lim Tiang Hong. Tanpa
merasa ia sudah mundur dua tindak kebelakang.
Dibawah sebuah patung besar, disitu ada rebah
menggeletak bangkainya empat orang padri. Kepala
mereka yang kelimis sudah hancur. Perutnya berlubang, darah dan isi perutnya pada berhamburan ditanah,
keadaan mereka itu sangat mengerikan.
Dengan membesarkan nyalinya ia coba maju lagi
beberapa langkah. 261 Tidak jauh dari situ, kembali matanya kebentrok
dengan bangkainya dua orang imam, yang rebah
terlentang dilereng bukit.
Dari pemeriksaan yang hati2, Lim Tiang Hong
mendapat kenyataan bahwa pada belum lama berselang tentu telah terjadi suatu pertempuran dan pembunuhan besar2an.
Takala ia maju lagi kebagian atas, kembali ia
bertemu dengan bangkai2 yang lebih banyak. Bangkai2
itu terdiri dari padri (imam) dan orang biasa. Tetapi yang utama kematian mereka semua dalam keadaan
mengerikan. Mendadak ia menemukan sebuah patung besar
yang berada ditempat tertinggi dari bukit tersebut yang sudah dibikin hancur oleh kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat. Dibagian perut dari patung tersebut, nampak ada robekan kertas yang masih berlumuran
darah. Tertarik oleh pemandangan ganjil ini, ia lantas maju menghampiri dan melihat keadaan patung tersebut.
Ia telah menemukan sebuah kotak batu giok warna
putih yang berada di sebelah dalam perut patung
262 tersebut. Ketika ia buka kotak itu, didalamnya ada sejilid kitab bewarna kuning yang bertuliskan huruf2 "TAT MO
IE KIN KENG' dimukanya. Hatinya berpikir: "Apa kitab inikah yang disebut Tatmo It-kin-keng yang disimpan dalam patung kuno"'
Baru saja ia hendak membuka lembaran pertama
dari kitab tersebut, tiba2 terdengar suara orang ketawa yang kemudian disusul dengan munculnya dua orang.
Yang satu adalah Biauw-chiu Thian-koan Su-khong
Yao, dan yang seorang lagi adalah ketua dari Lam-hay-pay Lam-hay Gia-mo.
Kedua orang yang tersebut belakangan ini dengan
sorot mata tajam mengawasi si anak muda, kemudian berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Bocah, kau sungguh hebat! Tapi kalau kau tidak lekas bekerja sama dengan kami, jangan pikir bisa berlalu lagi dari tempat ini".
"Belum tentu," jawab Lim Tiang Hong sambil
ketawa dingin. "Kalau tidak percaya, boleh kau coba2 saja" berkata pula, Biauw-chiu Thian-koan sambil menunjuk ke bawah.
Lim Tiang Hong melihat kearah yang ditunjuk si
copet. Benar saja, disana terlihat banyak orang bergerak, 263
anak buahnya Lam-hay Gia-mo dan kawanan berandal
dari tujuh propinsi sudah mengurung dirinya begitu rapat.
Seketika itu ia lantas gusar. Sementara tangan
kirinya memasukkan kotak ke dalam saku, mulutnya
membentak: "Kalau kalian berani, boleh maju! "
Tiba2 suatu suara melengking tinggi terdengar dari atas bukit, kemudian disusul oleh meluncurnya satu bayangan orang. Cepat bagai kilat bayangan ini
melayang turun menerjang Lim Tiang Hong.
Sesaat kemudian terdengar suara jeritan ngeri,
orang yang barusan menerjang Lim Tiang Hong itu telah terpental dua tiga tombak tingginya karena mendapat papakan dari angin serangan Lim Tiang Hong. Orang itu me-layang2 ditengan udara dan akhirnya jatuh ke bawah bukit.
Dibawah penerangan sinar rembulan, semua orang
baru dapat melihat bahwa orang yang barusan hendak membokong Lim Tiang Hong tadi ternyata adalah si
Kampret Terbang, salah seorang tokoh terkenal dari golongan hitam.
264 Kejadian itu sungguh mengejutkan semua orang.
Sungguh tidak nyana bahwa dalam beberapa hari saja anak muda ini yang tidak ketahuan asal usulnya,
kepandaiannya sudah bertambah dan kekuatannya sudah berambah berlipat ganda.
Berbareng pada saat jatuhnya badan si Kampret
Terbang, dari bawah bukit kelihatan melesat sesosok bayangan orang.
Orang ini, dibagian dadanya ada sulaman burung
hong putih. Dari tandanya itu dapatlah diketahui bahwa dia adalah muridnya orarg pandai dari golongan Tiang-lim It-hong yang bernama Cu Giok Im.
Kelakuannya Cu Giok Im ini sangat aneh.
Sesampainya wanita muda ini diatas bukit, ia tidak mau ambil bagian dalam perebutan kitab tersebut, juga tidak berkata apa2. Kedatangannya itu se-akan2 khusus
hendak menyaksikan keramaian saja.
Blauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo saling
pandang sejenak, kemudian kelihatan seperti hendak tergerak untuk mengadakan penyerangan berbareng.
Mendadak dari bawah bukit tampak berkelebat
beberapa bayangan padri yang lalu menyusul lagi suara 265
orang memuji nama Buddha, kemudian salah seorang
daripadanya berkata dengan suara nyaring: "Manusia jahat kau sungguh terlalu kejam...."
Empat padri dari bagian penyimpan kitab digereja
Siauw-lim-sie sama seperti empai ekor burung garuda melayang ke atas bukit.
Biauw-chiu Thian-koan Su-khong Yao tahu benar
bahwa kesempatan haik segera akan lenyap, maka ia lalu memekik keras, bersama dengan beberapa orang anak buahnya ia sudah turun tangan terlebih dahulu,
menyerang langsung pada Lim Tiang Hong.
Lam-hay Gia-mo agaknya juga tidak mau
ketinggalan. Sambil perdengarkan suara melengking panjang ia bersama anak buahnya, juga sudah
menyerang dari sayap kanan.
Lim Tiang Hong perdengarkan suara ketawa
dinginnya. Ber-ulang2, tiba2 tangannya terpentang. Dari dalamnya keluar angin serangan yang hebat.
Beruntun tiga kali ia menyerang secara demikian,
hingga angin hebat meluncur keluar dari tangannya. Dan disamping itu, ia juga tidak lupa melindungi dirinya 266
sendiri dengan kekuatan tanaga Cao-khie untuk
membendung serangan lawan2nya.
Maka setelah serangannya itu meluncur keluar,
beberapa anak buahnya Su-khong Yao yang menyerang lebih dulu sudah pada dibikin terpental badannya, seolah2 beberapa layangan putus talinya serentak pada melayang turun ke bawah bukit.
Bersamaan pada saat itu, disitu tiba2 terdengar
suara bentakan yang kemudian disusul dengan
berkelebatnya sinar pedang, menyambar kawanan
manusia jahat yang menyerang Lim Tiang Hong.
Itu adalah gerakannya Cu Giok Im, yang secara
mendadak sekali membantu si anak muda.
Gerakan wanita itu kemudian disusul pula oleh
datangnya dua orang aneh yang wajahnya sangat garang kelihaiannya. Kedua orang ini lantas bertempur dengan Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo.
Kedua orang berwajah aneh itu sembari bertempur,
mulutnya berseru menjengeki: "Cuma mengandal
kekuatan kalian orang2 tak berguna ini, begitu berani mati bermusuhan dengan Thian-cu-kauw. Benar2 kalian tidak ukur diri sendiri. Ha, ha...."
267 Pada saat itu pihaknya Biauw-chiu Thian-koan dan
Lam-hay Gia-mo sudah terpukul mundur.
Cu Giok Im lantas menarik kembali pedangnya dan
menghampiri Lim Tiang Hong. Ia bertanya pada si anak muda: "Hei, aku mau tanya kau. Ada orang kata bahwa kau ada muridnya Bu-ceng Kiam-khek, tapi ada sebagian orang lagi yang memanggil kau Siao-Kauwcu dari Thian-cu-kauw. Siapa sih sebetulnya kau ini....?"
"Yang benar adalah murid Bu-ceog Kiam-khek. Aku
tidak tahu apa yang dinamakan Thian-cu-kauw itu" jawab Lim Tiang Hong.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Diwajahnya Cu Giok Im yang cantik mendadak
terlihat perubahan. "Kalau begitu, aku bantu kau
membereskan pertempuran disini dan setelah itu kita nanti boleh saling mengukur tenaga lagi"
Lim Tiang Hong lantas menjawab dengan suara
menyatakan ketidak senangannya: "Terima kasih atas kebaikan hatimu, tapi aku tidak perlu bantuan orang.
Selain dari itu, aku juga sudah lama tahu maksud
kedatanganmu. Dalam soal ini boleh kita bicarakan lagi dilain waktu. Saat ini aku tidak ada tempo"
268 "Kau tidak suka aku bantu, namun aku tetap akan
memberi bantuan untukmu, karena aku kuatir orang
nanti dengan tidak sengaja melukai kau...."
Maksud ucapan Cu Giok Im ini sebetulnya ialah,
jikalau Lim Tiang Hong terluka ditangan orang lain, maka ia lantas tidak dapat kesempatan untuk membalas sakit hati Tiang-lim It-hong yang dulu dikalahkan oleh suhunya Lim Tiang Hong. Tetapi ketika ia mengeluarkan ucapan tersebut, ia merasa bahwa perkataannya itu kurang tepat atau tidak pada tempatnya. Maka untuk selanjutnya tidak dilanjutkan lagi, berbareng dengan itu wajahnya juga berubah merah seketika.
Pada saat itu empat orang padri dari Siauw-lim-sie juga sudah berada dihadapannya.
Hui Bing Siansu lalu berkata: "Malam ini semua
kejadian sudah merupakan suatu bukti, sekarang sicu masih mau berkata apa lagi"
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan kotaknya dari
dalam sakunya yang langsung diberikan kepada Hui Bing Siansu seraya berkata: "Kotak batu giok ini aku dapatkan dari dalam perut patung Budda itu. Betul sebagai kotak untuk menyimpan Tat-mo Ie-kin-keng atau bukan kalian 269
boleh periksa sendiri. Aku Lim Tiang Hong malam ini karena datang terlambat setindak, hingga tidak tahu orang2 ini dibinasakan oleh siapa"
Hui Kak tiba2 berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Jikalau kau tidak melukai orang, bagaimana kotak ini bisa berada di tanganmu?"
"Percaya atau tidak terserah pada kalian.
Sejujurnya aku katakan, kalau aku tidak memandang muka Hui Hui Taysu, kotak ini tidak sudi aku serahkan pada kalian. Kalian toh tidak bisa ber-buat apa2
terhadapku!" berkata Lim Tiang Hong dalam gusarnya.
"Siauw-lim-pay tidak gampang2 membiarkan terus
sepak terjangmu!" kata Hai Kak dengan suara dinginnya.
Lim Tiang Hong tiba2 dongakkan kepala dsn
berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Dengan terus terang kuberitahukan kepadamu aku Lim Tiang Hong tidak
pandang mata kepada kalian orang2 dari Siauw-lim-pay".
Hui Beng Siansu kuatir akan menerbitkan onar
besar, maka buru2 menyambuti kotak yang disodorkan oleh Lim Tiang Hong.
Dua orang aneh yang berdiri disamping tiba2
mengulurkan tangannya dan mencegah sembari berkata: 270
"Apa kalian mau ambil barang ini tanpa memperlihatkan ilmu kalian dari Siauw-lim-pay" Rasanya tidak begitu gampang! He, he...."
Hui Bing Siansu lalu menjawab sambil kerutkan
alisnya: "Tuan-tuan ini siapa, kenapa berani menyampuri urusannya Siauw-lim-pay"
"Kami adalah Tee-im Tancu Thian Lui dan Thian-
liong Tan-cu U Tiang Siang dari Thian-cu-kauw. Kalian hendak mengandalkan pengaruh dan nama besar Siauw-lim-pay merebut kitab wasiat dari tangannya Siauw Kauwcu" Sekarang boleh kalian terangkan dulu apakah kami dua saudara harus campur tangan atau tidak"
Hui Kak Siansu lalu menyelak dengan suara gusar:
"Kalau begitu, apa kalian sudah bertekad hendak turut campur tangan?"
Tee-im Tancu Thian Lui yang berpengawakan
pendek bulat, lalu berkata pula sambil dongakkan
kepalanya: "Orang lain boleh takuti pengaruhnya kalian orang2 dari Siauw-lim-pay, tapi bagi Thian-cu-kauw kami, kalian tidak ada harganya sama sekali!"
Kedua Tancu dari Thian-cu-kauw sebetulnya ada
mengandung lain maksud. Disatu pihak ia mengulur
271 tempo dengan sengaja, dilain pihak mereka memang
bermaksud hendak mengacau se-bisa2nya dalam rimba persilatan.
Empat padri dari Siauw-lim-sie benar saja kena
dibikin gusar sekali oleh karenanya. Orang2 kepala gundul ini lalu berkata sambil memuji nama Buddha:
"Kalau begitu kau jangan sesalkan bahwa Loceng
sekalian berlaku kurang sopan"
Thian-liong Tancu yang badannya tinggi kurus,
dengan sikapnya yang kaku dan suaranya yang ketus dingin berkata: "Kami dua saudara justru hendak belajar kenal dengan ilmu kalian dari Siauw-lim-sie"
Setelah mengucapkan perkataannya itu,
kekuatannya dipusatkan kekedua tangannya, lalu perlahan2 badannya bergerak maju, sedangkan sepuluh
jari2 tangan kanan dan kirinya seketika berubah seperti sepuluh bilah pisau belati tajam yang memancarkan sinar warna hitam.
Ketika sepuluh jari2 tangan itu bergerak, lantas
terpancar uap hitam, nyata orang itu telah melatih ilmu nyeleweng yang mengandung bisa.
272 Thian Lui yang gemuk bulat badannya, juga tidak
keluarkan suara perkataan apa2 lagi. Pakaiannya yang lebar gerombongan tiba2 melembung besar seperti
balon. Diwajahnya yang jelek nampak warna merah
seperti darah yang mengitari kedua bola matanya.
Dengan sinar matanya yang tajam dan buas, orang
gemuk ini mengawasi dapa empat padri dari Siauw-lim-sie.
Pada saat itu, empat padri dari Siauw-lim-sie
masing2 sudah mengerahkan kepandaian dan
kekuatannya, juga bergerak per-lahan2 mendekati dua orang aneh dari Thian-cu-kauw tersebut. Pertempuran hebat agaknya sudah akan segera dimulai.
Lim Tiang Hong pada saat itu sebetulnya boleh
mengeluarkan ikan2an warna merah yang diberikan oleh Hui Hui Taysu kepadanya untuk mencegah empat padri itu supaya lekas membatalkan perkelahian tersebut.
Tetapi ia sudah merasa gemas sekali terhadap empat padri ini yang mengeluarkan perkataan2 kurang ajar terhadapnya. Maka dengan sikap dingin, ia tidak
memperdulikan suassana tegang disitu, se-akan2 semua soal tidak ada hubungannya dengan ia sendiri.
273 Semua kawanan orang jahat yang berada disitu
barusan sudah dibikin jeri oleh tindakan Lim Tiang Hong barusan yang membikin terbang badannya si Kampret Terbang.
Dan kini menyaksikan orang2 Thian-cu-kauw dan
Siauw-lim-pay yang hendak mengadakan pertempuran
mati2an, tanpa sadar mereka pada mundur kakinya
sejauh tiga kaki. Mendadak suara gemuruh keras
terdengar. Hui Kak siansu sudah turun tangan lebih dulu.
Dengan ilmu pukulan Lo-han-koan, padri ini sudah
menyerang U Tiang Siang. Serangannya itu tidak
kepalang tanggung, sebab sambaran anginnya saja
terdengar men-deru2. Sedangkan pihak yang diserang, U Tiang Siang,
adalah seorang terkuat dari golongannya sendiri, Thian-cu-kauw. Biasanya orang ini sangat sombong dan kejam.
Kali ini, ketika mendapat serangan secara mendadakan dari Hui Kak Siansu, kontan mengeluarkan suatu pekikan seperti setan. Sepuluh tangannya yang telah menghitam tiba2 terpentang lebar se-olah2 sepuluh belati tajam hendak menembusi serangan Hui Kak dan hendak
mengarah berbagai jalan darah diatas badan padri itu.
274 Dengan cepat Hui kak Siansu tarik kembali angin
serangannya, kemudian memutar kepalannya seperti
kitiran. Dalam waktu sekejapan, ia sudah melakukan serangan secara beruntun sampai 7 kali, baru berhasil memunahkan serangannya musuh tapi tidak urung sudah mundur sampai 3 tindak.
Setelah Hui-kak bergebrak, pihaknya Hui-kong
Siansu juga lantas kebutkan jubahnya yang lebar,
mengeluarkan satu serangan yang tidak kelihatan dan tidak bersuara, menghajar si gendut pendek Thian Lui.
Tee-im Tancu yang bentuk badannya gendut dan
kate ini, perangainya jauh lebih ganas dan kejam dari pada U Tiang Siang Waktu diserang oleh Hui-kong Siansu mendadak ia gerakkan badannya. tangannya diputar
laksana titiran, suara gemuruh lalu terdengar hebat, kekuatan kedua belah pihak saling beradu.
Dalam adu kekuatan tenaga itu, Hui-kong Siansu
agak dirugikan karena gerak badannya yang agak
mengadah, hingga kesudahannya terdesak mundur
sampai 3 kaki. Thian Lui sebaliknya dengan mata melotot dan sikap girang serta rambut berdiri lalu menggeram: 275
"Kau coba sekali lagi kepandaiannya orang Thian-cu-kauw!"
Badannya yang gemuk gendut seperti gentong
nampak bergoyang-goyang. serangan yang kedua sudah meluncur bagaikan kilat cepatnya
Hui-kong Siansu dengan sikap sungguh2
mengangkat kedua kepalan tangannya, dengan tipunya Thian-ong Tek-tai atau raja malaikat menunjang pagoda, kembali ia menyambuti serangan sigendut itu dengan kekerasan.
Pada saat itu, Hui-kak Siansu sudah bergebrak
dengan U Tiang Siang kira2 10 jurus dan Hui-kong yang merasa agak berat melayani lawan gemuk yang ternyata sangat tangguh itu, juga mengeluarkan ilmu kepandaian simpanan yang dinamakan "Hok-mo Ciang hoat" ialah ilmu pukulan tangan kosong menundukkan iblis. Seketika itu ilmu tenaga dalam yang dinamakan 'cao-khie'
dibarengi dengan pukulan tangannya yang dilancarkan secara bertubi-tubi, telah menggulung lawannya seperti gelombang air laut.
Selagi pertempuran masih berjalan sangat ramainya dan belum ketahuan siapa yang kalah dan menang, dari 276
jauh tiba2 kelihatan meluncur seorang padri tinggi besar, dengan kecepatan bagaikan kilat melayang ke dalam medan pertempuran, dan kemudian berseru: "Perintah dari Ciang-bun-jin: semua murid golengan Siauw-lim-pai, harus segera berkumpul didalam rimba sebelah timur laut, jangan ada yang ketinggalan....!"
Setelah memberi perintahnya, padri tinggi besar itu lantas melesat dan lari menuju arah timur laut.
Perubahan yang terjadi secara mendadak, telah
membuat Hui-beng Siansu tercengang. Namun perintah ketua atau Ciang-bunjin seolah-olah firman raja yang tidak boleh dilanggar, sudah tentu ia tidak berani membawa caranya sendiri. Dengan mata melirik kepada kotak batu giok ditangannya Lim Liang Hong, ia lantas membentak dengan suara keras: "Tahan, kita
mundur....!" Berbarang dengan itu, ia sudah lompat melesat
lebih dulu menyusul ke arahnya paderi tinggi besar tadi.
Kejadian itu bukan cuma Lim Tiang Hong saja yang
dibuat heran, sekalipun Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo juga tidak habis pikir mengapa Siauw-lim-pai sendiri juga tidak mau kitab wasiatnya itu"
277 Hanya kedua Tancu dari Thian-cu-kauw itu saja,
setelah lawannya pada berlalu, tidak merasa kaget atau heran. Mereka pada keluarkan suara ketawa dingin, kemudian memutar tubuh dan menghilang kearah yang berlawanan dengan orang2 dari Siauw-lim-pai tadi.
Lim Tiang Hong cuma bisa berdiri menjublek. Tiba2
telinganya dapat menangkap satu suara yang mengisiki padanya: "Kongcu, kau telah tertipu! kitab itu adalah palsu...."
Bicara sampai disitu, suara itu lantas sirap kembali.
-odwo- Bab 8 LIM TIANG HONG merasa tidak asing dengan suara
yang mengisiki dirinya tadi. Setelah diingat-ingat, ia baru ingat bahwa suara itu adalah suaranya Gin-sie-siu, itu orang tua berambut putih dari Hong-hong-tie.
Orang tua itu dulu pernah menolong dirinya, sikap dan tingkah lakunya juga baik, kiranya tidak mungkin kalau akan menipu dirinya.
Dalam gusarnya, ia lantas banting kotak batu giok itu sehingga hancur berantakan ditanah. Kemudian
278 badannya lompat melesat setinggi 10 tombak lebih, ditengah udara ia jumpalitan dan lantas meluncur seperti burung elang menuju ke arah timur laut.
Si burung Hong putih Cu Giak Im yang berdiri
disamping dengan suara cemas berseru padanya: "Kau hendak kemana?"
Tapi Lim Tiang Hong dalam sekejapan saja sudah
meluncur sejarak 20 tombak lebih, hingga ia banting2
kaki dengan perasaan mendongkol dan kemudian juga lari menyusul.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong sudah
mencapai perjalanan kira2 5 lie jauhnya. Tatkala tiba di sebuah rimba yang lebat dari dalam rimba itu mendadak muncul dirinya seorang tua baju kuning berusia kira2 60
tahun, sambil mengurut jenggotnya yang panjang ia menegur Lim Tiang Hong: "Apakah tuan anak muridnya Bu-ceng Kiam-khek?"
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong lantas menjawab
dengan suara nyaring: "Kalau ya bagaimana" Kalau
bukan kau mau apa?" Orang tua baju kuning itu dengan tenang berkata
pula: "Lohu adalah Tiat-ciang Kim-liong Cin Cit.
279 Kedatanganku ini memang sengaja mencari tuan, untuk membuat perhitungan dengan suhumu dimasa yang
lampau" Lim Tiang Hong mendengar disebutnya nama Tiat-
ciang Kim-liong, wajahnya berubah seketika. Peristiwa darah dirumahnya Heng-lim Cun-loan, mendadak
terlintas dalam otaknya. Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa dingin: "Kiranya kau adalah murid
keturunannya Thian-lam Ngo-Iiong. Hutang darah harus bayar dengan darah, kau dengan tanpa sebab telah
membunuh mati dirinya Heng-lim Cun-loan. Siauw-ya-mu malam ini akan membuat perhitungan dengan kau"
Sehabis berkata, lantas mengeluarkan serangannya
yang disertai kekuatan tenaga dalamnya yang sangat hebat.
"Tunggu dulu!" Tiat-ciang Kim-liong berseru sambil lompat ke samping untuk menghindarkan serangan
tersebur, kemudian berkata pula dengan sikap terheran-heran: "Apa kau katakan barusan?"
"Diwaktu tengah malam buta bersama kawan2mu
kau masuk ke rumahnya Heng-lim Cun-loan dan
280 kemudian membunuh mati padanya, sungguh kejam
perbuatanmu!" "Kau ngaco belo, lohu dengan Heng-lim Cun-loan
tidak mempunyai permusuhan apa2, perlu apa
membunuh mati padanya" Lagi pula, Heng-lim Cun-loan ada seorang tabib kenamaan dan berkepandaian tinggi, bagaimana bisa dibinasakan oleh seorang dua orang berkepandaian biasa saja?"
"Bukti sudah cukup nyata, apa kau masih perlu
menyangkal" "Trang!' tanda "Ngo-Iiong Kiok-hun-leng' sudah
dikeluarkan diri dalam sakunya Lim Tiang Hong dan dilemparkan ke tanah.
Tiat-ciang Kim-liong pungut dan periksa tanda itu, seketika lantas berdiri melongo. Setelah berpikir sejenak, lalu berkata dengan suara gusar: "Ini adalah tanda kepercayaan lohu yang lohu berikan kepada seseorang untuk menyampaikan kabar kepada "Sie-liong" (empat naga) yang lainnya, dari mana kau dapatkan benda ini"
Apakah kau sudah bunuh mati orang yang membawa
tanda kepercayaanku ini?"
281 "Malam itu justru aku berada dirumahnya Heng-lim
Cun-loan, mula2 ada orang dengan secara menggelap melemparkan benda Kiok-hun-leng ini kepada Heng-lim Cun-loan, aku lalu mengejar orang itu sampai ke kota Kim-leng, tapi tidak berhasil menemukan padanya.
Sekembaliku dari kota Kim-leng, aku telah ketemukan Heng-lim Cun-loan sudah binaaa menggeletak ditanah.
Jikalau bukan perbuatan kalian 5 Naga, perbuatan siapa lagi?"
"Bagaimana kau bisa menafsir demikian...?"
"Kau tak usah berlagak, serahkan jiwamu!"
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong lantas lompat
maju dan melakukan serangan secara beruntun sampai 11 kali. Setiap serangan, ada begitu hebat dan ganas.
Untung yang diserang ada salah satu orang terkuat dan yang merupakan kepala dari kawanan lima Naga, jikalau tidak, mungkin siang2 sudah rebah menggeletak di tanah sebagai bangkai.
Mendengar keterangan itu, Tiat-ciang Kim-liong
merasa kaget dan gusar. Kaget, karena murid
keturunannya Bu-ceng Kiam-khek, ternyata ada
282 mempunyai kepandaian begitu tinggi. Gusar, karena fitnahan ini entah ada perbuatan siapa"
Sebagai seorang Kang-ouw yang sudah banyak
pengalaman, ia tak mau pada saat demikian turun
tangan kepada lawannya yang masih muda itu. Dengan sekuat tenaga ia coba mengelakkan setiap serangannya Lim Tiang Hong, kemudian ia membentak dengan suara keras: "Tahan dulu!"
Setelah ftu, iapun segera lompat melesat sejauh 5
kaki. Lim Tiang Hong agaknya masih tidak mau mengerti, ia masih dengan mata melotot mengawasi lawannya
serta menunggu kesempatan hendak melakukan
serangan lagi. Tiat-ciang Kim-liong baru saja hendak membuka
mulutnya akan mengatakan sesuatu, mendadak
badannya merasa seperti terpagut ular. Ia lemparkan tanda 'Ngo-Iiong Kiok-hun-leng'nya ke tanah, wajahnya pucat pasi, kemudian berkata dengan suara gusar:
"Sungguh kejam, telah menggunakan cara busuk dan
keji, untuk mencelakakan diri lohu...."
Dengan serentak memutar tubuhnya dan lari ke
dalam rimba. 283 Hong yang berdiri meojublek seperti patung. Diam2
lantas berpikir: "kapan aku mencelakakan dirinya?".
Selagi masih berdiri menjublek seorang diri, dari jauh ia kelihatan 2 bayangan orang, sebentar saja sudah berada di hadapannya. Salah satu adalah si Pengemis Mata Satu yang wajahnya kusut dan rambutnya
awut2an, satu lagi adalah Yan-jie yang memakai pakaian berkabung.
Ketika Pengemis Mata Satu menyaksikan Lim Tiang
Hong berdiri menjublek, lalu maju menghampiri dan menepok pundaknya, sembari berkata: "Lotee, apa
sebetulnya yang telah terjadi?"
Lim Tiang Hong lalu menceritakan bagaimana
barusan ia telah berjumpa dengan Tiat-ciang Kim-hong.
kepala dari Thian-lam Ngo-liong dan apa yang telah terjadi dengan dirinya 'Naga' tersebut.
Mendengar itu, si Pengemis Mata Satu lalu berkata sambil menghela napas: "Setelah terjadinya soal itu, aku si pengemis tua semula juga mencurigai ada
perbuatannya Thian-lam Ngo-liong. Untuk membuktikan dugaanku itu, kala itu aku lantas mengeluarkan tanda perintah golongan pengemis (Kay-pang), supaya lekas 284
menyelidiki jejaknya Ngo-liong. Kemudian aku mendapat kabar, Tiat-ciang Kim-liong memang benar sudah datang di kota Kim-leng, tapi 4 Naga yang lainnya semua masih berada dikediamannya sendiri, belum berangkat menuju ke selatan. Maka aku lantas mengetahui bahwa dalam hal ini terselip apa2.... Lagi pula, dengan kepandaiannya Tiat-ciang Kim-liong seorang buat menghadapi Heng-lim Cun-loan, rasanya tidak bisa berkutik. Aku si pengemis tua berani mengatakan, bahwa buat dewasa ini, orang yang mampu membunuh mati dirinya Heng-lim Cun-loan dengan begitu mudah, sebetulnya tidak banyak...."
Pengemis Mata Satu itu selagi hendak
memperbincangkan soal tersebut lebih lanjut, tiba2
dengar suaranya Yan-jie: "Aya celaka!...." trang, 'Ngo-liong Kiok-hun-leng" yang ada dalam tangannya lantas dilemparkan ke tanah.
Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu pada
menanya berbareng: "Ada apa?"
"Ngo-liong Kiok-hun-leng ini ada bisanya, aku sudah terkena racunnya"
"Apa betul?" tanya si Pengemis Mata Satu.
285 "Sedikitpun tidak salah, barusan ketika aku
memungut benda itu dan kupegang tanganku lantas
berasa kesemutan, dan sekarang setengah badanku
sudah merasa ngilu, aku juga sudah coba kerahkan
tenaga dalamku untuk menyembuhkan rasa ngilu itu, tapi tidak berhasil...." jawab Yan-jie sambil anggukkan kepala.
Berkata sampai disitu tubuhnya nampak
sempoyongan. Lim Tiang Hong segera maju
membimbing sembari berkata dengan terheran-heran:
"Sudah beberapa kali aku memegangi benda itu,
mengapa tidak pernah terjadi apa2?"
Si Pengemis Mata Satu goyang2kan tangannya yang
cuma tinggal satu. Ia mundar mandir sembari berpikir, tiba2 berseru sambil menepuk pahanya: "Benar,
kematiannya Heng-lim Cun-loan tentu karena Kiok-hun-leng ini. Malam itu setelah ia menerima Kiok-hun-leng ini, oleh karena hatinya dikejutkan apa sebabnya Ngo-liong bisa mencari permusuhan padanya, maka ia sudah lalai kalau diatas benda itu ada racunnya. Tatkala kau berdua dan aku sendiri pergi mengejar, racunnya baru mulai bekerja dan pembunuhnya juga pada saat itu masuk
286 kedalam untuk turun tangan. Sementara mengenai dirimu, lotee, apa sebabnya tidak bisa keracunan...."
Barangkali didalam tubuhmu ada serupa barang yang mempunyai khasiat melawan racun. Oh, ya! Bukankah kau telah pernah makan nyalinya naga api" Barang itu justru merupakan penakluknya segala jenis racun. Racun apa saja tidak berdaya menghadapinya"
Karena keterangan si Pengemis Mata Satu ini, maka Lim Tiang jHong lantas ingat dirinya Tiat-ciang Kim-liong tadi.
"Kalau begitu, Tiat-ciang Kim-liong juga sudah
terkena racun dari Kiok-hun-lengnya sendiri! Pantas ia tadi memaki aku menggunakan akal keji, kiranya ia juga tahu kalau benda Kiok-hun-leng itu ada racun
berbisanya" "yang lainnya sekarang boleh kita kesampingkan
dulu, paling penting kita menolong dirinya nona Tan lebih dulu"
Lim Tiang Hong saat itu merasa serba sulit. Ia perlu lekas membereskan persoalan kitab wasiatnya Siauw-limpay yang sudah dirampas penjahat dan kini juga harus perlu lekas menolong dirinya Yan-jie.
287

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Si Pengemis Mata Satu yang menampak Lim Tiang
Hong seperti orang bingung, lantas menanya: "Lotee, apakah kau masih ada urusan penting yang akan kau lakukan?"
"Kitab wasiatnya Siauw-lim-pai mungkin sudah
dicuri orang, aku ingin ke gereja Siauw-lim-sie untuk memberi sedikit bantuan tenaga"
"Urusan ini kau tak usah kuatir. Siauw-lim-pay kali ini karena soal kitab wasiat itu, sudah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi. Apalagi Hui Hui Taysu sudah turun tangan sendiri, kiranya tidak menjadi soal. Sebaiknya kita lekas balik ke kota dulu untuk menyembuhkan lukanya nona Tan"
Maka, Yan-jie lantas dipondong oleh Lim Tiang
Hong, dua orang itu dengan cepat balik kedalam kota.
Lim Tiang Hong letakkan tubuhnya Yan-jie diatas
pembaringan. si Pengemis Mata Satu mengurut-urut kaki, tangan dan jidatnya sebentar, tapi ia cuma bisa
geleng2kan kepala, tidak berdaya. Keadaannya Yan-jie saat itu sangat menguatirkan. Napasnya memburu,
wajahnya tampak warna hitam, kaki dan tangannya sebentar2 kelojotan dan gemetar.
288 Lim Tiang Hong yang sudah mengikuti orang tua
Penyipta, meski hanya dalam waktu yang sangat pendek, tapi pengertian biasa dalam ilmu pengobatan, sudah mengerti sedikit. Ia tahu bahwa Yan-jie masih terlalu cetek kekuatan tenaga dalamnya. Ditambah lagi ia tidak tahu bagaimana harus menutup jalan darahnya ketika badannya terkena serangan racun, sehingga racun itu menjalar lebih cepat didalam tubuhnya. Maka ia lantas berpikir: "Kekuatan tenaga dalamku, ditambah dengan khasiatnya nyali naga api, kalau bisa disalurkan kedalam tubuhnya untuk mengeluarkan racun. mungkin ada
gunanya" Setelah berpikir demikian, ia lantas beritahukan
maksudnya kepada Pengemis Mata Satu.
Pengemis Mata Satu itu lantas ketawa bergelak-
gelak dan berkata: "Mengapa aku sampai lupa soal ini.
Hubungan 'hian-koan'mu. Sudah tentu sudah tentu kau mempunyai cukup kekuatan untuk melakukan itu. Lekas kau turun tangan, aku si Pengemis tua masih ada sedikit urusan yang perlu diselesaikan"
Sehabis berkata ia lantas meninggalkan mereka
berdua. Lim Tiang Hong kuatir tenaganya sendiri masih 289
belum cukup untuk melaksanakan maksudnya itu,
kembali mengeluarkan dua butir pil Soat-som-wan
pemberian Yong-jie dan dimasukan kedalam mulutnya Yan-jie. Selelah itu, baru ia mulai menggunakan ilmunya warisan orang tua Penyipta untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya gadis cilik itu.
Yan-jie yang dalam keadaan pingsan tidak ingat
orang, tiba2 merasakan dalam perutnya ada hawa dingin yang masuk, sebentar kemudian kepalanya dirasakan segar, lalu ada hawa panas yang masuk melalui jalan darah Beng-bun-hiat-nya. tindakan lebar sambil menarik lengan Henghay Kouw-loan
Wajahnya Hek-sa Tan-cu berubah dengan
mendadak. Dengan mata bersinar buas ia berkata sambil ketawa mengejek: "Kawanan imam tidak tahu diri! Kalian berani tidak pandang mata Thian-cu-kauw" Jikalau tidak diberi sedekit hajaran, kau tentunya masih anggap bahwa orang2 dari Thian-cu-kauw gampang dihina!"
Ia lalu menggetarkan tangan kanannya. Berbareng
dengari gerakan tangannya itu, meluncur keluar juga satu kekuatan tenaga yang tersembunyi dengan warna hitamnya. Cepat bagai anak panah meluncur dari
busurnya serangan ini mengarah enam jalan darah
diseluruh badan Cek-siong-cu.
Cek-siong-cu, sebagai ketua dari Khong-tong-pay
yang banyak pengetahuannya, segera mengenali bahwa serangan itu adalah serangan yang dinamakan Tee-im Mo-at Ek-hun-chiu. Seketika itu ia ketawa dingin, kedua tangannya digerakkan dari atas ke bawah hingga
menimbulkan gulungan kekuatan tenaga dalam yang
meluncur dari tangannya. 189 Itu adalah satu tipu serangan simpanan dari Khong-tong-pay yang dinamakan Hong-seng Tian-kok, salah satu dari tujuh jurus ilmu pukulan Mo-in Ciang-hoat.
Tatkala kekuatan tenaga itu meluncur keluar, hawa warna hitam dari Hek-sa Tan-cu sesaat itu lantas dibikin buyar
Leng Hin menggeram. Wajahnya nampak gusar,
sampai tulang2 di sekujur badannya pada berbunyi
keretekan. Ia lalu angkat tangannya tinggi2. Telapakan tangan yang hitam jengat tiba2 menjulur menjadi lebih panjang dan lebih besar. Orang ini sambil pendelikkan matanya yang lebar, berjalan setindak demi setindak menghampiri musuhnya.
Ciak-yan Ie-su, Lam-gak Koan-cu dan Giok-hie-cu
sangat kuatir kalau2 Cek siong-cu tidak mampu
menyambuti serangan ganasnya orang she Leng itu.
Maka tanpa merasa semuanya sudah pada menggeser
kakinya mendekati Cek-siong-cu.
(-dw-) Jilid ke 3 IE TIANG SIANG yang badannya kurus kering dan
seorang yang badannya gemuk seperti gentong sambil ketawa mereka berkata hampir berbareng: "Tuan2 ketua dari lima partai besar apakah kembali akan
190 menggunakan cara lama yang biasa kalian gunakan
untuk mengepung lawan tangguh" Ha, ha.... ilmu silat dan partai2 besar di daerah Tiong-goan kiranya cuma menggunakan siasat mengeroyok menjatuhkan lawan.
Ha, ha...." Beberapa imam itu yang memang merasa dirinya
bersalah, wajahnya pada merah membara. Dengan
sejujurnya, mereka pada saat itu sebetulnya tidak ada maksud hendak mengeroyok lawannya. Maka Ciak-yan
Ie-su lantas membentak sambil delikkan matanya: "Kau jangan sembarang membuka mulut memaki orang
seenaknya saja!" Pada saat itu, Hek-sa Tancu sudah mendekati
dirinya Cek siong-cu kira2 lima kaki jauhnya. Kedua tangannya Leng Hin ditekuk seperti gaetan, dengan cara demikian gerakannya itu tidak beda dengan gerakan binatang buas yang hendak menerkam mangsanya.
Buat pihaknya Cek-siong-cu, ia juga sudah
memusatkan seluruh kekuatan tenaganya yang sudah
mendapat latihan beberapa puluh tahun kepada kedua tangannya.
191 Se-konyong2 sesosok bayangan orang dari atas
pohon sejarak kira2 sepuluh tombak lebih terlihat melayang turun ke dalam medan pertempuran.
Orang muncul yang secara tiba2 ini menendangkan
kedua kakinya secara beruntun dengan menggunakan
ilmu mengentengkan tubuh golongan Bu-tong-pay. Saat itu tatkala tiba dimedan pertempuran lalu memisahkan orang yang sedang hendak bertempur mati2an.
Kemudian berkata dengan sikap tenang.
"Nampaknya enam partay golongan Hian-bun
dengan Thian-cu kauw ini tidak mungkin bisa dibereskan, maka sebaiknya dengan satu waktu saja untuk kita
membikin perhitungan."
Ie Tiang Siang yang berdiri disamping lantas
nyeletuk dengan: .... --- (ada halaman yg sobek sebagian)---
"Bu-tong It-khie dari golongan Bu-tong pay yang
sudah lama asingkan diri kiranya juga sudah tiba. Ini sungguh bagus sekali. Kami dari pihaknya Thian-cu-kauw sembarang waktu suka menantikan tantangan kalian"
192 Kemudian ia berkata kepada Leng Hin: "Leng
Tancu, urusan hari ini biarlah kita tutup sampai disini dulu. Mari kita pergi"
Kedua manusia iblis itu lantas mundur kedalam
rimba, diikuti si gemuk Thian Lui.
Sedangkan para ketua dari partai2 besar semuanya
masih tetap berdiri ditengah kalangan, namun tiada satu yang menghalangi kaburnya mereka.
Sebabnya ialah. Bu-tong It-khie itu masih pernah
Susiok (Paman seperguruan) dari Leng-siauw-cu, yang saat itu menjadi ketua Bu-tong-pay. Baik ilmu silat maupun kedudukannya, orang ini masih lebih tinggi setingkat dari para ketua partai yang saat itu berada disitu. Maka terhadap usulnya orang aneh ini tidak ada satupun antara mereka yang berani menentang.
Setelah tiga Tan-cu tadi berlalu, para ketua partai golongan Hian-bun lantas maju menemui Bu-tong It-khie untuk memberi hormat.
Terhadap orang2 itu Bu-tong lt-khie tidak banyak
bicara. Dari badannya, mengeluarkan sebuah botol batu giok, lalu mengeluarkan sebutir obat pil yang kemudian dimasukkan kedalam mulut Thian-hian Totiang yang
193 sedang terluka. Setelah itu ia lalu berkata sambil menghela napas: "Urusan ini makin lama makin ruwet dan makin aneh. Nampaknya dalam rimba persilatan
dalam waktu tidak lama lagi pasti akan terjadi
pertumpahan darah secara besar2an. Kita enam partai dari golongan Hian-bun harus dapat menghadapi soal ini se-baik2nya. Jikalau salah bertindak sedikit saja, nanti akan menimbulkan lain keruncingan yang lebih hebat"
Ciak-yan Ie-su yang masih belum hilang
mendongkolnya, lantas menjawab: "Enam partai dari golongan Hian-bun kita yang merupakan partai2 besar buat daerah Tiong-goan, apakah harus mandah anak2
muridnya di-bunuh2 orang begitu saja" Apakah kita harus selamanya berpeluk tangan tidak boleh turut campur dalam urusan ini?"
Bu-tong It-khie meng-urut2 jenggotnya yang
panjang, lalu meng-geleng2kan kepalanya sambil berkata pula "Bukan begitu maksud Pinto. Urusan ini sudah tentu harus kita selidiki sampai ke-dasar2nya. Tapi kalau mau dikata bahwa pemuda itu tadi adalah pembunuhnya yang asli, dalam hal ini Pinto tidak setuju. Menurut apa yang Pinto sudah selidiki selama beberapa hari ini, ternyata 194
kita harus rubah semua pendirian dan pandangan kita dalam menghadapi peristiwa berdarah ini"
Ia berhenti lalu melanjutkan lagi: "Pertama, anak muda itu ada mempunyai kekuatan dan ilmu silat sangat tinggi. Gerak-gerik dan tindak-tanduknya kelihatan sangat hati2. Lweekangnya agaknya juga cukup sempurna.
Jika tidak mendapat pimpinan dan didikan orang sakti sudah tentu dia tidak bisa melatih sampai pada taraf tinggi begitu. Lagi pula, pemuda itu setiap kali turun tangan kebanyakan selalu mengambil sikap mengalah.
Apa kalian tidak tahu itu" Malah tindakan dan ucapannya nyata2 memperlihatkan bahwa dia adalah orang dari golongan baik2. Sama sekali bukannya itu orang yang mempunyai ciri sebagai manusia jahat dan biadab.
Kedua, orang2nya dari Hong-hong-tie pada menyebutnya Kongcu. Apa maksudnya orang2 itu membuat orang
bingung. Ketiga, Thian-cu-kauw jarang sekali perlihatkan orang2nya dikalangan Kang-ouw. Tapi kali ini tiba2
muncul, bahkan menyebut pemuda itu sebagai Kauwcu muda, ini sebetulnya merupakan satu hal yang tidak habis kita mengerti. Dengan adanya tiga patokan nyata diatas tadi, maka tidak boleh tidak kita harus bertindak 195
lebih hati2. Jangan bertindas terlalu gegabah. Ini bukan berarti Pinto takut terhadap sesuatu urusan, melainkan kuatir kalau2 kita telah salah raba, hingga menganggap orang baik sebagai penjahat. Kalau kesalahan ini nanti betul2 terjadi, sungguh akan menyulitkan kedudukan kita"
Ciah-yan Ie-su dan lain2nya yang semuanya
merupakan para ketua dari berbagai partai besar.
Setelah mendengar uraian panjang lebar tersebut dan setelah merenungkan kembali semuanya dengan otak
dingin, juga akhirnya mengerti bahwa dalam hal ini tentu ada buntutnya yang panjang.
Hong-hong-tie yang selamanya belum pernah
perlihatkan diri dalam kalangan Kang-ouw, yang bagi orang2 rimba persilatan baru hanya mendengar namanya saja. Maka tentu orang2 dari Hong-hong-tie hampir rata2
mempunyai kepandaian sangat tinggi. Cuma mereka
tidak agul2kan kepandaian, juga tidak suka cari setori dangan lain orang. Maka orang2 dunia Kang-ouw semua menganggap bawa perkumpulan itu adalah satu
perkumpulan dari orang2 pandai yang sudah tidak mau mencampuri urusan dunia Kang-ouw lagi, maka mereka 196
putuskan tidak perlu menyelidiki lebih jauh perihal orang2 Hong-hong-tie itu.
Sementara, mengenai perkumpulan agama Thian-
cu-kauw, juga pada akhir2 ini saja namanya didengar orang. Apa tujuannya dan siapa pemimpinnya tiada
seorangpun yang tahu. Hanya, dari tindak-tanduk
orang2nya yang sangat berandalan, dapat dipastikan bahwa perkumpulan agama tersebut bukanlah didirikan oleh orang2 yg berasal dari golongan orang baik2.
Dan tentang asal usulnya Lim Tiang Hong, hingga
saat itu masih merupakan suatu teka teki bagi mereka.
Apalagi setelah dengan tiba2 ada hubungan antara
pemuda ini dengan dua perkumpulan yang sangat gelap asal usulnya itu. Maka urusannya kini mulai menjadi lebih sulit dipikirkan.
Hasil perundingan dari beberapa imam itu telah
mengambil kesimpulan bahwa Lim Tiang Hong adalah
sebagai salah satu pembunuh dari peristiwa pembunuhan besaran yang barusan terjadi, maka mereka akan
melanjutkan lagi penyelidikannya dan mencari tahu asal usul anak muda ilu.
197 Disamping itu semua, enam partai itu juga telah
mengutus anak muridnya yang terpilih paling jempolan untuk menyelidiki orang yang mencurigakan sikapnya didalam dunia Kang-ouw. Disamping itu mereka juga ditugaskan untuk menyelidiki gerak gerik orang2 Thian-cu-kauw.
Setelah perundingan selesai, mereka lantas pada
berpisahan untuk menjalankan rencana yang mereka
rundingkan bersama itu. -odwo- Bab 6 SETELAH meningggalkan medan pertempuran,
hatinya Lim Tiang Hong semakin jengkel terhadap
kepandaian dan kekuatannya sendiri kini mulai timbul rasa tidak percaya sepenuhnya. Sehingga pada saat itu, ia telah mengalami beberapa kaii pertempuran dan telah dua kali terluka. Itu apakah disebabkan karena kurang taktiknya dalam menghadapi musuh2nya ataukah karena kepandaiannya sendiri yang melempem" Bukankah orang tua Penyipta itu pernah mengatakan padanya bahwa ia hendak diciptakan sebagai orang kuat nomor satu dalam 198
dunia" Akan tetapi, mengapa begitu muncu! didunia Kang-ouw lantas berjumpa dengan begitu banyak
musuh2 kuat" Lam-hay Giam-mo, Pak-mo It-koay dan lima imam
dari golongan Hian-bun, kepandaiannya masing2
agaknya selisih tidak jauh dengan kepandaiannya sendiri.
Tapi itu dua orang tua baju hijau dan gadis ciiik baju merah, kepandaian mereka ternyata sungguh hebat. Dan disamping mereka, itu tiga Taucu dari Thian-cu-kauw juga mempunyai kepandaian sangat tinggi.
Tapi Lim Tiang Hong tidak memikir dengan
seksama, bahwa orang yang pernah dijumpainya itu
boleh dikata merupakan orang-orang kuat nomor satu didalam kalangan Kang-ouw. Dengan kepandaian diri sendiri yang baru muncul, sudah mampu mengimbangi kekuatan mereka saja sebenarnya sudah merupakan
suatu hasil yang boleh dikatakan telah menggemparkan dunia Kang-ouw atau sebagai satu kejadian yang langka, apalagi ia pernah dikeroyok oleh mereka semua!
Henghay Kow-loan yang sejak tadi menyaksikan
pemuda itu nampak diam saja, lalu menanya padanya:
"Sekarang aku rada2 curiga terhadap kau. Aku minta kau 199
suka berterus terang dihadapanku siapa sih sebetulnya kau ini" Kongcunya dari Hong-hong-tie ataukah Kauw-cu muda dari Thian-cu-kauw?"
"Semua bukan. Aku sendiri tidak tahu dimana
adanya Hong-hong-tie, juga belum pernah dengar nama Thian-cu-kauw. Pendek kata sekarang ini aku sedang terumbang ambing dalam kegelapan. Semuanya serba
membingungkan" demikian jawab Lim Tiang Hong sambil ketawa getir dan geleng2kan kepala.
Itu memang dari hal sebenarnya. Sebab, begitu ia
muncu! dalam dunia Kang-ouw, lantas ia menghadapi rupa2 kesulitan dari partai2 dan orang2 golongan Hianbun. Dan selanjutnya ia juga dibikin pusing oleh
urusannya Siauw-lim-sie. Dan sekarang mendadak
muncul orang2nya Hong-hong-tie dan Thian-cu-kauw
yang masing2 mengakuinya ia sebagai orang mereka.
Tidak peduli mereka itu bermaksud baik atau jahat, tapi semuanya tetap merupakan teka teki besar baginya.
Ia mulai memikirkan kembali hal2 yang pernah
dihadapi. Satu, partay2 dari golongan Hian-bun
menganggapnya sebagai musuh. Itu disebabkan karena 200
salah anggapan mereka yang mengatakan bahwa ia
adalah pembunuh dari orang2 baik itu.
Dua, Siauw-lim-pay telah berkesalahan paham
terhadapnya, itu disebabkan karena ada orang yang mencuri pedang kuno di gereja Siauw-lim-sie.
Tiga, kawanan iblis dari golongan hitam
mengeroyoknya, itu disebabkan karena mereka semua anggap bahwa ialah yang sesungguhnya mencuri patung kuno dari Siauw-lim-sie hingga mereka berserikat hendak merampas barang berharga tersebut.
Ketiga soal diatas pokok pangkalnya hanya satu.
Asal ia bisa menemukan satu atau beberapa orang yang wajahnya mirip betul dengan wajahnya sendiri, urusan terang akan menjadi beres dengan sendirinya.
Cuma, ia seorang diri, tidak ungkulan rasanya
berbuat apa2. Apalagi setiap tindakan ada bahaya, kemaaa harus mencari orang yang mirip dengannya itu"
Soal keempat, Hon-hong-ti sudah salah lihat
padanya, yang dikatakan sebagai Kongcu dari Kok-cu mereka. Apakah peristiwa pembunuhan itu adalah hasil dan perbuatan Kongcu orang2 Hong hong-tie itu"
201 Kelima. Orang2 Thian-cu-kauw anggap ia sebagai
Kauwcu mudanya. Kalau begitu, Kauwcu muda dari
Thian-cu-kauw itu juga merupakan salah satu dari
terbitnya semua peristiwa yang memusingkan kepalanya.
Dari kedua soai tersebut lantas dapat lagi ditarik kesimpulan bahwa orang yang melakukan kejahatan dari kawanan imam itu mungkin ada dua. Yang satu adalah ketua dari Hong-hong-tie, dan lainnya tentu adalah Kauwcu muda dari Thian-cu-kauw itu. Pada anggapannya untuk dapat menebus dosanya sendiri, ia harus mampu turun tangan terhadap kedua perkumpulan itu yang
mungkin mempunyai Kongcu dan Kauwcu yang
romannya mirip dengan ia sendiri.
Berbareng dengan itu, timbul pula rasa curiga
dalam hatinya. Apakah kedua orang itu ada
hubungannya dengan ia sendiri" Ataukah ayah serta ibunya berada dalam dua perkumpulan tersebut".
Heng-hay Kow-loan yang melihat Lim Tiang Hong
sehabis menjawab pertanyaannya lalu kembali berada dalam keadaan seperti orang sedang berpikir keras, lalu menanya pula padanya sambil kerutkan alisnya: "Sejak kau meninggalkan kota Lok-yang, aku pernah
202 mengadakan penyelidikan di-mana2, tapi tidak pernah mendapatkan sedikitpun tanda2 apa2, juga tidak pernah melihat lagi ada itu pengemis tua. Gereja Siauw-lim-sie juga nampak sepi sunyi tidak bedanya dengan keadaan biasa. Orang2 dari kalangan Kang-ouw yang berada
dikota Lok-yang juga sudah tidak kelihatan mata
hidungnya lagi. Aku tahu dalam hal ini pasti ada apa2nya yang terselip. Maka malam2 aku lalu berangkat menuju ke selatan. Dalam perjalananku aku melihat banyak orang2 Kong-ouw itu pada berbondong2 mengejar kau ke selatan. Apa kau masih belum tahu gerakan mereka itu" Kecuali Tang-hay Gia-mo dan beberapa orang ciari golongan hitam serta orang2 dari golongan Hian-bun, agaknya masih ada banyak orang lain lagi yang
berkepandaian tinggi yang diam2 menguntit di
belakangmu. Beberapa kali aku telah bertemu dengan orang2 begitu, tapi semuanya seperti kelihatan
kepalanya tidak kelihatan ekornya".
Sehabis berkata, ia memikir sejenak, kemudian
berkata pula seperti orang sedang menyesali anak muda itu: "Aku sendiri juga tidak tahu sebetulnya bagaimana bisa membetulkan kerewelan begitu rupa. Bagaimana 203
caranya menyelesaikan urusan ini benar2 membuat aku merasa sangat cemas"
Lim Tiang Hong lalu berkata sambil menghela
napas: "Aku merasa sangat bersyukur dan terima kasih atas perhatian nona yang begitu besar terhadap diriku yang rendah. Kini urusan sudah sampai jadi begini rupa, terpaksa cuma bisa kuantapi dan melihat saja apa yang akan terjadi nanti dikemudian hari. Aku si orang she Lim perbuatannya tidak ada yang tidak patut diketahui olah orang luar. Aku belum pernah melanggar liang-simku sendiri. Buat dewasa ini meskipun untuk sementara aku harus menerima berbagai kesulitan, tapi biar bagaimana peristiwa semua ini tentu ada batas waktunya musti berakhir. Tentu semua orang nanti akan dapat melihat keadaan sebetulnya. Mengenai dirinya Tang-hay Gia-mo dan lain2 orang dari golongan hitam, aku sesungguhnya tidak pandang mereka dimataku".
"Apa kau mau membiarkan urusan ini ber-larut2
begitu saja dan tidak memikirkan untuk mencuci bersih namamu sendiri?"
"Buat sekarang ini bagaimanapun aku menjelaskan
kepada mereka sudah tidak ada gunanya. Bahkan ada 204
kemungkinan besar akan menambah kesalah pahaman
lebih hebat Menurut pikiranku, penjahat itu berbuat begitu pasti ada maksud dan tujuannya. Jika belum mencapai tujuannya, rasanya orang itu tidak mau
berhentikan usahanya. Maka, tidak ada halangannya kita sambil melihat gelagat menyelidiki. Untuk sementara kira boleh diam dan selanjutnya kita turun tangan untuk mengadakan penyelidikan. Soal penting yang aku hadapi dan harus kuselesaikan pada dewasa ini adalah mencari tahu dimana adanya ayah bundaku...."
Ia berhenti sejenak lalu berkata pula: "Jikalau nona masih ada urusan penting, silahkan mengurus
persoalanmu sendiri. Aku yang rendah merasa tidak enak hati kalau sampai urusan nona jadi terlantar karena urusan kecilku ini"
Maksud pemuda ini berkata demikian sebenarnya
mengharap jangan sampai karena urusanrya nona itu terlibat dalam pertikaian yang sedang meningkat
ketingkat yang tinggi itu.
Henghay Kow-loan yang muncul didunia Kang-ouw
jauh lebih dulu daripada Lim Tiang Hong, sudah tentu mengenal lebih banyak keadaan dalam dunia Kang-ouw.
205 Ketika mendengar ucapan pemuda itu, ia tahu apabila berjalan sama2 dengannya, makin sulit bagi pemuda itu bergerak. Dan jika saling berpencaran, mungkin lebih leluasa untuk mengadakan penyelidikan. Maka ia lantas menyahut sambil angguk2kan kepala.
"Dan kau sendiri, kau harus berlaku hati2. Jikalau aku mendapat kabar apa2 aku bisa lantas
memberitahukan kepadamu"
Sehabis berkata, ia menatap wajah anak muda itu.
Dengan sorot mata mengandung banyak arti ia
memperhatikan terus mukanya, kemudian menghilang ke dalam rimba yang lebat.
Lim Tiang Hong yang saat itu hatinya sangat kalut, sama sekali tidak ambil perhatian atas sikap nona itu terhadap dirinya. Ia lalu cemplak kudanya yang terus dilarikan ke arah kota Kim-leng.
Setelah memasuki kota Ciok-thao-shia, tiba2
menghadapi soal sulit lain lagi. Sebab pengemis tua mata satu itu kala itu hanya memberitahukan padanya dan menyuruhnya mencari tabib ternama yang mendapat
julukan Heng-lim Cun-loan dikota Kim-leng, tapi ia lupa menanyakan alamatnya, hingga tidak tahu tabib ternama 206
itu berdiam didalam kota ataukah diluar kota" Ia sudah menanyakan pada beberapa orang yang kebetulan
melintas di jalanan, tetapi semuanya pada mengatakan tidak tahu.
Kota Kim-leng, dulu pernah dijadikan ibukota dari enam Kerajaan. Ini merupakan satu kota penting
didaerah Kang-lam. Penduduknya ada beberapa juta
jiwa. Maka untuk mencari tahu alamatnya seseorang, sesungguhnya bukanlah satu soal mudah. Terpaksa ia harus mencari satu rumah penginapan lebih dulu. Tapi baru saja masuk kamar sebuah rumah penginapan, tiba2
ia mendengar ada orang menyebut nama Buddha.
Seorang padri tua kurus kering yang nampaknya welas asih datang menghampirinya.
Lim Tiang Hong yang memiliki pendengaran sangat
tajam, sudah lantas mengetahui kalau ada orang
mengikuti dirinya. Dengan perlahan ia balikkan dirinya dan tatkala ia angkat mukanya, baru ia tahu bahwa padri tua kurus kering itu ternyata adalah ketua dari Siauw-limpay Hui Hui Taysu. Maka ia lantas berkata sambil
kerutkan alisnya: "Taysu adalah seorang beribadat tinggi, sudah tentu juga mengetahui bahwa segala urusan harus 207
mendapat pertimbangan. Tapi entahlah apakah Taysu sama halnya dengan beberapa hwesio yang kasar itu dan ingin berkelahi dengan aku yang rendah?"
"Anak muda, jangan gampang marah2. Kau
duduklah dulu, mari kita bicara dengan tenang" demikian kata Hui Hui Taysu sambil ulap2kan tangannya.
Lim Tiang Hong mengawasi padri kurus itu dengan
perasaan heran, namun ia masih merasa agak kurang senang.
"Orang kata bahwa beberapa partai besar di daerah Tiong-goan" demikian ia berkata, "per-lahan2 sudah mulai runtuh. Aku yang rendah juga mempunyai kesan begitu. Ada sebabnya orang2 yang mengakui dirinya sebagai orang2 golongan partai baik2, ternyata tidak bisa membedakan kebaikan dan kejahatan" Umpama saja itu patung Buddha tua kepunyaan partai Siauw-lim-pay yang hilang, orang2 Siauw-lim-sie sendiri yang tidak mampu menjaga patung berharga itu, sebaliknya malah
menuduh orang secara membabi buta. Dengan terus
terang, aku yang rendah apabila menginginkan itu kitab pelajaran ilmu silat Siauw-lim-pay. tidak ada perlunya aku antarkan kembali patung kuno itu pada kalian"
208 Lim Tiang Hong yang selama ini mendalami
berbagai kejadian yang membuat jengkel hatinya, kini semua rasa mendongkolnya itu ditumplekkan kepada
ketua dari Siauw-lim-pay.
Tetapi Hui Hui Taysu setelah mendengarkan
penuturannya pemuda itu, bukan saja tidak marah
sebaliknya malah berkata sambil angguk2kan kepalanya:
"Ucapan Sicu memang benar. Selama beberapa hari ini, Loceng sudah dapat sedikit bahan2 yang bisa digunakan untuk menyelidiki peristiwa janggal itu. Hari ini Loceng perlu menemui Sicu, pertama ialah Loceng kuatirkan anak murid dari partai kami yang masih belum
mengetahui keadaan yang sebenarnya nanti timbulkan pertikaian lagi dengen Sicu. Dan kedua, ialah ingin membuktikan dua perkara yang Loceng tahu. Loceng
mengharap supaya Sicu suka menjawab pertanyaan2
Loceng dengan sejujurnya" Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula: "Dari ilmu Sicu Cek-khie Seng-wan-kang dan ilmu pedang To-liong Keng-hong telah membuat
Loceng ingat dirinya seseorang yang bernama Bu-ceng Kiam-khek yang pada enam puluh tahun berselang
pernah menggemparkan dunia Kang-ouw. Apakah Sicu
209 ini muridnya orang tua itu ataukah murid tidak
langsungnya?" Lim Tiang Hong terperanjat mendengar pertanyaan
itu. Ketua Siauw-lim-pay ini benar2 berbeda jauh sifatnya daripada padri2 yang lainnya. Begitu melihat ia sudah dapat menebak jitu asal usul perguruannya. Maka,
setelah memikir bolak balik ia merasa bahwa dihadapan padri tua yang beribadat tinggi dan berpengetahuan luas itu tidak perlu rasanya untuk berbuat selingkuh. Maka ia lantas anggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Hui Hui Taysu kembali menanya: "Sicu ini ada
Kongcu dari Hong hong-tie atau Kauwcu muda dan
Thian-cu-kauw" Dan apa maksud Sicu datang ke daerah Kang-lam ini?"
"Pertanyaan Taysu yang pertama semua bukan.
Kedatangan aku yang rendah kekota Kim-leng ini


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

perlunya adalah hendak menemui satu tabib kenamaan yang berjuluk Heng-lim Cun-loan untuk mencari
keterangan ayah bundaku"
"Dengan adanya jawaban Sicu itu, maka hilanglah
sudah semua kecurigaan yang selama ini meliputi hati Loceng. Malam ini, atas nama Siauw-lim-pay Loceng 210
meminta maaf kepada Sicu dan disamping itu juga mau menasehatkan kepada Sicu supaya suka berlaku hati2
dalam segala hal. Pada waktu belakangan ini, dalam Kim-leng sudah banyak berkumpul orang2 kuat dari kalangan kang-ouw yang akan menerbitkan onar besar terhadap diri Sicu"
Sehabis berkata, padri kurus itu lalu mengeluarkan sebuah ikan emas kecil yang terbuat dari batu giok warna merah yang lalu diserahkan kepada Lim Tiang Hong sembari berkata: "Ini adalah barang kepercayaan Ciang-bunjin dari partai Siauw-lim kami. Jikalau ada anak murid golongan Siauw-lim-pay hendak mencari setori dengan Sicu, boleh sicu keluarkan benda kecil ini, dan sekarang karena Loceng sendiri masih mempunyai
urusan penting, ingin minta diri dulu dari sicu".
Lim Tiang Hong setelah menyerahkan emas kecil
warna merah itu, lalu memeriksa benda tu sebentar, lalu dimasukkan kedalam sakunya. Dan tatkala ia angkat kepalanya lagi, ternyata Hui Hui Taysu sudah tidak berada dihadapannya, hingga diam2 hatinya berpikir:
"Padri tua ini benar2 cerdik dan nampaknya pandai mengurus segala perkara. Cuma hanya saja, ia masih 211
belum tahu untuk apa ia menanyakan kedua soal yang ditanya tadi...."
Selagi berada dalam keadaan setengah melamun,
diluar jendela tiba2 terdengar suara orang berkata sambil perdengarkan ketawanya yang nyaring: "Aku hitung2
sudah waktunya kau harus sampai disini"
Setelah itu lalu dibarengi oleh munculnya si
Pengemis Tua Mata satu yang melayang masuk ke dalam kamar sambil perlihatkan roman muka berseri2.
Lim Tiang Hong buru2 berbangkit dan menyilahkan
tetamu tak diundang itu duduk, kemudian baru berkata.
"Locianpwee, kedatanganmu ini sungguh kebetulan. Aku sedang menghadapi soal sulit karena tidak berhasil juga menemukan dimana tempat kediaman tabib Heng-lim
Cun-loan itu" "Adik kecii, perkataanmu Locianpwee itu boleh kau buang jauh2 Panggil aku Toako saja sudah cukup...."
Lim Tiang Hong heran dan mengawasi sikap
pengemis tua itu. Selagi hendak rnenanya pula,
pengemis tua tiba2 berkata dengan sikap tegang: "Disini bukan tempatnya kita bicara. Mari kita pergi dulu ke 212
rumahnya si orang tua Heng-lim Cun-loan. disana nanti boleh bicara se-puas2nya"
Ia lalu menerik tangannya Lim Tiang Hong dengan
ia lebih dulu lompat balik melalui jendela, kemudian kabur menuju ke luar kota.
Ketika Lim Tiang Hong merasakan tangannya
ditarik, ia tidak tahu apa sebabnya pengemis tua itu begitu gelisah kelihatannya. Ia merasa tidak enak dihati untuk menanyakan apa2, maka hanya mengikuti saja
tanpa banyak bicara. Perjananan mereka baru berhenti setelah tiba di
suatu perkampungan yang ada tanaman pohon2 lebat
dan terletak dibawah kaki gunung Cie-kim-san.
"Apa sudah sampai?" tanya Lim Tiang Hong tiba2.
"Hm. Kita tidak usah mengetok pintu. Mari masuk
saja." demikian jawab si Pengemis Mata 5atu.
Dua orang tua dan muda itu lalu melompati tembok
pagar, lari menuju ke sebuah rumah yang kecil mungil bentuknya.
Baru saja kaki mereka menginjak payon rumah, dari dalam tiba2 terdengar suara orang menegur: "Sahabat 213
dari mana malam2 berkunjung kemari" Silahkan turun saja"
Si Pengemis lalu menyahut sambil ketawa ber-
gelak2: "Aku si pengemis miskin yang datang, mengapa tidak lekas2 menyambut?"
Sambil gapaikan tangannya kearah Lim Tiang Hong,
pengemis itu melayang turun ke bawah dan terus
berjalan ke kamar buku dalam rumah kecil tersebut.
Saat itu, seorang pertengahan umur yang berbadan
seperti seorang pelajar sedang berdiri di pintu kamar buku sambil perlihatkan wajah ber-seri2.
Si Pengemis Mata Satu lalu memperkenalkan Lim
Tiang Hong pada tuan rumah tersebut. "ini adalah itu orang yang namanya sudah sangat kesohor di daerah Kang-lam sebagai tabib sakti Heng-lim Cun loan,"
Heng-lim Cun-loan, demikian tuan rumah itu.
berkata sambi ketawa berkakakan: "Kau si pengemis ini bisa saja. Mari kita ber-omong2 di dalam kamar"
Baru saja ketiga orang itu duduk dikursi masing2, dari lain ruangan kamar tiba2 terdengar suara sangat merdu. "Ayah, tamu siapa yang datang begini malam?"
214 Heng-lim Cun-loan membentak suara perlahan:
"Orang sudah begini besar mengapa masih tidak kenal aturan. Hayo lekas keluar, disini ada pamanmu, si pengemis miskin dan Lim Siauw-hiap"
Sebentar kemudian seorang gadis berusia kira2
tujuh belas tahun telah muncul di dalam kamar
menghadap di depan tiga orang itu. Gadis ini
sesungguhnya sangat cantik. Raut mukanya tidak ada yang dapat dicela. Apa lagi dengan adanya kedua sujen dikedua pipinya, lebih2 membuat sedap dipandangi.
Kecantikannya menonjol apabila ia ketawa. Gadis ini mengenakan pakaian warna lila yang sederhana
bentuknya. tapi dipakai di badannya yang kecil langsing nampaknya sangat menarik.
Sambil perlihatkan ketawanya yang manis gadis ilu berkata: "Siok-siok, mengapa begini malam kau baru datang?"
Kedua biji matanya yang hitam jeli nampak
mengerling menyapu wajahnya Lim Tiang Hong. Ia cuma ketawa ketika melihat anak muda ini, tapi tidak
mengatakan apa2. 215 Lim Tiang Hong membungkukkan badan memberi
hormat pada si nona. Oleh karena tidak ada orang yang memperkenalkan, ia merasa tidak enak hati menyapa nona itu lebih dulu.
Pada saat itu matanya Heng-lim Cun-loan tengah
menatap wajah Lim Tiang Hong tanpa berkesip. Agaknya orang tua ini sedang memikirkan sesuatu atas diri anak muda ini.
Si Pengemis Mata Satu yang menyaksikan keadaan
demikian lantas ketawa bergelak-gelak. Ia mengira bahwa tabib kenamaan itu telah menaksir dirinya anak muda itu untuk diambil sebagai menantunya.
Ketika pengemis itu ketawa, si gadis manis itu juga turut ketawa geli. Ia tertawa karena menyaksikan sikap Lim Tiang Hong yang ke-malu2an seperti orang dusun yang baru turun ke kota.
Sebaliknya dengan Heng-lim Cun-loan, orang tua ini agaknya tidak menghiraukan sikap si pengemis dan
anaknya. ia lantas berkata sambil menepuk pahanya sendiri: "Aneh, aneh...."
Kali ini adalah gilirannya si pengamis mata satu
yang dibuat melongo. Pengemis ini lantas berhenti 216
tertawa dan lalu menegur sahabatnya itu: "Eh sahabat, ada apa sih yang membikin kau begitu kerupukan" "
Heng-lim Cun-loan menjawab sambil geleng2kan
kepala: "Sudah banyak aku melihat orang, tapi belum pernah menyaksikan orang yang mempunyai bentuk dan bakat luar biasa seperti Lim Siauw-hiap ini. Aku lihat, dalam tubuhnya pasti ada tersembunyi kekuatan yang tidak ada batasnya, nampaknya kekuatan itu sangat menyolok sekali. Kekuatan lweekangnya agaknya sudah mencapai dasar yang sangat sempurna. Kalau diukur usianya dan waktu latihan saja, tidak mungkin waktu sekarang ini ia mempunyai kekuatan begitu hebat. Dalam hal ini pasti ada pengaruhnya obat mujijat atau kekuatan tenaga orang lain yang dipindahkan. Memang kalau
begini saja tidak mengherankan. Yang lebih aneh ialah, kekuatannya sungguh menonjol seperti bola yang habis dipompa penuh. Sayang kekuatan itu mengapa tidak
ditembuskan ke dalam dirinya atau batas Hian-koan supaya lebih hebat lagi dayanya. Lagi juga, bagi bentuk badan Lim Siauw-hiap yang kekar ini. memang
merupakan satu bakat luar biasa untuk melatih ilmu silat.
Dan guru yang mendidiknya rupanya juga ada satu guru 217
kenamaan yang sukar dicari bandingannya. Mengapa
gurunya itu tidak memberi kesempatan supaya kekuatan yang menonjol keluar itu tersimpan kedalam. Ini benar2
membuat aku tidak habis mengerti. Satu guru baik, satu murid berbakat, Ah! pendeknya aku tidak mengerti"
Si Pengemis Mata Satu lalu tertawa ber-gelak2
sambil berkata: "Siapa yang tidak tahu kau si pelajar miskin ini ada menyimpan kepandaian yang luar biasa tingginya. Apalagi ilmu ketabibanmu yang sudah tidak ada keduanya dikolong langit ini, kau berani mengeluarkan perkataan begitu panjang tentu mempunyai juga cara untuk memperbaiki keganjilan dalam diri Lim Siauw-hiap ini"
Lim Tiang Hong yang duduk disamping antara
keduanya, dalam hati merasa tidak puas. Pikirnya:
"Kepandaian suhu sudah mencapai ke tingkat yang tidak ada taranya. Kau ini terhitung orang macam apa berani2
mencela kepandaian suhu?"
Pada saat itu Heng-lim Cun-loan sudab geser
tubuhnya mendekati Lim Tiang Hong Lalu sambil
memegang tangannya anak muda itu,tabib ini berkata: 218
"Lim Siauw-hiap, bolehkah Lohu periksa sedikit urat nadimu?"
Lim Tiang Hong dengan perasaan kurang senang
mengulurkan tangan kanannya. Pada anggapnya bahwa perkataan Heng-lim Cun-loan tadi sangat menyinggung nama baik suhunya. Padahal dari hal ilmu ketabiban si orang tua Penyipta juga sebetulnya tidak dibawahan Heng-lim Cun-coan.
Kalau Lim Tiang Hong sampai bersikap acuh tak
acuh demikian sebabnya ialah, ia mengikuti gurunya hanya dalam waktu sangat singkat saja. Dalam waktu satu tahun yang sangat singkat bagi orang yang hendak belajar silat dalam, sesungguhnya bukan suatu pekerjaan mudah bagi seseorang. Meski bagaimanapun tinggi
kepandaiannya untuk menurunkan seluruh
kepandaiannya kepada orang lain, apalagi orang itu tidak mempunyai dasar2 ilmu silat sama sekali seperti Lim Tiang Hong ini.
Heng-lim Cun-loan setelah memeriksa urat nadi Lim Tiang Hong, kembali berada dalam keadaan ter-menung2. Lama sekali baru ia berkata: "Lim Siauw-hiap pernah minum obat mujijat apa?"
219 "Sumber air dari gurun pasir dan nyalinya naga api"
jawab Lim Tiang Hong dengan suara hambar.
Dan ia juga lalu menceritakan bagaimana
pengalamannya digurun pasir yang tidak ada manusianya itu.
Heng-lim Cun-loan berkata sambil mengeluh napas:
"Obat mujijat yang jarang ada dalam dunia itu serupa saja sudah cukup dapat membuat orang menjadi lain rupa. Satu saja cukup membuat orang yang makan
mempunyai urat seperti kawat dan tulang2 seperti besi.
Apalagi Siauw-hiap sudah ambil ke-dua2nya itu, sekarang lohu sudah mengarti apa sebabnya...."
Si Pengemis Mata Satu mendadak nyeletuk dengan
suara cemas: "Kau orang tua ini mau kata apa" Bicaralah terus terang, tak perlu main putar putaran begitu rupa.
Aku si pengemis masih ada banyak urusan yang akan dirundingkan dengan saudara kecil-ku ini".
Heng-lim Cun-loan berkata sambil bersenyum:
"Perlu apa kau ter-gesa2. Coba kau pikir, sumber air dari gurun pasir itu, yang merupakan satu barang yang
berasal dari sarinya emas dan batu giok (kumala).
Sifatnya termasuk dalam golongan dingin. Orang minum 220
suatu cawan kecil saja sudah cukup dapat membuat
badannya seperti sudah berganti rupa. Dan, Siauw-hiap ini, dalam keadaan kehausan, sudah minum hampir satu bak kecil. Betapa hebatnya itu kau tentu juga tahu. Lagi juga, nyalinya naga api itu. Sifatnya masuk dalam golongan panas, buat orang yang melatih ilmu silat, kalau makan barang itu, besar sekali faedahnya. Sayang pada waktu Siauw-hiap ini makan nyali itu, sama sekali belum mempunyai dasar2 lweekang, hingga khasiat nyali naga api itu masih tertutup oleh sumber air dari gurun pasir itu dan semuanya mandek didalam urat2 dan
nadinya. Dengan begitu, itu malah mengganggu
kekuatan seluruh tenaga dalamnya hingga tentu saja tidak bisa digunakan secara leluasa...."
Bicara sampai disiiu, si Pengemis Mata Satu kembali mendesak: "Sudah, sudah.... Siapa sih kebanyakan
waktu mau dengar segala ocehan jual obatmu itu" Kau katakan saja dangau cara bagaimana dapat kau
memperbaiki dan menambah kekurangannya. Kalau bisa menembus Seng-sie Hian-koannia supaya obat yang
mandek didalam dirinya itu mengeluarkan khasiat
seluruhnya, aku si pengemis miskin akan tanggung
221 bahwa Siauw-hiap ini tidak nanti akan melupakan budimu ini untuk se-lama2nya".
Heng-lim Cun-loan kembali ketawa ber-gelak2 dan
lantas berkata: "Cara untuk menyempurnakan dirinya aku yakin masih bisa. Jikalau menghendaki supaya obat itu seluruhnya mengeluarkan khasiat, supaya tersalur ke seluruh badannya, aku sungguh tidak mempunyai
kepandaian serupa itu. Dalam hal ini dikemudian hari, apabila kekuatan lweekang Lim Siauw-hiap sudah
mendapat kemajuan pesat, rasanya tidak susah untuk ia sendiri menyalurkan kekuatan obat itu ke seluruh
badannya. Sementara mengenai syarat yang kau
katakan-tadi, ha, ha.... si pengemis miskin, kau sungguh terlalu pandang rendah aku si Heng-lim Cun-loan"
Si Pengemis Mata Satu tahu bahwa tabib itu telah
salah paham dengan maksudnya. Namun ia masih tidak mau memberi penjelasan, sebaliknya malah berkata
sambil ketawa ber-gelak2: "Kalau begini terserah
padamulah". Heng-lim Cun-loan lalu berbangkit, sanbil
menggapai Lim Tiang Hong tabib ini lalu berkata: "Lim Siauw-hiap, mari ikut aku".
222 Kemudian ia memanggil lagi: "Yan-jie, tuang satu
cawan Ciok-cie Bwee-hoa-lo"
Gadis manis yang dipanggil Yan-jie tadi terus berdiri didepan pintu. Dengan sepasang matanya yang jeli ia mendengarkan dengan cermat segala perkataan orang tua itu sambil kadang2 melirik ke-arah Lim Tiang Hong.
Ia merasa bahwa kedatangan pemuda itu aneh baginya.
Dan ia juga mengira didalam diri anak muda itu ada sedikit rahasia apa2. Maka didalam batinya timbul perasaan aneh. Ia seperti seorang penyelidik yang sudah menemukan apa" yang menarik perhatiannya, sehingga perhatiannya ditujukan untuk menyelidiki apa2 yang menarik perhatiannya itu. Akan tetapi sampai pada saat itu ia tidak mendapat kesempatan untuk buka suara.
Tatkala mendengar panggilan ayahnya, ia lantas
menghampiri lemari obat dan menuang secawan 'Giok-cie Bwee-hoa-lo' yang disebut ayahnya tadi yang lalu diserahkan dalam tangan orang tua itu.
Heng-lim Cun-loan saat itu sudah menggulung
lengan baju si anak muda yang lebar. Setelah menyambuti cawan obat dari putrinya lalu diserahkan kepada Lim Tiang Hong sambil berkata: "Siauw-hiap, 223
minumlah ini. Lohu akan bantu kau supaya kekuatan tenaga obat yang mandek didalam urat2mu mengalir
kedalam tempatnya yang benar"
Lim Tiang Hong diam2 mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya. Ia merasa tidak ada gangguan apa2.
Maka dalam hatinya timbul rasa curiganya,. Entah
perbuatan apa yang dilakukan secara sembunyi2 oleh orang tua ini diluar tahunya.
Sebaliknya dengan si Pengemis Mata Satu yang berdiri di sampingnya, ia tahu bahwa orang aneh yang mempunyai kepandaian sangat tinggi itu akan melakukan sesuatu usaha yang tidak dapat diakukan oleh
sembarang orang, untuk-membuat Lim Tiang Hong
menjadi seorang yang sempurna betul2.
Ketika pergemis ini melihat wajah Lim Tiang Hong
yang seperti bersangsi, cepat2 ia berkata padanya:
"Lotee, lekas siap sedia dan jangan coba mengadakan perlawanan dengan tenaga dalammu. Semua kau bikin seperti sewajarnya, sebab Heng-lim Cianpwee akan
melakukan suatu usaha yang tidak ada taranya untuk membantu kau menjadi orang yang lebih sempurna"
224 Tepat pada saat itu, Heng-lim Cun-loan mendadak
membuka lebar matanya. Kedua tangannya bergerak
bagaikan kilat. Beruntun jarinya menotok ketiga puluh enam jalan darah di badan Lim Tiang Hong.
Gerakannya yang gesit dan arah tujuannya yang
tepat membuat si Pengemis Mata Satu diam2 merasa
kagum. Lim Tiang Hong setelah minum obat Giok-cie Bee-
hoa-Io tadi, merasa ada hawa hangat nyelusup ke
sekujur badannya dengan per-lahau2. Karena mendengar pesannya si Pengemis Mata Satu, ia tidak berani lagi menggunakan kekuatan tenaga dalamnya secara
serampangan. Maka ia terus membiarkan hawa hangat itu menyelusuri sekujur badannya dan pada saat itulah jari tangan Heng-lim Cun-loan, sitabib sakti, tepat menotok pada tiga puluh enam jalan daran di atas
badannya. Sejak itu ia merasa sekujur badannya ngilu, pada
urat2nya seperti ada kutu yang ber-jalan2....
Heng-lim Cun-loan setelah menotok jalan darah di
seluruh badan Lim Tiang Hong, kemudian memusatkan seluruh kekuatannya dan menepuk badan anak muda itu 225
ber-ulang2 sambil berseru: "Lekas gunakan kekuatan tenaga dalammu. Tembusi jalan darah dibadanmu. Aku juga akan turut membantu kau dengan sekuat tenaga!"
Satu tangannya. saat itu diletakkan di bagian jalan darah Bengbun-hiat si anak muda, hingga kekuatan
sangat besar dirasakan masuk dalam darah tersebut.
Lim Tiang Hong setelah mendengar seruannya lalu
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Dengan melalui urat2 dan seluruh jalan darahnya
terus menembus kebagian terpenting yang dinamakan Ceng-sie Hian-koan.
Lim Tiang Hong merasakan darahnya mengalir
ccpat di sekujur badannya. Kekuatan tenaga dalamnya se-olah2 gelombang air sungai cepat melalui urat2
dibadannya. Asap putih seperti halimun tipis lalu nampak keluar dari atas kepalanya.
Itu adalah suatu gejala dan tanda2 bahwa ilmu
lweekang sudah mencapai ke suatu taraf, yaitu taraf yang tertinggi. Sampai Heng-lim Cun-soan dan si
Pengemis Mata Satu yang mlenyaksikan itu menjadi terheran2. Sebab, satu pemuda yang usianya masih sangat muda, ternyata mempunyai kekuatan tenaga dalam
226 begitu hebat, entah bagaimana nanti kalau usianya bertambah lagi"
Lim Tiang Hong setelah melatih kekuatan tenaga
dalamnya sebentar, tiba2 membuka matanya. Ia merasa sekarang dirinya luar biasa segarnya. Dan entengnya kalau berjalan se-olah2 mengapung diawang-awang. Ia tahu bahwa Iweekangnya sudah mencapai ketingkatan yang paling tinggi. Maka ia lantas lompat bangun dan segera mengucapkan terima kasih kepada Heng-lim Cun-loan.
Pada saat itu ia baru dapat lihat bahwa tabib
kenamaan itu parasnya sudah pucat pasi, kelihatannya seperti orang keletikan sekali.
Ia merasa sangat tidak enak. Tiba2 ia ingat bahwa dibadannya masih ada sebotol pil Soat-som-wan
pemberian orang2nya Hong-hong-tie. Maka ia lantas memberikan sebutir. Dengan kedua tangan ia angsurkan obat pil itu kepada Heng-lim Cun-loan seraya berkata:
"Cianpwee telah menggunakan kekuatan tenaga dalam terlalu banyak. Boanpwee merasa tidak enak sekali.... Ini ada sebutir pil Soat-som-wan, entah dapat membantu Cianpwee atau tidak"
227 Heng-lim Cun-loan menyambuti obat pil itu dengan
tangannya, sesaat nampak ia terperanjat dan berseru kaget: "Ee...."
Si Pengemis Mata Satu yang orangnya bersifat
polos lantas ketawa ber-gelak2 sembari berkata: "Lotee, kau sesungguhnya orang luar biasa. Obat Soat-som-wan yang merupakan salah satu obat pusaka dalam rimba persilatan untuk mengobati luka2 dalam sudah kau miliki.
Entah dari mana kau dapatkan obat mujijat itu?"
"Itu adalah barang pemberian orang2nya Hong-
hong-tie" Heng-lim Cun-loan mendadak mengawasi Lim Tiang
Hong dengan sorot mata tajam, kemudian berkata bergelak2: "Orang toh sudah mendapat gelaran Tabib sakti"
Masa tabib lihay perlu makan obat lain orang lagi" Sudi kecintaan Lim Siauw-hiap ini akan Lohu terima cuma dalam hati"
Setelah itu ia lalu mengembalikan pil Soat-som-wan kepada si anak muda.
Lim Tiang Hong agaknya merasa jengah. Dengan
wajah malu ke-merah2an ia lalu berpaling dan berkata kepada si Pengemis Mata Satu: "Locianpwce barusan 228
ketika berada didalam kota kelihatannya sangat gelisan.
Apa Locianpwce sudah melihat apa2 yang
mencurigakan?" Si Pengemis Mata Satu lantas menjawab sambil
menghela napas: "Lotee, kau bagai orang yang baru menginjak dunia Kang-ouw, tentu masih belum tahu
betapa berbahaya dan jahatnya orang2 dunia Kang-ouw umumnya. Dalam perjalanananmu ketika seorang diri kau melawan kawanan manusia iblis, ilmu pedang To-liong Keng-hong yang kau gunakan sudah
menggemparkan seluruh dunia Kang-ouw. Dikemudian
hari, kalau kau muncul didunia kang-ouw, entah akan tambah berapa banyak keruwetan"
Lim Tiang Hong yang mendengar keterangan si
Pengemis Mata Satu bahwa ada orang yang lagi2 hendak mencari setori dengannya, seketika lantas timbul
perasaan gusarnya. Maka dengan tidak mengindahkan nasehat si pengemis itu ia malah ketawa dingin ber-ulang2. Agaknya sedikitpun tidak merasa jeri terhadap ancaman orang banyak.
Si Pengemis Mata Satu berkata pula dengan sikap
sungguh2: "Dikota Kim-leng-shia dewasa ini sudah
229 banyak berkumpul orang2 kuat dari berbagai golongan, hingga kota itu se-olah2 sudah diliputi hawa
pembunuhan. Orang2 kuat dari Siauw-Iim-pay sudah
keluar semuanya. Disamping itu, orang2 dari berbagai gelongan dari daerah Tiong-goan, orang2 golongan
hitam dan putih, entah berapa banyak jumlahnya yang sudah berkumpul dikota Kim-leng itu. Selain dari itu, ahli warisnya. Ngo-Iiong It-hong (Lima naga dan satu burung hong) yang dulu namanya sangat kesohor didunia Kangouw juga sudah muncu! dikota itu. Nampaknya
pembunuhan besar besaran didunia Kang-ouw sudah
tidak dapat dielakkan lagi. Aku si pengemis tua kuatir kau belum tahu keadaan sebenarnya dan kembali akan
menimbulkan huru hara lain. Maka itulah aku buru2 ajak kau datang kemari"
Lim Tiang Hong yang nampaknya sudah mulai
tenang setelah mendengarkan keterangan itu, mendadak timbul pikirannya hendak masuk ke kota untuk melihat keadaan sebenarnya. Tapi karena melihat sikap
sungguh2 dan perhatian sangat besar dari si Pengemis Mata Satu terhadapnya, ia merasa tidak enak
mengutarakan maksudnya itu secara terus terang
230 Heng-lim Cun-loan yang saat itu sudah pulih
kekuatannya lantas nyeletuk: "Ngo-liong (lima naga) dari Thian lam dan It-hong (satu burung hong) dari Tiang-lim mungkin dulu pernah ada ganjalan sakit hati dengan suhunya. Jikalau kau bertemu dengan mereka, sebaiknya menyingkir saja, jangan sampai timbul kerewelan yang tidak ada perlunya"
Lim Tiang Hong sebaliknya merasa kurang puas
terhadap maksud baik dari tabib kenamaan itu. Diam2 ia berkata kepada dirinya sendiri: 'Tujuanku terjun kedunia Kang-ouw cuma untuk membasmi segala kejahatan,
bukannya suruh aku menyingkir dari segala kesulitan...."


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Mendadak pada saat itu ia ingat bahwa maksud dan
tujuannya datang kekota Kim-leng itu adalah untuk mencari keterangan dimana adanya ayah bundanya.
Maka ia lantas alihkan pembicaraan kesoal tersebut.
Dengan sangat hati2 dan jelas sekali ia lalu menerangkan semua pengalamannya, kemudian ia menanyakan
kepada Heng-lim Cun-loan kalau2 tabib itu pernah
dengar dulu ada sepasang suami istri yang dianggap sebagai ayah bundanya itu,
231 Heng-lim Cun-loan kelihatan berjalan mundar
mandir didalam kamarnya. Sebentar-sebentar ia harus menepuk jidatnya sendiri hendak meng-ingat2 kejadian masa masa lalu.
Se-konyong2 ia berseru: "Ow! Aku ingat
sekarang...." Lim Tiang Hong sesaat itu kelihatan sangat girang.
Cepat2 ia menghampiri tabib itu. Dengan sepasang mata yang terbuka lebar2 ia mengawasi orang tua itu sambil menantikan keterangannya dengan perasaan tidak
sabaran. Teka teki yang selama itu meliputi dirinya mungkin akan mendapat jawaban dari mulut tabib kenamaan ini.
Tepat pada saat itu, Heng-lim Cun-loan tiba.2
pentang lebar matanya. Dengan suara keras ia
membentak: "Siapa!...."
Diatas payon diluar rumah tiba2 terdengar suara
orang ketawa dingin yang kemudian disusul dengan
munculnya sebuah benda hitam yang dilemparkan
kearah Heng-lim Cun-loan.
Heng-lim Cuti-loan ulur tangannya. Dengan dua
jarinya ia menyupit benda hitam tersebut. Mendadak ia 232
merasa tangannya menggetar, badannya bergoyang,
tatkala ia melihat benda hitam tersebut, sikapnya mendadak berubah....
-=dw=- Bab 7 TATKALA Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata
Satu maju melihat, ternyata benda itu adalah sebatang anak panah yang biasanya digunakan sebagai tanda
perintah dari sesutu perkumpulan. Benda itu panjangnya kira2 lima sampai enam dim. Diatasnya ada terukir lima ekor naga.
Si Pengemis Mata Satu lantas berseru: "Aya! Ngo-
liong Kiok-hun-leng...."
Lim Tiang Hong dalam hati berkata: "Ini mungkin
ada tanda kepercayaan dari Thian-lam Ngo-liang (Lima naga dari Thian-lam)".
Cepat2 ia baliki badan, lalu dilihatnya bahwa nona kecii yang dipanggil Yan-jie itu sudah melesat keluar dari lubang jendela seperti burung kepindis saja. Oleh karena ia kuatir akan terjadi sesuatu atas dirinya nona itu, maka 233
ia juga lantas menyusul melalui lubang jendela bekas dilalui si nona.
Gerakan Lim Tiang Hong memperlihatkan betapa
tinggi dan mahirnya ia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sebab begitu melesat, sudah mencapai tempat sejarak sepuluh tombak lebih. Di tengah udara tubuhnya berjumpalitan, lalu menukik turun dan hinggap di atas tanah.
Tiba2 dari jauh terdengar suara memuji "Suatu
kepandaian meringankan tubuh yang bagus sekali!"
Lim Tiang Hong mengenali bahwa suara itu adalah
suaranya si nona kecil Yan-jie. Begitu kakinya menginjak tanah, ia lantas lompat lagi sampai dua kali menghampiri kearah dari mana datangnya suara nona kecil tadi.
Disuatu tempat ia dengar suaranya Yan-jie yang
ketawa ter-kekeh2 sambil berkata: "Orang toh sudah kabur jauh, perlu apa kau begitu gelisah?"
Lim Tiang Hong berobah merah mukanya.
Ia merasa sangat girang bahwa kepandaiannya
sudah mendapat kemajuan sangat pesat, sehingga tidak usah lagi ia memikirkan bahwa orang yang mengejar 234
duluan tadi tidak memberikan kesempatan bicara
padanya. Yan-jie berkata pula: "Hei! Apakah kau ada
mempunyai nyali untuk ber-sama2 dengan aku pergi
kekota?" "Bukan soal berani atau tidak, tapi kau belum
memberitahukan kepada ayahmu, resanya kurang baik"
jawab Lim Tiang Hong disertai suara ketawanya.
"Tidak apa2...."
Belum habis ucapannya, orangnya sudah melesat
lagi sejauh lima enam tombak. Lim Tiang Hong semula menganggap nona itu main2 saja. Siapa tahu, nona cilik itu begitu mengucapkan perkataannya, lantas berlari jauh. Maka terpaksa ia mengejar dengan mengeluarkan ilmunya yang dinamakan It-sia Cian-lie.
Anak perempuan kebanyakan mau menang sendiri.
Yan-jie begitu melihat Lim Tiang Hong mengejar, bukan saja tidak menghentikan gerakannya, malah sebaliknya ia tertawa ter-kekeh2 dan kakinya bergerak semakin cepat.
Sebentar saja ia sudah melesat lagi sampai beberapa puluh tombak.
235 Lim Thian Hong yang saat itu sudah mendapat
kemajuan pesat dalam ilmu berlarinya, maka ilmu It-sia Cian-lie sekarang juga dapat digunakan cepat bagai kilat akan tetapi ia sengaja hendak mengalah. Ia tidak mau merebut kemenangan dengan seorang anak perempuan, maka tetap ia mengejar dengan mengimbangi gerakan nona itu, agak sedikit jauh dari padanya.
Dalam waktu sekejapun kedua anak muda itu sudah
tiba dibawah pintu kota. Mendadak.... Dari dalam kota melesat sesosok bayangan kecil
langsing dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke luar kota....
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu lantas
berseru': "Hei, itu ada ilmu mengentengi tubuh It-sia Cian-lie!"
Penemuan itu membuat ia ter-heran2 dan sangat
terkejut. Ia lalu mengerahkan kekuatannya, badannya melesat tinggi kira2 tujuh sampai delapan tombak.
Ditengah udara badannya berjumpalitan beberapa kali.
kemudian melesat lagi cepat mengejar bayangan
tersebut. 236 Lim Tiang Hong yang telah mengerahkan seluruh
kepandaiannya itu, kecepatan berlarinya sungguh sangat mengagumkan. Tidak sampai sejarak seratus tombak
berlari, ia sudah melihat lagi bayangan langsing tadi.
Dilihat dari arah larinya bayangan tersebut, agaknya hendak menuju ke arah gunung Cie-kim-san.
Ia sudah bertekad hendak mengusut se-dalam2nya
mengenai asal usul ilmu silat seorang yang memiliki ilmu silat seperti yang ia miliki sendiri, sudah tentu tidak mau melepaskannya begitu saja. Maka gerak kakinya makin dipercepat. Dengan jalan beberapa kali melesat saja badannya sudah berhasil mendekati bayangan orang
Bayangan orang didepan matanya kini agaknya
merasa terkejut mengetahui ada orang yang mengejar dibelakangnya. Maka dengan mendadak kakinya
dihentikan, sambil balik badannya orang itu menegur:
"Apa perlunya kau mengejar aku?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Dengan cepat ia juga
menghentikan gerak kakinya, Tapi diluar segala dugaan, bayangan orang itu ternyata adalah Im-san Mo-Iie
adanya. 237 Saat itu Im-san Mo-lie juga sudah mengetahui
bahwa orang yang mengejar dibelakangnya itu adalah Lim Tiang Hong, maka cepat2 ia berkata dengan wajah ber-seri2 "Ji-tee, kau....!" dan tangannya diulur menyekal lengannya Lim Tiang Hong, lalu berkata pula seperti lakunya seorang kakak terhadap adik yang sangat
memperhatikan adiknya: "Kabarnya ada orang dengan diam2 mengejar kau. Harus kau berlaku hati2 sedikit, jangan sampai terjatuh dalam tangan orang2 sebangsa mereka"
Disebutnya soal tersebut, membuat Lim Tiang Hong
merasa jengkel. Dengan alis berkerut ia menjawab: "Aku masih tidak pandang apa2 kawanan manusia tidak tahu malu itu"
"Tapi sebaiknya kau berlaku hati2 sedikit. Kini encimu masih ada sedikit urusan yang harus segera
dibereskan. Kau pulanglah lebih dulu"
Setelah berkata demikian, ia lalu memberikan
sebuah benda yang berbentuk petasan yang lalu
diserahkan kepada Lim Tiang Hong seraya katanya:
"Kalau kau merasa sangat terdesak dan membutuhkan 238
bantuan cepat, boleh kau lepaskan tanda ini, nanti akan ada orang yang datang memberi bantuan padamu"
Lim Tiang Hong sebetulnya tidak ingin menerima
pemberian nona itu, tetapi terhadap "enci akuan"
didepannya ini, ia sudah mendapat kesan baik, tetapi sedikit aneh. Disatu pihak ia merasa sedikit jemu, tapi disamping itu dalam hatinya entah timbul perasaan apa yang ia sendiri tidak tahu. Maka selagi ia masih merasa ragu2 dalam memberi jawaban, Im-san Mo-lie sudah
menyesapkan benda macam petasan itu ke dalam
tangannya, dan orangnya sebentar sudah menghilang ditelan kegelapan.
Lim Tiang Hong yang mengejar dengan susah
payah, begitu bertemu muka dengan Im-san Mo-lie
sudah kelupaan menanyakan asal usul ilmu lari pesat It-sia Cian-lie yang dimiliki oleh sang enci itu. Tatkala kini ia sadar dan ingat hal itu, ternyata enci ilu sudah berlari jauh.
Maka terpaksa ia balik ke kota dengan membawa
perasaan jengkel. Begitu tiba ditempatnya tadi, ia tidak melihat Yan-jie. Ia mengira nona itu karena tidak dapat menyusulnya 239
sewaktu mengejar Im-san Mo-lie tadi, tentu pulang lagi kerumahnya.
Memikir demikian, cepat2 ia baliki badan untuk
kembali ke rumah Heng-lim Cun-loan. Tidak nyana,
begitu masuk pintu, apa yang ia lihat telah membuat ia berdiri kesima.
Heng-lim Cun-loan, itu tabib kenamaan untuk
daerah Kang-lam, ternyata sudah menggeletak ditanah menjadi mayat dengan mulut menyemburkan darah
hitam. Sedangkan si pengemis Mata Satu yang tadi
berada disitu juga, saat itu tidak ketahuan entah kemana perginya"
Ia lalu mengadakan pemeriksaan secara teliti
keadaan sekitar dalam rumah, lalu dapat menemukan darah yang bercucuran di sana sini. Meja kursi dan tempat tidur pada terbolak-balik. Di beberapa bagian dinding tembok hancur disana sini. Keadaan semuanya itu jelas memperlihatkan bahwa barusan pernah terjadi pertempuran sengit.
Mungkin Heng-lim Cun-loan yang bertempur
malawan musuh2nya seorang diri, karena tidak tahan, 240
akhirnya binasa ditangan musuh2nya yang berjumlah banyak.
Heng-lim Cun-loan itu, bukan hanya pandai dalam
ilmu ketabiban, tetapi juga memiliki kepandaian ilmu silat yang termasuk kuat dalam kalangan persilatan. Sekalipun tidak dapat melawan orang2 dalam jumlah banyuk, pasti dapat mengambil jalan mundur dan akan selamat. Tetapi kini, mengapa ia dapat dibinasakan oleh lawannya
dengan cara demikian mudah" Dan siapa pula lawan
yang dapat membinasakan orang tua itu"
Pengetahuannya Lim Tiang Hong mengenai orang2
dunia Kang ouw memang tidak seberapa luas. Peristiwa berdarah sangat misterius seperti yang ia lihat saat itu dengan sendirinya tidak mampu dipecahkan .oleh
otaknya. Lama ia memikirkan persoalan tersebut, sedikitpun tidak mendapatkan jawaban yang boleh dikatakan tepat.
Tiba2 matanya terbentur pada sebuah benda hitam
mengkilat yang menggeletak di tanah. Dengan cepat ia memungut benda hitam tersebut, mulutnya lantas
mengeluarkan geraman hebat.
241 "Ow! Pembunuhnya pasti turunan dari Thian-lam
Ngo-liong. Sungguh kejam perbuatan kalian! Aku Lim Tiang Hong sebelum dapat membasmi habis
keturunanmu, bersumpah tidak mau jadi orang lagi!"
Dalam sengitnya, panah itu diselipkan ke
pinggangnya. Dengan laku seperti orang kalap lalu lari menuju ke kota lagi.
Terhadap kematian Heng-lim Cun-loan itu, Lim
Tiang Hong merasakan hatinya sangat berduka. Pertama, karena tabib sakti itu pernah melepas budi
menyempurnakan kepandaian ilmu silat dan tenaga
dalamnya. Budi yang dilepas telah tabib itu kepada dirinya tidak boleh dikatakan sedikit. Dan kedua, Heng-lim Cun-loun adalah seorang tabib sakti yang kenamaan, orang yang pernah ia tolong jiwanya, tidak terhitung jumlahnya. Tapi kini, terbinasa secara demikian
mengenaskan, sungguh merupakan suatu kejadian yang tidak adil dalam dunia ini.
Lain dari itu, satu hal lain yang membuat ia semakin sedih ialah, baru saja orang tua itu hendak menceritakan asal usul yang menyangkut diri serta ayah bundanya, 242
tiba2 kedatangan satu panah maut yang merenggut jiwa tabib sakti itu.
Kini Heng-lim Cun-loan sudah tewas. Kemana lagi
harus ia cari keterangan lengkap yang ada hubungannya dengan dirinya sendiri"
Karena Itulah, tidak mengherankan kalau pada
waktu itu, perasaan gusar, cemas, sedih dan gemas mengaduk semua dalam otaknya. Ia sudah bertekad
hendak mencari keturunannya Thian-lam Ngo-liong untuk membalaskan sakit hati atas kematian Heng-lim Cun-loan ini.
Hampir semalam suntuk sudah ia lari mundar
mandir. Ketika ia sampai kedalam kota untuk kedua kalinya, hari sudah menjelang fajar.
Mendadak ia ingat halnya Yan-jie dan si Pengemis
Mata Satu. Yan-diie yang ber-sama2 dengannya masuk
kedalam kota tadi mengapa sampai sekarang masih
belum kelihatan kembali" Apa ada terjadi sesudah atau diri nona itu"
243 Pengemis Mata Satu dengan Heng-lim Cun-loan ada
mempunyai perhubungan persahabatan sangat erat.
Tidak mungkin pengemis ini mau meninggaikannya
begitu saja. Barangkali ketika ia dan Yan-jie bersama2 masuk
kedalam kota, Pengemis Mata Satu itu juga turut
mengikuti di belakangnya. Apa tidak boleh jadi pada saat itu tabib kenamaan itu dikerjakan orang"
Pada saat itu Lim Tiang Hong tidak memperdulikan
keselamatannya sendiri, hampir setiap pelosok dan gang2 telah dijelajahi, tetapi tetap tak dapat menemukan jejak kedua orang tua dan muda itu.
Karena perutnya sudah lapar, maka ia masuk
kedalam sebuah rumah makan dan dahar makanannya
seorang diri saja Tiba2 ia dapat dengan pembicaraan antara dua
orang Kang-ouw yang duduk didekat mejanya dengan
suara rendah. Satu diantaranya dengan logatnya dari Su-cuan berkata: "Loko, menurut anggapanmu, didalam
dunia rimba persilatan pada dewasa ini, kepandaian golongan mana yang paling kuat?"
244 "Sudah tentu golongan Thian-lam Ngo-Iiong yang
saat ini menjagoi didaerah Tay-lee!" demikian seorang lainnya lantas men-jawab dengan logat propinsi In-lam.
Lim Tiang Hong yang mendengar itu, semangatnya
bangun seketika. Ia segera pasang telinganya untuk mendengarkan pembicaraan mereka lebih lanjut.
Orang yang bicara dengan logat Su-coan itu
agaknya tidak setuju anggapan kawannya itu, ia lantas berkata pula: "Pendapatmu itu rasanya kurang tepat!
Kepandaiannya "Tiang-lim It-hong", rasanya tidak berada dibawahnya Ngo-Iiong. Kini telah tersiar kabar yang mengejutkan lagi, dulu itu jago pedang yang mempunyai gelar "Bu-ceng Kiam-khek", yang pernah mengalahkan
"Thian-lam Ngo-Iiong' dan "Tiang-lim It-hong" dengan ilmu pedangnya "To-liong Keng-hong', kabarnya juga sudah mempunyai murid yang mewariskan seluruh
kepandaiannya, yang kini sudah muncul di dunia kangouw!"
Sang kawan itu nampaknya sangat terkejut. "Apa
benar" Kalau begitu kita akan menyaksikan suatu
keramaian yang hebat lagi"
245 "Kiranya memang begitu. Keturunannya Thian-lam
Ngo-Iiong, yakni Tiat-ciang Kim-liong Cin Cit Ya setelah mendengar kabar itu segera memberitahukan kapada
empat saudara seperguruan yang lainnya supaya mereka lekas datang ke Kang-lam untuk mencari muridnya Bu-ceng Kiam-khek itu. Mereka hendak melampiaskan sakit hati mereka karena dulu pernah dikalahkan oleh...."
Tepat pada saat itu terdengar suara orang mendaki undak2an tangga, dan sebentar lalu muncul seorang nenek2 yang bersikap loyo, rambutnya sudah putih
semua. Di tangan nenek ini tergenggam sebatang
tongkat, di tangan lain menuntun seorang gadis muda yang mengenakan pakaian ringkas dan di dadanya ada sulaman seekor burung Hong warna putih.
Pembicaraan kedua orang Kang-ouw tadi mendadak
berhenti. Sebentar kemudian terdengar pula suara itu orang
yang menggunakan logat propinsi Sucoan dengan
suaranya yang rendah sekali ia berkata: "Orang lagi bicarakan dirinya, eh orangnya datang.... Itu nenek2
yang nama gelarannya Thian-san Lo-!o adalah
keturunannya Tiang-lim It-hong. Sedangkan itu gadis 246
muda yang berjalan di belakangnya, adalah murid si nenek bernama Cu Giok Im alias Burung Hong Putih.
Barargkali mereka datang ke Kang-lam sini juga hendak mencari murid keturunannya Bu-ceng Kiam-khek"
Setelah memberi penjelasannnya itu, ia lalu
mengalihkan pembicaraannya ke lain soal dengan suara yang lebih keras.
Lim Tiang Hong diam2 memperhatikan nenek2 itu
bersama muridnya. Ia telah mendapat kenyataan bahwa Thian-san Lo-lo itu meskipun diluarnya kelihatan sangat loyo, tapi sepasang matanya ada sangat bercahaya.
Terang ia ada mempunyai latihan tenaga dalam yang sangat sempurna. Ia cuma memperhatikan dirinya lain orang, tapi tidak merasa dirinya sendiri sedang
diperhatikan orang lain. Si Burung Hong Putih dengan sepasang matanya
yang jeli juga sedang memperhatikan dirinya. Ia tidak ingin sampai dirinya diketahui sebagai seseorang yang berkepandaian tinggi. Tingkah lakunya dibuat-buat sedemikian rupa supaya orang lain tidak ambil perhatian terhadapnya. Tapi tidak urung usahanya itu meleset semua.
247 Ia tiba2 mendengar Cu Giok Im berkata kepada
suhunya: "Kabarnya Tiat-ciang Kim-long Cin Cit Ya sudah menemukan jejak bocah itu. Entah suhu sudah tahu atau belum?"
Thian-san Lo-lo memejamkan matanya. Nenek ini
menjawab dengan suara acuh ia acuh: "Apa benar...."
Biar bagaimana selewatnya malam ini nanti kita
bicarakan lagi" "Suhu, kalau aku menggunakan ilmu pedang Cio-
lolo Im-yau Bit-cong-kiam, bisakah kiranya memecahkan ilmu pedangnya To-liong Keng-hong dari bocah itu?"
"Ilmu pedang ini adalah buah ciptaan suhumu yang
khusus untuk menghadapi ilmu pedang To-liong Keng-hong. Bukannya suhumu ini suka terkebur, kalau cuma kekuatan dan kepandaianmu berimbang dengan dia,
barangkali susah sekali buat ia loloskan diri dari pedangmu"
Lim Tiang Hong yang mendengar perkataan itu
diam2 merasa geli dihati. Karena, ilmu pedang To-liong Keng-hong-nya itu adalah ciptaan suhunya yang telah ia pelajari sampai hampir menggunakan waktu setengah 248
abad lamanya. Bagaimana begitu mudah buah ciptaan seorang Penyipta ulung dipecahkan orang begitu saja"
Meskipun dalam hatinya berpikir demikian, tetapi
diluarnya Lim Tiang Hong sama sekali tidak
memperlihatkan perubahan sikap apapun, ia tetap makan minum seenaknya sambil tundukkan kepala
Saat itu tiba2 terdengar pula suara orang naik
tangga loteng, kemudian terlihat lagi muncul disitu beberapa orang. Orang2 ini ada yang mengenakan
pakaian sebangsa padri, imam dan lain2 lagi berupa, orang2 Kang-ouw kebanyakan.
Melihat sikap rombongan orang2 yang baru datang
itu. segera Lim Tiang Hong mengetahui bahwa mereka itu tentu adalah orang2 Kang-ouw yang berkepandaian tinggi.
Dan oleh karena lebih dahulu ia telah mendapat
kisikan dari Hui Hui Taysu, hingga ia tahu bahwa kota Kim-leng saat itu sedang bergolak suatu kejadian besar yang akan menggegerkan dunia Kang-ouw. Maka
terhadap kedatangan orang2 itu, ia tidak heran lagi.
Pada saat itu, rombongan orang2 itu sudah pada
mencari tempat duduknya masing2. Diantara mereka, 249
ada seorang yang mengenakan pakaian ringkas warna kuning, matanya ditujukan kearah Cu Giok Im tanpa berkesip. Malah kadang2 mengeluarkan suara ketawanya yang menunjukkan tingkah laku ceriwis sekali.
Si Burung Hong Putih Cu Giok Im ada seorang gadis yang sifatnya juga berandalan dan sudi gawe.
Bagaimana ia mau mengerti diperlakukan orang


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

sedemikian rupa" Maka tiba2 saja terdengar suara bentakan dari
gadis muda ini "Hei orang yang mau cari mampus, kau tertawakan siapa?"
Seorang laki2 pertengahan umur yang diwajahnya
terdapat sebuah tanda bekas bacokan dan yang beralis gompyok serta mempunyai mata lebar besar, lantas
menjawab dengan suara dingin: "Jikalau tuanmu suka tertawa, untuk apa kau usilan?"
Cu Giok Im mendadak berbangkit dari tempat
duduknya. Dengan sebelah tangan bertolak pinggang, tangan lain menuding ke-arah orang2 dalam rombongan itu, sedangkan mulntnya membentak: "Buka dulu
matamu kalau belum lamur! Orang2 dari golongan Tiang-lim-pay tidak mudah dihina orang!"
250 Namanya Tiang-lim It-hong dulu pernah
merendengi namanya Thian-lam Ngo-Iiong. Kedua nama itu sangat terkenal sehingga melebihi nama2 beberapa partai besar dari daerah Tiong-goan. Maka setelah Cu Giok Im mengatakan nama golongannya itu, orang2 yang berada disitu diam2 pada terperanjat. Mereka sama mengerti bahwa apabila tidak ada yang mau mengalah seorang diantaranya, pertempuran sengit mungkin akan segera terjadi.
Setiap orang pada membuka matanya lebar2,
agaknya hendak menantikan perkembangan selanjutnya.
Sedangkan tamu2 biasa, ketika menyaksikan keadaan demikian, yang kecil nyalinya sudah pada ketakutan setengah mati, diam2 satu demi satu pada ngeloyor pergi.
Siapa nyana, setelah Cu Giok Im menyebutkan
nama golongannya, laki2 itu bukan saja tidak keder, sebaliknya malah berkata dengan pelembungkan dada, sikapnya sangat menghina: "Ow, kalau begitu aku kini berhadapan dengan keturunan dari Tiang lim It-hong"
Cuma saja, papan merek yang sudah usang itu sekarang 251
belum boleh keluar lagi menggertak orang hidup. Ha, ha...."
Bukan kepalang rasa gusarnya Cu Giok Im dapatlah
kita bayangkan. Srreet! Dan pedang panjang sudah keluar dari
serangka yang tergantung dipinggang Burung Hong
Putih. Tepat pada saat itu, tiba2 ada satu tenaga
tersembunyi yang tidak kelihatan telah meluncur ke arah rombangan orang2 itu seperti air bah.
Lelaki yang bertandakan bacokan diatas wajahnya
itu lalu membalik tangannya sambil tertawa ter-bahak2.
Dengan ilmu Im-han Khie-kang yang kelihatan
menghitam di kedua tangannya orang codet ini
menyambuti serangan yang tidak terlihat itu.
Sebentar kemudian tiba2 terdengar suara
bergedubrakan ramai sekali. Meja dan kursi2 nampak bergelimpangan, sedangkan kursi yang tadi diduduki oleh itu lelaki bertanda bacokan diatas mukanya itu, bersama mejanya kelihatan hancur berantakan.
Perubahan yang terjadi secara mendadakan itu
membuat terperanjat setiap orang yang berada disitu.
252 Kiranya, nenek2 yang kelihatan loyo badannya itu, tepat pada saat Cu Giok Im mencabut pedangnya, sudah mengangkat tangannya dan melancarkan serangan lihay tersebut.
Itu lelaki codet dimukanya, ketika dirugikan
demikian rupa, agaknya tidak mau mengerti. Sambil mengeluarkan suara geraman hebat, ia pentang kedua tangannya.
Dan si nenek berambut putih itu tiba2 membuka
matanya yang tadi terpejam. Sepasang matanya
sungguh menakutkan, sinarnya ber-api2. Lalu sambil ketawa dingin ia berkata: "Kau cari mampus sendiri!"
Berbareng dengan kata2 itu, lengan bajunya yang
gerombongan dikibaskan, lalu dari situ meluncur keluar ilmunya yang telah lama terkenal, ln-hun Sin-kang, itu ilmu yang paling ampuh dari golongan Tiang-lim-pay.
Serangan itu, jikalau meluncur keluar, niscaya
semua meja dan kursi serta jendela2 diloteng rumah makan itu akan rusak hancur semuanya.
Dalam saat yang kritis itu, tiba2 ada suatu kekuatan yang tidak berwujud yang memunahkan seketika ilmu dari nenek tua itu.
253 Lim Tiang Hong kelihatan bangkit dari duduknya,
dengan malas2an ia berjalan di-tengah2 antara kedua pihak itu sembari berkata: "Berkelahi diatas loteng rumah makan, bukankah akan membawa akibat yang tidak enak bagi tuan pemilik rumah makan ini" Apakah kalian kedua pihak suka pandang mukaku dan menunda dulu sebentar perkelahian ini?"
Ia dengan kata2nya itu memperlihatkan senyuman
lebar. Dengan mengeluarkan serangan tadi, boleh dikata sudah pula mempengaruhi perasaan setiap orang yang barada di atas loteng rumah makan itu.
Rombongan orang2 itu yang tadinya mengira
bahwa kekuatan yang dapat memunahkan serangan
hebat dari si nenek itu berasal dari seorang tua
kenamaan yang sudah berpengalaman, tidak nyana
kiranya hanya satu bocahlah yang melakukan itu, satu bocah yang masih berbau pupuk bawang!
Lelaki yang bercodet wajahnya itu lantas berkata
sambil pendelikkan matanya: "Kau masuk hitungan
manusia macam apa, berani kau campur tahu dalam
urusan tuan besarmu disini?"
254 Lim Tiang Hong sambil berpeluk tangan berkata lagi dengan suara tenang: "Aku yang rendah adalah Lim
Tiang Hong. Sungguh tidak ada maksudku melarang
kalian berkelahi. Tapi, tentu paling baik kalau itu tidak dilakukan diatas loteng ini"
Begitu mendengar disebutnya nama 'Lim Tiang
Hong', suasana diloteng tersebut tiba2
memperdengarkan suara gemuruh, mereka itu ada yang merasa ter-heran2, dan ada sebagian lagi yang merasa gusar. Setiap orang dengan wajah tidak sama
memperlihatkan sikap yang berlainan pula.
Karena, pemuda yang kini berpeluk tangan di
tengah2 mereka itu, sekalipun baru saja memasuki dunia Kang-ouw, tetapi kepandaiannya sungguh sangat
menakjubkan! Anak muda ini bukan hanya sudah menjatuhkan
Hek-liong Siang-sat sudah merubuhkan tiga orang imam dari Bu-tong-pay serta menyerbu gereja Siauw-lim-sie hanya seorang diri. Dan sekarang ini, selama dalam perjalanannya menuju ke selatan, kembali sudah terlolos dari kepungan golongan Lam-hay dan golongan rimba hijau dari 7 propinsi.
255 Kejadian2 yang menggemperkan dunia rimba
persilatan dan lama tersiar dalam dunia Kang-ouw.
Umumnya orang2 pada menganggap, bahwa ia itu
adalah seorang terkuat dari orang tingkatan muda
selama seratus tahun belakangan ini. Hanya sayangnya pemuda itu tidak mengetahui asal usul dirinya sendiri, sehingga telah menimbulkan kegemparan di-mana2.
Semua orang masih belum dapat membuktikan ia
itu dari golongan orang baik2 atau orang dari kalangan hitam. Maka sedikit banyak masih banyak orang
memandang pemuda ini sebagai orang berbahaya.
Siapa nyana, si codet tadi ketika mendengar
disebutnya nama Lim Tiang Hong, ia lantas memandang anak muda itu dari atas sampai ke bawah, lalu dari bawah menuju ke atas lagi.
Tiba2 ia maju menghampiri dan berkata sambil
membungkukkan badan dalam2: "Toathun Tancu Beng
Khong disini dengan beberapa orang kawan kini
menjumpai Siauw-kauwcu"
Lim Tiang Hong melengak. 256 Selagi hendak ia mananya, tiba2 Tancu mengajak
anak buahnya yang dikatakan kawannya, dengan wajah ketakutan lari turun ke bawah,
Si Burung Hong Putih Cu Giok Im ketika melihat Lim Tiang Hong yang tadi mencampuri urusan itu,
diwajahnya terkilas sesuatu senyuman. Tentang terhadap anak muda yang gagah ini telah timbul kesan baik dalam hatinya. Akan tetapi, begitu ia mendengar perkataan laki2 codet tadi, wajahnya, dengan memperlihatkan sikap menghina ia berdeham.
Lim Tiang Hong memandang ke arah wanita muda
ini sejenak, lalu sambil tersenyum balik ke tempat duduknya lagi.
Keonaran yang kelihatan tadi sukar dicegah,
akhirnya telah berakhir dengan cara yang tidak ter-duga2
demikian rupa. Pelayan rumah yang tadinya pada
ketakutan setengah mati, mendengar suara agak redaan, baru berani keluar lagi dari tempat persembunyiannya masing2.
Cu Giok Im mengeluarkan sepotong uang perak
yang dilemparkan ke atas meja. lalu dengan
membimbing nenek2 loyo itu mereka lalu turun ke
257 bawah. Waktu hendak meninggalkan tempat tersebut, matanya melirik ke arah Lim Tiang Hong. Sikapnya aneh, se-olah2 yang merasa sayang meninggalkan si anak
muda. Lim Tiang Hong duduk lagi sebentar, lantas pulang ke rumah. Ia yang pikirannya sudah kusut, setelah minum arak beberapa tenggak, dirasakan pikirannya semakin kusut saja.
Seorang diri ia duduk termenung menghadapi
lampu. Banyak persoalan yang menindih perasaannya.
Pertama, mengapa Heng-lim Cun-loan bisa
terbunuh orang" Siapakah orangnya yang mempunyai
kepandaian begitu tinggi yang bisa membunuh tabib kenamaan ini"
Kedua, Tian-lam Ngo-Iiong apakah dari golongan
baik2 ataukah dari golongan tersesat" Mereka dengan suhunya, Bu-ceng Kiam-khek, sebetulnya ada
mempunyai permusuhan apa" Dengan alasan apa
mereka bermaksud hendak membunuh Heng-lim Cun-
loan". Ketiga di kota Kim-leng yang paling belakang ini
entah akan terjadi peristiwa besar apa lagi. Mengapa 258
sampai menarik perhatian begitu banyak orang sehingga pada ber-bondong2 ke situ" Apakah hal ini ada
hubungannya dengan ia sendiri"
Dan akhirnya, ia mengingat pula akan encinya,
yang ia kenal ditengah jalan, itu wanita yang disebut Im-san Mo-lie. Terhadap enci akuannya ini ia merasa aneh atas segala gerak gerik dan tindak tanduknya. Ada banyak hal yang sangat mencurigakan hatinya. Terutama mengenai ilmu mengentengi tubuh wanita itu, yang juga adalah ilmu lari It-sia Cian-lie, kepandaian ciptaan suhunya, mengapa juga ia pandai dalam ilmu itu"
Lama ia memikir, ia merasa bahwa ia harus mencari si Pengemis Mata Satu yang sudah mempunyai banyak pengalaman didunia kang-ouw, yang mungkin dapat
menjawab semua pertanyaannya itu....
Saat itu suasana diluar sudah sangat sunyi. Lampu2
ruangan sudah mulai dipadamkan, suatu tanda bahwa malam sudah mulai larut.
Mendadak ia dengar suara yang sangat halus
nyelusup ke dalam telinganya. Oleh karena saat itu kepandaiannya sudah mendapat kemajuan pesat, maka suara betapapun kecilnya, kalau hanya dalam jarak 259
sepuluh tombak disekitarnya, dapat terdengar oleh telinganya.
Terdorong oleh perasaan ingin tahu, ia lantas
melesat melalui daun jendela, dan kemudian melayang turun d atas atap rumah diseberang sana.
Akan tetapi, keadaan disekitarnya masih tetap sunyi senyap tidak kedengaran suara apapun juga, juga tidak terlihat bayangan seorangpun juga.
Ia yakin benar bahwa pendengarannya tadi
sedikitpun tidak salah. Tetapi aneh, kenapa sekarang tidak kelihatan bayangan seorangpun"
Pada saat itu dari jarak jauh kelihatan meluncur ke atas satu sinar biru. Seperti juga bunga api, menyala di tengah udara, lama belum padam.
Jelas sekali bahwa itu adalah suatu tanda rahasia dari suatu partai.
Maka saat itu ia lantas melesat lagi keatas, menuju kearah meluncurnya sinar biru tadi.
Sesaat kemudian ia sudah sampai di tempat dari
mana sinar biru tadi diluncurkan. Ketika ia memeriksa keadaan di sekitar tempat itu, ternyata adalah suatu tempat yang ternama di dalam kota Kim-leng, yakni apa 260
yang disebut bukit Cian-hud-gan. Diatas bukit ini ada terdapat banyak patung2 kuno yang tidak terhitung jumlahnya.
Tempat itu yang sebetulnya ada suatu tempat yang
amat sepi, di waktu larut malam seperti malam itu, keadaannya kelihatan semakin sunyi, sehingga patung2
kuno itu kelihatannya sangat menakutkan.
Ketika angin malam yang dingin menyampok ke
wajahnya, membuat anak muda ini merasakan badannya dingin dan menggigil, Dengan Sendirinya pula tangannya lantas meraba gagang pedangnya.
Tiba2 suatu pemandangan yang mengerikan
terbentang di depan mata Lim Tiang Hong. Tanpa
merasa ia sudah mundur dua tindak kebelakang.
Dibawah sebuah patung besar, disitu ada rebah
menggeletak bangkainya empat orang padri. Kepala
mereka yang kelimis sudah hancur. Perutnya berlubang, darah dan isi perutnya pada berhamburan ditanah,
keadaan mereka itu sangat mengerikan.
Dengan membesarkan nyalinya ia coba maju lagi
beberapa langkah. 261 Tidak jauh dari situ, kembali matanya kebentrok
dengan bangkainya dua orang imam, yang rebah
terlentang dilereng bukit.
Dari pemeriksaan yang hati2, Lim Tiang Hong
mendapat kenyataan bahwa pada belum lama berselang tentu telah terjadi suatu pertempuran dan pembunuhan besar2an.
Takala ia maju lagi kebagian atas, kembali ia
bertemu dengan bangkai2 yang lebih banyak. Bangkai2
itu terdiri dari padri (imam) dan orang biasa. Tetapi yang utama kematian mereka semua dalam keadaan
mengerikan. Mendadak ia menemukan sebuah patung besar
yang berada ditempat tertinggi dari bukit tersebut yang sudah dibikin hancur oleh kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat. Dibagian perut dari patung tersebut, nampak ada robekan kertas yang masih berlumuran
darah. Tertarik oleh pemandangan ganjil ini, ia lantas maju menghampiri dan melihat keadaan patung tersebut.
Ia telah menemukan sebuah kotak batu giok warna
putih yang berada di sebelah dalam perut patung
262 tersebut. Ketika ia buka kotak itu, didalamnya ada sejilid kitab bewarna kuning yang bertuliskan huruf2 "TAT MO
IE KIN KENG' dimukanya. Hatinya berpikir: "Apa kitab inikah yang disebut Tatmo It-kin-keng yang disimpan dalam patung kuno"'
Baru saja ia hendak membuka lembaran pertama
dari kitab tersebut, tiba2 terdengar suara orang ketawa yang kemudian disusul dengan munculnya dua orang.
Yang satu adalah Biauw-chiu Thian-koan Su-khong
Yao, dan yang seorang lagi adalah ketua dari Lam-hay-pay Lam-hay Gia-mo.
Kedua orang yang tersebut belakangan ini dengan
sorot mata tajam mengawasi si anak muda, kemudian berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Bocah, kau sungguh hebat! Tapi kalau kau tidak lekas bekerja sama dengan kami, jangan pikir bisa berlalu lagi dari tempat ini".
"Belum tentu," jawab Lim Tiang Hong sambil
ketawa dingin. "Kalau tidak percaya, boleh kau coba2 saja" berkata pula, Biauw-chiu Thian-koan sambil menunjuk ke bawah.
Lim Tiang Hong melihat kearah yang ditunjuk si
copet. Benar saja, disana terlihat banyak orang bergerak, 263
anak buahnya Lam-hay Gia-mo dan kawanan berandal
dari tujuh propinsi sudah mengurung dirinya begitu rapat.
Seketika itu ia lantas gusar. Sementara tangan
kirinya memasukkan kotak ke dalam saku, mulutnya
membentak: "Kalau kalian berani, boleh maju! "
Tiba2 suatu suara melengking tinggi terdengar dari atas bukit, kemudian disusul oleh meluncurnya satu bayangan orang. Cepat bagai kilat bayangan ini
melayang turun menerjang Lim Tiang Hong.
Sesaat kemudian terdengar suara jeritan ngeri,
orang yang barusan menerjang Lim Tiang Hong itu telah terpental dua tiga tombak tingginya karena mendapat papakan dari angin serangan Lim Tiang Hong. Orang itu me-layang2 ditengan udara dan akhirnya jatuh ke bawah bukit.
Dibawah penerangan sinar rembulan, semua orang
baru dapat melihat bahwa orang yang barusan hendak membokong Lim Tiang Hong tadi ternyata adalah si
Kampret Terbang, salah seorang tokoh terkenal dari golongan hitam.
264 Kejadian itu sungguh mengejutkan semua orang.
Sungguh tidak nyana bahwa dalam beberapa hari saja anak muda ini yang tidak ketahuan asal usulnya,
kepandaiannya sudah bertambah dan kekuatannya sudah berambah berlipat ganda.
Berbareng pada saat jatuhnya badan si Kampret
Terbang, dari bawah bukit kelihatan melesat sesosok bayangan orang.
Orang ini, dibagian dadanya ada sulaman burung
hong putih. Dari tandanya itu dapatlah diketahui bahwa dia adalah muridnya orarg pandai dari golongan Tiang-lim It-hong yang bernama Cu Giok Im.
Kelakuannya Cu Giok Im ini sangat aneh.
Sesampainya wanita muda ini diatas bukit, ia tidak mau ambil bagian dalam perebutan kitab tersebut, juga tidak berkata apa2. Kedatangannya itu se-akan2 khusus
hendak menyaksikan keramaian saja.
Blauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo saling
pandang sejenak, kemudian kelihatan seperti hendak tergerak untuk mengadakan penyerangan berbareng.
Mendadak dari bawah bukit tampak berkelebat
beberapa bayangan padri yang lalu menyusul lagi suara 265
orang memuji nama Buddha, kemudian salah seorang
daripadanya berkata dengan suara nyaring: "Manusia jahat kau sungguh terlalu kejam...."
Empat padri dari bagian penyimpan kitab digereja
Siauw-lim-sie sama seperti empai ekor burung garuda melayang ke atas bukit.
Biauw-chiu Thian-koan Su-khong Yao tahu benar
bahwa kesempatan haik segera akan lenyap, maka ia lalu memekik keras, bersama dengan beberapa orang anak buahnya ia sudah turun tangan terlebih dahulu,
menyerang langsung pada Lim Tiang Hong.
Lam-hay Gia-mo agaknya juga tidak mau
ketinggalan. Sambil perdengarkan suara melengking panjang ia bersama anak buahnya, juga sudah
menyerang dari sayap kanan.
Lim Tiang Hong perdengarkan suara ketawa
dinginnya. Ber-ulang2, tiba2 tangannya terpentang. Dari dalamnya keluar angin serangan yang hebat.
Beruntun tiga kali ia menyerang secara demikian,
hingga angin hebat meluncur keluar dari tangannya. Dan disamping itu, ia juga tidak lupa melindungi dirinya 266
sendiri dengan kekuatan tanaga Cao-khie untuk
membendung serangan lawan2nya.
Maka setelah serangannya itu meluncur keluar,
beberapa anak buahnya Su-khong Yao yang menyerang lebih dulu sudah pada dibikin terpental badannya, seolah2 beberapa layangan putus talinya serentak pada melayang turun ke bawah bukit.
Bersamaan pada saat itu, disitu tiba2 terdengar
suara bentakan yang kemudian disusul dengan
berkelebatnya sinar pedang, menyambar kawanan
manusia jahat yang menyerang Lim Tiang Hong.
Itu adalah gerakannya Cu Giok Im, yang secara
mendadak sekali membantu si anak muda.
Gerakan wanita itu kemudian disusul pula oleh
datangnya dua orang aneh yang wajahnya sangat garang kelihaiannya. Kedua orang ini lantas bertempur dengan Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo.
Kedua orang berwajah aneh itu sembari bertempur,
mulutnya berseru menjengeki: "Cuma mengandal
kekuatan kalian orang2 tak berguna ini, begitu berani mati bermusuhan dengan Thian-cu-kauw. Benar2 kalian tidak ukur diri sendiri. Ha, ha...."
267 Pada saat itu pihaknya Biauw-chiu Thian-koan dan
Lam-hay Gia-mo sudah terpukul mundur.
Cu Giok Im lantas menarik kembali pedangnya dan
menghampiri Lim Tiang Hong. Ia bertanya pada si anak muda: "Hei, aku mau tanya kau. Ada orang kata bahwa kau ada muridnya Bu-ceng Kiam-khek, tapi ada sebagian orang lagi yang memanggil kau Siao-Kauwcu dari Thian-cu-kauw. Siapa sih sebetulnya kau ini....?"
"Yang benar adalah murid Bu-ceog Kiam-khek. Aku
tidak tahu apa yang dinamakan Thian-cu-kauw itu" jawab Lim Tiang Hong.


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Diwajahnya Cu Giok Im yang cantik mendadak
terlihat perubahan. "Kalau begitu, aku bantu kau
membereskan pertempuran disini dan setelah itu kita nanti boleh saling mengukur tenaga lagi"
Lim Tiang Hong lantas menjawab dengan suara
menyatakan ketidak senangannya: "Terima kasih atas kebaikan hatimu, tapi aku tidak perlu bantuan orang.
Selain dari itu, aku juga sudah lama tahu maksud
kedatanganmu. Dalam soal ini boleh kita bicarakan lagi dilain waktu. Saat ini aku tidak ada tempo"
268 "Kau tidak suka aku bantu, namun aku tetap akan
memberi bantuan untukmu, karena aku kuatir orang
nanti dengan tidak sengaja melukai kau...."
Maksud ucapan Cu Giok Im ini sebetulnya ialah,
jikalau Lim Tiang Hong terluka ditangan orang lain, maka ia lantas tidak dapat kesempatan untuk membalas sakit hati Tiang-lim It-hong yang dulu dikalahkan oleh suhunya Lim Tiang Hong. Tetapi ketika ia mengeluarkan ucapan tersebut, ia merasa bahwa perkataannya itu kurang tepat atau tidak pada tempatnya. Maka untuk selanjutnya tidak dilanjutkan lagi, berbareng dengan itu wajahnya juga berubah merah seketika.
Pada saat itu empat orang padri dari Siauw-lim-sie juga sudah berada dihadapannya.
Hui Bing Siansu lalu berkata: "Malam ini semua
kejadian sudah merupakan suatu bukti, sekarang sicu masih mau berkata apa lagi"
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan kotaknya dari
dalam sakunya yang langsung diberikan kepada Hui Bing Siansu seraya berkata: "Kotak batu giok ini aku dapatkan dari dalam perut patung Budda itu. Betul sebagai kotak untuk menyimpan Tat-mo Ie-kin-keng atau bukan kalian 269
boleh periksa sendiri. Aku Lim Tiang Hong malam ini karena datang terlambat setindak, hingga tidak tahu orang2 ini dibinasakan oleh siapa"
Hui Kak tiba2 berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Jikalau kau tidak melukai orang, bagaimana kotak ini bisa berada di tanganmu?"
"Percaya atau tidak terserah pada kalian.
Sejujurnya aku katakan, kalau aku tidak memandang muka Hui Hui Taysu, kotak ini tidak sudi aku serahkan pada kalian. Kalian toh tidak bisa ber-buat apa2
terhadapku!" berkata Lim Tiang Hong dalam gusarnya.
"Siauw-lim-pay tidak gampang2 membiarkan terus
sepak terjangmu!" kata Hai Kak dengan suara dinginnya.
Lim Tiang Hong tiba2 dongakkan kepala dsn
berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Dengan terus terang kuberitahukan kepadamu aku Lim Tiang Hong tidak
pandang mata kepada kalian orang2 dari Siauw-lim-pay".
Hui Beng Siansu kuatir akan menerbitkan onar
besar, maka buru2 menyambuti kotak yang disodorkan oleh Lim Tiang Hong.
Dua orang aneh yang berdiri disamping tiba2
mengulurkan tangannya dan mencegah sembari berkata: 270
"Apa kalian mau ambil barang ini tanpa memperlihatkan ilmu kalian dari Siauw-lim-pay" Rasanya tidak begitu gampang! He, he...."
Hui Bing Siansu lalu menjawab sambil kerutkan
alisnya: "Tuan-tuan ini siapa, kenapa berani menyampuri urusannya Siauw-lim-pay"
"Kami adalah Tee-im Tancu Thian Lui dan Thian-
liong Tan-cu U Tiang Siang dari Thian-cu-kauw. Kalian hendak mengandalkan pengaruh dan nama besar Siauw-lim-pay merebut kitab wasiat dari tangannya Siauw Kauwcu" Sekarang boleh kalian terangkan dulu apakah kami dua saudara harus campur tangan atau tidak"
Hui Kak Siansu lalu menyelak dengan suara gusar:
"Kalau begitu, apa kalian sudah bertekad hendak turut campur tangan?"
Tee-im Tancu Thian Lui yang berpengawakan
pendek bulat, lalu berkata pula sambil dongakkan
kepalanya: "Orang lain boleh takuti pengaruhnya kalian orang2 dari Siauw-lim-pay, tapi bagi Thian-cu-kauw kami, kalian tidak ada harganya sama sekali!"
Kedua Tancu dari Thian-cu-kauw sebetulnya ada
mengandung lain maksud. Disatu pihak ia mengulur
271 tempo dengan sengaja, dilain pihak mereka memang
bermaksud hendak mengacau se-bisa2nya dalam rimba persilatan.
Empat padri dari Siauw-lim-sie benar saja kena
dibikin gusar sekali oleh karenanya. Orang2 kepala gundul ini lalu berkata sambil memuji nama Buddha:
"Kalau begitu kau jangan sesalkan bahwa Loceng
sekalian berlaku kurang sopan"
Thian-liong Tancu yang badannya tinggi kurus,
dengan sikapnya yang kaku dan suaranya yang ketus dingin berkata: "Kami dua saudara justru hendak belajar kenal dengan ilmu kalian dari Siauw-lim-sie"
Setelah mengucapkan perkataannya itu,
kekuatannya dipusatkan kekedua tangannya, lalu perlahan2 badannya bergerak maju, sedangkan sepuluh
jari2 tangan kanan dan kirinya seketika berubah seperti sepuluh bilah pisau belati tajam yang memancarkan sinar warna hitam.
Ketika sepuluh jari2 tangan itu bergerak, lantas
terpancar uap hitam, nyata orang itu telah melatih ilmu nyeleweng yang mengandung bisa.
272 Thian Lui yang gemuk bulat badannya, juga tidak
keluarkan suara perkataan apa2 lagi. Pakaiannya yang lebar gerombongan tiba2 melembung besar seperti
balon. Diwajahnya yang jelek nampak warna merah
seperti darah yang mengitari kedua bola matanya.
Dengan sinar matanya yang tajam dan buas, orang
gemuk ini mengawasi dapa empat padri dari Siauw-lim-sie.
Pada saat itu, empat padri dari Siauw-lim-sie
masing2 sudah mengerahkan kepandaian dan
kekuatannya, juga bergerak per-lahan2 mendekati dua orang aneh dari Thian-cu-kauw tersebut. Pertempuran hebat agaknya sudah akan segera dimulai.
Lim Tiang Hong pada saat itu sebetulnya boleh
mengeluarkan ikan2an warna merah yang diberikan oleh Hui Hui Taysu kepadanya untuk mencegah empat padri itu supaya lekas membatalkan perkelahian tersebut.
Tetapi ia sudah merasa gemas sekali terhadap empat padri ini yang mengeluarkan perkataan2 kurang ajar terhadapnya. Maka dengan sikap dingin, ia tidak
memperdulikan suassana tegang disitu, se-akan2 semua soal tidak ada hubungannya dengan ia sendiri.
273 Semua kawanan orang jahat yang berada disitu
barusan sudah dibikin jeri oleh tindakan Lim Tiang Hong barusan yang membikin terbang badannya si Kampret Terbang.
Dan kini menyaksikan orang2 Thian-cu-kauw dan
Siauw-lim-pay yang hendak mengadakan pertempuran
mati2an, tanpa sadar mereka pada mundur kakinya
sejauh tiga kaki. Mendadak suara gemuruh keras
terdengar. Hui Kak siansu sudah turun tangan lebih dulu.
Dengan ilmu pukulan Lo-han-koan, padri ini sudah
menyerang U Tiang Siang. Serangannya itu tidak
kepalang tanggung, sebab sambaran anginnya saja
terdengar men-deru2. Sedangkan pihak yang diserang, U Tiang Siang,
adalah seorang terkuat dari golongannya sendiri, Thian-cu-kauw. Biasanya orang ini sangat sombong dan kejam.
Kali ini, ketika mendapat serangan secara mendadakan dari Hui Kak Siansu, kontan mengeluarkan suatu pekikan seperti setan. Sepuluh tangannya yang telah menghitam tiba2 terpentang lebar se-olah2 sepuluh belati tajam hendak menembusi serangan Hui Kak dan hendak
mengarah berbagai jalan darah diatas badan padri itu.
274 Dengan cepat Hui kak Siansu tarik kembali angin
serangannya, kemudian memutar kepalannya seperti
kitiran. Dalam waktu sekejapan, ia sudah melakukan serangan secara beruntun sampai 7 kali, baru berhasil memunahkan serangannya musuh tapi tidak urung sudah mundur sampai 3 tindak.
Setelah Hui-kak bergebrak, pihaknya Hui-kong
Siansu juga lantas kebutkan jubahnya yang lebar,
mengeluarkan satu serangan yang tidak kelihatan dan tidak bersuara, menghajar si gendut pendek Thian Lui.
Tee-im Tancu yang bentuk badannya gendut dan
kate ini, perangainya jauh lebih ganas dan kejam dari pada U Tiang Siang Waktu diserang oleh Hui-kong Siansu mendadak ia gerakkan badannya. tangannya diputar
laksana titiran, suara gemuruh lalu terdengar hebat, kekuatan kedua belah pihak saling beradu.
Dalam adu kekuatan tenaga itu, Hui-kong Siansu
agak dirugikan karena gerak badannya yang agak
mengadah, hingga kesudahannya terdesak mundur
sampai 3 kaki. Thian Lui sebaliknya dengan mata melotot dan sikap girang serta rambut berdiri lalu menggeram: 275
"Kau coba sekali lagi kepandaiannya orang Thian-cu-kauw!"
Badannya yang gemuk gendut seperti gentong
nampak bergoyang-goyang. serangan yang kedua sudah meluncur bagaikan kilat cepatnya
Hui-kong Siansu dengan sikap sungguh2
mengangkat kedua kepalan tangannya, dengan tipunya Thian-ong Tek-tai atau raja malaikat menunjang pagoda, kembali ia menyambuti serangan sigendut itu dengan kekerasan.
Pada saat itu, Hui-kak Siansu sudah bergebrak
dengan U Tiang Siang kira2 10 jurus dan Hui-kong yang merasa agak berat melayani lawan gemuk yang ternyata sangat tangguh itu, juga mengeluarkan ilmu kepandaian simpanan yang dinamakan "Hok-mo Ciang hoat" ialah ilmu pukulan tangan kosong menundukkan iblis. Seketika itu ilmu tenaga dalam yang dinamakan 'cao-khie'
dibarengi dengan pukulan tangannya yang dilancarkan secara bertubi-tubi, telah menggulung lawannya seperti gelombang air laut.
Selagi pertempuran masih berjalan sangat ramainya dan belum ketahuan siapa yang kalah dan menang, dari 276
jauh tiba2 kelihatan meluncur seorang padri tinggi besar, dengan kecepatan bagaikan kilat melayang ke dalam medan pertempuran, dan kemudian berseru: "Perintah dari Ciang-bun-jin: semua murid golengan Siauw-lim-pai, harus segera berkumpul didalam rimba sebelah timur laut, jangan ada yang ketinggalan....!"
Setelah memberi perintahnya, padri tinggi besar itu lantas melesat dan lari menuju arah timur laut.
Perubahan yang terjadi secara mendadak, telah
membuat Hui-beng Siansu tercengang. Namun perintah ketua atau Ciang-bunjin seolah-olah firman raja yang tidak boleh dilanggar, sudah tentu ia tidak berani membawa caranya sendiri. Dengan mata melirik kepada kotak batu giok ditangannya Lim Liang Hong, ia lantas membentak dengan suara keras: "Tahan, kita
mundur....!" Berbarang dengan itu, ia sudah lompat melesat
lebih dulu menyusul ke arahnya paderi tinggi besar tadi.
Kejadian itu bukan cuma Lim Tiang Hong saja yang
dibuat heran, sekalipun Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Gia-mo juga tidak habis pikir mengapa Siauw-lim-pai sendiri juga tidak mau kitab wasiatnya itu"
277 Hanya kedua Tancu dari Thian-cu-kauw itu saja,
setelah lawannya pada berlalu, tidak merasa kaget atau heran. Mereka pada keluarkan suara ketawa dingin, kemudian memutar tubuh dan menghilang kearah yang berlawanan dengan orang2 dari Siauw-lim-pai tadi.
Lim Tiang Hong cuma bisa berdiri menjublek. Tiba2
telinganya dapat menangkap satu suara yang mengisiki padanya: "Kongcu, kau telah tertipu! kitab itu adalah palsu...."
Bicara sampai disitu, suara itu lantas sirap kembali.
-odwo- Bab 8 LIM TIANG HONG merasa tidak asing dengan suara
yang mengisiki dirinya tadi. Setelah diingat-ingat, ia baru ingat bahwa suara itu adalah suaranya Gin-sie-siu, itu orang tua berambut putih dari Hong-hong-tie.
Orang tua itu dulu pernah menolong dirinya, sikap dan tingkah lakunya juga baik, kiranya tidak mungkin kalau akan menipu dirinya.
Dalam gusarnya, ia lantas banting kotak batu giok itu sehingga hancur berantakan ditanah. Kemudian
278 badannya lompat melesat setinggi 10 tombak lebih, ditengah udara ia jumpalitan dan lantas meluncur seperti burung elang menuju ke arah timur laut.
Si burung Hong putih Cu Giak Im yang berdiri
disamping dengan suara cemas berseru padanya: "Kau hendak kemana?"
Tapi Lim Tiang Hong dalam sekejapan saja sudah
meluncur sejarak 20 tombak lebih, hingga ia banting2
kaki dengan perasaan mendongkol dan kemudian juga lari menyusul.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong sudah
mencapai perjalanan kira2 5 lie jauhnya. Tatkala tiba di sebuah rimba yang lebat dari dalam rimba itu mendadak muncul dirinya seorang tua baju kuning berusia kira2 60
tahun, sambil mengurut jenggotnya yang panjang ia menegur Lim Tiang Hong: "Apakah tuan anak muridnya Bu-ceng Kiam-khek?"
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong lantas menjawab
dengan suara nyaring: "Kalau ya bagaimana" Kalau
bukan kau mau apa?" Orang tua baju kuning itu dengan tenang berkata
pula: "Lohu adalah Tiat-ciang Kim-liong Cin Cit.
279 Kedatanganku ini memang sengaja mencari tuan, untuk membuat perhitungan dengan suhumu dimasa yang
lampau" Lim Tiang Hong mendengar disebutnya nama Tiat-
ciang Kim-liong, wajahnya berubah seketika. Peristiwa darah dirumahnya Heng-lim Cun-loan, mendadak
terlintas dalam otaknya. Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa dingin: "Kiranya kau adalah murid
keturunannya Thian-lam Ngo-Iiong. Hutang darah harus bayar dengan darah, kau dengan tanpa sebab telah
membunuh mati dirinya Heng-lim Cun-loan. Siauw-ya-mu malam ini akan membuat perhitungan dengan kau"
Sehabis berkata, lantas mengeluarkan serangannya
yang disertai kekuatan tenaga dalamnya yang sangat hebat.
"Tunggu dulu!" Tiat-ciang Kim-liong berseru sambil lompat ke samping untuk menghindarkan serangan
tersebur, kemudian berkata pula dengan sikap terheran-heran: "Apa kau katakan barusan?"
"Diwaktu tengah malam buta bersama kawan2mu
kau masuk ke rumahnya Heng-lim Cun-loan dan
280 kemudian membunuh mati padanya, sungguh kejam
perbuatanmu!" "Kau ngaco belo, lohu dengan Heng-lim Cun-loan
tidak mempunyai permusuhan apa2, perlu apa
membunuh mati padanya" Lagi pula, Heng-lim Cun-loan ada seorang tabib kenamaan dan berkepandaian tinggi, bagaimana bisa dibinasakan oleh seorang dua orang berkepandaian biasa saja?"
"Bukti sudah cukup nyata, apa kau masih perlu
menyangkal" "Trang!' tanda "Ngo-Iiong Kiok-hun-leng' sudah
dikeluarkan diri dalam sakunya Lim Tiang Hong dan dilemparkan ke tanah.
Tiat-ciang Kim-liong pungut dan periksa tanda itu, seketika lantas berdiri melongo. Setelah berpikir sejenak, lalu berkata dengan suara gusar: "Ini adalah tanda kepercayaan lohu yang lohu berikan kepada seseorang untuk menyampaikan kabar kepada "Sie-liong" (empat naga) yang lainnya, dari mana kau dapatkan benda ini"
Apakah kau sudah bunuh mati orang yang membawa
tanda kepercayaanku ini?"
281 "Malam itu justru aku berada dirumahnya Heng-lim
Cun-loan, mula2 ada orang dengan secara menggelap melemparkan benda Kiok-hun-leng ini kepada Heng-lim Cun-loan, aku lalu mengejar orang itu sampai ke kota Kim-leng, tapi tidak berhasil menemukan padanya.
Sekembaliku dari kota Kim-leng, aku telah ketemukan Heng-lim Cun-loan sudah binaaa menggeletak ditanah.
Jikalau bukan perbuatan kalian 5 Naga, perbuatan siapa lagi?"
"Bagaimana kau bisa menafsir demikian...?"
"Kau tak usah berlagak, serahkan jiwamu!"
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong lantas lompat
maju dan melakukan serangan secara beruntun sampai 11 kali. Setiap serangan, ada begitu hebat dan ganas.
Untung yang diserang ada salah satu orang terkuat dan yang merupakan kepala dari kawanan lima Naga, jikalau tidak, mungkin siang2 sudah rebah menggeletak di tanah sebagai bangkai.
Mendengar keterangan itu, Tiat-ciang Kim-liong
merasa kaget dan gusar. Kaget, karena murid
keturunannya Bu-ceng Kiam-khek, ternyata ada
282 mempunyai kepandaian begitu tinggi. Gusar, karena fitnahan ini entah ada perbuatan siapa"
Sebagai seorang Kang-ouw yang sudah banyak
pengalaman, ia tak mau pada saat demikian turun
tangan kepada lawannya yang masih muda itu. Dengan sekuat tenaga ia coba mengelakkan setiap serangannya Lim Tiang Hong, kemudian ia membentak dengan suara keras: "Tahan dulu!"
Setelah ftu, iapun segera lompat melesat sejauh 5
kaki. Lim Tiang Hong agaknya masih tidak mau mengerti, ia masih dengan mata melotot mengawasi lawannya
serta menunggu kesempatan hendak melakukan
serangan lagi. Tiat-ciang Kim-liong baru saja hendak membuka
mulutnya akan mengatakan sesuatu, mendadak
badannya merasa seperti terpagut ular. Ia lemparkan tanda 'Ngo-Iiong Kiok-hun-leng'nya ke tanah, wajahnya pucat pasi, kemudian berkata dengan suara gusar:
"Sungguh kejam, telah menggunakan cara busuk dan
keji, untuk mencelakakan diri lohu...."
Dengan serentak memutar tubuhnya dan lari ke
dalam rimba. 283 Hong yang berdiri meojublek seperti patung. Diam2
lantas berpikir: "kapan aku mencelakakan dirinya?".
Selagi masih berdiri menjublek seorang diri, dari jauh ia kelihatan 2 bayangan orang, sebentar saja sudah berada di hadapannya. Salah satu adalah si Pengemis Mata Satu yang wajahnya kusut dan rambutnya
awut2an, satu lagi adalah Yan-jie yang memakai pakaian berkabung.
Ketika Pengemis Mata Satu menyaksikan Lim Tiang
Hong berdiri menjublek, lalu maju menghampiri dan menepok pundaknya, sembari berkata: "Lotee, apa
sebetulnya yang telah terjadi?"
Lim Tiang Hong lalu menceritakan bagaimana
barusan ia telah berjumpa dengan Tiat-ciang Kim-hong.
kepala dari Thian-lam Ngo-liong dan apa yang telah terjadi dengan dirinya 'Naga' tersebut.
Mendengar itu, si Pengemis Mata Satu lalu berkata sambil menghela napas: "Setelah terjadinya soal itu, aku si pengemis tua semula juga mencurigai ada
perbuatannya Thian-lam Ngo-liong. Untuk membuktikan dugaanku itu, kala itu aku lantas mengeluarkan tanda perintah golongan pengemis (Kay-pang), supaya lekas 284
menyelidiki jejaknya Ngo-liong. Kemudian aku mendapat kabar, Tiat-ciang Kim-liong memang benar sudah datang di kota Kim-leng, tapi 4 Naga yang lainnya semua masih berada dikediamannya sendiri, belum berangkat menuju ke selatan. Maka aku lantas mengetahui bahwa dalam hal ini terselip apa2.... Lagi pula, dengan kepandaiannya Tiat-ciang Kim-liong seorang buat menghadapi Heng-lim Cun-loan, rasanya tidak bisa berkutik. Aku si pengemis tua berani mengatakan, bahwa buat dewasa ini, orang yang mampu membunuh mati dirinya Heng-lim Cun-loan dengan begitu mudah, sebetulnya tidak banyak...."
Pengemis Mata Satu itu selagi hendak
memperbincangkan soal tersebut lebih lanjut, tiba2
dengar suaranya Yan-jie: "Aya celaka!...." trang, 'Ngo-liong Kiok-hun-leng" yang ada dalam tangannya lantas dilemparkan ke tanah.
Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu pada
menanya berbareng: "Ada apa?"
"Ngo-liong Kiok-hun-leng ini ada bisanya, aku sudah terkena racunnya"
"Apa betul?" tanya si Pengemis Mata Satu.
285 "Sedikitpun tidak salah, barusan ketika aku
memungut benda itu dan kupegang tanganku lantas
berasa kesemutan, dan sekarang setengah badanku
sudah merasa ngilu, aku juga sudah coba kerahkan
tenaga dalamku untuk menyembuhkan rasa ngilu itu, tapi tidak berhasil...." jawab Yan-jie sambil anggukkan kepala.
Berkata sampai disitu tubuhnya nampak
sempoyongan. Lim Tiang Hong segera maju
membimbing sembari berkata dengan terheran-heran:
"Sudah beberapa kali aku memegangi benda itu,
mengapa tidak pernah terjadi apa2?"
Si Pengemis Mata Satu goyang2kan tangannya yang
cuma tinggal satu. Ia mundar mandir sembari berpikir, tiba2 berseru sambil menepuk pahanya: "Benar,
kematiannya Heng-lim Cun-loan tentu karena Kiok-hun-leng ini. Malam itu setelah ia menerima Kiok-hun-leng ini, oleh karena hatinya dikejutkan apa sebabnya Ngo-liong bisa mencari permusuhan padanya, maka ia sudah lalai kalau diatas benda itu ada racunnya. Tatkala kau berdua dan aku sendiri pergi mengejar, racunnya baru mulai bekerja dan pembunuhnya juga pada saat itu masuk
286 kedalam untuk turun tangan. Sementara mengenai dirimu, lotee, apa sebabnya tidak bisa keracunan...."
Barangkali didalam tubuhmu ada serupa barang yang mempunyai khasiat melawan racun. Oh, ya! Bukankah kau telah pernah makan nyalinya naga api" Barang itu justru merupakan penakluknya segala jenis racun. Racun apa saja tidak berdaya menghadapinya"
Karena keterangan si Pengemis Mata Satu ini, maka Lim Tiang jHong lantas ingat dirinya Tiat-ciang Kim-liong tadi.
"Kalau begitu, Tiat-ciang Kim-liong juga sudah
terkena racun dari Kiok-hun-lengnya sendiri! Pantas ia tadi memaki aku menggunakan akal keji, kiranya ia juga tahu kalau benda Kiok-hun-leng itu ada racun
berbisanya" "yang lainnya sekarang boleh kita kesampingkan
dulu, paling penting kita menolong dirinya nona Tan lebih dulu"
Lim Tiang Hong saat itu merasa serba sulit. Ia perlu lekas membereskan persoalan kitab wasiatnya Siauw-limpay yang sudah dirampas penjahat dan kini juga harus perlu lekas menolong dirinya Yan-jie.
287

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Si Pengemis Mata Satu yang menampak Lim Tiang
Hong seperti orang bingung, lantas menanya: "Lotee, apakah kau masih ada urusan penting yang akan kau lakukan?"
"Kitab wasiatnya Siauw-lim-pai mungkin sudah
dicuri orang, aku ingin ke gereja Siauw-lim-sie untuk memberi sedikit bantuan tenaga"
"Urusan ini kau tak usah kuatir. Siauw-lim-pay kali ini karena soal kitab wasiat itu, sudah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi. Apalagi Hui Hui Taysu sudah turun tangan sendiri, kiranya tidak menjadi soal. Sebaiknya kita lekas balik ke kota dulu untuk menyembuhkan lukanya nona Tan"
Maka, Yan-jie lantas dipondong oleh Lim Tiang
Hong, dua orang itu dengan cepat balik kedalam kota.
Lim Tiang Hong letakkan tubuhnya Yan-jie diatas
pembaringan. si Pengemis Mata Satu mengurut-urut kaki, tangan dan jidatnya sebentar, tapi ia cuma bisa
geleng2kan kepala, tidak berdaya. Keadaannya Yan-jie saat itu sangat menguatirkan. Napasnya memburu,
wajahnya tampak warna hitam, kaki dan tangannya sebentar2 kelojotan dan gemetar.
288 Lim Tiang Hong yang sudah mengikuti orang tua
Penyipta, meski hanya dalam waktu yang sangat pendek, tapi pengertian biasa dalam ilmu pengobatan, sudah mengerti sedikit. Ia tahu bahwa Yan-jie masih terlalu cetek kekuatan tenaga dalamnya. Ditambah lagi ia tidak tahu bagaimana harus menutup jalan darahnya ketika badannya terkena serangan racun, sehingga racun itu menjalar lebih cepat didalam tubuhnya. Maka ia lantas berpikir: "Kekuatan tenaga dalamku, ditambah dengan khasiatnya nyali naga api, kalau bisa disalurkan kedalam tubuhnya untuk mengeluarkan racun. mungkin ada
gunanya" Setelah berpikir demikian, ia lantas beritahukan
maksudnya kepada Pengemis Mata Satu.
Pengemis Mata Satu itu lantas ketawa bergelak-
gelak dan berkata: "Mengapa aku sampai lupa soal ini.
Hubungan 'hian-koan'mu. Sudah tentu sudah tentu kau mempunyai cukup kekuatan untuk melakukan itu. Lekas kau turun tangan, aku si Pengemis tua masih ada sedikit urusan yang perlu diselesaikan"
Sehabis berkata ia lantas meninggalkan mereka
berdua. Lim Tiang Hong kuatir tenaganya sendiri masih 289
belum cukup untuk melaksanakan maksudnya itu,
kembali mengeluarkan dua butir pil Soat-som-wan
pemberian Yong-jie dan dimasukan kedalam mulutnya Yan-jie. Selelah itu, baru ia mulai menggunakan ilmunya warisan orang tua Penyipta untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya gadis cilik itu.
Yan-jie yang dalam keadaan pingsan tidak ingat
orang, tiba2 merasakan dalam perutnya ada hawa dingin yang masuk, sebentar kemudian kepalanya dirasakan segar, lalu ada hawa panas yang masuk melalui jalan darah Beng-bun-hiat-nya.
Ia yang dibesarkan dalam keluarga orang rimba
persilatan, sudah tentu tahu kalau ada seorang yang mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat sempurna
hendak mengeluarkan racun didalam tubuhnya.
Maka, ia juga berusaha membantu supaya kekuatan
tenaga dalam Lim Tiang Hong dapat bekerja baik
kedalam tubuhnya. Dalam waktu satu jam lebih, ia
merasakan badannya sudah segar dan kaki tangannya sudah bisa bergerak leluasa, ternyata hawa racun yang mengeram dalam tubuhnya sudah keluar seluruhnya.
Tapi hawa panas itu masih terasa, begitu pula hawa 290
sejuk dalam perutnya juga dirasakan menyalar ke
seluruh tubuhnya. Pikirannya lantas tergerak, mengapa aku tidak
menggunakan kesempatan itu untuk menembus kedua
urat nadiku 'Jim' dan Tok'" demikian pikirnya.
Ia segera menggunakan kekuatan tenaga
dalamnya, untuk memimpin kedua kekuatan itu
mencapaikan maksudnya. Kira2 setengah jam kemudian, kedua urat nadi itu benar saja sudah bisa berhubungan satu sama lain, tapi Lim Tiang Hong sudah letih sekali.
Ketika ia membuka matanya. ia dapat lihat Lim
Tiang Hong sudah mandi keringat, sedang duduk bersila di belakang dirinya. ia merasa tidak enak sendiri.
Sebetulnya perbuatan Lim Tiang Hong tadi
merupakan membuang tenaga dengan cuma2, sebab
dua butir pil Soat-som-wan tadi, ada merupakan obat mujijat yang tidak ternilai harganya didalam kalangan rimba persilatan. Orang yang melatih ilmu silat, makan sebutir saja sudah berarti menambah kekuatan tenaga sama dengan latihan 10 tahun. Maka sekalipun ia tidak menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk
mengeluarkan hawa racun dalam tubuhnya Yan-jie,
291 dengan khasiatnya obat pil itu juga bisa memunahkan racun tersebut.
Lewat lagi sejenak, Lim Tiang Hong baru membuka
matanya, Yan-jie segera mengeluarkan sapu tangan
untuk membesut keringat dijidatnya, kemudian berkata padanya: "Terima kasih alas bantuanmu!"
"Mengeluarkan sedikit tenaga sudah sepatutnya,
jika berbicara tentang terima kasih, aku masih belum tahu bagaimana harus mengucapkan terima kasihku
kepada ayahmu?" Mengingat kematian ayahnya, Yan-jie lantas merah
matanya, air mata mengalir turun, kemudian berkata dengan suara sedih: "Kasian ayah...."
Dengan tanpa sadar ia lantas jatuhkan dirinya
dalam badan Lim Tiang Hong dan menangis ter-sedu2.
Yan-jie biasanya jarang berkeluyuran didunia Kangouw, juga bukan seorang gadis berandalan. Kalau ia begitu perlakukan Lim Tiang Hong, itu memang ada
sebabnya. Tatkala untuk pertama kali ia bertemu dengan Lim Tiang Hong, ia telah dapat kenyataan bahwa
ayahnya agak istimewa perlakukan padanya. Dengan
tanpa sayang telah menggunakan kekuatan tenaga
292 dalamnya untuk membantu anak muda itu membuka
batas jalan darah 'Hian-koan' nya. Sudah tentu bukan tidak ada maksudnya. Kemudian si Pengemis Mata Satu yang selalu menggoda dirinya, hingga membuat ia
mengingat satu hal. Juga oleh karena itu, membuat ia ambil perhatian
khusus terhadap Lim Tiang Hong, ia merasa bahwa
pemuda ini bukan saja gagah tampan, tapi kepandaian ilmu silatnya juga hebat, dan mungkin ayahnya sudah mengandung maksud hendak pungut mantu padanya.
Dengan tanpa berasa, dalam hatinya lantas timbul
semacam perasaan yang pada waktu sebelumnya belum pernah ada. Juga boleh dikata bahwa dalam waktu yang sangat singkat itu, ia sudah tumbuh perasaan cinta terhadap dirinya Lim Tiang Hong.
Dan kini rumah tangganya sudah hancur berarakan,
ayahnya sudah binasa secara mengenaskan, sanak
saudara sudah tidak ada lagi, dengan sendirinya ia telah pandang Lim Tiang Hong sebagai satu2nya keluarga
yang terdekat. Lim Tiang Hong yang sudah menerima budi sangat
besar dari Heng-lim Cun-loan, meski kematiannya orang 293
tua itu tidak dimustikan ia harus tanggung jawab, tapi biar bagaimana ada sangkut pautnya dengan
kedatangannya sendiri, maka dengan sendirinya merasa hatinya selalu tidak enak.
Menerima budi orang harus bisa membalas,
terhadap anak perempuan satu2nya yang ditinggalkan itu, sudah seharusnya ia berkewajiban turut mengawasi.
Maka ketika menyaksikan Yan-jie menangis begitu sedih, dalam hati juga merasa sangat duka. Dengan perlahan ia menepuk pundaknya sembari berkata: "Nona Tan, kau jangan nangis, hati2 dengan kesehatan badanmu.
Sebaiknya kita berusaha bagaimana harus menuntut
balas sakit hati terhadap kematian ayahmu".
Yan-jie yang sudah menangis sepuas-puasnya,
kesedihan dalam hatinya sudah mulai reda. Ketika
melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang begitu perhatikan dirinya, hatinya merasa tergerak. Dengan sendirinya seluruh perasaannya ditumplekkan kepada dirinya anak muda itu.
"Bagaimana dengan dirku untuk selanjutnya....?"
demikian ia utarakan isi hatinya.
294 "Aku pikir, kau harus kuatkan hatimu, kau harus
bisa berdiri dengan gagah, menuntut balas sakit hati ayahmu dan mencari kebenaran dalam dunia Kang-uow.
Segala perasaan duka, untuk sementata baik kita
singkirkan dulu. Ah! sebetulnya, keadaanku sendiri bukankah ada serupa dengan dirimu?"
Mereka berdua sama2 senasib, sama2 sebatang
kara, hingga perasaan mereka makin dekat, seolah-olah sepasang merpati yang sudah lama berpisah baru
bertemu kembali. (-dwkz-) Jilid Ke 4 Kedua anak muda itu setelah saling tumplekkan
semua kedukaannya, Yan-jie baru keraskan hati dan berdiri sembari berkata: "Aku harus pergi, aku akan mencari beberapa sehabat karib ayah uatuk
merundingkan soal balas sakit hati dengan mereka"
Saat itu hari sudah menjelang pagi, para tamu yang menginap dirumah penginapan tersebut sudah pada
bangun, untuk melanjutkan perjalanan masing2.
295 Yan-jie setelah berpisah dengan Lim Tiang Hong,
lantas berlalu. Sedangkan Lim Tiang Hong yang sudah balik lagi ke kamarnya, mulai memikirkan perjalanan untuk selanjutnya.
Maksud kedatangannya ke kota Kim-leng itu,
sebetulnya hendak mencari Heng-lim Cun-loan untuk meminta keterangan tentang ayah-bundanya. Tapi
sekarang Heng-lim Cun-loan sudah meninggal dunia, kemana lagi ia harus mencari keterangan"
Selagi masih belum dapat mengambil keputusan
tepat, telinganya mendadak meadengar suara yang
sangat merdu: "Tuan rumah, tuan rumah..."
Ia merasa suara itu seperti tidak asing baginya,
ketika ia keluar melihat, ternyata ialah si burung Hong putih Cu Giok Im adanya.
Melihat Lim Tiang Hong keluar dari kamar, Cu Giok Im agaknya merasa terkejut. "Eh! kau juga berdiam disini?" demikian tegurnya.
"Selamat pagi nona!?" Lim Tiang Hong anggukkan
kepala sambil tersenyum. 296 "Tentang urusan kita, kau kata, bagaimana harus
diselesaikan?" si burung Hong putih bertanya sambil tekuk mukanya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa ucapannya itu yang
dimaksudkan jalan soal adu pertandingan ilmu silat, maka seketika itu lantas menjawab sambil ketawa getir:
"Lain waktu saja kita bicarakan lagi! sekarang ini aku sebetulnya sedang kesal sekali!"
"Aku belum pernah melihat seorang aneh seperti
kau ini. Jika nonamu hendak paksa kau atau mencari setori dengan kau, bagaimana" Cuma saja nonamu tidak mau berbuat begitu. Begini saja, pikiranmu sedang kusut, bagaimana kalau nonamu kawani kau pergi
pesiar?" kata Cu Giok Im sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Didesak demikian rupa, betul2 membuat Lim Tiang
Hong menangis salah tertawa pun salah. Karena pada saat itu dan ditempat itu, bagaimana masih ada
mempunyai kegembiraan untuk pesiar mencari
kesenangan" Cu Giok Im menampak anak muda itu bersangsi,
lalu berkata pula sambil ketawa: "Kau tidak sudi
memandang mukaku bukan" Setiap orang yang bisa
297 melakukan pekerjaan besar, kalau menghadapi urusan selalu bisa berlaku tenang. Tidak nanti seperti kau ini, baru menghadapi soal kecil saja lantas bingung tidak karuan! Aku lihat, kau nanti tentu tidak mampu
menghadapi perkara besar!"
"Apa betul" Kau juga tidak perlu menggunakan
perkataan untuk mengolok-olok. Jikalau nona ada
mempunyai kegembiraan baiklah aku bersedia
mengawani nona!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil
ketawa bergelak-gelak. Dua muda-mudi itu lalu berjalan berdampingan,
seolah-olah lakunya sepasang merpati yang sedang
berkasih-kasihan. Mereka berpesiar hampir seluruh tempat dan akhirnya tiba di tepinya sungai Yan-cu-kie.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan mengalirnya air
sungai, dengan tanpa berasa lantas menghela napas.
Cu Giok Im tiba2 mendorong padanya seraja
berkata: "Kau ini bagaimana sih" Mukamu selalu diliputi kesusahan saja?"
"Bagaimana kau bisa tahu urusan dalam hatiku"
Aku muncul didunia kang-ouw belum lama, lantas
298 menghadapi kesulitan demikian, bagaimana aku harus membereskan?".
"Dipinggangmu bukankah ada sebilah pedang.
Dengan pedangmu itu, kau boleh hadapi dengan
kekerasan! Didalam rimba persilatan, kita harus berani menghadapi kekerasan dengan kekerasan, bukannya
dihadapi dengan keluh-kesah!"
Kembali ada satu usul yang menganjurkan supaya
ia bertindak tegas. Lim Tiang Hong yang begitu mendengar ucapannya
si nona, diam2 merasa malu. sedangkan dalam hatinya ia memikir: "Aku Lim Tiang Hong percuma saja mempunyai kepandaian ilmu silat yang lumayan kalau kepandaianku itu tidak bisa membuka pikiranku" Sampai sekarang ini saja kalah atau lebib cupat dari pikirannya seorang perampuan, bukankah dikemudian hari akan menjadi
buah tertawaan orang?"
Memikir demikian, maka seketika darahnya
mendidih, sambil ketawa panjang ia berkata: "Perkataan nona tadi telah membuka pikiranku. Untuk selanjutnya aku yang rendah hendak menggunakan sebilah
pedangku ini untuk membuka jalan darah..."
299 Pada saat itu dibelakang dirinya terdengar suara
seseorang tertawa ter-kekeh2 yang kemudian dilanjutkan dengan suaranya yang berkata demikian: "Apa sekarang kau baru tahu kepalsuannya dunia kang-ouw?"
Kedua muda mudi itu terperanjat. keduanya segera
berpaling dan dibelakang mereka terlihat Im-san Mo-lie sedang berdiri sambil bertolak pinggang. Wanita ini saat itu sedang mengawasi Cu Giok Im sambil
memperlihatkan senyumnya yang mengandung arti,
setelah itu ia berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong. "Kalian berdua nampaknya bermain sangat
gembira sekali. Kalian dapat memilih tempat sebagus ini untuk mengutarakan isi hati masing2, baik sekali"
Cu Giok Im yang sebetulnya merasa sedikit jemu
terhadap wanita muda centil genit seperti Im-san Mo-lie ini, maka mendengar orang itu mengucapkan perkataan demikian terang2an, wajahnya lantas berobah dingin, ia lantas menyahuti dengan suara ketus: "Kau jangan
sembarang buka mulut!"
Im-san Mo-lie juga lantas tarik kembali wajahnya
yang tadi ber-seri2. Ia lantas berkata disertai suara 300
ketawa dinginnya: "Kalian bisa berbuat, apa aku tidak bisa berkata?"
"Apa kau memang sengaja ingin cari setori?"
tantang Cu Giok Im penuh rasa gusar.
Im-san Mo-lie pada saat itu memperlihatkan sikap
gusarnya. Setelah ketawa mengejek sebentar ia lantas menerjang dan menyerang Cu Giok Im.
Wanita muda ini sesungguhnya sangat ganas,
begitu turun tangan saja sudah dibuka oleh serangan maut. Dalam waktu sekejapan saja dengan beruntun
telah melancarkan tujuh kali serangan beruntun yang kesemuanya ditujukan ke jalan2 darah penting di
tubuhnya Cu Giok Im. Si Burung Hong putih Cu Giok Im ini, adalah
muridnya Tiang-lim It-kong. Ilmu silatnya juga boleh dibilang mendapat didikan Istimewa. Meskipun mendapat serangan secara tiba2 dan dalam keadaan tidak ber-jaga2, tetapi sedikitpun tidak terlihat kegugupannya.
Cepat ia telah menarik diri sambil menghunus pedang dipinggangnya. Setelah itu dengan satu gerak tipu yang dinamakan Pek-tiauw Tiauw-hong ujung pedang yang
301 merupakan ribuan titik lelatu dimajukan dalam
menghadapi lawannya ini. Ujung pedang itu ternyata merupakan suatu
tembok yang kokoh kuat yang melindungi dirinya.
Setelah itu ia lalu memutar pedangnya, beruntun tiga kali ia melancarkan serangan pula.
Kedua wanita Itu yang satu sifatnya ganas serta
telengas, sedangkan yang lain mempunyai adat
berangasan. Demikianlah, begitu satu sama lain tidak mendapat kecocokan, keduanya lantas bergebrak.
Hal demikian itu tentu saja membuat Lim Tiang
Hong repot. Ia merasa serba salah. Setelah berdiri bengong sekian lama, akhinya ia lompat melesat, terjun kedalam kalangan sembari berseru: "Tahan! Kalian ini sebetulnya sedang pertengkarkan urusan apa sih
sebetulnya?" Si Burung Hong putih Cu Giok Im dengan alis masih berdiri membentak: "Tidak ada bagianmu!"
Dan "Srr. Srr..." Kembali ia telah menyerang Im-san Mo-lie dengan pedangnya.
Im-san Mo-lie beringas, dari sikapnya yang garang saja cukup membuat siapa yang mehhatnya timbul rasa 302
jeri dalam hati. Wanita ini memandang Lim Tiang Hong dengan sikap dingin, kemudian berkata: "Sudah
mempunyai kekasih, lantas lupa kepada encienya. Betul, tidak?"
"Apa artinya ucapanmu ini?" balas menanya Lim
Tiang Hong agak mendongkol.
Pada saat itu, didalam rimba terdengar beberapa
kali suara bentakan yang kemudian disusul dengan
keluarnya sekelompok orang berjubah imam dan yang berupa hwesio.
Dalam rombongan yang baru muncul itu, termasuk
pula ketua lima partai besar golongan Hian-bun, Bu-tong It-kie, Leng-in Totiang, tiga Tiang-lo Tat-mo-lie dari Siauw-lim-pay Hian-thong, Hian-kak dan Hian-thian.
kesemuanya berjumlah tidak kurang dari lima puluh orang.
Im-san Mo-lie mengawasi Lim Tiang Hong lagi, lalu berkata lagi: "Kau bukankah hendak membuka jalan
darah untuk hari depanmu sendiri" Sekarang ingin sekali aku melihat bagaimara caramu hendak bertindak"
Sehabis berkata, dengan sikapnya yang
memandang rendah ia lalu mengawasi kawanan padri itu 303
sejenak, dan lantas berpaling pula, matanya kini
ditujukan ke dasar sungai.
Pada saat itu rombongan padri dan imam itu sudah
berjalan kira2 sampai sejarak satu tombak di hadapan mereka.
Bu-tong It-kie meng-urut2 jenggotnya yang
panjang, menanya kepada Lim Tiang Hong dengan suara perlahan dan tenang: "Ada dua hal, harap kau suka menjawab secara terus terang. Pertama, dengan Thian-cu-kauw ada hubungan apa dan kedua iblis wanita ini sebetulnya masih pernah apa dengan kau?"
Lim Tiang Hong yang mendapat lihat sikap orang2
dalam rombongan imam2 itu yang agaknya seperti ingin berkelahi, dalam hatinya timbul kesan tidak baik
terhadap mereka, maka mendapat pertanyaan tadi ia lantas menjawab dingin: "Aku tidak tahu apa yang
dinamakan Thian-cu-kauw itu. Dan tentang nona ini, dia adalah encie angkatku"
Ciak-yan Ie-su lantas maju dan berkata dengan
suara keras: "Kau berkata boleh seenaknya saja! Sudah terang kau ini Kaucu muda dari Thian-cu-kauw dan iblis perempuan ini juga mungkin encie kandungmu sendiri.
304 Peristiwa berdarah di gedung Tang-gak-bio, pembunuhan besar2an di Lie-co-kok dan pencurian patung kuno di gereja Siauw-lim-sie semua adalah hasil perbuatan kalian berdua encie dan adik! Toyamu sekalian sudah
menyelidiki dengan jelas, apa kau masih coba hendak mungkir?"
Jikalau perkataan imam berewokan ini sama
lunaknya dengan suara yang diucapkan Bu-tong It-kie tadi, mungkin tidak akan menimbulkan kesalah pahaman yang begitu besar dan segala persoalan itu rasanya tidak sulit untuk dibikin terang.
Akan tetapi, perlu kiranya diketahui, ia adalah
seorang berangasan. Setiap perkataannya diucapkan dengan sikap yang galak, hingga dengan sendirinya pula telah menyinggung hati nuraninya Lim Tiang Hong yang bersikap keras pula. Maka itulah atas kata2 orang itu ia lantas berkata dengan sikap ketus: "Sikap dan tingkah lakumu yang seperti mau menelan orang ini kau tujukan kepada siapa! Siauw-yamu tidak suka menjawab
pertanyaanmu yang begitu kasar itu. Aku mau lihat sampai dimana kau dapat mengunjuk lagak didepanku"
305 Setelah berkata demikian, ia lalu berjalan ke tepi sungai sambil menggendong kedua tangannya
dibelakang punggung, agaknya tidak memperdulikan lagi semua imam itu.
Ciak-yan Ie-su seketika telah naik darah. Orang
berewokan ini lantas membentak pula dengan suara lebih kasar: "Bocah sombong!".
Dan ia lantas menyerang Lim Tiang Hong.
Mendadak terlihat berkelabat sinar pedang, ternyata itu adalah perbuatan si Burung Hong putih Cu Giok Im yang menalangi Lim Tiang Hong menyambuti serangan itu dengan pedangnya.
Ciak-yan Ie-su terkejut. Ia lalu menanya dengan
suara keras: "Kau siapa!" Kau berani ikut campur dalam urusan kami ini?"
"Nonamu adalah si Burung Hong putih Cu Giok Im
dari Tiang-lim pay. Aku tak akan membiarkan siapapun juga mengganggu dia seujung rambutnyapun saja!"
Ini benar2 suatu kelakuan yang ganjil sekali, maka Ciak-yan Ie-su lantas tertawa ber-gelak2, setelah itu ia berkata: "Apa kau kira kau punya cukup kepandaian untuk menjadi pelindungnya" Kami tahu Tiang-lim-pay 306
adalah partai orang baik2. Kau yang menjadi salah seorang anak muridnya, tidak seharusnya kau campur tangan dalam urusan yang mengenai dia"
"Dia adalah murid keturunannya Bu-ceng Kiam-
khek. Nonamu dengan dia masih ada urusan yang masih belum dibereskan. Sebelum kami berdua mengadu
kekuatan, sama sekali tidak kuijinkan siapa juga
melukainya!" Mendengar keterangan serupa itu, Ciak-yan Ie-su
agaknya merasa heran dan agak bersangsi, begitu pula halnya dengan para imam yang lainnya. Mereka pikir bahwa urusan sampai disini saja sudah demikian ruwet dan semakin sulit dibereskannya.
Bu-ceng Kiam-khek pada enam puluh tahun yang
silam namanya pernah menggetarkan dunia kang-ouw.
Orang tua itu dengan sikapnya yang luar biasa
kukoaynya, tindak tanduknyapun ganas dan telengas.
Itulah pula. yang menyebabkan ia mendapat nama
julukan Bu-ceng Kiam-khek (jago pedang yang tidak mempunyai perasaan).
Beberapa tahun berselang sudah terdengar kabar
bahwa orang tua itu dikerubuti musuh2nya dan telah 307
binasa. Tetapi sekarang mendadak muncul seorang
murid keturunannya yang masih muda belia, kalau begitu adakah orang tua itupun belum binasa"
Sekarang mengenai partai Tiang-lim-pay. Pemimpin
partai ini pun merupakan seorang kukoay pula, sulit diajak bicara. Dengan munculnya si Burung Hong putih yang mau turut campur dalam urusan ini, telah membuat Bu-tong It-kie yang terkenal banyak akalnya dan cerdik luar biasa, untuk sesaat lamanya juga tidak dapat memikirkan cara penyelesaiannya yang sempurna.
Hian-thong Tiang-lo dari Siauw-lim-pay setelah
menyebut nama Buddha tampil kedepan lalu berkata:
"Lolap tidak menghendaki apapun juga. cuma


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

mengharap nona itu sudilah kiranya mengembalikan
patung kuno, dan semua hal yang lainnya Lolap tidak ingin tahu lagi"
Lim Tiang Hong meskipun merasa mendongkol dan
tidak mau meledeni segala imam itu, namun dalam
hatinya terus memikirkan semua persoalan yang sudah lalu. Sejak terjadinya peristiwa di kota Lok-yang hingga sampai pada detik itu, ia merasa bahwa Im-san Mo-lie ini tindak tanduknya sebetulnya sangat mencurigakannya.
308 Tiba2 ia memutar tubuh dan berkata sambil
menghadap Im-san Mo-lie. "Kau sebetulnya suka atau tidak menyebutkan asalmu". Lekas kau beritahukan
sekarang juga kepadaku!"
Im-san Mo-lie sebaliknya tidak mau menjawab
secara langsung. Setelah tertawa ter-kekeh2 sekian lama ia lalu berkata: "Ei, apa sebabnya kau mendadak berlaku begini garang" kau sudah tidak mampu menghadapi
orang lain, apa gunanya memarahi orang sendiri?"
"Kau jawab dulu pertanyaanku tadi! Setelah itu
jawab lagi, itu ilmu mengentengkan badan It-shia Cian-lie, dari mana kau dapat mempelajarinya?"
"Apa kau kira cuma kau sendiri yang bisa, lantas
semua orang lain tidak boleh bisa dengan ilmu itu?"
Wanita muda itu mendadak lompat melesat dan
menerjang dirinya Hian-thong Tiang-lo. Dengan cepat ia telah melancarkan tiga kali serangan beruntun.
Sifatnya Im-san Mo-lie yang aneh dan tidak
ketentuan ini benar2 susah diraba-raba. Mungkin ia turun tangan itu dengan sengaja, yang maksudnya hanya
untuk menghindarkan atau menghilangkan desakan Lim 309
Tiang Hong, atau boleh jadi pula karena adanya lain sebab lagi.
Hian-thong Tiang-lo yang diserang secara
mendadak, dengan cepat telah berhasil mengegos,
menyusul dengan gerakannya yang pertama itu iapun menggerak-gerakkan tangannya, dan ilmu serangan
yang tidak berwujud lantas meluncur keluar dari
tangannya. Tiang-lo ini, dengan dua Tiang-lo yang lain,
kedudukannya dalam gereja Siauw-lim-sie hanya berada di bawah Ciang-bunjin, ketua partai Sao-lim-pay Hui Hui Taysu saja. Mereka bukan saja orang2 beribadat tinggi, juga memiliki beberapa rupa kepandaian simpanan dari Siauw-lim-pay yang benar2 tidak boleh dipandang
ringan. Maka tidaklah mengherankan kalau gerakan yang kelihatan dilakukan seperti seenaknya tadi telah
membikin terpentalnya Im-san Mo-lie, sampai iblis wanita itu merasa jeri sendiri. Tetapi dasar ia seorang wanita bandel, setelah kakinya berhasil menginjak tanah lantas sudah maju lagi dan menyerang kembali sampai
sembilan kali. 310 Akan tetapi, betapapun lebih hebat lagi ia
melakukan serangan, Hian-thoag Tiang-lo masih tetap melayani dengan cara seenaknya saja. Kakinya tetap tidak bergerak di tempatnya berdiri.
Lim Tiang Hong yang berdiri disamping dan
menyaksikan setiap gerakan dan setiap serangan dari Im-san Mo-lie itu, hatinya semakin curiga. Kini benar2 ia mendapat kenyataan bahwa beberapa jurus ilmu
serangan wanita ini mirip sekali dengan beberapa jurus gerak tipu dari perguruannya.
Mendadak dalam otak anak muda ini berkelebat
suatu ingatan, seketika itu ia seperti baru sadar dari tidurnya, maka diam2 ia menanya kepada dirinya sendiri:
"Apa boleh jadi dia ini....?"
Tiba2 terdengar suara jeritannya Im-san Mo-lie.
Saat itu wanita ini telah terpental mundur lima kaki, dari ujung2 bibirnya darah segar nampak mengucur keluar dengan derasnya.
Sementara itu Hian-thong Tiang-lo lantas berkata:
"Iblis jahat, kau masih belum mau menyerah?"
Membarengi kata2nya, padri tua itu dengan cepat
maju dan menyambar urat nadinya Im-san Mo lie.
311 Lim Tiang Hong tiba2 berseru: "Tahan!"
Seruannya itu dibarengi dengan gerakan tangannya
yang cepat luar biasa. Sebelum tahu apa2 tangan Hian-thong Tiang-lo telah tercekal, sedang mulutnya lantas berkata pula: "Taysu, apa perlunya kau mendesak
perempuan lemah sampai begini rupa?"
Gerakan Lim Tiang Hong itu gesit dan anehnya luar biasa. Hian-thong Tiang-lo diam2 juga terperanjat.
Tangan kirinya lantas bergerak hendak menotok jalan darah Ciok-kie-hiatnya Lim Tiang Hong, sedang mulutnya berkata dengan nada cemas: "Jikalau saja tidak ada hubunganmu dengan perempuan ini, paling baik jangan ikut campur tangan"
Lim Tiang Hong masih berdiri di tempatnya, ia
hanya mengegos sedikit mengelakkan serangan tangan kiri Hian-thong Tiang-lo tadi, kemudian tangannya berbalik secara mendadakan dan mencekal urat nadi tangan kanannya Hian-thong Tiang-lo.
Menggunakan kesempatan itu, Im-san Mo-lie
mendadak ketawa ber-gelak2 dan kemudian nampak
badannya melesat ke atas untuk selanjutnya kabur ke tepi sungai.
312 Semua orang yang ada disitu sedang tertarik
perhatiannya oleh gerakan2 Hian-thong Tiang-lo dan Lim Tiang Hong berdua yang aneh luar biasa. Ketika
mendengar suara ketawanya wanita itu, ternyata iblis wanita itu sudah menghilang ke dalam rimba.
Lim Tiang Hong sendiri terkejut. Dalam tempo
lengahnya ini, tangan Hian-thong Tiang-lo sudah terlepas dari cekalannya. Dengan ter-heran2 padri tua itu mundur dua tindak. Ia tidak memperhatikan kemana iblis wanita Im-san Mo-lie itu melarikan diri karena seluruh
perhatiannya ditujukan kepada pemuda aneh luar biasa ini.
Ilmu Kim-na Chiu-hoat (mencekal urat nadi di
tangan orang), sebetulnya merupakan salah satu
kepandaian ilmu silat simpanan dari tujuh puluh dua jenis ilmu silatnya Siauw-lim-pay. Sungguh dia ini tidak menyangka bahwa Lim Tiang Hong yang usianya masih muda belia itu dapat mempelajarinya, bahkan ilmu silat macam apa yang dipergunakan menghadapinya tadi ia sendiripun tidak mengetahuinya jelas. Tentu saja ia tidak tahu bahwa tipu atau gerakan yang digunakan oleh Lim Tiang Hong tadi sebetulnya adalah ilmu silat yang 313
dinamakan Kim-liong Pat-jiauw dari si orang tua pencipta yang hampir memakan waktu lima puluh tahun untuk
menyempurnakan ilmu itu. Suasana disitu setelah mengalami kesunyian
sejenak. Dari dalam rimba tiba2 terdengar suara orang menyebut Buddha, lalu muncul seorang imam tua
dengan dandanannya yang memakai bulu burung Ho.
Sikapnya imam itu nampak sangat keren, gerak-
geriknya menunjukkan kewibawaannya. Bu-tong It-khie yang melihat kedatangan imam itu, buru2 minggir untuk memberi jalan, sedangkan Ciak-yan Ie-su dan lain2nya juga lantas menghampiri untuk memberi hormat.
Imam tua itu ternyata adalah ketua atau Ciang-
bunjin dari partai Bu-tong yang memimpin semua partai dari golongan Hian-bun, Pek Ho Totiang.
Setelah memberi hormat dengan anggukan kepala
kepada 5 ketua partai besar lainnya, lalu menghadapi Lim Tiang Hong. kemudian berkata padanya sambil
tersenyum: "Benar2 sicu merupakan seekor naga dalam kalangan manusia. Bu-ceng Kiam-khek mempunyai murid seperti sicu sesungguhnya tidak mengecewakan,
mudah2an saja sicu bisa membawa diri baik2"
314 Kemudian berpaling pula dan berkata kepada 5
ketua partai serta Bu-tong It-khie: "Harap Toheng sekalian supaya segara berangkat ke Bu-tong-san karena pinto ada urusan penting yang perlu dirundingkan"
Kala itu Ciang-bun-jin Bu-tong-pay lah justru yang mendapat giliran memegang tampuk pimpinan diri enam partai besar golongan Hian-bun, Maka tatkala mendengar ucapan Pek Ho Totiang itu yang meskipun seperti
bersikap hendak berunding, akan tetapi juga merupakan suatu perintah. Maka serombongan orang2 itu lantas mengikuti Pek Ho Totiang berangkat ke Bu-tong-san.
Disitu kini hanya ketinggalan tiga orang Tiang-lo dari Siauw-lim-pay dengan Lim Tiang Hong dan si Burung Hong Pulih Cu Giok Im lima orang.
Lim Tiang Hong mengeluarkan sebuah batu giok
yang berbentuk ikan merah yang mendadak diperlihatkan kepada Hian-thong Tiang-lo sembari berkata: "Apa Taysu mengenali benda ini?"
Orang yang ditanya menyambuti ikan2an tersebut.
Setelah memeriksa sekian lamanya dengan teliti,
wajahnya nampak mengalami perubahan, sembari
315 merangkapkan tangannya ia bertanya: "Sicu, dari mana sicu mendapatkan benda ini?"
"Ini adalah barang hadiah yang aku dapatkan dari
Hui Hui Taysu. Jikalau Tay-su tidak menaruh rasa curiga, aku minta sementara Taysu sekalian supaya suka
undurkan diri dulu. Sebetulnya aku tidak ingin terlibat dalam segala kerewelan ini lagi" jawab Lim Tiang Hong hambar.
Ketiga orang Tiang-lo itu saling berpandangan
sejenak, lalu setelah menyebut nama Buddha, sambil merangkap tangan ke-tiga2 nya berkata hampir
serentak: "Karena ada tanda kepercayaan dari Ciangbunjin, maka Lolap sekalian dengan ini minta diri"
Setelah itu ketiga Tiang-lo tersebut lantas undurkan diri.
Begitu ketiga orang yang belakangan ini sudah
berlalu jauh, Cu Giok Im lantas berkata sambil
ketruk2kan kakinya: "Benar2 sial dangkalan. Sebetulnya kita ingin pesiar dengan gembira untuk satu hari
lamanya, tidak disangka telah menjumpai banyak
kerewelan begitu. Sekarang aku tidak ada maksud ingin 316
pesiar lagi, mungkin suhu juga sedang menantikan
kedatanganku" Kemudian, setelah mendorong badan Lim Tiang
Hong dan berkata: "Hai, tentang urusan kita kapan kita bereskan?", ia hendak berlalu.
Sementara itu Lim Tiang Hong menyahut "Terserah
kepada nona sendiri. Selewatnya hari ini kapan saja boleh"
Anak muda ini menjawab, matanya teras
mengawasi air sungai yang jernih.
"Baiklah, nanti aku bisa mencari kau sendiri, dimana saja kau berada."
Maksud dan kedatangan Cu Giok Im dan gurunya
kedaerah selatan adalah selain karena mendapat kabar bahwa kitab Tat-mo-keng telah muncul. hingga mereka merasa tertarik dan menginginkan kitab wasiat tersebut, juga mereka ingin mencari muridnya Bu-ceng Kiam-khek untuk menuntut daripadanya balas sakit hati atas
kekalahanya Tiang-lim It-hong pada beberapa tahun yang lampau.
Tetapi tatkala menyaksikan sendiri bagaimana
hebat dan tingginya kepandaian ilmu silat Lim Tiang 317
Hong, runtuhlah nyali mereka guru dan murid dan
semangat merekapun mulai lesu.
Seberlalunya Cu Giok Im, Lim Tiang Hong
mendadak seperti ingat sesuatu ia coba se-bisa2 meng-ingat2. Ia merasa bahwa gerak tangan, gerak tipu silat yang dipergunakannya tadi tatkala ia mencekal
pergelangan tangan Hian-thong Tiang-lo sesungguhnya bagus dan hebat luar biasa. Tipu silat itu telah ia pergunakan ber-kali2, namun ia sendiri telah melupakan namanya dari tipu serangan tersebut. Dan kini,
mendadak saja ia ingat bahwa tipu serangan tersebut oleh gurunya dinamakan Kim-liong Pat-jiauw.
Selama dalam waktu setahun, waktu yang demikian
singkat, ia ketika mengingat suhunya belajar ilmu silat sesungguhnya sudah tidak ada waktu lain lagi untuk memperhatikan atau melatih itu tipu pukulan yang
ternyata seperu tidak ada habisnya. Dan kini, setelah menghadapi musuh2 kuat, mendadak ia ingat kembali tipu2 pukulan yang dipelajari dari suhumu. Maka sesaat lamanya ia nampak bermenung, kemudian meng-gerak2kan kaki tangannya berlatih, ternyata ia merasa puas, mendapatkan hasil diluar dugaannya.
318 Tiba2 dibelakang dirinya ada seseorang yang
memperdengarkan suara memberi pujian: "Sungguh
indah sekali ilmu serangan Kim-na Chiu-hoat yang sicu mainkan"
Lim Tiang Hong terkejut. Ia yang pada waktu itu
sudah mempunyai pandangan serta pendengaran tajam luar biasa, yang melebihi jauh daripada panca-indra manusia biasa mengapa sampai tidak mengetahui bahwa di belakang dirinya telah kedapatan orang yang mencuri lihat semua gerak geriknya"
Ketika dengan mendadak ia putar tubuh, barulah ia ketahui bahwa orang itu ternyata adalah Hui Hui Taysu adanya.
Padri beribadat tinggi dari golongan Buddha ini
sambil perlihatkan wajah ber-seri2, nampak berdiri tenang. Namun setenang ia memperlihatkan diri,
kelihatan juga wajahnya agak muram, seperti diliputi oleh kedukaan yang tak dapat disembunyikan.
Lim Tiang Hong lalu menghampirinya. Setelah
memberi hormat dihadapan padri tersebut, ia lalu
berkata: "Bagaimana Taysu mempunyai waktu terluang untuk datang kemari?"
319 "Maksud kedatangan pinceng ini melulu cuma
karena hendak memberi pesan sepatah kata dua kepada sicu" Demikian jawaban Hui Hui Taysu yang kemudian menarik napas panjang, kemudian berkata pula "Ibarat main catur, satu set saja seorang pemain bertindak salah berarti suatu kekalahan besar akan diterimanya. Siauw-lim-pay kali ini boleh dikata telah mengalami kekalahan mutlak, sekarang terpaksa lolap hendak melihat
bagaimana kekalahan terakhir dari set yang paling belakangan...."
Lim Tiang Hong hanya mengawasi padri tua yang
bicara di hadapannya ini dengan perasaan bingung serta ter-heran2. Apa yang dimaksud oleh perkataanya itu, sedikitpun tidak dapat ia menangkap artinya.
"Mengenai urusan patung tua, kali ini hubungannya dengan nama baik Siauw-lim-pay, sebetulnya masih
merupakan suatu perkara kecil yang tidak perlu terlalu di-besar2kan. Akan tetapi, apabila sampai patung
tersebut terjatuh dalam tangan kawanan orang orang jahat, entah akan bagaimana bencana itu hebatnya yang akan ditimbulkan dikemudian hari" berkata pula Hui Hui 320
Taysu sambil menghela napas dan meng-geleng2kan
kepala ber-ulang2. Kemudian setelah berhenti sejenak, kelihatan
mulutnya terbuka pula, ia melanjutkan pula: "Tempo hari, ketika lolap menerima patung Budhha itu, pernah lolap periksa secara teliti, lolap pun telah mendapat kesan bahwa kitab pusaka itu seperti tersimpan didalam patung tua di salah sebuah bukit batu cadas, sedangkan patung itu bentuknya pasti serupa benar dengan patung batu yang menyimpan kitab pusaka tersebut. Tetapi, patung tua yang berada di kedua tepi sungai Lok-sao di jembatan Lok-yang kio di gunung Cian-hud-san ada
banyak sekali jumlahnya. Di Kim-leng ada suatu tempat yang bernama Ciam-hud-giam, sedang di Ciat-kang
timur, ada suatu tempat pula yang dinamakan Thay-hud-sie. Sebetulnya dimana beradanya kitab pusaka
keturunan itu masih sulit diketahui. Selanjutnya, setelah patung gading kuno itu hilang, semua anak murid Siauw-lim-pay lantas pada menuduh itu adalah karena perbuatan sicu. Meskipun lolap tidak menyetujui anggapan mereka, akan tetapi mulut banyak orang susah dicegah berbicaranya, tentu saja soal itu selalu di-sebut2 dan 321
lolap tidak bisa apa2, malah akhirnya lolap sendiri juga merasa sangsi, hingga kemudian minta sicu
meninggalkan geraja Siauw-lim-sie. Berbareng juga secara diam2 lolap terus mengikuti jejak sicu. Apamau kejadian sungguh sangat kebetulan. Sicu telah menguji kekuatan seorang diri, dan dikalangan kang-ouw ramai tersiar kabar bahwa kitab itu berada di kota Kim-leng.
Juga karena lolap kesalahan bertindak sedikit, semua orang kuat digereja Siauw-lim-sie telah lolap kirim ke selatan, tidak nyana akhirnya berhasil nihil. Belum berselang, lama lolap bertemu dengan Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay. Ketika kami membicarakan peristiwa pembunuhan murid2 golongan Hian-bun, semua juga
menganggap bahwa itu adalah perbuatan sicu. Hanya Pek Ho Totiang seorang yang beranggapan lain. Ia
menganggap pasti ada lain orang yang mengerjakan itu, bahkan ia beranggapan pula bahwa itu bukannya
perbuatan satu dua orang saja, tetapi ada suatu
kekuatan hebat yang tersembunyi, yang secara diam2
sengaja mencari permusuhan dengan orang2 golongan Hian-bun. Sicu, hanya merupakan seorang yang dibuat talenan saja. Selanjutnya, mendadak muncul seorang 322
perempuan muda, dialah orang yang menamakan diri
Im-san Mo-lie. Iblis perempuan ini, baik kepandaian ilmu silatnya, maupun parasnya semua mirip benar dengan sicu. Itulah sebabnya perhatian kami orang lalu ditujukan keatas dirinya perempuan itu. Akan tetapi, sebegitu jauh kami mengadakan penyelidikan pula, perempuan iiu
sungguh licin, tindak tinduk serta kelakuannya tidak menentu, hingga hasil dari penyelidikan kami juga kecee.
Kami tahu bahwa perempuan itu sudah menuju ke
selatan, maka kemudian kami be-ramai2 menganggap
pasti bahwa kitab pusaka itu tentu tersimpan di dalam Cian-hud-giam Tidak nyana, kitab yang tersimpan
didalam Cian-hud-giam itu bukan saja paslu belaka malah pihak lawan sudah menyembunyikan banyak
orang2 kuat di sekitar tempat itu hingga pembunuhan besar2an tak dapat dielakkan, banyak orang telah
menjadi korban mereka orang2 jahat. Dalam hal ini, lolap segera sadar bahwa kami sebenarnya telah masuk
perangkap akal muslihatnya musuh tersembunyi itu. Ada juga kemungkinan bahwa kitab pusaka itu disimpannya di lain tempat"
323 Setelah dengan panjang lebar Hui Hui Taysu
mengutarakan pendapatnya, Lim Tiang Hong lantas
menanya: "Apakah tidak mungkin itu adalah hasil
perbuataannya orang2 Thian-cu-kauw?"
"Kemungkinan itu memang telah kami lihat. Lolap
justru karena soal sulit itu sengaja kini menemui sicu.
Hong-hong-tie dengan Thian-cu-kauw, semua
merupakan partai atau golongan yang jarang kedengaran namanya dalam kalangan kang-ouw. Bagaimana
sebetulnya keadaan orang2 dalam partai2 itu, tidak seorangpun mengetahui. Dan apa yang lebih
mengherankan, orang2 kedua partai itu mendadak
menempel erat pada diri sicu. Yang satu memanggil sicu Kongcu, sedang yang lain membahasakan sicu sebagai Siauw Kauwcu. Dalam sebutan2 ini, pasti ada maksud yang tersembunyi, sudah boleh ditetapkan dari sekarang.
Pemimpin dari kedua partai itu barangkali ada hubungan erat dengan sicu sendiri, itu masih susah dibilang.
Pendek kata, kejahatan dan akal muslihat, didalam dunia kang-ouw itu tidak gampang dibongkar, maka sicu
sebaiknya kau berlaku lebih hati2. Dan perempuan yang mengaku dirinya bernama Im-san Mo-lie itu, sebetulnya 324
bukan orang dari golongan orang baik2. Paling baik sicu jaugan terlalu bergaul rapat dengan perempuan itu. Lagi, menurut pikiran lolap, perempuan itu pasti ada hubungan erat dengan Thian cu-kauw, juga ada kemungkinan besar semua peristiwa yang sudah2 adalah hasil perbuatannya seorang. Kami hanya belum mampu mendapatkan
bukti2nya saja" Sehabis berkata, padri itu lalu menarik napas pula, dan akhirnya ia memberi pesanan pula wanti2, demikian:
"Rupanya rimba persilatan telah diliputi angkara murka, tidak lama lagi barangkali akan timbul ber-turut2
beberapa kejadian besar yang hebat. Sicu mempunyai kepandaian sangat tinggi, maka lolap hanya berharap sicu bisa bertindak berhati2 dalam menghadapi segala kejahatan yang ditimbulkan oleh manusia2 biadab yang sengaja tidak mau unjuk muka"
Setelah mengucapkan pesan terakhirnya itu, padri
tua tersebut lantas berlalu meninggalkan Lim Tiang Hong.
-0dw-smhn0- 325 Bab 9 LIM TIANG HONG yang setelah mendengar pesan
terakhirnya Hui Hui Taysu, rupanya agak tergerak
hatinya. Sambil mengawasi jernihnya air sungai yang mengalir tenang, anak muda ini tanpa merasa menarik napas panjang
Mendadak nampak dadanya dipelambungkan,
kemudian berlalu dari tempat tersebut dengan tindakan lebar.
Tiba2 ketika sedang enaknya ia berjalan, ia merasa ujung bajunya ditarik seseorang. Cepat secara reflek ia balik badan, lima jari tangannyapun lantas menyambar ke arah tangan orang usilan itu.
Akan tetapi usahanya ternyata sia2 belaka, ia
kecele. Bukan saja ia tidak berhasil mencekal tangan orang yang usil itu, bahkan iapun tidak mampu melihat orangnya. Ia hanya mendengar bahwa di belakang
dirinya telah berkata seseorang sambil perdengarkan suara ketawa cekikikannya: "Ha... kok galak benar..."
Lim Tiang Hong sejak muncul dalam dunia kang-
ouw telah beberapa kali menghadapi musuh tangguh, pertempuran besar maupun kecil berkali-kali telah ia 326
hadapi. Kini ketika sedang cepatnya menanjak ilmu kepandaian silatnya, yang ia yakin pula bahwa ia kini telah menjadi salah seorang terkuat dalam dunia kang-ouw, tetapi kalau sampai kala itu, didekati orang, bahkan ditarik lagi lengan bajunya ia masih tidak merasa, sungguh ia merasa heran dan kaget berbareng.
Tatkala untuk kedua kali ia balik badan sambil
melepaskan serangan tangannya, kekuatan hebat lantas meluncur keluar tanpa dapat dicegah.
Mendadak nampak berkelebat bayangan merah.
Yong-jie, itu gadis cilik nakal yang dulu pernah
memberikan obat pada Lim Tiang Hong, telah berdiri tegak di hadapan anak muda ini sambil perlihatkan wajah ramai senyuman. Dengan sikapnya ke-kanak2an yang
jenaka gadis ini menggoda Lim Tiang Hong: "Ha, ha....
Kongcu, hebat benar serangan tanganmu"
"Setan cilik, berani kau mempermainkan orang"
Nanti kutarik sampai putus kedua kuncirmu itu baru tahu diri kau!" Demikian Lim Tiang Hong berkata, ia berlagak gusar, sedang tangannya benar2 digerakkan,
menyambar kuncir di atas kepala Yong-jie.
327 "Kau masih belum mampu menyambret kuncirku"
kata Yong-jie sambil ketawa cekikikan, dan badannya lantas menghilang.
Benar saja tangan Lim Tiang Hong telah
menjambret angin. "Aku tidak percaya tidak bisa mancekal kau si bocah nakal ini"
Lim Tiang Hong setelah berkata demikian, kali ini dengan menggunakan ilmu Kim-liong Pat-jiauw kembali bergerak pula.
Akan tetapi badannya Yong-jie yang kecil langsing nampak bergerak mundur dan maju beberapa kali,
ternyata Lim Tiang Hong kenbali tidak berhasil
menangkapnya. Lim Tiang Hong agaknya sudah mendongkol. Ia
turunkan kedua tangannya dengan berbareng, kembali menggunakan ilmunya Kim-liong Pat-jiauw menerkam
dari atas. Akan tetapi perawakan Yong-jie yang kecil langsing itu selalu bergerak berputaran didepan dan
dibelakangnya sejarak tiga kaki. Biar bagaimana
berusaha Lim Tiang Hong tetap tidak dapat
328 menyandaknya, sehingga nampak kedua orang tersebut ber-putar2 seperti sedang main petak.
Akhirnya Lim Tiang Hong mengalah sendiri, ia
berhenti bergerak "Sudahlah, aku terima kalah" demikian ia menyerah kalah.
Yong-jie juga sudah lantas berhenti, ia berkata
ketika menghampiri anak muda itu: "Kongcu. aku cuma main2 saja. apa kau marah?"
Lim Tiang Hong meng-usap2 rambutnya yang hitam
jengat, sambil ketawa ter-gelak2 ia berkata: "Kau jangan terlalu banyak pikir. Aku bisa memarahi kau?"
Yong-jie yang mengetahui Lim Tiang Hong benar2
tidak gusar kepadanya, lantas tertawa lagi seraya katanya: "Kongcu, aku ajarkan kau ilmu mengegoskan diri yang dinamakan Sam-sam Pohoat ini kepadamu, kau suka atau tidak?"


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

"Ini mana boleh?" kata Lim Tiang Hong sambil
geleng2kan kepala. "Tentu saja boleh, siapa kata tidak" Ilmu ini adalah Kok-cu sendiri yang mengajarkan aku, kalau sekarang kuajarkan kau, pasti ia merasa girang"
329 Sehabis berkata demikian, se-akan2 kupu2 merah
nampak badannya berputaran di tanah, ditanah berpasir tempat yang diinjaknya kelihatan bekas2 kakinya yang kecil kecil. Gadis cilik ini lantas menarik tangan Lim Tiang Hong. sedangkan mulutnya lagi2 sudah berbicara:
"Kau lihat, gerak kali ini sedikitnya harus
mengandung ilmu Pat-kwa. Setiap tiga langkah, berobah menjadi silang. Silang menyilang itu boleh ber-ubah2
dalam 384 macam gerakan lain, Jikalau kita pergunakan, kehebatannya bukan main. Sekalipun kita sedang
dikurung musuh dari empat penyuru, jangan kita berkuatir kalau memiliki ilmu ini, kita bisa melepaskan diri dengan cara yang bukan main gampangnya. Coba kau
lihat ini" Dan sekali lagi ber-gerak2.
Lim Tiang Hong tidak ingin membuat nona cilik ini tidak senang, maka ia lantas lalu melihat bekas2 kaki itu.
Ia lihat meski nampak gerakan gerakan kaki itu
sederhana sekali, tetapi iapun sadar bahwa gerakan sederhana itu mengandung pelajaran yang sangat tinggi.
Ketika ia meneliti lagi sekian lama, tetap ia tidak dapat menemukan rahasianya.
330 Sebaliknya Yong-jie kelihatan sudah sangat gelisah.
Sambil me-narik2 ujung baju si anak muda, ia mengajak pemuda ini ber-putar2an, kedepan, belakang, kanan dan kiri sampai Lim Tiang Hong merasa pening kepalanya, maka ia lantas berseru ber-ulang2 "Sudah, sudah. Kalau kau ajak aku ber-putar2an begini rupa terus2an, aku tidak sanggup"
Mendengar perkataan si pemuda, Yong-jie agaknya
malah kegirangan, nona cilik ini lantas ketawa ter-pingkal2.
Biar bagaimana, Lim Tiang Hong yang cerdas tetap
otaknya jernih. Walaupun ia belajar sambil setengah main2, tetapi dalam waktu sekejap itu ia telah dapat mengambil inti sarinya. Ia telah memahami rahasianya sebagian besar. Setelah ia mencoba seorang diri,
gerakannya dari perlahan lantas berobah menjadi cepat secepat angin, dan akhirnya ia telah dapat memahami gerak tipu kaki yang luar biasa anehnya itu.
Per-lahan2 ia mulai tertarik atas pelajaran yang
diberikan nona cilik itu kepadanya. Maka setelah seluruh perhatiannya dipusatkan, ia lalu berputaran entah beberapa ribu kali hingga kelihatannya seperti orang gila.
331 Tiba2 ia mendengar seorang berkata dengan
disertai suara ke-tawanya terkekeh2: "Lotee, apa kau sudah gila" Bagaimana seorang diri kau berputaran terus disini?"
Setelah mendengar teguran itu, agaknya ia baru
sadar, ketika ia berhenti dan meneliti, baru ia sadar benar bahwa perbuatannya tadi memang seperti orang gila. Ketika ia dongakkan kepala, ternyata hari memasuki senja.
Yong-jiepun entah sejak kapan telah tidak kelihatan mata hidungnya, sebagai pengganti nona cilik itu
matanya kebentrok dengan si Pengemis Mata Satu yang tengah mengawasinya terus dengan sikap ke-heran2an.
Lim Tiang Hong tidak mau menceritakan bahwa ia
sedang belajar gerak tipu kaki. Atas teguran pengemis itu ia hanya balas menegur dengan suara hambar:
"Locianpwee, sejak kapan kau datang?"
"Sudah hampir kira2 setengah jam dimuka. Mari
lekas kita masuk kota, ada berita penting sekali yang akan kuberitahukan kepadamu"
Kedua orang tersebut lalu berjalan menuju ke
dalam kota. 332 Setibanya mereka didalam kota, si Pengemis Mata
Satu agaknya sudah tidak sabaran lalu mengajak Lim Tiang Hong masuk ke sebuah rumah makan.
Pada saat itu Lim Tiang Hong baru ingat kalau ia
sendiri sudah hampir seharian belum mengisi perutnya, maka ketika memasuki rumah makan lagaknya seperti orang tak mengenal diri ia ketawa sendiri.
Seperti biasanya, pengemis Mata Satu begitu masuk rumah makan, minta disediakan arak lebih dahulu.
Matanya yang hanya tinggal satu nampak berputaran mengawai keadaan di sekitar rumah makan, ia meneliti orang2 yang berada disampingnya, hanya beberapa
pedagang biasa. Maka mendapat kenyataan ini, ia lantas mulai buka suara.
"Celaka... dunia rimba persilatan sudah akan
menghadapi hari kiamat. Apa yang aku kuatirkan selama beberapa tahun ini benar saja sudah akan sampai pada kebenarannya"
"Soal apakah sebenarnya yang Locianpwee
maksudkan?"" menanya Lim Tiang Hong ketika
mendadak ia mendengar perkataan si Pengemis Mata
Satu. 333 "Baru2 ini dalam dunia kang-ouw mendadak muncul
satu perkumpulan sesat yang sangat misterius, namun pengaruh orang2nya sangat besar. Hampir setiap kota yang agak besar sedikit, ada cabang perkumpulan sesat itu. Kabarnya Kauwcu dari perkumpulan itu memiliki kepandaian silat yang luar biasa tingginya, sukar dijajaki, gerak geriknyapun misterius pula. Entah lelaki ataukah wanita ia itu belum ada yang tahu tapi terangnya, Kauwcu itu seperti hendak mengadakan aksi yang rupa2nya ingin menjagoi dunia kang-ouw. Selama ini kelihatannya perkumpulan itu ber-gerak diam2 secara rahasia, tapi kemudian per-lahan2 mulai bertindak terang2an.
Menurut berita yang aku, si pengemis tua ini dapatkan, perbuatan2 yang bertentangan dengan golongan Hianbun itu adalah perbuatan orang2 keluaran partai tersesat itu. Perkumpulan rahasia itu bukan saja mempunyai banyak anak buah yang kesemuanya berkepandaian
rata2 tinagi2, tapi juga sangat ganas dan kejam sepak terjangnya. Semua orang keluaran perkumpulan itu boleh dibilang iblis2 jahat yang mengancam ketenteraman dunia kang-ouw. Aah...."
334 Bicara sampai disitu, si Pengemis Mata Satu lalu
manghela napas panjang. Lim Tiang Hong yang mendengarkan bicaranya
pengemis itu, hatinya tergerak. Diam2 ia sudah memikir apa mungkin perkumpulan yang sangat misteris itu
pemimpinnya ada Manusia Buas Nomor satu yang
dimaksud oleh suhunya....
Pada waktu itu si Pengemis Mata Satupun telah
melanjutkan pula penuturannya, sebagai berikut:
"Kabarnya mereka itu semua pada menggunakan
semboyan, MENJALANKAN TITAH TUHAN MEMBASMI
KEJAHATAN dalam melakukan segala perbuatannya.
Sebagai sasaran pertama dari orang2 itu, adalah partai besar Siauw-lim-pay yang dijajah. Mereka ingin
menggunakan ramainya perebutan patung kuno, hendak membasmi habis partai yang besar pengaruhnya itu lebih dulu dan selanjutnya lantas turun tangan terhadap orang2 Bu-tong-san serta orang2 dari lain partai dari golongan Hian-bun. Sesudah itu barulah mereka hendak menggulung sisa2 orang2 kuat lain yang tidak mau
membuntuti perkumpulan itu".
335 Lim Tiang Hong tiba2 berseru gusar: "Barangkali
mimpi dia pada waktu tengah hari bolong. Apa dia kira bahwa dalam dunia ini sudah tak ada orang yang mampu merintangi tindak tanduknya?"
Pengemis Mata Satu lantas berkata sambil
geleng2kan kepala: "Urusannya sudah tentu tidak begitu lancar seperti yang mereka perhitungkan. Tapi dengan perbuatan mereka itu tentu akan menimbulkan reaksi hebat, bahkan aliran darah mungkin tidak akan ada habis2nya"
Lim Tiang Hong begitu mendengar lagi kata2 si
pengemis, lantas berdiri alisnya. Dengan roman gusar anak muda ini menulis beberapa huruf di atas meja, demikian kira2 bunyi tulisannya:
"SEGERA KITA BASMI CABANG MEREKA DI KOTA
KIM-LENG!" Si Pengemis Mata Satu terkejut rupanya. Sambil
goyang2kan tangannya pengemis ini lalu berkata "Jangan terlalu menuruti napsu. Sekalipun cuma satu cabang saja, cukup sulit bagi kita untuk menghadapi, maka lebih baik kita pikir masak2 dulu cara2nya"
336 Lim Tiang Hong bangkit berdiri, tetap dengan
wajahnya yang merah padam berkata: "Kalau kau tidak berani pergi, tunjukkan saja tempatnya, aku pergi sendiri!"
Si Pengemis Mata Satu lantas ketawa ber-gelak2
sembari berkata: "Lotee, apa kau kira aku si pengemis tua benar2 takut" Kau dengarlah. Aku yang
berkedudukan sebagai seorang Tiang-lo dari
perkumpulan pengemis (Kay-pang). begitu bergerak
tentu akan luas pengaruhnya. Sebelum kami orang2
golongan Kay-pang kebentrok langsung dengan orang2
itu, sebetulnya tidak ingin aku membikin huru hara yang bersifat menyolok yang tentunya nanti dikemudian hari tidak akan menguntungkan perkumpulan kami. Jikalau kau sendiri sudah begitu bulat tekadmu hendak pergi, akupun tidak perlu merintangi lagi. Aku bisa
memberitahukan, kedudukan perkumpulan itu adalah
dalam sebuah gedung besar yang terletak di tepi sungai di luar kota ini"
Lim Tiang Hong tidak menunggu habisnya
keterangan si pengemis lantas berjalan dengan tindakan lebar.
337 Begitu sampai diluar kota, ia lalu bergerak lagi, menggunakan ilmu lari pesatnya, maka sebentar
kemudian ia sudah sampai di depan sebuah gedung
besar. Dari dalam gedung tersebut mendadak keluar dua
orang lelaki berdandanan ringkas yang lantas
membentak Lim Tiang Hong dengan suaranya yang
seperti geledek kerasnya: "Siapa kau....?"
Lim Tiang Hong bergerak dengan tindakan gesit.
Kedua orang tersebut masih belum melihat tegas siapa yang baru datang, sudah kena ditotok jalan darah
kematiannya. Maka untuk selanjutnya Lim Tiang Hong lalu berjalan masuk dengan tindakan lenggang.
Pada waktu itu dari kanan kini pintu gerbang
kembali muncul dua orang laki2 yang secara
mendadakan menyerang membokong si anak muda dari
belakang. Selanjutnya kedua penyerang ini membentak dengan suara keras: "Sahabat sungguh besar nyalimu!"
Lim liang Hong ketawa hambar. Mendadak ia putar
tubuh, cepat bagaikan kilat ia telah menggerakkan kedua tangannya. Ditangannya, kedua laki2 tadi yang
338 dilemparkan keluar seperti melempar dua ekor ayam sembari berkata "Pergilah kalian!"
Kedua laki2 tersebut tanpa berdaya sedikitpun telah kena dilemparkan, jauh sampai sejarak tiga tombak.
Lim Tiang Hong tanpa menoleh pula terus
memasuki ruangan gedung, pada saat itu didalam
ruangan gedung yang sangat luas itu lampu dan lilin2
semua memperlihatkan cahaya terangnya yang me-
nyolok. Dikedua sisi ruangan ada kedapatan banyak orang2 yang sedang makan minum dengan riangnya,
mereka sedikitpun tidak pernah menyangka kalau bahaya maut sudah menjangkau diatas kepalanya, yang setiap saat bisa mengirim jiwanya ke akhirat.
Lim Tiang Hong dalam menghadapi kawanan
manusia buas dan jahat itu, sedikitpun tidak mau
membiarkan mereka dapat lolos dari tangannya, dan ia telah bertekad melaksanakan sumpahnya membunuh
semua orang2 itu. Sebelum bertindak, ia menyapu kearah semua
orang2 itu. Ia memperhatikan dimana ada jalan yang dapat dipakai untuk mereka loloskan diri, dan setiap jalan lolos telah diperhatikannya benar2, barulah setelah itu ia 339
perlihatkan diri sambil perdengarkan suara ketawanya yang amat nyaring.
Kawanan penjahat yang sedang makan minum itu,
semuanya dibikin kaget karena kedatangannya Lim Tiang Hong yang secara tiba2 itu. Sesaat suara ramai yang mereka perdengarkan ber-ramai2 sirap seketika. Semua pandangan kini telah ditujukan kepada si anak muda yang entah sejak kapan telah munculkan diri disitu secara mendadak.
Saat itu Lim Tiang Hong lantas berkata dengan
suara keras: "Semua berdiri!"
Lalu nampak pemuda ini menggerakkan tangannya
secara seenaknya, kemudian semua meja perjamuan
dibikin terbalik, disana-sini lantas terdengar suara gaduh, piring mangkuk pada pecah sambil perdengarkan suara nyaring. Sementara itu ia berkata pula: "Siapa berani lekas maju!"
Pada saat itu agaknya baru sadar kalau mereka kini sedang menghadapi orang yang sengaja hendak mencari onar dengan mereka. Maka dari antara orang2 itu lantas kelihatan maju ke depan yang langsung menerjang si
"pengacau". 340 Lim Tiang Hong dengan gerakan gesit
menggerakkan tangannya. Lagi2 lantas terdengar suara jeritan ngeri beberapa kali, orang2 yang menerjangnya tadi satu demi satu dibikin terguling badannya untuk selanjutnya jatuh roboh di tanah tanpa bernyawa Belum mereka dibikin musnah lalu muncul dua orang lagi yang maju menghampiri Lim Tiang Hong. berkata pada anak muda ini sambil
menudingkan tangannya: "Bocah, apa kau tidak mencari keterangan dulu tempat apakah ruangan ini!...."
Tetapi belum lagi habis ucapan orang itu, tangan
Lim Tiang Hong kembali nampak bergerak, dan orang itu roboh ditanah dengan mulut menyemburkan darah,
jiwanya melayang seketika.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong telah
membinasakan tujuh orang, hingga para penjahat
lainnya menjadi ketakutan, yang bernyali kecil sudah ingin kabur. Tetapi Lim Tiang Hong mendadak
membentak pula: "Siapa yang kabur, musti mampus
dulu?" Ucapan itu benar saja menguncupkan nyali mereka,
tidak ada seorangpun yang berani bergerak.
341 Pada saat itu, ruangan yang ramai tadi mendadak
sunyi, tidak kedengaran suara orangpun lagi. Dalam keadaan demikian, seorang laki2 yang berusia kira2 lima puluh tahun yang berjenggot seperti kambing, dan
seorang laki pertangahan umur yang mempunyai tanda bacokan pada pipinya mendadak maju keluar
menghampiri Tiang Hong. Sambil menyoja memberi
hormat mereka berdua berkata: "Siapakah nama tuan yang mulia" Dengan Thian-cu-kauw, tuan mempunyai
permusuhan apakah" Harap tuan suka memberi
penjelasan" "Kalian berdua siapa?" tanya Lim Tiang Hong. Ia
tidak menjawab, bahkan setengah menggertak ia balas menanya.
"Kami berdua adalah ketua cabang Kim-leng nama
Ceng Yang dan saudara ini adalah wakil ketua bernama Tio Houw"
"Kalau begitu semua sudah mempunyai kedudukan
cukup tinggi" Hmmm. hmm! Siapa diantara kalian yang ingin maju dulu" Tapi paling baik kalian ke-dua2nya maju berbareang saja!"
342 Waktu Lim Tiang Hong mengucapkan perkataannya
yang bersikap menantang itu. Sepasang matanya
memancarkan sinarnya yang tajam, kedua orang itu
agaknya telah dibuat merasa jeri. Sejenak tak dapat berkata.
Perlu kiranya diketahui bahwa Ceng Yang dan Tio
Houw ini menjabat ketua dan wakil ketua dari cabang Kim-leng, sudah dengan sendirinya pula bukanlah orang diri golongan sembarangan. Kalau mereka tadi berlaku begitu merendah dihadapan Lim Tiang Hong, adapun
maksudnya, selain merasa jeri terhadap kepandaian Lim Tiang Hong yang barusan diperlihatkan kepadanya, juga mereka ingin mendapat keterangan tentang asal usul pemuda tersebut. Disamping itu mereka juga sengaja hendak main ulur waktu untuk menantikan bala-bantuan dari pusat. Maka tatkala mereka ditantang tadi, mereka tetap se-bisa2 bersikap menghormat. Tetapi Lim Tiang Hong tidak memberi hati pada mereka. Tanpa
menghiraukan tata-tertib dunia kang-ouw, anak muda ini mendesak mereka terus, hingga akhirnya mau tidak mau mereka harus turun tangan.
343 Tio Houw yang sudah tidak sabar lagi lantas
keluarkan suara geramnya. "Sekarang aku suruh kau tahu berapa lihaynya tuan besarmu"
Setelah itu ia lantas menyerang dengan tangan
kosong. Serangan tersebut menggunakan tenaga
sepcnuhnya. Lim Tiang Hong hanya ganda ketawa atas serangan itu, tangannya bergerak seenaknya, ia
menyambuti serangan itu. Setelah terdengar suara beradunya serangan kedua
orang tersebut, lalu disusul dengan terdengarnya suara jeritan ngeri.
Badannya Tio Houw yang tinggi besar sudah
terpental dan setelah jatuh jungkir balik dalam ruangan itu dengan mulut bercucuran darah lantas tidak bangun lagi.
Ceng Yang yang menyaksikan keadaan kawannya
demikian, sambil meng-urut2 jenggotnya berkata:
"Sungguh ganas perbuatamu! Hai kawan2, ayo maju
semua, kita robohkan dulu bocah ini, nanti baru kita bicara lagi"
Setelah berkata demikian, orang berjenggot ini bee-tepuk2. Kawanan orang jahat itupun, setelah mendengar 344
perintah tersebut lantas pada maju mengeroyok, hingga sebentar saja Lim Tiang Hong sudah terkurung dalam kepungan kawanan penjahat itu.
Mendadak terdengar suara Lim Tiang Hong yang
tertawa ber-gelak2, diselingi ucapannya demikian:
"Siauw-yamu kalau tidak bisa menumpas habis kalian, kawanan manusia perusak masyarakat dunia kang-ouw ini, bukan terhitung muridnya Bu-ceng Kiam-khek!".
Kakinya lalu bergerak, menerobos kedalam
kepungan orang banyak itu.
Sesaat kemudian suara jeritan terdengar disana-
sini, darah berhamburan diams lantai, bangkai manusia jatuh bergelimpangan....
Belum cukup setengah jam sang waktu berlalu,
semua orang2 Thian-cu-kauw cabang Kim-leng itu telah terbinasa semua dibawah tangan Lim Tiang Hong.
Menyaksikan bangkai berserakan dilantai, Lim Tiang Hong agaknya baru merasa puas. Ia sebetulnya bukanlah seorang yang suka atau haus dengan darah manusia.
Akan tetapi, kawanan manusia jahat dari Thian-cu-kauw itu. yang kejahatannya telah melampaui takaran
dosa2nya, sudah seharusnya ditumpas habis2an.
345 Setelah melakukan pembunuhan secara besar2an
itu, dari badannya Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan tiga buah pedang pendek yang terbuat dari emas murni, pedang itu lalu dilontarkan semua ke atas tiang dalam ruangan tersebut. Itu adalah pedang tanda kepercayaan kepunyaan Bu-ceng Kiam-khek, yang dulu pernah
menggegerkan dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong ketawa puas. Selagi ia hendak
berlalu meninggalkan tempat tersebut ditengah udara tiba2 terlihat meluncurnya api penandaan yang bersinar biru. Menampak api pertandaan itu, diam2 ia menanya pada dirinya sendiri: "Api itu api pertandaan Thian-cu-kauw?"
Belum lagi hilang sinar biru itu, telinganya sudah menangkap suara bergeraknya baju orang. Cepat ia
mengenjot kakinya, melesat diatas tiang dalam ruang tersebut.
Pada waktu itu dari luar kelihatan menerobos
masuk beberapa puluh manusia. Orang yang bsrjalan dan masuk paling dulu adalah Toat-hun Tancu dari
Thian-cu-kauw yang bernama Beng Khong. Tancu ini
346 adalah itu lelaki yang dulu pernah mencari setori dengan Cu Giok lm di dalam rumah makan.
Toat-hun Tancu Beng Khong tatkala menyaksikan
banyak bangkai bergelimpangan di lantai, rupanya ia gusar dan kaget. Dengan suara menggeram ia berkata:
"Sungguh ganas! Perbuatan siapa ini yang sebentar saja sudah menghabiskan jiwa semua orang ini! Tunggu,
jikalau Toa-yamu tahu siapa orang berbuat begini, hmmm! Jikalau tidak kubikin mampus seketika...."
Mendadak terdengar seruan kagetnya: "Bu-ceng
Kiam-khek!" Dan tanpa disadari kakinya mundur tiga tindak,
wajahnya pucat seketika. Kiranya ia telah dapat melihat itu tiga buah pedang kecil yang menancap diatas tiang. Begitu matanya
menatap benda kecil2 itu, kakinya mundur beberapa tindak, mulutnya nampak berkemak kemik, mengatakan
"Bu-ceng Kiam-khek muncul lagi di dunia kang-ouw, ini sungguh suatu hal yang luar biasa....Harus segera kita berikan laporan pada Kauwcu...."
Mendadak ia dengar suara orang berkata dingin:
"Kau juga tak perlu memikir bisa berlalu dari sini!"
347 Toat-hun Tancu kaget. Ketika ia dongakkan kepala
dan melihat Lim Tiang Hong menggelendot diatas
penglari, lantas berseru: "Siauw Kauwcu. kau ternyata juga ada disini..."
Tetapi Lim Tiang Hong membalas perkataan itu
dengan berkata ketus: "Kedatanganku cuma karena
hendak mengantar kau ke akhirat"
Mengucap demikian, tangannya nampak bergerak,
gerakan itu kelihatan seperti dilakukan seenaknya saja dan seperti tidak menggunakan tenaga.
Toat-hun Tancu gusar. Dengan suara keras ia
membentak: "Siauw Kauwcu, apa kau sudah berontak?"
Dengan cara semberono Tancu ini menyambuti
serangan Lim Tiang Hong. Karuan saja karena perbuatannya ini, lantas
terdengar suara jeritan tertahan badan Tancu ini nampak sempoyongan, mundur tiga langkah ke belakang.
Kini ia baru tahu bahwa pemuda yang dianggap


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Siauw Kaucu-nya itu benar2 mempunyai kepandaian
yang tinggi luar biasa. 348 Seketika itu wajahnya lantas berobah pucat, ia
berkata dengan suara bengis: "Kau coba2 sambuti
seranganku ini!" Sebentar nampak kedua tangannya dikebutkan.
Dari situ nampak asap hitam mengepul, asap ini berasa dingin, se-o!ah2 gelombang uap air, menggulung badan Lim Tiang Hong yang masih di atas.
Lim Tiang Hong yang ingin membereskan
pertempuran itu secepat mungkin, lantas memapaki
serangan tenaga sepenuhnya.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan yang keluar dari Toan-hun Tancu, badannya pun terbang melayang setinggi dua tombak untuk kemudian jatuh terkulai di tanah, jiwanya melayang.
Anak buah Tancu yang baru terbinasa ini, semua
dalam ketakutannya pada mencoba lari kalang kabut.
Lim Tiang Hong yang sudah mengandung maksud
menumpas habis semua orang2 Thian-cu-kauw, dengan gerakannya Sam-sam Po-hoat memutar-mutar jari2
tangannya. Sebentar saja, semua orang itu sudah
tertotok jalan darahnya dan roboh binasa.
349 Sungguh diluar dugaan semua orang, bahwa
cabang Thian-cu-kauw dikota Kim-leng yang
berkedudukan sebagai pusat di tepi sungai dikota kim-leng itu dalam waktu semalaman saja sudah dibikin musnah oleh Lim Tiang Hong.
Buat Thian-cu-kauw, perbuatan Lim Tiang Hong
merupakan suatu pukulan hebat. Akan tetapi pernah menduga bahwa cabang perkumpulan itu telah
termusnah dibawah tangan seorang pemuda, yang
wajahnya mirip siauw kauwcu mereka sendiri.
Malam itu udara terang, rembulan memancarkan
sinarnya yang terang benderang.
Lim Tiang Hong yang sehabis memberekan orang-
orang Thian-cu-kauw cabang Kim-leng, lantas berpikir untuk berlalu dari tempat yang seperti sudah merupakan neraka itu.
Tetapi, ketika baru saja ia bergerak dan ingin
pulang ke rumah penginapannya, sesosok bayangan kecil langsing tampak dengan cepat berlari ke arahnya.
Bayangan itu ternyata adalah Yong-jie, itu gadis
nakal yang masih ke kanak2an sifatnya.
350 Dengan suara cemas gadis cilik ini berkata kepada Lim Tiang Hong: "Rombongan imam itu malam ini
mungkin akan mendapat bahaya. Jikalau kau akan ingin pergi menonton keramaian, dari sini kau boleh menuju kejalanan yang boleh dipakai mengambil jalan ke Butong-san. Sekarang ini aku sendiri perlu mengejar Yayaku, tidak bisa ikut kau"
Setelah berkata demikian, Lim-Tiang-Hong hanya
dapat melihat berkelebatnya sinar merah, dan gadis binal itu sudah menghilang dari depan matanya.
Berita yang disampaikan oleh gadis cilik itu
kepadanya, agaknya telah membikin Lim Tiang Hong
kebingungan. Enam ketua, dari enam partai besar, dari golongan Hian-bun ia akui pengaruhnya cukup besar, dikatakan mendapat bahaya, betul2 ia merasa bingung. Apabila benar2 mereka akan menemukan bahaya, maka orang
yang akan turun tangan menghajar mereka itu entah berapa tinggi lagi kepandaiannya"
Tertarik oleh sesuatu yang mengherankan hatinya
memang sudah merupakan salah satu sifat manusia yang ingin tahu segalanya. Begitulah keadaan Lim Tiang Hong 351
pada saat itu, pemuda ini bukan hanya tertarik karena perasaan herannya, bahkan ia telah merasa pula bahwa ia sebagai pemuda mempunyai kewajiban hendak
melindungi imam itu dari bahaya. Ia yang sudah
membasmi cabang Thian-cu-kauw untuk kota Kim-leng, yang dengan sendirinya perbuatan itu tidak bedanya dengan suatu tantangan hebat bagi Thian-cu-kauw yang baru saja hendak pentang sayap melarkan kuku dalam dunia kang-ouw.
Jikalau dalam hal ini ia dapat menggagalkan pula
rencana busuknya Thian-cu-kauw yang sengaja
memusuhi orang2 golongan Hian-bun, maka sudahlah
pasti dengan perbuatannya itu ia dapat mengoncangkan kedudukan Thian-cu kauw.
Maka dengen tidak berpikir panjang lagi ia lantas lari ke jalanan yang ditunjuk oleh Yong-ji tadi.
Sekarang marilah kita tengok kembali keadaan Lima ketua partai Hian-bun, yang berjalan mengikuti ketua partai Bu-tong-pay Pek Ho Totiang berjalan menuju kegunung Bu-tong-san.
Hampir rata2 setiap orang diliputi oleh perasaan
masgul didalam hatinya masing2.
352 Terutama dengan Pek Ho Totiang sendiri, Sang
Ketua Bu-tong-pay ini nampak begitu murung wajahnya.
Ia ini bukan saja merupakan tetua dari Bu-tong-pay saja, bahkan pada saat itu, ia memegang pula tampuk
pimpinan sebagai Beng-cu atau pemimpin dari enam
partai besar golongan Hian-bun. Jikalau dalam
menghadapi kesulitannya ini, peristiwa ruwet yang timbul kali ini sampai tidak berhasil dibereskannya, maka kedudukan enam partai besar dikalangan kang-ouw pasti akan runtuh. Dan itu pasti karena Bengcunya yang tidak becus mengurus perkara.
Selagi para ketua itu bee-duyun2 berjalan didalam suatu rimba yang lebat sekali dengan pohon2nya.
mendadak mereka dengar suara ketawa yang agak
ganjil. Didalam rimba yang lebat itu, suara itu
kedengaran semakin menyeramkan. Suara tertawa tersebut bukan hanya menyeramkan saja, bahkan seperti ada suatu pengaruh kekuatan yang menindih perasaan mereka, yang seketika itu menjadi goncang hatinya.
Rombongan orang itu yang semuanya terdiri dari
orang2 yang boleh dikatakan tokoh2 kuat dalam rimba persilatan, semua pada merasa seperti ada apa2 yang 353
tidak beres Maka semua pada mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya untuk melawan pengaruh jelek yang hendak mengeruhkan pikiran mereka itu.
Bagi Pek Ho Totiang dan Bu-tong It-khie, hal
demikian masih tidak terlalu dirasakan, akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan Ciak-yan Ie-su dan lain2nya. Orang2 yang disebut belakangan ini sudah pada berobah pucat wajahnya.
Orang memperdengarkan suara ketawanya tadi
agaknya hanya ingin menggertak saja. Ketika rombongan imam tersebut menghentikan gerakan mereka, orang
yang tertawa tadi mendadak muncul dari belakang
sebuah pohon. Orang ini ternyata adalah seorang berperawakan
tinggi besar yang tegap, akan tetapi seluruh wajahnya tertutup dengan kain hitam. Dengan lagak congkak orang tinggi besar ini berdiri melintang di-tengah2 jalan. Tanpa bersuara, juga tidak bergerak sama sekali.
Pek Ho Totiang yang baru2 ini sudah menerima
berita sampai ber-kali2, maka ia sudah mendapat firasat bahwa dunia rimba persilatan kini sedang terancam bahaya. Oleh karenanya maka ia harus terjunkan diri 354
sendiri kedunia kang-ouw untuk mencari keterangan, mencari tahu benar tidaknya keterangan2 yang ia terima itu. Disamping itu, ia mengundang pula lima ketua partai besar golongan Hian-bun untuk diajak berunding bersama2.
Munculnya orang tinggi besar yang mukanya
berkedok ini telah membuat hatinya Pek Ho Totiang bercekat dan mendadak suatu firasat jelek-timbul dalam otaknya. Selagi ia masih memikirkan semua persoalan itu, Ciak-yan Ie-su yang adatnya paling berangasan sudah lantas membentak dengan suara keras: "Tuan
siapa! Apa maksudmu menghalangi perjalanan pinto
sekalian!" Orang berkedok itu menjawab sambil perdengarkan
suara ketawanya jahg aneh: "Sungguh tidak gampang mendapat kesempatan seperti ini, menjumpai enam
Ciang-bunjin sekaligus yang muncul berbareng disini.
Kedatangan lohu memang disini, ada maksudnya"
Lam-gak Koan-cu berkata sambil menuding orang
berkedok itu dengan kedutannya: "Seorang laki2 harus berlaku terus terang. Kalau memang benar tuan ada maksud apa2, boleh tuan katakan disini secara terus 355
terang, perlu apa berlaku seperti kelakuannya maling begitu rupa"
"Apa yang Lohu inginkan, adalah enam batok
kepala Ciang bunjin sekalian beserta bendera kuning yang berada dalam badannya Pek Ho Totiang" Demikian sahut orang berkedok itu dengan sikapnya yang jumawa.
Giok-hie-cu lantas ketawa ber-gelak2 "Kelakuan
tuan ini betul2 terlalu sombong. Apa tuan kira enam partai dari golongan Hian-bun boleh diperlakukan
seenaknya saja begitu gampang?"
"Jikalau kau tidak percaya, kuambil kepalamu dulu sebagai contoh...."
Setelah berkata sampai disitu, suatu tenaga yang
mengandung hawa dingin lantas meluncur keluar dari tangan orang berkedok tersebut.
Tubuhnya Giok-hie-cu lantas melesat mumbul 2
tombak tingginya. Di tengah udara imam ini masih coba ber-putar2 sebentar, kemudian terjatuh di tanah. Hanya terdengar suara jeritannya. Mulutnya sudah tersumbat oleh darah yang masih mengucur keluar.
Orang berkedok itu berkata pula sambil
perdengarkan ketawa seramnya: "Sungguh tidak nyana 356
ketua Kun-lun-pay ternyata tidak punya guna sama
sekali. Ha, ha.... Jikalau tidak membunuh kalian dan tidak ingin memberikan contoh, lohu benar-benar segan turun tangan"
Perbuatan orang berkedok itu benar2 sangat
mengejutkan. Beberapa totiang itu lantas berobah pucat pasi wajahnya, Pek Ho Totiang segera mengetahui
bahwa malam itu mereka benar2 akan menghadapi
bencana yang sukar dihindarkan.
Pada saat itu kebutannya Lam-gak Koan-cu, yang
juga merupakan senjata istimewanya sudah diputar
hendak menyerang orung berkedok itu.
Kemudian selelah itu, Ciak-yan Ie-su juga
menyusulkan gerakan tangannya, gerakan tangan yang sudah terkenal kehebatannya.
Tetapi sebentar kemudian kembali terdengar suara
jeritan ngeri. Ciak-yan Ie-su dengan mulut
menyemburkan darah segar, badannya jatuh berputaran seperti roda sehabis diputar. Lam-gak Koan-cu yang menyerang duluan, dengan wajah pucat pasi mencoba hendak menyerang lagi.
357 Orang berkedok itu hanya perdengarkan suara
ketawa dingin, badannya bergerak laksana angin,
bergerak menerjang serangan Lam-gak Koan-cu.
Tiba2 terdengar pula suara jeritan yang menyayat
hati. Badan Lam-gak Koan-cu telah jatuh dengan
bergulingan di tanah untuk kemudian tidak bangun
kembali. Bu-tong It-khie berkali2 menyebut nama Buddha,
kemudian terdengar perkataannya. demikian: "Iblis jahat! Tidak nyana kau bisa berbuat begitu jahat dan telengas".
Sehabis mengucapkan perkataannya, jubahnya
yang gerombongan nampak dikibaskan. Suatu kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat lantas meluncur keluar menyerang si orang berkedok. Itu adalah ilmu serangan tangan kosong pelajaran Bu-tong-pay yang dinamakan Bian-Ciang-kang yang sudah lama kesohor karena
kehebatannya. Tetapi orang berkedok itu sudah memutar
tangannya yang besar. Ia rupanya hendak menyambuti serangan tersebut.
358 Dua kekuatan tenaga dalam lantas saling beradu,
Bu-tong It-khie nampak sempoyongan badannya dan
mundur sampai tiga tindak. Darah dalam badannya
dirasakan seperti bergolak. Selagi imam ini hendak berdaya untuk menahan badannya supaya sampai jatuh, tiba2 ia merasa wajahnya seperti disambar angin dan orang berkedok itu sudah maju menghampiri untuk
melumerkan serangan susulan dengan kecepatan luar biasa.
Pek Ho Totiang dengan cepat memburu hendak
memberi pertolongan, tapi sudah kasip....
Kembali terdengar suara jeritan ngeri. Orang tua
dari Bu-tong-pay itu juga akhirnya harus menyerahkan jiwanya kepada orang berkedok itu.
Pek Ho Totiang, menyaksikan bagaimana Susiok
serta beberapa orang ketua lain dalam waktu sekejapan dibinasakan satu persatu oleh orang berkedok itu, sekalipun ia sendiri mempunyai kesabaran luar biasa, tetapi ketika itu ia tidak lagi dapat menindas perasaan gasarnya yang sudah me-luap2. Ia dengan masih
mencoba mengendalikan rasa sedihnya, diam2
359 mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
bersedia hendak adu jiwa dengan orang berkedok itu.
Pada saat itu mendadak orang berkedok itu berkata sambil perdengarkan suara ketawanya menyeramkan:
"Pek-ho! Asal kau mau segera serahkan panji kuningmu itu, lohu akan bertindak dengan memakai kecualian atas dirimu supaya dengan meminjam mulutmu kau
sampaikan berita ini kepada semua orang2 dunia kangouw".
Pek Ho Totiang sedapat mungkin berusaha
menindas perasaannya. Sambil ketawa ber-gelak2, ia menjawab "Bicara terlalu banyak tak ada guna. Asal kau mampu menangkan pinto, panji kuning ini sudah tentu akan berada dalam tanganmu".
Setelah berkata demikian, nampak tangan Pek Ho
Totiang diangkat per-lahan2. Ditangannya itu nampak pula satu panji kecil segi tiga warna kuning dengan cabangnya berwarna merah begitu dilemparkan, lantas menancap dalam di tanah berumput, nampak berkibaran ditiup angin malam.
Orang berkedok itu kembali perdengarkan suara
ketawa yang menyeramkan: lalu kembali ia berkata: 360
"Kalau begitu, jangan kau menyesal kalau lohu turun tangan keji"
Saat itu tulang2 disekujur badan orang berkedok itu mendadak berbunyi keretekan, seluruh kekuatan tenaga dalamnya telah dipusatkan dikedua telapak tangannya, kakinya lalu bergerak maju lambat2.
Pek Ho Totiang tampak sikapnya sungguh2. Kumis
dan jenggotnya ber-gerak2, begitu pula kupiah yang dikenakan diatas kepalanya. Imam inipun telah
mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi musuh yang sangat tangguh ini.
Dua jago, satu dari golongan baik dan yang lain dari jalan sesat itu nampak keduanya bergerak setindak demi setindak untuk saling mengadu kekuatan.
-0dw-smhn0- Bab 10 SELAGI orang berkedok itu hendak bertempur
mati2an Pek Ho Totiang, didalam rimba mendadak
terdengar suara angin ser2-an dan sinar pedang
bergemerlapan, kemudian disusul oleh sinar pedang yang meluncur kedalam medan pertempuran.
361 Kedua musuh yang hendak bertempur itu terpaksa
pada lompat mundur sampai 5 kaki jauhnya. Dan tempat mereka berdiri tadi, lantas tertancap 3 batang pedang kecil warna emas yang memancarkan sinarnya
gemerlapan. 3 benda itu menancap ditanah dalam
bentuk segi tiga. Apa yang paling mengherankan, meluncurnya
pedang itu ada demikian keras, tapi ketika menancap ditanah, ternyata cuma kira2 satu dim dalamnya, awak pedang hampir seluruhnya berada dipermukaan tanah, hingga pedang tersebut nampak bergoyang-goyang.
Dari sini bisa dilihat, betapa hebat kepandaiannya orang yang meluncurkan 3 bilah pedang kecil tersebut.
Orang berkedok itu melihat pedang kecil itu,
sekujur badannya nampak gemetaran. Meskipun pada
saat itu tidak terlihat sikap dari wajahnya yang memakai kedok, tapi dari reaksi yang diunjukkan itu dapat diduga sampai dimana rasa jerinya.
Pek Ho Totiang sendiri juga dikejutkan oleh
munculnya 3 bilah pedang yang datangnya secara
mendadakan itu. Dalam otaknya dengan cepat sudah
ingat kepada dirinya seseorang.
362 Dan selagi kedua orang itu lompat mundur dalam
keadaan kaget, orang berkedok itu mendadak putar
tubuhnya dan secepat kilat telah menyambar bendera kuning yang menancap di tanah. Setelah itu
badannyapun segera melejit ke udara dan lari kedalam rimba, sebentar saja sudah hilang dari depan mata Pek Ho Totiang.
Karena perubahan itu terjadi diluar dugaan semua
orang, maka ketika Pek Ho Totiang lompat melesat
hendak merintangi perbuatannya orang berkedok itu, ternyata sudah terlambat setindak.
Pada saat itu, dari dalam rinba telah muncul
seorang pemuda tampan, lalu berkata kepada Pek Ho Totiang sambil menghela napas: "Aku yang rendah
karena terlambat saja, telah membuat Totiang sekalian hampir mengalami bencana"
Pek Ho Totiang kenal baik pemula itu, ia adalah
murid keturunannya Bu-ceng Kiam-khek, Lim Tiang
Hong. Ia lalu menjawab sambil geleng2kan kepala:
"Semua kejadian sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Esa, tidak dapat diubah oleh tenaga manusia. Atas budi 363
Siauwhiap yang sudah menolong kita dari bencana, pinto tidak akan melupakan. Cuma bendera perserikatan 6
partai Hian-bun yang pinto bawa, sudah dirampas oleh iblis tadi. Untuk selanjutnya barangkali akan
menimbulkan bencana yang tidak habis2nya. Hal ini sungguh2 membuat pinto merasa malu terhadap
perguruan dan kelima parlay lainnya. Aih....!"
Walaupun Pek Ho Totiang ada seorang yang
beribadat tinggi, tapi tidak urung masih tidak mampu menindas perasaan duka, masgul dan gusarnya,
sehingga semua itu nampak tegas dari sikap
pembicaraannya. Lim Tiang Hong juga merasa sangat gusar, berkata
pula sambil menyoja: "Totiang terlalu merendahkan diri.
Tahukah Totiang asal usulnya orang berkedok tadi!
Karena aku yang rendah berada ditempat sejauh 10
tombak lebih, hingga tidak keburu mencegah
perbuatannya. Dalam keadaan tergesa-gesa, terpaksa menyambitkan 3 bilah pedang kecil yang merupakan
tanda kepercayaan suhuku, tidak nyana telah memberi kesempatan padanya untuk merampas bendera
perserikatan" 364 Pek Ho Totiang berpikir sejenak, baru berkata
dengan lambat2: "Pinto sejak berkelana didunia kangouw, belum pernah dengar dikalangan Kang ouw ada
seorang iblis berkepandaian begitu tinggi yang sepak terjangnya demikian kejam dan ganas. Jika dilihat dari sikapnya tadi yang begitu kaget dan ketakutan ketika dapat lihat pedang tanda kepunyaan suhumu, pinto duga ia pasti ada kenal baik dengan suhumu"
Mendengar keterangan itu, Lim Tiang Hong
mendadak tergerak hatinya, hingga diam2 telah berpikir: apakah dia adanya itu orang yang mendapat gelaran Manusia Buas Nomor satu didalam dunia...."
Sudah tentu itu ada dugaannya ia sendiri, yang ia anggap tidak ada perlunya diberitahukan kepada Pek Ho Totiang. Ia hanya berkata sambil memberi hormat:
"Tentang kedatanganku yang rendah malam ini, harap Totiang suka pegang rahasia, karena aku yang rendah hendak mengamat-amati sepak terjangnya iblis itu
secara menggelap" Setelah memberikan pesannya, kembali ia memberi
hormat dan kemudian lompat melesat lari menuju ke kota Kim-leng.
365 Setiba dirumah penginapannya, ternyata sudah
hampir terang tanah. Ia hanya duduk bersemedi
sebentar diatas pembaringan, lalu cuci mulut dan muka, setelah santapan pagi sebentar, ia kembali duduk
seorang diri sembari memikirkan persoalannya tadi malam.
Dalam keadaan demikian, mendadak nona Yan-jie
diam2 masuk kekamarnya, lantas menggapai dan
berkata padanya: "Lekas ikut aku untuk menemui
seseorang, ada urusan penting yang akan kita
rundingkan" Lim Tiang Hong letakkan cangkirnya dan menanya
sambil ketawa: "Ada urusan apa yang membuat kau
sampai begitu tergesah-gesah?"
"Suruh kau lekas pergi menemui Giam-Lo Ong, tahu
tidak?" jawabnya Yan-jie sambil ketawa penuh arti.
Tanpa banyak rewel, ia lantas menarik tangannya
Lim Tiang Hong, diajak keluar.
Sekeluarnya dari rumah penginapan, mereka jalan
melalui jalanan berbelit-belit. Entah berapa banyak gang yang dilalui, baru tiba di pintu belakang sebuah rumah besar.
366

Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

Yan-jie mengetok pintunya dengan pelahan, yang
segera dibuka oleh seorang bocah kira2 berusia 14
tahun. Yan-jie agaknya kenal baik dengan penghuni rumah
tersebut. Ia ajak Lim Tiang Hong melalui beberapa pintu, kemudian masuk ke kamar buku.
Tiba2 dari dalam ada suara orang yang menegur:
"Apakah Yan-jie" sudah berhasil menemukan dia atau tidak?"
Dengan sikap gembira dan suara nyaring ia
menyahut: "Dia sudah datang...."
Dari dalam lantas terdengar suara orang ketawa
bergelak-gelak, kemudian muncul seseorang yang
menyambut kedatangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tidak tahu Yan-jie sedang main
sandiwara apa, maka lantas berpaling mengawasi
padanya. Tapi Yan-jie hanya ganda dengan ketawanya, tidak berkata apa2.
Pada saat itu, seorang pertengahan umur berwajah
putih bersih dengan dandanannya seperti pelajar
menghampiri Lim Tiang Hong, tapi Yan-jie sudah
mendahului dan memperkenalkan mereka berdua
367 sembari berkata kepada Lim Tiang Hong: "Ini adalah sahabat karib ayah, didunia kang-ouw terkenal dengan julukannya "Sin-soan Cu-kat", Khong Bun Thian siok-siok"
Kemudian berkata kepada pamannya sambil
menunjuk Lim Tiang Hong: "Dia adalah itu orang yang tempo hari datang di rumahku"
Memperkenalkan dengan cara demikian, agaknya
ada sedikit luar biasa. Ia tidak menyebutkan nama dan asal usulnya, hanya mengatakan "itu orang yang tempo hari datang di rumahnya", hingga Lim Tiang Hong diam2
kerutkan alisnya, dan kemudian maju untuk memberi hormat kepada tuan rumah sembari berkata: "Boanpwee Lim Tiang Hong, datang untuk menjumpai Khong
locianpwee" Sin-soan Cu-kat Khong Bun Thian mengawasi dari
atas sampai kebawah, kemudian ketawa terbahak-bahak sembari berkata "Tidak usah memakai banyak cara,
harap duduk di dalam"
Bertiga lalu masuk ke dalam kamar. Baru saja
hendak duduk, dari luar telah masuk seseorang, yang lantas berkata dan sambil acungkan ibu jarinya kepada Lim Tiang Hong: "Lotee, kau sungguh hebat! Tidak
368 kecewa kau menjadi murid keturunannya Bu-ceng Kiamkhek. Apa yang kau lakukan dikota Kim-leng itu hari sesungguhnya sangat menarik. Barangkali dengan
perbuatanmu itu, sudah cukup untuk membikin keder orang2 Thian-cu-kauw!"
Khong Bun Thian lantas berkata sambil goyang2kan
tangannya: "Bolehkah kau bicara sedikit perlahan?"
Orang itu yang ternyata si Pengemis Mata Satu,
dengan tangannya menepok-nepok kepalanya sendiri
berkata pula: "Aaa! sungguh mati, aku pengemis tua hampir saja melupakan urusan itu"
Lim Tiang Hong duduk menjublak. Ia tidak mengerti apa yang hendak dibicarakan oleh mereka. Matanya
sebentar memandang si Pengemis Mata Satu, sebentar lagi mengawasi Sin-soan Cu-kat.
Yan-jie yang menyaksikan keadaan itu, lantas
ketawa geli dan nyeletuk "Khong siok-siok, lekaslah bicarakan padanya, kalau tidak ia nanti bisa mati kebingungan!"
Benar saja, Khong Bun Thian lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Segala persoalan yang mengenakan diri siauwhiap, oleh pengemis tua ini sudah diberi 369
tahukan kepada lohu. Menurut dugaan lohu: pertama, didunia kang-ouw pada dewasa ini, pasti ada seseorang yang wajahnya dan kepandaiannya mirip dengan kau.
Orang2 dari golongan Hian-bun yang dibinasakan dan patung kuno gereja Siauw-lim-sie yang tercuri, semuanya perbuatannya orang itu. Kedua, orang itu pada waktu orang2 dari partay golongan Hian-bun mencari kau untuk menuntut balas sakit hati, sudah mengetahui bahwa wajahmu ada mirip dengan wajahnya, bahkan begitu
pula kepandaianmu. Maka, ia sengaja berbuat demikian supaya kesalah fahaman antara kau dengan golongan Hian-bun semakin dalam. Dan jikalau perlu, mereka akan tarik dirimu supaya bergabung dengan perkumpulannya.
Ketiga, kau telah mencari keterangan ke mana-mana tentang dirimu, hal itu sudah diketahui oleh banyak orang. Perkumpulan rahasia itu, karena ada maksud hendak menarik dirimu, sudah tertu berdaya supaya agar kau tidak mengetahui asal usulmu sendiri. Dan oleh karena Heng-lim Cun-loan ada mengetahui jelas tentang dirimu, maka ia telah menemukan ajalnya secara
mengenaskan. Keempat, kini sudah ada muncul dua
partay atau golongan yang masing2 dan golongan
370 tersesat dan golongan benar. Kedua partai yang besar pengaruhnya itu, masing2 telah hargakan dirimu sebagai kongcu dan Siauw-kauwcu, ini berarti pula bahwa
pemimpin dari kedua partay itu, salah satu diantara mereka pasti adalah ayah atau bundamu. Tapi hal ini betul atau tidak, masih diragukan kebenarannya. Sebab kau ada merupakan seorang yang sangat menonjol
dengan kepandaianmu dari angkatan muda. Pihak
manapun yang bisa mendapatkan dirimu, berarti
mendapatkan satu pembantu yang sangat kuat. Maka
kita tidak boleh tidak harus berjaga-jaga, agar mereka jangan sampai menarik dirimu".
Keterangan ini berdasar perhitungan atas semua
fakta2. Sungguh tidak kecewa Khong Bun Thin mendapat julukan Sin-soan Cukat atau Cu-kat Liang seorang
penesehat pandai dari jaman Sam-kok yang pandai
meramalkan. Lim Tiang Hong yang mendengar keterangan
tersebut, diam2 juga merasa kagum. Maka ia lantas menyahut sambil angguk2kan kepalanya: "Dugaan
locianpwee benar seperti dewa, boanpwee merasa sa-371
ngat kagum. Tapi boanpwee masih ada satu soal ingin minta keterangan locianpwee"
Ia lalu menerangkan peristiwa yang terjadi
semalam, dimana 6 ketua dari 6 partai golongan Hianbun, dalam perjalanannya telah berjumpa dengan
seorang tinggi besar yang memakai kedok.
Dalam suatu pertempuran sengit, 5 diantara 6
ketua partai itu telah binasa ditangannya orang berkedok itu dan bendera perserikatan mereka malah kena
dirampas. Sin-soan Cu-kat setelah berpikir agak lama. tiba2
dongakkan kepala dan berkata:
"Tentang orang berkedok tinggi besar itu, menurut dugaan lo-hu, delapan bagian adalah kauw-cu dari
Thian-cu-kauw. Dimasa yang lampau, Thian-cu-kauw
belum pernah muncul dikalangan kang-ouw, dan
sekarang telah bergerak dengan secara mendadak dan terang2an. Namun kekuatannya belum cukup.
Perbuatannya mencegat dan membunuh 6 partai
golongan Hian-bun itu, justru merupakan permulaannya untuk membentang sayap dan mangunjukkan hasratnya hendak menjagoi dalam dunia kang-ouw. Selanjutnya.
372 kejadian2 serupa itu mungkin akan timbul setiap saat dan setiap tempat, sehingga merupakan ancaman dan bencana bagi dunia kang-ouw"
Sehabis berkata, ia menghela napas panjang, dan
kemudian berkata pula: "Masih untung dengan tanpa sengaja Siauwhiap telah malakukan satu langkah yang bagus sekali. Tatkala kau membersihkan cabang Thian-cu-kauw dikota kim-leng, kau tidak meninggalkan satu saksi hidup, sebaliknya sudah meninggalkan satu tanda dari suhumu Bu-ceng Kiam-khek dan sewaktu kau pergi menolong jiwa-nya Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay juga tidak mengunjukkan wajah aslimu, hanya menggunakan 3 bilah pedang emas, sudah membikin ia kabur
ketakutan. Dengan demikian, mungkin dapat
menggunakan pengaruh nama besarnya Bu-ceng Kiam-
khek, mungkin kuncup nyali mereka untuk sementara, sehingga orang2 dari golongan baik mendapat
kesempatan untuk siap sedia menghadapi segala
kemungkinan" Setelah mendengar keterangan Khong Bun Thian
itu, Lim Tiang Hong lantas berkata sambil kerutkan alisnya: "Dugaan ini meski sangat beralasan, tapi biar 373
bagaimana kita toh harus berdaya untuk menghadapi mereka! Yang perlu kita harus lakukan pada dewasa ini jalan: pertama-tama cari itu penjahat yang wajahnya mirip dengan diri boanpwee. Kedua, menyelidiki dirinya pembunuh yang membinasakan dirinya Heng-lim Cun-loan locianpwee. Sementara mengenai soal dirampasnya bendera perserikatan 6 partay golongan Hian-bun dan dicurinya kitab wasiat gereja Siauw-lim-pay, menurut pikiran boanpwee, Hui Hui Taysu dan Pek Ho Totiang, pasti sudah mempunyai daya upaya dan rencana sendiri.
Rasanya tidak perlu kita turut campur tangan atau capekan hati"
Pengemis Mata Satu menyelak sembari ketawa
terbahak-bahak: "Lotee, perlu apa kau begitu cemas"
Malam ini kita cari dan undang kau kamari, justru urusan ini. Kau sabar dulu, lihat dulu bagaimana perhitungannya tukang ramal kita Sin-soan Cu-kat sianseng, tentang berhasil atau gagalnya rencana kita ini, tergantung kepada nyali dan kecerdikanmu sendiri"
Khong Bun Thian sambil mengurut-urut jenggotnya
yang panjang lantas berkata: "Kau jangan terlalu
374 mengumpak dirinya orang. Apa kau tidak takut diketawai oleh Lim Siauwhiap?"
Lambat2 ia berbangkit diri tempat duduknya, lantas berkata bisik2 ditelinganya Lim Tiang Hong.
Setelah mendengarkan rencanannya Khong Bun
Thian, matanya Lim Tiang Hong nampak bersinar terang, dengan suara mantap ia berkata: "Semuanya terserah kepada kebijaksanaan locianpwee, besok kita boleh bertindak secara berpencaran, bagaimana?"
Dengan demikian, maka perundingan mereka
malam itu telah berakhir dengan memuaskan. Keempat orang itu setelah berlalu dari kamar buku, masing2 lantas menjalankan tugas yang dibebankan diatas pandaknya, Esok harinya, orang2 dunia kang-ouw yang berada
di kota Kim-leng, mendadak dapat dengar dua berita yang mengejutkan. Kesatu adalah, tabib kenamaan
didunia kang-ouw Heng-lim Cu-loan, telah dibinasakan orang didalam kediamannya sendiri, musuhnya bakarnya ada bersangkutan dengan Thian-lam Ngo-liong.
Kedua adalah, pemuda gagah Lim Tiang Hong,
yang paling belakang ini muncul di dunia kang-ouw dengan kepandaiannya yang menggemparkan rimba
375 persilatan, mendadak telah binasa karena racun. Juga terbinasa jarumnya Heng-lim Cun-loan.
Heng-lim Cun-loan meski ada satu tabib terpandai
dalam rimba persilatan, tapi karena sudah lama ia mendapat nama, sedikit banyak sudah tentu ada
musuhnya. Apa lagi perbuatan bunuh-membunuh itu,
ada merupakan soal biasa bagi orang2 dunia kang-ouw.
Maka berita itu kecuali mengejutkan, tidak ada apa2-nya yang mengherankan. Sebaliknya adalah kematiannya
pemuda kosen itu, yang benar2 menarik perhatian
banyak orang. Pemuda kosen yang pernah menggemparkan dunia
kang-ouw itu, seolah-olah bintang pagi, munculnya demikian mendadak, tapi amblesnya juga mengandung beberapa bagian yang aneh.
Bagaimana asal usul yang sebenarnya" Murid Bu-
ceng Kiam-khek" Kongcu dari Hong-hong-tie" Ataukah Kauwcu muda dari Thian-cu-kauw" Tiada seorangpun
yang dapat memastikan. Orang dari golongan sesat
ataukan dari golongan benar" juga tiada seorangpun yaug mengetahui dengan tepat.
376 Namun, hanya dalam waktu yang sangat singkat
saja, nama2 nya sudah begitu terkenal, menggetarkan dunia kang-ouw. Hal ini memang sudah menjadi
kenyataan yang tidak dapat disangkal. Selama beberapa puluh tahun ini, tidak ada seorang yang begitu muncul didunia kang-ouw, namanya lantas menggemparkan
seperti dia. Cuma sayang sedikit, kemunculannya itu hanya
dalam waktu sekejapan saja. Apa yang ditinggalkan hanya keluhan dan rasa menyesal bagi orang2 yang
mengagumi padanya. Tidak demikian dengan Heng-lim Cun-loan, yang
namanya begitu kesohor dalam dunia Kang ouw.
Kenalannya hampir meliputi semua golongan masyarakat seluruh jagat, maka pada waktu kuburnya, seluruh kota Kim-leng menjadi gempar. Orang2 yang datang untuk mengantar jenazahnya kekuburan, sampai memenuhi
jalanan besar kota tersebut.
Orang yang mengurus upacara penguburan itu,
adalah sahabat karibnya Heng-lim Cun-loan di masa hidupnya, mereka itu adalah Sin-soan Cu-kat Khong Bun Thian dan si Pengemis Mata Satu.
377 Mereka memang ada maksud mmbuat upacara itu
semeriah-meriahnya, berbareng dengan itu, mereka juga sengaja mengubur jenasahnya Lim Tiang Hong di
sampingnya kuburan Heng-lim Cun-loan.
Matahari sudah mulai mendoyong ke barat. Orang2
yang mengantar jenasah ke kuburan sudah mulai bubar, di bawah kaki buku Cie-kim-san, kini tambah dua
kuburan baru. Di atas kuburan itu ada tertulis beberapa huruf diatas batu nisan yang berbunyi:
DISINI ADA BERSEMAYAM JENASAHNYA TABIB
SAKTI DAERAH KANG LAM TAN-KONG CU CHIAUW dan
PENDEKAR BERKELANA DI DAERAH TIONG-GOAN LIM
KONG TIANG HONG Dimalam yang gelap sunyi. Cuma sinarnya bintang
dilangit dan kelap-kelipnya binatang kunang2 yang mcnyinari kuburan tersebut, membuat keadaan disitu bertambah seram....
Dalam keadaan demikian, dari dalam rimba yang
tidak jauh situ tiba2 muncul seorang wanita muda
berwajah pucat pasi. Wanita muda itu berpakaian pendek berwarna hijau, didepannya tersulam seekor burung Hong putih, seolah-olah satu patung hidup, wanita muda 378
itu berdiri menjublek di hadapan kuburannya Lim Tiang Hong.
Lama sekali, baru kedengaran suaranya menghela
napas panjang dan kemudian berkata dengan suara
sangat perlahan: "Lim-heng, dimasa hidupmu kau
sebagai satu jago yang gagah perkasa, setelah binasa kau sebagai setan yang gagah pula. Jikalau arwahmu dialam baka tahu. pasti dapat memahami bagaimana
perasaan dalam hatiku pada saat ini... Antara kau dengan aku meski merupakan perkenalan baru dan
persahabatan pribadi, tapi sifat dan kelakuanmu
membuat aku tidak dapat melupakan untuk selama-
lamanya. Ah! Tuhan tidak menyenangi kepada orang
gagah ataukah memang sudah ditakdirkan kalau kau
berumur pendek?" Wanita muda itu berkata sendirian, mendadak ia
cabut pedangnya dan dibulang balingkan didepan
kuburan dengan gayanya yang sangat manis, kemudian berkata pula: "Cu Giok Im sebetulnya hendak
menggunakan pedang ini untuk mengikat tali
persahabatan seumur hidup dengan kau. Tidak nyana, kau telah dibikin binasa oleh tangan jahat cara sangat 379
licik. Dan sekarang, aku hendak menggunakan pedang ini, untuk membunuh musuhmu!"
Pedang itu lalu ditabaskan kepada sebuah batu
besar sehingga hancur berantakan.
Setelah melampiaskan perasaan gemasnya, ia
berkata pula sambil menghela napas. "Lim-heng,
mengasolah dengan tenang! Cu Giok Im tidak akan
mengecewakan kau...."
Burung Hong putih Cu Giok Im, seorang dara yang
dilahirkan di utara. Sejak masih kecil sudah ikut orang tuanya berkelana di dunia kang-ouw, hingga mempunyai sifat seperti seorang laki2. Kalau saat itu ia begitu sedih dan gusar, itu semata-mata keluar dari hati dan perasaan yang mengagumi Lim Tiang Hong. Sedikitpun tidak ada mengandung lain maksud. Betul2 ia ada satu jago betina tulen.
Baru saja Cu Giok Im selipkan pedangnya kedalam
serangkanya dan hendak meninggalkan tempat tersebut, dari satu sudut tiba2 muncul seorang muda yang cakap tampan, yang baik wajah atau dandanannya mirip benar dengan Lim Tiang Hong,
380 Bukan kepalang kagetnya Cu Giok Im. Dengan
tanpa sadar ia lantas mundur 2 langkah dan menegur pemuda itu dengan suara kaget: "Kau masih hidup...?"
Pemuda itu lantas menjawab sambil unjukkan
ketawanya cengar-cengir. "Apakah kau mengharapkan aku mati?"
Dengan lagaknya yang tengik dan ceriwis ia
berjalan lambat2 menghampiri si nona.
Cu Giok Im kembali mundur berulang-ulang dengan
perasaan heran dan kaget. "Kau ini setan ataukah
manusia" Apa perlunya kau menakuti aku sampai
begini?" demikian si nona menegur pula.
"Didalam dunia yang tenang aman, mana ada
setan?" jawabnya pemuda itu sambil ketawa bergelak-gelak. Dan sehabis berkata, tangannya mendadak
bergerak hendak menowel pipinya Cu Giok Im.
Cu Giok Im selamanya paling benci terhadap
pemuda yang berkelakuan ceriwis dan rendah. Dalam gusarnya, ia sudah hendak turun tangan memberi
hajaran kepada pemuda yang dikira ada Lim Tiang Hong itu. Tapi mendadak suatu pikiran terlintas dalam otaknya.
381 Lim Tiang Hong adatnya sopan santun, suaranya juga agak lain, mungkin ini ada Lim Tiang Hong palsu.
Dengan cepat ia sudah lompat minggir dan
membentak dengan suara keras: "Kau siapa" Jangan
coba bergerak lagi".
"Aku adalah pemuda pujaanmu Lim Tiang Hong!
Bagaimana apa kau sudah tidak mengenali lagi?" jawab pemuda itu sambil ketawa terbahak-bahak.
Pada saat itu, dari rimba mendadak terdengar suara nyaring tapi merdu: "Pui! manusia rendah yang tidak tahu malu, berani2 menyaru sebagai kongcu kita...."
Sebentar mendadak nampak berkelebat sinar
merah. Orang masih belum tahu tegas siapa orangnya, pipinya pemuda itu sudah mendapat tamparan keras
sampai beberapa kaii. Pemuda itu nampaknya sungat gusar sekali. Sambil
menggeram ia coba balas menyerang. Tapi, serangannya itu ternyata sudah mengenakan tempat kosong! Di
depannya sudah tidak kelihatan batangan seorangpun juga.
382 Bukan saja ia tidak dapat lihat bayangannya orang yang menampar dirinya sekalipun Cu Giok Im yang
berdiri tidak jauh juga tidak dapat lihat apa yang terjadi.
Burung Hong putih Cu Giok Im, didalam golongan
angkatan muda pada dewasa itu, sudah terhitung orang terkuat di dunia kang-ouw, biasanya sangat agulkan kepandaiannya sendiri, tapi ketika menyaksikan
perbuatannya orang yang tidak mau unjukkan diri itu, diam2 juga merasa kagum.
Pada saat itu, kedua pipinya pemuda ceriwis itu
sudah menjadi bengkak bengap, seketika itu timbullah sikapnya yang buas. Wajahnya menjadi merah padam, matanya memancarkan sinar buas.
Dengan gusar pemuda ini lalu menggeram: "Siapa
yang begitu berani berlaku kurang ajar dan
mempermainkan Siauw Kauwcumu! Jikalau kau benar2
berani lekas keluar unjuk diri untuk kita adu Kekuatan"
Tetapi sebagai jawaban ia hanya mendengar suara
halus, "Phui! Kau masih belum pantas...."
Kemudian suara itu terdengar, pula mengalihkan
perkataan, agaknya sekarang ditujukan kepada Cu Giok Im: "Nona Pek-hong (burung hong putih), disini Siauw 383
Yong atas nama Kongcu mengucapkan banyak terima
kasih kepadamu" Suara itu kedengaran begitu merdu dan sedap
seperti juga suaranya burung kenari yang sedang
menyanyi. Cu Giok Im diam2 merasa heran, ia lalu menanya
pada dirinya sendiri: "Hee, siapa sih orang itu?"
Pada kala itu si pemuda ceriwis tadi sudah melesat masuk ke dalam rimba sambil perdengarkan suara
geramnya, kelakuannya mirip orang kalap.
Cu Giok Im mendadak seperti ingat sesuatu.
Kematiannya Lim Tiang Hong mungkin ada hubungannya dengan pemuda tadi. Maka cepat2 ia menyusul pemuda tadi masuk ke dalam rimba, akan tetapi disitu sudah tidak kelihatan bayangan pemuda ciriwis tersebut.
Sesaat itu rupa2 kesangsian timbul dalam otaknya
nona ini. Lim Tiang Hong adalah seorang pemuda yang memiliki kepandaian sangat tinggi, asal usulnyapun agak aneh. bagaimana dengan sedemikian mudah dapat
diperdayakan dan dibinasakan orang"....
Dan siapa pulakah orangnya, itu orang yang tadi
diam2 memberi hajaran kepada si pemuda ceriwis tadi 384
itu" Jikalau mendengar logat dan nada suaranya, orang tadi pasti adalah satu gadis cilik. Menurut apa yang ia ketahui, didalam rimba persilatan pada dewasa itu belum pernah terdengar muncul sorangpun juga gadis cilik yang mempunyai kepandaian begitu tinggi.
Seperti apa yang diketahui, Cu Giok Im adalah
seorang gadis yang berhati jujur, sikapnya polos, tingkah lakunya seperti orang laki2. Gadis ini tidak seperti kebanyakan gadis yang suka tersikap ke-malu2an. Saat itu ia memikir pula sekian lama, masih belum juga ia mengetahui siapa adanya gadis cilik dan pemuda ceriwis yang mirip Lim Tiang Hong itu. Selang sesaat, ia lalu memutuskan untuk tidak berpikir mengenai soal itu lagi.
Karena tadi ia telah bersumpah di hadapan
kuburan, maka rencana satu2nya yang akan


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

dilakukannya untuk masa mendatang, sudah tentu
melulu hendak mencari itu orang atau musuh yang telah membinasakan Lim Tiang Hong dengan caranya yang
licik. Dengan ber-jalan2 seorang diri ia mandar mandir
dalam rimba sejenak, setelah itu ia lantas berlalu dan menghilang ditelan kegelapan sang malam.
385 -0dw-smhn0- Bab 11 SEKARANG mari kita tengok kembali keadaan dalam
kelenteng Tang-gak-bio yang terletak dalam kota Lok-yang.
Hari itu mendadak didalam kota tersebut
kedatangan seorang pemuda yang berwajah kusut,
pakaiannya rombeng2. Pemuda yang seperti pangemis ini sedang memikul dua keranjang berisikan buah2an yang lalu didepan kelenteng tersebut.
Kedatangan pemuda bermuka kusut itu ada sedikit
keanehannya. Ditempat tersebut, sedikit sekali orang yang mengenalnya. Sekalipun ada satu dua orang yang suka menegurnya, tetapi setelah bicara sebentar lantas pada menyingkir jauh2, agaknya segan orang2 bergaul dengannya.
Beruntun sang waktu berlalu, tiga hari sudah.
Pemuda itu mulai dikenal orang
Orang2 yang mulai mengenalnya, juga mulai berani
pula menghampiri dan mengajaknya bercakap2.
386 "Siauw Lim, selama setahun ini kemana saja kau
menghilang" Apakah kau sudah mendapat peruntungan dinegeri lain?"
Pemuda kusut itu angkat pundak dan ketawa
menjawab: "Dari mana aku bisa dapat untung" Aku cuma menjual tenaga dan membantu salah satu keluarga besar didalam kota, sekedar untuk mencari sesuap nasi.
Sekarang mendadak majikanku katanya mau pindah ke Selatan, semua orang2 bawahannya diberhentikan dari pekerjaansja, maka terpaksa aku juga berhenti, aku lalu mengambil lain objek. Aku sekarang jualan buah2an ini.
Paman, apakah selama ini kau baik2 saja?"
"Yah. Begitulah. Aku masih tetap seperti dulu,
begitu2 saja Sejak kau berlalu meninggalkan Tang-gak-bio ini, disini beruntun beberapa kali muncul beberapa rupa kejadian. Apa kau tidak pernah mendengar?"
"Didalam kota aku selamanya melayani Kongcu,
putera majikanku, dimana aku bekerja didalam kamar belajar, maka tentu tidak ada kesempatan bagiku untuk keluar pintu, bagaimana aku bisa dapat tahu hal itu?"
"Oh, pantas. Kau mau dengar, bukan" Belum lama
berselang ada seorang pemuda yang mukanya mirip
387 sekali dengan mukamu, pemuda itu begitu datang ke kelenteng ini, entah karena ada soal apa, ia langsung bercekcok dengan para imam dalam gereja ini, akhirnya lalu mereka pada berkelahi. Ah, pemuda itu
sesungguhnya terlalu sekali perbuatannya, terlalu ganas ia turun tangan. Semua imam di dalam kelenteng ini habis semua dibunuhnya, sampai tidak ada seorangpun yang ditinggal hidup olehnya. Keadaan dalam kelenteng ini sungguh mengerikan, tapi siapa yang berani
menghalangi perbuatang-perbuatannya itu. Semula
malah aku malah mengira itu adalah hasil perbuatanmu"
Orang itu, ketika menuturkan kejadian tersebut,
agaknya masih merasa ngeri, sehingga nampak
sebentar2 ia mengurut dadanya.
Pemuda itu mendadak membayangkan perasan
gusar pada wajahnya, tetapi wajah gusar itu hanya terlihat sepintas lalu, sebentar kemudian telah berubah tenang pula, dan lalu berkata sambi mengela napas:
"Aku Lim Tiang Hong kalau sampai mempunyai
kepandaian begitu tinggi, buat apa aku melakukan
pekerjaan seperti ini menjual buah2an"
388 Orang itu berkata pula sambil angguk2kan kepala:
"Yah, kala itu cuma duga2ku saja. Andai-kata benar kau yang mempunyai kepandaian begitu tinggi, aku pikir tentu kau tidak bisa turunkan tangan begitu kejam"
Sehabis berkata, orang itu lantas berlalu
meninggalkan si anak pemuda.
Itu pemuda, yang mengaku bernama Lim Tiang
Hong, kembali memikul keranjang2nya dan mengedar
disekitar kelenteng sambil menawarkan dagangannya.
"Buah Lie... buah Lie..." demikian teriak pemuda ini disepanjang jalan.
Mendadak dari satu sudut di pinggir jalan didalam kota muncul seorang pengemis berkaki satu. Wajah
pengemis ini penuh berewok, romannya kelihatan begitu bengis sampai siapa saja yang melihat wajahnya akan tunduk.
Dengan mem-bawa2 tongkat besi yang
kelihatannya berat juga, pengemis itu berjalan ber-dingkluk2 dan berseru dengan suara keras:
"Hai, berapa harganya buah lie mu itu!"
Se-konyong2, seperti setengah disengaja, tongkat
besi pengemis itu kelihatan diacungkan, dengan ujung 389
tongkat ditudingkan kearah sipemnda ia terus menotok jalan darah Kie-bun dan Hian-khie di badan anak muda penjual buah itu.
Pemuda itu kelihatan seperti orang gugup, cepat
sekali ia menghindarkan totokan tersebut. Lalu
selanjutnya. dengan sikap seperti tidak pernah ada kejadian apa, penjual buah itu meletakkan pikulannya dan menjawab pertanyaan pengemis itu: "Satu kati
harganya seratus duapuluh bun"
Pengemis berkaki satu itu berkata pula sambil
ketawa: "Aku si pengemis tua hari cuma mendapat uang dua ratus cie. Bagaimana kalau dengan uangku ini aku beli buahmu ini beberapa buah?"
Sehabis berkata demikian, pengemis itu nampak
menundukkan kepala dan memilih buah yang baik di
dalam keranjang. Pemuda itu tidak mengetahui asal usulnya
pengemis berkaki satu tersebut. Ia hanya mengetahui bahwa ini pengemis seperti sengaja hendak mencari setori dengannya. Untuk sesaat lamanya otaknya
dikerjakan keras, diam2 lalu menanya pada dirinya sendiri. "Jikalau dia sengaja hendak cari setori, 390
bagaimana harus kuperbuat" Aku lawan dia ataukah
tunggu dulu dengan sabar" Jikalau aku turun tangan terang2an semua rencana pasti akan gagal."
Sementara ia berpikir, si pengemis sudah memilih
beberapa buah yang baik. Tiba2 kedengaran suara halus masuk ke dalam telinga si pemuda: "Kongcu, rencanamu kali ini sungguh bagus, tapi kalau kau mau sembunyikan rupa, kau harus berusaha sedemikian rupa supaya
jangan sampai kelihatan sedikitpun penyamaranmu.
Barusan aku si pengemis waktu menotok kau, dengan gaya sungguh2 kau mengelakkan, sebetulnya bukan
sembarang orang bisa mengelakkan seranganku tadi...
Maka.... Disini ada semacam ilmu yang bisa kongcu gunakan untuk menutup dan membuka jalan darah
secara otomatis. Lain dari itupun ada satu ilmu untuk menahan napas yang dinamakan Ku-sit-hoat. Ilmu ini melulu digunakan sebagai ilmu tunggal yang belum
pernah diturunkan kepada siapapun dari golongan Hong-hong-tie. Untuk kongcu, ilmu ini berfaedah besar sekali.
Aku si pengemis tua tiap hari berdiam di dalam kelenteng Tang-gak-bio. Jikalau Kongcu ada perlu apa2, tiap waktu aku bersedia menurut perintah kongcu. Kongcu, kau 391
boleh bertindak dengan caramu ini secara bebas,
legakanlah hatimu. Hong-hong-tie pasti tidak akan membiarkan kau. Setiap waktu dan disetiap tempat pasti ada orang yang dapat membatu menyempurnakan
rencanamu" Pengemis berewokan berkaki satu itu mengulurkan
sebelah tangannya yang besar dan berbulu, ia
memasukkan buah2 Lie yang telah dipilihnya kedalam sakunya. Setelah meninggalkan dua helai uang kertas ia lantas meninggalkan si penjual buah.
Pemuda penjual buah itu merasa heran, dari mana
muncul pula orang dari Hong-hong-tie" Orang dari partai itu, bukan saja beri kepandaian sangat tinggi tindak tanduknya juga sangat misterius. Berkali-kali mereka membantu padanya, entah apa maksud yang sebetulnya" Ia pungut dua helai kertas tadi. Disitu ada terdapat tulisan yang ditulis sangat halus dan rapih. Benar seperti apa yang dikatakan dalam telinganya tadi, dua rupa ilmu yang disebutkan tadi, telah ditulis dalam kertas itu. Maka seketika itu juga, dengan diam2 ia lantas masukkan kedalam sakunya dan melanjutkan jualannya.
392 Dengan cara demikian, kembali telah lewat dua hari lagi. Hari itu si pemuda, yang bukan lain dari pada Lim Tiang Hong sendiri, baru saja memikul pikulannya
hendak keluar pintu, mendadak ada dua laki2 berwajah sangat buas, dengan kelakuannya yang sangat kasar teiah membentur pikulannya.
Pemuda itu yang sudah mendapat pengalaman dari
pengemis kaki satu tadi, maka lantas pura2 menjerit ketakutan: "Aaaa! celaka...."
Berbarang dengan itu, ia lantas pura2 jatuh
terlentang, hingga buah dalam keranjang yang dipikul lantas berantakan. Ia buru2 bangun lagi. sambil
sesambatan ia berseru: "Buahku telah kalian bikin tumpah berserakan ditanah. Sekarang kalian harus
mengganti harganya buahku itu!"
Ia pura2 menangis dan punguti buahnya
berserakan ditanah dan pada saat itu satu kaki telah menginjak tangannya, seorang diantaranya dari dua laki2
buas tadi dengan mukanya yang ganas berkata dengan suara dingin: "Bocah. siapakah namamu?"
393 "Ampun! aku minta kalian jyangan berlaku begini
kasar, bolehkah" Buah daganganku sudah kalian bikin berantakan di tanah"
"Kau mau menjawab atau tidak?" laki2 buas
kembali menginjak tangan pemuda itu dengan tanpa
kenal kesian. Pemuda itu menjadi gusar, tapi ia masih coba
sabarkan hatinya, dengan suara meratap ia berkata:
"Aiya! sakit, aku... aku.... bernama.... Lim.... Tiang Hong"
Laki2 buas itu benar2 seperti berhati binatang,
sekalipun pemuda itu menangis dan meratap, sedikitpun tidak tergerak hatinya. Mendadak ia berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Kau juga bernama Lim Tiang Hong" Heran, Yayamu tadinya masih mengira kau ada saudaranya"
Seorang lagi lantas turut bicara dengan tidak
sabaran: "Mari kita pergi. Seorang yang tidak ada gunanya begini rupa, mana ada mempunyai kepandaian ilmu silat?"
Laki2 lainnya itu agaknya masih penasaran, ia
menjawab dengan suara kasar: "Bocah ini bukan saja wajahnya mirip sekali dengan dia, bahkan namanya juga 394
sama. Mungkin ia ada hubungannya dengan dia. Coba sekarang kita selidiki dulu lebih jauh"
Kembali ia hendak menginjak dengan keras, dan
selagi hendak menanya, mendadak sesosok bayangan
orang, dengan tidak diketahui dari mana datangnya, tahu2 sudah berada dibelakang gegernya dan menowel pundaknya dengan perlahan.
Laki2 buas itu mendadak mencelat, tubuhnya lantas terbang ke atas setinggi 3 tombak dan kemudian jatuh di tengah jalan. Mulutnya lalu menyemburkan darah segar.
Setelah berkelojotan sebentar, jiwanya lantas melayang.
Kawannya yang lain bukan kepalang kagetnya
menyaksikan kejadian demikian. Baru saja ia hendak putar tubuh untuk kabur, tiba2 ada hawa dingin
menyambar badannya dan seketika itu juga lantas rubuh untuk tidak bangun lagi.
Pemuda itu lantas dongakkan kepalanya. Orang
yang membinasakan dua laki2 buas itu telah mengaku orang dari Thian-cu-kauw. Ia adalah Hek-sa Tancu Leng Heng,
Diam2 pemuda itu berkata kepada dirinya sendiri:
"Eh! ia unjukkan diri?"
395 Ia pura2 masih mengeluh dan meratap-ratap: "Aiya, sungguh buas orang itu, hampir saja tanganku diinyak sampai patah!"
Leng Heng setelah membereskan jiwanya dua laki2
buas tadi, per-lahan2 menghampiri dirinya anak muda penjua! buah itu, kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat tanganya mencekal pergelangan tangannya anak muda itu. Dan satu tangan yang lainnya sudah menotok jalan darah "Kian-kin-hiat" dipundak orang.
Kian-kin-hiat ada merupakan salah satu jalan darah kematian dari 36 jalan darah anggota badan manusia.
Kalau kena ditotok, sekalipun tidak lantas binasa, setidak-tidaknya juga akan terluka parah. Tapi pemuda itu sedikitpun tidak menghiraukan ia masih tetap
menangis, hingga jari tangannya Leng Heng yang hampir saja sudah mengenakan sasarannya lantas ditarik
kembali. Tetapi tangan yang satu lagi masih tetap mencekal tangan pemuda itu, dan dengan seksama kelihatan Leng Heng mengawasi pemuda itu sekian lamanya la lalu
melihat pemuda itu sekujur badannya menggigil,
wajahnya nampak ketakutan, maka ia jadi ketawa geli 396
sendiri. Ia lalu berkata pula dengan suaranya yang lemah lembut: "Adik kecil, yangan takut. Selama ada aku disini, siapapun tidak akan ada yang berani mengganggu
seujung rambutmu" Pemuda itu dengan memesut keringatnya
mengucapkan terima kasihnya.
Pada waktu itu, oleh karena adanya kejadian
tersebut, jalanan ditempat kejadian telah penuh sesak dengan orang2 yang datang mengerumun hendak
melihatnya. Leng Heng agaknya kuatir akan menimbulkan huru
hara besar lainnya lagi, maka ia berkata pula kepada Lim Tiang Hong dengan suara perlahan: "Sekarang tidak bisa kuberi penjelasan lebih banyak, nanti malam saja akan kucari kau"
Setelah berkata demikian, orang she Leng itu lantas berlalu dan meninggalkan orang banyak.
Pemuda itu buru2 memunguti buah2nya yang
berserakan ditanah, juga meninggalkan tempat tersebut.
-0dw-smhn0- 397 Malam larut. Seluruh kota Lak-yang diliputi
kesunyian Disamping kelenteng Tang-gak-bio, didalam sebuah kamar kecil yang sudah bobrok keadaannya, ada tinggal seorang pemuda yang berpakaian rombeng
compang camping sedang duduk bersila.
Pemuda itu bukan lain daripada Lim Tiang Hong
sendiri, pemuda yang tadi siang menyamar sebagai
penjual buah2an. Kala itu nampak pemuda tersebut seperti sedang
memusatkan perhatiannya. Dan memang demikianlah sesungguhnya. Ia sedang
asyik mempelajari dua rupa ilmu silat luar biasa yang diajarkan oeh si pengemis kaki satu kepadanya melalui dua helai kertas bertulisan pembayar buah2annya,
Dalam pada itu telinganya mendadak dapat
menangkap suara berkeresekannya baju yang halus
hingga diam2 ia lalu berkata pada dirinya sendiri: "Aaa, benar saja dia datang...."
(oodwkzoo) 398 Jilid Ke 5 Ia cepat2 menyelasaikan bacaannya dan buru2
rebahkan diri, menutup tubuhnya dengan selimut
rombeng. Sebentar lagi lantas kedengaran suara orang
menggeros, pemuda itu sudak tidur pulas.
Dan pada kala itu pula, dari luar jendela mendadak terlihat dua sosok bayangan orang melompat masuk.
Seorang diantara kedua orang yang baru masuk
tersebut adalah Hek-san Tancu Leng Heng, Tancu dari Thian-cu-kauw yang tadi siang pernah menolong Lim Tiang Hong, membebaskan "penderitaan" pemuda itu dari siksaannya dua orang buas dari rimba hijau.
Leng Heng begitu masuk ke dalam kamar bobrok
dalam kelenteng itu, melihat betapa Lim Tiang Hong tidur dengan memperdengarkan suara menggerosnya
tanpa bergerak, lantas berkata sambil ketawa: "Inilah baru betul2 orang yang kita cari. Dulu kita tidak berbuat kesalahan besar semua...."
Seorang yang lainnya, yang masuk ber-sama2
Tancu she Leng tersebut, lantas berkata: "Tidak perduli 399
benar atau palsu, yang sudah pasti kita bawa sajalah dan kita serahkan kepada Lok-hee Hujin habis perkara"
Pada saat itu Leng Heng sudah menyingkap selimut
yang menutupi badan Lim Tiang Hong, sambil menepuk bahu si anak muda ia berseru: "Hei bangun!"
Lim Tiang Hong lantas bangun. Sambil kucek2
matanya, begitu mengenali yang membanguninya itu
ternyata adalah Leng Heng, pura2 kaget ia menanya:
"Ow, kau! ada urusan apa kau dengan aku?"
"Peruntunganmu sungguh amat baik" demikian
sebagai jawaban Lim Tiang Hong mendengar Leng Heng berkata.
Setelah itu, ia lihat pula tangan orang she Leng itu bergerak cepat menotok jalan darah tidurnya Lim Tiang Hong, kemudian badannya pemuda tersebut lalu
dikempitnya, setelah melesat melalui jendela, lantas menuju keluar kota.
Lim Tiang Hong yang telah dapat memahami
pelajaran "menutup dan membuka" jalan darah sendiri, yang ia dapatkan dari dua helai kertas pemberian si pengemis kaki satu, lagi pula karena turun tangannya 400
Leng Heng tidak terlalu berat, maka begitu berada diluar jendela ia sudah membuka totoknnya lagi.
Disepanjang jalan ia hanya merasa seperti terbawa angin, badannya seperti dibawa kabur.
Entah berapa lama sang waktu berjalan terus,
tatkala ia meneliti lagi, didepan adalah lembah, lebat dengan pohon2nya berupa rimba.
Lembah tersebut keadaannya gelap gulita, disitu
lapat2 seperti terlihat banyak bangunan rumah. Leng Heng sambil terus mengempit badan Lim Tiang Hong, dengan mengambil jalan ber-liku2 lalu masuk kesebuah gedung bertingkat.
Didalamnya gedung itu terhias indah dan mewah
sekali, mirip dengan tempat kediaman raja2.
Setiba dibagian pintu dalam, agaknya Leng Heng
tidak berani sembarangan masuk. Didepan pintu hanya berani berseru: "Hek-sa Tancu Leng Heng minta
berjumpa dengan Lok-hee Hujin"
Selang tidak antara lama, dari atas loteng muncul seorang wanita yang perawakannya kecil langsing,
diwajahnya kelihatan tahi lalat yang membuat lebih cantik parasnya. Dengan sikap angkuh wanita ini
401 berkata: "Hujin sedang melatih ilmu. Kau ada urusan apa" Beritahukan kepadaku saja sudah cukup"
Leng Heng begitu menemui wanita itu lantas
berkata dengan wajah ber-seri2 setelah menyoja terlebih dahulu: "Aku sudah berhasil membawa kauwcu muda
kemari, tolong nona Bwee Hiang sampaikan berita
gembira ini kepada Hujin bagaimana soal ini harus diselesaikan selanjutnya?"
Wanita yang dipanggil "Bwee Hiang" tadi mendadak
memperlihatkan paras muka ramai dengan senyuman,
dan lantas berkata: "Bagus! Tadi pagi Hujin masih membicarakan soal ini. Sekarang, biarlah kau serahkan saja ia padaku"
Lim Tiang Hong sebentar kemudian dapat
mengendus bau harum yang keras merangsang
hidungnya, badannya terasa berpindah tangan, berada dalam pondongannya Bwee Hiang. Dalam hati anak
muda ini diam2 berpikir: "Aku Lim Tiang Hong, satu laki2!
Tidak nyana begini tolol aku dibuat memain oleh orang2
jahat ini. seperti benda tidak ada harganya yang di-bawa2 kesana kemari".
402 Tidak lama kemudian ia merasakan badannya
diletakkan wanita itu diatas sebuah pembaringan yang empuk dan menyiarkan bau yang harum semerbak.
Wanita yang dipanggil Bwee Hiang tadi dengan
tangannya yang halus menepuk tangan Lim Tiang Hong dengan perlahan, hendak membuka totokan jalan darah si pemuda.
Meskipun sudah sejak lama Lim Tiang Hong telah
membuka totokan jalan darahnya, akan tetapi ia toh mengagumi pula kepandaian wanita itu yang mahir
mencari tempat dimana ia tertotok.
Ia lalu berlagak seperti orang baru mendusin,
sambil kucek2 mata ia lompat kagat dan seperti orang ketakutan, dengan berlagak seperti orang ketakutan, dan juga seperti orang kebingungan, menanya kepada Bwee Hiang: "Hai! Disini tempat apa" Bagaimana aku bisa sampai ke tempat seperti ini?"
Bwee Hiang lantas menjawab sambil ber-senyum2:
"Disini adalah rumah gedung bernama Kheng-Iouw Giok-hoat. Inilah sebuah istana diluar kota, sebentar kau pun akan tahu sendiri"
403 Lim Tiang Hong berlagak seperti orang desa yang
baru masuk dalam kota, sikapnya nampak canggung2, gugup dan ketakutan selalu.
Bwee Hiang yang melihat tingkah laku si pemuda,
terus ketawa ter-pingkal2.
Lewat lagi sang waktu setengah jam kemudian,
tiba2 muncul lagi seorang wanita berusia kira2 sebaya dengan Bwee Hiang, wanita ini begitu masuk lantas berkata: "Encie Bwee Hiang, Hujin panggil kau. Lekas ajak Kong-cu masuk"
Dengan mengikuti dibelakang Bwee Hiang, Lim
Tiang Hong lalu berjalan. Entah melalui berapa puluh kamar yang kesemuanya terhias, sampai dalam sebuat kamar besar mewah yang diperlengkapi dengan perabot2
mewah pula seperti yang banyak terdapat dalam istana raja2.
Belum lagi puas Lim Tiang Hong meng-amat2i
barang2 mewah yang terdapat dalam ruangan gedung
mewah itu, tahu2 ia merasa badannya ditubruk orang dari depan. Itu adalah seorang wanita berdandan sangat mewah, wajahnya cantik sekali.
404 Dengan suara lemah lembut wanita itu lalu berkata:
"Anak, ibumu sudah menantikan kau lama sekali...."
Suara itu penuh haru, cinta kasih sayang ibu
kepada anaknya sangat mengharukan sekali.
Karena dandanannya yang begitu reboh luar biasa,
bau harum menutup hidung Lim Tiang Hong, membuat
pemuda itu jadi berdiri bengong.
Dandanan yang melewati batas yang dipakai wanita
itu, serta bau harum semerbak yang berlebihan,
kesemuanya itu membawa kesan buruk bagi Lim Tiang Hong. Ia merasa jemu dengan semuanya itu, hanya
terhadap suara yang mengandung cinta kasih seorang ibu itulah yang rupanya tak dapat tidak dihiraukannya, hingga tanpa sadar ia sendiri lalu menangis seperti anak kecil.
Suara tangisan Lim Tiang Hong keluar dari
perasaan sewajarnya, hingga ia sendiri sudah tidak mampu menindasnya. Mungkin itu memang ada
semacam perasaan kasih sayang anak terhadap ibunya, ia sendiri juga tidak tahu.
Sebab, sebagal seorang anak yang belum pernah
melihat wajah ibunya dan kini begitu bertemu dengan 405
sang ibu, tidak perduli ibu itu baik ataupun jahat, bukankah ibu tetap adalah ibu" Dimana ibu boleh
diabaikan begitu saja"
Antara ibu dan anak itu, selelah sekian lama
masing2 melampiaskan kecintaannya, wanita cantik itu baru melepaskan pelukannya terhadap Lim Tiang Hong dan menyuruh ia bersujud, kemudian menanya padanya:
"Anak, selama beberapa tahun ini bagaimana waktu2
penghidupanmu kau lewatkan" Apakah kau juga ikut
memikirkan ibumu?" Lim Tiang Hong dalam kesempatan itu mamandang
dengan seksama paras ibunya, ia merasa bahwa
wajahnya sendiri memang mirip betul dengan paras
wanita didepannya begitupun ketawanya, hingga boleh dikata tidak mempunyai suatu alasan sedikitpun juga bahwa wanita cantik dihadapannya ini benar2 adalah ibunya sendiri. Maka atas pertanyaan "ibu"-nya itu ia menjawab: "Dulu, sewaktu masih anak2 aku ikut seorang imam tukang masak di kelenteng Tang-gak-bio. Setelah menginjak usia dewasa, lantas aku bekerja pada seorang penduduk kaya raya didalam kota dan sekarang
menuntut penghidupan sebagai menjual buah2-an".
406 Wanita itu lantas berkata sambi! menarik napas:
"Semua adalah ibumu yang bertindak tidak baik hingga kau ditelantarkan dan menderita begitu rupa. Belum lama berselang pernah aku kirim engkomu pergi
kekelenteng Tang-gak-bio mencari kau. Tidak nyana, selain tidak berhasil menemukan kau, sebaliknya malah ia menimbulkan huru hara besar disana, selanjutnya tiba2 muncul seorang pemuda yang mengaku dirinya
bernama Lim Tiang Hong. Aku semula masih mengira itu adalah kau sendiri, anak, tapi sayang pemuda itu
sekarang sudah binasa. Jikalau tidak, aku ingin pergi menyaksikan sendiri"
Lim Tiang Hong diam2 berkata kepada dirinya
sendiri: "Ow.... itulah ada duduknya perkara...."
Disaat itu mendadak ia ingat kepada ayahnya, maka lantas ia menanya: "Ibu, dimana ayah?"
Mendengar pertanyaan itu, diwajah wanita cantik
itu tiba2 lantas nampak muram dan kemudian terdengar suara helaan napasnya yang perlahan, tetapi menjawab juga ia kemudian dengan senyumnya: "Ayahmu masih
ada didunia, dikemudian hari dia pasti bisa datang menengoki kau"
407 Setelah itu ia lantas memberi perintah kepada Bwee Hiang: "Lekas antara Kongcu pergi mandi dan tukar pakaian"
Kemudian ia berkata pula, kali ini kepada Lim Tiang Hong: "Kau boleh ikut Bwee Hiang, sebentar ibumu
masih perlu bicara dengan kau lagi"
Selagi pergi mandi, Lim Tiang Hong menanya
kepada Bwee Hiang, disitu itu sebenarnya tempat apa.
Tetapi yang ditanya hanya tertawa, ketika ia
menjawab juga, kepalanya digeleng-gelengkan. "Tentang ini, paling baik kau tanyakan sendiri pada Hujin, aku tidak berani bilang"
Mulai malam itu, Lim Tiang Hong lantas berdiam
diatas loteng bersama wanita yang mengaku "ibu"-nya itu. Wanita itu menyuruh Bwee Hiang memerlukan
mengurusi pakaian dan makanannya Lim Tiang Hong.
Meskipun semua orang yang berdiam digedung
tersebut pada membahasakan Lim Tiang Hong Kongcu, tetapi ia merasa bahwa gerak geriknya disitu tidak bebas.
Ia hanya diperbolehkan bergerak disekitar loteng itu, jikalau hendak pergi ber-jalan2 agak jauh saja sedikit, lantas akan ada orang yang melarangnya. Diwaktu
408 malam hari, lebih2 lagi ia tidak dapat ke-mana2. Disekitar lembah itu agaknya telah diliputi oleh suasana ketakuan yang diselubungi rahasia banyak.
Wanita itu meskipun acapkali menemukan ia dan
mengajaknya bicara, akan tetapi lama kelamaan makin jarang ia muncul sebabnya ialah karena Lim Tiang Hong selalu berlaku seperti orang bodoh, bukan saja tidak kenal huruf, tetapi juga tidak mengerti ilmu silat.
Kadang2, datang "ibu"-nya itu mengajarnya dalam
melatih ilmu tenaga dalam dengan sedikit dasar2 ilmu silat, akan tetapi, betul2 seperti orang dungu, sang "anak"
itu selalu tidak mendapat kemajuan apapun, hingga akhirnya tidak suka lagi rupanya ia memberi pelajaran padanya.
Orang2 bawahannya yang biasanya suka melihat
sikap majikannya, maka ketika mereka melihat wanita itu mulai tawar perlakukan Lim Tiang Hong, pelayan2
lainnya juga lantas tidak pandang pemuda itu seperti dulu2.
Tetapi disamping semua pelayan itu, hanya Bwee
Hiang seorang yang masih tetap memperlakukan anak muda itu seperti bagaimana lakunya dimasa2
409 sebelumnya, ia masih tetap mengajak muda itu dengan seksama.
Didalam lembah itu, Lim Tiang Hong berdiam kira2
tiga bulan lamanya. Tetapi tidak ada seorangpun juga yang suka memberikan kepadanya itu tempat apa dan pusat perkumpulan apakah bahkan sampai pada ibunya sendiri, sang ibu ini agaknya tidak mau mengatakan apa2
kepadanya. Walaupun demikian, ia sudah hafal betul dengan
letaknya lembah tersebut, sampaipun dimana-mana
adanya pesawat tersembunyi, dimana adanya pos2
penjagaan yang terang dan bagaimana cara orang2
disitu melepaskan partandaan. Agaknya sudah ia hapal betul-betul, bahkan ia telah tahu benar bahwa tempat tersebut bukanlah pusat perkumpulan, apa yang
dinamakan Thian-cu-kauw. Hari itu, sebagaimana biasanya, ia pergi menemui
ibunya, kepada sang ibu ia mengucapkan "Selamat pagi".
Pada kala itu, mendadak ia lihat wajah sang ibu
pucat pasi, sikapnya agak muram, terang ia sedang gusar atau masgul. Maka menampak itu ia selanjutnya hanya duduk saja sama sekali tidak berani buka suara.
410 Mendadak wanita itu berseru kaget: "Ini sungguh
aneh. Apa didalam lamban Loan-hiauw-kok sudah
kemasukan mata2 musuh" Jikalau tidak, bagaimana itu si tua bangka yang tidak mau mampus2, Bu-ceng Kiamkhek mengetahui banyak rahasia didalam lembah ini?"
Lim Tiang Hong yang duduk "menjublek" disamping


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

tiba2 berkata: "Ibu, kau mempunyai kepandaian begitu tinggi, mengapa tidak berbuat sedikit kebaikan sebagai orang gagah menolong orang lemah" Kejahatan sudah tentu akan ada orang yang memeranggi"
Sang ibu itu mendadak berubah bengis. Sikap
maupun wajahnya. Dengan suara gusar, ibu itu
membentak anaknya: "Kau mengerti apa" Tidak perlu kau campur tahu urusan ibumu!"
Tetapi Lim Tiang Hong hari itu agaknya ada lain
dengan Lim Tiang Hong yang dulu-dulu. Dengan sikap tenang ia atasi gertakan sang ibu itu berkata pula:
"Perkataan anak tadi semua adalah sejujurnya. Manusia, apabila sering melakukan perbuatan jelek yang tidak patut, pasti akan ada orang baik yang memberi ganjaran yang tidak bagus juga. Maka ada baiknya kalau ibu meninjau kembali segala perbuatanmu selama ini"
411 Tetapi sebagai jawaban, suara gelak tertawa
terdengar nyaring, "Plak" sekali dan pipinya Lim Tiang Hong lantas menjadi bengkak merah.
Lok-hee Hujin rupanya sudah kalap, sekujur
badannya nampak gemetaran, wajahnya kelihatan bengis menakutkan.
Lim Tiang Hong dengan tenang mengawasi ibunya
sejenak, lalu berkata dengan suara tenang pula: "Anak setelah mengucapkan perkataan kaIi ini, untuk
selanjutnya tidak akan mengutarakan apa2 lagi. Ibu mau dengar atau tidak, terserah kepadamu sendiri"
Setelah mana ia lantas berbangkit, tetapi selagi
hendak berlalu, dari luar mendadak mendatangi seorang-tua berkepala gundul kelimis yang mengenakan pakaian warna merah. Wajahnya dingin kecut, sepasang matanya celong, hidungnya mancung, bengkok agak diujungnya seperti burung betet, dari matanya nampak tegas
kekejaman orang itu. Dengan sorot mata tajam, orang ini begitu masuk
lalu mengawasi Lim Tiang Hong sedemikian rupa.
sehingga Lim Tiang Hong si pemuda pura2 tunduk. Ia 412
lantas memberi hormat dihadapan Lok-hee hujin dan lantas duduk dihadapannya.
Lim Tiang Hong diam2 merasa kaget, ia diam2 ber-
tanya2 pada dirinya sendiri: "Siapa orang ini lagi"
Kelihatannya seperti bukan orang sembarangan".
Lok-hee Hujin ketika melihat kedatangan orang
tersebut, wajahnya lantas ramai dengan senyuman,
kemudian berkata kepada anaknya: "Hong-jie, lekas memberi hormat kepada ketua bagian pelindung kita Beng-hoan Hok-hoat"
Lim Tiang Hong terpaksa dengan malas2an maju
menghampiri orang tersebut, lalu memberi hormatnya.
Orang tua gundul kelimis itu, adalah salah seorang dari empat anggota bagian pelindung yang ada dalam lembah Loan-phiauw-kok yang namanya telah sangat
terkenal. Julukan orang itu adalah Bin-hoan-siu,
kepandaian ilmu silatnya tinggi sekait, orangnya licik serta banyak pula akalnya kejamnyapun luar biasa pula.
Ketika Lim Tiang Hong menjura menghormatnya, ia
hanya membalas dengan ogah2an dan lantas berkata
kepada Lek-hee Hujin: "Kejadian baru2 ini nampaknya makin tidak beras. Kita boleh dikata hampir tidak bisa 413
membikin apapun juga, sebab begitu kami bergerak, lantas ada Bu-ceng Kiam-khek yang telah
mengetahuinya. Aku berani pastikan bahwa didalam
lembah ini pasti ada mata2 musuh, maka harap segera Hujin supaya lekas mengeluarkan peritah mengadakan penyelidikan. Jikalau tidak, untuk selanjutnya bagaimana kita bisa bekerja dan bagaimana lagi ada muka terhadap Kauwcu"
Orang tersebut, setelah berkata sampai disitu,
berhenti sejenak, kemudian berkata pula melanjutkan:
"Kongcu ini dari mana, kenapa dari dulu belum pernah aku melihat mukanya?"
Lok-hee Hujin berkata sambil geleng2kan kepala:
"Dulu kita ibu dan anak telah berpencar. Baru2 ini saja anak ini diketemukan oleh Hek-sa Tancu Leng Heng.
Aah, anakku ini sungguh bodoh tidak bisa apa2 sekali.
Sedikit pengertian tentang ilmu silat saja tidak mampu ia pelajari, aku sungguh kesal"
"Masa iya" Jangan2 kongcu sengaja berbuat begitu, untuk sembunyikan kepandaian aslinya. Seperti apa yang pepatah kuno ada kata: Orang yang terlalu pandai
kadang2 bisa berlaku seperti orang bodoh" berkata Bin-414
hoau-siu sambil ketawa mengandung arti dan setelah itu lantas berbangkit, bicara bisik2 ditelinganya Lok-hee Hujin lantas ia pamitan.
Setelah Bin-hoan-siu berlalu, Lim Tiang juga
berjalan keluar dari kamar.
Sejak ia bertengkar dengan ibunya tadi, pikirannya dirasakan pepat. Dulu ia belum tahu siapa ayah
bundanya. Ia merasa kesal karena tidak dapat
menemukan ayah bundanya itu. Tetapi sekarang, setelah menemui ibunya, malah ia tambah dibikin jengkel karena kelakuan ibunya itu tidak cocok dalam pandangannya.
Balik kekamarnya sendiri, kebetulan berpapasan
dengan Bwee Hiang, yang juga berada dalam kamarnya.
Ia yang hampir setiap hari bergaul dengan Bwee Hiang, perhubungannya makin lama makin erat. Ada beberapa hal yang dulu2 Bwee Hiang masih ragu2 mengatakan
padanya. sekarang agaknya sudah mulai berani ia bicara terus terang. Pelayan wanita ini nampaknya agak jujur dan hatinya baik, tidak seperti orang yang suka ber-muka2 kepada majikannya.
Bwee Hiang yang begitu melihat masuknya Lim
Tiang Hong kedalam kamar, melihat pula wajah kucel 415
dari si anak muda itu, lantas mengomelinya: "Kau benar2
terlalu besar nyali, berani melawan ibumu. Jangan kau sangka karena kau adalah anak kandungnya lantas mau jadi besar kepala. Jikalau kau membikin dia jengkel, kau akan diperlakukan sama halnya dengan yang lainnya, maka paling baik kau jangan mencampuri urusannya"
Lim Tiang Hong hanya ganda ketawa. atas kata2
sipelayan ia tidak berkata apa2.
Karena melihat sikap si anak muda yang berlainan
dari waktu2 biasanya, Bwee Hiang rupanya tidak berani bicara terlalu banyak.
Setelah berkata demikian tadi, ia lantas
mengalihkan pembicaraan kelain soal. "Aku beritahukan kau sesuatu hal, sudah dengarkah kau?"
Ucapan Bwee Hiang tadi benar2 menarik perhatian
Lim Tiang Hong, ia buru2 menanya "Kabar apa" "
"Tadi malam ada satu nona yang mengaku
bernama Burung Hong putih, masuk ke dalam lembah
ini. Nona itu sesumbar katanya hendak menuntut balas dendam buat Lim Tiang Hong. Semua orang tadinya
mengira adalah kau yang dimaksud itu, tapi kemudian baru diketahui bahwa orang yang hendak dibalaskan 416
dendam sakit hatinya itu adalah Lim Tiang Hong yang mati diracun orang dikota Kim-leng"
"Dan kemudian bagaimana dengan dia?"
"Buat orang yang berani masuk kedalam lembah
Loan-phiauw-kok apa kau kira, bisa keluar dengan
selamat" Siang2 ia sudah ditangkap oleh Bin-hoan-siu dan kemudian disekap dalam penjara dibawah tanah"
"Dimana adanya penjara itu, apa kau tahu?" tanya
Lim Tiang Hong, yang tanpa sadar sikapnya menjadi tegang.
"Penjara itu adanya disebelah Timur lembah,
terletak kira2 dua tiga ratus langkah dari sini"
Setelah memberitahukan tempat itu mendadak ia
merasa bahwa sikapnya Lim Tiang Hong kali itu agak mencurigakanya, maka ia lantas balas menanya: "Kau yang tidak tahu apa2, apa perlumu mencari tahu tempat itu?"
Lim Tiang Hong berlagak ketawa. "Ada kesempatan
boleh menyaksikan bagaimana wajahnya wanita yang
mengaku bernama burung Hong Putih itu, cantik atau tidak, bukankah itu suatu kabar yang sangat baik?"
417 "Aku sudah melihat sendiri, perempuan itu memang
cantik sekali" "Tapi aku kira dia tidak akan lebih cantik dari encie Bwee"
"Phui! Siapa yang sudi kau umpak?" Dan iapun
lantas keluar kamar. Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2, lantas jatuhkan diri di pembaringan.
Malam itu, disuatu sudut lembah dalam lembah
Loan-phiauw-kok mendadak kedatangan seorang laki2
dan seorang wanita. Yang lelaki mengenakan kerudung kain hijau diwajahnya, berjalan didepan yang wanita.
Wanita dibelakang pria itu dibagian depan dadanya kelihatan ada sulaman burung hong putih. Gerakan
kedua orang itu sangat gesit. Beberapa rintangan yang tersembunyi dapat dengan mudah sekali mereka terjang, hingga akhirnya sampailah keduanya dimulut lembah.
Tidak antara lama kemudian, sesampainya dimulut
lembah tersebut, pemuda berkerudung itu melesat balik lagi ke dalam lembah lalu menghilang tanpa
meninggalkan bekas. 418 Keesokan harinya, sebagaimana biasa, Lim Tiang
Hong pergi menemui ibunya untuk menyampaikan salam selamat pagi. Kala itu, sang ibu kelihatan sedang merundingkan sesuatu dengan Bin-hoan-siu
Orang tua hidung betet itu tidak ber-henti2nya
memperlihatkan wajah ketawanya yang aneh. Ketika
melihat Lim Tiang Hong bertindak masuk dengan langkah berat, pembicaraan kedua orang itu berhenti mendadak.
Lim Tiang Hong menahan perasaan gelinya. Ia
dengan tindakan berat, langsung masuk hendak
menghadap ibunya. Mendadak sambaran angin hebat mendesir dan
terus menusuk dibadan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong juga sudah maklum itu pasti adalah perbuatan Bin-hoan-siu yang dilakukan secara diam2.
Tetapi ia tetap berlagak tidak tahu sama sekali, ia terus berjalan seenaknya.
Tatkala serangan itu sudah akan mengenai
sasarannya, mendadak keluar sambaran angin dari lain jurusan.
Lok-hee Hujin kelihatan mengayun tangannya,
Ternyata adaIah sang ibu itu yang telah memunahkan 419
serangan Bin-hoan-siu yang menggelap tadi, Berbareng dengan itu nyonya itu dengan memperlihatkan paras muka tidak senangnya, menegur Bin-hoan-siu, katanya:
"Bin-hoan Hok"hoat, apa artinya perbuatanmu ini?"
"Untuk main2 saja"
"Kau pernah aku beritahukan padamu, dia terhadap
pengertian ilmu silat sedikitpun tidak mengerti! Kenapa kau selalu mencurigainya?".
Bin-hoan-siu mendelikkan matanya yang bersinar
buas, mata celong itu kelihatan sangat menyeramkan, sambil ketawa dingin ia berkata: "Hitung2 aku banyak usilan. Tapi untuk selanjutnya, kau nanti biar tahu sendiri bahwa sepasang matanya Bin-hoan-siu sedikitpun tidak lamur"
Sehabis berkata, matanya yang celong sekali lagi
mengawasi Lim Tiang Hong menyatakan kegemasannya
dan segera pamitan, minta diri dari si nyonya itu.
Waktu itu Lok-hee Hujin, memperlihatkan paras
muka yang tidak menyenangkan sekali. Karena seorang bawahan dari suaminya, yang hanya mempunyai
kedudukan sebagai pelindurg hukum, berani demikian kurang ajar dihadapannya, tentu saja membuat ia gusar.
420 Akan tetapi, karena pelindung hukum itu menjalankan tugas langsung yang diberikan oleh Kauwcunya sendiri, yang disuruh mengawasi gerak gerik setiap orang yang berada da!am lembah itu, maka ia juga tidak berani berlaku terlalu kasar.
Kesemuanya itu telah diketahui baik sekali oleh si anak muda. Dalam hati diam2 ia berkata sendiri: "Baru satu orang yang bertugas sebagai pelindung hukum saja kelihatan begitu garang. Hemm! ada satu hari kalau kau nanti terjatuh dalam tangan Siauwyamu. Hmm! Lihatlah akan kusuruh kau rasakan tangan kecilku ini"
Namun Lim Tiang Hong sediri masih belum sadar,
bahwa saat ia sendiripun sebetulnya sedang dalam
keadaan yang sangat membahayakan dirinya. Malaikat elmaut dapat mencekik lehernya setiap saat.
Tiba2 Lok-hee Hujin memanggil Bwee Hiang.
Bwee Hiang masuk ter-buru2, ia lalu mananya
dengan ke-heran2an "Ada keperluan apa Hujin
memanggil Bwee Hiang?"
"Aku keluar lembah sebentar. Kongcu ini
kuserahkan padamu. Awas, kalau ada terjadi apa2 atas dirinya waktu aku balik akan kubeset kulitmu!"
421 Setelah berpesan demikian, nyonya itu lantas
berlalu, turun melalui tangga.
Bwee Hiang lalu berkata kepada Lim Tiang Hong
sambil unjuk senyumnya yang manis: "Kongcu,
dengarkah kau?" Lim Tiang Hong angkat pundak dan geleng2 kepala.
Bwee Hiang berkata pula sambil ketawa: "Kau
jangan terlalu menggoda. Tugas yang diberikan oleh nyonyaku ini sebetulnya berat sekali".
Lim Tiang Hong lantas berkata setelah tertawa bergelak2: "Aku, sudah begini besar apa masih memerlukan orang mengawasi terus padaku?"
"Aah, kau mana tahu...."
Sebetulnya Lim Tiang Hongpun telah merasa,
apabila ia mandah terus dan tetap berdiam disitu lagi tiga bulan, mungkin maksudnya berhasil menyaksikan sendiri wajah "Kauwcu" yang sangat misterius itu. Ia ingin sekali melihat wajah Kauwcu itu, siapakah sebetulnya" Ayahnya sendiri ataukah orang buas nomor satu dalam dunia"
"Mari sekarang kita balik kekamar" mengajak Bwee
Hiang setelah menghela napas.
422 Keduanya lalu balik kekamarnya Lim Tiang Hong.
Setelah berada didalam kamar, Bwee Hiang lantas
berkata dengan sikap tegang: "Hai! Kau sebetulnya mengerti ilmu silat atau tidak" Aku selalu curigai kau yang kau dari dulu berlagak bodoh. Betulkah" Sebetulnya bukan cuma aku yang mencurigai kau, hampir setiap orang, setiap penghuni lembah ini kebanyakan menaruh rasa sangsi terhadapmu, terutama dengan itu orang mata celong Bin-hoan-Hok-hoat. Dialah orang nomor satu yang paling suka usilan. Paling baik makanya kau beritahukan padaku secara terus terang supaya aku bisa menyelamatkanmu. Kau ketahuilah, keadaan pada waktu ini sangat tidak menguntungkan dirimu. Kau sedang terancam bencana besar".
Lim Tiang Hong pura2 kaget. "Aku mengerti ilmu
silat atau tidak, ada hubungan apakah dengan mereka"
Ibuku bukankah orang berpengaruh, pemimpin dalam
seluruh lembah ini" Apa mereka berani turun tangan terhadapku selama masih ada ibuku?"
"Kau rupa2nya masih mimpi. Apa tidak kau lihat
tadi bagaimana sikap Bin-hoan Hok-hoat dihadapan
Hujin" Lembah Loan-phiauw-kok ini cuma merupakan
423 sebagian saja dari tempatnya Thian-cu-kauw. Pusat Thian-cu-kauw sendiri tidak berada disini. Antara Hujin dengan Kauwcu, meskipun namanya saja sebagai suami isteri, tapi.... Ahh. Semua urusan ini pasti kau tidak tahu.
Terus terang, meskipun kau mendapat sebutan dan
kedudukan sebagai Kauwcu muda, tapi tidak seorangpun yang pandang kau sebagai orang besar benar2. Pendek kata, Hujin kini sedang keluar lembah. Dalam semua hal ada baiknya kalau kita berlaku hati2. Aku benar2
kuatirkan kau, mungkin nanti bisa kejadian apa2"
Sehabis berkata, ia memesan pula wanti2:
"Sementara, bolehlah kau tinggal diatas loteng dulu. Kau tidak boleh pergi ke-mana2. Paling belakang ini saja, didalam lembah ini sering ada kejadian2 ganjil. Itu nona yang mengaku Burung Hong Putih, juga sudah ditolong orang dan terlepas dari kurungannya. Mereka semua pada mencurigai kau, maka hati2lah kau. Tidak perduli kau sebenarnya orang pandai yang berlagak bodoh,
apalagi kalau betul2 kau tidak mengerti ilmu silat, tapi ada baiknya biar bagaimana kau harus bertindak hati2.
Sekarang akupun mau keluar sebentar me-lihat2
424 keadaan, kalau ada kabar apa2 nanti aku kabarkan
padamu" Lim Tiang Hong setelah mendengarkan
penuturannya Bwee Hiang yang yang benar2 begitu
memperhatikannya, diam2 merasa simpati atas
perlakuan pelayan wanita tersebut atas dirinya.
Baru saja beberapa detik Bwee Hiang meninggalkan
kamarnya dari dalam sakunya Lim Tiang Hong lalu
mengeluarkan sebuah kedok semacam kulit manusia
dipakai diatas mukanya, hingga wajahnya yang tadi cakap ganteng mendadak merubah menjadi buruk
menakutkan, pucat, jelek dan menjemukan dipandang mata.
Dengan suatu gerakan yang sangat ringan, dilain
saat Lim Tiang Hong telah lompat melesat keruangan tengah. Ruangan yang amat besar itu, kedapatan ditengah2 lembah, itu adalah suatu tempat penting
didalam lembah Loan-phiauw-kok itu. Itulah sebabnya maka disitu dilakukan penjagaan sangat keras, baik siang apalagi malam hari.
Lim Tiang Hong dengan menggunakan ilmu
mengentengi tubuhnya yang luar biasa, bersembunyi 425
diatas pohon diluar ruangan tersebut. Matanya dipasang lebar2, ditujukan kedalam tanpa berkedip.
Didalam ruangan pertemuan itu, ketika itu ada
kedapatan orang2 yang sedang duduk, lima sampai
enam orang. Empat diantaranya, telah ia kenal baik sekali. Satu adalah Bin-hoan-siu si hidung betet, sedang tiga orang yang lain adalah masing2 Hek-sa Tancu Leng Heng,
Thian-leng Tancu U Tiang Siang. Tee-im Samiu Thian-lui dan yang seorang lagi, orang yang belum pernah ia lihat adalah seorang Taotho berwajah bengis yang
mempunyai rambut panjang, sampai kepundak.
Tidak usah lama ia menunggu, telinganya telah
dapat menangkap suaranya Bin-hoan-siu yang berkata dengan nada dingin: "Sudah lama Lohu curiga pada
bocah itu, pasti dia adalah Lim Tiang Hong sejati, itu orang yang dikabarkan orang telah mati. Tapi Lok-hee Hujin selalu tidak mau percaya, apa daya kita" Tapi demi keselamatan lembah kita, bolehkah kiranya tidak kita perdulikan semua itu lagi, bukan?"
Hek-sa Tancu lantas berkata: "Urusan ini memang
betul sangat mencurigakan, tapi dengan berbuat terlalu 426
gagabah, apa kau tidak tahut nanti kalau Hujin sesalkan tindakan kita?"
Bin-hoan-siu berkata pula setelah
memperdengarkan suara ketawa ter-bahak2nya: "Anak haram semacem itu sudah sepantasnya kalau siang2 kita singkirkan. Asal dihadapan Kauwcu kita bisa memberi alasan dengan sepantasnya, tidak perlu kita kuatirkan Hujin lagi"
Thian-leng Tancu U Tiang Siang berkata sambil
geleng2kan kepala: "Dalam hal ini rasanya perlu kita mengambil tempo lebih panjang. Baiknya kita pikirkan dulu caranya baik2. Sebabnya, kala itu, ketika si bocah itu dikepung oleh orang2 dari berbagai partai kenapa Kauwcu suruh kami pergi memberi pertolongan?"
Bin-hoan-siu berkata sambil perdengarkan suara
dingin: "Kala itu lain lagi keadaan tentu dengan
sekarang. Betul kala itu dia...."
Mendadak matanya yang celong dipendelikkan,
kembali setelah ketawa dingin badannya melesat tinggi.
Se-akan2 lakunya seekor burung garuda orang mata
celong ini melesat tubuhnya untuk kemudian hingga diatas payon rumah.
427 Lim Tiang Hong semua mengira bahwa
pengintaiannya telah diketahui, baru ia akan bergerak pergi, diatas payon rumah mendadak ia lihat ada sesosok bayangan tinggi besar yang melesat mengambil jurusan sebelah selatan, lalu terdengar suara seramnya Bin-hoan-siu, yang setelah ketawa dingin berseru: "Sahabat, kau sudah berani masuk lembah Loan-phiauw-kok apa masih mengira bisa kau balik keluar lagi" Hmmm! Jangan
mimpi..." Untuk kedua kalinya ia melesat. Dengan kecepatan
bagaikan kilat ia menerjang kearah orang tadi, berbareng dengan itu sepuluh jari2 tangannya telah keluar angin sangat hebat yang mengurung jalan larinya orang
tersebut. Tetapi orang itu ternyata bukanlah orang
sembarangan. Sekali tampak jubahnya yang
bergerombongan terkibas, serangan Bin-hoan-siu telah dipunahkan, dengan gaya yang baik sekali.
Kedua pihak setelah bergebrak untuk pertama
kalinya, sudah tidak mudah lagi agaknya kalau orang tadi itu mau berlalu lagi dari lembah itu. sebab pada ketika itu 428
Hek-sa Tancu Leng Heng dan lainnya sudah pada
bergerak, turut mengepung bayangan orang tadi itu.
Dengan mata mendelik dan mulut ketawa cekikikan
Bin-hoan-siu berkata: "Aku kira siapa adanya oraag yang begitu besar nyalinya. Hmmm. Tidak tahunya padri dari Siauw-lim-pay. Sekalipun kau dewa, masuk dalam
lembah ini berarti maut!"
Lim Tiang Hongpun kala itu baru mengetahui
bahwa bayangan orang tinggi besar tadi ternyata adalah seorang padri Siauw-lim-pay Hui-bing Siansu, Maka dia ia menanya pada dirinya sendiri, apa keperluannya padri tersebut datang kelembah orang2 jahat".
Pada detik itu- Bin-hoan-siu dan kawan2ma sudah
pada bergerak mengeluarkan serangan2nya.
Taotho berambut panjang mendadak memekik
keras, badannya mumbul keatas. Dari atas ia menukik, lalu melancarken lima kali serangan beruntun.
Taotho buas ini bergelar Pun-ceng. Dan ia adalah
murid murtad dari golongan Ngo-thay-pay. Ia berkhianat kepada perguruannya setelah menemukan kepandaian2
mujijat. Dalam perkumpulan Thian-cu-kauw ia menjabat 429
pangkat pelindung hukum, seperti juga halnya dengan Bin-hoan-siu si hidung betet.
Sambaran angin yang keluar dari tangan Taotho itu bukan saja dingin luar biasa, tetapi juga agak
mengandung hawa busuk hingga bisa membuat orang


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

yang mengendusnya muntah uger.
Hui-bing Siansu ber-kali2 menyebut nama Buddha.
jubahnya yang lebar gerombongan tidak henti2nya berkibar2, ia juga melancarkan serangan2nya yang ia dapat pelajari dari golongan Buddha.
Saking kerasnya dua kekuatan tanaga yang beradu
tadi, masing2 penyerang terpental mundur dua tindak.
Put-ceng ketawa dingin. Taotho ini maju lagi, lalu kembali melancarkan dua kali serangan beruntun.
Selanjutnya suara bentakan terdengar disana sini.
Hek-sa Tancu Leng Heng, Thian-long Tancu U Tiang
Siang kedua Tan-cu ini bergerak menyerang dari kanan dan kiri. Dua orang tersebut belakangan ini, yang seorang menggunakan tenaga lunak, sedang yang
seorang pula mengeluarkan tenaga keras. Dua macam kekuatan tenaga yang berlainan satu sama lain
menggulung badan Hui-bing Siansu yang tinggi besar.
430 Hui-bing Siansu seperti yang pernah ceritakan
sedikit, adalah salah seorang terkuat dari partai Siauw-lim-pay. Meskipun menghadapi bahaya besar
bagaimanapun juga tidak pernah ia gugup.
Ketika diserang dalam tiga jurusan oleh lawan2nya yang tangguh2, ia lalu mengeluarkan ilmunya Hok-mo Kim-kong Ciang-hoat. Dengan ilmunya ini ia pikir hendak menyambuti serangan musuh2nya.
Akan tetapi orang2 semacam Bin-hoan-siu dan
kawan2nya itu. semua adalah orang2 jahat berkaliber besar yang namanya telah terkenal oleh semua orang2
Kang Ouw. Bertempur dengan mereka ini, satu lawan satu yang mana saja, rasanya masih sulit kalau dikata hendak mendapat kemenangan. Apalagi kini mereka
bertempur secara pengeroyokan demikian. Dengan
adanya lagi maksud mereka yang ingin sekali membunuh Hui-bing Siansu dilembah itu, supaya tidak meninggalkan saksi hidup yang dapat keluar dari situ, sudah dengan sendirinya cara turun tangan mereka kali itupun sungguh keji dan buas, hingga dalam jurus2 selanjutnya Hui-bing Siansu terpaksa harus merasakan keadaan yang sungguh 431
sangat membahayakan, yang mungkin untuk seumur
hidupnya baru pernah dialaminya.
Pada kala itu terdengar pula suara si hidung betet Bin-hoan-siu yang ketawa sambil berkata: "Kepala
gundul, sekarang aku suruh kau kenali ini tipu serangan Lie-hun-niang dari kami"
Mendadak badannya mumbul ke atas. Dari atas
menukik ke bawah sambil melancarkan satu serangan yang mengeluarkan angin men-deru2.
Serangan itu sungguh hebat. Anginnya saja cukup
dapat menimbulkan perasaan jeri bagi siapa yang
menghadapinya. Lim Tiang Hong yang menyaksikan sejak tadi
pertandingan pincang itu dari tempat persembunyiannya, diam2 merasa terkejut.
Iapun tidak mengetahui ilmu serangan apa yang
digunakan oleh manusia buas berhidung betet itu.
Selagi ia masih berpikir ragu2, tiba2 terdengar
suara gempuran nyaring. Hui-bing Siansu yang sudah tidak mendapat
kesempatan mengelakkan serangan hebat tadi, terpaksa 432
mengambil tindakan mengadu kekerasan dengan Bin-
hoan-siu. Padri tersebut merasakan darahnya bergolak hebat, tanpa sadar kakinya telah mundur empat langkah.
Selagi belum mendapat kesempatan memperbaiki
kedudukannya, suara bentakan yang amat nyaring sudah terdengar disekitar dirinya. Sudah barang tentu,
kagetnya padri ini bukan kepalang. Pada saat demikian adalah Put-ceng, Leng heng dan U Tiang Siang sudah maju berbareng sambil melakukan serangannya masing2
yang serba mematikan. Padri dari Siauw-lim-sie itu agaknya benar2 akan mati tidak meram ditangan orang2
Thian-cu-kauw itu. Dalam keadaan sangat kritis seperti itu, tiba2
nampak sesosok bayangan manusia, cepat gerakannya badan orang itu langsung menerjang kedalam kalangan.
Orang yang menerjang ini sambil perdengarkan suara geram yang hebat tangannya digerakkan dan dari situ lantas keluar kekuatan tenaga dalam yang amat hebat, menggulung kearah Leng Heng dan U Tiang Siang. Itu adalah gerakan dari sebelah tangannya, sedang yang lain 433
dipakai bergerak melanggar tangan Put-ceng dengan caranya yang luar biasa aneh.
Sebentar hanya terdengar suara menggelegar yang
amat dahsyat. Leng Heng dan U Tiang Siang dalam
keadaan gugup dan tidak men-duga2 telah dibikin
terpental dengan adanya serangan hebat tadi, badan mereka mundur sempoyongan sampai tiga kaki.
Sedang dilain tempat, si Taotho Put-ceng yang juga dibikin terkejut melihat datangnya sambaran tangan tadi, juga terpaksa mengundurkan diri sampai lima langkah.
Orang yang baru muncul itu sekali bergerak
ternyata dapat memukul mundur tiga orang. Dapatlah kita bayangkan betapa hebat kepandaian orang tersebut, karena kitapun telah mengetahui kepandaian ketiga Tancu itu masing2.
Sebentar lalu kedengaran suara orang itu yang
berseru: "Siansu mari ikut aku!"
Setelah itu nampak badannya melesat balik lagi dan menghilang dari depan orang2 Thian-cu-kauw itu.
Hui-bing Siansu yang dalam golongan Siauw-lim-
pay terkenal sebagai salah seorang kuat, sudah tentu tidak dapat dibandingkan dengan sembarang orang
434 kepandaiannya. Setelah menyaksikan kepandaian orang yang menoloagnya tadi, ia juga menggerakkan badan, mengikuti gerakan orang tersebut. Dengan demikian, terlepaskah ia sudah dari kepungan mereka.
Semua kejadian tadi kalau dilukiskan dengan kata2
tentu akan memakan tempat banyak juga, tetapi
sebenarnya hanya memakan waktu beberapa detik saja, sampai semua manusia buas dari lembah Loan-phiauw-kok ini pada kesima.
Tatkala mereka sadar, mengetahui apa yang telah
terjadi. ternyata sudah kasep. Ketika mereka coba mengejar, tidak ada gunanya dan orang yang mereka kejar sudah tidak kelihatan bayangannya lagi.
Kita kembali menengok keadaannya Hui-bing
Siansu, yang setelah ditolong si orang pandai, mengikuti jejak orang yang mengajaknya tadi, terus kabur tanpa menemui rintangan apapun. Tidak lama kemudian ia
sudah berlalu meninggalkan lembah Loan-phiauw-kok tersebut.
Sewaktu sampai disebuah terapat sunyi dipinggiran rimba, kedua orang itu baru berhenti bergerak. Ketika padri Siauw-lim-siu ini coba meng-amat2i penolongnya.
435 ternyata itu adalah seorang yang berpengawakan tegap gagah, sayangnya wajah penolong ini ada begitu pucat, jelek bagai bangkaikan hidup, hingga buat orang yang menyaksikannya sendiri akan merasa jeri dan jemu
memandangnya. Saat itu juga Hui-bing Siansu lantas berkata sambil merangkap kedua tangannya: "Malam ini jikalau tidak sicu yang turun tangan memberi pertologan, barangkali pada detik ini lolap sudah menggeletak jadi bangkai didalam lembah Loan-phiauw-kok"
Orang berwajah jelek menakutkan yang menolong
Hui-bing Siansu itu temu telah pembaca kenal, dia tidak lain tidak bukan adalah Lim Tiang Hong. Ia lantas berkata sambil perdengarkan ketawanya: "Kita satu sama lain adalah kenalan2 lama, perlu apa Siansu begitu merendah?"
Hui-bing Siansu ketika mendengar suara orang jelek menjemukan itu, memang rasa2nya memang seperti
mendengarnya, tetapi kala itu ia sudah tidak dapat mengingat siapa adanya orang itu, maka ia lantas
berkata pula: "Maaf kalau mata lolap sudah lamur, sebetulnya lolap sudah tidak ingat, sicu ini siapakah?"
436 "Waktu ini belum saatnya untukku memberi
penjelasan. Dikemudian hari pasti akan kuterangkan duduknya perkara"
Tiba2 dari dalam sakunya orang jelek Ini
mengeluarkan batu giok bentuk ikan warna merah
pemberian Hui Hui Taysu yang lantas diperlihatkan kepada Hui-bing sembari berkata: "Aku yang rendah dengan benda kepercayaan ini ingin mendapat
keterangan keadaan dalam dunia kang-ouw pada waktu2
belakangan iui, barangkali Siansu tidak akan merasa keberatan bukan?"
Hui-bing setelah menyambuti ikan2an merah itu,
setelah meng-amat2inya sejenak, lalu dikembalikan lagi kepada Lim Tiang Hong dan segera pula ia berkata:
"Dengan adanya tanda kepercayaan Ciang bunjin kita ditangan sicu, sudah tentu lolap akan memberitahukan apa yang lolah tahu kepada sicu"
Setelah mana padri Siauw-lie-sie ini lantas
menceritakan kepada Lim Tiang Hong apa yang telah terjadi selama tiga bulan belakangan ini dikalangan kang-ouw.
437 Lim Tiang Hong sehabis mendengar, sepasang
alisnya nampak bergerak, darahnya dirasakan mendidih.
Sambi! menjura dalam2 ia berkata: "Aku yang rendah karena masih harus menyimpan sedikit rahasia,
sementara ini belum bisa memberitahukan siapa diriku yang sebenarnya kepada Siansu. Tetapi, tidak lama lagi tentu kita akan saling bertemu pula dalam dunia kang-ouw"
Sehabis berkata demikian, dengan kecepatan
bagaikan kilat ia melesat balik masuk kedalam lembah.
Lembah Loan-phiauw-kok adalah lembah yang tiap
hari malam terjaga kuat dan banyak rintangannya. Kini ada orang yang bisa keluar masuk secara demikian
leluasa, sebetulnya merupakan suatu penghinaan dan tamparan hebat bagi orang2 Thian-cu-kauw.
Dalam gusarnya Bin-hoan-siu lantas mengerahkan
semua orang2 pilihannya untuk mengejar kedua musuh tadi.
Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, pemuda ini
setelah membawa keluar Hui-bing Siansu, dengan secara enak dan tanpa diketahui oleh orang dalam lembah
sudah balik kembali dalam kamarnya.
438 Siapa nyana, Bwee Hiang, itu wanita yang selalu
merawatnya dengan teliti, pada kala pemuda ini datang kedapatan sedang duduk diatas pembaringan si pemuda.
Dengan wajah muram, ketika mendadak Lim Tiang
Hong muncul didepan pintu, wanita pelayan ini berkata:
"Kau ini sebetulnya siapa, dan apa maksudmu
sebenarnya memasuki lembah Loan-phiauw-kok ini"
Sebaiknya dihadapanku kau berterus terang saja supaya orang tidak selalu menguatirkan keadaanmu"
"Lim Tiang Hong adalah Lim Tiang Hong. Ia adalah
seorang pemuda yang tidak mengetahui siapa adanya.
Kalian menyebut aku Kauwcu muda, baiklah hitung2 aku sebagai Kauwcu mudamu juga. Cuma perlu barangkali kau tahu, aku ini bukan datang kemari seorang diri.
Adalah kalian yang membawa datang aku kemari" jawab Lim Tiang Hong sambil bersenyum.
"Kau tidak usah mengatakan segala omongan yang
bersikap jail itu kepadaku. Terus terang aku beritahukan padamu, kau dalam keadaan sangat berbahaya! Setiap tempat dan disetiap waktu jiwamu bisa terancam oleh maut. Sekalipun kau sungguh orang pandai yang
memiliki ilmu tinggi, yang mau kau perlihatkan terus 439
terang kepada orang lain. Tapi dalam lembah Loan-
phiauw-kok ini yang banyak menyimpan orang2 kuat, rasanya tidak mungkin kau bisa meloloskan diri
sesukamu dari tangan mereka" berkata pula Bwee Hiang sambil monyongkan mulutnya yang kecil.
Lim Tiang Hong lalu bersandiwara, seperti orang
kaget ia berkata: "Aku toh tidak melakukan dosa kepada lain orang, kenapa mereka hendak mencari setori
denganku" Lagipun apakah mereka tidak takut disesali Hujin?""
"Kau ini benar2 ada begitu bodoh ataukah berlagak gila" Sekarang keadaan sudah kelewat mendesak, sudah bukan waktunya kau bicara seperti bercanda gurau. Dan, mungkin malam ini juga mereka akan turun tangan
terhadap kau. Apabila kau suka percayakan, aku pikirku aku ingin mengantarkan kau keluar dari lembah dulu untuk sementara. Kau boleh berusaha melarikan diri sendiri. Tapi kalau kau tidak percaya padaku, aku juga tidak terlalu perlu menempuh bahaya ini".
Seperti apa yang sudah diketahui, kalau sampai
pada saat itu, Lim Tiang Hong belum mau keluar dari lembah Loan-phiauw kok. Ia melulu cuma hendak
440 menantikan datangnya sang Kauwcu dari lembah itu. Kini keadaan sekitar lembah telah diketahui hampir
seluruhnya olehnya. Lembah inipun ia ketahui pula hanya merupakan suatu tempat sementara dari cabang Thian-cu-kauw saja. Jikalau ia berdiam lebih lama lagi, rasanya juga tidak akan mendapatkan kabar apa2. Disamping berpikiran demikian, barusan dari mulutnya Hui-bing Siausu iapun telah mendapat kabar perihal keadaan rimba persilatan yang dikatakan lebih lanjut oleh padri Siauw-lim-sie itu sudah amat genting, pun langsung mendorongnya kepada soal pemikiran, bahwa ia tidak boleh berpeluk tangan begitu saja. Maka iapun akhirnya memikir tidak ada halangan menggunakan kesempatan itu untuk ia keluar dari lembah itu. Namun ia masih tetap pura2 berteriak kaget dan ketakutan.
"Apa betul begitu kejadiannya?" katanya "Kalau
begitu, memang lebih baik aku lekas2 melarikan diri saja.
Encie Bwee Hiang, kau bisakah dayakan akalnya
menolongku keluar?" "Kau ini benar2 bintang iblis dalam jiwaku. Kalau aku tidak menolongmu, hatiku tidak akan tenteram
selamanya, akan tetapi apabila aku menolongmu.... Aih...
441 Hari depanku bahayanya jauh lebih banyak daripada kebaikannya. Aku sendiri masih belum tahu bagaimana nasibku yang akan kualami nanti"
Sehabis berkata demikian, mendadak wanita
pelayan itu bangkit, berkata pula sambil kertak-gigi:
"Bwee Hiang malam ini ingin korbankan diri demi
menolong jiwa sesama manusia. Kongcu, dikemudian
hari, apabila kau mendapat peruntungan belajar ilmu silat, ingatlah pada kata2ku, didalam lembah Loan-phiauw-kok ini masih ada seorang perempuan yang
bernasib malang. Sekalipun aku harus binasa, juga akan merasa puas dan berterima kasih setelah mendapat
perhatianmu" Lim Tiang Hong kala itu rupanya baru mengetahui
benar kalau pelayan wanita itu tidak dapat dibandingkan dengan orang2 Thian-cu-kauw yang lainnya. Meskipun berada didalam lingkungan orang2 jahat, tetapi
keluhuran jiwa pelayan ini telah membuat perasaan hatinya sangat terpengaruh mendengar kata2 Bwee
Hiang tadi. Setelah selesai bicaranya Bwee Hiang, ia lantas
menjawab: "Ada satu waktu, apabila aku si orang she 442
Lim melakukan pembasmian kasarangnya penjahat ini, sebelum bertindak, pasti akan kuberitahukan kepadamu lebih dulu sebagai pembalasan budi dari perbuatanmu malam ini untukku"
Bwee Hiang mendadak buka lebar2 matanya dan
menanya: "Apa kau kata?"
Lim Tiang Hong sadar telah kelepasan omong,
maka segera ia lalu berlaga gugup dan ketakutan seraya katanya: "Kalau mau pergi, mari segera kita pergi, terlambat sedikit mungkin sudah tidak keburu lagi"
Bwee Hiang sendiri rupanya tidak mau terlalu
membuang tempo. Mendengar itu buru2 ia menyelinap keluar pintu sambil menarik tangannya Lim Tiang Hong ia berkata: "Yah, mari kita pergi!"
Ia ingin menggunakan lubang jendela sebagai
jalannya keluar, tetapi ketika ia menengok ia lihat Lim Tiang Hong masih coba hendak membuka pintu dengan seenaknya, hal mana tentu saja membuatnya menjadi sangat jengke!. Maka terpaksa ia balik lagi dan lantas berkata pada si pemuda: "Ahh, kau ini benar2kah yang dinamakan duri dalam hatiku?"
443 Lim Tiang Hong menjawab sambil kerutkan
keningnya: "Aku tidak mengerti ilmu silat, bagaimana?"
Bwee Hiang kewalahan. Ia lantas jongkok ditanah
seraya katanya: "Mari aku gendong kau"
Lim Tiang Hong pun tanpa sungkan2 lagi lantas
nangkring di pundak si pelayan, ia menggemblok seperti anak kecil.
Bwee Hiang tahu bahwa waktunya tidak boleh
terlalu diulur lagi, maka untuk kedua kalinya ia
mengenjot tubuh, melalui lubang jendela, ia keluar untuk selanjutnya kabur keluar lembah.
Jangan kira ia ada seorang wanita lemah lembut
yang badannya kecil langsing. Meskipun diatas
pundaknya ada menggemblok seorang dewasa, namun ia masih bisa bergerak gesit dan lincah sekali, hingga hal tersebut diam2 mau tidak mau membuat Lim Tiang Hong memuji dalam hatinya, mengagumi kepandaian pelayan wanita itu.
Tidak antara lama kemudian mereka sudah terlolos
dari daerah berbahaya ditembah Loan-phiauw-kok.
Sambil menarik napas lega Bwee Hiang berkata:
"Turunlah, sekarang kita bebas dari goa macan..."
444 Tiba2 dari dalam rimba kedengaran suara orang
berkata yang disertai dengan ketawa anehnya, demikian
"Belum tentu...."
Menyusul kata2 itu, seorang katai pendek, dengan
potongan badan gemuk seperti labu mendadak muncul daii dalam rimba.
Bwee Hiang mengenali orang pendek gemuk itu,
karena tidak lain dia adakan Tee-im Tancu Thian Lui.
Dalam kagetnya, pelayan wanita ini sampai mundur
beberapa tindak. Thian Lui sambil perlihatkan roman menjemukan,
ketawa cengar cengir, setindak demi setindak
menghampiri Bwee Hiang sembari berkata: "Bagus,
kiranya kau adalah penghianat perkumpulan!
Menggendong satu anak muda kau ingin ajak kabur
padanya, sekarang dipergoki olehku, apa kau mau kata?"
Bwee Hiang tahu bahwa Thian Lui seorang pendek
gemuk ini adalah salah seorang Tan-cu dari Thian-cu-kauw yang kepandaiannya tinggi luar biasa. Iapun tahu bahwa dengan kepandaiannya sendiri, masih belum
mampu menandingi dia. Akan tetapi, pada waktu itu kecuali berlaku nekad barangkali saja tidak ada lain jalan 445
yang dapat diambilnya. Memikir demikian, maka pelayan wanita ini lalu mencabut keluar padangnya dan lantas membentak: "Dia adalah puteranya Lok-hee Hujin.
sedikitpun tidak mengerti ilmu silat. Tapi kalian tetap mengingini jiwanya, apakah itu adil namanya" Aku yang atas perintah Hu-jin suruh melindungi jiwanya, sudah tentu tidak bisa membiarkan kalian mengambil jiwanya secara enak sendiri"
"Percuma kau jual omong! Biar bagaimana Thian-
cu-kauw tidak bisa benarkan perbuatanmu ini yang
terang2an hendak membahayakan kedudukannya kita
semua" Bwee Hiang maklum bahwa kala itu sukar untuk ia
berbantahan dengan orang pendek gemuk itu, agaknya pertempuran tak dapat dihindari sebagai jalan satu2nya yang harus ditempuh, maka ia lalu berkata kepada Lim Tiang Hong: "Kau turunlah"
Tetapi Lim Tiang Hong masih berlagak pilon, masih menggembol dipunggung wanita itu, ia berkata: "Ng, aku takut mati"
446 Bwee Hiang agaknya sudah tidak berdaya. Dengan
Lim Tiang Hong masih mengemblok, maju dan
menyerang Thian Lui. "Dengan berlaku nekad melindungi dia begitu rupa, sungguh menggelikan sekali"
Bwee Hiang tidak berkata apa2 lagi. Ia terus
menggerakkan pedangnya, beruntun dua kali serangan pula telah dilancarkannya, Lim Tiang Hong yang berada digegernya malah berseru memuji: "Bagus, bagus
sekali!" Thian Lui kembali telah mengelakkan serangan
Bwee Hiang, lalu lagi2 berkata: "Budak, kau cari
mampus"!" Dan dengan cepat ia lantas membalas menyerang,
dengan tangan kosong. Ketika badannya bergerak, justru bergerak memapaki serangan Bwee Hiang yang ketiga kali.
Bwee Hiang sudah lama mengikuti Lok-hee Hujin.
Diantara empat pelayan wanita Hujin tersebut, adalah dia ini yang memiliki kepandaian ilmu silat paling tinggi. Kala itu, dalam menghadapi musuh tangguh, ketika berada digaris antara mati dan hidup, maka iapun lalu tidak 447
menghiraukan kese!amatan jiwanya sendiri. Ia
bertempur secara nekat, hingga Thian Lui yang diserang ber-tubi2 juga merasakan kewalahan.
Lim Tiang Hong, masih menggemblok diatas
gegernya, sebentar2 berseru memberi pujian sehingga hal itu sudah barang tentu membikin Bwee Hiang
bertambah jengkel. Sepuluh jurus lebih telah mereka lewatkan
pertempuran itu, tetapi Thian Lui yang terkenal mahir menggunakan ilmu tangan kosong belum juga berhasil menundukkan budak itu, maka lantas timbul pikiran jahat dalam otaknya. Ia lalu mengerahkan kekuatannya balas menyerang secara bertubi2, menyerang Bwee Hiang.
Bwee Hiang yang memang kalah jauh kekuatannya
dari Thian Lui ini ditambah pula kala itu ia tengah menggendong Lim Tiang Hong seorang dewasa.
Sekalipun ia dapat berlaku lincah dalam menghadapi lawannya, tetapi lambat laun tidak urung iapun harus merasa keripuhan.
Thian Lui rasanya tidak mau memberi sedikit
hatipun juga. Orang pendek gemuk ini terus mendesak Bwee Hiang sedemikian rupa hingga yang diserang ini 448
sampai mundur terus untuk selalu menghindarkan
serangan2 maut musuhnya. Pada ketika itu gegernya mendadak dirasakan
ringan, Lim Tiang Hong entah sejak kapan sudah lompat turun dari belakang gegernya, pemuda itu sambil
menggendong tangan nampak sedang menyaksikan
pertempuran. Thian Lui yang hanya menghendaki Lim Tiang
Hong, maka ketika iapun mengetahui bahwa Lim Tiang Hong telah turun dari belakang gegernya Bwee Hiang, mendadak lompat melesat dan sebentar telah berada dihadapan si anak muda lalu, cepat bagaikan kilat ia mengulurkan tangannya menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Tidak nyana, tangannya belum lagi mengenai
sasarannya, tangan orang lain sudah menyambar


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

kearahnya. Dalam waktu sekejap dan tidak menduga, malah tangan si pendek gemuk itu yang kecekal dan telinganya mendengar suara bentakan keras: "Enyah kau dari sini!"
Beleduk! 449 Thian Lui merasakan dadanya seperti digempur
benda ribuan kati beratnya hingga mulutnya
menyemburkan darah segar, badannya lantas terpental ke atas sampai setinggi dua tombak untuk kemudian jatuh di tanah tidak bernyawa lagi.
Bwee Hiang ketika tadi mengetahui Thian Lui,
lawannya mendadak bergerak hendak menangkap Lim
Tian? Hong, kagetnya bukan alang kepalang. Secepat kilat ia masih sempat menerjang untuk menikam orang pendek itu. Siapa nyana, sebelum pedangnya berhasil menyentuh tubuh lawan, Thian Lui sudah terbang
melayang keatas badannya. Kejadian yang terjadi diluar dugaan itu sungguh membuatnya bingung ke-heran2an, sebentar kemudian ia lantas sadar, ia tahu sudah apa yang telah terjadi. Dengan perasaan kegirangan yang me-luap2 ia lantas menubruk Lim Tiang Hong sambi!
memukuli dengan tangannya ia ketawa dan berkata:
"Kau ini, kenapa berlaku jail"
Lim Tiang Hong lantas berkata diringi gelak
ketawanya: "Jikalau tidak begitu, bagaimana aku bisa berkenalan dengan kau, seorang pendekar wanita yang berjiwa luhur?"
450 Bwee Hiang lantas menyahut sambil monyong2kan
mulutnya: "Phui! Sungguh pintar kau putar lidah"
Pada saat itu, benar2 wanita ini merasakan
keriangan yang luar biasa, sebab ketika Lok-hee Hujin menyerahkan Lim Tiang Hong kepadanya supaya ia
melindungi keselamatan si pemuda, ia telah merasa dalam hati bahwa pemuda ini bukanlah orang
sembarangan, dan kemudian meskipun ia telah
mendapat tahu Lim Tiang Hong berlagak tidak kenal surat dan tidak mengenal silat, bahkan nampaknya
sangat dungu dalam se-gala2nya, hingga membuatnya agak kecewa, tetapi ia tetap tidak memandang rendah padanya. Maka dalam penerimaan tugas sebagai
pelindung pemuda itu, ketika mengetahui anak muda ini berada dalam keadaan bahaya, ia lantas bertindak nekad hendak membawa kabur pemuda ini.
Sekarang, setelah ia mengetahui dan dapat
meyakini benar2 bahwa Lim Tiang Hong adalah seorang pemuda yang berkepandaian sangat tinggi, maka
perasaan girang dalam hatinya sudah me-luap2 demikian rupa, hingga agak sulit untuk dilukis disini.
451 Bwee Hiang meski bertempat tinggal didalam
sarang penyahat, tetap sebagai jiwa pendekar, sehingga hanya ialah seorang yang tidak suka bercampur gaul dengan orang2 jahat itu. Maka hampir setiap orang2 kuat lainnya dalam lembah itu yang ia pandang tinggi, hanya terhadap pemuda dihadapannya sekarang ini, agaknya ada lain dari yang lain perasaannya. Bagaimana ia bisa mempunyai perasaan demikian, sebenarnya ia sendiripun tidak tahu. Dalam perasaan atau kata hatinya tadi, hampir seluruhnya diliputi oleh perasaan takut dan ngeri se-mata2. Akan tetapi kini, setelah terlepas dari ancaman bahaya itu, mendadak ia seperti merasa berat untuk berpisahan dengan pemuda pujaannya ini, hingga untuk sekian lama ia berdiri menjublek, sepatah katapun tidak lagi keluar dari mulutnya.
Akhirnya adalah Lim Tiang Hong juga yang
memecah suasana kesunyian alam disitu: "Encie Bwee Hiang, baik kau lekas pulang, sebab kalau terlalu lama kau berdiam disini mereka akan mengetahui semua.
Mengenai urusan hari ini, paling baik jangan kau
bicarakan dengan Hujin. Dikemudian hari, apabila aku 452
mendapat kesempatan, aku pasti biba datang menengoki kau"
Bwee Hiang juga tahu dan sadar bahwa ia tidak
boleh terlalu berdiam disitu. Maka dengan menekan perasaan hatinya ia lantas berkata: "Tentang halmu, tidak usah kau kuatir, pasti tidak akan kubicarakan kepada Hujin. Sebaliknya, kau sendiri dalam segala hal, hendaklah suka bertindak hati2...."
Sehabis berkata, Bwee Hiang yang berjiwa luhur
budiman ternyata sudah tidak mampu menekan
perasaannya sendiri, seketika itu telah menangis meng-gerung2 seperti anak kecil.
Bagi Lim Tiang Hong sendiri, tentu berat pula
hatinya. Sebab, sebagaimana layaknya manusia biasa, setelah mendapat perawatan baik tiga bulan lamanya dari seorang, sedikit banyak tentu merasakan
kehangatan seorang wanita, tergerak ia terhadap
perawatan yang sangat luar biasa opennya itu Akan tetapi keadaan sangat mendesak, maka ia hanya dapat menekan hatinya, lantas pamitan. Setelah mengatakan selamat tinggal ia dengan cepat lalu meninggalkan lembah tersebut.
453 -odw-smhno- Bab 12 LIM TIANG HONG dengan tidak sayangkan dirinya,
masuk kedalam sarang penjahat hendak me-nyerep2i
berita, akan tetapi hasil yang ia peroleh ternyata tidak seperti apa yang ia harap.
Pertama, meskipun ia dapat menemukan ibunya,
tetapi kelakuan sang ibu itu tidak bisa membikin hatinya puas, bahkan ibu itu tidak suka agaknya
memberitahukan siapa ayahnya. Apabila Kauwcu dari Thian-cu-kauw itu benar adalah itu Manusia Buas Nomor Satu Dalam Dunia, maka orang buas itu tentu adalah ayahnya sendiri. Andaikata benar demikian, bagaimana akibatnya selanjutnya" Ia tidak berani memikirkan terus.
Kedua, siapakah yang membunuh Heng-lim Cun-
loan" Sampai pada saat itu ia masih belum mengetahui siapa adanya pembunuh itu.
Dan ketiga, pusat perkumpulan Thian-cu-kauw,
tujuan pertama yang ingin sekali ia selidiki, setelah ia secara hati2 sekali mengadakan penyelidikan selama tiga bulan, ternyata hasilnya masih nihil. Bwee Hiang
454 sekalipun, sebenarnya bukan tidak mau mengatakan, tetapi sesungguhnya memang mereka tidak mengetahui.
Tetapi ia tetap menduga, ibunya pasti tahu, akan tetapi sang ibu itu rupanya berat menceritakan padanya.
Kini ia telah pergi jauh meninggalkan lembah Loan-phiauw-kok. Sebab dari keterangannya Hui Hui Siansu ia tahu bahwa rimba persilatan kala itu sedang mengalami bahaya besar, maka mau tidak mati ia harus
meninggalkan urusan pribadinya sendiri untuk terjunkan diri memberi bantuan kepada setiap yang membutuhkan, yakni orang2 golongan Hian-bun, sebab itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang menganggap dirinya berasal dari golongan benar. Dari keterangan yang didapat dari Hui-bing Siansu, keadaan dalam dunia kang-ouw pada belum lama berselang barangkali ada sebagai berikut:
Kesatu. Siauw-lim-pay sejak tertipunya dikota Kim-leng dalam soal patung, Hui Hui Thaysu sudah keluar sendiri, dengan membawa rombongan orang kuatnya
melakukan penyelidikan sendiri, tetapi hingga pada saat itu masih mendapat sedikitpun tandasnya. Maka semua orang kuat yang ada dalam gereja juga lantas dikerahkan 455
untuk mengadakan penyelidikan. Dan Hui-bing Siansu, adalah salah seorang diantara para penyelidik itu.
Kedua, orang tinggi besar berkedok itu semenjak
mem-bunuh2i beberapa ketua partai golongan Hian-bun, dan setelah berhasil merampas bendera perserikatan, kembali sudah mengadakan pembunuhan pula terhadap orang2 golongan Hian-bun itu. Perbuatan orang itu sungguh ganas dan telengas, sampai boleh dikata, tidak seorangpun menemuinya hidup. Kebuasannya itu hampir menggoncangkan seluruh dunia kang-ouw. Pek Ho
Totiang dari Bu-tong-pay sesudah berserikat dengan enam partai golongan Hian-bun yang lainnya, lalu
hendak merebut kembali bendera perserikatan itu.
Ketiga. Semenjak murid Bu-ceng Kiam-khek Lim
Tiang Hong dikabarkan meninggal dunia, Bu-ceng Kiamkhek sendiri pernah unjuk diri beberapa kali didunia kang-ouw, agaknya sengaja orang itu menentang segala perbuatan Thian-cu-kauw. Dengan demikian maka Thian-cu-kauw yang hendak meluaskan pergaruhnya, mau
tidak mau harus mengendalikan diri juga. Cuma didunia kang-ouw saat itu berbareng muncul dua orang yang mengaku bernama Lim Tiang Hong, baik potongan dan 456
bentuk badannya maupun ilmu silatnya hampir
bersamaan dan mereka kedua itu tindak tanduknya ada bertentangan dengan golongan orang baik2.
Lim Tiang Hong mengingat patung kuno yang
hilang dicuri penjahat, dalam hatinya timbul perasaan kemenyesalannya, maka sedapat mungkin ia hendak
berdaya membantu Siauw-lim-pay merebut kembali kitab pusaka yang hilang itu.
Apabila ia mengingat pula halnya dua orang yang
mengaku bernama Lim Tiang Hong itu, seketika hawa amarahnya meluap. Sambil perdengarkan beberapa kali suara dihidung ia berkata sendiri: "Ada satu hari apabila aku bertemu dengan mereka, pasti akan kubikin hancur tulang kepala mereka kedua-duanya!"
Seorang diri Lim Tiang Hong ber-lari2an ditanah
pegunungan. Tiba2 ditengah perjalanannya ia
menemukan sebuah kelenteng tua. Kelenteng ini, tidak ada lampu dan penghuninya. Kala ia meneliti, di atasnya masih ada tulisan yang berbunyi: SIM THIAN SIAN SIE.
Mendadak hatinya bercekat. Ketika ia melongok
kedalam, ruangan kelenteng itu ternyata cukup luas, hanya agaknya sudah lama tidak mendapat perawatan 457
manusia. Tetapi kalau diteliti lebih lanjut, keadaannya tidak terlalu rusak, pendoponya masih baik sekali. Apa yang paling menarik perhatiannya adalah: terdapatnya sebuah patung tua yang tingginya kira2 satu tombak setengah, berdiri di-tengah2 pendopo yang agaknya seperti pernah ia lihat, tetapi ketika di-ingat2 dan di-pikir2, lantas hatinya berseru, hampir ia lompat
berjingkrakan. Ternyata patung kuno itu mirip sekali rupanya dengan patung gading kepunyaan Siauw-lim-pay yang pernah ia bawa2 tempo hari. Berbareng dengan itu, iapun rupanya masih ingat bahwa diatas patung gading yang dibawanya dulu ada ukiran huruf indahnya yang berbunyi kira2 sebagai berikut: "Buddha adalah didalam hati".
Perkataan yang terdiri dari lima huruf itu agaknya merupakan perkataan biasa, akan tetapi sebetulnya mengandung maksud dalam, mungkin dimaksudkan:
Jikalau hendak mengambil kitab pusaka, harus dapat menemukan dulu sebuah patung kuno yang bentuknya
mirip dengan patung gading itu.
Kalau ternyata dugaannya itu benar, kitab itu tentu tersimpan dalam badan patung yang dilihatnya saat itu.
458 Sebabnya ialah, perkataan yang dimaksudkan itu ada mengandung huruf Sim-thian (didalam hati), dan
kelenteng ini justru adalah yang bernama Sim-thian-sie.
Karena penemuannya ini, hatinya amat girang.
Buru2 ia berjalan kebawahnya patung Buddha itu.
Disekitarnya patung Buddha itu ia mengadakan
panyelidikan dengan teliti, tapi patung itu ternyata demikian sempurna bentuknya, sedikitpun tidak kelihatan ada tandanya apa2.
Ia mulai merasa sangsi, kemudian ia loncat keatas pundaknya patung. Diatas kepalanya yang besar itu ia meraba2 sejenak. Tiba2 dibagian telinganya patung itu ia dapat meraba sebuah alat hingga menimbulkan suara, dan pada saat itu, telinga patung Buddha itu tiba2
bergerak. Dalam kagetnya, ia buru2 lompat turun, dan pada
saat itu, patung Buddha itu sudah bergerak kekiri kira2 3
kaki, dibawahnya patung itu ada terdapat sebuah lubang yang dalamnya kira2 2 kaki.
Sebuah kotak batu giok, nampak didalam lobang
tersebut. 459 Ia buru2 ulur tangannya mengambil kotak tersebut, berbarang dengan mana patung Buddha itu juga sudah bergerak, balik pada keadaannya semula.
Dengan cepat ia buka kotak tersebut. Didalam
kotak itu ternyata ada sejilid kitab tebal. Tapi sebelum ia mendapat kesempatan memeriksa isinya kitab tersebut, diluar kelenteng tiba2 terdengar suara orang ketawa dingin. Bin-hoan-siu dari lembah Loan-phiauw-kok sudah berdiri didepan pintu dengan paras penuh kemarahan.
Dibelakangnya ia ada berdiri Hek-sa dan Thian-leng, itu kedua tancu dari Thian-cu-kauw.
Secepat kilat Lim Tiang Hong lantas masukkan kitab itu kedalam sakunya dan lantas berjalan keluar dengan tindakan lebar.
Bin-hoan-siu lalu menegur padanya dengan
sikapnya yang angkuh dan jumawa: "Tuan ini siapa"
Benda apa yang berada dalam tanganmu itu" harap kau suka memberi tahukan padaku dengan terus terang!"
Lim Tiang Hong yang merasa benci dan jemu sekali
terhadap Bin-hoan-siu, ditegur secara demikian, lantas menjawab dengan sikap tidak kalah angkuhnya: "Siapa adanya Siauwyamu, kau masih belum pantas untuk
460 menanyakan itu. Sementara benda apa yang berada
didalam tanganku, kaupun tidak ada hak untuk tahu!"
"Bocah, kau tak usah banyak lagak. Mungkin kau
didalam kelenteng ini mendapat sedikit rejeki. Jikalau kau tidak lekas keluarkan barang itu, jiwamu yang masih muda ini barangkali akan melayang didalam kelenteng ini," berkata Bin-hoan-siu sambil ketawa aneh.
Orang2 dari kalangan kang-ouw, umumnya
mempunyai perasaan lebih tajam dari orang biasa. Bin-hoari-siu tadi terang sudah dapat lihat kitab dalam tangannya Lim Tiang Hong yang segera dimasukkan
kedalam sakunya. Jikalau Lim Tiang Hong tidak mau memperlihatkan kitab tersebut, sudah tentu ia tidak mau sudah begitu saja.
Lim Tiang Hong yang belum tahu kejahatannya
orang2 kang-ouw, tiba2 ketawa bergelak-gelak dan
berkata: "Tidak, Siauwyamu memang benar dapatkan
sejilid kitab dibawah patung Buddha ini, tapi barang itu ada kepunyaan Siauw-lim-sie. Jika kalian inginkan kitab ita, jangan kalian mimpi yang bukan2"
Bin-hoan-siu mendengar disebutnya kitab dari
Siauw-lim-sie, wajahnya berubah seketika. Dengan cepat 461
dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah benda dan
disambitkan ketengah udara, sebentar lantas kelihatan sinar biru meluncur diangkasa.
Lim Tiang Hong diam2 terperanjat, tahu bahwa
sinar biru itu ada api pertandaannya Thian-cu-kauw, maka diam2 lantas berpikir: ada seorang diri saja, kalau saat ini tidak lekas berlalu, jika bala bantuan mereka datang, akan lebih sukar lagi.
Maka ia lantas berkata sambil tertawa besar:
"Siauwyamu tidak begitu banyak waktu untuk meladeni kalian, maafkan aku hendak pergi dulu!"
Setelah itu, dengan secara gesit sekali tubuhnya
sudah melesat keatas payon.
Mendadak ia dengar suara orang membentak:
"Turun! Apa kau ini kau pikir masih bisa kabur?"
Ucapannya itu lalu dibarangi dengan sembaran
angin yang menindih dikepalanya Lim Tiang Hong.
Karena hal itu terjadinya tidak terduga-duga, Lim Tiang Hong terpaksa dengan cara jumpalitan melesat sesamping untuk hindarkan serangan tersebut. Tatkala kakinya menginjak tanah lagi, ia baru lihat bahwa orang yang menyerang padanya tadi adalah muridnya Tiang-lim 462
It-hong Cian-san Lolo, maka lantas menegur padanya dengan perasaan mendongkol: "Haha, tidak nyana
muridnya Tiang-lim It-hong juga menjadi perampok".
Cian-san Lolo tercengang. Ia tidak nyana bocah
berwajah pucat jelek ini ada mengenali dirinya, bahkan memaki dirinya dengan perkataan begitu pedas.
Tepat pada saat itu, dari atas genteng kuil itu
kembali muncul beberapa orang dari goloogan kang-ouw.
begitu pula didepan, dari dibelakang pendopo, juga sudah kelihatan bayangan banyak orang, hingga Lim Tiang Hong diam2 merasa heran, entah dari mana
datangnya orang2 itu. Tapi keadaannya pada waktu itu sudah tidak
memberi kesempatan bagi Lim Tiang Hong berpikir
tarlalu banyak. Sedangkan Bin-hoan-siu sendiri ketika melihat mendadak ada muncul begitu banyak orang,
dalam hati juga merasa sangat terkejut. Ia lalu maju dan berkata kepada Lim Tiang Hong: ?"Bocah, lekas serahkan kitab itu kepadaku, aku nanti bisa memberikan kau jalan hidup".
463 Lim Tiang Hong tidak menjawab. Sambil ketawa
dingin, tangannya bergerak. Sambaran angin hebat
lantas meluncur keluar menggulung dirinya Bin-hoan-siu.
Bin-hoan-siu tidak menduga sama sekali Lim Tiang
Hong menyerang dirinya begitu mendadak. Dalam
gugupnya, ia lantas kibaskan lengan jubahnya sambil ketawa, hingga kedua kekuatan saling beradu.
Suara benturan keras terdengar nyaring, sampai
kuil tua itu di rasakan tergetar.
Lim Tiang Hong dan Bin-hoan-siu masing2 mundur
5 langkah. Bin-hoan-siu diam2 terkejut. Ia tidak menduga
bahwa bocah buruk ini ada mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat.
Lim Tiang Hong sendiri diam2 juga terperanjat. Bin-hoan-siu tidak kecewa menjadi salah satu orang kuat dari Thian-cu-kauw. sebab serangannya yang gunakan
kekuatan 8 bagian tadi, ternyata masih dapat
disambutnya. Kedua lawan itu setelah mengadu kekuatan, Bin-
boan-siu nampak delikkan matanya yang celong. Jari tangannya lantas dipentang dengan mengandung hawa 464
dingin. Tangan yang jarinya terpentang itu menyambar dirinya Lim Tiang Hong.
Dengan secara gesit dan lincah sekali Lim Tiang
Hong lompat kesamping 3 kaki, kemudian ulur
tangannya, dengaa kecepatan luar biasa balas
menyerang Bin-hoan-siu. Bin-hoan-siu tidak menduga Lim Tiang Hong turun
tangan begitu cepat, terpaksa memutar tubuhnya
menyambuti serangan anak muda itu hingga kedua pihak untuk kedua kalinya saling beradu.
Pada saat itu, Cian-san Lolo lantas melesat
ditengah-tengah dua orang yang sedang bertempur itu.
Sambil menuding Lim Tiang Hong ia menanya: "Kau
orang dari golongan mana" Lekas jawab!"
Cian-san Lolo termasuk orang dari golongan benar.
Kali ia meski terjun kedunia kang-ouw dengan maksud tertentu, akan tetapi ia tidak suka melakukan perbuatan yang tidak patut. Barusan ia melakukan penyerangan menggelap terhadap dirinya Lim Tiang Hong, semata-mata kerena disebabkan ia mengira Lim Tiang Hong ada orangnya Thian-cu kauw. Dan kini setelah mendapat tahu Bin-hoan-siu hendak merampas kitabnya Lim Tiang 465
Hong dengan kekerasan, dalam hatinya merasa tidak senang, maka ia lantas maju dan menanyakan Lim Tiang Hong orang dari golongan mana.
Siapa nyana Lim Tiang Heng tidak mau menerima
kebaikannya itu, dengan sikap dingin ia menjawab:
"Siapa adanya aku, kau tidak perlu tahu. Jika kau juga ingin merampas kitab, boleh maju berbareng, Siauwyamu tidak takut kalian"
Dijawab secara demikian kasar, Cian-san Lolo
menjadi gusar, sambil ketrukkan tongkatnya ditanah ia membentak: "Bocah tidak tahu diri, nenekmu dengan baik hati menanyakan kau, tidak nyana kau berlaku begitu kurang ajar. Jikalau kau tidak diberi sedikit hajaran, benar2 kau tidak akan tahu tingginya langit dan tebalnya bumi!"
"Jangan jual lagak. Tanyakan dirimu sendiri kau
mampu melakukan itu atau tidak?" jawabnya Lim Tiang Hong mengejek.
Cian-san Lolo tentu saja naik darah. Rambutnya
yang sudah putih semua pada berdiri, wajahnya pucat, dengan secara kalap ia angkat tongkatnya dan hendak menyerang.
466 Tiba2 terdengar suara seperti bebek kuak2an
nyaring diudara. Seorang nenek rambut merah dengan kecepatan bagaikan kilat sudah berada dihadapannya.
Sambil lintangkan tongkatnya nenek rambut merah itu berkata: "Urusan hari ini, tidak bisa dibereskan dengan main hantam saja. Paling baik kitab wasiat dalam
badannya bocah itu kita gunakan sebagai barang
taruhan, kemudian kita mengadu kekuatan dan
kepandaian untuk menetapkan siapa yang berhak
mendapatkan kitab itu"
"Dengan orang hanya semacam kau, Ang-hoat Lolo,
juga berani mengucapkan perkataan demikian" Apakah kau tidak takut ditertawakan orang?" jawabnya Cian-san Lolo sambil ketawa dingin.
"Kepandaiannya Thian-lim-pai, rasanya masih
belum cukup untuk menggertak orang!" bentak Ang-hoat Lolo atau si nenek-rambut merah.
"Kalau begitu kau boleh coba sendiri dua jurus
saja!" berkata Cian-san Lolo sambil ketrukkan
tongkatnya. Menampak dua nenek yang beradat keras itu
hendak bertarung, Bin-hoan-siu diam2 undurkan diri. Ia 467
sudah berpikir masak2, tidak perduli siapa yang menang dan yang kalah, biar bagaimana ia sendiri sudah minta bala bantuan. Asal Lim Tiang Hong tidak kabur, kitab itu sudah pasti akan dapat direbut olehnya.
Lim Tiang Hong yang pada saat itu sudah gusar
benar2, dengan tindakan lebar berjalan keluar. Jika pada saat itu ada orang yang berani merintangi, pasti akan dihajar dengan tanpa ampun lagi olehnya.
Apa mau dikata, Leng-heng dan U Tiang Siang
kedua Tancu dari Thian-cu-kauw, benar2 tidak tahu diri.
mereka lantas maju berbareng sambil ketawa dingin mereka menegur: "Apa kau pikir masih bisa kabur"
Balik!" Keduanya lalu turun tangan berbareng. Mereka
terlalu memandang rendah dirinya anak muda itu. Siapa nyana baru saja serangan mereka meluncur dari
tangannya, lantas terdengar suara bentakan Lim Tiang Hong: "Belum tentu"
Tangannya lalu membalik keluar, sambaran angin
hebat menyambuti serangannya kedua tancu tadi, hingga setelah terdengar suara beradunya kekuatan, lantas terdengar suara jeritan dan tubuhnya Leng Heng dan U
468 Tiang Siang sudah terpental keluar dari dalam kelenteng.
Sedang Lim Tiang Hong masih berdiri tegak dengan
wajahnya yang pucat menakutkan.
Ia kini sudah gusar benar2, maka sambil ketawa
dingin ia berkata pula: "Siapa yang tidak takut mati, boleh maju!"
Perbuatan Lim Tiang Hong kali ini, benar2
membikin kuncup nyalinya banyak orang, meski diantara mereka terdengar suara riuh, tapi tidak ada satupun yang berani maju.
Bin-hoan-siu karena salah hitung, telah membuat
kedua tancu itu terluka ditangannya Lim Tiang Hong.
Sudah tentu ia tidak mau mengerti. Dengan secara kalap ia lantas lompat menghalang didepannja Lim Tiang Hong seraya berkata: "Bocah, perbuatanmu terlalu kejam!"
"Mana, mana! Kalau dibandingkan dengan kalian
orang2 dari Thian-cu-kauw, rasanya masih kalah jauh"
Bin-hoan-siu tambah kalap, kepalanya yang botak
sampai berubah menjadi merah. Mendadak ia putar
tangannya, suatu kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat meluncur keluar.
469 Tepat pada saat itu, dari luar terdengar suara
bentakan satu wanita. Sinar pedang gemerlapan sudah menyambuti serangan Bin-hoan-siu sehingga menjadi punah.
Bin-hoan-siu terperanjat. Ia sampai mundur 3
langkah. Tapi tatkala mengetahui siapa orangnya yang memunahkan serangannya tadi, lantas berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Aku kira siapa, tidak tahunya bekas pecundang. Kau juga berani turut campur tangan"
Ah, benar2 tidak tahu diri"
Wanita yang baru tiba itu tidak berkata apa2. Ia
menyerang dengan pedangnya bagaikan kitiran.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong sudah mengenali


Ceritasilatcersil.blogspot.co.id

siapa wanita yang baru datang itu yang bukan lain dari pada si burung Hong Putih Cu Giok Im.
Diam2 ia kuatirkan dirinya nona ini. Karena meski Cu Giok Im sudah mendapat hampir seluruhnya
kepandaian Tiang-lim It-hong, namun masih bukan
tandingannya Bin-hoan-siu. Oleh karenanya, maka ia tidak tega meninggalkan padanya dan terpaksa urungkan niatnya hendak meninggalkan tempat tersebut.
470 Tiba2 ia dapat lihat lagi satu wajah baru yang
merupakan kenalan lamanya, yang saat itu sedang
mengawasi dirinya. Ia adalah Heng-hai Kow-loan, yang sekian lama sudah tidak ketemu.
Dalam girangnya, ia lantas memanggil: "Enci Kow-
loan, kau juga datang?"
Diluar dugaan, Heng-hai Kow-loan tidak berdulikan padanya, malah memandang pahanya dengan sorot
mata terheran-heran. Lim Tiang Hong mula2 merasa heran, tapi
kemudian ia lantas sadar bahwa dirinya sudah
dikabarkan binasa dan sekarang sedang memakai kedok, sehingga kelihatannya sudah ganti rupa.
Pada saat itu, pertempuran antara Bin-hoan-siu dan Cu Giok Im sudah nampak akan mendapat
keputusannya. Gerakan Cu Giok Im meski gesit lincah dan aneh, tapi masih tidak mampu mengimbangi
kekuatan tenaga dalam Bin-hoan-siu yang lebih tinggi, maka akhirnya terdesak mundur.
Tiba2 Lim Tiang Hong berseru: "Nona Pek Hong,
kau mengaso dulu, biarlah aku yang menyambut
serangannya kepala gundul ini"
471 Dengan tanpa perdulikan si nona serang atau tidak, ia sudah putar tangannya dan menyerbu kedalam
kalangan. Seruannya tadi telah membuat Cu Giok lm dan
Henghai Kow-loan terheran-heran. Mereka saling
menanya kepnda diri sendiri: Siapakah sebetulnya dia ini" Mengapa nada suaranya seperti mereka pernah
kenal". Walaupun mereka putar otaknya sampai mumet,
juga tidak dapat menduga orang yang sudah mati bisa hidup lagi.
Baru kira2 3 jurus Lim Tiang Hong bertempur
dengan Bin-hoan-siu, dari luar terdengar suara banyak orang yang menyebut nama Buddha, kemudian lantas
muncul beberapa paderi dari Siauw-lim-sie.
Tiga paderi yang berjalan paling depan, adalah
paderi dari penjaga ranggon Hui-kak sekalian. Begitu tiba diambang pintu, Hui-kak lantas membentak dengan
suara keras: "Tahan....!"
Bin-hoan-siu yang sedang kewalahan melayani Lim
Tiang Hong mendengar bentakan itu lantas menarik
472 dirinya, sedangkan dua nenek2 yang bertempur didalam pendopo juga lantas berhenti.
"Kitab pusaka didalam patung Buddha itu ada
barang peninggalan Tat-mo Cauwsu. Sekarang ini entah berada ditangan siapa, agar supaya lekas keluarkan, kami tidak akan menarik panjang soal ini" berkata pula Hui-kak sambil rangkapkan kedua tangannya.
Lim Tiang Hong sebetulnya tidak mengingini kitab
itu, tapi karena mendengar nada suaranya Hui-kak agak sombong, dalam hati merasa mendongkol, maka saat itu lantas berkata sambil ketawa dingin: "Kitab itu adalah aku yang menemukan. Dengan berdasar atas apa harus kuserahkan padamu" Jikalau Hui Hui Taysu ada disini, barangkali masih bisa kita rundingkan. Hanya dengan mengandal kekuatan kalian beberapa orang, jika aku serahkan kitab ini ditangan kalian, apa kau kira mampu melindungi?"
Hui-kak sungguh tidak nyana bahwa kitab pusaka
itu berada ditangannya bocah yang berwajah buruk ini.
Oleh karena sudah mendapat pengalaman dalam
perebutan patung gading dulu. Apalagi menampak bocah ini didalam kurungan begitu banyak orang ternyata 473
masih mampu mempertahankan kitab tersebut, maka dapat diduga bahwa bocah ini pasti ada mempunyai
kepandaian luar biasa. Oleh karena itu, maka meski mendapat jawaban begitu kasar, Hui-kak masih berlaku sabar, dan berkata pula sambil rangkapkan kedua
tangannya: "Kalau sicu memang mau menyerahkan
sendiri ketangannya Ciang-bunjin kami, kami juga tidak akan memaksa, sebentar beliau akan datang"
Lim Tiang Hong hanya bersenyum, tidak menjawab.
Pada saat itu, orang yang paling gelisah adalah Bin Hoan-siu. Ia melihat orang2-nya Siau-lim-si ternyata ada begitu banyak, sedang dipihaknya sendiri hanya
sendirian saja. Meski tanda api sudah dilepaskan, tapi bala bantuan masih belum kelihatan mata hidungnya.
Jika terlambat, urusan makin menjadi sulit.
Tiba2 sinar biru berkelebat diangkasa, kemudian
disusul oleh suara siulan banyat orang.
Baru saja suara siulan berhenti lalu terdengar suara ketawa orang dan kemudian muncul beberapa orang
kang-ouw yang dandanannya sangat aneh. Orang2 itu masing2 digegernya ada menggemblok sebilah pedang panjang dan bungkusan hitam.
474 Setelah tiba ditempat tersebut, dengan sorot
matanya yang bengis orang2 itu mengawasi keadaan
diseputarnya tidak berkata apa2, lagaknya sedang
menantikan kedatangan seseorang.
Orang2 aneh itu begitu tiba disitu, keadaan dalam kuil itu lantas menjadi sepi, tapi suasananya menjadi tegang.
Hampir setiap orang wajahnya menunjukan
perasaan tegang, hingga tidak ada satupun yang
membuka suara. Hanya Lim Tiang Hong seorang yang sikapnya
masih tenang tapi dalam hatinya diam2 merasa heran. Ia mana tahu bahwa selama ia berada didalam sarangnya penjahat 3 bulan itu, didunia kang-ouw hampir merasa jeri terhadap sepak terjangnya orang2 Thian-cu-kauw.
Dan orang2 aneh itu adalah merupakan pelopornya
anggota penting dari Thian-cn-kauw. Maka apa yang akan terjadi ditempat tersebut, tidak seorangpun yang berani meramalkan.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong tiba2 mengeluarkan
batu giok merah berbentuk ikan dari dalam sakunya dan diunjukkan kepada Hui-kak seraya berkata: "Kalian 475
tentunya kenal baik dengan benda ini. Sekarang aku titahkan kalian, lekas meninggalkan kuil Sim-thian-sie ini.
Tentang urusan kitab pusaka, aku akan selesaikan sendiri dengan Hui Hui Taysu, kalian tak usahkan capaikan hati"
Dalam pikirannya Lim Tiang Hong, keadaan disaat
itu sesungguhnya sangat gawat. Dengan adanya
beberapa orang dari Siau-lim-sie belum tentu mampu mengendalikan keadaan, apa perlunya suruh mereka
menempuh bahaya" Ia sendiri meski seorang diri tapi jika perlu, masih bisa mundur dengan keadaan selamat.
Sewaktu Hui-kak melihat tanda kepercayaan Siau-
lim-pai, dalam hati merasa serba salah. Kalau ia tidak mundur, itu ada tanda kepercayaan ketuanya, tapi jika mundur, dalam hati masih penasaran. Hingga hatinya menjadi sangsi.
"Pergi atau tidak terserah kepada kalian sendiri, aku juga tidak memaksa. Bagaimanapun juga aku hanya
memikirkan nasib kalian" berkata pula Lim Tiang Hong.
Hui-kak mendengar perkataan tersebut, segera
menjawab sambil menyebut nama Buddha: "Pinceng
sekalian lebih suka korbankan jiwa didalam kelenteng 476
Sim-thian-sie ini. Biar bagaimana tidak bisa membiarkan kitab pusaka hilang"
Tepat pada saat itu, dari atas genteng terdengar
suara ketawa seram, sehingga membuat orang2 yang
mendengarnya pada merasa berdiri bulu romannya....
-odw-smhno- 



Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments