Selasa, 31 Juli 2018

Peninggalan Pusaka Keramat 1

=======
baca juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Kho Ping Hoo
Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/
http://ebook-dewikz.com/ http://cerita-silat.co.cc/
Sungai besar di dekat lembah Pa Tung, ber-pusat pada air
terjun yang tinggi. Gerakan arusnya deras sekali sehingga
membahayakan perahu kecil. Apalagi menjelang malam hari
air meluap tinggi sampai di daratan. Entah sudah berapa
banyak perahu kecil yang terbalik kemudian tenggelam di
sungai itu.
Biasanya perahu-perahu yang ingin melanjutkan perjalanan
selalu berhenti dan berlabuh di desa kecil yang ada di kaki
lembah itu. Para pelancong menginap satu malam, menunggu
keesokan harinya untuk melanjutkan perjalanan
Hari itu, menjelang matahari terbenam. Dari kejauhan
tampak dua buah perahu besar. Kedua perahu itu merupakan
perahu bagus yang sering tampak berlalu lalang di sepanjang
perairan itu. Bagian geladaknya iebar, di dalamnya terdapat
kabin yang luas.
Kedua perahu besar itu perlahan-lahan bergerak menuju
tepian dermaga. Di atas dermaga itu sudah menanti belasan
orang. Pemimpin kelom-pok orang-orang itu adalah seorang
laki-Iaki yang sudah lanjut usia dengan jenggot panjang yang
sudah memutih. Usianya mungkin sudah lebih dari tujuh puluh
tahun Tapi semangatnya masih menyala-nyala dan
penampilannya masih gagah. Sedangkan yang lainnya juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tergolong para laki-laki dan perempuan yang biasa
berkecimpung di dunia kangouw.
Di atas geladak kedua perahu besar juga berdiri sekitar
delapan orang. Tampak di antaranya dua pasang suami istri,
beberapa pemuda dan pemudi. Mungkin putra putri kedua
pasang suami istri itu.
Ketika orang-orang yang menunggu di atas dermaga
melihat perahu itu sudah berlabuh di tepian dermaga, mereka
pun berkasak kusuk.
"Apakah benar kedua perahu ini?" ujar seorang wanita
setengah baya.
"Tidak salah lagi. Kau tidak lihat lambang Pat Kua emas
yang tergantung di atap perahu? Kecuali Pat Kua Kim Gin
Kiam (pedang emas Pat Kua) Lie Eng Hiong, siapa lagi yang
berani menggantungkan lambang itu di perahunya?" jawab
teman-teman-nya.
"Aneh. Menurut berita yang tersiar di luaran, Lie Eng Hiong
akan datang ke Si Cuan, tidak ada orang yang mengiringinya.
Siapa kira-kira yang di perahu besar satunya lagi?" Orangorang
yang ada di atas dermaga itu menggelengkan kepala
tanda tidak tahu. Pemimpin yang telah berumur tujuh puluhan
itu.
"Di kolong langit ini ada dua keluarga pedang yang
ternama. Apakah kalian tidak tahu?" ujar pimpinan dengan
nada keras.
"Ah! Kuan loya cu, maksudmu pasangan yang berdiri di
atas perahu satunya lagi itu Pat Sian Kiam (pedang delapan
dewa) Tao Cu Hun, Tao tayhiap dan istrinya?" ujar wanita
setengah baya.
"Tidak salah. Hari ini kita dapat bertemu langsung dengan
dua keluarga pedang paling ternama di dunia kang ouw dan
berbincang-bincang. Bukankah hal ini merupakan suatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejadian yang sangat menggembirakan?" Kakek itu berkata
sambil mengelus-elus jenggotnya.
Wajah orang-orang itu langsung berseri-seri. Mereka
semuanya terdiri dari orang-orang yang berjiwa gagah.
Mereka sependapat bahvva dapat bertemu dengan Pat Kua
Kim Gin Kiam, Lie Yuan dan istrinya, serta Pat Sian Kiam Tao
Cu Hun suami istri memang merupakan hal yang sangat
menggembirakan.
Ketika pembicaraan itu berlangsung, perahu sudah merapat
di titian bambu dermaga. Tanpa menunggu para penumpang
perahu itu meloncat turun, orang-orang itu segera
menghambur ke depan menyambut kedatangan dua keluarga
pedang itu.
Seorang laki-laki berusia setengah baya dengan vvajah
berbentuk persegi segera menyongsong ke depan.
"Kuan loheng, tidak disangka, tiga tahun kita tidak
bertemu, tapi tampang loheng masih seperti dulu!" kata lakilaki
setengah baya itu dengan suara lantang.
"Lie lote, ini yang disebut mendapat berkat dari Thian yang
Kuasa!" Kakek Kuan tertawa terbahak-bahak.
Laki-laki berwajah persegi yang ternyata pendekar pedang
kenamaan Lie Yuan segera menunjuk kepada seorang laki-laki
bertampang kalem dan lebih mirip pelajar.
"Mari, mari . . .! Aku pertemukan kalian agar dapat
berkenalan. Kuan loheng, ini Tao Cu Hun Tao tayhiap yang
terkenal dengan gelar Pat Sian Kiam, dan yang ini istrinya Sam
Jiu Kuan Im (Dewi Kuan Im bertangan tiga) Sen Cin.
"Yang ini Cuan Tung tayhiap, Kuan Hong Siau, Kuan loya!"
ujar Toa Cu Hun setelah merangkapkan kedua telapak
tangannya seraya menjura hormat.
"Gang yang kecil man a dapat dibandingkan dengan jalan
raya? Mengapa ada beberapa tokoh setempat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar Lie lote akan datang berkunjung dan sengaja
menunggu di situ," ujar Kuan Hong Siau seraya tertawa
terbahak-bahak.
Sembari berkata, Kuan Hong Siau segera memperkenalkan
orang-orang yang datang ber-samanya kepada kedua jago
pedang ternama itu. Mereka juga termasuk tokoh-tokoh yang
cukup mempunyai nama sehingga baik Tao Cu Hun suami istri
mail pun Lie Yuan suami istri merasa sungkan.
"Kalian berdua jago pedang kenamaan tentunya bertemu di
perjalanan bukan?" tanya Kuan Hong Siau.
"Dugaan Kuan loya memang benar," sahut Tao Cu Hun.
"Kalau liongwi tidak keberatan, bagaimana kalau malam ini
menginap di rumahku yang buruk? Kebetulan hari ini hari
Tiong Ciu (Tanggalan Cina Bulan delapan tanggal lima helas),
kita dapat menikmati bulan purnama sambil meminum arak
serta mengobrol tentang para enghiong yang ada di dunia ini,
bukankah ini merupakan acara yang menyenangkan?"
"Kuan loya sangat menghormati kami, tentu tidak enak hati
apabila kami menolaknya," sahut Tao Cu Hun.
Seluruh rombongan itu terdiri dari dua puluhan orang.
Mereka segera meloncat ke atas dermaga dengan wajah
berseri-seri. Hanya ada seorang pemuda yang terus
mengernyitkan keningnya. Seakan hatinya sedang dilanda
berbagai pikiran yang ruwet.
Pemuda itu berusia sembilan belasan. Dari sepasang
alisnya tersirat kegagahan. Wajahnya tampan dengan postur
tuhuh yang indah. Dia terus berdiri di belakang pasangan
suami istri Tao Cu Hun. Memang pemuda itu anak pasangan
suami istri itu. Namanya, Tao Heng Kan. Ketika semua orang
naik ke atas dermaga, dia bukan saja berjalan di bagian paling
belakang, malah meng-ulurkan tangan meraba-raba gagang
pedang di pundaknya. Wajahnya menyiratkan kegelisahan,
jauh berbeda dengan sikap sehari-harinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gerak gerik Tao Heng Kan ini tidak terlepas dari tatapan
mata adiknya, yaitu Tao Ling. Usia gadis itu lebih muda dari
abangnya dua tahun, tapi termasuk gadis yang mengalami
pertumbuhan pesat. Tinggi tubuhnya sudah hampir sama
dengan Tao Heng Kan. Pinggangnya ramping dan wajahnya
cantik. Dia sengaja memperlambat jalannya.
"Koko, apa yang kau risaukan?" Gadis itu bertanya kepada
abangnya dengan suara berbisik.
"Oh! Tidak ada apa-apa!" jawab Tao Heng Kan seraya
tersentak dari larnunannya.
"Koko, jangan berbohong. Kalau ada apa-apa, seharusnya
kau bicarakan denganku. dengan demikian kita bisa
merundingkannya bersama.”
Tao Heng Kan mempercepat langkah kakinya seakan ingin
menghindari Tao Ling.
"Sungguh tidak ada apa-apa. Kau jangan curiga yang
bukan-bukan!" katanya.
Tao Ling menatap bayangan punggung abangnya. Bibirnya
mengembangkan seulas senyuman manis. Kemudian bergegas
mendahului abangnya. Tetapi dia tidak mendesak abangnya
dengan pertanyaan lagi. Karena itu hati Tao Heng Kan juga
menjadi lega.
Kurang lebih setengah kentungan kemudian, mereka sudah
sampai di rumah Kuan loya. Ba-ngunan rumah itu besar sekali.
Pada masa mudanya Kuan Hong Siau mendirikan sebuah
perusahaan piau ki (pengawalan barang-barang kiriman).
Sampai lima tahun yang lalu, orang tua itu mengundurkan dari
usahanya. Selama empat puluh tahun, barang-barang yang
pernah dikawal oleh Ceng Eng piau ki (Ekspedisi Elang Hijau)
belum pernah terjadi kehilangan sekali pun. Sungai teiaga dari
utara sampai selatan, baik tokoh go-longan hitam ataupun
putih tidak ada yang berani menyentuh sedikit pun barangbarang
kawalan Ceng Eng piau ki itu. Pokoknya asal melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bendera bergambar seekor elang berwarna hijau yang sedang
membentangkan sayapnya, orang-orang dunia kang ouw
menaruh sikap hormat dan tidak berani mengganggu.
Kalangan dunia kang ouw sungguh tidak mengerti mengapa
lima tahun yang lalu, tiba-tiba Kuan Hong Siau mengumumkan
bubarnya Ceng Eng piau ki. Bahkan orang tua itu menyatakan
dengan tegas bahwa mulai saat itu, Ceng Eng piau ki tidak
ada lagi di dunia kang ouw.
Gedung yang besar itu dibangun setelah Kuan Hong Siau
mengundurkan diri. Begitu masuk pintu gerbang, tampaklah
sebuah ruang penerimaan tamu yang sangat luas. Kuan Hong
Siau mengajak para tamunya menuju taman bunga di bagian
belakang gedung itu.
Di dalam taman bunga sudah tersedia beberapa buah meja
dengan hidangan lengkap di atasnya. Setelah berbasa basi
sejenak, para tamu pun duduk di bangku-bangku yang
tersedia dan berbincang-bincang sambil menikmati hidangan.
Malam semakin larut, rembulan menggantung tinggi di atas
cakrawala. Sinarnya terang karena bulan purnama bercahaya
penuh. Bunga-bunga dan pepohonan tersorot cahaya
rembulan sehingga membuahkan pemandangan yang indah.
Bagian atasnya laksana dilapisi cahaya keperakan.
Kuan Hong Siau memerintahkan para pelayan-nya untuk
memadamkan lentera. Bersama para tamunya, dia
melanjutkan obrolan sambil meneguk arak. Meskipun malam
sudah semakin larut, namun tidak ada seorang pun yang
merasa mengantuk. Mereka masih menikmati malam yang
indah dan ingin berbincang-bincang dengan semangat
menyala-nyala.
Suara pembicaraan bersimpang siur. Riuh rendah tiada
hentinya. Tiba-tiba wanita setengah baya yang pertama-tama
mengajukan pertanyaan kepada Kuan Hong Siau itu
menggebrak meja keras-keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brakkk!
"Cio losam, kentut busuk! Aku bilang Pat Kua Kim Gin Kiam
Hoat lebih hebat daripada Pat Sian Kiam Hoat!" teriaknya
keras-keras.
Orang yang dipanggil Ci losam adalah seorang laki-laki
berusia tiga puluh tahun lebih. Tubuhnya tinggi besar,
wajahnya merah padam. Hal ini mem-buktikan bahwa dia
sudah mulai mabuk. Tam-paknya dia juga tidak bersedia
mengalah. Meja di depannya digebrak sekuat tenaga. Brakkkk!
"Kongsun Ping, senjata yang kau gunakan hanya berupa
golok bercagak, mana mungkin kau memahami keindahan
ilmu pedang!"
Watak perempuan setengah baya itu agak aneh. Senjata
yang digunakannya merupakan salah satu dari delapan belas
jenis senjata aneh di dunia. Dia mempunyai dua macam
senjata, yang satu golok yang bagian ujungnya bercagak.
Sedangkan yang satunya lagi cakar dari besi. Itulah sebabnya
ia mendapat gelar si Cakar besi, namanya Kongsun Ping.
Mendengar Cio losam mengucapkan kata-kata yang
mengejeknya, dia langsung berteriak keras-keras. Tubuhnya
segera bangkit dari tempat duduk.
"Cio losam, mendengar perkataanmu yang tidak enak
didengar tadi, ada baiknya kita bertan-ding sebentar.
Bagaimana?"
Trang! Trang! Kongsun Ping melemparkan senjatanya ke
atas meja sehingga beberapa buah mangkok dan cawan
pecan berantakan. Senjatanya berukuran kurang lebih tiga
puluh lima senti. Ujungnya terdapat dua jari-jari berupa cakar
dan terbuat dari besi.
Wajah Cio losam berubah hebat.
"Bagus! Kalau si cakar besi Kongsun Ping telah menurunkan
perintah, mana berani aku me-nolaknya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangannya bertumpu di atas meja. Tubuhnya terangkat
sedikit, kakinya memantul dan Cio losam pun melakukan salto
beberapa kali di atas udara. Sebelum mendarat turun di
tengah-tengah taman bunga. Kongsun Ping juga melesat ke
depan secepat kilat, tapi belum lagi dia sampai di depan Cio
losam, tampak sesosok bayangan berkelebat. Serangkum
angin kuat menerpa dirinya sehingga kakinya ter-huyunghuyung
mundur beberapa langkah. Ketika dia mengalihkan
pandangan matanya, ternyata orang yang berdiri di depannya
adalah Kuan Ho
"Kuan loya, apakah kau ingin memberikan bantuan kepada
Cio losam?" teriak Kongsun Ping.
Wajah Kuan Hong Siau serius sekali.
"Kongsun niocu, jangan mencari keributan. Kita semua
sahabat karib. Untuk apa harus turun tangan?"
"Aku mengatakan Pat Kua Kim Gin Kiam Hoat lebih hebat
dari Pat Sian Kiam Hoat!" Tampaknya adat wanita ini bukan
saja berangasan tapi juga keras kepala.
Kuan Hong Siau menoleh kepada kedua tamu agungnya,
Lie Yuan dan Tao Cu Hun.
"Tokoh-tokoh setempat ini benar-benar tidak memberi
muka kepadaku, harap Hong vvi tayhiap jangan
menertawakan. Kalian berdua memang jago pedang
kenamaan, saat ini malam sedang indah-indahnya, apakah
kalian berdua bersedia menunjukkan sedikit kebolehan kepada
kami agar semuanya merasa puas?" ujar Kuan Hong Siau.
Mendengar ucapan Kuan Hong Siau, teman-temannya yang
lain serentak menyatakan keakuran pendapat mereka. Malah
Cio losam dan Kongsun Ping ikut berseru.
"Bagus sekali. Liongwi boleh bertanding beberapa puluh
jurus untuk membuktikan siapa yang lebih unggul di antara
dua jago pedang kenamaan di dunia kang ouw sekarang ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuan Hong Siau hanya tersenyum simpul. Dia tidak
memberikan komentar apa pun terhadap ucapan kedua orang
itu. Hal ini membuktikan bahwa dia sendiri ingin menyaksikan
siapa yang lebih unggul dari kedua jago pedang itu. Pat Kua
Kim Gin Kiam Lie Yuan juga tidak memberikan tanggapan apaapa.
Justru Tao Cu Hun yang berkata, "Kuan loya, tidak
usahlah. Buat apa memaksa siaute menunjukkan keburukan?"
"Apabila Pat Sian Kiam Hoat yang dikuasai Tao lote masih
dibilang ilmu yang buruk, aku yang tua sungguh tidak bisa
membayangkan ilmu pedang yang mana lagi yang dapat
dikatakan bagus!"
Pasangan suami istri Tao Cu Hun membawa kedua putra
putrinya melakukan perjalanan ke Si Cuan, pada dasarnya
mereka ada urusan penting. Tidak disangka-sangka di tengah
perjalanan mereka bertemu dengan pasangan suami istri Lie
Yuan. Mereka sudah lama mendengar ketenaran nama
masing-masing, tapi belum pernah bertemu muka. Karena
merasa cocok, mereka pun melakukan perjalanan bersamasama.
Watak Tao Cu Hun memang kalem. Dia menganggap
perebutan nama besar di kalangan dunia kang ouw adalah
sesuatu yang tidak berarti. Tidak terselip sedikit pun niat di
hatinya untuk menunjukkan sampai di mana tingginya ilmu
pedang yang dia miliki. Karena itu dia hanya tersenyum kecil.
"Maksudku, kalau dibandingkan dengan Pat Kua Kim Gin
Kiam milik Lie heng, tentu saja terpaut jauh," ujar Tao Cu
Hun.
Lie Yuan sejak tadi tidak berbicara, tiba-tiba dia menukas,
"Apakah Tao Heng tidak terlalu merendahkan diri sendiri?"
Tao Ling berdiri di samping Tao Cu Hun. Dia menyenggol
ujung lengan ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tia, kau lihat sikap orang she Lie itu demikian congkak,
seakan tidak ada jago lain lagi di dunia ini. Mengapa kau tidak
memberikan pelajaran barang beberapa jurus?"
Tao Cu Hun terkejut setengah mati. Tadinya dia bermaksud
mencegah putrinya mengoceh sem-barangan, tapi sudah
terlambat. Meskipun suara Tao Ling cukup lirih, tapi orangorang
yang hadir di tempat itu tokoh-tokoh yang sudah
mempunyai dasar ilmu yang kuat, terutama pasangan suami
istri Lie Yuan. Kedua orang ini sejak kecil sudah digembleng
untuk menguasai Pat Kua Kim Gin Kiam Hoat. Sedangkan ilmu
yang saat ini mempunyai keistimewaan tersendiri. Setiap kali
jurus-nya dilancarkan, tidak terbit suara sedikit pun.
Seandainya menutup mata, tentu orang tidak tahu bahwa
pedang mereka sudah meluncur ke arahnya. Tetapi mereka
berdua justru sanggup mengimbangi kehebatan pasangannya
dengan mata tertutup. Tentu saja pendengaran dan
pandangan mata mereka sangat peka. Ucapan Tao Ling sudah
tertangkap jelas oleh mereka.
Wajah Lim Cing Ing, istri Lie Yuan mulai berubah.Bibirnya
mengembangkan senyuman sinis.
"Tao tayhiap, usul putri anda boleh juga!"
Tao Cu Hun mendelik putrinya sekilas.
"Ucapan seorang anak mana bisa dipegahg. Harap kalian
berdua memaafkannya!"
Lie Yuan mengulurkan tangannya meraba pinggang.
Terdengar suara desiran yang halus. Cahaya keemasan
memenuhi sekitar tern pat itu. Ternyata dia sudah mulai
menarik gagang pedangnya. Pedang pusaka itu berwarna
perak, tapi di bagian tengahnya terlihat segurat garis yang
memantulkan cahaya keemasan. Sinarnya tajam dan
menyilaukan mata. Sekali pandang saja dapat dipastikan
bahwa yang digunakannya adalah sebatang pedang pusaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang langka. Mungkin merupakan warisan turun temurun
selatna ratusan tahun. Lie Yuan tertawa terbahak-bahak.
"Tao Heng, masa kau sungguh-sungguh tidak bersedia
menunjukkan sedikit kepandaian agar mata para sahabat ini
terbuka?"
Kata-katanya memang diucapkan dengan sungkan, tapi
rona wajahnya sungguh tidak enak dilihat. Tao Ling menyadari
kata-katanya yang kekanak-kanakan tadi telah menimbulkan
masalah. Hatinya tercekat sekali, cepat-cepat dia bersembunyi
di belakang ibunya dan tidak berani menggatakan apa-apa
lagi.
Mendengar ucapan Lie Yuan, Tao Cu Hun jadi serba salah.
Dia sadar sekarang apabila dia tetap menolak permintaan
orang itu, rasanya tidak mungkin lagi. Tapi kalau dituruti, pasti
akan tim-bul berbagai masalah. Sebab bila dia meraih
kemenangan, sama saja dia menjatuhkan pamor Pat Kua Kim
Gin Kiam. Dengan demikian pasti terjadi perasaan dendam
yang mungkin akan berlangsung turun temurun. Tidak ada
hari tenang lagi di kelak kemudian hari. Tetapi apabila dia
sengaja mengalah kepada Lie Yuan, nama baiknya sendiri
akan hancur dan bukan saja dia tidak mempunyai muka lagi
muncul di dunia kang ouw, malah sekaligus merusakkan nama
besar yang telah dipupuk para leluhurnya dengan susah
payah.
Tao Cu Hun berpikir bolak balik.
"Bila Lie heng mendesak terus, biar putra kami Heng Kan
yang meminta petunjuk barang beberapa jurus saja.
Bagaimana pendapat Lie heng?" kata Tao Cu Hun.
Menurut Tao Cu Hun sendiri, gagasannya tepat sekali.
Karena ilmu pedang Lie Yuan pasti jauh lebih tinggi
dibandingkan seorang boan pwe seperti anaknya Heng Kan.
Tidak dinyana, mendengar ucapannya, wajah Lie Yuan
semakin berubah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rupanya di dalam hati Tao Heng demikian memandang
rendah ilmu pedang pat kua pai kami?"
Diam-diam hati Tao Cu Hun berseru 'celaka'. Maksud
baiknya malah salah ditafsir oleh Lie Yuan. Baru saja dia
bermaksud menjelaskan niat yang terkandung dalam hatinya,
Lie Yuan sudah berteriak.
"Po ji!" teriak Lie Yuan.
Seorang pemuda berusia kurang lebih dua puluh tiga lahun
segera mengiakan dan berdiri dari tern pat duduknya.
"Po ji, coba kau minta petunjuk barang beberapa jurus dari
Tao Heng!"
"Baik!" sahut pemuda itu. Tubuhnya bergerak melesat dan
tahu-tahu dia sudah berdiri di tengah-tengah taman bunga
yang luas. Cring! Lie Yuan menghunus pedang pusakanya dan
dilemparkan-nya ke udara.
"Sambutlah!"
Di bawah cahaya rembulan yang bersinar terang, tampak
pedang pusaka itu melayang ke tengah udara. Seakan tibatiba
dia melemparkan seekor naga emas. Serrr! Pedang itu
melayang setinggi lima depa, kemudian berputar beberapa kali
dan menukik turun dengan bagian gagangnya di sebelah
bawah. Tepat pada saat itu juga, Li Po mengeluarkan suara
siulan yang panjang. Tubuhnya mencelat ke atas dengan
tangan terulur. Gerakannya indah sekali. Sesaat kemudian
pedang pusaka itu sudah tergenggam dalam telapak
tangannya dan dia pun melayang turun kembali serta berdiri
dengan mantap.
Li Po menggerakkan pedang di tangannya. Tampak bungabunga
bayangan yang memenuhi seluruh tempat itu. Cahaya
memijar menutupi seluruh tubuh Li Po. Pada dasarnya
pemuda itu memang mempunyai penampilan yang gagah dan
tampan. Hal ini malah menambah keindahan gerakannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguh pemandangan yang menga-gumkan. Orang-orang
yang berkumpul di taman bunga gedung Kuan Hong Siau
segera melontarkan pujian dan bertepuk tangan dengan riuh.
Li Po menghentikan gerakannya. Tangannya menuding
kepada Tao Heng Kan.
"Tao Heng, harap, harap sudi memberikan sedikit
petunjuk!" ujar Li Po.
Tiba-tiba vvajah Tao Heng Kan menyiratkan mimik yang
menakutkan. Tetapi dalam sekejap mata sudah pulih kembali
seperti sedia kala. Orang-orang yang ada di tempat itu tidak
memperhatikan, tetapi Tao Ling yang sejak tadi berkali-kali
melirik abangnya sempat melihat perubahan wajah Tao Heng
Kan sekilas.
"Ma, tampaknya koko takut menghadapi orang itu," bisik
Tao Ling kepada ibunya.
Sam Jiu Kuan Im Sen Cing membentak dengan suara keras.
"Jangan banyak bicara! Masalah yang kau tirn-bulkan
barusan apa masih belum cukup?"
Tao Ling menjulurkan lidahnya dan tidak berani
mengatakan apa-apa lagi. Tao Heng Kan menoleh kepada
ayahnya.
"Heng Kan, Lie heng mempunyai kegembiraan untuk
bermain-main denganmu, hiarlah kau temani barang beberapa
jurus!" perintah Tao Cu Hun.
Tao Heng Kan menganggukkan kepala.
"Tia, pinjam pedang Hek Pek Kiam-mu (pedang hitam
putih)," ujar Tao Heng Kan.
Tao Cu Hun melirik sekilas ke tengah arena yang akan
dijadikan ajang pertandingan. Dia melihat tangan Li Po
menggenggam sebuah pedang yang berkilauan. Tidak
diragukan lagi pedang itu pedang pusaka. Apabila
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapinya dengan pedang biasa, putranya pasti akan
mengalami kerugian. Meskipun hatinya enggan
memperlihatkan Hek Pek Kiamnya di depan umum, tapi dalam
keadaan seperti sekarang ini mau tidak mail dia harus
meminjamkannya kepada putranya.
Dia mengulurkan tangannya mengeluarkan pedang berikut
sarungnya, lalu diletakkannya di atas meja.
“Heng Kan, gunakanlah bagian tubuh pedang, jangan
menggunakan ujungnya!”
Lie Yuan yang duduk di sebelahnya memperdengarkan
suara tawa yang dingin. Tao Heng Kan segera meraih pedang
dari atas meja dan Sret! Pedang itu dihunusnya. Tadinya
orang-orang yang berkumpul di taman bunga itu mendengar
nada perkataan Tao Cu Hun yang berat sekali, mereka
mengira Hek Pek Kiam pasti merupakan sebatang pedang
pusaka yang langka pula. Namun setelah Tao Heng Kan
menghunus pedang itu, hampir saja semuanya tertawa geli.
Rupanya panjang pedang itu tidak lebih dari tiga ciok.
Lebarnya malah seiebar em pat jari tangan. Sungguh berbeda
dengan pedang umumnya. Bagian tubuh pedang berwarna
hitam pekat. Tidak menyorotkan sedikit sinar pun. Sedangkan
bagian atasnya berwarna putih kelabu, seperti logam biasa
yang belum diasah. Tidak ada keistimewaannya sama sekali.
Kalau dibandingkan dengan pusaka yang ada di tangan Li Po,
sungguh bagaikan bumi dan langit.
Hanya Kuan Hong Siau yang mengetahui bahwa nama
besar Tao Cu Hun bukan sekedar nama kosong. Meskipun Hek
Pek Kiamnya tidak menunjukkan keistimewaan apa-apa, tapi
kemungkinan juga merupakan sebatang pedang pusaka yang
langka. Sebentar lagi apabila dalam pertandingan ada salah
satu pihak yang mengalami cedera, tentu hatinya menjadi
tidak enak, karena bertolak belakang dari tujuannya semula.
Dia pun mengelus-elus jenggotnya sambil tertawa lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keponakan berdua, pertandingan ilmu untuk melihat
kehebatan masing-masing adalah hal yang lumrah. Jangan
sampai ada yang melukai lawannya, batasnya hanya boleh
saling menuhi saja!" kata orang tua itu.
Li Po segera menyahut dengan lantang.
"Keponakan akan menurut, terima kasih atas perhatian
Kuan cianpwe!"
Tao Heng Kan tidak menyahut sepatah kata pun. Perlahanlahan
dia maju ke depan sejauh belasan tindak. Sepasang
matanya tidak berkedip sekali pun dan memandang Li Po
lekat-lekat.
Kedua pemuda itu berjalan ke depan sampai jarak mereka
tinggal lima enam langkah. Tangan Li Po terangkat ke atas,
dengan perlahan-lahan dia menggerakkan pedangnya. Gagang
pedang berada di sebelah bawah. Kedua jari tangannya yang
Iain lurus ke samping. Ini merupakan jurus pembukaan dari
Pat Kua Kim Gin Kiam.
Pat Kua Kiam Hoat sendiri berasal dari sumber Pat Kua,
semuanya terdiri dari delapan jurus. Setiap jurusnya
mempunyai puluhan perubahan yang mempunyai
keistimewaan masing-masing. Gerakannya lebih memberatkan
kelincahan tubuh. Kalau ditinjau dari dunia bulim saat ini,
nama Pat Kua Kim Gin Kiam sudah terkenal di seluruh dunia.
Jurus pembukaan yang dikerahkan oleh Li Po tampaknya
sederhana saja, tetapi apabila sudah dimainkan setiap
perubahan akan mengejutkan.
"Silakan!" Li Po membentak dengan suara Ian-tang.
Tubuh Tao Heng Kan agak limbung, kakinya sempat
terhuyung-huyung sampai tiga langkah, tetapi tidak sampai
terjatuh. Akhirnya dia dapat berdiri dengan tegak.
"Silakan!" bentak Tao Heng Kan pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Po segera menggerakkan sebelah kakinya ke depan,
pedang di tangannya bergetar kemudian menjulur ke luar.
Yang menjadi sasarannya pun-dak sebelah kanan Tao Heng
Kan. Gerakannya gesit dan indah. Tampak Tao Heng Kan
menggeser pundaknya ke kiri sedikit dan bagian tubuh pedang
einas itu pun melesat melalui samping pundaknya. Tubuh Tao
Heng Kan membungkuk sedikit. Jurus yang digunakannya tadi
langsung diubah, sekarang dia mengerahkan jurus Kakek Tua
Menunggang Keledai.
Pat Sian Kiam Hoat sebetulnya merupakan perubahan dari
Ilmu Delapan Dewa Mabuk. Jurus ilmu pedang memang
mengandung banyak keanehan membuat orang sulit
memahaminya.Dibandingkan dengan Pat Kua Kim Gin Kiam
Hoat, kedua-duanya mempunyai keistimewaan masingmasing.
Begitu jurus Kakek Tua Menunggang Keledai dikerahkan,
tampak TaoHengKanmerebahkan tubuhnya di atas tanah
seperti orang mabuk, pedangnya menyerang dari bawah ke
atas.
Hati Li Po agak mendongkol. Diam-diam dia berpikir dalam
hati.
-- Pedang di tanganku ini dapat membelah logam apa pun
seperti menebas tanah. Mengapa aku tidak mengutungkan
pedangnya dulu baru berusaha meraih kemenangan? —.
Setelah mengambil keputusan demikian, pedang emas di
tangannya segera digerakkan. Cahaya seperti pelangi
berpijaran, dengan jurus Tegak Ke Atas, Lurus Ke Bawah,
serta menggunakan unsur Pat Kua, pedangnya meluncur ke
depan tubuh Tao Heng Kan. Dengan demikian dia berhasil
menahan serangan pemuda itu.
Sementara Li Po dan Tao Heng Kan mulai bergebrak,
orang-orang yang berkumpul di tempat itu memperhatikan
dengan menahan nafas. Meskipun mereka baru bertanding
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebanyak tiga jurus, tetapi kehebatan yang terkandung di
dalam setiap jurus yang mereka kerahkan bukan dapat
dipahami oleh setiap orang. Mungkin hanya pasangan suami
istri Lie Yuan, Tao Cu Hun, dan Kuan Hong Siau serta
beberapa lainnya yang dapat melihat dengan jelas. Mereka
mempunyai perasaan yang sama, jurus yang dilancarkan oleh
Li Po terlalu hebat. Apabila Tao Heng Kan tidak sempat
menghindarinya, kemungkinan dadanya akan tertancap
pedang emas Pat Kua Kiam itu.
Tampak Tao Heng Kan mengubah gerakannya dengan
sekonyong-konyong. Secara cepat dia menarik kembali
pedangnya, kemudian tubuhnya mencelat ke udara. Tujuan Li
Po ingin mengutungkan pedang hitam putih Tao Heng Kan.
Melihat pemuda itu menarik pedangnya kembali, dia tidak
mengurungkan niatnya. Kakinya malah maju ke depan dua
langkah dan terus pedangnya menyapu ke arah pedang Tao
Heng Kan.
Tao Heng Kan tidak dapat menghindarkan diri lagi.
Terpaksa dia menyambut serangan pedang Li Po dengan
kekerasan. Terdengar suara Trang! Kumandangnya memenuhi
seluruh taman bunga. Kemudian keduanya tersentak mundur
masing-masing sejauh dua langkah.
Li Po berdiri dengan tertegun ketika mengetahui bahwa Pat
Kua Kiamnya ternyata tidak berhasil mengutungkan pedang di
tangan Tao Heng Kan yang seperti besi rongsokan. Dia
semakin terkejut ketika melihat bagian atas pedangnya sendiri
ternyata gompal sedikit.
Li Po khawatir hal itu dilihat oleh orang lain. Cepat-cepat
dia memiringkan tubuhnya dan menutupi pedang yang
tergenggam di tangannya
Diam-diam dia melirik orang-orang yang berkumpul di
sana. Rasanya tidak ada seorang pun yang memperhatikan hal
itu. Hati Li Po cemas sekali. Dia sadar pedang yang
digunakannya itu ibarat nyawa ayahnya sendiri. Sekarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dialah yang mem-buat pedang itu jadi gompal. Seandainya hal
ini diketahui oleh ayahnya, dia pasti akan mendapat hukuman
berat. Apabila dia tidak berhasil mengalahkan lawannya,
kemungkinan hukuman yang akan diterima lebih berat lagi.
Hatinya panik bukan kepalang, dia langsung mengerahkan
jurus lainnya. Hanya sebentar dia sempat berdiri tertegun,
kemudian secara mendadak melancarkan tiga jurus serangan.
Semuanya diarahkan ke bagian tubuh Tao Heng Kan, sehingga
tubuh pemuda itu seakan diliputi oleh cahaya pedang.
Kecepatannya jangan ditanyakan lagi!
Tao Heng Kan juga langsung mengerahkan Pat Sian Kiam
Hoat. Dalam sekejap mata tubuh keduanya berkelebat kesana
kemari secepat kilat. Cahaya pedang Pat Kua Kiam berpijar
dan memercikkan cahaya ke mana-mana. Tiga puluhan jurus
telah berlalu. Masih juga belum dapat ditentukan siapa yang
lebih unggul di antara kedua pemuda itu.
Kuan Hong Siau segera menggebrak meja sembari
mengeluarkan suara siulan yang panjang.
"Puas sekali! Ternyata ilmu pedang kalian berdua
seimbang! Keponakan sekalian, harap berhenti!"
Tao Heng Kan dan Li Po sama-sama menyadari bahwa
bukanlah hal yang mudah bagi mereka untuk menjatuhkan
lawannya. Li Po yang mendengar teriakan Kuan Hong Siau
segera meluncurkan sebuah serangan kemudian mencelat
mundur ke belakang serta berdiri dengan tegak.
Pada dasarnya pertandingan yang berlangsung di antara
kedua orang itu hanya ingin menunjukkan kehebatan masingmasing.
Tidak ada perselisihan apa pun apalagi dendam di
antara mereka. Karena dianggap seimbang, Li Po segera
mencelat ke belakang. Seharusnya Tao Heng Kan juga
melakukan tindakan yang sama. Tetapi tidak disangka,
sepasang kaki Tao Heng Kan malah menutul, orang dan
pedangnya sekaligus meluncur ke depan mengincar bagian
dada Li Po. Gerakan ini merupakan salah satu jurus terhebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari Pat Sian Kiam yakni Mempersembahkan upeti kepada
Kaisar.
Perubahan yang sekonyong-konyong ini tidak disangka oleh
siapa pun. Li Po juga berdiri dengan mata membelalak. Untuk
sesaat dia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Orangorang
yang berkumpul di tempat itu hanya dapat menjerit
histeris. Ibu Tao Heng Kan, Sen Cing segera membentak
dengan suara keras.
"Heng Kan, kau sudah gila?"
Serrr! Beberapa hatang senjata rahasia berbentuk biji
teratai meluncur ke depan.
Julukan yang diberikan oleh orang-orang dunia kang ouw
kepada wanita ini adalah Sam Jiu Kuan Im. (Dewi Kuan Im
tangan tiga). Hal ini karena dia memang ahli am gi (senjata
rahasia). Ilmu ini sudah dikuasainya dengan mahir. Sekali
menjentikkan tangan, beberapa batang biji teratai yang
terbuat dari besi segera meluncur ke tubuh pedang Hek Pek
Kiam.
Sam Jiu Kuan Im Sen Cing seialu membawa berbagai
senjata rahasia. Jenisnya tidak kurang dari delapan macam.
Setiap kali diluncurkan seialu tepat sasaran. Tidak ada satu
pun yang menim-bulkan suara keras, datang dan perginya
seperti setan gentayangan. Belum sempat pedang Hek Pek
Kiam mengenai dada Li Po, terdengar suara tring! Biji teratai
tadi membentur tubuh pedang anaknya sendiri. Tapi pedang
yang satu ini memang luar hiasa. Meskipun Sam Jiu Kuan Im
seorang pendekar wanita yang terkenal dalam bidang senjata
rahasia, tapi biji teratai yang membentur tubuh pedang Hek
Pek Kiam hanya membuat pedang itu bergeser sedikit.
Gerakannya tetap meluncur ke depan mengincar pundak Li Po.
Bara saja Sen Cing berinaksud mengerahkan senjata rahasia
lagi, periling Hek Pek Kiam sudah menembus pundak Li Po
sedalam empat cun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Secepat kilat Li Po mencelat mundur, pedang Hek Pek Kiam
tercabut keluar seiring dengan gerakan tubuhnya itu. Pada
saat yang sama, orang-orang yang berkumpul di taman bunga
itu sudah bangkit dari bangku masing-masing.
"Cu wi jangan bergerak, berhenti!" teriak Kuan Hong Siau.
Suaranya bagai geledek yang bergemuruh di angkasa.
Tampak jenggotnya melambai-lambai dan tubuhnya sudah
melesat ke depan. Tapi tepat pada saat itu juga, Tao Heng
Kan sudah menghambur ke depan secepat kilat dan
pedangnya dibalik-kan kemudian menikam bagian punggung
Li Po.
Seandainya serangan Tao Heng Kan sebelumnya hanya
ingin membuktikan bahwa Pat Sian Kiam Hoatnya tidak kalah
dengan Pat Kua Kiam, meskipun perbuatannya agak telengas,
tapi masih dapat dimaklumi orang-orang yang hadir di tempat
itu. Namun saat ini Li Po sudah terluka. Tao Heng Kan malah
melancarkan iagi serangan yang lebih keji. Hal ini
membuktikan bahwa dia memang berniat menghabisi nyawa
Li Po. Orang-orang yang hadir di tempat itu menjerit ngeri.
Pasangan suami istri Tao Cu Hun dan putrinya Tao Ling lebih
bingung lagi. Mereka tidak habis pikir, mengapa Tao Heng Kan
yang selama ini berbudi luhur dan suka mengalah tiba-tiba
berubah demikian drastis. . .? Mereka melonjak bangun dari
tempat duduk masing-masing dan menghambur ke arah Tao
Heng Kan.
Namun kejadiannya berlangsung terlalu cepat. Dengan
menahan rasa sakitnya, Li Po membalikkan tubuh, dia
mengangkat pedangnya ke atas seakan siap menghadapi
musuh. Saat itu Tao Heng Kan sudah mengubah lagi jurus
serangannya. Dia menggunakan jurus Matahari Bergeser Arah,
pedangnya berkelebat, dia mengibas dari kiri ke kanan.
Setelah itu bergerak ke bawah. Cahaya pedang berkelebat.
Pedang Hek Pek Kiam telah menebas dari pundak kiri Li Po
sampai ujung siku. Li Po menjerit ngeri. Tubuhnya terhuyungTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
huyung. Darah segar memercik ke mana-mana. Tampaknya
luka yang diderita pemuda itu kelewat parah. Seandainya
tabib sakti Hua To hidup kembali, belum tentu nyawa Li Po
dapat dipertahankan!
Walaupun orang-orang yang hadir di tempat itu sudah
menyadari maksud Tao Heng Kan yang tidak baik, tetapi
mereka tidak menyangka anak muda itu masih melakukan
penyerangan pada lawannya yang sudah terluka. Hal ini
merupakan pantangan besar, juga merupakan perbuatan yang
dianggap paling rendah oleh kalangan bulim. Orang-orang
yang hadir jadi terpana. Sedangkan Tao Heng Kan
menggenggam pedang Hek Pek Kiam dengan mendongakkan
wajahnya.
"Koko! Kau ingin mati? Cepat lari!" teriak Tao Ling dengan
panik.
Teriakan itu menyadarkan Tao Heng Kan. Juga
menyentakkan kebengongan yang lainnya. Kuan Hong Siau
melancarkan sebuah serangan ke depan. Pada saat itu tubuh
Tao Heng Kan sedang melayang di udara. Dorongan angin
kuat yang terpancar dari serangan Kuan Hong Siau membuat
tubuhnya melambung semakin jauh.
Kuan Hong Siau mendongkol sekali melihat serangannya
malah membuat pemuda itu berjarak semakin jauh dengan
para tokoh yang berkumpul di tempat itu. Sementara itu,
pasangan suami istri Li Yuan dan putra mereka yang satunya
lagi, Lie Cun Ju langsung menghambur ke depan untuk
melihat keadaan Li Po. Tapi pemuda itu hanya sempat
mengucapkan sepatah kata . . .
"Balaskan dendamku!" Nafasnya pun terputus.
Lie Yuan tidak sempat bersedih hati. Dia memungut pedang
emasnya yang tergeletak di atas tanah. Cring! Tubuhnya
berdiri kembali dengan tegak.
"Mari kita kejar!" katanya dengan suara lantang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lim Cing Ing juga mencabut pedang peraknya. Pat Kua Kim
Gin Kiam memang terdiri dari sepasang pedang, yang satu
terbuat dari emas, sedangkan pasangannya terbuat dari
perak. Kedua orang itu mengikuti Kuan Hong Siau dari
belakang. Mereka mengejar Tao Heng Kan yang sudah berada
pada jarak kurang lebih belasan depa di depan. Baru saja
mereka menggerakkan kakinya, terdengar suara bentakan
yang nyaring.
"Cuwi, harap berhenti sebentar!" Sesosok bayangan
herkelebat dan berhenti di depan Kuan Hong Siau. Dia adalah
putri kedua pasangan Tao Cu Hun, Tao Ling.
Kuan Hong Siau sempat tertegun sejenak. Saat yang
sekejapan mata saja, pasangan suami istri Lie Yuan sudah
menyusul tiba. Putra mereka mati dalam keadaan yang
membingungkan. Kebencian di hati meluap-luap. Melihat Tao
Ling menghadang di depan mereka, sret! Srett! Dua batang
pedang menyapu ke arahnya. Namun Tao Ling seorang gadis
yang cerdas otaknya. Sejak semula dia sudah mengadakan
persiapan. Cepat-cepat dia mencelat mundur sambil
mengibaskan tangannya. Beberapa paku kecil melesat ke
depan. Sekaligus dia juga berteriak dengan lantang.
"Kokoku itu selamanya tidak pernah melakukan kejahatan.
Di balik semua ini pasti ada apa-apanya. Harap kalian jangan
sembarangan mengambil tindakan!"
Ilmu silat Tao Ling kalau dibandingkan dengan Kuan Hong
Siau, apalagi suami istri Lie Yuan tentu terpaut jauh. Ketika dia
menyambitkan senjata rahasia berupa paku kecil, Kuan Hong
Siau menghantamkan telapak tangannya ke depan. Puluhan
paku kecil itu pun tersampok jatuh dan menimbulkan suara
dentingan.
Kebencian dalam hati Lie Yuan tidak terhingga. Tapi biar
bagaimana dia masih menjaga kedudukannya sendiri yang
terpandang di dunia bulim. Tentu tidak baik baginya untuk
melakukan penyerangan pada seorang angkatan muda seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling. Melihat Kuan Hong Siau menyampok jatuh berpuluh
batang paku kecil tadi, dia juga menghantamkan sebuah
pukulan ke arah sisa paku kecil itu.
Pat Kua Kiam Lie Yuan merupakan salah satu jago
kenamaan di Tiong Goan. Tenaga dalamnya sangat tinggi.
Ketika dia melancarkan sebuah pukulan ke depan, sisa empat
batang paku kecil itu tertahan sekilas kemudian terpental
kembali dan meluncur ke arah Tao Ling. Itu yang dinamakan
senjata makan tuan!
Jelas Tao Ling sendiri juga menyadari bahwa
kepandaiannya yang masih cetek tidak dapat diandalkan untuk
menghadang Kuan Hong Siau dan pasangan suami istri Lie
Yuan. Tetapi dia seorang gadis yang teliti. Selama dua hari ini
dia sudah memperhatikan tingkah laku abangnya seperti
janggal dan seakan menyimpan kesusahan yang tidak dapat
dikatakan. Tetapi Tao Heng Kan selalu mengelak apabila gadis
itu menanyakannya.
Hatinya memang sudah curiga, apalagi sekarang tanpa
sebab musabab Tao Heng Kan membunuh Li Po. Meskipun dia
tidak tahu mengapa, tapi dia yakin abangnya mempunyai
alasan tersendiri. Tao Heng Kan seorang peniuda berjiwa
besar, tidak mungkin dia mencelakai seseorang tanpa alasan
atau penyebab tertentu.
Karena itu pula, dia bertekad menunda pengejaran Kuan
Hong Siau dan yang lainnya, dengan mengandalkan beberapa
puluh batang paku kecil tadi. Dengan demikian abangnya bisa
berlari lebih jauh. Tapi dia tidak menyangka Lie Yuan akan
menyampok senjata rahasianya bahkan membalik ke arahnya
sendiri. Kekuatan tenaga Lie Yuan sungguh dahsyat. Saking
terkejutnya, Tao Ling sampai menahan nafas. Tubuhnya
bergetar dan saat itu juga keempat paku kecil yang
disambitkan-nya tadi sudah menancap ke dalam pundaknya.
Setelah terluka, tubuh Tao Ling limbung. Pukulan yang
dilancarkan Lie Hujin membawa angin yang kuat dan menerpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya. Dia langsung jatuh terjerembab di atas tanah. Tiga
sosok bayangan melesat lewat di atas kepalanya. Pikirannya
masih sadar, dia tahu apabila kokonya saat ini sampai terkejar
oleh ketiga orang itu, tidak lebih dari tiga jurus pasti
tertangkap. Dengan demikian nyawanya juga tidak dapat
dipertahankan. Dengan menahan rasa sakit, dia berjungkir
balik di udara. Ketika tubuhnya membalik, tangannya
mengibas sekali lagi. Segenggam jarum perak diluncurkannya
ke depan.
Pada saat itu, Kuan Hong Siau dan pasangan suami istri Lie
Yuan baru saja melesat lewat, sedangkan serangan jarum
peraknya tidak menimbulkan suara sedikit pun. Tapi ketiga
orang itu masing-masing menguasai ilmu yang tinggi.
Sambaran angin dari belakang dapat terasa oleh mereka.
Pasangan suami istri Lie Yuan menoleh dengan wajah
menyiratkan kemarahan. Tao Ling takut mereka akan
menghantam kembali jarum perak itu ke arahnya, cepat-cepat
dia melesat secepat kilat dan menghindar sejauh-jauhnya.
Ketiga orang tadi menghentakkan kakinya untuk berjungkir
balik di udara. Dengan demikian jarum perak yang dilontarkan
Tao Ling tadi meleset lewat. Tetapi ketika mereka
menjejakkan kakinya kembali di atas tanah. Tao Heng Kan
sudah mencelat ke atas tembok pekarangan lalu meloncat
turun.
Tao Ling segera menggulingkan tubuhnya di atas tanah
menuju tempat ibunya berdiri. Wajah-nya pucat pasi.
"Ling ji, tahan sedikit rasa sakitnya!" ujar Sen Cing dengan
menggeretakkan gigi.
Tangannya terulur dan menghantam pangkal lengan kanan
gadis itu. PukuSannya yang kuat membuat keempat batang
paku tadi tergetar dan mencelat ke luar. Tampak bercak
merah di puncak gadis itu. Sen Cing mengeluarkan obat luka
dan dibubuhkannya ke luka putrinya. Rasa sakit yang dirasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling agak berkurang, dia baru bisa menghembuskan
nafas lega.
Sementara itu, Kuan Hong Siau dan pasangan suami istri
Lie Yuan juga sudah mencelat ke atas tembok lalu mengejar
Tao Heng Kan. Bangunan rumah Kuan Hong Siau ini letaknya
di depan sungai. Tidak ada tempat lain yang dapat dijadikan
pelarian kecuali sungai itu. Suami istri dengan masing-masing
menggenggam sebatang pedang menyibakkan ilalang yang
memenuhi sekitar sungai itu. Setiap kali pedang mereka
bergerak, pasti ada serumpun ilalang yang terbabat putus.
Tao Ling melihat ketiga orang itu sudah mengejar ke depan
rumah, tapi ibunya masih berdiri dengan termangu-mangu.
"Tia, ma ... seandainya koko sampai berhasil ditangkap
oleh mereka . . ."
Baru berbicara sampai di situ, Tao Ling melihat wajah
ayahnya yang angker dan menghijau. Orang yang melihatnya
pasti ketakutan. Rupanya dia menyadari perbuatan abangnya
itu sudah cukup menyakitkan hati ayahnya. Tentu ayahnya
tidak akan mengakui lagi Tao Heng Kan sebagai putranya.
Apabila ketiga orang tadi berhasil mengejar abangnya dan
menyeretnya ke depan ayahnya, laki-iaki setengah baya itu
juga tidak akan menghalangi mereka membunuh Tao Heng
Kan.
Tidak lama kemudian Kuan Hong Siau dan pasangan suami
istri Lie Yuan sudah kembali lagi. Tiba-tiba terdengar suara
desiran senjata tajam, sebuah batu besar yang ada di
hadapan Tao Cu Hun langsung terbelah menjadi empat
bagian.
Perlahan-lahan Tao Cu Hun mendongakkan wajahnya.
Sepasang mata Lie Yuan merah mem-bara dan mendelik
kepadanya.
"Manusia she Tao, aku ingin mendengar tanggapanmu
mengenai persoalan ini!" bentaknya keras-keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Tao Cu Hun nmsih menghijau. Lim Cing Ing segera
menghunus pedang peraknya.
"Untuk apa mengoceh panjang lebar dengan-nya?" kata
Lim Cing Ing.
Cring! Pedangnya meluncur ke depan. Ujungnya bergetar
dan dapat terlihat jelas bahwa wanita itu mengincar empat
jalan darah utama di dada Tao Cu Hun. Seandainya sampai
terkena serangan itu, jangan kan pedang tajam, dengan ujung
jari saja nyawa seseorang sulit dipertahankan.
Tapi Tao Cu Hun tetap tidak bergerak, meskipun sepasang
matanya melihat cahaya berkelebat. Tampaknya laki-iaki itu
sudah pasrah mengorbankan jiwanya di ujung pedang perak
milik Lim Cing Ing. Tiba-tiba istrinya Sam Jiu Kuan Im
membentak keras, "Tunggu dulu!"
Wuutt! Trang! Cahaya melintas, Sen Cing menggunakan
goloknya menahan serangan Lim Cing Ing. Golok Sen Cing
membentur pedang Lim Cing Ing sehingga menimbulkan suara
yang memekakkan telinga.
Lim Cing Ing memperdengarkan suara tawa yang dingin,
"Heh! Sejak tadi kau memang sudah harus turun tangan!"
katanya sinis.
Kaki Lim Cing Ing bergerak menggeser ke samping satu
langkah. Dalam waktu yang bersamaan, dia memutar
pedangnya dan melancarkan sebuah serangan kembali.
Timbul bayangan cahaya pedang yang berderai di bawah
cahaya rembulan, menyilaukan pandangan mata. Ilmu silat
kedua wanita ini memang mempunyai keunggulan masingmasing.
Melihat Lim Cing Ing melakukan penyerangan kembali, Sen
Cing lalu mengambil tindakan mempertahankan diri. Sekali lagi
goloknya mengibas ke depan menahan serangan Lim Cing
Ing. Cepat dia mencelat mundur dan mengeluarkan sebuah
pecui yang panjang. Pecut itu merupakan senjata lentur dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat digerakkan sesuka hati. Batikan dengan hve kang yang
kuat, pecut itu dapat menjadi tegak lurus bagai sebatang
tombak. Ketika masa mudanya, Sen Cing pernah melanglang
buana di dunia kang ouw dengan pecut saktinya itu.
Tampak Sen Cing tidak membalas serangan. Rupanya
mengingat bahwa kesalahan memang terletak pada pihak
anaknya sendiri. Maka dia hanya berdiri tegak.
"Lie lihiap, kau sudah gila? Segala dendam harus ada
awalnya, mengapa kau menyerang kami?"
Lim Cing Ing tertegun sejenak. Dia tidak menyangka
lawannya akan mengeluarkan kata-kata seperti itu.
"Orang yang barusan membunuh itu memangnya bukan
anakmu?" bentaknya tidak mau kalah.
Mimik wajah Sen Cing menyiratkan penderitaan yang tidak
terkirakan, namun jawabannya terdengar tegas.
"Lie lihiap, kau anggap siapa kami Miami istri? Orang itu
sudah melakukan kejahatan yang tidak terampunkan, apakah
kami masih bersedia mengakuinya sebagai anak?"
Hati Tao Ling tersentak mendengar perkataan ibunya.
"Ma!"
"Kau jangan ikut campur!" Sen Cing membentak dan
mengibaskan tangan.
Tao Ling tidak berani bicara lagi. Dia menggeser kembali ke
samping ibunya.
"Apakah persoalannya harus diselesaikan begitu saja?"
bentak Lim Cing Ing.
"Para tokoh di sini dapat dijadikan saksi. Tao Heng Kan
merupakan penjahat yang harus kita hadapi bersama, tidak
terkecuali kami suami istri," kata Tao Cu Hun dengan tegas.
Wajah Lie Yuan semakin membesi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus sekali! Kuan loya, mari kita teruskan meneguk arak
sambil menikmati indahnya rembulan!" Tadi mereka sudah
mencari di sekitar rumah itu namun tidak berhasil menemukan
bayangan Tao Heng Kan. Dia yakin anak muda itu sudah
melarikan diri lewat jalur sungai.
Keperihan di hati Lie Yuan dapat dibayangkan. Namun dia
masih menjaga nama baiknya sendiri. Lagipula dia yakin
dengan ketenaran namanya di dunia kang ouw, bukan hal
yang sulit untuk menangkap Tao Fleng Kan. Apalagi Tao Cu
Hun sendiri sudah menyatakan tidak mengakui lagi pemuda
itu sebagai anaknya. Dengan demikian percuma saja dia
bicara banyak. Terpaksa dia menahan kemarahannya dan
berlagak bersikap seorang pendekar besar.
Tapi baru saja terjadi peristiwa yang niengejut-kan, siapa
yang sempat memikirkan soal minum arak ataupun menikmati
indahnya rembulan?
Tidak ada seorang pun yang bersuara, apalagi Cio losam
dan Kongsun Ping, mereka berdua seperti tersumpal
mulutnya, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.
Lim Cing Ing mengeluarkan delapan buah lencana
berbentuk pat kua yang sebelahnya berwarna emas dan
sebelahnya lagi berwarna perak.
"Cun Ju!" panggil Lim Cin Ing dengan suara lantang.
Putra kedua pasangan suami istri Lie Yuan bernama Lie
Cun Ju. Usianya masih muda sekali. Paling-paling tujuh belas
tahun. Cepat-cepat dia menyahut panggilan ibunya.
"Ma, ada apa?"
"Bawa lencana ini dan minta para jago di sungai telaga
untuk menangkap Tao Heng Kan!" Lim Cing Ing menyerahkan
delapan lencana pat kua ke tangan Cun Ju.
Kuan Hong Siau juga menurunkan perintah kepada para
anak buahnya untuk segera meringkus Tao Heng Kan apabila
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka menemukannya.Wajah Tao Cu Hun, Sen Cing dan Tao
Ling semakin kelam.
"Kami mohon diri!" ucap Tao Cu Hun dengan nada berat.
Kuan Hong Siau juga tidak menahan mereka. Ketiga orang
itu kembali ke perahunya sendiri. Tapi baru saja niereka
menginjakkan kakinya, hati mereka tersentak bukan main!
Ternyata lampu di kabin perahu itu masih menyala. Lewat
jendela kertas mereka melihat dua sosok bayangan. Yang satu
tinggi kurus, tidak mirip dengan manusia normal. Sedangkan
bayangan yang lainnya tidak asing lagi bagi mereka. Dia justru
Tao Heng Kan yang tadi menimbulkan bencana besar.
Tao Cu Hun, Sen Cing dan Tao Ling mengeluarkan desahan
panjang. Keluhan ketiga orang itu mengandung makna yang
berlainan. Hati Tao Ling terkejut, dia menyesalkan kokonya
yang tidak tahu mati, bukannya lari jauh-jauh agar tidak
terkejar malah bersembunyi di dalam perahu. Watak Tao Cu
Hun polos dan jujur. Sejak kematian Li Po, dia sudah tidak
mengakui Tao Heng Kan sebagai anaknya. Yang aneh justru
bayangan yang satunya, entah siapa orang itu? Sedangkan
Sen Cing biar bagaimana pun tetap menyayangi putranya
sendiri. Dia merasa marah tapi juga cemas.
Begitu terdengar suara keluhan dari mulut ketiga orang itu,
Tao Heng Kan langsung berdiri tegak. Dalam waktu yang
bersamaan, pandangan ketiga orang itu menjadi buram.
Bayangan yang berbentuk tinggi kurus itu tiba-tiba
menghilang, bahkan dengan ketinggian ilmu yang dimiliki oleh
Tao Cu Hun dan Sen Cing masih belum sanggup melihat
bagaimana cara orang itu pergi.
Mula-mula Tao Ling yang melontarkan seruan.
"Koko, mengapa kau tidak melarikan diri sejauh-jauhnya?"
seru Tao Ling.
"Aku . . . aku .. ." Sikap Tao Heng Kan gugup sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum lagi dia sempat mengatakan apa-apa, Tao Cu Hun
sudah melangkah ke depan dan me-ngirimkan sebuah
pukulan. Tubuh Tao Heng Kan tergetar mundur dua langkah.
Tao Cu Hun mengi-kutinya. Dirampasnya pedang Hek Pek
Kiam yang masih tergenggam di tangan anaknya.
"Anak jadah!" bentaknya marah.
Baru melontarkan cacian itu, hatinya terasa pedih sekali.
Wajahnya mengerut-ngerut kemudian dipalingkan ke arah
lain. Tangannya bergerak dan menggetarkan pedangnya ke
depan.
Tao Heng Kan tidak menghindar. Wajahnya menyiratkan
perasaan serba salah.
"Tia!" panggilnya.
"Tia, jangan melukai koko!" Tao Ling juga ikut berteriak.
Sebetulnya, mana tega Tao Cu Hun membunuh anaknya
dengan pedang sendiri? Tapi perbuatan Tao Heng Kan sudah
kelewat batas. Dia sudah melukai lawannya dalam
pertandingan ilmu kemudian malah membunuhnya dengan
keji. Seandainya dia sendiri tidak membunuhnya, orang lain
pasti menginginkan kematian anaknya itu. Kefika dia
menjulurkan pedangnya ke depan, dia mendengar suara
panggilan kedua anaknya. Tangannya jadi lemas seketika.
Luncuran pedangnya juga tidak sekuat tadi. Sen Cing segera
menggerakkan sebelah kakinya menendang pedang Hek Pek
Kiam sehingga hampir saja terlepas dari genggaman Tao Cu
Hun. Setelah itu dia rnenghambur dan menghadang di depan
anaknya.
"Cu Hun, tadi di dalam kabin ini masih ada orang lain, cepat
cari!" katanya untuk mengalihkan perhatian suaminya.
"Koko, siapa orang yang bersama denganmu tadi?" tanya
Tao Ling.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun kabin perahu itu cukup luas, tapi tidak banyak
barang yang ada di dalamnya. Begitu masuk tadi, ketiga orang
itu sudah memperhatikan keadaan sekitarnya. Tidak tampak
ada orang yang menyembunyikan diri. Terpaksa mereka
menunggu jawaban dari Tao Heng Kan. Tetapi jawaban anak
muda itu justru membuat mereka semakin bingung.
"Di dalam kabin ini tidak ada siapa-siapa, aku hanya
seorang diri di sini!"
Tao Ling menghentakkan kakinya di atas Iantai perahu
dengan kesal.
"Koko, mengapa kau masih tidak berterus terangjuga?
Sebetulnya mengapa kau membunuh Li Po?"
Tiba-tiba Tao Heng Kan menyurut mundur satu langkah,
dia membalik ke arah jendela. Pat Sian Kiam Tao Cu Hun
langsung membentak.
"Anak jadah! Jangan harap bisa melarikan diri!”
Sen Cing cepat menghadang ke depan anaknya.
"Cu Hun! Kau hanya mempunyai seorang putra!" teriaknya.
"Aku tidak mempunyai putra seperti dia!" sahut Tao Cu Hun
sepatah demi sepatah.
"Kau tidak punya, aku punya!" kata Sen Cing kesal.
Wajah Tao Cu Hun semakin kaku.
"Hari ini apabila kita tidak membunuhnya, bagaimana kelak
kita bisa menemui para sahabat di dunia kangouw?"
"Jangan kata hal ini tidak diketahui siapa pun, seandainya
pun ada yang mengetahui, apa salahnya tidak bertemu
dengan orang lain seumur hidup? Cu Hun, kau lupa apa tujuan
kita datang ke Si Cuan?"
Wajah Tao Cu Hun berubah hebat. Terdengar dia
menggumam seorang diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak bertemu dengan orang lain selamanya?" Baru saja
ucapannya selesai, dari luar kabin terdengar suara siulan yang
aneh. Sret! Sret! Berbunyi dua kali. Dua batang pedang
menembus jendela kabin itu.
Penerangan di dalam kabin sebetulnya agak suram. Tetapi
ketika kedua buah pedang tadi menembus jendela, tiba-tiba
saja pandangan menjadi silau. Ternyata kedua batang pedang
itu terdiri dari emas dan perak, yakni Pat Kua Kim Gin Kiam
yang terkenal di dunia kang ouw. Tanpa perlu ditanyakan,
mereka sudah paham bahwa pasangan suami istri Lie Yuan
sudah menyusul datang.
Rupanya sejak kepergian Tao Cu Hun beserta istri dan
putrinya, perasaan pasangan suami istri Lie Yuan semakin
benci. Juga mendapat sebuah ingatan secara tidak terdugaduga.
Apabila Tao Heng Kan melarikan diri lewat jalur sungai
tentu orang itu tidak bisa lari terlalu jauh. Malah ada
kemungkinan dia bersembunyi di perahunya sendiri. Karena
itu Lie Yuan segera mengatakannya kepada Kuan Hong Siau.
Kemudian serombongan orang secara diam-diam menyusul ke
perahu Tao Cu Hun. Sedangkan keempat orang yang sedang
berada di dalam kabin perahu justru sedang ribut dengan
masalahnya sendiri. Belum lagi kebingungan dengan bayangan
yang tinggi kurus tadi. Maka mereka tidak menyadari bahwa
ada serombongan orang sudah sampai di depan geladak
perahu mereka. Sampai kedua batang pedang emas dan perak
ditusukkan ke dalam jendela, mereka baru terkejut setengah
mati.
Reaksi Tao Ling paling cepat, begitu melihat kedua batang
pedang itu, dia langsung menarik tangan kokonya kemudian
didorong ke dalam ruangan satunya. Di kabin itu sendiri, Tao
Cu Hun masih berdiri dengan termangu-mangu. Sementara
itu, kedua batang pedang tadi bergerak sehingga jendela
kabin tersebut menjadi terbabat dan terlihat celah yang besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lie Yuan dan istrinya, Lim Cing Ing menerobos masuk saat itu
juga.
"Dimana anak jadah itu?"
Perasaan Sam Jiu Kuan Im Sen Cing seakan diganduli
beban yang berat. Baru saja dia berniat mengarang sebuah
kebohongan, tahu-tahu sesosok bayangan sudah berkelebat
masuk. Jenggot yang putih mengibar-ngibar, Kuan Hong Siau
juga sudah menghambur masuk ke dalam perahu itu.
"Tao tayhiap, Sen lihiap, peristiwa ini terjadi di rumah
kediamanku, biar bagaimana aku tidak bisa berdiam diri,
harap kalian tidak menyalahkan aku!" kata orang tua itu.
Hati Sen Cing bagai disayat sembilu.Seluruh tubuhnya
bergetar hebat. Sepatah kata pun tidak sanggup
diucapkannya. Lie Yuan malah memper-dengarkan suara tawa
yang aneh.
"Tadi kami mendengar suara si anak jadah itu, mana
mungkin dia bersembunyi di tempat lain. Suruh keluar, cepat!"
bentaknya.
Sepasang pedang emas dan perak kembali diadukan.
Terdengar suara trang! Dua berkas cahaya memijar. Sinarnya
menyelimuti seluruh kabin perahu itu. Tao Cu Hun juga
menggerakkan pedang Hek Pek Kiamnya.
"Kalian ingin berkelahi?"
"Manusia she Tao, kau lupa dengan kata-katamu sendiri di
taman bunga rumah Kuan loya?"
Kenyataannya Tao Cu Hun memang mengeluarkan
perkataan bahwa dia sendiri tidak akan melepaskan Tao Heng
Kan apabila kepergok olehnya. Sebetulnya da lam hati dia
masih mempunyai pikiran yang sama. Tetapi biar bagairnana
hubungan seorang ayah dan anak tidak bisa disamakan
dengan orang lain. Apabila meminta dia menyerahkan
anaknya sekarang, hatinya diliputi kebimbangan juga. Suasana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di dalam kabin, hening mencekam untuk sesaat. Tiba-tiba Tao
Ling berteriak dengan keras.
"Koko! Kau tidak boleh keluar!"
Dalam waktu yang bersamaan terdengar ben-takan Tao
Heng Kan.
"Kau jangan mengurus aku!" Sesosok ba-yangan melesat,
tahu-tahu Tao Heng Kan sudah keluar dari tempat
persembunyiannya.
Pasangan suami istri Lie Yuan meiihat musuh besar
mereka. Mata merah menatap dengan kemarahan yang
berkobar-kobar. Sepasang pedang perak dan emas
diluncurkan, sehingga tim-bul cahaya yang menyilaukan mata.
Tampak pedang itu berhenti di depan Tao Heng Kan.
Pemuda itu tidak menghindar. Lie Yuan membentak dengan
suara keras.
"Anak jadah, tahukah kau saat kematianmu sudah tiba?"
bentak Lie Yuan.
Sen Cing bermaksud mencegah, tetapi tangannya ditarik
oleh Tao Cu Hun dan digenggam erat-erat. Sam Jiu Kuan Im
Sen Cing menolehkan kepalanya. Tampak wajah suaminya
menyiratkan penderitaan yang tidak terhingga. Hati wanita itu
ikut merasa perih. Dia sadar watak suaminya selama ini jujur
dan menjunjung tinggi keadilan. Walaupun urusan ini
menyangkut putranya sendiri, dia juga tidak sudi membantah
hati nuraninya. Lim Cing Ing maju beberapa langkah.
Sepasang pedang emas dan perak menuding jantung dan
punggung Tao Heng Kan dari depan dan belakang. Lie Yuan
menggeretakkan giginya erat-erat.
"Anak jadah, putra kami tidak mempunyai permusuhan apa
pun denganmu, mengapa kau membunuhnya dengan cara
demikian keji?" bentak laki-laki setengah baya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mimik wajah Tao Heng Kan juga menyiratkan penderitaan,
tetapi penampilannya tetap tenang. Dia melirik sekilas kepada
kedua orang tua dan adiknya, kemudian menarik nafas
panjang. Tetapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Lie Yuan menolehkan kepalanya kepada Kuan Hong Siau.
"Kuan loya, kau adalah tuan rumah, bagaimana harus
menyelesaikan urusan ini, kami meminta pendapatmu!"
Kuan Hong Siau menyahut dengan tegas. "Membunuh
orang harus diganti dengan nyawa!"
"Tepat!" kata Lie Yuan dan Lim Cing Ing serentak. Tenaga
dalam dikerahkan pada lengan kanan, asal didorong sedikit
saja kedua batang pedang itu pasti menembus jantung dan
punggung Tao Heng Kan.
Tao Cu Hun, Sen Cing, dan Tao Ling melihat orang yang
mereka cintai akan menerima hukuman mati. Tetapi mereka
tidak sanggup memberikan bantuan sedikit pun. Dengan hati
perih sekali, cepat-cepat mereka memaiingkan kepala karena
tidak sanggup melihat kematian Tao Heng Kan. Jika
mendengar suara jeritan Tao Heng Kan berarti tiba saatnya
nyawa pemuda itu meninggalkan raganya.
Tetapi setelah menunggu sekian lama, masih belum juga
terdengar suara apa pun. Tanpa dapat menahan perasaan
heran, mereka bertiga menolehkan kepalanya. Tampak Tao
Heng Kan memejamkan matanya menunggu kematian. Lie
Yuan masih menudingkan pedangnya ke arah jantung Tao
Heng Kan, demikian pula istrinya juga menudingkan
pedangnya ke bagian punggung pemuda itu. Wajah mereka
menyiratkan kemarahan, tetapi mereka masih belum
menusukkan pedangnya.
Sen Cing tidak tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi,
dia membentak dengan suara tajam, "Manusia she Li, mau
bunuh silakan! Mengapa kalian menyiksanya sedemikian
rupa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang sudah mati sudah terbebas dari segalanya.
Keadaan apa pun tidak dirasakan lagi. Dia juga tidak
merasakan adanya penderitaan. Rasa sakit hanya dialaminya
beberapa saat sebelum menjelang kematian. Sen Cing
mengira kedua orang itu sengaja tidak turun tangan segera
agar putranya merasa menderita. Penyiksaan bathin ini
sungguh mengerikan, lebih menyakitkan daripada penyiksaan
badan.
Kuan Hong Siau yang memperhatikan dari samping juga
mempunyai pemikiran yang sama. "Lie lote, cepat turun
tangan!" Baru saja ucapannya selesai, tiba-tiba Kakek Kuan
melihat kejanggalan pada diri suami istri Lie Yuan.
"Lie lote, kenapa kau?" tanya Kakek Kuan bingung.
Tetapi baik pedang ernas Lie Yuan maupun pedang perak
Lim Cing Ing tidak menyahut sepatah kata pun. Bahkan
mereka tidak bergerak sama sekali. Mereka bagai patung yang
berdiri tegak.
Saat itu, Kuan Hong Siau sadar telah terjadi sesuatu yang
tidak wajar. Bahkan Tao Cu Hun, Sen Cing dan Tao Ling juga
dapat merasakannya. Tapi mereka masih belum yakin. Kalau
dilihat dari keadaan mereka, tampaknya pasangan suami istri
Lie Yuan telah tertotok jalan darahnya oleh seseorang. Namun
peristiwa ini rasanya tidak masuk akal!
Karena bukan saja pasangan suami istri itu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, bahkan orang-orang yang ikut
hadir di perahu itu juga mempunyai kepandaian yang tidak
rendah. Mengapa tanpa terlihat apa pun yang mencurigakan
tahu-tahu pasangan suami istri itu telah tertotok jalan
darahnya?
Kuan Hong Siau maju dua langkah, tangannya menepuk
pundak Lie Yuan. Terdengar suara Trang! Pedang emas di
tangan laki-laki itu terjatuh ke lantai perahu, Lie Yuan juga
terkulai jatuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja tubuh Lie Yuan terkulai jatuh, seseorang sudah
menerobos ke dalam kabin sambil berseru, "Tia, Ma . . .
apakah dendam koko sudah terbalas?"
Orang itu putra kedua pasangan suami istri Lie Yuan, Lie
Cun Ju. Begitu masuk, dia melihat musuh besar mereka masih
berdiri dalam keadaan baik-baik saja, malah ayahnya yang
terkulai di atas lantai perahu. Hatinya tersentak sekali.
"Tia, Ma . . . apa yang terjadi?"
Kuan Hong Siau mengibaskan tangannya.
"Jangan cemas!" Tubuhnya bergerak seperti angin
berhembus. Dia sudah berdiri di samping Lim Cing Ing dan
menyentuh tangannya sedikit. Kembali terdengar suara Trang!
Pedang perak terjatuh, Lim Cing Ing sendiri juga menggubrak
ke belakang.
Tao Ling yang melihat keadaan itu, cepat-cepat menarik
tangan Tao Heng Kan. Lie Cun Ju melesat seperti anak panah.
Dipungutnya pedang emas dan perak yang terjatuh di atas
lantai.
"Tia, Ma . . . sebetulnya apa yang terjadi pada diri kalian?"
Karena paniknya dia sampai tidak menyadari bahwa ayah
ibunya tidak mungkin menjawab per-tanyaannya itu.
Sedangkan Kuan Hong Siau menepuk beberapa bagian tubuh
Lie Yuan dan Lim Cing Ing berkali-kali. Maksudnya ingin
membebas-kan jalan darah mereka yang tertotok. Tetapi cara
apa yang digunakan seseorang untuk menotok jalan darah Lie
Yuan dan istrinya, ternyata Kakek Kuan tidak mengetahuinya.
Tentu saja Kuan Hong Siau tidak sanggup membebaskan
jalan darah kedua orang itu. Wajah Kakek Kuan berubah
perlahan-iahan. Kemudian dia mendongakkan kepalanya.
"Tao tayhiap, jalan darah suami istri Lie Yuan ini . . ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kata-katanya terhenti, dia tidak jadi melanjutkannya karena
tadinya dia menyangka apa yang terjadi pada pasangan suami
istri Lie Yuan adalah hasil perbuatan Tao Cu Hun dan Sen
Cing. Tetapi saat ini dia melihat mimik wajah kedua orang itu
justru menyiratkan kebingungan. Kenyataannya pasangan
suami istri Tao Cu Hun juga tidak tahu jalan darah mana dari
Lie Yuan dan Lim Cing Ing yang tertotok dan bagaimana cara
orang itu melakukannya.
Hati Sen Cing semakin penasaran, karena dia adalah
seorang pendekar wanita yang ahli dalam am gi (senjata
rahasia). Sebagai orang yang mempelajari ilmu yang satu ini,
paling tidak mula-mula harus menguasai ilmu jalan darah di
tubuh manusia. Pengetahuannya cukup dalam, karena sejak
kecil dia memang sudah menekuni seluruh urat darah dalam
tubuh seseorang. Tapi anehnya dia sendiri tidak berhasil
menemukan jalan darah apa yang tertotok pada pasangan
suami istri Lie Yuan. Diam-diam dia menyadari bahwa orang
itu menggunakan cara menotok jalan darah dengan aliran
tersendiri dan mungkin jarang berkecimpung di dunia kang
ouw sehingga tidak ada orang yang mcngetahuinya.
Oleh karena itu, dengan wajah serius Sen Cing berkata,
"Kuan loya, bukan kami yang menotok jalan darah mereka!"
Wajah Kuan Hong Siau semakin kelam. Dia menolehkan
kepalanya.
"Sahabat keluarga Sang dari Si Cuan, harap masuk ke
dalam kabin. Lohu ingin merundingkan sesuatu hal!"
teriaknya.
Baru saja ucapannya selesai, dari luar geladak berjalan
masuk seseorang bertubuh pendek. Langkahnya lambat sekali
seperti orang yang kemalas-malasan. Tao Cu Hun ingat ketika
mereka baru sampai di tempat ini, Kuan Hong Siau
memperkenalkan orang ini kepada mereka. Tetapi saat itu dia
tidak begitu memperhatikan. Memang rasanya dia ingat orang
itu menyebut dirinya bermarga Sang. Tetapi karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penampilannya tidak menunjukkan keistimewaan apa-apa
maka Tao Cu Hun juga tidak menaruh perhatian. Sekarang
mendengar Kuan Hong Siau menyebut keluarga Sang dari Si
Cuan, pasangan suami istri Tao Cu Hun jadi tertegun.
Karena keluarga Sang memiliki dua macam ilmu yang
sangat terkenal di dunia bu lim. Salah satunya disebut Ruyung
Sakti Laksana Angin, sedangkan yang satunya lagi justru tujuh
puluh dua macam cara teraneh menotok jalan darah.
Terutama ketujuh puluh dua cara menotok jalan darah itu,
jari tangan, tendangan kaki, tepukan bahkan serudukan
kepala, semua dapat digunakan untuk menotok jalan darah
seseorang.
Bahkan yang diincarnya justru jalan darah yang penting.
Ilmu ini merupakan warisan dari leluhur mereka. Bahkan anak
perempuan tidak diwarisi ilmu yang satu ini. Selamanya
mereka hidup mengasingkan diri di Si Cuan. Jarang bergerak
di dunia kang ouw. Maka orang yang pernah mendengar nama
keluarga mereka memang banyak, tetapi sampai dimana
sebenarnya kehebatan keluarga ini, jarang orang yang
melihatnya sendiri.
Di dunia bu lim, orang hanya tahu bahwa orang yang
usianya paling tua dan kedudukannya paling tinggi dalam
keluarga Sang yaitu Kakek berambut putih Sai ., Hao. Menurut
selentingan, usia kakek ini sudah di atas delapan puluh.
Ilmunya tinggi sekali sehingga sulit dijelaskan dengan katakata.
Anak cucu keluarga Sang sendiri sulit menemuinya.
Sedangkan orang bernama Sang Cu Ce yang melangkah ke
dalam kabin entah mempunyai kedudukan apa dalam keluarga
Sang, tetapi kalau dilihat dari langkah kakinya yang mantap
dan sinar matanya yang tajam, tampaknya orang ini juga
bukan tokoh sembarangan.
Setelah masuk, Sang Cu Ce bertanya kepada Kuan Hong
Sian, "Entah ada urusan apa Kuan loya memanggilku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sikap Kuan Hong Siau terhadap orang ini juga cukup
sungkan.
"Sahabat Sang, pasangan suami istri Pat Kua Kim Gin Kiam
tertotok jalan darahnya secara tiba-tiba. Lo hu tidak sanggup
memberikan pertolongan, harap sahabat Sang bersedia
membebaskan jalan darah mereka."
Sang Cu Ce berseru terkejut. Hatinya merasa bingung.
Karena dia juga mengikuti rombongan itu datang ke kapal.
Sejak tadi berjaga di luar agar Tao Heng Kan tidak dapat
melarikan diri. Dia tidak tahu apa yang terjadi di dalam kabin
perahu itu. Mendengar jalan darah pasangan suami istri Lie
Yuan bisa tertotok di hadapan beberapa jago kenamaan,
hatinya tersentak kaget. Kemudian dia berjongkok dan
memperhatikan keadaan Lie Yuan. Tiba-tiba dia bangkit dan
mundur dengan wajah menyiratkan perasaan terkejut. Rona
wajahnya berubah hebat. Apalagi setelah melihat keadaan Lim
Cing Ing yang wajahnya semakin pucat seperti selembar
kertas. Berturut-turut kakinya melangkah mundur, dia hanya
menggoyang-goyangkan tangannya tanpa sanggup
mengucapkan sepatah kata pun.
Di antara orang-orang yang berkumpul, hanya Kuan Hong
Siau yang mengetahui bahwa Sang Cu Ce mempunyai
kedudukan yang tinggi dalam keluarga Sang. Kalau dihitung
dari Kakek berambut putih Sang Hao, Keluarga Sang sudah
berlangsung empat generasi, tetapi Sang Cu Ce ini justru
keponakan dari Sang Hao sendiri. Dengan demikian dia juga
merupakan angkatan tua dalam keluarga Sang, karena
terhitung angkatan kedua. Saat ini melihat keadaan Sang Cu
Ce yang ketakutan, hatinya jadi tersentak kaget.
"Sahabat Sang, bagaimana?" tanya Kuan Hong Siau.
Sang Cu Ce terus mengundurkan diri sampai depan kabin
perahu.
"Siaute tidak sanggup, harap Kuan loya maafkan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dia menghentakkan kakinya dan melesat keluar
dari kabin itu. Usia Lie Cun Ju masih belia, dia belum mengerti
mara bahaya, sepasang pedang emas dan perak segera
dilintangkan ke depan untuk menghadang kepergian Sang Cu
Ce.
Lie Cun Ju berdiri di depan Sang Cu Ce sambil bertanya,
"Sahabat Sang, siapa yang membokong kedua orang tuaku?
Harap jelaskan!"
Sang Cu Ce tidak menyahut sepatah kata pun. Deru angin
menyambar, dia menghantamkan sebuah pukulan. Meskipun
kekuatan Lie Cun Ju belum seberapa tinggi, tapi otaknya
cerdas. Apalagi dia sudah mewarisi ilmu pedang Pat Kua Kiam
dari orang tuanya. Dia sudah menyadari kekuatan yang
terpancar dari pukulan lawannya, pedang di tangan kirinya
segera diturunkan, pedang di tangan kanan digetarkan
kemudian secara tiba-tiba, dijulurkan ke arah telapak tangan
Sang Cu Ce.
Pada dasarnya Sang Cu Ce tidak mempunyai minat
berkelahi. Sekonyong-konyong dia memutar tangannya. Dia
menghindar dari serangan pedang Lie Cun Ju. Tubuhnya
bergerak dan meiesat lewat samping pemuda itu, sekaligus
sikutnya menyenggol salah satu jalan darah di bawah ketiak
Lie Cun Ju.
Lie Cun Ju terkesiap, dia bermaksud menarik pedang di
tangannya untuk menahan serangan Sang Cu Ce, tapi sudah
terlambat. Bawah ketiaknya terasa kesemutan. Dorongan
Sang Cu Ce membuatnya terhuyung mundur sampai kira-kira
delapan langkah. Pemuda itu berdiri tegak dan mendongakkan
wajahnya. Dia melihat bayangan tubuh Sang Cu Ce sudah
berkelebat dan meloncat ke atas dermaga. Dalam sekejap
mata, orang Sang Cu Ce sudah meiesat hilang dalam
kegelapan malam.
Perasaan Kuan Hong Siau semakin tertekan. Kakek itu
yakin Sang Cu Ce sudah berhasil melihat jalan darah pasangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suami istri Lie Yuan tertotok oleh seorang tokoh luar biasa.
Sedangkan jalan darah yang tertotok itu rahasia sekali. Tetapi
Kuan Hong Siau tidak dapat menduga siapa tokoh yang
dimaksud sehingga Sang Cu Ce begitu ketakutan, lalu hanya
melihat totokannya saja. Bahkan Sang Cu Ce yang terkenal
dengan tujuh puluh dua cara menotok jalan darah itu sampai
melarikan diri.
Sementara itu, hati Tao Cu Hun, Sen Cing, dan Tao Ling
diselimuti kegelisahan yang dalam. Tiba-tiba mereka teringat
bayangan tinggi kurus yang dilihatnya lewat kertas jendela.
Tapi mereka juga tidak tahu asal usul orang itu.
Kuan Hong Siau tertegun sejenak.
"Cun Ju, orang tuamu hanya tertotok jalan darahnya. Lebih
baik suruh dulu beberapa orang untuk mengangkat mereka ke
perahu kalian kemudian berusaha menemukan seseorang
yang memiliki kepandaian tinggi. Melihat dari pergaulan orang
tuamu di dunia kang ouw, pasti ada tokoh yang datang
memberikan pertolongan apabila men-dengar berita ini.
Sekarang musuh besarmu ada di depan mata. Kau tidak perlu
lagi menyebarkan lencana pat kua tadi. Balaslah dendam
kematian kokomu sekarang juga!" kata Kuan Hong Siau
menasehati.
Sejak tadi Lie Cun Ju memang menatap Tao Heng Kan
dengan sorot kebencian yang dalam. Ucapan Kuan Hong Siau
seperti memberi semangat kepadanya. Dia melangkah ke
depan. Dengan jurus Tumbuh Silih Berganti, dia melancarkan
sebuah serangan sambil membentak, "Manusia she Tao,
serahkan nyawamu!"
Tao Heng Kan tetap tidak bergerak. Tao Ling bermaksud
mendorong abangnya kuat-kuat agar terpental keluar dari
kabin dan jatuh ke dalam sungai. Tetapi belum lagi dia
mengambil tindakan, tiba-tiba telinganya mendengar suara
yang menggelegar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaki orang-orang yang ada di atas perahu itu limbung
seketika seperti mendadak ada gempa yang melanda.
Serangan Lie Cun Ju juga tidak mengenai sasaran karena
tubuhnya yang terhuyung-huyung. Orang-orang masih belum
mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi. Mereka hanya
merasakan humi berguncang dengan hebat. Mereka tidak
dapat berdiri dengan kokoh. Karena guncangan itu air sungai
mulai meluap masuk. Dalam sekejap mata, perahu yang besar
itu tiba-tiba terbelah jadi dua bagian.
Tempat berlabuh perahu itu memang tidak jauh dari air
terjun. Ombak di daerah itu lebih besar dibandingkan tempat
lainnya. Begitu perahu itu terbelah menjadi dua bagian,
sebentar saja sudah digulung arus yang deras dan tenggelam
dengan perlahan-lahan.
Tao Ling merasa tubuhnya dihempas air, sekejap saja dia
sudah dipermainkan omhak sehingga tinibul tenggelam. Dia
ingin membuka mulutnya untuk berteriak meminta
pertolongan, tetapi air sungai langsung masuk dan terpaksa
dia menelan beberapa teguk air itu. Nafasnya seperti tertutup.
Dengan susah payah dia menenangkan dirinya kemudian
menggerakkan kaki tangannya agar dia dapat mengapung di
permukaan air.
Udara tiba-tiba menjadi gelap. Seperti akan terjadi hujan
badai. Dari tadi Tao Ling tidak memperhatikannya. Sebetulnya
ketika meninggalkan gedung Kuan Hong Siau, cuaca sudah
mulai berubah. Mendung tebal menyelimuti seluruh daerah itu.
Angin bertiup dengan kencang, ombak di sungai menggelora,
satu menghempas yang lain dengan begitu besarnya sehingga
sangat mengejutkan.
Berkali-kali Tao Ling menyembulkan kepalanya, namun
setiap kali dia dihantam oleh ombak yang besar sehingga
kepalanya terasa pusing. Permukaan sungai juga gelap gulita.
Entah kemana perginya rembulan yang bersinar penuh tadi.
Tao Ling sendiri tidak tahu di mana dirinya berada. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiarkan arus sungai membawa dirinya. Setelah timbul
tenggelam beberapa kali, akhirnya dia berhasil meraih
sekeping papan.
Akhirnya sepanjang malam Tao Ling terombang ambing
oleh ombak. Dia melihat matahari mulai menampakkan diri di
ufuk timur. Tetapi tiba-tiba turun hujan yang lebat. Begitu
derasnya sehingga permukaan sungai mirip dengan panci
berisi air mendidih. Kabut yang tebal melayang-layang.
Matahari yang baru muncul sedikit segera tertutup kembali
oleh awan yang tebal. Gadis itu semakin tidak jelas di mana
dia berada. Sepanjang malam, dia dilanda perasaan lapar dan
kedinginan. Letihnya tidak dapat dikatakan lagi. Dia hanya
dapat pasrah terhadap nasib, tidak sanggup menemukan akal
yang baik untuk menyelamatkan diri.
Lambat laun, hujan mulai reda. Tiba-tiba saja Tao Ling
merasa gerakan air tidak sederas sebelumnya lagi. Dia sadar
dirinya terbawa arus sepanjang malam. Paling tidak dia sudah
hanyut sejauh dua-tiga ratus li. Saat ini air sungai tidak
sederas tadi, mungkin dia sudah sampai ke bagian hulu
sungai. Dia berusaha menyembulkan kepalanya. Tampak
pemandangan di hadapannya tidak jelas. Tidak lama
kemudian, gerakan tubuhnya semakin lambat. Dia merasa
kakinya menyentuh sesuatu.
Hatinya tercekat, namun sesaat kemudian Tao Ling hampir
menertawakan dirinya sendiri. Ternyata kakinya telah
menginjak dasar sungai yang dangkal. Dia berdiri tegak. Batas
permukaan air hanya sampai di dadanya. Dengan menyeret
kakinya, gadis itu melangkah ke tepian sungai. Hujan masih
turun rintik-rintik. Dia memperhatikan keadaan di sekelilingnya
bagai terdampar di sebuah perbukitan yang kosong. Tidak ada
rumah penduduk sebuah pun. Malah berkesan sedikit
menyeramkan. Tapi Tao Ling bukan gadis penakut. Dia
merambat ke atas tepian sungai dan menguatkan dirinya
untuk melangkah ke depan sejauh kira-kira lima depa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling sampai ke dalam sebuah hutan. Pohon-pohon
yang tinggi dan lebat melindungi dirinya dari tetesan air hujan.
Tidak berapa lama kemudian, dia melihat ada dua gubuk yang
agak reot di hadapannya. Melihat gubuk itu, hati Tao Ling
merasa gembira. Meski atap rumah gubuk itu sudah terkuak di
sana-sini sehingga air hujan menembus celah itu dan jatuh
menetes ke dalam, namun bagi Tao Ling saat itu bagaikan
menemukan sebuah istana yang mewah.
Tao Ling masuk ke dalam pondok dan merebahkan tubuh
di atas balai-balai tanpa memperdulikan keadaan tubuhnya
yang basah kuyup. Tao Ling berbaring di atas balai-balai itu,
dan telinganya masih mendengar suara rintik hujan yang
semakin reda. Akhirnya dia pun tertidur dengan pulas.
Ketika terbangun dari tidur, Tao Ling melihat sinar mentari
yang redup. Ternyata hari sudah menjelang siang. Tapi karena
baru turun hujan deras, matahari masih menyembunyikan
sebagian dirinya. Gadis itu mengeringkan pakaiannya dengan
berjemur di bawah matahari. Setelah itu dia berjalan ke depan
untuk melihat-lihat. Tao Ling tahu bahwa dia berada di daerah
yang sangat luas.
Tetapi dia tidak melihat hal-hal tertentu, sehingga tidak
dapat menentukan di mana dia berada. Entah utara, selatan,
timur atau barat? Di sekelilingnva hanya terlihat pepohonan
yang lebat. Sepert: berada di tengah hutan tak berpenghuni.
Diam-diam Tao Ling berpikir dalam hati. — Apabila aku
membuat sebuah rakit dari batang pohon, mungkin aku bisa
meninggalkan tempat ini --
Tetapi yang paling penting bagi Tao Ling sekarang adalah
mencari makanan untuk mengisi perut. Baru berjalan
beberapa langkah, tiba-tiba dia melihat seseorang keluar dari
hutan. Kedua orang itu saling menatap dan keduanya menjadi
tertegun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata orang yang berjalan keluar dari hutan itu, bukan
orang lain, melainkan Lie Cun Ju. putra pasangan suami istri
Lie Yuan. Sebelah tangannya menggenggam pedang emas.
sedangkan tangan yang satunya menggenggam pedang
perak. Tidak terlihat sarung pedang menyelip di antara
punggungnva. Tampaknva dia juga terhanyut oleh derasnya
air sungai dan terdampar di tempat itu juga.
Sebetulnya tidak ada permusuhan antara keluarga Lie
dengan keluarga Tao. Secara tidak terduga-duga mereka
bertemu di tengah perjalanan sehingga terjadi perkenalan.
Kesan yang didapat dari Li Po serta Lie Cun Ju dua bersaudara
itu tidak jelek bagi Tao Ling. Tetapi sekarang kedua keluarga
itu telah terjadi permusuhan yang dalam. Tao Ling juga tidak
bermaksud menemui pemuda itu dalam keadaan seperti ini.
Setelah tertegun sejenak, Tao Ling cepat-cepat
memalingkan vvajahnya dan menyimpang ke arah yang lain.
Lie Cun Ju juga termangu-mangu heberapa saat, kemudian
dia membalikkan tubuhnya berjalan ke arah yang Iain pula.
Tapi seberapa besarnya tempat mereka terdampar itu?
Setelah berputar-putar sekian lama, akhirnya mereka
berpapasan lagi.
Tao Ling mengeluarkan suara dengusan dari hidung. Lie
Cun Ju juga sedih mengingat kematian kokonya. Tapi
walaupun usianya masih muda, Lie Cun Ju adalah seorang
pemuda yang dapat membedakan baik dan buruk. Dia tidak
menimpakan kesalahan kepada orang lain yang tidak
bersangkutan, walaupun orang yang membunuh abangnya itu
Tao Heng Kan, abang dari gadis di hadapannya itu.
"Tao kouwnio . . ." Lie Cun Ju menyapa Tao Ling.
Tao Ling tidak menyah ut sepatah kata pun. Lie Cun Ju
menarik nafas panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tao kouwnio, di antara keluarga kita bisa terjadi peristiwa
sedemikian rupa, aku benar-benar tidak menduganya!"
sapanya lagi.
"Kenyataan memang sudah terjadi, apalagi yang dapat
dikatakan?" sahut Tao Ling.
"Tao kouwnio, ada suatu masalah yang terus mengganjal di
dalam hati ini, bolehkah aku menanyakannya?" kata Lie Cun
Ju kembali.
"Mengenai apa?" Gadis itu balik bertanya sambil
mengibaskan rambutnya yang masih basah.
"Tao kouwnio, tahukah kau apa sebabnya abangmu
menurunkan tangan keji kepada Li Po kokoku?"
Sejak kejadian itu, Tao Ling juga dilanda kebingungan oleh
pertanyaan yang sama. Sekarang dia mendengar nada suara
Lie Cun Ju yang seakan tidak mengandung permusuhan
dengannya. Dia pun menarik nafas panjang.
"Aku juga tidak tahu. Kokoku itu selamanya jujur dan baik
hati. Tidak pernah aku melihat dia melukai seekor kucing
pun."
"Apakah akhir-akhir ini, kokomu bergaul dengan orang
yang jahat?"
Tao Ling menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin." Tao Ling menggelengkan kepala.
Lie Cun Ju juga menarik nafas panjang.
"Peristiwa ini bukan main anehnya. Tadi malam, ketika
perahu terbelah menjadi dua bagian, tanpa disengaja aku
melihat seseorang bertubuh tinggi dan kurus. Seperti
bayangan sebatang pohon dan membopong kokomu pergi.
Orang itu meloncat ke atas permukaan air lalu melesat dengan
mengapung di atasnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling terkejut setengah mati. Karena bayangan orang
yang disebut oleh Lie Cun Ju itu, dia pun pernah melihatnya.
Tarnpak Lie Cun Ju menggeleng-gelengkan kepalanya dengan
bingung.
"Tadinya aku mengira pandangan mataku kurang beres.
Coba kau bayangkan! Setidaknva tokoh-tokoh di dunia bu lim
ini sudah mempunyai pengetahuan yang lumayan. Orang tua
kita sering menceritakan setiap tokoh bu lim yang namanya
terkenal, sanggup rnelayang di atas permukaan air. Ilmu gin
kangnya (Meringankan tubuh) sudah mencapai taraf tertinggi.
Di dalam dunia ini ada berapa orung yang sanggup melakukan
hal yang sama? Saat itu, aku panik sekali karena ingin
menolong kedua orang tuaku, tidak disangka mereka tidak
berhasil tertolong, malah aku yanj; dihempas ombak besar."
Perasaan anti pati di dalam hati Tao Ling terhadap Lie Cun
Ju sudah semakin berkurang.
"Bagaimana dengan orang tuaku, apakah kau melihat
mereka?" tanya Tao Ling.
Lie Cun Ju menggelengkan kepalanya, "Cuaca malam itu
gelap sekali. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Tao kouwnio,
apabila kita bekerja sama membuat rakit dari batang-batang
pohon, rasanya tidak sulit bagi kita untuk meninggalkun
tempat ini." Sembari berkata, Lie Cun Ju mengulurkan pedang
peraknya ke hadapan Tao Ling.
"Pedang perak itu pusaka warisan keluarga, apakah kau
rela meminjamkannya kepadaku?" ujar Tao Ling dengan
tersenyum.
"Mengapa Tao kouwnio mengucapkan kata-kata seperti
itu?"Lie Cun Ju tertawa getir.
Tao Ling juga tidak sungkan lagi menerima pedang perak
yang disodorkan Lie Cun Ju. Pedang itu tajam sekali. Sebentar
saja mereka sudah berhasil menebang beberapa hatang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon siong. Hari mulai gelap. Tao Ling merasa perutnya sakit
karena menahan lapar.
"Kau tidak lapar? Bagaimana kalau kita mencari makanan di
sekitar tempat ini?" tanyanya kepada Lie Cun Ju.
"Baiklah!" Kedua orang itu segera masuk ke dalam hutan,
dan memutar satu kali. Tempat itu tampaknya tidak seberapa
luas. Tetapi setelah kedua orang itu mengitarinya, mereka
merasakan sesuatu yang aneh.
Ternyata setelah berjalan kesana kemari, mereka tetap
kembali ke tempat semula. Tampaknya mereka tidak berhasil
menyusup ke tengah hutan. Padahal arah yang dituju mereka
itu menuju ke tengah hutan, namun entah mengapa tahu-tahu
mereka kemhali lagi ke tempat semula.
Tidak lama kemudian, rembulan sudah menggantung di
atas cakrawala. Mereka belum juga menemukan binatang
buruan. Akhirnya Tao Ling memetik beberapa buah untuk
mengisi perut.
"Apakah kau merasakan bahwa sejak tadi kita tidak bisa
menemhus ke dalam hutan?" tanya Tao Ling keheranan.
"Memang aneh! Mari kita coba lagi!" sahut Lie Cun Ju.
Saat ini. perasaan anti pati Tao Ling terhadap Lie Cun Ju
sudah sirna sama sekali. Dengan menggenggam pedang
masing-masing mereka ber-jalan ke tengah hutan. Tetapi baru
setengah perjalanan, mereka sudah kemhali lagi ke tempat
semula.
Saat ini, kedua orang itu baru yakin, bahwa hutan itu
mengandung keanehan. Tao Ling mempunyai watak serba
ingin tahu, berkali-kali dia menyerukan kata aneh.
"Mungkin di dalam tempat ini terdapat hutan rahasia yang
menghadang langkah kita sehingga tidak bisa terus ke dalam.
Tao kouwnio, sebaiknya kita rampungkan rakit ini kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha menemukan orang tua kita," ucap Lie Cun Ju kepada
Tao Ling.
Hubungan kedua remaja itu sudah semakin akrab. Rasanya
agakjanggal kalau mengingat koko Tao Ling yang membunuh
koko Lie Cun Ju. Bahkan orang tua mereka juga sudah saling
memalingkan muka. Tetapi mereka berdua masih muda, jiwa
mereka masih polos. Walaupun ketika baru hertemu, hati
mereka merasa tidak enak juga, tetapi perjuangan di tempat
terpencil selama sehari penuh membuat huhungan mereka
jadi dekat kemhali. Bahkan Lie Cun Ju mengatakan 'orang tua
kita' di hadapan Tao Ling.
Mereka segera merampungkan rakit tadi. Meskipun hati
Tao Ling agak panik ingin mengetahui nasib orang tuanya
setelah perahu yang mereka miliki terbelah menjadi dua
bagian lalu tenggelam, tetapi dia lebih tidak puas dengan
jawaban Lie Cun Ju mengenai tempat itu.
"Aku tidak percaya ada hutan rahasia yang menghadang di
depan kita. Pasti ada yang aneh pada tempat itu," katakatanya
demikian tegas.
Mata Tao Ling mengedar ke sekeliling tempat itu dengan
penasaran. Gadis itu melihat ada sebatang pohon yang
tingginya niencapai kira-kira lima depa. Tampak pohon itu
menjulang tinggi bagaikan tangga panjang. Wajah Tao Ling
langsung berseri-seri.
"Sudah ada! Kita naik ke atas pohon itu agar kita bisa
melihat ke bagian tengah hutan agar kita tahu keanehan apa
yang terdapat di sana. Bagaimana menurut pendapatmu?"
Dalam hati Lie Cun Ju, Tao Ling adalah seorang gadis yang
periang dan lincah. Walaupun di antara kedua keluarga
niereka berlangsung pertikaian yang cukup dalam, tapi dalam
hati kecilnya mengakui hahwa kesan gadis ini sangat baik
baginva. Mendengar perkataan Tao Ling, dia segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendongakkan kepalanya melihat ke arah pohon yang
ditunjuk Tao Ling.
"Baik!"
Tanpa disadari, sepasang remaja itu bergandengan tangan
dan berlari menuju pohon itu. Setelah sampai di bawah
pohon. Tao Ling baru merasa bahwa kemesraan mereka
sudah melampaui batas. (Perlu diketahui bahwa pada jaman
itu laki-laki dan perempuan tidak boleh saling bersentuhan.
walaupun hanya pegangan tangan saja, kecuali abang adik
atau suami istri). Wajah Tao Ling merah padam, cepat-cepat
dia melepaskan tangannya dari pegangan Lie Cun Ju.
Sepasang kaki gadis itu menghentak kemudian tuhuhnya
pun mencelat ke atas. Tangannya terulur untuk meraih
sebatang cabang pohon. Lie Cun Ju memandangi gerakan
tubuh Tao Ling sampai terkesima beberapa saat. Setelah gadis
itu sudah berhasil mcncapai ke atas pohon tiba-tiba
mengeluarkan seruan terkejut. Lie Cun Ju lersentak sadar dari
lamunan. Cepat dia mendongakkan wajahnya dan melihat ke
atas. Tampak Tao Ling berdiri di atas sebatang ranting pohon.
Sedangkan ranting itu agak lemas sehingga tubuh gadis itu
berayun-ayun seakan setiap waktu.bisa terjatuh ke bawah.
"Tao kouwnio, kau tidak apa-apa?" tanyanya setengah
berteriak.
"Cepatlah kau naik kemari! Cepat!" sahut Tao Ling.
Lie Cun Ju tidak tahu apa yang terjadi. Cepat-cepat dia
melesat naik ke atas dan menerobos gerombolan daun yang
lebat. Dia sempat mendengar gerakan tubuh Tao Ling. Ketika
dia sudah mencapai ketinggian tiga depa lebih, dia
mendongakkan kepalanya lagi. Tetapi dia tidak berhasil
melihat gadis itu lagi.
Rupanya pohon yang mereka panjat itu sebatang pohon
Liong Pek yang usianya mungkin sudah ratusan tahun.
Daunnya lebat sekali. Sewak-tu pemuda itu ada di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon, dia bisa melihat pakaian Tao Ling yang berkibar-kibar
sehingga tahu dimana gadis itu berada. Tetapi setelah dia naik
ke atas, pandangan matanya terhalang oleh dedaunan yang
rimbun sehingga tidak dapat melihat gadis itu lagi. Mendengar
seruan Tao Ling seperti melihat sesuatu yang mengejutkan,
dia menggerakkan tubuhnya untuk mencelat lebih tinggi lagi
ke atas.
"Tao kouwnio, aku datang!" seru Lie Cun Ju
Lie Cun Ju melesat lagi stiengah depa. Rasanya jarak
dirinya dengan puncak pohon tinggai sedikit lagi. Baru saja dia
menarik nafas dalam-dalam untuk mencelat naik lagi, tiba-tiba
bagian tengkuknya terasa geli, seperti ada orang meniup
bagian belakang tengkuknya itu.
"Tao kouwnio, kau memang nakal!" kata pemuda itu sambil
tertawa geli.
"Apanya yang nakal? Cepat kau lihat, pemandangan ini
pasti belum pernah kau saksikan seumur hidup!" Suara Tao
Ling berkumandang dari atas.
Lie Cun Ju terkejut sekali mendengar suara Tao Ling
berkumandang dari atas. Tadinya rlia mengira gadis itu yang
meniup tengkuknya sehingga terasa hangat dan geli. Oleh
karena itu, dia mengatakan 'Tao kouwnio, kau memang nakal!'
Tetapi dari nada Tao Ling saat ini, paling tidak gadis itu masih
satu depa di atasnya. Walaupun ilmu silat Lie Cun Ju belum
sampai taraf yang tinggi, tapi dia mengetahui dengan pasti
bahwa seseorang yang jaraknya satu depaan tidak mungkin
rnenghembuskan angin ke tengkuknya apalagi terasa hangat
seakan ditiup dari dekat.
Tentu saja, kesadarannya tergugah. Ada orang lain di atas
pohon ini keculai mereka berdua. Dan orang itulah yang
mempermainkannya!
Berpikir sampai di sini, perasaan Lie Cun Ju jadi terkesiap.
Cepat-cepat dia menolehkan kepalanya dan bermaksud
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membentak: 'Siapa?', tapi seluruh tubuhnya langsung
bergetar, hampir saja pegangannya pada ranting pohon
terlepas.
Rupanya tadi dia hanya memusatkan pikiran-nya untuk naik
ke atas pohon, dia mengira di bagian belakangnya masih ada
ranting pohon dengan dedaunan yang lebat. Kini tiba-tiba dia
menolehkan kepalanya dan ternyata bagian belakangnya
merupakan udara yang melompong dan tidak ada tempat
persembunyian sama sekali. Lalu dari mana datangnya udara
atau dengus nafas yang dirasakannya tadi?
Hati Lie Cun Ju dilanda kebingungan dan merinding. Cepatcepat
dia memanjat ke atas pohon dan tidak berani berdiam di
tempat semula lama-lama. Sesampainya di puncak pohon, dia
melihat wajah Tao Ling menyiratkan perasaan terkejut,
matanya menatap ke depan seperti terkesima oleh suatu
pemandangan. Cepat-cepat dia mengalihkan perhatiannya
mengikuti arah mata Tao Ling. Dia langsung terpana.
Di bagian tengah hutan itu, ada sebidang tanah berbentuk
bundar. Di bawah cahaya rembulan, di permukaan tanah itu
timbul cahaya yang mengapung dan terang sekali. Cahaya itu
begitu menyilaukan mata seperti lampu yang besar sekali
menyorot dari atasnya. Bagi orang-orang sekarang mungkin
merasa diri sendiri berada di alam dewa-dewi. Karena di alam
manusia tidak mungkin ada cahaya sebesar itu. Juga tidak
mungkin berkelip-kelip seperti penuh bertaburan bintang.
Lie Cun Ju mernandang dengan terkesima, tanpa sadar dia
bertanya.
"Tao kouwnio, apa itu?"
Tao Ling menggelengkan kepalanya.
"Aku juga tidak tahu, mungkinkah sebuah danau kecil?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau benar danau, paling tidak airnya akan hergerak
sedikit-sedikit, tetapi cahaya itu pasif, tidak bergerak
sedikitpun."
"Mudah, untuk mengetahui benar tidaknya, biar aku coba
sebentar!"
Pedang Lie Cun Ju dipindahkan ke tangan kiri, tangan
kanan menyusup ke balik pakaian serta mengeluarkan tiga
batang senjata rahasia. Baru saja dia ingin melemparkan tiga
batang piau tadi ke berkas cahaya yang terlihat, Lie Cun Ju
teringat hawa hangat yang terasa di tengkuknya.
"Tao kouwnio, tunggu sebentar. Aku rasa di pulau ini
tinggal seorang tokoh sakti yang mengasingkan diri. Jangan
sampai membuatnya marah, agar ada keuntungannya bagi
kita!" katanya mengingatkan.
"Masa nyalimu begitu kecil?" Tao Ling menoleh sambil
tersenyum.
Wajah Lie Cun Ju merah padam. Mana ada anak muda
yang sudi dikatakan pengecut di depan seorang gadis cantik?
Tetapi watak Lie Cun Ju selalu waspada.
"Tao kouwnio tadi ketika aku memanjat sampai
pertengahan pohon ini, tiba-tiba aku merasa tengkukku ditiup
oleh seseorang. Karena itu, aku teringat kembali dan
mengingatkanmu."
"Tidak usah takut! Ada apa-apa, biar aku yang bertanggung
jawab!" Kedua jari telunjuk dan jari tengahnya mengibas,
terdengar suara Serrr! Beberapa batang senjata rahasia itu
meluncur ke arah berkas cahaya yang terlihat. Tetapi ketika
senjata rahasia itu hampir mencapai sasarannya, tiba-tiba
seperti ada kekuatan yang tidak herwujud mengalahkan
luncuran senjata rahasia itu sehingga bergerak ke samping
lalu jatuh di atas tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu rembulan sedang bersinar penuh. Mereka dapat
melihat jelas senjata rahasia itu mengilaukan sinar dan ter
jatuh di atas tanah. Tao Ling jadi tertegun beberapa saat.
"Aneh! Senjata rahasiaku tadi, paling tidak dapat meluncur
sejauh dua-tiga depa dan menancap ke dalam pohon sedalam
setengah cun. Menga-pa tiba-tiba kekuatannya melemah
malah terjatuh ke samping!"
Melihat kenyataan itu, Lie Cun Ju semakin yakin dengan
dugaannya.
"Tao kouwnio, yang paling penting bagi kita adalah
meninggalkan tempat ini. Tidak perlu perdulikan masalah
lainnya!"
"Tidak bisa! Eh, bagaimana dengan ilmu gin kangmu?"
Wajah Lie Cun Ju menyiratkan rona merah.
"Tenaga dalamku belum seberapa tinggi, sehingga ilmu gin
kang juga biasa-biasa saja!"
"Coba kau lihat, bundaran cahaya itu, paling-paling
berjarak sepuluh depaan dari tempat ini. Kita turun sedikit ke
bawah lalu menggunakan bantuan ranting pohon mengayun
ke tempat itu. Coba kau lihat apakah kita hisa mencapai
bundaran cahaya tersebut?" ujar Tao Ling sambil menunjuk ke
bawah.
"Rasanya aku tidak sanggup!" Lie Cun Ju menggelengkan
kepala.
"Kalau begitu kau tunggu di sini, biar aku yang meloncat
turun dan melihat apa sebenarnya bundaran cahaya itu. Nanti
aku kembali lagi!"
Lie Cun Ju terkejut sekali mendengar Tao Ling ingin
meloncat ke bundaran cahaya itu. Saat ini dia sudah mulai
menaruh perhatian yang cukup besar pada Tao Ling. Bukan
karena dia tidak yakin dengan ilmu gin kang gadis itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melainkan dia khawatir di balik bundaran cahaya itu ada
sesuatu yang membahayakan, Hatinya ingin mencegah, tetapi
ketika dia melirik Tao Ling sekaligus melihat kepastian di
wajah gadis itu, percuma melarangnya.
"Tao kouwnio, kalau kau hendak meloncat ke bundaran
cahaya itu, biarlah aku menemanimu!" ucap Lie Cun Ju.
Hati Tao Ling tergerak, dia segera menolehkan wajahnya.
Sepasang mata gadis itu menyiratkan sinar yang aneh. Tao
Ling menatap Lie Cu Ju sambil mengerling beberapa kali.
"Tadi kau sendiri menyatakan bahwa ilmu gin kangmu
belum sanggup meloncat ke bawah, mengapa sekarang tibatiba
kau bersedia menemani aku?" tanya Tao Ling heran.
Lie Cun Ju masih muda belia dan tidak ada pengalaman
menghadapi anak gadis. Sesaat dia tidak tahu apa yang harus
dikatakannya. Sekali lagi Tao Ling melirik kepadanya sambil
tersenyurh manis.
"Tentu kau khawatir aku turun sendiri kesana maka kau
bertekad menemaniku bukan?" tanya Tao Ling kembali.
Dengan susah payah Lie Cun Ju menganggukkan
kepalanya. Tao Ling menarik nafas panjang.
"Lie .. . toako, ada sesuatu yang sejak tadi ingin
kubicarakan denganmu."
"Silakan kouwnio katakan saja!" sahut Lie Cun Ju cepat.
"Keluarga kita bertemu secara tidak terduga-duga di tengah
perjalanan. Dengan demikian kita jadi saling mengenal. Siapa
yang menyangka dalam waktu beberapa hari bisa terjadi
peruhahan seperti ini. Lie toako, apakah kau membenci
kokoku?"
"Iya!" sahut Lie Cun Ju tegas.
Wajah Tao Ling menyiratkan penderitaan yang dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu, apakah hatimu juga membenci aku?"
"Tao kouwnio, mengapa aku harus membencimu?"
"Lie toako, bolehkah kau juga jangan membenci koko?" Tao
Ling adalah seorang gadis yang dari luar terlihat lembut,
namun hatinya keras sekali. Dia megucapkan kata-kata tadi
setelah direnungkannya baik-baik.
Di benak Lie Cun Ju terlihat bayangan kokonya ketika mati
terhunuh di hawah pedang hek pek kiam Tao Ileng Kan. Dia
menggeretakkan giginya erat-erat.
"Tidak bisa!" teriaknya lantang.
"Lie toako, kalau kau begitu membenci koko, mengapa kau
tidak memperdulikan bahaya dan bersedia menemani aku
turun kesana?" tanya Tao Ling.
"Tao kouwnio, kita tidak perlu memikirkan orang lain. Kita
pikirkan saja diri kita sendiri, bukankah begitu lebih baik?"
Tao Ling tertawa getir, mungkin memang beginilah cara
yang terbaik. Dia menyelipkan pedang perak yang dipinjamkan
Lie Cun Ju di pinggangnya. Kemudian dia melorot turun
kurang lebih satu setengah depa, dengan jurus Elang Mendarat
Di Atas Pasir dia menggelantung pada sebatang ranting
pohon kemudian mengayunkan tubuhnya ke depan.
Begitu melihat Tao Ling sudah melayang turun dengan
bantuan ranting pohon, Lie Cun Ju segera menyedot hawa
murni dari dalam perutnya kemudian mengikuti gerak gadis
itu. Mereka meluncur ke bavvah. Telinga mereka mendengar
suara deruan angin. Tubuh mereka meluncur semakin cepat.
Bundaran cahaya itu semakin lama semakin dekat jaraknya.
Tiba-tiba serangkum kekuatan yang besar muncul dari
permukaan cahaya dan menahan gerakan tubuh mereka.
Kedua tubuh remaja itu ditahan oleh segulung kekuatan
yang terpancar dari bundaran cahaya. Mereka terkejut
setengah mati. Belum sempat mereka memikirkan cara untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatasi kejadian itu, tiba-tiba tubuh mereka pontangpanting
dan dipentalkan oleh serangkum angin kencang dan
terhempas ke tanah.
Ketika pandangan mata mereka normal kembali, tiba-tiba
mereka merasa berada di dalam kegelapan. Bundaran cahaya
yang besar itu hilang begitu saja. Anehnya tubuh mereka tidak
terluka sedikitpun meski terhempas dari tempat yang cukup
tinggi.
Tao Ling dan Lie Cun Ju langsung melonjak bangun. Si
gadis memandang si pemuda, si pemuda pun demikian pula.
Akan tetapi, sepatah kata pun tidak terucapkan. Tao Ling
memperhatikan keadaan sekitarnya. Dia tersentak ketika
menyadari dirinya dengan Lie Cun Ju berada di sebuah tanah
kosong yang dikelilingi berbagai batu dengan bentuk-bentuk
aneh.
Batu-batu aneh itu tingginya mencapai satu depa lebih.
Ujungnya runcing-runcing. Untung saja ketika mereka jatuh,
tidak menyentuh ujung batu-batu aneh itu.
"Lie toako, apakah kau merasa takut?" tanya Tao Ling
sambil tertegun.
"Dalam keadaan seperti ini, apa lagi yang harus ditakutkan?
Aku hanya merasa keadaan ini semakin lama semakin aneh!"
jawab Lie Cun Ju sambil menggelengkan kepala.
"Justru karena keadaannya semakin aneh, kita harus
menerobos ke dalam untuk melihat kebenarannya. Tadi kau
tidak mempunyai gagasan. Akan tetapi ketika kita ditahan oleh
bundaran cahaya tadi, aku masih sempat menenangkan
pikiran. Dan ketika berusaha bangkit, aku merasa bahwa
bundaran cahaya itu seperti selembar jala yang entah terbuat
dari bahan apa."
Pat Kua Kim Gin Kiam adalah sepasang suami stri yang
senang menjelajah ke mana-mana. Karena itu banyak orang
yang mengenal mereka. Sedangkan sejak kecil Li Po maupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lie Cun Ju sudah sering diajak berkeliling dunia. Banyak
keanehan yang sudah pernah disaksikan oieh pemuda itu.
Karenanya, dia tidak begitu yakin ketika Tao Ling mengatakan
bundaran cahaya itu merupakan selembar jala yang besar.
"Tao kouwnio, mungkin kau salah lihat!" ucap Li Cun Ju.
"Mana mungkin aku salah lihat? Kalau kau tidak percaya,
ayo kita cari!"
"Tao kouwnio, kekuatan yang tadi menahan kita pasti
dipancarkan oleh seorang tokoh berilmu tinggi. Kalau orang itu
merasa tidak senang kita mendekatinya, untuk apa kita
mencari-cari?"
"Aku justru merasa kesal. Seandainya orang itu
mengeluarkan suara dan melarang kita masuk ke dalam, aku
juga tidak akan memaksakan kehendak. Tetapi dia tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Malah sengaja
mempermainkan kita. Pokoknya aku ingin menyelidiki tempat
ini!"
Lie Cun Ju tidak berhasil membujuk Tao Ling. Akhirnya
mereka menentukan arah yang akan ditempuh. Menurut
ingatan mereka, tempat mereka dihempaskan tidak seberapa
jauh dengan cahaya yang terlihat tadi. Seharusnya sekarang
mereka sudah berada di tempat itu. Akan tetapi keadaan
gelap gulita. Sambii rpikir mereka me-ngitari tempat itu. Di
sekitar mereka hanya tampak bebatuan yang aneh. Persis
seperti monster-monster dalani legenda purba kala.
Di bawah cahaya rembulan, bebatuan aneh itu tampak
seperti dalam keadaan hidup. Ujungnya yang runcing laksana
cakar besar yang siap menerkam musuhnya setiap waktu.
Hampir setengah kentungan lamanya mereka mengitari
tempat itu. Akan tetapi tetap saja tidak berhasil meninggalkan
tanah yang dikelilingi dengan bebatuan aneh. Tibatiba
Lie Cun Ju seperti teringat sesuatu, dia menarik tangan
Tao Ling.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tao kouwnio, kita jangan mengitari lagi, makin berkali-kali
mengitari makin gawat!"
"Ada apa sebenarnya?" Tao Ling terkejut setengah mati.
"Tidak perlu dikatakan lagi! Bebatuan ini rupanya
nierupakan sebuah barisan yang aneh dan rumit. Tadi kita
tidak berhasil masuk ke tempat ini. Sekarang kita malah tidak
bisa keluar lagi. Tam-paknya semua ini karena barisan aneh
yang kukatakan itu."
Hati Tao Ling semakin berdebar-debar.
"Seandainya kita tetap terkurung di sini, apa yang harus
kita lakukan?" tanya Tao Ling dengan panik.
Lie Cun Ju tidak langsung memberikan jawaban. Dia pernah
mempelajari Pat Kua Kiam Hoat yang mengandung unsur
barisan Pat Kua. Setidaknya dia juga pernah diberi pengertian
mengenai barisan-barisan lainnya. Akan tetapi meskipun telah
memperhatikan sekian lama, belum juga mengetahui
bebatuan itu diatur dengan barisan apa.
"Tao kouwnio, bila kau bersedia menuruti perkataanku, aku
yakin kita bisa keluar dari barisan ini," ujar Lie Cun Ju.
"Coba katakan!"
"Kita menundukkan kepala dan mengakui kesalahan kita.
Kemudian memohon pemilik tempat ini memberikan petunjuk
untuk keluar dari sini," kata Lie Cun Ju.
Tao Ling terdiam mendengar perkataan Lie Cun Ju.
Adatnya keras. Menyuruh dia meminta maaf tanpa alasan
tertentu. Lebih sulit daripada menceburkan diri ke lautan api.
Lie Cun Ju meiihat gadis itu diam saja. Dia langsung mengerti
pikiran gadis itu.
"Tao kouwnio, masih ada cara lainnya. Kau tidak perlu
bersuara, biar aku saja yang berbicara!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam hati Tao Ling masih merasa keberatan. Akan tetapi
gadis itu sadar mereka terperangkap dalam masalah yang
janggal. Seandainya tidak menuruti perkataan Lie Cun Ju,
kemungkinan mereka benar-benar tidak bisa keluar dari
tempat itu untuk selamanya. Akhirnya dia mengangguk-kan
kepalanya.
Lie Cun Ju menyedot hawa murni dari dalam perutnya dan
berteriak dengan suara lantang. "Boanpwe berdua tertimpa
musibah karena perahu kami hancur di sungai lalu terhanyut
sampai ke tempat ini. Karena perasaan ingin tahu, boanpwe
berdua telah mengganggu ketenangan locianpwe. Harap
locianpwe tunjukkan jalan keluar, kami akan meninggalkan
tempat ini selekasnya!"
Setelah berteriak dua kali, tetap tidak terdengar sahutan
sedikit pun. Tao Ling mulai tidak sabar.
"Tao kouwnio, coba lihat, apa itu?" seru Lie Cun Ju dengan
terkejut.
Tao Ling mengikuti arah telunjuk Lie Cun Ju. Dia melihat
ada tiga puluhan titik sinar. Titik itu seperti kunang-kunang
yang timbul tenggelam di antara bebatuan aneh di seberang
sana. Benda-benda itu lambat sekali gerakannya. Akan tetapi
menimbulkan suara dengungan.
Tadinya Tao Ling dan Lie Cun Ju mengira yang terlihat itu
sejenis serangga yang langka dan hanya terdapat di sekitar
daerah itu. Tetapi ketika sinar itu semakin mendekat, mereka
dapat melihat dengan jelas. Tanpa ditahan lagi, perasaan
mereka terkejut setengah mati.
Ternyata benda-benda yang melayang-layang itu bukan
jenis serangga, tetapi puluhan butir mutiara yang berkilauan
dan melayang-layang di permukaan tanah.
Ibu Tao Ling, Sam Jiu Kuan Im Sen Cing adaiah seorang
pendekar wanita yang ahli dalam senjata rahasia. Tao Ling
sendiri juga sudah mewarisi ilmu itu meskipun belum semahir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya. Akan tetapi dia terbengong-bengong melihat mutiara
berkilauan yang mengapung-apung di udara itu. Sepatah kata
pun tidak sanggup diucap-kan oleh hibirnya.
Ahli senjata rahasia mana pun di dunia ini, sangat
mementingkan unsur kecepatan, kuat, dan tepat. Tentu saja
bagi orang yang tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat
tinggi, dia dapat menggerakkan senjata rahasia dengan
lambat tanpa mengurangi kekuatan maupun ketepatannya.
Bahkan ada beberapa yang sanggup menyambit dan menarik
kembali senjata rahasianya sesuka hati. Tapi hal ini hanya
dapat dilakukan orang tertentu, yakni yang iwekangnya sudah
mencapai taraf sempurna.
Berpuluh-puluh butir mutiara itu meluncur dari kejauhan
dan mengayun-ayun seperti mengambang di atas permukaan
air. Ketika sampai di depan mata mereka, keadaannya masih
tetap sama. Sungguh tak dapat dibayangkan sampai dimana
taraf tenaga dalam yang dimiliki orang yang melontarkannya!
Ketika Tao Ling masih termangu-mangu, puluhan hutir
mutiara itu mulai tampak berubah. Terdengar suara desiran.
Puluhan butir mutiara itu berputaran sehingga membentuk
cahaya yang indah. Kemudian melesat secepat kilat lewat di
samping kedua remaja itu, lalu menghilang begitu saja.
"Tao kouwnio, pasti cianpwe itu sedang menunjukkan jalan
keluar bagi kita. Cepat kita ikuti untaian mutiara tadi!" ujar Lie
Cun Ju.
Tadinya Tao Ling masih tidak yakin di tempat itu ada
seorang tokoh berilmu tinggi. Tetapi setelah melihat ilmu yang
dilancarkan melalui mutiara itu, akhirnya gadis itu pun percaya
juga. Dia tidak berani menetap di sana lama-lama. Dengan
mengikuti sisa berkas kilauan mutiara tadi, mereka melesat
pergi. Tampak sebuah batu besar yang berbentuk aneh
menghadang depan mereka. Namun mereka masih mengikuti
lintasan kilauan cahaya tadi. Keduanya memutar ke sebelah
kanan dan menerobos bebatuan yang bercelah. Tiba-tiba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan mata menjadi terang. Mereka sudah sampai di
tepian sungai.
Lie Cun Ju dan Tao Ling dilanda perasaan tercekam. Cepatcepat
kedua remaja itu berlari menuju rakit yang telah mereka
buat dari batang pohon. Ketika Tao Ling berlari sejauh
beberapa langkah, dia melihat ada sedikit titik kilauan di atas
tanah. Hatinya menjadi penasaran. Dengan cepat dia berlari
kembali lalu memungut benda itu. Dia tidak sempat
memperhatikan dengan seksama. Namun dia yakin yang
dipungutnya itu untaian mutiara yang melayang-layang tadi.
Dimasukkan-nya benda itu ke dalam saku celana kemudian
berlari menyusul Lie Cun Ju yang sudah berada di atas rakit.
Dua remaja itu menggunakan ranting pohon untuk
mengayuh rakit. Tidak ada lain yang terpikir kecuali
meninggalkan tempat itu sejauh-jauhnya. Ketika menjelang
pagi, mereka melihat sebuah perahu besar sedang melaju di
tengah sungai yang luas.
Lie Cun Ju dan Tao Ling merasa lapar setengah mati.
Belum lagi rasa lelah karena mendayung rakit sepanjang
malam. Tanpa memperdulikan siapa pemilik perahu itu,
mereka berteriak keras-keras meminta pertolongan. Tidak
lama kemudian ada orang yang melemparkan seutas tali
kepada mereka dan secara bergantian mereka pun naik ke
atas perahu.
"Cun ke (Tukang perahu), terima kasih atas
pertolongannya. Kalau boleh kami masih ingin merepotkan
sedikit yaitu meminta sedikit makanan. Kami merasa berterima
kasih sekali!"
Lie Cun Ju mengira tukang perahu itu pasti senang
mendengar kata-katanya yang sopan. Tidak disangka-sangka
orang itu malah bertanya dengan suara yang dingin, "Siapa
kalian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar pertanyaan itu, Tao Ling dan Lie Cun Ju segera
mendongakkan wajah dan menatap dengan seksama. Tampak
orang itu masih menggenggam seuatas tali yang
digunakannya untuk menolong mereka. Orang itu bukan
tukang perahu seperti yang dtduga Tao Ling maupun Lie Cun
Ju, melainkan seorang manusia aneh. Tubuhnya tinggi kurus,
pakaiannya serba hitam. Wajahnya mengenakan sebuah
topeng berwarna merah darah. Penampilannya sungguh
menyeramkan. Seandainya mereka tidak mendengar orang itu
berbicara, mungkin mereka mengira telah bertemu dengan
setan sungai.
"Siapa Anda sendiri?" Tao Ling balik bertanya.
"Kalian berdua membawa pedang ernas dan perak,
tentunya putra putri dari Pat Kua Kim Gin Kiam bukan?" ujar
orang aneh itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Begitu bertemu muka, orang itu sudah bisa menebak asal
usulnya, bahkan menyebut gelar ayahnya, Lie Cun Ju terkejut
sekali. Tetapi reaksinya sungguh cepat, dia menjawab.
"Pat Kua Kim Gin Kiam memang orang tuaku. Akan tetapi
yang ini putri dari Pat Sian Kiam Tao Cu Hun, Tao tayhiap.
Entah apa gelar Anda?"
Orang itu hanya tertawa terkekeh-kekeh. Kemudian dia
membalikkan tubuhnya dan mengeluarkan suara siulan yang
aneh dua kali. Sejenak kemudian terdengar balasan suara
siulan yang sama dari dalam kabin perahu. Namun suara
siulan balasan itu sebanyak tujuh kali.
"Liong wi silakan rnasuk ke dalam kabin!" kata orang itu
Tao ling melirik ke arah Lie Cun Ju. Kebetulan pemuda itu
pun sedang menoleh kepadanya. Mereka sama-sama merasa
bimbang karena tidak tahu tokoh mana atau siapa yang
berada di dalam perahu itu. Tetapi mereka berada di tengah
sungai, sedangkan rakit mereka telah terapung jauh. Kecuali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk ke dalam kabin, memang tidak ada car a lainnya yang
dapat ditempuh.
Mereka saling melirik lagi sekilas, seakan mengisyaratkan
agar meningkatkan kewaspadaan. Tangan mereka masingmasing
meraba pedang di pinggang. Agar dapat berjaga-jaga
terhadap segala kemungkinan. Kemudian kedua remaja itu
mengikuti orang tadi masuk ke dalam kabin.
Mereka melihat depan kabin yang terselubung sebuah tirai
tebal. Dengan berdampingan, Tao Ling dan Lie Cun Ju masuk
ke dalam kabin. Tetapi baru saja mereka melangkah masuk,
ada serangkum angin yang kuat menerpa ke arah mereka.
Keduanya rnerupakan putra putri dari tokoh yang terkenal.
Mereka langsung sadar bahwa saat itu mereka telah dibokong
oleh seseorang. Keduanya segera menghentikan langkah kaki
mereka dan serentak menghunus pedang pusaka. Cahaya
emas dan perak memijar, Lie Cun Ju mengerahkan jurus
Matahari menggeser arah dan Tao Ling menggunakan jurus
Merited mempertahankan negara, keduanya segera
melancarkan serangan ke depan.
Kedua jurus yang dimainkan mereka merupakan jurus yang
hebat dari Pat Kua Kiam Hoat dan Pat Sian Kiam Hoat. Di
dalam hati mereka yakin jurus ini dapat menahan serangan
orang yang membokong tadi. Baru saja pedang mereka
gerakkan ke depan, dan belum sempat melakukan perubahan
apa pun. Tahu-tahu pedang di tangan mereka tiba-tiba
berubah menjadi berat dan tidak dapat digerakkan sama
sekali.
Baik Tao Ling maupun Lie Cun Ju tersentak kaget hatinya.
Saat itu mereka baru memperhatikan keadaan di dalam kabin.
Rupanya tadi keduanya tiba-tiba dibokong oleh seseorang.
Sehingga belum sempat memperhatikan keadaan di dalamnya.
Saat itu mereka baru melihat kabin perahu itu luas sekali.
Di bagian tengah-tengah terdapat tiga buah kursi. Bagian kiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk orang yang menolong mereka tadi. Sedangkan di
sebelah kanan seorang perempuan. Perempuan itu juga
mengenakan pakaian serba hitam serta sebuah topeng
bervvarna merah muda sebagai penutup wajah. Kursi yang di
tengah kosong.
Tampak di sisi kiri kanan ketiga kursi itu berbaris helasan
orang seperti elang yang membentangkan sayapnya. Sebeiah
dalam orang yang paling tinggi dan terus menurun ke ujung
orang yang paling pendek. Semuanya mengenakan pakaian
hitam dan mengenakan topeng yang sama.
Di hadapan Lie Cun Ju dan Tao Ling berdiri seorang laki-laki
bertuhuh pendek dan gemuk. Bagian wajahnya juga ditutupi
topeng merah. Kedua lengannya terjulur ke depan. Ternyata
dia mencapit bagian tengah pedang emas dan perak dengan
kedua jari tangannya.
Lie Cun Ju dan Tao Ling sadar, ilmu kepandaian mereka
masih cetek. Tetapi setidaknya mereka yakin ilmu yang
diwariskan oleh orang tua mereka bukan ilmu sembarangan.
Saat ini ternyata belum sejurus pun ilmu mereka dikerahkan,
tahu-tahu pedang mereka sudah tercapit oleh laki-laki
bertubuh gemuk pendek itu. Hal itu tidak terbayangkan oleh
mereka sebelumnya.
Hati Lie.Cun Ju dan Tao Ling menjadi panik. Dua remaja itu
saling melirik seakan mengambil sebuah keputusan. Lebih baik
berusaha menarik kembali pedang, urusan lainnya
belakangan. Tetapi orang bertubuh pendek gemuk itu masih
tetap mencapit tubuh pedang mereka. Meskipun Tao Ling dan
Lie Cun Ju sudah mengerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki,
pedang itu tidak bergerak sedikit pun. Maju tidak bisa, ditarik
pun tidak bisa.
Tiba-tiba Lie Cun Ju dan Tao I Jug merasa ada serangkum
tenaga yang menerpa ke arah mereka dari bagian tubuh
pedang. Tangan mereka merasa kesemutan dan tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditahan lagi kelima jari tangan pun merenggang. Pedang emas
dan perak terjatuh di atas lantai perahu.
Setelah pedang pusaka terlepas dari tangan, hati Tao Ling
dan Lie Cun Ju semakin tercekat. Serentak mereka melangkah
mundur ke pintu kabin. Tapi orang-orang yang berdiri di kiri
kanan ketiga kursi langsung bergerak menghadang di pintu.
Mereka sadar, laki-laki bertubuh gemuk pendek itu saja
tidak mungkin terhadapi, belum lagi orang lainnva. Maka
pcrcuma saja memberikan perlawanan. Karena itu mereka
membatalkan niat semula dan berdiri tegak menunggu
perkembangan berikutnya.
"Mengapa Anda sembarangan merebut pedang pusaka dari
tangan kami?" tegur Lie Cun Ju.
Orang bertubuh gernuk pendek itu tertawa terkekeh-kekeh.
Suara tawanya aneh sehingga menimbulkan kesan
menyeramkan dan membuat bulu kuduk TaoLing maupun Lie
Cun Ju jadi merinding. Orang itu membalikkan tubuh dan
berjalan ke tengah kabin. Dia duduk di kursi tengah yang
kosong itu. Topeng di wajahnya bergerak-gerak ketika dia
menoleh ke kiri dan kanan.
"Kedatangan kita kembali kesini, boleh dikatakan tidak
diketahui seorang pun. Tetapi sekarang malah dipergoki kedua
anak muda ini. Kita harus menggunakan cara membunuh agar
ini mulut mereka bungkam. Kalau tidak pasti akan terjadi
kerugian yang besar di pihak kita," ujar orang bertubuh
pendek gemuk itu.
"Apa yang dikatakan toako memang benar!" sahut orang
yang duduk di sampingnya, sambil menganggukkan kepala.
Pembicaraan mereka seperti diucapkan sepatah demi
sepatah. Tetapi bagi pendengaran Tao Ling dan Lie Cun Ju,
justru menimbulkan kesan menakutkan. Ada satu hal lagi yang
membuat pikiran mereka resah, yaitu mereka belum pernah
mendengar orang menceritakan tokoh-tokoh seperti orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang di hadapan mereka. Tampang dan penampilan mereka
begitu misterius.
Tampak laki-laki bertubuh gemuk pendek itu
mendongakkan wajahnya. Matanya menyorotkan sinar yang
tajam menatap Lie Cun Ju serta Tao Ling lekat-lekat.
Pandangan matanya membuat hulu kuduk Tao Ling
meremang kembali. Diam-diam Tao Ling mengulurkan
tangannya dan meraih semua senjata rahasianya yang ada
untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan.
"Sebetulnya, kami tidak ingin turun tangan mencelakai
siapa pun. Akan tetapi gerak gerik kami ini tidak ingin
diketahui oleh orang lain. Sedangkan tanpa disengaja kalian
sudah naik ke atas perahu kami. Biar bagaimana pun jejak
kami sudah bocor. Terpaksa kami memilih jalan memhunuh
agar mulut kalian hungkam. Seandainya kalian masih
mempunyai pesan yang ingin disampaikan kepada sanak
saudara, silakan katakan saja. Kami pasti akan
menyampaikannya!" ujar lelaki bertubuh pendek gemuk itu.
"Kami . . ." ujar Lie Cun Ju terputus.
Orang bertubuh gemuk pendek itu menjulurkan tangannya
menahan perkataan Lie Cun Ju.
"Tidak perlu mengatakan apa-apa. Seandainya kau ingin
mengatakan bahwa kalian berjanji tidak akan mengatakan
kepada siapa pun apa yang kalian lihat, kami tetap tidak
percaya. Seandainya masih ada pesan yang hendak kalian
sampaikan, cepat utarakan!"
Lie Cun Ju merasa ada serangkum hawa dingin menyelimuti
perasaannya.
"Entah kalian ini sahabat dari mana?" tanyanya berusaha
mengulur waktu.
"Seandainya kami mengatakan, kalian pun pasti tidak
mengetahuinya. Seandainya kalian ingin kematian kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diketahui oleh orang tua kalian, aku bisa menyampaikannya,"
kata laki-laki aneh bertubuh gemuk pendek itu.
Lie Cun Ju melirik Tao Ling sekilas. Dia melihat wajah gadis
itu berubah hebat, seperti ada sesuatu yang dipikirkannya.
Diam-diam dia juga berpikir dalam hati, betapa tragis apabila
mati tanpa sebab musabab yang pasti. Tapi bila mendengar
ucapan orang yang sombong itu, tampaknya mereka juga
tidak memandang sebelah mata terhadap orang tua mereka.
Daripada mati penasaran, mengapa tidak mengadakan
perlawanan?"
Watak Lie Cun Ju sehari-harinya sangat lem-but. Bahkan
terkadang lebih lembut dari anak gadis. Tetapi dalam keadaan
terdesak, dia bisa mengambil keputusan secara dewasa. Saat
itu dia berdiri berdampingan dengan Tao Ling. Tiba-tiba dia
mendorong tubuh gadis itu dan berteriak dengan suara keras,
"Tao kouwnio, cepat lari!"
Tangannya mendorong Tao Ling, setelah itu dia mencabut
pedang emasnya. Kemudian menggunakan jurus Tanah
merekah melancarkan sebuah serangan kepada si laki-laki
bertubuh gemuk pendek.
Sedangkan tangan Tao Ling sejak tadi sudah
menggenggam senjata rahasia. Dia memang sudah bersiap
diri melontarkannya. Dia melihat Lie Cun Ju sudah bertekad
mengadu nyawa. Dalam keadaan genting Lie Cun Ju masih
memikirkan keselamatan dirinya. Gadis itu malah tidak
sanggup lari. Setelah tubuhnya terdorong oleh tangan Lie Cun
Ju setengah langkah, jari tangannya langsung mengibas.
Seluruh senjata rahasia yang ada padanya dilontarkan ke
depan. Sasarannya ketiga orang yang duduk di atas kursi.
Kedua orang itu hampir serentak melancarkan serangan.
Lie Cun Ju menghantamkan sebuah pukulan. Meskipun
tenaganya tidak seberapa kuat, tapi kecepatannya boleh juga.
Serangannya terlebih dahulu sampai daripada senjata rahasia
yang dilontarkan Tao Ling.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang bertubuh gemuk pendek itu masih duduk dengan
tenang. Ketika serangan Lie Cun Ju sudah hampir
mengenainya, dia baru menggeser tubuhnya sedikit.
Kemudian menghantamkan sebuah pukulan pula ke depan. Lie
Cun Ju merasa ada serangkum angin kencang yang menerpa
dadanya. Tubuhnya limbung kemudian terpental ke belakang.
Kepalanya terasa berdenyut-denyut dan pandangan matanya
berkunang-kunang. Dadanya terasa sakit. Dia membuka
mulutnya lehar-lebar dan tanpa dapat ditahan lagi segumpal
darah segar mengucur keluar dari tenggorokannya.
Tepat di saat tubuh Lie Cun Ju terpental, perempuan yang
duduk di sisi kanan orang bertubuh gemuk pendek berdiri dari
kursinya. Dia maju selangkah dan menjulurkan lengan
bajunya. Seluruh senjata rahasia yang dilontarkan Tao Ling
langsung menyusup ke dalam lengan baju yang longgar tanpa
tersisa satu pun.
Tao Ling tertegun sesaat, lalu menatap Lie Cun Ju terkulai
di atas lantai perahu. VVajah gadis itu pucat pasi. Dengan
tergesa-gesa dia menghambur mendekatinya. Dia berjongkok
di depan pemuda itu.
"Lie toako, bagaimana keadaanmu?" tanya Tao Ling gugup.
"Tao kouwnio, mungkin kita harus mati di atas perahu ini!"
jawab Lie Cun Ju sambil menarik napas panjang.
Sembari berkata Lie Cun Ju mengulurkan tangannya dan
menggenggam telapak tangan Tao Ling erat-erat. Tangan itu
bergetar, sedangkan matanya menyorotkan sinar yang lembut
kepada gadis itu. Sinar mata demikian bukan sinar mata yang
seharusnya tidak disorotkan orang yang men-jelang kematian.
Tao Ling merasa jantungnya berdegup-degup. Keadaan
mereka memang terlalu membahayakan. Tetapi kalau toh
harus mati, Tao Ling merasa tidak perlu takut lagi. Seakan di
dalani kabin perahu itu hanya terdapat mereka berdua. Gadis
itu malah tersenyum manis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lie toako, di antara kedua keluarga kita terselip
permusuhan yang demikian dalam. Tidak di-sangka kita malah
bisa menemui kematian bersama," katanya.
Lie Cun Ju juga memaksakan seulas senyuman. Darah
masih menetes di ujung bibirnya.
"Tao kouwnio . . . meski . . . pun ada . . . per . . . musuhan
... di an ... tara keluarga ki . . . ta, tapi hubungan . . . ki . . . ta
baik . . . sekali, bukan?"
Tentu saja Tao Ling mengerti maksud yang terkandung di
balik ucapan pemuda itu. Wajahnya merah padam.
"Benar!" Tao Ling menganggukkan kepala.
"Tao kouvvnio . . . suruhlah . . . mereka . . . turun . .
.tangan . . .sekarang juga."
Tao Ling menggunakan ujung lengan bajunya mengusap
darah yang merembes dari sudut bibir pemuda itu.
"Baik," sahutnya lembut. Dia mendongakkan wajahnya. Dia
ingin memuaskan hatinya memaki-maki ketiga orang itu
sebelum kematian menjemput. Tiba-tiba dia melihat mimik
wajah ketiga orang kapal menyiratkan kejanggalan. Kata-kata
yang sudah tersedia di ujung lidah akhirnva ditelan kembali.
Tampak ketiga orang itu sudah berdiri dari kursi masingmasing
dan saling berkerumun. Di atas telapak tangan
perenipuan tadi ada benda yang berkilauan. Ternyata mutiara
yang dipungut Tao Ling di tepi sungai tadi malum. Mimik
wajah ketiga orang itu seakan tertegun memandangi mutiara.
Tao Ling meniperhatikan sejenak kemudian membentak
dengan suara keras.
"Sam moay, urusan sudah menjadi sedemikian rupa. Kita
harus segera mengambil keputusan!" Suara lelaki gemuk
pendek dengan nada keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toako, aku rasa kita harus mempertimbangkannya
kembali," sahut lelaki tinggi kurus yang tadi menolong Tao
Ling dan Lie Cun Ju dengan nada bimbang.
"Kalau kita masih ragu-ragu, kemungkinan kita bertiga akan
menemui kematian yang mengerikan."
Mendengar ucapan laki-laki bertubuh gemuk pendek itu,
seakan urusan yang sedang mereka hadapi gawat sekali.
Tetapi Tao Ling justru tidak mengerti mengapa tiba-tiba
mereka jadi sedemikian panik.
"Apa yang dikatakan toako memang benar!" sahut
perempuan bertopeng merah muda. Baru saja kata 'benar!'
selesai diucapkan oleh perempuan itu. Tiba-tiba terdengar
suara trak! trak! sebanyak dua kali. Dia sudah menghunus dua
batang golok pendek dari selipan ikat pinggangnya. Tubuh
perempuan itu berkelebat seperti gulungan asap hitam. Tahutahu
dia sudah melesat ke depan pintu kabin.
Tao Ling melihat perempuan itu mencabut sepasang
goloknya, hatinya menjadi tercekat. Tapi keadaan perempuan
itu tidak seperti akan menghadapi dirinya. Hatinya dilanda
kehingungan. Tampak belasan orang yang tadinya berdiri di
kanan kiri ketiga buah kursi itu tiba-tiba mengeluarkan suara
raungan. Suara itu seperti hendak mengadakan pertarungan.
Tetapi tubuh perempuan tadi berkelebat seperti terbang.
Dalam sekejap mata terdengar suara jeritan mengerikan. Tiga
orang pun rubuh di atas lantai perahu dengan dada terkoyak.
Setelah berkelojotan beberapa kali, orang-orang itu pun
menghembuskan nafas terakhir.
Tao Ling tidak mengerti mengapa mereka malah
menyerang orang-orangnya sendiri. Tao Ling hanya melihat
sisa belasan orang itu kembali mengeluarkan suara raungan
keras. Laki-laki ber-tubuh gemuk pendek tadi tampak
menggenggam sepasang pedang. Sekali dikelebatkan kembali
pedang itu dua orang sekaligus rubuh bermandikan darah.
Meskipun orang-orang itu juga memberikan perlawanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sengit, tapi apa daya karena kepandaian mereka
terpaut jauh. Laki-laki bertubuh gemuk pendek itu kembali
menggerakkan pedangnya. Dua orang pun tertebas dan mati
seketika.
Tampak sepasang telapak tangan laki-laki bertubuh tinggi
kurus seperti beterbangan ke mana-mana. Seluruh ruangan
kabin dipenuhi bayangan pukulan dan angin yang menderuderu.
Setiap kali terdengar suara Plak! Pasti ada satu orang
yang menjadi korban. Dalam sekejap mata saja belasan orang
tadi sudah terkapar di lantai perahu menjadi mayat.
Ketiga orang itu menghentikan gerakan tangannya. Lakilaki
bertubuh tinggi kurus dan perempuan tadi menghambur
ke bagian geladak perahu. Tidak lama kemudian, mereka
sudah kembali lagi.
"Toako, perahu sedang mendekati tepian sungai. Di tempat
itu banyak tukang perahu, tetapi semuanya sudah dibunuh
oleh kami."
"Untung saja kita turun tangan dengan cepat. Tidak ada
seorang pun yang sempat lolos. Urusan ini hanya diketahui
oleh langit dan bumi, tidak ada orang lain lagi yang tahu
kecuali kita bertiga!" kata lelaki pendek gemuk dengan napas
lega.
"Toako, bagaimana dengan kedua orang ini?" ujar
perempuan itu seraya menunjuk ke arah Tao Ling dan Lie Cun
Ju.
Mendengar pertanyaan perempuan itu, Tao Ling segera
menyadari bahwa yang akan melanda dirinya dan Lie Cun Ju.
Tetapi dia seperti diselimuti awan tebal. Tidak rnengerti sama
sekali terhadap rentetan kejadian yang mereka lakukan.
Isi perut Lie Cun Ju tergetar karena pukulan si laki-laki
bertubuh gemuk pendek tadi sehingga terluka cukup parah.
Meskipun tubuhnya sulit digerakkan tapi dia melihat dengan
jelas perbuatan ketiga orang yang membunuh rekanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
rekannya. Dia merasa cara ketiga orang itu sungguh keji.
Seandainya tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
mungkin dia masih tidak percaya di dunia ini ada orang
sekejam itu.
Tapi mengapa ketiga orang itu tiba-tiba harus membunuh
rekan-rekan atau mungkin anak buah mereka? Lie Cun Ju dan
Tao Ling tidak mengerti. Tetapi diam-diam hati Tao Ling
merasa perbuatan mereka ada hubungannya dengan mutiara
yang dipungutnya lalu tanpa disengaja terlontar bersama
senjata rahasia yang ada di saku pakaiannya.
"Tentu mereka tidak boleh dibiarkan hidup!" jawab laki-laki
bertubuh gemuk pendek dengan nada tegas.
Pedang di tangannya digetarkan. Timbul bayangan bungabunga
cahaya berkilauan. Hawa pedang dingin menusuk, terus
diluncurkan ke bagian ubun-uhun kepala Lie Cun Ju.
Sejak perempuan tadi mengajukan pertanyaan kepada
toakonya, Tao Ling sudah mengetahui bahwa mereka akan
turun tangan. Seandainya gadis itu hanya seorang diri, dia
pasti akan mengadakan perlawanan sekuat tenaga. Tetapi
saat itu Lie Cun Ju sudah terluka parah. Tao Ling juga tidak
berniat meninggalkannya begitu saja. Akhirnya dia pasrah
terhadap nasib. Dia memejamkan matanya untuk menunggu
kematian.
Serangkum angin dingin menerpa bagian atas kepala Tao
Ling. Tiba-tiba telinganya mendengar suara yang aneh dari
lantai perahu tempat kakinya berpijak. Seperti ada benda
keras yang membentur.
Seiring dengan suara benturan tadi, laki-laki bertubuh
tinggi kurus dan perempuan tadi segera berteriak, "Toako,
tunggu dulu!"
Pedang di tangan si laki-laki gemuk pendek sudah hampir
menyentuh kepaia Tao Ling. Gadis itu sendiri sudah merasa
adanya hawa dingin di kepalanya. Namun ketika mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara teriakan kedua orang itu, pedangnya langsung ditarik
kembali.
"Toako, apakah kau mendengar suara benturan tadi?"
tanya perempuan itu kembali.
"Mungkinkah . . .?" gumam orang yang gemuk pendek itu.
"Mengapa kalian berdua tidak keluar untuk melihatnya?"
kata perempuan itu.
"Sam moay, mengapa bukan kau saja yang keluar
melihat?" bentak si tinggi kurus dengan nada agak marah.
Ketiga orang itu akhirnya malah saling mendorong satu dan
yang lainnya. Kemudian untuk sesaat mereka terdiam.
"Tidak usah ribut-ribut, rejeki atau bencana, kita bertiga
harus menghadapi bersama. Rasanya juga tidak mungkin
begitu cepat datangnya," ujar si gemuk pendek.
"Mudah-mudahan bukan bencana! Ayo kita lihat!" sahut
perempuan itu.
Ketiga orang itu keluar bersama-sama. Tao Ling sadar
mereka semua memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Untuk
memhunuh rekan-rekannya sendiri ataupun membunuh
dirinya dan Lie Cun Ju, orang-orang itu bisa melakukannya
dengan kepala dingin. Tao Ling takut sekali. Ketika ketiga
orang itu sudah keluar dari kabin perahu, Tao Ling cepatcepat
menyeret tubuh Lie Cun Ju ke arah jendela. Dia
melongokkan kepalanya keluar. Tampak hari sudah mulai
terang, berarti dini hari sudah menjelang. Permukaan sungai
tampak disorot oleh cahaya keemasan.
Kesempatan yang baik bagi Tao Ling, Hanya itu satusatunya
cara untuk melarikan diri. Dia juga tidak ingin berpikir
panjang lagi. Tubuhnya bergerak dan bersiap untuk meloncat
keluar sambil menyeret Lie Cun Ju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tao kouwnio, se ... pa ... sang . . . pedang ... i... tu ..."
Suara Lie Cun Ju tersendat-sendat.
Tao Ling menolehkan kepalanya. Dia melepaskan Lie Cun
Ju kemudian membalikkan tubuhnya untuk memungut Kim Gin
Kiam. Matanya melirik ke arah mutiara yang berkilauan tadi.
Rupanya masih menggeletak di atas kursi. Sekalian diraihnya
benda itu. Dalam hati Tao Ling tahu bahwa mutiara itu ikut
terlontar bersama senjata rahasianya tadi. Sedangkan ketiga
orang itu tampaknya terkesima memandang benda itu.
Mungkin asal usul mutiara itu tidak sembarangan. Karena itu
dia merasa sayang meninggalkannya. Pekerjaan itu menyita
lagi waktu beberapa detik.
"Pasti di perahu sebelah ada yang melemparkan sauh, kita
sendiri yang terlalu curiga," ujar si gemuk pendek
berkumandang dari iuar kabin.
Tao Ling sadar, bahwa sebentar lagi mereka akan masuk
ke dalam kabin. Dengan tergesa-gesa dia melesat ke arah
jendela. Tetapi karena hatinya panik, tingkahnya jadi gugup.
Tanpa sadar kakinya menendang topeng di wajah salah satu
mayat yang menggeletak. Dalam keadaan seperti itu Tao Ling
masih sernpat menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang
ditendangnya. Setelah melihat, hatinya tercekat. Hampir saja
dia menghentikan langkah kakinya.
Beberapa detik kemudin, tampak tirai penyekat ruangan
kabin muiai tersingkap. Tao Ling sadar apabila mereka
dipergoki oleh ketiga orang itu pasti nyawa mereka tidak
dapat dipertahankan lagi. Dia mengerti tidak boleh menunda
waktu lagi. Cepat dia menghambur ke depan jendela dengan
menyeret lengan Lie Cun Ju. Melalui jendela kabin itu,
tubuhnya melesat keluar lalu Plung! Jatuh ke dalam sungai.
Baru saja tubuhnya masuk ke dalam air, teli-nganya
mendengar suara pekikan aneh ketiga orang tadi. Dia cepatcepat
menekan hawa murni dari dalam perutnya. Dia
berusaha memberatkan tubuhnya agar terus melorot ke dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dasar sungai. Dia sendiri tidak tahu sudah berapa jauh dia
tenggelam. Di sekelilingnya hanya air yang menggelembunggelembung.
Sejak tadi Tao Ling sudah menutup jalan
pernafasannya. Hatinya mengkhawatirkan keadaan Lie Cun Ju
yang dalam keadaan terluka parah. Apakah pemuda itu
sanggup menahan nafas sekian lama? Seandainya Lie Cun Ju
tidak kuat menahan nafasnya, berarti selamat dari
pembantaian ketiga orang tadi, dia malah mati karena paruparu
dipenuhi air sungai.
Tapi biar bagaimana, Tao Ling tidak berani menyembulkan
kepalanya di atas permukaan sungai. Rupanya ketika dia
hampir tersandung jatuh di dalam kabin perahu tadi, kakinya
menendang salah satu topeng penutup wajah mayat-mayat.
Dia masih sempat melihat sekilas. Wajah orang itu kurus, di
bagian jidatnya terdapat lima titik hijau seperti gambar bunga
Bwe. Tao Ling pernah ber-temu dengan orang itu satu kali.
Lagipula titik-titik hijau itu mudah diingat. Asal melihat satu
kali, selamanya tidak akan terlupakan lagi. Orang itu berasal
dari Shan Tung. Biasanya bergerak sendirian. Hatinya keji dan
tangannya telengas. Senjatanya sebuah pecut panjang
beruntai sembilan. Kepandaiannya tinggi dan jurusnya anehaneh.
Tentu saja merupakan tokoh dari golongan sesat.
Julukannya di dunia kang ouw Ceng Bwe atau bunga Bwe
hijau. Nama aslinya Ciok Kun. Setiap kali mengungkit orang
yang satu ini, tokoh-tokoh Bu lim di daerah Shan Tung dan
sekitarnya kebanyakan menghindar karena takut timbul
masalah.
Tokoh seperti Ciok Kun ternyata tidak sanggup memberikan
perlawanan apa-apa dan mati begitu saja di tangan ketiga
orang bertopeng tadi. Dapat dibayangkan betapa tingginya
kepandaian yang mereka miliki.
Lagipula, belasan orang lainnya yang juga me-ngenakan
topeng. Walaupun mungkin mereka bukan jago kelas satu di
dunia kang ouw, tetapi setidaknya pasti tokoh-tokoh seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciok Kun. Karena itu pula, meskipun Tao Ling tahu Lie Cun Ju
tidak sanggup menahan nafas lama-lama dalam air, dia tetap
tidak berani menyembulkan kepalanya. Sebab bila menelan air
beberapa teguk saja masih ada kemungkinan tertolong. Akan
tetapi apabila mereka menyembulkan kepalanya dan
tertangkap oleh tiga orang bertopeng tadi, tidak usah
diragukan lagi pasti akan mati seketika.
Tidak lama kemudian, Tao Ling merasa kakinya sudah
menyentuh dasar sungai. Sembari menarik tubuhh Lie Con Ju,
Tao Ling berpegangan pada batu-batu di sisi sungai, dengan
demikian dia meramhat perlahan-laban. Til*a~(iba dia
n'«>nde-ngar suara glek! dari tenggorokan Lie Cun Ju.
Tao Ling tahu Lie Cun Ju tidak sanggup menahan nafas lagi
sehingga terpaksa menelan seteguk air sungai. Hatinya sangat
panik. Tapi dirinya sedang berada di dalam air, dia tidak bisa
berbicara. Pikirnya ingin menyembulkan kepala ke atas
permukaan air. Dia ingin mengadakan perlawanan sengit
dengan ketiga orang tadi. Tapi dia tidak berani menempuh
bahaya sebesar itu. Ketika pikirannya sedang ruuwet dan tidak
berhasil menemukan apa pun, tiba-tiba tangannya menyentuh
sesuatu yang lembut.. Ternyata tanaman liar yang biasa
banyak terdapat di sungai yaitu Eceng Gondok.
Diam-diam hati Tao Ling melonjak girang. Karena adanya
tanaman liar ini pertanda mereka sudah berada di tepian
sungai. Tao Ling masih tidak berani menyembulkan kepalanya.
Dia memutahkan setangkai tanaman itu kemudian
mendesakkan hawa murninya untuk meniup. Bagian tengah
tanaman itu langsung menyembur keluar dan jadilah sebatang
pipa dari batang tanaman itu. Cepat-cepat dia memasukkan
pipa itu ke dalam mulut Lie Cun ju. Bagian ujungnya
menyembul sedikit di permukaan air, maka pemuda itu bisa
mengganti hawa, Setelah itu dia membuat lagi sebatang pipa
dari batang tanaman tadi. Dimasukkannya pipa itu ke mulut
sendiri. Dengan bibir dikatupkan serta menyedot hawa dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
alas, mereka dapat mempertahankan diri untuk beberapa saat
lagi berada di dalam air.
Kurang lebih dua kentungan sudah berlalu. Perlahan-lahan
Tao Ling menyembulkan kepalanya di atas pennukaan air.
Ketika matanya sudah dapat melihat, hatinya tercekat bukan
kepalang. Ternyata mereka berada di tengah gerombolan
tanaman Eceng Gondok. Matahari sudah di atas kepala.
Keadaan di sekitar tepian sungai itu sunyi senyap. Kecuali
suara ikan-ikan yang sedang bercandu di atas permukaan air,
tidak terdengar suara lainnya.
Ketika Tao Ling melihat ke depan, tampak beberapa perahu
sedang bergerak. Akan tetapi karena geromholan tanaman liar
itu sangat lebat, maka mereka dapat bersembunyi di tempat
itu tanpa diketahui orang lain.
Tao Ling berpikir dalam hati, "Waktu sudah berlalu sekian
lama. Tentunya kami sudah terlepas dari intaian ketiga iblis
itu."
Tao Ling tidak berani menyembulkan diri ke atas
permukaan air. Gadis itu hanya menarik leher Lie Cun Ju agar
kepalanya tidak tenggelam.
Dalam waktu sekian lama, Tao Ling tidak mempunyai
kesempatan memperhatikan Lie Cun Ju. Entah pemuda itu
masih hidup atau sudah mati. Setelah dia mengangkat leher
pemuda itu agar keluar dari dalam air, dia baru dapat
melihatnya dengan jelas. Hatinya terkejut hukan main.
Rupanya saat itu selembar wajah Lie Cun Ju sudah pucat pasi
hahkan keabu-abuan seperti mayat hidup. Meskipun
kepalanya sudah timbul di atas permukaan air, tetapi pipa
tanaman liar masih dijepit bibirnya kuat-kuat. Dapat dipastikan
hahwa pemuda itu sudah tidak sadarkan diri sejak tadi.
Tao Ling mengulurkan tangannya untuk merasakan dengus
nafas pemuda itu. Ternyata Lie Cun Ju belum mati. Perasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling pun agak lega. Dia menyibakkan rambut yang
menutupi jidat pemuda itu.
"Lie toako! Lie toako!" panggil Tao Ling dengan suara lirih.
Setelah memanggil sebanyak tujuh delapan kali, baru
terdengar suara glek! glek! dari tenggorokan Lie Cun Ju.
Perlahan-lahan dia membuka matanya. Sinar matanya redup,
tanpa sinar kehidupan sama sekali. Hati Tao Ling terasa pilu
melihatnya.
"Lie toako, apa yang kau rasakan?" tanyanva lembut.
Lie Cun Ju mengedarkan pandangannya sejenak kemudian
memaksakan diri mengembangkan seulas senyuman yang
pahit.
"Tao . . . kouwnio . . . apakah . . . ki . . . ta ma . . . sih . . .
hidup?"
"Kita sudah berada di tepian sungai, kita ber-hasil
melarikan diri dari cengkeraman ketiga iblis itu.
"Lie toako, apakah kau tahu siapa ketiga iblis itu?" tanya
Tao Ling.
"Aku juga tidak tahu." Lie Cun Ju menggeleng kepala.
"Aku mengenali salah satu dari belasan anak buah yang
mereka bantai. Dia mempunyai julukan Ceng Bwe dan nama
aslinya Ciok Kun, biasa malang melintang di daerah Shan Tung
dan sekitar-nya!" kata Tao Ling.
Lie Cun Ju terkejut sekali mendengar kete-rangan Tao Ling.
"Dia? Orang itu bukan saja ahli dalam ilmu pecut beruntai
sembilannya, bahkan dengar-dengar dia mempelajari
semacam ilmu kebal yang tidak mempan senjata tajam."
"Mungkin pedang yang dipakai si gemuk pen-dek itu
pedang pusaka." Tao Ling melihat Lie Cun Ju berusaha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbicara dengannya. Hatinya men-jadi iba. "Lie toako, lebih
baik jangan banyak bicara dulu!"
Dengan sorot mata penuh terima kasih, Lie Cun Ju
memandangnya sekilas. Kemudian berkata dengan perlahan,
"Tao kouwnio, kebaikanmu ini, untuk selamanya tidak akan
kulupakan!"
"Untuk apa bicara seperti ini dalam keadaan seperti
sekarang?" sahut Tao Ling.
Keduanya berdiam diri. Sampai menjelang sore, Tao Ling
baru membimbing tubuh Lie Cun Ju dan diajaknya naik ke atas
tepi sungai. Tampak di kejauhan ada asap mengepul-ngepul,
namun jaraknya paling tidak tiga li dari tempat mereka.
Tao Ling melirik Lie Cun Ju. Tampak pemuda itu berdiri di
sampingnya dengan tubuh terhuyung-huyung. Kemungkinan
bisa jatuh setiap saat. Cepat-cepat Tao Ling memapahnya.
"Tao kouwnio, lu . . . ka ini terlalu ... pa ... rah, mungkin
tidak . . . bisa . . . disembuhkan lagi," ujar Lie Cun Ju.
Selama dua hari dua malam, Tao Ling dan Lie Cun Ju
mengalami berbagai penderitaan bersama. Dalam hati timbul
rasa iba kepada pemuda itu. Hatinya bagai diiris sembilu.
"Jangan bicara dengan nada putus asa. Di kejauhan terlihat
asap mengepul. Pasti ada sebuah kota kecil di depan sana.
Ayo, kita kesana sekarang
"Ketiga orang itu membunuh rekan-rekannya sendiri agar
mereka membungkam untuk selamanya. Tentu mereka juga
tidak akan melepas-kan kita begitu saja. Seandainya kita
bergegas pergi, begitu masuk kota mungkin langsung
menemui kesulitan. Biar bagaimana sulit bagi kita untuk
melepaskan diri dari cengkeraman mereka."
"Apa yang dikatakan Lie Cun Ju memang ada benarnya,"
pikirnya dalam hati. "Kalau begitu ter-paksa kita menginap
satu malam di tepi sungai ini," katanya kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di depan sana ada sebuah hutan kecil, kita bermalam di
sana saja," sahut Lie Cun Ju.
Tao Ling memapah Lie Cun Ju berjalan sejauh tiga puluhan
depa. Sesampainya di dalam hutan kecil itu, mereka mencari
tempat yang rerumputannya agak tebal. Mereka langsung
merebahkan diri. Tao Ling tidak perduli Iagi batas antara lakilaki
dan perempuan. Dia menyandarkan dirinya di samping Lie
Cun Ju. Meskipun keadaan mereka masih dikejar-kejar
bahaya, namun dengan ber-dampingan seperti saat itu,
mereka tidak merasa takut Iagi.
Waktu terus berlalu, malam semakin merayap, mana
mungkin kedua orang itu bisa tertidur pulas . . .? Angin malam
berhembus, pakaian mereka masih belum kering. Hal itu
merupakan siksaan yang berat. Dengan susah payah mereka
menunggu matahari terbit, dengan pakaian mereka masih
tetap basah. Sampai siang harinya, barulah pakaian mereka
kering. Tao Ling membantu Lie Cun Ju mengikat rambutnya
kembali. Dia sendiri juga merapikan rambutnya kemudian baru
memapah pemuda itu berjalan keluar dari hutan.
Tidak beberapa lama, Tao Ling dan Lie Cun Ju sudah
berada di sebuah jalan raya yang langsung menuju kota kecil.
Kedua orang itu berdiam sejenak di tepi jalan raya. Mereka
melihat banyak kereta yang berlalu lalang. Kedua remaja itu
sudah mendapat pengalaman pahit selama beberapa hari ini.
Maka mereka tidak berani sembarangan meng-hentikan kereta
yang lewat.
Tao Ling dan Lie Cun Ju duduk di warung arak. Kedai itu
hanya menyuguhkan teh dan arak. Tidak lama kemudian
tampak belasan kereta dorong berdatangan dari depan. Di
bagian depan ada seorang laki-laki yang mengeluarkan suara
teriakan. Teriakan itu seakan membangkitkan semangat pada
anak buahnya untuk niendorong kereta lebih kuat. Kereta
yang paling depan me-ni'ibarkan sebuah bendera. Tao Ling
membaca tulisan pada bendera itu, Ling Wei Piau ki. Tao Ling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum pernah mendengar nama perusahaan itu. Rupanya lakilaki
berusia lima puluhan tahun dengan jenggot menjuntai di
bawah dagunya itu adalah pimpinannya.
"Kau tunggu di sini sebentar!" kata Tao Ling kepada Lie
Cun Ju.
Kakinya melangkah dengan cepat, dalam sekejap mata Tao
Ling sudah sampai di samping piau tau itu.
"Sahabat, aku mempunyai sedikit keperluan, entah apakah
sahabat bersedia mengabulkannya atau tidak?" sapa Tao Ling.
Laki-laki setengah baya yang menunggang seekor kuda
tampak terkejut sekali begitu ada seorang gadis yang tiba-tiba
berhenti di sam-pingnya. Dia meraba gagang pedang di
pinggangnya dan melihat Tao Ling dengan tatapan curiga.
Belasan kereta di belakangnya pun tampak berhenti.
"Siapa nona ini?" sapa Piau tau tadi.
"Ayah bergelar Pat Sian Kiam, bermarga Tao."
Tadinya wajah Piau tau itu menyiratkan kecurigaan. Dia
curiga jangan-jangan gadis ini pura-pura menanyakan sesuatu
padahal tujuannya ingin merampok. Tetapi setelah mendengar
Tao Ling putri Pat Sian Kiam Tao Cu Hun, wajahnya langsung
berseri-seri.
"Rupanya Tao kouwnio!" ucap lelaki itu setelah turun dari
kudanya.
"Anda kenal dengan ayah?" sahut Tao Ling dengan rasa
gembira.
"Hanya mendengar nama besarnya, belum mempunyai
jodoh untuk bertemu langsung," sahut Piau tau itu.
Mendengar ucapan Piau tau yang sopan itu, Tao Ling
segera mengetahui bahwa orang ini jujur dan berjiwa besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entah siapa panggilan tuan yang mulia?" tanyanya
kembali.
"Aku she Liu bernama Hou, orang-orang kang ouw
memberi julukan Tan To Pik Tian (Sebatang golok menentang
langit)."
Di dalam dunia bu Hm, entah berapa banyak jago kelas
tanggung seperti Tan To Pik Tian ini. Ayah ibu Tao Ling
termasuk jago kelas satu di dunia kang ouw. Tentu tidak
mengenal orang seperti Piau tau ini. Karena itu, Tao Ling juga
belum pernah mendengar nama itu.
"Entah ada keperluan apa Tao kouwnio meng-hentikan
kami?" tanya Liu Hou.
"Aku dan . . ." Berbicara sampai di sini, Tao Ling menjadi
ragu. Dia seorang gadis remaja, tentu tidak enak apabila
orang mengetahui dia berjalan dengan seorang pemuda yang
tidak ada hubungan saudara. Karena itu dia menyebut nama
'Lie' dengan Hrih sekali sehingga tidak terdengar oleh yang
lainnya. Kemudian melanjutkan, "Toako dikejar oleh musuh,
tubuhnya terluka cukup parah. Kami ingin meminta bantuan
Liu piau tau untuk mengan-tarkan kami ke dalam kota."
Liu Hou menganggukkan kepala. Dengan kereta mereka
menuju kota yang jaraknya tidak jauh dari tempat itu. Dalam
sekejap mata mereka sudah sampai. Tao Ling menanyakan
kepada Liu piau tau, dan ternyata kota ini bernama Sin Tang
ceng. Dari tempat tinggal Kuan Hong Siau hanya seratus li
lebih, masih termasuk wilayah Hu Pak.
***
Tidak sampai setengah kentungan, serom-bongan orang itu
sudah sampai di kota Sin Tang ceng. Kota itu merupakan
salah satu kota yang cukup besar di sebelah timur Pa Tung.
Jalanannya lebar dan bersih. Kotanya ramai, berbagai toko
memenuhi sepanjang jalan. Liu Hou mengajak Tao Ling dan
Lie Cun Ju ke depan sebuah gedung yang besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Inilah markas 'Ling Wei piau ki' kami. Cong piau tau
(pemimpin perusahaan pengawalan) berjuluk Harimau
Bersayap Emas, namanya Tan Liang. Baik Iwe kang maupun
gwa kangnya tinggi sekali," kata Liu Hou menjelaskan.
Orang yang mempunyai julukan Harimau Bersayap Emas
Tan Liang, Tao Ling pernah mendengarnya. Dia juga seorang
tokoh di sungai telaga yang sudah mempunyai nama. Dia
yakin orang itu pasti bersedia menampung mereka dan luka
Lie Cun Ju bisa mendapatkan perawatan yang baik.
Tao Ling memapah Lie Cun Ju berjalan memasuki 'Ling Wei
piau ki'. Si Harimau Bersayap Emas Tan Liang tidak ada di
tempat. Akan tetapi gedung itu besar sekali dan mempunyai
banyak kamar. Liu Hou membawa mereka memasuki sebuah
kamar. Ketika Lie Cun Ju direbahkan di atas tempat tidur,
mulutnya langsung menge-luarkan suara rintihan. Rupanya
sejak tadi dia memang sudah menahan rasa sakitnya. Liu Hou
sendiri masih ada urusan lainnya. Maka terpaksa dia
meninggalkan kedua orang itu. Sedangkan Tao Ling baru
merasa kepalanya berdenyut-denyut setelah Lie Cun Ju dapat
berbaring dengan tenang. Matanya bahkan berkunangkunang.
Selama dua hari itu tidak ada sebutir nasi pun yang masuk
ke dalam perut Tao Ling. Hanya karena ingin menjaga Lie Cun
Ju, dia terpaksa mempertahankan diri. Sekarang untuk
sementara dia tidak perlu menjaga Lie Cun Ju, dia merasakan
seluruh tubuhnya letih dan tulang helulangnya seperti terlepas
dari persendian. Dia duduk di atas sebuah kursi tanpa
bergerak sedikit pun.
Setelah beristirahat sejenak, Tao Ling meminta agar
pelayan di Piau kiok itu mengantarkan sedikit makanan untuk
mereka. Seielah hidangan diantar ke kamar, tampak gadis itu
makan seperti orang rakus. Ketika dia nienoleh kepada Lie
Cun Ju, peinuda itu juga baru disuapi oleh salah seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelayan pedung itu. Keadaannya tampak sudah lebih segar,
walaupun masih lemah sekali.
"Lie toako, apakah kau merasa lukamu dapat
disembuhkan?" tanya Tao Ling hati-hati.
Lie Cun Ju mencoba mengerahkan hawa murni dalam
tubuhnya. Dia merasa hawa murninya tidak dapat dihimpun
malah mengalir secara tidak beraturan. Lie Cun Jw menarik
nafas panjang. "Kalau mengandalkan tenaga dalamku sendiri,
mungkin dalam tiga bulan juga tidak bisa sembuh."
"Tidak perlu khawatir. Menurut Liu Hou, pemilik gedung ini,
si Harimau Bersayap Emas Tan Liang adalah seorang yang
berbudi luhur. Biar kita tinggal di gedungnya setengah tahun,
dia juga tidak akan menolak."
Lie Cun Ju merasa ada serangkum kehangatan yang
melanda hatinya. Dia memandang Tao Ling. Kebetulan gadis
itu juga sedang memandang ke arahnya. Tao Ling langsung
menundukkan kepalanya dengan wajah tersipu.
Tepat pada saat itu, terdengar suara pintu kamar digubrak
dengan keras oleh seseorang. Tao Ling terkejut setengah
mati. la segera melonjak bangun dan menghalang di depan
Lie Cun Ju.
Ketika Tao Ling mempertajam pandangan matanya,
ternyata yang baru masuk dengan kasar itu Liu Hou. Tangan
laki-laki itu menggenggam sebilah golok lebar. Wajahnya
menyiratkan kegusaran. Di belakangnya mengikuti seorang
laki-laki bertubuh pendek kurus. Tampangnya biasa-biasa
saja. Tapi sepasang matanya menyorotkan sinar yang tajam.
Usianya kurang lebih lima puluhan tahun.
Tao Ling jadi terkesima.
"Liu piau tau, kenapa kau . . .?" tanya Tao Ling terkesima.
"Huh! Terus terang saja, Tao kouwnio. Tadi aku tidak tahu
persoalan yang sebenarnya. Boleh dibilang di dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perusahaan pengawalan ini, aku terhitung setengah
pemiliknya juga. Biar hagaimana aku tidak sudi menerima
orang seperti kalian tinggal di sini!" ucap Liu Hou memakimaki
Tao Ling.
"Memangnya orang seperti apa kami ini, coba kau katakan
saja terus terang!"
"Urusan ini sudah diketahui seluruh orang bu lim. Dia
bertanding ilmu di gedung Kuan loya namun tidak menggubris
peraturan dunia kang ouw, Tao Heng Kan membunuh Li Po,
putra Pat Kua Kim Gin Kiam Lie Yuan suami istri dengan keji.
Setelah itu dia melarikan diri sehingga jejaknya tidak
diketemukan. Tidak tahunya malah bersembunyi di sini.
Pokoknya sekarang juga kami akan menggeretnya ke rumah
Kuan loya agar dapat diadili," ujar Liu Hou sambil
menudingkan goloknya kepada Lie Cun Ju.
Saat itu Tao Ling baru sadar bahvva Liu Hou dan Tan Liang
berdua salah menduga Lie Cun Ju dikira abangnya Tao Heng
Kan. Hatinya merasa mendongkol juga geli. Pasti Liu Hou baru
kembali dari perjalanan jauh sehingga tidak mengetahui
persoalan ini. Sedangkan Tan Liang tidak kemana-mana. Jarak
antara kota ini dengan tempat tinggal Kuan Hong Siau tidak
seberapa jauh. Dia pasti sudah mendengar berita
pembunuhan atas diri Li Po oleh Tao Heng Kan. Karena itu.
begitu bertemu dengan Liu Hou dan mendengar mereka ada
di rumahnya, dia langsung menganggap Lie Cun Ju sebagai
abangnya yang sedang buron.
"Kalian berdua salah duga. Tahukah kalian siapa dia?"
tanyanya sambil menunjuk kepada Lie Cun Ju.
Si Harimau bersayap emas Tan Liang maju satu langkah.
"Memangnya dia bukan abangmu Tao Heng Kan?" tanya
Tan Liang.
"Bukan. Dia putra kedua pasangan suami istri Pat Kua Kim
Gin Kiam Lie Yuan dan Lim Cing Ing, namanya Lie Cun Ju."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Tan Liang tsdak akan percaya begitu saja.
"Apa buktinya?" tanya si Harimau Bersayap Emas Tan
Liang.
Lie Cun Ju yang berharing di atas tempat tidur melirik
sekilas kepada Tao Ling dan memberi isyarat kepadanya.
Gadis itu langsung mengerti. Dia mengulurkan tangannya dan
terdengarlah Cring! Cring! sebanyak dua kali. Dia
mengeluarkan pedang emas dan perak dari selipan ikat
pinggangnya.
"Lie toako terluka parah, pedang Kim Gin Kiam ini untuk
sementara aku yang menjaganya! inilah bukti yang Anda
minta!"
Sepasang pedang emas dan perak ini sangat terkenal di
dunia bu lim, Juga sulit dihuat tiruan-nya. Tapi hati Liu Hou
dan Tan Liang tidak hahis mengerti, mengapa dua keluarga
yang saling ber-musuhan sedalam itu, putra putri masingmasing
malah bisa menjalin persahabatan dan tampaknya
sudah akrab sekali?
Karena Tan Liang adalah penduduk setempat, Tao Ling
yakin dia sudah mendengar peristiwa tentang hancurnya
perahu mereka dan terhanyutnya dirinya serta Lie Cun Ju.
"Setelah perahu tiba-tiba terbelah menjadi dua bagian,
kami terhanyut sampai jauh. Entah bagaimana keadaan Kuan
tayhiap, orang tuaku, pasangan suami istri Lie Yuan dan ko . .
. ko . . . ku sekarang?"
"Jejak Tao Heng Kan tidak jelas. Keadaan orang tuamu dan
Kuan tayhiap baik-baik saja, hanya pasangan suami istri Lie
tayhiap ditotok jalan darahnya dengan cara yang aneh.
Sampai sekarang masih belum sanggup dibebaskan. Keluarga
Sang yakni Sang Cu Ce malah melarikan diri dengan ketakutan
ketika diminta bantuannya," sahut Tan Liang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah sudah diketahui siapa orangnya yang menotok
jalan darah pasangan suami istri Lie tayhiap?" tanya Tao Ling.
Wajah si harimau bersayap emas Tan Liang jadi kelam.
"Sampai saat ini masih belum diketahui!"
Lie Cun Ju masih sadar. Dia mendengar jalan darah kedua
orang tuanya masih belum terbebas-kan sampai saat ini,
hatinya menjadi gundah.
"Tao kouwnio, biar bagaimana lukaku ini harus dirawat.
Lebih baik kita pergi saja ke gedung Kuan loya."
Tao Ling mengerti maksud hatinya yang ingin cepat-cepat
bertemu dengan ayah bundanya
Memangnya dia sendiri tidak rindu kepada kedua orang
tuanya? Walaupun jarak antara tempat ini dengan kediaman
Kuan loya hanya seratus li lebih, tetapi apabila di dalam
perjalanan kepergok ketiga iblis yang kemarin, jiwa mereka
pasti tidak dapat dipertahankan lagi. Karena itu dia
menasehati Lie Cun Ju.
"Lie toako, bahkan Kuan tayhiap saja tidak sanggup
membebaskan jalan darah orang tuamu, apa gunanya kau
kesana? Aku rasa Kuan tayhiap dan kedua orang tuaku pasti
akan mencari akal untuk membebaskan jalan darah mereka."
"Betul," tukas Tan Liang. "Kuan tayhiap sendiri sudah
bersiap-siap mengantarkan kedua orang tuamu ke Si Cuan
untuk meminta pertolongan si Kakek berambut putih.Sang
Hao telah merundingkan masalah ini."
Lie Cun Ju baru agak lega mendengar keterangan orang
itu. Sedangkan dia juga maklum larangan Tao Ling adalah
untuk kebaikan dirinya sendiri. Oleh karena itu dia tidak
berkata apa-apa lagi.
"Tao kouwnio, apakah aku perlu menyuruh orang
menyampaikan beritamu kepada kedua orang tuamu? Jarak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari sini ke tempat tinggal Kuan tayhiap hanya memakan
waktu tiga ken-tungan apabila menunggang kuda pilihan,"
tanya Tan Liang kembali.
Tao Ling sadar, apabila orang tuanya sanipai datang
kemari, pasti dia tidak bisa bersama-sama Lie Cun Ju lagi.
Karena itu dia menyahut cepat.
"Tidak usah!"
Tan Liang dan Liu Hou masih duduk di dalam kamar dan
menanyakan masalah Tao Heng Kan yang membunuh Li Po
tanpa sebab musabab. Karena urusan ini sudah tersebar
kemana-mana dan menjadi tanda tanya bagi setiap orang.
Tentu saja Tan Liang dan Liu Hou juga ingin mengetahui hal
yang sebenarnya. Tao Ling hanya dapat menceritakan
kejadian yang berlangsung saat itu, sedangkan apa sebabnya
kokonya sampai membunuh Li Po, dia sendiri tidak habis
mengerti.
Baru saja selesai bercerita, tiba-tiba dua orang petugas
piau kiok masuk ke dalam kamar dengan sikap gugup.
"Tan . . . cong piau . . . tau, di... luar .. . ada orang ... yang
ingin ... ber... temu dengan ...Anda!"
"Ada orang ingin bertemu saja, mengapa kau sampai
segugup ini?" bentaknya kesal.
"Begitu masuk ke dalam halaman, orang itu sudah
menghancurkan patung singa di depan dengan sekali
hantam!" kata yang satunya.
Wajah Tan Liang langsung berubah mendengar keterangan
anak buahnya. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Bagaimana rupa orang yang datang itu?"
"Yang ... satu bertubuh tinggi kurus, satunya lagi . . .
gemuk pendek, sedangkan yang terakhir ... tampaknya
seorang perempuan. Wajah mereka tidak terlihat karena
mengenakan sebuah topeng berwarna merah darah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liang dan Liu Hou tampak merenung memikirkan kirakira
siapa orang yang berpenampilan demikian di dunia kang
ouw. Tetapi wajah Tao Ling langsung pucat pasi. Tidak
disangka-sangka dengan susah payah dia berhasil melarikan
diri dan bersembunyi di gedung itu. Ternyata ketiga iblis itu
masih mengejar mereka. Dalam keadaan panik, dia sendiri
sampai kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa.
Kalau mengingat suara tawa si gemuk pendek yang aneh
dan menyeramkan, seluruh bulu kuduk Tao Ling langsung
merinding. Bagi dia sendiri masih tidak apa-apa, tetapi Lie Cun
Ju sedang terluka parah. Mana mungkin dia sanggup
mendengar berita yang mengejutkan itu. Begitu perasaannya
galau, kembali dia memuntahkan darah segar. Tiba-tiba
terdengar suara tertawa yang aneh itu, dan ketiga iblis itu pun
sudah berdiri di depan pintu kamar.
Melihat ketiga orang itu langsung menerobos ke dalam
kamar, mula-mula Tan Liang agak tertegun, kemudian
wajahnya menyiratkan perasaan kurang senang.
"Siapa kalian?" bentaknya sinis.
Tetapi si gemuk pendek itu tidak menyahut, dia saling lirik
dengan kedua saudaranya. Tubuh si laki-laki tinggi kurus
langsung berkelebat. Sebelah lengannya menjulur ke depan,
dia langsung me-nyerang Tan Liang.
Selama hidupnya, entah sudah berapa banyak mara bahaya
yang dihadapi si Harimau Bersayap Emas Tan Liang. Tentu
saja dia tidak merasa takut, malah tertawa terbahak-bahak.
Tubuhnya bergerak sedikit untuk menggeser ke samping,
tetapi lengan si laki-laki kurus yang panjang itu memainkan
jurus yang aneh. Padahal terang-terangan sebuah pukulan
sedang diarahkan kepada Tan Liang, tetapi di tengah jalan,
telapak tangannya itu mengatup dan berganti menjadi tinju.
Tangannya seperti mempunyai mata dapat menggeser ke arah
mana pun Tan Liang bergerak. Lagipula serangannya tidak
menimbulkan suara sedikit pun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liang bukan jago kelas satu di dunia kang ouw. Dia
sebagai seorang Cong piau tau dari perusahaan piau kiok.
Pengalamannya cukup banyak dan pengetahuannya juga luas
sekali. Setidaknya setiap ilmu pukulan yang terkenal di kolong
langit ini, dia pernah mendengarnya. Akan tetapi jurus partai
mana yang dikerahkan laki-laki bertubuh tinggi kurus ini? Dia
tidak pernah mendengar ada ilmu pukulan seaneh ini di dunia
kang ouw.
Tan Liang tidak berani menyambut dengan kekerasan. Dia
berusaha menghindar dari serangan laki-laki bertubuh tinggi
kurus itu. Tetapi orang itu masih juga memainkan jurus yang
sama. Hanya saja tinjunya membuka dan jari tangannya
melakukan penyerangan dengan mencengkeram
Tiga kali perubahan ini membuat hati Tan Liang tercekat.
Ilmu kepandaiannya sendiri terhitung tidak rendah, tapi tidak
pernah dia menyaksikan perubahan jurus seaneh ini. Sekitar
kurang dari satu depa Tan Liang dengan penuh pukulan, tinju,
dan cakar. Dia menyadari bahwa dirinya telah berhadapan
dengan musuh yang tangguh. Terdengar suara Crep! Pecut
lemasnya segera dilepaskan dan tidak mau menghadapi lawan
dengan tangan kosong.
Tetapi ketika Tan Liang baru saja melepaskan pecut
lemasnya, tiba-tiba dia mendengar suara jeritan ngeri dari
mulut Liu Hou. Hubungan Tan Liang dengan Liu Hou sangat
akrab, bahkan sudah seperti saudara kandung. Mendengar
suara jeritan sahabatnya itu, pikirannya langsung terpecah,
tangannya tanpa sadar merenggang dan tahu-tahu pecut
lemasnya sudah direbut oleh si laki-laki bertubuh tinggi kurus.
Kemudian disusul dengan suara Blam! Dadanya telah
terhantam telak oleh pukulan lawan.
Dalam keadaan panik, Tan Liang masih sempat
menolehkan kepalanya. Dia melihat Liu Hou sudah terkulai di
atas tanah, mati dengan bersimbah darah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya ketika laki-laki bertubuh tinggi kurus mulai
bergebrak dengan Tan Liang, perempuan yang dipanggil 'sam
moay' segera menghunus sepasang goloknya dan menerjang
ke arah Liu Hou. Liu Hou yakin terhadap kekuatan sendiri. Dia
menangkis serangan perempuan itu dengan golok lebarnya.
Tidak disangka begitu saling membentur, goloknya langsung
terpental. Golok di tangan kiri perempuan itu langsung
menancap ke dalam ulu hatinya!
Sedangkan Tan Liang yang terkena hantaman si laki-laki
tinggi kurus langsung merasa dadanya seperti mendidih.
Tubuhnya terhuyung-huyung. Si Tinggi kurus mengeluarkan
suara tawa yang aneh. Pukulan kedua langsung dilancarkan.
Kali ini, Tan Liang bahkan tidak sempat bersuara sedikit pun.
Tubuhnya terpental ke dinding kamar dengan keras, kemudian
terkulai jatuh dan mati seketika dengan beberapa tulang
belulang yang patah.
Keempat orang itu hanya bergebrak dalam waktu yang
singkat. Ternyata sudah berhasil memperlihatkan pihak mana
yang kalah dan pihak mana yang menang. Tao Ling yang
duduk di sam-ping Lie Cun Ju merasa hatinya diguyur air
dingin. Tetapi biar bagaimana pun dia tidak bersedia
melarikan diri atau meninggalkan pemuda itu.
Tampak perempuan tadi dan si laki-laki tinggi kurus
membalikkan tubuh dan berlari keluar. Baru saja mereka
meninggalkan kamar itu, dari luar berkumandang serentetan
jeritan yang menyayat hati. Keadaan di luar sana tampaknya
kalang kabut. Si laki-laki bertubuh gemuk pendek malah
tertawa terkekeh-kekeh. Dia melangkahkan kakinya
menghampiri Tao Ling dan lie Cun Ju.
Tao Ling sadar mereka sulit menghindarkan diri dari
ancaman bahaya kali ini. Daripada mati konyol, lebih baik
mengadu jiwa, pikirnya dalam hati. Dia segera melepaskan
pedang ernas dan perak dari selipan pinggangnya kemudian
menerjang ke arah si gemuk pendek. Tetapi baru saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan kamar itu dipenuhi cahaya yang berkilauan, orang itu
sudah menghantamkan sebuah pukulan dan membuat
sepasang pedang Kim Gin Kiarn itu terpental jauh.
Belum sempat Tao Ling berdiri dengan mantap, sebuah
pukulan lainnya sudah meluncur ke arahnya. Tao Ling merasa
telapak tangan orang itu masih belum menyentuh dadanya.
Hanya serangkum kekuatan telah menerpanya dengan
kencang. Tubuhnya bagai ditimpa besi seberat ribuan kati.
Matanya langsung berkunang-kunang, tubuhnya limbung dan
Hooaakkk! Dia memuntahkan segumpal darah segar. Tapi
gerakan tubuhnya masih belum berhenti, kakinya terhuyunghuyung
ke belakang, kemudian secara kebetulan jatuh
menimpa tubuh Lie Cun Ju. Terdengar pemuda itu menjerit
histeris. Tampaknya tekanan tubuh Tao Ling membuat
lukanya bertambah parah beberapa kali lipat!
Tao Ling merasa dirinya hampir jatuh tidak sadarkan diri
begitu tubuhnya menimpa Lie Cun Ju. Tetapi dalam keadaan
setengah sadar setengah tidak, dia masih sempat mendengar
suara perem-puan itu berkata.
"Toako, satu pun tidak ada yang tertinggal, mari kita
pergi!"
Tao Ling masih berusaha memberontak, tetapi tiba-tiba
dadanya terasa sakit, si Gemuk Pendek sudah melancarkan
kembali pukulannya yang kedua. Dia hanya merasa isi
perutnya seperti membrendel dan kacau balau. Tubuhnya
hanya sempat bergerak-gerak sedikit kemudian terdiam.
***
Entah berapa lama telah berlalu, Tao Ling tersentak sadar
oleh rasa sakit dan perih. Dia ingin membuka matanya, tetapi
kelopak matanya tidak bisa digerakkan sedikit pun.
Seluruh tubuhnya bahkan seluruh isi perutnya bagai ditusuk
ribuan jarum yang telah dipanaskan di atas bara api. Karena
sakitnya sehingga sulit diuraikan dengan kata-kata. Dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenggorokannya seakan ada segumpal darah yang telah
membeku, sehingga sulit baginya meskipun hanya menelan
ludah saja. Jangan kan berbicara, merintih pun Tao Ling tidak
sanggup.
Tetapi, ketika dia sudah tersadar. Meskipun matanya tidak
bisa membuka, mulutnya tidak bisa bicara, tetapi telinganya
masih bisa mendengar, walaupun suara yang ada di
sekelilingnya hanya sayup-sayup seakan jauh sekali. Dia
merasa ada seseorang di dalam kamar itu yang terus bolak
balik. Kadang suara langkah kakinya berhenti di sampingnya,
kemudian menjauh lagi seakan meninggalkannya.
Saat itu, kecuali pasrah pada nasibnya sendiri, Tao Ling
tidak sanggup melakukan apa-apa lagi. Tidak lama kemudian
terdengar seseorang berkata.
"Meskipun kedua orang ini masih ada setitik nafas, tapi
seluruh isi perutnya sudah tergetar. Meskipun bisa
mendapatkan obat yang mujarab, takutnya nyawa mereka
hanya tinggal beberapa kentungan saja." Suara itu terdengar
terlontar dari mulut orang yang sudah tua.
"Belum tentu. Aku juga tidak mengharapkan mereka
tertolong. Pokoknya salah satu dari mereka bisa berbicara
beberapa patah kata, cukup." Suara yang satu ini terdengar
nyaring dan merdu. Seakan terlontar dari mulut seorang anak
gadis berusia lima belasan tahun.
"Kalau begitu kita coba saja." Terdengar orang yang sudah
tua berkata lagi.
Tao Ling merasa ada sebuah telapak tangan yang panas
membara menempel di punggungnya.
Lukanya saat itu memang parah sekali, sampai dia sendiri
tidak dapat membayangkan keparahannya itu. Kalau dalam
keadaan seperti ini, dia tidak mengalami kematian, boleh
dibilang merupakan suatu keajaiban. Ketika tangan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menempel di punggungnya, gadis itu merasa nyeri yang tidak
terhingga. Sesaat kemudian dia jatuh tidak sadarkan diri lagi.
Ketika Tao Ling tersadar kembali, rasa sakit-nya sudah jauh
berkurang. Tapi seluruh persendian dan tulang belulangnya
masih ngilu dan lemas, seperti terlepas atau beruraian di
dalam kulit. Tao Ling tidak mempunyai tenaga sedikit pun.
Niatnya ingin membuka mata untuk melihat dimana dirinya
berada, tetapi tidak ada kekuatan sama sekali. Sedangkan
tubuhnya terasa terguncang-guncang dan terdengar suara
berderak-derak. Rasanya dia berada di dalam sebuah kereta
yang sedang melaju. Tao Ling berusaha menenangkan
pikirannya. Mula-mula dia mencemaskan keadaan Lie Cun Ju.
Dengan menenangkan perasaannya, Tao Ling mencoba
mengingat pembicaraan kedua orang yang didengarnya tempo
hari. Kemungkinan Lie Cun Ju belum mati, hanya dia tidak
tahu bagaimana keadaannya sekarang.
Dalam hati Tao Ling menarik nafas panjang, Kembali gadis
itu merasa ada orang yang membuka mulutnya dan
menuangkan sejenis cairan. Cairanitu harum dan menyejukkan
perutnya. Perasaannya juga lebih segar. Dia mendengar anak
gadis itu berkata.
"Lihat! Dia tidak mati kan? Malah sudah jauh lebih segar
dari beberapa hari sebelumnya."
"Meskipun tidak mati, tetapi takutnya dia tidak bisa
bergerak lagi selamanya dan menjadi orang cacat yang tidak
dapat berbicara!" Terdengar suara orang tua menyahut.
Selesai pembicaraan, keadaan menjadi hening kembali. Hati
Tao Ling dilanda rasa sedih yang tidak terhingga mendengar
pembicaraan mereka. Diam-diam dia berpikir dalam hati.
"Waktu itu aku datang ke Si Cuan mengikuti kedua orang
tuaku. Kata mama ada urusan yang penting sekali. Tetapi aku
tidak tahu urusan apa yang dimaksudkan. Malah tidak
menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Padahal kota
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Cuan saja belum sampai. Bahkan aku sendiri tidak tahu
dimana sekarang aku berada?" Hati Tao Ling kembali terasa
pilu mengingat nasibnya.
Tujuh-delapan hari telah berlalu, Tao Ling masih belum
sanggup membuka kedua matanya. Kadang-kadang dia jatuh
tidak sadarkan diri. Tapi kadang-kadang dia tersadar kembali.
Hanya satu hal yang disadarinya, bahwa dia memang berada
di atas sebuah kereta kuda. Lagipula selama tujuh-delapan
hari ini, kereta kuda itu tidak pernah berhenti sekalipun!
Setiap kali mengingat dirinya akan menjadi orang cacat,
hati Tao Ling terasa perih kembali. Kalau ditilik dari kecepatan
kereta itu dan tidak pernah berhenti melakukan perjalanan
selama tujuh-delapan hari, rasanya mereka sudah menempuh
ribuan li. Entah kemana kedua orang itu akan membawa
dirinya?
Tiga-empat hari kembali berlalu. Tao Ling merasa nyeri di
seluruh tubuhnya sudah lenyap. Dia berniat membuka
matanya. Karena itu dia mengerahkan semua kekuatannya
dan ternyata dia berhasil.
Begitu matanya membuka, Tao Ling merasa ada seberkas
cahaya putih yang menutupi pandangannya. Mula-mula dia
terkejut sekali. Untuk sesaat dia sampai tertegun. Tetapi
setelah terbiasa, dia baru dapat melihat dengan jelas.
Rupanya cahaya putih yang terlihat olehnya adalah tirai
kereta. Begitu putihnya sehingga menyilaukan mata. Entah
terbuat dari bahan apa. Di bagian jendela dan atas pintu
kereta juga terdapat rumbai-rumbai berwarna putih
keperakan. Indah sekali. Meskipun Tao Ling sudah sanggup
membuka mata, namun kepalanya masih belum sanggup
digerakkan. Jadi yang dapat terlihat olehnya hanya atap
kereta. Pokoknya sebatas kerlingan matanya.
Tiba-tiba angin berhembus, rumbai-rumbai dari benang
putih tersingkap karena hembusan angin itu, Tao Ling dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat bahwa udara saat itu cerah sekali. Dia juga melihat
hamparan cakrawala yang putih membentang.
Dia tidak tahu dimana dirinya berada. Ingin sekali dia
memhuka mulut mengatakan sesuatu, tetapi sedikit suara pun
tidak dapat tercetus dari tenggorokannya.
Dalam keadaan seperti itu, kembali beberapa hari dilewati.
Kereta itu masih terus melaju. Sekarang Tao Ling sudah dapat
membedakan arahnya. Mereka menuju ke barat. Dan setiap
menjelang malam ada seseorang yang menyuapkan cairan
yang harum ke mulutnya.
Tao Ling memperhatikan orang yang menyuapkan cairan
kepadanya. Tetapi kedua orang itu seakan menghindarkan
pandangan matanya. Karena itu Tao Ling hanya dapat melihat
tangan mereka. Tangan yang satunya kurus seperti tengkorak.
Urat-uratnya yang berwarna hijau bersembulan. Warna
kulitnya kusam. Tetapi tangan yang satunya justru halus
seperti sutera. Warnanya merah dadu yang segar dan
kukunya panjang-panjang berbentuk indah. Malah diusapkan
sejenis cairan dan bunga-bungaan, terlihat seperti merah
menyala. Sekali lihat saja dapat dipastikan bahwa tangan itu
milik seorang gadis yang cantik. Dan Tao Ling yakin suara
gadis itulah yang didengarnya beberapa hari yang lalu. Tetapi
dia tidak habis pikir siapa kedua orang itu?
Beberapa hari kemudian, kepala Tao Ling mulai bisa
digerakkan. Dia juga melihat kereta tenipat dirinya terbaring
merupakan sebuah kereta yang mewah. Di samping bantalnya
menggeletak sepasang pedang emas dan perak. Di bagian
kepalanya duduk dua orang yang mengenakan pakaian putih
keperakan. Namun mereka mebelakangi Tao Ling sehingga
gadis itu tidak dapat melihat vvajah mereka.
Tao Ling hanya dapat melihat sekilas orang itu dari
samping. Yang satu adalah seorang laki-laki berusia lanjut.
Rambutnya penuh dengan uban berwarna keperakan. Yang
satunya lagi mepunyai rambut sehalus sutera, hitamnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekilauan. Tentu saja gadis bertangan indah yang dilihatnya
beberapa hari yang lalu. Keempat ekor kuda yang menarik
kereta itu juga berwarna putih keperakan. Derap kaki kuda itu
teratur dan larinya cepat sekali. Selama dua puluhan hari ini,
kemungkinan mereka sudah menempuh perjalanan sejauh tiga
ribuan li.
Tao Ling ingin menggunakan kesempatan ketika disuapi
cairan harum untuk melihat jelas wajah kedua orang itu.
Tetapi malam itu mereka tidak menyuapinya apa-apa. Pagi
hari keduanya, Tao Ling merasa perutnya nyeri karena
kelaparan. Tanpa sadar dia mengeluarkan suara rintihan.
Boleh dibilang ini merupakan pertama kalinya mulut Tao
Ling mengeluarkan suara selama dua puluhun hari
belakangan. Begitu mulutnya mengeluarkan suara rintihan,
gadis itu membentak nyaring kemudian, Sret! Seberkas
cahaya keperakan memercik berkilauan. Ternyata sebuah
pecut panjang berwarna keperakan pula. Keempat ekor kuda
itu langsung menghentikan derap kaki mereka. Gadis itu pun
menolehkan kepalanya dan bertemu muka dengan Tao Ling.
Tao Ling merasa pandangan matanya menjadi terang.
Seakan dirinya berada di khayangan. Perasaannya menjadi
nyaman dan lega. Ternyata kecantikan gadis itu sulit diuraikan
dengan kata-kata. Begitu cantiknya sampai Tao Ling merasa
dirinya bertemu dengan bidadari. Rambutnya terurai
sepanjang bahu, dia tidak mengenakan perhiasan apa-apa.
Alisnya melengkung indah dan bulu matanya lentik. Bola
matanya berkilauan seperti sebuah telaga yang bening.
Hidungnya mancung, bibirnya tipis mempesona. Begitu
cantiknya sampai-sampai Tao Ling curiga dirinya bukan
bertemu dengan manusia biasa, melainkan peri atau dewi
khayangan. Padahal Tao Ling sendiri bukan gadis yang jelek,
tetapi kalau dibandingkan dengan gadis itu, ternyata tidak ada
apa-apanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akhirnya kau bisa berbicara juga, bukan?" ujar gadis itu
tersenyum.
Selama dua puluh hari lebih, sudah berkali-kali Tao Ling
mendengar suara gadis itu. Hatinya ingin sekali berbicara
dengannya. Oleh karena itu, dia berusaha dengan susah
payah untuk menyahut.
“I…ya…”
Suara itu begitu lirih sampai Tao Ling sendiri hampir tidak
mendengarnya. Tetapi gadis berpakaian putih ternyata dapat
mendengarnya.
"Bagaimana menurut pendapatmu, akhirnya aku bisa
menolongnya juga, bukan?" Gadis itu tertawa cekikikan
seakan senang sekali. Dia memalingkan kepalanya kembali.
"Kalau kau sudah bisa berbicara, dapatkah kau menjawab
pertanyaanku?"
Tao Ling menganggukkan kepalanya. Keadaan Tao Ling
sekarang ini, kalau dibandingkan dengan dua puluhan hari
yang lalu, yang boleh dibilang sebelah kakinya sudah
menginjak di alam kematian, tentu jauh lebih baik. Tetapi
apabila ingin membuka mulut berbicara, tentu harus
mengerahkan seluruh kekuatannya. Tetapi meskipun suara
gadis itu lembut dan merdu didengar namun di dalamnya
seakan terkandung kekuatan yang memaksa siapa pun
menuruti kehendaknya.
Walaupun Tao Ling juga seorang gadis, tapi dia merasakan
bahwa pengaruh nada suara gadis itu yang seakan tidak boleh
dibantah. Karena itu sekali lagi dia berkata dengan susah
payah.
"Katakanlah!"
Tiba-tiba tubuh gadis itu berkelebat. Tao Ling belum
sempat melihat gerakan apa yang digunakan gadis itu, tahuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tahu orangnya sudah berada di sampingnya. Dia bertanya
dengan suara berbisik.
"Apakah kau mengenal Seebun locianpwe?"
Tao Ling tertegun. Kemudian dia berpikir. "Siapa Seebun
locianpwe yang dimaksudkannya?" Dia sendiri belum pernah
mendengar nama orang ini. Karena itu dia menggelengkan
kepalanya.
Wajah gadis itu memperlihatkan mimik yang aneh. Tetapi
dalam sekejap mata sudah pulih kembali seperti semula.
"Tahukah kau, siapa orang yang melukaimu?"
Tao Ling menggelengkan kepalanya kembali. Karena dia
memang tidak tahu siapa ketiga orang yang menggunakan
topeng merah itu.
Tiba-tiba wajah gadis itu menyiratkan kepanikan. Dalam
sesaat, hampir saja Tao Ling tidak percaya dengan pandangan
matanya sendiri. Karena di wajah gadis yang secantik bidadari
itu tiba-tiba terlihat senyuman yang dingin.
Walaupun dalam sekejap mata keadaan gadis itu sudah
pulih kembali seperti sedia kala. Tetapi Tao Ling sudah
merasakan berbagai penderitaan selama hari-hari belakangan
ini. Karena itu timbul kewaspadaan dalam hatinya. Apalagi bila
ia ingat gadis itu pernah mengucapkan kata-kata 'Aku juga
tidak ingin mereka tertolong, pokoknya salah satu dari mereka
bisa berbicara beberapa patah kata, cukup', ketika dia tersadar
setelah terkena pukulan si laki-laki bertubuh gemuk pendek
itu.
Kalau begitu, selama dua puluh hari ini mereka berusaha
susah payah membangkitkan dirinya dari jurang kematian
hanya ingin mendengar beberapa patah kata dari mulutnya.
Sama sekali bukan karena ingin menolongnya. Tapi, Tao Ling
juga merasa bingung, apa yang ingin diselidiki gadis itu dari
mulutnya? Di saat itu pikiran Tao Ling sangat bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau juga tidak ingat, bagaimana rupa orang itu?"
tanya gadis itu.
"Kouwnio, di . . . mana Lie . . . toako?" Tao Ling balik
bertanya.
"Maksudmu, orang yang terluka bersama-samamu itu?"
Tao Ling menganggukkan kepalanya.
"Lukanya terlalu parah, meskipun kami berniat
menolongnya juga tidak mungkin berhasil. Belasan hari yang
lalu, kami sudah melemparkannya di tepi jalan."
Hati Tao Ling terasa pilu. Di benaknya ter-bayang sinar
mata Lie Cun Ju. Meskipun gadis itu mengatakan lukanya
parah sehingga sulit tertolong lagi, karena itu mereka
melemparkannya ke tepi jalan. Kalau dibayangkan, lebih
banyak kemungkinan sudah matinya daripada hidupnya.
Mengingat hal yang menyedihkan, pelupuk matanya jadi
basah. Dua bulir air mata menetes dari sudut matanya.
Terdengar dia menarik nafas panjang.
"Cepat kau katakan, siapa yang melukai kau dan orang she
Lie itu, juga yang membunuh Harimau Bersayap Emas Tan
Liang, kemudian wakilnya Liu Hou dan belasan orang pegawai
'Ling Wei piau ki'?" tanya gadis itu kembali.
Hati Tao Ling terkejut sekali mendengar kata-katanya.
Ternyata karena dirinya menumpang di gedung itu, belasan
orang sampai kehilangan nyawanya. Cara turun tangan ketiga
orang itu benar-benar keji dan bedarah dingin.
"Jum . . . lah musuh . . . ada tiga . .. orang . . . Dua . . .
laki-la . . . ki dan sa . . . tu pe . . . rem ... pu ... an, se . . .
muanya . . . me . . . ngena . . . kan to ... peng . . . berwar . ..
na me ... rah da ... rah!" jawab Tao ling.
"Rupanya mereka!" Gadis itu tertawa terkekeh-kekeh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus. Semuanya sudah jelas. Kita sudah boleh
melanjutkan perjalanan," sahut orang tua dengan tanpa
menolehkan kepalanya sama sekali.
"Betul," sahut gadis itu. Cahaya perak berkelebat, gadis itu
sudah kembali ke tempat semula.
Tao Ling tidak mengerti apa yang akan dilakukannya. Tibatiba
pecut keperakan di tangan gadis itu melayang ke atas,
Creppp! arahnya menuju Tao ling.
Tentu saja Tao Ling terkejut sekali. Tetapi tubuhnya tidak
dapat bergerak sama sekali. Terpaksa dia membiarkan
perbuatan gadis itu. Ketika pecut itu mengenai dirinya, dia
tidak merasa sakit. Tetapi Tao Ling merasa kalau pecut itu
menekuk dan melilit tubuhnya. Kemudian gadis itu
menghentakkan tangannya sehingga tubuh Tao Ling pun
terangkat. Begitu gadis itu mengibaskan tangannya, tubuh
Tao Ling terlempar sejauh dua depa dari kereta, terhempas di
tanah. Dari dalam mulutnya menyembur darah segar dalam
jumlah yang sangat banyak.
Secara sekonyong-konyong gadis itu mengulurkan
pecutnya melemparkan' tubuh Tao Ling keluar dari kereta.
Meskipun kejadiannya hanya sekejap mata, namun pikiran Tao
Ling masih sadar. Dia teringat sepasang pedang emas dan
perak yang menggeletak di samping bantalnya. Sepasang
pedang itu membawa pengaruh besar bagi dirinya. Biar
bagaimana pun dia tidak ingin kehilangan pedang itu.
Tapi baru saja tubuhnya menghempas di tepi jalan, tibatiba
matanya melihat dua berkas cahaya yang berkilauan.
Gerakannya seperti cahaya kilat. Cep! Cep! terdengar suara
sebanyak dua kali. Ter-nyata sepasang pedang emas dan
perak itu juga dilontarkan keluar dengan pecut di tangan gadis
tadi. Sedangkan jatuhnya tepat di samping leher Tao Ling.
Tubuh Tao Ling tidak dapat digerakkan. Dengan mata
membelalak dia melihat kereta kuda itu meluncur pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cepat. Pada saat itu, dia baru melihat bahwa kereta
kuda itu juga berwarna putih keperakan. Rumbai-rumbai
benang yang menghiasi tepian kereta melambai-lambai ketika
kereta itu bergerak. Tidak lama kemudian, kereta kuda itu
hanya tinggal tampak setitik warna perak di kejauhan.
Tao Ling berusaha mempertahankan ke-sadarannya. Dia
benar-benar tidak dapat menduga apakah gadis dan orang tua
itu terhitung orang dari golongan lurus atau sesat. Dia juga
tidak dapat menduga siapa mereka?
Tadinya dalam hati Tao Ling timbul kebencian yang dalam.
Tetapi setelah dipikirkan matang-matang, dia merasa tidak
sepantasnya membenci mereka. Biar bagaimana mereka telah
menolongnya. Bila tidak mungkin di gedung ‘Ling Wei Piau ki'
dirinya sudah terkapar menjadi mayat. Walaupun akhirnya dia
harus mati juga, namun setidaknya dia sudah memperpanjang
kehidupannya selama dua puluh hari lebih.
Hatinya menertawai dirinya sendiri. Apa artinya hidup lebih
lama dua puluhan hari? Sedangkan dirinya sendiri tidak tahu
dimana sekarang dia berada, apalagi setelah mati, tidak
mungkin ada yang menemukannya. Beberapa tahun
kemudian, dirinya hanya tinggal onggokan tengkorak dan
tulang-tulang putih.
Dengan perasaan sedih Tao Ling memejamkan matanya.
Selama beberapa kentungan dia berada di antara sadar dan
tidak. Hari lambat laun menjadi gelap. Rembulan jernih seperti
air telaga. Sinarnya menyoroti sepasang pedang emas dan
perak di samping lehernya sehingga tampak berkilauan.
Tao Ling menolehkan kepalanya menatap sepasang pedang
emas dan perak itu, di dalam hatinya timbul lagi secercah
harapan. Sepasang pedang emas dan perak ini sangat
terkenal di dunia kang ouw. Seandainya ada orang yang
melewati tempat ini, kemungkinan dirinya akan tertolong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata Tao Ling masih mengerling ke samping menatap
sepasang pedang itu lekat-lekat. Tiba-tiba angin berhembus.
Hidungnya mengendus serangkum hawa yang harum. Hanya
mencium baunya saja perasaannya sudah jauh lebih nyaman
dan segar. Ketika matanya memperhatikan dengan seksama,
dia melihat ada semacam tumbuhan disamping sepasang
pedang emas dan perak. Daunnya berwarna ungu, ukurannya
lebih tinggi sedikit dari rum put biasa. Tanaman itu melambai-
Iambai karena gerakan angin, pemandangan pun menjadi
indah sekali.
Di bagian atas tanaman itu tumbuh empat butir buah
berwarna merah sebesar kelengkeng. Merahnya demikian
indah. Meskipun Tao Ling harus memiringkan kepalanya dan
melihat dengan susah payah, tapi rasanya sayang untuk
mengalihkan pandangannya.
Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara pletok! yang
lirih, sebutir buah pecah. Buah itu meneteskan air yang
baunya harum sekali. Kebetulan tetesannya jatuh di bibir Tao
Ling. Gadis itu segera menjulurkan lidahnya dan menjilat
cairan buah itu. Rasanya manis, begitu masuk ke dalam mulut
harumnya semakin menjadi-jadi.
Sisa cairan itu menetes di atas tanah lalu meresap ke dalam
dan menjadi kering. Pada saat itu Tao Ling sudah tahu bahwa
keempat butir buah itu adalah buah sian tho atau buah dewa
yang langka. Kemungkinan apabila dia makan semua buah itu,
lukanya bisa lebih cepat pulih atau mungkin tenaga dalamnya
bisa bertambah.
Walaupun jarak buah itu sangat dekat, tetapi Tao Ling tidak
menemukan akal untuk memakannya. Dia hanya dapat
memandang lekat-lekat seperti orang rakus.
Tidak lama kemudian, terdengar lagi suara pletak! sebutir
buah pecah lagi, dan cairannya pun menetes ke dalam mulut
Tao Ling. Dengan rakus Tao Ling menjilatinya. Jarak pecahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buah yang satu dengan buah yang lainnya hanya kurang lebih
sepeminum teh. Tao Ling merasa jantungnya berdebar-debar.
Di dalam tubuhnya mengalir hawa yang hangat.
Perasaan ini pasti dimiliki oleh orang yang normal. Padahal
selama dua puluhan hari, Tao Ling justru tidak merasakannya.
Bahkan sebelumnya detak jantungnya merasa lemah seperti
lampu kehabisan minyak.
Kali ini, Tao Ling semakin yakin dengan dugaannya. Buah
itu pasti buah langka yang mempunyai khasiat besar untuk
menyembuhkan luka dalam. Dia hanya meneguk helasan tetes
cairan dari buah itu, tetapi perasaannya sudah jauh lebih
segar. Berarti faedah buah itu sudah terlihat. Seandainya dia
bisa makan sisa buah yang tinggal dua butir lagi, bukankah
keadaannya akan semakin baik?
Apabila seseorang mencapai detik kematian, pasti akan
memikirkan cara untuk menyelamatkan diri sendiri. Pasti ada
semacam kekuatan yang mendesak hati kecilnya untuk
mempertahankan nyawanya. Begitu pula Tao Ling,
kehangatan yang mengalir dalam tubuhnya seakan
memberinya kekuatan. Dengan sekuat tenaga dia
meneiengkan kepalanya. Walaupun dia belum sanggup
mengangkat kepalanya, tetapi dia berusaha untuk
menjulurkan lehernya agar dapat menggigit buah itu. Tetapi
biar bagaimana dia berusaha, jaraknya dengan buah itu masih
terpaut sedikit. Persis seorang anak berusia dua tahun ingin
meraih suatu benda di atas meja. Apalagi keadaan Tao Ling
sedang terluka parah. Dia ingin meraih buah itu rasanya
sesulit terbang di angkasa.
Hampir kehabisan tenaga Tao Ling meluruskan kepalanya
kembali. Dia beristirahat sejenak. Sesaat kemudian dia
memberontak lagi untuk berusaha mencapai buah tadi. Kali
ini, dia benar-benar mengerahkan segenap kemampuannya.
Matanya melihat bibirnya hampir menyentuh buah itu. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuka mulutnya lebar-lebar tetapi tetap saja masih terpaut
sedikit.
Tao Ling membuka mulutnya lebar-lebar menunggu. Dalam
hati dia berpikir, seluruhnya ada empat butir buah, sekarang
yang dua sudah pecah dan cairannya menetes ke dalam
mulutnya. Mungkin apabila dia menunggu sebentar lagi, salah
satu dari buah itu pasti akan pecah pula. Demikian pula buah
yang satunya. Asal dia menunggu dengan mulut terbuka,
apabila kedua butir buah itu pecah, tetesannya pasti akan
jatuh ke mulutnya pula.
Tetapi sampai cukup lama dia menunggunya, kedua butir
buah itu tidak pecah-pecah juga.
Begitu tegangnya hati Tao Ling, sehingga hampir saja dia
semaput. Di saat hatinya sedang gelisah, tiba-tiba telinganya
mendengar suara dentingan. Ting! Ting! Ting! Suara itu lirih
tapi beruntun. Sumber suara itu dari samping tubuhnya.
Ketika dia menolehkan kepalanya untuk melihat bunyi apa
yang terdengar di telinganya, Tao Ling tiba-tiba tercekat
hatinya.
Rupanya dia melihat seekor ular kecil sebesar telunjuk
tangan. Tubuh ular itu belang-belang kombinasi merah putih.
Merahnya seperti bunga Tho, sedangkan putihnya seperti
salju. Di bagian ekor ular itu terdapat sepasang keliningan
kecil yang terikat. Ular itu sedang melata ke arah tanaman
tadi. Setiap kali tubuhnya bergerak, keliningan di ekornya pun
saling membentur dan menimbulkan suara dentingan.
Dalam sekejap mata, ular itu tampak semakin mendekat.
Dengan menggunakan bagian ekornya, ular itu mendongakkan
kepalanya ke atas. Dua kali mencaplok, kedua butir buah yang
masih tersisa itu langsung masuk ke dalam mulutnya.
Tao Ling yang sudah bersusah payah menunggu di bawah
tanaman itu tidak berhasil mengangkat kepalanya untuk
menggigit buah itu. Namun ular kecil itu datang dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerak-gerakkan ekornya memaplok seenaknya. Hati Tao
Ling benci sekali. Dia melihat ular kecil itu kembali
menggerak-gerakkan ekornya melata dengan tenang setelah
menikmati kedua butir huah tadi. Lagaknya seakan mengejek
Tao Ling. Hal ini membuat perasaan si gadis semakin
mendongkol.
Tanpa disadari mulut Tao Ling masih terus membuka. Ular
kecil itu merayap di lehernya dan hampir saja menyentuh
giginya. Tiba-tiba hati Tao Ling tergerak, seandainya buah itu
memang buah dewa yang langka, sedangkan saat ini baru
saja masuk ke dalam mulut ular kecil itu, pasti khasiatnya
masih ada. Mengapa dia tidak menggigit ular itu saja sampai
putus? Bukankah sama saja dia yang menelan buah tersebut?
Diam-diam Tao Ling sudah mengambil keputusan. Demi
mempertahankan nyawanya, otak Tao Ling tidak memikirkan
hal lainnya lagi. Dia terus membuka mulutnya lebar-lebar dan
menanti ular itu merayap lewat sekali lagi. Padahul di hari
biasa, jangan kan menggigit seekor ular. bahkan
menyentuhnya saja, Tao Ling merasa jijik.
Tiba-tiba ular itu merayap ke atas leher Tao Ling, kemudian
mendongakkan kepalanya seakan ingin memandang gadis itu
dengan seksama. Tanpa menunda waktu lagi, Tao Ling
mengerahkan seluruh kekuatannya dan dicaploknya kepala
ular itu bulat-bulat.
Ketika Tao Ling mencaplok kepala ular itu, keadaannya
sendiri sudah setengah sadar. Bahkan seperti orang gila.
Padahal kalau dilihat dari bentuk ularnya saja, siapa pun bisa
menduga bahwa ular itu seekor ular yang sangat berbisa.
Kalau Tao Ling sadar, dia juga tidak akan menelannya bulatbulat.
Dalam pikiran Tao Ling, yang penting dia harus
mendapatkan kedua butir buah yang sudah masuk ke dalam
mulut ular itu. Karenanya, Tao Ling menggigit dengan giginya
kuat-kuat, sampai sekian lama dia tidak melepaskannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar ekor ular itu mengeluarkan suara dentingan yang
terus menerus. Ular itu rupanya kesakitan dan berusaha
memberontak. Bahkan berkali-kali ekornya sempat
menghempas pipi dan kening Tao Ling. Gadis itu tidak perduli.
Dia terus menggigit kepala ular itu. Sesaat kemudian dia
merasa ada cairan yang masuk ke dalam tenggorokannya.
Entah darah ular atau air buah tadi, Tao Ling tidak sempat
merasakannya lagi. Hampir dua kentungan lamanya dia
menggigit kepala ular itu, kemudian lambat laun dia tertidur.
***
Entah berapa lama kemudian, Tao Ling merasa kelopak
matanya terasa perih. Ketika dia membuka matanya kembali,
ternyata matahari sudah tinggi. Jadi saat itu adalah siang hari
keduanya.
Begitu Tao Ling memperhatikan ternyata mulutnya masih
menggigit kepala ular itu. Dengan gugup memuntahkannya,
puih! Kepala ular yang sudah terputus itu termuntahkan
keluar, tetapi bagian tubuh dan ekor ular itu masih
menggeletak di lehernya.
Tao Ling merasa bagian lehernya agak gatal, tanpa sadar
dia mengulurkan tangannya dan membuang tubuh ular itu
jauh-jauh. Ketika ular itu sudah melayang jauh, dia baru
tersentak sadar, hatinya gembira sekali, dengan nada parau
dia berteriak, "Aku bisa bergerak!"
Sebelurn tertidur, Tao Ling telah berusaha sekuat tenaga
untuk mendongakkan kepalanya karena ingin mencaplok
kedua butir buah dewa tadi. Tetapi biar tenaganya sampai
habis, dia tetap tidak sanggup menggigit buah itu. Padahal
bagi orang lain hanya perlu memhungkukkan tubuhnya untuk
memetik, namun hagi Tao Ling justru sulitnya hukan
kepalang. Padahal saat ini, tanpa disengaja dia membuang
bangkai ular tadi, ternyata dia sudah bisa bergerak seperti
orang biasa. Bagaimana hatinya tidak menjadi senang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat-cepat Tao Ling menumpu kedua tangannya di atas
tanah kemudian bangun dan duduk. Dengan tanpa menguras
tenaga, kemudian dia berdiri, perasaannya seperti orang yang
baru bangun tidur. Apa yang dialaminya selama dua puluhan
hari seperti sebuah mimpi buruk yang panjang.
Di lain pihak, apa yang dialaminya selama dua puluhan hari
ini memang merupakan kenyataan. Tao Ling tidak ingin
memikirkan hal-hal iainnya. Dia segera duduk bersila dan
mencoba peredaran hawa murni da lam tubuhnya. Padahal
bagi setiap pesilat asalkan latihan, hawa murni di dalam tubuh
otomatis akan beredar sendiri. Tetapi kali ini meskipun Tao
Ling telah mengosongkan pikiran dan memusatkan perhatian,
namun dia tidak merasakan apa-apa. Persis orang yang tidak
mengerti ilmu silat sama sekali. Rasanya hawa murni di dalam
tubuhnya terlalu meluap sehingga bergerak dengan kacau
tanpa bisa dihimpun.
Ilmu kepandaian Tao Ling pada dasarnya belum tinggi. Dia
juga tidak tahu apakah yang dirasakannya ini merupakan
bencana atau keberuntungan, yang paling penting dia sudah
bisa bergerak. Cepat-cepat dia mencabut sepasang pedang
emas dan perak.
Ketika dia melirikkan matanya, dia melihat tanaman buah
dewa itu sudah layu.
Meskipun tanaman itu sudah layu, tetapi Tao Ling bisa
bergerak pasti karena khasiat buahnya. Tao Ling berpikir
dalam hati, buah yang demikian berkhasiat, pasti daun dan
akarnya berfaedah juga. Karena itu, Tao Ling segera
menggunakan salah satu pedangnya untuk mengorek
tanaman itu. Bahkan akarnya pun dicabutnya sekaligus.
Setelah itu dia mengepal-ngepalkannya sehingga menjadi
bulatan kecil lalu dimasukkannya ke dalam saku pakaian.
Setelah itu Tao Ling memperhatikan keadaan di sekitarnya.
Dia baru memperhatikan dirinya berada di sebuah padang
rumput yang luas. Di kejauhan terlihat pegunungan menjulang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi yang bayangan puncaknya penuh diselimuti salju yang
putih bersih.
Pemandangan yang indah sekali, tetapi tidak terlihat
adanya seorang manusia pun atau asap yang mengepul dari
rumah penduduk.
Tao Ling merenung. Kereta itu sudah melakukan perjalanan
selama dua puluh hari lebih. Apahila berangkatnya dari Hu Pak
dan terus menuju ke arah barat, pasti jarak yang ditempuhnya
sudah hampir mencapai tiga ribuan li. Berarti dirinya sekarang
berada di wilayah Si Yu (Sekarang disebut Tibet). Sekarang
dirinya sudah sehat. Yang paling penting tentu mengambil
jurusan timur, dia ingin mencari Lie Cun Ju yang dilemparkan
oleh gadis cantik itu ke tepi jalan. Karena itu, dia segera
memasukkan sepasang pedang emas dan perak ke dalam
selipan pinggangnya dan berjalan menuju timur.
Hampir setengah harian dia berjalan, bahkan dia sempat
memburu beberapa ekor kelinci yang kemudian dibakarnya
dengan api unggun dan dijadikan pengisi perut. Perasaannya
sudah jauh lebih segar. Tenaganya juga pulih kembali. Tetapi
bagian lehernya masih terasa gatal sekali.
Selama setengah harian Tao Ling berjalan, tidak
menemukan sebuah sungai pun. Karena itu Tao Ling tidak
dapat melihat apa yang terdapat di bagian lehernya yang
masih terasa begitu gatal. Di permukaan tanah yang penuh
dengan rerumputan masih terlihat jejak roda kereta. Tao Ling
berpikir, seandainya dia mengikuti jejak kereta itu, pasti ada
harapan menemukan Lie Cun Ju. Walaupun kemungkinan
pemuda itu sudah mati, setidaknya Tao Ling dapat
menguburkannya dengan layak.
Ketika malam tiba, dia menemukan sebuah hutan kecil dan
terpaksa bermalam di sana. Pagi-pagi dia sudah bangun. Baru
berjalan tidak seberapa jauh, tiba-tiba dia melihat dua ekor
kuda pilihan yang berlari ke arahnya dengan cepat.
Penunggang kuda itu terus melarikan kudanya sem-bari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menundukkan kepalanya ke bawah seakan sedang mencari
sesuatu.
Tao Ling seorang gadis yang berotak cerdas. Dia langsung
mengerti apa yang sedang dilakukan kedua penunggang kuda
itu. Akh! Orang-orang itu pasti mengikuti jejak roda kereta.
Mungkinkah mereka sedang mengejar si orang tua dan gadis
yang cantik itu?
Ketika Tao Ling memutar pikirannya, kedua ekor kuda itu
sudah sampai di depan matanya. Tao Ling mendongakkan
kepala. Kedua orang itu juga sudah melihatnya, tetapi yang
aneh mereka menatapnya dengan mimik wajah menyiratkan
perasaan kaget yang tidak terkirakan.
Wajah kedua orang itu hampir mirip, kemungkinan
memang dua bersaudara. Usianya sekitar lima puluhan. Wajah
mereka bersih dan lembut. Seandainya mereka tidak
menunggang kuda dan di bagian pinggang tidak menyembul
sebuah senjata yang bentuknya aneh, Tao Ling pasti mengira
kedua orang itu pelajar atau sastrawan yang tidak mengerti
ilmu silat.
Kedua orang itu menatap Tao Ling sekilas, kemudian salah
satunya berseru.
"Lie kouwnio, apakah kau melihat sebuah kereta berwarna
keperakan yang ditarik empat ekor kuda berwarna putih lewat
di tempat ini?"
Ketika mendengar kedua orang itu me-nyapanya 'Lie
kouwnio', Tao Ling agak tertegun. Tetapi setelah dipikirkan
sejenak, dia langsung mengerti. Pasti karena sepasang
pedang emas dan perak yang terselip di pinggangnya maka
kedua orang itu mengira dia keturunan Pat Kua Kim Gin Kiam
Lie Yuan. Dia segera mendongakkan wajahnya dengan
maksud ingin menjelaskan siapa dirinya.
Tidak tahunya, begitu dia mendongakkan kepala, kedua
orang itu langsung menarik tali pe-ngendali kudanya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mundur beberapa tindak. Wajah mereka menyiratkan
perasaan takut. Setelah saling pandang dengan saudaranya
sekilas, mereka langsung menarik kembali tali laso bermaksud
meninggalkan tempat itu.
"Hei! Kalian ingin mengejar kereta itu? Tapi harap kalian
beritahukan dulu, tempat apa ini?" teriak Tao Ling.
Salah satu dari orang itu langsung menghambur ke depan
sejauh tiga-empat depa.
Sedangkan yang satunya lagi malah berhenti sejenak
kemudian berkata.
"Lie kouwnio, ini wiiayah Tibet.Kau lihat gunung itu? Itulah
gunung Thian San. Lie kouwnio, apabila kau tidak menemui
Leng Coa ki cu jin (Pemilik rumah ular sakti) untuk mengobati
penyakit keracunanmu itu, mungkin tidak sampai sore hari kau
akan menemui kematian.Kami sudah lama mendengar nama
besar ayahmu, sengaja memberitahukan hal ini!"
Hati Tao Ling dilanda kebingungan. Dia ber-pikir dalam
hati, kalau dua hari yang lulu, aku memang hampir menemui
kematian, tetapi sekarang aku toh dalam keadaan baik-baik
saja, untuk apa aku memohon seseorang meminta dia untuk
menyembuhkan entah penyakit keracunan apa? Siapa pula
pemilik rumah ular sakti yang dikatakannya?
"Toako, mari kita pergi! Jangan menimbulkan masalah
lagi!" ucap penunggang kuda yang satunya lagi.
"Jite, ucapanmu salah sekali. Kita toh memang harus mati,
apalagi yang harus ditakutkan?" Kemudian keduanya pun
menarik nafas panjang.
"Entah siapa nama Hong wi yang mulia? Mengapa aku
harus memohon pertolongan pemilik rumah Ular sakti,
dapatkah kalian menjelaskannya?" tanya Tao Ling.
"Kami mendapat julukan Sepasang Elang . . ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling tidak menunggu orang itu menyelesaikan
ucapannya, dia segera menjura dalam-dalam.
"Oh! Rupanya Elang Besi Ciang Pekhu?"
Orang itu menganggukkan kepalanya.
"Dia itu adik kandungku, Ciang Ya Hu!" katanya sambil
menunjuk ke arah orang yang satunya lagi.
Rupanya kedua orang itu yang mendapat julukan Sepasang
Elang dari Hian Tiong. Mereka berasal dari keluarga Ciang.
Mereka tinggal di sebuah pulau di tengah danau dan hidup
dengan mewah. Keluarga Ciang merupakan salah satu
keluarga terkaya di dunia kang ouw. limu mereka juga cukup
tinggi, maka nama mereka tersohor sekali. Lagipula sejak kecil
senang mempelajari berbagai ilmu dari berbagai aliran.
Menurut selentingan di luaran, kedua orang itu bahkan pernah
berguru kepada Pun Cing Sian Sing dari Bu Tong Pai di Hok
Kian. Mereka menjadi murid tidak resmi dari tokoh Bu Tong
Pai itu. Hal ini karena Pun Cing Sian Sing melihat watak kedua
orang ini yang berjiwa pendekar. Juga merupakan tokoh yang
disegani baik oleh hek to maupun pek to di dunia bu lim. Tao
Ling merasa gembira dapat bertemu dengan kedua orang itu.
"Apakah kalian berdua ingin mengejar kereta itu? Aku
justru dilemparkan dari kereta itu oleh seorang gadis cantik
dan seorang laki-laki tua. Tetapi tu terjadi dua-tiga hari yang
lain!"
Si Elang besi Ciang Pek Hu memandangnya dengan
terperanjat.
"Kau dilemparkan dari kereta itu? Dia tidak membunuhmu?"
Kedua orang itu terperanjat.
"Mungkin karena dia menganggap aku tidak mungkin hidup
lagi, tapi kenyataannya aku justru hidup kembali." Tao Ling
tertawa getir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Elang besi Ciang Pek Hu menarik nafas panjang. Dia
tidak bertanya lebih jauh.
"Lie kouwnio, dengarlah nasehatku, dari sini ke arah timur,
kurang lebih sepuluh li, ada sebuah sungai kecil, airnya jernih
sekali. Mudah dikenali, di sampingnva ada heberapa pondok
yang dikelilingi pohon Liu. Di sanalah tempat tinggal pemilik
rumah ular sakti. Racun aneh yang mengendap di tubuhmu,
kemungkinan hanya dia yang bisa menawarkannya. Cepatlah
kesana memohon pertolongannya!"
"Terima kasih atas petunjukmu, tapi tadi kau mengatakan
biar hagaimana kalian toh akan mati, apa maksudmu?"
"Lie kouwnio, biar kami katakan juga percuma . . ." Berkata
sampai di sini, tiba-tiba seperti ada sesuatu yanjn teringat
olehnya. "Lie kouwnio, ada sedikit urusan yang ingin kami
minta bantuanmu, apakah kau tidak keberatan?"
Tao Ling sendiri seorang gadis yang berjiwa pendekar dan
herhudi luhur, seperti ayahnya. Dia segera menganggukkan
kepalanya.
"Harap Ciang cianpwe katakan saja!" jawab Tao Ling.
"Apabila pemilik rumah ular sakti bersedia mengobatimu,
tolong kau sampaikan kepadanya bahwa sepasang elang dari
Hian Tiong mengirim salam. Juga katakan kepadanya bahwa
kami saat ini dikejar oleh kereta putih itu. Keadaan kami
sangat gawat. Harap dia mengingat hubungan lama dan
datang secepatnva memberikan pertolongan!" ujar si Elang
Besi Ciang Pek Hu.
Tao Ling mendengarkan dengan penuh perhatian sampai
Ciang Pek Hu menyelesaikan kata-katanya. Diam-diam hatinya
menjadi bingung.
Ciang Pek Hu mengatakan bahwa mereka dikejar oleh
kereta putih itu dan keadaannya gawat sekali sehingga
meminta pertolongan dari pemilik rumah ular sakti. Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenyataannya kereta itu sudah lewat tiga hari yang lalu dan
jauhnya dari tempat ini mungkin ada lima ratus li. Apalagi tadi
mereka mengatakan bahwa mereka ingin mengejar kereta itu!
Tampaknya Ciang Pek Hu dapat melihat kebimbangan hati
Tao Ling.
"Lie kouwnio, usiamu masih muda sekali. Di dalam dunia
kang ouw bariyak peristiwa aneh yang tidak dapat kau
pahami. Asal kau sampaikan perkataan kami tadi kepada
orang yang itu, kami sudah terima kasih!" ucap Ciang Pek Hu
sambil lertawa getir.
"Baik." Tao Ling menganggukkan kepala. Tao Ling tahu
bahwa kedua orang ini berjiwa pendekar. Kata-katanya tadi
pasti mempunyai alasan tersendiri.
Ciang Pek Hu menarik tali kendali kudanya. Kedua ekor
kuda pilihan itu pun melesat pergi bagai terbang. Dalam
sekejap mata tinggal dua titik bitam tampak di kejauhan,
Tao Ling berdiri termangu-mangu beberapa saat. Gadis itu
ingat ucapan Ciang Pek Hu yang mengatakan dirinya terkena
racun yang aneh, mungkin ada hubungannya dengan ular
kecil yang digigitnya. Tetapi kalau dia pergi menemui pemilik
rumah ular sakti, tentu dia tidak hisa mencari Lie Cun Ju lagi.
Tao Ling teringat ucapan si gadis cantik pemilik kereta
perak. Gadis itu melemparkan Lie Cun Ju ke tepi jalan sudah
helasan hari yang lain. Apabila benar, kemungkinan Lie Cun Ju
saat ini sudah mati. Hatinya menjadi bimbang untuk
memutuskan apa yang harus diperbuatnya.
Tiba-tiba di kejauhan berkumandang suara batuk kecil. Tao
Ling menolehkan kepalanya. Dia melihat di kejauhan ada
sesosok bayangan. Bentuk sosok gemuk membengkak,
dengan bertumpu pada sebatang bamhu dan menghampiri ke
arahnya dengan lambat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Tao Ling melihat orang ilu masih berada di
kejauhan, hatinya sudah terkesiap. Karena barusan dia
mendengar suara batuk kecil seperti jaraknya tidak seberapa
jauh. Sedangkan di tempat yang demikian terpenci! tidak
mungkin ada orang tua yang datang, orang itu pasti seorang
tokoh bu lim yang sakti!
Ketika pikiran Tao Ling masih melayang-layang, jarak orang
itu sudah semakin dekat. Tampak tubuhnya seperti limbung,
dengan sebatang bambu sebagai penumpu. Jalannya lambat
sekali. Tetapi kenyataannya bahkan cepatnya tidak terkirakan.
Karena dalam sekejap mata, orang itu sudah tidak jauh
darinya. Sekali lagi Tao Ling terperanjat, karena orang yang
ketika dilihatnya dari kejauhan itu tampak gemuk
membengkak.
Akan tetapi setelah dekat ternyata dia sedang memanggul
orang.
Dua orang yang merapat menjadi satu. Dari jauh
bentuknya seperti bagian atas tubuh orang itu membengkak.
Pantas kalau pertama-tama Tao Ling terkejut, karena dia
melihat bentuk tubuh orang itu yang aneh dan cara jalannya
yang seperti merayap tetapi kenyataannya cepat bukan main!
Sedangkan orang yang dipanggulnya, kepalanya tertunduk
dan wajahnya tidak dapat ter-lihat jelas. Tetapi bentuk tubuh
dan pakaiannya tidak akan dilupakan oleh Tao Ling. Dialah Lie
Cun Ju yang dirindukannya selama hampir satu bulan.
Orang tua itu masih melangkah menghampiri dengan
bantuan batang bambu di tangannya. Dia seakan tidak melihat
keberadaan Tao Ling. Dilewatinya gadis itu tanpa melirik
sedikit pun.
Tao Ling termangu-mangu melihat Lie Cun Ju yang
dipanggul orang tua itu. Justru di saat yang beberapa detik
itu, tahu-tahu si orang tua sudah melangkah sejauh tigaempat
depa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lie toako, lo pek, tunggu dulu!" Tao Ling memanggil
dengan panik.
Orang tua itu seakan tidak mendengar panggilan Tao Ling.
Dia terus melangkahkan kakinya.
Malah jarak mereka semakin lama semakin jauh. Tidak
lama kemudian, yang tampak hanya bayangan punggungnya.
Pakaiannya melambai-lambai, rasanya sulit menyusul kedua
orang itu.
Tapi, mana mungkin Tao Ling menyudahinya begitu saja?
Biarpun orang tua itu sudah jauh sekali, dia tetap
mengerahkan segenap kemampuannya mengejar ke depan.
Kurang lebih setengah kentungan kemudian, tiba-tiba dia
melihat sebuah sungai kecil. Jernihnya bukan main. Bahkan
batu-batu kerikil yang ada di dalam air bisa dihitung karena
terlihat jelas sampai ke dasarnya. Di seberang sungai ada
beberapa batang pohon Liu yang sudah tua. Pemandangan di
tempat itu hampir mirip dengan daerah Kang Lam. Tiba-tiba
hati Tao Ling tergerak. Dia ingat kata-kata yang diucapkan
Ciang Pek Hu. Dia mempunyai dugaan bahwa tempat ini
mungkin kediaman Tuan Ular Sakti. Mungkinkah orang tua
yang bertemu dengannya tadi Tuan Ular Sakti?
Setelah merenung sejenak, sepasang kakinya langsung
menghentak dan meloncat ke seberang sungai. Dia mendarat
turun di depan pepohonan Liu tadi. Dia melihat di batang
pohon Liu yang terbesar terukir tiga huruf, 'Leng Coa ki'
(Rumah kediaman Ular Sakti). Mungkin ketika mengukir
tulisan itu, pohon tersebut belum sebesar sekarang, karena itu
bentuk tulisannya jadi melebar tidak teratur. Tapi untungnya
masih bisa terbaca.
Dugaan Tao Ling tidak salah, apalagi di samping beberapa
pohon itu ada beberapa pondok. Baru saja kakinya berjalan
setengah tindak, sekonyong-konyong dia menyurutkan
langkahnya kembali. Ternyata ketika dia mendongakkan
kepalanya, di atas pohon terdapat kira-kira delapan ekor ular
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang besarnya selengan manusia dewasa dan panjang kurang
lebih satu depaan. Ular-ular itu sedang merayap turun dan
menghadang jalan-nya. Warna ular itu sama seperti warna
daun pohonnya sehingga bila tidak diperhatikan dengan
seksama, pasti tidak terlihat.
Diam-diam Tao Ling berpikir dalam hati.
Ketujuh-delapan ekor ular itu pasti berbisa sekali. Biarpun
ular biasa saja sudah tidak mudah dihadapi, apalagi ular
berbisa. Apalagi kedatanganku kemari, ada sedikit
permohonan kepada pemilik rumah. Kediamannya itu
dinamakan Leng Coa ki (Rumah kediaman Ular Sakti), dengan
demikian kemungkinan ular-ular ini adalah peliharaannya.
Seandainya aku sampai melukai ular peliharaannya, bukankah
mencari masalah baru dengan pemilik rumah itu?
Dengan dasar pikiran demikian, Tao Ling segera
menyurutkan langkahnya mundur beberapa tindak, kemudian
berseru dengan lantang.
"Boanpwe Tao Ling, ada urusan penting ingin menemui cu
jin, mohon kesediaan cu jin mengijinkan boanpwe masuk ke
dalam!"
Baru saja ucapannya selesai, segera terdengar sahutan dari
inulut seorang kakek tua.
"Biar urusan yang bagaimana pentingnya, tetap harus
menunggu beberapa saat!"
Ternyata orang yang tinggal di pondok ini bukan orang
yang menyepikan diri dan tidak bersedia bertemu dengan
orang luar. Buktinya sekali mengajukan permohonan,
langsung mendapat jawaban darinya. Suaranya terdengar
sudah tua sekali. Mungkin memang orang tua yang ditemuinya
di perjalanan tadi. Dia menyuruh tamunya menunggu
beberapa saat. Ton Tao Ling tidak ada urusan iainnya apa
salahnya menunggu beberapa saat?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan menyilangkan tangannya di depan dada, Tao Ling
berjalan mondar mandir di sekitar pepohonan itu. Saat itu dia
baru memperhatikan bahwa di ranting-ranting pohon itu
terdapat ular-ular kecil yang berbisa dan jumlahnya harnpir
tidak terhitung.
Melihat ular-ular kecil itu, hati Tao Ling agak takut. Dia
terus mengundurkan diri sehingga tidak terasa sudah sampai
di tepian sungai. Saat itu dia baru bercermin pada permukaan
air sungai yang jernih. Saking terkejutnya dia sampai
menyurut mundur beberapa langkah.
Hampir saja dia tidak mempercayai pandangan matanya
sendiri. Setelah menenangkan hatinya, dia baru melangkah
mendekati tepian sungai kembali. Sekali lagi dia berkaca di
permukaan sungai. Ternyata apa yang dilihatnya tidak
berubah. Entah sejak kapan, di bagian lehernya penuh dengan
bercak-bercak merah yang besar kecilnya tidak sama.
Bentuknya seperti bunga Tho.
Bahkan di wajahnya juga sudah terlihat beberapa bercak
yang sama. Padahal Tao Ling seorang gadis yang cantik.
Kulitnya putih bersih. Tetapi dengan adanya bercak-bercak
merah, wajahnya menjadi lain bahkan membawa kesan agak
mengerikan.
Saat itu juga, Tao Ling baru sadar mengapa sepasang
Elang dari Hian Tiong terkejut sekali ketika pertama kali
melihatnya. Rupanya wajahnya penuh dengan bercak-bercak
merah itu. Mungkin mereka menyangka telah bertemu dengan
makhluk aneh. Hal ini tidak mengherankan, sedangkan Tao
Ling sendiri saja sempat terkejut setengah mati ketika
pertama bercermin di permukaan air sungai itu.
Di samping itu, Tao Ling juga bingung, dari mana
datangnya bercak-bercak merah itu? Sampai sekian lama dia
berdiri dengan termangu-mangu. Matanya memandangi
permukaan air sungai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang mencari aku?" Tao Ling mendengar suara.
Tao Ling terkejut setengah mati, dia langsung menolehkan
kepalanya. Orang yang berdiri di bawah pohon Liu yang besar
itu ternyata memang kakek yang dilihatnya memanggul Lie
Cun Ju tadi. Dia mengenakan pakaian berwarna abu-abu,
tubuhnya kurus seperti lidi. Tangannya masih menggenggam
batang bambu. Kakek itu mengenakan jubah besar. Dilihat
dari jauh seperti sehelai jubah yang digantungkan di bawah
pohon.
Tao Ling segera maju ke depan dan menjura dalam-dalam.
"Boanpwe Tao Ling menghadap locianpwe!"
"Tidak usah banyak peradatan. Apakah kedatanganmu ini
ingin memohon aku menawarkan racun yang mengendap
dalam tubuhmu?" tanya orang tua itu sambil mengangkat
batang bambunya dan menahan gerakan tubuh Tao Ling.
"Pasti aku terkena sejenis racun yang aneh makanya timbul
bercak-bercak merah di seluruh wajah dan leher.Tapi aku
tidak merasakan apa-apa, hanya sedikit gatal di bagian leher.
Lebih penting menanyakan keadaan Lie toako," ujar Tao Ling
dalam hati.
"Locianpwe, orang . . . yang kau panggul tadi . . . adalah
sahabat baik boanpwe. Bagaimana keadaannya sekarang?"
tanya gadis itu.
"Hm! Delapan bagian hampir mati," dengus orang berjubah
abu-abu itu.
"Locianpwe, apakah masih ada harapan untuk
menolongnya?" Tao Ling bertanya dengan panik.
"Kalau sudah sampai di Leng Coa ki» otomatis akan
tertolong!"
Hati Tao Ling menjadi lega mendengar jawaban orang tua
itu. Hitung-hitung rejekinya dan Lie Cun Ju cukup besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah melalui beberapa kali cobaan, ternyata masih bisa
meloloskan diri dari kematian. Justru ketika hatinya masih
merasa senang, dia mendengar orang tua itu berkata lagi.
"Tetapi kau sendiri, aku tidak berjanji bisa
menyembuhkannya!"
"Apakah racun yang mengendap dalam tubuhku demikian
hebat?" Tao Ling bertanya dengan hati terkesiap.
"Apakah ular yang menggigitmu itu warnanya belangbelang
merah putih dan bagian ekornya terdapat sepasang
keliningan serta besarnya setelunjuk tangan? Ular itu bernama
Tho hua mia (Nasib bunga Tho), setelah digigit olehnya, di
seluruh wajah timbul bercak-bercak merah, lalu tidak bisa
tertolong lagi!"
"Locianpwe, ular itu tidak menggigit boanpwe, tapi
boanpwe yang menggigitnya," jawab Tao Ling dengan tertawa
getir.
"Omong kosong!" Orang (ua itu terkejut hukan main.
"Mana mungkin hoanpwe berani berbohong?"
Tao Ling segera menuturkan secara ringkas apa yang
dialaminya setelah terlempar dari kereta yang ditumpangi
gadis cantik itu. Orang tua itu mendengarkan dengan penuh
perhatian. Sepasang ma-tanva menatap Tao Ling dengan
tajam ketika gadis itu menyelesaikan ceritanya.
"Kalau hegitu, Tho Hua Mia mati di tangan-mu?"
Hati Tao Ling terkejut melihat orang tua itu tiba-tiba
menjadi marah. Dia memberanikan dirinya menjawab.
"Boanpwe tidak tahu ular itu peliharaan locianpwe sehingga
dalam keadaan terpaksa, boanpwe menggigitnya sampai
mati."
Wajah orang tua itu berubah lembut kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari ikut aku ke dalam pondok." Dia membalikkan
tubuhnya dan melalui beberapa batang pohon liu tersebut.
Tao Ling segera mengikutinya dari belakang. Ular-ular yang
melingkar di atas ranting-ranting pohon seakan takut sekali
kepada si orang tua. Mereka menyurutkan tubuhnya dan
bersembunyi di balik gerombolan dedaunan. Diam-diam Tao
Ling merasa heran.
Setelah masuk ke dalam pondok, Tao Ling melihat keadaan
di dalamnya sangat teratur dan rapi. Kursi dan meja juga
bersih sehingga tidak terlihat setitik debu pun. Tao Ling sadar
orang tua ini pasti menyukai kebersihan.
"Tanpa disengaja kau telah makan dua butir buah merah
itu. Namanya Te hiat ko (Buah darah bumi). Buah itu memang
aneh, juga langka. Bila tidak melihat darah manusia,
selamanya buah itu tidak akan matang. Pada saat itu lukamu
parah sekali, kau memuntahkan darah beberapa kali. Darah
itulah yang terhisap oleh buah Te hiat ko itu sehingga secara
kebetulan kau berhasil menikmati cairannya yang menetes ke
dalam mulutmu. Hal ini membawa suatu keberuntungan bagi
dirimu. Dengan bantuan cairan buah itu, racun ular kecil itu
jadi terdesak di salah satu bagian tubuhmu, tidak terpencar
kemana-mana. Kalau tidak tentu saat ini kau sudah mati.
Tidak usah khawatir, dengan ban-tuanku, racun itu pasti dapat
terdesak keluar. Tapi . . . apakah akar dan daun pohon Te hiat
ko itu sempat kau cabut atau tidak?"
"Ada!" sahut Tao Ling. Dia segera menge-luarkan kepalan
akar dan daun tanaman itu dari dalam saku pakaiannya.
Orang tua itu seakan melihat benda pusaka saja, dia
langsung mengulurkan tangannya menyambut akar dan
dedaunan itu
"Ikut aku!" katanya kemudian.
Mereka masuk ke ruangan yang lain. Di sana terdapat
berbagai jenis botol yang terbuat dari batu kumala. Botol-botol
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu berjejer pada sebuah rak yang menempel di dinding
pondok. Di atas sebuah balai-balai, berbaring Lie Cun Ju.
Ketika Tao Ling memperhatikannya dengan seksama, dia
terkejut setengah mati.
Tanpa sadar mulutnya mengeluarkan suara seruan terkejut.
Ternyata wajah Lie Cun Ju saat itu pucat pasi dan demikian
putihnya seperti selembar kertas. Tampangnya bahkan lebih
tidak enak dilihat daripada orang mati sekalipun. Padahal ini
sudah ada dalam dugaan Tao Ling, tapi dia tetap merasa
terkejut juga ketika melihatnya langsung. Apalagi di atas
tubuh Lie Cun Ju terdapat beberapa ekor ular kecil berwarna
kebiru-biruan. Dapat dipastikan semuanya merupakan ular
berbisa dan ular-ular itu bukan hanya merayap di tubuh Lie
Cun Ju, bahkan membuka mulutnya lebar-lebar dan menggigit
setiap urat darah yang penting di tubuh pemuda itu.
Melihat keadaan itu, jantung Tao Ling langsung berdegup
keras. Perasaannya memang sangat mengkhawatirkan
keadaan Lie Cun Ju. Dia langsung mempunyai pikiran "Kakek
tua ini pasti bukan orang baik-baik." Membawa pikiran itu, dia
segera membalikkan tubuhnya kemudian membentak.
"Apa yang kau lakukan pada diri Lie toako?"
Orang tua aneh itu hanya menundukkan kepalanya
mempermainkan akar dan dedaunan yang diberikan oleh Tao
Ling tadi. Terhadap pertanyaan Tao Ling yang kasar, dia
seakan tidak mendengarnya.
"Kau mencelakai Lie toako sedemikian rupa, kau malah
mengatakannya sedang menolongnya!" Tao Ling membentak
lagi sambil melangkahkan kakinya.
"Siapa yang mencelakai Lie toakomu?" tanyanya dingin.
Tao Ling tidak tahu masalah yang sebenarnya, dia
menganggap orang tua itu mencelakai Lie Cun Ju malah
sengaja mungkir. Pemuda itu sudah melalui berbagai
penderitaan bersama-sama dengannya, meskipun kokonya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Heng Kan membunuh Li Po, abangnya Lie Cun Ju, tetapi
hubungan mereka baik-baik saja. Apalagi di dalam hati sudah
timbul perasaan sukanya kepada pemuda itu, mana sudi dia
menerima begitu saja Lie toakonya dicelakai orang? Pokoknya
dia harus membalaskan dendam bagi Lie toako!
Walaupun Tao Ling menyadari bahwa orang tua itu bukan
tokoh sembarangan, tetapi hawa amarah dalam dadanya telah
meluap. Dia tidak berpikir panjang lagi. Cring! Dia mencabut
pedang dari selipan ikat pinggangnya kemudian melan-carkan
sebuah serangan ke arah si orang tua!
Wajah kakek itu langsung berubah melihat tindakannya.
"Bocah cilik, tampaknya kau benar-benar sudah bosan
hidup?" Tubuhnya hanya menggeser sedikit. Serangan Tao
Ling segera melesat lewat di sampingnya.
Sejak meneguk cairan buah Te hiat ko, tenaga dalam Tao
Ling sudah bertambah kuat. Gerakan tubuhnya juga jauh lebih
ringan, hanya saja dirinya sendiri belum menyadarinya.
Sampai keadaannya menjadi panik karena memikirkan
keselamatan Lie Cun Ju, dia melancarkan jurus serangan ke
arah orang tua tadi. Hatinya baru terkesiap, diam-diam dia
berpikir dalam hati.
Tia sering mengatakan aku tidak becus mempelajari Pat
Sian Kiam. Setelah bertahun-tahun melatihnya masih belum
menunjukkan kebolehan apa-apa. Kalau dibandingkan dengan
koko, terpautnya jauh sekali. Tetapi seranganku ini cepat dan
keji, sehingga jurus Menteri mempertahankan negara ini
menunjukkan kehebatannya.
Nyalinya jadi besar menemukan kemajuan dirinya. Melihat
orang tua itu mengelakkan serangannya, tubuhnya segera
berputar dan melancarkan jurus Sastrawan Meniup Seruling.
Pedangnya mula-mula dilintangkan seperti orang yang sedang
meniup seruling, kemudian kakinya maju setengah tindak dan
sekonyong-konyong pedangnya menghunjam ke depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Timbul bayangan bunga-bunga dari gerakan pedangnya,
cahaya keperakan berkilauan. Pedangnya bergerak lurus
mengancam tenggorokan si Orang tua.
Kakek tua itu mengeluarkan suara dengusan dingin dari
hidungnya.
"Benar-benar bocah yang belum mengerti urusan!"
Tubuhnya disurutkan, kakinya tidak bergerak. Dengan
mudah lagi-lagi dia menghindarkan diri dari serangan Tao
Ling!
Hati gadis itu semakin lama semakin sewot. "Gerakan
kakek ini aneh sekali," pikirnya dalam hati. Seandainya saat ini
dia bisa berpikir dengan tenang dan kepala dingin, meskipun
ilmunya mengalami kemajuan, tetapi dua kali berturut-turut
dia melancarkan serangan dan semuanya dapat dihindarkan
dengan mudah oleh orang tua itu. Hal ini membuktikan ilmu
kepandaian orang tua itu jauh lebih tinggi daripadanya.
Apabila dia langsung menghentikan serangannya, mungkin
tidak sampai menimbulkan berbagai masalah di hari kelak.
Tetapi sayangnya dia terlalu panik melihat keadaan Lie Cun
Ju. Orang yang dilanda emosi memang biasanya tidak berpikir
panjang. Dua kali serangannya yang gagal malah membuat
hati Tao Ling semakin panas. Pergelangan tangannya
digetarkan. Pedangnya diputar kemudian tiba-tiba tubuhnya
menerjang ke depan. Dengan posisi agak miring, dia
mengerahkan jurus Kakek Tua Merwnggang Keledai.
Serangannya yang ketiga kali ini semakin hebat dan ganas.
Mimik wajah orang tua itu sejak tadi memang sudah tidak
enak dipandang. Ketika serangan ketiga Tao Ling meluncur
datang, wajahnya yang tersorot cahaya pedang malah
menyiratkan kegusaran. Tangan kanannya memasukkan akar
dan dedaunan Te hiat ko ke dalam jubahnya. Tubuhnya
bergerak sedikit dengan gaya tenang dia malah maju
menyongsong pedang Tao Ling yang sedang meluncur ke
arahnya. Tiba-tiba tangannya yang seperti tengkorak itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengulur ke depan. Belum sempat Tao Ling menghindar,
tahu-tahu pergelangan tangannya telah dicengkeram oleh
orang tua itu.
Tao Ling merasa terkejut, mendadak se-rangkum angin
kencang sudah menahan gerakan pedangnya. Hatinya
terkesiap. Saat itu dia baru teringat, kakek ini berilmu tinggi.
Seandainya dia ingin membunuh Lie Cun Ju, tentu dia tidak
akan menggunakan ularnya yang kecil-kecil tapi berbisa itu.
Keadaan Lie Cun Ju sedang terluka parah. Sekali hantam saja
nyawanya pasti melayang
Ketika dia ingin menanyakan hal itu sampai jelas, terlambat
sudah. Tangan orang tua yang seperti tengkorak itu telah
mencengkeram pergelangan tangannya erat-erat. Persendian
pergelangan tangannya terasa nyeri bukan kepalang. Keringat
yang membasahi keningnya menetes dengan deras.
Orang tua itu memuntir tangan Tao Ling. Gadis itu merasa
setengah badannya seakan lumpuh. Kelima jari tangannya
merenggang, pedang perak pun terlepas dari tangannya.
Terdengar orang tua itu membentak dengan suara yang
dalam.
"Sudah dua puluh tahun lebih, tidak ada seorang pun yang
berani turun tangan kepadaku. Siapa kau sehingga nyalimu
demikian besar, hah?"
Tadinya Tao Ling niasih ingin berdebat, tetapi pergelangan
tangannya masih dicengkeram oleh kakek tua itu. Dia
mencoba menghimpun hawa murni dalam tubuhnya untuk
memberikan perlawanan, ternyata rasa sakitnya semakin
menjadi. Keringat dingin mengucur semakin deras. Maka dia
tak sanggup lagi membuka suara.
Tampak sepasang mata orang tua itu memancarkan hawa
pembunuhan yang tebal. Hati Tao Ling semakin merasa
ketakutan. Baru saja dia berusaha berteriak, tiba-tiba dari luar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pondok berkumandang suara seorang gadis yang nyaring dan
merdu.
"Apakah Leng Coa Sian Sing ada di rumah?Ular-ular
peliharaanmu semuanya tidak becus."
Wajah orang tua itu tiba-tiha berubah. Tangan-nya yang
mencengkeram pergelangan tangan Tao Ling mengendur.
Tetapi belum sempat gadis itu melakukan gerakan apa-apa,
jalan darah di bawah leher dan pundaknya sudah tertotok.
Cara turun tangannya cepat sekali.
"Antara aku dan kalian selamanya tidak pernah ada
hubungan apa-apa. Untuk apa kau mencariku?" ujar orang tua
itu dengan nada marah.
Saat itu jalan darah Tao Ling sudah tertotok. Gadis itu tidak
bisa bergerak atau bersuara. Tetapi telinganya masih dapat
mendengar dengan jelas. Dia mengenali suara di luar pondok
seperti suara si gadis secantik bidadari yang melemparkannya
keluar dari kereta.
Terdengar gadis itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Leng Coa Sian Sing, tempat tinggal kita demikian dekat,
sejak dulu seharusnya kita mempunyai hubungan. Karena itu,
aku sengaja datang berkunjung. Mengapa sian sing malah
tampaknya kurang senang?" ujar gadis yang ada di luar
pondok itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Leng Coa Sian Sing (si kakek tua) bimbang sejenak,
kemudian dia keluar juga dari ruangan itu sekaligus
merapatkan pintunya. Tao Ling tidak bisa melihat keadaan di
luar. Akan tetapi dia masih bisa mendengar pembicaraan
antara Leng Coa Sian Sing dengan gadis itu.
"Ada petunjuk apa yang hendak kau berikan? Silakan
katakan langsung!" Nada suaranya terdengar agak angkuh,
namun di dalamnya terselip sedikit kekhawatiran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi gadis itu tertawa cekikikan.
"Aku mendengar berita, bahwa salah satu dari dua orang
yang kupungut tempo hari dan kuanggap akan menjadi
mayat, bahkan kau hidupkan lagi. Seandainya orang itu benarbenar
tidak mati, aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan
kepadanya."
"Aneh! Aku tinggal di sini sudah lama, selamanya tidak
pernah menginjakkan kaki keluar dari wilayahku ini, mana
mungkin ada orang yang kutolong?"
Suara tertawa gadis itu masih terdengar terus.
"Leng Coa sian sing, harap jangan mungkir lagi. Orang
yang melihatmu itu sudah mengatakan terus terang. Masalah
ini besar sekali. Selamanya kau hidup menyempilkan diri di
tempat ini, untuk apa tanpa sebab musabab kau mencari
perkara karena orang itu?" ucap gadis cantik itu sambil
tertawa terkekeh-kekeh yang tiada henti-hentinya.
"I kouwnio, apa yang kau katakan, aku tidak mengerti
sama sekali!"Leng Coa sian sing tertawa dingin.
"Leng Coa sian sing, taruhlah di hadapanku kau masih bisa
mungkir.Kau sudah menyembunyikan orang itu, tetapi kau
ingin mengelabui aku. Tapi biar bagaimana kau tidak bisa
mengelabui tiga iblis keluarga Lung dari gunung Ling San, Kui
Cou," ujar gadis cantik itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Leng Coa Sian Sing tampaknya terkejut setengah mati.
Untuk sesaat dia sampai berdiam diri.
"Tiga Iblis dari Keluarga Lung? Tiga Iblis dari Keiuarga
Lung?" Nada suaranya mengandung kegentaran yang tidak
terkirakan.
"Tidak salah. Tiga Iblis dari Keluarga Lung. Secara diamdiam
mereka telah menyusup ke wilayah barat ini. Karena
orang yang kau tolong itu sudah memergoki mereka. Maka
dari itu, biar bagaimana pun mereka ingin membunuh orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Coba kau pikirkan baik-baik, apakah kau sendirian
sanggup menghadapi mereka?"
Sekali lagi Leng Coa Sian Sing terdiam. Tao Ling yang ikut
mendengarkan sampai mengernyitkan keningnya.
"Tiga iblis dari keluarga Lung yang disebut gadis itu pasti
ketiga orang bertopeng yang mencelakai aku dan Lie toako
itu. Selama ini aku sering mendengar cerita tentang tokohtokoh
di dunia kang ouw dari ayah dan ibu. Mengapa belum
pernah mendengar mereka menyebut nama Tiga Ibiis
Keluarga Lung dari gunung Liang San di Kui Cou?" gumam
Tao Ling dalam hati.
"I kouwnio, orang yang kau katakan itu laki-laki atau
perempuan?" tanya Leng Coa Sian Sing.
"Leng Coa Sian Sing, apakah kedua orang itu benar-benar
tertolong olehmu? Kalau memang benar, aku menginginkan
kedua-duanya. Entah Leng Coa Sian Sing bersedia
memandang muka ayah dan menyerahkannya kepadaku?"
Hati Tao Ling panik sekali mendengar permintaan gadis itu.
Dia sadar meskipun wajah Leng Coa Sian Sing selalu dingin
dan tidak enak dilihat, tapi bagaimana pun dia merupakan
tuan penolong bagi Lie Cun Ju. Saat ini penuida itu masih
terbaring di atas balai-balai, wajahnya pucat pasi, namun
setidaknya masih hidup. Sedangkan gadis itu memang cantik
jelita bagai bidadari, tapi hatinya kejam, dan turun tangannya
keji. Seandainya terjatuh ke tangan gadis itu, tentu akibatnya
mengerikan. Karena itu, dia berharap Leng Coa Sian Sing
menolak permintaannya.
Leng Coa sian sing merenung sekian lama. Kemudian baru
terdengar suaranya kembali.
"I kouwnio, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," tanya
orang tua itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa Leng Coa Sian Sing demikian sungkan? Ada apa
silakan katakan saja."
"Kedua orang itu, baik yang iaki-laki maupun yang
perempuan tidak memiliki ilmu yang seberapa hebat. Boleh
dibilang bocah masih ingusan dalam ilmu silat. Tapi mengapa
tiga iblis dan Nona I sendiri demikian memandang tinggi
mereka dan mengejarnya sampai kemana pun?" ujar Leng Coa
Sian Sing.
Gadis itu berdiam diri beberapa saat.
"Tiga iblis dari keluarga Lung mengejar mereka karena
jejak mereka datang ke wilayah barat secara tiba-tiba
dipergoki oleh kedua orang itu. Mengenai aku sendiri, Leng
Coa sian sing, bisakah kau mengurangi rasa ingin tahumu?"
"I kouwnio, apakah kau kira bisa menggertak aku?" sahut
orang tua itu.
Pembicaraan kedua orang itu terdengarnya sungkan sekali.
Tetapi dari nadanya siapa pun dapat mengetahui bahwa
mereka sedang saling berkutet, dan siapa pun tidak ada yang
sudi mengalah.
Lagi-lagi gadis itu tertawa cekikikan. Suara tawa itu
demikian merdu, tetapi di dalamnya terselip pengaruh yang
kuat dan membuat orang bergidik.
"Leng Coa sian sing, dengan kekuatanku seorang diri, tentu
saja aku tidak berani menekanmu. Tetapi siok siok (paman) ku
masih ada di luar. Dia sedang menunggu jawaban dariku . . ."
Tao Ling yang mendengarkan pembicaraan mereka dari
ruang satunya langsung menyadari, bahwa orang yang
dipanggil siok-siok oleh gadis itu pasti si orang tua bertubuh
kurus yang ikut menyuapinya di dalam kereta tempo hari.
Entah apa yang dikatakan Leng Coa Sian Sing. Tao Ling
berusaha mendengarkan dengan seksama. Tetapi keadaan di
ruang satunya bahkan sunyi senyap. Sampai beberapa saat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru terdengar Leng Coa Sian Sing berbicara. Namun
suaranya begitu lirih sehingga Tao Ling tidak berhasil mendengarkannya.
"Kalau begitu, sekarang aku mohon diri!" sahut gadis itu.
Tao Ling memang tidak tahu apa yang dibicarakan Leng
Coa Sian Sing kepada gadis itu, tetapi mendengar gadis itu
berpamitan, setidaknya perasaan Tao Ling menjadi lega.
"Maaf tidak mengantar . . . sampaikan salam kepada ayah
dan pamanmu!" ucap Leng Coa Sian Sing.
Suara pintu terbuka disusul dengan suara ringkikan kuda
lalu derap langkahnya yang menjauh. Pasti gadis cantik itu
datang dengan keretanya yang mewah dan sekarang sudah
pergi lagi.
Tidak lama kemudian, Leng Coa Sian Sing masuk lagi ke
dalam rumah. Dia menatap Tao Ling beberapa saat.
Pandangan matanya agak aneh. Tetapi Tao Ling tidak bisa
menerka apa maksud hatinya. Orang tua itu mengulurkan
tangan dan menepuk kedua jalan darahnya yang tertotok.
Sekarang Tao Ling bisa bergerak juga bisa berbicara. Dia
segera bertanya kepada Leng Coa sian sing, "Locianpwe,
apakah I kouwnio itu sudah pergi? Siapa dia sebetulnya?"
"Tidak lama lagi kau pasti tahu sendiri, buat apa bertanya?"
ujar Leng Coa Sian Sing sambil tersenyum aneh.
Tao Ling tidak tahu apa yang terkandung dalam hati kakek
itu. Terpaksa dia menghentikan pertanyaannya.
Leng Coa Sian Sing mengulurkan tangannya mengambil
salah sebuah botol dari ratusan botol yang berjajar di rak
dinding. Dituangkannya tiga butir pil kemudian berkata,
"Minumlah tiga butir pil ini! Dalam waktu satu kentungan
kecuali mengedarkan hawa murni dalam tuhuh, tidak boleh
sembarangan bergerak. Besok bila melihat ada bercak-bercak
merah di telapak tanganmu, kau baru temui aku lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling melihat orang tua itu sudah melupakan urusan
pertarungan mereka tadi. Hatinya malah jadi tidak enak.
"Locianpwe, maafkan kesalahan boanpwe tadi!" ucap Tao
Ling
"Tidak perlu banyak bicara!" tukas orang tua itu.
"Locianpwe, entah bagaimana keadaan Lie toako? Apakah
membahayakan jiwanya?" tanya Tao Ling sambil matanya
melirik Lie Cun Ju.
Leng Coa Sian Sing tersenyum.Senyumannya kali ini juga
terasa tidak wajar. Sekali lagi Tao Ling tertegun. Entah apa
yang dirahasiakan orang tua ini? Setelah tersenyum, Leng Coa
Sian Sing berkata dengan perlahan, "Di saat kau mendesak
racunmu ke telapak tangan, mungkin dia sudah dapat
berbicara."
Tao Ling melihat keseriusannya. Rasanya orang tua itu
tidak mungkin berdusta. Perasaan Tao Ling jadi lega. Dia
segera menepi ke sudut ruangan dan bersila sambil
memejamkan mata.
Sejak meneguk cairan buah Te hiat ko, aliran darah Tao
Ling beredar dengan lancar. Hawa murni dalam tubuhnya
bahkan seperti meluap-luap. Tidak berapa lama kemudian, dia
memusatkan seluruh konsentrasinya untuk mendesak racun di
dalam tubuhnya ke bagian telapak tangan. Meskipun
demikian, suara di sekelilingnya masih bisa terdengar dengan
jelas.
Entah berapa lama dia duduk bersila, tiba-tiba telinganya
mendengar suara Leng Coa Sian Sing. "Racun ular itu sudah
terdesak ke bagian telapak tanganmu. Kau sudah boleh
bangun sekarang!"
"Masa begitu cepat sudah satu kentungan?" tanya Tao Ling
bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling membuka mata dan menolehkan kepalanya.
Tampak Lie Cun Ju sudah duduk bersandar. Wajahnya tampak
masih pucat, tetapi dia sudah bisa tersenyum.
"Lie toako, apakah kau sudah sembuh?" Tao Ling bertanya
dengan gembira.
"Boleh dibilang aku sudah sampai di depan pintu neraka,
tetapi ditarik kembali," sahut Lie Cun Ju.
Tao Ling masih ingin berbicara dengan Lie Cun Ju, tetapi
dicegah oleh Leng Coa Sian Sing. Tao Ling menolehkan
kepalanya. Tampak tangan orang tua itu menggenggam
sebatang jarum sepanjang tiga inci, sinarnya berkilauan.
"Rentangkan telapak tanganmu, aku akan mengeluarkan
cairan racun di dalamnya!"
Tao Ling mengulurkan telapak tangannya. Hatinya terkejut
tidak kepalang. Tampak telapak tangannya penuh dengan
bercak-bercak merah berbentuk bunga bwe. Begitu indahnya
sehingga tampak seperti lukisan. Tetapi kalau dipandang
lama-lama agak mengerikan seakan mengandung sesuatu
kegaiban yang sesat. Baik telapak tangan kiri maupun kanan,
kedua-duanya dipenuhi hercak yang sama.
Tao Ling sudah melihat kehebatan Leng Coa Sian Sing
menyembuhkan Lie Cun Ju. Hatinya semakin yakin dengan
keahlian orang tua itu. Kedua telapak tangannya diulurkan ke
depan dan diletakkan di atas meja. Leng Coa Sian Sing segera
menusuk bagian tengah gambar bunga Tho yang ada di
telapak tangan gadis itu dengan jarumnya. Kemudian dengan
menggunakan jari tangannya dia menekan pinggiran bercak
bunga Tho itu. Jarum emas yang digunakan Leng Coa Sian
Sing cukup besar. Tao Ling yakin, asal sekitar tempat yang
ditusuk tadi ditekan kuat-kuat, racun ular tadi pasti akan
menyembur keluar.
Tetapi setelah menekan heberapa kali, tampak wajah Leng
Coa Sian Sing menunjukkan perubahan. Warna bercak bunga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tho di telapak tangan Tao Ling masih berwarna merah segar,
tidak memudar sedikit pun.
"Aneh sekali!" Dia mencabut jarum tadi. Dan ditusukkannya
kembali ke bercak bunga Tho yang kedua. Di setiap telapak
tangan Tao Ling memang ada bercak lima kuntum bunga Tho.
Tetapi sampai semuanya ditusuk dan ditekan oleh Leng Coa
Sian Sing, bercak itu tetap saja tidak ada setitik pun racun ular
yang keluar.
"Locianpwe, apakah racunnya tidak dapat dikeluarkan?"
tanya Tao Ling penasaran.
Leng Coa Sian Sing tidak langsung menjawab. Dia
mengulurkan tangannya untuk meraba denyut nadi di
pergelangan tangan Tao Ling. Kemudian dia menyimpan
kembali jarum emasnya. "Racun-nya tidak dapat dikeluarkan
lagi!" ucapnya.
"Tapi, a . . . ku tidak apa-apa?" ucap Tao Ling tertegun.
"Kau tidak akan apa-apa!" sahut Leng Coa Sian Sing.
Tadinya Tao Ling mengira Leng Coa Sian Sing hanya
membesar-besarkan hatinya.
"Locianpwe, katakan terus terang!"
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya!" Berkata sampai
di sini, dia menjadi bimbang sesaat. Kemudian dia baru
melanjutkan kembali kata-katanya. "Lain kali apabila kau
bergebrak dengan seseorang, harap jangan menggunakan
kekerasan. Terlebih-lebih terhadap saudara kandungmu atau
saudara seperguruanmu sendiri, jangan sekali-kali mengadu
pukulan!"
"Locianpwe, apa maksud kata-katamu barusan?" tanya Tao
Ling. Hatinya bingung setelah mendengar nasehat dari Leng
Coa Sian Sing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pokoknya kau turuti saja perkataanku tadi. Tidak usah
banyak tanya!" ucap Leng Coa Sian Sing.
Tao Ling tahu, percuma dia bertanya terus, karena itu dia
tidak berkata apa-apa lagi.
Enam hari teiah berlalu. Luka dalam yang diderita Lie Cun
Ju sudah mulai sembuh. Dia sudah bisa bergerak dan berjalan.
Pada hari ketujuh, Tao Ling sedang berbincang-bincang
dengan pemuda itu di ruangan dalam. Tiba-tiba mereka
mendengar suara seorang gadis.
"Leng Coa Sian Sing, aku datang untuk memenuhi
perjanjian!"
Begitu mendengar suara itu, Tao Ling segera mengenalinya
bahwa itu suara si gadis berpakaian putih. Hatinya terkejut
sekali. Dari celah pintu dia mengintip keluar. Dia melihat gadis
itu sudah masuk ke dalam pondok.
"Ternyata kedatangan I kouwnio tepat waktu sekali!"
sambut Leng Coa Sian Sing.
Lie Cun Ju yang duduk di samping Tao Ling segera melihat
perubahan hebat pada wajah gadis itu.
"Tao kouwnio, siapa yang datang?" tanyanya lirih.
Dengan tergesa-gesa dan nada berbisik Tao Ling segera
menceritakan pengalamannya ketika ditolong gadis itu. Tibatiba
wajah Lie Cun Ju juga jadi pucat pasi.
"Dia bermarga I?" tanya Lie Cun Ju.
Tao Ling tidak menjawab, dia hanya men-ganggukkan
kepalanya.
"Bagaimana dengan luka kedua orang itu?" tanya gadis itu
lagi.
"Sudah sembuh. I kouwnio adalah orang yang aku
percayai. Apakah benda yang sudah dijanjikan itu dibawa?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau tidak, aku tidak akan menyerah-kan kedua orang itu
kepada kouwnio!" sahut Leng Coa Sian Sing.
Mendengar sampai di sini, hati Tao Ling semakin terkesiap.
Tidak heran Leng Coa Sian Sing mengobati mereka dengan
hati-hati, ternyata dia menginginkan suatu benda dari Si Gadis
Cantik itu.
Benar-benar hati manusia sulit diraba! Tao Ling segera
menoleh kepada Lie Cun Ju. Pemuda itu memberikan isyarat
dengan tangannya sambil berkata, "Tao kouwnio, kita tidak
boleh terjatuh ke tangan orang she I itu!"
Dalam keadaan gugup Tao Ling mengintip lagi dari celah
pintu. Tampak gadis itu mengeluarkan sebuah lencana
berbentuk persegi dan panjangnya satu cun. Warnanya
keperakan berkilauan. Tidak terlihat jeias tulisan apa yang
tertera di atasnya.
"Ayah bilang, penggunaan tiga kali terlalu banyak. Kau
hanya boleh menggunakannya sebanyak dua kali, kemudian
langsung dikembalikan!" kata gadis itu.
Ketika melihat lencana perak itu, hati Tao Ling agak
tergerak. Dia rasanya pernah mendengar orang mengatakan
sesuatu tentang lencana semacam itu. Tetapi karena hatinya
sedang panik, untuk sesaat dia tidak bisa mengingatnya
kembali. Tampaknya masih ada sedikit pembicaraan yang
akan berlangsung di antara mereka. Mengapa tidak
menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri?
Tao Ling dan Lie Cun Ju bergegas meloncat keluar lewat
jendela. Tao Ling memapah Lie Cun Ju dan herlari ke depan.
Baru berlari sejauh dua depa, dia sudah mendengar suara
gadis itu bertanya.
"Leng Coa Sian Sing, dimana kedua orang itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh? Tadi mereka masih ada di sini. Mungkinkah mereka
sudah melarikan diri?" jawah Leng Coa Sian Sing dengan nada
terkejut.
Pada saat ini Tao Ling baru menyadari bahwa tujuh hari
yang lalu, Leng Coa Sian Sing telah menghianati mereka
bahkan menukar jiwa mereka dengan sesuatu benda! Karena
itu, setelah si Gadis yang cantik itu pergi, dia memperlihatkan
sinar mala dan senyuman yang aneh.
Tanpa berpikir banyak lagi, Tao Ling segera menyeret
tangan Lie Cun Ju dan bersembunyi di halik sebatang pohon
Liu yang besar.
"I kouwnio jangan gusar, asal mereka belum terialu jauh,
dengan seruling pemanggil ular ini, kau tidak takut mereka
bisa terbang kemana!"
Kemudian Tao Ling dan Lie Cun Ju juga mendengar suara
seruling yang memekakan telinga. Suaranya melengking dan
semakin lama nadanya semakin tinggi.
Baru saja suara seruling itu berbunyi, langsung terdengar
suara desiran di sana sini. Ketika melihat ke sekitarnya, kedua
orang itu langsung terkejut setengah mati. Ternyata di sekitar
mereka bermunculan ular-ular yang entah jumlahnya berapa
banyak dan berbagai jenis. Mereka bergerak keluar karena
mendengar irama seruling yang ditiup Leng Coa Sian Sing.
Tao Ling dan Lie Cun Ju sadar. Leng Coa Sian Sing tidak
tahu berapa lama mereka melarikan diri, karena itu dia
menggunakan seruling untuk memerintahkan ular-ularnya
agar mengejar. Mereka khawatir apabila nada seruling itu
bertam-bah tinggi, mereka pasti sulit meloloskan diri dari
tempat itu.
Dalam keadaan panik, dengan tanpa sadar mereka
menolehkan kepalanya. Tampak di tepi sungai berhenti
sebuah kereta berwarna putih keperakan, sinarnya berkilauan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keempat ekor kuda yang menarik kereta itu sedang meringkikringkik
dengan keras.
Hati Tao Ling tergerak. Tanpa ragu sedikit pun dia
langsung menyeret tangan Lie Cun Ju. Mereka berlari menuju
kereta tersebut. Meskipun keadaan Lie Cun Ju sudah pulih,
tetapi luka yang dideritanya tempo hari terlalu parah, apalagi
dia tidak mendapatkan buah berkhasiat tinggi Te hiat ko
seperti Tao Ling. Saat ini dirinya seperti orang yang tidak
mengerti ilmu silat, sebagaimana biasanya orang sehabis
menderita sakit parah. Sesampainya di samping kereta,
nafasnya tersengal-sengal.
Saat itu Tao Ling juga tidak memperdulikan lagi batas
antara laki-laki dan perempuan. Dia langsung membopong
tubuh pemuda itu naik ke atas kereta, dia sendiri juga loncat
ke dalam.
Suara irama seruling yang ditiup Leng Coa Sian Sing
semakin melengking. Terasa angin berdesir-desir, ratusan ular
berbisa menyembulkan kepalanya dan menjulurkan lidahnya
serta melata ke arah kereta.
Ada beberapa ekor yang geraknya lebih cepat. Binatang
melata itu sudah sampai di sisi kaki kuda, sehingga kuda itu
ketakutan dan meringkik terus. Tao Ling segera mengeluarkan
beberapa batang senjata rahasia dan dilontarkannya ke arah
ular-ular itu. Tangannya yang sebelah sekaligus
menggerakkan tali kendali. Keempat ekor kuda itu pun
melesat secepat kilat meninggalkan tepi sungai itu.
Saking cepatnya kereta itu, telinga Tao Ling dan Lie Cun Ju
sampai mendengar suara angin menderu-deru dari kiri kanan
kereta. Mereka bagai melayang di atas angkasa dengan
mengendarai awan.
Dalam hati Tao Ling kagum sekali dengan kuda-kuda
pilihan itu. Ketika dia menolehkan kepalanya, Leng Coa ki
hanya tinggal tampak setitik hijau yang kecil saja. Dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waktu yang sangat singkat, mereka sudah menempuh jarak
tujuh-delapan li. Masih belum terlihat ada orang yang
mengejar. Tao Ling baru bisa menghembus-kan nafas lega.
"Lie toako, kali ini kembali kita berhasil meloloskan diri dari
kematian!" ucap Tao Ling samhil menolehkan kepalanya ke
arah Lie Cun Ju.
"Takutnya belum tentu!" sahut pemuda itu.
Di samping kereta Tao Ling menemukan pecut perak yang
digunakan gadis cantik itu. Dia melontarkannya dua kali.
Kereta kuda itu meluncur semakin cepat.
"Meskipun gadis she I itu mempunyai kepandaian yang
tinggi sekali, tetapi belum bisa dia mengejar kereta kuda ini,"
kata Tao Ling.
"Tao kouwnio, apakah kau tidak pernah mendengar orang
mengungkit soal Gin leng hiat ciang (Lencana perak telapak
darah)?"
Tao Ling langsung tertegun. Hampir saja dia terjatuh dari
kereta kuda.
"Betul. Tadi aku justru melihat gadis itu menyerahkan
sebuah lencana berwarna keperakan kepada Leng Coa sian
sing!" serunya
"Aih! Apabila benar Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang
mencari kita, rasanya kita tidak mungkin bisa meloloskan diri!"
Mendengar Lie Cun Ju mengungkit soal Gin leng hiat ciang,
hati Tao Ling semakin ketakutan. Tentu bukan tidak ada sebab
musababnya, karena empat huruf itu, boleh dibilang tidak ada
seorang pun di dunia kang ouw yang tidak mengetahuinya.
Tetapi orang yang benar-benar berani menyebutnya, justru
sedikit sekali. Bukan karena apa-apa, tapi karena takut ditimpa
bencana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu sudah terkenal sejak
belasan tahun yang lalu. Tetapi saat itu, dia belum berhasil
melatih ilmu telapak darah. Bahkan ilmu warisan Mo Kau pun
baru dilatihnya sampai tingkat keenam.
Tadinya I Ki Hu seorang sastrawan gagal. Malah kalau tidak
salah dia tidak mengerti ilmu silat sama sekali. Namun ketika
sedang berpesiar melihat-lihat keindahan pemandangan,
seorang gadis yang ternyata putri tunggal Cousu Mo Kau
(Agama sesat) saat itu secara kebetulan melihatnya dan jatuh
cinta kepadanya. Gadis itu bukan main jeleknya. Sedangkan I
Ki Hu seorang pemuda yang gagah dan tampan. Tentu saja
dia tidak akan tertarik kepada gadis yang sedemikian buruk
rupanya. Tetapi sebagai seorang rakyat jelata, mana mungkin
dia bisa melawan kekuatan Mo Kau yang namanya sudah
tersohor sejak ratusan tahun yang lalu?
Dalam keadaan terpaksa, dia pun menikah dengan putri Mo
Kau itu. Tapi pada dasarnya I Ki Hu adalah manusia yang
cerdik. Sikapnya pun hati-hati. Setelah menikah dengan gadis
Mo Kau itu, tidak sekalipun dia menunjukkan sikap kurang
senangnya. Dengan keras dia melatih ilmu warisan Mo Kau
yang paling hebat.
Gadis itu mengira suaminya mencintainya dengan setulus
hati. Para jago Mo Kau diperintahkan mengelilingi seiuruh
dunia untuk mendapatkan berbagai dedaunan atau
rerumputan yang dapat menambah kekuatan. Dia mencekoki
suaminya dengan berbagai obat-obatan berkhasiat tinggi.
Dalam waktu sepuluh tahun, ilmu Mo Kau I Ki Hu sudah
mencapai tingkat keenam. Berarti lebih tinggi dari Cousu Mo
Kau dan putrinya sendiri.
Saat itu, seiuruh bu lim masih belum tahu bahwa di dalam
Mo Kau telah muncul seorang jago berilmu tinggi. Sampai I Ki
Hu memalingkan wajahnya dari putri iblis itu. Dia
memperhitungkan kebencian yang terpendam di dalam
hatinya selama bertahun-tahun. Dia mengungkit masalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika dia dipaksa menikah dengan putri Mo Kau itu. Bahkan
kata-katanya yang manis selama sepuluh tahun ini ternyata
palsu semuanya. Akhirnya terjadi pertarungan antara I Ki Hu
dengan cousu Mo Kau dan putrinya. Perlu diketahui bahwa
ilmu Mo Kau mempunyai satu keistimewaan. Setiap kali
tingkatannya naik, maka tenaga dalam orang itu pun
bertambah satu kali lipat.
Pada saat itu, ilmu yang dilatih cousu Mo Kau baru
mencapai tingkat kelima. Sedangkan putrinya malah baru
mencapai tingkat keempat. Dalam tiga puluh jurus saja, cousu
Mo Kau sudah berhasil dibunuh oleh I Ki Hu. Sedangkan
putrinya terluka parah.
Enam Tancu Mo Kau yang terdiri dari enam orang jago
pengurus cabang pusat, timur, utara, selatan, barat, serta
pendopo langit (bagian hukum) ikut mengeroyok I Ki Hu.
Namun mana mungkin kepandaian mereka dapat menandingi
menantu cousu Mo Kau itu? Malah malangnya, mereka
berenam mati di tangan I Ki Hu.
Ketika dia hendak turun tangan membunuh putri cousu Mo
Kau, perempuan itu berkata, "Perasaanku terhadapmu keluar
dari hati yang setulusnya. Mungkin dulu aku tidak seharusnya
memaksamu menikah denganku. Setelah kita menikah, aku
selalu baik terhadapmu. Akan tetapi kau menghina aku buruk
rupa. Sekarang kau malah memalingkan kepala, aku memang
kalah denganmu, tetapi sekarang aku sedang mengandung
anakmu. Bagaimana kalau kau beri aku kesempatan untuk
melahirkan dulu anak ini, kemudian baru bunuh diri?"
I Ki Hu sudah menelan segala penderitaan dan menahan
kebenciannya selama sepuluh tahun. Hatinya juga keji sekali.
Dia tidak mempunyai sedikit perasaan pun terhadap putri Mo
Kau itu. Ternyata dia tidak mengabulkan permintaan putri
ketua Mo Kau itu dan bersiap turun tangan membunuhnya.
Saat itu putri ketua Mo Kau sedang hamil tujuh bulan.
Begitu melihat wajah I Ki Hu menyiratkan hawa pembunuhan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia segera menghimpun hawa murninya dan mendesak
janinnya keluar dari rahim. Kemudian dia sendiri memotong
nadi tangannya dan mati seketika.
I Ki Hu melihat bayi yang terlahir itu seorang bayi
perempuan. Wajahnya justru bertolak belakang dengan
ibunya. Walaupun dipaksa lahir dalam keadaan prematur,
tetapi suara tangisannya nyaring dan lantang. Pipinya berona
kemerahan. Sungguh seorang bayi yang cantik. Tadinya I Ki
Hu sudah mengangkat tangannya hendak menghantam kepala
bayi itu. Tetapi melihat bayi itu begitu menarik dan lucu,
timbul juga perasaan sayangnya sebagai seorang ayah. Dia
segera memutuskan tali pusat bayi itu kemudian melepaskan
mantelnya serta digunakan untuk membungkus bayi yang
masih merah itu.
Para pemhaca, cerita yang dikisahkan di atas tidak ada
hubungannya lagi dengan cerita ini. Tetapi bayi yang
dilahirkan secara paksa itu justru si gadis cantik berpakaian
putih yang kemudian diberi nama I Giok Hong!
Dalam waktu dua kentungan, I Ki Hu membunuh ketua Mo
Kau, putri tunggalnya serta keenam kepala cabang partai itu.
Sisa murid Mo Kau yang masih cecere mana mungkin
melakukan perlawanan terhadap I Ki Hu. Dengan panik
mereka berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Selesai
memhunuh tokoh-tokoh penting partai itu, I Ki Hu pun
melangkah keluar dari markas pusat Mo Kau. Dia menimbun
ratusan batang kayu hakar di sekeliling gedung itu kemudian
disiramnva dengan minyak tanah. Kemudian api pun menvala
dengan berkobar-kobar. Dalam waktu satu hari satu ma lam
gedung bekas markas Mo Kau yang besar itu punah dilalap si
Jago merah. Dengan demikian, partai Mo Kau yang pernah
mengejutkan dunia bu lim selama tiga ratus tahun itu pun
hilang dari permukaan bumi.
Tidak sampai tiga bulan, peristiwa ini sudah tersiar ke
seluruh dunia kang ouw. Sekaligus nama I Ki Hu juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terangkat ke atas. Tidak sedikit tokoh-tokoh yang mempunyai
hubungan baik dengan pihak Mo Kau mencarinya untuk
memhalas dendam. Namun satu persatu berhasil dikalahkan
oleh I Ki Hu. Bahkan Tocu dari Hek cui to (Pulau Air hitam) di
wilayah Pak Hai yakni Hek kiam Cui Hun 'Pedang hitam
pengejar sukma' Ci Cin Hu yang tergolong jago kelas satu dari
golongan hitam juga turun tangan sendiri. Akhirnya I Ki Hu
terluka karena tangan tokoh yang satu ini. Tapi sayangnya dia
tidak membasmi I Ki Hu dan membiarkannya pergi begitu
saja. Hal ini justru menimbulkan bencana bagi Ci Cin Hu.
Dua tahun kemudian, ilmu Mo Kau yang dilatih I Ki Hu
sudah mencapai tingkat ketujuh. Bahkan dia berhasil melatih
ilmu telapak darah yang terkenal paling sulit dipelajari dalam
aliran Mo Kau. I Ki Hu langsung menyeberang ke laut utara
dan mencari Hek kiam cui hun Ci Cin Hu untuk membalas
kekalahannya tempo hari. Seluruh anggota pulau Air hitam
baik yang masih ada hubungan darah dengan Ci Cin Hu
maupun ketiga muridnya, semua mati di tangan I Ki Hu. Ci Cin
Hu sendiri mati di bawah telapak darah lawannya ini. Cara
turun tangannya sungguh telengas. Seluruh bu lim sampai
meleletkan lidah mendengar berita ini. Kemudian dia
mendengar selentingan di dunia kang ouw bahwa Ci Cin Hu
masih mempunyai seorang putra yang usianya belum ada satu
tahun. Kebetulan di saat terjadi pembantaian, bayi laki-laki itu
tidak ada di tempat. Hal ini menimbulkan keresahan bagi I Ki
Hu. Dia mengelilingi dunia untuk menemukan bayi laki-laki
itu.Maksudnya tentu ingin membasmi rumput sampai ke akarakarnya.
Di mana pun dia singgah selalu ada tokoh berilmu tinggi di
dunia bu lim yang terbunuh di bawah telapak darahnya.
Karena itu, namanya semakin terkenal. Lencana perak yang
dikeluarkannya mendapat julukan 'bertemu dengan lencana
laksana bertemu dengan orangnya sendiri'. Walaupun seorang
bocah cilik yang membawa lencana itu, sedangkan Anda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebetulan seorang tokoh kelas satu di dunia bu lim, tapi Anda
pasti tidak berani memandang rendah bocah itu.
Dengan demikian I Ki Hu malang melintang di dunia bu lim
selama tiga-empat tahun. Entah dia berhasil menemukan
putra Ci Cin Hu atau tidak. Kemudian dia jarang lagi
berkecimpung di dunia persilatan. Orang-orang bu lim hanya
tahu dia menetap di wilayah Tibet. Walaupun orangnya sendiri
sudah jarang muncul, tetapi mengungkit nama Gin leng hiat
ciangnya, masih banyak orang yang merasa gentar. Selama
beberapa tahun belakangan ini, ilmu Mo Kau sin kangnya
malah sudah mencapai tingkat sembilan.
Coba bayangkan saja, dengan kepandaian Tao Ling dan Lie
Cun Ju. Mungkinkah mereka berani melawan I Ki Hu? Jangan
kan mereka berdua, bahkan pasangan suami istri Pat Kua kim
gin kiam, Lie Yuan dan pasangan suami istri Pat Sian kiam Tao
Cu Hun sendiri juga tidak sanggup berbuat apa-apa terhadap
iblis yang satu ini!
Sementara itu, Tao Ling berusaha menenangkan hatinya.
Dia hanya berharap lebih cepat meloloskan diri. Berkali-kali dia
mengayunkan pecut di tangannya. Keempat ekor kuda pilihan
itu pun semakin kalap larinya. Dalam waktu dua kentungan,
mereka sudah menempuh perjalanan sejauh tujuh puluhan li.
Matahari sudah mulai turun ke ufuk barat. Baru saja perasaan
Tao Ling agak senang, tetapi ketika melihat ke arah matahari
di depannya dia merasa terkejut bukan kepalang.
"Lie toako, celaka!" teriaknya panik.
"Ada apa?" tanya Lie Cun Ju ikut gugup.
"Kau lihat matahari itu? Kita justru melaju menuju barat.
Bukankah kita semakin mendekati tempat tinggal si raja iblis I
Ki Hu?" jawab Tao Ling sambil menunjuk ke depan.
"Cepat belokkan kudanya! Cepat!" ucap Lie Cun Ju dengan
terkejut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sekuat tenaga Tao Ling menarik tali laso
pengendali keempat ekor kuda itu. Dia bermaksud memutar
arah hewan-hewan itu. Tetapi kuda-kuda itu justru tidak sudi
mendengarkan perintahnya. Tao Ling menambah tenaganya
dan menarik sekali lagi tali kendali itu erat-erat. Kuda-kuda itu
hampir tidak sanggup melawan tenaga Tao Ling. Terdengar
ringkikan yang keras, kuda mulai membelok arah. Namun tibatiba
trakkk! tubuh Tao Ling hampir terpental ke belakang
karena tali kendali yang digenggamnya putus.
Begitu tali kendali itu putus, kuda-kuda itu kembali
meluruskan derap kakinya dan melesat menuju arah semula.
Kalau Tao Ling hanya seorang diri, mungkin dia akan nekat
loncat dari dalam kereta. Tetapi Lie Cun Ju baru sembuh dari
luka parah, tentu dia tidak sanggup terbanting keras-keras di
atas tanah. Bahkan kemungkinan luka dalamnya akan kambuh
kembali.
Seandainya Tao Ling bermaksud meninggalkan Lie Cun Ju
untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tentu dia tidak perlu
menunggu sanipai hari itu. Ketika di atas perahu menghadapi
ketiga iblis keluarga Lung, tentunya dengan mudah dia dapat
meloloskan diri dari maut. Juga tidak perlu menanggung luka
parah ketika berada di gedung 'Ling Wei piau kiok'. Meskipun
telah timbul per-musuhan di antara keluarga Lie dan keluarga
Tao, tetapi hubungan antara Tao Ling dengan Lie Cun Ju
justru baik sekali. Bahkan mereka tidak mempersoalkan
permusuhan di antara keluarga mereka.
Ketika keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang,
bukan saja Tao Ling tidak meloncat keluar meninggalkan Le
Cun Ju, dia bahkan memeluk tubuh pemuda itu erat-erat
seakan takut dia terjatuh keluar kereta.
Beberapa kentungan kembali berlalu, tampak keempat ekor
kuda itu berlari masuk ke dalam sebuah lembah. Di
permukaan lembah rasanya ada dua orang yang menjura
ketika melihat kereta kuda itu lewat. Tampangnya seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang elang dari Hin Tiong. Tetapi karena laju kereta itu
terlalu cepat, Tao Ling tidak sempat melihat mereka dengan
jelas.
Kuda itu terus melesat ke depan, di bagian samping dan
belakang kereta timbul kepulan debu yang tebal. Tetapi
setelah masuk ke bagian dalam lembah itu keempat kuda itu
pun melambat. Dari bagian depan terasa angin berhembus
sepoi-sepoi sehingga menimbulkan perasaan sejuk dan
nyaman, membuat semangat seseorang tergugah.
Tao Ling dan Lie Cun Ju mengedarkan pandangan
matanya. Tampak sekeliling lembah itu penuh dengan bukitbukit
yang tinggi dan rendah. Bagian tengah lembah itu terdiri
dari padang rumput yang luas. Dari tembok-tembok bukit
menjuntai tanaman merambat yang berbunga putih sebersih
salju dan menampakkan pemandangan yang indah. Di sebelah
bawah bukit bagian utara, terdapat sebuah batu alam
berwarna putih. Begitu indahnya pemandangan di tempat itu
seakan taman firdaus.
Di sisi kiri kanan batu putih itu terdapat dua buah kolam
berbentuk bundar. Airnya beriak-riak dan jernih sekali!
Tao Ling dan Lie Cun Ju dibawa kereta kuda sampai ke
tempat itu. Menghadapi pemandangan yang demikian
indahnya, hati mereka tidak gembira sedikit pun. Bahkan
semakin ketakutan. Karena mereka dapat menduga, kudakuda
pilihan itu mengenal jalan dengan baik. Dan mereka
dibawa menuju tempat tinggal Gin leng hiat dang I Ki Hu!.
Kedua orang itu tertegun beberapa saat. Baru saja mereka
bermaksud meloncat turun dari kereta untuk menentukan
langkah selanjutnya, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan
melesat dari samping kanan.
"Siocia sudah pulang? Ayahmu memang sedang
menantikan kedatanganmu!" seru orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam sekejap mata orang itu sudah sampai di sisi kereta.
Ketika bertemu pandang dengan Tao Ling dan Lie Cun Ju,
orang itu langsung tertegun. Tao Ling mengenali bahwa orang
yang datang itu adalah kakek yang bersama si gadis cantik
dalam kereta tempo hari.
"Aih! Rupanya kalian. Mengapa kalian datang kemari?
Mengantarkan kematian?" Kakek itu mengeluh sambil menarik
napas panjang.
Tao Ling sungguh tidak menduga, sepanjang perjalanan
mereka menemui mara bahaya. Bahkan Leng Coa sian sing
menyembuhkan mereka dengan tujuan mendapat sesuatu dari
I Giok Hong. Dan di kediaman Gin leng hiat ciang ini, ada
orang yang menaruh perhatian kepada mereka!
"Loya, mohon ulurkan budi, tolonglah kami!" kata Tao Ling
cepat.
Kakek itu menolehkan kepalanya kemudian menggeleng
dua kali, "Aku tidak sanggup menolong kalian!"
Sambil berkata demikian, kakek itu berulang kali
mencibirkan bibirnya ke arah mulut lembah.
Tao Ling tahu kakek ini berniat menolong mereka, cepatcepat
dia memapah Lie Cun Ju dan membantunya turun dari
kereta.
"Loya, budi pertolonganmu tidak akan kami lupakan.
Mohon tanya siapa panggilan Loya?" tanya Tao Ling dengan
suara berbisik.
Kakek itu tidak menjawab. Malah dia melangkah
meninggalkan mereka. Tao Ling tahu kakek itu takut
mengejutkan si raja iblis I Ki Hu. Cepat-cepat dia
mengundurkan diri ke mulut lembah. Belum lagi dia
menggerakkan kakinya untuk berlari, dari dalam lembah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar seseorang bertanya, "Siapa yang mengunjungi
lembahku ini?"
Tao Ling dan Lie Cun Ju tertegun. Ketika memalingkan
kepalanya, ternyata di samping kereta sudah berdiri
seseorang. Tadi mereka melangkah mundur menuju mulut
lembah. Berarti pandangan mat a mereka menghadap ke
dalam. Saat itu mereka belum melihat siapa-siapa. Sekarang
begitu mereka membalikkan tubuhnya, orang itu sudah berdiri
di samping kereta. Benar-benar tidak bisa dibayangkan
bagaimana dia bisa sampai ke tempat itu!
"Hamba juga tidak tahu siapa mereka. Hamba hanya
melihat mereka datang dengan kereta siocia. Begitu kereta
berhenti, mereka langsung turun dan berjalan keiuar. Mungkin
teman-teman siocia, hamba tidak berani bertanya," jawab
kakek itu.
Orang itu mengeluarkan suara seruan lalu memandang ke
arah Tao Ling dan Lie Cun Ju. Tao Ling mendongakkan
wajahnya. Tampak usia orang itu sekitar lima puluhan. Dia
mengenakan pakaian seperti sastrawan berwarna hijau.
Lengan dan bagian bawah pakaiannya melambai-lambai
karena hembusan angin. Penampilannya berwibawa. Di bawah
dagunya tumbuh jenggot yang teratur rapi. Matanya
berkilauan, alisnya berbentuk golok. Wajahnya putih bersih.
Walaupun sudah setengah baya, ketampanannya masih
terlihat jelas. Sepasang tangannya disilangkan di bagian
belakang. Sinar matanya seperti cahaya kilat dan saat itu
sedang menatap Tao Ling dan Lie Cun Ju dengan tajam.
Hati Lie Cun Ju tercekat setengah mati. Dia tahu laki-laki
setengah baya ini pasti Gin leng hiat ciang I Ki Hu, si raja iblis
yang paling ditakuti di seluruh dunia bu lim.
"Cepat pergi!" ucap Tao Ling. Lambat sedikit tamatlah
riwayat kita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tao Ling sendiri sudah dapat menduga siapa orang itu.
Maka dia cepat menarik tangan Lie Cun Ju.
Lie Cun Ju membalikkan tubuhnya dengan tergesa-gesa,
tetapi baru saja kaki mereka hendak melangkah, di belakang
mereka sudah terdengar suara orang tadi.
"Kalian berdua, harap tunggu sebentar!" ujarnya.
Suaranya lembut sekali, tidak memaksa. Tetapi suara itu
justru keluar dari mulut Gin leng hiat ciang I Ki Hu, siapa yang
berani membantah?
Kedua orang itu segera membalikkan tubuhnya. Namun
lagi-lagi mereka tertegun, ternyata baru saja kata-katanya
selesai, orangnya sudah herdiri di hadapan mereka.
Padahal jarak mereka dengan I Ki Hu tadinya kira-kira limaenam
depa, benar-benar membuat orang bingung. Bagaimana
cara orang itu melangkah sehingga bisa sampai secepat itu.
Tao Ling khawatir Lie Cun Ju mengatakan hal yang
membuat orang itu marah. Cepat dia menjura dalam-dalam.
"Entah Locianpwe ingin memberikan petunjuk
apa?"tanyanya sopan.
I Ki Hu memperhatikan Lie Cun Ju beberapa saat.
"Siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.
Mendengar nada suaranya yang lembut, Lie Cun Ju juga
ikut menjura memberi hormat.
"Boanpwe Lie Cun Ju, ayah berjuluk Pat Kua kiam, Lie
Yuan."
Sepasang alis I Ki Hu menjungkit ke atas. Sekali lagi dia
memperhatikan Lie Cun Ju dengan sek-sama. Tiba-tiba dia
menanyakan sebuah pertanyaan yang benar-benar tidak
manusiawi. "Apakah Pat Kua kiam Lie Yuan itu ayah
kandungmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lie Cun Ju merasa mendongkol juga geli mendengar
pertanyaan ini. Untung saja sikapnya masih kekanak-kanakan,
dia hanya menganggap pertanyaan I Ki Hu itu lucu sekali.
Apabila orang lain yang mendapat pertanyaan seperti itu, pasti
marah besar.
"Sudah tentu Lie Yuan ayah kandung boanpwe!"
I Ki Hu malah tertawa dingin dua kali.
"Takutnya justru belum tentu!" Tiba-tiba dia mengulurkan
tangannya. Tidak terlihat bagaimana tubuhnya bergerak.
Padahal tangannya tidak bisa menjangkau tubuh Lie Cun Ju,
tetapi entah mengapa tahu-tahu lengan baju pemuda itu
sudah tercengkeram oleh jari tangannya. Terdengar suara
bret! Ternyata lengan baju luar dalam pemuda itu ditariknya
kuat-kuat sehingga terkoyak semua.
Lie Cun Ju terkejut setengah mati. Tetapi karena dia baru
sembuh dari luka parah, mana berani dia melawan I Ki Hu?
Setelah lengan pakaiannya terkoyak, dia baru menyurut
mundur satu langkah. Tao Ling yang berdiri di samping dapat
merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan. Cepat-cepat dia
maju dua langkah dan menghadang di depan Lie Cun Ju.
"Locianpwe, meskipun kami berdua bersalah masuk ke
dalam lembahmu, tapi . . ."
Dalam keadaan panik, Tao Ling mengucapkan kata-kata
itu. Tapi belum sempat diselesaikannya, lengan I Ki Hu sudah
mengibas sedikit.
Tao Ling merasa ada serangkum tenaga yang lembut
namun kuat sekali menerpa ke arahnya. Tubuhnya menjadi
limbung dan terpental sejauh beberapa langkah.
Tangan I Ki Hu masih mencengkeram lengan Lie Cun Ju.
Matanya yang menyorotkan sinar tajam memperhatikan
seluruh lengan Lie Cun Ju dengan seksama. Hati Tao Ling
takut dan bingung. Dia tidak mengerti apa yang dilakukan raja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iblis itu. Tetapi dia juga sadar bahwa dirinya bukan tandingan
I Ki Hu. Karena itu terpaksa dia pasrah dengan nasib mereka.
I Ki Hu memperhatikan beberapa saat, kemudian dia
melepaskan cengkeraman tangannya.
"Dimana pasangan suami istri Lie Yuan sekarang?"
tanyanya kembali.
Lie Cun Ju baru sempat menghembuskan nafas lega. Tetapi
benaknya langsung bergerak. Iblis ini tiba-tiba menanyakan
tentang orang tuanya. Tampaknya niat orang ini tidak baik.
Karena itu dia menjawab.
"Kami berpisah di Si Cuan. Sudah lebih dari sebuian tidak
pernah bertemu. Entah dimana mereka sekarang?"
I Ki Hu mendengus dingin kemudian membalikkan
tubuhnya. Tao Ling melihat orang itu menyudahi persoalan
begitu saja, hatinya hampir melonjak kegirangan. Akan tetapi
tiba-tiba terdengar suara seruan yang merdu dari mulut
lembah.
"Huh! Kalian berdua melarikan keretaku, tidak tahunya
malah datang kesini."
Hati Tao Ling seperti diganduli beban berat secara tiba-tiba.
Entah kesialan apa yang sedang merasuki dirinya sehingga
begitu banyaknya masalah yang tidak habis-habisnya, pikirnya
dalam hati. Tampaknya sejak awal hingga akhir, mereka tetap
tidak dapat meloloskan diri dari cengkeraman orang-orang itu.
Mereka berdua tidak mempunyai permusuhan apa pun
dengan tiga iblis dari keluarga Lung. Tapi mereka dikejar-kejar
bukan tanpa alasan. Karena kedatangan mereka ke wilayah
barat itu tanpa disengaja kepergok oleh dia dan Lie Cun Ju.
Tetapi antara dia dengan gadis itu justru tidak ada kaitan apa
pun. Mengapa dia terus mengejar mereka tanpa berhenti
sebelum berhasil mendapatkannya? Tao Ling benar-benar
tidak habis pikir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam dia berpikir, untung tak dapat dihindar, malang
tak dapat ditolak. la pun membalikkan tubuhnya dan berkata
dengan suara lantang.
"I kouwnio, aku rasa kita tidak pernah saling mengenal,
tetapi mengapa berkali-kali mendesak .kami dan tidak
bersedia melepaskan kami?"
Gadis cantik itu melesat datang dari luar lembah. Bibirnya
menyunggingkan seulas senyuman.
"Tao kouwnio, kapan aku pernah mendesakmu, jangan
sembarangan berbicara lho!"
"Kalau kau memang tidak berniat mendesak kami, harap
biarkan kami meninggalkan tempat ini, kami tentu akan
berterima kasih sekali kepadamu!" ucap Tao Ling.
Kalian di tengah perjalanan diserang oleh tiga iblis dari
keluarga Lung. Apabila bukan aku yang memberikan
pertolongan, tentu saat itu kalian sudah menjadi mayat.
Kebetulan pula aku membawa kalian ke wilayah barat ini
sehingga kau bisa bertemu dengan Leng Coa sian sing. Masa
kau begitu mudah melupakan budi seseorang?"
Mendengar kata-katanya yang tajam, untuk sesaat Tao
Ling terdiam. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.
"Giok Hong, kau sudah meninggalkan lembah selama
beberapa bulan. Bagaimana urusannya sudah beres?" tanya I
Ki Hu
Gadis yang cantik itu memang putri tunggal I Ki Hu, I Giok
Hong.
"Hampir beres. Kuncinya ada pada diri Tao kouwnio ini."
Tao Ling semakin bingung mendengar ucapannya. Entah
'urusan' apa yang mereka maksudkan. Dan mengapa jarak
yang beribu-ribu li bisa mengaitkan dirinya?
Terdengar mulut I Ki Hu mengeluarkan seruan terkejut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah! Tao kouwnio, benda itu tidak ada artinya bagimu,
lebih baik keluarkan saja!" seru I Ki Hu.
"Apa yang locianpvve dan I kouwnio katakan. aku sama
sekali tidak mengerti!" ucap Tao Ling dengan rasa bingung.
"Tao kouwnio, jangan pura-pura bodoh. Tempo hari aku
mengira kau adalah Lie kouwnio, maka setelah menanyakan
jejak tiga iblis dari keluarga Lung aku melepaskanmu begitu
saja
Sekarang aku baru tahu rupanya kau she Tao. Aku ingin
bertanya kepadamu, mengapa Pat Sian kiam Tao Cu Hun dan
istrinya Sam jiu Kuan Im Sen Cing yang sudah enak-enakan
tinggal di Kang lam malah meninggalkan tempat itu kemudian
datang ke Si Cuan yang jaraknya demikian jauh?" tanya I Giok
Hong sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Memang selama beberapa tahun terakhir ini, ayah dan ibu
menetap di Kang Lam, tetapi mereka tergolong orang-orang
yang suka berpesiar. Apa anehnya datang ke Si Cuan?" ucap
Tao Ling.
Apa yang dikatakan Tao Ling merupakan hal yang
sebenarnya. Ayah dan ibunya sejak menikah sudah tinggal di
wilayah Kang Lam. Tetapi mengapa mereka tiba-tiba
meninggalkan tempat itu dan jauh-jauh datang ke Si Cuan.
Bahkan perjalanan pun seakan dirahasiakan, Tao Ling
memang tidak tahu apa-apa.
"Tia, anak sudah menyelidiki dengan jelas. Benda itu
memang didapatkan oleh Tao Cu Hun. Asal kita mendesak
budak ini, tidak perlu takut dia tidak menjawabnya dengan
jujur!' ujar I Giok Hong sambii menolehkan kepalanya
menghadap I Ki Hu.
"Kalau begitu, benda itu belum tentu ada padanya? Apakah
kau sudah menyelidiki jejak pasangan suami istri Tao Cu
Hun?" tanya I Ki Hu dengan sepasang alis menjungkit ke atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pasangan suami istri Tao Cu Hun sempat menetap
beberapa hari di kediaman Kuan Hong Siau. Tetapi putranya
justru membunuh putra Pat Kua kiam Lie Yuan. Dengan
demikian timbul perselisihan da lam kedua keluarga.
Sedangkan entah bagaimana, tiba-tiba pasangan suami istri
Lie Yuan tertotok jalan darahnya oleh seseorang. Sejak itu
jejak Tao Cu Hun Suami istri dan putranya Tao Heng Kan
menjadi tidak jelas," sahut I Giok Hong.
Masalah yang rumit ini diterangkan dengan santai oleh I
Giok Hong. Tetapi I Ki Hu memang manusia jenius, ternyata
dia bisa mengerti jalan cerita putrinya.
"Bagaimana dengan pasangan suami istri Lie Yuan?
Kemana mereka sekarang?"
"Tia, buat apa kau menanyakan orang itu? Meskipun Lie
Yuan dan Tao Cu Hun sempat berkenalan di perjalanan dan
kemudian terjadi perselisihan karena putra-putra mereka,
tetapi rasanya Lie Yuan tidak mungkin mengetahui persoalan
itu!" jawab I Giok Hong.
"Kau tidak usah perduli. Asal kau heritahukan dimana
adanya pasangan suami istri Lie Yuan sekarang!"
Lie Cun Ju yang sejak tadi hanya mendengarkan
pembicaraan di antara ayah dan putrinya itu segera
mengetahui adanya niat kurang baik di hati I Ki Hu ketika dia
menanyakan jejak kedua orang tuanya. Hatinya menjadi
panik. Dia berharap I Giok Hong tidak tahu apa-apa. Akan
tetapi ternyata I Giok Hong menjawab.
"Menurut kabar yang aku dapatkan, secara tiba-tiba
pasangan suami istri Lie Yuan tertotok jalan darahnya oleh
seseorang di atas perahu Tao Cu Hun. Bahkan Kuan Hong
Siau dan salah seorang anggota keluarga Sang yang terkenal
ahli ilmu totokan juga tidak sanggup membebaskan jalan
darah mereka. Karena itu Kuan Hong Siu sendiri yang
mengantarkan mereka ke Si Cuan untuk menemui dedengkot
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarga Sang, yakni si kakek berambut putih Sang Hao untuk
memohon pertolongannya!"
"Oh? Ada kejadian seperti itu? Lalu apakah kau tahu siapa
yang menotok jalan darah pasangan suami istri itu?" I Ki Hu
bertanya dengan terkejut.
"Yang anehnya, di atas perahu Tao Cu Hun saat itu
terdapat belasan tokoh-tokoh berilmu tinggi. Tetapi tidak ada
seorang pun yang sempat melihat siapa yang melakukannya.
Lagipula, ketika orang-orang itu berada di atas perahu, tibatiba
perahu itu terbelah menjadi dua bagian seakan tiha-tiba
ada yang membelahnya. Mengenai hal ini anak sendiri kurang
yakin. Mungkin hanya desas desus yang dilebih-lebihkan oleh
orang-orang dunia kang ouw," sahut I Giok Hong.
Apa yang dikatakan oleh I Giok Hong adalah kenyataan
yang didengarnya dari mulut orang. Tetapi dia tidak percaya di
dunia ini ada orang yang mempunyai kemampuan sehebat itu.
Karenanya dia baru mengucapkan kata-kata tadi.
Tetapi setelah mendengar cerita putrinya, wajah I Ki Hu
malah berseri-seri. Dia meremas-remas tangannya sendiri.
"Aneh sekali! Mungkinkah dia yang melakukannya?"
katanya seakan bergumam seorang diri.
Lie Cun Ju, I Giok Hong bahkan Tao Ling menjadi bingung.
"Tia, siapa dia yang kau maksudkan?" tanya I Giok Hong.
I Ki Hu tidak menjawab, dia tertawa terbahak-bahak.
Sesaat kemudian dia baru berkata kembali. "Kebetulan sekali!
Kebetulan sekali! Giok Hong, cepat kau berkemas, aku akan
mengajakmu mengadakan perjalanan ke Si Cuan, biar kau
juga mengenal ilmu warisan keluarga Sang!"
"Kesana untuk menemui pasangan suami istri Lie Yuan?"
tanya I Giok Hong heran.
"Tidak salah," jawab I Ki Hu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu, hagaimana dengan kedua orang ini?" I Giok Hong
menunjuk Tao Ling dan Lie Cun Ju.
I Ki Hu melirik mereka sekilas.
"Bukankah kau selalu menginginkan seseorang
melayanimu? Dasar ilmu silat gadis ini boleh juga. Terimalah
dia sebagai dayangmu! Mengenai bocah itu ..." Berkata
sampai di sini, I Ki Hu mengernyitkan keningnya. "Biar dia Gin
Hua kok (Lembah bunga perak), nama lembah tempat tinggal
I Ki Hu saja. Setelah kita kembali baru diputuskan kembali."
Selesai berkata, terdengar I Ki Hu berteriak. "Lo Jit! Lo Jit!"
Seorang kakek segera menyahut dan muncul di tempat itu.
Ternyata orang tua yang duduk sekereta dengan I Giok Hong
tempo hari. I Ki Hu menunjuk kepada Lie Cun Ju.
"Bocah ini, harus kau perhatikan. Jangan sampai dia
melarikan diri dari Gin Hua kok. Aku akan melakukan
perjalanan jauh. Apabila ada orang yang menanyakan diriku,
suruh dia tinggalkan pesan. Katakan bahwa sekembalinya
nanti, aku akan menemuinya!"
'Lo Jit' menganggukkan kepala. Dia mengham-piri Lie Cun
Ju. Saat itu hati Tao Ling dan Lie Cun Ju justru sedang dilanda
hawa amarah. Mereka tidak sudi dipisahkan. Lagipula Tao Ling
sen diri juga putri seorang tokoh yang mempunyai nama besar
di dunia bu lim. Mana sudi dia diangkat sebagai dayang I Giok
Hong? Dialah yang mula-mula memprotes.
"I locianpwe, bila Anda masih mempunyai urusan penting,
kami berdua bisa meninggalkan tempat ini. Meskipun ilmu silat
kami tidak seberapa, tapi juga tidak sudi menerima hinaan
begitu saja!"
"Budak cilik! Kau tidak sudi menjadi dayang putriku?" I Ki
Hu tertawa dingin.
Wajah Tao Ling merah padam saking marahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja aku tidak sudi!"
"Budak cilik, coba kau bandingkan sendiri, baik mutu
orangnya, ilmu silatnya, pendidikannya, dan pengetahuannya.
Apakah kau sanggup menandingi sepersepuluhnya saja?
Sebagai dayangnya, berarti derajatmu terangkat, tahu?" ucap
I Ki Hu dengan tertawa dingin.
Tao Ling melirik kepada I Giok Hong. Gadis itu berdiri di
sudut seperti dewi khayangan. Seakan ingin Tao Ling meneliti
di bagian apa dia sanggup menandinginya. Tetapi meskipun
demikian, apakah berarti dia harus menerima penghinaannya
begitu saja?
Tao Ling merenung sejenak, kemudian dia baru menyahut.
"Apa yang dikatakan locianpwe memang benar. Tetapi
setiap manusia mempunyai pendirian masing-masing. Untuk
apa locianpwe memaksakan kehendak sedemikian rupa?"
sahut Tao Ling seteiah merenung sejenak.
"Giok Hong, bagaimana menyelesaikannya, terserah kau
sendiri!" kata I Ki Hu dengan wajah yang menyiratkan
kemarahan.
"Kau tidak sudi menjadi dayangku?" tanya I Giok Hong
sambil tertawa cekikikan.
Kebetulan Tao Ling sedang memandang ke arahnya. Dia
melihat kecantikan gadis itu demikian sempurna. Tetapi di
balik kecantikannya tersirat hawa pembunuhan yang tebal.
"Aku tidak sudi!" sahutnya tegas.
Hati Tao Ling bergidik. Akan tetapi pada dasarnya dia
memang keras kepala.
I Giok Hong mendengus dingin. Tidak terlihat bagaimana
dia bergerak. Tao Ling hanya sempat melihat kelebatan
cahaya yang menyilaukan. Bahkan ingatan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghindarkan diri pun belum sempat melintas di benaknya.
Tahu-tahu dari bagian jidat kepala sanipai dada kirinya terasa
sakit dan perih. Dia mengulurkan tangannya meraba jidatnya
sendiri. Ternyata tangannya terdapat noda darah. Ketika dia
menolehkan kepalanya, dia melihat tangan Giok Hong sudah
menggenggam sebuah pecut. Tentu dalam keadaan tidak
terduga-duga, Tao Ling telah dicambuknya satu kali.
Padahal Tao Ling sadar, bagaimana pun gadis itu putri
tunggal Gin leng hiat ciang I Ki Hu. Ilmunya pasti tinggi sekali.
Tetapi dia belum rnenyangka sampai sedemikian tingginya
ilmu kepandaian I Giok Hong. Barusan dia dicambuk sekali
oleh gadis itu, bahkan tidak sempat melihat gerakan
tangannya. Hatinya semakin marah dan benci. Dia sengaja
membusungkan dadanya dan berteriak, "Aku tetap tidak
mau!"
Baru saja kata 'mau' terucap dari bibirnya, terdengar I Giok
Hong kembali tertawa dingin. Cahaya perak berkilauan, pecut
itu kembali melayang ke arahnya.
Tentu saja kali ini Tao Ling sudah bersiaga. Begitu melihat
pecut itu menyambar ke arahnya, dia segera menggeser
tubuhnya. Namun anehnya kemana pun dia menggeser, pecut
di tangan I Giok Hong terus mengejarnya. Bagian kiri
wajahnya sampai bagian kanan dadanya kembali kena cambuk
I Giok Hong.
Rasa perihnya bukan kepalang. Hati Tao Ling justru
semakin marah dan benci.
"Cambuklah terus! Pokoknya aku tetap tidak sudi!"
teriaknya.
Dari samping kiri, Lie Cun Ju melihat wajah kekasih hatinya
telah terdapat dua jalur berdarah. Dia tidak tahu apakah gadis
itu terluka atau tidak di bagian tubuh lainnya.
Hatinya terasa perih sekali. Cepat dia maju ke depan
menghadang di depan Tao Ling.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"I kouwnio, kalau kau masih ingin mencambuk terus,
cambuk saja aku!"
I Giok Hong tertawa cekikikan dengan merdu. "Rupanya
kau romantis juga!" ejeknya.
"Pokoknya selama aku masih hidup, aku tidak bisa melihat
Tao kouwnio menderita!" ucap Lie Cun Ju.
"Bagus sekali!" Tubuhnya bergerak, Tar! Tar! Tar! Cahaya
perak seperti ular sakti yang tertimpa cahaya kilat.
Kelebatannya berturut-turut, dengan lima bagian tenaga dia
mencambuk Lie Cun Ju!
Tadi ketika mencambuk Tao Ling, I Giok Hong hanya
menggunakan tenaga yang ringan. Karena itu tidak
menimbulkan suara apa-apa. Tetapi saat ini dia sudah
menggunakan lima bagian tenaganya. Kekuatannya dapat
dibayangkan. Ketika cambuk itu melayang datang, Tao Ling
bermaksud mendorong tubuh Lie Cun Ju agar terhindar dari
pecut itu, tetapi kecepatan tangan I Giok Hong sungguh
mengagumkan. Belum sempat Tao Ling mengulurkan
tangannya. Keempat kali cambukan itu sudah tepat mengenai
sasarannya.
Setelah terluka parah, Leng Coa sian sing merawat Lie Cun
Ju dengan hati-hati. la menggunakan ularnya yang kecil-kecil
merayap di tubuh pemuda itu dan menggigit beberapa buah
jalan darahnya. Tujuannya justru membiarkan hawa ular yang
berkhasiat itu menyusup ke dalam jalan darah di tubuh Lie
Cun Ju. Dengan demikian selembar jiwa pemuda itu baru bisa
tertolong. Tetapi karena keadaan lukanya tempo hari terlalu
parah, maka kekuatannya telah lenyap. Keadaannya tidak
beda dengan seorang pelajar yang lemah. Begitu terkena
sanibaran pecut di tangan I Giok Hong, dia merasa seluruh
tubuhnya dilanda rasa perih yang tidak terkirakan. Tubuhnya
limbung dan akhirnya dia pun jatuh di atas tanah. Namun
tidak setitik pun dia mengeluarkan suara erangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja Lie Cun Ju terjatuh, Tao Ling segera memburu ke
depan. Tetapi pecut kembali bergerak sebanyak dua kali.
Tubuh Lie Cun Ju tergulung pecut itu dan dibuat seperti bola
yang menggelinding kesana kemari.
Hati Tao Ling pedih sekali melihat keadaan Lie Cun Ju.
Matanya menyorotkan kemarahan yang berapi-api. Dengan
marah dia berteriak, "I kouwnio, perbuatanmu ini mungkin
bisa mengakibatkan kematian hagi kami. Tetapi ingat,
manusia jahat sepertimu pasti akan mendapat akibatnya!"
Selesai berkata, terdengarlah suara Trang! Trang! sebanyak
dua kali. Pedang emas dan perak sudah dihunus oleh Tao
Ling. Tangan gadis itu menggenggam sepasang pedang emas
dan perak. I Giok Hong seakan belum melihatnya. Tao Ling
juga tidak perduli apakah dia hanya berpura-pura atau
memang belum melihatnya. Dia segera menjalankan jurus
Menteri mempertahankan negara sepasang kakinya
menghentak, orang dan sepasang pedang langsung
menerjang ke arah I Giok Hong.
Cahaya pedang bak pelangi. Melihat pedang itu sudah
hampir mengenainya, I Giok Hung baru memutar tubuhnya
sekaiigus menggerakkan per-gelangan tangannya, pecutnya
melayang keatas.
Jurus Menteri mempertahankan negara yang dilancarkan
oieh Tao Ling merupakan salah satu jurus Paf Sian kiam yang
paling hebat dan mengandung kekejian. Lagipula sasarannya
di titik pusat, yakni jidat, tenggorokan, jantung dan pusar
manusia. Pedang itu mengeluarkan cahaya yang berkilauan.
Tampaknya sekejap lagi akan menghunjam tubuh gadis itu.
Tetapi pecut di tangan I Giok Hong melayang datang
menyambutnya. Sinar keperakan berkelebat. Dengan rapat
pecut itu menyusup masuk ke da lam cahaya emas dan perak!
Tao Ling dapat merasakan keadaannya yang tidak
menguntungkan. Tetapi dia sudah bertekad untuk mengadu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyawa. la tidak perduli lagi dengan keselamatan dirinya
sendiri. Dengan mengerahkan tenaganya dia mendorong
sepasang pedang itu ke depan. Tampaknya ia benar-benar
ingin menusuk I Giok Hong sampai terluka, kalau bisa mati
seketika. Tetapi belum sempat dia mendorong sepasanj;
pedang itu, tahu-tahu pergelangan tangannya sudah
tergulung hagian ujung pecut. Serangkum rasa sakit membuat
pergelangan tangannya menjadi ngilu. Kelima jari tangan pun
merenggang. Pedang emas pun terjatuh di atas tanah dengan
menimbulkan suara Trang!
Tidak menunggu sampai dia menggerakkan pedang
peraknya, kembali pergelangn tangan kirinya terasa nyeri.
Pedang perak pun terlepas jatuh. I Giok Hong tertawa
cekikikan. Tiba-tiba Tao Ling merasa bagian lehernya
mengencang. Ternyata pecut itu sudah melilit di lehernya.
"Kalau aku menghentakkan sedikit saja pecut ini, nyawamu
pasti sulit dipertahankan lagi, jawab! Apakah sekarang kau
sudah bersedia menjadi dayangku?"
Kemarahan dalam hati Tao Ling telah meluap-luap. Baru
saja dia bermaksud menjerit 'Tidak!', tiba-tiba dia mendengar
'Lo Jit' berkata.
"Tao kouwnio, ada pepatah yang bagus sekaii, 'seorang
pendekar pandai melihat keadaan'. Seandainya kau menjawab
tidak, bukan hanya kau seorang diri yang mengantarkan
nyawa dengan sia-sia, bahkan nyawa Lie kongcu pun sulit
dipertahankan. Seandainya kau bersedia menurut kepada
siocia, yang kau dapatkan hanya keuntungan bukan kerugian.
Untuk apa kau tetap kukuh pada pendirianmu?"
Tao Ling menolehkan kepalanya. Dia melihat sepasang 'Lo
Jit' menyorotkan sinar kasih sayang dan saat itu sedang
menatapnya lekat-lekat.
Meskipun Tao Ling tidak tahu siapa 'Lo Jit' itu sebenarnya,
tetapi dia dapat membayangkan bahwa orang tua itu juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang tokoh dunia persilatan. Kalau tidak, mana mungkin I
Giok Hong sudi memanggilnya paman? Lagipula ketika mereka
masuk ke dalam Gin Hua kok, orang tua ini memang sudah
menunjukkan sikap ingin menolongnya. Apabila dia menuruti
nasehatnya, tentu untuk sementara dia bisa hidup terus.
Tetapi bagaimana melampiaskan kekesalan batinya karena
diperlakukan secara semena-mena oleh Giok Hong?
Sampai sekian lama dia tetap tidak menyahut 'Lo Jit' malah
tertawa terbahak-bahak.
"Tao kouwnio, ada lagi sebuah pepatah yang bagus,
'Seorang manusia sejati ingin membalas dendam, sepuluh
tahun pun tidak terlambat'. Padahal kalau kau mengingat lagi
sejarah negara kita ini, berapa banyak menteri yang
dikalahkan oleh musuh bahkan sempat menjadi tahanan
perang dan dijadikan bulan-bulanan. Tetapi setelah berhasil
meloloskan diri, mereka segera menyusun kekuatan, habkan
ada yang sampai belasan tahun baru menyerang kembali dan
menebus kekalahan tempo dulu. Toh akhirnya mereka berhasil
juga. Kalau hatimu masih tidak hersedia, ingat akibatnya.
Tetapi bila kau seorang yang cerdik dan dapat berpikir
panjang, aku nasehati agar kau terima saja.
Tao Ling terkejut setengah mati. Diam-diam dia bepikir
dalam hati. Mengapa kakek ini demikian berani mengeluarkan
ucapan seperti ini di hadapan I Ki Hu dan putrinya? Apakah
dia tidak merasa takut kepada mereka berdua?
Justru ketika hatinya masih mengkhawatirkan kakek tua itu,
terdengar I Giok Hong tertawa terkekeh-kekeh.
"Apa yang dikatakan Lo Jit memang benar. Asal kau
mempunyai kemampuan, sepuluh tahun kemudian ingin
membalas dendam juga tetap kusambut dengan baik!"
Pada dasarnya Tao Ling memang seorang gadis yang
cerdas. Mendengar ucapan I Giok Hong, dia segera sadar
bahwa baik I Ki Hu ataupun putrinya merupakan orang-orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang angkuh dan memandang hebat diri mereka sendiri.
Mereka menganggap tidak ada orang lagi di dunia ini yang
sanggup melawan mereka. Kata-kata atau nasehat 'Lo Jit' tadi,
boleh dibilang meraba dengan tepat isi hati mereka. Bukan
saja kedua orang itu tidak marah, malah senang
mendengarnya.
Kalau begitu, Lo Jit juga orang yang pintar. Dia bisa
mengikuti perkembangan yang ada di depan matanya. Setelah
merenung sejenak, dia memaksa dirinya menahan kekesalan
hatinya.
"Baik, aku bersedia!" katanya.
" Jadi dayang juga ada peraturannya. Sekarang kau panggil
dulu ayahku satu kali, kemudian panggil aku satu kali juga!"
ucap I Giok Hong sumbil tersenyum.
Dada Tao Ling hampir saja meledak mendapat hinaan
sedemikian rupa dari I Giok Hong. Tetapi sinar matanya
kembali bertemu pandang dengan 'Lo Jit', akhirnya dia
menahan juga kemarahan hatinya.
"Siocia, Lo ya!" panggilnya.
"Coba kau menurut dari tadi, tentu tidak perlu merasakan
sakitnya pecutku, bukan?" I Giok Hong tertawa terbahakbahak.
***
Tao Ling tidak menyahut sepatah kata pun. Tangan 1 Giok
Hong mengendur. Pecut yang melilit leher Tao Ling pun
terlepas seketika. Tao Ling cepat-cepat menghambur kepada
Lie Cun Ju. Dia melihat bagian tangan, lengan, wajah pemuda
itu dipenuhi dengan jalur berdarah. Hatinya perih sekali. Lie
Cun Ju berusaha memberontak untuk bangun.
"Tao kouwnio, aku hanya menyusahkanmu!" Meskipun
ucapan Lie Cun Ju sangat sederhana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi di dalamnya terkandung kasih sayang yang tidak
terkirakan!
Hati Tao Ling semakin pilu mendengarnya. Tanpa dapat
ditahan lagi air matanya mengalir dengan deras. Lie Cun Ju
memandangnya dengan terpaku.
"Tidak usah bersedih terus. Asal kau menurut semua
perkataanku baik-baik, sekembalinya dari Si Cuan, kalian toh
masih dapat bertemu muka. Kau menjadi dayangku, dia
menjadi penjaga keamanan di Gin hua kok ini. Bukankah
merupakan hal yang menggembirakan?" kata gadis cantik Giok
Hong itu.
Tao Ling hampir tidak dapat menahan kepiluan di hatinya.
Dia langsung berdiri.
"Cepat siapkan kereta kuda, kita harus berangkat sekarang
juga! Tia, kau tidak membawa apa-apa?" Terdengar suara
ucapan Giok Hong.
"Tentu ada yang harus kubawa." Tampak ba-yangan
tubuhnya bagai gumpalan asap, dalam sekejap mata sudah
berada pada jarak lima depaan. Sekali lagi tubuhnya
berkelebat, tahu-tahu sudah menyusup ke dalam rumah.
Kecepatan gerakan tubuhnya membuat mata Tao Ling
membelalak dan mulut membuka.
Tidak berapa lama kemudian, I Ki Hu sudah keluar kembali.
Tetapi kedua tangannya masih kosong, tidak terlihat dia
membawa apa pun.
Sementara itu, I Giok Hong memerintahkan Tao Ling naik
ke dalam kereta. Setelah masuk ke dalam, Tao Ling melirikkan
matanya kepada Lie Cun Ju. Matanya menyorotkan keperihan
hatinya berpisah dengan pemuda itu. Namun tali kendali kuda
sudah dihentakkan. Keempat ekor kuda itu segera meringkik
dan menggerakkan kakinya. Dalam sekejap mata kereta itu
sudah meluncur keluar dari Gin Hua kok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lie Cun Ju terkulai di atas rerumputan. Dia ingin berdiri dan
berlari menuju mulut lembah untuk melihat Tao Ling sekali
lagi. Tetapi baru saja dia berdiri, kakinya sudah terasa lemas
dan jatuh kembali. Hatinya sedih sekali. Tan pa dapat ditahan
lagi. Dia menarik nafas panjang. Tampak 'Lo Jit'
membungkukkan tubuhnya dan memperhatikan 'keadaannya.
Berkali-kali Lie Cun Ju menarik nafas panjang.
"Locianpwe, nasehatmu kepada Tao kouwnio memang
tidak salah. Tetapi watak gadis yang satu ini, di luar lembut,
dalamnya keras. Mana sudi dia mendapat tekanan dari orang
atau mendengar perintah orang? Seandainya dia memendam
kekesalannya dalam hati, maka darah di sekitar hatinya akan
membeku serta menimbulkan luka dalam yang parah. Tetapi
apabila dia membangkang, penderitaan apa lagi yang akan
diterimanya bukankah sudah dapat dibayangkan?
Aih!" ucap Lie Cun Ju.
"Ci kongcu, Thian menggerakkan hati si raja iblis itu untuk
meninggalkan Gin Hua kok, ternyata penderitaan dan hinaan
yang kuterima selama beiasan tahun tidak sia-sia!" katanya
dengan nada berbisik.
"Locianpwe, bagaimana kau memanggilku barusan?" tanya
Lie Cun Ju bingung.
"Aku memanggil kau Ci kongcu!" Lo Jit tersenyum
misterius.
"Locianpwe jangan bercanda, aku she Lie, bukan she Ci!"
Selesai berkata, ia teringat I Ki Hu menanyakan apakah dia
anak kandung Pat Kua kiam Lie Yuan, hatinya semakin tidak
mengerti.
'Lo Jit' tidak menyahut. Tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu
sudah berada di mulut lembah. Dia melongokkan kepalanya
keluar untuk melihat ke-adaan di kiri kanannya. Tampak debu
beterbangan. Kereta kuda berwarna putih itu sudah berada di
kejauhan dan tidak berapa lama kemudian tinggal tampak titik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berwarna keperakan. Setelah yakin majikan dan nonanya
sudah pergi, Lo Jit baru melesat kembali ke samping Lie Cun
Ju.
"Ci kongcu, aku khawatir kau sendiri tidak tahu kejadian
yang sebenarnya. Sekarang kau ikut aku dulu!" Dia memapah
tubuh Lie Cun Ju lalu berjalan menuju sebelah kanan lembah.
Mereka sampai di depan sebuah pintu batu. Lo Jit
mendorong batu besar itu kemudian terlihat sebuah celah
yang cukup lebar. Lo Jit membungkukkan tubuhnya sedikit
dan masuk ke dalam, Lie Cun Ju pun mengikutinya. Setelah
berjalan heberapa depa, pandangan mata pun jadi leluasa.
Ternyata di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang cukup
luas. Sekali lagi Lo Jit melongok keluar. Lie Cun Ju tidak
melihat adanya orang lain di lembah itu. Tetapi sikap Lo Jit
masih demikian hati-hati. Diam-diam dia menyadari urusan ini
pasti rahasia sekali.
Tadinya Lie Cun Ju berdiri dengan punggung bersandar di
dinding batu. Lo Jit keluar melihat-lihat keadaan. Setelah
kemhali lagi, dia berjalan menuju sebuah tempat tidur batu.
Kemudian dia mengerahkan tenaganya untuk mengangkat
batu itu. Ternyata batu yang berbentuk persegi dan setebal
kasur tempat tidur itu terangkat olehnya.
Lie Cun Ju sama sekali tidak tahu apa yang dilakukannya.
Setelah batu itu terangkat, Lie Cun Ju melihat tempat tidur itu
sekarang terdapat lekukan di dalamnya, besarnya sama
dengan batu tadi. Tetapi warna batu yang menjadi alas di
dalamnya berwarna abu-abu pekat. Kefika perasaannya
sedang bingung, Lo Jit sudah membimbingnya dan
menyuruhnya tidur di atas lekukan batu itu. Baru saja Lie Cun
Ju merebahkan dirinya, ia langsung berteriak sekeraskerasnya
kemudian bermaksud melonjak bangun.
Rupanya ketika Lie Cun Ju baru membaringkan tubuhnya di
atas batu itu, ternyata dia merasa dirinya seakan dilemparkan
ke dalam kolam berisi air es. Serangkum hawa dingin yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggigilkan menyusup sampai ke dalam tulang sumsumnya.
Apalagi bagian tubuh yang terkena pecutan I Giok Hong,
perihnya tidak terkatakan. Pada dasarnya tubuh Lie Cun Ju
memang sudah lemah sekali. Bahkan ketika berdiri saja harus
menyandarkan punggungnya ke dinding batu. Tetapi rasa
dingin yang menusuk dari alas batu yang ditidurinya ternyata
sanggup membuat dia melonjak bangun!
Baru setengah dia melonjakkan tubuhnya, tangan si kakek
tua sudah mendorongnya keras-keras. Tubuhnya terhempas
kembali ke atas alas batu tersebut. Bahkan belum hilang rasa
terkejut di hati Lie Cun Ju, kakek tua itu sudah mengulurkan
tangannya kembali dan menotok dua buah jalan darahnya.
Tentu saja Lie Cun Ju tidak dapat bergerak lagi setelah
jalan darahnya tertotok. Dia merasa segulung demi segulung
hawa dingin menyusup ke dalam pori-pori di seluruh
tubuhnya. Dalam waktu yang singkat, keempat anggota
tubuhnya sudah mulai kaku. Meskipun Lie Cun Ju masih bisa
bicara, tetapi rahang mulutnya sulit dibuka, lidahnya terasa
kelu. Sampai beberapa lama, dia baru sanggup memaksakan
diri berkata.
"Lo . . . cianpwe ... an ... ta ... ra ... kita . . . tidak ... a ...
da ... per . . . musuh ... an . . . apa . . . pun ... mengapa kau
..." Tubuhnya menggigil, dia tidak sanggup melanjutkan katakatanya
lagi.
"Ci kongcu, tahukah kau siapa aku?" kata orang itu serius.
Saking dinginnya, wajah Lie Cun Ju sudah berubah menjadi
kehijauan. Dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Matanya memandang Lo Jit seakan menunggu kelanjutan
kata-katanya.
"Kau sudah mengikuti pasangan suami istri Pat Kua kiam
Lie Yuan sekian lama, tentunya pengetahuanmu tentang dunia
kang ouw juga cukup luas. Pernahkah kau mendengar bahwa
belasan tahun yang lalu di dunia kang ouw, khususnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
golongan hi tain ada seorang perampok yang selalu malang
melintang seorang diri. Julukannya Hantu tanpa bayangan.
Senjatanya sebatang golok dan sepasang cambuk. Orang itu
she Seebun bernama tunggal Jit?"
Mendengar kata-katanya, dalam hati Lie Cun Ju tertegun.
Meskipun orang bernama Seebun Jit itu sudah belasan tahun
tidak terdengar kabar beritanya, tetapi namanya rnasih
tersohor di kalangan orang-orang bulim. Menurut berita yang
pernah didengarnya, baik gwa kang maupun lwekang orang
ini tinggi sekali. Meskipun orang dari golongan hitam, tetapi
wataknya cukup baik. Jiwanya besar. Malah Seebun masih
bersaudara dengan hwesio angkatan tertinggi dari Go Tai bun,
yakni ciang bun jinnya Bu Kong taisu. Mungkinkah 'Lo Jit' yang
ada di hadapannya ini tokoh yang bernama Seebun Jit?"
Karena pikirannya melayang-layang, tanpa di-sadari rasa
nyerinya jauh berkurang. Bahkan tanpa disengaja dia
bertanya.
"Apakah locianpwe ini Seebun Hiap to (Perampok
budiman)?"
"Tidak salah. Tidak disangka usiamu yang demikian muda
tetapi sudah pernah mendengar namaku."
"Seebun cianpwe, cepatlah kau bangunkan aku . . . dari
tempat tidur batu ini!"
"Ci kongcu, ketika kau masih kecil, mungkin kau juga
pernah tidur di atas tempat tidur batu ini, hanya saja kau
sudah lupa!"
Hati Lie Cun Ju semakin curiga, dia berusaha
memberontak, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak sama
sekali.
"Seebun cianpwe, bagaimana mungkin aku pernah tidur di
atas alas batu ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau dikisahkan, ceritanya cukup panjang. Kau harus
sabar mendengarkannya.”
Seebun Jit menarik napas panjang, kemudian dia memulai
ceritanya. "Ketika usiamu baru menginjak tujuh bulan, di
keluargamu terjadi perubahan besar dan mengerikan. Ayah
ibumu mati, kakak serta adikmu terbunuh. Keadaan waktu itu
benar-benar ..."
L
ie Cun Ju seorang anak yang berbakti kepada orang
tuanya. Mendengar kata-kata Seebun Jit, wajahnya langsung
berubah.
"Seebun cianpwe, mengapa kau bisa mengucapkan katakata
seperti itu?"
"Kau kira Pat Kua kim gin kiam, pasangan suami istri Lie
Yuan benar-benar orang tua kandungmu?"
Tanpa disadari, seluruh perhatian Lie Cun Ju tercurah pada
cerita orang tua itu. Sejak dia mengerti urusan, dia tidak
pernah curiga dengan riwayat hidupnya sendiri. Tetapi
sekarang, bukan hanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang curiga
dia bukan anak kandung Pat Kua kim gin kiam Lie Yuan,
bahkan Hantu tanpa bayangan Seebun Jit ini juga yakin dia
bukan anak kandung pasangan suami istri itu. Masaiah
sebesar ini, dulu belum pernah terbayangkan olehnya, bahkan
bermimpi pun tidak. Oieh karena itu, untuk sesaat dia lupa
dengan rasa nyeri yang melanda dirinya.
"Seebun cianpwe, laiu siapa orang tua kandungku
sebenarnya? Mereka mati di tangan siapa?
Benarkah aku she Ci?" tanyanya beruntun. Mungkin karena
lupa dengan rasa sakitnya, pertanyaan Lie Cun Ju juga dapat
dicetuskan dengan lancar.
"Tidak salah, kau memang she Ci. Ayahmu adalah pemilik
alas batu Ban nian si ping (Endapan es laksaan tahun) yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan salah satu pusa-ka yang menjadi incaran tokohtokoh
bu lim . . ." Mendengar sampai di sini, wajah Lie Cun Ju
semakin menyiratkan rasa terkejutnya.
"Maksudmu, aku putra Tocu (pemilik pulau) Hek Cui To, Ci
Cin Hu?"
"Tidak salah. Tadi aku justru khawatir si raja iblis itu
mengenalimu!"
Sejak kecil sampai besar, entah berapa kali sudah Lie Cun
Ju mendengar kisah dendam antara I Ki Hu dengan tocu Hek
Cui to, Ci Cin Hu. Mula-muia I Ki Hu berhasil dikalahkan oleh
Ci Cin Hu. Tetapi beberapa tahun kemudian, I Ki Hu datang
kembali ke Hek Cui to mencari Ci Cin Hu. Dengan ilmu telapak
darahnya yang menggetarkan dunia persilatan, I Ki Hu
membasmi seluruh keluarga dan anggota Hek Cui to. Seluruh
penghuni pulau itu habis dibunuh oleh I Ki Hu. Yang tersisa
hanya seorang putranya yang usianya belum men-capai satu
tahun.
Selama beberapa tahun ini, menurut kabar burung, I Ki Hu
terus berusaha menemukan bayi yang tidak sempat
dibunuhnya itu. Ketika Lie Cun Ju mendengar orang
mengisahkan cerita itu, diam-diam dalam hati dia sering
mendoakan keselamatan sang bayi laki-laki agar jangan
sampai ditemukan oleh I Ki Hu. Tetapi mimpi pun dia tidak
pernah membayangkan bahwa bayi kecil yang sempat menjadi
perhatian kalangan orang-orang kang ouw itu adalah dirinya
sendiri.
Sampai sekian lama dia termangu-mangu. Kemudian baru
berkata.
"Apakah yang kau katakan itu benar adanya?"
"Mana mungkin palsu?"
"Mengapa kau begitu yakin aku putra Ci Cin Hu?" tanya Lie
Cun Ju iagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Padahal urusannya sudah berlalu begitu lama. Ketika
pertama kali aku melihatmu, usiamu baru lima bulan. Tentu
saja aku tidak dapat mengenalimu. Tetapi sekarang, wajahmu
persis dengan ayahmu ketika muda. Tidak ada perbedaan
sedikit pun. Mana mungkin aku tidak bisa mengenalimu?"
"Seebun cianpwe, benda ada yang snma, manusia hanyak
yang mirip. Kaiau mengarnbil kepastian dari rupa yang sama
saja, bagaimana bisa membuktikan bahwa aku benar-benar
putra Tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu? Apalagi ayah ibuku sangat
baik terhadapku. Aku benar-benar tidak percaya kalau mereka
bukan orang tua kandungku."
"Di balik semua ini pasti ada yang tidak kauketahui. Biar
aku menjelaskannya dengan terperinci."
"Katakan saja!" Pada saat itu, seluruh tubuhnya masih
terasa nyeri karena dinginnya alas batu yang bernama Ban
nian si ping itu. Tetapi karena seluruh perhatiannya tercurah
ke masalah lain, dia jadi tidak merasakannya.
"Pada waktu itu, I Ki Hu datang ke pulau Hek Cui to.
Sebetulnya ayah dan ibumu tidak mungkin kalah dengan cara
yang demikian mengenaskan. Tetapi mereka sedang berlatih
semucam ilmu yang sakti. Hati si raja iblis I Ki Hu keji sekali.
Begitu datang ke Hek Cui to, dia tidak muncul secara terangterangan.
Semalam penuh dia mencari kesempatan yang baik.
Setelah mendapat kesempatan yang baik, dia langsung
menerjang ke dalam gedung rumahmu. Kedua orang tuamu
sedang bersemedi melatih ilmu, dia langsung membunuh.
Mereka tanpa sempat memberikan perlawanan sedikit pun.
Setelah berhasil, dia menghabisi seluruh anggota keluargamu
dan penghuni pulau lainnya."
"Kalau aku memang putra Ci Cin Hu, mengapa aku bisa
meloloskan diri dari pembantaian yang keji itu?" tanya Lie Cun
Ju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebulan sebelumnya, kau dibawa pergi oleh inang
pengasuhmu meninggalkan Hek Cui to untuk mengunjungi
nenekmu. Karena itu kau selamat dari pemhunuhan malam
itu."
"Siapa pula nenekku itu?"
"Dia orang tua juga mempunyai nama besar di dunia kang
ouw, julukannya Liong Po (Nenek naga) Chi Go Nio. Pada saat
itu, dua bulan sebelumnya aku sempat berkunjung ke Hek Cui
to. Kami pernah bertemu muka satu kali. Dua bulan kemudian,
aku mempunyai sedikit urusan dengan ayahmu dan ingin
menemuinya, Tetapi ketika aku baru tiba di tepi laut, aku
langsung mendengar bencana yang menimpa keluarga besar
Hek Cui to. Cepat-cepat aku menuju pulau itu untuk
membuktikan kebenarannya. Ternyata rnemang benar.
Ayahmu pernah menanam budi yang besar kepadaku, karena
itu aku pun menguburkan semua mayat yang ada dalam pulau
itu. Kemudian aku pun teringat kepadamu. Menurut berita
yang kudapatkan. hanya kau seorang yang sempat meloloskan
diri dari pembantaian ifu. Sedangkan aku tahu di man kau
berada. Bergegas aku menyusul ke rumah nenekmu, Ciu Go
Nio. Tetapi di tengah perjalanan, kembali aku mendengar
berita bahwa scluruh anggota keluarga di rumah nenekmu itu
juga habis terhunuh oleh I Ki Hu. Tetapi yang melegakan
hatiku justru mendengar kabar bahwa iblis itu tidak herhasil
menemukan bayi itu. Mengenai bagaimana kau bisa
meloloskan diri untuk kedua kalinva, aku sama sekali tidak
tahu."
Meskipun Seebun Jit menuturkan cerita itu dengan serius,
tapi Lie Cun Ju tetap tidak percaya.
"Tocu Hek Cui to mempunyai tiga orang putri dan tiga
orang putra termasuk dirimu. Yang anehnya setiap anak lakilaki
maupun pereinpuan, di lengannya pasti ada andengandeng
berwarna merah. Karena itu, ketika si raja iblis I Ki Hu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meiihatmu, dia langsung mengoyak lengan bajumu," ujar
Seebun Jit meneruskan ceritanya.
"Tetapi di lenganku tidak ada andeng-andeng merah sedikit
pun."
"Pasti pasangan suami istri Lie Yuan teiah menghilangkan
andeng-andeng di lenganrnu itu!1"' kata Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, aku tetap tidak percaya dengan
ceritamu!" ujar Lie Cun Ju sambil meng-gelengkan kepala.
Sekonyong-konyong terlihat perubahan di wajah Seebun
Jit, kemudian dengan tergesa-gesa dia melesat keluar.
"Seebun ciangpwe, ada apa?" tanya Lie Cun Ju.
Tampak Seebun Jit berhenti sebentar di depan pintu batu.
Kemudian dia melongokkan kepalanya keluar. Wajahnya
menyiratkan perasaan terkejm. Terdengar dia seperti
menggumam seorang diri.
"Aneh! Tadi terang-terangan aku mendengar suara
seseorang, mengapa aku tidak melihat siapa-siapa?" gumam
Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, mungkinkah si raja iblis I Ki Hu tiba-tiba
kembali lagi?" tanya Lie Cun Ju dengan tegang.
"Jangan khawatir, sebelum sampai di Si Cuan dan bertemu
dengan pasangan suami istri Lie Yuan, dia tidak mungkin
kembali kesini!" jawab Seebun sarnbil tertawa getir.
"Untuk apa I Ki Hu ingin bertemu dengan kedua orang
tuaku?"
"Kau toh tidak percaya dengan kata-kataku. Tetapi si raja
iblis I Ki Hu begitu melihatmu langsung mencurigai hahwa
kaulah bayi yang dulu dicari-carinya. Tentu tujuannya untuk
membasmi rumput sampai ke akar-akarnya. Tetapi dia tidak
menemukan andeng-andeng merah di lenganmu. Karena itu
dia helum yakin dengan dugaannya sendiri. Dia sengaja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahanmu di Gin Hua kok ini dan pergi ke Si Cuan mencari
pasangan suami istri Lie Yuan untuk menanyakan riwayat
hidupmu sampai sejelas-jelasnya. Kalau belum ada kepastian,
mana mungkin dia sudi kembali lagi kemari?"
Lie Cun Ju terdiam heherapa saat. Diam-diam dia
membayangkan kembali sikap orang tuanya sejak kecil sampai
dewasa terhadapnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat
dicurigai. Tidak terlihat sedikit pun titik terang yang
menyatakan mereka bukan orang tua kandungnya. Bahkan
sikap mereka lebih baik daripada kepada kokonya Li Po.
Lagipula andeng-andeng merah yang dikatakan Seebun Jit
sehagai tanda kelahiran khas keluarga Ci Cin Hu tidak terdapat
pada dirinya. Bahkan sedikit luka bekas guratan pisau pun
tidak ada. Seandainya benar pasangan suami istri Lie Yuan
menghilangkan tanda itu, pasti sedikit banyaknya akan
meninggalkan bekas luka.
Tetapi, meskipun demikian, Lie Cun Ju juga tidak bisa tidak
percaya sama sekali dengan keterangan Seebun Jit. Pertama,
dia tidak mem-punyai permusuhan pribadi dengan Seebun Jit,
bahkan perlakuan orang tua itu sangat baik terhadapnya.
Kedua, cara bicara orang tua itu juga penuh keyakinan dan
tidak dibuat-buat.
Karena itu sampai cukup lama dia terdiam kemudian baru
berkata lagi. "Seebun cianpwe, biar bagaimana, urusan ini
menyangkut riwayat hidupku sendiri. Aku ingin
menanyakannya kepada kedua orang tuaku agar persoalannya
menjadi jelas. Harap kau bebaskan totokan di tubuhku. Aku
ingin pergi ke Si Cuan untuk menemui ayah dan ibuku."
"Ci kongcu, ayahmu meninggal dengan cara yang
mengenaskan. Meskipun aku ini orang golongan hitam, tapi
hitung-hitung aku masih mempunyai hubungan saudara
dengan ayahmu. Boleh dibilang seluruh bu lim tahu bahwa
kematian ayahmu berlangsung di tangan I Ki Hu. Tetapi
ternyata tidak ada seorang pun yang hcruni menampilkan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menuntut keadilan. Hanya aku sendiri yang tiga kali berturutturut
mendatangi Cin Hua kok untuk membalaskan dendam
bagi orang tua dan saudara-saudaramu. Tetapi sayangnya tiga
kali berturut-turut pula aku mengalami kekalahan. Akhirnya
aku berpura-pura takluk kepadanya dan menjadi pelayannya.
Pokoknya selama gunung masih menghijau, hutan masih ada,
jangan takut tidak ada kayu bakar. Selama belasan tahun ini
aku menahan segala penderitaan dan hinaan. Sekarang aku
sudah menemukanmu. Tetapi kau malah ingin pergi ke Si
Cuan untuk menemui pasangan suami istri Lie Yuan.
Bagaimana kalau di sana kau bertemu dengan si raja iblis I Ki
Hu. Coba kau pikirkan sendiri! Apakah ilmu silatmu sekarang
dapat menandingi kepandaian si raja iblis itu?"
Mendengar nada bicara Seebun Jit yang semakin lama
semakin serius, hati Lie Cun Ju semakin bimbang.
"Lalu, entah berapa puluh tahun lagi ilmu silat-ku baru bisa
menandingi kepandaian si raja iblis itu?"
"Urusan ini sulit dikatakan. Tetapi batu yang kau tiduri
sekarang merupakan endapan es atau salju di gunung Thai
san seiama ribuan lahun. Bagi orang yang meiatih ilmu silat,
khasiatnya besar sekali. Asal kau bisa menahan penderitaan
dan tidur di atasnya selama tujuh hari berturut-turut, ilmu
silatmu akan pulih kembali. Bahkan tenaga dalammu akan
berlipat ganda. Mengenai urusan kelak, terpaksa melihat
peruntunganmu sendiri! Aku akan membebaskan totokan di
jalan darahmu. Tetapi kau harus ingat, selama tujuh hari tujuh
malam, biar ada rasa sakit yang bagaimana pun, kau tetap
tidak boleh bangun dari alas batu itu. Bahkan duduk pun tidak
boleh. Pokoknya kau harus berbaring terus. Kalau tidak,
mungkin ilmu silatmu selamanya tidak pernah bisa pulih
kembali!"
Sembari berkata, dia mengulurkan tangannya menepuk
jalan darah di tubuh Lie Cun Ju. Pemuda itu tadi
mendengarkan cerita Seebun Jit tentang rivvayat hidupnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang misterius. Seluruh perhatiannya tercurah kesana. Dengan
demikian penderitaannya tanpa sadar tidak terasa begitu
parah. Tetapi sekarang tiba-tiba Seebun Jit membebaskan
totokannya. Dia merasa segulung demi segulung hawa dingin
menyusup ke seluruh tubuh-nya dan membuat rasa nyerinya
semakin menjadi-jadi. Siksaan itu bukan main hebatnya.
Tetapi dia terus mengingat ucapan Seebun Jit. Seandainya
ucapan orang itu benar, maka dirinya tidak akan menjadi
orang cacat lagi. Walaupun penderitaan ini sedemikian
hebatnya, tapi dia tetap menggeretakkan giginya erat-erat dan
menahannva
Sementara itu, Seebun Jit terus mondar - mandir di dalam
ruangan hatu dengan wajah serius.
***
Kurang lebih setengah kentungan kemudian, kulit tubuh Lie
Cun Ju sudah kebal. Tetapi rasa dingin hahkan menyusup ke
dalam tulang belulangnya. Rasa nyerinya benar-benar
rnemhuat dirinya hampir tidak tahan. Seandainya Ban nian si
ping milik Tocu Hek Cui to ini tidak demikian terkenal dan
menurut kahar bisa menambah kekuatan tenaga dalam di
tubuh seseorang hahkan merupakan pusaka yang menjadi
incaran tokoh-tokoh bu lim, Lie Cun Ju juga tidak akan
percaya dengan kata-kata Seebun Jit.
Sembari menahan penderitaan yang hebat, Lie Cun Ju
berusaha mengedarkan hawa murni dalam tubuhnya. Ketika
dia menoleh kepada Seebun Jit, dia melihat orang tua itu
herulang kali berdiri di depan pintu batu dan melongokkan
kepalanya keluar. Telinganya seakan mendengarkan suara
dengan seksama. Mimik wajahnya semakin lama semakin
memperlihatkan rasa terkesiapnya. Seakan bukan satu-dua
kali, dia menemukan ada gerak gerik di luar pintu batu itu.
Lie Cun Ju sadar ilmu silatnya saat ini bagai bumi dan langit
dibandingkan dengan Seebun Jit. Seandainya ada gerak gerik
apa-apa, dia pun tidak bisa mendengarnya. Hatinya berharap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat melewati tujuh hari tujuh malam dengan tenang
meskipun dia harus menanggung penderitaan yang hebat.
Dengan demikian ilmunya bisa pulih kembali dan dirinya tidak
sampai menjadi orang cacat.
Tetapi kenyataan memang sering bertentangan dengan
harapan seseorang. Tiba-tiba saja dia melihat wajah Seebun
Jit berubah kelam. Tubuhnya bergerak laksana terbang.
Tangannya mengulur dan meraih sebuah buntalan yang
tergantung di dinding batu. Kemudian terdengar suara Cring!
Cring sebanyak dua kali. Dia berkelebat kembali ke depan
pintu goa.
"Siapa yang berulang kali mengintai di dalam Gin Hua kok?"
Harap lekas sebutkan nama!" Suara bentakannya itu
bergelombang sampai ke tempat yang jauh. Tidak lama
kemudian terdengar suara seorang perempuan berkumandang
dari kejauhan.
"Apakah pemilik lembah Gin Hua kok, I Lo sian sing ada di
tempat?"
Begitu mendengar suara itu, hati Lie Cun Ju langsung
tercekat. Wajah Seebun Jit juga herubah hebat. Dia
membalikkan tubuhnya.
"Ci kongcu, tidak perduli apa pun yang terjadi di luar, kau
harus ingat. Jangan sekali-kali turun dari alas batu itu. Setelah
keluar nanti, aku akan menutup pintu batu goa ini. Yang
penting kau harus beristirahat!" neap Seebun Jit.
Sembari berbicara, dia melepaskan buntalan kain yang
dipegangnya. Cahaya berkilauan memenuhi seluruh ruang
batu itu. Dia mengeluarkan dua macam senjafa yang
bentuknya aneh.
Nama Seebun Jit memang terkenal di kalangan dunia kang
ouw. Salah satu senjatanya yang istimewa adalah sebuah
pecut yang meniiliki lima cabang. Masing-masing cabang itu
terkait gerigi besi berbentuk setengah lingkaran yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tajamnya bukan main. Seebun Jit mendapat julukan Hantu
tanpa bayangan. Senjata andalannya sebilah golok dan
sepasang cambuk. Cambuk itu memang terdiri dari dua utas.
Tetapi rnenggunakannya tidak perlu dua tangan karena dapat
dijadikan satu. Sedangkan goloknya juga aneh. Lebarnya tidak
seperti golok biasa. Bentuknya juga tidak melengkung, bahkan
lebih mirip batangan besi berbentuk persegi empat. Tetapi di
kedua sisinya bergerigi juga.
Karena mengenali suara perempuan itu, Lie Cun Ju jadi
mengkhawatirkan keselamatan Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, kau harus berhati-hati!"
"Di dalam Gin Hua kok ini ada nama besar si raja iblis I Ki
Hu, aku yakin tnereka juga tidak berani berbuat apa-apa!" ujar
Seebun Jit.
Dia memasukkan sepasang cambuknya ke dalam selipan
ikat pinggang. Setelah itu dia melesat keluar dari ruangan
batu itu. Kemudian dia mendorong sebuah batu besar untuk
menahan di depan pintu tadi. Setelah itu dengan perlahanlahan
dia menerobos taman bunga dan berjalan menuju mulut
lembah.
"Gin Hua kok dengan kalian selamanya tidak ada hubungan
apa-apa. Untuk apa kalian datang kemari?" tanya Seebun Jit
dengan nada dingin.
Baru saja ucapan Seebun Jit selesai, tiba-tiba dari mulut
lembah bekelebat beberapa bayangan. Ternyata di sana sudah
bertumhah tiga orang. Tiga orang itu mengenakan topeng
berwarna merah darah. Dari topeng itu menyembul sepasang
mata, warnanya menyeramkan, sehingga membuat orang
yang melihatnya timbul perasaan ngeri.
Orang yang di tengah bertubuh gemuk pendek, di sebelah
kirinya seorang perempuan, hal ini terlihat dari bentuk
tubuhnya. Sedangkan di bagian kanan berdiri seorang laki-laki
bertubuh tinggi kurus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiga orang ini memang iblis keluarga Lung dari Kui Cou.
Yang gemuk sebagai saudara tertua, namanya Lung Goan Po.
Orang yang bertubuh tinggi kurus saudara kedua, namanya
Lung Sen. Sedangkan yang perempuan menduduki tangga
terakhir, namanya Lung Ping!
Ketika masih berada di dalam goa batu, Lie Cun Ju dan
Seebun Jit sudah mendengar suara perempuan itu. Karenanya
mereka pun mengetahui bahwa yang datang adalah tiga iblis
keluarga Lung. Lie Cun Ju pernah kena batunya ketika
bertemu dengan mereka di tengah sungai. Karena itu dia
mengenali suaranya. Sedangkan pengetahuan dan
pengalaman Seebun Jit sangat luas, dia juga senang
menjelajahi dunia. Ketika dunia bu lim belum mengenal nama
tiga iblis dari keluarga Lung, dia sudah sempat bertemu
dengan mereka beberapa kali.
"Rupanya kalian. Ada perlu apa kalian datang kemari?"
tanya Seebun Jit dengan nada dingin.
Ketiga iblis dari keluarga Lung tidak menyahut. Mereka
langsung melepaskan topeng penutup wajah mereka yang
warnanya seperti berlumuran darah.
Perasaan Seebun Jit langsung tertegun. Tanpa dapat
ditahan lagi, kakinya menyurut mundur tiga langkah. Sewaktu
berkunjung ke Kui Cou tempo dulu, kakek itu sudah pernah
mendengar orang mengatakan bahvva ketiga iblis keluarga
Lung memang tiga bersaudara. Tadinya mereka prajurit suku
Biao. Kemudian menurut berita yang tersebar di dunia kang
ouw, tokoh utama dari golongan hitam Hek Leng sin kun
berpesiar ke daerah Biao dan menetap di sana. Kemudian
ketiga saudara ini diterimanya sebagai murid.
Tetapi selamanya ketiga iblis dari keluarga Lung ini tidak
pernah mengungkit tentang gurunya kepada siapa pun juga.
Apabila bergebrak dengan seseorang, selamanya musuh
mereka tidak pernah dibiarkan hidup. Karena itu tidak ada
orang yang tahu sampai dimana ketinggian ilmu mereka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keistimewaan yang mereka miliki. Mereka juga selalu
mengenakan topeng. Bahkan setiap tokoh hitam yang takluk
kepada mereka, dijadikan anak buah dan diharuskan
mengenakan topeng serupa. Ini merupakan peraturan bagi
mereka. Apabila mereka sampai melepaskan kedok atau
topeng yang menutupi wajah mereka, itu tandanya mereka
mempunyai dendam sedalam lautan dan turun tangan mereka
pun tidak tanggung-tanggung lagi.
Karena teringat selentingan di luaran bahwa ketiga orang
ini merupakan murid Hek leng sin kun dan begitu bertemu
mereka langsung melepaskan topengnya, Seebun Jit jadi
tertegun. Tampak ketiga orang itu tidak berwajah buruk.
Setidaknya semua panca inderanya komplit. Kalau ditilik dari
usianya, ketiga orang itu paling sedikit sudah di atas empat
puluhan tahun.
"Dari tempat yang jauh kalian berkunjung ke¬mari.
Sebetulnya ada keperluan apa? Harap katakan terus terang
saja!" tanya kakek Jit.
"Apakah Anda Seebun Jit yang pernah bertemu muka
dengan kami di Kui Cou tempo dulu?" tanya Lung Goan Po
sambil batuk-batuk kecil.
Mendengar nada mereka yang tidak begitu garang,
perasaan Seebun Jit pun agak lega. Karena bagaimana pun,
mereka terdiri dari tiga orang, sedangkan dia hanya sendirian,
apakah dia sanggup mengalahkan mereka masih merupakan
sebuah tanda tanya besar.
"Ingatan sam wi sungguh hebat. Cayhe memang Seebun
Jit!" sahutnya.
Ketiga orang itu saling lirik sekilas. Kemudian topeng di
tangan mereka dilempar ke atas tanah. Trang! Rupanya
topeng itu terbuat dari emas murni yang kemudian dilumuri
lagi dengan sejenis zat pewarna.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah melemparkan ketiga topeng itu di atas tanah, tibatiba
mereka menjatuhkan diri berlutut di hadapan Seebun Jit
...
Tentu saja Seebun Jit terkejut setengah mati. Dia menduga
mereka sedang menjalankan akal yang licik dan mencari
kesempatan untuk mencelakainya. Karena itu dia segera
menghentakkan kakinya mencelat ke belakang sejauh
beberapa tindak untuk berjaga-jaga terhadap segala
kemungkinan. Pecut bercabang limanya pun langsung
dikeluarkan dari selipan ikat pinggang.
Tetapi saat itu juga Lung Goan Po mendongakkan
wajahnya.
"Sahabat Seebun, jangan khawatir. Kecuali di hadapan guru
kami yang berbudi, selamanya kami belum pernah menekuk
lutut di hadapan siapa pun. Tetapi urusan ini gawat sekali,
kami memohon bantuan sahabat Seebun. Kami sengaja
datang kemari untuk memohon bantuanmu. Apahila sahabat
Seebun bersedia mengabulkan, meskipun kami harus menjadi
kerbau atau kuda di kehidupan mendatang, kami pun rela."
Seebun Jit mendengar nada bicara Lung Goan Po yang
tulus, seakan tidak ada maksud jahat sedikit pun. Juga tidak
tampak berpura-pura. Dia merasa aneh, meskipun kakek itu
belum pernah bergebrak langsung dengan ketiga orang itu,
tapi mereka cukup terkenal di dunia kang ouw. Apalagi di
wilayah Hun Kui. Entah berapa banyak tokoh golongan hitam
yang tidak berani menginjakkan kakinya ke wilayah itu, karena
merupakan tempat tinggal ketiga iblis dari keluarga Lung ini.
Sekarang mereka seakan menghadapi suatu masalah besar
yang entah apa, malah berlutut di hadapannya.
"Sam wi harap berdiri! Ada apa-apa bisa kita rundingkan
baik-baik!"
"Sebelum sahabat Seebun mengabulkan, untuk selamanya
kami tidak akan bangun!" kata Lung Goan Po.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seebun Jit adalah tokoh yang sudah banyak makan asam
garam. Dia bisa melihat apa yang terkandung di dalam hati
seseorang hanya dari mimik wajahnya. Dia tahu ketiga orang
ini ada sesuatu dan ingin memohon bantuannya, tetapi dia
justru tidak habis pikir apa masalahnya?
"Terserah, katakan saja apa permohonan ka¬lian itu!"
Wajah ketiga orang itu langsung beseri-seri mendengar
jawaban Seebun Jit.
"Sekarang Anda tinggal di Gin Hua kok ini, tentunya Anda
mempunyai hubungan yang baik dengan I losian sing. Kami
bertiga ingin bertemu dengannya, harap Anda sudi mengantar
kami kepada orang tua itu!" kata Lung Goan Po kembali.
Tadinya Seebun Jit mengira ada urusan sebesar apa
sehingga mereka perlu meminta bantuannya, ternyata mereka
hanya ingin bertemu dengan si raja iblis I Ki Hu. Hampir saja
dia tertawa geli.
"Kedatangan kalian sungguh tidak tepat. I Kokcu sedang
keluar, tidak ada di dalam lembah!"
Tidak disangka-sangka wajah ketiga orang itu semakin
bersseri-seri.
"Benar?"
"Tentu. Buat apa aku rnendustai kalian?”
"Dalam perjalanan menuju tempat ini, secara kebetulan
kami bertemu dengan Leng Coa sian sing, dia mengatakan
hahwa I kokcu menolong seorang laki-laki dan perempuan,
apakah yang di-katakannya benar?"
"Tidak ..." Hampir saja Seebun Jit kelepasan bicara. Tetapi
baru mengucap sepatah kata 'tidak', dia teringat sesuatu hal.
Rupanya ketiga orang ini takut berselisihan dengan I Ki Hu,
karena itu mereka menggunakan aka! licik untuk
memancingnya. Mendengar I Ki Hu tidak ada di lembah, wajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka semakin berseri-seri. Lain secara tiba-tiba mereka
menanyakan tentang Lie Cun Ju dan Tao Ling. Di balik semua
itu pasti ada apa-apanya.
"Tidak tahu menahu mengenai urusan ini!" Seebun Jit
memang manusia yang cerdas, meskipun dalam sedetik, dia
mengalihkan jawabannya, namun tidak terlihat sedikit pun
bahwa dia sedang berdusta.
Lung Goan Po menarik nafas panjang.
"Sahabat Seebun benar-benar tidak bersedia berterus
terang kepada kami?"
"Aku tinggal di Gin Hua kok, ada kejadian apa pun di sini,
aku pasti tahu. Tapi aku memang tidak mengenal laki-laki dan
perempuan yang ditolong kokcu."
"Mungkinkah Leng Coa sian sing mendustai kami? Aih!
Sudahlah!" gumam Lung Goan Po.
Tiba-tiba ketiga orang itu melonjak bangun.Seebun Jit
langsung menggetarkan pergelangan tangannya. Sepasang
cambuk di tangannya mengeluarkan cahaya yang berkilauan.
Diam-diam dia bersiap siaga terhadap segala
kemungkinan.Tetapi tiba-tiba dia melihat wajah Lung Goan Po
berubah pucat pasi.Sepasang lengannya gemetar!
"Toako! Kita toh masih bisa menemukan mereka!" teriak
kedua saudara Lung Goan Po.
"Dunia begini luas. Kemana kita harus mencari mereka?
Batas waktunya sudah sampai pula, untuk apa kita bercapai
diri lagi?" ucap Lung Goan Po sambil menarik napas panjang.
Sembari berbicara, sepasang lengannya terus menggigil.
Kemudian terdengar suara Krek! Krek! dua kali. Di kening lakilaki
bertubuh gemuk pen-dek itu, tampak keringat dingin
bercucuran. Seebun Jit adalah seorang tokoh bu lim yang
banyak pengalaman. Melihat keadaan ini, dia tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lung Goan Po telah memutuskan seluruh urat nadi di kedua
lengannya dengan paksa.
Hati Seebun Jit semakin curiga. Dari kata-kata Lung Goan
Po barusan, dia bisa menduga bahwa ketiga iblis itu mendapat
perintah dari seseorang untuk menemukan Lie Cun Ju dan Tao
Ling. Bahkan diberikan batas waktu. Seandainya sampai batas
waktunya mereka masih belum menemukan kedua orang itu,
mereka harus memutuskan urat-urat di kedua lengan mereka
sendiri!
Orang yang berani bermusuhan dengan tiga iblis dari
keluarga Lung, di dalam dunia kang ouw boleh dibilang dapat
terhitung dengan jari tangan. Seebun Jit sendiri juga
mempunyai nama yang cukup terkenal di dunia kang ouw,
tetapi dia pun tidak berani sembarangan mencari masalah
dengan ketiga iblis ini. Kecuali Gin leng hiat ciang I Ki Hu atau
tokoh yang sebanding dengannya, Seebun Jit benar-benar
tidak habis pikir siapa yang berani mendesak ketiga iblis dari
keluarga Lung itu?
Seebun Jit merenung sejenak.
"Sahabat Lung, tunggu sebentar. Seandainya tidak berhasil
menemukan seorang laki-laki dan perempuan itu, mengapa
Anda sampai harus memutuskan seluruh urat di kedua
lenganmu sen¬diri?" tanya kakek itu.
"Sahabat Seebun toh tidak tahu dimana kedua orang itu
berada, untuk apa bertanya? Kami memberitahukan pun tidak
ada gunanya." Sembari berkata, dia menolehkan kepala
kepada kedua saudaranya. Setelah itu berkata lagi. "Kalian
berdua masih tidak cepat turun tangan! Apalagi yang kalian
tunggu? Meskipun kehilangan dua buah le¬ngan, paling tidak
masih ada selembar nyawa!" kata orang yang gemuk pendek
sambil menahan sakit yang dideritanya.
Seandainya Seebun Jit seorang tokoh dari golongan lurus,
tentu dia akan mendesak siapa orangnya yang memaksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dan untuk apa mereka ingin menemukan Lie Cun Ju
dan Tao Ling. Dia juga akan mencegah perbuatan mereka
bertiga yang memutuskan urat nadi lengan sendiri. Tetapi
pada dasarnya dia memang seorang tokoh dari golongan
hitam. Dia sadar seorang diri melawan mereka bertiga, lebih
banyak ruginya daripada untungnya. Lebih baik menunggu
mereka me¬mutuskan dulu urat nadi lengan masing-masing,
dia baru tentukan langkah selanjutnya. Karena itu, dia tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata kedua adik Lung
Goan Po juga mengikuti tindakan toako mereka memutuskan
urat nadi di lengan masing-masing.
Tubuh mereka gemetar dengan hebat. Keringat dingin
membasahi kening. Seebun Jit menunggu sampai pekerjaan
mereka sudah selesai, baru tersenyum simpul.
"Entah siapa nama laki-laki dan perempuan yang kalian cari
itu? Apabila kalian bisa menyebutkan namanya, mungkin aku
bisa membantu!"
Wajah ketiga iblis dari keluarga Lung langsung berubah
hebat.
"Rupanya kau memang tahu, mengapa kau tidak
mengatakannya dari tadi?" teriak Lung Goan Po.
"Toako, jangan bersikap kasar! Sahabat Seebun, orang
yang ingin kami cari bernama Tao Ling dan Lie Cun Ju!" Lung
Ping menjawab sambil mengerlingkan matanya pada
toakonya.
Seebun Jit melihat kening ketiga orang itu dibasahi oleh
keringat dingin. Sepasang lengan mereka menjuntai ke
bawah, belum lagi wajah mereka yang pucat pasi. Dapat
dipastikan bahwa urat nadi di lengan ketiga orang itu sudah
putus. Diam-diam hatinya merasa senang. Seebun Jit
menggetarkan cambuknya dan tertawa terbahak-bahak,
"Rupanya mereka yang kalian cari! Meng¬apa kalian tidak
katakan dari tadi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rupanya Anda tahu dimana mereka sekarang berada?"
tanya Lung Goan Po.
"Tentu saja tahu. Kalian tadi mengatakan kokcu menolong
seorang laki-laki dan perempuan. Kedua orang itu bukan
ditolong oleh kokcu, mereka bahkan datang sendiri."
"Dimana mereka sekarang?" tanya Lung Ping gugup.
Tentu Seebun Jit tidak mungkin mengatakan jejak Lie Cun
Ju dan Tao Ling kepada ketiga iblis dari keluarga Lung itu.
Karena dia tahu mereka terdiri dari orang-orang yang keji dan
selalu turun tangan dengan telengas. Tentu mereka mengandung
niat kurang haik.
Sekarang Seebun Jit melihat ketiga iblis itu karena sesuatu
hal memutuskan urat nadi tangannya sendiri. Dengan
kekuatannya sendiri, kakek itu juga sanggup mengalahkan
mereka dalam beberapa jurus saja. Karena itu dia tidak
merasa takut sedikit pun.
"Tao kouwnio pergi mengikuti kokcu. Sedangkan Lie Cun Ju
masih ada di dalam lembah!" sahutnya tenang.
"Mengapa kau tidak mengatakannya sejak tadi?" Ketiga
iblis itu bertanya sambil melangkahkan kakinya maju.
"Mengatakannya sejak tadi? Siapa yang tahu apa yang
terkandung dalam hati kalian?" jawab kakek itu dengan nada
mempermainkan.
"Baik. Kami akan mengadu jiwa denganmu!" ujar Lung
Goan Po dengan nada marah.
Lung Goan Po yang pertama-tama bergerak. Tubuhnya
membungkuk sedikit, dengan nekat dia menyerudukkan
kepalanya ke arah Seebun Jit. Tenaganya begitu kuat
sehingga mengejutkan!
Seebun Jit malah tertawa terbahak-bahak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Manusia tanpa lengan! Masih berani sesumbar? Apakah
setelah mati ingin menjadi setan gentayangan?"
Tubuh kakek Jit berkelebat, pecut di tangannya langsung
melayang ke depan. Cahaya perak berkilauan. Dalam sekejap
timbul bayangan cam¬buk yang tidak terhitung jumlahnya.
Pecutan Seebun Jit itu juga terhitung keji sekali. Walaupun
tidak sampai mematikan, tetapi apahila Lung Goan Po sernpat
tersambar pecutannya, paling tidak sebelah wajahnya
langsung men¬jadi tidak karuan karena seluruh kulitnya
terkelupas.
Lung Goan Po menggeserkan kepalanya sedikit, kedua
lengannya masih menjuntai ke bawah. Tetapi sepasang
cambuk di tangan Seebun Jit seperti seekor naga sakti.
Cahaya terang memercik. Tampaknya sekejap lagi, Lung Goan
Po pasti akan terkena sambaran pecut itu.
Tetapi tiba-tiba, sepasang lengan Lung Goan Po yang
tadinya menjuntai ke bawah langsung meng-angkat ke atas.
Tangan kirinya membentuk cakar mencengkeram ke arah
cambuk Seebun Jit yang sedang menyambar ke arahnya.
Dalam waktu yang bersamaan, tangan kanannya juga
menjulur ke depan mengirimkan sebuah pukulan ke dada
Seebun Jit.
Gerakan kedua tangan ini benar-benar di luar dugaan
Seebun Jit. Hatinya terkesiap bukan kepalang. Karena tadi dia
melihat dengan kepala sendiri keringat dingin menetes
membasahi kening Lung Goan Po. Tangan mereka juga
menimbulkan suara berderak-derak seperti tulang yang
remuk, belum lagi tubuh mereka yang gemetar dan wajah
mereka yang pucat pasi!
Ternyata, sepintar-pintarnya Seebun Jit, dia masih bisa
dikelabui oleh Lung Goan Po.
Sebetulnya Seebun Jit bukan tokoh sembarangan, tetapi
kali ini dia benar-benar bertemu dengan lawan yang seirn!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ang. Ternyata nama besar ketiga iblis dari keluarga Lung
bukan nama kosong. Kelicikan mereka tidak terduga oleh
Seebun Jit.
Sementara Seebun Jit memang terkesiap bukan kepalang,
namun di sisi lainnya untung dia mempunyai kekuatan tenaga
dalam yang dilatih selama puluhan tahun. Dengan panik
pergelangan tangan¬nya ditekan ke bawah. Yang digenggam
olehnya masih sepasang cambuk bercabang lima. Begitu
dihentikan, cambuk itu melontar ke atas. Ternyata dalam
keadaan yang demikian terdesak, dia bisa menghindarkan
serangan Lung Goan Po.
Tetapi biar bagaimana, penghindaran Seebun Jit itu boleh
dikatakan dipaksakan sekali. Sedangkan dalam waktu yang
bersamaan, Lung Sen dan Lung Ping berdua juga menerjang
ke arahnya dari kiri kanan. Mereka menjulurkan lengan
masing-masing dan mencengkeram ke depan. Ternyata
mereka berdua juga berpura-pura, sama halnya dengan toako
mereka. Sedangkan lengan mereka tidak cacat sedikit pun.
Pada dasarnya kepandaian Lung Sen dan Lung Ping
memang tidak sembarangan. Apalagi Seebun Jit
menghindarkan diri dengan terpaksa sekali. Empat buah
lengan dari kedua orang itu meluncur dalam waktu yang
bersamaan.
Plak! Plak! Plak! Plak! Empat kali pukulan sekaligus tepat
mendarat di bagian kiri kanan punggung Seebun Jit.
Ilmu silat Seebun Jit sendiri memang tinggi sekali. Begitu
saling menggebrak dengan lawannya, meskipun seorang diri
melawan tiga musuh, tetap saja dia bisa mempertahankan
ketenangannya. Hawa murni dalam tubuhnya memang sudah
dihimpun sejak tadi. Dengan demikian seluruh tubuhnya
seperti terlindung hawa murninya.
Tiga lblis dari Keluarga Lung, masing-masing anggotanya
mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sudah dilatih selama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puluhan tahun. Begitu Seebun Jit terhantam empat buah
pukulan dari Lung Sen dan Lung Ping, dirasakan bagian kanan
kiri pinggangnya bagai ditimpa besi seberat ratusan kati.
Telinganya sampai berdengung, matanya berkunang-kunang,
tubuhnya bergetar, dan ham-pir saja tidak dapat
mepertahankan keteguhan kakinya sehingga nyaris terjatuh!
Dalam keadaan panik, Seebun Jit merasa ping¬gangnya
nyeri bukan main. Nadi di pergelangan tangannya juga sempat
tersampok kekuatan dari cengkeraman Lung Goan Po. Sebelah
tubuhnya terasa bagai kesemutan.
Di dalam hati ia baru sadar bahwa tiga iblis dari keluarga
Lung sudah mempersiapkan akal licik sebelum datang ke
tempat itu. Kata-kata mereka yang menyatakan ingin meminta
bantuannya hanya omong kosong belaka. Tujuan mereka
hanya ingin mengetahui apakah I Ki Hu ada di dalam lembah
Gin hua kok. Dan apakah Tao ling dan Lie Cun Ju benar di
sana atau tidak. Dirinya sendiri sudah malang melintang di
dunia kang ouw selama puluhan tahun. Pengalamannya sudah
banyak, pengetahuannya luas pula, tetapi dia masih sempat
terkecoh oleh Tiga Iblis dari Keluarga Lung itu.
Seebun Jit merasa benci sekali mengingat dirinya yang
dibodohi mereka. Diam-diam dia bertekad untuk menebus
kekalahannya itu. Namun dia juga sadar bukan hal yang
mudah baginya. Dia berusaha membesarkan hatinya. Tetapi
rasa sakit di pinggangnya hampir tidak tertahankan. Kelima
jari tangannya merenggang, cambuk di tangannya pun
terlepas. Matanya dipejamkan dalam keadaan tubuhnya
terhuyung mundur beberapa tindak.
Di sudut sebelah sana, Lung Sen dan Lung Ping
mengeluarkan suara tawa yang aneh. Mereka lalu menerjang
kembali dengan mengirimkan ten-dangan ke bagian dada
Seebun Jit.
Sebelum tendangan mereka mengenai lawannya, terdengar
Lung Goan Po berteriak dengan keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang ini sudah lama berkecimpung di dunia kang ouw,
kalian harus hati-hati!"
Lung Goan Po menyadari bahwa Hantu Tanpa Bayangan
Seebun Jit ini bukan lawan yang mudah dihadapi sehingga dia
mengingatkan kedua saudaranya, namun sudah terlambat.
Belum lagi tendangan keduanya berhasil mengenai
sasarannya, tiba-tiba Seebun Jit sudah melangkah ke depan.
Dengan mata mendelik, mulutnya menge¬luarkan suara
bentakan kemudian tubuhnya melesat ke atas. Dalam waktu
yang bersamaan, tangan kirinya mengibas. Tampak segurat
cahaya seperti pelangi melintas, mengedari kaki Lung Sen dan
Lung Ping yang sedang mengirimkan tendangan kepadanya.
Darah segar memercik, sementara Seebun Jit tertawa
terbahak-bahak. Dia menahan rasa sakit karena luka
dalamnya, kemudian menyurut mundur setengah langkah.
Buk! Buk! Tiba-tiba Lung Sen dan Lung Ping jatuh
terbanting di atas tanah. Untung saja ilmu kepandaian kedua
orang ini memang cukup tinggi. Ketika melihat kelebatan
cahaya golok, tiba-tiba saja hati mereka merasa ada firasat
buruk. Mereka memaksakan gerakan kaki yang sudah
melayang keluar itu agar dapat ditarik mundur.
Namun, Seebun Jit justru terkenal di dunia kang ouw
karena sebilah golok dan sepasang cambuknya yang aneh.
Panjang goloknya kira-kira empat ciok. Tipisnya seperti
selembar kertas. Tetapi tajamnya jangan ditanyakan lagi.
Dibuat dari baja pilihan yang sulit didapatkan. Bila sedang
tidak digunakan, golok itu dapat digulung seperti sabuk
pinggang. Bisa disembunyikan di balik pakaian tanpa terlihat
oleh lawan. Bila dicabut keluar pun tidak tampak oleh mata
lawan, tahu-tahu sudah tergenggam dalam telapak tangan.
Jurus yang digunakannya tadi diberi nama Lihat Golok Lihat
Darah. Karena itu kaki kiri Lung Sen dan Lung Ping langsung
terkerat sebatas betis dan langsung jatuh tanpa dapat
mempertahankan diri lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keadaan terluka parah, Seebun Jit masih sanggup
melawan tiga musuh sekaligus, bahkan melukai dua di
antaranya. Ilmu kepandaiannya benar-benar tidak dapat
dipandang ringan. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping hanya
terluka di bagian luar, tetapi lukanya justru di kaki yang
merupakan anggota penting dari tubuh. Mereka segera
menutup jalan darahnya untuk menghentikan pendarahan.
Untuk sementara mereka tidak bisa berhadapan dengan
musuh.
Seebun Jit memaksakan diri menghimpun hawa murni
dalam tubuhnya. Lung Goan Po menghambur ke depan
melihat keadaan dua saudaranya. Mengambil kesempatan itu
Seebun Jit segera mengayunkan goloknya ke bagian
punggung Lung Goan Po. Gerakan golok menimbulkan cahaya
seperti pelangi. Kecepatannya sungguh mengejutkan. Lung
Goan Po menyambar kedua saudaranya kemudian mencelat
ke depan sejauh beberapa depa.
Ayunan golok Seebun Jit memang bertujuan membuat Lung
Goan Po menghindarkan diri untuk sementara. Dia bukan
menyerang dengan sungguh-sungguh. Melihat Lung Goan Po
mencelat ke depan, dia juga menggeser kakinya dan
memungut kembali sepasang cambuknya yang terlepas dari
tangannya tadi.
Tampak tangan kirinya menggenggam golok¬nya yang
berbentuk aneh, sedangkan tangan kanannya memegang
cambuk bercabang lima. Seebun Jit berdiri dengan tegak,
penampilannya angker. la mendongakkan wajahnya dan
mengeluarkan suara siulan panjang. Kalau diperhatikan tidak
seperti orang yang sudah terluka parah. Padahal
kenyataannya justru dalam keadaan ter¬luka parah.
Semestinya, orang yang sudah terluka seperti Seebun Jit
sekarang ini, tidak boleh menggunakan tenaga dalamnya
untuk tertawa terbahak-bahak. Karena akan menyebabkan
lukanya semakin parah. Namun Seebun Jit menyadari keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di depan matanya saat ini. Sekarang tinggal Lung Goan Po
yang masih bisa bertarung dengannya. Apabila otaknya
cerdas, dia bisa mendesak. Seebun Jit terpaksa mundur terus
dan mendekati Lung Sen serta Lung Ping. Meskipun keduanya
terluka dan terkulai di atas tanah, sepasang tangan mereka
masih dapat digerakkan. Tidak sampai dua puluh jurus,
Seebun Jit pasti berhasil dikalahkan. Yang jelas tubuhnya
sendiri sudah terluka parah. Saat ini seandainya dia berpurapura
tidak terluka, bahkan berlagak mencoba menantang
ketiga orang itu, mungkin mereka malah menjadi ragu atau
mungkin mereka malah mengundurkan diri untuk sementara!
Kedatangan ke Tiga Iblis dari Keluarga Lung ini mempunyai
tujuan tertentu. Dan mereka tidak mungkin menyelesaikan
masalahnya begitu saja. Tetapi asal bisa mendapat
kesempatan untuk mengatur nafas dan menjaga pintu batu
agar mereka tidak menerobos masuk ke dalam, sudah lebih
dari cukup. Karena itu, Seebun Jit tidak memperdulikan
keadaannya yang terluka parah dan sengaja mengeluarkan
suara siulan panjang kemudian tertawa terbahak-hahak.
Setelah tertawa beberapa saat, dia mengayunkan golok di
tangannya. "Lung Lo toa, nyalimu sudah ciut?" ujarnya
dengan suara keras.
Sesaat ketiga iblis dari keluarga Lung benar-benar terkecoh
oleh sikap Seebun Jit. Mereka saling pandang sekilas,
kemudian Lung Goan Po memapah kedua saudaranya dan
mengeluarkan suara tertawa dingin. "Hen! Jangan senang
dulu, Seebun Jit! Hari ini tidak berhasil, besok kami pasti
datang kembali! Tunggu saja!"
Sekali lagi Seebun Jit tertawa terbahak-bahak.
"Biar kapan pun kalian datang, asal aku . . ." Seebun Jit
mengerutkan kening sedikit saja, "Anggaplah aku band!"
"Kata-kata yang bagus!" Sembari memapah kedua orang
saudaranya di kiri dan kanan, Lung Goan Po mendelik kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seebun Jit. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping berjalan
dengan sebelah kaki, gerakan tubuh mereka tetap gesit.
Dalam sekejap mata, mereka sudah keluar dari lembah Gin
Hua kok.
Seebun Jit sadar kepergian mereka kali ini demi
nienyembuhkan luka Lung Sen dan Lung Ping.
Setelah keduanya sembuh, mereka pasti kembali lagi.
Diam-diam Seebun Jit menarik nafas panjang. Darah yang
bergejolak di dalam dadanya sejak tadi, langsung tercurah
keluar setelah perasaannya lebih lega.
"Hooakkkk!!!!"
Butiran darah memenuhi jenggotnya yang sudah memutih.
Hal ini membuat tampang Seebun Jit berubah seperti tua
dalam waktu yang singkat.
Setelah memuntahkan darah segar, Seebun Jit
menggunakan goloknya untuk menopang dirinya. Baru saja
kakinya hendak melangkah menuju pintu batu, entah
mengapa begitu membalikkan tubuhnya, dari luar lembah
sudah terdengar suara batuk-batuk kecil.
Seebun Jit tersentak kaget. Diam-diam hatinya khawatir,
apabila di saat seperti ini datang lagi seorang musuh yang
tangguh. Sudah pasti dirinya tak sanggup menghadapinya.
Cepat-cepat dia menghapus darah di sudut bibir dan
jenggotnya dengan ujung lengan jubahnya. Setelah itu dia
membalikkan tubuhnya kem¬bali, tampak di mulut lembah
berdiri seorang laki-laki tua bertubuh kurus kering.
Tampangnya licik dan tangannya menggenggam seekor ular
hijau yang bentuknya aneh. Ekor ular itu malah melilit di
lehernya. Panjangnya mungkin kira-kira tujuh ciok.
Seebun Jit memaksakan dirinya untuk me-ngembangkan
seulas senyuman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Leng Coa sian sing, ada keperiuan apa berkun-jung ke Gin
Hua kok?"
Seebun Jit sadar bahwa Leng Coa sian sing jarang
berkecimpung di dunia kang ouw sehingga orang-orang yang
tahu namanya pun sedikit sekali, tetapi ilmunya memang
tinggi sekali.
"Sahabat Seebun, tampaknya luka yang kau derita tidak
ringan?" ujar Leng Coa sian sing sambil tertawa terkekehkekeh.
Seebun Jit tahu tidak mudah mengelabui orang yang satu
ini. Karena itu dia tertawa getir.
"Terima kasih atas perhatianmu! Entah ada keperiuan apa
Leng Coa sian sing bertandang ke Gin Hua kok ini?"
Sekali lagi Leng Coa sian sing tertawa terkekeh-kekeh.
Mimik wajahnya sungguh mencurigakan.
"Sahabat Seebun, apakah kau mengenali benda ini?"
Sembari berkata, dia mengeluarkan sebuah len-cana
berbentuk segi tiga yang ukurannya sebesar telapak tangan.
Lencana itu mengeluarkan cahaya berkilauan karena warnanya
putih keperakan.
Seebun Jit tertegun melihatnya.
"Itukan lencana kokcu. Di dalam dunia bulim, siapa yang
tidak kenal a pa lagi tidak tahu?"
"Memang betul. Melihat lencana ini, merasa seperti
bertemu dengan pemiliknya sendiri. Sahabat Seebun, harap
kau serahkan Lie Cun Ju kepadaku!"
Seebun Jit terkejut sekali.
"Leng Coa sian sing, lencana itu hanya boleh digunakan
satu kali saja. Setelah itu harus dikembalikan kepada kokcu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benda yang demikian berharga, mengapa kau
menggunakannya untuk tujuan yang satu ini?"
"Loheng tidak perlu ikut campur! Aku mempunyai
pertimbangan sendiri."
Diam-diam Seebun Jit berpikir dalam hati, dia begitu
memperhatikan Lie Cun Ju justru karena dia mengenali
pemuda itu sebagai putra tocu Hek Cui to, sahabatnya. Tetapi
mengapa ke Tiga Iblis dari Keluarga Lung dan Leng Coa sian
sing juga menginginkannya?
"Sahabat Seebun, apakah kau berani membantah
perkataan kokcumu sendiri?" tanya Leng Coa sian sing sambil
menggoyang-goyangkan lencana di tangannya. Sinarnya
semakin berkilauan.
Seebun Jit mengangkat bahunya.
"Sayang orangnya sudah tidak ada di sini, apalagi yang
dapat aku lakukan?"
Leng Coa sian sing tertawa terbahak-bahak.
"Tadi ketika kau bertarung dengan Tiga Iblis dari Keluarga
Lung, orangnya masih ada di dalam lembah, kok tiba-tiba bisa
tidak ada?"
Mendengar ucapan itu, diam-diam hati Seebun Jit
terkesiap. Dia langsung tersadar bahwa kedatangan Leng Coa
sian sing ini bersamaan wak-tunya dengan Tiga Iblis dari
Keluarga Lung. Hanya saja dia sengaja menyembunyikan diri
dan menunggu kesempatan baik!
Meskipun Seebun Jit belum mengerti mengapa Leng Coa
sian sing dan Tiga Iblis dari Keluarga Lung menginginkan Lie
Cun Ju, hatinya yakin mereka pasti berniat tidak baik. Karena
itu, dia segera menenangkan hatinya.
"Leng Coa sian sing hanya tahu soal satunya tetapi tidak
tahu mengenai yang lainnya. Ketika Tiga Iblis dari Keluarga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lung datang, sebetulnya Lie Cun Ju sudah tidak ada di sini,
aku hanya ingin mempermainkan mereka saja!" sahut Seebun
Jit.
Leng Coa sian sing merentangkan kedua tangannya
kemudian mengangkat bahunya.
"Kalau kau bisa mempermainkan tiga iblis dari keluarga
Lung, berarti kau juga bisa saja memper¬mainkan aku.
Pokoknya aku tidak percaya apa yang kau katakan. Aku ingin
memeriksa seluruh lembah ini."
Seebun Jit tertegun sejenak.
"Berani-beraninya kau!" bentaknya.
Leng Coa sian sing tertawa terbahak-bahak.
"Dengan adanya lencana ini, kedudukanku sekarang sama
dengan kokcu lembah ini. Kau yang berani-berani menentang
pemegang lencana perak!" sahutnya.
Diam-diam Seebun Jit mengeluh dalam hati.Dia melihat
Leng Coa sian sing membawa lencana perak.Seandainya
sampai terjadi perkelahian de¬ngan orang itu dan diketahui
oleh I Ki Hu, pasti Raja Iblis itu akan marah besar. Sama saja
mengundang bencana. Karena I Ki Hu sudah menyatakan
dengan tegas bahwa bertemu dengan pemegang lencana
perak, tidak perduli siapa pun, ibarat bertemu dengan dirinya
sendiri. Dengan demikian siapa pun tidak boleh menentang
pemegang lencana itu. Tetapi Seebun Jit pernah menerima
budi besar dari tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu. Dan sekarang dia
berhasil menemukan putranya yang selamat tempo dulu.
Mana mungkin dia menyerahkan Lie Cun Ju kepada Leng Coa
sian sing ini?
Karena itu, dia menyurut mundur dua langkah dan
menggetarkan golok di tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Leng Coa sian sing, kalau kau tetap berkeras ingin
menggunakan lencana itu untuk menekan aku, maka aku juga
tidak akan sungkan lagi!"
Kembali Leng Coa sian sing tertawa terbahak-bahak.
"Sahabat Seebun, sekarang kau sedang terluka parah,
tetapi masih berlagak gagah. Kau bisa menggertak tiga iblis
dari keluarga Lung sampai mereka mengundurkan diri. Tetapi
kau tidak bisa menggertak aku. Apabila dalam tiga jurus, aku
tidak dapat membuatmu terkapar di atas tanah menjadi
mayat, benar-benar percuma nama besar Leng Coa sian sing
yang telah dipupuk dengan susah payah selama ini."
Pergelangan tangan Leng Coa sian sing bergerak, ternyata
dia melemparkan ular yang sebagian melilit di lehernya itu ke
depan. Ular itu seperti seutas cambuk lemas yang meluncur
mengincar pundak Seebun Jit.
Melihat sikap dirinya yang berlagak gagah tidak sanggup
menggertak Leng Coa sian sing, diam-diam hati Seebun Jit
tercekat. Ketika me-ngetahui Leng Coa sian sing
menggunakan ularnya sebagai senjata, apalagi ular itu sedang
meluncur kepadanya, cepat-cepat Seebun Jit membungkukkan
tubuhnya sedikit sembari memaksakan dirinya sendiri
menghimpun hawa murni dalam tubuh. Golok di tangannya
segera diangkat ke atas. Tampak cahaya berkilauan saat golok
itu menyambut tubuh ular yang sedang meluncur ke arahnya.
Leng Coa sian sing menghentakkan tubuh ular dari atas ke
bawah. Jurus-jurus kedua orang itu dilakukan dengan
kecepatan yang hampir tidak tertangkap oleh pandangan
mata. Ujung golok bekelebat dan tepat mengenai tubuh ular
itu.
Hati Seebun Jit merasa gembira melihat goloknya berhasil
menebas tubuh ular itu. Dia yakin ketajaman goloknya pasti
akan memutus tubuh binatang melata yang dijadikan senjata
oleh Leng Coa sian sing. Diam-diam dia berpikir dalam hati,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah ular itu terputus menjadi dua, dia baru menentukan
kembali langkah berikutnya.
Ternyata perkembangannya justru di luar dugaan Seebun
Jit. Meskipun ketika goloknya bergerak ke atas tepat mengenai
tubuh ular itu, tetapi Seebun Jit merasakan bahwa tenaga
dorongan ular itu besar sekali, menyebabkan kakinya
terhuyung-huyung setengah tindak ke belakang. Dalam
keadaan panik, dia sempat mendongakkan wajahnya melihat
sekilas. Ternyata goloknya berada di bawah perut ular itu.
Hatinya terkesiap setelah melihat tubuh ular tetap utuh.
Bahkan ular itu makin bertambah marah. Ditekannya golok itu
kuat-kuat. Tapi tekanan itu membuat kepala ular menjadi
semakin menjulur ke depan dan menunduk mengincar jalan
darah terpenting di ubun-ubun kepala Seebun Jit.
Bukan main rasa terkejut Seebun Jit saat itu. Cepat-cepat
dia mengangkat cambuk di tangan kanannya, kemudian
dilecutkannya ke atas sembari memiringkan kepalanya
menghindari serangan ular. Tetapi dia terlambat juga,
sehingga jalan darah di bagian samping kepalanya terpatuk
juga oleh ular itu.
Seebun Jit merasa di bagian samping kepalanya laksana
tertimpa besi yang berat. Bagian kepala sebelah mana pun
merupakan tempat yang paling membahayakan apabila
terbentur. Memang tidak separah ubun-ubun kepala, tapi
tetap saja membawa pengaruh yang hebat.
Begitu kepalanya terpatuk mulut ular 'itu, Seebun Jit
merasa telinganya berdengung. Matanya berkunang-kunang.
Kakinya limbung. Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang
sampai tujuh-delapan tindak baru dapat berdiri dengan
mantap.
Luka yang diderita oleh Seebun Jit semakin parah.
Meskipun dia tokoh kelas satu dari golongan hitam, tapi luka
yang dideritanya membawa penga¬ruh hebat. Untung saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali,
sehingga sesaat dia masih bisa mempertahankan diri.
Sepasang matanya menatap ke arah Leng Coa sian sing lekatlekat.
Tampak Leng Coa sian sing tetap maju
menghampirinya, Seebun Jit segera mengeluarkan suara
bentakan. Baru saja dia ingin melancarkan serangan dengan
tiba-tiba, untuk dapat meraih keuntungan di kala Leng Coa
sian sing belum siap, tetapi tidak mendapatkan kesempatan
sedikit pun.
Wajah Leng Coa sian sing mengembangkan senyuman
yang licik. Kelima jari tangannya mengencang pada bagian
ekor ular. Jelas saja ular itu kesakitan dan tiba-tiba
menyentakkan kepalanya ke atas lalu diserudukkan ke bagian
dada Seebun Jit.
Ular berbisa itu merupakan jenis yang langka. Warna
kulitnya bertotol-totol hijau sehingga tam¬pak bagus sekali.
Kulitnya keras sekali, bahkan merupakan ular yang kulitnya
paling tebal dan keras di antara seluruh jenis ular yang ada di
dunia ini. Karena itu pula, walaupun golok Seebun Jit sangat
tajam, tetap saja tidak sanggup melukainya sedikit pun.
Lagipula tenaga ular itu kuat sekali. Leng Coa sian sing
menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengintai goa
tempat bersemayam ular itu di daerah Cin Lam.
Baru kemudian berhasil menangkapnya. Begitu sayangnya
Leng Coa sian sing kepada ular yang satu itu sehingga dia
memandangnya sama berharganya dengan nyawanya sendiri.
Dia memberi nama kepada ular itu dengan sebutan 'Cambuk
kumala'. Mungkin karena warna kulitnya yang mirip dengan
batu kumala. Justru dari nama yang diberikannya itu pula,
Leng Coa sian sing mendapat ilham untuk menggunakannya
sebagai senjata.
Kekuatan tenaga ular itu tidak kalah dengan seekor
harimau ataupun singa. Begitu membentur dada Seebun Jit
yang tidak sempat menghindarinya, kembali dia menderita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
luka parah. Seebun Jit langsung terkulai di atas tanah tanpa
sanggup berdiri lagi.
Leng Coa sian sing mengeluarkan suara dengusan dan
maju beberapa Iangkah. "Seebun Jit, tanyakan pada dirimu
sendiri apakah kau masih sanggup menyambut jurus
ketigaku?" bentaknya sinis.
Seebun Jit memaksakan diri untuk mengatur
pernafasannya. Beberapa kali dia berusaha bangkit, tetapi
karena luka yang dideritanya terlalu parah, tenaganya tidak
ada sama sekali. Akhirnya dia tetap terkulai di atas tanah
dengan sepasang mata menyiratkan kegusaran.
"Leng ... Coa . .. sian sing, mengapa ... jurus . . . keti . . .
gamu . .. belum ... di ... lancarkan juga?"
"Bagus! Kau benar-benar tidak malu disebut seorang laki-
Iaki sejati. Tetapi aku justru ingin melihat sampai di mana
kekerasan hatimu."
Mendengar kata-katanya, Seebun Jit yakin Leng Coa sian
sing tidak akan membunuhnya langsung. Mungkin dia akan
menggunakan cara yang keji untuk menyiksanya. Pikirannya
lalu tergerak, seandainya dia dapat menghadapi Leng Coa sian
sing, tetap saja dia tidak bisa menghin-darkan diri dari tiga
iblis keluarga Lung yang akan datang kemba'I. Lebih baik
menggunakan kesempatan di saat jalan darahnya belum
tertotok oleh lawan untuk memutuskan urat nadinya sendiri.
Lagi pula mereka belum tentu dapat menemukan Lie Cun Ju
yang disembunyikan di dalam ruangan batu. Dengan demikian
dia tidak perlu menerima berbagai penderitaan sebelum
terbunuh.
Setelah mengambil keputusan, Seebun Jit langsung
bermaksud menggunakan sisa tenaganya untuk memutuskan
seluruh urat nadi di tubuhnya untuk membunuh diri. Tiba-tiba
dari luar lembah Gin Hua kok berkumandang suara derap kaki
kuda. Baik Leng Coa sian sing maupun Seebun Jit adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tokoh-tokoh yang bepengetahuan luas. Begitu mendengar
suara derap kaki kuda, mereka langsung sadar bahwa tujuan
orang itu pasti Gin Hua kok. Tanpa dapat ditahan lagi
keduanya jadi tertegun.
Di saat keduanya masih termangu-mangu, suara derap kaki
kuda itu sudah semakin mendekat. Kemudian tampak sesosok
bayangan berkelebat, orang yang menunggang kuda itu sudah
sampai di mulut lembah Gin Hua kok.
Serentak Leng Coa sian sing dan Seebun Jit menolehkan
kepalanya ke arah mulut lembah. Mereka melihat seekor kuda
yang bersih mulus berwarna putih keperak-perakan dengan
seorang gadis yang memegang pecut berwarna sama melaju
datang secepat kilat. Orang ini bukan siapa-siapa, tetapi putri
si Raja Iblis I Ki Hu yaitu I Giok Hong.
Begitu melihat I Giok Hong, hati Leng Coa sian sing
berkebat-kebit. Dia khawatir I Ki Hu juga menyusul
dibelakang. Begitu terkejutnya kakek itu, sehingga kakinya
menyurut mundur satu langkah.
I Giok Hong hanya berhenti sebentar di depan lembah.
Kemudian mengayunkan pecutnya dan melesat datang.
Gerakan pecutnya demikian lemah seakan tidak mengandung
tenaga sedikitpun. Secepat kilat melayang kearah Leng Coa
Sian Sing. Manusia pecinta ular itu menghindarkan dirinya
dengan panik. Gerakan pecut I Giok Hong yang tampaknya
lemah itu justru berkelebat bagai cahaya kilat.
Trak!!
Tahu-tahu lencana ditangan Leng Coa sian sing sudah
terbelit oleh pecutnya dan melayang kembali kearah I Giok
Hong.
Wajah Leng Coa sian sing langsung berubah hebat.Kakinya
terhuyung – huyung mundur beberapa tindak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“I ....... kouwnio, lencana i ........ tu kau sendiri yang
memberikannya kepadaku. Mengapa sekarang kau mengam
........ bilnya kembali?” kata Leng Coa sian sing gugup.
I Giok Hong mendengus dingin. Lencana itu dimasukkan
kedalam saku pakaiannya kemudian pecutnya diayunkan
kembali.
“Leng Coa sian sing, setelah menerima lencana ayahku ini,
ternyata kau berani mengumbar lagakmu di lembah Gin Hua
kok. Cepat pergi dari sini!”
Selembar wajah Leng Coa sian sing tampak merah padam
bagai dilumuri darah. Perlahan – lahan dia mengundurkan diri.
Sesampainya di mulut lembah, dia melongokkan kepalanya.
Keadaan diluar lembah sunyi senyap. Tampaknya I KI Hu tidak
mengiringi kepulangan putrinya I Giok Hong.
Ilmu kepandaian I Ki Hu sudah mencapai taraf yang
demikian tinggi sehingga kadang – kadang kedatangan dan
kepergiannya persis setan gentayangan yang tidak
menimbulkan jejak dan suara sedikitpun. Kalau dilihat dari
keadaan sekarag, tampaknya I Giok Hong memang hany
seorang diri. Tetapi siapa tahu si Raja Iblis itu bersembunyi
disuatu tempat dan belum mau menampakkan dirinya.
Meskipun hati Leng Coa sian sing mendongkol sekali, tetapi
apabila dia sampai bergebrak dengan I Giok Hong, ada
kemungkina I Ki Hu bisa muncul setiap saat.
Keadaan itu seperti perjudian yang hanya memegang besar
atau kecil. Hanya ada kemungkianan yang taruhannya bukan
uang atau harta benda yang dapat dicari penggantinya, tapi
nyawanya sendiri.
Karena itu Leng Coa sian sing termenung-menung
beberapa saat. Akhirnya dia tidak berani berspekulasi. Dia
melilitkan sebagian tubuh dan ekor 'cambuk kumala' ke
lehernya. Tubuhnya berkelebat dan menghilang di luar
lembah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebetulnya kakek Leng Coa sian sing tidak kembali ke Leng
Coa ki (tempat tinggalnya). Dia hanya berlari ke tempat yang
agak jauh kemudian kembali lagi dengan mengambil jalan
memutar. Dia menyembunyikan dirinya di sekitar mulut
lembah dan tidak berani masuk ke dalam.
Sejak kecil Leng Coa sian sing senang memelihara ular.
Setnua kepandaian yang dimilikinya sekarang merupakan ilmu
yang didapatkannya dengan meniru gerak gerik ular. Bahkan
ilmu ginkangnya lain daripada yang lain. Dia dapat merayap di
atas tanah dan pulang pergi seperti melayang di atas tanah
dengan tubuh tiarap. Bahkan tidak menimbulkan suara sedikit
pun. Meskipun di luar lembah Gin Hua kok terdapat banyak
pasir, tempat yang dilaluinya tidak meninggalkan jejak kaki
sedikit pun karena dia bukan berjalan tapi melata seperti ular.
Setelah Leng Coa sian sing meninggalkan tem¬pat itu,
Seebun Jit baru bisa menghembuskan nafas lega. Dia
mendongakkan kepalanya.
"Sio . . . cia, keda . . . tanganmu sung .. . gun tepat, se . . .
hingga se . . . lembar nya . . . waku ini tertolong."
Sepasang alis I Giok Hong menjungkit ke atas, seakan ia
sedang ada keperluan penting.
"Siok-siok, kemana bocah she Li itu?Cepat suruh dia keluar,
ayahku ingin menemuinya," tukas I Giok Hong.
Hati Seebun Jit langsung tertegun. Dia mengeluh dalam
hati.
Aku berkelahi melawan tiga iblis dad keluarga Lung dan
Leng Coa sian sing mati-matian justru karena ingin
mempertahankan Lie Cun Ju. Tetapi kalau dilihat dari sikap I
Giok Hong yang kalang kabut ini, tampaknya 1 Ki Hu juga
mengandung niat tidak baik.
Seebun Jit menarik nafas panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siocia, aku yang bersalah. Setelah kalian pergi tidak lama,
datang tiga iblis dari keluarga Lung. Justru ketika aku sedang
bertarung dengan sengit melawan mereka, ternyata bocah itu
menggunakan kesempatan ini untuk meloloskan diri."
Meskipun dalam keadaan mendadak Seebun Jit mengarang
cerita bohong, tetapi nada suaranya sedikit pun tidak
meragukan. Namun I Giok Hong seorang gadis yang luar biasa
cerdasnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan suara
tertawa dingin.
"Siok-siok, kau sedang mendustai aku." "Siocia, masa
hamba mempunyai nyali sebesar
itu? Dia . . . benar-benar sudah melarikan diri." Wajah I
Giok Hong berubah menjadi angker.
“Seebun Jit, pada dasarnya kau musuh besar Gin Hoa Kok.
Mengingat ilmu kepandaianmu yang tinggi, tia menahan kau
disini. Justru karena hal itu aku tidak segan-segan memanggil
kau siok-siok. Tetapi kalau kau bermaksud macam-macam,
aku tidak akan membiarkannya,” katanya.
Ketika Seebun Jit bermaksud berdebat, I Giok Hong sudah
mengayunkan pecutnya ke atas tanah kemudian membalikkan
tubuh dan berjalan pergi. Seebun Jit segera menolehkan
kepalanya. Tanpa dapat ditahan lagi hatinya mengeluh celaka.
Ternyata arah yang dituju I Giok Hong justru pintu batu
tempat Lie Cun Ju disembunyikan.
Di depan goa batu itu memang telah diganjal dengan
sebuah batu besar. Tapi Seebun Jit tahu I Giok Hong sejak
kecil sudah dilatih oleh ayahnya sehingga meskipun usianya
masih muda, kepandaiannya sudah tinggi sekali. Batu besar
itu tentu tidak sanggup menghalangi niat gadis itu.
“Socia, tunggu dulu!” teriak Seebun Jit.
I Giok Hong menolehkan kepalanya sambil tertawa
cekikikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Rupanya kau menyimpan pemuda itu di goa batu tempat
tinggalmu,” katanya.
Seebun Jit langsung tertegun. Sekarang dia baru sadar
bahwa bukan hanya kepandaiannya saja yang masih kalah
dengan I Giok Hong. Bahkan kecerdasannya pun terpaut jauh.
Sebetulnya I Giok Hong tidak tahu tempat Lie Cun Ju
disembunyikan. Tetapi saking paniknya Seebu Jit berteriak, itu
sama halnya dengan memberitahukan kepada I Giok Hong.
Akhirnya Seebun Jit hanya daoat menarik nafas panjang.
Sekonyong-konyong, dia melompat bangun dengan tangan
menumpu diatas tanah. Dia berdiri juga berjalan maju
beberapa langkah kemudian bersandar pada batang pohon.
Tampak I Giok Hong sudah sampai di depan pintu batu.
Pecut ditangannya diayunkan, Tar! Sekali gerak saja batu
besar itu, tiba-tiba terdengar suara menggelegar seperti
ledakan bom. Batu besar yang beratnya paling tidak dua-tiga
ribu kati itu langsung terpental ke atas kemudian pecah
berhamburan.
Pada saat itu, I Giok Hong sedang berdiri di depan pintu
goa. Sekonyong – konyong batu besar yang mengganjal di
depan pintu itu terpental ke atas dan pecah berhamburan.
Gadis itu merasa ada serangkum angin yang kuat melanda
kearahnya. Tetapi ia bahkan menerjang kedepan. Melihat
keadaan yang membahayakan, Seebun Jit sampai
mengeluarkan suara seruan terkejut.
Orang yang di tengah bertubuh gemuk pendek, di sebelah
kirinya seorang perempuan, hal ini terlihat dari bentuk
tubuhnya. Sedangkan di bagian kanan berdiri seorang laki-laki
bertubuh tinggi kurus.
Ketiga orang ini memang iblis keluarga Lung dari Kui Cou.
Yang gemuk sebagai saudara tertua, namanya Lung Goan Po.
Orang yang bertubuh tinggi kurus saudara kedua, namanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lung Sen. Sedangkan yang perempuan menduduki tangga
terakhir, namanya Lung Ping!
Ketika masih berada di dalam goa batu, Lie Cun Ju dan
Seebun Jit sudah mendengar suara perempuan itu. Karenanya
mereka pun mengetahui bahwa yang datang adalah tiga iblis
keluarga Lung. Lie Cun Ju pernah kena batunya ketika
bertemu dengan mereka di tengah sungai. Karena itu dia
mengenali suaranya. Sedangkan pengetahuan dan
pengalaman Seebun Jit sangat luas, dia juga senang
menjelajahi dunia. Ketika dunia bu lim belum mengenal nama
tiga iblis dari keluarga Lung, dia sudah sempat bertemu
dengan mereka beberapa kali.
"Rupanya kalian. Ada perlu apa kalian datang kemari?"
tanya Seebun Jit dengan nada dingin.
Ketiga iblis dari keluarga Lung tidak menyahut. Mereka
langsung melepaskan topeng penutup wajah mereka yang
warnanya seperti berlumuran darah.
Perasaan Seebun Jit langsung tertegun. Tanpa dapat
ditahan lagi, kakinya menyurut mundur tiga langkah. Sewaktu
berkunjung ke Kui Cou tempo dulu, kakek itu sudah pernah
mendengar orang mengatakan bahvva ketiga iblis keluarga
Lung memang tiga bersaudara. Tadinya mereka prajurit suku
Biao. Kemudian menurut berita yang tersebar di dunia kang
ouw, tokoh utama dari golongan hitam Hek Leng sin kun
berpesiar ke daerah Biao dan menetap di sana. Kemudian
ketiga saudara ini diterimanya sebagai murid.
Tetapi selamanya ketiga iblis dari keluarga Lung ini tidak
pernah mengungkit tentang gurunya kepada siapa pun juga.
Apabila bergebrak dengan seseorang, selamanya musuh
mereka tidak pernah dibiarkan hidup. Karena itu tidak ada
orang yang tahu sampai dimana ketinggian ilmu mereka dan
keistimewaan yang mereka miliki. Mereka juga selalu
mengenakan topeng. Bahkan setiap tokoh hitam yang takluk
kepada mereka, dijadikan anak buah dan diharuskan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenakan topeng serupa. Ini merupakan peraturan bagi
mereka. Apabila mereka sampai melepaskan kedok atau
topeng yang menutupi wajah mereka, itu tandanya mereka
mempunyai dendam sedalam lautan dan turun tangan mereka
pun tidak tanggung-tanggung lagi.
Karena teringat selentingan di luaran bahwa ketiga orang
ini merupakan murid Hek leng sin kun dan begitu bertemu
mereka langsung melepaskan topengnya, Seebun Jit jadi
tertegun. Tampak ketiga orang itu tidak berwajah buruk.
Setidaknya semua panca inderanya komplit. Kalau ditilik dari
usianya, ketiga orang itu paling sedikit sudah di atas empat
puluhan tahun.
"Dari tempat yang jauh kalian berkunjung ke¬mari.
Sebetulnya ada keperluan apa? Harap katakan terus terang
saja!" tanya kakek Jit.
"Apakah Anda Seebun Jit yang pernah bertemu muka
dengan kami di Kui Cou tempo dulu?" tanya Lung Goan Po
sambil batuk-batuk kecil.
Mendengar nada mereka yang tidak begitu garang,
perasaan Seebun Jit pun agak lega. Karena bagaimana pun,
mereka terdiri dari tiga orang, sedangkan dia hanya sendirian,
apakah dia sanggup mengalahkan mereka masih merupakan
sebuah tanda tanya besar.
"Ingatan sam wi sungguh hebat. Cayhe memang Seebun
Jit!" sahutnya.
Ketiga orang itu saling lirik sekilas. Kemudian topeng di
tangan mereka dilempar ke atas tanah. Trang! Rupanya
topeng itu terbuat dari emas murni yang kemudian dilumuri
lagi dengan sejenis zat pewarna.
Setelah melemparkan ketiga topeng itu di atas tanah, tibatiba
mereka menjatuhkan diri berlutut di hadapan Seebun Jit
...
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Seebun Jit terkejut setengah mati. Dia menduga
mereka sedang menjalankan akal yang licik dan mencari
kesempatan untuk mencelakainya. Karena itu dia segera
menghentakkan kakinya mencelat ke belakang sejauh
beberapa tindak untuk berjaga-jaga terhadap segala
kemungkinan. Pecut bercabang limanya pun langsung
dikeluarkan dari selipan ikat pinggang.
Tetapi saat itu juga Lung Goan Po mendongakkan
wajahnya.
"Sahabat Seebun, jangan khawatir. Kecuali di hadapan guru
kami yang berbudi, selamanya kami belum pernah menekuk
lutut di hadapan siapa pun. Tetapi urusan ini gawat sekali,
kami memohon bantuan sahabat Seebun. Kami sengaja
datang kemari untuk memohon bantuanmu. Apahila sahabat
Seebun bersedia mengabulkan, meskipun kami harus menjadi
kerbau atau kuda di kehidupan mendatang, kami pun rela."
Seebun Jit mendengar nada bicara Lung Goan Po yang
tulus, seakan tidak ada maksud jahat sedikit pun. Juga tidak
tampak berpura-pura. Dia merasa aneh, meskipun kakek itu
belum pernah bergebrak langsung dengan ketiga orang itu,
tapi mereka cukup terkenal di dunia kang ouw. Apalagi di
wilayah Hun Kui. Entah berapa banyak tokoh golongan hitam
yang tidak berani menginjakkan kakinya ke wilayah itu, karena
merupakan tempat tinggal ketiga iblis dari keluarga Lung ini.
Sekarang mereka seakan menghadapi suatu masalah besar
yang entah apa, malah berlutut di hadapannya.
"Sam wi harap berdiri! Ada apa-apa bisa kita rundingkan
baik-baik!"
"Sebelum sahabat Seebun mengabulkan, untuk selamanya
kami tidak akan bangun!" kata Lung Goan Po.
Seebun Jit adalah tokoh yang sudah banyak makan asam
garam. Dia bisa melihat apa yang terkandung di dalam hati
seseorang hanya dari mimik wajahnya. Dia tahu ketiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini ada sesuatu dan ingin memohon bantuannya, tetapi dia
justru tidak habis pikir apa masalahnya?
"Terserah, katakan saja apa permohonan ka¬lian itu!"
Wajah ketiga orang itu langsung beseri-seri mendengar
jawaban Seebun Jit.
"Sekarang Anda tinggal di Gin Hua kok ini, tentunya Anda
mempunyai hubungan yang baik dengan I losian sing. Kami
bertiga ingin bertemu dengannya, harap Anda sudi mengantar
kami kepada orang tua itu!" kata Lung Goan Po kembali.
Tadinya Seebun Jit mengira ada urusan sebesar apa
sehingga mereka perlu meminta bantuannya, ternyata mereka
hanya ingin bertemu dengan si raja iblis I Ki Hu. Hampir saja
dia tertawa geli.
"Kedatangan kalian sungguh tidak tepat. I Kokcu sedang
keluar, tidak ada di dalam lembah!"
Tidak disangka-sangka wajah ketiga orang itu semakin
bersseri-seri.
"Benar?"
"Tentu. Buat apa aku rnendustai kalian?”
"Dalam perjalanan menuju tempat ini, secara kebetulan
kami bertemu dengan Leng Coa sian sing, dia mengatakan
hahwa I kokcu menolong seorang laki-laki dan perempuan,
apakah yang di-katakannya benar?"
"Tidak ..." Hampir saja Seebun Jit kelepasan bicara. Tetapi
baru mengucap sepatah kata 'tidak', dia teringat sesuatu hal.
Rupanya ketiga orang ini takut berselisihan dengan I Ki Hu,
karena itu mereka menggunakan aka! licik untuk
memancingnya. Mendengar I Ki Hu tidak ada di lembah, wajah
mereka semakin berseri-seri. Lain secara tiba-tiba mereka
menanyakan tentang Lie Cun Ju dan Tao Ling. Di balik semua
itu pasti ada apa-apanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak tahu menahu mengenai urusan ini!" Seebun Jit
memang manusia yang cerdas, meskipun dalam sedetik, dia
mengalihkan jawabannya, namun tidak terlihat sedikit pun
bahwa dia sedang berdusta.
Lung Goan Po menarik nafas panjang.
"Sahabat Seebun benar-benar tidak bersedia berterus
terang kepada kami?"
"Aku tinggal di Gin Hua kok, ada kejadian apa pun di sini,
aku pasti tahu. Tapi aku memang tidak mengenal laki-laki dan
perempuan yang ditolong kokcu."
"Mungkinkah Leng Coa sian sing mendustai kami? Aih!
Sudahlah!" gumam Lung Goan Po.
Tiba-tiba ketiga orang itu melonjak bangun.Seebun Jit
langsung menggetarkan pergelangan tangannya. Sepasang
cambuk di tangannya mengeluarkan cahaya yang berkilauan.
Diam-diam dia bersiap siaga terhadap segala
kemungkinan.Tetapi tiba-tiba dia melihat wajah Lung Goan Po
berubah pucat pasi.Sepasang lengannya gemetar!
"Toako! Kita toh masih bisa menemukan mereka!" teriak
kedua saudara Lung Goan Po.
"Dunia begini luas. Kemana kita harus mencari mereka?
Batas waktunya sudah sampai pula, untuk apa kita bercapai
diri lagi?" ucap Lung Goan Po sambil menarik napas panjang.
Sembari berbicara, sepasang lengannya terus menggigil.
Kemudian terdengar suara Krek! Krek! dua kali. Di kening lakilaki
bertubuh gemuk pen-dek itu, tampak keringat dingin
bercucuran. Seebun Jit adalah seorang tokoh bu lim yang
banyak pengalaman. Melihat keadaan ini, dia tahu bahwa
Lung Goan Po telah memutuskan seluruh urat nadi di kedua
lengannya dengan paksa.
Hati Seebun Jit semakin curiga. Dari kata-kata Lung Goan
Po barusan, dia bisa menduga bahwa ketiga iblis itu mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah dari seseorang untuk menemukan Lie Cun Ju dan Tao
Ling. Bahkan diberikan batas waktu. Seandainya sampai batas
waktunya mereka masih belum menemukan kedua orang itu,
mereka harus memutuskan urat-urat di kedua lengan mereka
sendiri!
Orang yang berani bermusuhan dengan tiga iblis dari
keluarga Lung, di dalam dunia kang ouw boleh dibilang dapat
terhitung dengan jari tangan. Seebun Jit sendiri juga
mempunyai nama yang cukup terkenal di dunia kang ouw,
tetapi dia pun tidak berani sembarangan mencari masalah
dengan ketiga iblis ini. Kecuali Gin leng hiat ciang I Ki Hu atau
tokoh yang sebanding dengannya, Seebun Jit benar-benar
tidak habis pikir siapa yang berani mendesak ketiga iblis dari
keluarga Lung itu?
Seebun Jit merenung sejenak.
"Sahabat Lung, tunggu sebentar. Seandainya tidak berhasil
menemukan seorang laki-laki dan perempuan itu, mengapa
Anda sampai harus memutuskan seluruh urat di kedua
lenganmu sen¬diri?" tanya kakek itu.
"Sahabat Seebun toh tidak tahu dimana kedua orang itu
berada, untuk apa bertanya? Kami memberitahukan pun tidak
ada gunanya." Sembari berkata, dia menolehkan kepala
kepada kedua saudaranya. Setelah itu berkata lagi. "Kalian
berdua masih tidak cepat turun tangan! Apalagi yang kalian
tunggu? Meskipun kehilangan dua buah le¬ngan, paling tidak
masih ada selembar nyawa!" kata orang yang gemuk pendek
sambil menahan sakit yang dideritanya.
Seandainya Seebun Jit seorang tokoh dari golongan lurus,
tentu dia akan mendesak siapa orangnya yang memaksa
mereka dan untuk apa mereka ingin menemukan Lie Cun Ju
dan Tao Ling. Dia juga akan mencegah perbuatan mereka
bertiga yang memutuskan urat nadi lengan sendiri. Tetapi
pada dasarnya dia memang seorang tokoh dari golongan
hitam. Dia sadar seorang diri melawan mereka bertiga, lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak ruginya daripada untungnya. Lebih baik menunggu
mereka me¬mutuskan dulu urat nadi lengan masing-masing,
dia baru tentukan langkah selanjutnya. Karena itu, dia tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata kedua adik Lung
Goan Po juga mengikuti tindakan toako mereka memutuskan
urat nadi di lengan masing-masing.
Tubuh mereka gemetar dengan hebat. Keringat dingin
membasahi kening. Seebun Jit menunggu sampai pekerjaan
mereka sudah selesai, baru tersenyum simpul.
"Entah siapa nama laki-laki dan perempuan yang kalian cari
itu? Apabila kalian bisa menyebutkan namanya, mungkin aku
bisa membantu!"
Wajah ketiga iblis dari keluarga Lung langsung berubah
hebat.
"Rupanya kau memang tahu, mengapa kau tidak
mengatakannya dari tadi?" teriak Lung Goan Po.
"Toako, jangan bersikap kasar! Sahabat Seebun, orang
yang ingin kami cari bernama Tao Ling dan Lie Cun Ju!" Lung
Ping menjawab sambil mengerlingkan matanya pada
toakonya.
Seebun Jit melihat kening ketiga orang itu dibasahi oleh
keringat dingin. Sepasang lengan mereka menjuntai ke
bawah, belum lagi wajah mereka yang pucat pasi. Dapat
dipastikan bahwa urat nadi di lengan ketiga orang itu sudah
putus. Diam-diam hatinya merasa senang. Seebun Jit
menggetarkan cambuknya dan tertawa terbahak-bahak,
"Rupanya mereka yang kalian cari! Meng¬apa kalian tidak
katakan dari tadi?"
"Rupanya Anda tahu dimana mereka sekarang berada?"
tanya Lung Goan Po.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja tahu. Kalian tadi mengatakan kokcu menolong
seorang laki-laki dan perempuan. Kedua orang itu bukan
ditolong oleh kokcu, mereka bahkan datang sendiri."
"Dimana mereka sekarang?" tanya Lung Ping gugup.
Tentu Seebun Jit tidak mungkin mengatakan jejak Lie Cun
Ju dan Tao Ling kepada ketiga iblis dari keluarga Lung itu.
Karena dia tahu mereka terdiri dari orang-orang yang keji dan
selalu turun tangan dengan telengas. Tentu mereka mengandung
niat kurang haik.
Sekarang Seebun Jit melihat ketiga iblis itu karena sesuatu
hal memutuskan urat nadi tangannya sendiri. Dengan
kekuatannya sendiri, kakek itu juga sanggup mengalahkan
mereka dalam beberapa jurus saja. Karena itu dia tidak
merasa takut sedikit pun.
"Tao kouwnio pergi mengikuti kokcu. Sedangkan Lie Cun Ju
masih ada di dalam lembah!" sahutnya tenang.
"Mengapa kau tidak mengatakannya sejak tadi?" Ketiga
iblis itu bertanya sambil melangkahkan kakinya maju.
"Mengatakannya sejak tadi? Siapa yang tahu apa yang
terkandung dalam hati kalian?" jawab kakek itu dengan nada
mempermainkan.
"Baik. Kami akan mengadu jiwa denganmu!" ujar Lung
Goan Po dengan nada marah.
Lung Goan Po yang pertama-tama bergerak. Tubuhnya
membungkuk sedikit, dengan nekat dia menyerudukkan
kepalanya ke arah Seebun Jit. Tenaganya begitu kuat
sehingga mengejutkan!
Seebun Jit malah tertawa terbahak-bahak.
"Manusia tanpa lengan! Masih berani sesumbar? Apakah
setelah mati ingin menjadi setan gentayangan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh kakek Jit berkelebat, pecut di tangannya langsung
melayang ke depan. Cahaya perak berkilauan. Dalam sekejap
timbul bayangan cam¬buk yang tidak terhitung jumlahnya.
Pecutan Seebun Jit itu juga terhitung keji sekali. Walaupun
tidak sampai mematikan, tetapi apahila Lung Goan Po sernpat
tersambar pecutannya, paling tidak sebelah wajahnya
langsung men¬jadi tidak karuan karena seluruh kulitnya
terkelupas.
Lung Goan Po menggeserkan kepalanya sedikit, kedua
lengannya masih menjuntai ke bawah. Tetapi sepasang
cambuk di tangan Seebun Jit seperti seekor naga sakti.
Cahaya terang memercik. Tampaknya sekejap lagi, Lung Goan
Po pasti akan terkena sambaran pecut itu.
Tetapi tiba-tiba, sepasang lengan Lung Goan Po yang
tadinya menjuntai ke bawah langsung meng-angkat ke atas.
Tangan kirinya membentuk cakar mencengkeram ke arah
cambuk Seebun Jit yang sedang menyambar ke arahnya.
Dalam waktu yang bersamaan, tangan kanannya juga
menjulur ke depan mengirimkan sebuah pukulan ke dada
Seebun Jit.
Gerakan kedua tangan ini benar-benar di luar dugaan
Seebun Jit. Hatinya terkesiap bukan kepalang. Karena tadi dia
melihat dengan kepala sendiri keringat dingin menetes
membasahi kening Lung Goan Po. Tangan mereka juga
menimbulkan suara berderak-derak seperti tulang yang
remuk, belum lagi tubuh mereka yang gemetar dan wajah
mereka yang pucat pasi!
Ternyata, sepintar-pintarnya Seebun Jit, dia masih bisa
dikelabui oleh Lung Goan Po.
Sebetulnya Seebun Jit bukan tokoh sembarangan, tetapi
kali ini dia benar-benar bertemu dengan lawan yang seirn!
ang. Ternyata nama besar ketiga iblis dari keluarga Lung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan nama kosong. Kelicikan mereka tidak terduga oleh
Seebun Jit.
Sementara Seebun Jit memang terkesiap bukan kepalang,
namun di sisi lainnya untung dia mempunyai kekuatan tenaga
dalam yang dilatih selama puluhan tahun. Dengan panik
pergelangan tangan¬nya ditekan ke bawah. Yang digenggam
olehnya masih sepasang cambuk bercabang lima. Begitu
dihentikan, cambuk itu melontar ke atas. Ternyata dalam
keadaan yang demikian terdesak, dia bisa menghindarkan
serangan Lung Goan Po.
Tetapi biar bagaimana, penghindaran Seebun Jit itu boleh
dikatakan dipaksakan sekali. Sedangkan dalam waktu yang
bersamaan, Lung Sen dan Lung Ping berdua juga menerjang
ke arahnya dari kiri kanan. Mereka menjulurkan lengan
masing-masing dan mencengkeram ke depan. Ternyata
mereka berdua juga berpura-pura, sama halnya dengan toako
mereka. Sedangkan lengan mereka tidak cacat sedikit pun.
Pada dasarnya kepandaian Lung Sen dan Lung Ping
memang tidak sembarangan. Apalagi Seebun Jit
menghindarkan diri dengan terpaksa sekali. Empat buah
lengan dari kedua orang itu meluncur dalam waktu yang
bersamaan.
Plak! Plak! Plak! Plak! Empat kali pukulan sekaligus tepat
mendarat di bagian kiri kanan punggung Seebun Jit.
Ilmu silat Seebun Jit sendiri memang tinggi sekali. Begitu
saling menggebrak dengan lawannya, meskipun seorang diri
melawan tiga musuh, tetap saja dia bisa mempertahankan
ketenangannya. Hawa murni dalam tubuhnya memang sudah
dihimpun sejak tadi. Dengan demikian seluruh tubuhnya
seperti terlindung hawa murninya.
Tiga lblis dari Keluarga Lung, masing-masing anggotanya
mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sudah dilatih selama
puluhan tahun. Begitu Seebun Jit terhantam empat buah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan dari Lung Sen dan Lung Ping, dirasakan bagian kanan
kiri pinggangnya bagai ditimpa besi seberat ratusan kati.
Telinganya sampai berdengung, matanya berkunang-kunang,
tubuhnya bergetar, dan ham-pir saja tidak dapat
mepertahankan keteguhan kakinya sehingga nyaris terjatuh!
Dalam keadaan panik, Seebun Jit merasa ping¬gangnya
nyeri bukan main. Nadi di pergelangan tangannya juga sempat
tersampok kekuatan dari cengkeraman Lung Goan Po. Sebelah
tubuhnya terasa bagai kesemutan.
Di dalam hati ia baru sadar bahwa tiga iblis dari keluarga
Lung sudah mempersiapkan akal licik sebelum datang ke
tempat itu. Kata-kata mereka yang menyatakan ingin meminta
bantuannya hanya omong kosong belaka. Tujuan mereka
hanya ingin mengetahui apakah I Ki Hu ada di dalam lembah
Gin hua kok. Dan apakah Tao ling dan Lie Cun Ju benar di
sana atau tidak. Dirinya sendiri sudah malang melintang di
dunia kang ouw selama puluhan tahun. Pengalamannya sudah
banyak, pengetahuannya luas pula, tetapi dia masih sempat
terkecoh oleh Tiga Iblis dari Keluarga Lung itu.
Seebun Jit merasa benci sekali mengingat dirinya yang
dibodohi mereka. Diam-diam dia bertekad untuk menebus
kekalahannya itu. Namun dia juga sadar bukan hal yang
mudah baginya. Dia berusaha membesarkan hatinya. Tetapi
rasa sakit di pinggangnya hampir tidak tertahankan. Kelima
jari tangannya merenggang, cambuk di tangannya pun
terlepas. Matanya dipejamkan dalam keadaan tubuhnya
terhuyung mundur beberapa tindak.
Di sudut sebelah sana, Lung Sen dan Lung Ping
mengeluarkan suara tawa yang aneh. Mereka lalu menerjang
kembali dengan mengirimkan ten-dangan ke bagian dada
Seebun Jit.
Sebelum tendangan mereka mengenai lawannya, terdengar
Lung Goan Po berteriak dengan keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang ini sudah lama berkecimpung di dunia kang ouw,
kalian harus hati-hati!"
Lung Goan Po menyadari bahwa Hantu Tanpa Bayangan
Seebun Jit ini bukan lawan yang mudah dihadapi sehingga dia
mengingatkan kedua saudaranya, namun sudah terlambat.
Belum lagi tendangan keduanya berhasil mengenai
sasarannya, tiba-tiba Seebun Jit sudah melangkah ke depan.
Dengan mata mendelik, mulutnya menge¬luarkan suara
bentakan kemudian tubuhnya melesat ke atas. Dalam waktu
yang bersamaan, tangan kirinya mengibas. Tampak segurat
cahaya seperti pelangi melintas, mengedari kaki Lung Sen dan
Lung Ping yang sedang mengirimkan tendangan kepadanya.
Darah segar memercik, sementara Seebun Jit tertawa
terbahak-bahak. Dia menahan rasa sakit karena luka
dalamnya, kemudian menyurut mundur setengah langkah.
Buk! Buk! Tiba-tiba Lung Sen dan Lung Ping jatuh
terbanting di atas tanah. Untung saja ilmu kepandaian kedua
orang ini memang cukup tinggi. Ketika melihat kelebatan
cahaya golok, tiba-tiba saja hati mereka merasa ada firasat
buruk. Mereka memaksakan gerakan kaki yang sudah
melayang keluar itu agar dapat ditarik mundur.
Namun, Seebun Jit justru terkenal di dunia kang ouw
karena sebilah golok dan sepasang cambuknya yang aneh.
Panjang goloknya kira-kira empat ciok. Tipisnya seperti
selembar kertas. Tetapi tajamnya jangan ditanyakan lagi.
Dibuat dari baja pilihan yang sulit didapatkan. Bila sedang
tidak digunakan, golok itu dapat digulung seperti sabuk
pinggang. Bisa disembunyikan di balik pakaian tanpa terlihat
oleh lawan. Bila dicabut keluar pun tidak tampak oleh mata
lawan, tahu-tahu sudah tergenggam dalam telapak tangan.
Jurus yang digunakannya tadi diberi nama Lihat Golok Lihat
Darah. Karena itu kaki kiri Lung Sen dan Lung Ping langsung
terkerat sebatas betis dan langsung jatuh tanpa dapat
mempertahankan diri lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keadaan terluka parah, Seebun Jit masih sanggup
melawan tiga musuh sekaligus, bahkan melukai dua di
antaranya. Ilmu kepandaiannya benar-benar tidak dapat
dipandang ringan. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping hanya
terluka di bagian luar, tetapi lukanya justru di kaki yang
merupakan anggota penting dari tubuh. Mereka segera
menutup jalan darahnya untuk menghentikan pendarahan.
Untuk sementara mereka tidak bisa berhadapan dengan
musuh.
Seebun Jit memaksakan diri menghimpun hawa murni
dalam tubuhnya. Lung Goan Po menghambur ke depan
melihat keadaan dua saudaranya. Mengambil kesempatan itu
Seebun Jit segera mengayunkan goloknya ke bagian
punggung Lung Goan Po. Gerakan golok menimbulkan cahaya
seperti pelangi. Kecepatannya sungguh mengejutkan. Lung
Goan Po menyambar kedua saudaranya kemudian mencelat
ke depan sejauh beberapa depa.
Ayunan golok Seebun Jit memang bertujuan membuat Lung
Goan Po menghindarkan diri untuk sementara. Dia bukan
menyerang dengan sungguh-sungguh. Melihat Lung Goan Po
mencelat ke depan, dia juga menggeser kakinya dan
memungut kembali sepasang cambuknya yang terlepas dari
tangannya tadi.
Tampak tangan kirinya menggenggam golok¬nya yang
berbentuk aneh, sedangkan tangan kanannya memegang
cambuk bercabang lima. Seebun Jit berdiri dengan tegak,
penampilannya angker. la mendongakkan wajahnya dan
mengeluarkan suara siulan panjang. Kalau diperhatikan tidak
seperti orang yang sudah terluka parah. Padahal
kenyataannya justru dalam keadaan ter¬luka parah.
Semestinya, orang yang sudah terluka seperti Seebun Jit
sekarang ini, tidak boleh menggunakan tenaga dalamnya
untuk tertawa terbahak-bahak. Karena akan menyebabkan
lukanya semakin parah. Namun Seebun Jit menyadari keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di depan matanya saat ini. Sekarang tinggal Lung Goan Po
yang masih bisa bertarung dengannya. Apabila otaknya
cerdas, dia bisa mendesak. Seebun Jit terpaksa mundur terus
dan mendekati Lung Sen serta Lung Ping. Meskipun keduanya
terluka dan terkulai di atas tanah, sepasang tangan mereka
masih dapat digerakkan. Tidak sampai dua puluh jurus,
Seebun Jit pasti berhasil dikalahkan. Yang jelas tubuhnya
sendiri sudah terluka parah. Saat ini seandainya dia berpurapura
tidak terluka, bahkan berlagak mencoba menantang
ketiga orang itu, mungkin mereka malah menjadi ragu atau
mungkin mereka malah mengundurkan diri untuk sementara!

Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments