Selasa, 30 Januari 2018

Suling Pusaka Kumala 11

Suling Pusaka Kumala 11----
baca juga:

Dan dalam waktu amat singkat itu pikirannya telah
membuat perbandingan. Ibarat burung, Kiok Hwa adalah
burung merak yang indah lembut penuh damai sedangkan
Sian Eng adalah seekor burung rajawali yang gagah perkasa,
liar dan ganas.
Ibarat kembang, Kiok Hwa adalah setangkai kembang
seruni yang berwarna lembut dan tenang sedangkan Sian Eng
adalah setangkai mawar yang berwarna merah menyala dan
penuh duri! Keduanya sama-sama cantik menarik, memiliki
daya tarik yang khas masing-masing.
"Jawablah, Lin-ko. Jawablah dengan jujur. Aku tahu bahwa
engkau adalah seorang laki-laki yang jujur dan tidak berhati
palsu."
"Apa? Apa yang harus kujawab?" Han Lin tergagap.
"Jawablah, menurut engkau, siapa yang lebih cantik antara
aku dan enci Tan Kiok Hwa?"
Han Lin sudah dapat menenangkan hatinya yang
terguncang dan bingung oleh pertanyaan itu. Dia menjawab
sambil tersenyum.
"Kedua-duanya cantik jelita, tidak ada yang lebih tidak ada
yang kurang."
"Lin-ko, engkau..... mencintai enci Kiok Hwa, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Lin tidak tahan menentang pedang mata yang
demikian tajam dan bersinar penuh selidik. Dia menjadi
bingung. Dia tahu bahwa gadis ini mencintanya maka akan
tidak enaklah kalau dia mengatakan bahwa dia mencinta Kiok
Hwa seperti keadaan yang sesungguhnya.
Akan tetapi, tidak baik pula kalau dia berbohong
mengatakan tidak. Kini teringatlah dia ketika dulu Eng-ji
mengaku cinta kepada Kiok Hwa dan kini tahulah dia mengapa
Eng-ji mengaku demikian. Tentu ada maksud lain kecuali agar
dia tidak mencinta Kiok Hwa!
"Aku kagum dan suka kepadanya, Eng-moi." Akhirnya dia
berkata, mengambil jawaban yang berada di tengah-tengah.
"Dan kepadaku, Lin-ko? Apakah terdapat sedikit perasaan
suka di hatimu terhadap aku?" Mata yang bersinar seperti
bintang itu mengandung harapan dan permintaan.
Han Lin menjawab sejujurnya, seperti apa yang
dirasakannya. "Aku juga kagum dan suka sekali padamu, Engmoi."
"Lin-ko, sungguhpun engkau mencintai enci Kiok Hwa,
jangan..... jangan engkau lupakan aku dan membiarkan aku
merana seorang diri...." Suara gadis itu gemetar dan pandang
matanya sayu.
"Aku tidak akan melupakanmu, Eng-moi. Sudahlah, mari
kita berangkat. Hari telah hampir sore, apakah kita harus
melewatkan malam di tanah kuburan ini?"
Sian Eng lalu memberi hormat kepada makam ayah ibunya,
diturut oleh Han Lin dan keduanya melangkah meninggalkan
tanah kuburan itu. Sian Eng beberapa kali menoleh,
memandang ke arah batu nisan yang sudah terukir nama ayah
ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena tidak ingin menarik perhatian semua orang di dusun
Cia-lim-bun, mereka meninggalkan dusun itu dan menuruni
lereng pertama di mana dusun itu berada.
Setelah tiba di kaki pegunungan Tai hang-san mereka
mendapatkan sebuah dusun lain. Senja telah datang mereka
mendapatkan sebuah rumah penginapan sederhana di dusun
itu. Rumah penginapan ini biasanya disewa oleh para pemburu
dari kota yang suka berburu di hutan hutan pegunungan Taihang-
san. Sebuah rumah penginapan kecil yang sederhana
namun lumayan karena mereka bisa mendapatkan dua buah
kamar yang mereka sewa.
Malam itu mereka dapat memesan masakan dan nasi
kepada pemilik rumah penginapan. Seekor ayam disembelih
dan dimasak menjadi beberapa macam masakan untuk
mereka.
Ketika mereka sedang makan di dalam ruangan belakang,
Sian Eng teringat dan berkata kepada Han Lin. "Ah, Lin ko.
Aku sampai terlupa karena kedukaan yang melandaku siang
tadi. Kenapa aku begitu bodoh? Aku sama sekali tidak ingat
untuk menyelidiki apakah ayah dan ibuku mempunyai keluarga
di dusun Cia-lim-bun."
Han Lin juga tertegun. "Ah, kenapa aku juga lupa untuk
mengingatkanmu, Eng-moi? Jangan khawatir, besok pagi-pagi
aku akan kembali ke Cia-lim-bun dan akan menanyakan
keterangan kepada lurah dusun itu. Engkau menunggu saja di
sini."
"Baik, Lin-ko. Akupun tidak ingin menjadi pusat perhatian
orang yang tentu akan mengetahui bahwa aku adalah bocah
yang dibawa pergi oleh pembunuh ibuku. Nanti kalau ternyata
ada keluarga orang tuaku di dusun itu, baru aku akan
menemui mereka di sana."
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Han Lin
meninggalkan rumah penginapan itu seorang diri dan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlari cepat menuju ke dusun Cia-lim-bun. Sebentar saja dia
sudah tiba di dusun itu dan langsung saja dia menuju ke
rumah kepala dusun.
Kebetulan sekali kepala dusun sedang hendak keluar
melakukan pemeriksaan terhadap para pekerja di sawahnya
dan pamannya yang tua menemaninya.
"Hei, orang muda. Engkau sepagi ini sudah datang ke sini?
Ada keperluan apakah yang membawamu pagi-pagi datang
berkunjung?" tanya kepala dusun yang ramah itu.
"Harap suka memaafkan saya, chung cu (lurah) karena
sepagi ini saya sudah berani datang mengganggu. Saya hanya
mohon sedikit keterangan mengenai mendiang Lo Kiat dan
isterinya, mendiang Teng Siu Lin. Yaitu, apakah mereka
menpunyai sanak keluarga di dusun ini, atau di tempat lain?
Saya ingin sekali mengetahui siapa dan di mana adanya
keluarga mereka itu?"
Jilid XX
"MENGENAI hal itu, pamanku ini tentu mengetahui karena
selain dia lama sekali menjadi penduduk Cia-lim-bun, juga
kebetulan sekali dia dahulu tetangga dan mengenal baik Lo
Kiat dan isterinya itu. Nah, paman, ceritakanlah apa yang
paman ketahui tentang mereka berdua kepada orang muda
ini." kata kepala dusun.
Kakek itu kelihatan senang untuk bercerita karena hal ini
membuktikan bahwa dia lebih tahu daripada orang lain. "Teng
Sui Lin itu sudah yatim piatu. Ayah ibunya meninggal dunia
tidak lama setelah ia menikah, terserang wabah penyakit
menular yang melanda dusun ini. tidak memiliki saudara atau
sanak keluarga lain. Sedangkan suaminya, Lo Kiat, adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang sasterawan yang gagal ujian. Menurut cerita mereka
ketika kami sempat mengobrol, Lo Kiat mempunyai seorang
kakak sebagai saudara tunggal. Menurut cerita Lo Kiat,
kakaknya itu bernama Lo Kang dan berbeda dengan Lo Kiat
yang sejak kecil menekuni sastra, Lo Kang itu sejak kecil
memperlajari ilmu silat sehingga menjadi seorang guru silat
yang kenamaan di kota raja, bahkan menurut cerita mendiang
Lo Kiat, perguruan silat yang di pimpin Lo Kang itu bernama
Hek-tiauw Bu-koan (Perguruan Silat Rajawali Hitam) yang
amat terkenal di kota raja. Hanya itulah yang kuketahui."
Akan tetapi itu sudah cukup bagi Han Lin. Dia merasa
girang sekali mendengar bahwa Sian Eng memiliki seorang
paman tua di kota raja! Selain hal ini tentu akan
menggembirakan hati Sian Eng, juga setelah tiba di kota raja
dia dapat berpisah dari gadis itu yang tentu tidak akan
kesepian lagi karena sudah bertemu dengan keluarga
ayahnya. Setelah mengucapkan terima kasih, Han Lin lalu
meninggalkan dusun Cia-lim-bun dan menuruni lereng,
kembali ke dusun di kaki pegunungan di mana Sian Eng masih
menanti di rumah penginapan.
Sian Eng menyambut kedatangan Han Lin yang berseri
wajahnya itu dengan pertanyaan penuh harap, "Bagaimana,
Lin-ko? Berita apa yang kau dapatkan di sana?"
"Berita baik yang amat menggembirakan, Eng-moi. Ayah
ibumu memang tidak mempunyai sanak keluarga di dusun
Ciang-lim-bun, bahkan ibumu tidak diketahui memiliki sanak
keluarga sama sekali karena kakek dan nenekmu telah
meninggal dunia karena wabah penyakit menular di dusun itu.
Akan tetapi ayah kandungmu mempunyai seorang kakak
bernama Lo Kang yang kini memimpin sebuah perguruan silat
terkenal bernama Hek-tiauw Bu-koan di kota raja."
"Ah, aku masih mempunyai seorang Toa-pek (uwa)
bernama Lo Kang? Sungguh menyenangkan sekali!" seru Sian
Eng gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang lebih menggembirakan lagi, dia tinggal di kota raja,
Eng-moi. Padahal, kitapun sedang pergi ke sana, jadi
kebetulan sekali, engkau dapat mencari dan menjumpainya di
sana. Kiraku untuk mencari sebuah bu-koan (perguruan silat)
yang terkenal tidaklah sukar."
"Oooh, aku gembira sekali, Lin-ko. Bertemu dengan satusatunya
keluarga ayah kandungku! Dan dia seorang guru silat
terkenal? Akan tetapi kenapa ayah kandungku bahkan menjadi
sasterawan?"
"Entahlah, menurut cerita paman dari kepala dusun,
memang sejak kecil ayah kandungmu tekun mempelajari
sastra sedangkan kakaknya itu tekun mempelajari ilmu silat
sehingga menjadi seorang pemimpin perguruan silat yang
terkenal di kota raja."
Pada pagi hari itu juga Han Lin dan Sian Eng melanjutkan
perjalanan mereka ke kota raja. Mereka melakukan perjalanan
cepat sekali dan baru berhenti kalau terhalang datangnya
malam.
ooo00d0w00ooo
Hek-Tiauw Bu-koan (Perguruan Silat Rajawali Hitam)
merupakan perguruan silat terbesar di kota raja. Banyak orang
muda, bahkan putera para hartawan dan bangsawan yang
ingin belajar silat, menjadi murid di situ walaupun bayarnya
cukup mahal. Akan tetapi di antara para muridnya yang lebih
seratus orang banyaknya, hanya sedikit yang jadi atau yang
dapat mengusai ilmu silat dari Hek-tiauw Bu-koan dengan
baik. Kebanyakan dari mereka tidak tahan dan tidak sabar
untuk mempelajari dasar-dasar ilmu silat yang sukar dan
membutuhkan keuletan. Baru mempelajari pasangan kudakuda
saja seorang muridnya harus tekun belajar setiap hari
selama berbulan-bulan, bahkan bagi yang tidak memiliki bakat
besar, sampai belajar setahun lamanya belum juga mampu
memasang kuda-kuda yang cukup kokoh. Karena itu,
kebanyakan dari mereka hanya menguasai kembanganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kembangannya saja dan putus di tengah jalan karena tidak
tahan uji.
Yang memimpin Hek-tiauw Bu-koan adalah seorang
pendekar bernama Lo Kang, seorang laki-laki bertubuh tinggi
besar dan tegap berusia kurang lebih lima puluh tahun.
Wajahnya gagah, dengan kumis dan jenggot lebat seperti
tokoh Kwan Kong dalam cerita Sam Kok. Dia terkenal memiliki
ilmu silat yang banyak ragamnya, akan tetapi yang paling
terkenal adalah ilmu silatnya yang disebut Hek-tiauw Sin-kun
(Silat Sakti Rajawali Hitam).
Ilmu silat ini merupakan ilmu yang paling dalam dari
perguruan itu dan yang dapat mencapai tingkat sehingga
menguasai ilmu silat Rajawali Hitam ini hanya beberapa orang
murid saja. Mereka inipun belum menguasai secara sempurna
karena untuk menguasai sepenuhnya, orang harus memiliki
sinkang (tenaga sakti) yang cukup.
Lo Kang dibantu oleh dua orang anak nya. Anak pertama
adalah seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun yang
bertubuh tinggi besar gagah seperti ayahnya, berwajah
tampan dan bermata lebar. Adapun anak kedua adalah
seorang gadis yang berusia dua puluh tahun, wajahnya bulat
dan cantik, pandang matanya keras seperti pandang mata
kakaknya.
Dua orang kakak beradik ini sejak kecil digembleng oleh
ayah mereka dan keduanya merupakan murid-murid yang
paling tinggi tingkat kepandaiannya di antara para murid
lainnya. Karena itu mereka membantu ayah mereka untuk
mendidik murid-murid yang sudah agak tinggi tingkatnya.
Adapun murid-murid tingkat permulaan diajar oleh lima orang
murid kepala.
Putera Lo Kang itu bernama Lo Cin Bu dan pemuda tinggi
besar, tampan dan gagah ini terkenal berhati keras dan
wataknya agak angkuh. Hal ini karena dia tahu bahwa
ayahnya merupakan guru silat yang paling terkenal di kota
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
raja dan dia merasa bahwa keluarganya memiliki ilmu silat
yang tidak akan dapat dikalahkan oleh orang lain! Adiknya,
gadis itu bernama Lo Siang Kui dan gadis yang cantik manis
inipun memiliki watak yang mirip kakaknya, agak angkuh dan
merasa diri sendiri paling hebat.
Pembentukan watak seperti ini tidak terlalu mengherankan
karena ayah mereka, Lo Kang juga berwatak tinggi hati dan
menganggap diri sendiri paling jagoan. Dan ini bukan sekedar
kesombongan! kosong belaka karena sudah seringkali
keluarga Lo ini mengalahkan jagoan-jagoan yang sengaja
datang untuk mencoba dan menguji kepandaian mereka.
Watak keluarga Lo ini menjadi lebih congkak lagi setelah
mereka menerima pinangan Cheng Kun yang biasa disebul
Cheng-kongcu (tuan muda Cheng) karena dia adalah seorang
pemuda bangsawan,' seorang di antara putera - putera
Pangeran Cheng Boan yang menjadi adik kaisar! Pinangan itu
diterima dan setelah Lo Siang Kui ini menjadi tunangan Cheng'
kongcu, watak keluarga Lo menjadi semakin tinggi hati.
Lo Kang merasa dirinya terangkat karena akan menjadi
besan Pangeran Cheng Boan.
Hek-tiauw Bu-koan memiliki bangunan yang besar,
dikelilingi pagar tembok yang setinggi dua meter. Gedung itu
amal luas, memiliki taman bunga dan kebun belakang dan di
belakang terdapat bangunan yang dijadikan lian-bu-thia
(ruangan bermain silat) yang luas sekali.
Letak pusat Hek-tiauw Bu-koan ini di pinggir kota raja,
dekat pintu gapura sebelah selatan, di tepi jalan besar
sehingga semua yang memasuki kota raja lewat pintu gerbang
selatan yang merupakan pintu paling ramai, tentu akan
melihat papan nama besar yang tergantung di depan gedung
itu.
Pada hari itu, pintu gerbang halaman rumah dan gedung
itu sendiri tampak terhias meriah. Papan nama yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertuliskan Hek-tiauw Bu-koan di depan pintu gerbang juga
dicat baru dan mengkilap. Beberapa orang murid perguruan
itu dengan pakaian serba baru berjaga di pintu gerbang dan
sejak pagi berdatanganlah tamu-tamu yang disambut para
murid, diantar masuk dan di ruangan depan para tamu itu
disambut oleh Lo Kang yang ditemani dua orang anaknya, Lo
Cin Bu dan Lo Siang Kui.
Cin Bu tampak gagah dan tampan dalam pakaiannya yang
baru, demikian pula Siang Kui tampak cantik dan gagah. Ayah
dan dua orang anaknya itu memang kelihatan gagah dan
berwibawa. Di punggung mereka tergantung sebatang pedang
dengan ronce kuning, menunjukkan bahwa mereka adalah ahli
ahli bermain pedang.
Ketika pagi hari itu Han Lin dan Sian Eng tiba di depan
pintu gerbang perguruan Rajawali Hitam yang terhias meriah
itu, mereka berdua merasa heran. Melihat ada tujuh orang
muda, agaknya murid-murid perguruan itu, berdiri di depan
pintu gerbang menyambut para tamu,, setelah tidak tampak
tamu datang, Han Lin dan Sian Eng lalu maju menghampiri
pintu gerbang itu.
Para murid itu mengira bahwa mereka berdua juga tamu,
maka mereka menyambut dengan hormat. Han Lin dan Sian
Eng cepat membalas penghormatan mereka. Para murid itu
dalam menyambut para tamu, selalu menanyakan nama para
tamu untuk dilaporkan ke dalam ketika mereka mengantar
tamu itu ke dalam. Akan tetapi sebelum mereka bertanya
kepada Han Lin dan Sian Eng, Han Lin mendahului mereka
bertanya, "Saudara-saudara, perguruan Hek-tiauw Bu-koan ini
sedang merayakan apakah maka di sini dihias begini meriah?"
Mendengar pertanyaan ini, para murid perguruan silat itu
terbelalak dan saling pandang. Mengertilah mereka bahwa
pemuda dan gadis ini sama sekali bukan tamu untuk
menghadiri perayaan, buktinya mereka tidak tahu apa yang
sedang dirayakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi ji-wi (kalian berdua) belum tahu? Perayaan ini adalah
merayakan hari ulang tahun ketua kami yang ke lima puluh
tahun. Kalau begitu ji-wi bukan tamu undangan. Ada
keperluan apakah ji-wi datang ke sini?" kata seorang di antara
mereka, sikapnya berbalik tidak hormat lagi, melainkan curiga.
Pada saat itu, dari dalam muncul lima orang laki-laki yang
usianya antara tiga puluh lima tahun, bersikap gagah. Mereka
ini adalah lima orang murid kepala. Seorang di antara mereka
yang mukanya penuh brewok, melihat para murid mengepung
seorang pemuda dan seorang gadis, segera maju dan
membentak. "Ada apa ini?"
"Twa-suheng (kakak seperguruan tertua)," seorang di
antara para murid yang lebih muda itu berkata, "dua orang ini
bukan tamu-tamu undangan karena mereka tidak tahu untuk
apa perayaan ini diadakan."
Si brewok itu mengamati wajah Han Lin dan Sian Eng.
Melihat gadis yang cantik jelita itu, sikapnya melunak dan
pandang matanya tidak segalak tadi.
"Kalau kalian bukan tamu undangan, lalu untuk apa kalian
datang ke sini? Ada keperluan apakah datang berkunjung ke
Hek-tiauw Bu-koan?"
Kini Sian Eng menjawab dengan pertanyaan pula.
"Bukankah ketua Hek-tiauw Bu-koan ini seorang yang
bernama Lo Kang?"
"Benar, nona. Suhu memang bernama Lo Kang." jawab si
brewok.
"Kalau begitu, tolong antarkan kami untuk bertemu dengan
dia! Saya ingin menghadap Lo-kauwsu (guru silat Lo)!" kata
Sian Eng penuh gairah.
"Apakah kalian hendak belajar silat? Kalau untuk itu, tidak
perlu bertemu suhu, cukup mendaftarkan kepada kami saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi jangan hari ini karena hari ini kami sibuk.
Datanglah ke sini besok pagi."
"Kami bukan datang untuk belajar silat." kata Sian Eng.
"Aku datang untuk bertemu Lo-kauwsu. Dia adalah pamantuaku.
Aku ini keponakannya yang datang dari dusun Cia-limbun
di Tai-hang-san!"
Si brewok itu tampak tertegun dan heran. Dia belum
pernah mendengar bahwa gurunya mempunyai seorang
keponakan perempuan seperti ini, padahal dia sudah menjadi
murid guru silat Lo Kang selama sepuluh tahun. "Akan tetapi
suhu sedang sibuk sekali menerima para tamu, dan sedang
merayakan hari ulang tahunnya, tidak dapat diganggu."
"Coba laporkan kepadanya. AKu yakin dia akan senang
sekali menerima kedatanganku!" kata Sian Eng mendesak.
"Baiklah, akan saya laporkan. Siapa nama kalian?"
"Aku bernama Lo Sian Eng dan ini sahabatku bernama Han
Lin."
"Harap kalian tunggu sebentar di sini, akan saya laporkan
kepada suhu." kata si brewok yang lalu masuk ke dalam
dengan langkah lebar. Han Lin dan Sian Eng melangkah
mundur dan berdiri di pinggiran karena ada beberapa orang
tamu berdatangan dan disambut oleh para murid Hek-tiauw
Bu-koan. Akan tetapi mereka tidak menunggu lama. Si brewok
sudah datang dan dia langsung menghadapi Sian Eng dan
berkata dengan alis berkerut.
"Suhu telah saya lapori, akan tetapi beliau menyatakan
bahwa beliau tidak mempunyai seorang keponakan yang
bernama Lo Sian Eng. Mungkin nona salah alamat, kata suhu,
karena itu sebaiknya nona tidak mengganggu suhu yang
sedang sibuk."
Sian Eng mengerutkan alisnya. Han Lin tahu bahwa gadis
itu akan marah, maka dia cepat berkata kepada si brewok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi. "Saudara agaknya terjadi kekurang-pengertian di sini.
Memang adik Lo Sian Eng ini tidak pernah bertemu dengan
Lo-kauwsu (guru silat Lo). Akan tetapi kalau engkau
melaporkan bahwa adik Lo Sian Eng adalah puteri dari
sasterawan Lo Kiat, kami yakin dia akan mengenal dengan
baik. Kami mohon dengan hormat, sukalah saudara melapor
sekali lagi dengan mengatakan bahwa puteri sasterawan Lo
Kiat mohon bertemu."
Sian Eng maklum bahwa Han Lin tidak menghendaki ia
main kasar, maka iapun segera tersenyum manis kepada si
brewok itu dan berkata, "Tolonglah, saudara yang baik.
Tolong sekali ini saja lagi."
Si brewok meragu. Tadinya dia hendak menolak dan
mengusir mereka, akan tetapi melihat senyum manis dan
pandang mata gadis cantik jelita itu, hatinya luluh dan dia
mengerutkan alis sambil mengangguk. "Baiklah, akan tetapi
kalau suhu merasa terganggu dan marah, kalian sendiri yang
harus bertanggung jawab." Setelah berkata demikian, kembali
dia melangkah lebar memasuki pekarangan yang luas itu
menuju ke rumah yang sedang menerima para tamu.
Kembali Sian Eng dan Han Lin menunggu. Tiba-tiba Sian
Eng menarik tangan Han Lin dan mereka mundur menjauh,
bahkan lalu membalikkan tubuh agar jangan sampai muka
mereka tampak oleh dua orang yang baru datang sebagai
tamu. Mereka itu bukan lain adalah Ji Ok dan Sam Ok!
"Aku harus bunuh mereka!" kata Sian Eng lirih dengan
suara mengandung kemarahan. Ia teringat betapa gurunya,
Hwa Hwa Cinjin, tewas setelah bertanding melawan Thian-te
Sam-ok. Apalagi kalau ia teringat betapa ibu Han Lin juga
tewas oleh pisau yang disambitkan, oleh oleh Ji Ok, hatinya
menjadi panas, sekali.
"Sssstt.....tenanglah, Eng-moi. Engkau tidak ingin membikin
kacau perayaan pamanmu, bukan? Sekarang belum waktunya
untuk menentang mereka. Kita tunggu saatnya yang tepat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisik Han Lin dan Sian Eng menjadi tenang kembali, teringat
bahwa kalau ia menyerang kedua orang itu, tentu akan terjadi
pertempuran dan hal ini tentu saja mengacaukar perayaan
yang diadakan oleh pamannya itu. Maka ia mendiamkan saja
sampai kedua orang musuh besar yang tidak menyadari
tentang keberadaan ia dan Han Lin diantar masuk oleh para
murid Hek-tiauw Bu-koan.
Tak lama kemudian si brewok datang lagi dan dari
wajahnya yang berseri dapat diduga bahwa dia membawa
berita baik. "Memang benar bahwa suhu mempunyai seorang
adik bernama Lo Kiat! Suhu memanggil kalian untuk masuk
dan menghadap."
"Terima kasih!" kata Han Lin dan dia bersama Sian Eng lalu
mengikuti si brewok memasuki pekarangan menuju ke rumah
gedung itu. Ruangan depan di mana perayaan itu diadakan,
amat luas dan ruangan itu telah penuh dengan tamu. Tidak
kurang dari seratus orang memenuhi ruangan itu. Agaknya
para tamu terbagi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri
dari tamu-tamu muda yang dipersilakan duduk di bagian
bawah, sedangkan kelompok ke dua terdiri dari para tamu
yang agaknya merupakan tokoh-tokoh besar, hanya ada
belasan orang saja dan mereka ini duduk di bagian atas,
sejajar dengan tempat duduk pihak tuan rumah.
Han Lin dan Sian Eng dibawa menghadap Lo Kiang dan dua
orang anaknya. Sian Eng memandang kepada laki-laki berusia
lima puluh tahun itu dengan penuh perhatian. Hatinya
berdebar dan ia merasa bangga. Inilah orang yang menjadi
kakak dari ayah kandungnya. Begitu gagah dan berwibawa
paman-tuanya itu!
Di lain pihak, Lo Kang dan dua orang anaknya yang tadi
diberitahu si brewok tentang seorang gadis yang mengaku
sebagai puteri Lo Kiat, kini memandang Sian Eng dengan
penuh selidik. Ketika Han Lin dan Sian Eng mengangkat kedua
tangan depan dada untuk memberi hormat, Lo Kang hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangguk, dan dua orang anaknya juga hanya
mengangguk. Diam-diam Sian Eng merasa tidak enak hati.
Apakah mereka masih tidak percaya kepadanya maka bersikap
demikian angkuh?
"Pek-hu (Uwa), saya Lo Sian Eng menghaturkan hormat
saya kepada pek-hu." kata Sian Eng yang menghadapi Lo
Kang.
"Hemm, engkaukah puteri Lo Kiat? Bagaimana keadaan
ayahmu?" tanya Lo Kang sambil mengamati wajah gadis itu.
"Pek-hu, ayah dan ibu saya telah meninggal dunia karena
sakit."
Lo Kang mengerutkan alisnya yang tebal. "Hemm,
begitulah kalau mempunyai tubuh yang lemah. Sejak kecil aku
sudah menganjurkan kepadanya untuk berlatih silat, akan
tetapi dia memilih menjadi kutu buku yang lemah dan
berpenyakitan! Berbeda dengan aku yang setua ini masih
sehat kuat! Dan siapa pemuda ini?" tanya nya sambul
menunjuk kepada Han Lin.
"Nama saya Han Lin, locianpwe (orang tua yang gagah)."
jawab Han Lin.
"Dia adalah seorang sahabat yang menjadi teman
seperjalanan saya, pek-hu." kata Sian Eng memperkenalkan.
Sepasang alis Lo Kang mengerut semakin dalam dan
matanya memandang kepada Sian Eng penuh teguran.
"Seorang gadis melakukan perjalanan bersama seorang
pemuda? Sungguh tidak pantas!"
"Akan tetapi, pek-hu....." Sian Eng hendak membantah
akan tetapi Lo Kang sudah menggerakkan tangan dengan
tidak sabar. "Sudahlah, kita bicara nanti saja. Sekarang kami
sedang sibuk menerima tamu. Kalian berdua duduklah
bersama para tamu di sana."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menuding kearah kelompok tamu yang duduk di bagian
bawah. "O ya," sambungnya cepat. "Lo Sian Eng, perkenalkan,
inilah anak-anakku, saudara-saudara sepupumu. Dia ini Lo Cin
Bu dan yang ini Lo Siang Kui,"
Dia menuding kepada dua orang anaknya itu yang tetap
saja bersikap angkuh terhadap Sian Eng. Mereka hanya
mengangguk ketika Sian Eng memberi hormat, akan tetapi Cin
Bu agak tersenyum memandang adik sepupunya yang cantik
itu. Kembali Lo Kang melambaikan tangan memberi isarat
kepada Sian Eng dan Han Lin untuk duduk di kelompok
bawah.
Sian Eng dan Han Lin segera turun dari undak-undakan dan
mencari tempat duduk di antara para tamu yang berada di
bawah. Sian Eng yang hatinya merasa tidak puas dengan
sikap uwanya dan saudara-saudara sepupu nya, tidak perduli
ketika banyak pasan mata para tamu memandangnya dengan
kagum. Ia dan Han Lin mendapatkan tempat duduk di bagian
belakang dan segera lenyap di antara para tamu.
Mereka melihat betapa Ji Ok dan Sam Ok mendapat tempat
duduk kehormatan, di kelompok yang duduk di bagian atas.
"Hemmm........ sombong amat......!"
Sian Eng mendesis setelah duduk di bagian paling belakang
bersama Han Lin karena di bagian depan kelompok bawah itu
sudah penuh tamu.
"Ssstt..... tenanglah, Eng-moi. Di sini kita malah tidak
tampak oleh Ji Ok dan Sam Ok, sebaliknya kita dapat
mengintai gerak-gerik mereka." kata Han Lin lirih.
Tiba-tiba terdengar seruan para murid yang berjaga di
depan. "Yang terhormat Kongcu Cheng Kun datang......!"
Mendengar ini, Lo Siang Kui berlari keluar, diikuti oleh Lo
Kang dan kakaknya, Lo Cin Bu. Agaknya keluarga ini begitu
bangga untuk menyambut calon suami Siang Kui, yaitu Cheng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun atau Cheng Kongcu, putera Pangeran Cheng Boan!
Bahkan Nyonya Lo Kang yang tadinya duduk di kursi, bahkan
tidak ambil perduli ketika Siang Eng dan Han Lin muncul, kini
bangkit dari kursinya dari biarpun ia tidak keluar menyambut,
namun ia tetap berdiri sambil tersenyum, gembira dan
bangga. Setelah menyambut Cheng Kongcu di depan, Lo Kang
dani Cin Bu mengikuti pemuda itu yang berjalan
berdampingan dengan tunangannya, Siang Kui.
Sian Eng dan Han Lin memandangi penuh perhatian.
Pemuda itu memang gagah, pakaiannya mewah gemerlapan,
dari topi di kepalanya sampai sepatu di kakinya, semua serba
baru dan merupakan barang mewah dan mahal. Wajahnya
tidak dapat disebut tampan, akan tetapi karena pembawaan
dan pakaiannya, dia tampak gagah berwibawa.
Lo Kang membawa tamu muda itu ke bagian atas dan
setelah tiba di atas Lo Kang menghadap kepada para tamunya
dan berkata dengan suara lantang memperkenalkan tamunya
yang amat dihormatinya itu.
"Cu-wi (saudara sekalian), perkenalkanlah. Beliau ini adalah
Kongcu Cheng Kun, putera dari yang mulia Pangeran Cheng
Boan dan beliau ini adalah calon mantu kami!"
Mendengar ini, sebagian besar dari para tamu bangkit
berdiri dan memberi hormat ke arah putera pangeran itu,
yang dibalas oleh Cheng Kun dengan anggukan kepala yang
angkuh dan bangga. Akan tetapi Sian Eng dan Han Lin
termasuk diantara mereka yang tetap duduk. Mereka melihat
bahwa Ji Ok dan Sam Ok juga tetap duduk di tempatnya.
Cheng Kun lalu mendapatkan kursi di samping Lo Kang dan
Siang Kui, diapit di tengah-tengah. Agaknya kedatangan
putera pangeran ini merupakan pertanda bahwa pesta
dimulai, atau dibukanya pesta perayaan itu menunggu
kedatangannya. Seperti juga sebagian dari para tamu, Cheng
Kun membawa hadiah yang dibawakan dua orang
pembantunya yang datang belakangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hadiah yang dibawa dua orang pembantunya itu tidak
kepalang banyaknya. Kalau lain tamu hanya masing-masing
membawa sebuah bungkusan, dua orang pembantu itu
membawa tidak kurang dari sepuluh buah bungkusan besarbesar!
Semua hadiah berupa bungkusan itu ditumpuk di atas
sebuah meja besar yang telah disediakan di situ, dan hadiah
dari Cheng Kun itu diletakkan di atas meja bagian paling
depan sehingga kelihatan oleh semua orang.
Lo Kang bangkit berdiri dan melangkah ke tengah
panggung yang dipasang di tengah ruangan itu. Panggung ini
sengaja dibuat untuk tempat pertunjukan. Semua orang dunia
persilatan kalau mengadakan perayaan tentu membangun
panggung seperti itu, mempersiapkan tempat untuk
pertunjukkan karena biasanya tentu ada pertunjukan tarian
atau permainan silat. Lo Kang juga sudah mengundang
serombongan penyanyi dan penari yang terkenal di kota raja
dengan bayaran tinggi.
"Cu-wi (saudara sekalian) yang terhormat. Kami seluruh
keluarga mengucap kan selamat datang dan terima kasih atas
kehadiran cuwi, juga terima kasih atas semua sumbangan dan
hadiah yang diberikan kepada kami. Kami merayakan hari
ulang tahun saya yang ke lima puluh, juga sekalian merayakan
berdirinya Hek-tiauw Bu-koan yang sudah dua puluh lima
tahun. Untuk menyambut kedatangan cuwi, kami persilakan
cuwi untuk minum secawan arak!"
Setelah berkata demikian dengan suara lantang, Lo Kang
lalu mengambil secawan arak yang disodorkan oleh Siang Kui
dan mengajak para tamu minum. Para tamu menyambut
dengan minum arak dari cawan masing-masing.
Setelah sambutan yang singkat dari Lo Kang ini, mulailah
hidangan disuguhkan dan para tamu mulai makan minum
dengan gembira. Tak lama kemudian para penabuh musik dan
para penyanyi muncul dan perayaan itu menjadi semakin
meriah ketika para gadis penyanyi yang muda-muda dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik-cantik itu mulai menyanyi dengan iringan musik.
Kemudian merekapun mulai menari sehingga suasana semakin
meriah.
Sejak tadi Han Lin diam saja. Kadang kadang dia
memandang ke arah Ji Ok yang duduk di samping Sam Ok di
kelompok bagian atas sebagai tamu-tamu kehormatan.
Pertemuannya dengan Ji Ok tanpa disangka-sangka ini
membuatnya termenung. Dia teringat kepada ibunya yang
tewas oleh pisau yang disambitkan Ji Ok untuk
membunuhnya.
Ji Ok telah membunuh ibunya! Biarpun hal itu tidak
disengaja, tetap saja Ji Ok yang membunuh ibunya. Diapun
teringat ketika ibunya yang terluka parah dan dalam keadaan
sekarat itu melarangnya untuk membunuh Ji Ok karena ibunya
sudah berhutang nyawa kepada Ji Ok! Teringat akan semua
itu, hatinya menjadi sedih sekali. Bagaimanapun juga, Ji Ok
bukanlah manusia baik-baik, bahkan seorang tokoh sesat yang
jahat sekali.
Biarpun ibunya tampak mencinta dan taat kepada Ji Ok,
namun hal itu dilakukan karena ibunya terpengaruh sihir. Ji Ok
telah menyihir ibunya sehingga ibunya menjadi seperti sebuah
boneka hidup! Untuk semua kejahatannya itu Ji Ok pantas
dihajar, atau kalau perlu dibunuh! Hidupnya seseorang macam
Ji Ok hanya akan mengotorkan dunia dan mendatangkan
bencana bagi orang lain!
"Lin-ko....."
Mendengar bisikan Sian Eng itu barulah Han Lin tersadar
dari lamunannya dan dia menoleh. "Ada apakah, Eng-moi?"
"Engkau diam dan melamun saja, tidak menonton taritarian.
Ada apakah?"
"Ah, tidak apa-apa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka tidak melanjutkan percakapan bisik-bisik itu karena
menjadi perhatian para tamu lain yang duduk dekat mereka.
Untuk memindahkan perhatian, Han Lin lalu mengajak Sian
Eng untuk minum araknya dan makan hidangan yang berada
di meja depan mereka.
Setelah para penari meramaikan pesta itu dengan tarian
dan nyanyian dan para tamu sudah makan secukupnya,
tampak Lo Siang Kui maju ke tengah panggung dan memberi
tanda dengan tangannya agar musik dan nyanyian dihentikan.
Suasana menjadi agak sunyi setelah musik dihentikan, hanya
terdengar suara para tamu yang bicara dengan gembira.
Ketika Siang Kui berdiri di tengah panggung dan mengangkat
tangan kanan memberi isarat agar para tamu tidak berisik,
semua orang terdiam dan suasana menjadi sepi.
Semua orang memandang kepada gadis yang berwajah
bulat seperti bulan dan cantik itu. Kedua pipi Siang Kui
kemerah-merahan, agaknya pengaruh arak yang membuatnya
menjadi berani tampil ke depan dan bicara di depan orang
banyak.
"Cuwi yang terhormat. Untuk meriahkan hari ulang tahun
ayah dan memperingati berdirinya Hek-tiauw Bu-koan, saya
akan menyuguhkan tarian ilmu silat pedang dari perguruan
kami." Setelah berkata demikian, tangan kanannya bergerak
ke punggung dan tampaklah sinar pedang berkilat ketika ia
mencabut pedangnya dari sarung pedang.
Tepuk tangan gemuruh menyambut ucapan gadis itu. Siang
Kui memandang ke arah Cheng Kun dan melihat pemuda
bangsawan inipun bertepuk tangan dengan gembira dan
bangga, Siang Kui tersenyum. Memang sesungguhnya gadis
ini hendak memamerkan ilmu pedangnya kepada sang
tunangan itu.
Dengan gerakan tangkas Siang Kui lalu memasang kudakuda.
Kaki kanannya ditekuk ke belakang dan ia berdiri
dengan kaki kiri saja, pedangnya disembunyikan di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengan kanan dan kedua lengannya dipentang ke kanan kiri.
Inilah pasangan kuda-kuda yang disebut Hek-tiauw-tiam-ci
(Rajawali Hitam Pentang Sayap). Memasang kuda-kuda seperti
itu sambil matanya tajam menatap ke depan dan mulutnya
tersenyum, Siang Kui tampak manis sekali.
"Hemm, melihat betapa kokohnya kuda-kuda itu, aku
percaya ia memiliki ilmu pedang yang cukup kuat." kata Sian
Eng.
Han Lin mengangguk. "Agaknya saudara sepupunya itu
bukan hanya sombong kosong belaka, melainkan benar-benar
lihai." kata Han Lin.
"Haiiittt.....!" Siang Kui mengeluarkan bentakan nyaring dan
mulailah ia bersilat. Pedangnya menyambar-nyambar dengan
ganas, mengeluarkan desing saking kuatnya, makin lama
semakin cepat gerakannya sehingga lenyap bentuk pedangnya
berubah menjadi sinar yang bergulung-gulung dan
mengeluarkan suara mendengung-dengung.
"Bagus!" bisik Sian Eng kagum.
Han Lin mengangguk-angguk. "Benar, ilmu silat perguruan
Hek-tiauw Bu-koan memang hebat."
Semua tamu juga kagum menonton gadis cantik itu
bermain silat pedang. Kini bahkan tubuhnya hanya tampak
bayangannya saja dan hanya kadang-kadan tampak kakinya
menginjak lantai karena gulungan sinar pedangnya demikian
panjang dan lebar sehingga membungkus tubuhnya dan suara
gerakan pedang itu berdesingan seperti kilat menyambarnyambar.
Yang paling gembira dan bangga tentu saja Cheng
Kun, pemuda bangsawan itu. Saking bangganya, diapun
bertepuk tangan dan begitu terdengar tepuk tangan itu,
sebagian besar tamu juga ikut-ikutan bertepuk tangan
memuji.
Siang Kui menghentikan permainan pedangnya dan ia
berdiri dengan senyum menghias wajahnya. Tidak tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
napasnya memburu, hanya ada sedikit keringat membasahi
anak rambut yang terjuntai di atas dahinya, membuatnya
tampak manis sekali. Begitu ia berhenti bersilat, tepuk tangan
gemuruh menyambutnya dan banyak di antara para tamu
bahkan bangkit berdiri dan bertepuk tangan untuk
menyambutnya.
Juga para tamu di kelompok atas, para tamu kehormatan
ada yang bertepuk tangan. Akan tetapi, sepasang mata tajam
dari Siang Kui melihat betapa dua orang diantara tamu
kehormatan itu tidak bertepuk tangan.
Mereka adalah Ji Ok dan Sam Ok yang tidak bertepuk
tangan, bahkan tersenyum mengejek. Dan ada pula beberapa
orang yang duduk di deretan terdepan dari tamu kelompok
bawah tidak menyambut dengan tepuk tangan.
Hal ini memanaskan hati Siang Kui. Gadis itu merasa
dirinya paling hebat dan merasa bahwa ilmu pedangnya sudah
tinggi sekali. Sudah terbiasa ia oleh pujian, maka sekali ini
melihat ada orang-orang yang tidak turut memuji, tentu saja
ia merasa tidak senang hatinya.
Setelah tepuk tangan mereda dan berhenti, gadis itu lalu
memandang ke arah mereka yang tidak bertepuk tangan dan
berkata dengan lantang. "Terima kasih atas pujian cuwi. Akan
tetapi saya melihat ada beberapa orang yang tidak bertepuk
tangan memuji bahkan menertawakan saya. Tentu mereka ini
menganggapi rendah ilmu silat dari Hek-tiauw Bu-koan dan
memiliki ilmu kepandaian tinggi. Karena itu, bagi mereka yang
memandang rendah dan merasa memiliki ilmul silat tinggi,
saya persilakan untuk maju dan mari kita main-main sebentar
untuk menguji ilmu siapa yang lebih unggul!"
Dasar keluarga Lo itu memiliki keangkuhan tinggi, terlalu
memandang tinggi ilmu kepandaian sendiri, maka mendengar
kata-kata dan melihat sikap Siang Kui, Lo Kang sama sekali
tidak menegur atau menyalahkannya. Bahkan dia
mengangguk-angguk tanda setuju. Demikian pula Lo Cin Bu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda ini menganggap adiknya benar dan mempertahankan
namai besar Hek-tiauw Bu-koan.
Suasana sunyi menyambut ucapan Siang Kui tadi. Biarpun
gadis itu tidak memperlihatkan kemarahan, namun isi ucapan
itu jelas menunjukkan bahwa ia tersinggung oleh mereka yang
tidak menyambutnya dengan tepuk tangan, bahkan secara
terang-terangan gadis itu menantang mereka. Hati para tamu
mulai terasa tegang karena biasanya, orang-orang dunia
persilatan pantang kalau ditantang, walaupun ditantang secara
halus.
Tidak akan terasa aneh kalau ada yang menyambut
tantangan itu dan kalau terjadi demikian, perayaan itu
berjalan seperti yang mereka harapkan, yaitu terjadinya
pertandingan adu ilmu silat.
"Hemm, ia mencari perkara." bisik Sian Eng. "Ia
mengeluarkan tantangan, padahal tadi aku melihat Ji Ok dan
Sam Ok tidak ikut bertepuk tangan memuji. Kalau kedua
orang itu maju, tentu ia akan celaka."
"Kita lihat saja perkembangannya. Bagaimanapun juga, ia
adalah saudara sepupumu dan yang merayakan pesta ini
adalah keluargamu, maka engkau harus membantu mereka."
bisik Han Lin.
Apa yang diduga Sian Eng segera menjadi kenyataan.
Bukan Ji Ok atau Sam Ok yang menyambut tantangan itu,
melainkan seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh tahun
yang bangkit dari tempat duduknya di kelompok bawah. Dia
seorang yang bertubuh tinggi besar dan wajahnya
membayangkan kekerasan hati. Setelan bangkit dari tempat
duduknya, dia langsung naik panggung dan menghampiri
Siang Kui yang memegang pedangnya.
"Kepandaian Lo-siocia (nona Lo) cukup menganggumkan.
Sudah lama aku mendengar bahwa Hek-tiauw Bu-koan adalah
perguruan silat yang paling terkenal di kota raja sehingga lainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
lain perguruan mati dan tidak berkembang. Karena itu, aku
ingin sekali mencoba kemampuan sendiri dan bermain-main
dengan nona."
Siang Kui memandang pria itu dengan alis berkerut.
"Siapakah engkau? Kenalkan diri lebih dulu sebelum kita
bertanding." Suaranya mengandung tantangan dan sikapnya
memandang rendah.
"Aku bernama Souw Tek dari dusun Pak-siang-bun di
sebelah utara kota raja. Karena aku hanya ingin menguji ilmu
silat, bukan hendak berkelahi atau bermusuhan, maka aku
ingin agar kita saling mengadu ilmu silat tangan kosong, tanpa
mempergunakan senjata. Aku ingin sekali membuktikan
kehebatan ilmu silat Hek-tiauw Sin-kun (Silat Sakti Rajawali
Hitam) !"
Tampak sinar pedang berkelebat ketika Siang Kui
memasukkan kembali pedangnya di sarung pedang yang
menempel di punggungnya. Gerakannya demikian cepat
sehingga sukar diikuti dengan pandangan mata.
"Bagus, bertanding tangan kosongpun aku tidak gentar.
Majulah, aku sudah siap!" kata Siang Kui sambil membuka
pasangan kuda-kuda seperti tadi, yaitu pasangan Rajawali
Hitam Pentang Sayap, akan tetapi sekali ini tanpa pedang.
Pria yang bernama Souw Tek itupun segera memasang
kuda-kuda. Kedua kaki terpentang lebar, tubuh agak
merendah, kedua tangan membentuk cakar, yang kiri
menempel pinggang, yang kanan di depan muka.
Tiba-tiba terdengar bentakan. "Tahan....!" Siang Kui dan
calon lawannya menunda gerakan mereka dan menoleh.
Ternyata yang berseru itu adalah Lo Kang.
"Souw Tek, engkau mempergunakan pasangan pembukaan
ilmu silat Hek-houw Sin-kun (Silat Sakti Harimau Hitam). Ada
hubungan apakah antara engkau dengan Hek-houw Bu-koan
(Perguruan Silat Harimau Hitam)?" tanya Lo Kang. Perguruan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Silat Harimau Hitam adalah sebuah di antara para perguruan
silat yang berada di kota raja dan menjadi saingan Hek-tiauw
Bu-koan.
Souw Tek menghadap ke arah Lo Kang dan memberi
hormat. "Lo-kauwsu, saya bukan anggauta Hek-houw Bukoan,
akan tetapi ketuanya masih terhitung saudara
seperguruanku. Akan tetapi saya menyambut tantangan Losiocia
tidak ada sangkut pautnya dengan Hek-houw Bu-koan,
melainkan atas kehendak saya sendiri."
"Baiklah, kalau begitu lanjutkan." kata Lo Kang sambil
duduk kembali.
"Orang she Souw, aku sudah siap!" tantang Siang Kui
sambil memasang kuda-kuda kembali.
"Baiklah, nona. Lihat seranganku!" kata Souw Tek yang
telah memasang kuda-kuda dan tiba-tiba tubuhnya melompat
ke depan seperti seekor harimau menubruk dan menggunakan
tangannya yang membentuk cakar untuk mencengkeram
pundak gadis itu. Akan tetapi dengan gerakan ringan dan
lincah seperti seekor burung, gadis itu telah melompat ke
belakang sehingga cengkeraman itu luput dan langsung saja
Siang Kui sudah menendangkan kakinya.
Cepat sekali kaki itu mencuat ke depan dan mengarah
lambung lawan. Souw Tek terkejut, tidak menyangka akan
mendapat serangan balasan secepat itu. Dia menggerakkan
lengan kanannya ke bawah untuk menangkis kaki itu.
"Dukk!" Kaki kiri Siang Kui tertangkis, akan tetapi secepat
kilat kaki kanannya menendang lagi, kini mengarah lutut kiri
lawan.
"Bagus!" Souw Tek terkejut dan kagum, akan tetapi sempat
menarik kaki yang tertendang ke belakang sehingga luput dari
ciuman ujung sepatu Siang Kui.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awas....!" Bentak Souw Tek dengan suaranya yang besar
dan nyaring. Kini tubuhnya melompat seperti seekor harimau
menubruk mangsanya dan memang inilah jurus Go-houw-pothouw
(Harimau Lapar Tubruk Kelenci). Tubuhnya melompat
ke atas dan menubruk ke arah lawan, mencengkeram dengan
kedua tangan yang kiri mengancam ubun-ubun kepala, yang
kanan terjulur mencengkeram ke arah pundak kiri. Sungguh
ini merupakan jurus serangan yang amat berbahaya.
Namun dengan tenang Siang Kui menggunakan jurus Hektiauw-
sia-hui (Rajawali Hitam Terbang Miring), tubuhnya
mengelak dengan miring ke kiri, kemudian sambungan jurus
Hek-tiauw-sin-yauw (Rajawali Hitam Menggeliat) kedua
tangannya menangkis dari samping diputar ke arah atas
sehingga dua lengannya dapat menangkis dua lengan lawan
yang menyerang ke arah kepala dan pundak.
"Dukk! Dukk!" Empat lengan bertemu dan serangan Souw
Tek itu gagal. Bahkan dia harus cepat berjungkir balik
membuat salto sampai tiga kali ke belakang kalau dia tidak
mau jatuh oleh tangkisan itu.
Kemudian terjadilah pertandingan yang menarik sekali.
Para tamu menonton dengan kagum. Gerakan kedua orang itu
tidak pernah menyimpang dari aliran masing-masing sehingga
Souw Tek menubruk-nubruk dan mencakar-cakar seperti
seekor harimau, sedangkan Siang Kui bergerak lincah dan
kadang-kadang melompat ke atas seperti terbang. Seolah-olah
para tamu itu menyaksikan seekor harimau sakti berkelahi
melawan seekor rajawali sakti!
Mereka saling serang dengan dahsyatnya, berusaha sekuat
tenaga untuk keluar sebagai pemenang.
"Siang Kui memang hebat,. ia tidak akan kalah." bisik Sian
Eng kepada Han Lin.
"Agaknya begitulah. Tenaga mereka seimbang akan tetapi
gadis itu memiliki gerakan yang lebih lincah. Pula ia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ragu-ragu dalam penyerangannya, bahkan eranganserangannya
ganas sekali, berbeda dari lawannya yang
agaknya masih ragu-ragu untuk menggunakan tenaga
sepenuhnya menyerang seorang gadis." kata Han Lin.
Dugaan mereka ternyata benar. Setelah mereka bertanding
lewat lima puluh jurus, mulailah Souw Tek terdesak. Dan
agaknya Siang Kui mempergunakan kesempatan ini untuk
mendesak dan melancarkan serangan-serangan yang
berbahaya. Agaknya gadis ini tidak sekedar hendak mencapai
kemenangan, melainkan juga berniat untuk merobohkan
lawannya.
Souw Tek yang terdesak hebat itu hanya mampu mengelak
dan menangkis, tidak sempat lagi untuk balas menyerang dan
Siang Kui menjadi semakin ganas seperti seekor rajawali yang
kelaparan menyerang lawan, berkelebatan dan kadang
melompat ke atas seperti terbang.
"Haiiitttt....!!" Tiba-tiba tubuh gadis itu melayang ke atas,
lalu menukik dan menyerang ke arah ubun-ubun kepala Souw
Tek dengan totokan. Tangan kanannya itu seperti paruh
rajawali yang mematuk, mengarah ubun-ubun. Serangan ini
bukan main hebat dan berbahayanya.
Karena maklum bahwa dirinya berada dalam bahaya maut,
Souw Tek mengangkat kedua tangannya ke atas, bukan hanya
untuk menangkis dan melindungi ubun-ubun kepalanya,
melainkan juga untuk berusaha menangkap lengan
penyerangnya itu. Akan tetapi, tanpa diduga-duganya, Siang
Kui bahkan membiarkan lengan kanannya yang menyerang itu
tertangkis dan tertangkap dan tiba-tiba sekali tangan kirinya
menampar tengkuk lawan.
"Plakk!" Tamparan dengan tangan miring itu menyambar
tengkuk dan tubuh Souw Tek terpelanting roboh. Tamparan
itu nampaknya saja tidak keras, akan tetapi karena dilakukan
dengan pengerahan tenaga dalam, maka akibatnya cukup
parah bagi Souw Tek. Dia merasa seolah kepalanya pecah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepeningan membuat dia tidak dapat segera bangkit berdiri,
hanya bangkit duduk sambil memegangi kepalanya. Pada saat
itu, Siang Kui sudah melangkah datang dan mengayun kakinya
menendang ke arah dada Souw Tek yang sudah tidak berdaya
itu.
"Desss.....!" Tubuh Souw Tek terlempar dan terpelanting
jatuh ke bawah panggung dalam keadaan pingsan!
"Ganas dan kejam!" kata Han Lin lirih dan Sian Eng
mengerutkan alisnya. Ia tidak lagi dapat membanggakan
saudara sepupunya itu karena apa yang dilakukan sungguh
memalukan. Seorang gagah tidak akan melakukan hal itu.
Menyerang lawan yang sudah jelas kalah dan tidak mampu
melawan lagi.
Seorang laki-laki berusia lima puluh tahun bangkit dari
tempat duduknya di kelompok bawah itu, menghampiri Souw
Tek dan setelah menotok dan mengurut beberapa bagian
tubuh Souw Tek, laki-laki itu membantu Souw Tek yang sudah
siuman untuk duduk kembali. Laki-laki itu lalu melangkah ke
arah panggung dan setelah berhadapan dengan Siang Kui, dia
berkata, suaranya bernada teguran.
"Nona Lo, engkau sungguh keterlaluan. Sute-ku (adik
seperguruanku) tadi sudah kalah dan tidak dapat melawan
lagi, kenapa nona masih menyerangnya dengan tendangan
keji? Nona dapat membunuhnya!"
Siang Kui bertolak pinggang menghadapai laki-laki yang
bertubuh tinggi kurus itu dan suaranya terdengar menantang
ketika ia berkata lantang, "Dalam pertandingan adu silat,
kematian merupakan hal lumrah. Apa lagi kalau hanya terluka.
Kalau takut terluka atau tewas, lebih baik tinggal di rumah dan
jangan memasuki pertandingan silat!" Ia memandang dengan
sikap gagah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, kalau begitu sekarang aku yang maju
menggantikan sute-ku yang sudah kalah. Hendak kulihat
sampai di mana kehebatanmu, nona!" kata orang itu.
Pada saat itu, Lo Cin Bu bangkit dari tempat duduknya dan
berseru, "Kui-moi! Engkau sudah bertanding satu kali, biarkan
aku yang menghadapinya!" Pemuda tinggi besar itu lalu
melangkah lebar ke tengah panggung. Melihat kakaknya
datang, Siang Kui tersenyum dan berkata sambil melirik ke
arah laki-laki tinggi kurus itu.
"Sayang, sebetulnya aku ingin menghadapi dan menghajar
yang ini juga, akan tetapi kalau engkau ingin mendapat
bagian, silakan, Bu-ko!" Dan iapun melangkah kembali ke
tempat duduknya dekat Cheng Kun, tunangannya yang
menyambutnya dengan senyum penuh kebanggaan.
Lo Cin Bu kini berhadapan dengan laki-laki tinggi kurus itu.
"Aku. Lo Cin Bu menggantikan adikku dan berdiri di sini
sebagai wakil Hek-tiauw Bu-koan. Engkau siapakah yang
berani menentang Hek-tiauw Bu-koan?" '
Laki-laki itu tersenyum pahit. "Aku bernama Su Toan Ek,
toa-suheng (kakak seperguruan tertua) dari Souw Tek. Tadi
adikmu menantang-nantang dan sute-ku yang berdarah muda
menyambut tantangan itu dan telah diberi pelajaran keras
oleh adikmu. Karena itu akupun ingin diberi pelajaran oleh
Hek-tiauw Bu-koan."
"Engkau datang atas nama Hek-houw Bu-koan?" tanya Cin
Bu.
Laki-laki itu menggeleng kepalanya. "Sama sekali bukan.
Seperti juga suteku tadi, aku maju atas nama pribadi dan
menyambut tantangan pihak tuan rumah untuk ikut
meramaikan perayaan ini."
"Bagus, kalau begitu mari kita bertanding mengadu ilmu
silat untuk mengetahui siapa di antara kita yang lebih
tangguh." tantang Cin Bu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Majulah, orang muda. Aku sudah siap!" kata laki-laki
bernama Su Toan Ek itu, sikapnya tenang sekali dan dia tidak
memasang kuda-kuda seperti yang dilakukan Souw Tek tadi.
Lo Cin Bu sudah lebih berpengalaman dibandingkan adiknya,
maka dia dapat menduga bahwa lawannya ini tentu seorang
yang memiliki tingkat kepandaian yang lebih tinggi dari pada
Souw Tek. Diapun berlaku hati-hati.
"Lihat serangan." bentaknya dan tangan kanannya
menyambar ke depan dengan pukulan ke arah dada. Akan
tetapi pukulan itu hanya pancingan belaka dan sudah
ditariknya kembali, bia hanya ingin melihat gerakan lawan
kalau diserang. Dia melihat Su Toan Ek menggerakkan tangan
dari bawah ke atas dan mencengkeram. Kalau pukulannya tadi
dilanjutkan, tentu lengannya akan dicengkeram dari bawah.
Sungguh merupakan tangi kisan sekaligus serangan
balasan yana berbahaya, dan cengkeraman itu merupakan ciri
khas bahwa lawannya adalah seorang ahli silat Hek-houw Sinkun
yang pandai. Cin Bu yang menarik kembali tangan
kanannya, sudah menggerakkan tangan kiri menampar ke
arah pelipis dengan tangan membentuk kepala rajawali yang
mematuk dengan ujung kelima jarinya.
Su Toan Ek juga mengenal serangan berbahaya. Dia
mengelak sambil melangkah ke belakang, kemudian kedua
tangan nya menyerang dari kanan kiri membentuk
cengkeraman ke arah kedua pundak Cin Bu sambil menubruk
ke depan. Cin Bu juga mengelak mundur sambil
mengembangkan kedua tangan seperti sayap seekor rajawali
untuk menangkis.
"Dukk! Dukk!" Dua pasang lengan bertemu dan Cin Bu
merasa tubuhnya terguncang. Dia melangkah mundur lagi dan
maklumlah dia bahwa Su Toan Ek adalah seorang ahli Iweekeh
(tenaga dalam) yang tangguh. Diapun mengerahkan sinkang
(tenaga sakti) dan menyerang seperti seekor rajawali
yang menyambar-nyambar dengan tangkasnya. Su Toan Ek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bertubuh tinggi kurus itupun melawan dengan
mengandalkan kekuatannya dan berusaha untuk menerkam
dan mencengkeram dengan kedua tangan yang membentuk
cakar harimau.
Pertandingan ini lebih menegangkan dibandingkan yang
pertama tadi. Kalau pertandingan yang pertama tadi, Siang
Kui dan Souw Tek mengerahkan kecepatan untuk
mengalahkan lawan, pertandingan kedua ini dilakukan dengan
pengerahan tenaga sakti sehingga setiap sambaran tangan
mendatangkan angin yang kuat dan mengeluarkan suara
bersiutan.
"Pemuda itu lebih tangguh dari adiknya." kata Han Lin yang
sejak tadi memperhatikan pertandingan itu.
"Akan tetapi lawannyapun lebih tangguh daripada sutenya
tadi." kata Sian Eng.
"Pemuda itu tidak akan kalah. Ilmu silatnya yang
berdasarkan pada gerakan burung rajawali itu lebih lincah dan
lebih banyak perkembangannya daripada gerakan orang tinggi
kurus yang bergerak seperti harimau itu." kata pula Han Lin.
"Agaknya dia sama ganas dan bengis seperti adiknya.
Jurus-jurus pukulannya merupakan serangan maut yang
berbahaya." Sian Eng berkata sambil mengerutkan alisnya.
Memang ada rasa bangga di dalam hatinya bahwa keluarga
ayah kandungnya terdiri dari keluarga ahli silat yang pandai.
Akan tetapi keganasan, kebengisan dan keangkuhan mereka
membuat ia merasa kecewa dan tidak senang sekali.
"Hyaaattt.....!" Tiba-tiba Cin Bu membentak nyaring dan
tubuhnya melayang ke depan, didahului kedua kakinya yang
melakukan tendangan seperti sepasang kaki rajawali yang
menyerang lawan. Su Toan Ek terkejut dan cepat
merendahkan dirinya untuk mengelak.
Akan tetapi pada saat itu Cin Bu membuat gerakan pok-sai
(salto) sehingga tubuhnya berjung-kir balik, kepalanya di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawah dan kakinya di atas. Kedua tangan membentuk paruh
rajawali menyerang ke bawah, yang kanan mematuk kepala
dan kiri mematuk jalan darah di punggung!
Su Toan Ek membalikkan tubuh, akan tetapi gerakannya
kurang cepat dan terlambat. Biarpun dia dapat menghindarkan
kepalanya dari serangan dengan miringkan kepalanya, namun
totokan ke arah punggungnya tepat mengenai sasaran.
"Tukkk.... aahhh....!" Dia terhuyung-huyung ke belakang
dan saat itu Cin Bu sudah turun dan cepat pemuda ini
mengirim pukulan ke arah dada lawan yang sudah terhuyung
itu.
"Bukk....." Tubuh Su Toan Ek terpental keluar dari
panggung, jatuh ke bawah dan dia rnuntuhkan darah segar.
Souw Tek cepat menolong Toa-suhengnya dan memapahnya
keluar dari tempat perayaan itu, terus keluar dari pekarangan
rumah untuk meninggalkan tempat itu. Mereka telah kalah
mutlak dan tidak ada gunanya lagi bagi mereka untuk tinggal
lebih lama di situ, hanya akan menjadi bahan tertawaan orang
saja.
Setelah memperoleh kemenangan, Cin Bu berdiri tegak
memandang ke sekeliling, lalu berkata dengan suara lantang.
"Siapa yang merasa memiliki kepandaian dan tadi berani
memandang rendah kepada adikku, silakan maju untuk
menguji kepandaian." Setelah berkata demikian, Cin Bu
kembali ke tempat duduknya semula.
Suasana yang tadinya hening ketika semua orang
menonton pertandingan itu, kini kembali berisik karena para
tamu saling bicara sendiri, membicarakan ketangguhan kakak
beradik she Lo yang telah mengalahkan dua orang lawannya
tadi.
Tiba-tiba terdengar suara tawa nyaring seorang wanita.
Ketika Han Lin dan Sian Eng memandang, mereka diam-diam
merasa khawatir karena melihat bahwa yang tertawa itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Sam Ok yang kini telah bangkit dari tempat duduknya
dan melangkah dengan lenggang gemulai menuju ke tengah
panggung. Suara tawa itu mengatasi semua suara berisik
sehingga para tamu menoleh dan memandang.
Tentu saja mereka tertarik sekali melihat seorang wanita
cantik melangkah dengan lenggang yang membuat pinggulnya
menari-nari. Wanita itu tampaknya berusia kurang lebih empat
puluh tahun, sama sekali tidak kelihatan seperti usianya yang
sebenarnya, yaitu sudah enam puluh tahun. Wajah yang
cantik itu tersenyum-senyum dan matanya melirik-lirik tajam.
Setelah semua orang tidak lagi berisik melainkan
memandang kepadanya dengan penuh perhatian, Sam Ok lalu
menghadap ke arah tempat duduk tuan rumah dan ia berkata
lantang, dan karena ia memandang ke arah Lo Kang, maka ia
seolah bicara kepada Ketua Hek-tiauw Bu-koan itu.
"Namaku Ciu Leng Ci dan aku bukanlah seorang tamu
undangan. Aku datang ikut rekanku Phoa Li Seng untuk
memberi selamat kepada Hek-tiauw Bu-koan yang merupakan
perguruan silat paling terkenal di kota raja. Tadi aku tidak ikut
bertepuk tangan memuji karena bagiku permainan pedang itu
biasa-biasa saja. Akan tetapi nona Lo tadi menantang kepada
mereka yang tidak bertepuk tangan, maka aku merasa bahwa
aku juga ditantang. Karena itu, aku sekarang ingin main-main
sebentar dengan ilmu silat dari keluarga Hek-tiauw Bu-koan."
Mendengar kata-kata yang diucapkan dengan lembut dan
sambil tersenyum itu, Lo Siang Kui merasa diejek dan
ditantang! Sebelum ayah dan kakaknya sempat mencegah, ia
sudah melompat dan berlari ke tengah panggung menghadapi
Sam Ok dan langsung saja ia mencabut pedangnya sehingga
tampak sinar terang berkelebat. Dengan pedang di tangan
kanan ia menghadapi Sam Ok dan menudingkan telunjuk
kirinya ke arah muka wanita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciu Leng Ci! Kalau memang engkau menganggap ilmu
pedangku biasa-biasa saja dan tidak ada harganya untuk
dipuji, marilah coba engkau tandingi ilmu pedangku!"
Sam Ok tersenyum mengejek. Tangan kanannya meraih ke
belakang pundak dan di lain saat tampak sinar hitam
berkelebat ketika ia sudah mencabut Hek-kong-kiam (Pedang
Sinar Hitam) dari sarung pedangnya yang menempel di
punggung.
"Wah, Lo Siang Kui bisa celaka sekarang.....!" Sian Eng
berseru lirih dengan alis berkerut.
"Aku akan membantunya!" Ia bangkit berdiri akan tetapi
Han Lin menyentuh lengannya, memberinya isarat untuk
duduk kembali. Setelah gadis itu duduk kembali, Han Lin
berbisik kepadanya.
"Jangan turun tangan dulu, hal itu berarti akan
merendahkan pihak tuan rumah. Aku tidak percaya Sam Ok
berani mencelakai gadis itu karena begini banyak tokoh kangouw
berada di sini."
Sian Eng mengangguk dan membenarkan pendapat Han
Lin. Saudara sepupunya itu demikian angkuhnya. Kalau ia
maju tentu akan disambut dengan marah dan ia yang akan
mendapat nnalu. Maka iapun lalu menonton saja dengan hati
gelisah. Bagaimanapun juga, Siang Kui adalah saudara
sepupunya dan ia sudah tahu betul betapa lihai dan kejamnya
Sam Ok si iblis betina itu.
Biarpun dari sinar pedangnya saja sudah dapat dikatakan
bahwa Sam Ok memiliki sebuah pedang pusaka bersinar hitam
yang ampuh, Siang Kui yang berwatak angkuh itu sama sekali
tidak takut.
"Nona Lo, pedang yang berada di tanganmu itu hanya
pedang biasa, tidak dapat diandalkan dan ilmu pedangmu
tadipun biasa-biasa saja. Aku bukan sekadar membual,
melainkan mengatakan dengan sebenarnya. Kalau dua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari aliran Hek-houw Bu-koan tadi dikalahkan olehmu dan
kakakmu, hal itu adalah karena kepandaian mereka masih
rendah sekali. Untuk membuktikan kebenaran ucapanku, nah,
maju dan seranglah aku dengan pedangmu itu. Hendak kulihat
apa yang dapat kaulakukan dengan pedangmu itu terhadap
diriku!"
Sam Ok mengeluarkan kata-kata itu dengan lantang
sehingga terdengar oleh para tamu, dan biarpun ia
mengucapkannya dengan tersenyum dan dengan kata-kata
halus, namun bagi Siang Kui merupakan tantangan yang amat
memandang rendah kepadanya. Tentu saja ia menjadi marah
sekali.
"Perempuan sombong, lihat pedangku!" bentaknya dan ia
sudah menyerang dengan dahsyat, mengelebatkan pedangnya
yang menyambar ke arah leher Sam Ok dengan pengerahan
tenaga seakan-akan ia hendak sekali serang membabat putus
leher wanita itu!
Akan tetapi dengan gerakan amat tenang Sam Ok
mengangkat pedangnya dan menangkis sambaran pedang
lawan itu.
"Tranggg....!" Tampak bunga api berpijar ketika kedua
pedang bertemu dan Siang Kui terkejut setengah mati ketika
merasa betapa tangannya tergetar hebat dan pedang itu
hampir saja terlepas dari pegangannya! Hal ini jelas
membuktikan bahwa tenaga sin-kang wanita itu amat
kuatnya.
Akan tetapi biar tahu akan hal ini, Siang Kui tidak menjadi
gentar dan pedangnya sudah menyambar dan menyerang
bertubi-tubi sehingga lenyap bentuk pedangnya, berubah
menjadi gulungan sinar yang menyambar-nyambar ke arah
tubuh Sam Ok.
Akan tetapi dengan sikap masih tenang Sam Ok
menghadapi hujan serangan itu dengan elakan atau tangkisan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan setiap kali ia menangkis dengan pedangnya, pedang di
tangan Siang Kui terpental. Akan tetapi gadis ini nekat terus
mendesak dan mengeluarkan jurus-jurus terampuh dari Hektiauw
Kiam-sut (Ilmu Pedang Rajawali Hitam).
Tubuhnya berkelebatan dan kadang melompat ke atas
seperti terbang untuk kemudian menukik dan menyerang dari
atas dengan pedangnya. Namun, semua usahanya itu gagal
dan semua serangannya dapat dipatahkan atau dihindarkan
oleh Sam Ok.
Sam Ok membiarkan dirinya diserang sampai tiga puluh
jurus lebih. Siang Kui sudah mulai kebingungan dan penasaran
sekali karena semua serangannya gagal. Tiba-tiba Sam Ok
berseru dengan nyaring sekali.
"Patah....!" Pedangnya yang bersinar hitam itu dibacokkan
dengan pengerahan tenaga sepenuhnya menyambut pedang
Siang Kui sehingga kedua pedang itu bertemu dengan dahsyat
di udara.
"Trakkk......!!" Siang Kui terkejut dan melompat ke
belakang, lalu memandang pedang yang berada di tangannya.
Pedang itu tinggal sepotong karena telah patah di tengahtengahnya
ketika beradu dengan pedang hitam di tangan Sam
Ok!
Sam Ok tertawa. "Nah, apa kataku tadi? Pedang dan ilmu
pedangmu memang belum pantas menerima pujianku!"
Sambil berkata demikian, ia sendiri menyimpan kembali
pedangnya.
Siang Kui menjadi merah mukanya. Sudah jelas bahwa ia
kalah dalam pertandingan silat pedang, akan tetapi ia masih
tidak mau menerimanya, seolah-olah ia tidak percaya bahwa
dirinya dapat dikalahkan orang lain. Ia membanting sisa
pedangnya ke atas lantai dan berkata dengan berang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciu Leng Ci, pedangku memang kalah kuat dibanding
pedangmu, akan tetapi apakah engkau berani bertanding
melawanku dengan tangan kosong?" tantangnya.
Sam Ok tersenyum mengejek. "Apa yang kau andalkan
untuk dapat menang dariku? Lebih baik engkau kembali ke
tempat dudukmu agar terhindar dari terluka olehku!"
"Manusia sombong! Jagalah serangan-ku!" Tiba-tiba Siang
Kui yang sudah tidak dapat menahan kemarahannya sudah
melompat cepat ke depan menerjang dengan pukulannya. Ia
memainkan ilmu silat tangan kosong Hek-tiauw Sin-kun dan
menyerang sambil mengerahkan seluruh tenaganya. Ia amat
bernapsu untuk menebus kekalahannya bermain pedang tadi,
maka serangannya bertubi-tubi dan membabi-buta!
Seperti juga tadi, Sam Ok mengandalkan kelincahannya
untuk mengelak atau kadang menangkis pukulan dan
tendangan yang dilakukan Siang Kui sehingga lewat dua puluh
jurus. Tiba-tiba ia berseru nyaring.
"Roboh!" Telunjuk tangan kiri menuding. Suara bercuitan
terdengar dan dari telunjuk itu menyambar hawa pukulan
yang amat dahsyat. Itulah ilmu Ban-tok-ci (Jari Selaksa Racun)
yang hebatnya bukan alang kepalang!
Siang Kui merasa betapa pundak kanannya dilanggar
sesuatu seperti tertusu pedang iapun roboh terjengkang. Ia
merasa nyeri sekali di pundaknya, panas dan perih. Ketika ia
menunduk dan memandang, ternyata bajunya di bagian
pundak kanan sudah hangus dan kulit pundaknya tampak
kehitaman. Ia kaget sekali, maklum bahwa ia telah terkena
pukulan jarak jauh yang mengandung hawa beracun jahat
sekali. Siang Kui bangkit berdiri dengan wajah pucat
memandang kepada lawannya. Lo Kang sudah melompat ke
dekat puterinya dan merangkulnya.
"Lo-kauwsu, anakmu telah terkena pukulan Ban-tok-ci,
kalau engkau tidak menggunakan obat penawar ini, tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
obat lain yang akan mampu menyembuhkannya." kata Sam
Ok sambil menyerahkan sebuah bungkusan kertas dan Lo
Kang menerimanya tanpa sepatahpun kata. Dia lalu memapah
puterinya kembali ke kursinya dan cepat mencampurkan obat
penawar itu dengan air teh dan meminumkannya kepada
Siang Kui. Ternyata obat itu manjur bukan main karena
seketika rasa panas dan perih pada pundaknya menghilang.
"Ciu Leng Ci, coba engkau melawan aku!" tiba-tiba
terdengar bentakan dan Lo Cin Bu sudah melompat ke depan
Sam Ok sebelum wanita itu meninggalkan panggung.
Sam Ok memandang kepada pemuda itu dengan sinar
mata penuh selidik dan penilaian, seperti seorang pedagang
kuda yang sedang menilai seekor kuda yang hendak dibelinya.
Ia memandang pemuda itu dari kepala sampai ke kaki
kemudian tersenyum senang. Dalam penilaiannya, pemuda itu
mengagumkan hatinya. Tinggi besar tampak kokoh kuat dan
gagah!
"Orang muda yang gagah, siapakah engkau?"
"Aku adalah Lo Cin Bu. Adikku Lo Siang Kui telah kalah
olehmu. Akan tetapi hal itu bukan berarti bahwa ilmu silat dari
aliran Hek-tiauw Bu-koan rendah dan tidak dapat
menandingimu, melainkan tingkat adikku yang belum begitu
tinggi. Hayo tandingilah aku kalau engkau memang tidak mau
menghargai ilmu silat kami."
"Hi-hi-hik, orang muda. Boleh jadi ilmu silat Hek-tiauw Bukoan
sudah baik dan tinggi, akan tetapi ingatlah bahwa di
dunia ini banyak sekali ilmu silat yang lebih tinggi daripada
yang kalian bangga-banggakan itu. Lebih baik engkau ikut
denganku selama satu dua tahun untuk memperdalam ilmu
silatmu. Bagaimana?"
Ucapan itu dilakukan penuh kerling memikat dan senyum
manis, akan tetapi Cin Bu merasa dipandang rendah sekali.
Dia adalah jagoan dari Hek-tiauw Bu-koan, tingkatnya hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalah oleh ayahnya saja dan di kota raja dia sudah sukar
menemukan tandingnya. Sekarang dipandang rendah oleh
wanita ini, tentu saja ketinggian hatinya tersinggung dan
mukanya berubah merah karena marah.
"Ciu Leng Ci, tidak perlu banyak cakap lagi. Mari kita
bertanding untuk menentukan siapa di antara kita yang lebih
unggul!" bentak Cin Bu dan dia sudah maju tiga langkah
menghampiri wanita itu dan memasang kuda-kuda dengan
membuka kedua lengan seperti seekor burung rajawali hendak
terbang.
"Bagus, pemuda gagah. Aku ingin melihat sampai di mana
kemampuanmu!" kata Leng Ci atau Sam Ok.
"Sambut seranganku!" Ci Bu sudah menerjang dengan
dahsyatnya. Begitu menyerang Cin Bu sudah mengerahkan
seluruh tenaga dan kecepatannya karena dia maklum betapa
lihai lawannya.
"Bagus!" Sam Ok memuji dan iapun menggerakkan tangan
untuk menangkis dan sengaja ia menggunakan tenaga untuk
mengukur kekuatan pemuda itu.
"Dukkk.....!!" Cin Bu tertolak ke belakang, akan tetapi Sam
Ok juga merasa betapa lengannya tergetar sehingga tahulah
ia bahwa pemuda ini memiliki tenaga sin-kang yang lebih kuat
dibandingkan Siang Kui.
-00dw00kz00-
Jilid XXI
CIN BU merasa penasaran sekali ketika tubuhnya terpental,
seolah dia bertemu dengan dinding yang amat kuat. Dia
segera menyerang lagi dan tangannya yang membentuk paruh
burung itu menotok ke arah bagian tubuh yang berbahaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena sekali ini dia hendak menebus kekalahan adiknya agar
nama besar Hek-tiauw Bu-koan terangkat lagi.
Akan tetapi, ke manapun dia menyerang, dia selalu
memukul angin kosong belaka atau pukulannya itu ditangkis
dan selalu tangannya terpental dan seluruh lengannya tergetar
hebat. Setelah belasan jurus dia menyerang tanpa hasil dan
lawan hanya mengelak atau menangkis saja tanpa balas
menyerang dia merasa dipandang rendah sekali.
"Balaslah menyerang kalau engkau mampu!" tantangnya.
"Hi-hik, sayang kalau sampai melukaimu, pemuda gagah!"
Sam Ok tertawa dan tiba-tiba secepat kilat tangannya
menyambar dan telapak tangan yang halus dan hangat itu
mengelus pipi Cin Bu. Pemuda ini terkejut sekali karena kalau
wanita itu menghendaki, tentu saja pipinya bukan hanya
dielus, melainkan dipukul atau ditampar.
Pertandingan dilanjutkan, akan tetapi kini Cin Bu merasa
menjadi permainan wanita itu. Pipinya dielus, dagunya diusap,
bahkan kadang pahanya dicubit dan pinggulnya ditepuk.
Wajahnya berubah merah sekali karena dia belum dapat
menyentuh tubuh lawan dengan semua serangannya,
sebaliknya kalau lawannya itu menghendaki, tentu sejak tadi
dia sudah roboh, terluka berat bahkan mungkin sekali tewas!
Dia merasa penasaran sekali dan sambil menggigit bibir
sendiri dia mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan
semua ilmu silatnya, bahkan menyerang dengan membabi
buta. Anehnya, semua serangannya yang dahsyat itu tidak
pernah dapat menyentuh tubuh lawan. Tiba-tiba Sam Ok
mengeluarkan suara tawa kecil dan begitu jari-jari tangannya
menyambar, Cin Bu merasa betapa semua tenaganya lenyap,
tubuhnya lemas dan dia tidak kuat berdiri lagi dan ambruk
berlutut di depan lawannya itu! Secara cepat sekali sehingga
sukar diikuti pandangan mata, ternyata Sam Ok telah berhasil
mempergunakan tiam-hiat-to (menotok jalan darah) membuat
tubuh pemuda itu lumpuh dan lemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Cin Bu berlutut di depannya, sambil tersenyum
lebar Sam Ok membungkuk dan kedua tangannya memegang
kedua pundak pemuda itu sambil berkata lembut namun
nyaring sehingga terdengar semua orang yang hadir di situ.
"Ah, pemuda gagah, tidak perlu menghormatiku dengan
berlutut seperti ini!"
Jari-jari tangan yang mungil itu menyentuh pundak dan
seketika Cin Bu bergerak lagi. Dia segera bangkit berdiri.
Mukanya menjadi merah sekali dan sambil menundukkan
mukanya dia melangkah kembali ke tempat duduknya. Semua
orang melihat betapa dia sudah jatuh berlutut. Dia sudah
kalah, hal ini harus ia sadari dan akui. Wanita itu terlalu kuat,
terlalu tangguh baginya. Dia tahu benar bahwa kalau wanita
itu menghendaki, dia dapat tewas dalam perkelahian tadi.
Dia dapat menduga bahwa dia jatuh berlutut tadi karena
totokan yang ampuh sekali. Dia dan adiknya telah dikalahkan
dengan mudah oleh wanita itu dan hal ini benar-benar
merupakan pukulan hebat bagi hatinya yang penuh
kecongkakan, yang biasanya terlalu memandang tinggi kepada
diri dan kemampuannya sendiri.
Lo Kang yang menyaksikan betapa kedua orang anaknya
itu kalah dengan amat mudahnya oleh tamu wanita itu,
menjadi merah sekali mukanya. Dari kekalahan kedua orang
anaknya tadi diapun sudah dapat mengukur kepandaian
wanita bernama Ciu Leng Ci itu. Dari kekalahan dua orang
anaknya yang amat mudah itu tadi saja diapun sudah maklum
bahwa dia sendiri tidak akan mampu menandingi wanita itu.
Dia teringat ketika wanita tadi memperkenalkan diri. Namanya
Ciu Leng Ci dan katanya ia bukan tamu undangan, melainkan
datang ikut bersama Phoa Li Seng.
Dia mengenal Phoa Li Seng sebagai Ji Ok, datuk yang amat
lihai. Tiba-tiba dia teringat. Jangan-jangan wanita ini adalah
Sam Ok, rekan dari Ji Ok yang juga amat terkenal memiliki
ilmu silat yang amat hebat!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan memberanikan diri Lo Kang bangkit dari tempat
duduknya, akan tetapi dia tidak menghampiri wanita itu,
melainkan menegur dari bagian atas di mana dia duduk dan
menghadap ke arah Sam Ok yang berdiri di atas panggung.
"Ciu-toanio (Nyonya Besar Ciu), engkau datang bersama
Phoa-locianpwe yang berjuluk Ji Ok. Apakah engkau yang
berjuluk Sam Ok?"
Sam Ok tersenyum, senyum yang mengandung ejekan.
"Lo-busu (guru silat Lo), aku tidak ingin menggunakan nama
julukanku untuk menakut-nakuti orang. Dua orang anakmu
sudah membuktikan bahwa ilmu silat mereka masih amat
rendah, tepat seperti yang kukatakan tadi. Kalau engkau
setuju dengan penilaianku tadi, akuilah akan kerendahan mutu
Ilmu silat dari Hek-tiauw Bu-koan. Akan tetapi kalau engkau
menyangkal, engkau dapat mempertahankan kehebatan ilmu
silatmu itu dariku!"
Lo Kang menjadi penasaran sekali, hiarpun dia sudah dapat
memaklumi bahwa dia tidak akan mampu menandingi wanita
itu, namun kalau dia membiarkan orang meremehkan ilmu
silat dari perguruannya, namanya akan jatuh dan takkan ada
lagi orang mau berguru kepadanya. Karena itu dia menjadi
nekad dan dia melangkah maju hendak menghampiri Sam Ok
dengan alis berkerut dan sinar mata memancarkan api
kemarahan.
Akan tetapi sebelum dia tiba di tengah panggung, tiba-tiba
tampak bayangan merah muda berkelebat dan Sian Eng sudah
melompat dari bagian bawah ke tengah panggung,
menghadang Lo Kang.
"Toapek, harap toapek jangan turun tangan sendiri
memberi hajaran kepada wanita sombong itu. Toapek adalah
tuan rumah yang sedang mengadakan pesta perayaan.
Sebaiknya aku sajalah yang akan maju mewakili toapek
menghadapi perempuan sombong ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lo Kang terkejut dan memandang kepada keponakan yang
baru saja ditemuinya itu dengan alis berkerut. "Lawan itu lihai
sekali. Engkau hanya anak dari mendiang Lo Kiat, adikku yang
sasterawan lemah itu. Apa yang akan dapat kaulakukan untuk
menandinginya?"
Cin Bu dan Siang Kui juga sudah bangkit dari tempat duduk
mereka dan menghampiri Sian Eng. "Hei, engkau ini anak kecil
hendak ikut-ikutan! Lancang benar hendak mewakili ayah
kami!" bentak Lo Siang Kui.
"Adik kecil, mundurlah dan jangan mencari perkara. Kalau
engkau maju melawannya dan terpukul mati, engkau hanya
membikin malu kami dan merepotkan saja!"
Sian Eng yang pada dasarnya berwatak keras, tersenyum
mengejek dan berkata kepada mereka bertiga, "Hemm, kalian
lihat saja nanti!" Setelah berkata demikian, tanpa
memperdulikan mereka bertiga ia sudah melompat ke depan
Sam Ok. Ia menudingkan telunjuk tangan kirinya ke arah
hidung wanita itu dan membentak dengan . suara lantang
sehingga terdengar oleh semua orang.
"Heii, Sam Ok iblis betina yang jahat dan busuk! Aku Lo
Sian Eng menantangmu bertanding, beranikah engkau
melawan aku?"
Tantangan yang sekaligus memaki dan meremehkannya ini
tentu saja membuat Sam Ok marah sekali. Wajahnya menjadi
merah, sepasang matanya menyinarkan api. Ia tadi sudah
mendengar cegahan Lo Kang dan dua anaknya terhadap gadis
yang menantangnya ini.
"Bocah gila! Engkau tidak tahu disayang keluargamu dan
nekat hendak melawanku. Apakah engkau sudah bosan hidup?
Kalau sudah bosan, biarlah aku akan mengantar nyawamu ke
alam baka!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sam Ok, bukan aku yang akan mati, melainkan engkau
yang akan mampus di tanganku untuk menebus semua
dosamu yang bertumpuk-tumpuk!" kata Sian Eng.
Sam Ok tidak dapat menahan kemarahannya lagi. "Bocah
setan, mampuslah!" teriaknya dan ia sudah menerjang maju,
sekali ini tidak seperti ketika ia melawan Siang Kui dan Cin Bu.
Kalau tadi ia hanya ingin mengalahkan mereka tanpa
membunuh, bahkan setelah memukul Siang Kui juga langsung
memberi obat penawar, akan tetapi sekarang, begitu ia
menyerang, ia telah mengerahkan tenaga sin-kangnya yang
beracun dari jari telunjuk tangan kirinya meluncur untuk
mengirim totokan maut dengan ilmu Ban-tok-ci (Jari Selaksa
Racun). Hebat bukan main totokannya itu karena kalau
mengenai sasaran, pasti lawan akan tewas seketika!
Sian Eng yang pernah bertanding melawan Sam Ok,
mengenal serangan ini dan iapun tidak mau mengalah atau
memperlihatkan kelemahannya. Ia tidak mengelak, melainkan
maju dan menyambut serangan totokan jari itu dengan ilmu
Toat-beng Tok-ciang (Tangan Beracun Pencabut Nyawa)! Ilmu
pukulan yang mengandung hawa beracun ini tidak kalah
dahsyatnya dibandingkan Ban-tok-ci yang dipergunakan Sam
Ok.
"Dukkk!!" Dua lengan itu bertemu di udara dan akibatnya
tubuh Sam Ok terdorong mundur sampai lima langkah,
sedangkan Sian Eng hanya mundur dua langkah.
Bukan main kagetnya Sam Ok ketika merasa betapa lengan
lawan yang menangkisnya itu sedemikian kuatnya dan
mengandung hawa yang tidak kalah panasnya dengan hawa
pukulannya sendiri! Ia sama sekali tidak pernah mimpi bahwa
gadis muda yang cantik jelita ini bukan lain adalah pemuda
tampan bernama Eng-ji yang pernah menjadi lawan ketiga
Sam-ok menemani Han Lin dan Pek I Yok Sian-li Tan Kiok
Hwa! Ia menjadi penasaran dan semakin marah. Sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak nyaring ia sudah menerjang lagi dan menghujankan
serangan maut.
Siang Eng memperlihatkan kegesitan-nya. Ia mengelak
atau menangkis lalu membalas dengan tidak kalah dahsyatnya
sehingga kedua orang wanita itu sudah terlibat dalam
perkelahian yang amat dahsyat dan mati-matian. Bahkan
orang-orang di sekitar panggung itu dapat merasakan hawa
pukulan panas yang menyambar-nyambar!
Melihat jalannya pertandingan ini, Lo Kang terkejut dan
heran, juga girang dan timbul harapan dalam hatinya agar
keponakannya itu dapat memenangkan pertandingan dan
mengembalikan kehormatan dan nama besar Hek-tiauw Bukoan.
Saking tegang dan gembiranya, Lo Kang bangkit berdiri
dari kursinya dan menonton sambil berdiri.
Lo Cin Bu dan Lo Siang Kui juga bangkit berdiri dan
menonton dengan kedua mata terbelalak. Mereka berdua juga
merasa terkejut dan heran, akan tetapi yang lebih dari itu,
mereka merasa malu sekali mengingat betapa tadi mereka
bersikap angkuh dan memandang rendah kepada adik sepupu
yang baru saja datang itu. Wajah mereka menjadi merah
sekali, akan tetapi merekapun menonton dengan hati tegang
dan penuh harapan agar saudara sepupu itu dapat
membalaskan kekalahan mereka.
Tiga puluh jurus telah lewat dan pertandingan itu semakin
dahsyat dan seru. Sudah beberapa kali tubuh Sam Ok
terpental dan terhuyung ketika lengan mereka saling beradu.
Tiba-tiba Sian Eng mengubah gerakannya dan kini ia bersilat
dengan ilmu Pek-lek Ciang-hoat (Silat tangan Kosong
Halilintar)! Sam Ok terkejut sekali. dan sebelum ia dapat
menghindarkan diri, pundaknya terkena dorong in tangan kiri
Sian Eng.
"Plakk!" Tubuh Sam Ok terpelanting dan terguling-guling di
atas papan panggung. Wanita itu melompat bangun, pundak
kanannya terasa nyeri, akan tetapi ia memaksakan diri untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencabut pedang Hek-kong-kiam (Pedang Sinar Hitam) dari
punggungnya. Akan tetapi sebelum pedang tercabut, sesosok
bayangan berkelebat di dekatnya.
"Sam Ok, mundurlah. Aku akan melawan gadis ini!"
Ternyata orang itu adalah Ji Ok. Sam Ok yang merasa pundak
kanannya nyeri sehingga lengan kanannya juga kurang leluasa
untuk bermain pedang, maklum bahwa kalau melawan terus ia
pasti kalah. Maka melihat kemunculan Ji Ok, hatinya merasa
girang dan diapun cepat melompat turun dari atas panggung,
tidak lagi duduk di bagian atas melainkan mencari tempat
kosong di bagian bawah panggung.
Sian Eng menghadapi Ji Ok dengan hati panas. Tentu saja
ia mengenal baik datuk ini, orang yang amat dibencinya
karena Ji Ok inilah orangnya yang pernah menguasai dan
mempengaruhi ibu Han Lin dengan sihir, kemudian bahkan
pisau terbang iblis ini pula yang telah menewaskan ibu Han
Lin.
Sejak tadi Ji Ok memperhatikan gadis yang bertanding
melawan Sam Ok ini dan dia merasa kagum bukein main.
Bukan hanya kagum oleh kecantikan Sian Eng, akan tetapi
juga amat kagum melihat betapa lihainya gadis itu sehingga
mampu mendesak dan mengalahkan Sam Ok!
Dia telah kehilangan Chai Li dan kalau ada penggantinya,
agaknya gadis inilah yang pantas menjadi pengganti Chai Li,
untuk menjadi pembantu dan juga kekasih atau isterinya!
Kalau gadis ini dapat menjadi isterinya, keadaannya akan
menjadi kuat sekali dan dia bahkan tidak takut terhadap Toa
Ok atau musuh yang manapun! Maka, begitu berhadapan
dengan Sian Eng, Ji Ok diam-diam mengerahkan daya sihirnya
untuk mempengaruhi gadis itu.
Sama sekali dia tidak menduga bahwa gadis itu amat benci
kepadanya. Sian Eng memang sedang berusaha untuk
menekan perasaannya yang dilanda kebencian yang amat
sangat. Bukan saja karena Ji Ok telah membunuh ibu Han Lin,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
walaupun tidak sengaja, melainkan juga karena dara ini
teringat betapa Thian-te Sam-ok adalah pembunuh-pembunuh
dari kakek-uwa gurunya yang juga menjadi gurunya yang ke
dua, yaitu mendiang Hwa Hwa Cinjin.
"Lo Sian Eng, engkau masih begini muda namun sudah
memiliki ilmu silat yang cukup lihai. Engkau pantas kalau
menjadi seorang sahabat baikku, dan aku akan mengajarkan
ilmu-ilmu yang lebih tinggi kepadamu. Untuk itu, aku
perintahkan kamu untuk berlutut memberi hormat kepadaku!"
Ji Ok mengerahkan daya sihirnya dan mulutnya berkemakkemik
membaca mantera. Dia sama sekali tidak tahu bahwa
gadis itu telah mempelajari ilmu sihir dari mendiang Hwa Hwa
Cinjin sehingga begitu ada kekuatan sihir menyerangnya, Sian
Eng segera mengetahuinya! Cepat gadis inipun mengerahkan
kekuatan sihirnya dan sepasang matanya yang tajam menatap
wajah Ji Ok, dipusatkan di antara kedua alis laki-laki itu dan
sinar matanya seolah menembus daerah itu dan mulutnya
mengeluarkan seruan yang menggetar.
"Siapa yang berlutut? Engkau atau aku? Engkaulah yang
berlutut, Ji Ok!"
Ji Ok sama sekali tidak mengira akan mendapat serangan
yang membuat daya sihirnya membalik dan menghantam
dirinya sendiri. Tanpa dapat dicegah lagi ke dua kakinya
bertekuk lutut! Setelah berlutut barulah dia menyadari
keadaannya dan dengan pengerahan sin-kang dia dapat
memulihkan kesadarannya dan dia sudah melompat berdiri.
Wajahnya menjadi merah sekali, merah karena malu dan juga
marah. Kini dia mengamati wajah gadis itu dengan tajam
penuh selidik dan tiba-tiba teringat olehnya bahwa dia pernah
bertemu dengan gadis ini! Gadis ini pandai ilmu sihir pula!
Benar, dia ingat sekarang. Gadis ini adalah gadis yang dulu
membantu Hwa Hwa Cinjin ketika dia dan dua orang
rekannya, yaitu Toa Ok dan Sam Ok, menyerang kakek sakti
itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau..... kau..... murid Hwa Hwa Cinjin!" serunya marah,
akan tetapi dia tidak berani memandang rendah lagi dan cepat
dia melolos senjatanya yang ampuh, yaitu sehelai sabuk
sutera putih.
Pada saat itu, sesosok bayangan berkelebat dan Han Lin
sudah berdiri di samping Sian Eng. "Eng-moi, mundurlah dan
biarkan aku sendiri yang menghadapi jahanam busuk ini!"
Sian Eng tersenyum dan melompat turun dari atas
panggung. Ketika Ji Ok melihat Han Lin, matanya terbelalak
dan mukanya menjadi pucat sekali. Dia tahu betapa lihainya
pemuda ini tahu pula bahwa putera Chai Li pasti tidak akan
mau melepaskannya, dan akan membunuhnya untuk
membalaskan ibunya. Maka, menggunakan kesempatan selagi
Han Lin belum siap, dia langsung saja menggerakkan sabuk
sutera putihnya yang meluncur dan ujungnya menyambar ke
arah leher Han Lin dalam serangan maut yang amat
berbahaya! Han Lin maklum akan datangnya bahaya maut.
Dia menggerakkan tubuhnya, melompat ke belakang untuk
menghindarkan diri dari serangan sabuk sutera putih itu. Akan
tetapi kesempatan itu dipergunakan oleh Ji Ok untuk
melompat jauh turun dari atas panggung dan melarikan diri,
mengejar Sam Ok yang sudah melarikan diri terlebih dahulu
ketika wanita itu melihat munculnya Han Lin di situ!
"Lin-ko, mari kita kejar!" Sian Eng berseru dan gadis ini lalu
berlari cepat keluar dari tempat itu untuk mengejar Sam Ok
dan Ji Ok. Han Lin juga mengerahkan gin-kang (ilmu
meringankan tubuh) untuk mengejar.
Keadaan di tempat pesta menjadi gempar. Akan tetapi Lo
Kang dapat menenangkan suasana dan pesta dilanjutkan.
Semua orang membicarakan tentang gadis dan pemuda itu
yang dapat membuat dua orang datuk besar seperti Sam Ok
dan Ji Ok melarikan diri ketakutan! Sementara itu, Lo Kang
dan dua orang anaknya, Lo Cin Bu dan Lo Siang Kui, juga
membicarakan Sian Eng yang diluar dugaan mereka sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali ternyata merupakan seorang gadis yang memiliki ilmu
silat yang amat tinggi. Cheng Kun, putera Pangeran Cheng
Boan yang menjadi tunangan Siang Kui, juga menyatakan
kekagumannya, bahkan dia berkata dengan sungguh-sungguh
kepada Siang Kui.
"Kalau aku melaporkan kepandaian adik sepupumu Lo Sian
Eng itu kepada ayahku, tentu ayah mau memanfaatkan
kepandaiannya dan mau mengangkatnya menjadi pengawal
atau penjaga keselamatan keluarga kami."
Mendengar ini, Siang Kui cemberut dan mengerling manja.
"Engkau yang akan kesenangan mendapatkan seorang
pengawal yang cantik!"
Putera pangeran itu tertawa sehingga matanya yang sipit
itu menjadi semakin sipit sehingga nyaris terpejam. "Ha-haha,
agaknya engkau cemburu, kasihku?"
Akan tetapi Sian Kui hanya cemberut dan matanya
mengerling marah.
"Baiklah, kalau begitu aku berjanji tidak akan melaporkan
kepada ayahku. Nah, aku sudah berjanji, engkau puas, bukan?
Senyumlah agar wajahmu menjadi tambah manis." Ucapan
bernada rayuan itu dikeluarkan oleh putera pangeran itu
begitu saja di depan calon ayah ibu mertuanya dan di depan
banyak orang tanpa sungkan-sungkan. Mendengar ini, Siang
Kui mengerling lagi, akan tetapi kini mulutnya yang berbentuk
manis itu tidak cemberut lagi, melainkan tersenyum.
Pesta dilanjutkan dan suasana menjadi gembira lagi.
Sekarang para tamu kehormatan yang duduk di bagian atas
menghujani Lo Kang dengan pertanyaan tentang keponakan
perempuan yang amat lihai itu.
"Ah, ia adalah Lo Siang Eng, keponakanku." kata Lo Kang
dengan nada bangga. "Ayahnya bernama Lo Kiat dan dia itu
adikku yang menjadi seorang sasterawan. Akan tetapi kini
adikku itu dan isterinya telah meninggal dunia sehingga Sian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng menjadi yatim piatu dan tentu saja ia akan ikut dengan
kami."
Pesta dilanjutkan dan diam-diam, dalam hati mereka,
keluarga Lo itu bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Sian
Eng dan Han Lin yang tadi melakukan pengejaran terhadap
Sam Ok dan Ji Ok.
Sam Ok harus mengerahkan seluruh tenaganya agar ia
tidak tertinggal oleh Ji Ok. Wanita itu masih merasa
pundaknya agak sakit dan hal ini membuat larinya agak
terganggu. Setelah mereka berlari cepat sampai di lereng
sebuah bukit yang sunyi, Ji Ok tidak sabar lagi.
"Sam Ok, terpaksa aku akan meninggalkan engkau di sini.
Kita berpisah saja dan mengambil jalan masing-masing."
"Akan tetapi, Ji Ok. Bagaimana kalau pemuda setan itu
melakukan pengejaran? Kalau kita berdua tentu akan lebih
kuat untuk melawannya." bantak Sam Ok.
"Justeru karena ada kemungkinan dia melakukan
pengejaran, maka kita harus berpisah. Kalau kita berpisah,
tentu seorang di antara kita akan lolos dari pengejarannya.
Kuharapkan saja aku yang akan lolos itu!" kata Ji Ok yang
sudah akan meninggalkan rekannya itu. Akan tetapi tiba-tiba
dua orang datuk sesat itu terkejut setengah mati ketika
terdengar suara orang di belakang mereka.
"Kalian berdua tidak akan dapat lolos dari tangan kami!"
Mereka berdua memutar tubuh dan melihat Han Lin dan
Sian Eng sudah berdiri di situ. Melarikan diri agaknya tidak
mungkin lagi karena mereka tentu akan dikejar dan tersusul.
Mereka berdua terpaksa menghadapi dua orang lawan muda
yang mereka takuti itu.
"Lo Sian Eng, di antara kita tidak ada permusuhan apapun.
Kenapa engkau mendesak aku?" tanya Sam Ok dengan suara
mengandung penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Eng tersenyum mengejek. "Sam Ok, engkau katakan
tidak ada permusuhan apapun antara kita? Hemm,
kesalahanmu kepadaku sudah bertumpuk-tumpuk, dan
sebesar Gunung Thai-san! Pertama, engkau dan dua orang
rekanmu, telah menyerang guruku Hwa Hwa Cinjin dan
mengakibatkan kematiannya. Ke dua, kalian bertiga pernah
menawan aku bersama kakak Han Lin dan enci Tan Kiok Hwa,
nyaris membunuh kami. Dan kau bilang tidak ada urusan di
antara kita? baru mengingat akan kejahatanmu yang amat keji
itu saja sudah cukup bagiku untuk memusuhimu dan
membunuhmu!"
"Menawanmu? Ketika kami menawan Han Lin dan Kiok
Hwa, engkau tidak ikut kami tawan. Yang ada hanya seorang
pemuda yang.... ahh, kiranya engkaukah pemuda bernama
Eng-ji itu?" seru Sam Ok yang ingat akan persamaan wajah
antara Sian Eng dan pemuda bernama Eng-ji itu.
Sian Eng tersenyum. "Engkau sudah tahu sekarang dan
bersiaplah untuk memasuki neraka!" Sian Eng menggerakkan
tangan kanannya ke pundak dan sebatang pedang bersinar
hijau telah berada di tangannya. Itu adalah Ceng-liong-kiam
(Pedang Naga Hijau) pemberian ayahnya! yang kini menjadi
musuh besarnya, yaitu Suma Kiang.
Melihat ini, biarpun hatinya merasai gentar, Sam Ok juga
mencabut Hek-kong kiam (Pedang Sinar Hitam), melintangkan
pedang bersinar hitam itu di depan dada dan berseru,
"Engkaulah yang akani mampus di ujung pedangku, bocah
sombong!"
"Sambut seranganku!" Sian Eng berteriak lantang dan sinar
hijau menyambar dahsyat ke arah dada Sam Ok. Datuk wanita
inipun menggerakkan pedangnya menangkis.
"Tranggg.....!!" Tampak bunga api berpijar dan kedua
orang wanjta itu melangkah ke belakang untuk memeriksa
pedang masing-masing. Pedang mereka tidak rusak dan Sian
Eng sudah menerjang lagi, mengirim serangan bertubi-tubi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sam Ok mengelak dan menangkis, juga membalas setiap
terdapat kesempatan sehingga kedua orang wanita ini sudah
bertanding dengan serunya. Pedang di tangan mereka lenyap
bentuknya, berubah menjadi sinar hijau dan sinar hitam yang
bergulung-gulung bagaikan dua ekor naga yang berlaga di
angkasa.
Sementara itu, Ji Ok yang merasa gentar terhadap Han Lin,
mencoba untuk meloloskan diri dengan membujuk pemuda
itu. "Han Lin, ingatlah bahwa aku dan ibumu saling mencinta.
Aku mencinta ibumu dengan segenap jiwa ragaku. Apakah
engkau tidak dapat membiarkan aku pergi?"
Sinar mata Han Lin mencorong ketika dia memandang
kepada laki-laki berusia enam puluh tahun yang masih tampan
dan gagah itu. Teringat akan nasib dan kematian ibunya,-
sinar matanya mengandung api kemarahan. "Ji Ok, ibuku tidak
pernah mencintaimu. Akan tetapi engkau telah menguasainya
dengan sihir! Bahkan pisau-pisaumulah yang telah merenggut
nyawanya! Kau masih berani menyangkal kenyataan itu?"
"Tapi aku tidak sengaja. Dan ingat, aku pernah
menyelamatkan ibumu dari bahaya maut ketika ia terjungkal
ke dalam jurang! Ia berhutang nyawa kepadaku dan kami
saling mencinta!"
"Ji Ok, tidak perlu engkau membujuk aku! Sebagai
anggauta Thian-te Sam-ok, kejahatanmu sudah melewati
takaran. Aku tidak mungkin dapat melepaskanmu.
Sambutlah!" Han Lin sudah menerjang dengan Im-yang-kiam
karena sekali ini dia memang sudah mengambil keputusan
untuk menewaskan datuk yang amat jahat ini.
Ji Ok juga melolos sabuk suteranya, mengelak dan balas
menyerang. Terjadilah perkelahian yang amat dahsyat antara
kedua orang ini dan untuk membela diri dan mempertahankan
nyawanya, Ji Ok mengeluarkan seluruh ilmu simpanannya
untuk melawan Han Lin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertandingan antara Sian Eng dan Sam Ok juga
berlangsung amat seru dan mati-matian. Sian Eng yang sekali
ini tidak mau membiarkan lawannya lolos, sudah memainkan
pedang hijaunya dengan Coa-tok Sin-kiam-sut (Ilmu Pedang
Sakti Racun Ular) dan selain serangan pedang di tangan kanan
yang amat berbahaya, juga tangan kirinya menyelingi
serangan pedang dengan pukulan Toat-beng Tok-lung yang
tidak kalah ampuhnya! Diserang dengan pedang dan pukulan
beracun yang ampuh itu, Sam Ok menjadi kewalahan.
Memang iapun menyambut serangan itu dengan pedangnya di
tangan kanan dan tangan kirinya juga menyerang dengan
Ban-tok-ci yang merupakan totokan jari telunjuk yang dapat
mematikan, namun ia kalah cepat dan segera terdesak hebat
dan lebih banyak mengelak dan menangkis dan menyerang.
"Hyaaaatt....!!" Pedang itu berubah menjadi sinar hijau
yang meluncur cepat sekali, menusuk ke arah muka Sam Ok,
di antara kedua matanya. Datuk sesat ini terkejut sekali
karena sinar hijau itu cepat bukan main, seperti kilat
menyambar. Ia miringkan kepalanya ke kiri sambil melangkah
mundur, akan tetapi sinar pedang hijau itu mendadak sudah
membalik dan mengejarnya dengan sabetan ke arah
pinggang. Sabetan pedang ini dilakukan Sian Eng dengan
pengerahan tenaga sin-kang sepenuhnya. Sam Ok menangkis
dengan pedang hitamnya.
"Tranggg......!" Bunga api berpijar dan sekali ini Sam Ok
merasa betapa beratnya menangkis pedang hijau itu sehingga
ia terhuyung. Dalam keadaan terhuyung itu, Sian Eng sudah
melangkah maju dan mengirim pukulan tangan kirinya dengan
Toat-beng Tok-ciang ( Tangan Beracun Pencabut Nyawa).
Sam Ok tidak sempat mengelak dan terpaksa ia menyambut
pukulan telapak tangan itu dengan tangan kiri pula sambil
mengerahkan ilmu Ban-tok-ciang (Tangan Selaksa Racun).
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakk....!!" Tubuh Sam Ok terpelanting. Sebelum ia sempat
bangkit, sinar pedang hijau menyambar dan meluncur masuk,
menusuk lambungnya.
"Capp....!" pedang itu menusuk sampai dalam dan cepat
dicabut kembali oleh Sian Eng. Tubuh Sam Ok terguling dua
kali lalu rebah menelungkup, tak bergerak lagi. Darah
mengucur dari luka di lambungnya.
Sian Eng menghampiri tubuh Sam Ok yang sudah tidak
bergerak itu untuk memeriksa apakah benar lawannya telah
tewas. Pada saat ia membungkuk untuk memeriksa keadaan
tubuh lawan, tiba-tiba saja pedang sinar hitam mencuat dan
meluncur ke arah dadanya! Serangan ini tiba-tiba sekali. Akan
tetapi baiknya Sian Eng sudah waspada.
Ia memang masih sangsi apakah lawannya benar-benar
sudah tewas maka ia bersikap hati-hati sekali ketika
menghampiri dan membungkuk tadi. Ia sudah siap siaga
dengan pedang di tangan, maka ketika tiba-tiba ada sinar
hitam menyambar ke arah dadanya, Sian Eng cepat
menggerakkan pedangnya menangkis.
"Tranggg......!!" Bunga cipi berpijar lagi dan Sian Eng cepat
mengayun tangan kirinya menampar ke arah kepala Sam Ok
yang kini sudah membalik dan menengadah.
"Plakkkk!" Pelipis Sam Ok kena ditampar tangan kiri Sian
Eng. Kepala itu terkulai dan muka itu berubah menjadi hitam.
Sam Ok benar-benar tewas sekali ini. Andaikata tidak disusul
tamparan dengan ilmu Toat-beng Tok-ciang sekalipun, ia pasti
akan tewas karena pedang Ceng-liong-kiam tadi telah
menembus lumbungnya.
Dengan pedang masih di tangan dan namun kewaspadaan
Sian Eng kini berdiri dari jauh mayat Sam Ok dan menonton
ke arah pertandingan antara Han Lin dan Ji Ok. Ia tidak mau
mengeroyok karena selain hal ini dapat merendahkan
kekasihnya itu, juga ia yakin bahwa Han Lin tidak akan kalah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia hanya waspada untuk berjaga-jaga, kalau-kalau muncul
Toa nk, orang pertama Thian-te Sam-ok itu.
Ji Ok yang sudah jerih itu selain terdesak oleh Han Lin.
Akan tetapi karena tahu bahwa pemuda itu tidak akan tnau
mengampuninya dan nyawanya terancam maut, maka Ji Ok
melawan sekuat tenaga. Sabuk sutera putihnya berubah
menjadi sinar putih bergulung-gulung, merupakan perisai yang
amat kokoh kuat dan ketat melindungi dirinya dari sambaran
sinar pedang di tangan Han Lin.
Ketika kembali pedang Im-yang Pek-liong-kiam menyambar
dengan dahsyatnya, Ji Ok tidak berani menangkis dengan
sabuknya karena ujung sabuk itu sudah dua kali putus
terbabat pedang. Dia melempar diri ke belakang dan
bergulingan. Ketika bergulingan inilah dia melihat Sam Ok
yang sudah tewas. Hatinya menjadi semakin ketakutan.
Sambil bergulingan dia mencabut pisau-pisau terbangnya dan
melemparkan ketiga batang pisau itu berturut-turut ke arah
Han Lin.
Melihat sinar-sinar menyambar ke arahnya itu, Han Lin
menangkis dua kali dengan pedangnya sehingga dua batang
pisau terbang itu terpukul runtuh, akan tetapi pisau ke tiga
disambar oleh tangan kiri Han Lin. Ji Ok mempergunakan
kesempatan itu untuk melompat berdiri dan melarikan diri
secepatnya. Akan tetapi, Han Lin yang sudah mempunyai niat
ketika menangkap pisau ke tiga tadi untuk membunuh Ji Ok
seperti ketika ibunya tewas oleh pisau Ji Ok, cepat
menyambitkan pisau itu ke arah tubuh lawan yang mencoba
untuk melarikan diri itu. Dia mengarahkan sambitannya ke
leher Ji Ok.
"Wuuuutt..... ceppp.....I!" Pisau itu dengan tepat sekali
mengenai tengkuk Ji Ok sampai tembus ke leher! Ji Ok Phoa Li
Seng tidak mampu mengeluarkan teriakan lagi dan tubuhnya
roboh, berkelojotan sejenak lalu diam, pisau masih menancap
di lehernya yang mengucurkan darah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat lawannya sudah tewas, Han Lin masih berdiri
seperti patung. Dia teringat akan ibunya dan semua
penderitaan ibunya. Masih ada dua orang lagi yang harus dia
mintai pertanggunganjawanan atas kesengsaraan ibunya.
Pertama adalah Suma Kiang yang membuat ibunya hidup
penuh kesengsaraan. Dia harus membunuh Suma Kiang! Dan
kedua adalah Kaisar Cheng Tung, ayah kandungnya sendiri.
Dia harus bertemu dengan ayah kandungnya itu dan
menegurnya dengan keras karena ayah kandungnya telah menyia-
nyiakan ibunya dan dia, meninggalkan ibunya dalam
keadaan mengandung dan sama sekali tidak
memperdulikannya lagi! Teringat kepada ibunya, Han Lin
berdiri menundukkan mukanya dengan hati yang sedih sekali.
Dia membayangkan keadaan ibunya yang penuh
kesengsaraan itu. Lalu dia memandang kepada mayat Ji Ok.
Dia tahu bahwa Ji Ok mencinta ibunya. Kalau saja ibunya
ketika itu mencinta Ji Ok dengan wajar, tentu dia tidak akan
membunuh Ji Ok yang pernah menyelamatkan ibunya dari
kematian ketika terjatuh ke dalam jurang. Akan tetapi ibunya
tidak mencinta Ji Ok, melainkan berada dalam pengaruh sihir
sehingga ibunya mirip boneka hidup yang menuruti segala
perintah Ji Ok! Kemudian, pisau Ji Ok yang membunuh ibunya,
walaupun hal itu dilakukan tidak dengan sengaja. Hatinya
puas telah dapat membunuh Ji Ok, karena bagaimanapun
juga, Ji Ok adalah seorang datuk sesat yang amat jahat dan
sudah sepatutnya kalau disingkirkan dari dunia di mana dia
hanya akan menyusahkan orang-orang lain dengan
perbuatannya yang jahat.
Dia dapat menduga bahwa tentu sudah tak terhitung
banyaknya orang-orang tak berdosa yang tewas di tangan Ji
Ok, maka sebagai seorang pendekar yang membela
kebenaran dan keadilan, menentang kejahatan, sudah
sepatutnya dia membunuh datuk sesat itu.
"Lin-ko....! Engkau kenapakah.....?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Eng bertanya sambil memegang lengan pemuda itu
dan mengguncangnya. Han Lin mengangkat muka
memandang gadis itu lalu menghela napas panjang.
"Aku tidak apa-apa, Eng-moi. Kulihat engkau telah berhasil
menewaskan Sam Ok. Sukurlah."
"Kita telah berhasil menewaskan Ji Ok dan Sam Ok. Hatiku
puas, Lin-ko. Sekarang kita tinggal mencari Toa Ok dan Suma
Kiang. Dua orang jahanam busuk itu harus dapat kita
musnahkan!" kata gadis itu penuh semangat. "Sekarang mari
kita kembali ke rumah toa-pek (Uwa) Lo Kang, karena mereka
tentu sedang menanti-nanti kita."
"Nanti dulu, Eng-moi." kata Han Lin sambil menunjuk ke
arah mayat Ji Ok dan Sam Ok.
"Hemm, apakah engkau hendak mengambil pedang hitam
itu?" tanya Siang Eng sambil mengerutkan alisnya.
"Tidak, Eng-moi. Aku hendak mengubur dua jenazah itu
lebih dulu."
"Ah, untuk apa? Untuk apa mengubur jenazah dua orang
iblis jahat itu?" cela Sian Eng.
Han Lin menatap wajah dara itu dengan pandang mata
tajam dan suaranya terdengar tegas ketika dia berkata, "Engmoi,
engkau tidak boleh berkata demikian. Ketika mereka
masih hidup, mereka memang Ji Ok dan Sam Ok, dua orang
yang amat jahat dan sudah selayaknya kalau kita menentang
mereka. Akan tetapi sekarang mereka bukan orang-orang
jahat lagi, melainkan dua sosok jenazah yang tidak berdaya.
5udah sepatutnya kita menghormatinya dan mengurus
sebagaimana mestinya. Sebagai manusia-manusia yang
berakal sehat kita tidak mungkin meninggalkan dua jenazah
itu terkapar di sini lalu membusuk dan mengotori udara di
sekitarnya. Aku harus mengubur dulu kedua jenazah itu, Engmoi.
Kalau engkau hendak kembali dulu ke rumah keluarga
Lo, silakan. Aku akan menyusul nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, engkau marah, Lin-ko? Kalau itu kehendak dan
keputusanmu, tentu saja akupun suka membantumu
mengubur dua jenazah itu!" kata Sian Eng.
Han Lin dapat tersenyum lagi melihat betapa Sian Eng
dengan penuh semangat membantunya menggali lubang,
menggunakan pisau-pisau yang tadi disambitkan Ji Ok kepada
Han Lin namun dapat ditangkisnya. Tentu amat sulit menggali
lubang untuk mengubur jenazah hanya menggunakan pisaupisau.
Akan tetapi karena dua orang itu memiliki tenaga sinkang
yang kuat, akhirnya mereka dapat juga menggali sebuah
lubang yang cukup besar. Mereka lalu mengangkat dan
merebahkan dua jenazah itu berjajar dalam satu lubang,
kemudian menimbuni lubang itu dengan tanah sampai
menjadi segunduk tanah.
Setelah selesai, matahari telah naik tinggi dan mereka
berdua lalu membersih kan kedua tangan di sebuah anak
sungai, kemudian mereka pergi kembali ke kota raja dan
langsung menuju ke rumah keluarga Lo.
Ketika mereka berdua tiba di rumah Lo Kang, ternyata
pesta itu telah bubaran. Semua tamu telah meninggalkan
tempat itu. Akan tetapi Lo Kang, isterinya, dan dua orang
anaknya menyambut kedatangan Sian Eng dengan gembira
sekali!
"Silakan kalian berdua masuk dan mari kita duduk dan
bicara di dalam!" kata Lo Kang.
"Adik Sian Eng, engkau ternyata hebat sekali! Engkau harus
mengajarkan ilmu silat tinggi kepadaku!" kata Siang Kui sambil
menggandeng tangan Sian Eng dengan akrabnya. Sikap
keluarga itu berubah sepenuhnya sekarang. Mereka sama
sekali tidak angkuh lagi terhadap dua orang muda itu, bahkan
ramah dan memuji-muji.
Begitu mereka memasuki ruangan dalam dan duduk
mengitari sebuah meja bundar, pelayan berdatangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawa hidangan. Lo Kang sendiri yang menyuguhkan arak
secawan kepada Sian Eng dan Han Lin.
"Mari kita minum sebagai ucapan selamat datang kepada
keponakanku Lo Sian Eng dan ananda Han Lin yang menjadi
sahabat baiknya!" katanya dan semua orang minum secawan
arak. Kemudian, dengan ramahnya Lo Kang dan isterinya lalu
menawarkan hidangan itu kepada Sian Eng dan Han Lin. Dua
orang mud inipun makan minum bersama keluarga Lo.
"Bagaimana hasil kalian mengejar Ji Ok dan Sam Ok tadi,
Sian Eng?" tanya Lo Kang kepada keponakannya sambil
memandang wajah gadis itu dengan senyum penuh kagum.
"Kami telah berhasil membunuh dua orang datuk sesat
yang jahat itu, toapek. kami lalu menguburkan dua jenazah itu
lebih dulu, maka kami agak terlambat datang."
Keluarga itu menjadi terkejut sekali mendengar ini, "Kalian
telah membunuh Ji Ok dan Sam Ok? Ahhh.....!" kata Lo Kang
sambil membelalakkan matanya memandang kepada dua
orang itu. Dia terkejut sekali dan juga heran. Terkejut bahwa
keponakannya dan sahabatnya itu telah membunuh dua orang
datuk besar dan hal ini pasti akan menggegerkan dunia kangouw.
Dan dia heran bagaimana keponakannya yang masih
amat muda dan wanita pula itu bersama sahabatnya yang
juga masih muda, mampu membunuh dua orang datuk sesat
yang sakti itu.
"Kenapa, toa-pek?" tanya Sian Eng ambil menatap tajam
wajah uwanya.
"Ah, tidak apa-apa, aku hanya heran dan terkejut.
Bagaimana kalian dapat membunuh dua orang datuk besar
yang sakti itu? Dan kalau hal ini terdengar oleh kawan-kawan
mereka, apakah tidak akan membahayakan kalian berdua?"
"Aku sama sekali tidak takut, toapek! Kalau ada yang
menuntut balas atas kematian Ji Ok dan Sam Ok, dia akan
kuhadapi dan akan kubasmi semua orang jahat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengotorkan dunia! Sam Ok dan Ji Ok itu jahat sekali, dan
kalau Toa Ok sebagai orang pertama dari Thi-an-te Sam-ok itu
datang, akan kuhadapi dia!" kata Sian Eng dengan sikap
gagah. Lo Kang dan dua orang anaknya saling pandang.
Mereka merasa amat kagum, akan tetapi juga khawatir.
"Sian Eng, aku sungguh merasa heran sekali dan tidak
mengerti bagaimana engkau dapat memiliki ilmu silat setinggi
itu. Padahal ayahmu, setahuku adalah seorang kutu buku,
seorang sastrawar yang lemah, bahkan sekarang sudah
meninggal dunia dalam usia muda, juga ibumu. Bagaimana
engkau dapat memilik kepandaian seperti ini? Siapa gurumu?"
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru