Minggu, 03 Juni 2018

Cersil Anyar Pedang Sinar Emas 2

=========


“Biarlah, aku kasihan dan tertarik kepadamu, lopeh dan
kau tentu tak dapat menceritakan hal ini kepada lain orang.
Pula siapa tahu kala u kata u kau dapatmenuturkan sedikit
tentang orang yang akan kuceritakan ini,” kembali anak itu
lupa bahwa yang diajak bicara adalah seorang gagu dan
dengan sendirinya takkan dapat menuturkan apa apa
kepadanya! Gadis itu menarik napas, panjang kemudian
melanjutkan penuturannya.
“Kau tentu masih ingat betapa guruku heran mendengar
bahwa kau adalah murid dari Kim Kong Taisu, kemudian
guruku menyatakan pula tentang murid Kim Kong Taisu
yang sudah tewas sebagai seorang pahlawan bangsa........ “
Makin berdebar hati Yap Bouw mendengar kata kuta ini
dan pandangan matanya makin tajam.
“Kalau kau benar benar murid dari Kim Kong Taisu,
tentu kau kenal orang itu, entah dia itu suhengmu (kakak
seperguruanmu) atau sutemu (adik seperguruanmu). Nah,
orang itu telah tewas oleh kawan kawan Ulan Tanu Si Alis
Merah dari Mongolia dibantu pula oleh Seng Jin Siansu si
jahat! Akan tetapi gurumu itu, Kim Kong Taisu orang tua
yang lemah dan pengecut, dia tidak menuntut pembalasan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
bahkan menyembunyikan diri di atas puncak Gunung Oei
san! Bukankah itu amat menjengkelkan?”
Yap Bouw mengangguk angguk. Tentu saja cerita ini
bukan hal yang asing baginya karena orang yang
diceritakan itu sebenarnya tak lain adalah dia sendiri! Akan
tetapi mengapa Mo bin Sin kun dan muridnya menjadi
jengkel dan membenci Kim Kong Taisu karena kakek ini
tidak membalaskan sakit hati Yap Bouw? Ini benar benar
aneh. Saking herannya, Yap Bonw lalu menghampiri meja
dan menggunakan telunjuknya untuk menggurat gurat meja
itu. Ternyata dia telah menuliskan beberapa huruf di atas
meja dengan bantuan kuku telunjuknya!
Gadis cilik itu menghampiri meja dan membaca;
“Apakah yang kau maksudkan dengan orang itu adalah
Yap Bouw bakas jenderal? Kalau betul mengapa kau dan
gurumu menaruh perhatian ?”
Gadis itu memegang lengan Yap Bouw dengan girang.
“Jadi kau kenal dia....! Kau benar benar saudara
seperguruan ayahku.... ?”
Kalau ada geledek menyambarnya saat itu belum tentu
Yap Bouw akan menjadi sekaget ini. Biarpun tadinya ia
telah merasa tertarik dan curiga melihat wajah gadis ini
sama benar dengan wajah isterinya dan melihat tahi lalat
merah di leher itu yang dulu juga dimiliki oleh anak
perempuannya sebagaimana diceritakan oleh isterinya
kepadanya dalam surat, namun ia masih ragu ragu. Dahulu
isterinya menyurati bahwa sepeninggalnya, isterinya yang
berada dalam keadaan mengandung itu telah melahirkan
sepasang anak kembar, laki laki dan perempuan dan yang
perempuan ada tahi lalatnya di leher dan yang laki laki ada
tahi lalatnya di dagu. Akan tetapi tahi lalat di leher anak
perempuan itu merah, sedangkan tahi lalat di dagu anak
laki laki itu hitam.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Kini, mendengar bahwa anak ini menyebut ayah kepada
Yap Bouw yang ia tuliskan namanya di atas meja, tentu saja
Yap Bouw menjadi terkejut, girang, terharu dan juga
terpukul hebat hatinya. Tubuhnya tiba tiba menjadi lemas,
ia terhuyung huyung dan merangkul anak perempuan itu di
dekapnya kepala gadis cilik itu ke dadanya diciumi rambut
di kepalanya.
Gadis itu yang tiba tiba merasa dirangkul dan dipeluk
oleh orang yang buruk rupanya ini, menjadi keheran
heranan. Ia tidak marah karena pelukan orang ini bukan
pelukan yang bersifat kurang ajar, bahkan ketika ia
memandang, pipi yang kisut dan buruk hitam itu basah oleh
air mata! Tak terasa pula gadis itupun menangis, teringat
akan ayahnya yang dikabarkan telah tewas dalam perang, ia
mengira bahwa orang ini tentu saudara seperguruan
mendiang ayahnya dan bahwa orang ini amat girang
mendengar bahwa dia adalah puteri Yap Bouw, Akan tetapi
alangkah terkejutnya hati anak ini ketika merasa betapa
tubuh orang yang memeluknya menjadi lemas dan tiba tiba
orang itu terkulai dan roboh pingsan! Tentu saja anak itu
menjadi heran sekali. Akan tetapi sebagai murid seorang
sakti, ia tidak menjadi gugup. Dengan perlahan ia lalu
mengurut belakang leher Yap Bouw dan menggerak
gerakkan kedua lengannya secara teratur sekali. Tak lama
kemudian Yap Bouw siuman kembali dari pingsannya dan
ia bangkit sambil mengeringkan air matanya dengan ujung
bajunya yang hitam.
Ia dapat menetapkan hatinya dan setelah mereka duduk
kembali di atas bangku, gadis itu bertanya, “Susiok (paman
guru), karena kau adalah seudara seperguruan mendiang
ayahku, lebih baik kusebut kau susiok atau supek (uwak
guru) saja. Alangkah senangnya hatiku kalau aku dapat
mendengar kau bercerita tentang ayah di waktu dia masih
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
hidup. Sutemu itu tentu tidak mengenal ayah karena
usianya masih muda sekali, ketika ayah meninggal dunia
tentu dia masih bayi.” Gadis cilik itu. tersenyum kembali
dan Yap Bouw merasa kagum melihat watak anaknya yang
demikian lincah dan gembira. Seperti ibunya, pikirnya
dengan hati sebesar gunung. Betapa seorang ayah tidak
akan menjadi bangga dan girang melihat anaknya telah
menjadi seorang gadis cilik yang selain cantik manis, juga
pandai dan berwatak menyenangkan!
Ketika Yap Bouw hendak menulis di atas meja, minta
anaknya itu menceritakan riwayatnya, tiba tiba pintu kamar
Bun Sam terbuka dan keluarlah pemuda itu mengiringkan
Mo bin Sin kun yang wajahnya nampak terang.
“Sutemu ini benar benar berotak terang!” katanya
kepada Yap Bouw dengan suara ramah. “Sebentar saja dia
telah dapat menghafal teori Soan hong jiu hwat. Tidak
percuma ia menjadi murid dari Kim Kong Taisu. Akan
tetapi,” katanya sambil berpaling kepada Bun Sam, “kau
harus ingat sumpahmu tadi bahwa di dalam pertandingan
silat, baik perkelahian sungguh sungguh maupun hanya
pibu menghadapi muridku, sekali kali tidak boleh
menggunakan Soan hong jiu hwat itu! Juga apabila
diadakan pibu besar besaran kelak yang kurencana kan, kau
tidak boleh mengeluarkan ilmu pukulan ini!”
Bun Sam menjatuhkan diri berlutut, menyatakan setuju
dan menghaturkan terima kasih. Wajah pemuda ini berseri
girang, dan gadis cilik itu berkata kepadanya.
“Jadi sekarang kau terhitung suteku!”....
“Tidak bisa,” Bun Sam membantah, “usiaku lebih
banyak daripadamu, manakau boleh menyebut sute (adik
seperguruan)?”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Biarpun usiamu lebih tua, akan tetapi di dalam urutan
murid guru kami, kau adalah nomor dua kau harus
menyebut aku suci (kakak seperguruan perempuan).”
Bun Sam membantah dan keduanya bersitegang, tidak
mau saling mengalah. Akhirnya Mo bin Sin kun ikut
campur, tersenyum dan berkata, “Kalian ini di dalam satu
hal amat bersamaan. Sama sama keras kepala! Untuk
apakah segala macam peraturan sebutan yang menjemukan
itu? Panggil saja nama masing masing, bukankah itu lebih
mudah dan lebih baik?”
Bun Sam mengangguk dengan girang karena inilah jalan
terbaik baginya untuk tidak mengaku kalah terhadap gadis
cilik itu. Memang menurut patut, melihat bahwa dia hanya
malam ini saja menjadi murid Mo bin Sin kun dan hanya
menerima latihan satu macam ilmu pukulan, ia terhitung
murid kedua dan harus menyebat suci kepada gadis ini.
Sekarang Mo bin Sin kun memberi jalan keluar baginya.
Dengan girang ia berkata,
“Nah, itu baru baik dan adil namanya. Namaku Bun
Sam, lengkapnya Song Bun Sam. Siapakah namamu?”
tanyanya kepada gadis itu.
“Namamu jelek.” gadis itu mengejek, “nama kakakku
lebih bagus.”
“Hm. siapa nama kakakmu?” tanya Bun Sam dan tanpa
diketahui oleh siapapun juga, diam diam Yap Bouw
mendengarkan dengan penuh perhatian dan hatinya makin
berdebar.
“Nama kakakku Thian Giok, bukankah lebih gagah?
Namaku sendiri Lan Giok, she Yap!”
“She Yap??” Bun Sam bertanya dengan mata terbuka
lebar lebar, kemudian ia teringat akan keadaan suhengnya
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dan dapat menekan gelora hatinya. Dengan cerdik ia lalu
bertanya pala, “Dan mana kakakmu yang kau katakan
bernama gagah itu?”
“Engko Thian Giok? Dia tidak da di sini, dia adalah
kakak kembarku, dan...... eh, mengapa kau menjadi pucat?
Sakitkah kau?” tiba tiba gadis cilik itu menatap wajah Bun
Sam yang benar benar menjadi pucat. Biarpun Bun Sam
sudah dapat menduga, namun keterangan yang menetapkan
bahwa gadis ini adalah pateri dari suhengnya, membuat
hatinya terguncang dan mukanya pucat.
Juga Mo bin Sin kun dapat melihat hal ini, maka ia lalu
maju dan bertanya, “Bun San, siapa kah suhengmu ini?”
“Dia.... dia tidak mau diperkenalkan mamanya.”
“Bun Sam, kau sudah menjadi muridku, tidak perlu lagi
menyimpan rahasia. Ayoh katakan, siapa nama suhengmu
ini!”
Bun Sam menjadi bingung dan pada saat itu tiba tiba
Yap Bouw menyambar lengannya dan menariknya cepat,
diajak lari pergi dari terapat itu! Biarpun tengah malam
telah lama lewat dan fajar mulai menyingsing disambut
oleh kokok ayam namun udara masih amat, gelap, sehingga
sebentar saja bayangan Yap Bouw dan Bun Sam lenyap dari
pandangan mata.
Lan Giok menarik napas panjang dan menahan siatnya
hendak mengejar. “Sayang sekali, si muka tengkorak itu
kesal dengan mendiang ayah teecu dan baru saja teecn
membujuk agar ia suka menceritakan keadaan ayah di
waktu dahulu. Siapa tahu kalau kalau dia tahu pula di
mana makam ayah.......”
Mo bin Sin kun mengerutkan kening. “Orang itu benar
benar berwatak aneh dan penuh rahasia. Lain kali kalau
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
bertemu dengan dia, sebelum dia mengaku aku takkan mau
melepaskannya,” katanya gemas.
“Suthai, mengapa kau membebaskan Sin beng Ngo hiap?
Mengapa tidak dibasmi saja orang orang macam itu?” Lan
Giok memang berwatak lincah dan tidak menggunakan
banyak peraturan dalam pembicaraannya, sehingga
terhadap guru nya ia berani ber-engkau saja! Kalau Bun
Sam mendengar panggilan gadis ini kepada gurunya tentu
pemuda ini akan terheran dan maklum bahwa
sesungguhnyaMo bin Sin kun adalah seorang wanita!
Mo bin Sin kun menggeleng gelengkan kepalanya
“Mengapa harus membunuh mereka? Yang menjemukan
dan harus dibunuh adalah Ngo jiauw eng Lui Hai Siong,
murid Bouw Ek Tosu, Eh, Lan Giok, kau selalu turut
padaku dan belum pernah bekerja sendiri. Sanggupkah kau
melakukan tugas ini?”
“Tugas yang bagaimana, suthai?” tanya gadis itu penuh
kegembiraan dan semangat.
“Melenyapkan Ngo jiauweng dari muka bumi!”
“Tentu saja sanggup, suthai! Di mana aku dapat
mencarinya?”
“Pengkhianat itu telah mendapat pangkat touw tong dan
menjadi pembesar di kota Tong seng kwan. Setelah kau
berhasil membasmi orang Jahat itu, kau ambillah jalan
melalui kota raja, mungkin sekali kau akan bertemu dengan
kakakmu di sana. Kakakmu juga sedang menjalankan tugas
yang sama, mencari. dan membunuh Toa to Hek too yang
berada di kota raja,”
“Baiklah, suthai; sekarang juga aku akan berangkat.”
“Berangkat dan hati hatilah, jangan terlalu memandang
rendah lawan yang kau jumpai di jalan.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Sementara itu, fajar telah barganti pagi dan udara pagi
itu amat cerah menimbulkan kegembiraan. Maka
berangkatlah Lan Giok setelah menerima petunjuk petunjuk
dari gurunya, berangkat dengan hati besar dan semangat
bergelora. Diam diam ia mengharapkan untuk dapat segera
bertemu kembali dengan Bun Sam dan si muka tengkorak
itu, karena ia ingin mendengar penuturan si muka
tengkorak tentang ayahnya.
Dilihat begitu saja, memang agaknya Mo bin Sin kun
terlalu gegabah dan sembrono, memberi tugas seberat itu
kepada muridnya, seorang gadis cilik yang usianya baru
empat belas tahun! Akan tetapi sangkaan ini akan lenyap
kalau orang mengetahui bahwa diam diam orang aneh itu
segera mengikuti muridnya dan memperhatikan serta
mengawasi gerak geriknya! Dengan jalan ini, ia hendak
melatih praktek kepada muridnya yang masih hijau itu,
tetapi selalu menjaganya dengan penuh perhatian.
Biarpun usianya baru empatbelas tahun, Lan Giok sudah
nampak cantik manis laksana setangkai bunga mawar mulai
mekar. Tubuhnya yang terlatih itu padat dan otaknya yang
dijejali pelajaran pelajaran oleh gurunya, membuat ia dapat
berfikir seperti seorang yang sudah cukup dewasa. Juga
ilmu silatnya sudah cukup tinggi.... karena semenjak kecil,
dia dan kakak kembarnya, Yap Thian Giok setiap hari
digembleng. oleh Mo bin Sin kun, seorang di antara Lima
Tokoh Besar di dunia persilatan itu.
Setelah kini mendapat kesempatan oleh gurunya untuk
melakukan semacam tugas seorang diri tentu saja hatinya
gembira sekali, la telah terlepas bagaikan seekor burung
bebas di udara dan tidak seperti biasanya di mana ia selalu
menurut petunjuk gurunya dan pikirannya tidak dapat
bergerak. Kini gurunya melepaskannya, berarti bahwa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
kepandaiannya tentu telah sempurna, demikian pikir gadis
cilik yang lincah ini.
Sambil menggendong buntalan berisi pakaian dan uang
bekal pemberian gurunya, berangkatlah Lan Giok menuju
ke kota Tong seng kwan. Seperti biasa ia tidak berbekal
senjata, karena memang gadis ini tidak memerlukan sesuatu
senjata. Melihat bakatnya, Mo bin Sin kun menitikberatkan
latihan ilmu pukulan tangan kosong kepada Lan Giok,
sungguhpun ini bukan berarti bahwa gadis cilik ini tidak
mahir bermain senjata. Keliru dugaan ini, karena Lan Giok
sanggup memainkan delapenbelas macam senjata
persilatan! Dan memainkan dengan ___ akan tetapi khusus
mempelajari ilmu silat tangan kosong dari gurunya, yang
memang terkenal dengan ilmu silat tangan kosongnya,
sehingga mendapat julukan Sin kun (Tangan Malaikat).
Lan Giok melakukan perjalanan dengan cepat. Kalau
melewati dusun atau kota, pendeknya kalau banyak orang,
ia berjalan cepat dengan tenaga biasa agar jangan
menimbulkan keheranan. Akan tetapi kalau melewati
tempat sunyi dan tidak ada orang yang melihatnya, gadis
cilik ini lalu mengerahkan seluruh kepandaiannya dan
berlari secepat terbang dengan Ilmu Lari Cepat Liok te hui
teng (Lari di Atas Bumi Seperti Terbang).
Pada masa itu, yakni di dalam pemerintahan Dinasti
Goan tiauw, keadaan rakyat jelata amat menderita dan oleh
karena itu, kekacauan terjadi di mana mana. Melakukan
perjalanan di masa itu sangat tidak aman. Bukan saja
kesengsaraan membuat di jalan jalan sunyi banyak muncul
perampok perampok dan di waktu malam dari banyak
muncul pencuri pencuri, akan tetapi juga pembesar
pembesar Goan tiauw dan tentaranya merupakan gangguan
gangguan besar bagi orang yang melakukan perjalanan
jauh.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Lan Giok tidak terkecuali. Gadis ini sering menerima
gangguan, akan tetapi selalu para pengganggunya yang
sebaliknya terganggu! Beberapa kali ia dihadang perampok
perampok yang hendak merampas buntalannya, tetapi
bukan Lan Giok yang kehilangan barangnya, bahkan,
selelah melabrak para perampok itu, gadis cilik ini
buntalannya bahkan bertambah dengan barang barang
berharga yang “disitanya” dari tangan para perampok itu!
Juga beberapa kali orang orang jahat dan tentara tentara
negeri yang mencoba untuk mengganggunya karena tertarik
oleh kecantikannya, dipukul mundur jatuh bangun oleh
murid dariMo bin Sin kun yang lihai ini.
Akan tetapi ketika ia tiba di luar tembok kota raja, ia
menyaksikan peristiwa yang amat mengherankan hatinya.
Dari jauh ia sudah mendengar suara ribut ribut dan ketika
ia mempercepat langkahnya, ia melihat seorang pemuda
cilik tengah dikeroyok hebat oleh belasan orang tentara
Goan. Akan tetapi pemuda cilik ini luar biasa sekali ilmu
silatnya, sehingga biarpun pemuda itu hanya berdiri di
tengah tengah kepungan, tiap kali ada yang mendekatinya,
lawan ini segera roboh terguling atau terpental jauh! Juga
terdengar pemuda Ini tertawa tawa geli, seperti anak kecil
yang mendapatkan permainan yang lucu dan
menyenangkan.
Tadinya Lan Giok mengira bahwa ia tentu Song Bun
Sam, pemuda yang dijumpainya, karena memang potongan
tubuhnya hampir sama besarnya. Akan tetapi setelah ia
datang dekat, ternyata bahwa pemuda itu sama sekali bukan
Bun Sam melainkan seorang pemuda yang bermata sipit
dan wajahnya kepucat pucatan, membayangkan sifat yang
amat licik dan nakal. Akan tetapi, suara ketawanya amat
merdu dan menyenangkan hati, sehingga Lan Giok yang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
berwatak gembira, mendengar suara ketawa ini tanpa
disengaja ikut tertawa juga.
Pendengaran pemuda cilik itu benar benar lihai. Biarpun
ia sedang dikeroyok oleh banyak orang, namun ia dapat
mengetahui akan kedatangan Lan Giok Ia menoleh dan
sambil mengejapkan sebelah mata kearah Lan Giok, ia
berkata, “Hei, ketawamu manis sekali !”
Lan Giok tidak menjawab hanya diam diam merasa
senang mendengar pujian ini. Ia melihat betapa belasan
orang itu kini menjadi makin marah dan mengeluarkan
golok, menyerang hebat kepada pemuda itu. Oleh
karenanya, Lan Giok lalu berdiri agak jauh, siap untuk
membantu apabila perlu, akan tetapi agaknya tidak perlu,
karena pemuda itu benar benar lihai. Menghadapi serangan
belasan golok ini ia lalu mencabut sebatang suling yang
bentuknya seperti ular, lalu mengobat abitkan suling ini.
Aneh, tiap kali suling itu membentur golok seorang
pengeroyok, orang berteriak kaget dan kesakitan, goloknya
terlempar dan orangnya lalu roboh pula!
Sebentar saja, dengan sulingnya yang luar biasa ___
muda itu telah merobohkan tujuh orang tinggal delapan
orang itu menjadi gentar Pada saat itu, dari jurusan kota
raja datang dua ekor kuda yang dilarikan dengan cepat.
Penunggangnya ada seorang gadis muda yang cantik dan
berpakai merah, sedangkan orang ke dua adalah seorang
muda tampan berpakaian biru yang mewah dan gagah.
Lan Giok yang memandang ke arah gadis baju merah
itu, terpesona saking kagumnya. Gadis baju merah itu benar
benar hebat dan elok sekali, sampak bagaikan setangkai
bunga teratai merah yang sedang mekar. Begitu cantik,
begitu halus, namun begitu gagah. Ketika sepasang remaja
ini melihat serombongan tentara dihajar habis habisan oleh
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
seorang pemuda yang memegang suling, mereka cepat
melarikan kudanya ke tempat pertempuran itu.
“Manusia liar dari manakah berani melawan alat
negara?” terdengar bentakan halus dan nyaring dari gadis
baju merah dan tahu tahu berkelebatlah sinar merah ketika
ia melompat dari atas kudanya dan langsung menghadapi
pemuda pemegang suling tadi.
“Bagus!” Lan Giok memuji melihat gerakan yang indah
dan lompatan yang jauh itu. Ia maklum bahwa hanya orang
yang sudah pernah mempelajari ilmu lompat jauh Liok te
hui teng kanghu saja yang akan dapat melakukan lompatan
langsung ari atas kuda sejauh itu jaraknya.
Pemuda yang memegang suling itu menghadapi nona
baju merah dan senyumnya melebar. Kemudian ia menoleh
ke arah Lan Giok yang masih bediri menonton
pertempuran, maka katanya jenaka,
“Baik sekali untungku hari ini, kedua duanya cantik
jelita. Akan tetapi apakah kau juga alat negara?” Kata kata
ini diucapkannya dengan tidak karuan dan nona baju merah
yang usianya masih amat muda, paling banyak enam belas
tahun itu, menjadi makin marah.
“Buka matamu lebar lebar! Kau berhadapan dengan
puteri Panglima Besar Bucuci! Ayoh lempar sulingmu dan
menyerah kepada rombongan tentara ini !” kata gadis baju
merah itu sambil mencabut sebatang pedang pendek dari
pinggangnya dangan lagak menantang dan gagah.
Kembali pemuda aneh itu tertawa. “Ha, ha, ha! Baiknya
suhu sedang tidur dan tidak melihat dan mendengar ini! Ha,
ha, kalau dia melihat ini, suhu bisa mati saking gelinya !”
Nona baju merah itu makin marah dan ketika ia
menggerakkan tangannya, maka ia telah menyerang dengan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
gerak tipu Hek in koan yang (Mega Hitam Menutup
Matahari). Lan Giok yang melihat gerakan ini diam diam
terkejut juga karena gerakan nona baju merah itu amat
cepat dan ganas. Agaknya sukarlah ditangkis pedang
pendek yang di putar cepat, merupakan gulungan sinar
yang seperti naga hendak menelan tubuh pemuda cilik yang
aneh itu! Kembali ia menjadi kaget dan heran melihat ilmu
pedang nona ini. Baru saja tiba di luar tembok kota raja, ia
telah menyaksikan seorang pemuda yang aneh dan sangat
lihai. Sekarang datang lagi seorang gadis muda baju, merah
yang ilmu pedangnya amat tinggi pula. Alangkah banyak
nya orang orang berkepandaian tinggi di kota raja ini,
pikirnya dengan hati gembira.
Memang pemuda aneh itu lihai sekali. Biarpun ia
diserang oleh nona baju merah yang memainkan pedang
secara hebat, ia berlaku tenang saja, bahkan mengejek,
“Hek in koan yang yang kau mainkan ini tidak menakutkan
aku, nona manis. Betapapun tebalnya mega hitam, tak
mungkin dapat menutup matahari selamanya. Lihat, aku si
matahari akan membuyarkan mega hitam!” Setelah
mengeluarkan ucapan yang sifatnya seperti olok olok, tetapi
yang sekaligus menyatakan bahwa ia mengenal baik ilmu
serangan lawannya, pemuda ini lalu memutar tongkatnya
dan benar saja, setelah jurus Hek in koan yang habis
dimainkan, pemuda itu sama sekali tidak dapat dikalahkan
dan ilmu pedang itu buyar sendiri, oleh tangkisan tangkisan
dan serangan balasan yang tepat dari suling ular itu.
Nona baju merah itu menjadi makin marah. Ia berseru
keras dan tiba tiba tubuh nya lenyap terbungkus oleh sinar
pedangnya yang bergulung gulung dengan ganasnya.
Kembali Lan Giok tertegun. Ilmu silat nona baju merah itu
benar benar hebat dari ia sendiri belum tentu akan dapat
menang dengan mudah. Tetapi, ilmu silat dari pemuda
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
aneh itu lebih hebat lagi, bukan hebat karena tingginya
tenaga lweekang atau ilmu ginkangnya yang setingkat
dengan nona baju merah itu, tetapi yang hebat adalah
keanehan ilmu silat yang dimainkannya dengan sebatang
suling ular itu. Gerakan sulingnya berlenggak lenggok
meniru gaya ular sungguh merupakan senjata aneh yang
selain kuat sekali dalam pertahanan, juga aneh dan tak
terduga datang nya serangan serangan yang
dilancarkannya.
Lan Giok segera dapat melihat bahwa ilmu silat dari
pemuda itu masih lebih aneh dan lebih tangguh daripada
nona baju merah yang memegang pedang. Benar saja
setelah pertempuran berjalan puluhan jurus, perlahan lahan
gulungan sinar pedang nona baju merah itu makin
mengecil. Hal ini terlihat dengan bergantinya sinar. Kalau
tadi ketika mula mula menyerang, sinar merah dari
pakaiannya hampir tertutup oleh sinar putih dari perakan
pedangnya, sekarang sinar putih itu mulai berkurang
cahayanya dan mulai tertutup oleh sinar merah dari
pakaiannya, tanda bahwa nona ini mulai mengandalkan
ginkangnya untuk berkelebat ke sana ke mari
menghindarkan diri dari serangan balasan pemuda
bersuling itu.
“Sumoi biar aku membantu kau menangkap tikus kecil
ini!” terdengar seruan pemuda baju biru yang semenjak tadi
menonton saja. Seruan ini dibarengi dengan berkelebat nya
tubuhnya, sehingga nampak sinar kebiruan dari
pakaiannya. Di kedua tangannya telah nampak sepasang
golok tipis yang berkilauan, karena sepasang golok ini
terbuat dari pada emas!
“Ha, ha, jadi nona manis baju merah masih punya
suheng? Bagus majulah semua, jangan kira aku Gan Kui To
takut bermain main dengan kalian. Waduh waduh!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Memegang kim siang to (sepasang golok emas) ? Anak
hartawan mana lagi yang maju ini ?”
“Tutup mulut dan terimalah nasibmu!” bentak pemuda
baja biru itu dan benar saja, terpaksa pemuda aneh yang
bukan lain adalah Gan Kui To itu harus menutup mulut
karena gerakan sepasang golok emas ini benar benar sangat
hebat, jauh lebih berbahaya daripada gerakan pedang
pendek dari nona baju merah! Kembali Lan Giok terheran.
Ada lagi pemuda yang berkepandaian tinggi, pikirnya.
Timbul kegembiraan hatinya melihat tiga orang pemuda itu
bermain silat demikian indah dan gesitnya. Sayang tidak
seimbang, pikirnya, seorang saja dikeroyok dua.
Dan tanpa disadarinya pula, karena amat gembiranya
melihat orang orang mengadu kepandaian, Lan Giok tahu
tahu telah menggerakkan tubuhnya, sepasang kakinya yang
kecil menotol tanah dan melayanglah ia ke arah baju biru
yang memagang sepasang golok emas!
Melihat berkelebatnya bayangan kecil yang gesit ke
arahnya pemuda baju biru ini mengangkat golok emasnya
dan membabat ke arah Lan Giok, tetapi dengan sangat
lincahnya bayangan itu telah mengelak ke kiri dan
mengirim tendangan yang cepat bagaikan kilat menyambar!
Pemuda baju biru itu terkejut sekali dan segera melompat
untuk menghindarkan diri dari tendangan berbahaya ini,
kemudian ia memandang dengan penuh perhatian.
“Eh eh, kau ini siapa lagi? Apakah konco dari tikus gila
ini?” tanyanya sambil memandang ragu ragu.
Lan Giok tersenyum mengejek. “Dua orang mengeroyok
seorang, di mana keadilan? Dan lagi kurang gembira, maka
aku masuk untuk menggenapi jumlah !”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Ha, ha, ha, nona cilik yang manis ternyata lihai juga!
Mari kita sikat anak anak manja dari hartawan berpangkat
ini, agar mereka tidak lagi memandang rendah kepada
orang lain !” kata Gan Kui To sambil tertawa sombong.
Lan Giok memang berwatak nakal gembira, maka
mendengar ajakan ini, iapun memberikan senyuman manis
kepada Kui To dan tiba tiba ia menyerang pemuda baju
biru itu dengan Ilmu Pukulan Soan hong jiu hwat. Sepeti
diketahui. Ilmu Pukulan Soan hong pek lek jiu hwat adalah
ilmu silat dengan pukulan tangan yang mengandalkan
lweekang yang tinggi. Hebatnya tidak terkira.
Pemuda baju biru itu tidak mengira bahwa ilmu pukulan
gadis cilik itu demikian hebatnya, maka sambil tersenyum
mengejek ia maju menubruk dengan goloknya. Tetapi, tiba
tiba pukulan yang dilakukan oleh Lan Giok, biarpun belum
mengenai tubuhnya, angin pukulannya
telah.mendorongnya ke belakang, sehingga hampir saja ia
terjengkang roboh! Baiknya pemuda ini memiliki ke
pandaian tinggi. Ia maklum bahwa pukulan lawannya itu
mengandung tenaga lweekang berbahaya, maka cepat ia
mengumpulkan napas dan mengerahkan tenaga lweekang
untuk menolak pukulan ini agar tidak sampai terluka di
bagian dalam tubuh, tetapi biarpun ia dapat menolong
nyawanya, tetap saja ia terlempar ke belakang dan hanya
dengan berlompatan jungkir balik, ia terhindar dari malu
dan hina karena roboh dalam sejurus saja.
Kembali Gan Kui To gelak tertawa sambil melayani
nona baju merah. Di dalam ketawanya, yakni
mentertawakan pemuda baju biru, tersembunyi kekejutan
dan keheranan besar melihat ilmu pukulan yang hebat dari
Lan Giok itu.
Sementara itu, pemuda baju biru itupun menjadi kaget
dan berhati hatilah dia. Tak pernah di sangkanya bahwa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
gadis yang usianya masih muda ini telah memiliki
kepandaian sehebat itu. Ia lalu menyerang lagi dengan kim
siang to di tangannya dan dengan gembira sekali Lan Giok
menyambut serangannya, dengan Ilmu Silat Soan hong pek
lek jiu hwat yang ampuh. Gadis cilik ini tahu bahwa
lawannya memiliki kepandaian hebat maka hanya dengan
Ilmu Pukulan Geledek dan Angin Puyuh ini sajalah kiranya
ia dapat mengimbangi serangan sepasang golok emas yang
lihai itu.
Pertempuran terpecah dua dan terjadi dengan hebatnya.
Semua tentara yang tadi mengeroyok Gan Kui To berdiri
bengong dan tidak seorangpun berani mencoba ikut
bertempur. Mata mereka berkunang kunang karena tidak
dapat membedakan mana kawan mana lawan. Empat orang
muda itu seakan akan telah berputar putar menjadi dua
gulungan sinar yang saling serang, tubuh mereka lenyap
terbungkus oleh sinar senjata!
Siapakah adanya gadis baju merah dan pemuda baju biru
yang lihai itu? Para pembaca kiranya sudah dapat menduga
atau mengira ngira siapakah mereka ini? Memang betul,
gadis baju merah itu bukan lain adalah Sian Hwa, yakni
anak dari Can Goan yang diambil anak oleh Bucuci dan
kini mendapat nama keturunan ibu angkatnya menjadi she
Tan, karena isteri dari Bucuci bernama Tan Kui Eng.
Seperti telah dituturkan di bagian depan, Sian Hwa diambil
murid oleh Liem Po Coan atau Jenderal Liem yang
berjuluk, Pat jiu Giam ong, seorang di antara lima Tokoh
Besar! Adapun pemuda baju biru itu ialah Liem Swee,
putera tunggal dari Pat jiu Giam ong. Setelah dapat
mengetahui siapa adanya dua orang anak muda ini, tentu
saja tidak mengherankan lagi apabila ilmu kepandaian
mereka amat tinggi.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Akan tetapi yang paling hebat adalah kepandaian dari
Gan Kui To, anak yang di waktu kecilnya telah membunuh
ayahnya sendiri ini. Semenjak dibawa pergi dari bukit Oei
san oleh Lam hai Lo mo Seng Jin Siansu, orang yang paling
jahat dan licik juga berbahaya dari Lima Tokoh Besar, ia
menerima gemblengan ilmu silat dan ilmu hitam dari
suhunya. Memang telah menjadi harapan dari Lam hai Lo
mo untuk menurunkan seluruh kepandaiannya kepada
murid tunggalnya ini, agar kelak di kemudian hari Gan Kui
To akan menjagoi di seluruh dunia. Watak anak ini
memang cocok sekali dengan wataknya, maka Seng Jin
Siansu mengasihinya dengan sepenuh hatinya.
Kalau dibuat perbandingan antara empat orang anak
muda yang sedang ramai bertempur ini, memang yang
paling unggul adalah kepandaian Gan Kui To. Tidak saja
karena memang ia memiliki bakat yang baik dan cocok
sekali untuk menerima ilmu kepandaian dari Seng Jin
Siansu, tetapi terutama sekali karena memang ilmu silat
dari suhunya amat aneh. Kalau dibandingkan dengan Liem
Swee atau Sian Hwa, ia masih menang setingkat. Adapun
jika dibandingkan dengan Lan Giok, biarpun kepandaian
Lan Giok juga hebat, tetapi gadis cilik ini masih kalah
latihan, karena usia Kui To memang lebih tua dua tiga
tahun daripadanya.
Pertempuran antara Lan Giok dan Liem Swee berjalan
lebih seimbang daripada pertempuran antara Sian Hwa dan
Kui To, karena suling ular di tangan Kui To kini telah
mengurung dan menekan sinar pedang dari Sian Hwa lagi,
sehingga gadis baju merah yang cantik jelita itu menjadi
terdesak hebat.
“Swee ji dan Sian Hwa, mundurlah dan jangan
bertempur dengan saudara sendiri!” tiba tiba terdengar
bentakan keras. Tanpa diketahui oleh siapa pun juga,
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
seorang laki laki tua tinggi besar yang berpakaian seperti
seorang pembesar militer telah berdiri di dekat tempat
pertempuran. Dia ini bukan lain adalah Pat jiu Giam ong
Liem Po Coan jenderal yang berkepandaian tinggi itu. Liem
Swee dan Sian Hwa cepat melompat ke belakang. Sian Hwa
cepat bertanya ragu ragu, “Suhu, manakah dia yang suhu
bilang masih saudara sendiri?”
Liem Goanswe sambil tertawa berkata menuding ke arah
Kui To.
“Kau tidak kenal gerakannya? Dia Ini tentulah murid
dari supekmu (uwak gurumu), kalau bukan, bagaimana dia
bisa memainkan Siang cu kiam hwat sedemikian baiknya?”
Adapun Kui To yang cerdik, ketika melihat seorang
tinggi berpakaian jenderal, segera dapat menduga dengan
siapa ia berhadapan, maka segera ia memberi hormat
sambit berkata, “Teecu Gan Kui To menghaturkan hormat
kepada susiok (paman guru).”
Sementara itu, Lan Giok yang menyaksikan kejadian ini,
menjadi mendongkol sekali. Susah payah ia mencampuri
urusan ini karena tidak dapat mendiamkan saja melihat Kui
To dikeroyok dan karena timbul kegembiraannya melihat
tiga orang muda yang berilmu tinggi itu, tidak tahunya
mereka itu masih saudara seperguruan. Tanpa
mengucapkan suara lagi, ia menggerakkan tubuhnya dan
melompat pergi dengan cepat.
Pat jiu Giam ong tidak memperdulikan gadis cilik itu,
melainkan bertanya kepada Kui To, “Anak, tidak
mengecewakan kau menjadi murid Lam hai Lo mo Seng
Jin Siansu. Di mana gurumu?”
Kui To berdiri membalikkan tubuhnya, lalu menahan
napas dan mengerahkan khikangnya. Ketika ia membuka
mulut untuk berseru memanggil suhunya, suaranya
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
terdengar tidak keras tetapi mengggetar dan ternyata bahwa
anak ini telah menggunakan, ilmu mengirim suara yang
disebut Coan im jip bit,
“Suhu…! Di sini ada susiok menanyakan suhu,..!”
Suara itu menggema sampai jauh dan untuk beberapa
lama keadaan menjadi sunyi. Kemudian jauh sekali
asalnya, terdengar suara Lam hai Lo mo Seng Jiu Siansu
berkata, “Kui To, kau kembalilah ke sini. Tidak perlu aku
bertemu dengan Liem goanswe (jenderal Liem)! Bagaimana
aku dapat bertemu dengan seorang pembesar tinggi
sedangkan aku seorang jembel ?” Suara ini biarpun dikirim
dari tempat jauh datangnya masih nyaring menyakitkan
telinga.
Mendengar ucapan ini, Kui To lalu melompat pergi,
sedangkan Pat jiu Giam ong yang sudah mengenal adat dan
watak suhengnya tidak berani mengejar, hanya menggeleng
gelengkan kepalanya.
“Kepandaian suheng sudah bertambah berlipat kali.
Juga anak itu telah memiliki kepandaian tinggi, baru
ilmunya Coan im jip bit tadi saja sudah memperlihatkan
bahwa ia masih menang setingkat daripada kalian berdua.”
Kemudian jenderal ini lalu mengajak pulang anak dan
muridnya itu. Setibanya di dalil M gedungnya ia lalu
berkata dengan muka sungguh sungguh.
“Supek kalian memang berwatak aneh sekali dan orang
seperti dia sukar diduga sikapnya. Aku sendiri tidak tahu
apakah dia itu kelak merupakan kawan atau lawan. Kulihat
murid tunggalnya tadi pun berwatak aneh, tidak berbeda
dengan gurunya. Oleh karena itu, kalau kalian tidak mau
tertinggal jauh oleh orang lain, mulai sekarang kalian harus
berlatih lebih bersungguh sungguh, agar empat lima tahun
lagi kalian akan mewarisi seluruh kepandaian ku.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Liem Swee dan Sian Hwa menyatakan kesanggupannya,
sungguhpun di dalam hati, kedua orang muda ini tidak
percaya kalau kepandaian supek mereka yang dikabarkan
setengah gila itu lebih tinggi daripada kepandaian Pat jiu
Giam ong. Sebaliknya jenderal tua ini agaknya dapat
membaca keraguan pada wajah putera dan muridnya, maka
katanya dengan sungguh sungguh,
“Ketahuilah kalian bahwa di antara semua tokoh
persilatan, pada waktu ini agaknya hanya supekmu itulah
yang telah mencapai tingkat tinggi dan mungkin telah
menyusul tingkat dari Kim Kong Taisu, akan tetapi karena
Kim Kong Taisu telah mencuci tangan dan bertapa menjadi
manusia suci, agaknya hanya supekmu itulah yang
menjagoi. Kalau dia menurunkan seluruh kepandaiannya
kepada murid tunggalnya itu, pasti kelak kalian bukan
lawannya. Sayang.... sungguh sayang bahwa Bu Tek Kiam
ong hanya tinggal namanya saja.......”
“Suhu, apakah Bu Tek. Kiam ong ?” tanya Sian Hwa
dengan penuh perhatian.
Kembali Pat jiu Giam ong menarik napas panjang.
“Orang tua itu sajalah yang dapat mengatasi . kepandaian
Lam hai Lo mo supekmu itu, bahkan mengatasi pula
kepandaian Kim Kong Taisu. Di atas dunia ini tidak ada
ilmu silat yang sanggup menghadapi ilmu pedang dari Bu
Tek Kiam ong Si Raja Pedang itu !”
“Apakah dia, sudah meninggal dunia, suhu? Dan kalau
dia masih ada juga, apa artinya? Mengapa suhu
menyatakan sayang?” Kalau gadis baju merah itu amat
memperhatikan, adalah Liem Swee sama sekali tidak mau
perduli. Memang amat jauh perbedaan sifat antara dua
orang ini. Sian Hwa amat bernafsu untuk mempertinggi
ilmu kepandaiannya, adapun Liem Swe yang memang lebih
tinggi tingkatnya, berwatak sombong dan tidak mau kalah
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menganggap kepandaiannya sendiri yang sudah paling
tinggi!
“Aku tidak dapat memastikan apakah dia sudah mati,
akan tetapi kalau ia masih hidup, usia nya tentu hampir
seratus tahun. Kalau ia masih hidup:.... kalau saja kalian
bisa mewarisi ilmu pedangnya, kalian tak usah takut
menghadapi jago silat yang manapun juga, bahkan tidak
perlu takut menghadapi murid murid Kim Kong Taisu atau
murid supekmu.”
“Ayah, mengapa melamun dan mengharapkan sesuatu
yang tidak ada? Ilmu kepandaian ayan sendiri sudah amat
tinggi dan belum dapat kami warisi semua, mengapa
mencari yang jauh jauh? Aku lebih suka mewarisi ilmu
kepandaian ayah daripada ilmu kepandaian siapapun juga
!” kata Liem Swee yang . membuat ayah nya tersenyum.
Pat jiu Giam ong menganguk angguk. “Betul juga
katamu, Swee ji, tak perlu kita merendahkan diri sendiri
memperkecil semangat. Asalkan kalian berlath sungguh
sungguh, kiranya masih banyak ilmu pukulan yang dapat
kalian pelajari dari aku.”
Sian Hwa lalu minta diri dan kembali ke rumah orang
tuanya, yakni panglima Bucuci yang sebagai mana pernah
dituturkan di bagian depan, telah berpindah ke kota raja
pula dan mendapatkan sebuah gedung dari Liem goanswe.
Mari kita ikuti perjalanan Lan Giok, gadis berusia
empatbelas tahun.yang lincah dan tabah itu. Setelah
mengalami pertempuran dengan anak anak muda yang
berkepandaian tinggi itu, diam diam gadis cilik ini berpikir
bahwa ilmu kepandaiannya sendiri masih jauh daripada
memuaskan. Aku harus belajar lebih giat lagi, pikirnya.
Belum lama ini ketika bertemu dengan Bun Sam, murid
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dari Kim Kong Taisu, ia kena dikalahkan. Dan sekarang
bertemu dengan murid murid Pat jiu Giam ong dan Lam
hai Lo mo, ia harus mengakui bahwa kepandaiannya
sendiri belum dapat mengatasi mereka, terutama pemuda
bersuling ular itu. Ia pernah mendengar dari gurunya bahwa
di atas dunia ini, yang paling dipandang dan disegani oleh
gurunya hanyalah empat orang tokoh persilatan, yakni Kim
Kong Taisu, Pat jiu Giam ong, Lam hai Lo mo dan seorang
lagi yang dipandang tinggi, yakni Bu tek Kiam ong. Murid
Lam hai Lo mo telah ia jumpai dan mereka itu ternyata
memang berkepandaian tinggi. Lebih lebih lagi murid Bu
tek Kiam ong, sampai di mana hebatnya kepandaiannya?
Biarpun ia sudah berada di luar tembok kota raja, namun
Lan Giok tidak masuk ke dalam kota raja, karena tujuan
perjalanannya memang bukan ke situ, melainkan ke kota
Tong seng kwan untuk mencari Ngo jiauw eng Lui Hai
Siong yang menjadi touwtong di kota itu.
Akan tetapi setelah tiba di kota Tong seng kwan, ia
mendengar bahwa orang yang dicarinya itu telah dua hari
pergi ke kota raja, sehingga gadis ini menjadi gemas sekali.
Ia telah lewat di luar tembok kota raja, sama sekali tidak
tahu bahwa orang yang dicarinya berada di dalam kota otu!
“Lopek, tahukah kau di mana aku dapat bertemu dengan
Lui ciangkun di kota raja?” tanyanya kepada penjaga yang
memberitahu kepadanya tentang kapergian perwira she Lui
itu. Penjaga itu tidak merasa aneh melihat seorang gadis
cilik mencari Lui ciangkun, oleh karena perwira ini
memang banyak mengadakan perhubungan dengan orang
orang jadi kalangan kang ouw yang menjadi pembantu atau
kawan kawannya, ia hanya memandang sambil tersenyum,
nampak kekaguman akan. keberanian dan kecantikan gadis
itu, membayang dalam pandangan matanya.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Nona kecil, kalau kau di kota raja mencari di rumah
panglima Bucuci, tentu kau akan bertemu dengan Lui
ciangkun.”
“Terima kasih, lopek,” kata Lan Giok dan sebelum
penjaga itu sempat menjawab, gadis cilik itu berkelebat dan
lenyap dari pandangan matanya. Tentu saja penjaga itu
menjadi terbelalak heran. Biarpun hari telah malam dan
gelap, tetapi bagaimana mungkin orang dapat
menghilangkan diri begitu saja dari depan hidungnya?
“Jangan jangan dia bukan manusia, melainkan iblis yang
sengaja datang menggangguku !” penjaga tua itu bersungut
sungut, lalu ia membaca mantera yang pernah dipelajarinya
dari hwesio di kelenteng, mulutnya berkemak kemik
membaca doa pengusir Iblis !
Malam hari itu Lan Giok bermalam di sebuah rumah
penginapan dan pada keesokan hari nya, pagi pagi ia telah
berangkat ke kota raja untuk menyusul Ngo jiauw eng Lui
Hai Siang, orang yang harus dibasminya menurut perintah
gurunya. Ia sendiri tidak kenal siapa adanya Ngo jiuw eng
dan hanya mendengar dari suhunya bahwa orang itu adalah
seorang penjahat yang.telah menggunakan kesempatan
berdirinya pemerintah Goan tiauw untuk menjilat dan
mencari kedudukan dengan jalan mengorbankan patriot
patriot bangsa sendiri.
Ketika Lan Giok tiba di jalan besar yang menuju ke kota
raja dan sedang berjalan cepat, tiba tiba ia melihat lima
orang yang aneh aneh bentuk tubuh maupun corak
pakaiannya. Empat di antara mereka adalah orang orang
tua lekiki dan seorang pula adalah wanita. Ketika ia
memandang dengan penuh perhatian, maka teringatlah ia
akan cerita gurunya dan tahulah dia bahwa mereka itu
bukan lain adalah Sin beng Ngo hiap (Lima Pendekar
Malaikat) yang terkenal di dunia kangouw! Gadis cilik ini
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
tahu bahwa orang yang tertua, yang berpakaian seperti tosu
dengan baju berkembang dan bertubuh tinggi kurus, adalah
Bouw Ek Tosu atau guru dari Ngo jiauw eng yang hendak
dibunuhnya! Akan tetapi, gadis yang tidak kenal akan arti
takut ini berjalan seperti biasa saja, tanpa mengurangi
kecepatan berlarinya. Lima orang tokoh persilatan itupun
sedang menuju ke kota raja dan karena mereka berjalan
dengan cepat, maka mereka tidak melihat Lan Giok. Gadis
ini memang memiliki watak ingin mencoba kepandaian
orang. Ia telah mendengar bahwa lima orang tokoh
persilatan itu namanya kurang bersih dan pernah pula
mereka dihajar habis habisan oleh gurunya, maka dengan
berani ia lalu sengaja mempercepat larinya dan menyusul
mereka. Bagaikan seorang pembalap kuda yang melampaui
lawannya, sengaja menyusul dan melampaui lima orang tua
itu, tanpa menoleh sedikitpun kepada mereka.
Terdengar seruan heran dan kaget dari Sin beng Ngo
hiap ketika mereka melihat seorang gadis cilik yang cantik
dan manis berlari cepat sekali melampaui mereka.
“Eh, siapa kau? Tunggu dulu!” Hwa Hwa Niocu yang
merasa amat tertarik dan suka melihat gadis cilik yang
lincah ini, lalu melompat ke depan sambil mengulurkan
tangan hendak menangkap lengan gadis itu. Akan tetapi
alangkah herannya ketika, tanpa menengok gadis cilik itu
dapat mengelakkan lengannya yang hendak tertangkap,
bahkan segera melarikan diri lebih cepat lagi!
Tidak hanya Hwa Hwa Niocu yang merasa heran, juga
suheng suhengnya merasa heran dan terkejut, lalu
mempercepat lari mereka mengejar ke depan. Lan Giok
yang mengetahui bahwa lima orang itu mengejarnya, lalu
menengok dan tersenyum manis. Senyum ini tentu saja
dianggap ejekan bagi Sin beng Ngo hiap yang menjadi
gemas juga.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Setan cilik kau berani menjual lagak?” Bouw Ek Tosu
mengebutkan lengan bajunya dan ia mendahului adik adik
seperguruannya mengejar dengan cepat sekali ke depan.
Betapapun tinggi kepandaian ilmu lari cepat dari Lan Giok
tentu saja ia masih belum dapat mengatasi kepandaian
Bouw Ek Tosu yang sudah berlatih puluhan tahu lamanya.
Setelah kejaran dilakukan beberapa lama, akhirnya Tosu itu
sudah hampir dapat memegang Lan Giok.
“Setan cilik, kau tetap tidak mau berhenti ?” bentak tosu
itu sambil menggunakan kebutannya yang berbulu panjang
digerakkan ke depan.
Ujung kebutan yang lemas dan panjang itu meluncur ke
depan dan hendak melibat tangan Lan Giok. Gadis ini
terkejut karena kalau sampai tangannya terlibat, berarti ia
kalah dan tak dapat lari lagi, maka cepat ia lalu
membalikkan tubuhnya dan sambil setengah berjongkok ia
melancarkan serangan pukulan Soan hong pek lek jiu!
Hal ini tentu saja sama sekali tak pernah disangka oleh
Bouw Ek Tosu, sehingga biarpun tosu ini menarik kembali
hudtim (kebutan) dan mengelak ke samping. Tetap saja
sambaran angin pukulan dengan telak telah mengenai
pangkal lengan kanannya, ia merasa betapa lengannya
seperti lumpuh dan kebutan nya terlempar jauh. Cepat ia
menyalurkan lweekangnya ke dalam lengan itu dan berhasil
menolak kembali tenaga hawa pukulan anak gadis yang
aneh ini, akan tetapi saking kagetnya ia lalu melompat
mundur setombak lebih. Di situ ia memandang dengan
mata terbelalak, kemudian membentak.
“Gadis liar. Jadi kau adalah murid Mo bin sin kun?”
Bouw Ek Tosu dapat mengenal Soan hong pek lek jiu dari
Mo bin Sin kun, maka ia dapat menduga bahwa gadis liar
ini tentulah murid dari Si Tangan Malaikat Bermuka Iblis
itu. Empat orang adik seperguruannya yang sudah
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menyusul ke situ pula, mendengar seruan ini lalu
memandang dengan mata mengancam. Akan tetapi Lan
Giok tetap tersenyum tabah.
“Kalau betul, kenapa gerangan? Kalian ini Sin beng Ngo
hiap, yang terkenal sebagal tokoh tokoh tua di dunia
persilatan. Untung hanya hudtim mu saja yang terlempar,
kalau yang terlempar itu kepala, kan menjadi berabe juga.”
“Gadis liar kurang ajar! Kau benar benar kejam dan
ganas seperti setan, seperti..... gurumu!” Bouw Ek Tosu
membentak marah sambil mengambil kembali hudtimnya
yang terlempar tadi. “Baru saja bertemu kau telah
melancarkan pukulan Soan hong pek lek jiu, apa kaukira
pinto takut kepadamu?”
“Aduh galaknya. Siapa yang mulai lebih dulu? Aku
berlari seorang diri, tidak mengganggumu, tidak
memandangmu, tidak menegurmu. Mengapa kalian orang
orang tua ini seperti gila mengejar ngejarku? Mau apakah?”
tanyanya sambil menantang.
“Anak iblis!” Hwa Hwa Niocu berseru. “Tadinya aku
tertarik kepadamu, tidak tahunya kau jahat seperti iblis!
Betapapun juga, karena kau adalah murid Mo bin Sin kun,
biarlah kau ikut dengan kami untuk merobah adatmu yang
rusak itu !”
Lan Giok tertawa, sehingga dua buah lesung pipit
membayang di kanan kiri mulutnya. “Benar benar galak
kalian ini, apa dikira aku belum tahu bagaimana kalian
dihajar jatuh bangun oleh guruku? Sudahlah, lebih baik
kalian pergi dan jangan menggangguku, kalau aku habis
sabar, jangan jangan kalian untuk kedua kalinya akan
menerima hajaran!”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Tentu saja lima orang itu menjadi marah sekali. Muka
mereka menjadi merah dan masing masing telah meraba
senjatanya.
“Anak iblis macam kau ini harus dibasmi lebih dulu
sebelum kelak menjadi iblis tulen!” teriak Coa Hwa Hwa
atau Hwa Hwa Niocu. Sambil berkata demikian, ia telah
mencabut pedangnya dan membacok kepala Lan Giok
dengan gerak tipu Liong teng thi cu (Ambil Mutiara di
Kepala Naga).
“Ayaaa .... !” Lan Giok berseru ___ sambil dengan
lincahnya ia _____ cu hoan sin ___________ Niocu
menyerang, kini dengan sebuah tusukan ke arah dada anak
tanggung itu akan tetapi kembali Lan Giok mengelak dan
kini tiba tiba kepalan tangan kanannya menyambar ke
depan mengarah pusar lawan. Gerakan pukulannya kini
hebat dan cepat sekali datangnya, juga didahului oleh
menyambarnya hawa pukulan yang aneh dan berbahaya.
Memang, karena maklum bahwa kelima orang lawan ini
bukan merupakan lawan yang boleh dipandang ringan,
biarpun pada mulutnya Lan Giok menyindir dan
memandang ringan, namun sekali maju ia telah
mengeluarkan ilmu Silat Soan hong pek lek jiu, kepandaian
simpanannya.
Hwa Hwa Niocu, seperti juga Bouw Ek Tosu tadi,
memandang rendah kepada anak ini dan melanjutkan
serangan tanpa memperdulikan pukulan anak yang datang
itu. Akan tetapi, tiba tiba ia terbetot dari belakang dan
tubuhnya terpental ke belakang dibarengi oleh suara twa
suhengnya, “Sumoi, hati hati ! Pukulan Soan hong pek lek
jiu tak boleh dibuat gegabah !”
Kembali terdengar Lan Giok tertawa geli, sedangkan
Hwa Hwa Niocu menjadi merah mukanya. Kalau tadi
Bouw Ek Tosu tidak membetotnya ke belakang, mungkin ia
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sudah kena dirobohkan oleh gadis cilik ini. Ia menjadi
semakin penasaran dan sambil berseru keras ia lalu
memutar pedangnya dengan hebat, menyerang Lan Giok
dengan nafsu membunuh.
Melihat betapa gadis cilik ini memang amat lihai dan
merasa khawatir kalau kalau sumoinya akan kalah dan
mendapat malu besar, maka sepasang hwesio kembar yang
gemuk, yakni Lam san Siang mo bergerak cepat dan dengan
sepasang golok di tangan, mereka ikut menyerbu. Mereka
pikir daripada sumoi mereka kalah dan mendapat malu,
lebih baik sebelum ada orang yang melihat, mereka
mengeroyok dan membinasakan murid dariMo bin Sin kun
yang pernah menghina mereka ini.
Ketika empat buah golok dan sebuah pedang menyambar
ke arahnya barulah Lan Giok merasa sibuk juga. ia
mengandalkan ginkangnya untuk mengelak ke sana ke
mari, tubuhnya berkelebat bagaikan seekor burung walet
yang amat gesit, menyambar di antara gulungan sinar
senjata lawan sambil membalas dengan pukulan Soan hong
pok lek jiu. Akan tetapi, karena tiga orang lawannyapun
bukan orang orang lemah, gadis cilik ini maklum bahwa,
kalau dilanjutkan, keadaannya akan menjadi berbahaya
juga. Ia memutar otaknya mencari akal.
“Bagus, bagus! Tiga orang tua bangka dari Sin beng Ngo
hiap yang bernama besar mengeroyok seorang muda!
Pantas memang nama besar Sin bengNgo hiap hanya nama
besar palsu belaka. Awas, sebentar lagi kalau guruku
datang, kalian tentu hanya tinggal namanya saja!”
Benar saja, mendengar ucapan ini, lima orang itu
menjadi terkejut sekali. Serangan, sepasang hwesio kembar
dan Hwa Hwa Niocu menjadi lemah dan Bouw Ek Tosu
bahkan menengok ke kanan kiri, melihat kalau kalau Mo
bin Sin kun sudah berada di situ.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Lebih baik kita tinggalkan iblis kecil ini !” katanya
kepada keempat adik seperguruannya, karena merasa takut
akan ancaman yang keluar dari mulut gadis cilik tadi.
“Mengapa takut, twa suheng,” kata Hwa Hwa Niocu.
“Lebih baik kau bantulah membereskan anjing kecil ini,
kalau sudah, kita lalu berlari ke dalam kota raja
mengunjungi Pat jiu Giam ong, Kalau kita sudah di sana,
hendak kita lihat Mo bin Sin kun akan berani berbuat apa?”
Sambil berkata demikian Hwa Hwa Niocu menyerang
lagi lebih hebat dengan pedangnya dan suheng
suhengnyapun tanpa malu malu lagi lalu mendesak gadis
cilik itu, dengan maksud cepat cepat merobohkannya atau
menangkapnya untuk membalas penghinaan yang mereka
terima dari Mo bin Sin kun. Akan tetapi Lan Giok terlalu
lincah bagi mereka, sehingga biarpun lima orang itu
memiliki kepandaian tinggi, tak mungkin mereka dapat
mengalahkan gadis yang licin bagaikan belut itu dalam
waktu singkat.
Betapapun juga, Lan Giok sudah kewalahan sekali,
jidatnya yang berkulit halus itu telah penuh oleh keringat.
Akan tetapi mulutnya makin, tersenyum senyum dan terus
menerus mengejek dan memaki maki nama Sin beng Ngo
hiap yang di makinya monyet tua bangka pengecut dan lain
lain.
Pada saat itu, tiba tiba terdengar suara keras, “Tak patut
lima orang tua bangka mengeroyok seorang muda!” dan
berkelebatlah bayangan orang. Biarpun suaranya seperti
orang yang sudah tua, tetapi ternyata yang mengeluarkan
kata kata teguran itu adalah seorang pemuda remaja, bukan
lain adalah Gan Kui To, murid dari Lam hai Lo mo Seng
Jin Siansu !
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Biarpun di dalam hatinya ia merasa girang dengan
datangnya pemuda yang hendak membantunya ini, namun
keangkuhannya membuat Lan Giok berkata, “Mau apa kau
mencampuri urusan ku ?”
Kui To tertawa gelak gelak dengan lagak seperti suhunya
ketika ia mendengar suara merdu ini yang terdengar galak,
tetapi manis dan melihat gadis cilik yang amat manis itu
sudah mandi keringat akan tetapi masih hendak menolak
bantuan. “Ha, ha, ha, burung murai yang cantik, kau lupa
bahwa beberapa hari yang lalu kau telah membantuku
dalam pertempuran. Sekarang melihat kau di keroyok lima,
bagaimana aku harus tinggal diam saja? Inilah
kesempatanku membalas budi dan memperlihatkan bahwa
aku Gan Kui To bukanlah orang yang berwatak buruk. Ha,
ha, ha!” Sambil berkata demikian, suling ularnya bergerak
cepat menangis kebutan di tangan Bouw Ek Tosu yang
dilihatnya paling lihai di antara semua pengeroyok nona
itu.
Tentu saja Bouw Ek Tosu memandang rendah pemuda
yang seperti anak gila.Melihat kebutannya yang menyerang
Lan Giok ditangkis oleh suling si pemuda, ia lalu sengaja
menggerakkan ujung kebutannya itu untuk menangkap dan
dengan tenaga gerakan “cam” (membelit melibat) ia
berhasil menangkap suling itu dengan kebutan, tadi melihat
betapa pemuda itu agaknya tidak sadar bahwa sulingnya
sudah tertangkap, ia lalu menggunakan tenaga gerakan
“coan” (memutar). Ujung kebutannya terputar cepat dan
maksudnya membuat suling itu ikut terputar dan terlepas
dari tangannya si pemuda. Akan tetapi, jangankan terputar
atau terlepas, bahkan tiba tiba pemuda itu berseru dengan
suara yang amat berpengaruh.
“Yauwto (tosu iblis) bandel ! Tidak kau lepaskan hudtim
kebutan itu mau tunggu kapan lagi??” Seruan ini dibarengi
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dengan tenaga betotan yang hebat sekali. Bouw Ek Tosu
yang sedang menggunakan tenaga memutar, cepat
mengerahkan tenaga untuk mempertahankan kebutannya,
akan tatapi entah mengapa, seruan atau bentakan pemuda
tadi telah membuat tangannya terasa lemas dan akhirnya
tanpa dapat dicegah lagi kebutannya “ikut” terbang dengan
suling dan tahu tahu telah berada di tangan pemuda itu !
Bouw Ek Tosu adalah seorang ahli silat yang sudah
puluhan tahun menjelajah di dunia kang ouw, maka bukan
kepalang herannya melihat kelihaian pemuda ini. Ia tidak
percaya bahwa pemuda tangguh ini dapat memiliki
lweekang yang lebih tinggi dari dia, maka setelah
memandang sebentar teringatlah ia akan bentakan pemuda
tadi dan tahu bahwa pemuda ini tentu mahir akan ilmu
hoat lek (ilmu sihir atau ilmu gaib) ia menjadi marah sekali.
“Anak setan, kembalikan hudtimku !” serunya sambil
menyerang dengan kedua ujung lengan bajunya. Serangan
ini ditujukan ke arah kepala Kui To dan biarpun hanya
ujung lengan baju yang dipergunakan oleh Bouw Ek Tosu,
namun kalau sekiranya mengenai kepala mungkin akan
hancur lah kepala pemuda itu. Kui To cepat melompat ke
belakang dan tiba tiba hudtim tadi meluncur dari tangannya
ke arah dada tosu itu.
“Hebat!” seru Bouw Ek Tosu ketika mengena gerakan ini
karena inilah gerakan yang disebut Sin liong hian bwee
(Naga Sakti Mempertahankan Ekornya). Gerakan seperti
ini berasal dari cabang persilatan Hoa san pai, yakni bagian
ilmu pedang nya dan gerakan aslinya tentu saja
melemparkan pedang ke arah lawan. Cepat Bouw Ek Tosu
miringkan tubuhnya dan mengulurkan tangan dari samping
untuk menangkap gagang kebutan nya dan kembali ia
terkejut karena merasa betapa kulit tangannya panas saking
cepat dan lajunya hudtim itu dilemparkan!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Sementara itu, Lan Giok tentu saja senang melihat
betapa tosu yang terlihai di antara pengeroyoknya itu dapat
dihadapi oleh Kui To, akan tetapi untuk meninggikan harga
diri, ia tetap berkata, “Kalau kau tidak ingin disebut sebagai
manusia bong im pwe gi (manusia tak kenal budi) dan ingin
membalas budi, sesuka hatimulah! Akan tetapi jangan kira
bahwa aku membutuhkan bantuan atau bahwa aku takut
menghadapi keroyokan lima tikus tua ini.”
Kembali Kui To tertawa geli. “Baiklah, siapa yang takut
menghadapi lima ekor tiks tua ini? Aku hanya ingin ikut
mempermainkan mereka.”
Bukan main marahnya Sin beng Ngohiap mendengar
ucapan kedua orang anak muda ini.Mereka berlima adalah
tokoh tokoh besar yang pernah menggemparkan dunia
persilatan, nama nama mereka merupakan nama yang
disegani dan ditakuti oleh orang orang gagah di dunia kang
ouw, bagaimana sekarang mereka menghadapi dua orang
anak tanggung yang berani mempermainkan dan menghina
mereka? Ini adalah pengalaman pertama kali semenjak
mereka hidup dan tentu saja wajah kelima orang ini
menjadi pucat saking marahnya.
Si Pacul Kilat Kui Hok yang berpakaian petani, memang
paling hati hati dan cerdik diantara saudara saudaranya.
Melihat gerakan ilmu silat pemuda yang baru datang,
mudah saja ia dapat menduga bahwa pemuda inipun
tentulah murid seorang sakti dan agaknya kepandaiannya
tidak berada di sebelah bawah tingkat kepandaian murid
Mo bin Sin kun. Maka sebelum berlaku lancang lebih baik
bertanya lebih dulu, pikirnya.
“Tahan dulu !” seru nya kepada saudara saudara nya,
kemudian ia menghadapi Kui To sambil berkata dengan
suara ramah, “Siauwko (saudara kecil), kau masih muda
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sudah begini lihai, sebetulnya siapakah nama gurumu yang
mulia ?”
Karena lima orang itu berhenti menyerang, Lan Giok
dapat beristirahat dan menyeka peluh di keningnya dengan
sehelai saputangan sutera.Melihat keadaan nona kecil yang
nampaknya lelah ini, Kui To lalu tertawa dan berkata,
“Kalian mana mengenal siapa suhuku? Dengarlah!” Setelah
berkata demikian, anak muda ini lalu duduk bersila di atas
tanah dan meniup sulingnya! Mula mula suara suling,
lemah dan halus, enak didengar, sehingga Lan Giok
menjadi tertarik dan tak terasa pula maju mendekat, akan
tetapi, lambat laun suara suling itu menjadi makin meninggi
dan keras sehingga menusuk nusuk anak telinga ! Lan Giok
mengerahkan tenaganya, akan tetapi anak telinganya masih
terasa sakit, maka cepat ia lalu merobek saputangannya
menjadi dua dan menggunakan robekan kain itu untuk
disumbatkan ke dalam telinganya.
Adapun kelima orang Sin beng Ngo hiap menderita
seperti yang dialami oleh Lan Giok, sehingga mereka
merasa terkejut sekali. Yang didemonstrasikan oleh pemuda
tanggung itu adalah tenaga khikang yang luar biasa, yang
menjadi pecahan daripada Ilmu Coan im jip bit (Kirim
Suara Dari Jarak Jauh). Tenaga khi kang yang didorong
oleh lweekang yang tinggi, membuat pemuda itu dapat
meniup suling sedemikian rupa, sehingga dapat
menimbulkan suara nada setinggi tingginya dan sekecil
kecilnya, sehingga dapat merangsang anak telinga siapa
yang mendengarnya. Jangan dikira bahwa hal ini hanya
menyakitkan pendengaran, karena sesungguhnya, gendang
telinga bisa pecah karenanya!
Lima orang tua ini sudah memiliki lweekang yang tinggi,
akan tetapi betapapun juga mereka mengerahkan tenaga,
tetap saja di dalam telinga mereka tergetar hebat dan buru
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
buru mereka lalu mempergunakan telunjuk untuk
disumbatkan ke dalam telinga dan mencegah getaran itu
merusak anak telinga mereka! Selagi mereka hendak
menyerang pemuda itu agar menghentikan tiupan
sulingnya. tiba tiba terdengar bunyi berdesis beberapa kali
dan nampaklah tiga ekor ular senduk datang dari tiga
jurusan, melenggang lenggok menghampiri Kui To.
Lan Giok, sebagaimana umumnya seorang anak
perempuan, merasa jijik dan ngeri, maka cepat cepat ia
melompat menjauhi dengan bulu tengkuk meremang.
Adapun Sin beng Ngo hiap memandang dengan mata
terbelalak. Tiga ekor ular itu agaknya tertarik oleh bunyi
suling yang ditiup oleh Kui To dan melihat bentuk suling
yang seperti ular itu, tiga ekor binatang ini lalu mengagkat
kepala tinggi tinggi dan menari nari dengan lengang
lenggok lemas di depan Kui To, seakan akan hendak
berlagak dan hendak menarik perhatian “ular” yang dapat
mengeluarkan suara merdu itu.
Setelah memainkan sulingnya beberapa lama dan
matanya berseri memandang ke arah tiga ekor ular senduk
yang menari nari itu, Kui To menghentikan tiupan
sulingnya. Tiga ekor ular itu nampaknya marah dan
berbareng menyerang ke arah sulingnya. Dengan gerakan
yang indah dan cepat, Kui To lalu menggerakkan sulingnya
dengan gerak tipu Lian cu sam kiam (Gerakan Berantai
Tiga Pedang), maka terdengar bunyi “tak tuk tak!”, kepala
ketiga ekor ular itu telah kena ditotok oleh ujung suling.
Ular ular itu roboh dan setelah menggeliat beberapa lama
lalu tak bergerak lagi, mati dengan kepala remuk?
“Sudah tahukah kalian siapakah guruku?” Kui To
berkata bangga.
Akan tetapi biarpun amat kagum melihat kelihaian
pemuda tanggung ini, Sin beng Ngo hiap masih juga tidak
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dapat menduga siapa adanya pemuda ini. Mereka hanya
saling memandang dengan muka ragu ragu.
Adapun Lan Giok yang melihat betapa pemuda itu
membunuh tiga ekor ular yang tadi dapat menari nari
demikian indahnya, menjadi terkejut dan tiba tiba saja ia
merasa benci sekali kapada Kui To yang telah berlaku keji.
Kini melihat lagak Kui To yang sombong, ia lalu berkata,
“Cih, sungguh menjemukan !” Lalu gadis cilik ini
melompat pergi menuju ke kota raja.
“Siauw niauw (burung kecil), jangan pergi dulu!” seru
Kui To yang mengejar Lan Giok.
Jilid VI
“KAU belum mengaku siapa suhumu,” Bouw Ek Tosu
dan empat orang adiknya juga melompat dan menahan Kui
To yang menjadi gemas sekali. Pemuda ini membalikkan
tubuhnya, berdiri sambil bertolak pinggang dan sepasang
matanya memancarkan sinar yang amat berpengaruh,
sehingga lima orang tokoh kang ouw itu menjadi ragu ragu
untuk turun tangan.
“Guruku adalah Iblis! Iblis Tua Laut Selatan, kalian mau
apa? ?” bentak Gan Kui To dengan marah sekali.
Bukan main terkejutnya hati Sin beng Ngo hiap
mendengar keterangan ini.
“Apa…..? Suhumu Lam hai Lo mo Seng jin Siansu....??”
“Hanya ada satu saja Lam hai Lo mo !” jawab Kui To.
Berubahlah wajah kelima orang itu. Pantas saja pemuda ini
demikian lihai seperti setan, tidak tahunya dia adalah murid
dari tokoh besar atau datuk persilatan dari selatan itu. Bouw
Ek Tosu cepat mengangkat kedua tangan ke dada dan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
memberi hormat dituruti pula oleh empat orang adiknya.
“Maaf, maaf, pinto berlima sama sekali tidak tahu bahwa
taihiap (pendekar besar) adalah murid dari locianpwe itu.
Kami Sin beng Ngo hiap benar benar merasa tunduk atas
kelihaian taihiap.”
Akan tetapi Gan Kui To hanya menggerakkan
hidungnya dan sepasang matanya yang sudah sipit menjadi
makin kecil lagi dalam tarikan muka menghina, kemudian
tanpa banyak cakap ia lalu berlari menyusul Lan Giok yang
sudah lenyap dari pandangan mata. Gerakannya amat
cepat, sehingga sebentar saja ia sudah berada jauh.
Bouw Ek Tosu menarik napas panjang..”Aah, kita ini
orang orang tua benar benar seperti katak katak di dalam
sumur, tidak tahu lebarnya dunia dan kemajuan
kemajuannya. Betul kata orang bahwa makin tua usia,
segala menjadi makin mundur dan makin lemah. Anak
anak sekarang memiliki kepandaian yang hebat dan
sebentar saja mereka itu akan jauh meninggalkan kita.”
“Kita tidak perlu merasa penasaran,” menghibur Kui
Hok Si Pacul Kilat. “anak anak muda yang kita jumpai dan
yang memiliki ilmu kepandaian hebat adalah murid murid
dari Ngo gak (Lima Gunung Besar) atau Ngo thai
locianpwe (Lima Orang Tua Gagah). Anak perempuan tadi
adalah murid dari Mo bin Sin kun, adapun pemuda tadi
adalah murid dari Lam hai Lo mo, tentu saja kepandaian
mereka amat luar biasa.Mengapa mesti malu kalau sampai
kita tidak dapat mengalahkan mereka?”
Tiba tiba Hwa Hwa Niocu teringat akan sesuatu dan
mukanya berubah.”Ah, celaka…!” katanya.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Kakak kakaknya menahan tindakkan kaki mereka dan
memandang dengan heran.”Mengapa kau bilang celaka ?”
tanya Bouw Ek Tosu.
“Kita tak bisa ke kota raja“
“Mengapa ?” Si Pacul Kilat bertanya.
“Suheng, bukakah bahwa anak yang bernama Kui To itu
adalah murid dari Lam hai Lo mo? Betapapun juga, kita
telah bertempur melawan dia dan sekarang diapun pergi ke
kota raja. Pat jiu Giam ong adalah susioknya (paman
gurunya), maka tentu anak itu pergi ke sana pula. Kalau
kita bertemu dengan dia di sana dan Pat jiu Giam yang
telah mendengar tentang pertempurannya dengan kita,
bukankah kita akan menghadapi suasana yang amat tidak
enak?”
Teringatlah kakak kakaknya akan hal itu dan mereka
saling memandang dengan bingung..”Apalagi kalau Lam
hai Lo mo sendiri berada di sana!” seorang diantara
sepasang hwesio kembar berkata menambahkan.
“Habis, kalau kita tidak ke sana, bagaimana dengan
rencana kita tentang harta terpendam itu? Dan rencana kita
untuk mengadukan Pat jiu Giam ong dengan Mo bin Sin
kun?” kata Bouw Ek Tosu sambil memandang kepada adik
adik seperguruannya minta pertimbangan.
“Lebih baik kita serahkan urusan ke dua itu kepada
muridmu, Twa suheng,” kata Kui Hok yang cerdik.
“biarlah Ngo jiauw eng muridmu itu yang menjadi
pembantu Pat jiu Giam ong, memberi laporan tentang
kehendak Mo bin Sin kun membasmi bekas orang orang
Ang bi tin ! Adapun tentang harta terpendam dari bekas
Jenderal Yap itu, karena lain orang tidak ada yang tahu,
mengapa kita harus tergesa gesa? Lain kali saja kalau
keadaan sudah aman, tak dapatkah kita mengambilnya?
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Demikianlah, mereka lalu mengambil jalan wenuju ke kota
Tong Seng kwan untuk mencari Ngo jiauw eng !
Kita ikuti perjalanan Song Bun Sam dan suhengnya
muka tengkorak Yap Bouw yang masuk ke dalam kota raja
dengan maksud hendak mengambil harta pusaka yang
disimpan oleh Yap Bouw di dalam kebun bunga bekas
gedungnya. Menurut hasil penyelidikan Bun Sam di waktu
siangnya, karena Yap Bouw menyembunyikan diri agar
mukanya tidak menarik perhatian orang, mereka mendapat
keterangan bahwa rumah gedung bekas tempat tinggal
Jenderal Yap Bouw itu kini ditinggali oleh seorang
Panglima Goan tiauw bernama Bucuci.
“Kita harus bekerja hai hati, sute,” kata Yap Bouw
dengan bahasa gerak jarinya. “aku pernah mendengar
bahwa Panglima Bucuci itu amat lihai ilmu silatnya.”
Setelah hari menjadi malam yang gelap, kedua orang ini
lalu pergi menyelidiki ke gedung Panglima Bucuci. Mereka
langsung menuju ke bagian bela kang, melompati pagar
tembok dan mengintai ke dalam kebun kembang yang
indah itu. Dengan hati terharu Yap Bouw melihat betapa
taman bunga yang dulu amat disnyanginya dan yang
diaturnya sendiri itu masih sama seperti dulu. Alangkah
anehnya melihat kenyataan yang kadang kadang membuat
manusia harus berpikir dalam dalam. Bangsa apapun juga,
biarpun mereka itu boleh saling menggempur, saling
membenci dan saling bermusuhan, ternyata selalu memiliki
kesenangan yang sama, sama sama suka memelihara
kembang, suka melihat pemandangan indah, pendeknya
semua manusia di dalam dunia ini, tidak perduli bangsa
apa, tidak perduli beragama apa atau berpolitik apa tetap
saja yang dikehendaki ialah suasana yang menyenangkan
jasmani dan rohaninya!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Seperti halnya semua bunganya ini demikian Yap Bouw
berpikir. Aku dulu amat snyang pada taman bunga ini dan
agaknya penghuni barunya, panglima dari Mongol itu, juga
amat snyang, buktinya pada taman bunga ini terawat baik
baik dan modelnya masih sama dengan dulu.
“Harta itu terpendam di bawah sebatang pohon yangliu
(cemara) yang berada di sudut barat taman, di dekat
empang teratai,” demikian keterangan yang diberikan oleh
Yap Bouw kepada Bun Sam. Oleh karena itu, setelah
melihat betapa keadaan di taman yang kini diberi
penerangan di empat penjuru itu sunyi saja, Bun Sam dan
suhengnya lalu melompat turun dan mengeadap endap
menuju ke ujung barat taman itu.
Ketika mereka tiba di dekat tempat itu, tiba tiba mereka
mendengar suara orang dan secepat kilat Bun Sam telah
bersembunyi di belakang serumpun pohon bunga, adapun
Yap Bouw lebih cepat lagi telah melompat ke balik tembok
dan keluar dari taman!
Ketika Bun Sam Mengintai, ia melihat seorang gadis
duduk di bawah pohon yang liu, di dekat empang teratai
yang indah itu. Di atas pohon itu digantungi sebuah lampu
yang cukup terang, bahkan di empat penjuru empang teratai
yang banyak ikan masnya itu juga terdapat empat buah
lampu teng yang kecil, akan tetapi berwarna merah indah,
sehingga sinarnya di sekeliling empang itu nampak ke
merah merahan.
Akan tetapi, semua pemandangan yang indah ini
terlewat saja. oleh pandangan Bun Sam, karena yang
menjadi pusat perhatian pandangan matanya adalah gadis
itu sendiri ! Gadis itu berpakaian sebagai seorang cian kim
siocia, seorang puteri bangsawan yang tarpelajar, dengan
pakaiannya yang terbuat daripada sutera halus dan
berwarna indah.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Bajunya berkembang, berwarna merah sehingga nampak
mukanya yang bekulit putih dan amat cantiknya. Gaun di
bawah berwarna kuning gading, dengan celana lebar
berwarna kebiruan dan ikat pinggang yang panjang
berwarna keemasan. Rambutnya disanggul dengan model
terakhir, amat manis dan sedap dipandang.
Bagaikan terpesona, Bun Sam pemuda tanggung berusia
enam belas tahun itu berdiri ditempat sembunyinya dengan
mata terbelalak penuh kegairahan. Ia merasa seakan akan
melihat seorang bidadari dari kahyangan dan sekaligus
hatinya jatuh oleh kecantikan gadis itu.
Tanpa berani bergerak Bun Sam melihat betapa gadis
cantik itu tengah menggunakan sebatang pit menulis
sesuatu di atas kertas. Hati Bun Sam berdebar ketika ia
melihat gadis itu mengerutkan kening sebentar sebentar
menghentikan tulisannya, memandang ke dalam empang
atau menggunakan bibir dan giginya yang putih untuk
menggigit tangkai pit, lalu menulis lagi. Aduh, alangkah
indahnya pemandangan yang terbentang di hadapan
matanya itu. Bun Sam benar benar terpesona.
Agaknya nona baju merah yang cantik itu telah selesai
menulis, karena ia lalu mengangkat kertas yang penuh
tulisan itu, dibacanya perlahan tanpa menggerakkan
bibirnya sambil menengadah untuk lebih jelas melihat
tulisannya di bawah sinar lampu dari pohon yang liu.
Karena wajahnya kini tersamar penuh oleh lampu, maka
Bun Sam seakan akan merasa napasnya terhalang dan
debar dadanya makin mengeras. Nona itu benar benar
cantik dalam pandangan matanya, jauh lebih cantik
daripada nona yang manapun juga yang pernah dilihatnya
baik dalam kenyataan maupun dalam mimpi. Kemudian,
bagaikan dalam mimpi, ia melihat bibir itu bergerak dan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
mendengar suara yang merdu membaca tulisan yang
ternyata adalah serangkaian sajak.
Bagi telinga Bun Sam, semua bunyi yang tadi terdengar
olehnya, yakni suara jengkerik yang bersembunyi di dalam
rumput, suara burung malam yang kadang kadang
terdengar dari jauh, juga suara ikan yang melompat ke
permukann air, lenyap sama sekali dan udara penuh oleh
suara gadis itu yang halus dan merdu. Saking terpesona dan
penuh perhatian Bun Sam dapat menangkap jelas isi syair
itu dan mendengar jelas perkataan perkataannya satu demi
satu,
“Ikan kecil bersisik emas bermata Intan
Alangkah senangnya hidupmu, ikan !
Berenang di air jernih dibawah teratai indah
Bermain dengan bayangan bulan dan lampu
Merah.
Alangkah bahagia hidupmu!
Benarkah kau berbahagia?
Atau hanya sangkaanku belaka?
Benarkah aku terkurung di dalam empang?
Bukankah segala keinginan hatimu terhalang?
Ah, ikan, agaknya kau seperti aku pula,
Nampaknya gembira namun… hati diliputi
duka !
Sunyi, sunyi sekali bagi Bun Sam setelah gadis itu selesai
membaca sajaknya. Sunyi dan sedih sehingga helaan napas
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
yang halus dari gadis itu terdengar nyata olehnya, seakan
akan berada di depan mukanya.
Tak terasa pula, Bun Sam ikut menghela napas. Sayang,
pikirnya, gadis yang cantik dan terpelajar, yang dapat
membuat sajak demikian indahnya, diliputi kedukaan.
Akan tetapi sesungguhnya pikiran pemuda ini salah sama
sekali, karena siapakah gadis itu? Bukan lain adalah Tan
Sian Hwa, puteri dari Panglima Bucuci atau murid terkasih
dari Pat jiu Giam ong! Sama sekali bukanlah seorang gadis
terpelajar yang lemah, melainkan seorang gadis yang
berkepandaian tinggi, ahli silat juga ahli surat!
Maka alangkah kaget hati Bun Sam ketika tiba tiba gadis
itu bangkit berdiri, tangan kanannya mengepal ngepal
kertas yang tadi ditulisi, sehingga kertas itu menjadi sekepal
benda bulat. Tiba tiba Sian Hwa memutar tubuh dengan
cepat dan ketika tangan kanannya terayun, kertas yang
telah menjadi bal bulat itu meluncur cepat bagaikan pelor
besi ke arah gerombolan pohon kembang yang menutup
tubuh Bun Sam !
Di dalam kagetnya, Bun Sam mengulur tangan
menyambut.”pelor kertas” ini dan makin terkejutlah dia
ketika merasa betapa telapak tangannya seperti menerima
sebutir pelor baja saja dan betapa tenaga sambitan itu amat
kuat !
“Bangsat atau pencuri manakah yang berani mati sekali
memasuki taman orang?” gadis itu membentak marah dan
tahu tahu gadis ini telah memegang sebatang pedang yang
tadi ditaruh di dekat bangku yang didudukinya.
Bun Sam menjadi serba salah. Untuk melarkan diri
sudah tidak keburu lagi karena orang telah mengetahui di
mana ia bersembunyi. Ia tidak ingin bertempur dan ia tidak
ingin timbul salah pengertian diantara mereka. Ia datang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
bukan bermaksud berkelahi, melainkan hendak mencari
harta terpendam dari suhengnya. Maka ia lalu terpaksa
bertindak keluar dari gerombol itu, dengan muka merah
dan kepalan kertas tadi masih berada d tangannya.
Kebetulan sekali Bun Sam keluar di tempat yang
diterangio oleh sinar lampu, maka Sian Hwa dapat melihat
jelas wajah seorang pemuda yang tampan dan gagah, wajah
yang tunduk kemerahan dan nampak malu malu sekali dan
yang memegang kertas tulisannya yang di sambitkannya
tadi. Untuk sejenak gadis ini memandang dengan mata
terbuka lebar. Tadinya ia mengira bahwa yang akan muncul
dari balik rumpun itu tentulah seorang laki laki kasar seperti
biasanya muka seorang pencuri atau penjahat, sama sekali
tidak pernah disangkanya bahwa yang akan muncul adalah
seorang pemuda remaja yang demikian tampan dan gagah
nya, yang berdiri sambil menundukkan muka ke malu
maluan!
“Siapa kau? Mengapa malam malam masuk ke sini?
tanyanya, tetapi suaranya tidak segalak tadi.
“Mohon maaf sebanyaknya, nona. Aku….” Bun Sam
menjadi bingung karena kalau ia mengaku, tentulah rahasia
suhengnya akan terbongkar dan ia tidak menghendaki hal
ini. Pikiran yang cerdik itu bekerja cepat, lalu
disambungnya ucapannya yang terputus tadi..”Aku adalah
seorang pelancong yang.... kesasar, nona. Barusan aku.....
aku mendengar kau membaca sajak yang yang…. amat
indah, sehingga tanpa mendapat izin aku lancang masuk ke
sini. Mohon kau memberi maaf sebanyak banyaknya,
nona!”
Sian Hwa memandang dengan tajam dan pandangan
matanya penuh selidik, ia juga bukan seorang gadis yang
bodoh dan mendengar ucapan yang sopan santun dan
merendah ini, ia sudah dapat menduga bahwa semua yang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dikatakan tadi tentu bohong semata. Akan tetapi, entah
mengapa, melihat pemuda ini hatinya tertarik dan ia ingin
sekali mengetahui lebih banyak tentang pemuda ini.
Apalagi tadi ia telah melihat betapa pemuda ini dengan
mudah saja dapat menyambut sambitan kertasnya yang
telah dikepal dan dilontarkan dengan lweekang yang kuat.
“Hm, jadi kau seorang perantau yang kesasar?” Sian
Hwa mengulang keterangan pemuda itu sambil
memandang acuh tuk acuh. “dan kau seorang terpelajar
yang pandai membuat sajak, maka kau tertarik oleh sajak
yang kubaca tadi?”
Karena sudah kepalang tanggung, Bun Sam
mengangguk. Mukanya berseri karena ia dapat melepaskan
diri dan keadaan yang amat tidak enak.
“Sekali lagi maafkanlah aku, nona. Aku adalah seorang
dusun yang baru masuk kota. Sesungguhnya baru kali ini
aku masuk ke kota raja, sehingga tidak tahu aturan.
Maafkan kelancangaaku telah masuk ke sini.”
“Tidak demikian mudah, kawan,” kata Sian Hwa dan
kini gadis inipun melempar senyun, karena ia merasa geli
melihat tingkah laku pemuda yang ia tahu berpura pura
bodoh ini.”Kau telah mencuri dengar sajakku dan juga
mencuri masuk ke tamanku. Karena kau adalah seorang
terpelajar yang tentu pandai membuat sajak, maka sebelum
kau membaca sebuah sajakmu, kau tak boleh pergi begitu
saja dan tidak akan mudah mendapatkan maafku.”
Bun Sam terkejut dan pura pura memperlihatkan muka
ketakutan.
“Aduh, nona. Bagaimana kalau aku tidak dapat
membuat sajak? Aku aku adalah seorang dusun yang
bodoh. Pelajaranku masih amat dangkal!”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Kalau tidak dapat berarti bahwa kau memang sengaja
masuk untuk mencuri. Nah, kau bersajak lah atau
kusuruh penjaga menangkapmu dan memasukkan kau
dalam penjara!”
Celaka, pikir Bun Sam, akan tetapi hatinya berdebar
girang. Tak disangkanya bahwa ia akan mendapat
kesempatan berlawan tutur dengan gadis yang makin lama
makin menarik dan jelita ini.
Ia tidak takut kepada gadis ini, juga tidak takut apabila
gadis ini memanggil para penjaga, akan tetapi lebih baik
jangan membuat permusuhan dengan gadis yang semolek
ini, apalagi karena ia dan suhengnya hendak mengambil
harta terpendam. Ia pernah mempelajari ilmu surat ketika ia
masih berada di puncak Oei san, bahkan suhengnya banyak
pula memberi petunjuk kepadanya. Pernah ia
menghabiskan tiga buku sejarah yang ditulis Oleh Yap
Bouw sendiri di mana terdapat pula sajak sajak peperangan
yang bersemangat. Di antaranya masih ada yang diingat di
luar kepalanya, maka ia lalu berkata.
“Baiklah, akan tetapi karena aku hanya seorang bodoh,
harap nona jangan mentertawakan padaku kalau sajakku
terdengar buruk dan kasar.” Ia lalu mengingat ingat,
kemudian ia mendeklamasikan sajak yang diingatnya di
luar kepala, yakni sajak dari seorang panglima gagah di
zaman Sam kok.
“Bila golok telanjang berada di tanganku,
dan pakaian perang menempel di tubuhku,
aku bisa menjadi seorang manusia!
Bila golokku berwarna merah,
dan pakaian perangku berbau darah,
aku merasa sehat gembira !
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Napas dan tetes darah terakhir,
kusediakan untuk tanah air!”
Sian Hwa bergidik.”Ah, sajakmu mengerikan sungguh
tidak suka aku mendengarnya.”
Bun Sam tersenyum. Ia makin suka kepada gadis ini dan
juga merasa betapa lucu sikap gadis yang pandai
menyambit dengan tenaga lweekang, akan tetapi tidak suka
akan sajak sajak perang ini.
“Mengapa kau terenyum? Kalau kau bermaksud kurang
ajar….” kembali Sian Hwa meraba gagang pedangnya yang
sudah disarungkannya kembali.
“Bagaimanakah aku berani berlaku kurang ajar, nona?
Kau begini halus, begini peramah, begini lemah lembut dan
pemurah, suka memaafkan seorang kelana yang tersasar,
biar sampai matipun aku takkan berani berlaku kurang ajar.
Akan tetapi.... aku terpaksa tersenyum karena kau memang
lucu, nona. Kau membawa pedang dan tampak gagah
seperti seorang ahli silat, akan tetapi kau merasa ngeri
mendengar sajak perang.”
Sian Hwa cemberut. “Bodoh, aku buku merasa ngeri
karena takut, hanya karena sajak itu tidak cocok dengan
jalan pikiranku. Siapa orangnya yang demikian bodoh
untuk memikirkan mati saja dalam hidupnya? Apakah
hidup ini memang hanya untuk menanti datangnya maut?”
“Nah, itulah, noaa. Cocok sekali dengan pendapatku.
Hidup tak perlu mengeluh, masih banyak jalan untuk
mencari kebahagiaan. Biar ikan di airpun akan dapat
merasai kebahagiaan hidupnya asalkan dia tidak mudah
berkeluh kesah....” tiba tiba Bun Sam menahan ucapannya
dan merasa betapa ia telah lancang sekali. Ia melihat betapa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
gadis itu menatapnya dengan mata terbuka lebar maka
tahulah bahwa dia telah menyinggung nyinggung bunyi
sajak yang mengenai keadaan diri gadis itu.
“Hem, kau bukan orang biasa. Kaukira mataku buta,
sehingga aku tidak tahu bahwa kau bukanlah seorang dusun
sebagaimana yang kaukatakan? Kau tentu sudah lama
masuk ke taman ini dan mengintai karena kalau baru saja
kau masuk tentu aku telah mendengarmu. Kau tidak masuk
karena tertarik oleh bunyi sajakku, Ayoh katakan! Siapa
kau dan apa perlumu ke taman ini?”
Sebelum Bun Sam yang menjadi kebingungan itu sempat
menjawab, terdengar suara dari arah bangunan gedung.
“Sian Hwa, dengan siapa kau bicara?” Ucapan ini
disambung oleh suara kerincingan yang riuh.
“Celaka, ayah datang dan kau tentu akan dibunuhnya!”
gadis itu berbisik dengan wajah pucat.
Sebalum kedua orang muda itu dapat berbuat sesuatu,
berkelebatlah bayangan dan suara kerincingan makin jelas
terdengar dan tahu tahu di depan Bun Sam telah berdiri
seorang pendek yang berpakaian perang dan banyak
kerincingan di pasang pada pakaiannya ini. Orang ini
adalah Panglima Bucuci.
“Sian Hwa, siapa dia ini ?” Bucuci bertanya dengan
kening dikerutkan.
Gadis itu tentu saja tidak mau tercemar namanya dalam
pandangan ayah tirinya, maka ia menjawab. “Siapa tahu,
ayah? Dia tahu tahu telah bersembunyi di dalam taman dan
ku baru saja menegur dan bertanya kepadanya ketika ayah
datang!”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Bangsat, kau tentu maling ya? Berani sekali kau masuk
ke dalam tamanku. Apakah kau mempunyai nyawa lebih
dan satu?”
Sambil berkata demikian, dengan amat tiba tiba Bucuci
bergerak maju sambil memukul kepala pemuda itu. Diam
diam hati Sian Hwa menjerit karena ia menaruh hati
kasihan terhadap pemuda itu dan biarpun ia dapat menduga
bahwa pemuda itu tentu mengerti ilmu silat, akan tetapi
bagaimana dapat menahan serangan ayah tirinya yang
mempunyai ilmu silat yang amat ganas?
Akan tetapi segera gadis itu dan ayah tirinya menjadi
heran sekali ketika melihat betapa dengan hanya
menggoyangkan sedikit lehernya, Bun Sam telah dapat
menghindarkan diri dari serangan ke arah kepalanya.
“Ciangkun...... maaf…. siauwte tidak sengaja masuk ke
taman ini:....” katanya dengan bingung, karena
sesungguhnya perkembangan kedadaan yang amat buruk
ini tidak diingini sama sekali oleh Bun Sam.
“Bangsat muda, kau memiliki kepandaian juga, maka
berani lancang masuk ke sini, ya? Nah, terimalah ini !”
Kembali perwira Mongol yang lihai ini maju dan
melakukan serangannya yang ganas dan cepat. Bun Sam
melihat betapa lawannya ini menggunakan ilmu pukulan
yang menyerupai ilmu silat Siauw kin na jiu hwat, yakni
ilmu silat yang berdasar tangkapan dan cengkeraman
(semacam Jiu yit su) ia cepat mengelak ke belakang dan
mempergunakan ginkangnya untuk menjauhi penyerangan
itu. Oleh karena tahu bahwa panglima ini adalah ayah dari
gadis yang menarik hatinya, ia tidak mau membalas
serangan lawan dan hanya mengelak ke sana ke mari ketika
serangan Bucuci makin menghebat. Kini perwira itu tidak
hanya mempergunakan sepasang tangannya saja untuk
mencengkeram dan menangkap, bahkan menambah
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
serangannya dengan tendangan tendangan maut yang amat
berbahaya.
Akan tetapi, alangkah herannya ketika tubuh pemuda itu
tiba tiba lenyap dari pandangan matanya dan berkelebatan
ke sana ke mari diantara sambaran tangan kakinya. Juga
Sian Hwa menjadi terkejut sekali ketika melihat betapa
pemuda yang kelihatan bodoh itu ternyata memiliki
ginkang yang agaknya tidak akan kalah oleh kepandaiannya
sendiri. Bucuci makin marah. Tiba tiba ia berseru keras
sekali dan kerincingan yang tadinya masih berbunyi riuh,
kini tidak berbunyi sama sekali, tanda bahwa ia telah
mengerahkan seluruh ginkang dan lweekang nya untuk
menyerang lawannya yang muda itu. Kalau tadi Bucuci
hanya berusaha untuk menangkap hidup hidup pemuda itu,
kini ia menyerang dengan pukulan pukulan mematikan.
Akan tetapi, jangankan merobohkan pemuda itu, bahkan
sekali pernah ia berhasil menangkap pergelangan lengan
Bun Sam akan tetapi dengan licin melebihi belut tangan
yang dipegangnya itu dapat terlepas dengan sekali betot
saja. Itulah Ilmu Sia kut hwat (Melepaskan Tulang
Melemaskan Tubuh) tingkat tinggi, sehingga pemuda ini
dapat membuat bagian bagian tubuh nya menjadi licin
seperti belut.
“Ciangkun, maafkan siauwte yang lancang, Siauwte
tidak berani melawan lebih lanjut,” kata Ban Sam dan tiba
tiba tubuhnya berkelebat keatas tembok dan lenyap di
dalam gelap.
“Sian Hwa, kejarlah dia!” teriak Bucuci kepada anaknya
karena ia maklum bahwa ilmu kepandaian anaknya ini
sekarang sudah lebih tinggi daripada kepandaiannya
sendiri. Apalagi dalam hal ginkang, terang bahwa Sian Hwa
jauh lebih pandai. Akan tetapi gadis itu hanya melompat ke
atas tembok dan ketika melihat bayangan Bun Sam dan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
bayangan seorang lagi yang lebih besar berlari jauh, ia
hanya memandang. Untuk apa aku harus mengejarnya?
Demikian pikir gadis ini dan semacam perasaan aneh
terhadap pemuda itu timbul di dalam hatinya ia melompat
turun kembali dan ketika ayah tirinya bertanya, ia tetap
tidak bercerita terus terang dan hanya mengatakan bahwa
tahu tahu pemuda itu telah bersembunyi di dalam taman
dan tepergok olehnya.
Sementara itu, dengan gerak jari tangannya, Yap Bouw
menegur adik seperguruannya. “Bun Sam, kau terlalu
sembrono. Mengapa kau memancing keributan di dalam
taman dengan Panglima Bucuci? Dengan adanya keributan
itu Panglima Bucuci tentu menjadi curiga dan makin
sukarlah usaha untuk menggali harta itu.”
Bun Sam hanya menundukkan mukanya dan setelah
menghela napas, dengan sepasang matanya masih
membayangkan kecantikan Sian Hwa, ia berkata, “Maaf,
suheng. Sebetulnya bukan maksud ku untuk memancing
keributan. Aku kepergok oleh gadis itu dan setelah aku
mulai berhasil membohonginya dan mencari alasan
mengapa aku berada di situ, tiba tiba datang ayahnya yang
galak dan serta merta menyerangku kalang kabut. Sayang
sekali, pecahlah rahasiaku, karena tadinya aku hendak
merahasiahkan bahwa aku mengerti ilmu silat. Siapa tahu
perwira itu menyerang tanpa memberi kesempatan
kepadaku, sehingga terpaksa aku angkat kaki.
Oleh karena sudah terlihat oleh seorang panglima besar
seperti Bucuci terpaksa Bun Sam dan Yap Bouw bermalam
di dalam sebuah Kuil Buddha, tidak berani bermalam di
Hotel, takut kalau kalau akan terlihat oleh mata mata dan
menimbulkan keributan belaka. Menurut usul Yap Bouw,
mereka bergerak dalam beberapa hari ini, menanti sampai
taman bunga di belakang gedung Pauglima Bucuci itu sunyi
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dan tuan rumah tidak menjaga dengan kuat lagi. Bun Sam
setuju saja atas usul suhengnya karena keadaan di kota raja
cukup menarik dan ramai, sehingga setiap hari ia dapat
melancong dan melihat lihat keadaan kota raja yang amat
indah. Akan tetapi Yap Bouw tidak pernah keluar di waktu
siang, hanya bersembunyi saja di dalam kuil karena ia takut
kalau kalau keadaannya akan menarik dan menimbulkan
kecurigaan orang. Apalagi ia sama sekali tidak tertarik oleh
pemandangan di kota raja, karena ia tahu bahwa
pemandangan itu hanya akan menimbulkan kemarahan dan
keharuan di dalam hatinya, melihat betapa sekarang kota
raja menjadi ibu kota dari pemerintah asing! Baik Bun Sam
maupun Yap Bouw, sama sekali tidak pernah mengira
bahwa pada waktu itu seorang gadis sedang berada di kota
raja juga, seorang gadis yang masih amat muda akan tetapi
yang memiliki keberanian luar biasa! Dan selain gadis yang
bukan lain dari Lan Giok ini masih ada seorang pemuda
lagi yang juga sedang bersiap siap melakukan sebuah tugas
yang akan menggemparkan kota raja dan pemuda ini
adalah Thian Giok, kakak dari Lan Giok !
Sebagaimana telah dituturkan sedikit di bagian depan,
Lan Giok adalah adik kembar dari seorang pemuda yang
bernama Thian Giok, murid dari Mo bin Sin kun juga.
Berbeda dengan Lan Giok yang lincah dan jenaka, Thian
Giok adalah seorang pemuda yang pendiam dan biarpun
usianya juga baru empatbelas tahun lebih, numun ia
nampak lebih matang dan lebih luas pandangannya. Ia
menerima tugas dari gurunya untuk melenyapkan Toa to
Hek mo (Setan Hitam Bergolok Besar) seorang tokoh Ang
bi tin yang dahulunya terkenal sebagai seorang perampok
besar. Sebagaimana para pembaca barangkali masih ingat,
di dalam jilid terdahulu telah dituturkan bahwa ayah Bun
Sam, yakni Song Hak Gi, terbunuh oleh keroyokan Toa to
Hek mo dan kawan kawannya pula!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Mo bin Sin kun adalah pembencii Ang bi tin, terutama
sekali ia membenci sampai ke tulang tulangnya orang orang
Han yang membantu Ang bi tin, karena orang orang
macam ini dianggapnya orang orang pengkhianat yang
tidak mundur untuk mengorbankan nyawa dan
mengalirkan darah bangga sendiri demi kepentingan orang
orang Mongol. Oleh karena itu, sekalian untuk memberi
kesempatan kepada muridnya mencari pengalaman ia
memperdalam kepandaian, ia menyuruh Thian Giok
membunuh Toa to Hek mo dan menyuruh Lan Giok
membunuh Ngo jiauw eng. Tugas Thian Giok dianggapnya
lebih ringan karena memang Toa to Hek mo bukanlah
lawan berat, sebaliknya tugas Lan Giok lebih berat. Selain
Ngo jiauw eng adalah murid dari Bouw Ek Tosu, orang
tertua dan Sin beng Ngo hiap, juga Lan Giok dianggapnya
masih hijau. Oleh karena itu. Diam diam Mo bin Sin kun
membayangi perjalanan murid perempuan ini.
Dua malam kemudian setelah Bun Sam bertemu dengan
Sian Hwa di taman bunga gedung panglima Bucuci, terjadi
kegemparan pertama di kota raja. Toa to Hek mo, yang kini
bekerja sebagai seorang touwtong juga di kota raja terdapat
mati di dalam kamarnya. Dadanya pecah terkena pukulan
yang hebat sekali dan penjahat tua ini maei tanpa terdengar
suaranya oleh orang serumah.
Tentu saja kota raja menjadi gempar. Terbunuhnya
seorang pembesar militer, seorang bekas tokoh Ang bi tin
pula, tentu saja menarik perhatian orang, Bucuci yang
mendengar ini, lalu menghubungkan kedatangan pemuda di
malam hari dalam tamannya itu, maka ia lalu menyebar
mata mata dan mempersiapkan penjagaan di dalam kota
raja untuk menangkap pembunuh itu. Oleh karena tidak
ada seorangpun yang melihat pembunuh touwtong Toa to
Hek mo, memang agak sukar untuk mencari pembunuhnya.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Akan tetapi Panglima Bucuci memerintahkan semua kaki
tangan dan mata matanya untuk menyelidiki dan mengikuti
semua orang yang dianggap asing yang kebetulan berada di
kota raja.
Pada keesokan harinya, ketika Bun Sam sedang terjalan
jalan, ia mendengar warta yang mengejutkan ini. Ia merasa
heran juga karena siapakah orangnya yang demikian
beraninya, membunuh seorang pembesar militer di kota
raja? Ia maklum bahwa di kota raja banyak terdapat
panglima panglima dan perwira perwira yang tangguh,
banyak terdapat siwi siwi (pegawal kaisar) yang
berkepandaian tinggi. Diantaranya Panglima Bucuci dan
Jenderal Liem yang berjuluk Pat jiu Giam ong dan yang
memiliki kepandaian amat tinggi.Maka, siapakah orangnya
yang demikian berani melakukan perbuatan yang seakan
akan merupakan tantangan terhadap para panglima
kerajaan?
Ketika ia tiba di sebuah perempatan yang ramai ia
melihat seorang pemuda yang tampan berjalan sambil
menundukkan mukanya. Pemuda itu memakai pakaian
seperti seorang kacung biasa, akan tetapi mata Bun San
yang tajam segera mengenalnya. Setelah ia memperhatikan
dengan seksama diam diam ia menjadi geli sekali.
Ah.diantara muka seribu orang manusia, ia masih akan
dapat mengenal muka ini, pikirnya. Apa apaan dia
memakai pakaian seperti itu?
“Lan Giok, kau sedang berbuat apakah di sini?” tegurnya
tiba tiba untuk meng___ orang sambil menyentuh pundak
pemuda tampan itu dari belakang.
Benar saja seperti yang diduganya, pemuda itu
menengok dengan kaget sekali dan memberi reaksi yang
kontan. Sambil memiringkan tubuh pemuda itu dapat
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
mengelak dari sentuhan tangan Bun Sam, lalu mengerutkan
kening dengan pandangan matanya yang amat tajam.
“Siapakah kau? Aku tidak kenal padamu!” kata pemuda
itu dengan penuh kecurigaan.
Bun Sam tertawa dan merasa makin geli hatinya. “Ah,
Lan Giok, orang lain boleh kau permainkan akan tetapi
apakah kaukira aku tak dapat mengenalmu? Ha, ha, anak
nakal, biarpun kau akan memakai pakaian pengemis atau
kepalamu akan kau gunduli, aku pasti akan dapat mengenal
mukamu yang jenaka! Eh, Lan Giok, kau bersama siapa
datang ke sini?Mana suthai??”
Pemuda itu memandang makin heran..”Aku bukan Lan
Giok, aku tidak kenal padamu!” Sambil berkata demikian ia
lalu berjalan pergi. Bun Sam terbelalak memandang, lalu
menyusulnya ia tetap yakin bahwa pemuda itu tentu Lan
Giok yang memakai pakaian laki laki dan entah mengapa
gadis cilik itu berlaku seolah olah tidak mengenalnya. Tiba
tiba ia menjadi pucat karena teringat akan pembunuhan
yang terjadi malam tadi. Mungkinkah Lan Giok yang
melakukannya?
“Lan Giok, tunggu….!” serunya dan dua orang muda ini
lalu berkejaran, menimbulkan keheranan pada banyak
orang yang berlalu limas di tempat itu.
Tiba tiba diantara banyak orang yang berada di situ,
melompat lima orang yang berpakaian biasa, akan tetapi
yang sesungguhnya adalah lima orang siwi (pegawai kisar)
yang berkepandaian tinggi. Memang seperti telah
dituturkan di depan, selelah terjadi pembunuhan ini tidak
saja fihak keamanan kota yang menyebar mata mata, juga
duri pembesar militer seperti Panglima Bucuci dan juga
fihak Gi lim kun (Pasukan Pengawal Istana) mengadakan
penjagaan secara diam diam dan memasang mata mata.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Tentu saja segala peristiwa yang mencurigakan tidak
terlepas dari pengawasan para penyelidik ini dan pertemuan
antara pemuda dan Bun Sam itu juga menimbulkan
kecuriggan lima orang siwi yang bertugas di situ. Yang
terutama mereka curigai tentu saja pemuda berpakaian
kacung biasa ini.
“He, kau! berhenti dulu!” Lima orang siwi itu berteriak
sambil mengejar pemuda itu. Karena lima orang itu
mengulurkan tangan dia hendak mempergunakan Ilmu Eng
jiauw kang untuk mencengkeram pundaknya dan
menangkapnya, pemuda itu cepat membalikkan tubuhnya
dan sekali kedua tangannya didorongkan ke depan, lima
orang itu berteriak kesakitan dan jatuh terjengkang
semuanya.
Bun Sam tersenyum. Hm, Lan Giok telah
mempergunakan Soan hong pek lek jiu untuk merobohkan
limaorang yang hendak menangkapnya itu.
“Lan Giok, mari kau ikut lari bersamaku. Aku dan
suheng mempunyai tempat yang baik sekali !” ajaknya
sambil melompat ke dekat pemuda itu.
Sementara itu, seruan seruan para siwi itu telah menarik
perhatian dua orang pembesar yang sedang duduk
berunding di sebuah restoran besar. Mereka ini adalah
Panglima Bucuci sendiri bersama seorang komandan
pasukan Gi lim kun yang bernama Ang Seng Tong yang
memiliki kepandaian tinggi, karena dia adalah seorang yang
telah menamatkan pelajaran ilmu silat di puncak Kun lun
san. Kedua orang pembesar ini tengah membicarakan
urusan pembunuhan atas diri Toa to Hek mo dan dengan
penuh perhatian Ang Seng Tong mendengarkan penuturan
Bucuci tentang seorang pemuda yang mengunjungi taman
bunganya seperti seorang maling pada dua hari yang lalu.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Anak itu kepandaiannya hebat sekali,”kara Bucuci
antara lain, “coba saja bayangkan, aku sendiri telah
mengerahkan kepandaianku untuk menangkapnya, akan
tetapi gagal dan ia masih dapat melarikan diri dengan cepat
sekali! Agaknya kepandaiannya itu tidak di sebelah bawah
kepandaian puteriku atau kepandaian Liem Swee putera
Liem Goan Swe sekalipun!”
Ang Seng Tong nampak terkejut mendengar keterangan
ini. “Apakah puteri mu tidak mengenal nya?”
“Tidak, baru malam itu dia melihatnya.”
“Hm, sungguh aneh. Mungkin juga pembunuh Toa to
Hek mo adalah pemuda yang memasuki tamanmu itu, akan
tetapi mengapa ketika kau mencoba untuk
menangkapnya, puterimu tidak membantumu?” Ang Seng
Tong memandang kepada wajah Bucuci dengan tajam
sekali.
Tiba tiba muka pembesar ini berobah. Baru sekarang ia
teringat akan hal itu. Benar benar aneh, mengapa Sian Hwa
tidak membantunya menangkap pemuda itu? Kalau Sian
Hwa membantu, belum tentu pemuda itu dapat melarikan
diri!
Pada saat itulah Bucuci dan Ang Seng Tong mendengar
suara ribut ribut. Mereka sedang duduk di ruang loteng
rumah makan itu, maka ketika mereka menjenguk ke
bawah, mereka melihat betapa seorang pemuda tampan
telah memukul roboh lima orang anggota siwi! Tentu saja
Ang Seng Tong yang melihat anak buahnya dirobohkan
orang, menjadi bukan main marahnya. Akan tetapi Bucuci
lebih tertarik kepada pemuda yang lain lagi, yang juga
berada di iempat itu.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Dia itulah orang yang datang ke tamanku!” serunya
kemudian. Tubuh kedua orang kosen ini telah melayang
turun dari loteng restoran.
Pemuda tampan yang oleh Bun Sam disangka Lan Giok
itu sebenarnya adalah Thian Giok. kakak kembar dari Lan
Giok. Memang muka sepasang saudara kembar ini serupa
benar, sehingga sukarlah membedakan, kecuali bahwa
mereka itu seorang laki laki dan seorang lagi wanita. Akan
tetapi karena Bun Sam belum pernah bertemu dengan
Thian Giok, melihat pemuda ini tentu saja mengira bahwa
ia adalah Lan Giok yang menyamar sebagai laki laki.
Thian Giok adalah seorang pemuda pendiam, akan
tetapi cerdik dan luas pandangannya. Ketika menerima
tugas dari gurunya untuk membunuh Toa to Hek mo ia
tidak melakukan tugas itu secara membabi buta, tetapi
dengan cermat ia bertanya kepada gurunya mengapa Toa to
Hek mo harus dibinasakan. Setelah mendengar tentang Ang
bi tin dari gurunya, diam diam pemuda ini menjadi amat
benci kepada bekas bekas pemimpin Barisan Alis Merah itu.
Tidak percuma ia berada di kota raja sampai beberapa hari
lamanya. Ia tidak mau tinggal diam saja dan melakukan
penyelidikan dengan teliti, maka ketika melihat Bucuci dan
Ang Seng Tong melayang turun, tahulah ia bahwa Bucuci
memiliki kepandaian yang lebih tinggi dan ia teah tahu pula
bahwa Bucuci adalah seorang bekas pemimpin Ang bi tin
pula. Tanpa banyak cakap melihat dua orang itu melayang
turun, ia lalu menerjang dan menyerang Bucuci!
Bucuci tadinya bermaksud hendak menangkis dan
menyerang Bun Sam, akan tetapi melihat betapa pemuda
kecil itu menyambutnya dengan pukulan kedua tangan yang
mendatangkan angin pukulan kuat sekali, terpaksa ia lalu
menyambut serangan Thian Giok. Bucuci adalah seorang
yang kepandaiannya sudah mencapai tingkat tinggi maka
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
tentu saja ia tidak dapat dikalahkan dengan mudah oleh
pukulan Soan hong pek lek jiu yang dipukulkan oleh
seorang pemuda berusia empatbelas tahun lebih seperti
Thian Giok . Sambil mengerahkan lweekangnya ia
menerima pukulan ini dengan tangkisannya. Akan tetapi, ia
mennjadi cukup terkejut dan heran ketika ia terpental ke
belakang setelah tangannya terbentur oleh tangan anak
muda itu. Adapun Thian Giok sendiripun terhuyung ke
belakang. Betapapun juga, dalam hal lweekang ia masih
belum dapat mengatasi jago tua yang sudah banyak
pengalaman itu.
Adapun Ang Seng Tong yang melihat Bucuci sudah
turun tangan lalu maju membantu untuk menangkap
pemuda yang telah merobohkan lima orang anak buahnya
itu. Akan tetapi tiba tiba, berkelebat bayangan yang gesit
sekali dari samping. Terpaksa ia mengangkat tangan
memukul ke kanan untuk mendahului bayangan yang
agaknya hendak menghalanginya itu, akan tetapi ia hanya
memukul angin. Bayangan itu ternyata gesit sekali dan
kembali ia merasa angin pukulan mengarah kepalanya dari
belakang. Cepat Ang Seng Tong membalikkan tubuhnya
sambil mencengkeram dengan kedua tangannya, akan
tetapi sia sia belaka karena Bun Sam yang menyerangnya
tadi, dengan cepat telah dapat mengelak pula.
“Bocah anak setan, kau ingin mampus?” bentaknya
sambil menerjang dan mencabut goloknya yang berkepala
harimau. Memang Ang Seng Tong adalah ahli golok dan
karena goloknya itu kepala nya berbentuk kepala harimau,
ia mendapat julukan Houw thouw to (Golok Kepala
Harimau).
Melihat menyambarnya sinar golok yang cukup lebar
tahulah Bun Sam bahwa lawannya memiliki ilmu golok
yang tinggi, maka ia lalu berlaku cepat sekali. Dengan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
ginkangnya yang tinggi, tubuh anak muda ini lenyap
merupakan sinar yang berkelebat diantara sambaran dan
gulungan cahaya golok yang diputar cepat. Pertandingan
antara Bun Sam dan Ang Seng Tong ramai sekali, akan
tetapi sifatnya tetap saja seperti angin mempermainkan ___.
Ang Seng Tong terus menyerang dan memutar goloknya,
sedangkan Bun Sam hanya mengelak ke sana ke mari
mengandalkan ginkangnya yang amat lihai.
Akan tetapi pertempuran yang terjadi antara Thian Giok
melawan Bucuci lebih seru lagi. Keduanya memiliki watak
yang hampir sama, yakni keras lawan keras. Setiap
serangan mereka mendatangkan angin dan selalu
merupakan tangan maut yang meraih nyawa lawan. Bucuci
adalah seorang tokoh besar dari Mongol yang
kepandaiannya sudah amat tinggi dan tenaga lweekang
serta ginkangnya sudah amat terkenal, juga ia memiliki
ilmu pukulan yang berat dan ampuh. Sebaliknya biarpun
baru berusia empat belas tahun lebih, Thian Giok adalah
murid pertama dari Mo bin Sin kun si Tangan sakti, maka
tentu saja ia telah digembleng dan telah memiliki ilmu
pukulan tangan kosong yang luar biasa. Selain pukulan
Soan hong pek lek jiu, Thian Giok juga sudah dilatih dan
mengerti akan pukulan pukulan aneh di dunia kang ouw
dan dari gurunya sudah diberi tahu bagaimana caranya
menghadapi ilmu ilmu pukulan tangan kosong dari semua
cabang persilatan. Sebagai seorang yang mempunyai nama
julukan Sin kun (Tangan Sakti) tentu saja gurunya mangerti
akan semua ilmu pukulan pukulan tangan kosong. Kedua
orang yang jauh berbeda usinya ini saling serang dengan
mati matian dan kembali Soan hong pek lek jiu ciptaan Mo
bin Sin kun itu memperlihatkan kesungguhannya.
Betapspun Bucuci mengerahkan seluruh kepandaiannya,
dihadapi oleh Thian Giok dengan Pukulan angin Puyuh
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dan Halilintar ini, ia tak berdaya menembus pertahanan
anak muda itu.
Dibandingkan dengan Bucuci, kepandaian Ang Seng
Tong kalah jauh dan juga ia masih kalah satu dua tingkat
oleh Bun Sam.Maka biarpun ia menyerang pemuda itu dan
dengan goloknya, tetap saja Bun Sam dapat
mempermainkan lawannya dengan enak. Ketika Bun Sam
melirik ke arah pemuda yang dianggapnya Lan Giok itu, ia
menjadi gelisah juga. Ternyata bahwa Bucuci amat tangguh
dan kalau sekiranya Lan Giok akan dapat memenangkan
pertempuran itu, pasti Bucuci akan roboh binasa. Kedua
orang itu telah masuk ke dalam pertempuran mati matian
dan salah seorang diantara mereka pasti akan roboh atau
terluka berat ia tidak ingin melihat Lan Giok terluka dan
pula ia juga merasa tidak enak kalau panglima yang
menjadi ayah Sian Hwa akan roboh. Aku harus mencegah
pertumpahan darah diantara mereka, pikir Bun Sam.
Dengan cepat ia lalu menggerakkan kedua tangannya
sambil berseru keras dan terdengar suara, “krekk” disusul
oleb jeritan Ang Seng Tong. Kalau dilihat memang
mengherankan karena kini tahu tahu panglima Gi lim kun
ini telah berdiri kaku seperti patung dan goloknya masih
dipegang oleh tangan kanannya, akan tetapi dengan
keadaan buntung. Ternyata bahwa dengan amat pandai dan
indah Bun Sam telah mempergunakan ilmu pukulan yang
dipelajarinya dari Mo bin Sin kun dan sekali saja ia
membalas, ternyata golok lawannya telah dapat dipukul
buntung dan sebuah totokan yang cepat sekali dengan
gerakan Ilmu Totok It ci san (Totokan Satu Jari), ia telah
berhasil menotok jalan darah lawan di bagian tai twi hiat,
sehingga tubuh Ang Seng Tong menjadi kaku seperti patung
batu.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Lan Giok, jangan melukai dia!” Bun Sam berseru,
ketika melihat betapa pemuda itu menyerang dengan nekat.
Pada saat itu, Lan Giok melakukan serangan yang disebut
ilmu pukulan Tin san ciang (Pukulan Menggetarkan
Gunung), samacam ilmu pukulan yang dilakukan dengan
tenaga lweekang sepenuhnya dan yang dapat membunuh
lawan dan jarak jauh. Bucuci yang sudah maklum
sepenuhnya bahwa lawan nya yang masih muda ini amat
lhai tidak berani berlaku gegabah, cepat ia lalu
merendahkan tubuhnya seperti seekor katak hendak
melompat, mengumpulkan lweekangnya, sehingga
tubuhnya yang pendek itu menggembung penuh hawa,
kemudian sambil berseru kerus iapun mendorong dengan
kedua tangannya ke arah pemuda cilik itu.
Kalau sampai dua tenaga ini terbentur tentu akhirnya
Thiab Giok yang akan mendapat celaka dan terluka hebat,
sedangkan Bucuci tentu akan terluka ringan saja karena
kalau diperbandingkan tenaga lweekang Bucuci masih lebih
kuat. Akan tetapi bukiknya Bun Sam cepat bertindak ia
berada di samping kedua orang itu, maka cepat ia lalu
menggerakkan tenaga lweekangnya yang tidak kalah
kuatnya daripada tenaga Bucuci dan kemudian dari
samping ia lalu mengerahkan pukulan Soan hong jiu hwat
ke tengah tengah mana kedua tenaga raksasa itu bertamu.
Oleh karena pukulan Soan hong pek lek jiu memang
istimewa kuat hawa pukulannya, maka tenaga pukulan
kedua orang itu karena terdorong tenaga dari samping, lalu
menyeleweng arahnya dan tidak mengenai lawan masing
masing.
Bucuci dan Thian Giok menjadi terkejut sekali. Cepat
meraka menarik kembali tangan yang memukul dan
melompat ke belakang sambil memandang ke arah Bun
Sam.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Lan Giok, jangan terlambat, ayoh kita lari!” Bun Sam
menyambar tangan pemuda itu dan di betotnya dengan
sekuat tenaga. Tadinya Thian Giok hendak membantah
akan tetapi tenaga betotan Bun Sam tak dapat ditolaknya
sehingga ia terbawa oleh lompatan Bun Sam. Dan lagi,
karena tahu bahwa pemuda yang lihai ini pasti sudah kenal
dengan adik nya dan bukan seorang musuh, maka Thian
Giok lalu menurut dan ikut berlari dengan Bun Sam.
Baiknya mereka melakukan hal ini, karena seorang diantara
para siwi telah lari memanggil bala bantuan dan kalau
sampai kedua orang muda itu terkurung sukarlah bagi
mereka untuk melepaskan diri. Apalagi kalau Pat jiu Giam
ong sendiri yang turun tangan !
Bucuci hendak mengejar, akan tetapi dalam hal ginkang
harus diakuinya bahwa ia masih kalah jauh, maka ia
menahan niatnya dan cepat mengerahkan seluruh pasukan
di kota raja untuk mencari kedua orang muda itu.
Sementara itu, untuk menghilangkan jejaknya Bun Sam
sengaja mengajak Thian Giok berlari menuju ke jurusan
yang berlawanan dengan jurusan di mana kuil tempat
sembunyinya berada. Kemudian setelah tiba di tempat
sunyi dan tidak ada orang yang melihatnya, barulah ia
mengajak Thian Giok membelok dan memasuki kuil di
mana suhengnya masih duduk di dalam kamar bersamadhi.
“Sahabat baik, kau sesungguhnya siapakah? Dan di
mana kau berkenalan dengan Lan Giok adikku ?” tanya
Thian Giok setelah mereka berada di tempat aman.
Bun Sam terkejut dan memandang, dengan penuh
perhatian Kemudian ia tertawa geli karena kebodohannya
sendiri !
“Ah, jadi kaukah yang bernama Thian Giok kakak dari
adikmu yang nakal itu ? Siapa yang akan dapat
membedakan? Kau benar benar seperti telur dibelah dua !”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Biarpun Thian Giok orangnya pendiam akan tetapi
melihat keheranan Bun Sam, ia tersenyum juga dan kembali
Bun Sam tertegun karena senyum pemuda ini benar benar
seperti senyum adiknya, begitu manis memikat.
“Memang aku Yap Thian Giok dan siapakah kau yang
gagah berani dan berilmu tinggi? Mengapa tadi kulihat kau
dapat pula menggunakan pukulan Soan hong pek lek jiu ?”
Bun Sam lalu menuturkan tentang pertemuanya dengan
Lan Giok dan bagaimana ia telah diberi pelajaran Soan
hong pek lek jiu oleh Mo bin Sin kun guru dari pemuda itu
dan adik kembarnya.
“Pantas saja kau lihai, tidak tahunya kau murid dari Kim
Kong Taisu!” kata Thia Giok dengan girang.”Guruku
sering kali memuji muji kakek sakti itu. Bun Sam karena
kau telah menerima pelajaran dari guruku, maka kita masih
terhitung orang sendiri. Aku merasa girang bahwa kau telah
menolongku dari bahaya.”
“Jangan bilang begitu, Thian Giok. Sesungguhnya
kebodohan kulah yang membuat kau dicurigai dan hendak
ditangkap. Kalau saja aku tidak mengira kau Lan Giok dan
tidak memanggilmu agaknya sekarang kau masih berjalan
jalan dengan aman.”
Thian Giok menggelengkan kepalanya. “Betapapun juga
kalau tidak begitu, kita takkan saling bertamu dan saling
mengenal. Akan tetapi ketika tadi aku memukul Panglima
Bucuci, mengapa kau mencegah aku melukainya, saudara
Bun Sam? Tidak tahukah kau bahwa dia juga seorang
panglima besar dan bekas pemimpin Ang bi tin yang jahat?”
Bun Sam meresa tertusuk hatinya. Kata kata ini
mengingatkannya akan kenyataan pahit, bahwa Bucuci
adalah ayah dari Sian Hwa dan mukanya menjadi muram,
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
tanda akan kekecewaan hatinya yang membuatnya menarik
napas panjang.
“Bukan demikian, kawan. Kalau sampai kau melukai
atau membunuh Bucuci, bukankah itu akan
menggemparkan kota raja dan kau lebih sukar pula aku
keluar dari pintu kota! Karena itulah maka aku menahanmu
dan pula kepandaiannya juga amat tinggi.”
Thian Giok bermata tajam dan ia melihat perobahan
pada muka Bun Sam yang menjadi muram, maka ia diam
saja dan tidak mau membicarakan persoalan ini lagi. Akan
tetapi, tiba tiba Thian Giok melihat wajah kawannya itu
lenyap kemuramannya, bahkan menjadi berseri, ia benar
benar merasa heran melihat sikap kawan baru yang aneh
ini. Tentu saja ia tidak tahu bahwa Bun Sam teringat akan
suhengnya yang masih bersamadhi di dalam kamar kuil itu.
Ah, pikirnya dengan hati gembira alangkah akan
bahagianya hati Yap Suheng kalau ia melihat Thian Giok,
puteranya! Ingin sekali ia mendobrak pintu kamar itu untuk
mengabarkan kepada suhengnya tentang Thian Giok, akan
tetapi ia menahan ketegangan hatinya dan berkata kepada
Thian Giok, “Saudaraku yang baik, aku lupa memberi
tahukan kepadamu bahwa aku berada di sini bersama
seorang suhengku. Kalau nanti kau berkenalan dengan
suhengku harap kau jangan merasa kaget. Suhengku itu
berwajah mengerikan, karena mukanya telah dirusak oleh
orang orang jahat dan selain wajahnya mengerikan,
suhengku juga gagu tak dapat bicara. Pula, adatnya agak
aneh, harap kau suka bersabar dan jangan salah sangka.”
Thian Giok mengangguk. “Siapakah nama suhengmu itu
dan di mana dia sekarang?”
“Dia tidak punya nama. Inilah sebuah daripada
keanehannya. Dan dia sedang melakukan siulian (samadhi)
di dalam kamarnya. Coba kutengok dia.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Ketika Bun Sam membuka pintu kamar di mana
suhengnya duduk bersila, ia melihat Yap Bouw sudah
membuka matanya karena orang tua ini telah mendengar
suaranya dan sadar daripada samadhinya. Melihat Bun
Sam sudah kembali, ia segera bangkit berdiri sambil
tersenyum.
“Suheng, aku membawa seorang kawan di luar. Mari
kau menemuinya”
Yap Bouw menggelengkan kepala, karena ia paling tidak
suka bertemu dengan orang orang lain, takut kalau kalau
mukanya yang buruk itu akan mengganggu orang lain saja.
Akan tetapi Bun Sam berkata. “Suheng, kawan kita ini
bukan sembarang orang, dia masih segolongan dengan kita.
Keluarlah, kau takkan kecewa melihatnya, suheng!”
Ada sesuatu dalam suara sutenya yang menggerakkan
hati Yap Bouw, maka keluarlah dia dari kamar itu bersama
Bun Sam. Keadaan amat sunyi, yang terdengar hanyalah
suara hwesio membaca ham keng (doa) sambil memukul
bok hi (alat bunyi untuk membuat irama), selain suara itu
tidak terdengar sesuatu dalam kuil. Kuil tua ini hanya
didiami oleh tiga orang hwesio yang sudah tua dan yang
jarang keluar dan dalam kuil. Dan tembok tebal y mg
mengelilingi kuil itu memisahkan kuil itu dari dunia ramai
di luar tembok.
Ketika Yap Bouw tiba di luar pintu dan melihat pemuda
tanggung yang berdiri di situ memandang ke arahnya
dengan muka yang tiba tiba memperlihatkan rasa kasihan
yang amat besar, Yap Bouw tiba tiba tak dapat melanjutkan
langkah kakinya. Kalau saja wajahnya tidak demikian gelap
dan kulit mukanya tidak demikian rusak, tentu akan mudah
terlihat betapa semua darah meninggalkan mukanya dan
kalau saja ia tidak terlatih cukup hebat dalam ilmu batin
dan tenaga lweekang, pasti akan mudah terlihat betapa ia
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menggigil pada seluruh tubuhnya. Ia hanya tampak berdiri
bagaikan patung batu dengan wajah yang amat mengerikan
itu.
Bun Sam yang sudah kenal baik dan tahu betul akan
keadaan suhengnya ini, menjadi sangat terharu, ia dapat
membayangku betapa hebat gelora yang mengalun di dalam
sanubari suhengnya ketika menghadapi puteranya yang
sudah besar dan demikian tampan serta gagahnya. Untuk
memecahkan suasana yang penuh hikmat bagi suhengnya
itu, ia tersenyum dan suaranya masih menggetar karena
keharuan ketika ia berkata.
“Nah, saudaraku yang baik. Inilah suhengku, orang
bijaksana dan yang paling mulia di dunia ini bagiku!”
Tadinya Thian Giok memang terpukul melihat wajah
yang demikian mengerikan. Bukan sekali kali ia merasa jijik
melihat keburukan wajah orang ini, karena gurunya
sendiripun memiliki wajah seperti iblis, akan tetapi karena
tadinya Bun Sam sudah memberitahukan bahwa suheng
dari Bun Sam itu mukanya dirusak oleh penjahat penjahat
maka ia merasa amat kasihan dan ngeri.Mendengar ucapan
Bun Sam yang memperkenalkan, ia sadar kembali dari
renungannya, lalu mengangkat kedua tangan ke dada dan
sambil menjura ia melangkah maju mendekati orang
bermuka tengkorak itu sambil berkata dengan senyum
ramnh. “Siauwte Yap Thian Giok menghaturkan hormat
kepada taihiap !”
Dapat dibayangkan betapa hebat gelora dalam hati Yap
Bouw melihat puteranya sendiri memperkenalkan diri
kepadanya seperti itu. Telah bertahun tahun ia bermimpi
dan membayangkan bagaimana rupa puteranya dan kini
melihat puteranya berdiri di hadapannya ia hampir tak
dapat menahan runtuhnya air matanya yang membuat
kedua matanya terasa panas! Kalau saja ia tidak gagu tentu
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
ia tak dapat menahan lagi seruannya memanggil nama
puteranya, tetapi karena ia telah gagu, Thian Giok hanya
melihat betapa bibir yang rusak itu bergerak gerak tanpa
mengeluarkan suara dari dada orang itu keluar suara
semacam keluhan orang berduka.
Yap Bouw melangkah maju dan sebelum Thian Giok
dapat menduga, kedua tangan Yap Bouw telah
memeluknya dan sekali angkat saja, orang itu telah
memondongnya dan memeluknya dengan mesra! Tentu
saja Thian Giok merasa terkejut dan heran sekali, akan
tatap ketika ia hendak memberontak, ia teringat akan pesan
Bun Sam bahwa memang orang ini amat aneh adatnya,
maka ia khawatir kalau kalau menyinggung perasaannya.
Lebih heran lagi ia ketika merasa betapa butir butir air mata
menetes turun membasahi lehernya.
Ketika ia mencoba untuk menengok ke arah Bun Sam, ia
makin terkejut dan heran karena pemuda itupun berdiri
dengan pipi basah air mata. Memang Bun Sam tak dapat
menahan keharuan hatinya lagi ketika menyaksikan
pertemuan antara ayah dan anak yang tak dapat
diperkenalkan ini, pertemuan yang hanya diketahui oleh
Yap bouw dan dia. Kebahagiaan besar yang dirasai oleh
Yap Bouw di saat itu, kebahagiaan yang bercampur
kedukaan maha hebat, terasa pula oleh Bun Sam dan
membuat ia teringat kepada ayah bundanya sendiri. Oleh
karena itulah, maka ia tak dapat menahan mengalirnya air
matanya yang membasahi pipinya.
Adapun Yap Bouw yang memondong dan memeluk
puteranya, segera dapat mengerti bahwa puteranya tentu
akan merasa heran sekali, maka perlahan lahan ia
menurunkan Thian Giok dan memandang wajah pemuda
itu yang menjadi kemalu maluan,
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Saudara Bun Sam bagaimanakah suhengmu ini… ?”
tanyanya.
“Birkanlah Thian Giok, dia amat… suka kepadamu
agaknya.”Akan tetapi Bun Sam segera melangkah maju dan
cepat menyambar tangan suhengnya itu, karena ternyata
bahwa Yap Bouw berdiri tidak tetap dan tubuhnya
terhuyung huyung lemas. Ketika Bun Sam memegang
tangannya, terasa olah nya telapak tangan suhengnya itu
amat dingin dan ketika ia meraba lehernya, bukan main
panasnya. Yap Bouw ternyata tak dapat menahan pukulan
batin yang hebat ketika ia bertemu dengan putranya karena
ia teringat akan isterinya dan merasa amat berduka dan
hancur hatrinya karena ia tidak mungkin dapat berkumpul
lagi dengan isteri dan dua orang anaknya yang tercinta.
Biarpun usianya baru enam belas tahun akan tetapi Bun
Sam sudah luas pengetahuannya, karena ia telah banyak
mempelajari kepandaian dari Kim Kong Taisu. Melihat
keadaan suhengnya, sedikit banyak ia telah dapat menduga
apa yang diderita oleh suhengnya ini. Tanpa banyak cakap
ia lalu mengangkat tubuh suhengnya, dibawa ke dalam
kamar kuil itu dan diletakkan di atas pembaringan.
Ia memeriksa detak jantung suhengnya yang memukul
lemah sekali, maka ia lalu menempelkan tangan pada
tangan suhengnya dan mengerahkan tenaga untuk
membantu peredaran darah di dalam tubuh suhengnya.
Kemudian, setelah peredaran darah di tubuh Yap Bouw
menjadi normal kembali dan orang tua itu telah siuman dari
pingsannya, Bun Sam lalu berlari keruang belakang untuk
memasak air. Air panas hangat perlu untuk orang
menderita sakit, pikirnya.
Thian Giok melihat semua ini dengan penuh kekaguman
kepada Bun Sam. Kagum akan ketenangan dan
ketangkasan pemuda itu, juga kagum melihat kasih sayang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
terhadap suhengnya yang demikian besar. Ketika ia melihat
orang bermuka tengkorak itu sudah siuman, ia duduk di
atas bangku dekat pembaringan untuk menjaganya. Yap
Bouw masih memejamkan matanya dan tiba tiba ia merasa
sentuhan tangan yang halus pada jidatnya yang kasar.
Karena sudah biasa Yap Bouw tahu bahwa itu bukanlah
sentuhan tangan sutenya maka ia lalu membuka matanya.
Ketika melihat bahwa yung meraba jidatnya itu adalah
Thian Giok puteranya ia menangkap dan menggenggam
tangan itu dengan perasaan penuh kasih sayang, lalu
terdengnr ia terisak isak menangis.
“Sudahlah taihap, apakah yang kau sedihkan? Segala
perkara penasaran di dunia ini dapat dibereskan dan segala
sakit hati bisa dibalas, mengapa harus berduka?” Thian
Giok mengeluarkan kata kata menghibur karena merasa
tidak enak kalau diam saja.
Mendengar ucapan puteranya yang menghibur nya
bagaikan diremas remas rasa jantung di dalam dadanya. Ia
mengeluh dan menyebut nama “Thian Giok” berkali kali,
akan tetapi yang terdengar oleh Thian Giok hanya suara
“Ok.. ok… “ dan dibarengi dengan mengalirnya air mata
orang tua itu.
BiarpunThian Giok berhati keras, naman menyaksikan
kesedihan orang tua yang amat dikasihani ini, tak terasa
dua butir air mata bertitik pula di atas pipinya.
Melihat puteranya menitikkan air mata, tiba tiba Yap
Bouw merasa tenaganya pulih kembali lalu ia bangkit
duduk. Benar benar amat mengherankan Thian Giok akan
tetapi ia mengerti maksud orang tua itu ketika Yap Bouw
menggunakan ujung bajunya untuk menghapus air mata
pada pipi Thian Giok, kemudian menggunakan telunjuknya
digoyang goyangkan tanda bahwa pemuda itu sekali kali
tidak boleh mengeluarkan air mata.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Tentu saja Thian Giok merasa aneh sekali dan juga geli.
Kakek ini sendiri menangis sedih mengapa ia melarang
orang lain mangeluarkan dua titik air mata saja? Pada saat
itu, Bun Sam masuk membawa air teh yang panas. Pemuda
ini terheran heran melihat suhengnya sudah duduk dan
tampak segar, maka tentu saja ia menjadi girang sekali.
“Suheng, lebih baik kau berbaringlah dan beristirahat.”
Akan tetapi, Yap Bouw bahkan memberi isyarat dengan
jari tangannya, supaya Bun Sam minta Thian Giok
menceritakan riwayatnya semenjak kecil. Bun Sam
mengerti akan kehendak suhengnya ini, maka katanya
kepada Thian Giok,
“Saudaraku yang baik. Kita sudah menjadi sahabat
sahabat baik, bahkan kalau diingat bahwa akupun pernah
menerima latihan silat dari gurumu, kita berdua boleh di
kata saudara seperguruan juga. Oleh karena itu, sukalah
kiranya kau menuturkan riwayatmu semenjak kecil
kepadaku, karena tentu kaupun maklum seperti juga Lan
Giok bahwa ayah mu dahulupun menjadi murid dari
suhuku dan suhengku ini sudah kenal baik dengan ayahmu
yang menjadi saudara seperguruannya. Maka, kau
ceritakanlah riwayat mu agar suheng dapat pula
mendengarkan.”
Berseri wajah Thian Giok. “Jadi kalau begitu, suhengmu
ini tentu akan dapat menceritakan pula keadaan mendiang
ayahku?” Pemuda ini memandang kepada Yap Bouv yang
mengangguk anggukkan kepalanya.
“Saudara Bun San baiklah, aku akan menuturkan
riwayatku yang tidak menarik. Akan tetapi, nanti suhengmu
juga harus menuturkan keadaan mendiang ayahku melalui
kau.”
“Baiklah,Thian Giok. Itu sudah semestinya, kukira.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Thian Giok lalu menuturkan riwayatnya secara singkat.
Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan. Nyonya
Yap Bouw ltelah ditinggalkan oleh suaminya semenjak ia
masih mengandung, karena suaminya, Jenderal Yap Bouw
selalu sibuk dengan tugas menindas kaum perusuh dan
pemberontak di tapal batas negara.
“Ayah telah meninggalkan ibu semenjak aku dan adikku
masih berada di dalam kandungan dan sampai tiga tahun
lamanya ayah tak pernah pulang karena sibuk dengan
pekerjaannya sebagai seorang jenderal.” kata Thian Giok
dengan suara mengandung kebanggaan besar. “Kemudian
tentara musuh dapat menduduki kota raja dan kami
mendengar bahwa ayah telah gugur di dalam perang. Ibu
membawa kami yang masih berusia tiga tahun pergi
mengungsi dengan orang orang lain. Bahkan ada
beberapaorang orang gagah bekas kawan dan keluarga
ayah, melindungi ibu dan kami untuk dapat keluar dari kota
raja. Akan tetapi malang sekali…” Thian Giok menunda
ceritanya sambil menarik napas panjang, sehingga Yap
Bouw yang mendengarkan penuturannya dengan tertarik
kali itu ikut menahan napas.
Thian Giok lalu melanjutkan penuturannya. “Pada
waktu ibunya dikawal oleh orang orang gagah dan berusaha
mengungsi keluar dari kota raja, tiba tiba mereka diserang
oleh serombongan mata mata musuh yang sudah
menduduki kota raja. Rombongan ___ ini terdiri dari orang
orang berkepandaian tinggi, maka terjadilah pertempuran
yang sengit ___ mana jatuh banyak korban diantara kedua
fihak. Nyonya Yap sambil menggendong Lan Giok dan
menyeret Thian Giok, melarikan diri dari dalam keributan
itu dan berhasil keluar dari pintu kota. Tanpa mengenal
lelah nyonya yang ketakutan hebat ini terus melarikan diri
bersama kedua anaknya. Ia menggendong anaknya
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
bergantian. Kalau Thian Giok sudah lelah dan menangis ia
menurunkan Lan Giok dan menggendong Thian Giok.
Demikian sebalik nya.
Akhirnya malam tiba dan mereka sudah sampai dalam
sebuan hutan. Akan tetapi, pada saat nyonya Yap sudah
menarik napas lega karena terlepas dari bencana maut, tiba
tiba muncul serombongan orang jahat, yakni perampok
perampok yang selalu timbul apabila negara berada dalang
keadaan kacau. Nyonya Yap adalah seorang nyonya muda
yang cantik, pula pakaiannya indah dan tubuhnya memakai
perhiasan perhiasan emas permata, maka tentu saja para
perampok ini lalu menyerbu.
Pada saat yang amat berbahnya itu , datanglah Mo bin
Sin kun yang dengan sekali gerakan saja sudah membunuh
pemimpin perampok dan membuat anak buah perampok ini
bercerai berai. Kemudian, Thian Giok dan Lan Giok
diserahkan oleh Nyonya Yap agar menjadi murid penolong
itu adapun Nyonya Yap sendiri oleh Mo bin Sin kua lalu
dibawa kepuacak Sian hwa san (Bukit Bunga Dewa) sebuah
tempat pegunungan yang indah dan berhawa nyaman di
mana terdapat sebuah kuil pendeta wanita bertapa. Nyonya
Yap merasa aman dan senang di tempat itu, maka dengan
suka rela ia lalu mencukur rambutnya dan menjadi pemeluk
Agama Buddha yang taat dan saleh.
“Demikianlah, kami berdua kakak beradik yang malang
menjadi murid dari Mo bin Sin kui, adapun ibu sampai
sekarang menjadi nikouw di kuil Sian hwa bio. Kalau
tugasku dan adikku selesai dan pelajaran kami sudah tamat,
kami tentu akan kembali ke sana mencari ibu.” Demikian
Thian Giok menutup penuturannya.
Dapat dibayangkan betapa terharu dan girang hati Yap
Bouw mendengar tantang kesengsaraan anak isterinya,
akan tetapi yang akhirnya tertolong juga ia lalu berkata
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
kepada Bun Sam dangan bahasa gerak jarinya. “Sute.
beritahukan padanya tentang harta terpendam di dalam
taman bekas gedungnya itu dan bahwa kita akan
mengambil harta itu. Karena harta itu milik ayahnya, ia
berhak menerima sebagian.”
Bun Sam ntengganguk angguk, kemudian bertanya
dengan gerak jari pula, “Suheng, bagaimana kalau kau
mengaku saja bahwa kau ayahnya?”
Mata Yap Bouw terbelalak dan tergesa gesa ia memberi
tanda dengan jari jari tangannya. “Jangan Sute! Biarlah ia
selalu mengira dengan hati bangga bahwa ayahnya adalah
seorang jenderal besar yang gugur sebagi seorang pahlawan
negara.”
Terpaksa Bun Sam tak berani membantah, ia berpaling
kepada Thian Giok yang tidak mengerti gerak gerik mereka,
lalu berkata,
“Thian Giok, kebetulan sekali suhengku ini mengetahui
sebuah rahasia ayahmu dan di bilang bahwa kau sudah
eharusnya mengetahui akan hal itu. Ketahuilah kau bahwa
dahulu nyahmu telah menanam sejumlah harta yang
dipendam di belakang rumah di dalam taman bunga, yakni
rumah yang sekarang ditinggali oleh Panglima Bucuci. Dan
kami berdua juga datang di kota raja khusus untuk
mengambil harta terpendam itu. Sekarang menurut suheng,
kau berkewajiban pula untuk ikut membantu dan berhak
untuk menerima sebagian daripada harta terpendam itu.”
Thian Giok mengerutkan keningnya. “Kau dan
suhengmu hendak mengumbil harta pusaka itu untuk
apakah?”
“Tentu saja untuk dipergunakan menolong rakyat yang
menderita kesengsaraan,” jawab Bun Sam.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Kalau begitu aku akan membantu kalian mengambil
harta itu, akan tetapi aku sendiri tidak menghendaki
pembagian. Untuk apakah harta dunia bagi orang orang
seperti kita? Lebih baik dibagikan semua kepada rakyat
yang kekurangan.”
Dua titik air mata kembali membasahi mata Yap Bouw
ketika itu mendengar ucapan puteranya itu. Ia merasa
girang dan bangga sekali. Lalu ia memberi tanda dengan
jari jari tangannya kepada Bun Sam. Pemuda ini lalu
berpatlng kepada Thian Giok sambil tersenyum dan
berkata,
“Thian Giok, jangan kau berkata demikian. Sungguhpun
kau sendiri tidak memerlukan harta dunia seperti juga kami,
akan tetapi harta itu dapat kau pergunakan untuk ibunu....”
“Ibu juga tidak membutuhkan harta pusaka. Apa artinya
harta dunia bagi ibu? Beliau telah mendapatan harta yang
teragung di dunia ini, yaitu krbahagiaan batin yang suci.”
Kembali Yap Bouw, merasa betapa kerongkongannya
tersumbat oleh sedu sedan yang naik dari dadanya. Bun
Sam melirik kepadanya dan melihat suhengnya menggerak
gerakkan jari tangannya.
“Saudara Thian Giok,” ia menterjemahkan bahasa gerak
jari itu. “Biarpun ibumu sendiri tidak membutuhkan harta
dunia, kami rasa bio (kuil) di mana ibumu tinggal itu
membutuhkan untuk perbaikan dan lain lain. Oleh karena
itu kau tidak boleh menolak.”
“Kita bicarakan lagi kalau harta terpendam dari
mendiang ayah itu sudah berada di tangan kita, Bun Sam.
Belum tentu mudah mendapatkan harta terpendam yang
berada di taman bunga rumah Panglima Bucuci, apalagi
pada waktu mereka sedang mencari cari kita seperti
sekarang ini.” akhirnya Thian Giok berkata.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Sementara itu karena tidak berhasil menemukan dua
orang pemuda pengacau yang dicari carinya, Bucuci lalu
memanggil Ngo jiauw eng Lui Hai Siong yang berada di
Tong seng kwan. Semenjak dahulu, |Ngo jiuw eng adalah
tangan kanannya dan ia percaya penuh akan kecerdikan
Ngo jiauw eng dalam mencari dan menyelidiki para
pemberontak. Banyak sudah jasa yang diperoleh
pembantunya ini dalam masa perjuangan Ang bi tin dahulu.
Dan inilah sebabnya mengapa Ngo jiauw eng buru buru
pergi ke kota raja memenuhi panggilan Bucuci, sehingga
ketika Lan Giok mencarinya di Tong seng kwan gadis itu
tidak dapat menemukannya, lalu menyusul ke kota raja.
Beberapa hari kemudian setelah bersembunyi dan merasa
bahwa keadaan telah agak mereda dan aman pada malam
hari, Yap Bouw, Bun Sam dan Thian Giok meninggalkan
kuil tua itu dan mempergunakan kepandaian mereka untuk
menuju ke gedung Panglima Bucuci yang berada di tempat
agak pinggir kota raja. Tubuh mereka berkelebat di malam
gelap, melalui genteng dan bubungan rumah penduduk kota
raja. Karena kepandaian mereka sudah tinggi, maka kaki
mereka tidak menerbitkan suara berisik dan bayangan
mereka sukar terlihat orang karena cepatnya gerakan
mereka. Waktu itu sudah hampir tengah malam dan tiga
orang ini sama sekali tidak menduga bahwa di tempat
panglima itu telah terjadi keributan hebat.
Marilah kita kembali beberapa jam yang lalu. Sebuah
bayangan yang amat gesit, bayangan yang tubuhnya kecil
langsing, melompat di atas genteng gedung Bucuci laksana
setan malam. Bayangan ini adalah Lan Giok, gadis yang
tabah itu yang sengaja menyusul dan mencari Ngo jiauw
eng di kota raja. Tanpa takut sedikitpun juga, Lan Giok lalu
mengunjungi rumah Bucuci pada malam hari itu setelah
mendapat keterangan di mana rumah pembesar itu.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Sesungguhnya semua tempat di kota raja memang telah
dijaga dan dimata matai oleh pembantu pembantu Bucuci
dan Ngo jiauw eng bahkan Ngo jiauw eng yang amat cerdik
diam diam telah menaruh curiga pada tempat tempat suci
seperti kuil kuil tua dan rumah rumah pembesar tinggi dan
diam diam menaruh orang orangnya di sekeliling tempat
itu. Akan tetapi karena apa yang diutamakan atau yang
selalu berada di dalam ingatan para penjaga adalah dua
orang pemuda tanggung, tentu saja melihat seorang gadis
cilik seperti Lan Giok, mereka tidak menaruh perhatian,
sehingga gadis ini dengan amat mudah dapat sampai di
gedung Panglima Bucuci.
Agaknya memang sudah menjadi nasib Ngo Jiauw eng
Lui Hai Siong karena setelah memberi tugas pada para
pembantunya sehari penuh ia beristirahat dan “makan
angin” di taman gedung Panglima Bucuci ia mendapat
kamar di bangunan samping gedung itu, sehingga mudah
baginya untuk malam malam keluar makan angin di taman
bunga yang indah itu. Sambil duduk di atas bangku ia
menikmati keharuman bunga sambil memandang ke dalam
empang di mana ikan ikan yang berwarna emas berenang
ke sana ke mari.
Tiba tiba ia mendengar teguran yang halus. “Ngo jiauw
eng, tentu kau yang bernama Njo jiiuw eng bukan?”
Lui Hai Siong cepat melompat dari tempat duduknya
dan bersiap sedia. Ia memandang kesana kemari, akan
tetapi tidak kelihatan bayangan orang.
“Siapa itu??” ia bertanya dengan sikap seperti seekor
harimau mencium bau musuhnya. Tubuhnya yang
jangkung agak membungkuk itu, seperti sikap seorang jago
gulat.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Ha, ha, ha, benar! Kau tentu Ngo jiauw eng!” suara
yang halus itu menertawakannya dan tiba tiba dan atas
pohon yung liu menyambar turun tubuh Lan Giok! Gadis
ini sekali memandang saja dapat menduga bahwa indah
orangnya yang harus dilenyapkan. Tidak saja ia mengingat
pemberitahuan gurunya bahwa Ngo jiauw eng bertubuh
jangkung kurus, akan tetapi juga sikap dan kuda kuda orang
ini terang menyatakan bahwa ia adalah ahli Eng jiauw kang
(Ilmu Silat Kuku Garuda).
“Siapa kau?” Ngo jiauw eng Liu Hai Siong membentak
dengan hati lega ketika melihat bahwa yang datang
hanyalah seorang gadis kecil.
“Aku? Bukalah telingamu baik baik. Aku adalah wakil
dari para korban Ang bi tin yang kau pimpin. Aku datang
hendak mencabut nyawamu!”
“Bagus, bocah lancang mulut“ kata Ngo jiauw eng
sambil maju menubruk dengan kedua tangan dipentang
seperti seekor garuda menyambar kelinci. Ia memandang
rendah kepada pengunjung nya ini dan merasa yakin bahwa
dengan sekali bergerak saja ia dapat merobohkan gadis itu.
Tapi ia harus membayar mahal sekali untuk sikapnya yang
memandang rendah itu, karena Lan Giok yang memang
datang dengan maksud membunuh, segera merendahkan
tubuhnya dan melancarkan pukulan Soan hong pek lek jiu
yang hebat. Pada saat itu, Ngo jiauw eng sedang
menubruk maju, maka tentu saja ia menerima pukulan Lan
Giok sepenuhnya. Sebelum dadanya tersentuh kedua
tangan gadis kecil yang mendorong ke arah dadanya, ia
telah terkena hawa pukulan Soan hong pek lek jiu yang
hebat sekali. Terdengar Ngo jiauw eng menjerit ngeri dan
tubuhnya terlempar ke belakang, lalu terjengkang sejauh
dua kaki lebih. Mulutnya menyemburkan darah segar dan
ia merasa dadanya seakan akan remuk!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Jeritan yang mengerikan itu menggema di udara dan
sebelum Lan Giok dapat menyusulkan sebuah pukulan
terakhir, tiba tiba berkelebat bayangan merah dan sinar
pedang yang terang menyambar ke arah lehernya! Lan Giok
tepaksa menunda maksudnya untuk memukul Ngo jiauw
eng dan karena serangan pedang itu memang cepat dan
berbahaya, ia lalu melemparkan tubuhnya ke belakang dan
bergulingan ke belakang sehingga terhindar dari bahaya.
Ketika ia berdiri kembali, ternyata bahwa yang
menyerangnya adalah seorang gadis baju merah yang cantik
sekali, yang usianya lebih tua satu dua tahun daripadanya.
“Siapa kau? Sungguh berani mati sekali telah melukai
Lui ciangkun!” bentak gadis baju merah yang bukan lain
adalah Sian Hwa adanya. Diam diam Sian Hwa kaget dan
kagum sekali ketika melihat bahwa yang dapat merobohkan
Ngo jiauw eng dengan sekali pukul adalah seorang gadis
cilik yang patut menjadi adiknya!Melihat kemanisan wajah
Lan Giok, hati Sian Hwa menjadi ragu ragu untuk
melanjutkan serangannya. “Mengapa kau menyerang Ngo
jiauw eng?” tanyanya karena ia maklum bahwa tentu ada
sesuatu antara kedua orang ini, maka gadis semuda itu
sampai demikian berani menyerang Ngo jiauw eng yang
menjadi tamu dari ayahnya.
“Dia bekas pemimpin Ang bi tin yang jahat mengapa aku
takkan membunuhnya?” kata Lan Giok mengejek dan
kembali Sian Hwa tersenyum. Terdengar keluh Ngo jiauw
eng, maka Sian Hwa cepat menghampiri orang itu.
Keadaan Ngo jiauw eng Lui Hai Siong benar benar
payah. Pukulan Soan hong pek lek jiu yang dilancarkan
oleh Lan Giok tadi benar benar hebat sekali dan dengan
tepat telah mengenai dadanya, sehingga mendatangkan luka
di bahagian dalam dadanya. Bahkan tiga buah tulang
rusuknya telah patah!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Kau… kau yang menolongku? Tak ku sangka....” Lui
Hai Siong berkata terrngah engah.
“Apa katamu, Lui cangkun? Apa yang tidak kau
sangka… ?” Sian Hwa terheran mendengar ucapan ini.
“Tak kusangka bahwa kau… kaulah yang malah
menolongku!” Ngo jiauw eng merasa bahwa ia tak dapat
hidup lebih lama lagi dan pukulan hebat itu sedikitnya telah
mempengaruhi otaknya.
“Aku… aku yang membunuh ayahmu …. aku ....” Akan
tetapi ucapan ini ditutup oleh pekik kesakitan dan nampak
orang itu berkelojotan lalu mati!
Sian Hwa memiliki mata tajam dan pendengaran yang
halus sekali, maka ia mendengar suara senjata rahasia yang
tadi menyambar sebelum Ngo jiauw eng mati. Cepat ia
membalikkan tubuh dan memandang kepada Lan Giok
yang hendak melarikan diri.
“Kau kejam!” seru nya kepada Lan Giok. “Kau
menyerang orang yang sudah terluka hebat dengan am gi
(senjata rahasia)!”
Akan tetapi Lan Giok tidak memperdulikannya dan
hendak melompat ke atas tembok yang mengelilingi taman
bunga itu. Akan tetapi tiba tiba terdengar suara kerincingan
dan tahu tahu dari tembok tahu tahu dari tembok itu
melayang turun sesosok tubuh yang kate dan yang dengan
tangkas nya menyerang Lan Giok. Orang ini adalah
Panglima Bucuci sendiri yang tadinya mengadakan
perundingan dengan Pat jiu Giam ong dan yang kebetulan
sekali pulang dan mendengar ribut ribut di dalam taman
gedungnya. Lan Giok yang melihat betapa serangan orang
kate ini cukup berbahaya, cepat mengelak dan membalas
dingan serangannya yang tidak kalah lihainya.Melihat cara
memukul Lan Giok yang mempergunakan Soan hong pek
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
lek jiu, terkejutlah hati Bucuci. Cepat ia berteriak minta
bantuan karena ia mengerti ilmu pukulan ini seperti yang
dipergunakan oleh pemuda yang sedang dikejar kejarnya.
Adapun Sian Hwa yang semenjak tadi berdiri termangu
mangu karena masih terpengaruh oleh pengakuan Ngo
jiauw eng yang mendatangkan rasa kaget baru sadar setelah
mendengar teriakan ayah tirinya yang minta bantuan. Akan
tetapi ia masih berlaku lambat karena ada sesuatu yang
amat menarik perhatiannya. Ia melihat betapa muka Ngo
jiauw eng yang kebetulan berada di bawah sinar lampu,
menjadi kehitaman dan melihat lehernya yang
membengkak, tahulah Sian Hwa bahwa Ngo jiauw eng
tewas karena urat lehernya tertotok dengan keras sekali.
Ketika ia memandang ke bawah, ia melihat sebuah besi
lonjong dan bukan main terkejut hati Sian Hwa karena ia
mengenal besi lonjong kecil itu sebagai bagian daripada
kerincingan di baju ayah tirinya! Ia tahu pula bahwa ayah
tirinya seringkali mempergunakan besi lonjong itu sebagai
senjata rahasianya yang ampuh.
“Sian Hwa, bantulah aku menangkap penjahat
perempuan ini!” teriak Bucuci karena ia benar benar
terdesak oleh serangan serangan Soan pek lek jiu yang
dilancarkan dengan nekat oleh Lan Giok.
Mendengar teriakan ini, barulah Sian Hwa bergerak dan
melompat mendekati pertempuran itu, setelah lebih dulu
mengambil besi kecil yang lonjong itu dan dimasukkan ke
dalam saku bajunya.
“Bocah berani mati, lebih baik kau menyerah dan
mengaku mengapa kau menyerang Ngo jiauw eng !” bentak
Sian Hwa yang sesungguhnya tidak tega untuk mengeroyok
dan membunuh atau melukai gadis kecil ini. Ia akan lebih
suka menjadi sahabat baik dari gadis yang ayu dan lihai ini.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Majulah, majulah kau semua, aku tidak takut
sedikitpun juga!” Lan Giok menjawab dengan suaranya
yang bening dan tinggi, lalu memainkan ilmu pukulannya
lebih cepat lagi, sehingga tubuhnya yang kecil langsing itu
berkelebat ke sana ke mari seperti burung walet menyambar
nyambar.
Terpaksa Sian Hwa bergerak maju dan begitu ia
menggerakkan pedangnya, Lan Giok kaget sekail. Ah,
kepandaian nona baju merah ini jauh lebih lihai daripada
kepandaian Panglima Bucuci yang pakaiannya memakai
kerincingan ini, pikirnya. Akan tetapi ia tidak merasa takut,
karena memang Lan Giok tidak pernah mengenal artinya
takut. Ia melayani keroyokan dua orang itu dengan nekat
dan sebentar saja ia terdesak dan terkurung oleh sinar
pedang Sian Hwa! Baiknya nona baju merah ini tidak
berniat melukainya, hanya mengurungnya saja dan ingin
menawan hidup hidup tanpa melukai nya Kalau Sian Hwa
mau melukainya, dengan mengeroyok dua tentu ia akan
dapat melakukan hal ini.
Jilid VII
LEBIH celaka lagi bagi Lan Giok karena jeritan Ngo
jiauw eng dan teriakan Bucuci tadi telah terdengar oleh para
penjaga dan tak lama kemudian tempat itu telah dikurung
oleh para penjaga, bahkan beberapa orang SIWI (pengawal
kaisar) yang dipimpin oleh Ang Seng Tong komandan Gi
lim kun telah maju mengeroyok LanGiok!
Sekarang keadaan gadis kecil itu benar benar terancam
bahaya maut, karena tidak seperti Sian Hwa, yang lain lain
melakukan serangan tidak hanya dengan maksud
menangkap hidup hidup, melainkan dengan maksud
membunuh.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Dan pada saat itulah tiga bayangan dari Yap Bouw, Bun
Sam dan Thian Giok melayang melewati tembok yang
mengelilingi taman itu.
“Lan Giok....!” seru Bun Sam dan Thian Giok hampir
serempak. Akan tetapi kedua orang pemuda ini sudah kalah
cepat oleh Yap Bouw yang tanpa mengeluarkan suara apa
apa segera menyerbu ke dalam pertempuran itu. Begitu
tubuh Yap Bouw terjun, terdengar seruan seruan kesakitan
dan teriakan teriakan kaget. Yang berseru kesakitan adalah
dua orang siwi yang sekali gerak telah terpegang oleh Yap
Bouw dan dilontarkan membentur tembok taman. Adapun
seruan seruan kaget itu adalah ketika mereka melihat wajah
Yap Bouw yang mengerikan, keadaan menjadi kacau balau,
teutama setelah Bun Sam dan Thian Giok ikut terjun ke
dalam pertempuran. Tentu saja sekalian siwi itu biarpun di
situ ada Bucuci dan Ang Seng Tong merupakan lawan
lawan yang empuk bagi Yap Bouw dan dua orang pemuda
gagah itu, maka sebentar saja kepungan Lan Giok menjadi
longgar.
“Engko Giok.... dan kau.... kau.... Bun Sam…. !” seru
Lan Giok dengan girang sekali sambil memukul roboh
seorang pengeroyok.
Adapun Bun Sam ketika melihat SianHwa ikut di antara
para pengeroyok, hatinya terasa perih dan kembali ia
merasakan kekecewaan yang amat besar. Sedangkan Sian
Hwa sendiri ketika melihat Bun Sam, lalu maju menerjang
dengan pedangnya.
“Hem, jadi kau adalah kawanan pemuda yang mengacau
kota raja? Alangkah besar nyalimu.” Pedangnya bergerak
cepat sekali dan sebentar saja Bun Sam sudah harus
mengerahkan ginkangnya untuk mengelak dari sambaran
sambaran pedang si nona baju merah.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Bun Sam, jangan kau sakiti dia!” seru Lan Giok.
“Dialah satu satunya orang baik diantara semua
pengeroyok ini.
Mendengar seruan ini, makin sukalah Sian Hwa
terhadap Lan Giok, akan tetapi iapun diam diam merasa
khawatir kalau kalau ayah tirinya mengerti akan maksud
ucapan Lan Giok. Memang tadi ia tidak mengerahkan
tenaga dan kepandaiannya ketika mengeroyok Lan Giok
dan sengaja ia memberi kelonggaran kepada gadis kecil itu.
Akan tetapi tak seorangpun memperhatikan seruan Lan
Giok tadi karena semua sedang sibuk dan bingung sekali
menghadapi amukan Yap Bouw dan Thian Giok berdua
adik kembarnya. Keadaan berobah sama sekali karena kini
fihak Bucuci dan kawan kawannya yang mengalami
tekanan hebat. Banyak orang sudah terlempar dan terluka
dirobohkan oleh para penyerbu dari luar ini. Pertempuran
yang nampak seru dan seimbang ini hanyalah yang terjadi
antara Sian Hwa dan Bun Sam, akan tetapi baik Sian Hwa
maupun Bun Sam dapat melihat bahwa lawan masing
masing tidak sesungguhnya ingin merobohkan lawan.
Memang hati Sian Hwa svdah menjadi tawar karena ia
masih terpengaruh oleh pengakuan Ngo jiauw eng yang
katanya membunuh ayahnya dan juga terpengaruh oleh
perbuatan ayah tirinya yang membunuh Ngo jiauw eng
pada saat orang itu mengadakan pengakuannya. Apalagi
sekarang ia menghadapi Bun Sam, pemuda yang sopan
santun dan yang telah menimbulkan rasa kagum dalam
hatinya.
Sebaliknya, Bun Sam tentu saja tidak sanggup untuk
menghadapi gadis yang menarik hatinya itu dengan
sungguh sungguh, ia hanya mengelak dan menangkis
semua serangan ini. Sian Hwa dan diam diam ia merasa
kagum karena ilmu pedang gadis itu benar benar tinggi.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Baik tenaga lweekang maupun ginkang ternyata bahwa
gadis baju merah ini tidak kalah banyak olehnya sendiri. Ia
melihat bahwa biarpun fihak lawan sudah banyak yang
rubuh, namun kepungan makin lama makin rapat dan
taman bunga itu telah terkurung oleh barisan siwi yang
bersenjata lengkap.
“Suheng, Thian Giok dan Lan Giok, mari kita lari saja!”
teriak Bun Sam yang merasa khawatir juga, Yap Bouw
agaknya menyetujui ajakan sutenya ini, karena tiba tiba ia
menangkap tangan Lan Giok dan diajak nya gadis ini
melompat ke arah tembok. Beberapa orang siwi menyerbu
untuk mencegah mereka melompat ke atas tembok, akan
tetapi dengan beberapa gerakan saja, Yap Bouw dan Lan
Giok telah merobohkan empat orang, sehingga yang lain
lain menjadi sangsi.
Akan tetapi, pada saat itu terdengar bentakan keras sekali
dan tahu tahu Yap Bouw dan Lan Giok terpbanting keras
tanah oleh dorongan angin pukulan yang hebat luar biasa.
Dari atas tembok turun tubuh seorang tinggi besar yang
memiliki gerakan lambat, namun ketika ia menurunkan ke
dua kakinya di atas tanah, Bun Sam sendiri merasa tanah
yang diinjaknya tergetar. Inilah Pat jiu Giam ong Liem Po
Coan atau Jenderal Liem yang datang diikuti puteranya,
yakni Liem Swee. Otomatis orang yang mengeroyok,
termasuk Sian Hwa, menghentikan gerakannya dan semua
orang berdiri dengan hormat memandang kepada jenderal
yang lihai itu.
Yap Bouw dan Lan Giok cepat bangun dan mereka
ternyata tidak terluka, hanya roboh saja karena tidak dapat
menahan dorongan angin pukulan yang luar biasa tadi.
Sementara itu Pat jiu Giam ong memandang dengan tajam
sekali. Ditatapnya Yap Bouw dengan sepasang matanya
yang bundar, dari muka sampai ke kaki.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Tiba tiba ia tertawa terkekeh kekeh, suara ketawanya
nyaring dan besar sekali, membuat daun daun pohon
kembang di taman itu tergetar. “Ah, sudah kuduga. Tentu
kau yang berdiri di belakang semua ini. Yap goanswe
(Jenderal Yap) Ketika aku mendengar betapa kau ditolong
oleh suheng dan belum mati, aku merasa yakin bahwa tentu
sewaktu waktu kau akan muncul dan menuntut balas.
Benar saja, sekarang kau datang membawa anak anak kecil
ini ? He, jenderal yang sudah roboh, setelah kau gagal
memimpin pasukan apakah sekarang kau hendak
memimpin anak anak kecil ini? Ha, h, ha!” Berkali kali Yap
Bouw menggoncangkan tangannya mencegah Pat jiu Giom
ong bicara, akan tetapi terlambat semua ucapan itu telah
terdengar jelas oleh Thian Giok dan Lan Giok. Kedua anak
ini memandang ke arah Yap Bouw dengan mata terbelalak
dan mulut celangap dan wajah pucat, kemudian hampir
serempak mereka menubruk kedua kaki Yap bouw sambil
menangis. “Ayah.... !”
Yap Bouw terpaksa tak dapat menyimpan rahasianya
lagi yang sudah dibuka oleh Pat jiu Giam ong Liem Po
Coan, maka iapun lalu berlutut dan memeluk kedua orang
anaknya.
Untuk beberapa lama tak terdengar suara sedikitpun juga
diantara orang orang yang menyaksikan pertemuan
mengharukan ini, akan tetapi Pat jiu Giam ong segera
merasa hilang sabar. Ia berkata dengan suaranya yang
menggelegar. “Yap goanswe, sebagai orang yang pernah
menduduki pucuk pimpinan balatentara, aku dapat
memaafkan kau dan takkan mengganggumu. Akan tetapi,
terpaksa aku harus menahan puterimu yang telah
membunuh Ngo jiauw eng dan juga menahan anak muda
ini yang telah membunuh Toa to Hek mo!” ia menunjuk ke
arah Bun Sam.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Mendengar tuduhan ini, Thian Giok melompat berdiri.
“Bukan dia, melainkan akulah yang telah membunuh Toa
to Hek mo!” katanya dengan berani sambil menentang
pandangan mataPat jiu Giam ong.
Akan tetapi, tentu saja Yap Bouw tidak merelakan kedua
anaknya hendak ditawan, maka dengan sepasang mata
bersinar sinar ia menentang pandang mata Pat jiu Giam ong
dan berdirilah ia perlahan perlahan bagaikan seekor naga
bangkit hendak melawan musuh. Dengan gerak jari tangan
yang hanya dimengerti oleh Bun Sam, ia berkata kepada
Pat jiu Giam ong bahwa untuk melindungi kedua anaknya
ia rela mati di tangan Pat jiu Giam ong! Melihat ini, Bun
Sam lalu melangkah dan berkata.
“Pat jiu Giam ong Liem locianpwe! Kami telah
mendengar namamu yang besar sebagai seorang tokoh yang
menduduki kedudukan cianpwe, maka patutkah kalau
locianpwe hendak menangkap dua orang muda seperti
putera puteri suhengku ini? Kalau benar benar locianpwe
hendak menawan mereka terpaksa kami berempat akan
mengadu nyawa, kalau sampai kami binasa di tanganmu,
guruku Kim Kong Taisu dan guru kedua anak kembar ini,
yaitu Mo bin Sin kun tentu akan mencarimu dan minta
pertanggungan jawabmu!”
Mendengar disebutnya nama Kim Kong Taisu dan Mo
bin Sin kun, benar saja Pat jiu Giam ong agak tergerak
hatinya. Akan tetapi sambil tersenyum ia berkata. “Bocah
berlidah lemas, kaukira aku takut untuk membela keadilan?
Siapa yang membunuh harus dihukum, siapa bilang aku
akan berlaku sewenang wenang?” Sambil berkata demikian,
ia mengulur kedua tangannya ke arah Thian Giok dan Lan
Giok. Yap Bouw melompat maju dan mengirim pukulan ke
arah dada Pat jiu Giam ong akan tetapi entah bagaimana,
tahu tahu Yap Bouw terlempar ke belakang bagaikan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
didorong dengan kuat sekali! Pat jiu Giam ong tertawa dan
melanjutkan niatnya menangkap Thian Giok dan Lan
Giok.
“Tunggu dulu, Liem locianpwe!” kembali Bun Sam
berseru keras. “Kau bilang bahwa yang membunuh harus
dihukum. Ngo jiauw eng dan Toa to Hek mo adalah bekas
bekas pemimpin Ang bi tin, entah berapa banyak nyawa
yang tewas di dalam tangan mereka. Apakah mereka yang
telah membunuh banyak orang itu tidak pantas sekarang
menerima hukuman mati pula? Seorang kuncu (budiman)
akan berpikir lebih dulu dengan masak sebelum bertindak
dengan lancang!”
Kembali Pat jiu Giam ong tertegun mendengar ini, lalu
memandang dengan tajam kepada Bun Sam, “Anak kalau
sekiranya kau bukan selancang itu, aku senang sekali
kepadamu. Sekarang aku adalah seorang Jenderal dan dua
orang anak ini adalah pembunuh pembunuh perwira. Aku
hendak menangkapnya dan hendak kulihat siapa yang
berani menghalangiku!”
“Maaf Liem locianpwe, akulah yang akan
menghalangimu!” seru Bun Sam dengan amat berani dan
ketika jenderal itu kembali mengulurkan kedua tangannya
untuk menangkap Thian Giok dan Lan Giok Bun Sam
melompat ke depan dan menyerangnya dengan pukulan
Thai lek Kim kong jiu yang bebat! Pukulan ini ditujukan ke
arah jalan darah di pangkal kedua lengan, yakni di dekat
pundak. Biarpun yang menyerangnya hanya seorang
pemuda tanggung, akan tetapi Pat jiu Giam ong maklum
akan kelihaian pukulan ini yang dikenalnya sebagai
pukulan dari Kim Kong Taisu. Maka ia tidak berani
memandang ringan pukulan ini dan cepat menggerakkan
tubuhnya yang menjadi miring dan cepat bagaikan kilat ia
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
mengulurkan tangan kanannya yang panjang dan kuat
untuk menangkap tangan kiri Bun Sam.
Gerakan tangkapan ini sama sekali tak terduga
datangnya dan hampir saja pergelangan tangan Bun Sam
tertangkap. Akan tetapi Bun Sam cepat menarik kembali
tangannya dan sambil menggulingkan, tubuhnya, ia
melepaskan diri dan tangkapan, bahkan langsung ia
melompat mengirim tendangan dari bawah yang menjadi
bagian dari ilmu Silat Liok te ciang hwat, (Ilmu Silat Bawah
Tanah) yang mengutamakan tendangan beruntun yang
disebut Siauw cu wi.
Kembali Pat jiu Gjam ong tidak berani berlaku sembrono
karena tendangan yang ditujukan ke arah tubuh bagian
bawah ini tak kalah berbahayanya dengan pukulan pertama
tadi. Diam diam kaget juga melihat lihainya pemuda yang
masih baru dewasa ini dan tahulah dia bahwa kepandaian
kedua muridnya, yakni Sian Hwa dan puteranya sendiri
Liem Swee, masih kalah setingkat kalau dibandingkan
deagan pemuda murid Kim Kong Taisu ini! Aku harus
merobohkan dia dulu secepatnya baru menangkap yang dua
itu, pikirnya. Setelah berpikir demikian, ia lalu mengangkat
tangannya dan menangkis tendangan itu dengan
mengerahkan tenaganya, hendak menindih kaki Bun Sam
di bawah telapak tangannya. Akan tetapi Bun Sam adalah
seorang anak yang cerdik ia tahu bahwa tenaga
lweekangnya masih kalah jauh oleh tokoh besar ini, maka
tentu saja ia tidak sudi kakinya digempur dan cepat
menariknya kembali. Pada saat itu, Pat jiu Giam ong sudah
menyerangnya dengan menggerakkan kedua tangannya
sedemikian rupa, sehingga kedua tangan itu nampaknya
berobah menjadi delapan! Inilah keistimewaannya,
sehingga ia mendapat julukan Pat jiu Giam ong (Raja Maut
Tangan Delapan)!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Bun Sam pernah mendengar dari suhunya bahwa Pat jin
Giam ong istimewa sekali dengan ilmu silatnya yang
disebut Pat kwa bi jiang hwat yang mengutamakan
kecepatan gerak tangan, sehingga lawan menjadi bingung
dan kabur pandangan matanya.Maka ia lalu berseru keras,
“Lan Giok dan Thian Giok, lekas kalian lari!” Sambil
berkata demikian ia lalu menghadapi Pat kwa bi ciang hwat
yang lihai itu dengan pukulan pukulan Thai lek Kim kong
jiu dan Soan hong pek lek jiu ganti berganti !
Akan tetapi, mana kedua saudara Yap itu sudi
meninggalkan tempat itu hanya untuk menyelamatkan diri
sendiri? Bahkan mereka seakan akan menerima komando
dan serentak mereka maju menerjang Pat jiu Giam ong
yang kini dikeroyok tiga oleh Bun Sam, Thian Giak dan
Lan Giok! Akan tetapi, tiga orang muda ini tentu saja
masih belum dapat melawan Pat jiu Giam ong yang
menjadi seorang diantara tokoh besar dunia persilatan,
seorang berilmu tinggi yang tingkat kepandaiannya sudah
sejajar dengan guru guru anak anak ini! Dengan Pat kwa bi
ciang hwat yang di lakukan dengan pengerahan tenaga dan
kepandaian sepenuhnya, akhirnya ia berhasil mendorong
Bun Sam sampai roboh terguling guling beberapa tombak
jauhnya dan sebelum mereka mengetahui bagaimana
gerakan lawan tinggi besar ini, Thian Giok dan Lan Giok
tahu tahu telah dapat dipegang pergelangan lengannya dan
ketika keduanya berusaha memberontak, tekanan pada
pergelangan tandan mereka mengeras dan mereka merasa
lumpuh sama sekali!
Akan tetapi pada saat itu, berkelebat bayangan yang
seperti petir menyambar cepatnya dan Pat jiu Giam oag
merasa betapa tengkuknya diserang dengan hebat tekali dari
atas! Ia terpaksa melepaskan pegangannya pada tangan
kedua anak kembar itu dan cepat mengangkat tangan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menangkis pukulan yang hebat dan yang belum diketahui
betul dari siapa datangnya ini.
“Duk.... !” Dua pasang tenaga yang saling beradu dan
Pat jiu Giam ong terhuyung mundur sampai lima tindak!
Ketika ia memandang, tetapi yang menyerangnya adalah
seorang yang berwajah seperti setan dan yang sekali betot
saja telah membawa Lan Giok dan Thian Giok melompat
ke atas genteng.
“Mo bin Sio kun....!” bentak Pat jiu Giam ong marah.
Tadi ia sampai terhuyung lima tindak bukan karena ia kalah
kuat oleh Mo bin Sin kun, melainkan karena tadinya ia
tidak tahu siapa yang menyerangnya, maka agak
memandang rendah dan ketika menangkis tidak
mempergunakan seluruh tenaganya, sehingga ia sampai
terpental dan terhuyung mundur.
“Pat jiu Giam oag, kematian orang orangmu akulah
yang menyuruh murid muridku. Kalau kau penasaran, kau
boleh mencari aku ke puncak Sian hwa san!” Setelah
berkata demikian, sekali berkelebat, Mo bin Sin kun lenyap
dari pandangan mata.
“Mo bin Sin kun, orang sombong! Tunggu tiga tahun
lagi pasti kita akan bertemu!” Pat jo Giam ong
mengerahkan tenaga khikang dan menyusul dengan
suaranya yang keras dan tawar. Akan tetapi tidak ada
jawaban.
Sementara itu, Bun Sam lalu memimpin tangan
suhengnya dan sebelum ___ ia menjura kepada Pat jiu
Giam ong sambil berkata. “Aku yang muda sudah
menerima pelajaran dari Liem locianpwe, banyak terima
kasih!”
Pat jiu Giam ong memandang dangan geram. Pada saat
itu, Bucuci melompat dan menyerang Bun Sam sambil
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
berseru. “Anak setan, jangan mengharap akan dapat pergi
dan sini!” Bun Sam terkejut dan cepat mengelak, ia bersiap
sedia untuk melawan jika dikeroyok dan juga Yap Bouw
bersiap untuk bertempur mati matian. Akan tetapi terdengar
bentakan dari Liem goanswe dan semua orang menahan
serangannya.
“Melihat muka gurumu kau boleh pergi dari sini !”
katanya kepada Bun Sam, kemudian kepada Yap Bouw ia
berkata pula.”Dan kaut Jenderal Yap, biarlah kali ini kau
pergi dari sini. Akan tetapi lain kali kalau kita bertemu, aku
takkan dapat melepaskan engkau lagi, harus kutangkap
untuk dihadapkan kepada hongsiang (kaisar).”
Bun Sam menjura lagi dan menarik tangan Yap Bouw
yang mendelikkan matanya kepada Pat jiu Giam ong.
Keduanya lalu pergi dari situ dan kembal ke dalam kuil.
“Suheng, sekarang tak dapat tidak kau harus pergi ke
Sian hwa san menyusul isteri dan anak anakmu.”
Yap Bouw menggeleng gelengkan kepalanya dengan
tegas
“Suheng, Lan Giok dan Thian Giok sudah mengetahui
bahwa kau adalah ayah mereka dan apakah kkaukira
mereka tidak akan menceritakan hal ini kepada ibunya?
Kalau mereka sudah tahu bahwa kau masih hidup, akan
tetapi tidak mau menjumpai mereka, bukankah hal ini akan
menghancurkan perasaan mereka?”
Yap Bouw mengerutkan kening dan ia berpikir pikir
dengan keras. Akhirnya ia harus menyetujui pendapat
sutenya ini, maka ia memberitahukan dengan gerak jari
tangan bahwa ia akan mencoba, mendapatkan harta pusaka
itu, baru kemudian ia akan menyusul anak isterinya di
puncak Sian hwa san. Mereka lalu berunding dan
menetapkan untuk memasuki taman gedung Panglima
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Bucuci dua hari lagi setelah keadaan menjadi aman. Karena
mereka tidak dimusuhi oleh Pat jiu Giam ong, maka
mereka boleh merasa aman tinggal di kota raja.
“Ibu, katakan saja terus terang, bagaimanakah ayahku
meninggal dunia dan siapa pembunuhnya?” berulang ulang
pertanyaan ini diajukan oleh Sian Hwa kepada Tan Kui
Eng, isteri dari Panglima Bucuci.
“Sian Hwa, mengapa kau ingin membongkar dan
menggali perkara yang sudah lalu? Apakah kau tak merasa
puas hidup di dalam rumah ini? Kurang bagaimanakah ibu
dan ayahmu mencintai mu? Kian Hwa, pertanyaanmu itu
menghancurkan hatiku. Kalau kau memang berbakti
kepada ibumu, jangan kau menanyakan hal itu, nak!”
“Ibu, mengapa itu berkata demikian? Aku tahu bahwa
ayahku telah meninggal dunia, akan tetapi karena ibu
pernah menyatakan bahwa nyata dahulu adalah seorang
perwira, maka bukankah sudah menjadi hakku untuk
mengetahui siapa dia dan di mana makamnya? Ibu, kalau
ibu tidak memberitahukan hal ini, selamanya aku akan
merasa sengsara dan berduka.”
Kui Eng memeluk puterinya yang menangis sambil
merebahkan kepala di pangkuan ibunya.
“Sian Hwa, kau benar benar keras hari, seperti ayahmu
dahulu. Ketahuilah bahwa ayahmu dahulu adalah seorang
perwira, she Kui, seorang perwira gagah berani yang gugur
dalam pertempuran ketika terjadi perang. Kemudian setelah
pemerintah yang sekarang berdiri, ayah tirimu yang
sekarang mengambil ibumu sebagai isteri Nah, soal yang
begitu saja mengapa harus dipikirkan?”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Akan tetapi diam diam Sian Hwa dapat menduga bahwa
ibunya telah membobong. Ia tidak percaya kalau ayahnya
gugur dalam pertempuran biasa. Bukankah Ngo jiau eng
sudah mengaku bahwa Ngo jiauw eng Lui Hai Siong yang
membunuh ayahnya? Dan mengapa pula ayah tirinya
membunuh Ngo jiauw eng ketika mendengar orang
mengucapkan pengakuannya?
“Ibu, apakah sejak dahulu Ngo jiauw eng Lui Hai Siong
membantu ayah dalam barisan Ang bi tin?”
Mendengar disebutnya Ang bi tin, ibanya nampak
terkejut, akan tetapi ia lalu mengangguk.
“Apakah semenjak dahulu Ngo jiauw eng berkedudukan
di Tong seng kwan?” Kembali ibunya mengangguk. Sian
Hwa tidak melanjutkan pembicaraan itu, di dalam hatinya
mengambil keputusan yang kalau diutarakan kepada ibunya
mungkin akan membuat nyonya itu menjadi terkejut sekali.
Ayah tirinya sedang menerima tamu yang aneh, yakni
lima orang yang kelihatannya tidak menyenangkan.
Kemudian Sian Hwa mendengar bahwa mereka itu adalah
Sin beng Ngo hiap dan bahwa yang tertua diantara mereka,
yakni Bouw Ek Tosu adalah guru dari Ngo jiauw eng Lui
Hai Siong.Maka tertariklah hati gadis ini dan diam diam ia
mengintai dari balik pintu ketika ayah tiri nya sedang
barcakap cakap dengan lima orang itu.
Ia melihat Bouw Ek Tosu dalam keadaan marah benar.
“Kurang ajar sekali Mo bin Sin kun! dahulu dia telah
menghina kami dan sekarang bahkan berani membunuh
murid kami. Tentu saja kami takkan tinggal diam dan kami
akan mengejarnya ke Sian hwa san. Kematian muridku
harus dibelas !” Ucapan ini terdengar gagah berani, akan
tetapi tentu Sian Hwa dan juga Bucuci tidak tahu bahwa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
lima orang ini pernah dihajar jatuh bangun oleh Mo bin Sin
kun di dalam sebuah restoran.
Bucuci lalu menceritakan tentang kedatangan kedua
orang murid Mo bin Sin kun yang ketika hendak diungkap
oleh Pat jiu Giam ong, ditolong pula oleh Mo bin Sin kun.
Juga ia menceritakan betapa Mo bin Sin kun telah berjanji
hendak mengadu kepandaian tiga tahun kemudian di
puncak Gunung Kembang Dewa.
“Kalau begitu, kami takkan mendahului Liem goanwse,”
kata Bouw Ek Tosu. “Dan sekarang kami hendak
menyampaikan berita yang tentu akan membuat ciangkun
merasa heran, tetapi juga girang.”
“Berita apakah itu, totiang?” tanya Bucuci.
“Akan tetapi sebelumnya harap ciangkun suka berjanji
bahwa hasil daripada berita ini akan dibagi rata dan
ciangkun berhak mengambil seperenam bagian
bagaimana?” tanya Si Pacul Kilat Kui Hok, orang ke empat
dari Sin beng Ngo hiap yang terkenal cerdik.
“Berita apakah itu yang menghasilkan? Dan apa pula
hasilnya?” Bucuci bertanya dengan tertarik sambil
mengerutkan kening.
Bouw Ek Tosu tertawa. “Bucuci ciangkun, pendeknya
pinto dapat memastikan bahwa hasil dari perkara ini,
biarpun hanya seperenam bagian mu, cukup untuk
membuat ciangkun mendapatkan harta benda yang amat
besar harganya. Pendeknya kata kau tinggal berjanji saja,
ciangkun dan kami akan memberitahukan kepadamu.”
Bucuci makin tertarik. Siapa orangnya yang tidak mau
mendapat untung, apalagi kalau hanya dengan mendengar
pemberitahuan orang lain belaka? Ia lalu berjanji bahwa dia
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
akan suka menerima seperenam bagian dan akan
membantu usaha lima orang tamunya itu.
“Rahasia ini adalah tentang adanya harta terpendam
yang tak ternilai besarnya, ciangkun. Dan harta terpendam
itu berada di tempat ini.”
“Di simi?”
“Ya, di rumah ini, karena harta itu dahulu adalah
simpanan dari Jenderal Yap Bouw yang dahulu tinggal di
sini. Tempatnya adalah di taman bunga di belakang
gedungmu ini.”
Maka teringatlah Bucuci akan kunjungan pemuda yang
ternyata adalah sute dari Yap Bouw itu. Kemudian beramai
ramai, enam orang ini lalu membawa cangkul dan atas
petunjuk Bouw Ek Tosu, mereka menggali tanah di bawah
pohon yang liu dan mengeluarkan tiga peti yang penuh
dengan harta benda berupa emas dan permata! Itulah harta
pusaka yang dahulu disimpan oleh Yap Bouw. Bagaimana
Sin beng Ngo hiap dapat mengetahui akan ____ hal ini
memang tidak _____ .... dahulu mempunyai banyak sekali
hubungan dengan orang orang dari golongan hek to dan
akhirnya dengan cara kebetulan ia dapat mendengar tentang
rahasia ini dari seorang bekas pelayan Jenderal Yap Bouw
yang mengetahui penyimpanan harta pusaka itu oleh Yap
Bouw.
Sian Hwa yang melihat ini samua diam diam merasa
kasihan kepada bekas jenderal yang bernama Yap Bauw itu.
Ia tidak tahu mengapa bekas jenderal itu memiliki wajah
yang demikian menyeramkan seperti setan. Akan tetapi
wajah sutenya membuat hatinya selalu berdebar apabila ia
teringat kepada nya. Bun Sam, sungguh pemuda yang
tampan dan gagah, juga amat berani, ia merasa kagum
sekali kalau mengingat betapa untuk membela kawan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
kawannya, Bun Sam bahkan berani menghadapi Pat jiu
Giam ong gurunya!
Ketika ayahnya membagi bagi harta pusaka itu dengan
Sin beng Ngo hiap, ia mendengar bahwa Sin beng go hiap
hendak menjual benda benda berhanga itu ke kota Kaifeng
di mana terdapat banyak sekali pedagang bangsa asing dari
dunia barat, yang berani membeli mahal beada benda
berharga semacam itu.
Sejak peristiwa pembunuhan Ngo jiauw eng, seringkali
Sian Hwa nampak termenung dan berduka. Dua malam
berikutnya ia duduk di dalam kamarnya, sama sekali tak
dapat tidur biarpun waktu telah menjelang tengah malam.
Ia merasa amat gelisah dan tak tentu pikiran. Di hadapan
ibunya dua hari yang lalu ia telah mengambil keputusan
untuk menyelidiki keadaan mendiang ayahnya di kota Tong
seng kwan. Ia hendak menyelidiki keadaan Ngo jiauw eng
ketika masih menjadi pemimpin Ang bi tin. Siapa tahu
kalau kalau diantara keluarga atau kawan kawanNgo jiauw
eng ada yang mengetahui tentang rahasia pembunuhan
ayahnya yang telah diakui oleh Ngo jiauweng sendiri.
Malam itu hawa amat panas maka makin gelisahlah Sian
Hwa. Ingin sekali ia pergi ke Tong seng kwan untuk
melakukan penyelidikannya, akan tetapi ia takut kalau kala
ia akan menimbulkan kecurigaan di hati ayahnya. Besi kecil
lonjoag dari bagian kerincingan ayahnya yang
sesungguhnya merupakan perenggut nyawa Ngo jiauw eng,
masih disimpannya. Benda itulah yang menjadikan ia
penasaran dan hendak membongkar semua rahasia ini.
Sudah terang bahwa Ngo jiauw eng membunuh ayahnya
dan agaknya ayah tirinya tidak suka kalau hal ini diketahui
olehnya. Mengapa Ngo jiauw eng membunuh ayahnya dan
bagaimana? Dan mengapa Bucuci yang menjadi ayah
tirinya itu agaknya mempunyai hubungan dengan peristiwa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
ini? Dan ibunya.... mengapa pula ibunya sampai menjadi
isteri Panglima Bucuci dan agaknya ibunya tidak suku pula
bercerita tentang ayahnya? Semua pertanyaan ini mengaduk
pikiran Sian Hwa, membuatnya tergolak golek di atas
pembaringannya di dalam kamarnya yang telah gelap itu.
Akhirnya ia tidak dapat menahan kegerahannya dan sekali
melompat ia telah berada di dekat jendela kamarnya dan
tiba tiba dibukanya daun jendela kamarnya itu agar angin
dapat masuk ke dalam kamar.
Kamar gadis ini berada di bagian paling belakang
gedung, karena ini memang kehendak gadis itu sendiri, ia
menghendaki kamar yang langsung berada di pinggir taman
bunga agar ia mudah menikmati taman bunga itu, pula
kalau ingin melatih silat, hanya tinggal keluar saja dari
kamarnya. Ketika ia membuka daun jendela, cahaya bulan
memasuki jendelanya, diikuti oleh silirnya angin malam
yang nyaman.
Tiba tiba Sian Hwa menahan nafas dan urat urat
tubuhnya menegang, ia melihat bayangan yang cepat sekali
melompat ke dalam taman. Cepat gadis itu lalu menyambar
pedangnya yang diletakkan di dekat pembaringan, lalu
dengan amat hati hati ia melompat keluar dari jendela dan
menuju ke bagian taman dimana ia lihat bayangan tadi
berkelebat.
Karena ia yang menjadi pemilik taman dan setiap hari
bermain di tempat ini, maka ia sudah hafal sekali akan
keadaan di situ dan dapat menghampiri tempat itu tanpa
menerbitkan suara. Setelah dekat, ia mengintai dari balik
rumpun pohon bunga dan bukan main heran dan kagetnya
ketika ia melihat bahwa yang berada di bawah pohon Yang
liu adalah dua orang dan bukan lain ialah Bun Sam dan
Yap Bouw! Akan tetapi, ia segera ingat akan harta pusaka
yang dibongkar oleh ayahnya dan Sin beng Ngo hiap, maka
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
tahulah ia bahwa bekas jenderal ini datang tentu hendak
mencari harta simpanannya!
“Ji wi (tuan berdua) datang di taman orang mau
apakah?” Ia menegur sambil melompat keluar dari tempat
sembunyinya.
Bukan main kagetnya Yap Bauw dan Bun Sam. Yap
Bouw yang tidak mau mencari perkara dan keributan,
segera memberi tanda kepada sutenya untuk pergi dan ia
sendiri setelah menjura ke arah SianHwa, lalu melompat ke
atas tembok taman. Akan tetapi Bun Sam ketika melihat
gadis yang tak pernah dilupakannya itu, menjadi berdebar
hatinya dan berdiri menghadapinya bagaikan patung. Kalau
suhengnya melompat ke atas tembok ia bahkan melangkah
maju mendekati Sian Hwa, lalu menjura dengan hormat
ambil tersenyum ramah.
“Maaf sebanyak banyaknya, nona. Aku dan suhengku
kembali datang mengganggu di dalam tamanmu.”
“Kalian tentu datang umak mencari harta terpendam itu,
bukan?” secara langsung Sian Hwa bertanya dengan
suaranya yang halus, tetapi cukup mengejutkan Bun Sam.
Pemuda ini mengangkat muka memandang dengan
pandang mata menyelidik. Karena pada saat itu Sian Hwa
juga sedang menatapnya, maka dua pasang mata saling
pandang dan sinar mata mereka beradu lama. Akan tetapi
akhirnya Sian Hwa menundukkan mukanya dengan dada
berdebar. Ada sesuatu dalam pandang mata pemuda itu
yang membuatnya merasa malu dan tidak karuan rasanya.
“Nona, bagaimana kau bisa tahu?”
“Sin beng Ngo hiap yang datang membicarakan harta
pusaka itu dan kalau kau dan suhengmu datang untuk
mencari harta itu, kalian telah terlambat dua hari.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Sin beng Ngo hiap? Mereka datang?”
Sian Hwa mengangguk. “Ya, dua hari yang lalu mereka
datang dan telah membawa pergi harta terpendam itu. Kau
lihat sendiri, bukankah tanah itu masih kelihatan bekas
galian?” Nonn itu menunjuk ke bawah pohon yang liu.
“Dan ayahmu membiarkannya?”
Wajah Sian Hwa memerah. Biarpun kini semenjak
ayahnya membunuh Ngo jiauw eng, ada sesuatu ganjalan
di dalam hatinya terhadap ayah tirinya, namun ia tidak
suka membicarakan ayahnya dengan orang lain.
“Ayah tidak ada sangkut pautnya dengan urusan ini,”
katanya tegas sambil mencoba untuk melupakan bagian
seperenam yang diterima oleh ayahnya dari Sin beng Ngo
hiap.
Akan tetapi Bun Sam tidak merasa akan ketegasan
ucapan ini karena ia telah berpaling dan memanggil ke arah
tembok. “Suheng! Ke sinilah, ada berita penting!”
Maka berkelebatlah bayangan Yap Bouw dari atas
tembok dan kini si muka tengkotak ini berdiri di belakang
sutenya. Sian Hwa merasa ngeri melihat muka orang ini,
akan tetapi ia juga merasa amat kasihan kalau mengingat
betapa harta simpanan orang ini telah diambil oleh Sin beng
Ngo hiap dan ayah tirinya.
Dengan gerak jari tangannya, Bun Sam memberitahukan
kepada suhengnya tentang pengambilan harta terpendam
itu. Wajah Yap Bouw menjadi semakin buruk dan ia
melompat ke tempat di mana dahulu ia menanam hartanya.
Benar jaja, ketika ia membanting kakinya, tanah itu
menjadi berlobang, tanda bahwa tanah di situ masih empuk
bekas di gali orang, ia menggeleng gelengkan kepalanya
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dengan duka dan Bun Sam juga menarik napas panjang
sambil memandang ke arah suhengnya dengan kasihan.
Sian Hwa yang melihat pandangan mata Bun Sam ke
arah suhengnya ini, mejadi terharu.
“Aku tahu ke mana Sin beng Ngo hiap membawa harta
pusaka itu!” katanya tiba tiba. Bun Sam dan Yap Bouw
cepat menengok dan memandang tajam, Yap Bouw
menggerak gerakkan jari tangannya kepada Sian Hwa akan
tetapi tentu saja gadis itu tidak mengerti sama sekali apa
yang dikehendaki oleh orang itu. Bun Sam cepat
menterjemahkan pertanyaan Yap Bouw. “Nona yang baik,
tolonglah kau beri tahukan, kemana Sin beng Ngo hiap
membawa harta itu?”
“Dua hari yang lalu mereka datang mengambil harta itu
dan katanya mereka hendak menjual barang barang itu ke
kota Kaifeng.” Mendengar ucapan ini. Yap Bouw lalu
menjura kepadanya dan segera mengajak sutenya pergi, lalu
mendahului melompat keluar taman.
“Nona, kau sungguh berbudi halus dan berhati mulia.
Banyak terima kasih atas petunjukmu, nona. Aku amat....”
tiba tiba terdengar suara kerincingan dari dalam gedung itu
dan SianHwa segera berbisik. “Pergilah cepat….!”
Bun Sam mengangguk. “Belum habis bicaraku besok
malam aku akan datang lagj melanjutkannya!” Setelah
berkata demikian, sekali berkelebat telah berada di luar
taman menyusul suhengnya.
Sian Hwa berdiri termenung sampai lama, hati nya
serasa terbawa pergi oleh pemuda yang halus dan amat
menarik hatinya itu. Pemuda itu telah pergi, belum tentu
selama hidupnya akan bertemu lagi. Akan tetapi, Bua Sam
tadi berkata bahwa besok malam akan datang, betulkah?
Dan apa kehendaknya? Diam diam in merasa betapa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
mukanya menjadi hangat, tanda bahwa darahnya naik
semua ke mukanya dan dadanya menjadi makin berdebar.
Kemudian ia lalu berlari kembali ke kamar nya lalu tidur
nyenyak dengan bibirnya tersenyum manis.
Adapun Yap Bouw yang berlari kembali ke kuilnya, lalu
berunding dengan Bun Sam. Bekas jenderal ini mengambil
keputusan untuk mnuju langsung ke Kaifeng untuk
mencoba menyusul Sin beng Ngo hiap, kemudian dari
Kaifeng ia hendak terus menuju ke Sian hwa san untuk
menjumpai anak istermya. Kepada Bun Sam ia berpesan
agar sutenya ini memberitahukan segala hal ihwalnya
kepada Kim Kong Taisu guru mereka.
Bun Sam menyatakan persetujuannya dan malam hari
itu juga Yap Bouw berangkat menyusul ke Kaifeag Adapun
Bun Sam yang ditinggal pergi suhengnya, lalu
membaringkan tubuhnya di dalam kamar kuil itu sambil
membayangkan.... wajah Sian Hwa!
“Aku harus menjumpai dia sekali lagi sebelum kembali
ke Oei san!” Ia mengambil keputusan di dalam hatinya dan
malam itu iapua tidur nyenyak dengan bibir tersenyum
bahagia !
Pada keesokan harinya, baru saja matahari terbenamdan
malam menjelang datang, Bun Sam sudah ada di belakang
pagar tembok yang mengelilingi taman bunga di belakang
rumah Panglima Bucuci. Hatinya sudah ingin sekali
melompati pagar tembok dan mencari dara jelita yang telah
membetot sukmanya itu. bertemu muka dan bercakap
cakap. Akan tetapi keadaannya mencegahnya karena ia
maklum bahwa tempat ini tidak boleh dibuat main main.
Para pelnyan masih terdengar sibuk di belakang dan kalau
sampai hadirnya diketahui oleh Bucuci, tidak saja ia akan
mengalami serangan serangan lagi, bahkan mungkin sekali
ayah gadis itu akan timbul hati curiga dan akan mengira
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
puterinya berlaku yang bukan bukan. Ah, Bun Sam tidak
akan membikin gadis itu kena terfitnah.
“Sian Hwa ....” bisiknya berkali kali. Ia telah mendengar
nama gadis ini disebut oleh ayahnya. Sungguh nama yang
indah, sesuai dengan orangnya. Tiba tiba berkerut kening
pemuda ini. Ia berdiri di luar pagar tembok dengan tubuh
tak bergerak dan otaknya diperas mengingat ingat, serasa
pernah didengarnya nama Sian Hwa ini, akan tetapi entah
di mana. Serasa tidak asing nama Sian Hwa di dalam
pendengarannya, Sian Hwa. Di mana aku pernah mengenal
orang barnama Sian Hwa? Selamanya aku belum pernah
berkenalan dengan wanita, kecuali Lan Giok yaug belum
lama ini dijumpainya. Tak mungkin pula aku pernah
bertemu dengan dia....” demikianlah jalan pikiran Bun Sam
sambil berdiri melamun di dekat pagar tembok. Karena
tempat itu memang merupakan jalan kecil umum, maka ia
tidak khawatir kalau kalau akan dicurigai orang. Kemudian
ia menggerakkan kakinya lagi berjalan jalan ke sana ke mari
di luar pagar sambil menanti sampai malam agak larut dan
sampai suara suara pelayan di belakang pagar tembok itu
menghilang.
Padu saat ia hendak melompati pagar tembok itu, tiba
tiba ia melihat bayangan orang berkelebat dengan gerakan
yang luar biasa cepatnya, melompati pagar tembok taman
itu di bagian lain. Bun Sam terkejut dan cepat barsembunyi
sambil memandang ke arah bayangan orang itu. Ia
mendapat kenyataan bahwa bayangan itu ternyata adalah
Liem Swee pemuda tampan dan gagah yang kemarin
datang bersama Pat jiu Giam ong Liem Po Cwan! Biarpun
Bun Sam belum tahu siapa adanya pemuda tampan itu,
namun karena melihat kemarin datang bersama Pat jiu
Giam ong, ia dapat menduga bahwa tentu pemuda itu
mempunyai hubungan baik dengan keluanga Bucuci. Akan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
tetapi mengapa pemuda itu juga datang melalui pagar
tembok seperti seorang asing? Diam diam dia menjadi
tertarik, akan tetapi ia tidak berani segera menyusul karena
maklum bahwa pemuda itu berkepandaian tinggi dan tentu
akan dapat melihatnya. Ia tidak ingin siapapun juga melihat
dia memasuki taman itu, bukan karena takut, akan tetapi
karena ia ingin dapat berjumpa dengan gadis pujaan
kalbunya dan juga ia tidak ingin menyeret Sian Hwa dalam
kecemaran nama sebagai seorang gadis puteri panglima
yang gagah dan berwatak baik dan bersih.
Setelah menanti agak lama, barulah ia melompat dengan
gerakan hati hati sekali ke atas terobok di sudut yang sunyi,
kemudian melompat ke dalam. Diantara semak semak dan
pohon pohon ia menyelinap dan menghampiri tengah
taman di mana terdapat empang teratai dan pohon yang liu
yang indah itu.
Dengan amat heran terhadap diri dan hati sendiri, Bun
Sam merasa betapa panas dan tidak senangnya hatinya
ketik ia melihat pemandangan yang nampak olehnya di
bawah pohon yang liu itu. Seperti dulu ketika pertama kali
ia melihat Sian Hwa di taman ini, kini gadis itupun duduk
di dekat empang teratai di atas bangku batu terukir indah.
Dan di depan gadis itu duduk seorang pemuda gagah dan
tampan yakni pemuda yang tadi mendahuluinya melompat
ke dalam taman. Biarpun Bun Sam sudah merasa betapa ia
amat suka dan tertarik kepada gadis cantik penghuni taman
itu, namun ia menjadi terheran heran dan sungguh sungguh
tidak mengerti mengapa pada saat ia melihat dua orang itu
duduk berhadapan dan bercakap cakap, ia merasa hatinya
berdetak detak aneh, dan amat tidak enak dan dadanya
terasa panas yang naik cepat ke arah muka dan telinganya
ia tidak tahu bahwa inilah perasaan cemburu yang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
merupakan sebuah cabang daripada pohon cinta yang telah
tumbuh di dalam lubuk hatinya.
Bun Sam tahu bahwa mendengar pembicaraan orang
dengan sembunyi sembunyi tanpa ada alasannya adalah
perbuatan yang amat tidak patut dilakukan oleh seorang
gagah. Akan tetapi, perasaan cemburu membuat pemuda
itu lupa akan kepatutan lagi. Dengan hati hati sekali ia
menghampiri tempat dua orang itu bercakap cakap dan
bersembunyi di balik pohon lalu mengintai dan
mendengarkan percakapan mereka.
“Hwa moi, melihat engkau di dalam taman bunga ini,
dikelilingi bunga bunga indah dan pemandangan yang
menawan hati, sungguh membikin aku merasa seakan akan
aku berada di surga bersama seorang bidadari. Alangkah
cantik dan manisnya engkau, Hwa moi,” kata Liem Swee
dengan suara merayu, suara yang mengandung bujuk dan
cumbu, yang membuat hati Bun Sam menjudi makin panas.
“Suheng (kakak seperguraan), jangan kau berkata begitu,
terdengar kurang sopan dan tidak.. pantas,” jawab Sian
Hwa dengan suara kaku.
“Eh, Hwa moi, mengapa kau masih saja menyebut
suheng kepadaku? Tidak sedap didengar dan....”
“Mengapa tidak? Bukankah aku murid ayahmu dan
ayahmu menjadi gurumu pula?”
“Benar, akan tetapi selelah kita ditunangkan aku tidak
menyebutmu sumoi (adik seperguruan) lagi. Aku lebih suka
menyebut moi moi dan kau seharusnya menyebut koko
kepadaku.”
“Ah, sudahlah, suheng. Jangan main main. Bertunangan
belum berarti ikatan jodoh yang sudah sah dan pula......”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
He.... ?!? Apa pula kau bilang Hwa moi? Bukankah kita
sudah menjadi tunangan dan menjadi calon suami isteri?”
Mendengar disebutnya ucapan suami isteri ini merahlah
seluruh muka Sian Hwa, semerah warna bajunya. Merah
karena jengah, malu dan marah.
“Harus kau ingat bahwa pertunangan ini adalah
kehendak kedua orang tua kita, bukan kehendak kau
sendiri.”
“Salah,”! Liem Swee memotong cepat. “Akupun
menghendaki hal ini diadakan, bahkan menghendaki
dengan sangat. Akulah yang mendesak ayah untuk
meminangmu. Aku cinta kepadamu, Hwa moi dan kau
tahu benar akan hal ini.”
“Sudahlah, suheng, jangan bicara tentang hal ini.
Betapapun juga aku masih bebas, aku tidak sudi diikat oleh
pertalian apapuu juga. Dan malam ini aku tak suka
bercakap cakap, harap kau tinggalkan aku seorang diri. Aku
hendak melatih siu lian (samadhi) di taman ini, jangan kau
menggangguku.”
Tiba tiba Liem Swee gelak tertawa. “Ha, ha, ha, aku
tahu, adikku yang manis! Sudah selayaknya kalau kau
mempunyai rasa malu malu ha, ha. ha, tidak apalah
tunanganku yang tercinta. Kelak kalau kita sudah menjadi
suami isteri, tentu....”
“Sudah, suheng ! Aku tidak suka mendengarkan lagi.
Pergilah, jangan sampai kau membikin aku marah! Tidak
baik kalau terlihat oleh pelayan bahwa kau mengunjungi
aku dengan cara sembunyi.”
Liem Swee tersenyum senyum lalu berdiri, ia
membungkuk dan memegang tangan SianHwa.
“Alangkah halus kulit tanganmu, Hwa moi ....”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Akan tetapi dengan cepat Sian Hwa mereng gutkan
tangannya sehingga terlepas dari genggaman Liem Swee.
“Suheng, jangan kau menggangu aku lebih lama lagi.
Pergilah!” Kini gadis ini berdiri menghadapi Liem Swee
dan sepasang matanya yang berkilat itu membuai Liem
Swee mundur dua tindak dan maklum bahwa kali ini
tunangannya yang galak ini benar benar marah sekali, ia
dapat melihat gelagat lalu tersenyumdan menjura.
“Baiklah, tunanganku yang mulia dan terhormat, aku
mentaati perintahmu. Biar aku akan segera tidur dan
menjumpaimu di dalam mimpi, di sana aku dapat
menyatakan isi hatiku lebih leluasa kepadamu, karena di
dalam mimpi kau tidak segalak ini. Selamat malam !”
Setelah berkata demikian, kembali pemuda yang tampan
dan gagah akan tetapi yang mempunyai suara ketawa besar
dan menyeramkan itu, menggerakkan tubuhnya dan sekali
berkelebat ia telah menghilang di balik tembok taman.
Bun Sam memuji kehebatan ginkang pemuda itu yang
agaknya tidak berada di sebelah bawah tingkat
kepandaiannya sendiri, ia memandang ke arah gadis yang
kini berada seorang diri di dalam taman itu. Sian Hwa
dudak termenung, tidak bergerak bagaikan sebuah patung
batu yang indah. Gadis itu memandangi ikan ikan yang
berenang riang gembira berkejar kejaran di dalam empang
teratai. Kadang kadang nampak kulit perut ikan yang putih
mengkilat timbul di permukaan air ketika seekor ikan
melompat lincah.
Sian Hwa menggerakkan tubuhnya seakan akan
semangatnya baru kembali ke dalam tubuh setelah
mengarungi angkasa luas. Ia memandang ke sana ke mari
dengan sepasang matanya yang amat tajam dan bening,
kemudian seperti seorang yang mengharap harap ia melihat
sambil memutar tubuhnya ke arah dinding tembok taman.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Ketika dilihatnya keadaan di sekeliling tempat itu sunyi sepi
belaka, ia lalu menundukkan mukanya dan menarik napas
panjang beberapa kali.
“Mana dia mau datang ..??” bibirnya berbisik perlahan,
kemudian ia menjatuhkan diri duduk kembali di atas batu
di dekat empang teratai. Kesedihan besar meliputi hati dan
pikirannya, ia selalu menghadapi kekecewaan di dalam
hidupnya yang baru terasa olehnya setelah ia meninggalkan
kanak kanak, ia tidak tahu siapa ayahnya dan bagaimana
ayahnya itu tewas serta di mana pula makamnya. Ibunya
tak pernah mau berterus terang tentang ayahnya dan hal ini
sudah menimbulkan kesedihan besar di dalam hatinya, ia
amat cinta kepada ibunya dan ia tidak ingin timbul pikiran
tidak baik atau kurang percaya kepada ibunya. Akan tetapi,
tak dapat disangkal pula, pada waktu ini ia tidak percaya
lagi kepada ibunya! Bahkan timbul dugaan sesuatu yang ia
tidak tahu apa sesungguhnya, akan tetapi yang sudah nyata
mulai menduga bahwa setidaknya ibunya termasuk sebuah
komplotan yakni komplotan yang memegang teguh
semacam rahasia, dan yang hendak menjauhkan dia
daripada keadaasebenanarnya dari pada dirinya! Kernudian
tejadi peristiwa pembunuhan Ngo jiauw eng dan hanya dia
seorang _____ Ngo jiauw eng _____ Bucuci. Apakah arti
nya ini semua? Sebelum mati, Ngo jiauw eng hendak
mengaku bahwa dialah pembunuh ayahnya, akan tetapi
pengakuan ini dihalangi oleh Bucuci yang tidak segan segan
menuruakan tangan maut membunuh Ngo jiauw eng yang
menjadi tangan kanannya sendiri! Pasti ada apa apanya di
dalam persoalan ini dan inilah yang merupakan gangguan
hebat dalam hati dan pikiran Sian Hwa. Kemudian masih
ada lagi, yaitu pertunangannya dengan Liem Swee,
pertunangan yang tidak ia inginkan sama sekali.
Pertunangan ini tahu tahu sudah jadi berita saja, dijadikan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
oleh orang tua mereka dan sebagaaimana dinyatakan oleh
Liem Swee tadi, juga atas persetujuan pemuda itu!
Sian Hwa menghela napas panjang, ia tahu bahwa Liem
Swee mencintainya hal ini sudah dapat diduga semenjak
mereka berdua masih kecil. Ia tidak dapat mencintai Liem
Swee sebagai seorang gadis mencintai seorang pemuda.
Memang ia suka kepada suhengnya ini, akan tetapi rasa
suka nya hanya seperti hubungan saudara saja. Liem Swee
amat baik terhadap dia, amat ramah dan halus budi. Akan
tetapi, ia tidak cinta kepada pemuda itu dan menganggap
Liem Swee mempunyai hati yang kejam. Pernah ia melihat
pemuda memukul mati seekor anjing yang bagus, hanya
karena anjing itu menggonggong kepadanya! Dan ia telah
menjadi marah sekali kepada suhengnya itu.
Merenungkan pemuda itu, tiba tiba timbul bayangan
seorang pemuda lain, seorang pemuda asing sama sekali
___ yang baru saja dijumpai nya dua kali. Mengenangkan
pemuda ini tiba tiba Sian Hwa merasa dadanya berdebar
aneh dan mukanya menjadi merah. Entah mengapa, itu
merasa tertarik sekali oleh pemuda itu. Alangkah gagah
beraninya pemuda itu, juga amat halus budi pekertinya.
Dan malam hari ini, ia sengaja menanti di dalam taman
karena mendengar janji pemuda itu kemarin malam bahw
malam ini pemuda itu hendak datang menjumpainya! Sian
Hwa merasa heran terhadap dirinya sendiri, ingin ia marah
kepada dirinya sendiri yang amat lemah. Belum pernah
selama hidupnya ia merasai perasaan seperti ini, perasaan
yang membuatnya menjadi bingung. Akan tetapi diam diam
ia mendapat harapan baru seakan akan kalau tadinya ia
merasa berada di dalam srbuah ruangan yang gelap karena
semua kekecewaan itu, dalam diri pemuda asing ini ia
melihat perangan baru!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Selamat malam, nona.” Suara ini demikian halus, suara
yang sudah dikenalnya baik, bahkan yang kumandangnya
tak pernah meninggalkan telingnya. Cepat ia menengok dan
memandang kepada Bun Sam yang sudah berdiri di
hadapannya sambil tersenyum ramah.
Untuk sesaat wajah gadis yang cantik itu menjadi pucat
sekali. Memang semenjak tadi, sebelum Liem Swee datang
mengganggunya, ia telah sengaja duduk di situ menanti
kalau kalau pemuda ini memenuhi janjinya hendak datang
malam ini. Ia telah mengharap harapkan kedatangan
pemuda ini dengan perasaan yang aneh sekali. Kemudian
melihat kedatangan Liem Swee ia menjadi marah dan juga
kecewa karena yang ditunggu tunggu dan diharap harapkan
kedatangannya tidak muncul, sebaliknya yang muncul
adalah orang lain yang tidak diharapkannya. Akan tetapi ia
tetap menanti dan biarpun sudah disangkanya Bun Sam
akan datang, kini tiba tiba melihat pemuda ini, ia menjadi
terkejut dan gugup. Warna pucat pada mukanya perlahan
lahan berubah menjadi merah lagi, akan tetapi bukan merah
biasa seperti tadi, melaiakan merah sampai ke telinganya
dan ia tidak berani terlalu lama memandang muka pemuda
yang tersenyum itu.
“Mengapa.... mengapa kau datang.... ?” suara ini keluar
perlahan dan halus dan bibirnya, sedangkan mukanya
menunduk memandang tanah.
“Mengapa?” Bun Sam mengulang. “Tak lain hendak
menyampaikan hormat dan terima kasihku atas segala
kebaikan hatimu terhadap aku dan suheng, nona.Tak
kusangka sama sekali bahwa di kota ini, justeru di dalam
taman bunga dari Panglima Bucuci aku akan menjumpai
seorang gadis berhati mulia dan berkepandaian tinggi
seperti kau.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Sian Hwa mengangkat kepalanya memandang. Untuk
sejenak dua pasang mata bertemu dan kedua nya
merasakan sesuatu yang aneh sekali menggelora di dalam
dada masing masing sesuatu yang membuat darah mereka
berdenyut cepat, yang membuat tubuh terasa hangat dan
hati ingin bernyanyi gembira. Mata menjadi terang dan
segala yang nampak kelihatan lebih indah daripada
biasanya. Telinga mendengar suara nyanyi merdu yang
ditimbulkan oleh daun tertiup angin malam!
Akan tetapi Sian Hwa tidak daput menahan rasa jengah
dan malunya, maka ia menundukkan mukanya lagi. Timbul
rasa sedih di dalam hatinya ketika Bun Sam mengucapkan
kata kata itu. Pemuda ini menganggapnya sebagai puteri
Bucuci, padahal sesungguhnya bukan demikian. Ingin ia
menyatakan kepada Bun Sam bahwa dia bukan puteri
panglima Kin ini, akan tatapi apa gunanya? Dan pula ia
merasa malu.
“Tidak ada sesuatu yang harus dinyatakan terima
kasih,” katanya perlahan. “Dan pula,” disambungnya cepat
cepat karena ia teringat bahwa sesungguhnya tidak pantas
bagi seorang gadis sopan untuk bicara dengan seorang
pemuda asing di dalam taman bunga. “Mengapa kau
datang di sini? Kalau ada orang melihatmu.... kalau.... ayah
mengetahui, bukankah kau akan celaka?”
Bun Sam tersenyum. “Terima kasih, nona Sian Hwa” ia
menjura memberi hormat. Terima kasih bahwa kau telah
menaruh perhatian dan kekhawatiran atas diriku yang hina
dan bodoh ini. Biarlah, kalau sampai ayahmu melihatku
dan memberi hukuman, aku tidak merasa menyesal setelah
dapat bertemu dan berbicara dengan seorang seperti
engkau.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan pemuda ini, makin tidak karuan rasa
hati Sian Hwa. Ia merasa girang, bangga, malu dan juga
berduka.
“Pergilah kau dari ini, jangan gangga aku .... kau seorang
murid dari Kim Kong Taisu, mengapa berani memasuki
taman dan bertemu dengan seorang gadis sopan? Apakah
ini tidak melanggar kesopanan dan kesusilaan?”
“Maaf nona, memang aku terlalu kurang ajar berani
sekali mengganggumu. Akan tetapi, kenekatanku ini
terdorong oleh rasa hatiku yang ingin bersahabat
denganmu. Tidak maukah kau menjadi sahabatku, sahabat
yang akan kukenang selama hidupku?”
“Jangan kau bilang begitu,” gadis itu menjawab lemah.
“Kita terpisah terlalu jauh untuk menjadi sahabat. Kau
harus ingat, aku puteri Panglima Bucuci dau kau... kau
bahkan pernah bentrok dan bertempur melawan ayahku.
Bahkan melawan guruku. Kita telah ditakdirkan lahir di
tempat yang jauh berbeda, sudahlah, harap kau pergi dan
mari kita melupakan pertemuan kita. Kalau sampai ayah
mengetahui kedatanganmu malam ini....”
Bun Sam menarik napas panjang. “Untuk menjadi
sahabatnya saja aku masih kurang cukup berharga….”
katanya seperti kepada dirinya sendiri. “Dia terlalu agung,
terlalu cantik, terlalu pandai dan puteri seorang panglima
pula. Dan aku.... ?? Bun Sam, kau harus tahu diri, kau
seorang kelana yang miskin, lebih daripada pengemis
jembel, seorang yatim piatu. Sungjah harus malu!” Sambil
berkata demikian, Bun Sam benar benar merasa amat
berduka dan wajahnya yang tampan menjadi pucat.
Sian Hwa mengangkat mukanya. “Mengapa kau
mengeluarkan kata kata seperti itu? Aku selama nya tidak
pernah berwatak sombong dan tinggi. Aku hanya
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
mengemukakan kenyataan tentang perbedaan keadaan dan
kehidupan kita. Aku sendiri.... aku. ..” Sian Hwa memaksa
diri menelan kembali kata katanya ini karena hampir saja ia
membuka rahasianya sendiri bahwa dia pun seorang yang
tak berayah pula.
Bun Sm tersenyum pahit. “Nona, memang aku yang
bodoh. Bagaikan seekor anjing merindukan bulan
menggonggong dengan sia sia. Bagaimana pemuda seperti
aku dapat menjadi sahabatmu? Ah, sudahlah ku tarik
kembali omonganku tadi nona. Aku hanya mengganggumu,
kau seorang yang mulia, yang berbahagia, bagaimana aku
berani mengganggu mu? Aku menghaturkan selamat atas
pertunanganmu dengan pemuda gagah she Liem itu putera
dari Pat jiu Giam ong. Selamat berbahagia dan selamat
tinggal, nona!” Setelah berkata demikian, Bun Sam
memutar tubuhnya dan hendak melompat keluar dari
tempat itu.
Akan tetapi, tiba tiba ia menahan kedua kakinya.
Salahkah pendengarannya? Tidak! Benar benar ia
mendengar isak tangis di belakangnya. Bun Sam cepat
memutar kembali tabuhnya dan memandang ke arah Sian
Hwa. Gadis itu telah menangis. Menangis sedih dengan
terisak isak dan menutup mukanya dengan ujung ikat
pinggang sutera barwarna kuning keemasan. Basah oleh air
mata ujung ikat pinggang itu dan kedua pundaknya
bergoyang goyang dalam sedu sedannya.
Bun Sam berdiri terpaku, kedua matanya terbuka lebar.
“Nona .... Sian Hwa .... kenapa kau?” Ia melangkah
maju mendekati nona itu. Akan tetapi Sian Hwa makin
tersedu sedu tangisnya.
Luluh hati Bun Sam yang tadi sudah mengeras. Tadinya
ia hendak mengeraskan hati dan hendak melupakan gadis
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
yang telah merampas kalbunya ini dengan anggapan bahwa
ia adalah seorang gadis bangsawan yang sombong, yang
mempunyai ayah hebat. Akan tetapi melihat gidis ini
menangis tersedu sedu, hancur luluh semua kekerasan yang
dibangun di dalam hatinya. Ia menjatuhkan diri berlutut di
depan Sian Hwa.
“Nona, jangan rarnangis. Ah, aku telah menyakiti
hatimu. Nona, cabutlah pedangmu dan penggal saja
leherku. Aku Song Bun Sam takkan melawan, takkan
mengelak. Aku telah menyinggung perasaanmu yang halus,
telah membuat kau berduka.”
Sian Hwa mengangkat mukanya dan dengan air mata
mengalir turun dari kedua matanya. Ia memandang kepada
pemuda itu. Ia merasa terharu sekali dan tak terasa pula ia
menyentuh pundak Bun Sam.
“Berdirilah, taihiap. Tak pantas bagi searang gagah
seperti engkau berlutut di depanku. Bangunlah, sikapmu ini
membuat aku merasa tak enak sekali.”
Bun Sam bangkit dan berkata dengan perlahan. “Nona
Sian Hwa, aku benar benar tadi tak sengaja berkata keras
kepadamu. Maafkanlah aku. Aku telah mendengar
percakapanmu dengan Liem Swee dan tahu pula bahwa
pertunangan itu tidak kau setujui dan dipaksakan
kepadamu. Namun aku masih menyakiti hatimu dengan
kata kata tadi. Ah, mengapakah aku menjadi seorang begini
gila? Aku sendiri tak dapat menguasai hati, pikiran
mulutku. Apakah yang terjadi dengan aku!”
Sian Hwa juga berdiri dan mereka berpandangan.Wajah
gadis itu masih basah oleh air matanya sendiri. “Jadi kau
sudah tahu? Kalau begitu tak perlu dibicarakan lagi. Kau
tahu, hidupku juga banyak menderita. Kau masih belum
mengetahui semuanya. Kalau kau tahu keadaanku, kau
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
akan tahu bahwa bukan hanya kau yang hidup menderita.
Mungkin aku lebih menderita daripadamu.”
“Nona, siapa yang berani mengganggumu? Apakah
pertunangan itu yang membuat kau merasa berduka? Kalau
perlu, aku akan pergi mencari dan menghajar pemuda she
Liem itu, agar dia membatalkan pertunangan paksaan ini!”
seru Bun Sam dengan suara sungguh sungguh, sehingga di
dalam hatinya, pemuda ini benar benar merasa heran
mengapa ia bisa berhal demikian ia merasa seakan akan
semua bicara dan sikapnya tadi tidak seperti dia sejati,
seakan akan ia melihat orang lain yang berperasaan lemah.
Ke mana perginya kekuatan batinnya? Mengapa ia menjadi
demikian lemah? Ia tidak tahu bahwa hati dan pikirannya
sedang berada di dalam genggaman dewa asmara yang luar
biasa hebat kekuasaannya. Betapapun gagah seorang
manusia, kalau sudah termasuk dalam cengkeraman
asmara, ia akan menjadi lemah tak berdaya!
“Song taihiap, dia adalah suhengku!”
“Lebih lebih seorang suheng sama dengan seorang
kakak, tidak boleh memaksa sumoinya untuk menjadi calon
isteri kalau sumoinya itu tidak suka!” Suara Bun Sam
makin mengeras tanda bahwa ia marah kepada Liem Swee.
“Hush, dia adalah putera tunggal dari Pat jiu Giam ong!”
kata Sian Hwa pula dan aneh sekali melihat sikap dan
pembelaan pemuda ini wajahnya yang tadi muram kini
menjadi berseri gembira, kedua matanya yang bening
seperti mata burung hong itu bersinar sinar ketika ia
memandang kepada Bun Sam.
“Aku tidak takut! Biar dia putera Pat jiu Giam ong, kalau
tidak benar sepak terjangnya, akan kulawan juga. Biar aku
mengadu nywa dangan Pat jiu Giam ong untuk
membelamu, nona!”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Hus.... jangan keras keras bicaramu!” Sian Hwa berisik
dan kini senyum manis sekali mulai membayang pada
bibirnya. “Kau baik hati dan gagah sekali, taihiap. Benar
benar aku kagum padamu.”
Mereka kembali saling memandang sampai lama tanpa
mengeluarkan kata kata, kemudian Sian Hwa
menundukkan mukanya dan berkata perlahan.
“Katakanlah, mengapa kau demikian mati matian hendak
membelaku?”
Ditanya demikian Bun Sam rnelengak dan menjadi
bingung bagaimana harus menjawabnya. Apalagi ketika
Sian Hwa yang tidak mendapat jawaban lalu mengangkat
muka memandangnya dengan mata penuh selidik.
“Karena.... karena.... . barangkali karena kau telah
bersikap baik kepadaku dan kepada suheng, karena kau....
kau berbeda, jauh dengan semua orang yang pernah
kujumpai.”
Sian Hwa tidak puas. “Hanya karena itu saja dan kau
lalu berani hendak mengorbaakan nyawa untukku ?”
Bun Sam merasa mukanya menjadi panas. Memang tadi
ia tidak mengaku terus terang. Kini didesak oleh Sian Hwa
dan melihat betapa pandangan mata nona itu seperti
menggodanya, tahulah ia bahwa Sian Hwa sudah mengerti
baik apa yang terkandung di dalam hatinya. Hal ini
mendatangkan keberaniannya.
“Terus terang saja, karena aku cinta kepada mu, Siao
Hwa !” Ucapan ini dikalnarkan dengan dada diangkat dan
kepala ditegakkan.
Kini Sian Hwa yang tersipu sipu mendengar pengakuan
sejujurnya ini. Mukanya menjadi merah lagi sampai ke
leher dan telinganya.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Kau ..... kau.... apa .?” hanya kata kata ini yang dapat
keluar dari mulutnya, seakan akan ia masih belum percaya
akan pengakuan pemuda itu.
“Aku cinta kepadamu!”
“Cinta.... ??” Kata kata ini sudah sering kali didengung
dengungkan oleh Liem Swee kepadanya, akan tetapi
sekarang mendengar kata kata ini diucapkan oleh Bun Sam,
terdengar bagaikan kata kata yang baru pertama kali
didengarnya selama hidupnya. Terdengar demikian halus,
suci dan merdu. Tanpa disadarinya Sian Hwa tertunduk
lagi di atas batu dan ia meramkan matanya!
Ketika ia merasa betapa kedua tangannya dipegang
orang, ia menjadi kaget dan membuka matanya. Ternyata
Bun Sam telah berlutut dan memegang kedua tangannya
itu. Hati Sian Hwa memberontak terhadap perbuatan Bun
Sam yang merangsang seluruh dirinya ini, terdorong oleh
kesadarannya yang tidak membenarkan seorang pemuda
memegang tangannya, akan tetapi perasaannya yang sudah
penuh dengan simpati dan kasih sayang terhadap Bun Sam,
membuat ia merasa lumpuh dan lemah. Betapapun juga,
dengan keseluruh tenaga batinnya, ia mengambil keputusan
bahwa kalau pemuda itu berlaku kurang sopan, ia akan
menghantamdan menyerangnya dengan pukulan maut !
Akan tetapi Bun San bukanlah pemuda macam itu. Ia
berlutut dan memegang kedua tangan gadis itu sekali kali
bukan terdorong oleh nafsu kurang ajar, melainkan karena
ia merasa khawatir kalau kalau gadis ini menderita pukulan
batin. Melihat wajah Sian Hwa yang tiba tiba pucat dan
gadis itu memeramkan matanya, ia buru buru memegang
kedua tangan gadis itu dan mengerahkan tenaga
lweekangnya untuk disalurkan melalui telapak tangan Sian
Hwa, maksudnya hanya untuk membantu gadis itu
memulihkan peredaran jalan darahnya belaka.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Sian Hwa tentu saja merasa betapa dari telapak tangan
pemuda ini mengalir hawa hangat yang kuat sekali,
membuat debaran jantungnya menjadi makin berdebar.
Karena ia tidak membutuhkan bantuan ini, maka kalau
dilanjutkan bahkan akan membahayakannya, maka ia lalu
membuka matanya dan tersenyum kepada Bun Sam.
Melihat hal ini, pemuda itu menjadi jengah sendiri dan
cepat menyimpan kembali tenaga yang disalurkannya, akan
tetapi dua pasang tangan saling belai penuh kasih sayang
yang tidak dinyatakan berterang.
“Sian Hwa.... ” bisik Bun Sam dan bukan main bahagia
rasa hatinya karena in mendapat kenyataan bahwa ia tidak
bertepuk sebelah tangan dan bahwa cintanya dibalas oleh
nona ini.
“Kau baik sekali, saudara Bun Sam....” kata gadis itu
dengan suara lembut dan pandangan mata mesra.
“Aku cinta kepadamu, Sian Hwa....” jawab Bun Sam
sebagai penolakan pujian itu atau dengan kata kata lain
hendak menyatakan bahwa kebaikannya itu hanya karena
ia mencintai Sian Hwa.
Dengan perlahan Sian Hwa menarik kedua tangannya
dari genggaman tangan Bun Sam. Lalu ia menrik napas
panjang dan berkata. “Bagaimana mungkin? Aku sudah
menjadi tunangan orang lain....” Kembali gadis ini menjadi
berduka dan menundukkan mukanya.
Mendengar ucapan yang mengingatkannya kembali
tentang keadaan gadis pujaannya, perih rasa hati Bun Sam.
Sebagai seorang pemuda yang menjunjung tinggi
kesopanan, tentu saja ia maklum bahwa tidak mungkin ia
berjodoh dengan seorang gadis yang sudah menjadi calon
isteri orang lain. Iapun lalu menundukkan mukanya dan
mengingat betapa ia tak mungkin berkumpul dengan orang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
yang dicintainya ini, dua titik air mata melompat keluar
dari kedua matanya. Ia menggigit bibirnya untuk menahan
kesedihan hatinya ini, agar jangan sampai ia menjadi
lemah.
Ketika Sian Hwa menengadah dan mdihat betapa
pemuda itu menjadi basah matanya, ia menjadi terharu
sekali. Terdorong oleh rasa haru dan cinta, ia lalu bangkit
berdiri dan memagang kedua tangan Bun Sam.
“Bun Sam.... memang tidak mungkin bagi kita untuk....
untuk menjadi jodoh di dunia ini.... akan tetapi pecayalah
selama hidup aku takkan sudi menjadi isteri orang lain?
Biar mereka memaksaku sampai mati, aku takkan suka
menjadi isteri suheng! Di dalam hatiku, hanya kaulah......
jodohku, Bun Sam dan kalau di dunia kita tidak berjodoh,
biarlah kita bertemu di alam baka..... atau di lain
penjelmaan!”
Naiklah sedu sedan dari leher Bun Sam ketika ia
mendengar ucapan yang baginya amat suci, mulia dan
mengharukan ini. Ia merangkul Sian Hwa dan untuk srsaat
keduanya tenggelam dalam keharuan.
Tiba tiba keduanya saling melepaskan pelukan ketika
mendengar suara ribut ribut di luar taman. Terdengar
keruan Bucuci.
“Sian Hwa, di mana kau?? Lekas keluar dan bantu
menangkap maling besar yang mencuri pedang pusaka dari
istana!” Nampak berkelebat banyak bayangan orang di luar
tembok taman dan terdengar bunyi kerincingan pakaian
perang Panglima Bucuci.
“Bun Sam, selamat berpisah. Inilah pertemuan terakhir
kita,” kata Sian Hwa sambil bersiap siap untuk melompat
keluar.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Ban Sam maklum akan maksud kata kata kekasihnya ini.
Sekali lagi ia menggenggam tangan kanan gadis itu, lalu
berkata dengan suara tenang karena ia telah berhasil
memhan perasaan hatinya. “Kau benar Sian Hwa. Kita tak
berdnya dan juga tidak boleh kita melanggar peraturan adat.
Selamat berpisah, ingatlah selalu bahwa Bun Sam hanya
dapat mercinta satu kali saja kepada seorang wanita, yakni
kepadamu !”
“Aku takkan dapat lupa kepadamu selama hidupku!”
jawab gadis itu.
Bun Sam lalu melompat dan menghilang di dalam gelap.
Sian Hwa melompat ke atas pagar tembok, akan tetapi tiba
ta muncul ayahnya yang datang datang terus menuding
serta membentaknya. “Siapa yang baru saja pergi tadi?
Ayoh bilang, siapa dia??”
“Aku tidak tahu, ayah!” jawab Sian Hwa dengan tenang,
karena betapapun juga, ia tak akan mengaku siapa adanya
pemuda tadi yang bayangannya mungkin terlihat oleh
Bucuci.
“Sian Hwa, bukankah kau anakku? Mengapa tidak
mengaku? Jangan jangan dialah malingnya yang mencuri
pedang Pek lek kiam dari istana kaisar!”
“Ayah.... !” Tiba tiba hati Sian Hwa menjadi panas dan
marah sekali mendengar kekasihnya dituduh mencuri
pedang pusaka.
“Hem, siapa tahu pencuri itu tadi berhasil memasuki
taman dan bersembunyi di sini. Dan kau....kau anakku
bahkan membantunya bersembunyi dan sekarang
membelanya!”
“Ayah jangan menuduh sembarangan saja!” gadis itu
berkata dan mendengar suara Sian Hwa mengandung
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
kemarahan besar serta mata anak ita bersinar sinar, Bucuci
menahan mulutnya. Akhir akhir ini ia melihat Sian Hwa
sering kali memandang kepadanya dengan mata
menakutkan.
“Sudahlah, kalau kau betul betul tidak tahu, mari lekas
membantuku mencari maling itu. Kau tahu pedang Pek lek
Kiam yang disimpan di dalam gedung pusaka istana kaisar,
telah diambil orang dan para penjaga tidak berdaya sama
sekali menghadapinya. Malingnya seorang kakek yang
menyeramkan dan seperti berotak miring, akan tetapi
kepandaiannya tinggi sekali.”
Diam diam Sian Hwa menjadi geli jua mendengar
penuturan ayahnya ini. Bagaimana ayah tirinya berani
menyangka Bun Sam yang menjadi malingnya? Bun Sam
bukan seorang kakek tua berwajah menyeramkan, sama
sekali bukan!
“Mari kita mencoba mengejar maling itu, ayah,” kata
Sian Hwa ketika melihat betapa kota raja menjadi gempar
dan setiap orang yang memiliki kepandaian tinggi telah
berada di atas genteng genteng rumah dan bayangan
bayangan gesit bersimpang siur.
Sian Hwa mempergunakan ginkangnya yang tinggi
untuk melompat ke atas genteng dan berlari memeriksa dan
melihat lihat kalau kalau ia akan berhadapan dengan
maling sakti itu. Ketika ia bertemu dengan para panglima
kerajaan yang melakukan pengejaran, ia mendengar bahwa
maling ini telah lenyap seakan akan memiliki kepandaian
menghilangkan diri dari pandang mata manusia!.
“Semua pintu gerbang telah di jaga rapat dan jalan keluar
tidak ada. Hampir semua rumah telah diperiksa teliti,
namun maling itu tidak nampak bayangannya. Ia
menghilang bersama pedang pusaka Pek lek kiam!” berkata
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
seorang panglima tua yang bertemu dengan Sian Hwa di
atas genteng.
Gadis ini menjadi heran mendengar akan kelihaian
maling itu dan diam diam iapun merasa khawatir akan
keselamatan Bun Sam kekasihnya. Pemuda itupun telah
terlihat oleh para panglima dan dianggap sebagai seorang
yang harus diawasi, karena pernah bertempur melawan Pat
jiu Giam ong. Kalau semua jalan keluar tertutup,
bagaimana Bun Sam akan dapat keluar dari kota raja tanpa
diganggu oleh para penjaga?
Tiba tiba ia melihat Liem Swee yang juga ikut mencari
dengan pedang di tangan. Biarpun ia pada saat seperti itu
tidak suka bicara dengan Liem Swee, suheng dan
tunangannya ini, akan tetapi karena ia ingin tahu lebih
banyak tentang maling itu ia lalu bertanya Kepada Liem
Swee apakah maling itu telah tertangkap.
“Siapa yang bisa menangkapnya!” kata Liem Swee
dengan wajah memperlihatkan kekecewaan..”Malingnya
adalah seorang siluman!”
Sian Hwa menjadi terkejut dan memandang heran.
Tadinya disangkanya bahwa Liem Swee bergurau, karena
pemuda ini memang suka bergurau. Akan tetapi, pemuda
itu nampak bersungguh sungguh dan pula setelah tadi
dikecewakan hatinya oleh Sian Hwa, agaknya tidak muduh
bagi Liem Swee untuk bergurau pada malam itu.
“Suheng, apakah artinya ucapanmu tadi? Seorang
siluman?” tanyanya tidak percaya.
Liem Swee mengangguk anggukkan kepalanya. “Ya,
seorang siluman. Kalau orang biasa saja, tak mungkin ia
terlepas dari ringkusan ayah.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Apa? Suhu telah turun tangan sendiri dan tidak berhasil
menangkapnya?” tanya Sian Hwa dengan hati amat
tertarik.
”Ya, ayah sudah bertemu dengan maling itu di atas
genteng istana. Aku yang menyertai ayah melihat betapa
maling itu berwajah menyeramkan dan pakaiannya
compang camping. Pedang Pek lek kiam dikempitnya dan
ia berlari cepat sekali. Ketika ayah menghadang, ia lalu
melawan. Akan tetapi mana ia bisa menang menghadapi
ayahku? Setelah bertempur lebih tiga puluh jurus ia tidak
kuat bertahan lagi lalu hendak melarikan diri. Aku hendak
maju, akan tetapi tidak boleh oleh ayah karena memang
penjahat itu lihai sekali. Dengan terjangan Siu eng na jiu
hwat, ayah berhasil meringkusnya, akan tetapi sungguh
hebat.Maling itu dapat melepaskan diri, entah dengan ilmu
apa, sehingga ayah sendiri berseru keras terheran heran.
Tahu tahu maling itu telah lari lagi dan biarpun dalam hal
ilmu silat ia kalah oleh ayah, namun larinya cepat sekali
dan sebentar saja menghilang di dalam gelap!”
Sian Hwa mendengar dengan terheran heran. Ia telah
mempelajari Sin eng na jiu hwat dan mengetahui akan
kehebatan ilmu lilai ini. Apalagi dimaiakan oleh gurunya,
siapakah orangnya yang dapat melepaskan dirinya dari
ringkusan gurunya ini? Benar benar maling yang hebat luar
biasa.
Pada saat itu, datang panglima Ang Seng Tong, kepala
Gi lim kun yang juga ikut meronda. Ketika melihat Liem
Swee dan Sian Hwa, ia lalu memberitahukan bahwa kedua
orang muda itu dicari oleh Pat jiu Giam ong dan diminta
datang pada malam hari itu juga.
Setelah Liem Swee dan Sian Hwa menghadap, Pat jiu
Giam ong yang kelihatan bersungguh sungguh itu lalu
berkata. “Mulai sekarang, kalian berdua harus belajar lebih
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
rajin lagi. Menurut dugaanku maling itu tentu ada
hubungannya dengan BuTek Kiam ong. Aku melihat
beberapa jurus ilmu silat Bu Tek Kiam ong ketika orang itu
bertempur dengan aku. Munculnya seorang kawan Bu Tek
Kiam ong menandakan bahwa, Bu Tek Kiam ong masih
hidup dan dia merupakan lawan yang paling kuat di antara
tokoh tokoh lain. Maka, berhati hatilah dan pergiatlah
latihan ilmu silat kalian Jangan mencari permusuhan,
karena kalian sudah tahu bahwa banyak sekali orang pandai
berkeliaran di daerah ini pada waktu sekarang.”
Demikianlah, seluruh kota raja geger karena pedang
pusaka milik kaisar telah dicuri orang dan tak seorangpun
berhasil menangkap pencurinya. Bahkan Tat jiu Giam ong
sendiri tidak berhasil membekuknya. Siapakah sebenarnya
pencuri yang sakti itu? Benarkah dugaan Pat jio Giam ong
bahwa orang itu mempunyai hubungan dengan Bu Tek
Kiam ong. Raja Pedang yang telah lama tidak muncul di
dunia ramai dan yang dianggap telah tewas tanpa ada orang
lain yang mengetahui itu? Untuk mengetahui dan
menjawab hal ini, marilah kita mengikut perjalanan Bun
Sam, karena secara kebetulatn sekali pemuda ini bertemu
dengan maling sakti yang oleh Liem Swee disebut siluman
itu.
Dengan hati amat berat, Bun Saw meninggalkan taman
bunga di mana kekasihnya berada. Ia tahu bahwa inilah
pertemuan dan juga sekaligus perpisahan yang terakhir ia
berjumpa dengan Sian Hwa, jatuh cinta, lantas dua hati
bertemu, akan tetapi bertemu hanya sekali saja untuk
selanjutnya berpisah. Harus berpisah, sungguhpun di dalam
batin mereka telah terjalin ikatan yang erat dan yang takkan
dapat dipisahkan oleh maut sekalipun. Pahit dan perih rasa
hati Bun Sam, pemuda remaja yang menjadi korban asmara
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
ini. Ia hendak pergi secepat mungkin, malam ini juga. Tak
tahan ia harus berada di kota raja, di mana kekasihnya
tinggal. Tak kuat hatinya memikirkan hatinya dekat dengan
Sian Hwa namun tidak mungkin menemuinya tak dapat
melihat wajah yang telah terukir di dalam hatinya itu, tak
dapat mendengarkan suara yang telah bergema selalu di
dalam anak telinganya.
Ia ingin pergi keluar dari kota raja malam itu juga dan
hendak melanjutkan perjalanan, pulang ke Oei san, tempat
tinggal suhunya, ia takkan turun gunung lagi, akan tinggal
saja bersama dengan suhunya di Oei san, menjadi pertapa
untuk mencari obat bagi batinnya yang terluka.
Ketika ia sedang berlari cepat sekali melalui wuwungan
rumah orang orang kota raja, ia melihat pula para panglima
berlari lari mengejar maling yang mencuri barang pusaka.
Bun Sam yang sedang semua dan melanjutkan
perjalanannya, memilih tempat sepi agar jangan bertemu
dengan para pengejar maling itu.
Tiba tiba ia melihat bayangan hitam berkelebat di
depannya, mendatang dari jurusan lain dan ketika ia
memandang, ternyata bahwa orang itu adalah seorang
kakek yang berwajah liar. Rambutnya awut awutan,
sebagian banyak menutup muka nya yang bewajah liar.
Cambang dan jenggotnya panjang tidak terpelihara, tumbuh
liar di seluruh mukanya. Pakaiannya serba hitam dan
compang camping, sama tidak terpelihara dengan rambut
dan cambang bauknya. Sepasang kakinya telanjang dan jari
jari kakinya besar besar. Yang amat menarik perhatian Bun
Sam adalah pedang bersarung emas yang dikempit di
bawah lengan kirinya. Tahulah ia bahwa orang inilah yang
mencuri pedang pusaka dari istana kaisar.
“Maling pedang, serahkan pedang itu kepadaku !” seru
Bun Sam sambil menghadang di depan orang itu. Biarpun
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
tidak memperdulikan urusan pencurian itu, namun darah
mudanya tidak mengizinkan ia berpeluk tangan saja setelah
secara kebetulan bertemu muka dengan maling yang aneh
ini!
Kakek ini memandangnya dengan mata berputar putar,
kemudian mengeluarkan suara ha ha. Bun Sam tercengang
melihat ini karena tahu bahwa kakek ini adalah orang gagu
seperti suhengnya. Iapun lalu menggerak gerakkan jari
tangannya membalas isarat pada kakek itu. Ia menyatakan
bahwa kakek itu telah melakukan pelanggaran besar
terhadap kaisar dan mengapa kakek itn mencuri sebuah
pedang. Kakek itu kembali mengeluarkan suara ha ha hu hu
dan dengan isarat jari tangan ia menyuruh Bun Sam pergi
dan jangan mencampuri urusannya. Akan tetapi, nyata
bahwa ia gembira melihat pemuda tampan di depannya ini
pandai “bicara” dalam bahasa gerak jari seperti seorang
gagu.
Melihat Bun Sam bersitegang tidak mau melepaskannya,
kakek itu menjadi marah dan tiba tiba ia mendorong
pemuda itu supaya minggir. Mana Bun Sam mau
diperlakukan begitu saja ? Ia cepat mengelak dan ketika
kakek itu hendak melompat pergi, ia lalu mengulur tangan
kanannya, menotok ke arah pundak kakek itu dengan
maksud merampas pedang.
Akan tetapi ia menjadi terkejut sekali. Dengan jelas ia
melihat betapa totokannya sudah berhasil tepat, akan tetapi
kakek itu tidak menjadi lumpuh, sebaliknya ia bahkan
merasa jari tangan nya merasa sakit! Bukan main!
Kalaupun kakek ini mengerti ilmu menutup jalan darah,
tidak nanti jari tangannya sampai merasa sakit. Hal ini
hanya menandakan bahwa lweekang dari kakek ini benar
benar tinggi sekali.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Sebaliknya, ketika kakek itu melihat pemuda ini
menyerangnya, lalu mengeluarkan suara marah dan secepat
kilat ia membalikkan tubuhnya, tidak jadi berlari dan
berbalik menyerang Bun Sam dengan ilmu pukulan yang
aneh dan dahsyat! Bun Sam terkejut sekali dan cepat ia lalu
mengelak dan melihat kakek itu terus mendesaknya dengan
pukulan bertubi tubi dan hebat sekali, ia segera mainkan
Ilmu Silat Thai lek Kim kong jiu, warisan dari suhunya,
yakni Kim Kong Taisu.
Si gagu ini menjadi terketjut sekali dan nampaknya
tercengang menyaksikan ilmu silat ini. Beberapa kali ia
mengeluarkan suara yang menyatakan keheranan dan
kekagetannya, kemudian dengan gembira ia menghadapi
Bun Sam dengan ilmu silat nya yang aneh. Ketika lengan
Bun Sam beradu dengan lengan kakek itu, pemuda ini
menjadi makin terkejut karena ia merasa tangannya seakan
akan bertemu dengan besi panas! Ia pernah mendengar dari
suhunya bahwa ada ilmu pukulan yang disebut Ang thiat
ciang (Tangan Besi Merah), akan tetapi karena ilmu
pukulan ini hanya dimiliki oleh seorang tokoh besar yang
sudah tidak ada lagi di dunia, maka mustahil kalau kini
kakek ini dapat memilikinya. Apakah ini tokoh yang sudah
lenyap dari dunia kang ouw itu? Tak mungkin, pikir Bun
Sam, karena tokoh itu yang disebut oleh suhunya sebagai
Raja Pedang, digambarkan oleh suhunya sebagai seorang
yang biarpun sederhana namun selalu berpakaian bersih
dan menjaga dirinya dengan baik.
Karena terdesak terus oleh ilmu pukulan lawannya yang
aneh dan sakti ini biarpun lawan nya hanya
mempergunakan tangan kanan saja karena tangan kirinya
untuk memegang pedang curiannya, Bun Sam lalu berseru
keras dan mengeluarkan ilmu pukulan Soan hong pek lek
jiu yang dipelajarinya dariMo bin Sin kun!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Jilid VIII
KEMBALI kakek gagu itu nampak terkejut dan
mengeluarkan seruan seruan orang gagu yang dikenal oleh
Bun Sam sebagai seruan kaget dari heran. Kemudian kakek
itu menjadi tambah bersemangat saja menghadapi Bun Sam
dan kegembiraannya memuncak. Bahkan kini mulai
tertawa tawa! Akan tetapi yang mengherankan Bun Sam,
pukulan Soan hong pek lek jiu agaknya juga tidak
“mempan” terhadap kakek yang lihai ini! Dan pada saat ia
mengeluarkan pukulan yang ke tujuh, tiba tiba kakek itu
menerima pukulan ini dengan dadanya, tanpa mengelak
atau menangkis, bahkan lalu mengulurkan tangan
kanannya menangkap Bun Sam!
Pukulan itu tepat mengenai dada kakek itu. Pukulan
Soan hong pek lek jiu benar benar hebat dan biarpun kakek
itu tenaga lweekangnya jauh melebihi Bun Sam namun ia
tak dapat, menahan pukulan ini dan terpental mundur
sampai tiga tindak! Kemudian ia batuk batuk tanda bahwa
biar pun tidak terluka berat namun pukulan ini “terasa”
juga olehnya dan dapat membobolkan benteng
pertahanannya yang kuat. Bun Sam sudah mulai merasa
girang, akan tetapi tiba tiba sekali, bagaikan seekor kera saja
gesitnya, kakek itu menubruk maju dan sebelum Bun Sam
dapat mengelak, ia telah disambar dan diringkus di dalam
pelukan kakek itu. Ia mencoba untuk memberontak, akan
tetapi makin keras ia berusaha, makin sakitlah tulang
tulangnya. Ia kaget sekali karena tidak disangkanya bahwa
kakek ini selain memiliki tenaga lweekang yang tinggi, juga
memiliki tenaga gwakang (tenaga otot) yang besar sekali.
Karena tahu bahwa kalau ia berkeras, kulit kulit
tubuhnya akan lecet dan tulang tulangnya akan remuk,
maka Bun Sam tidak berani berkutik lagi dan membiarkan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
saja dirinya dibawa berlari lari seperti terbang cepatnya oleh
kakek itu! Makin kagumlah Bun Sam ketika mendapat
kenyataan bahwa ilmu tari cepat dari kakek ini agaknya
tidak berada di bawah tingkat kepandaian suhunya sendiri!
Dalam keadaan tertotok dan payah karena lapar sekali,
Bun Sam dibawa pergi oleh sigagu itu sampai tiga hari tiga
malam. Kakek itu mendaki sebuah bukit yang penuh
dengan hutan liar. Gunung ini adalah Gunung Hek mo san
(Gunung Iblis Hitam) dan di puncak gunung yang belum
pernah dikunjungi orang lain ini terdapat sebuah gua yang
terkenal di dunia kangouw sebagai gua siluman. Pernah ada
beberapa orang kangouw yang iseng iseng mengunjungi
bukit dan gua ini, akan tetapi mereka lenyap tak
meninggalkan bekas, sehingga akhirnya tempat ini
merupakan tempat yang ditakuti orang dan tak ada lagi
orang gagah yang berani main main di tempat ini.
Ketika iba di depan sebuah gua yang besar dan hitam
gelap, kakek itu menurunkan Bun Sam di atas tanah,
memetik tiga butir buah yang kemerahan, melemparkan
buah itu kepada Bun Sam lalu membebaskan totokannya,
sehingga pemuda itu dapat bergerak lagi walaupun masih
lemah. Dengan isyarat tangannya, ia minta supaya Bun
Sam makan buah itu.
Pemuda ini tidak tahu buah apakah yang kemerahan itu
akan tetapi karena perutnya lapar sekali, ia lalu mencoba
menggigitnya. Alangkah girangnya ketika mendapat
kenyataan bahwa buah itu selain manis dan segar, juga
berbau harum. Sebentar saja habislah tiga butir buah itu dan
ia mendapatkan tenaganya kembali.
“Awas, jangan kau berani lari dari sini atau melakukan
sesuatu tanpa perintahku. Kalau melanggar, aku akan
membunuhmu.” Kakek itu bicara melalui gerak jari
tangannya.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Bun Sam memang amat tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tantang kakek ini, maka biarpun tidak diancam, ia
tidak berniat hendak pergi dari situ. Kakek ini terang sekali
adalah seorang yang sakti dan berkepandaian tinggi sekali,
maka kalau dapat bergaul dan dekat dengan dia dan dapat
memetik beberapa ilmu silat dari padanya, bukankah itu
baik sekali? Harus diakui bahwa watak kakek ini keras dan
buruk sekali, akan tetapi hal inipun dapat dhadapinya
dengan penuh kesabaran. Tidak percuma Bun Sam
semenjak kecil menjadi murid dari Kim Kong Taisu kalau
ia tidak dapat menguasai perasaan dan tidak memiliki
kesabaran yang besar sekali.
Setelah makan, kakek gagu itu lalu mengajaknya
memasuki gua yang hitam gelap itu.
“Di dalam ada seorang kakek lumpuh yang hendak
menciptakan ilmu pedang untukku. Kau jangan
mengganggunya dan jangan mengajak ia bicara di luar
kehendakku!” kembali kakek gagu ini mengancam dengan
gerak jari tangannya. Bun Sam hanya mengangguk, akan
tetapi hatinya berdebar tegang ketika ia melihat gerak jari
tangan kakek ini dan mengetahui maksudnya. Siapakah
kakek lumpuh yang berada di dalam gua?? Mendengar
bahwa kakek lumpuh itu hendak menciptakan ilmu pedang
ia menduga duga. Apakah kakak itu yang disebut oleh
suhunya sebagai Raja Pedang? Dan untuk inikah gerangan
kakek gagu itu mencuri pedang pusaka dari dalam istana
kaisar?
Gua itu selain luas dan gelap menghitam, juga ternyata
dalam sekali. Setelah meraba raba maju sampai kira kira
sepuluh tombak dalamnya, mereka berhadapan dengan
dinding batu karang. Kali ini diketahui oleh Bun Sam
dengan rabaan tangannya. Tiba tiba, entah bagaimana cara
membukanya, terbukalah sebuah pintu di dinding batu itu,
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
pintu yang hanya dapat dimasuki oleh tubuh satu orang
yang tidak terlalu gemuk. Kakek itu memberi isarat supnya
Bun Sam masuk lebih dulu, baru kemudian ia masuk di
belakang pemuda itu dan menutupkan pintu tanpa dilihat
oleh pemuda itu. Ketika Bun Sam mengerling, ia tidak
melihat lagi adanya pintu. Sungguh merupakan sebuah
pintu rahasia yang luar biasa sekali.
Mereka berjalan terus dan kini di ruang ini tidak gelap
seperti tadi, melainkan terang, mendapat penerangan
matahari yang bersinar turun melalui lobang lobang di
sebelah atas. Jalan berliku liku diapit oleh tebing batu
karang yang tingginya tak dapat diukur lagi, seakan akan
kedua tebing di kanan kiri itu menyundul langit!
Tak lama kemudian, tibalah mereka di sebuah ruangan
yang bersih dan luas dan di sudut ruangan itu terlihat oleh
Bun Sam seorang kakek yang sudah tua sekali duduk bersila
dan diam tak bergerak seperti orang sedang tidur atau
sebuah patung batu yang tak bergerak. Rambutnya yang
putih itu panjang sekali sampai menutupi kedua
pundaknya, terus bergantungan sampai di perutnya, ia
memakai pakaian putih yang nampak bersih sekali,
demikianpun di sekeliling tempat ia duduk, nampak bersih
sekali seakan akan setiap saat disapu dengan teliti. Kira kira
tiga tombak di sekelilingnya yang bersih, di luar itu agak
kotor karena daun daun kering yang melayang jatuh dari
atas kedua tebing. Di sebelah kiri dari kakek itu terdapat
buah keranjang besar yang berisi buah buahan kemerahan
seperti yang dimakan oleh Bun Sam tadi, sebanyak setengah
keranjang.
Melihat wajah kakek itu pucat dan nampaknya demikian
lemah, timbul hati kasihan dalam dada Bun Sam. Akan
tetapi kakek itu ternyata sama sekali tidak lemah karena
pendengarannya masih tajam sekali. Hal ini terbukti bahwa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
biarpun kakek gagu dan Bun Sam masuk tanpa
mengeluarkan suara sedikitpun dan biarpun kakek baju
putih itu tidak membuka matanya, ia telah mengetahui
kedatangannya itu. Ia bicara dengan suara halus.
‘Lo koai, apakah Pek lek kiam telah dapat kau bawa ke
sini? Dan tamu siapakah yang ikut datang bersamamu?”
Setelah berkata demikian, kakek baju putih itu membuka
matanya. Terkejutlah hati Bun Sam ketika ia melihat mata
kakek ini te lah buta. Biji matanya hanya kelihatan putih
saja sungguh mengerikan sekali.
Kakek gagu yang sebetulnya bernama atau mendapat
nama julukan Ah Lo koai (Setan Tua Gagu) ini tentu saja
tidak dapat menjawab dan juga tidak akan ada gunanya
kalau ia bicara dengan gerak jari tangan karena kakek baju
putih itu tidak dapat melihat. Maka ia lalu memberi tanda
dengan jari tangan kepada Bun Sam dan minta pemuda itu
menjadi “juru bahasa” menyampaikan jawabannya kepada
kakek buta itu. Sekarang tahulah Bun Sam bahwa ia diculik
untuk dijadikan juru bahasa. Akan tetapi dugaannya ini
sebetulnya tidak tepat betul. Ada maksud yang lain dan
yang lebih hebat lagi dari kakek gagu itu, maka ia
membawa Bun Sam ke tempat ini.
Setelah kakek gagu itu selesai bicara dengan gerak
tangan, Bun Sam menjadi makin terkejut dan heran karena
benar saja bahwa kekek buta ini bukan lain adalah Bu Tek
Kiam ong si Raja Pedang yang dulu sering disebut sebut
dan dipuji puji oleh suhunya, ia lalu menjatuhkan diri
berlutut di depan kakek sakti itu dan berkata untuk
menyampaikan jawaban si kakek gagu.
“Teccu yang bodoh bernama Song Bun Sam, dibawa
datang ke sini oleh Ah locianpwe (kakek gagah yang gagu).
Adapun Ah locianpwe telah berhasil mendapatkan pedang
Pek lek kiam. Ah locianpwe minta teecu menyampaikan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
kepada locianpwe bahwa ilmu pedang itu harus segara
diselesaikan dan diturunkan kepadanya, karena kalau tidak,
leher locianpwe dan leher teecu akan dipenggal dengan
pedang pusaka itu. Bun Sam menterjemahkan bahasa jari
tangan Ah Lokoai dan diam diam ia merasa heran sekali
mengapa ada terjadi perkara yang aneh ini antara Ah
Lokoai dan Bu Tek Kiam ong. Tentu saja ia hanya dapat
menduga duga dan tidak berani banyak bertanya, ia melihat
Ah Lokoai kembali menggerak gerakkan jari tangannya dan
kagetlah ia ketika mengerti akan maksud kakek gagu itu.
Akan tetapi melihat pandangan mata yang menyeramkan
dari kakek gagu yang agaknya berotak miring ini ia cepat
menyampaikannya kepada Bu Tek Kiam ong.
“Ah locianpwe memberi waktu tiga bulan kepada
locianpwe untuk menciptakan dan menyelesaikan ilmu
pedang yang tiada lawannya di dalam dunia kang ouw.
Lewat dari tiga bulan, locianpwe takkan dapat hidup lagi
dan bersama teecu akan dimasukkan ke dalam sumur ular
berbisa !”
Bu Tek Kiam ong tertawa geli mendengar ancaman
ancaman yang hebat ini. “Lokoai benar benar lucu.
Siapakah yang takut mati? Kalau bukan ingin meninggalkan
ilmu pedang yang akan merajai di seluruh dunia kang ouw,
siang siang aku sudah mengambil nyawaku sendiri dari
tubuh yang bobrok ini !”
Bun Sam melihat Ah Lokoai menggerak gerakkan jari
tangannya, maka ia cepat menterjemahkannya. “Ah
locianpwe bilang bahwa dia sudah banyak memelihara
locianpwe, mencarikan buah buahan. Kalau tidak ada dia,
locianpwe tentu mati kelaparan, maka sudah sepatutnya
kalau dia yang menerima warisan ilmu pedang itu.”
Kembali Bu tek Kiam ong gelak tertawa. “Ha, ha, ha,
sungguh Ah Lokoai seperti badut melawak.Mataku sempat
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
buta, perbuatan siapakah itu? Kedua kakiku sampai
lumpuh, kejahatan siapa pula itu? Apa artinya
dibandingkan dengan pemeliharaan selama lima tahun? Ha,
ha, sungguh lucu, aku memang hendak mencipta ilmu
pedang dengan pek lek kiam, akan tetapi ilmu pedang ini
akan dimiliki oleh seorang yang benar benar gagah dan
berbudi luhur.”
Mendengar ucapan ini, tiba tiba Ah Lokoai
mengeluarkan seruan keras yang menyeramkan sekali dan
ia lalu menubruk maju, menyerang Bu tek Kiam ong
dengan sebuah pukulan maut ke arah kepala kakek rambut
putih itu. Melihat hal ini, Bun Sam tentu saja tidak mau
berpeluk tangan saja. Pemuda ini dengan cepat pula lalu
menyambar maju dan dengan kedua tangannya ia
menangkis pukulan Ah Lokoai.
“Duk…!” Bun Sam terpental dua tombak lebih dan
tubuhnya tertumbuk pada dinding batu karang. Demikian
hebat tenaga raksasa yang keluar dari pukulan Ah Lokoai
tadi. Baiknya pemuda ini telah melatih dengan baik ilmu
lweekangnya, sehingga ia telah dapat menutup hawa dan
melindungi jalan darahnya maka biarpun adu tenaga itu
membuat kepalanya pening dan benturan dengan dinding
membuat kulitnya lecet lecet, namun ia tidak mengalami
luka di dalam tubuh. Namun ia untuk sementara tak dapat
bangkit lagi dan hanya rebah sambil memandang ke arah
Ah Lokoai. Kakek gagu ini tadi juga terdesak mundur
sampai dua tindak ketika lengannya terbentur dengan kedua
lengan Bun Sam. Kini ia tertawa tawa melihat Bun Sam
terlempar, kemudian dengan serentak ia lalu mengirim
pukulan lagi ke arah kepala Bu tek Kiam ong.
Bun Sam merasa ngeri karena mana bisa kepala kakek
yang lumpuh dan lemah itu menahan pukulan maut ini?
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Akan tetapi, ia sendiri masih merasa lemah dan sakit sakit
tubuhnya, sehingga tak berdaya menolong.
Akan tetapi, kakek buta itu sekarang menengok ke arah
Bun Sam dengan wajah berseri dan tanpa memperhatikan
serangan Ah Lokoai ia mengangkat tangan ke arah kakek
gagu sambil berseru. “Lokoai, tahan dulu! Aku tidak takut
mati, akan tetapi kalau aku sampai mati, siapa yang akan
mengajarmu ilmu pedang untuk menghadapi mereka?”
Mendengar seruan ini, Ah Lokoai menahan pukulannya
dan cepat menggerak gerakkan jari tangannya sambi
memandang ke arah Bun Sam, matanya mengeluarkan
perintah agar pemuda itu menyampaikan kata katanya
kepada Bu Tek Kiam ong.
“Si gagu bertanya, apakah locianpwe suka menurunkan
ilmu pedang itu kepadanya?” kata Bun Sam yang kini tidak
menyebut Ah locianpwe lagi kepada kakek gagu, melainkan
menyebut si gagu saja!
“Tentu, tentu,” Bu Tek Kiam ong berkata dan wajahnya
makin berseri girang. “Aku berjanji untuk mengajar ilmu
pedang kepadanya, akan tetapi harus diketahui bahwa ilmu
pedang yang hendak kuciptakan ini sedikitnya harus dilatih
selama tiga tahun! Dan satelah aku memberi janjiku, iapun
harus berjanji takkan mengganggu anak muda ini!”
Ah Lokoai menjadi girang dan mengangguk angguk puas
sambil menyeringai.
“Dia setuju, locianpwe!” kata Bun Sam.
Tanpa memperdulikan lagi kepada Ah Lokoai Bu Tek
Kiam ong lalu mengeluarkan tangannya ke arah Bun Sam
sambil berkata. “Anak muda kau majulah ke sini, biarkan
aku meraba muka dan tubuhmu !”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Dengan tubuh masih terasa sakit sakit, Bun Sam lalu
menghampiri kakek itu dan berlutut di depannya. Bu tek
Kiam ong lalu mengulurkan tangannya, meraba raba
kepala, muka, kedua lengan dan pundak Bun Sam sambil
mengangguk angguk puas. Semua ini dilihat oleh Ah
Lokoai dengan mata tajam. Ia memperhatikan betul betul
dan merasa khawatir kalau kalau kedua orang itu akan
membuat persekutuan diam diam. Akan tetapi Bu tek Kiam
ong tidak menyatakan sesuatu hanya bertanya.
“Anak muda, namamu Song Bun Sam? Bagus, sekarang
katakan, apakah kau tadi bukan melakukan gerakan dari
Kim kong pek lek jiu ketika menyambut pukulan Ah
Lokoai?”
Bun Sam terkejut sekali. Bagaimana seorang buta dapat
menduga gerakan pukulannya ketika ia menangkis pukulan
Ah Lokoai tadi?
“Benar, locianpwe, memang teecu adalah murid dari
Kim Kong Taisu.”
Pada saat itu Ah Lokoai menggerak gerakkan tangannya
dan Bun Sam berkata, “Si gagu memberitahukan bahwa
selain menjadi murid Kim Kong Taisu, teecu juga menjadi
murid dari Mo bin Sin kun. Hal ini memang ada betulnya,
karena teecu pernah menerima latihan ilmu pukulan dari
Mo bin Sin kun.”
Mendengar ucapan itu Bu tek Kiam ong menjadi makin
girang, ia menepuk nepuk pahanya dan berkata “Ah,
tahulah aku sekurang mengapa Lokoai membawamu ke
sini! Bagus, bagus agaknya Lokoai hendak berusaha benar
benar untuk mengalahkan Kim Kong Taisu dan Mo bin Sin
kun. Ha, ha, ha!” Kakek buta ini lalu tertawa terbahak
bahak seperti orang yang merasa geli dan juga gembira
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sekali dan tiada hentinya tangannya mengusap usap kepala
Bun Sam penuh kasih sayang.
Mendengar kata kata dan melihat sikap kakek ini, timbul
keheranan dan juga rasa simpati terhadap Bu tek Kiam ong
dalam hati Bun Sam.
“Locianpwe, bolehkah teecu mengetahui apakah
sebetulnya arti daripada semua ini! Mengapa Ah Lokoai
memusuhi suhu Kim Kong Taisu dan Mo bin Sin kun? Dan
mengapa pula locianpwe diharuskan menciptakan ilmu
pedang untuknya? Juga apakah hubungan pedang Pek lek
kiam dari istana dan kehadiran teecu di sini dengan
persoalan ini? Teecu merasa bingung sekali locianpwe dan
mohon penjelasan.”
Bu tek Kiam ong menarik napas panjang, lalu menjawab,
“Kalau Lokoai menyetujui, baru aku dapat menceritakan
semua kepadamu, Bun Sam.”
Bun Sam lalu berkata dengan gerak jari tangannya
kepada Ah Lokoai. “Aku telah kaupaksa ikut ke tempat ini
dan aku berada di dalam kekuasaanmu. Akan tetapi sebagai
orang ketiga di tempat asing ini, aku harus mengetahui
persoalannya. Kalau tidak, biar kau akan membunuhku,
aku takkan suka membantumu menjadi juru bahasa!”
Tadinya Ah Lokoai memandang marah sekali, akan
tetapi akhirnya ia memberikan persetujuan nya. Maka
dengan suara tenang dan nyata, berceriteralah Bu tek Kiam
ong dengan ringkas yang membuat Bun Sam menjadi
marah sekali kepada Ah Lokoai.
Menurut penuturan Bu tek Kiam ong, belasan tahun
yang lalu, bahkan kurang lebih duapuluh tahun yang lalu,
lima orang tokoh besar dunia persilatan yang disebut Lima
Besar, yakni Kim Kong Taisu, Lam hai Lo mo Seng Jin
Siansu, Pat jiu Giam ong Liem Po Coan, Mo bin Sin kun
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dan Bu Tek Kiam ong mengadakan perjanjian untuk
bertemu di puncak Thaisan untuk berdemontrasi ilmu silat
dan menentukan siapa yang memiliki kepandaian tertinggi
diantara mereka berlima.
Pertemuan antara Lima Besar yang dianggap sebagi
tokoh tokoh paling terkemuka di dunia persilatan tentu saja
menarik perhatian tokoh kang ouw dari semu penjuru. Oleh
karena itu, pada saat yang telah ditentukan, tidak saja Lima
Besar ini yang hadir di puncak Gunung Thaisan, bahkan
banyak sekali ciangbunjin (ketua) dan tokoh tokoh cabang
persilatan seperti Go bi pai, Kun lun pui, Hoa San pai, Bu
Tong pai dan Siauw lim pai juga memelukan hadir untuk
menyaksikan pertandingan persahabatan yang tentu saja
akan menarik sekali itu. Diantara mereka itu, semua
menyatakan setuju di dalam hati bahwa pertemuan ini
disebut pertemuan Lima Tokoh Terbesar, karena mereka
semua sudah maklum bahwa tingkat kepandaian orang
orang ini memang benar benar lebih tinggi daripada tingkat
kepandaian mereka.
Akan tetapi ada seorang tokoh aneh yang merasa
penasaran dan tidak puas dengan adanya sebutan Lima
Tokoh Terbesar itu karena ia merasa bahwa ilmu
kepandaiannya sendiri pun cukup tinggi dan ia tidak mau
kalah. Orang ini adalah seorang gagah yang semenjak kecil
telah menderita penyakit gagu dan nama nya lebih terkenal
dengan sebutan Ah Lokoai, seorang yang berkeliaran di
dunia kang ouw wilayah selatan. Memang untuk daerah
selatan, nama Ah Lokoai telah amat terkenal, tidak saja
karena ilmu kepandaiannya yang amat tinggi, akan tetapi
juga karena kegalakan dan keganasannya serta kegilaannya.
Ketika lima orang tokoh besar itu sudah berkumpul, tiba
tiba muncullah Ah Lokoai yang dengan suara ah ah uh uh
dan ha ha hu hu menyatakan pendapatnya bahwa di dalam
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
pibu itu ia harus dibawa pula untuk menetapkan siapa yang
lebih unggul. Pendeknya, dengan caranya sendiri ia
mengusulkan agar sebutan Lima Besar dirobah menjadi
Enam Besar.
Tokoh tokoh kang ouw yang berada di situ tak dapat
menahan ketawa mereka mendengar usulan ini. Ah Lokoai
yang melihat dirinya ditertawakan orang, menjadi marah
sekali dan ia menantang Lima Besar seorang demi seorang.
Untuk menjaga nama mereka, Lima Tokoh Terbesar
tentu saja menerima tantangan ini dan Lam hai Lo mo Seng
Jin Siansu yang berwatak jenaka itu bahkan menyatakan
bahwa kalau tidak dapat mengalahkan Ah Lokoai dalam
sepuluh jurus lebih baik mundur saja dan jangan menyebut
diri menjadi seorang diantara Lima Besar. Pendeknya,
kepandaian Ah Lokoai hendak dijadikan bahan ujian!
Majulah mereka seorang demi seorang menghadapi Ah
Lokoai dan benar saja. Ah Lokoai dijatuhkan lima kali oleh
Lima Besar itu dalam pertempuran kurang dari sepuluh
jurus! Riuh rendah sorak dan ejekan para tokoh kang ouw
yang dilontarkan kepada Ah Lokoai dan orang gagu ini
dengan perasaan malu sekali lalu meninggalkan puncak
Thai san. Kemudian ia dilupakan orang.
Tidak tahunya bahwa si gagu ini menanam bibit
kebencian dan dendam yang meluap luap. Ia
menyembunyikan dirinya dan melatih ilmu silat tinggi
sampai belasan tahun. Kemudian setelah merasa dirinya
kuat benar benar, ia lalu mencari Bu tek Kiam ong lagi
untuk menantang berkelahi !
Akhirnya, di kaki Gunung Hek mo san, ia dapat bertemu
dengan Bu tek Kiam ong yang sudah lama mengasingkan
diri di tempat sunyi ini, tidak mau mencampuri urusan
dunia ramai. Melihat kedatangan Ah Lokoai, BuTek Kiam
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
ong memberi nasehat nasehat, akan tetapi si gagu itu tetap
saja penasaran dan menantangnya untuk mengadu
kepandaian karena ia hendak menebus kekalahannya yang
dahulu belasan tahun yang lalu.
Bukan main ramainya pertempuran antara mereka. Ah
Lokoai benar benar telah mendapat kemajuan pesat sekali
dan ilmu, kepandaiannya jika dibandingkan dengan dulu
berbeda jauh sekali. Bu tek Kiam ong harus mengakui hal
ini dan kalau saja ia tidak mengandalkan permainan
pedangnya yang hebat luar biasa, agaknya dalam seratus
jurus belum tentu ia dapat merobohkan Ah Lokoai.
Namun, Bu tek Kiam ong dikenal sebagai Raja Pedang,
setelah ia memainkan pedang nya, akhirnya Ah Lokoai
terpaksa haus mengaku kalah untuk kedua kalinya terhadap
Raja Pedang ini. Ah Lokoai lalu menjatuhkan diri berlutut
dan mohon diterima menjadi murid, Bu tek Kiam ong
adalah seorang tua yang bertabiat sabar dan berbudi mulia.
Melihat keadaan Ah Lokoai, ia menaruh hati kasihan, ia
bukan tidak tahu bahwa Ah Lokoai adalah seorang yang
penderita penyakit jiwa, akan tetapi ia tidak tega untuk
menolak permohonan Ah Lokoai. Ia menyatakan bahwa ia
tidak akan menerima murid. Akan tetapi, ah Lokoai
mendesak bahwa ia rela penjadi bujang yang melayani
segala keperluan orang tua itu asal saja diberi pelajaran satu
dua macam ilmu silat!
Akhirnya Bu tek Kiam ong menerimanya dan
demikianlah semenjak hari itu Ah Lokoai tak pernah
berpisah dari Bu tek Kiam ong. Akan tetapi, tentu saja Raja
Pedang itu tidak mau menurunkan ilmu kepandaian yang
paling tinggi karena ia tahu bahwa ilmu kepandaian yang
jatuh dalam tangan orang gila seperti Ah Lokoai, hanya
akan merupakan bahaya belaka bagi umat manusia. Ia
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
hanya mengajarkan kepandaian silat biasa kepada Ah
Lokoai.
Di luarnya, Ah Lokoai kelihatan biasa dan menerima,
akan tetapi di dalam hati ia merasa mendongkol sekali.
Akhirnya, kesempatan baginya tiba, ia mencampuri bisa
ular dalam makanan Bu tek Kiam ong dan setelah Raja
Pedang ini makan masakan itu, ia roboh pingsan!
Tadinya Ah Lokoai hendak segera membunuh Raja
Pedang ini sebagai pembalasan dendam, akan tetapi tiba
tiba si gagu yang berotak miring ini mendapat sebuah
pikiran yang baik sekali, ia lalu membawa Bu tek Kiam ong
yang pingsan itu ke atas puncak Gunung Hek mo san dan
membawanya masuk ke dalam gua siluman yang memang
menjadi tempat tinggalnya ketika ia mengasingkan diri. Di
situ ia membuat Bu tek Kiam ong tidak berdaya dengan
jalan menggosok mata Raja Pedang ini dengan bubuk batu
karang sampai menjadi buta dan kemudian membikin putus
otot otot besar pada kedua kakinya! Semenjak saat yang
mengerikan itu, Bu tek Kiam ong menjadi seorang manusia
cacat yang tidak berdaya lagi dan yang lebih hebat, ia
berada dalam cangkeraman seorang gila yang jahat seperti
Ah Lokoai !
Dengan ancaman ancaman dan bujukan bujukan, Ah
Lokoai berusaha memaksa Bu tek Kiam ong untuk
menurunkan ilmu pedangnya kepada si gagu ini, karena cita
cita terakhir dalam hidupnya, ialah mencari Kim Kong
Taisu, Mo bin Sin kun, Lam hai Lo mo, Seng Jin Siansu
dan Pat jiu Giam ong Liem Po Coan untuk membalas atas
kekalahannya yang dulu! Akhirnya, setelah dapat
mempertahankan diri dari ancaman ancaman, siksaan
siksaan dan bujukan bujukan Ah Lokoai sampai selama
lima tahun di dalam gua siluman itu, Bu tek Kiam ong yang
putus asa lalu menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menciptakan ilmu pedang yang akan mengatasi kepandaian
empat orang tokoh besar itu kalau tidak ada pedang pusaka
Pek lek kiam di dalam tangannya!
Sebetulnya memang Bu tek Kiam ong bercita cita
menciptakan ilmu pedang yang paling hebat, yang
dipelajarinya dan dibikin matang di dalam otaknya selama
lima tahun ia berada dalam cengkeraman Ah Lokoai. Akan
tetapi, tentu saja ia tidak bermaksud menurunkan ilmu
pedang itu kepada Ah Lokoai, bahkan dengan pedang Pek
lek kiam di tangan, ia akan berusaha membunuh Ah Lokoai
yang gila tetapi cerdik itu.
Seperti telah diceritakan di bagian depan, ketika mencuri
pedang Pek lek kiam dan bertemu dengan Bun Sam hati Ah
Lokoai tertarik. Pemuda ini adalah murid dari Mo bin Sin
kun dan Kim Kong Taisu, maka perlu sekali pemuda ini
dibawa untuk menyempurnakan ilmu pedang yang hendak
diciptakan oleh Bu tek Kiam ong dan untuk dapat diuji
sampai di mana kelihaian ilmu pedang itu kalau
menghadapi dua tokoh besar itu yang sekarang diwakili
oleh muridnya!
Tentu saja, penuturan Bu tek Kiam ong kepada Bun Sam
tidak secara terus terang seperti yang dituturkan di atas.
“Karena aku sudah tua sekali tinggal menanti maut,”
katanya kepada Bun Sam, “terpaksalah aku menuruti
permintaan Lokoai. Aku menyuruhnya mencuri pedang
Pek lek kiam untuk dipergunakan dalam menciptakan ilmu
pedang dan kemudian Lokoai akan mempelajarinya.
Dengan demikian biarpun aku mati hatiku akan puas
karena kepandaian telah kutinggalkan kepada dunia dan
dapat dipergunakan untuk membasmi kejahatan!”
Mendengar ucapan terakhir ini, Ah Lokoai mengangguk
angguk dan nampak puas, sedangkan Bun Sam yang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
berotak cerdik itu dapat menangkap ejekan yang
terkandung dalam kata kata ini. Sudah jelas bahwa Ah
Lokoai adalah seorang gila yang melakukan kejahatan,
bagaimana Bu tek Kiam ong dengan jelas menyatakan
bahwa ilmu pedangnya ditinggalkan agar dapat
dipergunakan untuk membasmi kejahatan? Kalau yang
disindirkan sebagai kejahatan itu adalah diri Ah Lokoai,
maka bukankah guru besar ini bermaksud untuk
menurunkan ilmu pedang itu kepadanya agar ia dapat
melenyapkan Ah Lokoai si jahat dari muka bumi?
“Ah, sekarang teecu mengerti, locianpwe,” kata Bun
Sam. “Jadi teecu dibawa ke sini agar ilmu pedang itu dapat
disesuaikan dengan ilmu silai yang teecu dapat dari kedua
guru teecu, sehingga dapat mengatasi kepandaian mereka?”
Ah Lokoai menggerakkan jari tangannya dan berkata.
“Memang kau harus membantu, kalau tidak, kau akan
kulemparkan ke dalam sumur ular!”
Adapun Bu tek Kiam ong lalu menepuk nepuk punggung
Bun Sam sambil berkata, “Untuk menyempurnakan ciptaan
ilmu pedangku, aku mengandalkan bantuanmu, orang
muda.” Bun Sam terkejut sekait ketika punggungnya
ditepuk tepuk, karena ternyata bahwa kakek buta itu dapat
tahu bahwa ia menyembunyikan pedang di dalam bajunya
di bagian punggung. Pedang tipis kecil pemberian suhunya,
yakni bedang Kim kong kiam. Dari ucapan itu terang
bahwa Bu tekt Kiam ong mengharapkan bantuannya, tentu
saja untuk membasmi Ah Lokoai yang jahat.
“Teecu bersiap sedia, membantu, suhu.” Ia sengaja
mengubah sebutan locianpwe menjadi “suhu” atau guru,
untuk memberitahukan kepada Bu tek Kiam ong bahwa ia
diam diam telah mengangkat guru kepada kakek ini.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Baiknya Ah Lokoai tidak memperhatikan perubahan
sebutan ini, karena kakek gagu yang gila ini telah menjadi
demikian gembira mendengar percakapan antara Bu tek
Kiam ong dan Bun Sam sehingga ia menari nari kegirangan
di dalam gua itu. Sungguh pemandangan yang amat
menyeramkan.
Ketika Bu tek Kiam ong minta pedang Pek lek kiam, Ah
Lokoai merasa ragu ragu untuk memberikannya, akan
tetapi akhirnya ia memberikan pedang itu melalui tangan
Bun Sam sambil menyuruh pemuda ini menyampaikan
ancamannya.
“Kalau Bu tek Kiam ong hendak mengandalkan pedang
itu untuk melawannya, ia akan memenuhi gua ini dengan
ular ular berbisa dan kemudian menutup pintu gua untuk
selamanya.”
Ucapan ini menyatakan bahwa biarpun sudah lumpuh
dan buta, namun Bu tek Kiam ong yang berjuluk Raja
Padang ini amat ditakuti oleh Ah Lokoai apabila kakek
buta ini memegang pedang. Bu tek Kiam ong hanya
tersenyum saja mendengar ancaman ini. Ia menerima Pek
lek kiam dan tangan Bun Sam, mencabutnya dari sarung
pedang, berkeredepan sinar putih ketika pedang ini dicabut
dan ketika Bu tek Kiam ong menggerak gerakkan pedang
itu di tangannya, maka mata Bun Sam menjadi silau.
“Pedang bagus!” Bu tek Kiam ong berseru girang sambil
tangan kirinya mengelus elus pedang pusaka itu. “Lokoai,
sekarang kau harus tinggalkan aku seorang diri di dalam
gua ini selama tiga bulan lamanya, agar aku dapat
menyelesaikan ciptaan ilmu pedangku. Biarkan Bun Sam
melayani segala keperluanku.”
Ah Lokoai nampak kurang percaya kepada Bun Samdan
sambil bersungut sungut ia menyatakan keberatannya, akan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
tetapi akhirnya ia setuju juga. Betapapun juga ia tak pernah
meninggalkan pintu gua dan selalu mengamat amati gerak
gerik Bun Sam dan Bu tek Kiam ong dengan amat teliti,
sehingga tidak ada kesempatan bagi kedua orang ini untuk
bicara tanpa terdengar atau terlihat oleh Ah Lokoai! Selama
tiga bulan itu, tiga orang itu bekerja dalam bidang masing
masing tanpa banyak bicara. Pekerjaan Bu tek Kiam ong
hanya menggerak gerakkan pedang, berkemak kemik,
berpikir pikir dan kadang kadang mencorat coret dengan
pedangnya di atas tanah di depannya atau kalau badan lelah
ia lalu bersamadhi.
Pekerjaan Bun Sam melayani kakek ini, keperluan
makan dan minumnya dan biarpun diam diam pemuda ini
memperhatikan gerakan dan corat coret yang berbentuk
aneh sekali, juga corat coret itu berbentuk aneh, huruf
bukan lukisanpun bukan.
Ah Lokoai selama tiga bulan itu selalu menjaga dengan
teliti sekali, ia hanya mau tidur kalau melihat Bun Sam
sudah pulas, atau kalau ia lelah sekali ia lebih dulu menotok
pemuda ini membuatnya tidak berdaya, barulah ia tidur di
luar gua! Tentu saja Bun Sam amat mendongkol, akan
tetapi apakah dayanya? Kepandaian kakek gagu itu benar
benar berada di sebelah atas tingkat kepandaiannya sendiri
dan seandainya ia melawan, itu berarti ia hanya akan
mencari kematian sendiri, mungkin kematian yang amat
menyeramkan, ia pernah melihat sumur yang penuh dengan
ular ular berbisa itu dan membayangkan dengan hati ngeri
betapa hebatnya kalau sampai terjerumus ke dalam sumur
neraka itu! Tiga bulan terlewat dengan cepatnya dan seakan
akan tidak terasa bagi Bu tek Kiam ong. Akan tetapi terasa
amat lama bagi Bun Sam yang hidup sepeti di dalam
penjara. Gua itu tertutup oleh sebuah pintu rahasia dan
biarpun sudah beberapa kali ia mencoba untuk mencari
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
rahasia pintu ini, sia sia belaka. Juga terasa amat lama bagi
Ah Lokoai yang sudah tak sabar lagi ingin cepat cepat
mewarisi ilmu pedang yang sedang dirangkai oleh Bu tek
Kiam ong Si Raja Pedang.
Akhirnya Bu tek Kiam ong memanggil Ah Lokoai dan
Bun Sam menghadap. “Ilmu pedangku sudah selesai,”
katanya, “dan ilmu pedang ini akan menjagoi di seluruh
dunia asal saja berada di tangan seorang yang berhati
mulia.”
“Lekas ajarkan kepadaku.” kata Ah Lokoai dengan jari
tangannya yang segera disampaikan kepada kakek rambut
putih itu oleh Bun Sam.
“Boleh, boleh, nah lihatlah baik baik. Jurus jurus
pertama kusesuaikan dengan ilmu pedang dari Kim Kong
Taisu untuk dapat mengimbangi ilmu silat dari orang tua
itu. Lihatlah, Ah Lokoai, ilmu pedang Kim Kong Taisu
yang berdasarkan ilmu Silat Kim kong Pek lek jiu hwat
yang paling lihai adalah bagian dari jurus ke tigabelas
sampai tujuhbelas. Bukankah begitu, Bun Sam?”
Pemuda ini terkejut, sekali karena memang, pernyataan
kakek ini cocok sekali. Ilmu pedang yang ia pelajari dari
gurunya memang mempunyai tujuhpuluh jurus dan yang
paling lihai gerakannya memang jurus ke tigabelas sampai
ke tujuhbelas yang menurut suhunya, jarang dapat dihadapi
oleh ilmu pedang lain, maka ia lalu menjawab.
“Ucapan suhu tidak salah sedikitpun juga.”
“Nah, Lokoai, kau perhatikan baik baik. Aku sengaja
memilih jurus yang terlihat dari calon lawanmu, sehingga
kau takkan dapat dikalahkan. Lihatlah dulu, jurus ke
tigabelas sampai tujuhbelas dari ilmu pedang Kim Keng
Taisu adalah begini!” Bu tek Kiam ong sambil duduk lalu
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menggerakkan pedang Pek lek kiam, memainkan jurus ilmu
pedang itu.
Hampir saja Bun Sam tak dapat menahan ketawanya
dan seruan herannya ketika ia melihat Bu tek Kiam ong
memainkan ilmu pedang itu. Memang gerakan kedua
tangannya amat sempurna, bahkan melebihi kepandaian
Kim Kong Taisu sendiri, akan tetapi semua gerakan itu
terbalik sama sekali. Kalau jurus ke tigabelas yang disebut
Ang hong koan jit (Bianglala Merah Menutup Matahari)
dilakukan dengan pedang disabetkan dari kiri ke kanan
kemudian dilanjutkan dengan serangan melengkung dari
atas ke bawah, adalah gerakan Bu tek Kiam ong ini
sebaliknya, yaitu pedang disabetkan dari kanan ke kiri
kemudian disusul dengan gerakan melengkung dari bawah
ke atas. Kemudian, jurus ke empatbelas yang bernama Po
in gan goat (Sapu Awan Melihat Bulan) seharusnya pedang
diputar mengandalkan pergelangan tangan di depan muka.
terputar dari kanan ke kiri, kemudian setelah tujuh putaran
lalu tiba tiba meluncur ke depan menyerang bagian leher
lawan akan tetapi Bu tek Kiam ong memutarnya dari kiri ke
kanan dan setelah lima putaran saja lalu tiba tiba meluncur
ke depan menyerang ke arah lambung lawan. Demikian
selanjutnya sampai jurus ke tujuhbelas dimainkan,
semuanya terbalik, sungguhpun digerakkan dengan cara
yang luar biasa gesitnya, sehingga mendatangkan angin dari
pedang Pek lek kiam menjadi segulung sinar yang
menyilaukan mata.
“Nah, kau sudah melihat, Lokoai? Ilmu pedang Kim
Kong Taisu memang hebat asal saja dimainkan dengan baik
oleh seorang murid yang baik pula, sehingga permainannya
tidak terbalik. Akan tetapi aku telah menyusun ilmu pedang
yang menjadi timpalan dari semua Ilmu silat calon calon
lawanmu. Sekarang kau lihat supaya kau percaya
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
kepadaku, suruhlah murid Kim kong Taisu itu memainkan
ilmu pedang yang baru saja kumainkan, apakah betul atau
tidak. Kalau dia yang memainkan tentu lebih tepat karena
kau dapat melihat pergerakan kakinya.”
Mendengar ini, Lokoai lalu menggerakkan jari
tangannya menyuruh Bun Sam memenuhi permintaan Bu
tek Kiam ong. Bun Sam lalu menepuk panggungnya dan
mengeluarkan pedang Kim kong kiam. Lokoai menjadi
tertegun karena tak pernah disangkanya bahwa pemuda itu
menyimpan pedang di bawah bajunya. Akan tetapi ia tidak
menaruh hati khawatir, karena maklum bahwa
kepandaiannya jauh lebih tinggi daripada kepandaian Bun
Sam.
Setelah melihat kakek gagu itu tidak marah. Bun Sam
lalu menggerakkan pedangnya dan dengan tepat sekali ia
meniru semua gerakan Bu tek Kiam ong tadi. Bahkan untuk
menyesuaikan dengan cara bersilat yang dibalik itu, ia pun
membalikkan pula kedudukan kakinya. Kalau seharusnya
kaki kanan di depan, sekarang ia merobah dan menaruh
kaki kanan di belakang.
Dengan kening dikerutkan dan penuh perhatian Bu tek
Kiam ong memasang telinganya mendengarkan angin
gerakan pedang pemuda itu. Ketika ia menangkap angin
pedang yang tepat seperti yang dimainkannya tadi,
wajahnya menjadi gembira sekali.
“Bagus, bagus, anak ini benar benar pandai! Lokoai,
tidakkah sama permainan pedangnya dengan yang
kuperlihatkan tadi? Nah sekarang perhatikanlah baik baik
jurus jurus pertama sampai ke sepuluh dari ilmu pedangku,
yang sekaligus dapat mengatasi lima jurus ilmu pedang Kim
Kong Taisu yang kau saksikan tadi. Awas, lihat baik baik!”
Setelah berkata demikian, kakek ini lalu memainkan ilmu
pedangnya sampai sepuluh jurus. Ilmu pedangnya ini hebat
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
luar biasa, akan tetapi agak kacau dan aneh. Ah Lokoai
memandang dengan penuh perhatian dan dengan gembira
sekali. Sebaliknya, Bun Sam diam diam menanam dalam
otaknya ilmu pedang yang dimainkan oleh kakek ini dan
otaknya yang cerdik telah mendapatkan sesuatu yang
membuat hatinya berdebar debar. Ilmu pedang yang
dimainkan ini, kalau dipergunakan untuk menghadapi ilmu
pedangnya jurus ke tigabelas sampai tujuhbelas, terang
sekali akan mengalami kekalahan! Akan tetapi, ketika ia
mencoba untuk memandang ilmu pedang itu dengan
terbalik, ia mendapat kenyataan bahwa ilmu pedang itu
selain hebat dan sempurna sekali, juga benar benar
mempunyai bagian bagian yang menutup atau menindih
ilmu pedang dari suhunya bagian jurus ke tigabelas sampai
ke tujuhbelas!
Dengan hati girang sekali, pemuda ini dapat membuka
rahasia dari Bu tek Kiam ong. Ternyata kakek yang sakti ini
telah sengaja memainkan ilmu pedangnya dengan terbalik
agar dengan demikian Ah Lokoai mewarisi ilmu pedang
dengan cara terbalik dan sama sekali tidak sempurna!
Akan tetapi Ah Lokoai tidak tahu akan hal ini dan
semenjak hari itu, ia melatih diri dengan tekun sekali,
mempelajari ilmu pedang yang terbalik! Dan Bun Sam
mengambil sikap yang sesuai dengan kehendak Bu tek
Kiam ong, yakni ia selalu memainkan ilmu pedang atau
ilmu silatnya dengan cara terbalik apabila Ah Lokoai minta
kepadanya untuk bersilat sebagai imbangan daripada
latihannya. Karena Bun Sam tidak pernah memberontak
dan tidak menimbulkan kecurigaan dalam hati Ah Lokoai,
juga karena kakek gagu ini membutuhkan Bun Sam untuk
melatih Ilmu pedangnya sana untuk memaksa pemuda itu
untuk bekerja sebagai pelayan di dalam gua, maka ia tidak
membunuhnya.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Dengan hati hati sekali, di waktu Ah Lokoai tidur, Bun
Sam diam diam mempelajari ilmu pedang ciptaan Bu tek
Kiam ong, akan tetapi bukan seperti cara Ah Lokoai
mempelajarinya, sebaliknya ia sengaja mempelajarinya
dengan terbalik. Oleh karena tidak leluasa dan tidak dapat
melatih diri, khawatir diketahui oleh Ah Lokoai, maka
pelajaran ini amat lambat majunya.
Sebaliknya, Ah Lokoai yang amat bernafsu untuk
menguasai seluruh ilmu pedang yang semuanya berjumlah
seratus dua jurus ini, berlatih dengan terburu buru dan
semua jurus jurus itu seakan akan ditelannya saja! Dalam
setahun saja ia telah dapat mempelajari dan memainkan
seratus dua jurus dengan lengkap! Adapun Bun Sam di
dalam setahun itu baru mempelajari tigapuluh jurus saja,
itupun hanya dihafal di dalam otak, tidak dapat dimainkan
dengan pedang!
Setelah menamatkan pelajarannya. Ah Lokoai tadinya
hendak membunuh saja Bu tek Kiam ong dan Bun Sam,
akan tetapi tiba tiba otaknya yang tidak waras ini mendapat
sebuah pikiran yang amat baik, ia memang agak curiga
kepada Bu tek Kiam ong atas pelajaran ilmu pedangnya,
hanya ia tidak dapat membuktikan bahwa kakek rambut
putih itu mempermainkannya. Oleh karena itu ia hendak
mencoba dulu ilmu pedang itu untuk melawan seorang
diantara Lima Tokoh Terbesar! Maka ia lalu menyatakan
kepada Bun Sam bahwa ia hendak pergi tak lama dan
diminta supnya pemuda itu suka melayani segala keperluan
Bu tek Kiam ong. Kemudian ia lalu pergi, meninggalkan
Bun Sam bersama Bu tek Kiam ong dan menutup pintu
rahasia itu dari luar.
Setelah Ah Lokoai pergi, Bun Sam lalu menjatuhkan diri
berlutut di depan Bu tek Kiam ong.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Suhu, terima kasih atas segala petunjukmu tentang ilmu
pedang itu. Dan mohon petunjuk selanjutnya, karena
sekembalinya Ah Lokoai tentu kita akan dibunuhnya!”
Bu tek Kiam ong mengelus elus kepala Bun Sam. “Anak
baik, aku girang sekali kau datang. Memang itulah yang
kuinginkan, maka aku menyuruh Lokoai mencuri pedang di
kota raja, yakni untuk menarik perhatian seseorang, hingga
aku dapat menurunkan ilmu pedangku kepada yang patut
menerima, jangan kau khawatir, muridku yang baik. Kau
tentu telah mengerti bahwa Lokoai mempelajari ilmu
pedang itu secara terbalik.”
“Teecu mengerti, suhu, bahkan diam diam teecu telah
mempelajari ilmu pedang itu dari jurus pertama sampai
jurus ke tigapuluh dalam cara yang betul. Sayangnya teecu
tidak mempunyai kesempatan untuk melatihnya.”
“Bagus, bagus! Aku telah menduga demikian. Kalau
tidak memiliki kecerdikan seperti itu, kau tidak pantas
mewarisi ilmu pedang yang kunamakan Tee coen liok kiam
sut (Enam Mmu Pedang Lingkaran Bumi). Biarpun kau
baru mempelajari tiga puluh jurus dan itupun hanya
kauwkoat saja (teori), namun itu berarti bahwa kau lelah
hampir menguasai dua bagian daripada enam ilmu pedang
ini. Ketahuilah, sebetulnya pada pokoknya, ilmu pedang
yang kuciptakan ini hanya terdiri daripada enam bagian.
Setiap bagian dipecah menjadi tujuh belas jurus, dengan
demikian semua menjadi seratus dua jurus. Setiap bagian
sedikitnya harus dipelajari sampai matang betul dalam
waktu setengah tahun. Jadi untuk menyempurnakan
seluruh ilmu pedang ini, membutuhkan waktu tiga tahun.
Kau telah memiliki dua bagian yang empat bagian dapat
kau pelajari dalam waktu dua tahun. Sekarang, coba kau
mainkan dua bagian pertama itu untuk kudengarkan
apakah ada yang keliru.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Bun Sam lalu mengeluarkan Kim kong kiam dan
mulailah ia bersilat menurut pelajaran yang diam diam
telah dlhafalkannya. Gerakannya tentu saja kaku karena
tidak pernah dilatih, akan tetapi setelah memainkan sepuluh
jurus lebih, ia mulai dapat menguasai kelincahan ilmu
pedang itu dan Bu tek Kiam ong menjadi gembira sekali.
“Bagus, kau patut benar menjadi muridku. Kaulah kelak
yang akan mewarisi Tee coan liok kiam sut dan biarpun aku
harus mati sekarang, aku tidak penasaran lagi.”
Bun Sam menjatuhkan diri berlutut dan berkata dengah
sedih. “Akan tetapi, suhu, kita harus ingat bahwa masih ada
Ah Lokoai yang tak lama lagi tentu akan datang dan
membunuh kita kalau ia mendapat kenyataan bahwa ilmu
pedang yang dipelajarinya itu sebetulnya tidak ada gunanya
sama sekali.
“Belum tentu ia akan kembali, Bun Sam. Ia hendak
menggunakan ilmu pedang yang dipelajarinya itu untuk
mengalahkan seorang diantara Lima Besar. Tentu ia akan
kalah dan roboh binasa.”
Bun Sam menggelengkan kepalanya. “Kalau dia mencari
Mo bin Sin kun, atau Lam hai Lo mo, atau Pat jiu Giam
ong, mungkin ia takkan diampuni dan roboh binasa. Akan
tetapi kalau ia bertemu dengan suhu Kim Kong Taisu, ia
pasti takkan dibunuh dan diperbolehkan pergi lagi setelah
dikalahkan.”
Bu tek Kiam ong menarik napas panjang. “Memang
gurumu itu sejak dulu berhati lemah. Apalagi membunuh
Ah Lokoai, membunuh seekor cacing saja menjadi
pantangan besar bagi Kim Kong Taisu. Akan tetapi jangan
kau gelisah, muridku. Kau sekarang berlatihlah baik baik
dengan ilmu pedang yang telah kau hafal itu. Dengan tiga
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
puluh jurus yang kau miliki saja, Lokoai agaknya takkan
mampu mengalahkanmu.
“Lagi pula, suhu seandainya Lokoai tidak kembali,
bagaimana kita keluar dari tempat ini? Pintu rahasia itu
amat sukar dicari dan sampai sekarang teecu belum dapat
membukanya.”
“Lokoai memang jahat sekali,” Bu tek Kiam ong
menghela napas, “memang gua ini tempat sembunyinya
dan aku sendiri pun tidak tahu bagaimana harus
membukanya. Sudahlah jangan pikirkan hal itu lagi.
Sebelum pergi Ah Lokoai telah meninggalkan buah buahan
tiga keranjang penuh, cukup untuk dimakan satu bulan
lamanya. Sekarang jangan pikirkan apa apa, lekas kau
berlatih ilmu pedang sebaiknya !”
Demikianlah, dengan amat tekun dan tak kenal lelah
Bun Sam lalu melatih diri dengan Ilmu Pedang Tee coan
liok kiam sut itu, di bawah pengawasan suhunya yang baru.
Selama setahun berada di dalam gua, tubuh Bun Sam
menjadi kurus dan kulitnya menjadi agak pucat karena
kekurangan cahaya matahari. Akan tetapi batinnya
mendapat kekuatan baru yang timbul daripada kepahitan
dan penderitaan hidup. Kadang kadang, dan ini merupakan
gangguan terhebat baginya, terbayanglah wajah Sian Hwa
dan akhirnya ia maklum bahwa lama hidupnya ia takkan
dapat melupakan gadis itu, dan kesedihan ini selamanya
takkan dapat meninggalkan ruang dadanya.
Dua puluh hari kemudian, tiba tiba pintu gua itu terbuka
dan Ah Lokoai muncul dengan muka pucat. Pakaiannya
yang compang camping itu lebih tidak karuan lagi.
Tangannya memegang pedang Pek lek kiam dan dadanya
terluka, mengeluarkan darah.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Bun Sam menghentikan latihan ilmu pedangnya dan
memandang dengan dada berdebar. Pedang Kim kong kiam
masih terpegang di tangannya. Juga Bu tek Kiam ong
mendengarkan dengan penuh perhatian dan wajahnya
menegang.
Setelah melompat masuk, Ah Lokoai menjadi demikian
marah sehingga ia lupa untuk menutupkan pintu gua
kembali. Ia memaki maki dengan bahasa jari tangannya
yang bergerak gerak cepat sekali. Dengan teliti Bun Sam
memandang gerak jari tangan itu dan tahulah ia bahwa
kakek gagu ini benar benar dikalahkan oleh Lam hai Lo
mo, ia menuduh Bu tek Kiam ong menipu dirinya dan tiba
tiba ia menghampiri kakek itu.
“Kau telah menipuku, tua bangka. Oleh karena itu kau
harus mampus di dalam sumur ular!” Setelah berkata
demikian ia mengeluarkan sehelai tambang sutera yang
kuat sekali dan sekali ia mengayunkan tambang itu, benda
itu melihat tubuh Bu tek Kiam ong dan mengikatnya,
kemudian ia menyeret tambang itu, sehingga tubuh kakek
itu terseret ke arah sumur ular. Bu tek Kiam ong yang
lumpuh dan buta itu tidak berdaya, akan tetapi biarpun ia
terseret keadaan tubuhnya masih duduk bersila. Ah Lokoai
harus mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menyeretnya
terus dan tak lama kemudian tubuh Bu tek Kiam ong telah
berada di pinggir sumur ular yang mengerikan itu.
Bun Sam yang semenjak tadi melihat dengan kedua mata
terbelalak tak dapat menahan kemarahannya lagi. Ia
berlaku nekat dan berseru.
“Lokoai, jangan kau membunuh guruku!” Sambil
berseru demikian, ia menyerang Ah Lokoai dengan pedang
Kim kong kiam.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Ah Lokoai marah sekali. Cepat ia melepaskan tambang
dan menghadapi Bun Sam dengan serangan serangan maut,
ia tidak mempergunakan Ilmu Pedang Tee coan liok kiam
sut yang dipelajarinya secara terbalik itu, melainkan
mengeluarkan kepandaiannya sendiri yang juga amat lihai.
Bun Sam tahu bahwa kalau ia memainkan ilmu silatnya
yang dahulu, ia masih takkan dapat menangkan kakek gagu
yang kosen ini, maka ia lalu mulai memainkan Tee coan
liok kiam sut bagian pertama. Melihat gerakan ilmu
pedangnya, Ah Lokoai menjadi terkejut, terheran dan
kemudian marah sekali. Kini tahulah kakek gagu ini bahwa
selama ini ia telah ditipu mentah mentah, bahwa bukan dia
yang mewarisi ilmu pedang itu, melainkan anak muda ini.
Maka ia lalu memutar Pek lek kiam dan menyerang kalang
kabut dengan nekat sekali.
Dalam hal ilmu pedang, setelah menguasai sebagian dari
Tee coan liok kiam sut, tentu saja Bun Sam lebih unggul,
akan tetapi ia masih kalah jauh dalam hal lweekang
maupun ginkang, maka sebentar saja ia menjadi terdesak
hebat. Hanya ilmu pedangnya yang luar biasa saja yang
membuat ia masih dapat bertahan sampai limapuluh. jurus.
Beberapa kali ia terhindar dari pada bahaya maut ketika
pedang Pek lek kiam menyambar nyambar bagaikan kilat di
atas kepalanya.
Adapun Bu tek Kiam ong memiringkan kepala
memasang pendengarannya baik baik untuk mengikuti
jalannya pertempuran ini, ia mengerti bahwa muridnya
terdesak hebat dan akhirnya tentu takkan dapat bertahan
lagi, maka ia lalu berseru. “Bun Sam, lekas kau melompat
ke belakangku!”
Memang pada saat itu Bun Sam sudah payah sekali,
didesak hebat dan hanya dengan kegesitan saja ia dapat
menghindarkan diri dari bahaya, berlerompat lompatan ke
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sana ke mari, akan tetapi tentu takkan lama lagi pedang Pek
lek kiam yang tajam menamatkan riwayat hidupnya. Ketika
mendengar seruan gurunya, ia lalu melompat ke belakang
dan bersembunyi di belakang Bu tek Kiam ong.
Sekali saja Bu tek Kiam ong mengulur tangan, maka
pedang Kim kong kiam telah ia rampas dari tangan Bun
Sam. Pada saat itu, Ah Lokoai telah menjadi marah sekali
dan menubruk maju sambil menyerang Bu tek Kiam ong.
Nampak sinar keemasan berkelebat dan tahu tahu Ah
Lokoai menjerit kesakitan dan pedang Pek lek kiam
terlempar ke atas lantai. Sebelum pedang itu jatuh ke dalam
sumur ular, Bu tek Kiam ong telah mengulur pedang Kim
kong kiam dan berhasil memukul pedang pek lek kiam itu
ke samping. Bun Sam cepat melompat dan mengambil
pedang itu.
Ah Lokoai makin marah. Tangan kanannya yang tadi
memegang pedang kini telah berdarah, tergores oleh pedang
Kim kong kiam yang tadi digerakkan secara luar biasa
sekali oleh Bu tek Kiam ong. Ia melihat Bu tek Kiam ong
memegang pedang Kim kong kiam dan Bun Sam
memegang pedang Pek lek kiam ia menghadapi dua orang
lawan yang tangguh dan bersenjata. Akan tetapi saking
marahnya, kakek gagu ini menjadi nekat. Sambil
mengeluarkan suara seperti seekor binatang buas yang amat
menyeramkan, ia menubruk ke arah Bu tek Kiam ong,
sama sekali tidak memperdulikan keselamatan dirinya
sendiri.
Bu tek Kiam ong tidak tega untuk menusukkan
pedangnya maka ia dapat terpegang pundaknya oleh Ah
Lokoai. Si kakek gagu menarik sekuat tenaga, hendak
melemparkan Bu tek Kiam ong ke dalam sumur ular
sedangkan kakek rambut putih itu mempertahankan diri.
Mereka saling membetot, dan akhirnya Ah Lokoai yang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sudah nekat sekali itu bahkan hendak mengajak Bu tek
Kiam ong bersama sama memasuki sumur ular itu! Bu tek
Kiam ong hampir kalah tenaga karena maklumlah kedua
kakinya sudah lumpuh. Untuk menyerang kakek gagu ini
dengan pedangnya memang mudah sekali, akan tetapi ia
tidak sampai hati melakukan hal ini.
Melihat betapa keadaan suhunya amat terancam, Bun
Sam lalu melompat dan sekali ia menusukkan pedangnya
ke arah pergelangan tangan Ah Lokoai, pegangan Ah
Lokoai terlepas. Karena ia tadi mempergunakan seluruh
tenaganya membetot, maka kini satelah pegangannya
terlepas, tubuhnya terhuyung huyung ke belakang dan tak
dapat dicegah lagi ia terjeblos ke dalam sumur itu. Bun Sam
cepat menutup kedua telinganya agar jangan mendengar
jeritan jeritan orang gagu yang amat mengerikan itu.
Adapun Bu tek Kiam ong memejamkan kedua matanya
sambil menutup kedua telinganya dengan bersamadhi.
Akhirnya tidak terdengar suara apa apa lagi. Ular ular di
dalam sumur telah menamatkan riwayatnya Ah Lokoai.
Setelah itu, terdengar Bu tek Kiam ong menarik napas
panjang, lalu berkata.
“Kasihan, ia mati karena nafsu dendamnya yang
membuatnya menjadi gila, Bun Sam bawa aku keluar dari
gua busuk ini. Mulai sekarang kau harus berlatih Ilmu
Pedang Tee coan liok kiam sut di luar di udara bebas
sampai sempurna betul.”
Bun Sam menggendong suhunya keluar dari gua yang
sudah terbuka pintunya itu dan setelah berada di luar, ia
lalu membuat sebuah pondok dari kayu kayu hutan untuk
tempat tinggal suhunya. Dan mulai hari itu, di puncak
Bukit Hek mo san, di luar gua siluman Bun Sam melatih
Ilmu Pedang Tee coan liok kiam sut di bawah pengawasan
suhunya. Selain ilmu pedang juga pemuda ini mendapat
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
gemblengan dalam hal gin kang dan lweekang, sehingga
kepandaiannya menjadi maju dengan pesatnya.
Kurang lebih dua tahun kemudian, setelah Bun Sam
menamatkan ilmu pedang yang hebat itu Bu tek Kiam ong
meninggal dunia karena usia tuanya. Sebelum
menghembuskan nafas terakhir, kakek sakti ini berpesan
kepada Bun Sam untuk mengembalikan pedang Pek lek
kiam kepada kaisar di kota raja.
“Kalau aku tidak salah.” kakek sakti yang sudah
mendekati ajalnya dan yang agaknya memiliki mata batin
yang awas dan waspada itu berkata, “sekarang Lam hai Lo
mo dengan bantuan sutenya Pat jiu Giam ong telah mulai
memperluas kekuasaannya. Memang semenjak dulu kakek
gagu ini mempunyai cita cita untuk menguasai dunia.
Kepandaiannya memang tinggi sekali maka kedua gurumu
saja agaknya takkan dapat menahan kemurkaannya. Sudah
menjadi kewajibanmulah untuk membendung gelombang
kejahatan itu demi untuk ketentraman penghidupan rakyat
jelata.”
Setelah Bun Sam mengubur jenazah gurunya dan
berkabung selama tiga hari di hadapan makam suhunya
Bun Sam lalu turun gunung. Telah tiga tahun ia berada di
puncak Hek mo san itu yakni setahun lebih di dalam gua
siluman dan dua tahun di luar gua. Kini ia telah menjadi
seorang pemuda yang jauh lebih masak jiwanya daripada
dahulu ketika dibawa oleh Ah Lokoai ke tempat itu. Usia
nya telah duapuluh tahun dan pengalaman pahit getir telah
membuat ia menjadi seorang pemuda yang
berpemandangan luas dan bersikap tenang, ia merasa rindu
sekali kepada dunia ramai, kepada Yap Bouw yang menjadi
guru juga sebagai suheng dan terutama sekali sebagai
pengganti orang tuanya. Juga ia merasa rindu kepada Kim
Kong Taisu dan kedua binatang peliharaannya Siauw liong
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dan Sin tiauw yakni ular dan burung rajawali di atas Bukit
Oei san. Akan tetapi, yang paling dirindukan semenjak ia
berada di Gunung Hek mo san ini bukan lain adalah wajah
seorang dara berbaju merah berkembang yang amat cantik
manis, wajah dari Sian Hwa pujaan hatinya. Tiap kali
wajah itu terbayang di depan matanya Bun Sam menarik
napas panjang berkali kali dan bibirnya berkemak kemik
menyebut nama gadis ini kemudian ia berusaha selalu
untuk mengusir bayangan itu. Ia maklum bahwa selama
hidupnya ia takkan dapat bertemu dengan gadis itu, karena
Sian Hwa telah menjadi calon isteri orang lain, bagaimana
ia masih dapat mengharapkan untuk bertemu? Sering kali ia
mencela kelemahan batinnya sendiri dan mencoba untuk
membayangkan wajah gadis lain, terutama sekali wajah
Lan Giok gadis manis yang centil nakal itu, akan tetapi
tetap saja wajah Lan Giok yang manis tak mampu mengusir
wajah Sian Hwa dari lamunannya.
Kini ia telah turun gunung. Telah tiga tahun ia lenyap
dari dunia ramai. Kemungkinan untuk segera bertemu
muka dengan Yap Bouw dan orang orang lain, membuat
hatinya berdebar gembira dan ia berjalan makin cepat
menuruni gunung yang liar itu. Bagaikan seekor garuda
terbang, ia berlompat lompatan dan berlari turun cepat
sekali karena kepandaian ginkangnya sekarang sudah
meningkat hebat, jauh lebih tinggi daripada ketika ia
dibawa naik oleh Ah Lokoai tiga tahun yang lalu.
Tubuhnya tegap dan berisi, karena setelah tinggal di luar
gua ia mendapatkan kesegaran kembali. Wajahnya yang
tampan itu kini makin menarik karena terbayang
kecerdikan, ketabahan dan ketenangan yang matang pada
kedua matanya dan lekuk mulutnya. Hanya pakaiannya
saja yang sudah buruk. Sudah habis pakaian itu ditambal
tambalnya selama tiga tahun ini. Di sakunya tidak terdapat
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sepotong uangpun. Hanya pedang Kim kong kiam yang
tersembunyi di balik bajunya, sedangkan pedang Pek lek
kiam juga tergantung di pinggangnya. Akan tetapi selama
berada di puncak gunung ia tidak khawatir akan kelaparan
karena banyak sekali buah buahan yang dapat dimakannya
di sepanjang jalan.
Baik kita tinggalkan dulu Bun Sam yang menuruni Bukit
Hek mo san dalam perjalanannya kembali ke dunia ramai
dan mari kita menengok keadaan Sian Hwa, gadis yang tak
pernah terlupakan olehnya itu.
Semenjak pertemuannya yang terakhir dengan Bun Sam,
Sian Hwa menjadi yakin bahwa ia tidak mungkin dapat
menjadi isteri Liem Swee, suhengnya. Atau juga pemuda
yang mana saja, karena ia tahu bahwa kebahagiaan
hidupnya hanya terletak dalam tangan Bun Sam yang telah
merampas hati dan cinta kasihnya. Ia menjadi makin
murung dan berduka dan merasa bahwa hidupnya amat
sengsara.
Kemurungannya ini membuat ia berhati keras dan
mudah marah dan diambilnya keputusan untuk menyelidiki
tentang ucapan Ngo jiauw eng sebelum orang ini terbunuh
oleh Bucuci. Beberapa pekan kemudian setelah terjadinya
pencurian pedang Pek lek kiam yang menghebohkan, Sian
Hwa berkemas untuk meninggalkan rumah dengan diam
diam. Ia bermaksud untuk pergi ke Tong seng kwan, di
mana Ngo jiauw eng tinggal dan untuk menyelidiki
keadaan Ngo jiauw eng, terutama di waktu perwira itu
masih menjadi pemimpin barisan Ang bi tin yang terkenal.
Oleh karena ia maklum bahwa kalau ia bilang terus terang
kepada ayah ibunya, ia takkan mendapat perkenan, maka ia
bangun dengan diam diam dan hendak pergi secara
sembunyi. Dibawanya sebuntal pakaian dan uang bekal, tak
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
lupa pula dibawanya pedangnya, lalu ia melompat keluar
menuju ke taman bunga. Keadaan di taman sunyi dan
teringatlah ia kepada Bun Sam yang beberapa pekan yang
lalu bercakap cakap dengan dia di dalamhutan itu.
Tak terasa lagi dua titik air mata membasahi pipinya dan
bagaikan dalam mimpi, ia mengucapkan sajak kuno yang
pernah dibacanya :
“Kalau saja kau bukan kau
dan aku bukan aku,
tentu takkan begini jadinya?
Sehati sejiwa,
namun kelahiran memisahkan kita,
apa daya?
Seperti bulan merindukan matahari,
matahari mencari bulan
sia sia, tak mungkin bersua muka.
Hanya saling pandang merana
Jauh…. terhalang awan….”
Kembali dara itu menarik napas panjang. Kemudian ia
lalu menggerakkan kedua kakinya melompat ke atas
dinding tembok yang mengelilingi taman. Tiba tiba
terdengar teguran orang dan beberapa sosok bayangan
melompat keluar dari tempat sembunyinya. Mereka ini
adalah penjaga penjaga yang diam diam ditugaskan oleh
Bucuci untuk menjaga sekeliling taman itu pada malam
hari! Memang semenjak melihat bayangan di dalam taman
pada malam tercurinya pedang istana, Bucuci menaruh hati
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
curiga kepada anak tirinya, maka diam diam ia lalu
mengatur penjagaan ini.
Ketika para penjaga melihat bahwa yang melompat
keluar dari taman adalah Sian Hwa, seorang diantara
mereka berkata. “Ah, tidak tahunya siocia (nona) yang
hendak keluar. Siocia, hari sudah jauh malam begini
hendak pergi ke mana?”
Sian Hwa cemberut dan mendongkol sekali.
“Kalian ini bekerja apakah di sini? Siapa yang menyuruh
kalian mengelilingi taman bungaku? Dan perduli apakah
kalian dengan apa yang hendak kulakukan?”
Para penjaga itu telah mengetahui akan kelihaian Sian
Hwa dan mereka ini tentu saja tidak berani berlaku lancang
terhadap puteri majikannya sendiri. Akan tetapi mengingat
akan pesan Panglima Bucuci kepada mereka, terpaksa
mereka menjawab.
“Maaf, siocia. Ayahmu telah berpesan kepada kami agar
menjaga di sini setiap malam. Karena khawatir kalau kalau
ada penjahat yang masuk melalui taman. Pedang pusaka di
istana saja dapat hilang dicuri orang nona, maka hampir
semua gedung pembesar setiap malam dijaga kuat”
Sementara itu, diam diam seorang diantara para penjaga
yang menjadi kepercayaan Bucuci dan yang telah mendapat
pesan khusus bahwa kalau ia melihat Sian Hwa hendak
keluar harus memberi laporan, telah pergi membuat laporan
kepada Bucuci yang sedang tidur.
Maka pada saat Sian Hwa bersitegang dengan para
penjaga, terdengar bunyi kerincingan pakaian Bucuci dan
tahu tahu panglima itu telah melompat dan berada di
tempat itu.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Sian Hwa, kau hendak pergi ke mana?” tanya Panglima
Bucuci dengan suara mengandung penuh dakwakan.
“Ayah, pantaskah kita bicara di depan mereka ini? ia
menuding ke arah para penjaga.
“Pergi dari sini!” Bucuci membentak penjaga yang
belasan orang banyaknya itu. Bagaikan anjing dibentak oleh
majikannya, para penjaga itu lalu menjauhkan diri sambil
diam diam mengomel.
“Nah, sekarang bicaralah! Tengah malam buta
membawa bungkusan dan pedang, melalui taman seperti
laku seorang pencuri, kau hendak pergi ke manakah?”
“Aku hendak pergi ke Tong seng kwan,” jawab Sian
Hwa dengan suara dingin. Pada saat itu, entah mengapa,
perasaannya terhadap Bucuci menjadi lain sama sekali. Saat
saat di wakru ia masih kecil dan seringkali digendong dan
ditimang timang oleh Bucuci, telah terlupa lagi dan dalam
pandangannya, Bucuci adalah seorang asing yang
mencurigakan.
“Ke Tong seng kwan? Malam malam buta begini? Kalau
hendak pergi ke sana saja apakah tidak bisa dilakukan besok
pagi? Dan pula kau hendak pergi kepada siapa ?”
Pandangan mata nya tiba tiba penuh selidik dan ia maju
setindak lalu memegang tangan puterinya.
“Sian Hwa, tentu ada seorang yang menantimu di sana.
Ayoh kau katakan siapa yang hendak kau jumpai di
Tongseng kwan?”
Dengan sekali renggut, Sian Hwa melepaskan tangannya
yang terpegang oleh Bucuci. Panglima Mongol yang pendek
ini menjadi murah sekali dan membanting banting kaki
kanannya.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Sian Hwa, beginikah sikap seorang anak terhadap
ayahnya? Kau tidak boleh menyimpan sesuatu rahasia!”
Kemudian suaranya melembut seperti seorang ayah
memberi nasehat kepada puterinya yang tersayang.
“Sian Hwa, kau masih muda dan belum berpengalaman,
jangan kau main main dengan orang kang ouw. Kau mudah
tergelincir dan terjebak dalam perangkap orang jahat, maka
beritahukanlah kepada ayahmu apa yang kau alami,
sehingga aku dapat memberi jalan dan nasehat yang baik.”
Kini sepasang mata gadis itu memancarkan sinar berapi
ketika ia memandang kepada Bucuci.
“Ayah, bukan aku yang menyimpan sesuatu rahasia,
melainkan engkau sendirilah. Juga ibu. Aku tidak suka
diriku diselimuti oleh rahasia, maka aku hendak
membongkar rahasia itu.”
“Eh, eh, Sian Hwa, apakah kau mengimpi? Apa yang
kau maksudkan dengan kata katamu itu? Rahasia apakah
yang kusimpan bersama ibumu? Jangan kau menuduh yang
bukan bukan nak, tidak baik seorang anak mencurigai orang
tua, itu namanya puthauw (tidak berbakti)!”
“Ayah, tidak ada gunanya berpura pura lagi. Aku bukan
anak kecil dan selain memiliki mata yang dapat melihat,
akupun mempunyaj pikiran, ayah telah membunuh Ngo
jiauw eng Lui Hai Siong, pada saat Ngo jiauw eng sedang
membuat pengakuan bahwa adalah yang menjadi
pembunuh ayahku. Padahal semenjak dahulu, Ngo jiauw
eng lah pembantumu dalam barisan Ang bi tin. Mengapa,
ayah? Mengapa kau membunuhnya?”
Kalau saja kegelapan malam tidak melindungi dan
menutupi wajah Bucuci, tentu akan terlihat betapa pucatnya
mendengar tuduhan Sian Hwa tadi. Baiknya taman itu
hanya diterangi oleh lampu lampu teng merah cahayanya,
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sehingga kepucatan dan perobohan air mukanya tidak
terlihat oleh SianHwa.
“Sian Hwa, apa kau gila? Kau menuduh yang bukan
bukan. Bukankah kau melihat sendiri dengan jelas bahwa
yang membunuh Ngo jiauw eng adalah murid dari Mo bin
Sin kun? Bagaimana kau bisa memutarbalikkan kenyataan
dan bahkan menuduh ayahmu sendiri?”
Sian Hwa tersenyum pahit sambil merogoh saku
bajunya.
“Ayah, aku takkan begitu kurang ajar untuk
memutarbalikkan sesuatu tanpa bukti. Penyangkalan ayah
ini membuktikan bahwa ayah menyembunyikan sesuatu
tentang riwayat diriku dan ayahku. Kenalkah ayah akan
barang ini?” Sambil berkata demikian ia menyodorkan
tangannya dan pada telapak tangannya yang berkulit putih
halus itu kini nampak sebuah benda kecil yang bundar
lonjong, yakni kerincingan baju besi ayahnya.
“Apa… apa artinya ini, Sian Hwa?” tanya Bucuci sambil
memandang ke arah benda yang dikenalnya baik itu.
“Apa artinya! Ayah, kaulah yang harus menjawab apa
artinya ini dan mengapa kau mempergunakan senjata
rahasia ini untuk menewaskan Ngo jiauw eng yang sedang
membuat pengakuannya. Kau agaknya tidak mau
membiarkan Ngo jiauw eng membuka rahasia yang sengaja
hendak kau tutup tutupi! Ayah mengapa ayahku dibunuh
oleh Ngo jiauw eng yang menjadi pembantumu? Mengapa
ayahku dibunuh oleh Ang bi tin? Dan mengapa pula kau
sampai hati membunuh Ngo jiauw eng hanya untuk
mencegah dia membuka rahasia ini kepadaku?”
Bucuci benar benar kaget dan bingung. Akan tatapi dia
adalah seorang yang sudah banyak makan asam garam
dunia dan sudah banyak pengalaman yang membuatnya
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menjadi cerdik sekali. Setelah dapat menetapkan hatinya
yang berguncang, ia lalu menarik napas berkali kali,
kemudian berkata halus.
“Baiklah, Sian Hwa. Agaknya tidak perlu lagi rahasia ini
kusembunyikan padamu. Akan tetapi pengakuan ini takkan
sempurna kalau tidak dilaku kan di depan ibumu. Marilah
kita kembali k rumah dan besok pagi pagi akan kubuka
rahasia mu ini.”
“Tidak, ayah. Harus sekarang, sudah terlalu lama aku
bersabar. Kau bukalah rahasia itu sekarang juga tanpa
mengganggu ibu yang sedang tidur, atau kalau kau
sungkan akupun takkan memaksa. Aku dapat
menyelidikinya sendiri!”
Bucuci menghela napas lagi. “Hem, kau benar benar
keras kepala! Kau sendiri yang memaksa minta penjelasan,
baiklah, jangan salahkan aku kalau kau mendengar
kenyataan kenyataan yang pahit bagimu. Ayahmu adalah
seorang kauwsu (guru silat) she Can yang membantu
pemberontak! Ayahmu membantu perwira pemberontak
yang jahat maka oleh Ang bi tin ia dianggap sebagai
penjahat pula dan tewas dalam pertempuran. Yang
merobohkan ayahmu itu memang Ngo jiauw eng. Tadinya
kau dan... ibumu juga hendak dibunuh pula, akan tetapi
aku keburu datang. Melihat engkau dan ibumu, timbul
kasihan di dalam hatiku, maka aku lalu membawa kau dan
ibumu ke rumahku dan akhirnya ibumu menjadi isteriku
dan kau menjadi anakku.”
“Mengapa kau membunuh Ngo jiauw eng?”
“Tidak dapat mengertikah kau? Aku telah berpesan
kepada semua anggota Ang bi tin yang mengetahui
peristiwa itu agar supaya menyimpan rahasia ini dari
padamu. Aku tidak suka mendengar kenyataan tentang
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
ayahmu. Ngo jiau eng melanggar pesanku dan demi
kesayanganku kepadamu, aku membunuh orang yang
memang sudah akan mati itu.”
“Kau… kau memaksa ibu menjadi isterimu ?” tanya Sian
Hwa dengan wajah pucat karena hati kecilnya menyatakan
bahwa tak mungkin ibunya yang cantik jelita itu suka
kepada seorang perwira pendek yang telah membunuh
suami ibunya.
Bucuci memaksa tersenyum. “Tidak, Sian Hwa. Kami
menikah atas dasar suka sama suka. Ibumu berterima kasih
karena kutolong, maka ia suka menjadi isteriku.”
“Setelah kau atau anak buahmu membunuh suaminya?
Ah....” Sian Hwa menjadi makin pucat dan perasaan muak
memenuhi dadanya. Benar benarkah ibunya demikian tidak
setia? Ayahnya dibunuh oleh Ang bi tin, sedangkan Bucuci
adalah seorang pemimpin Ang bi tin, akan tetapi toh ibunya
suka menjadi isteri Bucuci.
“Di mana ayahku dimakamkan?” tanyanya dengan bibir
gemetar kepada perwira pendek di depannya yang selama
ini dianggap seperti ayahnya, akan tetapi yang pada malam
ini ia menganggap nya sebagai pembunuh ayahnya!
“Siapa tahu? Pada waktu itu, setelah para pemberontak
dibasmi, kami tidak mengurus pemakaman mereka.”
“Di mana ayah terbunuh?”
“Di Tong seng kwan....”
“Aku yang akan mencari dan mengurusnya!” kata Sian
Hwa dengan singkat dan sekali berkelebat ia telah
melompati pagar tembok taman.
“Sian Hwa, tunggu….!” Bucuci berseru bingung.
“Jangan, kau merendahkan dirimu mencari cari makam
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
seorang pemberontak yang dianggap penjahat. Kau akan
merendahkan dirimu sendiri dan nama baik ibumu akan
tercemar. Sian Hwa, tunggu....!”
Akan tetapi gadis itu berlari terus dan hanya menjawab
dari jauh. “Urusan ayahku tidak ada hubungannya dengan
kau! Kalau ibu merasa malu juga dia tidak mempunyai
hubungan dengan urusan ini!”
Bucuci hendak mengejar terus, akan tetapi ia maklum
bahwa kepandaian Sian Hwa sudah melebihi
kepandaiannya sendiri, bahkan ginkangnya takkan dapat
melebihi gadis itu. Maka dengan bingung ia lalu pergi ke
gedung Liem goanswe atau Pat jiu Giam ong yang menjadi
guru dan juga calon mertua dari Sian Hwa. Hanya Pat jiu
Giam ong yang dapat mencegah gadis itu berbuat
sekehendak hatinya.
Di sebelah selatan kota Tong seng kwan terdapat
sebidang tanah kuburan yang amat buruk dan miskin.
Tempat ini selain hongsuinya (kedudukan tanahnya) buruk
dan tidak layak menjadi tempat makam, juga diasingkan
dari kota. Pengunjung makam makam yang berada di
tempat inipun hanya orang orang miskin belaka, yang
hanya mampu menyembahyangi kuburan kuburan itu
dengan tiga batang dupa tanpa hidangan sesuatu, kecuali
beberapa potong roti kering dan arak campur air.
Puluhan makam yang terkumpul malang melintang tak
teratur di tempat itu, tidak ada yang terpelihara baik.
Sesungguhnya memang pernah ada yang memperbaiki
makam makam ini, akan tetapi oleh pemerintah setempat,
bong pai (batu nisan) yang bagus bagus itu dihancurkan
kembali dan diadakan larangan untuk memperbaiki makam
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
makam itu. kecuali hanya sekedar tulisan tentang nama
jenazah yang dikubur di situ.
Kuburan ini adalah tempat dikuburkannya orang orang
yang oleh pemerintah Coan dianggap pemberontak
pemberontak dan penjahat penjahat, sebagian besar adalah
perwira perwira dan orang orang gagah yang menjadi
korban keganasan Ang bi tin. Keluarga korban korban ini,
jurang ada yang berani mengunjunginya, apalagi mereka
yang kini sudah mendapat kedudukan baik sebagai pegawai
maupun sebagai pedagang.Memang berbahaya sekali kalau
mengunjungi tempat ini, karena sekali saja pembesar
setempat mengetahui bahwa hartawan itu mempunyai
keluarga yang di kuburan itu, tentu ia akan diperasnya habis
habisan, dengan ancaman bahwa kalau tidak mau memberi
suapan ia akan dilaporkan sebagai keluarga pemberontak
yang harus diawasi atau ada kemungkinan ditangkap!
Oleh karena inilah, maka pengunjung dari kuburan itu
hanyalah orang orang miskin yang bagi para pembesar
setempat merupakan tulang tulang kering yang tak dapat
diisap lagi. Atau ada juga orang orang kang ouw yang
gagah, orang orang pengembara yang tidak mudah diperas
oleh pembesar setempat, selain karena kegagahannya juga
karena tidak tentu tempat tinggalnya.
Pada hari itu, pagi sekali sudah banyak pengunjung di
kuburan terasing itu. Tidak mengherankan karena memang
hari itu kebetulan hari Menyambangi Kuburan yang sudah
menjadi tradisi bagi orang orang yang masih menjunjung
tinggi aturan lama. Tidak saja kuburan miskin ini yang
penuh pengunjung, bahkan kuburan kuburan para hartawan
dan pembesar di tempat lain kuburan yang indah sekali
bangunnanya, juga penuh pengunjung pada hari itu. Seperti
biasa, pengunjung pengunjung kuburan para pemberontak
itu berpakaian biasa dan sederhana, bahkan sebagian besar
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
berpakaian seperti pengemis jembel. Di antara banyak
pengunjung ini terdapat pula orang orang miskin yang
dibayar oleh para hartawan yang mempunyai keluarga
terkubur di sini, untuk mewakili mereka bersembahyang
dan membersihkan rumput yang memenuhi kuburan.
Makin tinggi matahari naik, makin banyak orang
mengunjungi kuburan ini dan akhirnya hanya ada dua buah
makam yang masih belum mendapat kunjungan orang. Dua
buah makam ini agaknya memang tak pernah mendapat
pengunjung. Karena rumput di situ sudah penuh, sehingga
gundukan tanah itu tertutup sama sekali dan di situ tidak
terdapat tulisan nama jenazah sama sekali. Hanya bedanya,
gundukan tanah yang sebelah kanan berbentuk bundar dan
yang kiri segi empat dan nampaknya sudah tua sekali.
Memang ada beberapa batang gagang hio di depan kedua
makam ini, agaknya ditancapkan oleh para pengunjung
kuburan lain yang merasa kasihan kepada dua makam ini.
Seperti telah disebutkan di bagian depan, para
pengunjung makam itu terdiri dari orang orang miskin yang
sederhana, maka tentu saja semua orang itu menjadi
melongo dan terheran heran ketika tiba tiba melihat seorang
gadis yang berpakaian indah, gadis cantik seperti bidadari
yang masuk ke halaman makam yang terlantar itu! Semua
orang memandang dan mereka heran sekali seakan akan
melihat seorang bidadari turun dari langit yang menaruh
kasihan kepada makam makam itu.
Gadis ini bukan lain adalah Sian Hwa. Ia telah tiba di
Tong seng kwan pada waktu fajar menyingsing. Melihat
orang orang pada membeli di toko toko, ia lalu bertanya
tanya dan mendapat keterangan bahwa orang orang itu
hendak mengunjungi kuburan untuk bersembahyang.
Tergeraklah hatinya karena kalau ayahnya meninggal dunia
di kota ini, tentulah kuburan ayahnya berada diantara
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
kuburan kuburan yang lain. Maka iapun membeli
sebungkus hio yang dimasukkan ke dalam buntalan
pakaiannya, kemudian ia mengikuti arus manusia itu
menuju ke kuburan. Ketika ia memasuki kuburan yang
mewah dan indah, ia mencari cari, akan tetapi diantara
semua batu nisan itu tidak terdapat tulisan seorang she Can
yang menjadi she dari ayahnya. Maka ia lalu pergi
meninggalkan kuburan indah itu dan mendapatkan
keterangan bahwa di sebelah selatan kota masih terdapat
sebuah tanah kuburan yang miskin. Maka ia lalu pergi
mengunjungi kuburan ini.
Ketika melihat keadaan kuburan ini dan keadaan para
pengunjung yang amat miskin, hati Sian Hwa terharu
bukan main. Baru saja ia menyaksikan kuburan yang
bernisan indah berukir huruf huruf emas dan para
pengunjungnya yang berpakaian indah indah pula, dan
sekarang ia melhat keadaan yang sama sekali menjadi
kebalikan daripada pemandangan tadi. Ah, pikirnya penuh
keharuan, tidak hanya orang hidup yang mendapatkan
kedudukan berbeda, bahkan, sesudah matipun masih
nampak jelas perbedaan itu, sungguhpun hanya perbedaan
luar saja karena di bawah semua kuburan itu, baik yang
indah maupun yang buruk, keadaannya tentu tak berbeda!
Sungguh mata manusia telah menjadi buta karena silau
akan mengkilatnya emas dan perak!
Sian Hwa tidak rnemperdulikan pandangan mata semua
orang. Tadi ketika ia mencari cari nama ayah nya diantara
nisan nisan yang berukir dengan huruf huruf emas, banyak
mata memandangnya. Terutama sekali, mata para
pengunjung pria, baik yang muda maupun yang tua, yang
memandang kepadanya dengan sinar mata kurang ajar.
Kini banyak mata memandangnya dengan takut takut,
curiga dan juga kagum. Ia tidak memperdulikan semua ini,
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
hanya segera mencari dan membaca setiap nama yang
terukir di batu nisan yang kasar. Akan tetapi tidak
sebuahpun batu nisan yang diukir nama ayahnya atau nama
seorang she Can. Ia hampir menjadi putus asa dan merasa
amat berduka. Akhirnya ia tiba di depan dua buah kuburan
yang tidak terawat dan amat sengsara keadaannya itu.
Sian Hwa menjadi amat terharu melihat keadaan dua
buah makam yang terlantar ini. Ia membuka buka rumput
yang tebal untuk mencari kalau kalau terdapat batu
nisannya akan tetapi makam itu benar benar miskin dan
tidak ada tanda sesuatu. Makin terharu hati dara ini. Ia
mencari cari dari tidak mendapatkan makam ayahnya,
berbeda dengan semua orang yang mengunjungi tempat itu
yang kesemuanya mengunjungi makam keluarga masing
masing. Dan dua buah makam ini sama sekail tidak
dikunjungi orang, berbeda dari semua makam yang berada
di situ. Jika diingat, keadaannya sesuai benar dengan
keadaan dua buah makam ini, sama sama terlantar tidak
ada yang perduli.
Karena hatinya tergerak sekali, Sian Hwa lalu
mengeluarkan hio (dupa) yang dibawanya, ia melihat ke
kanan kiri dan ketika melihat seorang kakek sedang
bersembahyang di depan kuburan yang berada dekat
dengan makam itu, ia lalu minta api kepada kakek itu untuk
menyalakan dupanya Kemudian ia bersembahyang di
depan dua makam itu dan membagi dupanya menjadi dua,
yang sebagian ditancapkan di depan makam bundar, yang
sebagian lagi ditancapkan di depan makam segi empat.
Kemudian ia duduk di dekat makam itu dan melamun.
“Maaf, siocia,” suara yang halus ini menyadarkannya
dari lamunan. Ia menengok dan melihat kakek yang
dimintai api tadi.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Eh, ada apa, lopek?” tanyanya sambil bangkit berdiri.
Kakek itu sudah tua sekali dan pakaiannya menyatakan
bahwa ia adalah seorang petani miskin.
“Maaf kalau aku lancang bertanya, apakah siocia
keluarga dari dua orang gagah yang dimakamkan di sini?”
Sambil berkata demikian, kakek itu menudingkan jarinya ke
arah dua buah makam yang terlantar itu.
Sian Hwa menggelengkan kepalanya. “Bukan, lopek.
Aku tidak kenal siapa yang dimakamkan di sini dan
mengapa pula makam makam di sini demikian tak terurus
dan miskin. Aku hanya merasa kasihan karena dua makam
ini sama sekali tidak didatangi pengunjung.”
Kakek itu menghela napas panjang. “Demikianlah nasib
orang orang gagah bangsa kita, siocia. Mereka semua yang
tertanam di sini dahulunya adalah orang orang gagah dan
perwira perwira yang berkepandaian tinggi dan berjiwa
patriot, yang gugur sebagai pahlawan pahlawan bangsa.
Akan tetapi, kau melihat sendiri, keadaan makam mereka
begini buruk.” Kembali ia menarik napas panjang.
Hati Sian Hwa berdebar mendengar kata kata ini. Tak
salah lagi, makam ayahnya tentu berada di kuburan ini,
entah yang mana. Ia memandang lagi kepada dua buah
makam itu dan sambil menahan nafsu ia bertanya.
“Lopek, kau mengunjungi makam siapakah??”
“Makam putera tunggalku, siocia. Dia dahulu adalah
seorang perajurit yang tewas ketika tentara Mongol
menyerbu ke sini.”
“Dan dua makam yang tidak berbatu ini...... kenalkah
kau makam siapakah ini?” Sambil memandang kakek itu,
Sian Hwa menanti jawaban dengan hati berdebar.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Kakek itu. mengerutkan keningnya. “Mereka ini adalah
dua orang yang paling gagah di antara semua yang terkubur
di sini, siocia. Sayang sekali nasib mereka amat buruk,
sehingga agaknya mereka sekeluarga telah dibasmi habis
oleh… Ang bi tin....” ketika mengucapkan kata kata Ang bi
tin kakek itu menengok ke kanan kiri dan bicaranya
perlahan sekali, seakan akan takut kalau kalau terdengar
orang lain.
Mendengar ini, hati Sian Hwa makin bergelora, akan
tetapi dengan sekuat tenaga ia menekan perasaan hatinya
agar tidak menggigil dan suaranya tidak menggetar ketika ia
bertanya lagi.
“Lopek yang baik, kuburan siapakah dua makam ini?
Tolong kau beritahukan siapa nama mereka, karena aku
benar benar amat tertarik dan kasihan, melihat kuburan
yang terlantar ini.”
Kakek itu menudingkan telunjuknya ke makam yang segi
empat. “Kuburan ini adalah makam dari seorang perwira
yang gagah perkasa, perwira Han yang bernama Song Hak
Gi dan yang terbunuh oleh barisan Ang bi tin. Kasihan
sekali, dia seorang yang gagah dan mulia, aku pernah kenal
padanya dan ia benar benar seorang yang suka menolong
orang orang lain. Sayang sekali nasibnya amat buruk
sehingga ia tewas beserta seluruh keluarganya oleh barisan
Ang bi tin.”
Setelah melihat ke kanan kiri, kakek itu menyambung.
“Sungguh kejam barisan Ang bi tin yang dipimpin oleh Ngo
jiauw eng! Aku merasa bersukur bahwa belum lama ini Ngo
jiauw eng terbunuh oleh orang orang gagah di kota raja.”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Jilid IX
SIAN HWA, merasa hatinya tertusuk mendengar ini. Ia
semenjak kecil dipelihara dan diaku anak oleh seorang
tokoh Ang bi tin! Baiknya kakek ini tidak tahu bahwa dia
adalah puteri dari Panglima Bucuci, pemimpin Ang bi tin
yang terkenal! Ngo jiauw eng yang diceritakan kakek itu
hanya anak buah saja dari ayah angkatnya !
“Dan kubuaran yang bundar ini, lopek?”
“Aku sendiri tidak kenal orangnya, siocia. Hanya aku
mendengar dan orang lain bahwa ini adalah kuburan
seorang kauwsu (guru silat)”
Pucatlah muka Sian Hwa mendengar ucapan ini. Tanpa
disadarinya ia melangkah maju dan memegang tangan
kakek itu. “Lopek, lekas katakan. Siapakah nama guru silat
itu?”
Kakek itu terheran heran dan setelah berpikir pikir
sejenak ia berkata. “Namanya aku sendiripun tidak tahu.
Hanya aku pernah mendengar bahwa ia disebut Can
kauwsu dan menjadi sahabat baik dari perwira Song Hak
Gi, dan....”
Akan tetapi Sian Hwa tak menunggu lagi sampai kakek
itu selesai bicara. Saking terharunya, gadis ini menjatuhkan
diri dan berlutut di depan kuburan yang berbentuk bundar
itu dan tak dapat ditahan lagi air matanya membanjir keluar
dari sepasang matanya, mengalir turun di sepanjang pipi
nya. Ia menggigit bibirnya agar jangan sampai
mengeluarkan suara tangisan dan keluhan, akan tetapi
hatinya menjerit jerit..
“Ayah…..!”
Kakek itu menjadi makin bingung melihat sikap nona
yang berpakaian indah dan berwajah seperti bidadari ini.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Juga beberapa orang pengunjung kuburan itu kini mulai
dalang mendekati karena merekapun merasa heran
siapakah gerangan nona yang menangis di depan dua
kuburan yang selama ini tak pernah dikunjungi orang itu.
“Siocia, siapakah kau….? Apakah hubunganmu dengan
mereka ini…..?” Kakek itu berlutut pula dan bertanya
dengan suara halus, penuh hati kasihan.
Sian Hwa mengangkat mukanya dan menyusut air
matanya dengan ujung lengan bajunya. Ketika ia melihat
orang orang berkerumun mendekatinya, sambil
memandang dengan mata penuh perhatian dan ikut terharu,
ia lalu berkata,
“Cu wi sekalian harap tinggalkan aku. Tidak ada apa apa
yang patut ditonton!” Ucapannya ini biarpun halus, akan
tetapi mengandung perintah dan orang orang itu lalu
mengundurkan diri dan meninggalkannya, kecuali kakek
tadi.
“Lopek, dapatkah kau menceritakan kepadaku
bagaimana tewasnya Can kauwsu ini dan di mana?”
Kakek itu menggeleng gelengkan kepalanya yang sudah
beruban. “Menyesal sekali, siocia. Hal ini sudah terjadi
belasan tahun yang lalu dan selain aku seorang agaknya
tidak ada yang mengenal perwira she Seng ini, apalagi
mengenal Can kauwsu .Keadaan di kota Tong seng kwan
sudah berubah banyak. Adapun Can kauwsu ini kabarnya
tewas ketika membela perwira perwira yang diserang oleh
Ang bi tin, akan tetapi oleh siapa aku sendiri tidak tahu.
Tentu saja matinya di kota Tong seng kwan, karena semua
korban yang terkubur di sini adalah korban korban yang
tewas di kota itu.”
“Dan keluarganya, lopek? Bagaimana dengan keluarga
mereka dan khususnya keluargaCan kauwsu?”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Kembali kakek itu menggelengkan kepalanya sambil
menghela napas.
“Seperti sudah kukatakan tadi, keluarga Song ciangkun
telah dibasmi semua seperti juga keluarga para perwira lain.
Aku sendiri tidak kenal siapa yang menjadi keluarga Can
kauwsu, akan tetapi tak dapat salah lagi, keluarga merek a
pun tentu telah binasa semua.” Tiba tiba kakek itu
memandang tajam kepada Sian Hwa. “Kecuali kalau
kebetulan pada hari itu ada keluarganya yang berada di luar
kota. Siocia, kau menaruh perhatian kepada dua keluarga
Song dan Can, apakah kau masih keluarga mereka?”
Sebelum Sian Hwa dapat menjawab, terdengar ribut
ribut dan nampak semua pengunjung kuburan itu berlari
lari keluar melarikan diri dan tempat itu. Ketika Sian Hwa
mengangkat kepala, ia melihat ayah tirinya mendatangi
bersama Liem Swee dan Pat jiu Gram ong! Ia menjadi
terkejut sekali dan cepat menjatuhkan diri berlutut di depan
suhu nya yang memandang kepadanya dengan kening
berkerut,
“Sian Hwa, kau benar benar anak yang membikin pusing
orang tua,” kata Bucuci sambil menggeleng gelengkan
kepalanya.”Semalam suntuk aku bingung mencari carimu,
tidak tahunya kau berada di tempat ini!”
Ketika kakek ini melihat siapa yang datang, ia menjadi
pucat sekali dan tubuhnya gemetar seperti orang sakit
demam. Alangkah kagetnya mendengar ucapan Bucuci,
karena tidak disangkanya sama sekali bahwa gadis ini yang
tadi bercakap cakap dengan dia adalah puteri dari tokoh
besar yang ditakuti orang lebih lebih dari iblis itu. Panglima
Bucuci! Dengan hati berdebar dan kaki menggigil, kakek itu
lalu merangkak pergi dari situ.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“He, tunggu kau!” Bucuci membentak dan hampir saja
kakek itu terjengkang saking kagetnya.
Ia cepat berlutut dan mengangguk anggukkan kepalanya
sampai menyentuh tanah.
“Hamba menanti perintah, Loya.....”
“Apa saja yang kau obrolkan dengan siocia ?”
“Ti.... tidak apa apa, loya....” jawab kakek itu dengan
suara menggigil dan gagap.
“Betul betul tidak ada apa apa lagi? Awas, kalau
membohong, kau sekarang juga akan kutanam hidup hidup
di kuburan ini!” Bucuci membentak lagi
“Tidak....tidak ada apa apa lagi, loya .... Ampunkan
hamba....”
Tiba tiba Sian Hwa menoleh kepada kakek itu dan
berkata dengan tenang,
“Lopek, sudahlah. Kau pergi dari sini, aku yang tanggung
kau takkan diganggu.”
Kakek itu memandang kepadanya dengan penuh terima
kasih, kemudian berdiri dan pergi cepat cepat bagaikan
dikejar harimau dari tempat itu. Akan tetapi ia keliru
sangka kalau mengira bahwa ia telah terlepas begitu
mudahnya dari tangan Bucuci, karena tak lama setelah tiba
di rumah, seorang perajurit utusan Bucuci telah datang dan
menghujani pertanyaan kepadanya sambil mengancam dan
memukul, memaksa ia mengakui segala percakapan yang
terjadi antara dia dan nona cantik tadi.
“Sian Hwa, perbuatan apakah yang kaulakukan ini? Apa
artinya kau malam malam meninggalkan rumah dan tahu
tahu berada di kuburan buruk dan kotor ini?” terdengar Pat
jiu Giam ong dengan suaranya yang besar itu menegur.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Maaf, suhu. Ini adalah urusan pribadi dari teecu
bersama ayah tiri teecu,” Sian Hwa menjawab.
Pat jiu Giam ong mengeluarkan suara dari hidung. “Hm,
jawabanmu ini tidak tepat dan bahkan kurang ajar, Sian
Hwa. Kau harus ingat bahwa sebagai gurumu saja, aku
sudah berhak untuk mengetahui segala sepak terjangmu.
Apalagi aku bukan hanya gurumu, bahkan calon ayah
mertua mu. Tidak patut kau menyembunyikan sesuatu dari
padaku.”
Sian Hwa dapat mengerti alasan ini, maka terpaksa ia
menjawab juga. “Suhu, salahkah bagi teecu untuk mencari
makam ayah sendiri? Harap suhu suka menjawab
pertanyaan ini.”
Pat jiu Giam ong melirik ke arah Bucuci yang diam saja
sambil cemberut, kemudian sambil mengelus elus
jenggotnya, jenderal yang bertubuh tinggi besar ini berkata.
“Hm, tentu saja tidak.”
Girang hati Sian Hwa mendengar suhunya tidak
menyalahkannya.
“Nah, untuk keperluan itulah teecu meninggalkan
rumah. Ayah tiri dan ibu teecu tidak mau memberitahukan,
maka terpaksa teecu meninggalkan rumah untuk
mencarinya sendiri dan sekarang teecu telah
menemukannya.”
“Mana? Yang mana kuburan ayahmu?”
“Inilah dia,” Sambil menuding ke arah kuburan yang
terlantar itu Sian Hwa bangkit berdiri, akan tetapi ia lalu
menubruk kuburan itu sambil menangis.
“Lihatlah suhu.... kuburan demikian buruk tak terawat,
apakah teecu berhak untuk hidup dalam kemewahan dan
membiarkan kuburan ayah teecu seperti ini....??”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Sian Hwa, kau tentu telah tahu; Ayahmu terkubur di
sini dan tidak terawat makamnya, karena kebetulan sekali
ayahmu memihak pemberoniak Ayahmu telah mengambil
jalan sesat dan kau sebagai puterinya akan berjasa dan
dapat menebus dosa ayahmu kalau kau dapat menjadi
seorang baik baik yang setia kepada pemerintah,” kata Pat
jiu Giam ong dengan suara berpengaruh.
“Akan tetapi .... dia .... betapapun juga, dia adalah
ayahku, suhu ....! Tak mungkin teecu dapat melihat makam
ayah seperti ini.”
“Sudahlah, Sian Hwa. Aku sendiripun tidak tahu di
mana makam ayahmu itu. Sekarang setelah aku tahu,
apakah susahnya memperbaikinya? Aku akan membuatkan
bongpainya dan menyuruh orang merawatnya baik baik.
Mari kita pulang, kalau hal ini sampai terdengar oleh orang
lain, bukankah akan tercemar nama baik keluarga kita?”
Bucuci membujuk anak angkatnya.
“Ayahmu benar, Sian Hwa. Mari kita pulang, kau harus
taat kepada ayahmu, gurumu dan juga ayah mertuamu!”
Pat jiu Giam ong berkata membantu Bucuci. Dengan hati
tertekan dan amat terpaksa Sian Hwa menyusut kering air
matanya dan dengan tindakan berat ia meninggalkan
kuburan itu, mengikuti ayahnya dan gurunya.
“Sumoi, jangan terlampau bersedih. Hal hal yang sudah
lewat, perlu apa disedihkan? Paling baik, orang orang muda
seperti kita harus memandang ke arah masa depan dengan
penuh kegembiraan!” Di jalan, Liem Swee dengan suara
penuh kasih sayang berkata kepada tunangannya. Akan
tetapi ucapan ini bukannya menghibur hati Sian Hwa,
bahkan mendorong keluarnya air mata dari kedua mata
gadis itu. Diingatkan akan masa depan, terbayanglah wajah
Bun Sam di depan mata Sian Hwa dan masa depan gadis
ini amat suram. Ya, bahkan gelap sekali!
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Biarpun hatinya selalu dirundung duka, namun Sian
Hwa amat giat dan rajin melatih ilmu silat di bawah asuhan
gurunya. Bahkan ia lebih rajin daripada dulu, sehingga
diam diam Pat jiu Giam ong merasa girang sekali. Dengan
ketekunannya yang luar biasa, Sian Hwa perlahan lahan
dapat melampaui kepandaian suhengnya, yakni Liem Swee
atau tunangannya. Tak pernah gadis ini menyebut nyebut
tentang ayahnya lagi, bahkan terhadap ibunya sendiripun
tak pernah ia bertanya lagi. Akan tetapi, baik Bucuci
maupun.Kui Eng isteri nya, maklum bahwa gadis itu
sekarang mengandung rasa tidak senang atau setengah
dendam kepada mereka. Kui Eng merasa sedih sekali
melihat sikap Sian Hwa, karena sesungguhnya Kui Eng
mencintai Sian Hwa seperti anaknya sendiri. Sian Hwa
masih percaya bahwa Kui Eng adalah ibunya yang sejati,
percaya bahwa ibunya ini adalah isteri dari Can kauwsu
yang telah dibunuh oleh barisan Ang bi tin, ia merasa benci
kepada ibunya yang dianggapnya benar benar tidak setia.
Suami dibunuh oleh pasukan Ang bi tin, akan tetapi ibunya
bahkan lebih suka diambil isteri oleh Bucuci seorang
panglima Ang bi tin. Ia tidak suka lagi kepada Bucuci dan
kalau saja ia tidak ingat akan kebaikan ayah tirinya itu yang
dilimpahkan kepada nya semenjak kecilnya, tentu ia telah
menaruh hati benci kepada Bucuci. Ia tidak bisa membenci
seorang yang telah berlaku baik terhadapnya semenjak
kecil, akan tetapi iapun tak dapat memaafkan seorang
panglima Ang bi tin yang telah membunuh ayahnya.
Bulan bulan berlalu cepat dan setahun telah lalu
semenjak peristiwa di atas. Kepandaian Sian Hwa telah
meningkat cepat sekali dan sekarang ia telah mewarisi ilmu
pedang dari Pat jiu Giam ong yang paling sempurna, yakni
Ilmu Pedang Pat kwa Sin kiam hwat. Juga dari calon
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
mertuanya ini ia menerima pedang pusaka dari Hoa san
pai, yakni pedang Oei giok kiam (Pedang Kemala Kuning)
yang gagangnya terhias dengan batu batu kemala berwarna
kuning. Sebenarnya pedang ini adalah hadiah dari calon ibu
mertuanya atau isteri dan Pat jiu Giam ong, seorang murid
tersayang dan Hoa san pai.
Sikap Sian Hwa terhadap Liem Swee biasa saja dan
selalu ia menolak kalau Liem Swee hendak bersikap mesra
kepadanya. Biarpun di luarnya ia seakan akan tak pernah
menolak pertunangannya dengan suhengnya ini akan tetapi
di dalam hatinya ia tak pernah melupakan janjinya kepada
Bun Sam bahwa ia selama hidupnya takkan menikah
dengan pemuda lain.
Diam diam Sian Hwa selalu gelisah kalau mengingat
tentang pertunangan ini. Dan saat yang ditakut takuti itu
akhirnya tiba juga. Pada suatu hari, ia diberi tahu oleh ayah
bundanya bahwa gurunya telah menetapkan hari
pernikahannya dengan Liem Swee, yakni pada permulaan
musim chun (musim semi ) yang akan tiba dua bulan lagi.
Bukan main kaget dan cemasnya hati Sian Hwa. Ia
menerima warta ini dengan muka pucat, kemudian ia
menangis sambil menubruk ibunya Kui Eng menjadi heran
sekali. Selama setahun lebih, yakni selama gadis itu marah
kepadanya, sekembalinya dari kuburan di Tong seng kwan,
jarang sekali Sian Hwa mau bicara kepadanya kalau tidak
ditanya. Sekarang anak itu menubruk dan merangkul
sambil menangis. Timbul pula kasih sayang dalam hati Kui
Eng dan dengan air mata mengalir iapun mengelus elus
kepala Sian Hwa. “Anakku, anakku sayang, mengapa kau
menangis? Bukankah warta ini sebetulnya harus kau terima
dengan gembira?”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Ah, ibu.... mengapa aku dilahirkan di dunia ini kalau
hanya untuk menghadapi kekecewaan dan kedukaan
belaka?”
Bucuci mendengar ini sudah hampir marah, akan tetapi
Kui Eng mengelapkan matanya kepada suaminya itu, minta
Bucuci meninggalkan mereka berdua. Sambil bersungut
sungut Bucuci pergi dari kamar itu.
“Tenanglah, Sian Hwa. Sebetulnya, telah lama sekali
ibumu merasa gelisah sekali melihatmu. Apakah yang kau
susahkan, nak? Aku tahu bahwa kau merasa tidak senang
kepada ayah bundamu. Kau tidak senang kepada ayah
tirimu karena ayah tirimu adalah seorang panglima Ang bi
tin yang telah membunuh ayahmu. Dan kau merasa kecewa
melihat ibumu yang sudi menjadi isterinya, bukan?”
Sian Hwa memandang kepada ibunya yang kini
mengalirkan air mata sambil teisak isak. Ia menjadi terharu
dan memeluk ibunya itu sambil menangis. “Ah, ibu....
Ibu.... agaknya akan lebih baik kalau kita dahulu ikut saja
dengan ayah.....”
Mendengar ini, Kui Eng teringat akan suami dan
puteranya yang tewas dalam tangan para gerombolan Ang
bi tin, maka tangisnya makin menjadi. Kasihan sekali anak
ini, pikirnya.
“Sian Hwa, yang sudah sudah tak perlu di ingat lagi.
Sekarang ibumu telah menjadi isteri ayah tirimu dan biar
bagaimana juga, harus kita akui bahwa sebagai suami dan
ayah, ia adalah seorang yang cukup baik. Penderitaanku
sudah cukup banyak dan hidupku hanya karena
mengharapkan dapat melihat kau berbahagia, anakku.
Sekarang kau menghadapi pernikahan dengan suheng mu
itu, yang berarti kau akan terlepas dari pengawasan ayah
ibumu. Bukankah ini hal yang menggembirakanmu? Kau
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
akan hidup dengan suamimu yang cukup gagah dan
tampan, bahkan menjadi kawan bermain mu semenjak
kecil.Mengapa kau sekarang menjadi berduka? Soal ibumu,
tak usah kau pikirkan, nak. Aku sudah cukup banyak
penderita, sudah cukup tua, sehingga hanya tinggal menanti
ajal saja menyusul ayahmu.”
“Ibu…!” Sian Hwa memeluk leher ibunya dan menciumi
muka yang mulai berkeriput, akan tetapi masih nampak
cantik itu. Kui Eng mengelus elus rambut puterinya dengan
penuh kasih sayang seorang ibu.
“Ibu, harap jangan marah dan berduka, ibu.
Sesungguhnya.... aku tidak bisa dan tidak mau menjadi
isteri Liem suheng....”
Kui Eng terkejut sekali dan cepat ia memegang kepala
anaknya lain menatap wajah gadis itu yang pucat.
“Sian Hwa, apa artinya ucapanmu ini.....? ?” tanyanya
cemas.
Untuk beberapa lama Sian Hwa tak dapat menjawab.
Berat hatinya untuk membuat pengakuan kepada ibunya,
akan tetapi di dalam dunia ini, selain ibu kandungnya, siapa
lagi yang dapat dimintai pertimbangan? Siapa pula yang
akan membelanya dalam keadaan terjepit ini?
“Ibu, ampunkan anakmu, ibu.”
“Sian Hwa, anakku sayang, mengapa kau ragu ragu?
Aku tahu bahwa kau mempunyai kesukaran dalam hatimu.
Sudah lama aku dapat menduga hal ini. Beritahukanlah
kepada ibumu, nak biar kita bersama mencari
pemecahannya” katanya sambil membelai rambut anak
angkat yang telah menjadi anak sendiri ini.
“Ibu, sesungguhnya, ...... aku telah bersumpah takkan
mau menjadi isteri siapapun juga, kecuali ....” Sian Hwa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
menahan kata katanya lagi. Benar benar berat lidahnya
untuk menyebut nyebut nama Bun Sam.
“Kecuali apa, Sian Hwa? Teruskanlah,” desak Kui Eng.
“Aku telah bersumpah hanya mau menjadi isteri Bun
Sam !”
Benar benar nyonya itu terkejut sekali dan juga terheran
heran. Belum pernah ia mendengar nama ini selama
hidupnya.
“Bun Sam....? ? Siapakah dia, nak?”
“Ibu tidak tahu siapa dia. Dia...., dia pernah dua kali
datang di taman ini. Dia... dia pemuda gagah perkasa,
murid dari Kim Kong Taisu....” Makin terkejut ketika Kui
Eng mendengar ini. Ia pernah mendengar bahwa pemuda
murid Kim Kong Taisu adalah pemuda yang dulu datang
membikin ribut di kota raja
“Sian Hwa! Bagaimana kau bisa tersesat sejauh itu?
Bukankah pemuda yang kau sebutkan namanya tadi yang
dulu membikin ribut di kota raja? Bukankah dia seorang
penjahat? Ah, nak, mengapa kau merendahkan dirimu
sampai begitu jauh.”
“Ibu jangan salah sangka, Bun Sam adalah seorang
pendekar muda dan gagah perkasa dan berhati mulia. Sama
sekali bukan panjahat. Ibu ingat saja keadaan ayah,
bukankah ayah juga dibunuh dan dianggap sebagai seorang
pe njahat pula? Bukankah sebetulnya ayah adalah seorang
guru silat yang gagah perkasa dan pembela rakyat?
Mengapa ia dianggap pemberontak jahat dan dibunuh?”
Mendengar jawaban ini, Kui Eng memeramkan
matanya. Ah? anak ini tidak tahu bahwa orang yang
dianggap ibunya ini sebenarnya bukanlah ibunya yang asli.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Suaminya adalah seorang perwira, bukan seorang yang
disebut Can kauwsu itu!
“Sudahlah, Sian Hwa, jangan kau sebut sebut tentang hal
itu lagi. Sekarang bagaimana baiknya? Kau harus tahu
bahwa semenjak dahulu kau telah ditunangkan dengan
suhengmu. Bagaimanapun juga, menurut pandanganku,
kau sudah cocok menjadi isteri Liem Swee. Anak itu cukup
baik dan kedudukan ayahnya amat tinggi. Kalau kau
menjadi menantu Liem goanswe tidak saja derajatmu naik,
bahkan orang tuamu juga mendapat kehormatan besar
sekali. Anakku, mengapa kau hendak mengacaukan
rencana yang sudah amat baik ini?”
Sian Hwa menarik dirinya dari pelukan ibunya dan
dengan mulut cemberut ia berkata manja. “Ibu tidak mau
membelaku! Semua orang di dunia ini memusuhiku
belaka!” Memang Sian Hwa semenjak kecil sudah dimanja
oleh ibunya yang amat mengasihinya.
“Bukan memusuhimu, nak. Ibumu selalu memikirkan
untuk kebahagiaanmu. Coba sekarang kau jelaskan
mengapa kau tidak mau menjadi isteri Liem Swee dan
mengharapkan menjadi jodoh seorang petualang seperti
pemuda yang mengacau di kota raja itu. Nah, selanjutnya
bagaimana? Apakah yang harus kita katakan kepada Liem
goanswee? Kau menyeret kedua orang tuamu ke jurang
kehancuran dengan keputusanmu yang bodoh ini, anakku!”
Kui Eng benar benar menjadi cemas memikirkan keadaan
ini.
Kini Sian Hwa telah dapat menguasai keharuannya.
Hatinya telah tetap untuk menentang siapa pun juga yang
hendak memaksanya menikah dengan Liem Swee. Ia
berdiri tegak dan berkata dengan tenang.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Ibu, aku takkan menikah dengan Liem snheng dan
habis perkara? Aku akan menanggung semua akibatnya. Ibu
dan.... ayah boleh memberi tahukan kepada suhu bahwa
aku tidak mau menikah.”
“Anakku, tahukah kau bagaimana Liem Swee akan
marah sekali? Dan ayahmu tentu akan menerima bencana
dari keputusanmu ini ? Ah, apakah yang harus kita
lakukan?” ibunya berkata bingung.
“Kalau tidak ada jalan lain, aku akan.... minggat saja,
ibu!” kata Sian Hwa pula dengan keras hati dan suara tetap.
“Ah, anakku, bagaimana kau sampai mengambil
keputusan begitu? Kenapa kau hendak pergi? Apa kaukira
akan dapat melarikan diri dari Liem goanswe? Ke manapun
kau pergi, tentu ia akan dapat mengejarmu!”
“Kalau begitu, apabila dipaksa paksa, aku.... aku akan....
membunuh diri, ibu! Aku lebih suka mati daripada dipaksa
kawin dengan Liem suheng!”
Kui Eng menahan pekiknya dan menubruk anaknya
sambil menangis.
“Jangan…Sian Hwa.... jangan begitu nekat.... ya Tuhan,
apakah yang harus kulakukan? Jangan, nak, berjanjilah
bahwa kau takkan mengambil keputusan nekat, berjanjilah!
Ibumu akan mencarikan jalan yang baik untukmu.”
“Ibu, biarpun aku tahu bahwa dengan Bun Sam aku tak
mungkin berjodoh, namun aku telah bersumpah di dalam
hati takkan menikah dengan orang lain. Aku takkan begitu
bodoh membunuh diri kalau ada jalan lain. Kita lihat saja
perkembangannya nanti,” jawab Sian Hwa dengan suara
bulat.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Tunggulah, biar aku membicarakan hal ini dengan
ayahmu, jangan kau mengambil keputusan pendek, tidak
baik dan berdosa, nak.”
Dengan muka pucat Kui Eng lalu meninggalkan kamar
itu untuk menemui suaminya Bucuci yang mendengar
keputusan Sian Hwa, tentu saja menjadi marah sekali dan
mencak mencak.
“Anak keparat !” makinya..”Sejak kecil dipelihara,
disayang dan dimanja, setelah besar mendatangkan bahaya!
Ah, celaka, kalau tahu begini, dulu dulu sudah kucekik
lehernya.”
“Sabarlah, suamiku, sabar. Anak itu sekarang telah
dewasa, kepandaiannya telah tinggi dan kau sendiri pernah
menyatakan bahwa kepandaian mu pun sudah kalah
olehnya. Ia berhati keras dan kalau kalau sampai ia
membunuh diri seperti ancamannya lalu bagaimana....??”
Setelah memaki maki habis habisan, Bucuci lalu berkata.
“Hal ini hanya Liem goanswe saja yang bisa membereskan.
Sekarang juga aku akan melaporkan hal ini kepadanya,”
Pergilah Bucuci meninggalkan isterinya yang segera
mendatangi Sian Hwa lagi, membujuk bujuk nya. Akan
tetapi keputusan Sian Hwa sudah bulat.
“Jangan khawatir, ibu. Biar kita tunggu bagaimana
keputusan dari suhu. Memang benar bahwa aku adalah
muridnya, akan tetapi sebagai guru dia belum berhak untuk
memutuskan nasib hidupku selanjutnya.”
Pada sore harinya, datanglah Liem goanswe Pat jiu
Giam ong ini benar saja menjadi marah besar ketika
mendengar laporan Bucuci.
“Dasar anak pemberontak!” seru jenderal ini sambil
mendelik. “Siapa sih yang begitu tergila gila untuk
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
mengambil menantu kepadanya? Akan tetapi, untuk
penolakannya ini berarti pembatalan pertunangan dan juga
merupakan penghinaan terhadap aku! Bagaimana dia
berani bersikap begitu? Kurang ajar sekali murid dari Kim
Kong Taisu!”
Ketika ia berada di rumah Bucuci dan Sian Hwa
dipanggil menghadap, jenderal ini memandang kepada
muridnya dengan mata penuh hawa marah. “Sian Hwa?”
bentaknya. “Dari siapa kau memperoleh kepandaianmu
selama ini?”
“Dari suhu.” jawab Sian Hwa sambil menundukkan
mukanya. “Hm, bagus! Kau masih ingat bahwa aku adalah
suhumu. Tahukah kau apa kewajiban seorang murid
terhadap gurunya?” Suara Pat jiu Giam ong mengguntur,
tanda bahwa ia marah sekali.
“Seorang murid harus tunduk kepada suhu nya dan
mentaati semua nasehat dan perintahnya.”
“Eh, kukira kau sudah lupa akan semua itu, tidak
tahunya kau masih ingat. Bagus, bagus, Sian Hwa. Ada
peribahasa orang orang gagah menyatakan bahwa It gan ki
jut, su ma lam twi (Sekali perkataan dikeluarkan, empat
ekor kuda takkan dapat menarik kembali)! Kau telah
ditunangkan dengan suhengmu, sudah menjadi keputusan
matang antara orang orang tua dan kau tadipun
menyatakan bahwa sebagai murid kau harus taat kepadaku,
mengapa aku mendengar hal hal yang gila dan aneh dari
ayahmu? Benar benarkah kau mengingkari janji
pertunanganmu dan menolak untuk menjadi isteri Swee ji
?”
Kini timbul ketabahan hati Sian Hwa, ia mengangkat
mukanya yang pucat dan dengan pandang mata tak gentar
ia berkata kepada Pat jiu Giam ong. “Maaf, suhu, Teecu
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
sama sekali tidak merasa bahwa teecu mengingkari janji
atau menarik kembali kata kata. Urusan pertunangan
dijadikan oleh ayah tiriku ketika teecu masih belum tahu
apa apa sama sekali, bukan merupakan janji teecu sendiri.
Oleh karena itu, kalau teecu menolak sekarang, bukan
berarti bahwa teecu menarik kembali janji, karena teeeu tak
pernah berjanji! Adapun tentang nasehat dan perintah suhu,
yang manakah yang pernah tidak ditaati oleh teecu?”
Bukan main marahnya hati Bucuci, akan tetapi di depan
Pat jiu Giam ong ia tidak berani banyak bicara. Adapun
Liem goanswe sendiri walaupun merasa dadanya panas,
namun ia masih menyabarkan diri.
“Memang selama ini kau selalu taat, bahkan
mempelajari ilmu silat dengan tekun dan memuaskan hati
suhumu. Akan tetapi, sekarang aku sebagai suhumu telah
menyetujui tentang perjodohanmu dengan anakku. Kalau
kau menolak, ini dapat juga berarti bahwa kau
membangkang terhadap perintah suhumu, Sian Hwa, sekali
lagi, kuminta kau berpikir waras dan tidak mengadakan
penolakan yang bukan bukan.....!”
“Maaf, suhu. Dalam hal pernikahan yang selanjutnya
akan menjadi dasar kehidupan teecu, terpaksa teecu tidak
dapat mentaati permintaan suhu. Oleh karena hal ini
menyangkut kehidupan teecu, maaf saja kalau teecu tidak
dapat menurut!”
“Sian Hwa, kau harus malu! Biarpun kau tak usah
mendengarkan omongan gurumu tentang hal pernikahan,
akan tetapi pernikahan diputuskan oleh orang tua. Ayahmu
sudah menyetujuinya.” .
“Dia bukan ayahku, suhu, hanya ayah tiri!”
“Dan ibumu juga sudah setuju!”
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Ibu terlalu lemah, selalu menurut kehendak ayah
tiriku!”
“Kurang ajar !” Liem goanswe kini benar benar marah.
“Sian Hwa, kau calon menantuku, muridku yang tadinya
kukasihi, kau hendak merendahkan namaku dan membikin
malu keluargaku? Tahukah kau bahwa penolakanmu berarti
kau menghina kepada keluarga Liem? Apakah benar benar
kau muridku telah tergila gila kepada murid Kim Kong
Taisu? Alangkah rendah dan hinanya!”
“Suhu....!” Sian Hwa mengangkat muka dan menatap
wajah suhunya dengan sinar mata berapi api.
Pat jiu Giam ong mengebutkan lengan baju nya ke
bawah dan terdengar suara keras. Ternyata bahwa batu
lantai telah pecah terpukul oleh ujung lengan bajunya itu!
“Sian Hwa, bantahannya ini memutuskan perhubungan
kita sebagai guru dan murid! Aku tidak perduli apa apa lagi,
hanya ingat, kalau fihak keluargamu berani menghinaku
dan membatalkan perjodohan ini, aku takkan tinggal diam.
Akan kuberi rasa kepada mereka yang berani menghina ku!
Kalau perlu, akan kubinasakan semua keluarga yang
menghina keluargaku. Aku sudah bicara, terserah kalian
mengambil keputusan!” Setelah berkata demikian, Pat jiu
Giam ong lalu melangkah keluar dengan tindakan lebar dan
muka merah saking marahnya!
Sian Hwa yang ditinggalkan, menundukkan mukanya.
Bucuci membanting banting kakinya.
“Celaka, celaka! Bagaimana aku begini bodoh dan
menolong seorang anak durhaka semacam ini? Aku
bersusah payah menolongnya, mencegahnya dari
kebinasaan, memeliharanya sampai besar, tahu tahu
sekarang dia menjadi sebab bencana yang menimpa
padaku. Ah, anak bedebah, lebih baik aku mengadu jiwa
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
dengan kau!” Sambil berkata demikian, Bucuci lalu
menubruk maju, menimbulkan suara kerincingan dari baju
perangnya. Dengan tangan kanan ia memukul kepala Sian
Hwa dan tangan kirinya menotok ulu hati gadis itu. Inilah
serangan pukulan Ji liong ta san (Dua Naga Memukul
Gunung) yang hebat luar biasa, karena baik tangan kanan
maupun tangan kiri merupakan pukulan maut yang disertai
tenaga lweekang sepenuhnya!
Sian Hwa tidak berani berlaku lambat melihat datangnya
pukulan yang berbahaya ini. Cepat ia menghindarkan
dirinya dan mengelak dengan gerakan Yan cu twi cauw
(Burung Walet Pulang Sarang). Akan tetapi Bucuci yang
sudah marah sekali, lalu melanjutkan serangannya dengan
ilmu pukulan bertubi tubi yang semuanya dilakukan dengan
penuh kegemasan dan mengandung bahaya maut. Sian
Hwa cepat mempergunakan ginkangnya yang tinggi,
berputar putar dan melakukan gerakan Jiauw ouw poan
oan, yakni tindakan berputar putar yang lincah sekail untuk
mengelak dan pukulan bertubi tubi itu. Kadang kadang ia
terpaksa menangkis dengan jari jari tangannya yang
dijepretkan.
“Ayah, aku tidak mau bertempur melawan engkau,” kata
gadis itu.
“Anak durhaka, jangan menyebut ayah, aku bukan
ayahmu!” bentak Bucuci.
“Baik, Panglima Bucuci. Kalau demikan kehendakmu,
akan tetapi tetap saja aku tidak sampai hati membalas
seranganmu!” Sambil berkata demikian, Sian Hwa
mengerahkan tenaganya dan setiap kali menangkis pukulan,
ia mengerahkan lweekangnya, sehingga Bucuci merasa
betapa tangannya sakit sakit dan tulang tulangnya seperti
mau patah.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
Pada saat itu, muncul Kui Eng yang menjerit jerit
mencegah pertempuian itu. Melihat kenekatan Bucuci,
tanpa memperdulikan keselamatannya sendiri Kui Eng
menyerbu di tengah tengah untuk melarang suaminya
menyerang Sian Hwa.
Bucuci sudah mata gelap, maka ketika menyerang ia
tidak melihat lagi dan tiba tiba sebuah pukulannya dengan
tepat mengenai dada kanan Kui Eng. Nyonya itu menjerit
dan terguling roboh.Mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Ibu....!” Sian Hwa menjerit, lalu dengan marah ia
memukul ke arah Bucuci. “Kau berani melukai ibuku!”
Hebat sekali serangan dari Sian Hwa ini karena dara ini
mempergunakan pukulan Lit sim ciang hwat (Pukulan
Membelah Hati), Bucuci mencoba untuk menangkis, akan
tetapi terdengar suara, “krak” dan tulang lengan kirinya
yang menangkis itu telah patah.
“Ibu....!” Sian Hwa tidak memperdulikan Bucuci yang
jatuh terduduk sambil meringis ringis, lalu gadis itu
menubruk Kui Eng yang napasnya sudah empas empis.
“Sian Hwa... jangan mencari bencana… “Kui Eng
berkata terengah engah.
“Perempuan sial!” tiba tiba Bucuci memaki isterinya.
“Itulah jadinya kalau kau terlalu ingin mempunyai anak.
Terlalu sayang kepada anak guru silat pemberontak itu! Dia
bukan anak kita sendiri dan dia mempunyai darah
pemberontak, sekarang kau lihat sendiri apa jadinya! Dia
hanya mendatangkan bencana bagi kita berdua!” Bucuci
sambil meringis ringis menahan sakit, merobek bajunya
untuk dipergunakan membalut lengan kirinya sambil
menyumpah nyumpah dan memaki maki isterinya.
Sian Hwa yang tadinya memeluk ibunya, kini
melepaskan ibunya perlahan lahan di atas tanah. Dengan
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
muka pucat dan bibir gemetar ia berdiri perlahan, sebentar
memandang kepada ibunya dan segera dialihkan
pandangannya kepada Bucuci.
“Apa....? Apa katamu....? Aku bukan anak....ibu....? ?
Apa artinya ini....?”
Kui Eng mengeluh dan air matanya mengucur deras.
Sakit di dalam hatinya karena suaminya telah membuka
rahasia ini dirasakannya lebih hebat daripada sakit bekas
pukulan tangan suaminya yang mengakibatkan luka hebat
di dalam tubuhnya. Bucuci tertawa bergelak gelak.
“Bukan! Kau bukan anakku, bukan anak isteriku! Kau
seorang anak yatim piatu, anak tidak berharga yang sudah
kami pelihara, akan tetapi sekarang membalas budi kami
dengan racun! Anak keparat!!”
Kui Eng melambaikan tangannya dan Sian Hwa berlutut
lagi di dekat ibunya.
“Sian Hwa.... dia memang benar.... aku dirampasnya,
dipaksanya menjadi isterinya.... dan kau.... aku tidak tahu
siapa kau, siapa orang tuamu.... dia datang datang
membawamu ketika kau masih kecil....!”
“Bedebah!” Sian Hwa menjadi marah sekali. Sekarang
dia tahu, bahwa Bucuci telah memaksa Kui Eng yang
tadinya disangka ibunya. Dan kalau dia datang dibawa oleh
Bucuci, tentu ayah angkat ini tahu pula tentang kematian
orang tuanya..”Jadi kau agaknya yang merencanakan
pembunuhan orang tuaku, ya?” Dengan tindakan perlahan
bagaikan seekor harimau menghampiri korbannya, Sian
Hwa menghampiri Bucuci dan sepasang matanya berapi
api. Bucuci cepat berdiri dan bersiap menghadapi serangan
Sian Hwa.
TiraikasihWebsite http://kangzusi.com/
“Kau memang anak pemberontak, maka kau bersikap
sebagai seorang penjahat kejam!” bentak nya. “Aku tidak
membunuh orang tuamu, barisan Ang bi tin yang
melakukannya. Akan tetapi semenjak kecil kau telah
kupelihara baik baik. Sungguh seorang yang bong im pwe gi
(tak kenal budi)!”
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments