Senin, 20 Agustus 2018

Cerita Sakit Hati Seorang Wanita 1

=======


Jilid 1
"NONA MANIS, hendak ke manakah?"
Pemuda yang menegur itu bertubuh tinggi kurus berwajah
tampan dan dari pakaiannya mudah diketahui bahwa dia
seorang pemuda yang beruang. Usianya hampir tiga puluh
tahun dan dari pandang matanya dan senyumnya, dapat pula
diduga bahwa dia tentu seorang pria yang sudah biasa
berhadapan dengan wanita. Dua orang laki-laki lain, agaknya
pengikut-pengikutnya, yang usianya sebaya, tersenyum lebar
melihat betapa orang itu berlagak dan menegur gadis itu.
Gadis itu tidak menjawab, melirikpun tidak dan melanjutkan
perjalanannya. Ia melangkah dengan cepat tanpa menoleh,
membawa keranjangnya yang terisi seekor ayam dan sayursayuran
yang baru saja dibelinya dari pasar.
"Adik cantik, siapakah namamu!"
Dara itu tetap berjalan tanpa menoleh. Ia seorang dara
berusia lima belas dan enam belas tahun, bagaikan setangkai
bunga sedang mulai merekah, belum mekar sepenuhnya,
namun dalam keadaan seperti itu ia memiliki daya tarik
tersendiri yang amat kuat. Tubuhnya sedang, ramping dan
padat. Langkahnya nampak lemah gemulai namun gesit dan
bertenaga, lekuk lengkung tubuh mulai nampak walaupun
belum menonjol sekali. Dari kulit muka, leher dan tangannya
dapat diketahui bahwa ia memiliki kulit yang putih
kekuningan, halus mulus dan sehat kemerahan. Rambut
kepalanya hitam, lebat dan panjang, dikuncir dua dan kuncirkuncir
itu bergantungan di kanan kiri. Anak rambut yang
berjuntai halus di sekitar dahi dan tengkuknya melingkar
hangat. Sepasang alisnya hitam sekali seperti dipulas, kecil
panjang melengkung, membuat kulit pelupuk mata lebih putih
nampaknya daripada kedua pipi yang segar kemerahan itu.
Sepasang matanya bersinar lembut, jeli dan jernih, agak lebar
dan biasanya agak tajam akan tetapi saat itu sinar matanya
menunduk, diliputi rasa takut dan malu. Hidungnya kecil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mancung, ujungnya agak berjungkit ke atas memberi kesan
lucu dan nakal. Akan tetapi mulutnya mungkin memiliki daya
tarik paling kuat. Sepasang bibir merah tanpa gincu itu selalu
nampak basah dan penuh, kulit bibirnya demikian tipis seolaholah
hanya terisi darah dan kalau tergigit sedikit saja tentu
akan muncrat darahnya, mulut yang membayangkan
kegairahan dan menjanjikan kenikmatan yang tak terbatas.
Deretan gigi kecil dan putih berkilau kadang-kadang nampak,
dan dalam kegelisahannya, kadang-kadang nampak di ujung
lidah yang kecil merah mencuat menjilat bibir. Dagunya
meruncing dan ada tahi lalat kecil hampir tak nampak di dagu
itu. Seorang perempuan yang cantik jelita, molek dan manis,
yang belum matang benar, namun jelas mudah dilihat bahwa
ia adalah seorang calon perempuan yang sebentar lagi akan
mekar sepenuhnya dengan segala keindahan dan
keharumannya.
"Nona manis, di manakah rumahmu?"
Pertanyaan bertubi-tubi dari laki-laki bersama dua orang
temannya yang terus mengikut inya itu tak pernah dijawabnya,
bahkan sama sekali tidak diperdulikan. Mulutnya yang indah
itu kini agak cemberut, akan tetapi tidak mengurangi
kemanisan wajahnya. Sepasang mata yang jeli itu, yang
tadinya menunduk malu, kini mulai melirik tajam dan
mengandung kemarahan.
"Adik manis, kau jalan sendirian, bolehkah kuantar
pulang?"
Ketika dara itu tidak menjawab dan bahkan mempercepat
langkahnya, seorang di antara dua pengikut itu terkekeh. "Aih,
kongcu, jangan-jangan dia tidak bisa bicara!"
Laki-laki yang disebut kongcu (tuan muda) itu juga
terkekeh. "Heh-heh, masa? Sayang, ah, kalau seorang gadis
yang begini cantik jelita seperti bidadari ternyata gagu. Tapi,
biar gagu juga, aku tetap cinta, ha-ha!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian, orang itu mengeluarkan suara
"ah-ah-uh-uh" dan membuat gerakan-gerakan seperti orang
gagu kalau hendak bicara, diketawai oleh dua orang
temannya. Karena orang itu kini berjalan sambil mundur di
depan gadis itu, menghadang dan membuat gerakan-gerakan
seperti orang gagu, gadis itu mengerutkan alisnya dan
berhenti me langkah.
"Mau apakah engkau mengganggu orang di tengah jalan?"
bentaknya dengan suara ketus.
Laki-laki itu tersenyum menyeringai dan memasang aksi
yang dianggapnya paling menguntungkan, yaitu lagak yang
biasa dipasang di depan wanita-wanita yang dirayunya. Dia
menjura dengan sopan dibuat-buat, lalu berkata dengan
senyum ramah. "Maaf, nona, bukan maksudku untuk
mengganggu, melainkan melihat nona, hatiku terpikat dan
ingin sekali aku berkenalan......"
Pandang mata, senyum dan kata-kata merayu itu bukan
menarik hati gadis remaja itu, bahkan mengejutkannya.
"Tidak, aku tidak ingin berkenalan!" katanya dan iapun
menyelinap hendak melewati orang yang menghadangnya itu.
Akan tetapi, dua orang teman laki-laki itu sudah menghadang
pula di depannya dan seorang di antaranya berkata dengan
suara lantang, agaknya sengaja agar didengar oleh orangorang
lain yang tertarik oleh peristiwa ini dan berhenti
menonton.
"Nona agaknya belum tahu dengan siapa nona berhadapan.
Pemuda yang mengajak berkenalan ini adalah tuan muda Pui
Ki Cong, putera dari kepala jaksa yang baru di Thian-cin.
Beliau ingin berkenalan dengan nona, ini merupakan
kehormatan besar bagi nona."
"Aku tidak perduli dia siapa dan anak siapa, aku tidak mau
berkenalan!" kata dara itu dan iapun melangkah terus. Akan
tetapi tiba-tiba yang diperkenalkan sebagai Pui Ki Cong putera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala jaksa yang baru itu sudah berdiri di depannya sambil
tersenyum
menyeringai seperti
seekor kuda.
"He-he, nona
manis, jangan
berlagak jual mahal!"
katanya dan
tangannya dengan
sikap kurang ajar
sekali mencolek ke
arah dagu yang
bertahi lalat kecil itu.
"Dukk..... plakkk!!"
Lengan kiri gadis itu
menangkis tangan
yang hendak mencolek
dagunya dan tangan kanannya sudah menyambar ke depan
dan menampar pipi itu dengan keras sekali.
"Aduhhh.....!" Pui Ki Cong terhuyung ke belakang, tangan
kirinya mengusap-usap pipi yang menjadi bengkak dan
matang biru sedangkan dari ujung bibirnya mengalir darah
karena sebuah giginya hampir copot dan mengeluarkan darah.
Gerakan gadis remaja itu cepat bukan main dan tenaga
tamparan tangannya juga kuat, sama sekali di luar dugaan
karena tidak sesuai dengan tangannya yang berkulit halus dan
terbentuk kecil itu.
"Eh, berani kau memukul kongcu kami?" Dua orang teman
putera jaksa itu marah sekali melihat betapa majikan muda
mereka ditampar, dan mereka berdua lupa bahwa mereka
berhadapan dengan seorang dara remaja. Mereka sudah
langsung saja menyerang dan memukul ke arah dada dan
kepala gadis itu. Akan tetapi, akibatnya sungguh di luar
dugaan dua orang itu. Dengan tenang gesit sekali dara itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil menghindarkan diri dari serangan mereka dan ketika
ia membalas dengan kecepatan kilat, tangan kirinya sudah
menampar ke arah kepala dan kaki kirinya juga melayang dan
menendang dada orang ke dua. Dua orang itu mengaduh dan
terpelanting, yang seorang menjadi pening kepalanya dan
mengeluh kesakitan, sedangkan orang ke dua memegangi
dada yang terasa nyeri dan sesak napasnya. Dara itu tidak
memandang lagi kepada mereka, cepat mengumpulkan sayur
dan ayam yang tumpah dari dalam keranjang, kemudian
membawa keranjangnya dan cepat pergi dari situ setengah
berlari.
"Kejar dara itu! Tangkap..... pukul....!"
Pui Ki Cong berteriak-teriak dengan marah kepada dua
orang temannya. Akan tetapi dua orang itu masih kesakitan.
Banyak orang menonton peristiwa itu dan mereka
mengenal siapa adanya pemuda tinggi kurus itu, seorang
pemuda bangsawan, putera kepala jaksa yang baru tiba di
Thian-cin dan biarpun masih baru tinggal di Thian-cin,
namanya sudah terkenal sekali sebagai seorang pemuda yang
amat nakal. Pui Ki Cong dikenal sebagai seorang pemuda yang
suka berkeliaran, membawa tukang-tukang pukul, suka pelesir
dan main perempuan sehingga terkenal sekali di semua
kompleks pelacuran sebagai seorang kongcu hidung belang
yang kantongnya padat dan royal. Akan tetapi dia juga
terkenal sebagai seorang laki-laki yang suka mengganggu
perempuan baik-baik, suka mengganggu gadis-gadis dan
bahkan isteri-isteri orang. Karena itu, ketika banyak orang
melihat betapa kongcu itu ditampar dan dua orang tukang
pukulnya dihajar oleh seorang gadis, diam-diam mereka
merasa gembira sekali walaupun pada lahirnya, tak
seorangpun berani memperlihatkannya.
Akan tetapi, selalu saja di antara banyak orang terdapat
penjilat-penjilat. Pui Ki Cong adalah putera kepala jaksa yang
berkuasa-dan berpengaruh, juga kaya raya, maka tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang jumlahnya orang-orang yang suka menjilat dan
bermuka-muka kepada keluarganya. Oleh karena itu, di antara
banyak orang yang berkerumun itu ada pula yang cepat
menghampiri tiga orang itu dan membantu mereka bangkit,
dan seorang laki-laki tua yang mendekati Pui Ki Cong berkata,
"Kongcu, harap jangan dikejar. Gadis itu lihai dan juga
saudara-saudara seperguruannya lihai."
Pui Ki Cong terkejut mendengar ini. Dia memandang orang
tua itu dan bertanya, "Siapakah gadis itu? Dan tinggal di
mana?"
"Namanya Kim Cui Hong, kongcu. Ia puteri tunggal guru
silat Kim Siok yang tinggal di dusun di selatan kota Thian-cin,
yaitu dusun Ang-ke-bun. Kim-kauwsu (guru silat Kim) lihai dan
mempunyai banyak murid yang lihai. Maka, kalau kongcu
mengejarnya ke sana, akan berbahaya bagi keselamatan
kongcu."
Pui Ki Cong mendengus. "Hemm, guru silat kampungan.
Lihat saja pembalasanku nanti. Hayo kita pulang!" bentaknya
kepada dua orang temannya dan mereka segera kembali ke
Thian-cin.
Sementara itu, dengan jantung berdebar penuh rasa
marah, malu dan tegang, gadis remaja itu berlari menuju ke
dusun Ang-ke-bun yang sudah nampak temboknya. Wajahnya
yang manis itu masih cemberut dan marah sekali, bukan
hanya merah karena panas tubuhnya dipakai berlari,
melainkan terutama sekali karena panas hatinya. Semenjak
kecil, Kim Cui Hong ini hidup bersama ayahnya yang sudah
menduda sejak ia berusia lima tahun, la dididik ilmu s ilat oleh
ayahnya, bersama belasan orang murid ayahnya. Di antara
murid ayahnya yang kesemuanya laki-laki, hanya ada seorang
saja yang dididik sejak kecil bersama-sama ia, yaitu Can Lu
San yang tiga empat tahun lebih tua darinya, dan menjadi
satu-satunya suhengnya. Yang lain, biarpun banyak di
antaranya yang usianya lebih tua, termasuk para sutenya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(adik seperguruannya). Cui Hong belum pernah diganggu lakilaki
seperti yang dialaminya tadi. Memang, sejak satu dua
tahun yang lalu semenjak ia menjadi remaja dan menjelang
dewasa, semenjak masa kanak-kanaknya mulai
ditinggalkannya, pandang mata kaum pria terhadap dirinya
dirasakan lain, aneh dan membuatnya kadang-kadang gugup
dan bingung. Akan tetapi, belum pernah ada orang laki-laki
berani mengganggunya dengan kata-kata atau sikap yang
kurang ajar. Bagaimanapun juga, di dusun Ang-ke-bun nama
ayahnya sebagai seorang guru silat sudah dikenal orang, maka
siapakah berani kurang ajar kepada isterinya? Bahkan kota
Thian-cin yang besarpun sudah mengenal nama Kim-kauwsu.
Akan tetapi, sungguh tak disangkanya sama sekali, ketika
pada pagi hari itu ia pergi berbelanja ke kota Thian-cin, ia
diganggu orang yang kurang ajar! Hatinya memang merasa
puas bahwa ia sudah dapat menampar muka pemuda
jangkung itu, dan menghajar dua orang temannya, akan tetapi
tetap saja hatinya masih panas oleh kemarahan.
Tidak biasanya Cui Hong marah-marah. Ia seorang gadis
yang berwatak gembira, lincah, Jenaka dan jarang marah.
Akan tetapi sekali ini, ada perasaan aneh yang mendatangkan
bayangan mengerikan ketika ia diganggu tiga orang itu, yang
membuatnya marah bukan main. Kalau saja ia tidak ingat
akan pesan-pesan ayahnya bahwa ia tidak boleh
mempergunakan kepandaian silatnya untuk mencelakai orang,
melukai apalagi membunuh, agaknya ia tadi akan memberi
hajaran yang lebih keras kepada tiga orang itu! Terutama
sekali kepada pemuda yang bernama Pui Ki Cong itu, yang
katanya putera kepala jaksa! Ia tidak tahu benar apa arti
kedudukan jaksa, yang diduganya hanyalah sebuah jabatan
yang membuat orangnya menjadi kaya raya saja.
Perasaan yang mengancam hatinya itu membuat ia
memasuki dusun tanpa menengok ke kanan kiri, bahkan
ketika ia memasuki pekarangan rumah ayahnya, ia tidak tahu
bahwa seorang pemuda yang sedang membetulkan pagar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekarangan itu yang rusak, memandangnya dengan sinar
mata aneh.
"Heiii, sumoi, engkau seperti dikejar-kejar setan saja!"
Pemuda itu bangkit, dan menegur, suaranya lantang dan sinar
matanya berseri ketika dia memandang wajah gadis yang
segar kemerahan itu.
Baru Cui Hong menengok dan melihat pemuda itu dan
iapun berhenti ber lari. Dengan sehe lai saputangan, diusapnya
peluh dari dahi dan lehernya. "Uhhh, panasnya...," ia
mengeluh untuk menentramkan hatinya.
"Apakah terjadi sesuatu, sumoi?" tanya pula Can Lu San,
pemuda Itu sambil memandang dengan sinar mata
membayangkan kekaguman. Senang hati Cui Hong melihat
pandang mata itu. Sudah lama ia melihat sinar kekaguman itu
memancar dari mata Lu San kalau suheng itu memandangnya.
Ia tersenyum. "Tidak ada setan yang mengejarku, suheng.
Hanya aku khawatir kesiangan dan ayam ini ribut saja
sepanjang jalan."
Lu San tertawa. Sikap sumoinya yang selalu periang itu
mendatangkan kegembiraan kepada hatinya yang pendiam,
seperti sinar matahari pagi menyinari sudut-sudut yang
kosong dan gelap. "Akan tetapi engkau berlari-lari sampai
bermandi peluh dan lihat, mukamu sampai kemerahan
seperti..... seperti....."
"Seperti apa, suheng?"
"Seperti buah tomat masak!"
"Wah, celaka aku. Kalau mukaku seperti buah tomat, akan
lucu dan jelek sekali. Bulat dan gendut."
Mereka tertawa. "Sumoi, kenapa engkau sendiri yang
berbelanja? Pagi tadi aku sudah mencari suhu untuk
menanyakan masakan apa yang dikehendaki agar dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kubelanjakan ke Thian-cin. Eh, tahu-tahu engkau sudah
mendahului aku."
"Memang aku mendahuluimu, suheng. Tidak apakan sekalikali
aku yang pergi berbe lanja."
"Akan tetapi engkau kini sudah menjadi seorang gadis
dewasa, sumoi. Dan kau tahu betapa tidak amannya sekarang
ini bagi wanita dewasa untuk bepergian seorang diri."
Cui Hong menjebikan bibirnya yang merah basah itu ke
arah suhengnya. "Huh, aku dapat menjaga diri, suheng."
"Aku tahu, akan tetapi kalau suhu mengetahui bahwa
engkau sendiri yang pergi berbelanja, jangan-jangan aku
disalahkan, disangkanya aku malas dan menyuruh engkau."
"Tidak, suheng. Sekali ini memang aku ingin pergi, bukan
hanya untuk melihat keramaian Thian-cin yang sudah
beberapa pekan lamanya tidak pernah kukunjungi. juga
karena aku hari ini ingin masa k enak untuk ayahku."
"Eh, ada keistimewaan apakah hari ini?"
"Hari ini adalah ulang tahun ayah."
"Ahh! Kenapa suhu diam saja?"
"Sudah lama ayah tidak pernah mau mengingat lagi hari
lahirnya, akan tetapi aku pernah bertanya kepadanya dan aku
mencatat hari lahirnya. Selalu aku yang menyediakan masakan
atau hidangan istimewa pada hari ulang tahunnya."
"Wah, engkau memang seorang anak yang baik dan
berbakti, sumoi."
"Aihh, tak perlu memuji. Di balik pujianmu itu terkandung
rasa girang karena engkaupun akan kebagian masakanku
yang istimewa hari ini!" Gadis ini lalu lar i memasuki rumah,
meninggalkan Lu San yang memandang sambil tertawa dan
sinar mata penuh kagum. Sumoinya memang hebat! Sejak
kecil dia bergaul dengan sumoinya, sejak sumoinya berusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lima tahun dan dia berusia sembilan tahun. Dia seorang anak
yatim piatu yang diambil murid oleh ayah Cui Hong dan dia
berangkat besar bersama dengan Cui Hong. Kinipun di dalam
rumah itu hanya tinggal mereka bertiga. Murid-murid lain tidak
ada yang tinggal di situ. Dan dia merasa gembira sekali karena
biarpun suhunya belum pernah mengatakannya, namun dari
sikap suhunya, dari kata-katanya, dia dapat menangkap
maksud hati suhunya untuk menjodohkan puteri tunggal itu
dengan dia! Dan baginya, tidak ada kebahagiaan melebihi
bayangan ini. Hidupnya akan lengkap sepenuhnya kalau saja
dia dapat menggandeng Cui Hong sebagai isterinya, untuk
selama hidupnya.
Pada masa itu, kekuasaan Kerajaan Beng sudah berada di
ambang pintu kehancuran. Kaisar sendiri, yaitu Kaisar Cung
Ceng, kaisar terakhir Dinasti Beng demikian lemahnya dan
berada dalam cengkeraman para Thai-kam (Pembesar Kebiri)
yang menguasai istana. Kaisar menjadi boneka yang
dipermainkan mereka. Menteri-menteri dan hulubalang tidak
didengar nasehatnya dan kebanyakan dari mereka adalah
koruptor-koruptor yang tidak peduli akan keadaan negara dan
bangsa melainkan saling berlomba untuk menggendutkan
perut sendiri. Pemberontakan terjadi di mana-mana dan
rakyat hidup sengsara, menderita dan tidak terjamin
keamanannya karena setiap orang pembesar mempergunakan
kekuasaannya untuk bersimaharajalela, mengumbar nafsu
mengandalkan kedudukan.
Kepala jaksa Pui yang baru saja beberapa bulan lamanya
ditugaskan di Thian-cin, tidak mau ketinggalan dengan rekanrekannya
dalam hal bermumpung. Mumpung menduduki
jabatan, mumpung memegang kekuasaan, dia pandai
mempergunakan kekuasaannya untuk kepentingan diri sendiri.
Karena pengaruh uang sogokan yang amat besar jumlahnya,
yang benar bisa saja dituntut dan dibikin salah, sebaliknya
yang bersalah menjadi benar dan dilindungi. Perlindungan
hukum hanya dikenal oleh orang berpangkat dan berduit. Bagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rakyat jelata yang miskin, jangan harap memperoleh
perlindungan hukum.
Dengan seorang ayah seperti itu, tidaklah mengherankan
kalau anak tunggalnya, Pui Ki Cong, bersikap sombong dan
tinggi hati, suka mengganggu anak isteri orang mengandalkan
kedudukan orang tuanya. Dia merupakan anak tunggal yang
dimanja ayahnya. Setiap keinginannya pasti dipenuhi, dan hal
ini tumbuh menjadi penyakit yang berbahaya dalam batin Ki
Cong. Sampai usianya hampir tiga puluh tahun, dia selalu
berenang dalam kesenangan dan dia menuntut agar semua
keinginannya terkabul. Karena suka bermain perempuan,
berganti orang setiap malam, dia belum menikah dan hanya
mempunyai selir yang tak terhitung banyaknya. Di dalam
gedungnya sudah penuh perempuan muda dan cam-yang
menjadi selir. Kalau ada pelayan-pelayan baru yang masih
gadis dan cantik, hampir tak pernah dia membiarkannya
begitu saja dan dalam waktu beberapa hari saja, pelayan yang
dipilihnya tentu naik pangkat menjadi selir. Belum lagi
perempuan-perempuan yang dipilihnya di luar gedung, bahkan
pelacur-pelacur tercantik di Thian-cin menjadi langganannya.
Dengan kehidupan seperti itu, tidaklah mengherankan
bahwa hatinya dibakar oleh kemarahan dan rasa penasaran
karena dirinya telah ditolak mentah-mentah oleh seorang
gadis dusun puteri guru silat kampungan! Bukan hanya
ditolak, bahkan pipinya ditampar sampai bengkaknya tiga hari
baru kempis, dan dua orang pengikutnya juga dihajar oleh
gadis ingusan itu!
"Awas kau, kalau sampai terjatuh ke tanganku....!-"
Berulang kali dia mengancam sambil mengepal tinju dan rebah
gelisah di atas pembaringannya, tidak dapat senang hatinya
walaupun beberapa orang selir tercinta mencoba untuk
menghiburnya. Karena tidak melihat munculnya puteranya
selama dua hari, Jaksa Pui lalu mengunjungi puteranya di
dalam kamarnya dan melihat betapa puteranya itu rebah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan rambut kusut dan wajah muram, dia merasa khawatir
sekali.
"Ki Cong, engkau kenapakah? Sejak kemarin aku t idak
melihatmu."
Dengan sikap manja Ki Cong lalu berkata kepada ayahnya.
"Ayah, aku merasa sangsi apakah benar dengan kedudukan
ayah sebagai kepala jaksa di sini, orang-orang segan dan
menghormat kepada keluarga kita."
Pembesar yang gendut perutnya itu bangkit berdiri lagi dan
membelalakkan matanya.
"Tentu saja! Siapa yang berani tidak menghormat kepada
kita? Aku berkuasa di sini. Aku yang memegang hukum,
siapapun dapat kuhukum dan kutuntut dengan kekuasaanku!"
"Hemm, kalau benar begitu, kenapa dua hari yang lalu ada
seorang gadis dusun, anak guru silat kampungan, berani
menghinaku dan menampar mukaku?"
"Apa? Kau ditampar oleh seorang perempuan dusun? Siapa
orang itu? Biar kusuruh pasukan menangkapnya dan akan
kuhukum berat perempuan keparat itu!"
"Tapi..... aku bukan bermaksud menghukumnya, ayah.
Aku..... aku cinta padanya."
Tiba-tiba wajah yang bengis itu berubah dan tertawalah
Jaksa Pui. "Ha-ha-ha! Begitukah kiranya? Ha-ha-ha,
perempuan panas seperti itu memang menarik sekali. Nah,
apa sukarnya kalau kautarik ia dan jadikan selirmu? Ataukah
engkau sudah ingin beristeri?"
"Tidak, ayah. Akan tetapi aku ingin mendapatkannya.
Hanya..... aku khawatir kalau ditolaknya, maka kuharap
ayah....."
"Ha-ha-ha, sungguh memalukan! Biasa nya dengan
menggapai saja -setiap wanita katanya akan bertekuk lutut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan merangkak menghampirimu. Baru sekarang kau minta
bantuanku. Seperti apa sih perempuan ini?"
"Namanya Kim Cui Hong, puteri tunggal guru silat Kim Siok
di dusun Nag ke-bun."
"Baik, sekarang juga akan kukirim utusan untuk
meminangnya menjadi selirmu. Jangan khawatir, pinanganku
pasti diterimanya. Apalagi dia kan hanya guru silat, tentu
dengan bangga dia akan menyerahkan puterinya kepadamu."
Setelah berkata demikian, dengan mulut tersenyum dan hati
penuh kepercayaan diri sendiri, pembesar itu meninggalkan
kamar puteranya yang juga menjadi gembira dan penuh
harapan.
"Dapat kau sekarang.....!" Dia mengepal tinju,
membayangkan betapa dia akan mempermainkan dan
menikmati perempuan yang berani menamparnya itu sepuas
hatinya.
Sudah dapat dipastikan bahwa orang yang mengandalkan
kekuasaannya, dalam bentuk apapun juga kekuasaan itu,
tentu berwatak sombong dan tinggi hati, suka memandang
rendah orang lain dan menganggap bahwa dirinya sendiri
yang paling berharga, paling penting dan paling tinggi
kedudukannya di dunia ini. Orang seperti ini, kalau bertemu
dengan orang lain yang lebih tinggi kedudukannya, yang tak
dapat dibantah lagi kenyataan itu, misalnya bertemu dengan
atasannya, maka tentu wataknya akan berubah lagi, menjadi
seorang penjilat yang sudah tidak ketulungan lagi. Menjilat ke
atas menginjak ke bawah, dua watak ini serangkai dan tak
terpisahkan lagi.
Dengan penuh kepercayaan, pembesar gendut Pui lalu
mengirim utusan ke rumah guru s ilat Kim Siok di dusun Angke-
bun, untuk melamar puterinya yang bernama Kim Cui Hong
menjadi selir putera tunggalnya. Dan dengan penuh
kepercayaan akan hasil tugasnya dan membayangkan hadiah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang besar dari kanan kiri, comblang itupun berangkat dengan
wajah gembira.
Cui Hong bukan hanya tidak bercerita kepada suhengnya
tentang peristiwa gangguan yang dilakukan Pui Ki Cong
kepadanya, bahkan kepada ayahnyapun ia tidak menceritakan.
Oleh karena itu, hati guru silat Kim Siok tidak menduga
sesuatu ketika pada pagi hari itu dia kedatangan seorang
tamu yang dikenalnya sebagai seorang comblang kenamaan di
kota Thian-cin. Comblang itu adalah seorang laki-laki berusia
lima puluh tahun lebih, bertubuh tinggi kurus dan berkepala
botak, berkumis kecil panjang turun berjuntai ke bawah
melalui tepi mulutnya dan bersambung dengan jenggotnya
yang jarang. Matanya sipit dan tajam, mulutnya mudah
senyum. Comblang ini bernama Gu Mo Sim dan terkenal
sebagai perantara perjodohan yang pandai bicara sehingga
banyak orang suka mengutusnya untuk meminang atau
membicarakan tentang urusan perjodohan.
Begitu disambut oleh tuan rumah, Gu Mo Sim segera
memberi hormat dengan tergopoh-gopoh dan mukanya
diramaikan senyum gembira, sepasang mata yang sipit itu
bersinar-sinar.
"Kim-kauwsu, kionghi..... kionghi.....! Belum tahu apakah
semalam kauwsu bermimpi kejatuhan bulan? Heh-heh, sekali
lagi kionghi (selamat)!"
Kim Siok adalah seorang guru silat dan semenjak kecil dia
berkecimpung dengan seni o lah raga bela diri. Wataknya tidak
suka akan hal yang bertele-tele. Dia menyukai sikap yang
singkat padat, tegas dan jujur. Maka, sikap dan pembawaan
comblang ini membuat ia muak, akan tetapi sebagai tuan
rumah yang bijaksana, diapun menyambut dengan senyum
dan membalas penghormatan tamu itu.
"Saudara Gu, tiada hujan tiada angin mengapa kau
memberi selamat kepadaku? Aku tidak mengerti dan tidak
dapat menerimanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha, sebentar lagi kau akan mengerti, Kim-kauwsu. -
Aku yang sudah tahu lebih dulu, saking gembiraku maka aku
memberi selamat. Biarkan a ku duduk me lepas lelah, dan aku
akan menceritakan mengapa aku memberi selamat. Tentu
kauwsu semalam bermimpi indah sekali."
Kim Siok tidak mau menanggapi lagi ocehan tamunya.
Dengan singkat dia mempersilakan tamunya duduk lalu
bertanya, "Sebetulnya, keperluan apakah yang membawa
saudara datang berkunjung?"
Comblang itu menarik napas panjang. "Aihhh..... apakah
engkau tidak kasihan kepadaku, kauwsu? Tulang-tulangku
yang sudah tua ini tidak sekuat tulang-tulangmu yang terlatih.
Berilah aku minum dulu sebelum aku menceritakan berita
yang tentu akan amat mengejutkan dan juga amat
menggembirakan hatimu. Tuhan akan selalu memberkahi
orang yang baik hati, dan tentu engkau suka berbaik hati
kepada seorang tamu yang kelelahan dan kehausan."
Gemas sekali rasa hati Kim-kauwsu. mau rasanya dia
menangkap leher baju orang ini dan melemparnya keluar lagi.
Akan tetapi dia menahan kemarahannya, lalu mengambil
sendiri sebotol arak dan cawannya, menyuguhkannya kepada
tamu yang cerewet itu. Tanpa sungkan-sungkan lagi, Gu Mo
Sim lalu menuangkan arak ke dalam cawannya dan minum
sampai tiga cawan arak.
"Hemmm..... segar rasanya. Arakmu enak sekali, kauwsu.
Nah, sekarang barulah aku dapat bicara dengan leluasa. Kalau
engkau tahu keperluan apa yang kubawa, tentu engkau akan
menyambutku dengan hidangan dua belas macam!
Ketahuilah, aku datang ini sebagai utusan kepala jaksa Thiancin,
yaitu Pui Taijin."
Diam-diam guru silat itu merasa terkejut dan juga heran
sekali, akan tetapi dia menghibur hatinya bahwa tentu
keperluan itu sama dengan keperluan para bangsawan dan
hartawan di Thian-cin yang pernah menghubunginya. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jaksa inipun ingin dia melatih silat kepada puteranya. Hal ini
banyak diminta para pembesar darinya dan tentu saja dia
tidak dapat menolaknya walaupun dengan hati t idak begitu
suka. Akan tetapi, dia sengaja memberi latihan berat sehingga
baru satu dua bulan saja anak-anak bangsawan itu sudah
mundur dengan sendirinya, tidak tahan gemblengan keras dan
sukar.
"Keperluannya?" tanyanya dengan singkat, dengan wajah
yang tidak beruban.
Comblang itu mengangkat telunjuk kanannya sambil
tersenyum. "Ha-ha, sampai bagaimanapun engkau takkan
pernah dapat menerkanya, kauwsu. Engkau tentu bermimpi
kejatuhan bulan semalam."
"Saudara Gu, harap segera katakan apa keperluan itu dan
tidak memutar-mutar pembicaraan!" tegurnya.
"Aha, kiranya Kim-kauwsu seorang yang tidak sabaran
menanti berita baik. Baiklah. Engkau mempunyai seorang
cian-kim siocia (anak gadis terhormat), bukan? Berapa usianya
sekarang, kauwsu?"
Tiba-tiba saja Kim Siok merasa jantungnya berdebar
kencang. Baru dia men duga ke arah mana perkacapan itu dan
mengapa pula yang diutus seorang pembesar adalah seorang
comblang. Kiranya menaksir puterinya!
"Apa hubungannya usia puteriku dengan tugasmu, saudara
Gu?"
"Hubungannya erat sekali. Ketahuilah bahwa aku diutus
oleh Kepala Jaksa Pui untuk meminang puterimu untuk
dijodohkan dengan putera tunggalnya, tuan muda Pui Ki Cong
yang tampan, yang kaya raya, yang pandai dan terpelajar,
yang bangsawan itu. Ha-ha, engkau terkejut, bukan? Aku
sendiri terkejut ketika menerima tugas. Tak kusangka engkau
memiliki nasib yang begini baik, saudaraku! Kionghi, kionghi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti du lu, saudara Gu! Maksudmu, anakku dilamar untuk
menjadi isteri"
"Bukan..... eh, menjadi selir tuan muda Pui Ki Cong....."
Berubah wajah Kim Siok, menjadi merah karena dia marah
sekali. "Selir? Bahkan isteripun bukan? Anakku dilamar untuk
dijadikan selir....."
Melihat perubahan muka itu, comblang Gu Mo Sim menjadi
terkejut dan gugup. Dia lalu cepat berkata, "Ah, isteri juga...
hanya isteri muda, begitulah istilahnya..."
Kim Siok menahan kemarahannya. Puterinya, anak
tunggalnya, dilamar menjadi selir dan comblang ini nampak
demikian gembira, seolah-olah yakin bahwa lamaran itu tentu
akan diterimanya. Kalau menurutkan keinginannya, lamaran
yang dianggapnya sebagai penghinaan itu akan langsung
ditolaknya dan utusan itu akan dihajarnya. Akan tetapi guru
silat ini bukan seorang bodoh yang sembrono. Dia menahan
dirinya, lalu bangkit dan memberi hormat kepada tamu itu.
"Saudara Gu Mo Sim, harap sampaikan jawabanku kepada
Pui Taijin, bahwa menyesal sekali aku terpaksa menolak
pinangan ini. Aku merasa terhormat sekali, akan tetapi
pinangan ini tidak mungkin dapat kuterima."
Suara kekeh itu terhenti dan sepasang mata yang sipit itu
mencoba untuk melebar, namun tak berhasil sehingga nampak
lucu. Hampir Gu Mo Sim tidak mempercayai telinganya sendiri.
"Apa....? Mimpi burukkah aku atau.... kau yang sedang
bermimpi buruk atau berubah ingatan? Kau tadi bilang bahwa
kau..... kau menolak pinangan Pui Taijin yang berkuasa dan
kaya raya?"
"Tidak salah. Aku terpaksa menolak pinangan itu."
"Tapi..... tapi, bagaimana ini? Kenapa ....? Aku tidak
melihat suatu alasan mengapa kau sampai berani menolak....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Siok maklum bahwa penolakannya tentu mengejutkan
dan tanpa alasan yang kuat bahkan mungkin akan
menimbulkan kemarahan di pihak pelamar. Maka dia-pun
sejak tadi sudah mengambil keputusan untuk mengajukan
alasan yang memang sudah lama menjadi keinginan hatinya.
"Harap saudara Gu sampaikan ucapan terima kasih kami
kepada Pui Taijin atas kehormatan yang dilimpahkan kepada
keluarga kami. Akan tetapi terpaksa pinangan itu kami tolak
karena anakku itu sudah terikat dalam pertunangan dengan
Can Lu San, seorang muridku sendiri. Anakku tidak bebas lagi,
melainkan sudah mempunyai seorang calon suami."
Gu Mo Sim melongo. Hal ini sungguh sama sekali tak
pernah disangkanya. Pui Taijin tidak pernah mengatakan
bahwa gadis yang dipinangnya itu sudah bertunangan dengan
seorang pria lain. Tentu saja penolakan itu wajar dan dia tidak
dapat membantah lagi. Bagaimanapun juga, dia seorang
comblang yang terkenal dan bukan hanya dia akan kehilangan
muka kalau sampai pinangannya gagal, juga akan kehilangan
hadiah besar. Dalam keadaan putus asa itu, diapun mencoba
untuk membujuk.
"Pertunangan itu masih belum terlambat untuk diputuskan,
kan belum menikah? Apa artinya seorang murid dibandingkan
putera Pui Taijin? Pula, hanya seorang murid, bukankah murid
itu seperti anak sendiri dan diputuskanpun tidak menjadi
halangan...."
"Cukup, saudara Gu Mo Sim!" Hampir habis kesabaran di
dalam hati guru silat Kim itu. "Engkau hanya seorang utusan
dan urusan pertunangan anakku tidak ada sangkut-pautnya
denganmu! Engkau sudah menyampaikan tugasmu dan aku
sudah menjawab. Sampaikan saja jawaban ini kepada orang
yang mengutusmu. Aku tidak banyak waktu untuk bercakapcakap
denganmu!" Guru silat itu lalu bangkit dan dari
suaranya jelas bahwa dia mengusir tamunya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan muka berubah merah Gu Mo Sim lalu bangkit,
setelah memandang beberapa jam lamanya, diapun menjura
dan membalikkan tubuhnya, pergi meninggalkan rumah guru
silat Kim Siok dengan hati mendongkol dan kecewa bukan
main.
Sekali saja menjadi utusan Kepala jaksa Pui yang demikian
kaya dan berkuasa, dan ternyata dia gagal melaksanakan
tugasnya dengan hasil baik.
Karena hatinya kecewa, dia merasa sakit hati terhadap Kim
Siok yang dianggapnya bersikap tidak baik dan merugikannya,
maka begitu menghadap Pui Taijin, dia melapor sambil
menjelek-jelekkan diri Kim-kauwsu. "Taijin, guru s ilat she Kim
itu sungguh seorang manusia yang tak tahu diri sekali. Dia
berani menolak pinangan taijin terhadap puterinya!"
"Aihhh....!" Pembesar Pui yang gendut itu berseru marah
dan alis matanya diangkat naik. "Keparat sombong! Berani dia
menolak? Apa alasannya?"
"Anak perempuan itu sudah ditunangkan dengan muridnya
yang bernama Can Lu San."
"Aihhh....?" Kemarahan pembesar itu menurun.
Bagaimanapun juga, dia mengerti pula aturan dan penolakan
itu menjadi wajar. Bagaimana seorang gadis yang sudah
mempunyai calon suami dapat menerima pinangan orang lain?
"Wah, kenapa Ki Cong tidak memberi tahu? Celaka, kita
menjadi malu, melamar gadis yang sudah mempunyai calon
suami!"
"Kalau Pui-kongcu menghendaki selir, biar selusin dan lebih
cantik daripada anak guru silat kampungan itu, saya masih
sanggup mencarikan, Taijin. Harap hal itu jangan khawatir.
Akan tetapi, guru silat itu harus dihajar. Adalah haknya untuk
menolak karena anaknya sudah bertunangan, akan tetapi dia
tidak perlu marah-marah dan mengusir saya. Apakah dia tidak
tahu bahwa ketika berhadapan dengan saya, maka saya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mewakili Pui Taijin dan kalau menghina saya, hal itu sama
artinya dengan menghina Pui Taijin?"
Akan tetapi Pui Taijin termenung. Kini dia mengerti
mengapa puteranya ditampar oleh gadis anak guru silat itu.
Kiranya dia sudah bertunangan dan tentu Ki Cong
menggodanya maka gadis itu marah dan menamparnya.
"Sudahlah, kalau dia marah tentu engkau tidak pandai
membawa diri. Hal itu tidak perlu ribut. Yang lebih penting,
coba kau hibur Ki Cong dan tawarkan gadis-gadismu itu, agar
dia tidak memikirkan lagi anak tukang silat itu."
Melihat hasutannya tidak berhasil, Gu Mo Sim tidak berani
mendesak. Dia memperoleh kesempatan lain yang lebih baik
untuk melampiaskan rasa penasaran dan kecewa hatinya.
Bergegas diapun pergi menemui Pui Ki Cong dan di depan
pemuda inilah dia menghasut dengan kata-kata beracun.
"Guru silat itu dan anak gadisnya amat menghinamu,
kongcu. Mereka bukan hanya menolak pinangan, bahkan
berani memburuk-burukkan kongcu, mengatakan kongcu tidak
tahu aturan berani meminang seorang gadis yang sudah
bertunangan dengan orang lain. Siapa yang tidak panas
perutnya mendengar guru silat itu berkata bahwa biarpun
kongcu putera jaksa atau putera raja sekalipun mereka tidak
takut menolak! Pendeknya, gadis itu dan ayahnya dan
tunangannya, bersikap menantang dan menghina sekali.
Sayapun sebagai utusan Pui Taijin dihinanya dan diusirnya!"
Wajah Pui Ki Cong sebentar merah' sebentar pucat.
Perasaan di hatinya bermacam-macam, akan tetapi yang
paling kuat adalah kekecewaan dan kemarahan. Kecewa
karena gadis yang membuatnya tergila-gila itu tidak jadi jatuh
ke dalam pelukannya dan marah karena selain ditolak
lamarannya, juga keluarga gadis itu berani menghinanya.
Apalagi melihat sikap pemuda bangsawan itu, Gu Mo Sim
masih menambahkan minyak pada api yang berkobar itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka itu harus dihajar, kongcu. Kalau tidak tentu nama
besar kongcu dan Pui Taijin akan menjadi cemar. Mari,
kongcu, bawa sepuluh orang tukang pukul dan saya yang
akan menjadi saksi. Kita serbu Ang-ke-bun dan kita hajar ayah
dan anak dan calon mantunya itu, agar puas hati kita
walaupun lamaran dito lak!"
Kebetulan ketika Gu Mo Sim menghadap, di situ terdapat
dua orang kepala pengawal jagoan yang biasa membantu Puikongcu.
Karena mereka berdua itu ditakuti orang, dan mereka
memang boleh diandalkan, Pui Ki Cong lalu menarik dua orang
kepala pengawal yang menjadi komandan pasukan pengawal
ayahnya itu dan menjadi pembantu-pembantu pribadinya,
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada sangkutpautnya
dengan tugas mereka berdua sebagai kepala
pengawal. Ketika dua orang kepala pengawal ini mendengar
laporan yang disampaikan Gu Mo Sim, mereka juga ikut
menjadi marah.
"Guru silat kampungan itu berani menolak pinangan
kongcu, bahkan menghinanya? Keparat!" bentak komandan
yang bernama Bhong Gun,, yang bertubuh pendek gemuk dan
matanya bundar, mukanya licin seperti muka anak kecil.
"Kita harus menghajarnya! Kongcu tak usah khawatir, kami
berdua cukup untuk menghajar guru silat itu!" bentak pula
komandan ke dua, yang bertubuh tinggi besar dan mukanya
penuh brewok menyeramkan. Orang ini bernama Teng Ki dan
terkenal memiliki tenaga besar, sedangkan kawannya yang
bernama Bhong Gun tadi terkenal pula dengan gerakannya
yang lincah dan cepat walaupun tubuhnya bundar.
“Nah dengan adanya dua orang ciang-kun ini, tentu guru
silat kampungan she Kim itu dapat dihajar sampai bertobat!"
Gu Mo Sim menambah. "Akan tetapi harus diingat bahwa
mereka itu dan murid, ayah dan anak semuanya adalah ahliahli
silat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ji-wi ciangkun (perwira berdua) harap membawa pasukan
belasan orang. Kita berangkat sekarang juga!" Tiba-tiba Pui Ki
Cong yang sudah menjadi panas perutnya itu mengajak dua
orang pembantunya.
"Eh, kongcu mau ikut juga?" tanya Gu Mo Sim. "Kalau
begitu, sayapun ikut. Ingin saya melihat guru silat kampungan
itu dihajar babak belur, ha-ha!"
Demikianlah, dengan kemarahan meluap-luap, Pui Ki Cong
tanpa setahu ayahnya, membawa dua belas orang pengawal
termasuk Bhong Gun dan Teng Kui, tiga belas bersama Gu Mo
Sim yang sudah bergembira ingin nonton keramaian untuk
melampiaskan rasa kecewa dan marahnya terhadap keluarga
guru silat Kim Siok. Dua orang pengawal itu tentu saja pernah
mendengar nama guru silat Kim Siok, akan tetapi mereka
tidak merasa gentar karena selain mereka berduapun ahli
silat, juga mereka berdua adalah komandan pengawal dan kini
mereka membawa sepuluh orang anak buah. Takut apa? 3uga
kedudukan mereka sebagai kepala pengawal jaksa Pui
merupakan andalan yang cukup kuat. Bagaikan pasukan yang
hendak maju perang, empat belas orang itu menunggang
kuda dan keluar dari kota Thian-cin menuju ke selatan, ke
dusun Ang-ke-bun.
**d*w**
Cui Hong menghadap ayahnya dengan alis berkerut dan
hati diliputi ketegangan. Ia tadi tahu bahwa ayahnya
kedatangan seorang tamu yang tidak dikenalnya. Akan tetapi
ketika tamu itu pulang, ayahnya nampak seperti orang marah
dan memanggil dia bersama Lu San untuk menghadap. Kini ia
duduk di atas bangku di depan ayahnya. Lu San juga datang
dan murid ini menjatuhkan diri berlutut, akan tetapi Kim Siok
minta kepada murid ini untuk bangkit dan duduk di atas
bangku dekat Cui Hong, Kini mereka berdua duduk di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangku menghadapi orang tua yang wajahnya nampak muram
itu.
"Ayah, ada urusan apakah maka ayah kelihatan tidak
gembira seperti biasanya, bahkan memanggil aku yang
sedang sibuk membuat masakan istimewa untuk ayah?" Gadis
ini masih gembira kalau mengingat beberapa hari yang lalu,
kembali ia mengejutkan dan menggembirakan hati ayahnya
dengan masakan istimewa untuk merayakan hari ulang tahun
ayahnya. Dan pagi ini iapun ingin membuat masakan istimewa
untuk ayahnya, karena suheng-nya kemarin telah
mendapatkan jamur-jamur kuning yang enak dimakan dan
yang mulai bertumbuh di dalam hutan karena hujan sudah
mulai turun.
Akan tetapi, kegembiraan Cui Hong nampaknya tidak dapat
menembus awan kelabu yang menggelapkan wajah guru silat
itu. Dia bahkan menarik napas panjang, lalu bertanya kepada
puterinya sambil menatap tajam wajah yang manis itu, "Cui
Hong, berapakah usiamu tahun ini?"
"Eh.? Aih, bagaimana sih ayah ini? Apakah ayah sudah lupa
berapa usia anaknya sendiri, anak tunggal lagi?"
"Aku tidak lupa, Hong-ji, hanya ingin mengingatkan. Berapa
usiamu sekarang?"
"Beberapa bulan lagi enam belas tahun, ayah."
Ayahnya mengangguk-angguk. "Sudah dewasa, bukan
anak-anak lagi. Sungguh bukan anak-anak lagi, Hong-ji."
"Ayah, apa maksudmu...?" Cui Hong memandang ayahnya,
kini dengan serius dan sinar mata penuh selidik karena ia
merasa benar akan perbedaan dalam sikap dan kata-kata
ayahnya.
"Maksudku, Hong-ji, bahwa seorang wanita yang sudah
dewasa, akan kemana lagi kalau bukan memasuki hidup baru,
menjadi seorang isteri dan ratu rumah tangga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, jangan bicara seperti teka-teki. Apa maksudmu?"
"Hong-ji, keadaan negara sedang tidak aman. Kini bangsa
Mancu sudah mulai menekan dari utara, sedangkan di manamana
terjadi pemberontakan. Keadaan sebentar lagi akan
kacau dan tidak aman oleh akibat perang. Karena itu, akan
lebih tenanglah hatiku melihat engkau sudah terikat dan
sudah ada yang melindungi....."
"Ayah, sekali lagi, apa maksudmu terhadap diriku?"
"Engkau sudah dewasa, Hong-ji, sudah tiba waktunya
bagimu untuk menikah."
"Ahhh.....!" Wajah itu berubah merah sekali dan hampir Cui
Hong lari saking malunya. Ayahnya bicara soal pernikahan
begitu saja, apalagi di depan suhengnya. Akan tetapi, ia
seorang gadis yang lincah dan tabah, maka ia menekan
batinnya yang diliputi perasaan malu dan ia membantah
sesuai dengan suara hatinya. "Akan tetapi, ayah. Usiaku baru
hampir enam belas tahun! Aku..... aku belum ingin menikah,
masih ingin melayani ayah. Dan dengan adanya ayah
disampingku, ditambah lagi dengan kekuatanku sendiri, apa
yang ayah khawatirkan? Aku mampu menjaga diri sendiri."
"Memang tadinya akupun berpikir demikian, tidak akan
tergesa-gesa, setidaknya menanti sampai engkau berusia
tujuh belas atau delapan belas tahun. Akan tetapi kedatangan
tamu tadi mengubah pikiranku....."
"Tamu siapakah, ayah? Orang yang tinggi kurus berkepala
botak tadi? Siapakah dia dan apa hubungan kedatangannya
dengan aku? Dengan..... maksud ayah?"
"Dia adalah comblang Gu Mo Sim dari Thian-cin dan
kedatangannya tadi adalah untuk meminangmu, Hong-ji."
"Ahh.....! Dan ayah..... ayah menerima pinangannya!" Gadis
itu setengah berteriak saking kaget dan khawatirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati gadis itu lega karena ayahnya menggeleng kepalanya
dengan cepat. "Dia datang sebagai utusan Kepala jaksa Pui
Taijin, melamar engkau untuk puteranya yang bernama Pui Ki
Cong....."
"Ahhh...." Cui Hong berseru kaget.
"Untuk menjadi.. selirnya. Aku menolaknya dengan keras."
"Ahhh.....! Si keparat! Berani benar dia!" teriak Cui Hong
dan membuat ayahnya menjadi heran mendengar ini. Juga Lu
San yang sejak tadi hanya duduk diam mendengarkan
percakapan yang menegangkan hatinya ini, kini mengangkat
muka memandang wajah sumoinya.
"Kau sudah mengenal dia?"
"Tentu saja! Aku belum bercerita kepada ayah, juga kepada
suheng aku tidak bicara apa-apa. Terjadinya pada hari ulang
tahun ayah itu. Aku pergi ke pasar Thian-cin untuk berbelanja
sayur dan ayam untuk membuatkan masakan istimewa untuk
ayah. Ketika pulang dari pasar, seorang pemuda jangkung
bersama dua orang kaki tangannya menghadang perjalananku
dan bersikap kurang ajar kepadaku. Karena dia
menggangguku, maka aku telah menampar mukanya. Dua
orang kaki tangannya menyerangku dan kuhajar mere ka, lalu
aku pulang dengan cepat....."
"Ah, ketika itu engkau nampak marah-marah dan mukamu
merah padam, sumoi. Kiranya terjadi hal itu?" kata Lu San
yang teringat akan keadaan sumoinya pada beberapa hari
yang lalu itu.
"Benar, dan sekarang, dia berani menyuruh seorang untuk
meminangku. Keparat benar orang itu! Kalau tahu begini,
tentu aku akan menghajarnya lebih keras lagi!
"Hemm...„ ada kejadian seperti itu?"
Guru silat Kim Siok mengerutkan alisnya dan berpikir keras.
"Dia tertarik padamu, mengganggumu dan kautampar dia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi dia malah menyuruh ayahnya mengirim utusan
melamar, dan melamarmu untuk menjadi selirnya. Sungguh
terlalu!" Guru silat itu mengepal t inju. "Memang hatiku sudah
merasa tidak enak sejak munculnya comblang keparat itu. Dan
kini ceritamu lebih meyakinkan lagi hatiku. Engkau harus
segera menikah, Hong-ji!"
"Tapi, ayah! Engkau sudah menolak lamarannya, dan
akupun tidak sudi....."
"Jangan bodoh, Hong-ji. Tentu saja akupun tidak rela
membiarkan engkau menjadi selir keparat itu. Tidak, engkau
bukan menjadi selir anak jaksa itu, melainkan menjadi isteri
dari suhengmu ini, Can Lu San."
"Ahh.....!" Cui Hong berseru dan menahan suaranya,
menunduk dan tidak berani berkutik lagi saking malunya.
Ingin ia lari akan tetapi mengingat akan pentingnya persoalan
yang dibicarakan, ia menahan diri dan hanya menunduk.
"Ahh....!" Can Lu San juga terkejut karena ucapan suhunya
ini terlalu tiba-tiba datangnya, walaupun sudah sejak lama dia
jatuh cinta kepada sumoinya dan sudah lama mengharapkan
putusan suhunya ini. Diapun lalu menundukkan mukanya yang
berwarna kemerahan.
Melihat sikap kedua orang muda yang menundukkan muka
dengan malu-malu itu, Kim Siok tersenyum. "Kurasa kalian
merasa setuju dan dapat menerima keputusanku agar kalian
berjodoh dan menjadi suami isteri."
Dua orang muda itu tidak dapat menjawab dan kepala
mereka semakin menunduk. Kim Siok mendapat akal. "Kalau
ada di antara kalian merasa tidak setuju, harap menyatakan
sekarang juga karena kalau diam saja sudah kuanggap kalian
tidak menolak dan sudah merasa setuju. Bagaimana?"
Can Lu San yang setuju seribu prosen itu tentu saja merasa
lega dan diapun hanya menunduk, bahkan semakin rendah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya menunduk. Tiba-tiba Cui Hong mengangkat
mukanya.
"Ayah....."
Hati ayah ini terperanjat. Apakah puterinya tidak setuju?
Dengan was-was dia menatap wajah puterinya penuh selidik.
"Ayah, perlukah pernikahan dilakukan tergesa-gesa? Kalau
hanya ancaman dari keparat itu saja....."
"Anakku, ketahuilah bahwa tadi aku terpaksa
mempergunakan alasan untuk menolak pinangan dari Jaksa
Pui, dan alasan yang kupergunakan adalah bahwa kau telah
bertunangan dengan Lu San. Dan hatiku takkan merasa
tenteram sebelum kalian benar-benar menjadi suami isteri
sehingga tidak akan ada yang berani mengganggumu lagi
karena- engkau sudah bersuami. Aku merencanakan untuk
merayakan pernikahan itu dalam bulan ke sepuluh depan ini."
"Bulan ke sepuluh? Kini sudah ke tujuh. Tinggal tiga bulan
lagi,” pikir Cui Hong dengan jantung berdebar tegang.
"Bagaimana? Apakah kalian setuju? Ingat, kita sekeluarga
hanya tiga orang, aku tidak dapat mengajak siapapun
berunding kecuali kalian. Karena itu, keluarkan pendapat
kalian. Apakah kalian setuju kalau pernikahan dilakukan dalam
bulan ke sepuluh?"
Tanpa mengangkat mukanya, Cui Hong berkata lirih,
"Terserah kepada ayah....."
Mendengar sumoinya menjawab, Lu San memberanikan diri
berkata pula, "Teecu hanya mentaati segala perintah suhu."
"Nah, kalau begitu legalah hatiku."
Akan tetapi baru saja guru silat itu merasa terlepas
daripada himpitan kekhawatiran, tiba-tiba terdengar derap
kaki kuda yang berhenti di depan rumah mereka. Kim Siok
saling pandang dengan puteri dan muridnya, dan ketiganya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu serentak meloncat bangun dan berlari keluar. Dan di
pekarangan rumah mere ka itu telah berloncatan turun enam
belas orang perajurit pengawal berpakaian seragam yang
dikepalai dua orang perwira, dan yang dua orang lagi adalah
Pui Ki Cong dan Gu Mo Sim! Melihat pemuda jangkung kurus
itu, tentu saja Cui Hong sudah menjadi marah sekali dan tahu
bahwa pemuda itu datang mencari gara-gara. Sedangkan Kim
Siok sendiri begitu melihat hadirnya Gu Mo Sim di situ, sudah
dapat menduga apa artinya kedatangan rombongan perajurit
ini. Tentu bermaksud kurang baik.
"Hati-hati....." bisiknya kepada puteri dan muridnya.
Akan tetapi Gu Mo Sim yang sudah melangkah maju dan
orang ini memperoleh keberanian karena mengandalkan
pasukan itu, sudah menudingkan telunjuknya ke muka Kim
Siok dan memaki, "Guru silat kampungan she Kim! Engkau
sudah berani menolak kehormatan dan maksud ba ik keluarga
Pui yang mulia, bahkan berani pula mengusir aku yang
menjadi utusannya. Agaknya engkau memang sudah bosan
hidup! Hayo cepat minta maaf kepada Pui-kongcu dan cepat
menyerahkan nona Kim dengan baik-baik untuk menebus
dosamu!"
Bukan main marahnya hati Kim Siok mendengar ucapan ini.
Biarpun dia tahu dar i cerita puterinya bahwa putera jaksa Pui
itupun bukan seorang yang baik-baik, akan tetapi sedikit
banyak comblang Gu Mo Sim ini mempengaruhinya.
"Mulutmu yang busuk itulah yang perlu dihajar!" katanya
dan dia melangkah maju untuk menampar muka comblang itu.
Melihat ini Gu Mo Sim lari bersembunyi di belakang Pui
Kongcu.
"Kaupun bukan manusia baik-baik. Mau apa datang ke sini?
Mau minta ditampar sampai mukamu hancur?" bentak Cui
Hong dan iapun sudah melangkah maju untuk menghampiri
Pui Ki Cong. Akan tetapi, Bhong Gun dan Teng Kui sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat melangkah maju untuk menghadang ayah dan anak
yang marah itu.
"Hemm, guru silat Kim Siok, berani engkau hendak
melawan yang berwajib? Hayo cepat kau berlutut dan
menyerah!" bentak Bhong Gun dengan sikap gagah dan galak.
Kim Siok memandang mereka berdua dan tersenyum
mengejek. "Aha, bukankah kalian ini dua orang perwira
keamanan di Thian-cin yang bertugas mengawal pembesar?
Sebagai kepala pengawal, tugas kalian adalah menjaga
keselamatan pembesar, bukan untuk berlagak menindas
rakyat."
"Kurang ajar! Tangkap dia!" Pui Ki Cong yang sudah tidak
sabar lagi melihat Cui Hong di situ dan ingin cepat-cepat
menangkap dan membawa pulang gadis itu, sudah memberi
aba-aba. Mendengar aba-aba ini, dua orang perwira pengawal
itu lalu menerjang maju. Bhong Gun yang gemuk pendek
menerjang Kim Siok, sedangkan Teng Kui yang tinggi besar itu
maju menyerang Cui Hong. Akan tetapi dengan cepat Lu San
yang berdiri di belakang gadis itu meloncat ke depan
menyambut terjangan Teng Kui mewakili tunangannya atau
sumoinya. Seperti juga Kim Siok yang sudah mulai berkelahi
me lawan Bhong Gun, Lu San segera bertanding melawan
Teng Kui dengan serunya.
Sementara itu, melihat betapa ayahnya dan suhengnya
sudah berkelahi, Cui Hong yang sudah marah sekali terhadap
Pui Ki Cong, sudah menerjang ke depan untuk menyerang
pemuda yang menjadi biang keladi se mua keributan ini. Akan
tetapi, beberapa orang perajurit pengawal menyambutnya
dengan senjata mereka dan sebentar saja Cui Hong sudah
dikeroyok oleh belasan orang perajurit itu! yang sebagian
membantu Bhong Gun yang nampaknya kewalahan
menghadapi guru silat Kim Siok.
Bhong Gun yang gemuk pendek itu, biarpun memiliki
gerakan yang lincah dan cepat, ternyata bukan lawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seimbang dari guru silat Kim. Mula-mula dia memang
menyerang dengan ganas, menggunakan kaki tangannya yang
serba pendek namun cepat dan kuat itu, hendak mendesak
lawan. Namun, Kim Siok adalah se orang ahli silat murid
Siauw-lim-pai yang sudah memiliki ilmu silat yang matang.
Ilmu itu sudah mendarah daging dalam gerakannya dan
sebagai guru silat, tentu saja ia seringkali mengajar muridmuridnya
dan hal ini sama saja dengan berlatih diri, maka
gerakannya cekatan dan tepat. Mula-mula dia hanya membela
diri, akan tetapi agaknya pihak lawan tidak tahu diri, tidak
mau tahu bahwa dia banyak mengalah. Maka setelah lawan
terus mendesaknya sampai dua puluh jurus lebih, Kim Siok
mulai membalas dan baru beberapa jurus saja dia membalas,
sebuah kakinya berhasil mendarat dengan tendangan kilat ke
arah perut Bhong Gun yang bundar dan gendut.
"Bukkkk!" Bagaikan sebuah bola yang ditendang, tubuh
Bhong Gun terlempar dan terbanting roboh sampai tergulingguling.
Akan tetapi ternyata dia cukup lihai karena begitu
terlempar, dia sengaja menggulingkan dirinya sehingga dia
mampu cepat melompat bangkit lagi. Kini dia mencabut keluar
goloknya dan menyerang lagi, dibantu oleh empat orang
perajurit yang melihat betapa komandan ini kewalahan
menghadapi guru silat Kim. Karena Bhong Gun dan empat
orang perajurit itu mempergunakan senjata, Kim Siok juga
segera melolos ikat pinggangnya yang merupakan senjata
yang ampuh. Ikat pinggang ini terbuat daripada kain yang
ulet, akan tetapi dikedua ujungnya diikatkan mata pisau
bercabang tiga yang kecil namun cukup berat. Segera terjadi
pengeroyokan yang lebih seru lagi.
Perkelahian antara Lu San dan Teng Kui amat ramai.
Walaupun Teng Kui juga mempergunakan goloknya dan Lu
San hanya bertangan kosong, namun komandan pengawal itu
tidak mampu mengimbangi kecepatan gerakan Lu San dan
sudah beberapa kali dia terkena pukulan dan tendangan.
Kalau saja tidak ada dua orang anak buahnya yang cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantunya tentu dia sudah roboh dalam waktu kurang dari
dua puluh jurus saja Dikeroyok tiga, Lu San yang gagah
perkasa itu masih mengamuk dan sama sekali tidak terdesak
walaupun tiga orang pengeroyoknya mempergunakan senjata
golok.
Sisa enam orang anak buah pasukan pengawal itu
mengeroyok Cui Hong. Namun, mereka yang bertangan
kosong dan tidak berani mempergunakan senjata karena Pui
Ki Cong melarang mereka melukai gadis itu, sama sekali
bukan lawan tangguh bagi Cui Hong. Dara remaja ini
berloncatan dengan lincah seperti seekor burung walet
menghindarkan diri dari tangan-tangan yang hendak
menangkapnya, dan membagi-bagi tamparan dan tendangan
yang cukup keras sehingga enam orang itu jatuh bangun dan
tiap kali terkena tamparan atau tendangan tentu terpelanting
dan mengaduh. Dara itu sungguh lincah dan kecepatan
gerakannya sama sekali t idak dapat diimbangi oleh enam
orang pengeroyok yang hanya memiliki tenaga otot yang
besar dan keberanian karena mengeroyok itu.
Perkelahian itu, walaupun t idak seimbang dalam jumlah,
namun ternyata keadaannya sama sekali berlawanan dengan
jumlahnya karena keluarga guru silat yang hanya terdiri dari
tiga orang itu ternyata mampu mendesak para pengeroyok
yang jumlahnya empat belas orang! bahkan di antara para
pengeroyok, terutama yang mengeroyok guru silat Kim,
banyak yang sudah roboh dan tidak mampu melanjutkan
pengeroyokan lagi. Melihat keadaan yang tidak
menguntungkan pihaknya ini, Gu Mo Sim menjadi ketakutan.
"Kongcu.....! Kongcu.....! Mari kita pergi. Cepat-cepat.....!"
Comblang yang berwatak pengecut ini dengan ketakutan
lalu lari menghampiri kudanya dan berusaha meloncat ke atas
punggung kuda. Akan tetapi karena dia memang bukan ahli
menunggang kuda dan berada dalam keadaan panik,
loncatannya tidak mencapai sasaran dan kakinya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menginjak sanggurdi terpeleset sehingga diapun terjatuh.
Ketika dia hendak bangun dia terkejut setengah mati melihat
bahwa Kim Siok telah berdiri di dekatnya. "Celaka......!"
serunya.
"Manusia busuk!" Kim-kauwsu memaki dan sekali
tangannya menampar, terdengar suara "krekk!" dan tulang
pundak comblang itupun patah-patah. Manusia itu menjeritjerit,
lebih karena takut dan ngeri daripada karena nyeri dan
belum apa-apa diapun sudah terkulai lemas dan pingsan.
Sementara itu, ketika
mendengar teriakan Gu Mo
Sim, Pui Ki Cong juga tahu
akan bahaya. Tak
disangkanya bahwa
keluarga guru silat itu
sedemikian lihainya. Maka
diapun berpikir bahwa
melarikan diri lebih aman
dan diapun cepat lari dan
meloncat ke atas punggung
kudanya. Akan tetapi, baru
saja tubuhnya tiba di atas
sela di punggung kudanya,
tahu-tahu ada bayangan berkelebat dan Cui Hong sudah
berada di sampingnya.
"Turun kau, pengacau busuk!" Dara remaja itu
mendorongkan kedua tangannya dan tanpa dapat dihindarkan
lagi, tubuh pemuda bangsawan itu terpelanting dari atas
punggung kuda dan terbanting ke atas tanah sampai
mengeluarkan suara berdebuk. Pemuda bangsawan itu
mengaduh, akan tetapi dia ketakutan dan memandang dengan
muka pucat kepada dara remaja yang sudah melangkah
menghampirinya dengan sikap mengancam. Saking takutnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pui Ki Cong sampai tidak mampu bangun dan celananya
menjadi basah tanpa disadarinya!
"Hong-ji, jangan.....!" Tiba-tiba Kim Siok berseru keras dan
puterinya yang sudah siap memberi hajaran keras kepada Pui
Ci Kong mengurungkan niatnya dan meninggalkan pemuda
yang masih rebah di atas tanah itu.
Ternyata perkelahian itu sudah selesai. Bhong Gun sudah
roboh, demikian pula Teng Kui. Dari dua belas orang
pengawal, yang delapan orang luka-luka dan kini yang empat
orang tidak berani lagi melawan.
"Kalian pergilah dan jangan mengganggu kami lagi!" kata
guru silat Kim Siok. Dengan susah payah, dan saling bantu,
enam belas orang itu lalu meninggalkan dusun Ang-ke-bun,
menunggangi kuda mere ka perlahan-lahan karena sebagian
besar dari mereka luka- luka.
Setelah mereka pergi, Kim Siok berkata kepada puterinya
dan muridnya, "Kalian berkemas. Kita harus pergi sekarang
juga!"
"Ke mana, ayah?" Cui Hong bertanya heran.
"Ke selatan, makin jauh makin baik."
"Ah, perlu apa kita melarikan diri. ayah? Maksud ayah, kita
harus melarikan diri, bukan?"
Guru silat itu menatap wajah puterinya dan juga wajah Lu
San yang agaknya juga merasa penasaran mendengar bahwa
mereka diharuskan melarikan diri dari dusun tempat tinggal
mereka.
-ooo0dw0ooo-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 2
“AGAKNYA kalian belum dapat membayangkan akan
bahaya besar yang mengancam kita. Apakah kalian tidak
menyadari bahwa Pui Ki Cong itu adalah putera kepala jaksa
di Thian-cin? Lihat saja sepak-terjangnya. Ditolak lamarannya,
dia malah membawa pasukan pengawal untuk menghukum
kita. Untung bagi kita bahwa perhitungannya keliru. Kalau dia
datang bersama pasukan besar yang jumlahnya puluhan atau
ratusan orang, tentu kita tadi tidak akan mampu
menyelamatkan diri dan entah bagaimana nasib kita. Oleh
karena itu, sekarang juga kita harus pergi dari sini sebelum
pasukan yang lebih besar datang untuk menangkap atau
membunuh kita."
"Aku tidak takut!" Cui Hong berteriak. "Mereka itu jahat dan
aku akan melawan mere ka, akan kuhajar mere ka!"
"Cui Hong, jangan bicara seperti anak kecil," ayahnya
menegur. "Keberanian tanpa perhitungan bukan merupakan
kegagahan, melainkan suatu kebodohan. Hanya
mengandalkan keberanian melawan pasukan besar
pemerintah dengan nekat, hal itu berarti bunuh diri.
Ucapanmu itu menimbulkan keraguan apakah engkau ini
memang gagah atau bodoh."
Cui Hong dapat melihat kebodohannya dan iapun tidak
membantah lagi hanya mengepal tinju karena marah sekali
kepada Pui Ki Cong yang menjadi biang keladi semua ini.
"Akan tetapi, suhu. Sudah jelas bahwa sumoi tidak
bersalah, kita tadi hanyalah membela diri. Kalau kita tidak
bersalah, kenapa kita harus pergi? Bukankah melarikan diri
seperti juga mengaku bersalah? Kita tidak bersalah, dan
pemerintah tentu dapat menilainya." Lu San juga membantah
karena diapun merasa penasaran mengapa mere ka yang
diganggu, malah kini mereka yang harus melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gurunya menarik napas panjang. "Memang mendatangkan
rasa penasaran sekali, Lu San. Akan tetapi engkau harus
menyadari bahwa dalam keadaan pemerintah lemah seperti
ini, kaisar tidak berwibawa sama sekali sehingga kita sendiri
bingung siapa sebenarnya yang berkuasa. Oknum-oknum
yang memegang jabatan itu ataukah hukum pemerintah.
Dalam keadaan seperti sekarang ini, bisa saja kita dituduh
sebagai pemberontak dan dihadapkan kepada pasukan
keamanan pemer intah. Karena itu, satu-satunya jalan adalah
menghindarkan bentrokan lebih lanjut dan melarikan diri
sejauh mungkin dari sini."
Dengan hati penuh duka dan penasaran, terpaksa Cui Hong
mentaati ayahnya dan mereka bertiga lalu berkemas. Kepada,
beberapa orang murid yang rumahnya berdekatan dan sudah
berdatangan mendengar keributan yang terjadi di rumah guru
mereka, Kim Siok meninggalkan pesan agar mereka tidak
mencampuri urusan itu dan sebaiknya menjauhkan diri jangan
sampai terlibat kalau pihak pembesar she Pui itu mencari
gara-gara di antara murid-muridnya. Mereka bertiga hanya
dapat membawa barang-barang kecil dan berangkatlah
mereka meninggalkan Ang-ke-bun pada hari itu juga.
Apa yang dikhawatirkan guru silat Kim Siok memang tidak
berselisih jauh dengan kenyataannya. Jaksa Pui menjadi
marah bukan main ketika dia melihat puteranya babak belur
dan kepalanya tumbuh benjolan besar ketika terjatuh dari atas
kuda. Ada dua hal yang membuat pembesar itu marah.
Pertama karena kelancangan puteranya yang membawa
pasukan untuk bertindak sendiri. Ke dua karena puteranya
telah dipukul dan dihina orang.
"Ayah, kita akan kirim pasukan besar untuk menangkap
dan menghukum mereka!" kata Pui Ki Cong yang merasa malu
dan marah sekali.
"Bodoh! Kau hendak menarik perhatian orang seluruh
Thian-cin? Memukul anjing tidak perlu menggunakan tongkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu besar. Akan memalukan saja kalau kita harus
menggunakan pasukan. Apalagi, urusan ini adalah urusan
pribadi, bukan urusan pemer intah."
"Akan tetapi, apa sukarnya mengalihkannya menjadi urusan
pemerintah, ayah? Bukankah mereka telah melabrak pasukan
pengawal dan berarti mereka itu telah memberontak? Anggap
saja mereka pemberontak-pemberontak dan ayah berhak
untuk membasminya dengan pasukan, bukankah begitu?"
"Bodoh! Mana ada pemberontak hanya tiga orang dan
alangkah memalukan kalau harus menundukkan tiga orang
saja mempergunakan pasukan besar. Tidak, suruh orang
panggil ke sini Thian-cin Bu tek Sam-eng!"
Pui Ki Cong terbelalak. "Bu-tek Sam-eng? Tapi..... mana
mereka mau membantu kita dan..... mereka bukan
pembunuh-pembunuh bayaran."
"Hemm, kau tahu apa? Mereka itu haus akan kedudukan
dan kini aku akan memberi kesempatan kepada mereka untuk
meraih kedudukan. Kalau aku menjanjikan kedudukan dan
memperkenalkan mere ka ke kota raja, tentu mereka mau
membekuk tiga orang itu."
"Bagus, kalau mereka yang maju, tentu tiga orang itu dapat
dibekuk. Akan tetapi, jangan boleh membunuh mereka, ayah.
Aku ingin mendapatkan mereka hidup-hidup di tanganku!"
Sang ayah yang sangat sayang kepada puteranya itu
tersenyum dan mengangguk angguk.
"Hayo cepat kirim utusan kepada mereka!"
Pui Ki Cong lalu cepat mengutus pengawal mengundang
tiga orang jagoan itu dan pengawal itu tentu saja tahu ke
mana harus mencari mereka. Nama besar tiga orang jagoan
itu amat terkenal. Baru julukannya saja Thian-cin Bu-tek Sameng
(Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, tiga orang penunggang kuda
memasuki pekarangan yang luas dari rumah gedung
pembesar Pui. Melihat lagak dan pakaian saja, mudah diduga
bahwa tiga orang penunggang kuda ini adalah jago-jago silat.
Mereka menunggang kuda dengan cara yang gagah, duduk
dengan tegak di atas kuda mere ka yang tinggi besar. Siapakah
tiga orang gagah ini dan mengapa mereka berani
mempergunakan julukan yang demikian tekebur, yaitu Tiga
Orang Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin?
Seorang di antara mereka bernama Gan Tek Un berusia
kurang lebih tiga puluh lima tahun, berperawakan sedang,
mukanya bersih dan termasuk tampan juga, akan tetapi wajah
yang tampan bersih itu dingin sekali, jarang tersenyum dan
matanya amat tajam menusuk. Pakaiannya indah, model
pakaian pendekar yang serba ringkas. Sepasang pedang
tergantung di punggungnya, bersilang dengan ronce-ronce
merah dan kuning.
Orang ke dua bernama Koo Cai Sun, usianya juga kurang
lebih t iga puluh lima tahun. Tubuh orang ini agak gemuk,
terutama di bagian perutnya yang gendut. Mukanya juga
bersih karena dia berkulit putih kuning, muka yang bulat
karena gemuk. Sepasang matanya yang lincah mengerling ke
kanan kiri itu, mulutnya yang bibirnya agak tebal dan selalu
tersenyum-senyum gembira, menunjukkan dengan jelas
bahwa dia seorang mata keranjang dan sombong, pakaiannya
pesolek, bahkan dari pakaian itu berhamburan bau minyak
wangi melebihi wanginya pakaian pelacur di waktu malam.
Rambutnya disisir licin bekas minyak. Di pinggangnya, secara
menyolok sekali, tampak terselip sepasang tombak pendek,
yaitu senjata siang-kek, tombak cagak yang pendek, yang di
kedua gagangnya dipasangi tali merah.
Adapun orang ke tiga bernama Louw Ti, usianya juga
sebaya, kurang lebih tiga puluh lima tahun, la dapat dibilang
buruk rupa di antara ketiganya. Hidungnya pesek dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya pendek tegap nampak kuat sekali. Mukanya hitam
dan matanya menyeramkan. Dia tidak membawa senjata,
akan tetapi di pinggangnya melingkar sebuah benda yang
menarik. Itulah sebatang cambuk hitam yang ujungnya
dipasangi kaitan baja!
Tiga orang ini sebenarnya berasal dari aliran yang berbeda.
Akan tetapi secara kebetulan, tiga orang ini sama-sama
menjadi murid seorang pertapa tersesat, seorang tokoh sakti
dari dunia hitam.
Karena mereka seguru, maka mere ka lalu bersatu dan
memang tingkat kepandaian mereka sama. Mereka bertiga,
dengan kepandaian masing-masing, sudah menjadi seorang
jagoan yang sukar dilawan. Apalagi mereka bersatu dan saling
bela, tentu saja kekuatan mereka menjadi berlipat ganda.
Inilah sebabnya, mereka menjadi jumawa dan merasa tidak
ada lagi yang mampu menandingi mereka dan mereka berani
mempergunakan julukan Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari
Thian-cin. Bukan hanya karena kepandaian mereka yang
tinggi yang membuat mereka berani memakai julukan ini, juga
terutama sekali karena mereka mempunyai hubungan yang
amat baik dan erat dengan kalangan atas, dengan pejabatpejabat
tinggi yang berkuasa di Thian-cin. Inilah sebabnya
maka para pendekar, walaupun merasa penasaran mendengar
tentang julukan mereka yang amat tekebur itu, mereka segan
untuk menentang mereka yang berlindung di balik kekuasaan
para pejabat dan membiarkan mereka mabok dalam
kejumawaan mereka.
Tiga orang itu memakai julukan Sam-eng (Tiga Jagoan atau
Tiga Pendekar) karena memang mereka merasa diri mereka
sebagai pendekar-pendekar silat yang tangguh. Mereka
memang bukan penjahat, dalam arti kata tidak melakukan
pekerjaan sebagai penjahat. Hal ini sama sekali bukan berarti
bahwa mereka adalah pendekar-pendekar budiman yang suka
menolong sesama hidup, menentang yang kuat menindas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membela kaum lemah tertindas. Sama sekali t idak. Bahkan
kadang-kadang, di luar kesadaran mere ka sendiri, tiga orang
ini, dalam kepongahan dan kemabokan masing-masing, suka
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan sikap seorang
pendekar. Kadang-kadang mereka itu dipergunakan oleh para
pejabat tinggi untuk membela kepentingan sang pejabat. Akan
tetapi mereka bertiga ini terkenal sebagai jagoan-jagoan
bayaran yang menuntut bayar-an tinggi.
Demikianlah sedikit tentang keadaan tiga orang jagoan
yang kini diundang oleh Pui Taijin itu. Mendengar undangan
dari pejabat yang penting ini, tentu saja tiga orang jagoan
yang tempat tinggalnya berpisah, akan tetapi ketiganya samasama
tinggal di kota Thian-cin, cepat-cepat berkumpul dan
segera datang berkunjung ke rumah gedung Pui Taijin.
Pembesar gendut itu menyambut mereka di dalam ruangan
khusus yang biasa dia pergunakan untuk membicarakan
urusan rahasia. Setelah pelayan mengeluarkan hidangan,
mereka mulai dengan perundingan mere ka dan daun pintu
dan jendela ditutup rapat, para pelayan tidak diperkenankan
mendekat. Yang berada di dalam kamar itu hanyalah tiga
orang jagoan itu bersama Pui Taijin dan Pui Ki Cong. Pertamatama
Pui Taijin sendiri mengucapkan selamat datang dengan
secawan arak, mempersilakan mereka makan minum dan
diapun menyampaikan kehendaknya minta bantuan dari tiga
orang pendekar itu.
"Keluarga Kim itu jelas menghina kami sekeluarga, berani
menghina kami dan melawan pasukan pengawal. Mereka itu
jelas memberontak, atau setidaknya memperlihatkan sikap
melawan alat negara dan memberontak. Akan tetapi karena
jumlah mereka hanya bertiga, kami merasa malu kalau harus
mengerahkan pasukan untuk menangkap mereka. Oleh karena
itu, kami mengharap bantuan sam-wi untuk menangkap
mereka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi harap sam-wi jangan sekali-kali membunuh mereka,
bahkan jangan melukai nona Kim. Tangkap mereka hiduphidup
dan seret mereka ke sini." Pui Ki Cong menambahkan
perintah ayahnya.
Koo Cai Sun yang bermuka bulat dan selalu tersenyum itu
memainkan biji matanya yang berminyak itu, menyumpit
sepotong daging dan memasukkan daging itu ke mulutnya.
Sambil mengunyah daging babi berminyak itu dia berkata,
"Aha, agaknya kongcu tertarik kepada nona Kim itu, sudah
dapat dipastikan bahwa ia tentu amat cantik jelita!"
"Aihh, nona itulah yang menjadi gara-gara semua ini." Pui
Taijin berkata gemas. "Dan anak yang kurang hati-hati ini.
bernasib sial. Mula-mula dia bertemu dengan nona itu dan
tertarik. Kami mengajukan pinangan. Pinangan ditolak, bahkan
keluarga itu menghina kami. Dia membawa selosin pengawal
untuk memberi hajaran, akan tetapi malah dilabrak o leh guru
silat Kim, puterinya dan calon mantunya."
"Apakah yang taijin maksudkan dengan guru silat Kim itu
adalah Kim Siok, guru silat dari Ang-ke-bun itu?" tiba-tiba Gan
Tek Un yang sejak tadi diam saja bertanya.
"Benar, dialah orangnya, guru silat kampungan itu," kata
Pui Ki Cong.
Tiga orang jagoan itu saling pandang, "Hemm," kata Louw
Ti yang bermuka hitam itu sambil memandang wajah Pui
Kongcu. "Guru silat kampungan? Dia adalah murid S iauw-limpai
yang cukup lihai ilmu silatnya."
"Akan tetapi bagaimanapun juga aku tidak percaya kalau
sam-wi takut melawannya." kata Pui Ki Cong. Pemuda ini
memang cerdik dan licik sekali. Ucapannya ini merupakan
kesengajaan untuk membangkitkan kemarahan mereka karena
harga diri mere ka disinggung dan kegagahan mereka
diragukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Takut? Huh, setanpun kami tidak takut melawannya!" kata
Louw Ti setengah membentak dan diam-diam Ki Cong merasa
girang karena pancingannya mengena.
"Kamipun sudah tahu bahwa keluarga Kim itu memiliki
kepandaian silat yang lihai sehingga pasukan pengawal
kamipun dihajar oleh mereka. Karena itulah maka kami
sengaja mengundang sam-wi untuk minta bantuan sam-wi,
karena siapa lagi , kalau bukan sam-wi yang akan mampu
menyeret mereka bertiga ke sini." kata Pui Taijin dan ucapan
ini cocok sekali dengan pancingan puteranya.
Koo Cai Sun yang merupakan orang paling pandai dan
paling suka bicara di antara mereka bertiga, kini mewakili
saudara-saudaranya berkata kepada Pui Taijin, "Harap taijin
jangan khawatir. Memang Kim Kauwsu itu murid S iauw-lim-pai
yang lihai, akan tetapi bagi kami dia itu bukan apa-apa. Kami
tanggung dalam waktu singkat kami akan dapat menyeret
mereka bertiga itu sebagai tawanan ke sini. Akan tetapi, kami
mengharap agar taijin suka mempertimbangkan permintaan
kami bertiga tempo hari yang sampai kini belum juga taijin
penuhi."
"Ahh, tentang kedudukan itu? Jangan khawatir. Kami sudah
mencari-carikan di kota raja dan kami sudah mengadakan
hubungan di sana. Kalau sam-wi berhasil membantu kami,
kami akan menyerahkan surat perkenalan dan tanggungan
agar sam-wi dapat diterima menjadi calon-calon perwira di
kota raja. Kalau mungkin di istana, kalau tidak tentu di dalam
pasukan pengawal para pejabat tinggi di sana."
Tentu saja tiga orang jagoan itu merasa gembira bukan
main. Hanya ada satu cita-cita mereka yang belum tercapai,
yaitu kedudukan tinggi karena mereka tahu bahwa kedudukan
tinggi mendatangkan kekuasaan yang jauh bedanya dari
kekuasaan yang datang karena ilmu silat mereka. Kekuasaan
yang didapat dari kedudukan atau jabatan jauh lebih besar
pengaruhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, taijin." kata Koo Cai Sun.
"Sekarang juga kami akan menangkap keluarga Kim itu."
"Mungkin mere ka melarikan diri dari Ang-ke-bun. Harap
sam-wi mencarinya sampai dapat kalau mereka telah
melarikan diri," kata sang pembesar.
"Tentu saja kami akan melakukan pengejaran. Mereka
takkan dapat lari jauh." jawab Gan Tek Un.
"Akan tetapi saya mohon dengan sangat kepada sam-wi
agar nona Kim jangan dilukai, dan jangan..... diganggu, ingat,
ia itu milikku, calon selirku....." kata Pui Ki Cong sambil
memandang tajam wajah bulat Koo Cai Sun. Dia sudah
mendengar tentang jagoan ini, seorang mata keranjang yang
tidak melewatkan wanita cantik begitu saja.
Koo Cai Sun terkekeh dan matanya makin menyipit. "Haha-
ha, kongcu aku masih tahu perempuan mana yang boleh
kujamah dan mana yang tidak. Tentu saja aku tidak akan
mengganggu dara cantik yang membuat kongcu tergila-gila
itu, ha-ha!"
Kim Kauwsu bersama puterinya dan muridnya
meninggalkan Ang-ke-bun dan melarikan diri menuju ke
selatan kemudian membelok ke barat. Setelah melakukan
perjalanan cepat selama tiga hari, sampailah mereka ke kaki
Pegunungan Tai-hang-san dan mereka pada pagi hari ke
empat berhenti di tepi sebuah sungai yang melintang dan
menghadang perjalanan mereka. Banyak sudah bukit dan
hutan mereka lalui, dusun-dusun kecil mereka lewati. Setelah
berada di lembah sungai di kaki Pegunungan Tai-hang-san
yang indah itu, cuaca yang cerah dan suasana yang sunyi dan
tenang membuat hati mereka merasa tenang pula.
"Ayah, kita akan menuju ke manakah?" Cui Hong bertanya
kepada ayahnya selagi mereka makan bekal makanan mereka
yang kemar in mere ka beli dar i sebuah dusun. Mereka duduk di
bawah sebatang pohon besar dan sinar matahari pagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerobos di antara celah-celah daun pohon itu, menimpa
tempat mereka beristirahat dengan sentuhan-sentuhan hangat
dan halus.
"Sebaiknya kita pergi ke kota Tai-goan. Di mana aku
mempunyai seorang sahabat baik. Tentu untuk sementara
waktu dia akan suka menampung kita, sementara kita
berusaha mencari sumber penghasilan baru. Kita harus hidup
baru di tempat itu, dan sebaliknya kalau kita berganti nama."
Dara itu mengerutkan alisnya, juga Lu San merasa tidak
setuju. Dua orang muda itu merasa betapa sikap orang tua itu
terlalu ketakutan. Kalau menuruti hati mereka, lebih baik
mereka tetap tinggal di dusun dan melawan mati-matian
terhadap setiap pengganggu yang berani datang mengusik
mereka.
Agaknya guru silat itupun dapat menduga akan isi hati
puterinya dan muridnya, maka diapun menarik napas panjang.
"Cui Hong, dan Lu San, aku tahu bahwa kalian merasa tidak
puas dengan sikapku yang melarikan diri seolah-olah takut
menghadapi bahaya. Memang terus terang saja, aku merasa
takut."
"Ayah.....!" Ucapan ayahnya itu hebat sekali bagi Cui Hong
yang sejak kecil menganggap ayahnya orang yang paling
hebat, paling gagah dan tidak mengenal takut. Dan sekarang
ayahnya begitu saja mengaku bahwa dia takut!
Orang tua itu memegang tangan anaknya. "Aku memang
takut sekali, bukan takut kalau aku sampai terkena celaka.
Akan tetapi aku takut kalau-kalau engkau, Cui Hong, kalaukalau
kalian berdua tertimpa malapetaka. Kalian tidak tahu
betapa kejam dan jahatnya manusia-manusia di dunia ini. Aku
ingin melihat kalian terhindar dari bencana. Kalau aku sudah
berhasil menyelamatkan kalian, kalau kalian sudah menjadi
suami isteri, aku sendiri akan menggabungkan diri dengan
para pemberontak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu, apa maksud ucapan suhu ini?" Lu San terkejut
mendengar ini. Belum pernah suhunya bicara seperti itu,
apalagi menyatakan hendak bergabung dengan pemberontak.
"Ketahuilah kalian. Pada waktu ini, pemerintah amat lemah,
Kaisar telah menjadi seperti boneka saja. Yang berkuasa
adalah pejabat-pejabat setempat dan mereka yang memiliki
kekuasaan. Kabarnya, di kota raja sekalipun yang berkuasa
adalah pejabat-pejabat dan di istana yang berkuasa adalah
pejabat-pejabat thai-kam. Kejahatan merajalela, perbuatanperbuatan
tak patut dan tidak adil terjadi di mana-mana.
Karena itu, orang-orang gagah yang berjiwa patriot
memberontak terhadap pemerintah yang dianggap tidak
becus. Mereka memberontak untuk membentuk pemer intahan
baru yang bijaksana dan adil. Sudah lama aku memikirkan hal
itu dan siapa kira hari ini kita sendiri malah menjadi korban
keganasan seorang pejabat yang sewenang-wenang. Hal ini
mendorong semangatku untuk membantu para pemberontak,
yaitu menggulingkan pemer intah lalim dan mendirikan
pemerintah baru yang sehat. Dengan demikian, maka tidak
akan sia-sialah aku menghabiskan sisa hidupku. Aku
mendengar bahwa banyak sekali para pendekar gagah
perkasa yang masuk menjadi pembantu suka rela dari
pasukan pemberontak yang disebut pejuang-pejuang rakyat."
"Kalau begitu, teecu ikut, suhu!" kata Lu San penuh
semangat.
"Aku juga ikut, ayah!" sambung Cui Hong.
Tiga orang itu terseret oleh semangat perjuangan yang
timbul karena perhatian yang mereka alami akibat gangguan
seorang pejabat. Demikian tersentuh rasa hati mereka oleh
kegembiraan semangat itu sehingga mereka tidak begitu
memperhatikan bunyi derap kaki kuda yang datang dari jauh.
Setelah tiga orang penunggang kuda itu tiba di situ dan
berloncatan turun, barulah Kim Kauwsu, puteri dan muridnya
terkejut dan mereka pun mengenal tiga orang itu. JagoanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
jagoan sombong yang menyebut diri Thian-cin Bu-tek Sameng!
Tiga orang itu dengan sikap tenang menambatkan kuda
mereka pada batang pohon dan mereka lalu melangkah maju
menghampiri Kim Siok dan dua orang muda itu. Koo Cai Sun
memperhatikan dara remaja yang nampak berdiri dengan
gagahnya itu dan tiba-tiba dia tertawa bergelak.
hal 24-25 gak ada
“orang juga." kata Koo Cai Sun, masih tersenyum mengejek
dan pandang nyatanya seperti menggerayangi seluruh bagian
tubuh yang ranum dar i remaja itu.
Karena tidak melihat cara lain untuk menghindarkan
bentrokan, Kim Kauw-su membentak dengan marah, "Ah,
kalau begitu, benar ucapan anakku tadi bahwa kalian adalah
tiga ekor anjing penjilat dan pemburu dari jaksa Pui?"
"Ha-ha-ha, benar Benar! Kami adalah tiga ekor anjing
pemburu yang mengejar-ngejar tiga ekor tikus yang melarikan
diri, ha-ha!" kata Koo Cai Sun yang pandai bicara itu.
"Ayah, menghadapi anjing perlu bertindak, bukan bicara!"
Tiba-tiba Cui Hong sudah menerjang ke depan, mengirim
tendangan yang amat keras dan cepat ke arah perut Koo Cai
Sun yang gendut. Akan tetapi, orang ini sambil terkekeh sudah
mengelak dengan menarik tubuh ke belakang, bahkan dia
berusaha menyambar dengan tangannya untuk menangkap
kaki Cui Hong yang menendang. Dara itu terkejut dan cepat
menarik kembali kakinya, kemudian menyerang lagi dengan
kedua tangannya, mengirim pukulan-pukulan beruntun.
"Aha, kuda betina liar ini sungguh menarik!" kata Koo Cai
Sun dan dengan mudah dia menghindarkan diri dari semua
serangan itu dengan elakan dan tangkisan. jelas bahwa dia
hendak mempermainkan gadis itu karena dia tidak membalas
serangan-serangan itu, hanya membiarkan gadis itu
menyerang terus yang semua dapat dihindarkannya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mudah, bahkan dalam serangan jurus ke lima, sambil
mengelak dia berhasil mengusap dagu runcing itu.
"Aih, manisnya!"
Tentu saja Cui Hong menjadi marah dan menyerang
semakin dahsyat. Hal itu membuat Lu San juga marah sekali.
"Manusia busuk!" bentaknya dan dia-pun terjun ke dalam
perkelahian itu, hendak membantu sumoinya atau
tunangannya. Akan tetapi, dari kanan menyambar tubuh Gan
Tek Un yang sudah menghadangnya sehingga merekapun
segera berkelahi dengan seru.
Hati guru silat Kim Siok terkejut dan khawatir sekali ketika
dia melihat gerakan dua orang yang sudah berkelahi dengan
anak perempuan dan muridnya. Tahulah dia bahwa tiga orang
lawan ini bukan hanya bernama kosong saja dan biarpun
mereka menggunakan julukan yang terlalu sombong, namun
Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin ini ternyata
memang lihai sekali. Tidak ada jalan lain baginya kecuali
menyertai anak dari calon mantunya untuk membela diri dan
melawan mati-matian. Hanya Louw Ti seorang yang masih
belum memperoleh tanding, maka diapun tak mengeluarkan
kata-kata lagi, langsung saja menyerang Louw Ti yang pendek
tegap itu dengan pukulannya yang ampuh.
Louw Ti menghadapi serangan itu dengan tenang. Pukulan
itu bukan pukulan biasa, melainkan pukulan dari jurus Ilmu
Silat Sin-ho-kun (Silat Bangau Sakti), dilakukan dengan
sempurna dan didorong oleh tenaga sinkang yang amat kuat.
Namun Louw Ti tidak mengelak, sengaja tidak mengelak
melainkan menyambutnya dengan tangkisan sambil
mengerahkan tenaganya pula karena dia ingin menguji
kekuatan pihak lawan.
"Dukkk......!" Dua tenaga yang amat kuat bertemu melalui
dua lengan itu dan akibatnya, tubuh Kim Siok terdorong ke
belakang sampai dia terhuyung, sebaliknya, Louw Ti masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri tegak, matanya melotot lebar dan mulutnya bergerak
ke arah senyum mengejek. Dalam pertemuan adu tenaga
gebrak pertama ini, mereka berdua sudah maklum akan
kekuatan masing-masing dan diam-diam guru silat Kim
terkejut bukan main karena dia tahu bahwa tenaganya masih
kalah jauh dibandingkan dengan lawan yang bertubuh pendek
tegap bermuka hitam ini. Dengan sudut matanya diapun
melihat betapa keadaan anak perempuan dan muridnya sudah
payah, terdesak terus oleh pihak lawan dan mudah diduga
bahwa mereka berdua itu pasti akan kalah. Maka, dengan
menebalkan muka, demi kepentingan puterinya, dia segera
berkata dengan lantang.
"Tahan dulu......!!"
Tiga orang itu menahan serangan mereka dan melangkah
mundur sambil memandang dengan sikap memandang
rendah. Bagaimanapun juga, tentu akan lebih menyenangkan
dan lebih mudah bagi mereka kalau t iga orang buruan ini
menyerahkan diri dengan suka re la agar tidak susah-susah
lagi mere ka menggiring tawanan itu ke Thian-cin. Inilah
sebabnya mengapa mereka menahan serangan mereka ketika
mendengar suara Kim Siok.
"Bu-tek Sam-eng, kalian bertiga adalah orang-orang gagah.
Kalau memang kami dianggap bersalah, biarlah semua
kesalahan itu aku sendiri yang akan menanggungnya. Kalian
kasihanilah puteriku dan muridku yang tidak berdosa ini.
Biarkan mereka berdua pergi dan aku yang akan menerima
segala macam hukuman yang akan dijatuhkan kepada kami."
"Ayah!"
"Suhu.....!"
Dua orang muda itu memandang kepada Kim Siok dengan
mata terbelalak dan alis berkerut. Tentu saja mereka merasa
tidak setuju sama sekali dengan sikap Kim Kauwsu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha-ha! Kim Siok, untuk apa kami hanya membawa
pulang seorang seperti engkau? Yang dibutuhkan adalah
puterimu, dan engkau bersama muridmu ini harus ikut pula
untuk menerima hukuman!" kata Koo Cai Sun sambil tertawa
mengejek. "Dar ipada kami harus menggunakan kekerasan dan
bagaimanapun juga kalian takkan dapat menandingi kami,
lebih baik kalian bertiga lekas berlutut dan menyerah saja."
"Singgg....!" Nampak sinar berkilat ketika Cui Hong sudah
mencabut pedangnya. Karena mereka bertiga melarikan diri
dari bahaya, maka dari rumah mere-ka telah mempersiapkan
senjata dan kini dara itu yang menjadi marah sekali
mendengar ucapan Koo Cai Sun, sudah mencabut pedangnya.
"Manusia sombong, lihat pedang!" bentaknya dan iapun sudah
menggerakkan pedangnya menyerang Koo Cai Sun dengan
tusukan ke arah dada.
"Heh-heh, liar dan panas!" Si perut gendut itu mengelak
dengan cepatnya.
Akan tetapi Cui Hong menyerang terus dengan tusukantusukan
dan bacokan-bacokan bertubi-tubi dan berbahaya
sekali.
Melihat sumoinya sudah maju lagi, Lu San juga mencabut
pedangnya dan tanpa banyak cakap diapun sudah
menggerakkan pedang menyerang Gan Tek Un yang juga
cepat mengelak dari serangan-serangan pedang yang cukup
berbahaya itu. "
Kim Siok menghela napas panjang. Usahanya gagal! Tidak
ada jalan lain kecuali melawan mati-matian. Maka diapun
melolos sabuknya yang merupakan senjatanya yang ampuh
dan dengan sabuk ini diapun menyerang Louw Ti. Louw Ti
mengeluarkan dengus mengejek dan tahu-tahu cambuk
hitamnya yang disebut Toat beng-joan-pian (Cambuk
Pencabut Nyawa ) sudah berada pula di tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tar-tar-tarrr.....!" Cambuknya meledak-ledak menyambut
sambaran sabuk Kim Siok dan kedua orang ini segera
berkelahi dengan seru. Nampak gulungan sinar putih dan
hitam dari senjata mere ka menyambar-nyambar.
Perkelahian antara Cui Hong dan Koo Cai Sun terulang
kembali, akan tetapi biarpun kini Cui Hong menggunakan
pedang, tetap saja keadaan mereka tidak seimbang. Koo Cai
Sun juga mempergunakan senjatanya, yaitu sepasang tombak
pendek, akan tetapi sepasang senjata ini hanya dia
pergunakan untuk menangkis dan mengancam saja. Dia tidak
bermaksud melukai gadis itu seperti yang telah dipesankan
dengan sungguh-sungguh oleh Pui Ki Cong. Kalau dia
menghendaki, dengan ilmu kepandaiannya yang jauh lebih
tinggi, akan mudah bagi Koo Cai Sun untuk merobohkan gadis
itu. Dia mempermainkan sambil tertawa-tawa, dan hanya
menambah tenaganya setiap kali menangkis sehingga
beberapa kali hampir saja pedang di tangan Cui Hong
terlempar lepas.
Tidak banyak perbedaannya dengan keadaan Lu San.
Pemuda ini mengamuk dengan pedangnya, akan tetapi semua
gerakan pedangnya itu menemui jalan buntu dan kandas
dalam gerakan sepasang pedang Gan Tek Un. Jagoan ini
menggunakan sepasang pedang dan dengan pedang
pasangan yang digerakkan secara hebat, sepasang pedang itu
demikian ganasnya seperti sepasang naga terbang dan
bermain-main di angkasa, sesuai dengan ilmu pedangnya,
yaitu Siang-liong Kiam-sut (Ilmu Pedang Sepasang Naga). Lu
San sungguh bukan lawan seimbang dari Gan Tek Un dan
setelah mempermainkan pemuda ini selama t iga puluh jurus
lebih, tiba-tiba Gan Tek Un mengeluarkan bentakan keras dan
tahu-tahu pedang di tangan Lu San terlepas dan pemuda
itupun terpelanting roboh karena pundak kanannya tercium
ujung pedang dan ada otot di pundaknya yang putus!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Robohnya Lu San disusul dengan robohnya Cui Hong. Dara
ini dirobohkan oleh Koo Cai Sun yang merasa sudah cukup
mempermainkannya. Tiba-tiba pedang di tangan dara itu
tertangkap oleh kaitan senjata siang-kek di tangannya dan
sekali membuat gerakan memutar, pedang itupun patah dan
karena tangannya terasa nyeri, terpaksa Cui Hong melepaskan
gagang pedang. Sebelum dara ini mampu menjaga diri, tahutahu
lawannya yang amat lihai telah menotoknya dan
robohlah ia tanpa terluka, terkulai dalam keadaan lumpuh dan
tak mampu bergerak lagi.
Melihat betapa dua orang kawannya sudah merobohkan
lawan, Louw Ti mengeluarkan suara melengking nyaring sekali
dan kini gerakan cambuknya berubah ganas bukan main. Guru
silat Kim Siok terkejut. Dia sendiri adalah seorang ahli bermain
senjata lemas seperti cambuk atau sabuknya, akan tetapi kini
dia tahu bahwa dia telah bertemu dengan seorang yang
tingkat kepandaiannya masih jauh lebih t inggi. Dia mencoba
untuk mengerahkan seluruh tenaga dan memutar senjata
sabuknya itu dengan sebaik mungkin, memainkan ilmu silat
yang mendarah daging kepadanya. Sabuknya membuat
gerakan menyambar-nyambar dan membentuk lingkaran
cahaya putih. Akan tetapi, cambuk di tangan Louw Ti
mengeluarkan suara meledak-ledak, membuat gerakan
melecut-lecut secara aneh, kadang-kadang menyambarnyambar
dari atas, bawah, kanan kiri dan depan belakang,
sukar sekali untuk dibendung. Apalagi setiap lecutan itu
mengandung tenaga yang amat kuat sehingga sabuk di
tangan Kim Kauwsu kadang-kadang membalik ketika terbentur
senjata lawan. Dia tidak tahu bahwa lawannya telah
memainkan Ilmu Cambuk Pencabut Nyawa yang dahsyat
sekali.
Kim Siok terlalu lama meninggalkan dunia persilatan.
Semenjak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, dia tidak
pernah lagi menjelajah dunia persilatan dan tidak tahu bahwa
di dunia kang-ouw, telah terjadi banyak perubahan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak bermunculan tokoh-tokoh yang lihai. Juga telah terjadi
perkembangan yang luas dalam ilmu silat sendiri. Karena ini,
biarpun dia setiap hari melatih diri dengan mengajarkan ilmu
silat kepada murid-muridnya, namun selama dua puluh tahun
dia tidak menambah pengetahuannya dalam ilmu silat. Maka,
begitu bertemu tanding tangguh, yang memainkan ilmu silat
baru yang sama sekali tidak dikenalnya, dia menjadi bingung.
"Tar-tar-tarrr..... robohlah kamu!" terdengar Louw Ti
membentak dan ujung cambuknya yang dipasangi mata pisau
tajam itu menyambar turun secara bertubi-tubi. Kim Siok
terkejut mengelak dan memutar sabuknya melindungi dirinya,
namun terlambat.
"Crokkk.. aughhhh...." Dan robohlah guru silat itu, dari kaki
kanannya di bagian lutut bercucuran darah karena sambungan
lututnya hampir putus disambar mata pisau di ujung cambuk
lawan tadi. Juga di pergelangan tangannya mengucurkan
darah dan terpaksa dia melepaskan sabuknya. Karena luka di
lutut dan pergelangan tangan, guru silat itu tidak mampu
melakukan perlawanan lagi dan diapun roboh terguling tanpa
dapat mengelak ketika Louw Ti menambahkan totokan yang
membuat kaki tangannya lumpuh.
"Ha-ha-ha, Kim Siok. Kiranya engkau dan puterimu beserta
muridmu ini tidak seberapa hebat. Engkau memang orang
keras kepala dan tolol. Kalau saja kau-berikan puterimu
kepada Pui-kongcu, tentu tidak akan begini jadinya dan
engkau akan hidup terhormat dan makmur."
"Bunuhlah aku, tapi bebaskan anakku berdua itu." Kim Siok
masih mencoba untuk membujuk karena dia amat
mengkhawatirkan nasib puterinya. Akan tetapi tiga orang itu
hanya tertawa-tawa dan Koo Cai Sun lalu mengangkat tubuh
Cui Hong yang sudah tak mampu bergerak, meletakkan tubuh
itu melintang di atas punggung kudanya. Lalu dia sendiri
meloncat naik dan tubuh dara itu melintang menelungkup di
depannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kita cepat bawa mereka!" katanya dan dua orang
temannya juga segera membawa tawanan masing-masing.
Kim Siok dan Lu San yang juga sudah tidak mampu bergerak
karena ditotok, juga mereka dibelenggu kaki tangannya, diikat
di atas punggung kuda. Lalu tiga orang jagoan itu melarikan
kuda masing-masing membawa tawanan itu menuju ke Thiancin,
membayangkan kedudukan terhormat yang akan mereka
terima sebagai hadiah Pui Taijin.
"Ha, nona manis, akhirnya engkau terjatuh ke dalam
tanganku!"
Cui Hong rebah di atas pembaringan dengan kaki tangan
terikat. Tadi ia dilemparkan oleh Koo Cai Sun ke atas
pembaringan di dalam kamar itu, dan sambil terkekeh Koo Cai
Sun menyerahkannya kepada Pui Ki Cong.
"He-heh-heh, Pui-kongcu. Nih, kuda betina liar itu. Ia panas
dan liar, akan tetapi aku menepati janji, ia tidak kusentuh! Haha,
memang ia menarik sekali, tapi aku tidak menyentuhnya."
Jagoan itu tertawa bergelak.
"Terima kasih, Koo-enghiong, terima kasih." kata Pui Ki
Cong dan setelah jagoan itu keluar dari kamar, dia cepat
menutupkan daun pintu dan menghampiri pembaringan
dengan mulut menyeringai.
"Kim Cui Hong, kalau engkau dahulu menerima
pinanganku, tentu tidak perlu dilakukan kekerasan seperti ini.
Akan tetapi sekarang masih belum terlambat, manis, aku
sungguh cinta padamu dan kalau engkau mau dengan suka
rela menjadi isteriku, aku akan membujuk ayahku agar
ayahmu tidak menerima hukuman berat." Pui Ki Cong duduk
di tepi pembaringan dan mengulur tangan untuk membelai
dagu yang meruncing manis itu.
Cui Hong menggerakkan kepalanya mengelak dari belaian
itu. Totokan pada tubuhnya telah punah akan tetapi ikatan
pada kaki tangannya kuat sekali, membuat ia tidak mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan kaki tangannya. "Tidak sudi aku! Lebih baik
mati!" ia membentak dan melotot kepada pemuda itu.
"Ah, nona manis, kenapa engkau berkeras hati? Ingatlah,
engkau sudah tertawan, juga ayahmu dan muridnya itu.
Betapa mudahnya menjatuhkan hukuman kepada kalian
bertiga dengan dalih pemberontak. Kalau engkau berkeras dan
menolak, aku dapat mendapatkan dirimu, kalau perlu dengan
perkosaan. Apa kau lebih suka diperkosa dan melihat ayahmu
dan muridnya itu mati tersiksa? Ataukah engkau lebih baik
menyerahkan diri baik-baik kepadaku, menjadi isteriku,
sedangkan ayahmu mungkin akan dibebaskan?"
Ki Cong membujuk dan merayu. Dia ingin mendapatkan diri
gadis ini dengan suka rela karena dia benar-benar tertarik oleh
kemurnian dan kecantikan aseli dara puteri guru silat ini. Kalau
harus memperkosanya, sungguh kurang menyenangkan dan
tidak akan memuaskan hatinya. Pula, hal ini menyinggung
harga dirinya. Sebagai seorang perayu wanita yang tampan
dan kaya, belum pernah ia harus memperkosa wanita. Semua
wanita yang digodanya dan dirayunya, satu demi satu pasti
akan tunduk bertekuk lutut, menyerahkan diri dengan suka
rela kepadanya. Memperkosa wanita, sama saja mengaku
bahwa dia ditolak dan tidak dikehendaki wanita itu!
Tiba-tiba terjadi perubahan pada wajah yang cantik manis
dan dan agak pucat itu. Sepasang mata yang jeli itu menatap
wajah Pui Ki Cong penuh selidik, kemudian bibir yang mungil
dan walaupun dalam keadaan tegang dan lelah masih nampak
segar merah membasah itu, bergerak mengajukan pertanyaan
lirih.
"Be..... benarkan..... kau akan membebaskan ayahku kalau
aku.... aku menyerahkan diri dengan suka rela padamu?"
Wajah pemuda bangsawan itu berseri gembira. "Tentu
saja! Ha-ha, nona Kim yang baik, apakah kau belum percaya
kepadaku? Apakah aku harus bersumpah? Aku cinta padamu
dan kalau kau mau menerima cintaku, dengan suka rela,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau akan menjadi seorang isteriku yang tercinta dan tentu
saja aku akan membebaskan ayahmu yang menjadi ayah
mertuaku!"
"Kalau begitu.... demi keselamatan ayah.... akui... aku
menyerah. Tapi..... harap bersikap sabar denganku, kongcu.
Aku..., aku masih belum dewasa......"
Wajah dara itu menjadi merah sekali dan ia tidak berani
menentang pandang mata pemuda itu yang kini tersenyum
penuh kegembiraan.
"Tentu saja, manisku! Aku cinta padamu, aku akan bersikap
sabar.... ah, girang rasa hatiku kalau kau mau menyerahkan
diri dengan suka rela." Dan dia-pun merangkul hendak
mencium mulut yang sejak pertama kali dilihatnya telah
membuatnya tergila-gila itu.
"Aih, nanti dulu, kongcu....." Cui Hong miringkan mukanya
mengelak. "Aku ..... tidak enak sekali terbelenggu seperti
ini..... kenapa kau tidak melepaskan ikatan tangan kakiku? Aku
sudah menyerah.... demi keselamatan ayah."
"Ah, aku sampai lupa! Maafkan, kekasihku, aku a kan cepat
melepaskan ikatan kaki tanganmu." Dengan penuh
kegembiraan, sambil menggunakan jari-jari tangannya
kadang-kadang mencolek sana-sini dengan sikap genit, Ki
Cong lalu membuka ikatan tangan kaki Cui Hong. Dia sudah
membayangkan betapa akan gembira dan nikmatnya kalau
nanti gadis remaja ini menyerahkan diri dengan hati terbuka
kepadanya.
Dengan kedua tangan gemetar karena gejolak hatinya, Ki
Cong melepaskan ikatan-ikatan pada pergelangan kaki dan
tangan Cui Hong dan membantu gadis itu bangkit duduk. Cui
Hong mengurut-urut pergelangan kaki dan tangannya, yang
terasa kaku dan nyeri setelah ikatannya dibuka.
"Mari kuurut kakimu, manis." Ki Cong segera meraba kaki
itu dengan tangan panas membelai, akan tetapi tiba-tiba dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkejut setengah mati karena tengkuknya sudah dicengkeram
dan gadis itu sekali meloncat sudah turun dari atas
pembaringan dan tangan kirinya mencengkeram tengkuk,
tangan kanannya siap memukul kepala.
"Jangan bergerak!" bentaknya. "Hayo cepat perintahkan
agar ayahku dan suhengku dibebaskan!"
Ki Cong terkejut bukan main, bergerak meronta hendak
melepaskan diri. "Akan tetapi, nona....."
"Diam dan jangan bergerak! Hemm, kalau tidak cepat
kaubebaskan mereka, akan kuhancurkan kepalamu!" Dan ia
memperkuat cengkeramannya sehingga tengkuk Ki Cong
rasanya seperti dijepit besi membuat pemuda itu gelagapan
dan sesak napasnya.
"Ba..... baik..... baik....., tapi..... mereka tidak ditahan di
sini....."
Pemuda itu merasa mendongkol, menyesal, marah akan
tetapi juga ketakutan. Tak disangkanya sama sekali bahwa
dara remaja itu dapat mempergunakan siasat selicik itu.
Sedikitpun tidak nampak kepura-puraannya ketika tadi mau
menyerahkan diri, nampak demikian sungguh-sungguh. Dia
sama sekali tidak tahu bahwa seorang manusia, dalam
keadaan terhimpit, akan mampu melakukan apa saja untuk
menyelamatkan diri. Dalam hal ini, Cui Hong tidak hanya
mengkhawatirkan diri sendiri, melainkan ia ingin sekali
menyelamatkan ayahnya dan suhengnya.
"Jangan bohong! Hayo panggil pengawalmu dan katakan
bahwa ayahku dan suhengku harus dibebaskan dan dibawa ke
sini. Cepat, atau akan kupatahkan batang lehermu!" Kembali
cekikannya pada tengkuk menguat dan Ki Cong dengan
ketakutan lalu memanggil pengawalnya.
Dua orang pengawal mengetuk daun pintu karena daun
pintu itu tadi dikunci dari da lam oleh Ki Cong. "Apakah kongcu
memanggil kami?" demikian terdengar teriakan dari luar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sebatang pedang menghias dinding, sebatang
pedang yang tidak begitu baik akan tetapi indah ukirannya
dan lebih menyerupai hiasan daripada! senjata, Cui Hong lalu
menyambar senjata itu, menghunusnya dan menempelkannya
pada leher Ki Cong yang menjadi semakin ketakutan.
"Cepat buka pintu dan perintahkan! dia agar cepat
membawa ayahku dan suhengku ke sini. Cepat!"
Dengan todongan pedang di tengkuknya, Ki Cong
membuka daun pintu dan dua orang pengawal itu terbelalak
melihat betapa majikan mereka ditodong pedang oleh gadis
yang menjadi tawanannya. Tentu saja mereka terheran-heran.
Tadi, di luar pintu di mana mereka ditugaskan menjaga
keamanan, mereka kasak-kusuk dan terkekeh-kekeh
membicarakan dan membayangkan betapa majikan muda
mereka tentu tengah mempermainkan gadis tawanan itu yang
mereka namakan sebagai "memetik bunga" atau
"menyembelih ayam". Siapa kira, kini majikan muda mereka
itu sama sekali tidak menikmati tawanannya, bahkan ditodong
oleh tawanan itu, mukanya pucat tubuhnya gemetar seperti
orang r-serang demam.
"Cepat..... pergi ke tempat tahanan.... dan bawa dua
tawanan itu ke sini......."
"Siapa, kongcu? Tawanan yang mana?" Dua orang
pengawal itu masih bingung dan gugup.
"Guru silat Kim Siok dan muridnya yang tertawan.
Bebaskan dan bawa mereka ke sini, atau.... aku akan
memenggal leher kongcu kalian ini. Cepat!" bentak Cui Hong
dan ujung pedang itu ia tempelkan pada tengkuk Ki Cong
sehingga terluka sedikit dan berdarah.
"Cepat...... lakukan perintah itu, cepat.....!" Ki Cong berkata
dan dua orang pengawal itu kini maklum apa yang terjadi.
Ternyata tawanan ini, dara yang mereka sudah dengar pandai
ilmu silat ini, telah berhasil meloloskan diri sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaannya menjadi terbalik, kongcu mereka kini menjadi
tawanan. Mereka mengangguk dan bergegas pergi dari situ
untuk melaksanakan perintah. Tempat tahanan berada di
belakang gedung besar.
Setelah dua orang pengawal itu pergi, Cui Hong menotok
jalan darah tawanannya dan Ki Cong roboh dengan lemas.
Cepat dara itu mempergunakan tali yang tadi dipakai untuk
mengikatnya, kini ia mempergunakannya untuk mengikat kaki
tangan Ki Cong dengan erat. Ia tahu bahwa ia berada di
dalam guha singa dan kalau tiga orang jagoan yang pernah
menangkap ia dan ayahnya itu muncul, berarti
keselamatannya terancam. Akan tetapi ia mempunyai tawanan
penting dan dengan adanya pemuda ini di dalam
kekuasaannya, tiga orang jagoan itu tidak akan mampu
mengganggunya. Ia bertekad untuk membebaskan ayahnya
dan suheng-nya, dengan jalan menjadikan Ki Cong sebagai
sandera yang amat berharga. Ia harus berlaku hati-hati sekali
dan karenanya, ia baru merasa tenang setelah pemuda itu
dibelenggu kaki tangannya dan membiarkan pemuda itu roboh
di atas lantai, sedangkan ia sendiri lalu duduk di atas bangku,
siap dengan pedang di tangan menodong ke arah pemuda itu
dan menghadap ke arah pintu.
Seperti dapat diduga oleh dara perkasa itu, perbuatannya
membuat gedung menjadi gempar! Tentu saja pembesar Pui
merasa bingung dan khawatir sekali. Memang mudah
mengerahkan pasukan pengawal untuk mengeroyok gadis itu,
akan tetapi bagaimana dengan keselamatan nyawa
puteranya? Untung masih ada Thian-cin Bu-tek Sam-eng yang
sedang dijamu dengan hidangan mewah oleh pembesar itu.
Tiga orang jagoan inilah yang bersikap tenang dan merekalah
yang mengatur siasat untuk menghadapi kenekatan Cui Hong.
Hampir habis kesabaran Cui Hong menanti di dalam kamar
itu dengan daun pintunya terbuka dan pedang siap di tangan.
Pui Ki Cong mengeluh perlahan-lahan, akan tetapi pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlampau ketakutan untuk dapat bicara atau banyak
bergerak. Pandang mata Cui Hong ditujukan ke luar kamar
dan ia melihat betapa keadaan di luar kamar itu sunyi saja,
tidak nampak ada gerakan apa-apa.
Akhirnya dua orang pengawal itu muncul di depan pintu
dan Cui Hong cepat menempelkan ujung pedangnya di dada
Ki Cong. "Mana mereka?" bentaknya kepada dua orang
pengawal itu. "Awas kalau kalian menipuku, dada kong-cu
kalian ini akan kurobek-robek!"
"Tolol kalian! Mana tawanan itu?" Ki Cong juga berseru
dengan ketakutan melihat betapa dua orang pengawal itu
kembali dengan tangan kosong.
"Ampun, kongcu, ampunkan kami." kata seorang di antara
mereka sedangkan orang ke dua hanya memandang dengan
muka pucat. "Para penjaga di kamar tahanan tidak percaya
kepada kami dan tidak mau menyerahkan dua tawanan itu.
Mereka minta agar kongcu sendiri yang datang ke sana, baru
mereka mau percaya."
"Keparat....!" Makian ini keluar dari mulut Cui Hong dan
kembali ujung pedangnya menembus baju dan melukai kulit
dada Ki Cong yang menjerit kesakitan, atau lebih lagi, karena
ketakutan.
"Ampun." dia meratap, "biarlah aku sendiri..... yang
membebaskan mereka...."
Cui Hong memutar otaknya. Kalau dibiarkan berlarut-larut
dan ayah serta suhengnya tidak cepat dibebaskan, pihak
musuh akan dapat mengatur siasat. Memang lebih ba ik kalau
pemuda ini yang membebaskan sendiri dua tawanan itu. Kalau
ia terus menodongnya, pihak lawan tidak akan mampu
mengganggunya dan terpaksa harus memenuhi tuntutannya.
"Baik, mar i kita bebaskan mereka!" katanya dan dengan
pedangnya ia membabat tali pengikat kedua kaki Ki Cong, lalu
ia membebaskan totokannya dari tubuh pemuda itu. Pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dapat bergerak lagi dan dengan susah payah karena kedua
pergelangan tangannya masih dibelenggu, dia bangkit berdiri,
dibantu dengan sepakan kaki oleh Cui Hong. Dengan tangan
kiri mencengkeram rambut kepala, tangan kanan
menodongkan pedang yang ditempelkan di leher pemuda itu,
Cui Hong lalu menodongnya keluar dari kamar, didahului oleh
dua orang pengawal, yang bersikap ketakutan dan menjadi
petunjuk jalan menuju ke kamar tahanan yang berada di
belakang gedung.
Hati Cui Hong diliputi penuh kecurigaan dan ia bersikap
hati-hati sekali, tak pernah melepaskan kewaspadaan dan
dengan keras mencengkeram rambut kepada Ki Cong dan
terus menempelkan pedangnya di leher orang itu. Ia merasa
lega ketika t iba di ruang tahanan, melihat bahwa di situ tidak
nampak penjaga-penjaga yang siap mengeroyoknya, bahkan
para penjaga nampak menyingkir dan berdiri di tepi yang
aman. Dan hatinya girang sekali ketika tiba di sebuah tikungan
sempit, dari jauh ia melihat ayah dan suhengnya di dalam
sebuah kamar kerangkeng, terbelenggu dan duduk di atas
lantai dalam keadaan selamat.
"Ayah....!" Tak tertahankan lagi keharuan hatinya dan ia
berteriak memanggil.
Tiba-tiba ayahnya berseru, "Hong-ji, hati.. hati......!"
Akan tetapi terlambat. Karena pada saat itu, perhatian Cui
Hong tertarik kepada ayah dan suhengnya sehingga ia tidak
melihat betapa tiba-tiba ada sebuah tubuh menubruknya dari
kanan. Tentu saja ia cepat menggerakkan pedangnya
menyambut tubrukan orang itu tanpa melepaskan jambakan
tangan kirinya dari rambut kepala Ki Cong.
"Crokkkk........!" Perut orang yang menubruknya itu
terbacok dan darah muncrat-muncrat ke Cui Hong. Tentu saja
gadis ini merasa terkejut dan ngeri. Biarpun sejak kecil ia
belajar ilmu silat, akan tetapi belum pernah ia membunuh
orang, apalagi membacok perut sampai muncrat-muncrat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darahnya seperti itu. Tak disangkanya sama sekali bahwa
orang yang menubruknya itu ternyata tidak menubruk,
melainkan dilontarkan orang dan orang itu sama sekali tidak
mampu mengelak atau menangkis ketika dibacoknya. Karena
kaget dan ngeri, otomatis melepaskan jambakan rambut Ki
Cong dan melompat ke belakang agar tidak terkena darah.
Dan pada saat itu, muncullah Koo Cai Sun dan Gan Tek Un.
Gan Tek Un menyambar tubuh Ki Cong dan Koo Cai Sun
sudah menyerang Cui Hong dengan kedua tangannya. Gadis
ini berusaha membela d iri, akan tetapi ia memang kalah jauh,
dan juga sudah lelah sehingga sebuah tendangan yang
mengenai lututnya membuat ia terpelanting dan sebelum ia
dapat bangkit berdiri, Kuo Cai Sun sudah menubruknya dan
beberapa orang pengawal maju dan membelenggu kaki
tangannya!
Cui Hong meronta-ronta dan memaki-maki, akan tetapi siasia
saja dan di lain saat ia sudah tidak mampu bergerak, kaki
tangannya ditelikung dengan amat kuat. Tiba-tiba Pui Ki Cong
tertawa.
"Ha-ha-ha-ha, bocah liar. Engkau memang tidak boleh
disayang! Engkau memang ingin disiksa, diperkosa, dan
dihina. Aku akan mempermainkan engkau sampai meratapratap
minta ampun, sampai engkau menyesal pernah
dilahirkan oleh ibumu!" Setelah berkata demikian, dalam
kemarahannya Ki Cong mengayun tangannya menampar muka
gadis yang sudah tak berdaya rebah di atas lantai itu.
"Plak! Plak!" Dua kali tangannya menampar, sampai panas
rasanya mengenai kedua pipi gadis itu saking kerasnya. Kedua
pipi gadis itu menjadi merah sekali, akan tetapi sepasang
matanya tetap melotot penuh kebencian. Melihat ini, kembali
Pui Ki Cong tertawa mengejek. Dia merasa amat penasaran
dan marah. Beberapa kali dia mengalami penghinaan gadis ini
dan kemarahannya membuat dia lupa diri bahwa di situ
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdapat tiga orang jagoan itu, dua orang tawanan dan
beberapa orang pengawal yang menjadi penonton.
"Ha-ha-ha, setelah ditampar engkau bertambah cantik!"
Setelah berkata demikian, tiba-tiba dia merangkul leher Cui
Hong dan mencium mulut yang dikaguminya itu. Dia mencium
dengan rakus, seperti orang kehausan memperoleh minuman
segar yang diteguknya dengan ln-hap.
"Aaughhhh.......!!" Tiba-tiba Ki Cong menjerit dan merontaronta,
akan tetapi deretan gigi putih kecil-kecil yang amat kuat
itu tidak mau melepaskannya, karena seperti seekor singa
menggigil korbannya. Ki Cong meronta-ronta dan mengaduhaduh,
darah bercucuran dari mulutnya. Melihat ini, Koo Cai
Sun cepat menotok jalan darah di leher Cui Hong dan gadis itu
terkulai, gigitannya terlepas.
"Aduhhhh..... iblis betina..... aduhhhh” Ki Cong bangkit dan
menutupi mulutnya yang bercucuran darah. Bibirnya yang
bawah hampir putus oleh gigitan Cui Hong, gigitan yang
dilakukan penuh kebencian tadi. Mulut gadis itupun juga
berlepotan darah yang keluar dari luka di bibir Ki Cong dan
gadis itu, biarpun sudah tertotok lemas, masih mampu
meludahkan darah yang menodai mulutnya.
Koo Cai Sun tertawa. "Ain, kongcu, tidak perlu tergesagesa.
Sudah kukatakan bahwa dia ini seekor kuda betina liar,
ganas dan panas. Kalau engkau mampu menjinakkannya,
wah, dia akan hebat sekali. Akan tetapi sebaliknya, ia dapat
membawa kau terjun ke jurang, ha-ha!"
Pui Ki Cong menjadi semakin penasaran dan marah.
Dengan kasar dia lalu menggunakan sehelai saputangan untuk
diikatkan di depan mulut Cui Hong, kemudian ia memondong
tubuh gadis itu dan dibawanya kembali ke dalam kamarnya,
diikuti suara ketawa ketiga orang jagoan itu.
Dapat dibayangkan betapa hancur rasa hati Kim Siok dan
Lu San menyaksikan semua. Mereka tidak berdaya, dibelenggu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kuat. Timbul tekad dalam hati mereka untuk mencari
kesempatan, memberontak dan kalau perlu mempertaruhkan
nyawa untuk mencoba menyelamatkan Cui Hong.
-oo0dw0oo-
"Tar! Tar! Tarr.....!!"
Berulang kali cambuk itu melecut dan menimpa tubuh Cui
Hong. Gadis itu terlentang di atas pembaringan dengan
tangan dan kaki terpentang dan terikat pada kaki
pembaringan. Cambuk itu diayun oleh Ki Cong dan melecut
tubuhnya, menggigiti kulitnya melalui robekan baju. Pakaian
gadis itu koyak-koyak oleh lecutan cambuk dan bahkan
kulitnya yang putih mulus itu mulai penuh dengan garis-garis
merah, ada pula yang mengeluarkan darah. Namun tidak satu
kalipun terdengar keluhan dari mulut Cui Hong. Ia merapatkan
bibirnya, bahkan kalau terlalu nyeri, digigitnya bibir sendiri dan
matanya tetap melotot menatap wajah penyiksanya. Habis
koyak-koyak seluruh pakaiannya dan yang tinggal hanyalah
belenggu pada masing-masing tangan dan kakinya.
Kadang-kadang datang pula perasaan takut dan ngeri yang
bergelombang dan hampir menenggelamkan kesadarannya,
rasa takut yang jauh lebih hebat dan lebih besar daripada rasa
nyeri karena siksaan cambuk itu. la berharap agar orang itu
mencambukinya terus sampai ia mati. Tidak, ia tidak takut
mati. Kalau ia mati, ia akan terbebas dari siksaan ini, terutama
sekali siksaan rasa takut yang mengerikan. Hanya satu hal
yang membuat ia penasaran kalau ia mati, yaitu ia tidak akan
lagi mampu membalas dendam kepada keparat ini.
"Bunuhlah aku, bunuhlah, hanya demikian bisik suara
hatinya ketika akhirnya Ki Cong menghentikan siksaannya. Dia
melemparkan cambuk yang berlepotan darah itu, dan
mengusap peluh yang membasahi tubuhnya. Matanya liar
menatap seluruh tubuh yang ditinggalkan pakaian yang sudah
koyak-koyak dan kulit I putih mulus yang dihiasi garis-garis
merah. Memandang dengan penuh gairah nafsu dan Ki Cong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu duduk di tepi pembaringan, kedua tangannya mengusapusap
seperti hendak mengobati atau mengusir semua rasa
nyeri.
Berdebar jantung Cui Hong dan seluruh tubuhnya terasa
menggigil. Rasa ngeri dan takut menyerangnya dan ketika Ki
Cong mendekapnya dan menciuminya, iapun terkulai dan
roboh pingsan. Ia tidak tahu apa-apa lagi, tidak merasakan
apa-apa lagi seperti orang pulas atau mati.
Nafsu birahi timbul karena gambaran pikiran. Tanpa adanya
pikiran yang menggambarkan hal-hal yang ada hubungannya
dengan nafsu berahi, maka nafsu itu t idak akan timbul begitu
saja. Dan menurutkan nafsu birahi, tanpa dikendalikan
kebijaksanaan dan kesadaran akan membuat seseorang
menjadi hamba nafsu berahi. Dan celakalah badan dan batin
kalau orang sudah menjadi hamba nafsu. Nafsu apa saja,
termasuk nafsu berahi. Dalam cengkeraman nafsu, orang akan
lupa diri dan sanggup melakukan apa saja, bahkan kadangkadang
melakukan hal-hal yang melanggar segala hukum
kemanusiaan atau kesusilaan, kadang-kadang malah
mengarah kepada perbuatan keji dan kejam sekali, tanpa
memperdulikan keadaan orang lain, yang terpenting adalah
memenuhi dorongan hasrat untuk memuaskan nafsu sendiri
yang mendesak-desak.
Dendam membuat seseorang dapat melakukan kekejaman
yang luar biasa. Dendam adalah nafsu kebencian, dan seperti
juga nafsu berahi, sekali orang dicengkeram, maka orang itu
akan menjadi boneka, menjadi hamba daripada nafsunya
sendiri. Pui Ki Cong menaruh dendam kebencian yang cukup
mendalam terhadap Cui Hong. Mula-mula karena dia kecewa
bahwa hasrat hatinya tidak mendapat sambutan. Kemudian
dia merasa dihina oleh gadis itu, dan terutama sekali merasa
tersinggung rasa harga dirinya oleh semua penolakan dan
penghinaan itu. Apalagi setelah berkali-kali dia gagal, bahkan
hampir celaka di tangan Cui Hong. Rasa suka karena dorongan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
birahi berubah menjadi kebencian, dendam kebencian yang
amat besar. Kebencian menimbulkan hasrat ia melihat orang
yang dibencinya itu menderita sehebat-hebatnya. Dendam
kebencian hanya dapat dipuaskan kalau melihat orang yang
dibencinya itu menderita hebat. Karena dirinya dicengkeram
dua macam nafsu yang amat berbahaya itu, nafsu birahi dan
nafsu kebencian, maka perbuatan Ki Cong terhadap diri Cui
Hong sungguh d i luar batas perikemanusiaan. Segalanya tidak
dipantangnya untuk dilakukan terhadap Cui Hong, untuk dapat
menghina sehebat-hebatnya, untuk dapat memuaskan hasrat
hatinya sedalam-dalamnya.
Begitu siuman dari pingsannya dan mendapatkan dirinya
ternoda, tanpa mengeluh atau menangis, Cui Hong pingsan
lagi. Berulang kali ia sadar dan pingsan lagi, dan akhirnya ia
hanya rebah terlentang seperti mayat, pandang matanya
kosong ditujukan ke langit-langit kamar itu dan ia sama sekali
tidak perduli lagi akan dirinya, sama sekali tidak menghiraukan
lagi apa yang akan terjadi dengan dirinya. Bahkan ia hanya
memandang kosong ketika Ki Cong menggodanya dengan
kata-kata, dengan perbuatan, seolah-olah semua itu hanya
terjadi dalam mimpi buruk. Ia hanya menanti datangnya saat
terbangun dari tidur agar mimpi buruk itu dapat terhenti. Akan
tetapi mimpi buruk itu berkelanjutan dan tak pernah terhenti,
baru berhenti kalau ia tenggelam kembali ke dalam
ketidaksadaran! Wajah Ki Cong terukir di dalam lubuk hatinya,
tanpa disadarinya. Wajah seorang laki-laki yang kemerahan,
penuh peluh, yang matanya kemerahan, hidungnya kembangkempis,
mulutnya dengan bibir pecah menjendol itu terengahengah.
Ia takkan pernah melupakan wajah itu!
Cui Hong lupa segala. Lupa akan waktu. Ia tidak tahu
sudah berapa lama ia tersiksa di dalam kamar itu. Ia tidak
ingat apa-apa lagi t idak tahu bahwa sudah sehari semalam ia
tersiksa secara melampaui batas itu. Ki Cong juga lupa diri.
Hanya berhenti menyiksa gadis itu untuk makan dan minum,
yang diantarkan oleh seorang pengawal. Kini hatinya tenteram
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dia boleh melakukan apa saja tanpa gangguan karena tiga
orang jagoan itu berada tak jauh dari kamarnya. Di kamar
sebelah, selalu siap melindunginya.
Ki Cong agak mabok, terlalu banyak minum arak.
Dihampirinya gadis itu dan dituangkannya arak dari cawan ke
mulut Cui Hong yang setengah terbuka. Gadis itu menelannya
dan tersedak. "Heh-heh-heh, Cui Hong, manisku. Bagaimana,
apakah sekarang engkau sudah tunduk dan takluk kepadaku?
Ha-ha-ha.....!" Dia menunduk untuk mencium dengan buas.
"Brakkk......!!" Tiba-tiba daun pintu jebol dan dua laki-laki
berloncatan masuk. Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati
Ki Cong ketika dia melihat bahwa yang menjebol daun pintu
itu adalah guru silat Kim Siok dan Lu San!
"Tolooonggg......! Toloooongggg....!!" Dia berteriak-teriak
ketakutan.
Pada saat itu, tiga bayangan orang berloncatan masuk
sebelum Kim Siok dan muridnya terbelalak memandang ke
arah dipan di mana Cui Hong rebah seperti mayat itu dapat
melakukan sesuatu, tiga orang jagoan itu telah menerjang
mereka. Kim Siok dan Lu San tadi berhasil melepaskan diri
dari ikatan kaki tangan mere ka dengan susah payah,
merobohkan enam orang penjaga dan lari ke kamar itu.
Sekarang, melihat tiga orang tangguh itu menerjang, mereka
mengamuk dan sekali ini mereka berkelahi seperti dua ekor
harimau terluka. Mereka marah, benci dan sakit hati melihat
keadaan Cui Hong sehingga mereka menjadi nekat, tidak
memperdulikan nyawa sendiri dan menerjang dengan ganas
dan dahsyat.
-ooo0dw0ooo-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3
BIARPUN tingkat kepandaian tiga orang jagoan itu lebih
tinggi, akan tetapi menghadapi amukan dua orang yang sudah
nekad tanpa memperdulikan keselamatan nyawa sendiri Nitu
Bu-tek Sam-eng menjadi kewalahan dan terpaksa mereka lalu
mengeluarkan senjata masing-masing dan akhirnya senjatasenjata
mereka dapat merobohkan Kim Siok dan Lu San. Guru
silat dan murid itu roboh dengan luka-luka parah dan pada
saat itu Cui Hong yang selalu berada dalam keadaan setengah
pingsan itu siuman dan melihat ayah dan suhengnya roboh
mandi darah, ia menjerit.
"Ayaaaahhhh......!.” Dan gadis itupun menangis. Baru
sekarang ia menangis, menangis karena melihat ayahnya,
bukan menangisi dirinya sendiri. Guncangan batin yang
menimpa dirinya lebih mendalam daripada tangis. Ia tidak lagi
dapat menangisi diri sendiri, karena di dalam batinnya,
sebagai akibat malapetaka yang menimpa dirinya, hanya
terdapat dendam dan sekali lagi dendam!
Ki Cong yang kembali terlepas dari ancaman maut itu,
berdiri dengan muka pucat dan dia memandang kepada Cui
Hong, kepada Kim Siok dan Lu San dengan mata mengandung
kemarahan besar. Dia memang berhasil membalas dendam
kepada gadis itu, berhasil mempermainkannya dan
memperkosanya sesuka hatinya. Akan tetapi dia sama sekali
tidak menikmati kepuasan dari pengalaman itu, bahkan
semakin dia memaksakan kehendaknya, semakin terasa
olehnya betapa gadis itu menolaknya sehingga dia terpaksa
harus memperkosanya. Dia merasa bosan harus memperkosa
terus, sedangkan keadaan gadis itu lebih banyak mati
daripada hidup, lebih sering pingsan daripada sadar.
"Phuhh! Keluarga setan!" Dia mengomel. "Sam-wi enghiong,
kuserahkan gadis itu kepada kalian. Ambillah, aku tidak
sudi lagi!" katanya dan diapun meninggalkan kamar itu untuk
pergi ke kamarnya sendiri di gedung besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koo Cai Sun tertawa girang. "Ha-ha-ha, sungguh
beruntung. Aku memang kagum sekali kepada gadis ini!"
"Pui-kongcu menyerahkan kepada kita bertiga bukan,
bukan kepada seorang!" tiba-tiba Gan Tek Un berkata dan
matanya yang tajam itu menyambar dingin.
Koo Cai Sun tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, jangan khawatir,
kawan. Gadis ini memang menarik sekali dan amat tabah.
Baiklah, kita bagi rasa. Engkau dan Louw toako boleh
mendapat giliran lebih dulu, biar aku yang terakhir, ha-ha-ha!"
Gan Tek Un dan Louw Ti memang tidak semata keranjang
Koo Cai Sun, akan tetapi merekapun bukan laki-laki yang alim.
Melihat Cui Hong yang demikian muda dan demikian cantik
manis, juga melihat sikap gadis itu yang amat tabah dan keras
hati, mereka berduapun merasa tertarik sekali. Dan tiga orang
jagoan ini memang sudah biasa bersenang-senang bertiga,
maka kini tanpa malu-malu lagi, tanpa banyak cakap lagi, Gan
Tek Un lalu menghampiri pembaringan di mana Cui Hong
masih terbelenggu kaki tangannya. Dengan jari-jari tangannya
yang kuat, Gan Tek Un membikin putus belenggu-belenggu itu
dan diapun merangkul dengan penuh nafsu.
Ketika merasa betapa kaki tangannya terbebas dari
belenggu, Cui Hong lalu bergerak memukul. Akan tetapi
dengan mudah Gan Tek Un menangkap pergelangan kedua
tangan gadis yang sudah lemas karena menderita lahir batin,
juga sudah tiga hari tidak pernah mau makan. Dan kembali
Cui Hong tidak ingat apa-apa lagi ketika Gan Tek Un mulai
mendekapnya.
Dapat dibayangkan bagaimana perasaan hati Kim Siok dan
Lu San menyaksikan betapa Cui Hong diperkosa orang di
depan mata mereka. Biarpun mere ka berdua sudah terluka
parah, akan tetapi kemarahan dan sakit hati membuat mereka
mampu bergerak lagi dan mereka lalu meloncat ke atas,
bangkit berdiri dan dengan tubuh berlumuran darah, dengan
mata terbelalak penuh kebencian, merekapun menerjang ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah manusia berhati binatang yang sedang mempermainkan
tubuh Cui Hong di atas pembaringan itu.
Akan tetapi sambil
tertawa, Koo Cai Sun dan
Louw Ti menyambut
mereka dan dengan
tendangan-tendangan
tubuh Kim Siok dan Lu San
terjengkang dan
terbanting jatuh kembali
ke atas lantai. Mereka
berusaha bangkit, akan
tetapi kembali dua orang
jagoan itu menyusulkan
tendangan-tendangan
yang membuat mereka
jatuh kembali. Koo Cai
Sun, Louw Ti tertawa-tawa, berdiri dan setiap kali dua orang
yang sudah luka-luka itu hendak bangkit berdiri, mereka
merobohkannya kembali dengan tendangan-tendangan.
Gan Tek Un meloncat turun kembali dari pembaringan.
Wajahnya keruh karena ia merasa terganggu oleh dua orang
yang sudah luka-luka itu. "Mereka lebih baik dibunuh saja agar
kelak tidak mendatangkan banyak urusan," katanya dan kedua
tangannya bergerak menyambar sepasang pedangnya.
Nampak sinar pedang berkelebat. Pada saat itu Cui Hong
sudah siuman dan dia sempat melihat betapa sepasang
pedang itu menyambar dan menembus dada ayahnya dan
suhengnya.
"Ayaaahhh......! Suhengggg......!" Dan iapun jatuh pingsan
lagi.
Cui Hong t idak ingat apa-apa lagi, tidak tahu betapa tiga
orang itu mempermainkannya secara bergantian. Setiap kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sadar dari pingsannya, yang tampak hanyalah bayangan
ayahnya dan Lu San yang mandi darah.
Jaksa Pui mendengar akan semua peristiwa itu. Setelah dua
jenazah Kim Siok dan Lu San disingkirkan, jaksa Pui lalu
membujuk t iga orang jagoan itu agar segera berangkat ke
kota raja, membawa suratnya yang memperkenalkan mereka
ke kota raja kepada seorang rekannya yang berpengaruh di
sana.
"Sebaiknya kalau sam-wi segera berangkat. Kini keadaan
kota raja sedang kalut, dan membutuhkan bantuan tenagatenaga
yang boleh dipercaya seperti sam-wi. Dan jangan lupa,
kalau sam-wi pergi, bawa perempuan itu bersama sam-wi.
Kalau ia ditinggalkan di sini, ia hanya akan membikin pusing
saja."
Tiga orang jagoan itu menerima hadiah-hadiah berupa
masing-masing sekantung emas, dan merekapun menerima
masing-masing seekor kuda terbaik. Setelah menyimpan surat
dari 3aksa Pui itu, Koo Cai Sun membawa Cui Hong yang
lemas itu ke atas kudanya, dan diikuti oleh dua orang
temannya, diapun berangkat pada pagi hari sekali menuju ke
kota raja di utara.
Koo Cai Sun ternyata jatuh cinta atau mempunyai rasa
sayang kepada Cui Hong, maka ia tidak keberatan membawa
gadis itu ke kota raja. Akan tetapi ketika mereka t iba di
sebuah hutan, dan berhenti beristirahat di bawah pohon
dalam hutan, Gan Tek Un mencelanya. "Koo-toako, sungguh
tidak baik sekali kalau membawa perempuan ini ke kota raja.
Ia hanya akan menimbulkan kesukaran saja. Lihat, pandang
matanya penuh dendam. Ia takkan pernah mau menyerah
kepada kita dan di sana hanya akan menimbulkan kecurigaan
orang banyak saja."
"Benar, ia kelak hanya akan menjadi musuh bagi kita. Di
kota raja tentu banyak perempuan yang lebih cantik dan lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik daripadanya. Mengapa susah-susah membawa calon
mayat ini ke kota raja saja?"
Dibujuk oleh dua orang rekannya, Koo Cai Sun menjadi
bimbang. Ia menoleh dan memandang kepada gadis yang
duduk bersandarkan pada pohon itu. Dia telah menotok gadis
itu dan mendudukkannya di sana. Gadis itu merupakan
pandangan yang tidak menarik sama sekali. Seorang wanita
muda yang kotor. Rambutnya kusut masai. Mukanya pucat,
bibirnya yang masih nampak indah bentuknya itu-pun
kehilangan warna merahnya, bahkan nampak pucat. Sepasang
matanya mengerikan, seperti mata mayat, sama sekali tidak
bercahaya lagi, akan tetapi ketika pandang mata itu ditujukan
kepada mereka bertiga, seperti ada api membara di manik
matanya. Pakaiannya awut-awutan.
Koo Cai Sun menghela napas panjang. Seorang gadis yang
keras hati dan tak pernah mau tunduk walaupun segalagalanya
telah dipatahkan dengan paksa. Betapa akan
menggembirakan kalau saja seorang wanita seperti ini mampu
mencurahkan kasih sayang. Seorang wanita yang panas
membara, penuh semangat. Akan tetapi sayang, penuh pula
dengan dendam kebencian. Diapun hanya akan dapat
menguasai gadis itu dengan cara memperkosanya.
"Baiklah, ia akan kutinggalkan saja di sini." akhirnya dia
berkata dengan suara bernada menyesal dalam hati.
"Bunuh saja, agar kelak tidak mendatangkan kepusingan."
kata Gan Tek Un.
"Benar, membasmi tanaman beracun harus sampai ke akarakarnya."
sambung Louw Ti.
Akan tetapi, hati Koo Cai Sun yang mempunyai rasa sayang
kepada Cui Hong, merasa tidak tega. "Apakah kalian merasa
takut kepadanya? Lihat, ia hanya seorang gadis yang tidak
berdaya. Mau bisa apakah ia terhadap kita? Biarlah, biarkan ia
di sini dan kita lanjutkan perjalanan kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, kelak......" Louw Ti membantah.
"Louw-toako, tidak kita bunuh juga ia akan mati sendiri.
Hutan ini penuh dengan binatang buas. Biarlah ia mati
dimakan binatang buas. Terus terang saja, setelah menikmati
dirinya, aku tidak tega melihat ia terbunuh." jawab Koo Cai
Sun.
"Mari kita berangkat!"
Tiga orang jagoan itu lalu berangkat meninggalkan tempat
itu, meninggalkan Cui Hong yang masih lemas bersandar
pohon. Mereka tidak tahu bahwa biarpun kelihatan seperti
orang setengah mati, yang seperti kehilangan semangatnya,
namun sesungguhnya, semangat Cui Hong masih menyalanyala.
Bahkan kekerasan hatinya menekan penderitaannya
yang dialami tubuh dan batinnya, yang kadang-kadang
membuat ia ingin mati saja. Kekerasan hatinya yang
menentang ini. Ia harus hidup! Ia harus hidup terus agar kelak
ia dapat membalaskan semuanya ini! Ia harus hidup, biarpun
semata-mata untuk dendamnya! Ia tidak mau mati sebelum
dapat membalas dendam kebencian hatinya terhadap empat
orang, yaitu Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, Gan Tek Un, dan Louw
Ti! Ia harus hidup, dan kalau ia sudah memiliki kesempatan, ia
akan mengejar empat orang itu, biar sampai ke neraka
sekalipun!
Karena itu, Cui Hong tahu dan sadar betapa tiga orang itu
berbantah dan kemudian meninggalkannya. Senyum
kemenangan mulai menghias bibirnya yang pucat dan
berdarah. Ia berdarah di mana-mana. Bahkan bibirnya lukaluka
bekas gigitan, juga lehernya, dadanya, mereka itu telah
bertindak melebihi binatang-binatang buas terhadap dirinya!
Setelah tiga orang itu pergi menunggang kuda, terjadilah
ketegangan luar biasa dalam hati Cui Hong. Bagaimana kalau
mereka itu mengubah pikiran dan mereka kembali lagi? Setiap
ada suara, hatinya terguncang keras, takut kalau-kalau
mereka bertiga, atau seorang di antara mereka, kembali lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jalan darahnya mulai normal kembali dan lewat dua tiga
jam kemudian, totok-an pada tubuhnya mencair dan ia dapat
bergerak kembali. Pertama-tama yang dikerjakannya adalah
bangkit berdiri, memandang ke kanan kiri dan berindap-indap
pergi dari tempat itu secepat mungkin, untuk
menyembunyikan diri karena khawatir kalau-kalau tiga orang
itu akan datang kembali. Setelah ia berhasil menyusup-nyusup
melalui pohon-pohon dan semak-semak belukar, akhirnya ia
menjatuhkan diri ke atas rumput tebal di balik semak be lukar.
Dipegang-pegangnya kaki tangannya, kepalanya, tubuhnya, ia
masih hidup dan inilah yang terpenting. Ia masih hidup! Tapi
ayahnya dan suhengnya sudah mati.
"Ayahhh...............! Suheng..........!" Ia mengeluh dan
menangislah Cui Hong. Teringat ia akan ayahnya dan bahwa
kini ia hidup sebatangkara, seorang diri, dalam keadaan
seperti itu. Ayahnya dibunuh orang, suhengnya atau
tunangannya juga dibunuh orang. Dan ia dinodai,
dipermainkan dan dihina melampaui batas perikemanusiaan.
Cui Hong menangis, mengguguk akan tetapi ia masih
berusaha agar tangisnya tidak mengeluarkan suara.
Ia harus dapat menyelamatkan diri. la harus hidup terus
demi dendam! Ia harus dapat membalas semua ini! Rasa duka
yang amat berat menindih perasaannya dan membuat ia
merasa lelah bukan main. Dan iapun terkulai dan roboh pulas,
tertidur di balik semak-semak belukar. Tidur dalam arti yang
sesungguhnya karena kelegaan hati terlepas dari
cengkeraman musuh, karena kedukaan yang menghimpit.
Tidur yang amat dibutuhkan badan dan batinnya, karena
hanya tidurlah yang dapat menghapus segala duka.
0dw0
Kalau orang tidak memiliki batin yang kuat, apalagi seorang
dara remaja seperti Cui Hong, setelah mengalami segala
penderitaan lahir batin yang merupakan malapetaka amat
hebatnya itu, mungkin saja orang itu akan menjadi gila.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penderitaan badan masih dapat dipertahankan, akan tetapi
penderitaan batin seperti yang dialami Cui Hong itu terlalu
hebat untuk dapat ditahan perasaan. Ayahnya dan
tunangannya walaupun ia belum memiliki perasaan cinta kasih
terhadap tunangannya itu, dibunuh orang di depan matanya.
Dan ia sendiri diperkosa di depan mereka, dipermainkan dan
dihina oleh empat orang yang kejam seperti iblis. Dan kini, ia
berada seorang diri di dalam hutan, kehilangan segalagalanya,
keluarganya, harta benda, kehormatannya.
Selama kurang lebih sepekan ia berkeliaran di dalam hutan.
Rasa lapar di perutnya mendorongnya untuk mencari
makanan. Buah-buahan, daun-daun muda, dan binatang
kelinci dan ayam hutan menjadi makanannya. Akan tetapi
yang amat parah menindih hatinya adalah perasaan dendam
yang membuatnya putus asa. Bagaimana itu mungkin dapat
membalas sakit hati kepada empat orang itu? Pui Ki Cong
adalah putera seorang jaksa, putera seorang pembesar yang
dilindungi pasukan pengawal. Dan tiga orang musuh besar
lainnya adalah Thian-cin Bu-tek Sam-eng, tiga orang jagoan
yang memiliki ilmu kepandaian silat tinggi. Apalagi ia sendiri,
bahkan ayahnyapun tidak mampu menandingi mereka.
Bayangan inilah yang membuatnya putus asa. Dendam sakit
hati amat mendidih, akan tetapi ia sadar bahwa ia tidak akan
dapat membalas semua dendam itu. Kenyataan ini merupakan
siksaan batin baginya dan berkali-kali ia menangis karena ini.
Betapa kita hidup ini terombang-ambing oleh pikiran yang
melahirkan keinginan-keinginan, dipermainkan antara harapan
dan keputusan, suka duka, cinta benci dan sebagainya.
Apakah kita semua dilahirkan hanya untuk menjadi permainan
antara terang dan gelap ini? Tidakkah kita yang dilahirkan
bukan atas kehendak kita sendiri ini berhak untuk menikmati
kehidupan ini? Mengapa kehidupan selalu penuh dengan duka
dan hanya sedikit saja datang suka? Mengapa selalu datang
kekecewaan yang mendatangkan duka? Kenapa kita selalu
diganggu oleh keresahan, kemurungan, kemarahan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimbulkan kebencian? Mengapa terhadap segala
pertentangan dan permusuhan dengan orang lain? Mengapa
ketenteraman, kedamaian dan kebahagiaan hanya merupakan
cahaya khayali yang menggapai dari jauh tak pernah menjadi
kenyataan?
Kita selalu lupa bahwa segalanya itu harapan dan
keputusasaan, suka dan duka, cinta dan benci, kemarahan,
kebencian dan sikap bermusuhan, kesemuanya itu tidaklah
terpisah daripada batin kita sendiri. Kalau kita marah, maka
kemarahan itulah kita! Segala macam perasaan itu adalah d iri
kita sendiri. Suka duka bukan datang dari luar walaupun
dinyalakan dari keadaan luar. Suka duka adalah suatu
keadaan diri kita sendiri, yang kita buat sendiri! Segala macam
kebencian, kemarahan, segala macam perasaan datang dari
pikiran, datang dari "aku" yang selalu memperhatikan dengan
dasar rugi untung.
Kalau semua datang dar i ingatan, dari pikiran, apakah kita
lalu menghentikan pemikiran itu dan melupakan segala yang
terpikir dan yang menimbulkan duka? Hal ini jelas tidak
mungkin. Bagaimana kita bisa melarikan diri dari diri sendiri?
Melarikan diri dari duka, dengan kewaspadaan, tanpa memuji
atau mencela, tanpa membela atau menentangnya, maka kita
telah memasuki dimensi lain.
Pagi itu Cui Hong berkeliaran sampai jauh dari hutan di
mana ia biasa tinggal semenjak ia terlepas dari cengkeraman
tiga jagoan. Kalau malam tiba ia naik ke atas pohon dan tidur
dengan aman di atas pohon, jauh dari jangkauan binatang
buas. Pagi itu ia keluar dari hutan besar dan memasuki hutan
lain yang berada di lereng bukit. Hatinya diliputi kedukaan dan
putus asa. Ingin ia mati saja, karena semakin dipikir, semakin
hilang harapannya untuk dapat membalas dendamnya
terhadap empat orang musuh besarnya. Beberapa kali malam
tadi ia melepas ikat pinggangnya. Betapa mudahnya
mengikatkan ujung yang satu dari ikat pinggangnya pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahan pohon yang didudukinya dan mengikatkan ujung yang
lain pada lehernya lalu meloncat turun. Betapa mudahnya
menghabiskan riwayatnya yang penuh duka itu. Namun, suara
lain dari hatinya selalu menentang perbuatan itu. Sejak kecil ia
digembleng kegagahan oleh ayahnya dan ia merasa betapa
perbuatan itu amat pengecut sehingga ia merasa malu sendiri
untuk melakukannya.
Pagi itu ia berkeliaran dengan tubuh lemas, dengan langkah
gontai tanpa tujuan. Kalau ada orang mengenal Cui Hong
sebelum malapetaka itu, tentu dia akan terkejut dan sukar
baginya untuk mengenal kembali gadis ini. Dulu, Cui Hong
adalah seorang dara remaja berusia lima belas tahun lebih
yang manis, lincah gembira, dengan sepasang mata
memancarkan gairah hidup penuh semangat, dan sebuah
mulut yang selalu tersenyum cerah, seorang dara yang
memiliki lenggang tegap dan menggairahkan. Akan tetapi
sekarang, perempuan yang berkeliaran di hutan itu sungguh
merupakan pemandangan yang menyedihkan. Kemudaannya
tidak nampak lagi, bagaikan setangkai bunga yang layu karena
kekeringan. Rambutnya yang hitam panjang itu kusut masai,
sebagian menutupi mukanya yang amat pucat. Sepasang mata
yang biasanya penuh gairah hidup itu kini nampak sayu tidak
bercahaya, seperti lampu yang kehabisan minyak, kadangkadang
memandang kosong ke tempat jauh menembus pohon
dan kadang-kadang seperti mata orang yang mengantuk.
Mata yang biasanya jeli itu kini agak kemerahan, dan mulut
yang biasanya segar kemerahan penuh senyum itu kini
kepucatan dan membayangkan kepedihan hati. Tubuhnya
yang bagaikan bunga baru mulai mekar itu nampak kurus dan
layu.
Selagi Cui Hong melangkah tanpa tujuan, dengan hati
kosong dan penuh duka, tiba-tiba mendengar suara orang
bernyanyi. Otomatis langkah kakinya terhenti dan ia
menyelinap di balik sebatang pohon besar, mengintai ke
depan. Tidak nampak ada orang, akan tetapi suara laki-laki itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernyanyi itu terdengar jelas dari depan. Mungkin orangnya
berada di balik semak-semak belukar yang menghadang di
depan. Cui Hong memperhatikan kata-kata orang itu yang
terdengar lantang dan jelas.
"aku bebas ,
tak ingin tak harap
tak duka tak suka
tak lebih tak kurang
tak kiri - tak kanan.........
apa kemarin sudah lalu
mengapa sesal - mengapa kecewa
tiada guna.....
sekarang sadar - sekarang ubah
sekarang baru - sekarang benar
sekarang bebas.........
apa kemudian - hanya akibat bukan
urusanku sekarang benar - esokpun benar
mengapa harap - mengapa ingin
apa lamunan - apa impian
tiada guna......
sekarang insaf - sekarang bebas
aku bahagia
karena bebas!
tak sudi aku
terkurung - terbelenggu
biar kurung emas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biar belenggu intan
lebih baik bebas
lepas di udara
terbang melayang
arah tertentu
sabar - yakin - waspada
takkan tersesat
karena bebas!"
Mendengar kata-kata dalam nyanyian yang lantang dan
jelas itu, Cui Hong tersenyum. Lama sudah suara itu terhenti,
namun ia masih tertegun. Suara nyanyian itu seolah-olah
ditujukan kepadanya. Bebas! Terlepas dari segala sesuatu!
Terlepas dari perasaan duka ini, dari kehancuran hati dan dari
keputusasaan. Kenapa hidup macam ini harus dipertahankan
lagi? Hanya akan menderita siksa batin setiap hari saja. "Aku
ingin bebas... ..." bibirnya menggumam dan tangannya
menanggalkan kain ikat pinggang yang panjang dan seperti
dalam mimpi saja, Cui Hong lalu meloncat ke atas dahan
terendah, mengikatkan ujung kain itu pada dahan pohon,
kemudian mengikatkan ujung yang lain ke lehernya. Tanpa
ragu sedikitpun, setelah ujung kain ke dua mengikat lehernya,
ia berbisik, "aku ingin bebas...." dan iapun meloncat turun dari
atas dahan.
"Brukkk....!" Tubuhnya jatuh menimpa tanah. Cui Hong
terkejut dan merasa heran, cepat ia bangkit dan memandang
ke atas. Kiranya ujung tali yang mengikat dahan tadi terlepas!
"Tolol.....!" Ia memaki diri sendiri dengan lantang. Betapa
bodohnya. Mengikatkan ujung kain itu saja ke dahan sampai
begitu ceroboh dan kurang kuat. Kalau ada orang melihat
tentu akan mentertawakannya, mengira ia memang takut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh diri maka mengikatkan ujung kain pinggang itu
dengan kendur. Dengan gemas ia meloncat lagi ke atas
dahan, membawa ikat pinggangnya dan sekali ini ia
mengikatkan ujungnya dengan kuat sampai dua kali. Barulah
ia mengalungkan ikatan pada ujung lain pada lehernya dan
kembali ia berbisik, "aku ingin bebas...." dan iapun meloncat
ke bawah.
"Brukkk.....!" Kembali tubuhnya meluncur dan jatuh ke
bawah. Cui Hong membelalakkan matanya dan cepat bangkit,
akan tetapi pinggulnya agak sakit ketika terbanting yang
kedua kalinya itu, pinggulnya terbanting agak keras juga. Dan
ternyata tali ikat pinggang yang tadi diikatnya dengan amat
kuat itu telah terlepas pula! Cui Hong menoleh ke kanan kiri
dan ia merasa betapa bulu tengkuknya meremang ketika
pikirannya membayangkan bahwa yang melakukan perbuatan
jahil seperti ini tentulah sebangsa setan penunggu hutan itu.
Celaka, pikirnya, sungguh sial nasibnya. Baru ingin bebas saja
sudah dihalangi oleh setan! Akan tetapi bagaimana ia dapat
melawan setan yang tidak nampak? Seratus kali berusaha
menggantung diri, tentu seratus kali pula setan itu dapat
melepaskan tali ikat pinggangnya dari dahan pohon dan ia
akan terbanting-banting seperti tadi.
"Ah, tolol memang, sungguh tolol sekali.....!"
Cui Hong cepat menengok di belakangnya telah berdiri
seorang kakek bongkok yang entah dari mana datangnya.
Kakek itu sudah amat tua, sukar ditaksir berapa banyak
usianya, tentu sudah tujuh puluh tahun lebih. Mukanya hitam
keriputan dan amat kurus. Kulit muka itu berlipatan pada pipi
dan kedua matanya, menyembunyikan sepasang mata yang
kecil dan amat hitam mencorong. Mulutnya menyeringai dan
nampak di balik bibir itu tidak ada sebuahpun giginya lagi.
Pakaiannya serba hitam dan kepalanya botak, hanya ada sisa
rambut putih di sekeliling kepala bagian bawah. Tubuh yang
kurus itu berdiri bengkok karena di punggungnya, di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengkuk, terdapat tonjolan daging sebesar kepala anak kecil.
Pakaiannya yang serba hitam itu kedodoran, seperti kain
dibelit-be litkan begitu saja pada tubuhnya, juga sepatunya
berwarna hitam. Melihat kakek buruk dan serba hitam ini, Cui
Hong merasa jantungnya berdebar keras dan bulu tengkuknya
makin tegak berdiri. Setan, pikirnya! Akan tetapi ia melirik ke
arah kedua kaki kakek itu dan melihat bahwa sepasang sepatu
itu menginjak tanah. Padahal, menurut dongeng, setan-setan
itu kakinya tidak menyentuh tanah, kira-kira sejengkal di atas
tanah.
"Kau..... ssee..... tankah kau....?" Dengan suara gemetar
karena merasa serem dara itu bertanya, telunjuknya
menuding ke arah muka
keriputan itu.
"Heh-heh-heh-heh!"
bibir yang hitam itu
bergerak-gerak dan mulut
itu terbuka seperti sebuah
guha kecil yang gelap.
"Engkaulah yang hampir
menjadi setan penasaran,
nona. Setan perempuan
yang tolol sekali! Aku
seorang manusia hidup,
masih menikmati
kehidupan ini, tidak seperti
kau anak to lol yang mau
mengakhiri hidup begitu saja, seolah-olah engkaulah pengatur
hidup dan mati. Huh!"
Lenyap seketika semua keseraman dari hati Cui Hong.
Terganti oleh kemarahan yang membuat wajahnya yang pucat
itu menjadi kemerahan, sepasang mata yang sayu dan layu itu
menjadi hidup dan bersemangat kembali. "Jadi engkaukah
yang tadi melepaskan tali gantunganku sampai dua kali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh-heh, kalau bukan aku, lalu siapa?"
"Manusia jahil!" Cui Hong sudah cepat menyerang dengan
pukulan tangannya ke arah dada kakek itu. Kemarahan
membuat tubuhnya tiba-tiba menjadi gesit dan pukulan
tangannya kuat sekali.
"Wuuuttt.... heh-heh...!" Pukulan itu luput dan ternyata
kakek itu mampu menghindarkan pukulan dengan tanpa
menggeser kaki, hanya menarik tubuhnya bagian dada itu ke
belakang saja.
"Setan....!" Cui Hong menyerang lagi, kini dengan
tendangan kakinya yang menyambar dari bawah ke arah perut
orang
"Ehhh?" Kembali kakek itu hanya menarik bagian tubuh
yang ditendang dan serangan itupun luput.
Cui Hong menjadi semakin marah. Kakek itu mengelak
sambil terkekeh dan membuat gerakan-gerakan yang
mengejek sekali. Ia lalu mengerahkan seluruh tenaga dan
kepandaiannya, menyerang kalang-kabut dan membabi buta,
kedua tangan dan kedua kakinya menyambar-nyambar
dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Namun,
terjadilah hal yang lucu dan aneh. Kakek bongkok itu meliukliukkan
tubuhnya seperti seekor ular, mengelak ke kanan kiri,
hanya dengan cara menarik tubuh ke belakang atau ke depan,
ke atas atau ke bawah tanpa menggeser kedua kakinya dan
semua serangan itu selalu mengenai tempat kosong!
Cui Hong sedang dilanda kedukaan, putus asa, dan
kemarahan yang memuncak sehingga ia kehilangan
kecerdikannya. Kalau tidak dikuasai perasaan yang
memabukkan itu, tentu ia sudah cepat dapat melihat
kenyataan bahwa kakek yang menjadi lawannya itu memiliki
kepandaian yang jauh lebih tinggi darinya. Akan tetapi ia tidak
menginsyafi hal itu dan terus saja menyerang semakin ganas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan penuh nafsu, bahkan ia lalu berseru keras, "Kubunuh
kau.!"
"Heh-heh-heh, membunuh diri sendiri saja tidak becus,
mau membunuh orang lain. Wah, jahat sekali kau!" Dan kakek
itu mengangkat tongkatnya. Dia memang memegang sebuah
tongkat kayu butut berwarna hitam yang sejak tadi
dikempitnya saja ketika dara itu menyerangnya kalang kabut.
"Tukkk.....!" Kepala Cui Hong kena dipukul tongkat. Nyeri
sekali rasanya dan otomatis tangan gadis itu meraba kepala
yang terpukul. Betapa gemas hatinya ketika meraba kepalanya
dan mendapatkan benjolan sebesar telur ayam pada kepala
yang terpukul. Rasa berdenyut-denyut nyeri menambah
kemarahannya.
"Kurang ajar kau!" Ia berteriak dan menubruk ke depan,
hendak merampas tongkat itu. Dan..... ternyata tongkat itu
dengan mudah dapat dirampasnya! Akan tetapi sebelum Cui
Hong sempat mempergunakan tongkat itu, baru diayunnya
untuk memukul, tahu-tahu tongkat itu seperti bersayap saja,
"terbang" dan kembali ke tangan pemiliknya.
"Bukkk!" Tahu-tahu tongkat itu telah menggebuk pinggul
Cui Hong, cukup keras sehingga terasa nyeri bukan main dan
Cui Hong jatuh terpelanting. Dara itu meringis dan mengusapusap
pinggulnya. Seolah-olah pecah-pecah rasa kulit
pinggulnya dan baru lega hatinya ketika ia meraba pinggulnya,
di situ tidak ada tanda luka, hanya terasa ngilu saja. Sambil
menggosok-gosok pinggul Cui Hong bangkit dan memandang
kakek yang ter-senyum-senyum tanpa gigi di depannya itu,
seperti seorang anak kecil kegirangan.
Tiba-tiba Cui Hong teringat akan sesuatu dan ketika
kemarahannya lenyap. "Kakek, engkaukah yang bernyanyi
tadi? Bernyanyi lagu Bebas?"
"Heh-heh-heh, kalau benar begitu, mengapa? Kau marahmarah
karena nyanyianku tadi?" Kakek itu balas bertanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil mengamang-amangkan tongkatnya. "Kalau marahmarah,
boleh maju, akan kuhajar lagi. Anak nakal perlu
dihajar sampai jera!"
Cui Hong menggeleng kepalanya. "Aku tidak ingin digebuk
lagi. Akan tetapi engkau adalah seorang yang berhati palsu,
kek."
"Lho! Palsu? Eh, bocah bengal. Kapan engkau menjenguk
hatiku? Bagaimana engkau bisa mengatakan hatiku palsu?"
"Orang yang lain tindakannya dari ucapannya, dia berhati
palsu. Nyanyianmu tadi menyatakan satu hal, akan tetapi
perbuatanmu terhadap diriku merupakan lain hal yang sama
sekali bertentangan."
"Eh, kok begitu? Apanya yang berlainan? Kau bocah tolol,
tiada hujan tiada angin mau gantung diri. Apa yang bermimpi
bahwa kau telah menjadi Giam Lo Ong Si Raja Akhirat? Hal itu
sama sekali tidak boleh, maka aku terpaksa menggunakan
tongkat saktiku untuk menggagalkan perbuatanmu yang tolol
dan pengecut."
"Nah, perbuatanmu itulah yang palsu! Engkau tadi
bernyanyi tentang kebebasan, dan nyanyianmu menggugah
hatiku. Aku ingin bebas dari kehidupan yang penuh derita ini.
Aku ingin bebas dari kesengsaraan lahir batin, dari duka, dari
dendam yang tak mungkin dapat dibalas, dari keputusasaan.
Aku ingin bebas dan mengakhiri ini semua. Akan tetapi engkau
begitu jahil untuk menggagalkan keinginanku untuk bebas.
Bukankah perbuatanmu itu berlawanan dengan nyanyianmu di
mana engkau mengatakan bahwa engkau ingin bebas pula?"
"Ho-ho-ha-ha, wah ngawur! Bebas bukan berarti lalu
membunuh diri agar terlepas dari semua kesengsaraan lahir
batin. Siapa bilang kalau sudah mat i itu lalu dapat bebas dari
kesengsaraan lahir batin? Heh-heh, anak bengal, mari kita
duduk dan bicara. Tubuhku yang tua ini tidak enak kalau
harus bicara sambil berdiri lama-lama." Dan kakek itu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
santainya menjatuhkan diri begitu saja di atas tanah
"berumput tebal. Sampai kaget hati Cui Hong dan hampir ia
turun tangan menyambut tubuh kakek yang agaknya
terpelanting jatuh itu. Akan tetapi ia teringat bahwa kakek itu
bukan orang sembarangan, maka ia menahan diri dan benar
saja. Biarpun tadi kelihatan terguling, kakek itu ternyata dapat
mendarat dengan lunak, duduk bersila di atas tanah. Cui Hong
menarik napas panjang. Orang ini aneh dan sakti seperti
setan. Ada-ada saja peristiwa yang dihadapinya dalam hidup
ini. Entah perkembangan apa yang akan menimpa dirinya,
bertemu dengan manusia luar biasa ini. Iapun tidak peduli
lagi. Mati pun bukan apa-apa lagi baginya, apalagi
menghadapi malapetaka lain. Tidak akan ada malapetaka
yang lebih hebat daripada yang pernah dialaminya. Ia pun
duduk di depan kakek itu, memandang penuh perhatian dan
kembali merasa seram. Wajah kakek itu memang
menyeramkan sekali.
Tiba-tiba kakek serta hitam itu lalu menggerakkan bibirnya
membaca sajak sambil memukul-mukulkan tongkatnya ke atas
sebuah batu sehingga terdengar suara "tak-tok-tak-tok"
berirama. Mula-mula hanya suara tak-tok-tak-tok berirama
itulah yang terdengar, kemudian disusul suara kakek itu yang
terdengar lembut dan lirih namun amat jelas memasuki telinga
Cui Hong, seolah-olah kakek itu berbisik di dekat telinganya.
Dan Cui Hong yang sejak kecil pernah menerima pelajaran
sastera dari mendiang ayahnya, kini mendengar kata-kata
dalam nyanyian itu yang tidak asing baginya.
"Tidak condong itulah Tiong (tegak lurus)
tidak berubah itulah Yong (seimbang)
Tiong adalah Jalan Kebenaran
Yong adalah hukum alam.”
Mendengar kata-kata itu, Cui Hong lalu berkata, "Kakek
yang aneh apa maksudmu mengutip kata-kata dari Sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Budiman Beng Cu itu? Bukankah itu merupakan penjelasan
tentang kitab Tiong Yong?"
Kini kakek itu yang mencoba untuk melebarkan sepasang
matanya yang sipit dan dia kelihatan lucu, seperti orang
mengantuk yang berusaha membuka mata lebar-lebar
memandang dara itu. "Eh, eh....! Kau tahu tentang Tiong
Yong?" Tiong Yong adalah satu di antara kitab-kitab suci
pelajaran Agama Khong Kauw.
"Aku pernah membaca kitab suci itu walaupun sukar untuk
mengerti maksudnya." jawab Cui Hong dengan jujur.
Kakek itu nampak girang sekali, terkekeh senang
mendengar bahwa dara itu pernah membaca kitab Tiong
Yong. Dia tidak tahu bahwa mendiang ayah dara ini adalah
seorang penggemar pelajaran Khong Kauw, bahkan banyak
pula membaca kitab-kitab Too Kauw sehingga ketika memberi
pelajaran membaca kepada puterinya, dia menyuruh puterinya
membaca kitab-kitab itu. Memang pada jaman itu, belajar
membaca didasarkan kepada pembacaan kitab-kitab agama
atau filsafat yang tinggi-tinggi sehingga anak-anak itu hanya
mampu menghafal huruf-huruf itu tanpa mengerti artinya
secara mendalam.
"Kalau beg itu dengarkan ini: Hi Nouw Ai Lok Ci Bi Hoat, Wi
Ci Tiongl"
"Ah, aku ingat!" seru Cui Hong, terseret oleh kegembiraan
kakek itu yang mengingatkan dia akan masa kecilnya ketika
mempelajari semua ujar-ujar itu. "Itulah bagian ke empat dari
kitab Tiong Yong dan artinya Sebelum timbul perasaan
Senang, Marah, Duka dan Girang, keadaan itu disebut Tiong
(tegak lurus tidak miring)!"
"Heh-heh, bagus, bagus! Atau dengan lain kata-kata,
keadaan itulah yang dinamakan Kosong atau Bebas! Aku
selalu rindu akan keadaan itu." seru kakek serba hitam dengan
girang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kau tadi bernyanyi bahwa kau rindu akan kebebasan.
Aku yang terhimpit kekecewaan ingin bebas dari semua
kesenangan dengan jalan mengakhiri hidup, akan tetapi
engkau menghalangiku. Bebas yang bagaimana yang
kaumaksudkan, kek?"
"Dengarkan ini Lima warna membutakan mata, Lima nada
menulikan telinga, Lima kelezatan menumpulkan rasa."
"Wah, itu kitab Tao-tek-keng....!" seru Cui Hong.
Kakek itu menjadi semakin g irang. "Bagus! Engkau seorang
anak perempuan aneh. Hafal akan ujar-ujar dalam kitab Tiong
Yong dan Tao-tek-keng, akan tetapi hendak membunuh diri.
Bebas yang kaumaksudkan bukan melarikan diri dari
kenyataan, betapapun pahit kenyataan itu terasa oleh kita,
melainkan bebas dari semua pengaruh panca indranya, bebas
dari pengaruh perasaan dan pikiran. Eh, anak baik, siapakah
engkau dan mengapa engkau seorang diri berada di tempat ini
dan ingin membunuh diri?" Dia berhenti sebentar, memukulmukulkan
tongkatnya ke atas tanah lalu berkata lagi,
"Sungguh pun engkau pernah mempelajari ilmu silat, akan
tetapi kepandaianmu itu masih terlampau rendah untuk dapat
kau pakai membela diri, padahal di dunia ini penuh dengan
kekerasan."
Setelah semua perasaan kecewa, dendam dan
keputusasaan meninggalkan batinnya untuk saat itu karena
pikirannya dipenuhi dengan pertemuan aneh itu, maka
kecerdikan Cui Hong pun timbul kembali. Ia memang seorang
gadis yang cerdik dan kini ia melihat jelas terbukanya suatu
kesempatan yang amat baik baginya. Kakek inilah yang akan
dapat menolongnya! Kakek ini adalah seorang sakti, hal itu tak
dapat diragukannya lagi dan kalau ia bisa mewarisi ilmu-ilmu
kesaktian dari kakek ini, tentu bukan hal mustahil lagi baginya
untuk kelak membalas dendam terhadap empat orang musuh
besarnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu.
"Locianpwe, saya adalah seorang yang menderita malapetaka.
Ayah dan suheng saya dibunuh orang, sehingga sekarang
saya hidup sebatangkara di dunia ini. Karena putus asa, tadi
saya bermaksud mengakhiri penderitaan ini dengan bunuh
diri. Akan tetapi, setelah bertemu dengan locianpwe, baru
saya sadari betapa kelirunya niat saya tadi. Saya akan merasa
beruntung sekali kalau locianpwe sudi menerima saya sebagai
murid locianpwe....."
"Heh-heh-heh, aku harus tertawa agar tidak menangis. Di
pelosok manapun di dunia ini selalu kutemui kebencian,
kekerasan, permusuhan, bunuh-membunuh di antara
manusia. Tidak mudah untuk menjadi muridku, karena
selamanya aku tak pernah menerima murid. Akan tetapi....
engkau ini anak perempuan yang aneh, hapal akan kitab-kitab
suci akan tetapi mau bunuh diri, hemm, siapakah namamu?"
"Nama saya Kim Cui Hong."
"Kenapa ayahmu dan suhengmu dibunuh orang?"
"Mula-mula putera jaksa di Thian-cin meminang saya.
Karena saya sudah ditunangkan dengan suheng, maka
pinangan itu dito lak oleh ayah. Hal ini membuat marah putera
jaksa itu dan dia hendak menggunakan kekerasan. Kami
melawan dan akhirnya kami ditangkap, ayah dan suheng
dibunuh dan saya..... saya mengalami penghinaanpenghinaan,
akan tetapi tidak dibunuh dan dibuang di dalam
hutan ini....."
"Aihhh.....! Sungguh benar sekali para bijaksana
mengatakan bahwa kecantikan, kekayaan, kedudukan,
kepandaian lebih banyak mendatangkan sengketa dan
permusuhan daripada kedamaian dan persahabatan. Kim Cui
Hong, jadi sekarang engkau hidup sebatangkara, tanpa sanakkadang,
tanpa rumah tinggal?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, locianpwe, saya tidak memiliki apa-apa lagi dan
karena itu mohon sudilah locianpwe menerima saya sebagai
murid."
"Hemmm, selamanya aku belum pernah menerima murid,
dalam usia setua ini muncul engkau. Inikah yang dinamakan
nasib, jodoh atau kebetulan saja? Agaknya aku harus
meninggalkan semua yang pernah kupelajari kepada
seseorang, akan tetapi bagaimana kalau kelak kepandaian itu
dipergunakan untuk kejahatan?"
Cui Hong yang mendengarkan kakek itu bicara seperti
bicara kepada diri sendiri, cepat menjawab, "Saya bersumpah
tidak akan mempergunakan ilmu yang saya terima dari suhu
untuk kejahatan. Saya akan mentaati semua pesan dan
perintah suhu!" Dengan cerdiknya ia langsung menyebut
"suhu" kepada kakek itu untuk melenyapkan sama sekali
keraguan yang masih membayang pada suara kakek itu.
"Suhu..... aih, sungguh enak sebutan itu, agaknya sama
dengan sebutan ayah yang belum pernah kurasakan. Suhu.....
heh-heh-heh, anak baik, aku suka menjadi suhumu."
Bukan main girangnya hati Cui Hong dan iapun segera
memberi hormat sambil berlutut. "Suhu, teecu (murid) Kim Cui
Hong siap menerima petunjuk dan perintah suhu yang akan
teecu taati dengan taruhan nyawa."
"Heh-heh-heh, bangkit dan duduklah, Cui Hong. Kuharap
saja engkau akan menjadi murid yang baik. Akan tetapi
ketahuilah bahwa tidak enak menjadi murid orang seperti aku,
tidak enak dan tidak mudah. Melihat tingkat kepandaian-mu,
sedikitnya engkau harus berlatih dengan penuh semangat dan
tekun selama lima tahun, baru boleh diharapkan engkau akan
memperoleh kemajuan."
"Teecu berjanji akan berlatih dengan tekun dan biarpun
sampai lima tahun lebih teecu tidak akan mengendurkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semangat dan akan selalu mentaati petunjuk dan perintah
suhu."
"Bagus, dan sekarang sebagai tugas pertama, engkau
harus bersumpah bahwa kepandaian yang kau pelajari dariku
tidak akan kau pergunakan untuk membunuh! Engkau tidak
boleh membunuh!"
Mendengar ini, Cui Hong terkejut bukan main sampai
mukanya berubah agak pucat dan kedua matanya terbelalak.
Tidak boleh membunuh? Dan ia ingin be lajar silat yang tinggi
hanya dengan satu tujuan, yaitu membalas dendam dan
membunuh musuh-musuhnya!
"Cui Hong, aku bertemu denganmu ketika engkau hendak
membunuh diri. Karena itu, aku ingin menghapus semua
keinginan membunuh dari dalam lubuk hatimu. Engkau tidak
boleh membunuh, baik membunuh diri sendiri maupun orang
lain! Engkau mempunyai musuh-musuh dan dendam
kebencian membayang di wajahmu, karena itulah maka aku
minta kau bersumpah bahwa engkau tidak akan menggunakan
kepandaian dariku untuk membunuh!"
Biarpun ia terkejut dan kecewa mendengar larangan
membunuh ini, namun Cui Hong yang mendapatkan kembali
kecerdikannya, cepat memutar otaknya dan iapun lalu tanpa
ragu-ragu lagi bersumpah, "Baiklah, suhu. Teecu bersumpah
bahwa teecu tidak akan menggunakan kepandaian dari suhu
untuk membunuh orang." Ia membayangkan bahwa untuk
membalas dendam kepada musuh-musuhnya, tidak perlu
membunuh! Masih banyak jalan lain kecuali membunuh untuk
melampiaskan dendamnya.
Kakek ini menarik napas panjang. "Bagus, Cui Hong. Aku
percaya engkau akan memegang teguh sumpahmu.
Ketahuilah, mengapa aku menyuruh engkau bersumpah untuk
pantang membunuh? Tiada lain karena aku sudah terlalu
banyak membunuh orang! Dan aku tidak ingin muridku, selain
mewarisi ilmu-ilmu-ku, juga mewarisi pula kesenanganku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh orang." Dia mengangkat tongkat hitamnya dan
mencium tongkat itu. "Dengan kaki tanganku, terutama
dengan tongkat ini, entah sudah berapa ratus atau ribu nyawa
orang kurenggut dari tubuhnya. Gurumu ini pernah dijuluki
orang Toat-beng Hek-mo (Iblis Hitam Merenggut Nyawa)
karena paling suka membunuh orang tanpa pilih bulu! Aku
diperhamba nafsu-nafsuku sendiri, karena itulah aku melarikan
diri ke hutan-hutan, ke gunung-gunung, tidak mau bertemu
manusia dan aku selalu mencari kebebasan, bebas dari nafsunafsuku
sendiri. Aih, betapa tersiksanya batinku, betapa
kuatnya ikatan-ikatan ini. Karena itu, aku tidak ingin melihat
engkau terbelenggu oleh dendam, diperhamba nafsu sendiri.
Aku tidak ingin melihat muridku menderita seperti aku."
Cui Hong tidak mengerti, akan tetapi t idak membantah. Ia
tidak peduli akan semua masalah gurunya. Yang penting
baginya mempelajari ilmu agar dapat membalas dendam
kepada musuh-musuhnya. Dan ia sudah bersumpah takkan
membunuh, maka iapun tidak akan membunuh musuhmusuhnya,
akan tetapi mem balas dendam, itu harus dan
merupakan tujuan tunggal hidupnya! Ia tidak sama dengan
gurunya. Gurunya suka membunuh orang tanpa pilih bulu. Ia
tidak, sama sekali tidak! Dendamnya hanya kepada empat
orang saja.
"Teecu akan menaati semua petunjuk dan perintah suhu,"
katanya lagi untuk melegakan hati kakek itu. Suhunya dijuluki
Toat-beng Hek-mo, tentu saja memiliki kesaktian luar biasa,
pikirnya dengan girang. Tidak peduli apakah gurunya itu
seorang datuk sesat, seperti julukannya, yang penting ia dapat
mempelajari ilmu silat tinggi dari kakek itu untuk kelak
menghadapi Thian-cin Bu-tek Sam-eng!
"Engkau tidak akan menyesal telah bertemu dengan aku
yang menggagalkan niatmu membunuh diri tadi, Cui Hong.
Kalau engkau sudah mewarisi ilmu-ilmu-ku, maka engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan mampu menjelajahi dunia ini tanpa khawatir diganggu
lagi. Engkau akan sukar menemukan tandingan!"
"Terima kasih, suhu."
"Akan tetapi, jangan dikira menjadi muridku itu enak, Cui
Hong. Aku orang miskin, tidak punya apa-apa, rumah pun
tidak punya. Aku sudah tua, untuk mencari makan sehari-hari
pun sukar. Kalau kau menjadi muridku harus mencarikan
makan setiap hari untukku dan untukmu sendiri, kalau perlu
mengemis, atau mencuri."
"Teecu sanggup!" kata Cui Hong.
"Masih ada satu hal lagi." kata kakek itu, mulai gembira
melihat betapa dara itu memang keras hati dan besar
semangat, tidak pantang mundur menghadapi segala macam
kesukaran. "Selama engkau belajar silat, kita akan tinggal di
puncak gunung yang sunyi terpencil dan selama itu, engkau
hanya boleh turun ke dusun kalau kehabisan bumbu masak
dan keperluan lain, dan itu pun harus kaulakukan dengan
singkat, sama sekali engkau tidak boleh melibatkan diri
dengan urusan dan pertikaian dengan orang lain, tidak boleh
mencampuri urusan orang lain. Sanggup kati?"
"Teecu (murid) sanggup!" kata pula Cui Hong. Apa pun
syarat-syarat gurunya akan disanggupinya karena memang
tujuannya hanya satu, ialah mempelajari ilmu silat dari kakek
ini.
Demikianlah, mulai hari itu Cui Hong menjadi murid kakek
yang berjuluk Toat-beng Hek-mo, seorang kakek yang sudah
puluhan tahun lamanya tidak pernah lagi muncul di dunia
kang-ouw, yang mengasingkan diri berperang dengan batin
sendiri mencari kebebasan, seorang kakek yang memiliki ilmu
kepandaian silat tinggi akan tetapi yang memiliki pengetahuan
tentang filsafat hidup melalui ayat-ayat kitab suci yang hanya
diketahui kulitnya saja, dengan penafsiran isinya yang kacau
balau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebebasan, dalam arti kata bebas lahir batin, tidak mungkin
bisa didapatkan dengan jalan mencari dan mengejar.
Kebebasan, seperti juga kebahagiaan, adalah satu keadaan,
bukan merupakan suatu hasil dari pengejaran atau usaha.
Kebebasan yang sudah didapatkan melalui usaha bukan
merupakan kebebasan lagi, melainkan merupakan kebebasan
semu yang terbelenggu oleh KEINGINAN UNTUK BEBAS. Dan
di mana ada keinginan, dalam bentuk apapun juga, maka
takkan mungkin ada kebebasan. Kebebasan adalah suatu
keadaan di mana tidak ada lagi aku yang ingin ini dan itu,
tidak ada lagi aku yang sarat dengan nafsu-nafsu yang
membelenggu. Kebebasan bukan sekedar bebas dari ikatan
dengan manusia lain atau dengan benda, sehingga tidak
mungkin didapatkan melalui pengasingan diri jauh dari
manusia dan harta benda. Sebaliknya, orang dapat berada
dalam keadaan bebas walaupun hidup di tengah-tengah
masyarakat ramai. Batin yang tidak memiliki apa-apa
walaupun lahirnya mempunyai banyak benda, batin yang
sama sekali tidak terbelenggu walaupun badannya mempunyai
ikatan, dengan pekerjaan, dengan keluarga, dengan
kewajiban-kewajiban dan sebagainya.
Memang lebih mudah dibicarakan tentang kebebasan,
namun semua pembicaraan itu hanya teori belaka. Kebebasan
bukan untuk dibicarakan, melainkan untuk dihayati dalam
kehidupan ini karena tanpa adanya kebebasan, takkan
mungkin ada cinta kasih, takkan mungkin ada kebahagiaan.
Hidup kita ini sudah demikian sarat dengan beban, demikian
ruwet penuh ikatan-ikatan sehingga isinya hanyalah
permainan emosi belaka karena sang aku sudah terlanjur
merajalela dipermainkan oleh Im dan Yang (Positif dan
Negatif).
0odwo0
Semenjak mengikuti gurunya ke puncak yang amat sunyi,
sebuah di antara puncak-puncak yang tinggi dari Pegunungan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lu-Iiang-san di sebelah barat kota raja, Cui Hong mulai suka
akan warna pilihan gurunya, yaitu warna hitam. Ia menyukai
warna hitam karena untuk menyusup-nyusup ke dalam hutan
dan semak-semak belukar, warna ini paling aman, tidak cepat
kotor. Dan setelah beberapa bulan lamanya ikut gurunya,
berlatih ilmu silat setiap hari sambil mengurus kepentingan
gurunya dan diri sendiri, mencuci, mencari air, memasak dan
sebagainya, mulai pulih kembali keadaan badan Cui Hong.
Kedua pipinya menjadi kemerahan lagi, wajahnya nampak
segar berseri, sepasang matanya menjadi hidup dan lincah.
Agaknya sisa-sisa peristiwa hebat itu, bekas-bekas malapetaka
yang menimpanya, tidak lagi meninggalkan bekas di
tubuhnya, walaupun jauh di dalam hatinya, bekas-bekas itu
tak mungkin dapat dihapus begitu saja biarpun Cui Hong tidak
pernah membicarakannya dengan suhunya. Dendam yang
amat hebat itu disimpannya di dalam hati sebagai suatu
rahasia pribadi yang takkan diungkapkan kepada siapa pun
juga, kepada gurunya pun tidak. Apalagi karena ia melihat
sikap gurunya yang tidak setuju dengan pemeliharaan dendam
itu.
Kakek yang berjuluk Toat-beng Hok-mo itu ternyata
memang seorang yang sakti. Ilmu kepandaiannya tinggi sekali
dan hal ini dirasakan benar oleh Cui Hong. Dari hari pertama
saja ia sudah menerima latihan sinkang yang luar bisa. Kakek
itu bahkan membantunya dengan kedua tangannya diletakkan
di punggung dara itu, membantunya agar dapat dengan cepat
menghimpun tenaga sakti, mempergunakannya di seluruh
tubuh dan berlatih samadhi untuk memperkuat sinkang di
dalam tubuhnya. Setelah berlatih selama hampir dua tahun,
barulah ia dianggap mulai memiliki sinkang yang cukup kuat
untuk mempelajari ilmu silat kakek itu. Dan Toat-beng Hek-mo
juga tidak mengajarkan banyak ilmu silat, hanya satu macam
saja! Akan tetapi ilmu s ilat ini dapat dimainkan dengan tangan
kosong maupun dengan senjata tongkat. Nama ilmu silat ini
menyeramkan, sama dengan nama julukannya, yaitu ToatTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
beng-kun (Ilmu Silat Mencabut Nyawa)! Kalau dimainkan
dengan tongkat maka nama ilmu itu menjadi Toat-beng Koaitung
(Tongkat Aneh Mencabut Nyawa ). Dan biarpun hanya
satu macam, ternyata ilmu silat ini sedemikian sukar, aneh
dan dahsyat sehingga untuk melatihnya sampai sempurnya,
dibutuhkan waktu hampir lima tahun! Dapat dibayangkan
betapa kesepian rasanya harus hidup sampai bertahun-tahun
di tempat sunyi dan dingin itu. Hanya berteman seorang kakek
tua renta yang buruk, dan yang jarang sekali bicara karena
kakek itu lebih banyak bersamadhi dan hanya bicara kalau
sedang memberi petunjuk dalam pelajaran ilmu silat. Bahkan
di waktu makan pun Toat-beng Hek-mo jarang mengajak
bicara muridnya.
Waktu yang seolah-olah merayap itu merupakan latihan
yang paling berat bagi Cui Hong. Hampir ia kehilangan
kesabaran dan beberapa kali ada dorongan kuat dalam
hatinya untuk melarikan diri, turun gunung dan mencari
musuh-musuhnya. Apalagi setelah ia merasa bahwa
kepandaiannya telah meningkat dengan cepat. Namun,
dendam yang amat mendalam itu membuat ia cerdik dan tidak
mau bertindak lancang dan tanpa perhitungan. Ia teringat
akan kelihaian Thian-cin Bu-tek Sam-eng. Kalau ia sekali turun
tangan membalas dendam, ia tidak boleh gagal! Kegagalan
berarti membuat musuh-musuhnya menjadi kuat, berjaga dan
akan semakin sukarlah kelak baginya untuk mengulangi
usahanya membalas dendam. Ia harus berhasil dengan sekali
pukul dan untuk dapat memperoleh keyakinan dalam hal ini, ia
harus tekun belajar sampai gurunya menyatakan bahwa
pelajarannya sudah tamat.
Cui Hong adalah seorang gadis yang masih muda, dan
memiliki pembawaan lincah gembira. Biarpun ia pernah
menderita malapetaka hebat hampir saja membuatnya putus
asa dan membunuh diri, namun setelah tinggal di puncak
gunung itu dan menyibukkan diri dengan pekerjaan sehari-hari
dan latihan-latihan, kesegarannya pulih kembali bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setangkai bunga yang pernah layu kini hidup dan segar
kembali mendapatkan air dan embun. Bahkan kini, setelah
lewat kurang lebih enam tahun, Cui Hong telah berubah, dari
seorang dara remaja yang masih memiliki sifat kekanakkanakan,
menjadi seorang gadis yang bagaikan bunga sedang
mekar semerbak. Tubuhnya ramping dan padat, keindahan
bentuk tubuhnya yang tidak dapat disembunyikan oleh
pakaian sederhana berwarna hitam itu. Bahkan pakaian serba
hitam itu membuat kulitnya yang putih kuning dan halus
nampak semakin menyolok. Cui Hong telah menjadi seorang
gadis dewasa yang amat cantik, seorang perempuan yang
penuh daya tarik.
Pada suatu pagi, seperti biasa dilakukannya satu dua kali
setiap bulan, ia berpamit kepada suhunya untuk membeli
bumbu dan sedikit kain untuk membuat pakaian baru di
sebuah dusun di kaki gunung. Untuk memperoleh uang guna
berbelanja, Cui Hong membawa sekarung dendeng yang
dibuatnya. Di hutan yang terletak di balik puncak terdapat
banyak binatang hutan. Cui Hong banyak berburu binatang ini,
dagingnya didendeng dan kulitnya dijemur, kemudian kulit dan
dendeng ini dibawanya ke dusun, dijualnya atau ditukarnya
dengan bumbu-bumbu dapur, pakaian dan keperluan lain.
Karena selama enam tahun lebih ini sudah seringkali ia
berkunjung ke dusun itu, maka semua orang dusun
mengenalnya sebagai nona penghuni puncak yang cantik
manis. Melihat betapa nona berpakaian serba hitam itu
membawa beban berat dan turun dari puncak, semua orang
dapat menduga bahwa tentu nona cant ik ini seorang yang
memiliki ilmu kepandaian tinggi, maka tak seorang pun berani
mengganggunya.
Akan tetapi pada pagi hari itu, setelah menjual dendeng
sekarung dan membeli bumbu masa kan, kain hitam dan lain
keperluan, seperti minyak, lilin dan lain-lain, terjadi keributan
yang sama sekali tidak dikehendakinya. Sejak terjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malapetaka yang menimpa dirinya, Cui Hong merasa tidak
senang kalau melihat mata laki-laki memandangnya penuh
gairah. Ingin ia marah-marah dan menghajar orang lelaki yang
berani memandangnya seperti itu, namun ia masih harus
menahan kesabarannya selama ini. la teringat akan pesan
suhunya, bahwa ia tidak boleh mencari keributan, permusuhan
dan tidak boleh mecampuri urusan orang lain. Maka, karena
pandang mata itu tak mungkin d ianggap sebagai gangguan, ia
pun pura-pura tidak melihatnya saja walaupun hatinya merasa
mendongkol. Agaknya, perbuatan empat orang musuh
besarnya terhadap dirinya menumbuhkan semacam perasaan
benci di dalam hatinya terhadap pria pada umumnya, apalagi
kalau pria itu memandangnya dengan sinar mata kagum dan
membayangkan gairah birahi. Hal itu dianggapnya kurang
ajar, dianggapnya bahwa pria yang memandangnya itu tiada
bedanya dengan empat orang musuh besarnya, dan kalau
mempunyai kesempatan tentu akan melakukan kekejian yang
sama seperti yang pernah dilakukan empat orang musuh
besarnya itu terhadap dirinya.
Ketika Cui Hong selesai berbelanja dan berjalan perlahanlahan
hendak meninggalkan dusun itu, membawa buntalan
terisi barang-barang belanjaannya, tiba-tiba terdengar suara
laki-laki di belakangnya, "Nona, bolehkah aku menemanimu?"
Cui Hong terkejut dan seketika mukanya berubah merah. Ia
melirik sambil menoleh dan melihat bahwa yang menegurnya
itu seorang laki-laki berusia tiga puluhan tahun yang bertubuh
besar dan perutnya agak gendut, matanya sipit dan sinar
matanya penuh gairah, mulutnya menyeringai dan sikapnya
jelas menunjukkan bahwa orang ini kagum kepadanya dan
berniat menggodanya. Cui Hong membuang muka dan tidak
melayaninya, tidak menjawabnya, melainkan berjalan terus
tanpa memperdulikan orang itu.
"Aih, nona, mengapa diam saja? Aku sudah tahu bahwa
nona tinggal di puncak gunung. Siapakah nama nona dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan siapakah nona tinggal di puncak? Kasihan sekali,
seorang perempuan cantik jelita tinggal di tempat yang begitu
tinggi, dingin dan sunyi."
Cui Hong hampir tak dapat menahan lagi kemarahannya.
Tanpa menoleh ia membentak lirih dan ketus, "Pergilah kau
dan jangan ganggu aku!"
Akan tetapi, orang itu bahkan memperlebar langkahnya
sehingga kini dia berjalan di samping Cui Hong. Ketika Cui
Hong melirik, dilihatnya orang itu menyeringai dan muka yang
agak bulat putih itu mengingatkan ia akan muka seorang di
antara musuh-musuh besarnya yang paling dibencinya, yaitu
Koo Cai Sun. Akan tetapi jelas bukan karena orang ini masih
muda, baru tiga puluh tahun usianya, sedangkan musuh
besarnya itu sekarang sudah lebih dari empat puluh tahun.
"Wahai, nona, kenapa marah? Aku bermaksud baik, ingin
berkenalan denganmu. Marilah kutemani kau naik ke puncak
dan biarlah barang-barangmu yang berat itu kubantu
kubawakan." laki-laki itu kembali berkata dengan suara
mengandung rayuan. Dia bukan penduduk dusun itu,
melainkan pendatang dari kota lain yang datang ke dusun itu
untuk berdagang kain. Ketika dia tadi melihat Cui Hong,
hatinya segera tertarik sekali. Dia memang seorang yang mata
keranjang dan melihat ada seorang dusun demikian cantik
manisnya, dia merasa gembira dan ingin sekali memetik
bunga dusun itu. Apalagi ketika dia bertanya dan mendapat
keterangan bahwa wanita serba hitam yang manis itu tinggal
di puncak gunung, dan tak seorang pun mengenal namanya,
agaknya merupakan seorang wanita penuh rahasia, hatinya
menjadi semakin kagum. Dibereskannya dagangan-nya,
dititipkan kepada seorang kenalannya dan diapun cepat
mengikut i Cui Hong dan menegur di tengah jalan.
"Aku tidak mau berkenalan dan tidak mau dibantu. Pergilah
kau!" kata pula Cui Hong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki itu terkekeh. Mereka tiba di pinggir dusun, di mana
keadaan sepi sehingga laki-laki itu menjadi semakin berani.
Dia tahu, menurut pengalamannya, bahwa jika seorang wanita
berkata tidak dengan mulutnya, hal itu besar kemungkinan
berarti ya di dalam hatinya. Pengetahuan ini membuat ia
semakin berani melihat betapa wanita cantik yang menarik
hatinya ini "pura-pura" tidak mau.
"Nona manis, tidak usah malu-malu. Aku adalah pedagang
kain. Nanti kuberi segulung kain yang paling baik, sutera halus
yang mahal. Mari kutemani, mau bukan?" Dan tiba-tiba saja,
sungguh di luar dugaan Cui Hong, laki-laki itu menggunakan
tangan kirinya untuk meraba dan mencubit pinggulnya!
Meledak kemarahan di hati Cui Hong dan sekali membalikkan
tubuhnya dan mencengkeram, punggung baju baju orang itu
sudah dicengkeramnya dan sekali ia berseru, tubuh laki-laki itu
sudah diangkatnya ke atas. Buntalannya dilepaskan begitu
saja dan kini tangan kirinya sudah diangkat hendak memukul
remuk kepala orang yang berani kurang ajar kepadanya itu!
Laki-laki itu terkejut, meronta namun tidak mampu
melepaskan diri.
Tangan kiri Cui Hong sudah diangkat dan sudah berisi
tenaga sinkang sepenuhnya, akan tetapi mendadak ia teringat
akan sumpahnya kepada suhunya. Dilarang membunuh! Maka,
ketika tangannya meluncur turun, ia mengubah serangannya,
bukan kepala orang itu melainkan tangan kirinya yang menjadi
serangan tangan Cui Hong yang meluncur ke depan.
"Krekkk.....I" Pergelangan tangan laki-laki itu remuk tulangtulangnya
dan dia pun menjerit-jerit kesakitan. Cui Hong
melontarkan tubuh itu jauh ke depan.
"Brukkkk....!" Tubuh itu terbanting ke atas tanah dan tidak
mampu bergerak lagi karena saking nyerinya laki-laki ceriwis
itu jatuh pingsan ketika tubuhnya terbanting.
Cui Hong tidak menengok lagi kepada laki-laki itu,
mengambil buntalannya kemudian pergi dari situ dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat. Setelah tidak ada orang melihatnya, ia lalu
mengerahkan tenaganya dan menggunakan ilmu berlari cepat
mendaki puncak. Wajahnya masih merah sekali, sepasang
matanya mengeluarkan sinar berapi. Marah sekali ia. Kalau
menurutkan hatinya, ingin ia menghancurkan kepala orang
tadi, menginjak-injak dadanya sampai patah-patah semua
tulang iganya! Orang itu baginya tadi seolah-olah menjadi
pengganti empat orang musuh besarnya dan semua dendam
dan kebencian ia tumpahkan kepada orang itu. Akan tetapi ia
sudah bersumpah tidak akan membunuh dan bagaimanapun
juga, ia tidak boleh melanggar sumpahnya sendiri.
0oo-dw-oo0
Jilid 4
KETIKA tiba di depan pondok kayu kasar yang menjadi
tempat tinggal mereka, Cui Hong melihat suhunya sudah
duduk bersila di depan rumah, tidak seperti biasanya karena
pada saat seperti itu biasanya gurunya itu masih bersamadhi
di depan kamarnya dan baru akan keluar kalau ia sudah
memberitahukan bahwa makanan siang telah tersedia. Dan
gurunya itu memandang kepadanya dengan matanya yang
kecil mencorong itu dengan sinar aneh. Agaknya gurunya
melihat perubahan pada wajahnya yang kemerahan, pada
sinar matanya yang berapi itu.
"Cui Hong, apakah yang telah terjadi?"
"Suhu, teecu seperti yang telah teecu katakan ketika
berpamit pagi tadi, pergi menjual ikan kering dan membeli
bumbu-bumbu dan kain hitam untuk pakaian kita. Sayang
benang hitamnya habis dan tidak ada yang menjual, suhu,
terpaksa nanti teecu menjahit dengan benang merah."
"Bukan itu maksudku. Engkau penuh dengan semangat
berapi, penuh kemarahan. Apakah engkau telah membunuh
orang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong terkejut. "Tidak, suhu. Mana berani teecu
melanggar sumpah teecu sendiri? Teecu tidak membunuh
orang, hanya..... teecu menghajar seorang laki-laki yang
kurang ajar terhadap teecu."
"Apa yang dia lakukan dan apa pula yang telah
kaulakukan?"
"Dia kurang ajar terhadap teecu, tidak teecu layani, akan
tetapi dia berani meraba tubuh teecu. Teecu mematahkan
tangan itu dan melemparkannya akan tetapi tidak
membunuhnya, lalu teecu pulang."
Kakek itu mengangguk-angguk, memandang muridnya dan
berkata, "Cui Hong, sudah berapa lama engkau menjadi
muridku?"
"Teecu tidak dapat menghitung tepat, akan tetapi kurang
lebih tujuh tahun."
"Nah, bersiaplah, mari kau hadapi serangan-seranganku.
Ini merupakan latihan terakhir, kalau lulus engkau boleh pergi,
kalau tidak lulus engkau harus menemani aku sampai aku
mati." Tiba-tiba kakek itu bangkit berdiri.
Diam-diam Cui Hong terkejut mendengar ini. Suhunya
sering mengajak latihan dan kadang-kadang menyerangnya
dengan sungguh-sungguh, akan tetapi dalam batas-batas
latihan. Kini, suhunya ingin mengujinya, sebagai latihan
terakhir dan yang mengejutkan hatinya adalah kalimat terakhir
itu. Kalau ia lulus, ia boleh pergi, kalau tidak lulus, ia harus
menemani suhunya itu sampai suhunya mati! Jantungnya
berdebar keras, inilah saat yang dinanti-nantikannya selama
ini, yang ditunggunya dengan menyabarkan hatinya. Agaknya
pelajarannya sudah tiba di saat terakhir, sudah tamat!
"Teecu menaati perintah suhu." katanya dan ia pun
menyingkirkan buntalan itu, lalu berdiri tegak, menghadap
suhunya, kedua tangan lurus ke bawah di kanan kiri tubuh,
kedua kaki rapat. Inilah kuda-kuda yang aneh dari Toat-bengTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kun! Gurunya juga memasang kuda-kuda yang sama. Mereka
berdua itu saling berhadapan dengan berdiri tegak seperti
patung, dengan kedua tangan merapat di kanan kiri dan
kedua kaki juga merapat. Pasangan kuda-kuda yang lucu
sekali, akan tetapi jangan dikira bahwa kuda-kuda seperti ini
lemah! Biarpun pemasangan kuda-kuda itu demikian kaku,
akan tetapi kaki dan tangan ini dapat bergerak setiap saat ke
segala jurusan, baik ketika menghadapi serangan maupun
ketika menyerang. Keistimewaan kuda-kuda ini adalah sukar
bagi lawan untuk menduga ke arah mana kaki dan tangan
akan bergerak dalam serangan pertama.
"Lihat serangan!" tiba-tiba kakek itu berseru dan mulailah
dia menyerang dengan cepat, kuat dan dahsyat sekali.
Namun, Cui Hong sudah siap s iaga dan ke manapun gurunya
menyerang, ia selalu dapat mengelak atau menangkis dengan
tepat sekali. Dan gadis itu pun tidak sungkan-sungkan lagi, hal
yang diperbolehkan dalam latihan itu, dan ia pun membalas
serangan gurunya setiap kali terbuka kesempatan baginya.
Terjadilah serang-menyerang antara guru dan murid itu.
Kakek itu tidak main-main, melainkan mengeluarkan semua
keahliannya dan mengerahkan semua tenaganya. Juga Cui
Hong tidak bersikap sungkan dan gurunya itu dianggap
seorang lawan yang harus dilawannya mati-matian. Diamdiam
Toat-beng Hek-mo merasa kagum, bangga dan girang
sekali. Tidak percuma selama tujuh tahun menggembleng
muridnya ini. Biarpun d ia berkelahi sungguh-sungguh, namun
dia sama sekali tidak mampu mendesak muridnya dan setelah
mereka bertanding selama seratus jurus, napasnya sendiri
mulai terengah-engah sedangkan muridnya masih segar
bugar.
"Haiiiitttt....." Tiba-tiba kakek itu berseru keras dan tahutahu
tongkat hitam sudah berada di tangannya. Dia
menyerang dengan tongkatnya, memukul ke arah kepala Cui
Hong. Gadis ini cepat mengelak dengan melempar diri ke kiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tongkat itu menyambar, dekat sekali dengannya dan agak
lambat sehingga memikat orang untuk menangkap dan
mencoba merebutnya. Namun Cui Hong tidak mau melakukan
ini. Ia tahu bahwa itulah satu di antara keampuhan Ilmu
Tongkat Toat-beng Koai-tung. Nampak begitu mudah
dirampas, akan tetapi sekali lawan merampasnya, tentu dia
akan terkena hantaman tongkat itu sendiri. Tongkat itu
menyambar ke bawah, membabat kedua kakinya. Cui Hong
melompat ke atas dan berjungkir balik ke belakang. Akan
tetapi tongkat itu terus mengejar-sehingga terpaksa ia
membuat jungkir balik berkali-kali makin mendekati pohon
yang berada di sebelah kanan pondok. Ketika tongkat itu
masih terus mengejar, Cui Hong tiba-tiba melempar tubuh ke
belakang dan bergulingan di atas tanah, menuju ke pohon.
Ketika tiba di bawah pohon, tiba-tiba ia mengeluarkan suara
melengking dan tangannya bergerak. Segenggam pasir dan
tanah menyambar ke depan, ke arah muka Toat-beng Hekmo.
Kakek ini tentu saja tidak mau kalau mata atau hidungnya
kena sambaran pasir dan tanah. Dia meloncat ke samping
menghindarkan diri. Akan tetapi pada saat itu, Cui Hong sudah
meloncat ke atas, menyambar sebatang dahan pohon sebesar
lengannya. Terdengar dahan patah dan ketika meloncat turun
kembali, gadis itu sudah memegang tongkat dari dahan pohon
yang masih ada daunnya pada ranting-ranting kecil.
"Haiiittt....!" Cui Hong berteriak, menggerakkan tongkatnya
dan berhamburanlah ranting dan daun-daun itu sehingga
dahan itu kini gundul dan berubah menjadi sebatang tongkat
yang menjadi senjatanya.
"Bagus!" Gurunya memuji kagum dan menyerang lagi. Cui
Hong menangkis dan balas menyerang. Kembali guru dan
murid itu saling serang dan kedua tongkat mereka berkali-kali
saling bertemu mengeluarkan bunyi tak - tuk - tak - tuk.
Keduanya bergerak cepat sehingga tubuh mereka lenyap
terbungkus sinar kedua senjata itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali seratus jurus telah lewat dan Toat-beng Hek-mo
sudah merasa lelah. Tiba-tiba dia meloncat jauh ke belakang
dan berseru,
"Cui Hong, kau lulus!"
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments